filename
stringlengths
16
16
title
stringlengths
22
107
text
stringlengths
132
2.1k
softlabel
stringlengths
15
740
2020-046-15.json
Tes Genetika, Cara Baru Penelitian Keragaman Hayati Laut Indonesia
Tes Genetika, Cara Baru Penelitian Keragaman Hayati Laut Indonesia | Sementara Dita Cahyani memaparkan makin banyak penelitian genetika kelautan di dunia. Karena itu, peneliti Indonesia harus aktif berperan serta. Misalnya untuk penamaan spesies, filogenetik atau pohon kekerabatan, DNA barcoding, dan meneliti konektivitas genetik yang kini banyak digunakan di bidang konservasi dan industri akuakultur. Akuakultur adalah budidaya ikan hias dengan tujuan mengurangi penangkapan di alam.Salah satu risetnya adalah mengidentifikasi genetik di kedalaman bawah laut Raja Ampat dan Teluk Cendrawasih di Papua, Pulau Weh-Aceh, Kepulauan Seribu, dan Teluk Pemuteran-Bali.Autonomous Reef Monitoring Structure (ARMS), sebuah plat PVC dengan 9 tingkat ditenggelamkan di kedalaman sekitar 10 meter pada 2013 oleh sejumlah peneliti dari berbagai institusi dan universitas di Indonesia. Struktur ini dipasang 90 buah di kelima titik lokasi penyelaman itu, dan yang bisa diambil kembali sekitar 80 buah pada 2016. “Ada yang sudah dibuka oleh seseorang, dan dibuang kembali jadi rusak,” ujar Dita saat dikonfirmasi kembali lewat telepon.Penggunaan struktur materi PVC untuk pengambilan sampel dinilai cukup efektif karena bisa dipakai beberapa kali. Tinggal membersihkan sampel dan ditaruh lagi. Sampel yang melekat di permukaan ARMS ini dikerik, lalu diblender, untuk tes genetiknya. Sampel dianggap mewakili semua organisme yang hidup di titik perairan tersebut.
[4.426556643011281e-06, 7.228185495478101e-06, 0.9999883770942688]
2020-046-15.json
Tes Genetika, Cara Baru Penelitian Keragaman Hayati Laut Indonesia
Tes Genetika, Cara Baru Penelitian Keragaman Hayati Laut Indonesia | Data yang bisa diolah dengan NGS sangat masif atau istilahnya big data. Bisa jutaan sekuens DNA yang diteliti. Hasil penelitian organisme, ada sejumlah ikan unidentified atau tak teridentifikasi dengan bank sampel yang ada. Artinya, keberagamannya bagus. “Di Raja Ampat paling banyak unidentified, ada keragaman biodivesitas karena tidak terdeteksi di database sebagai taksonomi, karena tak ada pembanding,” paparnya. Intinya, dengan NGS, sampling bisa jauh lebih banyak dan lebih cepat dalam asesmen. Sementara bisa disimpulkan, di Raja Ampat, keragaman karang lebih banyak dan menyediakan berbagai habitat organisme yang cukup kaya.Salah satu hipotesis yang diuji, Aceh tidak termasuk dalam kawasan coral triangle, yang dikenal memiliki keragaman laut yang tinggi. Teori lain adalah referensi hubungan arus laut dan juga keragaman habitat.baca juga : Begini Asyiknya Belajar Identifikasi Forensik DNA Penyu Untuk Bongkar Perdagangan Satwa  Metode penelitian ini juga bisa melihat pola secara molekuler, apakah berbeda di tiap lokasi? “Mikrobia tak memiliki kelompok genetik yang spesifik di tiap lokasi, di mana-mana ada. Metazoa, hewan bersel banyak keragamannya beda-beda di Indonesia,” lanjutnya. Misalnya ikan yang jenisnya sama, genetiknya beda. Jika diteliti, walau jenisnya sama, namun tiap lokasi genetiknya beda-beda.Secara ekologis, manfaat penelitian keragaman genetik ini adalah untuk preservasi sumber plasma nutfah tiap daerah. “Kita perlu tahu punya apa saja. Screening invasive spesies bisa dilakukan dengan data seperti ini,” jelas Dita. Tantangannya, perlu makin banyak database untuk komparasi. Misal untuk jenis invasif, berapa banyak yang invasif dan yang masih ada di Indonesia.
[4.426556643011281e-06, 7.228185495478101e-06, 0.9999883770942688]
2020-046-15.json
Tes Genetika, Cara Baru Penelitian Keragaman Hayati Laut Indonesia
Tes Genetika, Cara Baru Penelitian Keragaman Hayati Laut Indonesia | Manfaatnya juga di bidang farmakologi, makin tertarik dengan sumber-sumber genetik baru dan mencari perbedaannya di tiap lokasi. Misalnya sponge mana yang genetiknya bagus, bolehkah diambil? Dita menyebut ini yang perlu diatur, pemanfaatannya oleh pemerintah seperti KKP dan LIPI, menilai spesies apakah endemik atau tidak. Database ini menurutnya wajib bisa diakses peneliti. Sebagai baseline riset.Menurutnya banyak yang masih merasa bahwa database itu sebaiknya jangan dibuka untuk umum, karena takut dengan pencurian data, dan lainnya. Padahal database secara umum diperlukan untuk bisa diakses lebih banyak kalangan, dan ini adalah tanggung jawab peneliti untuk bisa menyediakan data penelitian secara terbuka untuk kepentingan orang banyak. Dita mengatakan, jika riset ini selesai, akan diserahkan ke LIPI.Ketersediaan laboratorium juga penting. Sementara, untuk Indonesia, lokasi terdekat fasilitas sekuensing dengan data masif sebelumnya hanya di Singapura. Syukurnya kini sudah bisa di Indonesia seperti Oseonogen itu. Laboratorium milik Eijkman, menurut Dita, juga mampu namun saat ini sedang fokus di penelitian COVID-19.baca juga : Analisis DNA Menunjukkan, Populasi Badak Sumatera Tidak akan Pernah Pulih  Identifikasi SpesiesSecara sederhana, Dita menjelaskan, model ini bisa mengurai susunan DNA dari individu dengan teknik molekuler untuk membedakan spesiesnya. Sebagai contoh, kini banyak penjualan sirip hiu, pemerintah susah mengidentifikasi apakah berasal dari spesies dilindungi atau tidak. Kalau dari visual atau morfologi mungkin bisa diidentifikasi seperti ciri black tip, dan lainnya.
[0.00025693021598272026, 0.00035799675970338285, 0.9993850588798523]
2020-046-15.json
Tes Genetika, Cara Baru Penelitian Keragaman Hayati Laut Indonesia
Tes Genetika, Cara Baru Penelitian Keragaman Hayati Laut Indonesia | Namun akan menyulitkan jika sudah tak bisa dilihat fisiknya. Karena itu diperkenalkan identifikasi molekuler. Identifikasi molekuler juga bisa dimanfaatkan untuk kasus mamalia terdampar. Walau sejumlah dokter hewan sudah ahli membedakan morfologi, tapi jika menemukan yang sudah membusuk, maka pengujian molekuler bisa membantu menjawab.Untuk bidang konservasi, penelitian ini bisa menentukan lokasi marine protected area, dan konektivitas satu populasi dengan lainnya. Di mana area pemijahan, lokasi larva menyebar, dan lainnya untuk menentukan zona perlindungannya.Dita menjelaskan, umumnya jenis riset seperti ini memakai pendekatan standar sekuensing. Cara membaca urutan DNA. Pada dasarnya membaca satu gen yang diperbanyak dari satu individu. Hasilnya adalah satu gen dan satu urutan basa dari satu individu. Keuntungan cara ini murah dan cenderung sederhana. Karena itu paling banyak digunakan di Indonesia.menarik dibaca : Kabar Buruk Jika Makan Daging Mamalia Terdampar  Namun saat ini perkembangan genome sekuensing sangat ketat, tak hanya pada manusia juga organisme lain seperti hewan dan tumbuhan. Alat dan reagen makin murah, dan caranya bergeser dari sekuensing jadi next generation. “Ini pembacaan DNA yang baru, lebih masif dan cepat dibanding sekuensing generasi sebelumnya. Bisa lebih banyak gen dari satu individu atau gen sama dari banyak individu,” papar Dita.Implementasi NGS ini misalnya di environmental DNA (eDNA), sebuah metode mengambil sampel dari lingkungan tanpa terlihat organismenya di sana. Misalnya ketika ambil dari air, saat itu ada ikan yang lewat dan selnya keluar, ini bisa diidentifikasi. Bisa dipisahkan genetiknya.Jika dulu mengambil sampel satu individu satu gen. Sekarang bisa ambil dari satu komunitas, untuk mendapat banyak spesies dan bisa diidentifikasi berdasar gen yang ditarget. “Laboratorium kita bisa mengerjakan, kita udah siap dengan metode ini,” imbuhnya.
[4.426556643011281e-06, 7.228185495478101e-06, 0.9999883770942688]
2020-046-15.json
Tes Genetika, Cara Baru Penelitian Keragaman Hayati Laut Indonesia
Tes Genetika, Cara Baru Penelitian Keragaman Hayati Laut Indonesia | Jika tidak bisa menganalisis, Dita menyebut cukup dengan memberikan ekstraksi DNA ke fasilitas sekuensing. Bagian paling menantang menurutnya adalah pengalaman menggunakan bioinformatic pipeline, mengidentifikasi data yang besar dan rumit dengan computer based analysis. Tipsnya harus disiplin mengikuti alur analisis, mencatat data dengan teliti dan simpan raw data jika sewaktu-waktu diperlukan untuk analisis ulang.Bioinformatic Pipeline ini bekerja dengan empat proses besar, pertama menarik raw dana, clean-up, misal hapus barcode tertentu atau sekuens dengan kualitas buruk. Kedua, mengelompokkan sekuens yang sama dari ribuan sekuens. Proses ketiga, melihat taksonominya, dan proses keempat, visualisasi data untuk memudahkan pembaca memahami hasil penelitian“Banyak data genetik Indonesia belum ada di bank data sehingga banyak ditemukan unidentified,” keluh Dita. Harapannya, penelitian genetik terus berkembang di Indonesia, sehingga semakin banyak data genetik yang tersedia di bank data.Pengelolaan data di Indonesia dengan server bagus sangat bermanfaat agar peneliti bisa menganalisis data mandiri dan tak tergantung partner di luar negeri.baca : Apakah Tes DNA Penyu Bisa Menelusuri Lokasi Penangkapannya?  Dita juga pernah meneliti untuk tesisnya dari mana saja penyu yang makan di kawasan ruaya Berau, Kalimantan Timur. Hasilnya, berdasarkan data genetik, penyu yang makan di daerah Berau berasal dari sejumlah pesisir yang menjadi lokasi peneluran . “Penyu cenderung kembali ke lokasi bertelur, sehingga dengan melihat apakah seekor penyu memiliki genetik yang spesifik berdasarkan daerah peneluran, kita bisa memperkirakan asal dari penyu yang sedang makan di Berau, asumsi itu diuji,” sebutnya.
[0.00025693021598272026, 0.00035799675970338285, 0.9993850588798523]
2020-046-15.json
Tes Genetika, Cara Baru Penelitian Keragaman Hayati Laut Indonesia
Tes Genetika, Cara Baru Penelitian Keragaman Hayati Laut Indonesia | Akhirnya simpulan diperkuat, Berau adalah daerah pakan bagi penyu-penyu dari berbagai daerah peneluran di sekitar laut Sulu Sulawesi, termasuk Malaysia dan Filipina. Penyu adalah satwa lintas negara, karena itu konservasinya tak bisa satu negara saja. Metode ini diturunkan ke adik kelasnya, mahasiswa S2 FKH Unud mengaplikasikan penelusuran genetik ini untuk identifikasi penyu yang diselundupkan di Bali.  [SEP]
[4.426556643011281e-06, 7.228185495478101e-06, 0.9999883770942688]
2016-013-19.json
Selain Curah Hujan, Ini Penyebab Debit Air DAS Citarum Meninggi
Selain Curah Hujan, Ini Penyebab Debit Air DAS Citarum Meninggi | [CLS] Beberapa hari ini, hampir sebagian kawasan di wilayah Bandung Raya tergenang banjir. Hal ini disebabkan karena debit air sungai Citarum menjadi naik karena tingginya intensitas hujan yang terjadi di cekungan Bandung, Jawa Barat.Wilayah cekungan Bandung meliputi Kabupaten Sumedang, Bandung, Bandung Barat, Kota Bandung dan Cimahi.  Berdasarkan data yang dihimpun, di Kabupaten Bandung, banjir masih melanda Kecamatan Dayeuhkolot, Bojongsoang dan Baleendah dengan ketinggian air antara 40 – 200 cm, yang mengakibatkan 919 kepala keluarga dengan 3.577 jiwa mengungsi.Di Rancaekek, Banjir juga menutup akses jalan nasioal Bandung – Garut – Jawa Tengah. Sekitar pukul 18.30 pada Jumat, (11/11/2016), ketinggian air mencapai 60 cm, sehingga sebagian kendaraan roda dua dan empat tidak bisa melintas, namun hanya mobil besar saja yang bisa melintas.Demikian juga di Kota Bandung, sudah 3 kali terakhir ini dilanda banjir besar di kawasan Pagarsih yang menyebabkan 4 mobil terbawa hanyut dan merobohkan 1 rumah.Limpasan air akibat banjir juga berdampak ke daerah aliran sungai (DAS) Citarum yang memiliki luas 12.000 km2 , melintasi 12 wilayah administrasi kabupaten/kota. Hulu dari sistem sungai berada di cekungan Bandung dengan memiliki 7 sub DAS sungai yang semuanya bermuara ke Citarum.Berdasarkan informasi yang diterima Mongabay, terhitung sejak Sabtu (12/11/2016),  debit inflow atau volume air Sungai Citarum ke Waduk Saguling mencapai 360 meter kubik /detik, sehingga tinggi muka air (TMA) waduk terus mengalami kenaikan dengan debit 171,73 meter kubik/detik.General Manager PT Indonesia Power Unit Pembangkitan Saguling, Hendres Wayen, membenarkan, telah terjadi kenaikan TMA di Waduk Saguling sebesar 643,80 meter diatas permukaan laut (mdpl). Tetapi  sudah mengalami penurunan ke angka 642,76 mdpl.
[0.9994583129882812, 0.00028047917294315994, 0.0002612548996694386]
2016-013-19.json
Selain Curah Hujan, Ini Penyebab Debit Air DAS Citarum Meninggi
Selain Curah Hujan, Ini Penyebab Debit Air DAS Citarum Meninggi | “Pukul 18.00 sudah terjadi penurunan kembali. Ada tim kami yang standby di Dam Control Center (DCC) yang memantau waduk dan bendungan selama 24 jam, mengingat kondisi cuaca sekarang sedang tidak menentu dan kondisi air masih fluktuatif. Pemantauan tetap kami lakukan secara intensif,” kata dia saat dihubungi Mongabay, Minggu, (13/11/2016).Sebelumnya, pada Kamis, (10/11/2016) lalu pukul 21.00, sudah terjadi elevasi air yang mencapai 643,80 mdpl dari batas normal 643,0 mdpl. Kemudian pukul 21.45, dibuka pintu spillway gate 3 dan debit air yang keluar mencapai 13,64 meter kubik per detik.Hendres berujar, hal ini dilakukan karena melihat elevensi air Waduk Saguling sudah mencapai ketinggian di 643,80 mdpl. Berdasarkan Standard Operasional Procedure (SOP) bahwa pihaknya harus membuka pintu saluran pembuangan sebesar 1 meter.Di sungai dengan panjang 300 km tersebut terdapat 3 waduk yang saling berurutan. Waduk yang tertinggi adalah Waduk Saguling, kemudian Waduk Cirata dan paling bawah Waduk Jatiluhur.Jadi, misalkan air dari Waduk Saguling melimpas, tentunya bantaran Sungai Citarum dari outlet Saguling sampai Waduk Cirata akan mengalami kenaikan debit air. “Sepanjang Waduk Cirata masih bisa menampung, elevasi masih bisa dikendalikan,” paparnya.Hendres menyesalkan, banyak masyarakat yang membangun rumah mendekati badan sungai. Padahal menurut kententuan, daerah dari titik tertinggi air di bantaran sungai tidak boleh ada pembangunan, tetapi ada saja yang nekat membangun. Untuk itu, pihaknya mengimbau masyarakat supaya tidak perlu khawatir tetapi mesti tetap waspada.Evakuasi
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2016-013-19.json
Selain Curah Hujan, Ini Penyebab Debit Air DAS Citarum Meninggi
Selain Curah Hujan, Ini Penyebab Debit Air DAS Citarum Meninggi | Berdasarkan pantauan Mongabay di lapangan, derasnya arus Sungai Citarum menenggelamkan 1 jembatan proyek  PLTA Saguling. Jembatan tersebut memiliki panjang 30 dan lebar 6 meter. Jembatan yang baru dibangun tahun 2013 lalu merupakan akses yang menghubungkan Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat dengan Kecamatan Haurwangi Kabupaten Cianjur.Menurut Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung Barat, Diki Maulana, pihaknya masih berjaga – jaga untuk mengevakuasi masyarakat bila kondisi kian memburuk.“Untuk Sementara, kami baru membuka posko satu di Desa Cihea. Kemarin Kamis (10/11/2016), pukul 01.00 dini hari karena mendengar sirine sebagai penanda permukaan air sungai naik, kami langsung lakukan evakuasi warga sebanyak 63 jiwa di RW 25. Kondisinya sekarang masih siaga,“ kata dia saat ditemui di Desa Cihea, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Bandung Barat.Dia menuturkan, di sekitar bantaran yang masuk wilayah outlet Waduk Saguling terdapat 2 desa dengan lebih dari 420 kepala keluarga. Pihaknya terus berkomunikasi dengan Indonesia Power Unit Pembangkitan Saguling untuk memantau perkembangan debit air Citarum.Ketua RW 25 Kampung Cisameung Irin (63), mengatakan di Kampung Cisameung terdapat 93 kepala keluarga dengan sekitar 267 jiwa yang terbagi di 3 RT.Irin menceritakan, naiknya debit air Sungai Citarum merupakan kejadian yang terulang keempat kalinya, yakni tahun 1992, 2002, 2010 dan sekarang 2016. Terparah terjadi tahun 2010 hingga sebagian rumah di bantaran sungai terendam dan memutuskan jembatan akses penghubung Kabupaten Cianjur dan Bandung Barat.“Kalau tidak salah di Kampung sebelah teh kampung Bantar Caringin, Desa Cihea, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur. Itu masuknya RW 10, kurang lebih ada sekitar 450 kepala keluarga,” ucap Irin.Menampung
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2016-013-19.json
Selain Curah Hujan, Ini Penyebab Debit Air DAS Citarum Meninggi
Selain Curah Hujan, Ini Penyebab Debit Air DAS Citarum Meninggi | Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan, belum ada laporan banjir yang merendam desa-desa di bantaran sungai di sekitar Waduk Saguling.“Pihak BPBD terus berkoordinasi dengan semua pihak mengingat tinggi muka air Waduk Saguling terus naik turun,” kata Sutopo melalui siaran pers.Dikatakan dia, tidak kaitannya antara limpasan Waduk Saguling dengan banjir di Karawang kemarin. Begitu juga melimpasnya Waduk Saguling tidak akan memberikan dampak kepada masyarakat di Bandung karena aliran Waduk Saguling ke utara, sedangkan Bandung lebih tinggi posisinya dan berada di tenggara Waduk Saguling.Di bawah Waduk Saguling terdapat Waduk Cirata dan Waduk Jatiluhur yang masih mampu menampung luapan air dari Waduk Saguling. Kedua waduk tersebut belum melimpas sehingga masih aman.Tinggi muka air Waduk Cirata pada Sabtu pagi (12/11/2016) tercatat 219,84 m dpal. Batas melimpas jika lebih dari 220,07 m dpal. Tujuh spillway di Waduk Cirata masih ditutup. Begitu juga dengan Waduk Jatiluhur masih belum melimpas.Sekilas CitarumSungai Citarum pernah dituliskan dalam naskah Bujangga Manik. Bujangga Manik merupakan salah satu dari Raja Sunda yang melakukan pengembaraan (abad 15) antara Jawa – Bali untuk mencari ketenangan batin spritualnya.Para ahli geografi dan arkeologi pun menjadikan naskah ini sebagai referensi untuk mengetahui topografi wilayah serta catatan sejarah dari suatu tempat yang dikunjungi oleh Bujangga.Salah satu wilayah di Jawa Barat yang disinggahi Sang Bujangga berada di kawasan Bandung Selatan, Kabupaten Bandung. Diantaranya  Gunung Malabar, Danau Cisanti (hulu sungai Citarum) dan Gunung Wayang.
[0.9994583129882812, 0.00028047917294315994, 0.0002612548996694386]
2016-013-19.json
Selain Curah Hujan, Ini Penyebab Debit Air DAS Citarum Meninggi
Selain Curah Hujan, Ini Penyebab Debit Air DAS Citarum Meninggi | Dari data yang dikumpulkan Mongabay, telah terjadi perubahan penggunaan atau tutupan lahan di DAS Citarum hulu yang sudah berlangsung lama seperti lahan terbuka, perkebunan,  pemukiman, serta kawasan industri. Sehingga jumlah hutan mengalami penurunan yang sangat besar. Hal itu mengakibatkan erosi pada DAS terendapkan disepanjang pengaliran Sungai Citarum termasuk sedimentasi di Waduk Saguling.Bisa jadi bukan saja tentang anomali cuaca dengan curah hujan yang tinggi, tetapi ekologis citarum memang sudah rusak. [SEP]
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2023-001-16.json
Pengadilan Makassar Hukum Bos Kayu Walau Mangkir Sidang, Rasio: Sejarah Baru
Pengadilan Makassar Hukum Bos Kayu Walau Mangkir Sidang, Rasio: Sejarah Baru | [CLS]     Kali pertama di Indonesia, majelis hakim menjatuhi hukuman secara in absentia pada pelaku kejahatan lingkungan hidup.  Adalah dua terdakwa, Salahuddin Toto Hartono alias Toto dan Sutarmi masing-masing pidana penjara lima tahun, denda Rp2,5 miliar walau keduanya tak hadir di persidangan.  Kedua bos usaha pengolahan kayu ini terjerat kasus kayu ilegal yang disita pada 2019.Keduanya sah bersalah turut serta dan tak memiliki izin mengangkut hasil hutan sebagaimana UU Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan dan UU Hukum Acara Pidana serta peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan.Dalam vonis sidang terpisah pada 12 Desember 2022 ini dengan majelis hakim, Farid Hidayat Sopamena selaku hakim ketua, dan Franklin B Tamara, dan Yasri sebagai hakim anggota.Salahuddin Toto Hartono,  yang berdomisili di Kampung Rhepang Muaif, Distrik Nimbokrang, Jayapura, Papua ini merupakan kuasa Direktur CV Mevan Jaya, pemilik tiga kontainer kayu merbau ilegal 59,96 meter kubik.Sedang Sutarmi dari Desa Sentani Kota, Kecamatan Sentani, Jayapura, Papua merupakan Direktur CV Rizki Mandiri Timber, pemilik 29 kontainer berisi kayu merbau ilegal sebanyak 579,00 meter kubik.Rasio Ridho Sani, Direktur Jenderal Penegakan Hukum Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), mengatakan,  persidangan dan putusan secara in abstentia ini sejarah dalam penegakan hukum lingkungan hidup dan kehutanan.“Ini harus menjadi pembelajaran bagi pelaku kejahatan lingkungan hidup dan kehutanan. KLHK apresiasi Kejaksaan Tinggi Sulsel dan Kejari Makassar serta Hakim PN Makassar,” katanya di Makassar,  23 Februari lalu.Roy, sapaan akrabnya mengatakan, KLHK konsisten dan tak akan berhenti menindak pelaku kejahatan yang merusak lingkungan hidup dan kawasan hutan serta merugikan negara.“Kami akan menggunakan semua instrumen yang ada-agar ada efek jera,” katanya.
[0.999424159526825, 0.00028237837250344455, 0.000293476419756189]
2023-001-16.json
Pengadilan Makassar Hukum Bos Kayu Walau Mangkir Sidang, Rasio: Sejarah Baru
Pengadilan Makassar Hukum Bos Kayu Walau Mangkir Sidang, Rasio: Sejarah Baru | Menurut dia, penegakan hukum secara in absentia ini merupakan bukti komitmen pemerintah dan negara dalam melindungi sumber daya alam dan kekayaan negara dari ancaman kejahatan. Di mana sumber daya alam Indonesia, kata Roy, harus sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.“Kami mengapresiasi Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan dan Kejaksaan Negeri Makassar yang membawa kedua terdakwa ke pengadilan dan Majelis Hakim PN Makassar yang menyidangkan dan memutuskan hukuman pidana penjara dan denda kepada kedua terpidana secara in abstentia.”  Proses penegakan hukum kepada kedua tersangka, setelah mereka masuk daftar pencarian orang (DPO). Penyidik Gakkum KLHK telah memanggil secara patut, menerbitkan DPO, mencari kedua tersangka sesuai alamat bersangkutan, serta mengumumkan di surat kabar nasional dan media sosial. Keduanya tidak kooperatif hadir dan penyidik belum menemukan mereka.Karena kedua tersangka tDPO, Penyidik Gakkum LHK berkoordinasi dengan Kejaksaan Tinggi mendorong untuk penegakan hukum in absentia. Ia diatur dalam Pasal 51 ayat (1) UU No. 18/2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan.Selama persidangan sejak September 2022-Desember 2022, terdakwa dipanggil, namun tidak hadir mengikuti persidangan.Yazid Nurhuda, Direktur Penegakan Hukum Pidana KLHK, mengatakan, kasus ini berawal dari operasi penegakan hukum Satgas Penyelamatan Sumber Daya Alam Papua, Gakkum LHK, bersama dengan Lantamal 6 TNI AL di dermaga Pelabuhan Soekarno Hatta, Makassar. Kayu-kayu ini dari Papua.“Pada 5 Januari 2019, tim operasi menemukan kapal barang MV Strait Mas Jakarta, sedang bongkar-muat kontainer yang di dalam lambung kapal itu,” katanya.Saat itu ditemukan, 57 kontainer berisi kayu merbau diduga ilegal, tidak memiliki surat keterangan sahnya hasil hutan.“Kami mengapresiasi Korwas PPNS Polda Sulsel dan Lantamal VI Makassar yang mendukung proses penegakan hukum ini,” ujar Yazid.
[0.999424159526825, 0.00028237837250344455, 0.000293476419756189]
2023-001-16.json
Pengadilan Makassar Hukum Bos Kayu Walau Mangkir Sidang, Rasio: Sejarah Baru
Pengadilan Makassar Hukum Bos Kayu Walau Mangkir Sidang, Rasio: Sejarah Baru | Empat terpidana lain sudah vonis di Pengadilan Negeri Makassar, yaitu,  Daniel Garden, Direktur CV Mansinam Global Mandiri, dan Dedi Tandean sebagai Direktur CV Edom Ariha Jaya. Kemudian, Tonny Sahetapy, Direktur PT Rajawali Forestry, dan Budi Antoro, Kuasa Direktur PT Harangan Bagot. ******  [SEP]
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2017-037-13.json
Ditangkap Lagi, Pedagang Satwa Liar Dilindungi di Kediri
Ditangkap Lagi, Pedagang Satwa Liar Dilindungi di Kediri | [CLS]   Perdagangan satwa liar dilindungi jenis kukang (Nycticebus spp) terus terjadi di Jawa Timur. Di medio Juli ini, total 16 individu kukang yang disita dari pedagang, sebelum dijual ke berbagai kota di Jawa. Sebanyak 7 kukang diamankan dari dua tempat di Kota Kediri, sementara 9 kukang lagi disita dari pedagang di salah satu rumah di Kabupaten Kediri, pada 13 Juli 2017.Beny Bastiawan, Kepala Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan Wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Dirjen Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengatakan, pengungkapan perdagangan satwa liar dilindungi ini berdasarkan pemantauan media online.“Informasi dari masyarakat ada perdagangan satwa liar dilindungi. Setelah kami gerebek, ada 9 kukang yang kami amankan dari pelaku berinisial HK,” tuturnya, baru-baru ini.Selain kukang, petugas dari KLHK juga mengamankan 1 individu burung julang emas. Saat ditemukan di rumah tersangka, kukang dan julang emas kondisinya terlihat lemah. “Untuk mencegah maraknya perdagangan satwa liar dilindungi, kami akan terus melakukan operasi ke berbagai tempat yang dicurigai, komunitas pencinta satwa pun akan kami pantau,” ujar Beny. Baca: Jual 7 Individu Kukang Sumatera Secara Online, Lelaki Ini Ditangkap Polisi Tri Saksono, Kepala Seksi Wilayah 2 Surabaya, Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan Wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara menambahkan, pelaku ditangkap saat membawa kotak paket berisi 4 individu kukang. Sedangkan 5 individu kukang lainnya beserta 1 julang emas ditemukan saat penggeledahan rumah pelaku di Dusun Kaota, Desa Semen, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri.
[0.01646406203508377, 0.9831623435020447, 0.00037361495196819305]
2017-037-13.json
Ditangkap Lagi, Pedagang Satwa Liar Dilindungi di Kediri
Ditangkap Lagi, Pedagang Satwa Liar Dilindungi di Kediri | “Pengakuan tersangka, 4 kukang didapat dari Garut, Jawa Barat. Sedangkan 5 kukang diperoleh dari lereng Gunung Wilis, di daerah Poh Sarang. Kalau julang emas berasal dari Nganjuk. Pelaku sudah mendapat pesanan 10 kukang, jadi kurang 1 lagi,” terangnya.Dari pengakuan pelaku, satu individu kukang yang dibeli dari pemburu seharga Rp150.000 dan dijual menjadi Rp250.000. Untuk julang emas akan dijual seharga Rp800.000. “Periode 2017 ini, Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan Wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara telah menyidik 10 kasus perdagangan satwa liar dilindungi, tersebar di Jawa Timur dan Jawa Tengah.”Tri Saksono menambahkan, model perdagangan satwa liar saat ini semakin rapi dan canggih, memanfaatkan media sosial atau online. Pengiriman barang bahkan menggunakan layanan ojek online maupun ekspedisi. “Nama dan alamat pengirim disamarkan. Barangnya dititipkan ke suatu tempat, sehingga penjual dan pembeli tidak bertemu.”  Terus diburuPeneliti primata dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Wirdateti, menyatakan kukang merupakan satwa urutan kedua terbanyak yang diperdagangkan secara ilegal setelah monyet ekor panjang (Macaca fascicularis).Di pasar lokal atau domestik, kukang diburu dan diperdagangkan untuk dipelihara atau sekadar memenuhi minat penghobi satwa liar. Padahal, statusnya Appendiks 1 yang tidak boleh diburu dan diperdagangkan. Bahkan, kukang dari Indonesia ada yang dijual ke luar negeri, ke Eropa dan Tiongkok.“Biasanya, kukang dipelihara kalau di pasar domestik. Sedangkan di luar negeri, dijadikan bahan obat medis,” katanya kepada Mongabay Indonesia.
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2017-037-13.json
Ditangkap Lagi, Pedagang Satwa Liar Dilindungi di Kediri
Ditangkap Lagi, Pedagang Satwa Liar Dilindungi di Kediri | Adanya pernyataan mengenai anggota tubuh kukang sebagai bahan obat, menurut Wirdateti, hal tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Namun, beberapa negara seperti Vietnam, Kamboja, dan Tiongkok mengunakannya sebagai campuran obat-obatan. “Ada yang percaya sebagai obat, tapi sebenarnya secara ilmiah belum terbukti.”Perburuan kukang, terutama kukang jawa (Nycticebus javanicus) yang merupakan satwa endemik Jawa, tergolong tinggi beriringan dengan berkurangnya luasan hutan di pulau ini. Saat ini sebaran kukang jawa sebatas Jawa Barat dan Banten. “Kalau di Jawa Timur ada, berarti memang ada persebarannya. Tapi, harus dibuktikan dulu.”Kukang biasanya hidup di hutan sekunder dengan banyak rintangan, yang berbatasan dengan area perkebunan atau pertanian, serta hutan bambu. Kukang makan buah-buahan, serangga dan getah. Satwa ini biasanya berada di ketinggian antara 10 hingga 600 meter diatas permukaan laut (m dpl).“Kalau di hutan besar sulit ditemukan karena kanopinya lebat sehingga serangga jarang.”Perburuan dan perdagangan kukang yang semakin marak, tidak dapat dilepaskan dari tingginya permintaan akan satwa yang biasa beraktivitas di malam hari ini. Bahkan, perdagangan kukang lebih banyak melalui media sosial yang pengirimannya melalui jasa online atau paket ekspedisi.Sebagai bagian ekosistem alam, kukang berfungsi menebar benih karena kesukaannya makan buah-buahan. Kukang juga memakan getah dan serangga, sehingga urine dan kotorannya sangat bermanfaat untuk penyubur tanaman.“Fungsinya sebagai penyerbuk dan pembasmi hama bila memakan serangga. Kalau pemakan buah berarti sebagai penebar biji dan membantu perkembangbiakan tumbuhan di alam. Andai kukang hilang, rantai makanan akan terputus karena predatornya seperti ular, elang, atau macan tutul tidak lagi memiliki mangsa.”  Julang
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2017-037-13.json
Ditangkap Lagi, Pedagang Satwa Liar Dilindungi di Kediri
Ditangkap Lagi, Pedagang Satwa Liar Dilindungi di Kediri | Yokyok Hadiprakarsa dari Rangkong Indonesia mengatakan, keberadaan julang atau rangkong menjadi indikasi masih sehatnya suatu hutan. Namun, bila perburuan dan perdagangan julang emas terus berlangsung, akan mempengaruhi proses penghijauan hutan secara alami.“Sama seperti jenis rangkong lain, kalau ada hutan gundul, dia yang bertugas mereboisasi secara alami. Kalau jumlahnya berkurang di alam, berarti reboisasi terhambat karena rangkong merupakan burung pemencar benih.” Baca juga: Nasib Kelam Rangkong, Antara Perburuan dan Jasa yang Terlupakan Julang emas (Rhyticeros undulatus) kata Yokyok, merupakan jenis rangkong yang banyak diperdagangkan. Biasanya satwa ini dibeli sebagai peliharaan para penghobi atau pencinta burung eksotik. “Julang emas ini butuh satu bulan untuk berkembang, mulai bertelur sampai menetas, sehingga termasuk cepat. Jenis ini yang paling banyak dibiakkan di kebun binatang,” ujarnya.Burung yang mampu terbang lebih dari satu kilometer ini dipasaran dihargai antara Rp800.000 hingga Rp1.000.000 untuk anakan. Julang dan rangkong dapat ditemui di hutan yang vegetasinya cukup banyak atau masih lebat, seperti Alas Purwo, Meru Betiri, juga kawasan Gunung Ijen.“Kalau di Gunung Wilis sepertinya ada, selama hutannya masih terjaga,” imbuh Yokyok.Seperti halnya kukang, fungsi julang sebgagai penebar benih, karena merupakan satwa pemakan semua jenis buah. Terjaganya julang di alam menjadi indikator masih terlindunginya hutan beserta ekosistemnya.“Julang memakan jenis buah ficus di hutan hingga kenari. Keberadaan julang memastikan peremajaan hutan tetap terjaga,” tandasnya.   [SEP]
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2022-002-14.json
Manusia dan Gajah Hidup Berdampingan Sejak Zaman Megalitikum
Manusia dan Gajah Hidup Berdampingan Sejak Zaman Megalitikum | [CLS]   Di tengah kebun cabai di Desa Gunung Megang, Jarai, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan, tampak sebongkah batu besar berdiri kokoh. Batu itu berbentuk manusia dengan mata bulat melotot, dahi menonjol, bibir tebal, dan rahang besar.Tampak jelas, pahatan manusia itu mengenakan helm prajurit, membawa senjata, memakai perhiasan kalung, gelang tangan dan kaki, sembari menunggang gajah dan memegang belalainya.Batu berukir itu adalah Arca Megalitik Pasemah, peninggalan Zaman Megalitikum atau biasa disebut Zaman Batu Besar. Ketika itu, manusia sudah dapat mengembangkan kebudayaan yang terbuat dari batu-batu besar.Kebudayaan ini berkembang dari Zaman Neolitikum [10 ribu tahun Sebelum Masehi] sampai Zaman Perunggu [3,3 ribu tahun Sebelum Masehi]. Apakah manusia dan gajah sudah menjalin interaksi periode tersebut?Baca: Fokus Liputan: Gurat Hitam Tambang Batubara di Wajah Peradaban Megalitikum  Menurut Rr. Triwurjani, peneliti dari Pusat Riset Penelitian Arkeologi Prasejarah dan Sejarah Badan Riset Inovasi Nasional [BRIN], jawabannya adalah benar, bahwa manusia dan gajah memiliki jalinan hubungan yang dekat. Bahkan, gajah mempunyai peran tersendiri bagi kehidupan manusia dan sangat penting, dibanding hewan lainnya.“Terbukti dari penelitian saya pada 64 arca di 24 situs pada empat lokasi, yang tersebar di Pagaralam dan Lahat. Saya menemukan 14 arca bergambar gajah,” kata penulis “Buku Arca-arca Megalitik Pasemah Sumatera Selatan, Kajian Semiotik Barthes” kepada Mongabay Indonesia pada Selasa, 8 November 2022.Angka itu lebih banyak dibanding hewan lain yang muncul di Arca Megalitik Pasemah lainnya, seperti kerbau, babi, dan harimau.
[0.9993699789047241, 0.00033445339067839086, 0.00029553149943239987]
2022-002-14.json
Manusia dan Gajah Hidup Berdampingan Sejak Zaman Megalitikum
Manusia dan Gajah Hidup Berdampingan Sejak Zaman Megalitikum | Dari sejumlah arca gajah, posisinya ada yang ditemukan di tempat suci di kubur batu. Ini menggambarkan gajah sebagai kendaraan saat kebaktian kepada leluhur dan segala hal yang ada di luar kemampuan manusia. Arca gajah di tempat ini, memiliki makna konotasi bahwa ia adalah sesuatu diluar kemampuan manusia yang mempunyai kekuatan, namun bisa menjalin hubungan.Kesimpulan itu berdasar pada bentuk arca megalitik yang merupakan pengembangan dari bentuk menhir, yang diberi pahatan wajah manusia di bagian atasnya. Menhir adalah batu tegak yang sengaja dibuat sebagai simbol kekuasaan dari pemimpin yang dihormati.Apabila pemimpin tersebut meninggal maka menhir itu sebagai ‘batu peringatan’ hubungan antara yang masih hidup dengan orang yang sudah mati. Dengan demikian, arca menggambarkan bentuk kebaktian kepada leluhur dan hal-hal di luar kemampuan manusia.“Hewan bergading itu bermakna sebuah kekuatan besar diluar manusia yang jika menjalin hubungan akan menjadi dekat dan harmonis,” jelasnya.Baca: Tinggalan Purba dan Legenda Si Pahit Lidah yang Jaga Kawasan Kerinci Seblat  Selain itu, banyak ditemukan arca figur manusia menunggang gajah, manusia mengepit gajah, bahkan memangku gajah.“Menunggang gajah tentu adalah tanda sebagai alat kendaraan. Namun figur manusia mengepit dan memangku tentu adalah ekpresi kasih sayang dan kedekatan yang begitu erat.”Uniknya dari hasil pengamatan Triwurjani, figur manusia bersama gajah selalu memiliki bentuk lebih detil. Arca manusia menunggang gajah umumnya mengenakan cawat, berpakaian lengkap, serta beberapa figur membawa senjata dan nekara seperti pada arca Kota Raya Lembak.Pada arca di situs Gunung Megang dan situs Tegur Wangi juga memakai cawat dan perhiasan anting-anting, sembari membawa pedang.
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2022-002-14.json
Manusia dan Gajah Hidup Berdampingan Sejak Zaman Megalitikum
Manusia dan Gajah Hidup Berdampingan Sejak Zaman Megalitikum | Sementara figur manusia memangku gajah, umumnya menggunakan korset dan ada pula jenis tunik. Namun, ada juga figur tidak berpakaian ketika menunggang gajah seperti di Situs Rindu Hati.“Kedekatan dan keharmonisan hubungan gajah dengan manusia juga terlihat dari arca dengan figur manusia mengendong anak saat menunggang gajah.”Pada gajah yang ditunggangi dan dipangku figur manusia, gambarannya selalu berukuran lebih kecil. Namun, ada pula yang berukuran sama besar, seperti pada salah satu arca dari situs Tinggi Hari III dan Tanjung Telang.Baca juga: Membaca Nilai-nilai Ekologi Peradaban Megalitikum di Bukit Barisan  Bentuk sederhanaArca Megalitik menurut Triwurjani, memiliki ciri khas bentuk sederhana yang menampilkan figur manusia dengan wajah dan tubuh. Bahkan terkadang, memperlihatkan kelamin.Namun, Arca-arca Megalitik Pasemah terkesan lebih detail, berbeda dengan Arca Megalitik yang ditemukan di Nusantara lainnya seperti di Situs Posso, Sulawesi Tengah, dan Situs Cikapundung, Sukabumi, Ciamis, Jawa Barat.Arca Megalitik Pasemah menggambarkan suatu figur manusia yang memperlihatkan kepala, badan, kaki, meskipun ukurannya melebihi manusia normal. Bahkan juga, ada figur bersama hewan dan manusia lain dengan ukuran lebih kecil.“Arca-arca Megalitik Pasemah ciri khasnya mempunyai mimik menyeramkan. Wajahnya digambarkan mempunyai mata melotot, dahi besar, bibir tebal dan tertutup, telinga lebar, dan hidung besar,” tutur Triwiujani.Arca Megalitik Pasemah ditemukan di dataran Tinggi Pasemah di lereng Gunung Dempo [± 3.159 mdpl] seluas ± 80 km persegi, meliputi Kabupaten Lahat dan Kota Pagar Alam, Sumatera Selatan.Kebudayaan Megalitik ini, penyebarannya melalui dua gelombang, yaitu Megalitik Tua pada Zaman Neolitikum [2500-1500 SM] dibawa pendukung Kebudayaan Kapak Seberang [Proto Melayu], dan Megalitik pada Zaman Perunggu [1000-100 SM] yang dibawa pendukung Kebudayaan Dongson [Deutro Melayu].
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2022-002-14.json
Manusia dan Gajah Hidup Berdampingan Sejak Zaman Megalitikum
Manusia dan Gajah Hidup Berdampingan Sejak Zaman Megalitikum | Penyebaran dua gelombang ini, dibuktikan dengan adanya penemuan bangunan batu besar seperti dolmen, kubur batu, menhir, hingga arca.“Arca Megalitik Pasemah menjadi benang merah bagaimana manusia Zaman Batu memiliki hubungan yang harmonis, bersahabat dengan hewan seperti gajah,” tutur Triwurjani.  Lagenda Si Pahit Lidah  Sulman Effendi, tokoh Suku Besemah, warga Desa Gunung Megang yang diamanatkan sebagai juru jaga Situs Gunung Megang menjelaskan, pengetahuan lokal masyarakat Besemah meyakini mitos dari cerita Si Pahit Lidah atau Serunting Sakti sebagai awal munculnya peninggalan Megalitik tersebut.Serunting Sakti diyakini leluhur mereka, yang memiliki kesaktian pada lidahnya. Apapun perbuatan salah dan melanggar aturan yang terlihat olehnya, akan diingatkan untuk berbuat benar.“Jika tetap bersikeras dalam perbuatan salah, Serunting Sakti akan mengutuk orang tersebut menjadi batu,” jelas Sulman kepada Mongabay Indonesia pada Selasa, 21 Juni 2022.Di kalangan masyarakat Besemah, kisah Si Pahit Lidah memiliki orientasi cerita yang dipengaruhi latar tinggalan Megalitik di daerah mereka. Terkait kutukan misalnya, di Situs Tanjung Telang ada Arca Batu Puteri.Arca itu diyakini seorang puteri yang dikutuk menjadi batu karena tidak mendengar nasihat Si Pahit Lidah agar tidak menjemur padi di tengah kampung. Sang puteri begitu lama menjemur padi hingga menjelang magrib.“Kepopuleran kisah Si Pahit Lidah masih kuat hingga sekarang. Cerita lagenda ini biasanya disampaikan secara tutur turun-temurun setiap generasi.”  Menurut Sulman, kisah berlatar Megalitik itu menjadi pembelajaran moral dari orangtua ke anaknya. Misal, kisah Batu Puteri yang sebenarnya nasihat supaya anak puteri jangan menjemur padi di tengah kampung, sebab nantinya mengganggu aktivitas orang kampung. Juga, anak gadis jangan di luar rumah hingga menjelang magrib [sore], apapun alasannya.
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2022-002-14.json
Manusia dan Gajah Hidup Berdampingan Sejak Zaman Megalitikum
Manusia dan Gajah Hidup Berdampingan Sejak Zaman Megalitikum | Sulman tak menampik, bila kisah legenda masyarakat itu berbeda secara ilmiah dalam memahami peninggalan Zaman Megalitikum. Meski demikian, dia berharap masyarakat Besemah tetap mempertahankan cerita tersebut.“Disini letak kebijaksanaan peneliti, guru, orangtua, hingga pemerintah diutamakan. Mereka harus menyampaikan informasi bahwa batu-batu itu merupakan peninggalan Zaman Megalitikum, dengan tetap mempertahankan nilai moral melalui kisah-kisah di masyarakat.”Sulman juga mengingatkan, kunci terjaganya situs-situs peninggalan Zaman Batu karena masyakat Besemah mengganggap batu tersebut keramat.“Masyakat Besemah sangat kuat menjaga adat. Kepercayaan masyakat terkait kisah Si Pahit Lidah menjadi faktor penting terawatnya peninggalan bersejarah tersebut hingga sekarang,” paparnya.  [SEP]
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2014-003-08.json
Studi: Deforestasi Berpengaruh Kepada Produktivitas Pertanian di Wilayah yang Jaraknya Ribuan Kilometer
Studi: Deforestasi Berpengaruh Kepada Produktivitas Pertanian di Wilayah yang Jaraknya Ribuan Kilometer | [CLS] Hutan tropis bagaikan fungsi kelenjar keringat pada tubuh manusia yang membantu menjaga suhu atmosfer bumi tetap dinginIngatkah anda akan alur pertama cerita film Interstellar yang menceritakan bahwa bumi tidak lagi layak dihuni karena lahan pertanian tidak lagi produktif? Dalam film ini diceritakan badai dan siklon yang muncul akibat dampak perubahan iklim, menyebabkan rusaknya wilayah pertanian yang menjadi lumbung pangan dunia. Kenaikan suhu dan perubahan kelembaban telah menyebabkan tanaman mengalami stress dan pada akhirnya tidak produktif, dan mati dalam beberapa kali siklus.Dalam dunia nyata, sebuah studi yang berjudul “Effects of Tropical Deforestation on Climate Change and Agriculture” yang dipublikasikan oleh Nature Climate Change bekerjasama dengan Climate Focus yang dirilis minggu ini, menunjukkan adanya bukti baru hubungan antara deforestasi di hutan tropis dengan perubahan pola curah hujan di region lain dunia.Dampak yang timbul, bahkan dapat mencapai ribuan mil dari wilayah semula. Studi menemukan terdapat keterkaitan antara deforestasi di Amerika Selatan, Asia Tenggara dan Afrika dengan produktivitas lahan-lahan pertanian di daerah lain di tropis bahkan sampai wilayah Midwest di Amerika Serikat, Eropa dan Tiongkok.Jika sebelumnya hubungan antara laju deforestasi dengan perubahan iklim lebih diarahkan kepada peranan hutan sebagai storage karbon dan mencegah lepasnya gas karbon ke atmosfer, maka baru saat ini sebuah kajian yang komprehensif secara analisis menunjukkan hubungan antara kehilangan hutan dengan produktivitas pangan.
[4.426556643011281e-06, 7.228185495478101e-06, 0.9999883770942688]
2014-003-08.json
Studi: Deforestasi Berpengaruh Kepada Produktivitas Pertanian di Wilayah yang Jaraknya Ribuan Kilometer
Studi: Deforestasi Berpengaruh Kepada Produktivitas Pertanian di Wilayah yang Jaraknya Ribuan Kilometer | “Deforestasi tropis memberikan dampak ganda terhadap iklim dan juga para petani,” jelas Deborah Lawrence, Profesor Ilmu Lingkungan di Universitas Virginia, penulis utama studi tersebut. “Kebanyakan orang tahu bahwa perubahan iklim merupakan masalah global yang berbahaya, dan bahwa hal itu disebabkan oleh lepasnya karbon ke atmosfer.”Tapi ternyata deforestasi pun menyebabkan perubahan kelembaban dan aliran udara, menyebabkan perubahan fluktuasi pola curah hujan yang berakibat kepada kenaikan suhu di bumi. Deforestasi, misalnya, akan menyebabkan penurunan curah hujan antara 10-15 persen di wilayah sekitarnya di mana deforestasi berlangsung.Studi ini menyajikan bukti kuat bahwa penggundulan hutan tropis sudah mempengaruhi iklim lokal dan regional. Data meteorologi, misalnya, menunjukkan bahwa di Thailand, awal musim kemarau mengalami sedikit curah hujan akibat deforestasi. Dan di bagian Amazon, wilayah yang tutupan hutan hujan dunianya paling luas, waktu curah hujan diprediksi telah bergeser akibat deforestasi.Di daerah hutan yang digunduli, musim hujan tertunda dua minggu bandingkan dengan daerah-daerah berhutan yang tidak ada perubahan. Di wilayah Hawaii di lautan Pasifik akan terdapat peningkatan curah hujan, sebaliknya wilayah Midwest di daratan Amerika dan Perancis Selatan akan terdapat kenaikan suhu bumi.Dalam penelitian ini disebutkan prediksi atas hilangnya hutan-hutan tropis akan menyebabkan kenaikan suhu global sebesar 0,7 derajat celcius (di atas dampak dari gas rumah kaca), yang akan menggandakan pemanasan global yang diamati sejak tahun 1850.
[4.426556643011281e-06, 7.228185495478101e-06, 0.9999883770942688]
2014-003-08.json
Studi: Deforestasi Berpengaruh Kepada Produktivitas Pertanian di Wilayah yang Jaraknya Ribuan Kilometer
Studi: Deforestasi Berpengaruh Kepada Produktivitas Pertanian di Wilayah yang Jaraknya Ribuan Kilometer | Dampak dari deforestasi lengkap Amazon kemungkinan akan mengurangi curah hujan di Midwest AS, Northwest dan bagian selatan selama musim pertanian. Deforestasi di Afrika Tengah kemungkinan akan menyebabkan penurunan curah hujan di Teluk Meksiko dan bagian Midwest AS dan wilayah Barat Laut dan meningkatkan suhu di Semenanjung Arabia. Namun sebaliknya akan menyebabkan penurunan curah hujan di Ukraina dan Eropa Selatan.Dalam jangka panjang akumulasi gerakan massa udara dan kondisi di bagian teratas atmosfer. yang disebut “teleconnections”, akan memperluas dampak dari penggundulan hutan tropis pada iklim global.  Peningkatan suhu di daerah tropis akan menghasilkan massa udara besar, ketika ini menghantam bagian atas atmosfer, massa udara menyebabkan riak kesana kemari, mirip dengan gempa bawah laut yang membuat tsunami.Prediksi model dalam studi ini menunjukkan bahwa lokasi deforestasi akan amat berdampak terhadap kenaikan suhu dan curah hujan. Deforestasi di Lembah Kongo, Afrika Barat akan mengurangi curah hujan di seluruh wilayah hingga 40-50 persen dan meningkatkan suhu hingga 3 derajat Celcius. Deforestasi di cekungan lembah Amazon sebesar 40 persen akan membuat musim hujan turun sebesar 12 persen. Hal ini akan berpengaruh terhadap produksi pusat kedelai, jagung, gandum yang terletak ribuan kilometer sebelah selatan Amazon yang akan terdampak.  Asia Tenggara agak sedikit tertolong karena dikelilingi oleh lautan dimana dampak deforestasi terhadap suhu regional dan curah hujan menjadi tidak terlalu parah.Hutan Tropis Bukan Paru-Paru Dunia, Tetapi Kelenjar Keringat“Hutan tropis sering dibicarakan sebagai ‘paru-paru bumi,” tapi sebenarnya mereka lebih mirip seperti kelenjar keringat,” papar Lawrence. “Hutan mengeluarkan banyak air yang membantu menjaga planet tetap dingin. Jika fungsi penting tersebut akibat hutan hancur, hal sebaliknya akan terjadi.”
[0.016374895349144936, 0.019575536251068115, 0.9640495181083679]
2014-003-08.json
Studi: Deforestasi Berpengaruh Kepada Produktivitas Pertanian di Wilayah yang Jaraknya Ribuan Kilometer
Studi: Deforestasi Berpengaruh Kepada Produktivitas Pertanian di Wilayah yang Jaraknya Ribuan Kilometer | Hutan akan mengubah air di permukaan tanah menjadi uap dan menjaga kelembaban di udara yang mendinginkan atmosfer. Hutan tropis sendiri merupakan ekosistem yang mengandung air lebih banyak dari ekosistem lainnya di daratan. Kerusakan hutan tropis akan mengurangi kemampuan regenerasi kelembaban yang akan membuat pola curah hujan di seluruh dunia rusak.“Studi ini tidak hanya mengkompilasi berbagai literatur ilmiah yang relevan, namun akan membantu menjadi panduan para pembuat kebijakan yang bekerja pada permasalahan perubahan iklim. Perlu dicari cara strategis untuk memitigasi dampak deforestasi dan pola cuaca global,” jelasDr Charlotte Streck, Direktur Iklim Focus. “Selama ini respon kebijakan lebih kepada strategi yang berhubungan dengan kebijakan yang fokus kepada efek gas rumah kaca, tetapi belum kepada cara pandang bahwa hutan berpengaruh kepada iklim dunia.”ReferensiLawrence, Deborah and Karen Vandecar. Effects of Tropical Deforestation on Climate and Agriculture. Nature Climate Change. 18 Desember 2014. [SEP]
[4.426556643011281e-06, 7.228185495478101e-06, 0.9999883770942688]
2019-026-13.json
Setelah Reklamasi Pelabuhan Benoa Berhenti, Bagaimana Rehabilitasi Mangrove Kini?
Setelah Reklamasi Pelabuhan Benoa Berhenti, Bagaimana Rehabilitasi Mangrove Kini? | [CLS]  Sejak Februari 2019, Mongabay Indonesia meluncurkan sejumlah artikel tentang kematian mangrove di perairan Teluk Benoa. Belasan hektar mangrove mati terdampak reklamasi perluasan Pelabuhan Benoa oleh Pelindo.baca : Areal Tahura Mangrove Rusak Karena Reklamasi Pelindo, Bagaimana Penegakan Hukumnya? [Bagian 2]Enam bulan kemudian, pada 25 Agustus 2019, Gubernur Bali Wayan Koster meminta PT. Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III segera menghentikan reklamasi di areal seluas 85 hektar di sekeliling Pelabuhan Benoa. Penghentian ini karena pengurugan wilayah laut itu menyebabkan rusaknya ekosistem bakau seluas 17 hektar serta sejumlah pelanggaran.Permintaan itu disampaikan Gubernur Koster dalam surat resmi kepada Direktur Utama Pelindo III yang juga ditembuskan kepada Menteri BUMN, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Menteri Perhubungan, serta Menteri Agraria dan Penataan Ruang.Gubernur Koster meminta Pelindo III tidak melanjutkan kegiatan reklamasi dan pengembangan di areal Dumping I dan Dumping II sejak surat itu diterima. Pelindo III diminta segera melakukan pemulihan terhadap kerusakan lingkungan dan ekosistem mangrove. Berikutnya meminta Pelindo III segera melakukan penataan areal Dumping I dan Dumping II.Sesudah ditata areal tersebut hanya boleh digunakan sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH). Pelindo III diminta melakukan kaji ulang terhadap Rencana Induk Pengembangan (RIP) Pelabuhan Benoa agar memperhatikan tatanan yang sesuai dengan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali.baca : Peringatan Dini Terkikisnya Hutan Mangrove, Benteng Alami di Selatan Bali [Bagian 1]  Dikutip dari website Pemprov Bali, reklamasi yang dilakukan oleh Pelindo III terhadap lahan seluas 85 Ha terdiri atas lokasi Dumping I seluas 38 Ha dan lokasi Dumping II seluas 47 Ha. Proses administrasi mulai tahun 2012, kegiatan pelaksanaan pengembangan mulai tahun 2017, dan saat ini sedang berjalan dengan capaian 88,81%.
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2019-026-13.json
Setelah Reklamasi Pelabuhan Benoa Berhenti, Bagaimana Rehabilitasi Mangrove Kini?
Setelah Reklamasi Pelabuhan Benoa Berhenti, Bagaimana Rehabilitasi Mangrove Kini? | Pelanggaran-pelanggaran serta kerusakan vegetasi mangrove ini ditemukan oleh Tim Monitoring dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Bali. Kepala DLH Bali, I Made Teja mengatakan sejak Februari 2019, Tim Monitoring sudah melakukan empat kali kunjungan lapangan dan menemukan sejumlah pelanggaran serta kerusakan lingkungan. Setahun DibiarkanKerusakan kawasan mangrove di Teluk Benoa sudah dipetakan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Taman Hutan Rakyat (Tahura) Ngurah Rai sejak Agustus 2018. Artinya perlu waktu setahun sampai Pemerintah Provinsi Bali bertindak. Selain mangrove di dalam areal Pelindo, juga terdampak pada areal mangrove kawasan Tahura Mangrove Ngurah Rai. Benteng alami di Selatan Bali.Mongabay Indonesia mendapat akses surat dari UPTD Tahura Ngurah Rai kepada Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tertanggal 6 Februari 2019 melaporkan perkembangan penanganan dampak kematian akibat kegiatan PT. Pelindo III Bali. Isinya menerangkan kronologis kerusakan sejumlah tutupan mangrove di kawasan Tahura Ngurah Rai dampak pengurugan tanah (reklamasi) oleh Pelindo III dalam rangka pengembangan pelabuhan.Mangrove yang mati dilaporkan mulai Agustus 2018, di sebelah barat dan selatan Restoran Akame yang menjadi wilayah Pelindo III. Ini disebut di luar kawasan Tahura. Namun ada juga mangrove mati yang berada di kawasan Tahura dan terdampak reklamasi berada di sisi timur seluas sekitar 17 hektar. Jenis mangrove yang mati kebanyakan jenis plasma nuftah, habitat asli Tahura ini yakni Soneratia alba.baca juga : Degradasi Mangrove Indonesia: Fenomena Dieback Pada Kawasan Teluk Benoa Bali  
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2019-026-13.json
Setelah Reklamasi Pelabuhan Benoa Berhenti, Bagaimana Rehabilitasi Mangrove Kini?
Setelah Reklamasi Pelabuhan Benoa Berhenti, Bagaimana Rehabilitasi Mangrove Kini? | Akhirnya UPTD Tahura Ngurah Rai berkoordinasi dengan Pelindo dan menyampaikan surat pada 5 September 2018 untuk minta pertanggungjawaban atas kematian pohon mangrove dampak reklamasi Pelindo. Areal terdampak diminta direhabilitasi dengan mengembalikan kondisi lingkungan serta berkoordinasi dengan Badan Pusat Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kehutanan KLHK untuk melakukan pengkajian teknis atas kematian mangrove.UPTD Tahura juga mengirim surat ke Balitbang Kehutanan dan Pelindo juga berkoordinasi dengan Puslit, dan lainnya untuk melakukan kajian. Akhirnya pada 21-26 September tim Litbang Kehutanan mengkaji kematian mangrove dan dan kesimpulannya mati karena sedimentasi lumpur dan pendangkalan pasang surut air laut ke kawasan mangrove.Rekomendasinya, buat kanal-kanal untuk membasahi mangrove dari pasang surut air laut dan penanaman kembali areal yang terdampak dengan jenis mangrove yang sesuai. Dari rekomendasi ini, UPTD Tahura kembali bersurat ke Pelindo III agar segera melakukan pemulihan lingkungan.Didampingi UPTD, sejak Oktober 2018, Pelindo disebut sudah melakukan perbaikan dengan membuat kanal-kanal untuk membasahi kawasan mangrove. Juga membuat bibit jenis Rhizophora mucronata, Rhizophora apicullata, dan Bruguiera sebanyak 100 ribu bibit.Laporan dampak reklamasi oleh Pelindo ini juga terkonfirmasi dari Laporan Hasil Rapat Identifikasi Kerusakan Mangrove Tahura Ngurah Rai tertanggal 6 Desember 2018.menarik dibaca : Sedihnya Duta Earth Hour Lihat Mangrove Benoa Bali Tersisa 1%. Kok Bisa?  Rapat dipimpin oleh Kepala Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Bali dan Nusa Tenggara. Isinya mirip dengan surat kronologis UPTD Tahura. Namun ada detail bagaimana kematian mangrove terjadi akibat kesalahan proses pengerukan reklamasi. Berikut kutipan laporannya :
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2019-026-13.json
Setelah Reklamasi Pelabuhan Benoa Berhenti, Bagaimana Rehabilitasi Mangrove Kini?
Setelah Reklamasi Pelabuhan Benoa Berhenti, Bagaimana Rehabilitasi Mangrove Kini? | PT Pelabuhan Indonesia III berencana melakukan pengembangan Pelabuhan Benoa sesuai dengan rencana induk pelabuhan (RIP) nasional, dimana pengembangan Pelabuhan Benoa akan dijadikan Marine Tourism Hub. Dalam upaya pembangunan ini, pemrakarsa telah memperoleh izin lingkungan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).Pelabuhan Benoa yang dikembangkan sebagai Marine Tourism Hub, dimana luas semula Pelabuhan Benoa sekitar 58 hektar akan dikembangkan menjadi 143 hektar. Sehingga memerlukan perluasan pengembangan seluas 85 hektar yang akan dilaksanakan dengan reklamasi/peninggian lahan pengembangan pelabuhan.Dalam upaya penanganan sedimentasi akibat reklamasi/peninggian lahan pengembangan pelabuhan, pemrakarsa akan melakukan pengelolaan lingkungan dengan membangun sejenis tanggul atau revetment, serta pemasangan silt screen sebagai tabir penghalang padatan yang terdispersi ke perairan sekelilingnya.Fakta di lapangan bahwa tidak dilakukan pembangunan tanggul/revetment serta pemasangan silt screen sehingga proses penimbunan material menyebabkan terjadinya pendangkalan atau sedimentasi pada areal lainnya. Hal ini sudah tidak sesuai dengan kaedah pengelolaan lingkungan berdasarkan izin lingkungan yang telah diberikan oleh KLHK.baca juga : Nasib Miris Hutan Mangrove Teluk Benoa  Mareta Mulia Atmadja, Liaison Officer General Affair and Communication PT Pelindo III Regional Bali-NTB yang ditemui Mongabay-Indonesia di kantornya pada 28 Februari lalu menyebut sudah menanam bibit mangrove 3 jenis sekitar 50 ribu. Jika dikonversi sekitar 5 hektar.
[0.999424159526825, 0.00028237837250344455, 0.000293476419756189]
2019-026-13.json
Setelah Reklamasi Pelabuhan Benoa Berhenti, Bagaimana Rehabilitasi Mangrove Kini?
Setelah Reklamasi Pelabuhan Benoa Berhenti, Bagaimana Rehabilitasi Mangrove Kini? | Untuk memastikan bibit yg ditanam bisa tumbuh sementara proyek masih berlangsung, ia menyebut ada mitigasi koordinasi dengan Tahura dan Litbang Kehutanan di Bogor. Selain itu sedang dibuatkan kanal untuk aliran air. Mareta mengatakan ini proyek strategis nasional dengan pengembangan pelabuhan menjadi 3 zona, perikanan, wisata, dan curah cair distribusi BBM. Terkait desain pengembangan, ia belum bisa memberikan saat wawancara. Monitoring Pertumbuhan MangroveI Nyoman Serakat, Kepala UPT Tahura Ngurah Rai dikonfirmasi Mongabay, Selasa (10/9/2019) menyebut pada Januari – Februari 2019 Pelindo menanam sekitar 50 ribu mangrove dan mengklaim tumbuhnya 95%, dengan tinggi sekitar 50 cm. Pada Agustus 2019, ditambah penanaman 50 ribu lagi. “Pelindo sudah membuat pernyataan akan mengembalikan pohon mangrove seperti semula,” katanya.Kematian mangrove menurutnya akibat sedimentasi dan pasang surut air laut terhambat oleh pengurugan yang belum dibuatkan saluran.Namun peneliti menyebut penanaman kembali mangrove belum bisa dikatakan berhasil. Penanaman tanpa perawatan, penyesuaian jenis mangrove, dan mengembalikan alur laut dinilai sangat penting saat ini.  “Walau reklamasi sudah distop efeknya masih jalan. Karena perubahan alam, tetap jalan. Reklamasi bawa banyak sedimen, apa yang dilakukan sudah mengubah alur air,” urai Hanggar Prasetio, peneliti dari Conservation International Indonesia dan pegiat komunitas Mangrove Nusantara, dikonfirmasi Selasa (10/9/2019).Alur air berubah dan mencari jalannya sendiri, sedimen pun menyertai. Menumpuk di suatu tempat, menutupi akar mangrove lalu mati.Dari pemantauannya terakhir, jenis mangrove yang banyak ditanam adalah rhizopora, jenis mangrove depan atau pioner. Memerlukan pasang surut air yang cukup. Sementara bentang pesisir sudah berubah, jenis itu tak cocok. Diperlukan jenis mangrove yang tak perlu tergenang air.
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2019-026-13.json
Setelah Reklamasi Pelabuhan Benoa Berhenti, Bagaimana Rehabilitasi Mangrove Kini?
Setelah Reklamasi Pelabuhan Benoa Berhenti, Bagaimana Rehabilitasi Mangrove Kini? | “Perawatan perlu tiap hari. Tak hanya tanam tapi juga merekayasa bentang alam biar mangrove tumbuh normal. Jangan tanam saja,” ingatnya. Ia tertarik terlibat langsung, misal membuat site plan dan pengelolaan bersama.Dari hasil observasinya, beberapa kelompok nelayan di sana sadar ketika diminta bantuannya membangun mangrove kembali. “Karena mereka terkena dampak. Tak bisa melaut lagi, lokasi tangkapan di sana, alur air untuk jukung berubah, padahal banyak ikan,” papar Hanggar.Hal yang sama disampaikan Permana Yudiarsa, Kepala Seksi Program dan Evaluasi Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar. Pihaknya melakukan pemetaan kondisi mangrove di Benoa sejak Agustus 2018.Dimulai pengumpulan bahan dan keterangan kekeruhan perairan dampak reklamasi Pelabuhan Benoa. Selanjutnya pada Januari-Februari 2019 menindaklanjuti laporan pengaduan masyarakat tentang matinya mangrove. Dari perhitungannya, kematian sekitar 11 hektar saat itu.Selain menanam kembali, menurutnya perlu perbaiki tata air atau sirkulasi air laut agar mangrove dapat terus mendapat aliran air payau atau laut. Kemudian monitoring pertumbuhan mangrove.“Tadi pagi saya lihat di lokasi sudah dibuat alur air laut dari Serangan, tapi menurut kami ini tidak cukup. Harus ada dua sumber air laut, dari Pelabuhan Benoa dan dari Serangan,” katanya pada Selasa (10/9/2019).  [SEP]
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2019-026-18.json
Ulah Vietnam Ini Mengintimidasi Indonesia di Laut Natuna Utara
Ulah Vietnam Ini Mengintimidasi Indonesia di Laut Natuna Utara | [CLS]  Perairan Laut Natuna Utara yang masuk wilayah administrasi Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, sejak lama selalu menjadi kawasan yang ramai dilalui oleh kapal-kapal ikan dari berbagai penjuru dunia. Situasi itu tak berubah, meski ketegangan politik dalam beberapa tahun terakhir terjadi di kawasan tersebut dan melibatkan negara Asia Timur dengan Asia Tenggara.Dalam setahun ini, salah satu negara Asia Tenggara, Vietnam, bahkan semakin gencar menangkap ikan di kawasan perairan yang masuk dalam zona ekonomi eksklusif Internasional (ZEEI). Tak heran, jika sepanjang 2019 Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengklaim sudah menemukan 13 kapal patroli negara tersebut yang berjaga atau selalu ada di perairan tersebut.Bagi Koordinator Nasional Destructive Fishing Watch (DFW) Indonesia Moh Abdi Suhufan, berjaganya 13 kapal patroli Vietnam tersebut bertujuan agar kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan mereka bisa tetap berjalan baik. Kapal-kapal tersebut terdiri dari kapal patroli perikanan dan kapal coast guard dan fokus melakukan penjagaan di wilayah perbatasan antar negara.“Itu dilakukan oleh Vietnam, karena belum clear-nya batas zona ekonomi eksklusif kedua negara (Indonesia dan Vietnam), sehingga menjadi celah dan justifikasi Vietnam untuk memperluas wilayah penangkapan ikan di Laut Natuna Utara,” ungkapnya kepada Mongabay Indonesia, Rabu (11/9/2019).baca : Ini Sinyal Tegas Indonesia untuk Kapal Pencuri Ikan Vietnam  Celah hukum yang dimanfaatkan oleh Vietnam tersebut, seharusnya tidak boleh dibiarkan oleh Indonesia. Untuk itu, perlu ada upaya peningkatan intensitas patroli rutin dan penambahan armada pengawasan di kawasan perairan tersebut. Sehingga semakin tegas peran TNI menjaga teritori Indonesia di Natuna Utara.
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2019-026-18.json
Ulah Vietnam Ini Mengintimidasi Indonesia di Laut Natuna Utara
Ulah Vietnam Ini Mengintimidasi Indonesia di Laut Natuna Utara | Dengan lebih banyak melaksanakan patroli laut, Suhufan menyebut, keamanan kawasan perairan itu juga semakin meningkat dan itu berarti meningkatkan pencegahan masuknya kapal ikan asing (KIA) yang menangkap ikan di Laut Natuna Utara. Disisi lain, bakal meningkatkan jaminan keamanan bagi kegiatan penangkapan ikan oleh kapal ikan Indonesia.Selain meningkatkan patroli, Suhufan menambahkan, Indonesia bisa memanfaatkan keberadaan sentra kelautan dan perikanan terpadu (SKPT) Natuna untuk mendorong produksi perikanan di kawasan Natuna dan sekitarnya. Sehingga tercipta sinergi kegiatan antara pengamanan di laut dan kegiatan produktif penangkapan ikan.“Istilah Presiden Jokowi, adalah ‘kita bikin ramai’ di laut,” tambah Suhufan.baca juga : Vietnam, Negara Dominan Pelaku IUUF di Laut Indonesia  Kartu KuningSementara, Pemerhati Sektor Kelautan dan Perikanan Abdul Halim mengatakan, berjaganya 13 kapal patroli Vietnam di perairan Laut Natuna Utara, menjelaskan bahwa negara tersebut sedang berupaya memperbaiki kondisi sektor perikanan dalam negeri, setelah Uni Eropa memberikan kartu kuning kepada negara tersebut.Agar proses perbaikan berjalan baik, Vietnam perlu cukup pasokan produk perikanan, dan salah satunya dilakukan dengan menangkap ikan di perairan negara tetangga, termasuk Indonesia. Proses produksi perikanan untuk memperbaiki nama negara itu, membuat aktivitas tersebut didukung penuh oleh aparat Vietnam di atas laut.Untuk mengimbangi kegiatan Vietnam itu, Halim meminta Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan pengawasan di kawasan Laut Natuna Utara dan mendorong kapal ikan dalam negeri untuk melaksanakan aktivitas pemanfaatan sumber daya ikan (SDI) di perairan itu yang berbatasan langsung dengan Vietnam.“Vietnam berani seperti itu, karena mereka memanfaatkan kosongnya perairan perbatasan dan juga untuk menjaga produktivitas ekonomi mereka di sektor perikanan,” pungkasnya.
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2019-026-18.json
Ulah Vietnam Ini Mengintimidasi Indonesia di Laut Natuna Utara
Ulah Vietnam Ini Mengintimidasi Indonesia di Laut Natuna Utara | baca juga : Indonesia Murka pada Kapal Ikan Asing Pelaku Pencurian Ikan  Sebelumnya, pada Senin (9/9/2019), Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengungkapkan fakta terbaru berkaitan dengan hadirnya kapal-kapal dari Vietnam. Tak hanya kapal ikan yang dalam kurun waktu setahun ini banyak ditangkap di perairan tersebut, namun juga kapal patroli keamanan negara tersebut.Susi menyebutkan, khusus untuk kapal ikan, dalam setahun ini, dari seluruh KIA yang ditangkap oleh Satuan Tugas IUU Fishing (115), 81 persen diantaranya adalah kapal berbendera Vietnam. Dan dalam setahun, ada sedikitnya 13 kapal patroli Vietnam yang sengaja berjaga di Laut Natuna Utara yang menjadi kawasan landas kontinen bagi Indonesia.Susi menilai, kehadiran kapal-kapal patroli tersebut menjadi bentuk intimidasi kepada Indonesia dan kehadiran mereka juga untuk mendukung aktivitas kapal ikan Vietnam untuk menangkap ikan di sekitar Laut Natuna Utara. Padahal, kawasan perairan tersebut seharusnya menjadi kawasan terlarang bagi kapal patroli dari negara mana pun.“Kapal-kapal tersebut melanggar dan masuk ke wilayah yang menjadi bagian dari zona ekonomi eksklusif Indonesia (ZEEI),” ujar Susi yang juga Komandan Satgas 115.perlu dibaca : Laut Natuna Masih Disukai Kapal Asing Penangkap Ikan Ilegal. Kenapa?  Pelanggaran UNCLOSAgar kegiatan kapal-kapal Vietnam tersebut tidak terus berlangsung, Susi menyebutkan pihaknya akan mengajukan nota protes ke Vietnam melalui Kementerian Luar Negeri RI. Semua data satelit yang menjelaskan tentang keberadaan kapal-kapal tersebut, akan diberikan kepada Kemenlu untuk dijadikan bahan mengajukan protes.
[0.999424159526825, 0.00028237837250344455, 0.000293476419756189]
2019-026-18.json
Ulah Vietnam Ini Mengintimidasi Indonesia di Laut Natuna Utara
Ulah Vietnam Ini Mengintimidasi Indonesia di Laut Natuna Utara | Masuknya kapal-kapal Vietnam di perairan Laut Natuna Utara, bisa terjadi karena saat ini tejadi saling klaim antara Indonesia dan Vietnam. Itu diakui sendiri oleh Susi pada kesempatan yang sama. Dia menyebutkan, kapal-kapal Vietnam masuk ke Indonesia melalui sebagian wilayah ZEEI, khususnya yang berada di luar garis batas kontinen Indonesia.Namun demikian, Susi menegaskan, walau masih terjadi saling klaim wilayah, kapal patroli Vietnam tidak seharusnya masuk ke wilayah ZEEI. Berdasarkan aturan Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa tentang Hukum Laut (UNCLOS) pada pasal 74 ayat 3, disebutkan bahwa negara yang bersengketa harus melakukan provisional arrangement (perjanjian sementara) terkait wilayah yang masih disengketakan atau terdapat saling klaim (overlapping).baca juga : KKP Kembali Tangkap 8 Kapal Ikan Asing Ilegal dari Vietnam dan Malaysia  Staf Ahli Satgas 115 Mas Achmad Santosa berpendapat, klaim Vietnam di Laut Natuna Utara yang berbatasan langsung dengan wilayah Indonesia sebenarnya memang tidak sesuai dengan aturan dalam UNCLOS. Klaim tersebut dibuat Vietnam dengan perhitungan yang salah, karena mereka menggunakan aturan bagi negara kepulauan seperti Indonesia.Dalam sistem perhitungan jarak ZEE dengan mengadopsi aturan untuk negara kepulauan, ZEE dihitung sejauh 200 mil laut dari garis pantai pulau terluar. Dengan demikian, Vietnam menghitung dengan metode tersebut, meski mereka bukan negara kepulauan seperti Indonesia.Merujuk pada peraturan tersebut, pria yang biasa disapa Ota itu menegaskan bahwa ZEE Indonesia dan Vietnam seharusnya tidak bersinggungan secara langsung, atau bahkan tumpang tindih. Terlebih, karena Indonesia adalah negara yang patuh dalam menentukan batasan ZEE.  
[0.999424159526825, 0.00028237837250344455, 0.000293476419756189]
2019-026-18.json
Ulah Vietnam Ini Mengintimidasi Indonesia di Laut Natuna Utara
Ulah Vietnam Ini Mengintimidasi Indonesia di Laut Natuna Utara | Terkait dengan perjanjian sementara (provisional arrangement), Ota menyebutkan bahwa sampai saat ini prosesnya masih dalam tahap pembicaraan awal. Untuk proses tersebut, sampai saat ini belum ada pembahasan lebih detil, dan karenanya baik Indonesia ataupun Vietnam harus bisa menahan diri tidak melakukan upaya-upaya yang bisa mengganggu perdamaian antara kedua negara.Di sisi lain, Vietnam tidak boleh mengirimkan kapal patroli ke wilayah yang diklaim Indonesia sebagai kawasan ZEE. Meskipun, di kawasan tersebut, tidak ada kapal patroli ataupun kapal ikan yang berasal dari Indonesia. Padahal, kawasan perairan Laut Natuna Utara masuk dalam wilayah pengelolaan perikanan (WPP) RI 711.“Kami masih teliti kenapa kapal-kapal kita jarang ke situ. Di satu sisi, kapal pengawas kita nggak boleh menangkap kapal pengawas negara lain. Hanya bisa memperingatkan dan menghalau agar mereka keluar. Jadi, yang paling tepat memang adalah masing-masing menahan diri,” pungkasnya.  [SEP]
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2017-089-18.json
2017, KKP Fokus Dampingi Penggantian API Cantrang ke Gillnet Millenium
2017, KKP Fokus Dampingi Penggantian API Cantrang ke Gillnet Millenium | [CLS] Bersamaan dengan berlakunya larangan penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan mulai 1 Januari 2017, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mulai mengubah fokus pendampingan kepada nelayan yang ada di sejumlah daerah. Fokus itu, diakselerasikan dengan rencana KKP yang menerapkan penggunaan alat tangkap baru yang ramah lingkungan, gillnet millenium.Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Pemberdayaan Masyarakat Kelautan dan Perikanan (BPSDM KP) Rifky Effendi mengatakan, jika tahun lalu KKP fokus mendampingi para nelayan yang bekerja sebagai anak buah kapal (ABK) untuk diarahkan menjadi pembudidaya ikan, maka tahun ini pendampingan seperti itu sudah tidak ada.“Pada 2017 ini, kita fokus mendampingi nelayan yang menggunakan alat tangkap seperti cantrang yang dilarang digunakan lagi. Kita ingin mendampingi mereka bagaimana mengganti alat tangkap dengan yang ramah lingkungan,” ucap dia di Jakarta, Selasa (10/1/2017).Selama masa pendampingan itu, Rifky menjelaskan, pihaknya memberikan sosialisasi bagaimana menggunakan alat tangkap baru yang sama sekali asing bagi pengguna cantrang. Meski baru, namun mereka diyakinkan bahwa alat yang baru kualitasnya tidak kalah bagus dan bisa menghasilkan tangkapan ikan yang sama banyaknya.“Kita ingin memberi pemahaman kepada mereka, para pengguna alat tangkap yang dilarang, bahwa dengan mengganti alat ke yang baru, itu sama sekali tidak mengalami kerugian. Justru, alat yang baru ini akan berdampak bagus untuk lingkungan,” tutur dia.Sesuai rencana, Rifky menyebutkan, masa pendampingan kepada nelayan pengguna cantrang itu akan berlangsung selama enam bulan hingga Juni mendatang. Selama masa tersebut, BPSDM KP bekerja bersama Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (DJPT). Selain itu, untuk mempercepat proses sosialisasi, pihaknya melibatkan Masyarakat Perikanan Nusantara (MPN).
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2017-089-18.json
2017, KKP Fokus Dampingi Penggantian API Cantrang ke Gillnet Millenium
2017, KKP Fokus Dampingi Penggantian API Cantrang ke Gillnet Millenium | Selama masa sosialisasi dan pendampingan, Rifky menyebutkan, pihaknya akan memberi pelatihan di sembilan lokasi yang ada di Indonesia. Metode pelatihan yang diberikan, nantinya berupa training of trainer (TOT) dan akan diberikan kepada nelayan yang terpilih.“Metode itu diterapkan, karena kita menyadari, dengan banyaknya orang yang harus dilatih, waktunya tidak akan mencukupi. Jadi, akhirnya diambil metode TOT. Diharapkan, nanti alumni TOT ini akan jadi pelatih yang bisa melatih nelayan lainnya,” papar dia.Adapun, Rifky menambahkan, sembilan lokasi yang akan menggelar pelatihan TOT itu, adalah Sumatera Utara (Sumut), Lampung, Banten, Jawa Barat (Jabar), Jawa Tengah (Jateng), Jawa Timur (Jatim), Kalimantan Barat (Kalbar), Kalimantan Tengah (Kalteng), dan Sulawesi Selatan (Sulsel).“Cantrang ini kan masa transisinya enam bulan. Selama itu, kita akan dampingi proses penggantian dengan melibatkan ahli yang bagus. Pekan keempat Januari ini sudah mulai dilaksanakan pelatihan,” jelas dia.Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Zulficar Mochtar mengatakan, meski cantrang resmi dilarang,  namun Pemerintah tetap memberi kesempatan kepada para pengguna alat tangkap tersebut untuk melakukan proses transisi selama enam bulan ke depan terhitung sejak Januari 2017.“Kita beri waktu toleransi selama enam bulan ke depan. Selama waktu tersebut, diharapkan pengguna alat tangkap, khususnya cantrang, bisa segera melakukan penggantian,” ungkap dia.Menurut Zulficar, dalam masa enam bulan ke depan, pihaknya juga akan melakukan pendampingan secara intensif kepada para pengguna alat tangkap yang dilarang untuk bisa melakukan penggantian. Itu artinya, upaya penggantian akan didorong melalui pendampingan, dan tidak hanya dari pemberlakuan Permen.
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2017-089-18.json
2017, KKP Fokus Dampingi Penggantian API Cantrang ke Gillnet Millenium
2017, KKP Fokus Dampingi Penggantian API Cantrang ke Gillnet Millenium | Selama proses enam bulan tersebut, Zulficar berjanji tidak akan ada penangkapan nelayan ataupun kapal yang masih menggunakan alat tangkap yang dilarang. Namun, agar para pengguna memahami, Pemerintah berjanji hanya akan memberikan teguran saja kepada para pengguna dan memberikan peringatan untuk segera menggantinya.DJPT mengonfirmasi, selama proses sosialiasi pada 2015-2016, pihaknya telah berhasil mendorong pengguna cantrang untuk mengganti dengan alat yang ramah lingkungan. Dari data yang ada, jumlahnya sudah mencapai 3.198 kapal berukuran kurang dari 10 gros ton (GT) dan 2.578 kapal berukuran 10 sampai 30 GT. Adapun alat tangkap cantrang yang sudah diganti sebanyak 2.091 unit. Tiga Alat Penangkapan Ikan DilarangSesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 71/PERMEN-KP/2016 tentang Jalur Penangkapan Ikan dan Penempatan Alat Penangkapan Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia, mulai 1 Januari 2017 Pemerintah resmi melarang alat penangkapan ikan (API) yang dianggap bisa merusak lingkungan.API yang resmi dilarang itu, menurut Zulficar Mochtar, adalah:Ketiga jenis API yang dilarang itu, menurut Zulficar, ditetapkan karena KKP ingin mewujudkan pemanfaatan sumber daya ikan yang bertanggung jawab, optimal dan berkelanjutan serta mengurangi konflik pemanfaatan sumber daya ikan berdasarkan prinsip pengelolaan sumber daya ikan.“Pada pasal 21 disebutkan bahwa API yang mengganggu dan merusak keberlanjutan sumber daya ikan merupakan API yang apabila dioperasikan akan mengancam kepunahan biota, mengakibatkan kehancuran habitat, dan membahayakan keselamatan pengguna,” papar dia.Seluruh API yang dilarang tersebut, menurut Zulficar, tidak boleh dioperasikan terhitung 1 Januari 2017 di seluruh wilayah pengelolaan penangkapan (WPP) RI. [SEP]
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2015-057-11.json
Hasil Moratorium Kapal Eks-Asing, Perikanan Indonesia Mulai Menggeliat
Hasil Moratorium Kapal Eks-Asing, Perikanan Indonesia Mulai Menggeliat | [CLS] Kebijakan moratorium untuk kapal eks asing yang diberlakukan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sejak 14 November 2014 lalu mulai dirasakan manfaatnya oleh sektor perikanan dan kelautan di Indonesia. Manfaat yang paling dirasakan adalah terjadinya kenaikan pendapatan di sektor tersebut yang dihitung dalam periode Januari hingga April 2015.Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), kenaikan di sektor perikanan mulai akhir 2014, atau setelah kebijakan moratorium diberlakukan. Kenaikan terjadi di semua sub sektor perikanan yang ada di Tanah Air. Termasuk, meningkatnya jumlah produksi ikan, turunnya harga sejumlah ikan jenis premium dan juga terjadinya kenaikan neraca perdagangan.Dari data BPS, kenaikan produksi perikanan pada periode Januari-April 2015 terlihat cukup signifikan karena bisa mencapai 50,32 juta ton, dibanding periode yang sama tahun 2013 dan 2014. Meski sementara, jumlah tersebut sudah cukup mewakili bagaimana kondisi sektor perikanan saat ini.Untuk harga ikan, BPS mencatat ada penurunan harga ikan bandeng dan ikan kembung yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, dengan harga yang semakin terjangkau.‘’Ini memang menggembirakan. Karena sektor perikanan sudah memperlihatkan tren peningkatan. Ini bisa menjadi indikator bahwa sektor tersebut kini sedang menggeliat lagi. Ini mungkin bisa dikaitkan dengan kebijakan moratorium (eks kapal asing) ya,’’ ucap Kepala BPS, Suryamin di gedung KKP, Jakarta, Senin (18/05/2015).Indikator lain yaitu neraca perdagangan yang meningkat, mencakup ekspor dan impor produk perikanan. Dalam periode empat bulan di awal tahun ini, sektor perikanan membukukan pendapatan USD39,35 juta atau sekitar Rp11 triliun.
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2015-057-11.json
Hasil Moratorium Kapal Eks-Asing, Perikanan Indonesia Mulai Menggeliat
Hasil Moratorium Kapal Eks-Asing, Perikanan Indonesia Mulai Menggeliat | Jumlah tersebut, menjadi bagian dari total surplus perdagangan nasional pada periode yang sama sebesar USD2,77 miliar. ‘’Jadi, perikanan itu menyumbang surplus perdagangan untuk nasional sebesar USD0,4 miliar. Itu jumlah yang banyak,’’ tuturnya.Perikanan Maju di Tengah Perlambatan EkonomiKesuksesan yang berhasil diraih sektor perikanan, menurut Menteri KKP Susi Pudjiastuti merupakan berkah yang bisa dinikmati oleh semua stakeholder terkait. Padahal, dalam periode yang sama tersebut, kondisi perekonomian nasional justru sedang mengalami perlambatan karena diakibatkan berbagai faktor.‘’Its amazing. Ekonomi melambat tapi perikanan justru naik signifikan. Kita patut bersyukur dengan kondisi ini,’’ ucap Susi.Susi mengatakan, kenaikan sektor perikanan bisa dilihat dari data statistik yang dirilis BPS yang menyebut pada periode Januari-April 2015 terjadi kenaikan dari 7,46% pada periode sama 2014 menjadi 8,64% pada tahun ini.‘’Ini memang menjadi berkah dan harus terus disyukuri. Kita juga akan terus memastikan perikanan tetap naik melalui berbagai cara. Termasuk, penghentian kapal asing beroperasi di perairan Indonesia,’’ ungkapnya.Sejak diberlakukannya Peraturan Menteri KP No.56/2014 tentang Moratorium Izin untuk Kapal eks Asing dan Peraturan Menteri KP No.57/2014 tentang Pelarangan Transhipment untuk ke Luar Negeri, terjadi penurunan volume dan nilai produksi di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) dan Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN).‘’Penurunannya masing-masing 19,66% dan 6,27%. Sementara pada saat bersamaan, terjadi peningkatan volume dan nilai produksi di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) sebesar masing-masing 99,71% dan 126,01%,’’ paparnya.
[4.426556643011281e-06, 7.228185495478101e-06, 0.9999883770942688]
2015-057-11.json
Hasil Moratorium Kapal Eks-Asing, Perikanan Indonesia Mulai Menggeliat
Hasil Moratorium Kapal Eks-Asing, Perikanan Indonesia Mulai Menggeliat | Melihat kondisi positif, Susi berjanji akan terus menjaga perairan Indonesia dari jangkauan kapal asing yang memicu terjadinya kejahatan perikanan (illegal fishing). Karena, kerugian dari illegal fishing dirasakan sangat besar oleh Indonesia. Kerugian lainnya yaitu mereka melakukan perdagangan senjata, perbudakan anak buah kapal (ABK) dan penyelundupan satwa liar langka.Faktor Terjadinya Kenaikan PerikananSusi mengungkapkan, setelah moratorium diberlakukan, sektor perikanan langsung bergairah lagi. Di antara faktor yang memicu produksi positif itu, adalah:Faktor-faktor di atas, kata Susi, terlihat sepele namun memberi dampak signifikan pada kenaikan sektor perikanan dalam lima bulan terakhir. Untuk itu, setelah kebangkitan sektor perikanan seperti sekarang, dia memprediksi akan semakin banyak orang yang tertarik untuk bekerja dan atau menanamkan modal di sektor tersebut.‘’Sekarang saja, dari data BPS diketahui kalau rumah tangga yang berusaha di bidang perikanan sudah naik dari 985 ribu pada 2003 menjadi 1,2 juta rumah tangga pada 2013. Itu belum termasuk data yang dihitung pada 2014 dan 2015 ini,’’ tandas dia. [SEP]
[0.999424159526825, 0.00028237837250344455, 0.000293476419756189]
2015-011-06.json
Roh Illegal Logging Bercokol di Balik Kebijakan Menteri Perdagangan
Roh Illegal Logging Bercokol di Balik Kebijakan Menteri Perdagangan | [CLS] Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 89/M-DAG/PER/10/2015 tentang Ketentuan Ekspor Produk Industri Kehutanan, resmi berlaku hari ini, Kamis (19/11/2015). Salah satu poin penting dari regulasi tersebut adalah industri hilir tak wajib mengantongi Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK). Kebijakan ini diperkirakan akan membuka kran bagi kejayaan illegal logging di Kalimantan Barat.Hal itu terungkap dalam Pelatihan Pemantauan Bagi Pemantau Independen SVLK yang dihelat Eyes on the Forest (EoF) Jaringan Kalimantan Barat di Pontianak, Rabu (18/11/2015). “Kebijakan ini hanya mengantar ‘roh’ para illegal logger untuk kembali berjaya di hutan Kalimantan,” kata M. Lutharif, Koordinator EoF Jaringan Kalbar.Melalui regulasi itu pula, kata Lutharif, Industri Kecil dan Menengah (IKM) serta Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang melakukan ekspor untuk produk industri kehutanan yang termasuk ke dalam Kelompok B, seperti produk kerajinan dan mebel kayu tidak diwajibkan melampirkan dokumen SVLK (V-Legal) pada saat melakukan ekspor.Padahal, SVLK ditujukan untuk pengelolaan hutan lestari (PHL), penerapan tata kelola kehutanan, pemberantasan penebangan liar serta perdagangannya di Indonesia. Dengan diberlakukannya Permendag 89/ 2015 ini membuka celah illegal logging marak kembali, terutama di sektor industri hilir.“Indonesia memiliki sejarah panjang pemberantasan illegal logging di era 1998-2004. Ketika SVLK hadir sebagai pendekatan persuasif untuk menutup celah bagi para pelaku illegal logging, tiba-tiba saja pemerintah melalui Kementerian Perdagangan dengan mudah membuka kembali celah itu,” tegas Lutharif.Hasil penelusuran EoFJaringan Kalimantan Barat, dari 11 industri hilir yang tersebar di Kabupaten Kubu Raya, Ketapang, dan Mempawah, hanya satu perusahaan yang mengantongi Sertifikat Legalitas Kayu.
[0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163]
2015-011-06.json
Roh Illegal Logging Bercokol di Balik Kebijakan Menteri Perdagangan
Roh Illegal Logging Bercokol di Balik Kebijakan Menteri Perdagangan | Sementara Direktur Titian Lestari, Sulhani mengatakan, SVLK sebagai alat perbaikan tata kelola menuntut adanya sinkronisasi peraturan. “Permendag 89/ 2015 ini sudah tidak selaras dengan tujuan SVLK,” katanya.Sebagai alat pemberantasan penebangan liar dan perdagangannya di Indonesia, urai Sulhani, SVLK adalah salah satu inisiatif pemerintah dan pemangku kepentingan yang muncul untuk mengatasi pembalakan liar dan mempromosikan kayu legal di Indonesia.“Sistem ini bertujuan memastikan bahwa kayu dan produk kayu yang diproduksi di Indonesia berasal dari sumber-sumber yang legal dan dapat diverifikasi kebenarannya,” terang Sulhani.SVLK diterapkan melalui mekanisme sertifikasi oleh pihak independen atau Lembaga Verifikasi Legalitas Kayu (LVLK) yang telah terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional.“Nah, ketika industri hilir tidak wajib memenuhi ketentuan dalam SVLK sebagaimana tertuang di dalam Permendag 89/2015, akan membuka peluang pencucian kayu ilegal di tingkat industri hilir. Sebab, tidak ada jaminan kayu-kayu dari industri hulu itu legal,” jelas Sulhani.Seperti yang telah diberitakan Mongabay, Kementerian Perdagangan menganggap adanya SVLK menghambat kran ekspor. Padahal, jika dilihat dari data ekspor kayu Indonesia, peningkatan terjadi setelah pemberlakuan V-Legal.Pada 2013, nilai ekspor industri perkayuan US$6,067,388,152, naik menjadi US$6,602,595,732 (2014), dan sudah US$8,034,792,378 (hingga September 2015). Perbandingan antara nilai ekspornya, menggunakan DE (15 HS Code) hingga September 2015 sebesar US$162,340,187.48 (2%) sedangkan V-Legal (15 HS Code) mencapai US$1,421,809,541,99 (17,70%). [SEP]
[0.007555732037872076, 0.46857914328575134, 0.5238651633262634]
2022-034-15.json
Sampah TPA di Cilacap Ini Habis Terkelola, Bagaimana Caranya?
Sampah TPA di Cilacap Ini Habis Terkelola, Bagaimana Caranya? | [CLS]    Sutingah tengah beristirahat sebentar di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jeruklegi, Cilacap Jawa Tengah, sore itu. Dia sudah berada di sana sejak pukul 7.00 pagi bersama suami dan anaknya.“Kadang kalau lagi penuh, mobil dateng bareng-bareng, ambilnya susah,” katanya.Mobil yang dimaksud Sutingah adalah pengangkut sampah. Berbagai jenis mobil bak dan truk milik Dinas Lingkungan Hidup (DLH) datang setiap hari ke TPA Jeruklegi.Setiap hari 143 ton sampah masuk ke TPA ini. Setiap hari Sutingah bersama 130-an pemulung lain sigap mencari sampah plastik, kertas, kaleng, kaca dan barang apa saja yang bisa dijual ke pengepul untuk didaur ulang.Sutingah asli Ajibarang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Sebelum menikah perempuan 36 tahun ini sempat bekerja sebagai asisten rumah tangga di Jakarta. Setelah menikah, suami Sutingah memboyongnya ke Cilacap.Sejak tinggal di Cilacap, setiap hari dia ikut suami mencari nafkah di TPA Jeruklegi.“Kalau di sini rejeki-rejekian,” katanya.baca : Pertama di Indonesia, Sampah RDF Jadi Pengganti Batu Bara  Kadang dapat sampah banyak kadang sedikit. Kalau beruntung Sutingah pernah dapat uang Rp50.000 dalam tumpukan sampah. Suaminya pernah juga dapat cincin emas.Setiap Sabtu atau Minggu, Sutingah dan suami membawa pilahan sampah yang dikumpulkan lalu jual ke pengepul. Lokasinya tak jauh dari TPA. Harga sampah berbeda tergantung jenis. Rata-rata dia bisa hasilkan Rp300,000-an per minggu.Penghasilan ini mereka pakai untuk keperluan dapur dan sekolah anak yang tahun ini naik kelas dua SD.“Nggak cukup, ya dicukup-cukupin.” Beberapa tahun belakangan makin banyak warga ikut mencari sampah di TPA. Dia pikir, mungkin karena makin sulit mencari pekerjaan.“Dulu kalau sore sudah sepi, sekarang masih rame ini,” katanya.  ***Beberapa ratus meter dari gundukan sampah tempat Sutingah dan ratusan warga lain memulung, sebuah shredder (mesin pencacah) raksasa tengah beroperasi.
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2022-034-15.json
Sampah TPA di Cilacap Ini Habis Terkelola, Bagaimana Caranya?
Sampah TPA di Cilacap Ini Habis Terkelola, Bagaimana Caranya? | Mula-mula semua sampah yang tak diambil pemulung, masuk ke dalam shredder. Sampah dicacah menjadi sekitar 10 cm untuk dikeringkan di beberapa bak penampung (drying bay). Di dalam bak, sampah dikeringkan untuk kemudian dipilah kembali.“Di sini ada emisi kecil untuk blower, di bawah mesin pengering,” kata Sri Murniyati, Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Cilacap.Sampah yang sudah kering dan sesuai ukuran masuk ke bak yang kelak akan diangkut PT Solusi Bangun Indonesia (SBI), pabrik semen yang berjarak sekitar 7 km dari TPA.Sampah yang masih belum sepenuhnya kering dan ukuran masih belum sesuai standar masuk kembali ke shredder untuk proses ulang, hingga semua sampah habis. Singkatnya, ada tiga kali proses untuk menyusutkan kadar air dari 50-60% menjadi 25%.Saat pertama kali beroperasi dua tahun lalu, mesin shredder ini hanya mencacah 40-50 ton sampah per hari. Tahun ini, meningkat jadi 120 ton sehari.“Tahun depan kita akan maksimalkan menjadi 200 ton,” kata Murni.Dari TPA Jeruklegi, sampah kering ukuran kecil dibawa oleh SBI untuk jadikan refuse-derived fuel (RDF). RDF sebagai bahan bakar di pabrik semen. Setiap hari SBI membawa 50 ton RDF. Setiap ton seharga Rp300.000 masuk ke kas Pemerintah Cilacap.Selain dari SBI, pemkab juga mendapat pendapatan Rp100.000 per ton dari PT Unilever sebagai bagian dari extended producer responsibility. Penghasilan ini untuk membayar listrik TPA yang tagihan mencapai Rp75 juta per bulan.Selain keuntungan pendapatan daerah, ujar Murni, pemanfaatan RDF menghindarkan lingkungan dari gas metana hasil timbunan sampah.“Kita juga tidak perlu perluasan lahan lagi. Tidak ada lagi beli lahan untuk TPA,” katanya.Sujarwanto Dwiatmoko, Kepala Dinas ESDM Jawa Tengah, mengatakan, selain mengurangi permasalahan sampah kota, pemanfaatan RDF juga untuk penggunaan energi alternatif.baca juga : Tak Sekadar Solusi Sampah, RDF Jadi Energi Terbarukan Rendah Emisi  
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2022-034-15.json
Sampah TPA di Cilacap Ini Habis Terkelola, Bagaimana Caranya?
Sampah TPA di Cilacap Ini Habis Terkelola, Bagaimana Caranya? | Teknologi RDF di TPA seluas tiga hektar ini dengan teknik membrane bio-dry yang menurut Sujarwanto, instalasi sederhana dan biaya operasional lebih rendah.“Seandainya tidak ada RDF, DLH terpaksa menambah lahan lagi untuk menimbun sampah,” katanya.Mulanya, Sujarwanto sempat khawatir karena tak banyak kisah sukses dari proyek pemanfataan waste to energy. “Karena, kalau mangkrak, piye?” katanya. Karena itu, sebelum maupun setelah peresmian proyek ini, Sujarwanto bolak balik memastikan mesin dan operasional RDF berjalan baik.Masalahnya, investasi juga tak sedikit, kerjasama antara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Pemerintah Jawa Tengah dan Pemerintah Cilacap.KLHK memfasilitasi jasa legal panduan kesepakatan, studi awal dan penyediaan ahli sampah internasional. Juga bantu menyediakan teknologi shredder, screen, konveyor, sistem packing, bio drying membrane dan perlengkapan pemadam kebakaran.Untuk ini, KLHK mendapat bantuan dari Pemerintah Denmark di bawah program The Environment Support Programme (ESP 3). Pemerintah Denmark melalui Kedutaan Denmark di Jakarta memberi kontribusi Rp44 miliar.Pemerintah Jateng bertugas menyediakan dukungan biaya operasional dengan dana Rp10 miliar. Pemerintah Cilacap anggaran Rp3 miliar, menyediakan tanah dan akses jalan serta penambahan armada truk.Infrastruktur seperti picking bay, jalan masuk, hanggar RDF plant, jembatan timbang dan jasa peninjauan detail engineering design (DED) menggunakan anggaran Rp27 miliar dari KPUPR.SBI yang menjadi inisiator proyek ini sebagai operator dan offtaker atau pengguna produk RDF. SBI mengeluarkan modal Rp13 miliar untuk teknis, studi sosial dan studi karakter sampah.
[0.016374895349144936, 0.019575536251068115, 0.9640495181083679]
2022-034-15.json
Sampah TPA di Cilacap Ini Habis Terkelola, Bagaimana Caranya?
Sampah TPA di Cilacap Ini Habis Terkelola, Bagaimana Caranya? | M Istafaul Amin, General Manager SBI, mengatakan, teknik bio drying membrane ini merupakan proses pengeringan secara biologi gunakan bakteri dari sampah organik. Membran khusus atau semi permeable pada teknik ini bisa menguapkan air keluar.“Tapi air dari luar tidak bisa masuk ke membrane,” katanya.Bakteri didapat dari sampah organik seperti sayuran atau sisa makanan yang memang sudah ada dalam sampah kota. Jadi, tak perlu beli bakteri khusus lagi. ****** [SEP]
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2017-048-17.json
Sikapi Gugatan Asosiasi Bisnis, Begini Upaya Mereka Jaga UU Lingkungan
Sikapi Gugatan Asosiasi Bisnis, Begini Upaya Mereka Jaga UU Lingkungan | [CLS]  Kamis, 8 Juni 2017, Walhi, Indonesian Center for Environmental Law (ICEL) dan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) akan mengajukan permohonan para pihak (gugatan intervensi) terkait judicial review UU Lingkungan Hidup dan UU Kehutanan oleh APHI dan GAPKI kepada Mahkamah Konstitusi.”Kita menyiapkan permohonan para pihak agar hukum kita memiliki pemberdayaan melawan kejahatan lingkungan,”  kata Henry Subagyo, Direktur Eksekutif  ICEL, di Jakarta,Selasa  (6/6/17). Keduanya, mengajukan permohonan mengacu pada pasal-pasal yang diuji materi oleh kedua asosiasi perusahaan itu.Henry menilai, UU 32/2009 ini terbit berdasarkan refleksi kegagalan hukum dalam penanganan persoalan lingkungan hidup dari hulu ke hilir, dimana sebelumnya UU 23/1997. UU itu, baru sebatas berbicara pada pengelolaan lingkungan hidup, belum menyentuh persoalan perlindungan dan pengelolaan serta lemahnya penegakan hukum.Baca juga: Panas dengan Hukum Kebakaran Huran, Asosiasi Pengusaha Kayu dan Sawit Gugat UU LingkunganNur Hidayati, Direktur Eksekutif Walhi Nasional menilai, UU lingkungan ini menitikberatkan pada aspek perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.”Upaya GAPKI dan APHI ini merugikan posisi lingkungan hidup yang kami wakili karena strict liability ini membawa semangat perlindungan dari korban dari upaya maupun aktivitas berbahaya bagi lingkungan,” katanya.Meski demikian, keduanya menilai hingga kini gugatan kasus kebakaran hutan dan lahan masih sangatlah minim. Baru satu yang putus, yakni PT Waringin Agro Jaya yang masih proses banding. Ada empat proses persidangan lain.”Pasal strict liability ini belum banyak negara dalam menggugat kerusakan lingkungan oleh korporasi. Seharusnya, ini justru lebih banyak didayagunakan ke depan, bukan justru dihapus atau reduksi makna dan substansinya,” ucap Yaya, panggilan akrab Nur Hidayati.
[0.476456880569458, 0.5139302611351013, 0.009612822905182838]
2017-048-17.json
Sikapi Gugatan Asosiasi Bisnis, Begini Upaya Mereka Jaga UU Lingkungan
Sikapi Gugatan Asosiasi Bisnis, Begini Upaya Mereka Jaga UU Lingkungan | Aksi Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) dan Gabungan Pengusaha Sawit Indonesia (GAPKI) ini, katanya, merupakan salah satu upaya perlawanan. Seharusnya, kata Henry, di tengah situasi seperti ini, asosiasi memberikan sumbangsih dan solusi bukan hanya untuk anggota, namun bagi Indonesia.Isna Fatmawati, peneliti ICEL sekaligus kuasa hukum menegaskan judicial review ini tak hanya berbicara terkait lingkungan hidup juga kemanusiaan. Kearifan lokalKetiga organisasi masyarakat sipil ini pun juga akan mengajukan gugatan, khusus menitikberatkan pada Pasal 69 ayat (2) UU Nomor 32/2009.”Pasal 69 ini harus dipertahankan mati-matian, AMAN khusus mengajukan dalam pihak terkait langsung Pasal 69,” kata Muhnur Satyahaprabu, dari Perhimpunan Pembela Masyarakat Adat Nusantara.Dia menilai, pasal ini sangat berdampak langsung baik kewenangan maupun hak-hak masyarakat adat.”Kami melihat persoalan ini krusial, dari pengajuan material itu untuk mencabut pasal yang melindungi kearifan lokal,” ucap Tommy Indriadi Agustin, dari Devisi  Advokasi Pengurus Besar AMAN.Pasal ini,  katanya, jadi alat pengakuan keberadaan masyarakat adat dengan segala aktivitasnya. Kalau gugatan APHI dan GAPKI terkabul, masyarakat adat bakal jadi sasaran.”Pasal ini penting untuk intervensi, karena perlu disampaikan. Perlindungan dan pengakuan masyarakat adat ini bisa bias jika pasal ini dihapuskan.”Muhnur menegaskan, masyarakat adat sudah ada sebelum korporasi datang. ”Eksistensi dan aktivitas masyarakat adat sudah diakui sah secara hukum dan negara memberikan kuasa pada mereka,”Menurut dia, alasan jadi penggugat intervensi karena tiga faktor. Pertama, banyak kawasan adat masuk dalam konsesi kehutanan maupun perkebunan skala besar. ”Bahkan masih banyak konflik sampai sekarang belum selesai,” katanya.
[0.476456880569458, 0.5139302611351013, 0.009612822905182838]
2017-048-17.json
Sikapi Gugatan Asosiasi Bisnis, Begini Upaya Mereka Jaga UU Lingkungan
Sikapi Gugatan Asosiasi Bisnis, Begini Upaya Mereka Jaga UU Lingkungan | Kedua, dari kondisi itu, para pengusaha hendak merebut tanah secara ilegal. Ketiga, pengusaha seakan mau melempar tanggung jawab kepada masyarakat adat.     [SEP]
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2019-015-03.json
Tiga Besar Persoalan Lingkungan Hidup yang Harus Diselesaikan Negara
Tiga Besar Persoalan Lingkungan Hidup yang Harus Diselesaikan Negara | [CLS]   Ada tiga persoalan penting terkait lingkungan hidup yang harus diselesaikan Joko Widodo [Jokowi], ketika terpilih menjadi Presiden Indonesia, lima tahun lalu. Yakni, kebakaran hutan dan lahan [karhutla], konflik agraria antara masyarakat desa dengan negara dan perusahaan, serta terancamnya keberadaan masyarakat adat. Jokowi menunjuk Siti Nurbaya, sebagai Menteri LHK [Lingkungan Hidup dan Kehutanan] guna menyelesaikan dua persoalan tersebut.Kini, Jokowi kembali memimpin Indonesia untuk lima tahun ke depan dan Siti dipercaya lagi menjadi Menteri LHK. Apa yang harus dilakukan Presiden bersama Menteri LHK?“Ya, masih seperti lima tahun lalu. Mengatasi karhutla yang tetap saja terjadi di lahan gambut, dan program perhutanan sosial yang terlihat gagal mengatasi konflik agraria, serta menyelamatkan masyarakat adat,” kata Mualimin Pardi Dahlan, anggota Dewan Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia [Walhi] kepada Mongabay Indonesia, Rabu [23/10/2019].Sebab, upaya yang dilakukan Jokowi seperti membentuk dan menjalankan program restorasi gambut melalui Badan Restorasi Gambut [BRG] terbukti belum mampu mencegah kebakaran di lahan gambut. Bencana kabut asap tetap dirasakan di Kalimantan dan Sumatera.Begitu juga skema percepatan Perhutanan Sosial [PS] dan TORA [Tanah Objek Reforma Agraria], tidak menyentuh optimal masyarakat yang mengalami konflik, atau menyelamatkan keberadaan masyarakat adat.“Jadi, tidak ada yang bisa diharapkan dari Menteri Siti Nurbaya, selama kebijakan perhutanan sosial bukan jawaban atas konflik agraria, jika tetap diarahkan hanya untuk di luar konsesi korporasi,” lanjutnya.Baca: Kabinet Baru Jokowi, Bagaimana Nasib Lingkungan dan Reforma Agraria?  
[0.9999914169311523, 4.4660559979092795e-06, 4.169679868937237e-06]
2019-015-03.json
Tiga Besar Persoalan Lingkungan Hidup yang Harus Diselesaikan Negara
Tiga Besar Persoalan Lingkungan Hidup yang Harus Diselesaikan Negara | Terbukti, dari sejak pertama Siti menjabat Menteri LHK pada kabinet kerja jilid 1, dari ratusan ribu hektar yang kita ajukan melalui skema perhutanan sosial tidak bisa direalisasikan. Padahal, yang diajukan ini sebagian besar dari wilayah konflik agaria. “Persoalan ini sudah disampaikan Walhi saat melakukan rapat kerja dengan KLHK, dan hasilnya dijadikan sebuah buku,” terang Mualim.Seandainya pemerintahan Jokowi tetap komit menyelesaikan konflik agraria, maka Menteri Siti Nurbaya harus merevisi PS agar menjadi instrumen resolusi konflik. Akar masalah ketimpangan itu, tidak seimbangnya penguasaan lahan antara korporasi dan rakyat. Bahkan dalam RUU Pertanahan saat ini negara akan semakin berkuasa penuh atas tanah. “Bahkan ada ketentuan pengampunan bagi korporasi yang menggarap lahan di luar izin konsesinya.”Baca: Periode Kedua, Presiden Jokowi Diminta Fokus Benahi Tata Kelola Sumber Daya Alam  Selain itu KLHK juga belum sepenuhnya mewujudkan permintaan lahan adat oleh masyarakat adat melalui skema PS, yang sebetulnya dapat menyelamatkan hutan alam tersisa. “Fakta yang kita saksikan di lapangan maupun hasil penelitian berbagai pihak, masyarakat adat lebih efektif menjaga hutan, dibandingkan apa yang dilakukan pihak lain termasuk lembaga negara,” katanya.Dikatakan Mualimin, negara hanya boleh mengatur bukan menguasai. Rakyat yang harus diberi kuasa penuh sebagai pemilik, diberikan perlindungan untuk mengelola dengan budaya kearifan lokal, yang sudah tumbuh dalam bingkai harmoni manusia dan alam secara berkelanjutan.Sementara TORA, harus dievaluasi dari program yang terlihat hanya bagi-bagi tanah menjadi agenda yang sejati yakni reforma agraria atau penataan ulang kuasa atas tanah secara adil.
[0.999424159526825, 0.00028237837250344455, 0.000293476419756189]
2019-015-03.json
Tiga Besar Persoalan Lingkungan Hidup yang Harus Diselesaikan Negara
Tiga Besar Persoalan Lingkungan Hidup yang Harus Diselesaikan Negara | “Strateginya, jangan fokus pada tanah bebas, hingga seakan-akan ada kehendak baik membagikan tanah. Padahal, faktanya hampir 80 persen daratan Indonesia sudah dikuasai korporasi, dan inil yang menjadi sumber konflik agraria tidak berkesudahan.”Negara harus melakukan langkah tegas. “Hentikan sementara pemberian izin pihak yang haus lahan, evaluasi dan audit izin yang sudah ada apalagi yang berkonflik, serta tegakkan hukum atas setiap pelanggaran. Hukum korporasi yang melanggar, termasuk pidana korupsi di sektor sumber daya alam,” tegasnya.Baca: Keberpihakan Negara pada Investasi di Sektor Kemaritiman  Dr. Najib Asmani, Ketua Yayasan Kelola Lanskap Berkelanjutan, juga menyampaikan apa yang akan dilakukan Siti Nurbaya dalam memimpin KLHK lima tahun ke depan. Fokus masih terkait restorasi gambut dan mangrove, mengatasi karhutla, serta meningkatkan dan memperbaiki target PS.“Ya, masih persoalan yang sama. Memang program restorasi gambut dan mangrove, dan pencegahan karhutla tidak dapat dilakukan cepat. Harus fokus, sabar, dan butuh waktu panjang. Sehingga program ini jangan berhenti, dan tidak dapat diukur dari kerja lima tahun lalu. Kerja lima tahun lalu merupakan pelajaran guna memperbaiki sistem koordinasi dan strategi yang dilakukan. Betul, harus ada perbaikan atau perubahan,” kata Najib.Sementara PS, dapat dikejar dalam lima tahun ke depan, baik untuk mengatasi konflik agraria maupun menyelamatkan keberadaan masyarakat atau komunitas adat di Indonesia. “Menjaga keberadaan hutan alam tersisa,” ujarnya.Baca juga: Lahan Sawit Terbakar Hakim Putuskan Bayar Rp261 Miliar, Perusahaan di Kalteng Ini Bermasalah Sejak Lama  Pendekatan budayaConie Sema, pekerja seni dan budaya di Palembang, mengatakan, terkait upaya mengatasi persoalan lingkungan hidup di Indonesia selama ini, termasuk lima tahun pemerintahan Jokowi yang lalu, tampaknya pendekatan masih berpijak pada ekonomi dan hukum.
[0.9996156692504883, 0.00018315522174816579, 0.00020114629296585917]
2019-015-03.json
Tiga Besar Persoalan Lingkungan Hidup yang Harus Diselesaikan Negara
Tiga Besar Persoalan Lingkungan Hidup yang Harus Diselesaikan Negara | “Selama ekonomi masih berbasis sumber daya alam dan rakyat tidak memiliki kekuatan modal, seperti lahan dan teknologi, maka pendekatan ekonomi hanya sebuah mitos, yang akhirnya memberikan luka bagi rakyat Indonesia. Jika terus dibiarkan, menjadi sebuah dendam dan kemarahan yang absurd, yang sebenarnya sudah kita rasakan saat ini,” kata Conie.Begitu pun pendekatan hukum, yang justru menjadikan masyarakat dendam pada negara atau pemerintahan, bukan melahirkan kesadaran. Kenapa? Sebab pelanggaran hukum yang mereka lakukan, seperti membakar lahan dan merambah hutan, bukan karena pilihan atau sikap, melainkan karena kondisi mereka yang tidak memiliki pengetahuan dan teknologi.“Berbeda di negara maju, penegakan hukum dilakukan karena rakyatnya tidak memiliki alasan lagi untuk melanggar sebuah aturan. Ibarat menangkap seorang anak yang kelaparan karena mencuri sepotong roti.”Conie menyarankan, pendekatan yang dilakukan adalah budaya dalam menjalankan skema-skema yang dijalankan pemerintah. Misal, memahami nilai-nilai budaya dari sebuah masyarakat. Dari situ dilakukan dialog, yang kemudian mendorong mereka membangun nilai-nilai baru penuh komitmen dan kesadaran bersama terhadap kondisi lingkungan yang sudah tidak sama seperti di masa lalu.“Jika pendekatan budaya diutamakan, pengakuan lahan adat merupakan pilihan utama dibandingkan hutan kemitraan, hutan desa, maupun hutan kemasyarakatan dalam program PS,” ujarnya.Conie juga “mencemaskan” pernyataan Presiden Jokowi soal pengutamaan goal atau output. Sebab jika ini digunakan untuk industri berbasis sumber daya alam, seperti perkebunan, maka bukan tidak mungkin persoalan lingkungan ditepiskan guna mewujudkan target produksi. Namun jika digunakan untuk penyelamatan lingkungan dan sumber daya manusia itu sangat baik.“Perlu penegasan Presiden, hal ini diberlakukan pada pembangunan yang mana, atau program yang mana,” terang Ketua Teater Potlot ini.   [SEP]
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2012-036-14.json
Buku Baru Analysing REDD+, Sudah Siapkah Indonesia Menjalaninya?
Buku Baru Analysing REDD+, Sudah Siapkah Indonesia Menjalaninya? | [CLS] Di sela pelaksanaan Konferensi Rio+20, Center for International Forestry Research (CIFOR) menerbitkan sebuah buku berjudul Analysing REDD+: Challenges and Choices. Buku ini adalah kumpulan tulisan dari banyak pakar yang disunting oleh Arild Angelsen dan kawan-kawan ini bicara soal REDD+ yang terbagi dalam tiga bagian utama, yaitu: Understanding REDD+(Memahami REDD+), Implementing REDD+ (Pelaksanaan REDD+) dan Measuring REDD+ (Pengukuran REDD+).Ini adalah buku ketiga dari CIFOR terkait isu REDD+, yang membahas soal desain dan implementasi awal REDD+, pelaksanaan di lapangan proyek REDD+, tantangan-tantangan dalam desain dan pelaksanaan yang efektif, kebijakan dan proyek REDD+ yang efektif, dengan garis besar konklusi:A. Sebagai sebuah IDE, REDD+ adalah sebuah kisah sukses yang merupakan sebuah pendekatan baru yang segar yang memberikan harapan dalam pendanaan yang berbasis hasil untuk melakukan upaya pencegahan dalam perubahan iklim.B. REDD+ menghadapi tantangan besar: kekuatan ekonomi dan politik raksasa masih terus berhadapan dengan deforestasi dan degradasi hutan. Implementasi harus dikoordinasikan dengan berbagai level pemerintahan dan agen-agen pelaksana di lapangan. keuntungan harus dibagikan dan harus diseimbangkan demi efektivitas dan keadilan; hak kepemiikan dan pengeolaan tanah masih belum menemukan titik aman bagi masyarakat dan masih harus dibahas lebih lanjut secara transparan, sistem monitoring karbon dan referensi yang realistis di segala level sangat diperlukan untuk mendukung sistem yang berbasis atas hasil ini.C. REDD+ bisa mengkatalisasi perubahan: dengan sistem insentif yang baru, munculnya diskursus dan informasi baru, aktor-aktor baru dan koalisi kebijakan baru bisa menggeser kebijakan domestik dari sekedar ‘business as usual’ menjadi berorientasi lingkungan.
[0.00025693021598272026, 0.00035799675970338285, 0.9993850588798523]
2012-036-14.json
Buku Baru Analysing REDD+, Sudah Siapkah Indonesia Menjalaninya?
Buku Baru Analysing REDD+, Sudah Siapkah Indonesia Menjalaninya? | D. REDD+ bisa menggabungkan berbagai strategi di wilayah deforestasi yang tinggi: proyek ini bisa menggabungkan strategi yang bisa menegakkan peraturan dan mendukung daya hidup alternatif dengan insentif berbasis hasil, dan proyeki ini harus dilakukan di wilayah-wilayah deforestasi yang tinggi.E. Pilihan Kebijakan ‘No Regret’: kendati masa depan REDD+ masih belum jelas, para pemangku kepentingan perlu membangun dukungan dan koalisi untuk perubahan, invest dalam sistem informasi, dan mengimplementasikan kebijakan yang bisa mereduksi deforestasi dan degradasi hutan, untuk berbagai tujuan perubahan iklim.Editor utama buku ini secara khusus menyoroti seputar tantangan REDD+ baik secara praktis maupun politis. Mulai dari pengukuran dan monitoring tinggalan karbon, siapa yang mendapat uang dari REDD+, koordinasi diantara orang-orang lokal, pemerintah regional dan nasional. “Desain dan pelaksanaan REDD+ sangat menantang,” ucap Angelsen. “Bagian tersulit adalah bagian detailnya – saat anda memulai mengerjakan sisi spesifik REDD+, mulailah muncul konflik lebih banyak.”Bagian lain yang juga sulit adalah membangun sebuah sistem referensi untuk menentukan penilaian tinggalan karbon dalam sebuah proyek REDD+. Terutama untuk menentukan nilai insentif yang diterima oleh satu daerah karena menjaga tegakan pohon dan menjaga tutupan hutan. Ini adalah sebuah tugas berat, karena terkadang, data yang ada tidak valid di lapangan, dan membuka pintu-pintu konflik dengan masyarakat lokal.
[0.999424159526825, 0.00028237837250344455, 0.000293476419756189]
2012-036-14.json
Buku Baru Analysing REDD+, Sudah Siapkah Indonesia Menjalaninya?
Buku Baru Analysing REDD+, Sudah Siapkah Indonesia Menjalaninya? | Khusus untuk kasus Indonesia, salah satu permasalahan mendasar adalah sistem data dan informasi antar-lembaga di berbagai level yang masih berantakan. Ketidaksinkronan data yang dimiliki lembaga di level nasional, seperti Departemen Kehutanan RI, dengan lembaga-lembaga pemerintahan lokal seperti Pemerintah Kabupaten, Kecamatan dan seterusnya menjadi satu masalah tersendiri. Seperti dibahas dalam Chapter 6 buku ini, Multiple Levels and Multiple Challenges for REDD+, dalam tabel 62 disebutkan: salah satu halangan untuk menentukan MRV (Measuring, Reporting and Verification) di Indonesia adalah perlu energi ekstra untuk  menggabungkan data spasial dan tutupan lahan, serta menentukan peta tunggal untuk menentukan batas administratif dan konsesi.Sementara dari sisi kebocoran pendanaan, hal ini terkait erat dengan permainan politik lokal yang memiliki otoritas penggunaan dana dan menentukan kebijakan. Hal serupa juga dibahas dalam Box 6.1 Risks od Corruption in REDD+ : Lessons from Indonesia oleh Ahmad Dermawan. Dalam tulisan ini dibahas seputar koordinasi dalam penggunaan dana REDD+ yang turun untuk proyek masih jauh dari situasi ideal. Ahmad Dermawan menilai, salah satu tantangan terbesar adalah masih lemahnya penentukan batas area dari hutan negara.Misalnya dalam kasus permohonan izin untuk REDD+ sebagai program nasional yang bisa dikeluarkan oleh Departemen Kehutanan RI, izin bisa dikeluarkan oleh lembaga ini. Namun tumpang tindihnya batas, serta tumpang tindihnya aturan serta otoritas dengan pemerintah di level lebih rendah (misalnya kabupaten) membuat izin yang dikeluarkan untuk proyek REDD+ seringkali berhadapan dengan izin tambang atau konsesi perkebunan di lapangan.
[0.9999897480010986, 5.327978669811273e-06, 4.870696557190968e-06]
2012-036-14.json
Buku Baru Analysing REDD+, Sudah Siapkah Indonesia Menjalaninya?
Buku Baru Analysing REDD+, Sudah Siapkah Indonesia Menjalaninya? | Buntutnya, tidak hanya soal batas. Namun hal ini membuat kebingunan di tingkat masyarakat lokal, dan membuat sebuah tantangan baru bagi REDD+ di lapangan: apa yang membuat REDD+ lebih menguntungkan secara finansial bagi mereka di tingkat akar ketimbang tambang atau perkebunan? Kerja berat agen-agen lapangan REDD+ pun dimulai disini. Apalagi, dengan adanya sistem perhitungan karbon dengan berbasis hasil nyata yang akan menghitung tinggalan karbon di sebuah wilayah berdasar atas tutupan lahan dan tegakan pohon. Sistem ini membuat masyarakat takut untuk menerima REDD+ sebagai sebuah solusi.Dari hasil wawancara lapangan yang dimuat di dalam buku baru ini diketahui bahwa warga yang memahami ide dasar dari REDD+ sekitar 2 sampai 13% saja (untuk proyek di Ulu Masen, Aceh, KCCP dan KFCP). Lalu pemahaman soal program REDD+ lokal 6 sampai 27% saja. Artinya hanya rata-rata 10 persen orang lokal yang paham apa itu REDD+ di ketiga wilayah proyek tersebut, dan hanya sekitar seperempat dari penduduk yang paham soal program REDD+ lokal di tahun 2010.Pertanyaan umum lain yang muncul dari wawancara ini adalah seputar pendapatan yang berkelanjutan bagi masyarakat di sekitar hutan terkait program REDD+ ini. Hal lainnya adalah ketakutan akibat kegagalan proyek-proyek pemerintah di masa lalu yang berakhir dengan konversi lahan menjadi perkebunan, serta berurangnya akses memasuki hutan terkait REDD+. Ketiga faktor ini menyebabkan keraguan bagi masyarakat sekitar desa untuk bisa menerima REDD+ sebagai sebuah solusi tepat bagi mereka, tak hanya soal sumber daya di hutan, namun juga penghasilan.Secara teknis, buku baru ini memang sangat lengkap membahas kondisi terbaru dari REDD+ sebagai sebuah solusi untuk menekan emisi karbon akibat deforestasi dan degradasi hutan, namun pendekatan yang dilakukan lewat buku ini cenderung kaku, berbasis data keras, dan langkah demi langkah yang disusun secara teratur.
[0.9999897480010986, 5.327978669811273e-06, 4.870696557190968e-06]
2012-036-14.json
Buku Baru Analysing REDD+, Sudah Siapkah Indonesia Menjalaninya?
Buku Baru Analysing REDD+, Sudah Siapkah Indonesia Menjalaninya? | Tentu ini sebuah hal positif jika dilihat dari sudut pandang pelaksanaan, namun beberapa prasyarat dasar, seperti tingkat kematangan birokrasi di sebuah negara, tingkat kerapihan data administratif terkait hutan dan lingkungan, serta tingkat keseriusan politik untuk membangun sistem REDD+ secara matang, menjadi masalah tersendiri untuk kasus Indonesia. Ancaman-ancaman korupsi (REDD+ melibatkan dana puluhan bahkan ratusan juta dollar), tumpang tindihnya kebijakan soal status lahan, serta lemahnya pengetahuan warga akibat lemahnya informasi, membuat kemajuan program REDD+yang dilakukan berjalan sangat lambat.Seperti dituangkan oleh Erik Olbrei dan Stephen Howes dari Australian National University dalam tulisan mereka soal kegagalan REDD+ di Kalimantan Forest Carbon Partnership:1. Target utama KFCP telah diturunkan secara drastis. Hanya sepuluh persen, dari target awal yang digembar-gemborkan, karena target awal terlalu bombastis.2. Perkembanga di lapangan sangat lambat. Blokade kanal-kanal utama belum dimulai, hanya 50.000 pohon yang ditanam, mekanisme pengukuran emisi belum tuntas, dan baseline emisi bahkan belum dijelaskan secara detail.3. Deforestasi dan konversi lahan gambut tetap berlangsung dengan cepat dan dalam skala besar di Indonesia. Penanaman dan ekspansi perkebunan sawit makin meluas.Senator Partai Hijau Australia, Christine Milne, bahkan menyebut proyek KFCP ini sebagai sebuah kegagalan total, akibat lambatnya perkembangan di lapangan, dan lemahnya pelaksanaan yang mengakibatkan menurunnya target capaian yang semestinya.
[0.9999367594718933, 2.959586890938226e-05, 3.3626762160565704e-05]
2012-036-14.json
Buku Baru Analysing REDD+, Sudah Siapkah Indonesia Menjalaninya?
Buku Baru Analysing REDD+, Sudah Siapkah Indonesia Menjalaninya? | Kegagalan-kegagalan ini dipicu oleh beberapa hal, terutama adalah minimnya akses informasi publik dan masyarakat lokal terhadap KFCP membuat mereka tidak memiliki informasi yang cukup transparan soal pelaksanaan proyek ini. Dan ketika proyek ini diturunkan targetnya, masyarakat tidak memilki gambaran luas soal hal ini, dan menimbulkan sebuah opini bahwa AusAID dan Negara Australia tidak serius dalam menangani proyek REDD percontohan mereka di Kalimantan.Contoh lain yang lebih nyata adalah pelaksanaan REDD di Aceh, di kawasan hutan gambut Rawa Tripa. Mantan Gubernur Aceh Irwandu Yusuf jutsru mengeluarkan izin untuk membuka perkebunan sawit bagi PT Kallista Alam, di saat proyek REDD berjalan, artinya political will yang lemah, digabung dengan administrasi data yang tidak terkoordinasi menjadi sebuah racun dalam proyek REDD ini. Masalah bukan muncul dari REDD+, tapi lebih pada kesiapan Indonesia itu sendiri yang menjalankan proyek ini secara jangka panjang.Selain itu, buku ini mungkin lupa menyoroti betapa faktor budaya sangat kental berbicara dalam setiap pelaksanaan proyek yang masuk ke sebuah wilayah. Kendati dianggap menjadi batu sandungan, jika gagal ‘menjinakkan’ faktor ini, namun salah satu kunci sukses dalam proyek pelestarian hutan dan menjaga tutupan hutan berbasis masyarakat, justru faktor budaya. Terlepas dari apakah ini program REDD+ atau tidak, yang terpenting hasilnya tetap sama dengan target program REDD+ ini, mereduksi emisi karbon dan menjaga tutupan hutan, serta membawa manfaat bagi masyaralat sekitar hutan.
[4.426556643011281e-06, 7.228185495478101e-06, 0.9999883770942688]
2012-036-14.json
Buku Baru Analysing REDD+, Sudah Siapkah Indonesia Menjalaninya?
Buku Baru Analysing REDD+, Sudah Siapkah Indonesia Menjalaninya? | Salah satu contoh istimewa dalam hal ini adalah masyarakat Dayak Wehea, di Muara Wahau, Kalimantan Timur yang mengelola hutan adat mereka yang dimulai sejak 6 tahun silam. Tahun 2004. Ats inisiatif masyarakat, hutan dan desa ini mulai ditetapkan sebagai desa konservasi oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Timur. Hutan lindung Wehea seluas 40 ribu hektar, secara resmi dilindungi oleh hukum adat Wehea. Setiap pelanggaran, baik itu membunuh binatang atau mengambil kayu tanpa izin di dalamnya, akan dikenakan sanksi yang tegas. Bahkan, kini warga dayak Wehea memiliki pasukan tersendiri untuk menjaga hutan lindung ini. Mereka disebut Petkuey Mehuey (PM) atau pasukan penjaga hutan.Pasukan ini terdiri dari anak-anak muda Wehea, yang secara bergantian dalam setiap shiftnya menjaga dan berpatroli keliling hutan lindung Wehea untuk melakukan monitoring dan membuat serta memperbaiki jalur-jalur wisata yang ada di dalam hutan ini. Tugas lain yang tak kalah penting, tentu saja memandu setiap peneliti atau wisatawan yang datang di hutan lindung Wehea dan menjelaskan setiap keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya.Setiap shiftnya, berlaku selama dua bulan. Setelah waktu yang ditentukan berakhir, mereka akan digantikan dengan tim lain yang sudah disiapkan. Proses ini sudah terjadi sejak pertamakali hutan lindung Wehea ditetapkan sebagai area yang harus dijaga oleh mereka. Secara resmi, PM ini sudah bertugas sejak tahun 2004 silam, dan terus berjalan hingga saat ini.Komitmen dan kerja keras warga Dayak Wehea, telah mendapat penghargaan dari Pemerintah Republik Indonesia tahun 2010 silam. Ledjie Taq, sebagai Kepala Adat Dayak Wehea mendapat anugerah Kalpataru sebagai salah satu penggerak dan pelindung lingkungan di Muara Wahau. Penghargaan internasional bahkan telah diraih oleh Hutan Lindung Wehea, yaitu Schooner Prize Award dari Kanada, sebagai salah satu wilayah konservasi terbaik ketiga di dunia.
[0.27853596210479736, 0.3501799404621124, 0.3712840676307678]
2012-036-14.json
Buku Baru Analysing REDD+, Sudah Siapkah Indonesia Menjalaninya?
Buku Baru Analysing REDD+, Sudah Siapkah Indonesia Menjalaninya? | Hutan lindung Wehea kini juga merupakan sebuah objek pariwisata andalan, sekaligus pusat penelitian bagi dunia kehutanan. Sementara masyarakat bisa menghidupi diri mereka sendiri dengan bekerja di hutan sebagai penjaga hutan, pemandu wisata, tetap menjadi petani di desa mereka, menjual atraksi tahunan mereka yaitu Festival Panen Lomplai, dan tetap membiarkan tutupan hutan mereka terus bertambah.Dengan atau tanpa REDD+. Intinya, adalah memancing inisiatif masyarakat dan menomorsatukan masyarakat, dan menjauhkan dari segala janji-janji soal insentif yang justru memancing pertanyaan serta konflik, seperti beberapa kasus proyek REDD yang telah terjadi di berbagai wilayah Indonesia hingga kini. Apa pun payung programnya, keseriusan pemerintah lokal dan peran masyarakat dalam menjaga alam, tetap jauh lebih utama.E-book dalam format PDF dapat diunduh di: sini [SEP]
[0.007555732037872076, 0.46857914328575134, 0.5238651633262634]
2016-048-12.json
Alami Kekerasan dan Intimidasi, Aktivis Tolak Reklamasi Benoa Lapor Komnas HAM
Alami Kekerasan dan Intimidasi, Aktivis Tolak Reklamasi Benoa Lapor Komnas HAM | [CLS] Para aktivis penolak reklamasi Teluk Benoa Bali mendatangi Komnas HAM di Jakarta, Selasa (28/6/16) melaporkan tindakan kekerasan kala pembukaan Pesta Kesenian Bali (PKB) 11 Juni di Lapangan Renon Denpasar. Dua aktivis ForBali, Suryadi Darmoko dan Adi Sumiarto mendapatkan intimidasi paksaan melepas baju bertema “Bali Tolak Reklamasi” dan pemukulan oleh aparat keamanan.“Saat itu PKB langsung dibuka Presiden Jokowi. Saya bersama teman-teman datang ke lokasi menggunakan kaos Bali Tolak Reklamasi. Dihadang aparat keamanan. Saya dilarang menyaksikan pembukaan PKB,” kata Suryadi, Direktur Walhi Bali.Tak hanya dia yang mengalami kekerasan, juga rekan-rekan aktivis tolak reklamasi Benoa. Kala interogasi kepolisian, terlontar ucapan larangan memakai baju bertema tolak reklamasi. Kala itu, beberapa aktivis ForBali dikumpulkan di satu titik dan dihadang menyaksikan gelaran itu.“Saat itu,  terjadi perdebatan panjang. Kami merasa tak melanggar aturan, tak ada aturan melarang penggunaan baju tolak reklamasi. Kami memilih bertahan. Saya dan teman mengatakan,  akan melihat pembukaan di pinggir, tak di depan Presiden. Tetap ditolak. Kami harus ganti atau buka baju,” katanya.Akhirnya, aparat mengeluarkan teriakan dan memaksa para aktivis keluar acara. Moko bertahan di lokasi didorong diduga oleh aparat kepolisan atau TNI. Hingga terjadi pemukulan.
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2016-048-12.json
Alami Kekerasan dan Intimidasi, Aktivis Tolak Reklamasi Benoa Lapor Komnas HAM
Alami Kekerasan dan Intimidasi, Aktivis Tolak Reklamasi Benoa Lapor Komnas HAM | “Saya terkena pukulan di rahang sebelah kanan sampai kepala berkunang-kunang. Rekan saya Adi Sumiarta terkena pukulan di leher kiri bagian belakang tiga kali. Pukulan sangat terlatih dan di titik melumpuhkan kami. Kami pikir itu itu aparat.”  Saat penghadangan, katanya, Moko ingat betul di sekitar lokasi ada kepolisan. “Saya mencatat nama dari I.B. Aditia M.B. Saya lihat jelas, dia sejak awal aktif mengumpulkan kami di satu titik. Dia juga mengejar rekan lain. Saat pemukulan, ada beberapa polisi berjaga. Tak jauh dari situ ada pos polisi.  Pelarangan mengenakan baju tolak reklamasi disaksikan langsung bahkan oleh kepolisan,” katanya.Selebihnya dia tak melihat jelas. Moko beranggapan, aparat keamanan di lokasi tahu persis terjadi pemukulan. Dalam tayangan video yang didokumentasikan, jelas ada pembiaran dari kepolisan.“Saat itu yang menggunakan baju tolak reklamasi sekitar 10 orang, mengalami pemukulan dua orang.”Dia berharap Komnas HAM memantau serius proyek reklamasi Teluk Benoa, supaya tak ada intimidasi ataupun pengekangan kebebasan berekspresi dan pemukulan.I Made Ariel Suardana, Tim Advokasi ForBali mengatakan, laporan ke Komnas HAM terkait banyak pemberangusan, penurunan, penghilangan baliho Bali Tolak Reklamasi. Termasuk intimidasi dan ancaman psikologis. “Kami juga sertakan rangakaian kronologis dan rekaman video delapan adegan.”Dia meminta Komnas HAM segera menyelidiki pelanggaran HAM ini. Dia berharap, Komnas HAM bisa memberikan rekomendasi agar pelaku mendapatkan sanksi baik pidana maupun administratif berupa pemecatan.“Dalam pemukulan dan pemaksaan pelepasan atribut atau baju, ada tindakan aktif oleh orang-orang memakai baju bertuliskaan Turn Back Crime.  Apakah mereka dari TNI, Polri atau bahkan preman? Kami serahkan kepada Komnas HAM. Jika dari TNI atau Polri, harusnya dapat ditindak pidana maupun administratif.”
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2016-048-12.json
Alami Kekerasan dan Intimidasi, Aktivis Tolak Reklamasi Benoa Lapor Komnas HAM
Alami Kekerasan dan Intimidasi, Aktivis Tolak Reklamasi Benoa Lapor Komnas HAM | Dia yakin, pelarangan ini oleh aparat Negara.  Apalagi, setiap perdebatan, selalu dia mengatakan ada perintah atasan. “Kami yakin, tindakan ini terstruktur atas perintah dan komando.”Juru bicara Walhi Nasional Khalisah Khalid mengatakan, Komnas HAM harus konsen dan memberikan perhatian pada kasus ini selain proyek reklamasi Benoa sendiri yang banyak indikasi pelanggaran HAM. “Ini sistematis buat membungkam suara kritis masyarakat menolak reklamasi.”Kejadian ini, katanya, bukan kali pertama. Intimidatif, katanya, seringkali terjadi, misal, Presiden datang ke Bali. Dia merasa aneh karena aparat dan pemerintah daerah seakan-akan meutupi aksi kritis masyarakat menolak reklamasi. Seolah, katanya,  ingin menunjukkan kepada Presiden bahwa di Bali tak ada penolakan reklamasi Benoa.“Padahal nyata upaya perlawanan masyarakat makin masif di hampir semua bendesa adat. Ini lucu, era terbuka, para pihak itu mencoba membohongi Presiden. Kami sudah menyampaikan ini ke semua institusi negara termasuk Presiden,” ujar dia.Kini sudah ada pernyataan resmi 38 bendesa adat menolak reklamasi Benoa. Mereka dari Badung, Denpasar, Gianyar dan Karangasem. Di hamper semua wilayah Bali, penolakan juga dilakukan organisasi pemuda adat.Komisioner Komnas HAM Subkomisi Pemantauan dan Penyelidikan Siane Indriani mengatakan, hal krusial dalam reklamasi di Teluk Benoa dimulai kala Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, mengeluarkan Perpres 51 tahun 2014. SBY mengubah Teluk Benoa dari awal kawasan konservasi menjadi pemanfaatan hingga memungkinkan masuk reklamasi.
[0.476456880569458, 0.5139302611351013, 0.009612822905182838]
2016-048-12.json
Alami Kekerasan dan Intimidasi, Aktivis Tolak Reklamasi Benoa Lapor Komnas HAM
Alami Kekerasan dan Intimidasi, Aktivis Tolak Reklamasi Benoa Lapor Komnas HAM | Masyarakat Bali, katanya,  menganggap Benoa, wilayah sangat penting. Sosialisasipun tak terbuka dan hanya sebagian. “Walaupun dijelaskan reklamasi akan memberikan dampak ekonomi tetapi belum clear mengapa wilayah konservasi jadi pemanfaatan. Kalau alasan ada pendangkalan, tol dan pelabuhan, kan harusnya mengapa dibangun? Kalau memang konservasi, seharusnya kembalikan lagi.”Tambah lucu lagi kala muncul istilah revitalisasi yang ternyata pengembangan kawasan wisata modern. Ada beberapa hal membuat masyarakat taka man dengan Bali sebagai kawasan adat dan budaya, tempat suci upacara melasti. Belum lagi, katanya,  masyarakat Bali khawatir reklamasi akan mempengaruhi ekonomi masyarakat karena akan banyak tenaga asing masuk.Dari sisi lingkungan hidup, katanya,  juga berpotensi merusak. “Kita menunggu hasil Amdal, semula bakal selesai April atau Mei, sampai sekarang belum selesai. Saya sudah turun ke lapangan beberapa kali bertemu masyarakat adat.” Dia khawatir, kala reklamasi berjalan, khawatir terjadi konflik horizontal antara orang-orang pro dan kontra. “Ini ada semacam gerakan yang kalau tak disikapi serius oleh pemerintah pusat, konflik horizontal bisa terjadi.”Dalam jangka panjang juga ada kekhawatiran. Selama 30 tahun kawasan itu dikuasai swasta. Kondisi ini akan berpengaruh pada keamanan. Bisa saja,  katanya, kawasan reklamasi itu jadi jalur narkoba masuk.Dia sudah bertemu Gubernur Bali. Gubernur mengatakan, kalau reklamasi kebijakan pusat. Gubernur bilang, pemda tak punya kewenangan lagi.  “Katanya itu kewenangan Presiden. Kami meminta Presiden tegas. Kami ingin reklamasi dikaji ulang. Kalau masyarakat merasakan manfaat, tentu mereka mendukung. Kalau tak membawa manfaat, ya otomatis menolak,” kata Siane.
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2016-048-12.json
Alami Kekerasan dan Intimidasi, Aktivis Tolak Reklamasi Benoa Lapor Komnas HAM
Alami Kekerasan dan Intimidasi, Aktivis Tolak Reklamasi Benoa Lapor Komnas HAM | Dia meminta,  pemerintah mengajak masyarakat berdialog terbuka mengenai kebijakan ini. Jangan sampai kekhawatiran masyarakat kalah karena investor. Komnas HAM, katanya,  akan fokus memantau berbagai proyek reklamasi. Tak hanya Bali, juga daerah lain seperti Manado dan Jakarta. [SEP]
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2016-005-20.json
Begini Ajakan Melindungi Anjing dari Kota Tomohon
Begini Ajakan Melindungi Anjing dari Kota Tomohon | [CLS] Hari itu, para pecinta anjinga dan kucing berkumpul di Kota Tomohon, Sulawesi Utara. Sebuah komunitas pecinta anjing bernama Dog Lovers Tomohon (DLT) mendeklarasikan diri dengan menggelar Fun Dog Festival, vaksin rabies gratis serta kampanye perlindungan anjing. Kegiatan yang digelar Sabtu (10/12/2016) itu diberi tema “Dari Tomohon untuk Sulawesi Utara Bebas Rabies dan Peduli Kesejahteraan Hewan”.Sekitar 350 peserta turut meramaikan lomba-lomba yang telah diagendakan, misalnya Fun Dog Show, Fun Dog Race dan Fun Dog Fashion Show.Panitia juga menyertakan kategori khusus, yaitu anjing kampung. Kategori ini disertakan bukan tanpa alasan. Mereka ingin menyampaikan bahwa anjing kampung, seperti jenis lainnya, adalah sahabat manusia, bukan hewan konsumsi.“Kalau ada orang yang menilai anjing kampung untuk dikonsumsi, maka bagi kami mereka adalah sahabat,” demikian dikatakan Nicky Polii, ketua Dog Lovers Tomohon ketika ditemui Mongabay, Sabtu (10/12/2016).Dalam kegiatan ini, DLT memang menyatakan akan konsisten menyuarakan pesan-pesan perlindungan dan kesejahteraan anjing. Sebab, menurut Nicky, selama ini banyak masyarakat luar mengenal kota Tomohon lewat pasar ekstrimnya. Sehingga, kehadiran mereka diharap dapat mengubah pandangan tersebut secara perlahan-lahan.“Kami coba menunjukkan bagaimana menyayangi, memperlakukan dan bertindak secara bertanggung jawab sebagai pemilik anjing. Karena, harus disadari, kehidupan anjing bergantung pada pemiliknya,” ujar Nicky.Deklarasi DLT juga dihadiri Animal Friends Manado Indonesia (AFMI). Di sana, mereka mengkampanyekan anti kekerasaan terhadap hewan peliharaan, atau yang mereka sebut say no to Cat and Dog Meat.
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2016-005-20.json
Begini Ajakan Melindungi Anjing dari Kota Tomohon
Begini Ajakan Melindungi Anjing dari Kota Tomohon | Ada beberapa poin kampanye yang mereka tekankan. Pertama, soal kesejahteraan hewan termasuk pet ownership, yaitu tanggungjawab pemilik terhadap hewan peliharaannya. Kemudian, anti Dog and Cat Meat, yang beranjak dari penilaian masih tingginya tingkat konsumsi terhadap dua jenis binatang ini.“Kampanye AFMI menyesuaikan dengan karakter mayoritas masyarakat di Sulawesi Utara. Tidak dilakukan secara frontal. Kami percaya, secara perlahan-lahan, kesadaran masyarakat terkait perlindungan anjing akan semakin membaik,” kata Frank Delano Manus, Program Manajer AFMI.Sejauh ini, pihaknya berupaya membagikan pengetahuan tentang kesejahteraan hewan, serta memperkenalkan peraturan terkait tindak kekerasan terhadap binatang peliharaan, semisal anjing dan kucing.“Misalnya, kami masih menemukan, ada aparat yang belum tahu pasal untuk menjerat pelaku peracunan anjing. Padahal, sudah jelas, ada pasal-pasal yang mengatur tentang peracunan. Bisa dilihat di pasal 302 KUHP tentang kesejahteraan hewan,” tambah Frank.Pada Juni 2015 silam, AFMI telah membuat petisi di change.org untuk mengajak masyarakat menghentikan penyelundupan, perdagangan dan konsumsi daging anjing dan kucing di Indonesia.Dalam petisi itu, mereka berharap, pemerintah mau menerapkan larangan lengkap tentang penjualan, penyelundupan, perdagangan dan konsumsi anjing dan kucing di seluruh Indonesia, dengan menegakkan KUHP 302 dan UU Perlindungan Hewan.“Masyarakat yang modern butuh penegakan UU Perlindungan Hewan. Kami juga mohon dukungan semua pecinta hewan dan suporter untuk menjadi suara bagi mereka yang tidak bisa membela diri sendiri,” demikian diserukan AFMI dalam change.org.Hingga kini, petisi yang ditujukan pada Menteri Pertanian dan Peternakan, Menteri Kesehatan dan Menteri Pariwisata itu, telah menarik 20.322 tandatangan dukungan. Vaksin untuk Memerangi Rabies
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2016-005-20.json
Begini Ajakan Melindungi Anjing dari Kota Tomohon
Begini Ajakan Melindungi Anjing dari Kota Tomohon | Dalam kegiatan itu, Dog Lovers Tomohon juga bekerjasama dengan Dinas Pertanian dan Peternakan kota Tomohon untuk melakukan vaksinasi, pemeriksaan dan pengobatan gratis. Sebab, virus rabies yang salah satunya disebarkan oleh anjing dinilai menjadi ancaman di kota Tomohon.Drh John Karundeng mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir, Sulawesi Utara menjadi daerah dengan kasus rabies tertinggi di Indonesia. Namun, ia lupa angka tepatnya. “Di Tomohon, misalnya, untuk tahun 2016 ada 12 kasus positif rabies pada anjing,” kata dia.Sebelumnya , pemerintah kota Tomohon juga sudah melakukan pengadaan vaksin rabies sesuai jumlah hewan penyebar rabies, misalnya anjing, kucing dan kera. Diperkirakan jumlahnya mencapai 11ribu. Binatang yang sudah divaksin, diberi kalung sebagai tanda. Pemkot juga mengadakan laboratorium untuk pemeriksaan rabies yang rencananya mulai beroperasi tahun depan.“Kebetulan, saat ini, Dog Lovers Tomohon launching, mereka minta kegiatan vaksinasi maka kami mendukung. Kegiatan ini sangat relevan dengan program dari dinas. Terutama terkait Undang-Undang kesejahteraan hewan, seperti, bebas dari rasa haus, lapar, rasa takut dan tidak tertekan.”Terkait kampanye, say no to Cat and Dog Meat, John Karundeng mengkategorikan tiga jenis hewan yaitu, hewan produksi dan ternak, hewan kesayangan dan hewan eksotis. “Hewan produksi dan ternak itu seperti sapi, ayam, kambing dan domba. Hewan eksotis ya hewan-hewan liar. Sementara, hewan kesayangan contohnya anjing dan kucing,” pungkasnya. Perda Rabies untuk Melindungi AnjingVaksinasi dalam kegiatan itu merupakan bagian dari program pemerintah kota dalam memerangi rabies. Terkait permasalahan itu, Pemkot Tomohon sedang memproses peraturan daerah tentang Rabies.
[0.016374895349144936, 0.019575536251068115, 0.9640495181083679]
2016-005-20.json
Begini Ajakan Melindungi Anjing dari Kota Tomohon
Begini Ajakan Melindungi Anjing dari Kota Tomohon | “Walikota Tomohon telah menyerahkan draft perda tersebut ke DPRD kota Tomohon. Sudah ada pula pandangan umum dari fraksi-fraksi. Mudah-mudahan tahun ini bisa selesai. Tahun depan sosialisasi,” terang John Karundeng.Frank Delano Manus menambahkan, AFMI juga mendukung program pemerintah dalam penyusunan perda Rabies. Diyakini, jika perda itu berhasil dirampungkan, maka tingkat konsumsi daging anjing dan kucing bisa ditekan. Sebab, perda itu nantinya akan membatasi penjualan di pasar, mengawasi lalu-lintas perdagangan antar provinsi, hingga pengawasan daging.“Kami berharap, perda itu bisa segera dirampungkan. Sehingga, Tomohon bisa jadi pilot project, sebagai kota di Indonesia tengah hingga timur yang pertama menjalankan fungsi animal control untuk rabies, kesejahteraan hewan serta lalu-lintas perdagangan,” harapnya. [SEP]
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2012-007-01.json
KePAL: Manusia Egois dan Tak Pernah Memikirkan Dampak Perilaku Terhadap Alam
KePAL: Manusia Egois dan Tak Pernah Memikirkan Dampak Perilaku Terhadap Alam | [CLS] Musisi jalanan yang tergabung dalam grup “KePAL” punya misi bahwa “Setiap orang adalah seniman dan setiap tempat adalah Panggung”. Mereka memiliki idealisme untuk terus “Bermain Seni Bersama Rakyat.” Sudah tiga album mereka buat, hampir semuanya berisi kritik terhadap ketidakadilan negara terhadap rakyatnya, militerisme yang masih terjadi, korupsi hingga kapitalisme. KePAL dengan personil Gonzales (vokal), Tole (Gitar), Otenk (Bass) dan Abdi (Drum/Jimbe) saat ini sedang menyiapkan beberapa lagu tentang isu lingkungan.Kegelisahan KePAL terhadap kondisi bumi yang semakin tua karena polusi, hutan semakin sedikit, penebangan liar, pengerukan tambang yang terus-menerus, serta ekosistem yang berantakan membuat mereka menciptakan single berjudul “Selamatkan Bumi Kita.” Lagu yang dibawakan dengan aliran musik Country ini pertama kali mereka bawakan pada acara diskusi yang diselenggarakan oleh Mongabay Indonesia, pada 14 November 2012 silam, di 1/15 Coffee, Jalan Gandaria, Jakarta Selatan.Mongabay Indonesia : Apa alasan KePAL, sehingga berpikiran untuk menciptakan single “Selamatkan Bumi Kita” ?KePAL: Kami melihat kondisi Bumi ini semakin tidak bersahabat dengan manusianya. Musim hujan dan kemarau sudah tidak teratur lagi rentang waktunya. KePAL sadar bahwa ini adalah ulah kerakusan manusia dan para pemilik modal yang terus merusak hutan, mengeruk tambang dengan skala besar, pemerintah semakin berpihak dengan pemodal dengan kebijakan yang mereka keluarkan dan nyaris tidak ada yang berpihak pada masyarakat kecil, apalagi untuk kelestarian lingkungan. KePAL tidak bisa merubah kebijakan yang ada dibuat oleh pemerintah dan yang ada di Senayan dengan melakukan lobby politik, karena kami hanya pengamen jalanan. Semua keprihatinan kami hanya bisa terlampiaskan melalui lagu-lagu yang terus kami ciptakan dan sampaikan melalui bait-bait lirik dan irama musik.
[0.9999932646751404, 3.4551642329461174e-06, 3.3377132240275387e-06]
2012-007-01.json
KePAL: Manusia Egois dan Tak Pernah Memikirkan Dampak Perilaku Terhadap Alam
KePAL: Manusia Egois dan Tak Pernah Memikirkan Dampak Perilaku Terhadap Alam | Kami muak dengan bualan janji politik pemimpin negara ini katanya mau menyelamatkan hutan, mengurai emisi karbon atau menghentikan perijinan penambangan. Itu semua bohong. Buktinya, penambangan masih terus terjadi, hutan masih terus berkurang, illegal logging masih ada. Ini semua akan terus terjadi, selama pemerintah dan aparat penegak hukum masih terus tunduk dengan penguasa modal yang jelas-jelas merusak lingkungan kita.Mongabay Indonesia : Menurut KePAL, bagaimana dengan kepedulian masyarakat kita terhadap kondisi lingkungan dan bumi ini ?KePAL: Kami kira sikap egois, pragmatis dan ketidakpedulian masyarakat kita masih sangat tinggi. Bagaimanapun juga masyarakat jugalah yang menjadi penyebab timbulnya segala permasalahan lingkungan yang kita alami saat ini. Masih ada dari kita yang hanya memikirkan kenyamanan pribadi tanpa memikirkan dampak yang akan terjadi pada lingkungan di sekitar kita maupun lingkungan global. Hanya karena memiliki uang, kita tidak mengindahkan peringatan dan himbauan untuk melakukan penghematan energi. “Karena saya mampu membayar berapapun tagihan listrik yang ada, jadi terserah saya, memakai listrik sesuka hati saya” ungkapan ini masih sering kita dengar dikalangan masyarakat. Coba kita pikirkan bersama, berapa banyak energi dan sumber daya yang harus terbuang sia-sia hanya karena orang-orang yang sombong dan egois ini ingin menikmati kenyamanan mereka sendiri, tanpa memikirkan dampaknya yang meluas. Berapa banyak energi dan sumber daya yang terbuang sia-sia hanya karena mereka ingin terlihat tampil bergengsi.Mongabay Indonesia : Dalam single baru ini,  punya pesan tentang Energi terbarukan (matahari), mengapa dan dari mana munculnya ide tersebut ?
[0.9999897480010986, 5.327978669811273e-06, 4.870696557190968e-06]
2012-007-01.json
KePAL: Manusia Egois dan Tak Pernah Memikirkan Dampak Perilaku Terhadap Alam
KePAL: Manusia Egois dan Tak Pernah Memikirkan Dampak Perilaku Terhadap Alam | KePAL: Lagu ini punya pesan sekaligus kampanye kami untuk pemerintah dan pembuat kebijakan serta mengajak masyakarakat untuk menggunakan energi di yang lebih ramah lingkungan, yaitu energi matahari. Indonesia dengan luasan pesisir pantainya bisa dimanfaatkan menjadi energi listrik bertenaga angin. Di daerah pegunungan bisa dengan tenaga turbin, gunung apa yang masih aktif bisa di manfaatkan tenaga panas buminya untuk sumber energi. Lagu ini punya pesan positi kesana. Kami melihat banyak di belahan dunia lainnya yang sangat membutuhkan tiap tetes BBM yang kita nikmati, tiap tetes air bersih yang kita nikmati, dan hal-hal mendasar lainnya untuk mendukung kehidupan mereka. Untuk itu mari ,berhemat dalam segala tindakan dari apa yang anda bisa lakukan. Apa yang anda lakukan adalah  untuk generasi penerus anda sendiri.Mongabay Indonesia : Lalu, apa yang membuat negara ini belum beralih ke energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan ?KePAL: Kami yakin itu semua karena kepentingan pemodal. Kita semua tahu, bahwa kepemilikan pertambangan minyak, gas dan batubara di negara ini sangat banyak dikuasai oleh negara asing dari pada dikuasai negara sendiri. Artinya, kita bisa melihat, pemerintah kita sangat pro terhadap investor. Selama ini masih terus terjadi, maka tidak akan pernah ada peralihan penggunaan energi terbarukan. Data yang kami peroleh dari kawan-kawan JATAM meyebutkan hampir 34 persen daratan Indonesia telah diserahkan kepada korporasi lewat 10.235 izin pertambangan mineral dan batubara. Itu semua belum termasuk izin perkebunan skala besar, wilayah kerja migas, panas bumi dan tambang galian C. Jumlah ini, semakin memperjelas kemana kebijakan energi pemerintah akan berpihak,Mongabay Indonesia : Apa harapan KePAL terhadap pemerintah dalam menyelamatkan lingkungan di negara ini ?
[0.4948588013648987, 0.4965273141860962, 0.008613888174295425]
2012-007-01.json
KePAL: Manusia Egois dan Tak Pernah Memikirkan Dampak Perilaku Terhadap Alam
KePAL: Manusia Egois dan Tak Pernah Memikirkan Dampak Perilaku Terhadap Alam |  KePAL: Jujur saja, berharap kepada pemerintah bagi kami adalah suatu kebodohan. Kami hanya ingin berkarya lewat lagu atas apa yang menjadi kegelisahan kami. Lewat lagu inilah pesan-pesan kami yang mungkin juga menjadi kesamaan dengan masyarakat lainnya kami sampaikan. Entah, di dengar atau tidak dengan pemerintah, tidak penting bagi kami. Paling tidak, diri kami sendiri sudah menyampaikan apa yang terjadi saat ini, yang akan datang dan solusi lewat karya lagu, bahwa bumi itu sudah semakin tua dan tidak akan pernah sanggup lagi menampung segala ego dan keserakahan manusia. Lewat sebait lirik lagu kami berpesan “Terus-terusin sajalah, kau keruk bumi dengan tingkahmu. Saat pohon terakhir telah kau tebang, maka uang dan hartamu tak ada artinya.” [SEP]
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2012-043-11.json
Taman Nasional Pulau Komodo: The New 7 Wonders!
Taman Nasional Pulau Komodo: The New 7 Wonders! | [CLS] Sebuah kabar baik datang untuk Pulau Komodo. Setelah melalui proses klarifikasi yang panjang, Taman Nasional Komodo akhirnya dinobatkan jadi salah satu New 7 Wonder of Nature (tujuh keajaiban baru dunia). “Dengan demikian, seluruh suara yang mendukung Komodo dalam kompetisi ini sudah sah dan diakui oleh penyelenggara kompetisi, New 7 Wonders Foundation,” kata Ketua Pendukung Pemenangan Komodo, Emmy Hafid, di Markas Pusat PMI Jakarta, Rabu (16/5).Direktur Komersial New 7 Wonders of Nature, Jean Paul De La Fuente, mengucapkan selamat atas keberhasilan Pulau Komodo menjadi salah satu New 7 Wonders of Nature. “Kami mengucapkan selamat kepada Indonesia. Kami tidak ragu memasukan Taman Pulau Komodo ke dalam New 7 Wonders of Nature,” ujarnya.Duta Besar Komodo dan Ketua Dewan Pembina Yayasan Komodo, Muhammad Jusuf Kalla, mengatakan, kemenangan Taman Nasional Komodo tersebut setelah dipilih oleh 200 juta pemilih di seluruh dunia. “Ini adalah dari suatu perjalanan panjang bagi kita semua untuk mewujudkan cita-cita melestarikan komodo dan habitatnya,” ungkapnya. Selain itu, kemenangan ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di sekitar pulau ini. “Tantangan ini jauh lebih berat dari memenangkan Komodo sebagai New 7 wonders of Nature,” tandasnya.Ditururkan JK, proses pemilihan Pulau Taman Komodo dalam New 7 Wonder of Nature ini dibutuhkan proses yang sangat panjang, yakni mulai November tahun lalu dan dibutuhkan beberapa bulan audit.Presiden New 7 Wonders of Nature, Eamonn Fitzgerald mengatakan, ketujuh keajaiban itu, masing-masing Amazon, Ha Long bay, Iguazu Falls, Jeju Island, Komodo Island, Puerto Princesa Underground River, dan Table Mountain. [SEP]
[0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623]
2016-023-07.json
Cerita Festival Laut 2016: dari Memanfaatkan Barang Bekas sampai Penyelamatan Hiu
Cerita Festival Laut 2016: dari Memanfaatkan Barang Bekas sampai Penyelamatan Hiu | [CLS] Pesan dari Seasoldier, dalam menjaga lingkungan, termasuk laut. Foto: Della SyahniSabtu pagi (8/10/16) di Taman Krida Loka, Senayan, Jakarta, tampak puluhan stand berdiri meramaikan Festival Laut yang diselenggarakan Greenpeace Indonesia. Ada stand bikin produk dari barang bekas, perikanan berkelanjutan sampai FroBali yang menyerukan penyelamatan Teluk Benoa Bali, dari reklamasi.Ada Bocil Incorporation. Mereka membuka stand pelatihan bikin scrapbook dari barang bekas untuk anak-anak. Komunitas ini diinisiasi remaja putri bernama Lytha.Mulanya Lytha iseng membuat scrapbook dari barang bekas di rumah, untuk hadiah ulangtahun teman-teman dekat. Banyak teman dia tertarik dan mulai memesan. Lythapun merekrut beberapa teman untuk membantu dan mulai memasarkan dengan merek Bocil Incorporation.Kini Bocil menerima pesanan berupa undangan pernikahan, ulangtahun, scrapbook, album, marchandise, souvenir, dan lain-lain. Bahan-bahan biasa dari sampah percetakan maupun teman-teman yang memiliki barang bekas bisa diolah.***Masih ingat sebuah kampanye diinisiasi Nadine Chandrawinata terkenal dengan #seasoldier? Ikutan juga di Fesvital Laut ini. Ia kampanye menjaga dan meminimalisir kerusakan lingkungan dimulai dari diri sendiri.Kampanye ini terkenal dengan gelang #seasoldier sebagai simbol pengingat tanggungjawab setiap soldier untuk menjaga lingkungan.Menurut Winda, relawan, menjadi seasoldier dengan cara sederhana seperti bijak menggunakan tisu, tak memetik edelweis saat mendaki gunung, dan stop nonton pertunjukan lumba-lumba. Bisa, stop beli barang-barang dari gading gajah, selalu gunakan reusable bag saat belanja, sampai tak menerbangkan balon ke udara saat perayaan apapun.“Kita tak pernah tau sampah balon jatuh di mana,” katanya.
[0.016374895349144936, 0.019575536251068115, 0.9640495181083679]
2016-023-07.json
Cerita Festival Laut 2016: dari Memanfaatkan Barang Bekas sampai Penyelamatan Hiu
Cerita Festival Laut 2016: dari Memanfaatkan Barang Bekas sampai Penyelamatan Hiu | Ada juga Srikandi Divers, komunitas pertama penyelam perempuan untuk berbagi ilmu dan pengalaman. Stand mereka di Festival Laut bersama Walhi Jakarta, ForBALi dengan pesan utama tolak reklamasi.Stand lain lagi, Save Mugo. Komunitas ini berdiri karena miris melihat alih hutan lindung (hutan mangrove) menjadi lahan produksi berupa tambak secara berlebihan di Muara Gembong, sekitar dua jam dari Kota Bekasi.Menurut salah satu relawan Save Mugo, Akhyarul Umam, alih fungsi hutan ini menyebabkan greenbelt jebol di beberapa titik daerah pesisir Muara Gembong (Mugo).Dampaknya, populasi lutung Jawa, terancam punah karena tempat hidup makin sempit dan perburuan juga tinggi.“Banyak orang percaya,  lutung, apalagi yang masih muda, bisa jadi obat kuat. Jadi mahal di pasaran,” katanya.Perubahan fungsi juga menyebabkan abrasi hingga beberapa desa, seperti Kampung Bungin dan Kampung Buting Jaruju, tenggelam. Komunitas ini, juga fokus sanitasi dan air bersih, dan kemiskinan.Umam berharap, melalui kampanye ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat peduli pada Muara Gembong.Greenpeace merangkul berbagai komunitas lingkungan hidup mulai Save Shark Indonesia, #SeaSoldier, Marine Science and Technology Diving School,Bocil Incorporation, dan Fish n Blues. Juga, Galeri Foto, Backpacker Jakarta, Jakarta Osiji Club, Save Mugo Movements, Seambodive, Terangi, ForBALI, Yayasan Mangrove, Yayasan Air Indonesia, Walhi Jakarta, Srikandi Divers, Greeners.co, dan lain-lain.Festival ini terasa lengkap dengan kehadiran Fish n Blues, usaha pengolahan laut sehat dan bertanggungjawab. Saat festival, stand ini menjual bakso tenggiri, nasi bakar tuna, dan pastel kerang. Setiap makanan laut dijamin dari penangkapan berkelanjutan.Pastel kerang Rp25.000 per kotak, misal, dari Pantai Genjeran Surabaya, diolah oleh ibu-ibu nelayan. Kerang ditangkap dengan tangan dan tuna dengan pole lines.
[0.016374895349144936, 0.019575536251068115, 0.9640495181083679]
2016-023-07.json
Cerita Festival Laut 2016: dari Memanfaatkan Barang Bekas sampai Penyelamatan Hiu
Cerita Festival Laut 2016: dari Memanfaatkan Barang Bekas sampai Penyelamatan Hiu | Makin siang, festival makin heboh dengan hiburan band musik Eclat. Pengunjung makin ramai dan sebagian membawa anak-anak mereka untuk berakhir pekan.Rangkaian kegiatan juga ada talkshow menghadirkan Suzy Hutomo dari Greenpeace, Riyanni Djangkaru (Save Shark Indonesia) dan Whulandary Herman, Putri Indonesia 2013.Diskusi ringan dipandu artis Ramon Y Tungka ini juga menghadirkan Agus Darmawan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan.Dalam talkshow Suzy menyoroti ‘prestasi’ Indonesia sebagai negara terbesar kedua pengirim sampah ke laut. Menurut dia, hal karena banyak pengelolaan sampah tak baik, berakhir ke laut.Mengatasi ini, Suzy mengingatkan metode 3R, bisa mulai dari diri sendiri di rumah. Reduce, menolak menggunakan kemasan plastik, stereoform dan botol minuman kemasan. Reuse, membeli barang bisa digunakan kembali, dan recycle, mulai memisahkan sampah rumah tangga antara organik dan non organik.“Saya pribadi mencoba menuju zero waste,” ucap Suzy.Ryanni, mewakili Save Shark menyoroti Indonesia sebagai negara ke lima penghasil sirip hiu terbanyak. Masyarakat, katanya, perlu mengubah pandangan, tak hanya tentang larangan mengkonsumsi hiu, lebih jauh dampak konsumsi itu. “Hiu adalah predator penjaga keseimbangan ekosistem laut.”Menjawab ini, Agus Darmawan mengatakan, Indonesia memiliki 200 spesies hiu dan pari. Semua jenis ini, sesuai konvensi perdagangan internasional untuk spesies-spesies tumbuhan dan satwa liar, CITES, salah satu jenis di Indonesia yakni hiu gergaji termasuk dalam appendix 1.Ada dua jenis appendix 2, boleh diperdagangkan dengan kontrol ketat (kuota) yakni hiu koboi dan hiu martil.Dalam konvensi tahun ini, tiga jenis hiu masuk ke appendix 2, yakni silky shark, hiu tikus dan hiu monyet.
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2016-023-07.json
Cerita Festival Laut 2016: dari Memanfaatkan Barang Bekas sampai Penyelamatan Hiu
Cerita Festival Laut 2016: dari Memanfaatkan Barang Bekas sampai Penyelamatan Hiu | Juru kampanye Greenpeace Arifsyah Nasution mengusulkan pemerintah melarang konsumsi dan perdagangan semua hiu. Sebab, katanya, banyak hasil penelitian ilmiah menyatakan sekitar 60% hiu di Indonesia rawan terancam punah.Pada festival ini juga deklarasi visi dan prinsip-prinsip dalam mendukung kampanye global Break Free From Plastic. Deklarasi dibacakan dan ditandatangani perwakilan semua komunitas yang ikut Festival Laut 2016. [SEP]
[0.00025693021598272026, 0.00035799675970338285, 0.9993850588798523]
2017-029-13.json
Mahasiswa Ini Buat Alat Pengering Kerupuk Hemat Energi
Mahasiswa Ini Buat Alat Pengering Kerupuk Hemat Energi | [CLS]   Fandri Christanto, mahasiswa semester akhir Jurusan Teknik Elektro, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, Jawa Timur, ini memang kreatif. Ia berinovasi merancang alat pengering kerupuk, didasari keinginan untuk membantu orangtuanya yang merupakan pengusaha rumah tangga kerupuk di Mojokerto.Tekad kuat Fandri untuk menciptakan alat ini muncul setelah melihat lamanya proses pengeringan kerupuk yang mengandalkan sinar mentari. Kerupuk dijemur hingga seharian. Namun, bila hujan turun, kerupuk mentah yang masih basah tidak akan kering maksimal, butuh penyinaran tambahan.“Saya membuat alat ini karena terinspirasi orangtua yang memang pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) kerupuk. Ketika musin hujan, susah mengeringkan kerupuk, tidak ada sinar matahari dan juga memerlukan tempat yang luas,” ujarnya. Baca: Afis Sabi Masrury, Mahasiswa Kreatif Pencipta Alat Pendeteksi Ikan Dibantu dosen pembimbing, Fandri merancang alat berukuran 120 x 260 cm, dan tingginya sekitar 240 cm tersebut. Alat ini bisa menggantikan peran panas matahari sehingga produksi kerupuk tetap normal, bahkan lebih optimal.“Alat ini dirancang untuk mengeringkan kerupuk dalam jumlah banyak. Juga, tidak perlu lapangan luas untuk menjemurnya. Waktu pengeringan lebih cepat dan wadahnya lebih efisien,” katanya.  Bila proses pengeringan kerupuk yang mengandalkan sinar matahari memakan waktu seharian, alat ini cukup 90 menit. Kapasitas atau daya tampungnya sekitar 50 – 60 kilogram untuk satu kali proses pengeringan.“Bahan bakar LPG digunakan sebagai pemanas, sedangkan listrik untuk menyalakan blower dan sistem otomasi. Listrik hanya memakan daya sekitar 72 watt sementara LPG ukuran tiga kilogram bisa dipakai untuk tiga kali pengeringan,” lanjut Fandri.
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2017-029-13.json
Mahasiswa Ini Buat Alat Pengering Kerupuk Hemat Energi
Mahasiswa Ini Buat Alat Pengering Kerupuk Hemat Energi | Dosen pembimbing dari Fakultas Teknik Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, Andrew Joewono mengungkapkan, alat pengering kerupuk ini hemat energi karena memanfaatkan angin panas yang terus diputar. Terdapat saluran khusus yang memastikan angin panas yang ditiupkan ke kotak pengeringan tidak ada yang keluar. Diputar kembali ke kotak.“Mesin ini ada tiga bagian, ada rak pengeringan, rak pengarah, dan blowing angin panas. Metode pengeringannya menggunakan angin panas. Angin diputar untuk dimasukkan kembali, sehingga tidak ada angin panas yang terbuang. Ini yang menjadikannya lebih hemat,” terangnya.  Alat pengerin kerupuk ini juga dapat dipakai untuk mengeringkan ikan asin, keripik, serta produk makanan lain. Selain itu, Andrew mengatakan, alat ini juga pernah digunakan untuk mengeringkan pakaian pada usaha laundry.“Tidak hanya kerupuk atau sejenisnya, tapi juga hal lain yang selama ini memerlukan panas matahari. Karena alat ini mengandalkan angin panas, tidak tidak perlu khawatir lagi bila sinar mentari tertutup awan atau pada kondisi cuaca tidak menentu,” tandasnya.   [SEP]
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2021-020-11.json
Air Mata Bengawan Solo
Air Mata Bengawan Solo | [CLS]  “Bengawan Solo…Riwayatmu ini…Sedari dulu…Jadi perhatian insani…Musim kemarau…Tak seberapa airmu…Di musim hujan…Air meluap sampai jauh…”Begitu alunan lagu Bengawan Solo, karya Gesang. Terdengar mengalun.Mendengarkan kembali lagu Bengawan Solo, sama dengan membuka lembaran buku sejarah. Walau kini bisa jadi amat berbeda.Bengawan berarti sungai besar. Sementara Solo, merujuk pada Desa Sala atau sekarang dikenal dengan Kota Solo. Bengawan Solo berarti sungai besar yang jadi entitas Kota Solo.Pada masa pendudukan Belanda tahun 1940, Gesang muda bersantai di tepian Bengawan Solo menyaksikan betapa besar sungai ini.Sungai dengan air begitu jernih. Ikan-ikan meloncat riang. Sungai ini juga tempat warga Solo mandi atau sekadar melepas penat dengan memancing ataupun bermain air.Solo, tempat saya tinggal sedari kecil, kini menyisakan pertanyaan mengenai aspek penghargaan terhadap air. Termasuk, pertanyaan soal air jernih kebanggaan Kota Solo, yang kini hilang.Di rumah-rumah warga, air disuplai langsung dari Sungai Bengawan Solo. Terhitung sejak 2018, keran-keran kami mengucurkan air berwarna cokelat tak berbau. Kami menyebutnya air teh. Bila hujan turun deras, air berubah jadi seperti kopi beserta ampasnya.Sehari-hari, kami gunakan air Bengawan Solo untuk mandi, mencuci atau berwudhu. Boleh dibilang, sensasi mandi dengan air tercemar rasanya seperti sedang lulur dengan serbuk kerikil jalanan. Pakaian pun bernasib tak jauh berbeda. Makin lama, pakaian putih kian menguning.Beragam kerisauan berkecamuk.Sewaktu kecil, saya pernah menonton televisi yang menayangkan perjalanan puluhan kilometer para perempuan dan anak-anak kecil di Afrika untuk mendapatkan akses ke air bersih. Saya pikir, peristiwa ini hanya terjadi di negara miskin dan bergurun seperti Afrika. Anggapan itu keliru. Di negeri yang dijuluki negara maritim saja, air bersih harus membeli.
[0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163]
2021-020-11.json
Air Mata Bengawan Solo
Air Mata Bengawan Solo | Berbagai kepeluan masih gunakan air Bengawan Solo, tetapi untuk minum maupun keperluan memasak warga bergantung pada air galon. Setiap tiga hari sekali, rumah kami membeli satu galon Rp20.000. Bila keuangan sedang menipis, ganti air isi ulang Rp5.000.Bisa bayangkan bagaimana nasib keluarga dengan ekonomi tak mampu. Warga harus membayar mahal atas sebuah kebutuhan dasar yang sejatinya tersedia gratis oleh alam.  Penyebab dan peta pencemaranSebetulnya pencemaran air di Bengawan Solo sudah berlangsung sejak lama. Makin hari makin parah. Pada 2019, Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) melaporkan, 27% Bengawan Solo mengalami pencemaran berat. Sisanya, masuk pencemaran ringan hingga sedang.Satu sumber pencemaran Bengawan Solo diduga dari limbah alkohol (ciu) di Sukoharjo.Sukoharjo, merupakan daerah sekitar Soloraya yang jadi sentra pembuatan alkohol dengan industri sampai 200 unit. Karena tak miliki instalasi pengolahan limbah, usaha alkohol ini membuang limbah ke saluran irigasi sawah yang bermuara ke Bengawan Solo.Limbah berwarna hitam pekat dan berbau alkohol inilah yang diduga antara lain menyebabkan mabuk dan matinya ikan secara massal di Bengawan Solo pada Oktober 2019.Fenomena ini bahkan membuat ikan sapu-sapu yang tergolong paling kuat menahan limbah juga ikut mati. Kondisi ini memicu penghentian aliran air selama beberapa hari ke 16.000 pelanggan PDAM yang tersebar di Semanggi, Jebres, dan Jurug.Mirisnya lagi, kehadiran kampung batik dan pabrik tekstil juga meramaikan perubahan warna air di Bengawan Solo. Pada petang hari, biasa warga bantaran sungai menjumpai warna pelangi dan bau busuk di Bengawan Solo.Informasi minim dan muncul pipa siluman pada pabrik-pabrik besar menyebabkan 12.000 pelanggan PDAM di Blora, Jawa Tengah, juga terdampak pencemaran.
[0.9994334578514099, 0.0002822732785716653, 0.0002842268440872431]
2021-020-11.json
Air Mata Bengawan Solo
Air Mata Bengawan Solo | Selain limbah industri, Bengawan Solo juga tercemar karena ada kepercayaan mitos suleten. Suleten adalah mitos di tanah Jawa yang meyakini semua pakaian bayi akan menyatu dengan jiwanya. Mereka yang mengamini mitos ini percaya, kulit bayi akan gatal dan terbakar manakala sampah popok dibuang dan dibakar di tempat pembuangan akhir. Alhasil, mereka menghanyutkan sampah popok ke sungai.Letak Bengawan Solo, yang melintasi 15 kabupaten di Jawa Tengah dan Jawa Timur, menjadi sasaran empuk bagi suleten. Dalam satu temuan awal 2020, misal, Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) mendapati 1/500-an popok dibuang begitu saja dari atas Jembatan Gawan, Sragen, Jawa Tengah.Potret ini juga nampak sampai aliran Bengawan Solo yang terletak di Bojonegoro, Jawa Timur.Sampah popok bukanlah hal sepele. Komposisi yang terdiri dari plastik (50%) dan super absorbent polymer atau SAP (42%) menjadikan sangat berbahaya bagi kualitas dan ekosistem air di Bengawan Solo. Terutama SAP, ia merupakan polutan yang apabila terkena air akan berubah bentuk jadi gel. Gel ini akan mempengaruhi hormon ikan, menjadikan interseks (berkelamin ganda), dan mengancam kepunahan ikan-ikan di Bengawan Solo.Akumulasi pencemaran Bengawan Solo, kian diperparah kemunculan masalah klasik yakni sampah plastik. Dari atas jembatan, warga merasa bebas melempar beragam kemasan plastik seperti. Plastik-plastik itu terbawa sampai jauh, akhirnya ke laut.Laut Jawa, menjadi titik perhentian sampah plastik Bengawan Solo ini. Tumpukan plastik ini lambat laun akan tergerus jadi mikroplastik (partikel berukuran 0,33-5 mm).Tim riset Ecoton pada Januari 2021, menemukan fakta ada distribusi merata kandungan mikroplastik di hulu hingga hilir Bengawan Solo. Tertinggi, bagian hilir sebesar 115-179 partikel per 100 liter.
[0.9999907612800598, 4.496447218116373e-06, 4.684098712459672e-06]
2021-020-11.json
Air Mata Bengawan Solo
Air Mata Bengawan Solo | Mikroplastik ini sangat berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Mikroplastik dapat mengganggu pembuahan biota air maupun memperlambat bakteri pengurai limbah dalam menjalankan tugas. Bila ia termakan ikan atau hewan perairan lain- dapat mengikat logam berat berbahaya di sekitar dan meracuni manusia yang menyantapnya.Jejak pencemaran Bengawan Solo, turut pula dihantui beragam penyakit kulit dan musibah. Warga bantaran sungai atau yang berkulit sensitif menderita gatal-gatal hingga yang terparah, kulit mereka melepuh.Ketika musim penghujan, air di Bengawan Solo meluber dan menyasar ke rumah-rumah warga.  Solusi hulu hilirMenengok fakta pencemaran air di di Bengawan Solo, kita seperti menelantarkan esensi air sebagai sumber kehidupan. Air untuk minum, habitat biota air ataupun solusi higienitas di kala pandemi korona sekalipun. Kini, tak ada cara lain untuk menyelamatkan air sungai selain mengupayakan solusi lintas sektor yang disebut solusi hulu-hilir.Pertama, restorasi sungai dengan nano bubble. Nano bubble ialah alat yang memanfaatkan gelembung oksigen berukuran nanometer untuk mengurangi senyawa polutan berbahaya di dalam air limbah agar jadi lebih aman dan tidak mencemari sungai.Gelembung oksigen yang sifatnya stabil ini akan meningkatkan kadar oksigen terlarut dalam air hingga memudahkan penguraian bakteri penyebab bau maupun membunuh bakteri patogen.Karena bersifat ramah lingkungan, teknologi ini dapat diterapkan di sepanjang aliran Sungai Bengawan Solo. Kedua, mendorong kebijakan pemerintah yang agresif. Kebijakan agresif pemerintah daerah dan pusat memainkan andil utama dalam upaya pemulihan air Sungai Bengawan Solo. Beberapa dapat diterapkan antara lain, menghentikan sementara atau permanen industri yang mencemari sungai, membatasi penggunaan plastik sekali pakai, memberi denda warga yang mengotori sungai, dan menerapkan tarif cukai industri atau produsen plastik.
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2021-020-11.json
Air Mata Bengawan Solo
Air Mata Bengawan Solo | Kebijakan-kebijakan ini perlu diiringi usaha pemerintah dalam menyediakan tong-tong sampah di sekitar sungai, menaruh drop box khusus pembuangan popok, memasang, dan melakukakan pengawasan CCTV di sejumlah titik bantaran Bengawan Solo.Ketiga, melibatkan tokoh masyarakat. Penanggulangan pencemaran berdasarkan mitos perlu melibatkan tokoh masyarakat, budayawan, dan tokoh agama. Karena sifatnya turun temurun dan tak ada bukti kebenaran, maka perlu pendekatan sugestif oleh tokoh yang dirasa dekat atau dipercaya masyarakat guna mengikis budaya itu. Dengan begitu, perlahan masyarakat bisa meninggalkan mitos keliru itu.Keempat, mengajarkan ekofilia di sekolah-sekolah. Ekofilia adalah konsep tentang kepedulian, kedekatan dan koeksistensi positif antara manusia dan alam dengan basis ilmu psikologi. Seperti pepatah ‘tak kenal maka tak sayang’, pengajaran ekofilia di sekolah-sekolah akan membantu pengenalan esensi sungai dalam kehidupan maupun membangun etika terhadap sungai sejak dini.Penerapan ekofilia di dalam pendidikan adalah aset bagi keberlangsungan hidup sungai masa mendatang.Sejauh ini, ada banyak hal dapat kita pelajari dan tindak lanjuti dari pencemaran air di Bengawan Solo. Lewat lagu Bemgawan Solo,  kita diajak memikirkan kembali penghargaan pada air. Betapa kita harus mulai bergotong-royong membangun ekosistem sungai kebanggaan warga Solo ini. Agar ke depan, anak cucu tahu kalau lagu Bengawan Solo, bukanlah sekadar nyanyian. *Penulis:  Hayunda Lail Zahara, adalah  relawan dari World CleanUp Day. Tulisan ini adalah Juara III kompetisi esai “Menghargai Air” Unesco Jakarta 2021. Tulisan ini adalah opini penulis.  Referensi:[1]: Isnanto, Bayu Ardi. 2019. 27 Persen Aliran Bengawan Solo Tercemar Berat. https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-4705725/27-persen-aliran-bengawan-solo-tercemar-berat
[0.999424159526825, 0.00028237837250344455, 0.000293476419756189]
2021-020-11.json
Air Mata Bengawan Solo
Air Mata Bengawan Solo | [2]: Rachmawati. 2019. Bengawan Solo Tercemar Ciu, Diklaim Ada 200 Unit Industri Kecil Alkohol di Sepanjang Sungai. https://regional.kompas.com/read/2019/11/09/07070091/bengawan-solo-tercemar-ciu-diklaim-ada-200-unit-industri-kecil-alkohol-di?page=all[3]: Nugroho, Puthut Dwi Putranto. 2019. Limbah Ciu, Tekstil, hingga Kotoran Babi Cemari Bengawan Solo, Air Jadi Hitam Pekat. https://regional.kompas.com/read/2019/11/27/19594311/limbah-ciu-tekstil-hingga-kotoran-babi-cemari-bengawan-solo-air-jadi-hitam?page=all[4]: Hidayat, Reja. 2020. Pencemaran Bengawan Solo: Limbah Alhokol, Popok, Ayam, Babi… https://tirto.id/pencemaran-bengawan-solo-limbah-alhokol-popok-ayam-babi-flaK[5]: Mahdi, Dedi. 2020. Sungai Bengawan Solo Dipenuhi Sampah Popok, Warga Mengeluh Bau. https://news.okezone.com/read/2020/07/06/512/2241707/sungai-bengawan-solo-dipenuhi-sampah-popok-warga-mengeluh-bau[6] Ihram. 2021. Mikroplastik Bengawan Solo Mengalir Sampai Jauh. https://ihram.co.id/berita/qoaqkz385/mikroplastik-bengawan-solo-mengalir-sampai-jauh[7]: Kim, Mi-Sug., Kim, Chung-Il., Han, Mooyoung., Lee, Jae-Wook and Kwak, Dong-Heui. 2020. Effect of Nanobubbles for Improvement of Water Quality in Freshwater: Flotation Model Simulation. Separation and Purification Technology, 241: 11.*****Foto utama: Warga tangkap ikan di Sungai Bengawan Solo . Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia [SEP]
[0.5366199016571045, 0.45439717173576355, 0.008982938714325428]
2020-019-10.json
Mengenal Tujuh Satwa Tembus Pandang yang Menakjubkan
Mengenal Tujuh Satwa Tembus Pandang yang Menakjubkan | [CLS]   Banyak satwa memiliki tubuh transparan. Fitur ini memungkinkan mereka untuk beradaptasi dengan lingkungannya, pun juga menghindarkan diri atau bertahan dari predator. Berikut ini adalah tujuh satwa yang memiliki tubuh yang tembus pandang, yang dilansir dari Science Focus dan sumber lain.   1. Katak KacaHutan-hutan di daerah tropis dipenuhi predator yang menjadikan katak sebagai mangsa utama, sehingga dapat dipahami bila amfibi ini telah mengembangkan pertahanan yang bagus. Katak kaca, yang mendiami hutan tropis yang lembab di Amerika Selatan dan Tengah, mengandalkan bentuk baru kamuflase: tubuh mereka hampir seluruhnya transparan.Seperti yang ditunjukkan pada foto studio Hyalinobatrachium aureoguttatum ini, kulit tembus pandang mereka membuat detak jantung, pembuluh darah, tulang, dan saluran pencernaan, terlihat dengan jelas dari luar.  Tapi kenapa katak ini menampilkan bagian dalam tubuhnya? Toh predator masih bisa melihatnya. Sebuah penelitian baru-baru ini mengungkapkan rahasia kamuflase aneh mereka, dan itu tidak terletak pada tubuh, melainkan kakinya.Sebagai bagian tubuh katak yang paling tembus cahaya, kakinya cocok dengan kecerahan latar belakang dedaunan. Dengan membaur seperti itu, bentuk tubuh tersamarkan dan seolah menghilang, sehingga membantunya mengelabui predator.  2. Ikan Mata Gentong PasifikIkan yang ditemukan hidup di perairan dalam lepas pantai California oleh Monterey Bay Aquarium Research Institute [MBARI] tahun 2004 ini, merupakan spesimen pertama dari jenisnya yang ditemukan utuh, dengan kepala yang lunak dan transparan.Ukuran ikan ini tergolong kecil, yakni 15 cm. Ikan bernama ilmiah Macropinna microstoma ini kepalanya benar-benar transparan, berisi cairan, dan mirip kokpit helikopter. Matanya sangat sensitif, menangkap sekecil apapun aliran cahaya yang terlihat.
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2020-019-10.json
Mengenal Tujuh Satwa Tembus Pandang yang Menakjubkan
Mengenal Tujuh Satwa Tembus Pandang yang Menakjubkan | Tidak seperti kebanyakan ikan, kedua matanya berada di depan kepala dan mengarah pada titik dalam arah yang sama, yang memberikannya penglihatan menakjubkan layaknya binokuler.  3. Kenari Laut‘Tidak mempunyai otak tapi cantik’ adalah deskripsi yang cukup adil tentang kenari laut Atlantik [Mnemiopsis leidyi] ini. Tubuhnya terdiri dari 97% air dan sangat rapuh, jika kita memegangnya. Makhluk ini tidak memiliki struktur tubuh, sebaliknya bertahan dengan sistem saraf terdesentralisasi sederhana yang dikenal sebagai ‘jaring saraf’.Hewan ini termasuk di antara banyak hewan transparan yang melayang di permukaan perairan samudra dunia, seperti ubur-ubur sisir [kelompok tempat kenari laut], ubur-ubur sejati, gurita, cumi-cumi, dan cacing laut.Seperti ubur-ubur sisir lainnya, kenari laut bergerak maju dengan benang panjang seperti rambut yang disebut sisir atau combs. Saat cahaya buatan yang terang dari kapal selam atau flash strobo penyelam mengenai tubuhnya, hewan ini akan memunculkan cahaya yang berdenyut, dengan warna-warni pelangi seperti pertunjukan laser bawah air. Kenari laut mengapung pada kedalaman konstan, tubuhnya melayang kemanapun arus laut membawanya.  4. Kupu-kupu Bersayang KacaHewan ini adalah sejenis kupu-kupu sayap transparan dan masuk dari subfamili Danainae. Nama paling umum dalam Bahasa Inggris adalah “Glasswing butterfly”. Sayap transparan ini memiliki ukuran sekitar 5-6 sentimeter. Bagian dari sayapnya berwarna merah atau oranye, sedangkan tubuhnya berwarna gelap.Kupu-kupu bersayap kaca [Greta oto] ini benar-benar memiliki sayap yang seolah seperti kaca bening.  Di Amerika Tengah asalnya, serangga menakjubkan ini umumnya dikenal sebagai ‘espejitos’, yang berarti ‘cermin kecil’, meskipun sayap itu tidak seperti cermin dan hampir tidak memantulkan cahaya sama sekali.
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2020-019-10.json
Mengenal Tujuh Satwa Tembus Pandang yang Menakjubkan
Mengenal Tujuh Satwa Tembus Pandang yang Menakjubkan | Itu karena bagian bening tidak bersisik dan memiliki struktur lilin sangat kecil [nanopilar], yang disusun secara acak di permukaan sayap, berfungsi sebagai lapisan anti-reflektif. Adaptasi ini dapat mempersulit predator untuk melihat tubuhnya.  5. Tokek Pasir NamibiaDibandingkan amfibi, jumlah reptil yang tembus pandang jauh lebih sedikit. Salah satunya adalah tokek pasir Namibiai [Palmatogecko rangei] yang menyatu dalam warna pasir di bukit pasir panas dan gersang di barat daya Afrika. Ia mencari nafkah dengan melesat, melintasi pasir panas untuk menangkap jangkrik dan serangga lain.Nama lain untuk kadal kecil ini adalah tokek berkaki jaring, karena kaki yang terentang tidak biasa itu membantunya menggali di pasir.  6. Kumbang Kura-kuraKira-kira, seperempat dari seluruh spesies hewan yang telah diidentifikasi sejauh ini adalah kumbang. Mereka dikenal karena pelindung tubuh yang unik dan serbaguna. Kumbang memiliki sepasang pelindung sayap yang kuat, atau elytra, yang menutup rapat dan berfungsi sebagai pintu ayun untuk sayap belakang di bawahnya. Pada kumbang kura-kura, yang bisa terlihat seperti versi kecil dari nama reptilia mereka, elytra benar-benar istimewa.“Kumbang kura-kura makan di atas daun, membuat mereka rentan dimangsa,” kata Dr Ashleigh Whiffin, ahli entomologi di Museum Nasional Skotlandia. “Sementara beberapa warna mencocokkan elytra mereka dengan tanaman inang, pada spesies seperti Acromis sparsa, ujungnya benar-benar transparan. Area ini tidak memiliki pigmen, sehingga daun di bawah terlihat, menyembunyikan bentuk  tubuh serangga.”  7. Udang HantuBanyak udang di seluruh dunia memiliki rangka luar tembus pandang dengan berbagai tingkat. Kita akan terpesona melihat bagian dalam mereka, saat melihat makanan mereka dicerna dan melihat kumpulan telur berkembang pada udang betina. Keluarga udang hantu ini adalah Palaemonetes. Di dunia, ada 40 spesies udang yang benar-benar transparan.
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2020-019-10.json
Mengenal Tujuh Satwa Tembus Pandang yang Menakjubkan
Mengenal Tujuh Satwa Tembus Pandang yang Menakjubkan | Transparansi relatif mudah untuk spesies air seperti udang, karena indeks bias air jauh lebih tinggi ketimbang udara, dan sangat dekat dengan exoskeleton hewan dan jaringan lain.   [SEP]
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2014-067-09.json
AMAN Perkirakan 2014 Konflik Lahan di Sulsel Makin Tinggi
AMAN Perkirakan 2014 Konflik Lahan di Sulsel Makin Tinggi | [CLS] Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Sulawesi Selatan (Sulsel) memperkirakan dalam tahun 2014, eskalasi konflik lahan dan sumber daya alam (SDA) bakal mengalami peningkatan lebih besar dibanding sebelumnya. Penilaian ini berdasarkan pada ruang kebijakan yang mulai tersedia, seperti putusan MK 2013, tentang hutan adat bukan hutan negara,  –yang makin memperjelas hak-hak masyarakat adat– tetapi cara pandang pemerintah masih menggunakan paradigma lama.“Di sejumlah daerah malah belum menerima keberadaan masyarakat adat, meski aturan secara nasional sudah ada. Ini akan makin membuka ruang bagi konflik antara pemerintah daerah dan masyarakat adat,” kata Sardi Razak, Ketua AMAN Sulsel, akhir Desember 2013.Penyebab lain yang akan mendorong konflik makin tinggi, dengan kesadaran kritis masyarakat. Masyarakat, makin paham hak dan bagaimana memperjuangkan. Tak hanya itu, akses informasi juga makin terbuka dan berperan menumbuhan sikap kritis masyarakat. “Dengan akses informasi terbuka, bisa jadi apa yang terjadi di Mesuji terjadi di Sulsel,” ujar dia.Selain itu, kata Sardi, dengan makin terbuka ruang investasi di Sulsel, akan nyata berimbas pada wilayah masyarakat adat, terutama sektor pertambangan. “Di kawasan adat Seko, Kabupaten Luwu Utara, saat ini sudah ada tujuh perusahaan mendapat izin pertambangan.”Belum lagi pelaksanaan program Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Program ini diperkirakan banyak merugikan warga, baik pengambilan paksa lahan dengan alasan pembangunan, maupun pengurasan sumber daya air. “Sumber air yang seharusnya untuk pertanian, justru untuk pembangunan PLTA sebagai suplai energi bagi perusahaan-perusahaan tambang. Ini potensi konflik yang harus dicermati bersama.”Sedangkan, laporan akhir tahun AMAN Sulsel menunjukkan sedikitnya 13 konflik antara masyarakat adat dengan pemerintah dan swasta sepanjang 2013. Terdapat, 11.733 warga merasakan dampak konflik ini.
[1.0, 1.718947317819186e-09, 1.4937721060093168e-09]
2014-067-09.json
AMAN Perkirakan 2014 Konflik Lahan di Sulsel Makin Tinggi
AMAN Perkirakan 2014 Konflik Lahan di Sulsel Makin Tinggi | Warga tak hanya diusir, juga kerap diintimidasi bahkan kriminalisasi. Sejumlah kasus kriminalisasi warga adat masih berlangsung. “Kriminalisasi masih menjadi momok masyarakat adat di beberapa daerah. Belum lagi pengusiran dan berbagai bentuk intimidasi lain.”Menurut dia, konflik tenurial di Sulsel sebenarnya terjadi hampir di seluruh Indonesia. Di Sulsel dari tipologi konflik, sebagian besar antara masyarakat adat lawan kehutanan, masyarakat adat versus pertambangan dan masyarakat versus perkebunan (PTPN XIV).Mengenai konflik masyarakat adat dengan Dinas Kehutanan, jika ditilik terjadi antara lain karena karena ada pembatasan akses masyarakat terhadap hutan, pengusiran, dan kriminalisasi. “Pokok persoalan penetapan tapal batas kawasan hutan lindung yang tak demokratis, tidak partisipatif hingga mengorbankan kepentingan masyarakat adat.”Sardi mencontohkan, kasus masyarakat adat Barambang-Katute Kabupaten Sinjai, Komunitas adat Sando Batu Kabupaten Sidenreng Rappang, adat Kajang Kabupaten Bulukumba dan Adat Matteko Kabupaten Gowa.Untuk itu, hal mendesak perlu disikapi yakni penetapan kawasan partisipatif. “Jika hal-hal seperti ini terus dibiarkan tidak menutup kemungkinan akan ada lagi korban kriminalisasi masyarakat adat dengan alasan hutan lindung.”Padahal, katanya, jika berani jujur sekitar 5 juta hektar hutan Indonesia yang masih terjaga justru ada di wilayah adat yang dikelola dengan kearifan lokal. “Mereka mampu menjaga keseimbangan antara pemakaian berdasar kebutuhan dengan pelestarian.” Seharusnya, masyarakat adat yang bisa menjaga hutan itu diberdayakan bukan disingkirkan.
[0.9999874830245972, 6.7843425313185435e-06, 5.685313681169646e-06]
2014-067-09.json
AMAN Perkirakan 2014 Konflik Lahan di Sulsel Makin Tinggi
AMAN Perkirakan 2014 Konflik Lahan di Sulsel Makin Tinggi | AMAN pun memberikan beberapa rekomendasi, antara lain, pemerintah diminta memberikan pengakuan formal atas wilayah-wilayah adat dan memasukkan peta-peta wilayah ke dalam rencana tata ruang wilayah (RTRW) Sulsel dan daerah kabupaten maupun kota di Sulsel. AMAN juga mendesak pemerintah transparan kepada masyarakat adat terkait pengelolaan dan pemanfaatan wilayah adat sesuai UU Keterbukaan Informasi Publik. Lalu, meminta pemerintah tak memberikan izin mengeksploitasi hutan dan SDA di wilayah adat tanpa persetujuan masyarakat.“Kami juga mendesak pemerintah daerah dalam penyusunan peraturan daerah harus mengakomodir sistem-sistem adat yang berlaku di komunitas serta otonomi asli masyarakat adat.”AMAN meminta, pemerintah daerah menggunakan nota kesepahaman antara BPN dan AMAN, lalu AMAN dan Kementerian Lingkungan Hidup sebagai landasan mengidentifikasi, menginventarisasi dan meregistrasi wilayah-wilayah adat.  “Termasuk, dalam penyelesaian konflik-konflik di masyarakat adat.” Sardi menyerukan, setiap kebijakan harus dilaksanakan dengan prinsip-prinsip Free, Prior and Informed Consent (FPIC) atau persetujuan di awal tanpa paksaan. [SEP]
[0.9999886751174927, 5.7277034102298785e-06, 5.645468263537623e-06]
2017-022-13.json
Lagi, Pesut Ditemukan Mati di Pesisir Teluk Balikpapan
Lagi, Pesut Ditemukan Mati di Pesisir Teluk Balikpapan | [CLS] Pada pertengahan September 2017 lalu, seekor pesut atau lumba-lumba air tawar (Orcaella brevirostris) ditemukan mati di pantai tengah Tanjung Sorong, Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur (Kaltim), Rabu (13/9/2017). Pada saat ditemukan, kondisi pesut itu sudah membusuk, diperkirakan kematiannya sudah lebih dari tiga hari.Kabar tersebut pertama kali diunggah oleh salah satu netizen PPU melalui akun facebook grup warga PPU Penajam Terkini. Kamis (14/92017), pemerintah setempat beserta Rare Aquatic Spesies of Indonesia (RASI) menurunkan tim untuk memastikan kabar tersebut. Hasilnya, dipastikan seekor pesut pesisir mati dengan tingkat kebusukan sudah berada di tingkat empat. Artinya, kondisi sudah cukup parah dan agak sulit mengidentifikasi penyebab kematiannya.Peneliti RASI, Danielle Kreb mengatakan untuk memastikan apakah benar bangkai tersebut adalah lumba-lumba, RASI harus menurunkan stafnya ke lokasi. Dapat dipastikan bangkai tersebut merupakan lumba-lumba irawaddy karena memiliki sirip tengah. “Saya sebenarnya tidak ke lokasi, tapi ada tim RASI yang diturunkan, namanya Maulana. Dari keterangan Maulana, dipastikan jika bangkai tersbeut adalah lumba-lumba Irawaddi atau lumba-lumba pesisir,” kata dia.  Menurutnya, penyebab kematian lumba-lumba itu tidak bisa dipastikan. Meski demikian, setelah memerhatikan detil foto yang dikirim stafnya, Daniella menduga lumba-lumba tersebut mati karena terjerat jaring nelayan. “Kondisinya sudah membusuk mencapai tingkat empat, artinya sulit dideteksi, staf di lapangan sudah memastikan keadaannya. Saya lihat dari foto-foto di lapangan, ada bekas jaring. Seperti bekas jeratan, seperti itu dan staf ke sana juga bersama tim dari BPSPL,” kata dia.
[0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623]
2017-022-13.json
Lagi, Pesut Ditemukan Mati di Pesisir Teluk Balikpapan
Lagi, Pesut Ditemukan Mati di Pesisir Teluk Balikpapan | Dari panjang tubuhnya, diperkirakan lumba-lumba tersebut masih remaja. Sehingga, kata dia, kecil kemungkinan mati karena sakit. Daniella sangat menyesalkan kejadian tersebut, karena sampai saat ini, menurut dia masih banyak laporan tentang kelalaian para nelayan yang tidak menjaga renggeknya. “Masih banyak informasi, kalau ada nelayan yang memasang renggek dan tidak dijaga. Jadi ketika ada lumba-lumba yang masuk, tidak terlihat,” ujarnya.Danielle juga memastikan kematian pesut bukan karena limbah dan pencemaran di laut pesisir. Karena, menurutnya lumba-lumba yang mati hanya satu. Jika lebih dari satu, maka dimungkinkan kematian disebabkan karena limbah. “Kalau itu pencemaran, pasti banyak yang mati. Memang beberapa waktu ini ada keluhan terkait buangan pulut kelapa sawit lewat kanal air ke laut. Tapi belum saya pastikan ke sana lagi,” jelasnya.Dalam waktu dekat, Danielle berencana bertolak ke Balikpapan untuk memantau perkembangan kondisi lumba-lumba di sana. Daniella juga akan melihat kondisi laut di pesisir dan Teluk Balikpapan, lantaran beberapa bulan terakhir banyak komunitas dari nelayan dan pemancing yang menghubunginya terkait pencemaran lingkungan. “Banyak yang menghubungi saya dan mengeluhkan kondisi laut di sana. Saya berencana akan ke sana untuk melihat langsung. Saya mengharap ada kerjasama Dinas Lingkungan Hidup untuk masalah lingkungan di sana,” ujarnya.  Senada, Staf RASI, Maulana mengatakan penyebab kematian lumba-lumba itu sudah tidak bisa diprediksi sebab. Ketika ditemukan, bangkainya langsung dikuburkan tak jauh dari lokasi ditemukannya. “Bangkai tidak bisa diperiksa lagi karena sudah membusuk. Jadi langsung dikuburkan tak jauh dari lokasi penemuan. Saya ke lokasi tidak sendiri, bersama pemerintah setempat, Forum Peduli Teluk Balikpapan dan BPSPL,” jelasnya. Kondisi Laut yang Mengkhawatirkan
[0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163]