filename
stringlengths
16
16
title
stringlengths
22
107
text
stringlengths
132
2.1k
softlabel
stringlengths
15
740
2019-007-19.json
Ironi di Kepulauan Kei : Kaya Potensi Perikanan, Tapi Miskin Pemanfaatan [1]
Ironi di Kepulauan Kei : Kaya Potensi Perikanan, Tapi Miskin Pemanfaatan [1] | Sedangkan data DKP Provinsi Maluku menunjukkan produksi perikanan tangkap di Maluku Tenggara pada 2018 mencapai 102.497 ton. Sementara berdasarkan data DKP kabupaten Maluku Tenggara, jumlah produksi perikanan tangkap meningkat setiap tahun, yakni 66.835 ton pada 2014, 92.896 ton pada 2015, naik menjadi 93.562 ton pada 2015, dan 2017 sebanyak 94.121 ton.DKP Maluku Tenggara menargetkan produksi perikanan tangkap 94.591 ton, sedangkan sektor perikanan budidaya, khususnya rumput laut sebanyak 17.708 ton pada 2019.Sementara realisasi sampai dengan triwulan kedua dan bulan Agustus 2019 sudah mencapai 81.324 ton dari target 112.300 ton. Rinciannya, produksi tangkap tercatat telah mencapai 67.162 ton, sedangkan budi daya sudah mencapai 14.162 ton.Produksi per jenis ikan, antara lain Cakalang 208 ton (2014), 236 (2015), 241 (2016), dan 233 ton (2017). Kemudian Tenggiri 538 ton (2014), 227 ton (2015), 172 ton (2016) dan 285 ton (2017), Tongkol 647 ton (2014), 829 ton (2015), 850 ton (2016) dan 835 ton (2017), dan ikan Kembung 299 ton (2014), 425 ton (2015), 450 (2016), dan 465 ton (2017).Selain itu, ikan Layang 362 ton (2014), 522 ton (2015), 520 ton (2016) dan 899 ton (2017), dan ikan Teri 741 ton (2014), 1.163 ton (2015), 1.182 ton (2016) dan 1.163 ton (2017).baca juga : ‘Perang’ Gubernur Maluku Karena Kesal Tak Kunjung Jadi Lumbung Ikan Nasional  Alat Tangkap TradisionalAkan tetapi sumber daya ikan yang melimpah ini, tidak sebanding dengan pemanfaatannya. Pasalnya, rata-rata nelayan di Maluku Tenggara dan Kota Tual merupakan nelayan ‘musiman. Hanya di beberapa desa seperti Sathean, Kecamatan Kei Kecil, dan Selayar, Kecamatan Kei Kecil Barat, nelayannya melaut setiap hari.
[0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623]
2019-007-19.json
Ironi di Kepulauan Kei : Kaya Potensi Perikanan, Tapi Miskin Pemanfaatan [1]
Ironi di Kepulauan Kei : Kaya Potensi Perikanan, Tapi Miskin Pemanfaatan [1] | Dosen Politeknik Perikanan Tual, Benediktus Jeujanan yang pernah melakukan penelitian tesis tentang nelayan rumpon di Perairan Kepulauan Kei ini menyebutkan, hampir 90 persen nelayan di Kota Tual dan Maluku Tenggara merupakan nelayan tradisional. Alat tangkap yang digunakan yakni jaring bobo (purse seine), bagan (lift net), jaring insang (gill net), pancing tonda (troll line), pancing ulur (hand line) dan pancing tegak (vertical line).Daerah penangkapan nelayan juga di sekitar pantai, sekira 0-4 mil, karena ukuran armada penangkapan yang dimiliki rata-rata berukuran kecil. Perikanan tradisional masih melekat pada nelayan-nelayan di pesisir ini.“Karena memang nelayannya juga nelayan tradisional. Alat tangkapnya tradisional,” ujar Benediktus kepada Mongabay Indonesia, Jumat (27/9/2019).Tak hanya alat tangkap, minimnya sumber daya manusia (SDM) nelayan dan rendahnya harga komoditas ikan juga jadi masalah lainnya. Benediktus mengungkapkan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pernah memberikan bantuan satu unit kapal pole and line (huhate), tapi tidak dipakai oleh nelayan karena tidak memiliki skill.Hal teknis seperti ini jarang diperhatikan oleh pemerintah daerah sehingga ikan-ikan pelagis besar tidak menjadi tangkapan unggulan nelayan setempat. Ikan Cakalang, Tuna dan ikan pelagis besar lainnya yang terlihat di pasar, ditangkap menggunakan pancing tonda.menarik dibaca : Setelah Nyatakan Perang, Gubernur Maluku Bersikukuh Tegaskan 5 Tuntutan Kepada Menteri Kelautan  Hal senada disampaikan Kepala Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Kota Tual, Silvinus M.C. Jaftoran kepada Mongabay Indonesia, Senin (30/9/2019). Menurutnya, sumber daya perikanan di Maluku Tenggara dan Tual belum dimanfaatkan secara optimal, karena rata-rata nelayan masih menggunakan alat tangkap tradisional.
[0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163]
2019-007-19.json
Ironi di Kepulauan Kei : Kaya Potensi Perikanan, Tapi Miskin Pemanfaatan [1]
Ironi di Kepulauan Kei : Kaya Potensi Perikanan, Tapi Miskin Pemanfaatan [1] | Ia membandingkan dengan daerah kaya ikan lainnya seperti di Bitung, Sulawesi Utara dan beberapa daerah di provinsi Sulawesi Selatan. Meski dengan kapasitas kapal yang sama, nelayan di dua provinsi itu mendapatkan hasil tangkapan melimpah sehingga meningkatkan kesejahteraan mereka.Di sisi yang lain, lembaga pemerintah pemangku kepentingan perikanan di Kota Tual sudah memadai. Seperti adanya perwakilan Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) KKP, PPN, DKP dan perusahaan perikanan. Namun, semua itu belum berdampak signifikan pada peningkatan taraf hidup nelayan maupun masyarakat Tual pada umumnya.“Dulu orang asing datang ambil ikan kita. Sekarang kapal asing sudah tidak ada lagi, tetapi sama saja, kita masih tetap saja penonton, karena peralatan belum terlalu modern, dan SDM masih rendah,” terang Silvinus.****Tajudin Buano, jurnalis Harian Pagi Ambon Ekspres. Artikel ini didukung oleh Mongabay Indonesia  [SEP]
[0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623]
2021-031-03.json
Transformasi Paradigma dan Rekonstruksi Hukum untuk Kesejahteraan Hewan
Transformasi Paradigma dan Rekonstruksi Hukum untuk Kesejahteraan Hewan | [CLS] Pada tahun 2020, World Animal Protection mengeluarkan Indeks Perlindungan Hewan (Animal Protection Index) untuk menilai keberhasilan suatu negara dalam menyusun dan menerapkan kebijakan dan undang-undang bagi kesejahteraan hewan.Bagaimana dengan Indonesia? Ternyata, dari skala ‘A’ (maksimum) hingga ‘G’ (minimum) Indonesia memperoleh nilai ‘E’ yang dihitung berdasarkan empat pilar.Pertama, pengakuan bahwa hewan memiliki perasaan dan emosi dan pelarangan adanya penderitaan hewan. Kedua, terbentuk dan terlaksananya undang-undang yang mengatur kesejahteraan hewan. Ketiga, adanya lembaga pemerintahan yang berkomitmen untuk melindungi hewan; dan Keempat, adanya dukungan pemerintah terhadap standar kesejahteraan internasional dari World Organisation for Animal Health (OIE) yang terintegrasi dalam undang-undang atau kebijakan pemerintah.Setidaknya, pilar pertama sedikit banyaknya terpenuhi melalui ketentuan Pasal 66 ayat (2) huruf c UU Nomor 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan hewan (UU Nomor 18/2009) yang mengakui hewan dapat mengalami lapar, haus, rasa sakit, penganiayaan, rasa takut dan tertekan.  Namun, undang-undang tersebut belum menyertai mekanisme penegakan yang konkret. Sehingga, nilai yang diperoleh Indonesia pada pilar pertama masih terbatas pada C/D.Adapun permasalahan ada di pilar lainnya yaitu kedua sampai keempat masih bernilai E dan F, skor ini arus diperbaiki untuk melaksanakan komitmen dan dukungan pemerintah terhadap kesejahteraan hewan.Baca juga: Kesejahteraan Satwa Masih Jauh dari Perhatian Kita  Payung Hukum KebijakanMenurut penulis, terdapat dua alasan mendasar mengenai mengapa ketiga pilar tersebut belum dapat berjalan secara maksimal hingga saat ini.
[0.9999907612800598, 4.496447218116373e-06, 4.684098712459672e-06]
2021-031-03.json
Transformasi Paradigma dan Rekonstruksi Hukum untuk Kesejahteraan Hewan
Transformasi Paradigma dan Rekonstruksi Hukum untuk Kesejahteraan Hewan | Pertama, payung hukum yang ada belum secara konkrit menjamin terlaksananya konsepsi kesejahteraan hewan yang diusung. UU 18/2009, -sebagai satu-satunya UU yang mengatur perlindungan dan pemanfaatan hewan, mendefinisikan kesejahteraan hewan sebagai:“Segala urusan yang berhubungan dengan keadaan fisik dan mental hewan menurut ukuran perilaku alami hewan yang perlu diterapkan dan ditegakkan untuk melindungi hewan dari perlakuan setiap orang yang tidak layak terhadap hewan yang dimanfaatkan manusia.” Berdasarkan pendefinisian tersebut, jaminan perlindungan hewan tidak hanya mencakup perlindungan fisik, namun juga mental sesuai ukuran yang memungkinkan hewan mengekspresikan perilaku alaminya.Sayangnya selain ambiguitas kriteria perilaku alami yang memungkinkan timbulnya multi tafsir, belum ada jaminan sanksi yang tegas terhadap pelanggaran kesejahteraan hewan seperti yang tertera pada ketentuan Pasal 66 ayat (2) UU 18/2009.Bila kita mencermati pembatasan lingkup penerapan kesejahteraan hewan yang hanya terbatas pada “semua jenis hewan bertulang belakang dan sebagian dari hewan yang tidak bertulang belakang yang dapat merasa sakit” (Pasal 66 ayat 3) pengertian ini juga terbilang bermasalah.Pendefinisian ini akan membawa pemikiran dikotomis dan selektif terhadap lingkup hewan yang dilindungi. Artinya konsepsi kesejahteraan hewan tidak berlaku secara universal, menjadikan konsep “kesejahteraan” bagi hewan bukanlah suatu bentuk hak asasi.Kedua, permasalahan paradigma mengenai cara kita memandang dan memperlakukan hewan sebagai makhluk inferior yang dapat dieksploitasi untuk memenuhi kebutuhan manusia.Baca juga: Bukan Saja Eksportir, Indonesia Mulai Jadi Pasar Satwa Ilegal dari Luar Negeri?  Persepsi Pendekatan Masalah
[0.999424159526825, 0.00028237837250344455, 0.000293476419756189]
2021-031-03.json
Transformasi Paradigma dan Rekonstruksi Hukum untuk Kesejahteraan Hewan
Transformasi Paradigma dan Rekonstruksi Hukum untuk Kesejahteraan Hewan | Ada dua persepsi dalam memandang lingkungan hidup dan manusia. Pertama adalah pendekatan holisme dan kedua adalah pendekatan individualistik. Kedua pendekatan ini memiliki konsekuensi yang berbeda.Pendekatan holisme memandang perlindungan terhadap hewan adalah sebuah keniscayaan, mengingat sebagai makhluk hidup di bumi kepentingan kelangsungan bumi adalah yang utama.Holisme menitikberatkan titik keseimbangan (equilibrium) antara lingkungan hidup dengan manusia. Untuk mencapai keharmonisan antara manusia dan lingkungan, pandangan ini mengupayakan agar keseluruhan ekosistem memiliki hak untuk mempertahankan diri dengan kualitas yang baik.Sementara pandangan individualistik, melihat lingkup yang lebih sempit. Hewan diakui memiliki nilai intrinsiknya sendiri. Mereka merupakan individu yang memiliki kapabilitas untuk merasakan sakit, kebahagiaan dan memiliki obyektif yang hendak mereka lakukan di masa depan, sehingga perlu untuk dilindungi.Pada perkembangannya pandangan individualistik ini kemudian melandasi sejumlah pergerakan bagi aktivis pro perlindungan hewan.Dimulai dari kelompok Old Welfarist (sampai era 1970an) yang menyatakan bahwa tidak masalah menggunakan hewan untuk kepentingan manusia, selama ada limitasi untuk mencegah sakit dan penderitaan bagi hewan. Yakni, semua hewan domestik dapat lepas dari penderitaan dan hewan agrikultur memperoleh sejumlah proteksi terhadap bahaya atau rasa sakit.Kemudian muncul kelompok New Welfarist (1970-1980an) yang berpandangan bahwa segala bentuk penderitaan dan rasa sakit yang harus diderita hewan selama untuk kepentingan manusia secara moral adalah salah. Sehingga, perlu ada perubahan besar dalam memandang hewan.Kelompok Animal Rights (1980an-sekarang) kemudian berusaha untuk lebih maju dari kedua pendekatan sebelumnya, sehingga pada perjuangannya berusaha untuk memberikan hak fundamental yang sama bagi hewan seperti layaknya manusia.
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2021-031-03.json
Transformasi Paradigma dan Rekonstruksi Hukum untuk Kesejahteraan Hewan
Transformasi Paradigma dan Rekonstruksi Hukum untuk Kesejahteraan Hewan | Namun, secara umum terdapat kesamaan paradigma yang dibangun dari seluruh kelompok, yakni hewan dipandang sebagai makhluk hidup yang memiliki nilai intrinsiknya sendiri, yang harus dihormati oleh makhluk hidup lainnya, salah satunya manusia.Sayangnya, pada tataran kebijakan, instrumen perlindungan yang saat ini berlaku masih bertumpu pada pendekatan individualistik baik pada skala internasional maupun nasional. Alhasil, instrumen perlindungan hewan yang ada masih memfokuskan diri pada upaya konservasi dan perdagangan hewan.Bentuk perlindungan yang diberikan juga masih difokuskan pada perlindungan terhadap spesies hewan tertentu yang langka (yang penentuannya juga oleh manusia) dan menjamin kepastian hukum perdagangan hewan.Hemat penulis stagnasi pendekatan individualistik bertolak dari tidak kunjung dipenuhinya obyektif dari pendekatan holisme, yakni adanya landasan normatif yang lebih konkrit dalam membentuk persepsi masyarakat terhadap hewan.Dalam proses transisi terhadap paradigma individualistik menjadi holisme maka rumusan sanksi pun dapat menjadi dalam mewujudkan konsep perwujudan kesejahteraan hewan.Baca juga: Mencermati Penyebaran COVID-19 pada Satwa Liar maupun Hewan Peliharaan  Solusi bagi Kesejahteraan Hewan Dalam konteks nasional belum ditemukan konsep kesejahteraan hewan yang secara umum disepakati, -atau setidak-tidaknya dipahami secara nasional, yang berimplikasi pada dua hal mendasar ini:Pertama belum adanya indikator yang mengukur kesejahteraan hewan menyebabkan tidak ada data komprehensif yang terkumpul untuk memantau perkembangan dan kesejahteraan hewan.Kedua pergerakan aktivis pro perlindungan hewan belum memiliki pijakan paradigma yang kuat, yang menyebabkan pergerakan mereka dipandang sebelah mata dan dikategorikan sebagai isu yang tidak strategis. Gerakan aktivisme pun pada akhirnya bertumpu pada inisiatif pribadi berdasarkan hati nurani yang subyektif.
[0.00025693021598272026, 0.00035799675970338285, 0.9993850588798523]
2021-031-03.json
Transformasi Paradigma dan Rekonstruksi Hukum untuk Kesejahteraan Hewan
Transformasi Paradigma dan Rekonstruksi Hukum untuk Kesejahteraan Hewan | Dari pemaparan di atas, penulis menyarankan perlunya tiga solusi yang bisa jadi pertimbangan, yaitu: 1) Penyeragaman konsepsi dalam mendefinisikan apa itu “kesejahteraan hewan,” 2) Penjabaran bentuk-bentuk perlindungan secara konkrit dalam setiap jenis peruntukan hewan yang sesuai dengan konsepsi kesejahteraan yang diusung, 3) Perumusan enforsir berupa rumusan sanksi yang tegas dan jelas terhadap setiap bentuk pelanggaran.Ketiga solusi tersebut akan dipermudah dengan hadirnya lembaga pemerintah yang secara khusus ditunjuk untuk mengemban tugas dan tanggung jawab untuk merumuskan landasan, mengelola dana, dan mengembangkan edukasi dan praktik penegakkan kebijakan dan undang-undang bagi kesejahteraan hewan.Sebagai tambahan, keberadaan instrumen indikator internasional yang mengonsepsikan kesejahteraan hewan dapat digunakan sebagai bentuk enforsir dan inspirasi kepada negara-negara untuk membentuk struktur institusional bagi perlindungan hewan. * Etheldreda E L T Wongkar, peneliti di Indonesian Center for Environmental Law (ICEL); Phelia Myrna, peneliti lepas.  Artikel ini adalah opini penulis ***Catatan editor: Artikel ini telah diperbaiki pada tanggal 13 Agustus 2021   A post shared by Mongabay Indonesia (@mongabay.id) [SEP]
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2012-039-15.json
Hak Masyarakat Asli: Dipahami Negara, Namun Tetap Diabaikan
Hak Masyarakat Asli: Dipahami Negara, Namun Tetap Diabaikan | [CLS] Dalam kurun waktu 20 tahun terakhir, pemenuhan hak-hak masyarakat asli di sekitar  hutan telah meningkat secara signifikan, setidaknya itulah hasil penelitian yang dilakukan Rights and Resources Initiatives (RRI). Penelitian yang dilakukan di 30 negara dengan hutan tropis ini menemukan bahwa kini hak masyarakat atas lahan di hutan meningkat menjadi 31% di negara-negara ini, meningkat dari 21% di tahun 1992. Namun, hak pengelolaan hutan untuk masyarakat asli masih terancam dengan lemahnya penegakan hukum, pengambilalihan tanah, ambivalensi pemerintah dan perkembangan industri. Laporan ini keluar kurang dari sebulan sebelum Konferensi Rio+20 Tentang Pembangunan Berkelanjutan, sebuah pertemuan pemimpin-pemimpin dunia yang menandai dua dekade sejak digelarnya Konferensi Bumi Rio.“Semua 27 negara yang kami analisa memiliki lebih dari satu perangkat hukum yang menjadi landasan hukum bagi masyarakat adat, baik di level nasional maupun regional,” ungkap Fernanda Almeida, penulis utama dari laporan ini, dalam rilis medianya. “Namun hukum belum cukup. Butuh ‘Hukum yang baik’ dan hal itu harus dilakukan.”Isu tersebut, kini menjadi lebih dari sekedar soal hak-hak manusia dan masyarakat asli. Para ahli dan para peneliti berargumen bahwa salah satu cara terbaik untuk menjamin hutan hujan tropis lestari adalah memberikan hak-hak atas tanah kepada orang-orang yang tergantung kepada hutan, dan menjaga keberadaan hutan selama berabad-abad, yaitu masyarakat asli dan komunitas lokal. Hutan tropis menyediakan jasa ekosistem yang tak terhingga bagi dunia: konservasi keanekaregaman hayati, perlindungan air bersih, cadangan karbon, produksi air hujan, penemuan obat-obatan dibanding banyak hal lain di dunia. Tapi tetap saja, hutan tropis dan orang-orang yang tergantung kepadanya terancam oleh perkembangan pertanian, pertambangan, produksi bahan bakar berbasis fosil, penebangan hutan untuk industri dan hal-hal lainnya.
[0.9999998211860657, 8.479273816419663e-08, 7.769674681412653e-08]
2012-039-15.json
Hak Masyarakat Asli: Dipahami Negara, Namun Tetap Diabaikan
Hak Masyarakat Asli: Dipahami Negara, Namun Tetap Diabaikan | “Orang-orang di sekitar hutan terjebak diantara tekanan akan pentinganya keberlanjutan lingkungan dan tekanan yang semakin keras dari pembangunan ekonomi,” jelas Jeffre Hatcher, Direktur Program Global RRI. “Kendati ada perkembangan pesat dalam hukum-hukum kepemilikan, namun lemahnya keinginan politik penguasa dan kerepotan birokrasi membuatnya jadi sangat sulit untuk menjalankan aksi nyata di berbagai negara yang sangat kaya akan hutan.”Pertentangan antara perkembangan industri dan hak-hak masyarakat asli muncul dalam berbagai hukum yang diberlakukan di negara-negara kaya hutan tersebut. Namun implementasi tetap sulit dalam berbagai kasus dan hukum dielakkan, dikesampingkan atau sederhananya diacuhkan, dalam rangka memudahkan perusahaan dan pemerintah untuk mengeksploitasi lahan-lahan tersebut.“Kendati hak-hak masyarakat asli dan komunitas sekitar hutan lain kini lebih dipahami dibanding sebelumnya, namun hasil penelitian ini menemukan bahwa sebagian besar penguasa atas kepemilikan lahan membatasi hak-hak masyarakat dengan mengabaikan satu atau lebih hak-hak masyarakat dengan berbagai hak-hak baru yang bertumpuk,” ungkap laporan tersebut.Misalnya, lebih dari sepertiga rezim yang berkuasa di negara-negara kaya hutan yang mengakui hak-hak masyarakat adat tetap mengizinkan orang luar untuk mengeksploitasi hutan dengan bekal kekebalan hukum, dan mengabaikan hak-hak yang ada dalam kepemilikan tanah.Masalah hak pengelolaan lahan bagi masyarakat adat, masih jadi pekerjaan rumah bersama. Duapuluh tahun lalu, sepuluh persen dari hutan hujan tropis dikuasai oleh masayarakat asli yang tinggal disana, kini persentase ini meningkat menjadi 15%. Kendati sudah ada kemajuan dalam duapuluh tahun etrakhir, namun laporan ini juga menyebutkan bahwa masih banyak hal yang harus dieselsaikan di masa mendatang.
[0.9999907612800598, 4.496447218116373e-06, 4.684098712459672e-06]
2012-039-15.json
Hak Masyarakat Asli: Dipahami Negara, Namun Tetap Diabaikan
Hak Masyarakat Asli: Dipahami Negara, Namun Tetap Diabaikan | “Mayoritas hutan tropis di dunia masih dikuasai oleh pemerintah dan nyaris tak ada hak hukum dan kepemilikan bagi jutaan orang yang tinggal di sekitar hutan dan telah memelihara hutan selama turun temurun. Ketidaksinambungan ini menjadi semakin parah dan semakin membutuhkan penyelesaian yang cepat -terutama di masa-masa ini dimana lahan di hutan menjadi target para investor.”Afrika tertinggal dibandingkan benua-benua lain dalam urusan memberikan hak-hak masyarakat adat, menurut laporan ini. sembilanpuluh tujuh perse hutan di benua ini dimiliki oleh negara. Sementara Indonesia secara formal mengenali hak masyarakat sipil terhadap tanah mereka, namun negara yang menguasai seluruh wilayah dan sumber daya alam, berdiri di atas hak-hak masyarakat lokal dan masyarakat asli. Di sisi lain, di Amerika Latin masih memimpin dalam urusan memberikan hak-hak bagi masyarakat asli.“Jika hukum-hukum ini tak pernah dibuat dalam hitam di atas putih, milyaran hektar dan jutaan orang akan memiliki akses ke salah satu alat yang paling bisa mencegah terjadinya kemiskinan dan menyelamatkan sumber daya yang terbatas,” jelas Andy White, Koordinator RRI. “Jika para negosiator di Rio+20 serius untuk menekan kemiskinan dan menyelamatkan hutan, mereka akan meminta negara-negara yang kaya akan hutan untuk memperkuat hak-hak masyarakat adat di hutan mereka. Jika hak-hak tersebut tertulis secara nyata dan diimplementasikan dalam praktek, dan masyarakat bisa melakukan hal-hal yang jauh lebih baik dibanding yang pernah dilakukan sebelumnya -yaitu mengelola hutan dan menekan praktek-praktek yang membahayakan hutan hujan tropis di seluruh dunia.” [SEP]
[0.999424159526825, 0.00028237837250344455, 0.000293476419756189]
2016-062-18.json
Serangga ini Dinobatkan Sebagai Serangga Terpanjang di Dunia
Serangga ini Dinobatkan Sebagai Serangga Terpanjang di Dunia | [CLS] Para ilmuwan di China melaporkan bahwa mereka telah menemukan serangga terpanjang di dunia, spesies baru belalang batang dari genus Phryganistria yang panjangnya mencapai lebih dari setengah meter.Seperti dilansir Xinhua, spesimen belalang tersebut ditemukan pada tahun 2014 di   kawasan Guangxi Zhuang, dan kini telah resmi dinyatakan sebagai serangga terpanjang di dunia.Belalang sepanjang 62.4 cm ini mengalahkan rekor sebelumnya, juga spesies serangga batang yang ditemukan pada 2008 di Malaysia bernama latin Phobaeticus chani  sepanjang hampir 56.7 cm.Menurut Insect Museum of West China (IMWC), binatang yang lazim disebut belalang tongkat itu kini memegang rekor serangga paling panjang di antara 807.625 jenis serangga di dunia.Belalang tongkat terpanjang ini ditemukan oleh Zhao li, seorang ilmuwan China yang memburu serangga itu selama enam tahun, setelah mendengar cerita warga desa tentang belalang sebesar jari manusia dengan panjang lebih dari setengah meter.“Saya sedang mengumpulkan serangga-serangga di sebuah pegunungan setinggi 1.200 meter di Kota Liuzhou, Guangxi pada 16 Agustus 2014, ketika bayangan hitam muncul di kejauhan. Ia mirip ranting pohon. Saya lalu mendekatinya dan sangat terkejut, karena kaki serangga raksasa itu bahkan sama panjangnya dengan tubuh binatang itu sendiri,” cerita Zhao.Zhao menamakan belalang batang penemuannya dengan Phryganistria chinensis Zhao (diambil dari namanya sendiri), dan kelihatannya akan muncul lagi rekor-rekor serangga terpanjang di dunia dalam waktu dekat. Setelah mengembalikan spesimennya ke IMWC, Zhao mengatakan bahwa belalang raksasa ini bertelur sebanyak enam buah, yang bahkan ukuran terkecilnya adalah 26 cm. [SEP]
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2012-003-06.json
Australia Perkuat UU Anti-Illegal Logging dengan Program Kemitraan di Lapangan
Australia Perkuat UU Anti-Illegal Logging dengan Program Kemitraan di Lapangan | [CLS] Setelah meloloskan Undang-Undang Anti-Illegal Logging, kini pemerintah Australia memperkuat pelaksanaan undang-undang baru tersebut dengan mengesahkan sebuah program yang akan mendukung implementasi di lapangan. Program bernama Illegal Logging: Regional Capacity Building Partnership ini dirancang sebagai sebuah kekuatan pendukung Illegal Logging Prohibition Act yang sudah diberlakukan sejak 22 November 2012 silam.Hal ini menjadi penting mengingat besarnya nilai impor Australia terhadap produk kayu setiap tahunnnya. Pada tahun 2011 hingga 2012 sendiri impor kayu negeri Kanguru ini mencapai 4,2 miliar Dollar Australia, dan dari jumlah tersebut 342 juta dollar Australia berasal dari Indonesia. Tak heran jika setiap tahun Australia menjadi sasaran perdagangan ilegal kayu dari Indonesia.Akibat maraknya perdagangan kayu secara ilegal ini, menurut catatan organisasi pangan dunia, Food and Agriculture Organization hutan seluas 38,7 juta hektar sudah lenyap di seluruh Asia dan Pasifik sejak tahun 1990. Sebagian besar akibat penebangan liar.Pemerintah Australia juga memperkuat program pencegahan perdagangan kayu ilegal ini lewat pendanaan dalamprogram bernama RAFT (Responsible Asia Forestry and Trade) senilai 6 juta dollar Australia. Program yang dikoordinir oleh The Nature Conservancy ini menyatukan beberapa organisasi kehutanan di Asia Pasifik, yaitu Institute for Global Environmental Strategies (IGES), TFT (The Forest Trust), Tropical Forest Foundation (TFF), TRAFFIC , Wildlife Trade Monitoring Network dan Global Forest & Trade Network (GFTN) WWF.Kepala Penasihat Teknis Program Kehutanan The Nature Conservancy Asia Pasifik, Andrew Ingles, mengatakan, “Banyak produk yang kita gunakan setiap hari memulai ‘perjalanan’ mereka dari Kalimantan atau Papua Nugini, sebelum melewati pabrik-pabrik di China atau Vietnam, dan akhirnya mendarat di kantor-kantor dan rumah-rumah di Australia.“
[0.999989926815033, 4.9245772970607504e-06, 5.13009626956773e-06]
2012-003-06.json
Australia Perkuat UU Anti-Illegal Logging dengan Program Kemitraan di Lapangan
Australia Perkuat UU Anti-Illegal Logging dengan Program Kemitraan di Lapangan | Sementara, Direktur Program Terrestrial The Nature Conservancy Indonesia, Tri Nugroho menyatakan bahwa peningkatan perencanaan penggunaan lahan dan praktik pengelolaan lahan akan membantu mitigasi dan adaptasi terhadap dampak perubahan iklim. “Melindungi hutan bukan berarti harus menghentikan penebangan. Praktik kehutanan dan perdagangan yang bertanggung jawab merupakan alternatif yang baik bagi ekonomi global, juga bagi masyarakat dan alam di hutan hujan Asia Pasifik yang masih tersisa.”Secara global, lebih dari 1 miliar orang bergantung pada hutan sebagai mata pencaharian mereka. Di Asia Pasifik, setidaknya 500 juta orang secara langsung tergantung pada hutan sebagai sumber pendapatan mereka. Sayangnya, hutan-hutan di Asia Pasifik terus dirusak dan habis pada tingkat yang mengkhawatirkan. Sebagian besar produk kayu yang diperdagangkan secara global berasal dari sumber yang ilegal atau mencurigakan – pada tahun2009, lebih dari 100 juta meter kubik kayu ditebang secara ilegal di seluruh dunia setiap tahunnya. [SEP]
[0.999424159526825, 0.00028237837250344455, 0.000293476419756189]
2022-040-16.json
Konstantius Saleo, Penggerak Konservasi dari Yensawai Barat
Konstantius Saleo, Penggerak Konservasi dari Yensawai Barat | [CLS]      Pengalaman kelam keluarga tak menyurutkan langkah Konstantinus Saleo, menjadi sosok penggerak konservasi di Raja Ampat, Papua Barat.Dia masih duduk di bangku SMA ketika ayahnya dibunuh oleh pembalak liar. Pria 27 tahun ini, tak gentar tetap meneruskan semangat sang ayah, menjaga kelestarian laut Pulau Batanta dan sekitar.Batanta, merupakan salah satu pulau penting bagi kawasan konservasi Perairan Raja Ampat. Secara keseluruhan, diperkirakan ada 553 jenis karang dan rumah dari 70% jenis karang di dunia, 1.456 jenis ikan karang, 699 jenis molusca, lima jenis penyu dan 16 jenis mamalia laut di Raja Ampat.Namun, kekayaan perairan itu mendapat tantangan pada 2002 karena marak praktik penangkapan ikan merusak ekosistem perairan.Waktu itu, masyarakat masih gunakan bom, jaring dan racun yang bisa membunuh karang-karang itu, tak terkecuali di Batanta.Ayah Konstan, Leonard Saleo, tokoh masyarakat yang gerah atas praktik yang tak berkelanjutan itu. Kala itu, Leonard tergabung dalam LSM lingkungan, Conservation International, sebagai kordinator lapangan.  Dia memiliki tugas patroli dan mengamankan wilayah Batanta Utara. Leonard juga kerap memberikan pemahaman tentang pentingnya menjaga lingkungan pada masyarakat.“Karena waktu itu masyarakat masih ngebom di depan kampung, tebar jaring (untuk tangkap ikan),” kata Konstan.Untuk mengakali praktik ini, ayahnya sampai harus membeli alat operasi masyarakat yang merusak ini. Setelah itu, ketua kelompok penangkap ikan diajak berpatroli mengamankan wilayah.Selain orang dewasa, Leonard juga menyasar anak-anak. Salah satu cara unik yang dipakai beliau dengan masuk ke sekolah dasar dan memberikan edukasi lewat permainan.Leonard memberikan game tentang hubungan manusia dan alam. Inti dari permainan yang dia ajarkan adalah menanamkan ide ‘ketika alam tiada, manusia juga tiada’ pada anak-anak.“Itu yang kami pegang sampai,” kata Konstan.
[0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163]
2022-040-16.json
Konstantius Saleo, Penggerak Konservasi dari Yensawai Barat
Konstantius Saleo, Penggerak Konservasi dari Yensawai Barat | Sayangnya, perjuangan sanga ayah hanya sampai 2010. Kala itu, Leonard dibunuh pembalak liar saat sedang berpatroli.Aksi pembalak liar ini meresahkan Leonard. Pasalnya, praktik itu mereka lakukan untuk memangkas pohon-pohon masif untuk dijual ke Sorong.Di tengah patroli rutin, Leonard yang mendapat informasi soal aksi para pembalak di Pulau Dayan langsung tancap gas menangkap tangan mereka. Jaraknya sekitar 30 menit kalau ditempuh dengan speedboat dari Yensawai.“Bapak ngecek ke sana, di situ terjadi pembunuhan,” katanya.  Bermula dari homestayKonstan merupakan putra Yensawai yang sempat merantau ke luar. Pada 2012-2016, dia kuliah di Universitas Pembangunan Negeri ‘Veteran’ Surabaya dan didapuk sebagai Sarjana Hubungan Internasional.Konstan memilih pulang kampung. Sekalipun, pernah diajak mendaftarkan diri menjadi diplomat di Korea Selatan lewat Kementerian Luar Negeri, tetapi itu ditolaknya.Konstan lebih terpanggil jadi sosok seperti Leonard. Apa lagi, pasca kematian ayahnya, praktik pengambilan ikan tak berkelanjutan mulai bermunculan lagi.“Sedikit-sedikit, tapi tidak seperti awal. Beberapa orang mengambil ikan dengan bom tapi sudah tidak dekat kampung. Mereka lakukan jauh dari kampung. Penggunaan jaring dan potasium juga masih dilakukan,” katanya.Salah satu penyebab, tidak ada pengganti Leonard. Sosok yang bisa mengontrol masyarakat untuk tidak melakukan praktik merusak.Konstan pun berinisiatif bisa meneruskan langkah Leonard. Bedanya, Konstan memilih jalan lebih aman untuk melindungi laut.“Kalau bapak orangnya keras. Prinsip dia kalau sudah A ya A, B ya B. Jadi dia pasti akan melawan mereka yang melanggar.”Konstan masuk lewat jalur konservasi dengan mendirikan rumah singgah (homestay). Menariknya, rumah singgah ini didirikan di Pulau Dayan yang pernah memberikan cerita kelam pada Konstan. Pulau ini merupakan bekas pos jaga yang kerap dipakai Leonard.
[0.00025693021598272026, 0.00035799675970338285, 0.9993850588798523]
2022-040-16.json
Konstantius Saleo, Penggerak Konservasi dari Yensawai Barat
Konstantius Saleo, Penggerak Konservasi dari Yensawai Barat | Rumah singgah yang diberi nama Dayan Homestay itu dibangun Konstan bersama dengan kakaknya pada 2016. Sebelum ada usaha ini, banyak aktivitas merusak ekosistem laut seperti menggunakan bom dan jaring di sekitar.Tidak ada orang atau patroli membuat praktik itu awet di Dayan. Padahal, tidak jauh dari sana ada tempat ikan pari manta (Manta birostris). Manta dilindungi lewat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 4/2014 tentang perlindungan ikan pari manta.Pendirian rumah singgah membuat para pencari kan menjauh. “Masyarakat Raja Ampat, tahu ketika ada homestay di satu lokasi, kawasan itu terlindungi. Jadi mereka tidak akan berani mengambil sesuatu di situ,” kata Konstan.Di rumah singgah, Konstan tak hanya menawarkan paket menginap, juga wisata seperti menyelam hingga berkunjung di air terjun di Yensawai.Jarang sekali tempat usaha ini sepi. Pernah dalam satu pekan, Konstan menerima kunjungan 36 wisatawan padahal kapasitas kamar hanya untuk delapan orang.“Saya sempat tolak, hanya mereka mau di situ sampai akhirnya saya bukakan kamar darurat supaya mereka senang,” kata Konstan.  Komunitas anak pesisirPandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) yang mengahantam seluruh dunia dirasakan Konstan. Sejak 2020, Dayan Homestay jadi sepi pengunjung, hampir tak ada aktivitas.Beberapa pelonggaran aktivitas sosial oleh pemerintah belakangan ini hanya bisa menarik turis domestik. “Pernah ada kosong 1-3 bulan. Kalaupun ada tamu itu paling satu bulan sekali.”Sebagian orang di Raja Ampat yang mengandalkan hidup dari pariwisata seperti Konstan banting setir jadi penangkap ikan. Konstan tetap mencari jalan untuk lingkungan.Dari semangat itu, Konstan melahirkan komunitas yang diberi nama Anak Pesisir Raja Ampat (APERA). Dalam gerakan ini, Konstan menjadi pendorong anak-anak usia dini di Yensawai untuk melakukan berbagai kegiatan konservasi alam.
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2022-040-16.json
Konstantius Saleo, Penggerak Konservasi dari Yensawai Barat
Konstantius Saleo, Penggerak Konservasi dari Yensawai Barat | Dalam komunitas ini, Konstan mengedukasi tentang konservasi. Terlihat kemiripan antara Konstan dan Leonard.Keduanya mengajar tentang konservasi dengan buku dan film. “Saya tanamkan pada mereka jaga alam dan apa yang kita lihat hari ini supaya bisa dinikmati ketika mereka dewasa bersama anak-cucu.”APERA pun mengumpulkan sampah-sampah yang terbawa arus laut. Karena aketerbatasan fasilitas pengelolaan membuat sampah hanya bisa dibakar ataupun dipendam di darat. Demi terumbu karangSalah satu mimpi besar APERA saat itu adalah merehabilitasi terumbu karang rusak di Yensawai. Praktik penangkapan ikan dengan bom dan kail yang dilakukan selama bertahun-tahun membuat karang di sekitar Yensawai rusak.Imbasnya, ikan-ikan pun sulit ditemui hingga masyarakat melaut jauh dari Batanta. “Sekitar 50 meter terumbu karang rusak di dekat dermaga,” kata Konstan.Niat Konstan dan APERA merehabilitasi karang sejalan dengan proyek coral reef rehabilitation and management program-coral triangle initiative (CORMEAP-CTI).Pada 2020, Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor (PKSPL IPB) sebagai mitra pelaksana, tengah mencari lokasi proyek rehabilitasi ekosistem pesisir.Apa yang sudah dilakukan Konstan dan Leonard di Yensawai rupanya menjadi modal penting bagi program ini. Pasalnya, salah satu indikator lokasi implementasi adalah kesiapan dan kemauan masyarakat memperbaiki lingkungan mereka.Robba Fahrisy Darus, ahli lamun PKSPL IPB, mengaminkan hal ini. “Masyarakat di sini (Yensawai Barat) bisa diajak maju, akses dan penerimaan juga bagus,” katanya.Konstan didapuk sebagai Koordinator Ekosistem Pesisir di Yensawai. Di bawahnya, ada ketua rehabilitasi karang, mangrove dan lamun.  
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2022-040-16.json
Konstantius Saleo, Penggerak Konservasi dari Yensawai Barat
Konstantius Saleo, Penggerak Konservasi dari Yensawai Barat | Sejak Agustus 2020-Maret 2022, proyek yang didanai World Bank dan dikelola Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)-Kementerian PPN/Bappenas ini telah menghabiskan US$869.000. Dengan ekosistem yang berhasil direhabilitasi mencapai 7.530 propagul mangrove, 1.521 rumpun bibit lamun dan 1.650 fragmen karang.Khusus terumbu karang, luasan rehabilitasi ekosistem mencapai 100 meter persegi di Batanta. Yang menarik, Konstan menghasilkan terobosan dengan membuat media tanam ramah lingkungan.Awalnya, seperti yang kerap dipakai sebagai media penanaman terumbu karang, pipa polyvinil chloride (PVC) dipilih Konstan dan kelompok ekosistem terumbu karang. Inisiatifnya pun berkembang gunakan metode rock pile.Dengan metode ini, Konstan tak membawa material yang dapat menyebabkan limbah seperti PVC ke dalam lautan. Dia gunakan batu atau karang yang sudah mati sebagai media merekatkan potongan karang.“Kita pakai karang mati di laut untuk dibentuk dan jadi tempat karang baru hidup,” kata Konstan.Inisiatif merehabilitasi karang sambil mengurangi sampah laut membawanya pada penggunaan semen sebagai media perekat karang. Semen dibentuk menyerupai Manta dan Penyu.Metode ini sudah dijalankan sejak awal bulan April. Di darat, dia sudah menyiapkan cetakan berbentuk penyu dan manta sebagai media tanam Terumbu Karang.“Saya membuat ini juga karena rencana saya untuk mengurangi sampah,” katanya.Rehabilitasi terumbu karang di area seluas 300 meter persegi. Lokasi dekat dermaga, karena sudah rusak bertahun-tahun.Kelompok rehabilitasi terumbu karang ini beranggotakan 20 orang. Kebanyakan anak-anak muda.“Supaya ada regenerasi setelah kami,” kata Konstan.Tugas utama kelompok ini adalah mencatat pertumbuhan karang yang sudah ditransplantasi dan membersihkan dari alga yang bisa membuatnya kalah bersaing dan mati.
[4.426556643011281e-06, 7.228185495478101e-06, 0.9999883770942688]
2022-040-16.json
Konstantius Saleo, Penggerak Konservasi dari Yensawai Barat
Konstantius Saleo, Penggerak Konservasi dari Yensawai Barat | Kegiatan itu penting secara rutin dalam tiga bulan pertama masa penanaman. Periode ini, masa krusial menentukan keberhasilan rehabilitasi karang.Penanaman pada kedalaman 3-6 meter. Pertimbangannya, masyarakat tak perlu pakai scuba untuk menyelam di kedalaman lebih jauh.Sejauh ini, kerja keras Konstan dan masyarakat Yensawai bisa disebut berhasil. Hal ini bisa dilihat dari terumbu karang tumbuh sampai 90%.Sejak penanaman Maret 2021, sudah ada pertumbuhan 5-12 cm. Terbilang cepat, karena rata-rata pertumbuhan karang hanya 4-5 cm per tahun.Ikan-ikan pun, kata Konstan mulai banyak datang dan dapat dilihat dengan mata telanjang dari dermaga di Batanta.“Sekarang masyarakat sudah bisa memancing di sekitar pulau. Tapi harus pakai alat pancing tradisional, bukan bom…”Konstan belum puas. Dia bertekad terus melakukan upaya konservasi dan rehabilitasi ekosistem pesisir seumur hidup.Motivasinya hanya satu: generasi di Raja Ampat dan Distrik Batanta masih bisa melihat apa yang Konstan nikmati saat ini.“Saya ingin semua orang, termasuk masyarakat sini, masih kenal apa itu mangrove, lamun dan karang. Karena itu akan saya jaga terus tiga ekosistem ini.”   ******** [SEP]
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2015-008-18.json
Iksan Skuter: Manusia dengan Alam Rusak, Bak Minum Air Putih Diberi Arsenik
Iksan Skuter: Manusia dengan Alam Rusak, Bak Minum Air Putih Diberi Arsenik | [CLS] Topi bergambar bintang satu merah, tak pernah lepas dari musisi satu ini. Begitu juga gitar hitam, selalu menemani kala pentas. Dialah Muhammad Iksan, atau dikenal dengan Iksan Skuter, musisi yang banyak menyuarakan persoalan lingkungan dan alam negeri ini.Kegelisahan pria kelahiran Blora, Agustus 1984 ini, berawal kala kota tempat tinggalnya, Malang, Jawa Timur, makin rusak. Dia bersama kolega seniman terpanggil menyuarakan. Kala itu, Hutan Kota Malabar, ditanami beton, dengan alasan keindahan kota.Merekapun membuat album kompilasi “Save Hutan Malabar” dan media alternatif perlawanan “Suar Malabar.” Pehobi kopi ini percaya, lewat lagu dan seni, bisa jadi sarana mengajak berbagai kalangan peduli.Media alternatif sebagai bentuk perlawanan. Apalagi, suara perlawanan mempertahankan hutan kota, sering dipelintir media lokal di Malang, hingga membuat media sendiri untuk menjaga alam dinilai pilihan tepat. Dia juga mendirikan Institut Musik Jalanan (IMJ) di Depok, Jawa Barat. Ini sekolah non-profit didirikan 2013.Kala senggang, tak ada pentas, dia berjualan kopi di “Warung Rawung,” Malang. Saya berkesempatan mewawancarai dia 15 November lalu. Berikut petikannya:Sebagai musisi, apa yang membuat anda, peduli persoalan alam negeri ini?Saya masih manusia. Manusia tanpa alam terjaga, seperti bermain “Rollet Rusia.” Manusia dengan alam rusak, seperti minum air putih pakai arsenik, akan mati cepat. Saya, mencoba memaksimalkan potensi, lewat karya musik terus menyuarakan persaoalan alam dan satwa negeri ini.Anda menyuarakan persoalan lingkungan lewat lagu, mengapa? Itu yang bisa saya lakukan. Andaikata saya penulis, saya akan menulis. Jika pelukis, saya akan melukis. Karena saya membuat lagu, saya memaksimalkan fungsi karya (musik) sebagai media penyampai pesan. Pesan yang merespon kondisi yang terjadi. Kenyataannya, kejadian ini berhubungan dengan kasus lingkungan, korupsi dan politik kotor penguasa.
[0.9996156692504883, 0.00018315522174816579, 0.00020114629296585917]
2015-008-18.json
Iksan Skuter: Manusia dengan Alam Rusak, Bak Minum Air Putih Diberi Arsenik
Iksan Skuter: Manusia dengan Alam Rusak, Bak Minum Air Putih Diberi Arsenik | Bagaimana anda melihat kondisi hutan dan satwa di Indonesia? Sungguh mengerikan. Menurut saya, tidak ada satupun kebijakan dan program pemerintah serius menyelesaikan permasalahan pembangunan yang berdampak buruk bahkan, merusak hutan dan isinya. Makin hari, kebijakan pemerintah tak terkontrol. Hanya mengejar indeks pembangunan tanpa memperhatikan dampak lingkungan.Bagaimana lingkungan tempat tinggal anda di Malang dan Bandung?Semua kota di Indonesia mengalami hal serupa. Tak hanya Bandung dan Malang. Pemerintah mengartikan pembangunan itu membangun bangunan. Tak jarang, bangunan perkotaan hanya di dominasi mal, ruko dan tempat perbelanjaan tanpa mengindahkan tata kota semestinya. Alhasil, semrawut. Ruang hijau makin menyempit, namun hutan beton makin melangit.Anda terlibat aktif menjaga Hutan Kota Malabar di Malang bersama berbagai kalangan. Bagaimana kondisi Hutan Malabar?Hutan Malabar adalah hutan kota terakhir di Malang. Bagi kami,, hutan Malabar harus dipertahankan. Ia simbol ekologi terakhir dari kota yang berdiri di atas gunung. Beberapa bulan kemarin, muncul kebijakan pemerintah Kota Malang “merevitalisasi” hutan kota. Jika dilihat dari desain akan berubah jadi taman. Dana revitalisasi dari corporate social responsibility (CSR) PT Amerta Indah Otsuka, produsen Pocari Sweat. Dari desain, terlihat bukan merevitalisasi, melainkan merenovasi dan membranding hutan dengan logo dan simbol produk. Itu yang mendasari kita bergerak.Simbol terakhir ekologi akan dihancurkan. Kami akan pertahankan. Sebenarnya, masih banyak kasus lingkungan di Kota Malang, dan sekitar yang perlu dicermati.Anda sempat kecewa dengan media yang terkesan lebih pro pemodal, benarkah?
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2015-008-18.json
Iksan Skuter: Manusia dengan Alam Rusak, Bak Minum Air Putih Diberi Arsenik
Iksan Skuter: Manusia dengan Alam Rusak, Bak Minum Air Putih Diberi Arsenik | Jelas. Fungsi media sebagai sarana penyampai pesan, sarana aufklarung (pencerahan) terhadap publik. Tempat penyampai kejadian secara obyektif. Fungsi dan kewajiban media massa mainstream malah makin hari makin berpihak penguasa dan pengusaha. Ini fatal! Jika dibiarkan, rakyat akan dibodohi berita yang tidak akurat dan meninabobokkan.Apakah itu yang mendorong anda membuat media alternatif?Sebagai bentuk perlawanan baru. Jika ‘mereka’ (media tidak pro lingkungan) menguasai berita, kita sekuat tenaga menguasai sosial media. Sebagai bentuk kritikan elegan, kepada koran-koran yang tidak obyektif. Kita sengaja memiripkan font, style desain koran tertentu. Karena, kita sedang mengkritik keberpihakan mereka kepada pemodal dan penguasa.Anda banyak menciptakan lagu-lagu soal lingkungan. Berapa banyak? Darimana inspriasi anda menciptakan lagu-lagu soal alam dan lingkungan?Wah, seingat saya banyak. Seperti, Lagu kita, Uang tak bisa dimakan, Nyanyian pagi, Rumput berburu tanah, Tumbuh dan tergesa, Papua papua kucinta dan masih banyak lagi. Saya terinspirasi dari apa yang saya lihat. Saya dengar. Saya rasakan langsung. Atau dari berbagai persoalan panas tentang lingkungan. Semisal kematian Salim Kancil di Lumajang. Saya tergerak untuk mendokumentasikan kejadian tersebut lewat karya.Bagaimana anda melihat pemerintah dalam melestarikan alam negeri ini?
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2015-008-18.json
Iksan Skuter: Manusia dengan Alam Rusak, Bak Minum Air Putih Diberi Arsenik
Iksan Skuter: Manusia dengan Alam Rusak, Bak Minum Air Putih Diberi Arsenik | Tidak pernah konkret. Hanya jargon-jargon saat kampanye dan akhir tahun menghabiskan anggaran negara. Drama lama yang berulang-ulang dipentaskan. Pertanyaannya, mereka terlalu pintar menipu, atau masyarakat yang terlalu bodoh? Sampai detik ini, jarang sekali kebijakan dan keberpihakan negara kepada nasib petani dan nelayan. Bahkan, ketika petani dan nelayan protes “pembangunan” mengancam alam selalu di respon berlebihan. Menerjunkan aparat, preman bahkan senjata. Padahal, ada jalan lain. Diskusi atau budaya rembug sampai menemukan titik temu dan solusi demi kebaikan semua. Bukan dengan cara otoriter apalagi cara-cara kekerasan hingga menelan korban bahkan berujung kematian. Ini sungguh jahat sekali.Menurut anda, apakah kerusakan alam ada korelasi dengan perilaku korupsi pejabat negeri ini? Bagai saya, ini satu kesatuan. Alam rusak karena kerakusan. Orang-orang rakus, cenderung korup. Kesimpulan saya, pasti ada korelasi. Seperti saudara kandung antara korupsi dan kebijakan tak ramah lingkungan. Perlawanan kita, harus terus terhadap yang rakus dan korup. Perlawanan bisa dengan cara apa saja, salah satu lewat seni dan kebudayaan.Harapan saya, negara fokus dan bekerja riil mengatasi persoalan kerusakan alam yang “bersaudara kandung” korupsi. Jika tidak, bukan penguasa saja yang merasakan dampak di masa depan. Seluruh manusia, anak cucu pejabat dan pengusaha juga. Jika penguasa dan pengusaha sadar, mereka pasti menyelesaikan kasus-kasus itu. Jika mereka tetap mendiamkan bahkan melanjutkan kebijakan rakus, doakan saja mereka masuk neraka.Apa pesan anda dalam menjaga kelestarian lingkungan?Manusia tanpa alam terjaga, akan binasa. Alam tanpa manusia, akan baik-baik saja. Jika kita masih manusia, jagalah alam dan sekitar demi hari ini dan masa depan.*Album kompilasi “indie Mboyl Pos”, Draf, tahun 2001 produksi Gong Record, Malang
[0.6405405402183533, 0.3518725633621216, 0.007586944382637739]
2015-008-18.json
Iksan Skuter: Manusia dengan Alam Rusak, Bak Minum Air Putih Diberi Arsenik
Iksan Skuter: Manusia dengan Alam Rusak, Bak Minum Air Putih Diberi Arsenik | *Album mini “Draf” tahun 2002 tahun 2002 produksi Draf Management, Malang-*Album kompilasi “Jorney to the Top with Mentos”, Draf, tahun 2003 produksi BMG, Jakarta*Album “cerita Sahabat” Draf, tahun 2004 produksi Draf Management, Malang*Album “apa Kabar Cinta”, Putih Band, tahun 2006 produksi Alfa Record, Jakarta*Album “Gelombang Cinta”, Putih Band, tahun 2007 produksi Alfa record, Jakarta*Album kompilasi Rohani Islam “LCLM”, Putih Band, tahun 2007 produksi Alfa Record, Jakarta*Album kompilasi “Hip-Hip Hura SCTV volume 2”, Putih Band, tahun 2008 produksi Nagaswara, Jakarta*Album “PUTIH”, Putih Band, tahun 2009 produksi Alfa Record, JakartaAlbum Solo:*Album “Matahari”, Iksan Skuter, produksi Audiolectica Records 2012*Album Musik Anti Korupsi Frekuensi Perangkap Tikus 2012, produksi ICW(Indonesia Coruption Watch)*Album ” Folk Populi Folk Dei”, Iksan Skuter, 2013, Audiolectica Records.*Album “Kecil Itu Indah”, Iksan Skuter, 2014, Audiolectica Records*Album ” Shankara”, Iksan Skuter, 2015, Barongsai Records. [SEP]
[0.9996156692504883, 0.00018315522174816579, 0.00020114629296585917]
2018-029-16.json
Restorasi Gambut Harus Sejalan dengan Penegakan Hukum
Restorasi Gambut Harus Sejalan dengan Penegakan Hukum | [CLS]  Implementasi restorasi (pemulihan) gambut sudah berjalan hampir dua tahun. Meskipun begitu, titik api di lahan gambut seringkali muncul, terutama di provinsi-provinsi prioritas restorasi. Organisasi lingkungan, Walhi menilai, upaya restorasi gambut harus sejalan dengan ketegasan penegakan hukum bagi pelaku kebakaran hutan dan lahan.Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, sejak 2015, telah memberikan 163 sanksi administrasi, 12 sanksi perdata dan 35 pidana. Sanksi administrasi jadi andalan KLHK, karena dianggap memberikan efek jera dan mudah diterapkan tanpa melalui kejaksaan, hakim maupun kepolisian.Nur Hidayati, Direktur Eksekutif Walhi Nasional mengatakan, penegakan hukum seharusnya jadi bagian dari pemulihan restorasi gambut terlebih target restorasi gambut paling besar pada konsesi perusahaan.  ”Sayangnya penegakan hukum kembali melemah,” katanya, dalam diskusi di Jakarta, baru-baru ini.Pada September 2016, Badan Restorasi Gambut (BRG) mengeluarkan peta indikatif restorasi gambut, dari 2,49 juta hektar areal kesatuan hidrologis gambut (KHG), 1,4 juta hektar di konsesi kehutanan dan perkebunan.Berdasarkan data WALHI Jambi, ada 46 perusahaan dengan lahan terbakar pada 2015, 16 di lahan gambut. Meski demikian, hanya lima perusahaan diproses hukum.Bahkan, katanya, penegakan hukum lebih dicondongkan kepada masyarakat adat/lokal dan petani yang mendapat stigma sebagai pembakar lahan. Padahal, aparat penegakan hukum selama ini masih lemah dalam pengawasan pada konsesi perusahaan.MR Karliansyah, Direktur Jenderal Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan KLHK menyebutkan, luasan kebakaran hutan dan lahan periode Januari-Agustus 2018 sekitar 12.175 hektar, luasan lebih kecil dibandingkan 2015 mencapai lebih dua juta hektar.Dia pun mengatakan, pada periode ini, kebakaran hutan dan lahan paling besar di luar konsesi, baik perkebunan maupun hutan.
[0.9999914169311523, 4.4660559979092795e-06, 4.169679868937237e-06]
2018-029-16.json
Restorasi Gambut Harus Sejalan dengan Penegakan Hukum
Restorasi Gambut Harus Sejalan dengan Penegakan Hukum | “Berdasarkan data Lapan dengan kepercayaan lebih 80%, periode ini ditemukan titik panas 1.639 titik,” katanya, dengan 1.308 titk berada lahan mineral, 213 titik di lahan gambut berfungsi lindung dan 118 titik lahan gambut budidaya.Hingga kini, katanya, ada 31 pemegang izin kehutanan hutan tanaman industri dan 39 pemegang hak guna usaha perkebunan menyelesaikan dokumen rencana pemulihan. Sedangkan, penataan restorasi sudah dikerjakan 80 perusahaan perkebunan dan 14 perusahaan HTI.“Masih kita pantau, evaluasi dan supervisi bersama. Kita nanti evaluasi bisa memenuhi (standar ketinggian muka air) 0,4 meter,” katanya. Moratorium sawitYaya, panggilan akrabnya menyatakan, komitmen pemulihan gambut Presiden Joko Widodo ini, perlu diperkuat dengan menerbitkan moratorium sawit. Pengawasan, evaluasi dan audit perizinan jadi sangat krusial dalam upaya restorasi gambut karena luasan konsesi terbakar pada 2015. Belum lagi, keinginan perusahaan terus memperluas lahan, dengan begitu moratorium sawit mendesak demi perbaikan tata kelola kebun sawit.”Sebenarnya tak terjadi perubahan struktural signifikan dalam luasan konsesi perusahaan, dan tak terjadi juga paya perusahaan maupun pemerintah yang bisa memastikan tak akan terjadi lagi karhutla.”Walhi melihat,  persoalan karhutla sebagai problem struktural warisan rezim masa lalu yang bukan hanya eksploitatif, juga sektoral. Dia berharap, pembenahan tata kelol harus melampaui dari sekat-sekat birokrasi yang sudah rusak akut.Berdasarkan Perpres Nomor 1/2016 tentang BRG, dia melihat BRG dan tim gambut daerah belum ada koordinasi dan belum terbangun sinergitas, padahal harapan ke daerah terlalu tinggi.”Daerah sendiri memiliki kepentingan politik elite daerah yang seringkali tak sama dengan nasional,” kata Anton Wijaya, Direktur Eksekutif Walhi Kalimantan Barat.  Jadi, katanya, komitmen perbaikan tata kelola gambut ini masih tersandera banyak kepentingan.
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2018-029-16.json
Restorasi Gambut Harus Sejalan dengan Penegakan Hukum
Restorasi Gambut Harus Sejalan dengan Penegakan Hukum | Keterbatasan kewenangan BRG dalam perpres ini juga dinilai jadi hambatan dalam kelancaran pencapaian target restorasi terutama kemampuan memaksa dan penegakan hukum korporasi. Secara politik, katanya,  BRG tak memiliki kekuatan di lapangan, ketika berhadapan dengan kekuatan korporasi.Padahal, katanya,  sebagian besar dari target restorasi di konsesi perusahaan. Penegakan hukum, katanya , seolah jadi bagian terpisah dari restorasi gambut dan mandat perpres. Faktanya, pelanggaran investasi sebagian besar di lahan gambut.Riko Kurniawan, Direktur Eksekutif Walhi Riau, mengatakan, banyak titik-titik api berasal dari daerah prioritas gambut dan pada perusahaan yang dahulu mendapatkan surat perintah penghentian penyidikan (SP3). “Jika penegakan hukum tak tegas, titik api pasti masih terjadi,” katanya.Dia juga menilai aksi koreksi (corrective action) pemerintah  tak kelihatan, salah satu, audit kepatuhan perizinan.  Perkuat BRGWalhi pun merekomendasikan perbaikan Perpres No. 1/2016,  agar memperkuat nomenklatur atau wewenang BRG hingga mampu menjalankan fungsi-fungsi penyelamatan dan perbaikan restorasi gambut.“Hingga  BRG jadi simbol keseriusan dan komitmen kuat pemerintah dalam memperbaiki tata kelola lahan gambut di Indonesia.”Dia bilang,  memberikan perlindungan dan pengakuan terhadap wilayah kelola rakyat pada ekosistem rawa gambut bisa menjaga lahan dari karhutla. Warga, katanya, mampu mengelola lahan gambut dengan adil dan lestari, berbasiskan pengetahuan dan kearifan masyarakat adat/lokal.Nazir Foead, Kepada Badan Restorasi Gambut mengatakan, restorasi terkesan lambat karena mengutamakan partisipasi masyarakat dalam pembangunan kanal.“Jika memilih lelang lalu kontraktor mengerjakan, selesai. Tapi kan tidak begitu, masyarakat harus diajak jadi bagian dari restorasi,” katanya.
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2018-029-16.json
Restorasi Gambut Harus Sejalan dengan Penegakan Hukum
Restorasi Gambut Harus Sejalan dengan Penegakan Hukum | Berdasarkan laporan Walhi provinsi prioritas restorasi masih terjadi kebakaran, misal, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Riau dan Jambi. Kata Nazir, hasil pekerjaan restorasi belum bisa nampak dalam waktu satu tahun. “Apalagi, lahan gambut kita sudah terlanjur rusak karena bekas terbakar.”Dia membenarkan, ada kebakaran di wilayah restorasi gambut karena permukaan kering. “Masih di permukaan, pemadaman lebih mudah karena api tak merambat ke bawah.”Nazir mengatakan, lahan gambut rusak bekas terbakar, kemampuan dalam menyimpan air jadi berkurang. Terlebih, saat kemarau, gambut perlahan mengering karena penguapan.Myrna Safitri, Deputi Edukasi, Sosialisasi, Partisipasi, dan Kemitraan BRG, menyebutkan,  permasalahan mengukur dampak atau pengaruh restorasi ini cukup kompleks. “Kami dengan kelompok ahli sedang menyiapkan pengukuran jelas.”Pasca 2020, BRG akan menyelesaikan tugas dan memberikan laporan kepada Presiden dengan beberapa catatan masalah di lapangan, misal, perlu instrumen regulasi memperkuat, kelembagaan, dan apakah memerlukan unit kerja tersendiri atau tidak. “(Aspek itu) sudah jadi observasi kami,” katanya, seraya berharap, kerja-kerja BRG pasca 2020, dapat dikerjakan pemerintah daerah. Keterangan foto utama: Kebakaran gambut terjadi di kebun sawit di Dusun Benuang, Desa Teluk Nilap, Kecamatan Kubu Darussalam, Rokan Hilir. Di dusun ini sedikitnya 14 rumah dan sejumlah kendaraan roda dua hangus terbakar pada pekan lalu. Hingga Jumat lalu, api masih berkobar. Foto: Zamzami/ Mongabay Indonesia  [SEP]
[0.5385726094245911, 0.4531405568122864, 0.008286754600703716]
2015-016-17.json
Ribuan Tanaman Sawit Dihancurkan dari Suaka Margasatwa Karang Gading
Ribuan Tanaman Sawit Dihancurkan dari Suaka Margasatwa Karang Gading | [CLS] Setidaknya 10,47 hektar kawasan Suaka Margasatwa Karang Gading (SMKG) ditanami ribuan sawit berusia tiga hingga lima tahun, oleh pengusaha perkebunan bernama Edy Lim. Demikian temuan hasil perhitungan Balai Pemantaan Kawasan Hutan Wilayah I Medan, Kabupaten Deli Serdang, Sumut.Osmar Pardede, penganalisis data Pengukuhan Kawasan Hutan, Balai Pengukuhan Hutan Wilayah I Medan, kepada Mongabay, mengatakan, ketika pengukuran empat titik melalui GPS, sebagian area dikuasai Ely Lim yang ditanami perkebunan sawit.Penentuan titik-titik batas SMKG ini, dimulai dari titik 272, 274, berakhir 262 titik. Hasilnya, dari 34,42 hektar jadi kebun sawit, 10,47 hektar masuk SMKG. Sebagian milik perusahaan di luar kawasan hutan.“Setelah selesai perhitungan titik koordinator masuk hutan, kami serahkan hasil ke BBKSDA. Mereka menentukan mau diapakan SMKG.”Herbert Aritonang, Kepala Seksi Wilayah II BKSDA Stabat, menjelaskan, setelah pengukuran dan penguasaan sehagian suaka margasatwa akan meminta pemilik perusahaan mempertanggungjawabkan.Berdasarkan keputusan Kepala BBKSDA Sumut, dan pemetaan tim dipimpin Kepala Bidang Konservasi Sumberdaya Alam Wilayah I, BBKSDA, Tata Jatirasa Gendaresmara, diputuskan pohon-pohon sawit ilegal dan harus dihancurkan. Saat itu, pengukuran disaksikan pemilik.Dengan rasa terkejut dan sedikit kecewa, Edy Lim, mengikhlaskan ribuan sawit dihancurkan satu-persatu. Dalam penghancuran, pasukan TNI/Polri membantu tim BBKSDA. Pasukan TNI turut menyaksikan pengukuran.Selama ini, sebagian SMKG dirambah untuk kebun sawit, pembuatan tambak intensif dan tambak alam. Perambahan juga jadi pemukiman dan fasilitas umum. Juga pembukaan buat sawah. Akibatnya, dari 15.765 hektar SMKG, setidaknya terdegradasi melebihi 4.361,2 hektar.“Kita sudah pendekatan dan pemberian pemahaman serta diskusi. Bahkan sampai penindakan hukum. Sekarang kita ambil sikap tegas.”
[0.9994334578514099, 0.0002822732785716653, 0.0002842268440872431]
2015-016-17.json
Ribuan Tanaman Sawit Dihancurkan dari Suaka Margasatwa Karang Gading
Ribuan Tanaman Sawit Dihancurkan dari Suaka Margasatwa Karang Gading | Perambahan ini mengancam serius beragam satwa yang hidup di sana, seperti kera ekor panjang (Macaca fascicularis), burung air, dan burung migran. Sekarang, satwa-satwa ini jarang bahkan tidak lagi ditemui.“Ada yang pergi mencari habitat lain. Sebagian mati karena terjebak di perkebunan sawit dan perladangan yang dikuasai ilegal.”SMKG diputuskan 1980 seluas 15.765 hektar. Ia terletak di dua kabupaten. Di Kabupaten Langkat, Kecamatan Secanggang, dan Tanjungpura dan Deli Serdang, di Kecamatan Hamparan Perak, dan Labuhan Deli.Kawasan ini 70% hutan mangrove, dengan tumbuhan, bakau (Rhizopora apiculata), api-api (Avicenia marina), lenggadai (Bruguira parviflora), buta-buta (Excoecaria agallocha), dan cemara laut (Casuarina equisetifolia).Edy Lim, ketika diminta komentar mengatakan, setelah pengukuran ini akan menyerahkan lahan kepada BBKSDA Sumut.Menurut dia, pada 2008, ketika membeli lahan dari perusahaan lain, belum mengetahui ada puluhan hektar masuk SMKG.“Ini surat keterangan camat waktu dibeli. Saya gak tahu, jika mau disita apa boleh buat. Kecewa sih, tetapi kalau udah perintah negara harus dituruti. ” [SEP]
[0.9999907612800598, 4.496447218116373e-06, 4.684098712459672e-06]
2017-006-04.json
Tumbuhan-tumbuhan Cantik Penghias Hutan Batang Toru
Tumbuhan-tumbuhan Cantik Penghias Hutan Batang Toru | [CLS]   Kawasan ekosistem Batang Toru merupakan hutan dengan keragaman hayati tinggi. Selain dihuni spesies baru orangutan tapanuli, di wilayah ini juga hidup beragam tumbuhan cantik.Yayasan Ekosistem Lestari (YEL), yang telah melakukan penelitian di Batang Toru, baru-baru ini merilis sejumlah flora hasil temuan mereka. Nursaniah Nasution, Analis Tumbuhan Unik YEL, mengatakan di hutan yang masuk tiga kabupaten tersebut Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, dan Tapanuli Utara, ditemukan kantong semar, Amorphophallus atau bunga bangkai, dan Rafflesia.Rhizanthes, atau tumbuhan parasit yang masih satu suku dengan Rafflesia juga ada di Batang Toru. Ada juga Balanophora, sejenis tumbuhan parasit, dan Thismia (tumbuhan saprofit), Rhododendron atau bunga azalea, serta Begonia, masyarakat di sekitar hutan Batang Toru menyebutnya asam-asam. Baca: Orangutan Tapanuli, Spesies Baru yang Hidup di Ekosistem Batang Toru Saniah menjelaskan, untuk kantong semar atau Nephentes, ada 12 jenis di sini. Berdasarkan literatur, sekitar 30 persen, adalah jenis yang hidup di Sumatera.“Delapan di antaranya endemik Sumatera, yaitu N. flava, N. ovata, N. tobaica, N. sumatrana, N. bongso, N. rhombicaulis, N. longifolia, dan N. Spectabilis. Sisanya merupakan jenis umum yaitu N. albomarginata, N. ampullaria, N. gracilis, dan N. rafflesiana. Jika dijelajah lebih luas lagi kemungkinan akan ada penambahan jenis,” jelasnya, awal Desember ini.  Lebih jauh dia menjelaskan, dari penelusurannya, ditemukan juga bunga bangkai yang mayarakat Tapanuli menyebutnya anturbung/atturbung, yaitu Amorphophallus titanum. Ini merupakan bunga bangkai raksasa atau titan arum, dan Amorphophallus gigas, atau bunga raksasa. “Untuk bunga padma, pernah ditemukan jenis Rafflesia cf. micropylora-gadutensis.”
[0.0002839576918631792, 0.980250358581543, 0.019465679302811623]
2017-006-04.json
Tumbuhan-tumbuhan Cantik Penghias Hutan Batang Toru
Tumbuhan-tumbuhan Cantik Penghias Hutan Batang Toru | Saniah menjelaskan, Amorphophalus dan Rafflesia sering disebut bunga bangkai. Ini kemungkinan, keduanya mengeluarkan bau busuk untuk menarik serangga yang bertujuan membantu penyerbukan.“Padahal, hubungan kekerabatannya jauh. Amorphophallus mendapatkan makanan dari umbinya (pada fase bunga), sedangkan Rafflesia memperoleh makanan hanya dari inangnya.”  Tumbuhan parasitSaniah menjelaskan, dalam ekspedisinya bersama tim YEL tersebut, ditemukan tumbuhan Rhizanthes infanticida. Jenis ini tersebar di Sumatera, Malaysia bagian barat, hingga bagian selatah Thailand. Di Sumatera pernah ada di Sumatera Barat, tapi untuk di Batang Toru ini yang pertama kali karena belum ada publikasinya.“Genus Rhizanthes memang belum sepopuler Rafflesia, padahal bentuknya tidak kalah menarik,” jelasnya. Baca juga: Ada Ratusan Jenis Anggrek dari Hutan Batang Toru Balanophora juga merupakan tumbuhan parasit dari famili Balanophoraceae, yang ukurannya jauh lebih kecil dibandingkan Rafflesia atau Rhizanthes. Jenis ini lebih mudah dijumpai, karena memiliki banyak inang dan bisa hidup pada ketinggian 900-2.800 meter diatas permukaan laut.  Data lapangan ini akan kami tindaklanjuti dengan proses identifikasi menggunakan buku identifikasi, jurnal ilmiah, dan juga menanyakan ke para ahli. “Tujuannya adalah untuk publikasi sekaligus mengungkap kekayaan hutan Batang Toru. Pastinya untuk tujuan konservasi, ilmu pengetahuan, dan menambah wawasan masyarakat akan keanekaragaman hayati Indonesia,” tandas Saniah.    [SEP]
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2017-030-13.json
Opini: Kelompok Rentan, Keadilan dan Kemerdekaan Iklim
Opini: Kelompok Rentan, Keadilan dan Kemerdekaan Iklim | [CLS] Kesepakatan Paris mengenai perubahan iklim telah mengulurkan komitmen untuk penurunan emisi dari semua pihak  atau negara yang terlibat di dalamnya. Namun, kegagalan Protokol Kyoto untuk mengikat para pihak untuk menurunkan emisinya agar menahan laju pemanasan global nampaknya akan segera terjadi pada Kesepakatan Paris. Amerika Serikat yang dinakhodai oleh Donald Trump menarik keterlibatan Amerika Serikat dari Kesepakatan Paris.Alasan Trump berkenaan dengan persoalan kepentingan negaranya karena mengikuti Kesepakatan Paris akan berdampak buruk bagi perekonomian negaranya. Dalam berbagai pidatonya, Trump kerap mempertanyakan mengapa Amerika Serikat harus memimpin agenda perubahan iklim dunia. Maka, wacana mengenai kesenjangan keadilan iklim antara negara maju dan negara berkembang semakin mengemuka.Terminologi keadilan iklim lalu menimbulkan pertanyaan kritis yaitu siapa dan kelompok mana yang patut menilai keadilan iklim? Apa indikatornya, dan bagaimana perspektif yang dibangunnya?Disisi lain, Indonesia dalam berbagai forum menegaskan bahwa target penurunan emisi (komitmen INDC) pada tahun 2030 sebesar 29 persen dengan upaya sendiri dan 41 persen dengan bantuan internasional. Namun di sisi lain, masih banyak ‘kelompok rentan’ di Indonesia yang rentan terdampak perubahan iklim.Data dari Badan Pusat Statistik sejak tahun 1989 hingga 2017, lapangan pekerjaan di Indonesia dominan diisi tenaga kerja di sektor pertanian, perkebunan, kehutanan dan perikanan. Data pada Februari 2017, jumlah tenaga kerja di sektor tersebut mencapai 39.678.453 jiwa.Juga, sebagai negara kepulauan, berbagai perubahan iklim akan berdampak signifikan terhadap masyarakat yang hidup di kawasan pertanian, yang tergantung pada hasil pertanian dan perkebunan serta mereka yang tergantung pada siklus agroforestry  kehutanan. Tujuan Adaptasi
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2017-030-13.json
Opini: Kelompok Rentan, Keadilan dan Kemerdekaan Iklim
Opini: Kelompok Rentan, Keadilan dan Kemerdekaan Iklim | Dalam menghadapi perubahan iklim, tindakan adaptasi dan mitigasi menjadi keharusan di sektor penghidupan yang bergantung pada alam. Konteksnya berbeda ketika mitigasi berupaya mencegah dan memperlambat dampak perubahan iklim, sedangkan adaptasi merupakan upaya menyesuaikan diri dengan perubahan alam.Dalam kehidupan keseharian, kelompok rentan tidak bisa menunggu inovasi teknologi maupun pembekalan teknis lainnya yang membutuhkan waktu yang lama. Walaupun komponen teknologi dan inovasi lainnya sangat dibutuhkan untuk melengkapi tindakan adaptasi.Yang menjadi prioritas dibutuhkan bagi kelompok rentan adalah bagaimana dapat melakukan upaya adaptasi terhadap perubahan iklim dengan biaya yang terjangkau, sesuai dengan kondisi lokalitas dan modalitas sosial yang dimilikinya.Kelompok rentan perlu dibangkitkan kesadarannya untuk melakukan tindakan adaptasi yang tidak hanya sekedar mengikuti agenda pembangunan saja, melainkan kebutuhan dasar yang harus dilakukan. Maka, kesadaran adaptasi perlu mengedepankan tujuan sesungguhnya yang hendak dicapai.Dalam hal ini, tujuan utama adalah mengangkat harkat dan martabat kelompok rentan untuk menghadapi perubahan iklim dengan segenap kemampuannya. Lokalitas yang berbeda maka upaya adaptasi yang dilakukan kelompok rentan di berbagai wilayah Indonesia tidak lepas dari latar belakang budaya yang melekat. Legitimasi pengetahuan lokalLokalitas kelompok rentan mengantarkan hal penting pada khalayak bahwa pemaknaan, persepsi dan pengetahuan yang dimiliki menjadi hal yang sepatutnya dihargai karena memiliki nilai dan keunikan tersendiri.Adaptasi adalah proses dinamika sosial dan kemampuan masyarakat menyesuaikan diri bertindak secara kolektif (Adger, 2001). Berdasarkan definisi adaptasi tersebut bahwa adaptasi merupakan proses sosial sehingga penekanan  unsur sosial selayaknya menjadi prioritas karena mempersiapkan kelompok rentan untuk mampu dan tangguh menghadapi perubahan iklim.
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2017-030-13.json
Opini: Kelompok Rentan, Keadilan dan Kemerdekaan Iklim
Opini: Kelompok Rentan, Keadilan dan Kemerdekaan Iklim | Isu perubahan iklim semestinya dapat menjadi tonggak untuk melakukan pembaharuan untuk kemanusiaan. Keberpihakan kepada kelompok rentan merupakan bentuk penghargaan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia untuk hidup terbebas dari ancaman yang dapat melemahkan kehidupan ekonomi kelompok rentan yang akan menyebabkan penurunan kualitas hidup.Kelompok rentan memiliki pengalaman di bidangnya, maka yang menjadi praktek baik yang pro sosial dan lingkungan hidup dari kelompok rentan perlu untuk dilegitimasi dan dihargai.Karena dengan legitimasi pengetahuan lokal yang dimiliki kelompok rentan dapat mendorong kepercayaan diri dan menyadarkan bahwa kelompok tersebut memiliki kemampuan untuk mencari cara tangguh menghadapi perubahan iklim.Apabila kelompok rentan tidak difasilitasi oleh tindakan adaptasi maka kerusakan lingkungan hidup akan makin masif karena faktor ketidaktahuan dan faktor keterpaksaan karena terhimpit beban hidup dan sempitnya ruang untuk mencari penghidupan lain.Karena ketidaktahuan dan keterpaksaan, kelompok rentan yang merupakan pencari nafkah dan dianggap melanggar hukum kemudian menjadi ‘terpenjara’ maka akan menambah beban kehidupan bagi keluarga, terutama anak-anak yang memiliki masa depan yang layak untuk diperjuangkan.Dalam renungan kemerdekaan RI ke-72, secercah harapan akan kemerdekaan iklim bagi kelompok rentan merupakan hal yang sangat penting untuk diperjuangkan karena menyangkut hak hidup rakyat untuk hidup secara layak dan bermartabat. * Ica Wulansari, penulis adalah pengamat isu perubahan iklim dan lingkungan. Artikel ini merupakan opini penulis.  [SEP]
[0.999424159526825, 0.00028237837250344455, 0.000293476419756189]
2012-040-09.json
SBY Keluarkan Lima Langkah Hemat Energi
SBY Keluarkan Lima Langkah Hemat Energi | [CLS] PRESIDEN Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengeluarkan lima langkah penghematan bahan bakar minyak (BBM) dan listrik yang akan dimulai Juni tahun ini. Tak hanya kebijakan, SBY berjanji, akan diikuti pengawasan ketat dan tindakan tegas bagi penyeleweng BBM.Presiden menginstruksikan BPH Migas meningkatkan koordinasi dengan instansi-instansi terkait guna memastikan tak ada kebocoran dan penyimpangan BBM. Baik, dari depo sampai ke stasiun pengisian maupun tempat-tempat lain.Langkah pertama, pengendalian sistem distribusi BBM di setiap stasiun pengisian bahan bakar umum. “Pengendalian ini dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi yang ada,” katanya, Selasa(29/5/12), seperti dikutip dari Koran Tempo.Konsumsi setiap kendaraan, akan didata secara elektronik. Setiap kali kendaraan mengisi BBM, jumlah bahan bakar subsidi yang dibeli akan tercatat secara otomatis dan dapat diketahui pembelian setiap hari.“Langkah ini guna memastikan penggunaan BBM subsidi hanya untuk yang berhak.”Kedua, kendaraan pemerintah dilarang menggunakan BBM subsidi, baik pusat maupun daerah serta badan usaha milik negara maupun daerah. “Ini dengan pemberian stiker khusus bagi kendaraan yang dilarang pakai BBM subsidi,” ucap SBY.Dia meminta, jajaran pemerintah pusat dan daerah serta BUMN maupun BUMD memberikan contoh nyata menghemat BBM. Langkah ini,  memastikan subsidi dengan dana yang besar, benar-benar tepat sasaran dan sesuai peruntukan.Ketiga, pelarangan BBM bersubsidi untuk kendaraan perkebunan dan pertambangan. Caranya juga menggunakan sistem stiker. Pertamina akan menambah stasiun pengisian non subsidi sesuai kebutuhan.Keempat, konversi BBM ke bahan bakar gas untuk transportasi. Kelima, penghematan penggunaan listrik dan air di kantor-kantor pemerintah pusat dan daerah, BUMN, BUMD serta penghematan penerangan jalan.
[0.9993699789047241, 0.00033445339067839086, 0.00029553149943239987]
2012-040-09.json
SBY Keluarkan Lima Langkah Hemat Energi
SBY Keluarkan Lima Langkah Hemat Energi | Direktur Eksekutif ReforMiner, Pri Agung Rakhmanto, menilai pidato Presiden SBY tentang penghematan energi sulit terealisasi. Pidato ini juga hanya pengulangan dari Instruksi Presiden sebelumnya.Sulit TerealisasiDikutip dari Vivanews, pidato Presiden telah tersirat di berbagai Inpres yang diterbitkan.  Ada Inpres Nomor 10 tahun 2005, Inpres Nomor 2 tahun 2008, lalu 2 Agustus 2011 juga pidato menyerukan hal sama. Disusul Inpres Nomor 13 tahun 2011. “Hasilnya apa?” kata Pri Agung, Rabu(30/5/12).Pri Agung mengungkapkan, dari pengalaman sebelum ini, kebijakan Presiden tak dapat terealisasi. Contoh, penggunaan teknologi untuk pengendalian konsumsi BBM bagi kendaraan di SPBU telah lama diwacanakan, tapi realisasi tidak jelas.“Anggaran pun tidak ada dalam APBN-P tahun ini. Tahun depan? Ya, pasti belum jelas lagi.” [SEP]
[0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163]
2022-072-10.json
Laut Arafura Jadi Panggung Pertunjukan Utama Penangkapan Ikan Terukur
Laut Arafura Jadi Panggung Pertunjukan Utama Penangkapan Ikan Terukur | [CLS]  Pelaksanaan kebijakan penangkapan ikan secara terukur masih terkendala oleh regulasi yang mengatur tentang hal tersebut. Ada dua regulasi yang sedang disiapkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan ditargetkan bisa selesai pada Februari mendatang.Keduanya akan berbentuk Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (Permen KP) dan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan (Kepmen KP). Dengan waktu yang tersisa sekarang, penyusunan regulasi diharapkan bisa mencakup semua hal yang berkaitan.Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Perizinan dan Kenelayanan Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap KKP Mochmad Idnillah mengatakan, jika pembuatan regulasi bisa tepat waktu, maka kebijakan akan mulai diterapkan pada Maret mendatang.Untuk tahap awal, tidak semua Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI) akan melaksanakan kebijakan penangkapan ikan secara terukur. Melainkan, hanya di dua zona saja yang akan dilaksanakan, dari total enam zona yang ditetapkan.Keduanya, yaitu zona 5 yang mencakup Laut Jawa dan Laut Sulawesi yang ditetapkan untuk menjadi lokasi percontohan kegiatan pengumpulan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dengan sistem pascaproduksi. Sistem tersebut diyakini bisa memperbaiki sistem praproduksi yang dilaksanakan sejak lama.Kemudian, zona 3 yang mencakup WPPNRI 718 dan meliputi perairan Laut Arafuru dan Laut Timor bagian Timur, direncanakan akan menjadi lokasi percontohan untuk penerapan penangkapan ikan secara terukur dengan menggunakan sistem kontrak.baca : Penangkapan Terukur, Masa Depan Perikanan Nusantara  Mochmad Idnillah menjelaskan, sistem kontrak akan diberlakukan kepada seluruh pelaku usaha yang mengajukan perizinan untuk bisa menangkap ikan di Laut Arafura. Sebelum diberikan perizinan, mereka semua akan terlibat dalam seleksi berupa administrasi, keuangan, dan juga kelayakan kapal.
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2022-072-10.json
Laut Arafura Jadi Panggung Pertunjukan Utama Penangkapan Ikan Terukur
Laut Arafura Jadi Panggung Pertunjukan Utama Penangkapan Ikan Terukur | “Kita akan berlakukan beauty contest untuk menyaring para pelaku usaha yang bisa mendapatkan kuota menangkap ikan di Laut Arafura,” jelas dia seusai kegiatan Bincang Bahari yang digelar di Jakarta, Kamis (20/1/2022).Mengingat Laut Arafura dan WPPNRI 718 secara keseluruhan berlokasi di zona ekonomi eksklusif (ZEE) Indonesia, maka kapal perikanan yang akan diberikan perizinan untuk menangkap ikan adalah kapal yang ukurannya besar atau sekitar 100 gros ton (GT).Pengaturan kapal tersebut akan dilakukan saat proses seleksi dilaksanakan dan prioritas perizinan akan diberikan kepada kapal perikanan yang dimiliki para pelaku usaha lokal. Semua kapal yang akan dioperasikan, tidak harus dibuat di dalam negeri, namun bisa juga di luar negeri.Menurut dia, karena ada kebebasan untuk menggunakan kapal buatan mana, maka diprediksi akan terjadi kenaikan investasi, di mana akan banyak permintaan pembuatan kapal untuk di dalam dan luar negeri.“Dibuka PMA (penanaman modal asing) dan PMDN (penanaman modal dalam negeri),” jelas dia.Selain para pelaku usaha yang baru mengajukan perizinan, zona penangkapan ikan secara terukur juga terbuka bagi para pelaku usaha yang sudah memiliki izin untuk menangkap ikan di zona yang dimaksud. Jika kondisi itu dialami pelaku usaha, maka mereka dibolehkan untuk melakukan migrasi sesuai dengan kontrak yang sudah disepakati dengan KKP.Mochamad Idnillah memperkirakan akan ada tambahan PNBP senilai Rp3-4 triliun pada 2022 ini. Namun, prediksi tersebut bisa terpenuhi jika semua zona sudah menerapkan kebijakan penangkapan terukur dengan sistem kontrak dan penarikan PNBP dengan sistem pascaproduksi.baca juga : Pengawasan Terintegrasi untuk Penangkapan Ikan Terukur Mulai Awal 2022  
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2022-072-10.json
Laut Arafura Jadi Panggung Pertunjukan Utama Penangkapan Ikan Terukur
Laut Arafura Jadi Panggung Pertunjukan Utama Penangkapan Ikan Terukur | Khusus untuk penangkapan ikan terukur dengan sistem kontrak, akan diberlakukan di empat zona yang mencakup WPPNRI 711 (perairan Selat Karimata, Laut Natuna, dan Laut Natuna Utara), 717 (perairan Teluk Cendrawasih dan Samudera Pasifik), dan 715 (perairan Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram, dan Teluk Berau).Kemudian, WPPNRI 718 (meliputi perairan Laut Aru, Laut Arafuru, dan Laut Timor bagian Timur), 571 (perairan Selat Malaka dan Laut Andaman), dan 572 (perairan Samudera Hindia sebelah Barat Sumatera dan Selat Sunda).Kebijakan dengan menetapkan kuota tangkapan tersebut, diyakini akan bisa menyeimbangkan kegiatan ekonomi dengan ekologi. Hal itu, karena dalam praktik perikanan tersebut ada pengaturan ekologi yang dilakukan melalui sumber daya ikan (SDI) di setiap zona penangkapan.“Saat eksploitasi SDI terjadi, maka sudah bisa dikontrol terkait hasilnya,” terang dia. Pendaratan IkanSelain perizinan dan kuota penangkapan, para pelaku usaha juga harus mematuhi aturan saat kebijakan tersebut diterapkan nanti. Aturan yang dimaksud, tidak lain adalah kewajiban untuk mendaratkan ikan hasil tangkap di pelabuhan perikanan terdekat yang ada di kawasan zona penangkapan.Jika ternyata pelaku usaha memilih untuk tidak mendaratkan ikan di pelabuhan di dalam zona penangkapan, maka pilihan yang bisa diambil adalah dengan mengirimkan ke pelabuhan yang dituju dengan menggunakan kapal ikan angkut.Sebagai lokasi percontohan, Laut Arafura akan mendapat pengawasan ekstra ketat di awal masa penerapan kebijakan penangkapan ikan secara terukur. Lokasi tersebut dipilih, karena selama ini menjadi favoritt bagi kapal-kapal berukuran besar untuk menangkap ikan.
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2022-072-10.json
Laut Arafura Jadi Panggung Pertunjukan Utama Penangkapan Ikan Terukur
Laut Arafura Jadi Panggung Pertunjukan Utama Penangkapan Ikan Terukur | Dia menerangkan, potensi SDI yang bisa dikelola di perairan laut tersebut besarnya mencapai 1,4 juta ton dengan potensi investasi diperkirakan mencapai nilai Rp35,18 triliun. Besarnya potensi ekonomi tersebut, menegaskan bahwa eksploitasi bisa terjadi kapan saja.Untuk itu, dengan penangkapan secara terukur, diharapkan eksploitasi tidak terjadi dan SDI bisa dikendalikan dengan baik untuk kepentingan ekonomi secara nasional. Juga, untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi lokal di sekitar zona penangkapan.“Kita inginnya nelayan atau pelaku usaha bisa bergabung menjadi badan usaha yang besar. Jadi, sama-sama berkembang dengan kebijakan yang baru ini,” sebut dia.baca juga : Menjaga Laut Arafura dan Timor Tetap Lestari dan Berkelanjutan  Adapun, untuk kuota tangkapan yang akan diberikan kepada pelaku usaha, jumlahnya minimal mencapai 100 ribu ton atau bisa digunakan oleh kapal perikanan dengan jumlah sekitar 100-200 unit. Dia berjanji kalau pemberian kuota tidak dijamin tidak akan disalahgunakan oleh para pelaku usaha.Penetapan kuota tangkapan ikan sendiri, dilakukan KKP dengan merujuk pada hasil kajian stok ikan terbaru yang sudah dilaksanakan oleh Komisi Nasional Pengkajian Stok Ikan (Komnas Kajiskan). Kebijakan tersebut yang melibatkan ilmu pengetahuan itu, diharapkan bisa menjaga keseimbangan antara kesehatan laut dan pertumbuhan ekonomi.Khusus untuk penarikan PNBP pascaproduksi, KKP akan melakukan uji coba penerapan di Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap (Jawa Tengah) dan Pelabuhan Perikanan Nusantara Kejawanan, Cirebon (Jawa Barat). Dengan demikian, rencana menerapkan penarikan PNBP bidang perikanan tangkap seutuhnya pada 2023 diharapkan akan berjalan lancar.
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2022-072-10.json
Laut Arafura Jadi Panggung Pertunjukan Utama Penangkapan Ikan Terukur
Laut Arafura Jadi Panggung Pertunjukan Utama Penangkapan Ikan Terukur | Untuk tahun ini, penarikan PNBP dengan sistem pascaproduksi akan diberlakukan di zona 5 dan 6 yang mencakup Laut Jawa dan Laut Sulawesi, serta Selat Malaka. Kebijakan tersebut akan dilakukan dengan pengawasan ekstra ketat agar tidak kecurangan ataupun bentuk tidak terpuji lainnya.Direktur Usaha dan Investasi Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan KKP Catur Sarwanto pada kesempatan yang sama menjelaskan bahwa kebijakan yang akan dimulai pada Maret mendatang itu memang sudah menarik minat para investor, baik di dalam maupun luar negeri.“Beberapa sudah mulai menunjukkan minat. Tentunya kita perlu memberikan informasi,” ucap dia.Sebelum menyambut para calon investor, KKP akan memastikan bahwa regulasi yang dibutuhkan sudah selesai dan tidak ada kendala. Dengan kata lain, akan dilakukan sinkronisasi lebih dulu berkaitan dengan regulasi yang akan diberlakukan nanti.Melihat capaian investasi pada 2021, investasi yang paling diminati pada sektor kelautan dan perikanan, adalah pada perikanan budi daya, perikanan tangkap, dan pengolahan. Adapun, investor paling banyak berasal dari Singapura dan Cina.Adapun, prognosa investasi bidang kelautan dan perikanan pada 2021 nilainya mencapai Rp6,02 triliun, di mana investasi terbesar ada di perikanan budi daya sebanyak 30 persen, disusul pengolahan 27 persen, lalu perikanan tangkap, dan perdagangan.Keuntungan lain dari penerapan kebijakan penangkapan secara terukur, menurut Catur Sarwanto adalah akan terciptanya pemerataan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Selama ini, pertumbuhan selalu berfokus di pulau Jawa saja.baca juga : Penangkapan Terukur dan Penerapan Kuota Apakah Layak Diterapkan?  
[0.999424159526825, 0.00028237837250344455, 0.000293476419756189]
2022-072-10.json
Laut Arafura Jadi Panggung Pertunjukan Utama Penangkapan Ikan Terukur
Laut Arafura Jadi Panggung Pertunjukan Utama Penangkapan Ikan Terukur | Salah satu perusahaan rintisan (start up) yang fokus pada usaha perikanan, eFishery, menjadi salah satu pelaku usaha yang berani memanfaatkan potensi dengan melibatkan inovasi dan teknologi. Upaya tersebut, dinilai akan membawa perikanan dari usaha tradisional ke ranah modern.CEO eFishery Gibran Huztaifah bahkan mengakui besarnya potensi investasi kelautan dan perikanan di Indonesia. Hal ini merujuk pada tingginya minat pasar global atas produk perikanan, ketersediaan lahan untuk budi daya dan kekayaan sumber daya ikan, hingga sudah tersedianya inovasi teknologi untuk mendukung peningkatan volume dan kualitas produk yang dihasilkan.Dia menilai upaya KKP untuk melakukan revitalisasi tambak udang tradisional seluas 45.000 hektare menjadi modern adalah langkah sangat tepat. Dengan demikian, volume produksi bisa bertambah dan kelestarian lingkungan tetap bisa terjaga.“Kalau kita ngomongin budi daya, Indonesia ini paling besar. Sayangnya prosesnya selama ini tidak dikelola secara profesional,” pungkasnya.   [SEP]
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2013-034-10.json
Eyes on the Forest: Penyuplai Asia Pulp and Paper Kembali Tebangi Hutan Alam di Riau
Eyes on the Forest: Penyuplai Asia Pulp and Paper Kembali Tebangi Hutan Alam di Riau | [CLS] Satu pekan sejak menerbitkan laporan perkembangan Kebijakan Konservasi Hutan (Forest Conservation Policy) mereka, produsen kertas terbesar ketiga di dunia, Asia Pulp and Paper (APP) kembali tersandung masalah. Pada 7 Mei 2013 silam, TFT mempublikasikan laporan kemajuan keduanya terhadap pelaksanaan kebijakan APP hingga pertengahan April 2013, yang memberikan kesan umum bahwa pelaksanaan kebijakan dan engagement pemangku kepentingan berjalan sukses.  Sebelas kelompok masyarakat sipil Indonesia yang berpartisipasi di dalam berbagai ‘diskusi kelompok terfokus (FGD)” diadakan oleh SMG/APP/TFT, secara jelas tidak setuju dan menyatakan  banyaknya kelemahan belum diatasi di kebijakan, dan pelaksanaannya serta pemantauan di dalam satu surat terbuka kepada perusahaan tanggal 24 April 2013.Dalam laporan terakhir tersebut, APP juga menyatakan telah menindaklanjuti semua aduan yang terkait pelanggaran komitmen yang dilakukan oleh penyuplai mereka di lapangan. Termasuk menghentikan kerjasama dengan salah satu perusahaan penyuplai mereka bernama Chipdeco karena menebang hutan alami di wilayah konsesi mereka.Sebaliknya, APP justru menilai laporan yang dikirimkan oleh Relawan Pemantau Hutan Kalimantan terakit perusakan hutan di Kalimantan Barat, justru tidak tepat karena dinilai berada diluar wilayah konsesi milik APP.Namun dari pantauan di lapangan para aktivis lingkungan dari Eyes on the Forest terhadap konsesi Asia Pulp and Paper di Kerumutan, Riau justru ditemukan fakta sebaliknya. Dalam laporan terbaru yang dikirimkan Eyes on the Forest tersebut, salah satu perusahaan pemasok kayu untuk APP dan Sinar Mas Group menebangi hutan alam di konsesi PT Riau Indo Agropalma (RIA) di blok Kerumutan, yang merupakan habitat harimau Sumatera yang kini terancam punah.
[0.007555732037872076, 0.46857914328575134, 0.5238651633262634]
2013-034-10.json
Eyes on the Forest: Penyuplai Asia Pulp and Paper Kembali Tebangi Hutan Alam di Riau
Eyes on the Forest: Penyuplai Asia Pulp and Paper Kembali Tebangi Hutan Alam di Riau | Dari pengamatan yang dilakukan oleh pihak Eyes on the Forest ditemukan sejumlah ekskavator yang menebangi pohon di hutan alam di konsesi PT RIA tersebut. “Jika APP benar-benar serius dalam konservasi, para pembeli akan mengharapkan agar langkah prioritas APP adalah menghentikan semuanya, dan setiap tindakan penggundulan hutan dan pengembangannya,” ujar Aditya Bayunanda dari WWF-Indonesia.   “Pemasok ini telah menebangi hutan alam tersisa di konsesi mereka, di atas lahan gambut dalam di habitat harimau Sumatera tanpa adanya penilaian HCV, HCS dan gambut yang independen. Akankah kontraktor APP, TFT, sekali lagi mengklaim bahwa ini baru saja disetujui secara pribadi di belakang pintu tertutup sehingga ini bukanlah pelanggaran terhadap komitmen-komitmen APP?”Ha senada juga diungkapkan oleh Moeslim Rasyid, dari Jikalahari. “Temuan-temuan ini membuktikan dengan jelas bahwa APP tidak melaksanakan komitmen yang dibuatnya,” ujar Moeslim Rasyid dari Jikalahari. “Pelanggaran-pelanggaran menunjukkan bahwa APP benar-benar tidak berkomitmen kepada konservasi dan kami khawatir jika kampany FCP hanyalah greenwashing lainnya kepada pasar dunia.”Temuan baru ini juga menyeret The Forest Trust sebagai lembaga konsultan independen yang membantu Asia Pulp and Paper untuk melaksanakan Kebijakan Konservasi Hutan mereka. Hariansyah dari Walhi Riau menyatakan bahwa pihaknya tidak memercayai bahwa TFT adalah konsultan yang cukup independen. “Kami menyarankan orang untuk tidak percaya bahwa TFT adalah ‘pengamat independen’ seperti yang ingin dijual APP. Laporan kemajuan TFT tidak bisa dipercayai tanpa verifikasi independen yang sebenar-benarnya di lapangan.”Sebelumnya, keraguan terhadap independensi TFT ini juga sempat disampaikan oleh Relawan Pemantau Hutan Kalimantan (RPHK), setelah pihak TFT menyatakan bahwa temuan tim RPHK terkait penebangan hutan alam di konsesi milik penyuplai APP tidak relevan.
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2013-034-10.json
Eyes on the Forest: Penyuplai Asia Pulp and Paper Kembali Tebangi Hutan Alam di Riau
Eyes on the Forest: Penyuplai Asia Pulp and Paper Kembali Tebangi Hutan Alam di Riau | Anton P. Widjaya, Direktur Eksekutif Kalbar beberapa waktu lalu mengatakan, apa yang disampaikan RPHK bukti konkret hasil investigasi lapangan. “Jadibaseline-nya sangat jelas. Kalau APP membantah dan tidak mengakui, itu hak mereka. Biarkan saja publik yang akan menilai,” katanya.Dalam pandangan Anton, bantahan dan klaim APP melalui Tim Verifikasi Grievance sesungguhnya menjelaskan, sikap defensif mereka. Menganggap komitmen saat ini bisa menjawab seluruh persoalan yang ada. “Inisiatif perbaikan ke depan saja sudah menegaskan banyak hal. Belum lagi kalau kita melihat ke belakang, apa yang sudah mereka lakukan selama ini dalam merusak dan menghancurkan hutan-hutan alam di Indonesia.” [SEP]
[4.426556643011281e-06, 7.228185495478101e-06, 0.9999883770942688]
2013-039-19.json
Keraguan Publik Masih Terus Mewarnai Kebijakan Konservasi Baru Asia Pulp and Paper
Keraguan Publik Masih Terus Mewarnai Kebijakan Konservasi Baru Asia Pulp and Paper | [CLS] Menyusul analisis dari Greenomics yang dirilis bulan lalu, terkait kebijakan konservasi baru yang diluncurkan oleh produsen kertas Asia Pulp and Paper (APP) untuk tidak lagi menebang hutan alami di Indonesia, kini berbagai analisis dan informasi terkait komitmen baru APP ini juga memberikan informasi ekstra terkait kebijakan ini. Greenomics sebelumnya membeberkan berbagai fakta dalam laporan yang mereka beri judul “APP’s Artful Deception” yang menekankan bahwa APP menerbitkan kebijakan konservasi baru mereka, saat hutan sudah menjadi bubur kertas. Kini, Eyes on the Forest, sebuah koalisi beberapa organisasi lingkungan di Riau, menerbitkan laporan mereka terkait komitmen Asia Pulp and Paper.Sebagian besar tanggapan yang muncul, masih meragukan komitmen ini bisa berjalan dengan mulus, terkait dua alasan utama: pertama adalah sejarah masa lalu komitmen konservasi Asia Pulp and Paper yang tiga kali dilanggar oleh mereka sendiri. Kedua, adalah munculnya laporan dari Relawan Pemantau Hutan Kalimantan (RPHK) di saat bersamaan dengan terbitnya laporan kemajuan bulanan Kebijakan Konservasi Baru APP.Asia Pulp and Paper, pernah melanggar komitmen konservasi serupa dengan yang mereka terbitkan saat ini, pada tahun 2004, 2007, dan 2009 silam. Sementara, RPHK merilis laporan dari lapangan, bahwa dua perusahaan penyuplai untuk APP melakukan pembukaan hutan alami dan lahan gambut, serta membangun kanal-kanal di kawasan yang diilai sebagai high conservation value forest, pekan lalu.Dalam laporannya terkait komitmen Asia Pulp and Paper ini, Eyes on the Forest, sebuah organisasi gabungan antara Walhi Riau, Jikalahari dan WWF Riau, menemukan bahwa Kebijakan Konservasi Baru oleh APP ini adalah sebuah upaya untuk menyembunyikan deforestasi dan kerusakan hutan yang parah selama mereka beroperasi di Sumatera sejak pertengahan 1980-an.
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2013-039-19.json
Keraguan Publik Masih Terus Mewarnai Kebijakan Konservasi Baru Asia Pulp and Paper
Keraguan Publik Masih Terus Mewarnai Kebijakan Konservasi Baru Asia Pulp and Paper | Dalam laporan yang diterbitkan oleh Eyes on the Forest pada hari Rabu 3 April 2013 ini, diungkapkan bahwa upaya dan komitmen APP ini paling banyak akan melindungi 5000 hektar hutan alam di Propinsi RIau, sementara sepanjang operasi mereka di awal 1980an, APP sudah menghabiskan sekitar 2 juta hektar hutan di Sumatera.Dalam laporan ini juga diungkapkan bahwa konsesi-konsesi pemasok untuk Sinar Mas Grup/Asia Pulp and Paper sudah kehilangan lebih dari 680.000 hektar hutan alam, mulai tahun 1984 hingga tahun 2012 silam. Dari data ini, 77% diduga tidak memiliki legalitas yang jelas dalam pembukaan lahan, dan 83% diantaranya terjadi di habitat harimau dan gajah.Seperti dilansir oleh situs jikalahari.or.id, komitmen APP dinilai memberikan janji setelah semua hutan alam yang ada di dalam konsesi mereka musnah. “APP di dalam kebijakan yang sangat digembar-gemborkannya saat ini tidaklah berkomitmen memperbaiki hutan alam dan lahan gambut sebagai kompensasi atas kerusakan lingkungan serius yang diakibatkannya di masa silam,” ujar Hariansyah Usman dari WALHI Riau.“Analisa kami menunjuk satu kesimpulan: bahwa APP berpikiran bisa membodohi orang agar  membayangkan keuntungan konservasi besar sembari melengahkan pelanggaran di masa lalu,” ujar Aditya Bayunanda dari WWF-Indonesia. “Masalah kita adalah kita tidak melihat keuntungan konservasi di masa depan yang potensial yang menyeimbangkan isu-isu belum tuntas berakar dari warisan deforestasi APP, emisi gas rumah kaca yang dahsyat, hilangnya habitat satwa liar, dan banyaknya konflik dengan masyarakat yang kehilangan lahan-lahan mereka.”
[0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163]
2013-039-19.json
Keraguan Publik Masih Terus Mewarnai Kebijakan Konservasi Baru Asia Pulp and Paper
Keraguan Publik Masih Terus Mewarnai Kebijakan Konservasi Baru Asia Pulp and Paper | EoF menerbitkan analisa laporan peta interaktif, berdasarkan platform  mesin Peta Google Earth untuk memudahkan para pihak mengevaluasi sendiri sejumlah aspek kebijakan konservasi hutan baru  SMG/APP dan memantau pelaksanaannya. EoF akan memperbarui database secara berkala dari provinsi lainnya sebagai informasi dan rincian baru soal konsesi yang ada agar bisa tersedia.Hal senada juga diungkapkan oleh WWF lewat tanggapan yang mereka sampakan di dalam situs intenasional mereka, panda.org terkait laporan yang dirilis oleh laporan Eyes on the Forest ini.“WWF merekomendasikan agar perusahaan yang menggunakan kertas untuk tidak terburu-buru melakukan bisnis dengan APP,” ungkap Rod Taylor, Direktur Kehutanan di WWF Internasional. “APP tidak bisa dinilai sebagai produser yang bertanggung jawab tanpa memperbaiki kerusakan yang sudah mereka sebabkan akibat operasi mereka di masa lalu dan menghilangkan berbagai keraguan dibalik proses produksi mereka.Tanggapan yang dirilis oleh Eyes on the Forest dan WWF Internasional ini, mendapat tanggapan langsung dari Direktur Keberlanjutan Asia Pulp and Paper, Aida Greenbury lewat surat elektroniknya kepada Mongabay.com.“Kami berharap cadangan kayu keras sudah akan digunakan di bulan Agustus, namun hal ini sangat tergantung pada pertimbangan logistik yang sangat menentukan di wilayah dimana kami beroperasi  saat ini. Sementara, beberapa tanggal yang disebutkan oleh beberapa NGO tersebut tidak menghitung faktor ini, atau ketersediaan kontraktor, dimana banyak diantaranya tidak berada di lokasi yang semestinya. Sementara stok kayu yang sudah dipotong kini dimonitor oleh The Forest Trust sebagai bagian dari komitmen moratorium APP dan kami sangat terbuka untuk setiap kehadiran berbagai NGO yang ada, seperti Eyes on the Forest atau WWF untuk melihat hal ini secara langsung,” ungkap Aida Greenbury.
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2013-039-19.json
Keraguan Publik Masih Terus Mewarnai Kebijakan Konservasi Baru Asia Pulp and Paper
Keraguan Publik Masih Terus Mewarnai Kebijakan Konservasi Baru Asia Pulp and Paper | “Kami juga tak pernah menyatakan bahwa masa lalu itu tidak penting, kami memahami pentingnya isu restorasi di beberapa area dimana hutan alami sudah ditebang. Rencana itu sudah ada di meja, namun kami saat ini prioritas kami adalah memastikan bahwa seluruh jaringan penyuplai yang ada di seluruh dunia bekerja berdasar atas komitmen konservasi yang sudah kami umumkan, dan memenuhi target ambis kami dalam Forest Conservation Policy kami.”Dalam jawaban surat elektroniknya, Aida Greenbury menyatakan bahwa pihaknya juga akan menerbitkan laporan independen dari TFT yang akan menjawab laporan yang disampaikan oleh Relawan Pemantau Hutan Kalimantan (RPHK) dalam waktu dekat. [SEP]
[0.999424159526825, 0.00028237837250344455, 0.000293476419756189]
2013-026-06.json
Walik Benjol: Si Cantik Berdahi Mutiara Jingga…
Walik Benjol: Si Cantik Berdahi Mutiara Jingga… | [CLS] Walik benjol (Ptilinopus granulifrons), bisa jadi termasuk salah satu burung yang paling kurang dikenal dalam perjagadan burung di Indonesia dan dunia. Burung ini termasuk dalam family besar Columbidae atau suku dari beragam jenis merpati-merpatian. Catatan ilmiah terakhir untuk jenis ini diberikan hampir 20 tahun yang lalu oleh Lambert (1994) dan Linleys (1995).Dalam serial kerjasama antara Burung Indonesia dan Mongabay-Indonesia kali ini, kami menilik lagi berbagai catatan, dan walik benjol diketahui merupakan jenis endemik Pulau Obi. Pulau dengan luas sekitar 2.500 kilometer persegi ini, atau kurang dari setengah luasnya Pulau Bali, berada di wilayah paling selatan Kepulauan Maluku Utara yang merupakan bagian dari kawasan Wallacea. Untuk mencapainya, cara paling mudah adalah dengan memulai perjalanan dari pelabuhan di Ternate (kota terbesar di Maluku Utara) dengan kapal kayu selama 18 jam menuju pelabuhan Jikotamo di Obi.Walik benjol berukuran 24 cm atau sejengkalan tangan manusia Indonesia dewasa dengan dominasi hijau di sekujur tubuhnya. Kepala abu-abu cerah dihiasi benjolan pada pangkal paruh atas menambah kecantikan burung ini. Paruh kuning kehijauan berhias “benjol” mutiara jingga tampak manis di dahinya. Dua garis abu-abu juga melintang di masing-masing sayapnya. Di bagian perut tampak lingkar besar merah marun hampir memenuhi perut dan di bagian tunggir kuning cerah bercampur coret-coret vertikal gelap.Sulit membedakan antara individu jantan dan betina. Namun beberapa literatur menyebutkan bahwa sang betina lebih memiliki paruh yang kehijauan. Selain itu sang betina meliliki warna iris mata yang kuning, sedangkan jantan berwarna merah. Dalam literatur juga disebutkan jenis ini pernah dijumpai paling tinggi pada ketinggian 550 m dpl. Namun, hasil survey yang dilakukan Burung Indonesia menunjukkan bahwa walik ini berhasil dijumpai pada ketinggian 35 meter di atas permukaan laut (m dpl).
[0.000254815851803869, 0.01976369507610798, 0.979981541633606]
2013-026-06.json
Walik Benjol: Si Cantik Berdahi Mutiara Jingga…
Walik Benjol: Si Cantik Berdahi Mutiara Jingga… | IUCN, lembaga konservasi dunia, menggolongkan walik benjol ini dalam peringkat Vulnarable (rentan) secara global. Sebaran alami yang terbatas ditambah dengan rusaknya habitat alami merupakan ancaman serius kelestarian jenis ini. Hingga kini masih belum diketahui pasti jenis makanan, informasi berbiak, sebaran pasti walik benjol di Pulau Obi dan sekitarnya. Termasuk juga jumlahnya.Walik merupakan burung cantik. Mengapa ada nama benjol di belakang nama resminya, tentu saja sesuatu yang unik. Akan lebih indah dan romantik, bila kita memanggilnya “walik berdahi-mutiara-jingga”. Boleh kan?Anda bisa mendapatkan Wallpaper si jelita walik benjol sekaligus kalender digital bulan Juli 2013 di link ini. [SEP]
[0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163]
2016-016-08.json
Keluarkan Instruksi, Gubernur Aceh Perpanjang Moratorium Tambang
Keluarkan Instruksi, Gubernur Aceh Perpanjang Moratorium Tambang | [CLS] Setelah berhasil menertibkan pertambangan bermasalah di Provinsi Aceh melalui Instruksi Gubernur Nomor 11/INSTR/2014 tentang Moratorium Izin Usaha Pertambangan Mineral Logam dan Batubara, dan mencabut puluhan izin usaha pertambangan (IUP), Pemerintah Aceh pun melanjutkan moratorium pertambangan hingga 30 Oktober 2017.Gubernur Aceh dalam Instruksi Gubernur Aceh Nomor 09 Tahun 2016 yang ditandatangani 25 Oktober 2016 menyebutkan, moratorium dikeluarkan untuk menyempurnakan tata kelola usaha pertambangan secara strategis, terpadu, dan terkoordinir.“Keluarnya Instruksi Nomor 09 tahun 2016 ini, maka instruksi sebelumnya dicabut, terang Gubernur Aceh Zaini Abdullah, pada 30 Oktober 2016.Baca: Gubernur Aceh: Moratorium Perizinan Tambang Tetap DilanjutkanDalam instruksi itu, Gubernur memerintahkan Kepala Dinas Pertambangan dan Energi, Bappeda, Badan Pelayanan Perizinan Terpadu, Bapedal, Dinas Kehutanan, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Badan Investasi dan Promosi, serta Bupati dan Walikota seluruh Aceh untuk mengambil langkah-langkah sesuai tugas. Serta fungsi dan kewenangan masing-masing untuk mendukung moratorium pemberian IUP Mineral Logam dan Batubara.“Dinas Pertambangan dan Energi harus melakukan perencanaan ruang wilayah IUP sesuai RTRW Aceh. Juga, melakukan pengelolaan pertambangan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dan melakukan evaluasi serta verifikasi Clear and Clean terhadap kegiatan usaha pertambangan yang sudah memiliki IUP,” sebut Zaini Abdullah.Gubernur pun meminta Badan Pelayanan Perizinan Terpada untuk tidak memproses permohonan izin prinsip atau persetujuan gubernur untuk IUP eksplorasi mineral logam dan batubara, kecuali peningkatan IUP operasi produksi. Namun, hal tersebut diberikan setelah semua persyaratan terpenuhi sesuai perundang-undangan.
[0.999989926815033, 5.325947768142214e-06, 4.717151114164153e-06]
2016-016-08.json
Keluarkan Instruksi, Gubernur Aceh Perpanjang Moratorium Tambang
Keluarkan Instruksi, Gubernur Aceh Perpanjang Moratorium Tambang | “Dinas Perindustrian dan Perdagangan harus menghentikan distribusi merkuri atau air raksa dan sianida yang digunakan dalam kegaitan pertambangan. Serta, berkoordinasi dengan kepolisian untuk menghentikan peredaran bahan berbahaya tersebut.”Kepada Bupati dan Walikota, Gubernur meminta semua aktivitas pertambangan diawasi, dievaluasi, dan dicabut IUP yang tidak aktif. Serta, mempersiapkan wilayah pertambangan rakyat, namun harus berada di luar hutan lindung.“Bupati dan Walikota harus menghentikan dan memberikan sanksi kepada semua pertambangan di hutan lindung, baik yang telah mengantongi IUP maupun kontrak karya,” tutur Zaini.Gerakan Anti Korupsi (GeRAK) Aceh yang memantau pertambangan mengatakan, moratorium IUP yang telah diberlakukan Pemerintah Aceh sejak Oktober 2014 hingga Oktober 2017 merupakan kemajuan yang sangat berarti demi penyelamatan hutan dan lingkungan Aceh.“Ini harus jadi contoh nyata bagi pemerintah pusat dan provinsi lain, untuk melakukan moratorium sebagaimana yang dilakukan Pemerintah Aceh. Sejak pemberlakuannya, sudah 92 IUP dicabut,” ujar Koordinator Gerakan Anti Koruspsi (GeRAK) Aceh, Askhalani.Askhalani menuturkan, pertambangan telah merusak hutan Aceh yanag tidak hanya di hutan lindung tetapi juga hutan konservasi. Pemerintah Aceh saat ini harus melakukan proteksi terhadap hutan seluas 648.000 hektare dari IUP yang dicabut. Solusinya adalah dengan melanjutkan moratorium.“Patut diketahui, hasil Korsup Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 2014-2015 menunjukkan ada tunggakan piutang kepada negara dari penerimaan bukan pajak (sektor tambang mineral dan batubara) oleh perusahaan yang telah mengantongi IUP di Aceh sebesar Rp24,7 miliar,” paparnya.Instruksi Gubernur Aceh_Moratorium Tambang 2016. Silakan unduh [SEP]
[0.9999932646751404, 3.4551642329461174e-06, 3.3377132240275387e-06]
2020-038-04.json
Kala Danau Toba jadi Geopark Dunia
Kala Danau Toba jadi Geopark Dunia | [CLS]     Danau Toba jadi geopark dunia. Awal Juli 2020, Unesco gelar sidang Dewan Eksekutif Unesco membahas tentang Danau Toba terletak di Sumatera Utara. Hasilnya, diputuskan menetapkan Kaldera Danau Toba jadi Unesco Global Geopark.Pemerintah Indonesia era Presiden Joko Widodo prioritas membenahi Kawasan Danau Toba yang jadi salah satu target destinasi ekowisata unggulan.Pemerintah berencana lakukan pembenahan infrastruktur di Tano Batak yang kaya keindahan alam, budaya, sampai adat istiadat peninggalan leluhur secara turun temurun.Baca juga: Bangun Pariwisata Danau Toba Ancam Wilayah Adat Sigapiton, Ada Kesepakatan?Pada Minggu (14/7/20), berlangsung temu media secara virtual dihadiri sejumlah penjabat setingkat deputi dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Badan Otorita Pariwisata Danau Toba (BPODT), serta sejumlah penjabat dari Pemkab Tobasa.Hari Sungkono, Deputi Bidang Destinasi dan Industri, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengatakan, terkait penetapan Danau Toba sebagai global geopark Unesco, merupakan penghargaan cukup tinggi. Keramba jaring apung di Danau Toba. Foto: Ayat S Karokaro/ Mongabay Indonesia Sebagai wisata alam, dari Danau Toba bakal banyak menawarkan petualangan, baik gunung, goa dan lan-lain. Danau Toba juga jadi daerah para peneliti sebagai tempat penelitian.Selama ini, banyak sekali temuan baru keragaman di sana, termasuk adat istiadat dan kebudayaan. “Tugas rumah masih banyak dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak,” katanya.Dia bilang, kebersihan, sanitasi dan tempat sampah penting sekali disiapkan. Saat ini, sampai dengan Oktober, pengunjung yang akan datang ke Toba, lebih banyak dari nusantara terlebih karena masa pandemi.Kementerian juga telah membuat perjanjian bilateral dengan sejumlah negara untuk bertukar turis, seperti dengan Malaysia dan Singapura.
[0.5366199016571045, 0.45439717173576355, 0.008982938714325428]
2020-038-04.json
Kala Danau Toba jadi Geopark Dunia
Kala Danau Toba jadi Geopark Dunia | Masa pandemi ini, kondisi kunjungan memang belum kembali normal. Paling tidak, katanya, perlu sampai 2023 keadaan kembali pulih.“Bukan berarti ini tidak ada peluang, beberapa daerah sudah membuka kembali mengejar turis datang lagi,” kata Hari.  Arie Prasetyo, Direktur Utama Badan Otorita Pariwisata Danau Toba mengatakan, Toba kaya keragaman hayati.Untuk itu, sangat penting memperhatikan ekosistem, dan memperhatikan kelestarian lingkungan.Soal keramba jaring apung (KJA) di Danau Toba, sebetulnya sudah ada peraturan Gubernur Sumatera Utara. Namun, katanya, sulit kalau menutup semua keramba di Danau Toba. Dia bilang, perlu juga jadi perhatian karena selama ini perekonomian masyarakat banyak tergantung dari keramba jaring apung ini.Kalau membahas investasi, katanya, bukan hanya bicara yang besar-besar, juga bagaimana masyarakat lokal ikut terlibat. Termasuk, orang-orang Batak yang tinggal di Jakarta dan luar negeri bisa kembali ke kampung halaman, dan ikut membangun. Ketika orang lokal sendiri mau berinvestasi sekaligus menjaga lingkungan, tentu investasi asing akan datang.Terkait zona otorita, mereka sudah mulai menandatangani perjanjian kerjasama pada 2018 senilai Rp6,1 triliun dengan tujuh investor.“Yang namanya investasi itu bukan seperti guci aladin, begitu diteken besok uang langsung cair, banyak proses perlu dilakukan,” kata Arie. Tari tor-tor pangurason, antara alain senin budaya di Tanah Batak. Foto: Ayat S Karokaro/ Mongabay Indonesia Soal ketersediaan lahan buat pengembangan berbagai infrastruktur di Danau Toba, katanya, bagaimana komitmen pemerintah memastikan, lahan clean and clear. Masyarakat sekitar, katanya, tidak merasa dirugikan, karena nanti berdampak panjang ke depan.BPODT sendiri, katanya, sebagai perpanjangan tangan pemerintah, akan memastikan infrastruktur terbangun. Tugas pemerintah, katanya, mengelola kawasan dan lahan tak akan jual ke investor, tetapi kerja sama dalam waktu tertentu.
[0.007496183272451162, 0.49611595273017883, 0.49638786911964417]
2020-038-04.json
Kala Danau Toba jadi Geopark Dunia
Kala Danau Toba jadi Geopark Dunia | “Kita berharap di tahun ini mudah-mudahan ada satu atau dua investor sudah menandatangani bisa memulai groundbreaking, bisa memulai bangun hotel.”Harapannya, satu dua tahun ke depan ada hotel berbintang empat berstandar internasional, berdiri di Danau Toba.Kawasan ini, katanya, akan dibangun seperti Nusa Dua, Bali, dengan infrastruktur, atraksi berkelas dunia, sampai hotel berbintang empat. Juga ada fasilitas pendukung seperti rumah sakit bertaraf internasional, dan fasilitas lain.Untuk pintu masuk ke Kawasan Danau Toba, katanya, Tapanuli Utara akan jadi pintu masuk. Di sana ada Bandara Internasional Silangit.Yang perlu jadi perhatian, katanya, bagaimana atraksi wisata dan cagar budaya serta kebudayaan, bisa jadi bagian dari travel Danau Toba.Di Kawasan Danau Toba, total ada 219 desa dengan pemandangan menakjubkan, dan beragam produk khas. Dari ratusan desa itu, 10 merupakan desa wisata unggulan, berdasarkan komunitas dan kearifan lokal mereka. Unesco menetapkan Danau Toba jadi Geopark dunia. Foto: Ayat K Karokaro/ Mongabay Indonesia Desa-desa wisata yang akan jadi pilot project guna memancing desa-desa lain lebih berkembang ini adalah Desa Pearung, Tipang dan Marbun Toruan di Humbang Hasundutan. Ada Desa Sigapiton, Meat, Tarabunga, Lintong Ni Huta, di Kabupaten Toba. Kemudian Desa Huta Ginjang, Huta Nagodang, dan Dolok Martumbur, di Kabupaten Tapanuli Utara.Odo R.M Manuhutu, Deputi Bidang Koordinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi mengatakan, penetapan Danau Toba sebagai prioritas pembangunan di wilayah ini bukan enam bulan atau setahun bisa selesai. Ia proses, selama 20 tahun ke depan.Harapannya, dengan pembangunan terintegrasi akan menciptakan turisme berkualitas. “Ini membutuhkan destinasi berkualitas. Inilah yang sedang pemerintah kerjakan, bekerjasama dengan pemerintah daerah serta para investor. Melihatnya long time bukan dalam waktu singkat,” kata Odo.  
[0.007496183272451162, 0.49611595273017883, 0.49638786911964417]
2020-038-04.json
Kala Danau Toba jadi Geopark Dunia
Kala Danau Toba jadi Geopark Dunia | Keterangan foto utama: Danau Toba, salah satu geopark dunia. Foto: Ayat S Karokaro/ Mongabay Indonesia  [SEP]
[0.007496183272451162, 0.49611595273017883, 0.49638786911964417]
2018-016-14.json
Drone Digunakan untuk Memastikan Keberadaan Suku Asli di Hutan Amazon
Drone Digunakan untuk Memastikan Keberadaan Suku Asli di Hutan Amazon | [CLS]  Pemerintah Brasil menggunakan pesawat tak berawak (drone) untuk memastikan keberadaan masyarakat suku asli yang tak pernah berinteraksi dengan dunia luar di pedalaman hutan Amazon. FUNAI, badan pemerintah yang mengurusi masyarakat asli di Brazil, melakukan ekspedisi ke wilayah dekat perbatasan Brasil dengan Peru untuk mengetahui keberadaan masyarakat yang mengasingkan diri di sepanjang Sungai Juruazinho, yang memisahkan wilayah adat Mawetek dan Vale dengan Javari, di Brazil.Daerah ini sangat terpencil – FUNAI mengatakan timnya melakukan perjalanan lebih dari 180 kilometer dengan perahu, mobil, dan sepeda motor. Lalu, dilanjutkan dengan 120 kilometer berjalan kaki menerabas hutan hujan.Pada dua ekspedisi sebelumnya, FUNAI mengumpulkan bukti dari masyarakat yang terisolasi ini, misalnya kapak yang terbuat dari bilah batu, alat-alat dari kulit kayu, dan kano yang terbuat dari batang pohon palem yang dilubangi.Baca: Kisah Seorang Penduduk Asli Terakhir dan Bahaya yang Mengancam Hutan Amazon  Untuk mengkonfirmasi keberadaan kelompok tanpa melanggar batas wilayah mereka, FUNAI menerbangkan drone di atas hutan dan memotret pondok dan tanaman di tengah bagian pohon yang ditebang. Drone juga memfilmkan dua orang berjalan, salah satunya membawa tombak atau tiang, dan beberapa orang lagi, termasuk di dalamnya anak-anak.Kedua wilayah adat ini adalah rumah bagi berbagai suku, menurut FUNAI. Kawasan yang dihuni oleh masyarakat ini membentang seluas 85.000 kilometer persegi, atau lebih besar dari wilayah Austria. Ada beberapa kelompok yang terpisah dari  dunia luar di sini – Matsés, Matis, Marubo, Kanamari, Kulina-Pano, Korubo dan Tsohom Djapa – dan hingga 16 kelompok terisolasi, yang 11 diantaranya telah dikonfirmasi. Wilayah Pribumi Mawetek, yang mencakup 1.150 kilometer persegi, ditempati oleh orang-orang Kanamari.  
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2018-016-14.json
Drone Digunakan untuk Memastikan Keberadaan Suku Asli di Hutan Amazon
Drone Digunakan untuk Memastikan Keberadaan Suku Asli di Hutan Amazon | FUNAI melakukan ekspedisi tersebut untuk melindungi masyarakat asli yang terisolasi. Saat ini, masyarakat secara resmi diberi wilayah yang luas untuk memungkinkan mereka terus hidup secara tradisional dan melindungi mereka dari perambahan dan penyakit yang dibawa orang luar. Namun, serbuan ilegal ke wilayah mereka oleh penebang, penambang, peternak, pengedar narkoba, dan spekulan masih terus terjadi.“Kewaspadaan dan pengawasan harus ditingkatkan di kawasan untuk mengekang tindakan pelanggar dan memastikan kepemilikan penuh wilayah oleh penduduk asli,” kata koordinator ekspedisi Vitor Góis.   Saat ini, diperkirakan ada sekitar 70 kelompok masyarakat asli di Brasil. Banyak dari mereka diyakini telah mengucilkan diri secara sukarela setelah terjadi interaksi negatif dengan orang luar. Termasuk depredasi/pembinasaan oleh misionaris, penjajah, dan pedagang karet.  Beberapa dari mereka di Peru dan Brasil baru-baru ini muncul dari hutan akibat konflik dan perambahan. Interaksi ini tentu membahayakan keberadaan mereka, menyebabkan terkena penyakit yang tak pernah mereka alami sebelumnya dan tanpa memiliki obatnya. FUNAI berupaya mengelola interaksi untuk mengurangi risiko tersebut. Penerjemah: Akhyari Hananto.   Artikel Bahasa Inggris di Mongabay.com dapat Anda baca di   tautan ini.   [SEP]
[0.4948588013648987, 0.4965273141860962, 0.008613888174295425]
2017-076-07.json
Diberi Asuransi, Bagaimana Tanggapan Nelayan Sikka?
Diberi Asuransi, Bagaimana Tanggapan Nelayan Sikka? | [CLS] Kabupaten Sikka di Flores, NTT terdiri dari daratan, perairan dan 17 pulau di sekitarnya. Total luas lautan Sikka adalah sekitar 5.800 km persegi atau lima kali luas daratannya. Tidak heran dengan potensi itu, Biro Pusat Statistik 2016 menyebut terdapat 5.185 Kepala Keluarga (KK) nelayan di Sikka, meningkat dari 5.080 KK di tahun 2013.Sesuai amanat UU Nomor 7/2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudidaya Ikan dan Petambak Garam, pemerintah pun mulai memberikan bantuan asuransi bagi para nelayan.Asuransi ini ditujukan bagi kaum nelayan seperti dimaksud dalam pasal 6, yang meliputi nelayan kecil, nelayan tradisional, nelayan buruh dan nelayan pemilik yang memiliki kapal penangkap ikan baik dalam satu unit maupun dalam jumlah kumulatif lebih dari 10 GT sampai dengan 60 GT yang dipergunakan dalam usaha penangkapan ikan.Ali Sadikin nelayan asal Nangahure Lembah, Kelurahan Wuring, Kecamatan Alok Barat kepada Mongabay saat penerimaan asuransi (24/02), mengaku sangat terbantu dengan adanya pemberian asuransi bagi nelayan.Ali bersyukur sekali sebab selama ini nelayan sangat tidak diperhatikan nasibnya bila terjadi kecelakaan.“Ini bukti perhatian pemerintah kepada kami masyarakat kecil yang nelayan ini. Saya berterima kasih kepada Bupati Sikka dan Menteri Kelautan dan Perikanan yang sudah memperhatikan kami masyarakat nelayan,” sebutnya.Usman, seorang nelayan lainnya pun berkata senada. Baginya, dengan adanya asuransi nelayan merasa terlindungi saat melaut. Katanya, banyak nelayan Sikka yang memiliki kapal penangkap ikan berukuran 1 sampai 3 GT yang dilengkapi mesin tempel terkadang harus melaut sejauh 20 sampai 30 mil laut.“Kami tentu tidak ingin mengalami kecelakaan, namun bila terjadi kecelakaan kami bisa terlindungi. Isteri kami pun bisa mendapatkan santunan bila kami mengalami nasib nahas, yang berujung kehilangan nyawa,” tuturnya.
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2017-076-07.json
Diberi Asuransi, Bagaimana Tanggapan Nelayan Sikka?
Diberi Asuransi, Bagaimana Tanggapan Nelayan Sikka? | Bagi Usman, resiko mengalami kecelakaan selalu ada, sebab nelayan tradisional dalam melaut hanya mengandalkan pengalaman. Kadang tidak luput dari terjangan gelombang besar dan angin kencang yang kerap membuat kapal terbalik bahkan tenggelam. Baca juga: Kenapa Masih Ada Nelayan yang Belum Tahu tentang Perlindungan Asuransi? Belum Kesemua Nelayan Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Sikka Heribertus Krispinus saat ditemui Mongabay Indonesia usai penyerahan asuransi bagi nelayan di TPI Alok Maumere (24/02) menyebutkan saat ini Pemda Kabupaten Sikka terlebih dahulu fokus memberikan bantuan asuransi bagi nelayan kecil dan nelayan tradisional.“Kami baru tahun 2016 diberitahukan oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP), sehingga baru bisa lakukan sosialisasi pertengahan tahun 2016 dan berlanjut pada pendataan KK nelayan yang akan menjadi prioritas penerima asuransi,” jelasnya.Terangnya, Kabupaten Sikka mendapat jatah dua ribu asuransi bagi nelayan, hasil kerjasama PT Asuransi Jasindo dan KKP, namun hingga Februari 2017 baru bisa direalisasikan bagi 490 KK nelayan yang terebar di wilayah pesisir Kabupaten Sikka.Dia berjanji akan mengusahakan agar tahun 2017 sebanyak 1.510 asuransi sisanya bisa dibagikan.“Jatah kita banyak, sebab nelayan di Sikka sekitar 5 ribu lebih nelayan namun kami terkendala dalam melakukan pendataan. Perlu ada verifikasi lanjut terhadap nelayan bersangkutan, karena saat didatangi nelayan kadang sedang melaut, sehingga butuh waktu tunggu,” ungkapnya.Alfred Ferdi, Staf Bidang Perikanan Tangkap di Dinas Perikanan Kabupaten Sikka menyebutkan jika saat ini asuransi yang dibagikan baru berupa asuransi jiwa, sedangkan asuransi tenaga kerja masih menunggu tindak lanjut dari KKP.Soal perpanjangan pembayaran premi pun, pihaknya masih menunggu petunjuk lanjutan dari kementrian.
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2017-076-07.json
Diberi Asuransi, Bagaimana Tanggapan Nelayan Sikka?
Diberi Asuransi, Bagaimana Tanggapan Nelayan Sikka? | “Saat sosialisasi nelayan sangat antusias dan mereka sangat bergembira menyambut adanya program ini. Meski memang dibutuhkan waktu verifikasi yang harus dipenuhi oleh nelayan, sehingga makan waktu sedikit lama,” jelasnya. Tentang Asuransi Bagi NelayanDalam rilis yang dikeluarkan Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Kementrian Kelautan dan Perikanan menyebutkan bahwa sebanyak satu juta asuransi akan disalurkan kepada nelayan. Sehingga nelayan akan terlindungi dengan memperoleh santunan jika terjadi kecelakaan dan meninggal dunia.Asuransi ini diperuntukkan bagi nelayan kecil sebagai tertanggung dengan persyaratan seperti memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) suami/istri, Kartu Keluarga (KK) dan Kartu Nelayan yang sudah masuk dalam database Direktorat Kenelayanan. Juga bagi nelayan yang belum pernah mendapatkan bantuan asuransi, serta nelayan yang berusia 17-65 tahun dan memiliki tabungan yang masih aktif.Adapun jaminan yang ditanggung yaitu nelayan yang mengalami kecelakaan dan memerlukan biaya pengobatan, mengalami cacat tetap, meninggal dunia karena kecelakaan dalam bekerja, dan nelayan yang meninggal dunia secara alami.Terkait dengan jangka waktu pertanggungan, polis asuransi bagi nelayan berlaku satu tahun yang dimulai sejak polis diterbitkan.  [SEP]
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2022-027-17.json
Kala Bupati Trenggalek Surati KESDM (Lagi) Minta Batalkan Izin Tambang Emas
Kala Bupati Trenggalek Surati KESDM (Lagi) Minta Batalkan Izin Tambang Emas | [CLS]      M Nur Arifin, Bupati Trenggalek, Jawa Timur, kembali menyurati Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) meminta pembatalan izin operasi produksi tambang emas, PT Sumber Mineral Nusantara (SMN). Surat ini kali kedua bupati menyurati KESDM.Sebelumnya, surat pertama bupati kirimkan pada Februari 2022. KESDM mengirim surat belasan menyatakan, izin eksploitasi perusahaan yang sebagian besar saham dimiliki Far East Gold (FEG) ini melalui berbagai kajian.Langkah KESDM ngotot memberi lampu hijau itu pula yang melatari orang nomor satu di lingkungan Pemerintah Kabupaten Trenggalek ini mengirim surat kedua, pada 9 Agustus lalu.Berdasar salinan yang diperoleh Mongabay, setidaknya ada delapan item poin keberatan bupati menolak rencana tambang SMN itu. Pertama, izin SMN seluas 12.813 hektar itu bertentangan dengan Perda Nomor 15/2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Trenggalek 2012-2032.Kedua, konsesi SMN berada di kawasan lindung, sebagaimana Perda 15/2012. Meliputi kawasan hutan lindung, kawasan resapan air, sempadan mata air, dan sempadan sungai. Juga, kawasan pelestarian alam gua, pelestarian alam air terjun, pelestarian alam gunung dan kawasan lindung geologi karst.“Izin SMN juga berada di atas kawasan rawan bencana yang ditetapkan berdasarkan aturan perundang-undangan berlaku. Antara lain, termasuk kawasan rawan bencana longsor dan rawan bencana banjir,” tulis bupati dalam surat bernomor: 500/2096/406.002.1/2022, tertangga 8 Agustus itu.Merujuk perda, beberapa kawasan rawan longsor itu meliputi Kecamatan Bendungan, Dongko, Watulimo, Suruh, Trenggalek, Pule, Tugu Kampak, Panggul dan Kecamatan Munjungan. Baca juga: Was-was Tambang Emas Rusak Trenggalek [1] Sedangkan daerah rawan banjir meliputi Kecamatan Trenggalek, Munjungan, Panggul, Tugu, Pogalan, Karangan, Kampak, Durenan dan Gandusari.
[1.0, 1.3408206767095976e-09, 1.139192851162818e-09]
2022-027-17.json
Kala Bupati Trenggalek Surati KESDM (Lagi) Minta Batalkan Izin Tambang Emas
Kala Bupati Trenggalek Surati KESDM (Lagi) Minta Batalkan Izin Tambang Emas | Dalam surat itu, bupati juga menyebut bila SMN melanggar Peraturan Menteri ESDM Nomer 25/2018 tentang Pengusahaan Pertambangan Mineral dan Batubara.Terutama soal kewajiban dari pemegang izin untuk memasang tanda batas paling lambat enam bulan sejak penetapan IUP operasi produksi.Secara faktual, lanjut bupati, pada wilayah konsesi juga terdapat permukiman padat penduduk. Hasil identifikasi jajarannya, permukiman bahkan mencapai 30 desa.Selain itu, secara faktual juga ada kawasan lahan pertanian produktif yang sebagian ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B). Juga lahan sawah yang dilindungi (LSD).Poin keberatan lain, kata bupati, izin SMN juga berada pada perkebunan yang jadi sumber penghidupan warga secara turun temurun. Bahkan, hasil perkebunan turut berkontribusi pada pendapatan daerah seperti cengkih, kopi, kakao, tebu, durian dan manggis. Tidak hanya itu. Pada wilayah konsesi itu juga terdapat situs budaya yang memiliki nilai cagar budaya.Atas berbagai pertimbangan itu, bupati pun meminta KESDM batalkan izin SMN. “Berdasar telaah dan ketelusuran peraturan perundang-undangan, kami meminta supaya izin operasi produksi SMN dibatalkan.” Baca juga: Bupati Trenggalek Siap Pasang Badan Tolak Tambang Emas Tolak penyelidikan logam, bangun Trenggalek tanpa merusakSebelumnya, berbagai elemen yang tergabung di Aliansi Rakyat Trenggalek (ART) juga mendatangi pendopo Kabupaten Trengalek. Selain memberi dukungan kepada bupati atas sikapnya yang kukuh menolak rencana tambang SMN, kedatangan mereka juga sebagai respons atas rencana mulai penyelidikan umum logam mulia dan logam dasar oleh Badan Geologi di Tasikmadu, Kecamatan Watulimo.
[0.9993699789047241, 0.00033445339067839086, 0.00029553149943239987]
2022-027-17.json
Kala Bupati Trenggalek Surati KESDM (Lagi) Minta Batalkan Izin Tambang Emas
Kala Bupati Trenggalek Surati KESDM (Lagi) Minta Batalkan Izin Tambang Emas | Mukti Satiti, Koordinator ART, menyebut, langkah bupati sebagai upaya mencegah kerusakan alam Trenggalek. “Belum ada contoh daerah yang punya tambang emas rakyat sejahtera. Yang jelas dan pasti terjadi, alam dan lingkungan rusak. Masyarakat disini sudah cukup nyaman dengan hasil pertanian yang melimpah,” katanya.Dalam pertemuan itu, ART juga menyampaikan keberatan atas rencana Badan Geologi untuk menggelar penyelidikan logam mulia di Watulimo, sebagaimana tertuang dalam surat bernomor: T-320/GL.04/BGD/2022, yang dikirim Badan Geologi kepada Pemkab Trenggalek.Sebab, rencana itu hanya akan menimbulkan keresahan di kalangan warga. Bupati sepakat dengan pernyataan itu.Sebagai tindak lanjut atas pertemuan itu, bupati pun mengirim surat kepada Badan Geologi untuk membatalkan penyelidikan yang akan dilaksanakan Oktober mendatang.Surat bernomor: 660/2095/406.012/2022., itu sekaligus mencabut surat dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Trenggelek Nomor: 070/259/406.030/2022 yang dikirim sebelumnya.Surat kepada Badan Geologi itu sekaligus mempertegas pernyataan bupati sebelumnya. Kala itu, dalam sebuah pertemuan di Smart Center, Komplek Pendopo Kabupaten pertengahan Juni lalu, bupati menolak permintaan Badan Geologi untuk pengeboran lanjutan dalam penyelidikan mineral.Baca juga: Pemerintah Trenggalek Dipaksa Ubah RTRW Demi Tambang Emas Penolakan sama juga dilontarkan bupati terkait rencana Badan Geologi menjalin kerjasama dengan PT. Freeport untuk membangun museum geologi di Trenggalek.Kendati dia sepakat pembangunan museum geologi, tetapi menolak bila rencana itu ada melibatkan Freeport.Buntut dari penolakan ini, rencana itu pun batal. Badan Geologi, disebutkan bupati telah mengembalikan anggaran proyek ke pemerintah pusat.
[0.9993699789047241, 0.00033445339067839086, 0.00029553149943239987]
2022-027-17.json
Kala Bupati Trenggalek Surati KESDM (Lagi) Minta Batalkan Izin Tambang Emas
Kala Bupati Trenggalek Surati KESDM (Lagi) Minta Batalkan Izin Tambang Emas | “Saya tidak ada urusan dengan tambang di Trenggalek, karena itu jadi kewenangan pusat. Tapi, menjaga keamanan dan ketertiban warga Trenggalek, itu urusan wajib pemerintah daerah,” kata Gus Ipin, sapaan akrabnya, kala itu.Bupati tegaskan, dia tak anti investasi tetapi kalau investasi justru merusak dan menimbulkan gejolak di masyarakat maka akan tegas menolak. “Selama ada yang mengusik masyarakat saya, ya saya akan lawan!”Karena itu, dalam pertemuan bersama ART, bupati pun mengajak kepada semua yang hadir bersama-sama mengembangkan ekonomi hijau di Trenggalek.Dia bilang, banyak potensi alam di Trenggalek yang bisa dikelola demi meningkatkan kesejahteraan warga tanpa harus merusak. “Ini jadi challange kita bersama bagaimana mengembangan ekonomi hijau dan biru untuk meningkatkan welfare bagi warga.” Baca juga: Menyoal Izin Tambang Emas di Trenggalek [2] Ada apa dengan Pemerintah Jatim?Masalahnya, di tengah usaha Pemkab Trenggalek membangun ekonomi hijau tanpa kehadiran industri ekstraktif, pemerintah provinsi maupun pusat justru terkesan setengah hati memberi dukungan.Sampai ini, dokumen Raperda RTRW yang sebelumnya disepakati bersama DPRD, justru tak kunjung ditetapkan provinsi.Alih-alih menyepakati, pemerintah di level atas ini justru ngotot ‘memaksa’ bupati memasukkan peta konsesi SMN pada perda RTRW secara solid.“Karena saya tidak mau, akhirnya dua tahun ini dokumen revisi Perda RTRW Trenggelek masih digantung, belum ada penetapan sampai sekarang,” kata bupati.Padahal, regulasi itu punya konsekuensi mengikat dan menjadi dasar kebijakan pembangunan ke depan.Eko Cahyono, peneliti Sayogjo Institute, ikut menanggapi penetapan Perda RTRW Trenggalek yang terkesan ditahan ini.Sebagai kepala daerah, sikap Bupati Trenggalek sudah tepat.
[0.9999998211860657, 8.479273816419663e-08, 7.769674681412653e-08]
2022-027-17.json
Kala Bupati Trenggalek Surati KESDM (Lagi) Minta Batalkan Izin Tambang Emas
Kala Bupati Trenggalek Surati KESDM (Lagi) Minta Batalkan Izin Tambang Emas | “Sikap bupati cukup tegas. Saya kira, sejalan dengan rekomendasi para ahli bahwa Pulau Jawa sudah tidak lagi layak untuk industri ekstratif macam tambang emas,” katanya dihubungi Mongabay, Selasa (16/8/22).Wahyu Eka Setiawan, Direktur Eksekutif Walhi Jawa Timur, sepakat dengan pernyataan Eko. Menurut dia, tambang emas hanya akan mendatangkan kerugian lebih besar ketimbang manfaat.“Tambang emas akan merampas banyak hal, baik biodiversitas, sumber mata air, ekonomi lokal dan sejarah penting rakyat Trenggalek.”Dia menilai, SMN di Trenggalek tak relevan. Selain melanggar peraturan juga akan menyebabkan bencana multidimensi di masa depan.Wahyu pun meminta Presiden Joko Widodo dan KESDM mencabut IUP produksi SMN. Penerbitan izin itu melanggar beberapa prinsip, ketentuan dan aturan.Sebagian wilayah konsesi tepat berada di kawasan hutan yang bisa berisiko terjadi deforestasi dan ganggu niatan Indonesia kurangi emisi. Padahal, katanya, presiden dalam setiap kesempatan berkomitmen aktif berkontribusi melawan perubahan iklim. Baca juga: Perusahaan Coba Galang Dukungan, Aliansi Trenggalek Tegaskan Tolak Tambang Emas Wahyu mendukung sikap dan langkah Bupati Trenggalek menolak dan meminta pencabutan IUP produksi SMN. Walhi juga mendesak dan meminta Pemerintah Jatim mendukung dan mengupayakan pencabutan izin IUP produksi perusahaan ini.“Pemerintah provinsi harus ikut bertanggungjawab atas izin itu, karena mereka yang menerbitkan SK IUP produksi pada SMN, sebelum diambil alih oleh pemerintah pusat,” katanya dalam rilis kepada media.Wahyu juga mendesak Pemerintah Jatim dan KATR//BPN mengesahkan Raperda RTRW Trenggalek yang baru. Sejak 2020, dokumen sudah disahkan di kabupaten tetapi tertahan di Pemerintah Jatim lantaran tak memasukkan kawasan tambang.
[0.9999998211860657, 8.479273816419663e-08, 7.769674681412653e-08]
2022-027-17.json
Kala Bupati Trenggalek Surati KESDM (Lagi) Minta Batalkan Izin Tambang Emas
Kala Bupati Trenggalek Surati KESDM (Lagi) Minta Batalkan Izin Tambang Emas | “Ini sangat tidak dibenarkan di tengah otonomi derah seperti sekarang, memaksa suatu daerah untuk memasukkan kawasan yang tidak cocok dengan kondisi kawasannya,” kata Wahyu.Sebagai pemangku wilayah, katanya, Pemkab Trenggalek memiliki pemahaman lebih tentang situasi daerahnya ketimbang pemerintah pusat. Karena itu, keputusan bupati yang menolak tambang emas, semata untuk menjaga wilayah dari degradasi lingkungan yang bisa berujung bencana.“Kalau pemerintah [pusat dan provinsi] ngotot memaksa wilayah tambang masuk [Trenggalek], itu berarti pemerintah sengaja mengundang bencana di Pesisir Selatan Jawa di masa depan. Terutama Trenggelak.” ********   [SEP]
[0.9999897480010986, 5.327978669811273e-06, 4.870696557190968e-06]
2013-023-12.json
Kebakaran Hutan Sumatera: Pantauan di Kawasan Hutan Tanaman Industri
Kebakaran Hutan Sumatera: Pantauan di Kawasan Hutan Tanaman Industri | [CLS] Kebakaran hutan di Sumatera yang mulai terjadi sejak akhir Mei 2013 silam, membuat dunia internasional menatap lekat-lekat pengelolaan hutan di tanah air kita. Sejumlah pihak, termasuk perkebunan kelapa sawit dan organisasi mereka RSPO menjadi salah satu terduga bersalah akibat kelalaian yang mereka lakukan di lapangan dengan mengeringkan lahan gambut yang membuatnya rentan terpantik api.Beberapa perusahaan asal Malaysia, Singapura dan Indonesia dituding menjadi biang keladi kabut asap yang memecahkan rekor terburuk dalam satu dekade terakhir ini. Termasuk, angka ancaman kesehatan yang diderita oleh warga yang tinggal di seputar Semenanjung Malaya ini.Namun, sadarkah anda bahwa perkebunan kelapa sawit bukan satu-satunya terduga penyebab kebakaran hutan yang menghanguskan hutan dan lahan gambut dalam dua bulan terakhir. Dalam rilis citra satelit oleh Eyes on the Forest antara tanggal 20 Juli 2013 hingga 23 Juli 2013 terhitung ada sekitar 220 titik panas yang kembali bermunculan di areal Hutan Tanaman Industri (HTI) milik grup perusahaan Asia Pulp and Paper (APP) dan Asia Pacific Resources Limited (APRIL). Sekitar 156 titik api ditemukan di 12 perusahaan HTI milik APP dan 64 titik api ditemukan di 16 perusahaan HTI milik APRIL.Sebelumnya, Eyes on the Forest juga menerbitkan foto perjalanan verifikasi lapangan yang dilakukan pada tanggal 17, 27 dan 28 Juni 2013 silam di area HTI yang terbakar milik APP dan APRIL.Sepanjang Juni 2013, Eyes on the Forest  mencata 9.236 titik api (hotspots) di Sumatera di antara tanggal 1 dan 28 Juni. Sejumlah 89% tercatat di provinsi Riau (8.229). Mayoritas titik api yang tercatat berada di lahan gambut. “Ini menunjukkan adanya emisi karbon besar-besaran,” kata Afdhal Mahyuddin dari Eyes on the Forest .Mongabay Indonesia sendiri berkesempatan turun langsung melihat areal HTI terbakar milik Grup APP di Rokan Hilir akhir Juni 2013 lalu.
[0.9999998211860657, 7.110257627118699e-08, 6.867904289720173e-08]
2013-023-12.json
Kebakaran Hutan Sumatera: Pantauan di Kawasan Hutan Tanaman Industri
Kebakaran Hutan Sumatera: Pantauan di Kawasan Hutan Tanaman Industri | Pantauan Langsung oleh Mongabay-Indonesia di Kawasan Hutan Tanaman IndustriSebulan silam, Jumat 28 Juni 2013, asap putih terus keluar dari kedalaman gambut. Butuh sekitar dua kilometer berjalan kaki untuk sampai ke areal itu di Kecamatan Rimba Melintang, Kabupaten Rokan Hilir.  Saya menginjakkan kaki tepat di areal kanal 14,5. Api juga terlihat membakar  kanal 15 dan kanal 16,5  milik PT Ruas Utama Jaya yang sedang terbakar.  Paling parah akasia terbakar di kanal 15. Di kanal 16,5 hutan lindung dan wind break PT RUJ ikut terbakar.Saya menyaksikan kayu arang akasia tergeletak habis terbakar, ilalang berwarna kecoklatan dan abu mengitari kayu setinggi setengah meter itu terbakar. Uniknya, kayu patok batas itu tidak ikut terbakar. Padahal kayu bertuliskan  GC 01 TFT tertanggal 23-05-2013 berada di tengah areal terbakar. Maknanya pada tanggal 23 Mei 2013 APP bersama TFT  telah memasang patok batas areal moratorium. Patok batas itu menegaskan PT Ruas Utama Jaya (RUJ) salah satu supplier independen Asia Pulp and Paper (APP) yang masuk dalam Forest Conservation Policy terbakar.Sehari sebelumnya gambut juga sedang terbakar di areal PT Arara Abadi di Rantau Bais, Kabupaten Rokan Hilir, satu siang bertarikh 27 Juni 2013.  Api membakar ratusan pohon akasia siap panen. Asap putih keluar dari kedalaman gambut. Bau kepulan asap menyengat hidup meski masker tipis berwarna hijau menutupi hidung dan mulut. Mata terasa perih. Ada sekitar 300 hektare HTI PT Arara Abadi dilalap api.
[0.9994583129882812, 0.00028047917294315994, 0.0002612548996694386]
2013-023-12.json
Kebakaran Hutan Sumatera: Pantauan di Kawasan Hutan Tanaman Industri
Kebakaran Hutan Sumatera: Pantauan di Kawasan Hutan Tanaman Industri | Bersempadan dengan kanal PT Arara Abadi, sekira 500 hektare sawit hamparan sawit berwarna kehitaman terbakar. “Kebun sawit itu baru ditanam sebulan lalu milik warga di sini. Dua hari lalu (25 Juli 2013, red) kebun sawit  terbakar. Awalnya di lokasi PT Arara Abadi terbakar, karena angina kencang merembet ke sini (kebun warga). Angin di sini tak bisa diprediksi,” kata Edi Nasution, yang hari itu hanya mengenakan kaos bersama anak buahnya memadamkan api menggunakan bekko dan alat seadanya.Sinarmas Grup Asia Pulp and Paper (SMG/APP) per 5 Februari 2013, mengumumkan pada publik terkait kebijakan konservasi APP. Inti kebijakan itu tidak lagi menebang hutan alam untuk produksi kertas, menjaga gambut dan karbon, menyelesaikan konflik dengan masyarakat tempatan dan ekspansi ke depan.APP adalah perusahaan kertas dan pulp Indonesia berdiri sejak tahun 1978. Kini APP mengoperasikan delapan fasilitas manufaktur produk pulp dan kertas tersebar di Sumatera dan Jawa. Produksi pulp, kertas fotokopi dan printer, kertas grafis, kertas tissue dan kertas kemasan.Hingga saat ini APP menggandeng The Forest Trust dan APCS untuk melakukan identifikasi hutan alam, gambut dan penyelesaian konflik sosial terkait implementasi FCP APP ke depan.Namun, kebakaran lahan di PT Arara Abadi dan PT Ruas Utama Jaya membuktikan bahwa APP belum sepenuhnya mampu menjaga areal hutan lindung, gambut dan patok batas yang telah mereka tetapkan sendiri untuk dilindungi. Sejak kebakaran hebat melanda Propinsi Riau pada Juni 2013, Polda Riau dan Kementerian Lingkungan Hidup belum menetapkan status tersangka terhadap perusahaan HTI. [SEP]
[0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163]
2023-001-06.json
Menjaga Tradisi “Behume”, Menyelamatkan Bangka Belitung dari Krisis Pangan
Menjaga Tradisi “Behume”, Menyelamatkan Bangka Belitung dari Krisis Pangan | [CLS]   Yunus [73], petani padi ladang di Desa Pangkalniur, Kecamatan Riau Silip, Kabupaten Bangka, resah, hasil panennya terus menurun.“Satu hektar lahan hanya menghasilkan 200-300 kilogram padi kering, padahal sebelumnya bisa 1-3 ton,” katanya, Minggu [19/02/2023].Selama ratusan tahun, masyarakat Desa Pangkalniur berladang padi di “Sunur”, sebuah lanskap hutan rawa yang terhubung dengan perairan Teluk Kelabat. Mereka adalah keturunan Suku Maras, yang menetap di bagian Barat kaki Gunung Maras.“Sunur merupakan permukiman awal kami, sebelum pindah dan menetap di Desa Pangkalniur, sekitar lima kilometer dari Sunur. Sejak dulu, kami hidup dari berladang dan melaut di Teluk Kelabat,” lanjut Yunus.Ada 125 kepala keluarga [KK] di Desa Pangkalniur yang luasnya 90 hektar. Tahun lalu, tersisa tiga orang yang membuka ladang untuk menanam padi, total tiga hektar.“Banyak warga berhenti berladang karena hasil panen menurun. Banyak hama tikus, burung, dan monyet,” ujarnya.Penyebab lain, pola hujan makin tidak menentu. Menurut Yunus, masa tanam padi ladang, mulai membersihkan lahan hingga proses nugal [menanam padi], harus dilaksanakan saat kemarau, sekitar Mei-Juni.“Beberapa tahun belakangan, hujan masih turun saat kemarau. Ini membuat tanah menjadi “mentah” atau terlalu lembab. Dampaknya, padi tidak tumbuh sempurna bahkan mati,” jelasnya.Masuri, petani ladang di Desa Pangkaliniur, mengeluhkan lahan padinya yang terendam, akibat  pasang air laut hingga kawasan Sunur.“Perisitiwa ini terjadi lima tahun terakhir. Mungkin karena mangrove atau hutan di pesisir kian tergerus penambangan timah dan perkebunan sawit,” jelasnya.Baca: Kelekak, “Rumah Terakhir” Kukang Bangka yang Terancam Punah  Suku Mapur di Dusun Air Abik, yang turun temurun berladang di sekitar kaki Gunung Pelawan, terkenal dengan beragam kearifan dalam sistem berladang [Cholillah, 2017], mengalami hal serupa.
[0.9993699789047241, 0.00033445339067839086, 0.00029553149943239987]
2023-001-06.json
Menjaga Tradisi “Behume”, Menyelamatkan Bangka Belitung dari Krisis Pangan
Menjaga Tradisi “Behume”, Menyelamatkan Bangka Belitung dari Krisis Pangan | Asih, Ketua Lembaga Adat Mapur, di Dusun Air Abik, mengatakan, dalam 10 tahun terakhir hasil panen padi ladang menurun. Pada Januari 2023 lalu, satu hektar lahan hanya mampu menghasilkan 300 kilogram padi, padahal dulunya 3-4 ton.“Serangan hama makin parah. Semua karena hutan tergerus. Kami percaya, hutan berfungsi sebagai penahan berbagai penyakit, termasuk hama,” lanjut Asih.Sebelumnya, dari total 150 KK di Dusun Air Abik, semuanya aktif berladang. Kini, hanya belasan orang di lahan seluas 10 hektar.“Banyak yang beralih menanam sawit atau menambang timah. Kami khawatir tidak ada lagi yang meneruskan tradisi behume,” tegas Asih.Baca: Durian dan Manggis yang Begitu Menggoda di Kelekak Suku Jerieng  Tradisi behumeMenanam padi ladang, umum dilakukan masyarakat Melayu di Bangka Belitung. Ini bagian dari “behume”, tradisi berkebun yang telah dilakukan masyarakat ratusan tahun.Berbeda dengan “kelekak” yang dikhususkan buah-buahan, behume untuk beragam tanaman pangan, terutama padi serta umbian-umbian, keladi, dan labu.“Meskipun kena hama dan banyak rugi kami tetap melakukannya. Ini penting, agar benih padi tidak lenyap,” kata Yunus.Adapun jenis-jenis padi lokal di Bangka Belitung adalah padi balok, mayang madu, mayang pasir, kedebok, grintil, mukot, payak, pulot putih, dan pulot item.Mustikarini et al., [2019] dalam buku “Plasma Nutfah: Tanaman Potensial di Bangka Belitung” menyatakan ada 26 aksesi atau jenis padi lokal di Pulau Bangka, sedangkan jenis Padi Tingkik ditemukan di Pulau Belitung.Menurut Yunus, setiap jenis padi punya karakter unik, misalnya padi balok yang cepat panen [tiga bulan], sedangkan padi mayang madu 5-6 bulan, namun tahan terhadap cuaca. Dari segi pemanfaatan juga berbeda, padi payak khusus ketan, sedangkan padi pulot sebagai bahan tapai.
[0.008044842630624771, 0.5016415119171143, 0.4903136193752289]
2023-001-06.json
Menjaga Tradisi “Behume”, Menyelamatkan Bangka Belitung dari Krisis Pangan
Menjaga Tradisi “Behume”, Menyelamatkan Bangka Belitung dari Krisis Pangan | “Saat penanaman, orangtua kami menyarankan menebar semua benih padi acak, karena setiap jenis punya kekurangan dan kelebihan. Biasanya, ada 3 jenis berbeda dalam satu lubang,” lanjutnya.Pentingnya tradisi behume juga tercermin dari berbagai upacara adat sebagai ungkapan rasa syukur serta doa agar dilancarkan hasil panen kedepannya. Misalnya, sedekah kampung, ritual taber gunung, hingga ritual nujuh jerami oleh Suku Mapur yang diakui sebagai warisan budaya tak benda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sejak 2015.“Jika hasil panen terus menurun dan warga berhenti menanam padi, tradisi behume beserta upacara adat akan hilang,” tegas Asih.Baca: Hutan Tergerus, Songkok Resam Bangka Belitung Terancam Hilang  Krisis panganMerujuk DIKPLHD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2022, luas lahan ladang mencapai 601.351,49 hektar, sedangkan lahan sawah [irigasi] mencapai 4.705,22 hektar. Sementara menurut BPS 2021, luas lahan padi di Bangka Belitung mencapai 18.749,18 hektar, dengan total produksi padi 69.720,93 ton.Mengutip kompas.com, pada 2018, Bangka Belitung pernah berada pada posisi kelima dari 12 provinsi dengan indeks kerentanan pangan di bawah rata-rata nasional. Namun, tahun 2021, Bangka Belitung berhasil keluar dari posisi tersebut.Meski demikian, mengutip bangkapos.com, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan tahun 2022, menyatakan produksi beras di Bangka Belitung hanya mampu mencukupi 30 persen kebutuhan beras daerah.Baca juga: Tumbuhan Sapu-sapu, Harapan Pulihnya Lahan Bekas Tambang di Bangka Belitung  Peneliti Agroteknologi dari Univerisitas Bangka Belitung [UBB], Gigih Ibnu Prayoga mengatakan, meskipun produksi padi ladangnya rendah, mereka tetap berperan penting mendukung ketahahan pangan masyarakat tingkat desa di Bangka Belitung.
[0.9999874830245972, 6.7843425313185435e-06, 5.685313681169646e-06]
2023-001-06.json
Menjaga Tradisi “Behume”, Menyelamatkan Bangka Belitung dari Krisis Pangan
Menjaga Tradisi “Behume”, Menyelamatkan Bangka Belitung dari Krisis Pangan | “Terlebih, padi ladang bagian tradisi behume. Jika dikembangkan kolektif dan masif, membantu ketahanan pangan di Bangka Belitung,” lanjut Gigih, dosen sekaligus Ketua Jurusan Agroteknologi UUB.Beragam jenis padi lokal Bangka juga memiliki adaptif terhadap iklim, hama, dan tanah.“Hanya saja, perubahan iklim mengancam kualitas dan kuantitas padi ladang, misalnya padi ladang bangka dengan batang tinggi dapat roboh saat terkenan angin kencang. Curah hujan berlebih, dapat meningkatkan serangan hama, penyakit, dan memperburuk kualitas tanah [lembab], karena padi ladang cocok di tanah kering,” ujarnya.Saat ini, tim peneliti Agroteknologi UBB mengembangkan varietas baru padi gogo asal Bangka  yaitu PBM UBB 1, yang umur panen lebih pendek, serta beberapa calon varietas baru.  Referensi: Cholillah, J. [2017]. Pengelolaan Hutan Berbasis Budaya Lokal Di Dusun Pejam Kabupaten Bangka: Tim Jarlit Kebudayaan Bappeda Prov. Kep. Bangka Belitung. Society, 5 [1], 45–58.Mustikarini, E. D., Tri Lestari, S. P., & Prayoga, G. I. [2019]. Plasma Nutfah: Tanaman Potensial di Bangka Belitung. Uwais Inspirasi Indonesia.  [SEP]
[0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163]
2021-046-06.json
Krisis Kebudayaan atau Krisis Lingkungan?
Krisis Kebudayaan atau Krisis Lingkungan? | [CLS]  Tulisan ini adalah sebuh refleksi lingkungan dari perspektif budaya dalam memperingati Hari Keanekaragaman Hayati pada tanggal 22 Mei. Peringatan Hari Keanekaragaman Hayati yang dimulai 29 Desember 1993, yang kemudian peringatannya berubah menjadi setiap tanggal 22 Mei sejak tahun 2001. Indonesia merupakan negeri yang beragam. Baik alam maupun manusianya. Tiga kekayaan yang membuat alam Indonesia menjadi ruang hidup beragam flora, fauna, dan manusia. Air, sinar matahari, dan gunung berapi semua menjadi perpaduan tanah dan air yang subur; menyediakan rantai makanan bagi segenap makhluk.Saat ini tercatat sekitar 300 kelompok etnik atau 1.340 kelompok suku bangsa, yang hidup bersama dengan lebih dari 8.000 spesies flora, dan 2.215 spesies fauna.Hebatnya, selama belasan abad, keberagaman tersebut terjaga. Manusia dengan alam hidup harmonis. Hubungan itu akhirnya melahirkan beragam budaya. Mulai bahasa, pakaian, sastra lisan, rumah, upacara adat, kuliner, obat-obatan, senjata, tari, kepercayaan, hingga alat musik.Dengan kata lain hidup di Indonesia dipastikan akan sehat, sejahtera, dan aman.Satu-satunya ancaman adalah bencana alam yang bukan disebabkan ulah manusia seperti gempa bumi, tsunami, badai, dan gunung meletus. Terkait ancaman ini, leluhur manusia Indonesia belajar beradaptasi. Mereka cenderung tidak mengubah alam dan percaya alam yang menciptakan bencana dan alam yang mengatasinya.Misalnya tidak merusak mangrove di pesisir, tidak merusak hutan di sekitar gunung, pun tidak merusak sungai, danau, rawa dan lainnya.Keberadaan alam seperti mangrove, hutan, sungai, danau, rawa, tersebut dapat menjadi pelindung bagi manusia dari ancaman sapuan ombak tsunami, hujan debu, hujan batuan, aliran lava dari gunung berapi yang meletus, dan ancaman longsor, pencairan tanah akibat gempa bumi.Baca: Ketika Bumi “Memaksa” Umat Manusia Berpuasa  
[0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163]
2021-046-06.json
Krisis Kebudayaan atau Krisis Lingkungan?
Krisis Kebudayaan atau Krisis Lingkungan? | Secara daya adaptasi maka salah satu kecerdasan manusia Indonesia yakni membuat rumah panggung, perahu, dan memilih permukiman di tepian air. Rumah panggung dapat dibuat tanpa mengubah bentang alam, baik di kemiringan dataran tinggi, lembah, dataran rendah dan pesisir. Sementara perahu merupakan alat transportasi yang dapat digunakan di sungai, danau, rawa, dan laut.Menempatkan permukiman di tepian air, baik sungai, danau, rawa atau laut, selain cepat mendapatkan sumber air bersih, pangan [ikan-ikan], juga membuat hubungan antarkampung mudah diakses, serta tidak perlu membuka banyak hutan guna membuat perkampungan. Rumah-rumah dibangun memanjang mengikuti aliran sungai, danau, rawa dan pesisir.Tujuan relasi harmonis manusia dengan alam, tentunya agar semua makhluk “selamat”, seperti yang dikatakan Sri Jayanasa, Raja Sriwijaya, dalam Prasasti Talang Tuwo (684M); terjemahan bebasnya:“Semoga yang ditanam di sini, pohon kelapa, pinang, aren, sagu, dan bermacam-macam pohon, buahnya dapat dimakan, demikian pula bambu haur, waluh, dan pattum, dan sebagainya; dan semoga juga tanaman-tanaman lainnya dengan bendungan-bendungan dan kolam-kolamnya, dan semua amal yang saya berikan, dapat digunakan untuk kebaikan semua makhluk, yang dapat pindah tempat dan yang tidak, dan bagi mereka menjadi jalan terbaik untuk mendapatkan kebahagiaan.”Baca: Menanam Pohon, Membangun Peradaban Manusia  ***Sebagian besar kita sudah paham, jika berbagai aktivitas manusia pada hari ini, mulai dari pertanian, peternakan, perkebunan, energi, infrastruktur, transportasi, telah mengancam keanekaragaman hayati bumi, yang tentu saja selanjutnya menimbulkan risiko bencana bagi manusia, mulai dari perubahan iklim, krisis pangan, kekeringan, banjir, hingga wabah penyakit.
[0.999991238117218, 4.4677594814857e-06, 4.305404672777513e-06]
2021-046-06.json
Krisis Kebudayaan atau Krisis Lingkungan?
Krisis Kebudayaan atau Krisis Lingkungan? | Para akademisi atau pegiat budaya di Indonesia dalam beberapa puluh tahun terakhir menyebutkan atau menggambarkan Indonesia tengah mengalami krisis kebudayaan, jika dilihat dari karakter manusianya.Generasi muda, yang adalah penerus bangsa, dinilai telah amat dipengaruhi arus globalisasi, sehingga mereka gandrung akan budaya asing, hidup instan, dan kehilangan adat istiadat.Riris K. Toha Sarumpaet, Guru Besar Sastra dari Universitas Indonesia dalam peluncuran Buku Krisis Budaya dan Bedah Buku Manusia Indonesia di Yayasan Obor Indonesia pada April 2016 menyinggung tentang pentingnya pendidikan karakter sejak usia dini, khususnya untuk mengelola arus globalisasi.Pertanyaannya, apakah hanya generasi muda yang bermasalah?Faktanya, hari ini banyak tindakan atau perilaku orang dewasa yang membuat kita terkejut atau temenung. Misalnya banyak koruptor yang latar belakangnya memiliki pendidikan dan profesi terhormat. Korupsi pun tidak pandang bulu, menghinggapi pejabat tinggi, aparat hingga menteri sekali pun.Jauh sebelum reformasi, Mochtar Lubis [1922-2004], seorang budayawan, sastrawan dan jurnalis, di Taman Ismail Marzuki [TIM] Jakarta, 6 April 1976, menyampaikan pidato kebudayaan yang berjudul “Manusia Indonesia”. Teks pidato ini kemudian diterbitkan dalam buku dengan judul yang sama.Mochtar menyebutkan enam ciri-ciri manusia Indonesia. Pertama, munafik atau hipokrit. Kedua, enggan atau segan bertanggung jawab atas perbuatannya. Ketiga, feodal. Keempat, percaya takhayul. Kelima, artisitik [seni]. Keenam, berkarakter lemah.Otokritik Mochtar Lubis tersebut tentu saja membuat “telinga” banyak orang Indonesia—terutama kaum intelektual, politisi, seniman, pejabat negara— seakan terbakar.Terlepas banyaknya kritik dan yang menolak pandangan tersebut, subjektivitas pendiri Kantor Berita ANTARA, itu menurut saya sebagai pertanda [pada saat itu] ada persoalan pada manusia Indonesia.
[0.9996156692504883, 0.00018315522174816579, 0.00020114629296585917]
2021-046-06.json
Krisis Kebudayaan atau Krisis Lingkungan?
Krisis Kebudayaan atau Krisis Lingkungan? | Hari ini, kita mungkin bersentuhan atau berhadapan dengan manusia yang karakternya digambarkan Mochtar Lubis sekian puluh tahun lalu tersebut. Berbagai bentuk kekerasan, baik fisik maupun psikis, atas nama hukum, kepercayaan, harga diri, hampir setiap hari kita rasakan atau saksikan.Baca juga: Merdeka! Kita Butuh Air dan Tanah yang Subur  ***Saya masih percaya, di masa lalu bangsa Indonesia adalah manusia yang berbudi luhur; terbuka, egaliter, dan berke-Tuhan-an. Karakter tersebut terbangun dari hubungan harmonis manusia dengan makhluk hidup lainnya. Mereka tahu jika dunia ini bukan hanya untuk manusia. Dan manusia hidup sangat bergantung dengan makhluk hidup lainnya.Lalu, mengapa banyak manusia Indonesia pada saat ini berubah menjadi buruk, seperti yang digambarkan Mochtar Lubis? Menurut saya karena telah kehilangan “guru sejatinya”. Guru itu adalah alam. Seperti falsafah masyarakat Minangkabau, “Alam takambang jadi guru”.Guru yang kita sebut sebagai keanekaragaman hayati tersebut mulai hilang satu per satu. Hutan yang dulunya rumah bagi ribuan flora dan fauna, berubah menjadi perkebunan monokultur, dipenuhi lubang eks pertambangan, atau menjadi ruang berbagai infrastruktur.Manusia yang munafik, tidak bertanggung jawab, berkarakter lemah, atau feodal, tentu saja tidak bisa hidup dengan makhluk hidup lainnya. Dengan kata lain, jika manusia belajar dari alam, maka dia akan memiliki karakter yang kuat, jujur, dan egaliter.Matahari terbit pagi hari dan terbenam di sore hari; sebatang pohon ara tidak akan mempersoalkan pohon medang tumbuh di dekat dirinya; kijang betina terus mencari makan dan beranak meskipun setiap saat harimau mengincarnya; gajah yang besar dan gagah tidak akan memakan binatang lain; harimau jantan yang gagah, sadar pada waktunya dia akan tersingkirkan dan mati dalam kesendirian.
[0.9999998211860657, 8.425171671433418e-08, 7.141517954778465e-08]
2021-046-06.json
Krisis Kebudayaan atau Krisis Lingkungan?
Krisis Kebudayaan atau Krisis Lingkungan? | Saya percaya, jika alam dan keragaman hayati masih terjaga -arus globalisasi yang sebenarnya sudah berlangsung sejak belasan abad lalu- manusia Indonesia akan tetap memiliki karakter luhur.Bahkan berbagai suku bangsa yang datang ke bumi Nusantara akan “membaur” dengan budaya setempat. Mereka menjalankan falsafah, “di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung”.Terakhir, dari gambaran sederhana di atas, saya ingin mengatakan jika memang terjadi krisis kebudayaan di Indonesia, sesungguhnya semua bermula dari krisis lingkungan.Dengan kata lain, kita harus lebih kritis atas kehadiran berbagai investasi terkait kekayaan alam, dibandingkan kegilaan generasi muda terhadap Lady Gaga atau Bruno Mars & Anderson.Selamatkan keanekaragaman hayati, maka kebudayaan Indonesia terjaga. * Taufik Wijaya, jurnalis, penyair dan pekerja seni di komunitas Teater Potlot. Menetap di Palembang, Sumatera Selatan. Tulisan ini opini penulis.   [SEP]
[0.9844164848327637, 0.01529403030872345, 0.0002894267381634563]
2022-041-06.json
Sains dan Pengembangan Bioprospeksi Indonesia
Sains dan Pengembangan Bioprospeksi Indonesia | [CLS]   Indonesia merupakan negara kaya akan keragaman hayati dengan kearifan masyarakat hukum adat, yang mampu memanfaatkan sumber kekayaan alam secara bijaksana.Salah satu cara mempertahankan dan memanfaatkan keanekaragaman hayati dan kebijaksanaan masyarakat adat itu melalui bioprospeksi. Cara ini, bioprospeksi, sesuai Sherpa Track [Misi G20] dalam upaya penyelamatan Bumi.Profesor Enny Sudarmonowati, peneliti BRIN [Badan Riset dan Inovasi Nasional], menjelaskan bioprospeksi sangat terkait perkembangan bioteknologi.Di Indonesia, bioteknologi mulai berkembang awal 1990-an, salah satunya rekayasa genetika konvensional. Produknya disebut Genetically Modified Organism [GMO] hingga genome editing dan teknologi omics atau analisis molekul biologi secara komprehensif dan global.“Tantangan pengembangan bioprospeksi hingga komersialisasi adalah harmonisasi kebijakan, peraturan dalam pemanfaatan kehati, selain juga kemampuan sains yang belum merata,” terang Enny, saat peluncuran buku “Potensi Bioprospeksi Indonesia Bagi Pembangunan Ekonomi NKRI” pada Rabu, 8 Juni 2022, di Gedung Manggala Wanabhakti, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.Dia menjelaskan, organisasi yang dapat dijadikan contoh di Indonesia agar dapat diimplementasikan terkait bioprospeksi adalah INBio. Organisasi di Costa Rica ini mampu mengembangkan kehati dengan menggali nilai manfaatnya untuk kesejahteraan atau pembangunan ekonomi. Lembaga swasta nirlaba ini didirikan pada 24 Oktober 1989.“Indonesia mempunyai banyak kelebihan dalam hal keragaman hayati dan potensi alam untuk dikelola sebagai jasa ekosistem dan ekowisata,” ujarnya, dalam acara yang disiarkan secara daring.Baca: Bioprospeksi dan Manfaatnya Bagi Kehidupan Kita  Enny menuturkan, taman nasional merupakan pusat sumber daya genetik. Pertumbuhan wilayah berbasiskan ekonomi hijau akan terbangun, dengan pusatnya taman nasional.
[4.426556643011281e-06, 7.228185495478101e-06, 0.9999883770942688]
2022-041-06.json
Sains dan Pengembangan Bioprospeksi Indonesia
Sains dan Pengembangan Bioprospeksi Indonesia | Sistem konservasi taman nasional di Indonesia bermula tahun 1982. Saat itu, hanya ada lima taman nasional [TN], yaitu TN Ujung Kulon, TN Gunung Gede Pangrango, TN Bali Barat, TN Gunung Leuser, dan TN Baluran. Kini, telah berkembang menjadi 54 taman nasional, dengan luasan mencapai 16.247.459,93 hektar, dinaungi UU No 5 Tahun 1990 yang dalam proses revisi.Salah satu contoh potensi bioprospeksi adalah jamur morel [Morchella crassipes] di TN Gunung Rinjani. Jamur ini satu-satunya ditemukan pertama di hutan tropis bernilai ekonomi tinggi dan dapat dikonsumsi. Di China, jamur morel digunakan untuk mengobati gangguan pencernaan, batuk dan sesak napas, mengandung senyawa antitumor, antioksidan dan antiradang.“Ada juga potensi cemara sumatera [Taxus sumatrana] yang tumbuh di TN Kerinci Seblat, yang memiliki senyawa antitumor dan antikanker,” jelasnya.Baca: Hari Lingkungan Hidup: Menyelamatkan Bumi dengan Bioprospeksi  Pengembangan etno-bioprospeksiDalam buku ini dijelaskan nilai impor industri farmasi Indonesia lebih tinggi dibandingkan ekspor, sehingga neraca perdagangan mengalami defisit sebesar US$1,05 miliar tahun 2020.Penelitian obat tradional yang digunakan masyarakat adat, tentu sangat penting untuk diteliti agar bisa dikembangkan dalam dunia farmasi dan bisa disebarkan.“Konsep etno-bioprospeksi turun temurun, yang awalnya trial-error, dapat dikembangkan lebih jauh agar bermanfaat lebih nyata dan luas. Namun juga, perlu dilakukan beberapa hal menyangkut kebijakan,” lanjut Enny.Hal paling penting mengembang etno-bioprospeksi adalah tindakan untuk keberlanjutan, riset, hingga komersialisasi dan pencapaiannya. Termasuk, memberdayakan perguruan tinggi.“Perguruan tinggi yang tersebar di seluruh Indonesia sebagai pendamping pembangunan desa,” ujarnya.Baca juga: Kebiasaan Aneh Kambing Hutan Sumatera, Main di Tebing dan Menyendiri di Goa  Pentingnya biodiversiti
[0.00025693021598272026, 0.00035799675970338285, 0.9993850588798523]
2022-041-06.json
Sains dan Pengembangan Bioprospeksi Indonesia
Sains dan Pengembangan Bioprospeksi Indonesia | Wahjudi Wardojo, ahli konservasi dan perubahan iklim, menegaskan pentingnya biodiversiti bagi kehidupan manusia.“Kita harus meningkatkan pemahaman dan pemaknaan manusia terhadap alam [valuing nature],” jelasnya.Dia memberi masukan, agar topik etnobotani atau etnozoologi mendapat perhatian khusus, dari kita semua. Juga, menempatkan masyarakat tradisional atau masyarakat adat sebagai subjek, bukan objek.“Masyarakat tradisional mempunyai peran penting dalam bioprospeksi karena mempunyai pengetahuan dalam hal eksplorasi untuk bioprospeksi,” tuturnya.  Bioprospeksi adalah penelusuran, klasifikasi, dan investigasi secara sistematik produk yang berguna seperti senyawa kimia baru, bahan aktif, gen, protein, serta informasi genetik lain untuk tujuan komersil dengan nilai ekonomi aktual dan potensial yang ditemukan dalam keragaman hayati.“Melalui komersialisasi bioprospeksi diharapkan dapat memperkuat ekonomi nasional secara berkelanjutan, karena kegiatannya dilakukan berdasarkan prinsip kehati-hatian dengan tetap menjaga kelestarian keanekaragaman hayati,” jelas Prof. Hadi S. Alikodra, pada acara yang sama.Dari sistem royalti yang dihasilkannya, bioprospeksi dapat menjadi dukungan finansial bagi kegiatan perlindungan dan pelestarian hutan, termasuk perlindungan masyarakat hukum adat.“Di samping itu dapat menciptakan lapangan kerja, meningkatkan ekonomi masyarakat, sumber pendapatan asli daerah, dan meningkatkan devisa negara,” jelasnya.Alikodra menjelaskan, buku “Potensi Bioprospeksi Indonesia Bagi Pembangunan Ekonomi NKRI” melibatkan 40 kontributor, yang mewakili berbagai institusi dalam penulisannya.“Diharapkan, menjadi rujukan sekaligus sebagai pendorong percepatan pengembangan bioprospeksi, sebagai implementasi strategi konservasi keanekaragaman hayati Indonesia,” tuturnya.  [SEP]
[4.426556643011281e-06, 7.228185495478101e-06, 0.9999883770942688]
2015-039-07.json
Kedatangan El Nino Menjadi Berkah Sektor Perikanan dan Kelautan
Kedatangan El Nino Menjadi Berkah Sektor Perikanan dan Kelautan | [CLS] Walaupun Pemerintah  Indonesia mengakui bahwa fenomena alam El Nino yang sedang berlangsung saat ini menjadi ancaman serius bagi ketahanan pangan nasional, namun kenyataannya itu justru berdampak baik bagi sektor kelautan dan perikanan.Fenomena El Nino, menurut Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Achmad Poernomo, memang menjadi berkah sekaligus bencana bagi Indonesia.“Bencana ya bisa kita lihat nanti, karena El Nino akan berdampak pada sektor pertanian nasional. Namun, pada saat bersamaan, El Nino juga membawa keberkahan buat para nelayan dan pelaku usaha di sektor kelautan dan perikanan,” ungkap Achmad kepada Mongabay belum lama ini.Menurut Achmad, selama masa El Nino berlangsung, akan terjadi kenaikan produksi perikanan dan itu bisa dirasakan di hampir semua wilayah perairan di Indonesia.”Ketersediaan ikan akan berlimpah di semua perairan dan itu menjadi tantangan untuk kita semua,” jelasnya.Yang dimaksud dengan tantangan, kata Achmad, adalah bagaimana  memanfaatkan ketersediaan ikan yang banyak sehingga bisa memberi manfaat untuk semua, termasuk nelayan dan pelaku usaha yang terlibat. Karena, jika tidak ditangani dengan baik, potensi positif tersebut akan hilang dengan cepat.“Mengingat masa El Nino tidak sepanjang tahun dan sangat jarang terjadi. Bukan berarti kita menari dan bergembira di atas penderitaan para petani, namun ini juga harus tetap dimanfaatkan sebaik mungkin,” tuturnya.Selain ketersediaan ikan meningkat tajam, Achmad mengungkapkan, fenomena El Nino juga akan memberi dampak positif untuk para petani garam di seluruh Nusantara. Karena, selama masa El Nino berlangsung, suhu panas akan meningkat dan itu baik untuk proses pembuatan garam.
[0.9656471014022827, 0.017137303948402405, 0.017215635627508163]
2015-039-07.json
Kedatangan El Nino Menjadi Berkah Sektor Perikanan dan Kelautan
Kedatangan El Nino Menjadi Berkah Sektor Perikanan dan Kelautan | “Namun, selain itu akan ada dampak negatif juga untuk sektor kelautan dan perikanan. Karena, masa El Nino akan berdampak negatif untuk perikanan budidaya. Ini yang harus diwaspadai oleh seluruh petani perikanan budidaya di seluruh Indonesia,” ungkap dia.6,3 Juta Ton Produksi Perikanan TangkapSementara itu, Menteri Susi Pudjiastuti menjelaskan, kenaikan stok ikan selama masa El Nino berlangsung memang sudah diprediksi sejak jauh hari. Menurut dia, kondisi tersebut harus bisa dimanfaatkan sebaik mungkin nelayan dan pelaku usaha.Untuk produksi perikanan tangkap selama masa El Nino berlangsung tahun ini, diprediksi akan mencapai 6,3 juta ton. Jumlah tersebut dinilai cukup banyak jika dibandingkan dengan tahun lalu. Hal itu juga diakui oleh Sekretaris Dirjen Perikanan Tangkap KKP Mohamad Abduh.Menurut Abduh, meski El Nino diakui akan menambah ketersediaan ikan cukup banyak, namun pihaknya tidak bisa menargetkan produksi lebih dari 6,3 juta. Hal itu, karena produksi perikanan tangkap dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti cuaca dan juga alat tangkap.Kondisi tersebut, kata Abduh, berbeda dengan produksi perikanan budidaya yang bisa diprediksi dan ditargetkan dengan baik. Karena, faktor yang memengaruhinya tidak lebih banyak dari produksi perikanan tangkap.Sementara itu terkait peningkatan produksi garam selama masa El Nino berlangsung, Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (P2KP) KKP Sudirman Saad, mengungkapkan bahwa itu akan terjadi di sejumlah wilayah tempat produksi garam berlangsung selama ini.Bahkan, Sudirman tak ragu menyebut lahan seluas 10.000 hektare yang selama ini menjadi sentra pembuatan garam nasional akan merasakan dampak positif dari fenomena El Nino. Peningkatan itu bisa terjadi, karena ketersediaan sinar matahari akan lebih banyak dan itu sangat baik untuk  proses pembuatan garam.
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2015-039-07.json
Kedatangan El Nino Menjadi Berkah Sektor Perikanan dan Kelautan
Kedatangan El Nino Menjadi Berkah Sektor Perikanan dan Kelautan | “Kita bersyukur karena ada positifnya juga El Nino ini. Terlepas ada negatif yang harus dirasakan oleh sektor yang lain, namun produksi garam ini harus bisa dimanfaatkan sebaik mungkin oleh petani garam. Karena, sinar matahari tersedia sangat cukup,” tutur dia.Saat ini, Sudirman menjelaskan, produksi garam dilaksanakan di lahan seluas 10.000 hektare yang tersebar di seluruh Indonesia. Termasuk, 300 hektare merupakan lahan tambahan hasil sumbangan dari PT Garam.“Karena lokasi di Sampang seluas 300 hektare tidak digunakan, kita minta lahan milik PT Garam tersebut digarap oleh para petani yang ada di kawasan tersebut. Maksudnya, biar bermanfaat dan menghasilkan nilai ekonomi yang tinggi,” ungkap Sudirman.Di luar lahan 300 hektare yang sudah digarap di Sampang, Jawa Timur, Sudirman memaparkan, pihaknya juga fokus untuk membina para petani garam yang menggarap lahan seluas 10.000 hektare di seluruh Indonesia. Namun, dari jumlah tersebut, sebagian besar atau mencapai 40 persen berlokasi di Jawa Timur, seperti Madura dan Gresik.“Sisanya di Cirebon, Indramayu, Bima, NTB. Itu adalah sentra-sentra garam yang selama ini sudah berkembang, petani juga sudah lama membudidayakan garam. Jadi tempat-tempat itulah yang akan kita intensfikasi,” jelas dia kepada wartawan di Jakarta, akhir pekan lalu. [SEP]
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2018-060-04.json
Negara Tidak Hadir di Tengah Masyarakat Pesisir?
Negara Tidak Hadir di Tengah Masyarakat Pesisir? | [CLS] Masyarakat pesisir yang mendiami seluruh pulau di Indonesia membutuhkan perlindungan dari Negara. Hal itu untuk menghalau berbagai ancaman yang datang silih berganti kepada masyarakat di kawasan tersebut. Ancaman tersebut, bisa berupa kriminal, kesejahteraan, sosial, dan lainnya. Yang paling mendasar, masyarakat pesisir saat ini banyak yang terancam akan kehilangan ruang penghidupannya di laut.Fakta tersebut, menurut Sekretaris Jenderal Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) Susan Herawati, sangatlah miris mengingat Indonesia adalah negara kepulauan yang tak bisa dilepaskan dari struktur masyarakat pesisir. Tak hanya itu, masyarakat pesisir kemudian semakin tersudutkan karena menghadapi berbagai ancaman setelah pembangunan ramai dilaksanakan di wilayah pesisir.“Dalam konteks relasi dengan Negara, masyarakat pesisir terancam harus berhadapan dengan proyek-proyek pemerintah berupa reklamasi, pertambangan pesisir, dan pariwisata yang mengakibatkan masyarakat pesisir tergusur dari ruang penghidupannya tanpa ada perlindungan yang pasti atas keterikatannya dengan wilayah pesisir dan laut,” ucapnya pekan lalu.baca : Susan Herawati: Masalah Nelayan bukan Hanya Cantrang  Agar masyarakat pesisir bisa tetap bertahan hidup dengan rasa aman dan nyaman, Susan menyebut, Negara harus hadir untuk mendampingi, memberdayakan, dan sekaligus menjamin hak-hak konstitusional mereka. Proses tersebut, diyakini bisa memberi kekuatan untuk masyarakat pesisir dalam menghadapi berbagai tekanan dan ancaman.Akan tetapi, menurut Susan, walau sangat dibutuhkan kehadirannya, hingga saat ini Negara masih belum terlihat hadir dan memberikan perlindungan kepada masyarakat pesisir. Padahal, dalam konteks tersebut Negara wajib untuk selalu hadir mendampingi.
[0.9999897480010986, 5.327978669811273e-06, 4.870696557190968e-06]
2018-060-04.json
Negara Tidak Hadir di Tengah Masyarakat Pesisir?
Negara Tidak Hadir di Tengah Masyarakat Pesisir? | Susan memaparkan, ketidakhadiran Negara bisa dilihat saat proses penetapan Peraturan Daerah (Perda) Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau kecil (RZWP3K) yang masih belum mempertimbangkan dan memasukan kepentingan masyarakat pesisir. Proses tersebut, terlihat saat penyusunan perda di delapan provinsi yaitu Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Lampung, dan Sulawesi Tengah.“Sementara itu, ada lima provinsi yang berada dalam tahap akhir yaitu Jawa Timur, Lampung, Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan Sumatera Barat,” ungkapnya.baca : Tambang Pasir Laut Itu Membuat Nelayan Pantai Labu Menderita  Di luar itu, Susan menambahkan, tiga provinsi hingga saat ini masih dalam tahap proses perbaikan yaitu Sulawesi Selatan, Banten, dan Kalimantan Utara. Selain provinsi yang disebut di atas, hingga saat ini sisanya atau sebanyak 19 provinsi masih belum memiliki Perda RZWP3K. Semua dokumen yang sudah disusun, lebih mempertimbangkan kepentingan pemodal bukan masyarakat pesisir.Pengakuan NelayanSelain pembuatan Perda RZWP3K, Susan menjelaskan, ketidakhadiran Negara bisa juga dilihat dari pengakuan terhadap peran serta kontribusi nelayan, khususnya perempuan nelayan, di Indonesia. Dari total 8.077.719 rumah tangga perikanan, hanya ada 1.108.852 kartu nelayan yang disiapkan oleh negara.“Dari angka tersebut, hanya ada 21.793 kartu nelayan yang diperuntukkan untuk perempuan nelayan. Artinya, hanya dua persen saja kartu nelayan untuk perempuan nelayan,” tuturnya.Berkaitan dengan hal tersebut, Susan mengatakan, pemberian asuransi nelayan yang menjadi mandat Undang-Undang No.7/2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudidaya Ikan dan Petambak Garam, hingga saat ini baru diberikan sekitar 143.600 asuransi kepada nelayan. Padahal, pemerintah telah menargetkan 1 juta asuransi nelayan.baca : Revisi Perpres Jabodetabekpunjur Potensial Cederai Masyarakat Pesisir?  
[0.9999897480010986, 5.327978669811273e-06, 4.870696557190968e-06]
2018-060-04.json
Negara Tidak Hadir di Tengah Masyarakat Pesisir?
Negara Tidak Hadir di Tengah Masyarakat Pesisir? | Selain dua fakta di atas, Susan memaparkan, fakta ketiga bahwa Negara tidak hadir di masyarakat pesisir, adalah berkaitan dengan kebijakan peralihan alat tangkap yang masih berjalan di tempat. Permasalahan dalam skema bantuan peralihan alat tangkap yang belum merata dan tidak sesuai dengan spesifikasi alat tangkap yang dibutuhkan nelayan, menjadi persoalan serius saat ini.“Implementasi kebijakan masih belum mengakomodir kebutuhan dan keragaman nelayan dengan kondisi geografis pesisir yang berbeda-beda,” tandas dia.Berdasarkan peta persoalan tersebut, KIARA meminta Pemerintah untuk tetap hadir memberikan perlindungan dan menjamin hak konstitusional masyarakat pesisir dan mengimplementasikan amanat Undang-Undang No.7/2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan Pembudidaya Ikan dan Petambak Garam.Pusat Data dan Informasi KIARA pada 2017 mencatat jumlah desa pesisir di Indonesia sebanyak 12.827 desa dari 78.609 desa yang tersebar di seluruh Indonesia. Dari seluruh desa tersebut, tercatat ada 8.077.719 rumah tangga perikanan yang hidup dan mendiami kawasan desa pesisir serta menggantungkan kehidupannya terhadap aktivitas perikanan.Susan mengatakan, jika satu rumah tangga terdiri dari 3 orang, maka ada lebih dari 25 juta orang yang tinggal di kawasan pesisir dan menggantungkan kehidupannya terhadap aktivitas perikanan. Namun, jika satu rumah tangga terdiri dari 5 orang, maka ada lebih dari 40 juta orang yang tinggal di kawasan pesisir dan menggantungkan kehidupannya terhadap aktivitas perikanan.“Permasalahan serius yang dihadapi masyarakat pesisir yang dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori utama, yaitu permasalahan yang bersumber dari alam, permasalahan kerusakan alam yang disebabkan oleh manusia baik secara langsung maupun tidak langsung, dan permasalahan sosial ekonomi politik,” tegasnya.baca : Perlindungan dan Pemberdayaan Perempuan Nelayan dan Pesisir Mendesak  Pesisir Jawa Tengah
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2018-060-04.json
Negara Tidak Hadir di Tengah Masyarakat Pesisir?
Negara Tidak Hadir di Tengah Masyarakat Pesisir? | Ancaman yang ada di masyarakat pesisir, ternyata dirasakan langsung oleh sebagian besar masyarakat yang mendiami pesisir Jateng. Di sana, nelayan dan masyarakat semakin lama semakin terusir dan tersingkir dari ruang-ruang kehidupan dan penghidupan mereka karena adanya kebijakan-kebijakan yang tidak memperhatikan masyarakat.Pegiat Lingkungan Masyarakat Pesisir Nico Wauran mengatakan, persoalan yang ada di Jateng dewasa ini memang semakin tak bisa dibendung. Menurutnya, fakta tersebut menjadi cerminan bahwa Pemerintah baik di pusat maupun di daerah tidak serius dalam mengelola wilayah pesisir Indonesia dan tidak mementingkan nelayan dan masyarakat pesisir khususnya di Jawa Tengah.Adapun, Nico yang mewakili Layar Nusantara, menyebut ada berbagai persoalan di wilayah pesisir Jateng, yaitu:baca : Pemprov Jateng Langgar Undang-Undang dalam Pembahasan Zonasi Pesisir?  Berangkat dari beberapa permasalahan Nelayan dan masyarakat pesisir Jateng di atas, jaringan masyarakat Jateng menuntut Pemerintah Pusat maupun Daerah untuk :  [SEP]
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2021-008-19.json
Lenyapnya Burung dan Ikan Lenyap, Setelah Dibabatnya Mangrove Terakhir Ternate
Lenyapnya Burung dan Ikan Lenyap, Setelah Dibabatnya Mangrove Terakhir Ternate | [CLS]  Ratusan orang dari lingkungan Parton dan Kelapa Pendek, Kelurahan Mangga Dua, Ternate Selatan, Kota Ternate, Maluku Utara menggelar aksi dengan memalang dua jalan utama pada Rabu (10/11/2021) lalu. Aksi itu sebagai bentuk protes kegiatan reklamasi dan penebangan hutan mangrove oleh PT Indoalam Raya Lestari. Perusahaan ini berencana membangun gudang modern di kawasan hutan mangrove yang luasanya mencapai 1,7 hektar di pusat kota Ternate.Saat aksi berlangsung, dua ekor burung kuntul besar (Aredea alba) terbang mengitari kawasan mangrove yang tersisa beberapa pohon karena penimbunan dan penebangan.Setiap pagi dan petang, burung kuntul besar atau sueko putih orang Maluku Utara menyebutnya, biasa hinggap dan mencari makan di hutan mangrove Mangga Dua, hutan mangrove tersisa di Kota Ternate itu.Kini tempat bertengger burung hilang, rumah warga yang berbatasan langsung dengan hutan mangrove juga tenggelam bila pasang laut naik.“Sejak adanya penebangan dan penimbunan atau reklamasi, pasang naik menenggelamkan sebagian besar rumah warga di beberapa RT. Rumah yang tenggelam akibat pembangunan di kawasan hutan mangrove itu adalah RT 03, RT 04, RT 05 dan RT 14,” kata Ansar Ahmad, peserta aksi yang juga warga lingkungan Kelapa Pendek yang rumahnya terkena imbas banjir rob.baca : Mangrove Ternate Kritis, Bagaimana Upaya Pemulihan?  Perusahaan itu melakukan aktivitas reklamasi karena menganggap lahan itu sah milik mereka. Klaim itu diungkapkan pemilik PT Indo Alam Raya, Budi Liem melalui Kepala Dinas PU Pemkot Ternate Isnain Pansiraju saat peninjauan bersama pihak perusahaan ke lokasi hutan mangrove Mangga Dua, usai aksi warga.
[0.9994583129882812, 0.00028047917294315994, 0.0002612548996694386]
2021-008-19.json
Lenyapnya Burung dan Ikan Lenyap, Setelah Dibabatnya Mangrove Terakhir Ternate
Lenyapnya Burung dan Ikan Lenyap, Setelah Dibabatnya Mangrove Terakhir Ternate | Selain itu, Perusahaan mengklaim telah mengantongi dokumen UKL-UPL yang dikeluarkan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Ternate bernomor 640/26/1/23-REK/BLH-Tte/VII/2014 pada Juli 2014 serta SK Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Ternate tentang izin Lingkungan Perencanaan Pembangunan.Sedangkan warga Mangga Dua melihat ada regulasi yang dilanggar perusahaan. Misalnya warga menyatakan pembangunan itu menyalahi dokumen RTRW yang menetapkan hutan mangrove sebagai kawasan lindung yang tidak bisa dialihfungsikan.“Banyak ketentuan yang dilanggar termasuk UU No.1/2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil serta UU Kehutanan No.41/1999,” kata koordinator aksi, Saiful Amrullah.Sementara Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan BLH Kota Ternate Syarif Can menyebutkan, setelah mempelajari dokumen UKL-UPL yang dibuat pada 2014, menyatakan dokumen itu sudah kedaluwarsa.Izin prinsip dalam dokumen itu untuk pembangunan 8 gudang dan bukan untuk reklamasi. Sehingga selain dokumen kadaluwarsa, perusahaan melanggar izin prinsip dengan melakukan reklamasi. Pelanggaran kedua adalah menebang hutan mangrove yang merupakan kawasan lindung.baca juga : Abrasi Pantai Parah di Ternate  “Mau milik siapa pun yang masuk kawasan lindung harus dijaga tidak bisa dirusak. Pemilik bisa saja melakukan kegiatan tanpa merusak mangrove dengan mengurus dokumen baru, tidak berdasar dokumen lama karena sudah kedaluwarsa. Dokumen itu sudah berubah proses dan desainnya, serta mengubah perencanaan dari gudang menjadi reklamasi. Karena itu dokumen itu dinyatakan tidak berlaku jika prosesnya berubah. Selama menambah kegiatan sesuai izin yang dikantongi maka harus mengurus izin baru,“ jelasnya.
[0.9994334578514099, 0.0002822732785716653, 0.0002842268440872431]
2021-008-19.json
Lenyapnya Burung dan Ikan Lenyap, Setelah Dibabatnya Mangrove Terakhir Ternate
Lenyapnya Burung dan Ikan Lenyap, Setelah Dibabatnya Mangrove Terakhir Ternate | Hal itu, lanjut Syarif, merujuk Peraturan Pemerintah No.22/2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang menyebutkan bila tiga tahun tidak dilakukan kegiatan, makadokumen dianggap batal. Sejak 2014 sampai 2021 tidak ada kegiatan maka sudah ada perubahaan rona awal. Karena itu harus ada dokumen baru dengan perencanaan baru. Terus Menysut Kota Ternate mempunya luas 5.795,4 km2 didominasi laut  (5.547,55 km2) dan daratan 249,6 km2.  Data Dinas Perikanan 2007, Kota Ternate memiliki hutan mangrove 14,65 hektar. Tak tanggung-tanggung, kerusakan hutan mangrove mencapai 78,57%.Kerusakan ini, akibat tebang habis, konversi menjadi pemukiman, pembuangan sampah padat, pencemaran tumpahan minyak, pembuangan sampah cair dan reklamasi  pantai.Peneliti Mangrove dari Universitas Khairun Ternate Salim Abubakar mengatakan, dari penelitiannya dalam beberapa tahun ini menunjukkan mangrove Ternate rusak dan terancam habis karena pengembangan pemukiman warga dan reklamasi  pantai Ternate.Paling masif, katanya, reklamasi dan penambahan pemukiman termasuk. “Di beberapa lokasi seperti Kelurahan Kastela, Gambesi, Rua, Tobololo , sebenarnya telah penghijauan dengan menanam mangrove, tetapi hasilnya tidak maksimal,” katanya.perlu dibaca : Begini Nasib Hutan Mangrove Pulau Ternate  Potensi kerusakan juga karena ketidaksadaran masyarakat membuang sampah padat dan cair di sekitar hutan mangrove,  termasuk  pencemaran air laut dari tumpahan minyak.“Ini terjadi di Kastela dan Rua, Kecamatana Pulau Ternate, berdekatan dengan Pelabuhan Pertamina di Kelurahan Jambula,” katanya.Untuk dampak reklamasi, paling nyata terjadi di Kelurahan Mangga Dua, Ternate Selatan. Di kawasan ini, hutan mangrove habis tergantikan jalan dan bangunan beton serta pelabuhan kecil yang menghubungkan antar kabupaten/kota di Maluku Utara.
[0.01809711940586567, 0.9629115462303162, 0.01899130828678608]
2021-008-19.json
Lenyapnya Burung dan Ikan Lenyap, Setelah Dibabatnya Mangrove Terakhir Ternate
Lenyapnya Burung dan Ikan Lenyap, Setelah Dibabatnya Mangrove Terakhir Ternate | Sementara di beberapa tempat di Selatan  Pulau Ternate,  masih ada meskipun kondisi makin kritis. Hasil identifikasi potensi dan rehabilitasi hutan mangrove di Ternate oleh Dinas Pertanian menemukan mangrove makin kritis.Sebenarnya Pulau Ternate, terbilang daerah kaya mangrove. Hasil identifikasi Dinas Pertanian dan Kehutanan Ternate 2009, menemukan keragaman mangrove di Pulau Ternate cukup tinggi. Dari inventarisasi dan eksplorasi di hutan mangrove Sulamadaha, Takome, Rua, Kastela, Sasa-Fitu, Kalumata dan Mangga Dua, setidaknya ada 35 jenis, termasuk 29 marga dan 23 suku.Tak hanya mengrove biasa,  dari 35 spesies tercatat, 16 dikategorikan jenis- jenis mangrove langka  berdasarkan ketetapan IUCN dengan status terkikis (LR) sampai kritis (CR).baca juga : Wisata Mangrove di Jantung Sofifi, Kaya Kehati Jadi Pelindung Kota  Di Sulamadaha, hutan mangrove masuk zona lindung dengan kondisi terpencar- pencar di beberapa tempat. Ada tegak berdiri di pinggir pantai, ada bergerombol  di belakang garis pantai. Belasan bahkan puluhan jenis mangrove, seperti Sonneratia alba, Rhizophora apiculata, Lumnitzera littorea, Calophyllum inophyllum, dan Lumnitzera racemosa, Nypa fruticans, Hibiscus tiliaceus, Pandanus tectorius, Derris trifoliata, Acrostichum aureum, dan Clerodendrum inerme.Dua jenis yang mampu tumbuh di hamparan pasir bercampur lumpur  dan selalu terkena gempuran ombak, yaitu Sonneratia alba  dan Rhizophora apiculate.Tak kalah miris kondisi hutan mangrove Mangga Dua yang terletak di belakang pemukiman. Kini habis terbabat reklamasi. Di sini dulu ditemukan Sonneratia alba, Rhizophora apiculata, Ipomoea pes-caprae  dan Avicennia marina.baca juga : Aziil Anwar, Penanam Mangrove di Batu Karang  
[0.999424159526825, 0.00028237837250344455, 0.000293476419756189]
2021-008-19.json
Lenyapnya Burung dan Ikan Lenyap, Setelah Dibabatnya Mangrove Terakhir Ternate
Lenyapnya Burung dan Ikan Lenyap, Setelah Dibabatnya Mangrove Terakhir Ternate | Hasil survey dan identifikasi Dinas Pertanian menyebutkan, kondisi hutan mangrove di Ternate makin menurun dan kritis. Data ini diambil jauh sebelum reklamasi pantai dilakukan pemerintah Ternate. Satu contoh reklamasi melibas mangrove untuk penataan kawasan Jalan Kota Baru Bastiong sepanjang tiga kilometer melewati hutan mangrove Mangga Dua.Belakangan ini ada lagi reklamasi pada sisa hutan mangrove untuk pembangunan gudang modern multi guna di Mangga Dua. “Padahal dulu mangrove rimbun. Setelah reklamasi, terganti pelabuhan. Dulu mangrove di Mangga Dua banyak bangau dan beberapa jenis burung lain,” katanya.Pasca  reklamasi, burung-burung itu hilang entah ke mana. Ikan dan kepiting bakau yang biasa ditangkap warga pada malam hari, juga turut menghilang.“Semua habis. Kami meminta hal seperti ini perlu diperhatikan Pemerintah Kota Ternate,” Pungkas Salim.  [SEP]
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]
2017-054-03.json
Soal Resolusi Sawit: RSPO Nilai Peluang Perbaikan, Parlemen Uni Eropa akan ke Indonesia
Soal Resolusi Sawit: RSPO Nilai Peluang Perbaikan, Parlemen Uni Eropa akan ke Indonesia | [CLS]  Kekhawatiran Resolusi Sawit jadi kampanye negatif bagi Indonesia di pasar Uni Eropa, tampaknya terlalu berlebihan. Pasalnya, ekspor ke Eropa malah mengalami peningkatan,  berbanding terbalik dengan negara tujuan ekspor utama sawit Indonesia, India dan Tiongkok. Resolusi Sawit bikinan parlemen Eropa munculkan beragam tanggapan. Indonesia bersama dengan Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) bilang berupaya menangkal dampak buruk Resolusi Sawit. Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), sebagai organisasi nirlaba lintas pemangku kepentingan industri sawit,  menilai sikap Uni Eropa bukan ancaman.”Justru ini momentum perbaikan bagi sektor sawit dalam negeri. Kami juga melihat ini bukanlah upaya perang dagang, ini peluang menaikkan standar komoditas,” kata Tiur Rumondang, Direktur RSPO, di Jakarta, beberapa pekan lalu.Setiap negara, katanya,  memiliki upaya memproteksi komodita strategis masing-masing dan hal wajar, termasuk, Indonesia. Apalagi, sawit jadi komoditas yang sedang ‘digandrungi’ dunia. Yang menjadi perhatian itu, katanya, jangan ada diskriminasi.Masa ini, katanya, bisa jadi momentum perkebunan Indonesia menunjukkan upaya baik yang sudah dilakukan selama ini. ”Kami menyediakan pintu jika mereka ingin mengetahui lebih lanjut apa yang telah dilakukan RSPO dalam memperbaiki diri dan mengkonfirmasi yang telah dilakukan.”Tiur mengatakan, perlu ada pengembangan berkelanjutan dalam tata kelapa sawit pada standar RSPO kedepan. ”Kami menyambut baik 2020 itu ada CSPO (certified sustainable palm oil-red) bagi Eropa. Ini peluang. Apa yang kami perjuangkan didukung,” katanya.Berdasarkan data RSPO, kini baru 1,82 juta hektar kebun sawit tersertifikasi RSPO, sekitar 13-14% di Indonesia. Hingga Februari lalu, produksi sawit dengan CSPO 57,03% atau 6,97 juta metrik ton dari 12,22 juta metrik ton di seluruh dunia.
[0.9999907612800598, 4.496447218116373e-06, 4.684098712459672e-06]
2017-054-03.json
Soal Resolusi Sawit: RSPO Nilai Peluang Perbaikan, Parlemen Uni Eropa akan ke Indonesia
Soal Resolusi Sawit: RSPO Nilai Peluang Perbaikan, Parlemen Uni Eropa akan ke Indonesia | Sementara itu, delegasi Parlemen Uni Eropa bakal datang ke Indonesia guna duduk bersama dengan pemangku kepentingan sawit dan kunjungan lapangan. Mereka berencana ke Riau dan berdialog dengan petani.Kunjungan ini rencana 21-22 Mei akan datang ke kebun dan industri sawit di Riau. Pada 23 Mei rencana bertemu Komisi I, IV dan VI DPR RI. Pada 24 Mei 2017, bakal ada pertemuan dengan pemerintah lewat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.  Revisi standar RSPORSPO pun pembaruan kriteria dan prinsip (P&C) yang jatuh tempo pada 2018. Agenda rutin lima tahunan ini akan memasukkan isu terkait hak asasi manusia (HAM) dalam standar RSPO.”Sejak tahun lalu, saya berupaya membawa agar komponen human right diperkuat,” katanya.RSPO telah membentuk kelompok kerja menkaji unsur HAM. Salah satu fokus HAM, katanya, tekait pekerja bawah umur. Untuk itu, dia bekerja sama dengan beberapa pihak, salah satu Unicef, dalam memberikan masuk perumusan standar.Soal isu perburuhan sektor perkebunan, katanya, hingga kini belum ada regulasi mengatur. ”Aturan tenaga kerja atau buruh manufaktur terlalu umum. Padahal perlakuan sektor perkebunan sangat berbeda.”Tiur berharap,  ada aturan terkait tenaga kerja sektor perkebunan, diatur turunan UU Perkebunan. Melalui itu, ucap Tiur,  RSPO dapat mudah mengaplikasikan dalam prinsip dan kriteria yang baru.”Kami terbuka menerima kritik terhadap kriteria dan celah dalam penerapan standar,” katanya, seraya bilang, isu legalitas dan keterlacakan, seringkali mendapatkan laporan dari beberapa pihak. Bersama dengan Inobu dan WWF, RSPO sedang mengkaji standar itu. Tarik menarik? Atas sikap RSPO yang disebut-sebut mendukung resolusi sawitpun, pada 3 Mei 2017, Indonesia Growers Caucus– merupakan wadah perkumpulan para korporasi kebun sawit– tergabung dalam keanggotaan RSPO mengeluarkan rilis terkait pemberhentian sementara dari anggota RSPO.
[0.9999907612800598, 4.496447218116373e-06, 4.684098712459672e-06]
2017-054-03.json
Soal Resolusi Sawit: RSPO Nilai Peluang Perbaikan, Parlemen Uni Eropa akan ke Indonesia
Soal Resolusi Sawit: RSPO Nilai Peluang Perbaikan, Parlemen Uni Eropa akan ke Indonesia | Dalam rilis disebutkan tiga keputusan, yakni pengunduran diri sementara koordinator Indonesia Growers Caucus, Edi Suhardi sebagai anggota Board of Governors, RSPO, penghentian sementara waktu keterlibatan perwakilan perkebunan sawit Indonesia dalam berbagai forum RSPO. Juga tak telibat sementara waktu dan tak bertanggung jawab terhadap berbagai keputusan dalam berbagai forum RSPO. Adapun, disebutkan ketidakterlibatan itu hingga ada keputusan lain diambil dalam pertemuan anggota akhir Mei 2017.Selang sehari, pada 4 Mei 2017, Indonesia Growers Caucus menarik rilis karena proses pengambilan keputusan kurang koheren dan tak akurat. ”Ini dinamika. Caucus kan forum yang tak mengikat dari anggota dan didesain  perwakilan para growers. Ada kesepakatan pengunduran diri sementara itu awalnya untuk langkah dalam merefleksikan diri, me-review dan berdiskusi matang hingga pertemuan anggota akhir Mei nanti.”Dengan begitu, perwakilan anggota Indonesian Growers Caucus dari berbagai perusahaan akan tetap aktif dalam forum RSPO.  Adapun pertemuan khusus pada 24 Mei 2017 nanti, Edi akan memperkuat keterlibatan anggota di RSPO. ”Ini jadi tantangan, kita juga mau menunjukkan peran jelas bahwa Indonesian Growers Caucus bukan hanya perwakilan tunggal, ada keragaman posisi. Semua anggota bisa menyuarakan secara individu.”Mengenai resolusi sawit, Edi menilai Uni Eropa gagal memahami produk sawit Indonesia. ”Ada diferensiasi. Ada berkelanjutan dan tidak, sedangkan dalam resolusi itu tak jelas kedudukannya, hingga jadi tak fair,” katanya.Diapun mengharapkan, pemerintah Uni Eropa bisa membedakan produk CSPO. ”Kita kan sedang menyempurnakan P&C, harapannya standar dari Uni Eropa nanti bisa ditentukan bersama. Nanti P&C (prinsip dan kriteria-red)  mengikuti keinginan pasar dan disesuaikan kondisi growers di Indonesia,” katanya. Ekspor ke Eropa malah naik
[0.00033922979491762817, 0.9992603659629822, 0.0004004047659691423]