id
int64 1
6.24k
| surah_id
int64 1
114
| surah_arabic
stringclasses 114
values | surah_latin
stringclasses 114
values | surah_transliteration
stringclasses 114
values | surah_translation
stringclasses 110
values | surah_num_ayah
int64 3
286
| surah_page
int64 1
604
| surah_location
stringclasses 2
values | ayah
int64 1
286
| page
int64 1
604
| quarter_hizb
int64 0
61
| juz
int64 1
30
| manzil
int64 1
7
| arabic
stringlengths 6
1.22k
| latin
stringlengths 6
1k
| translation
stringlengths 6
1.62k
| no_footnote
stringclasses 678
values | footnotes
stringclasses 678
values | tafsir_wajiz
stringlengths 6
3.62k
| tafsir_tahlili
stringlengths 63
19.5k
| tafsir_intro_surah
stringclasses 114
values | tafsir_outro_surah
stringclasses 113
values | tafsir_munasabah_prev_surah
stringclasses 113
values | tafsir_munasabah_prev_theme
stringlengths 126
2.63k
⌀ | tafsir_theme_group
stringlengths 6
130
⌀ | tafsir_kosakata
stringlengths 52
23k
⌀ | tafsir_sabab_nuzul
stringclasses 172
values | tafsir_conclusion
stringlengths 127
3.71k
⌀ |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
301 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 8 | 50 | 6 | 3 | 1 | رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ اِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً ۚاِنَّكَ اَنْتَ الْوَهَّابُ | Rabbanā lā tuzig qulūbanā ba‘da iż hadaitanā wa hab lanā mil ladunka raḥmah(tan), innaka antal-wahhāb(u). | (Mereka berdoa,) “Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami berpaling setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami dan anugerahkanlah kepada kami rahmat dari hadirat-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi. | null | null | Menggunakan akal semata akan membuat seseorang mudah tergelincir. Oleh karenanya, orang-orang yang mendalam ilmunya dan mantap imannya selalu berdoa, “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan sebagaimana halnya mereka yang mencaricari takwil ayat-ayat mutasyabih untuk menimbulkan keraguan, setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat yang mencakup segala jenis dan macamnya, antara lain berupa kemantapan iman, ketenangan batin, kemudahan dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan. Rahmat itu bersumber dan langsung dari sisi-Mu, turun secara berkesinambungan dan tanpa mengharap imbalan apa pun, sebab sesungguhnya Engkau Maha Pemberi.” | Sikap orang yang ilmu pengetahuannya telah mendalam, mereka selalu berdoa dan berserah diri kepada Allah swt, bila mereka tidak sanggup lagi memikirkan ayat-ayat Allah. Mereka berdoa kepada Allah agar selalu dipelihara, dipimpin, diberi petunjuk, dan jangan sampai mereka tergelincir ke jalan yang sesat setelah mereka mendapat petunjuk. Dari doa mereka dipahami bahwa yang mereka mohonkan itu bukanlah semata-mata keselamatan dan kebahagiaan duniawi, tetapi juga mereka memohon kebahagiaan dan keselamatan di akhirat. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | null | AL-QUR′AN DAN KITAB-KITAB SEBELUMNYA | 1. Muḥkamāt مُحْكَمَاتْ (Āli ‘Imrān/3: 7)
Kata muḥkamāt dalam surah Āli ‘Imrān, ayat 7, merupakan sifat dari kata ayat sebelumnya. Kata āyātun muḥkamāt berarti ayat-ayat yang muḥkamāt. Kalau yang disebutkan ayat, maka sifatnya adalah muḥkamāt. Kalau yang disifati naṣ (teks), maka sifatnya adalah muḥkam, sehingga lahirlah dua macam terminologi, yaitu ayat muhkamat atau naṣ muḥkam. Ada juga yang mengatakan, kata muḥkamat bentuk jamak dari kata muḥkam, sebagaimana kata mutasyābihāt merupakan bentuk jamak dari kata mutasyābih. Secara harfiah, muḥkam atau muḥkamāt artinya kukuh atau yang dikukuhkan (al-mutqan). Kata dasar dari kalimat ini adalah (ḥakm) yang berarti mencegah, menolak. Bangunan yang kukuh disebut binā′ – muḥkam karena bisa mencegah dari ambruk. Secara istilah, para ulama berbeda pendapat dalam memberikan batasan tentang arti kata muḥkamat yang terdapat dalam beberapa ayat Al-Qur′an. Sebagian dari mereka ada yang mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan muḥkamāt ialah ayat yang telah jelas maknanya, sehingga tidak perlu ta′wīl atau takhṣīṣ. Dalam terminologi ulama tafsir, ayat-ayat muḥkamāt cenderung mudah ditangkap maknanya karena memang jelas tunjukkannya pada makna tersebut.
2. Mutasyābihāt مُتَشَاِبهَاتْ(Āli ‘Imrān/3: 7)
Kata mutasyābihāt juga merupakan sifat bagi kata ayat. Secara bahasa, kata ini berarti serupa dan samar. Ayat mutasyābihāt berarti ayat yang maknanya samar; dalam arti tidak jelas tunjukan maknanya di antara berbagai kemungkinan makna. Dalam rangka memperoleh kejelasan makna yang dimaksud, seorang ulama perlu melakukan perenungan mendalam (ijtihad) dalam rangka menetapkan pilihan makna yang sesuai dengan spirit ajaran Al-Qur′an dan sunah. Penetapan makna yang sesuai itu diperoleh melalui kerangka takwil, yang batasannya, antara lain, adalah: memalingkan suatu lafal dari maknanya yang hakiki (harfiah) ke arah salah satu dari beberapa kemungkinan makna yang ada, dengan syarat makna yang dipilih itu sesuai dengan spirit ajaran Al-Qur′an dan sunah. Jadi, ayat mutasyābihāt atau nas mutasyābih, dalam dirinya, membawa sebuah tantangan bagi ulama untuk melakukan penakwilan agar makna yang tersamar menjadi jelas. Ayat mutasyābihāt yang telah di-muḥkamat-kan melalui proses penakwilan, relatif telah jelas maknanya, dan tidak lagi dianggap sebagai ayat mutasyābihāt. | null | null |
302 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 9 | 50 | 6 | 3 | 1 | رَبَّنَآ اِنَّكَ جَامِعُ النَّاسِ لِيَوْمٍ لَّا رَيْبَ فِيْهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُخْلِفُ الْمِيْعَادَ ࣖ | Rabbanā innaka jāmi‘un-nāsi liyaumil lā raiba fīh(i), innallāha lā yukhliful-mī‘ād(a). | Wahai Tuhan kami, sesungguhnya Engkaulah yang mengumpulkan manusia pada hari yang tidak ada keraguan padanya.” Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji. | null | null | Mereka tidak hanya mengajukan permohonan yang berkaitan dengan kehidupan di dunia, tetapi juga menegaskan keyakinan tentang keniscayaan hari Akhir.”Ya Tuhan kami, Engkaulah yang mengumpulkan manusia pada hari yang tidak ada keraguan padanya, yaitu pada hari kiamat.” Sungguh, Allah tidak menyalahi janji. | Dalam doa orang-orang yang ilmu pengetahuannya telah mendalam itu tergambar pula keyakinan mereka, yaitu mereka meyakini kedatangan hari kiamat, dan setelah itu Allah mengumpulkan seluruh makhluk-Nya untuk diperhitungkan segala amal perbuatannya yang telah mereka perbuat selama mereka hidup di dunia. Mereka yakin bahwa pada hari itu Allah membalas amal baik dengan pahala yang berlipat ganda, dan membalas semua perbuatan dosa dengan azab yang setimpal.
Kedatangan hari akhirat dan pengumpulan makhluk pada hari itu, merupakan janji Allah kepada manusia. Orang-orang yang ilmu pengetahuannya mendalam, yakin benar bahwa Allah pasti menepati janji-Nya. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | null | AL-QUR′AN DAN KITAB-KITAB SEBELUMNYA | 1. Muḥkamāt مُحْكَمَاتْ (Āli ‘Imrān/3: 7)
Kata muḥkamāt dalam surah Āli ‘Imrān, ayat 7, merupakan sifat dari kata ayat sebelumnya. Kata āyātun muḥkamāt berarti ayat-ayat yang muḥkamāt. Kalau yang disebutkan ayat, maka sifatnya adalah muḥkamāt. Kalau yang disifati naṣ (teks), maka sifatnya adalah muḥkam, sehingga lahirlah dua macam terminologi, yaitu ayat muhkamat atau naṣ muḥkam. Ada juga yang mengatakan, kata muḥkamat bentuk jamak dari kata muḥkam, sebagaimana kata mutasyābihāt merupakan bentuk jamak dari kata mutasyābih. Secara harfiah, muḥkam atau muḥkamāt artinya kukuh atau yang dikukuhkan (al-mutqan). Kata dasar dari kalimat ini adalah (ḥakm) yang berarti mencegah, menolak. Bangunan yang kukuh disebut binā′ – muḥkam karena bisa mencegah dari ambruk. Secara istilah, para ulama berbeda pendapat dalam memberikan batasan tentang arti kata muḥkamat yang terdapat dalam beberapa ayat Al-Qur′an. Sebagian dari mereka ada yang mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan muḥkamāt ialah ayat yang telah jelas maknanya, sehingga tidak perlu ta′wīl atau takhṣīṣ. Dalam terminologi ulama tafsir, ayat-ayat muḥkamāt cenderung mudah ditangkap maknanya karena memang jelas tunjukkannya pada makna tersebut.
2. Mutasyābihāt مُتَشَاِبهَاتْ(Āli ‘Imrān/3: 7)
Kata mutasyābihāt juga merupakan sifat bagi kata ayat. Secara bahasa, kata ini berarti serupa dan samar. Ayat mutasyābihāt berarti ayat yang maknanya samar; dalam arti tidak jelas tunjukan maknanya di antara berbagai kemungkinan makna. Dalam rangka memperoleh kejelasan makna yang dimaksud, seorang ulama perlu melakukan perenungan mendalam (ijtihad) dalam rangka menetapkan pilihan makna yang sesuai dengan spirit ajaran Al-Qur′an dan sunah. Penetapan makna yang sesuai itu diperoleh melalui kerangka takwil, yang batasannya, antara lain, adalah: memalingkan suatu lafal dari maknanya yang hakiki (harfiah) ke arah salah satu dari beberapa kemungkinan makna yang ada, dengan syarat makna yang dipilih itu sesuai dengan spirit ajaran Al-Qur′an dan sunah. Jadi, ayat mutasyābihāt atau nas mutasyābih, dalam dirinya, membawa sebuah tantangan bagi ulama untuk melakukan penakwilan agar makna yang tersamar menjadi jelas. Ayat mutasyābihāt yang telah di-muḥkamat-kan melalui proses penakwilan, relatif telah jelas maknanya, dan tidak lagi dianggap sebagai ayat mutasyābihāt. | null | 1. Allah swt telah menurunkan Al-Qur′an kepada Nabi Muhammad saw, sebagai petunjuk bagi manusia. Sebelum Al-Qur′an diturunkan, Allah telah menurunkan pula Taurat kepada Musa, dan Injil kepada Nabi Isa yang merupakan petunjuk bagi umat-umatnya. Dengan turunnya Al-Qur′an maka hukum Taurat dan Injil dinyatakan tidak berlaku lagi.
2. Menurut Al-Qur′an, Taurat dan Injil yang murni adalah wahyu dari Allah swt.
3. Semua yang terjadi di langit dan di bumi, termasuk di dalamnya menurunkan kitab-kitab kepada para rasul, menciptakan Adam a.s., Isa dan seluruh makhluk adalah dengan kodrat Allah sesuai dengan ilmu dan kehendak-Nya.
4. Ayat-ayat Al-Qur′an ada yang muhkamat dan ada yang mutasyabihat. Hanya Allah yang mengetahui maksud ayat-ayat mutasyabihat itu. Orang yang mendalam ilmu pengetahuannya mempercayainya dan menyerahkan hakikat pengertiannya kepada Allah.
5. Sikap manusia terhadap ayat-ayat yang mutasyabihat ada dua macam:
a. Bagi orang yang tidak menginginkan kebenaran, mereka menjadikannya sebagai bahan fitnah dan mencari-cari takwilnya.
b. Bagi orang yang mempunyai pengetahuan mendalam, mereka menyerahkannya kepada Allah, memohon taufiknya serta berdoa agar tidak terjatuh ke jurang kesesatan. |
303 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 10 | 51 | 6 | 3 | 1 | اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَنْ تُغْنِيَ عَنْهُمْ اَمْوَالُهُمْ وَلَآ اَوْلَادُهُمْ مِّنَ اللّٰهِ شَيْـًٔا ۗوَاُولٰۤىِٕكَ هُمْ وَقُوْدُ النَّارِۗ | Innal-lażīna kafarū lan tugniya ‘anhum amwāluhum wa lā aulāduhum minallāhi syai'ā(n), wa ulā'ika hum waqūdun-nār(i). | Sesungguhnya orang-orang yang kufur, tidak akan berguna bagi mereka sedikit pun harta benda dan anak-anak mereka (untuk menyelamatkan diri) dari (azab) Allah. Mereka itulah bahan bakar api neraka. | null | null | Sesungguhnya orang-orang yang kafir, yang menutupi tanda-tanda keesaan dan kebesaran Allah serta mengingkari petunjuk-petunjukNya, bagi mereka tidak akan berguna sedikit pun harta benda yang Allah berikan kepada mereka walau sebanyak apa pun, dan demikian pula anak-anak mereka walau sebanyak dan sehebat apa pun, terhadap azab Allah di dunia. Mereka juga tidak dapat menolak siksa-Nya di akhirat kelak, dan bahkan mereka itu menjadi bahan bakar api neraka. | Orang yang kafir dan mengingkari kenabian Muhammad, padahal mereka mengetahui kebenarannya baik dari golongan Ahli Kitab maupun dari golongan orang-orang musyrik Arab, mereka tidak akan dapat menghindari azab Allah. Selanjutnya Allah menerangkan bahwa harta benda dan anak cucu mereka tidak akan memberi syafaat sedikit pun kepada mereka. Harta yang bisa dipergunakan untuk mendapat manfaat dan menolak kemudaratan di dunia dan anak-anak yang bisa membantu dalam segala urusan penting dan dalam peperangan, semuanya itu tidak akan menyelamatkan mereka dari api neraka, sebagaimana Allah berfirman:
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَّلَا بَنُوْنَ ۙ ٨٨
(Yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna. (asy-Syu‘arā′/26:88)
Walaupun mereka mengucapkan seperti firman Allah:
وَقَالُوْا نَحْنُ اَكْثَرُ اَمْوَالًا وَّاَوْلَادًاۙ وَّمَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِيْنَ ٣٥
Dan mereka berkata, “Kami memiliki lebih banyak harta dan anak-anak (daripada kamu) dan kami tidak akan diazab.” (Saba′/34: 35)
Peryataan mereka ini dibantah Allah dengan firman-Nya:
وَمَآ اَمْوَالُكُمْ وَلَآ اَوْلَادُكُمْ بِالَّتِيْ تُقَرِّبُكُمْ عِنْدَنَا زُلْفٰىٓ اِلَّا مَنْ اٰمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًاۙ فَاُولٰۤىِٕكَ لَهُمْ جَزَاۤءُ الضِّعْفِ بِمَا عَمِلُوْا وَهُمْ فِى الْغُرُفٰتِ اٰمِنُوْنَ ٣٧
Dan bukanlah harta atau anak-anakmu yang mendekatkan kamu kepada Kami; melainkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, …. (Saba′/34: 37) | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Dalam ayat-ayat yang lalu Allah menjelaskan agama yang benar, tauhid yang murni, keterangan tentang kitab-kitab samawi mengenai agama dan tauhid, perihal Al-Qur′an dan iman para ulama. Dalam ayat-ayat berikut ini Allah memaparkan keadaan orang-orang kafir, sebab-sebab mereka tertipu oleh hal-hal yang batil, jauhnya mereka dari kebenaran atau keraguan mereka tentang kebenaran itu. | ANCAMAN ALLAH KEPADA ORANG KAFIR
DAN PENGARUH HARTA BENDA | Kosakata: Zuyyina زُيِّنَ (Āli ‘Imrān/3: 14)
Zuyyina adalah fi‘il māḍī (kata kerja telah lalu) dalam bentuk mabnī majhūl (bentuk pasif) artinya “dihiaskan”. Arti bahasa dalam permulaan ayat 14 ialah: dihiaskan kepada manusia rasa suka kepada hal-hal yang diinginkan berupa perempuan, anak, harta benda yang banyak berupa emas, perak, kuda yang bagus, binatang ternak dan sawah serta ladang. Siapakah yang menghiaskan kepada manusia sehingga ia menjadi suka kepada hal-hal tersebut? Dalam hal ini di kalangan para ulama ada dua pendapat: pertama yang menjadikan manusia suka pada perempuan dan harta adalah setan karena pada akhir ayat ini dikatakan bahwa di sisi Allah adalah tempat kembali yang baik, yaitu surga, yang jauh lebih baik dari harta di dunia. Pendapat kedua yaitu yang menjadikan manusia suka pada perempuan dan harta adalah Allah juga untuk menguji kemampuan orang-orang mukmin mengendalikan perasaan suka dan cintanya itu, tidak berlebih-lebihan melainkan wajar dan tetap mengikuti ketentuan agama dan aturan-aturan syariat yang benar. Pendapat kedua inilah yang disetujui oleh jumhur ulama. | null | null |
304 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 11 | 51 | 6 | 3 | 1 | كَدَأْبِ اٰلِ فِرْعَوْنَۙ وَالَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْۗ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَاۚ فَاَخَذَهُمُ اللّٰهُ بِذُنُوْبِهِمْ ۗ وَاللّٰهُ شَدِيْدُ الْعِقَابِ | Kada'bi āli fir‘aun(a), wal-lażīna min qablihim, każżabū bi'āyātinā, fa'akhażahumullāhu biżunūbihim, wallāhu syadīdul-‘iqāb(i). | (Keadaan mereka) seperti keadaan pengikut Fir‘aun dan orang-orang sebelum mereka. Mereka mendustakan ayat-ayat Kami. Oleh sebab itu, Allah menyiksa mereka karena dosa-dosanya. Allah sangat keras hukuman-Nya. | null | null | Keadaan mereka yang selalu mendustakan agama Allah dan azab yang diturunkan kepada mereka seperti keadaan pengikut Firaun dan orang-orang kafir yang hidup sebelum mereka. Mereka semua mendustakan ayat-ayat Kami yang tertulis dalam kitab suci dan/atau yang terbentang di alam raya. Mereka mendustakan ayat-ayat Allah, maka Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosanya. Allah sangat berat hukuman-Nya. | Hal ihwal orang yang ingkar sama dengan hal ihwal Fir‘aun dan pengikut-pengikutnya, juga serupa dengan apa yang dilakukan umat sebelumnya kepada Nabi Musa dan nabi-nabi lainnya. Mereka mendustakan ayat-ayat Allah yang dibawa oleh para rasul. Karena itu Allah menurunkan siksa atas mereka betapa pun besarnya kekuasaan mereka. Musuh-musuh nabi itu hancur, dan nabi-nabi beserta pengikut-pengikutnya memperoleh kemenangan.
Orang kafir tidak dapat lari dari azab yang diturunkan Allah. Karena hukuman Allah itu adalah sebagai akibat yang wajar dari dosa mereka sendiri. Orang-orang Yahudi merasa takut dengan turunnya ayat ini karena mereka mengetahui apa yang telah dialami oleh Fir‘aun dan pengikut-pengikutnya.
Yang dimaksud orang-orang kafir dalam ayat ini ialah orang Yahudi Medinah. Menurut riwayat Ibnu ‘Abbās, orang Yahudi Medinah tatkala menyaksikan kemenangan Rasulullah atas kaum musyrik pada Perang Badar, mereka berkata, “Demi Allah, sesungguhnya dia adalah nabi yang ummi, yang dikabarkan oleh Nabi Musa kepada kita, dan dalam Taurat terdapat tanda-tandanya”. Lalu mereka bermaksud mengikuti Nabi Muhammad saw. Tetapi sebagian mereka berkata, “Janganlah terburu-buru sampai kamu menyaksikan bukti-bukti yang lain.” Tatkala tiba Perang Uhud mereka menjadi ragu-ragu lalu mereka membatalkan perjanjian yang mereka sepakati dengan Rasulullah saw. Kemudian Ka‘ab bin al-Asyraf (pimpinan Yahudi) bersama enam puluh anggota pasukan berkuda berangkat segera ke Mekah untuk menghimpun kekuatan untuk memerangi Rasulullah saw. Maka pada saat itu turunlah ayat ini.
Diriwayatkan pula oleh Abū Dāwud dalam Sunan-nya, dan oleh al-Baihaqi dalam Dalā′il melalui Ibnu Ishaq dari Ibnu ‘Abbās bahwa Rasulullah tatkala berhasil mengalahkan orang Quraisy dalam Perang Badar, beliau pulang ke Medinah, beliau mengumpulkan orang Yahudi di pasar Bani Qainuqa'. Beliau berkata, “Hai, orang Yahudi masuklah dalam agama Islam sebelum kamu ditimpa oleh apa yang telah ditimpakan Allah kepada kaum Quraisy. Mereka menjawab, “Hai Muhammad, jangan kamu tertipu oleh dirimu sendiri. Kamu telah membunuh sejumlah orang Quraisy, dan mereka itu orang-orang yang tidak berpengalaman, tidak mengerti perang. Demi Allah, jika kamu berperang melawan kami, kamu akan tahu bahwa kamilah sebenarnya laki-laki yang sesungguhnya, kamu belum pernah berhadapan dengan kami”. Dengan kejadian ini, turunlah ayat 12 dan 13 ini. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Dalam ayat-ayat yang lalu Allah menjelaskan agama yang benar, tauhid yang murni, keterangan tentang kitab-kitab samawi mengenai agama dan tauhid, perihal Al-Qur′an dan iman para ulama. Dalam ayat-ayat berikut ini Allah memaparkan keadaan orang-orang kafir, sebab-sebab mereka tertipu oleh hal-hal yang batil, jauhnya mereka dari kebenaran atau keraguan mereka tentang kebenaran itu. | ANCAMAN ALLAH KEPADA ORANG KAFIR
DAN PENGARUH HARTA BENDA | Kosakata: Zuyyina زُيِّنَ (Āli ‘Imrān/3: 14)
Zuyyina adalah fi‘il māḍī (kata kerja telah lalu) dalam bentuk mabnī majhūl (bentuk pasif) artinya “dihiaskan”. Arti bahasa dalam permulaan ayat 14 ialah: dihiaskan kepada manusia rasa suka kepada hal-hal yang diinginkan berupa perempuan, anak, harta benda yang banyak berupa emas, perak, kuda yang bagus, binatang ternak dan sawah serta ladang. Siapakah yang menghiaskan kepada manusia sehingga ia menjadi suka kepada hal-hal tersebut? Dalam hal ini di kalangan para ulama ada dua pendapat: pertama yang menjadikan manusia suka pada perempuan dan harta adalah setan karena pada akhir ayat ini dikatakan bahwa di sisi Allah adalah tempat kembali yang baik, yaitu surga, yang jauh lebih baik dari harta di dunia. Pendapat kedua yaitu yang menjadikan manusia suka pada perempuan dan harta adalah Allah juga untuk menguji kemampuan orang-orang mukmin mengendalikan perasaan suka dan cintanya itu, tidak berlebih-lebihan melainkan wajar dan tetap mengikuti ketentuan agama dan aturan-aturan syariat yang benar. Pendapat kedua inilah yang disetujui oleh jumhur ulama. | null | null |
305 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 12 | 51 | 6 | 3 | 1 | قُلْ لِّلَّذِيْنَ كَفَرُوْا سَتُغْلَبُوْنَ وَتُحْشَرُوْنَ اِلٰى جَهَنَّمَ ۗ وَبِئْسَ الْمِهَادُ | Qul lil-lażīna kafarū satuglabūna wa tuḥsyarūna ilā jahannam(a), wa bi'sal-mihād(u). | Katakanlah (Nabi Muhammad) kepada orang-orang yang kufur, “Kamu (pasti) akan dikalahkan dan digiring ke dalam (neraka) Jahanam. Itulah seburuk-buruk tempat tinggal.” | null | null | Jika Fir’aun dan rezimnya yang sangat berkuasa dan gagah perkasa saja dapat dikalahkan dan mendapat siksa duniawi dan ukhrawi, apa-lagi orang yang tidak mencapai tingkat keperkasaan semacam itu. Karena itu, katakanlah, wahai Nabi Muhammad, kepada orang-orang yang kafir dari kalangan Yahudi dan lainnya yang memandang kemenanganmu di Perang Badar dengan sebelah mata, “Kamu pasti akan dikalahkan di dunia dan mati dalam keadaan kafir, kemudian digiring ke dalam neraka Jahanam sebagai tempat tinggal kamu. Dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal.” | Pada ayat ini Allah dengan tegas memperingatkan mereka; bahwa mereka pasti akan binasa di dunia ini, sebelum di akhirat nanti. Nabi Muhammad saw diperintahkan untuk mengatakan kepada orang-orang Yahudi bahwa mereka akan dikalahkan di dunia ini. Tuhan akan menepati janji-Nya, dan di akhirat mereka akan ditempatkan di Neraka Jahanam.
Kebenaran ayat ini terbukti di kemudian hari. Kaum Muslimin berhasil mengalahkan Yahudi Bani Quraizah karena pengkhianatan mereka dan mengusir Bani Nadir dari Medinah, karena kemunafikan mereka, dan menaklukkan kota Khaibar kota orang Yahudi, serta memungut jizyah dari orang-orang Yahudi. Walaupun ayat ini menerangkan pungutan jizyah dari orang Yahudi, namun pengertian ayat ini mencakup semua orang kafir pada umumnya. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Dalam ayat-ayat yang lalu Allah menjelaskan agama yang benar, tauhid yang murni, keterangan tentang kitab-kitab samawi mengenai agama dan tauhid, perihal Al-Qur′an dan iman para ulama. Dalam ayat-ayat berikut ini Allah memaparkan keadaan orang-orang kafir, sebab-sebab mereka tertipu oleh hal-hal yang batil, jauhnya mereka dari kebenaran atau keraguan mereka tentang kebenaran itu. | ANCAMAN ALLAH KEPADA ORANG KAFIR
DAN PENGARUH HARTA BENDA | Kosakata: Zuyyina زُيِّنَ (Āli ‘Imrān/3: 14)
Zuyyina adalah fi‘il māḍī (kata kerja telah lalu) dalam bentuk mabnī majhūl (bentuk pasif) artinya “dihiaskan”. Arti bahasa dalam permulaan ayat 14 ialah: dihiaskan kepada manusia rasa suka kepada hal-hal yang diinginkan berupa perempuan, anak, harta benda yang banyak berupa emas, perak, kuda yang bagus, binatang ternak dan sawah serta ladang. Siapakah yang menghiaskan kepada manusia sehingga ia menjadi suka kepada hal-hal tersebut? Dalam hal ini di kalangan para ulama ada dua pendapat: pertama yang menjadikan manusia suka pada perempuan dan harta adalah setan karena pada akhir ayat ini dikatakan bahwa di sisi Allah adalah tempat kembali yang baik, yaitu surga, yang jauh lebih baik dari harta di dunia. Pendapat kedua yaitu yang menjadikan manusia suka pada perempuan dan harta adalah Allah juga untuk menguji kemampuan orang-orang mukmin mengendalikan perasaan suka dan cintanya itu, tidak berlebih-lebihan melainkan wajar dan tetap mengikuti ketentuan agama dan aturan-aturan syariat yang benar. Pendapat kedua inilah yang disetujui oleh jumhur ulama. | null | null |
306 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 13 | 51 | 6 | 3 | 1 | قَدْ كَانَ لَكُمْ اٰيَةٌ فِيْ فِئَتَيْنِ الْتَقَتَا ۗفِئَةٌ تُقَاتِلُ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَاُخْرٰى كَافِرَةٌ يَّرَوْنَهُمْ مِّثْلَيْهِمْ رَأْيَ الْعَيْنِ ۗوَاللّٰهُ يُؤَيِّدُ بِنَصْرِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُ ۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَعِبْرَةً لِّاُولِى الْاَبْصَارِ | Qad kāna lakum āyatun fī fi'atainil taqatā, fi'atun tuqātilu fī sabīlillāhi wa ukhrā kāfiratuy yaraunahum miṡlaihim ra'yal-‘ain(i), wallāhu yu'ayyidu binaṣrihī may yasyā'(u), inna fī żālika la‘ibratal li'ulil-abṣār(i). | Sungguh, telah ada tanda (bukti) bagimu pada dua golongan yang bertemu (dalam pertempuran.86) Satu golongan berperang di jalan Allah dan (golongan) yang lain kafir yang melihat dengan mata kepala bahwa mereka (golongan muslim) dua kali lipat jumlahnya. Allah menguatkan siapa yang Dia kehendaki dengan pertolongan-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan (mata hati). | 86 | 86) Pertempuran antara dua golongan yang dimaksudkan oleh ayat ini terjadi antara kaum muslim dan kaum musyrik pada Perang Badar tahun ke-2 Hijriah di barat daya Madinah. | Kamu pasti akan dikalahkan! Salah satu buktinya adalah apa yang diuraikan oleh ayat ini, yaitu sungguh, telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang berhadap-hadapan, yakni bertempur di dalam Perang Badar pada tahun kedua Hijriah. Yang pertama, satu golongan mukmin berperang di jalan Allah, yaitu Nabi Muhammad dan para sahabatnya, dan yang lain golongan kafir yang berperang di jalan kebatilan yang melihat dengan mata kepala, bahwa jumlah pasukan mereka, yakni golongan muslim, dua kali lipat mereka, sehingga hati mereka menjadi gentar. Ini menjadi faktor penyebab kemenangan kaum muslim. Allah menguatkan dengan pertolongan-Nya bagi siapa yang Dia kehendaki. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat pelajaran yang berharga bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan mata hati yang dapat menangkap hikmah di balik setiap peristiwa. | Selanjutnya Allah memperingatkan agar mereka jangan merasa kuat dengan jumlah harta dan tenaga yang mereka miliki. Karena seharusnya mereka mengambil pelajaran dari peristiwa Perang Badar.
Jumlah dana dan tenaga yang besar dan banyaknya sekutu yang membantu, tidak akan menjamin kemenangan dalam peperangan. Sejarah peperangan di dunia ini membuktikan kekeliruan anggapan demikian. Apa yang terjadi pada Perang Badar, di mana dua pasukan saling berhadapan, pasukan dari kaum Muslimin yang berjumlah kecil yang berjuang di jalan Allah, ditakdirkan mendapat kemenangan atas pasukan kaum musyrikin yang jauh lebih besar jumlahnya. Mereka yang memiliki akal pikiran yang sehat dan mempergunakannya untuk merenungkan segala perkara yang terjadi, serta mengambil faedah daripadanya, tentulah akan banyak memperoleh pelajaran dari peristiwa Perang Badar. Ternyata ada suatu kekuatan lain di atas segala kekuatan yang tampak. Kekuatan itulah yang sering memperkuat pasukan yang lemah hingga dia dapat mengalahkan pasukan yang kuat lagi besar dengan izin Allah.
Berperang di jalan Allah adalah kunci kemenangan. Bila perjuangan dan peperangan tujuannya untuk membela kebenaran, melindungi agama dan pemeluknya, maka jiwa pejuang-pejuangnya akan mendapat ketenangan dalam menghadapi medan pertempuran dan dapat berkonsentrasi dengan sepenuh kekuatan yang dimilikinya. Karena mereka meyakini bahwa di belakang mereka ada kekuatan yang mendorong dan ada pertolongan dari Allah. Allah menegaskan bahwa pertolongan itu akan diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang berjihad di jalan-Nya, asal saja mereka itu tetap tabah dan sabar serta selalu ingat kepada Allah, dan patuh kepada pimpinan.
Pada Perang Badar kedua yang terjadi tanggal 17 Ramadan tahun 2 Hijriah itu, kaum Muslimin berusaha mematuhi ketentuan-kekntuan Tuhan dan ketentuan Rasul-Nya dengan segala kemampuan yang ada, serta dengan tekad yang bulat. Mereka berperang dengan penuh keberanian, dan dengan pertolongan Allah mereka menang dalam peperangan itu.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ تَنْصُرُوا اللّٰهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ اَقْدَامَكُمْ ٧
Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (Muḥammad/47: 7).
Menurut para ahli sejarah, tentara kaum Muslimin dalam Perang Badar berjumlah 313 orang. Terdiri dari 77 orang Muhajirin dan 236 orang Ansar. Yang memegang bendera dalam pasukan Muhajirin adalah Ali bin Abī Ṭalib, sedang bendera pasukan Ansar dipegang oleh Sa‘ad bin ‘Ubadah. Dalam pasukan Muslimin itu terdapat 90 ekor unta dan 2 ekor kuda perang, masing-masing dikendarai oleh Miqdad bin al-Aswad dan Marṡad bin Abi Marṡad. Jumlah yang terbunuh dari pihak kaum Muslimin 14 orang laki-laki, terdiri dari 6 orang Muhajirin dan 8 orang Ansar. Jumlah tentara kaum musyrikin 950 orang, dipimpin oleh ‘Utbah bin Rabi‘ah, dan di antara mereka terdapat Abu Sufyan dan Abu Jahal. Dalam pasukan mereka terdapat seratus ekor kuda, 700 ekor unta, dan sejumlah senjata yang tidak terbilang banyaknya.
Dalam Perang Badar jumlah pasukan kaum Muslimin hanya 313 orang saja. Tetapi dalam penglihatan kaum musyrikin ketika perang telah berkecamuk jumlah tersebut menjadi berlipat ganda, sehingga hal itu menimbulkan rasa takut dalam hati mereka. Akhirnya mereka lari dari medan pertempuran. Demikian Allah menurunkan pertolongan kepada kaum Muslimin.
Sebelum perang berkecamuk, pasukan kaum Muslimin di mata orang musyrik kelihatan sangat kecil, karena itu mereka berani menghadapi dan menyerbu musuh, seperti yang terjadi dalam Perang Badar.
وَاِذْ يُرِيْكُمُوْهُمْ اِذِ الْتَقَيْتُمْ فِيْٓ اَعْيُنِكُمْ قَلِيْلًا وَّيُقَلِّلُكُمْ فِيْٓ اَعْيُنِهِمْ لِيَقْضِيَ اللّٰهُ اَمْرًا كَانَ مَفْعُوْلًا ۗوَاِلَى اللّٰهِ تُرْجَعُ الْاُمُوْرُ ࣖ ٤٤
Dan ketika Allah memperlihatkan mereka kepadamu ketika kamu berjumpa, mereka berjumlah sedikit menurut penglihatan matamu dan kamu diperlihatkan-Nya berjumlah sedikit menurut penglihatan mereka, itu karena Allah berkehendak melaksanakan suatu urusan yang harus dilaksanakan. Hanya kepada Allah segala urusan dikembalikan. (al-Anfāl/8: 44)
Dengan pertolongan inilah Allah memperkuat orang-orang yang dikehendaki-Nya, dan sesungguhnya pada pertolongan yang demikian itu ada pelajaran bagi orang yang mempunyai akal dan pikiran. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Dalam ayat-ayat yang lalu Allah menjelaskan agama yang benar, tauhid yang murni, keterangan tentang kitab-kitab samawi mengenai agama dan tauhid, perihal Al-Qur′an dan iman para ulama. Dalam ayat-ayat berikut ini Allah memaparkan keadaan orang-orang kafir, sebab-sebab mereka tertipu oleh hal-hal yang batil, jauhnya mereka dari kebenaran atau keraguan mereka tentang kebenaran itu. | ANCAMAN ALLAH KEPADA ORANG KAFIR
DAN PENGARUH HARTA BENDA | Kosakata: Zuyyina زُيِّنَ (Āli ‘Imrān/3: 14)
Zuyyina adalah fi‘il māḍī (kata kerja telah lalu) dalam bentuk mabnī majhūl (bentuk pasif) artinya “dihiaskan”. Arti bahasa dalam permulaan ayat 14 ialah: dihiaskan kepada manusia rasa suka kepada hal-hal yang diinginkan berupa perempuan, anak, harta benda yang banyak berupa emas, perak, kuda yang bagus, binatang ternak dan sawah serta ladang. Siapakah yang menghiaskan kepada manusia sehingga ia menjadi suka kepada hal-hal tersebut? Dalam hal ini di kalangan para ulama ada dua pendapat: pertama yang menjadikan manusia suka pada perempuan dan harta adalah setan karena pada akhir ayat ini dikatakan bahwa di sisi Allah adalah tempat kembali yang baik, yaitu surga, yang jauh lebih baik dari harta di dunia. Pendapat kedua yaitu yang menjadikan manusia suka pada perempuan dan harta adalah Allah juga untuk menguji kemampuan orang-orang mukmin mengendalikan perasaan suka dan cintanya itu, tidak berlebih-lebihan melainkan wajar dan tetap mengikuti ketentuan agama dan aturan-aturan syariat yang benar. Pendapat kedua inilah yang disetujui oleh jumhur ulama. | null | null |
307 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 14 | 51 | 6 | 3 | 1 | زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوٰتِ مِنَ النِّسَاۤءِ وَالْبَنِيْنَ وَالْقَنَاطِيْرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْاَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۗوَاللّٰهُ عِنْدَهٗ حُسْنُ الْمَاٰبِ | Zuyyina lin-nāsi ḥubbusy-syahawāti minan-nisā'i wal-banīna wal-qanāṭīril-muqanṭarati minaż-żahabi wal-fiḍḍati wal-khailil-musawwamati wal-an‘āmi wal-ḥarṡ(i), żālika matā‘ul-ḥayātid-dun-yā, wallāhu ‘indahū ḥusnul-ma'āb(i). | Dijadikan indah bagi manusia kecintaan pada aneka kesenangan yang berupa perempuan, anak-anak, harta benda yang bertimbun tak terhingga berupa emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik. | null | null | Ada beberapa hal yang dapat menghalangi seseorang mengambil pelajaran dari peristiwa di atas, yaitu dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan dan sulit untuk dibendung, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan yang bagus dan terlatih, hewan ternak, dan sawah ladang, atau simbol-simbol kemewahan duniawi lainnya. Itulah kesenangan hidup di dunia yang bersifat sementara dan akan hilang cepat atau lambat, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik, yaitu surga dengan segala keindahan dan kenikmatannya. | Sesudah dijelaskan pada ayat sebelum ini tentang kekeliruan pandangan orang kafir terhadap harta dan anak-anak serta penyimpangan mereka dari kebenaran, maka dalam ayat ini diterangkan segi kesesatan mereka yang disebabkan oleh harta dan anak yang dijadikan tumpuan harapan mereka.
Adalah keliru kalau manusia menjadikan harta dan anak sebagai tujuan hidupnya. Perempuan, anak-anak, emas dan perak, kendaraan, binatang peliharaan, dan semua kekayaan adalah menyenangkan manusia dan sangat dicintainya. Sebenarnya bukan sesuatu yang terlarang mencintai benda-benda itu, karena manusia tidak dapat terhindar dari mencintainya. Namun sedikit sekali orang yang memahami keburukan atau bahayanya, sekalipun bukti-bukti cukup jelas dan banyak yang memperlihatkan keburukan dan bahayanya itu. Kadang-kadang manusia menyukai sesuatu, padahal dia mengetahui sesuatu itu buruk, dan tidak berguna. Siapa yang menyukai sesuatu tetapi dia menganggap hal itu tidak baik untuk dirinya, dia dapat melepaskan diri dari pengaruhnya. Sesungguhnya Allah menjadikan tabiat manusia cinta kepada harta benda dan kesenangan. Oleh sebab itu, Allah menjadikan harta benda dan kesenangan sebagai sarana menguji keimanan seseorang, apakah dia akan menggunakan semua harta dan kesenangan itu untuk kehidupan duniawi saja, ataukah dia akan menggunakan harta bendanya untuk mencapai keridaan Allah.
اِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْاَرْضِ زِيْنَةً لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ اَيُّهُمْ اَحْسَنُ عَمَلًا ٧
Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, untuk Kami uji mereka, siapakah di antaranya yang terbaik perbuatannya.(al-Kahf/18: 7)
Benda-benda kesenangan manusia secara terperinci adalah sebagai berikut:
Pertama: Perempuan (istri), istri adalah tumpuan cinta dan kasih sayang. Jiwa manusia selalu cenderung tertuju kepada istri, sebagaimana difirmankan Allah dalam Al-Qur′an:
وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوْٓا اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةً ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ ٢١
Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. …. (ar-Rūm/30: 21)
Sebagian besar hasil usaha kaum lelaki yang diperoleh dengan susah payah diperuntukkan bagi anak dan istri. Para lelaki adalah pembimbing yang bertanggung jawab atas kaum perempuan, karena lelaki itu memiliki kekuatan dan kemampuan melindungi mereka. Tetapi mencintai perempuan secara berlebihan mempunyai efek yang kurang baik terhadap keluarga, masyarakat, dan bangsa, dan dapat pula mempengaruhi keseimbangan hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan.
Dalam ayat ini, mencintai istri disebutkan lebih dahulu daripada mencintai anak-anak, walaupun cinta kepada istri itu dapat luntur, sedang cinta pada anak tidak; karena cinta pada anak jarang sekali berlebih-lebihan seperti halnya mencintai perempuan.
Pada umumnya mencintai anak tidak menimbulkan problema. Dalam masyarakat banyak terjadi seorang laki-laki mengutamakan cinta kepada perempuan dengan mengabaikan cinta kepada anak. Seperti laki-laki yang kawin lebih dari satu, dia curahkan cintanya pada istri yang lain, diberinya nafkah yang banyak, sedang istrinya yang tua diabaikan. Dengan demikian anak-anaknya jadi terlantar, karena pendidikannya tidak lagi diperhatikan. Banyak pula anak-anak penguasa dan orang kaya yang rusak akhlaknya karena bapaknya mencintai perempuan lain.
Kedua: Anak, laki-laki atau perempuan. Cinta kepada anak adalah fitrah manusia. Sama halnya dengan cinta kepada istri karena tujuannya untuk melanjutkan keturunan.
Anak sebenarnya adalah hiasan rumah tangga, penerus keturunan dari generasi ke generasi. Tetapi dia dapat berubah menjadi cobaan:
اِنَّمَآ اَمْوَالُكُمْ وَاَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ ۗوَاللّٰهُ عِنْدَهٗٓ اَجْرٌ عَظِيْمٌ ١٥
Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), … (at-Tagābun/64: 15)
Ketiga: Harta kekayaan yang melimpah ruah. Ar-Razi mengatakan dalam tafsirnya, “Emas dan perak amat disenangi, karena keduanya adalah alat penilai harga sesuatu. Orang yang memilikinya sama dengan orang yang memiliki segala sesuatu. Memiliki berarti menguasai. Berkuasa adalah salah satu kesempurnaan, dan kesempurnaan itu diinginkan oleh semua manusia. Karena emas dan perak adalah alat yang paling tepat untuk memperoleh kesempurnaan, maka ia diinginkan dan dicintai. Apabila sesuatu yang dicintai tidak dapat diperoleh kecuali dengan sesuatu yang lain, maka sesuatu yang lain itu pun dicintai pula. Maka karena itulah emas dan perak dicintai”.
Harta yang melimpah ruah akan menggoda hati manusia serta menyibukkan mereka sepanjang hari untuk mengurusnya. Hal ini sudah barang tentu akan dapat melupakan orang kepada Tuhan dan kehidupan di akhirat.
سَيَقُوْلُ لَكَ الْمُخَلَّفُوْنَ مِنَ الْاَعْرَابِ شَغَلَتْنَآ اَمْوَالُنَا وَاَهْلُوْنَا فَاسْتَغْفِرْ لَنَا ۚيَقُوْلُوْنَ بِاَلْسِنَتِهِمْ مَّا لَيْسَ فِيْ قُلُوْبِهِمْۗ قُلْ فَمَنْ يَّمْلِكُ لَكُمْ مِّنَ اللّٰهِ شَيْـًٔا اِنْ اَرَادَ بِكُمْ ضَرًّا اَوْ اَرَادَ بِكُمْ نَفْعًا ۗبَلْ كَانَ اللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرًا ١١ (الفتح)
Orang-orang Badui yang tertinggal (tidak turut ke Hudaibiah) akan berkata kepadamu, “Kami telah disibukkan oleh harta dan keluarga kami, maka mohonkanlah ampunan untuk kami… (al-Fatḥ/48: 11)
Cinta kepada harta telah menjadi tabiat buruk manusia, karena harta adalah alat untuk memenuhi keinginan. Keinginan manusia tidak ada batasnya. Maka mereka mengejar harta tidak henti-hentinya. Rasulullah saw bersabda:
لَوْكَانَ لاِبْنِ أَدَمَ وَادٍ مِنْ مَالٍ لاَبْتَغَى ِالَيْهِ ثَانِيًا وَلَوْكَانَ لَهُ وَادِيَانِ لاَبْتَغَى لَهُمَا ثَالِثًا وَلاَ يَمْـَلأُ جَوْفَ ابْنِ اَدَمَ ِالاَّ التُّرَابُ وَيَتُوْبُ اللهُ عَلَى مَنْ تَابَ (رواه البخارى عن ابن عباس)
Sekiranya manusia itu mempunyai satu lembah harta, niscaya ia ingin yang kedua (satu lembah lagi). Kalau ia mempunyai dua lembah, niscaya ia ingin yang ketiga. Tidak ada yang dapat memenuhi perut Bani Adam kecuali tanah. Dan Allah mengampuni orang-orang yang bertobat kepada-Nya. (Riwayat al-Bukhārī dari Ibnu ‘Abbās).
Keempat: Kuda yang dipelihara di padang rumput, terutama kuda yang berwarna putih di bagian dahi dan kakinya, sehingga tampak sebagai tanda. Bagi masyarakat Arab, kuda yang demikian ini adalah kuda yang paling baik dan paling indah. Mereka berlomba-lomba untuk dapat memilikinya. Mereka merasa bangga dengan kuda semacam itu dan kadang-kadang bersaing membelinya dengan harga yang amat tinggi.
Kelima: Binatang ternak lainnya, seperti sapi, unta, kambing. Binatang-binatang ini termasuk harta kekayaan Arab Badui. Kebutuhan hidup mereka seperti pakaian, makanan alat-alat rumah tangga dan sebagainya, sebagian besar terpenuhi dari hasil beternak binatang-binatang itu. Allah berfirman menerangkan nikmat-Nya ini:
وَالْاَنْعَامَ خَلَقَهَا لَكُمْ فِيْهَا دِفْءٌ وَّمَنَافِعُ وَمِنْهَا تَأْكُلُوْنَ ٥ وَلَكُمْ فِيْهَا جَمَالٌ حِيْنَ تُرِيْحُوْنَ وَحِيْنَ تَسْرَحُوْنَۖ ٦ وَتَحْمِلُ اَثْقَالَكُمْ اِلٰى بَلَدٍ لَّمْ تَكُوْنُوْا بٰلِغِيْهِ اِلَّا بِشِقِّ الْاَنْفُسِۗ اِنَّ رَبَّكُمْ لَرَءُوْفٌ رَّحِيْمٌۙ ٧ وَّالْخَيْلَ وَالْبِغَالَ وَالْحَمِيْرَ لِتَرْكَبُوْهَا وَزِيْنَةًۗ وَيَخْلُقُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ ٨
Dan hewan ternak telah diciptakan-Nya untuk kamu, padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai manfaat, dan sebagiannya kamu makan. Dan kamu memperoleh keindahan padanya, ketika kamu membawanya kembali ke kandang dan ketika kamu melepaskannya (ke tempat penggembalaan).Dan ia mengangkut beban-bebanmu ke suatu negeri yang kamu tidak sanggup mencapainya, kecuali dengan susah payah. Sungguh, Tuhanmu Maha Pengasih, Maha Penyayang. Dan (Dia telah menciptakan) kuda, bagal, dan keledai, untuk kamu tunggangi dan (menjadi) perhiasan. Allah menciptakan apa yang tidak kamu ketahui.(an-Naḥl/16: 5-8).
Keenam: Sawah ladang adalah sumber kehidupan manusia dan hewan. Kebutuhan manusia kepada sawah ladang melebihi kebutuhan mereka kepada harta lainnya yang disenangi, karena sawah ladang adalah sumber pemenuhan kebutuhan seseorang.
Demikianlah keenam macam harta yang disenangi manusia di dunia ini, dan merupakan alat kelengkapan bagi hidup mereka, yang memenuhi segala kebutuhan dan keinginan mereka. Setan menggoda manusia sehingga ia memandang baik mencintai harta benda tersebut. Tetapi hendaknya manusia menyadari bahwa semua harta benda itu hanya untuk kehidupan duniawi yang tidak kekal. Tidak benar, apabila harta benda dijadikan manusia sebagai cita-cita dan tujuan akhir dari kehidupan di dunia yang fana ini, sehingga dia terhalang untuk mempersiapkan diri bagi kehidupan yang sebenarnya, yaitu kehidupan akhirat yang abadi. Bukankah di sisi Allah ada tempat kembali yang baik (surga)? Alangkah bahagianya manusia, sekiranya dia mempergunakan harta benda itu dalam batas-batas petunjuk Allah. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Dalam ayat-ayat yang lalu Allah menjelaskan agama yang benar, tauhid yang murni, keterangan tentang kitab-kitab samawi mengenai agama dan tauhid, perihal Al-Qur′an dan iman para ulama. Dalam ayat-ayat berikut ini Allah memaparkan keadaan orang-orang kafir, sebab-sebab mereka tertipu oleh hal-hal yang batil, jauhnya mereka dari kebenaran atau keraguan mereka tentang kebenaran itu. | ANCAMAN ALLAH KEPADA ORANG KAFIR
DAN PENGARUH HARTA BENDA | Kosakata: Zuyyina زُيِّنَ (Āli ‘Imrān/3: 14)
Zuyyina adalah fi‘il māḍī (kata kerja telah lalu) dalam bentuk mabnī majhūl (bentuk pasif) artinya “dihiaskan”. Arti bahasa dalam permulaan ayat 14 ialah: dihiaskan kepada manusia rasa suka kepada hal-hal yang diinginkan berupa perempuan, anak, harta benda yang banyak berupa emas, perak, kuda yang bagus, binatang ternak dan sawah serta ladang. Siapakah yang menghiaskan kepada manusia sehingga ia menjadi suka kepada hal-hal tersebut? Dalam hal ini di kalangan para ulama ada dua pendapat: pertama yang menjadikan manusia suka pada perempuan dan harta adalah setan karena pada akhir ayat ini dikatakan bahwa di sisi Allah adalah tempat kembali yang baik, yaitu surga, yang jauh lebih baik dari harta di dunia. Pendapat kedua yaitu yang menjadikan manusia suka pada perempuan dan harta adalah Allah juga untuk menguji kemampuan orang-orang mukmin mengendalikan perasaan suka dan cintanya itu, tidak berlebih-lebihan melainkan wajar dan tetap mengikuti ketentuan agama dan aturan-aturan syariat yang benar. Pendapat kedua inilah yang disetujui oleh jumhur ulama. | null | null |
308 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 15 | 51 | 6 | 3 | 1 | ۞ قُلْ اَؤُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرٍ مِّنْ ذٰلِكُمْ ۗ لِلَّذِيْنَ اتَّقَوْا عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنّٰتٌ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَا وَاَزْوَاجٌ مُّطَهَّرَةٌ وَّرِضْوَانٌ مِّنَ اللّٰهِ ۗ وَاللّٰهُ بَصِيْرٌۢ بِالْعِبَادِۚ | Qul a'unabbi'ukum bikhairim min żālikum, lil-lażīnattaqau ‘inda rabbihim jannātun tajrī min taḥtihal-anhāru khālidīna fīhā wa azwājum muṭahharatuw wa riḍwānum minallāh(i), wallāhu baṣīrum bil-‘ibād(i). | Katakanlah, “Maukah aku beri tahukan kepadamu sesuatu yang lebih baik daripada yang demikian itu?” Untuk orang-orang yang bertakwa, di sisi Tuhan mereka ada surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya dan (untuk mereka) pasangan yang disucikan serta rida Allah. Allah Maha Melihat hamba-hamba-Nya. | null | null | Hal-hal yang disebut di atas adalah baik dan sesuai dengan naluri manusia, tetapi ada yang lebih baik dari itu semua. Maka katakanlah, wahai Nabi Muhammad, kepada orang-orang yang terlalu mencintai dunia dan kepada siapa pun juga, “Maukah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?” Bagi orang-orang yang bertakwa tersedia di sisi Tuhan yang mendidik dan memelihara mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, sehingga mereka tidak perlu lagi bersusah payah mengairi-nya. Selain tempat tinggal yang nyaman itu, mereka hidup kekal di dalamnya, dan mereka juga dianugerahi pasangan-pasangan yang suci dari segala macam kekotoran jasmani dan rohani seperti haid, nifas, dan perangai buruk, serta kenikmatan rohani yang tidak ada taranya, yaitu rida Allah yang amat besar. Dan anu-gerah tersebut wajar karena Allah Maha Melihat hamba-hamba-Nya, mengetahui segala keadaan mereka dan memberikan balasan yang terbaik. | Dalam ayat ini Allah memerintahkan Rasul-Nya untuk menjelaskan kepada manusia apa yang dimaksud dengan tempat kembali yang baik itu agar mereka terdorong untuk berbuat kebaikan. Nabi Muhammad diperintahkan untuk menanyakan kepada kaumnya, apakah mereka suka diberitahu tentang hal-hal yang lebih baik dari segala macam kesenangan yang disebut pada ayat 14. Dengan cara bertanya mereka akan lebih tertarik untuk memberikan jawaban.
Pengertian “yang lebih baik” adalah balasan yang akan diperoleh oleh orang yang bertakwa, yang dapat dibagi kepada dua macam nikmat, yaitu:
1. Bersifat jasmani, nikmat berupa keindahan di surga yang tak tergambarkan oleh manusia, antara lain pasangan hidup yang bersih dari segala macam cacat dan kelemahan, seperti yang terdapat pada manusia di dunia, baik dari segi rupa maupun perangai dan lain sebagainya.
2. Bersifat kerohanian, rida Allah yang tidak bercampur sedikit pun dengan kemurkaan-Nya, dan inilah sebesar-besar nikmat di akhirat bagi orang-orang yang bertakwa.
Rasulullah saw bersabda:
إِنَّ الله َعَزَّ وَجَلَّ يَقُوْلُ ِلاَهْلِ الْجَنَّةِ: يَا اَهْلَ الْجَنَّةِ فَيَقُوْلُوْنَ لَبَّيْكَ رَبَّنَا وَسَعْدَيْكَ. فَيَقُوْلُ: هَلْ رَضِيْتُمْ؟ فَيَقُوْلُوْنَ وَمَا لَنَا لاَ نَرْضَى وَقَدْ أَعْطَيْتَنَا مَالَمْ تُعْطِ أَحَداً مِنْ خَلْقِكَ؟ فَيَقُوْلُ: اَنَا اُعْطِيْكُمْ اَفْضَلَ مِنْ ذٰلِكَ. قَالُوْا: يَا رَبَّنَا وَ اَيُّ شَيْءٍ اَفْضَلُ مِنْ ذٰلِكَ؟ فَيَقُوْلُ: اُحِلَّ عَلَيْكُمْ رِضْوَانِي فَلاَ اَسْخَطُ عَلَيْكُمْ بَعْدَهُ اَبَداً (رواه البخاري ومسلم عن أبي سعيد الخدري)
Sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla berkata kepada ahli surga, “Hai, penghuni surga,” mereka manjawab, “Labbaika Rabbana Wasa‘daika.” Berkata Allah, “Sudah puaskah kamu sekalian?” Mereka menjawab, “Mengapa kami tidak puas. Sungguh Engkau telah memberikan kepada kami sesuatu yang belum pernah Engkau berikan kepada seorang dari makhluk-Mu”. Maka Allah berfirman, “Aku akan memberikan kepada kamu yang lebih baik daripada itu?” Mereka berkata, “Wahai Tuhan kami! Apakah yang lebih daripada itu? Maka Allah menjawab, “Aku akan melimpahkan kepadamu keridaan-Ku. Lalu Aku tidak akan marah kepadamu selama-lamanya”. (Riwayat al-Bukhārī dan Muslim dari Abī Sa‘id al-Khudri).
Penghuni surga itu mempunyai tingkatan seperti keadaan di dunia. Di antara manusia di dunia ini ada yang tidak dapat memahami pentingnya rida Ilahi, padahal rida Ilahi itu mendorongnya untuk berbuat kebajikan atau meninggalkan kejahatan. Mereka ini hanya menginginkan kenikmatan-kenikmatan lahiriah seperti yang mereka rasakan di dunia. Di antara mereka ada yang memiliki kemampuan berpikir yang tinggi dan sanggup mendekatkan diri kepada Tuhan. Mereka mengharapkan keridaan Allah serta menjadikannya sebagai tujuan akhir dan kebahagiaan yang tertinggi bagi hidupnya.
Allah Maha Mengetahui hal ihwal manusia, isi hati dan segala rahasia mereka. Tidak ada sesuatu yang tersembunyi bagi Allah. Oleh karena itu Dia akan memberikan ganjaran atas segala perbuatan manusia menurut derajat takwanya masing-masing. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Dalam ayat-ayat yang lalu Allah menjelaskan agama yang benar, tauhid yang murni, keterangan tentang kitab-kitab samawi mengenai agama dan tauhid, perihal Al-Qur′an dan iman para ulama. Dalam ayat-ayat berikut ini Allah memaparkan keadaan orang-orang kafir, sebab-sebab mereka tertipu oleh hal-hal yang batil, jauhnya mereka dari kebenaran atau keraguan mereka tentang kebenaran itu. | ANCAMAN ALLAH KEPADA ORANG KAFIR
DAN PENGARUH HARTA BENDA | Kosakata: Zuyyina زُيِّنَ (Āli ‘Imrān/3: 14)
Zuyyina adalah fi‘il māḍī (kata kerja telah lalu) dalam bentuk mabnī majhūl (bentuk pasif) artinya “dihiaskan”. Arti bahasa dalam permulaan ayat 14 ialah: dihiaskan kepada manusia rasa suka kepada hal-hal yang diinginkan berupa perempuan, anak, harta benda yang banyak berupa emas, perak, kuda yang bagus, binatang ternak dan sawah serta ladang. Siapakah yang menghiaskan kepada manusia sehingga ia menjadi suka kepada hal-hal tersebut? Dalam hal ini di kalangan para ulama ada dua pendapat: pertama yang menjadikan manusia suka pada perempuan dan harta adalah setan karena pada akhir ayat ini dikatakan bahwa di sisi Allah adalah tempat kembali yang baik, yaitu surga, yang jauh lebih baik dari harta di dunia. Pendapat kedua yaitu yang menjadikan manusia suka pada perempuan dan harta adalah Allah juga untuk menguji kemampuan orang-orang mukmin mengendalikan perasaan suka dan cintanya itu, tidak berlebih-lebihan melainkan wajar dan tetap mengikuti ketentuan agama dan aturan-aturan syariat yang benar. Pendapat kedua inilah yang disetujui oleh jumhur ulama. | null | null |
309 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 16 | 52 | 6 | 3 | 1 | اَلَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَآ اِنَّنَآ اٰمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِۚ | Allażīna yaqūlūna rabbanā innanā āmannā fagfir lanā żunūbanā wa qinā ‘ażāban-nār(i). | (Yaitu) orang-orang yang berdoa, “Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami benar-benar telah beriman. Maka, ampunilah dosa-dosa kami dan selamatkanlah kami dari azab neraka.” | null | null | Setelah ayat sebelumnya menjelaskan bahwa Allah mengetahui siapa yang berhak memperoleh keberuntungan besar, yakni orang-orang bertakwa, maka ayat ini menjelaskan ciri-cirinya. Yaitu orang-orang yang berdoa, “Ya Tuhan kami, kami benar-benar beriman terhadap apa yang Engkau serukan kepada kami, maka ampunilah dosa-dosa kami atas ketidakmampuan kami untuk me-ngendalikan hawa nafsu kami, sehingga kurang menghiraukan seruan-Mu, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja, dan lindungilah kami, dengan segala kekurangan dan dosa-dosa kami, dari azab neraka.” | Sifat-sifat orang yang bertakwa yaitu orang yang hatinya sudah merasakan nikmatnya iman, orang yang bergetar lidahnya mengucapkan pengakuan iman ini ketika berdoa dan beribadah. Mereka memelihara diri dari berbuat maksiat, tunduk kepada Allah dengan khusyuk serta memohon kepada-Nya, “Wahai Tuhan kami, kami benar-benar telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan kepada Rasulullah dengan iman yang meresap ke dalam lubuk hati kami, yang membimbing akal pikiran kami, dan menguasai pekerjaan-pekerjaan badaniah kami. Maka wahai Tuhan kami, hapuslah dosa-dosa kami dengan ampunan-Mu dan jauhkanlah kami dari azab neraka. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Doa agar terhindar dari azab neraka dikhususkan, karena orang yang dibebaskan dari azab neraka berarti telah mendapat kemenangan dan tempat kembali yang terbaik. Yang dimaksud dengan iman dalam pengakuan orang-orang yang bertakwa ini ialah iman yang murni, yang terwujud pada kemampuan memelihara diri daripada kemaksiatan, serta banyak berbuat kebajikan.
Ulama salaf telah sepakat bahwa yang dimaksud dengan iman itu meliputi iktikad, ucapan dan perbuatan. Iman inilah yang memberi bimbingan kepada akal dan perbuatan manusia yang sesuai dengan fitrahnya. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Dalam ayat-ayat yang lalu Allah menjelaskan agama yang benar, tauhid yang murni, keterangan tentang kitab-kitab samawi mengenai agama dan tauhid, perihal Al-Qur′an dan iman para ulama. Dalam ayat-ayat berikut ini Allah memaparkan keadaan orang-orang kafir, sebab-sebab mereka tertipu oleh hal-hal yang batil, jauhnya mereka dari kebenaran atau keraguan mereka tentang kebenaran itu. | ANCAMAN ALLAH KEPADA ORANG KAFIR
DAN PENGARUH HARTA BENDA | Kosakata: Zuyyina زُيِّنَ (Āli ‘Imrān/3: 14)
Zuyyina adalah fi‘il māḍī (kata kerja telah lalu) dalam bentuk mabnī majhūl (bentuk pasif) artinya “dihiaskan”. Arti bahasa dalam permulaan ayat 14 ialah: dihiaskan kepada manusia rasa suka kepada hal-hal yang diinginkan berupa perempuan, anak, harta benda yang banyak berupa emas, perak, kuda yang bagus, binatang ternak dan sawah serta ladang. Siapakah yang menghiaskan kepada manusia sehingga ia menjadi suka kepada hal-hal tersebut? Dalam hal ini di kalangan para ulama ada dua pendapat: pertama yang menjadikan manusia suka pada perempuan dan harta adalah setan karena pada akhir ayat ini dikatakan bahwa di sisi Allah adalah tempat kembali yang baik, yaitu surga, yang jauh lebih baik dari harta di dunia. Pendapat kedua yaitu yang menjadikan manusia suka pada perempuan dan harta adalah Allah juga untuk menguji kemampuan orang-orang mukmin mengendalikan perasaan suka dan cintanya itu, tidak berlebih-lebihan melainkan wajar dan tetap mengikuti ketentuan agama dan aturan-aturan syariat yang benar. Pendapat kedua inilah yang disetujui oleh jumhur ulama. | null | null |
310 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 17 | 52 | 6 | 3 | 1 | اَلصّٰبِرِيْنَ وَالصّٰدِقِيْنَ وَالْقٰنِتِيْنَ وَالْمُنْفِقِيْنَ وَالْمُسْتَغْفِرِيْنَ بِالْاَسْحَارِ | Aṣ-ṣābirīna waṣ-ṣādiqīna wal-qāniṭīna wal-munfiqīna wal-mustagfirīna bil-asḥār(i). | (Juga) orang-orang yang sabar, benar, taat, dan berinfak, serta memohon ampunan pada akhir malam. | null | null | Mereka itu adalah orang-orang yang sabar, baik dalam menjalankan ketaatan, di saat tertimpa musibah, maupun dalam meninggalkan larangan, orang-orang yang benar dalam sikap dan perkataannya, orang-orang yang senantiasa dalam ke-taat-an secara khusyuk, orang-orang yang selalu menginfakkan harta mereka, baik pada saat lapang maupun sempit (Lihat: Surah li Imran/3: 134) dan orang-orang yang senantiasa memohon ampunan terutama pada waktu sebelum fajar yakni masuknya waktu subuh. | Pada ayat ini disebutkan sifat-sifat orang beriman yang membedakan mereka dari yang lain. Dengan sifat tersebut mereka mendapatkan keridaan Allah swt. Semua sifat tersebut mereka miliki, dan masing-masing sifat itu mempunyai tingkatan keutamaan, berkat sifat-sifat itu mereka memperoleh apa yang dijanjikan Allah kepada mereka. Sifat-sifat tersebut ialah:
1. Sabar. Sabar yang paling sempurna, ialah sabar dan tabah menderita di dalam melaksanakan ketaatan dan menjauhi larangan Allah. Apabila gelora syahwat sudah bergejolak, dan jiwa pun sudah tunduk untuk melakukan kemaksiatan maka kesabaranlah yang akan membendungnya. Sifat sabar pulalah yang menetapkan (mengokohkan) iman dan memelihara ketaatan pada batas-batas yang telah ditetapkan syariat (hukum agama). Sabarlah yang dapat memelihara martabat manusia di waktu mendapat kesulitan di dunia, dan memelihara hak-hak orang dari gangguan tangan orang yang rakus. Sifat sabar merupakan syarat bagi tercapainya sifat-sifat jujur, taat, dan istigfar.
2. Bersifat benar. Benar adalah puncak kesempurnaan. Benar dan jujur dalam iman, perkataan dan niat.
3. Taat. Taat ialah ketekunan dalam melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya dengan tunduk dan khusyuk kepada Allah. Tunduk dan khusyuk adalah jiwa dan intisari ibadah. Tanpa tunduk dan khusyuk ibadah menjadi hampa, bagaikan pohon tiada berbuah.
4. Membelanjakan harta di jalan Allah, baik yang bersifat wajib, maupun yang sunah, karena mengeluarkan harta untuk amal kebajikan sangat ditekankan dan dianjurkan oleh agama.
5. Beristigfar pada waktu sahur, yaitu waktu sebelum fajar menyingsing dekat subuh. Maksudnya salat tahajud di akhir malam, yaitu waktu tidur paling enak dan sukar untuk meninggalkannya. Tetapi jiwa dan hati pada waktu itu sangat bening dan tenang. Salat ini diikuti dengan bacaan istigfar dan doa. Terdapat di dalam kitab hadis Sahih Bukhari dan Muslim, dan dalam kitab-kitab musnad serta sunan, riwayat dari sejumlah sahabat.
Rasulullah berkata:
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ اِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِيْنَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ اْلاٰخِرِ. يَقُوْلُ مَنْ يَدْعُوْنِي فَأَسْتَجِيْبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ وَمَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ (رواه البخاري ومسلم)
'Tuhan kita Yang Mahasuci dan Mahatinggi, turun pada setiap malam ke langit dunia pada waktu sepertiga akhir malam. Dia berfirman, “Siapa yang berdoa kepada-Ku maka Aku akan mengabulkannya. Siapa yang meminta kepada-Ku, Aku akan memberinya. Siapa yang meminta ampun kepada-Ku maka Aku akan mengampuninya”. (Riwayat al-Bukhārī dan Muslim)
Adapun istigfar (minta ampun) yang dimaksud oleh agama ialah istigfar yang disertai tobat nasuha, serta menyesuaikan perbuatan dengan ketentuan agama. Tobat nasuha adalah tobat dengan benar-benar menghentikan perbuatan dosa dan tidak mengulangi lagi, serta berusaha menggantinya dengan perbuatan yang baik. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Dalam ayat-ayat yang lalu Allah menjelaskan agama yang benar, tauhid yang murni, keterangan tentang kitab-kitab samawi mengenai agama dan tauhid, perihal Al-Qur′an dan iman para ulama. Dalam ayat-ayat berikut ini Allah memaparkan keadaan orang-orang kafir, sebab-sebab mereka tertipu oleh hal-hal yang batil, jauhnya mereka dari kebenaran atau keraguan mereka tentang kebenaran itu. | ANCAMAN ALLAH KEPADA ORANG KAFIR
DAN PENGARUH HARTA BENDA | Kosakata: Zuyyina زُيِّنَ (Āli ‘Imrān/3: 14)
Zuyyina adalah fi‘il māḍī (kata kerja telah lalu) dalam bentuk mabnī majhūl (bentuk pasif) artinya “dihiaskan”. Arti bahasa dalam permulaan ayat 14 ialah: dihiaskan kepada manusia rasa suka kepada hal-hal yang diinginkan berupa perempuan, anak, harta benda yang banyak berupa emas, perak, kuda yang bagus, binatang ternak dan sawah serta ladang. Siapakah yang menghiaskan kepada manusia sehingga ia menjadi suka kepada hal-hal tersebut? Dalam hal ini di kalangan para ulama ada dua pendapat: pertama yang menjadikan manusia suka pada perempuan dan harta adalah setan karena pada akhir ayat ini dikatakan bahwa di sisi Allah adalah tempat kembali yang baik, yaitu surga, yang jauh lebih baik dari harta di dunia. Pendapat kedua yaitu yang menjadikan manusia suka pada perempuan dan harta adalah Allah juga untuk menguji kemampuan orang-orang mukmin mengendalikan perasaan suka dan cintanya itu, tidak berlebih-lebihan melainkan wajar dan tetap mengikuti ketentuan agama dan aturan-aturan syariat yang benar. Pendapat kedua inilah yang disetujui oleh jumhur ulama. | null | 1. Orang yang mengingkari kebenaran tidak akan lepas dari azab Allah.
2. Kekuatan material dan fisik seperti kekayaan dan upaya manusia tidak dapat membebaskan dirinya dari azab Allah.
3. Sejarah manusia sejak zaman Fir‘aun dan sejarah umat sebelumnya sampai dengan kehancuran orang Yahudi dan kaum Quraisy pada zaman Nabi Muhammad saw, membuktikan bahwa kehancuran pasti terjadi atas penentang-penentang kebenaran, yakni orang-orang yang memusuhi Allah.
4. Setan selalu menggoda manusia sehingga ia memandang bahwa mencintai hal-hal yang diingini, seperti istri, anak, harta benda, ternak dan sawah ladang itu adalah indah. Padahal di akhirat ada yang lebih baik dari itu semua.
5. Iman yang sempurna dalam diri manusia dapat membebaskannya dari cinta yang berlebih-lebihan terhadap harta benda tersebut dan menjadikan rida Ilahi sebagai cita-cita terakhir dari kehidupannya.
6. Tanda kesempurnaan iman seseorang ialah bahwa ia selalu mengharapkan ampunan dari Tuhan, serta selalu bersifat sabar, benar, taat, dermawan dan tekun beribadah di malam hari. |
311 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 18 | 52 | 6 | 3 | 1 | شَهِدَ اللّٰهُ اَنَّهٗ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۙ وَالْمَلٰۤىِٕكَةُ وَاُولُوا الْعِلْمِ قَاۤىِٕمًاۢ بِالْقِسْطِۗ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ | Syahidallāhu annahū lā ilāha illā huw(a), wal-malā'ikatu wa ulul-‘ilmi qā'imam bil-qisṭ(i), lā ilāha illā huwal-‘azīzul-ḥakīm(u). | Allah menyatakan bahwa tidak ada tuhan selain Dia, (Allah) yang menegakkan keadilan. (Demikian pula) para malaikat dan orang berilmu. Tidak ada tuhan selain Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. | null | null | Setelah Allah memberi pujian kepada kaum mukmin, ayat ini menegaskan bahwa dalil-dalil yang bisa menguatkan keimanan sudah begitu jelas. Allah menyatakan, yakni menjelaskan kepada seluruh makhluk bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Dia, dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Demikian pula para malaikat dan orang-orang berilmu juga menyaksikan atas keesaan-Nya. Bahkan, semuanya menyaksikan bahwa Allah tampil secara utuh untuk menegakkan keadilan, melalui dalil-dalil yang kuat. Allah adalah satu-satunya Penguasa dan Pengatur alam raya ini, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Dia, Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana dalam pengaturan dan penetapan hukumhukum-Nya. | Keesaan Allah dinyatakan dengan menegakkan dalil-dalil dan dengan bukti ciptaan-Nya pada alam dan diri manusia, serta menurunkan ayat-ayat yang menjelaskannya. Para malaikat menyatakan pula hal keesaan Allah itu dan menyampaikannya kepada nabi-nabi. Para nabi menyatakan kesaksian yang diperkuat oleh ilmu yang sudah tertanam dalam jiwa mereka yang lebih tinggi daripada ilmu-ilmu lainnya yang diperoleh dengan pengalaman. Demikian pula para ulama, turut menyatakan keesaan Allah dan menjelaskannya. Mereka menyaksikan Allah dengan kesaksian yang disertai bukti-bukti dan alasan ilmiah. Ayat ini menunjukkan martabat yang tinggi dari para ulama karena mereka telah disejajarkan dengan malaikat yang mulia yaitu sama-sama dapat menyaksikan keesaan Allah.
“Menegakkan keadilan” ialah menegakkan keseimbangan dalam itikad, karena tauhid itu merupakan suatu kepercayaan yang lurus, tauhid yang murni yang tidak dicampuri sedikit pun oleh keingkaran kepada Allah dan mempersekutukan-Nya. Juga menegakkan keseimbangan di dalam ibadah, budi pekerti dan amal perbuatan, artinya menegakkan keseimbangan antara kekuatan rohani, dan kekuatan jasmani. Allah memerintahkan kita melakukan ibadah salat dan ibadah lainnya untuk menyucikan rohani. Allah menyuruh kita makan makanan yang baik, untuk memelihara tubuh. Allah melarang kita berlebih-lebihan di dalam beragama dan keterlaluan dalam mencintai dunia.
Demikian pula, Allah meletakkan hukum keseimbangan pada alam ini. Barang siapa memperhatikan hukum alam ini dan ketertibannya dengan teliti, maka tampak jelas baginya hukum keseimbangan itu paling sempurna. Allah menegakkan keseimbangan yang sempurna pada alam ini sebagai bukti nyata atas kebenaran kebijaksanaan-Nya. Kesatuan tata tertib pada alam ini menunjukkan keesaan pencipta-Nya.
Di akhir ayat ini, keesaan Zat-Nya ditegaskan dalam sifat ketuhanan. “Tak ada Tuhan melainkan Dia, yang Mahakuasa lagi Mahabijaksana”. Sifat “Mahakuasa” dalam ayat ini memberi pengertian kesempurnaan kodrat-Nya dan sifat “Mahabijaksana” menunjukkan kesempurnaan ilmu-Nya. Suatu kekuasaan tidak dapat sempurna kecuali dengan adanya hak yang mutlak dalam bertindak. Keadilan (keseimbangan) juga tidak akan dapat sempurna, kecuali dengan mengetahui segala keadaan dan kemaslahatan. Maka barang siapa yang kesempurnaannya sudah sampai demikian, tidak seorang pun dapat mempengaruhinya dalam menjalankan keseimbangan itu dan tidak ada satu makhluk pun yang luput dari hukum-Nya. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Dalam ayat-ayat yang lalu diterangkan kesesatan orang-orang kafir disebabkan mereka sangat dipengaruhi oleh harta dan anak-anak, sifat takwalah yang menyelamatkan manusia dari pengaruh harta benda itu. Maka dalam ayat-ayat ini diterangkan dasar-dasar ketauhidan yang menjadi sumber dari takwa tersebut, dasar agama yang benar yakni agama Islam. | KEESAAN DAN KEADILAN ALLAH
SERTA AGAMA YANG DIRIDAINYA | 1. Bagyan بَغْيًا (Āli ‘Imrān/3: 19)
Akar katanya (بغى) yang mempunyai arti dasar tuntutan untuk melampui batasan-batasan yang telah ditentukan. Al-bagyu biasa dipergunakan untuk dua pengertian, salah satunya digunakan untuk hal-hal yang terpuji, seperti melampaui batasan perbuatan yang adil kepada yang ihsan, atau mengerjakan sesuatu yang lebih dari sekadar kewajiban, seperti perbuatan-perbuatan yang disunahkan. Sedangkan pengertian al-bagyu yang kedua digunakan pada hal-hal yang tercela, seperti perbuatan yang melampaui batas-batas yang hak, yaitu perbuatan yang batil, di antaranya takabur, berbuat kerusakan, zalim, dengki dan sebagainya, secara garis besar setiap hal yang melewati batas kewajaran sesuatu.
2. Ḥājjūka حَـﺂجُّوْكَ (Āli ‘Imrān/3: 20)
Akar katanya dari (حجّة) artinya bukti yang jelas bagi sesuatu yang diperdebatkan, karena bukti tersebut menjelaskan akan tujuan atau maksud yang benar yang bisa menentukan kebenaran dari dua hal yang berlawanan. Kata ḥājjūka adalah kata kerja lampau. Masdarnya (محاجة), artinya pihak yang berbantahan dengan mencari alasan atau bukti. Kata المحاجة biasanya digunakan untuk perbantahan pada hal-hal yang batil, seperti firman Allah dalam surah al-Baqarah/2: 258 dan al-An‘ām/6: 80. Dalam ayat ini orang Nasrani Najran mengingkari agama Islam sehingga mereka membantah dakwah Rasulullah saw dan mendebatnya maka Allah memerintahkan Nabi Muhammad untuk menjawab bantahan mereka dengan mengatakan bahwa Nabi dan pengikut-pengikutnya menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah. Dengan jawaban ini diharapkan mereka mau mengakhiri bantahan mereka dan mengakui kebenaran agama Islam. | null | null |
312 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 19 | 52 | 6 | 3 | 1 | اِنَّ الدِّيْنَ عِنْدَ اللّٰهِ الْاِسْلَامُ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْ ۗوَمَنْ يَّكْفُرْ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ فَاِنَّ اللّٰهَ سَرِيْعُ الْحِسَابِ | Innad-dīna ‘indallāhil-islām(u), wa makhtalafal-lażīna ūtul-kitāba illā mim ba‘di mā jā'ahumul-‘ilmu bagyam bainahum, wa may yakfur bi'āyātillāhi fa innallāha sarī‘ul-ḥisāb(i). | Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah ialah Islam. Orang-orang yang telah diberi kitab tidak berselisih, kecuali setelah datang pengetahuan kepada mereka karena kedengkian di antara mereka. Siapa yang kufur terhadap ayat-ayat Allah, sesungguhnya Allah sangat cepat perhitungan(-Nya). | null | null | Setelah ayat sebelumnya menjelaskan tentang keesaan Allah, maka ayat ini menegaskan tentang kebenaran Islam yang inti ajarannya adalah tauhid. Sesungguhnya agama yang benar dan diridai di sisi Allah ialah Islam, yang inti ajarannya adalah tauhid. Tidaklah berselisih orangorang yang telah diberi Kitab, yakni para penganut Yahudi dan Nasrani, terhadap kebenaran Islam, kecuali atau justru setelah mereka memperoleh pengetahuan tentang hal itu, bukan karena ketidaktahuan. Demikian ini, karena adanya rasa kedengkian di antara mereka terhadap karunia yang diberikan kepada Nabi Muhammad sebagai rasul terakhir. Padahal, barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, baik yang tertulis maupun yang tak tertulis, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya terhadap amal-amal hamba-Nya. | Agama yang diakui Allah hanyalah agama Islam, agama tauhid, agama yang mengesakan Allah. Dia menerangkan bahwasanya agama yang sah di sisi Allah hanyalah Islam. Semua agama dan syariat yang dibawa nabi-nabi terdahulu intinya satu, ialah “Islam”, yaitu berserah diri kepada Allah Yang Maha Esa, menjunjung tinggi perintah-perintah-Nya dan berendah diri kepada-Nya, walaupun syariat-syariat itu berbeda di dalam beberapa kewajiban ibadah dan lain-lain.
Muslim yang benar ialah orang yang ikhlas dalam melaksanakan segala amalnya, serta kuat imannya dan bersih dari syirik.
Allah mensyariatkan agama untuk dua macam tujuan:
1. Membersihkan jiwa manusia dan akalnya dari kepercayaan yang tidak benar.
2. Memperbaiki jiwa manusia dengan amal perbuatan yang baik dan memurnikan keikhlasan kepada Allah.
Kemudian Allah menggambarkan perselisihan para Ahli Kitab tentang agama yang sebenarnya. Sebenarnya mereka tidaklah keluar dari agama Islam, agama tauhid yang dibawa oleh para nabi, seandainya pemimpin-pemimpin mereka tidak berbuat aniaya dan melampaui batas sehingga mereka berpecah belah menjadi sekian sekte serta membunuh nabi-nabi. Perpecahan dan peperangan di antara mereka tidak patut terjadi karena mereka adalah satu agama. Tetapi karena kedengkian di antara pemimpin-pemimpin mereka, dan dukungan mereka terhadap satu mazhab untuk mengalahkan mazhab yang lain, timbullah perpecahan itu. Perpecahan itu bertambah sengit setelah pemimpin-pemimpin itu menyesatkan lawannya dengan jalan menafsirkan nas-nas agama menurut hawa nafsu mereka.
Di akhir ayat ini, dikemukakan peringatan kepada orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah dengan menandaskan hukuman yang akan ditimpakan kepada mereka. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Dalam ayat-ayat yang lalu diterangkan kesesatan orang-orang kafir disebabkan mereka sangat dipengaruhi oleh harta dan anak-anak, sifat takwalah yang menyelamatkan manusia dari pengaruh harta benda itu. Maka dalam ayat-ayat ini diterangkan dasar-dasar ketauhidan yang menjadi sumber dari takwa tersebut, dasar agama yang benar yakni agama Islam. | KEESAAN DAN KEADILAN ALLAH
SERTA AGAMA YANG DIRIDAINYA | 1. Bagyan بَغْيًا (Āli ‘Imrān/3: 19)
Akar katanya (بغى) yang mempunyai arti dasar tuntutan untuk melampui batasan-batasan yang telah ditentukan. Al-bagyu biasa dipergunakan untuk dua pengertian, salah satunya digunakan untuk hal-hal yang terpuji, seperti melampaui batasan perbuatan yang adil kepada yang ihsan, atau mengerjakan sesuatu yang lebih dari sekadar kewajiban, seperti perbuatan-perbuatan yang disunahkan. Sedangkan pengertian al-bagyu yang kedua digunakan pada hal-hal yang tercela, seperti perbuatan yang melampaui batas-batas yang hak, yaitu perbuatan yang batil, di antaranya takabur, berbuat kerusakan, zalim, dengki dan sebagainya, secara garis besar setiap hal yang melewati batas kewajaran sesuatu.
2. Ḥājjūka حَـﺂجُّوْكَ (Āli ‘Imrān/3: 20)
Akar katanya dari (حجّة) artinya bukti yang jelas bagi sesuatu yang diperdebatkan, karena bukti tersebut menjelaskan akan tujuan atau maksud yang benar yang bisa menentukan kebenaran dari dua hal yang berlawanan. Kata ḥājjūka adalah kata kerja lampau. Masdarnya (محاجة), artinya pihak yang berbantahan dengan mencari alasan atau bukti. Kata المحاجة biasanya digunakan untuk perbantahan pada hal-hal yang batil, seperti firman Allah dalam surah al-Baqarah/2: 258 dan al-An‘ām/6: 80. Dalam ayat ini orang Nasrani Najran mengingkari agama Islam sehingga mereka membantah dakwah Rasulullah saw dan mendebatnya maka Allah memerintahkan Nabi Muhammad untuk menjawab bantahan mereka dengan mengatakan bahwa Nabi dan pengikut-pengikutnya menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah. Dengan jawaban ini diharapkan mereka mau mengakhiri bantahan mereka dan mengakui kebenaran agama Islam. | null | null |
313 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 20 | 52 | 6 | 3 | 1 | فَاِنْ حَاۤجُّوْكَ فَقُلْ اَسْلَمْتُ وَجْهِيَ لِلّٰهِ وَمَنِ اتَّبَعَنِ ۗوَقُلْ لِّلَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ وَالْاُمِّيّٖنَ ءَاَسْلَمْتُمْ ۗ فَاِنْ اَسْلَمُوْا فَقَدِ اهْتَدَوْا ۚ وَاِنْ تَوَلَّوْا فَاِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلٰغُ ۗ وَاللّٰهُ بَصِيْرٌۢ بِالْعِبَادِ ࣖ | Fa'in ḥājjūka fa qul aslamtu wajhiya lillāhi wa manittaba‘an(i), wa qul lil-lażīna ūtul-kitāba wal-ummiyyīna a'aslamtum, fa'in aslamū faqadihtadau, wa in tawallau fa'innamā ‘alaikal-balāg(u), wallāhu baṣīrum bil-‘ibād(i). | Jika mereka mendebat engkau (Nabi Muhammad) katakanlah, “Aku berserah diri kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku.” Katakanlah kepada orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah diberi Kitab (Taurat dan Injil) dan kepada orang-orang yang umi,87) “Sudahkah kamu masuk Islam?” Jika mereka telah masuk Islam, sungguh mereka telah mendapat petunjuk. Akan tetapi, jika mereka berpaling, sesungguhnya kewajibanmu hanyalah menyampaikan. Allah Maha Melihat hamba-hamba-Nya. | 87 | 87) Kata umi yang dimaksud dalam ayat ini adalah orang yang tidak mendapat kitab suci. | Lalu jika mereka membantahmu, wahai Nabi Muhammad, tentang kebenaran Islam, maka jelaskan dengan diperkuat dalil-dalil. Namun, jika mereka tetap menolak, maka katakanlah, “Aku berserah diri kepada Allah dan tidak bertanggung jawab atas pengingkaran kalian; demikian pula orang-orang yang mengikutiku.” Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Kitab, Yahudi dan Nasrani dan kepada orang-orang buta huruf, yaitu orang-orang musyrik Arab yang tidak memiliki kitab suci, “Sudahkah kamu masuk Islam?” Jika mereka masuk Islam dengan sebenar-benarnya, berarti mereka telah mendapat petunjuk jalan yang benar, yang menyelamatkan mereka di dunia dan akhirat, tetapi jika mereka berpaling dari Islam, maka kewajibanmu, wahai Nabi Muhammad, hanyalah menyampaikan. Dan Allah Maha Melihat seluruh amal perbuatan hamba-hamba-Nya, siapa yang taat dan siapa yang membangkang. | Dalam ayat ini diterangkan bagaimana semestinya Nabi Muhammad. menghadapi sikap Ahli Kitab yang menentang agama Islam. Dalam menghadapi mereka, Nabi diperintahkan untuk menjawab bilamana mereka mengemukakan bantahan terhadap ajaran yang dibawanya, dengan mengatakan kepada mereka bahwa dia hanya berserah diri kepada Allah demikian pula orang-orang yang mengikutinya. Jawaban demikian adalah untuk menghindari perdebatan-perdebatan yang tidak berfaedah, karena bukti-bukti kekeliruan mereka sudah jelas.
Kemudian Allah memerintahkan kepada Nabi untuk mengatakan kepada orang Yahudi, Nasrani dan kaum musyrikin Arab yang sedang dihadapinya: “Apakah kamu (mau) masuk agama Islam?” Maksudnya apakah kamu mau menerima agama Islam sehingga kamu berserah diri kepada Allah. Pertanyaan itu disampaikan Nabi sesudah beliau berulang kali menunjukkan bukti-bukti kebenarannya, dan sebenarnya sudah pula dimengerti oleh mereka. Ataukah sebenarnya mereka masih ingin meneruskan kekafiran dan perlawanan mereka. Secara tidak langsung ungkapan pertanyaan Nabi itu menunjukkan kebodohan dan ketumpulan otak mereka serta mencela sikap keras dari mereka itu.
“Sesungguhnya jika mereka menjadi Muslim, mereka mendapat petunjuk. Menjadi Muslim berarti berserah diri secara mutlak kepada keesaan Allah. Di sinilah letak jiwa segala agama yang dibawa oleh para rasul, yakni berserah diri kepada Allah Yang Maha Esa. Mereka pasti akan memperoleh keuntungan besar dan selamat dari jurang kesengsaraan. Karena penyerahan diri mereka kepada Allah Yang Maha Esa akan mendorong mereka mengikuti ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad yaitu ajaran Islam. Tetapi jika mereka menolak, maka hal itu tidak menjadi tanggung jawab beliau, sebab tugas beliau hanyalah menyampaikan ajaran Allah.
“Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya”, Allah Maha Mengetahui hati siapa yang tertutup di antara hamba-hamba-Nya, mata siapa yang buta melihat kebenaran, dan siapa pula yang putus asa mencari petunjuk Ilahi. Allah Maha Mengetahui siapa-siapa di antara hamba-Nya yang dapat menerima taufik dan hidayah daripada-Nya. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Dalam ayat-ayat yang lalu diterangkan kesesatan orang-orang kafir disebabkan mereka sangat dipengaruhi oleh harta dan anak-anak, sifat takwalah yang menyelamatkan manusia dari pengaruh harta benda itu. Maka dalam ayat-ayat ini diterangkan dasar-dasar ketauhidan yang menjadi sumber dari takwa tersebut, dasar agama yang benar yakni agama Islam. | KEESAAN DAN KEADILAN ALLAH
SERTA AGAMA YANG DIRIDAINYA | 1. Bagyan بَغْيًا (Āli ‘Imrān/3: 19)
Akar katanya (بغى) yang mempunyai arti dasar tuntutan untuk melampui batasan-batasan yang telah ditentukan. Al-bagyu biasa dipergunakan untuk dua pengertian, salah satunya digunakan untuk hal-hal yang terpuji, seperti melampaui batasan perbuatan yang adil kepada yang ihsan, atau mengerjakan sesuatu yang lebih dari sekadar kewajiban, seperti perbuatan-perbuatan yang disunahkan. Sedangkan pengertian al-bagyu yang kedua digunakan pada hal-hal yang tercela, seperti perbuatan yang melampaui batas-batas yang hak, yaitu perbuatan yang batil, di antaranya takabur, berbuat kerusakan, zalim, dengki dan sebagainya, secara garis besar setiap hal yang melewati batas kewajaran sesuatu.
2. Ḥājjūka حَـﺂجُّوْكَ (Āli ‘Imrān/3: 20)
Akar katanya dari (حجّة) artinya bukti yang jelas bagi sesuatu yang diperdebatkan, karena bukti tersebut menjelaskan akan tujuan atau maksud yang benar yang bisa menentukan kebenaran dari dua hal yang berlawanan. Kata ḥājjūka adalah kata kerja lampau. Masdarnya (محاجة), artinya pihak yang berbantahan dengan mencari alasan atau bukti. Kata المحاجة biasanya digunakan untuk perbantahan pada hal-hal yang batil, seperti firman Allah dalam surah al-Baqarah/2: 258 dan al-An‘ām/6: 80. Dalam ayat ini orang Nasrani Najran mengingkari agama Islam sehingga mereka membantah dakwah Rasulullah saw dan mendebatnya maka Allah memerintahkan Nabi Muhammad untuk menjawab bantahan mereka dengan mengatakan bahwa Nabi dan pengikut-pengikutnya menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah. Dengan jawaban ini diharapkan mereka mau mengakhiri bantahan mereka dan mengakui kebenaran agama Islam. | null | 1. Allah menyatakan keesaan Zat-Nya dan keadilan-Nya begitu pula para malaikat dan para ahli ilmu mengakui dan menyatakan keesaan-Nya.
2. Semua agama yang dibawa oleh para nabi, adalah satu, Islam, yaitu agama berdasarkan tauhid serta berserah diri kepada Allah.
3. Para rasul bertugas menyampaikan agama Allah kepada umatnya. |
314 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 21 | 52 | 6 | 3 | 1 | اِنَّ الَّذِيْنَ يَكْفُرُوْنَ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ وَيَقْتُلُوْنَ النَّبِيّٖنَ بِغَيْرِحَقٍّۖ وَّيَقْتُلُوْنَ الَّذِيْنَ يَأْمُرُوْنَ بِالْقِسْطِ مِنَ النَّاسِۙ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ اَلِيْمٍ | Innal-lażīna yakfurūna bi'āyātillāhi wa yaqtulūnan nabiyyīna bigairi ḥaqq(in), wa yaqtulūnal-lażīna ya'murūna bil-qisṭi minan-nās(i), fabasysyirhum bi‘ażābin alīm(in). | Sesungguhnya orang-orang yang kufur terhadap ayat-ayat Allah, membunuh para nabi tanpa hak (alasan yang benar), dan membunuh manusia yang memerintahkan keadilan, sampaikanlah kepada mereka kabar ‘gembira’ tentang azab yang pedih. | null | null | Setelah ayat sebelumnya menjelaskan penolakan Yahudi yang didasarkan atas kedengkian, maka ayat ini menunjukkan sebagian perilaku buruk mereka. Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Allah, dari kaum Yahudi, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis berupa alam raya, dan membunuh para nabi tanpa dalih sedikit pun yang bisa dianggap hak atau benar, dan juga membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, maka sampaikanlah kepada mereka kabar gembira, sebagai bentuk penghinaan, yaitu azab yang pedih di akhirat kelak. | Dalam ayat ini Allah mencela sikap orang Yahudi di zaman para rasul sebelum Nabi Muhammad, yang dengan taklid buta mengikuti perbuatan nenek moyang mereka. Padahal sesungguhnya mereka sudah mengetahui kesalahan dan kejahatan nenek moyang mereka.
Dengan keterangan ayat ini, bertambah jelaslah keburukan orang Yahudi. Sukar bagi mereka mencari alasan untuk membersihkan diri dengan menyatakan beriman. Kejahatan mereka yang terbukti dalam sejarah, menyebabkan mereka mendapat celaan dan kutukan.
Orang Yahudi di zaman Rasulullah saw dianggap ikut bersalah, karena mereka tidak menunjukkan sikap tidak setuju terhadap kejahatan nenek moyang mereka. Di samping membunuh para nabi, orang Yahudi zaman dahulu juga telah membunuh para hukamā′ (orang-orang bijaksana), yaitu yang disebut dalam ayat ini sebagai “orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil”. Mereka terdiri dari cerdik pandai, yang menjadikan keadilan itu sebagai tiang keutamaan.
Martabat para hukamā′ di dalam memberikan petunjuk di bawah martabat para nabi dan demikian pula pengaruh mereka. Membunuh hukamā′ berarti membunuh akal dan menghancurkan keadilan. Hal ini merupakan dosa besar dan sangat merugikan. Karena itu Allah memberikan peringatan kepada orang Yahudi bahwa mereka akan menerima azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Siapakah yang lebih berhak menerima azab yang pedih itu kalau bukan mereka yang kejam lagi melampaui batas dalam berbuat kejahatan, seperti membunuh para nabi dan para cerdik pandai? | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat-ayat yang lalu dijelaskan kesalahan para pemuka Yahudi di mana mereka mendustakan ajaran-ajaran agama mereka dan tidak mau menerima agama Islam. Sikap ini kemudian diikuti oleh keturunan mereka yang hidup pada zaman Nabi Muhammad saw. Pada ayat-ayat ini dikemukakan kesalahan-kesalahan mereka di bidang kejahatan, yakni mereka telah melakukan pembunuhan terhadap para nabi serta orang yang menegakkan keadilan, tanpa alasan yang benar, seperti pembunuhan atas diri Nabi Zakaria dan Yahya a.s. Membunuh para nabi rupanya sudah menjadi kebiasaan bagi mereka, sebagaimana telah diceritakan dalam kitab suci mereka sendiri sebelum Al-Qur′an. | BALASAN TERHADAP ORANG YANG
MEMBUNUH NABI-NABI | Kosakata: Ḥabiṭat حَبِطَتْ (Āli ‘Imrān/3: 22)
Ḥabiṭat adalah kata kerja lampau dari ḥabiṭa-yaḥbiṭu-ḥabṭan artinya gagal, tidak berhasil, batal atau hilang sia-sia. Amalan yang bisa rusak atau hilang sia-sia terbagi tiga, yaitu pertama, amalan duniawi yang tidak bisa bermanfaat pada hari kiamat (al-Mā′idah/5: 53). Kedua, amalan ukhrawi yang tidak diniatkan untuk mencari keridaan Allah. Ketiga, amal saleh yang disertai dengan kejahatan sehingga meringankan timbangan amal salehnya. Dalam ayat 22 ini diterangkan bahwa orang yang amal dan perbuatannya menjadi sia-sia di dunia dan di akhirat serta mereka tidak mempunyai penolong adalah orang yang tidak beriman kepada Allah, sehingga amal kebaikan apa pun yang diperbuat adalah sia-sia, tidak akan mendapat balasan apa pun dari Allah karena ia tidak percaya kepada Allah. | null | null |
315 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 22 | 52 | 6 | 3 | 1 | اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ حَبِطَتْ اَعْمَالُهُمْ فِى الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِ ۖ وَمَا لَهُمْ مِّنْ نّٰصِرِيْنَ | Ulā'ikal-lażīna ḥabiṭat a‘māluhum fid-dun-yā wal-ākhirah(ti), wa mā lahum min nāṣirīn(a). | Mereka itulah orang-orang yang amalnya sia-sia di dunia dan di akhirat dan tidak ada bagi mereka satu penolong pun. | null | null | Jika demikian, maka mereka itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, tidak memberi manfaat sedikit pun, di dunia dan di akhirat, dan mereka juga tidak memperoleh penolong dari azab Allah di akhirat kelak. | Dalam ayat ini, ditegaskan bahwa orang yang melakukan kejahatan maka segala amal yang mereka lakukan di dunia dibatalkan. Di dunia mereka tidak akan mendapatkan pujian manusia, sebab mereka berada dalam kesesatan dan kebatilan. Allah mengutuk mereka, serta membongkar kejahatan-kejahatan yang mereka tutup-tutupi itu melalui para nabi dan rasul-rasul-Nya. Demikianlah arti dari pembatalan amal perbuatan mereka di dunia.
Adapun di akhirat, mereka tidak akan mendapatkan pahala atas segala amal mereka, bahkan mereka akan dijerumuskan ke dalam azab yang pedih. Mereka kelak menempati neraka. Tidak ada seorang pun yang dapat menolong mereka dari tekanan azab Allah.
Allah telah menghapuskan pahala para pembunuh nabi-nabi dan para hukama yang menegakkan keadilan, dan meniadakan bagi mereka pertolongan dari siapa pun. Para pembunuh itu akan dibalas dengan azab yang tidak terhingga dan tak seorang pun dapat menolong mereka.
Allah telah menyediakan tiga macam azab bagi mereka:
a. Segala kepedihan dan kesengsaraan terkumpul pada mereka. Inilah azab yang pedih.
b. Segala macam nikmat yang mereka harapkan lenyap, dengan terhapusnya pahala amalan yang mereka lakukan di dunia. Di dunia mereka dikutuk dan dicela, dan di akhirat mereka menderita.
c. Terus-menerus menderita azab tersebut, karena tidak seorang pun yang akan menolong melepaskan mereka dari azab. Inilah yang dimaksud oleh Allah dalam ayat yang artinya “dan sekali-kali mereka tidak memperoleh penolong”. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat-ayat yang lalu dijelaskan kesalahan para pemuka Yahudi di mana mereka mendustakan ajaran-ajaran agama mereka dan tidak mau menerima agama Islam. Sikap ini kemudian diikuti oleh keturunan mereka yang hidup pada zaman Nabi Muhammad saw. Pada ayat-ayat ini dikemukakan kesalahan-kesalahan mereka di bidang kejahatan, yakni mereka telah melakukan pembunuhan terhadap para nabi serta orang yang menegakkan keadilan, tanpa alasan yang benar, seperti pembunuhan atas diri Nabi Zakaria dan Yahya a.s. Membunuh para nabi rupanya sudah menjadi kebiasaan bagi mereka, sebagaimana telah diceritakan dalam kitab suci mereka sendiri sebelum Al-Qur′an. | BALASAN TERHADAP ORANG YANG
MEMBUNUH NABI-NABI | Kosakata: Ḥabiṭat حَبِطَتْ (Āli ‘Imrān/3: 22)
Ḥabiṭat adalah kata kerja lampau dari ḥabiṭa-yaḥbiṭu-ḥabṭan artinya gagal, tidak berhasil, batal atau hilang sia-sia. Amalan yang bisa rusak atau hilang sia-sia terbagi tiga, yaitu pertama, amalan duniawi yang tidak bisa bermanfaat pada hari kiamat (al-Mā′idah/5: 53). Kedua, amalan ukhrawi yang tidak diniatkan untuk mencari keridaan Allah. Ketiga, amal saleh yang disertai dengan kejahatan sehingga meringankan timbangan amal salehnya. Dalam ayat 22 ini diterangkan bahwa orang yang amal dan perbuatannya menjadi sia-sia di dunia dan di akhirat serta mereka tidak mempunyai penolong adalah orang yang tidak beriman kepada Allah, sehingga amal kebaikan apa pun yang diperbuat adalah sia-sia, tidak akan mendapat balasan apa pun dari Allah karena ia tidak percaya kepada Allah. | null | 1. Orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Allah, membunuh para nabi dan orang-orang bijak akan ditimpa azab yang pedih.
2. Perbuatan mereka menyebabkan hapusnya pahala amalan mereka di dunia dan mereka tidak akan memperoleh penolong di akhirat. |
316 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 23 | 53 | 6 | 3 | 1 | اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْنَ اُوْتُوْا نَصِيْبًا مِّنَ الْكِتٰبِ يُدْعَوْنَ اِلٰى كِتٰبِ اللّٰهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ يَتَوَلّٰى فَرِيْقٌ مِّنْهُمْ وَهُمْ مُّعْرِضُوْنَ | Alam tara ilal-lażīna ūtū naṣībam minal-kitābi yud‘auna ilā kitābillāhi liyaḥkuma bainahum ṡumma yatawallā farīqum minhum wa hum mu‘riḍūn(a). | Tidakkah engkau (Nabi Muhammad) memerhatikan orang-orang (Yahudi) yang telah diberi bagian (pengetahuan) kitab (Taurat)? Mereka diajak (berpegang) pada kitab Allah untuk memutuskan (perkara) di antara mereka, kemudian segolongan dari mereka berpaling dan menolak (kebenaran). | null | null | Setelah pada ayat sebelumnya dijelaskan beberapa perilaku buruk kaum Yahudi, ayat ini kembali menjelaskan perilaku buruk mereka lainnya. Tidakkah engkau memperhatikan bagaimana sikap dan respons orang-orang yang telah diberi bagian Kitab Taurat? Mereka diajak berpegang pada Kitab Allah, baik yang tertera pada Al-Qur’an maupun kitab mereka sendiri, Taurat, untuk memutuskan perkara yang diperselisihkan di antara mereka sendiri, kemudian sebagian dari mereka berpaling seraya menolak kebenaran tersebut, disebabkan oleh kedengkian dan permusuhan. | Mereka memalingkan diri dari mengamalkan kitab yang mereka imani sendiri bilamana kitab itu tidak sesuai dengan keinginan mereka. Inilah tingkah laku penganut agama Yahudi pada masa Rasulullah saw. Orang Yahudi datang kepada Rasulullah dengan kemauan mereka yang kuat untuk menerima suatu keputusan. Tetapi apabila keputusan yang diberikan itu tidak sesuai dengan apa yang mereka inginkan, mereka menolak melaksanakannya. Mereka hanya menghafal sebagian dari isi Taurat, sedang yang lainnya mereka lupakan. Bagian yang mereka hafal itu tidak mereka pahami dengan baik dan tidak pula mereka amalkan. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Dalam ayat-ayat yang lalu telah diterangkan kejelekan tingkah laku orang Yahudi; yaitu mengabaikan dakwah Nabi, membunuh para nabi dan orang-orang bijak yang menegakkan kebenaran dan keadilan. Semua itu adalah sebagai keterangan Allah bagi para rasul-Nya bahwa berpalingnya mereka dari dakwah nabi bukanlah suatu hal yang baru atau mengherankan. Lalu pada ayat ini, Allah memperingatkan kepada Nabi Muhammad saw, tentang kejanggalan sikap orang Yahudi dalam hidup beragama, yaitu mereka menolak untuk mengambil hukum dari kitab suci mereka sendiri. Bila mereka diajak untuk kembali kepada kitab suci mereka, mereka pun selalu menolak. | ORANG-ORANG YAHUDI BERPALING DARI HUKUM ALLAH | Kosakata: Garra غَرَّ (Āli ‘Imrān/3: 24)
Garra adalah kata kerja lampau, dan asal katanya adalah al-gurūr. Arti bahasanya adalah segala sesuatu yang membuat manusia tertipu, terpedaya, baik oleh harta, pangkat, hawa nafsu mapun godaan setan, serta keduniaan. Dalam ayat ini dijelaskan gambaran tentang kesombongan orang Yahudi akibat anggapan mereka yang salah terhadap agama mereka, sehingga mereka mengatakan kalaupun mereka masuk neraka, itu hanya untuk beberapa hari saja. Anggapan ini mengada-ada karena tidak ada landasannya dalam agama, selain keyakinan mereka bahwa mereka adalah anak-anak dan kekasih-kekasih Allah (al-Mā′idah/5: 18) maka Allah menjelaskan akibat kesombongan mereka, yaitu mereka akan sesat selama-lamanya. Kesombongan akibat salah memahami agama dan keduniaan juga terjadi pada kaum muslimin sehingga dalam surah al-An‘ām/6:70 telah mendapat peringatan, yang artinya: “Tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agamanya sebagai permainan dan senda-gurau, dan mereka telah tertipu oleh kehidupan dunia.” | Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhārī, dari Abdullah bin Umar, bahwa beberapa orang Yahudi datang menghadap Rasulullah saw dengan membawa seorang laki-laki dan seorang perempuan yang telah berbuat zina. Lalu Rasulullah berkata kepada mereka: “Bagaimana tindakanmu terhadap orang yang berbuat zina?” Mereka menjawab, “Kami lumur mereka dengan abu lalu kami pukuli”. Rasulullah saw berkata, “Tidakkah kamu temukan hukum rajam dalam Taurat?” Mereka menjawab, “Tidak! Kami tidak menemukan hukum itu di dalamnya” Abdullah bin Salam berkata kepada mereka, “Kamu telah berdusta. Bawalah Taurat. Bacalah jika kamu sekalian benar”. Lalu salah seorang yang ahli dalam Taurat di antara mereka meletakkan telapak tangannya di atas ayat rajam. Mulailah dia membaca selain dari yang tertutup oleh telapak tangannya. Kemudian Abdullah bin Salam mengangkat telapak tangan orang yang menutupi ayat rajam, lalu dia berkata kepada orang-orang Yahudi itu, “Ini apa?” Tatkala orang Yahudi itu melihatnya, mereka berkata, “Itu adalah ayat rajam”. ) Maka Rasulullah memerintahkan untuk merajam mereka berdua sesuai dengan perintah Taurat. Lalu mereka dirajam dekat kuburan di samping masjid. “Akan tetapi orang Yahudi marah terhadap hukuman ini. Maka Allah mencela sikap mereka dengan ayat ini”. | null |
317 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 24 | 53 | 6 | 3 | 1 | ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ قَالُوْا لَنْ تَمَسَّنَا النَّارُ اِلَّآ اَيَّامًا مَّعْدُوْدٰتٍ ۖ وَّغَرَّهُمْ فِيْ دِيْنِهِمْ مَّا كَانُوْا يَفْتَرُوْنَ | Żālika bi'annahum qālū lan tamassanan nāru illā ayyāmam ma‘dūdāt(in), wa garrahum fī dīnihim mā kānū yaftarūn(a). | Demikian itu disebabkan bahwa mereka berkata, “Api neraka tidak akan menyentuh kami, kecuali beberapa hitungan hari saja.” Mereka teperdaya dalam agamanya oleh apa yang selalu mereka ada-adakan. | null | null | Mereka berani melakukan hal itu adalah karena mereka berkata dengan penuh keyakinan, “Api neraka tidak akan menyentuh kami kecuali beberapa hari saja yang selanjutnya akan diganti oleh orang Islam.” Mereka, kaum Yahudi, telah terpedaya oleh keyakinan mereka dalam memahami ajaran agama mereka, oleh apa yang se-cara sengaja mereka ada-adakan sendiri dengan menyimpangkan ajaran yang sebenarnya. | Ayat ini menerangkan alasan atau sebab yang mendorong orang Yahudi menentang dan berpaling dari kebenaran. Mereka mempunyai paham yang sudah melekat dalam iktikad mereka bahwa mereka tidak akan diazab api neraka kecuali beberapa hari tertentu saja.
Anggapan yang sudah melekat kuat ini meresap dalam jiwa mereka, dan akhirnya membentuk sikap mental mereka. Sehingga mereka menganggap enteng hukuman yang akan menimpa mereka. Ini disebabkan oleh karena mereka merasa ada hubungan darah dengan para nabi, dan menganggap bahwa mereka akan selamat dari siksa api neraka asal mereka tetap beragama Yahudi. Jadi menurut paham mereka hubungan keturunan dengan nabi, serta tetap tercatat sebagai penganut agama Yahudi sudah menjamin untuk dapat masuk surga.
Barang siapa yang menganggap enteng ancaman Allah, karena percaya bahwa azab itu tidak akan turun menimpanya, berarti mereka telah meremehkan perintah Allah serta larangan-Nya.
Demikianlah keadaan suatu umat, ketika mereka mulai meninggalkan agamanya, mereka sudah tidak segan lagi untuk melakukan kejahatan. Gejala membelakangi agama sedemikian ini tampak pada orang-orang Yahudi, Nasrani dan juga di kalangan orang Muslim.
Orang Yahudi mengira bahwa mereka jika masuk neraka hanya diazab dalam “beberapa hari yang dapat dihitung” ialah 40 hari; sejumlah hari yang mereka gunakan untuk menyembah anak sapi. Sebenarnya tidak ada keterangan yang dapat dipercaya untuk menegaskan kapan hari yang dimaksud, kecuali anggapan kosong dari orang Yahudi.
Segala kebohongan yang telah mereka adakan telah menipu mereka dalam agama, misalnya ucapan mereka, “Kami adalah anak-anak Tuhan dan kekasih-Nya” dan kata-kata mereka, “Sesungguhnya nenek moyang kami para nabi yang akan memberikan syafaat kepada kami” dan “Sesungguhnya Allah telah berjanji kepada Yakub tidak akan mengazab anak-anak keturunannya, kecuali hanya dalam tempo yang pendek.” | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Dalam ayat-ayat yang lalu telah diterangkan kejelekan tingkah laku orang Yahudi; yaitu mengabaikan dakwah Nabi, membunuh para nabi dan orang-orang bijak yang menegakkan kebenaran dan keadilan. Semua itu adalah sebagai keterangan Allah bagi para rasul-Nya bahwa berpalingnya mereka dari dakwah nabi bukanlah suatu hal yang baru atau mengherankan. Lalu pada ayat ini, Allah memperingatkan kepada Nabi Muhammad saw, tentang kejanggalan sikap orang Yahudi dalam hidup beragama, yaitu mereka menolak untuk mengambil hukum dari kitab suci mereka sendiri. Bila mereka diajak untuk kembali kepada kitab suci mereka, mereka pun selalu menolak. | ORANG-ORANG YAHUDI BERPALING DARI HUKUM ALLAH | Kosakata: Garra غَرَّ (Āli ‘Imrān/3: 24)
Garra adalah kata kerja lampau, dan asal katanya adalah al-gurūr. Arti bahasanya adalah segala sesuatu yang membuat manusia tertipu, terpedaya, baik oleh harta, pangkat, hawa nafsu mapun godaan setan, serta keduniaan. Dalam ayat ini dijelaskan gambaran tentang kesombongan orang Yahudi akibat anggapan mereka yang salah terhadap agama mereka, sehingga mereka mengatakan kalaupun mereka masuk neraka, itu hanya untuk beberapa hari saja. Anggapan ini mengada-ada karena tidak ada landasannya dalam agama, selain keyakinan mereka bahwa mereka adalah anak-anak dan kekasih-kekasih Allah (al-Mā′idah/5: 18) maka Allah menjelaskan akibat kesombongan mereka, yaitu mereka akan sesat selama-lamanya. Kesombongan akibat salah memahami agama dan keduniaan juga terjadi pada kaum muslimin sehingga dalam surah al-An‘ām/6:70 telah mendapat peringatan, yang artinya: “Tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agamanya sebagai permainan dan senda-gurau, dan mereka telah tertipu oleh kehidupan dunia.” | null | null |
318 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 25 | 53 | 6 | 3 | 1 | فَكَيْفَ اِذَا جَمَعْنٰهُمْ لِيَوْمٍ لَّا رَيْبَ فِيْهِۗ وَوُفِّيَتْ كُلُّ نَفْسٍ مَّا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ | Fakaifa iżā jama‘nāhum liyaumil lā raiba fīh(i), wa wuffiyat kullu nafsim mā kasabat wa hum lā yuẓlamūn(a). | Bagaimanakah (nanti) jika mereka Kami kumpulkan pada hari (Kiamat) yang tidak ada keraguan padanya dan setiap jiwa diberi balasan yang sempurna sesuai dengan apa yang telah dikerjakannya tanpa dizalimi? | null | null | Pada ayat sebelumnya disebutkan bahwa kaum Yahudi berani menyepelekan azab Allah dengan mengingkari kebenaran yang dibawa Rasulullah, barangkali karena mereka masih hidup di dunia, maka bagaimana jika nanti mereka, kaum Yahudi itu, Kami kumpulkan pada hari kiamat yang tidak diragukan terjadinya, dan pada hari itu juga kepada setiap jiwa diberi balasan yang sempurna atau setimpal sesuai dengan apa yang telah dikerjakannya, jika baik akan mendapatkan pahala dan jika buruk akan memperloleh siksa, dan mereka tidak akan dizalimi, yakni dirugikan atau dikurangi sedikit pun dari balasannya? | Ayat ini membantah dan membatalkan apa yang dikatakan oleh orang Yahudi pada ayat yang lalu. Ayat ini tersusun dalam bentuk kalimat pertanyaan bagaimanakah keadaan orang Yahudi bilamana hari Kiamat yang tidak diragukan lagi itu telah datang.
Bentuk kalimat seperti itu menggambarkan bagaimana kehebatan huru-hara yang terjadi di hari itu, dan tentang siksa besar yang akan ditimpakan kepada orang-orang Yahudi. Mereka akan jatuh kepada jurang penderitaan, tak akan ada jalan untuk menyelamatkan diri. Sesungguhnya anggapan orang Yahudi bahwa dirinya akan dapat lepas dengan mudah dari azab itu adalah angan-angan kosong.
Pada hari yang dahsyat itu orang akan melihat dengan jelas apa yang telah dikerjakannya, baik atau buruk akan dihadapkan kepada mereka. Kemudian segala amal perbuatan akan dibalas dengan kebahagiaan jika amal itu baik atau dengan kesengsaraan jika amal itu buruk. Tidak ada hak istimewa yang dapat diberikan kepada pemeluk suatu agama tertentu dan golongan tertentu. Tidak pula suatu bangsa mendapat keistimewaan atas bangsa-bangsa lainnya sekalipun mereka menamakan dirinya dengan sya‘bullāh al-mukhtār (rakyat Allah yang terpilih) atau anak Allah. Pembalasan pada hari kiamat itu sesuai dengan baik buruknya iktikad yang terkandung dalam hati dan sesuai pula dengan baik buruknya amal perbuatan yang telah dilakukan.
Pada hari itu akan terdapat keadilan yang sempurna. Tidak akan dikurangi sedikit pun balasan terhadap suatu perbuatan dan tidak pula akan ditambah. Yang menjadi pertimbangan pada hari itu ialah keimanan seseorang dan pengaruh iman itu terhadap amal perbuatannya sewaktu di dunia. Kalau dia tidak beriman, maka dia akan masuk ke dalam neraka, karena amal-amalnya yang buruk. Jika imannya tidak sampai rusak, karena diimbangi dengan amal saleh atau seimbang antara yang baik dengan yang buruk, maka dia mendapat balasan sesuai dengan derajat dan kadarnya masing-masing. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Dalam ayat-ayat yang lalu telah diterangkan kejelekan tingkah laku orang Yahudi; yaitu mengabaikan dakwah Nabi, membunuh para nabi dan orang-orang bijak yang menegakkan kebenaran dan keadilan. Semua itu adalah sebagai keterangan Allah bagi para rasul-Nya bahwa berpalingnya mereka dari dakwah nabi bukanlah suatu hal yang baru atau mengherankan. Lalu pada ayat ini, Allah memperingatkan kepada Nabi Muhammad saw, tentang kejanggalan sikap orang Yahudi dalam hidup beragama, yaitu mereka menolak untuk mengambil hukum dari kitab suci mereka sendiri. Bila mereka diajak untuk kembali kepada kitab suci mereka, mereka pun selalu menolak. | ORANG-ORANG YAHUDI BERPALING DARI HUKUM ALLAH | Kosakata: Garra غَرَّ (Āli ‘Imrān/3: 24)
Garra adalah kata kerja lampau, dan asal katanya adalah al-gurūr. Arti bahasanya adalah segala sesuatu yang membuat manusia tertipu, terpedaya, baik oleh harta, pangkat, hawa nafsu mapun godaan setan, serta keduniaan. Dalam ayat ini dijelaskan gambaran tentang kesombongan orang Yahudi akibat anggapan mereka yang salah terhadap agama mereka, sehingga mereka mengatakan kalaupun mereka masuk neraka, itu hanya untuk beberapa hari saja. Anggapan ini mengada-ada karena tidak ada landasannya dalam agama, selain keyakinan mereka bahwa mereka adalah anak-anak dan kekasih-kekasih Allah (al-Mā′idah/5: 18) maka Allah menjelaskan akibat kesombongan mereka, yaitu mereka akan sesat selama-lamanya. Kesombongan akibat salah memahami agama dan keduniaan juga terjadi pada kaum muslimin sehingga dalam surah al-An‘ām/6:70 telah mendapat peringatan, yang artinya: “Tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agamanya sebagai permainan dan senda-gurau, dan mereka telah tertipu oleh kehidupan dunia.” | null | 1. Orang Yahudi menolak keputusan kitab mereka sendiri (Taurat), bilamana sesuatu hukum bertentangan dengan kepentingan dan keinginan mereka.
2. Keyakinan mereka bahwa mereka tidak akan disentuh api neraka kecuali dalam jangka waktu terbatas, menyebabkan mereka berani menentang hukum agama.
3. Manusia pada hari kiamat sama di hadapan Allah, tidak ada yang diistimewakan dan tidak ada pula yang dikurangi pahalanya kecuali dengan iman dan amal saleh. |
319 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 26 | 53 | 6 | 3 | 1 | قُلِ اللّٰهُمَّ مٰلِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِى الْمُلْكَ مَنْ تَشَاۤءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاۤءُۖ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاۤءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاۤءُ ۗ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۗ اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ | Qulillāhumma mālikal-mulki tu'til-mulka man tasyā'u wa tanzi‘ul-mulka mim man tasyā'(u), wa tu‘izzu man tasyā'u wa tużillu man tasyā'(u), biyadikal-khair(u), innaka ‘alā kulli syai'in qadīr(un). | Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai Allah, Pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa yang Engkau kehendaki. Di tangan-Mulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. | null | null | Setelah ayat-ayat sebelumnya menjelaskan tentang ketidakmampuan seseorang untuk menghindar dari keniscayaan hari akhir sebagai hari pembalasan, hari tersingkapnya rahasia, hari terkuaknya segala kebohongan, maka ayat berikut menjelaskan tentang kemahakuasaan Allah yang lain di dunia. Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, “Wahai Tuhan pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu. Tidak seorang pun mampu mengangkat derajat orang lain dan memuliakannya kecuali atas izin-Nya, dan tidak seorang pun mampu menjatuhkan kekuasaan orang lain dan menghinakannya kecuali atas izin-Nya. | Dalam ayat ini Allah menyuruh Nabi untuk menyatakan bahwa Allah Yang Mahasuci yang mempunyai kekuasaan tertinggi dan Mahabijaksana dengan tindakan-Nya yang sempurna di dalam menyusun, mengurus, dan merampungkan segala perkara dan yang menegakkan neraca undang-undang di alam ini. Maka Allah yang memberikan urusan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Ada kalanya Allah memberikan kekuasaan itu bersamaan dengan pangkat kenabian seperti keluarga Ibrahim, dan ada kalanya hanya memberikan kekuasaan memerintah saja menurut hukum kemasyarakatan yaitu dengan mengatur kabilah-kabilah dan bangsa-bangsa. Allah juga yang mencabut kekuasaan dari orang-orang yang Dia kehendaki, disebabkan mereka berpaling dari jalan yang lurus, yaitu jalan yang dapat memelihara kekuasaan karena meninggalkan keadilan dan berlaku curang dalam pemerintahan. Demikianlah hal itu telah berlaku pula terhadap Bani Israil dan bangsa lain disebabkan kezaliman dan kerusakan budi mereka.
Allah juga memberi kekuasaan kepada orang yang Dia kehendaki, dan menghinakan orang yang Dia kehendaki. Orang yang diberi kekuasaan ialah orang yang didengar tutur katanya, banyak penolongnya, mempengaruhi jiwa manusia dengan wibawa dan ilmunya, mempunyai keluasan rezeki dan berbuat baik kepada segenap manusia.
Adapun orang yang mendapat kehinaan, ialah orang yang rendah akhlaknya, merasa lemah semangat membela kehormatan, tidak mampu mengusir musuhnya yang menyerbu dan tidak mampu mempersatukan pengikutnya. Padahal tidak ada satu kemuliaan pun dapat dicapai tanpa persatuan untuk menegakkan kebenaran dan menentang kezaliman.
Apabila masyarakat telah bersatu dan berjalan menurut sunatullah, berarti mereka telah menyiapkan segala sesuatu untuk menghadapi segala kemungkinan. Banyak sedikitnya bilangan suatu umat tidaklah menjamin untuk dapat mewujudkan kekuasaan dan menghimpun kekuatan. Orang musyrik Mekah, orang Yahudi dan orang munafik Arab telah tertipu oleh banyaknya pengikut dibanding dengan pengikut Rasulullah saw, padahal yang demikian itu tidak mendatangkan faedah bagi mereka sedikit pun. Sebagaimana firman Allah:
يَقُوْلُوْنَ لَىِٕنْ رَّجَعْنَآ اِلَى الْمَدِيْنَةِ لَيُخْرِجَنَّ الْاَعَزُّ مِنْهَا الْاَذَلَّ ۗوَلِلّٰهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُوْلِهٖ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَلٰكِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ ࣖ ٨
Mereka berkata, “Sungguh, jika kita kembali ke Madinah (kembali dari perang Bani Mustalik), pastilah orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari sana.” Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tidak mengetahui. (al-Munāfiqūn/63: 8)
Fakta-fakta sejarah menjadi bukti bahwa jumlah yang banyak saja tidaklah menunjukkan kekuatan. Lihatlah bangsa-bangsa Timur, mereka berjumlah banyak tetapi dapat dikuasai oleh bangsa-bangsa Barat yang berjumlah lebih sedikit, disebabkan merajalelanya kebodohan dan permusuhan, atau perpecahan yang terjadi di antara sesama mereka.
Dalam ayat ini diterangkan pula bahwa segala kebajikan terletak di tangan-Nya baik kenabian, kekuasaan atau pun kekayaan. Ini menunjukkan bahwa Allah sendirilah yang memberikannya menurut kemauan-Nya. Tidak ada seorang pun yang memiliki kebajikan selain Allah. Dalam ayat ini hanya disebutkan kebajikan saja. Sebenarnya segala yang buruk dan jahat juga ada di bawah kekuasaan Allah. Hal ini dipahami dari pernyataan Allah bahwa Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.
Dalam ayat ini disebutkan kebajikan saja karena disesuaikan dengan keadaan. Keadaan yang mendorong orang-orang kafir menentang dan meremehkan dakwah Nabi Muhammad saw ialah kemiskinan beliau, kelemahan pengikut-pengikutnya serta kecilnya bilangan mereka. Oleh sebab itu Allah menyuruh Nabi untuk berlindung kepada yang memiliki segala kerajaan. Yang ditangan-Nya segala kekuasaan dan kemuliaan. Allah mengingatkan Rasulullah bahwa seluruh kebaikan dan kekayaan ada ditangan-Nya. Maka tidak ada yang dapat menghalangi-Nya apabila Allah memberikan kemiskinan dan kekayaan kepada Nabi-Nya atau kepada orang-orang mukmin yang dikehendaki-Nya, sebagaimana diterangkan oleh Allah dalam firman-Nya:
وَنُرِيْدُ اَنْ نَّمُنَّ عَلَى الَّذِيْنَ اسْتُضْعِفُوْا فِى الْاَرْضِ وَنَجْعَلَهُمْ اَىِٕمَّةً وَّنَجْعَلَهُمُ الْوٰرِثِيْنَ ۙ ٥
Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu, dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi). (al-Qaṣaṣ/28: 5) | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Dalam ayat-ayat yang lalu, Allah menerangkan pembangkangan para Ahli Kitab (Yahudi) dan kaum musyrik Arab terhadap dakwah Nabi, maka pada ayat ini Allah mengukuhkan jiwa Nabi dan menghiburnya dengan mengajar Nabi berdoa dan memuji Allah. ) | BUKTI-BUKTI KEBENARAN DAN KEKUASAAN ALLAH | Kosakata: al-Mulk اَلْمُلْك (Āli ‘Imrān/3: 26)
Al-Mulk secara bahasanya adalah kerajaan atau kekuasaan. Al-Mulk yang berarti kekuasaan hanyalah hak Allah di dunia dan di akhirat. Dari 114 surah dalam Al-Qur′an, salah satunya, yaitu surah ke-67 bernama al-Mulk. Pada bagian awalnya menerangkan tentang kekuasaan Allah meliputi kerajaan atau kekuasaan dunia dan akhirat. Pada ayat 26 dan 27 surah Ali Imran ini Allah menunjukkan bukti-bukti kekuasaan dan kebenaran-Nya, serta menyuruh kita untuk menyadari bahwa Allah dapat memberikan kekuasaan kepada siapa saja dan mencabutnya dari siapa saja jika Ia menghendaki, karena Allah pencipta langit dan bumi serta Allah Maha Mengetahui yang gaib maupun yang tampak (al-An‘ām/6: 73). | Diriwayatkan oleh al-Wāḥidī dari Ibnu ‘Abbās dan Anas bin Mālik, bahwa setelah Rasulullah saw menguasai kota Mekah, beliau menerangkan bahwa kelak umat Islam akan mengusai Persia dan Rum (Rumawi). Maka orang-orang munafik dan Yahudi berkata, “Muhammad sekali-kali tak akan menguasai Persia dan Rum. Mengapa Muhammad tidak merasa cukup dengan menguasai Mekah dan Medinah saja. Mengapa dia berambisi mengalahkan Persia dan Rum?” Maka Allah menurunkan ayat ini. | null |
320 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 27 | 53 | 6 | 3 | 1 | تُوْلِجُ الَّيْلَ فِى النَّهَارِ وَتُوْلِجُ النَّهَارَ فِى الَّيْلِ وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَتَرْزُقُ مَنْ تَشَاۤءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ | Tūlijul-laila fin-nahāri wa tūlijun-nahāra fil-laili wa tukhrijul-ḥayya minal-mayyiti wa tukhrijul-mayyita minal-ḥayyi wa tarzuqu man tasyā'u bigairi ḥisāb(in). | Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Engkau berikan rezeki kepada siapa yang Engkau kehendaki tanpa perhitungan.” | null | null | Ayat berikut ini juga bukti kekuasaan Allah yang lain. Engkau masukkan malam ke dalam siang sehingga siang menjadi lebih panjang daripada malam, dan Engkau masukkan siang ke dalam malam sehingga malam lebih panjang daripada siang. Dan Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati seperti ayam dari telur, tumbuh-tumbuhan dari biji-bijian, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup seperti keluarnya telur dari ayam dan biji-bijian. Inilah siklus kehidupan yang Engkau atur sedemikian rupa sesuai dengan kekuasaan-Mu. Dan dengan kekuasaanMu juga, Engkau berikan rezeki kepada siapa yang Engkau kehendaki baik yang taat maupun yang tidak taat, baik yang mukmin maupun yang kafir, tanpa perhitungan. Jika demikian, maka tidak seorang pun yang mampu mempertanyakan karunia yang diberikan kepada siapa pun, baik berupa kekuasaan, kekayaan, kemudahan mencari rezeki, dan lain-lain. | Bagian malam dimasukkan kepada siang, sehingga waktu malam menjadi lebih pendek dibanding dengan waktu siang. Allah memasukkan bagian siang ke dalam malam, yang menyebabkan waktu malam menjadi panjang dan waktu siang menjadi pendek. Hal ini biasa terjadi di negara-negara yang mempunyai empat musim, sehingga malam lebih panjang daripada siang pada musim dingin.
Tidaklah mengherankan bahwa sesudah adanya kenyataan tersebut, Allah Yang Maha Bijaksana memberikan kenabian atau kerajaan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, atau mencabut kenabian dan kerajaan itu dari siapa saja yang dikehendaki-Nya. Allah yang mengurus segala urusan manusia, sebagaimana halnya Dia mengurus perubahan siang dan malam.
Allah mengeluarkan yang hidup dari yang mati seperti mengeluarkan batang kelapa dari bijinya, mengeluarkan manusia dari nutfah, atau mengeluarkan unggas dari telur. Demikian Allah mengeluarkan yang mati dari yang hidup seperti mengeluarkan anak yang bodoh dari orang yang alim, orang kafir dari orang yang mukmin.
Kodrat Allah dijelaskan pula dengan bahasa yang mudah dipahami, dengan contoh-contoh yang bisa disaksikan oleh manusia, di dalam kejadian sehari-hari. Malam dimasukkan ke dalam siang, siang dimasukkan ke dalam malam, tumbuhan yang hidup dikeluarkan dari tanah yang merupakan benda mati, telur yang merupakan benda mati, dari ayam yang merupakan makhluk hidup.
Ayat di atas berbicara mengenai biji tumbuhan dan tentang “dikeluarkan yang hidup dari yang mati dan dikeluarkan yang mati dari yang hidup”. Ayat lain yang mirip dan bahkan lebih jelas adalah Surah al-An‘ām/6: 95, yang artinya sebagai berikut:
“Sungguh, Allah yang menumbuhkan butir (padi-padian) dan biji (kurma). Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. Itulah (kekuasaan) Allah, maka mengapa kamu masih berpaling?”. (al-An‘ām/6: 95)
Dari sudut ilmu pengetahuan, hal-hal tersebut dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
1. Ayat ini mengandung pesan bahwa penciptaan bukanlah suatu kebetulan, sebab apabila ini suatu kebetulan, maka dia tidak dapat berkesinambungan. Penciptaan terjadi dalam dua hal yang bertolak belakang. Siapa yang dapat melakukan yang demikian pastilah yang Mahakuasa. Perkataan “mengeluarkan yang hidup dari yang mati” menyatakan kekuasaan Allah membangkitkan orang-orang mati di hari kemudian. Tetapi pembangkitan yang mati menjadi hidup dan sebaliknya juga terlihat pada kejadian sehari-hari dalam proses perkembangan benih tumbuhan.
2. Interpretasi kedua, bahwa biji dijadikan contoh dalam pengaturan siklus antara hidup dan mati yang terus bergulir.
Bagaimana biji mencontohkan siklus tersebut adalah demikian. Bagi tumbuhan, biji merupakan alat perkembangbiakan yang utama, karena biji mengandung calon tumbuhan baru yang disebut lembaga atau embryo. Dengan biji inilah tumbuhan dapat mempertahankan keturunan jenisnya dan dapat menyebarkannya ke lain tempat. Dalam morfologi tumbuhan dikenal ada biji tertutup yang disebut Angiospermae, dan biji telanjang/terbuka yang disebut Gymnospermae. Biji memiliki keanekaan dalam ukuran, bentuk dengan kulit biji yang berlapis-lapis, dan kekerasan (dari mulai yang lunak sampai dengan yang keras seperti batu). Ketika biji sampai pada kondisi yang diperlukan, maka biji tersebut akan tumbuh dan kulit biji yang menjadi pelindung bagian biji yang ada di dalam akan ditembus oleh lembaga. Bahkan lapisan kulit biji yang sekeras batupun dapat dipecahkannya.
Siklus kehidupan dan kematian merupakan rahasia keajaiban alam dan rahasia kehidupan. Ciri utama siklus itu adalah bahwa zat-zat hidrogen, karbondioksida, nitrogen,dan garam yang non organik di bumi, berubah menjadi zat-zat organik yang merupakan bahan kehidupan bagi hewan dan tumbuh-tumbuhan berkat bantuan sinar matahari. Selanjutnya zat-zat tersebut kembali mati dalam bentuk kotoran makhluk hidup dan dalam bentuk tubuh yang aus karena faktor disolusi bakteri dan kimia, yang mengubahnya menjadi zat non organik untuk memasuki siklus kehidupan yang baru. Begitulah Sang Pencipta mengeluarkan kehidupan dari kematian dan mengeluarkan kematian dari kehidupan di setiap saat. Siklus ini terus berputar dan hanya terjadi pada makhluk yang diberi kehidupan.
Al-Qur′an mempergunakan pula kata “mati” untuk pengertian “kafir“, dan kata “hidup” untuk pengertian “iman” seperti:
اَوَمَنْ كَانَ مَيْتًا فَاَحْيَيْنٰهُ وَجَعَلْنَا لَهٗ نُوْرًا يَّمْشِيْ بِهٖ فِى النَّاسِ كَمَنْ مَّثَلُهٗ فِى الظُّلُمٰتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِّنْهَاۗ كَذٰلِكَ زُيِّنَ لِلْكٰفِرِيْنَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ ١٢٢
Dan apakah orang yang sudah mati lalu Kami hidupkan dan Kami beri dia cahaya yang membuatnya dapat berjalan di tengah-tengah orang banyak, sama dengan orang yang berada dalam kegelapan, sehingga dia tidak dapat keluar dari sana? Demikianlah dijadikan terasa indah bagi orang-orang kafir terhadap apa yang mereka kerjakan. (al-An‘ām/6: 122)
Lafaz “yang hidup” dipergunakan dalam arti lawan “yang mati”, baik yang hidup itu ḥissiyyah seperti hidup hewan dan tumbuh-tumbuhan atau pun maknawiyyah seperti ilmu dan iman. “Yang hidup dikeluarkan dari yang mati” dan seterusnya adalah suatu kenyataan, bahwa Allah yang memiliki kekuasaan yang Dia berikan kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya. Allah mengeluarkan seorang penghulu para rasul dari bangsa Arab yang buta huruf. Rasul itu, Muhammad saw, yang menyiapkan mereka dengan kekuatan dan kemauan untuk menjadi umat yang terkuat, yang dapat menghancurkan benteng perbudakaan dan menegakkan kemerdekaan. Sementara itu orang-orang Yahudi (Bani Israil) bergelimang di dalam taqlid, perbudakan dan penindasan raja-raja atau para penguasa.
Allah memberikan kekuasaan kepada siapa saja yang Dia kehendaki, lalu mencabut pemberian-Nya dari siapa saja yang Dia kehendaki, hanyalah berdasarkan sunah dan hukum-Nya. Segala urusan ada di tangan Allah. Tidak ada seorang pun yang dapat menilai dan memperkirakan perhitungan-Nya. Dialah yang berkuasa mencabut kekuasan dari siapa yang dikehendaki-Nya serta menghinakannya, dan hanya Dia pulalah yang kuasa memberikan kekuasaan itu kepada suatu bangsa serta memuliakannya. Yang demikian itu, amat mudah bagi Allah. Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa balasan. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Dalam ayat-ayat yang lalu, Allah menerangkan pembangkangan para Ahli Kitab (Yahudi) dan kaum musyrik Arab terhadap dakwah Nabi, maka pada ayat ini Allah mengukuhkan jiwa Nabi dan menghiburnya dengan mengajar Nabi berdoa dan memuji Allah. ) | BUKTI-BUKTI KEBENARAN DAN KEKUASAAN ALLAH | Kosakata: al-Mulk اَلْمُلْك (Āli ‘Imrān/3: 26)
Al-Mulk secara bahasanya adalah kerajaan atau kekuasaan. Al-Mulk yang berarti kekuasaan hanyalah hak Allah di dunia dan di akhirat. Dari 114 surah dalam Al-Qur′an, salah satunya, yaitu surah ke-67 bernama al-Mulk. Pada bagian awalnya menerangkan tentang kekuasaan Allah meliputi kerajaan atau kekuasaan dunia dan akhirat. Pada ayat 26 dan 27 surah Ali Imran ini Allah menunjukkan bukti-bukti kekuasaan dan kebenaran-Nya, serta menyuruh kita untuk menyadari bahwa Allah dapat memberikan kekuasaan kepada siapa saja dan mencabutnya dari siapa saja jika Ia menghendaki, karena Allah pencipta langit dan bumi serta Allah Maha Mengetahui yang gaib maupun yang tampak (al-An‘ām/6: 73). | null | 1. Kekuasaan itu adalah milik Allah diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, dan dicabut kembali dari siapa saja yang dikehendaki-Nya pula.
2. Manusia haruslah berserah diri kepada Allah Pemilik semua kekuasaan itu. |
321 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 28 | 53 | 6 | 3 | 1 | لَا يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُوْنَ الْكٰفِرِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ مِنْ دُوْنِ الْمُؤْمِنِيْنَۚ وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللّٰهِ فِيْ شَيْءٍ اِلَّآ اَنْ تَتَّقُوْا مِنْهُمْ تُقٰىةً ۗ وَيُحَذِّرُكُمُ اللّٰهُ نَفْسَهٗ ۗ وَاِلَى اللّٰهِ الْمَصِيْرُ | Lā yattakhiżil-mu'minūnal-kāfirīna auliyā'a min dūnil-mu'minīn(a), wa may yaf‘al żālika falaisa minallāhi fī syai'(in), illā an tattaqū minhum tuqāh(tan), wa yuḥażżirukumullāhu nafsah(ū), wa ilallāhil-maṣīr(u). | Janganlah orang-orang mukmin menjadikan orang kafir sebagai para wali88) dengan mengesampingkan orang-orang mukmin. Siapa yang melakukan itu, hal itu sama sekali bukan dari (ajaran) Allah, kecuali untuk menjaga diri dari sesuatu yang kamu takuti dari mereka. Allah memperingatkan kamu tentang diri-Nya (siksa-Nya). Hanya kepada Allah tempat kembali. | 88 | 88) Kata auliyā’ adalah bentuk jamak dari kata waliy. Secara harfiah kata ini berarti ‘dekat’ sehingga menunjukkan makna ‘teman dekat’, ‘teman akrab’, ‘teman setia’, ‘kekasih’, ‘penolong’, ‘sekutu’, ‘pelindung’, ‘pembela’, dan ‘pemimpin’. Kata waliy dan auliyā’ dalam Al-Qur’an diulang 41 kali. Maknanya berbeda-beda sesuai dengan konteks ayat. | Setelah ayat sebelumnya menjelaskan kekuasaan Allah yang tak terbatas, yang salah satunya memberi rezeki tanpa perhitungan, maka ayat ini melarang kaum mukmin untuk menjadikan orang kafir sebagai wali. Janganlah orang-orang beriman dengan sebenar-benarnya menjadikan orang kafir, baik kafir secara akidah maupun orang yang bergelimang dalam kedurhakaan, sebagai wali, yaitu orang terdekat yang menjadi tempat menyimpan rahasia yang menyangkut kemaslahatan umum, melainkan orang-orang beriman. Barang siapa berbuat demikian, yaitu menjadikan orang kafir sebagai wali, niscaya dia tidak akan memperoleh perlindungan dan pertolongan apa pun dari Allah, kecuali apabila yang kamu lakukan itu karena untuk siasat menjaga diri dari sesuatu yang kamu takuti dari mereka, terkait dengan keselamatan dirimu dan kaum muslim. Dan Allah memperingatkan kamu akan diri, yakni siksa-Nya, dan hanya kepada Allah tempat kembali semua makhluk-Nya. | Kaum Muslimin dilarang menjadikan orang kafir sebagai kawan yang akrab, pemimpin atau penolong, karena yang demikian ini akan merugikan mereka sendiri baik dalam urusan agama maupun dalam kepentingan umat, apalagi jika dalam hal ini kepentingan orang kafir lebih didahulukan daripada kepentingan kaum Muslimin sendiri, hal itu akan membantu tersebarluasnya kekafiran. Ini sangat dilarang oleh agama.
Orang mukmin dilarang mengadakan hubungan akrab dengan orang-orang kafir, baik disebabkan oleh kekerabatan, kawan lama waktu zaman jahiliah, atau pun karena bertetangga. Larangan itu tidak lain hanyalah untuk menjaga dan memelihara kemaslahatan agama, serta agar kaum Muslimin tidak terganggu dalam usahanya untuk mencapai tujuan yang dikehendaki oleh agamanya.
Adapun bentuk-bentuk persahabatan dan persetujuan kerja sama, yang kiranya dapat menjamin kemaslahatan orang-orang Islam tidaklah terlarang. Nabi sendiri pernah mengadakan perjanjian persahabatan dengan Bani Khuza'ah sedang mereka itu masih dalam kemusyrikan.
Kemudian dinyatakan bahwa barang siapa menjadikan orang kafir sebagai penolongnya, dengan meninggalkan orang mukmin, dalam hal-hal yang memberi mudarat kepada agama, berarti dia telah melepaskan diri dari perwalian Allah, tidak taat kepada Allah dan tidak menolong agamanya. Ini berarti pula bahwa imannya kepada Allah telah terputus, dan dia telah termasuk golongan orang-orang kafir.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُوْدَ وَالنَّصٰرٰٓى اَوْلِيَاۤءَ ۘ بَعْضُهُمْ اَوْلِيَاۤءُ بَعْضٍۗ وَمَنْ يَّتَوَلَّهُمْ مِّنْكُمْ فَاِنَّهٗ مِنْهُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَ ٥١
… Barang siapa di antara kamu yang menjadikan mereka teman setia, maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka…(al-Mā′idah/5: 51)
Orang mukmin boleh mengadakan hubungan akrab dengan orang kafir, dalam keadaan takut mendapat kemudaratan atau untuk memberikan kemanfaatan bagi Muslimin. Tidak terlarang bagi suatu pemerintahan Islam, untuk mengadakan perjanjian persahabatan dengan pemerintahan yarg bukan Islam; dengan maksud untuk menolak kemudaratan, atau untuk mendapatkan kemanfaatan. Kebolehan mengadakan persahabatan ini tidak khusus hanya dalam keadaan lemah saja tetapi boleh juga dalam sembarang waktu, sesuai dengan kaidah:
دَرْءُ الْمَفَاسِدِ مُقَدَّمٌ عَلَى جَلْبِ الْمَصَالِحِ
Menolak kerusakan lebih diutamakan daripada mendatangkan kemaslahatan
Berdasarkan kaidah ini, para ulama membolehkan “taqiyah“, yaitu mengatakan atau mengerjakan sesuatu yang berlawanan dengan kebenaran untuk menolak bencana dari musuh atau untuk keselamatan jiwa atau untuk memelihara kehormatan dan harta benda.
Maka barang siapa mengucapkan kata-kata kufur karena dipaksa, sedang hati (jiwanya) tetap beriman, karena untuk memelihara diri dari kebinasaan, maka dia tidak menjadi kafir. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh 'Ammar bin Yasir yang dipaksa oleh Quraisy untuk menjadi kafir, sedang hatinya tetap beriman. Allah berfirman:
مَنْ كَفَرَ بِاللّٰهِ مِنْۢ بَعْدِ اِيْمَانِهٖٓ اِلَّا مَنْ اُكْرِهَ وَقَلْبُهٗ مُطْمَىِٕنٌّۢ بِالْاِيْمَانِ وَلٰكِنْ مَّنْ شَرَحَ بِالْكُفْرِ صَدْرًا فَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ مِّنَ اللّٰهِ ۗوَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌ ١٠٦
Barang siapa kafir kepada Allah setelah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan mereka akan mendapat azab yang besar. (an-Naḥl/16: 106)
Sebagaimana telah terjadi pada seorang sahabat yang terdesak ketika menjawab pertanyaan Musailamah, “Apakah engkau mengakui bahwa aku ini rasul Allah? Jawabnya, “Ya”. Karena itu sahabat tadi dibiarkan dan tidak dibunuh. Kemudian seorang sahabat lainnya sewaktu ditanya dengan pertanyaan yang sama, ia menjawab, “Saya ini tuli” (tiga kali), maka sahabat tersebut ditangkap dan dibunuh. Setelah berita ini sampai kepada Rasulullah saw beliau bersabda: “Orang yang telah dibunuh itu kembali kepada Allah dengan keyakinan dan kejujurannya, adapun yang lainnya, maka dia telah mempergunakan kelonggaran yang diberikan Allah, sebab itu tidak ada tuntutan atasnya”.
Kelonggaran itu disebabkan keadaan darurat yang dihadapi, dan bukan menyangkut pokok-pokok agama yang harus selalu ditaati. Dalam hal ini diwajibkan bagi Muslim hijrah dari tempat ia tidak dapat menjalankan perintah agama dan terpaksa di tempat itu melakukan “taqiyyah”. Adalah termasuk tanda kesempurnaan iman bila seseorang tidak merasa takut kepada cercaan di dalam menjalankan agama Allah. Allah berfirman:
اِنَّمَا ذٰلِكُمُ الشَّيْطٰنُ يُخَوِّفُ اَوْلِيَاۤءَهٗۖ فَلَا تَخَافُوْهُمْ وَخَافُوْنِ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ ١٧٥
…..karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu orang-orang beriman… (Āli ‘Imrān/3: 175)
Allah berfirman:
اِنَّآ اَنْزَلْنَا التَّوْرٰىةَ فِيْهَا هُدًى وَّنُوْرٌۚ يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّوْنَ الَّذِيْنَ اَسْلَمُوْا لِلَّذِيْنَ هَادُوْا وَالرَّبّٰنِيُّوْنَ وَالْاَحْبَارُ بِمَا اسْتُحْفِظُوْا مِنْ كِتٰبِ اللّٰهِ وَكَانُوْا عَلَيْهِ شُهَدَاۤءَۚ فَلَا تَخْشَوُا النَّاسَ وَاخْشَوْنِ وَلَا تَشْتَرُوْا بِاٰيٰتِيْ ثَمَنًا قَلِيْلًا ۗوَمَنْ لَّمْ يَحْكُمْ بِمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْكٰفِرُوْنَ ٤٤
... Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. …. (al-Mā′idah/5: 44).
Termasuk dalam “taqiyah“, berlaku baik, lemah lembut kepada orang kafir, orang zalim, orang fasik, dan memberi harta kepada mereka untuk menolak gangguan mereka. Hal ini bukan persahabatan akrab yang dilarang, melainkan cara itu sesuai dengan tuntunan peraturan:
مَا وَقَى بِهِ الْمُؤْمِنُ عِرْضَهُ فَهُوَ صَدَقَةٌ (رواه الطبراني)
“Suatu tindakan yang dapat memelihara kehormatan seorang mukmin, adalah termasuk sedekah“. (Riwayat aṭ-Ṭabrānī).
Dalam hadis lain dari Aisyah r.a.:
اِسْتَأْذَنَ رَجُلٌ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاَنَا عِنْدَهُ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ “بِئْسَ ابْنُ الْعَشِيْرَةِ اَوْ اَخُو الْعَشِيْرَةِ” ثُمَّ أَذِنَ لَهُ فََلاَنَ لَهُ الْقَوْلَ فَقَالَ يَا عَائِشَةُ اِنَّ مِنْ شَرِّ النَّاسِ مَنْ يَتْرُكُهُ النَّاسُ اتِّقَاءَ فَحْشِهِ (رواه البخاري)
Seseorang datang meminta izin menemui Rasulullah dan ketika itu aku berada di sampingnya. Lalu Rasulullah berkata, “(Dia adalah) seburuk-buruk warga kaum ini”. Kemudian Rasulullah mengizinkannya untuk menghadap, lalu beliau berbicara dengan orang tersebut dengan ramah- tamah dan lemah-lembut. Rasulullah berkata, “Hai, 'Aisyah sesungguhnya di antara orang yang paling buruk adalah orang yang ditinggalkan oleh orang lain karena takut kepada kejahatannya.” (Riwayat al-Bukhārī)
Terhadap mereka yang melanggar larangan Allah di atas, Allah memperingatkan mereka dengan siksaan yang langsung dari sisi-Nya dan tidak ada seorang pun yang dapat menghalanginya. Akhirnya kepada Allah tempat kembali segala makhluk. Semua akan mendapatkan balasan sesuai dengan amal perbuatannya. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Sesudah Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw, dan orang mukmin untuk mengatakan bahwa hanya di tangan Allah saja kerajaan, kemuliaan dan kekuasaan mutlak dalam mengurusi alam semesta ini, maka dalam ayat-ayat ini Allah mengajarkan orang mukmin agar mereka tidak menjadikan orang kafir sebagai penolong atau pemimpin dengan jalan meninggalkan orang mukmin, karena hal demikian merupakan kejahatan. | LARANGAN MENJADIKAN ORANG KAFIR
SEBAGAI PEMIMPIN | Kosakata: Auliyā′ اَوْلِيَاءَ(Āli ‘Imrān/3: 28)
Auliyā′ bentuk jamak dari kata waliyy yang artinya orang yang mengurus urusan kita. Dari pengertian ini, wali berarti kawan, orang-orang yang dekat, kekasih, pemimpin atau penolong, semuanya menunjukkan hubungan dekat. Dalam surah an-Nisā′/4:76 misalnya orang-orang mukmin disuruh memerangi kawan-kawan setan, sedangkan dalam surah Yūnus 10:62, Auliyā′ berarti orang-orang yang dekat. Tetapi dalam banyak ayat, Auliya′ berarti pemimpin atau penolong seperti dalam ayat 28 ini, surah an-Nisā′/4:144, al-Mā′idah/5:51, al-A‘rāf/7:27, dan lain-lain.
Pada ayat ini, Allah melarang orang muslim mengangkat orang kafir sebagai wali yang akan mengurus urusan mereka, baik sebagai teman dekat, pemimpin dan sebagainya, kecuali karena siasat untuk melindungi keselamatan diri sendiri. Barang siapa melanggar perintah ini maka Allah akan berlepas tangan dari mereka. | Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abbās sebagai berikut, “Adalah al-Ḥajjāj bin ‘Amru dan Ibnu Abi al-Ḥuqaiq dan Qais bin Zaid, ketiganya dari golongan Yahudi mengadakan hubungan rahasia dengan sebagian orang Ansar, agar mereka mau berpaling dari agama Islam. Maka Rifa‘ah bin Munzir, Abdullah bin Jubair, Sa‘ad bin Khaiṡamah mencegah mereka mendekati orang-orang Yahudi itu. Tetapi orang-orang Ansar tersebut tetap saja mengadakan hubungan rahasia dengan mereka, maka turunlah ayat ini.
Kalangan sejarawan telah menerangkan bahwa di antara orang-orang yang telah masuk Islam teperdaya oleh kemuliaan orang-orang kafir lalu mereka mengadakan hubungan persaudaraan dan persahabatan yang akrab sampai menjadikan orang kafir itu sebagai orang yang dipercayai. | null |
322 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 29 | 53 | 6 | 3 | 1 | قُلْ اِنْ تُخْفُوْا مَا فِيْ صُدُوْرِكُمْ اَوْ تُبْدُوْهُ يَعْلَمْهُ اللّٰهُ ۗوَيَعْلَمُ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ وَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ | Qul in tukhfū mā fī ṣudūrikum au tubdūhu ya‘lamhullāh(u), wa ya‘lamu mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍ(i), wallāhu ‘alā kulli syai'in qadīr(un). | Katakanlah (Nabi Muhammad), “Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu menampakkannya, Allah pasti mengetahuinya.” Dia mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. | null | null | Ayat ini mengingatkan agar tidak seorang pun bersembunyi di balik kata-kata bohongnya untuk mengambil keuntungan pribadi, sebab semua pasti akan terungkap. Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, “Jika kamu sembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu nyatakan, baik berupa ucapan maupun perbuatan, Allah pasti mengetahuinya dan akan membalasnya sesuai dengan apa yang dikatakan dan dilakukannya.” Demikian, karena Dia mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, baik yang tampak maupun yang tersembunyi. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu, sehingga dengan kekuasaan-Nya itu Allah mampu mengungkap rahasia hamba-Nya dan membalas segala perbuatannya dengan seadil-adilnya. | Allah mengetahui segala apa yang terkandung di dalam hati seorang Muslim ketika ia mengadakan hubungan yang akrab dengan orang kafir. Apakah karena mereka suka kepada orang kafir itu, atau itu dilakukan karena maksud untuk menyelamatkan diri. Kalau seorang Muslim berbuat demikian karena memang cenderung kepada kekufuran, tentu Allah akan menyiksa mereka. Sedang kalau mereka melakukan itu untuk memelihara diri dan hati mereka tetap dalam iman, Allah akan mengampuni mereka dan tidak akan mengazab mereka atas pekerjaan yang tidak merusakkan agama dan umat. Allah memberi balasan kepada mereka menurut ilmu-Nya sendiri yang meliputi semua isi langit dan bumi.
Pada akhir ayat ini Allah mengatakan bahwa: “Allah Mahakuasa atas segala sesuatu”. Sebab itu, janganlah kamu kaum Muslimin berani mendurhakai-Nya dan janganlah mengadakan kerja sama dengan musuh-musuh-Nya. Semua bentuk maksiat, baik yang tersembunyi maupun yang tampak senantiasa diketahui Allah dan Dia berkuasa memberi pembalasan atasnya. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Sesudah Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw, dan orang mukmin untuk mengatakan bahwa hanya di tangan Allah saja kerajaan, kemuliaan dan kekuasaan mutlak dalam mengurusi alam semesta ini, maka dalam ayat-ayat ini Allah mengajarkan orang mukmin agar mereka tidak menjadikan orang kafir sebagai penolong atau pemimpin dengan jalan meninggalkan orang mukmin, karena hal demikian merupakan kejahatan. | LARANGAN MENJADIKAN ORANG KAFIR
SEBAGAI PEMIMPIN | Kosakata: Auliyā′ اَوْلِيَاءَ(Āli ‘Imrān/3: 28)
Auliyā′ bentuk jamak dari kata waliyy yang artinya orang yang mengurus urusan kita. Dari pengertian ini, wali berarti kawan, orang-orang yang dekat, kekasih, pemimpin atau penolong, semuanya menunjukkan hubungan dekat. Dalam surah an-Nisā′/4:76 misalnya orang-orang mukmin disuruh memerangi kawan-kawan setan, sedangkan dalam surah Yūnus 10:62, Auliyā′ berarti orang-orang yang dekat. Tetapi dalam banyak ayat, Auliya′ berarti pemimpin atau penolong seperti dalam ayat 28 ini, surah an-Nisā′/4:144, al-Mā′idah/5:51, al-A‘rāf/7:27, dan lain-lain.
Pada ayat ini, Allah melarang orang muslim mengangkat orang kafir sebagai wali yang akan mengurus urusan mereka, baik sebagai teman dekat, pemimpin dan sebagainya, kecuali karena siasat untuk melindungi keselamatan diri sendiri. Barang siapa melanggar perintah ini maka Allah akan berlepas tangan dari mereka. | null | null |
323 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 30 | 54 | 6 | 3 | 1 | يَوْمَ تَجِدُ كُلُّ نَفْسٍ مَّا عَمِلَتْ مِنْ خَيْرٍ مُّحْضَرًا ۛوَمَا عَمِلَتْ مِنْ سُوْۤءٍ ۛ تَوَدُّ لَوْ اَنَّ بَيْنَهَا وَبَيْنَهٗٓ اَمَدًاۢ بَعِيْدًا ۗوَيُحَذِّرُكُمُ اللّٰهُ نَفْسَهٗ ۗوَاللّٰهُ رَءُوْفٌۢ بِالْعِبَادِ ࣖ | Yauma tajidu kullu nafsim mā ‘amilat min khairim muḥḍarā(n), wa mā ‘amilat min sū'(in), tawaddu lau anna bainahā wa bainahū amadam ba‘īdā(n), wa yuḥażżirukumullāhu nafsah(ū), wallāhu ra'ūfum bil-‘ibād(i). | (Ingatlah) pada hari (ketika) setiap jiwa mendapatkan (balasan) atas kebajikan yang telah dikerjakannya dihadirkan, (begitu juga balasan) atas kejahatan yang telah dia kerjakan. Dia berharap seandainya ada jarak yang jauh antara dia dan hari itu. Allah memperingatkan kamu akan (siksa)-Nya. Allah Maha Penyayang terhadap hamba-hamba-Nya. | null | null | Pada hari kiamat, setiap jiwa yang sudah dewasa dan layak diberi beban agama akan mendapatkan balasan atau ganjaran atas kebajikan yang telah dikerjakan dan akan dihadapkan atau dihadirkan kepadanya, begitu juga balasan atas kejahatan yang telah dia kerjakan juga akan dihadirkan di hadapannya. Maka, pada saat itulah dia yang perbuatannya buruk berharap sekiranya ada jarak yang jauh antara dia dengan segala keburukannya dengan hari itu. Dan Allah memperingatkan kamu akan diri yakni siksa-Nya. Allah Maha Penyayang terhadap hamba-hamba-Nya dengan memberinya perlindungan pada hari ketika tidak ada perlindungan kecuali dari-Nya. Ini menunjukkan betapa takut orangorang yang mati dengan membawa dosa serta betapa sulitnya hari itu kecuali bagi mereka yang memperoleh rahmat-Nya | Selanjutnya pada ayat ini Allah memperingatkan hari yang pasti datangnya, tiap manusia akan menyaksikan sendiri segala perbuatannya selama masa hidupnya. Orang yang mendapatkan pahala amal kebajikannya, merasa senang dan gembira atas pahala yang diterimanya. Orang akan menyaksikan pula kejahatan-kejahatannya, dan menginginkan kejahatan itu dijauhkan daripadanya. Kemudian Allah mengulangi lagi ancaman-Nya dengan memperingatkan manusia terhadap siksa-Nya, yakni hendaklah manusia takut akan kemurkaan Allah, dengan cara mengerjakan kebajikan, menolak tipu muslihat setan dan bertobat kepada-Nya. Kemudian ayat ini ditutup dengan pernyataan bahwa Allah Maha Penyayang kepada hamba-hamba-Nya.
Al-Ḥasan al-Baṣrī berkata, “Di antara kasih sayang Allah ialah Dia memperingatkan manusia akan kekuasaan Diri-Nya, memperkenalkan kepada mereka kesempurnaan ilmu dan kodrat-Nya, sebab barang siapa telah mengetahui hal itu dengan sempurna, maka ia pasti merasa terpanggil untuk mencari keridaan-Nya dan menjauhi kemurkaan-Nya. Di antara belas kasihan Allah ialah: Allah menjadikan fitrah manusia cenderung kepada kebajikan serta senantiasa membenci hal-hal yang mengarah kepada kejahatan, sehingga pengaruh kejahatan dalam jiwa dapat dilenyapkan dengan tobat dan amal saleh. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Sesudah Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw, dan orang mukmin untuk mengatakan bahwa hanya di tangan Allah saja kerajaan, kemuliaan dan kekuasaan mutlak dalam mengurusi alam semesta ini, maka dalam ayat-ayat ini Allah mengajarkan orang mukmin agar mereka tidak menjadikan orang kafir sebagai penolong atau pemimpin dengan jalan meninggalkan orang mukmin, karena hal demikian merupakan kejahatan. | LARANGAN MENJADIKAN ORANG KAFIR
SEBAGAI PEMIMPIN | Kosakata: Auliyā′ اَوْلِيَاءَ(Āli ‘Imrān/3: 28)
Auliyā′ bentuk jamak dari kata waliyy yang artinya orang yang mengurus urusan kita. Dari pengertian ini, wali berarti kawan, orang-orang yang dekat, kekasih, pemimpin atau penolong, semuanya menunjukkan hubungan dekat. Dalam surah an-Nisā′/4:76 misalnya orang-orang mukmin disuruh memerangi kawan-kawan setan, sedangkan dalam surah Yūnus 10:62, Auliyā′ berarti orang-orang yang dekat. Tetapi dalam banyak ayat, Auliya′ berarti pemimpin atau penolong seperti dalam ayat 28 ini, surah an-Nisā′/4:144, al-Mā′idah/5:51, al-A‘rāf/7:27, dan lain-lain.
Pada ayat ini, Allah melarang orang muslim mengangkat orang kafir sebagai wali yang akan mengurus urusan mereka, baik sebagai teman dekat, pemimpin dan sebagainya, kecuali karena siasat untuk melindungi keselamatan diri sendiri. Barang siapa melanggar perintah ini maka Allah akan berlepas tangan dari mereka. | null | 1. Umat Islam dilarang menjadikan orang kafir sebagai teman akrab dalam urusan yang memungkinkan terjadinya kerusakan agama ataupun kerusakan umat.
2. Allah mengetahui segala alasan berhubungan akrab dengan orang kafir yang dilakukan oleh seorang Muslim, lahir dan batin, dan Dia kuasa menghukumnya sesuai dengan alasan hubungan itu.
3. Segala perbuatan manusia yang baik maupun yang buruk akan diperlihatkan kepadanya pada hari kiamat. Allah memberi peringatan kepada manusia akan azab-Nya, agar dia senantiasa berbuat baik. |
324 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 31 | 54 | 6 | 3 | 1 | قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ | Qul in kuntum tuḥibbūnallāha fattabi‘ūnī yuḥbibkumullāhu wa yagfir lakum żunūbakum, wallāhu gafūrur raḥīm(un). | Katakanlah (Nabi Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. | null | null | Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, kepada mereka yang merasa mencintai Allah, “Jika kalian mencintai Allah, ikutilah aku, dengan melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larang-an-Nya yang disyariatkan melalui aku, juga ditambah dengan melaksanakan sunahsunahku, niscaya Allah mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang terhadap siapa pun yang mengikuti perintah Rasul-Nya dan meninggalkan larangannya. | Dalam ayat ini Allah memerintahkan Nabi untuk mengatakan kepada orang Yahudi, jika mereka benar menaati Allah maka hendaklah mereka mengakui kerasulan Nabi Muhammad, yaitu dengan melaksanakan segala yang terkandung dalam wahyu yang diturunkan Allah kepadanya. Jika mereka telah berbuat demikian niscaya Allah meridai mereka dan memaafkan segala kesalahan-kesalahan yang telah mereka lakukan serta mengampuni dosa-dosa mereka. Mengikuti Rasul dengan sungguh-sungguh baik dalam itikad maupun amal saleh akan menghilangkan dampak maksiat dan kekejian jiwa mereka serta menghapuskan kezaliman yang mereka lakukan sebelumnya.
Ayat ini memberikan keterangan yang kuat untuk mematahkan pengakuan orang-orang yang mengaku mencintai Allah pada setiap saat, sedang amal perbuatannya berlawanan dengan ucapan-ucapan itu. Bagaimana mungkin dapat berkumpul pada diri seseorang cinta kepada Allah dan pada saat yang sama membelakangi perintah-Nya. Siapa yang mencintai Allah, tapi tidak mengikuti jalan dan petunjuk Rasulullah, maka pengakuan cinta itu adalah palsu dan dusta. Rasulullah bersabda:
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ اَمْرُنَـا فَهُوَ رُدَّ (رواه البخاري)
“Siapa melakukan perbuatan tidak berdasarkan perintah kami maka perbuatan itu ditolak”. (Riwayat al-Bukhārī).
Barang siapa mencintai Allah dengan penuh ketaatan, serta mendekatkan diri kepada-Nya dengan mengikuti perintah Nabi-Nya, serta membersihkan dirinya dengan amal saleh, maka Allah mengampuni dosa-dosanya. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Sesudah diterangkan kebesaran kekuasaan Allah dan kesempurnaan-Nya, serta ditegaskan pula larangan-Nya terhadap orang-orang mukmin untuk mengadakan hubungan akrab dengan musuh-musuhnya, dan ditegaskannya larangan tersebut dengan ancaman yang keras, maka dalam ayat ini diterangkan tentang jalan mencintai Allah ialah mengikuti Rasul-Nya, mengerjakan segala perintah-Nya, dan menjauhi segala larangan-Nya. Barang siapa sudah mendapatkan kecintaan-Nya, pasti diampuni dosa-dosanya. | BUKTI CINTA KEPADA ALLAH | Kosakata: Tuḥibbūn تُحِبُّوْنَ (Āli ‘Imrān/3: 31)
Tuḥibbūn berasal dari kata kerja aḥabba-yuḥibbu yang artinya mencintai, menyukai. Bentuk masdar (kata benda) dari kata ini adalah al-ḥubb dan al-maḥabbah. Cinta adalah prinsip dan dasar perjalanan menuju kepada Allah. Dalam kaitan ini, perjalanan tersebut akan melalui tahapan atau tingkatan-tingkatan sesuai dengan tingkat cinta yang ada pada seorang sālik. Al-Qusyairi mengatakan bahwa cinta manusia kepada Allah itu sebagai “mementingkan kekasih daripada sahabat”, maksudnya adalah mementingkan hal-hal yang diridai kekasih (Allah) dari kepentingan egonya, bila ternyata keinginan egonya bertentangan dengan ajaran Tuhan. Jika demikian, ukuran cinta itu adalah ketaatan kepada Allah, yakni ketaatan dalam menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dalam ayat ini Allah memerintah Nabi Muhammad untuk mengatakan kepada orang-orang Yahudi jika mereka benar-benar mencintai Allah hendaklah mereka mengikuti ajaran Nabi Muhammad. | Diriwayatkan bahwa ayat ini diturunkan ketika Rasulullah saw, menyeru Ka‘ab bin al-Asyraf dan orang-orang Yahudi yang mengikutinya agar mereka beriman, lalu mereka mengatakan, “Kami ini anak-anak Allah dan kekasih-Nya” (Al-Mā′idah/5:18). Maka Allah menyuruh Rasulullah saw. agar mengatakan kepada mereka: “Aku ini utusan Allah kepadamu sekalian, aku menyeru kamu agar beriman kepada-Nya. jika kamu mencintai Allah maka ikutilah aku dan kerjakanlah perintahku. Niscaya Allah mencintai dan meridai kamu.” | null |
325 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 32 | 54 | 6 | 3 | 1 | قُلْ اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ ۚ فَاِنْ تَوَلَّوْا فَاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْكٰفِرِيْنَ | Qul aṭī‘ullāha war-rasūl(a), fa'in tawallau fa innallāha lā yuḥibbul-kāfirīn(a). | Katakanlah (Nabi Muhammad), “Taatilah Allah dan Rasul(-Nya). Jika kamu berpaling, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir.” | null | null | Sebagai bukti kecintaan kepada Allah, maka katakanlah, wahai Nabi Muhammad, kepada mere, “Taatilah Allah dan Rasul ka yang telah mencintai Allahbaik dalam perintah maupun larangan-Nya. Sebab, jika kalian berpaling dari menaati Allah dan Rasul-Nya sementara kalian mengaku telah mencintai-Nya, maka ketahuilah bahwa Allah tidak menyukai orang-orang kafir, baik dari segi akidah maupun mereka yang bergelimang dalam kedurhakaan.” | Diriwayatkan bahwa ketika Nabi Muhammad saw, menyampaikan ayat 31 di atas, Abdullah bin Ubay berkata, “Muhammad telah menyamakan taat kepadanya dengan taat kepada Allah, dan dia menyuruh kita mencintainya seperti orang-orang Nasrani mencintai Isa.” Maka Allah menurunkan ayat 32 ini.
Maksud ayat ini ialah, “Katakanlah kepada mereka wahai Muhammad. Taatilah Allah dengan mengikuti segala perintah-perintah-Nya dan jauhilah segala larangan-Nya. Taatilah Rasulullah dengan mengikuti sunahnya, dan jadikanlah petunjuk-petunjuknya sebagai (pedoman) dalam hidup. Ayat ini memberi pengertian pula bahwa Allah swt mewajibkan kepada kita mengikuti Nabi Muhammad saw, karena dia adalah Rasul Allah.
Jika orang-orang kafir itu berpaling tidak mau menerima seruan rasul karena pengakuan mereka bahwa mereka itu anak-anak Allah dan kekasih-Nya, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir, yakni orang-orang yang telah dibelokkan oleh hawa nafsunya dari ayat-ayat Allah. Karena itu Allah tidak meridai mereka bahkan menjauhkan mereka dari kenikmatan surga-Nya dan akan memurkai mereka pada hari kiamat. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Sesudah diterangkan kebesaran kekuasaan Allah dan kesempurnaan-Nya, serta ditegaskan pula larangan-Nya terhadap orang-orang mukmin untuk mengadakan hubungan akrab dengan musuh-musuhnya, dan ditegaskannya larangan tersebut dengan ancaman yang keras, maka dalam ayat ini diterangkan tentang jalan mencintai Allah ialah mengikuti Rasul-Nya, mengerjakan segala perintah-Nya, dan menjauhi segala larangan-Nya. Barang siapa sudah mendapatkan kecintaan-Nya, pasti diampuni dosa-dosanya. | BUKTI CINTA KEPADA ALLAH | Kosakata: Tuḥibbūn تُحِبُّوْنَ (Āli ‘Imrān/3: 31)
Tuḥibbūn berasal dari kata kerja aḥabba-yuḥibbu yang artinya mencintai, menyukai. Bentuk masdar (kata benda) dari kata ini adalah al-ḥubb dan al-maḥabbah. Cinta adalah prinsip dan dasar perjalanan menuju kepada Allah. Dalam kaitan ini, perjalanan tersebut akan melalui tahapan atau tingkatan-tingkatan sesuai dengan tingkat cinta yang ada pada seorang sālik. Al-Qusyairi mengatakan bahwa cinta manusia kepada Allah itu sebagai “mementingkan kekasih daripada sahabat”, maksudnya adalah mementingkan hal-hal yang diridai kekasih (Allah) dari kepentingan egonya, bila ternyata keinginan egonya bertentangan dengan ajaran Tuhan. Jika demikian, ukuran cinta itu adalah ketaatan kepada Allah, yakni ketaatan dalam menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dalam ayat ini Allah memerintah Nabi Muhammad untuk mengatakan kepada orang-orang Yahudi jika mereka benar-benar mencintai Allah hendaklah mereka mengikuti ajaran Nabi Muhammad. | null | 1. Mencintai Allah ialah dengan jalan menaati segala perintah dan menjauhi larangan Rasul-Nya.
2. Taat kepada Allah dan Rasul-Nya adalah kewajiban setiap Muslim. Siapa saja yang meninggalkannya maka ia adalah kafir. |
326 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 33 | 54 | 6 | 3 | 1 | ۞ اِنَّ اللّٰهَ اصْطَفٰىٓ اٰدَمَ وَنُوْحًا وَّاٰلَ اِبْرٰهِيْمَ وَاٰلَ عِمْرٰنَ عَلَى الْعٰلَمِيْنَۙ | Innallāhaṣṭafā ādama wa nūḥaw wa āla ibrāhīma wa āla ‘imrāna ‘alal-‘ālamīn(a). | Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim, dan keluarga Imran atas seluruh alam (manusia pada zamannya masing-masing). | null | null | Setelah Allah menunjukkan siapa yang berhak memperoleh cintaNya, maka ayat berikut menjelaskan beberapa sosok yang telah memperoleh cinta Allah. Sesungguhnya Allah dengan pengetahuan-Nya yang bersifat azali telah memilih Adam sebagai khalifah-Nya, Nuh sebagai penerima syariat pertama, keluarga Ibrahim, yaitu Ismail, Ishak dan keturunannya yang banyak menjadi nabi dan rasul, dan keluarga Imran yaitu Maryam yang melahirkan anak tanpa bapak, dan Isa sebagai rasul bagi Bani Israil melebihi segala umat pada masa masing-masing. - | Allah telah memilih Adam dan keluarga Ibrahim, serta keluarga Imran, dan menjadikan mereka manusia pilihan di masanya masing-masing, serta diberikan kepada mereka nubuwwah dan risālah.[43]
Adam adalah rasul pertama sebagai bapak semua manusia yang telah dipilih Allah sebagai Nabi.
ثُمَّ اجْتَبٰىهُ رَبُّهٗ فَتَابَ عَلَيْهِ وَهَدٰى ١٢٢
Kemudian Tuhannya memilih dia, maka Dia menerima tobatnya dan memberinya petunjuk. (Ṭāhā/20: 122)
Dari keturunan Adam, lahirlah para nabi dan rasul. Rasul kedua adalah Nuh, sebagai bapak manusia yang kedua meskipun ada pendapat yang mengatakan bahwa Nuh adalah rasul pertama. Di masanya telah terjadi banjir yang besar yang membinasakan sebagian besar umat manusia. Allah telah menyelamatkan dia dan sebagian keluarganya dari bencana yang dahsyat itu dalam satu bahtera. Keturunannya banyak yang menjadi nabi dan rasul. Kemudian keturunan beliau ini tersebar ke beberapa negeri.
Kemudian datanglah Ibrahim sebagai nabi dan rasul. Sesudah Ibrahim datanglah berturut-turut beberapa orang nabi dan rasul yang berasal dari keturunannya, seperti Ismail, Ishak, Yakub dan Asbāṭ (anak cucu Bani Israil). Di antara keturunan Nabi Ibrahim yang terkemuka adalah: Keluarga Ismail, dan keluarga Imran, yaitu Isa dan Ibunya, Maryam binti Imran keturunan Yakub.
Kemudian kenabian itu ditutup dengan seorang putra dari keturunan Nabi Ismail yaitu Muhammad saw. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan bahwa tanda mencintai Allah adalah melakukan segala perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya, serta kesuksesan dan kemenangan umat Islam tergantung pada ketundukan mereka kepada Allah serta kepada Rasul-Nya, maka pada ayat-ayat berikut diterangkan tentang perihal orang-orang yang dicintai dan dipilih Allah, serta dijadikan-Nya rasul untuk menjelaskan kepada umatnya bagaimana cara mencintai Allah yaitu dengan beriman kepada-Nya serta taat dan mengamalkan perbuatan yang diridai-Nya. | KEUTAMAAN KELUARGA IMRAN | Āla ‘Imrān (Ālu ‘Imrān) adalah keluarga Imran. Keluarga Imran dalam ayat ini termasuk ayah Maryam, yang punya silsilah panjang sebagai pemuka-pemuka agama. Imran sendiri, ayah Maryam, dikenal sebagai orang besar yang saleh di kalangan pemuka agama Bani Israil. Istrinya bernazar kepada Tuhan bahwa bayi yang dalam kandungannya akan dibiarkan mengabdi kepada Tuhan dengan harapan akan mendapat anak laki-laki. Tetapi yang lahir ternyata anak perempuan Maryam (Āli ‘Imrān/3: 34-36), yang dalam syariat Musa tidak dapat diabdikan untuk pelayan rumah suci. Diduga Imran meninggal ketika putrinya belum lahir, sehingga harus dipelihara oleh orang lain dengan cara diundi, Maryam kemudian dipelihara oleh Zakaria, ayah Yahya Pembaptis. Mereka semua termasuk keluarga Imran. Imran sendiri adalah anak Masan, kakek Nabi Isa dari pihak ibu, tapi tidak kita temukan silsilahnya yang berurutan, selain disebutkan bahwa ujungnya sampai kepada Nabi Sulaiman dan bermuara pada Nabi Ibrahim melalui Yehuda, Yaqub anak Ishak.
Adapun Imran (dalam Bibel Amran) ayah Musa, anak Lewi, juga bermuara pada Nabi Ibrahim melalui Yaqub anak Ishak. Dan “Sebagai keturunan yang satu dengan yang lain....” (Āli ‘Imrān/3:34), maka rasul-rasul Allah sejak Adam sampai Nuh dan Ibrahim, sampai ke rasul terakhir, Muhammad saw, membentuk suatu persaudaraan dari keturunan Israil dan Ismail melalui Ibrahim, masing-masing dari Ishak dan dari Ismail. Jarak waktu antara kedua Imran itu 1800 tahun.
Walaupun kita tidak banyak menemukan data mengenai Maria dan ayahnya dalam Perjanjian Baru, di dalam Al-Qur′an Maryam disebutkan: “… para malaikat berkata: ‘Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah telah memilihmu, menyucikanmu dan melebihkanmu di atas segala perempuan di seluruh alam (pada masa itu)…” (Āli ‘Imrān/3:42). | null | null |
327 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 34 | 54 | 6 | 3 | 1 | ذُرِّيَّةً ۢ بَعْضُهَا مِنْۢ بَعْضٍۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌۚ | Żurriyyatam ba‘ḍuhā mim ba‘ḍ(in), wallāhu samī‘un ‘alīm(un). | (Mereka adalah) satu keturunan, sebagiannya adalah (keturunan) dari sebagian yang lain. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. | null | null | Allah juga memilih mereka sebagai satu keturunan yang suci, yang sebagiannya adalah pewaris dari sebagian yang lain berupa kesucian, kemuliaan, dan kebaikan. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. Ini sebagai isyarat bahwa ketokohan mereka didasarkan atas ilmu Allah yang sempurna, sehingga mereka layak didengar ucapannya dan diteladani perilakunya. | Kedua keluarga - keluarga Ibrahim dan keluarga Imran adalah satu keturunan yang bercabang-cabang menjadi beberapa keturun-an [44]. Keturunan Ibrahim ialah “Ismail dan Ishak.” Ibrahim sendiri adalah turunan Nabi Nuh, dan Nabi Nuh berasal dari Nabi Adam. Keluarga Imran yaitu Musa, Harun, 'Isa dan ibunya adalah cucu-cucu Nabi Ibrahim. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan bahwa tanda mencintai Allah adalah melakukan segala perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya, serta kesuksesan dan kemenangan umat Islam tergantung pada ketundukan mereka kepada Allah serta kepada Rasul-Nya, maka pada ayat-ayat berikut diterangkan tentang perihal orang-orang yang dicintai dan dipilih Allah, serta dijadikan-Nya rasul untuk menjelaskan kepada umatnya bagaimana cara mencintai Allah yaitu dengan beriman kepada-Nya serta taat dan mengamalkan perbuatan yang diridai-Nya. | KEUTAMAAN KELUARGA IMRAN | Āla ‘Imrān (Ālu ‘Imrān) adalah keluarga Imran. Keluarga Imran dalam ayat ini termasuk ayah Maryam, yang punya silsilah panjang sebagai pemuka-pemuka agama. Imran sendiri, ayah Maryam, dikenal sebagai orang besar yang saleh di kalangan pemuka agama Bani Israil. Istrinya bernazar kepada Tuhan bahwa bayi yang dalam kandungannya akan dibiarkan mengabdi kepada Tuhan dengan harapan akan mendapat anak laki-laki. Tetapi yang lahir ternyata anak perempuan Maryam (Āli ‘Imrān/3: 34-36), yang dalam syariat Musa tidak dapat diabdikan untuk pelayan rumah suci. Diduga Imran meninggal ketika putrinya belum lahir, sehingga harus dipelihara oleh orang lain dengan cara diundi, Maryam kemudian dipelihara oleh Zakaria, ayah Yahya Pembaptis. Mereka semua termasuk keluarga Imran. Imran sendiri adalah anak Masan, kakek Nabi Isa dari pihak ibu, tapi tidak kita temukan silsilahnya yang berurutan, selain disebutkan bahwa ujungnya sampai kepada Nabi Sulaiman dan bermuara pada Nabi Ibrahim melalui Yehuda, Yaqub anak Ishak.
Adapun Imran (dalam Bibel Amran) ayah Musa, anak Lewi, juga bermuara pada Nabi Ibrahim melalui Yaqub anak Ishak. Dan “Sebagai keturunan yang satu dengan yang lain....” (Āli ‘Imrān/3:34), maka rasul-rasul Allah sejak Adam sampai Nuh dan Ibrahim, sampai ke rasul terakhir, Muhammad saw, membentuk suatu persaudaraan dari keturunan Israil dan Ismail melalui Ibrahim, masing-masing dari Ishak dan dari Ismail. Jarak waktu antara kedua Imran itu 1800 tahun.
Walaupun kita tidak banyak menemukan data mengenai Maria dan ayahnya dalam Perjanjian Baru, di dalam Al-Qur′an Maryam disebutkan: “… para malaikat berkata: ‘Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah telah memilihmu, menyucikanmu dan melebihkanmu di atas segala perempuan di seluruh alam (pada masa itu)…” (Āli ‘Imrān/3:42). | null | null |
328 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 35 | 54 | 6 | 3 | 1 | اِذْ قَالَتِ امْرَاَتُ عِمْرٰنَ رَبِّ اِنِّيْ نَذَرْتُ لَكَ مَا فِيْ بَطْنِيْ مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّيْ ۚ اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ | Iż qālatimra'atu ‘imrāna rabbi innī nażartu laka mā fī baṭnī muḥarraran fataqabbal minnī, innaka antas-samī‘ul-‘alīm(u). | (Ingatlah) ketika istri Imran89) berkata, “Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada-Mu apa yang ada di dalam kandunganku murni untuk-Mu (berkhidmat di Baitulmaqdis). Maka, terimalah (nazar itu) dariku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” | 89 | 89) Istri Imran yang merupakan ibunda Maryam adalah Hanna binti Faqud. Nabi Zakaria a.s. menikahi saudari perempuan Hanna sehingga Maryam adalah keponakannya. | Sebelum menjelaskan tentang peristiwa kelahiran Isa yang di luar kewajaran, Allah terlebih dahulu menuturkan siapa sebenarnya Maryam, sekaligus sebagai jawaban terhadap mereka yang memperdebatkan siapa sesungguhnya Isa itu. Ingatlah, ketika istri Imran sedang mengandung, ia berkata, “Tuhanku, sesungguhnya aku bernazar kepadaMu, bahwa apa yang dalam kandunganku, berupa janin, kelak menjadi hamba yang mengabdi kepada-Mu dengan mencurahkan segala kemampuan untuk mengurus rumah-Mu, maka terimalah nazar itu dariku. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar segala perkataan hamba-Mu, termasuk nazarku, Maha Mengetahui segala apa yang diniatkan, termasuk niatku untuk mempersembahkan anakku demi mengabdi kepada-Mu.” | Pada ayat yang lalu diterangkan bahwa antara dua keluarga besar itu yakni keluarga Ibrahim dan keluarga Imran yang satu sama lain jalin-menjalin, maka pada ayat ini diterangkan mengenai kisah salah seorang keturunan mereka yang terkemuka, yakni istri Imran yang sedang hamil. Ia menazarkan anak yang masih dalam kandungannya untuk dijadikan pelayan yang selalu berkhidmat dan beribadah di Baitulmakdis. Dia tidak akan membebani sesuatu pada anaknya nanti, karena anak itu semata-mata telah diikhlaskan untuk mengabdi di sana.
Pada akhir ayat 34 telah dijelaskan bahwa Allah mendengar apa yang diucapkan oleh istri Imran, mengetahui niat yang suci, dan mendengar pujiannya kepada Allah ketika ia bermunajat. Hal-hal inilah yang menyebabkan doanya terkabul, dan harapannya terpenuhi sebagai karunia dan kebaikan dari Allah.
Di dalam beberapa ayat ini dua kali disebut nama Imran. Yang pertama dalam ayat 33, yaitu Imran ayah Nabi Musa a.s.; sedang yang kedua adalah pada ayat 35, yaitu Imran ayah Maryam. Rentang waktu antara kedua orang itu sangat panjang. Ayat ini menunjukkan bahwa ibu boleh menazarkan anaknya, dan boleh mengambil manfaat dengan anaknya itu untuk dirinya sendiri. Pada ayat ini terdapat pula pelajaran, yaitu hendaknya kita berdoa kepada Allah agar anak kita menjadi orang yang rajin beribadah dan berguna bagi agamanya, seperti doa Nabi Zakaria yang dikisahkan dalam Al-Qur′an.
Setelah istri Imran melahirkan, dan ternyata yang lahir itu anak perempuan padahal yang diharapkan anak laki-laki, tampaklah diwajahnya kesedihan dan putuslah harapannya untuk melaksanakan nazarnya, dia berkata, “Ya Tuhanku, aku melahirkan anak perempuan.” Seolah-olah dia memohon ampun kepada Tuhan, bahwa anak perempuan itu tidak patut memenuhi nazarnya yaitu berkhidmat di Baitulmakdis. Tetapi Allah lebih mengetahui martabat bayi perempuan yang dilahirkan itu, bahkan dia jauh lebih baik dari bayi laki-laki yang dimohonkannya. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan bahwa tanda mencintai Allah adalah melakukan segala perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya, serta kesuksesan dan kemenangan umat Islam tergantung pada ketundukan mereka kepada Allah serta kepada Rasul-Nya, maka pada ayat-ayat berikut diterangkan tentang perihal orang-orang yang dicintai dan dipilih Allah, serta dijadikan-Nya rasul untuk menjelaskan kepada umatnya bagaimana cara mencintai Allah yaitu dengan beriman kepada-Nya serta taat dan mengamalkan perbuatan yang diridai-Nya. | KEUTAMAAN KELUARGA IMRAN | Āla ‘Imrān (Ālu ‘Imrān) adalah keluarga Imran. Keluarga Imran dalam ayat ini termasuk ayah Maryam, yang punya silsilah panjang sebagai pemuka-pemuka agama. Imran sendiri, ayah Maryam, dikenal sebagai orang besar yang saleh di kalangan pemuka agama Bani Israil. Istrinya bernazar kepada Tuhan bahwa bayi yang dalam kandungannya akan dibiarkan mengabdi kepada Tuhan dengan harapan akan mendapat anak laki-laki. Tetapi yang lahir ternyata anak perempuan Maryam (Āli ‘Imrān/3: 34-36), yang dalam syariat Musa tidak dapat diabdikan untuk pelayan rumah suci. Diduga Imran meninggal ketika putrinya belum lahir, sehingga harus dipelihara oleh orang lain dengan cara diundi, Maryam kemudian dipelihara oleh Zakaria, ayah Yahya Pembaptis. Mereka semua termasuk keluarga Imran. Imran sendiri adalah anak Masan, kakek Nabi Isa dari pihak ibu, tapi tidak kita temukan silsilahnya yang berurutan, selain disebutkan bahwa ujungnya sampai kepada Nabi Sulaiman dan bermuara pada Nabi Ibrahim melalui Yehuda, Yaqub anak Ishak.
Adapun Imran (dalam Bibel Amran) ayah Musa, anak Lewi, juga bermuara pada Nabi Ibrahim melalui Yaqub anak Ishak. Dan “Sebagai keturunan yang satu dengan yang lain....” (Āli ‘Imrān/3:34), maka rasul-rasul Allah sejak Adam sampai Nuh dan Ibrahim, sampai ke rasul terakhir, Muhammad saw, membentuk suatu persaudaraan dari keturunan Israil dan Ismail melalui Ibrahim, masing-masing dari Ishak dan dari Ismail. Jarak waktu antara kedua Imran itu 1800 tahun.
Walaupun kita tidak banyak menemukan data mengenai Maria dan ayahnya dalam Perjanjian Baru, di dalam Al-Qur′an Maryam disebutkan: “… para malaikat berkata: ‘Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah telah memilihmu, menyucikanmu dan melebihkanmu di atas segala perempuan di seluruh alam (pada masa itu)…” (Āli ‘Imrān/3:42). | null | null |
329 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 36 | 54 | 6 | 3 | 1 | فَلَمَّا وَضَعَتْهَا قَالَتْ رَبِّ اِنِّيْ وَضَعْتُهَآ اُنْثٰىۗ وَاللّٰهُ اَعْلَمُ بِمَا وَضَعَتْۗ وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَالْاُنْثٰى ۚ وَاِنِّيْ سَمَّيْتُهَا مَرْيَمَ وَاِنِّيْٓ اُعِيْذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطٰنِ الرَّجِيْمِ | Falammā waḍa‘athā qālat rabbi innī waḍa‘tuhā unṡā, wallāhu a‘lamu bimā waḍa‘at, wa laisaż-żakaru kal-unṡā, wa innī sammaituhā maryama wa innī u‘īżuhā bika wa żurriyyatahā minasy-syaiṭānir-rajīm(i). | Ketika melahirkannya, dia berkata, “Wahai Tuhanku, aku telah melahirkan anak perempuan.” Padahal, Allah lebih tahu apa yang dia (istri Imran) lahirkan. “Laki-laki tidak sama dengan perempuan. Aku memberinya nama Maryam serta memohon perlindungan-Mu untuknya dan anak cucunya dari setan yang terkutuk.” | null | null | Setelah bernazar untuk mempersembahkan anaknya untuk mengurus rumah-Nya, maka ketika istri Imran melahirkan anak-nya, dia bermunajat kepada Allah seraya berkata, “Tuhanku, aku telah melahirkan anak perempuan. “Padahal Allah lebih tahu apa yang terbaik atas apa yang dia lahirkan, yakni perempan. Dan anak laki-laki yang diharapkan tidak sama dengan, yakni tidak lebih baik daripada, perempuan yang diberikan Allah. Istri Imran berkata, “Dan aku memberinya nama Maryam, dan aku mohon perlindungan-Mu untuknya dan anak cucunya dari gangguan setan yang terkutuk.” Ini mengisyaratkan atas besarnya karunia yang diberikan kepada keluarga Imran, sekaligus misteri besar di balik kelahiran anak perempuannya, sementara ia berharap anak laki-laki karena terkait nazarnya. | Ayat ini menegaskan kemuliaan putri yang dilahirkan, dan menolak persangkaan bahwa bayi perempuan yang dilahirkan lebih rendah martabatnya daripada bayi laki-laki seperti yang diharapkan oleh istri Imran.
Setelah istri Imran menyadari kenyataan anaknya itu perempuan, dan meyakini adanya hikmah dan rahasia di balik kenyataan ini, maka dia menyatakan bahwa bayi itu akan diberi nama Maryam. Dia tidak akan menarik kembali apa yang telah dinazarkan untuk menyerahkan anaknya berkhidmat di Baitulmakdis, walaupun bayi itu perempuan dan menurut anggapannya tidak pantas untuk menjaga Baitulmakdis, namun dia akan menjadi seorang abdi Tuhan yang khusyuk. Istri Imran memohon agar Allah menjaga dan melindungi bayinya dari godaan setan yang mungkin menjauhkannya dari kebajikan. Mengenai hal ini, Rasulullah saw bersabda sebagai berikut:
كُلُّ بَنِيْ اٰدَمَ يَمَسُّهُ الشَّيْطَانُ يَوْمَ وَلَدَتْهُ اُمُّهُ اِلاَّ مَرْيَمَ وَابْنَهَا (رواه البخاري ومسلم عن أبي هريرة)
“Tiap-tiap anak cucu Adam yang dilahirkan dijamah oleh setan pada waktu kelahirannya kecuali Maryam dan putranya”. (Riwayat al-Bukhārī dan Muslim dari Abū Hurairah). | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan bahwa tanda mencintai Allah adalah melakukan segala perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya, serta kesuksesan dan kemenangan umat Islam tergantung pada ketundukan mereka kepada Allah serta kepada Rasul-Nya, maka pada ayat-ayat berikut diterangkan tentang perihal orang-orang yang dicintai dan dipilih Allah, serta dijadikan-Nya rasul untuk menjelaskan kepada umatnya bagaimana cara mencintai Allah yaitu dengan beriman kepada-Nya serta taat dan mengamalkan perbuatan yang diridai-Nya. | KEUTAMAAN KELUARGA IMRAN | Āla ‘Imrān (Ālu ‘Imrān) adalah keluarga Imran. Keluarga Imran dalam ayat ini termasuk ayah Maryam, yang punya silsilah panjang sebagai pemuka-pemuka agama. Imran sendiri, ayah Maryam, dikenal sebagai orang besar yang saleh di kalangan pemuka agama Bani Israil. Istrinya bernazar kepada Tuhan bahwa bayi yang dalam kandungannya akan dibiarkan mengabdi kepada Tuhan dengan harapan akan mendapat anak laki-laki. Tetapi yang lahir ternyata anak perempuan Maryam (Āli ‘Imrān/3: 34-36), yang dalam syariat Musa tidak dapat diabdikan untuk pelayan rumah suci. Diduga Imran meninggal ketika putrinya belum lahir, sehingga harus dipelihara oleh orang lain dengan cara diundi, Maryam kemudian dipelihara oleh Zakaria, ayah Yahya Pembaptis. Mereka semua termasuk keluarga Imran. Imran sendiri adalah anak Masan, kakek Nabi Isa dari pihak ibu, tapi tidak kita temukan silsilahnya yang berurutan, selain disebutkan bahwa ujungnya sampai kepada Nabi Sulaiman dan bermuara pada Nabi Ibrahim melalui Yehuda, Yaqub anak Ishak.
Adapun Imran (dalam Bibel Amran) ayah Musa, anak Lewi, juga bermuara pada Nabi Ibrahim melalui Yaqub anak Ishak. Dan “Sebagai keturunan yang satu dengan yang lain....” (Āli ‘Imrān/3:34), maka rasul-rasul Allah sejak Adam sampai Nuh dan Ibrahim, sampai ke rasul terakhir, Muhammad saw, membentuk suatu persaudaraan dari keturunan Israil dan Ismail melalui Ibrahim, masing-masing dari Ishak dan dari Ismail. Jarak waktu antara kedua Imran itu 1800 tahun.
Walaupun kita tidak banyak menemukan data mengenai Maria dan ayahnya dalam Perjanjian Baru, di dalam Al-Qur′an Maryam disebutkan: “… para malaikat berkata: ‘Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah telah memilihmu, menyucikanmu dan melebihkanmu di atas segala perempuan di seluruh alam (pada masa itu)…” (Āli ‘Imrān/3:42). | null | null |
330 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 37 | 54 | 6 | 3 | 1 | فَتَقَبَّلَهَا رَبُّهَا بِقَبُوْلٍ حَسَنٍ وَّاَنْۢبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنًاۖ وَّكَفَّلَهَا زَكَرِيَّا ۗ كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيْهَا زَكَرِيَّا الْمِحْرَابَۙ وَجَدَ عِنْدَهَا رِزْقًا ۚ قَالَ يٰمَرْيَمُ اَنّٰى لَكِ هٰذَا ۗ قَالَتْ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يَرْزُقُ مَنْ يَّشَاۤءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ | Fataqabbalahā rabbuhā biqabūlin ḥasaniw wa ambatahā nabātan ḥasanā(n), wa kaffalahā zakariyyā, kullamā dakhala ‘alaihā zakariyyal-miḥrāba wajada ‘indahā rizqā(n), qāla yā maryama annā laki hāżā, qālat huwa min ‘indillāh(i), innallāha yarzuqu may yasyā'u bigairi ḥisāb(in). | Dia (Allah) menerimanya (Maryam) dengan penerimaan yang baik, membesarkannya dengan pertumbuhan yang baik, dan menyerahkan pemeliharaannya kepada Zakaria. Setiap kali Zakaria masuk menemui di mihrabnya, dia mendapati makanan di sisinya. Dia berkata, “Wahai Maryam, dari mana ini engkau peroleh?” Dia (Maryam) menjawab, “Itu dari Allah.” Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan. | null | null | Maka Dia menerima doa-nya, dengan penerimaan yang baik, dan Dia membesarkannya, Maryam, melalui kedua orang tuanya dengan pertumbuhan yang baik, baik secara fisik maupun mental, dan karena suaminya, Imran, sudah meninggal, maka ibunya menyerahkan pemeliharaannya, Maryam, kepada Zakaria, di samping ia masih saudara, juga seorang nabi bagi Bani Israil sekaligus pengasuh rumah-rumah suci orang Yahudi. Setelah tumbuh dewasa, Allah menampakkan keistimewaan Maryam, yaitu setiap kali Zakaria masuk menemuinya, Maryam, yang biasanya dalam keadaan berzikir, di mihrab kamar khusus ibadah, dia, Zakaria, dapati makanan di sisinya. Dia, Zakaria, berkata dengan penuh keheranan, “Wahai Maryam! Dari mana makanan ini engkau peroleh?” Dia, Maryam, menjawab dengan singkat, “Itu dari Allah.” Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan, baik menyangkut jumlahnya maupun caranya. | Allah menerima Maryam sebagai nazar disebabkan permohonan ibunya. Allah meridainya untuk menjadi orang yang semata-mata beribadah dan barkhidmat di Baitulmakdis walaupun Maryam masih kecil dan hanya seorang perempuan. Padahal orang yang dikhususkan untuk berkhidmat di Baitulmakdis biasanya laki-laki yang akil balig dan sanggup melaksanakan pengkhidmatan. Allah juga memelihara dan mendidiknya serta mem-besarkannya dengan sebaik-baiknya.
Pendidikan yang diberikan Allah kepada Maryam, meliputi pendidikan rohani dan jasmani. Maka dia menjadi orang yang berbadan sehat dan kuat serta berbudi baik, bersih rohani dan jasmaninya. Allah telah pula menjadikan Nabi Zakaria sebagai pengasuh dan pelindungnya.
Diriwayatkan bahwa ibunya menjemput dan membawanya ke masjid, lalu meletakkannya di depan rahib-rahib yang ada di sana. Dia berkata, “Ambillah olehmu anak yang kunazarkan ini”. Maka mereka saling memperebutkan bayi itu, karena dia adalah putri dari pemimpin mereka. Masing-masing ingin menjadi pengasuhnya. Nabi Zakaria kemudian berkata, “Aku lebih berhak mengasuhnya, karena bibinya adalah istriku”. Tetapi mereka menolak kecuali jika ditentukan dengan undian. Maka pergilah mereka ke sungai Yordan, melepaskan anak panah mereka masing-masing ke sungai, dengan maksud siapa yang anak panahnya dapat bertahan terhadap arus air sungai dan dapat cepat naik, maka dialah yang berhak mengasuh bayi Maryam. Ternyata kemudian anak panah Nabi Zakarialah yang dapat bertahan dan timbul meluncur di permukaan air, sedang anak panah yang lainnya hanyut tenggelam dibawa arus. Maka dalam undian itu, Nabi Zakaria yang menang dan Maryam segera diserahkan kepadanya untuk dipelihara dan dididik di bawah asuhan bibinya sendiri.
Manakala Maryam sudah mulai dewasa, dia telah mulai beribadah di mihrab. Tiap kali Nabi Zakaria masuk ke dalam mihrab, ia dapati di sana makanan dan bermacam buah-buahan yang tidak ada pada waktu itu karena belum datang musimnya. Zakaria pernah menanyakan kepada Maryam tentang buah-buahan itu dari mana dia peroleh padahal saat itu musim kemarau. Maka Maryam menjawab, “Makanan itu dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa perhitungan.”
Kisah tersebut dikemukakan untuk meneguhkan kenabian Muhammad saw, dan mengalihkan pikiran Ahli Kitab yang membatasi karunia kenabian pada keturunan Bani Israil saja. Juga untuk mengoreksi pendapat orang musyrik Arab yang menolak kenabian Muhammad saw. karena menganggap dia hanya manusia seperti mereka.
Allah telah menjadikan Adam sebagai orang pilihan dan khalifah di atas bumi, serta menjadikan Nuh sebagai orang pilihan dan bapak yang kedua dari umat manusia dan kemudian memilih Ibrahim serta keluarganya untuk menjadi manusia pilihan dan pembimbing manusia. Orang Arab dan para Ahli Kitab mengetahui hal itu, tetapi orang musyrik Arab menyombongkan diri sebagai keturunan Ismail dan pemeluk agama Ibrahim, dan Ahli Kitab menyombongkan diri atas terpilihnya keluarga Imran dari keturunan Bani Israil cucu Nabi Ibrahim. Banyak orang Arab maupun ahli Kitab mengetahui bahwa Allah telah memilih mereka semata-mata hanyalah atas kehendak-Nya, sebagai karunia dan kemurahan-Nya. Maka apakah yang menghalangi Allah untuk menjadikan Muhammad orang pilihan di atas bumi ini, sebagaimana Allah memilih mereka juga? Allah memilih siapa pun yang Dia kehendaki di antara makhluk-Nya. Allah telah memilih Muhammad saw serta menjadikannya sebagai pemimpin bagi umat manusia dan mengeluarkan mereka dari kegelapan syirik, dan kebodohan, kepada cahaya kebenaran dan keimanan. Tidak seorang pun dari keluarga Ibrahim dan Imran lebih besar pengaruhnya daripada Muhammad saw. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan bahwa tanda mencintai Allah adalah melakukan segala perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya, serta kesuksesan dan kemenangan umat Islam tergantung pada ketundukan mereka kepada Allah serta kepada Rasul-Nya, maka pada ayat-ayat berikut diterangkan tentang perihal orang-orang yang dicintai dan dipilih Allah, serta dijadikan-Nya rasul untuk menjelaskan kepada umatnya bagaimana cara mencintai Allah yaitu dengan beriman kepada-Nya serta taat dan mengamalkan perbuatan yang diridai-Nya. | KEUTAMAAN KELUARGA IMRAN | Āla ‘Imrān (Ālu ‘Imrān) adalah keluarga Imran. Keluarga Imran dalam ayat ini termasuk ayah Maryam, yang punya silsilah panjang sebagai pemuka-pemuka agama. Imran sendiri, ayah Maryam, dikenal sebagai orang besar yang saleh di kalangan pemuka agama Bani Israil. Istrinya bernazar kepada Tuhan bahwa bayi yang dalam kandungannya akan dibiarkan mengabdi kepada Tuhan dengan harapan akan mendapat anak laki-laki. Tetapi yang lahir ternyata anak perempuan Maryam (Āli ‘Imrān/3: 34-36), yang dalam syariat Musa tidak dapat diabdikan untuk pelayan rumah suci. Diduga Imran meninggal ketika putrinya belum lahir, sehingga harus dipelihara oleh orang lain dengan cara diundi, Maryam kemudian dipelihara oleh Zakaria, ayah Yahya Pembaptis. Mereka semua termasuk keluarga Imran. Imran sendiri adalah anak Masan, kakek Nabi Isa dari pihak ibu, tapi tidak kita temukan silsilahnya yang berurutan, selain disebutkan bahwa ujungnya sampai kepada Nabi Sulaiman dan bermuara pada Nabi Ibrahim melalui Yehuda, Yaqub anak Ishak.
Adapun Imran (dalam Bibel Amran) ayah Musa, anak Lewi, juga bermuara pada Nabi Ibrahim melalui Yaqub anak Ishak. Dan “Sebagai keturunan yang satu dengan yang lain....” (Āli ‘Imrān/3:34), maka rasul-rasul Allah sejak Adam sampai Nuh dan Ibrahim, sampai ke rasul terakhir, Muhammad saw, membentuk suatu persaudaraan dari keturunan Israil dan Ismail melalui Ibrahim, masing-masing dari Ishak dan dari Ismail. Jarak waktu antara kedua Imran itu 1800 tahun.
Walaupun kita tidak banyak menemukan data mengenai Maria dan ayahnya dalam Perjanjian Baru, di dalam Al-Qur′an Maryam disebutkan: “… para malaikat berkata: ‘Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah telah memilihmu, menyucikanmu dan melebihkanmu di atas segala perempuan di seluruh alam (pada masa itu)…” (Āli ‘Imrān/3:42). | null | null |
331 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 38 | 55 | 6 | 3 | 1 | هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهٗ ۚ قَالَ رَبِّ هَبْ لِيْ مِنْ لَّدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً ۚ اِنَّكَ سَمِيْعُ الدُّعَاۤءِ | Hunālika da‘ā zakariyyā rabbahū qāla rabbi hab lī mil ladunka żurriyyatan ṭayyibah(tan), innaka samī‘ud-du‘ā'(i). | Di sanalah Zakaria berdoa kepada Tuhannya. Dia berkata, “Wahai Tuhanku, karuniakanlah kepadaku keturunan yang baik dari sisi-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa.” | null | null | Demi melihat keistimewaan Maryam dan nilai keberkahan mihrab tersebut, Zakaria menjadikan tempat yang diberkahi itu untuk memohon seorang anak kepada Allah. Di sanalah, di mihrab tempat Maryam beribadah itu, Zakaria berdoa kepada Tuhannya, dengan penuh kekhusyukan dan keyakinan. Dia berkata, “Ya Tuhanku, melalui keberkahan mihrab ini, berilah aku keturunan yang baik dari sisi-Mu, karena aku sendiri tidak tahu bagaimana caranya. Yang aku tahu sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa setiap hamba yang memohon kepada-Mu.” | Pada ayat yang lalu telah diceritakan perihal keluarga Imran, maka pada ayat ini dipaparkan cerita seputar keluarga Zakaria, di antara keduanya terjalin hubungan yang sangat erat, dalam rangka mengemukakan keutamaan keluarga Imran. Tatkala Zakaria melihat kemuliaan dan martabat yang begitu tinggi pada Maryam di hadapan Allah, timbullah keinginannya untuk mempunyai seorang anak serupa dengan Maryam dalam kecerdasan dan kemuliaannya di sisi Allah.
Walaupun Zakaria mengetahui bahwa istrinya adalah seorang perempuan yang mandul dan sudah tua, namun dia tetap mengharapkan anugerah dari Allah. Di dalam mihrab tempat Maryam beribadah, Zakaria memanjatkan doa kepada Allah, semoga Dia berkenan menganugerahkan kepadanya seorang keturunan yang saleh, dan taat mengabdi kepada Allah. Doa yang timbul dari lubuk hati yang tulus dan penuh kepercayaan kepada kasih sayang Allah yang Maha Mendengar dan memperkenankan segala doa, maka segera doanya dikabulkan Allah. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan bahwa tanda mencintai Allah adalah melakukan segala perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya, serta kesuksesan dan kemenangan umat Islam tergantung pada ketundukan mereka kepada Allah serta kepada Rasul-Nya, maka pada ayat-ayat berikut diterangkan tentang perihal orang-orang yang dicintai dan dipilih Allah, serta dijadikan-Nya rasul untuk menjelaskan kepada umatnya bagaimana cara mencintai Allah yaitu dengan beriman kepada-Nya serta taat dan mengamalkan perbuatan yang diridai-Nya. | KEUTAMAAN KELUARGA IMRAN | Āla ‘Imrān (Ālu ‘Imrān) adalah keluarga Imran. Keluarga Imran dalam ayat ini termasuk ayah Maryam, yang punya silsilah panjang sebagai pemuka-pemuka agama. Imran sendiri, ayah Maryam, dikenal sebagai orang besar yang saleh di kalangan pemuka agama Bani Israil. Istrinya bernazar kepada Tuhan bahwa bayi yang dalam kandungannya akan dibiarkan mengabdi kepada Tuhan dengan harapan akan mendapat anak laki-laki. Tetapi yang lahir ternyata anak perempuan Maryam (Āli ‘Imrān/3: 34-36), yang dalam syariat Musa tidak dapat diabdikan untuk pelayan rumah suci. Diduga Imran meninggal ketika putrinya belum lahir, sehingga harus dipelihara oleh orang lain dengan cara diundi, Maryam kemudian dipelihara oleh Zakaria, ayah Yahya Pembaptis. Mereka semua termasuk keluarga Imran. Imran sendiri adalah anak Masan, kakek Nabi Isa dari pihak ibu, tapi tidak kita temukan silsilahnya yang berurutan, selain disebutkan bahwa ujungnya sampai kepada Nabi Sulaiman dan bermuara pada Nabi Ibrahim melalui Yehuda, Yaqub anak Ishak.
Adapun Imran (dalam Bibel Amran) ayah Musa, anak Lewi, juga bermuara pada Nabi Ibrahim melalui Yaqub anak Ishak. Dan “Sebagai keturunan yang satu dengan yang lain....” (Āli ‘Imrān/3:34), maka rasul-rasul Allah sejak Adam sampai Nuh dan Ibrahim, sampai ke rasul terakhir, Muhammad saw, membentuk suatu persaudaraan dari keturunan Israil dan Ismail melalui Ibrahim, masing-masing dari Ishak dan dari Ismail. Jarak waktu antara kedua Imran itu 1800 tahun.
Walaupun kita tidak banyak menemukan data mengenai Maria dan ayahnya dalam Perjanjian Baru, di dalam Al-Qur′an Maryam disebutkan: “… para malaikat berkata: ‘Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah telah memilihmu, menyucikanmu dan melebihkanmu di atas segala perempuan di seluruh alam (pada masa itu)…” (Āli ‘Imrān/3:42). | null | null |
332 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 39 | 55 | 6 | 3 | 1 | فَنَادَتْهُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ وَهُوَ قَاۤىِٕمٌ يُّصَلِّيْ فِى الْمِحْرَابِۙ اَنَّ اللّٰهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحْيٰى مُصَدِّقًاۢ بِكَلِمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ وَسَيِّدًا وَّحَصُوْرًا وَّنَبِيًّا مِّنَ الصّٰلِحِيْنَ | Fanādathul-malā'ikatu wa huwa qā'imuy yuṣallī fil-miḥrāb(i), annallāha yubasysyiruka biyaḥyā muṣaddiqam bikalimatim minallāhi wa sayyidaw wa ḥaṣūraw wa nabiyyam minaṣ-ṣāliḥīn(a). | Lalu, Malaikat (Jibril) memanggilnya ketika dia berdiri melaksanakan salat di mihrab, “Allah menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan (kelahiran) Yahya yang membenarkan kalimat dari Allah,90) (menjadi) anutan, menahan diri (dari hawa nafsu), dan seorang nabi di antara orang-orang saleh.” | 90 | 90) Membenarkan kedatangan seorang nabi yang diciptakan dengan kata kun (‘jadilah!’) tanpa ayah, yaitu Nabi Isa a.s. | Allah mengabulkan doa Zakaria, dan dengan segera para malaikat, yakni Malaikat Jibril, memanggilnya ketika dia sedang berdiri melaksanakan salat di mihrab, “Allah menyampaikan kabar gembira yakni memberi anak kepadamu, wahai Zakaria, dan menambah pemberian-Nya dengan memberinya nama Yahya. Bukan hanya itu, ia adalah orang yang akan membenarkan atau mengimani sebuah kalimat atau firman dari Allah yakni kedatangan seorang nabi yang diciptakan tanpa ayah yaitu Nabi Isa, juga sebagai panutan, berkemampuan menahan diri dari hawa nafsu dan seorang nabi di antara orang-orang saleh.” | Ketika Zakaria masih berdiri di mihrab, dan baru selesai berdoa, datanglah kepadanya Malaikat Jibril memberitahukan bahwa Allah akan menganugerahkan kepadanya seorang anak laki-laki bernama Yahya.
Yahya kelak yang akan membenarkan nabi yang diciptakan oleh Allah, yang lahir tidak seperti bayi-bayi yang lain, dengan melalui ibu dan bapak, yaitu Nabi Isa. Yahya adalah seorang nabi yang memimpin kaumnya ke arah kemuliaan dan kebahagiaan. Nabi yang menjauhkan dirinya dari nafsu dan syahwat, karena semata-mata mengabdi kepada Allah. Dia adalah seorang nabi yang lahir dari keturunan yang mulia yakni nabi-nabi ṣalawātullāhi ‘alaihim.
Diriwayatkan bahwa Nabi Yahya sewaktu masih kanak-kanak, pernah berjalan melewati anak-anak yang sedang bermain. Mereka mengajaknya bermain. Beliau berkata, “Aku diciptakan bukan untuk bermain-main”. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan bahwa tanda mencintai Allah adalah melakukan segala perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya, serta kesuksesan dan kemenangan umat Islam tergantung pada ketundukan mereka kepada Allah serta kepada Rasul-Nya, maka pada ayat-ayat berikut diterangkan tentang perihal orang-orang yang dicintai dan dipilih Allah, serta dijadikan-Nya rasul untuk menjelaskan kepada umatnya bagaimana cara mencintai Allah yaitu dengan beriman kepada-Nya serta taat dan mengamalkan perbuatan yang diridai-Nya. | KEUTAMAAN KELUARGA IMRAN | Āla ‘Imrān (Ālu ‘Imrān) adalah keluarga Imran. Keluarga Imran dalam ayat ini termasuk ayah Maryam, yang punya silsilah panjang sebagai pemuka-pemuka agama. Imran sendiri, ayah Maryam, dikenal sebagai orang besar yang saleh di kalangan pemuka agama Bani Israil. Istrinya bernazar kepada Tuhan bahwa bayi yang dalam kandungannya akan dibiarkan mengabdi kepada Tuhan dengan harapan akan mendapat anak laki-laki. Tetapi yang lahir ternyata anak perempuan Maryam (Āli ‘Imrān/3: 34-36), yang dalam syariat Musa tidak dapat diabdikan untuk pelayan rumah suci. Diduga Imran meninggal ketika putrinya belum lahir, sehingga harus dipelihara oleh orang lain dengan cara diundi, Maryam kemudian dipelihara oleh Zakaria, ayah Yahya Pembaptis. Mereka semua termasuk keluarga Imran. Imran sendiri adalah anak Masan, kakek Nabi Isa dari pihak ibu, tapi tidak kita temukan silsilahnya yang berurutan, selain disebutkan bahwa ujungnya sampai kepada Nabi Sulaiman dan bermuara pada Nabi Ibrahim melalui Yehuda, Yaqub anak Ishak.
Adapun Imran (dalam Bibel Amran) ayah Musa, anak Lewi, juga bermuara pada Nabi Ibrahim melalui Yaqub anak Ishak. Dan “Sebagai keturunan yang satu dengan yang lain....” (Āli ‘Imrān/3:34), maka rasul-rasul Allah sejak Adam sampai Nuh dan Ibrahim, sampai ke rasul terakhir, Muhammad saw, membentuk suatu persaudaraan dari keturunan Israil dan Ismail melalui Ibrahim, masing-masing dari Ishak dan dari Ismail. Jarak waktu antara kedua Imran itu 1800 tahun.
Walaupun kita tidak banyak menemukan data mengenai Maria dan ayahnya dalam Perjanjian Baru, di dalam Al-Qur′an Maryam disebutkan: “… para malaikat berkata: ‘Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah telah memilihmu, menyucikanmu dan melebihkanmu di atas segala perempuan di seluruh alam (pada masa itu)…” (Āli ‘Imrān/3:42). | null | null |
333 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 40 | 55 | 6 | 3 | 1 | قَالَ رَبِّ اَنّٰى يَكُوْنُ لِيْ غُلٰمٌ وَّقَدْ بَلَغَنِيَ الْكِبَرُ وَامْرَاَتِيْ عَاقِرٌ ۗ قَالَ كَذٰلِكَ اللّٰهُ يَفْعَلُ مَا يَشَاۤءُ | Qāla rabbi annā yakūnu lī gulāmuw wa qad balaganīyal-kibaru wamra'atī ‘āqir(un), qāla każālikallāhu yaf‘alu mā yasyā'(u). | Dia (Zakaria) berkata, “Wahai Tuhanku, bagaimana aku bisa mendapat anak, sedangkan aku sudah sangat tua dan istriku pun mandul?” (Allah) berfirman, “Demikianlah, Allah melakukan apa yang Dia kehendaki.” | null | null | Kabar gembira yang malaikat sampaikan kepada Zakaria justru membuat dia terkejut dan agak bimbang, dia berkata, “Tuhanku, bagaimana mungkin aku bisa mendapat anak yang aku minta sebagai penerus sedang aku sudah sangat tua dan istriku pun mandul?” Dia berfirman, “Demikianlah, Allah berbuat apa yang Dia kehendaki, termasuk memberi anak tanpa melalui proses yang wajar.” Peristiwa ini untuk mengawali sebuah peristiwa yang lebih dahsyat lagi, yakni proses kelahiran Nabi Isa yang tanpa bapak. | Setelah Zakaria yakin akan kebenaran kabar gembira itu, mulailah dia merasa heran terhadap kemungkinan kelahiran anak dari dirinya yang sudah tua. Meluncurlah kata-kata dari lidahnya, “Ya Tuhan, bagaimana mungkin aku akan mendapat anak laki-laki, sedang umurku sudah tua dan istrikupun mandul”. Allah berfirman dan firman-Nya disampaikan oleh malaikat, “Demikianlah Allah melaksanakan apa-apa yang Dia kehendaki. Apabila Allah menghendaki sesuatu, Allah mengadakan sebabnya atau Dia menjadikannya dengan tidak melalui sebab-sebab yang biasa. Tidak ada suatupun terjadi tanpa kehendak-Nya. Segala perkara terletak pada kekuasaan-Nya. Tidak patut pertanyaan tentang bagaimana caranya Allah menjadikannya, karena pikiran manusia tidak akan dapat mengetahuinya. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan bahwa tanda mencintai Allah adalah melakukan segala perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya, serta kesuksesan dan kemenangan umat Islam tergantung pada ketundukan mereka kepada Allah serta kepada Rasul-Nya, maka pada ayat-ayat berikut diterangkan tentang perihal orang-orang yang dicintai dan dipilih Allah, serta dijadikan-Nya rasul untuk menjelaskan kepada umatnya bagaimana cara mencintai Allah yaitu dengan beriman kepada-Nya serta taat dan mengamalkan perbuatan yang diridai-Nya. | KEUTAMAAN KELUARGA IMRAN | Āla ‘Imrān (Ālu ‘Imrān) adalah keluarga Imran. Keluarga Imran dalam ayat ini termasuk ayah Maryam, yang punya silsilah panjang sebagai pemuka-pemuka agama. Imran sendiri, ayah Maryam, dikenal sebagai orang besar yang saleh di kalangan pemuka agama Bani Israil. Istrinya bernazar kepada Tuhan bahwa bayi yang dalam kandungannya akan dibiarkan mengabdi kepada Tuhan dengan harapan akan mendapat anak laki-laki. Tetapi yang lahir ternyata anak perempuan Maryam (Āli ‘Imrān/3: 34-36), yang dalam syariat Musa tidak dapat diabdikan untuk pelayan rumah suci. Diduga Imran meninggal ketika putrinya belum lahir, sehingga harus dipelihara oleh orang lain dengan cara diundi, Maryam kemudian dipelihara oleh Zakaria, ayah Yahya Pembaptis. Mereka semua termasuk keluarga Imran. Imran sendiri adalah anak Masan, kakek Nabi Isa dari pihak ibu, tapi tidak kita temukan silsilahnya yang berurutan, selain disebutkan bahwa ujungnya sampai kepada Nabi Sulaiman dan bermuara pada Nabi Ibrahim melalui Yehuda, Yaqub anak Ishak.
Adapun Imran (dalam Bibel Amran) ayah Musa, anak Lewi, juga bermuara pada Nabi Ibrahim melalui Yaqub anak Ishak. Dan “Sebagai keturunan yang satu dengan yang lain....” (Āli ‘Imrān/3:34), maka rasul-rasul Allah sejak Adam sampai Nuh dan Ibrahim, sampai ke rasul terakhir, Muhammad saw, membentuk suatu persaudaraan dari keturunan Israil dan Ismail melalui Ibrahim, masing-masing dari Ishak dan dari Ismail. Jarak waktu antara kedua Imran itu 1800 tahun.
Walaupun kita tidak banyak menemukan data mengenai Maria dan ayahnya dalam Perjanjian Baru, di dalam Al-Qur′an Maryam disebutkan: “… para malaikat berkata: ‘Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah telah memilihmu, menyucikanmu dan melebihkanmu di atas segala perempuan di seluruh alam (pada masa itu)…” (Āli ‘Imrān/3:42). | null | null |
334 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 41 | 55 | 6 | 3 | 1 | قَالَ رَبِّ اجْعَلْ لِّيْٓ اٰيَةً ۗ قَالَ اٰيَتُكَ اَلَّا تُكَلِّمَ النَّاسَ ثَلٰثَةَ اَيَّامٍ اِلَّا رَمْزًا ۗ وَاذْكُرْ رَّبَّكَ كَثِيْرًا وَّسَبِّحْ بِالْعَشِيِّ وَالْاِبْكَارِ ࣖ | Qāla rabbij‘al lī āyah(tan), qāla āyatuka allā tukalliman-nāsa ṡalāṡata ayyāmin illā ramzā(n), ważkur rabbaka kaṡīraw wa sabbiḥ bil-‘asyiyyi wal-ibkār(i). | Dia (Zakaria) berkata, “Wahai Tuhanku, berilah aku suatu tanda (kehamilan istriku).” Allah berfirman, “Tandanya bagimu adalah engkau tidak (dapat) berbicara dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat. Sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya dan bertasbihlah pada waktu petang dan pagi hari.” | null | null | Untuk menguatkan batinnya, dia berkata untuk memanjatkan doa, “Tuhanku, berilah aku suatu tanda jika doaku benar-benar Engkau kabulkan, juga agar hatiku tenang.” Lalu Allah berfirman, “Tanda bagimu kalau doamu terkabul adalah bahwa engkau tidak mampu berbicara dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat, dan bukan berarti bisu. Buktinya, ia masih bisa bicara jika yang diucapkan adalah pujian kepada Allah. Dan sebutlah nama Tuhanmu sebanyak-banyaknya, dan bertasbihlah serta pujilah Dia pada waktu petang dan pagi hari.” | Setelah Zakaria mendengar jawaban itu dari Malaikat Jibril maka dia berkata, “Tuhanku berilah aku suatu tanda bahwa istriku akan hamil”.
Menurut al-Hasan al-Basri, Nabi Zakaria bertanya demikian adalah untuk segera memperoleh kegembiraan hatinya atau untuk menyambut nikmat dengan syukur, tanpa menunggu sampai anak itu lahir.
Kemudian Allah menjelaskan bahwa tanda istrinya sudah mengandung adalah dia sendiri tidak berbicara dengan orang lain selama tiga hari, kecuali dengan mempergunakan isyarat tangan, kepala dan lain-lainnya, dan beliau berzikir dan bertasbih kepada Allah. Allah menyuruh Zakaria tidak berbicara selama tiga hari, agar seluruh waktunya digunakan untuk zikir dan bertasbih kepada-Nya, sebagai pernyataan syukur yang hakiki.
Menurut al-Qurṭubī, sebagian mufasir mengatakan bahwa tiga hari Zakaria menjadi bisu itu adalah sebagai hukuman Allah terhadapnya, karena dia meminta pertanda kepada malaikat sehabis percakapan mereka.
Di akhir ayat ini Allah memerintahkan kepada Zakaria agar tetap ingat kepada Allah dan berzikir sebanyak-banyaknya pada waktu pagi dan petang hari, sebagai tanda syukur kepada-Nya. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan bahwa tanda mencintai Allah adalah melakukan segala perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya, serta kesuksesan dan kemenangan umat Islam tergantung pada ketundukan mereka kepada Allah serta kepada Rasul-Nya, maka pada ayat-ayat berikut diterangkan tentang perihal orang-orang yang dicintai dan dipilih Allah, serta dijadikan-Nya rasul untuk menjelaskan kepada umatnya bagaimana cara mencintai Allah yaitu dengan beriman kepada-Nya serta taat dan mengamalkan perbuatan yang diridai-Nya. | KEUTAMAAN KELUARGA IMRAN | Āla ‘Imrān (Ālu ‘Imrān) adalah keluarga Imran. Keluarga Imran dalam ayat ini termasuk ayah Maryam, yang punya silsilah panjang sebagai pemuka-pemuka agama. Imran sendiri, ayah Maryam, dikenal sebagai orang besar yang saleh di kalangan pemuka agama Bani Israil. Istrinya bernazar kepada Tuhan bahwa bayi yang dalam kandungannya akan dibiarkan mengabdi kepada Tuhan dengan harapan akan mendapat anak laki-laki. Tetapi yang lahir ternyata anak perempuan Maryam (Āli ‘Imrān/3: 34-36), yang dalam syariat Musa tidak dapat diabdikan untuk pelayan rumah suci. Diduga Imran meninggal ketika putrinya belum lahir, sehingga harus dipelihara oleh orang lain dengan cara diundi, Maryam kemudian dipelihara oleh Zakaria, ayah Yahya Pembaptis. Mereka semua termasuk keluarga Imran. Imran sendiri adalah anak Masan, kakek Nabi Isa dari pihak ibu, tapi tidak kita temukan silsilahnya yang berurutan, selain disebutkan bahwa ujungnya sampai kepada Nabi Sulaiman dan bermuara pada Nabi Ibrahim melalui Yehuda, Yaqub anak Ishak.
Adapun Imran (dalam Bibel Amran) ayah Musa, anak Lewi, juga bermuara pada Nabi Ibrahim melalui Yaqub anak Ishak. Dan “Sebagai keturunan yang satu dengan yang lain....” (Āli ‘Imrān/3:34), maka rasul-rasul Allah sejak Adam sampai Nuh dan Ibrahim, sampai ke rasul terakhir, Muhammad saw, membentuk suatu persaudaraan dari keturunan Israil dan Ismail melalui Ibrahim, masing-masing dari Ishak dan dari Ismail. Jarak waktu antara kedua Imran itu 1800 tahun.
Walaupun kita tidak banyak menemukan data mengenai Maria dan ayahnya dalam Perjanjian Baru, di dalam Al-Qur′an Maryam disebutkan: “… para malaikat berkata: ‘Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah telah memilihmu, menyucikanmu dan melebihkanmu di atas segala perempuan di seluruh alam (pada masa itu)…” (Āli ‘Imrān/3:42). | null | null |
335 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 42 | 55 | 6 | 3 | 1 | وَاِذْ قَالَتِ الْمَلٰۤىِٕكَةُ يٰمَرْيَمُ اِنَّ اللّٰهَ اصْطَفٰىكِ وَطَهَّرَكِ وَاصْطَفٰىكِ عَلٰى نِسَاۤءِ الْعٰلَمِيْنَ | Wa iż qālatil-malā'ikatu yā maryama innallāhaṣṭafāki wa ṭahharaki waṣṭafāki ‘alā nisā'il-‘ālamīn(a). | (Ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata, “Wahai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilihmu, menyucikanmu, dan melebihkanmu di atas seluruh perempuan di semesta alam (pada masa itu). | null | null | Usai memaparkan sosok yang merawat Maryam dan keberkahannya, melalui ayat ini Allah menjelaskan sosok Maryam. Dan ingatlah ketika para malaikat berkata, “Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah telah memilihmu berdasarkan ilmu Allah untuk menjadi ibu dari salah satu rasul-Nya, menyucikanmu dari segala dosa, dan melebihkanmu di atas segala perempuan di seluruh dunia, yakni dengan melahirkan seorang rasul tanpa disentuh seorang lelaki. | Ayat ini kembali menceritakan keluarga Imran, sesudah ayat yang lalu menceritakan hal ihwal keluarga Zakaria yang juga termasuk keluarga Imran. Dalam ayat ini Allah mengingatkan Nabi Muhammad saw, tentang peristiwa yang dialami oleh Maryam ketika dia didatangi oleh Malaikat Jibril (Maryam/19: 19-21). Pembicaraan Jibril dan Maryam di sini bukanlah seperti pembicaraan Jibril dengan nabi-nabi, yang merupakan penyampaian wahyu Allah kepada mereka melainkan sebagai pembicaraan malaikat dengan wali-wali Allah, yang berupa ilham.
Ungkapan rasa syukur Maryam kepada Allah dengan ibadah dan ketaatannya yang tidak putus-putusnya, menambah terpeliharanya kemuliaan dan kesempurnaan diri pribadinya, serta menambah jauhnya dari segala sifat yang tidak baik. Karena itu wajar bila Maryam memperoleh ilham dari Allah melalui Jibril sebagai penghormatan atas dirinya.
Jibril menandaskan bahwa Allah telah memilih Maryam untuk berkhidmat di Baitulmakdis, dan membersihkan dia dari keaiban lahir dan batin, serta menentukannya untuk melahirkan seorang nabi meskipun dia tidak pernah dijamah oleh seorang lelaki. Allah mengistimewakan Maryam atas semua perempuan di masanya. Sabda Rasul saw:
خَيْرُ نِسَاءِ الْعَالَمِيْنَ اَرْبَعٌ: مَرْيَمُ وَاٰسِيَةُ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ وَخَدِيْجَةُ بِنْتُ خُوَيْلِدْ وَفَاطِمَةُ بِنْتُ مُحَمَّدٍ (رواه البخاري ومسلم عن هشام بن حاكم)
Perempuan terbaik di dunia ini adalah empat orang: Maryam binti Imran, Asiyah istri Fir‘aun, Khadijah binti Khuwailid dan Fatimah binti Muhammad. (Riwayat al-Bukhārī dan Muslim dari Hisyām bin Ḥākim) | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan bahwa tanda mencintai Allah adalah melakukan segala perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya, serta kesuksesan dan kemenangan umat Islam tergantung pada ketundukan mereka kepada Allah serta kepada Rasul-Nya, maka pada ayat-ayat berikut diterangkan tentang perihal orang-orang yang dicintai dan dipilih Allah, serta dijadikan-Nya rasul untuk menjelaskan kepada umatnya bagaimana cara mencintai Allah yaitu dengan beriman kepada-Nya serta taat dan mengamalkan perbuatan yang diridai-Nya. | KEUTAMAAN KELUARGA IMRAN | Āla ‘Imrān (Ālu ‘Imrān) adalah keluarga Imran. Keluarga Imran dalam ayat ini termasuk ayah Maryam, yang punya silsilah panjang sebagai pemuka-pemuka agama. Imran sendiri, ayah Maryam, dikenal sebagai orang besar yang saleh di kalangan pemuka agama Bani Israil. Istrinya bernazar kepada Tuhan bahwa bayi yang dalam kandungannya akan dibiarkan mengabdi kepada Tuhan dengan harapan akan mendapat anak laki-laki. Tetapi yang lahir ternyata anak perempuan Maryam (Āli ‘Imrān/3: 34-36), yang dalam syariat Musa tidak dapat diabdikan untuk pelayan rumah suci. Diduga Imran meninggal ketika putrinya belum lahir, sehingga harus dipelihara oleh orang lain dengan cara diundi, Maryam kemudian dipelihara oleh Zakaria, ayah Yahya Pembaptis. Mereka semua termasuk keluarga Imran. Imran sendiri adalah anak Masan, kakek Nabi Isa dari pihak ibu, tapi tidak kita temukan silsilahnya yang berurutan, selain disebutkan bahwa ujungnya sampai kepada Nabi Sulaiman dan bermuara pada Nabi Ibrahim melalui Yehuda, Yaqub anak Ishak.
Adapun Imran (dalam Bibel Amran) ayah Musa, anak Lewi, juga bermuara pada Nabi Ibrahim melalui Yaqub anak Ishak. Dan “Sebagai keturunan yang satu dengan yang lain....” (Āli ‘Imrān/3:34), maka rasul-rasul Allah sejak Adam sampai Nuh dan Ibrahim, sampai ke rasul terakhir, Muhammad saw, membentuk suatu persaudaraan dari keturunan Israil dan Ismail melalui Ibrahim, masing-masing dari Ishak dan dari Ismail. Jarak waktu antara kedua Imran itu 1800 tahun.
Walaupun kita tidak banyak menemukan data mengenai Maria dan ayahnya dalam Perjanjian Baru, di dalam Al-Qur′an Maryam disebutkan: “… para malaikat berkata: ‘Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah telah memilihmu, menyucikanmu dan melebihkanmu di atas segala perempuan di seluruh alam (pada masa itu)…” (Āli ‘Imrān/3:42). | null | null |
336 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 43 | 55 | 6 | 3 | 1 | يٰمَرْيَمُ اقْنُتِيْ لِرَبِّكِ وَاسْجُدِيْ وَارْكَعِيْ مَعَ الرّٰكِعِيْنَ | Yā maryamuqnutī lirabbiki wasjudī warka‘ī ma‘ar-rāki‘īn(a). | Wahai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujudlah, dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk.” | null | null | Wahai Maryam! Sebagai wujud rasa syukurmu kepada Allah, maka taatilah Tuhanmu dengan penuh kesungguhan dan konsisten, serta sujud dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk.” | Allah mewajibkan kepada Maryam untuk taat kepada-Nya sebagai tanda syukur atas nikmat yang dianugerahkan-Nya kepadanya, dengan firman-Nya yang artinya, “Taatilah hai Maryam Tuhanmu, bersujudlah, dan rukuklah bersama orang-orang yang ruku”'. Yang dimaksud dengan “sujud“ di sini adalah sujud seperti sujud dalam salat dan dimaksudkan dengan “ruku” ialah salat itu sendiri. Ayat ini memerintahkan kepada Maryam agar melakukan salat berjamaah bersama-sama orang lain.
Salat menurut pengertian orang Yahudi waktu itu ialah: doa atau bersujud. Sujud dengan meletakkan dahi ke tanah atau ke lantai itu salat mereka, semua ibadah yang dilakukan Maryam bertempat di mihrab. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan bahwa tanda mencintai Allah adalah melakukan segala perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya, serta kesuksesan dan kemenangan umat Islam tergantung pada ketundukan mereka kepada Allah serta kepada Rasul-Nya, maka pada ayat-ayat berikut diterangkan tentang perihal orang-orang yang dicintai dan dipilih Allah, serta dijadikan-Nya rasul untuk menjelaskan kepada umatnya bagaimana cara mencintai Allah yaitu dengan beriman kepada-Nya serta taat dan mengamalkan perbuatan yang diridai-Nya. | KEUTAMAAN KELUARGA IMRAN | Āla ‘Imrān (Ālu ‘Imrān) adalah keluarga Imran. Keluarga Imran dalam ayat ini termasuk ayah Maryam, yang punya silsilah panjang sebagai pemuka-pemuka agama. Imran sendiri, ayah Maryam, dikenal sebagai orang besar yang saleh di kalangan pemuka agama Bani Israil. Istrinya bernazar kepada Tuhan bahwa bayi yang dalam kandungannya akan dibiarkan mengabdi kepada Tuhan dengan harapan akan mendapat anak laki-laki. Tetapi yang lahir ternyata anak perempuan Maryam (Āli ‘Imrān/3: 34-36), yang dalam syariat Musa tidak dapat diabdikan untuk pelayan rumah suci. Diduga Imran meninggal ketika putrinya belum lahir, sehingga harus dipelihara oleh orang lain dengan cara diundi, Maryam kemudian dipelihara oleh Zakaria, ayah Yahya Pembaptis. Mereka semua termasuk keluarga Imran. Imran sendiri adalah anak Masan, kakek Nabi Isa dari pihak ibu, tapi tidak kita temukan silsilahnya yang berurutan, selain disebutkan bahwa ujungnya sampai kepada Nabi Sulaiman dan bermuara pada Nabi Ibrahim melalui Yehuda, Yaqub anak Ishak.
Adapun Imran (dalam Bibel Amran) ayah Musa, anak Lewi, juga bermuara pada Nabi Ibrahim melalui Yaqub anak Ishak. Dan “Sebagai keturunan yang satu dengan yang lain....” (Āli ‘Imrān/3:34), maka rasul-rasul Allah sejak Adam sampai Nuh dan Ibrahim, sampai ke rasul terakhir, Muhammad saw, membentuk suatu persaudaraan dari keturunan Israil dan Ismail melalui Ibrahim, masing-masing dari Ishak dan dari Ismail. Jarak waktu antara kedua Imran itu 1800 tahun.
Walaupun kita tidak banyak menemukan data mengenai Maria dan ayahnya dalam Perjanjian Baru, di dalam Al-Qur′an Maryam disebutkan: “… para malaikat berkata: ‘Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah telah memilihmu, menyucikanmu dan melebihkanmu di atas segala perempuan di seluruh alam (pada masa itu)…” (Āli ‘Imrān/3:42). | null | null |
337 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 44 | 55 | 6 | 3 | 1 | ذٰلِكَ مِنْ اَنْۢبَاۤءِ الْغَيْبِ نُوْحِيْهِ اِلَيْكَ ۗوَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ اِذْ يُلْقُوْنَ اَقْلَامَهُمْ اَيُّهُمْ يَكْفُلُ مَرْيَمَۖ وَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ اِذْ يَخْتَصِمُوْنَ | Żālika min ambā'il-gaibi nūḥīhi ilaik(a), wa mā kunta ladaihim iż yulqūna aqlāmahum ayyuhum yakfulu maryam(a), wa mā kunta ladaihim iż yakhtaṣimūn(a). | Itulah sebagian dari berita-berita gaib yang Kami wahyukan kepadamu (Nabi Muhammad). Padahal, engkau tidak bersama mereka ketika mereka melemparkan pena91) mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam dan engkau tidak bersama mereka ketika mereka bersengketa. | 91 | 91) Maksudnya, para tokoh agama di Baitulmaqdis mengundi siapa yang akan mengurus Maryam dengan melemparkan pena yang biasa mereka gunakan untuk menulis Taurat atau dengan melempar anak panah. | Beberapa kisah yang dikisahkan di dalam Al-Qur’an itulah sebagian dari berita-berita gaib yang besar dan agung yang Kami wahyukan kepadamu, Nabi Muhammad, padahal engkau tidak bersama mereka ketika mereka melemparkan pena, suatu alat untuk mengundi. Dengan alat itu, mereka mengundi siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan engkau pun tidak bersama mereka ketika mereka bertengkar untuk memperoleh kemuliaan tersebut yaitu pengasuhan Maryam. | Ayat ini ditutup dengan mengarahkan pembicaraan kepada Nabi Muhammad bahwa cerita itu termasuk cerita yang belum diketahuinya, sedang hal itu sesuai dengan isi Kitab Taurat.
Allah menyatakan dalam ayat ini bahwa apa yang telah dikisahkan, yaitu kisah Maryam dan Zakaria adalah kisah-kisah yang tidak pernah disaksikan oleh Nabi Muhammad saw, atau keluarganya, dan tidak pula Muhammad pernah membacanya dalam suatu kitab, serta tidak pula diajarkan oleh seorang guru. Itulah wahyu, yang diturunkan Allah kepadanya dengan perantara Rūḥul-Amīn, untuk menjadi bukti atas kebenaran kenabiannya, dan untuk mematahkan ḥujjah (argumentasi) orang yang mengingkarinya.
Kemudian Allah menyatakan pula bahwa Nabi Muhammad, belum ada dan tentu saja tidak menyaksikan mereka ketika mengadakan undian di antara Zakaria dengan mereka, untuk menetapkan siapa yang akan mengasuh Maryam.
Nabi Muhammad saw tidak hadir dalam perselisihan mereka untuk mengasuh Maryam. Mereka terpaksa mengadakan undian untuk menyelesai-kan perselisihan itu. Mereka yang berselisih adalah orang-orang terkemuka yakni para pendeta mereka. Perselisihan itu semata-mata didorong oleh keinginan yang besar untuk mengasuh dan memelihara Maryam. Boleh jadi keinginan ini disebabkan karena bapaknya yaitu Imran adalah pemimpin mereka, sehingga mereka mengharapkan akan mendapatkan berkah dari tugas mengasuh Maryam. Boleh jadi pula disebabkan mereka mengetahui dalam kitab-kitab agama, bahwasanya kelak akan terjadi peristiwa besar bagi Maryam dan putranya. Atau mungkin disebabkan mereka berpendapat bahwa mengasuh bayi perempuan itu adalah suatu kewajiban agama, karena bayi itu dinazarkan untuk mengabdi di Baitulmakdis.
Ayat ini diletakkan sesudah menerangkan kisah Maryam tersebut, adalah untuk menjelaskan bahwa Nabi Muhammad tidak pernah membaca cerita keluarga Imran (Bani Israil), karena beliau seorang ummī. Lagi pula beliau tidak pernah mendengar dari seseorang sebab beliau juga hidup waktu itu di tengah-tengah orang yang ummī.
Tidak ada jalan bagi Nabi, untuk mengetahui seluk beluk cerita ini kecuali dengan jalan menyaksikan dengan mata kepala sendiri, atau dengan jalan wahyu. Menyaksikan dengan mata kepala sendiri adalah suatu hal yang mustahil, karena peristiwa itu terjadi pada zaman sebelum lahirnya Nabi Muhammad saw. Kalau demikian tentulah Nabi Muhammad mengetahuinya dengan jalan wahyu.
Para Ahli Kitab yang mengingkari Al-Qur′an mengatakan bahwa isi Al-Qur′an yang sesuai dengan isi Kitab mereka itu adalah berasal dari kitab mereka, sedang yang bertentangan dengan isi kitab mereka itu mereka katakan tidak benar. Isi Al-Qur′an yang tidak terdapat dalam Kitab mereka juga dianggap tidak benar. Sikap demikian itu hanyalah karena sifat sombong dan sifat permusuhan mereka.
Kaum Muslimin meyakini bahwa segala yang diterangkan Al-Qur′an adalah benar. Karena cukup dalil-dalil yang membuktikan bahwa Muhammad saw adalah seorang nabi. Ayat Al-Qur′an yang bertentangan dengan kitab-kitab terdahulu dipandang sebagai koreksi terhadap kesalahan-kesalahan yang terdapat pada kitab-kitab itu, karena sudah diubah-ubah atau tidak sesuai lagi dengan kemaslahatan umat. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan bahwa tanda mencintai Allah adalah melakukan segala perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya, serta kesuksesan dan kemenangan umat Islam tergantung pada ketundukan mereka kepada Allah serta kepada Rasul-Nya, maka pada ayat-ayat berikut diterangkan tentang perihal orang-orang yang dicintai dan dipilih Allah, serta dijadikan-Nya rasul untuk menjelaskan kepada umatnya bagaimana cara mencintai Allah yaitu dengan beriman kepada-Nya serta taat dan mengamalkan perbuatan yang diridai-Nya. | KEUTAMAAN KELUARGA IMRAN | Āla ‘Imrān (Ālu ‘Imrān) adalah keluarga Imran. Keluarga Imran dalam ayat ini termasuk ayah Maryam, yang punya silsilah panjang sebagai pemuka-pemuka agama. Imran sendiri, ayah Maryam, dikenal sebagai orang besar yang saleh di kalangan pemuka agama Bani Israil. Istrinya bernazar kepada Tuhan bahwa bayi yang dalam kandungannya akan dibiarkan mengabdi kepada Tuhan dengan harapan akan mendapat anak laki-laki. Tetapi yang lahir ternyata anak perempuan Maryam (Āli ‘Imrān/3: 34-36), yang dalam syariat Musa tidak dapat diabdikan untuk pelayan rumah suci. Diduga Imran meninggal ketika putrinya belum lahir, sehingga harus dipelihara oleh orang lain dengan cara diundi, Maryam kemudian dipelihara oleh Zakaria, ayah Yahya Pembaptis. Mereka semua termasuk keluarga Imran. Imran sendiri adalah anak Masan, kakek Nabi Isa dari pihak ibu, tapi tidak kita temukan silsilahnya yang berurutan, selain disebutkan bahwa ujungnya sampai kepada Nabi Sulaiman dan bermuara pada Nabi Ibrahim melalui Yehuda, Yaqub anak Ishak.
Adapun Imran (dalam Bibel Amran) ayah Musa, anak Lewi, juga bermuara pada Nabi Ibrahim melalui Yaqub anak Ishak. Dan “Sebagai keturunan yang satu dengan yang lain....” (Āli ‘Imrān/3:34), maka rasul-rasul Allah sejak Adam sampai Nuh dan Ibrahim, sampai ke rasul terakhir, Muhammad saw, membentuk suatu persaudaraan dari keturunan Israil dan Ismail melalui Ibrahim, masing-masing dari Ishak dan dari Ismail. Jarak waktu antara kedua Imran itu 1800 tahun.
Walaupun kita tidak banyak menemukan data mengenai Maria dan ayahnya dalam Perjanjian Baru, di dalam Al-Qur′an Maryam disebutkan: “… para malaikat berkata: ‘Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah telah memilihmu, menyucikanmu dan melebihkanmu di atas segala perempuan di seluruh alam (pada masa itu)…” (Āli ‘Imrān/3:42). | null | 1. Dua orang tokoh dan dua keluarga yang dipilih oleh Allah mempunyai peranan dalam sejarah manusia, yaitu Adam dan Nuh, serta keturunan Ibrahim dan keturunan Imran. Dari keturunan keempat orang inilah para rasul dipilih.
2. Dari keluarga Imran (ayah Nabi Musa) diturunkan Imran (ayah Maryam). Maryam dinazarkan oleh ibunya (istri Imran) sebagai pengabdi yang berkhidmat pada Baitulmakdis. Dari Maryam lahirlah Isa.
3. Zakaria memelihara Maryam setelah menang dalam undian. Beliau dipelihara dengan sebaik-baiknya. Sehingga Maryam menjadi dewasa dan menjadi pengabdi di Baitulmakdis .
4. Karena melihat kesucian dan kemuliaan Maryam di sisi Tuhannya, timbullah keinginan yang kuat di hati Zakaria untuk memperoleh seorang anak walaupun dia menyadari keadaan dirinya dan istrinya sudah tua lagi mandul, maka dia pun berdoa kepada Allah.
5. Allah memperkenankan doa Zakaria dengan menganugerahkan seorang anak laki-laki yang bernama Yahya.
6. Maryam telah didatangi Jibril yang memberitahukan kepadanya pilihan Allah atas dirinya sebagai perempuan yang suci dan memerintahkan kepadanya agar selalu taat dan beribadah kepada-Nya.
7. Cerita orang-orang zaman dahulu kala disampaikan kepada Nabi Muhammad, dengan jalan wahyu untuk menjadi bukti atas kenabiannya. |
338 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 45 | 55 | 6 | 3 | 1 | اِذْ قَالَتِ الْمَلٰۤىِٕكَةُ يٰمَرْيَمُ اِنَّ اللّٰهَ يُبَشِّرُكِ بِكَلِمَةٍ مِّنْهُۖ اسْمُهُ الْمَسِيْحُ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ وَجِيْهًا فِى الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِ وَمِنَ الْمُقَرَّبِيْنَۙ | Iż qālatil-malā'ikatu yā maryama innallāha yubasysyiruki bikalimatim minhusmuhul-masīḥu ‘īsabnu maryama wajīhan fid-dun-yā wal-ākhirati wa minal-muqarrabīn(a). | (Ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata, “Wahai Maryam, sesungguhnya Allah menyampaikan kabar gembira kepadamu tentang (kelahiran anak yang diciptakan) dengan kalimat dari-Nya, namanya Isa Almasih putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat serta termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah). | null | null | Selanjutnya Allah memberi kabar gembira kepada Maryam akan lahirnya seorang putra sekaligus gambaran sosok tersebut. Ingat-lah, ketika para malaikat, yakni malaikat Jibril, berkata, “Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah menyampaikan kabar gembira kepadamu tentang kelahiran seorang anak yang diciptakan melalui sebuah kalimat, firman, dari-Nya yaitu seorang putra, yang nama dan gelar-nya adalah Al-Masih Isa putra Maryam, yang kelak menjadi seorang terkemuka di dunia dengan gelar kenabian dan tersucikan dari dosa, dan di akhirat dengan derajat yang tinggi, dan termasuk orang-orang yang didekatkan kepada Allah. | Di dalam ayat ini Allah mengingatkan Nabi Muhammad, terhadap cerita Maryam di kala Jibril datang kepadanya, membawa kabar gembira kepadanya bahwa dia akan melahirkan seorang putra yang saleh. Ketika Jibril menyampaikan kabar gembira itu Allah telah memilihnya, menyucikannya untuk tetap beribadah kepada Allah dan selalu bersyukur kepada-Nya. Yang dimaksud dengan malaikat di sini ialah Jibril, sebagaimana di dalam firman Allah:
فَاتَّخَذَتْ مِنْ دُوْنِهِمْ حِجَابًاۗ فَاَرْسَلْنَآ اِلَيْهَا رُوْحَنَا فَتَمَثَّلَ لَهَا بَشَرًا سَوِيًّا ١٧
“… lalu Kami mengutus roh Kami (Jibril) kepadanya, maka dia menampakkan diri di hadapannya dalam bentuk manusia yang sempurna.” (Maryam/19: 17).
Isa disebut dengan “kalimat Allah”, sebagai pemberitahuan tentang proses penciptaannya yang berlainan dengan kejadian manusia biasa. Isa a.s. dinamai al-Masīḥ, sedang Almasih itu adalah gelar raja, karena kata Almasih dalam Taurat dan Injil berarti “yang disapu atau yang diminyaki”. Menyapu dan meminyaki itu adalah suatu ketentuan dalam adat istiadat mereka bahwa siapa yang telah disapu dengan minyak suci oleh kepala agama, maka dia sudah menjadi suci pula, cakap untuk memegang kerajaan, memiliki ilmu pengetahuan dan kekuasaan, lagi mendapat berkah. Di sini Allah, menunjukkan bahwa Isa, senantiasa mendapat berkah walaupun belum pernah disapu dengan minyak suci itu.
Ada pula yang mengatakan bahwa nama Isa berasal dari kata Yunani “yasu”, artinya “yang diselamatkan yang terpilih”. Para nabi dahulu telah menerangkan bahwa akan datang seorang al-Masih, dia seorang raja yang akan mengembalikan kekuasaan Bani Israil yang telah hilang.
Maka ketika Isa lahir dan dinamai al-Masih, segolongan mereka beriman kepadanya. Orang-orang Yahudi yang mengingkarinya berpendapat bahwa yang dijanjikan itu belum datang. Dia dinamakan Ibnu Maryam (putra Maryam) untuk memberi pengertian bahwa Isa lahir tanpa ayah karena itulah ia dinisbatkan kepada ibunya.
Isa a.s. mempunyai kedudukan yang terkemuka di dunia, karena dia mendapat tempat di hati orang-orang mukmin serta dihormati. Perbaikan-perbaikan yang ditinggalkan Isa tetap membekas di kemudian hari. Kebesarannya jauh lebih nyata daripada kebesaran para penguasa atau raja-raja sebab orang-orang menghormati para penguasa dan raja itu adalah untuk menghindarkan diri dari penyiksaan mereka, karena takut terhadap kezaliman mereka, atau untuk mengambil muka agar diberi kedudukan duniawi. Kebesaran yang demikian ini adalah kemegahan semu belaka, tanpa ada bekasnya sedikit pun di dalam jiwa, bahkan mungkin menimbulkan kebencian.
Selain dari itu, Isa mempunyai kebesaran di akhirat, yaitu kedudukan dan kemuliaan yang tinggi, karena beliau senantiasa dekat kepada Allah. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat-ayat yang lalu telah disebutkan kisah Maryam putri Imran, lalu pada ayat ini dipaparkan kisah Isa putra Maryam. Di antara dua kisah itu diselipkan kisah Nabi Zakaria, untuk mengukuhkan kisah Maryam, dan untuk memperingatkan bahwa hal itu cukup sebagai dalil atas kebenaran Nabi Muhammad dan segala hal yang diturunkan kepadanya. | KISAH ALMASĪḤ PUTRA MARYAM | Kosakata: Almasīḥ اَلْمَسِيْح (Āli ‘Imrān/3: 45)
Kisah Nabi Isa dimulai dari saat Maryam mendapat berita gembira melalui firman Allah, bahwa akan lahir seorang anak darinya tanpa perantara seorang bapa, bernama Almasih (Isa). Almasīḥ, bahasa Yunani christos, berarti yang diminyaki; raja-raja dan pendeta-pendeta diberi perminyakan suci untuk melambangkan penahbisan dalam jabatan mereka. Dalam bahasa Yahudi dan Arab ialah Almasīḥ. Kalau Muhammad adalah Nabi terakhir bagi umat manusia, maka Isa adalah Nabi terakhir Bani Israil. Di dalam Qur′an kadang disebut nama gelarnya, Almasīh (an-Nisā′/4: 157; al-Mā′idah/5: 72), adakalanya disebut anak Maryam (al-Mā′idah/5: 110, 114 dan 116) atau dengan nama dirinya, Isa (al-Baqarah/2: 136; Āli ‘Imrān/3: 59); atau Jesus dari bahasa Latin Iesus dan bahasa Yunani Iesous, yang berasal dari bahasa Ibrani Yeshua, pembela Jehovah. Disebut juga Yesus Kristus atau Yesus dari Nazaret.
Tentang nasabnya, di dalam Perjanjian Baru dihubungkan kepada Yusuf anak Eli, disebut bahwa Yusuf dari keturunan Nabi Daud dan tinggal di Nazaret. Untuk memastikan keturunan demikian tidak mudah, karena dalam silsilah Yesus dalam Injil Matius (1. 1-17) tidak sama dengan yang terdapat dalam Injil Lukas (3. 23-38), kendati dari keduanya sama-sama bermuara pada Ibrahim a.s. melalui Yakub dan Ishak. Lukas menyebutkan bahwa antara Daud sampai kepada Almasih ada 16 generasi, sementara Matius mengatakan 41 generasi, di samping perbedaan nama-nama.
Keterangan di dalam kedua Injil itu bahwa Yesus anak Yusuf tidak berarti bahwa ketika Maria mengandung, Yusuf sudah menikah dengan Maria. Ketika itu datang malaikat Gabriel kepada Maria dan terjadi dialog panjang bahwa Maria “… akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.” Maria berkata: “… Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami…” (Lukas 1.28-35). Dalam ayat ini tidak disebutkan ayah Nabi Isa. Al-Qur′an hanya menyebutkan Nabi Isa lahir tanpa ayah sebagai bukti kekuasaan Allah dalam penciptaan, meskipun Al-Qur′an mengatakan penciptaan Isa sama dengan penciptaan Adam (Āli ‘Imrān/3: 59). Ia mengakhiri tugasnya dalam waktu sekitar tiga tahun, dari 30 sampai 33 tahun usianya, ketika dalam penglihatan musuh-musuhnya ia disalib. Menurut Al-Qur′an, Isa tidak dibunuh tetapi diwafatkan dan diangkat ke sisi Allah serta disucikan dari tangan kotor manusia (Āli ‘Imrān/3: 55). | null | null |
339 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 46 | 56 | 6 | 3 | 1 | وَيُكَلِّمُ النَّاسَ فِى الْمَهْدِ وَكَهْلًا وَّمِنَ الصّٰلِحِيْنَ | Wa yukallimun nāsa fil-mahdi wa kahlaw wa minaṣ-ṣāliḥīn(a). | Dia berbicara dengan manusia (sewaktu) dalam buaian dan ketika sudah dewasa serta termasuk orang-orang saleh.” | null | null | Ayat ini masih menjelaskan mukjizat Nabi Isa. Dan dia, Isa, berbicara dengan manusia sewaktu masih bayi dalam buaian ibundanya dengan perkataan yang jelas dan bisa dipahami layaknya orang dewasa, dan ketika sudah dewasa, yang seakan kedua masa tersebut, antara bayi dan dewasa, tidak berjarak, dan dia, Isa, termasuk di antara orang-orang saleh.” | Isa telah berbicara dengan manusia ketika masih kecil dalam ayunannya untuk menjelaskan kebersihan ibunya dari tuduhan yang dilemparkan kepadanya, dan untuk menjadi bukti atas kenabiannya. Isa juga berbicara dengan manusia ketika dia sudah dewasa yakni sesudah Allah mengangkatnya menjadi rasul dan menurunkan wahyu kepadanya, untuk menyampaikan perintah dan larangan-larangan-Nya kepada manusia.
Beliau tergolong ke dalam orang-orang yang saleh yang telah diberi nikmat oleh Allah yakni para nabi-nabi, para sidiqin dan para syuhada'. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat-ayat yang lalu telah disebutkan kisah Maryam putri Imran, lalu pada ayat ini dipaparkan kisah Isa putra Maryam. Di antara dua kisah itu diselipkan kisah Nabi Zakaria, untuk mengukuhkan kisah Maryam, dan untuk memperingatkan bahwa hal itu cukup sebagai dalil atas kebenaran Nabi Muhammad dan segala hal yang diturunkan kepadanya. | KISAH ALMASĪḤ PUTRA MARYAM | Kosakata: Almasīḥ اَلْمَسِيْح (Āli ‘Imrān/3: 45)
Kisah Nabi Isa dimulai dari saat Maryam mendapat berita gembira melalui firman Allah, bahwa akan lahir seorang anak darinya tanpa perantara seorang bapa, bernama Almasih (Isa). Almasīḥ, bahasa Yunani christos, berarti yang diminyaki; raja-raja dan pendeta-pendeta diberi perminyakan suci untuk melambangkan penahbisan dalam jabatan mereka. Dalam bahasa Yahudi dan Arab ialah Almasīḥ. Kalau Muhammad adalah Nabi terakhir bagi umat manusia, maka Isa adalah Nabi terakhir Bani Israil. Di dalam Qur′an kadang disebut nama gelarnya, Almasīh (an-Nisā′/4: 157; al-Mā′idah/5: 72), adakalanya disebut anak Maryam (al-Mā′idah/5: 110, 114 dan 116) atau dengan nama dirinya, Isa (al-Baqarah/2: 136; Āli ‘Imrān/3: 59); atau Jesus dari bahasa Latin Iesus dan bahasa Yunani Iesous, yang berasal dari bahasa Ibrani Yeshua, pembela Jehovah. Disebut juga Yesus Kristus atau Yesus dari Nazaret.
Tentang nasabnya, di dalam Perjanjian Baru dihubungkan kepada Yusuf anak Eli, disebut bahwa Yusuf dari keturunan Nabi Daud dan tinggal di Nazaret. Untuk memastikan keturunan demikian tidak mudah, karena dalam silsilah Yesus dalam Injil Matius (1. 1-17) tidak sama dengan yang terdapat dalam Injil Lukas (3. 23-38), kendati dari keduanya sama-sama bermuara pada Ibrahim a.s. melalui Yakub dan Ishak. Lukas menyebutkan bahwa antara Daud sampai kepada Almasih ada 16 generasi, sementara Matius mengatakan 41 generasi, di samping perbedaan nama-nama.
Keterangan di dalam kedua Injil itu bahwa Yesus anak Yusuf tidak berarti bahwa ketika Maria mengandung, Yusuf sudah menikah dengan Maria. Ketika itu datang malaikat Gabriel kepada Maria dan terjadi dialog panjang bahwa Maria “… akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.” Maria berkata: “… Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami…” (Lukas 1.28-35). Dalam ayat ini tidak disebutkan ayah Nabi Isa. Al-Qur′an hanya menyebutkan Nabi Isa lahir tanpa ayah sebagai bukti kekuasaan Allah dalam penciptaan, meskipun Al-Qur′an mengatakan penciptaan Isa sama dengan penciptaan Adam (Āli ‘Imrān/3: 59). Ia mengakhiri tugasnya dalam waktu sekitar tiga tahun, dari 30 sampai 33 tahun usianya, ketika dalam penglihatan musuh-musuhnya ia disalib. Menurut Al-Qur′an, Isa tidak dibunuh tetapi diwafatkan dan diangkat ke sisi Allah serta disucikan dari tangan kotor manusia (Āli ‘Imrān/3: 55). | null | null |
340 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 47 | 56 | 6 | 3 | 1 | قَالَتْ رَبِّ اَنّٰى يَكُوْنُ لِيْ وَلَدٌ وَّلَمْ يَمْسَسْنِيْ بَشَرٌ ۗ قَالَ كَذٰلِكِ اللّٰهُ يَخْلُقُ مَا يَشَاۤءُ ۗاِذَا قَضٰٓى اَمْرًا فَاِنَّمَا يَقُوْلُ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ | Qālat rabbi annā yakūnu lī waladuw wa lam yamsasnī basyar(un), qāla każālikillāhu yakhluqu mā yasyā'(u), iżā qaḍā amran fa'innamā yaqūlu lahū kun fayakūn(u). | Dia (Maryam) berkata, “Wahai Tuhanku, bagaimana mungkin aku akan mempunyai anak, padahal tidak ada seorang laki-laki pun yang menyentuhku?” Dia (Allah) berfirman, “Demikianlah, Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki.” Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu, Dia hanya berkata padanya, “Jadilah!” Maka, jadilah sesuatu itu. | null | null | Mendengar kabar yang luar biasa itu, hati Maryam bercampur antara gembira, sedih, takut, dan takjub, lalu dia berkata, “Tuhanku, bagaimana mungkin aku akan mempunyai anak yang terlahir dari rahimku, padahal aku belum menikah dan tidak ada seorang laki-laki pun yang menyentuhku yakni menggauliku?” Dia berfirman, “Demikianlah Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki. Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu. Inilah kemahakuasaan Allah, tidak ada yang mustahil bagi-Nya. Apa pun yang dikehendaki-Nya wujud pasti akan wujud tanpa seorang pun yang mampu menghalanginya. | Maryam mengarahkan kata-katanya kepada Allah yang telah mengutus Jibril, yaitu, “bagaimana aku akan memperoleh seorang putra, padahal aku tidak bersuami. Apakah kejadian yang demikian itu dengan perkawinan dahulu, ataukah dengan kodrat Allah semata-mata”. Mungkin maksud kata-kata Maryam itu untuk menyatakan kekagumannya pada kekuasaan Allah dan memandang hal itu sebagai suatu mukjizat yang besar. Allah menjelaskan bahwa kelahiran demikian akan terjadi bilamana Allah menghendaki-Nya, Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Jika Allah berkehendak menetapkan sesuatu maka hanya cukup berkata kepadanya “jadilah engkau”, lalu jadilah dia.
Allah menciptakan apa saja yang dikehendaki-Nya, termasuk menciptakan hal-hal yang ajaib, yang menyimpang dari kebiasaan seperti menciptakan anak tanpa ayah. Bahkan Nabi Adam telah diciptakan-Nya tanpa ayah dan ibu.
Ayat di atas memberikan inspirasi kepada manusia untuk belajar, menuntut ilmu dan meneliti, akan tetapi hasil atau keluaran dari penelitian tidak selalu dapat diterapkan atau dipakai. Hal ini tergantung pada pengkajian yang melandaskan pada asas manfaat bagi manusia dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai dan hukum dalam agama Islam. Sepanjang tidak bertentangan dengan hukum Islam, maka hasil penelitian dapat dipakai atau diterapkan dalam masyarakat. Ilmu genetika, misalnya, sebagaimana cabang ilmu lainnya didorong oleh Islam untuk didalami. Namun apabila di dalam penelitiannya ada bagian yang mengarah pada pelanggaran hukum Islam, penerapannya harus dipertimbangkan kembali.
Demikian halnya dengan ilmu genetika. Apabila arah suatu penelitian sudah masuk ke daerah yang “rawan” tersebut, ada baiknya dilakukan evaluasi untuk mengambil keputusan untuk meneruskan atau menghen-tikannya, atau membelokkan arah penelitian ke arah yang lebih mendorong terwujudnya kesejahteraan bagi manusia.
Persepsi tentang cloning terdapat bermacam-macam pendapat. Cloning bukanlah penciptaan. Apabila dilihat secara cermat, apa yang dilakukan dalam kegiatan cloning hanyalah menghancurkan inti sel dari indung telur dan menggantikannya dengan inti sel dari individu donor. Inti sel dapat diambil sel somatic (somatic cells), dan tidak harus dari sel reproduksi (reproductive cells). Proses ini akan menghasilkan anakan yang identik dengan individu donor. Semuanya dilakukan pada jenis yang sama.
Apabila cloning dipandang sebagai gambaran dari kepercayaan Islam mengenai “dilahirkan kembali”, maka hal itu tidak benar, karena dalam ayat di bawah ini jelas, bahwa “kelahiran kembali” manusia dikendalikan oleh Allah swt. Allah berfirman:
“Dan Dialah yang memulai penciptaan kemudian mengulanginya kembali, dan itu lebih mudah bagi-Nya. Dia memiliki sifat yang Mahatinggi di langit dan di bumi. Dan Dialah yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (ar-Rūm/30: 27).
Pandangan Islam tentang ilmu genetika, dapat dicontohkan dalam ayat di bawah:
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?” (Fuṣṣilat/41: 53)
Ayat tersebut menjadi inspirasi manusia untuk berusaha “membaca” gennya sendiri. Ini dalam rangka usahanya untuk mengenali dirinya sendiri dan bersyukur kepada Allah swt. Dengan membaca pemetaan genetika, kita akan mengetahui mengenai antara lain, ada atau tidaknya penyakit turunan. Dengan demikian, ilmu ini akan memberikan kontribusi kepada kesehatan manusia dalam usahanya mencegah timbulnya penyakit tertentu dan cara penanggulangannya.
Akan tetapi, apabila dalam perjalanan pengungkapan ilmu pengetahuan, kemudian bercabang kepada sesuatu yang cenderung merugikan manusia, maka Islam akan menolaknya. Cloning manusia misalnya, Islam dengan tegas menolaknya. Beberapa hal yang dapat dikemukakan mengenai alasan penolakan Islam terhadap cloning manusia, antara lain:
1. Manusia diciptakan Allah dalam bentuknya yang paling sempurna, dan lebih tinggi dari mahluk lainnya. Ayat di bawah ini mengatakan demikian:
“Dan sungguh, telah Kami muliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka atas banyak dari mahluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.” (al-Isrā'/17: 70)
Dengan melakukan cloning pada dirinya sendiri, maka manusia sudah merendahkan dirinya sendiri di depan mahluk ciptaan Allah lainnya. Semuanya kembali terserah kepada diri kita sendiri.
2. Cloning bertentangan dengan keanekaragaman ciptaan. Allah menciptakan alam semesta dengan dasar keanekaragaman. Sedangkan cloning manusia didasarkan pada keseragaman dengan cara menduplikasi semua karakter dari manusia yang menjadi donor. Keseragaman, misalnya dalam rupa dan fisik, akan sangat mengganggu kegiatan hidup sehari-hari. Misal, dalam satu kelas, semua muridnya adalah hasil cloning dari individu yang sama. Apabila salah satu murid melakukan kesalahan, sangat sulit bagi si guru untuk menciri mana anak yang salah, karena rupa dan fisik semua murid persis sama.
3. Apabila cloning manusia diijinkan, bagaimana kita harus mengatur hubungan kekeluargaan dan kekerabatan antara individu hasil cloning dengan individu donor. Apakah keduanya dapat disebutkan sebagai adik-kakak, atau anak-ayah, atau mereka berdua adalah dirinya sendiri? Situasi ini akan sangat membingungkan semua orang. Bahkan mungkin saja situasi ini akan menghancurkan tatanan sosial yang sudah ada saat ini.
4. Cloning bertentangan dengan pola hukum alam yang menyatakan bahwa setiap ciptaan terdiri atas pasangan-pasangan sebagaimana diuraikan pada Surah aż-Żāriyāt/51 ayat 49 (“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengerti.”). Cloning mengingkari ayat ini, karena bayi tidak dihasilkan dari pertemuan sperma dan indung telur. Yang diperlukan dalam cloning hanyalah satu orang (apakah laki-laki atau perempuan saja) sebagai donor.
5. Hubungan emosional antara orang tua dan anak tidak akan terjadi. Sedangkan hubungan ini sangat penting dalam membentuk karakter si anak.
Dari sedikit daftar di atas, dapat dilihat bahwa terlalu banyak hukum alam yang akan dilanggar apabila cloning manusia diijinkan. Masih banyak ilmu pengetahuan lain yang perlu diungkapkan guna mendukung kesejahteraan perikehidupan manusia.
Demikianlah penggambaran kodrat Allah serta kepastian kehendak-Nya. Gambaran tentang kecepatan terwujudnya apa yang dikehendaki oleh Allah tanpa batas waktu dan tanpa ada faktor penyebab, diterangkan Allah dalam firman-Nya:
وَمَآ اَمْرُنَآ اِلَّا وَاحِدَةٌ كَلَمْحٍ ۢبِالْبَصَرِ ٥٠
Dan perintah Kami hanyalah (dengan) satu perkataan seperti kejapan mata.
(al-Qamar/54: 50).
Apa yang diperintahkan pasti segera terjadi. Perintah seperti itu dinamai perintah takwīn. Orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Allah, tidak membenarkan Isa dilahirkan dengan tidak berayah, karena pikiran mereka hanya terbatas kepada kejadian-kejadian yang biasa saja. Mereka tidak menyadari bagaimana terjadinya alam semesta ini, sedang mereka pun tidak mempunyai suatu dalil ‘aqlī yang memustahilkan kejadian seorang anak tanpa ayah. Setiap hari kita menyaksikan kejadian-kejadian yang luar biasa yang disangka tidak mungkin terjadi. Ada di antaranya yang mempunyai sebab yang sudah diketahui, lalu dinamai penemuan baru. Ada pula yang tidak diketahui sebab-sebabnya lalu dinamai penyimpangan alam dari hukumnya.
Orang mukmin berkeyakinan bahwa sesuatu yang terjadi tidak menurut sebab yang biasa, membuktikan kekuasaan Allah dan bahwa sebab-sebab bagi terjadinya sesuatu tidak selamanya harus sesuai dengan pertimbangan akal. Generasi sekarang telah melihat dan menyaksikan adanya kejadian-kejadian yang aneh dan luar biasa. Hal seperti itu jika dilihat oleh orang-orang dahulu, tentulah mereka akan menganggapnya sebagai suatu perbuatan sihir, atau perbuatan jin. Mereka itu tidak berusaha mencari alasan dalam mengingkari sesuatu kejadian yang ia sendiri belum mengetahui sebab-sebabnya.
Para filosof dan ilmuwan zaman sekarang menetapkan bahwa mungkin terjadi suatu binatang lahir dari sesuatu yang bukan binatang. Maka kalau demikian halnya, jika ada seekor binatang lahir dari seekor binatang lain yang berbeda macamnya, adalah sangat mungkin dan masuk akal. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat-ayat yang lalu telah disebutkan kisah Maryam putri Imran, lalu pada ayat ini dipaparkan kisah Isa putra Maryam. Di antara dua kisah itu diselipkan kisah Nabi Zakaria, untuk mengukuhkan kisah Maryam, dan untuk memperingatkan bahwa hal itu cukup sebagai dalil atas kebenaran Nabi Muhammad dan segala hal yang diturunkan kepadanya. | KISAH ALMASĪḤ PUTRA MARYAM | Kosakata: Almasīḥ اَلْمَسِيْح (Āli ‘Imrān/3: 45)
Kisah Nabi Isa dimulai dari saat Maryam mendapat berita gembira melalui firman Allah, bahwa akan lahir seorang anak darinya tanpa perantara seorang bapa, bernama Almasih (Isa). Almasīḥ, bahasa Yunani christos, berarti yang diminyaki; raja-raja dan pendeta-pendeta diberi perminyakan suci untuk melambangkan penahbisan dalam jabatan mereka. Dalam bahasa Yahudi dan Arab ialah Almasīḥ. Kalau Muhammad adalah Nabi terakhir bagi umat manusia, maka Isa adalah Nabi terakhir Bani Israil. Di dalam Qur′an kadang disebut nama gelarnya, Almasīh (an-Nisā′/4: 157; al-Mā′idah/5: 72), adakalanya disebut anak Maryam (al-Mā′idah/5: 110, 114 dan 116) atau dengan nama dirinya, Isa (al-Baqarah/2: 136; Āli ‘Imrān/3: 59); atau Jesus dari bahasa Latin Iesus dan bahasa Yunani Iesous, yang berasal dari bahasa Ibrani Yeshua, pembela Jehovah. Disebut juga Yesus Kristus atau Yesus dari Nazaret.
Tentang nasabnya, di dalam Perjanjian Baru dihubungkan kepada Yusuf anak Eli, disebut bahwa Yusuf dari keturunan Nabi Daud dan tinggal di Nazaret. Untuk memastikan keturunan demikian tidak mudah, karena dalam silsilah Yesus dalam Injil Matius (1. 1-17) tidak sama dengan yang terdapat dalam Injil Lukas (3. 23-38), kendati dari keduanya sama-sama bermuara pada Ibrahim a.s. melalui Yakub dan Ishak. Lukas menyebutkan bahwa antara Daud sampai kepada Almasih ada 16 generasi, sementara Matius mengatakan 41 generasi, di samping perbedaan nama-nama.
Keterangan di dalam kedua Injil itu bahwa Yesus anak Yusuf tidak berarti bahwa ketika Maria mengandung, Yusuf sudah menikah dengan Maria. Ketika itu datang malaikat Gabriel kepada Maria dan terjadi dialog panjang bahwa Maria “… akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.” Maria berkata: “… Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami…” (Lukas 1.28-35). Dalam ayat ini tidak disebutkan ayah Nabi Isa. Al-Qur′an hanya menyebutkan Nabi Isa lahir tanpa ayah sebagai bukti kekuasaan Allah dalam penciptaan, meskipun Al-Qur′an mengatakan penciptaan Isa sama dengan penciptaan Adam (Āli ‘Imrān/3: 59). Ia mengakhiri tugasnya dalam waktu sekitar tiga tahun, dari 30 sampai 33 tahun usianya, ketika dalam penglihatan musuh-musuhnya ia disalib. Menurut Al-Qur′an, Isa tidak dibunuh tetapi diwafatkan dan diangkat ke sisi Allah serta disucikan dari tangan kotor manusia (Āli ‘Imrān/3: 55). | null | null |
341 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 48 | 56 | 6 | 3 | 1 | وَيُعَلِّمُهُ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَ وَالتَّوْرٰىةَ وَالْاِنْجِيْلَۚ | Wa ya‘allimuhul-kitāba wal-ḥikmata wat-taurāta wal-injīl(a). | Dia (Allah) mengajarkan kepadanya (Isa) kitab,92) hikmah,93) Taurat, dan Injil. | 92, 93 | 92) Maksud kitab di sini adalah menulis dengan tangan.
93) Lihat catatan kaki surah al-Baqarah (2): 129. | Untuk menguatkan posisi Isa sebagai rasul, Dia senantiasa mengajarkan kepadanya, Isa, al-Kitab, yaitu berupa pelajaran baca-tulis atau kitab-kitab yang diturunkan Allah sebelumnya, selain Taurat dan Injil, juga hikmah, yaitu kemampuan untuk memperoleh ilmu-ilmu yang bermanfaat dan melaksanakan ilmunya secara benar, Taurat, kitab Nabi Musa, dan kitab Injil yang diwahyukan secara lang-sung kepada Isa. | Dalam ayat ini diterangkan bahwa Allah yang mengajar Isa pengetahuan menulis dan ilmu yang benar menggerakkan kemauan seseorang untuk mengerjakan amal-amal yang bermanfaat, serta Allah memberi kepadanya kemampuan untuk memahami Taurat dan segala rahasia hukum-hukumnya. Almasih mengetahui segala rahasia hukum, kemudian menjelaskan kepada kaumnya. Juga Allah mengajarkan kepada Isa a.s., Injil yang Dia wahyukan kepadanya. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat-ayat yang lalu telah disebutkan kisah Maryam putri Imran, lalu pada ayat ini dipaparkan kisah Isa putra Maryam. Di antara dua kisah itu diselipkan kisah Nabi Zakaria, untuk mengukuhkan kisah Maryam, dan untuk memperingatkan bahwa hal itu cukup sebagai dalil atas kebenaran Nabi Muhammad dan segala hal yang diturunkan kepadanya. | KISAH ALMASĪḤ PUTRA MARYAM | Kosakata: Almasīḥ اَلْمَسِيْح (Āli ‘Imrān/3: 45)
Kisah Nabi Isa dimulai dari saat Maryam mendapat berita gembira melalui firman Allah, bahwa akan lahir seorang anak darinya tanpa perantara seorang bapa, bernama Almasih (Isa). Almasīḥ, bahasa Yunani christos, berarti yang diminyaki; raja-raja dan pendeta-pendeta diberi perminyakan suci untuk melambangkan penahbisan dalam jabatan mereka. Dalam bahasa Yahudi dan Arab ialah Almasīḥ. Kalau Muhammad adalah Nabi terakhir bagi umat manusia, maka Isa adalah Nabi terakhir Bani Israil. Di dalam Qur′an kadang disebut nama gelarnya, Almasīh (an-Nisā′/4: 157; al-Mā′idah/5: 72), adakalanya disebut anak Maryam (al-Mā′idah/5: 110, 114 dan 116) atau dengan nama dirinya, Isa (al-Baqarah/2: 136; Āli ‘Imrān/3: 59); atau Jesus dari bahasa Latin Iesus dan bahasa Yunani Iesous, yang berasal dari bahasa Ibrani Yeshua, pembela Jehovah. Disebut juga Yesus Kristus atau Yesus dari Nazaret.
Tentang nasabnya, di dalam Perjanjian Baru dihubungkan kepada Yusuf anak Eli, disebut bahwa Yusuf dari keturunan Nabi Daud dan tinggal di Nazaret. Untuk memastikan keturunan demikian tidak mudah, karena dalam silsilah Yesus dalam Injil Matius (1. 1-17) tidak sama dengan yang terdapat dalam Injil Lukas (3. 23-38), kendati dari keduanya sama-sama bermuara pada Ibrahim a.s. melalui Yakub dan Ishak. Lukas menyebutkan bahwa antara Daud sampai kepada Almasih ada 16 generasi, sementara Matius mengatakan 41 generasi, di samping perbedaan nama-nama.
Keterangan di dalam kedua Injil itu bahwa Yesus anak Yusuf tidak berarti bahwa ketika Maria mengandung, Yusuf sudah menikah dengan Maria. Ketika itu datang malaikat Gabriel kepada Maria dan terjadi dialog panjang bahwa Maria “… akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.” Maria berkata: “… Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami…” (Lukas 1.28-35). Dalam ayat ini tidak disebutkan ayah Nabi Isa. Al-Qur′an hanya menyebutkan Nabi Isa lahir tanpa ayah sebagai bukti kekuasaan Allah dalam penciptaan, meskipun Al-Qur′an mengatakan penciptaan Isa sama dengan penciptaan Adam (Āli ‘Imrān/3: 59). Ia mengakhiri tugasnya dalam waktu sekitar tiga tahun, dari 30 sampai 33 tahun usianya, ketika dalam penglihatan musuh-musuhnya ia disalib. Menurut Al-Qur′an, Isa tidak dibunuh tetapi diwafatkan dan diangkat ke sisi Allah serta disucikan dari tangan kotor manusia (Āli ‘Imrān/3: 55). | null | null |
342 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 49 | 56 | 6 | 3 | 1 | وَرَسُوْلًا اِلٰى بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ ەۙ اَنِّيْ قَدْ جِئْتُكُمْ بِاٰيَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ ۙاَنِّيْٓ اَخْلُقُ لَكُمْ مِّنَ الطِّيْنِ كَهَيْـَٔةِ الطَّيْرِ فَاَنْفُخُ فِيْهِ فَيَكُوْنُ طَيْرًاۢ بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚوَاُبْرِئُ الْاَكْمَهَ وَالْاَبْرَصَ وَاُحْيِ الْمَوْتٰى بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚوَاُنَبِّئُكُمْ بِمَا تَأْكُلُوْنَ وَمَا تَدَّخِرُوْنَ ۙفِيْ بُيُوْتِكُمْ ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيَةً لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَۚ | Wa rasūlan ilā banī isrā'īl(a), annī qad ji'tukum bi'āyatim mir rabbikum, annī akhluqu lakum minaṭ-ṭīni kahai'atiṭ-ṭairi fa'anfukhu fihi fayakūnu ṭairam bi'iżnillāh(i), wa ubarri'ul-akmaha wal-abraṣa wa uḥyil-mautā bi'iżnillāh(i), wa unabbi'ukum bimā ta'kulūna wa mā taddakhirūna fī buyūtikum, inna fī żālika la'āyatal lakum in kuntum mu'minīn(a). | (Allah akan menjadikannya) sebagai seorang rasul kepada Bani Israil. (Isa berkata,) “Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, sesungguhnya aku membuatkan bagimu (sesuatu) dari tanah yang berbentuk seperti burung. Lalu, aku meniupnya sehingga menjadi seekor burung dengan izin Allah. Aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahir dan orang yang berpenyakit buras (belang) serta menghidupkan orang-orang mati dengan izin Allah. Aku beri tahukan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kerasulanku) bagimu jika kamu orang-orang mukmin. | null | null | Ayat berikut ini menjelaskan posisi Nabi Isa sebagai rasul Allah, sekaligus menampik adanya dugaan bahwa Isa adalah anak Tuhan bahkan Tuhan itu sendiri. Dan keberadaan Isa hanyalah sebagai Rasul Allah yang secara khusus diutus kepada Bani Israil. Kemudian terjadilah dialog antara Nabi Isa dan Bani Israil, ia berkata, “Aku telah datang kepada kalian sebagai rasul Allah dengan membawa sebuah tanda, mukjizat atau bukti kerasulanku, dari Tuhan kalian, yang juga Tuhanku, yaitu aku akan membuatkan bagi kalian sesuatu dari tanah berbentuk seperti burung, lalu aku meniupnya, maka ia yang berbentuk seperti burung itu, benar-benar menjadi seekor burung dengan izin Allah. Dan aku juga mampu menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahir dan orang yang berpenyakit kusta, semacam bercak-bercak putih di kulit. Dan bahkan aku bisa menghidupkan orang mati, yang semuanya itu bisa terjadi dengan izin Allah. Begitu juga, aku bisa memberitahukan kepada kalian apa yang kalian makan, dan bahkan aku bisa menceritakan kepada kalian apa yang kalian simpan di rumah kalian. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat suatu tanda kebenaran kerasulanku bagi kalian, jika kalian orang beriman dengan sebenar iman dan tidak ragu sedikit pun. | Allah menjadikan Isa sebagai seorang rasul kepada Bani Israil. Allah mengutus Isa kepada Bani Israil agar mengatakan kepada mereka bahwa kedatangannya membawa beberapa tanda yang besar yakni “mukjizat” kepada mereka sebagai penguat risalahnya. Mukjizat-mukjizat itu di antaranya:
Pertama: Nabi Isa dapat membuat dari tanah sesuatu yang berbentuk burung dan setelah ditiupnya lalu menjadi burung yang hidup seperti burung biasa, dengan izin Allah. Sebenarnya Allah-lah yang menciptakan hidup dalam tubuh burung itu, dengan kekuasaan-Nya ketika Isa meniupnya, untuk menjadikan mukjizat bagi kenabiannya.
Diriwayatkan, bahwa ketika Isa a.s. menyatakan dirinya seorang nabi dan menampakkan mukjizatnya, Bani Israil meminta kepadanya untuk membuat kelelawar. Maka ia mengambil tanah, lalu membentuknya sebagai seekor kelelawar dan ditiupnya. Maka terbanglah kelelawar itu di angkasa. Kelelawar itu terbang selama orang itu masih dapat melihatnya, dan ketika sudah tidak tampak lagi oleh mata mereka, kelelawar itu jatuh ke bumi dan mati. Hal ini sangat berbeda dengan kejadian makhluk-makhluk Allah lainnya. Sudah menjadi sunatullah bahwa mukjizat-mukjizat yang diberikan kepada nabi-nabi-Nya pada waktu umatnya meminta dan menjadikan iman mereka tergantung kepada mukjizat itu. Maka jika kaum Isa, meminta yang demikian kepadanya, Allah pun memberikannya.
Kedua: Isa a.s. dapat mengobati penyakit buta dan sopak, padahal kedua penyakit itu adalah penyakit yang sukar diobati oleh para tabib di masa itu meskipun ketabiban pada masa Isa sudah maju.
Telah menjadi sunatullah pula, bahwa mukjizat para nabi berupa sesuatu yang sangat terkenal pada zamannya. Umpamanya kepada Musa, diberikan tongkat yang dapat menjadi ular dan menelan semua ular-ular ahli sihir. Orang Mesir pada waktu itu terkenal sekali keahlian mereka dalam ilmu sihir.
Kepada Isa a.s., Allah memberi mukjizat dari jenis ketabiban yang melebihi kesanggupan para tabib zaman itu, padahal mereka sudah mempunyai keahlian yang tinggi. Demikian pula kepada Nabi Muhammad saw, diberi mukjizat yaitu Al-Qur′an, karena yang dibangga-banggakan mereka pada masa itu ialah kesusasteraan.
Ketiga: Beliau dapat menghidupkan orang mati, atas izin Allah. Banyak riwayat menerangkan bahwa Isa menghidupkan orang yang telah mati. Di antaranya menghidupkan seorang anak perempuan sebelum dikubur dan menghidupkan Ya'azir sebelum busuk tubuhnya. Tetapi tidak ada riwayat yang menerangkan bahwa ia menghidupkan mayat yang sudah menjadi tulang belulang.
Keempat: Isa a.s. dapat mengabarkan apa yang dimakan dan apa yang disimpan orang di rumahnya.
Perbedaan antara perkabaran gaib yang disampaikan oleh Isa a.s. dengan perkabaran ahli nujum dan dukun-dukun yang kadang-kadang tepat kadang-kadang tidak, ialah tukang nujum dan dukun-dukun itu mengungkapkan sesuatu dengan jalan memperhatikan sebab-sebab yang memungkinkannya mengetahui sesuatu itu. Tidak demikian perkabaran yang disampaikan oleh Nabi Isa serta oleh para nabi dan para rasul. Mereka ini tidak mencari atau berusaha mencari sebab-sebab dan tidak pula melakukan tipu daya, melainkan semata-mata pemberitahuan yang disampaikan Allah swt kepada mereka.
Demikianlah mukjizat-mukjizat Nabi Isa yang disaksikan oleh Bani Israil. Sesungguhnya pada mukjizat-mukjizat itu terdapat petunjuk-petunjuk bagi mereka untuk membenarkan kerasulan dan kenabian Isa. Terdapat pula pada mukjizat-mukjizat itu pelajaran untuk dipikirkan dan ditarik kesimpulannya, yaitu bahwa Isa a.s. berkata benar terhadap mereka. Mereka pun mengetahui apa yang diserukan Isa itu adalah benar perintah dari Allah swt. Jika mereka membenarkan ayat-ayat Allah, mengakui ke Esaan-Nya dan percaya kepada Nabi Musa dan Taurat yang dibawanya, tentulah mereka beriman pula kepada Nabi Isa a.s. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat-ayat yang lalu telah disebutkan kisah Maryam putri Imran, lalu pada ayat ini dipaparkan kisah Isa putra Maryam. Di antara dua kisah itu diselipkan kisah Nabi Zakaria, untuk mengukuhkan kisah Maryam, dan untuk memperingatkan bahwa hal itu cukup sebagai dalil atas kebenaran Nabi Muhammad dan segala hal yang diturunkan kepadanya. | KISAH ALMASĪḤ PUTRA MARYAM | Kosakata: Almasīḥ اَلْمَسِيْح (Āli ‘Imrān/3: 45)
Kisah Nabi Isa dimulai dari saat Maryam mendapat berita gembira melalui firman Allah, bahwa akan lahir seorang anak darinya tanpa perantara seorang bapa, bernama Almasih (Isa). Almasīḥ, bahasa Yunani christos, berarti yang diminyaki; raja-raja dan pendeta-pendeta diberi perminyakan suci untuk melambangkan penahbisan dalam jabatan mereka. Dalam bahasa Yahudi dan Arab ialah Almasīḥ. Kalau Muhammad adalah Nabi terakhir bagi umat manusia, maka Isa adalah Nabi terakhir Bani Israil. Di dalam Qur′an kadang disebut nama gelarnya, Almasīh (an-Nisā′/4: 157; al-Mā′idah/5: 72), adakalanya disebut anak Maryam (al-Mā′idah/5: 110, 114 dan 116) atau dengan nama dirinya, Isa (al-Baqarah/2: 136; Āli ‘Imrān/3: 59); atau Jesus dari bahasa Latin Iesus dan bahasa Yunani Iesous, yang berasal dari bahasa Ibrani Yeshua, pembela Jehovah. Disebut juga Yesus Kristus atau Yesus dari Nazaret.
Tentang nasabnya, di dalam Perjanjian Baru dihubungkan kepada Yusuf anak Eli, disebut bahwa Yusuf dari keturunan Nabi Daud dan tinggal di Nazaret. Untuk memastikan keturunan demikian tidak mudah, karena dalam silsilah Yesus dalam Injil Matius (1. 1-17) tidak sama dengan yang terdapat dalam Injil Lukas (3. 23-38), kendati dari keduanya sama-sama bermuara pada Ibrahim a.s. melalui Yakub dan Ishak. Lukas menyebutkan bahwa antara Daud sampai kepada Almasih ada 16 generasi, sementara Matius mengatakan 41 generasi, di samping perbedaan nama-nama.
Keterangan di dalam kedua Injil itu bahwa Yesus anak Yusuf tidak berarti bahwa ketika Maria mengandung, Yusuf sudah menikah dengan Maria. Ketika itu datang malaikat Gabriel kepada Maria dan terjadi dialog panjang bahwa Maria “… akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.” Maria berkata: “… Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami…” (Lukas 1.28-35). Dalam ayat ini tidak disebutkan ayah Nabi Isa. Al-Qur′an hanya menyebutkan Nabi Isa lahir tanpa ayah sebagai bukti kekuasaan Allah dalam penciptaan, meskipun Al-Qur′an mengatakan penciptaan Isa sama dengan penciptaan Adam (Āli ‘Imrān/3: 59). Ia mengakhiri tugasnya dalam waktu sekitar tiga tahun, dari 30 sampai 33 tahun usianya, ketika dalam penglihatan musuh-musuhnya ia disalib. Menurut Al-Qur′an, Isa tidak dibunuh tetapi diwafatkan dan diangkat ke sisi Allah serta disucikan dari tangan kotor manusia (Āli ‘Imrān/3: 55). | null | null |
343 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 50 | 56 | 6 | 3 | 1 | وَمُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرٰىةِ وَلِاُحِلَّ لَكُمْ بَعْضَ الَّذِيْ حُرِّمَ عَلَيْكُمْ وَجِئْتُكُمْ بِاٰيَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْۗ فَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوْنِ | Wa muṣaddiqal limā baina yadayya minat-taurāti wa li'uḥilla lakum ba‘ḍal-lażī ḥurrima ‘alaikum wa ji'tukum bi'āyatim mir rabbikum, fattaqullāha wa aṭī‘ūn(i). | (Aku diutus untuk) membenarkan Taurat yang (diturunkan) sebelumku dan untuk menghalalkan bagi kamu sebagian perkara yang telah diharamkan untukmu. Aku datang kepadamu dengan membawa tanda (mukjizat) dari Tuhanmu. Oleh karena itu, bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. | null | null | Bukan saja sebagai rasul, aku juga sebagai seorang yang membenarkan inti ajaran kitab Taurat yang datang sebelumku, yaitu ajaran tauhid, dan karenanya kitab Injil tidaklah bertentangan dengan Taurat dan juga tidak dimaksudkan untuk menghapus seluruh ajarannya. Dan jika ada hukum yang dihapus, maka hal itu agar aku bisa meringankan beberapa hukum yang dianggap berat, antara lain, dengan menghalalkan bagi kamu sebagian dari yang telah diharamkan hukumnya untukmu. (Lihat juga Surah al-Anam/6: 146, al-Araf/7: 163). Dan aku benar-benar datang kepadamu dengan membawa suatu tanda, mukjizat, dari Tuhanmu. Karena itu, hai Bani Israil, bertakwalah kepada Allah yakni peliharalah diri kalian dari hal-hal yang bisa melahirkan murka Allah, dan taatlah kepadaku dengan mengikuti ajaranku. | Nabi Isa datang kepada Bani Israil untuk membenarkan Kitab Taurat yang ada pada mereka, mengakui dan menguatkannya. Bukan mengganti atau menyalahkan hukum-hukumnya, kecuali meringankan beberapa hukum untuk penganutnya, yang sebelumnya dirasakan sebagai suatu beban yang amat berat bagi mereka. Karena itu Isa a.s. berkata, “Aku menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan atasmu”, yakni sebagian makanan yang pernah diharamkan atas mereka yang disebabkan oleh kezaliman dan banyaknya permintaan mereka. Lalu oleh Isa, dihalalkan kembali sebagaimana diterangkan Allah dalam Al-Qur′an.
فَبِظُلْمٍ مِّنَ الَّذِيْنَ هَادُوْا حَرَّمْنَا عَلَيْهِمْ طَيِّبٰتٍ اُحِلَّتْ لَهُمْ وَبِصَدِّهِمْ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَثِيْرًاۙ ١٦٠
Karena kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan bagi mereka makanan yang baik-baik yang (dahulu) pernah dihalalkan; dan karena mereka sering menghalangi (orang lain) dari jalan Allah. (an-Nisā′/4:160).
Di antara makanan yang dihalalkan kembali itu ialah: ikan, daging unta, lemak, juga dihalalkan kembali bekerja pada hari Sabat. Nabi Isa juga menjelaskan persoalan-persoalan yang menjadi perselisihan mereka, seperti diterangkan dalam Al-Qur′an.
وَلَمَّا جَاۤءَ عِيْسٰى بِالْبَيِّنٰتِ قَالَ قَدْ جِئْتُكُمْ بِالْحِكْمَةِ وَلِاُبَيِّنَ لَكُمْ بَعْضَ الَّذِيْ تَخْتَلِفُوْنَ فِيْهِۚ فَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوْنِ ٦٣
… Dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu perselisihkan, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. (az-Zukhruf/43: 63).
Kemudian Nabi Isa mengulangi keterangan ayat lalu, katanya, “Aku datang kepadamu dengan membawa mukjizat-mukjizat dari Tuhan kamu”. Mukjizat itu menjadi saksi atas kebenaran risalah yang dibawanya seperti yang telah disebutkan, yaitu menciptakan burung, menyembuhkan penyakit buta sejak kecil dan penyakit kusta, menghidupkan orang mati, serta memberitahukan hal-hal yang tersembunyi dan lain-lain sebagainya. Karena dia datang membawa mukjizat yang jelas, ayat-ayat yang terang, maka dia pun berseru kepada kaumnya agar takut kepada Allah tidak menentang-Nya, serta menaati segala apa yang diajarkan kepada mereka. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat-ayat yang lalu telah disebutkan kisah Maryam putri Imran, lalu pada ayat ini dipaparkan kisah Isa putra Maryam. Di antara dua kisah itu diselipkan kisah Nabi Zakaria, untuk mengukuhkan kisah Maryam, dan untuk memperingatkan bahwa hal itu cukup sebagai dalil atas kebenaran Nabi Muhammad dan segala hal yang diturunkan kepadanya. | KISAH ALMASĪḤ PUTRA MARYAM | Kosakata: Almasīḥ اَلْمَسِيْح (Āli ‘Imrān/3: 45)
Kisah Nabi Isa dimulai dari saat Maryam mendapat berita gembira melalui firman Allah, bahwa akan lahir seorang anak darinya tanpa perantara seorang bapa, bernama Almasih (Isa). Almasīḥ, bahasa Yunani christos, berarti yang diminyaki; raja-raja dan pendeta-pendeta diberi perminyakan suci untuk melambangkan penahbisan dalam jabatan mereka. Dalam bahasa Yahudi dan Arab ialah Almasīḥ. Kalau Muhammad adalah Nabi terakhir bagi umat manusia, maka Isa adalah Nabi terakhir Bani Israil. Di dalam Qur′an kadang disebut nama gelarnya, Almasīh (an-Nisā′/4: 157; al-Mā′idah/5: 72), adakalanya disebut anak Maryam (al-Mā′idah/5: 110, 114 dan 116) atau dengan nama dirinya, Isa (al-Baqarah/2: 136; Āli ‘Imrān/3: 59); atau Jesus dari bahasa Latin Iesus dan bahasa Yunani Iesous, yang berasal dari bahasa Ibrani Yeshua, pembela Jehovah. Disebut juga Yesus Kristus atau Yesus dari Nazaret.
Tentang nasabnya, di dalam Perjanjian Baru dihubungkan kepada Yusuf anak Eli, disebut bahwa Yusuf dari keturunan Nabi Daud dan tinggal di Nazaret. Untuk memastikan keturunan demikian tidak mudah, karena dalam silsilah Yesus dalam Injil Matius (1. 1-17) tidak sama dengan yang terdapat dalam Injil Lukas (3. 23-38), kendati dari keduanya sama-sama bermuara pada Ibrahim a.s. melalui Yakub dan Ishak. Lukas menyebutkan bahwa antara Daud sampai kepada Almasih ada 16 generasi, sementara Matius mengatakan 41 generasi, di samping perbedaan nama-nama.
Keterangan di dalam kedua Injil itu bahwa Yesus anak Yusuf tidak berarti bahwa ketika Maria mengandung, Yusuf sudah menikah dengan Maria. Ketika itu datang malaikat Gabriel kepada Maria dan terjadi dialog panjang bahwa Maria “… akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.” Maria berkata: “… Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami…” (Lukas 1.28-35). Dalam ayat ini tidak disebutkan ayah Nabi Isa. Al-Qur′an hanya menyebutkan Nabi Isa lahir tanpa ayah sebagai bukti kekuasaan Allah dalam penciptaan, meskipun Al-Qur′an mengatakan penciptaan Isa sama dengan penciptaan Adam (Āli ‘Imrān/3: 59). Ia mengakhiri tugasnya dalam waktu sekitar tiga tahun, dari 30 sampai 33 tahun usianya, ketika dalam penglihatan musuh-musuhnya ia disalib. Menurut Al-Qur′an, Isa tidak dibunuh tetapi diwafatkan dan diangkat ke sisi Allah serta disucikan dari tangan kotor manusia (Āli ‘Imrān/3: 55). | null | null |
344 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 51 | 56 | 6 | 3 | 1 | اِنَّ اللّٰهَ رَبِّيْ وَرَبُّكُمْ فَاعْبُدُوْهُ ۗهٰذَا صِرَاطٌ مُّسْتَقِيْمٌ | Innallāha rabbī wa rabbukum fa‘budūh(u), hāżā ṣirāṭum mustaqīm(un). | Sesungguhnya Allah itu Tuhanku dan Tuhanmu. Oleh karena itu, sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus.” | null | null | Karena itu, ketahuilah dan saksikanlah, hai Bani Israil, sesungguhnya Allah itu Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu sembahlah Dia dan jangan menyembah aku atau ibuku. Inilah jalan yang lurus dan benar.” | Pada ayat ini dijelaskan ucapan Nabi Isa kepada kaumnya, bahwa Allah swt adalah Tuhan mereka bersama-sama yang harus disembah, dengan pernyataan keesaan Allah dan pengakuan bahwasanya Allah itu adalah Tuhan alam semesta, karena itu sembahlah Dia.
Inilah di antara perintah Nabi Isa kepada kaumnya, agar mereka mempunyai kepercayaan yang benar yaitu tauhid, selalu menunaikan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya lahir dan batin. Itulah jalan yang lurus dan lapang yang digariskan oleh para rasul, yaitu jalan yang menuju kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.” | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat-ayat yang lalu telah disebutkan kisah Maryam putri Imran, lalu pada ayat ini dipaparkan kisah Isa putra Maryam. Di antara dua kisah itu diselipkan kisah Nabi Zakaria, untuk mengukuhkan kisah Maryam, dan untuk memperingatkan bahwa hal itu cukup sebagai dalil atas kebenaran Nabi Muhammad dan segala hal yang diturunkan kepadanya. | KISAH ALMASĪḤ PUTRA MARYAM | Kosakata: Almasīḥ اَلْمَسِيْح (Āli ‘Imrān/3: 45)
Kisah Nabi Isa dimulai dari saat Maryam mendapat berita gembira melalui firman Allah, bahwa akan lahir seorang anak darinya tanpa perantara seorang bapa, bernama Almasih (Isa). Almasīḥ, bahasa Yunani christos, berarti yang diminyaki; raja-raja dan pendeta-pendeta diberi perminyakan suci untuk melambangkan penahbisan dalam jabatan mereka. Dalam bahasa Yahudi dan Arab ialah Almasīḥ. Kalau Muhammad adalah Nabi terakhir bagi umat manusia, maka Isa adalah Nabi terakhir Bani Israil. Di dalam Qur′an kadang disebut nama gelarnya, Almasīh (an-Nisā′/4: 157; al-Mā′idah/5: 72), adakalanya disebut anak Maryam (al-Mā′idah/5: 110, 114 dan 116) atau dengan nama dirinya, Isa (al-Baqarah/2: 136; Āli ‘Imrān/3: 59); atau Jesus dari bahasa Latin Iesus dan bahasa Yunani Iesous, yang berasal dari bahasa Ibrani Yeshua, pembela Jehovah. Disebut juga Yesus Kristus atau Yesus dari Nazaret.
Tentang nasabnya, di dalam Perjanjian Baru dihubungkan kepada Yusuf anak Eli, disebut bahwa Yusuf dari keturunan Nabi Daud dan tinggal di Nazaret. Untuk memastikan keturunan demikian tidak mudah, karena dalam silsilah Yesus dalam Injil Matius (1. 1-17) tidak sama dengan yang terdapat dalam Injil Lukas (3. 23-38), kendati dari keduanya sama-sama bermuara pada Ibrahim a.s. melalui Yakub dan Ishak. Lukas menyebutkan bahwa antara Daud sampai kepada Almasih ada 16 generasi, sementara Matius mengatakan 41 generasi, di samping perbedaan nama-nama.
Keterangan di dalam kedua Injil itu bahwa Yesus anak Yusuf tidak berarti bahwa ketika Maria mengandung, Yusuf sudah menikah dengan Maria. Ketika itu datang malaikat Gabriel kepada Maria dan terjadi dialog panjang bahwa Maria “… akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.” Maria berkata: “… Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami…” (Lukas 1.28-35). Dalam ayat ini tidak disebutkan ayah Nabi Isa. Al-Qur′an hanya menyebutkan Nabi Isa lahir tanpa ayah sebagai bukti kekuasaan Allah dalam penciptaan, meskipun Al-Qur′an mengatakan penciptaan Isa sama dengan penciptaan Adam (Āli ‘Imrān/3: 59). Ia mengakhiri tugasnya dalam waktu sekitar tiga tahun, dari 30 sampai 33 tahun usianya, ketika dalam penglihatan musuh-musuhnya ia disalib. Menurut Al-Qur′an, Isa tidak dibunuh tetapi diwafatkan dan diangkat ke sisi Allah serta disucikan dari tangan kotor manusia (Āli ‘Imrān/3: 55). | null | null |
345 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 52 | 56 | 7 | 3 | 1 | ۞ فَلَمَّآ اَحَسَّ عِيْسٰى مِنْهُمُ الْكُفْرَ قَالَ مَنْ اَنْصَارِيْٓ اِلَى اللّٰهِ ۗ قَالَ الْحَوَارِيُّوْنَ نَحْنُ اَنْصَارُ اللّٰهِ ۚ اٰمَنَّا بِاللّٰهِ ۚ وَاشْهَدْ بِاَنَّا مُسْلِمُوْنَ | Falammā aḥassa ‘īsā minhumul-kufra qāla man anṣārī ilallāh(i), qālal-ḥawāriyyūna naḥnu anṣārullāh(i), āmannā billāh(i), wasyhad bi'annā muslimūn(a). | Ketika Isa merasakan kekufuran mereka (Bani Israil), dia berkata, “Siapakah yang akan menjadi penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?” Para hawari (sahabat setianya) menjawab, “Kamilah penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah dan saksikanlah sesungguhnya kami adalah orang-orang muslim. | null | null | Meski Nabi Isa telah berupaya untuk mengajak mereka kepada tauhid dan diperkuat oleh berbagai mukjizat, mereka tetap menolak bahkan mengancam akan menyalibnya. Maka ketika Isa merasakan keingkaran mereka, Bani Israil, dia berkata, “Siapakah yang akan menjadi penolongku untuk menegakkan agama Allah?” Para Hawariyyun, sahabat-sahabat setianya, menjawab, “Kamilah penolong agama Allah. Kami beriman kepada Allah, dan saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang muslim, yaitu orang-orang yang benar-benar berserah diri kepada Allah. | Pada ayat ini dan ayat berikutnya diterangkan hubungan Nabi Isa, dengan kaumnya, dan apa yang telah dijalaninya dari mereka; baik berupa hambatan-hambatan, tantangan, kekerasan, serta rencana-rencana untuk membunuhnya. Selain itu Allah juga menerangkan pertolongan-pertolongan yang telah diberikan kepada golongan orang yang mengakui keesaan Allah, serta ancaman-ancaman-Nya yang disampaikan kepada orang-orang kafir, dan siksaan yang menimpa mereka di dunia dan di akhirat.
Tatkala Isa a.s. meyakini bahwa kaumnya Bani Israil tetap dalam kekafiran dan menemui penolakan yang keras dari mereka, bahkan bermaksud menyakitinya, bertanyalah dia “Siapakah penolong-penolongku kepada Allah?” Isa benar-benar menemui tantangan yang keras dari orang Yahudi, mereka mengerumuninya dan memperolok-oloknya. Mereka berkata, “Apakah yang telah dimakan oleh si anu tadi malam, apa yang disimpannya di rumahnya untuk besok pagi?” Walaupun Isa a.s. dapat menjawabnya, namun mereka tetap memperolok-oloknya.
Pada cerita ini terdapat pelajaran bagi Nabi Muhammad saw, dan sekaligus menjadi penghibur baginya. Di sini terbukti bahwa walaupun banyak dikemukakan mukjizat-mukjizat para nabi, tidaklah dengan sendirinya membawa kepada iman. Keimanan itu tergantung kepada manusia yang diajak apakah bersedia untuk menerimanya.
Pada saat meningkatnya tantangan dan ancaman itulah Isa mengatakan kepada kaum Hawari, siapa yang bersedia menyerahkan jiwanya kepada Allah dan menolong rasul-Nya. Hawariyūn menjawab, “Kamilah penolong agama Allah”, mereka menyediakan tenaga mereka untuk memperteguh dakwah Rasul Allah dan bersedia memegang teguh ajaran-ajarannya serta meninggalkan ajaran-ajaran yang lalu yang salah. Pertolongan yang diminta Isa a.s. ini tidak menuntut mereka mengikuti peperangan tapi cukup dengan mengamalkan ajaran agama dan dakwahnya.
Hawariyūn adalah segolongan orang di antara Bani Israil yang beriman kepada Almasīḥ, dan bersedia membantu, menolongnya dan mengikuti cahaya yang diturunkan kepadanya (Aṣ-Ṡaff/61:14). Mereka menyatakan kepada Isa a.s. bahwa mereka beriman kepada Allah dan memohon kesaksian bahwa mereka adalah orang-orang yang berserah diri”. Pernyataan ini merupakan faktor yang membawa kemenangan dalam menghadapi perlawanan musuh-musuhnya. Mereka memohon agar mereka dimasukkan ke dalam golongan orang yang mengakui keesaan Allah. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat-ayat yang lalu telah disebutkan kisah Maryam putri Imran, lalu pada ayat ini dipaparkan kisah Isa putra Maryam. Di antara dua kisah itu diselipkan kisah Nabi Zakaria, untuk mengukuhkan kisah Maryam, dan untuk memperingatkan bahwa hal itu cukup sebagai dalil atas kebenaran Nabi Muhammad dan segala hal yang diturunkan kepadanya. | KISAH ALMASĪḤ PUTRA MARYAM | Kosakata: Almasīḥ اَلْمَسِيْح (Āli ‘Imrān/3: 45)
Kisah Nabi Isa dimulai dari saat Maryam mendapat berita gembira melalui firman Allah, bahwa akan lahir seorang anak darinya tanpa perantara seorang bapa, bernama Almasih (Isa). Almasīḥ, bahasa Yunani christos, berarti yang diminyaki; raja-raja dan pendeta-pendeta diberi perminyakan suci untuk melambangkan penahbisan dalam jabatan mereka. Dalam bahasa Yahudi dan Arab ialah Almasīḥ. Kalau Muhammad adalah Nabi terakhir bagi umat manusia, maka Isa adalah Nabi terakhir Bani Israil. Di dalam Qur′an kadang disebut nama gelarnya, Almasīh (an-Nisā′/4: 157; al-Mā′idah/5: 72), adakalanya disebut anak Maryam (al-Mā′idah/5: 110, 114 dan 116) atau dengan nama dirinya, Isa (al-Baqarah/2: 136; Āli ‘Imrān/3: 59); atau Jesus dari bahasa Latin Iesus dan bahasa Yunani Iesous, yang berasal dari bahasa Ibrani Yeshua, pembela Jehovah. Disebut juga Yesus Kristus atau Yesus dari Nazaret.
Tentang nasabnya, di dalam Perjanjian Baru dihubungkan kepada Yusuf anak Eli, disebut bahwa Yusuf dari keturunan Nabi Daud dan tinggal di Nazaret. Untuk memastikan keturunan demikian tidak mudah, karena dalam silsilah Yesus dalam Injil Matius (1. 1-17) tidak sama dengan yang terdapat dalam Injil Lukas (3. 23-38), kendati dari keduanya sama-sama bermuara pada Ibrahim a.s. melalui Yakub dan Ishak. Lukas menyebutkan bahwa antara Daud sampai kepada Almasih ada 16 generasi, sementara Matius mengatakan 41 generasi, di samping perbedaan nama-nama.
Keterangan di dalam kedua Injil itu bahwa Yesus anak Yusuf tidak berarti bahwa ketika Maria mengandung, Yusuf sudah menikah dengan Maria. Ketika itu datang malaikat Gabriel kepada Maria dan terjadi dialog panjang bahwa Maria “… akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.” Maria berkata: “… Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami…” (Lukas 1.28-35). Dalam ayat ini tidak disebutkan ayah Nabi Isa. Al-Qur′an hanya menyebutkan Nabi Isa lahir tanpa ayah sebagai bukti kekuasaan Allah dalam penciptaan, meskipun Al-Qur′an mengatakan penciptaan Isa sama dengan penciptaan Adam (Āli ‘Imrān/3: 59). Ia mengakhiri tugasnya dalam waktu sekitar tiga tahun, dari 30 sampai 33 tahun usianya, ketika dalam penglihatan musuh-musuhnya ia disalib. Menurut Al-Qur′an, Isa tidak dibunuh tetapi diwafatkan dan diangkat ke sisi Allah serta disucikan dari tangan kotor manusia (Āli ‘Imrān/3: 55). | null | null |
346 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 53 | 57 | 7 | 3 | 1 | رَبَّنَآ اٰمَنَّا بِمَآ اَنْزَلْتَ وَاتَّبَعْنَا الرَّسُوْلَ فَاكْتُبْنَا مَعَ الشّٰهِدِيْنَ | Rabbanā āmannā bimā anzalta wattaba‘nar-rasūla faktubnā ma‘asy-syāhidīn(a). | Wahai Tuhan kami, kami telah beriman pada apa yang Engkau turunkan dan kami telah mengikuti Rasul. Oleh karena itu, tetapkanlah kami bersama orang-orang yang memberikan kesaksian.” | null | null | Kemudian para penolong agama Allah tersebut berdoa, Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang Engkau turunkan kepada rasulMu, Isa, berupa kitab Injil, dan kami telah mengikuti ajaran Rasul-Mu, karena itu tetapkanlah kami bersama golongan orang yang memberikan kesaksian bahwa Isa telah melaksanakan tugas kerasulannya.” | Sesudah mereka menjadi saksi atas kerasulan Isa a.s. dan menjadi saksi atas kekuasaan Allah yang memerintahkan agar beriman kepada Kitab yang diturunkan kepadanya, dan taat kepada segala perintah-Nya, maka mereka mengatakan, “Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan”. Pernyataan ini adalah suatu sikap merendahkan diri kepada Allah, dan mengungkapkan ihwal mereka kepada Allah, sesudah menyatakan kepada rasul-Nya untuk lebih menjelaskan pendirian mereka. “Kami telah mengikuti rasul”, dan mematuhi segala perintah yang dibawanya dari Allah.
Menempatkan kata “mengikuti” sesudah kata “beriman” dalam ayat ini menunjukkan bahwa iman orang Hawariyūn ini telah mencapai tingkat yakin, yang memberi arah kepada jiwa mereka dalam melakukan setiap tindakan. Ilmu yang benar ialah ilmu yang menuntut perbuatan yang sesuai dengan ilmu itu, sedang ilmu yang tidak mempengaruhi perbuatan, itulah ilmu yang kabur dan kurang, tidak memberikan keyakinan dan ketenangan. Banyak orang mengira bahwa dia sudah berilmu tetapi bila dia melakukan sesuatu perbuatan ternyata perbuatannya itu tidak dapat dikuasai dan dikendalikannya, setelah itu barulah ia sadar bahwa ia keliru dalam pengakuannya.
Sesudah kaum Hawariyūn ini menyatakan kepada Allah kesaksian mereka atas kebenaran kitab dan rasul-Nya, maka mereka pun memohon kepada Allah agar memasukkan mereka ke dalam golongan orang-orang yang mengakui keesaan Allah swt. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat-ayat yang lalu telah disebutkan kisah Maryam putri Imran, lalu pada ayat ini dipaparkan kisah Isa putra Maryam. Di antara dua kisah itu diselipkan kisah Nabi Zakaria, untuk mengukuhkan kisah Maryam, dan untuk memperingatkan bahwa hal itu cukup sebagai dalil atas kebenaran Nabi Muhammad dan segala hal yang diturunkan kepadanya. | KISAH ALMASĪḤ PUTRA MARYAM | Kosakata: Almasīḥ اَلْمَسِيْح (Āli ‘Imrān/3: 45)
Kisah Nabi Isa dimulai dari saat Maryam mendapat berita gembira melalui firman Allah, bahwa akan lahir seorang anak darinya tanpa perantara seorang bapa, bernama Almasih (Isa). Almasīḥ, bahasa Yunani christos, berarti yang diminyaki; raja-raja dan pendeta-pendeta diberi perminyakan suci untuk melambangkan penahbisan dalam jabatan mereka. Dalam bahasa Yahudi dan Arab ialah Almasīḥ. Kalau Muhammad adalah Nabi terakhir bagi umat manusia, maka Isa adalah Nabi terakhir Bani Israil. Di dalam Qur′an kadang disebut nama gelarnya, Almasīh (an-Nisā′/4: 157; al-Mā′idah/5: 72), adakalanya disebut anak Maryam (al-Mā′idah/5: 110, 114 dan 116) atau dengan nama dirinya, Isa (al-Baqarah/2: 136; Āli ‘Imrān/3: 59); atau Jesus dari bahasa Latin Iesus dan bahasa Yunani Iesous, yang berasal dari bahasa Ibrani Yeshua, pembela Jehovah. Disebut juga Yesus Kristus atau Yesus dari Nazaret.
Tentang nasabnya, di dalam Perjanjian Baru dihubungkan kepada Yusuf anak Eli, disebut bahwa Yusuf dari keturunan Nabi Daud dan tinggal di Nazaret. Untuk memastikan keturunan demikian tidak mudah, karena dalam silsilah Yesus dalam Injil Matius (1. 1-17) tidak sama dengan yang terdapat dalam Injil Lukas (3. 23-38), kendati dari keduanya sama-sama bermuara pada Ibrahim a.s. melalui Yakub dan Ishak. Lukas menyebutkan bahwa antara Daud sampai kepada Almasih ada 16 generasi, sementara Matius mengatakan 41 generasi, di samping perbedaan nama-nama.
Keterangan di dalam kedua Injil itu bahwa Yesus anak Yusuf tidak berarti bahwa ketika Maria mengandung, Yusuf sudah menikah dengan Maria. Ketika itu datang malaikat Gabriel kepada Maria dan terjadi dialog panjang bahwa Maria “… akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.” Maria berkata: “… Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami…” (Lukas 1.28-35). Dalam ayat ini tidak disebutkan ayah Nabi Isa. Al-Qur′an hanya menyebutkan Nabi Isa lahir tanpa ayah sebagai bukti kekuasaan Allah dalam penciptaan, meskipun Al-Qur′an mengatakan penciptaan Isa sama dengan penciptaan Adam (Āli ‘Imrān/3: 59). Ia mengakhiri tugasnya dalam waktu sekitar tiga tahun, dari 30 sampai 33 tahun usianya, ketika dalam penglihatan musuh-musuhnya ia disalib. Menurut Al-Qur′an, Isa tidak dibunuh tetapi diwafatkan dan diangkat ke sisi Allah serta disucikan dari tangan kotor manusia (Āli ‘Imrān/3: 55). | null | null |
347 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 54 | 57 | 7 | 3 | 1 | وَمَكَرُوْا وَمَكَرَ اللّٰهُ ۗوَاللّٰهُ خَيْرُ الْمٰكِرِيْنَ ࣖ | Wa makarū wa makarallāh(u), wallāhu khairul-mākirīn(a). | Mereka (orang-orang kafir) membuat tipu daya dan Allah pun membalas tipu daya (mereka). Allah sebaik-baik pembalas tipu daya. | null | null | Setelah ancaman yang ditunjukkan secara terang-terangan tidak membawa hasil, maka mereka melakukan gerakan di bawah tanah. Mereka, yakni orang-orang yang mengingkari Nabi Isa dan ajarannya, tidak tinggal diam. Mereka membuat tipu daya secara rahasia untuk menghalangi dakwah Isa. Maka untuk menghadapi mereka sekaligus membela agama yang dibawa rasul-Nya, Isa, Allah pun tidak diam. Dia membalas tipu daya mereka itu sehingga mereka gagal total dalam melaksanakan tipu dayanya. Allah sebaik-baik pembalas tipu daya, bahkan Dia menguat-kan dakwah Isa dengan Rohulkudus (Jibril). | Sesudah Allah menerangkan tentang kaum Hawariyūn, maka dalam ayat ini Allah menerangkan sikap Bani Israil terhadap Isa a.s., mereka membuat tipu daya dan bermaksud membinasakannya dengan jalan melaporkan dan memfitnah Isa kepada raja mereka. Tetapi Allah memperdayakan dan menggagalkan tipu daya mereka itu dan mereka tidak berhasil membunuhnya. Isa a.s., diangkat ke langit oleh Allah dan diganti dengan orang yang serupa dengannya, sehingga orang-orang yakin bahwa yang disalib itu adalah Isa a.s. Balasan Allah mengatasi tipu muslihat mereka, dan menimpakan kesengsaraan kepada orang-orang kafir itu, tanpa mereka perkirakan. Rencana Allah yang tidak diketahui oleh hamba-hamba-Nya, sebenarnya adalah untuk menegakkan sunnah-Nya dan menyempurnakan hikmah-Nya. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat-ayat yang lalu telah disebutkan kisah Maryam putri Imran, lalu pada ayat ini dipaparkan kisah Isa putra Maryam. Di antara dua kisah itu diselipkan kisah Nabi Zakaria, untuk mengukuhkan kisah Maryam, dan untuk memperingatkan bahwa hal itu cukup sebagai dalil atas kebenaran Nabi Muhammad dan segala hal yang diturunkan kepadanya. | KISAH ALMASĪḤ PUTRA MARYAM | Kosakata: Almasīḥ اَلْمَسِيْح (Āli ‘Imrān/3: 45)
Kisah Nabi Isa dimulai dari saat Maryam mendapat berita gembira melalui firman Allah, bahwa akan lahir seorang anak darinya tanpa perantara seorang bapa, bernama Almasih (Isa). Almasīḥ, bahasa Yunani christos, berarti yang diminyaki; raja-raja dan pendeta-pendeta diberi perminyakan suci untuk melambangkan penahbisan dalam jabatan mereka. Dalam bahasa Yahudi dan Arab ialah Almasīḥ. Kalau Muhammad adalah Nabi terakhir bagi umat manusia, maka Isa adalah Nabi terakhir Bani Israil. Di dalam Qur′an kadang disebut nama gelarnya, Almasīh (an-Nisā′/4: 157; al-Mā′idah/5: 72), adakalanya disebut anak Maryam (al-Mā′idah/5: 110, 114 dan 116) atau dengan nama dirinya, Isa (al-Baqarah/2: 136; Āli ‘Imrān/3: 59); atau Jesus dari bahasa Latin Iesus dan bahasa Yunani Iesous, yang berasal dari bahasa Ibrani Yeshua, pembela Jehovah. Disebut juga Yesus Kristus atau Yesus dari Nazaret.
Tentang nasabnya, di dalam Perjanjian Baru dihubungkan kepada Yusuf anak Eli, disebut bahwa Yusuf dari keturunan Nabi Daud dan tinggal di Nazaret. Untuk memastikan keturunan demikian tidak mudah, karena dalam silsilah Yesus dalam Injil Matius (1. 1-17) tidak sama dengan yang terdapat dalam Injil Lukas (3. 23-38), kendati dari keduanya sama-sama bermuara pada Ibrahim a.s. melalui Yakub dan Ishak. Lukas menyebutkan bahwa antara Daud sampai kepada Almasih ada 16 generasi, sementara Matius mengatakan 41 generasi, di samping perbedaan nama-nama.
Keterangan di dalam kedua Injil itu bahwa Yesus anak Yusuf tidak berarti bahwa ketika Maria mengandung, Yusuf sudah menikah dengan Maria. Ketika itu datang malaikat Gabriel kepada Maria dan terjadi dialog panjang bahwa Maria “… akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.” Maria berkata: “… Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami…” (Lukas 1.28-35). Dalam ayat ini tidak disebutkan ayah Nabi Isa. Al-Qur′an hanya menyebutkan Nabi Isa lahir tanpa ayah sebagai bukti kekuasaan Allah dalam penciptaan, meskipun Al-Qur′an mengatakan penciptaan Isa sama dengan penciptaan Adam (Āli ‘Imrān/3: 59). Ia mengakhiri tugasnya dalam waktu sekitar tiga tahun, dari 30 sampai 33 tahun usianya, ketika dalam penglihatan musuh-musuhnya ia disalib. Menurut Al-Qur′an, Isa tidak dibunuh tetapi diwafatkan dan diangkat ke sisi Allah serta disucikan dari tangan kotor manusia (Āli ‘Imrān/3: 55). | null | 1. Allah, dengan perantaraan Malaikat Jibril memberikan kabar gembira kepada Maryam binti Imran bahwa:
a) ia akan dikaruniai seorang putra yang bernama Al-Masih Isa bin Maryam,
b) putranya itu akan menjadi salah seorang yang terkemuka di dunia dan di akhirat, dan menjadi salah seorang yang dekat kepada Allah.
c). putranya itu kelak akan dapat berbicara ketika ia masih menjadi bayi dalam buaian, dan setelah ia dewasa akan diangkat menjadi rasul.
2. Setelah menerima kabar gembira itu, Maryam mengemukakan kesangsiannya; bagaimana ia akan dapat memperoleh anak, padahal dia belum menikah. Allah melenyapkan kesangsian Maryam dengan mengingatkannya kepada kekuasaan-Nya, sehingga dengan satu pernyataan saja “Kun”, Allah swt dapat menciptakannya.
3. Kabar gembira selanjutnya untuk Maryam adalah:
a). bahwa Allah akan mengajarkan kepada putranya kelak Kitab, Hikmah, Taurat dan Injil;
b). bahwa Allah akan mengangkat putranya kelak menjadi rasul kepada Bani Israil dan akan diberi-Nya mukjizat; dia akan menyeru Bani Israil kepada jalan yang lurus, yaitu agama Allah.
4. Sebagian dari Bani Israil akan menerima seruan Nabi Isa, dan sebagiannya lagi kafir dan melakukan tipu daya terhadapnya, tetapi Allah akan membalas tipu daya mereka itu. |
348 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 55 | 57 | 7 | 3 | 1 | اِذْ قَالَ اللّٰهُ يٰعِيْسٰٓى اِنِّيْ مُتَوَفِّيْكَ وَرَافِعُكَ اِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَجَاعِلُ الَّذِيْنَ اتَّبَعُوْكَ فَوْقَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اِلٰى يَوْمِ الْقِيٰمَةِ ۚ ثُمَّ اِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَاَحْكُمُ بَيْنَكُمْ فِيْمَا كُنْتُمْ فِيْهِ تَخْتَلِفُوْنَ | Iż qālallāhu yā ‘īsā innī mutawaffīka wa rāfi‘uka ilayya wa muṭahhiruka minal-lażīna kafarū wa jā‘ilul-lażīnattaba‘ūka fauqal-lażīna kafarū ilā yaumil-qiyāmah(ti), ṡumma ilayya marji‘ukum fa aḥkumu bainakum fīmā kuntum fīhi takhtalifūn(a). | (Ingatlah) ketika Allah berfirman, “Wahai Isa, sesungguhnya Aku mengambilmu, mengangkatmu kepada-Ku, menyucikanmu dari orang-orang yang kufur, dan menjadikan orang-orang yang mengikutimu lebih unggul daripada orang-orang yang kufur hingga hari Kiamat. Kemudian, kepada-Kulah kamu kembali, lalu Aku beri keputusan tentang apa yang selalu kamu perselisihkan. | null | null | Ayat ini menjelaskan tentang beberapa bukti kemuliaan Isa bin Maryam. Ingatlah, hai Nabi Muhammad, ketika Allah berfirman, “Wahai Isa! Aku akan mewafatkanmu atau menyempurnakan keberadaanmu di dunia dan mengangkatmu kepada-Ku, yaitu ke tempat yang mulia tanpa melalui proses kematian, serta menjauhkan dan menyucikanmu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikutimu yang tidak mengubah agamamu serta yang membenarkan kenabianmu di atas orang-orang yang kafir terhadapmu dengan menyembunyikan bukti-bukti kerasulanmu hingga hari kiamat. Kemudian kepada-Ku kalian kembali, baik yang beriman kepada Nabi Isa maupun yang kafir kepadanya, lalu Aku beri keputusan tentang apa yang kalian perselisihkan yaitu tentang Isa dan kebenaran ajaran yang dibawanya.” | Allah membalas tipu daya orang kafir dengan mengangkat Isa a.s. kepada-Nya. Dalam hal ini terdapat berita gembira untuk Nabi, tentang datangnya bantuan Allah untuk menyelamatkan dirinya dari tipu daya orang-orang kafir sehingga mereka dalam usahanya melaksanakan tipu daya itu tidak akan berhasil.
Allah akan mengangkat Nabi Isa kepada-Nya dan akan mewafatkannya pada saat ajalnya tiba, sesudah turun dari langit pada waktu yang ditentukan [45]sesuai dengan sabda Nabi Muhammad saw,
وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ، لَيُوْشِكَنَّ اَنْ يَنْزِلَ فِيْكُمْ اِبْنُ مَرْيَمَ حَكَمًا عَدْلاً فَيَكْسِرَ الصَّلِيْبَ وَيَقْتُلَ الْخِنْزِيرَ وَيَضَعَ الْجِزْيَةَ وَيَفِيْضَ الْمَالَ حَتىَّ تَكُوْنَ السَّجْدَةُ الْوَاحِدَةُ خَيْرًا مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا (رواه البخاري)
“Demi (Allah), yang jiwaku di tangan-Nya, Isa putra Maryam akan turun di antaramu sebagai hakim yang adil, kemudian ia akan memecah salib, membunuh babi, menghentikan peperangan, dan membagi-bagikan harta, sehingga tak seorang pun yang akan menerimanya (karena tidak membutuhkan lagi) dan merasa bahwa sujudnya (ibadahnya) lebih utama dari dunia dan semua isinya.” (Riwayat al-Bukhārī dari Abū Hurairah).
“Allah membersihkan Isa a.s. dari orang-orang kafir”, dengan menyelamatkannya dari kejahatan, cercaan serta nistaan dan tuduhan, yang akan mereka lakukan, dan akan menjadikan pengikut-pengikutnya yang beriman itu percaya bahwa dia adalah hamba Allah dan utusan-Nya, percaya akan kata-kata Isa bahwa beliau diutus untuk memberi kabar gembira (aṣ-Ṡaff/61:6) tentang kedatangan seorang utusan Allah, yang akan datang sesudahnya, yang bernama Ahmad (Nabi Muhammad) (aṣ-Ṡaff/61:6). Allah akan mengangkat mereka yang percaya itu kepada derajat yang tinggi, tidak seperti orang-orang Yahudi yang menipu dan mendustakan Nabi Isa, yang direndahkan martabatnya oleh Allah. Ketinggian derajat itu ada kalanya di bidang keimanan yang bersifat rohaniah, dan dalam bidang akhlak dan kesempurnaan sopan santun serta dekatnya mereka pada yang hak dan jauhnya dari yang batil. Adakalanya kelebihan yang bersifat duniawi yaitu mereka akan memegang tampuk pimpinan di dunia.
Kemudian semua manusia akan dikembalikan kepada Allah yaitu pada hari kebangkitan, dan Allah akan memutuskan perkara yang mereka perselisihkan dalam urusan agama termasuk di dalamnya perselisihan-perselisihan yang terjadi di antara pengikut-pengikut Isa a.s. dan orang-orang yang tidak percaya kepadanya. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Dalam ayat-ayat yang lalu diterangkan bahwa Nabi Isa yakin akan keingkaran Bani Israil kepada agama yang dibawanya, serta yakin pula akan pernyataan dari sahabat-sahabat setianya (Hawariyūn) bahwa mereka sanggup untuk menjadi pembantu-pembantunya; beliau juga yakin terhadap sikap orang-orang kafir yang selalu membuat tipu daya untuk menghalang-halangi tersiarnya agama Allah. Kemudian dalam ayat-ayat ini diterangkan tentang sanggahan terhadap tipu daya mereka, yaitu bahwa Allah akan memelihara Isa dari tipu daya mereka dengan mengangkatnya kepada-Nya, guna menyelamatkan dirinya dari siksaan dan hinaan orang-orang kafir. | KENAIKAN ISA ALMASĪḤ | Kosakata: Mutawaffīka مُتَوَفِّيْكَ (Āli ‘Imrān/3: 55)
Akar katanya adalah (وفي), artinya sempurna. Jika dikaitkan dengan janji berarti menunaikan janjinya dengan baik dan sempurna. Wafat berarti mati, karena Allah telah mengambil rohnya secara penuh, atau Allah telah menyempurnakan ajalnya.
Dalam ayat ini, kata mutawaffika berarti “mencukupkan sepenuhnya waktumu di bumi, mengambil sesuatu sepenuhnya dan tak ada yang tertinggal”; Allah akan mengambil engkau dan mengangkat engkau kepada-Ku,” juga dapat berarti “Allah mencukupkan sepenuhnya selama waktumu di tengah-tengah kaummu.”
Penafsiran di atas berbeda sekali dengan yang terdapat dalam beberapa tafsir lain yang menegaskan Nabi Isa sudah mati seperti dalam penafsiran Ahmadiyah dan Bibel. Beberapa arti dan perbandingan dapat dilihat dalam (Matius xxvii.32-38) diuraikan cukup panjang lebar. Ayat ini membantah anggapan orang-orang Nasrani yang mengatakan bahwa Nabi Isa mati disalib oleh musuh-musuhnya. | null | null |
349 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 56 | 57 | 7 | 3 | 1 | فَاَمَّا الَّذِيْنَ كَفَرُوْا فَاُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا شَدِيْدًا فِى الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِۖ وَمَا لَهُمْ مِّنْ نّٰصِرِيْنَ | Fa ammal-lażīna kafarū fa u‘ażżibuhum ‘ażāban syadīdan fid-dun-yā wal-ākhirah(ti), wa mā lahum min nāṣirīn(a). | Adapun orang-orang yang kufur akan Aku azab mereka dengan azab yang sangat keras di dunia dan di akhirat dan sekali-kali tidak ada penolong bagi mereka.” | null | null | Allah memberi ancaman bagi orang yang kafir kepada Nabi Isa dan pahala bagi orang yang beriman kepadanya. Maka adapun orang-orang yang kafir kepada Nabi Isa, maka akan Aku azab mereka dengan azab yang sangat keras di dunia, berupa kehinaan dan terusir dari daerahnya dan di akhirat berupa siksa yang kekal, sedang mereka tidak memperoleh penolong sedikit pun dari azab Allah di akhirat kelak. | Allah menerangkan bahwa orang-orang Yahudi yang mendustakan Nabi Muhammad akan disiksa dengan siksaan yang pedih baik di dunia maupun di akhirat.
Siksaan dunia yang akan menimpa mereka ialah, mereka akan dibunuh dan ditawan serta dikuasai oleh bangsa-bangsa lain. Sedang siksaan akhirat ialah siksaan Allah di hari pembalasan yang sangat pedih. Pada waktu itu mereka tidak akan mendapatkan pertolongan dari siapa pun. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Dalam ayat-ayat yang lalu diterangkan bahwa Nabi Isa yakin akan keingkaran Bani Israil kepada agama yang dibawanya, serta yakin pula akan pernyataan dari sahabat-sahabat setianya (Hawariyūn) bahwa mereka sanggup untuk menjadi pembantu-pembantunya; beliau juga yakin terhadap sikap orang-orang kafir yang selalu membuat tipu daya untuk menghalang-halangi tersiarnya agama Allah. Kemudian dalam ayat-ayat ini diterangkan tentang sanggahan terhadap tipu daya mereka, yaitu bahwa Allah akan memelihara Isa dari tipu daya mereka dengan mengangkatnya kepada-Nya, guna menyelamatkan dirinya dari siksaan dan hinaan orang-orang kafir. | KENAIKAN ISA ALMASĪḤ | Kosakata: Mutawaffīka مُتَوَفِّيْكَ (Āli ‘Imrān/3: 55)
Akar katanya adalah (وفي), artinya sempurna. Jika dikaitkan dengan janji berarti menunaikan janjinya dengan baik dan sempurna. Wafat berarti mati, karena Allah telah mengambil rohnya secara penuh, atau Allah telah menyempurnakan ajalnya.
Dalam ayat ini, kata mutawaffika berarti “mencukupkan sepenuhnya waktumu di bumi, mengambil sesuatu sepenuhnya dan tak ada yang tertinggal”; Allah akan mengambil engkau dan mengangkat engkau kepada-Ku,” juga dapat berarti “Allah mencukupkan sepenuhnya selama waktumu di tengah-tengah kaummu.”
Penafsiran di atas berbeda sekali dengan yang terdapat dalam beberapa tafsir lain yang menegaskan Nabi Isa sudah mati seperti dalam penafsiran Ahmadiyah dan Bibel. Beberapa arti dan perbandingan dapat dilihat dalam (Matius xxvii.32-38) diuraikan cukup panjang lebar. Ayat ini membantah anggapan orang-orang Nasrani yang mengatakan bahwa Nabi Isa mati disalib oleh musuh-musuhnya. | null | null |
350 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 57 | 57 | 7 | 3 | 1 | وَاَمَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ فَيُوَفِّيْهِمْ اُجُوْرَهُمْ ۗ وَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ الظّٰلِمِيْنَ | Wa ammal-lażīna āmanū wa ‘amiluṣ-ṣāliḥāti fa yuwaffīhim ujūrahum, wallāhu lā yuḥibbuẓ-ẓālimīn(a). | Sementara itu, orang-orang yang beriman dan beramal saleh akan Dia berikan pahala mereka dengan sempurna. Allah tidak menyukai orang-orang zalim. | null | null | Adapun orang yang beriman kepada Allah dengan mengikuti ajaran utusan-Nya, termasuk Nabi Isa, dan diwujudkan dengan melakukan kebajikan, maka Dia akan memberikan pahala kepada mereka dengan sempurna di akhirat berupa surga. Allah tidak menyukai orang zalim yaitu mereka yang melanggar batas-batas kebenaran yang telah Allah tetapkan, antara lain menganggap Nabi Isa sebagai Tuhan atau anak Tuhan. | Allah, menjelaskan bahwa orang-orang yang beriman dan orang-orang yang melakukan amal saleh, adalah orang yang membenarkan Nabi Muhammad serta mengakui kenabiannya, mengakui Kitab yang dibawanya (Al-Qur′an), mengamalkan segala perintah Allah, serta meninggalkan semua larangan-Nya. Allah akan menyempurnakan pahala mereka, tanpa ada kekurangan sedikit pun.
Selanjutnya dijelaskan bahwa orang yang mempunyai sifat sebaliknya, berarti mereka telah menganiaya diri sendiri, mereka tidak dicintai Allah dan akan mendapat siksaan yang sangat pedih. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Dalam ayat-ayat yang lalu diterangkan bahwa Nabi Isa yakin akan keingkaran Bani Israil kepada agama yang dibawanya, serta yakin pula akan pernyataan dari sahabat-sahabat setianya (Hawariyūn) bahwa mereka sanggup untuk menjadi pembantu-pembantunya; beliau juga yakin terhadap sikap orang-orang kafir yang selalu membuat tipu daya untuk menghalang-halangi tersiarnya agama Allah. Kemudian dalam ayat-ayat ini diterangkan tentang sanggahan terhadap tipu daya mereka, yaitu bahwa Allah akan memelihara Isa dari tipu daya mereka dengan mengangkatnya kepada-Nya, guna menyelamatkan dirinya dari siksaan dan hinaan orang-orang kafir. | KENAIKAN ISA ALMASĪḤ | Kosakata: Mutawaffīka مُتَوَفِّيْكَ (Āli ‘Imrān/3: 55)
Akar katanya adalah (وفي), artinya sempurna. Jika dikaitkan dengan janji berarti menunaikan janjinya dengan baik dan sempurna. Wafat berarti mati, karena Allah telah mengambil rohnya secara penuh, atau Allah telah menyempurnakan ajalnya.
Dalam ayat ini, kata mutawaffika berarti “mencukupkan sepenuhnya waktumu di bumi, mengambil sesuatu sepenuhnya dan tak ada yang tertinggal”; Allah akan mengambil engkau dan mengangkat engkau kepada-Ku,” juga dapat berarti “Allah mencukupkan sepenuhnya selama waktumu di tengah-tengah kaummu.”
Penafsiran di atas berbeda sekali dengan yang terdapat dalam beberapa tafsir lain yang menegaskan Nabi Isa sudah mati seperti dalam penafsiran Ahmadiyah dan Bibel. Beberapa arti dan perbandingan dapat dilihat dalam (Matius xxvii.32-38) diuraikan cukup panjang lebar. Ayat ini membantah anggapan orang-orang Nasrani yang mengatakan bahwa Nabi Isa mati disalib oleh musuh-musuhnya. | null | null |
351 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 58 | 57 | 7 | 3 | 1 | ذٰلِكَ نَتْلُوْهُ عَلَيْكَ مِنَ الْاٰيٰتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ | Żālika natlūhu ‘alaika minal-āyāti waż-żikril-ḥakīm(i). | Itulah (kisah Isa) yang Kami bacakan kepadamu (Nabi Muhammad) sebagian bukti-bukti (kebenaranmu sebagai rasul) dan peringatan yang penuh hikmah (Al-Qur’an). | null | null | Demikianlah, Kami bacakan kepadamu, wahai Nabi Muhammad, sebagian ayat-ayat atau bukti-bukti kebenaran risalahmu melalui kisahkisah umat terdahulu, antara lain, kisah Nabi Isa bin Maryam dan Nabi Zakaria, dan peringatan yang penuh hikmah; itulah Al-Qur’an. | Allah menerangkan bahwa berita yang disampaikan kepada Nabi Muhammad saw, tentang Nabi Isa, Maryam, Zakaria dan putranya Yahya, dan kisah-kisah orang-orang kaum Hawariyūn dan orang Yahudi dari keturunan Israil, itulah kisah yang benar dan sebagai koreksi terhadap berbagai kepercayaan yang tersiar di kalangan Ahli Kitab pada waktu itu.
Dalam kisah ini terdapat berbagai macam teladan dan butir-butir hikmah yang sangat berharga, sehingga orang yang beriman dapat mengambil petunjuk daripadanya dan memahami syariat Allah serta prinsip-prinsip tentang kehidupan bermasyarakat.
Dalam kisah tersebut terdapat bukti-bukti yang nyata yang menolak pendapat utusan-utusan Nasrani dari penduduk Najran dan pendapat orang-orang Yahudi yang mendustakan risalah Muhammad, dan kebenaran agama yang dibawanya. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Dalam ayat-ayat yang lalu diterangkan bahwa Nabi Isa yakin akan keingkaran Bani Israil kepada agama yang dibawanya, serta yakin pula akan pernyataan dari sahabat-sahabat setianya (Hawariyūn) bahwa mereka sanggup untuk menjadi pembantu-pembantunya; beliau juga yakin terhadap sikap orang-orang kafir yang selalu membuat tipu daya untuk menghalang-halangi tersiarnya agama Allah. Kemudian dalam ayat-ayat ini diterangkan tentang sanggahan terhadap tipu daya mereka, yaitu bahwa Allah akan memelihara Isa dari tipu daya mereka dengan mengangkatnya kepada-Nya, guna menyelamatkan dirinya dari siksaan dan hinaan orang-orang kafir. | KENAIKAN ISA ALMASĪḤ | Kosakata: Mutawaffīka مُتَوَفِّيْكَ (Āli ‘Imrān/3: 55)
Akar katanya adalah (وفي), artinya sempurna. Jika dikaitkan dengan janji berarti menunaikan janjinya dengan baik dan sempurna. Wafat berarti mati, karena Allah telah mengambil rohnya secara penuh, atau Allah telah menyempurnakan ajalnya.
Dalam ayat ini, kata mutawaffika berarti “mencukupkan sepenuhnya waktumu di bumi, mengambil sesuatu sepenuhnya dan tak ada yang tertinggal”; Allah akan mengambil engkau dan mengangkat engkau kepada-Ku,” juga dapat berarti “Allah mencukupkan sepenuhnya selama waktumu di tengah-tengah kaummu.”
Penafsiran di atas berbeda sekali dengan yang terdapat dalam beberapa tafsir lain yang menegaskan Nabi Isa sudah mati seperti dalam penafsiran Ahmadiyah dan Bibel. Beberapa arti dan perbandingan dapat dilihat dalam (Matius xxvii.32-38) diuraikan cukup panjang lebar. Ayat ini membantah anggapan orang-orang Nasrani yang mengatakan bahwa Nabi Isa mati disalib oleh musuh-musuhnya. | null | null |
352 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 59 | 57 | 7 | 3 | 1 | اِنَّ مَثَلَ عِيْسٰى عِنْدَ اللّٰهِ كَمَثَلِ اٰدَمَ ۗ خَلَقَهٗ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ | Inna maṡala ‘īsā ‘indallāhi kamaṡali ādam(a), khalaqahū min turābin ṡumma qāla lahū kun fayakūn(u). | Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan) Isa bagi Allah adalah seperti (penciptaan) Adam. Dia menciptakannya dari tanah kemudian berfirman kepadanya, “Jadilah!” Maka, jadilah sesuatu itu. | null | null | Setelah Al-Qur’an menjelaskan tentang bukti-bukti kemuliaan Isa bin Maryam serta sikap pro dan kontra dari kaumnya, maka ayat ini menunjukkan kekeliruan mereka yang menganggap Isa sebagai anak Tuhan karena terlahir tanpa bapak. Sesungguhnya perumpamaan penciptaan Nabi Isa tanpa bapak bagi Allah bukanlah sesuatu yang mustahil, seperti penciptaan Adam yang terlahir tanpa bapak dan ibu. Dia menciptakannya, Nabi Isa, sebagaimana Adam, dari tanah, kemudian Dia berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu. Allah Mahakuasa. Tidak ada yang mustahil bagi-Nya. Apa pun yang dikehendaki-Nya pasti akan terwujud dan tidak ada seorang pun yang mampu menghalangi-Nya. | Ayat ini diturunkan sehubungan dengan kedatangan utusan Nasrani Najran yang berkata kepada Rasulullah saw, “Mengapa engkau mencela Nabi kami?” Rasulullah bersabda, “Apakah yang telah saya katakan?” Mereka menjawab, “Engkau berkata bahwasanya Isa adalah seorang hamba Allah”. Nabi Muhammad bersabda, “Ya, benar dia adalah seorang hamba Allah, rasul dan kalimat-Nya yang telah disampaikan kepada Maryam, seorang perawan suci.”
Kemudian mereka menjadi marah dan berkata, “Pernahkah engkau melihat manusia dilahirkan tanpa ayah? Maka apabila engkau benar tunjukkanlah kepada kami contohnya.” Lalu Allah menurunkan ayat ini.
Pada ayat ini dijelaskan bahwa sebenarnya kejadian Isa yang menakjubkan itu adalah seperti penciptaan Adam, yang dijadikan dari tanah, keduanya diciptakan Allah dengan cara yang lain dari penciptaan manusia biasa. Segi persamaan itu ialah Isa diciptakan tanpa ayah, dan Adam diciptakan tanpa ayah dan tanpa ibu.
Keingkaran orang terhadap kejadian Isa tanpa ayah, sedang ia mengakui kejadian Adam tanpa ibu dan bapak, termasuk sesuatu yang bertentangan dengan logika.
Allah menciptakan Adam sebagai manusia dengan memberi roh ke dalam jasadnya, semata-mata karena kehendak-Nya dan bila Allah berfirman: “Jadilah maka jadilah ia.” (Ali Imrān/3: 59) pada ayat yang lain Allah berfirman :
ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظٰمًا فَكَسَوْنَا الْعِظٰمَ لَحْمًا ثُمَّ اَنْشَأْنٰهُ خَلْقًا اٰخَرَۗ فَتَبَارَكَ اللّٰهُ اَحْسَنُ الْخٰلِقِيْنَۗ ١٤
… Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. … (al-Mu′minūn/23: 14).
Ayat di atas (59) merupakan satu rangkaian dengan dua ayat berikutnya, turun pada tahun perutusan, tahun ke-10 Hijri. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Dalam ayat-ayat yang lalu diterangkan bahwa Nabi Isa yakin akan keingkaran Bani Israil kepada agama yang dibawanya, serta yakin pula akan pernyataan dari sahabat-sahabat setianya (Hawariyūn) bahwa mereka sanggup untuk menjadi pembantu-pembantunya; beliau juga yakin terhadap sikap orang-orang kafir yang selalu membuat tipu daya untuk menghalang-halangi tersiarnya agama Allah. Kemudian dalam ayat-ayat ini diterangkan tentang sanggahan terhadap tipu daya mereka, yaitu bahwa Allah akan memelihara Isa dari tipu daya mereka dengan mengangkatnya kepada-Nya, guna menyelamatkan dirinya dari siksaan dan hinaan orang-orang kafir. | KENAIKAN ISA ALMASĪḤ | Kosakata: Mutawaffīka مُتَوَفِّيْكَ (Āli ‘Imrān/3: 55)
Akar katanya adalah (وفي), artinya sempurna. Jika dikaitkan dengan janji berarti menunaikan janjinya dengan baik dan sempurna. Wafat berarti mati, karena Allah telah mengambil rohnya secara penuh, atau Allah telah menyempurnakan ajalnya.
Dalam ayat ini, kata mutawaffika berarti “mencukupkan sepenuhnya waktumu di bumi, mengambil sesuatu sepenuhnya dan tak ada yang tertinggal”; Allah akan mengambil engkau dan mengangkat engkau kepada-Ku,” juga dapat berarti “Allah mencukupkan sepenuhnya selama waktumu di tengah-tengah kaummu.”
Penafsiran di atas berbeda sekali dengan yang terdapat dalam beberapa tafsir lain yang menegaskan Nabi Isa sudah mati seperti dalam penafsiran Ahmadiyah dan Bibel. Beberapa arti dan perbandingan dapat dilihat dalam (Matius xxvii.32-38) diuraikan cukup panjang lebar. Ayat ini membantah anggapan orang-orang Nasrani yang mengatakan bahwa Nabi Isa mati disalib oleh musuh-musuhnya. | null | null |
353 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 60 | 57 | 7 | 3 | 1 | اَلْحَقُّ مِنْ رَّبِّكَ فَلَا تَكُنْ مِّنَ الْمُمْتَرِيْنَ | Al-ḥaqqu mir rabbika falā takum minal-mumtarīn(a). | Kebenaran itu dari Tuhanmu. Oleh karena itu, janganlah engkau (Nabi Muhammad) termasuk orang-orang yang ragu. | null | null | Demikian itu, karena kebenaran itu dari Tuhanmu, karena itu janganlah engkau, wahai Nabi Muhammad, termasuk orang-orang yang ragu terhadap proses penciptaan Nabi Isa bin Maryam. | Dimaksud dengan “Itulah yang benar yang datang dari Tuhan” ialah bahwa apa yang telah diberitakan Allah kepada Muhammad saw, tentang Nabi Isa dan Maryam itulah yang benar bukan apa yang telah dikatakan oleh orang-orang Nasrani bahwa Al-Masih adalah putra Tuhan; dan bukan pula seperti anggapan orang-orang Yahudi bahwa Nabi Isa itu hasil perzinaan antara Maryam dengan Yusuf an-Najjār (Yusuf tukang kayu atau Yusuf adik Eli). Dengan demikian Muslimin telah mendapat pengetahuan yang meyakinkan mengenai Isa dan Maryam.
Larangan ini ditujukan kepada Nabi Muhammad agar tidak ragu, padahal tidak mungkin terjadi bahwa Nabi Muhammad akan ragu terhadap ayat Allah. Hal ini mempunyai dua pengertian:
1. Bahwasanya Nabi Muhammad pada saat mendengar ayat ini bertambah keyakinannya dan ia merasa puas dengan keyakinannya itu.
2. Kalau Nabi Muhammad yang mempunyai kedudukan yang tinggi dilarang merasa ragu terhadap kebenaran kisah itu, maka umatnya lebih terkena larangan ini. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Dalam ayat-ayat yang lalu diterangkan bahwa Nabi Isa yakin akan keingkaran Bani Israil kepada agama yang dibawanya, serta yakin pula akan pernyataan dari sahabat-sahabat setianya (Hawariyūn) bahwa mereka sanggup untuk menjadi pembantu-pembantunya; beliau juga yakin terhadap sikap orang-orang kafir yang selalu membuat tipu daya untuk menghalang-halangi tersiarnya agama Allah. Kemudian dalam ayat-ayat ini diterangkan tentang sanggahan terhadap tipu daya mereka, yaitu bahwa Allah akan memelihara Isa dari tipu daya mereka dengan mengangkatnya kepada-Nya, guna menyelamatkan dirinya dari siksaan dan hinaan orang-orang kafir. | KENAIKAN ISA ALMASĪḤ | Kosakata: Mutawaffīka مُتَوَفِّيْكَ (Āli ‘Imrān/3: 55)
Akar katanya adalah (وفي), artinya sempurna. Jika dikaitkan dengan janji berarti menunaikan janjinya dengan baik dan sempurna. Wafat berarti mati, karena Allah telah mengambil rohnya secara penuh, atau Allah telah menyempurnakan ajalnya.
Dalam ayat ini, kata mutawaffika berarti “mencukupkan sepenuhnya waktumu di bumi, mengambil sesuatu sepenuhnya dan tak ada yang tertinggal”; Allah akan mengambil engkau dan mengangkat engkau kepada-Ku,” juga dapat berarti “Allah mencukupkan sepenuhnya selama waktumu di tengah-tengah kaummu.”
Penafsiran di atas berbeda sekali dengan yang terdapat dalam beberapa tafsir lain yang menegaskan Nabi Isa sudah mati seperti dalam penafsiran Ahmadiyah dan Bibel. Beberapa arti dan perbandingan dapat dilihat dalam (Matius xxvii.32-38) diuraikan cukup panjang lebar. Ayat ini membantah anggapan orang-orang Nasrani yang mengatakan bahwa Nabi Isa mati disalib oleh musuh-musuhnya. | null | null |
354 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 61 | 57 | 7 | 3 | 1 | فَمَنْ حَاۤجَّكَ فِيْهِ مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَكَ مِنَ الْعِلْمِ فَقُلْ تَعَالَوْا نَدْعُ اَبْنَاۤءَنَا وَاَبْنَاۤءَكُمْ وَنِسَاۤءَنَا وَنِسَاۤءَكُمْ وَاَنْفُسَنَا وَاَنْفُسَكُمْۗ ثُمَّ نَبْتَهِلْ فَنَجْعَلْ لَّعْنَتَ اللّٰهِ عَلَى الْكٰذِبِيْنَ | Faman ḥājjaka fīhi mim ba‘di mā jā'aka minal-‘ilmi faqul ta‘ālau nad‘u abnā'anā wa abnā'akum wa nisā'anā wa nisā'akum wa anfusanā wa anfusakum, ṡumma nabtahil fanaj‘al la‘natallāhi ‘alal-kāżibīn(a). | Siapa yang membantahmu dalam hal ini setelah datang ilmu kepadamu, maka katakanlah (Nabi Muhammad), “Marilah kita panggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istri kamu, diri kami dan diri kamu, kemudian marilah kita bermubahalah94) agar laknat Allah ditimpakan kepada para pendusta.” | 94 | 94) Mubahalah berarti setiap pihak yang berselisih berdoa dengan sungguh-sungguh agar Allah menjatuhkan laknat kepada pihak yang berdusta. Nabi Muhammad saw. mengajak utusan Nasrani Najran bermubahalah, tetapi mereka tidak berani. Hal ini menjadi bukti kebenaran akidah Islam tentang Isa a.s. | Setelah beberapa ayat sebelumnya dipaparkan kekeliruan anggapan kaum Nasrani bahwa Allah mempunyai anak, sekaligus menunjukkan bukti-bukti kekeliruannya, namun mereka tetap menolaknya, maka sebagai jalan terakhir untuk membuktikan siapa yang paling benar antara mereka yang menganggap Isa sebagai anak Tuhan atau Isa sebagai rasul Allah, dilakukanlah doa mubahalah. Siapa yang membantahmu dalam hal ini, yaitu keberadaan Isa sebagai manusia biasa dan sebagai utusan Allah, setelah engkau memperoleh ilmu atau pengetahuan tentang hal itu, maka katakanlah, wahai Nabi Muhammad, “Marilah kita panggil anak-anak kami dan anak-anak kalian, istri-istri kami dan istri-istri kalian, kami sendiri dan kalian juga, kemudian marilah kita ber-mubahalah, yaitu masing-masing pihak yang berbeda pendapat berdoa kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh, agar laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.” Hanya saja, peristiwa mubahalah ini pada akhirnya tidak terjadi, sebab orang-orang Nasrani Najran tidak berani datang, karena dalam hati mereka sejatinya memang membenarkan kerasulan Nabi Muhammad. | Dalam ayat ini Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad bila masih ada orang yang membantah kebenaran berita tentang kejadian Isa a.s., sesudah mendapat penjelasan hendaklah mereka diajak ber-mubāhalah[46] untuk membuktikan siapa yang benar dan berdoa agar Allah swt menjatuhkan laknat-Nya kepada orang yang berdusta. Mubāhalah ini sebagai pencerminan dari kebenaran kepercayaan itu.
Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad, agar mengundang keluarga masing-masing baik dari pihaknya maupun dari pihak mereka, yang terdiri dari anak-anak dan istri, untuk mengadakan mubāhalah ini.
Di dalam ayat disebutkan lebih dahulu istri dan anak-anak nabi dalam mubāhalah, karena seseorang lebih mengkhawatirkan diri keluarganya daripada dirinya sendiri. Hal ini mengandung pengertian bahwa Nabi Muhammad, percaya dengan penuh keyakinan bahwa bencana yang tidak dikehendaki, sebagai akibat dari mubāhalah itu tidak akan menimpa keluarganya dan dirinya. Kemudian ayat ini dikenal sebagai ayat mubāhalah.
Mengenai terjadinya ajakan mubāhalah tersebut telah diriwayatkan melalui berbagai sumber, bahwa Nabi Muhammad, telah mengajak orang-orang Nasrani dari kota Najran di Yaman untuk mengadakan mubāhalah, tetapi mereka menolak.
Imam al-Bukhārī dan Imam Muslim juga meriwayatkan sebuah hadis bahwa delegasi Najran yang dipimpin oleh al-‘Aqib dan as-Sayid mengunjungi Rasulullah. Kemudian beliau berkeinginan untuk mengadakan mubāhalah (sumpah) dengan mereka. Maka salah seorang di antara mereka berkata kepada kaumnya, “Janganlah kamu ber-muhābalah dengan dia. Demi Allah apabila ia betul-betul seorang Nabi lalu dia ber-mubāhalah dengan kita, niscaya kita tidak akan berbahagia selamanya, dan tidak akan ada generasi yang akan melanjutkan keturunan kita.” Kemudian mereka berkata kepada Nabi, “Kami akan memberikan apa yang engkau minta sebab itu utuslah kepada kami seorang laki-laki, yang terpercaya.” Kemudian Nabi saw bersabda, “Berdirilah hai, Abū ‘Ubaidah,” maka setelah ia berdiri Nabi pun bersabda, “Inilah orang yang terpercaya di kalangan umat ini.” (Riwayat al-Bukhārī dari Huzaifah).
Abu Nu‘aim meriwayatkan pula sebuah hadis dari Ibnu ‘Abbās dalam kitab ad-Dalā′il melalui sanad dari ‘Aṭa′ dari Aḍ-Ḍahak dari Ibnu ‘Abbās bahwasanya delapan orang Nasrani dari penduduk Najran mendatangi Rasulullah. Di antara mereka terdapat ‘Aqib dan as-Sayid. Kemudian Allah menurunkan ayat ini. Lalu mereka berkata, “Beri tangguhlah kami tiga hari.” Lalu mereka pergi kepada Bani Quraizah, Bani Nadir dan Bani Qainuqa dari kalangan orang-orang Yahudi. Kemudian mereka memberi isyarat untuk berdamai dan tidak mengadakan mubāhalah dengan Nabi. Kemudian mereka berkata, “Dia adalah nabi yang telah diberitakan kedatangannya di dalam kitab Taurat.” Lalu mereka mengadakan perdamaian dengan Nabi saw dengan perjanjian membayar 1.000 potong pakaian pada bulan Safar dan 1.000 potong lagi disertai sejumlah uang pada bulan Rajab.
Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad saw, telah mengajukan Ali, Fatimah dan kedua putra mereka (Hasan dan Husain) selain diri beliau sendiri, untuk bermuhabalah dan Nabi pun keluar bersama-sama mereka seraya bersabda, “Apabila saya berdoa hendaklak kamu membaca, Amin”.
Ibnu ‘Asākir meriwayatkan sebuah hadis dari Ja‘far dari ayahnya, bahwa setelah ayat ini turun, Nabi membawa Abu Bakar bersama-sama anak-anaknya, Umar dan anak-anaknya dan Usman bersama anak-anaknya. Dapat dipahami dari ayat-ayat ini bahwa Nabi Muhammad, telah memerintahkan untuk mengundang orang-orang yang menentang hakikat kejadian Isa a.s. dari kalangan orang-orang Ahli Kitab untuk berkumpul baik laki-laki, perempuan atau pun anak-anak, dan juga Nabi mengumpulkan orang mukminin baik laki-laki, perempuan atau anak-anak. Mereka pun mengajak ber-mubāhalah kepada Allah swt agar Dia melaknat orang-orang yang sengaja berdusta.
Ajakan Nabi saw untuk ber-mubāhalah itu menunjukkan adanya keyakinan yang penuh terhadap kebenaran apa yang beliau katakan, sebaliknya keengganan orang-orang Nasrani dan Yahudi yang diajak untuk ber-mubāhalah menunjukkan alasan dan kepalsuan kepercayan mereka. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Dalam ayat-ayat yang lalu diterangkan bahwa Nabi Isa yakin akan keingkaran Bani Israil kepada agama yang dibawanya, serta yakin pula akan pernyataan dari sahabat-sahabat setianya (Hawariyūn) bahwa mereka sanggup untuk menjadi pembantu-pembantunya; beliau juga yakin terhadap sikap orang-orang kafir yang selalu membuat tipu daya untuk menghalang-halangi tersiarnya agama Allah. Kemudian dalam ayat-ayat ini diterangkan tentang sanggahan terhadap tipu daya mereka, yaitu bahwa Allah akan memelihara Isa dari tipu daya mereka dengan mengangkatnya kepada-Nya, guna menyelamatkan dirinya dari siksaan dan hinaan orang-orang kafir. | KENAIKAN ISA ALMASĪḤ | Kosakata: Mutawaffīka مُتَوَفِّيْكَ (Āli ‘Imrān/3: 55)
Akar katanya adalah (وفي), artinya sempurna. Jika dikaitkan dengan janji berarti menunaikan janjinya dengan baik dan sempurna. Wafat berarti mati, karena Allah telah mengambil rohnya secara penuh, atau Allah telah menyempurnakan ajalnya.
Dalam ayat ini, kata mutawaffika berarti “mencukupkan sepenuhnya waktumu di bumi, mengambil sesuatu sepenuhnya dan tak ada yang tertinggal”; Allah akan mengambil engkau dan mengangkat engkau kepada-Ku,” juga dapat berarti “Allah mencukupkan sepenuhnya selama waktumu di tengah-tengah kaummu.”
Penafsiran di atas berbeda sekali dengan yang terdapat dalam beberapa tafsir lain yang menegaskan Nabi Isa sudah mati seperti dalam penafsiran Ahmadiyah dan Bibel. Beberapa arti dan perbandingan dapat dilihat dalam (Matius xxvii.32-38) diuraikan cukup panjang lebar. Ayat ini membantah anggapan orang-orang Nasrani yang mengatakan bahwa Nabi Isa mati disalib oleh musuh-musuhnya. | null | null |
355 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 62 | 58 | 7 | 3 | 1 | اِنَّ هٰذَا لَهُوَ الْقَصَصُ الْحَقُّ ۚ وَمَا مِنْ اِلٰهٍ اِلَّا اللّٰهُ ۗوَاِنَّ اللّٰهَ لَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ | Inna hāżā lahuwal-qaṣaṣul-ḥaqq(u), wa mā min ilāhin illallāh(u), wa innallāha lahuwal-‘azīzul-ḥakīm(u). | Sesungguhnya ini benar-benar kisah yang hak. Tidak ada tuhan selain Allah, dan sesungguhnya Allahlah yang benar-benar Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. | null | null | Ayat selanjutnya menegaskan tentang kebenaran kisah-kisah dalam Al-Qur’an. Sungguh, kisah Isa bin Maryam yang berakhir dengan doa Mubalahah ini dan juga kisah-kisah lain dalam Al-Qur’an adalah kisah atau kumpulan informasi yang memberi petunjuk kepada agama yang benar dan membawanya kepada kebenaran hakiki, sekaligus bukti keesaan Allah yang tidak ada tuhan selain Allah, dan sungguh, Allah bukan saja Mahakuasa tetapi juga Mahaperkasa sehingga tidak ada seorang pun yang mampu mengalahkan-Nya, Mahabijaksana dalam setiap pengaturan-Nya. | Kisah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, tentang Nabi Isa itu, itulah yang benar, bukan pendapat orang Nasrani dan bukan pula pendapat orang Yahudi.
Tidak ada Tuhan yang wajib disembah melainkan Allah karena Allah yang menciptakan segala sesuatu dan tidak satu pun yang dapat menyamai-Nya. Di dalam ayat ini jelas terdapat suatu bantahan terhadap orang Nasrani yang mengatakan bahwa Allah salah satu dari oknum yang tiga.
Pada ayat yang lain Allah berfirman:
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِيْنَ قَالُوْٓا اِنَّ اللّٰهَ ثَالِثُ ثَلٰثَةٍ ۘ وَمَا مِنْ اِلٰهٍ اِلَّآ اِلٰهٌ وَّاحِدٌ ۗوَاِنْ لَّمْ يَنْتَهُوْا عَمَّا يَقُوْلُوْنَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ ٧٣
Sungguh, telah kafir orang-orang yang mengatakan bahwa Allah adalah yang ketiga dari yang tiga, … (al-Mā′idah/5: 73).
Kemudian Allah menegaskan lagi bahwa Allah-lah yang Mahaperkasa Yang Mahabijaksana, tak ada yang dapat menandingi-Nya. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Dalam ayat-ayat yang lalu diterangkan bahwa Nabi Isa yakin akan keingkaran Bani Israil kepada agama yang dibawanya, serta yakin pula akan pernyataan dari sahabat-sahabat setianya (Hawariyūn) bahwa mereka sanggup untuk menjadi pembantu-pembantunya; beliau juga yakin terhadap sikap orang-orang kafir yang selalu membuat tipu daya untuk menghalang-halangi tersiarnya agama Allah. Kemudian dalam ayat-ayat ini diterangkan tentang sanggahan terhadap tipu daya mereka, yaitu bahwa Allah akan memelihara Isa dari tipu daya mereka dengan mengangkatnya kepada-Nya, guna menyelamatkan dirinya dari siksaan dan hinaan orang-orang kafir. | KENAIKAN ISA ALMASĪḤ | Kosakata: Mutawaffīka مُتَوَفِّيْكَ (Āli ‘Imrān/3: 55)
Akar katanya adalah (وفي), artinya sempurna. Jika dikaitkan dengan janji berarti menunaikan janjinya dengan baik dan sempurna. Wafat berarti mati, karena Allah telah mengambil rohnya secara penuh, atau Allah telah menyempurnakan ajalnya.
Dalam ayat ini, kata mutawaffika berarti “mencukupkan sepenuhnya waktumu di bumi, mengambil sesuatu sepenuhnya dan tak ada yang tertinggal”; Allah akan mengambil engkau dan mengangkat engkau kepada-Ku,” juga dapat berarti “Allah mencukupkan sepenuhnya selama waktumu di tengah-tengah kaummu.”
Penafsiran di atas berbeda sekali dengan yang terdapat dalam beberapa tafsir lain yang menegaskan Nabi Isa sudah mati seperti dalam penafsiran Ahmadiyah dan Bibel. Beberapa arti dan perbandingan dapat dilihat dalam (Matius xxvii.32-38) diuraikan cukup panjang lebar. Ayat ini membantah anggapan orang-orang Nasrani yang mengatakan bahwa Nabi Isa mati disalib oleh musuh-musuhnya. | null | null |
356 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 63 | 58 | 7 | 3 | 1 | فَاِنْ تَوَلَّوْا فَاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ ۢبِالْمُفْسِدِيْنَ ࣖ | Fa in tawallau fa innallāha ‘alīmum bil-mufsidīn(a). | Jika mereka berpaling, (ketahuilah) bahwa sesungguhnya Allah Maha Mengetahui orang-orang yang berbuat kerusakan. | null | null | Kemudian jika mereka tetap berpaling meski sudah diberikan bukti-bukti kemahakuasaan, kemahaperkasaan, dan kemahaesaan Allah, maka ketahuilah bahwa Allah Maha Mengetahui orang-orang yang berbuat kerusakan, baik melalui perkataan, perbuatan maupun keyakinannya. | Apabila mereka menolak agama tauhid berarti mereka termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Mereka dianggap berpaling karena menolak untuk mengikuti dan membenarkan kerasulan Muhammad, dan tidak mau menerima keyakinan tentang keesaan Tuhan yang dibawa oleh beliau dan tidak berani mengabulkan ajakan mubāhalah.
Allah Maha Mengetahui mental orang-orang yang membuat kerusakan dan mempunyai niat jahat yang mereka simpan dalam hati mereka. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Dalam ayat-ayat yang lalu diterangkan bahwa Nabi Isa yakin akan keingkaran Bani Israil kepada agama yang dibawanya, serta yakin pula akan pernyataan dari sahabat-sahabat setianya (Hawariyūn) bahwa mereka sanggup untuk menjadi pembantu-pembantunya; beliau juga yakin terhadap sikap orang-orang kafir yang selalu membuat tipu daya untuk menghalang-halangi tersiarnya agama Allah. Kemudian dalam ayat-ayat ini diterangkan tentang sanggahan terhadap tipu daya mereka, yaitu bahwa Allah akan memelihara Isa dari tipu daya mereka dengan mengangkatnya kepada-Nya, guna menyelamatkan dirinya dari siksaan dan hinaan orang-orang kafir. | KENAIKAN ISA ALMASĪḤ | Kosakata: Mutawaffīka مُتَوَفِّيْكَ (Āli ‘Imrān/3: 55)
Akar katanya adalah (وفي), artinya sempurna. Jika dikaitkan dengan janji berarti menunaikan janjinya dengan baik dan sempurna. Wafat berarti mati, karena Allah telah mengambil rohnya secara penuh, atau Allah telah menyempurnakan ajalnya.
Dalam ayat ini, kata mutawaffika berarti “mencukupkan sepenuhnya waktumu di bumi, mengambil sesuatu sepenuhnya dan tak ada yang tertinggal”; Allah akan mengambil engkau dan mengangkat engkau kepada-Ku,” juga dapat berarti “Allah mencukupkan sepenuhnya selama waktumu di tengah-tengah kaummu.”
Penafsiran di atas berbeda sekali dengan yang terdapat dalam beberapa tafsir lain yang menegaskan Nabi Isa sudah mati seperti dalam penafsiran Ahmadiyah dan Bibel. Beberapa arti dan perbandingan dapat dilihat dalam (Matius xxvii.32-38) diuraikan cukup panjang lebar. Ayat ini membantah anggapan orang-orang Nasrani yang mengatakan bahwa Nabi Isa mati disalib oleh musuh-musuhnya. | null | 1. Diangkatnya Nabi Isa a.s. oleh Allah adalah untuk menghindarkan dirinya dari penganiayaan orang-orang kafir.
2. Siapa yang tetap berpegang pada ajaran Nabi Isa a.s. tentulah dia akan beriman dan beramal saleh serta akan mengakui pula kerasulan Muhammad saw.
3. Kisah Nabi Isa a.s. sebagai disebut dalam Al-Qur′an itulah yang benar. Hal ini adalah sebagai pembetulan terhadap kepercayaan yang tersiar di kalangan Ahli Kitab, bahwa dia adalah putra Allah seperti kepercayaan orang Nasrani, dan anak hasil zina seperti kepercayaan orang Yahudi.
4. Ajakan Nabi Muhammad untuk ber-muhabalah dengan orang-orang Nasrani yang mendebat kebenaran kisah Isa a.s., menunjukkan keyakinannya yang penuh terhadap kebenarannya. |
357 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 64 | 58 | 7 | 3 | 1 | قُلْ يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ تَعَالَوْا اِلٰى كَلِمَةٍ سَوَاۤءٍۢ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ اَلَّا نَعْبُدَ اِلَّا اللّٰهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهٖ شَيْـًٔا وَّلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا اَرْبَابًا مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۗ فَاِنْ تَوَلَّوْا فَقُوْلُوا اشْهَدُوْا بِاَنَّا مُسْلِمُوْنَ | Qul yā ahlal-kitābi ta‘ālau ilā kalimatin sawā'im bainanā wa bainakum allā na‘buda illallāha wa lā nusyrika bihī syai'aw wa lā yattakhiża ba‘ḍunā ba‘ḍan arbābam min dūnillāh(i), fa in tawallau fa qūlusyhadū bi'annā muslimūn(a). | Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai Ahlulkitab, marilah (kita) menuju pada satu kalimat (pegangan) yang sama antara kami dan kamu, (yakni) kita tidak menyembah selain Allah, kita tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan-tuhan selain Allah.” Jika mereka berpaling, katakanlah (kepada mereka), “Saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang muslim.” | null | null | Tatkala mereka tidak berani ber-mubahalah, sehingga tampaklah kebohongan dan kelemahan mereka, maka ayat ini mengajak mereka kepada tauhid dengan cara yang lebih lunak dan santun. Katakanlah, hai Nabi Muhammad, “Wahai Ahli Kitab! Jika kalian tetap menolak kebenaran hujjah tentang Isa bin Maryam padahal kalian mengetahuinya, maka marilah kita menuju kepada satu kalimat, pegangan yang sama yang memberi keputusan secara adil antara kami dan kamu, yaitu kitab Taurat dan kitab-kitab lainnya, termasuk Injil dan Al-Qur’an, bahwa di dalam kitab-kitab tersebut kita tidak diperbolehkan menyembah selain Allah dan kita tidak diperbolehkan mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan jika cara ini juga tidak membawa hasil untuk mengajak mereka, maka yang terpenting bahwa kita tidak menjadikan satu sama lain tuhan-tuhan selain Allah untuk diikuti dan dituruti perintahnya padahal perintah itu keliru. Jika mereka tetap berpaling dari kebenaran setelah terpenuhi bukti-bukti, maka katakanlah kepada mereka, “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang muslim, yaitu orang-orang yang benar-benar berserah diri kepada Allah dan semata-mata beribadah kepada-Nya.” | Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad, agar mengajak Ahli Kitab yaitu Yahudi dan Nasrani untuk berdialog secara adil dalam mencari asas-asas persamaan dari ajaran yang dibawa oleh rasul-rasul dan kitab-kitab yang diturunkan kepada mereka, yaitu Taurat, Injil dan Al-Qur′an. Kemudian Allah menjelaskan maksud ajakan itu yaitu agar mereka tidak menyembah selain Allah yang mempunyai kekuasaan yang mutlak, yang berhak menciptakan syariat dan berhak menghalalkan dan mengharamkan, serta tidak mempersekutukan-Nya.
Ayat ini mengandung: Tauḥīd Ulūhiyah bagi Allah, yaitu keesaan Allah seperti tersebut dalam firman-Nya:
اَلَّا نَعْبُدَ اِلَّا اللّٰهَ
… bahwa kita tidak menyembah selain Allah … (Āli ‘Imrān/3: 64).
Sifat Tauḥīd Rubūbiyah dalam firman-Nya yaitu keesaan dalam mengatur makhluk-Nya:
وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا اَرْبَابًا مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ
…dan bahwa kita tidak menjadikan satu sama lain tuhan-tuhan selain Allah. …. (Āli ‘Imrān/3: 64)
Ketentuan ini disepakati oleh semua orang, dan dapat dibuktikan, Ibrahim a.s. diutus Allah untuk membawa agama tauhid, begitu juga Nabi Musa seperti terdapat dalam kitab Taurat; Allah berfirman kepada Nabi Musa, “Sesungguhnya Tuhan adalah sembahanmu, kamu tidak mempunyai sesembahan lain di sisi Ku, jangan kamu membuat pahatan patung, dan jangan membuat gambaran apa pun juga dari apa saja yang terdapat di langit dan di bumi, maupun yang terdapat di dalam air. Jangan kamu bersujud kepada patung-patung dan gambar-gambar serta jangan menghambakan diri kepadanya. Demikian juga Nabi Isa diutus Allah dengan membawa ajaran seperti itu.
Kemudian Nabi Muhammad saw sebagai Nabi penutup, beliau diutus dengan membawa ajaran yang sama. Di dalam Al-Qur′an terdapat firman Allah:
اَللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۚ اَلْحَيُّ الْقَيُّوْمُ ەۚ لَا تَأْخُذُهٗ سِنَةٌ وَّلَا نَوْمٌۗ لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهٗٓ اِلَّا بِاِذْنِهٖۗ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْۚ وَلَا يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهٖٓ اِلَّا بِمَا شَاۤءَۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَۚ وَلَا يَـُٔوْدُهٗ حِفْظُهُمَاۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ ٢٥٥ (البقرة)
Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Mahahidup, yang terus menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur…(al-Baqarah/2: 255).
Kesimpulan dari ajakan tersebut ialah: Muslimin dan Ahli Kitab sama-sama meyakini bahwa alam itu termasuk ciptaan Allah Yang Maha Esa. Dialah yang menciptakan dan mengurusnya dan Dialah yang mengutus para nabi kepada mereka, untuk menyampaikan keterangan-keterangan tentang perbuatan yang diridai dan yang tidak diridai-Nya.
Kemudian Nabi Muhammad mengajak Ahli Kitab agar bersepakat untuk menegakkan prinsip-prinsip agama, menolak hal yang meragukan, yang bertentangan dengan prinsip agama. Maka apabila orang Nasrani mendapatkan keterangan dari ajaran yang dibawa oleh Nabi Isa seperti kata-kata “Putra Tuhan” hendaklah ditakwilkan dengan takwilan yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip yang disepakati oleh para nabi, karena kita semua tidak akan mendapatkan di antara perkataan para nabi yang bisa diartikan bahwa sesungguhnya Nabi Isa itu tuhan yang disembah. Kita juga tidak akan mendapatkan keterangan yang mengatakan bahwa Isa a.s. mengajak manusia untuk menyembah dirinya dan ibunya, melainkan Nabi Isa mengajak manusia untuk menyembah Allah Yang Esa dan dengan ikhlas beribadah kepada-Nya.
Pada mulanya, orang Yahudi beragama tauhid, kemudian terjadilah malapetaka bagi mereka, yaitu waktu mereka mengakui hukum apa saja yang ditetapkan pemimpin agama adalah sama kedudukannya dengan hukum yang datang dari Allah. Demikian juga orang-orang Nasrani menempuh jalan seperti orang-orang Yahudi. Mereka menambahkan peleburan dosa dalam agamanya. Inilah yang menjadi problematik yang sangat membahayakan dalam masyarakat orang-orang Nasrani sehingga timbul penjualan surat aflat (surat penebusan dosa) dari gereja. Dengan jalan itu mereka dapat mengumpulkan uang yang banyak. Oleh sebab itu timbullah gerakan yang menuntut perbaikan. Kelompok ini terkenal dengan istilah protestan.
Diriwayatkan dari ‘Adi bin Ḥātim bahwa ia berkata, “Saya datang kepada Rasulullah saw, sedangkan di leherku terdapat kalung salib yang terbuat dari emas. Kemudian Rasulullah bersabda, “Hai ‘Adi, buanglah berhala itu dari lehermu”. Saya pun mendengar Nabi Muhammad membaca surah at-Taubah:
اِتَّخَذُوْٓا اَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ اَرْبَابًا مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَالْمَسِيْحَ ابْنَ مَرْيَمَۚ وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوْٓا اِلٰهًا وَّاحِدًاۚ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۗ سُبْحٰنَهٗ عَمَّا يُشْرِكُوْنَ ٣١ (التوبة)
Mereka menjadikan orang-orang alim (Yahudi), dan rahib-rahibnya (Nasrani) sebagai tuhan selain Allah, …. (at-Taubah/9: 31).
Kemudian ‘Adi berkata kepada beliau, “Wahai Rasulullah, mereka itu tidak menyembah pendeta-pendeta.” Kemudian Rasulullah bersabda, “Bukankah mereka menghalalkan dan mengharamkan bagi kamu lalu kamu berpegang saja pada perkataan mereka?” Kemudian ‘Adi menjawab, “Betul”. Lalu Nabi Muhammad bersabda, “Itu penyembahan terhadap pendeta-pendeta itu.”
Orang Yahudi dan orang Nasrani menolak dan membangkang; dan mereka tetap pada pendiriannya, yaitu menyembah selain Allah dan mempercayai adanya tuhan-tuhan di samping Allah, yang dijadikan perantara kepada Allah. Mereka taat pada ketentuan-ketentuan mereka, baik mengenai yang dihalalkan maupun yang diharamkan oleh pendeta-pendeta itu. Allah swt memerintahkan agar orang-orang Muslim mengatakan kepada mereka bahwa, kaum Muslimin hanya menyembah Allah dan hanya taat kepada-Nya semata-mata.
Dalam ayat ini terdapat sebuah ketentuan bahwa semua masalah yang berhubungan dengan ibadah atau dengan halal dan haram, hanya ada di dalam Al-Qur′an dan Hadis, yang dijadikan pokok pegangan dalam menetapkannya, bukan pendeta pemimpin dan bukan pula pendapat ahli hukum yang kenamaan sekalipun. Sebab kalau demikian, tentulah hal itu akan menyebabkan adanya persekutuan dalam keesaan rububiyah dan penyimpangan dari petunjuk Al-Qur′an seperti tersebut dalam firman Allah:
اَمْ لَهُمْ شُرَكٰۤؤُا شَرَعُوْا لَهُمْ مِّنَ الدِّيْنِ مَا لَمْ يَأْذَنْۢ بِهِ اللّٰهُ ۗوَلَوْلَا كَلِمَةُ الْفَصْلِ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ ۗوَاِنَّ الظّٰلِمِيْنَ لَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ ٢١ (الشورى)
Apakah mereka mempunyai sesembahan selain Allah yang menetapkan aturan agama bagi mereka yang tidak diizinkan (diridai) Allah? Dan sekiranya tidak ada ketetapan yang menunda (hukuman dari Allah) tentulah hukuman di antara mereka telah dilaksanakan. Dan sungguh, orang-orang zalim itu akan mendapat azab yang sangat pedih. (asy-Syūrā/42: 21)
Tersebut pula dalam firman Allah:
وَلَا تَقُوْلُوْا لِمَا تَصِفُ اَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هٰذَا حَلٰلٌ وَّهٰذَا حَرَامٌ لِّتَفْتَرُوْا عَلَى اللّٰهِ الْكَذِبَۗ اِنَّ الَّذِيْنَ يَفْتَرُوْنَ عَلَى اللّٰهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُوْنَۗ ١١٦ (النحل)
Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta “Ini halal dan ini haram,” … (an-Naḥl/16: 116).
Adapun masalah yang tidak berkaitan langsung dengan akhirat dan ibadah, seperti urusan peradilan, dan urusan politik, Allah telah melimpahkan kekuasaan-Nya kepada manusia yang berilmu, seperti Ahlul Halli wal 'Aqdi, yaitu para ahli berbagai bidang dalam masyarakat. Maka apa yang ditetapkan mereka hendaklah ditaati selama tidak bertentangan dengan pokok-pokok agama. Ayat ini menjadi dasar dan pokok pegangan bagi dakwah Nabi saw untuk mengajak Ahli Kitab mempraktekkannya. Pada waktu Nabi mengajak mereka untuk masuk Islam, seperti terdapat dalam surat beliau yang ditujukan kepada Heraklius dan Muqauqis dan Kisra Persia. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Di dalam ayat yang lalu diterangkan hal ihwal Nabi Isa a.s., dikatakan dia tidak pantas mempunyai sifat ketuhanan: juga disebutkan tugas Nabi Muhammad saw, yang mengajak manusia menganut agama Tauhid. Sesudah itu dijelaskan adanya keingkaran orang-orang Yahudi dan Nasrani, sehingga terpaksa beliau mengajak mereka untuk ber-mubāhalah, akan tetapi mereka menolak. Maka dengan penolakannya itu tampaklah kelemahan mereka. Dalam ayat ini Allah swt menyuruh Nabi Muhammad untuk mengajak mereka kepada kesatuan akidah, yaitu tidak menyembah selain Allah dan tidak mempersekutukan dengan yang lain. | AJAKAN KEPADA AGAMA TAUHID “MILLAH IBRAHIM” | Kosakata: Ahl al-Kitāb اَهْلُ الْكِتَابْ (Āli ‘Imrān/3: 64)
Dalam berbagai kitab tafsir berbahasa Arab kata ahl al-kitāb tidak banyak diuraikan. Pada umumnya diartikan sebagai para pengikut kitab-kitab Taurat dan Injil, (tentunya termasuk juga Zabur), untuk membedakannya dari penyembah-penyembah berhala. Ahli Kitab dapat dipandang sebagai warga żimmi di kawasan wilayah Islam disertai kewajiban jizyah dengan jaminan penuh atas hak-hak mereka menurut ketentuan yang berlaku. Ar-Razi menafsirkan kata “Ahli Kitab” dalam ayat ini, 1) ditujukan kepada kaum Nasrani Najran. 2) ditujukan kepada Yahudi Medinah, dan 3) ditujukan kepada keduanya. Atau “… para pengikut wahyu terdahulu…”. Secara lebih tajam mereka dibedakan dari penyembah-penyembah berhala. “… Dan makanan Ahli Kitab halal untukmu dan makananmu pun halal untuk mereka… juga perempuan-perempuan terhormat di kalangan yang telah menerima Kitab sebelum kamu…” (al-Mā′idah/5:5). Sebutan terhadap kaum Sabi′un yang disejajarkan dengan Yahudi dan Nasrani yang beriman kepada Allah dan hari kemudian (al-Baqarah/2:62), dalam tafsir Al-Qur′an diperluas sehingga mencakup juga pengikut-pengikut Zoroaster, Veda, Buddha dan Kong Hu Cu sehingga mereka juga dimasukkan sebagai Ahli Kitab. Namun mayoritas ulama mengatakan bahwa Ahli Kitab yang disebut Al-Qur′an adalah Yahudi dan Nasrani (al-Mā′idah/5: 69). | null | null |
358 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 65 | 58 | 7 | 3 | 1 | يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ لِمَ تُحَاۤجُّوْنَ فِيْٓ اِبْرٰهِيْمَ وَمَآ اُنْزِلَتِ التَّوْرٰىةُ وَالْاِنْجِيْلُ اِلَّا مِنْۢ بَعْدِهٖۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ | Yā ahlal-kitābi lima tuḥājjūna fī ibrāhīma wa mā unzilatit-taurātu wal-injīlu illā mim ba‘dih(ī), afalā ta‘qilūn(a). | Wahai Ahlulkitab, mengapa kamu berbantah-bantahan95) tentang Ibrahim? Padahal, Taurat dan Injil tidak diturunkan, kecuali setelah dia (Ibrahim). Apakah kamu tidak mengerti? | 95 | 95) Orang Yahudi dan Nasrani masing-masing menganggap bahwa Nabi Ibrahim a.s. itu dari golongannya. Lalu, Allah membantah mereka dengan alasan bahwa Nabi Ibrahim a.s. itu datang sebelum mereka. | Mereka bukannya mengikuti ajaran tauhid, sebagai inti ajaran (millah) Nabi Ibrahim, akan tetapi mereka justru saling berbantah tentang siapa Nabi Ibrahim. Masing-masing mereka mengaku bahwa Nabi Ibrahim adalah pengikut mereka. Wahai Ahli Kitab, Yahudi dan Nasrani! Mengapa kamu berbantah-bantahan tentang Ibrahim, di mana masingmasing dari kalian menganggap Nabi Ibrahim itu dari golongan kalian,padahal Turat dan Injil diturunkan setelah dia dengan jarak waktu yang sangat panjang. Allah menutup ayat ini dengan redaksi apakah kalian tidak mengerti atau pura-pura tidak mengerti bahwa yang datang lebih dahulu tidak mungkin mengikuti yang datang belakangan. Bukti sejarah ini sekaligus meruntuhkan klaim mereka tentang Nabi Ibrahim sebagai Ahli Kitab. | Allah mencela perbuatan orang-orang Yahudi dan Nasrani yang selalu berselisih dalam hal kemurnian agama mereka masing-masing, karena mereka menganggap bahwa agama merekalah yang paling benar.
Ahli Kitab, orang-orang Yahudi dan Nasrani dikecam, mengapa mereka saling berselisih dan berbantah-bantah dalam persoalan agama nenek moyang mereka Nabi Ibrahim. Orang Yahudi mengatakan bahwa Nabi Ibrahim beragama Yahudi dan orang-orang Nasrani mengatakan bahwa Nabi Ibrahim memeluk agama Nasrani. Mereka berpendapat demikian karena Nabi Ibrahim itu dianggap sebagai lambang ketinggian martabat bagi masing-masing golongan. Di dalam kitab mereka terdapat pujian terhadap Ibrahim a.s., baik dalam perjanjian lama maupun dalam perjanjuan baru, sebagaimana juga orang Quraisy memuliakan namanya, mereka pun mengakui bahwa agama merekalah yang sesuai dengan agama Ibrahim.
Menurut pernyataan Al-Qur′an, pengakuan mereka itu sedikit pun tidak beralasan, karena ajaran Ibrahim sedikit pun tidak membekas dalam upacara-upacara keagamaan mereka. Yang benar ialah Nabi Ibrahim itu memeluk agama yang sesuai dengan agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad.
Ketentuan serupa ini telah diisyaratkan oleh firman Allah, bahwa Taurat dan Injil itu diturunkan oleh Allah sesudah datangnya Ibrahim. Logikanya karena kedua Kitab itu diturunkan sesudah Ibrahim, semestinya tidak akan terjadi perselisihan pendapat dan bantah membantah seperti itu. Perselisihan yang hebat itu menunjukkan ketidakbenaran alasan yang dikemukakan mereka, karena tidak mungkin yang datang terlebih dahulu itu mengikuti yang datang sesudahnya.
Itulah sebabnya maka Allah menegur mereka, “Apakah mereka itu tidak berpikir.” Hal ini menunjukkan bahwa andaikata mereka itu mau berpikir tentu tidak akan terjadi perbantahan seperti itu. Dalam hal ini terdapat isyarat yang kuat, yang menunjukkan kelemahan pikiran dan hujjah (argumentasi) mereka.
Mengenai sabab nuzul ayat ini Ibnu Ishak dan Ibnu Jarīr telah mengemukakan sebuah riwayat dari Ibnu 'Abbas, beliau berkata, “Orang Nasrani dari Najran dan beberapa pendeta Yahudi berkumpul di hadapan Nabi Muhammad saw, kemudian mereka berselisih pendapat. Pendeta-pendeta itu berkata: Nabi Ibrahim tak memeluk agama kecuali agama Yahudi. Sedangkan orang Nasrani berkata: Nabi Ibrahim tak memeluk agama kecuali agama Nasrani. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Di dalam ayat yang lalu diterangkan hal ihwal Nabi Isa a.s., dikatakan dia tidak pantas mempunyai sifat ketuhanan: juga disebutkan tugas Nabi Muhammad saw, yang mengajak manusia menganut agama Tauhid. Sesudah itu dijelaskan adanya keingkaran orang-orang Yahudi dan Nasrani, sehingga terpaksa beliau mengajak mereka untuk ber-mubāhalah, akan tetapi mereka menolak. Maka dengan penolakannya itu tampaklah kelemahan mereka. Dalam ayat ini Allah swt menyuruh Nabi Muhammad untuk mengajak mereka kepada kesatuan akidah, yaitu tidak menyembah selain Allah dan tidak mempersekutukan dengan yang lain. | AJAKAN KEPADA AGAMA TAUHID “MILLAH IBRAHIM” | Kosakata: Ahl al-Kitāb اَهْلُ الْكِتَابْ (Āli ‘Imrān/3: 64)
Dalam berbagai kitab tafsir berbahasa Arab kata ahl al-kitāb tidak banyak diuraikan. Pada umumnya diartikan sebagai para pengikut kitab-kitab Taurat dan Injil, (tentunya termasuk juga Zabur), untuk membedakannya dari penyembah-penyembah berhala. Ahli Kitab dapat dipandang sebagai warga żimmi di kawasan wilayah Islam disertai kewajiban jizyah dengan jaminan penuh atas hak-hak mereka menurut ketentuan yang berlaku. Ar-Razi menafsirkan kata “Ahli Kitab” dalam ayat ini, 1) ditujukan kepada kaum Nasrani Najran. 2) ditujukan kepada Yahudi Medinah, dan 3) ditujukan kepada keduanya. Atau “… para pengikut wahyu terdahulu…”. Secara lebih tajam mereka dibedakan dari penyembah-penyembah berhala. “… Dan makanan Ahli Kitab halal untukmu dan makananmu pun halal untuk mereka… juga perempuan-perempuan terhormat di kalangan yang telah menerima Kitab sebelum kamu…” (al-Mā′idah/5:5). Sebutan terhadap kaum Sabi′un yang disejajarkan dengan Yahudi dan Nasrani yang beriman kepada Allah dan hari kemudian (al-Baqarah/2:62), dalam tafsir Al-Qur′an diperluas sehingga mencakup juga pengikut-pengikut Zoroaster, Veda, Buddha dan Kong Hu Cu sehingga mereka juga dimasukkan sebagai Ahli Kitab. Namun mayoritas ulama mengatakan bahwa Ahli Kitab yang disebut Al-Qur′an adalah Yahudi dan Nasrani (al-Mā′idah/5: 69). | null | null |
359 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 66 | 58 | 7 | 3 | 1 | هٰٓاَنْتُمْ هٰٓؤُلَاۤءِ حَاجَجْتُمْ فِيْمَا لَكُمْ بِهٖ عِلْمٌ فَلِمَ تُحَاۤجُّوْنَ فِيْمَا لَيْسَ لَكُمْ بِهٖ عِلْمٌ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ | Hā antum hā'ulā'i ḥājajtum fīmā lakum bihī ‘ilmun falima tuḥājjūna fīmā laisa lakum bihī ‘ilm(un), wallāhu ya‘lamu wa antum lā ta‘lamūn(a). | Begitulah kamu. Kamu berbantah-bantahan tentang apa yang kamu ketahui,96) tetapi mengapa kamu berbantah-bantahan (juga) tentang apa yang tidak kamu ketahui?97) Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui. | 96, 97 | 96) Perkara yang diketahui oleh Ahlulkitab adalah perihal Nabi Musa a.s., Nabi Isa a.s., dan Nabi Muhammad saw.
97) Perkara yang tidak diketahui oleh Ahlulkitab adalah perihal Nabi Ibrahim a.s. | Selanjutnya Allah memberi isyarat tentang ketidakbenaran anggapan mereka sekaligus kebodohan mereka tentang Nabi Ibrahim. Begitulah kenyataan yang terjadi di antara kamu! Kamu bukan saja berbantah-bantahan tentang apa yang kamu ketahui, yaitu tentang Nabi Musa, Nabi Isa, dan Nabi Muhammad, tetapi kamu juga berbantah-bantahan tentang apa yang tidak kamu ketahui, yaitu tentang Nabi Ibrahim? Padahal Allah mengetahui sejarah masing-masing, lalu Dia menginformasikan kepada kalian melalui rasul-Nya yang terakhir, Nabi Muhammad, sedang kamu tidak mengetahui melainkan hanya dugaan semata yang tidak memiliki alasan yang kuat. | Memang sewajarnya orang-orang berbantahan tentang urusan Nabi Isa dan sewajarnya pula bila perbantahan mereka itu berdasarkan hal-hal yang mereka ketahui.
Tetapi ternyata di antara yang berbantahan itu ada yang terlibat pada persoalan yang berlebih-lebihan, hingga mengakui bahwa Nabi Isa itu tuhan, bahkan di antaranya ada yang sebaliknya, menuduhnya sebagai pembual dan pendusta. Demikian itu terjadi karena masing-masing pihak tidak mengetahui yang sebenarnya, sehingga masing-masing pihak tak dapat menghindarkan diri dari kesalahan.
Seterusnya Allah mencela orang Yahudi dan orang Nasrani yang berbantahan tentang agama Nabi Ibrahim, karena perbuatan itu tidak didasarkan pada alasan yang benar dan ilmu pengetahuan. Maka bukanlah lebih baik dan masuk akal apabila mereka itu mengikuti saja wahyu yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad, yang memang betul-betul datang dari Allah yang mempunyai pengetahuan yang luas tak terbatas. Karena itu Allah menegaskan kepada mereka bahwa Allah mengetahui segala sesuatu yang nyata maupun yang tidak nyata, yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan.
Hal ini menunjukkan adanya pengertian bahwa mengenai hal-hal yang bersifat gaib, seharusnyalah orang tidak memperdebatkan dan tidak membenarkannya kecuali yang telah diterangkan oleh wahyu. Dengan perkataan lain pengetahuan manusia dibatasi oleh ruang lingkup, waktu dan tempat, sedangkan pengetahuan Allah swt tidak terkait dengan ketentuan-ketentuan tersebut. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Di dalam ayat yang lalu diterangkan hal ihwal Nabi Isa a.s., dikatakan dia tidak pantas mempunyai sifat ketuhanan: juga disebutkan tugas Nabi Muhammad saw, yang mengajak manusia menganut agama Tauhid. Sesudah itu dijelaskan adanya keingkaran orang-orang Yahudi dan Nasrani, sehingga terpaksa beliau mengajak mereka untuk ber-mubāhalah, akan tetapi mereka menolak. Maka dengan penolakannya itu tampaklah kelemahan mereka. Dalam ayat ini Allah swt menyuruh Nabi Muhammad untuk mengajak mereka kepada kesatuan akidah, yaitu tidak menyembah selain Allah dan tidak mempersekutukan dengan yang lain. | AJAKAN KEPADA AGAMA TAUHID “MILLAH IBRAHIM” | Kosakata: Ahl al-Kitāb اَهْلُ الْكِتَابْ (Āli ‘Imrān/3: 64)
Dalam berbagai kitab tafsir berbahasa Arab kata ahl al-kitāb tidak banyak diuraikan. Pada umumnya diartikan sebagai para pengikut kitab-kitab Taurat dan Injil, (tentunya termasuk juga Zabur), untuk membedakannya dari penyembah-penyembah berhala. Ahli Kitab dapat dipandang sebagai warga żimmi di kawasan wilayah Islam disertai kewajiban jizyah dengan jaminan penuh atas hak-hak mereka menurut ketentuan yang berlaku. Ar-Razi menafsirkan kata “Ahli Kitab” dalam ayat ini, 1) ditujukan kepada kaum Nasrani Najran. 2) ditujukan kepada Yahudi Medinah, dan 3) ditujukan kepada keduanya. Atau “… para pengikut wahyu terdahulu…”. Secara lebih tajam mereka dibedakan dari penyembah-penyembah berhala. “… Dan makanan Ahli Kitab halal untukmu dan makananmu pun halal untuk mereka… juga perempuan-perempuan terhormat di kalangan yang telah menerima Kitab sebelum kamu…” (al-Mā′idah/5:5). Sebutan terhadap kaum Sabi′un yang disejajarkan dengan Yahudi dan Nasrani yang beriman kepada Allah dan hari kemudian (al-Baqarah/2:62), dalam tafsir Al-Qur′an diperluas sehingga mencakup juga pengikut-pengikut Zoroaster, Veda, Buddha dan Kong Hu Cu sehingga mereka juga dimasukkan sebagai Ahli Kitab. Namun mayoritas ulama mengatakan bahwa Ahli Kitab yang disebut Al-Qur′an adalah Yahudi dan Nasrani (al-Mā′idah/5: 69). | null | null |
360 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 67 | 58 | 7 | 3 | 1 | مَاكَانَ اِبْرٰهِيْمُ يَهُوْدِيًّا وَّلَا نَصْرَانِيًّا وَّلٰكِنْ كَانَ حَنِيْفًا مُّسْلِمًاۗ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ | Wa mā kāna ibrāhīmu yahūdiyyaw wa lā naṣrāniyyaw wa lākin kāna ḥanīfam muslimā(n), wa mā kāna minal-musyrikīn(a). | Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan pula seorang Nasrani, melainkan dia adalah seorang yang hanif98) lagi berserah diri (muslim). Dia bukan pula termasuk (golongan) orang-orang musyrik. | 98 | 98) Hanif berarti jauh dari syirik (mempersekutukan Allah) dan jauh dari kesesatan. | Setelah ayat sebelumnya menjelaskan ketidakbenaran anggapan Ahli Kitab tentang Nabi Ibrahim, lalu Allah membantah anggapan mereka sekaligus menjelaskan sosok Nabi Ibrahim sebenarnya. Nabi Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan pula seorang Nasrani, tetapi dia adalah seorang yang lurus, yaitu jauh dari syirik atau mempersekutukan Allah dan jauh dari kesesatan, sekaligus muslim yaitu seorang yang berserah diri kepada Allah semata dan dia tidaklah termasuk orang-orang musyrik sebagaimana orang Yahudi dan Nasrani yang meyakini Uzair dan Nabi Isa sebagai anak Tuhan. | Allah memberikan ketegasan kepada orang yang berdebat siapa Nabi Ibrahim yang sebenarnya (an-Nisā′/4 :125). Ayat ini merupakan jawaban bagi perdebatan orang Yahudi dan Nasrani mengenai agama Nabi Ibrahim. Mereka masing-masing berpendapat bahwa Ibrahim menganut agama yang dipeluk mereka. Pendapat mereka itu sebenarnya adalah dusta karena tidak didasarkan pada bukti-bukti yang nyata. Yang benar ialah keterangan yang didasarkan wahyu yang diyakini kaum Muslimin, karena umat Islam memeluk agama seperti agama yang dipeluk oleh Nabi Ibrahim dan agama Islam mempunyai prinsip-prinsip yang dibawa oleh Nabi Ibrahim. Maka jelaslah bahwa Nabi Ibrahim itu tidak memeluk agama Nasrani dan tidak pula pemeluk agama Yahudi akan tetapi Nabi Ibrahim itu seorang yang taat kepada Allah, tetap berpegang kepada petunjuk Allah serta tunduk dan taat kepada segala yang diperintahkan-Nya.
Nabi Ibrahim tidak menganut kepercayaan musyrikin, yaitu kafir Quraisy dan suku Arab lainnya, yang menganggap diri mereka mengikuti agama Nabi Ibrahim. Dari ayat ini dapat dipahami bahwa Nabi Ibrahim adalah orang yang dimuliakan oleh segala pihak, baik orang-orang Yahudi, Nasrani ataupun musyrikin. Tetapi sayang pendapat mereka itu tidak benar, karena Nabi Ibrahim itu tidak beragama seperti agama mereka. Beliau adalah orang Muslim yang ikhlas kepada Allah, sedikit pun tidak pernah mempersekutukan-Nya. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Di dalam ayat yang lalu diterangkan hal ihwal Nabi Isa a.s., dikatakan dia tidak pantas mempunyai sifat ketuhanan: juga disebutkan tugas Nabi Muhammad saw, yang mengajak manusia menganut agama Tauhid. Sesudah itu dijelaskan adanya keingkaran orang-orang Yahudi dan Nasrani, sehingga terpaksa beliau mengajak mereka untuk ber-mubāhalah, akan tetapi mereka menolak. Maka dengan penolakannya itu tampaklah kelemahan mereka. Dalam ayat ini Allah swt menyuruh Nabi Muhammad untuk mengajak mereka kepada kesatuan akidah, yaitu tidak menyembah selain Allah dan tidak mempersekutukan dengan yang lain. | AJAKAN KEPADA AGAMA TAUHID “MILLAH IBRAHIM” | Kosakata: Ahl al-Kitāb اَهْلُ الْكِتَابْ (Āli ‘Imrān/3: 64)
Dalam berbagai kitab tafsir berbahasa Arab kata ahl al-kitāb tidak banyak diuraikan. Pada umumnya diartikan sebagai para pengikut kitab-kitab Taurat dan Injil, (tentunya termasuk juga Zabur), untuk membedakannya dari penyembah-penyembah berhala. Ahli Kitab dapat dipandang sebagai warga żimmi di kawasan wilayah Islam disertai kewajiban jizyah dengan jaminan penuh atas hak-hak mereka menurut ketentuan yang berlaku. Ar-Razi menafsirkan kata “Ahli Kitab” dalam ayat ini, 1) ditujukan kepada kaum Nasrani Najran. 2) ditujukan kepada Yahudi Medinah, dan 3) ditujukan kepada keduanya. Atau “… para pengikut wahyu terdahulu…”. Secara lebih tajam mereka dibedakan dari penyembah-penyembah berhala. “… Dan makanan Ahli Kitab halal untukmu dan makananmu pun halal untuk mereka… juga perempuan-perempuan terhormat di kalangan yang telah menerima Kitab sebelum kamu…” (al-Mā′idah/5:5). Sebutan terhadap kaum Sabi′un yang disejajarkan dengan Yahudi dan Nasrani yang beriman kepada Allah dan hari kemudian (al-Baqarah/2:62), dalam tafsir Al-Qur′an diperluas sehingga mencakup juga pengikut-pengikut Zoroaster, Veda, Buddha dan Kong Hu Cu sehingga mereka juga dimasukkan sebagai Ahli Kitab. Namun mayoritas ulama mengatakan bahwa Ahli Kitab yang disebut Al-Qur′an adalah Yahudi dan Nasrani (al-Mā′idah/5: 69). | null | null |
361 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 68 | 58 | 7 | 3 | 1 | اِنَّ اَوْلَى النَّاسِ بِاِبْرٰهِيْمَ لَلَّذِيْنَ اتَّبَعُوْهُ وَهٰذَا النَّبِيُّ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا ۗ وَاللّٰهُ وَلِيُّ الْمُؤْمِنِيْنَ | Inna aulan-nāsi bi'ibrāhīma lal-lażīnattaba‘ūhu wa hāżan-nabiyyu wal-lażīna āmanū, wallāhu waliyyul-mu'minīn(a). | Sesungguhnya orang yang paling dekat dengan Ibrahim adalah orang-orang yang mengikutinya, Nabi ini (Nabi Muhammad), dan orang-orang yang beriman. Allah adalah pelindung orang-orang mukmin. | null | null | Jika demikian, orang yang paling dekat atau yang paling berhak dinisbatkan kepada Ibrahim dan ajaran yang dianutnya ialah orang yang mengikutinya, yaitu yang menjawab ajakan Nabi Ibrahim kepada tauhid, begitu juga Nabi ini, Muhammad, dan orang-orang yang beriman yakni para pengikut agama tauhid secara konsisten dan sunggung-sungguh. Allah adalah pelindung orang-orang yang beriman dengan senantiasa memberi pertolongan di dunia dan memberi balasan surga di akhirat kelak. | Orang yang paling berhak menjadi pendukung Nabi Ibrahim dan yang paling setia agamanya, bukanlah orang yang hanya mengaku bahwa Nabi Ibrahim memeluk agamanya, tetapi orang yang mengikuti jejak Nabi Ibrahim dan meneruskan dakwahnya. Tentu saja orang itu adalah orang yang beragama tauhid dan dengan ikhlas melaksanakan agamanya. Mereka haruslah orang orang yang berserah diri kepada Allah semata, jauh dari sifat-sifat syirik. Sifat-sifat serupa ini terdapat pada Nabi Muhammad saw, dan pengikut-pengikutnya. Mereka memeluk agama tauhid, sedikit pun tidak terdapat dalam agamanya ajaran-ajaran pemujaan terhadap pemimpin dan tidak membenarkan adanya perantara dalam hubungan rnanusia dengan Tuhan. Mereka itu ikhlas dan beramal semata-mata karena Allah tidak karena syirik dan ria.
Kesemuanya itu adalah inti ajaran Islam. Oleh sebab itu apabila ada agama yang tidak memiliki prinsip-prinsip tersebut maka agama itu jauh menyeleweng dan hanya tinggal bekas-bekasnya saja.
Kemudian Allah menjanjikan bahwa Dia akan memberikan bantuan, kekuatan dan taufik kepada orang-orang mukmin karena Allah yang menguasai dan mengendalikan urusan mereka, dan memperbaiki keadaan mereka serta memberikan pahala sesuai dengan banyak sedikitnya mereka mengamalkan ajaran Islam. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Di dalam ayat yang lalu diterangkan hal ihwal Nabi Isa a.s., dikatakan dia tidak pantas mempunyai sifat ketuhanan: juga disebutkan tugas Nabi Muhammad saw, yang mengajak manusia menganut agama Tauhid. Sesudah itu dijelaskan adanya keingkaran orang-orang Yahudi dan Nasrani, sehingga terpaksa beliau mengajak mereka untuk ber-mubāhalah, akan tetapi mereka menolak. Maka dengan penolakannya itu tampaklah kelemahan mereka. Dalam ayat ini Allah swt menyuruh Nabi Muhammad untuk mengajak mereka kepada kesatuan akidah, yaitu tidak menyembah selain Allah dan tidak mempersekutukan dengan yang lain. | AJAKAN KEPADA AGAMA TAUHID “MILLAH IBRAHIM” | Kosakata: Ahl al-Kitāb اَهْلُ الْكِتَابْ (Āli ‘Imrān/3: 64)
Dalam berbagai kitab tafsir berbahasa Arab kata ahl al-kitāb tidak banyak diuraikan. Pada umumnya diartikan sebagai para pengikut kitab-kitab Taurat dan Injil, (tentunya termasuk juga Zabur), untuk membedakannya dari penyembah-penyembah berhala. Ahli Kitab dapat dipandang sebagai warga żimmi di kawasan wilayah Islam disertai kewajiban jizyah dengan jaminan penuh atas hak-hak mereka menurut ketentuan yang berlaku. Ar-Razi menafsirkan kata “Ahli Kitab” dalam ayat ini, 1) ditujukan kepada kaum Nasrani Najran. 2) ditujukan kepada Yahudi Medinah, dan 3) ditujukan kepada keduanya. Atau “… para pengikut wahyu terdahulu…”. Secara lebih tajam mereka dibedakan dari penyembah-penyembah berhala. “… Dan makanan Ahli Kitab halal untukmu dan makananmu pun halal untuk mereka… juga perempuan-perempuan terhormat di kalangan yang telah menerima Kitab sebelum kamu…” (al-Mā′idah/5:5). Sebutan terhadap kaum Sabi′un yang disejajarkan dengan Yahudi dan Nasrani yang beriman kepada Allah dan hari kemudian (al-Baqarah/2:62), dalam tafsir Al-Qur′an diperluas sehingga mencakup juga pengikut-pengikut Zoroaster, Veda, Buddha dan Kong Hu Cu sehingga mereka juga dimasukkan sebagai Ahli Kitab. Namun mayoritas ulama mengatakan bahwa Ahli Kitab yang disebut Al-Qur′an adalah Yahudi dan Nasrani (al-Mā′idah/5: 69). | null | 1. Nabi Muhammad saw, mengajak para Ahli Kitab untuk kembali memperhatikan prinsip-prinsip agama yang diyakini oleh semua nabi, yaitu prinsip tidak menyembah kecuali hanya kepada Allah.
2. Timbulnya perdebatan mengenai masalah agama Nabi Ibrahim di kalangan orang-orang Yahudi dan Nasrani menunjukkan penyelewengan mereka masing-masing dari agama yang benar.
3. Perdebatan mereka mengenai agama Nabi Ibrahim baik dari pihak orang Yahudi maupun dari pihak orang-orang Nasrani tidak didasarkan pada ilmu pengetahuan atau pun wahyu, karena baik Taurat maupun Injil tidak mengatakan bahwa Nabi Ibrahim itu memeluk agama Yahudi atau agama Nasrani.
4. Meskipun Nabi Ibrahim menjadi lambang kemuliaan orang-orang Yahudi, Nasrani dan orang-orang musyrik, tetapi agama mereka telah menyimpang dari prinsip-prinsip yang dibawa oleh Nabi Ibrahim a.s.
5. Orang-orang yang paling berhak dikatakan mengikuti agama Nabi Ibrahim ialah orang-orang yang mengikuti prinsip-prinsip agamanya yaitu orang-orang yang beragama Islam dan dengan ikhlas melakukan ajaran agamanya. |
362 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 69 | 58 | 7 | 3 | 1 | وَدَّتْ طَّاۤىِٕفَةٌ مِّنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ لَوْ يُضِلُّوْنَكُمْۗ وَمَا يُضِلُّوْنَ اِلَّآ اَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُوْنَ | Waddaṭ-ṭā'ifatum min ahlil-kitābi lau yuḍillūnakum, wa mā yuḍillūna illā anfusahum wa mā yasy‘urūn(a). | Segolongan Ahlulkitab ingin menyesatkan kamu. Padahal, mereka tidak menyesatkan (siapa pun), kecuali diri mereka sendiri. Akan tetapi, mereka tidak sadar. | null | null | Setelah ayat sebelumnya menjelaskan tentang Nabi Ibrahim sebagai penganut agama tauhid, begitu juga Nabi Muhammad dan umat Islam, maka ayat ini menginformasikan ketidaksukaan sebagian Ahli Kitab dan upaya penyesatan mereka terhadap umat Islam. Segolongan Ahli Kitab ingin menyesatkan kamu, wahai umat Islam, dengan berbagai macam cara. Padahal, sesungguhnya mereka tidak menyesatkan siapa pun melainkan akibatnya akan menimpa diri mereka sendiri, tetapi mereka tidak menyadari. Ayat ini merupakan puncak pencelaan dan penghinaan terhadap mereka sekaligus menunjukkan buruknya sifat dan perilaku mereka. | Usaha segolongan Ahli Kitab akan sia-sia belaka, dan tipu daya mereka akan menimpa mereka sendiri, karena perbuatan mereka selalu diarahkan pada tujuan untuk menyesatkan orang mukmin. Mereka tidak mempunyai kesempatan untuk memperhatikan cara mendapatkan petunjuk. Pandangan mereka akan tertutup sehingga tidak dapat melihat kebenaran ayat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, yang memberikan penjelasan tentang kebenaran dari kenabiannya. Boleh dikatakan bahwa mereka tidak berpikir sebagaimana mestinya, bahkan mereka menyia-nyiakan akal, juga mereka telah merusak fitrah mereka sendiri sehingga tidak bisa menjangkau kebenaran.
Sikap dan perbuatan segolongan Ahli Kitab dicela, karena mereka tidak menyadari keadaan mereka yang buruk. Mereka akhirnya jatuh dalam lembah kesesatan dan tidak dapat melihat lagi adanya kebenaran yang menuntun ke jalan yang lurus.
وَدَّ كَثِيْرٌ مِّنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ لَوْ يَرُدُّوْنَكُمْ مِّنْۢ بَعْدِ اِيْمَانِكُمْ كُفَّارًاۚ حَسَدًا مِّنْ عِنْدِ اَنْفُسِهِمْ مِّنْۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ ۚ فَاعْفُوْا وَاصْفَحُوْا حَتّٰى يَأْتِيَ اللّٰهُ بِاَمْرِهٖ ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ١٠٩ (البقرة)
Banyak di antara Ahli Kitab menginginkan sekiranya mereka dapat mengembalikan kamu setelah kamu beriman, menjadi kafir kembali, karena rasa dengki dalam diri mereka, …. (al-Baqarah/2: 109)
وَدُّوْا لَوْ تَكْفُرُوْنَ كَمَا كَفَرُوْا فَتَكُوْنُوْنَ سَوَاۤءً فَلَا تَتَّخِذُوْا مِنْهُمْ اَوْلِيَاۤءَ حَتّٰى يُهَاجِرُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗ فَاِنْ تَوَلَّوْا فَخُذُوْهُمْ وَاقْتُلُوْهُمْ حَيْثُ وَجَدْتُّمُوْهُمْ ۖ وَلَا تَتَّخِذُوْا مِنْهُمْ وَلِيًّا وَّلَا نَصِيْرًاۙ ٨٩ (النساۤء)
Mereka ingin agar kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, sehingga kamu menjadi sama (dengan mereka). … (an-Nisā′/4: 89)
Dengan demikian dapat diketahui bahwa tujuan Ahli Kitab menimbulkan persoalan yang meragukan di kalangan kaum Muslimin, tiada lain hanyalah untuk menyesatkan orang-orang mukmin dari agama yang benar, sehingga mengingkari ajaran-ajaran Nabi Muhammad saw. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Di dalam ayat-ayat yang lalu, diterangkan ajakan Nabi Muhammad kepada para Ahli Kitab agar kembali kepada prinsip dan jiwa agama, yang sesuai dengan agama yang dibawa oleh para Nabi yang betul-betul adil, yaitu ajakan pada agama tauhid dan tidak mempersekutukan Allah. Dia juga menjelaskan bahwa bantah membantah yang terjadi di antara orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani tentang agama Nabi Ibrahim, tidak didasarkan pada kebenaran. Kemudian ditegaskan bahwa agama yang dipeluk Nabi Ibrahim a.s. ialah agama tauhid. Maka orang yang berhak mengaku sebagai pengikut Nabi Ibrahim ialah orang yang memeluk agama yang sesuai dengan prinsip-prinsip dan jiwa agama Nabi Ibrahim. Dalam ayat ini diterangkan sikap dan perbuatan orang Yahudi yang sangat buruk, yaitu usaha mereka untuk menyesatkan umat Islam dengan jalan menimbulkan berbagai persoalan yang meragukan pada orang mukmin. | SIKAP AHLI KITAB TERHADAP ISLAM | Kosakata: Talbisūn تَلْبِسُوْنَ (Āli ‘Imrān/3: 71)
Talbisūn merupakan bentuk jamak dari kata kerja labisa-yalbisu yang artinya berpakaian, menutupi, mengaburkan, dan mencampuradukkan. Yang dimaksud pada ayat ini adalah upaya untuk mengaburkan atau menutupi kebenaran dengan mencampuradukkan antara yang benar dan yang batil, baik melalui penakwilan, maupun beragam alasan dan dalih. Tujuan yang ingin dicapai dengan upaya ini adalah untuk menyesatkan. Cara yang ditempuh dalam pencampuradukan kebenaran dengan kebatilan ini dapat dengan propaganda. Sebagian isinya memang benar, bahkan bisa jadi banyak yang benar. Namun, di celah-celah kebenaran itu ternyata telah disisipkan kebohongan-kebohongan dalam bentuk yang halus, sehingga tidak terdeteksi oleh para pendengarnya, kecuali mereka yang jeli dan teliti. Kebohongan itu sengaja disertakan dengan tujuan untuk menyesatkan masyarakat. Oleh sebab itu, Allah mempertanyakan sikap mereka yang mencampuradukkan kebenaran dengan kebatilan padahal mereka telah menerima informasi tentang kebenaran tersebut. | null | null |
363 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 70 | 58 | 7 | 3 | 1 | يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ لِمَ تَكْفُرُوْنَ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ وَاَنْتُمْ تَشْهَدُوْنَ | Yā ahlal-kitābi lima takfurūna bi'āyātillāhi wa antum tasyhadūn(a). | Wahai Ahlulkitab, mengapa kamu mengingkari ayat-ayat Allah,99) padahal kamu mengetahui (kebenarannya)? | 99 | 99) Maksudnya adalah ayat-ayat Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. | Sebagai pelengkap penghinaan terhadap mereka, ayat ini menyeru kepada Ahli Kitab. Wahai Ahli Kitab! Mengapa kamu mengingkari ayat-ayat Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, padahal kamu mengetahui kebenarannya melalui kitab kalian sendiri? | Allah mencela para Ahli Kitab yang mengingkari ayat-ayat Allah; padahal mereka mengetahui dalam kitab mereka sendiri kedatangan Nabi Muhammad saw. Kemudian Allah swt menandaskan bahwa mereka sendiri tidak saja telah mengetahui bahwa Nabi Muhammad saw akan datang bahkan sifat-sifatnya pun telah mereka ketahui. Mereka seharusnya mengakui kenabian Muhammad, tetapi karena sifat dengki yang mencekam jiwa mereka, mereka terjerumus ke dalam lembah kehinaan. Mereka tidak dapat lagi melihat pancaran kebenaran, sehingga mereka terombang ambing dalam kesesatan. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Di dalam ayat-ayat yang lalu, diterangkan ajakan Nabi Muhammad kepada para Ahli Kitab agar kembali kepada prinsip dan jiwa agama, yang sesuai dengan agama yang dibawa oleh para Nabi yang betul-betul adil, yaitu ajakan pada agama tauhid dan tidak mempersekutukan Allah. Dia juga menjelaskan bahwa bantah membantah yang terjadi di antara orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani tentang agama Nabi Ibrahim, tidak didasarkan pada kebenaran. Kemudian ditegaskan bahwa agama yang dipeluk Nabi Ibrahim a.s. ialah agama tauhid. Maka orang yang berhak mengaku sebagai pengikut Nabi Ibrahim ialah orang yang memeluk agama yang sesuai dengan prinsip-prinsip dan jiwa agama Nabi Ibrahim. Dalam ayat ini diterangkan sikap dan perbuatan orang Yahudi yang sangat buruk, yaitu usaha mereka untuk menyesatkan umat Islam dengan jalan menimbulkan berbagai persoalan yang meragukan pada orang mukmin. | SIKAP AHLI KITAB TERHADAP ISLAM | Kosakata: Talbisūn تَلْبِسُوْنَ (Āli ‘Imrān/3: 71)
Talbisūn merupakan bentuk jamak dari kata kerja labisa-yalbisu yang artinya berpakaian, menutupi, mengaburkan, dan mencampuradukkan. Yang dimaksud pada ayat ini adalah upaya untuk mengaburkan atau menutupi kebenaran dengan mencampuradukkan antara yang benar dan yang batil, baik melalui penakwilan, maupun beragam alasan dan dalih. Tujuan yang ingin dicapai dengan upaya ini adalah untuk menyesatkan. Cara yang ditempuh dalam pencampuradukan kebenaran dengan kebatilan ini dapat dengan propaganda. Sebagian isinya memang benar, bahkan bisa jadi banyak yang benar. Namun, di celah-celah kebenaran itu ternyata telah disisipkan kebohongan-kebohongan dalam bentuk yang halus, sehingga tidak terdeteksi oleh para pendengarnya, kecuali mereka yang jeli dan teliti. Kebohongan itu sengaja disertakan dengan tujuan untuk menyesatkan masyarakat. Oleh sebab itu, Allah mempertanyakan sikap mereka yang mencampuradukkan kebenaran dengan kebatilan padahal mereka telah menerima informasi tentang kebenaran tersebut. | null | null |
364 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 71 | 59 | 7 | 3 | 1 | يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ لِمَ تَلْبِسُوْنَ الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوْنَ الْحَقَّ وَاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ ࣖ | Yā ahlal-kitābi lima talbisūnal-ḥaqqa bil-bāṭili wa taktumūnal-ḥaqqa wa antum ta‘lamūn. | Wahai Ahlulkitab, mengapa kamu mencampuradukkan yang hak dengan yang batil100) dan kamu menyembunyikan kebenaran,101) padahal kamu mengetahui? | 100, 101 | 100) Mencampuradukkan antara hak dan batil maksudnya adalah mencampuradukkan antara ayat-ayat Tuhan yang disampaikan oleh para nabi dengan takwilan-takwilan batil yang dikemukakan oleh para pemuka agama mereka.
101) Yang dimaksud dengan menyembunyikan kebenaran adalah menutupi firman Tuhan yang dibawa oleh para nabi, yang berisi ajaran tauhid dan berita gembira tentang kedatangan Nabi Muhammad saw. | Setelah ayat sebelumnya menjelaskan sikap penolakan Ahli Kitab terhadap kebenaran yang dibawa Rasulullah, maka ayat ini kembali menjelaskan perilaku buruk mereka yang lainnya, antara lain upaya penyesatan terhadap kaum muslim. Wahai Ahli Kitab, Yahudi dan Nasrani! Mengapa kamu mencampuradukkan kebenaran yang dibawa oleh para nabi dan rasul dengan kebatilan, yaitu dengan menutup-nutupi beberapa firman Allah yang termaktub di dalam Taurat dan Injil dengan perkataan-perkataan yang dibuat-buat oleh mereka sendiri, dan kamu menyembunyikan kebenaran tentang kenabian Muhammad yang tersebut dalam Taurat dan Injil, padahal kamu mengetahui tentang kebenaran itu serta akibatnya, yakni siksa yang sangat pedih? | Diriwayatkan oleh Ibnu Ishāq dari Ibnu ‘Abbās ia berkata bahwa ‘Abdullah bin aṣ-Ṡaif, ‘Adi bin Zaid dan Ḥāris bin ‘Auf bercakap-cakap sesama mereka. “Marilah kita mempercayai kitab yang diturunkan kepada Rasulullah dan sahabat-sahabatnya di waktu pagi hari. Kemudian kita mengingkarinya di waktu petang hari, sehingga kita dapat mengacaukan mereka, semoga mereka berbuat sebagaimana yang kita lakukan, sehingga mereka kembali kepada agama mereka semula.” Kemudian turunlah ayat 71-73 ini.
Allah mencela Ahli Kitab karena mereka mencampuradukkan kebenaran dengan kebatilan. Yang dimaksud dengan kebenaran dalam ayat ini ialah kebenaran yang dibawa oleh para nabi yang termuat dalam kitab mereka yaitu tauhid, serta berita gembira akan datangnya Nabi Muhammad yang bertugas seperti nabi-nabi sebelumnya yang akan mengajarkan Kitab dan hikmah kepada seluruh manusia.
Sedang yang dimaksud dengan kebatilan ialah segala tipu daya yang dibuat oleh para pendeta dan pemimpin terkemuka Ahli Kitab dengan jalan menakwilkan ayat-ayat Tuhan dengan takwilan yang batil dan yang jauh dari kebenaran. Penakwilan yang begitulah yang dianggap mereka sebagai agama yang wajib diikuti. Perbuatan mereka itu juga dicela.
وَاِنَّ مِنْهُمْ لَفَرِيْقًا يَّلْوٗنَ اَلْسِنَتَهُمْ بِالْكِتٰبِ لِتَحْسَبُوْهُ مِنَ الْكِتٰبِ وَمَا هُوَ مِنَ الْكِتٰبِۚ وَيَقُوْلُوْنَ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللّٰهِ وَمَا هُوَ مِنْ عِنْدِ اللّٰهِ ۚ وَيَقُوْلُوْنَ عَلَى اللّٰهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ ٧٨ (اٰل عمران)
…. Dan mereka berkata, “Itu dari Allah,” padahal bukan dari Allah. Mereka mengatakan hal yang dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui. (Āli ‘Imrān/3: 78).
Jelas bahwa yang dimaksud dengan mencampuradukkan antara yang hak dengan yang batil ialah: tipu daya Ahli Kitab yang menakwilkan ayat-ayat Allah dan mengatakan bahwa penakwilan itu datang dari Allah. Sementara berita gembira tentang kedatangan Nabi Muhammad, mereka sembunyikan.
Semua ini menunjukkan bahwa mereka melakukan perbuatan itu bukan karena kealpaan atau karena tidak tahu, tetapi karena ingkar, dan hasad yang telah bersarang di dalam dada mereka. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Di dalam ayat-ayat yang lalu, diterangkan ajakan Nabi Muhammad kepada para Ahli Kitab agar kembali kepada prinsip dan jiwa agama, yang sesuai dengan agama yang dibawa oleh para Nabi yang betul-betul adil, yaitu ajakan pada agama tauhid dan tidak mempersekutukan Allah. Dia juga menjelaskan bahwa bantah membantah yang terjadi di antara orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani tentang agama Nabi Ibrahim, tidak didasarkan pada kebenaran. Kemudian ditegaskan bahwa agama yang dipeluk Nabi Ibrahim a.s. ialah agama tauhid. Maka orang yang berhak mengaku sebagai pengikut Nabi Ibrahim ialah orang yang memeluk agama yang sesuai dengan prinsip-prinsip dan jiwa agama Nabi Ibrahim. Dalam ayat ini diterangkan sikap dan perbuatan orang Yahudi yang sangat buruk, yaitu usaha mereka untuk menyesatkan umat Islam dengan jalan menimbulkan berbagai persoalan yang meragukan pada orang mukmin. | SIKAP AHLI KITAB TERHADAP ISLAM | Kosakata: Talbisūn تَلْبِسُوْنَ (Āli ‘Imrān/3: 71)
Talbisūn merupakan bentuk jamak dari kata kerja labisa-yalbisu yang artinya berpakaian, menutupi, mengaburkan, dan mencampuradukkan. Yang dimaksud pada ayat ini adalah upaya untuk mengaburkan atau menutupi kebenaran dengan mencampuradukkan antara yang benar dan yang batil, baik melalui penakwilan, maupun beragam alasan dan dalih. Tujuan yang ingin dicapai dengan upaya ini adalah untuk menyesatkan. Cara yang ditempuh dalam pencampuradukan kebenaran dengan kebatilan ini dapat dengan propaganda. Sebagian isinya memang benar, bahkan bisa jadi banyak yang benar. Namun, di celah-celah kebenaran itu ternyata telah disisipkan kebohongan-kebohongan dalam bentuk yang halus, sehingga tidak terdeteksi oleh para pendengarnya, kecuali mereka yang jeli dan teliti. Kebohongan itu sengaja disertakan dengan tujuan untuk menyesatkan masyarakat. Oleh sebab itu, Allah mempertanyakan sikap mereka yang mencampuradukkan kebenaran dengan kebatilan padahal mereka telah menerima informasi tentang kebenaran tersebut. | null | null |
365 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 72 | 59 | 7 | 3 | 1 | وَقَالَتْ طَّاۤىِٕفَةٌ مِّنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ اٰمِنُوْا بِالَّذِيْٓ اُنْزِلَ عَلَى الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَجْهَ النَّهَارِ وَاكْفُرُوْٓا اٰخِرَهٗ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَۚ | Wa qālaṭ-ṭā'ifatum min ahlil-kitābi āminū bil-lażī unzila ‘alal-lażīna āmanū wajhan-nahāri wakfurū ākhirahū la‘allahum yarji‘ūn(a). | Segolongan Ahlulkitab berkata (kepada sesamanya), “Berimanlah kamu pada apa yang diturunkan kepada orang-orang yang beriman pada awal siang dan ingkarlah pada akhir (siang) agar mereka kembali (pada kekufuran). | null | null | Seharusnya mereka mengimani kebenaran yang dibawa oleh Rasulullah secara tulus, namun justru mereka menularkan sifat kemunafikannya kepada orang lain untuk menyesatkan kaum muslim. Segolongan Ahli Kitab berkata kepada sesamanya dan kepada orang-orang munafik, “Berimanlah kamu kepada apa yang diturunkan kepada orang-orang beriman, yakni Al-Qur’an pada awal siang, misalnya, dengan melaksanakan salat subuh bersama mereka dan ingkarilah atau murtadlah di akhir siang-nya, agar mereka, yakni orang-orang Islam yang lemah imannya dan yang tidak memiliki pemahaman yang benar terhadap agamanya, akan kembali kepada kekafiran." | Ada golongan dari Ahli Kitab yang mengajak kawan-kawannya agar pura-pura beriman kepada kitab yang diturunkan kepada Muhammad di pagi hari, kemudian mengingkarinya pada waktu sore. Mereka bersikap demikian untuk menimbulkan kesan di hati umat Islam, kalau agama Islam itu benar tentulah orang-orang Yahudi yang baru masuk Islam tadi tidak akan murtad lagi. Sikap serupa ini tiada lain hanya tipu daya mereka untuk mempengaruhi orang-orang Islam agar kembali kepada kekafirannya.
Ibnu Jarīr meriwayatkan dari Imam Mujahid, ia berkata bahwa, segolongan orang Yahudi salat subuh bersama Nabi. Kemudian mereka kafir pada petang harinya. Apabila mereka melakukan tipu daya serupa itu, bukanlah hal yang aneh, karena mengetahui bahwa di antara tanda-tanda kebenaran itu ialah, apabila seseorang telah mengetahui sesuatu itu benar, tentu dia tidak akan meninggalkannya. Hal ini dapat dipahami dari pernyataan Heraklius, Kaisar Rumawi kepada Abu Sufyan ketika dia menanyakan kepadanya tentang keadaan Muhammad, yaitu ketika Nabi Muhammad saw menyeru Heraklius dengan suratnya untuk masuk Islam, “Adakah orang yang keluar dari agamanya setelah ia memeluknya?” Abu Sufyan menjawab, “Tidak ada.”
Ayat ini memperingatkan Nabi Muhammad akan tipu daya Ahli Kitab dan memberitahukan siasat mereka, agar tipu daya itu tidak mempengaruhi hati orang mukmin yang masih lemah. Peringatan ini berguna untuk menggagalkan usaha mereka; sebab apabila latar belakang dari tipu daya mereka telah diketahui, tentulah usaha mereka tidak akan berhasil. Ayat ini sebagai mukjizat bagi Nabi Muhammad saw, karena mengandung berita gaib yang membukakan rahasia niat busuk orang Yahudi. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Di dalam ayat-ayat yang lalu, diterangkan ajakan Nabi Muhammad kepada para Ahli Kitab agar kembali kepada prinsip dan jiwa agama, yang sesuai dengan agama yang dibawa oleh para Nabi yang betul-betul adil, yaitu ajakan pada agama tauhid dan tidak mempersekutukan Allah. Dia juga menjelaskan bahwa bantah membantah yang terjadi di antara orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani tentang agama Nabi Ibrahim, tidak didasarkan pada kebenaran. Kemudian ditegaskan bahwa agama yang dipeluk Nabi Ibrahim a.s. ialah agama tauhid. Maka orang yang berhak mengaku sebagai pengikut Nabi Ibrahim ialah orang yang memeluk agama yang sesuai dengan prinsip-prinsip dan jiwa agama Nabi Ibrahim. Dalam ayat ini diterangkan sikap dan perbuatan orang Yahudi yang sangat buruk, yaitu usaha mereka untuk menyesatkan umat Islam dengan jalan menimbulkan berbagai persoalan yang meragukan pada orang mukmin. | SIKAP AHLI KITAB TERHADAP ISLAM | Kosakata: Talbisūn تَلْبِسُوْنَ (Āli ‘Imrān/3: 71)
Talbisūn merupakan bentuk jamak dari kata kerja labisa-yalbisu yang artinya berpakaian, menutupi, mengaburkan, dan mencampuradukkan. Yang dimaksud pada ayat ini adalah upaya untuk mengaburkan atau menutupi kebenaran dengan mencampuradukkan antara yang benar dan yang batil, baik melalui penakwilan, maupun beragam alasan dan dalih. Tujuan yang ingin dicapai dengan upaya ini adalah untuk menyesatkan. Cara yang ditempuh dalam pencampuradukan kebenaran dengan kebatilan ini dapat dengan propaganda. Sebagian isinya memang benar, bahkan bisa jadi banyak yang benar. Namun, di celah-celah kebenaran itu ternyata telah disisipkan kebohongan-kebohongan dalam bentuk yang halus, sehingga tidak terdeteksi oleh para pendengarnya, kecuali mereka yang jeli dan teliti. Kebohongan itu sengaja disertakan dengan tujuan untuk menyesatkan masyarakat. Oleh sebab itu, Allah mempertanyakan sikap mereka yang mencampuradukkan kebenaran dengan kebatilan padahal mereka telah menerima informasi tentang kebenaran tersebut. | null | null |
366 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 73 | 59 | 7 | 3 | 1 | وَلَا تُؤْمِنُوْٓا اِلَّا لِمَنْ تَبِعَ دِيْنَكُمْ ۗ قُلْ اِنَّ الْهُدٰى هُدَى اللّٰهِ ۙ اَنْ يُّؤْتٰىٓ اَحَدٌ مِّثْلَ مَآ اُوْتِيْتُمْ اَوْ يُحَاۤجُّوْكُمْ عِنْدَ رَبِّكُمْ ۗ قُلْ اِنَّ الْفَضْلَ بِيَدِ اللّٰهِ ۚ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ ۚ | Wa lā tu'minū illā liman tabi‘a dīnakum, qul innal-hudā hudallāh(i), ay yu'tā aḥadum miṡla mā ūtītum au yuḥājjūkum ‘inda rabbikum, qul innal-faḍla biyadillāh(i), yu'tīhi may yasyā'(u), wallāhu wāsi‘un ‘alīm(un). | Janganlah kamu percaya selain kepada orang yang mengikuti agamamu.”102) Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya petunjuk (yang sempurna) itu hanyalah petunjuk Allah. (Janganlah kamu percaya) bahwa seseorang akan diberi seperti apa yang diberikan kepada kamu atau mereka akan menyanggah kamu di hadapan Tuhanmu.” Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya karunia itu di tangan Allah. Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.” | 102 | 102) Yakni kepada orang yang seagama dengan kamu (Yahudi atau Nasrani) agar mereka tidak masuk Islam atau kepada orang-orang Yahudi atau Nasrani yang sudah telanjur masuk Islam agar iman mereka guncang dan kembali pada agama mereka semula. | Mereka, Ahli Kitab, bahkan berusaha meyakinkan kepada sesamanya bahwa predikat rasul terakhir adalah hak mereka. Karena itu, janganlah kamu, wahai Ahli Kitab, percaya selain kepada orang yang mengikuti agama kalian. Dengan begitu, mereka tidak jadi masuk Islam. Atau, jangan percaya kepada orang-orang yang masuk Islam, yang dulunya berasal dari agama kamu, agar iman mereka menjadi guncang dan kembali kepada kekafiran. Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, “Sesungguhnya petunjuk itu, hanyalah petunjuk Allah dan akan diberikan kepada siapa saja yang dipilih-Nya sesuai dengan hukum-hukum yang telah Dia tetapkan. Kamu juga jangan percaya bahwa seseorang akan diberi seperti apa yang diberikan kepada kamu, atau bahwa mereka akan menyanggah kamu di hadapan Tuhanmu.” Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, “Sesungguhnya karunia itu di tangan Allah, Dia memberikannya kepada siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya. Allah Mahaluas karuniaNya, Maha Mengetahui kepada siapa karunia tersebut harus diberikan.” | Allah mengungkapkan adanya perkataan pemimpin-pemimpin Yahudi yang melarang kaumnya menyatakan kepercayaan mereka kepada orang lain yang bukan Yahudi, bahwa kenabian itu boleh saja diberi oleh Allah kepada orang lain, selain orang-orang Yahudi. Sebab jika hal itu dikatakan kepada umat Islam tentu umat Islam akan menjadikannya alasan untuk menguatkan kerasulan Muhammad, yang diutus oleh Allah dari kalangan orang Arab, bukan dari kalangan orang Yahudi. Sikap semacam itu timbul karena orang-orang Yahudi itu memang mengetahui bahwa Allah dapat mengutus seorang rasul, biarpun tidak dari kalangan bangsa Yahudi, tetapi mereka mengingkari kenabian Muhammad adalah karena kesombongan dan kedengkian mereka.
Sesungguhnya petunjuk yang baru diikuti itu ialah petunjuk Allah. Maksudnya bahwa petunjuk itu tidak hanya untuk satu bangsa tertentu di antara hamba-hamba-Nya. Petunjuk itu disampaikan melalui nabi-nabi yang diangkat oleh Allah sesuai dengan kehendak-Nya. Oleh sebab itu orang yang diberi petunjuk oleh Allah swt, ia tidak akan sesat dan tidak ada seorang pun yang sanggup menyesatkannya. Maka tipu daya Ahli Kitab tidak akan memberi pengaruh sedikit pun kepada orang Muslim dan tidak ada yang dapat menghalangi kehendak Allah terhadap nabi-nabi-Nya.
Kerasulan itu adalah karunia dari Tuhan yang berada di dalam kekuasaan-Nya secara mutlak. Allah Maha Pemberi dan Maha Mengetahui, siapa saja yang berhak mendapatkan karunia-Nya. Maka Allah akan memberikan karunia-Nya kepada orang yang berhak menerimanya. Dalam pernyataan ini terdapat peringatan bahwa orang-orang Yahudi. telah mempersempit pengertian tentang karunia Tuhan Yang Mahaluas.
Karunia Allah sangat luas dan rahmat-Nya diberikan secara merata menurut kehendak-Nya. Ini merupakan bantahan terhadap tuduhan Ahli Kitab yang mengatakan bahwa kenabian dan kerasulan itu hanya bagi orang-orang Bani Israil saja.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa Allah mempunyai hak mutlak untuk mengutus nabi dan rasul sesuai dengan keadilan dan rahmat-Nya. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Di dalam ayat-ayat yang lalu, diterangkan ajakan Nabi Muhammad kepada para Ahli Kitab agar kembali kepada prinsip dan jiwa agama, yang sesuai dengan agama yang dibawa oleh para Nabi yang betul-betul adil, yaitu ajakan pada agama tauhid dan tidak mempersekutukan Allah. Dia juga menjelaskan bahwa bantah membantah yang terjadi di antara orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani tentang agama Nabi Ibrahim, tidak didasarkan pada kebenaran. Kemudian ditegaskan bahwa agama yang dipeluk Nabi Ibrahim a.s. ialah agama tauhid. Maka orang yang berhak mengaku sebagai pengikut Nabi Ibrahim ialah orang yang memeluk agama yang sesuai dengan prinsip-prinsip dan jiwa agama Nabi Ibrahim. Dalam ayat ini diterangkan sikap dan perbuatan orang Yahudi yang sangat buruk, yaitu usaha mereka untuk menyesatkan umat Islam dengan jalan menimbulkan berbagai persoalan yang meragukan pada orang mukmin. | SIKAP AHLI KITAB TERHADAP ISLAM | Kosakata: Talbisūn تَلْبِسُوْنَ (Āli ‘Imrān/3: 71)
Talbisūn merupakan bentuk jamak dari kata kerja labisa-yalbisu yang artinya berpakaian, menutupi, mengaburkan, dan mencampuradukkan. Yang dimaksud pada ayat ini adalah upaya untuk mengaburkan atau menutupi kebenaran dengan mencampuradukkan antara yang benar dan yang batil, baik melalui penakwilan, maupun beragam alasan dan dalih. Tujuan yang ingin dicapai dengan upaya ini adalah untuk menyesatkan. Cara yang ditempuh dalam pencampuradukan kebenaran dengan kebatilan ini dapat dengan propaganda. Sebagian isinya memang benar, bahkan bisa jadi banyak yang benar. Namun, di celah-celah kebenaran itu ternyata telah disisipkan kebohongan-kebohongan dalam bentuk yang halus, sehingga tidak terdeteksi oleh para pendengarnya, kecuali mereka yang jeli dan teliti. Kebohongan itu sengaja disertakan dengan tujuan untuk menyesatkan masyarakat. Oleh sebab itu, Allah mempertanyakan sikap mereka yang mencampuradukkan kebenaran dengan kebatilan padahal mereka telah menerima informasi tentang kebenaran tersebut. | null | null |
367 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 74 | 59 | 7 | 3 | 1 | يَخْتَصُّ بِرَحْمَتِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيْمِ | Yakhtaṣṣu biraḥmatihī may yasyā'(u), wallāhu żul-faḍlil-‘aẓīm(i). | Dia menentukan rahmat-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki dan Allah memiliki karunia yang besar. | null | null | Dia juga menentukan rahmat-Nya, yakni kenabian dan risalah, kepada siapa yang Dia kehendaki. Allah memiliki karunia yang besar, tidak seorang pun bisa melawan-Nya dan menghalangi-Nya kepada siapa karunia itu akan diberikan. Rangkaian ayat-ayat ini mengajari manusia agar tidak dengki atas karunia yang Allah berikan kepada orang lain, sebab hal itu hanya akan mendorong seseorang melakukan perilaku buruk lainnya. | Rahmat Allah yang diberikan kepada nabi adalah suatu karunia Allah semata. Karunia Allah sangat luas dan rahmat-Nya merata pada setiap hamba-Nya. Tak ada seorang pun yang dapat mempengaruhi Allah dalam memberikan karunia itu. Maka Allah berhak untuk menambah rahmat dan karunia-Nya kepada hamba-Nya sesuai dengan keadilan-Nya, tidak seperti pendapat Ahli Kitab bahwa rahmat Allah dan karunia-Nya, untuk mereka saja. Dengan demikian Allah mempunyai kekuasaan yang tak terbatas untuk mengutus nabi menurut kehendak-Nya. Jika Allah mengutus seorang nabi dari satu bangsa tertentu, hal itu semata-mata karena limpahan karunia dan rahmat-Nya semata.
Dari ayat ini dapat dipahami bahwa penilaian Allah terhadap seseorang pada dasarnya adalah sama. Tidak ada seorang pun yang melebihi orang lain kecuali dengan takwanya. Keutamaan itu hanyalah datang dari Allah yang diberikan kepada seseorang menurut kehendak-Nya. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Di dalam ayat-ayat yang lalu, diterangkan ajakan Nabi Muhammad kepada para Ahli Kitab agar kembali kepada prinsip dan jiwa agama, yang sesuai dengan agama yang dibawa oleh para Nabi yang betul-betul adil, yaitu ajakan pada agama tauhid dan tidak mempersekutukan Allah. Dia juga menjelaskan bahwa bantah membantah yang terjadi di antara orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani tentang agama Nabi Ibrahim, tidak didasarkan pada kebenaran. Kemudian ditegaskan bahwa agama yang dipeluk Nabi Ibrahim a.s. ialah agama tauhid. Maka orang yang berhak mengaku sebagai pengikut Nabi Ibrahim ialah orang yang memeluk agama yang sesuai dengan prinsip-prinsip dan jiwa agama Nabi Ibrahim. Dalam ayat ini diterangkan sikap dan perbuatan orang Yahudi yang sangat buruk, yaitu usaha mereka untuk menyesatkan umat Islam dengan jalan menimbulkan berbagai persoalan yang meragukan pada orang mukmin. | SIKAP AHLI KITAB TERHADAP ISLAM | Kosakata: Talbisūn تَلْبِسُوْنَ (Āli ‘Imrān/3: 71)
Talbisūn merupakan bentuk jamak dari kata kerja labisa-yalbisu yang artinya berpakaian, menutupi, mengaburkan, dan mencampuradukkan. Yang dimaksud pada ayat ini adalah upaya untuk mengaburkan atau menutupi kebenaran dengan mencampuradukkan antara yang benar dan yang batil, baik melalui penakwilan, maupun beragam alasan dan dalih. Tujuan yang ingin dicapai dengan upaya ini adalah untuk menyesatkan. Cara yang ditempuh dalam pencampuradukan kebenaran dengan kebatilan ini dapat dengan propaganda. Sebagian isinya memang benar, bahkan bisa jadi banyak yang benar. Namun, di celah-celah kebenaran itu ternyata telah disisipkan kebohongan-kebohongan dalam bentuk yang halus, sehingga tidak terdeteksi oleh para pendengarnya, kecuali mereka yang jeli dan teliti. Kebohongan itu sengaja disertakan dengan tujuan untuk menyesatkan masyarakat. Oleh sebab itu, Allah mempertanyakan sikap mereka yang mencampuradukkan kebenaran dengan kebatilan padahal mereka telah menerima informasi tentang kebenaran tersebut. | null | 1. Ahli Kitab selalu berusaha untuk menyesatkan umat Islam dengan jalan menimbulkan keraguan di hati mereka, agar mereka menjadi kafir kembali seperti semula. Tipu daya mereka itu sebenarnya akan menimpa diri mereka sendiri, yaitu menjauhkan mereka dari kebenaran.
2. Karena kedengkian yang telah bersarang dalam dada Ahli Kitab, mereka berani mengingkari kebenaran yang nyata tentang berita kedatangan Nabi Muhammad sebagaimana yang termuat dalam Kitab Taurat dan Injil.
3. Orang Yahudi berusaha mengacaukan umat Islam dari dalam. Mereka pura-pura masuk Islam kemudian murtad. Hal ini untuk menimbulkan kesan pada Muslim yang lemah imannya agar mereka ragu terhadap agama Islam.
4. Dalam usaha mengacau umat Islam dari dalam mereka memutarbalikkan prinsip yang penting. Mereka mengatakan bahwa kenabian dan kerasulan hanya bagi orang Yahudi saja, sekalipun mereka meyakini bahwa kenabian itu dapat diberikan Allah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. |
368 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 75 | 59 | 7 | 3 | 1 | ۞ وَمِنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ مَنْ اِنْ تَأْمَنْهُ بِقِنْطَارٍ يُّؤَدِّهٖٓ اِلَيْكَۚ وَمِنْهُمْ مَّنْ اِنْ تَأْمَنْهُ بِدِيْنَارٍ لَّا يُؤَدِّهٖٓ اِلَيْكَ اِلَّا مَا دُمْتَ عَلَيْهِ قَاۤىِٕمًا ۗ ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ قَالُوْا لَيْسَ عَلَيْنَا فِى الْاُمِّيّٖنَ سَبِيْلٌۚ وَيَقُوْلُوْنَ عَلَى اللّٰهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ | Wa min ahlil-kitābi man in ta'manhu bi qinṭārin yu'addīhi ilaik(a), wa minhum man in ta'manhu bidīnāril lā yu'addīhi ilaika illā mā dumta ‘alaihi qā'imā(n), żālika bi'annahum qālū laisa ‘alainā fil-ummiyyīna sabīl(un), wa yaqūlūna ‘alallāhil-każiba wa hum ya‘lamūn(a). | Di antara Ahlulkitab ada orang yang jika engkau percayakan kepadanya harta yang banyak, niscaya dia mengembalikannya kepadamu. Akan tetapi, ada (pula) di antara mereka orang yang jika engkau percayakan kepadanya satu dinar, dia tidak mengembalikannya kepadamu, kecuali jika engkau selalu menagihnya. Yang demikian itu disebabkan mereka berkata, “Tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang umi.”103) Mereka mengatakan hal yang dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui. | 103 | 103) Pengertian umi dapat dilihat pada catatan kaki ayat ke-20. Mereka beranggapan bahwa mereka boleh memperoleh harta dengan cara menipu orang-orang yang tidak seagama dengan mereka. Menurut mereka, Allah Swt. membolehkan cara semacam itu. Hal ini tidak benar karena menipu adalah perbuatan yang dilarang oleh agama. | Ayat sebelumnya menjelaskan perilaku buruk Ahli Kitab terhadap kaum muslim yang disebabkan oleh rasa kedengkian atas karunia yang diberikan kepada mereka, maka ayat ini menginformasikan bahwa di antara Ahli Kitab ada juga yang baik. Di antara Ahli Kitab ada yang jika engkau percayakan kepadanya harta yang banyak, niscaya dia mengembalikan semua-nya kepadamu dan tidak berkurang sedikit pun. Tetapi ada pula di antara mereka yang jika engkau percayakan kepadanya satu dinar, yakni harta yang sedikit, dia justru tidak mengembalikannya kepadamu, kecuali jika engkau selalu menagihnya. Yang demikian itu disebabkan adanya keyakinan mereka bahwa orang-orang selain mereka memang layak untuk dizalimi, dibohongi, dan dikhianati. Karena itu mereka berani melanggar hukum Allah seraya berkata, “Tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang buta huruf, yakni selain golongan Ahli Kitab.” Mereka dengan sengaja mengatakan hal yang dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui kalau hal itu adalah dosa besar. | Dalam ayat ini diterangkan, bahwa di antara Ahli Kitab itu ada sekelompok manusia yang apabila mendapat kepercayaan diserahi harta yang banyak atau pun sedikit, mereka mengembalikannya sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Tetapi ada pula di antara mereka yang apabila mendapat kepercayaan diserahi sejumlah harta sedikit saja mereka tidak mau mengembalikan kecuali apabila ditagih, baru mereka mau menyerahkannya setelah melalui proses pembuktian.
Hal ini menunjukkan bahwa di antara Ahli Kitab itu ada sekelompok orang yang pekerjaannya mempersulit Muslimin dan membuat tipu daya agar orang Islam tidak senang memeluk agamanya dan berbalik untuk mengikuti agama mereka. Di antara mereka ada pula sekelompok orang yang pekerjaannya memutarbalikkan hukum. Mereka menghalalkan memakan harta orang lain dengan alasan bahwa: “Kitab Taurat melarang mengkhianati amanat terhadap saudara-saudara mereka seagama. Kalau pengkhianatan itu dilakukan terhadap bangsa lain mereka membolehkannya. Dengan ringkas dapat dikatakan bahwa Ahli Kitab dapat dibagi menjadi dua golongan:
1. Ahli Kitab yang betul-betul berpegang pada kitab Taurat yang betul-betul bisa dipercaya. Sebagai contoh misalnya Abdullah bin Salam yang dititipi harta oleh Quraisy dalam jumlah besar kemudian harta itu dikembalikannya.
2. Ahli Kitab yang tidak dapat dipercaya karena apabila mereka dititipi harta walaupun sedikit, mereka mengingkari dan tidak mau mengembalikannya lagi kecuali apabila dibuktikan dengan keterangan yang masuk akal atau apabila melalui proses pembuktian di muka pengadilan.
Sebagai contoh ialah Ka‘ab bin al-Asyraf yang dititipi uang satu dinar oleh Quraisy kemudian dia mengingkari titipan itu.
Sebab-sebab mereka melakukan demikian, ialah karena mereka beranggapan tidak berdosa apabila mereka tidak menunaikan amanat terhadap seorang Muslim, karena mereka beranggapan bahwa tidak ada ancaman dan tidak ada dosa apabila mereka makan harta seorang Muslim dengan jalan yang batil.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa menurut pendapat mereka setiap orang selain bangsa Yahudi tidak akan diperhatikan Allah, bahkan mereka mendapat murka dari Allah. Oleh sebab itu harta mereka tidak akan mendapat perlindungan, dan mengambil harta mereka tidak dianggap sebagai dosa. Tidak diragukan lagi bahwa anggapan serupa ini termasuk pengingkaran, penipuan dan penghinaan terhadap agama.
Maksudnya mereka mengetahui dan menyadari bahwa mereka sengaja berdusta dalam hal itu, padahal mereka telah mengetahui bahwa dalam kitab Taurat tidak ada ketentuan sedikit pun yang membolehkan untuk menghianati orang Arab, dan memakan harta orang Islam secara tidak sah.
Sebenarnya mereka telah mengetahui hal itu, tetapi mereka tidak berpegang kepada kitab Taurat. Mereka lebih cenderung bertaklid kepada perkataan pemimpin agama mereka, dan menganggapnya sebagai ketentuan yang wajib mereka ikuti. Padahal pemimpin-pemimpin mereka itu mengemukakan pendapatnya mengenai hal-hal yang bersangkut paut dengan agama dengan menggunakan penakwilan dengan akal dan selera. Mereka tidak segan-segan mengubah susunan kalimat asli Taurat untuk memperkuat pendapat mereka. Mereka mempertahankan pendapat itu dengan mencari-cari alasan yang dapat menguatkannya.
Diriwayatkan juga oleh Ibnu Munzir dari Sa‘id bin Jubair ia berkata: Setelah turun ayat 75 ini Rasulullah bersabda:
كَذَبَ اَعْدَاءُ اللهِ مَا مِنْ شَيْءٍ فِى الْجَاهِلِيَّةِ اِلاَّ وَهُوَ تَحْتَ قَدَمَيَّ هَاتَيْنِ اِلاَّ اْلاَمَانَةَ فَاِنَّهَا مُؤَدَّاةٌ اِلَى الْبِرِّ وَالْفَاجِرِ (رواه ابن منذر عن سعيد بن جبير)
Musuh-musuh Allah (orang-orang Yahudi) telah berdusta. Tidak ada suatu ketentuan di zaman jahiliah melainkan telah berada di bawah kedua telapak kakiku ini (telah dibatalkan) terkecuali amanat. Amanat ini diwajibkan kepada orang yang baik dan orang yang jahat. (Riwayat Ibnu Munżir dari Sa‘id bin Jubair) | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Dalam ayat yang lalu sudah disebutkan tentang pengkhianatan Ahli Kitab, dan tipu daya mereka terhadap Muslimin yaitu mereka berusaha sekuat tenaga dengan cara-cara yang licik untuk mengajak Muslimin menganut agama mereka. Mereka pun berusaha untuk menghalang-halangi umat Islam melakukan dakwah untuk menyebarluaskan agamanya. Mereka berusaha dengan berbagai cara, seperti menonjolkan bahwa mereka adalah bangsa pilihan dan bahwa agama yang benar hanya khusus buat mereka tidak mungkin diberikan kepada bangsa lain. Kemudian di dalam ayat ini dan ayat-ayat berikutnya yang mengungkapkan sifat lain daripada Ahli Kitab yaitu bahwa mereka tidak dapat dipercaya, karena telah mengkhianati amanat. Buktinya mereka berani mengambil harta manusia dengan cara yang batil, mentakwilkan ayat-ayat Allah yang terdapat dalam kitab mereka sesuai dengan kemauan mereka, dan melakukan penyelewengan dalam agama. | KEBURUKAN-KEBURUKAN ORANG YAHUDI | Kosakata: Qinṭār قِنْطَار (Āli ‘Imrān/3: 75)
Qinṭār merupakan bentuk masdar (kata benda) dari kata kerja qanṭara yang artinya memiliki harta yang banyak. Kata ini terambil dari kata Qanṭarah yang berarti jembatan. Qinṭār adalah harta yang bisa dipakai untuk melewati jembatan kehidupan. Dari sini muncul arti harta yang banyak karena bisa dipakai dalam waktu yang lama. Dengan demikian, qinṭar dapat diartikan sebagai harta yang banyak.
Qinṭār juga berarti ukuran berat sebesar 100 riṭl (رطل) berasal dari bahasa Latin atau bahasa Suryani yang diarabkan. Qinṭār adalah ukuran kekayaan bangsa Arab jika mencapai 100 ritl atau senilai 12.000 dinar perak. Ada pula yang memperkirakan sama dengan 10.000 dinar emas. Dalam ayat ini dijelaskan keberadaan Ahli Kitab yang jujur dan amanah. Meskipun harta yang dititipkan itu berjumlah cukup besar, mereka tetap mengembalikannya kepada yang berhak. | Tentang sebab turunnya ayat ini Ibnu Jarīr aṭ-Ṭabarī meriwayatkan bahwa sebagian orang Arab menjual barang dagangannya kepada Yahudi pada zaman jahiliah. Setelah mereka masuk Islam, orang Arab meminta harga barang itu yang belum dibayar. Orang Yahudi berkata, “Kami tidak bertanggung jawab dan kamu tidak berhak menuntut kami ke pengadilan karena kamu telah meninggalkan agamamu.” Mereka mengatakan bahwa mereka menemukan ketentuan itu di dalam kitab Taurat. Oleh sebab itu, pertanyaan mereka dijawab dengan:
۞ وَمِنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ مَنْ اِنْ تَأْمَنْهُ بِقِنْطَارٍ يُّؤَدِّهٖٓ اِلَيْكَۚ وَمِنْهُمْ مَّنْ اِنْ تَأْمَنْهُ بِدِيْنَارٍ لَّا يُؤَدِّهٖٓ اِلَيْكَ اِلَّا مَا دُمْتَ عَلَيْهِ قَاۤىِٕمًا ۗ ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ قَالُوْا لَيْسَ عَلَيْنَا فِى الْاُمِّيّٖنَ سَبِيْلٌۚ وَيَقُوْلُوْنَ عَلَى اللّٰهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ ٧٥ (اٰل عمران)
… Mereka mengatakan hal yang dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui. (Āli ‘Imrān/3: 75). | null |
369 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 76 | 59 | 7 | 3 | 1 | بَلٰى مَنْ اَوْفٰى بِعَهْدِهٖ وَاتَّقٰى فَاِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِيْنَ | Balā man aufā bi‘ahdihī wattaqā fa innallāha yuḥibbul-muttaqīn(a). | Bukan begitu! Siapa yang menepati janji dan bertakwa, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertakwa. | null | null | Padahal, yang benar adalah bahwa mereka tetap berdosa karena khianat. Sebab, sebenarnya barangsiapa menepati janji dengan mengembalikan hak orang lain sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dan bertakwa, maka sungguh dengan takwa itu ia akan memperoleh cinta Allah, karena Allah senantiasa mencintai orang-orang yang bertakwa. Ini menunjukkan bahwa menepati janji atau tidak khianat menjadi salah satu kriteria ketakwaan. | Pendapat kalangan Bani Israil yang mengatakan bahwa tidak ada dosa bagi mereka apabila mereka melakukan kejahatan terhadap umat Islam disangkal. Kemudian Allah menegaskan agar setiap orang selalu menepati segala macam janji dan menunaikan amanah yang dipercayakan kepadanya.
Kalau ada orang yang meminjamkan harta kepadamu yang telah ditetapkan waktunya, atau ada orang yang menjual barang yang telah ditetapkan, atau ada orang yang menitipkan barang, hendaklah ditepati ketentuan-ketentuan yang telah disepakati bersama. Hendaklah harta seseorang diberikan tepat pada waktunya tanpa menunggu tagihan atau menunggu sampai persoalan itu dibawa ke pengadilan. Demikianlah yang dikehendaki oleh ketentuan syariat.
Dalam ayat ini terdapat satu peringatan bahwa orang Yahudi itu tidak mau menepati janji semata-mata karena janjinya, tetapi mereka melihat dengan siapa mereka berjanji. Apabila mereka mengadakan perjanjian dengan Bani Israil mereka memandang wajib memenuhinya, tetapi apabila mereka mengadakan perjanjian dengan selain Bani Israil, mereka tidak memandang wajib memenuhinya.
Allah menyebutkan pahala orang yang menepati janjinya untuk memberikan pengertian bahwa menepati janji termasuk perbuatan yang diridai Allah dan orang yang menepati janji itu akan mendapat rahmat-Nya di dunia dan di akhirat.
Pada ayat ini dijelaskan bahwa prinsip agama yaitu menepati janji dan tidak mengingkarinya, serta memelihara diri dari berbuat maksiat adalah perbuatan yang mendekatkan diri kepada Allah, dan patut mendapat limpahan kasih sayang-Nya. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Dalam ayat yang lalu sudah disebutkan tentang pengkhianatan Ahli Kitab, dan tipu daya mereka terhadap Muslimin yaitu mereka berusaha sekuat tenaga dengan cara-cara yang licik untuk mengajak Muslimin menganut agama mereka. Mereka pun berusaha untuk menghalang-halangi umat Islam melakukan dakwah untuk menyebarluaskan agamanya. Mereka berusaha dengan berbagai cara, seperti menonjolkan bahwa mereka adalah bangsa pilihan dan bahwa agama yang benar hanya khusus buat mereka tidak mungkin diberikan kepada bangsa lain. Kemudian di dalam ayat ini dan ayat-ayat berikutnya yang mengungkapkan sifat lain daripada Ahli Kitab yaitu bahwa mereka tidak dapat dipercaya, karena telah mengkhianati amanat. Buktinya mereka berani mengambil harta manusia dengan cara yang batil, mentakwilkan ayat-ayat Allah yang terdapat dalam kitab mereka sesuai dengan kemauan mereka, dan melakukan penyelewengan dalam agama. | KEBURUKAN-KEBURUKAN ORANG YAHUDI | Kosakata: Qinṭār قِنْطَار (Āli ‘Imrān/3: 75)
Qinṭār merupakan bentuk masdar (kata benda) dari kata kerja qanṭara yang artinya memiliki harta yang banyak. Kata ini terambil dari kata Qanṭarah yang berarti jembatan. Qinṭār adalah harta yang bisa dipakai untuk melewati jembatan kehidupan. Dari sini muncul arti harta yang banyak karena bisa dipakai dalam waktu yang lama. Dengan demikian, qinṭar dapat diartikan sebagai harta yang banyak.
Qinṭār juga berarti ukuran berat sebesar 100 riṭl (رطل) berasal dari bahasa Latin atau bahasa Suryani yang diarabkan. Qinṭār adalah ukuran kekayaan bangsa Arab jika mencapai 100 ritl atau senilai 12.000 dinar perak. Ada pula yang memperkirakan sama dengan 10.000 dinar emas. Dalam ayat ini dijelaskan keberadaan Ahli Kitab yang jujur dan amanah. Meskipun harta yang dititipkan itu berjumlah cukup besar, mereka tetap mengembalikannya kepada yang berhak. | null | null |
370 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 77 | 59 | 7 | 3 | 1 | اِنَّ الَّذِيْنَ يَشْتَرُوْنَ بِعَهْدِ اللّٰهِ وَاَيْمَانِهِمْ ثَمَنًا قَلِيْلًا اُولٰۤىِٕكَ لَا خَلَاقَ لَهُمْ فِى الْاٰخِرَةِ وَلَا يُكَلِّمُهُمُ اللّٰهُ وَلَا يَنْظُرُ اِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ وَلَا يُزَكِّيْهِمْ ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ | Innal-lażīna yasytarūna bi‘ahdillāhi wa aimānihim ṡamanan qalīlan ulā'ika lā khalāqa lahum fil-ākhirati wa lā yukallimuhumullāhu wa lā yanẓuru ilaihim yaumal-qiyāmati wa lā yuzakkīhim, wa lahum ‘ażābun alīm(un). | Sesungguhnya orang-orang yang memperjualbelikan janji Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga murah, mereka itu tidak memperoleh bagian di akhirat, Allah tidak akan menyapa mereka, tidak akan memperhatikan mereka pada hari Kiamat, dan tidak akan menyucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih. | null | null | Ayat ini mengancam kepada siapa saja yang berkhianat, dan menukarnya dengan hal-hal yang bersifat duniawi yang tidak ada nilainya di hadapan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang memperjualbelikan atau menukar janji yang dikuatkan dengan nama Allah untuk ditepati, dan sumpah-sumpah mereka dengan hal-hal yang bersifat duniawi; itu sama saja mereka menukarnya dengan harga murah atau nilai yang rendah dibanding balasan yang kelak diterimanya di akhirat jika mereka jujur, mereka justru tidak memperoleh bagian sama sekali di akhirat. Bukan itu saja, Allah juga tidak akan menyapa mereka, tidak akan memperhatikan mereka dengan pandangan rahmat pada hari kiamat, dan tidak akan menyucikan atau mengampuni dosa-dosa mereka. Bagi mereka azab yang pedih di neraka, dan mereka kekal di dalamnya. | Mengenai sabab nuzul ayat ini dijelaskan dalam hadis diriwayatkan oleh al-Bukhārī dan ahli-ahli hadis yang lain bahwa al-Asy‘aṡ bin Qais berkata, “Aku mempunyai perjanjian sewa tanah dengan seorang Yahudi lalu dia mengingkarinya. Sebab itu aku mengajukannya kepada Rasulullah saw.” Kemudian Rasulullah bersabda, “Apakah engkau mempunyai bukti?” Aku berkata, “Tidak.” Sesudah itu Rasulullah berkata kepada Yahudi itu, “Bersumpahlah.” Lalu aku berkata, “Hai Rasulullah! Kalau begitu, ia akan bersumpah. (Dan kalau bersumpah) maka akan lenyaplah hartaku.” Maka Allah menurunkan ayat ini.
Dalam ayat ini dijelaskan berbagai akibat yang akan diderita oleh orang yang mengingkari janji Allah dan melanggar sumpah dengan harga atau imbalan yang murah.
Yang dimaksud dengan “janji Allah” dalam ayat ini ialah perintah Allah dan larangan-Nya yang disampaikan dengan perantaraan rasul yang disebutkan dalam kitab-kitab-Nya. Seperti berlaku benar, memenuhi janji yang telah dibuat, menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, menyembah Allah dengan tidak mempersekutukan-Nya, dan bertakwa kepada-Nya dalam semua urusan. Yang dimaksud dengan sumpah mereka ialah ikrar yang telah mereka ucapkan bahwa mereka akan selalu mengikuti kebenaran.
Yang dimaksud dengan “menukar janji Allah dengan harga yang sedikit” (murah) ialah mengingkari janji Allah dengan perbuatan duniawi yang dipandang lebih baik. Segala macam pengingkaran ini dipandang rendah atau tak bernilai sama sekali dibandingkan dengan nikmat yang akan diperoleh bila memenuhi janji Allah.
Adapun akibat yang akan diderita oleh mereka yang berani menukar janji Allah dengan nikmat dunia, ialah mereka tidak akan mendapat balasan sedikit pun berupa nikmat di akhirat yang berlimpah-limpah. Mereka tidak akan mendapat perhatian dari Allah pada hari kiamat, juga mereka tidak akan mendapat pengampunan dosa sedikit pun.
Menurut keterangan al-Qaffal bahwa yang dimaksud dengan firman Allah, “Dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka”, ialah gambaran dari kemarahan Allah yang memuncak terhadap mereka. Dengan ringkas dapat dikatakan bahwa Allah mengancam dengan keras orang yang merusak perjanjian dan mengingkari janji. Mereka tidak akan memperoleh pahala di akhirat, mereka akan menderita siksaan yang pedih, mereka dibenci Allah dan tidak mendapat belas kasih-Nya lagi. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Dalam ayat yang lalu sudah disebutkan tentang pengkhianatan Ahli Kitab, dan tipu daya mereka terhadap Muslimin yaitu mereka berusaha sekuat tenaga dengan cara-cara yang licik untuk mengajak Muslimin menganut agama mereka. Mereka pun berusaha untuk menghalang-halangi umat Islam melakukan dakwah untuk menyebarluaskan agamanya. Mereka berusaha dengan berbagai cara, seperti menonjolkan bahwa mereka adalah bangsa pilihan dan bahwa agama yang benar hanya khusus buat mereka tidak mungkin diberikan kepada bangsa lain. Kemudian di dalam ayat ini dan ayat-ayat berikutnya yang mengungkapkan sifat lain daripada Ahli Kitab yaitu bahwa mereka tidak dapat dipercaya, karena telah mengkhianati amanat. Buktinya mereka berani mengambil harta manusia dengan cara yang batil, mentakwilkan ayat-ayat Allah yang terdapat dalam kitab mereka sesuai dengan kemauan mereka, dan melakukan penyelewengan dalam agama. | KEBURUKAN-KEBURUKAN ORANG YAHUDI | Kosakata: Qinṭār قِنْطَار (Āli ‘Imrān/3: 75)
Qinṭār merupakan bentuk masdar (kata benda) dari kata kerja qanṭara yang artinya memiliki harta yang banyak. Kata ini terambil dari kata Qanṭarah yang berarti jembatan. Qinṭār adalah harta yang bisa dipakai untuk melewati jembatan kehidupan. Dari sini muncul arti harta yang banyak karena bisa dipakai dalam waktu yang lama. Dengan demikian, qinṭar dapat diartikan sebagai harta yang banyak.
Qinṭār juga berarti ukuran berat sebesar 100 riṭl (رطل) berasal dari bahasa Latin atau bahasa Suryani yang diarabkan. Qinṭār adalah ukuran kekayaan bangsa Arab jika mencapai 100 ritl atau senilai 12.000 dinar perak. Ada pula yang memperkirakan sama dengan 10.000 dinar emas. Dalam ayat ini dijelaskan keberadaan Ahli Kitab yang jujur dan amanah. Meskipun harta yang dititipkan itu berjumlah cukup besar, mereka tetap mengembalikannya kepada yang berhak. | null | null |
371 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 78 | 60 | 7 | 3 | 1 | وَاِنَّ مِنْهُمْ لَفَرِيْقًا يَّلْوٗنَ اَلْسِنَتَهُمْ بِالْكِتٰبِ لِتَحْسَبُوْهُ مِنَ الْكِتٰبِ وَمَا هُوَ مِنَ الْكِتٰبِۚ وَيَقُوْلُوْنَ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللّٰهِ وَمَا هُوَ مِنْ عِنْدِ اللّٰهِ ۚ وَيَقُوْلُوْنَ عَلَى اللّٰهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ | Wa inna minhum lafarīqay yalwūna alsinatahum bil-kitābi litaḥsabūhu minal-kitābi wa mā huwa minal-kitāb(i), wa yaqūlūna huwa min ‘indillāhi wa mā huwa min ‘indillāh(i), wa yaqūlūna ‘alallāhil-każiba wa hum ya‘lamūn(a). | Sesungguhnya di antara mereka (Bani Israil) ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya (ketika membaca) Alkitab agar kamu menyangka (yang mereka baca) itu sebagian dari Alkitab. Padahal, itu bukan dari Alkitab. Mereka berkata, “Itu dari Allah.” Padahal, itu bukan dari Allah. Mereka mengatakan hal yang dusta terhadap Allah, sedangkan mereka mengetahui. | null | null | Ayat ini bahkan secara khusus menerangkan perilaku buruk kaum Yahudi, terutama tokoh-tokohnya. Sungguh, di antara mereka ada segolongan, di antaranya ada tokoh-tokoh agama, yang memutarbalikkan lidahnya membaca Kitab Taurat, yakni dengan cara menyembunyikan informasi yang benar, mengubah maksud yang sebenarnya, atau menggantinya dengan redaksi lain lalu membacanya layaknya mereka membaca Taurat, agar kalian menyangka yang mereka baca itu benar-benar sebagian dari Kitab Taurat, padahal itu bukan dari Kitab Taurat, tetapi rekayasa semata. Dan untuk menguatkan kebohongannya mereka berkata, “Itu dari Allah,” padahal itu bukan dari Allah. Mereka benar-benar tidak punya rasa malu bahkan berani mengatakan hal yang dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui secara pasti kalau hal itu dusta. Ayat ini juga menjadi bukti adanya tahrif (perubahan) dalam kitab Taurat. | Ayat ini menerangkan keadaan sekelompok Ahli Kitab yang lain, yaitu segolongan dari pendeta-pendeta mereka yang mengubah ayat-ayat Kitab (Taurat) dengan menambah lafaz-lafaznya atau menukar letak dan menghapus sebagian dari lafaz-lafaz itu, sehingga berubahlah pengertiannya yang asli. Mereka baca ayat-ayat yang telah diubah-ubahnya itu sebagai pembacaan ayat al-Kitab, agar pendengarnya mengira bahwa yang dibaca itu benar-benar ayat al-Kitab, padahal yang dibaca itu sebenarnya bukan datang dari Allah, tetapi buatan mereka sendiri.
Mereka mengetahui bahwa perbuatan yang mereka lakukan itu adalah perbuatan yang salah, tetapi tetap juga mereka lakukan. Yang demikian itu disebabkan karena sifat ketakwaan mereka kepada Allah telah lenyap, dan mereka percaya bahwa Allah akan mengampuni apa saja dosa yang mereka kerjakan karena mereka orang yang beragama.
Perbuatan orang Yahudi yang sangat keji itu, menjadi pelajaran bagi umat Islam agar jangan sampai ada di antara umat Islam yang berkelakuan demikian, jangan sampai ada yang beritikad bahwa orang Islam itu pasti mendapat ampunan dari Allah betapa pun besarnya dosa yang mereka lakukan. Jangan pula ada di antara orang yang mengaku beragama Islam tetapi perbuatannya perbuatan orang kafir dan munafik, tidak mau mengerjakan ajaran Al-Qur′an dan sunah Rasul, dan tidak pula berkeyakinan sesuai dengan kepercayaan Muslimin. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Dalam ayat yang lalu sudah disebutkan tentang pengkhianatan Ahli Kitab, dan tipu daya mereka terhadap Muslimin yaitu mereka berusaha sekuat tenaga dengan cara-cara yang licik untuk mengajak Muslimin menganut agama mereka. Mereka pun berusaha untuk menghalang-halangi umat Islam melakukan dakwah untuk menyebarluaskan agamanya. Mereka berusaha dengan berbagai cara, seperti menonjolkan bahwa mereka adalah bangsa pilihan dan bahwa agama yang benar hanya khusus buat mereka tidak mungkin diberikan kepada bangsa lain. Kemudian di dalam ayat ini dan ayat-ayat berikutnya yang mengungkapkan sifat lain daripada Ahli Kitab yaitu bahwa mereka tidak dapat dipercaya, karena telah mengkhianati amanat. Buktinya mereka berani mengambil harta manusia dengan cara yang batil, mentakwilkan ayat-ayat Allah yang terdapat dalam kitab mereka sesuai dengan kemauan mereka, dan melakukan penyelewengan dalam agama. | KEBURUKAN-KEBURUKAN ORANG YAHUDI | Kosakata: Qinṭār قِنْطَار (Āli ‘Imrān/3: 75)
Qinṭār merupakan bentuk masdar (kata benda) dari kata kerja qanṭara yang artinya memiliki harta yang banyak. Kata ini terambil dari kata Qanṭarah yang berarti jembatan. Qinṭār adalah harta yang bisa dipakai untuk melewati jembatan kehidupan. Dari sini muncul arti harta yang banyak karena bisa dipakai dalam waktu yang lama. Dengan demikian, qinṭar dapat diartikan sebagai harta yang banyak.
Qinṭār juga berarti ukuran berat sebesar 100 riṭl (رطل) berasal dari bahasa Latin atau bahasa Suryani yang diarabkan. Qinṭār adalah ukuran kekayaan bangsa Arab jika mencapai 100 ritl atau senilai 12.000 dinar perak. Ada pula yang memperkirakan sama dengan 10.000 dinar emas. Dalam ayat ini dijelaskan keberadaan Ahli Kitab yang jujur dan amanah. Meskipun harta yang dititipkan itu berjumlah cukup besar, mereka tetap mengembalikannya kepada yang berhak. | null | 1. Orang Yahudi dalam usahanya mengacaukan umat Islam telah melakukan kecurangan-kecurangan. Mereka berbuat demikian karena beranggapan bahwa berbuat curang kepada golongan lain itu tidak berdosa.
2. Dalam memenuhi perjanjian, mereka membedakan dengan siapa mereka itu berjanji. Mereka hanya mau memenuhi perjanjian yang dibuat di antara sesama mereka.
3. Memenuhi perjanjian dan memelihara diri dari perbuatan mengingkari janji dan senantiasa bertakwa, dapat menyebabkan manusia dekat dengan Allah.
4. Orang yang sengaja mengingkari janji akan mendapat murka dari Allah dan mendapat siksaan yang sangat berat.
5. Beriman kepada Allah harus dilakukan secara murni dan bersih tidak dicampuri sifat khianat dan ingkar janji.
6. Akibat dari kebiasaan orang Yahudi yang merusak janji, mereka berani mengatakan sesuatu dari Allah tetapi sebenarnya bukan dari Allah. |
372 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 79 | 60 | 7 | 3 | 1 | مَا كَانَ لِبَشَرٍ اَنْ يُّؤْتِيَهُ اللّٰهُ الْكِتٰبَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُوْلَ لِلنَّاسِ كُوْنُوْا عِبَادًا لِّيْ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَلٰكِنْ كُوْنُوْا رَبَّانِيّٖنَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُوْنَ الْكِتٰبَ وَبِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُوْنَ ۙ | Mā kāna libasyarin ay yu'tiyahullāhul-kitāba wal-ḥukma wan-nubuwwata ṡumma yaqūla lin-nāsi kūnū ‘ibādal lī min dūnillāhi wa lākin kūnū rabbāniyyīna bimā kuntum tu‘allimūnal-kitāba wa bimā kuntum tadrusūn(a). | Tidak sepatutnya seseorang diberi Alkitab, hukum, dan kenabian oleh Allah, kemudian dia berkata kepada manusia, “Jadilah kamu para penyembahku, bukan (penyembah) Allah,” tetapi (hendaknya dia berkata), “Jadilah kamu para pengabdi Allah karena kamu selalu mengajarkan kitab dan mempelajarinya!” | null | null | Setelah ayat sebelumnya menjelaskan tentang upaya tahrif (perubahan) Ahli Kitab terhadap kitab suci mereka, ayat ini kembali menginformasikan keburukan mereka, yakni dengan cara menuduh bahwa rasul menginginkan agar disembah oleh para pengikutnya. Tidak mungkin bagi seseorang yakni seorang rasul yang telah diberi kitab oleh Allah, serta hikmah, yaitu pemahaman terhadap agama serta pengetahuan tentang rahasia-rahasia syariat, dan kenabian, kemudian dia berkata kepada manusia, “Jadilah kamu penyembahku, bukan penyembah Allah.” Tuduhan syirik ini jelas tidak benar dan tidak mungkin dilakukan oleh seorang rasul. Tetapi, yang benar, rasul itu berkata, “Jadilah kamu pengabdi-pengabdi Allah yang istikamah. Demikian ini, karena kamu mengajarkan kitab dan karena kamu mempelajarinya, sehingga kamu bisa menunjukkan sikap ketaatan yang sempurna dan menjauhi sikap syirik!” | Tidak mungkin terjadi dan tidak pantas bagi seorang manusia yang diberi kitab oleh Allah dan diberi pelajaran tentang pengetahuan agama, serta diangkat menjadi nabi, kemudian dia mengajak manusia untuk menyembah dirinya sendiri bukan menyembah Allah. Orang yang diberi keutamaan-keutamaan seperti itu tentunya akan mengajak manusia mempelajari sifat-sifat Allah serta mempelajari hukum-hukum agama, dan memberikan contoh yang baik dalam hal menaati Allah dan beribadah kepada-Nya, serta mengajarkan Kitab kepada sekalian manusia.
Nabi sebagai seorang manusia yang telah diberi keutamaan yang telah disebutkan, tentu tidak mungkin dan tidak pantas menyuruh orang lain menyembah dirinya, sebab dia adalah makhluk Allah. Maka penciptanya yaitu Allah yang harus disembah. Ditegaskan kepadanya adalah menyuruh manusia agar bertakwa kepada Allah, mengajarkan Al-Kitab dan melaksanakannya, hal itu telah ditegaskan oleh firman Allah:
قُلِ اللّٰهَ اَعْبُدُ مُخْلِصًا لَّهٗ دِيْنِيْۚ ١٤ ( الزمر)
Katakanlah, “Hanya Allah yang aku sembah dengan penuh ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agamaku.” (az-Zumar/39: 14).
Barang siapa menyuruh manusia menyembah dirinya, berarti ia mengakui bahwa Allah mempunyai sekutu yaitu dirinya sendiri. Barang siapa mempersekutukan Allah dengan lain-Nya, berarti ia telah menghilangkan kemurnian ibadah kepada Allah semata. Dengan hilangnya kemurnian ibadah berarti hilang pulalah arti ibadah.
اَلَا لِلّٰهِ الدِّيْنُ الْخَالِصُ ۗوَالَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا مِنْ دُوْنِهٖٓ اَوْلِيَاۤءَۘ مَا نَعْبُدُهُمْ اِلَّا لِيُقَرِّبُوْنَآ اِلَى اللّٰهِ زُلْفٰىۗ اِنَّ اللّٰهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِيْ مَا هُمْ فِيْهِ يَخْتَلِفُوْنَ ەۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِيْ مَنْ هُوَ كٰذِبٌ كَفَّارٌ ٣ (الزمر)
Ingatlah! Hanya milik Allah agama yang murni (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Dia (berkata), “Kami tidak menyembah mereka melainkan (berharap) agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” Sungguh, Allah akan memberi putusan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan… (az-Zumar/39: 3).
Begitu juga firman Allah yang menceritakan seruan Nabi Hud kepada kaumnya:
اَنْ لَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّا اللّٰهَ ۖاِنِّيْٓ اَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ اَلِيْمٍ ٢٦ ( هود)
Agar kamu tidak menyembah selain Allah. Aku benar-benar khawatir kamu akan ditimpa azab (pada) hari yang sangat pedih.” (Hūd/11: 26).
Semua nabi menyuruh manusia agar menyembah Allah:
۞ وَاِلٰى ثَمُوْدَ اَخَاهُمْ صٰلِحًا ۘ قَالَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗ ۗهُوَ اَنْشَاَكُمْ مِّنَ الْاَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيْهَا فَاسْتَغْفِرُوْهُ ثُمَّ تُوْبُوْٓا اِلَيْهِ ۗاِنَّ رَبِّيْ قَرِيْبٌ مُّجِيْبٌ ٦١ ( هود)
Dan kepada kaum Ṡamūd (Kami utus) saudara mereka, Saleh. Dia berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah, tidak ada tuhan bagimu selain Dia.…. (Hūd/11: 61). | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Di dalam ayat yang lalu sudah diterangkan kebohongan orang-orang Yahudi yang sengaja dilakukannya terhadap Allah yaitu menyatakan sesuatu dari Allah, padahal bukan daripada-Nya. Kemudian di dalam ayat ini Allah menegaskan lagi tuduhan orang Yahudi terhadap nabi-nabi. bahwa nabi-nabi menghendaki agar mereka disembah oleh manusia. Tuduhan ini dibantah dengan ayat ini. | NABI TIDAK MENYURUH MANUSIA MENYEMBAH DIRINYA | Kosakata: Rabbāniyyīn رَبَّانِيِّيْنَ (Āli ‘Imrān/3: 79)
Secara etimologis, rabbāniyyīn adalah jamak dari kata rabbāni. Kata rabbāni adalah menisbatkan sesuatu kepada Rabb, yaitu Tuhan. Jika dikaitkan dengan orang, kata ini berarti orang yang telah mencapai derajat makrifat kepada Allah atau orang yang sangat menjiwai ajaran agamanya. Dalam ayat ini Allah memerintahkan Ahli Kitab untuk menisbatkan diri mereka kepada Allah, artinya mengikhlaskan diri beribadah hanya kepada Allah, bukan kepada selain Allah sesuai dengan ajaran Alkitab yang mereka pelajari. | Sabab nuzulnya ayat-ayat ini adalah sebagai berikut Abu Rafi' al-Quraḍi, pada saat pendeta-pendeta Yahudi dan Nasrani Najran berada di dekat Rasulullah saw diajak oleh beliau memeluk agama Islam, ia berkata, “Apakah engkau menginginkan agar kami menyembahmu, ya Muhammad, seperti kami menyembah Isa putra Maryam?” Kemudian seorang Nasrani dari Najran berkata, “Itukah yang engkau kehendaki wahai Muhammad?” Rasulullah menjawab, “Saya berlindung diri kepada Allah dari menyembah selain Allah, atau menyuruh orang menyembah pada selain Allah. Bukan untuk maksud itu aku diutus Allah, dan bukan untuk itu pula aku diperintahkan”. Berhubung dengan peristiwa itulah maka Allah menurunkan ayat ini.
Di dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Abdur Razzaq dari al-Hasan, ia berkata, “Sampailah berita kepadaku bahwa seorang laki-laki berkata, “Ya Rasulullah, kami memberi salam kepada engkau sebagaimana kami memberi salam kepada sesama kami, apakah tidak sepantasnya kami menyembah engkau?” Nabi Muhammad saw menjawab, “Tidak.” Tetapi muliakanlah Nabimu dan sampaikanlah hak itu kepada yang memilikinya. Seseorang tidak pantas bersujud kepada siapa pun selain kepada Allah saja. Maka berkenaan dengan peristiwa itu Allah menurunkan kedua ayat ini. | null |
373 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 80 | 60 | 7 | 3 | 1 | وَلَا يَأْمُرَكُمْ اَنْ تَتَّخِذُوا الْمَلٰۤىِٕكَةَ وَالنَّبِيّٖنَ اَرْبَابًا ۗ اَيَأْمُرُكُمْ بِالْكُفْرِ بَعْدَ اِذْ اَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ ࣖ | Wa lā ya'murakum an tattakhiżul-malā'ikata wan-nabiyyīna arbābā(n), aya'murukum bil-kufri ba‘da iż antum muslimūn(a). | Tidak (sepatutnya) pula dia menyuruh kamu menjadikan para malaikat dan para nabi sebagai tuhan. Apakah (patut) dia menyuruh kamu (berbuat) kekufuran setelah kamu menjadi muslim? | null | null | Begitu juga, tidak mungkin bagi seorang rasul menyuruh kalian menjadikan para malaikat dan para nabi sebagai Tuhan. Apakah patut dia menyuruh kamu menjadi kafir setelah kamu menjadi muslim, pemeluk Islam yang inti ajarannya adalah tauhid? Ini menunjukkan sifat utama para rasul--juga mereka yang melanjutkan dakwah para rasul--yaitu al-amin, atau bisa dipercaya dalam segala hal, terutama dalam melaksanakan tugas dakwah. | Tidak pantas bagi seorang manusia yang telah diberi wahyu oleh Allah, kemudian memerintahkan kepada manusia untuk menjadikan malaikat dan para nabi sebagai Tuhan. Hal itu seluruhnya tidak pernah dilakukan oleh para Nabi termasuk Nabi Muhammad saw. Yang pernah terjadi ialah orang-orang Arab menyembah malaikat. Orang Yahudi menyembah Uzair dan orang-orang Nasrani menyembah Al-Masih, yang dianggap sebagai putra Tuhan. Semua tindakan ini bertentangan dengan ajaran-ajaran yang dibawa oleh para nabi karena nabi-nabi itu semuanya menyuruh manusia untuk menyembah Allah Yang Maha Esa. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Di dalam ayat yang lalu sudah diterangkan kebohongan orang-orang Yahudi yang sengaja dilakukannya terhadap Allah yaitu menyatakan sesuatu dari Allah, padahal bukan daripada-Nya. Kemudian di dalam ayat ini Allah menegaskan lagi tuduhan orang Yahudi terhadap nabi-nabi. bahwa nabi-nabi menghendaki agar mereka disembah oleh manusia. Tuduhan ini dibantah dengan ayat ini. | NABI TIDAK MENYURUH MANUSIA MENYEMBAH DIRINYA | Kosakata: Rabbāniyyīn رَبَّانِيِّيْنَ (Āli ‘Imrān/3: 79)
Secara etimologis, rabbāniyyīn adalah jamak dari kata rabbāni. Kata rabbāni adalah menisbatkan sesuatu kepada Rabb, yaitu Tuhan. Jika dikaitkan dengan orang, kata ini berarti orang yang telah mencapai derajat makrifat kepada Allah atau orang yang sangat menjiwai ajaran agamanya. Dalam ayat ini Allah memerintahkan Ahli Kitab untuk menisbatkan diri mereka kepada Allah, artinya mengikhlaskan diri beribadah hanya kepada Allah, bukan kepada selain Allah sesuai dengan ajaran Alkitab yang mereka pelajari. | null | 1. Tugas para nabi adalah mengajarkan agama tauhid kepada manusia. Oleh sebab itu mereka tidak akan mungkin menyuruh orang lagi menyembah dirinya sendiri.
2. Orang yang menyuruh manusia menyembah dirinya berarti mengajak manusia kepada kemusyrikan.
3. Menganggap malaikat dan nabi-nabi sebagai Tuhan, hukumnya kafir.
|
374 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 81 | 60 | 7 | 3 | 1 | وَاِذْ اَخَذَ اللّٰهُ مِيْثَاقَ النَّبِيّٖنَ لَمَآ اٰتَيْتُكُمْ مِّنْ كِتٰبٍ وَّحِكْمَةٍ ثُمَّ جَاۤءَكُمْ رَسُوْلٌ مُّصَدِّقٌ لِّمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهٖ وَلَتَنْصُرُنَّهٗ ۗ قَالَ ءَاَقْرَرْتُمْ وَاَخَذْتُمْ عَلٰى ذٰلِكُمْ اِصْرِيْ ۗ قَالُوْٓا اَقْرَرْنَا ۗ قَالَ فَاشْهَدُوْا وَاَنَا۠ مَعَكُمْ مِّنَ الشّٰهِدِيْنَ | Wa iż akhażallāhu mīṡāqan-nabiyyīna lamā ātaitukum min kitābiw wa ḥikmatin ṡumma jā'akum rasūlum muṣaddiqul limā ma‘akum latu'minunna bihī wa latanṣurunnah(ū), qāla a'aqrartum wa akhażtum ‘alā żālikum iṣrī, qālū aqrarnā, qāla fasyhadū wa ana ma‘akum minasy-syāhidīn(a). | (Ingatlah) ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi, “Manakala Aku memberikan kitab dan hikmah kepadamu, lalu datang kepada kamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada pada kamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya.”104) Allah berfirman, “Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian dengan-Ku atas yang demikian itu?” Mereka menjawab, “Kami mengakui.” Allah berfirman, “Kalau begitu, bersaksilah kamu (para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu.” | 104 | 104) Para nabi berjanji kepada Allah Swt. bahwa apabila datang seorang rasul bernama Muhammad, mereka akan beriman kepadanya dan menolongnya. Perjanjian para nabi ini mengikat pula umatnya. | Setelah ayat sebelumnya menginformasikan tuduhan-tuduhan tidak benar yang ditujukan kepada para nabi dan rasul, maka ayat ini menegaskan bahwa para nabi dan rasul itu telah diambil sumpah janjinya oleh Allah untuk membenarkan Muhammad sebagai nabi dan rasul terakhir. Ingatlah ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi dan rasul, “Manakala Aku memberikan kitab dan hikmah yaitu ilmu yang bermanfaat dan kemampuan untuk mengamalkannya, kepada kamu, lalu datang kepada kamu seorang Rasul, yakni Nabi Muhammad, yang membenarkan apa yang ada pada kamu berupa ajaran tauhid yang tercantum dalam kitab-kitab mereka, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolong agama-nya.” Allah berfirman, “Apakah kamu setuju dan menerima perjanjian dengan-Ku atas yang demikian itu, yakni membenarkan Muhammad sebagai nabi dan rasul terakhir?” Mereka menjawab, “Kami setuju.” Allah berfirman, “Kalau begitu bersaksilah kamu, wahai para nabi, dan Aku menjadi saksi bersama kamu bahwa Nabi Muhammad adalah rasul dan nabi terakhir.” Ayat ini juga menjadi bukti bahwa manusia itu cenderung lalai terhadap aturan Ilahi, sehingga perlu diturunkan nabi dan rasul secara berkesinambungan yang berakhir pada Nabi Muhammad, saat ini dilanjutkan oleh para pewaris beliau, yaitu para ulama. | Allah telah mengambil perjanjian dari para nabi bilamana datang seorang rasul yang membenarkan kitab yang ada pada mereka, mereka akan beriman kepada rasul dan akan menolongnya, mereka akan mempercayainya, meskipun mereka sendiri telah diberi Kitab dan diberi pula hikmah, mereka tetap akan mempercayai dan mendukungnya. Hal itu disebabkan karena maksud dari diutusnya nabi-nabi dan rasul-rasul itu adalah satu, yaitu menyampaikan ajaran Allah. Oleh karena itu para rasul itu harus saling menolong.
Di samping itu, apabila syariat yang datang kemudian membawa ketentuan-ketentuan yang mengubah atau menghapuskan ketentuan-ketentuan dari syariat yang lalu, tentu harus diterima, karena ajaran yang berhubungan dengan pokok-pokok agama yang berhubungan dengan keimanan dan ketuhanan yang dibawa para nabi itu adalah sama. Tetapi yang berhubungan dengan syariat (hukum) seperti hukum pidana dan hukum perdata pada masing-masing agama dapat berbeda-beda, disesuaikan dengan keadaan waktu dan tempat.
Yang dimaksud dengan “Nabi Muhammad saw membenarkan rasul-rasul terdahulu dan kitab-kitab yang dibawanya”, ialah membenarkan bahwa Allah telah mengutus rasul-rasul itu dan menurunkan kitab-kitab kepada mereka, dan bukanlah berarti bahwa Muhammad saw membenarkan seluruh isi kitab-kitab itu sebagai yang terdapat sekarang.
Di dalam ayat ini terdapat isyarat yang kuat bahwa tidak semestinya agama itu menjadi sumber permusuhan dan kebencian, seperti yang telah dilakukan oleh Ahli Kitab yang memusuhi Muhammad, sehingga mereka sukar diajak kembali kepada prinsip yang sama, bahkan mereka merintangi, menentang dan mengingkari ajakannya.
Dengan ringkas dapat dikatakan bahwa andaikata Ahli Kitab itu mau memahami dan memikirkan segi persamaan prinsip yang dibawa oleh para nabi, tentulah mereka dapat menerima dan mengikuti ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad serta membenarkan syariat-Nya, sesuai dengan janji yang telah diikrarkan oleh Nabi Musa dan Nabi Isa, yaitu bahwa setiap datang seorang nabi sesudah mereka, yang membenarkan kitab yang ada pada mereka, mereka akan mempercayainya.
Jika orang Yahudi dan Nasrani percaya kepada Nabi Musa dan Nabi Isa, tentu mereka percaya pula pada apa yang telah dipercayai oleh kedua nabi itu. Selanjutnya diterangkan bahwa janji nabi-nabi yang telah disepakati bersama itu telah disaksikan oleh masing-masing pihak, dan Allah menjadi saksi pula atas ikrar mereka itu. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Ayat yang lalu telah membantah orang Yahudi yang tidak mengakui kedatangan seorang nabi dari bangsa Arab karena kesombongan dan kedengkian mereka. Maka pada ayat ini Allah menetapkan kenabian Muhammad dengan mengemukakan alasan-alasan. | JANJI PARA NABI KEPADA ALLAH
TENTANG KENABIAN MUHAMMAD | Kosakata: Ḥikmah حِكْمَةْ(Āli ‘Imrān/3: 81)
Secara etimologis, ḥikmah berarti kebijaksanaan. Pada mulanya arti akar kata adalah: mencegah, menolak. Hakim disebut demikian karena ia bisa mencegah orang lain berbuat zalim. Hikmah adalah sesuatu yang bisa mencegah melakukan kebodohan dan segala sesuatu yang tidak baik. Hikmah bisa juga diartikan dengan mencapai satu kebenaran dengan ilmu dan akal. Oleh para mufasir, hikmah acapkali diartikan sebagai ucapan-ucapan yang benar atau argumen-argumen yang kuat dan meyakinkan. Dalam Al-Qur′an, hikmah sering disebutkan sebagai nikmat yang dianugerahkan kepada para nabi (al-Baqarah/2: 231) atau orang yang saleh (Luqmān/31: 12). Al-Qur′an juga menjelaskan bahwa orang yang telah diberi hikmah berarti telah memperoleh berbagai kebaikan (al-Baqarah/2: 269). | null | null |
375 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 82 | 60 | 7 | 3 | 1 | فَمَنْ تَوَلّٰى بَعْدَ ذٰلِكَ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْفٰسِقُوْنَ | Faman tawallā ba‘da żālika fa ulā'ika humul-fāsiqūn(a). | Siapa yang berpaling setelah itu, mereka itulah orang-orang fasik. | null | null | Perjanjian di atas bukan saja dilakukan oleh para nabi tetapi juga mengikat para kaumnya. Maka barang siapa berpaling dari mengimani Nabi Muhammad, setelah itu, yaitu setelah diperkuat dengan sumpah, maka mereka itulah orang yang fasik, yaitu orang yang keluar dari syariat Allah. | Barangsiapa yang berpaling dari perjanjian yang telah diikrarkan itu, mereka orang-orang yang fasik. Yang dimaksud dengan orang-orang yang berpaling ialah orang Yahudi yang berada di masa Rasulullah. Mereka ini tidak mempercayai kenabian Muhammad saw yang berarti mereka tidak mempercayai perjanjian yang telah diikrarkan oleh Nabi Musa dan Nabi Isa. Mereka mengetahui perjanjian yang telah diikrarkan oleh Nabi Musa dan Nabi Isa, dan mengetahui isinya, akan tetapi mereka tidak melaksanakannya. Karena itulah mereka dinamakan orang-orang fasik. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Ayat yang lalu telah membantah orang Yahudi yang tidak mengakui kedatangan seorang nabi dari bangsa Arab karena kesombongan dan kedengkian mereka. Maka pada ayat ini Allah menetapkan kenabian Muhammad dengan mengemukakan alasan-alasan. | JANJI PARA NABI KEPADA ALLAH
TENTANG KENABIAN MUHAMMAD | Kosakata: Ḥikmah حِكْمَةْ(Āli ‘Imrān/3: 81)
Secara etimologis, ḥikmah berarti kebijaksanaan. Pada mulanya arti akar kata adalah: mencegah, menolak. Hakim disebut demikian karena ia bisa mencegah orang lain berbuat zalim. Hikmah adalah sesuatu yang bisa mencegah melakukan kebodohan dan segala sesuatu yang tidak baik. Hikmah bisa juga diartikan dengan mencapai satu kebenaran dengan ilmu dan akal. Oleh para mufasir, hikmah acapkali diartikan sebagai ucapan-ucapan yang benar atau argumen-argumen yang kuat dan meyakinkan. Dalam Al-Qur′an, hikmah sering disebutkan sebagai nikmat yang dianugerahkan kepada para nabi (al-Baqarah/2: 231) atau orang yang saleh (Luqmān/31: 12). Al-Qur′an juga menjelaskan bahwa orang yang telah diberi hikmah berarti telah memperoleh berbagai kebaikan (al-Baqarah/2: 269). | null | null |
376 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 83 | 60 | 7 | 3 | 1 | اَفَغَيْرَ دِيْنِ اللّٰهِ يَبْغُوْنَ وَلَهٗ ٓ اَسْلَمَ مَنْ فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ طَوْعًا وَّكَرْهًا وَّاِلَيْهِ يُرْجَعُوْنَ | Afagaira dīnillāhi yabgūna wa lahū aslama man fis-samāwāti wal-arḍi ṭau‘aw wa ilaihi yurja‘ūn(a). | Mengapa mereka mencari agama selain agama Allah? Padahal, hanya kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi berserah diri, baik dengan suka maupun terpaksa, dan hanya kepada-Nya mereka dikembalikan. | null | null | Jika memang agama itu hakikatnya satu dan inti semua risalah juga sama yaitu tauhid, maka mengapa mereka berpaling dari agama yang benar yang dibawa oleh Nabi Muhammad dengan mencari agama yang lain selain agama Allah, yaitu agama Islam? Padahal, apa, yakni semua makhluk, yang di langit dan di bumi berserah diri dengan senantiasa tunduk dan patuh kepada hukum dan kehendak-Nya, baik dengan suka yaitu secara tulus ikhlas karena melihat bukti-bukti kebenaran, maupun terpaksa setelah melihat azab. Dan hanya kepada-Nya mereka dikembalikan, lalu mereka akan mendapat balasan yang setimpal. | Allah tidak membenarkan sikap Ahli Kitab, bahkan mencelanya karena mereka itu menyeleweng dari kebenaran, setelah kebenaran itu tampak jelas bagi mereka dan mereka tidak mau memeluk agama Islam yang datang dari Allah. Allah swt menegur mereka mengapa mereka berbuat demikian, padahal semua langit dan bumi tunduk kepada Allah secara sukarela dan takluk kepada ketentuan-Nya.
Secara ringkas dapat diterangkan bahwa orang Yahudi itu tidak percaya kepada agama yang dibawa Nabi Muhammad saw, padahal nabi-nabi mereka mempercayai Nabi Muhammad saw, yang akan datang kemudian. Dengan tidak percaya kepada Nabi Muhammad berarti mereka tidak percaya kepada nabi-nabi mereka sendiri; dan berarti mereka mencari agama selain Islam. Sikap mereka itu dicela oleh Allah karena apa saja yang ada di langit dan di bumi ini semuanya tunduk dan patuh kepada Allah mengapa mereka tidak berbuat demikian?
Kemudian Allah menjelaskan bahwa kepada Allah kembali semua makhluk, baik orang Yahudi, orang Nasrani, maupun umat-umat selain mereka. Pada saat itulah mereka akan diberi balasan, sesuai dengan perbuatan mereka di dunia.
Di dalam ayat ini terdapat ancaman keras bagi orang-orang Ahli Kitab baik orang Yahudi maupun orang Nasrani, karena mereka telah menyeleweng dari kebenaran, serta tidak mau mengakui kenabian Muhammad saw. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Ayat yang lalu telah membantah orang Yahudi yang tidak mengakui kedatangan seorang nabi dari bangsa Arab karena kesombongan dan kedengkian mereka. Maka pada ayat ini Allah menetapkan kenabian Muhammad dengan mengemukakan alasan-alasan. | JANJI PARA NABI KEPADA ALLAH
TENTANG KENABIAN MUHAMMAD | Kosakata: Ḥikmah حِكْمَةْ(Āli ‘Imrān/3: 81)
Secara etimologis, ḥikmah berarti kebijaksanaan. Pada mulanya arti akar kata adalah: mencegah, menolak. Hakim disebut demikian karena ia bisa mencegah orang lain berbuat zalim. Hikmah adalah sesuatu yang bisa mencegah melakukan kebodohan dan segala sesuatu yang tidak baik. Hikmah bisa juga diartikan dengan mencapai satu kebenaran dengan ilmu dan akal. Oleh para mufasir, hikmah acapkali diartikan sebagai ucapan-ucapan yang benar atau argumen-argumen yang kuat dan meyakinkan. Dalam Al-Qur′an, hikmah sering disebutkan sebagai nikmat yang dianugerahkan kepada para nabi (al-Baqarah/2: 231) atau orang yang saleh (Luqmān/31: 12). Al-Qur′an juga menjelaskan bahwa orang yang telah diberi hikmah berarti telah memperoleh berbagai kebaikan (al-Baqarah/2: 269). | null | null |
377 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 84 | 61 | 7 | 3 | 1 | قُلْ اٰمَنَّا بِاللّٰهِ وَمَآ اُنْزِلَ عَلَيْنَا وَمَآ اُنْزِلَ عَلٰٓى اِبْرٰهِيْمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ وَالْاَسْبَاطِ وَمَآ اُوْتِيَ مُوْسٰى وَعِيْسٰى وَالنَّبِيُّوْنَ مِنْ رَّبِّهِمْۖ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْهُمْۖ وَنَحْنُ لَهٗ مُسْلِمُوْنَ | Qul āmannā billāhi wa mā unzila ‘alainā wa mā unzila ‘alā ibrāhīma wa ismā‘īla wa isḥāqa wa ya‘qūba wal-asbāṭi wa mā ūtiya mūsā wa ‘īsā wan-nabiyyūna mir rabbihim, lā nufarriqu baina aḥadim minhum, wa naḥnu lahū muslimūn(a). | Katakanlah (Nabi Muhammad), “Kami beriman kepada Allah dan pada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya‘qub beserta anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa, serta para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan hanya kepada-Nya kami berserah diri.” | null | null | Setelah ayat sebelumnya memaparkan bahwa para rasul diambil sumpah janjinya untuk mengimani kerasulan Nabi Muhammad dan menolong agamanya, maka melalui ayat ini, Allah hendak menguatkan kesamaan Tuhan dan risalah di antara rasul-rasul-Nya, yaitu dengan memerintahkan Nabi Muhammad untuk mengimani semua rasul dan kitab-kitab yang dibawanya. Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, “Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami, Al-Qur’an, dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub, dan anak cucunya, yang ada dua belas, di mana mereka beriman kepada Allah dan semua rasul tanpa membeda-bedakannya, tidak seperti yang dilakukan sebagian Ahli Kitab, dan apa yang diberikan kepada Musa, Taurat, Isa, Injil, dan para nabi lainnya dari Tuhan mereka yang tidak diketahui kisah-kisahnya. Kami juga tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dalam mengimaninya, sebab mengingkari seorang rasul berarti mengingkari semuanya, dan hanya kepada-Nya kami berserah diri.” | Di dalam ayat ini Allah swt memerintahkan kepada Muhammad termasuk orang-orang yang mengikutinya agar mempercayai, bahwa Allah pasti ada-Nya. Maha Esa serta mempunyai kekuasaan yang tidak terbatas terhadap seluruh isi alam, dan memerintahkan pula kepadanya untuk mempercayai Kitab Al-Qur′an yang diturunkan kepadanya. Di samping harus mempercayai bahwa Allah swt telah menurunkan wahyu kepada para Nabi yang terdahulu yaitu Nabi Ibrahim, Ismail, Ishak. Yakub, nabi-nabi keturunan Yakub, dan wahyu yang disampaikan kepada Musa, Isa dan nabi-nabi lain yang diutus Allah, yang berfungsi sebagai petunjuk bagi umatnya. Wahyu yang disampaikan kepada para nabi itu mempunyai prinsip dan tingkatan yang sama.
۞ اِنَّآ اَوْحَيْنَآ اِلَيْكَ كَمَآ اَوْحَيْنَآ اِلٰى نُوْحٍ وَّالنَّبِيّٖنَ مِنْۢ بَعْدِهٖۚ وَاَوْحَيْنَآ اِلٰٓى اِبْرٰهِيْمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ وَالْاَسْبَاطِ وَعِيْسٰى وَاَيُّوْبَ وَيُوْنُسَ وَهٰرُوْنَ وَسُلَيْمٰنَ ۚوَاٰتَيْنَا دَاوٗدَ زَبُوْرًاۚ ١٦٣ (النساۤء)
Sesungguhnya Kami mewahyukan kepadamu (Muhammad) sebagaimana Kami telah mewahyukan kepada Nuh dan nabi-nabi setelahnya… (an-Nisā′/4: 163)
Nabi Musa dan Nabi Isa disebutkan dalam ayat ini secara khusus, karena pembicaraan dalam ayat ini dan ayat sebelumnya serta sesudahnya bersangkut-paut dengan orang-orang Nasrani dan Yahudi.
Sesudah itu disebutkan nabi-nabi yang lain untuk memberikan gambaran kepada orang yang beriman agar mereka juga mempercayai nabi-nabi yang lain dan wahyu-wahyu yang diturunkan kepada mereka seperti Nabi Dawud, Nabi Ayyub dan lain-lain. Termasuk pula nabi-nabi yang menerima wahyu, akan tetapi tidak dikisahkan Allah di dalam Al-Qur′an kepada kita.
Perintah untuk mempercayai kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad didahulukan penyebutannya daripada perintah percaya kepada Kitab-kitab yang diturunkan kepada nabi-nabi yang diutus sebelumnya. Padahal menurut kenyataannya, kitab-kitab itu diturunkan sebelum Al-Qur′an, hal itu adalah untuk memberikan ketegasan bahwa Al-Qur′an adalah sumber yang benar untuk mengetahui kitab-kitab yang diturunkan kepada nabi-nabi sebelumnya, dan karena Al-Qur′an itu mengakui kebenaran Kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya. Oleh karena itulah maka kenabian para nabi yang telah disebutkan dalam Al-Qur′an itu wajib kita percayai secara prinsip, sesuai dengan keterangan yang telah diberikan oleh Al-Qur′an.
Selanjutnya Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw dan umatnya untuk mengatakan bahwa ia dan umatnya tidak membeda-bedakan derajat para rasul, oleh sebab itu orang yang beriman, tidak boleh mempercayai sebagian isi Al-Qur′an tetapi mengingkari sebagian yang lain, seperti yang telah dilakukan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani terhadap kitab-kitab mereka.
Orang mukmin hendaklah membersihkan diri dari perbuatan dosa. Ayat ini diawali dengan perintah untuk beriman kepada Allah dan diakhiri dengan perintah untuk “berserah diri taat dan patuh” sebelum memberikan penjelasan tentang tujuan dari setiap agama yang dibawa para nabi. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Ayat yang lalu telah membantah orang Yahudi yang tidak mengakui kedatangan seorang nabi dari bangsa Arab karena kesombongan dan kedengkian mereka. Maka pada ayat ini Allah menetapkan kenabian Muhammad dengan mengemukakan alasan-alasan. | JANJI PARA NABI KEPADA ALLAH
TENTANG KENABIAN MUHAMMAD | Kosakata: Ḥikmah حِكْمَةْ(Āli ‘Imrān/3: 81)
Secara etimologis, ḥikmah berarti kebijaksanaan. Pada mulanya arti akar kata adalah: mencegah, menolak. Hakim disebut demikian karena ia bisa mencegah orang lain berbuat zalim. Hikmah adalah sesuatu yang bisa mencegah melakukan kebodohan dan segala sesuatu yang tidak baik. Hikmah bisa juga diartikan dengan mencapai satu kebenaran dengan ilmu dan akal. Oleh para mufasir, hikmah acapkali diartikan sebagai ucapan-ucapan yang benar atau argumen-argumen yang kuat dan meyakinkan. Dalam Al-Qur′an, hikmah sering disebutkan sebagai nikmat yang dianugerahkan kepada para nabi (al-Baqarah/2: 231) atau orang yang saleh (Luqmān/31: 12). Al-Qur′an juga menjelaskan bahwa orang yang telah diberi hikmah berarti telah memperoleh berbagai kebaikan (al-Baqarah/2: 269). | null | null |
378 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 85 | 61 | 7 | 3 | 1 | وَمَنْ يَّبْتَغِ غَيْرَ الْاِسْلَامِ دِيْنًا فَلَنْ يُّقْبَلَ مِنْهُۚ وَهُوَ فِى الْاٰخِرَةِ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ | Wa may yabtagi gairal-islāmi dīnan falay yuqbala minh(u), wa huwa fil-ākhirati minal khāsirīn(a). | Siapa yang mencari agama selain Islam, sekali-kali (agamanya) tidak akan diterima darinya dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi. | null | null | Jika agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad adalah sama dengan inti ajaran nabi-nabi sebelumnya, yakni tauhid, maka barangsiapa mencari agama selain Islam setelah terutusnya Nabi Muhammad dia tidak akan diterima karena Allah tidak meridainya, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi, karena ia berhak atas siksa-Nya. | Allah menetapkan bahwa barang siapa mencari agama selain agama Islam, atau tidak mau tunduk kepada ketentuan-ketentuan Allah, maka imannya tidak akan diterima oleh Allah. Sebagai contoh dikemukakan, orang-orang musyrik dan orang-orang yang mengaku beragama tauhid padahal mereka mempersekutukan Allah. Seperti Ahli Kitab penganut agama Nasrani yang tidak berhasil membawa pemeluk-pemeluknya tunduk di bawah kekuasaan Allah. Agama yang semacam ini hanyalah merupakan tradisi belaka, yang tidak dapat mendatangkan kemaslahatan kepada pemeluknya, bahkan menyeret mereka ke lembah kehancuran, dan menjadi sumber permusuhan di antara manusia di dunia, serta menjadi sebab penyesalan mereka di akhirat.
Orang yang mencari agama selain Islam untuk menjadi agamanya, di akhirat nanti termasuk orang yang merugi, sebab ia telah menyia-nyiakan akidah tauhid yang sesuai dengan fitrah manusia. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Ayat yang lalu telah membantah orang Yahudi yang tidak mengakui kedatangan seorang nabi dari bangsa Arab karena kesombongan dan kedengkian mereka. Maka pada ayat ini Allah menetapkan kenabian Muhammad dengan mengemukakan alasan-alasan. | JANJI PARA NABI KEPADA ALLAH
TENTANG KENABIAN MUHAMMAD | Kosakata: Ḥikmah حِكْمَةْ(Āli ‘Imrān/3: 81)
Secara etimologis, ḥikmah berarti kebijaksanaan. Pada mulanya arti akar kata adalah: mencegah, menolak. Hakim disebut demikian karena ia bisa mencegah orang lain berbuat zalim. Hikmah adalah sesuatu yang bisa mencegah melakukan kebodohan dan segala sesuatu yang tidak baik. Hikmah bisa juga diartikan dengan mencapai satu kebenaran dengan ilmu dan akal. Oleh para mufasir, hikmah acapkali diartikan sebagai ucapan-ucapan yang benar atau argumen-argumen yang kuat dan meyakinkan. Dalam Al-Qur′an, hikmah sering disebutkan sebagai nikmat yang dianugerahkan kepada para nabi (al-Baqarah/2: 231) atau orang yang saleh (Luqmān/31: 12). Al-Qur′an juga menjelaskan bahwa orang yang telah diberi hikmah berarti telah memperoleh berbagai kebaikan (al-Baqarah/2: 269). | null | null |
379 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 86 | 61 | 7 | 3 | 1 | كَيْفَ يَهْدِى اللّٰهُ قَوْمًا كَفَرُوْا بَعْدَ اِيْمَانِهِمْ وَشَهِدُوْٓا اَنَّ الرَّسُوْلَ حَقٌّ وَّجَاۤءَهُمُ الْبَيِّنٰتُ ۗ وَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَ | Kaifa yahdillāhu qauman kafarū ba‘da īmānihim wa syahidū annar-rasūla ḥaqquw wa jā'ahumul-bayyināt(u), wallāhu lā yahdil-qaumaẓ-ẓālimīn(a). | Bagaimana (mungkin) Allah akan memberi petunjuk kepada suatu kaum yang kufur setelah mereka beriman dan mengakui bahwa Rasul (Muhammad) itu benar dan bukti-bukti yang jelas telah sampai kepada mereka? Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim. | null | null | Setelah ayat sebelumnya menerangkan sikap penolakan Yahudi terhadap kebenaran Nabi Muhammad dan agama Islam, maka ayat ini menerangkan bahwa sikap tersebut mengakibatkan mereka tidak memperoleh hidayah. Bagaimana mungkin Allah akan memberi petunjuk kepada suatu kaum yang kafir setelah mereka melihat bukti-bukti kebenaran yang memungkinkan mereka beriman, serta mengakui bahwa Rasul, Muhammad, itu benar-benar rasul, dan disertai bukti-bukti yang jelas tentang hal itu, telah sampai kepada mereka seperti Al-Qur’an dan kitab-kitab suci lainnya yang menginformasikan tentang kebenaran Muhammad sebagai nabi terakhir? Sungguh, sikap semacam itu adalah wujud kezaliman, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang zalim yaitu orang yang tahu kebenaran tetapi melanggar dan mengingkarinya, bahkan menentangnya. | Mengenai sebab turunnya ayat 86 sampai dengan ayat 89 dapat dikemukakan sebuah hadis riwayat Ibnu Jarīr, An-Nasā′ī, al-Ḥākim dan Ibnu Ḥibbān:
Bahwa Ibnu 'Abbas berkata, “Ada seseorang dari golongan Ansar sudah masuk Islam, kemudian ia murtad dan bergabung ke golongan orang musyrik tetapi ia menyesal. Lalu ia minta kepada kaumnya agar ditanyakan kepada Rasulullah saw, “Bisakah diterima tobat saya?” Maka turunlah (ayat 86) sampai dengan (ayat 89). Kemudian disampaikanlah hal itu kepadanya, maka ia kembali masuk Islam.”
Orang yang kembali menjadi kafir sesudah beriman, Allah tidak akan memberikan jalan untuk mendapatkan petunjuk. Karena, mereka tidak mengakui berita gembira tentang kedatangan Nabi Muhammad yang tercantum dalam kitab-kitab mereka. Semula mereka berkeinginan untuk mengikuti Nabi Muhammad apabila mereka diberi umur panjang, dan apabila nabi baru itu diutus dari kalangan mereka. Tetapi setelah ternyata Nabi Muhammad saw datang, dan dia bukanlah dari kalangan mereka, mereka pun mengingkarinya, meskipun kedatangan Nabi Muhammad itu disertai dengan bukti-bukti yang nyata tentang kenabiannya. Orang yang mulanya beriman kemudian kafir kembali, mereka menganiaya diri sendiri, dan Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang menganiaya diri sendiri, karena Allah telah menerangkan bahwa petunjuk kepada jalan yang benar hanya dapat berpengaruh, apabila orang itu bersih jiwanya, sehingga ia dapat menerima bukti-bukti kebenaran dari petunjuk itu. Tetapi kalau orang itu hatinya telah dinodai oleh kezaliman maka ia akan menyeleweng dari jalan yang benar. Oleh sebab itu mereka tidak akan mungkin lagi menerima petunjuk Allah. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Ayat yang lalu telah membantah orang Yahudi yang tidak mengakui kedatangan seorang nabi dari bangsa Arab karena kesombongan dan kedengkian mereka. Maka pada ayat ini Allah menetapkan kenabian Muhammad dengan mengemukakan alasan-alasan. | JANJI PARA NABI KEPADA ALLAH
TENTANG KENABIAN MUHAMMAD | Kosakata: Ḥikmah حِكْمَةْ(Āli ‘Imrān/3: 81)
Secara etimologis, ḥikmah berarti kebijaksanaan. Pada mulanya arti akar kata adalah: mencegah, menolak. Hakim disebut demikian karena ia bisa mencegah orang lain berbuat zalim. Hikmah adalah sesuatu yang bisa mencegah melakukan kebodohan dan segala sesuatu yang tidak baik. Hikmah bisa juga diartikan dengan mencapai satu kebenaran dengan ilmu dan akal. Oleh para mufasir, hikmah acapkali diartikan sebagai ucapan-ucapan yang benar atau argumen-argumen yang kuat dan meyakinkan. Dalam Al-Qur′an, hikmah sering disebutkan sebagai nikmat yang dianugerahkan kepada para nabi (al-Baqarah/2: 231) atau orang yang saleh (Luqmān/31: 12). Al-Qur′an juga menjelaskan bahwa orang yang telah diberi hikmah berarti telah memperoleh berbagai kebaikan (al-Baqarah/2: 269). | null | null |
380 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 87 | 61 | 7 | 3 | 1 | اُولٰۤىِٕكَ جَزَاۤؤُهُمْ اَنَّ عَلَيْهِمْ لَعْنَةَ اللّٰهِ وَالْمَلٰۤىِٕكَةِ وَالنَّاسِ اَجْمَعِيْنَۙ | Ulā'ika jazā'uhum anna ‘alaihim la‘natallāhi wal-malā'ikati wan-nāsi ajma‘īn(a). | Mereka itu, balasannya adalah ditimpa laknat Allah, para malaikat, dan manusia seluruhnya. | null | null | Jika mereka tetap kafir dan tidak mau bertobat, maka mereka itu, balasannya ialah ditimpa laknat Allah, yakni dijauhkan dari rahmat-Nya. Selama mereka mendapat laknat Allah, maka para malaikat akan berulang-ulang melaknatnya, dan bahkan manusia seluruhnya juga melaknatnya, yakni melihatnya dengan pandangan hina. | Mereka pantas mendapat kemurkaan Allah, malaikat dan manusia seluruhnya, dan manusia umumnya akan melaknati mereka yang murtad dari imannya, sesuai dengan firman Allah:
وَقَالَ اِنَّمَا اتَّخَذْتُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ اَوْثَانًاۙ مَّوَدَّةَ بَيْنِكُمْ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۚ ثُمَّ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ يَكْفُرُ بَعْضُكُمْ بِبَعْضٍ وَّيَلْعَنُ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۖوَّمَأْوٰىكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُمْ مِّنْ نّٰصِرِيْنَۖ ٢٥ (العنكبوت)
Dan dia (Ibrahim) berkata, “Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu sembah selain Allah, hanya untuk menciptakan perasaan kasih sayang di antara kamu dalam kehidupan di dunia, kemudian pada hari Kiamat sebagian kamu akan saling mengingkari dan saling mengutuk… (al-‘Ankabūt/29: 25) | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Ayat yang lalu telah membantah orang Yahudi yang tidak mengakui kedatangan seorang nabi dari bangsa Arab karena kesombongan dan kedengkian mereka. Maka pada ayat ini Allah menetapkan kenabian Muhammad dengan mengemukakan alasan-alasan. | JANJI PARA NABI KEPADA ALLAH
TENTANG KENABIAN MUHAMMAD | Kosakata: Ḥikmah حِكْمَةْ(Āli ‘Imrān/3: 81)
Secara etimologis, ḥikmah berarti kebijaksanaan. Pada mulanya arti akar kata adalah: mencegah, menolak. Hakim disebut demikian karena ia bisa mencegah orang lain berbuat zalim. Hikmah adalah sesuatu yang bisa mencegah melakukan kebodohan dan segala sesuatu yang tidak baik. Hikmah bisa juga diartikan dengan mencapai satu kebenaran dengan ilmu dan akal. Oleh para mufasir, hikmah acapkali diartikan sebagai ucapan-ucapan yang benar atau argumen-argumen yang kuat dan meyakinkan. Dalam Al-Qur′an, hikmah sering disebutkan sebagai nikmat yang dianugerahkan kepada para nabi (al-Baqarah/2: 231) atau orang yang saleh (Luqmān/31: 12). Al-Qur′an juga menjelaskan bahwa orang yang telah diberi hikmah berarti telah memperoleh berbagai kebaikan (al-Baqarah/2: 269). | null | null |
381 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 88 | 61 | 7 | 3 | 1 | خٰلِدِيْنَ فِيْهَا ۚ لَا يُخَفَّفُ عَنْهُمُ الْعَذَابُ وَلَا هُمْ يُنْظَرُوْنَۙ | Khālidīna fihā, lā yukhaffafu ‘anhumul-‘ażābu wa lā hum yunẓarūn(a). | Mereka kekal di dalamnya (laknat). Tidak akan diringankan azab dari mereka, dan mereka tidak diberi penangguhan, | null | null | Sementara di akhirat, mereka akan dimasukkan ke dalam neraka dan kekal di dalamnya. Mereka juga tidak akan diringankan azabnya, dan mereka tidak diberi penangguhan sedikit pun yang memungkinkan mereka mengajukan alasan. | Orang yang kafir sesudah beriman akan menerima kemurkaan dan siksa dari Allah selamanya, mereka akan kekal di dalam neraka Jahanam tanpa ada keringanan sedikit pun, mereka tidak mendapat pengampunan karena alasan apa pun, karena yang menyebabkan mereka mengalami siksaan itu ialah keingkaran dan kekafiran yang telah meresap dalam hati mereka. Sebab itu kemurkaan Allah tak dapat dihindarkan dengan alasan apa pun juga, dan azab Allah terhadap mereka tak dapat ditunda-tunda. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Ayat yang lalu telah membantah orang Yahudi yang tidak mengakui kedatangan seorang nabi dari bangsa Arab karena kesombongan dan kedengkian mereka. Maka pada ayat ini Allah menetapkan kenabian Muhammad dengan mengemukakan alasan-alasan. | JANJI PARA NABI KEPADA ALLAH
TENTANG KENABIAN MUHAMMAD | Kosakata: Ḥikmah حِكْمَةْ(Āli ‘Imrān/3: 81)
Secara etimologis, ḥikmah berarti kebijaksanaan. Pada mulanya arti akar kata adalah: mencegah, menolak. Hakim disebut demikian karena ia bisa mencegah orang lain berbuat zalim. Hikmah adalah sesuatu yang bisa mencegah melakukan kebodohan dan segala sesuatu yang tidak baik. Hikmah bisa juga diartikan dengan mencapai satu kebenaran dengan ilmu dan akal. Oleh para mufasir, hikmah acapkali diartikan sebagai ucapan-ucapan yang benar atau argumen-argumen yang kuat dan meyakinkan. Dalam Al-Qur′an, hikmah sering disebutkan sebagai nikmat yang dianugerahkan kepada para nabi (al-Baqarah/2: 231) atau orang yang saleh (Luqmān/31: 12). Al-Qur′an juga menjelaskan bahwa orang yang telah diberi hikmah berarti telah memperoleh berbagai kebaikan (al-Baqarah/2: 269). | null | null |
382 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 89 | 61 | 7 | 3 | 1 | اِلَّا الَّذِيْنَ تَابُوْا مِنْۢ بَعْدِ ذٰلِكَ وَاَصْلَحُوْاۗ فَاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ | Illal-lażīna tābū mim ba‘di żālika wa aṣlaḥū, fa'innallāha gafūrur raḥīm(un). | kecuali orang-orang yang bertobat setelah itu dan memperbaiki (dirinya). Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. | null | null | Mereka akan tetap terlaknat, kecuali orang-orang yang bertobat setelah itu, dengan menghentikan sama sekali perilaku kafirnya, dan melakukan perbaikan, yaitu menghilangkan hal-hal yang bisa merusak akidah dan amal perbuatannya, maka sungguh, Allah akan menerima tobatnya, karena Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang kepada semua hamba-Nya yang mau bertobat dengan tulus, dengan memenuhi tiga kriteria, yaitu menghentikan sama sekali perbuatan dosanya, menyesali perbuatannya, dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi. | Orang yang betul-betul bertobat dari perbuatannya dan kembali ke jalan yang benar, dengan meninggalkan kekafirannya, kemudian betul-betul menyesali perbuatannya yang salah dan memperbaiki masa depan dengan mengisinya dengan amal saleh, bersedia memupuk imannya dengan ajaran-ajaran yang benar, serta mau mengubah tingkah lakunya yang jahat yang mengotori jiwanya, bagi mereka masih dibuka pintu tobat yang selebar-lebarnya.
Dalam ayat ini terdapat suatu isyarat bahwa orang yang bertobat, tetapi tidak dibuktikan dengan amal yang baik, maka tobatnya tidak ada artinya menurut pandangan agama. Banyak orang yang menyatakan dirinya bertobat, dengan disertai penyesalan dan istigfar, tetapi kemudian mereka mengulangi perbuatan jahatnya itu. Orang yang semacam itu tobatnya tidak memberi pengaruh sedikit pun di dalam jiwanya, dan tidak sanggup mengobati penyakitnya. Seandainya mereka dapat membuktikan tobatnya dalam bentuk perbuatan nyata, niscaya mereka itu mendapat pengampunan dari Allah, dan mendapat rahmat-Nya. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Ayat yang lalu telah membantah orang Yahudi yang tidak mengakui kedatangan seorang nabi dari bangsa Arab karena kesombongan dan kedengkian mereka. Maka pada ayat ini Allah menetapkan kenabian Muhammad dengan mengemukakan alasan-alasan. | JANJI PARA NABI KEPADA ALLAH
TENTANG KENABIAN MUHAMMAD | Kosakata: Ḥikmah حِكْمَةْ(Āli ‘Imrān/3: 81)
Secara etimologis, ḥikmah berarti kebijaksanaan. Pada mulanya arti akar kata adalah: mencegah, menolak. Hakim disebut demikian karena ia bisa mencegah orang lain berbuat zalim. Hikmah adalah sesuatu yang bisa mencegah melakukan kebodohan dan segala sesuatu yang tidak baik. Hikmah bisa juga diartikan dengan mencapai satu kebenaran dengan ilmu dan akal. Oleh para mufasir, hikmah acapkali diartikan sebagai ucapan-ucapan yang benar atau argumen-argumen yang kuat dan meyakinkan. Dalam Al-Qur′an, hikmah sering disebutkan sebagai nikmat yang dianugerahkan kepada para nabi (al-Baqarah/2: 231) atau orang yang saleh (Luqmān/31: 12). Al-Qur′an juga menjelaskan bahwa orang yang telah diberi hikmah berarti telah memperoleh berbagai kebaikan (al-Baqarah/2: 269). | null | null |
383 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 90 | 61 | 7 | 3 | 1 | اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بَعْدَ اِيْمَانِهِمْ ثُمَّ ازْدَادُوْا كُفْرًا لَّنْ تُقْبَلَ تَوْبَتُهُمْ ۚ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الضَّاۤلُّوْنَ | Innal-lażīna kafarū ba‘da īmānihim ṡummazdādū kufral lan tuqbala taubatuhum, wa ulā'ika humuḍ-ḍāllūn(a). | Sesungguhnya orang-orang yang kufur setelah beriman, kemudian bertambah kekufurannya, tidak akan diterima tobatnya dan mereka itulah orang-orang sesat. | null | null | Sungguh syarat diterimanya tobat adalah terus menerus dalam keimanan, karena itu, orang-orang yang kafir setelah beriman yaitu setelah melihat bukti-bukti kebenaran, bahkan kemudian bertambah kekafirannya dengan murtad, membuat kerusakan, dan menyakiti orang-orang Islam, maka mereka tidak akan diterima tobatnya, karena tidak mungkin mereka bersikap tulus dan mereka itu adalah orang-orang yang sesat serta semakin jauh dari kebenaran. | Yang dimaksud dengan orang kafir dalam ayat ini ialah Ahli Kitab yang beriman (percaya) akan kedatangan Nabi Muhammad yang tersebut dalam kitab-kitab mereka. Tetapi setelah Nabi Muhammad datang dan diangkat menjadi rasul, mereka kafir, dengan mengingkari, menentang dan memusuhinya. Terhadap orang semacam ini, tobat mereka sekali-kali tidak akan diterima oleh Allah.
Penegasan Allah bahwa tobat mereka tidak akan diterima dalam ayat ini, berbeda dengan penegasan dalam ayat-ayat yang lalu dimana Allah berfirman:
وَهُوَ الَّذِيْ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهٖ وَيَعْفُوْا عَنِ السَّيِّاٰتِ وَيَعْلَمُ مَا تَفْعَلُوْنَۙ ٢٥ ( الشورى/42: 25-25)
Dan Dialah yang menerima tobat dari hamba-hamba-Nya… (asy-Syūrā'/42: 25)
Dalam ayat ini yang dimaksud dengan kafir ialah Ahli Kitab yang sebelumnya telah mengetahui kedatangan Nabi Muhammad saw. Kemudian setelah Nabi Muhammad diutus mereka mengingkarinya. Kekafiran mereka bertambah-tambah dan menjadi-jadi, sehingga tidak mungkin lagi diterima tobat mereka, seperti diterangkan oleh firman Allah:
اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بَعْدَ اِيْمَانِهِمْ ثُمَّ ازْدَادُوْا كُفْرًا لَّنْ تُقْبَلَ تَوْبَتُهُمْ ۚ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الضَّاۤلُّوْنَ ٩٠ (اٰل عمران)
….Kemudian bertambah kekafirannya, … (Āli ‘Imrān/3: 90)
Sebenarnya jiwa yang baik ialah jiwa yang mau menyesali perbuatan dosa, kemudian menjauhkan diri dari dosa. Jiwa yang demikian masih bisa diharapkan menerima ampunan. Akan tetapi jiwa yang kotor, yang telah menjadi sarang kemusyrikan dan kekafiran serta dicekam oleh dorongan-dorongan berbuat dosa, yang menyebabkan hatinya terbelenggu untuk melihat cahaya kebenaran, hingga setiap ia ingin bertobat selalu ada yang menghalang-halanginya untuk menerima kebenaran. Jiwa yang serupa ini amat sukar untuk dibersihkan kembali seperti keadaannya semula.
Kemudian ditegaskan bahwa mereka adalah orang-orang yang betul-betul tersesat, karena mereka telah mengingkari kebenaran. Mereka itu telah menempuh jalan yang salah, karena itu mereka tidak akan bahagia. Mereka tidak ada harapan lagi untuk mendapat petunjuk dan tidak akan mendapat pengampunan selama-lamanya. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Ayat yang lalu telah membantah orang Yahudi yang tidak mengakui kedatangan seorang nabi dari bangsa Arab karena kesombongan dan kedengkian mereka. Maka pada ayat ini Allah menetapkan kenabian Muhammad dengan mengemukakan alasan-alasan. | JANJI PARA NABI KEPADA ALLAH
TENTANG KENABIAN MUHAMMAD | Kosakata: Ḥikmah حِكْمَةْ(Āli ‘Imrān/3: 81)
Secara etimologis, ḥikmah berarti kebijaksanaan. Pada mulanya arti akar kata adalah: mencegah, menolak. Hakim disebut demikian karena ia bisa mencegah orang lain berbuat zalim. Hikmah adalah sesuatu yang bisa mencegah melakukan kebodohan dan segala sesuatu yang tidak baik. Hikmah bisa juga diartikan dengan mencapai satu kebenaran dengan ilmu dan akal. Oleh para mufasir, hikmah acapkali diartikan sebagai ucapan-ucapan yang benar atau argumen-argumen yang kuat dan meyakinkan. Dalam Al-Qur′an, hikmah sering disebutkan sebagai nikmat yang dianugerahkan kepada para nabi (al-Baqarah/2: 231) atau orang yang saleh (Luqmān/31: 12). Al-Qur′an juga menjelaskan bahwa orang yang telah diberi hikmah berarti telah memperoleh berbagai kebaikan (al-Baqarah/2: 269). | null | null |
384 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 91 | 61 | 7 | 3 | 1 | اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَمَاتُوْا وَهُمْ كُفَّارٌ فَلَنْ يُّقْبَلَ مِنْ اَحَدِهِمْ مِّلْءُ الْاَرْضِ ذَهَبًا وَّلَوِ افْتَدٰى بِهٖۗ اُولٰۤىِٕكَ لَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ وَّمَا لَهُمْ مِّنْ نّٰصِرِيْنَ ࣖ ۔ | Innal-lażīna kafarū wa mātū wa hum kuffārun falay yuqbala min aḥadihim mil'ul-arḍi żahabaw wa lawiftadā bih(ī), ulā'ika lahum ‘ażābun alīmuw wa mā lahum min nāṣirīn(a). | Sesungguhnya orang-orang yang kufur dan mati sebagai orang-orang kafir tidak akan diterima (tebusan) dari seseorang di antara mereka sekalipun (berupa) emas sepenuh bumi, sekiranya dia hendak menebus diri dengannya. Mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang pedih dan tidak ada penolong bagi mereka. | null | null | Sungguh, orang-orang yang kafir dan terus-menerus dalam kekafirannya hingga mereka mati dalam kekafiran, maka tidak akan diterima tebusan dari seseorang di antara mereka sekalipun berupa emas sepenuh bumi, sekiranya dia hendak menebus diri-nya dari azab Allah dengan harta tebusan-nya itu. Sebab, mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang pedih dan tidak memperoleh penolong, karena saat itu hanya Allah yang bisa menolong. Ayat ini memberi pemahaman bahwa sebanyak apa pun infak seseorang itu tidak akan diterima jika perbuatan yang dilakukan tersebut justru akan menghapus pahala dari amal itu sendiri, seperti syirik. | Orang yang bergelimang dalam kekafiran dan terombang-ambing oleh perbuatan yang jahat, hingga ajal merenggut mereka, sedang mereka masih tetap dalam kekafirannya, sedikit pun mereka tidak akan diterima tebusannya, meskipun jumlah tebusan itu senilai dengan kekayaan emas seluruh isi bumi. Maksudnya ialah, andaikata mereka bersedekah dengan emas seberat isi bumi untuk dijadikan tebusan dosa yang telah mereka lakukan, maka pahalanya tidak akan mampu untuk menyelamatkannya dari siksaan neraka karena kekafiran melenyapkan amal kebaikan mereka.
Yang dihargai Allah pada hari akhirat hanyalah iman kepada Allah, dan hari akhir, serta amal saleh yang mendekatkan diri kepada Allah.
فَالْيَوْمَ لَا يُؤْخَذُ مِنْكُمْ فِدْيَةٌ وَّلَا مِنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْاۗ مَأْوٰىكُمُ النَّارُۗ هِيَ مَوْلٰىكُمْۗ وَبِئْسَ الْمَصِيْرُ ١٥ (الحديد)
Maka pada hari ini tidak akan diterima tebusan darimu maupun dari orang-orang kafir. Tempat kamu di neraka. Itulah tempat berlindungmu, dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.” (al-Ḥadīd/57: 15)
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada hari itu tidak ada jalan bagi mereka untuk menyelamatkan diri, baik dengan hartanya, maupun dengan pangkatnya. Segala urusan pada hari itu hanyalah didasarkan semata-mata pada kesucian jiwa, maka barang siapa yang memelihara kesucian jiwanya dengan iman dan amal saleh mereka itu akan berbahagia. Sebaliknya, barang siapa yang mengotorinya dengan kekafiran dan dengan amal yang jahat, ia akan merugi dalam arti yang sebenar-benarnya. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Ayat yang lalu telah membantah orang Yahudi yang tidak mengakui kedatangan seorang nabi dari bangsa Arab karena kesombongan dan kedengkian mereka. Maka pada ayat ini Allah menetapkan kenabian Muhammad dengan mengemukakan alasan-alasan. | JANJI PARA NABI KEPADA ALLAH
TENTANG KENABIAN MUHAMMAD | Kosakata: Ḥikmah حِكْمَةْ(Āli ‘Imrān/3: 81)
Secara etimologis, ḥikmah berarti kebijaksanaan. Pada mulanya arti akar kata adalah: mencegah, menolak. Hakim disebut demikian karena ia bisa mencegah orang lain berbuat zalim. Hikmah adalah sesuatu yang bisa mencegah melakukan kebodohan dan segala sesuatu yang tidak baik. Hikmah bisa juga diartikan dengan mencapai satu kebenaran dengan ilmu dan akal. Oleh para mufasir, hikmah acapkali diartikan sebagai ucapan-ucapan yang benar atau argumen-argumen yang kuat dan meyakinkan. Dalam Al-Qur′an, hikmah sering disebutkan sebagai nikmat yang dianugerahkan kepada para nabi (al-Baqarah/2: 231) atau orang yang saleh (Luqmān/31: 12). Al-Qur′an juga menjelaskan bahwa orang yang telah diberi hikmah berarti telah memperoleh berbagai kebaikan (al-Baqarah/2: 269). | null | 1. Allah telah mengambil perjanjian dari para nabi bahwa bila datang seorang rasul yang membenarkan Kitab dan Hikmah yang ada pada mereka, mereka akan beriman dan akan mendukungnya. Maka jika orang-orang Yahudi dan Nasrani percaya kepada Nabi Musa dan Isa, tentulah mereka akan percaya kepada apa yang telah dipercayai oleh kedua orang nabi itu, yaitu berita kedatangan Nabi Muhammad dan percaya pula kepada Al-Qur′an yang dibawanya.
2. Allah memperingatkan dengan keras orang-orang Yahudi dan Nasrani, karena mereka telah mengingkari perjanjian yang telah diikrarkan oleh para nabi dan mereka tidak akan mendapat petunjuk dari Allah, karena petunjuk Allah hanya dapat diterima oleh hamba Allah yang suci jiwanya.
3. Orang yang memeluk agama selain Islam setelah datangnya Nabi Muhammad tidak akan diterima agamanya oleh Allah.
4. Orang-orang Yahudi dan Nasrani yang mau bertobat dan betul-betul menyesali kesalahannya serta mau memperbaiki kesalahan-kesalahannya dengan jalan mengakui kenabian Muhammad dan Al-Qur′an yang dibawanya, maka tobatnya akan diterima.
5. Orang kafir yang setelah beriman kemudian kafir kembali dan kekafirannya bertambah-tambah, akan mendapat kemurkaan Allah dan tobatnya tidak akan diterima.
6. Orang yang mati dalam keadaan kafir tidak akan dapat diampuni dan tidak pula dapat ditebus dosanya dengan apa pun juga. |
385 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 92 | 62 | 7 | 4 | 1 | لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتّٰى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَ ۗوَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ شَيْءٍ فَاِنَّ اللّٰهَ بِهٖ عَلِيْمٌ | Lan tanālul-birra ḥattā tunfiqū mimmā tuḥibbūn(a), wa mā tunfiqū min syai'in fa innallāha bihī ‘alīm(un). | Kamu sekali-kali tidak akan memperoleh kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Apa pun yang kamu infakkan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui tentangnya. | null | null | Pada ayat sebelumnya dijelaskan bahwa orang yang meninggal dalam kekufuran, maka sebesar apa pun harta dan infak yang mereka keluarkan, tidak akan bisa dijadikan tebusan agar mereka bebas dari azab Allah. Pada ayat ini dijelaskan tentang harta dan infak yang bermanfaat hendaknya harta yang dicintai, karena kamu tidak akan memperoleh kebajikan yang paling utama dan sempurna sebelum kamu menginfakkan, dengan cara yang baik dan tujuan yang benar, sebagian harta yang kamu cintai, yang paling bagus dari apa yang kamu miliki. Dan apa pun yang kamu infakkan, tentang hal itu sungguh, Allah Maha Mengetahui niat dan tujuan kamu berinfak, apakah karena ingin dipuji atau dilihat orang (riya), ingin dipuji orang yang mendengar (sum’ah), atau semata-mata karena Allah. Jika infak dilaksanakan hanya karena Allah maka Allah akan membalasnya dengan kebaikan di dunia maupun akhirat. | Seseorang tidak akan mencapai tingkat kebajikan di sisi Allah, sebelum ia dengan ikhlas menafkahkan harta yang dicintainya di jalan Allah. Yang dimaksud dengan harta yang dicintai adalah harta yang kita cintai. Ayat ini erat hubungannya dengan firman Allah.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنْفِقُوْا مِنْ طَيِّبٰتِ مَا كَسَبْتُمْ وَمِمَّآ اَخْرَجْنَا لَكُمْ مِّنَ الْاَرْضِ ۗ وَلَا تَيَمَّمُوا الْخَبِيْثَ مِنْهُ تُنْفِقُوْنَ وَلَسْتُمْ بِاٰخِذِيْهِ اِلَّآ اَنْ تُغْمِضُوْا فِيْهِ ۗ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ حَمِيْدٌ ٢٦٧ (البقرة)
Wahai orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik … (al-Baqarah/2:267).
Setelah ayat ini diturunkan, para sahabat Nabi berlomba-lomba berbuat kebaikan. Di antaranya, Abu Ṭalḥah al-Anṣāri, seorang hartawan di kalangan Ansar datang kepada Nabi saw memberikan sebidang kebun kurma yang sangat dicintainya untuk dinafkahkan di jalan Allah.
Pemberian itu diterima oleh Nabi dengan baik dan memuji keikhlasannya. Rasulullah menasihatkan agar harta itu dinafkahkan kepada karib kerabatnya, maka Ṭalḥah membagi-bagikannya kepada karib kerabatnya. Dengan demikian ia mendapat pahala sedekah dan pahala mempererat hubungan silaturrahmi dengan keluarganya. Setelah itu datang pula Umar bin al-Khaṭṭāb menyerahkan sebidang kebunnya yang ada di Khaibar, Nabi saw menyuruh pula agar kebun itu tetap dipelihara, hanya hasil dari kebun itu merupakan wakaf dari Umar. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Ayat-ayat sebelumnya menerangkan perbuatan Ahli Kitab yang mencampur-adukkan kebenaran dengan kebatilan. Mereka mengetahui bahwa Muhammad adalah utusan Allah sebagaimana tercantum dalam kitab suci mereka, tetapi mereka tidak mengakuinya karena dia bukan dari kalangan Yahudi, walaupun sama-sama dari keturunan Nabi Ibrahim. Dalam ayat ini dijelaskan bahwa di samping kekafiran itu, mereka mempunyai sifat buruk, yaitu sifat bakhil. Mereka enggan memberikan hartanya untuk kebaikan. Orang yang beriman tentu rela mengeluarkan hartanya untuk suatu kebaikan. | KEBAJIKAN YANG SEMPURNA | Kosakata: al-Birr اَلْبِرّ(lihat al-Baqarah/2: 177). | null | 1. Orang yang benar-benar beriman, tidak akan bersifat bakhil dan selalu bersedia dengan ikhlas menginfakkan harta yang dicintainya di jalan Allah.
2. Seseorang belum dapat disebut sebagai orang dermawan dan saleh selama ia belum mau menginfakkan sebagian dari harta yang ia sukai. |
386 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 93 | 62 | 7 | 4 | 1 | ۞ كُلُّ الطَّعَامِ كَانَ حِلًّا لِّبَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ اِلَّا مَا حَرَّمَ اِسْرَاۤءِيْلُ عَلٰى نَفْسِهٖ مِنْ قَبْلِ اَنْ تُنَزَّلَ التَّوْرٰىةُ ۗ قُلْ فَأْتُوْا بِالتَّوْرٰىةِ فَاتْلُوْهَآ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ | Kulluṭ-ṭa‘āmi kāna ḥillal libanī isrā'īla illā mā ḥarrama isrā'īlu ‘alā nafsihī min qabli an tunazzalat-taurāh(tu), qul fa'tū bit-taurāti fatlūhā in kuntum ṣādiqīn(a). | Semua makanan halal bagi Bani Israil, kecuali makanan yang diharamkan oleh Israil (Ya‘qub) atas dirinya sebelum Taurat diturunkan.105) Katakanlah (Nabi Muhammad), “Bawalah Taurat lalu bacalah, jika kamu orang-orang yang benar.” | 105 | 105) Setelah Taurat diturunkan, ada beberapa makanan yang diharamkan bagi mereka sebagai hukuman (lihat surah an-Nisā’ [4]: 160 dan al-An‘ām [6]: 146). | Setelah ayat sebelumnya Allah menjelaskan harta dan infak yang bermanfaat, maka pada ayat ini Allah menjelaskan makanan yang halal atau haram bagi Bani Israil. Semua makanan itu pada dasarnya halal bagi Bani Israil sebagaimana halal juga bagi selain mereka, kecuali makanan yang diharamkan oleh Israil (Yakub) atas dirinya sendiri sebelum Taurat diturunkan dalam rangka meraih kebajikan dan mendekatkan diri kepada Allah. Makanan tersebut adalah daging dan susu unta. Ada satu riwayat menyebutkan bahwa Nabi Yakub pernah sakit dan bernazar kalau Allah memberinya kesembuhan, maka dia tidak akan makan daging unta dan tidak minum susunya, meskipun kedua makanan tersebut sangat disukainya. Pengharaman Nabi Yakub atas kedua jenis makanan tersebut lalu diikuti oleh keturunannya. Setelah Taurat diturunkan ada beberapa makanan yang diharamkan bagi mereka sebagai hukuman atas pelanggaran yang mereka lakukan (Lihat: Surah an-Nisa’/4: 160 dan al-Anam/6: 146), tetapi kaum Yahudi membuat kebohongan dengan mengatakan bahwa ada makanan yang diharamkan Allah untuk mereka sebelum Kitab Taurat diturunkan. Oleh karena itu Allah menjawab, “Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, jika kamu berkata demikian, maka bawalah Taurat lalu bacalah, dan tunjukkan kepada kami keterangan Taurat tentang pengharaman makanan itu jika kamu orang-orang yang benar.” Ternyata tidak seorang pun di antara mereka mampu menunjukkkan ayat Taurat yang mendukung kebohongan mereka. | Ayat ini menerangkan bahwa semua makanan dihalalkan kepada Bani Israil dan juga kepada Nabi Ibrahim, termasuk daging unta, seperti disebutkan dalam Perjanjian Lama (Imamat xi:4), “Tetapi inilah yang tidak boleh kamu makan dari yang memamah biak, atau yang berkuku belah: unta, karena memang memamah biak, tetapi tidak berkuku belah; haram itu bagimu.” Hanya beberapa makanan saja yang diharamkan oleh Nabi Yakub sendiri terhadap dirinya disebabkan beliau menderita penyakit, dan itu semuanya terjadi sebelum diturunkan Kitab Taurat. Lalu ada beberapa macam makanan yang diharamkan kepada Bani Israil (lihat an-Nisā'/4:160, al-An‘ām/6:146 dan tafsirnya) sebagai hukuman dan pelajaran atas kezalimannya, sebagaimana tersebut dalam firman Allah:
وَعَلَى الَّذِيْنَ هَادُوْا حَرَّمْنَا كُلَّ ذِيْ ظُفُرٍۚ وَمِنَ الْبَقَرِ وَالْغَنَمِ حَرَّمْنَا عَلَيْهِمْ شُحُوْمَهُمَآ اِلَّا مَا حَمَلَتْ ظُهُوْرُهُمَآ اَوِ الْحَوَايَآ اَوْ مَا اخْتَلَطَ بِعَظْمٍۗ ذٰلِكَ جَزَيْنٰهُمْ بِبَغْيِهِمْۚ وَاِنَّا لَصٰدِقُوْنَ ١٤٦ (الانعام)
Dan kepada orang Yahudi, Kami haramkan semua (hewan) yang berkuku, dan Kami haramkan kepada mereka lemak sapi dan domba, kecuali yang melekat di punggungnya, atau yang dalam isi perutnya, atau yang bercampur dengan tulang. Demikianlah Kami menghukum mereka karena kedurhakaannya. Dan sungguh, Kami Mahabenar. (al-An‘ām/6:146).
Demikian pula tercantum dalam Al-Qur’an:
فَبِظُلْمٍ مِّنَ الَّذِيْنَ هَادُوْا حَرَّمْنَا عَلَيْهِمْ طَيِّبٰتٍ اُحِلَّتْ لَهُمْ وَبِصَدِّهِمْ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَثِيْرًاۙ ١٦٠ وَّاَخْذِهِمُ الرِّبٰوا وَقَدْ نُهُوْا عَنْهُ وَاَكْلِهِمْ اَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ ۗوَاَعْتَدْنَا لِلْكٰفِرِيْنَ مِنْهُمْ عَذَابًا اَلِيْمًا ١٦١ (النساۤء)
Karena kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan bagi mereka makanan yang baik-baik yang (dahulu) pernah dihalalkan; dan karena mereka sering menghalangi (orang lain) dari jalan Allah, dan disebabkan mereka menjalankan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang darinya, dan karena mereka memakan harta orang dengan cara tidak sah (batil). Dan Kami sediakan untuk orang-orang kafir di antara mereka azab yang pedih. (an-Nisā'/4:160-161).
Jelaslah bahwa beberapa jenis makanan yang diharamkan kepada Bani Israil itu tidak diharamkan kepada pengikut syariat Nabi Ibrahim dan nabi-nabi lainnya sebelum Taurat diturunkan.
Dengan demikian batallah tuduhan mereka bahwa syariat Islam bertentangan dengan syariat Nabi Ibrahim karena menghalalkan makan daging unta. Mengharamkan sebagian makanan bagi Bani Israil adalah semata-mata sebagai hukuman karena mereka telah melanggar hukum-hukum Allah dan telah menganiaya diri sendiri. Hal ini juga tersebut dalam kitab Taurat, kitab mereka sendiri.
Oleh sebab itu Nabi Muhammad diperintahkan oleh Allah agar menentang mereka dengan mengatakan, “Jika kamu mengatakan ada makanan yang diharamkan Allah sebelum diturunkan Taurat, maka bawalah Taurat itu lalu bacalah, jika kamu orang-orang yang benar.” Ternyata mereka tidak berani menjawab tantangan ini dan tidak mau membuka Kitab Taurat, karena kalau mereka berani membuka Taurat tentulah kebohongan mereka akan terungkap dan tuduhan-tuduhan mereka terhadap agama Islam adalah palsu dan tidak beralasan. Hal ini membuktikan pula kebenaran kenabian Muhammad saw, karena beliau dapat membantah tuduhan-tuduhan Bani Israil dengan isi Taurat itu sendiri, padahal beliau tidak pernah membacanya dan tidak pernah diberi kesempatan oleh orang Yahudi untuk mengetahui isinya. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Semua ayat mulai dari permulaan surah ini sampai kepada ayat 92, mengandung dalil-dalil tentang kebenaran kenabian Muhammad saw, serta menetapkan keesaan Allah dan juga menerangkan perbuatan Ahli Kitab yang suka mengubah-ubah serta mengada-adakan bid’ah dalam agamanya, maka ayat ini adalah sebagai jawaban atas tindakan-tindakan yang mereka ada-adakan itu. Ayat ini membantah tuduhan para Ahli Kitab terhadap Agama Islam, yaitu tuduhan bahwa Muhammad tidak mengikuti agama Nabi Ibrahim dan nabi-nabi lainnya, seperti menghalalkan daging unta dan memutar kiblat dari Baitulmakdis ke Ka’bah. | BANTAHAN TERHADAP TUDUHAN AHLI KITAB
MENGENAI MAKANAN DAN KIBLAT | Kosakata: Bakkah بَكَّةٌ(Āli ‘Imrān/3: 96)
Bakkah adalah tempat di mana orang biasa melakukan tawaf, biasa disebut dengan Baitulḥarām, kata ini terambil dari kata al-bakk yang mempunyai dua arti, pertama “menolak dan mendesak”, sebab orang yang tawaf di Ka’bah akan berdesak-desakan, kedua “menghancurkan” karena orang yang akan merusaknya akan hancur. Mekah adalah nama kota dimana Ka’bah berada, terambil dari kata al-makk yang artinya “menghisap” dari ungkapan (makka al-faṣil ḍar’a ummihī) “anak unta atau sapi itu menghisap susu induknya karena kehausan”. Dengan demikian, Mekah bisa diartikan negeri yang tandus sehingga orang perlu memeras keringat untuk memperoleh air dari sumber air yang sangat sedikit di Mekah.
Nama “Mekah” dalam ayat ini disebut “Bakkah”, nama ini yang lebih tua. Tepatnya konon pada letak Masjidilharam, yang setelah dibangun oleh Nabi Ibrahim pernah roboh lalu dibangun kembali oleh Jurhum, kemudian oleh Amalekit (‘Amaliqah) kemudian oleh Quraisy (Tafsir Baidawi), dan sekian banyak lagi arti yang diberikan oleh para mufasir. Dalam beberapa surah dan ayat dalam Al-Qur’an kata “al-balad” (al-Baqarah/2:126, Ibrāhīm/14:35, al-Balad/90:1-2, at-Tīn/95:3 dan beberapa lagi dalam surah lain) yang dimaksud adalah Mekah. Disebut juga Umm al-Qurā, “ibu kota-kota” (al-An‘ām/6:92). Dalam abad ke-2 kota ini oleh ahli geografi dan astronomi Yunani, Ptolemaeus, disebut “Macoraba.”
Dalam abad ke-5 Masehi, di antara kabilah Arab dari keturunan Ibrahim yang terkuat di Mekah adalah Quraisy, terutama setelah di bawah pimpinan Qusai bin Kilab bin Murrah, kakek Rasulullah yang keempat dari pihak bapak. Qusai disebut sebagai pendiri kota Mekah dan sebagai tokoh penting yang berhasil membina kabilah Quraisy. Dialah laki-laki yang paling menonjol di antara orang-orang Arab masa itu. | null | null |
387 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 94 | 62 | 7 | 4 | 1 | فَمَنِ افْتَرٰى عَلَى اللّٰهِ الْكَذِبَ مِنْۢ بَعْدِ ذٰلِكَ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ | Fa maniftarā ‘alallāhil-każiba mim ba‘di żālika fa ulā'ika humuẓ-ẓālimūn(a). | Maka, siapa yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah106) setelah itu, mereka itulah orang-orang zalim. | 106 | 106) Kebohongan terhadap Allah Swt. ialah pernyataan bahwa sebelum Taurat diturunkan, Allah Swt. telah mengharamkan beberapa makanan kepada Bani Israil. | Karena tidak seorang pun dari mereka mampu menunjukkan dalil atau ayat Taurat tentang pengharaman makanan sebagaimana yang mereka katakan, maka jelas bahwa mereka berbohong, dan barang siapa mengada-adakan kebohongan terhadap Allah menyangkut makanan atau hal lainnya setelah datang penjelasan tentang itu, maka mereka itulah orang-orang zalim. Mereka itulah orang-orang yang jauh dari kebenaran dan akan mendapat siksaan yang pedih akibat kezaliman tersebut. | Jika orang-orang Yahudi itu masih berani mengada-adakan kebohongan terhadap Allah padahal kedok mereka sudah terbuka dan segala alasan yang mereka kemukakan telah nyata kebohongannya, dan Nabi Muhammad dengan bantuan wahyu dari Tuhannya telah mengetahui sebagian dari isi kitab mereka, maka pastilah mereka termasuk orang-orang yang zalim. Mereka bukan saja zalim terhadap diri sendiri karena tidak akan dipercayai lagi dan akan menerima hukuman dan siksaan Allah. Tetapi mereka juga zalim terhadap orang lain, karena dengan kejahatan itu mereka menyesatkan umat dari jalan yang benar dan menghalangi manusia terutama pengikut-pengikut mereka untuk beriman kepada Nabi Muhammad saw pembawa kebenaran dan sebagai rahmat bagi manusia seluruhnya.
Setiap orang yang berbuat seperti itu akan menemui kegagalan, akan menerima nasib yang buruk, akan dicap oleh masyarakat sebagai pembuat onar dan kekacauan dan akan dimurkai Allah serta mendapat siksa di akhirat. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Semua ayat mulai dari permulaan surah ini sampai kepada ayat 92, mengandung dalil-dalil tentang kebenaran kenabian Muhammad saw, serta menetapkan keesaan Allah dan juga menerangkan perbuatan Ahli Kitab yang suka mengubah-ubah serta mengada-adakan bid’ah dalam agamanya, maka ayat ini adalah sebagai jawaban atas tindakan-tindakan yang mereka ada-adakan itu. Ayat ini membantah tuduhan para Ahli Kitab terhadap Agama Islam, yaitu tuduhan bahwa Muhammad tidak mengikuti agama Nabi Ibrahim dan nabi-nabi lainnya, seperti menghalalkan daging unta dan memutar kiblat dari Baitulmakdis ke Ka’bah. | BANTAHAN TERHADAP TUDUHAN AHLI KITAB
MENGENAI MAKANAN DAN KIBLAT | Kosakata: Bakkah بَكَّةٌ(Āli ‘Imrān/3: 96)
Bakkah adalah tempat di mana orang biasa melakukan tawaf, biasa disebut dengan Baitulḥarām, kata ini terambil dari kata al-bakk yang mempunyai dua arti, pertama “menolak dan mendesak”, sebab orang yang tawaf di Ka’bah akan berdesak-desakan, kedua “menghancurkan” karena orang yang akan merusaknya akan hancur. Mekah adalah nama kota dimana Ka’bah berada, terambil dari kata al-makk yang artinya “menghisap” dari ungkapan (makka al-faṣil ḍar’a ummihī) “anak unta atau sapi itu menghisap susu induknya karena kehausan”. Dengan demikian, Mekah bisa diartikan negeri yang tandus sehingga orang perlu memeras keringat untuk memperoleh air dari sumber air yang sangat sedikit di Mekah.
Nama “Mekah” dalam ayat ini disebut “Bakkah”, nama ini yang lebih tua. Tepatnya konon pada letak Masjidilharam, yang setelah dibangun oleh Nabi Ibrahim pernah roboh lalu dibangun kembali oleh Jurhum, kemudian oleh Amalekit (‘Amaliqah) kemudian oleh Quraisy (Tafsir Baidawi), dan sekian banyak lagi arti yang diberikan oleh para mufasir. Dalam beberapa surah dan ayat dalam Al-Qur’an kata “al-balad” (al-Baqarah/2:126, Ibrāhīm/14:35, al-Balad/90:1-2, at-Tīn/95:3 dan beberapa lagi dalam surah lain) yang dimaksud adalah Mekah. Disebut juga Umm al-Qurā, “ibu kota-kota” (al-An‘ām/6:92). Dalam abad ke-2 kota ini oleh ahli geografi dan astronomi Yunani, Ptolemaeus, disebut “Macoraba.”
Dalam abad ke-5 Masehi, di antara kabilah Arab dari keturunan Ibrahim yang terkuat di Mekah adalah Quraisy, terutama setelah di bawah pimpinan Qusai bin Kilab bin Murrah, kakek Rasulullah yang keempat dari pihak bapak. Qusai disebut sebagai pendiri kota Mekah dan sebagai tokoh penting yang berhasil membina kabilah Quraisy. Dialah laki-laki yang paling menonjol di antara orang-orang Arab masa itu. | null | null |
388 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 95 | 62 | 7 | 4 | 1 | قُلْ صَدَقَ اللّٰهُ ۗ فَاتَّبِعُوْا مِلَّةَ اِبْرٰهِيْمَ حَنِيْفًاۗ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ | Qul ṣadaqallāh(u), fattabi‘ū millata ibrāhīma ḥanīfā(n), wa mā kāna minal-musyrikīn(a). | Katakanlah (Nabi Muhammad), “Maha Benar Allah (dalam firman-Nya).” Maka, ikutilah agama Ibrahim yang hanif dan dia tidaklah termasuk orang-orang musyrik. | null | null | Setelah nyata kebohongan orang-orang Yahudi, maka Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad, katakanlah, “Benarlah segala yang difirmankan Allah dan ketetapan-Nya tentang makanan.” Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus, yaitu penyerahan diri kepada Allah secara tulus tanpa sedikit pun keraguan, dan tidak menyekutukan Allah dengan apa pun dan siapa pun, karena dia, Ibrahim, tidaklah termasuk orang musyrik. Dia sangat dihormati orang Yahudi dan Nasrani dan dia pantas menjadi teladan umat manusia. | Allah memerintahkan Nabi Muhammad, agar mengatakan kepada orang Yahudi bahwa apa yang diberitahukan Allah kepadanya dengan perantaraan wahyu, tentang semua makanan yang pada mulanya halal bagi Bani Israil sebelum Taurat diturunkan dan halal pula bagi umat-umat sebelum Nabi Musa. Memang ada beberapa jenis makanan yang diharamkan bagi mereka dalam Taurat sebagai hukuman atas kedurhakaan mereka, semua itu adalah benar-benar datang dari Allah yang tak dapat disangkal kebenarannya, karena Dia Maha Mengetahui dan Mahabijaksana.
Oleh karena itu, hendaklah orang Yahudi mengikuti ajaran Nabi Muhammad, karena agama yang dibawanya pada prinsipnya sama dengan yang dibawa oleh Nabi Ibrahim. Dan janganlah mereka tetap mengharamkan daging unta dan susunya, sebab tidak ada larangan untuk makan dagingnya dan minum susunya, baik dalam syariat Nabi Ibrahim maupun dalam syariat nabi-nabi lainnya termasuk syariat Islam. Apalagi Nabi Ibrahim itu bukanlah seorang musyrik dan agama yang dibawanya adalah agama tauhid yang murni seperti agama Islam. Tidak mempersekutukan Allah dan tidak menyembah selain Dia, bukan seperti golongan mereka (Yahudi) yang mengatakan, Uzair anak Allah dan bukan pula seperti orang Nasrani yang mengatakan bahwa Isa anak Allah. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Semua ayat mulai dari permulaan surah ini sampai kepada ayat 92, mengandung dalil-dalil tentang kebenaran kenabian Muhammad saw, serta menetapkan keesaan Allah dan juga menerangkan perbuatan Ahli Kitab yang suka mengubah-ubah serta mengada-adakan bid’ah dalam agamanya, maka ayat ini adalah sebagai jawaban atas tindakan-tindakan yang mereka ada-adakan itu. Ayat ini membantah tuduhan para Ahli Kitab terhadap Agama Islam, yaitu tuduhan bahwa Muhammad tidak mengikuti agama Nabi Ibrahim dan nabi-nabi lainnya, seperti menghalalkan daging unta dan memutar kiblat dari Baitulmakdis ke Ka’bah. | BANTAHAN TERHADAP TUDUHAN AHLI KITAB
MENGENAI MAKANAN DAN KIBLAT | Kosakata: Bakkah بَكَّةٌ(Āli ‘Imrān/3: 96)
Bakkah adalah tempat di mana orang biasa melakukan tawaf, biasa disebut dengan Baitulḥarām, kata ini terambil dari kata al-bakk yang mempunyai dua arti, pertama “menolak dan mendesak”, sebab orang yang tawaf di Ka’bah akan berdesak-desakan, kedua “menghancurkan” karena orang yang akan merusaknya akan hancur. Mekah adalah nama kota dimana Ka’bah berada, terambil dari kata al-makk yang artinya “menghisap” dari ungkapan (makka al-faṣil ḍar’a ummihī) “anak unta atau sapi itu menghisap susu induknya karena kehausan”. Dengan demikian, Mekah bisa diartikan negeri yang tandus sehingga orang perlu memeras keringat untuk memperoleh air dari sumber air yang sangat sedikit di Mekah.
Nama “Mekah” dalam ayat ini disebut “Bakkah”, nama ini yang lebih tua. Tepatnya konon pada letak Masjidilharam, yang setelah dibangun oleh Nabi Ibrahim pernah roboh lalu dibangun kembali oleh Jurhum, kemudian oleh Amalekit (‘Amaliqah) kemudian oleh Quraisy (Tafsir Baidawi), dan sekian banyak lagi arti yang diberikan oleh para mufasir. Dalam beberapa surah dan ayat dalam Al-Qur’an kata “al-balad” (al-Baqarah/2:126, Ibrāhīm/14:35, al-Balad/90:1-2, at-Tīn/95:3 dan beberapa lagi dalam surah lain) yang dimaksud adalah Mekah. Disebut juga Umm al-Qurā, “ibu kota-kota” (al-An‘ām/6:92). Dalam abad ke-2 kota ini oleh ahli geografi dan astronomi Yunani, Ptolemaeus, disebut “Macoraba.”
Dalam abad ke-5 Masehi, di antara kabilah Arab dari keturunan Ibrahim yang terkuat di Mekah adalah Quraisy, terutama setelah di bawah pimpinan Qusai bin Kilab bin Murrah, kakek Rasulullah yang keempat dari pihak bapak. Qusai disebut sebagai pendiri kota Mekah dan sebagai tokoh penting yang berhasil membina kabilah Quraisy. Dialah laki-laki yang paling menonjol di antara orang-orang Arab masa itu. | null | null |
389 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 96 | 62 | 7 | 4 | 1 | اِنَّ اَوَّلَ بَيْتٍ وُّضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِيْ بِبَكَّةَ مُبٰرَكًا وَّهُدًى لِّلْعٰلَمِيْنَۚ | Inna awwala baitiw wuḍi‘a lin-nāsi lal-lażī bibakkata mubārakaw wa hudal lil-‘ālamīn(a). | Sesungguhnya rumah (ibadah) pertama yang dibangun untuk manusia adalah (Baitullah) yang (berada) di Bakkah (Makkah)107) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam. | 107 | 107) Ahlulkitab mengatakan bahwa rumah ibadah yang pertama dibangun adalah yang berada di Baitulmaqdis. Oleh karena itu, Allah Swt. membantahnya karena yang benar adalah yang ada di Makkah. | Dalam ayat ini Allah menjelaskan kedudukan Masjidilharam dan Kakbah yang Nabi Ibrahim terlibat dalam pembangunannya. Allah menegaskan bahwa sesungguhnya rumah tempat ibadah yang pertama dibangun untuk manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah yakni Mekah yang diberkahi dengan banyak kebajikan duniawi maupun ukhrawi secara berkesinambungan dan tiada terputus, dan menjadi petunjuk, yaitu sebagai kiblat dan pusat kegiataan beribadah kepada Allah serta harapan untuk mengunjunginya bagi seluruh alam di masa lampau, sekarang, maupun yang akan datang (Lihat: Surah Ibrahim/14: 37). | Ayat ini merupakan jawaban terhadap orang Yahudi tentang pemindahan kiblat dari Baitulmakdis ke Ka’bah. Orang Yahudi mengatakan bahwa berkiblat ke Baitulmakdis, telah dibenarkan oleh para nabi. Bahkan Nabi Ibrahim sendiri berkiblat ke sana. Tuduhan Yahudi itu dibantah dengan ayat 96 dan 97 ini.
Kedua ayat ini jelas menerangkan bahwa rumah pertama yang dijadikan tempat ibadah manusia dalam salat dan berdoa ialah Ka’bah yang ada di Mekah, yang didirikan oleh Nabi Ibrahim a.s. dan Ismail. Jadi Mekah dengan Ka’bahnya merupakan pusat rohani pertama yang ditetapkan bagi manusia. Setelah Ka’bah baru dibangun Masjidilaqsa di Baitulmakdis beberapa ratus tahun kemudian oleh Nabi Sulaiman bin Daud. Oleh karena Ibrahim yang membangun Baitullah di Mekah, maka jelas bahwa Nabi Muhammad saw mengikuti agama Nabi Ibrahim a.s. dan mengikuti pula kiblatnya dalam salat.
Nabi Ibrahim a.s. setelah mendirikan Ka’bah berdoa agar tempat di sekitarnya diberkahi oleh Allah:
رَبَّنَآ اِنِّيْٓ اَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِيْ بِوَادٍ غَيْرِ ذِيْ زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِۙ رَبَّنَا لِيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ فَاجْعَلْ اَفْـِٕدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِيْٓ اِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُوْنَ ٣٧ (ابرٰهيم)
Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan salat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. (Ibrāhīm/14:37).
Para sejarawan di bidang keagamaan, utamanya dari kalangan agama-agama monotheisme-ibrahimik, selalu mempertanyakan rumah ibadah yang manakah yang paling tua, apakah Haikal (Kuil) Sulaiman (Solomon Temple) yang dibangun oleh Nabi Sulaiman a.s. di Jerusalem, ataukah Baitullah yang ada di Mekah. Manakah yang lebih dulu? Ayat di atas menyatakan bahwa ‘rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat ibadah) manusia ialah Baitullah yang ada di Bakkah’. Nama kuno kota Mekah adalah Bakkah, dan ini telah disinggung dalam Kitab Zabur (Psalm, Mazmur), yang dapat dilihat pada the Old Testament, Psalm, 84: 5-6: “Blessed is the man whose strength is in Thee; in whose hearth are the ways of them who passing through the valley of Baca make it well” [“Rahmat (semoga) tercurah kepada seorang manusia, yang kekuatannya berada pada-Mu, yang di dalam hatinya ada jalan-jalan mereka yang berjalan melewati lembah Baka, membuatnya baik”]. Marting Lings (1986) dalam bukunya Muhammad, His life based on the earliest sources-, menyatakan bahwa Baca dalam Kitab Zabur di atas tidak lain adalah Bakkah yang tercantum dalam Surah Āli ‘Imrān/3 ayat 96 di atas. Tarikh Nabi Daud a.s. adalah sekitar 900 tahun Sebelum Masehi, atau 2900 tahun yang lalu. Jadi Baka telah ada lebih dari 2900 tahun yang lalu, karena telah di singgung pada Kitab Nabi Daud a.s., Kitab Zabur di atas. Sedangkan Kuil Sulaiman, didirikan oleh putra Nabi Daud a.s., yaitu Nabi Sulaiman a.s. Jelas bahwa Baitullah di kota Baka lebih tua dibanding Kuil Sulaiman di Jerusalem. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Semua ayat mulai dari permulaan surah ini sampai kepada ayat 92, mengandung dalil-dalil tentang kebenaran kenabian Muhammad saw, serta menetapkan keesaan Allah dan juga menerangkan perbuatan Ahli Kitab yang suka mengubah-ubah serta mengada-adakan bid’ah dalam agamanya, maka ayat ini adalah sebagai jawaban atas tindakan-tindakan yang mereka ada-adakan itu. Ayat ini membantah tuduhan para Ahli Kitab terhadap Agama Islam, yaitu tuduhan bahwa Muhammad tidak mengikuti agama Nabi Ibrahim dan nabi-nabi lainnya, seperti menghalalkan daging unta dan memutar kiblat dari Baitulmakdis ke Ka’bah. | BANTAHAN TERHADAP TUDUHAN AHLI KITAB
MENGENAI MAKANAN DAN KIBLAT | Kosakata: Bakkah بَكَّةٌ(Āli ‘Imrān/3: 96)
Bakkah adalah tempat di mana orang biasa melakukan tawaf, biasa disebut dengan Baitulḥarām, kata ini terambil dari kata al-bakk yang mempunyai dua arti, pertama “menolak dan mendesak”, sebab orang yang tawaf di Ka’bah akan berdesak-desakan, kedua “menghancurkan” karena orang yang akan merusaknya akan hancur. Mekah adalah nama kota dimana Ka’bah berada, terambil dari kata al-makk yang artinya “menghisap” dari ungkapan (makka al-faṣil ḍar’a ummihī) “anak unta atau sapi itu menghisap susu induknya karena kehausan”. Dengan demikian, Mekah bisa diartikan negeri yang tandus sehingga orang perlu memeras keringat untuk memperoleh air dari sumber air yang sangat sedikit di Mekah.
Nama “Mekah” dalam ayat ini disebut “Bakkah”, nama ini yang lebih tua. Tepatnya konon pada letak Masjidilharam, yang setelah dibangun oleh Nabi Ibrahim pernah roboh lalu dibangun kembali oleh Jurhum, kemudian oleh Amalekit (‘Amaliqah) kemudian oleh Quraisy (Tafsir Baidawi), dan sekian banyak lagi arti yang diberikan oleh para mufasir. Dalam beberapa surah dan ayat dalam Al-Qur’an kata “al-balad” (al-Baqarah/2:126, Ibrāhīm/14:35, al-Balad/90:1-2, at-Tīn/95:3 dan beberapa lagi dalam surah lain) yang dimaksud adalah Mekah. Disebut juga Umm al-Qurā, “ibu kota-kota” (al-An‘ām/6:92). Dalam abad ke-2 kota ini oleh ahli geografi dan astronomi Yunani, Ptolemaeus, disebut “Macoraba.”
Dalam abad ke-5 Masehi, di antara kabilah Arab dari keturunan Ibrahim yang terkuat di Mekah adalah Quraisy, terutama setelah di bawah pimpinan Qusai bin Kilab bin Murrah, kakek Rasulullah yang keempat dari pihak bapak. Qusai disebut sebagai pendiri kota Mekah dan sebagai tokoh penting yang berhasil membina kabilah Quraisy. Dialah laki-laki yang paling menonjol di antara orang-orang Arab masa itu. | null | null |
390 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 97 | 62 | 7 | 4 | 1 | فِيْهِ اٰيٰتٌۢ بَيِّنٰتٌ مَّقَامُ اِبْرٰهِيْمَ ەۚ وَمَنْ دَخَلَهٗ كَانَ اٰمِنًا ۗ وَلِلّٰهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلًا ۗ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَ | Fīhi āyātum bayyinātum maqāmu ibrāhīm(a), wa man dakhalahū kāna āminā(n), wa lillāhi ‘alan-nāsi ḥijjul-baiti manistaṭā‘a ilaihi sabīlā(n), wa man kafara fa innallāha ganiyyun ‘anil-‘ālamīn(a). | Di dalamnya terdapat tanda-tanda yang jelas, (di antaranya) Maqam Ibrahim.108) Siapa yang memasukinya (Baitullah), maka amanlah dia. (Di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, (yaitu bagi) orang yang mampu109) mengadakan perjalanan ke sana. Siapa yang mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu pun) dari seluruh alam. | 108, 109 | 108) Lihat catatan kaki surah al-Baqarah (2): 125.
109) Kriteria mampu adalah sanggup mendapatkan perbekalan, alat transportasi, sehat jasmani, perjalanan aman, dan keluarga yang ditinggalkan terjamin kehidupannya. | Di sana, di Masjidilharam, terdapat tanda-tanda yang jelas tentang keutamaan dan kemuliaannya diantaranya maqam Ibrahim, yaitu bekas telapak kaki Nabi Ibrahim tempat beliau berdiri waktu membangun Kakbah; hajar aswad, hijir Ismail dan yang lainnya (Lihat: Surah alBaqarah/2: 125). Barang siapa memasukinya, menjadi amanlah dia dari gangguan-gangguan. Dan di antara kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang Islam yang sudah akil balig yang mampu mengadakan perjalanan ke sana, mempunyai bekal yang cukup untuk dirinya dan keluarga yang ditinggalkan, kemampuan fisik, ada sarana pengangkutan dan aman dalam perjalanan. Barang siapa mengingkari kewajiban haji, maka dia adalah kafir, karena tidak percaya pada ajaran Islam. Ketahuilah bahwa Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) apapun dari seluruh alam, baik yang taat dan menjalankan ibadah haji, yang durhaka, maupun yang kafir. | Suatu bukti lainnya bahwa Nabi Ibrahim-lah yang mendirikan kembali Ka’bah, adanya maqām Ibrāhīm di samping Baitullah, yaitu sebuah batu yang dipergunakan sebagai tempat berdiri oleh Nabi Ibrahim a.s. ketika mendirikan Ka’bah bersama-sama dengan putranya Ismail a.s. Bekas telapak kakinya itu tetap ada dan dapat disaksikan sampai sekarang.
Barang siapa masuk ke tanah Mekah (daerah haram) terjamin keamanan dirinya dari bahaya musuh dan keamanan itu tidak hanya bagi manusia saja, tetapi juga binatang-binatangnya, tidak boleh diganggu dan pohon-pohonnya tidak boleh ditebang.
Setelah Nabi Ibrahim mendirikan kembali Ka’bah lalu beliau disuruh Allah menyeru seluruh umat manusia agar mereka berziarah ke Baitullah untuk menunaikan ibadah haji. Ibadah haji ini dianjurkan oleh Nabi Ibrahim dan tetap dilaksanakan umat Islam sampai sekarang sebagai rukun Islam yang kelima. Setiap Muslim yang mampu diwajibkan menunaikan ibadah haji sekali seumur hidup.
Barang siapa yang mengingkari kewajiban ibadah haji, maka ia termasuk golongan orang kafir. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Semua ayat mulai dari permulaan surah ini sampai kepada ayat 92, mengandung dalil-dalil tentang kebenaran kenabian Muhammad saw, serta menetapkan keesaan Allah dan juga menerangkan perbuatan Ahli Kitab yang suka mengubah-ubah serta mengada-adakan bid’ah dalam agamanya, maka ayat ini adalah sebagai jawaban atas tindakan-tindakan yang mereka ada-adakan itu. Ayat ini membantah tuduhan para Ahli Kitab terhadap Agama Islam, yaitu tuduhan bahwa Muhammad tidak mengikuti agama Nabi Ibrahim dan nabi-nabi lainnya, seperti menghalalkan daging unta dan memutar kiblat dari Baitulmakdis ke Ka’bah. | BANTAHAN TERHADAP TUDUHAN AHLI KITAB
MENGENAI MAKANAN DAN KIBLAT | Kosakata: Bakkah بَكَّةٌ(Āli ‘Imrān/3: 96)
Bakkah adalah tempat di mana orang biasa melakukan tawaf, biasa disebut dengan Baitulḥarām, kata ini terambil dari kata al-bakk yang mempunyai dua arti, pertama “menolak dan mendesak”, sebab orang yang tawaf di Ka’bah akan berdesak-desakan, kedua “menghancurkan” karena orang yang akan merusaknya akan hancur. Mekah adalah nama kota dimana Ka’bah berada, terambil dari kata al-makk yang artinya “menghisap” dari ungkapan (makka al-faṣil ḍar’a ummihī) “anak unta atau sapi itu menghisap susu induknya karena kehausan”. Dengan demikian, Mekah bisa diartikan negeri yang tandus sehingga orang perlu memeras keringat untuk memperoleh air dari sumber air yang sangat sedikit di Mekah.
Nama “Mekah” dalam ayat ini disebut “Bakkah”, nama ini yang lebih tua. Tepatnya konon pada letak Masjidilharam, yang setelah dibangun oleh Nabi Ibrahim pernah roboh lalu dibangun kembali oleh Jurhum, kemudian oleh Amalekit (‘Amaliqah) kemudian oleh Quraisy (Tafsir Baidawi), dan sekian banyak lagi arti yang diberikan oleh para mufasir. Dalam beberapa surah dan ayat dalam Al-Qur’an kata “al-balad” (al-Baqarah/2:126, Ibrāhīm/14:35, al-Balad/90:1-2, at-Tīn/95:3 dan beberapa lagi dalam surah lain) yang dimaksud adalah Mekah. Disebut juga Umm al-Qurā, “ibu kota-kota” (al-An‘ām/6:92). Dalam abad ke-2 kota ini oleh ahli geografi dan astronomi Yunani, Ptolemaeus, disebut “Macoraba.”
Dalam abad ke-5 Masehi, di antara kabilah Arab dari keturunan Ibrahim yang terkuat di Mekah adalah Quraisy, terutama setelah di bawah pimpinan Qusai bin Kilab bin Murrah, kakek Rasulullah yang keempat dari pihak bapak. Qusai disebut sebagai pendiri kota Mekah dan sebagai tokoh penting yang berhasil membina kabilah Quraisy. Dialah laki-laki yang paling menonjol di antara orang-orang Arab masa itu. | null | 1. Allah membantah tuduhan orang Yahudi yang mengatakan bahwa Muhammad tidak mengakui agama Nabi Ibrahim karena Nabi Muhammad menghalalkan daging unta. Bantahan atas tuduhan itu ialah dengan menegaskan bahwa tidak ada satu pun makanan yang diharamkan bagi Bani Israil kecuali apa yang diharamkan oleh Nabi Yakub untuk dirinya sendiri, sebelum Kitab Taurat diturunkan.
2. Orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah dan rasul seperti yang dilakukan oleh Bani Israil termasuk golongan orang-orang yang zalim.
3. Allah membantah tuduhan orang Yahudi yang mengatakan bahwa Muhammad memindahkan kiblat dari Baitulmakdis ke Ka’bah itu bertentangan dengan syariat nabi-nabi sebelumnya, khususnya syariat Nabi Ibrahim. Allah membantah dengan mengatakan bahwa Ka’bah yang terletak di Mekah adalah tempat yang pertama kali didirikan untuk manusia sebagai tempat salat dan berdoa, sedangkan Baitulmakdis didirikan beberapa abad sesudah Nabi Ibrahim.
4. Allah mewajibkan ibadah haji kepada siapa yang mampu, sekali seumur hidup. Siapa yang mengingkari kewajiban ibadah haji maka ia termasuk golongan orang-orang kafir. |
391 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 98 | 62 | 7 | 4 | 1 | قُلْ يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ لِمَ تَكْفُرُوْنَ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ وَاللّٰهُ شَهِيْدٌ عَلٰى مَا تَعْمَلُوْنَ | Qul yā ahlal-kitābi lima takfurūna bi'āyātillāh(i), wallāhu syahīdun ‘alā mā ta‘malūn(a). | Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai Ahlulkitab, mengapa kamu terus-menerus mengingkari ayat-ayat Allah, padahal Allah Maha Menyaksikan apa yang kamu kerjakan?” | null | null | Setelah jelas dalil dan penjelasan yang diberikan kepada Ahli Kitab atas kebohongan mereka, tetapi mereka tetap ingkar, maka Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad, katakanlah “Wahai Ahli Kitab! Mengapa kamu mengingkari ayat-ayat Allah, mendustakan Al-Qur’an dan mengingkari kerasulanku, padahal Allah Maha Menyaksikan apa yang kamu kerjakan?” Tidak ada kedustaan dan perbuatan kalian yang samar bagi Allah walaupun kalian berusaha menyembunyikannya. Dia akan membalas keburukan perbuatan kalian kelak di hari kiamat. | Dengan ayat ini, para Ahli Kitab yang tetap tidak membenarkan kenabian Muhammad saw dicela padahal bukti-bukti atas kenabian itu sudah cukup banyak dan cukup jelas. Dengan keingkaran dan kekafiran itu mereka selalu berusaha memecah belah kaum Muslimin dan melemahkan posisi mereka. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Setelah ayat yang lalu mengemukakan dalil-dalil atas kenabian Nabi Muhammad saw dan sanggahan Ahli Kitab terhadapnya serta jawaban atas sanggahan itu sehingga hujah mereka dikalahkan, maka ayat ini mencela kekafiran mereka dengan menyuruh Nabi Muhammad mengatakan kepada mereka, “Mengapa Ahli Kitab itu masih mengingkari ayat-ayat Allah yang telah jelas membuktikan kebenaran Muhammad dan menghalangi orang-orang yang beriman? Allah menyaksikan perbuatan mereka dan akan membalas mereka dengan balasan yang setimpal.” | KEINGKARAN AHLI KITAB TERHADAP AGAMA ISLAM | Kosakata: Taṣuddūn تَصُدُّوْنَ (Āli ‘Imrān/3: 99)
Taṣuddūn yang berakar kata ṣadda, yaṣuddu, aṣṣaddu secara etimologis ber-arti “memalingkan” (an-Nisā'/4: 61) “mencegah” (al-Ḥajj/22: 25; al-Baqarah/2: 217), “menghalangi” (an-Naml/27:24) “menentang” Muḥammad/47:1). Dalam ayat ini (99) dikritik perilaku Ahli Kitab yang acapkali menghalang-halangi, menentang, dan lain-lain, orang yang telah beriman dalam menjalankan keimanannya. Hal ini mereka lakukan dengan tujuan supaya orang yang telah beriman kembali kepada perilaku sebelumnya. | Ayat ini diturunkan sekaligus bersama ayat 99 dan sebab turunnya sebagaimana diriwayatkan oleh Zaid bin Aslam dari Ibnu Yazid, bahwa, “Seorang yang bernama Syās bin Qais yang sangat ingkar dan selalu menyerang agama Islam, lewat di hadapan beberapa orang sahabat Rasulullah yang terdiri dari Kabilah Aus dan Khazraj. Mereka sedang duduk bersama-sama membicarakan beberapa persoalan.”
Hal ini sangat menjengkelkan hati Ahli Kitab, karena dilihatnya persatuan kaum Muslimin amat kuat dan amat dalam rasa kasih sayang antara sesama mereka, meskipun dahulunya mereka bermusuhan pada masa Jahiliah. Ia berkata dalam hatinya, “Kabilah ini (Aus dan Khazraj) telah bersatu padu di negeri ini. Demi Allah kami tidak akan tenteram selama mereka mempunyai persatuan yang kukuh.” Lalu ia menyuruh seorang pemuda Yahudi yang kebetulan berada di sampingnya agar duduk bersama sahabat-sahabat Nabi dan membicarakan Perang Bu’āṡ yang terjadi antara kabilah Aus dengan Khazraj dan dimenangkan oleh kabilah Aus. Di samping membangkitkan permusuhan lama antara kedua kabilah itu, pemuda itu mengucapkan pula beberapa bait syair peperangan yang pernah diucapkan mengenai Perang Bu’āṡ. Akhirnya timbullah pertentangan di antara para sahabat Nabi dan tampillah dua orang di antara mereka, yaitu Aus bin Qaiẓi, salah seorang dari Bani Hāriṡah dari kalangan Aus dan Jabir bin Ṡakhr, salah seorang dari Bani Salamah dari kalangan Khazraj. Masing-masing melemparkan kata-kata yang menyakitkan sehingga salah seorang dari mereka mengatakan, “Kalau kamu mau, marilah kita hidupkan kembali perang di antara kita.” Akhirnya memuncaklah kemarahan mereka dan masing-masing golongan meneriakkan, “Marilah bersiap untuk memanggul senjata,” dan berjanji akan bertempur di suatu tempat yang bernama Aẓ-Żahirah di luar kota Medinah.
Maka berkumpullah kaum Khazraj, demikian pula kaum Aus bersiap untuk bertempur sebagaimana mereka lakukan pada masa jahiliah. Peristiwa ini segera disampaikan kepada Rasulullah dan beliau segera pergi ke tempat mereka berkumpul bersama Muhajirin dan mengucapkan kata-kata sebagai berikut, “Hai kaum Muslimin! Kenapa kamu mengucapkan kata-kata di antara sesamamu seperti ucapan-ucapanmu pada masa jahiliah? Padahal aku berada di tengah-tengah kamu? Kamu sudah mendapat petunjuk dari Allah untuk menganut agama Islam dan Allah telah memuliakan kamu dengan agama itu dan memutuskan hubunganmu dengan masa jahiliah dan telah membebaskan kamu dari kekafiran dan telah mempersatukan hati kamu dengan rasa kasih sayang. Apakah kamu ingin menjadi kafir kembali?”
Mendengar ucapan Rasulullah, sadarlah mereka bahwa mereka teperdaya oleh bisikan setan dan masuk ke dalam perangkap tipu daya musuh-musuh Islam, lalu mereka melemparkan senjata dan menangis tersedu-sedu. Kaum Aus dan Khazraj itu berpeluk-pelukan dan mereka bubar kembali ke tempat masing-masing karena patuh dan taat kepada perintah Rasul dan padamlah api kemarahan yang dibangkit-bangkitkan oleh Syās bin Qais, musuh Islam itu.” Maka turunlah ayat ini dan ayat berikutnya sebagai celaan atas tingkah laku orang-orang kafir.
Khusus mengenai Aus bin Qaiẓi bersama beberapa orang dari kalangan kabilah Aus dan Jabir bin Ṡakhr bersama beberapa orang dari kabilah Khazraj yang ikut dalam peristiwa persengketaan tersebut turun pula ayat 100 surah ini. | null |
392 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 99 | 62 | 7 | 4 | 1 | قُلْ يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ لِمَ تَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ مَنْ اٰمَنَ تَبْغُوْنَهَا عِوَجًا وَّاَنْتُمْ شُهَدَاۤءُ ۗ وَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُوْنَ | Qul yā ahlal-kitābi lima taṣuddūna ‘an sabīlillāhi man āmana tabgūnahā ‘iwajaw wa antum syuhadā'(u), wa mallāhu bigāfilin ‘ammā ta‘malūn(a). | Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai Ahlulkitab, mengapa kamu terus-menerus menghalang-halangi orang-orang yang beriman dari jalan Allah? Kamu (memang) menghendakinya (jalan Allah itu) menjadi bengkok, sedangkan kamu menyaksikan.110) Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.” | 110 | 110) Maksud menyaksikan adalah mengetahui bahwa agama yang diridai Allah Swt. adalah agama Islam. | Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, “Wahai Ahli Kitab!" Setelah kamu kufur, mengapa kamu terus menghalang-halangi dan berusaha memalingkan orang-orang yang beriman dari jalan Allah, kamu menghendakinya (jalan Allah) yang lurus menjadi bengkok, padahal kamu menyaksikan, yaitu mengetahui bahwa apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad adalah benar? Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi, baik di masa lampau, sekarang, maupun yang akan datang. Sesungguhnya kalian telah sesat dan menyesatkan. | Ahli Kitab menginginkan agar agama Allah menyimpang dari tujuan yang benar dengan mengubah sifat-sifat Muhammad dan membuat-buat dusta kepada Allah, padahal mereka menanti-nantikan kenabian Muhammad saw di dalam hati kecil mereka sendiri. Allah mengutuk sifat dengki yang tersembunyi dalam dada para pemimpin Ahli Kitab. Allah sekali-kali tidak akan lengah tentang kepalsuan mereka. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Setelah ayat yang lalu mengemukakan dalil-dalil atas kenabian Nabi Muhammad saw dan sanggahan Ahli Kitab terhadapnya serta jawaban atas sanggahan itu sehingga hujah mereka dikalahkan, maka ayat ini mencela kekafiran mereka dengan menyuruh Nabi Muhammad mengatakan kepada mereka, “Mengapa Ahli Kitab itu masih mengingkari ayat-ayat Allah yang telah jelas membuktikan kebenaran Muhammad dan menghalangi orang-orang yang beriman? Allah menyaksikan perbuatan mereka dan akan membalas mereka dengan balasan yang setimpal.” | KEINGKARAN AHLI KITAB TERHADAP AGAMA ISLAM | Kosakata: Taṣuddūn تَصُدُّوْنَ (Āli ‘Imrān/3: 99)
Taṣuddūn yang berakar kata ṣadda, yaṣuddu, aṣṣaddu secara etimologis ber-arti “memalingkan” (an-Nisā'/4: 61) “mencegah” (al-Ḥajj/22: 25; al-Baqarah/2: 217), “menghalangi” (an-Naml/27:24) “menentang” Muḥammad/47:1). Dalam ayat ini (99) dikritik perilaku Ahli Kitab yang acapkali menghalang-halangi, menentang, dan lain-lain, orang yang telah beriman dalam menjalankan keimanannya. Hal ini mereka lakukan dengan tujuan supaya orang yang telah beriman kembali kepada perilaku sebelumnya. | null | Para Ahli Kitab walaupun dalam hati kecilnya mempercayai kenabian Nabi Muhammad, namun mereka selalu berusaha dengan berbagai cara dan alasan untuk mengingkarinya dan memberikan gambaran yang keliru tentang agama Islam. |
393 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 100 | 62 | 7 | 4 | 1 | يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ تُطِيْعُوْا فَرِيْقًا مِّنَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ يَرُدُّوْكُمْ بَعْدَ اِيْمَانِكُمْ كٰفِرِيْنَ | Yā ayyuhal-lażīna āmanū in tuṭī‘ū farīqam minal-lażīna ūtul-kitāba yaruddūkum ba‘da īmānikum kāfirīn(a). | Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti segolongan dari orang yang diberi Alkitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang-orang kafir setelah beriman. | null | null | Setelah ayat sebelumnya mengecam Ahli Kitab, maka ayat ini ditujukan kepada orang-orang yang beriman. Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu mengikuti sebagian dari orang yang diberi Kitab, yaitu Yahudi dan Nasrani, niscaya mereka akan mengembalikan dan memalingkan kamu dari agama kamu agar kembali menjadi orang kafir yang kukuh kekafirannya setelah kamu beriman kepada Nabi Muhammad. | Orang beriman dilarang mengikuti segolongan Ahli Kitab karena mereka selalu mengadakan tipu muslihat terhadap kaum Muslimin. Bila kaum Muslimin mengikuti orang Yahudi, niscaya mereka akan terjerumus kembali ke dalam permusuhan dan kekafiran. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat-ayat sebelumnya diterangkan usaha Ahli Kitab untuk menjelek-jelekkan agama Islam dengan maksud menjauhkan kaum Muslimin dari Nabi Muhammad saw dan untuk mengaburkan orang beriman agar mereka tidak tertarik kepada agama Islam. Pada ayat-ayat ini Allah memerintahkan agar dibina kekuatan kaum Muslimin dengan memupuk persatuan hingga tidak mudah dipecah belah, dan dengan mengatur hubungan mereka satu sama lain berdasarkan tolong menolong dan nasihat menasihati untuk memperkuat perjuangan. | TUNTUNAN UNTUK BERPEGANG TEGUH PADA AGAMA ALLAH DAN MEMELIHARA PERSATUAN | Kosakata: I‘taṣimū اِعْتَصِمُوْا(Āli ‘Imrān/3: 103)
Secara etimologis, i‘taṣimū adalah kata perintah dari kata kerja i‘taṣama, ya’taṣimu, al-i‘tiṣām yang berarti “berpegang teguh pada sesuatu”. Seorang yang tercegah dari perbuatan dosa dinamakan ma‘ṣūm. Mi‘ṣam artinya “pergelangan tangan”, orang yang berpegangan dengan pergelangan tangan akan terlindungi, karena bisa teguh dan kokoh. Melalui ayat ini (103) kaum Muslimim mendapatkan peritah untuk bernaung dan berpegang teguh pada agama Allah. Maksudnya, kaum Muslimin harus menjadikan agama Allah sebagai pegangan hidup agar selamat di dunia dan akhirat. | Seorang Yahudi bernama Syās bin Qais yang sangat benci dan memusuhi kaum Muslimin, pada suatu hari lewat dihadapan kelompok sahabat Ansar yang sedang berbicara dengan penuh rasa persaudaraan. Hal ini menyebabkan rasa dengki di hatinya terhadap sahabat-sahabat Ansar yang hidup rukun dan damai. Dia berkata dalam hatinya, “Jika kaum Muslimin hidup rukun dan bersatu padu, niscaya golongan Yahudi tidak akan mendapat kedudukan lagi di Medinah.”
Karena itu ia menyuruh seorang pemuda Yahudi menghampiri sahabat-sahabat Ansar yang sedang berkumpul, dan meniupkan api pertentangan di kalangan mereka dengan membangkit-bangkitkan kembali suasana perang saudara yang sering terjadi antara kabilah Aus dan Khazraj terutama waktu Perang Bu‘āṡ di mana kabilah Aus dapat mengalahkan kabilah Khazraj. Pemuda itu berhasil menimbulkan permusuhan, dengan menyebut-nyebut kejadian waktu Perang Bu‘āṡ sehingga permusuhan yang sudah terkikis habis di kalangan Aus dan kabilah Khazraj, timbul kembali, dan dengan segera mereka masing-masing menghunus pedang untuk bertempur.
Berita itu sampai kepada Nabi Muhammad saw lalu beliau segera datang ke tempat itu bersama kaum Muhajirin dan Ansar. Dengan penuh kebijaksanaan beliau menasihati kaum Aus dan Khazraj agar jangan tergoda oleh hasutan pihak lawan dan mengajak mereka kembali kepada suasana damai dan memperkuat persaudaraan yang sudah dibina oleh Rasulullah saw di Medinah. Beliau bersabda, “Mengapa kamu masih mengajak kepada suasana jahiliah lagi, padahal aku berada di tengah-tengah kamu? Allah telah memuliakan kamu dengan agama Islam dan mempersatukan hati kamu dalam satu persaudaraan. Maka sadarlah golongan Aus dan Khazraj, bahwa mereka telah tertipu oleh godaan setan dan tipu muslihat musuh. Lalu mereka meletakkan senjata dan berangkulan sambil mencucurkan air mata dan kembali bersama Rasulullah saw maka turunlah ayat ini. | null |
394 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 101 | 63 | 7 | 4 | 1 | وَكَيْفَ تَكْفُرُوْنَ وَاَنْتُمْ تُتْلٰى عَلَيْكُمْ اٰيٰتُ اللّٰهِ وَفِيْكُمْ رَسُوْلُهٗ ۗ وَمَنْ يَّعْتَصِمْ بِاللّٰهِ فَقَدْ هُدِيَ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ ࣖ | Wa kaifa takfurūna wa antum tutlā ‘alaikum āyātullāhi wa fīkum rasūluh(ū), wa may ya‘taṣim billāhi faqad hudiya ilā ṣirāṭim mustaqīm(in). | Bagaimana kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu dan Rasul-Nya (Nabi Muhammad) pun berada di tengah-tengah kamu? Siapa yang berpegang teguh pada (agama) Allah, sungguh dia telah diberi petunjuk ke jalan yang lurus. | null | null | Dan bagaimana kamu sampai menjadi murtad dan kembali kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kamu dan telah nyata kebenaran dakwah risalahnya? Maka berpegangteguhlah kepada agama Allah. Barang siapa berpegang teguh kepada agama Allah, maka sungguh, dia diberi petunjuk kepada jalan lebar dan mudah dilalui yang lurus, berupa keimanan yang kuat dan akan diberi kebahagiaan di dunia dan akhirat. Ayat ini mengisyaratkan bahwa orang yang beriman akan selalu mendapatkan cobaan. Walau begitu, barang siapa menjadikan agama Allah sebagai pegangan dan Allah sebagai tempat kembali serta memperbanyak ibadah, maka dia akan selamat dari cobaan tersebut. | Mengapa kaum Muslimin mengingkari Allah dan mengikuti Ahli Kitab, padahal mereka telah mendengar ayat-ayat Allah yang dibacakan kepada mereka dan ayat-ayat itu adalah sumber petunjuk yang mengandung segala macam kebaikan dan selalu menganjurkan agar memelihara keimanan sedang Rasulullah sendiri masih berada di tengan-tengah mereka sebagai lambang kebenaran, kebajikan dan persaudaraan.
Maka pantaskah orang mukmin yang telah diberi anugerah oleh Allah sedemikian besar mengikuti segolongan orang yang sudah nyata sesat sebelumnya dan menyesatkan orang banyak dari jalan yang lurus? Karena itu hendaklah seorang mukmin berpegang teguh kepada ajaran Allah dan Rasul-Nya. Dengan demikian akan terpeliharalah mereka dan selalu berada dalam lingkungan hidayah-Nya, tidak akan sesat untuk selama-lamanya dan tidak akan merasa takut. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat-ayat sebelumnya diterangkan usaha Ahli Kitab untuk menjelek-jelekkan agama Islam dengan maksud menjauhkan kaum Muslimin dari Nabi Muhammad saw dan untuk mengaburkan orang beriman agar mereka tidak tertarik kepada agama Islam. Pada ayat-ayat ini Allah memerintahkan agar dibina kekuatan kaum Muslimin dengan memupuk persatuan hingga tidak mudah dipecah belah, dan dengan mengatur hubungan mereka satu sama lain berdasarkan tolong menolong dan nasihat menasihati untuk memperkuat perjuangan. | TUNTUNAN UNTUK BERPEGANG TEGUH PADA AGAMA ALLAH DAN MEMELIHARA PERSATUAN | Kosakata: I‘taṣimū اِعْتَصِمُوْا(Āli ‘Imrān/3: 103)
Secara etimologis, i‘taṣimū adalah kata perintah dari kata kerja i‘taṣama, ya’taṣimu, al-i‘tiṣām yang berarti “berpegang teguh pada sesuatu”. Seorang yang tercegah dari perbuatan dosa dinamakan ma‘ṣūm. Mi‘ṣam artinya “pergelangan tangan”, orang yang berpegangan dengan pergelangan tangan akan terlindungi, karena bisa teguh dan kokoh. Melalui ayat ini (103) kaum Muslimim mendapatkan peritah untuk bernaung dan berpegang teguh pada agama Allah. Maksudnya, kaum Muslimin harus menjadikan agama Allah sebagai pegangan hidup agar selamat di dunia dan akhirat. | null | null |
395 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 102 | 63 | 7 | 4 | 1 | يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ | Yā ayyuhal-lażīna āmanuttaqullāha ḥaqqa tuqātihī wa lā tamūtunna illā wa antum muslimūn(a). | Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim. | null | null | Supaya kamu memperoleh keimanan yang kuat dan tidak goyah ketika terjadi cobaan, maka wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya sesuai kebesaran, keagungan, dan kasih sayang-Nya kepada kamu. Bukti ketakwaan tersebut adalah menaati Allah dan tidak sekalipun durhaka, mengingat-Nya dan tidak sesaat pun melupakan-Nya, serta mensyukuri nikmat-Nya tanpa sekalipun dan sekecil apa pun mengingkarinya sampai batas akhir kemampuan kamu, dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim, berserah diri kepada Allah dengan tetap memeluk agama yang diridai, yaitu Islam. Karena tidak seorang pun mengetahui kapan datangnya kematian, maka berusahalah sekuat tenaga untuk selalu berada di jalan Allah, karena Allah akan menganugerahi hamba sesuai usaha yang dilakukannya. | Diserukan kepada kaum Muslimin terutama kaum Aus dan Khazraj agar mereka tetap di Medinah, beriman, bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benar takwa, dengan memenuhi segala kewajiban takwa. Dengan mengerahkan segala daya dan kemampuan untuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, secara keseluruhan, dan jangan mati, melainkan dalam keadaan memeluk agama Islam. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat-ayat sebelumnya diterangkan usaha Ahli Kitab untuk menjelek-jelekkan agama Islam dengan maksud menjauhkan kaum Muslimin dari Nabi Muhammad saw dan untuk mengaburkan orang beriman agar mereka tidak tertarik kepada agama Islam. Pada ayat-ayat ini Allah memerintahkan agar dibina kekuatan kaum Muslimin dengan memupuk persatuan hingga tidak mudah dipecah belah, dan dengan mengatur hubungan mereka satu sama lain berdasarkan tolong menolong dan nasihat menasihati untuk memperkuat perjuangan. | TUNTUNAN UNTUK BERPEGANG TEGUH PADA AGAMA ALLAH DAN MEMELIHARA PERSATUAN | Kosakata: I‘taṣimū اِعْتَصِمُوْا(Āli ‘Imrān/3: 103)
Secara etimologis, i‘taṣimū adalah kata perintah dari kata kerja i‘taṣama, ya’taṣimu, al-i‘tiṣām yang berarti “berpegang teguh pada sesuatu”. Seorang yang tercegah dari perbuatan dosa dinamakan ma‘ṣūm. Mi‘ṣam artinya “pergelangan tangan”, orang yang berpegangan dengan pergelangan tangan akan terlindungi, karena bisa teguh dan kokoh. Melalui ayat ini (103) kaum Muslimim mendapatkan peritah untuk bernaung dan berpegang teguh pada agama Allah. Maksudnya, kaum Muslimin harus menjadikan agama Allah sebagai pegangan hidup agar selamat di dunia dan akhirat. | null | null |
396 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 103 | 63 | 7 | 4 | 1 | وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا ۖوَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَاۤءً فَاَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖٓ اِخْوَانًاۚ وَكُنْتُمْ عَلٰى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنْقَذَكُمْ مِّنْهَا ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ | Wa‘taṣimū biḥablillāhi jamī‘aw wa lā tafarraqū, ważkurū ni‘matallāhi ‘alaikum iż kuntum a‘dā'an fa allafa baina qulūbikum fa aṣbaḥtum bi ni‘matihī ikhwānā(n), wa kuntum ‘alā syafā ḥufratim minan-nāri fa anqażakum minhā, każālika yubayyinullāhu lakum āyātihī la‘allakum tahtadūn(a). | Berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, janganlah bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara. (Ingatlah pula ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk. | null | null | Pada ayat ini Allah memerintah kaum mukmin menjaga persatuan dan kesatuan. Dan berpegangteguhlah serta berusahalah sekuat tenaga agar kamu semuanya bantu-membantu untuk menyatu pada tali (agama) Allah agar kamu tidak tergelincir dari agama tersebut. Dan janganlah kamu bercerai berai, saling bermusuhan dan mendengki, karena semua itu akan menjadikan kamu lemah dan mudah dihancurkan. Dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika mengeluarkan kamu dari kekufuran kepada keimanan dan menyatukan hati kalian dalam persaudaraan, padahal kamu dahulu pada ( masa jahiliyyah ) saling bermusuhan, saling membenci dan memerangi tiada henti dari generasi ke generasi, lalu Allah mempersatukan hatimu dengan harapan dan tujuan yang sama yaitu memperoleh rida Allah, sehingga dengan karuniany-Nya, yaitu agama islam, kamu menjadi bersaudara dalam satu keuarga. Pada masa Jahiliah terjadi permusuhan selama ratusan tahun antara suku 'Aus dan suku Khazraj. Setelah datangnya Islam mereka dapat bersatu dengan penuh persahabatan. Menyaksikan kenyataan tersebut orang-orang Yahudi merasa tidak senang dan menyuruh salah seorang diantara mereka meniupkan api perpecahan dengan menyebutk kejadian waktu Perang Bu'as. Meskipun kedua suku tersebut sempat terpancing dan hampir saja berperang, tetapi Nabi MUhammad berhasil mendamaikan mereka. Demikian besar karunia Allah kepada kamu, sedangkan (ketika itu) kamu sama sekali tidak menyadari bahwa ketika kamu saling bermusuhan, susungguhnya kamu berada di tepi jurang neraka, karena hidup tanpa bimbingan wahyu, selalu terbakar api kebencian, kemarahan dan permusuhan bahkan berakibat pada pemunuhan, lalu dengan datangnya Islam Allah menyelamatkan kamu dari sana dan terciptalah kedamaian di antara kamu. Demikianlah, Allah secara terus menerus menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk secara terus-menerus dan tetap bersatu padu dalam persaudaraan dan kekeluargaan. | Diingatkan hendaklah mereka berpegang teguh kepada Allah dan ajaran-Nya dan selalu mengingat nikmat yang dianugerahkan-Nya kepada mereka. Dahulu pada masa jahiliah mereka bermusuhan sehingga timbullah perang saudara beratus-ratus tahun lamanya, seperti perang antara kaum ‘Aus dan Khazraj. Maka Allah telah mempersatukan hati mereka dengan datangnya Nabi Muhammad saw dan mereka telah masuk ke dalam agama Islam dengan berbondong-bondong. Allah telah mencabut dari hati mereka sifat dengki dan memadamkan dari mereka api permusuhan sehingga jadilah mereka orang-orang yang bersaudara dan saling mencintai menuju kebahagiaan bersama.
Juga karena kemusyrikan, mereka berada di tepi jurang neraka, hanya terhalang oleh maut saja. Tetapi Allah telah menyelamatkan mereka. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya, agar kaum Muslimin mendapat petunjuk dan mensyukuri nikmat agar nikmat itu terpelihara. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat-ayat sebelumnya diterangkan usaha Ahli Kitab untuk menjelek-jelekkan agama Islam dengan maksud menjauhkan kaum Muslimin dari Nabi Muhammad saw dan untuk mengaburkan orang beriman agar mereka tidak tertarik kepada agama Islam. Pada ayat-ayat ini Allah memerintahkan agar dibina kekuatan kaum Muslimin dengan memupuk persatuan hingga tidak mudah dipecah belah, dan dengan mengatur hubungan mereka satu sama lain berdasarkan tolong menolong dan nasihat menasihati untuk memperkuat perjuangan. | TUNTUNAN UNTUK BERPEGANG TEGUH PADA AGAMA ALLAH DAN MEMELIHARA PERSATUAN | Kosakata: I‘taṣimū اِعْتَصِمُوْا(Āli ‘Imrān/3: 103)
Secara etimologis, i‘taṣimū adalah kata perintah dari kata kerja i‘taṣama, ya’taṣimu, al-i‘tiṣām yang berarti “berpegang teguh pada sesuatu”. Seorang yang tercegah dari perbuatan dosa dinamakan ma‘ṣūm. Mi‘ṣam artinya “pergelangan tangan”, orang yang berpegangan dengan pergelangan tangan akan terlindungi, karena bisa teguh dan kokoh. Melalui ayat ini (103) kaum Muslimim mendapatkan peritah untuk bernaung dan berpegang teguh pada agama Allah. Maksudnya, kaum Muslimin harus menjadikan agama Allah sebagai pegangan hidup agar selamat di dunia dan akhirat. | null | null |
397 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 104 | 63 | 7 | 4 | 1 | وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ | Waltakum minkum ummatuy yad‘ūna ilal-khairi wa ya'murūna bil-ma‘rūfi wa yanhauna ‘anil-munkar(i), wa ulā'ika humul-mufliḥūn(a). | Hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar.111) Mereka itulah orang-orang yang beruntung. | 111 | 111) Makruf adalah segala kebaikan yang diperintahkan oleh agama serta bermanfaat untuk kebaikan individu dan masyarakat. Mungkar adalah setiap keburukan yang dilarang oleh agama serta merusak kehidupan individu dan masyarakat. | Pada ayat ini Allah memerintahkan orang mukmin agar mengajak manusia kepada kebaikan, menyuruh perbuatan makruf, dan mencegah perbuatan mungkar. Dan hendaklah di antara kamu, orang mukmin, ada segolongan orang yang secara terus-menerus menyeru kepada kebajikan yaitu petunjuk-petunjuk Allah, menyuruh (berbuat) yang makruf yaitu akhlak, perilaku dan nilai-nilai luhur dan adat istiadat yang berkembang di masyarakat yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama, dan mencegah dari yang mungkar, yaitu sesuatu yang dipandang buruk dan diingkari oleh akal sehat. Sungguh mereka yang menjalankan ketiga hal tersebut mempunyai kedudukan tinggi di hadapan Allah dan mereka itulah orang-orang yang beruntung karena mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat. | Untuk mencapai maksud tersebut perlu adanya segolongan umat Islam yang bergerak dalam bidang dakwah yang selalu memberi peringatan, bilamana tampak gejala-gejala perpecahan dan penyelewengan. Karena itu pada ayat ini diperintahkan agar di antara umat Islam ada segolongan umat yang terlatih di bidang dakwah yang dengan tegas menyerukan kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf (baik) dan mencegah dari yang mungkar (maksiat). Dengan demikian umat Islam akan terpelihara dari perpecahan dan infiltrasi pihak manapun.
Menganjurkan berbuat kebaikan saja tidaklah cukup tetapi harus dibarengi dengan menghilangkan sifat-sifat yang buruk. Siapa saja yang ingin mencapai kemenangan, maka ia terlebih dahulu harus mengetahui persyaratan dan taktik perjuangan untuk mencapainya, yaitu kemenangan tidak akan tercapai melainkan dengan kekuatan, dan kekuatan tidak akan terwujud melainkan dengan persatuan. Persatuan yang kukuh dan kuat tidak akan tercapai kecuali dengan sifat-sifat keutamaan. Tidak terpelihara keutamaan itu melainkan dengan terpeliharanya agama dan akhirnya tidak mungkin agama terpelihara melainkan dengan adanya dakwah. Maka kewajiban pertama umat Islam itu ialah menggiatkan dakwah agar agama dapat berkembang baik dan sempurna sehingga banyak pemeluknya.
Dengan dorongan agama akan tercapailah bermacam-macam kebajikan sehingga terwujud persatuan yang kukuh kuat. Dari persatuan yang kukuh kuat tersebut akan timbullah kemampuan yang besar untuk mencapai kemenangan dalam setiap perjuangan. Mereka yang memenuhi syarat-syarat perjuangan itulah orang-orang yang sukses dan beruntung. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat-ayat sebelumnya diterangkan usaha Ahli Kitab untuk menjelek-jelekkan agama Islam dengan maksud menjauhkan kaum Muslimin dari Nabi Muhammad saw dan untuk mengaburkan orang beriman agar mereka tidak tertarik kepada agama Islam. Pada ayat-ayat ini Allah memerintahkan agar dibina kekuatan kaum Muslimin dengan memupuk persatuan hingga tidak mudah dipecah belah, dan dengan mengatur hubungan mereka satu sama lain berdasarkan tolong menolong dan nasihat menasihati untuk memperkuat perjuangan. | TUNTUNAN UNTUK BERPEGANG TEGUH PADA AGAMA ALLAH DAN MEMELIHARA PERSATUAN | Kosakata: I‘taṣimū اِعْتَصِمُوْا(Āli ‘Imrān/3: 103)
Secara etimologis, i‘taṣimū adalah kata perintah dari kata kerja i‘taṣama, ya’taṣimu, al-i‘tiṣām yang berarti “berpegang teguh pada sesuatu”. Seorang yang tercegah dari perbuatan dosa dinamakan ma‘ṣūm. Mi‘ṣam artinya “pergelangan tangan”, orang yang berpegangan dengan pergelangan tangan akan terlindungi, karena bisa teguh dan kokoh. Melalui ayat ini (103) kaum Muslimim mendapatkan peritah untuk bernaung dan berpegang teguh pada agama Allah. Maksudnya, kaum Muslimin harus menjadikan agama Allah sebagai pegangan hidup agar selamat di dunia dan akhirat. | null | null |
398 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 105 | 63 | 7 | 4 | 1 | وَلَا تَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ تَفَرَّقُوْا وَاخْتَلَفُوْا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْبَيِّنٰتُ ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌ ۙ | Wa lā takūnū kal-lażīna tafarraqū wakhtalafū mim ba‘di mā jā'ahumul-bayyināt(u), wa ulā'ika lahum ‘ażābun ‘aẓīm(un). | Janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas. Mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang sangat berat. | null | null | Dan janganlah kamu, wahai orang mukmin, menjadi seperti orang-orang yang berkelompok-kelompok, seperti orang Yahudi dan Nasrani yang bercerai berai dan berselisih dalam urusan agama dan kemaslahatan umat, karena masing-masing mengutamakan kepentingan kelompoknya. Betapa buruk apa yang terjadi pada mereka, karena berselisih secara sadar dan sengaja setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas, yaitu diutusnya para rasul dan diturunkannya kitab-kitab. Mereka yang berkelompok dan berselisih itulah orang-orang yang celaka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang berat kelak di hari kiamat. | Allah melarang umat Islam dari perpecahan, karena dengan perpecahan itu bagaimanapun kukuh dan kuat kedudukan suatu umat, pasti akan membawa kepada keruntuhan dan kehancuran. Karena itu Allah memperingatkan agar umat Islam tidak terjerumus ke jurang perpecahan. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat-ayat sebelumnya diterangkan usaha Ahli Kitab untuk menjelek-jelekkan agama Islam dengan maksud menjauhkan kaum Muslimin dari Nabi Muhammad saw dan untuk mengaburkan orang beriman agar mereka tidak tertarik kepada agama Islam. Pada ayat-ayat ini Allah memerintahkan agar dibina kekuatan kaum Muslimin dengan memupuk persatuan hingga tidak mudah dipecah belah, dan dengan mengatur hubungan mereka satu sama lain berdasarkan tolong menolong dan nasihat menasihati untuk memperkuat perjuangan. | TUNTUNAN UNTUK BERPEGANG TEGUH PADA AGAMA ALLAH DAN MEMELIHARA PERSATUAN | Kosakata: I‘taṣimū اِعْتَصِمُوْا(Āli ‘Imrān/3: 103)
Secara etimologis, i‘taṣimū adalah kata perintah dari kata kerja i‘taṣama, ya’taṣimu, al-i‘tiṣām yang berarti “berpegang teguh pada sesuatu”. Seorang yang tercegah dari perbuatan dosa dinamakan ma‘ṣūm. Mi‘ṣam artinya “pergelangan tangan”, orang yang berpegangan dengan pergelangan tangan akan terlindungi, karena bisa teguh dan kokoh. Melalui ayat ini (103) kaum Muslimim mendapatkan peritah untuk bernaung dan berpegang teguh pada agama Allah. Maksudnya, kaum Muslimin harus menjadikan agama Allah sebagai pegangan hidup agar selamat di dunia dan akhirat. | null | 1. Allah memperingatkan orang beriman agar jangan terpengaruh oleh bujukan dan tipu daya orang kafir, karena mereka selalu ingin menarik kaum mukmin kepada agama mereka, dan hendaklah kaum Muslimin berpegang teguh kepada petunjuk dan ajaran Al-Qur’an, serta bertakwa kepada Allah dan memelihara keimanan dan keislamannya.
2. Allah menganjurkan agar kaum Muslimin bersatu dalam melaksanakan ajaran agama dan menjauhi segala yang menimbulkan perpecahan dan permusuhan, karena persatuan itu adalah salah satu nikmat Allah yang besar, yang harus disyukuri dan dipelihara sebaik-baiknya.
3. Untuk mencapai kekuatan umat Islam dalam perjuangan menegakkan agamanya hendaklah memperkuat barisan dakwah yang akan memberi petunjuk kepada jalan yang lurus, menganjurkan berbuat kebaikan, dan mencegah dari kemungkaran untuk mengantarkan umat ke gerbang kebahagiaan. |
399 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 106 | 63 | 7 | 4 | 1 | يَّوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوْهٌ وَّتَسْوَدُّ وُجُوْهٌ ۚ فَاَمَّا الَّذِيْنَ اسْوَدَّتْ وُجُوْهُهُمْۗ اَ كَفَرْتُمْ بَعْدَ اِيْمَانِكُمْ فَذُوْقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُوْنَ | Yauma tabyaḍḍu wujūhuw wa taswaddu wujūh(un), fa ammal-lażīnaswaddat wujūhuhum, akafartum ba‘da īmānikum fa żūqul-‘ażāba bimā kuntum takfurūn(a). | (Azab itu terjadi) pada hari ketika ada wajah yang putih berseri dan ada pula wajah yang hitam kusam. Adapun orang-orang yang berwajah hitam kusam (kepada mereka dikatakan), “Mengapa kamu kafir setelah beriman? Oleh karena itu, rasakanlah azab yang disebabkan kekafiranmu.” | null | null | Ayat ini menggambarkan perbedaan keadaan orang yang beriman dan orang kafir pada hari kiamat. Pada hari itu ada wajah yang putih berseri dan tampak sinar kebahagiaan dan kesenangan mereka karena pahala dari amal kebajikan mereka selama hidup di dunia; itulah wajah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya, dan ada pula wajah yang hitam muram dan tampak rasa kesedihan, penyesalan dan kehinaan; itulah wajah orang-orang kafir dan mendustakan rasulrasul-Nya. Adapun orang-orang yang berwajah hitam muram, kepada mereka dikatakan, “Mengapa kamu kafir, murtad, setelah beriman, yaitu setelah datang penjelasan yang nyata, baik melalui rasul maupun kitab yang diturunkan Allah dan juga tanda-tanda kebesaran Allah di alam raya? Karena itu, rasakanlah azab yang pedih disebabkan dosa kekafiranmu itu.” | Ayat ini menggambarkan bagaimana kedua golongan tampak perbedaannya pada hari kiamat, yang pertama golongan mukmin wajahnya putih bersih bersinar. Yang kedua, golongan kafir dari Ahli Kitab dan munafik terlihat muram dan hitam mukanya karena melihat azab yang disediakan Allah untuknya.
Di samping mereka menerima azab yang menimpa badannya, ditambah pula dengan cercaan dari Allah dengan ucapan, “Kenapa kamu kafir sesudah beriman? Karena itu rasakanlah azab Kami disebabkan kekafiranmu itu.” | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat-ayat yang lalu umat Islam diperintahkan agar selalu bersatu, tidak bercerai-berai dan ada sekelompok dari mereka untuk berdakwah, maka pada ayat-ayat ini dijelaskan bahwa anjuran untuk berbuat kebajikan dan menjauhi segala keburukan akan menjadikan mereka yang melakukannya sebagai orang yang berbahagia. Sebaliknya yang ingkar dan durhaka serta tidak patuh pada ajaran-ajaran Allah akan mendapat azab. | PERBEDAAN NASIB ORANG MUKMIN
DAN NASIB ORANG KAFIR DI AKHIRAT | Kosakata: Tabyaḍḍ - Taswadd تَبْيَضُّ - تَسْوَدُّ (Āli ‘Imrān/3: 106)
Tabyaḍḍ kata kerja muḍari’ dari ibyaḍḍa, masdarnya ibyiḍaḍan atau bayaḍan, artinya menjadi putih. Warna putih adalah warna yang paling utama menurut orang Arab, maka semua keutamaan dan kemuliaan diekspresikan dengan warna putih, sehingga orang yang tidak berdosa disebut orang yang putih wajahnya. Wajah putih menggambarkan kebahagiaan. Sedangkan taswadd asal kata as-sawad artinya warna hitam, lawan kata putih. Kalau wajah putih adalah ungkapan kebahagiaan, sebaliknya wajah hitam adalah ungkapan dari kesedihan, murung, dukacita dan sebagainya (an-Naḥl/16:58). Kata putih dan hitam di sini sebenarnya adalah penggambaran dari sesuatu yang abstrak kepada yang konkrit, karena orang yang digambarkan dengan wajah putih dan hitam dalam ayat ini terjadi pada hari kiamat, yaitu kegembiraan orang-orang yang akan masuk surga dan kesedihan orang-orang yang akan masuk neraka.
Qurṭubi menjelaskan bahwa pada hari kiamat, wajah kaum Muslimin terlihat putih bagaikan salju. Ibnu Kaṡīr melalui riwayat yang sahih menjelaskan bahwa kaum Mukmin yang pertama kali masuk sorga, wajah mereka seperti bulan purnama. | null | null |
400 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 107 | 63 | 7 | 4 | 1 | وَاَمَّا الَّذِيْنَ ابْيَضَّتْ وُجُوْهُهُمْ فَفِيْ رَحْمَةِ اللّٰهِ ۗ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ | Wa ammal lażīnabyaḍḍat wujūhuhum fafī raḥmatillāh(i), hum fīhā khālidūn(a). | Adapun orang-orang yang berwajah putih berseri, mereka berada dalam rahmat Allah (surga). Mereka kekal di dalamnya. | null | null | Ayat ini menggambarkan kegembiraan ahli surga atas rahmat Allah yang mereka terima. Dan adapun orang-orang yang beriman dan ahli ibadah, mereka mendapatkan kebahagiaan dan berwajah putih berseri, mereka berada dalam rahmat Allah di surga, dengan berbagai kesenangan, keindahan, dan kedamaian; mereka kekal di dalamnya. Itulah karunia Allah bagi mereka yang beriman dan menaati-Nya. | Adapun orang-orang mukmin, mereka berada dalam rahmat Allah yaitu surga yang penuh dengan nikmat dan kesenangan sehingga tampak tanda kebahagiaan pada mukanya yang putih bersih dan berseri-seri. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat-ayat yang lalu umat Islam diperintahkan agar selalu bersatu, tidak bercerai-berai dan ada sekelompok dari mereka untuk berdakwah, maka pada ayat-ayat ini dijelaskan bahwa anjuran untuk berbuat kebajikan dan menjauhi segala keburukan akan menjadikan mereka yang melakukannya sebagai orang yang berbahagia. Sebaliknya yang ingkar dan durhaka serta tidak patuh pada ajaran-ajaran Allah akan mendapat azab. | PERBEDAAN NASIB ORANG MUKMIN
DAN NASIB ORANG KAFIR DI AKHIRAT | Kosakata: Tabyaḍḍ - Taswadd تَبْيَضُّ - تَسْوَدُّ (Āli ‘Imrān/3: 106)
Tabyaḍḍ kata kerja muḍari’ dari ibyaḍḍa, masdarnya ibyiḍaḍan atau bayaḍan, artinya menjadi putih. Warna putih adalah warna yang paling utama menurut orang Arab, maka semua keutamaan dan kemuliaan diekspresikan dengan warna putih, sehingga orang yang tidak berdosa disebut orang yang putih wajahnya. Wajah putih menggambarkan kebahagiaan. Sedangkan taswadd asal kata as-sawad artinya warna hitam, lawan kata putih. Kalau wajah putih adalah ungkapan kebahagiaan, sebaliknya wajah hitam adalah ungkapan dari kesedihan, murung, dukacita dan sebagainya (an-Naḥl/16:58). Kata putih dan hitam di sini sebenarnya adalah penggambaran dari sesuatu yang abstrak kepada yang konkrit, karena orang yang digambarkan dengan wajah putih dan hitam dalam ayat ini terjadi pada hari kiamat, yaitu kegembiraan orang-orang yang akan masuk surga dan kesedihan orang-orang yang akan masuk neraka.
Qurṭubi menjelaskan bahwa pada hari kiamat, wajah kaum Muslimin terlihat putih bagaikan salju. Ibnu Kaṡīr melalui riwayat yang sahih menjelaskan bahwa kaum Mukmin yang pertama kali masuk sorga, wajah mereka seperti bulan purnama. | null | null |
Subsets and Splits