filename
stringlengths 16
16
| title
stringlengths 22
107
| text
stringlengths 132
2.1k
| softlabel
stringlengths 15
740
|
---|---|---|---|
2017-058-12.json | Hidup di Wilayah Rawan Longsor, Berikut Masukan Tim Mitigasi Bencana UGM | Hidup di Wilayah Rawan Longsor, Berikut Masukan Tim Mitigasi Bencana UGM | [CLS] April lalu Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, alami longsor. Risiko longsor susulan, dan banjir bandang berpotensi terjadi lebih parah di wilayah-wilayah rawan longsor sekitar.Dwikorita Karnawati, Rektor Universitas Gadjah Mada mengatakan, biasa kalau sudah terjadi banyak longsor, selang beberapa saat disusul banjir bandang dan skala kematian bisa berlipat. Jatuh korban lebih banyak bisa dicegah.“Longsor masih akan terjadi, bisa di berbagai wilayah di Indonesia, termasuk Ponorogo, Nganjuk, Jawa Barat dan Jawa Tengah, bisa di luar Jawa dan skala bisa lebih besar,” katanya, baru-baru ini.Dari penelitian mereka, jika banyak longsor, selang beberapa saat disusul banjir bandang. “Itu bisa dicegah, salah satu upaya menggalakkan masif peringatan dini, terutama kepada warga di lokasi rawan longsor,” katanya.Badan Geologi, katanya, sudah memetakan lokasi rawan longsor, mereka harus lebih siaga, mengedukasi masyarakat, mengenali tanda-tanda gejala awal terjadi longsor, termasuk upaya pencegahan.Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), wajib mengecek zona merah, dan warga rawan longsor. Saat hujan, warga jangan ada di lokasi, wajib evakuasi.“Jangan di lokasi saat hujan, mengalah dengan alam, ketika musim hujan saatnya menata kembali tata lahan, termasuk masyarakat,” ucap Dwikorita.Dia bilang, andai zona itu ada jalan raya, pemda harus menutup akses sementara saat hujan, agar tak terjadi kecelakaan. “Khusus di Nganjuk dan Ponorogo, daerah longsor di lereng gunung, bisa dikatakan sudah kronis , batuan rupuh dan lereng curam.”Dari citra satelit atau foto udara terlihat lereng tebing curam dan batuan rapuh, atau tertutup tanah labil. Titik longsor, katanya, ada di zona patahan, hingga tinggal tunggu proses pemicu, salah satu air hujan. Kondisi ini lebih berbahaya jika longsor diikuti banjir bandang. | [0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163] |
2017-058-12.json | Hidup di Wilayah Rawan Longsor, Berikut Masukan Tim Mitigasi Bencana UGM | Hidup di Wilayah Rawan Longsor, Berikut Masukan Tim Mitigasi Bencana UGM | Bencana ini, katanya, sangat berbahaya karena mengandung endapan longsor berupa bebatuan dan pepohonan yang dapat menghancurkan pemukiman warga.Melihat beberapa peristiwa banjir bandang di Indonesia, dia mengidentifikasi beberapa gejala awal banjir bandang, seperti ketinggian air sungai bertambah, perubahan kondisi air lebih keruh dengan membawa muatan pasir dan kerikil.Menurut penuturan korban bencana sebelumnya, saat berada di mulut sungai mereka melihat tiba-tiba air keruh, tak lama muncul luapan dahsyat. “Tanda-tanda ini harus diwaspadai bersama. Semoga peristiwa seperti ini tak terjadi lagi.” Dwikorita memimpin tim mitigasi bencana longsor UGM di Banaran, Pulung, Ponorogo, Jawa Timur, terjun ke lokasi bencana yang merenggut korban 28 orang. Mereka mencari fakta lapangan sekaligus mengetahui penyebab utama longsor.Tim dari beberapa bidang ilmu ini menganalisis dan memitigasi kemungkinan longsor susulan baik di lokasi atau wilayah lain di Ponorogo. Juga membantu pemetaan relokasi bagi warga terdampak bencana pakai drone.Berdasarkan pengamatan, kata Dwikorita, karakteristik lereng di lokasi bencana dengan bentuk lurusan memotong memang menunjukkan gejala rawan longsor. Hanya tinggal menunggu proses pemicu.Air hujan, katanya, salah satu pemicu longsor. Dia menekankan, longsor belum tentu langsung setelah hujan turun karena perlu proses bagi air hujan meresap ke dalam tanah.Dia mengingatkan, warga di daerah rawan dapat mengurangi risiko longsor dengan tak langsung kembali ke daerah rawan setelah hujan.“Tak selalu begitu hujan terus langsung runtuh karena bisa saja longsor baru beberapa jam sesudahnya. Selesai hujan jangan langsung ramai-ramai kembali,” katanya.Dari fenomena itu, katanya, penting kewaspadaan terhadap lereng-lereng rawan, termasuk di lokasi longsor lalu. Sebab, longsor yang berhenti di lahan miring masih mungkin lanjut. | [0.9994583129882812, 0.00028047917294315994, 0.0002612548996694386] |
2017-058-12.json | Hidup di Wilayah Rawan Longsor, Berikut Masukan Tim Mitigasi Bencana UGM | Hidup di Wilayah Rawan Longsor, Berikut Masukan Tim Mitigasi Bencana UGM | “Siapa pun jangan sampai berada di lokasi habis longsor, kecuali orang ahli yang sudah dilengkapi perlengkapan menyelamatkan diri.”Bagus Bestari Kamarullah, tim mitigasi bencana UGM mengatakan, ketidaktahuan risiko pasca longsor seringkali memicu korban jatuh lebih besar. Bencana susulan seringkali berisiko menelan korban lebih daripada bencana pertama.“Saat bencana pertama, masyarakat ingin menolong atau mencari keluarga. Berkumpul tanpa mengetahui barangkali ada risiko cukup besar,” katanya.Untuk itu, penting pemahaman risiko bencana dan kewaspadaan dari berbagai pihak terkait, baik masyarakat sekitar maupun relawan atau petugas yang terlibat proses evakuasi.Berdasarkan pengamatan lapangan, katannya, kemiringan lereng di Ponorogo lebih 40 derajat. Secara ilmiah, jika curam akan bergerak ke bawah, ada kelurusan punggung bukit dan sungai, kekuatan daya tahan mengikat akar partikel melemah. Faktornya, batuan hasil lapukan, kurang terkonsolidasi dan lapuk.Keadaan ini, berisiko tinggi ketika ada aktivitas manusia (yang tak mendukung) dengan tanaman semusim, seperti jahe, singkong, dan palawija lain. Tanaman ini, katanya, ikut menyumbang ketidakseimbangan ekosistem lahan.Yang jadi pekerjaan bersama, katanya, memperbaiki tata guna lahan, karena masih ada potensi bencana berikutnya.Data 1980-2010, di Jawa, terjadi lebih 1.500 longsor, dengan karakter unik karena korban meninggal lebih besar dibanding luka. Bencana di Jawa, katanya, sangat spesifik, karena korban meninggal lebih besar berkaitan erat perilaku longsor.Longsor, biasa terjadi pada durasi pendek hingga masyarakat tak cukup waktu menyelamatkan diri. Sebagain besar longsor di malam hari, dini hari, dan pagi hari. | [0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608] |
2017-058-12.json | Hidup di Wilayah Rawan Longsor, Berikut Masukan Tim Mitigasi Bencana UGM | Hidup di Wilayah Rawan Longsor, Berikut Masukan Tim Mitigasi Bencana UGM | Sutopo Purwo Nugroho, Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan, ancaman longsor makin meningkat di Ponorogo. Tanah retak disertai bunyi gemuruh di Desa Dayakan, Kecamatan Badegan menyebabkan jumlah pengungsi bertambah.Awalnya, pengungsi dari Dusun Watuagung Desa Dayakan 249 orang, jadi 341 jiwa menyusul dentuman suara gemuruh sangat keras 21 kali pada 10 April lalu.Lebar tanah retak mencapai 300 meter, lebar 40 centimeter dan kedalaman tiga meter di Watuagung. Sebanyak 22 rumah rusak dari total 69 unit. [SEP] | [0.9994583129882812, 0.00028047917294315994, 0.0002612548996694386] |
2021-048-09.json | Hiu Paus dan Lumba-lumba Mati Terdampar dengan Bagian Tubuh Terpotong | Hiu Paus dan Lumba-lumba Mati Terdampar dengan Bagian Tubuh Terpotong | [CLS] Dua penanganan satwa terdampar di Bali pada pekan kedua Mei 2021 ini menunjukkan ada pengambilan bagian tubuh hewan.Pertama, seekor lumba-lumba nampak sudah buntung ketika ditemukan warga pada Jumat (07/05/2021). Dari video yang disebarkan sejumlah media sosial, seperti https://www.instagram.com/p/COkahWMlMDy/?utm_source=ig_web_copy_link Karangasemterkini, mamalia ini nampak sudah mati. Terdampar di bebatuan, Pantai Ujung, Kabupaten Karangasem.Pantai Ujung adalah lokasi wisata ramai yang berhadapan dengan Taman Ujung, kawasan taman air Kerajaan Karangasem. Ekornya terlihat sudah hilang, seperti bekas terpotong.Sementara itu, pada hari yang sama, ada hiu paus yang dilaporkan terdampar di Pantai Tegal Besar, Kabupaten Klungkung.Menurut siaran pers BPSPL Denpasar, hiu paus terdampar Jumat, 7 Mei 2021 sore sekitar pukul 16.00. Hiu tersebut ditemukan oleh Made Rate. Selanjutnya kejadian dilaporkan kepada Polair. Kondisi hiu saat itu ditemukan masih hidup dan sudah berusaha dikembalikan ke pantai oleh masyarakat dan Polair.baca : Seekor Hiu Paus Terdampar di Hutan Bakau Teluk Kendari, Bagaimana Nasibnya? Dewa Gde Tri Bodhi Saputra dari tim reaksi cepat BPSPL Denpasar mengatakan informasi diterima belakangan, dan pada Sabtu pagi ia sudah mengecek hiu paus di pantai tersebut. Saat jalan kaki, ia menemukan hiu paus di dekat muara sungai dengan kondisi mati.Kondisinya terdampar mati, sudah terpotong di bagian ekor, sirip dada, dan bagian perutnya. “Seperti dibedah, isi perut hilang. Bagian insang ada yang hilang. Kejadian (pemotongan) ini tidak diketahui apakah di dalam atau sudah di pantai. Ketika ditemukan sudah begitu,” urainya dikonfirmasi Mongabay Indonesia pada Minggu (10/05/2021). | [0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623] |
2021-048-09.json | Hiu Paus dan Lumba-lumba Mati Terdampar dengan Bagian Tubuh Terpotong | Hiu Paus dan Lumba-lumba Mati Terdampar dengan Bagian Tubuh Terpotong | Ia juga tidak tahu bagaimana proses mengembalikan hiu paus ini ke laut pada Jumat itu. “Info di lapangan, pengunjung di pantai ramai-ramai mengembalikan tapi kondisinya sudah lemas. Kembali terdampar lalu bisa berenang ke dalam,” imbuh Dewa.Kepala BPSPL Denpasar Permana Yudiarso juga mengatakan proses penanganan dengan mendorong ke laut dilakukan warga. Klungkung adalah salah satu spot lokasi kasus-kasus megafauna terdampar di Bali. Terakhir adalah Paus Sperma. Menurut Yudi, terdamparnya hiu paus ini mungkin kejadian pertama di kawasan itu.Dewa menyebut lokasi terdampar kembali dalam kondisi mati dan bagian tubuh terpotong ini berbeda dengan lokasi terdampar awal. Posisinya dekat muara sungai. Ombak yang terkenal cukup tinggi di pesisir ini mendorongnya, tapi tidak sampai ke dalam laut. Ukuran hiu paus ini sekitar 3,5 meter, berjenis kelamin jantan.baca juga : Hiu Paus Mati Terdampar di Kawasan Wisata Candidasa Tim BPSPL Denpasar tiba di lokasi pada Sabtu pukul 07.30 dan langsung melakukan penanganan hiu paus terdampar bersama Babinkamtibmas Desa Negari, Polair Polres Klungkung, , Kapolres dan Wakapolres, serta masyarakat sekitar.Setelah dilakukan identifikasi secara visual disimpulkan jenis Rhincodon typus (Hiu Paus). Tim penanganan memutuskan tidak melakukan otopsi karena bagian tubuh yang penting hilang. Hiu paus selanjutnya dikubur di pantai dengan kedalaman sekitar 1,5 meter. Nampak banyak warga membantu proses penarikan dan menguburnya. Seperti biasanya, warga nampak memberikan sesajen di atas tubuhnya untuk menghormati satwa laut ini sebelum dikuburkan. | [0.9992979764938354, 0.00035951982135884464, 0.00034251681063324213] |
2021-048-09.json | Hiu Paus dan Lumba-lumba Mati Terdampar dengan Bagian Tubuh Terpotong | Hiu Paus dan Lumba-lumba Mati Terdampar dengan Bagian Tubuh Terpotong | Karena sudah ada bagian tubuh hiu paus hilang, BPSPL Denpasar melakukan sosialisasi terkait hiu paus sebagai salah satu spesies dilindungi. Dewa menyebut ada warga yang berpendapat bisa ambil dagingnya untuk cari minyaknya. Namun Dewa meminta warga tak melakukan karena ada risiko. Misal jika mati karena racun maka berimbas jika memakannya, atau meyakini minyaknya sebagai obat.Kawasan Pantai Tegal Besar adalah kawasan nelayan karena ada perahu nelayan dan kelompok nelayan. Warga juga memanfaatkan untuk rekreasi di pesisir dengan pasir hitam ini.Sedangkan untuk kasus lumba-lumba dengan ekor terpotong di Pantai Ujung, pihak BPSPL mendapat cukup informasi. Dewa yang menelusuri di lokasi mengatakan selain terbawa hanyut, ada juga informasi lumba-lumba dihanyutkan lagi padahal sudah mati. Tidak dikubur.perlu dibaca : Penelitian: Hiu Paus Mampu Menyembuhkan Lukanya Sendiri Kasus hiu paus terdampar sebelumnyaHiu terdampar sebelumnya adalah seekor Hiu Paus betina ditemukan mati terdampar di area wisata Pantai Candidasa, Karangasem, Bali, Minggu (6/12/2020). Ikan ini ditemukan dalam kondisi utuh sehingga masuk dalam kode 2 dalam pengelompokkan satwa laut terdampar.Sebelum dikuburkan, tim penanganan juga melakukan pengukuran kepada bangkai ikan. Hiu paus ini mempunyai panjang sekitar 5 meter dengan berat perkiraan 1 ton, jenis kelamin betina serta mempunyai panjang sirip dorsal I 34 cm dengan lebar 5,5 cm, dan sirip dorsal II dengan panjang 30 cm dan lebar 14 cm.Kasus lain adalah terdamparnya hiu paus pada Selasa (29/09/2020) di Pantai Penuktukan, Kabupaten Jembrana. Sekitar 3 jam berkendara dari Kota Denpasar. Pada saat ditemukan, hiu paus masih dalam kondisi hidup di pinggir pantai, dan masyarakat melakukan upaya mendorong ikan hiu paus ke arah laut. Namun tidak berhasil dan akhirnya mati. | [0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623] |
2021-048-09.json | Hiu Paus dan Lumba-lumba Mati Terdampar dengan Bagian Tubuh Terpotong | Hiu Paus dan Lumba-lumba Mati Terdampar dengan Bagian Tubuh Terpotong | Hiu paus dengan panjang 7,5 meter ini hanya diam terombang-ambing seakan tak bertenaga. Namun sejumlah warga termasuk dua warga asing terlihat terus berupaya mendorong agar mendapatkan air lebih dalam. Warga terus berdatangan, pantai makin padat. Anak-anak juga terlihat ikut mendorong hiu paus (Rhincodon typus) dengan lingkar tubuh sekitar 2 meter ini ke tengah laut.Untuk mengetahui penyebab kejadian satwa terdampar, dokter hewan akan melakukan nekropsi untuk meneliti penyebab kematian. Semakin awal kode terdamparnya (kode 1-3), lebih banyak sampel dikumpulkan seperti blubber, gigi, dan lainnya. Jika kode 4-5, sudah pembusukan maka makin minim yang bisa diteliti, hanya parasit, aspek mikrokospis, dan genetika. Dari catatan BPSPL Denpasar, terdapat ada 19 kasus mamalia terdampar di wilayah kerja BPSPL Denpasar selama tahun 2018, dengan rincian 11 kasus paus terdampar, 6 kasus hius paus terdampar, satu kasus dugong dan satu kasus lumba-lumba. Sedangkan pada tahun 2019, terdapat 15 kasus mamalia terdampar. Pada tahun 2020 terdamparMenurut catatan IAM Flying Vet, dokter hewan yang fokus pada penanganan satwa laut terdampar, pada lima tahun terakhir pada 2015-2019 tercatat 314 kejadian di seluruh Indonesia. Sekitar 80% tak terjawab karena keterbatasan biaya, SDM, dan informasi. Dari 20% sisanya, tertinggi karena tangkapan sampingan atau by-catch, tertangkap manusia, luka, internal, cuaca, tertabrak kapal, predator, dan lainnya. [SEP] | [0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623] |
2015-019-20.json | Inilah Film-film Melawan Asap Anak Muda Kalteng | Inilah Film-film Melawan Asap Anak Muda Kalteng | [CLS] Jari jemari memegang masker berwarna hijau. Berbentuk persegi panjang. Tipis dan sederhana. Tampak Dokter Theodorrus, Kabid Diklat Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Humas RS Doris Sylvanus Palangkaraya sedang mendemonstrasikan penggunaan masker yang benar.Masker ini sebagai upaya pencegahan dini terhadap infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) akibat kabut asap kebakaran hutan dan lahan.Dia menunjukkan sisi depan, seperti susunan atap genteng, agar udara berpolutan tak mudah masuk. Sejurus dia mengaitkan sisi masker bertali pada kedua daun telinganya. Setelah terpasang, kawat di sisi atas masker ditekan mengikuti kontur hidung untuk menutup salurån udara guna memastikan sisi bawah menutup dagu.Tiba-tia dia memelorotkan masker sampai ke mulut. Hidung dibiarkan terbuka. “Jangan menggunakan masker seperti ini, tiada guna.”Demonstrasi Theodorus terekam dalam film pendek Bernapas Dalam Asap karya Herlianto. Dengan film, mahasiswa Univeritas Palangkaraya ini, ingin mengedukasi publik tentang bahaya kabut asap bagi kesehatan dan tindakan pencegahan dini.Suara DayakAnggota Gerakan Anti Asap Kalteng (GAAS), Emmanuela D. Shinta punya pendekatan lain dalam film pendek yang diproduksi. Shinta memberi porsi lebih kuat pada sisi Dayak bicara. Dalam konteks kebakaran hutan dan laban Kalteng, masyarakat Dayak acapkali dutuduh sebagai pembakar dalam tata kelola pertanian ladang berpindah-pindah.“Suara film adalah suara kita (Dayak). Kita bukan penyebab kebakaran!”Dia menyuarakan keprihatinan itu dalam film pendek berjudul Siapakah yang bersalah? Masyarakat atau? Bersama rekan di GAAS, dia menampilkan kesaksian Mantir (ketua) Adat Bereng Bengkel Palangkaraya, Rusnadi Satri Emil. | [0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608] |
2015-019-20.json | Inilah Film-film Melawan Asap Anak Muda Kalteng | Inilah Film-film Melawan Asap Anak Muda Kalteng | Emil bersaksi, seringkali hanya masyarakat kecil dihukum tetapi perusahaan tidak. Masyarakat Bereng Bengkel, tidak mau membakar lahan saat kemarau. Api kemarau justru menghabisi lapisan tanah paling subur di areal bergambut. Selain itu, katanya, api kemarau sulit dikendalikan dan berpotensi menyambar kebun karet maupun kebun rotan warga. Bila terjadi, pembuat api akan kena sanksi adat berat. “Kami hanya membakar terbatas musim hujan.”Sebelum membakar masyarakat Dayak, akan memastikan sekat bakar agar api tak meloncat ke perkebunan tetangga. Api tak boleh besar dan mudah padam saat hujan.“Masyarakat jangan disalahkan terus,” jelas sutradara film ini, Lina A Karolina. Melalui film, Karolina ingin mencari tahu siapa penyebab kebakaran hutan dan lahan.Kritik lewat komediKaliwood, komunitas pembuat film lain di Palangkaraya, turut geram dengan kabut asap kebakaran Kalteng. Merekapun tergerak menyuarakan lewat film.“Aku ini korban. Aku sudah muak banget. Aku pengidap bronkhitis’” kata Ketua Kaliwood, Desi Natalia.Mereka merancang ide pembuatan film pendek tentang kabut asap dan kebakaran hutan dengan pendekatan komedi satire. Beberapa film mereka adalah Nagabonar Peduli Asap, Berasap, Hayati, Jangan Kesini, Nanti Bisa Mati dan Nyimeng Asap.Semua film, mereka sebut sebagai sketsa Kaliwood, dibuat gaya komedi satire. Mereka ingin mengajak penikmat film tertawa cerdas. Kecerdasan dimaksud Kaliwood adalah kemampuan pemirsa mencerna pesan kritis di balik aksi lucu pemain. Menyindir dalam parodi tawa.Natalia percaya sindiran dengan pesan mendalam bisa dilakukan oleh orang-orang cerdas. Golongan ini biasa para netizen yang mudah mengakses beragam informasi secara cepas dan akurat. Memang, para pengguna media sosial adalah target pemirsa Kaliwood.Anak muda menangkap realita | [0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608] |
2015-019-20.json | Inilah Film-film Melawan Asap Anak Muda Kalteng | Inilah Film-film Melawan Asap Anak Muda Kalteng | Senada dengan pegiat film dari GAAS dan Kaliwood, Ketua Komunitas film My First Movie (MFM) Palangkaraya Yusy menilai film media paling baik untuk propaganda. Film, sebagai sarana edukasi dan hiburan, memiliki kekuatan besar membentuk budaya baru masyarakat.Bagi MFM, kebakaran dan kabut asap bukanlah tontonan melainkan realita. “Realita ini tak boleh diabaikan. Sudah banyak kerugian, baik kesehatan, pendidikan, perhubungan sampai ekonomi.” MFM pun menyiapkan dua film pendek tentang kebakaran hutan dan lahan Kalteng.Bukanlah kebetulan bila para aktivis perfilman dari GAAS, Kaliwood dan MFM adalah anak muda brusia tak lebih 30-an tahun. Mereka dari kelompok pelajar, mahasiswa, aktivis lingkungan dan lain-lain.“Dengan film, kami mengajak orang muda Dayak berpikir kritis,” kata Shinta.Sedang Natalia menganggap anak muda Palangkaraya adalah kelompok penuh tantangan. Dia menyadari, dunia film Palangkaraya dianggap minor masyarakat. Banyak belum peduli dan tak tertarik. Tak banyak pemuda Palangkaraya mengenyam pendidikan formal perfilman.GAAS dan Kaliwood telah memutar film mereka Minggu malam (20/9/15) di Taman Tugu Sukarno, Palangkaraya. Puluhan orang hadir. Koordinator GAAS Aryo Nugroho mengapresiasi kehadiran orang muda malam itu. Pemutaran film itu, adalah upaya GAAS menggalang partisipasi warga terhadap kebakaran hutan dan lahan. “Orang muda harus menjadi motor kampanye ini.”GAAS merupakan aliansi masyarakat sipil Kalteng melawan asap kebakaran hutan dan lahan 2015. GAAS beranggotakan pegiat lingkungan hidup, akademisi, praktisi film independen, pemuda dan mahasiswa.Penyadaran publik dan advokasiGAAS, Kaliwood dan MFM sadar, perkembangan teknologi di era digital menarik minat orang muda Palangkaraya. Media film tak lepas dari ini. | [0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608] |
2015-019-20.json | Inilah Film-film Melawan Asap Anak Muda Kalteng | Inilah Film-film Melawan Asap Anak Muda Kalteng | Shinta dan Natalia mengunggah sejumlah karya di media sosial seperti YouTube. Yusy memilih menggunakan website MFM. Dengan membagi film, mereka ingin mencerdaskan publik. Bagi mereka, film-film ini, bisa menjadi sarana advokasi. [SEP] | [4.426556643011281e-06, 7.228185495478101e-06, 0.9999883770942688] |
2022-032-03.json | Budi Daya Kepiting Bakau, Upaya Mengurangi Penangkapan di Alam | Budi Daya Kepiting Bakau, Upaya Mengurangi Penangkapan di Alam | [CLS] Untuk mengurangi ketergantungan penangkapan kepiting bakau yang berlebihan di alam, salah satu solusi yang perlu dilakukan yaitu dengan melakukan budidaya. Jika tidak diimbangi dengan upaya tersebut, dikhawatirkan ketersediaan hewan yang mempunyai nama latin Scylla serrata menjadi berkurang di alam, bahkan kepunahan yang dihadapi bisa lebih cepat.Sebuah studi memaparkan, pemenuhan permintaan kepiting bakau yang sebagian besar dari tangkapan di alam kurang lebih 61,6%, sementara dari budidaya kurang lebih hanya 38,4%. Hal ini menyebabkan populasi kepiting mengalami penurunan sejak tahun 1990.Untuk itu, budidaya diyakini menjadi salah satu solusi. Meski begitu, secara teknis pelaksanaan dari budidaya kepiting ini masih mengalami berbagai kendala baik itu dari segi pembenihan maupun masa tebar.Supito (54) Kepala Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, menjelaskan masalah umum yang sering dihadapi dalam budidaya kepiting ini adalah pada saat pembenihan.Kendala dalam kegiatan pembenihan yaitu karena masih tingginya tingkat mortalitas larva, terutama pada stadia zoea dan megalopa. Masalah utama yang dihadapi adalah masih rendahnya sintasan larva terutama pada stadia zoea.baca : Setelah 7 Tahun, Kelompok Ini Berhasil Bibitkan Kepiting Bakau Sejumlah penelitian menyebutkan bahwa tingkat kelangsungan hidup larva kepiting masih rendah terutama di masa stadia zoea sampai dengan megalopa hanya sekitar 18-26%.Adapun penyebab kematian larva kepiting bakau ini karena berbagai faktor seperti molting syndrome atau gagal molting, jamur dan parasit, kanibalisme, morfologi abnormal dan tidak teridentifikasi.“Memang angka kehidupan pembenihan ini tidak bisa 100 persen. Misalnya satu ekor indukan dengan berat 300-500 gram bisa menghasilkan larva sekitar 500 ribu, tingkat keberhasilannya paling 5-10 persen,” kata Supito, Selasa (05/07/2022). Secara Alami | [0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606] |
2022-032-03.json | Budi Daya Kepiting Bakau, Upaya Mengurangi Penangkapan di Alam | Budi Daya Kepiting Bakau, Upaya Mengurangi Penangkapan di Alam | Guna mengatasi tingkat kematian larva atau kegagalan dalam pembenihan budidaya kepiting, Supito menyebut pihaknya terus melakukan kajian, salah satunya dengan menambahkan gizi pada pakannya. Umumnya, pakan alami yang diberikan masa pemeliharaan larva kepiting bakau ini berupa rotifera dan artemia.Keduanya memiliki nutrisi yang cukup baik, mengandung asam-asam amino esensial dengan jumlah yang cukup. Sedangkan untuk meningkatkan ketebalan tubuh larva pengkayaan alaminya menggunakan Highly Unsaturated Fatty Acids atau HUFA.Selain itu, probiotik diperlukan untuk agar tidak terserang bakteri. Karena karakter kepiting yang bisa memakan sejenisnya itu, maka saat pemeliharaan stok larva perlu dikurangi dan dilakukan pengelompokan umur larva.baca juga : Tambak Kepiting Ramah Lingkungan di Labuan Bajo Berdayakan Lahan Tidur Sedangkan untuk pembesaran kepiting bakau ini ada dua metode. Pertama, secara alami yang ditebar di tambak. Kedua, dengan cara terkontrol di crane box atau crab house. Kedua metode itu mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing.Dengan menggunakan crab house atau dikenal rumah susun ini kelebihannya adalah siklus pertumbuhannya bisa lebih terkontrol, mencegah prilaku saling membunuh, pada masing-masing kotak pertumbuhan kepiting lebih maksimal. Selain itu, lebih aman terhadap perubahan alam seperti banjir.“Sambil menunggu perbaikan teknologi, kami juga menyarankan agar di daerah-daerah penangkapan kepiting yang bagus di Indonesia untuk melakukan pembenihan secara alami,” ujar pria yang pernah berdinas di Balai Budidaya Air Payau, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan ini. | [0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163] |
2022-032-03.json | Budi Daya Kepiting Bakau, Upaya Mengurangi Penangkapan di Alam | Budi Daya Kepiting Bakau, Upaya Mengurangi Penangkapan di Alam | Pembenihan secara alami yang dimaksud tersebut, ketika nelayan atau warga yang mencari kepiting mendapatkan kepiting betina harus dikembalikan lagi ke habitatnya, terlebih dalam kondisi sudah bertelur. Dengan catatan, dalam satu kawasan itu dibuatkan tempat untuk berkembangbiak, tempatnya bisa dengan membuat pagar dari bahan jaring berukuran 10×10 meter. Sedangkan mata jaring sekitar 1,5 inchi.Tujuannya agar hewan bercangkang keras ini tidak bisa keluar dan ditangkap nelayan atau warga yang tidak bertanggung jawab.Disaat pembenihan secara alami ini, kepiting tidak boleh diganggu. Untuk itu, peran masyarakat sangat diperlukan dalam melakukan pengawasan.baca juga : Para Perempuan Pencari Kepiting dari Hutan Mangrove Merauke Pria kelahiran Magetan ini memperkirakan, jika indukan betina itu dikembalikan di alam dengan estimasi keberhasilan satu persen saja larva yang hidup, maka hasil yang didapat sudah 10 ribu ekor kepiting dewasa yang bisa ditangkap.“Kalau misalnya sekilo bisa isi empat ekor dalam satu persen yang hidup itu bisa menghasilkan kira-kira 2,5 ton kepiting dewasa,” bebernya. Biaya Investasi Bisa DitekanMetode lain dalam budidaya kepiting bakau yaitu dengan menggunakan sistem mina hutan atau dikenal juga istilah silvofishery, yaitu pola agroforestry yang digunakan dalam pelaksanaan program perhutanan sosial di kawasan hutan mangrove.Untuk menambah penghasilan, pembudidaya bisa memelihara komoditas perairan ini disamping juga ada kewajiban dalam memelihara hutan mangrove. Prinsipnya yaitu perlindungan tanaman mangrove dengan memberikan hasil dari sektor perikanan.Triyanto, dkk dalam jurnal Pengembangan silvofishery kepiting bakau (Scylla serrata) dalam pemanfaatan kawasan mangrove di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, memaparkan, dibandingkan dengan teknik budidaya kepiting bakau dalam tambak, budidaya silvofishery di keramba tancap di mangrove ini mempunyai beberapa kelebihan. | [0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423] |
2022-032-03.json | Budi Daya Kepiting Bakau, Upaya Mengurangi Penangkapan di Alam | Budi Daya Kepiting Bakau, Upaya Mengurangi Penangkapan di Alam | Secara alami kepiting bakau hidup dalam hutan mangrove, sehingga untuk memelihara kepiting bakau ini tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membuka mangrove, tetapi cukup dengan membuat pagar yang mengurung biota yang dipelihara. Dengan begitu biaya investasi bisa ditekan.baca juga : Mengenal Rajungan, Si Kepiting yang Pandai Berenang Kelebihan lain yaitu hutan mangrove menyediakan kondisi fisik kimia lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan kepiting bakau, sehingga kemampuan dalam bertahan hidup (survival tate) lebih besar dibandingkan jika dipelihara dalam empang atau tambak.Selain itu, sistem kurungan bisa digunakan untuk pemeliharaan sementara bagi kepiting yang rendah mutunya menjadi kepiting yang berkualitas ekspor. Begitu juga dengan lahan kritis di kawasan mangrove, seperti tambak-tambak yang sudah produktif bisa digunakan lagi untuk budidaya silvofishery setelah dilakukan rehabilitasi.“Fungsi ekologis mangrove masih tetap terjaga, karena hutan mangrove tidak ditebang,” tulis Triyanto dalam jurnal terbitan tahun 2012 itu. [SEP] | [0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423] |
2021-049-04.json | Mengapa Kapal Asing Pencuri Ikan Marak di Perairan Natuna? | Mengapa Kapal Asing Pencuri Ikan Marak di Perairan Natuna? | [CLS] Kapal asing pencuri ikan masih marak beroperasi di Laut Natuna Utara, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau (Kepri). Berbagai kalangan mengungkapkan beberapa penyebab kapal-kapal asing pencuri ikan itu terus berkeliaran di perairan Natuna.Gentio Harsono, pengajar dan peneliti di Universitas Pertahanan, mengatakan, penyebab kapal asing leluasa di laut Natuna karena kekosongan nelayan Indonesia.“Kita bandingkan dengan Sulawesi Utara, banyak nelayan di sana memasang rumpon di perbatasan. Akhirnya, kapal asing tidak banyak. Penyebab lain, patroli juga minim,” katanya dalam diskusi virtual Ikatan Sarjana Kelautan Indonesia (Iskindo) bertema “Kejahatan IUU Fishing dan Arah Pembangunan Natuna,” April lalu.Diskusi ini menghadirkan narasumber dari perwakilan tokoh masyarakat Natuna, akademisi, hingga pemerintah yaitu pejabat Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).Senada dengan Gentio, Rodial Huda, tokoh masyarakat Natuna juga Wakil Bupati Natuna terpilih 2021-2024,mengatakan, hal sama. Saat ini, katanya, laut Natuna sudah diisi oleh nelayan lokal dengan ukuran kapal 5GT. “Malahan kapal nelayan yang kecil sampai ke perbatasan, tetapi itu masih sedikit,” katanya.Pemerintah Indonesia, katanya, harus meningkatkan kapasitas kapal dan jumlah nelayan Natuna untuk melaut di sana. Selama ini, nelayan Natuna memaksakan diri melaut di perbatasan dengan kapal kecil yang sebenarnya memiliki risiko sangat tinggi ketika berhadapan dengan kapal asing.“Nelayan Natuna memang sampai ke perbatasan meskipun kapal kecil.” Baca juga : Amankan 2 Kapal Vietnam, KKP: Laut Natuna Utara dan Selat Malaka Rawan Pencurian Ikan Menurut Rodial, solusi memobilisasi kapal cantrang dari Jawa ke Natuna malahan menimbulkan konflik. Nelayan Natuna melihat terjadi ketimpangan kebijakan.“Tetapi kalau nelayan Jawa itu gunakan alat tangkap seperti yang digunakan nelayan Natuna, saya kira tidak akan terjadi masalah seperti sekarang,” katanya. | [0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608] |
2021-049-04.json | Mengapa Kapal Asing Pencuri Ikan Marak di Perairan Natuna? | Mengapa Kapal Asing Pencuri Ikan Marak di Perairan Natuna? | Kondisi geografis Natuna yang sangat jauh dari pusat Kepri (Tanjungpinang) membuat pengawasan laut tak berjalan optimal. Selama ini, belum terlihat pengawasan pemerintah provinsi menjaga kelautan Natuna. Sedang pemerintah kabupaten tidak bisa bertindak apapun karena tidak memiliki kewenangan di kelautan.Kewenangan ini tertuang dalam UU 23/2014, soal kelautan baik perizinan dan pengawasan di daerah pusat yaitu perairan 12 mil ke atas. Untuk 12 mil ke bawah berada di pemerintah provinsi.Rodial mengatakan, Presiden Joko Widodo sudah menjelaskan arah pembangunan Natuna pada 2016. Presiden menyebut lima pilar, yaitu, kelautan-perikanan, pariwisata, migas, pertahanan keamanan dan lingkungan hidup. Saat ini, katanya, baru terealisasi hanya di pertahanan keamanan.Menurut dia, sektor kelautan dan perikanan tak menunjukkan perkembangan bagus, terlebih ada keterbatasan pemerintah daerah terlibat. Sampai-sampai, katanya, muncul wacana Natuna jadi provinsi agar pengawasan laut lebih maksimal.Nelayan, katanya, sangat setuju Pemerintah Indonesia menjaga perairan ketat bahkan mengusulkan kapal patroli Indonesia meniru kapal asing dengan mengawal nelayan sendiri selama 24 jam.“Itu yang diinginkan nelayan, dimanapun menangkap ikan, , seperti yang dilakukan kapal asing China, yang dikawal patroli mereka mencuri ikan di Natuna,” katanya.Selama ini, katanya, patroli Indonesia belum efektif, apalagi saat musim angin utara. Kondisi musim itu nelayan Natuna tak bisa melaut karena keterbatasan kapal hingga kapal asing memanfaatkan untuk menangkap ikan di sana.“Maka kapal nelayan Natuna harus ditingkatkan kapasitasnya agar bisa tetap mengawal laut Natuna meskipun di musim angin utara yang sangat kencang dan ombak besar.” | [4.426556643011281e-06, 7.228185495478101e-06, 0.9999883770942688] |
2021-049-04.json | Mengapa Kapal Asing Pencuri Ikan Marak di Perairan Natuna? | Mengapa Kapal Asing Pencuri Ikan Marak di Perairan Natuna? | Dia menilai, marak kapal asing melaut di Natuna, karena setiap pergantian kepemimpinan berganti pula aturan. Hingga program yang sudah ada tak berjalan berkelanjutan. “Saya berharap, pemerintah pusat mempunyai perhatian khusus kepada Natuna,” katanya. Baca juga : Cerita Nelayan Natuna, Terjepit Antara Kapal Cantrang dan Kapal Asing Drama Panca Putra, Direktur Pengawasan Sumberdaya Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan membenarkan, wewenang pengawasan laut hanya berada di pusat dan provinsi. “Daerah 12 mil ke bawah merupakan wewenang provinsi, di atas 12 mil wewenang pemerintah pusat. Itu terdapat dalam UU 23/2014.”Meskipun begitu, dia mengatakan, dalam UU Cipta Kerja akan mempertegas kewenangan pemerintah dalam pengawasan. “Pengawasan perikanan tidak hanya ada di pusat tetapi provinsi, kabupaten kota,” katanya.Prinsipnya, sama sebelum dan sesudah ada UU Cipta Kerja, pengawasan secara terintegrasi dan transparan serta terencana. Perbedaannya, terletak pada sanksi administrasi.Data KKP memerlihatkan, penindakan pengawasan kapal di wilayah pengelolaan perikanan (WPP) 711 atau perairan Natuna yaitu 72 kapal, 12 kapal adalah kapal asing berbendera Malaysia dan Vietnam. Sedangkan, 60 kapal Indonesia yang diamankan karena melanggar wilayah tangkap serta tak memiliki dokumen lengkap.Saat ini, KKP berusaha judicial review hukuman bagi pelaku pencuri ikan di Indonesia agar sanksi lebih berat hingga menimbulkan efek jera. “Kita juga selalu operasi bersama, memperkuat koordinasi dengan aparat lain.”Kini, katanya, KKP pengawasan dengan gunakan automatic Identification System (AIS), Vessel Monitoring System (VMS) dan patroli. Memang saat ini kapal patroli sangat terbatas, KKP hanya memiliki 34 kapal yang beroperasi secara bergantian. | [0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606] |
2021-049-04.json | Mengapa Kapal Asing Pencuri Ikan Marak di Perairan Natuna? | Mengapa Kapal Asing Pencuri Ikan Marak di Perairan Natuna? | Dharma berharap, pemerintah provinsi lebih aktif mengawasi daerah 12 mil ke bawah agar pemerintah pusat fokus 200 mil ke atas atau daerah perbatasan. “Kita (KKP) memiliki keterbatasan jumlah, anggaran, karena itu fokus di perbatasan, di bawah 12 mil adalah provinsi,” katanya.Pengawasan di laut Natuna Utara berada di pangkalan PSDKP Kota Batam. Kantor pengawasan ini mencakup laut Natuna Utara, Laut Natuna, Selat Karimata dan Selat Malaka. “PSDKP ini memiliki 14 kapal pengawas, pengawas 83 orang.”PSDKP Batam juga menjaga sumber daya kelautan perikanan 289.594 hektar mangrove, 41.046 hektar terumbu karang, 24 pulau-pulau kecil, dan delapan lokasi barang muatan kapal tenggelam (BMKT).Saat ini, KKP mendorong pembangunan satuan kerja sendiri di Natuna. “Kemungkinan kantor di Batam dipindahkan, tahun ini (2021),” katanya. Baca juga : KKP Tambah Kapal Pengawasan di Laut Natuna, Apa Kata Mereka? Tata kelola buruk Nilmawati, peneliti IUU fishing memaparkan, praktik perikanan melanggar hukum, tidak dilaporkan dan tidak diatur (illegal, unreported and unregulated fishing) menjadi lawan berat organisasi dunia. Apalagi, perikanan tangkap global berlebih pada 2020.“Konsensus dunia mengatakan, penyebab utama over fishing adalah IUU fishing, kemudian itu menjadi dasar tujuan utama organisasi dunia memerangi IUU fishing, karena ingin dunia perikanan lestari atau berkelanjutan,” katanya.IUU fishing, katanya, tak hanya merupakan kejahatan pencurian ikan juga transpor kriminal lain seperti human trafficking, money laundry, sampai penyelundupan obat terlarang. “Makanya, ada wacana dunia meningkatkan minimum sanksi IUU fishing,” kata Hilma.Dia mengatakan, penyebab IUU fishing karena tata kelola perikanan buruk, otomatis kontrol lemah, terlalu banyak lembaga yang memiliki tupoksi sama tetapi kurang koordinasi. | [0.9999907612800598, 4.496447218116373e-06, 4.684098712459672e-06] |
2021-049-04.json | Mengapa Kapal Asing Pencuri Ikan Marak di Perairan Natuna? | Mengapa Kapal Asing Pencuri Ikan Marak di Perairan Natuna? | Dalam penelitian pada 2016, katanya, data tangkapan dilaporkan secara resmi setiap negara setiap tahun 53% lebih sedikit daripada data aktual. “Menurut saya, tidak ada data ril yang terkonsolidasi besaran IUU fishing,” katanya.Selain itu, masalah batas laut yang belum terselesaikan seperti di Natuna juga penyebab marak pencurian ikan.Hilma bilang, sulit memberantas IUU fishing karena masing-masing negara mempunyai persepsi sendiri atas batas negara “Natuna ternyata ZEE-nya belum terselesaikan masih negosiasi.”Selain itu, secara internasional pengertian dan aturan IUU fishing masih berbeda antar negara. “Minim sanksi juga jadi penyebab, apalagi IUU fishing belum termasuk kriminal maka sanksi minim,” kata kandidat doktor di Universitas Amsterdam ini.Jadi, katanya, angkah strategis yang bisa ditempuh adalah menyelesaikan masalah perbatasan, saling promosi data antara negara, regional, dan nasional. Sedangkan di Indonesia, perlu koordinasi antar lembaga.Hilma juga menyinggung penting keterlibatan pemerintah kabupaten dan kota. “Ketika kelautan dijaga oleh pemerintah lokal seperti Natuna, tidak langsung itu memperkuat kapasitas lokal.” *****Foto utama: Dua dari lima kapal asing berbendera Vietnam yang ditangkap di Laut Natuna Utara dan telah dibawa di dermaga Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Pontianak, Kalimantan Barat, Senin (12/4/21). Foto : KKP [SEP] | [0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606] |
2017-029-14.json | llmuwan AS Periksa Kesehatan Ikan Hiu di TN Teluk Cendrawasih. Apa Hasilnya? | llmuwan AS Periksa Kesehatan Ikan Hiu di TN Teluk Cendrawasih. Apa Hasilnya? | [CLS] Sejumlah ilmuwan bersama pakar dari Amerika Serikat berhasil melaksanakan pemeriksaan kesehatan dari populasi hiu paus, yang sejak tahun 2016 termasuk dalam status terancam punah (Endangered) dalam Daftar Merah Spesies Terancam Punah Internasional Union for Conservation of Nature (IUCN Red List), di Taman Nasional Teluk Cenderawasih, Papua Barat.Pada perjalanan yang pertama kali dilakukan di dunia ini, Tim Peneliti memeriksa kesehatan dari 26 ekor hiu paus, serta memasang 7 buah penanda satelit (satellite tag), dan 4 buah penanda akustik (accoustic tag). Kemajuan penelitian ini dinilai memiliki implikasi yang signifikan untuk menyelidiki misteri seputar kesehatan hiu paus, termasuk potensi dampak pariwisata serta interaksi manusia lainnya terhadap kesehatan hiu paus.“Rincian ini dapat memberikan informasi lebih dalam pengembangan kebijakan konservasi di masa akan datang untuk melindungi dan menjaga stabilitas populasi populasi hiu paus di Indonesia dan secara khusus di Taman Nasional Teluk Cendrawasih,” ungkap Linda Chalid dari Conservation International Indonesia (CII) dalam rilisnya ke mongabay, Selasa (22/8/2017).Penelitian yang berlangsung sejak 25 Juli hingga 5 Agustus ini, merupakan kolaborasi antara Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)/Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih (BBTNTC), Universitas Papua (UNIPA), Conservation International (CI), dan Georgia Aquarium.Para pihak berkolaborasi bersama untuk menghasilkan temuan penelitian yang dapat menjadi referensi dalam penguatan kebijakan daerah dan nasional untuk konservasi hiu paus maupun pengelolaan ekowisata yang berkelanjutan. | [0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608] |
2017-029-14.json | llmuwan AS Periksa Kesehatan Ikan Hiu di TN Teluk Cendrawasih. Apa Hasilnya? | llmuwan AS Periksa Kesehatan Ikan Hiu di TN Teluk Cendrawasih. Apa Hasilnya? | “Situasi unik di Teluk Cendrawasih memberi para peneliti kesempatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Penilaian kesehatan ini dirancang untuk memberi informasi yang rinci terkait dampak ekowisata maupun penelitian yang selama ini dilakukan terhadap kesejahteraan hiu paus,” ungkap Ketut Putra, Vice President Conservation International Indonesia. Menurut Ketut, penilaian kesehatan hiu paus yang dilakukan terhadap hiu paus liar ini merupakan kali pertama di dunia, dan karena itu data yang didapatkan akan menjadi acuan seluruh peneliti di dunia.“Informasi penelitian ini bisa menjadi acuan bagi Pemerintah Indonesia dalam pengelolaan ekowisata hiu paus secara berkelanjutan dengan cara yang bermanfaat bagi masyarakat pesisir setempat tanpa memberi dampak negatif bagi kesejahteraan hiu paus, dan kami sangat senang dan mengapresiasi betapa BBTNC-KLHK dan KKP memulai memanfaatkan data ilmiah dalam membangun tata kelola spesies yang sangat sensitif ini demi keberlangsungannya,” katanya.Menurut Andi Rusandi, Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut (KKHL) KKP, informasi lengkap terkait hiu paus perlu banyak diketahui oleh semua pihak yang ingin mengembangkan ekowisata hiu paus guna mendukung pelestarian dan pengelolaannya di Indonesia.“Pengembangan ekowisata hiu paus di Indonesia harus menekankan aspek konservasi. Untuk keperluan itu, KKP juga telah menerbitkan buku Pedoman Wisata Hiu paus yang dapat menjadi panduan. Hasil penelitian ini akan memperkaya informasi tentang spesies ini karena kini data status populasi dan migrasi hiu paus cukup terbatas, sehingga dukungan banyak pihak sangat kami apresiasi,” ungkap Andi. | [0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606] |
2017-029-14.json | llmuwan AS Periksa Kesehatan Ikan Hiu di TN Teluk Cendrawasih. Apa Hasilnya? | llmuwan AS Periksa Kesehatan Ikan Hiu di TN Teluk Cendrawasih. Apa Hasilnya? | Ben G. Saroi, Kepala Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih (BBTNTC) menyatakan apresiasinya atas inisiatif penelitian berkesinambungan dan komprehensif yang dilaksanakan untuk mendukung pelestarian hiu paus dan memberi referensi bagi pengelolaan pariwisata berkelanjutan.“Teluk Cenderawasih sebagai rumah bagi populasi hiu paus terbesar di Indonesia membutuhkan informasi menyeluruh atas spesies terancam punah ini. Karena itu, data dari hasil penelitian dan informasi komprehensif yang akan diperoleh terkait hiu paus akan melengkapi informasi/data sebelumnya hasil kerjasama BBTNTC, WWF dan UNIPA, sebagai referensi penguatan kebijakan konservasi serta kebijakan kelola pariwisata di Teluk Cenderawasih,” katanya. Menurutnya, semua stakeholders yang terkait dalam pengelolaan Taman Nasional Teluk Cendrawasih (TNTC) perlu berkontribusi dalam implementasi ekowisata berbasis masyarakat adat di TNTC dalam rangka peningkatan ekonomi masyarakat dan mengurangi bahkan menghilangkan resistensi masyarakat adat terhadap eksistensi kawasan TNTC.Menurut Linda, penelitian kesehatan yang membutuhkan sampel biologis hiu paus ini tergolong sulit dan bahkan awalnya dinilai hampir mustahil untuk dilaksanakan, karena sampai sekarang para peneliti belum menemukan cara untuk mengkondisikan hiu paus dalam lingkungan terkontrol untuk selanjutnya dilakukan pengambilan sampel yang dibutuhkan dalam peninjauan kesehatan hiu paus.Namun hal tersebut berubah pada tahun 2014 ketika tim BBTNTC, UNIPA, KKP, dan CI Indonesia menemukan bahwa hiu paus di Teluk Cenderawasih seringkali tertangkap secara tidak sengaja oleh jaring nelayan bagan saat mereka sedang menjaring ikan puri/teri.“Menariknya, hiu paus terlihat cukup tenang saat tertangkap jaring nelayan bagan dan seringkali dijumpai terdiam di dasar jaring, menunggu untuk dikeluarkan.” | [0.007555732037872076, 0.46857914328575134, 0.5238651633262634] |
2017-029-14.json | llmuwan AS Periksa Kesehatan Ikan Hiu di TN Teluk Cendrawasih. Apa Hasilnya? | llmuwan AS Periksa Kesehatan Ikan Hiu di TN Teluk Cendrawasih. Apa Hasilnya? | Pada perjalanan kali ini, fenomena unik tersebut dimanfaatkan oleh tim CI Indonesia untuk memasangkan penanda satelit finmount (sejenis penanda satelit yang dipasangkan pada sirip punggung) sembari mengambil sampel yang diperlukan bagi penilaian kesehatan hiu paus.Dalam kurun waktu penelitian yang relatif singkat, para peneliti melakukan katalogisasi informasi dan pengujian sampel, serta mempersiapkan laboratorium pengujian di kapal penelitian, yang pada tahap berikutnya akan dilanjutkan di laboratorium UNIPA di Manokwari, Papua Barat. Selama ekspedisi berlanjut, tim telah memasangkan tujuh buah penanda satelit yang diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pergerakan hiu paus dan perilakunya selama dua tahun ke depan. Dari pihak UNIPA, Dr. Selvi Tebay, Wakil Rektor Bidang Kerjasama yang juga seorang peneliti bidang perikanan menyampaikan bahwa penelitian aspek kesehatan hiu paus merupakan penelitian perdana yang dilakukan UNIPA bersama mitranya KKP, CI, BBTNC, dan Georgia Aquarium di Tahun 2017. Studi lain seperti pemasangan tag satelit dan pengembangan wisata hiu paus telah dilakukan oleh UNIPA dengan mitra kerjasamanya.“Penelitian kesehatan hiu paus akan memperkaya khazanah keilmuan dan pengembangan kepakaran di UNIPA serta memberi manfaat praktis dan nyata bagi upaya konservasi hiu paus dan upaya pengelolaan pariwisata bahari berkelanjutan di tanah Papua sebagai aspek kebijakan bagi Pemerintah. Harapannya melalui penilaian kesehatan ini, UNIPA dapat mengembangkan kapasitas dan keahlian dalam bidang konservasi marine spesies termasuk pentingnya ilmu kesehatan hiu paus untuk mendukung pengelolaan spesies tersebut di Indonesia.”, ujarnya. | [0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606] |
2017-029-14.json | llmuwan AS Periksa Kesehatan Ikan Hiu di TN Teluk Cendrawasih. Apa Hasilnya? | llmuwan AS Periksa Kesehatan Ikan Hiu di TN Teluk Cendrawasih. Apa Hasilnya? | Sementara itu, Mudji Rahayu, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) dari UNIPA menambahkan bahwa saat ini UNIPA melalui FPIK telah menyiapkan sumberdaya manusia secara khusus untuk mendalami hiu paus, terutama melalui studi lanjut S2 dan S3.“Beberapa dosen juga melakukan penelitian terkait ekologi dan genetik hiu paus. Untuk pengembangan jaringan yang lebih kuat, FPIK telah bekerjasama dengan Balai Besar Taman Nasional Teluk Cendrawasih membangun Whale Shark Center di Soa Nabire.”Sebagai salah satu mitra penelitian ini, Georgia Aquarium, sebuah organisasi non-profit asal Atlanta, Amerika Serikat, yang berfokus pada upaya edukasi dan penelitian yang mendukung pelestarian keanekaragaman hayati laut, menyampaikan bahwa data yang dikumpulkan memberikan gambaran yang sangat bernilai mengenai kehidupan dan aktivitas spesies yang hingga kini informasinya masih sangat sedikit diketahui.“Ketika informasi tentang hiu paus lebih banyak diperoleh, kami menjadi lebih mudah dalam mendidik masyarakat dan mendukung perlindungan spesies ini,” ujar Alistair Dove, Vice President Penelitian dan Konservasi di Georgia Aquarium. [SEP] | [0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606] |
2015-052-09.json | Presiden: Harus Tegas Awasi dan Tegakkan Hukum buat Kejahatan Lingkungan | Presiden: Harus Tegas Awasi dan Tegakkan Hukum buat Kejahatan Lingkungan | [CLS] Presiden Joko Widodo memimpin puncak peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2015 di Istana Kepresidenan Bogor pada Jumat (5/6/15). Kala itu, Jokowi mengatakan, soal tata kelola sumber daya alam memerlukan perhatian sangat khusus dan harus diikuti langkah tegas dalam pengawasan dan penegakan hukum terhadap tindak kejahatan lingkungan hidup.Menurut Presiden, komitmen-komitmen yang dibuat pemerintah harus diikuti langkah-langkah nyata di lapangan, baik pengaturan tata ruang dan membenahi tata kelola sumber daya alam yang mempunyai dampak negatif terhadap kualitas lingkungan hidup. “Terutama sektor pertambangan, kehutanan, dan kelautan,” katanya.Siti Nurbaya Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyatakan, ungkapan Presiden menunjukkan pemerintah tak ada toleransi lagi terhadap kejahatan lingkungan.Dia mengatakan, fenomena di lapangan, bahwa, hampir di setiap kejahatan lingkungan hidup, yang terlibat pasti ada aparatnya. Karena itu, pemerintah memang dihadapkan pada kerja keras luar biasa.“Kita dihadapkan tantangan cukup dahsyat. Presiden bilang tidak boleh ada keraguan sedikitpun di jajaran KLHK. Kita akan maju terus. Kalau kita lihat memang beberapa hal sudah kita selesaikan. Kita akan terus lakukan yang terbaik.”Menurut dia, pada bulan-bulan pertama, KLHK didera persoalan internal karena penggabungan dua kementerian. Namun Siti meyakinkan, itu tidak terjadi lagi.Menurut Siti, jajaran KLHK harus berani mengidentifikasi jujur persoalan yang dihadapi dalam lingkungan hidup. “Ilegal logging masih ada meskipun bertemorfisis. Soal pertambangan mineral yang merusak lingkungan. Kita akan terus benahi.”Untuk mengatasi itu, dia berjanji membuka dialog selebar-lebarnya dengan publik. Tak ada lagi istilah sensitif terhadap LSM. | [0.9993699789047241, 0.00033445339067839086, 0.00029553149943239987] |
2015-052-09.json | Presiden: Harus Tegas Awasi dan Tegakkan Hukum buat Kejahatan Lingkungan | Presiden: Harus Tegas Awasi dan Tegakkan Hukum buat Kejahatan Lingkungan | “Hal baik kita petik dalam pertemuan di istana. Para penerima penghargaan kalpataru dan adiwiyata begitu lepas dan natural berinteraksi dengan bapak Presiden. Saya kira itu pertanda baik. Bahwa itulah model interaksi antara pemerintah dan rakyat. Kalau Presiden sudah seperti itu, kita harus membuka interaksi.”Siti mengatakan, keamanan sumberdaya alam merupakan bagian upaya membangun kekuatan dan menjaga ketahanan nasional bangsa. Jadi, keberlanjutannya harus dijaga.Pengembangan pola konsumsi dan produksi berkelanjutan, katanya, telah masuk dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) 2015 – 2019. Dengan begitu, memungkinkan sinergi antarprogram pemerintah secara lebih terpadu seperti konservasi, pemanfaatan sumber daya hutan dan jasa ekosistem. Juga pengendalian pencemaran, produksi bersih, produk ramah lingkungan, sekolah berwawasan lingkungan sampai pengelolaan sampah.“Arahan ini menuntut kolaborasi dan sinergi kementerian maupun lembaga di pusat dan daerah, dunia usaha dan masyarakat.”Pada Jumat (5/6/15), Presiden atas nama pemerintah, menyampaikan penghargaan kepada individu, kelompok maupun perwakilan pemerintah daerah yang berprestasi di bidang lingkungan hidup. Penghargaan-penghargaan itu, yakni, Kalpataru, Adiwiyata Mandiri, serta penyusun status lingkungan hidup daerah terbaik. Khusus dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, ada penghargaan spesial bagi penyerah kakatua jambul kuning.Penghargaan lingkunganMalam hari, di Balai Kartini, penghargaan diberikan langsung Menteri Siti Nurbaya. “Ini dilaksanakan tiap tahun. Tahun ini terasa istimewa dengan pergantian kepemimpinan dan penggabungan kementerian,” kata Ilyas Asaad, Wakil Ketua Tim Dewan Penilai Kalpataru. | [0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608] |
2015-052-09.json | Presiden: Harus Tegas Awasi dan Tegakkan Hukum buat Kejahatan Lingkungan | Presiden: Harus Tegas Awasi dan Tegakkan Hukum buat Kejahatan Lingkungan | Adapun para peraih penghargaan itu, yakni, penghargaan Kalpataru kategori perintis lingkungan antara lain, Dian Rossana Anggraini (Bangka Belitung), N. Akelaras (Sumatera Utara) dan Laing Usat (Kalimantan Utara). Kategori pengabdi lingkungan Januinro dari Kalimantan Tengah, Mashadi (Jawa Tengah) dan Sri Partiyah (Jawa Timur).Kategori penyelamat lingkungan, Lembaga Adat Lekuk 50 Tumbi Lempur Jambi, LSM Tunas Hijau Jawa Timur dan Yayasan Bambu Indonesia Jawa Barat. Untuk pembina lingkungan, Kamir Raziudin Brata (Jawa Barat) dan Sri Bebasari (Jakarta).“Selain empat ini, ada satu spesial, yaitu penghargaan bagi 122 orang yang menyerahkan kakatua jambul kuning ke posko KLHK,” katanya.Sedang penghargaan penyusunan SLHD 2014, yakni, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan dan Jambi. Untuk kabupaten kepada Dharmasraya, Lumajang dan Surabaya. Pemerintah juga memberikan penghargaan Adiwiyata Mandiri bagi 95 sekolah.Abadikan tokoh lingkunganDalam kesempatan sama, Siti menyampaikan, KLHK akan mengabadikan nama-tokoh tokoh lingkungan hidup di kementerian. Harapannya, bisa menumbuhkan semangat dan etos kerja di relung jiwa rimbawan KLHK.Nama-nama itu antara lain, Mantan Menteri Lingkungan Hidup Emil Salim dijadikan nama Gedung Pusat Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan di Serpong. Soedjarwo jadi nama ruang auditorium Manggala Wanabakti. Hasrul Harahap jadi nama ruang rapat utama Manggala Wanabakti.Djamaludin Suryoadikusumo jadi nama Gedung Museum dan Perpustakaan Manggala Wanabakti. Sarwono Kusumaatmadja jadi nama Gedung Pusat Ekoregion Jawa di Yogyakarta. Nabiel Makarim sebagai nama Gedung Pusat Ekoregion Bali Nustra di Denpasar. Rachmat Witoelar jadi nama Kantor Pusat Pengelolaan Ekoregion (PPE) Sulawesi Maluku di Makassar. | [0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423] |
2015-052-09.json | Presiden: Harus Tegas Awasi dan Tegakkan Hukum buat Kejahatan Lingkungan | Presiden: Harus Tegas Awasi dan Tegakkan Hukum buat Kejahatan Lingkungan | Sujono Suryo menjadi nama Plasa Manggala Wanabakti. Rubini Atmawidjaja jadi nama Taman Nasional Way Kambas di Lampung, Armana Darsidi jadi nama Gedung Serbaguna Manggala Wanabakti dan Lukito Daryadi di Arboretum Manggala Wanabakti.”Kita betul-betul ingin menimba etos kerja dan semangat keteladanan kepemimpinan beliau-beliau.”Bersepeda untuk bumiMasih dalam rangkaian Hari Lingkungan Hidup, pada Minggu (7/6/15), KLHK mengajak masyarakat bersepeda bersama dengan tema “Bersepeda untuk Bumi.” Mulai di parkiran KLHK, Manggala Wanabakti berakhir di Bundaran Hotel Indonesia, bersama masyarakat Menko Perekonomian Sofyan Djalil, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya dan para duta besar negara sahabat, sepedaan.Siti Nurbaya mengatakan, bumi makin padat dengan penghuni sekitar 7,2 miliar jiwa. “Konsumsi penduduk melebihi pasokan di bumi. Kualitas lingkungan hidup di banyak negara cenderung menurun. Perlu aksi mendesak seperti perubahan pola konsumsi dan produksi menuju hemat sumberdaya, berkualitas lebih baik dan melindungi lingkungan hidup,” katanya, dalam rilis kepada media. Gerakan bersepeda ini, katanya, akan mengurangi konsumsi energi bahan bakar dan mengurangi pencemaran udara perkotaan.Sofyan Djalil menambahkan, kesadaran masyarakat perlu dalam pemanfaatan sumberdaya secara maksimal dengan bijaksana. “Dibutuhkan pola konsumsi sesuai, misal mengambil makanan secukupnya tidak membuang makanan. Tekanan akan kebutuhan pertumbuhan makin meningkat seiring peningkatan ekonomi Indonesia namun tetap kita berkewajiban menjaga bumi dari kerusakan untuk alam lebih baik.” | [0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608] |
2015-052-09.json | Presiden: Harus Tegas Awasi dan Tegakkan Hukum buat Kejahatan Lingkungan | Presiden: Harus Tegas Awasi dan Tegakkan Hukum buat Kejahatan Lingkungan | “Bersepeda untuk Bumi” didukung Bike2Work dan UNDP, dan bergabung pula, Daniel Price yang sedang bersepeda dari Kutub Selatan menuju Paris dan Erlend Moster Knudsen. Dia akan berlari dari Kutub Utara menuju Paris untuk Kampanye Perubahan Iklim. Mereka diharapkan tiba di Paris saat pertemuan PBB tingkat tinggi terkait perubahan iklim (National Summit on Climate Change). “Penting peran Indonesia di forum internasional iklim global, sekaligus berpesan bahwa kita harus bekerjasama mencapai masa depan berkesinambungan,” kata Price.Price sempat singgah ke lokasi Program Kampung Iklim (Proklim) KLHK di Dukuh Serut, Bantul, Yogyakarta yang mengembangkan program pembuatan es batu oleh para nelayan yang memanfaatkan energi. Dukuh Serut menerima penghargaan Proklim 2012. [SEP] | [0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423] |
2016-013-02.json | Begini Semangat Pelajar Mengubah Jelantah Jadi Biodiesel | Begini Semangat Pelajar Mengubah Jelantah Jadi Biodiesel | [CLS] Sebuah sekolah internasional di Bali, Green School membuka stasiun pengisian bahan bakar biodiesel di tempat parkir sekolahnya yang berlokasi di Kabupaten Badung, Bali, Jumat (11/11) lalu. Diklaim sebagai yang pertama di Indonesia.Stasiun biodiesel ini sederhana, hanya sebuah tangki plastik berisi sedikitnya 1000 liter bahan bakar dari olahan jelantah atau minyak goreng bekas. Disambungkan dengan selang seperti di pom bensin untuk memudahkan pengisian ke kendaraan roda empat berbahan bakar solar.Biodiesel ini diperoleh dari Yayasan Lengis Hijau melalui unit usahanya PT. Bali Hijau Biodiesel yang beroperasi tiga tahun di Kota Denpasar. Dirintis oleh Caritas Switzerland, lembaga bantuan sosial global dari Swiss bekerja sama dengan pemerintah kota Denpasar. Merek biodiesel yang dihasilkan diberi nama Ucodiesel, jenis B100 khusus olahan jelantah.Selain dijual ke sejumlah hotel sebagai bahan bakar genset, juga dibeli Green School untuk mengoperasikan 4 unit bus sekolahnya. Dalam seremonial peresmian stasiun biodiesel B100 ini juga diujicobakan ke kendaraan milik seorang murid dan orang tua siswa.Sekolah ini memberikan tempat untuk 40 siswanya merayakan kampanye Bio Bus yang sudah dirintis 2015 lalu. Siswa menjadi penyampai pidato utama dan mereka mengajak para orang tua dan rekannya mengapresiasi program ini.Tessa Lonika, siswa kelas XI Green School yang memberi pernyataan mewakili tim Bio Bus di depan sejumlah pejabat minta pemerintah menindaklanjuti inisiatif penggunaan biodiesel ini agar lebih luas dan membuat kebijakan terkait manajemen minyak bekas. Sejumlah pejabat yang hadir adalah Direktur Bioenergi, Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Sudjoko Harsono Adi, Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta dan anggota DPR asal Bali I Wayan Koster. | [4.426556643011281e-06, 7.228185495478101e-06, 0.9999883770942688] |
2016-013-02.json | Begini Semangat Pelajar Mengubah Jelantah Jadi Biodiesel | Begini Semangat Pelajar Mengubah Jelantah Jadi Biodiesel | “Kami butuh dukungan untuk peraturan manajemen limbah minyak jelantah agar bisa mengatasi masalah kesehatan lingkungan. Kami anak mudah sudah melakukan langkah dan beraksi,” seru Tessa, salah satu siswa dari Indonesia. Green School kini mendidik 384 siswa sekolah dari 31 negara.“Kami membuat polisi minyak, tiap minggu mengumpulkan minyak bekas, rata-rata terkumpul 200 liter dari hotel dan restoran,” jelas Tessa. Jelantah ini lalu diserahkan ke pabrik Yayasan Lengis Hijau untuk diolah jadi biodiesel.Tessa menyebut para siswa juga diajak mengeksplorasi, salah satunya memanfaatkan limbah olahan biodiesel yakni gliserin untuk sabun. Program Bio Bus ini dimulai pada Januari 2015, ketika sekelompok siswa kelas XII ingin mewujudkan ide sebagai bentuk pengabdian mereka sebelum lulus.Tessa menceritakan Bio Bus dimulai dengan nama Magic Bus yang bisa mengantar sekitar 2000 orang per bulan, mengurangi penggunaan 40 mobil tiap hari. “Kami belajar dampak negatif pelepasan karbondioksida ke udara dan berbahaya bagi manusia serta membuat perubahan iklim makin cepat,” tuturnya. Selain itu, jumlah jelantah yang dikumpulkan tiap minggu tak seberapa dibanding yang dijual kembali ke pasar gelap dan digunakan lagi.Seorang guru matematika mereka, Kyle King mendampingi siswa sejak Juni 2015. “Dimulai dengan 6 siswa mengubah transportasi ide bus dengan bio diesel, mereka berhasil,” seru pria ini bangga.Strateginya adalah bekerja sama menggunakan komunitas orang tua dan lingkungan sekitar sekolah. Misinya mengurangi limbah dan kesehatan dampak penyalahgunaan jelantah. | [0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423] |
2016-013-02.json | Begini Semangat Pelajar Mengubah Jelantah Jadi Biodiesel | Begini Semangat Pelajar Mengubah Jelantah Jadi Biodiesel | Green School didirikan pada tahun 2008 oleh John dan Cynthia Hardy, seniman perhiasan yang telah tinggal di Bali selama lebih dari 30 tahun. Berlokasi di tengah desa di kabupaten Badung bagian utara yang lebih hening dibanding selatan yang pikuk fasilitas pariwisata. Ruang kelas dan aktivitas adalah bangunan-bangunan dengan struktur bambu dikelilingi kebun dan dilalui Sungai Ayung.Anggota DPR Wayan Koster yang membidangi pendidikan, olahraga, pariwisata menyebut di badan anggaran tugasnya menganggarkan dana program energi baru dan terbarukan namun tak pernah ngeh detailnya. Pengelolaan jelantah ini menurutnya mendukung transportasi ramah lingkungan di Bali.“Tepat di Badung karena hotel restoran terbanyak. Ini perlu regulasi. Bisa buka ruang baru untuk menjawab lingkungan sehat, mengolah limbah kembali, dan bisnis baru,” katanya.Harga biodiesel memang harus memperhatikan harga solar industri karena kesadaran menggunakan sumber energi terbarukan belum massal. Juga sangat tergantung keberlanjutan produksi biodiesel, salah satunya tergantung bahan baku minyak jelantahnya.Di tahun ketiganya, Direktur PT Bali Hijau Diesel Endra Setyawan mengatakan pabrik ini sudah menghasilkan 500an ribu liter biodiesel dari 350an ribu liter jelantah yang didapat di Bali dan sisanya sekitar 300an ribu liter dari Surabaya. Biodiesel yang diperoleh sekitar 75% dari bahan baku jelantah. Harga jual Ucodiesel per Agustus ini Rp9500 per liter. Sementara harga solar industri sekitar Rp9000an per liter.Di tahun pertama, tantangannya adalah kesulitan mencari minyak goreng bekas, karena harus bersaing dengan pengepul-pengepul jelantah lainnya. Mereka disebut berani membeli lebih mahal untuk dijual kembali. | [0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606] |
2016-013-02.json | Begini Semangat Pelajar Mengubah Jelantah Jadi Biodiesel | Begini Semangat Pelajar Mengubah Jelantah Jadi Biodiesel | Minyak Goreng secara aman disebutkan hanya dapat digunakan maksimal 3 kali, dengan suhu di bawah 125 derajat celcius. Memasak dengan suhu di atasnya, mempercepat oksidasi dan degradasi minyak goreng. Setelahnya, proses penggorengan menghasilkan berbagai radikal bebas yang bersifat karsinogen, diserap dan merusak gizi makanan membahayakan kesehatan. Dapat merusak sel-sel tubuh, membran dan fungsi sel tubuh, memicu peningkatan risiko stroke, obesitas, jantung, dan lainnya.Tak hanya tantangan mengumpulkan limbah jelantah, menjual biodiesel juga tak mudah. Endra menyebut industri masih memilih solar yang harganya sedikit lebih murah, apalagi jika mendapatkan harga lebih murah dari pasaran.Perhitungan potensi dan analisis limbah jelantah ini sudah dipublikasikan di Mongabay.Pengolahan daur ulang jelantah menjadi Biosolar di Lengis Hijau yang pabriknya di Jl Cargo Sari 4X, Ubung Kaja, Denpasar ini menerapkan teknik filtrasi mekanis dikombinasikan dengan konversi kimia. Memanfaatkan mesin dengan teknologi modern FuelMatic GSX 3 dari Inggris, dengan kapasitas produksi 1.000 liter per satu kali proses dengan durasi 8 jam.Biosolar dihasilkan tak hanya dari jelantah yang mayoritas sawit, juga banyak diversifikasi dari tumbuhan lain. Lebih ramah lingkungan karena terbuat dari sumberdaya hayati, sehingga lebih mudah terurai. Lengis Hijau menyebut biosolar dapat digunakan langsung untuk mesin diesel atau campuran solar. Tidak dibutuhkan modifikasi mesin untuk penggunaannya. [SEP] | [0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606] |
2017-003-20.json | Analisis DNA Menunjukkan, Populasi Badak Sumatera Tidak akan Pernah Pulih | Analisis DNA Menunjukkan, Populasi Badak Sumatera Tidak akan Pernah Pulih | [CLS] Sebuah studi yang didasarkan pada analisis genom menunjukkan, kondisi badak sumatera telah menuju kepunahan hampir 12 ribu tahun silam. Hasil penelitian terbaru ini mengatakan pada kita bahwa akhir Zaman Es telah menghabiskan sebagian besar wilayah hidup mereka.Hilangnya habitat akibat deforestasi dan perburuan berlebihan, tentunya semakin menghancurkan populasi spesies ini yang tidak akan pernah pulih. Meski begitu, para ilmuwan terus berupaya dengan usaha penangkaran guna meningkatkan jumlahnya guna mencegah kepunahan. Penelitian yang dipublikasikan Kamis, 14 Desember 2017, di Jurnal Current Biology ini, didasarkan pada analisis gen Ipuh, badak sumatera jantan (Dicerorhinus sumatrensis) yang mati di Kebun Binatang Cincinnati pada 2013. Para ilmuwan menemukan, di ujung Pleistosen, Zaman Es terakhir, adalah malapetaka kehidupan spesies tersebut.“Data urutan genom kami menunjukkan bahwa era Pleistosen merupakan masa naik turun (roller-coaster ride) populasi badak sumatera,” terang penulis utama laporan tersebut, Herman Mays, Jr. dari Departemen Ilmu Hayati di Marshall University.Analisa genom menunjukkan, puncak tertinggi jumlah spesies ini mencapai 57.800 individu, saat bukti penemuan fosil menunjukan perluasan mamalia kontinen menuju sub-kontinen mencakup sebagian besar Asia Tenggrara yang sebelumnya dikenal sebagai Sundaland, sekitar 950 ribu tahun lalu.Pada akhir Pleistosen, populasi badak berbulu dan terkecil di dunia ini hanya menyisakan 700 individu. Saat ini, skenario terburuknya, diperkirakan hanya ada 30 individu badak sumatera tersisa di alam liar.“Spesies ini dalam perjalanan menuju kepunahan untuk waktu yang sangat lama,” jelas rekan penulis laporan itu, Terri Roth, wakil presiden konservasi di Kebun Binatang Cincinnati.Analisa Genom memahami bagaimana perubahan drastis jumlah populasi sangat berkaitan dengan perubahan iklim di masa lalu. | [0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606] |
2017-003-20.json | Analisis DNA Menunjukkan, Populasi Badak Sumatera Tidak akan Pernah Pulih | Analisis DNA Menunjukkan, Populasi Badak Sumatera Tidak akan Pernah Pulih | Menurut penelitian tersebut, alasan utama terjadinya penurunan tajam populasi dikarenakan kenaikan permukaan air yang memisahkan jembatan tanah, yang menghubungkan pulau-pulau di Kalimantan, Jawa, dan Sumatera lalu ke Semenanjung Malaysia dan daratan Asia yang kemudian memecahkan habitat para badak.Analisa tersebut mengindikasi, dampak paling parah dari penurunan jumlah populasi adalah isolasi geografis yang membuat mereka semakin rentan terhadap ancaman aktivitas manusia. Seperti, deforestasi dan perburuan yang berlebihan.“Populasi mereka semakin habis dan tidak ada tanda-tanda akan kembali naik, atau pulih,” menurut Mays. John Payne, Executive Director Sabah-based Borneo Rhino Alliance (BORA), yang tidak terlibat dengan penelitian tersebut, menggambarkannya sebagai “yang paling menarik” karena menyoroti dua poin. Populasi badak sumatera secara keseluruhan cenderung fluktuatif (naik turun) bahkan jika tidak ada aktivitas manusia, yang oleh karena itu, usaha penyelamatannya tetap harus dilakukan.Payne mencatat, kurangnya kelahiran badak merupakan alasan penurunan populasi, sebagai makhluk soliter yang biasanya tinggal di hutan pegunungan padat, bukan perburuan atau kehilangan habitat.Seperti mamalia besar lainnya, badak sumatera berkembangbiaknya sangat lambat. Betina tidak mencapai kematangan seksual sampai usia 6 atau 7 tahun, dan jantan 10 tahun – asalkan mereka selamat dari perburuan dan kebakaran buatan manusia. Betina hanya kawin setiap empat atau lima tahun sekali, dan masa kehamilan spesies ini 16 bulan. Remaja tinggal bersama induknya dua sampai tiga tahun. | [0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163] |
2017-003-20.json | Analisis DNA Menunjukkan, Populasi Badak Sumatera Tidak akan Pernah Pulih | Analisis DNA Menunjukkan, Populasi Badak Sumatera Tidak akan Pernah Pulih | “Untuk menyelamatkan spesies terancam punah memerlukan upaya besar yang harus dilakukan dengan meningkatkan kelahiran,” kata Payne. “Saya harap makalah ini bisa menjadi dasar untuk memperkuat titik dasar itu, sehingga kita bisa menjauh dari sekadar membangun taman nasional, menerjunkan unit perlindungan badak, dan berharap yang terbaik.”“Itu selalu menjadi alasan kegagalan,” tambahnya.Payne juga memperhatikan, temuan tersebut memperkuat pentingnya dukungan untuk mencegah terjadinya kepunahan spesies ini.“Jumlah kenaikan dan penurunan spesies yang paling mudah diukur adalah dalam satuan puluhan ribu tahun,” katanya. Dia juga menambahkan, “Mengatakan bahwa kita seharusnya membiarkan beberapa spesies punah karena ‘alam’ merupakan omong kosong.” Widodo Ramono, Direktur Eksekutif YABI, sebuah LSM konservasi badak Indonesia, mengatakan bahwa kepunahan badak sumatera tidak hanya mewakili hilangnya sebuah spesies, tapi juga keseluruhan genusnya.Badak sumatera adalah satu-satunya spesies Dicerorhinus yang masih hidup, kelompok paling primitif yang berevolusi 15 hingga 20 juta tahun lalu. Ini adalah peninggalan hidup dari keluarga badak masa lalu yang pernah menjelajahi keseluruhan Eurasia, dan satu-satunya kerabat hidup badak yang diburu manusia sampai punah 10.000 tahun yang lalu.“Kami masih membutuhkan lebih banyak pengetahuan tentang spesies ini, terutama tantangan dalam membiakkannya,” kata Widodo.Meskipun menjadi satwa liar yang dipuja dan dicintai secara global, penjagaan terhadap badak sumatera gagal dilakukan dengan baik karena upaya konservasi yang tidak efektif terhambat oleh kurangnya dukungan dari Pemerintah Indonesia.Terry Roth, yang mempelopori program penangkaran yang dimulai dengan Ipuh dan melahirkan harapan baru untuk kebangkitan kembali spesies tersebut, mengatakan bahwa lebih banyak yang harus dilakukan untuk menyelamatkan badak. | [0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608] |
2017-003-20.json | Analisis DNA Menunjukkan, Populasi Badak Sumatera Tidak akan Pernah Pulih | Analisis DNA Menunjukkan, Populasi Badak Sumatera Tidak akan Pernah Pulih | “Spesies badak sumatera keberadaannya seperti digantung di sebuah benang,” tandasnya. Penterjemah: Akita Arum Verselita. Artikel berbahasa Inggris di Mongabay.com dapat Anda baca di tautan ini. [SEP] | [0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606] |
2012-025-11.json | Data IUCN Terkini: Setengah Primata Planet Bumi Kini Terancam | Data IUCN Terkini: Setengah Primata Planet Bumi Kini Terancam | [CLS] Bulan lalu International Union for Conservation of Nature (IUCN) telah merilis data terbaru dalam status lemur di seluruh dunia. Pembaruan itu tentu bukan sebuah alasan untuk perayaan fakta berikut: 91 persen dari dunia lemur – yang semuanya asli Madagaskar – terdaftar sebagai “terancam punah”, “Langka”, atau “Rentan”, membuat mereka kelompok hewan utama yang paling terancam.Primata lainnya juga bernasib buruk. Menurut Daftar Merah IUCN, hampir setengah primata di planet bumi terancam punah (mereka masuk daftar sebagai “terancam punah”, “langka”, atau “Rentan”).IUCN Red List didasarkan pada penilaian ahli status konservasi tumbuhan dan hewan. Red List ini secara umum ditekankan ke arah spesies yang statusnya lebih mudah untuk ditentukan. Sebagai contoh, kendati Daftar Merah (Red List) hanya menganalisis 3% dari seluruh spesies yang sudah ditemukan di dunia, namun mereka sudah melakukan 100% analisis terhadap spesies burung yang sudah diketahui dan mamalia, serta 93% spesies amfibi.Di bawah ini adalah grafik yang menunjukkan status konservasi dari semua mamalia dan beberapa kelompok mamalia besar, termasuk kelelawar, karnivora, insektivora, marsupial, primata, kelinci dan arnab, hewan pengerat, dan ungulatus. Grafik berdasarkan data yang diunggah dari situs web IUCN Red List pada tanggal 5 Agustus 2012. [SEP] | [0.999424159526825, 0.00028237837250344455, 0.000293476419756189] |
2015-050-11.json | Mungkinkah Lahan Bekas Tambang Dihutankan Kembali? | Mungkinkah Lahan Bekas Tambang Dihutankan Kembali? | [CLS] Selama ini banyak pemegang izin usaha pertambangan berdalih bahwa kendala teknologi menjadi persoalan utama dalam melakukan kegiatan paska tambang. Terlebih mengembalikan kondisi lahan seperti semula. Benarkah?Secara umum, permasalahan tambang di Indonesia disebabkan oleh sistem tambang terbuka atau open pit. Aktivitas tambang terbuka ini selalu melahirkan bahan galian, merubah lansekap dan topografi lahan, meninggalkan kolong atau lubang-lubang yang sebagian menjadi kolam air, pH ekstrim, polusi partikel debu, serta memiskinkan bahan organik, unsur hara dan mikroorgnisme.“Mutu tanah akan menurun drastis akibat kehilangan tanah permukaan, humus dan terjadi pemadatan akibat aktivitas alat berat,” terang Retno Prayutyaningsih dari Balai Penelitian Kehutanan Makassar di Balikpapan, Kalimantan Timur, pekan lalu.Retno menyatakan bahwa alam bisa menyembuhkan dirinya sendiri, namun suksesi primer atau alami akan butuh waktu yang lama. “Oleh sebab itu perlu intervensi dalam bentuk rehabilitasi guna mempercepat suksesi primer tersebut.”Tantangan untuk merestorasi lahan paska tambang semakin berat karena banyak pemegang izin tidak mengikuti prosedur operasional yang ditentukan dalam memperlakukan top soil dan overburden (lapisan tanah penutup) secara terpisah. “Sehingga, semua tercampur dengan material buangan lain seperti tailing kuarsa,” tambah Pratiwi dari Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi yang melakukan penelitian dan restorasi di lahan bekas tambang timah.Perilaku dan kondisi seperti itu akhirnya menjadi tantangan tersendiri dalam melakukan restorasi lahan paska tambang. Sebagaimana tujuan utama dari restorasi yaitu memulihkan kembali kualitas tanah sehingga memungkinkan keragaman hayati yang hilang bisa dikembali dalam kondisi yang mendekati keadaan sebelum ditambang. | [0.4948588013648987, 0.4965273141860962, 0.008613888174295425] |
2015-050-11.json | Mungkinkah Lahan Bekas Tambang Dihutankan Kembali? | Mungkinkah Lahan Bekas Tambang Dihutankan Kembali? | Strategi umum untuk melakukan pemulihan lahan adalah dengan cara melakukan perbaikan kualitas tanah, memilih bibit yang tepat, melakukan penyemaian, penanaman dan pemeliharaan. “Rehabilitasi adalah sebuah proses yang terintegrasi dan butuh waktu. Tanaman yang sehat sewaktu disemai dan ditanam belum tentu akan tumbuh normal setelah waktu tertentu,” terang Pratiwi.Pratiwi menuturkan, pemeliharaan tanaman mutlak dilakukan untuk rehabilitasi lahan bekas tambang sehingga bisa ditentukan langkah yang diperlukan untuk masing-masing tanaman yang dipilih. “Kondisi dan pertumbuhan tanaman pada lahan overburden dan tailing kuarsa berbeda meski jenisnya sama.”Selain itu penyiapan iklim mikro juga amat penting untuk lahan yang hendak direhabilitasi. Hal ini dilakukan dengan meningkatkan biomasa. Penanaman cover crop adalah langkah pertama yang harus dilakukan untuk mengawali usaha rehabilitasi. “Pengalaman kami, penanaman cover crop dengan pola jalur lebih baik dibanding dengan pola spot.”Selain yang sudah diungkapkan oleh Pratiwi, Retno memaparkan pentingnya perbaikan biologi tanah untuk mendukung keberlanjutan restorasi lahan. Dia memperkenalkan teknologi isomik (isolate mikroba) untuk merehabilitasi lahan bekas tambang.Teknologi isomik adalah aplikasi mikroba tanah yang potensial hasil isolasi mikroba lokal yaitu mikoriza. “Mikoriza adalah jamur atau fungi yang bersimbiosis dengan akar tanaman. Jamur memperoleh makanan dari inang, inang memperoleh manfaat dari adanya jamur yang memproduksi benang-benang untuk memperluas serapan hara,” terang Retno.Menurutnya manfaat mikoriza adalah meningkatkan daya hidup dan pertumbuhan tanaman. Meningkatkan ketahanan dari defisiensi hara, kekeringan, pH ekstrim, logam berat dan perbaikan struktur dan biologi tanah. “Dampaknya perkembangan komunitas alami baik flora, fauna maupun mikroba akan membuat pemulihan keanekaragaman hayati tercapai.” | [0.9999897480010986, 5.327978669811273e-06, 4.870696557190968e-06] |
2015-050-11.json | Mungkinkah Lahan Bekas Tambang Dihutankan Kembali? | Mungkinkah Lahan Bekas Tambang Dihutankan Kembali? | Menurut Retno, kelebihan dari teknologi isomik adalah aplikasinya hanya sekali yaitu pada saat pembuatan bibit.Bersinergi dengan alamIshak Yasir dari Balai Penelitian Teknologi Konservasi SDA Samboja menyatakan pemanfaatan genetic resources atau sumber daya lokal untuk melakukan perbaikan lingkungan atau lahan terdegradasi penting dilakukan. Konsepnya adalah bersinergi dengan alam untuk merehabilitasi lahan bekas tambang.Menurut Ishak, konsep bersinergi dengan alam ini didasarkan atas kenyataan bahwa lahan pertambangan di Kalimantan Timur kerap berada di wilayah hutan dalam bentuk pinjam pakai area. “Area di sekitar tambang biasanya masih berupa hutan yang cukup bagus, sehingga rehabilitasi paska tambang adalah kombinasi antara upaya manusia dengan kekuatan alam.”“Intinya di sekitar lahan terdegradasi banyak material yang bisa dipakai untuk perbaikan lingkungan,” lanjut Ishak.Dia mencontohkan kayu-kayu hasil land clearing yang tidak dimanfaatkan bisa dipakai untuk memperbaiki kualitas tanah dengan diolah.Konsep bersinergi dengan alam ini awalnya diuji coba dan dikembangkan di lahan alang-alang yang akan dipakai untuk reintroduksi dan rehabilitasi orangutan dengan ditanami buah-buahan. “Penanaman buah dimaksudkan untuk mengundang kehadiran burung dan kelelawar yang akan membawa benih dari hutan yang tersisa di sekitar kawasan tambang.”Konsep ini sudah diimplementasikan dan akan terus dikembangkan ke lahan dengan tingkat kerumitan yang berbeda di Kaltim saat ini. “Merestorasi lahan terdegradasi bukan hal yang mustahil. Pertanyaannya adalah perusahaan punya komitmen atau tidak untuk melaksanakan reklamasi paska tambang,” ujar Ishak. [SEP] | [0.999989926815033, 5.325947768142214e-06, 4.717151114164153e-06] |
2014-023-07.json | Setahun Lebih Buron, Perambah Suaka Margasatwa Karang Gading Ditangkap | Setahun Lebih Buron, Perambah Suaka Margasatwa Karang Gading Ditangkap | [CLS] Satpol Airud, Sumatera Utara, menangkap A Majid(58), yang diduga merambah kawasan konservasi, Suaka Margasatwa Karang Gading/Langkat Timur Laut (KG/LTL) di Kabupaten Langkat, setalah setahun buron. Majid, warga Desa Secanggang, Kecamatan Secanggang, Langkat, diamankan di kediamannya.AKBP Dwi Asmoro, Kapolres Langkat, Senin (29/9/14), membenarkan penangkapan itu. Dia menjelaskan, penangkapan setelah mendapatkan informasi masyarakat bahwa Majid telah kembali ke rumah. Polisi langsung menuju lokasi dan menangkap tersangka yang sempat melawan.Penyidik menetapkan daftar pencarian orang (DPO) pada Januari 2013. Ketika akan ditangkap, Majid melawan dan berhasil melarikan diri. Baru, setelah setahun buron, berhasil diamankan.“Awal September 2014, kita amankan. Langsung ditahan di Polres Langkat untuk proses lebih lanjut, ” kata Asmoro.Polisi mengamankan satu eskavator dari lokasi. Barang bukti ini diduga untuk merusak hutan konservasi itu. Penyidikan, katanya, oleh Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) Stabat. “Tersangka disidik lebih lanjut. Polres Langkat akan membantu mencari siapa lagi yang teribat.”Herbert Aritonang, kepala seksi Konservasi Wilayah II Stabat, BBKSDA Sumut, menyatakan, setelah berhasil ditangkap, mereka kembali melanjutkan penyidikan. Meski tersangka melarikan diri, namun berkas tetap berjalan. Dari hasil gelar perkara, berkas Majid sudah siap ke Kejaksaan Tinggi Sumut.Dalam penyidikan ini, tersangka merambah hutan konservasi di SM Karang Gading seluas 800 meter persegi. Lahan itu, buat membuka tambak ikan dan udang.Awalnya, Majid mengajukan izin kepada BBKSDA Sumut agar mengukur dan memetakan lokasi lahan tambak itu. Setelah pengukuran menggunakan GPS, ternyata masuk SM Karang Gading. Balaipun membuat surat keterangan area itu, dilarang ada aktivitas yang merusak hutan. | [0.01646406203508377, 0.9831623435020447, 0.00037361495196819305] |
2014-023-07.json | Setahun Lebih Buron, Perambah Suaka Margasatwa Karang Gading Ditangkap | Setahun Lebih Buron, Perambah Suaka Margasatwa Karang Gading Ditangkap | “Tersangka mengabaikan, dan tetap membayar orang mengerjakan lahan. Ada tiga kali kita pemanggilan. Dari panggilan pertama hingga ketiga, tidak ditanggapi. Saat akan diamankan, menghilang.” Pelimpahan berkas Majid, katanya, ke Kejaksaan Tinggi Sumut pada Rabu (24/9/14).Chandra Purnama, kepala seksi Penerangan Hukum Kejaksaan Tinggi Sumut, membenarkan pelimpahan berkas perkara perambahan hutan SM Karang Gading ini.Menurut dia, setelah pemeriksaan berkas sudah lengkap atau P21.“Tinggal melimpahkan berkas ke pengadilan untuk proses hukum lanjut.” Majid terancam UU Kehutanan, UU Konservasi Sumberdaya Hayati dan Ekosistemnya.Data BBKSDA, kerusakan hutan SM Karang Gading mencapai 5.688 hektar dari luas 15.965 hektar. Penyebabnya, kata Herbert, alih fungsi lahan menjadi perkebunan sawit dan tambak. “Ancaman kematian spesies cukup tinggi. Itu sebabnya kita memberikan pengarahan dan pemberitahuan kepada masyarakat agar tidak merambah hutan.”Sedangkan Majid membantah merambah hutan. Menurut dia, bersama masyarakat, sudah lama beraktivitas di lahan yang dikelola bertahun-tahun. Ketika menjadi tersangka, Majid menolak. “Saya tidak melarikan diri. Nanti di persidangan saya lakukan pembelaan. Saya tidak bersalah.” [SEP] | [0.999424159526825, 0.00028237837250344455, 0.000293476419756189] |
2022-068-07.json | Pemerintah Kota Malang Larang Penjualan Daging Anjing | Pemerintah Kota Malang Larang Penjualan Daging Anjing | [CLS] Sekitar 10 personil Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Malang mendatangi sejumlah rumah makan dan warung yang menyediakan menu daging anjing Januari lalu. Salah satunya, warung di Jalan Terusan Bondowoso. Di sana ada menu rintek wuuk (RW) alias daging anjing.Sesuai Surat Edaran (SE) Wali Kota Malang Nomor 5 tahun 2022 tentang Pengendalian dan Peredaran Daging Anjing, yang melarang makanan dari daging anjing. Surat Edaran ditandatangani Wali Kota Malang Sutaiji 17 Januari 2022 dan Satpol PP pun mulai merazia rumah makan yang diduga menjual daging anjing. Hasilnya, dua rumah makan masih menjual daging anjing sebagai menu makanan yang diperdagangkan.Bobby, pemilik warung bilang sudah lebih 10 tahun berjualan menu daging anjing. Dia tak tahu mengenai Surat Edaran Wali Kota Malang itu. “Tidak ada sosialisasi, kalau ada sosialisasi gak apa-apa,” katanya.Dia berjanji tak akan menjual menu daging anjing, asal peraturan berlaku untuk semua pedagang. Sedangkan olahan daging anjing yang tersisa akan dijual sampai habis. “Menghabiskan setok yang tersisa. Semua harus taat. Nanti saya tidak jual, yang lain jual kan repot,” katanya.Dia menandatangani surat pernyataan yang mengakui menjual daging anjing dan berjanji tak akan menjual lagi serta bersedia menerima sanksi hukuman pidana dan administrasi kalau tetap memperjualbelikan.Rahmat Hidayat, Kepala Bidang Keamanan dan Ketertiban Satpol PP Kota Malang menjelaskan, razia ini menindaklanjuti SE Wali Kota Malang tentang Pengendalian dan Peredaran Daging Anjing.Wali Kota Malang, katanya, menginstruskan Satpol PP merazia tempat penyembelihan dan penjualan daging anjing. Sesuai UU Nomor 18/2012 tentang Pangan, daging anjing bukan bahan pangan.“Tahap awal buat teguran. Jika tetap jual akan ditindak tegas. Berkoordinasi dengan polisi jika ditemukan penyiksaan hewan dan pelanggaran hukum lainnya,” katanya. | [0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423] |
2022-068-07.json | Pemerintah Kota Malang Larang Penjualan Daging Anjing | Pemerintah Kota Malang Larang Penjualan Daging Anjing | Pemkot sedang menggodok aturan tutup paksa kalau tak indahkan surat edaran. Penegakan hukum Satpol PP sambil tunggu regulasi. Saat ini, katanya, tidak ada penindakan tetapi berbentuk pembinaan, teguran, sekaligus sosialsiasi.Satpol PP Kota Malang memantau 10 warung yang menyediakan menu daging anjing. Sebagian warung sudah tak menyediakan daging anjing setelah menerima informasi dari warung dan penjual daging anjing atas SE Wali Kota Malang. “Konsumen daging anjing khusus, antara penjual dan pembeli saling terhubung,” katanya.Sebagian menu daging anjing juga diperdagangkan daring melalui aplikasi pesan antar. Menurut Rahmat, daging anjing dipasok dari penjagalan anjing dari Kabupaten Malang dan Blitar. Harga daging Rp60.000 per kilogram. Sampai saat ini, belum menemukan penjagalan anjing di Kota Malang.“Nanti akan dicek. Dipantau. Jika tetap menjual nanti akan ditindak tegas.” ***SE Wali Kota Malang tentang Pengendalian Peredaran dan Perdagangan Daging Anjing keluar, seorang warga Malang George S mengirim surat protes. Menurut dia, semua hewan membawa penyakit manular maupun tidak seperti sapi, kerbau, kambing, domba, babi, ayam, kelinci.“Tinggal bagaimana kita memelihara,” kata George.Dia meminta agar SE Wali Kota Malang ditinjau ulang atau dicabut dan tak berlaku.Mustika, humas lapangan dan Investigasi Dog Meat Free Indonesia (DMFI) mengapresiasi Wali Kota Malang Sutiaji yang mengeluarkan SE tentang Pengendalian dan Peredaran Daging Anjing.SE Wali Kota Malang, katanya, keluar beberapa hari setelah DMFI bertemu Wali Kota Malang. Dalam pertemuan itu, katanya, dia memaparkan soal perdagangan daging anjing dan ancaman bagi kesehatan manusia.“Awalnya akan investigasi di Kota Malang. Bertemu Wali Kota menyampaikan perdagangan daging anjing di Kota Malang.” | [0.9999907612800598, 4.496447218116373e-06, 4.684098712459672e-06] |
2022-068-07.json | Pemerintah Kota Malang Larang Penjualan Daging Anjing | Pemerintah Kota Malang Larang Penjualan Daging Anjing | Hasil investigasi DMFI, perdagangan anjing dari sejumlah daerah yang tidak bebas rabies mengarah ke Jawa Timur termasuk Malang. Kecurigaan sudah ada, katanya, dari rekaman pembicaraan pedagang terekam anjing dari Jawa Barat, daerah belum bebas rabies.“Jika tak dilarang akan berisiko. Predikat Jatim bebas rabies bakal hilang. Hanya delapan provinsi di Indonesia yang bebas rabies,” kata Mustika.Dia khawatir risiko penularan zoonosis atau penyakit dari hewan ke manusia, seperti rabies. Pasokan dari luar Kota MalangNiko. Koordinator DMFI Malang, menjelaskan, anjing dijagal, dikuliti dan daging disimpan dalam lemari es dalam kondisi beku. Rata-rata setiap warung menghabiskan satu sampai dua anjing dewasa. Temuannya, anjing dijual hidup per kilogram Rp35.000. Satu anjing dewasa berbobot tujuh kilogram hingga 20 kilogram.Jagal dilakukan di Lawang, Singosari dari pasokan anjing dari Jabar. Lalu memotong dan menjual daging ke warung dan restoran. Hasil penelusurannya, ada lima warung terbuka dan menjual daging anjing skala besar. Sebagian secara daring melalui aplikasi pesan antar.Sedangkan belasan warung berjualan daging anjing secara tertutup di rumah.Daging anjing diduga berasal dari jagal di Kabupaten Malang antara lain Tumpang, Pujon, Wagir dan Dau. Sedangkan di Kota Malang, hanya ada satu jagal yang memenuhi kebutuhan warung tertentu.Lusi, Dog Lover and Rescue Kota Malang, bilang, Rata-rata setiap hari menerima laporan satu sampai dua anjing hilang. Sebagian anjing berakhir di rumah jagal. “Sebagian ditemukan dan harus ditebus.” Freddy dari Cat Lover Malang mengatakan, saat kebutuhan melonjak, sebagian jagal mengoplos antara daging anjing dengan daging kucing. Beberapa bulan ini dia menemukan fakta, sekelompok orang yang mengambil kucing di sejumlah pasar. Diduga diambil daging lalu campur dengan daging anjing. “Kucing dicampur daging anjing karena secara anatomi sama,” katanya. | [0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423] |
2022-068-07.json | Pemerintah Kota Malang Larang Penjualan Daging Anjing | Pemerintah Kota Malang Larang Penjualan Daging Anjing | Mustika mengatakan, cukup panjang usaha agar pemerintah mengeluarkan aturan melarang anjing buat konsumsi. Mulai 2017, Mustika yang tergabung dalam Jakarta Animal Aid Network (JAAN) bersama komuitas lain berkoalisi dalam DMFI.DMFI menemui Dirjen Peternakan dan Kesehatan, Kementerian Pertanian. Hasilnya keluar Surat Edaran tentang Peningkatan Pengawasan terhadap Peredaran/ Perdagangan Daging Anjing pada September 2018.“Ada beberapa daerah menganggap perdagangan daging anjing kecil, hingga cenderung mengabaikan. Jika dibiarkan akan makin marak,” katanya.Bupati Karanganyar Juliatmono, pertama di Indonesia secara tegas melarang perdagangan daging anjing. Dia mengeluarkan Peraturan Bupati Karanganyar tentang Larangan Konsumsi Hewan Non Pangan.Bupati Karanganyar juga memberi kompensasi kepada pedagang Rp5 juta dan beralih berdagang menu lain. “Tidak menutup warung, tapi memberi kesempatan beralih berdagang menu makanan lain.” Disusul Kabupaten Sukoharjo yang mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 5/2020 tentang penataan dan pemberdayaan pedagang kaki lima. Dalam peraturan daerah itu, salah satunya berisi melarang memperdagangkan masakan berbahan daging anjing. “Hot spot perdagangan anjing di Jawa Tengah. Anjing didatangkan dari Jawa Barat yang belum bebas rabies.”Mustika yang juga humas lapangan JAAN ini mengatakan, investigasi di Jawa Tengah ditemukan fakta anjing mengalami kekerasan saat jagal. Pembantaian anjing, katanya, mayoritas dengan tiga teknik yakni, kepala dipukul, digelonggong dan dijerat. “Anjing tak boleh mengeluarkan darah, jika darah mengucur katanya daging tidak enak.”Anjing masih kecil, bunting, tidak sehat dan mal nutrisi, kata Mustika, juga dijagal. Hampir semua bagian diolah dan dimanfaatkan, kecuali tulang. Kulit anjing diolah menjadi shuttlecock. Sedangkan tulang belulang yang menjadi limbah dibuang sembarangan.“Jika dibiarkan akan menimbulkan penyakit dari hewan ke manusia atau zoonosis.” | [0.999424159526825, 0.00028237837250344455, 0.000293476419756189] |
2022-068-07.json | Pemerintah Kota Malang Larang Penjualan Daging Anjing | Pemerintah Kota Malang Larang Penjualan Daging Anjing | Catatan DMFI pada 2018, setiap bulan 12.700 anjing dikirim dari Jawa Barat ke Jawa Tengah. Satu truk mengangkut 250 anjing, kalau pikap 130 ekor. Dalam sepekan satu truk mengirim dua kali.DMFI bekerjasama dengan polisi menghentikan perdagangan anjing untuk konsumsi. Hasilnya, polisi menggagalkan perdagangan 53 anjing yang akan dijagal menjadi daging konsumsi.Pada Oktober 2021, pedagang anjing vonis 10 bulan penjara dan denda Rp150 juta setelah terbukti memperdagangkan 78 anjing dari Jawa Barat. *****Foto utama: Anjing-anjing yang dijagal untuk konsumsi tanpa kejelasan sumber, termasuk keamanan dari penyakit menular seperti rabies. Foto: Tommy Apriando [SEP] | [0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608] |
2021-013-02.json | Badak Jawa dan Tumbuhan Invasif di Ujung Kulon | Badak Jawa dan Tumbuhan Invasif di Ujung Kulon | [CLS] Tim Uni Konservasi Fauna [UKF], Institut Pertanian Bogor [IPB] melakukan perjalanan ilmiah [Ekspedisi Global] pada Juli 2021 di Taman Nasional Ujung Kulon. Dalam pengembaraan 18 hari, mereka menelisik Resor Karang Ranjang, Resor Cibunar, Cidaon, hingga Pulau Peucang.Ryan Albert, Divisi Konservasi Herbivora UKF mengatakan, di Resor Cibunar mereka menemukan tiga kubangan badak, yaitu kubangan permanen, semi permanen, dan temporer.“Di resor ini lengkap sekali jenis kubangannya, dari yang bisa difungsikan setiap saat hingga kubangan yang hanya ada jika musim hujan,” tuturnya dalam webinar bertema Menapaki Relung Ekologi Fauna di Ujung Barat Pulau Jawa, Sabtu [30/10/2021].Tim melakukan pemantauan kondisi ekosistem badak jawa juga. Hasilnya, di habitat satwa bercula itu, banyak ditumbuhi tumbuhan invasif yang bukan makanan badak, yaitu pohon langkap [Arenga obtusifolia] sebanyak 18,2 persen, patat [Maranta arundinacea] 10,3 persen, dan bangban [Donax canniformis] 10,3 persen.Langkap merupakan tanaman sejenis palem-paleman yang menyebar sangat cepat dan mengganggu habitat badak jawa.“Langkap adalah masalah besar, tumbuhan invasif yang mengambil alih lahan pakan badak,” kata Ryan.Baca: Javan Rhino Expedition, Memotret Badak Jawa di Habitat Terakhir Salah satu cara mengendalikan tumbuhan invasif ini hanya dengan cara ditebang. Hal ini disampaikan Maria Febe Evnike, Hadi S. Alikodra dan Widodo S. Ramono dalam riset berjudul Pengaruh Pengendalian Langkap [Arenga obtusifolia] Terhadap Komposisi Tumbuhan Pakan Badak Jawa [Rhinoceros sondaicus], tahun 2013.“Perlu dilakukan pengelolaan pengendalian langkap yang tepat dengan metode tebang,” tulis para peneliti. | [0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606] |
2021-013-02.json | Badak Jawa dan Tumbuhan Invasif di Ujung Kulon | Badak Jawa dan Tumbuhan Invasif di Ujung Kulon | Penelitian yang dilakukan di Kalejetan Resort, Blok Selokan Bayun-Seuseupan, Taman Nasional Ujung Kulon, menunjukkan bahwa tebang daun merupakan cara yang paling baik untuk dilakukan. Selain itu, dengan menghilangkan semai dan pancang langkap, akan meningkatkan keragaman jumlah tanaman pakan badak jawa.“Meningkatnya jumlah kunjungan badak jawa di lokasi-lokasi tersebut diketahui terkait dengan tingkat pertumbuhan tanaman pakan.”Baca juga: Video Langka: Badak Jawa “Musofa” Asik Berkubang di Ujung Kulon Ujung KulonM. Syamsudin, Kepala Urusan Pemanfaatan, Pengawetan, dan Pelayanan Balai Taman Nasional Ujung Kulon menuturkan, Ujung Kulon merupakan satu-satunya rumah badak jawa.“Tidak ada tempat lain di dunia ini yang menjadi habitat badak jawa, di sini satu-satunya.”Populasinya hingga Juni 2021 sekitar 75 individu. Masalah yang dikhawatirkan adalah sex ratio. Jumlah perbandingan antara jantan dan betina tidak ideal, yaitu 1 berbanding 0,8, artinya lebih banyak jantan ketimbang betina. Padahal, idealnya 1 berbanding 3.“Badak ini juga bermasalah pada perbandingan umur. Badak dewasa lebih banyak dari anakan.”Mengutip situs Taman Nasional Ujung Kulon, kawasan ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli Botani Jerman, F. Junghun pada 1846, ketika ia mengumpulkan tumbuhan tropis.“Bahkan, perjalanan ke Ujung Kulon ini masuk dalam jurnal ilmiah beberapa tahun kemudian,” ujarnya.Tidak banyak catatan mengenai Ujung Kulon sampai meletusnya Gunung Krakatau tahun 1883. Kedahsyatan letusan Krakatau yang menghasilkan gelombang tsunami, memporak-porandakan tidak hanya permukiman penduduk di Ujung Kulon, tetapi juga satwa liar dan vegetasi yang ada.Tahun 1921, berdasarkan rekomendasi dari Perhimpunan The Netherlands Indies Society for The Protectin of Nature, Semenanjung Ujung Kulon dan Pulau Panaitan ditetapkan oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai kawasan Suaka Alam. | [0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608] |
2021-013-02.json | Badak Jawa dan Tumbuhan Invasif di Ujung Kulon | Badak Jawa dan Tumbuhan Invasif di Ujung Kulon | Tahun 1937, Besluit Van Der Gouverneur, General Van Nederlandch mengubah status Suaka Alam menjadi kawasan Suaka Margasatwa, dengan memasukkan Pulau Peucang dan Pulau Panaitan.Tahun 1958, berdasarkan SK Menteri Pertanian Nomor: 48/Um/1958 Tanggal 17 April 1958, Ujung Kulon berubah status lagi menjadi kawasan Suaka Alam dengan memasukkan kawasan perairan laut selebar 500 meter dari batas air laut surut terendah.Tahun 1967, kawasan Gunung Honje Selatan seluas 10.000 hektar yang bergandengan dengan bagian timur Semenanjung Ujung Kulon ditetapkan menjadi Cagar Alam Ujung Kulon. Pada 1979, Gunung Honje Utara seluas 9.498 ha dimasukkan ke wilayah Cagar Alam Ujung Kulon.Tahun 1992, melalui Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 284/Kpts-II/1992 Tanggal 26 Februari 1992, Ujung Kulon ditetapkan sebagai Taman Nasional Ujung Kulon dengan luas total 122.956 ha, terdiri kawasan darat 78.619 ha dan perairan 44.337 ha.Baca juga: Perluasan Habitat, Upaya Nyata Menyelamatkan Badak Jawa dari Kepunahan M. Syamsudin menjelaskan, pemerintah sudah membuat Strategi dan Rencana Aksi Badak Indonesia, berdasarkan Peraturan Kementerian Kehutanan Nomor: P.43/Menhut//II/2007. Rencana jangka pendek [2007-2017] konservasi badak jawa, yaitu meningkatkan populasi 20 persen, membangun populasi kedua, serta membangun suaka badak jawa.Sedangkan Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Badak Jawa tahun 2019-2029 sudah sampai tahap konsultasi publik, telah dilaksanakan di Pendopo Kabupaten Pandeglang bersama Bupati Pandeglang tahun 2019.“Badak jawa diawasi pergerakannya dengan kamera jebak, sekitar 135 unit. Lokasi pemasangannya berada di jalur feeding ground, jalur defekasi, kubangan, dan areal perpindahan,” jelasnya.Dia mengatakan, selain menjaga populasi badak jawa dengan mempertahankan habitat pakan, hal penting yang patut diperhatikan adalah kekerabatan/garis keturunan. | [0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606] |
2021-013-02.json | Badak Jawa dan Tumbuhan Invasif di Ujung Kulon | Badak Jawa dan Tumbuhan Invasif di Ujung Kulon | Dalam dua tahun ini, 2020-2021, dari 26 sampel dalam 47 tabung yang telah diidentifikasi, diketahui ada sebanyak 17 individu badak. Berdasarkan pengamatan langsung tim Rhino Health Unit [RHU] diketahui 13 individu haplotype-1, dan 4 individu haplotype-2.”Hasil penelitian ini menunjukkan diversitas genetik populasi yang rendah.”Syamsudin menyatakan, saat ini telah dilakukan pula upaya pengkayaan pakan badak. Salah satu langkahnya adalah bekas lahan garapan dan areal garapan masyarakat yang telah ditinggalkan, dilakukan penanaman kembali.“Tentunya dengan jenis tanaman pakan badak,” ujarnya.Baca: Mengenal Tumbuhan “Alien” di Sekitar Kita Fungsi ekologis Sunarto, Research Assosiate, ISER Universitas IndonesiaWildlife & Landscape Ecologist, Permian Global, mengatakan pentingnya menjaga keselarasan peran dan fungsi ekologis antar-spesies.Menurut dia, pendekatan single surrogate species sebagai upaya penyederhanaan perlu dilakukan. “Yang terlupakan dari single-species dan prioritisasi, alam tampak kompeks untuk dipelajari, tapi sesungguhnya sangat teratur.”Dalam bioversity, yang diperhatikan adalah genetik, individual, population, community, lalu ekosistem.“Bioversitas ini harus dijaga keseimbangannya atau keselarasannya.”Sunarto menuturkan, ancaman satwa liar saat ini terbagi menjadi tiga lapisan. Pertama, perkotaan dengan permasalahan karena kosumsi dan perdagangan. Kedua, pada wilayah penyangga, yaitu berupa ancaman karena konsumsi, perdagangan, dan konflik. Ketiga, tempat inti dalam hutan, yaitu perburuan, dan konversi habitat.“Upaya yang diperlukan untuk menjaga keselarasan dan keseimbangan ekologi, dimulai dari merubah gaya hidup personal, keluarga, hingga bisnis ke depannya.”Tindak lanjut yang bisa dimaksimalkan adalah melanjutkan eksplorasi, inovasi, dan aksi nyata [kurangi tekanan, dukung pemulihan].“Lalu nikmati alam sekitar kita dan jadikan budaya, replikasi, berbagi, juga inspirasi,” paparnya. [SEP] | [0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608] |
2016-047-14.json | Mau Mudik? Waspadai Lokasi-lokasi Rawan Bencana Ini | Mau Mudik? Waspadai Lokasi-lokasi Rawan Bencana Ini | [CLS] Menjelang Lebaran, pemudik mulai berbondong-bondong pulang kampung halaman. Musim mudik tahun ini, tampaknya, warga mesti menambah kehati-hatian selain menghadapi kemacetan lalu lintas di jalanan. Pemudik harus melakukan persiapan matang karena bencana, terutama banjir dan longsor berpotensi terjadi di berbagai wilayah.Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), menyebutkan puncak hujan tejadi pada 5 Juli 2016, terutama . di Jawa bagian barat dan tenggara.Berdasarkan Badan Beteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), potensi hujan lebat terjadi di Mentawai, Bengkulu, Maluku dan Laut Banda. Sedangkan hujan sedang-lebat terjadi di Jawa bagian tengah dan selatan. Hujan ringan hingga sedang terjadi di Lampung, Jawa, Bali, Kalimantan dan Papua. ”Yang perlu diwaspadai Jawa, karena pusat mudik ada di wilayah ini,” katanya.BNPB memetakan prediksi daerah kemacetan dan rawan bencana di Jawa. Ada 13 titik, yakni, Merak, Cikampek, Nagrek, Cirebon, Pejagan, Brebes, Tegal, Pekalongan, akses tol Semarang, Ungaran, Ambarawa, Tuban, Porong Sidoarjo, dan Lamongan.”Yang paling kritis rawan longsor seperti Nagrek sekitar dan Ambarawa,” katanya. Selebihnya, rawan banjir. Tak hanya banjir, titik rawan macetpun karena ada pasar tumpah di ruas Pantai Utara (Pantura) Jabar.Sutopo menjelaskan, longsor menjadi bencana mematikan dan perlu penanganan ekstra. Adapun potensi longsor cukup tinggi terjadi Juli 2016 ini antara lain di Banten Selatan, Jabar bagian tengah hingga selatan, Jateng bagian barat hingga tengah dan Jawa Timur.Zona Merah di Jateng, seperti Banjarnegara, Purworejo dan Banyumas. Di Jatim, seperti Trenggalek, Ponorogo, Pacitan dan Malang.Tak cuma Jawa, potensi longsong tinggi di Sumatera dan Bali. ”Sepanjang Bukit Barisan di Aceh hingga Lampung berpotensi bencana. Di Bali bagian utara, yang perbukitan.” | [0.9994583129882812, 0.00028047917294315994, 0.0002612548996694386] |
2016-047-14.json | Mau Mudik? Waspadai Lokasi-lokasi Rawan Bencana Ini | Mau Mudik? Waspadai Lokasi-lokasi Rawan Bencana Ini | Untuk Sulawesi, potensi longsor dan banjir juga bakal terjadi. ”Banjir bandang tipikal bencana di Sulawesi, ini memiliki kerugian cukup besar karena menghantam semua yang dilalui,” katanya.Adapun, wilayah harus diwaspadai seperti Kabupaten Luwu Utara, Toraja Utara, Enrekang, Mamuju, Mamasa dan Luwu Timur untuk potensi longsor.Selama Juli, katanya, Gunung Sinabung masih berstatus awas dan Gunung Lokon siaga. ”Prediksi Sinabung masih akan terus erupsi.” Jadi, aktivitas pengunjung dan masyarakat dibatasi. Pada radius tiga km dari puncak, tujuh km di selatan-tenggara, enam km di tenggara timut dan empat km dari utara dan timur laut.Gunung Bromo di Jatim, pada 29 Juni status siaga, tetapi tak berbahaya dan aman bagi wisatawan. ”Terpenting tak memasuki radius satu km dari kawah sebagai zona terlarang.”Sutopo meminta, masyarakat memiliki persiapan ekstra dalam mudik tahun ini. Intensitas hujan tingi berdampak bencana seperti banjir, longsor dan puting beliung.BNPB mendukung posko nasional berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan, BMKG dan juga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat serta kementerian dan lembaga lain untuk bersama-sama penanganan bencana.Pada setiap kabupaten/kota rawan bencana, katanya, BNPB mendirikan posko pelayanan dan pemasangan rambu-rambu peringatan.Dia mengimbau, khusus pengendara motor tetap waspada menghadpai musim dengan cuaca tak menentu. ”Ini hujan sedang hingga lebat, data meninggal kecelakaan lebih besar setiap mudik Lebaran, ini perlu diwaspadai.”Data Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, menyebutkan, selama 2011-2015, korban meninggal laka lantas mudik Lebaran ada 3.631 orang, luka berat 6.759 orang, dan luka ringan 20.569 orang. Korban meninggal mudik lebaran (H-7 hingga H+7) pada 2014 sebanyak 714 orang, dan 2015 berjumlah 657 orang.Banjir Jatim | [0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163] |
2016-047-14.json | Mau Mudik? Waspadai Lokasi-lokasi Rawan Bencana Ini | Mau Mudik? Waspadai Lokasi-lokasi Rawan Bencana Ini | Hujan deras dan pasang laut menyebabkan debit lima sungai meluap bersamaan yaitu Sungai Kedunglarangan, Sungai Welang, Sungai Gembong, Sungai Rejoso, dan Sungai Wrati di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Kamis (30/6/16). Tak pelak, banjir menggenangi delapan kecamatan meliputi Bangil, Beji, Kraton, Pohjentrek, Grati, Rejoso, Winongan, dan Gempol.Banjir menggenangi jalan nasional ruas Surabaya-Probolinggo sekitar satu meter. Transportasi terputus, ribuan rumah dan sawah terendam banjir.Banjir menyebabkan 52.743 jiwa atau 14.109 keluarga terdampak. Dua orang luka ringan, Aulia (45) warga Dusun Bulu Tambakrejo, hanyut dan Amanda (9) warga Dusun Tunggak, luka robek kaki kiri. Banjir surut.Sutopo mengatakan, hingga Jumat (1/7/16) pukul 10.00, banjir masih di Jalan Raya Rejoso dengan tinggi 10-20 cm.Hujan ekstrem pada musim kemarau di Pasuruan dan sekitar, katanya, merupakan anomali cuaca. Data BMKG, curah hujan di Pasuruan Kamis (30/6/16) berintensitas tinggi hingga sungai dan drainase tak mampu mengalirkan aliran permukaan berujung banjir.Hari sama, hujan deras juga terjadi di Sidoarjo hingga menyebabkan tanggul lumpur Lapindo jebol titik 67 di RT.09, RT.11 – RT.16, Desa Gempolsari, Tanggulangin, jebol. Lokasi jebol sebelah timur tak dekat Jalan raya Porong hingga tak menggenangi jalan. BPLS menurunkan dua alat berat guna penutupan tanggul dan penimbunan kembali dengan sandbag dan gedhek (dinding bambu). “Masyarakat diimbau selalu waspada.” [SEP] | [0.9999892115592957, 5.688989858754212e-06, 5.025468908570474e-06] |
2019-013-16.json | Empat Komitmen Baru Indonesia untuk Jaga Laut Nusantara | Empat Komitmen Baru Indonesia untuk Jaga Laut Nusantara | [CLS] Indonesia ingin terus berpartisipasi dalam upaya menjaga laut dunia sejak dari sekarang hingga masa yang akan datang. Komitmen itu diperlihatkan kepada dunia saat menghadiri perhelatan Our Ocean Conference 2019 yang berlangsung di Oslo, Norwegia, 23-24 Oktober 2019. Di sana, Indonesia aktif mengajak semua negara peserta untuk ikut melibatkan diri dalam upaya menjaga laut dunia.Sebagai negara yang terdiri dari gugusan pulau, Indonesia sudah berjanji untuk mewujudkan empat komitmen baru yang dipublikasikan dalam OOC 2019. Keempat komitmen itu diungkapkan langsung oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan Agus Dermawan.Menurut Agus yang menjadi salah satu anggota delegasi Indonesia pada OOC 2019, pada 2020 mendatang Indonesia berkomitmen untuk bisa mencadangkan kawasan konservasi perairan atau marine protected areas (MPAs) hingga 700 ribu hektare. Komitmen itu, menjadi penegas bahwa Indonesia sangat menjaga wilayah laut dengan segala potensinya yang ada.Untuk bisa mewujudkan itu, Pemerintah Indonesia mengalokasikan dana sebesar USD6,68 juta yang akan digunakan untuk mendukung pembentukan MPAs yang baru dan sekaligus meningkatkan efektitivitas pengelolaan MPAs yang sudah ada atau eksisting. Kucuran dana tersebut, diharapkan bisa mempercepat terwujudnya komitmen nomor satu tersebut.baca : Akankah Komitmen OOC 2018 Bisa Selamatkan Lautan Dunia? Kemudian, komitmen kedua adalah melakukan penilaian stok atau stock assesment di kawasan perairan darat dengan menggunakan metode yang telah diakui secara internasional. Metode tersebut, mencakup standar ilmiah ataupun pendekatan secara praktis.“Hal ini ditujukan untuk mendukung implementasi manajemen perikanan berbasis ilmiah pada tahun 2020 dengan anggaran sebesar USD705.000,” tuturnya dalam siaran pers KKP, pekan lalu. | [0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606] |
2019-013-16.json | Empat Komitmen Baru Indonesia untuk Jaga Laut Nusantara | Empat Komitmen Baru Indonesia untuk Jaga Laut Nusantara | Berikutnya, komitmen ketiga yang juga dipublikasikan saat OOC 2019, adalah upaya perpanjangan proyek peningkatan sistem peramalan laut untuk mengurangi resiko bencana maritim. Perpanjangan proyek ini akan dilakukan selama lima tahun mendatang hingga 2024 dengan menggunakan alokasi dana senilai USD121 juta.Terakhir, Agus menyebutkan komitmen keempat adalah pengawasan untuk sektor kelautan dan perikanan. Komitmen tersebut akan diwujudkan dengan melakukan kegiatan pengawasan melalui kapal patroli dan pengawasan udara, operasi pusat komando, investigasi kejahatan kelautan dan perikanan.“Selain itu, komitmen ini diwujudkan dengan pengawasan oleh KKP, peningkatan partisipasi pengawasan berbasis masyarakat, memerangi penangkapan ikan yang merusak, dan kegiatan terkait lainnya,” tuturnya.baca juga : Inilah Sejumlah Komitmen OOC 2018 untuk Menyelamatkan Lautan Komitmen IndonesiaDi Swedia, selain menghadiri sidang pleno OOC 2019, delegasi Indonesia juga menyelenggarakan beberapa kegiatan pendukung (side event) untuk perhelatan akbar tersebut. Salah satunya, adalah sesi bertajuk ”Enhancing Marine Enhancing Marine Sustainability through Cooperation, Conservation Actions and Marine Debris and Disaster Risk Reduction.”Menurut Agus, sesi pendukung tersebut diselenggarakan dengan menggandeng organisasi non profit Wildlife Conservation Society (WCS). Pada sesi awal, dilaksanakan dengan menggelar pertemuan antara delegasi Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Myanmar untuk mendiskusikan sejumlah isu kelautan dan perikanan.“Seperti pengembangan perencanaan ruang laut, pengelolaan kawasan konservasi perairan secara efektif, penanganan sampah plastik, dan penggunaan VMS (vessel monitoring system) dalam pengelolaan perikanan,” jelas dia. | [0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608] |
2019-013-16.json | Empat Komitmen Baru Indonesia untuk Jaga Laut Nusantara | Empat Komitmen Baru Indonesia untuk Jaga Laut Nusantara | Adapun, pelaksanaan sesi khusus tersebut ditujukan untuk mempererat kerja sama Indonesia dengan negara tetangga serta menyampaikan dan mempromosikan upaya dan capaian Pemerintah Indonesia dalam pengelolaan sumber daya laut dan perikanan secara berkelanjutan.perlu dibaca : Menakar Komitmen Global Penyelamatan Samudera Dunia pada OOC 2018 Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan KKP Sjarief Widjaja yang memimpin rombongan delegasi Indonesia, menyatakan bahwa empat komitmen baru di atas menyusul komitmen serupa yang juga dideklarasikan pada gelaran OOC sebelumnya pada 2017 dan 2018. Seluruh komitmen itu, diklaim sudah dilaksanakan dengan baik.Berbagai komitmen tersebut, antara lain dilakukan dalam bidang pembangunan kapasitas (capacity building); iklim, pencegahan dan pemantauan pengasaman laut; mempromosikan perikanan yang berkelanjutan; perlindungan laut; pengurangan polusi laut; jaringan kerja laut yang aman; pemetaan, pemahaman lautan, dan masa depan konferensi samudera.Menurut Sjarief, dalam upaya perlindungan laut, Indonesia sudah berhasil mencapai target perluasan kawasan konservasi pada 2018 yang mencapai luas 22,68 juta hektar. Capaian tersebut menegaskan keseriusan Pemerintah Indonesia dalam melindungi laut dan menjaganya dengan keberlanjutan.Selain empat komitmen baru, Indonesia juga menegaskan komitmennya untuk menjaga laut dengan cara mengurangi sampah plastik. Komitmen tersebut terus ditularkan kepada negara lain, termasuk para negara yang menjadi delegasi OOC 2019.Kepala Bagian Organisasi dan Humas Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan RI Yan Prastomo Ardi mengatakan, upaya mengurangi sampah plastik ditunjukkan Indonesia dengan melaksanakan rencana aksi nasional (RAN) pengurangan sampah plastik di lautan hingga 70 persen pada 2025 mendatang.baca juga : Cerita Penyelamatan dari Kawasan Wallacea dalam OOC, Seperti Apa? Sampah Laut | [0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606] |
2019-013-16.json | Empat Komitmen Baru Indonesia untuk Jaga Laut Nusantara | Empat Komitmen Baru Indonesia untuk Jaga Laut Nusantara | Agar upaya tersebut bisa terwujud dengan cepat dan efisien, Pemerintah Indonesia menggandeng sejumlah pihak dari kalangan pebisnis, kelompok masyarakat sipil, dan pemangku kepentingan lokal. Dengan menggandeng banyak kalangan, upaya untuk menanggulangi pencemaran plastik di lautan, dan juga daratan yang menjadi sumber utama produksi sampah plastik, diharapkan bisa terwujud.“Termasuk, dengan mengurangi limbah padat hingga 30 persen dan mengelola limbah padat hingga 70 persen pada 2025,” jelas Yan yang ikut menjadi delegasi Indonesia pada OOC 2019.Data Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton per tahun. Sebanyak 3,2 juta ton di antaranya merupakan sampah plastik yang dibuang ke laut. Dari jumlah tersebut, ada kantong plastik hingga 10 miliar lembar tahun atau 85 ribu ton yang masuk ke lautan.“Besarnya sampah plastik yang masuk ke laut Indonesia, karena wilayah Nusantara sebagian besar terdiri dari lautan. Itu kenapa, Indonesia menjadi penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok,” tegas dia.Sementara, berdasarkan data The World Bank pada 2018, sebanyak 87 kota di pesisir Indonesia memberikan kontribusi sampah ke laut dengan perkiraan sebanyak 1, 27 juta ton. Dengan komposisi sampah plastik mencapai 9 juta ton dan diperkirakan sekitar 3,2 juta ton adalah sedotan plastik.Dengan fakta tersebut, Pemerintah Indonesia semakin serius untuk ikut menyelesaikan persoalan sampah plastik yang ada di dunia, khususnya di wilayah laut. Salah satu komitmen itu, adalah dengan diterbitkannya Peraturan Presiden Republik Indonesia No.83/2018 tentang Penanganan Sampah Laut.“Regulasi tersebut berisikan strategi, program, dan kegiatan yang sinergis, terukur, dan terarah untuk mengurangi jumlah sampah di laut, terutama sampah plastik,” ungkap dia. | [0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608] |
2019-013-16.json | Empat Komitmen Baru Indonesia untuk Jaga Laut Nusantara | Empat Komitmen Baru Indonesia untuk Jaga Laut Nusantara | Menurut Yan, Perpres 83/2018 tersebut ikut dituangkan dalam bentuk RAN Penanganan Sampah Laut Tahun 2018-2025. Rencana Aksi ini merupakan dokumen perencanaan yang memberikan arahan strategis bagi kementerian/lembaga, dan acuan bagi masyarakat serta pelaku usaha dalam rangka percepatan penanganan sampah laut.Diketahui, penyelenggaraan OOC di Oslo menjadi yang ke-6 sejak pertama kali diselenggarakan pada 2014. Sebelumnya, perhelatan dilakukan di Washington DC, Chile, Malta, dan Indonesia. Selain dipimpin KKP, delegasi Indonesia terdiri dari Kementerian Luar Negeri, Kemenhub, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), dan Satgas 115. [SEP] | [0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606] |
2023-006-11.json | Abrasi Kota Padang, Bagaimana Upaya Penanganan Pemerintah? | Abrasi Kota Padang, Bagaimana Upaya Penanganan Pemerintah? | [CLS] Pagi cerah, angin laut berhembus kencang pada pertengahan 2022. Ombak pun menghempas batu pemecah ombak dan air laut masuk ke jalanan.“Itu namanya galoro,” kata Asri, nelayan Pantai Air Manis Kota Padang, Sumatera Barat. Kami sedang duduk di pondok kecil yang punya sedikit dinding penghalang angin.Sambil meluruskan topi hitamnya, lelaki 52 tahun ini cerita, kalau galoro adalah ombak besar yang datang tanpa disertai angin kencang. Beberapa orang menyebut ombak pasang.Pondok itu makin dekat dengan ombak. Tak jauh dari situ ada rumah Edi, kawan Asri. Lantai kamar Edi sempat jebol karena tiap malam ombak berdentum ke dinding kamarnya.Perahu-perahu nelayan harus diangkat ke permukaan yang lebih tinggi kalau tidak bisa terbawa gelombang ke tengah laut. Padahal dahulu ada pondok berdiri di titik 20 meter dari daratan tempat kami duduk. Pada titik itu, kini sudah jadi batu susun memanjang ke arah laut.Seminggu itu angin kencang, cuaca tak menentu, hanya nelayan-nelayan nekat tetap berangkat mencari ikan.Nelayan-nelayan di Pantai Air Manis bisa membaca cuaca. Dia menunjuk ujung laut. Cakrawala yang saat itu sedang ada garis hijau. “Itu angin yang sedang kencang. Sebentar lagi angin itu ke daratan,” katanya.Tak berapa lama angin datang ke darat dan membuat ombak makin besar jatuh ke darat. Angin itu, kata Asri, akan membawa awan hujan ke darat. Nanti, awan itu akan memunculkan hujan dan hujan itu dihantam kilat. Selanjutnya hari akan cerah.Meski pun bisa membaca cuaca kondisi alam dia akui makin sulit ditebak. Abrasi memakan ruang hingga menyulitkan perahu-perahu nelayan untuk sandar. Mencari ikan juga makin jauh. Apa rencana pemerintah? Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama Pemerintah Kota Padang menggelar diskusi soal rancangan infrastruktur abrasi pesisir pantai Padang berbasis mitigasi bencana Senin pada 6 Februari lalu. | [0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423] |
2023-006-11.json | Abrasi Kota Padang, Bagaimana Upaya Penanganan Pemerintah? | Abrasi Kota Padang, Bagaimana Upaya Penanganan Pemerintah? | Ada dua jenis bencana yang berpotensi terjadi di Sumatera Barat yaitu tsunami bersifat rapid on set dan abrasi yang bersifat slow on set.Abdul Muhari, Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB bilang pada prinsipnya setiap pantai memiliki sirkulasi masing-masing.“Waktu musim barat dan timur, misal gelombang dominan membawa sedimen pasir dalam arah tegak lurus pantai. Sedangkan pada musim peralihan, gelombang membentuk arus sejajar pantai yang akan membawa sedimen dalam arah sejajar pantai, baik dalam arah utara-selatan, maupun sebaliknya,” katanya.Sepanjang pantai Padang ternyata memiliki karakteristik abrasi berbeda-beda. Misal, di sekitar Monumen Merpati Perdamaian hingga Muaro, karakteristik abrasi dominan dalam arah tegak lurus pantai. Berbeda dengan kawasan di bagian utara di sekitar Bandara Internasional Minangkabau (BIM), gelombang dan arus masih dominan bergerak sejajar pantai.Pola arus atau karakteristik ini juga dapat berubah-ubah seiring berjalannya waktu dan pertambahan bangunan pelindung pantai.“Prinsip dan karakteristik ini yang harus kita petakan satu-persatu untuk menentukan pelindung pantai seperti apa agar efektif untuk mencegah abrasi,” katanya.Adanya infrastruktur lepas pantai akan mendorong kemunculan sedimen di belakangnya. Selanjutnya, sedimen ini bisa untuk menanam vegetasi seperti mangrove, cemara udang dan vegetasi lain yang tentu saja bermanfaat menahan abrasi dan mengurangi risiko tsunami.“Pembangunan fisik harus paralel juga dengan upaya mitigasi berbasis vegetasi,” katanya.Adapun, kata Abdul, satu pilihan infrastruktur memitigasi abrasi di Pantai Padang saat ini dengan membangun offshore breakwater sejajar pantai, di laut sejauh 50-100 meter dari bibir pantai.“Pembangunan fisik ini untuk jangka pendek 50-70 tahun, karena infrastruktur fisik makin lama makin berkurang kekuatannya. Sedangkan tsunami memiliki periode ulang 50 hingga ratusan tahun.” | [0.999991238117218, 4.4677594814857e-06, 4.305404672777513e-06] |
2023-006-11.json | Abrasi Kota Padang, Bagaimana Upaya Penanganan Pemerintah? | Abrasi Kota Padang, Bagaimana Upaya Penanganan Pemerintah? | Kalau vegetasi, katanya, makin lama ditanam akan makin kuat menahan gelombang.“Secara alami, dengan pemecah gelombang offshore yang sejajar pantai, akan terbentuk tombolo atau sedimen pasir yang terbawa arus yang tegak lurus dengan pantai,” katanya.Medi Iswandi, Kepala Bappeda Sumatera Barat mengutip data Kementerian Kelautan dan Perikanan, Padang kehilangan 21-49 meter per tahun di sepanjang 24,7 dari 74 km garis pantai di sejak 2009 sampai 2018. Selain itu, ada kenaikan air laut 0,37 cm per tahun.Garis pantai Padang juga mengalami kemunduran enam meter per tahun ke arah darat.“Apabila membangun infrastruktur pelindung Pantai Padang, maka sudah menyelamatkan 25% dari ekonomi Sumatra Barat,” kata Medi.Dalam diskusi itu Hendri Septa, Walikota Padang malah mendorong program dari Kementerian PUPR terkait ‘rancangan jangka panjang’ untuk antisipasi abrasi sepanjang Pantai Padang. Dia mengatakan, ada beberapa titik Pantai Padang yang belum punya batu grip untuk tahan abrasi, salah satunya Koto Tangah.“Kita memohon pada pemerintah pusat khusus KPUPR untuk bersama-sama melindungi kondisi Kota Padang. Apalagi melihat banyak gedung-gedung bersejarah di sekitar pantai,” katanya dalam rilis Pemerintah Kota Padang.Jarot WIdyoko, Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Pekerjaan Rakyat (Dirjen SDA PUPR) mengatakan, pada 2023 akan memprioritaskan pengamanan pantai sekitar Masjid Al Hakim.Lokasi itu jadi prioritas, katanya, karena data Juli 2022 terjadi gelombang ekstrem yang menyebabkan gelombang naik ke darat sekitar 40 meter.= ***Deddy Arsya, sejarawan dari Universitas Islam Negeri Sjech M Djamil Djambek Bukittinggi mengatakan, belum menemukan catatan peristiwa abrasi dalam koran-koran kolonial.“Tapi kalau dalam ingatan-ingatan orang ada muncul soal abrasi. Tapi tampaknya itu setelah kolonial.” | [0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606] |
2023-006-11.json | Abrasi Kota Padang, Bagaimana Upaya Penanganan Pemerintah? | Abrasi Kota Padang, Bagaimana Upaya Penanganan Pemerintah? | Ceritanya, di sekitar pantai Padang itu dulu ada pertokoan Tionghoa dan kubura. Semua habis kena abrasi. Jejaknya, kadang masih kelihatan kalau pasang sedang surut. Ia berlokasi di sekitar Taman Budaya Padang.Soal wilayah pantai yang lain, Dedi tidak menemukan dalam sejarah. “Mungkin karena wilayah pinggir laut tidak dihuni sejak dulu. Pemukiman selalu diarahkan ke daratan. Bukan problem manusia abrasi itu. Itu jadi problem karena pemukiman manusia yang makin mendesak ke arah laut,” katanya.Penanganan abrasi dengan batu-batu pemecah ombak baru dilakukan belakangan pada era orde baru. “Sebelum itu , belum pernah terbaca ada upaya dan kebijakan serupa,” katanya.Belanda, katanya, lebih sibuk mengurus air daratan, seperti bikin sodetan, kali buatan, drainase dan seterusnya.Randi Reimena, penulis sejarah Sumatera Barat mengatakan, ada beberapa catatan penanganan abrasi oleh Pemerintah Indonesia, salah satunya di Buku Padang Riwayatmu Kini karya Rusli Amran.Alumni magister ilmu sejarah Universitas Andalas ini mengatakan dalam tulisan Rusli Amran menggambarkan bagaimana lokasi pada 1907 ada bukit dan rumah kecil serta bangku tempat santai hancur oleh terjangan ombak. Lokasinya di ujung Jalan Nipah, yang kabarnya pernah ada meriam Belanda hanya dibongkar pada 1988.Selain Rusli ada pula Randi menyebut Majalah Ganto terbit 1973. Artikelnya berjudul “Laju Erosi Pantai Padang Berhasil Dihentikan”.Randi mengatakan, dalam artikel itu dilaporkan, ombak Samudra Hindia menyebabkan abrasi mencapai 2,2 meter per tahun.“Sebenarnya, pada 1964, Pemerintah Sumatera Barat membuat dam darurat menahan hantaman ombak. Pembangunan dari Muara Batang Arau sampai Muara Banjir Kanal. Pembangunan sampai 1969. Dam itu juga akhirnya retak dan tergerus,” katanya. | [0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608] |
2023-006-11.json | Abrasi Kota Padang, Bagaimana Upaya Penanganan Pemerintah? | Abrasi Kota Padang, Bagaimana Upaya Penanganan Pemerintah? | Pemerintah Sumatera Barat tak menyerah, mereka membangun lagi dengan anggaran Rp206 juta saat itu. Mereka membuat tanggul sistem grip dengan menumpuk bongkahan-bongkahan batu gunung dan kubus beton. Batu grip beranjung ini menjorok ke laut sampai 25 meter. “Ini dibangun 1973,” katanya.Pada 2021, pemerintah kembali menyusun batu grip di beberapa bagian pantai Kota Padang. Salah satunya di dekat Mesjid Putih Al-hakim. ******* [SEP] | [0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423] |
2019-047-02.json | Forum Diskusi Mongabay : KEE Upaya Atasi Konflik Gajah dan Manusia di Jambi | Forum Diskusi Mongabay : KEE Upaya Atasi Konflik Gajah dan Manusia di Jambi | [CLS] Konflik gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) dengan masyarakat jadi masalah serius beberapa tahun terakhir ini di Tebo, Jambi. Padahal, Tebo, terutama lansekap Bukit Tigapuluh merupakan kantong populasi gajah terpadat di Sumatera bagian tengah. Populasi gajah terdesak alih fungsi kawasan hutan jadi pemukiman, tambang dan perkebunan hingga populasi yang sebagian besar berada di luar Taman Nasional Bukit Tigapuluh, makin terdesak.Pada Januari-Juni 2018, saja tercatat konflik gajah dengan masyarakat ada 188 kasus. Pada Mei lalu, konflik menyebabkan gajah betina berusia dua tahun diduga tewas karena diracun.Baca juga: Mereka Berupaya Selamatkan Gajah Jambi Kala Habitat Terus TergerusBKSDA Jambi bersama berbagai pihak terkait tengah mengupayakan wilayah habitat dan jelajah gajah jadi kawasan ekosistem esensial (KEE).Wawan Gunawan, Kepala Seksi Wilayah II BKSDA Jambi mengatakan, KEE seluas 54.000 hektar, terdiri dari hutan tanaman industri dan restorasi serta lima desa masuk Kecamatan Sumay. Di KEE ini akan dibangun pagar listrik, pusat edukasi lingkungan dan ekowisata.“Pembangunan KEE mulai tahun ini. Kami tengah survei lapangan menentukan pembuatan pagar listrik dan menggali potensi ekonomi warga desa dalam dan sekitar KEE,” katanya, dalam diskusi yang diadakan Mongabay, beberapa waktu lalu. Tim BKSDA, katanya, sedang sosialisasi KEE dan rencana pembangunan pagar listrik. Rata-rata, warga mendukung tetapi ada juga desa belum mau memberikan komitmen mendukung rencana ini seperti Desa Pemayungan.Dengan pembangunan KEE, katanya, selain meredam konflik gajah dan masyarakat juga mendapatkan keuntungan ekonomi, seperti pengembangan ekowisata di kawasan KEE. Dia bilang, berbagai pihak terlihat dalam pembangunan KEE ini, dari pemerintah, masyarakat dan swasta serta organisasi masyarakat sipil, seperti Forum Konservasi Gajah Sumatera (FKGI). | [0.9840138554573059, 0.01571284793317318, 0.0002732284483499825] |
2019-047-02.json | Forum Diskusi Mongabay : KEE Upaya Atasi Konflik Gajah dan Manusia di Jambi | Forum Diskusi Mongabay : KEE Upaya Atasi Konflik Gajah dan Manusia di Jambi | Krismanko Padang, Ketua FKGI mengatakan, pembangunan KEE ini salah satu solusi mengatasi konflik gajah dengan masyarakat. “KEE ini model baru, di samping perencanaan lapangan harus mapan, dasar hukum juga harus diperkuat,” katanya.Dia katakan, penegakan hukum di KEE harus tegas agar populasi gajah tersisa dapat diselamatkan.Lansekap Bukit Tigapuluh, kantung populasi gajah terbesar di Sumatera Tengah menampung sekitar 143 gajah. Dalam kondisi ideal perlu habitat 2.000 km persegi untuk populasi gajah lebih 100. Saat ini, tak ada lagi kawasan seluas itu. Kawasan yang memungkinkan didiami kelompok gajah di lansekap Bukit Tigapuluh hanya sekitar 400 kilometer persegi, seluruh kawasan di luar wilayah konservasi.Sebagian besar ruang jelajah gajah di lansekap Bukit Tigapuluh adalah hutan produksi yang dikuasai swasta. Peran mereka, katanya, sangat penting dalam menyelamatkan populasi gajah tersisa. Keterangan foto utama: Bangkai gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) tanpa kepalaterlihat di areal perkebunan sawit plasma di Desa Tanjung, Kecamatan VII Koto, Tebo, Jambi, Rabu (18/11/14). Foto: Andreas Sarwono/FKGI [SEP] | [0.016374895349144936, 0.019575536251068115, 0.9640495181083679] |
2021-071-05.json | Tantangan Besar Mewujudkan Budi daya Abalon | Tantangan Besar Mewujudkan Budi daya Abalon | [CLS] Nama kerang Abalon (Haliotis) masih belum bisa menempati posisi puncak popularitas di Indonesia hingga saat ini. Biota laut tersebut masih kalah populer dibandingkan nama-nama lain seperti Lobster (Panulirus spp.), Kepiting (Brachyura), ataupun Tuna, Cakalang, dan Tongkol (TCT).Walau sama-sama berharga mahal, namun Abalon sampai saat ini masih menjadi komoditas untuk kalangan terbatas dengan tingkat ekonomi yang masuk golongan atas. Dalam seporsi Abalon yang sudah dimasak, harganya bisa mencapai kisaran Rp1 juta.Mengingat potensi besar untuk perekonomian nasional, Pemerintah Indonesia mendorong pemanfaatan Abalon dilakukan melalui cara budi daya. Dorongan itu muncul, karena selama ini Abalon diperjualbelikan dengan cara mengambil langsung dari alam.Direktur Jenderal Perikanan Budi daya Kementerian Kelautan dan Perikanan (DJPB KKP) Slamet Soebjakto mengatakan, sebagai biota laut yang bernilai ekonomi tinggi, Abalon mendapatkan perhatian yang tinggi dari masyarakat pesisir di seluruh Indonesia.Hewan laut tersebut, tidak hanya dimanfaatkan dengan cara dimakan langsung, namun juga dijual di pasar lokal yang berdekatan dengan kawasan pesisir. Selain itu, Abalon juga menjadi komoditas ekspor yang dikirim ke sejumlah negara di Asia, Eropa, dan Amerika Serikat.baca : Dari Pelosok Bali Ini Bibit Udang Unggul, Abalon, dan Tiram Mutiara Tersedia Akan tetapi, walau sudah menjadi komoditas yang dimanfaatkan sejak lama, namun hingga sekarang pemanfaatan dengan cara budi daya masih dianggap sebagai cara yang baru. Untuk itu, diperlukan sentuhan inovasi teknologi yang harus terus dikembangkan, untuk mengejar produksi melalui budi daya.“Pengembangan budi daya Abalon masih sangat potensial dilakukan di Indonesia, mengingat perairan laut kita masih sangat luas dan cocok,” ungkap Slamet Soebjakto belum lama ini. | [0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423] |
2021-071-05.json | Tantangan Besar Mewujudkan Budi daya Abalon | Tantangan Besar Mewujudkan Budi daya Abalon | Menurut dia, budi daya Abalon dapat memberikan alternatif atau tambahan penghasilan bagi masyarakat dan sekaligus memberikan dampak positif secara ekologi. Hal itu bisa terjadi, karena dengan budi daya, tidak akan lagi terjadi eksploitasi sumber daya Abalon di alam.Untuk melaksanakan pengembangan budi daya Abalon, KKP menunjuk Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Produksi Induk Udang Unggul dan Kekerangan (BPUI2K) Karangasem, Bali. Melalui prosesnya, teknik pembenihan dan pengembangan teknologi budi daya Abalon akhirnya berhasil dilakukan.“Dalam pengembangan budi daya Abalon, perlu diperhatikan kelayakan lokasi untuk budi dayanya, berdasarkan kondisi fisik perairan, kondisi kimia, dan akses ke lokasi budi daya,” terang dia.baca juga : Melestarikan Kerang Laut Abalon yang Sangat Mahal di Meja Makan Restoran TeknologiHal lainnya yang juga perlu untuk diperhatikan, adalah keamanan dan perlindungan perairan untuk membangun konstruksi budi daya. Kemudian, aksesibilitas yang mudah dijangkau dan keamanan yang terjamin menuju lokasi budi daya, juga menjadi hal yang tidak boleh dilupakan.“Dan perlu dicatat, perairan harus bebas dari pencemaran, buangan industri, limbah pertanian ataupun limbah rumah tangga,” tambah dia.Jika semua hal yang harus diperhatikan tersebut dilaksanakan, maka budi daya Abalon diyakini akan bisa ikut mendorong kesejahteraan masyarakat pesisir, karena akan terjadi peningkatan pendapatan ekonomi bagi para pembudi daya Abalon dan nelayan.Untuk melaksanakannya, Slamet menyebut kalau budi daya Abalon bisa dilakukan dengan menerapkan sistem keramba jaring apung (KJA), jaring tancap, atau menggunakan keranjang-keranjang plastik yang sudah diberikan bahan pelindung (shelter). | [0.9994334578514099, 0.0002822732785716653, 0.0002842268440872431] |
2021-071-05.json | Tantangan Besar Mewujudkan Budi daya Abalon | Tantangan Besar Mewujudkan Budi daya Abalon | Agar proses budi daya bisa lancar, KKP terus melakukan inovasi teknologi untuk pengembangan budi daya Abalon, termasuk untuk pengembangan pembenihan, pendederan, dan pembesaran. Proses penciptaan inovasi dilakukan, agar teknologi budi daya Abalon mudah dilaksanakan oleh masyarakat.Jika teknologi untuk melaksanakan budi daya Abalon sudah efisien dan gampang untuk diterapkan oleh masyarakat, Slamet meyakini kalau budi daya komoditas tersebut akan semakin diminati. Dengan teknologi yang mudah, Abalon juga bisa mendatangkan rupiah yang tidak sedikit.Tambahan lagi, budi daya Abalon diyakini akan semakin diminati masyarakat, karena teknologinya tergolong ramah lingkungan dan tidak mencemari lingkungan sekitarnya. Semua itu bisa terjadi, karena tidak ada penggunaan bahan kimia untuk teknologi budi daya Abalon.“Hanya menggunakan mikroalga maupun makroalga sebagai pakan pada proses budi dayanya,” jelas dia.baca juga : Ini Tantangan Pembudidaya Kerang Hijau di Gresik Kepala BPUI2K Karangasem Winarno, pada kesempatan berbeda menjelaskan bahwa proses pemijahan Abalon dilakukan setiap bulan dengan menggunakan metode penjenuhan oksigen. Untuk satu periode pemijahan yang dilakukan di BPUI2K Karangasem, dapat menghasilkan 2-3 juta trokofor.Trokofor sendiri tidak lain adalah jenis larva planktonik yang berenang bebas dengan beberapa baris silia. Dengan menggerakkan silia mereka yang cepat, sebuah pusaran air dibuat. Dengan cara ini mereka mengendalikan arah gerakan mereka.Sementara, untuk pemeliharaan induk Abalon, Winarno mengatakan bahwa itu dilakukan dalam bak fiber berkapasitas 1.500 liter yang di dalamnya sudah ada pelindung yang memakai sistem air mengalir. Setiap bak kemudian diisi 150 ekor induk Abalon dan diberikan pakan berupa rumput laut yang selalu tersedia.“Pemeliharaan induk Abalon dilakukan sampai matang gonad (organ reproduksi yang menghasilkan sel kelamin) dan siap dipijahkan,” jelas dia. | [0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608] |
2021-071-05.json | Tantangan Besar Mewujudkan Budi daya Abalon | Tantangan Besar Mewujudkan Budi daya Abalon | Untuk pemeliharaan larva, itu dilakukan pada bak beton yang diberi sirkulasi air dan aerasi dengan pengaturan kecil. Kemudian, selama prosesnya diberikan pakan berupa bentik diatom. Larva Abalon dipelihara selama dua bulan hingga larva berubah menjadi benih berukuran satu sentimeter.perlu dibaca : Kisah Peliknya Para Pencari Tiram di Lamongan ProsesLebih jauh Slamet menerangkan, untuk menghindari proses persaingan makanan, maka proses penyortiran (grading) untuk menyeragamkan ukuran perlu dilakukan hingga empat kali dalam sebulan, yaitu saat berukuran 2 cm (3 bulan), 3 cm (4 bulan), 4 cm (5 bulan) dan 5 cm (kurang dari 6 bulan).Khusus untuk manajemen pakan, itu dilakukan sesuai umur Abalon yang dipelihara. Untuk umur satu bulan itu diberikan pakan berupa plankton jenis diatom dosis 1 juta sel per ml. Lalu, untuk umur dua bulan diberikan pakan berupa rumput laut jenis ulva dan gracilaria.“Hasil produksi benih Abalon yang berasal dari BPIU2K Karangasem didistribusikan ke beberapa daerah seperti Bali, Pulau Seribu, Bogor, Yogyakarta serta daerah lainnya di Indonesia,” papar dia.Untuk penggunaan benih Abalon yang dulunya hanya terbatas untuk kegiatan penelitian dan menunjang kegiatan restocking, saat ini sudah dapat dibudidayakan oleh kelompok nelayan atau pembudidaya dengan menggunakan sistem jaring tancap maupun KJA.Peneliti dari Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (BPBTA LIPI) Dwi Eny Djoko Setyono pada kesempatan sebelumnya menyebutkan kalau Indonesia memiliki banyak perairan pantai yang cocok untuk menjadi habitat Abalon.Menurut dia, ada lebih dari 100 jenis Abalon yang tersebar di dunia, dengan tujuh jenis di antaranya adalah Abalon yang bisa ditemukan di perairan Indonesia. Dari tujuh yang ada, baru jenis Mata Tujuh (Haliotis asinina) dan Kaki Kuning (Haliotis squamata) yang sudah dipelajari dan dibudidayakan. | [0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606] |
2021-071-05.json | Tantangan Besar Mewujudkan Budi daya Abalon | Tantangan Besar Mewujudkan Budi daya Abalon | Abalon sendiri termasuk jenis gastropoda laut yang bernilai ekonomi penting, karena nilai jual dagingnya yang tinggi untuk pasar ekspor. Namun, akibat dari tingginya nilai jual tersebut, populasi Abalon tropis di beberapa wilayah perairan Indonesia disinyalir telah dipanen secara intensif .“Dan telah mengalami tangkap yang berlebihan atau over fishing,” ucap peneliti bidang oseanografi terapan, khususnya bidang penelitian biologi laut dan marikultur itu menegaskan.Saat ini, upaya untuk melaksanakan budi daya Abalon sudah dilakukan di Indonesia, baik oleh Pemerintah maupun swasta. Namun demikian, karena kendala minimnya informasi dan pengetahuan dasar tentang aspek-aspek biologi dan budi daya Abalon, usaha tersebut belum berkembang seperti yang diharapkan. [SEP] | [0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423] |
2012-040-14.json | Aksi Hatam: Lindungi Rakyat dari Tambang | Aksi Hatam: Lindungi Rakyat dari Tambang | [CLS] KOALISI masyarakat anti tambang berunjuk rasa di Jakarta, memperingati Hari Anti Tambang (Hatam). Aksi gabungan dari Walhi, Kiara, Fitra, KontraS, Jatam dan Front Pejuang Rakyat (FPR), Selasa(29/5/12) ini diawali di Gedung Rasuna Epicentrum, Pasar Festival. Setelah itu dilanjutkan di depan Gedung Wisma Bakrie 2 di Jalan Rasuna Said.Peringatan Hatam ini berawal dari kasus lumpur Lapindo yang tepat memasuki usia enam tahun, pada 29 Mei ini. Di depan pintu masuk Epicentrum koalisi membentangkan beragam poster, foto-foto dan aksi teatrikal.“Masa Depan Indonesia Bukan Tambang.” “29 Mei Hari Anti Tambang. Pulihkan Hak Rakyat. Lawan Kebodohan dan Lupa.” Lalu, di bagian depan ditunjukkan beberapa foto yang memperlihatkan rumah yang terendam, sampai anak korban lumpur Lapindo.Dalam aksi itu ada sebuah keranda mayat bertuliskan 6 Tahun Lumpur Lapindo. Lalu, muncul manusia berjubah hitam, bertopeng bertuliskan “penjahat lingkungan.” Laki-laki ini menggambarkan sosok pengusaha.Ada seorang pria yang terlihat menderita. badan berlumur lumpur. Dia menangis karena tersiksa dampak tambang. Pria menyedihkan ini menggambarkan warga korban tambang.Badan penuh lumpur, sebagai satu contoh tragedi tambang yakni, kasus luapan Lumpur Lapindo, di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur (Jatim).Tampak dalam aksi teatrikal itu, warga teraniaya. Memohon kepada pengusaha, tapi tak dipedulikan. Penderitaan mereka tiada henti. Mereka hanya bisa menangis dan menangis…Haris Balubun dari Jatam dalam orasi mengatakan, lumpur Lapindo satu contoh betapa tambang, tak hanya merusak lingkungan hidup, juga menyengsarakan rakyat. Dia meminta, Aburizal Bakrie, bertanggungjawab. Tambang PT Lapindo Brantas, milik Nirwan Bakrie, adik Aburizal Bakrie.“Kasus-kasus tambang menyengsarakan rakyat. Coba lihat dari Aceh sampai Papua.”“Enam tahun sudah lumpur Lapindo. Warga kehilangan kehidupan. Ratusan anak kehilangan sekolah, pemuda-pemuda jadi pengangguran. Kembalikan hak rakyat!” | [0.4948588013648987, 0.4965273141860962, 0.008613888174295425] |
2012-040-14.json | Aksi Hatam: Lindungi Rakyat dari Tambang | Aksi Hatam: Lindungi Rakyat dari Tambang | Sekitar 30 menit di Epicentrum, aksi dilanjutkan ke Gedung Bakrie 2. Mereka longmarch ke gedung yang berjarak sekitar 200 meter dari Epicentrum itu.Para aktivis membentangkan poster tepat di belakang plang nama gedung. Lalu, tepat di depan papan nama “Bakrie 2”, aksi teatrikel kembali digelar.Seorang pria duduk ‘manis’ sambil melulur badan dengan lumpur. Tak hanya melulur badan, dia juga melumuri tulisan di plang nama dengan lumpur juga. Duduk santai di sini lain pria berjubah hitam.Teriakan,” Tuntaskan Tuntaskan Kasus Lapindo,” terus diulang-ulang mengiringi aksi teatrikal ini.Fredy dari FPR berorasi. Dia mengatakan, sudah menjadi kebiasaan, kala tambang beroperasi, mereka tak mau menanggung biaya sosial yang ditimbulkan. Corporate social responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan yang didengung-dengungkan, tak lebih hanya promosi produk belaka.“CSR tak mampu menjawab masalah sosial masyarakat yang muncul karena tambang,” teriak Fredy. [SEP] | [0.4948588013648987, 0.4965273141860962, 0.008613888174295425] |
2019-034-19.json | Cerita Adat Ngadas dari Kematian, Kerukunan hingga Pandangan Lingkungan | Cerita Adat Ngadas dari Kematian, Kerukunan hingga Pandangan Lingkungan | [CLS] Karyo Selamet (36), terlihat senang siang itu. Selain karena bisa berkumpul dengan rekan dan keluarganya diatas panggung, ia juga merasa beruntung berkesempatan untuk mengikuti rangkaian prosesi upacara Entas-entas di Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Minggu (14/07/2019). Ngadas merupakan salah satu diantara 36 desa Suku Tengger, terletak di wilayah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).Bagi warga Ngadas, pelaksanaan upacara Entas-entas secara khusus yaitu untuk menyucikan roh atau adma bagi orang yang sudah meninggal dunia. Atau sebagai upaya untuk memperingati kematian keluarga yang tiada agar arwahnya bisa mendapatkan tempat yang lebih baik. Ritual adat ini, dilaksanakan pada hari yang ke-1000 atau minimal pada hari ke-44 setelah keluarga ada yang meninggal. Istilah Entas-entas berasal dari bahasa Jawa, yaitu entas yang berarti mengangkat.baca : Foto : Unan-Unan, Tradisi Tengger Menentukan Penanggalan Demi Kesuburan Untuk melakukan upacara ini, berbagai keperluan dipersiapkan, diantaranya adalah kain putih, bebek, cepel, cobek, beras, kulak. Selain itu, juga menyediakan sebuah boneka yang diberi nama Petra, sebagai tempat kembalinya roh atau adma. Adapun pembuatan boneka itu menggunakan bahan dedaunan dan bunga, kemudian nantinya akan disucikan oleh pemuka adat. Masing-masing benda yang digunakan sebagai sarana upacara tersebut mempunyai makna tersendiri bagi warga Ngadas.Ada beberapa tahapan prosesi yang dilakukan, diantaranya yaitu, mengisi kulak atau bumbung yang terbuat dari bambu itu dengan beras. Kemudian, semua keluarga kumpul dibawah kain putih panjang yang dibentangkan oleh dukun setempat. Setelah itu, dilakukan prosesi Entas-entas. Inti dari upacara ini, bagi warga Ngadas yaitu untuk mengembalikan manusia kepada unsur alaminya, yaitu tanah, kayu, air dan panas. | [0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608] |
2019-034-19.json | Cerita Adat Ngadas dari Kematian, Kerukunan hingga Pandangan Lingkungan | Cerita Adat Ngadas dari Kematian, Kerukunan hingga Pandangan Lingkungan | Adma atau roh yang dientas diwakili oleh orang yang masih hidup, meskipun itu tidak ada hubungan saudara. Adapun salah satu persyaratan warga yang mau mewakili adma tersebut tidak boleh memakai baju, untuk yang perempuan diharuskan memakai kemben, atau pakaian tradisional pembungkus tubuh wanita yang secara historis umum ditemui di daerah Jawa dan Bali. Karena dalam pandangan warga Ngadas, orang yang sudah meninggal itu tidak memakai baju ataupun lainya.Mereka yang mewakili adma itu kemudian dipayungi dengan menggunakan kain berwarna putih, diantaranya adalah anak-anak, muda maupun dewasa. Mereka kemudian diberikan mantra oleh dukun. Setelah itu, semua Petra dibawa ke tempat pembakaran untuk di sempurnakan.baca juga : Hari Raya Kasada, Sebuah Persembahan Akan Kesuburan KerukunanPenduduk desa Ngadas sebanyak 2.026 jiwa, memiliki tiga keyakinan agama yang dipeluk. Diantaranya pemeluk agama Budha sebesar 50 persen, agama Islam 40 persen dan agama Hindu 10 persen. Ada tiga masjid, satu pura dan satu vihara di desa ini untuk warga menjalankan ibadah masing-masing.Di desa Ngadas masyarakatnya dianggap masih memegang teguh adat istiadat kehidupan lebih plural. Joko Tri Haryanto, peneliti dari Balai Peneliti dan Pengembangan Agama Semarang, melalui jurnalnya, menjelaskan, walau di Ngadas terpolarisasi dalam banyak agama, namun masyarakatnya tetap taat dan tunduk pada adat Tengger.Dia melanjutkan, kuatnya pengaruh adat Tengger juga disebabkan oleh pandangan masyarakat yang cukup kuat terhadap kekuatan-kekuatan supranatural yang ada di lingkungan mereka. Kerukunan beragama terwujud dalam praktik-praktik keseharian di masyarakat. Hal tersebut, menurut Joko, juga bisa dilihat dari spasial atau hunian pemukiman ynag tidak ada pembagian khusus berdasarkan agama. Semua umat beragama membaur dan hidup berdampingan.menarik dibaca : Bunga Abadi Tengger Semeru dari Desa Wisata Edelweis | [0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623] |
2019-034-19.json | Cerita Adat Ngadas dari Kematian, Kerukunan hingga Pandangan Lingkungan | Cerita Adat Ngadas dari Kematian, Kerukunan hingga Pandangan Lingkungan | Selain itu, kata dia, kondisi kerukunan ini terwujud dalam praktik-praktik sosial masyarakat Desa Ngadas yang masih menyelenggarakan bermacam tradisi, seperti tradisi sayan (undang), gantenan dan genten cecelukan (saling bergantian membantu, dan gantian mengundang makan), tradisi nyelawat (salawatan) atau nglayat apabila ada musibah kematian.Dalam hal kerjasama, menurut Joko, masyarakat desa Ngadas biasa melakukan kerjasama dalam bidang pertanian maupun peternakan dengan sistem paron atau pertigaan. Dia menilai, hubungan sesama maupun antar umat beragama berjalan dengan baik karena adanya sikap toleransi dalam bermasyarakat dengan baik yang didasari dengan nilai-nilai budaya Tengger.“Hal ini menandakan tidak ada persoalan dalam perbedaan agama, dan rasa kebersamaan sebagai warga Tengger sangat kuat mendukung terwujudnya kerukunan ini,” jelasnya dalam artikelnya yang berjudul ‘Kearifan Lokal Pendukung Kerukunan Beragama Pada Komunitas Tengger Malang Jatim’.Selain itu, adanya upacara-upacara adat seperti Entas-entas, Karo, Unan-Unan dan Yadya Kasada juga menambah jalinan tali persaudaraan masyarakat Ngadas, mereka berbaur menjalankan upacara adat itu bersama-sama.baca juga : Berburu Embun Beku di Lautan Pasir Gunung Bromo Pandangan LingkunganSifat umum di dalam kehidupan sehari-hari orang Ngadas mempunyai kebiasaan hidup guyub-rukun. Selain itu, juga mempunyai pandangan lain tentang alam. Robert W. Hefner, dalam bukunya ‘Geger Tengger: Perubahan Sosial dan Perkelahian Politik’, menjelaskan, diantara adat istiadat Tengger yang harus dijalankan adalah bagaimana menjaga hubungannya dengan lingkungan, yang digunakan untuk keperluan hidup mereka dalam sehari-hari. | [0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623] |
2019-034-19.json | Cerita Adat Ngadas dari Kematian, Kerukunan hingga Pandangan Lingkungan | Cerita Adat Ngadas dari Kematian, Kerukunan hingga Pandangan Lingkungan | Sebagai masyarakat yang tinggal di pegunungan, masyarakat Tengger Ngadas memiliki ketertarikan dengan lingkungan sangat tinggi, yang hal ini dicermati lewat homogenitas pekerjaan mereka sebagai petani pegunungan yang sangat tergantung pada tanah, tanaman, binatang (ternak), cuaca, dan air, serta hutan untuk memenuhi kebutuhan penunjang mereka.Kebanyakan pekerjaan masyarakat Ngadas adalah petani. Ladang-ladang mereka berada di lereng-lereng gunung dan puncak-puncak yang berbukit. Alat pertanian yang digunakan juga sederhana, yaitu cangkul, sabit dan semacamnya. Adapun untuk hasil pertaniannya adalah kentang, kubis, bawang prei, wortel, dsb.menarik dibaca : Masyarakat Adat Tengger Hidup Berdamai dengan Alam Atas persepsinya tentang alam, cara masyarakat Tengger Ngadas menyelaraskna diri dengan alam, antara lain adalah melalui kepatuhannya terhadap nilai-nilai adat istiadat yang dimanifestasikan melalui ketaatan terhadap norma-norma hukum (adat) dan norma-norma sosial, dan pelaksanaan terhadap upacara-upacara adat sebagai penghormatan kepada Tuhan Pencipta dan para roh leluhur, roh penjaga desa.Menurut Sutarto, dalam disertasinya, menambahkan, pelanggaran terhadap itu semua akan menimbulkan gangguan, yang berupa wabah penyakit, bencana alam, kelaparan, gagal panen, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, pelanggaran terhadap adat istiadat (yang bermuara pada perusakan alam) akan mendapat reaksi keras dari anggota masyarakat. Persepsi ini kemudian memunculkan perilaku kearifan lingkungan.Perilaku kearifan lingkungan yang dilakukan masyarakat Tengger juga di teliti Purnawan D. Negara, dalam jurnalnya tentang Kearifan Lingkungan Tengger dan Peranan Dukun Sebagai Faktor Penentu Pelestarian Lingkungan Tengger Pada Desa Enclave Ngadas, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru: Suatu Tinjauan Hukum, antara laiin perlakuannya terhadap tanah. Masyarakat Ngadas tidak menjual tanah untuk orang diluar wilayahnya. | [0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623] |
2019-034-19.json | Cerita Adat Ngadas dari Kematian, Kerukunan hingga Pandangan Lingkungan | Cerita Adat Ngadas dari Kematian, Kerukunan hingga Pandangan Lingkungan | Terhadap hutan, adanya larangan menebang pohon di hutan dengan sanksi menebang 1, menanam 100. Hal ini juga berlaku untuk sumber mata air dengan tidak merusak kawasan sekitar, dan tidak akan mengkomoditaskan sumber air tersebut di pakai desa lain. Selain itu masyarakat Ngadas juga melakukan intropeksi diri atas perilakunnya terhadap lingkungan lewat pelaksanaan upacara-upacara adat secara konsisten, seperti Kasada, Karo, Unan-unan, Pujan Mubeng, Barikan dan Leliwet. [SEP] | [0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623] |
2019-022-17.json | Bertaruh Nyawa Demi Emas di Lombok [1] | Bertaruh Nyawa Demi Emas di Lombok [1] | [CLS] Jalan berdebu menutupi hampir setengah roda motor yang saya kendarai. Di beberapa tanjakan terpaksa teman yang jadi pemandu turun. Tak kuat menanjak. Paling aman melewati lubang menganga di tengah jalan. Di kala musim hujan, lubang itu tempat kendaraan roda empat membawa material batu dari lokasi tambang.Saya berpapasan dengan mobil Taft yang sudah dimodifikasi. Bagian belakang mobil itu penuh dengan karung berisi batu. Menyusul mobil Hardtop dengan muatan sama. Meraung-raung saat melewati tanjakan. Satu dump truk bermuatan sama meliuk perlahan mencari jalan yang aman untuk dilewati. Saat musim kemarau seperti saat ini, dump truk bisa naik ke beberapa lokasi. Saat musim hujan, hanya sepeda motor bisa melewati jalan ini.Batu yang dibawa kendaraan ini digali dari Bukit Montor dan Bukit Malaikat. Dua bukit di Desa Buwun Mas, Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat. Montor ini bukit legenda di kalangan penambang emas. Di awal kejayaan tambang emas Sekotong, pada 2008-2010, sekali angkut material dari Bukit Montor bisa menghasilkan puluhan juta rupiah. Penamaan bukit itu tak lepas dari sejarah bukit itu yang memberikan kekayaan bagi para penambang. Kekayaan diukur dari jumlah montor (motor dan mobil) yang dimiliki.Kondisi Bukit Montor saat saya kunjungi akhir Agustus lalu berbeda jauh dengan tahun 2008-2010. Saat ini, Bukit Montor seperti kampung. Puluhan tenda memenuhi bukit, punggung bukit dan tempat lapang. Tampak juga warung-warung kaki lima dengan tenda terpal.Saat ini, terlihat ada empat tenda besar yang masih terpasang di Bukit Montor. Tak ada aktivitas warung kaki lima, tempat para buruh melepas penat. Di masa kejayaan tambang emas, memiliki lubang di Bukit Montor adalah jaminan kekayaan. Setiap menyebut Bukit Montor, orang akan berujar “cair.” Cair ini jadi sebutan untuk mendapatkan emas. | [0.9993699789047241, 0.00033445339067839086, 0.00029553149943239987] |
2019-022-17.json | Bertaruh Nyawa Demi Emas di Lombok [1] | Bertaruh Nyawa Demi Emas di Lombok [1] | Di masa kejayaan tambang emas, setiap karung berisi batu dari Bukit Montor, pasti akan mengandung emas. “Kalau sekarang sulit. Tak seperti dulu,’’ kata Burhan, seorang penambang emas saat saya temui di rumahnya di Dusun Teangin-Angin, Desa Buwun Mas.Burhan mengolah emas di halaman rumahnya. Bebatuan yang mengandung emas datang dari Bukit Montor dan Bukit Malaikat, masih satu wilayah dengan Teangin-Angin. Bebatuan itu dipecahkan dengan alat penghancur batu, lalu dilebur menjadi lebih halus (pulp). Material yang lebih halus itu kemudian dituangkan ke dalam kolam yang dilapisi terpal. Di dalam kolam inilah, material itu dicampur dengan merkuri dan sodium sianida. Ketika merkuri mulai langka dan mahal, penambang gunakan sodium sianida dicampur karbon. Bukit Malaikat, sekitar dua kilometer dari Bukit Montor adalah tempat yang masih banyak dijumpai penambangan emas di Desa Buwun Mas. Saat saya tiba di Bukit Malaikat, beberapa buruh sedang istirahat. Sebagian mengangkut karung-karung berisi batu dari lubang tambang.Beberapa perempuan juga terlihat mengangkut karung berisi bebatuan. Karung itu diletakkan di pinggir jalan. Selanjutnya karung-karung itu akan dibawa ke tempat pengolahan yang tersebar di beberapa desa di Kecamatan Sekotong.Bukit Malaikat adalah bukit legenda, seperti Bukit Montor. Sekitar 10 tahun aktivitas tambang emas di Sekotong, dua bukit ini masih menjadi lokasi penambangan. Kandungan emas di bebatuan bukit itu masih ada. Beda kasus dengan bukit-bukit lain yang ditinggalkan penambang karena sudah tak ada emas. Di Bukit Montor dan Bukit Malaikat, kedalaman lubang bisa 40 meter. | [0.9993699789047241, 0.00033445339067839086, 0.00029553149943239987] |
2019-022-17.json | Bertaruh Nyawa Demi Emas di Lombok [1] | Bertaruh Nyawa Demi Emas di Lombok [1] | Saat saya memasuki tenda-tenda di Bukit Malaikat, hanya satu orang lelaki yang tiduran. Dia menjaga mesin kompresor terus menyala. Dari kompresor itu dipasang selang kain ukuran tiga inchi ke dalam lubang di bawah tenda. Kedalaman lubang dengan lebar 1.5 meter itu sekitar 10 meter. Kemudian, dari kedalaman vertikal 10 meter itu, digali lubang menyamping.“Masih ada orang di bawah,’’ kata pemuda yang berjaga di tenda itu. Pemuda yang berjaga itu tidak menyebutkan namanya. Dia bilang, harus izin bosnya dulu kalau mau turun.Saya menunggu cukup lama, hingga membatalkan keinginan turun ke lubang. Nyali juga menciut setelah menengok ke lubang gelap dan sempit itu.Lubang tambang emas ini banyak menelan korban. Peristiwa sepanjang 2008-2010, saat puluhan penambang tewas tertimbun. Ada penambang terkubur hidup-hidup. Ada penambang tertimpa bongkahan batu akibat longsor di bagian bukit. Ada penambang jatuh lalu tertindih bebatuan besar. Awal mula Namanya Ayung. Saya menemui di salah satu pengolahan emas, dia sedang memperbaiki beberapa komponen mesin gelondongan. Di tempat Ayung bekerja, ada empat mesin besar, masing-masing mesin itu memiliki “anak” gelondongan kecil. Satu mesin memutar 20 gelondongan keci. Hingga total ada 80 gelondongan di gudang itu. Mesin itu ditaruh di halaman belakang rumah. Di gudang yang hanya ditutupi terpal, mesin bekerja hampir 24 jam.Setiap mesin giliran. Satu kali bekerja, ada 20 gelondongan yang dihidupkan. Setelah cukup, material lumpur bercampur merkuri di dalam gelondongan disaring untuk memisahkan dengan ampas. Selanjutnya, emas yang masih bercampur dengan merkuri dipisahkan melalui proses penguapan merkuri.Pada proses ini biasa dilakukan di rumah. Beberapa penambang yang saya jumpai menolak halus ketika meminta melihat proses pemisahan.Ayung bukan warga Sekotong. Dia dari Jawa Barat. Ayung mengaku, berada di Sekotong sejak 2008. Dia generasi awal “konsultan” tambang emas dari Jawa Barat. | [0.9993699789047241, 0.00033445339067839086, 0.00029553149943239987] |
2019-022-17.json | Bertaruh Nyawa Demi Emas di Lombok [1] | Bertaruh Nyawa Demi Emas di Lombok [1] | Pada 1986-2004, PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) meneliti Sekotong. Dari hasil penelitian itu ditemukan kandungan emas. Potensi emas rendah, hingga NNT tidak lanjut. Kemudian dilanjutkan PT Indontan. Perusahaan ini sempat membangun basecamp. Indotan penelitian hingga 2006.Pada tahun itu ,disahkan Perda Nomor 11/2006 tentang RTRW NTB. Dalam perda disebutkan kalau Pulau Lombok bukan daerah tambang logam. Masyarakat Sekotong, sudah terlanjur tahu ada kandungan emas. Dengan mencoba-coba, mereka menggali di sekitar basecamp PT, termasuk di daerah-daerah yang pernah kena survei tim perusahaan.Penambangan emas skala kecil atau tambang rakyat ini mulai marak pada 2008. Saat itulah, banyak penambang lebih berpengalaman datang dari Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan, dan Sulawesi. Pada awal-awal tambang ilegal itu, Sekotong yang dulu dikenal sebagai daerah banyak blank spot, sulit akses, berubah jadi kota baru.Ribuan orang datang dari berbagai daerah. Pemerintah daerah bersama aparat TNI-Polri sampai menghadang penghadangan orang-orang dari luar daerah yang datang ke Sekotong.“Saya diminta tolong saja mas’’ kata Ayung ketika saya menanyakan apa posisinya. Dia mengaku, sudah sering bolak-balik Jawa Barat – Lombok. Dia tidak sendiri.Para penambang dari Jawa Barat, membagi ilmu mereka ke penambang lokal. Selain mengajarkan teknik untuk membangun lubang, mereka lebih banyak dipakai di pengolahan. Mulai dari merancang mesin gelondongan, pencampuran merkuri, pengolahan. Para penambang dari luar ini juga diduga membuka jalur perdagangan merkuri. | [0.9993699789047241, 0.00033445339067839086, 0.00029553149943239987] |
2019-022-17.json | Bertaruh Nyawa Demi Emas di Lombok [1] | Bertaruh Nyawa Demi Emas di Lombok [1] | Para penambang cepat belajar. Kalau dulu hanya gunakan gelondongan, berbentuk tabung dengan listrik, belakangan mereka membangun gelondongan lebih besar. Terakhir, merancang gelondongan vertikal yang disebut tong. Ketinggian tong ini kadang sampai 10 meter dengan diameter tiga meter. Berton-ton material lumpur yang mengandung emas dituangkan dalam tong. Berkilogram merkuri masuk dalam tong. Air dari pengolahan itu dibuang ke kolam yang dibangun di dekat tong. Sebagian inilah yang dibuang ke sungai dan laut.Topografi Sekotong berbukit berbatasan dengan laut. Banyak gelondongan beroperasi di rumah-rumah warga di pinggir pantai. Sepanjang Sekotong Barat, Sekotong Timur, Buwun Mas, Pelangan banyak dijumpai gelondongan di pinggir pantai. Air dari pengolahan emas itu dibuang begitu saja di halaman, yang mengalir ke perairan.Gelondongan skala besar (tong) pun tak mengolah air limbah. Dibuang begitu saja di kolam yang mereka gali. Beberapa hasil penelitian menyebutkan, air limbah itu dibuang ke perairan. Air inilah yang mencemari sungai, sawah, tanaman. Masuk ke dalam rantai makanan, berujung berdampak pada manusia.Cerita sukses penambang emas di Sekotong terdengar di seantero Lombok. Hanya berdasarkan cerita dari satu penambang ke penambang lain, warga di beberapa daerah mencoba peruntungan.Mereka juga menggali bukit-bukit. Lokasi penambangan yang pernah dilakukan adalah di Batu Jangkih dan Montong Sapah (Lombok Tengah) yang berbatasan dengan Sekotong (Lombok Barat). Penambangan lain di Gunung Prabu (Lombok Tengah), bukit-bukit di Batunampar (Lombok Timur). | [0.4948588013648987, 0.4965273141860962, 0.008613888174295425] |
2019-022-17.json | Bertaruh Nyawa Demi Emas di Lombok [1] | Bertaruh Nyawa Demi Emas di Lombok [1] | Penambangan di Batunampar, belum sempat berkembang, sudha ditertibkan. Begitu juga di sekitar perbatasan bagian selatan Lombok Tengah-Lombok Barat. Yang bertahan hingga kini penambangan di Gunung Prabu. Gunung Prabu ini bersebelahan dengan kawasan ekonomi khusus (KEK) Mandalika. Bahkan, kawasan yang kini jadi areal pertambangan ilegal masih satu kawasan pengembangan KEK Mandalika.Berulang kali otoritas KEK Mandalika meminta perhatian khusus pemerintah daerah menertibkan tambang emas di Gunung Prabu.Rencana penertiban di Gunung Prabu tak berjalan mulus. Aparat tampak berhati-hati setelah ribut kala penertiban di Sekotong, bentrok antara aparat dengan masyarakat terjadi. Bahkan, mobil Satpol PP dirusak. Puncaknya, perusakan dan pembakaran mesin-mesin Indotan yang akan masuk ke Sekotong.Lambat laun Sekotong mulai redup. Penambang menggali manual, kemampuan mereka terbatas. Nerbanding terbalik dengan di Gunung Prabu. Para penambang pakai alat berat.Gunung yang dulu rimbun, kini botak. Tak sekadar menggali lubang dengan linggis, penambangan di Gunung Prabu membawa alat berat. Bukit dikeruk, dan lama-kelamaan makin terkikis.Awalnya, penambang pakai merkuri, kini gunakan karbon dan sodium sianida. Mereka pakai kolam pengendapan dengan perlu sedikit listrik untuk mesin pompa air yang biasa untuk di akuarium.Kusnadi, Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) NTB bilang, potensi emas di Pulau Lombok, memang ada. Daerah selatan Pulau Lombok dulu gunung purba. Dalam proses geologi berlangsung ribuan tahun, mineral-mineral di gunung itulah yang mengendap menjadi logam. Selain emas, katanya, ada juga mangan.“Itu yang membuat tambang emas itu di selatan,’’ katanya. | [0.9993699789047241, 0.00033445339067839086, 0.00029553149943239987] |
2019-022-17.json | Bertaruh Nyawa Demi Emas di Lombok [1] | Bertaruh Nyawa Demi Emas di Lombok [1] | Kusnadi bilang, emas dan mangan potensi di Lombok bagian selatan. Dia tak setuju dengan pola penambangan saat ini karena rentan longsor, dan pencemaran. Tidak ada pengolahan limbah. Selain mengubah bentang alam, katanya, merkuri dan sodium sianida yang dipakai untuk memisahkan emas itu berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan.“Selama manusia menjadikan emas sebagai mineral berharga, selama itu pula tambang akan dilakukan,’’ katanya. Pencemaran parahPencemaran dari tambang emas sudah terjadi. Temuan berbagai penelitian membuktikan itu. Tak hanya lingkungan, tumbuhan dan biota air tercemar, manusia juga terdampak.Pada 2010, tim peneliti dari Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM) bekerjasama dengan Fakultas MIPA Universitas Mataram (Unram) mempublikasikan hasil studi kandungan merkuri di Sekotong. Studi lapangan oleh 14 orang peneliti, mengambil sampel di lapangan pada 12-28 Oktober 2009.Sampel diambil dari cuplikan air dari Sungai Selodong, Blongas, Pelangan, Selindungan, Tawun, Tembowong, Gawah Buak. Tim juga mengambil air tanah dan tanah di sekitar sungai itu. Mereka juga meneliti biodiversitas hewan (gastropoda dan ikan) maupun tumbuhan sekitar.Dari hasil penelitian, tim menemukan 1.497 gelondongan dan 570 (38 %) membuang limbah ke sungai. Hasil penelitian itu menyebutkan, kandungan merkuri yang terdeteksi pada daun di tiga tumbuhan terpilih (Cyperus rotundus, Eupatorium inulifolium, dan Tectona grandis) di sekitar quarry telah tinggi, berkisar antara 0,5 sampai sembilan kali lipat batas ambang yang diacu (NAB 0,3 ppm).Ada perbedaan sangat signifikan antara stasiun I dengan stasiun III— tempat banyak ditemukan limbah tailling—dengan kenaikan nilai kadar merkuri pada daun baik di Pelangan-Selindungan (tujuh kali lipat), Tembowong–Gawah Pudak (8-169 kali lipat), Tawun (dua kali lipat), Blongas (4-41 kali lipat), maupun Selodong (38-45 kali lipat). | [0.9993699789047241, 0.00033445339067839086, 0.00029553149943239987] |
2019-022-17.json | Bertaruh Nyawa Demi Emas di Lombok [1] | Bertaruh Nyawa Demi Emas di Lombok [1] | Penelitian yang pernah diseminarkan di Hotel Grand Legi Mataram ini juga menyebutkan, kandungan merkuri di lumpur quarry sudah sangat tinggi di empat daerah kajian, yaitu, Pelangan-Selindungan, Tembowong–Gawah Pudak, Tawun dan Selodong.Masih dalam penelitian itu disebutkan, kadar merkuri dalam air sungai mencapai nilai ambang batas (NAB) yang disyaratkan WHO, yaitu 0,001 ppm. Pada Sungai Tembowong Gawah-Pudak, Selodong dan Pelangan masih 1xNAB, Sungai Pelangan-Selindungan 3xNAB, dan Sungai Blongas 6xNAB.Kalau ditinjau dari nilai oksigen terlarut dalam air (DO), secara keseluruhan kualitas air sungai sudah kritis, DO mendekati angka empat, di bawah angka ini perairan sungai dapat dikatakan tercemar berat.Dalam penelitian itu disebutkan kisaran nilai DO pada Sungai Pelangan-Selindungan, Tembowong Gawah-Pudak, Tawun, dan Selodong berturut-turut adalah 3,47 sampai 4,70, 2,4 sampai 5,01, 4,11 sampai 5,13, dan 2,29 sampai 5,84. Kondisi parah terdapat pada stasiun IV Tawun-Gawah Pudak dan stasiun V Selodong.Di arah Muara Sungai Blongas, terindikasi ada penutupan pasir, yang khawatir meningkatkan pencemaran di stasiun itu.Hasil penelitian itu juga menyebutkan, pola penyebaran kadar merkuri tertinggi di perairan sungai berada di kawasan tengah, yakni, Selodong stasiun III, Blongas stasiun II dan Pelangan-Selindungan stasiun II.Kemudian lima jenis ikan gelodok di lokasi pengamatan, yaitu, Periopthalmus sp., Apocrytes sp., Baeophthalmus sp., Calamiana sp. dan salah satu jenis anggota sub famili Sicidiinae. Kadar merkuri tertinggi pada gelodok di Muara Sungai Blongas (2,071 ppm) dan kadar terendah di Muara Sungai Selodong (0,004 ppm). Kadar merkuri pada gelodok dipengaruhi oleh tertutup atau terbukanya muara sungai.Hasil penelitian itu membuat pro kontra di masyarakat. Upaya sosialisasi dan penertiban pemerintah bersama aparat tak mempan. Penambang tetap banyak, baru berkurang ketika terjadi kecelakaan. | [0.9993699789047241, 0.00033445339067839086, 0.00029553149943239987] |
2019-022-17.json | Bertaruh Nyawa Demi Emas di Lombok [1] | Bertaruh Nyawa Demi Emas di Lombok [1] | Ada juga penelitian oleh Lale Bidasari, Alfina Taurida Alydrus, dan Kasnawi Al Hadi dari Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Mataram. Penelitian itu , menyebutkan limbah merkuri di Desa Pelangan Kecamatan Sekotong berada di kedalaman 1,25 meter – 19,8 meter. Dari hasil penelitian mereka ditemukan juga arah pergerakan limbah merkuri dari barat menuju timur.Pada 2017, penelitian oleh Filsa Era Sativa, Agil Al Idrus, dan Gito Hadiprayitno soal kandungan merkuri (Hg) dan mangan (Mn) pada Pilsbryoconcha exilis dan sedimen di Sungai Pelangan.Hasil analisis kandungan Hg pada Pilsbryoconcha exilis menunjukkan, Hg tertinggi pada spesies Pilsbryoconcha exilis yang terdapat di stasiun III dengan nilai 0.623 mg/kg dan nilai terendah terdapat pada stasiun I sebesar 0.039 mg/kg. Spesies pada stasiun III memiliki nilai di atas batas aman Hg pada moluska.Nilai kandungan mangan pada penelitian menunjukkan, spesies tertinggi terdapat pada stsiun III dengan nilai 38.52 mg perkg dan terendah stasiun I dengan nilai 12.9 mg perkg. Rata-rata kandungan Hg dan Mn sedimen teringgi, pada stasiun III dengan nilai masing-masing 1.9 mg perkg dan 234.46 mg perkg. Perhatian pemerintah kembali terarah ke Sekotong ketika BaliFokus/Nexus3 mempublikasikan hasil penelitian mereka. Tak sekadar merilis kandungan merkuri di perairan Sekotong, Nexus3 juga merilir, merkuri berdampak pada masyarakat Sekotong.Yuyun Ismawati dari Nexus3 menjelaskan, penelitian pada 20-an lokasi, baik penelitian awal maupun intensif. Ada yang sudah publikasi ada yang tidak karena data kurang valid, atau tidak ada sumber.Nexus3 studi di berbagai daerah seperti di Aceh, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulwesi Utara, Banten, Jawa Tengah, NTB dan Maluku. | [0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606] |
2019-022-17.json | Bertaruh Nyawa Demi Emas di Lombok [1] | Bertaruh Nyawa Demi Emas di Lombok [1] | Yuyun melibatkan tim terdiri dari dokter-dokter dari Universitas Mataram, ahli emisi dan pencemaran udara dari ITB, ada ahli hukum lingkungan dari ICEL dan CRPG. Ada juga kawan-kawan ahli dari luar negeri. Dengan komposisi tim lengkap, Nexus3 menjamin hasil riset mereka valid.Hasil riset Nexus3 ini juga tak jauh berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Hanya, publikasi Nexus3 jadi polemik karena menyebutkan sudah ada korban pencemaran.Publikasi Nexus3 ini berjudul, “Dugaan keracunan merkuri di tiga lokasi pertambangan emas skala kecil (PESK) di Indonesia, Bombana-Sulawesi Tenggara, Sekotong-Lombok Barat, dan Cisitu-Lebak 16 Februari-6 Maret 2015.” Penelitian itu menyimpulkan, terjadi pencemaran di Sekotong.Disebutkan, tambang Sekotong berlangsung 10 tahun dan pakai merkuri lebih dari 70 ton per tahun. Dalam 10 tahun terakhir, proses ekstraksi emas pindah ke desa dan menjamur di wilayah permukiman. Jumlah penduduk wilayah Sekotong, dengan praktik penambangan emas tersebar sekitar 40.000 orang. Hampir 50% populasi terlibat dalam kegiatan yang berhubungan penambangan dan pengolahan emas.Di Sekotong, Lombok Barat, konsentrasi merkuri tertinggi di udara yang penelitian itu dapatkan, 54,931.84 ng/m3, terendah 121,77 ng/m3. Di depan salah satu rumah terdapat gelondong beroperasi konsentrasi merkuri di udara sekitar 20,891.93ng/m3, di sebelah rumah orang yang diduga keracunan merkuri.Temuan awal Nexus3 selama tiga pekan di lapangan, anak usia tiga tahun, Zs dari Sekotong menderita kaki pengkor disebut juga congenital talipes. Ini semacam kelainan bawaan yang melibatkan satu kaki atau keduanya. Kaki yang terkena tampak terputar secara internal di bagian pergelangan kaki. Rz, bocah tujuh tahun, menderita katarak mata. Ada temuan warga yang diduga terdampak merkuri inilah, rilis Nexus3 memantik respon di Lombok. | [0.4948588013648987, 0.4965273141860962, 0.008613888174295425] |
2019-022-17.json | Bertaruh Nyawa Demi Emas di Lombok [1] | Bertaruh Nyawa Demi Emas di Lombok [1] | Nurhandini Eka Dewi, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB mengatakan, Dinas Kesehatan provinsi dan Dinas Kesehatan Lombok Barat, tetap memantau kondisi di Sekotong.Dia mengakui, pernah ada riset dari Universitas Indonesia (UI) tentang gejala yang diduga dampak pencemaran merkuri terjadi di Sumbawa. Dari Dinas Kesehatan Lombok Barat menyatakan, belum ada temuan terdampak merkuri.Untuk antisipasi, Dinas Kesehatan melakukan penjaringan kasus yang dicurigai menderita gangguan kesehatan akibat merkuri lalu skrening pada terduga terdampak. Dinas Kesehatan juga penyuluhan tentang dampak merkuri kepada masyarakat di daerah tambang. Juga, advokasi kepada camat dan kades terkait upaya meminimalisir dampak pencemaran merkuri.Dinas kesehatan, katanya, juga menggelar pelatihan bagi dokter, perawat dan bidan Puskesmas Sekotong dan pelangan tentang cara skrening gejala keracunan merkuri.Sosialisasi internal kepada kepala Puskesmas dan dokter Puskesmas tentang dampak pencemaran merkuri terhadap kesehatan dan hasil penelitian Nexus3/Balifokus.“Dinas Kesehatan bakti sosial untuk penyebaran imformasi tentang dampak pencemaran merkuri, pemeriksaan dan pengobatan gratis kepada masyarakat di wilayah tambang. Termasuk juga advokasi kepada Pemda Lobar dalam pengendalian perdagangan merkuri,’’ katanya.Kondisi Sekotong, katanya, kini lebih baik dibandingkan 10 tahun silam. Aktivitas penambangan maupun penggunaan merkuri berkurang. Peredaran sudah dibatasi. Dinas Kesehatan, katanya, juga melihat kondisi kesehatan masyarakat.“Masyarakat mulai menyadari dampak penggunaan merkuri terhadap kesehatan. Saat ini, kepemilikan gelondongan jauh berkurang dibandingkan 5-10 tahun lalu,’’ katanya. (Bersambung) Keterangan foto utama: Para buruh sedang menggali lubang di lokasi baru di Buwun Mas, Kecamatan Sekotong, Lombok Barat. Para buruh ini berbagi keuntungan dengan pemodal. Foto: Fathul Rakhman/Mongabay Indonesia [SEP] | [0.5002273321151733, 0.01127683836966753, 0.4884958565235138] |
2023-005-01.json | Beban Berat Taman Nasional Tesso Nilo, Perambahan hingga Kebun Sawit Ilegal | Beban Berat Taman Nasional Tesso Nilo, Perambahan hingga Kebun Sawit Ilegal | [CLS] Berbagai persoalan masih mendera kelestarian Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN).Selasa, 27 September 2022, sekelompok pemilik lahan sawit ilegal di kawasan TNTN, mendatangi Kantor Seksi Pengelola Wilayah (SPW) 1 Balai TNTN, di Desa Lubuk Kembang Bunga, Kabupaten Pelalawan, Riau.Kepala Balai TNTN Heru Sutmantoro mengungkap, amuk massa itu berkaitan dengan tim yang menangkap sembilan perambah hutan di kawasan TNTN, satu setengah bulan sebelumnya.“Hutan ini kan mestinya kita jaga dan rawat. Kami sudah maksimal mencegah terjadi perambahan,” terangnya kepada awak media, awal Oktober 2022.Heru mengatakan, sembilan orang itu telah dilepaskan karena mereka memperlihatkan surat keterangan tanah (SKT) yang dikeluarkan Kepala Desa Air Hitam, Kecamatan Ukui, Pelalawan, Riau“Mereka rakyat kecil yang tertipu,” katanya.Heru menegaskan, dia bersama tim bakal mengusut penerbitan surat tersebut.“Kepala Desa Air Hitam mengaku sudah menerbitkan 1.500 SKT dalam kawasan TNTN. Satu SKT, luasnya sekitar 2 hektar. Ini menyalahi aturan, makanya saya bersurat ke kepala desa tersebut untuk menghentikan dan mencabut SKT yang ada,” jelasnya. Terus tergerusTaman Nasional Tesso Nilo ditetapkan oleh Kementerian Kehutanan melalui perubahan fungsi hutan produksi terbatas seluas 83.068 hektar. Penetapan dilakukan dua tahapan, berdasarkan SK Menteri Kehutanan Nomor: SK.255/Menhut-II/2004 tanggal 19 Juli 2004 seluas 38.576 ha. Berikutnya, berdasarkan SK Menteri Kehutanan Nomor: SK 663/Menhut-II/2009 tanggal 15 Oktober 2009 seluas 44.492 hektar.Andi Kusumo, Pengendali Ekosistem Muda Balai Taman Nasional Tesso Nilo menerangkan, perambahan masih terjadi di taman nasional ini. | [0.9992979764938354, 0.00035951982135884464, 0.00034251681063324213] |
2023-005-01.json | Beban Berat Taman Nasional Tesso Nilo, Perambahan hingga Kebun Sawit Ilegal | Beban Berat Taman Nasional Tesso Nilo, Perambahan hingga Kebun Sawit Ilegal | “Hutan alam tersisa sekitar 13 ribu hektar. Sementara, 68 ribu mengalami deforertasi dengan rincian bukaan sawit 40 ribu hektar dan sisanya 28 ribu hektar berupa semak belukar, kawasan terbuka, dan permukiman,” terangnya di Pelalawan, pertengahan November 2022.Andi mengatakan, pemerintah terus berupaya menjaga TNTN dari kerusakan. Ini berdasarkan SK Nomor SK. 72/Menlhk/Setjen/HPL.0/2/2018 tanggal 7 Februari 2022 tentang Implementasi Pengelolaan Ekosistem Tesso Nilo dengan pendekatan berbasis masyarakat. Penyelesaian konflik dilakukan dengan fokus pengelolaan TNTN.Balai Taman Nasional Tesso Nilo juga menerbitkan larangan menanam sawit dalam kawasan tanaman nasional melalui Surat Edaran Kepala Balai TNTN Nomor: SE.006/T.29/TU/Tks/1/2022.“Larangan berlaku bagi perorangan, kelompok, koperasi, maupun perusahaan,” jelasnya.Terkait surat edaran, Heru menjelaskan tujuannya memberikan pengetahuan dan imbauan kepada masyarakat tentang larangan menanam sawit dan aktivitas lain yang dapat merusak kawasan hutan TNTN. Dasar pembuatan surat adalah, pertama, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990, tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya. Kedua, UU Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan jo UU Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas UU Nomor 41 Tahun 1999.Ketiga, UU Nomor 18 tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan.Keempat, UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Kelima, Peraturan Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 6 tahun 2018 tentang Petunjuk Teknis Kemitraan Konservasi pada Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.“Untuk sawit di kawasan TNTN akan dilakukan penanganan sesuai peraturan yang berlaku,” katanya. Penegakan hukum | [0.9994334578514099, 0.0002822732785716653, 0.0002842268440872431] |
2023-005-01.json | Beban Berat Taman Nasional Tesso Nilo, Perambahan hingga Kebun Sawit Ilegal | Beban Berat Taman Nasional Tesso Nilo, Perambahan hingga Kebun Sawit Ilegal | Dikatakan Heru, sejak terbitnya surat tersebut sudah beberapa kali upaya penegakan hukum dilakukan, berkolaborasi dengan Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum KLHK Sumatera Wilayah II Pekanbaru dan Kepolisian Resor Pelalawan, untuk memberi efek jera.“Surat edaran merupakan ketegasan Balai TNTN dalam pengendalian sawit di kawasan taman nasional. Juga, warning bagi mereka yang tetap menanam karena dapat dilakukan tindakan hukum,” katanya.Penegakan hukum yang juga telah dilakukan pada 2022 ini adalah, 1 tesangka perambahan inisial N ditangkap pada Maret 2022 dengan barang bukti alat berat. April, 1 tersangka perambahan inisal J diamankan. Agustus, 3 tersangka perambahan ditangkap dengan abrang bukti chainsaw. September, 2 pembakar hutan dalam proses penyidikan.Selain tindakan hukum, upaya penyelesaian konflik juga dapat dilakukan dengan mengembalikan fungsi hutan Tesso Nilo, yang juga merupakan habitatnya satwa liar.“Upaya pemulihan dan pengembalian habitat satwa dilindungi harus dilakukan, agar keseimbangan ekosistem kembali berfungsi,” kata Nursamsu, Koordinator Eyes on the Forest.Mengutip Mongabay Indonesia, berdasarkan analisis peta yang dilakukan Greenpeace Indonesia, sekitar 355 hektar tutupan hutan di Tesso Nilo hilang sepanjang 2020. Analisis dengan data Nusantara Atlas memperlihatkan, ada peringatan GLAD di Tesso Nilo pada 2021.Peringatan GLAD (Global Land Analysis Discovery-Alert) adalah alat pantau berupa citra satelit yang dikembangkan University of Maryland dan Google untuk mengetahui perubahan tutupan hutan di suatu kawasan dalam skala paling terkecil dan waktu relatif singkat.“Data ini menunjukkan sekitar 700 hektar peringatan GLAD selama 2021 di hutan Tesso Nilo,” terang Sapta Ananda Proklamasi, Peneliti Pemetaan Greenpeace Indonesia, akhir Februari 2022. Habitat satwa liar dilindungi | [0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163] |
2023-005-01.json | Beban Berat Taman Nasional Tesso Nilo, Perambahan hingga Kebun Sawit Ilegal | Beban Berat Taman Nasional Tesso Nilo, Perambahan hingga Kebun Sawit Ilegal | Taman Nasional Tesso Nilo merupakan kawasan hutan hujan tropika daratan rendah di Pulau Sumatera. Berdasarkan data World Wide Fund for Nature (WWF) 2019, di sini terdapat sekitar 360 jenis flora, 1.107 jenis burung, 50 jenis ikan, 23 jenis mamalia, 18 jenis amfibi, 15 jenis reptil, 3 jenis primata, dan juga habitatnya harimau dan gajah sumatera.Flora yang tumbuh juga beragam, ada 360 jenis yang tergolong dalam 165 marga dan 57 suku. Tanaman pohon ada 215 jenis dan tanaman anak pohon sebanyak 305 jenis.Ical, warga Desa Lubuk Kembang Bunga, Kecamatan Ukui, Pelalawan, Riau, mengatakan pernah ikut menjadi anggota tim survei populasi satwa liar di TNTN, mulai 2008 hingga 2013.“Kami mendapati jejak hewan dan dilaporkan ke WWF. Ada tim yang memasang memasang kamera pemantau, setelah tiga bulan dilihat hasil rekamannya,” terangnya.Jalur yang dilalui adalah Kampung Bukit, Desa Kesumah lalu keluar di Kuansing, Banthin Mekar. Saat itu yang tampak hanya hutan belantara.“Terakhir, saya ikut survei gajah tahun 2013 untuk menentukan populasi,” jelasnya.Riszki Is Hardianto, Peneliti Kehutanan Yayasan Auriga Nusantara mengatakan, terganggunya habitat gajah sangat terihat di kawasan TNTN. Ini dikarenakan aktivitas penguasaan dan penebangan hutan yang terus terjadi, dan juga konversi hutan alam untuk perkebunan skala besar. Sehingga, batas-batas penggunaan ruang antara manusia dengan gajah menjadi sulit dipisahkan.“Hilangnya area berhutan menimbulkan konflik, selain masih adanya perburuan gajah untuk diambil gadingnya,” katanya, pertengahan November 2022. Hilangnya potensi hutanKetua Asosiasi Madu Sialang Tesso Nilo, Wazar mengatakan, dulunya madu sialang yang merupakan hasil hutan TNTN mudah didapat.“Bisa 70 ton madu alam dalam setahun,” jelasnya. | [0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163] |
2023-005-01.json | Beban Berat Taman Nasional Tesso Nilo, Perambahan hingga Kebun Sawit Ilegal | Beban Berat Taman Nasional Tesso Nilo, Perambahan hingga Kebun Sawit Ilegal | Selain itu ada rotan, petai, dan tanaman obat seperti kayu manis, pasak bumi, yang didapat langsung dari hutan. Berbagai jenis ikan seperti baung, patin, juga udang masih didapati di sungai.“Namun, hilangnya pepohonan akibat perambahan dan alih fungsi lahan, terutama menjadi kebun sawit, menyebabkan semuanya hilang. Begitu juga dengan ikan yang semakin sulit didapat, karena lingkungan yang rusak,” paparnya. * Vera Lusiana, jurnalis Antara Riau.Liputan ini merupakan program Journalist Fellowship yang diselenggarakan Mongabay Indonesia dan Kaoem Telapak. [SEP] | [0.999424159526825, 0.00028237837250344455, 0.000293476419756189] |
2023-001-18.json | Buaya Laut Kuno Tertua Ditemukan di Pantai Jurassic Inggris | Buaya Laut Kuno Tertua Ditemukan di Pantai Jurassic Inggris | [CLS] Ahli paleontologi telah menemukan Thalattosuchia baru—”sepupu” kuno buaya modern. Temuan ini bisa menjadikan makhluk tersebut tertua dari jenisnya yang pernah ditemukan selama ini. Fosil-fosilnya ditemukan di Pantai Jurassic di Inggris termasuk bagian dari kepala, tulang punggung, dan anggota badan Turner suchus hingley.Pantai Jurassic terbentang sepanjang 95 mil di Inggris selatan. Terletak di dalam kabupaten Dorset dan Devon. Ini adalah Situs Warisan Dunia UNESCO yang diakui karena batuan, fosil, dan bentang alamnya yang dapat mewakili 185 juta tahun sejarah bumi. Boleh jadi pantai tersebut merupakan satu-satunya tempat di bumi di mana bebatuan dari periode Trias, Jurassic, dan Cretaceous dapat dilihat di satu tempat.Fosil Turner Suchus hingley yang baru ditemukan mewakili satu-satunya Thalattosuchia lengkap pada zamannya. Berasal dari periode Jurassic, Pliensbachian awal, yaitu sekitar 185 juta tahun yang lalu. Dalam studi yang diterbitkan dalam Journal of Vertebrate Paleontology, para peneliti menyatakan bahwa penemuan fosil baru ini membantu menunjukkan bahwa Thalattosuchia dan hewan mirip buaya lainnya berasal sekitar 15 juta tahun lebih jauh dari Turner Suchus.“Kita berharap menemukan lebih banyak Thalattosuchia pada usia yang sama dengan Turner Suchus serta lebih tua,” kata Dr. Eric Wilberg, Asisten Profesor di Departemen Ilmu Anatomi, di Stony Brook University dikutip dari Sciencedaily, Sabtu (18/2).baca : Buaya Badas Hitam, Satwa Liar Dilindungi Ikon Kutai Timur Faktanya selama penerbitan makalah penelitian, kata Eric, tengkorak Thalattosuchia ditemukan di atap sebuah gua di Maroko (periode waktu sebelum Plin Bachian tempat Turner suchus ditemukan). Temuan ini memperkuat gagasan para peneliti tentang evolusi dan kepunahan. | [0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606] |
2023-001-18.json | Buaya Laut Kuno Tertua Ditemukan di Pantai Jurassic Inggris | Buaya Laut Kuno Tertua Ditemukan di Pantai Jurassic Inggris | “Saya berharap terus menemukan lebih banyak Thalattosuchia yang lebih tua. Analisis kami menunjukkan bahwa thalattosuchia kemungkinan pertama kali muncul di zaman Trias dan selamat dari kepunahan massal zaman Trias akhir,” katanya.Namun, belum ada obyek penggalian menemukan Thalattosuchia di bebatuan. Itu berarti ada garis keturunan “hantu” atau periode di mana ada catatan kehidupan, tetapi belum ditemukan bukti fosil. Sampai penemuan Turner suchus, garis keturunan “hantu” ini belum teridentifikasi dari akhir zaman Trias hingga Toarcian di Jurassic.Thalattosuchia disebut dalam bahasa sehari-hari sebagai buaya laut. Meskipun faktanya mereka bukan anggota Crocodylia. Beberapa Thalattosuchia beradaptasi dengan kehidupan di lautan. Tubuh mereka pendek punya sirip ekor seperti hiu, kelenjar garam, dan punya kemampuan untuk melahirkan daripada bertelur.Turner suchus hidup di Samudra Jurassic dan memangsa satwa liar laut. Dan, karena moncongnya yang relatif panjang dan ramping, satwa purba itu terlihat mirip dengan buaya gharial yang saat ini hidup.“Namun, tidak seperti buaya pada modern. Predator satu ini punya panjang 2 meter dan habitat alaminya di pesisir laut. Dan meskipun tengkorak mereka terlihat sangat mirip dengan gharial modern, mereka dibentuk dengan sangat berbeda,” kata Dr. Pedro Godoy, dari Universitas São Paulo di Brasil.baca juga : Dilindungi dan Dihormati, Buaya Endemik Papua Ini Masih Diburu Thalattosuchia memiliki fenestra supratemporal yang sangat besar. Yaitu daerah tengkorak yang menampung otot rahang. Ini menunjukkan bahwa Turner suchus dan thalattosuchia lainnya memiliki otot rahang membesar yang gigitan gigitan cepat. Sebagian besar mangsa mereka adalah ikan atau cephalopoda yang bergerak cepat. Mungkin juga, seperti pada buaya modern, bahwa wilayah supratemporal Turner suchus memiliki fungsi termoregulasi yang membantunya menyangga suhu tubuh. | [0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606] |
2023-001-18.json | Buaya Laut Kuno Tertua Ditemukan di Pantai Jurassic Inggris | Buaya Laut Kuno Tertua Ditemukan di Pantai Jurassic Inggris | Penggalian ini melibatkan peneliti dari Charmouth Heritage Coast Centre, yang membantu menyatukan bagian fosil yang terpisah. Agaknya, kawasan Pantai Selatan Inggris itu identik dengan penemuan Ichthyosaurus, Plesiosaurus dan Scelidosaurus. Genus dinosurus dari Jurassic of the British Isles. Sungguh kawasan yang menarik untuk mengungkap misteri dinosaurus lainnya. Sumber : sciencedaily.com dan doi.org [SEP] | [0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606] |