filename
stringlengths
16
16
title
stringlengths
22
107
text
stringlengths
132
2.1k
softlabel
stringlengths
15
740
2013-013-08.json
Sebabkan Pencemaran Parah, Jepang Diminta Hentikan Ekspor Merkuri ke Indonesia
Sebabkan Pencemaran Parah, Jepang Diminta Hentikan Ekspor Merkuri ke Indonesia | [CLS] Jepang dinilai mengekspor bencana terhadap lingkungan dan manusia lewat ekspor merkuri yang mereka lakukan ke sejumlah negara di Asia Tenggara, termasuk ke Indonesia. Hal ini diungkapkan oleh Yuyun Ismawati, dari LSM Bali Fokus di sela simposium pembuka sebelum digelarnya konferensi internasional tentang bencana Minamata berjudul “Minamata Convention on Mercury” yang akan dibuka tanggal 9 Oktober 2013.  Yuyun menyatakan bahwa kondisi pencemaran merkuri terhadap lingkungan di Indonesia saat ini sudah mencapai taraf mengkhawatirkan.Pada praktek di lapangan masih menurut Yuyun kepada harian berbahasa Jepang, Asahi Shimbun, ekspor merkuri yang dilakukan oleh Jepang ke Singapura seringkali dijual di pasar gelap ke wilayah Indonesia untuk keperluan pertambangan rakyat yang sangat membahayakan lingkungan dan sumber air bagi manusia.Setiap tahun Jepang mengekspor sekitar 100 hingga 150 ton merkuri ke Singapura dan Hong Kong selama lima tahun terakhir. Namun pada kenyataannya permintaan bahan metal cair di kedua negara tersebut sangat rendah. Singapura diduga hanya menjadi pelabuhan sementara bagi masuknya merkuri ke Indonesia.Menurut data yang dimilikinya Yuyun mengatakan, pada tahun 2010, sekitar 280 ton merkuri telah diekspor dari Singapura ke Indonesia. Namun menurut catatan pejabat resmi pemerintah, hanya sekitar 2 ton merkuri yang diimpor dari Singapura ke Indonesia tahun tersebut. “Merkuri diimpor secara ilegal ke Indonesia dari negara-negara mau seperti Jepang, melalui perantara negara ketiga dan digunakan disana,” ungkap Yuyun Ismawati kepada Asahi Shimbun.
[0.9993699789047241, 0.00033445339067839086, 0.00029553149943239987]
2013-013-08.json
Sebabkan Pencemaran Parah, Jepang Diminta Hentikan Ekspor Merkuri ke Indonesia
Sebabkan Pencemaran Parah, Jepang Diminta Hentikan Ekspor Merkuri ke Indonesia | Bahan metal cair bernama merkuri ini digunakan sebagai campuran dalam pertambangan emas rakyat untuk membersihkan dan memurnikan emas. Namun penggunaan merkuri, sangat membahayakan bagi lingkungan karena limbah metal cair untuk memebersihkan emas ini seringkali dibuang sembarangan ke sumber air dan muara, yang mengakibatkan kontaminasi racun berbahaya bagi spesies-spesies ikan yang menjadi sumber protein bagi manusia. Merkuri sendiri membahayakan manusia karena paparan dalam jumlah besar dan waktu yang panjang akan melemahkan koordinasi kerja syaraf tubuh dan mengakibatkan komplikasi munculnya penyakit lainnya.Menurut laporan dari United Nations Environmental Programme (UNEP) berjudul Mercury, Time to Act, menemukan bahwa merkuri hasil kontribusi manusia di permukaan laut sampai sedalam 100 meter di lautan dunia telah mencapai dua kali lipat dalam seratus tahun terakhir. Dalam laporan ini, UNEP juga menyatakan bahwa sebagian Afrika, Asia dan Amerika Selatan bisa terjadi kenaikan emisi merkuri di lingkungan mereka terutama yang diakibatkan oleh pertambangan emas skala kecil dan pembakaran batubara untuk listrik. Di Indonesia sendiri ada sekitar 800 titik di 22 propinsi yang menjadi sumber pencemaran merkuri akibat pertambangan emas skala kecil atau ASGM (artisanal and small-scale gold mining).Kontaminasi terhadap manusia juga tak kalah mengerikan, dari 20 orang yang bekerja di pertambangan emas tanpa izin dan telah menjalani uji kontaminasi merkuri, 19 diantaranya berada dalam kondisi tercemar merkuri dalam level berbahaya.
[0.9999897480010986, 5.327978669811273e-06, 4.870696557190968e-06]
2013-013-08.json
Sebabkan Pencemaran Parah, Jepang Diminta Hentikan Ekspor Merkuri ke Indonesia
Sebabkan Pencemaran Parah, Jepang Diminta Hentikan Ekspor Merkuri ke Indonesia | Di seluruh wilayah Indonesia dan dimanapun di belahan dunia ketiga, pertambangan berskala kecil terus bertambah dalam satu dekade terakhir, seiring dengan melonjaknya harga emas. Para ahli mengatakan bahwa saat ini ada sekitar 250.000 petambang -dan sekitar 1 juta orang pekerja lainnya terlibat dalam proses ini, di setiap pulau di negeri ini. Menurut perkiraan, mereka secara kolektif bisa memproduksi sekitar 60 ton emas setiap tahun, bandingkan dengan jumlah ekspor emas Indonesia secara resmi yang berjumlah 100 ton per tahun.Penggunaan merkuri dalam pertambangan tak berizin ini adalah hal ilegal. Namun beberapa wilayah di Indonesia kini mengandung kontaminasi merkuri tertinggi di dunia: mencapai 1000 miligram per kilogram tanah, menurut Chris Anderson seorang pakar yang melakukan mitigasi masalah ini.Kasus terparah akibat kontaminasi merkuri di abad ini adalah Tragedi Minamata yang terjadi di kota Minamata, Prefektur Kumamoto, Jepang pada tahun 1956 yang disebabkan oleh limbah pabrik PT Chisso yang memproduksi berbagai produk kimia yang mengandung merkuri dibuang ke teluk di kota tersebut dan meracuni ikan yang menjadi sumber protein warga. Antara 200 hingga 600 ton merkuri dibuang ke Teluk Minamata antara tahun 1932 hingga 1960-an. Akibatnya, tak hanya tewas, warga setempat juga mengalami berbagai penyakit gangguan syaraf akibat serangan metil merkuri dalam kadar tinggi. [SEP]
[0.9999998211860657, 8.479273816419663e-08, 7.769674681412653e-08]
2021-028-02.json
Menanti Perbaikan Aturan PLTS Atap
Menanti Perbaikan Aturan PLTS Atap | [CLS]     Yohanes Bambang Sumaryo, memutuskan berhenti jadi pelanggan PLN setelah enam tahun pakai pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap. Karena ada aturan yang membatasi Bambang ‘panen’ listrik sebanyak mungkin dari energi surya.“Saya sepenuhnya off grid (tak terhubung dengan jaringan listrik PLN) sekarang, karena regulasi,” kata Ketua Bidang Advokasi dan Edukasi Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) ini dalam diskusi, baru-baru ini.Regulasi yang Bambang maksud adalah Peraturan Menteri ESDM No 49/2018 tentang PLTS atap yang memandatkan PLN hanya membeli 65% dari listrik yang dihasilkan. Bagi Bambang ini membatasi ‘panen’ listrik dari matahari.Dengan jadi off grid, keluar dari jaringan PLN, Bambang bisa memanen sebanyak mungkin energi matahari dan pakai untuk keperluan sehari-hari di rumah.Konsekuensinya, dia harus memasang daya hampir dua kali lipat daya sebelumnya, dan mengintegrasikan dengan baterai yang terisi pada siang hari untuk malam hari. Dengan begitu, dia dapat memanen energi surya semaksimal mungkin dan hemat biaya tagihan listrik bulanan.Pelanggan seperti Bambang, saat ini belum diatur dalam Permen ESDM 49/2018 ini.Selain keluhan yang dialami Bambang, sejumlah kendala masih dijumpai di lapangan.Proses penggantian kWh meter menjadi kendala paling umum dialami pengguna PLTS atap sektor residensial. Survei singkat Institute for Essential Services Reform (IESR) pada perusahaan engineering, procurement and construction (EPC) PLTS atap menunjukkan, lebih 60% harus menunggu minimal satu bulan dan tak sedikit yang di atas tiga bulan.“Dari beberapa informasi konsumen, mereka harus menunggu 3-4 bulan,” kata Mada Ayi dari Masyarakat Konservasi dan Efisiensi Energi Indonesia (MASKEEI).Padahal dalam permen, maksimal 15 hari kerja setelah sertifikat laik operasi (SLO) diterima, PLN harus menyediakan perangkat ini.
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2021-028-02.json
Menanti Perbaikan Aturan PLTS Atap
Menanti Perbaikan Aturan PLTS Atap | Pelanggan komersial dan industri juga mengalami kesulitan terkait permintaan naik ke tingkat pelanggan premium tanpa dasar jelas dan pemberlakuan SLO untuk instalasi di bawah 500 kWp.“Di beberapa lokasi, PLN malah minta upgrade listrik ke lebih mahal untuk dapat net metering itu. Jadi harus bayar lebih mahal,” kata pendiri start up penyedia energi terbarukan Xurya, Eka Himawan.Menurut dia, selain beban hanya 65% listrik akan dibeli, permintaan upgrade dari PLN praktis menggugurkan keekonomian PLTS.“Ini energi kerakyatan. Dibangun oleh rakyat untuk rakyat. Kenapa harus dipersulit?” kata Eka.Keekonomian masih menjadi salah satu faktor penting bagi masyarakat dan berbagai pihak, disamping motivasi lain seperti pelestarian lingkungan dan persepsi bahwa PLTS merupakan teknologi keren dan hi-tech.Perbaikan regulasi yang meningkatkan keekonomian, terbukti menjadi pendorong utama naik pesatnya instalasi PLTS atap di sektor industri. Di Permen 49/2018 menurunkan biaya paralel kapasitas dari 40 jam per bulan jadi lima jam perbulan. Baca juga: Bagaimana Perkembangan Pemanfataan Energi Surya Atap?  Target penurunan emisiDengan tenggat waktu yang tinggal empat tahun mencapai target energi terbarukan dan pengurangan emisi sesuai komitmen dalam nationally determined contributions (NDC), partisipasi berbagai pihak, terutama masyarakat, sangat penting dan tak terelakkan.Fabby Tumiwa, Ketua Umum AESI mengatakan, PLTS atap salah satu kontribusi nyata masyarakat untuk capai target itu, yang dapat dilakukan cepat di seluruh Indonesia, tanpa gunakan anggaran pemerintah.Instalasi kumulatif 1 GWp PLTS atap dapat menyerap 20.000-30.000 tenaga kerja per tahun dan mampu menciptakan permintaan untuk pengembangan industri surya dalam negeri. Juga, menurunkan emisi gas rumah kaca 1,05 juta ton per tahun.PLTS atap juga dapat menjadi solusi strategis pemerintah untuk penyediaan akases energi yang berkualitas, berkelanjutan dan tak membebani anggaran negara.
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2021-028-02.json
Menanti Perbaikan Aturan PLTS Atap
Menanti Perbaikan Aturan PLTS Atap | Pemerintah, katanya, dapat mengganti subsidi listrik untuk rumah tangga atau kelompok penerima subsidi lain dengan PLTS atap hingga mereka dapat pakai listrik cukup untuk kegiatan produktif bahkan tak perlu membayar listrik.“PLN akan diuntungkan dengan kelebihan listrik yang dapat diekspor, dalam jangka panjang subsidi listrik akan hilang seluruhnya,” kata Fabby.Pemasangan 1 GWp PLTS atap untuk penggantian subsidi listrik juga akan menurunkan subsidi listrik hingga Rp1.3 triliun per tahun.KESDM hingga kini masih merevisi Permen 49/2018. Dadan Kusdiana, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi KESDM, dalam berbagai kesempatan mengatakan, draf terbaru revisi Permen 49/2018 akan mengembalikan tarif ekspor impor listrik net-metering menjadi satu banding satu sesuai peraturan direktur PLN sebelum permen keluar.Kalau begitu, berarti PLN akan membeli semua listrik produksi PLTS atap, tidak hanya 65% seperti yang dialami Bambang.Selain itu, dalam draf revisi, periode reset kelebihan transfer listrik diperpanjang dari tiga, menjadi enam bulan. Ada pula penyederhanaan proses pendaftaran dan penggantian kWh meter. Dua hal ini jadi keluhan bagi calon pemasang PLTS atap.Bagi AESI, perbaikan ini penting dan mendesak guna memaksimalkan pemanfaatan energi surya yang punya potensi mencapai 19,8 TWp. Hal ini juga mendukung pencapaian target 23% bauran energi terbarukan pada 2025 sesuai target Perpres No 22/2017.“PLTS atap dapat mendukung pencapaian target energi terbarukan yang dicanangkan presiden melalui gotong royong masyarakat.” Baca juga: Kala PLTU Batubara Picu Perubahan Iklim dan Ancaman Kesehatan Masyarakat Fabby bilang, potensi teknis dan minat tinggi masyarakat dan pelaku usaha ikut mendukung program pemerintah melalui pemasangan PLTS atap harus direspon dengan regulasi yang kondusif.
[0.999424159526825, 0.00028237837250344455, 0.000293476419756189]
2021-028-02.json
Menanti Perbaikan Aturan PLTS Atap
Menanti Perbaikan Aturan PLTS Atap | Bagi konsumen rumah tangga, katanya, ketentuan ekspor impor satu banding satu dari dan ke jaringan PLN akan mempercepat waktu pengembalian investasi pelanggan. Proses perizinan yang jelas dan tak berbelit juga kepastian mendapatkan exim meter yang diterapkan seragam di seluruh Indonesia hingga calon pengguna dapat kepastian.Perubahan ada dalam draf, katanya, sudah mengakomodasi masukan berbagai pihak untuk meningkatkan daya tarik dan keekonomian PLTS atap hingga bisa diadopsi lebih luas oleh masyarakat. Terkait waktu reset kelebihan transfer listrik, AESI usul agar waktu enam bulan diperpanjang setidaknya satu tahun.Asosiasi, katanya, juga mengapresiasi langkah pemerintah mendorong peran aktif masyarakat gunakan energi terbarukan dengan perbaikan permen itu.Dia bilang, survei pasar IESR di Jabodetabek, Surabaya, Bali dan Jawa Tengah, menemukan aspirasi calon pengguna PLTS atap untuk tingkat keekonomian, kini lebih baik. Mayoritas responden menginginkan periode balik modal investasi di bawah tujuh tahun.“Dominan 3-5 tahun,” kata Fabby.Hal ini, tak dapat dipenuhi regulasi saat ini. Dengan jadikan tarif ekspor listrik setara tarif impor, periode balik modal dapat diperpendek satu atau dua tahun.“Bila pemerintah serius ingin menunjukkan dukungan pada pemanfaatan energi surya, peraturan harus merefleksikan tingkat keekonomian yang menarik, juga kejelasan produk.”Rasionalitas keekonomian dengan tarif net-metering satu banding satu ini seringkali jadi kekhawatiran PLN. Bila banyak masyarakat pakai PLTS atap, kurangi pemasukan PLN. Kondisi kelebihan pasokan di beberapa wilayah, ditambah penurunan permintaan listrik dan pertumbuhan sales listrik tak tercapai juga banyak terungkap sebagai alasan.Dari simulasi IESR menunjukkan, kalau ada total instalasi 1 GWp PLTS atap, pemasukan PLN hanya akan berkurang 0,25% dengan tarif net metering satu banding satu dan 0,58% dengan tarif satu banding 0,65%.
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2021-028-02.json
Menanti Perbaikan Aturan PLTS Atap
Menanti Perbaikan Aturan PLTS Atap | “Pemerintah harus mengubah model bisnis dengan kemajuan teknologi yang sudah ada seperti blockchain yang memungkinkan masyarakat menjual listrik peer to peer (p2). PLN harus membuat sistemnya menjadi lebih menarik.” Baca juga: Industri Listrik Surya Bisa jadi Solusi Pemulihan Pasca Pandemi*****Foto utama:  Surya atap, energi rakyat, dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Sayangnya, sekarang aturan masih tak bersahabat hingga pemerintah perlu segera lakukan perbaikan regulasi. Foto: dari buletin Ditjen EBTKE Kementerian ESDM [SEP]
[0.007496183272451162, 0.49611595273017883, 0.49638786911964417]
2013-039-06.json
RUU PPH Jalan Terus, DPR Janji Perhatikan Masukan Koalisi
RUU PPH Jalan Terus, DPR Janji Perhatikan Masukan Koalisi | [CLS] “Kami untuk bikin rumah, kayu dari hutan. Kalo kedapatan bikin rumah, apa kami kena hukum ini? Masyarakat di sana tak bisa bikin rumah karena tak ada kemampuan beli batu.” Demikian ungkapan Haposan Sinambela,  mewakili warga Desa Pandumaan-Sipituhuta, Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara (Sumut), saat ikut  rapat di Komisi IV, Senin(8/4/13).Lahan dan hutan kemenyan warga di dua desa ini masuk wilayah konsesi PT Toba Pulp Lestari (PT TPL), milik Sukanto Tanoto. Pemerintah memberi izin kepada perusahaan, tanpa memperhatikan tanah-tanah masyarakat adat. Dia mengutarakan, hutan kemenyan tempat mereka hidup sejak turun menurun ditebangi perusahaan ‘berizin’ untuk diganti kayu putih. Warga protes. Penangkapan oleh polisi kerap dialami warga. Satu konflik belum selesai, akan muncul UU PPH, yang berpotensi menjerat mereka dengan kasus lain. Dia makin khawatir.Senin pagi itu, Sinambela, bersama koalisi masyarakat penyelamat hutan rapat dengar pendapat dengan Komisi IV DPR RI membahas RUU Pemberantasan Perusakan Hutan (RUU PPH). Berbagai lembaga, seperti Walhi, HuMa, AMAN, KPA, Komnas HAM sampai DKN memaparkan pandangan dan kritikan pada RUU ini. Mereka meminta DPR  membatalkan RUU ini dan menilai lebih urgen revisi UU Kehutanan. Komisi IV berjanji membahas masukan pada rapat panja, tetapi tak akan menunda pengesahan RUU pada rapat paripurna, April ini.Rahma Mary, dari HuMa menyampaikan, poin-poin pandangan koalisi (download di sini). Menurut dia, koalisi menyadari, pemberantasan perusak hutan penting.  Namun, dia mempertanyakan, mengapa harus membuat UU baru, padahal cukup merevisi UU Kehutanan. “Kenapa revisi UU Kehutanan no 41 tak jadi prioritas?  Mengapa harus bahas UU baru?” katanya.
[0.9999998211860657, 9.115430543715775e-08, 9.005590584365564e-08]
2013-039-06.json
RUU PPH Jalan Terus, DPR Janji Perhatikan Masukan Koalisi
RUU PPH Jalan Terus, DPR Janji Perhatikan Masukan Koalisi | Dia khawatir. Selama pengakuan hutan adat belum ada, maka segala tafsir bisa berlaku bagi masyarakat. Rahma mencontohkan, defenisi terorganisir, dua orang atau lebih, dan diameter kayu 10 cm, dengan tinggi 1,5 meter dalam tafsiran rentan terkena masyarakat adat.  “Sudah ada contoh, masyarakat memungut kayu di hutan terkena hukuman.” Sebaliknya, bagi perusahaan atau pengusaha, bukan melarang, justru membolehkan asalkan ada izin dari menteri.RUU ini juga hadir tanpa naskah akademik. “RUU ini tak penuhi syarat formil dan materil, usul revisi UU Kehutanan. Jika disahkan kami akan judicial review,” kata Rahma.Tak jauh beda dengan Nur Hidayati, Kepala Departemen Kampanye dan Advokasi Eksekutif Nasional Walhi. Dia mengatakan, logika dasar RUU PPH sudah salah. “Seolah-olah dengan ada izin serta merta pengelolaan hutan baik. Padahal izin-izin diberikan dengan proses bermasalah.”UU ini juga berada di tengah situasi ketidakjelasan pengukuhan kawasan hutan, dan pemberian izin tak benar, yang menimbulkan konflik. “Banyak konflik karena banyak izin tak benar dan berujung kriminalisisi pada masyarakat.  Keadaan ini juga terjadi karena ada kesenjangan. Izin-izin lebih banyak kepada korporasi daripada kelompok masyarakat  yang ingin memanfaatkan hutan.  “Hingga banyak ketimpangan dalam pemanfaatan hutan bagi masyarakat Indonesia.”Menurut dia, jangan sampai RUU PPH ini hanya menjadi ajang kebijakan kejar target kerja DPR. “Kalau ini nanti disahkan, DPR harus sadar ikut berdarah-darah dengan konflik yang akan terjadi di masa mendatang.”Erasmus Cahyadi,  Direktur Advokasi Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) mengungkapkan, hukum apapun  harus mempertegas status kuasa atas kawasan hutan. Jadi, dalam membuat UU baru,  harus mengoreksi UU Kehutahan yang selama ini tak pro dan tak memberikan keadilan masyarakat.
[0.9999998211860657, 9.115430543715775e-08, 9.005590584365564e-08]
2013-039-06.json
RUU PPH Jalan Terus, DPR Janji Perhatikan Masukan Koalisi
RUU PPH Jalan Terus, DPR Janji Perhatikan Masukan Koalisi | Jika memang ingin menyasar penegakan hukum bagi perusak hutan,  mestinya dengan merevisi UU Kehutanan tahun 2009. Saat ini, katanya, kuasa kawasan hutan belum jelas, hingga berpotensi melanggar hak-hak masyarakat. “Dalam UU Kehutanan, hutan adat masih diletakkan sebagai bagian hutan negara. Kami perkarakan di Mahkamah Konstitusi dan keputusan belum keluar. RUU apapun yang berkaitan dengan sektor kehutanan mesti dibuat jika tata kuasa atas kehutanan itu sudah jelas.Dede Shineba, dari Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) pun angkat bicara. Menurut dia, koalisi prihatin dengan kerusakan dan berbagai permasalahan hutan di Indonesia. “Tetapi apakah UU bisa mengatasi hal itu?” UU ini,  hanya mengatur dua hal, pembakalan liar dan soal penggunaan izin tak sah. Jika masalah perusakan hutan, sudah ada UU Kehutanan yang mengatur. Dede menyarankan, guna memperkaya RUU ini harus ada harmonisasi dengan UU lain.Mengenai penunjukan kawasan hutan, masyarakat adat sedang uji materil di MK. Jika dikabulkan dan UU sudah disahkan tentu akan revisi lagi. “Kerusakan hutan memang harus jadi perhatian dan harus diatasi, tetapi RUU ini harus diperbaiki lagi.”Dari Dewan Kehutanan Nasional (DKN) pun menyerahkan pandangan resmi kepada Komisi IV (lihat di sini). Martua Sirait, Anggota Komisi Lingkungan dan Perubahan Iklim DKN mengingatkan kembali di kawasan hutan ada sekitar 30 ribu desa. “Hingga defenisi-defenisi yang digunakan dalam RUU ini akan sangat berbahaya.” Belum lagi, dari 120 juta hektar kawasan hutan yang ditunjuk, baru 16 persen selesai pengukuhan. Padahal, izin-izin legal masih bertumpang tindih pada desa-desa itu.“Prihatin, tumpang tindih ini belum selesai. Saat yang sama RUU atur itu tanpa selesaikan akar masalah. Kami dorong percepatan penetakan kawasan hutan. Pandangan kami sama, bukan buat UU ini tapi amandemen UU Kehutanan. Masalah ada di sana.”
[0.01646406203508377, 0.9831623435020447, 0.00037361495196819305]
2013-039-06.json
RUU PPH Jalan Terus, DPR Janji Perhatikan Masukan Koalisi
RUU PPH Jalan Terus, DPR Janji Perhatikan Masukan Koalisi | Sandra Moniaga dari Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) pun mengemukakan pandangan resmi lembaga ini (lihat di sini). Komnas HAM, meminta DPR RI menunda pembahasan Rancangan Undang-undang Pemberantasan Perusahan Hutan (RUU PPH) sampai ada jaminan pemenuhan hak-hak masyarakat adat maupun lokal yang hidup bergantung dari hutan.Koalisi menyinggung pula, pembahasan RUU PPH terkesan tertutup. Di dalam website DPR pun tak ada progres pembahasan RUU ini. Bahkan, masih tercantum di sana judul lama: RUU Pencegahan dan Pemberantasan Pembalakan Liar.DPR menyakinkan betapa penting UU ini. Meskipun begitu, mereka akan menerima masukan koalisi dan membahas dalam rapat. Sidang komisi ini dipimpin Firman Soebagyo dan Herman Khaeron. Hadir pula beberapa anggota panja Komisi IV.Berulang kali para kru Komisi IV ini mengatakan, RUU PPH sudah mengalami proses panjang, memasuki sidang keenam bahkan dibahas pada dua periode DPR,  hingga sulit ditunda.  Anggaran pun sudah banyak terpakai.Firman Soebagyo, Wakil Ketua Komisi IV coba menjelaskan berbagai ungkapan dari koalisi. Kata dia, DPR sudah ada naskah akademik tahun 2010, saat membahas RUU Pemberantasan Pembalakan Liar (PPL). Dalam proses itu berkembang, ternyata kerusakan hutan tak hanya karena ditebang, juga pembakaran dan perkebunan yang ditanam tanpa izin. Lalu, fokus masalah penegakan hukum. RUU pun berganti nama.Dia juga menyebut Hariadi Kartodihardjo, sebagai salah satu sumber yang memberikan masukan kepada Komisi IV.  Hariadi sudah memberikan pandangan, tetapi tampaknya tak masuk perbaikan RUU (lihat di sini).Firman keberatan pembahasan RUU ini dibilang desas desus dan tertutup. “Tidak enak.” “Kami studi banding ke Brazil. Justru punya konsep seperti ini karena ada lembaga yang terintegrasi dan tak mengambil fungsi peran lembaga lain.”
[0.013069942593574524, 0.020550377666950226, 0.966379702091217]
2013-039-06.json
RUU PPH Jalan Terus, DPR Janji Perhatikan Masukan Koalisi
RUU PPH Jalan Terus, DPR Janji Perhatikan Masukan Koalisi | Namun, dia menyambut positif masukan dari koalisi. “Ini hal positif untuk komunikasi terus kepada kita. Ini paripurna. Masyarakat harus proaktif.”Ungkapan senada dari Herman Khaeron, Wakil Ketua Komisi IV. Dia mengatakan, UU tak bisa terwujud tanpa naskah akademik begitu juga RUU PPH. RUU ini menggunakan naskah akademik RUU PPL pada 2010.  “Ini sudah dikonsultasikan dengan tiga perguruan tinggi. Itu konsultasi publik kepada masyarakat luas. Bukan hanya unsur civitas akademika. Termasuk Dinas Kehutanan dan para lembaga swadaya masyarakat. Itu  prosedur standar.”Pengakuan Herman, setelah ada naskah akademik lalu berkoordinsi dan disingkronkan dengan UU lain. “Kami diuji seluruh anggota Badan Legislatif. Tidak serta merta RUU ini jadi insiatif.”Dia menjelaskan, bahasan RUU ini tak hanya Komisi IV juga Kementerian Kehutanan, Kementerian Hukum dan HAM. “Ini juga dikonsultasikan dengan sekretariat jendreal per UU-an agar tak menyimpang.”Menurut dia, pembahasan RUU ini sudah enam kali masa sidang dan dua kali sidang pendek. “Dua kali masa periode juga.  Jadi sudah (proses) panjang.” Herman menyakinkan, hak-hak rakyat sudah dikedepankan. Salah satu lewat, pengecualian kepada masyarakat peladangan tradisional yang menebang hutan tak terkena UU ini.“Jika ada kekurangan, silakan kasih masukan, masih ada waktu. Hingga tak serta merta seolah-olah kami lupakan masyarakat, mengabaikan hak rakyat, lupakan HAM. Seolah-olah kami tak ada kerja. Kita masih ada idealisme itu.”Hardisoesilo, Anggota Komisi IV juga menanggapi koalisi.  Menurut dia, hal-hal terkait hukum adat,  tidak diatur dalam RUU ini karena sudah ada dalam UU Kehutanan. Namun, dia tak menjelaskan pasal-pasal yang menjadi kekhawatiran koalisi rentan mengkriminalisasi masyarakat di kawasan maupun sekitar hutan.
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2013-039-06.json
RUU PPH Jalan Terus, DPR Janji Perhatikan Masukan Koalisi
RUU PPH Jalan Terus, DPR Janji Perhatikan Masukan Koalisi | RUU ini, katanya, melalui perjalanan panjang, sudah enam masa kali masa persidangan hingga sulit dihentikan. Hardi mengakui ada beberapa hal dalam RUU ini harus diperbaiki. “Kita ada tahapan bahasan tingkat I dengan para menteri dan pembahasan paripurna. Saya usulkan pada panja, dan jangan berhenti bahas. Justru kita bahas kembali dengan coba pertimbangan dan mengacu yang disampaikan koalisi.” Hanya anggota komisi, Ian Siagian, dari Fraksi PDIP  setuju penundaan pengesahan RUU PPH, sampai ada perbaikan seperti masukan koalisi. Kata dia, masukan koalisi perlu dipertimbangkan. “Karena toh kalau kita paksakan minggu ini disahkan, mereka akan judicial review. Ini perlu masukan tertulis dari koalisi.Dia menyatakan, komisi tak pernah tertutup dalam membahas UU ini. “Saya juga melihat kekurangan tim kami. Kami ini seiya sekata dengan koalisi: bagaimana bisa perbaiki hutan.”  “Saya rasa koalisi dan kita ingin buat UU yang sempurna.”Ian tak ingin UU ini gugur di MK.  “Jangan sampai kita ketok, lalu gugur lagi. Mendingan kita tunda dulu, demi kebaikan, kita pertimbangkan agar lebih sempurna UU ini.” Dia meminta, koalisi, termasuk DKN, Komnas HAM, memberikan masukan tertulis. “RUU akan masih ke panja dan tiap fraksi akan berikan pendapat. Fraksi kami masih liat poin-poin yang perlu disempurnakan. Tapi apakah kami hanya satu fraksi? Kami tak tahu. Mohon pertimbangkan.”Dari Kementerian Kehutanan (Kemenhut) menyatakan, penting kehadiran UU PPH dalam mengisi kekosongan hukum yang tak ada dalam UU Kehutanan No 41 tahun 2009. Namun, mereka juga meminta Komisi IV mempertimbangkan masukan-masukan koalisi demi perbaikan isi RUU PPH ini. 
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2013-039-06.json
RUU PPH Jalan Terus, DPR Janji Perhatikan Masukan Koalisi
RUU PPH Jalan Terus, DPR Janji Perhatikan Masukan Koalisi | Bambang Soepijanto, Dirjen Planologi, Kemenhut, mendukung perbaikan RUU PPH dari masukan koalisi. Salah satu, pada analisis subtansi koalisi tentang harmonisasi UU perlu mendapatkan perhatian dalam pembahasan pada RUU PPH.  “Jangan sampai ada kontra dan tidak ada kejelasan defenisi.” Begitu juga komitmen Komisi IV dan pemerintah terhadap kekhawatiran ‘mengkriminalisasi masyarakat.’  “Ini perlu koreksi. Adakah pasal seperti itu? Barangkali perlu disisir hal semacam itu.”Kajian koalisi  yang menyebutkan, RUU PPH tak menghentikan degradasi hutan, kata Bambang,  sebenarnya tak termasuk hal-hal dalam penyusunan kebijakan publik. Poin itu, masuk dalam efektif tidaknya kebijakan itu.  “Ini terkait evaluasi terhadap kebijakan. Tapi secara substansi apa yang diminta koalisi perlu dipertimbangkan. Prinsipnya, kami menyambut baik karena dalam penentuan sebuah kebijakan memang ini bagian koreksi pada kita semua.” Made Subagya dari Kemenhut menyakinkan, dalam RUU ini tak akan menyasar rakyat kecil. “RUU P2H memang untuk pemberantasan perusakan hutan. Jadi jelas memberantas. Saya sangat apresiatif, dalam diskusi-diskusi selalu diungkapkan rakyat kecil jangan kena. Jadi kita batasi, yang disasar kejahatan terorganisasi. Jika kerusakan dampak besar, kena.”Dia membenarkan, sudah ada UU Kehutanan  no 41 tahun 2009. Namun UU itu belum bisa menjerat cukong atau pemberi modal. “Gimana cukong bisa ditindak, selama ini disitu kekurangan kita,” ucap Made.Darori, Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Kemenhut, yang sekaligus mengumumkan mundur dari kementerian mengatakan, RUU ini bertujuan baik. Sebab, selama ini Kemenhut mengalami kesulitan dalam penegakan hukum kasus-kasus kehutanan.
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2013-039-06.json
RUU PPH Jalan Terus, DPR Janji Perhatikan Masukan Koalisi
RUU PPH Jalan Terus, DPR Janji Perhatikan Masukan Koalisi | Dia mencontohkan, dari 870 kasus sektor perkebunan dengan 85 juta hektar, tambang 1.707 kasus, 8 juta hektar lebih dan kerugian negara Rp362 triliun, banyak bebas. “Apa yang terjadi? Setelah kita lakukan penyelidikan. Kami tangkap pengusaha, ternyata UU sangat lemah. Memang UU Kehutanan pidana maksimal tujuh tahun, kenyataan banyak bebas. Itulah mengapa kami dorong UU ini.”San Afri Awang, Staf Ahli Menteri Kehutanan menyatakan, secara subtansi sebetulnya masyarakat adat ingin ditempatkan pada posisinya tetapi belum terumuskan secara nyata. “Karena itu, pada step ke depan perlu diperiksa ulang.” RUU ini, memang bukan RUU sapu jagat. “Kita fokus betul pada hal-hal substansial yang merusak. Ketika berbicara mengenai perladangan tradisional, kata Awang, ada problem tersendiri. “Yang kita maksudkan jangan sampai masyarakat desa yang biasa buka lahan dengan konsep tebas dan bakar terkena kasus ini. Jadi kita tak beri perlindungan. Katanya kita lindungi. Ini yang perlu diperjelas di dalam rumusan yang akan kita rumuskan ke depan.” Dalam RUU ini dianggap merusak itu menebang pohon. “Saya kira perlu duduk lagi untuk paskan.”Klik di sini jika ingin melihat draf RUU Pemberantasan Kerusakan Hutan [SEP]
[0.9999897480010986, 5.327978669811273e-06, 4.870696557190968e-06]
2012-042-14.json
Pembunuh Orangutan Divonis Hukuman Ringan
Pembunuh Orangutan Divonis Hukuman Ringan | [CLS] Vonis Pengadilan Negeri Sangatta, Kutai Timur, Kalimantan Timur menjatuhkan hukuman 8 dan 10 bulan penjara bagi pembunuh orangutan di Kecamatan Telen dan Muara Ancalong, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. Dua terdakwa, yaitu Tajar dan Tulil adalah karyawan PT Cipta Prima Selaras, sementara dua terdakwa lain Leswin, dan Tadeus, karyawan PT Sabhantara Rawi Sentosa.Tajar dan Tulil divonis 10 bulan dan denda Rp50 juta, subsider dua bulan kurungan. Sedangkan Leswin dan Tadeus divonis delapan bulan dan denda Rp25 juta, subsider dua bulan kurungan.Dalam sidang sebelumnya jaksa Dodi Gazali Emil menuntut Tajar dan Tulil yang membunuh orangutan di Kecamatan Muara Ancalong dengn hukuman satu tahun penjara dan denda Rp50 juta subsider tiga bulan kurungan. Sedangkan Leswin dan Tadeus yang tersangkut pembunuhan orangutan di Telen, dituntut dengan hukuman satu tahun penjara dan denda Rp50 juta subsider enam bulan kurungan.Vonis hukuman penjara selama delapan dan 10 bulan yang dijatuhkan pada sidang Senin (21/5) itu dinilai terlalu ringanoleh organisasi Centre For Orangutan Protection (COP). Mereka menilai putusan hakim tersebut mengindikasikan penegakan hukum terhadap pembataian hewan dan biantang yang dilindungi sangat lemah.“Vonis kasus orangutan di Kutaikartanegara sama saja dengan vonis di Sangatta. Ini tidak akan memberikan efek jera terhadap pelaku pembantaian dan pembunuhan orangutan,” kata Juru Kampanye COP Arfiani Khairunnisa kepada Media Indonesia, menanggapi vonis kasus tersebut.Ia mengatakan, penyelamatan orangutan yang dilakukan oleh negara selama ini sama sekali tidak memberikan hasil, karena hukuman terhadap pelaku yang terbukti bersalah sangat ringan. Untuk itu harus ada efek jera terhadap pelaku kejahatan pembunuhan hewan yang dilindungi, termasuk orangutan. Apalagi, orangutan merupakan binatang asli Indonesia yang ada di dua pulau, yakni Kalimantan dan Sumatra.
[0.9999903440475464, 4.711161182058277e-06, 4.907773927698145e-06]
2012-042-14.json
Pembunuh Orangutan Divonis Hukuman Ringan
Pembunuh Orangutan Divonis Hukuman Ringan | “Dalam Undang-Undang Konservasi Sumber Daya Alam, hukuman maksimal terhadap pelaku kejahatan hewan dilindungi adalah lima tahun penjara. Oleh karena itu, harusnya (pelaku) dihukum maksimal, karena habitat orangutan di Kalimantan Timur terus merosot akibat pembukaan lahan kelapa sawit dan pertambangan secara masif,” tuturnya.Menurut data yang dikeluarkan International Workshop on Population Habitat Viability Analysis (PHVA)- tahun 2004, populasi orang utan di Kalimantan ada sekitar 57.797 ekor. Sementara populasi orang utan di Sumatera ada 7.501 individu, seperti yang dilansir oleh situs The Borneo Orangutan Survival Foundation. Namun jumlah itu diperkirakan  terus menyusut sekitar 2% setiap tahun seiring dengan maraknya pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit dan pertambangan. [SEP]
[0.9999897480010986, 5.327978669811273e-06, 4.870696557190968e-06]
2016-006-15.json
Ekor Dinosaurus Ini Tersimpan Rapi Dalam Batu Ambar
Ekor Dinosaurus Ini Tersimpan Rapi Dalam Batu Ambar | [CLS] Ilmuwan takjub sekaligus gembira ketika menemukan sebuah potongan dari bagian tubuh dinosaurus yang diperkirakan hidup 99 juta tahun silam. Inilah pertama kali dalam sejarah, peneliti menemukan potongan tubuh yang sempurna dan berbulu.Selama ini, tubuh dinosaurus diyakini hanya memiliki sisik dan kulit yang tebal. Penemuan ini bisa sungguh menyadarkan kita, bila binatang prasejarah itu memiliki bulu.Seperti diterbitkan dalam Jurnal Current Biology, fosil ekor dinosaurus tersebut ditemukan dalam batu ambar yang sedianya akan dijadikan perhiasan. Fosil itu tersimpan sempurna, termasuk tulang, jaringan lunak, dan bahkan bulu, yang terawetkan dalam batuan damar tersebut. Akhirnya, batu ambar yang terbentuk dari sisa getah damar tersebut, batal dijadikan perhiasan dan kini digunakan sebagai objek penelitian intensif.Lida Xing, peneliti dari China University of Geosciences, menemukan batu ambar tersebut di sebuah pasar di Kota Myikitna, Myanmar, dalam kondisi yang sudah digosok sehingga terlihat mengkilat. Setelah menelisik asal muasal batu tersebut, Xing berhasil mengetahui lokasi asal penambangan batu itu.Dari observasi Xing, bulu yang terdapat dalam batu ambar itu adalah ekor dinosaurus mini, bukan burung purba. “Ekornya fleksibel dan bulunya tersusun menyamping ke bawah,” kata Xing sebagaimana dikutip dari National Geographic.Sampel ini sungguh meyakinkan peneliti sebagai momen paling awal perbedaan mendasar antara bulu burung terbang dengan bulu dinosaurus. Hasil CT scan dan analisis mikroskopis pada ekor sepanjang 1,4 inci yang berada di dalam gumpalan resin itu menunjukan, ada delapan tulang dari tengah atau akhir dari panjangnya. ekornya tipis itu diduga awalnya terdiri lebih dari 25 tulang.Berdasarkan struktur ekor, peneliti percaya ekor tersebut memang miliknya coelurosaur remaja. Ia merupakan bagian dari kelompok dinosaurus theropoda yang mencakup segala sesuatu dari tyrannosaurus dengan burung moderen.
[0.0002922558633144945, 0.00040944674401544034, 0.9992982745170593]
2016-006-15.json
Ekor Dinosaurus Ini Tersimpan Rapi Dalam Batu Ambar
Ekor Dinosaurus Ini Tersimpan Rapi Dalam Batu Ambar | Adanya artikulasi tulang ekor dalam sampel itu, memungkinkan peneliti untuk mengesampingkan kemungkinan bahwa bulu tersebut milik burung prasejarah. Burung moderen yang paling dekat nenek moyang Cretaceous, memiliki satu set ekor menyatu tulang yang disebut pigostil. Ini yang memungkinkan bulu ekor untuk bergerak sebagai satu kesatuan.Ambar telah lama menjadi anugerah bagi para ahli paleontologi. Sejumlah makhluk ditemukan terkubur dalam ambar, termasuk serangga, kadal, amfibi, mamalia, dan burung. Demikian pula dengan tumbuhan seperti bunga.Kaachin State, kota di utara Myanmar tempat batu itu berasal merupakan wilayah penambangan ambar terkenal sejak 2.000 tahun lalu. Dalam 20 tahun terakhir, ilmuwan mulai menaruh perhatian lebih pada wilayah tersebut karena tingginya jejak dinosaurus yang terjebak dalam batu ambar. [SEP]
[0.0002922558633144945, 0.00040944674401544034, 0.9992982745170593]
2012-019-19.json
Seekor Paus Bungkuk Mati Terdampar di Jambi
Seekor Paus Bungkuk Mati Terdampar di Jambi | [CLS] Benda yang sebelumnya diperkirakan kapal kandas oleh warga di desa Sungai Jambat, Kecamatan Sadu Kabupaten Tanjung Jabung Timur telah dipastikan oleh BKSDA Jambi adalah seekor paus. Paus yang sudah terdampar sekitar 10 hari ini sudah mati dan mulai membusuk. Menurut Nurazman Kepala Seksi Wilayah III BKSDA Jambi mengatakan “Paus yang terdampar ini adalah jenis paus Bongkok, sama seperti yang pernah terdampar di daerah Tabanan Bali”.Terdamparnya paus di Desa Sungai Jambat ini terjadi untuk pertama kalinya di Jambi. Hingga saat ini BKSDA Jambi belum bisa memastikan jenis kelamin paus karena memang selama ini pihak BKSDA belum pernah melakukan penelitian mengenai paus. Nurazman memperkirakan paus bongkok ini terdampar akibat kesalahan navigasi atau terlalu jauh mencari makan sehingga masuk ke dalam cekungan daratan karena lokasi ditemukannya paus ini adalah cekungan.Paus Bungkuk dikenal dengan nyanyian magisnya yang dapat terdengar hingga jauh dikedalaman laut. Paus ini dapat ditemukan hampir diseluruh garis pantai dunia dan melakukan migrasi hingga 25.000 kilometer setiap tahunnya. Paus Bongkok hanya makan pada saat musim panas dan mencari makan di perairan kutub dan pada musim dingin paus ini bermigrasi ke perairan bersuhu lebih hangat dekat garis khatulistiwa untuk berkembangbiak dan melahirkan anak.Paus bungkuk adalah salah satu spesies dilindungi di dunia, meski dalam Daftar Merah IUCN spesies ini masuk kategori beresiko rendah. Ancaman bagi si besar ini umumnya bertabrakan dengan kapal, bersangkutan dengan alat pancing, dan perburuan untuk diambil dagingnya. Jepang adalah salah satu negara yang banyak memburu paus untuk kepentingan konsumsi. [SEP]
[0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163]
2021-040-11.json
Standardisasi Pengelolaan Tambak Udang Superintensif Diharapkan Ada Pada 2022
Standardisasi Pengelolaan Tambak Udang Superintensif Diharapkan Ada Pada 2022 | [CLS]  Standardisasi pengelolaan tambak udang superintensif dinilai sangat penting agar bisa menjadi acuan masyarakat maupun pelaku usaha yang ingin menekuni budidaya udang vaname dengan hasil panen optimal. Dengan standardisasi juga, kendala-kendala yang dihadapi selama melakukan budidaya udang bisa diminimalisir.Hal ini ditegaskan Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, saat meninjau Instalasi Tambak Percobaan (ITP) Punaga, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, Jumat (18/6/2021). Instalasi ini berada di bawah naungan Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan Pusat Riset Perikanan, BRSDM KKP.“Harus ada standar yang kita keluarkan sebagai acuan dalam mengelola tambak superintensif ini. Misalnya, standardisasi PH air, ukuran kolam, padat tebar, termasuk supply energinya sampai itu nemu. Itu namanya penelitian. Jadi ada waktu penelitian yang jadi toleransi sampai kita mendapat hasil paling optimal untuk disampaikan ke masyarakat dan industri,” ungkap Trenggono saat berdialog dengan peneliti di lokasi tambak.Trenggono berharap standardisasi pengelolaan tambak udang superintensif terealisasi di tahun 2022, sehingga dapat digunakan sebagai acuan oleh masyarakat dan pelaku usaha yang ingin menekuni tambak udang superintensif. Teknik budidaya ini dinilai sebagai salah satu kunci peningkatan produksi udang di masa depan.baca : Udang Indonesia di Lingkaran Kuantitas, Kualitas, dan Keberlanjutan Lingkungan  Dengan teknologi superintensif hasil panen bisa berkali-kali lipat lebih banyak dari hasil produksi tambak udang konvensional, semi intensif maupun intensif. Sebagai contoh, hasil panen per hektare tambak superintensif mencapai 40 ton per tahun. Operasional tambak ini juga lebih ramah lingkungan, sebab sudah dilengkapi dengan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL).
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2021-040-11.json
Standardisasi Pengelolaan Tambak Udang Superintensif Diharapkan Ada Pada 2022
Standardisasi Pengelolaan Tambak Udang Superintensif Diharapkan Ada Pada 2022 | “Kalau flow budidayanya sudah bagus bener. Air mulai diambil dari laut, masuk tandon, kemudian dibeningkan lagi baru masuk ke kolam budidaya. Terdapat IPAL juga sehingga tidak mencemari laut,” ungkapnya.Selain standardisasi pengelolaan, Trenggono juga meminta jajarannya menghitung lebih detail biaya produksi udang per kilogramnya pada ukuran kolam tertentu. Perhitungan ini penting untuk menarik minat pelaku usaha untuk berinvestasi, dan memudahkan mereka dalam menjalankan kegiatan budidaya udang vaname superintensif.“Ini dihitung lagi ya, sampai dapat harga yang ideal,” ujarnya.Trenggono optimis budidaya tambak udang superintensif dapat segera diterapkan untuk segmentasi industri maupun rumah tangga. Kegiatan tersebut dinilai dapat berkontribusi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal maupun nasional. KKP sendiri siap membantu masyarakat dari sisi infrastruktur maupun pinjaman permodalan.“Kalau ini bisa dijalankan tahun ini,  sehingga tahun 2022 kita punya standar, Ditjen Perikanan Budidaya bisa segera mengimplementasikan ini ke masyarakat, termasuk kolam bundar, lalu kita buatkan instalasinya. Wah sejahtera ini,” ujarnya.baca juga : Bagaimana Cara Manfaatkan Tambak Udang Non Aktif?  Spesifikasi tambak udang superintensif sendiri meliputi kawasan supratidal, central drain yang dikoneksikan dengan collector drain, kincir, blower, otomatic feeder, hingga IPAL dengan volume 30 persen dari total volume tambak.Untuk tambak superintensif di ITP Takalar sendiri, terdapat 12 kolam dengan luas masing-masing 1.000 meter persegi, dengan padat tebar benur 500-1000 ekor.  Pada kolam dengan padat tebar 500 ekor per meter persegi, produksi bisa mencapai 5 ton per kolam per siklus. Sedangkan yang padat tebar 1000, hasil produksi bisa sampai 10 ton per kolam per siklus.
[0.9999907612800598, 4.496447218116373e-06, 4.684098712459672e-06]
2021-040-11.json
Standardisasi Pengelolaan Tambak Udang Superintensif Diharapkan Ada Pada 2022
Standardisasi Pengelolaan Tambak Udang Superintensif Diharapkan Ada Pada 2022 | Selain berdialog dengan peneliti, Trenggono bersama Kepala BRSDM KKP Sjarief Widjaja, pejabat eselon I KKP dan perwakilan Pemda Takalar, meninjau satu per satu sarana dan prasarana tambak yang ada di instalasi tambak percobaan Punaga dan menyaksikan panen parsial di salah satu tambak. Produksi Benih Rajungan Pada kunjungan ini, Trenggono juga meminta jajarannya di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) di Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar, untuk meningkatkan jumlah produksi benih rajungan. Langkah ini guna mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat yang selama ini menggantungkan hidup dari mencari dan membudidayakan komoditas tersebut.“Tingkatkan lagi produksinya. Rajungan ini juga termasuk komoditas perikanan yang punya nilai tinggi di pasar,” ungkapnya.BPBAP Takalar merupakan tempat pengembangan dan penerapan teknik/teknologi pembenihan, pelestarian serta perlindungan budidaya air payau. Komoditas utama yang dihasilkan meliputi rajungan, udang windu, vaname, nila salin, kakap putih hingga rumput laut.Untuk rajungan sendiri, BPBAP Takalar mampu memproduksi 500 ribu hingga 1 juta ekor benih per tahun. Benih-benih tersebut lalu didistribusikan ke masyarakat, petambak, hingga untuk restocking di perairan di sekitar Takalar.Menurut Trenggono, rajungan punya nilai ekonomi tinggi dan penyerapannya di pasar lokal maupun internasional cukup tinggi. Rajungan bersama kepiting termasuk dalam lima komoditas ekspor perikanan unggulan Indonesia. Berdasarkan data BPS Januari – April 2021, ekspor rajungan dan kepiting sebesar USD150,86 juta.Dalam kunjungan kerja tersebut, Trenggono turut meninjau fasilitas laboratorium yang ada di BPBAP Takalar. Trenggono mendukung penuh kegiatan perekayasaan maupun inovasi dalam rangka meningkatkan produktivitas subsektor perikanan budidaya di Indonesia.baca juga : Prinsip Keberlanjutan untuk Penyelamatan Kepiting dan Rajungan, Seperti Apa?  
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2021-040-11.json
Standardisasi Pengelolaan Tambak Udang Superintensif Diharapkan Ada Pada 2022
Standardisasi Pengelolaan Tambak Udang Superintensif Diharapkan Ada Pada 2022 | Kepala BPBAP Takalar, Supito, mengaku siap menambah jumlah produksi dan akan melakukan sejumlah inovasi untuk mencapai angka produksi yang optimal. Selain rajungan, inovasi untuk komoditas lain juga dilakukan, seperti rumput laut dan nila salin.“Tentu kami akan melakukan inovasi-inovasi, karena memang kebutuhan benih rajungan ini tinggi,” ujarnya.Pada kesempatan ini Trenggono menyerahkan bantuan benih udang windu sebanyak 1,2 juta ekor kepada lima kelompok petambak di sana. Kunjungan Pelabuhan Perikanan Untia Selain ke Kabupaten Takalar, Trenggono juga melakukan kunjungan ke pelabuhan perikanan di Kota Makassar.Menurutnya, pelabuhan perikanan merupakan komponen penting dalam sektor kelautan dan perikanan. Untuk itu, produktivitas pelabuhan perikanan perlu dijaga dan butuh kerja sama semua pihak untuk memastikan hal tersebut terjadi.“Tidak hanya oleh KKP, dukungan dari pemerintah daerah (Provinsi maupun Kota) agar nilainya bisa meningkat,” ujar Trenggono saat meninjau langsung Pelabuhan Perikanan (PP) Untia, Kota MakassarProduktivitas perikanan tangkap di pelabuhan ini diyakini dapat ditingkatkan karena potensi yang dimilikinya. Pelabuhan perikanan Untia berada di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI) 713 meliputi perairan Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores dan Laut Bali.Daerah penangkapan ini memiliki potensi tangkapan sebesar 1.177.857 ton. Selain itu, pelabuhan ini terletak di lokasi yang sangat strategis, yaitu berada di Kota Makassar dekat Pelabuhan Umum dan Bandara, serta sentra pemasaran ikan dan distribusi ikan.Pada tahun 2020, produksi tangkapan di pelabuhan perikanan ini mencapai 4.835 ton atau senilai Rp96 miliar dengan hasil tangkapan didominasi oleh jenis ikan tongkol, kurisi, cakalang, dan layang.baca juga : Benarkah Pemulihan Subsektor Perikanan Dilupakan Pemerintah Indonesia?  
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2021-040-11.json
Standardisasi Pengelolaan Tambak Udang Superintensif Diharapkan Ada Pada 2022
Standardisasi Pengelolaan Tambak Udang Superintensif Diharapkan Ada Pada 2022 | Pengoptimalan fasilitas di pelabuhan perikanan Untia rencananya akan dilakukan dengan menambah rambu navigasi dan pembangunan breakwater. Langkah ini nantinya diharapkan akan meningkatkan aktivitas bongkar muat ikan pada pelabuhan ini sehingga lebih ramai dari sebelumnya.Selain untuk meningkatkan produktivitas tangkapan, upaya ini bertujuan untuk meningkatkan daya tarik PP Untia agar para investor pelaku perikanan menanamkan modalnya.Majunya pelabuhan ini juga diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat Sulawesi Selatan. Provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu daerah yang potensial untuk pengembangan perikanan, baik untuk konsumsi dalam negeri dan lokal maupun untuk ekspor. Hal ini dikarenakan budaya masyarakat Sulawesi Selatan yang gemar mengonsumsi ikan. Dibuktikan dengan angka konsumsi ikan (AKI) provinsi ini pada tahun 2020 yaitu 72,28 kg per kapita.  [SEP]
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2023-009-20.json
Berharap Gunung Pesagi, Gunung Raya, Mekakau, dan Saka Menjadi Habitat Gajah Sumatera
Berharap Gunung Pesagi, Gunung Raya, Mekakau, dan Saka Menjadi Habitat Gajah Sumatera | [CLS]   Baca sebelumnya:Gunung Raya, Rumah Gajah Sumatera yang HilangGajah Sumatera yang Tidak Lagi Mendatangi Danau RanauDulu Bersahabat, Kenapa Sekarang Manusia Memusuhi Gajah?** Dari masa lalu hingga hari ini, hutan dataran tinggi di Kabupaten Ogan Komering Ulu [OKU] Selatan, Sumatera Selatan, merupakan habitat gajah sumatera [Elephas maximus sumatranus]. Meskipun luasan hutan terus berkurang, banyak gajah ditangkap dan dipindahkan, namun sejumlah individu masih bertahan. Apa yang harus dilakukan?“Harus dipertahanankan habitatnya dan dibuat koridor. Menghilangkan gajah yang hidup di OKU Selatan sama saja melawan hukum alam, yang dampaknya sangat buruk bagi kehidupan manusia dan lingkungan,” kata Hendra Setyawan dari Jejak Bumi Indonesia [JBI], sebuah organisasi peduli lingkungan di Kabupaten Ogan Komering Ulu [OKU] Selatan, awal Januari 2023.Harus ada modal untuk mempertahankan hutan di Kabupaten OKU Selatan sebagai habitat dan koridor gajah. Pertama, secara budaya masyarakat lokal memiliki pengetahuan yang arif dengan gajah. Mereka hidup harmonis.“Pengetahuan ini dimiliki Suku Ogan, Suku Kisam, Suku Ranau, Suku Dayo, dan Suku Komering, yang hidup di sekitar atau di dalam hutan,” kata Hendra.Kedua, hutan harus dipertahankan. Di OKU Selatan belum ada aktivitas penambangan mineral yang membuka dan mengubah bentang alam.“Hutan konservasinya sekitar 173.029,38 hektar, seperti hutan lindung dan suaka margasatwa, serta hutan produksi [17.845 hektar] dan hutan produksi terbatas [10.238 hektar],” katanya.  Yusuf Bahtimi, peneliti gajah yang tengah menyelesaikan doktoral di Universitas Oxford, Inggris mengatakan, populasi gajah di OKU Selatan merupakan gajah sumatera tersisa yang hidup di dataran tinggi di Sumatera Selatan.
[0.0002922558633144945, 0.00040944674401544034, 0.9992982745170593]
2023-009-20.json
Berharap Gunung Pesagi, Gunung Raya, Mekakau, dan Saka Menjadi Habitat Gajah Sumatera
Berharap Gunung Pesagi, Gunung Raya, Mekakau, dan Saka Menjadi Habitat Gajah Sumatera | “Kondisinya kian kritis. Semua gajah sumatera tersisa harus dijamin ruang hidupnya. Termasuk di wilayah dataran tinggi OKU Selatan,” kata Syamsuardi, Ketua PJHS [Perkumpulan Jejaring Hutan dan Satwa].Gajah itu menjaga hutan. Hutan itu sumber kehidupan kami.“Sebenarnya, kami kecewa dengan pemindahan gajah saat konflik dulu [1985-1990-an], sebab masih ada cara lain. Misalnya, menghentikan semua aktivitas yang membuka hutan,” kata Iptoni [57], warga Desa Tanjung Kemala, Buay Pematang Ribu Ranau Tengah [BPRRT], Kabupaten Ogan Komering Ulu [OKU] Selatan, Sumatera Selatan.  Gunung Pesagi-Gunung RayaSatu potensi penetapan habitat dan koridor gajah di Kabupaten OKU Selatan adalah Lanskap Gunung Pesagi-Gunung Raya. Sebab, masih banyak ditemukan kelompok gajah dan hutannya juga lebat.“Kami yakin masi ada belasan hingga puluhan gajah. Hutannya juga berpotensi dihubungkan dengan kawasan TNBBS [Taman Nasional Bukit Barisan Selatan] di Lampung,” ujar Hendra.Permukiman yang berada Lanskap Gunung Pesagi-Gunung Raya sebanyak 16 desa. Ada Pagar Dewa, Sukajaya, Kotabatu, Tanjung Jati, Tanjung Baru, Way Wangi, Gendung Ranau, Gunung Raya, Gunung Aji, Pilla, Bedeng Tiga, Sigigok Raya, Bumi Agung, Kiwis Raya, Mekar Sari, Remanam Jaya, serta sebagian desa yang masuk Kecamatan Buay Pemaca seperti Desa Sidodadi dan Desa Duren Sembilan.Wilayah lain yang berpotensi dijadikan habitat dan koridor gajah adalah Mekakau-Saka. Desa yang berada di Mekakau atau di Kecamatan Mekakau Ilir sebanyak 15 desa yakni Air Baru, Bunut, Galang Tinggi, Kemang Bandung, Kepayang, Kota Baru, Kota Dalam, Pere’an, Pulau Duku, Selabung Belimbing Jaya, Sinar Marga, Sri Menanti, Sukaraja, Tanjung Besar, dan Teluk Agung.
[0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163]
2023-009-20.json
Berharap Gunung Pesagi, Gunung Raya, Mekakau, dan Saka Menjadi Habitat Gajah Sumatera
Berharap Gunung Pesagi, Gunung Raya, Mekakau, dan Saka Menjadi Habitat Gajah Sumatera | “Saat ini populasi gajah di OKU Selatan dari berbagai kantong kisaran 100-an individu. Ini berdasarkan informasi berbagai kelompok masyarakat yang kami kumpulkan, yang melihat sejumlah kelompok gajah antara 5-8 individu. Tapi memang dibutuhkan penelitian lebih lanjut,” jelas Hendra.Syamsuardi menambahkan, upaya perlindungan gajah di OKU Selatan dapat dimulai dengan mengoptimalkan fungsi Suaka Margasatwa Gunung Raya. Caranya, dengan menjaga Gunung Raya dari kerusakan, terutama dari perambahan.“Selain itu memberikan penyadaran terhadap masyarakat dan pelaku usaha yang hidup di sekitar Gunung Raya dan koridornya untuk tidak berkonflik dengan gajah. Mengembalikan pengetahuan milik masyarakat lokal bahwa gajah bukan hama, tapi sahabat manusia.”  Forum bersamaAda sejumlah tahapan untuk menjadikan hutan di OKU Selatan menjadi habitat dan koridor gajah sumatera tersisa.“Pertama, membentuk forum bersama semua pihak sehingga dapat dipetakan perhatian utama masing-masing pihak. Mulai masyarakat lokal, pendatang, pelaku usaha, pemerintah, dan organisasi konservasi,” kata Yusuf.Forum ini memiliki pemahaman yang sama tentang konservasi. Konservasi sebagai suatu upaya inklusif dalam hidup harmonis dengan alam, sebagaimana kita pahami dalam visi bersama dalam Convention on Biological Diversity [UN CBD], yakni living in harmony with nature.”“Artinya, konservasi bukan sesuatu yang eksklusif. Menjadi milik seorang atau beberapa pihak, yang kemudian pihak tersebut sebatas menjadi penegak aturan atau policing bagi pihak lain.”Kedua, menjadikan ilmu pengetahuan berada di depan. Bukan terbatas sains [science], tapi juga disiplin lain dalam ilmu-ilmu humaniora dan sosial. Ilmu pengetahuan yang dikedepankan juga harus mengedepankan pandangan alam [worldview] khas masyarakat kepulauan Melayu. Juga, mengadopasi pemahaman masyarakat di OKU Selatan yang menyatakan ruang hidupnya bagian dari Bukit Barisan.
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2023-009-20.json
Berharap Gunung Pesagi, Gunung Raya, Mekakau, dan Saka Menjadi Habitat Gajah Sumatera
Berharap Gunung Pesagi, Gunung Raya, Mekakau, dan Saka Menjadi Habitat Gajah Sumatera | “Menjadikan Danau Ranau sebagai Cagar Biosfer UNESCO, sehingga menyatu dengan wilayah TNBBS yang sudah ditetapkan pemerintah, bisa pula dilakukan.”Ketiga, mengakui dan memfasilitasi keberadaan komunitas adat di OKU Selatan. Salah satu penyebab berkurangnya populasi gajah di OKU Selatan adalah melemahnya peranan hukum adat dengan hadirnya pemerintahan desa.“Jika sebelumnya hutan dijaga masyarakat adat, dengan hadirnya pemerintahan desa, hutan bukan lagi menjadi tanggung jawab mereka dengan hukum adatnya,” tegasnya.  [SEP]
[0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623]
2014-039-08.json
Menilik Penyakit Tahunan Lahan Gambut di Sumsel
Menilik Penyakit Tahunan Lahan Gambut di Sumsel | [CLS] Lahan pertanian warga di lahan gambut di OKI. Sawah warga diolah menggunakan kerbau hingga tak menggangu ekosistem gambut. Foto: Muhammad Hairul SobriLuas rawa gambut di Sumatera Selatan, sekitar satu juta hektar atau nyaris dua kali Bali, 563.666 hektar. Setiap tahun selalu ditemukan titik api di sana, bak penyakit kambuhan, yang sembuh lalu datang lagi. Seperti terlihat dari pantauan kebakaran aktif Moderate-resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) yang diluncurkan NASA. (lihat grafis).Dari data itu terlihat, titik api lahan gambut setiap tahun mengalami kenaikan dan penurunan dratis. Diduga, penurunan karena ada tekanan internasional maupun protes organisasi lingkungan hidup.Contoh, pada 2009, titik api di gambut Sumsel 1.961, banyak protes dilayangkan kepada pemerintah maupun perusahaan. Tahun 2010 titik api turun tinggal 104. Kala sepi, titik api kembali naik 2011 dan 2013. Protes muncul lagi, titik api kembali turun.“Pada 2014, saat El-Nino mengancam Sumsel, bila tidak diributkan sejak dini, bukan tidak mungkin banyak titik api di lahan gambut,” kata Hadi Jatmiko, direktur Walhi Sumsel, Rabu (2/7/14).Keadaan ini, katanya, menunjukkan titik api karena manusia. Di OKI, misal, banyak HTI di lahan gambut, mencapai 500-an ribu hektar.Salahkan MasyarakatSelain itu, katanya, ada kecenderungan, setiap kebakaran, pemerintah selalu menyalahkan masyarakat sebagai pelaku.  “Itu kesalahan mendasar pemerintah. Padahal, perkebunan dan HTI harus dipantau. Mereka yang perlu lahan luas bukan masyarakat,” kata Hadi.Bahkan, tidak sedikit aksi pembakaran oleh masyarakat atas perintah perusahaan.Khusus di OKI, katanya, lahan gambut paling luas di Sumsel, harus menjadi perhatian khusus. “Bukan hanya pemantauan dan upaya serius pemadaman, juga penegakan hukum terhadap semua pihak yang terbukti membakar. Terutama perusahaan yang merasa paling bersih.”
[0.9999914169311523, 4.4660559979092795e-06, 4.169679868937237e-06]
2014-039-08.json
Menilik Penyakit Tahunan Lahan Gambut di Sumsel
Menilik Penyakit Tahunan Lahan Gambut di Sumsel | Data Walhi Sumsel, banyak HTI memanfaatkan lahan gambut Sumsel, baik di OKI, Banyuasin, maupun Musi Banyuasin. Sebagian besar perusahaan yang tergabung dengan Sinar Mas. Di OKI tercatat lima perusahaan, termasuk pabrik kertas terbesar di Asia yakni PT OKI Pulp & Paper Mills, dan Banyuasin dan Musi Banyuasin, ada 10 perusahaan.Pantau Pakai HelikopterTahun ini, guna mencegah titik api, terutama terkait ancaman El-Nino, BPBD Sumsel memantau udara selama tiga bulan.“Kita pakai helikopter tiga bulan ini. Banyak api persis di tengah hutan, hingga tidak bisa dijangkau operasi darat. Kadang-kadang api benar-benar di tengah hutan hanya bisa dijangkau lewat udara, ” kata Yulizar Dinoto, kepala BPBD Sumsel, akhir Juni 2014.Kabupaten yang dinilai rawan titik api, , yakni Pantai Timur (Kabupaten Ogan Komering Iikir dan Banyuasin) sebagian besar lahan gambut, Muaraenim, dan Ogan Ilir.BPBD juga patroli dan water booming. Akhir Juni, mereka water booming di di Talanglubuk dan Puntian (Banyuasin), Embacang dan Pelabuhan Dalam (Ogan Ilir).Hasanuddin, kepala seksi teknis Pengendalian Kebakaran Lahan dan Hutan (PKLH) DinasKehutanan Sumsel mengatakan, patroli udara guna menemukan lokasi kebakaran lahan dan hutan. Mereka mendapatkan laporan masyarakat peningkatan titik api. Tahun 2013, ada 335 titik api di Sumsel. Sekitar 60 persen di lahan gambut. [SEP]
[0.9999998211860657, 7.110257627118699e-08, 6.867904289720173e-08]
2015-014-03.json
Inilah Deklarasi Petani Demi Penyelamatan Bumi
Inilah Deklarasi Petani Demi Penyelamatan Bumi | [CLS] Berbagai perkumpulan petani dari daerah-daerah di Jawa Tengah, mendeklarasikan Jaringan Masyarakat Peduli Penyelamatan Ibu Bumi (JMPPIB) di Pendopo Taman Budaya Raden Saleh Semarang, Senin, (2/11/15). Organisasi ini wujud sikap atas makin banyak aspirasi masyarakat petani yang protes pertambangan yang bakal mengancam bumi.Gunretno dari Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng Utara (JMPPK) Pati mengatakan, pembentukan jaringan ini karena ancaman pada warga/petani yang langsung bersentuhan dengan dampak pertambangan, baik lahan garapan seperti sawah atau ladang hilang, maupun kerusakan alam.“Jadi kami merasa perlu membuat wadah, menyatukan seluruh aspirasi mempermudah upaya memperjuangkan hak-hak kami untuk tetap hidup makmur, sejahtera dan mandiri sebagai petani, sekaligus melindungi kelestarian alam,” katanya.Menurut dia, ada beberapa fakta melatarbelakangi aspirasi masyarakat, menolak pertambangan. Pertama, data Pusat Pengelolaan Ecoregion (PPE) Jawa, untuk pertanian, lahan sawah irigasi di Indonesia 4,1 juta hektar, 87.8% (3,6 juta hektar) di Pulau Jawa. Seharusnya, mendukung program ketahanan pangan nasional, Pulau Jawa harus bertumpu pertanian.“Yang terjadi justru banyak izin pertambangan baru keluar mengubah lahan pertanian menjadi lahan tambang. Alhasil makin menyempit lahan pertanian produktif.”Joko Prianto, JMPPK Rembang mengatakan, di Rembang, selain pabrik semen dan pertambangan batu kapur PT. Semen Indonesia, ada lebih 10 tambang batu kapur beroperasi. Hal ini, kontraproduktif dengan program ketahanan pangan Presiden Joko Widodo. Kondisi ini, katanya, kasat mata merusak karst dan mengancam cekungan air tanah (CAT). Padahal, CAT merupakan reservoir air guna menjamin pasokan air bagi pertanian maupun kebutuhan masyarakat.
[0.4948588013648987, 0.4965273141860962, 0.008613888174295425]
2015-014-03.json
Inilah Deklarasi Petani Demi Penyelamatan Bumi
Inilah Deklarasi Petani Demi Penyelamatan Bumi | Selain itu, karst Kendeng Utara Rembang banyak keragaman hayati, seperti di CAT Watuputih. Peniliti Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI), menemukan sejenis kalacemeti baru di sekitar area CAT. Di sana juga ada kelelawar dan walet yang akan pergi kalau tambang beroperasi.“Perlu penyelamatan Jawa secara umum dan kawasan karst. Melestarikan sejarah dan lingkungan berarti menjaga kesinambungan kehidupan kini dan masa depan,” kata Joko.Sedang di Blora, keluar izin pinjam pakai eksplorasi batu gamping dan batu lempung kepada PT. Artha Parama Indonesia, untuk industri pabrik semen. Adapun daerah eksplorasi adalah Kecamatan Tunjungan, Blora, Jepon dan Bogorejo seluas 2.154 hektar untuk batu gamping dan 743 hektar buat tanah liat. Di Kabupaten Grobogan, keluar izin eksplorasi batu gamping dan tanah liat di Desa Kemadoh Batur, Tawangharjo, dan Desa Dokoro, Kecamatan Wirosari, total 505 hektar untuk batu gamping dan 376,79 hektar tanah liat, kepada PT. Vanda Prima Listri.Di Kabupaten Pati, keluar izin lingkungan pabrik semen, PT. Sahabat Mulia Saksi (anak perusahaan PT. Indoement) 2.868 hektar di Kecamatan Kayen dan Tambakromo.Gunretno mengatakan, di wilayah Selatan, yakni Kebumen, keluar izin pertambangan PT. Medco Group, 271 hektar untuk batu kapur dan 231 hektar tanah liat. Izin di Kecamatan Buayan dan Rowokeling. Juga PT. Semen Gombong, anak usaha PT.Medco Energi, mengajukan izin tambang batu gamping di bentang alam karst Gombong Selatan. Di sana, terdapat lebih 200 gua bawah tanah yang membentuk jejaring mata air bawah tanah. Pegunungan karst di sana membuat 32 mata air tetap mengalirkan air sealama kemarau. Ini sumber air bersih dan pertanian warga 11 kecamatan di Kebumen. Di Kabupaten Wonogiri, izin eksplorasi batu gamping PT. Ultratech Mining.
[0.5002273321151733, 0.01127683836966753, 0.4884958565235138]
2015-014-03.json
Inilah Deklarasi Petani Demi Penyelamatan Bumi
Inilah Deklarasi Petani Demi Penyelamatan Bumi | Dari data ini terlihat gambaran ancaman karst dan sumber mata air warga. Belum lagi sengketa lahan baik pertanian, perkebunan maupun pemukiman buntut regulasi pertambangan tak baik.Jika tak ada tindakan penyelamatan, katanya, pangan terancam karena lahan pertanian menyempit. “Kami mengajak semua elemen bangsa berjuang bersama-sama, melakukan berbagai upaya penyelamatan alam, tidak hanya di Jawa, di seluruh Indonesia,” ajak Gunretno. [SEP]
[0.4948588013648987, 0.4965273141860962, 0.008613888174295425]
2012-010-13.json
Aplikasi Peta Baru dari WRI, Singkap Lahan Sawit Tersembunyi di Indonesia
Aplikasi Peta Baru dari WRI, Singkap Lahan Sawit Tersembunyi di Indonesia | [CLS] World Resources Institute menggandeng NewPage Corporation, sebuah perusahaan percetakan dan kertas di Amerika Serikat beromzet 3,5 miliar dollar AS dan Project POTICO yang fokus dalam manajemen hutan berkelanjutan di Indonesia, merilis dua buah aplikasi untuk website yang memantau produksi dan memastikan ekspansi perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan dan menekan laju deforestasi.Aplikasi tersebut adalah Suitability Mapper, yang membuat perusahaan dan perncang kebijakan pemerintah untuk menggunakan metode yang standar dan mudah diaplikasikan untuk mencari lokasi potensial untuk mengembangkan perkebunan sawit yang berkelanjutan. Dan aplikasi baru lainnya adalah Forest Cover Analyzer yang menyediakan perangkat unik untuk memantau keadaan tutupan hutan dan membantu para pembeli, investor dan pemerintah untuk menghindari deforestasi lebih parah saat mengembangkan perkebunan baru.Suitability Mappers membantu penggunanya mencari lokasi perkebunan dan mengidentifikasi lokasi dengan bantuan sebuah peta yang bisa dikustimisasi sesuai kebutuhan penggunanya. Sementara Forest Cover Analyzer bisa melihat perubahan tutupan hutan dari waktu ke waktu di lokasi tertentu dengan bantuan citra satelit terkini. Aplikasi Forest Cover Analyzer ini kurang lebih sangat mirip dengan aplikasi GloFDAS Pelacak Deforestasi (Deforestation Tracker) yang dimiliki oleh Mongabay.com dan Mongabay Indonesia, yang mampu memberikan data terkini tutupan hutan di seluruh penjuru dunia.
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2012-010-13.json
Aplikasi Peta Baru dari WRI, Singkap Lahan Sawit Tersembunyi di Indonesia
Aplikasi Peta Baru dari WRI, Singkap Lahan Sawit Tersembunyi di Indonesia | “Bisnis kelapa sawit di Indonesia memberikan kesempatan yang besar kepada rakyat dan para pebisnis di Indonesia, dan sudah seharusnya dilakukan dengan cara yang mampu menghindarkan kerusakan hutan dan tanah,” ungkap Andrew Steer, Presiden World Resources Institute. “Perangkat online baru ini akan memudahkan pihak perusahaan untuk mengeidentifikasi lebih baik tempat-tempat yang tepat untuk produksi kelapa sawit dan mengidentifikasi potensi deforestasi dan faktor lainnya yang mengancam keberlanjutan industri ini.”Sementara itu Sekretaris Jenderal RSPO, Darrel Webber menambahkan bahwa pengembangan teknologi dan perangkat seperti yang dilakukan oleh WRI lewat Suitability Mapping dan Forest Cover Analyzer ini memungkinkan anggota RSPO melakukan praktek produksi kelapa sawit yang berkelanjutan dengan cara yang kredibel, dengan mengidentifikasi lokasi dan dampaknya terhadap lingkungan.“Kedua aplikasi ini membuat kami bisa menyiapkan jawaban yang cepat dan mudah atas pertanyaan-pertanyaan dari pihak industri dan pemerintah,” tambah Beth Gingold, peneliti dari POTICO.Saat ini, aplikasi ini sudah memberikan data dan informasi terhadap pulau kalimantan, dan akan berkembang terus dalam beberapa bulan ke depan. Dari data yang didapat dari hasil pemantauan Suitability Mappers dan Forest COver Analyzer, terdapat beberapa poin penting:– ada sekitar 14 juta hektar lahan potensial untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit– Kalimantan kehilangan tutupan hutan seluas 2 juta hektar sejak tahun 2005 hingga 2010.– Ada lebih dari 33 juta hektar hutan bernilai konservasi tinggi dan lahan basah di Kalimantan dengan kemungkinan mengandung simpanan karbon yang tinggi dan level keragaman hayati yang tinggi.
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2012-010-13.json
Aplikasi Peta Baru dari WRI, Singkap Lahan Sawit Tersembunyi di Indonesia
Aplikasi Peta Baru dari WRI, Singkap Lahan Sawit Tersembunyi di Indonesia | Aplikasi ini dikembangkan secara bersama-sama oleh WRI bersama dengan Sekala, Rainforest Alliance, SarVision, University of Maryland, South Dakota State University dan Puter Foundation. Kedua alat ini didesain oleh Blue Raster dan ESRI.Perangkat ini mungkin membantu dalam memilih lokasi yang baik dan benar untuk ekspansi perkebunan sawit di Indonesia, namun tentu tak bisa mengontrol para pelaku bisnis untuk memenuhi prosedur hukum yang benar dalam pengambilalihan lahan untuk perkebunan. Perangkat ini akan sangat berguna, jika pihak perusahaan juga memiliki informasi seputar status lahan yang ada di dalam peta tersebut, termasuk hutan adat yang dimiliki oleh warga sekitar hutan agar menghindari pengambilan lahan secara sepihak dan pembukaan lahan tanpa analisis dampak lingkungan yang benar. [SEP]
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2012-024-04.json
TN Bukit Tigapuluh: Habitat Gajah Terus Terhimpit Ekspansi Tambang dan Sawit
TN Bukit Tigapuluh: Habitat Gajah Terus Terhimpit Ekspansi Tambang dan Sawit | [CLS] International Union for Conservation of Nature (IUCN) telah menetapkan gajah Sumatera sebagai spesies yang “kritis” atau critically endangered karena populasinya yang kian menurun akibat meningkatnya ancaman serta berkurangnya habitat mamalia besar ini. Menurut data WWF gajah Sumatera diperkirakan kini hanya ada sekitar 2400 hingga 2800 ekor saja yang hidup di alam liar. Jumlah ini menyusut sekitar 50% dari tahun 1985.Populasi gajah Sumatera ini tersebar di sebagian besar wilayah di Sumatera diantaranya di kawasan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT) dan sekitarnya. Secara administratif wilayah TNBT ini berada di dua propinsi yaitu propinsi Jambi dan Riau.Di propinsi Jambi kawasan TNBT berada di dua kabupaten yaitu kabupaten Tebo dan kabupaten Tanjung Jabung Barat. Total luas kawasan TNBT saat ini adalah 144.223 ha tapi dengan melihat kecenderungan hilangnya tutupan hutan alam di propinsi Jambi dan Riau serta kawasan TNBT yang dikelilingi oleh daerah penyangga yang memiliki kawasan berhutan dengan nilai konservasi tinggi yang juga merupakan habitat satwa yang dilindungi yaitu gajah, harimau dan orangutan maka pada tahun 2001 Konsorsium Bukit Tiga Puluh yang dikomandoi oleh KKI Warsi mengusulkan perluasan kawasan TNBT namun hingga saat ini usulan perluasan kawasan masih belum ada realisasinya.Sementara itu perambahan hutan serta izin pemanfaatan kawasan yang mengakibatkan alih fungsi hutan disekitar kawasan TNBT terus dikeluarkan oleh pemerintah daerah.
[0.4948588013648987, 0.4965273141860962, 0.008613888174295425]
2012-024-04.json
TN Bukit Tigapuluh: Habitat Gajah Terus Terhimpit Ekspansi Tambang dan Sawit
TN Bukit Tigapuluh: Habitat Gajah Terus Terhimpit Ekspansi Tambang dan Sawit | Selama semester pertama tahun 2012 BKSDA dan Wildlife Protection Unit (WPU) Frankfurt Zoological Society (FZS) telah berhasil menangkap dan melaksanakan proses hukum pada 3 kasus perambahan di kawasan TNBT. Namun Krismanleo, staf BKSDA yang tergabung dalam unit patroli ini mengakui bahwa undang-undang mengenai kasus perambahan ini masih lemah dan tidak bisa menjerat otak dari kegiatan perambahan ini, “Hukuman yang dijatuhkan hanya pada orang yang melakukan perambahan padahal sebenarnya ada orang lain atau bahkan perusahaan yang menyuruh mereka melakukan perambahan”.Berdasarkan data dari FZS terdapat 11 perkebunan Sawit, HTI dan tambang batubara yang berbatasan langsung dengan kawasan TNBT. Kawasan yang menjadi lahan konsesi perusahaan-perusahaan ini sebagian besar adalah habitat gajah, harimau dan orangutan sumatera. Kesebelas perusahaan ini hanya perusahaan yang berlokasi di daerah Kab. Tebo saja belum termasuk perusahaan yang berbatasan langsung dengan kawasan TNBT yang berada di Kab. Tanjung Jabung Barat. Berikut adalah data 11 perusahaan tersebut :Diantara sebelas perusahaan ini bahkan ada perusahaan yang lahan konsesinya tumpang tindih dengan lahan konsesi perusahaan lain seperti yang terjadi pada kawasan konsesi PT. Kelola Tebo Energi yang yang juga merupakan kawasan konsesi milik PT. Lestari Asri Jaya. PT. Kelola Tebo Energi sudah mulai melakukan aktivitas dalam kawasan konsesinya hanya dengan bermodalkan izin dari pemerintah daerah. Disamping perusahaan kawasan disekitar TNBT juga terdapat pemukiman dan kebun milik masyarakat yang membuat kawasan ini semakin cepat kehilangan luasan hutannya.
[0.999989926815033, 5.325947768142214e-06, 4.717151114164153e-06]
2012-024-04.json
TN Bukit Tigapuluh: Habitat Gajah Terus Terhimpit Ekspansi Tambang dan Sawit
TN Bukit Tigapuluh: Habitat Gajah Terus Terhimpit Ekspansi Tambang dan Sawit | Dari pantauan yang dilakukan oleh Elephant Conflict Mitigation Unit (ECMU) FZS daerah konsesi PT. Lestari Asri Jaya dan PT. Tebo Multi Agro memiliki populasi gajah yang cukup banyak. Saat ini ECMU sedang mengumpulkan sampel DNA gajah di kawasan TNBT dan sekitarnya, ECMU menargetkan penelitian sampel DNA dapat selesai akhir tahun ini dengan adanya penelitian ini diharapkan data populasi gajah sumatera di kawasan ini dapat lebih akurat. Menurut Albert, koordinator ECMU, “Berdasarkan identifikasi kelompok dan jumlah gajah dalam kelompok-kelompok tersebut saat ini diperkirakan ada 120 ekor gajah yang 80% aktifitasnya seperti mandi, minum dan mencari makan dilakukan diluar kawasan TNBT.”Kondisi ini menyebabkan konflik antara manusia dengan gajah pun sering terjadi “Rata-rata kami menangani 10 – 15 kasus konflik gajah dengan masyarakat dalam setiap bulan” kata Albert. Berbagai upaya sudah dilakukan oleh ECMU dan masyarakat diantaranya adalah pemasangan pagar listrik di kebun masyarakat, pagar listrik ini tentu saja memiliki tegangan listrik yang tidak mematikan hanya menyebabkan gajah terkejut dan menjauhi kebun masyarakat tersebut.  ECMU juga telah memasang GPS Colar pada 5 gajah yang terdiri dari 4 gajah betina pemimpin kelompok serta 1 gajah jantan. Adapun pemasangan GPS Colar ini bertujuan untuk mengetahui wilayah jelajah (home range) gajah serta mempermudah ECMU mendeteksi pergerakan gajah sehingga jika gajah bergerak ke kawasan kebun masyarakat dapat segera ditangani tanpa harus menimbulkan kerugian bagi masyarakat ataupun gajah.
[0.4948588013648987, 0.4965273141860962, 0.008613888174295425]
2012-024-04.json
TN Bukit Tigapuluh: Habitat Gajah Terus Terhimpit Ekspansi Tambang dan Sawit
TN Bukit Tigapuluh: Habitat Gajah Terus Terhimpit Ekspansi Tambang dan Sawit | Upaya lain yang dilakukan ECMU adalah memberikan pelatihan bagi masyarakat bagaimana menangani gajah jika masuk kedalam kebun mereka serta memberikan nomor telepon anggota ECMU yang bertugas agar masyarakat bisa langsung melaporkan jika ada gajah yang masuk dalam kebun mereka sehingga dapat segera ditangani. Sejauh ini hanya masyarakat sekitar kawasan saja yang memberikan laporan mengenai gajah yang masuk dalam kebun mereka padahal menurut Albert perusahaan-perusahaan disekitar kawasan TNBT  terutama PT. Lestari Asri Jaya dan PT. Tebo Multi Agro yang kawasannya adalah merupakan habitat gajah tidak pernah melaporkan adanya gajah yang masuk dalam kawasan mereka. Padahal jika dilihat dari kondisi tanaman sawit dan akasia milik mereka terlihat jelas bahwa tanaman tersebut telah dirusak oleh gajah. Albert khawatir jika gajah terus masuk ke kawasan itu pihak perusahaan akan mengambil tindakan yang dapat mengancam kelangsungan hidup gajah tersebut. [SEP]
[0.9999998211860657, 8.479273816419663e-08, 7.769674681412653e-08]
2012-030-13.json
Terumbu Karang Indo-Pasifik Lebih Tangguh Hadapi Ancaman
Terumbu Karang Indo-Pasifik Lebih Tangguh Hadapi Ancaman | [CLS] Berdasar hasil penelitian terbaru terkait terumbu karang, terungkap bahwa terumbu karang di wilayah Indo-Pasifik ternyata lebih cepat mengalami pertumbuhan dan perbaikan dibanding terumbu sejenis yang ada di wilayah Karibia.Dr. George Roff dan Profesor Peter Mumby dari ARC Centre of Excellence for Coral Reef Studies dan Unversitas Queensland mengatakan hal tersebut dalam imposium Internasional Terumbu Karang Dunia di Cairns, Australia tanggal 12 Juli 2012 silam. “Alasan utama mengapa terumbu karang di kawasan Indo-Pasifik lebih tangguh adalah karena mereka memiliki rumput laut lebih sedikit dibanding di Karibia,” ungkap Dr. Roff. “Rumput laut dan terumbu karang di laut saling berebut tempat untuk tumbuh. Jika rumput laut tumbuh lebih lamban seperti kondisi di Indo-Pasifik, maka terumbu karangnya akan lebih cepat berkembang. Hal ini akan memberikan keuntungan lebih pada terumbu dibanding rumput laut.”“Hal ini bukan berarti kita sudah boleh berpuas diri. Terumbu di seluruh dunia masih sangat terancam dengan perubahan iklim dan aktivitas manusia,” ungkapnya lebih lanjut. “Yang ingin saya katakan disini adalah, terumbu karang di Indo-Pasifik merespons lebih baik terhadap upaya perlindungan, dan langkah-langkah yang sudah kita ambil akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk berhasil di wilayah ini.“Banyak cerita-cerita suram sudah kita dapatkan dari Karibia, dimana wilayah ini mengalami kerusakan yang sangat cepat dalam 30 tahun terakhir,” ungkap Profesor Mumby. “Kami sekarang bisa lebih menghargai bahwa Indo-pasifik dan Karibia ternyata sangat berbeda dari yang kita bayangkan selama ini.”Peneltian ini diterbitkan di jurnal Trends in Ecology and Evolution (TREE), termasuk data dari hasil survey di kawasan Indo-Pasifik dan Karibia sejak tahun 1965 hingga 2010.Para peneliti juga menemukan bahwa rumput laut di kawasan Indo-Pasifik berkembang empat kali lebih lambat dibanding di Karibia.
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2012-030-13.json
Terumbu Karang Indo-Pasifik Lebih Tangguh Hadapi Ancaman
Terumbu Karang Indo-Pasifik Lebih Tangguh Hadapi Ancaman | “Kami tak yakin mengapa hal ini terjadi, namun salah satu kemungkinannya adalah karena air laut di Karibia lebih banyak mengandung zat besi,” ungkap mereka. “Selama ribuan tahun, Laut Karibia telah menerima debu yang ditiupkan menyeberangi Lautan Atlantik dari Sahara, dan debu ini membawa besi – sebuah elemen yang penting bagi alga untuk tumbuh.”“Hal ini kemudian menyebabkan perbedaan antara terumbu karang di Indo-Pasifik dan Karibia sangat fundamental, dan terjadi dalam skala besar.”“Faktor lainnya yang membuat terumbu di Indo-Pasifik terlindungi adalah melimpahnya ikan-ikan herbivora seperti ikan Botana (Surgeon fish) dan ikan Kakatua (Parrot fish) yang memakan rumput laut sebagai makanan utama mereka. Di wilayah Indo-Pasifik memiliki banyak sekali ikan ini.“Di Indo-Pasifik ada lebih dari 70 spesies dan enam genera ikan Kakatua, sementara di Karibia cuma ada 13 spesies dan dua genera ikan ini.” Kendati temuan ini membuat banyak pihak optimis di wilayah Indo-Pasifik, namun negara seperti Australia tetap harus melakukan perlindungan di wilayah laut mereka, kata para peneliti mengingatkan.“Semua terumbu karang menghadapi masa depan yang tidak pasti, terutama di wilayah yang banyak aktivitas manusia,” sambung kedua peneliti ini. “Kita tetap harus menekan pengambilan yang berlebihan terhadap ikan-ikan herbivora, karena mereka sangat banyak di Indo-Pasifik. Kita juga perlu menjaga tingkat nutrient di dalam air dan mencegah tercabutnya terumbu dari tanah jika perlu.”“Berita baiknya adalah wilayah Indo-Pasifik yang kita miliki saat ini jauh lebih tangguh dari yang kita kira -kita cuma harus memastikan bahwa upaya yang kita lakukan tidak merusak ketangguhan alami mereka.” [SEP]
[0.999424159526825, 0.00028237837250344455, 0.000293476419756189]
2021-026-19.json
Pemprov Bali Batalkan Proyek Pengolah Sampah jadi Energi Listrik, Kenapa?
Pemprov Bali Batalkan Proyek Pengolah Sampah jadi Energi Listrik, Kenapa? | [CLS]  Pemerintah Provinsi Bali membatalkan proyek pembangkitan listrik tenaga sampah atau yang disebut Pengolah Sampah jadi Energi Listrik (PSEL). Padahal ibukota provinsi, Denpasar masuk dalam 12 Kota di Indonesia seperti tercantum di Peraturan Presiden No. 35 Tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Penolah Sampah jadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan.Made Teja, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLHK) Provinsi Bali mengataka surat pembatalan ini sudah disampaikan Gubernur ke Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi. Alasannya biaya tipping fee per ton sampah yang sangat tinggi dan tidak bisa dipenuhi.“Hitungan biaya sangat tinggi, ke depan sampah terus meningkat. Kemampuan ekonomi belum mampu menutupi, perlu dikaji kembali,” ujar Teja saat dikonfirmasi Mongabay Indonesia, Selasa (24/08/2021).Ia menyebut nilai tipping fee ini sekitar Rp480 ribu/ton sampah yang diolah investor PSEL yang harus dibiayai pemerintah daerah yang membuang sampahnya ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung. TPA ini adalah terbesar di Bali, sebagian kabupaten terutama di selatan Bali membuang sampahnya ke TPA yang sudah overload dan terus diperluas ini. Padahal lokasinya di samping kawasan konservasi maritim Tanjung Benoa.Jika melewati jalan raya bypass Ngurah Rai dari Sanur menuju bandar udara Ngurah Rai pasti melewati TPA ini dan bau sampah meruap di udara. Apalagi saat musim hujan.TPA Suwung juga sudah digelontor puluhan miliar rupiah untuk menyulap sampah jadi taman dalam program Proyek Revitalisasi TPA Regional Sarbagita Suwung yang diluncurkan Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan pada Desember 2017. Proyek yang dibuat untuk mengurangi bau, mencegah longsor sampah, dan menyambut sidang tahunan IMF dan World Bank di Bali pada 2018 ini dilaksanakan selama 3 tahun dimulai akhir Desember 2017 sampai Oktober 2019.
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2021-026-19.json
Pemprov Bali Batalkan Proyek Pengolah Sampah jadi Energi Listrik, Kenapa?
Pemprov Bali Batalkan Proyek Pengolah Sampah jadi Energi Listrik, Kenapa? | baca : Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Sampah dinilai Menyalahi Kebijakan Pengelolaan Sampah di Bali  Badan Pengelola Kebersihan wilayah Sarbagita (Denpasar, Badung, Gianyar, Tabanan) pernah menjamin semua sampah di TPA akan sepenuhnya bisa dimusnahkan pada 2012. PT. Navigat Organic Energy Indonesia (NOEI) menjadi investor pengolahan sampah di TPA Suwung saat itu.Empat Pemda kawasan Sarbagita yang membuang sampahnya ke TPA Suwung membuat kerjasama penanganan sampah sejak 2007. Salah satu klausul adalah investor bisa mengolah sampah jadi listrik namun tak terpenuhi dan sudah putus kontrak. Tidak ada kesepakatan soal tipping fee dari tiap ton sampah yang diolah karena biaya pembakaran sampah sangat mahal.Proyek di TPA Suwung ini dibahas dalam rapat koordinasi di Kantor Gubernur Bali, pada Rabu (13/02/2019), Denpasar. Dipimpin Gubernur Bali, dihadiri perwakilan pemerintah kawasan Sarbagita, pelaksana proyek Waskita Karya dan PT Indonesia Power, dan para pihak lainnya.Gubernur Bali I Wayan Koster meyakini proyek ini akan diselesaikan dalam waktu sesingkatnya. “Sedang dibuat feasibility study (FS), harus mulai beroperasi 2020,” umbar Koster. Mongabay yang hadir saat itu mencatat bagaimana instruksinya agar PLTSa ini tak gagal lagi.Untuk menangani melubernya TPA Suwung, pemerintah akan melarang pembuangan sampah pada taun 2022. “Tidak bisa buang sampah lagi ke TPA, harus dikelola di wilayahnya masing-masing,” ujar Made Teja.Dari perhitungan sebuah kajian pemerintah sebelumnya, akan ada bahan baku sekitar 1140 ton sampah per hari dari Kota Denpasar. Inilah yang akan jadi bahan baku PSEL.Pengelola PSEL ini rencananya akan ada ditenderkan untuk mendapat investor. Namun pemerintah akhirnya tidak jadi membuat tender. Kini, karena PSEL batal, pada 2022, semua desa diminta harus memiliki pengelolaan sampah mandiri.
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2021-026-19.json
Pemprov Bali Batalkan Proyek Pengolah Sampah jadi Energi Listrik, Kenapa?
Pemprov Bali Batalkan Proyek Pengolah Sampah jadi Energi Listrik, Kenapa? | baca juga : Darurat Pengelolaan Sampah di Bali, Rentan sebabkan Konflik Sosial dan Ekonomi. Seperti Apa?  Bali sudah memiliki Peraturan Gubernur tentang kewajiban mengelola sampah di sumber namun belum diimplementasikan secara menyeluruh. Pengelolaan sampah akan dibebankan di desa dan residunya dibuang ke TPST setempat. Teja menyebut ada dana kompensasi Rp100 milyar dari pemerintah pusat karena dibatalkannya PSEL tersebut. Dana ini direncanakan untuk pendanaan infrastruktur seperti pembangunan TPST di tingkat wilayah.Saat ini seluruh kabupaten dan kota di Bali sudah memiliki sejumlah TPST namun tak semuanya optimal. Ada yang bermasalah dengan kekurangan alat seperti pencacah sampah organik atau sumberdaya manusia.Salah satu lokasi pengelolaan sampah komunal yang berkembang sampai kini adalah Rumah Kompos yang dikelola Desa Adat Padangtegal, Ubud. Ini adalah lokasi obyek wisata Monkey Forest yang populer.Padangtegal memperlihatkan sistem pengolahan sampah terintegrasi. Tiap rumah didorong memilah sampah organik dan anorganik dahulu sebelum diangkut truk milik desa. Termasuk hotel dan restoran yang memadati desa ini. Sampah organik diolah di Rumah Kompos dan hasilnya digunakan untuk menyuburkan hutan monyet ekor panjang di Monkey Forest. Pembangkit Listrik dari SampahPembangkit Listrik Tenaga Sampah (PTSa) juga tercantum dalam Pergub Bali tentang Bali Energi Bersih. Sampah kota dan desa ini dimasukkan sebagai materi EBT.Pembangkit Listrik Berbasis Sampah Kota yang selanjutnya disingkat PLTSa adalah pembangkit listrik yang menggunakan energi terbarukan berbasis sampah kota yang diubah menjadi energi listrik.
[0.9999907612800598, 4.496447218116373e-06, 4.684098712459672e-06]
2021-026-19.json
Pemprov Bali Batalkan Proyek Pengolah Sampah jadi Energi Listrik, Kenapa?
Pemprov Bali Batalkan Proyek Pengolah Sampah jadi Energi Listrik, Kenapa? | Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI) jaringan lembaga lingkungan di Indonesia mengkritik ide ini karena rentan menghambat pengelolaan sampah di hulu atau sumbernya, seperti saat ini dikampanyekan. Selain itu, teknologi pembakaran sampah masih berisiko pada dampak kesehatan serta sangat mahal.baca juga : Melihat Pengolahan Sampah Jadi Briket Energi di Kabupaten Klungkung Bali  Bali merupakan salah satu lokasi pembangunan Pengolah Sampah jadi Energi Listrik (PSEL) dari 12 kota di Indonesia yang terpilih. Kota lain adalah DKI Jakarta, Tanggerang, Tanggerang Selatan, Bekasi, Bandung, Semarang, Surakarta, Surabaya, Makassar, Pelembang, dan Manado. PSEL yang akan dibangun di Kota Denpasar terletak di TPA Suwung dengan kapasitas sedikitnya 1.000 ton sampah per hari yang akan dibakar menggunakan teknologi thermal.Masuknya Denpasar dalam 12 Kota di Indonesia ini tercantum di Peraturan Presiden No. 35 Tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Penolah Sampah jadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan. Perpres ini dinilai malah menghambat kemajuan pengelolaan sampah di Indonesia karena membuat pemerintah kota dan kabupaten lengah melaksanakan minimalisasi, pengurangan, pemilahan dan meningkatkan pengangkutan sampah di wilayah mereka sesuai amanat UU No.18/2008 tentang Pengelolaan Sampah.Apalagi, hampir semua TPA sampah kota-kabupaten di Indonesia masih dioperasikan dalam bentuk open dumping, bukan controlled landfill ataupun sanitary landfill. Sistem pengelolaan sampah di saat ini masih menggunakan sistem kumpul-angkut-buang. Sistem ini disebut hanya menyelesaikan permasalahan sampah pada bagian hilir, yaitu dengan mengandalkan sarana dan prasarana Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan mimpi pembangunan fasilitas PSEL.
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2021-026-19.json
Pemprov Bali Batalkan Proyek Pengolah Sampah jadi Energi Listrik, Kenapa?
Pemprov Bali Batalkan Proyek Pengolah Sampah jadi Energi Listrik, Kenapa? | “Sejak tahun 2003, Bali sudah mencoba teknologi termal untuk mengolah sampah di TPA Suwung tetapi gagal. Seharusnya pemerintah Provinsi Bali menyampaikan kepada Presiden, pembelajaran dari kegagalan 2004-2016 agar tidak terulang lagi,” ujar Yuyun Ismawati, Senior Advisor Nexus3, anggota AZWI, dalam pernyataan sikap terkait penolakan PSEL pada Juni lalu.Dengan biaya yang sama, AZWI menilai dapat dicapai pemilahan sampah dan pengomposan di sumber atau di kawasan. Dengan investasi senilai PSEL tersebut, asumsinya peningkatan persentase pengangkutan sampah sampai 80%, dan pengoperasian TPA dengan teknologi Sanitary Landfill selama 15 tahun.Dalam UU No.18/2008 tentang Pengelolaan Sampah Pasal 29 ayat 1 butir (g) dinyatakan bahwa, setiap orang dilarang membakar sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis pengelolaan sampah. Ini artinya komposisi sampah dan metode pembakarannya harus sesuai dengan persyaratan teknis. Sampah di Indonesia tidak memenuhi persyaratan teknis karena rata-rata nilai kalor berkisar antara 2.000-6.000 kJ/kg lebih rendah daripada standar nilai kalor terendah (low heating value/LHV) yaitu 10.000 kJ/kg.   [SEP]
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2017-086-09.json
Indonesia Wajibkan Pelaku Industri Perikanan dan Kelautan Miliki Sertifikat HAM
Indonesia Wajibkan Pelaku Industri Perikanan dan Kelautan Miliki Sertifikat HAM | [CLS] Berkaca pada berbagai kasus kejahatan yang menerpa para pekerja di industri perikanan dan kelautan, Pemerintah Indonesia meminta seluruh pelaku industri tersebut untuk segera melakukan sertifikasi hak asasi manusia (HAM) pada usaha perikanan. Tujuannya, agar profesi pekerja industri perikanan diakui sebagai profesi legal dan dilindungi.Untuk mendorong para pelaku industri melakuan sertifikasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menerbitkan Peraturan Menteri (Permen) Kelautan dan Perikanan Nomor 2 Tahun 2017 tentang Persyaratan dan Mekanisme Sertifikasi Hak Asasi Manusia Perikanan. Peraturan tersebut diterbitkan untuk melengkapi Permen No.42 Tahun 2016 tentang Perjanjian Kerja Laut Bagi Awak Kapal Perikanan.Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan, dua peraturan yang diterbitkan itu, melengkapi Permen No.35 Tahun 2015 tentang Sistem dan Sertifikasi Hak Asasi Manusia pada Usaha Perikanan. Peraturan perintis itu, diterbitkan bertepatan dengan hari HAM se-dunia 2015 yang jatuh pada 10 Desember 2015.“Dengan diterbitkannya Permen, kita ingin para pekerja perikanan diakui keberadaannya. Mereka tidak lagi dianggap sebelah mata. Mereka harus diberi perlindungan penuh seperti para pekerja di industri lain,” ungkap dia di Jakarta, Selasa (24/1/2017).(baca : Mulai Hari Ini, Nelayan dan ABK Peroleh Perlindungan HAM)Menurut Susi, para pekerja di industri perikanan sejauh ini masih belum mendapatkan hak yang layak. Bahkan, tidak sedikit di antaranya justru mendapatkan perlakuan tidak pantas dengan dibebani jam kerja yang sangat panjang.“Ada banyak ribuan orang yang bekerja di industri ini, dari hari ke hari tanpa jaminan yang layak. Dan mereka tidak tahu harus bagaimana. Di laut, mereka juga harus menghadapi resiko kematian dan luka. Itu semua untuk mendapatkan tangkapan ikan,” tutur dia.
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2017-086-09.json
Indonesia Wajibkan Pelaku Industri Perikanan dan Kelautan Miliki Sertifikat HAM
Indonesia Wajibkan Pelaku Industri Perikanan dan Kelautan Miliki Sertifikat HAM | Salah satu fakta paling memilukan, kata Susi, adalah terungkapnya jaringan industri perikanan yang beroperasi di Indonesia Timur, khususnya di Benjina dan Ambon (Maluku). Di sana, para pekerja perikanan mendapatkan perlakuan yang sangat buruk dan sama sekali tidak mendapatkan perlindungan hukum maupun materi.“Kita tidak mau apa yang terjadi di Benjina akan terulang lagi. Para pekerja perlu pengakuan secara hukum dan HAM. Mereka juga sama seperti pekerja di industri lain di dunia ini,” sebut dia.(baca : Pemerintah Bentuk Tim Khusus Tangani Perbudakan di Benjina)Dengan adanya peraturan sertifikasi, Susi mengharapkan semua pelaku industri perikanan bisa mulai menata dirinya secara perlahan. Dengan demikian, para pekerja akan mendapatkan perlindungan penuh secara hukum maupun HAM.Adapun, menurut Susi, perlindungan yang mendesak untuk diberikan kepada para pekerja perikanan, adalah pemberian asuransi. Menurutnya, bekerja di tengah laut itu harus menanggung resiko sangat tinggi dan penghasilan yang tidak menentu.Cabut Izin OperasionalSetelah Permen No.2 Tahun 2017 terbit, KKP mendesak pelaku industri perikanan untuk segera mengikuti sertifikasi HAM pekerja perikanan. Jika proses itu tidak segera dilakukan, maka izin operasional untuk kapal dan usaha perikanan tidak akan diberikan dan atau diperpanjang.Menurut Sekretaris Jenderal KKP Sjarief Widjaja, izin operasional yang tidak akan dikeluarkan itu, mencakup Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP), Surat Izin Penangkap Ikan (SIPI) dan Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI). Kebijakan itu akan diterapkan tanpa memandang situasi dan kondisi lagi.“Jika ada perusahaan yang sedang mengajukan izin baru, maka kita tidak akan keluarkan izin. Begitu juga, jika ada yang ingin memperpanjang izin, kita akan tolak perpanjangannya. Jika ingin keluar, wajib ikuti sertifikasi HAM pekerja perikanan,” urai dia.
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2017-086-09.json
Indonesia Wajibkan Pelaku Industri Perikanan dan Kelautan Miliki Sertifikat HAM
Indonesia Wajibkan Pelaku Industri Perikanan dan Kelautan Miliki Sertifikat HAM | Karena dinilai sangat mendesak, Sjarief mengingatkan kepada semua perusahaan untuk segera mengurus proses sertifikasi. Hal itu, karena Indonesia adalah negara yang menyumbangkan tenaga pekerja perikanan dalam jumlah besar.(baca : Tekad Indonesia Hapuskan Praktek Perdagangan Manusia dalam Industri Perikanan)Sjarief menyebutkan, dari data terakhir yang dimiliki BNP2TKI, tenaga pekerja perikanan Indonesia jumlahnya mencapai 210.000 orang. Jumlah itu, kata dia, dipastikan akan bertambah lagi, mengingat pekerja perikanan yang tidak terdata oleh Pemerintah jumlahnya masih sangat banyak.Untuk perusahaan yang wajib melakukan sertifikasi sendiri, Sjarief memaparkan, adalah perusahaan yang mengoperasikan kapal berukuran minimal 30 gros ton (GT). Jika memenuhi kriteria tersebut, maka perusahaan wajib memenuhi syarat untuk sertifikasi seperti asuransi untuk pekerja perikanan.“Saat ini, kapal berukuran 30 GT ke atas jumlahnya ada 3.900 unit. Jumlahnya bertambah lagi, karena ada tambahan 2.600 unit hasil dari pengukuran ulang,” jelas dia.Uji Tuntas SertifikasiMeski sudah memenuhi kriteria, sebuah perusahaan belum dipastikan akan mendapatkan izin baru atau perpanjangan dari KKP. Menurut Pelaksana tugas (Plt) Direktur Jenderal Perikanan Tangkap KKP Zulficar Mochtar, perusahaan harus mengikuti proses uji tuntas (due dilligence) sertifikasi HAM pekerja perikanan.Selain perusahaan, menurut Zulficar, pihak yang harus mengikuti uji tuntas adalah unit pengolahan ikan (UPI), pemilik kapal, penyewa kapal, dan pelaku industri perikanan lainnya yang aktif. Semua pihak tersebut, akan dinilai sejauh mana komitmen terhadap penegakan HAM pekerja perikanan.“Untuk yang melakukan uji tuntas itu adalah tim independen yang diambil dari Pemerintah, Non Pemerintah, dan akademisi,” jelas dia.
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2017-086-09.json
Indonesia Wajibkan Pelaku Industri Perikanan dan Kelautan Miliki Sertifikat HAM
Indonesia Wajibkan Pelaku Industri Perikanan dan Kelautan Miliki Sertifikat HAM | Agar pihak yang berkaitan bisa mengikuti sertifikasi dengan baik, Zulficar mengingatkan agar mereka mulai menyusun mekanisme seperti apa HAM pekerja perikanan. Dengan mempersiapkan diri, maka proses uji tuntas akan bisa dilewati dengan baik.Setelah uji tuntas dilewati, kata Zulficar, proses berikutnya adalah Pemerintah akan mengeluarkan sertifikat yang menyatakan perusahaan sudah lulus uji sertifikasi. Sertifikat tersebut, sekaligus juga sebagai dokumen resmi untuk mendapatkan izin baru atau perpanjangan dari KKP.“Sertifikat tersebut berlaku untuk waktu tiga tahun. Jika tidak ada sertifikat, maka tidak akan ada izin baru atau perpanjangan lagi,” sebut dia.Anggota Satgas 115 Mas Achmad Santosa, menjelaskan bahwa dalam proses uji tuntas, akan dinilai sejauh mana perusahaan memberikan asuransi kepada pekerja perikanan, bagaimana standar upah yang diterapkan, dan kebijakan HAM lain.“Policy HAM adalah hak dan kewajiban dan mengacu pada perlindungan HAM,” ucap dia.Untuk memulai proses, KKP saat ini sedang membuat daftar perusahaan yang memenuhi syarat untuk mendapatkan sertifikat HAM. Dari pendataan sementara, sudah ada tujuh perusahaan yang masuk dalam daftar positif layak mendapatkan sertifikat HAM, namun KKP masih terus melakukan pendataan.Terendah Komitmen HAMDi sisi lain, Sekretaris Utama BNP2TKI Hermono mengakui bahwa pekerja perikanan adalah profesi yang paling rendah komitmen HAM-nya. Karena itu, banyak sekali kejadian yang menimpa para pekerja, baik itu di Indonesia ataupun di luar negeri.“Jadi, ada banyak warga Indonesia yang bekerja di kapal asing. Mereka tidak mendapat perlindungan penuh dan hidup di bawah tekanan dengan jam kerja yang sangat panjang. Ini adalah persoalan tata kelola yang harus dibenahi dalam sektor ini,” ungkap dia.
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2017-086-09.json
Indonesia Wajibkan Pelaku Industri Perikanan dan Kelautan Miliki Sertifikat HAM
Indonesia Wajibkan Pelaku Industri Perikanan dan Kelautan Miliki Sertifikat HAM | Dengan diterbitkannya Permen No.2 Tahun 2017, Hermono berharap permasalahan HAM yang menimpa para pekerja perikanan bisa berkurang dan selanjutnya tidak ada lagi.International Organization of Migration (IOM) merilis laporan bersamaan dengan penerbitan Permen No 2 Tahun 2017. Dalam laporan tersebut, seperti diungkapkan Kepala Misi IOM Indonesia Mark Getchell, diperoleh temuan yang meliputi: [SEP]
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2016-059-19.json
Berjasa untuk Regenerasi Hutan, Panglima Para Burung Ini Malah Diburu
Berjasa untuk Regenerasi Hutan, Panglima Para Burung Ini Malah Diburu | [CLS] Petugas Balai Konservasi  Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat mengevakuasi satu individu burung rangkong badak (Buceros rhinoceros) jantan, Jumat (13/05/2016). Evakuasi tersebut atas kerja sama BKSDA Kalbar dengan Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Mempawah.“Kondisi burung yang dinamai pemiliknya Cula ini, cukup sehat. Usianya sekitar tiga tahun,” kata Sustyo Iriyono, Kepala BKSDA Kalbar. Lim Kuang Tang, warga Kecamatan Mempawah Hilir, Kabupaten Mempawah, yang memelihara Cula, mengaku membeli burung tersebut dari warga setempat. “Enggang ini kita amankan di kantor BKSDA Kalbar untuk perawatan lebih lanjut. Upaya penyadartahuan tetap kita lakukan, agar warga mengetahui jenis-jenis tumbuhan dan satwa dilindungi,” ujarnya awal pekan ini.Belum lama sebelumnya, warga Mungguk Linang, Desa Batu Ampar Kecamatan Batu Ampar, menemukan satu individu kangkareng perut putih yang telah membusuk. Ditubuhnya, terdapat banyak lubang. Diduga kuat, kematiannya akibat tembakan pemburu.Iqbal (31), warga setempat, mengatakan enggang tersebut berukuran sekitar 15 cm dengan berat sekitar setengah kilogram. “Banyak lubang ditubuhnya, di sayapnya juga ada lubang,” kata Iqbal. Satwa tersebut tidak berhasil didapat pemburu, lantaran diperkirakan tidak langsung mati setelah ditembak.Iyan (33), warga Batu Ampar menuturkan, masih banyak pemburu di kawasan tersebut. Bisa jadi, para pemburu tidak mengetahui jika hewan tersebut dilindungi. Dia mengaku mengetahui status konservasi hewan tersebut dari media massa. Ketika melihat foto bangkai satwa tersebut, Iyan langsung mengenalinya sebagai satwa dilindungi.Habitat hilang
[0.9992979764938354, 0.00035951982135884464, 0.00034251681063324213]
2016-059-19.json
Berjasa untuk Regenerasi Hutan, Panglima Para Burung Ini Malah Diburu
Berjasa untuk Regenerasi Hutan, Panglima Para Burung Ini Malah Diburu | Alih fungsi hutan menjadi salah satu penyebab hilangnya habitat asli rangkong. Koalisi Masyarakat Sipil untuk Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam, menyebutkan bahwa deforestasi yang terjadi di Kalimantan Barat mencapai 426 ribu hektar atau urutan kelima provinsi  tertinggi di Indonesia. “Kementerian Lingkungan hidup dan Kehutanan mencatat, pelepasan hutan secara keseluruhan untuk sawit hingga saat ini mencapai 5,2 juta hektar,” kata Anton P. Widjaya, Direktur Eksekutif Walhi Kalbar, koordinator koalisi.Catatan ini, lanjutnya, masih bisa lebih luas mengingat penggunaan kawasan hutan untuk perkebunan secara tidak bertanggung jawab, sering kali tidak mendasarkan pada legalitas dokumen semata. Terutama, mengingat nilai kayu yang tidak kalah tinggi, menjadi sumber penghasilan tambahan bagi pemegang izin usaha perkebunan atau yang menguasai lahan tersebut. “Fakta ini menjadi dasar asumsi bahwa habitat satwa dan tumbungan dilindungi akan semakin berkurang,” paparnya.Peran ekologisAlbertus Tjiu, manager WWF Indonesia Program Kalimantan Barat menyebutkan, jenis rangkong mempunyai peran penting dalam ekosistem. Daya jelajahnya tinggi. Selain itu, keberadaan rangkong menjadi indikator bahwa di habitat tersebut masih terdapat pohon-pohon besar dan sehat untuk mereka bersarang. “Menjaga rangkong berarti menjaga hutan, selain fungsinya sebagai penebar biji, dan menjaga emisi karbon tidak meningkat karena hilangnya hutan,” katanya, dalam workshop Jurnalis data terbuka untuk lingkungan dan keanekaragaman hayati.
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2016-059-19.json
Berjasa untuk Regenerasi Hutan, Panglima Para Burung Ini Malah Diburu
Berjasa untuk Regenerasi Hutan, Panglima Para Burung Ini Malah Diburu | Di Kalimantan Barat, jenis rangkong dijumpai di kawasan Heart of Borneo (HoB) yang merupakan rumah bagi 30 hingga 40% jenis flora dan fauna dunia. Tempat hidup satwa langka seperti, orangutan, macan dahan, bekantan, berbagai jenis owa dan burung jenis rangkong hingga 15.000 jenis tanaman berbunga. “Bicara soal kawasan HoB, tidak hanya bicara mengenai kawasan Kalimantan saja. Namun juga lintas negara, yakni melibatkan Malaysia dan Brunei Darussalam,” tambahnya.Rangkong bukan hanya dikenal sebagai burung sakti penebar biji, ia juga mendapat penghargaan khusus di hati masyarakat. Suku Dayak menganggap rangkong sebagai simbol yang berhubungan dengan dewa. Rangkong juga dianggap panglima para burung. Negara Bagian Sarawak, Malaysia, menjadikan rangkong badak sebagai maskot, sedangkan enggan gading diabadikan sebagai maskot Provinsi Kalimantan Barat.Secara keseluruhan, Indonesia memiliki 13 jenis rangkong yang 3 jenisnya merupakan endemik Indonesia yaitu 2 jenis di Sulawesi; julang sulawesi dan kangkareng sulawesi; serta 1 jenis di Pulau Sumba yaitu julang sumba. Jenis lainnya adalah enggang klihingan, enggang jambul, julang jambul-hitam, julang emas, kangkareng hitam, kangkareng perut-putih, rangkong badak, enggang gading, rangkong papan, dan julang papua.Semua jenis rangkong tersebut, dilindungi UU No 5 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan PP No 7 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.Daftar 13 jenis rangkong di Indonesia dan status konservasi internasionalCatatan: 1. Penamaan Indonesia (Sukmantoro et al. 2007); 2. Nama ilmliah (Josep del Hoyo et al. 2014); 3. IUCN, 2015; CITES, 2015. Sumber: Rangkong Indonesia [SEP]
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2018-036-16.json
Ancaman Sampah Plastik untuk Ekosistem Laut Harus Segera Dihentikan, Bagaimana Caranya?
Ancaman Sampah Plastik untuk Ekosistem Laut Harus Segera Dihentikan, Bagaimana Caranya? | [CLS] Sampah plastik hingga kini masih menjadi persoalan serius bagi Indonesia dan juga negara lain di dunia. Di Nusantara, sampah plastik tak hanya dijumpai di wilayah darat saja, tapi juga sudah menyebarluas ke wilayah laut yang luasnya mencapai dua pertiga dari total luas Indonesia. Semua pihak dihimbau untuk terus terlibat dalam penanganan sampah plastik yang ada di lautan.Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) mencatat, setiap tahun sedikitnya sebanyak 1,29 juta ton sampah dibuang ke sungai dan bermuara di lautan. Dari jumlah tersebut, sebanyak 13.000 plastik mengapung di setiap kilometer persegi setiap tahunnya. Fakta tersebut menasbihkan Indonesia menjadi negara nomor dua di dunia dengan produksi sampah plastik terbanyak di lautan.Sekretaris Jenderal KIARA Susan Herawati mengatakan, semakin banyak sampah plastik di lautan, maka semakin besar ancaman bagi kelestarian ekosistem di laut. Meski ancaman kerusakan tak hanya berasal dari sampah plastik, tetapi dia tetap mengingatkan bahwa dampak yang ditimbulkan dari sampah plastik juga sangat berbahaya.“Untuk itu, mari selamatkan laut Indonesia dan ekosistemnya dari sampah,” ungkap dia belum lama ini.Susan menjelaskan, ancaman kerusakan ekosistem di laut, juga disebabkan oleh pencemaran industri, penangkapan ikan berlebih, reklamasi pantai, dan pengasaman laut sebagai dampak perubahan iklim. Kondisi itu, harus segera dicarikan solusi untuk menyelamatkan ekosistem laut yang bermanfaat sangat banyak untuk masyarakat.baca : Darurat: Penanganan Sampah Plastik di Laut  Khusus untuk sampah plastik, Susan menyebutkan, Indonesia hanya kalah dari Tiongkok saja dalam hal produksi tahunan dan mengungguli 18 negara dari total 20 negara di dunia yang produksi sampah plastik di laut tinggi. Ke-18 negara itu, termasuk di dalamnya adalah Filipina, Vietnam, Sri Lanka, Thailand, Mesir, Nigeria, Malaysia, dan Bangladesh.
[0.9999907612800598, 4.496447218116373e-06, 4.684098712459672e-06]
2018-036-16.json
Ancaman Sampah Plastik untuk Ekosistem Laut Harus Segera Dihentikan, Bagaimana Caranya?
Ancaman Sampah Plastik untuk Ekosistem Laut Harus Segera Dihentikan, Bagaimana Caranya? | “Masih banyak orang yang berpikir bahwa laut adalah tempat sampah besar padahal laut adalah sumber pangan yang strategis,” tutur dia.Fakta lain tentang sampah plastik, menurut Susan, dalam siklus 11 tahun, jumlah plastik mengalami peningkatan hingga dua kali lipat, dengan kemasan dan bungkus makanan atau minuman menjadi penyumbang sampah plastik terbanyak.DI saat yang sama, Susan mengatakan, dalam kurun waktu 19 tahun dari 1998 hingga 2017, KIARA mencatat ada 37 kasus tumpahan minyak yang terjadi di perairan Indonesia. Beberapa di antaranya, adalah kasus yang terjadi di kawasan perairan Timor di Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 2016. Sampai saat ini, kerugian ekologis akibat pencemaran ini belum dipulihkan.Dalam konteks itu, Susan menambahkan, kebijakan yang konsisten dari Pemerintah sangat dibutuhkan, seperti pelaksanaan moratorium proyek reklamasi pantai, proyek tambang di pesisir dan regulasi dumping ke perairan nasional.“Pendidikan dan penyadaran mengenai laut dan sampah plastik, penting dilakukan oleh bersama oleh lintas kementerian seperti KKP, KLHK dan Kemenko Maritim, karena sampai saat ini laut masih dipahami sebagai tempat pembuangan akhir sampah manusia,” tegas dia.baca : Foto : Sampah Plastik Di Lautan Indonesia   Dana Gotong RoyongMenteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan di tempat terpisah menjelaskan, penanganan sampah plastik terus dilakukan oleh Pemerintah Indonesia melalui rencana aksi nasional (RAN) yang melibatkan lintas instansi dan pemerintah daerah di seluruh provinsi. Keterlibatan itu, salah satunya untuk keperluan pendanaan penanganan sampah plastik.
[0.4948588013648987, 0.4965273141860962, 0.008613888174295425]
2018-036-16.json
Ancaman Sampah Plastik untuk Ekosistem Laut Harus Segera Dihentikan, Bagaimana Caranya?
Ancaman Sampah Plastik untuk Ekosistem Laut Harus Segera Dihentikan, Bagaimana Caranya? | Luhut mengatakan, dana yang diperlukan untuk penanganan sampah plastik sedikitnya mencapai USD1 miliar atau setara dengan Rp13,6 miliar. Dana tersebut, akan digunakan untuk periode lima tahun hingga 2025 mendatang. Untuk sekarang, Pemerintah akan menggalang dana dari 14 kementerian dan pemerintah daerah, termasuk pemerintah Kabupaten/Kota dan Provinsi.“Kita perlahan terus laksanakan dan kontinu. Kita sadar ini tidak bisa sekaligus, tapi bertahap. Yang paling susah, menyadarkan masyarakat tentang pentingnya membuang sampah pada tempatnya, bukan sembarangan dan apalagi ke laut,” ucap dia beberapa pekan lalu di Jakarta.Tak hanya melibatkan instansi pemerintah, Luhut juga meminta keterlibatan dari pihak swasta dalam melakukan penanganan sampah plastik. Mengingat, produksi sampah juga banyak berasal dari swasta melalui berbagai sektor yang dikelola dan dijalankan mereka. Ajakan tersebut, diminta untuk dilaksanakan di lapangan, dan bukan saja pada manajerial.baca juga : Sampah Plastik Ada di Perairan Laut Sabang hingga Merauke, Bagaimana Sikap Pemerintah?  Tentang RAN yang sudah diluncurkan beberapa waktu lalu, Luhut menuturkan, bahwa itu dibuat untuk dijadikan peta jalan (roadmap) dalam mengatasi sampah plastik laut. Dengan demikian, pada 2025 mendatang, Indonesia diharapkan sudah bisa mengurangi sampah plastik di laut hingga 70 persen.Selain fokus membersihkan sampah di laut, Luhut menerangkan, RAN yang sudah dilaksanakan tersebut, juga akan fokus bagaimana membersihkan sampah, khususnya sampah plastik yang ada di perairan sungai dan pantai.Dengan penanganan yang sama di sungai dan pantai, dia berharap, volume sampah dan sampah plastik di laut bisa terus berkurang dan secara perlahan jumlah produksinya juga bisa terus menurun dari daratan.
[0.999424159526825, 0.00028237837250344455, 0.000293476419756189]
2018-036-16.json
Ancaman Sampah Plastik untuk Ekosistem Laut Harus Segera Dihentikan, Bagaimana Caranya?
Ancaman Sampah Plastik untuk Ekosistem Laut Harus Segera Dihentikan, Bagaimana Caranya? | Direktur Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri RI Jose Tavares mengatakan, permasalahan sampah yang ada di laut dari hari ke hari memang semakin tak terbendung. Volume sampah yang ada di laut, juga terus meningkat dengan cepat. Kondisi itu, menjadikan laut sebagai kawasan perairan yang rawan dan menghadapi persoalan sangat serius.“Setiap tahun sedikitnya 12,7 juta metrik ton sampah plastik yang diproduksi di daratan dibuang ke laut di seluruh dunia. Sampah plastik ini tidak hanya mencemari lautan, tapi juga membahayakan kelangsungan makhluk hidup, termasuk kita,” ucap dia.baca : Sampah Plastik Semakin Ancam Laut Indonesia, Seperti Apa?  Jose Tavares mengatakan, sampah plastik yang berasal dari daratan dan dibuang ke laut jumlahnya mencapai 80 persen dari total sampah yang ada di laut. Sampah-sampah tersebut masuk ke lautan, disebabkan oleh pengelolaan sampah yang kurang efektif dan perilaku buruk dari masyarakat pesisir di seluruh dunia dalam menangani sampah plastik.Polusi laut akibat sampah plastik ini, kata Jose, tidak hanya berdampak buruk terhadap lingkungan, tapi juga merugikan dari sisi ekonomi karena pendapatan negara dari sektor kelautan juga menurun. Oleh itu, harus dicari solusi yang tegas untuk mengatasi persoalan sampah plastik yang ada di laut.Deputi Sumber Daya Manusia, Iptek, dan Budaya Maritim Kementerian Koordinator Kemaritiman Safri Burhanuddin mengungkapkan, upaya Indonesia dalam penanganan sampah plastik, dilakukan dengan membuat RAN Sampah Plastik.“Saat ini Pemerintah RI juga sedang menggalakkan kebijakan mengubah sampah menjadi sumber energi,” ucap dia.baca : Indonesia Siapkan Dana Rp13,4 Triliun untuk Bersihkan Sampah Plastik di Laut  
[0.999424159526825, 0.00028237837250344455, 0.000293476419756189]
2018-036-16.json
Ancaman Sampah Plastik untuk Ekosistem Laut Harus Segera Dihentikan, Bagaimana Caranya?
Ancaman Sampah Plastik untuk Ekosistem Laut Harus Segera Dihentikan, Bagaimana Caranya? | Menurut Safri, berbagai masalah dan tantangan yang dihadapi saat ini dalam mengelola sampah plastik yang ada di laut harus dipecahkan bersama. Selain itu, harus juga dibahas bagaimana mencari inovatif, kebijakan lokal dan nasional, kemitraan swasta, publik, dan pendidikan untuk perubahan perilaku masyarakat agar berperan aktif memerangi sampah plastik. Hayati LautLebih jauh Safri Burhanuddin mengungkapkan, jika sampah plastik di laut tidak dicegah produksinya, maka itu akan mengancam keberadaan biota laut yang jumlahnya sangat banyak dan beragam. Tak hanya itu, sampah plastik bersama mikro plastik yang ada di laut juga bisa mengancam kawasan pesisir yang memang sangat rentan.“Indonesia mengakui tantangan sampah plastik tidak hanya di laut melainkan juga di daratan,” tutur dia.Dengan ancaman yang terus meningkat, Safri menyebut, berbagai upaya terus dilakukan Pemerintah Indonesia untuk bisa mengurangi dan menurunkan produksi sampah plastik di laut. Upaya yang dilakukan, melalui penanganan yang terintegrasi, baik dari tataran kebijakan hingga pengawasan implementasi kebijakan penanganan sampah plastik, khususnya sampah plastik laut.Tentang RAN Sampah Plastik Laut, Safri menjelaskan, itu terdiri dari empat pilar utama, yaitu perubahan perilaku, mengurangi sampah plastik yang berasal dari daratan, mengurangi sampah plastik di daerah pesisir dan laut, serta penegakan hukum, mekanisme pendanaan, penelitian-pengembangan (inovasi teknologi) dan penguatan institusi.Di sisi lain, Safri menyebut, sejalan dengan penyusunan rencana aksi, Kolaborasi Bilateral, Regional juga kerja sama Pemerintah dan swasta terus digalang untuk mengendalikan sampah plastik laut. Upaya pengendalian mutlak dilakukan melalui pemantauan dan pengumpulan sampah plastik dari laut dengan menggunakan teknologi yang relevan untuk menjamin hasilnya.
[0.999424159526825, 0.00028237837250344455, 0.000293476419756189]
2018-036-16.json
Ancaman Sampah Plastik untuk Ekosistem Laut Harus Segera Dihentikan, Bagaimana Caranya?
Ancaman Sampah Plastik untuk Ekosistem Laut Harus Segera Dihentikan, Bagaimana Caranya? | “Peningkatan kesadaran lingkungan melalui pendidikan sekaligus memperbaiki fasilitas pengelolaan sampah di pulau-pulau kecil dan daerah pesisir juga akan menjadi bagian besar dari upaya pengelolaan ini,” ujar dia.Dalam Konferensi East Asia Summit (EAS) 2017 yang digelar di Bali, Indonesia mengampanyekan perang terhadap sampah plastik di lautan. Dalam konferensi tersebut, Indonesia menyampaikan beberapa langkah yang telah dilakukan Indonesia untuk memerangi sampah plastik di laut.“Diantaranya adalah penerbitan Perpres Nomor 16 Tahun 2017 tentang Kebijakan Kelautan Indonesia dan National Plan of Action on Marine Plastic Debris 2017-2025 (Mei 2017), Kampanye Combating Marine Plastic Debris serta Reduction Plastic Bag Production and Use,” papar Safri.EAS merupakan forum regional yang menjadi wadah dialog dan kerja sama strategis para pemimpin dari 18 negara dalam menghadapi berbagai tantangan utama yang ada di kawasan. Ke-18 negara peserta EAS adalah 10 negara anggota ASEAN, Amerika Serikat, Australia, India, Jepang, Korea Selatan, RRT, Rusia, dan Selandia Baru.  [SEP]
[0.999424159526825, 0.00028237837250344455, 0.000293476419756189]
2022-045-12.json
Jatuh Korban Berulang, Berikut Rekomendasi Kasus Panas Bumi Sorik Marapi
Jatuh Korban Berulang, Berikut Rekomendasi Kasus Panas Bumi Sorik Marapi | [CLS]    Korban jatuh berulang dampak dari operasi pembangkit panas bumi, PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP) mendorong pertemuan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkiponda) Mandailing Natal, Sumatera Utara. Dari DPRD, Kejaksaan Negeri, Kapolres dan Pemerintah Mandailing Natal pada 13 Mei lalu membahas nasib perusahaan ini.Banyak temuan terkait kejadian mulai dari kebocoran gas sampai semburan lumpur panas ketika pembukaan sumur baru di pembangkit ini yang menyebabkan ratusan orang terhirup gas beracun. Lima warga warga tewas dari Desa Sibanggor Julu dan puluhan keracunan. Dari pertemuan ini keluar rekomendasi.Erwin Efendi Lubis, Ketua DPRD Mandailing Natal mengatakan, ada 14 poin disepakati, pertama, SMGP melengkapi peralatan pendukung pencegahan kecelakaan kerja. Kedua, SMGP lebih melakukan pematangan perencanaan terhadap setiap kegiatan. Ketiga, evaluasi kembali stadard prosedur operasi bersama pemerintah dan Forkopimda.Keempat, SMGP wajib melengkapi fix station gas detector di area dan pemukiman masyarakat serta melakukan perkembangan dan kalibrasi. Kelima, SMGP wajib membangun fasilitas kesehatan beserta peralatan pendukung di sekitar wall-pad.  Keenam, SMGP wajib uji fungsi (kalibrasi) alat-alat pendukung keselamatan kerja. Ketujuh, SMGP fasilitasi pemanfaatan listrik kepada masyarakat sekitar secara gratis dan pembersih udara untuk setiap rumah. Kedelapan, SMGP harus membebaskan lahan setiap wall-pad sebagai zona aman dengan radius sekitar 300 meter dilengkapi pagar.Kesembilan, SMGP memfasilitasi studi banding ke lokasi panas bumi eksisting. Kesepuluh, evaluasi kembali struktur tanah setelah lokasi eksplorasi. Kesebelas, bonus produksi untuk Pemerintah Mandailing Natal untuk pemaksimalan pembangunan.
[0.013069942593574524, 0.020550377666950226, 0.966379702091217]
2022-045-12.json
Jatuh Korban Berulang, Berikut Rekomendasi Kasus Panas Bumi Sorik Marapi
Jatuh Korban Berulang, Berikut Rekomendasi Kasus Panas Bumi Sorik Marapi | Keduabelas, BPJS untuk masyarakat Desa Sibanggor Julu dan Sibanggor Tonga. Ketigabelas, beasiswa pendidikan untuk masyarakat berprestasi dan berpotensi. Keempatbelas, pelatihan UMKM dan pertanian.“Ini penting untuk kebaikan pemerintah, perusahaan dan masyarakat Mandailing natal, ” katanya saat diwawancarai usai pertemuan. Baca juga: Temuan ESDM soal Gas Beracun Sorik Marapi Atika Azmi Utami, Wakil Bupati Mandailing Natal mengatakan, saat ini mereka membuat sejumlah kajian terkait geothermal Sorik Marapi dan memberikan laporan serta menunggu rekomendasi dari Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi.Bupati bersama Forkopinda mencari solusi terbaik bagi masyarakat juga keberlangsungan perusahaan. Belasan poin rekomendasi itu, katanya, akan dinilai dan diserahkan kepada gubernur untuk mendapat petunjuk lanjutan.“Dalam pertemuan ini selain Pemerintah Mandailing Natal dan Forkopinda, masyarakat desa dan perusahaan juga kita libatkan membahas poin-poin yang sudah disampaikan,” kata Azmi.Sementara penyelidikan atas kejadian keracunan warga April lalu yang menyebabkan ratusan orang jadi korban, katanya, masih menunggu hasil dari tim laboratorium forensik Polda Sumut dan dari Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, KESDM. Baca juga: Terulang Lagi, Pipa Gas Panas Bumi Sorik Marapi Bocor, Puluhan Warga Keracunan Ali Said, Wakil Kepala Teknik Panas Bumi SMGP belum bisa menyampaikan penyebab keracunan karena masiih menunggu hasil investigasi KESDM. “Sabar ya mereka masih bekerja kita tunggu hasilnya nanti, ” katanya.Mereka sudah menghentikan operasi di lokasi kebocoran di T12. Mereka juga melakukan penyemenan pipa.Sampai saat ini, katanya, operasional perusahaan dalam keadaan normal dan tak akan ada pemindahan pipa. Sebelumnya, gubernur meminta pindahkan pipa yang melintas di tengah pemukiman penduduk.
[0.013831224292516708, 0.9679399728775024, 0.018228823319077492]
2022-045-12.json
Jatuh Korban Berulang, Berikut Rekomendasi Kasus Panas Bumi Sorik Marapi
Jatuh Korban Berulang, Berikut Rekomendasi Kasus Panas Bumi Sorik Marapi | Gubernur khawatir, kalau terjadi kebocoran pipa di lokasi itu ada gas beracun keluar bisa berbahaya.Soal 14 rekomendasi pertemuan forum daerah, katanya, akan mereka bahas internal.“Jadi, ada yang komplain mau nggak mau tanpa diminta harus melakukan. Ada beberapa hal yang kita bicarakan lebih dulu internal, termasuk nanti dengan pemda, masyarakat desa, ” katanya.Fatmata Juliansyah, Manager Advokasi dan Kampanye Kawali Nasional mengatakan, seharusnya 14 poin dan rekomendasi dari pemerintah daerah itu dibuat sebelum jatuh korban.Kalau melihat poin-poin rekomendasi itu, katanya, sebenarnya merupakan fungsi pengawasan pemerintah dan ada dalam UU Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Perusahaan, katanya, setiap bulan wajib membuat laporan berkala kegiatan kepada pemerintah atau pejabat pengawas lingkungan hidup. Kemudian, dalam melakukan fungsi pengawasan, pengawas juga dapat mengecek peralatan, instalasi, pengambilan sampel, pengecekan standar operasi lalu pemantauan.“Dari adanya laporan dan dokumen kegiatan perusahaan, bisa jadi acuan untuk menentukan layak atau izin izin perusahaan ini dipertahankan.”  .Dari serangkaian peristiwa di geothermal Sorik Marapi ini sangat cukup jadi dasar mencabut izin perusahaan karena lalai serta mengancam dan membahayakan masyarakat di sekitar proyek.Dia nilai, rekomendasi Pemerintah Mandailing Natal sama sekali tak tegas karena tak tercantum sanksi atas peristiwa yang menyebabkan nyawa melayang dan masyarakat sekitar jadi korban.Soal kebutuhan energi pemerintah, katanya, bukan jadi alasan untuk mempertahankan perusahaan. Izin bisa dicabut dan pengelolaan panas bumi dapat dialihkan ke perusahaan lain ataupun BUMN yang sudah memenuhi syarat dan kriteria.“Ini masalah manajemen perusahaan, sangat jelas manajemen Sorik Marapi berantakan terutama aspek keamanan. Harus ganti manajemen baru.”  ******* [SEP]
[0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163]
2019-004-18.json
Klasterisasi pada Budi daya Udang, Pilihan untuk Menjaga Keberlanjutan
Klasterisasi pada Budi daya Udang, Pilihan untuk Menjaga Keberlanjutan | [CLS]  Prinsip berkelanjutan terus dijadikan panduan untuk mengembangkan budi daya udang secara nasional. Penerapan prinsip tersebut dipilih, karena selain bisa menggenjot produksi budi daya, juga akan menjadi keberlanjutan lingkungan hidup di sekitar lokasi usaha budi daya perikanan. Upaya tersebut, sekaligus untuk menjaga agar usaha budi daya perikanan bisa tetap ramah lingkungan.Penerapan prinsip berkelanjutan tersebut diakui menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi oleh industri perikanan budi daya nasional. Hal itu ditegaskan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo saat menghadiri acara Rapat Koordinasi Nasional Kementerian Kelautan dan Perikanan (Rakornas KKP) 2019 yang berlangsung di Jakarta, pekan lalu.Menurut dia, diantara upaya yang dilakukan untuk mendukung terwujudnya prinsip berkelanjutan, adalah dengan mengggunakan sistem budi daya berbasis klasterisasi. Sistem tersebut, sengaja dikembangkan oleh KKP untuk mengembangkan prinsip budi daya secara bertanggung jawab dan berkelanjutan.Edhy menyebutkan, dengan menggunakan prinsip klaster, pengelolaan budi daya udang bisa dilakukan dalam satu kawasan dengan memakai manajemen teknis dan usaha yang dikelola secara bersama. Penyatuan kawasan tersebut bertujuan agar usaha budi daya udang bisa mengurangi seminim mungkin kegagalan produksi.“Dan sekaligus bisa meningkatkan produktivitas, namun tetap ramah lingkungan,” ungkapnya.baca : Prinsip Keberlanjutan Diterapkan pada Pengembangan Tambak Udang Dipasena  Selain menjaga agar lingkungan sekitar bisa tetap berkelanjutan, budi daya udang secara nasional juga juga dilaksanakan dengan mengacu pada program prioritas yang sudah dibuat oleh KKP. Program yang dimaksud, adalah budi daya berbasis klaster, pengelolaan irigasi tambak partisipatif (PITAP), bantuan induk bermutu dan benih unggul, serta bantuan eksavator.
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2019-004-18.json
Klasterisasi pada Budi daya Udang, Pilihan untuk Menjaga Keberlanjutan
Klasterisasi pada Budi daya Udang, Pilihan untuk Menjaga Keberlanjutan | Menurut dia, dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) 2020-2024, pengembangan budi daya udang dengan menggunakan sistem klaster menjadi salah satu prioritas dari KKP. Untuk mendukung penerapan prinsip berkelanjutan itu, pihaknya berjanji akan fokus untuk menata kembali kebijakan dan regulasi untuk melaksanakan investasi udang.Dengan menerapkan sistem dan prinsip budi daya yang tepat, Edhy yakin sub sektor perikanan budi daya akan kembali mencapai masa kejayaan seperti dekade era 1990-an lalu. Tetapi, dia berjanji, untuk menggenjot produksi, prinsip berkelanjutan akan terus dijaga dan diterapkan, karena itu juga berkaitan dengan keberlangsungan usaha.Melalui pengembangan yang saat ini dilakukan, Pemerintah berharap itu menjadi sinyal bagus untuk meningkatkan produksi komoditas udang secara nasional. Tetapi, Pemerintah meminta agar para pelaku usaha bisa mengembangkan inovasi teknologi budi daya dengan tetap mempertimbangkan daya dukung lingkungan.“Mudah-mudahan nanti berbudidaya udang bisa menjadi alternatif usaha masyarakat. Tak butuh modal besar, dengan modal minim pun bisa dilakukan,” ucapnya.baca juga : Sistem Biosekuriti Budi Daya Udang Indonesia Diakui Dunia. Begini Ceritanya..   BerkelanjutanPrinsip berkelanjutan untuk budi daya perikanan, juga ditegaskan oleh Direktur Jenderal Perikanan Budi daya KKP Slamet Soebjakto. Saat bertemu Mongabay pekan lalu, dia menyebutkan kalau pengembangan budi daya perikanan seperti yang diminta oleh Presiden RI Joko Widodo, akan tetap memperhatikan prinsip berkelanjutan dengan menjaga lingkungan tetap lestari.Dengan kata lain, Slamet menyebutkan kalau KKP akan fokus untuk mengembangkan teknologi yang bisa menggenjot produksi udang secara nasional. Tetapi, di saat yang sama pihaknya juga akan tetap fokus untuk menjaga lingkungan sekitar lokasi usaha budi daya bisa tetap bagus dan lestari.
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2019-004-18.json
Klasterisasi pada Budi daya Udang, Pilihan untuk Menjaga Keberlanjutan
Klasterisasi pada Budi daya Udang, Pilihan untuk Menjaga Keberlanjutan | Keuntungan yang akan didapat jika budi daya perikanan menerapkan prinsip berkelanjutan, di antaranya adalah akan bisa menjaga komoditas yang sedang dikembangkan dari berbagai serangan penyakit ikan. Contoh nyata, untuk lokasi tambak yang berada di pesisir pantai, maka pelaku usaha harus memastikan ada area untuk tanamam bakau (mangrove).Untuk itu, Slamet meminta kepada para pelaku usaha agar bisa menerapkan prinsip berkelanjutan pada usaha budi daya perikanan yang sedang dijalankan. Mengingat, sekali saja ancaman menghampiri tambak, maka produksi juga akan terancam dengan cepat.Salah satu yang menjadi perhatian, adalah penyakit early mortality syndrome (EMS), yang disinyalir memiliki kemiripan dengan penyakit acute hepatopancreatic necrosis disease (AHPND). Kedua penyakit tersebut, diketahui merupakan penyakit serius yang bisa menyebabkan berbagai kerugian fisik dan finansial pada industri budi daya udang.Dampak negatif dari kedua penyakit itu, kata Slamet, sudah dirasakan di beberapa negara dan berakhir dengan penurunan produksi udang secara signifikan. Negara-negara yang dimaksud, di antaranya adalah Tiongkok, Thailand, Vietnam, Malaysia, Meksiko, dan Filipina.“Kerugian paling signifikan dari ancaman kedua penyakit tersebut, adalah penurunan produksi yang signifikan. Bagi Indonesia, ancaman terus akan semakin terasa karena udang adalah komoditas nasional yang menjadi andalan untuk pasar ekspor,” tegas dia.Menurut Slamet, penyakit tersebut ditimbulkan dari infeksi Vibrio parahaemolyticus (Vp AHPND) yang diketahui mampu memproduksi toksin dalam jumlah yang tidak sedikit. Khusus AHPND, penyakit tersebut sangat rentan menyerang udang windu (Penaeus monodon) dan udang vaname (Penaeus vannamei).perlu dibaca : Benteng Pertahanan Negara dari Serangan Penyakit Udang  Penyakit
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2019-004-18.json
Klasterisasi pada Budi daya Udang, Pilihan untuk Menjaga Keberlanjutan
Klasterisasi pada Budi daya Udang, Pilihan untuk Menjaga Keberlanjutan | Di sisi lain, ancaman penyakit udang juga diungkapkan Kepala Badan Riset Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM KP) Sjarief Widjaja. Menurutnya, penyakit udang bisa meningkatkan kematian pada udang hingga 100 persen saat masih berada di dalam tambak.Adapun, penyakit udang yang harus diwaspadai, selain dua yang disebut di atas, juga adalah penyakit bintik putih (white spot syndrome/WSS). Jika tambak sudah terpapar penyakit tersebut, maka potensi yang akan timbul adalah kerugian materi yang tidak sedikit, karena udang akan mengalami kematian.Sjarief menjelaskan, udang yang sudah terpapar penyakit bintik putih, pada prosesnya akan langsung menyerang organ lambung, insang, kutikula epidermis, dan jaringan ikat hepatopankreas. Tanda-tanda serangan itu akan terlihat pada gejala bintik-bintik berwarna putih yang muncul pada lapisan dalam eksoskeleton dan epidermis.“Jika sudah demikian, maka udang tidak mau makan, dan berikutnya akan terancam kematian,” tutur dia.Akan tetapi, mengingat udang adalah komoditas andalan nasional untuk ekspor, Sjarief bersama sejumlah balai riset di bawah KKP terus berusaha mencari obat untuk mencegah dan melawan penyakit ikan pada udang. Upaya itu bahkan sudah dilakukan sejak 2013 silam dengan menggandeng Balai Riset Perikanan Budi daya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan (BRPBAP3) Maros, Sulawesi Selatan.“Jadi, yang dikembangkan dari riset tersebut adalah pemanfaatan tanaman bakau untuk dijadikan obat penyakit pada udang,” jelas dia.Dipilihnya tanaman bakau sebagai penawar obat untuk penyakit udang, karena tanaman tersebut banyak dijumpai di kawasan pesisir di seluruh Nusantara. Fakta itu diperkuat dengan data yang dirilis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada 2015 yang menyebutkan tanaman bakau d Indonesia luasnya mencapai 3.489.140,68 hektare.baca juga : Ancaman Penyakit EMS dan AHPND pada Udang  
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2019-004-18.json
Klasterisasi pada Budi daya Udang, Pilihan untuk Menjaga Keberlanjutan
Klasterisasi pada Budi daya Udang, Pilihan untuk Menjaga Keberlanjutan | Sementara bagi Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA), perintah Presiden RI Joko Widodo kepada Edhy Prabowo untuk mengembangkan sub sektor perikanan budi daya merupakan hal yang bagus. Tetapi, pengembangan tersebut jangan sampai mengabaikan kepentingan hajat hidup orang banyak, utamanya masyarakat pesisir.“Jangan sampai ada ruang negosiasi antara KKP dengan investor demi kepentingan jangka pendek, yang ujungnya mengorbankan orang banyak,” ucap Sekretaris Jenderal KIARA Susan Herawati di Jakarta, pekan lalu.  [SEP]
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2017-027-01.json
Fokus Liputan : Mewujudkan Perikanan Berkeadilan di Pulau Buru : Kondisi Nelayan Kecil [Bagian 1]
Fokus Liputan : Mewujudkan Perikanan Berkeadilan di Pulau Buru : Kondisi Nelayan Kecil [Bagian 1] | [CLS] Sejak 2014, nelayan di Pulau Buru, Provinsi Maluku menjadi bagian dari program fair trade fishery atau perikanan dengan prinsip perdagangan berkeadilan. Dalam fair trade fishery, nelayan-nelayan kecil menerapkan sejumlah prinsip seperti pembayaran adil, pelestarian lingkungan, hingga penghormatan terhadap hak asasi manusia.Pada akhir Agustus lalu, Mongabay Indonesia melihat langsung praktik fair trade fishery pertama di dunia yang melibatkan nelayan kecil, pemasok, organisasi non-pemerintah (ornop), dan perusahaan pengolahan tuna itu. Tulisan ini merupakan bagian pertama sekaligus sebagai pengantar tentang kondisi nelayan di Pulau Buru pada umumnya.***  Matahari baru saja tenggelam di Desa Waepure, Kecamatan Airbuaya, Kabupaten Buru, Maluku akhir Agustus lalu. Semburat jingga masih terlihat di ufuk barat menghadirkan kilau cahaya di permukaan air laut.Petang itu, sebagian nelayan di Desa Waepure baru kembali dari melaut. Setelah sekitar 12 jam memancing di laut, mereka kembali ke pesisir. Perahu-perahu berukuran kecil, rata-rata hanya satu nelayan di tiap perahu berbobot 1-2 gross ton (GT), berputar sebentar di air untuk mencari posisi sebelum kemudian menuju daratan.Sekelompok nelayan, antara 5-6 orang, menyambut teman-temannya yang baru sampai di pantai. Mereka menyiapkan balok-balok kayu di pasir sebagai pijakan ketika perahu kecil tiba di daratan, untuk memudahkan perahu bersandar.(baca : Nelayan Kecil Lebih Sejahtera dengan Perdagangan Berkeadilan. Kok Bisa?)Jafar Wagola, bapak tiga anak, termasuk salah satu nelayan di Pantai Waepure petang itu. Setelah melaut sejak sekitar pukul 3 pagi, hari itu dia hanya mendapatkan satu ekor tuna jenis sirip kuning (yellow fin). Jafar memotong tangkapannya menjadi empat bagian besar (loin) begitu mendapatkannya. Saat sampai di daratan, ikan tuna itu sudah dalam bentuk potongan besar.
[0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623]
2017-027-01.json
Fokus Liputan : Mewujudkan Perikanan Berkeadilan di Pulau Buru : Kondisi Nelayan Kecil [Bagian 1]
Fokus Liputan : Mewujudkan Perikanan Berkeadilan di Pulau Buru : Kondisi Nelayan Kecil [Bagian 1] | Tiap potong tuna dia bungkus plastik setelah sebelumnya dibersihkan bagian tulang dan kulitnya. Begitu sampai darat, dia langsung menjual empat potong tuna itu ke pemasok (supplier) langganannya.  Jafar sebenarnya berasal dari Desa Asilulu, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah di bagian utara Pulau Ambon. Dia mengaku baru tiga bulan tinggal di pantai Desa Waepure. Bersama anak istri dan teman-temannya dia menempuh perjalanan dengan perahu di laut selama sekitar 12 jam dari desa asalnya untuk kemudian menetap sementara di Desa Waepure.Sekitar 20 keluaga itu membangun pemukiman sementara, bangunan mirip tenda dengan atap dari plastik terpal, persis di pinggir pantai, dengan perahu-perahu yang bersandar didepannya. “Kami pindah sementara ke sini karena makin susah dapat ikan di desa kami sendiri,” kata Jafar.Petang itu nelayan-nelayan lain menyiapkan pancing atau mengisi bensin mesin mereka. Mereka bersiap untuk kembali melaut besok pagi dini hari. Sebagian lagi hanya duduk-duduk di depan tenda. Di tempat lain, anak-anak usia SD bermain kejar-kejaran di pantai hitam dengan pasir dan batu kerikil. Ibu-ibu duduk sambil menggendong bayinya menikmati ombak.Hari makin gelap. Semburat jingga sisa matahari pelan-pelan hilang. Ombak-ombak terus datang. Menyapu pasir. Membawa aroma laut dari laut di bagian utara Pulau Buru.(baca : Memetakan Solusi menuju Perikanan Skala Kecil Berkelanjutan. Bagaimana Prakteknya?) Nelayan KecilBuru termasuk salah satu pulau besar di Provinsi Maluku, provinsi kepulauan yang juga memiliki Kepulauan Banda, Kepulauan Kei, dan Kepulauan Aru. Luas pulau ini sekitar 9.505 km persegi, lebih luas dibandingkan Pulau Bali yang luasnya sekitar 5.636 km persegi. Pulau ini terdiri dari dua kabupaten yaitu Buru dan Buru Selatan.
[0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623]
2017-027-01.json
Fokus Liputan : Mewujudkan Perikanan Berkeadilan di Pulau Buru : Kondisi Nelayan Kecil [Bagian 1]
Fokus Liputan : Mewujudkan Perikanan Berkeadilan di Pulau Buru : Kondisi Nelayan Kecil [Bagian 1] | Untuk mencapai Pulau Buru perjalanan bisa dari Kota Ambon, ibu kota Provinsi Maluku, lewat laut ataupun udara. Perlu waktu 10 jam dengan kapal feri dari pelabuhan di Ambon hingga Namlea, ibu kota Kabupaten Buru Utara sekaligus kota terbesar di Pulau Buru. Penerbangan Ambon – Namlea hanya ada satu kali dalam seminggu.  Sejak akhir 1960-an, nama Pulau Buru identik dengan pulau buangan untuk para tahanan politik (tapol) yang dianggap berafiliasi dengan Partai Komunis Indonesia. Para tapol itu umumnya tinggal di Kecamatan Waeapo di bagian selatan dari Namlea. Lokasi para tapol saat ini menjadi salah satu daerah penghasil beras, tidak hanya di Pulau Buru tetapi juga di Maluku.Di balik nama besar yang telanjur melekat sebagai pulau buangan para tapol, Pulau Buru sebenarnya juga salah satu lumbung ikan bagi Maluku, terutama di daerah pesisir utara Pulau Buru seperti Namlea, Waprea, Waplau, dan Waepure.Jafar dan nelayan kecil lain di pemukiman sementara Desa Waepure termasuk salah satu contoh kehidupan nelayan-nelayan di Pulau Buru, Maluku. Pada umumnya, nelayan di sini merupakan nelayan kecil dengan perahu berbobot 1-2 GT. “Sebagian besar nelayan Pulau Buru memang nelayan kecil dengan bobot perahu di bawah 10 GT,” kata Masruhin Soumena, Kepala Bidang Pengolahan dan Produksi Dinas Perikanan Kabupaten Buru.Menurut Masruhin, nelayan Pulau Buru lebih bersifat subsisten, menangkap ikan hanya untuk keperluan hidup sehari-hari, bukan untuk tujuan ekspor. Cara mereka menangkap pada umumnya dengan memancing sehingga lebih ramah lingkungan. Lokasinya di Laut Seram yang berada di sisi utara Pulau Buru. Seperti halnya Jafar, para nelayan itu melaut hanya dalam hitungan jam, antara 10 sampai 12 jam.(baca :  Bisnis Tuna Berkelanjutan di Indonesia Terhalang Akibat Kurangnya Data dan Insentif)
[0.013069942593574524, 0.020550377666950226, 0.966379702091217]
2017-027-01.json
Fokus Liputan : Mewujudkan Perikanan Berkeadilan di Pulau Buru : Kondisi Nelayan Kecil [Bagian 1]
Fokus Liputan : Mewujudkan Perikanan Berkeadilan di Pulau Buru : Kondisi Nelayan Kecil [Bagian 1] | Perikanan termasuk sektor yang menyumbang tenaga kerja terbanyak di Kabupaten Buru bersama dengan pertanian dan kehutanan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Buru, jumlah rumah tangga perikanan di Kabupaten Buru pada tahun 2015 sebanyak 7.620 rumah tangga. Jumlah terbanyak berada di Kecamatan Namlea. Hal ini karena pengaruh kepadatan penduduk kecamatan serta jumlah desa pesisir di kecamatan tersebut.Namun, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Pemprov Maluku menyajikan data berbeda. Hingga 2016 lalu, berdasarkan data DKP Provinsi Maluku, rumah tangga perikanan di Kabupaten Buru hingga 2016 sebanyak 644. Jumlah itu termasuk paling kecil di Maluku. Bandingkan, misalnya dengan Kabupaten Maluku Tengah yang memiliki 15.353 rumah tangga perikanan dan jumlah perahu mencapai 3.543 perahu. Di Pulau Buru, menurut data DKP Pemprov Maluku, lebih dari 70 persen nelayan menggunakan perahu tanpa motor ukuran kecil.Dari sisi produksi, hasil produksi perikanan laut Kabupaten Buru sebesar 8.038,28 ton pada 2015, meningkat dibandingkan 2014 yang hanya sebesar 7.696,20 ton. Berdasarkan data DKP Pemprov Maluku, jenis ikan tangkapan di Kabupaten Buru yang paling banyak adalah layang (773 ton), selar (502 ton), julung (470 ton), kembung (314 ton), cakalang (275 ton), dan tuna (259 ton).Meskipun demikian dari sisi ekonomi penjualan ikan tuna merupakan yang terbanyak kedua (Rp2,6 miliar) setelah layang (Rp3,8 miliar). Di tingkat provinsi, tuna merupakan ikan yang paling banyak diekspor sepanjang 2016 berjumlah 1.115,21 ton. Jumlah tersebut hanya kalah dengan udang sebanyak 2.071,84 ton. Adapun ikan kerapu beku yang terbanyak ketiga dengan jumlah tangkapan hanya 8,86 ton pada 2016 lalu.  
[0.013831224292516708, 0.9679399728775024, 0.018228823319077492]
2017-027-01.json
Fokus Liputan : Mewujudkan Perikanan Berkeadilan di Pulau Buru : Kondisi Nelayan Kecil [Bagian 1]
Fokus Liputan : Mewujudkan Perikanan Berkeadilan di Pulau Buru : Kondisi Nelayan Kecil [Bagian 1] | Ikan tuna di Pulau Buru dihasilkan oleh nelayan-nelayan kecil semacam Jafar maupun nelayan lain di Desa Waepure. Mereka menjualnya melalui pemasok yang oleh nelayan setempat biasa disebut supplier. Sebagian besar nelayan kecil tergantung pada pemasok tidak hanya dalam penjualan hasil tangkapan tetapi juga dalam operasional.Saldin, nelayan di Desa Wamlana, termasuk salah satu pemasok. Selain sehari-hari juga melaut, Saldin menyediakan kebutuhan bagi nelayan-nelayan lain di desanya. Misalnya perahu, bensin, es, hingga plastik. Es dan plastik merupakan kebutuhan untuk menjaga agar kualitas ikan tangkapan tetap bagus selama nelayan melaut.Saat ini Saldin memiliki empat perahu yang tiga di antaranya dia pinjamkan ke nelayan lain. “Gratis. Mereka hanya membayar bensin dan harus menjual ikannya ke saya,” kata Saldin. Sebagai pengepul, dia sangat tergantung pada pasokan ikan dari nelayan-nelayan kecil. Namun, di sisi lain, nelayan-nelayan kecil juga sangat tergantung pada suplai bahan bakar minyak ataupun sarana melaut lainnya dari pemasok.Dari nelayan kecil semacam Jafar lalu ke pengepul seperti Saldin, ikan tuna dari Pulau Buru kemudian akan diolah lagi sebelum kemudian diekspor ke Amerika Serikat. Mereka merupakan bagian dari rantai panjang perikanan dari laut hingga meja makan.  [SEP]
[0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623]
2017-056-15.json
Begini Kampanye Free Dolphin, Dari Nonton Film The Cove Sampai Jangan Lihat Sirkusnya
Begini Kampanye Free Dolphin, Dari Nonton Film The Cove Sampai Jangan Lihat Sirkusnya | [CLS] Dialog dan penayangan The Cove, film investigasi pembantaian lumba-lumba (dolphin) di Taiji, Jepang menjadi menu utama kampanye perlindungan mamalia ini di Sanur, Denpasar, akhir pekan lalu (30/4/2017).The Cove, film yang menghentak kesadaran dibuat pada 2009 ini diputar dan kini sudah ada alih teks dalam Bahasa Indonesia yang dikerjakan organisasi pecinta film Minikino dari Bali. Film ini memperlihatkan bagaimana asal mula dolphin menjadi bintang layar, kemudian menarik perhatian industri seperti sirkus dan akuarium raksasa. Sampai berhasil merekam peristiwa pembantaian lumba-lumba yang dilakukan tiap tahun di sebuah teluk rahasia di Taiji, Jepang. Disebut lebih dari 20 ribu ekor mamalia laut ini dibantai.Dimulai dengan kehadiran Richard O’Barry yang berkisah bagaimana serial televisi berjudul Flipper, nama seekor bottlenose dolphin (lumba-lumba hidung botol) dan menjadi bintang utama ini meledak di pasaran, disukai penontonnya. Ric adalah pelatih dan penangkap Flipper. Ia menyebut menangkap 5 ekor pada 1962, lalu dilatih agar terlihat lucu memainkan sejumlah atraksi dan mengikuti instruksi. Serial TV ini lalu ditayangkan pada 1964.  Ada banyak footage, gambar-gambar video Ric muda bermain bersama Cathy, seekor dolphin betina muda yang menjadi bintangnya. Bahkan Ric membawakanTVv ke samping kolam agar Cathy bisa melihat dirinya di layar.Titik balik terjadi. Cathy diyakini bunuh diri, menenggelamkan dirinya di depan Ric. Ia menatap Ric beberapa saat sebelum mengambil nafas terakhirnya di permukaan.“Ia bunuh diri dalam lenganku, ia menatap mataku dan tarik nafas terakhir,” ujar Ric. Dolphin disebut bernafas dengan sadar, dengan mengambil udara di permukaan. Beda dengan manusia yang bernafas spontan.
[0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163]
2017-056-15.json
Begini Kampanye Free Dolphin, Dari Nonton Film The Cove Sampai Jangan Lihat Sirkusnya
Begini Kampanye Free Dolphin, Dari Nonton Film The Cove Sampai Jangan Lihat Sirkusnya | “Kecerdasan non human. Mereka tak boleh ada di penangkaran. Senyum dolphin di TV adalah tipuan, mereka terlihat bahagia hanya tipuan. Mereka harusnya berenang 40 km tiap hari,” seru Ric dalam film. Karena itu lumba-lumba diyakini menderita berada dalam kolam karena kehilangan daya jelajah dan sonarnya. Di laut, lumba-lumba bisa mendengar detak jantung, dan tahu jika manusia hamil. Karena itu banyak kejadian manusia diselamatkan.Kesadaran yang membuatnya terguncang ini menjadikan Ric berubah haluan. Ia melepaskan beberapa dolphin dalam penangkaran di Amerika Serikat sampai ditangkap. Ia meyakini sudah mendorong pembantaian terbesar dengan popularitas Flipper membuat warga dunia berbondong ingin mengeluas, mencium, dan melihat atraksi dolphin.Ric juga tergerak dengan peristiwa terkait nasib lumba-lumba di negara-negara lain sampai sekarang. Misalnya kisah dari Taiji, Jepang soal isu pembantaian rutin tiap tahun saat musim migrasi lumba-lumba. Ia mengajak Louie Psihoyos, dari Oseanic Preservation Society (OPS) yang juga fotografer dan pembuat film.  Nama Richard O’Barry pernah dihapus dalam sebuah konferensi internasional karena sikap dan aksinya melindungi lumba-lumba. Saat di Jepang untuk mengungkap peristiwa Taiji, ia kerap diinterogasi intel di hotel.Dalam film dokumenter apik dan dramatik ini, terekam sejumlah kapal nelayan membuat formasi mengelilingi puluhan lumba-lumba yang sedang migrasi dengan membuat suara menakuti. Memukul badan kapal hingga bersuara nyaring dan si hidung botol takut. Jaring pukat ditebar sebagai  penghalang, para dolphin tak bisa melarikan diri. Keesokan hari, para pembeli seperti pelatih sirkus dan show datang dan memilih mana yang dibelinya. Harganya disebut sampai Rp2 miliar. Dolphin yang tak terpilih, dihalau ke teluk terpencil yang dikelilingi bebukitan terjal ini lalu dibantai.
[0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163]
2017-056-15.json
Begini Kampanye Free Dolphin, Dari Nonton Film The Cove Sampai Jangan Lihat Sirkusnya
Begini Kampanye Free Dolphin, Dari Nonton Film The Cove Sampai Jangan Lihat Sirkusnya | Air laut sekitarnya merah darah. Tak ada dolphin yang naik ke permukaan. Mayatnya ditarik ke kapal atau pantai untuk diambil dagingnya. Sebagian dijual untuk konsumsi dan ada yang dijadikan program makan siang gratis untuk siswa sekolah.Keberhasilan merekam pembantaian ini bukan hal mudah, OPS membuat tim dengan personil terlatih karena sulitnya medan, ketatnya pengamanan, dan ancaman otoritas keamanan setempat. Mereka tahu sudah diintai dan beberapa kali mengusir Ric, tim OPS, dan lainnya dari dekat lokasi teluk.Dimulai dengan menyiapkan alat perekam suara hydrophone di bawah laut yang berhasil merekam suara penderitaan mereka. Kemudian membuat batu palsu dengan alat rekam di dalamnya diletakkan di sejumlah titik bukit. Tim ini terdiri dari pasangan penyelam free diving yang andal, operator kamera thermal, dan keahlian lainnya.Tim film dokumenter juga berhasil menampilkan investigasi kenapa Jepang begitu mendapat dukungan dalam komite perburuan paus di konferensi IWC. Salah satu yang terungkap, negara kepulauan kecil yang mendukung mendapat bantuan keuangan dari Jepang. Pejabat bidang perikanan dan anggota dewan juga diwawancara soal pembantaian Taiji.Ada juga upaya menelusuri kenapa warga mau membeli dan konsumsi daging lumba-lumba yang bermekuri tinggi. Jepang punya sejarah kelam karena peristiwa keracunan di Minamata akibat pembuangan limbah ke laut sembarangan. Anam-anak dalam kandungan terdampak dan cacat fisik serta mental sejak lahir. Kandungan merkuri yang diperbolehkan 0,4 ppm sementara dolphin mengandung 2000 ppm. Warga Jepang di perkotaan yang diwawancara menyebut tak tahu ada pembantaian di Taiji dan heran kenapa ada yang makan daging lumba-lumba.
[0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163]
2017-056-15.json
Begini Kampanye Free Dolphin, Dari Nonton Film The Cove Sampai Jangan Lihat Sirkusnya
Begini Kampanye Free Dolphin, Dari Nonton Film The Cove Sampai Jangan Lihat Sirkusnya | The Cove memperlihatkan warga sekitar Taiji meyakini pembantaian ini tradisi dan lumba-lumba dipropagandakan pemerintah sebagai hama jadi sah dibantai. Ikan-ikan disebut terus berkurang karena banyaknya lumba-lumba di lautan. Paus dan dolphin disebut penyebabnya, bukan manusia. Film ini kemudian ditayangkan secara dramatis di konferensi IWC oleh Ric dengan memasang layar di tubuhnya. Ia masuk ke dalam ruangan penuh delegasi, membawa adegan sadis pembataian ke wajah-wajah mereka sampai wartawan juga tertarik merekam aksi ini. Perubahan kebijakan pun terjadi.Dua akivis perempuan Femke Den Haas dari Jakarta Animal Aid Network (JAAN) dan Melanie Subono mengajak berdialog sebelum The Cove diputar. Mereka membahas kenapa mendorong kesadaran warga agar menghindari show dolphin sangat penting.Femke Haas mengatakan banyak dolphin ditangkap di laut Karimun Jawa dan dibawa ke Bali untuk dimasukkan kolam kecil. “Klorin membuat menderita, kita saja berenang sakit mata. Bisnis ini misedukasi. Sebarkan pesan ini,” serunya. Agar bisa menghibur pengunjung, dolphin menurutnya mengalami penderitaan.Ia berharap semua negara melarang pertunjukkan dolphin. Belanda menurutnya mulai menutup pertunjukkan lumba-lumba satu demi satu. Femke mengampanyekan warga terlibat dalam gerakan seperti dalam laman Freebalidolphins.org, salah satunya jangan beli tiket show dolphin.Saat ini menurutnya yang diperlukan people power, gerakan massa untuk bersama menyuarakan. Karena tempat pertunjukkan yang menggunakan dolphin seperti sirkus, dalam kolam renang, dan lainnya masih banyak. Di Bali menurutnya tiket seperti ini dijual mahal dan menargetkan warga asing. Karena itu, kampanye Free Bali Dolphins ini digiatkan di kalangan warga asing dan ekspatriat.
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2017-056-15.json
Begini Kampanye Free Dolphin, Dari Nonton Film The Cove Sampai Jangan Lihat Sirkusnya
Begini Kampanye Free Dolphin, Dari Nonton Film The Cove Sampai Jangan Lihat Sirkusnya | Sementara untuk skala nasional ada kampanye video pada 2013 melibatkan artis Choky Sitohang, presenter TV Riyanni Djangkaru, Gemala Hanafiah, Saras Dewi, dan lainnya untuk tidak beli tiket ke show dolphin.  “Binatang tak bisa bicara, kita yang harus ambil langkah dari penderitaannya.Kami punya banyak relawan di Indonesia, banyak dukungan dari warga lokal,” lanjut Femke pada warga asing yang berkumpul mengikuti fundraising dengan membeli merchandise dan kampanye Free Bali Dolphin di Genius Café , Pantai Sanur.  Ia menyebut beberapa kali berdiskusi dan berkirim surat ke Dinas Pendidikan, agar menyampaikan ke siswa sekolah bahwa sirkus bukan pendidikan binatang. Namun proses ini menurutnya belum menarik perhatian otoritas. Femke menyebut kampanye ini juga bekerja sama dengan Ric O’Barry Dolphin Project, digagas oleh Richard O’Barry, 75 tahun, aktivis perlindungan dolphin dan penggagas film The Cove. Sayangnya Ric, panggilan aktivis yang beberapa kali ditangkap karena aksinya membebaskan dolphin ini batal berkomunikasi dengan warga lewat sambungan internet dengan audiens di Sanur.Melanie Subono mendukung kampanye ini karena keyakinannya semua mahluk hidup harus bebas. “Saya awalnya tidak tahu kenapa sirkus, kenapa dolphin hidupnya buruk dalam kolam. Pemerintah masih beri izin pada animal cruelty atas nama konservasi dan edukasi,” kata aktivis yang juga bersikap pada persoalan hak asasi manusia ini.Ia percaya people power, lebih baik berbuat sesuatu untuk bersuara. “Saya mahluk hidup, saya mau hidup demikian juga mahluk lain, Kalau tak ada yang beli tiket, sirkus tutup,” pungkasnya.Dalam kamapanye ini dibuat sejumlah aksi seni seperti lomba menggambar bersama anak dan mural di kanvas oleh komunitas street art bertopik dolphin. Para seniman jalanan ini banyak berkontribusi dengan membuat mural dan teks kampanye free Bali Dolphin di sejumlah tembok di Bali.  [SEP]
[0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623]
2017-040-12.json
Kontroversi di Balik Reklamasi Pantai Makassar, Antara Kepentingan Rakyat dan Pengembang
Kontroversi di Balik Reklamasi Pantai Makassar, Antara Kepentingan Rakyat dan Pengembang | [CLS] Pengerukan pasir yang dilakukan perusahaan asal Belanda, Royal Boskalis, di Pulau Tanakek dan Sanrobone, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan, mendapat kecaman dari Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA). Kecaman muncul, karena pengerukan tersebut akan merusak ekosistem di sekitar perairan Takalar yang menjadi lokasi pengerukan.Sekretaris Jenderal KIARA Susan Herawati di Jakarta mengatakan, pengerukan pasir yang dilakukan di Takalar, tak hanya berdampak pada lingkungan saja, namun juga pada kondisi sosial masyarakat di sekitar lokasi pengerukan. Hal itu, ditandai dengan penolakan warga di Takalar terhadap pengerukan pasir tersebut.“Penambangan pasir yang dilakukan di Takalar berpotensi menimbulkan kriminalisasi masyarakat pesisir,” ucap dia belum lama ini.(baca : Tolak Tambang Pasir Laut, Warga Takalar Ramai-ramai Bakar Pantai)  Menurut Susan, tanda-tanda kriminalisasi semakin menguat karena saat ini sudah ada tiga orang warga Takalar yang ditangkap aparat kepolisian setelah melakukan aksi unjuk rasa menolak pengerukan pasir untuk reklamasi di Makassar. Padahal, proyek yang akan membangun Center Point of Indonesia (CPI) dan berfungsi sebagai waterfront city tersebut, dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dan Pemerintah Kota Makassar.Susan memaparkan, demi bisa mewujudkan ambisi Pemprov dan Pemkot, material pasir pun akhirnya didatangkan dari luar Makassar, tepatnya dari Takalar oleh Royal Boskalis. Keputusan tersebut diambil, karena ketersediaan pasir di Makassar tidak ada dan pengembang yang mendapatkan konsesi memutuskan untuk memenuhinya dari pulau kecil di sekitar perairan Sulsel.“Selain Takalar, pasir juga dikeruk dari Pulau Gusung Tangaya dan dilakukan dalam jumlah yang banyak,” jelas dia.(baca : Ketika Laut Takalar Terus Terancam Tambang Pasir) Pencurian Wilayah Pesisir
[0.9999998211860657, 8.479273816419663e-08, 7.769674681412653e-08]
2017-040-12.json
Kontroversi di Balik Reklamasi Pantai Makassar, Antara Kepentingan Rakyat dan Pengembang
Kontroversi di Balik Reklamasi Pantai Makassar, Antara Kepentingan Rakyat dan Pengembang | Tentang Royal Boskalis, Susan kemudian mengingatkan bahwa perusahaan tersebut sebelum beroperasi di Takalar, terlebih dulu melakukan pengerukan untuk reklamasi di Teluk Jakarta. Seperti halnya di Sulsel yang dilakukan di pulau-pulau kecil, untuk kebutuhan pasir Teluk Jakarta, kata dia, perusahaan Belanda itu juga melakukan pengerukan di pulau kecil yang ada di wilayah perairan Provins Banten.Pengerukan secara kontinu yang dilakukan untuk proyek reklamasi tersebut, menurut Susan, sama saja dengan pencurian wilayah pesisir. Bedanya, jika pencurian biasa dilakukan tanpa ada izin yang resmi, namun untuk proyek reklamasi, izin tersebut bisa dengan mudah didapatkan.“Perampasan pesisir kita terstruktur dan masif terjadi di 16 titik area pesisir Indonesia,” tutur dia.  Dalam melaksanakan operasi pengerukan, Susan mengungkap, Royal Boskalis mengoperasikan kapal Fairway yang mempunya daya angkut sebesar 5 ribu kubik atau setara dengan 5833 mobil truk dengan kapasitas enam kubik. Dengan kapasitas sebesar itu, untuk dua hari tiga malam saja, pasir yang diangkut dari Laut Takalar jumlahnya mencapai 175 ribu kubik atau setara 29.167 truk.“Itu dilakukan dengan lima kali bongkar muat. Pada saat bersamaan, keuntungan finansial dari sekali keruk dan bongkar muat mencapai Rp3,5 miliar. Artinya, perusahaan mendapatkan keuntungan finansial sebesar Rp17,5 miliar dari lima kali bongkar muat,” papar dia.“Pengambilan pasir laut dalam jumlah yang sangat besar ini berdampak terhadap kerusakan laut di lokasi yang menjadi tempat pengambilan material pasir dan berdampak pada 4.690 kepala keluarga dari masyarakat pesisir yang tinggal di pantai Makassar,” tambah dia.(baca : Penambangan Pasir di Perairan Galesong Terus Berlanjut, Warga Ultimatum Pemprov Sulsel) Cacat Kebijakan
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2017-040-12.json
Kontroversi di Balik Reklamasi Pantai Makassar, Antara Kepentingan Rakyat dan Pengembang
Kontroversi di Balik Reklamasi Pantai Makassar, Antara Kepentingan Rakyat dan Pengembang | Susan Herawati melanjutkan, meski hingga kini proyek CPI terus berlanjut, namun proyek tersebut cacat secara konstitusional. Tanda ada yang tidak beres dalam kebijakan, terlihat dari tarik ulur pembahasan rancangan peraturan daerah (Raperda) Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Makassar.“Sudah empat tahun tarik ulur terus terjadi. Namun, begitu disahkan menjadi Perda pada 2016 lalu, Pemkot Makassar langsung mengalokasikan lahan seluas 4500 hektare yang berada di wilayah ruang pesisir dan pulau-pulau kecil menjadi sasaran reklamasi. Dan, itu dilakuan tanpa pembahasan RZWP3K (Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau- pulau Kecil),” tandas dia.Tidak adanya pembahasan RZWP3K tersebut, menurut Susan, semakin mempertegas adanya ketidakberesan dalam pembahasan kebijakan reklamasi di Kota Makassar. Hal itu, karena dalam melaksanakan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau kecil haruslah dilaksanakan dengan tertata baik dan melibatkan masyarakat pesisir secara aktif.(baca : Aksi Warga Takalar Menolak Tambang Pasir: Jangan Paksa Kami Menjadi Teroris)  Agar bisa tertata dengan baik, menurut Susan, harus ada rencana zonasi pesisir dan pulau kecil sebelum melakukan pemanfaatan wilayah tersebut untuk kepentingan komersial ataupun lingkungan. Kewajiban itu, sebut dia, tertuang dalam Mahkamah Konstitusi Nomor 3 Tahun 2010.“Di dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2007 dan revisinya, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta Putusan Mahkamah Kontisusi dimandatkan secara tegas rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil harus dilakukan lebih dulu,” tegas dia. Reklamasi untuk Rakyat
[0.9999897480010986, 5.327978669811273e-06, 4.870696557190968e-06]
2017-040-12.json
Kontroversi di Balik Reklamasi Pantai Makassar, Antara Kepentingan Rakyat dan Pengembang
Kontroversi di Balik Reklamasi Pantai Makassar, Antara Kepentingan Rakyat dan Pengembang | Klaim reklamasi untuk rakyat diungkapkan oleh Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo saat diberondong pertanyaan oleh wartawan beberapa waktu lalu. Menurut dia, pelaksanaan reklamasi melalui pembangunan CPI akan tetap berlanjut meski Komisi IV DPR RI mempertanyakan izin pelaksanaan reklamasi di kawasan tersebut.“Kami mau rakyat bisa menikmati Pantai Losari. Ini cita-cita kami. Semoga bisa tercapai,” ucap dia pada awal Juni lalu.Cita-cita membahagiakan rakyat Makassar dan Sulsel tersebut, dalam benak Syahrul, di antaranya dengan membangun beragam fasilitas yang bisa digunakan oleh masyarakat umum. Fasilitas yang dimaksud, adalah tempat rekreasi, lintasan lari, dan fasilitas lain.Secara keseluruhan, kata Syahrul, dengan adanya reklamasi, nantinya kawasan Pantai Losari akan bertambah panjangnya dari 800 meter sekarang menjadi 5 kilometer. Dengan garis pantai sepanjang itu, maka kebutuhan pantai untuk masyarakat dengan layak diyakininya bisa terwujud.  Berkaitan dengan banyaknya penolakan dari berbagai kalangan, Syahrul menegaskan bahwa itu tidak masalah. Karena menurutnya, pembangunan CPI sebelumnya sudah dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal). Selain itu, Perda Zonasi juga sudah dikeluarkan untuk mendukung pelaksanaan reklamasi.(baca : Tolak Tambang Pasir, Masyarakat Galesong Utara Lapor ke KPK)Di sisi lain, meski mendapat reaksi pro dan kontra, pengembang yang mendapat konsesi, PT Ciputra Surya Tbk, tak serta merta menghentikan pembangunan. Bahkan, perusahaan tersebut pada akhir 2016 lalu sudah mendapatkan dana sebesar Rp1,2 triliun dari hasil pemasaran rumah tapak yang ada di atas proyek reklamasi.
[0.9999998211860657, 8.479273816419663e-08, 7.769674681412653e-08]
2017-040-12.json
Kontroversi di Balik Reklamasi Pantai Makassar, Antara Kepentingan Rakyat dan Pengembang
Kontroversi di Balik Reklamasi Pantai Makassar, Antara Kepentingan Rakyat dan Pengembang | Hal itu diungkapkan Direktur Utama PT Ciputra Surya Tbk Harun Hajadi di Jakarta. Menurut dia, untuk tahap pertama, pembangunan akan dilaksanakan di atas lahan seluas 106,41 hektare yang sudah direklamasi. Sebelum itu, pihaknya melakukan pembersihan ranjau darat sisa dari perang dunia II.Untuk proyek CPI, PT Ciputra Surya Tbk melaksanakan reklamasi yang luasnya total mencapai 157,23 hektare. Untuk proyek tahap pertama, Harun menjanjikan akan menyelesaikan pembangunan rumah tapak beserta fasilitas lainnya dalam waktu maksimal 24 bulan. Untuk keperluan itu, dana sebesar Rp3,5 triliun sudah disiapkan.   [SEP]
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2022-003-12.json
Cerita Konsistensi Pokmaswas Jalur Gaza Mengedukasi Masyarakat Mengkonservasi Penyu
Cerita Konsistensi Pokmaswas Jalur Gaza Mengedukasi Masyarakat Mengkonservasi Penyu | [CLS]  Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Jalan Lurus Gagah Perkasa (Jalur Gaza) di Desa Sulengwaseng, Kecamatan Solor Selatan, Pulau Solor merupakan salah satu kelompok konservasi penyu yang rutin beraktifitas.Sebanyak 15 anggota Pokmaswas di Kabupaten Flores Timur (Flotim), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) ini saban hari saat memasuki bulan Februari hingga bulan September pasti sibuk.Hampir setiap malam hingga subuh, mereka bergantian menyusuri pesisir pantai guna mencari sarang telur penyu. Bila ditemukan, telur-telur penyu tersebut langsung dibawa ke lokasi penetasan milik Pokmaswas Jalur Gaza.“Kalau tidak diambil telurnya, takutnya nanti dicuri orang atau dimakan biawak,” sebut Wilhelmus Wokadewa Melur, Ketua Pokmaswas Jalur Gaza kepada Mongabay Indonesia, Senin (28/11/2022).Mus sapaan Wilhelmus mengakui kerja-kerja yang dilakukan oleh kelompoknya merupakan inisiatif pribadi. Anggota pun secara sadar dan sukarela mau bekerja demi menyelamatkan penyu.Kadang mereka harus berjalan kaki menyusuri pantai berpasir putih sejauh satu kilometer. Bila menemukan sarang telur penyu, otomatis pulangnya mereka harus memanggul ember plastik berisi telur penyu dan pasir yang beratnya bisa mencapai 50 kg.“Kalau jaraknya jauh dari lokasi penetasan, kami sering berhenti beristirahat beberapa kali. Harus dua orang untuk memanggul supaya terasa lebih ringan. Kalau embernya dijinjing satu orang pasti tidak bisa,kecuali jaraknya dekat dari lokasi penetasan,” ungkapnya.baca : Kesetiaan Pokmaswas Jalur Gaza Flores Timur Lakukan Konservasi Penyu  Lakukan EdukasiHampir 5 tahun bergiat dalam konservasi penyu membuat Pokmaswas Jalur Gaza mulai dikenal masyarakat luas. Sudah banyak orang yang datang ke pantai Sulengwaseng melepas tukik yang ditetaskan.
[4.426556643011281e-06, 7.228185495478101e-06, 0.9999883770942688]
2022-003-12.json
Cerita Konsistensi Pokmaswas Jalur Gaza Mengedukasi Masyarakat Mengkonservasi Penyu
Cerita Konsistensi Pokmaswas Jalur Gaza Mengedukasi Masyarakat Mengkonservasi Penyu | Mus mengakui, bukan saja anak-anak sekolah saja, aparat pemerintah, swasta, BUMN, hingga TNI dan Polri datang melepas tukik. Beberapa wisatawan mancanegara pun telah datang melepas tukik di tempat ini.“Penjabat Bupati Flores Timur bahkan Dandim 1624 Flotim pun pernah datang melepas tukik di tempat kami. Setiap kali ada tukik yang menetas maka kami mengundang siapa saja untuk ikut terlibat dalam melepasliarkan tukik ke laut,” ucapnya.Mus mengatakan berkat sosialisasi yang gencar mereka lakukan kepada nelayan dan masyarakat di Pulau Solor, sudah banyak yang memahami bahwa penyu merupakan satwa migran ini dilindungi yang tidak boleh ditangkap dan dikonsumsi.Misalnya pada Sabtu (26/11/2022) lalu, mereka baru melepas seekor penyu hijau dewasa, yang terjaring pukat hanyut milik nelayan setempat di Pantai Wewa, Desa Sulengwaseng. Lokasinya sekitar 500 meter arah barat tempat penetasan Pokmaswas Jalur Gaza.Selain itu, Pokmaswas Jalur Gaza membantu pelepasan lima ekor penyu lekang dewasa ke laut yang terjaring pukat nelayan Desa Daniwato di Kecamatan Solor Barat.baca juga : Penemuan Telur Penyu dan Pelepasan Tukik di Pesisir Pantai Pulau Solor Meningkat. Apa Penyebabnya?  Sejak tahun 2018 hingga akhir November 2022, Pokmaswas Jalur Gaza sudah melepaskan 46 ekor penyu dewasa. Penyu hijau dan sisik  ini terjaring pukat nelayan maupun ditemukan warga di pesisir pantai.Sementara jumlah tukik yang berhasil dilepaskan ke laut sejak tahun 2018 sebanyak 6.702 ekor. Jumlah sarang telur penyu yang ditemukan pada 2022 sebanyak 39 sarang. Jumlah sarang terbanyak tahun 2021 sebanyak 49 sarang.Setiap hari minggu, anak-anak sekolah dari SD hingga SMA selalu datang ke lokasi penetasan telur penyu Pokmaswas Jalur Gaza. Anak sekolah ini belajar mengenai proses penetasan telur penyu dan diedukasi mengenai konservasi penyu.
[0.013831224292516708, 0.9679399728775024, 0.018228823319077492]
2022-003-12.json
Cerita Konsistensi Pokmaswas Jalur Gaza Mengedukasi Masyarakat Mengkonservasi Penyu
Cerita Konsistensi Pokmaswas Jalur Gaza Mengedukasi Masyarakat Mengkonservasi Penyu | “Tanggal 7 dan 12 November kemarin, saya diminta memberikan materi mengenai konservasi penyu di Aula Setda Flores Timur. Saya juga sering ikut pelatihan mengenai pariwisata terkait konservasi penyu,” paparnya. Timbul KesadaranYayasan Misool Baseftin Flores Timur yang aktif mendampingi Pokmaswas di Flores Timur mengapresiasi semangat Pokmaswas Jalur Gaza di Desa Sulengwaseng, Solor Selatan dan Pokmaswas Pedan Wutun di Kelurahan Ritaebang, Solor Barat.Staf Yayasan Misool Baseftin Monika Bataona menyebutkan seringnya kegiatan pelepasan penyu oleh nelayan mengindikasikan sudah timbul kesadaran di masyarakat terutama nelayan bahwa penyu merupakan satwa yang dilindungi dan perlu untuk menjaga kerlangsungan ekosistem.Lanjutnya, kesadaran nelayan untuk melapor bila penyu terjaring pukat sudah meningkat pesat.“Ini berkat hadirnya Pokmaswas Jalur Gaza dan Pokmaswas Pedan Wutun yang aktif memberikan edukasi dan pelaporan terkait aktivitas pengawasan dan konservasi,” ungkapnya.Monika menambahkan besar harapan Misool Baseftin agar semakin banyak nelayan yang aktif melakukan pelepasan penyu atau biota laut dilindungi lainnya yang terjerat tidak sengaja di pukat nelayan.baca juga : Kesetiaan Pedan Wutun Mengkonservasi Penyu  Wilhelmus menimpali, apa yang dilakukan 15 anggota kelompoknya atas dasar kesadaran bahwa tindakan tersebut sangat bermanfaat bagi anak cucu mereka ke depannya.Bahkan masyarakat sering menelpon dirinya atau memberitahukan kepada anggota Pokmaswas Jalur Gaza bila menemukan penyu atau terjaring pukat.“Nelayan di desa-desa sekitar juga sudah saya sosialisasikan sehingga kalau menemukan penyu mereka selalu menelepon saya,” tuturnya. Perlu Menambah IlmuPokmaswas Jalur Gaza telah mendapatkan bantuan dari BPSPL Denpasar berupa sebuah perahu motor sekitar 2 GT berbahan fiber glass. Juga diberikan bantuan teropong, senter, handy talky dan seragam bagi semua anggota.
[0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623]
2022-003-12.json
Cerita Konsistensi Pokmaswas Jalur Gaza Mengedukasi Masyarakat Mengkonservasi Penyu
Cerita Konsistensi Pokmaswas Jalur Gaza Mengedukasi Masyarakat Mengkonservasi Penyu | Wilhelmus berterima kasih atas bantuan yang diberikan. Ia katakan, kelompoknya masih membutuhkan bantuan waring atau jala untuk tempat penetasan telur penyu. Pihaknya ingin merelokasi tempat pembenaman dan penetasan telur penyu.Selain itu ia berharap dibangun sebuah pondok informasi mengenai konservasi penyu di tempatnya karena semakin banyak orang yang datang untuk belajar mengenai konservasi penyu.Dia pun mengaku masih memiliki pengetahuan terbatas soal penetasan telur penyu. Mus mencontohkan, dari 150 telur penyu yang dibenamkan, yang menetas menjadi tukik hanya 60 telur saja dan lainnya busuk.“Saya belum terlalu mengerti sehingga kalau bisa saya dibantu magang ke tempat lain agar bisa menambah ilmu. Saya mempunyai kemauan dan kepedulian terhadap penyu,bukan untuk bisnis,” pungkasnya.baca juga : Penyu Belimbing Sering Terjaring Nelayan di Kupang. Dimana Saja Habitatnya di NTT?  Pelepasan tukik dalam jumlah besar oleh Pokmaswas Jalur Gaza dan Pedan Wutun bisa jadi meningkatkan keberadaan jumlah penyu di perairan Solor. Nelayan-nelayan pun mengakui sering berhati-hati melepas pukat agar penyu tidak terlilit di jaring.Data dari Pokmaswas Jalur Gaza sejak tahun 2018-2020 menyebutkan, selain penyu  tercatat kemunculan 108 ekor lumba-lumba, 3 ekor hiu paus dan seekor paus.Ada pemasangan pelampung sebagai penanda bahwa lokasi tersebut merupakan tempat mamalia laut laut atau penyu sering ditemukan agar nelayan lebih berhati-hati dalam melepas pukat atau bisa menghindari lokasi tersebut.   [SEP]
[0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623]
2019-084-13.json
Masyarakat Adat Lembak: Konservasi Air Danau Dendam Tak Sudah Harus Diutamakan
Masyarakat Adat Lembak: Konservasi Air Danau Dendam Tak Sudah Harus Diutamakan | [CLS]  Menjaga kelestarian Danau Dendam Tak Sudah (DDTS) adalah keniscayaan bagi Masyarakat Adat Lembak, Kota Bengkulu. Selain penting bagi kehidupan, kelestarian danau yang berada di kawasan Cagar Alam Danau Dusun Besar (CADDB) itu juga berkaitan erat dengan bukti sejarah masyarakat di masa silam.“Danau Dendam Tak Sudah merupakan identitas kami, keberadaannya harus dipertahankan,” ujar Usman Yasin, tokoh Masyarakat Adat Lembak dalam pertemuan masyarakat dan pemuda adat yang diselenggarakan Komunitas Tobo Berendo, baru-baru ini.Pertemuan digagas untuk menyikapi rencana perubahan fungsi sebagian CADDB menjadi Taman Wisata Alam. Dari luas CADDB 577 hektar, rencana perubahannya seluas 88 hektar, dan Danau Dendam Tak Sudah (53 hektar) masuk dalam skema tersebut.“Rencana pemanfaatan potensi wisata jangan sampai merusak Danau Dendam Tak Sudah. Esensinya konservasi air,” terang Usman.  Cukup banyak tradisi Masyarakat Adat Lembak terkait aktivitas menangkap ikan dan bersawah di danau. Ada ikan main, ikan nyakai, kenuri turun dome (sawah), kenuri penyulung (akan tanam padi), kenuri nasi satan (akan panen), dan kenuri apam (setelah panen).“Tradisi ini bisa menarik orang berkunjung. Pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan pariwisata sangat penting dilakukan,” ujar Syaiful Nawar, Pembina Komunitas Tobo Berendo.Danau Dendam Tak Sudah telah direncanakan menjadi tuan rumah Festival Sungai dan Danau dalam rangka Visit 2020 Wonderful Bengkulu. Komunitas Tobo Berendo telah melakukan sejumlah kegiatan seperti neron (minum kopi) gratis setiap Minggu pagi di pinggir danau dan aksi bersih-bersih. “Jangan sampai kita tidak dilibatkan,” tambah Dedi Suryadi, Ketua Komunitas Tobo Berendo.  Kajian
[0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623]
2019-084-13.json
Masyarakat Adat Lembak: Konservasi Air Danau Dendam Tak Sudah Harus Diutamakan
Masyarakat Adat Lembak: Konservasi Air Danau Dendam Tak Sudah Harus Diutamakan | Usulan perubahan sebagian fungsi Cagar Alam Danau Dusun Besar telah dikaji Tim Evaluasi Kesesuaian Fungsi yang dibentuk 30 Desember 2016. Berikutnya, Tim Terpadu dibentuk 6 September 2018 dan telah turun ke lapangan pada 29 Oktober – 2 November 2018.“Tim Terpadu merekomendasikan adanya perubahan fungsi. Kami menunggu SK Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan,” kata Kepala Urusan Evaluasi Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu, Said Jauhari, belum lama ini.  Said mengatakan, peluang Masyarakat Adat Lembak untuk dilibatkan dalam pemanfaatan sumber daya air dan wisata alam terbatas sangat memungkinkan. Ada aturan Menteri LHK Nomor: P.43/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2017 tentang Pemberdayaan Masyarakat di Sekitar Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam serta Peraturan Direktur Jendral Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Nomor: P.06/KSDAE/SET/Kum.1/6/2018 tentang Petunjuk Teknis Kemitraan Konservasi Pada Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.“Bila SK perubahan fungsi turun, rencana penyusunan blok perlindungan, pemanfaatan, tradisional, dan religi akan dilakukan,” terang Said.  Dikutip dari dokumen BKSDA Bengkulu, CADDB ditunjuk sebagai kawasan konservasi oleh Pemerintahan Hindia Belanda melalui Bisluit Gubernur Hindia Belanda Stb 1936 No. 325 tanggal 17 Juni 1936 seluas 11,5 hektar. Surat Keputusan Gubernur Bengkulu Nomor: 166/B4-1/1979 tanggal 15 Mei 1979 menyebut luasnya 430 hektar yang diperkuat Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 171/Kpts/UM/3/1981 tanggal 3 Maret 1981.Pemancangan batas pun dilakukan berdasarkan SK Menteri Kehutanan Nomor: 383/Kpts-II/1985 tanggal 27 Desember 1985 tentang Tata Guna Hutan Kesepakatan, Pengesahan Batas oleh Menteri Kehutanan pada 24 Februari 1992, dan ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 602/Kpts-II/1992 tanggal 10 Juni 1992.  
[0.01646406203508377, 0.9831623435020447, 0.00037361495196819305]
2019-084-13.json
Masyarakat Adat Lembak: Konservasi Air Danau Dendam Tak Sudah Harus Diutamakan
Masyarakat Adat Lembak: Konservasi Air Danau Dendam Tak Sudah Harus Diutamakan | Flora yang tumbuh di sini adalah anggrek pensil (Papillionanthe hookeriana), kantung semar (Nephentes sp), pulai (Alstonia scholaris), ambacang rawa (Mangifera spp), terentang (Regraca auriculata), bakung (Crinum asiaticum), sagu (Metroxylon sagu Rottb), dan teratai (Neliumbium nucifera).  Untuk fauna, ada kucing hutan, beruk (Macaca nemestrina), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), lutung (Presbytis cristata), burung raja udang, ikan tabakang (Hellostoma temminckii), juga ikan gabus (Ophiocephalus striatus).   [SEP]
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2014-003-10.json
Antan Delapan, Suara Lingkungan dari Kaki Gunung Dempo untuk Dunia
Antan Delapan, Suara Lingkungan dari Kaki Gunung Dempo untuk Dunia | [CLS] Antan Delapan adalah alat tumbuk padi dan kopi yang digunakan masyarakat di Muara Enim, Lahat, Pagar Alam, dan Empat Lawang, Sumatera Selatan. Menariknya, alat ini tidak digerakkan oleh manusia melainkan oleh air melalui kincir.Masyarakat Pagar Alam telah menggunakan kincir atau yang biasa disebut berik ini sejak abad ke-19. Dinamakan antan delapan karena antan (alat tumbuknya berjumlah delapan buah. Saat antan delapan ini dioperasikan akan terdengar hentakan suara yang khas.Salah satu replika antan delapan yang bisa bisa kita saksikan berada di jalan menuju objek wisata Gunung Dempo, Pagar Alam. Namun, saat ini kondisinya kurang terawat, terlebih kincir airnya.Di tangan seniman musik Jemi Delvian, antan delapan menjadi sebuah lagu yang juga digemari penikmat musik etnis mancanegara. Lagu ini ditulis dengan lirik bahasa Pasemah. Lirik ini menggambarkan masyarakat tengah beraktivitas menumbuk hasil panen berupa padi dan kopi.Sate lah sampai nginak kembang kanan kiri Liku beliku pemandangan dilewati Sate lah sampai, badan payah terobatiOi antan delapan, peninggalan baghi Peranti jeme dulu nutuk padi Oi antan delapan, peninggalan baghi Peranti jeme dulu nutuk kopi“Lagu tersebut saya buat sebagai penghormatan terhadap masyarakat di sekitar Gunung Dempo, yang sangat menghormati alam. Tradisi ini sebagai simbol betapa arifnya masyarakat terhadap lingkungan. Sebab tradisi menumbuk padi atau kopi yang menggunakan kincir air merupakan ruang komunikasi masyarakat. Komunikasi itu tentunya membahas beragam persoalan.Termasuk soal lingkungan,” kata Jemi saat berbincang dengan Mongabay Indonesia di Palembang, Minggu (21/12/2014).“Buktinya ketika antan delapan digeser oleh mesin giling, kepedulian masyarakat terhadap lingkungan, misalnya soal keberadaan sumber air menjadi berkurang. Dulu, kalau sungai kering menjadi persoalan bersama, kini hal tersebut tidak menjadi persoalan penting,” ujar Jemi.
[0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623]
2014-003-10.json
Antan Delapan, Suara Lingkungan dari Kaki Gunung Dempo untuk Dunia
Antan Delapan, Suara Lingkungan dari Kaki Gunung Dempo untuk Dunia | Harapan Jemi, yang saat ini melakukan penelitian musik tradisional di Sumatera Selatan, lagu “Antan Delapan” dapat memberikan ruang kesadaran bagi masyarakat untuk mencintai lingkungan hidup melalui musik. “Harus dikembalikan kesadaran bahwa hutan yang terjaga membuat hidup nyaman. Harus dikembalikan kenangan tersebut,” ujarnya.Pasar dunia melalui itunesAwal 2014, Jemi meluncurkan album “Antan Delapan” yang berisi delapan lagu, termasuk lagu “Antan Delapan”. Lagu ini temanya mengenai lingkungan hidup dan tradisi. Di antaranya “Antan Delapan”, “Dempo yang Megah”, “Mabuk Kepayang”, “Gadis Tanjungpayang”, “Tebat Gheban”, “Tuape Kabar”, dan “Kota Tecinte”.Setelah dirilis melalui toko musik digital itunes, lagu “Antan Delapan” mendapatkan sambutan baik dari penggemar dan penikmat musik. “Saat ini, sekitar 1.000 orang yang mengunduh,” kata musisi kelahiran Pagar Alam, 7 September 1977.Dari penyebaran lagu melalui dunia maya ini, Jemi mengaku dapat berkomunikasi dengan banyak penggemar musik yang tertarik mengenai tradisi dan lingkungan hidup di Pagaralam. “Banyak yang menanyakan kondisi alam di Pagar Alam. Ada yang tanya, apakah masih ada harimau sumatera. Dan saya harus jujur, harimau Sumatera sudah sulit ditemukan,” kata Jemi.Tulisan ini hasil kerja sama Mongabay dengan Green Radio [SEP]
[0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623]
2016-015-03.json
Sistem Canggih Ini Mampu Gabungkan Kondisi Satwa Liar, Habitat, Manusia dan Konfliknya.  Seperti Apa?
Sistem Canggih Ini Mampu Gabungkan Kondisi Satwa Liar, Habitat, Manusia dan Konfliknya.  Seperti Apa? | [CLS] Tidak dipungkiri lagi bahwa Pulau Sumatera mempunyai kekayaan hidupan liar, baik flora maupun  fauna, yang sangat tinggi. Berbagai upaya dan keberhasilan telah dicapai untuk mempertahankan keanekaragaman hayatinya.Namun di sisi lain tantangan makin besar, deforestasi Sumatera yang sangat masif dan kematian satwa liar dilindungi yang makin marak. Satwa kharismatik Sumatera seperti harimau, gajah, badak, dan orangutan juga tidak luput dari tekanan tersebut.Data dari statistik Kementerian LHK 2014 menunjukkan bahwa angka deforestasi di dalam dan di luar kawasan hutan tahun 2012-2013 (ha/thn) di Indonesia sebesar 727.891.20 ha/tahun, sedangkan di Pulau Sumatera sebesar 191.353.10 hektar per tahun.Jika ditelisik lebih lanjut seperti yang telah diunggah Mongabay 2014 yang lalu untuk laju deforestasi historis (2000-2012) sebesar 671.420 hektar per tahun yang berasal dari lahan mineral 525.516 hektar dan lahan gambut 145.904 hektar per tahun. Sedangkan laju degradasi hutan 425.296 hektar per tahun, berasal dari lahan mineral 409.073 hektar dan lahan gambut 16.223 hektar per tahun.Perubahan kondisi habitat tersebut dengan berbagai tujuan berpengaruh pada keberadaan satwa liar di dalamnya, secara khusus harimau Sumatera.  Hal tersebut diamini oleh Febri Anggriawan Widodo, Research and Monitoring (Tiger and Elephant) Module Leader WWF Indonesia yang menyampaikan bahwa kondisi habitat harimau Sumatera saat ini mengalami tekanan yang tidak ringan.Habitat termasuk ukuran serta ketersediaan satwa mangsa utama berpengaruh terhadap populasi harimau meskipun tidak tertutup kemungkinan faktor lainnya seperti tekanan manusia termasuk perburuan yang ternyata juga sangat berperan untuk hilangnya individu jarimau, namun hal tersebut perlu diteliti lebih lanjut.
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2016-015-03.json
Sistem Canggih Ini Mampu Gabungkan Kondisi Satwa Liar, Habitat, Manusia dan Konfliknya.  Seperti Apa?
Sistem Canggih Ini Mampu Gabungkan Kondisi Satwa Liar, Habitat, Manusia dan Konfliknya.  Seperti Apa? | “Diperlukan baseline dan monitoring berkelanjutan, secara khusus harimau Sumatara yang dapat dilakukan secara kolaboratif,” lanjut Febri.Itulah sekelumit kegundahan peserta yang hadir saat symposium internasional satwa liar di Universitas Lampung, pertengahan Oktober kemarin.  Pada kesempatan ini berbagai informasi dipaparkan, baik dari aspek ekologi dan social. Disisi lain, yang menarik juga untuk dicermati adalah bagaimana pengembangan system pemantauan hutan beserta isinya, pemerintah, LSM, termasuk masyarakat yang ada dalam dan sekitar kawasan hutan.Sistem TerpaduPada symposium tersebut diperkenalkan sebuah sistem yaitu SAFE System yang berhubungan dengan penanganan konflik satwa dan manusia. SAFE System merupakan instrumen yang menggabungkan data berbasis hasil, satu tujuan, dan menggabungkan elemen-elemen yang berkonflik.Bagian dari system tersebut  berisi tentang pemahaman terhadap konflik itu sendiri, monitoring, mitigasi, kebijakan, pencegahan, dan respon. Ashley Brooks, dari WWF Tiger Alive Initiative menyampaikan bahwa proses SAFE System terdiri atas kompilasi informasi konflik satwa dan manusia, penilaian cepat, pengembangan strategi SAFE, pelaksanaan strategi, monitoring (dan mengulangi proses).SAFE System menempatkan terutama keselamatan manusia, dan keselamatan komponen lain sebagai aset  yaitu satwa, habitat dan monitoringnya, ungkap Ashley.Hal tersebut penting agar tidak hanya memperhatikan satwa liarnya saja yang selamat, namun perlu upaya agar manusia, habitat, serta asset yang ada pun selamat. Dengan system ini akan didapatkan gambaran prioritas serta arahan dari hasil yang didapat berdasarkan baseline dan selanjutnya dikembangkan strategi SAFE system.
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2016-015-03.json
Sistem Canggih Ini Mampu Gabungkan Kondisi Satwa Liar, Habitat, Manusia dan Konfliknya.  Seperti Apa?
Sistem Canggih Ini Mampu Gabungkan Kondisi Satwa Liar, Habitat, Manusia dan Konfliknya.  Seperti Apa? | “Bisa saja dalam penilaian cepat terkait proteksi habitat di kawasan dinilai bagus, namun kondisi orang/masyarakat masih kurang aman dari konflik dengan satwa. Hal tersebut menjadi temuan dasar untuk dinilai dan dievaluasi yang selanjutnya masuk dalam pengembangan strateginya,” tambah Ashley.Sistem ini merupakan pengembangan dari Management Effectiveness Tracking Tool (METT), Conservation Assured Tiger Standards (CATS), dan Rapid Assessment and Prioritizing of Protected  Area Management (RAPPAM), dengan data yang lebih komprehensif.Keselamatan manusia menjadi tujuan strategis dalam mengembangkan “SAFE System” karena didalamnya berisi informasi aksi yang dapat dilakukan serta indikasi dana yang dibutuhkan.Sistem ini masih tergolong baru dan baru dilakukan di Bhutan sebagai percontohan yang selanjutnya akan dilakukan di India, Nepal, dan Indonesia.Pengambil KeputusanMeskipun sistem tersebut penting, namun lebih penting bagaimana instrument itu bekerja di lapangan, karena sudah banyak instrument dikembangkan. Selain METT, CATS, RAPPAM, saat ini juga telah ada pengembangan SMART yaitu Spatial Monitoring and Reporting Tool. Artinya.Berbagai sistem monitoring tersebut tidak lantas membingungkan pengguna di tingkat tapak. Karena tentunya efektifitas dari system tersebut memiliki standar masing-masing dan target-target khusus.Sistem yang dikembangkan sebagai alat tersebut juga dapat berkontribusi terhadap pemantauan kondisi habitat dan flagship species, terutama di bentang alam Sumatera karena kondisi satwa dan habitatnya di Sumatera semakin kritis.  Semua system itu diharapkan dapat memperkuat dasar pengambilan kebijakan dan implementasi dalam upaya perlindungan terhadap satwa liar dan habiatnya serta masyarakat yang ada
[0.999424159526825, 0.00028237837250344455, 0.000293476419756189]
2016-015-03.json
Sistem Canggih Ini Mampu Gabungkan Kondisi Satwa Liar, Habitat, Manusia dan Konfliknya.  Seperti Apa?
Sistem Canggih Ini Mampu Gabungkan Kondisi Satwa Liar, Habitat, Manusia dan Konfliknya.  Seperti Apa? | Masih banyak pekerjaan rumah tentunya bagaimana pelestarian satwa liar di Indonesia ini makin membaik dan bagaimana kolaborasi antar sektor/lembaga dapat terjalin untuk sama-sama berkontribusi bagi pelestarian satwa serta penghidupan berkelanjutan dibarengi dengan sistem yang dikembangkan tersebut berkontribusi nyata buat satwa dan habitatnya serta manusia.Apakah bisa?  Tentu bisa jika ada kemauan kuat para pihak. [SEP]
[0.999424159526825, 0.00028237837250344455, 0.000293476419756189]
2020-046-15.json
Tes Genetika, Cara Baru Penelitian Keragaman Hayati Laut Indonesia
Tes Genetika, Cara Baru Penelitian Keragaman Hayati Laut Indonesia | [CLS]  Keragaman hayati Indonesia kini bisa diteliti dengan data masif. Sekelompok peneliti melakukan percobaan meneliti keragaman genetik di lima titik penyelaman populer di nusantara dan menggunakan model yang bisa memproses data besar.Hal ini didiskusikan dalam Oceanogen Talk 01 Live bertajuk Next Generation Sequencing (NGS) and Big Data for Marine Biodiversity Research in Indonesia, Challenges and Opportunities pada Senin (15/6/2020). Ni Kadek Dita Cahyani, peneliti perempuan dari Bali yang sedang menyelesaikan riset Phd di Ecology and Evolutionary Biology Department UCLA Amerika Serikat dan pegiat di Yayasan Bionesia memaparkan generasi terbaru sekuensing data masif ini.Dimoderatori oleh Hawis Madduppa yang memperkenalkan fasilitas laboratoriumnya Oceanogen, yang membawa semangat The Genetic Code of Innovation. “Fasilitas kami sudah bisa identifikasi cepat, buat database keanekaragaman hayati untuk pengelolaan berkelanjutan,” ujar Hawis. Lembaga ini melakukan digitalisasi sampel, melayani berbagai pelayanan DNA, melakukan DNA barcoding, identifikasi makanan, seafood, daging, buah, identifikasi bakteri, melayani industri jenis-jenis makanan, dan lainnya. Misalnya dalam satu kaleng makanan, apa saja genetiknya sehingga bisa melakukan identifikasi secara rigid.Salah satunya Next Generation Sequencing (NGS). Pihaknya juga mengadakan pelatihan dan internship bagi peneliti. Pelatihan terakhir tentang DNA barcoding. Ini adalah metode mengidentifikasi sesuatu atau spesies dengan gen yang spesifik. “Laboratorium sudah makin maju meneliti genetik,” sebut Hawis.baca : Pentingnya Analisis DNA untuk Perangi Kejahatan Satwa Liar  
[4.426556643011281e-06, 7.228185495478101e-06, 0.9999883770942688]