title
stringlengths 3
13k
| url
stringlengths 26
465
| content
stringlengths 61
81.8k
| summary_content
stringlengths 49
7.5k
|
---|---|---|---|
Ulama dalam Perspektif al-Quran: Tafsir QS. Al-Fathir: 28 | https://islami.co/ulama-dalam-perspektif-al-quran-tafsir-qs-al-fathir-28/ | Bagaimana Istilah ulama dalam perspektif al-Quran dan tafsir?Untuk mengetahui gambaran yang dimaksud dengan istilah ulama dan ulama yang bagaimana yang mendapatkan kemuliaan sebagai pewaris para Nabi seperti yang tertera dalam hadis yang sangat terkenal itu. Secara bahasa, kata ulama, bentuk jamak dari kata aliim, memiliki arti mengetahui, memahami secara mendalam. Dalam KBBI, ulama berarti orang yang ahli dalam hal atau dalam pengetahuan agama islam. Dalam kesempatan ini, penulis akan menggunakan QS. Fathir ayat 28 sebagai pijakan dalam pembahasan ini berdasarkan pendapat para intelektual yang menguasai bidang tafsir. Ayat itu berbunyi: Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. Kata ulama dalam surat ini berbeda dengan kata ulama yang berada pada surat al-Syuara. Dalam surat ini, kata ulama disebutkan dengan menyertakan huruf alif-lam (al) diawalnya, sehingga akan memiliki pengertian yang berbeda dengan kata ulama yang tidak disertai dengan huruf alif-lam (al) pada awalnya. Dalam gramatikal arab, al memiliki faidah memarifatkan kalimat yang nakiroh. Dalam artian kata yang kemasukan al akan levih spesifik dibandingkan dengan yang tidak bersamaan dengan al. Dalam ayat di atas disebutkan bahwa sifat dan karakteristik mahluk Tuhan yang memiliki rasa takut kepada Allah hanyalah al-ulama. Fakhruddin al-Razi dalam Tafsir Mafatih al-Ghaib volume 26 hal. 21 menjelaskan bahwa kemunculan rasa takut seseorang disesuaikan dengan seberapa jauh dia mengetahui yang ditakutinya. Karena al-alim adalah predikat bagi orang yang telah mengetahui (sifat) Allah, sehingga pemilik sifat ini tumbuh pada dirinya sikap takut kepada-Nya. Dan inilah yang menyebabkan derajat dan kedudukan seorang al-alim lebih tinggi daripada abid atau ahli ibadah namun tidak mengetahui ilmunya secara mendalam. Hal ini bersumber dari pemahaman atas firman Allah inna akramkum indallahi atqaakum bahwa yang paling mulia disisi Allah diantara kalian adalah yang paling bertaqawa. Lebih lanjut, al-Razi mengatakan bahwa ketaqwaan (yang menjadi barometer utama) tidak bisa diperoleh melainkan dengan ilmu. Dalam artian, semakin lebih dalam ilmu seseorang maka semakin tinggi nilai ketaqwaannya. Meskipun al-Razi mengkategorikan kemuliaan seseorang ditentukan oleh seberapa dalam ilmu yang dikuasainya bukan seberapa banyak amal dan perbuatan baik yang telah dilakukannya, beliau menggaris bawahi bahwa orang yang berilmu dan tidak mengamalkan ilmunya maka dia telah menciderai dan merobek kemuliaan ilmu tersebut. Ibnu Katsir (w. 774 H.) dalam Tafsir al-Quran al-Adzim volume 6 hal. 482-483 menyebutkan bahwa Sufyan al-Tsauri dengan mengikuti pendapatnya Abu Hayyan al-Timi mengatakan: ulama ada tiga macam, yakni mereka yang mengetahui Allah dan perintah-Nya, mengetahui Allah tetapi tidak mengetahui perintah-perintah-Nya, dan tidak mengetahui Allah tetapi mengetahui perintah-perintah-Nya. Mengetahui Allah dalam hal ini adalah takut kepada Allah, sedangkan mengetahui perintah-perintah-Nya berarti mengetahui kewajiban dan garis yang telah ditentukan oleh Allah. Memahami keterangan Ibnu Katsir di atas akan terbantu dari keterangan al-Qurthubi dalam al-Jami li Ahkam al-Quran dengan mengutip pendapat Rabi bin Annas, beliau berkata: orang yang tidak takut kepada Allah berarti dia bukan orang alim. Di sini semakin tampak bahwa maksud dari Ibnu Katsir di atas adalah kedalaman pengetahuan seandainya belum muncul rasa takut kepada Allah maka tidak dikategorikan sebagai al-ulama. Kesimpulannya, sebenarnya derajat kemuliaan seseorang adalah bergantung kepada sikap taqwanya. Karena tidak mungkin seseorang bisa bertaqwa secara maksimal tanpa didasari dengan pengetahuan yang dalam, sehingga kualitas dan kuantitas ilmu serta perbuatan menjadi jembatan untuk mendapatkan anugerah kemuliaan disisi Allah. Intinya, tandanya orang alim di samping mengetahui dia harus mengamalkan ilmunya. Ketika kita perhatikan, rasa takut kepada Allah yang melekat pada diri ulama adalah konsekuensi logis setelah mengetahui-Nya dan mengamalkan pengetahuannya. Karena tidak mungkin memiliki rasa takut kepada Allah tanpa mengetahui-Nya sebagaimana belum tentu orang yang mengetahui-Nya memiliki rasa takut kepada-Nya, meskipun seharusnya orang yang mengetahui-Nya harus memiliki rasa takut kepada-Nya. Intinya, ulama dalam istilah indonesia adalah al-ulama dalam bahasa al-Quran. Wallahu alam bi al-shawab. | Bagaimana Istilah ulama dalam perspektif alQuran dan tafsirUntuk mengetahui gambaran yang dimaksud dengan istilah ulama dan ulama yang bagaimana yang mendapatkan kemuliaan sebagai pewaris para Nabi seperti yang tertera dalam hadis yang sangat terkenal itu. Dalam KBBI, ulama berarti orang yang ahli dalam hal atau dalam pengetahuan agama islam. Dalam kesempatan ini, penulis akan menggunakan QS. Fathir ayat 28 sebagai pijakan dalam pembahasan ini berdasarkan pendapat para intelektual yang menguasai bidang tafsir. Ayat itu berbunyi Dan demikian pula di antara manusia, binatangbinatang melata dan binatangbinatang ternak ada yang bermacammacam warnanya dan jenisnya. Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hambahambaNya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. Kata ulama dalam surat ini berbeda dengan kata ulama yang berada pada surat alSyuara. Dalam surat ini, kata ulama disebutkan dengan menyertakan huruf aliflam al diawalnya, sehingga akan memiliki pengertian yang berbeda dengan kata ulama yang tidak disertai dengan huruf aliflam al pada awalnya. Dalam gramatikal arab, al memiliki faidah memarifatkan kalimat yang nakiroh. Dalam artian kata yang kemasukan al akan levih spesifik dibandingkan dengan yang tidak bersamaan dengan al. 21 menjelaskan bahwa kemunculan rasa takut seseorang disesuaikan dengan seberapa jauh dia mengetahui yang ditakutinya. Karena alalim adalah predikat bagi orang yang telah mengetahui sifat Allah, sehingga pemilik sifat ini tumbuh pada dirinya sikap takut kepadaNya. Hal ini bersumber dari pemahaman atas firman Allah inna akramkum indallahi atqaakum bahwa yang paling mulia disisi Allah diantara kalian adalah yang paling bertaqawa. Dalam artian, semakin lebih dalam ilmu seseorang maka semakin tinggi nilai ketaqwaannya. Memahami keterangan Ibnu Katsir di atas akan terbantu dari keterangan alQurthubi dalam alJami li Ahkam alQuran dengan mengutip pendapat Rabi bin Annas, beliau berkata orang yang tidak takut kepada Allah berarti dia bukan orang alim. Di sini semakin tampak bahwa maksud dari Ibnu Katsir di atas adalah kedalaman pengetahuan seandainya belum muncul rasa takut kepada Allah maka tidak dikategorikan sebagai alulama. Kesimpulannya, sebenarnya derajat kemuliaan seseorang adalah bergantung kepada sikap taqwanya. Karena tidak mungkin seseorang bisa bertaqwa secara maksimal tanpa didasari dengan pengetahuan yang dalam, sehingga kualitas dan kuantitas ilmu serta perbuatan menjadi jembatan untuk mendapatkan anugerah kemuliaan disisi Allah. |
MasyaAllah, Ini Alasan Rasulullah Menikahi Aisyah | https://www.eramuslim.com/hikmah/subhanallah-ini-alasan-rasulullah-menikahi-aisyah/ | Eramuslim.com – Apa alasan Rasulullah menikahi Aisyah? Ketika kita memahaminya, kita tidak akan terjerumus dalam propaganda orientalis yang menuduh beliau melakukannya karena nafsu. Menuduh beliau menikahi gadis kecil karena tergila-gila dengan kecantikannya. Terkadang muslim pun termakan propaganda itu. Sekarang sedang viral, seorang muballigh yang juga disebut ulama, tetapi mengatakan heran dan akalnya tidak sanggup mencerna. “Bagaimana ada anak usia sembilan tahun, bisa bergembira ria dinikah sama orang usia lima puluh tahun. Nggak nyambung akal saya ini,” katanya diikuti tawa jamaah. Rasulullah Menikahi Aisyah Memang benar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menikahi Aisyah radhiyallahu ‘anha pada usia muda. Syaikh Abdurrahman Raf’at al-Basya dalam bukunya Nisa’ Haular Rasul menyebutkan, Rasulullah melamar Aisyah pada usia enam tahun. Yakni di tahun yang sama dengan pernikahan Rasulullah dan Saudah. Baru tiga tahun kemudian, yakni pada usia sembilan tahun, Aisyah dinikahi Rasulullah dan dibawa ke rumah beliau. Tepatnya pada bulan Syawal tahun 2 hijriyah. Syaikh Shafiyyur Rahman Al Mubarakfuri dalam Sirah Nabawiyah-Nya Ar Rakhiqul Makhtum menjelaskan, ketika Khadijah telah wafat, Khaulah binti Hakim mengatakan kepada Rasulullah. “Wahai Rasulullah, tidakkah engkau ingin menikah lagi?” “Dengan siapa?” “Terserah engkau apakah mau menikah dengan gadis atau janda?” “Jika gadis, siapa orangnya?” “Putri sahabatmu Abu Bakar, Aisyah” “Jika janda?” “Saudah binti Zam’ah” “Kalau begitu pergilah, sampaikan pinanganku pada mereka berdua.” Mengapa Rasulullah begitu cepat mengiyakan saat disebut nama Saudah dan Aisyah? Rupanya Rasulullah ingin menolong Saudah, sahabiyat yang sudah tua dan kini seorang diri karena suaminya meninggal dunia. Sedangkan Aisyah, dia adalah wanita pilihan Allah untuk menjadi istri Rasulullah di dunia dan di akhirat. Dalam hadits shahih yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim disebutkan, selama tiga malam, Rasulullah bermimpi didatangi malaikat dengan membawa kain sutra. “Ini adalah istrimu,” kata malaikat tersebut. Ketika Rasulullah membukanya, ternyata ada gambar Aisyah di sana. “Sesungguhnya menikahimu adalah perintah dari Allah,” sabda Rasulullah kepada Aisyah. Alasan Rasulullah Menikahi Aisyah Dari hadits di atas, kita tahu alasan Rasulullah menikahi Aisyah yang paling utama adalah karena perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah memilihkan wanita terbaik menjadi pendamping hidup Rasul-Nya. Allah memilihkan wanita terbaik untuk menjadi istri di dunia dan di akhirat bagi Nabi-Nya. Mengapa Allah memilih Aisyah menjadi istri Rasulullah sepeninggal Khadijah? Para ulama menjelaskan bahwa Allah ingin umat Islam mendapatkan banyak pengajaran dari Rasulullah di rumah beliau. Terutama terkait keluarga dan rumah tangga yang tidak mungkin diketahui oleh para shahabat. Hanya diketahui oleh orang terdekat, yakni istri beliau. Dan Aisyah adalah orang yang paling tepat. Aisyah adalah wanita yang cerdas. Hafalannya juga sangat kuat. Ia bisa menangkap pengajaran Rasulullah dengan baik serta menghafal apa yang beliau sabdakan. Lalu Aisyah menyampaikannya kepada sahabat nabi dan sahabiyat. Juga kepada para tabiin nantinya. KH Moenawar Chalil dalam bukunya Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan, alasan Rasululullah menikah Aisyah, agar ia menjadi ummul mukminin yang dapat menyampaikan ajaran-ajaran beliau mengenai masalah kewanitaan kepada orang lain. Terutama kaum ibu. Satu-satunya jalan untuk mewujudkan cita-cita ini adalah dengan menikahi Aisyah. Dengan menikahi Aisyah, dalam tempo singkat Rasulullah dapat menyampaikan pelajaran kepadanya sehingga Aisyah dapat mengajarkan hukum-hukum itu kepada orang lain. Penjelasan yang sama juga disampaikan Ustadz Adi Hidayat. “Mengapa Nabi diminta menikahi Aisyah, karena beliau punya kemampuan kepintaran yang luar biasa, cepat menangkap pembahasan. Sehingga ketika dinikahi Nabi, tujuan utamanya untuk mengambil pelajaran dari Nabi semaksimal mungkin.” “Karena nanti ada fiqih yang tidak bisa disampaikan langsung Nabi kepada perempuan. Dari mana mengambilnya? Dari Aisyah. Fiqih dalam keluarga Nabi, tidak semua sahabat bisa masuk ke rumah Nabi. Siapa yang bisa menerangkannya? Keluarga terdekat Nabi. Ternyata Sayyidah Aisyah disiapkan. Setelah Nabi meninggal, beliau menjadi pengajar.” Alasan lain Rasulullah menikahi Aisyah, menurut KH Moenawar Chalil, adalah untuk mengingat jasa-jasa Abu Bakar. Serta memperkuat hubungan dengan sahabat terbaiknya itu. [Muchlisin BK/Kisahikmah] | Eramuslim.com Apa alasan Rasulullah menikahi Aisyah Ketika kita memahaminya, kita tidak akan terjerumus dalam propaganda orientalis yang menuduh beliau melakukannya karena nafsu. Menuduh beliau menikahi gadis kecil karena tergilagila dengan kecantikannya. Terkadang muslim pun termakan propaganda itu. Sekarang sedang viral, seorang muballigh yang juga disebut ulama, tetapi mengatakan heran dan akalnya tidak sanggup mencerna. Bagaimana ada anak usia sembilan tahun, bisa bergembira ria dinikah sama orang usia lima puluh tahun. Baru tiga tahun kemudian, yakni pada usia sembilan tahun, Aisyah dinikahi Rasulullah dan dibawa ke rumah beliau. Tepatnya pada bulan Syawal tahun 2 hijriyah. Syaikh Shafiyyur Rahman Al Mubarakfuri dalam Sirah NabawiyahNya Ar Rakhiqul Makhtum menjelaskan, ketika Khadijah telah wafat, Khaulah binti Hakim mengatakan kepada Rasulullah. Dalam hadits shahih yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim disebutkan, selama tiga malam, Rasulullah bermimpi didatangi malaikat dengan membawa kain sutra. Ini adalah istrimu, kata malaikat tersebut. Ketika Rasulullah membukanya, ternyata ada gambar Aisyah di sana. Alasan Rasulullah Menikahi Aisyah Dari hadits di atas, kita tahu alasan Rasulullah menikahi Aisyah yang paling utama adalah karena perintah Allah Subhanahu wa Taala. Allah memilihkan wanita terbaik untuk menjadi istri di dunia dan di akhirat bagi NabiNya. Mengapa Allah memilih Aisyah menjadi istri Rasulullah sepeninggal Khadijah Para ulama menjelaskan bahwa Allah ingin umat Islam mendapatkan banyak pengajaran dari Rasulullah di rumah beliau. Hanya diketahui oleh orang terdekat, yakni istri beliau. Dan Aisyah adalah orang yang paling tepat. Ia bisa menangkap pengajaran Rasulullah dengan baik serta menghafal apa yang beliau sabdakan. Satusatunya jalan untuk mewujudkan citacita ini adalah dengan menikahi Aisyah. Penjelasan yang sama juga disampaikan Ustadz Adi Hidayat. Karena nanti ada fiqih yang tidak bisa disampaikan langsung Nabi kepada perempuan. Siapa yang bisa menerangkannya Keluarga terdekat Nabi. Setelah Nabi meninggal, beliau menjadi pengajar. Serta memperkuat hubungan dengan sahabat terbaiknya itu. |
Memahami Hadis Dajjal dengan Tepat: Makna Allah Tidak Buta Sebelah | https://www.laduni.id/post/read/73318/memahami-hadis-dajjal-dengan-tepat-makna-allah-tidak-buta-sebelah.html | Laduni.ID, Jakarta – Salah satu hujjah para mujassim untuk mempropaganda awam bahwa Allah adalah jisim, dengan memplesetkan hadis yang bercerita tentang ciri Dajjal. Salah satu redaksi hadis tersebut berbunyi: aklah Allah mengutus seorang Nabi kecuali dia memperingatkan kaumnya tentang si buta sebelah yang pembohong besar. Sesungguhnya dia buta sebelah dan Tuhanmu tidaklah buta sebelah". (HR. Bukhari) Dalam versi riwayat lainnya disebutkan bahwa yang cacat adalah mata kanan si dajjal. Versi lainnya menyebutkan bahwa Nabi Muhammad menjelaskan cacat itu sambil menunjuk mata kanan beliau sebagai tanda bahwa mata kanan si dajjal yang buta. Baca juga: Kiai Abdul Wahab Ahmad: Beda Jauh Antara "Allah Tidak Punya Sifat Wujud" dan "Allah Tidak Wujud" Para mujassim di setiap masa seolah kegirangan dengan hadis tersebut yang menurut mereka adalah bukti paling jelas bahwa Allah adalah jisim bermata dua dan kedua matanya sehat semua tidak picek (buta sebelah). Dajjal kan (jisim) buta sebelah, jadi ketika Nabi bersabda bahwa Allah tidak buta sebelah artinya Allah adalah jisim yang mempunyai dua mata dan dan keduanya berfungsi. Begitulah nalar sesat mereka menyimpulkan. Meskipun seolah benar, pemahaman mereka sebenarnya sangat keliru dan hanya menunjukkan bahwa otak mereka betul-betul menyamakan Allah dengan makhluk, meskipun semua tidak mau mengakui telah menyamakan Allah dengan makhluk. Mari kita urai kerancuan berpikir mereka dalam tiga poin berikut: Soal Jumlah "Mata" Pemikiran itu timbul karena dalam benak mereka Allah sama dengan manusia. Ketika kita mendengar bahwa si Fulan tidak buta sebelah, pikiran kita akan menyimpulkan bahwa kedua mata si Fulan sehat semua. Jumlah dua mata ini muncul karena kita tahu bahwa manusia bermata dua. Andai yang dibicarakan adalah hewan, maka kata ak buta sebelah" tidak menunjukkan berapa jumlah matanya sebab hewan ada yang bermata empat, sepuluh bahkan ada yang sangat banyak. Misalnya saya katakan bahwa Chiton (merupakan hewan laut yang hidup di substrat, ukuran terbesarnya adalah 23 cm, sedangkan panjangnya mencapai 12 cm) itu tidak buta sebelah, maka berapa jumlah matanya yang tidak buta? Anda takkan bisa menjawabnya kecuali menghitungnya satu persatu. Karena itu mereka yang menyatakan bahwa Allah mempunyai mata berjumlah dua ('ainain) sejatinya sedang menyamakan Allah dengan manusia. Andai dia membuang pikiran itu dan menyadari bahwa Allah maha berbeda, maka kesimpulan itu takkan terpikirkan. Kata-kata saya ini berlaku pada siapa pun termasuk pada tokoh-tokoh besar yang lumrahnya kita sebut imam. Perlu diketahui bahwa tidak ada ayat atau hadis yang menyebutkan "dua mata" bagi Allah dengan penyebutan angka dua. Semua tokoh yang menyebutkan angka dua ini berdasar kesimpulannya pribadi terhadap hadis Dajjal. Ini kesalahan soal menyimpulkan jumlah. Soal Kejisiman Soal kejisiman logikanya juga sama. Kata ak buta sebelah" adalah kata penegasian atau penafian. Yang bisa disimpulkan dari kebalikan kata penegasian tergantung objek yang dibahas. Bila objeknya jisim, maka berlaku ah jisim. Bila objeknya bukan jisim, maka tidak berlaku ah jisim. Ingat poin ini. Baca juga: Kiai Abdul Wahab Ahmad: Menjawab Pertanyaan Anak Kecil yang Bertanya di mana Allah Simak contoh berikut agar jelas: Kalimat "Timbangan itu tidak berat sebelah" berbicara tentang jisim dan bobot dari neraca timbangan. Namun kalimat "Penilaianku tidak berat sebelah" sama sekali bukan soal jisim atau pun bobot, tapi soal keadilan. Kalimatnya sama tetapi bila objek yang dibicarakan berbeda maka kesimpulannya juga harus berbeda. Dengan demikian ketika membaca kata "Allah tidak buta sebelah", pembaca yang ah tajsim akan langsung memberlakukan kesimpulan tajsim pada Allah. Sedangkan pembaca yang ah tanzih (Ahlussunnah wal Jamaah) sama sekali tidak akan sampai pada kesimpulan tersebut sebab baginya Allah berbeda mutlak dengan jisim. Berbeda jauh ketika ojbjek yang dibahas adalah jisim dan ketika objeknya Allah. Ketika yang dibahas adalah Allah, maknanya tak lebih dari sekedar Allah Maha Melihat dengan sempurna tanpa ada celah sedikit pun yang mengurangi sifat ke-Maha Melihat-an Allah. Agar makin jelas, coba perhatikan contoh kalimat penegasian yang juga disebutkan dalam al-Qur'an berikut: "Allah tidak mengantuk dan tidak tidur." Ketika mujassim membaca kalimat ini maka pikiran sesatnya akan menyimpulkan bahwa mata Allah selalu segar bugar dan tidak pernah lama terpejam seperti saat manusia tidur. Dia lah yang terlebih dahulu menyamakan Allah dengan manusia sehingga sampai pada kesimpulan semacam itu. Tetapi bila yang membaca kalimat itu adalah ahli tanzih (Ahlussunnah wal Jamaah), maka yang dia pahami dari itu tak lebih dari sekedar pengawasan Allah yang tidak mengenal jeda apalagi berhenti. "Allah tidak beranak." Ketika mujassim membaca kalimat ini, pikiran sesatnya mungkin saja akan menyimpulkan bahwa Allah mandul atau bahwa tidak pernah ada sosok yang dilahirkan dari kelaminnya. Maha Suci Allah dari pikiran yang super bodoh semacam ini. Ketika ahli tanzih membaca itu, maka pikirannya hanya akan sampai pada kesimpulan bahwa tidak ada sesuatu pun yang terpisah dari Dzat Allah yang non-jisim itu. Sama sekali bukan soal mandul dan bukan soal kelamin sebab Allah tidak punya badan. "Allah tidak dilahirkan." Ketika mujassim membaca kalimat ini, otak mujassimnya bisa jadi akan bertanya-tanya jangan-jangan Allah ada karena berevolusi tanpa proses reproduksi? Maha Suci Allah dari pertanyaan yang super bodoh ini. Dia menyamakan Allah dengan jisim terlebih dahulu sehingga pertanyaan itu muncul. Bagi Ahlussunnah wal Jamaah, maknanya tidak lebih dari sekedar penegasan bahwa Allah itu qadim yang selalu ada tanpa didahului dengan ketiadaan dan tidak juga berasal dari entitas lain sebelumnya sebab memang tidak ada sesuatu pun sebelum Allah. Bahkan kata "sebelum Allah" pun sebenarnya salah. Baca juga: Kiai Abdul Wahab Ahmad: Iradah dan Ridha Allah Jadi, memahami kebalikan dari sebuah penegasian tidaklah sesederhana yang dipikirkan otak bodoh mujassim. Perlu diketahui dengan jelas terlebih dahulu hakikat dari objek yang dibahas. Ketika yang dibahas adalah Allah yang maha berbeda dari segala isi semesta, maka jangan sampai pola pikirnya sama seperti saat membahas hal lain. Soal Sisi Selain Mata Hadis tersebut membicarakan soal Dajjal yang dinyatakan tidak sama dengan Allah. Dajjal buta sebelah sedangkan Allah tidak. Pertanyaannya, selain soal buta sebelahnya mata, sama atau tidak antara Allah dan Dajjal? Mujassim di sekitar kita takkan berani menjawab pertanyaan ini sebab takut divonis musyabbih (orang yang menyamakan Allah dengan makhluk). Tapi dalam pikirannya jelas bahwa selain soal buta sebelahnya mata semua sama antara keduanya sehingga mereka bangga sekali berdalil dengan hadis itu untuk menjisimkan Allah. Bagi mereka, ciri yang membedakan Allah dengan Dajjal hanya soal buta sebelah sedangkan soal yang lain sama. Karena Dajjal bermata dua, maka Allah pun dianggap bermata dua. Karena Dajjal berjisim, maka Allah pun dianggap berjisim. Karena organ lainnya tidak disebut dengan ciri berbeda oleh Nabi, maka mereka berasumsi bahwa organ lainnya sama meskipun pasti diakhiri dengan embel-embel "kaifiyahnya berbeda dan tak usah ditanya". Ini pikiran sesat yang takut untuk mereka ungkapan terus terang. Maha Suci Allah dari kesimpulan super bodoh semacam ini. Dalam pemahaman ahlussunnah wal jamaah yang berciri khas tanzih, Allah bukanlah jisim dan Dzatnya bukanlah susunan organ-organ. Saat itu Nabi Muhammad hanya ingin menekankan sebuah fakta sederhana bahwa Dajjal yang mengaku Tuhan itu menyembuhkan mata kanannya saja tidak bisa. Semua orang bisa melihat bahwa matanya buta sebelah kanan sehingga bagaimana mungkin yang seperti ini mengaku Tuhan? Ini saja inti yang ingin beliau sampaikan, tak perlu dibayangkan macam-macam seolah Nabi Muhammad sedang menetapkan organ mata bagi Allah. Parahnya, para mujassim terlalu banyak mengkhayal lalu khayalan mereka itu dinisbatkan pada Rasulullah. Subhana Rabbika Rabbil Izzati 'Amma Yashifun. Semoga bermanfaat Oleh: Kiai Abdul Wahab Ahmad Editor: Daniel Simatupang | ID, Jakarta Salah satu hujjah para mujassim untuk mempropaganda awam bahwa Allah adalah jisim, dengan memplesetkan hadis yang bercerita tentang ciri Dajjal. Versi lainnya menyebutkan bahwa Nabi Muhammad menjelaskan cacat itu sambil menunjuk mata kanan beliau sebagai tanda bahwa mata kanan si dajjal yang buta. Meskipun seolah benar, pemahaman mereka sebenarnya sangat keliru dan hanya menunjukkan bahwa otak mereka betulbetul menyamakan Allah dengan makhluk, meskipun semua tidak mau mengakui telah menyamakan Allah dengan makhluk. Andai yang dibicarakan adalah hewan, maka kata ak buta sebelah tidak menunjukkan berapa jumlah matanya sebab hewan ada yang bermata empat, sepuluh bahkan ada yang sangat banyak. Andai dia membuang pikiran itu dan menyadari bahwa Allah maha berbeda, maka kesimpulan itu takkan terpikirkan. Katakata saya ini berlaku pada siapa pun termasuk pada tokohtokoh besar yang lumrahnya kita sebut imam. Semua tokoh yang menyebutkan angka dua ini berdasar kesimpulannya pribadi terhadap hadis Dajjal. Soal Kejisiman Soal kejisiman logikanya juga sama. Kata ak buta sebelah adalah kata penegasian atau penafian. Yang bisa disimpulkan dari kebalikan kata penegasian tergantung objek yang dibahas. Bila objeknya jisim, maka berlaku ah jisim. Baca juga Kiai Abdul Wahab Ahmad Menjawab Pertanyaan Anak Kecil yang Bertanya di mana Allah Simak contoh berikut agar jelas Kalimat Timbangan itu tidak berat sebelah berbicara tentang jisim dan bobot dari neraca timbangan. Dengan demikian ketika membaca kata Allah tidak buta sebelah, pembaca yang ah tajsim akan langsung memberlakukan kesimpulan tajsim pada Allah. Sedangkan pembaca yang ah tanzih Ahlussunnah wal Jamaah sama sekali tidak akan sampai pada kesimpulan tersebut sebab baginya Allah berbeda mutlak dengan jisim. Ketika yang dibahas adalah Allah, maknanya tak lebih dari sekedar Allah Maha Melihat dengan sempurna tanpa ada celah sedikit pun yang mengurangi sifat keMaha Melihatan Allah. Agar makin jelas, coba perhatikan contoh kalimat penegasian yang juga disebutkan dalam alQuran berikut Allah tidak mengantuk dan tidak tidur. Ketika mujassim membaca kalimat ini maka pikiran sesatnya akan menyimpulkan bahwa mata Allah selalu segar bugar dan tidak pernah lama terpejam seperti saat manusia tidur. Dia lah yang terlebih dahulu menyamakan Allah dengan manusia sehingga sampai pada kesimpulan semacam itu. Ketika mujassim membaca kalimat ini, pikiran sesatnya mungkin saja akan menyimpulkan bahwa Allah mandul atau bahwa tidak pernah ada sosok yang dilahirkan dari kelaminnya. Maha Suci Allah dari pikiran yang super bodoh semacam ini. Tapi dalam pikirannya jelas bahwa selain soal buta sebelahnya mata semua sama antara keduanya sehingga mereka bangga sekali berdalil dengan hadis itu untuk menjisimkan Allah. Karena Dajjal bermata dua, maka Allah pun dianggap bermata dua. Ini pikiran sesat yang takut untuk mereka ungkapan terus terang. Dalam pemahaman ahlussunnah wal jamaah yang berciri khas tanzih, Allah bukanlah jisim dan Dzatnya bukanlah susunan organorgan. Subhana Rabbika Rabbil Izzati Amma Yashifun. Semoga bermanfaat Oleh Kiai Abdul Wahab Ahmad Editor Daniel Simatupang |
13 Amalan Agar Cepat Dapat Jodoh Dalam Islam dan Dalilnya | https://dalamislam.com/info-islami/amalan-agar-cepat-dapat-jodoh | Berbicara tentang jodoh memang tidak ada habisnya. Tapi apa jadinya jika umur sudah mencukupi dan harta sudah memadai naun jodoh belum juga tiba? Jangan cemas, berikut kami sajikan 13 amalan agar cepat dapat jodoh sesuai syariat Islam:1. DoaAda banyak keutamaan berdoa dalam Islam, salah satunya adalah memudahkan datangnya jodoh bagi kita. Artinya: “Dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”(Q. S. Al Furqan: 74)an2. SedekahAllah Ta’ala berfirman: “Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat buruk (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui” (Qs Al-Baqarah 268). Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya” (Qs Saba’ 39) 3. Sambung silaturahmiNabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Barang siapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi”. [Muttafaqun ‘alaihi].Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ar-rahim itu tergantung di Arsy. Ia berkata: “Barang siapa yang menyambungku, maka Allah akan menyambungnya. Dan barang siapa yang memutusku, maka Allah akan memutus hubungan dengannya”. [Muttafaqun ‘alaihi].4. Puasaari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, . “Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.” (HR. Bukhari no. 1904, 5927 dan Muslim no. 1151)5. Sholat malamAllah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : “Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdo’a kepada Rabb-nya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkah-kan sebagian dari rizki yang Kami berikan ke-pada mereka. Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata, sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” [As-Sajdah/32: 16-17]6. Dekat dengan orang shaleh Dari Abu Musa al-Asy’ari Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:“Perumpamaan kawan yang baik dan kawan yang buruk seperti seorang penjual minyak wangi dan seorang peniup alat untuk menyalakan api (pandai besi). Adapun penjual minyak wangi, mungkin dia akan memberikan hadiah kepadamu, atau engkau membeli darinya, atau engkau mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, mungkin dia akan membakar pakaianmu, atau engkau mendapatkan bau yang buruk”.7. Shalat taubat Artinya“Wahai orang-orang yang beriman! Bertaubatlah kamu kepada Allah dengan ‘Taubat Nasuha’ (taubat yang sebenar), mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapuskan kesalahan-kesalahan kamu dan memasukkan kamu ke dalam Syurga yang mengalir di bawahnya beberapa sungai, pada hari Allah tidak akan menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama-sama dengannya; cahaya (iman dan amal soleh) mereka, bergerak cepat di hadapan mereka dan di sebelah kanan mereka (semasa mereka berjalan); mereka berkata (ketika orang-orang munafik meraba-raba dalam gelap-gelita): “Wahai Tuhan kami! Sempurnakanlah bagi kami cahaya kami, dan limpahkanlah keampunan kepada kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu” (QS. At- Tahrim ayat 8)8. Selalu berdzikirAllâh Azza wa Jalla juga berfirman. “… Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allâh, Allâh telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.“[al-Ahzâb/33:35]Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: : : “al-Mufarridûn telah mendahului.” Para sahabat berkata, “Siapa al-Mufarridûn wahai Rasûlullâh?” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kaum laki-laki dan perempuan yang banyak berdzikir kepada Allâh.”9. I’tikafNabi sallallahua’ali wa sallam bersabda: ( 6696)“Barangsiapa yang bernazar untuk ketaatan kepada Allah, maka dia harus mentaati-Nya. Dan barangsiapa yang bernazar bermaksiat kepada Allah, maka jangan berbuat maksiat.” (HR. Bukhari, no. 6696)10. Menjauhi maksiatDari Abu Hurairah, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan dalam hatinya sebuah titik hitam. Apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat, hatinya dibersihkan. Apabila ia kembali (berbuat maksiat), maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Itulah yang diistilahkan “ar raan” yang Allah sebutkan dalam firman-Nya (yang artinya), ‘Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka’.” (HR. At Tirmidzi no. 3334, Ibnu Majah no. 4244, Ibnu Hibban (7/27) dan Ahmad (2/297))11. Hadits Bukhari dari Jabir: : Rasulullah mengajarkan kami ber-istikharah dalam seluruh perkara sebagaimana beliau mengajar kami surat Al-Quran. Beliau bersabda, “Apabila kalian bermaksud sesuatu, maka shalatlah dua raka’at sunnah kemudian berdoalah…”12. Perbanyak istighfarAllah berfirman, “Katakanlah! Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. ,39:53).13. Memperbaiki diriAllah berfirman, “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga).” (QS. An-Nuur: 24-26)Itulah 13 . Demikianlah artikel yang singkat ini. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin. | Berbicara tentang jodoh memang tidak ada habisnya. Tapi apa jadinya jika umur sudah mencukupi dan harta sudah memadai naun jodoh belum juga tiba Jangan cemas, berikut kami sajikan 13 amalan agar cepat dapat jodoh sesuai syariat Islam1. Allah Subhanahu wa Taala berfirman Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rezeki yang sebaikbaiknya Qs Saba 39 3. Sambung silaturahmiNabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda Barang siapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda Arrahim itu tergantung di Arsy. Dan barang siapa yang memutusku, maka Allah akan memutus hubungan dengannya. Puasaari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, . Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karenaKu. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi. Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu bermacammacam nikmat yang menyedapkan pandangan mata, sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. Dekat dengan orang shaleh Dari Abu Musa alAsyari Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabdaPerumpamaan kawan yang baik dan kawan yang buruk seperti seorang penjual minyak wangi dan seorang peniup alat untuk menyalakan api pandai besi. Adapun penjual minyak wangi, mungkin dia akan memberikan hadiah kepadamu, atau engkau membeli darinya, atau engkau mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, mungkin dia akan membakar pakaianmu, atau engkau mendapatkan bau yang buruk.7. Selalu berdzikirAllâh Azza wa Jalla juga berfirman. Lakilaki dan perempuan yang banyak menyebut nama Allâh, Allâh telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.alAhzâb3335Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , bahwa Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam bersabda alMufarridûn telah mendahului. ItikafNabi sallallahuaali wa sallam bersabda 6696Barangsiapa yang bernazar untuk ketaatan kepada Allah, maka dia harus mentaatiNya. Menjauhi maksiatDari Abu Hurairah, dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda, Seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan dalam hatinya sebuah titik hitam. Apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat, hatinya dibersihkan. Itulah yang diistilahkan ar raan yang Allah sebutkan dalam firmanNya yang artinya, Sekalikali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka. Hadits Bukhari dari Jabir Rasulullah mengajarkan kami beristikharah dalam seluruh perkara sebagaimana beliau mengajar kami surat AlQuran. Sesungguhnya Allah mengampuni dosadosa semuanya. Memperbaiki diriAllah berfirman, Wanitawanita yang keji adalah untuk lakilaki yang keji, dan lakilaki yang keji adalah buat wanitawanita yang keji pula, dan wanitawanita yang baik adalah untuk lakilaki yang baik dan lakilaki yang baik adalah untuk wanitawanita yang baik pula. Mereka yang dituduh itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka yang menuduh itu. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua. |
8 Adab Dalam Berbicara dan Dalilnya | https://dalamislam.com/akhlaq/adab-dalam-berbicara | Hubungan antara sesama manusia tentunya tidak terlepas dari komunikasi verbal atau berbicara satu sama lain. Dalam Islam, ketika berbicara pun kita harus memegang teguh adab-adab yang telah diajarkan oleh Rasulullah saw. Berikut ini adalah beberapa adab dalam berbicara yang perlu diperhatikan:1. Berbicara yang baikKetika kita diberikan nikmat berbicara, maka berbicaralah hanya yang baik saja. Sebagaimana telah Allah perintahkan, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu sekalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki amalan-amalanmu dan mengampuni dosa-dosamu. Barangsiapa mentaati Allah dan RasulNya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenengan yang besar” [Al-Ahzab : 70-71]Dalam kitab Shahihnya no. 6477 , dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda. “Sesungguhnya seorang hamba yang mengucapkan suatu perkataan yang tidak dipikirkan apa dampak-dampaknya akan membuatnya terjerumus ke dalam neraka yang dalamnya lebih jauh dari jarak timur dengan barat”2. Tidak ghibahSalah satu penyumbang dosa terbesar manusia adalah lisannya. Banyaknya ghibah yang dilakukan membuat seorang ahli agama pun dapat masuk ke dalam neraka. Dalam kitab Shahih Muslim hadits no. 2589 dijelaskan, : : “Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya kepada para sahabat, “Tahukah kalian apa itu ghibah ?” Para sahabat menjawab, “Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui. “Beliau berkata, “Ghibah ialah engkau menceritakan hal-hal tentang saudaramu yang tidak dia suka” Ada yang menyahut, “Bagaimana apabila yang saya bicarakan itu benar-benar ada padanya?” Beliau menjawab, “Bila demikian itu berarti kamu telah melakukan ghibah terhadapnya, sedangkan bila apa yang kamu katakan itu tidak ada padanya, berarti kamu telah berdusta atas dirinya”A3. Melihat wajah lawan bicaraJika berbicara secara langsung, maka pandanglah wajah orang yang berbicara tersebut. Hal ini akan membuat mereka merasa lebih dihargai. Dari ibnu ‘Abbas, beliau berkata, : “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mempunyai sebuah cincin dan memakainya, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Cincin ini telah menyibukkanku dari (memperhatikan) kalian sejak hari ini (aku memakainya), sesaat aku memandangnya dan sesaat aku melihat kalian”. Kemudian beliau pun melempar cincin tersebut.”(Shahih An Nasa’i : 5304)4. AntusiasDengarkanlah orang lain yang berbicara dengan sangat antusias. Bahkan meskipun kita pernah mendengar hal tersebut sebelumnya, hendaklah kita tetap mendengarkan dengan baik.‘Ataa’ bin Abi Rabah berkata, “Ada seseorang laki-laki menceritakan kepadaku suatu cerita, maka aku diam untuk benar-benar mendengarnya, seolah-olah aku tidak pernah mendengar cerita itu, padahal sungguh aku pernah mendengar cerita itu sebelum ia dilahirkan.” (Siyar A’laam An-Nubala 5/86)5. Tidak memotong pembicaraanAdab selanjutnya ketika berbicara adalah tidak memotong pembicaraan. Orang yang suka memotong pembicaraan orang lain adalah orang yang sangat tidak sopan dan egois.Al-Hasan Al-Bashri berkata, , , “Apabila engkau sedang duduk berbicara dengan orang lain, hendaknya engkau bersemangat mendengar melebihi semangat engkau berbicara. Belajarlah menjadi pendengar yang baik sebagaimana engkau belajar menjadi pembicara yang baik. Janganlah engkau memotong pembicaraan orang lain.” (Al-Muntaqa hal. 72)6. Tidak berdebatAda kalanya dalam sebuah pembicaraan terjadi perdebatan. Dalam Islam, perdebatan hal yang biasa terjadi namun hendaknya dihindari. Bahkan meskipun kita benar, kita sebaiknya mengalah agar tidak terjadi perdebatan yang panjang. Rasul pernah bersabda,ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﺃﻣﺎﻣﺔ ﻗﺎﻟﻘﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺃﻧﺎ ﺯﻋﻴﻢ ﺑﺒﻴﺖ ﻓﻲ ﺭﺑﺾ ﻟﺠﻨﺔ ﻟﻤﻦ ﺗﺮﻙ ﻟﻤﺮ ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻣﺤﻘﺎ ﻭﺑﺒﻴﺖ ﻓﻲ ﻭﺳﻄ ﻟﺠﻨﺔ ﻟﻤﻦ ﺗﺮﻙ ﻟﻜﺬﺏ ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻣﺎﺯﺣﺎ ﻭﺑﺒﻴﺖ ﻓﻲ ﺃﻋﻠﻰ ﻟﺠﻨﺔ ﻟﻤﻦ ﺣﺴﻦ ﺧﻠﻘﻪ“Aku menjamin sebuah istana di sekitar surga bagi siapa saja yang meninggalkan perdebatan walaupun dia dalam keadaan benar. Dan dipertengahan surga bagi seorang yang meninggalkan kedustaan walau dalam bercanda dan di bagian surga tertinggi bagi yang terpuji akhlaknya.” (HR. Abu Dawud, dalam sunannya, no 4167)A7. Terlalu banyak bicaraSalah satu orang yang merugi adalah orang yang sangat banyak berbicara. Rasul sendiri telah memperingatkan mereka yang terlalu banyak berbicara.Rasulullah bersabda, “Dan sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh tempat duduknya di antara kalian dariku pada hari kiamat adalah orang-orang yang banyak bicara, orang yang memfasih-fasihkan cara bicaranya dan orang yang sombong.” (HR. Tirmidzi)8. Selalu jujurTeladan yang selalu dicontohkan oleh Rasul semasa hidupnya adalah selalu berkata jujur. Jujur dalam berbicara menunjukkan ke-Islaman seseorang, maka hendaknya kita selalu jujur dalam setiap perkataan bahkan dalam candaan sekalipun. : : Dari Abdullâh bin Mas’ud Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Rasûlullâh Shallallahualaihi wa sallam bersabda, ‘Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke Surga. Dan apabila seorang selalu berlaku jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai orang yang jujur.Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke Neraka. Dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai pendusta (pembohong).” [ Ahmad (I/384); al-Bukhâri (no. 6094) dan dalam kitab al-Adabul Mufrad (no. 386) At-Tirmidzi berkata, “Hadits ini hasan shahih.Itulah 8 adab dalam berbicara yang perlui dipedomani. Meskipun sepele, namun ingatlah bahwa banyak orang di kubur sana yang ingin kembali memperbaiki semuanya akibat perkataannya dulu. Semoga kita semua dijauhkan dari bahayanya berbicara. Aamiin. | Hubungan antara sesama manusia tentunya tidak terlepas dari komunikasi verbal atau berbicara satu sama lain. Berbicara yang baikKetika kita diberikan nikmat berbicara, maka berbicaralah hanya yang baik saja. Sebagaimana telah Allah perintahkan, Hai orangorang yang beriman, bertakwalah kamu sekalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki amalanamalanmu dan mengampuni dosadosamu. 6477 , dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda. Sesungguhnya seorang hamba yang mengucapkan suatu perkataan yang tidak dipikirkan apa dampakdampaknya akan membuatnya terjerumus ke dalam neraka yang dalamnya lebih jauh dari jarak timur dengan barat2. Banyaknya ghibah yang dilakukan membuat seorang ahli agama pun dapat masuk ke dalam neraka. Beliau berkata, Ghibah ialah engkau menceritakan halhal tentang saudaramu yang tidak dia suka Ada yang menyahut, Bagaimana apabila yang saya bicarakan itu benarbenar ada padanya Beliau menjawab, Bila demikian itu berarti kamu telah melakukan ghibah terhadapnya, sedangkan bila apa yang kamu katakan itu tidak ada padanya, berarti kamu telah berdusta atas dirinyaA3. Melihat wajah lawan bicaraJika berbicara secara langsung, maka pandanglah wajah orang yang berbicara tersebut. Hal ini akan membuat mereka merasa lebih dihargai. Dari ibnu Abbas, beliau berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mempunyai sebuah cincin dan memakainya, beliau shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Cincin ini telah menyibukkanku dari memperhatikan kalian sejak hari ini aku memakainya, sesaat aku memandangnya dan sesaat aku melihat kalian. Kemudian beliau pun melempar cincin tersebut. Ataa bin Abi Rabah berkata, Ada seseorang lakilaki menceritakan kepadaku suatu cerita, maka aku diam untuk benarbenar mendengarnya, seolaholah aku tidak pernah mendengar cerita itu, padahal sungguh aku pernah mendengar cerita itu sebelum ia dilahirkan. Tidak memotong pembicaraanAdab selanjutnya ketika berbicara adalah tidak memotong pembicaraan. Janganlah engkau memotong pembicaraan orang lain. Tidak berdebatAda kalanya dalam sebuah pembicaraan terjadi perdebatan. Rasul pernah bersabda,ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﺃﻣﺎﻣﺔ ﻗﺎﻟﻘﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺃﻧﺎ ﺯﻋﻴﻢ ﺑﺒﻴﺖ ﻓﻲ ﺭﺑﺾ ﻟﺠﻨﺔ ﻟﻤﻦ ﺗﺮﻙ ﻟﻤﺮ ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻣﺤﻘﺎ ﻭﺑﺒﻴﺖ ﻓﻲ ﻭﺳﻄ ﻟﺠﻨﺔ ﻟﻤﻦ ﺗﺮﻙ ﻟﻜﺬﺏ ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻣﺎﺯﺣﺎ ﻭﺑﺒﻴﺖ ﻓﻲ ﺃﻋﻠﻰ ﻟﺠﻨﺔ ﻟﻤﻦ ﺣﺴﻦ ﺧﻠﻘﻪAku menjamin sebuah istana di sekitar surga bagi siapa saja yang meninggalkan perdebatan walaupun dia dalam keadaan benar. Dan dipertengahan surga bagi seorang yang meninggalkan kedustaan walau dalam bercanda dan di bagian surga tertinggi bagi yang terpuji akhlaknya. Rasul sendiri telah memperingatkan mereka yang terlalu banyak berbicara. Rasulullah bersabda, Dan sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh tempat duduknya di antara kalian dariku pada hari kiamat adalah orangorang yang banyak bicara, orang yang memfasihfasihkan cara bicaranya dan orang yang sombong. Selalu jujurTeladan yang selalu dicontohkan oleh Rasul semasa hidupnya adalah selalu berkata jujur. Jujur dalam berbicara menunjukkan keIslaman seseorang, maka hendaknya kita selalu jujur dalam setiap perkataan bahkan dalam candaan sekalipun. Dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai pendusta pembohong. Itulah 8 adab dalam berbicara yang perlui dipedomani. Meskipun sepele, namun ingatlah bahwa banyak orang di kubur sana yang ingin kembali memperbaiki semuanya akibat perkataannya dulu. |
Belajar Kesabaran kepada Imam As-Syafi’i dan Junaid al-Baghdadi | https://islam.nu.or.id/hikmah/belajar-kesabaran-kepada-imam-as-syafi-i-dan-junaid-al-baghdadi-Ayjrn | Belajar sabar berarti belajar mengendalikan amarah atau ghadhab. Amarah kerapkali diartikan sebagai kondisi mendidihnya darah dalam jantung yang mendorong seseorang untuk mencaci-maki, mencela dan menuntut balas atas perlakuan yang membuatnya sampai pada kondisi tersebut. Kemarahan tidak bisa diundang atau dipaksa datang. Persis seperti cinta. Sebab, ia tergolong dalam sifat naluriah manusia. Sebagaimana seseorang tidak dapat dipaksa untuk mencintai, ia juga tidak dapat dipaksa untuk memarahi. Selain itu, kemarahan juga tidak bisa dimusnahkan dan menghabisinya hingga ke akar. Kita hanya bisa mengendalikannya menjadi energi positif yang dahsyat. Karena itu, ulama tidak pernah memberi tips untuk memusnahkan kemarahan, melainkan mengendalikannya. Satu-satunya alat mengendalikan kemarahan adalah ilmu dan kepekaan mengambil hikmah dari setiap kejadian. Terkait bagaimana mengendalikan sifat marah, kita bisa belajar dari kisah Imam Muhammad bin Idris As-Syafi’i dan Imam Junaid Al-Baghdadi, sebagaimana dalam kitab Tanwirul Qulub karya Syekh Muhammad Amin Al-Kurdi Al-Irbili (wafat 1322 H), seorang Syafi’i sentris dan asketis penganut tarekat Naqsabandiyah. Adalah Imam Muhammad bin Idris As-Syafi’i, termasuk ulama yang masyhur dengan hiasan akhlak terpuji. Selain dermawan, ia juga terkenal berhati lapang, lembut, penyabar dan penuh kasih sayang. Berkali-kali sekelompok pendengki berupaya membuatnya marah. Namun sayang, upaya demi upaya selalu gagal. Sampai pada suatu hari, sekelompok pendengki mendatangi seorang tukang jahit setelah mengetahui bahwa As-Syafi’i meminta agar dibuatkan baju di sana. Segala bujuk rayu mereka lakukan di hadapan si tukang jahit demi menyalurkan misi kedengkian mereka terhadap As-Syafi’i. Sampai-sampai mereka berani membayar mahal si tailor agar ia menuruti apapun yang mereka mau. Pendek kisah, setelah mendapati tawaran bayaran yang tinggi, bapak tukang jahit langganan As-Syafi’i itupun sanggup menjalankan perintah apapun. Tanpa pikir panjang, para pendengki lekas menyerahkan uang dan membisikkan sebuah misi aneh. Selama menjadi penjahit senior, baru pertama kali itu ia mendapat misi yang melenceng dari kapasitasnya sebagai tukang jahit profesional. Rupanya, ia diminta agar menjahit lengan kanan baju seorang imam yang ia kagumi, As-Syafi’i, dengan sangat sempit. Sekiranya as-Syafi’i akan kesulitan memasukkan tangan kanannya dan tentu lebih sukar lagi untuk mengeluarkannya. Sedang lengan kiri baju tersebut dibuat berumbai-rumbai, sangat lebar. Kurang lebih mungkin seperti lengan baju Mak Lampir. Sebuah misi yang sangat tidak mudah bagi seorang penjahit profesional. Sebab, mustahil ia tanpa sengaja menjahit dengan sebegitu aneh. Profesionalitasnya akan menduskan buah tangannya sendiri. Tetapi, sanggup atau tidak, ia harus melakukannya. Kontrak sudah ia tanda tangani dan uang telah ia terima. Tidak lama berselang, tukang jahit mengantarkan baju aneh itu kepada As-Syafi’i. Dengan bentuk baju yang sedemikian unik dan mengocok perut para pendengki, diharapkan As-Syafi’i akan marah geram dengan muka yang merah padam. Harapan para pendengki, As-Syafi’i akan memaki-maki si tukang jahit sambil mengeluarkan dalil-dalil agama. Menyampaikan hadits dan beberapa ayat Al-Qur’an sambil berapi-api, penuh kebencian. Namun, As-Syafi’i yang mereka hadapi dari dulu hingga saat ini tetaplah As-Syafi’i yang lembut, penuh kasih sayang dan anti siaran kebencian. Alih-alih diharapkan memaki-maki, malah berterima kasih dan mendoakan tukang jahit langganannya yang profesional itu. Jangankan sampai memaki, bertanya mengapa ia menjahit seperti itu saja tidak keluar dari lisan As-Syafi’i. Dalam kondisi yang sedemikian “keruh”, ia mampu sangat cepat mengendalikan kemarahannya dan mengubahnya menjadi energi positif yang dahsyat, menjadi terima kasih dan doa kebaikan. As-Syafi’i berkata: Artinya, “Terima kasih, semoga Allah membalasmu dengan limpahan kebaikan lantaran engkau menjahit lengan kanan bajuku sangat sempit, dengan begini aku tidak perlu repot menggulungnya ketika menulis dan berkarya. Adapun lengan baju kiriku yang merumbai, itu sangat menguntungkan bagiku. Lengan baju itu memudahkanku membawa pelbagai kitab dengan jumlah banyak.” Sang tukang jahit, seketika tersipu malu melihat sikap seorang imam mulia yang ia kagumi selama ini. Ia bertekad tidak akan pernah melakukan hal serupa lagi. Berkat pengendalian As-Syafi’i, tukang jahit itu pun bertaubat. Ternyata, sikapnya tersebut mampu menjadi energi nasehat yang besar. Peristiwa yang menimpa Imam Junaid juga ulah dari para pendengki yang ingin menguji kesabarannya. Tragedi tersebut terjadi ketika hari Jumat, tepat ketika Imam Junaid berangkat ke mesjid, hendak menghadiri ibadah shalat Jumat. Tiba-tiba, sekelompok heaters yang hidup berdampingan dengannya mengeluarkan jurus jitu demi membuat Imam Junaid marah. Mereka bersekongkol menyiram Imam Junaid dengan air sisa basuhan ikan yang telah mereka siapkan. Air sisa basuhan ikan yang amis luar biasa itupun akhirnya membasahi seluruh pakaian dan badan Sang Imam. Beruntungnya, karena ia disiram tepat ketika baru keluar dari pintu rumah. Sebelum ia jauh berjalan. Sekalian pembenci menanti-nanti kondisi di mana Imam Junaid marah besar dan memaki-maki sekelilingnya secara membabi buta, tanpa henti. Namun, Imam Junaid tak akan pernah menjadi guru besar para sufi, tempat para ulama yang lain belajar tentang sabar, jika ia sendiri gagal menjadi penyabar. Imam Junaid malah tertawa terbahak-bahak mendapat perlakuan itu, seraya berkata: Artinya, “Orang yang berhak masuk neraka (seperti diriku ini), lalu mendapat rekonsiliasi dari Tuhan (melalui) siraman air basuhan ikan, jelas tidak pantas marah. Adanya justru bahagia,” ucapnya penuh girang. Lalu, ia kembali masuk rumah dan mengganti pakaian yang basah kuyup itu dengan pakaian istrinya. Tampaknya, Imam Junaid yang zuhud lagi warak ini tidak memiliki pakaian lagi selain yang ia kenakan, sehingga harus menggantinya dan shalat jumat dengan pakaian sang istri. Muhammad Amin Al-Kurdi Al-Irbili, Tanwirul Qulub fi Mu’amalati Allamil Guyub, halaman 436). Menyimak dua kisah di atas, tiada lain yang dapat mengendalikan marah selain ilmu dan ketangkasan mengambil hikmah dari setiap kejadian. Ilmu akan membuat kita selalu berbaik sangka kepada Allah, yang menciptakan kita semua dan semua yang kita perbuat. Dan, husnudhzan itulah yang mengantarkan kita mampu menjangkau hikmah dengan cepat. Tentunya, ini memerlukan latihan spiritual (riyadhah ruhiyah) yang tidak sebentar. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bisshawab. Ustadz Ahmad Dirgahayu Hidayat, alumni Ma’had Aly Situbondo dan founder Lingkar Ngaji Lesehan di Lombok, NTB. | Belajar sabar berarti belajar mengendalikan amarah atau ghadhab. Kemarahan tidak bisa diundang atau dipaksa datang. Sebab, ia tergolong dalam sifat naluriah manusia. Kita hanya bisa mengendalikannya menjadi energi positif yang dahsyat. Adalah Imam Muhammad bin Idris AsSyafii, termasuk ulama yang masyhur dengan hiasan akhlak terpuji. Selain dermawan, ia juga terkenal berhati lapang, lembut, penyabar dan penuh kasih sayang. Namun sayang, upaya demi upaya selalu gagal. Segala bujuk rayu mereka lakukan di hadapan si tukang jahit demi menyalurkan misi kedengkian mereka terhadap AsSyafii. Pendek kisah, setelah mendapati tawaran bayaran yang tinggi, bapak tukang jahit langganan AsSyafii itupun sanggup menjalankan perintah apapun. Selama menjadi penjahit senior, baru pertama kali itu ia mendapat misi yang melenceng dari kapasitasnya sebagai tukang jahit profesional. Rupanya, ia diminta agar menjahit lengan kanan baju seorang imam yang ia kagumi, AsSyafii, dengan sangat sempit. Sedang lengan kiri baju tersebut dibuat berumbairumbai, sangat lebar. Tetapi, sanggup atau tidak, ia harus melakukannya. Menyampaikan hadits dan beberapa ayat AlQuran sambil berapiapi, penuh kebencian. Dalam kondisi yang sedemikian keruh, ia mampu sangat cepat mengendalikan kemarahannya dan mengubahnya menjadi energi positif yang dahsyat, menjadi terima kasih dan doa kebaikan. AsSyafii berkata Artinya, Terima kasih, semoga Allah membalasmu dengan limpahan kebaikan lantaran engkau menjahit lengan kanan bajuku sangat sempit, dengan begini aku tidak perlu repot menggulungnya ketika menulis dan berkarya. Adapun lengan baju kiriku yang merumbai, itu sangat menguntungkan bagiku. Peristiwa yang menimpa Imam Junaid juga ulah dari para pendengki yang ingin menguji kesabarannya. Air sisa basuhan ikan yang amis luar biasa itupun akhirnya membasahi seluruh pakaian dan badan Sang Imam. Namun, Imam Junaid tak akan pernah menjadi guru besar para sufi, tempat para ulama yang lain belajar tentang sabar, jika ia sendiri gagal menjadi penyabar. Imam Junaid malah tertawa terbahakbahak mendapat perlakuan itu, seraya berkata Artinya, Orang yang berhak masuk neraka seperti diriku ini, lalu mendapat rekonsiliasi dari Tuhan melalui siraman air basuhan ikan, jelas tidak pantas marah. Lalu, ia kembali masuk rumah dan mengganti pakaian yang basah kuyup itu dengan pakaian istrinya. Muhammad Amin AlKurdi AlIrbili, Tanwirul Qulub fi Muamalati Allamil Guyub, halaman 436. Menyimak dua kisah di atas, tiada lain yang dapat mengendalikan marah selain ilmu dan ketangkasan mengambil hikmah dari setiap kejadian. Ilmu akan membuat kita selalu berbaik sangka kepada Allah, yang menciptakan kita semua dan semua yang kita perbuat. Tentunya, ini memerlukan latihan spiritual riyadhah ruhiyah yang tidak sebentar. |
Mengenal Khiyar Majlis di Pasar | https://konsultasisyariah.com/35059-mengenal-khiyar-majlis-di-pasar.html | Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du, Sebelum kita membahas khiyar majlis, terlebih dahulu kita akan memahami hak khiyar. Di dalam buku ensiklopedi Fiqh Islam disebutkan definisi khiyar, “Hak pelaku akad untuk membatalkan atau melanjutkan akad disebabkan alasan yang syar’i atau karena ada kesepakatan ketika akad.” (al-Mausu’ah al-Fiqhiyah, 20/41). Berdasarkan definisi di atas, ada beberapa catatan yang bisa kita simpulkan, [1] Bahwa hak khiyar melindungi semua pelaku akad, yang mencakup penjual dan pembeli. Sehingga hak khiyar tidak hanya melindungi pembeli semata, tapi juga penjual. [2] Hak khiyar adalah turunan dari akad, dalam arti di mana ada akad jual beli maka di situ ada hak khiyar. Karena itu, tidak ada hak khiyar tanpa akad jual beli. [3] Hak khiyar ada karena dua alasan: (a) Sebab yang diizinkan oleh syariat, seperti masih di majlis akad atau adanya aib atau sebab dibodohi. (b) Karena kesepakatan pelaku akad, seperti hak khiyar syarat. [4] Khiyar hanya berlaku untuk akad yang lazim (mengikat kedua pihak). Sementara akad yang jaiz (bisa dibatalkan sepihak), tidak berlaku khiyar. Ibnu Hubairah – ulama Hambali w. 560 H, Ulama sepakat bahwa khiyar majlis tidak berlaku untuk akad yang tidak lazim (mengikat), seperti syirkah, wakalah atau mudharabah. (Ikhtilaf al-Aimmah, Ibnu Hubairah, 1/350). Selanjutnya, di bagian ini kita akan membahas khusus mengenai hak khiyar majlis. Khiyar majlis adalah hak khiyar bagi pelaku akad untuk melanjutkan atau membatalkan transaksi selama keduanya masih berada di majlis akad. Keberadaan hak khiyar majlis telah dinyatakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam hadis dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Jika ada dua orang yang melakukan akad jual beli, maka masing-masing memiliki hak khiyar dalam akad jual beli yang mereka lakukan, selama mereka belum berpisah. (HR. Muslim 3935) Dalam riwayat lain, dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Penjual dan pembeli memiliki hak khiyar selama mereka belum berpisah. Kecuali jika ada perpanjangan khiyar. Dan tidak halal baginya untuk meninggalkan lawan akadnya, karena khawatir akad dibatalkan. (HR. Nasai 4500, Abu Daud 3458 dan dihasankan al-Albani) Dalam hadis yang kedua, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut ak halal’ bagi orang yang tidak memberikan hak khiyar majlis. Ini menunjukkan bahwa khiyar majlis hukumnya wajib. Apa batasan masa khiyar majlis, apakah selama masih di sekitar pasar ataukah selama masih bertatap muka antara penjual dan pembeli? Jawabannya: batasan khiyar majlis adalah selama penjual dan pembeli masih bertatap muka. Karena ketika sudah berpisah badan, berarti sudah disebut berpisah secara makna bahasa. Al-Wazir Ibnu Hubairah menjelaskan mengenai makna ‘berpisah’ untuk khiyar majlis, Berpisah secara bahasa tidak memiliki makna selain berpisah secara fisik. (al-Ifshah, 4/127). Dan seperti inilah yang dipahami sahabat Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, selaku sahabat yang meriwayatkan hadis tentang Khiyar Majlis. Nafi’ – menantunya Ibnu Umar – menceritakan, Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma ketika membeli sesuatu yang beliau sukai, maka (selesai akad) beliau segera tinggalkan penjualnya. (HR. Bukhari 2107) Dalam riwayat lain, Nafi’ mengatakan, Ibnu Umar ketika melakukan transaksi dengan seseorang, dan beliau ingin agar tidak dibatalkan (mengikat) maka beliau berpindah sedikit, lalu kembali lagi ke penjual. (HR. Muslim 3935). Ketika si A dan si B melakukan akad di pasar, mereka saling bertemu. Ketika akad sudah deal dilakukan, lalu si A berpindah ke penjual sampingnya, maka akad menjadi mengikat, karena khiyar majlis sudah tidak berlaku. Konsekuensi akad yang mengikat (lazim), akad itu tidak bisa dibatalkan sepihak. Apa hikmah khiyar majlis diwajibkan dalam setiap akad? Banyak kejadian orang melakukan akad tanpa pikir panjang. Sehingga bisa jadi setelah akad, dia menyesal, karena mereka rugi. Islam memberikan hak khiyar majlis, untuk mengindari peluang penyesalan semacam ini. Agar tidak ada pihak yang dirugikan. Ibnul Qoyim menjelaskan hikmah adanya Khiyar Majlis, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan khiyar majlis dalam transaksi jual beli, karena ada hikmah dan maslahat bagi pelaku akad. Agar terjadi haan yang sempurna seperti yang Allah sebutkan dalam al-Quran. Karena akad terkadang terjadi secara tiba-tiba tanpa pikir panjang mengenai harganya, sehingga bagian dari kebaikan syariah yang sempurna ini, adanya jeda agar masing-masing pelaku akad bisa merasa puas, mempertimbangkan ulang, sehingga masing-masing mengetahui aib yang tersembunyi. (I’lam al-Muwaqqi’in, 3/164) Dalam artikel yang ditulis oleh Dr. Ali Abdullah dan Dr. Ahmad Syahdah disebutkan, – – Pertimbangan kebutuhan – yang merupakan tujuan besar dilakukannya akad – sangat mendesak untuk menetapkan keberadaan khiyar ini. karena masing-masing pelaku akad, bisa jadi menyetujui akad jual beli secara tiba-tiba dan tidak berfikir panjang. Sehingga mereka menyesali akad yang mereka lakukan. Jika kita nyatakan bahwa akad itu mengikat hanya dengan ijab qabul, tentu akan merugikan mereka. Sehingga sangat sesuai ketika disyariatkan adanya khiyar majlis bagi masing-masing untuk menghindari hal yang merugikan. (Majallah as-Syariah wal Qanun, hlm 201) Demikian, semoga bermanfaat. Allahu a’lam. Sumber: Buku Pasar Muslim & Dunia Makelar Ditulis oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina ) Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk . Download Sekarang !! Dukung dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. REKENING DONASI : BNI SYARIAH 0381346658 / BANK SYARIAH MANDIRI 7086882242 a.n. YAYASAN YUFID NETWORK KONFIRMASI DONASI hubungi: 087-738-394-989 | Bismillah was shalatu was salamu ala Rasulillah, wa badu, Sebelum kita membahas khiyar majlis, terlebih dahulu kita akan memahami hak khiyar. Di dalam buku ensiklopedi Fiqh Islam disebutkan definisi khiyar, Hak pelaku akad untuk membatalkan atau melanjutkan akad disebabkan alasan yang syari atau karena ada kesepakatan ketika akad. Sehingga hak khiyar tidak hanya melindungi pembeli semata, tapi juga penjual. Sementara akad yang jaiz bisa dibatalkan sepihak, tidak berlaku khiyar. Ibnu Hubairah ulama Hambali w. 560 H, Ulama sepakat bahwa khiyar majlis tidak berlaku untuk akad yang tidak lazim mengikat, seperti syirkah, wakalah atau mudharabah. Khiyar majlis adalah hak khiyar bagi pelaku akad untuk melanjutkan atau membatalkan transaksi selama keduanya masih berada di majlis akad. Keberadaan hak khiyar majlis telah dinyatakan Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Muslim 3935 Dalam riwayat lain, dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu anhuma, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Penjual dan pembeli memiliki hak khiyar selama mereka belum berpisah. Dan tidak halal baginya untuk meninggalkan lawan akadnya, karena khawatir akad dibatalkan. Apa batasan masa khiyar majlis, apakah selama masih di sekitar pasar ataukah selama masih bertatap muka antara penjual dan pembeli Jawabannya batasan khiyar majlis adalah selama penjual dan pembeli masih bertatap muka. Karena ketika sudah berpisah badan, berarti sudah disebut berpisah secara makna bahasa. AlWazir Ibnu Hubairah menjelaskan mengenai makna berpisah untuk khiyar majlis, Berpisah secara bahasa tidak memiliki makna selain berpisah secara fisik. Nafi menantunya Ibnu Umar menceritakan, Ibnu Umar radhiyallahu anhuma ketika membeli sesuatu yang beliau sukai, maka selesai akad beliau segera tinggalkan penjualnya. Ketika si A dan si B melakukan akad di pasar, mereka saling bertemu. Konsekuensi akad yang mengikat lazim, akad itu tidak bisa dibatalkan sepihak. Sehingga bisa jadi setelah akad, dia menyesal, karena mereka rugi. Islam memberikan hak khiyar majlis, untuk mengindari peluang penyesalan semacam ini. Agar terjadi haan yang sempurna seperti yang Allah sebutkan dalam alQuran. Karena akad terkadang terjadi secara tibatiba tanpa pikir panjang mengenai harganya, sehingga bagian dari kebaikan syariah yang sempurna ini, adanya jeda agar masingmasing pelaku akad bisa merasa puas, mempertimbangkan ulang, sehingga masingmasing mengetahui aib yang tersembunyi. karena masingmasing pelaku akad, bisa jadi menyetujui akad jual beli secara tibatiba dan tidak berfikir panjang. Jika kita nyatakan bahwa akad itu mengikat hanya dengan ijab qabul, tentu akan merugikan mereka. Majallah asSyariah wal Qanun, hlm 201 Demikian, semoga bermanfaat. Sumber Buku Pasar Muslim Dunia Makelar Ditulis oleh Ustadz Ammi Nur Baits Dewan Pembina Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk . Download Sekarang Dukung dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. REKENING DONASI BNI SYARIAH 0381346658 BANK SYARIAH MANDIRI 7086882242 a.n. YAYASAN YUFID NETWORK KONFIRMASI DONASI hubungi 087738394989 |
Jenggot adalah Fitrah dan Perhiasan Laki-laki | https://muslim.or.id/44787-jenggot-adalah-fitrah-dan-perhiasan-laki-laki.html | Jenggot adalah suatu fitrah manusia dan yang namanya fitrah adalah suatu hal yang tidak mungkin dibenci atau tidak disukai manusia. Apabila manusia di zaman ini ada yang membenci jenggot, menganggapnya jelek, kotor atau anggapan jelek lainnya, maka mereka keluar dari fitrahnya. Di zaman ini bisa jadi banyak orang yang berubah bahkan rusak fitrahnya karena pengaruh zaman dan tersebarnya gaya hidup melalui internet dan smartphone. Tersebar gaya hidup atau film yang orang tersebut berjenggot tapi kasar, jelek dan kotor, sedangkan orang-orang hebat adalah orang yang bersih dagunya karena telah dipotong jenggotnya. Padahal di zaman dahulu, orang-orang hebat mulai dari raja, kesatria dan ilmuan, mereka memiliki jenggot yang lebat dan terlihat gagah berwibawa. Baca Juga: Hukum Memakai Obat Penumbuh Jenggot Jenggot adalah fitrahnya manusia, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, .. Sepuluh perkara yang termasuk fithrah: Memotong kumis, memelihara jenggot, bersiwak, memasukkan air ke dalam hidung, memotong kuku…. (HR. Muslim) Seorang ulama menyebutkan bahwa jenggot adalah perhiasan bagi laki-laki, artinya jika laki-laki memiliki jenggot, maka ia lebih terlihat jantan, terlihat gagah dan lebih maskulin. Al-Gazali berkata, … Sesungguhnya jenggot adalah perhiasan para lelaki… dengan jenggot akan terbedakan antara laki-laki dan wanita (Ihyaa Uluumid-Diin 2/257) Karena jenggot adalah perhiasan laki-laki dan menunjukkan kegagahan dan tanda maskulin laki-laki. Ada beberapa orang shalih di zaman dahulu yang sangat ingin memiliki jenggot. Kaum Anshar sangat meninginkan pemimpim mereka memiliki jenggot agar terlihat lebih jantan. Mereka berkata, Memang Sayyid Kami Qais terkenal dengan kepahlawanan dan kedermawanannya, akan tetapi ia tidak memiliki jenggot. Demi Allah, seandainya jenggot itu bisa dibeli dengan dirham, maka kami akan belikan ia jenggot. (Lihat Istiiaab 3/1292) Al-Gazali berkata, : Syuraih Al-Qadhi berkata, Aku sangat ingin memiliki jenggot, meskipun harus membayar sepuluh ribu (dinar/dirham). (Ihyaa Uluumid -Diin 2/257) Catatan: Adapun menyandarkan ini dengan kandungan sebuah hadits, Maha Suci (Allah) yang menghiasi wajah laki-laki dengan jenggot Maka hadits ini maudhu (palsu), sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhaifah wal Maudhuah no. 6023 Baca Juga: Bolehkah Menyemir Jenggot Dengan Warna Hitam? Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam memerintahkan kita untuk memelihara jenggot. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Potonglah kumis dan peliharalah jenggot. (HR. Bukhari dan Muslim) Dalam hadits digunakan kata perintah (fiil amr), maka dalam Ilmu ushul di ada kaidah, Kata perintah (fiil amr) menunjukkan hukum (asalnya) wajib Menurut pendapat terkuat bahwa laki-laki wajib memelihara jenggotnya (membiarkan tumbuh), bahkan memotongnya adalah sebuah larangan (ada juga pendapat boleh dipotong jika sudah melebihi satu genggam). Memotong jenggot adalah kebiasaan orang-orang musyrik dan Majusi, sebagaimana Sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam, Selisihilah orang-orang musyrik, peliharalah jenggot dan potonglah kumis. (HR. Bukhari dan Muslim) Beliau juga bersabda, Potonglah kumis dan biarkanlah jenggot, selisihilah orang-orang Majusi (penyembah matahari). (HR. Muslim) Menyerupai orang-orang kafir akan mendapat ancaman sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, Barangsiapa yang menyerupai sebuah kaum maka dia termasuk golongan mereka. (HR. Abu Dawud, Shahih) Baca Juga: Demikian semoga bermanfaat @ Yogyakarta Tercinta Penyusun: Raehanul Bahraen | Jenggot adalah suatu fitrah manusia dan yang namanya fitrah adalah suatu hal yang tidak mungkin dibenci atau tidak disukai manusia. Apabila manusia di zaman ini ada yang membenci jenggot, menganggapnya jelek, kotor atau anggapan jelek lainnya, maka mereka keluar dari fitrahnya. Di zaman ini bisa jadi banyak orang yang berubah bahkan rusak fitrahnya karena pengaruh zaman dan tersebarnya gaya hidup melalui internet dan smartphone. Tersebar gaya hidup atau film yang orang tersebut berjenggot tapi kasar, jelek dan kotor, sedangkan orangorang hebat adalah orang yang bersih dagunya karena telah dipotong jenggotnya. Baca Juga Hukum Memakai Obat Penumbuh Jenggot Jenggot adalah fitrahnya manusia, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sepuluh perkara yang termasuk fithrah Memotong kumis, memelihara jenggot, bersiwak, memasukkan air ke dalam hidung, memotong kuku. Muslim Seorang ulama menyebutkan bahwa jenggot adalah perhiasan bagi lakilaki, artinya jika lakilaki memiliki jenggot, maka ia lebih terlihat jantan, terlihat gagah dan lebih maskulin. Ada beberapa orang shalih di zaman dahulu yang sangat ingin memiliki jenggot. Mereka berkata, Memang Sayyid Kami Qais terkenal dengan kepahlawanan dan kedermawanannya, akan tetapi ia tidak memiliki jenggot. Demi Allah, seandainya jenggot itu bisa dibeli dengan dirham, maka kami akan belikan ia jenggot. Lihat Istiiaab 31292 AlGazali berkata, Syuraih AlQadhi berkata, Aku sangat ingin memiliki jenggot, meskipun harus membayar sepuluh ribu dinardirham. Ihyaa Uluumid Diin 2257 Catatan Adapun menyandarkan ini dengan kandungan sebuah hadits, Maha Suci Allah yang menghiasi wajah lakilaki dengan jenggot Maka hadits ini maudhu palsu, sebagaimana dikatakan oleh Syaikh AlAlbani dalam Silsilah AlAhadits AdDhaifah wal Maudhuah no. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Potonglah kumis dan peliharalah jenggot. Bukhari dan Muslim Dalam hadits digunakan kata perintah fiil amr, maka dalam Ilmu ushul di ada kaidah, Kata perintah fiil amr menunjukkan hukum asalnya wajib Menurut pendapat terkuat bahwa lakilaki wajib memelihara jenggotnya membiarkan tumbuh, bahkan memotongnya adalah sebuah larangan ada juga pendapat boleh dipotong jika sudah melebihi satu genggam. Muslim Menyerupai orangorang kafir akan mendapat ancaman sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, Barangsiapa yang menyerupai sebuah kaum maka dia termasuk golongan mereka. Abu Dawud, Shahih Baca Juga Demikian semoga bermanfaat Yogyakarta Tercinta Penyusun Raehanul Bahraen |
Tafsir Surat Al-Maidah Ayat 90: Menyingkap Hikmah di Balik Larangan Judi | https://islam.nu.or.id/tafsir/tafsir-surat-al-maidah-ayat-90-menyingkap-hikmah-di-balik-larangan-judi-D53Hv | Sejatinya, judi memiliki dampak negatif bagi setiap individu dan masyarakat luas. Judi dapat merusak kepribadian dan moral, memicu permusuhan, dan menghancurkan rumah tangga. Pun, judi juga membuat orang berangan-angan kaya tanpa usaha, mengabaikan kesehatan dan tanggung jawab, serta menghabiskan waktu di meja judi. Surat Al-Maidah ayat 90 melarang empat perbuatan: minum khamar, berjudi, mempersembahkan kurban untuk patung, dan mengundi nasib dengan alat seperti anak panah. Ayat ini menjelaskan bahwa perbuatan-perbuatan tersebut merupakan perbuatan setan yang bertujuan untuk menimbulkan permusuhan, kebencian, dan melalaikan manusia dari mengingat Allah dan melaksanakan shalat. Simak firman Allah dalam QS. Al-Ma'idah [5] ayat 90; Yâ ayyuhalladzîna âmanû innamal-khamru wal-maisiru wal-anshâbu wal-azlâmu rijsun min ‘amalisy-syaithâni fajtanibûhu la‘allakum tufliḫûn Artinya; "Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan keji (dan) termasuk perbuatan setan. Maka, jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung." Profesor Quraish Shihab dalam kitab Tafsir Al-Misbah, Jilid III, halaman 192 menjelaskan bahwa Surat Al-Maidah ayat 90 memberikan penekanan kuat terhadap larangan berjudi, yang secara spesifik dinyatakan sebagai salah satu bentuk perbuatan keji (rijs). Dalam penafsiran ayat ini, Imam Bukhari menjelaskan urutan larangan-larangan dalam Islam yang memiliki keterkaitan erat satu sama lain. Pertama, larangan meminum khamr atau minuman keras dikarenakan efek destruktifnya terhadap akal dan harta seseorang. Hal ini kemudian diikuti oleh larangan berjudi yang juga dianggap menghancurkan harta. Dalam konteks ini, perjudian dan minuman keras merupakan dua kegiatan yang paling banyak merusak kesejahteraan individu dan masyarakat. Lebih lanjut, Profesor Quraish Shihab mengutip pendapat Imam Bukhari, yang juga menekankan bahwa setelah larangan berjudi, Allah melarang pengagungan terhadap berhala. Ini disebabkan karena pengagungan berhala adalah pembinasaan agama, baik melalui syirik yang nyata (menyembah berhala) maupun syirik tersembunyi (seperti penyembelihan atas nama berhala). Keterkaitan ini menunjukkan bahwa segala bentuk perbuatan yang menjauhkan manusia dari jalan Allah akan membawa kerusakan, baik secara fisik maupun spiritual. Larangan-larangan ini kemudian dirangkum dengan alasan utama bahwa semuanya adalah perbuatan keji yang harus dijauhi oleh umat Islam. [Profesor Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Jilid III, [Ciputat: Lentera hati, 2002], halaman 192]. Secara etimologis, kata ( مَيْسِرُ) maysir yang digunakan dalam ayat tersebut merujuk pada judi, yang berasal dari akar kata yang berarti 'gampang'. Judi dinamakan maysir karena harta yang diperoleh dari perjudian didapatkan dengan cara mudah tanpa usaha, melainkan melalui undian dan keberuntungan. Namun, kemudahan ini membawa dampak buruk yang sangat besar, termasuk hilangnya harta, permusuhan, serta gangguan sosial dan moral. Oleh karena itu, judi dilarang keras dalam Islam karena dampaknya yang merusak. Nabi Muhammad saw diperintahkan Allah untuk menjelaskan kepada umat bahwa dalam minuman keras dan perjudian terdapat dosa besar. Dosa-dosa tersebut termasuk hilangnya keseimbangan mental, gangguan kesehatan, penipuan, kebohongan, serta perolehan harta tanpa hak yang semuanya menimbulkan permusuhan dan kerusakan dalam masyarakat. Meskipun ada beberapa manfaat duniawi dari kegiatan ini, seperti keuntungan materi dan kesenangan sementara, dampak negatif yang ditimbulkannya jauh lebih besar daripada manfaatnya. Pada masa Jahiliah, hasil perjudian sering kali digunakan untuk membantu fakir miskin, yang menunjukkan adanya manfaat sosial dari kegiatan ini. Namun, dalam pandangan Islam, manfaat duniawi tersebut tidak dapat mengimbangi dosa besar yang dihasilkan oleh perjudian dan minuman keras. Manfaat-manfaat tersebut hanya dinikmati oleh segelintir orang dan bersifat sementara, sedangkan kerugian dan dosa yang diakibatkan oleh kegiatan ini berdampak jangka panjang, baik di dunia maupun di akhirat. Oleh karena itu, Allah memerintahkan umat Islam untuk menjauhi perjudian dan minuman keras demi kesejahteraan mereka di dunia dan akhirat. [Profesor Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Jilid I, [Ciputat: Lentera Hati, 2002], halaman 467]. Tafsir Al-Munir Surat Al-Maidah ayat 90 diturunkan dengan latar belakang kondisi masyarakat Madinah yang pada masa itu masih terlibat dalam praktik minum khamar (minuman keras) dan berjudi. Profesor Dr. Wahbah Zuhaili dalam kitab Tafsir Al-Munir, Jilid VII, halaman 33 menguraikan bahwa riwayat ini didukung oleh hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dari Abu Hurairah. Dalam riwayat tersebut, disebutkan bahwa ketika Rasulullah saw tiba di Madinah, beliau mendapati penduduknya terbiasa minum khamar dan makan dari hasil judi. Mereka kemudian bertanya kepada Rasulullah saw mengenai hukum kedua hal tersebut. Allah swt kemudian menurunkan ayat yang pertama kali berbicara tentang khamar dan judi, yaitu ayat yang berbunyi [يَسْـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلْخَمْرِ وَٱلْمَيْسِرِ] "Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi" (QS. Al-Baqarah: 219). Ayat ini menyebutkan bahwa dalam keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosanya lebih besar daripada manfaatnya. Meskipun demikian, para sahabat pada saat itu merasa bahwa larangan tersebut belum bersifat mutlak, karena hanya memperingatkan adanya bahaya besar tanpa pengharaman yang tegas. Kemudian, terjadi peristiwa di mana seorang sahabat dari kalangan muhajirin menjadi imam dalam shalat Maghrib dan membaca ayat-ayat Al-Qur'an dengan tidak teratur karena pengaruh khamar. Peristiwa ini menyebabkan turunnya ayat yang lebih tegas yang melarang mendekati shalat dalam keadaan mabuk: [يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَقْرَبُوا الصَّلٰوةَ وَاَنْتُمْ سُكٰرٰى] "Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendekati shalat sedang kamu dalam keadaan mabuk" (QS. An-Nisa: 43). Ini merupakan langkah kedua dalam proses pengharaman khamar yang lebih jelas. Akhirnya, Allah swt menurunkan ayat yang lebih keras lagi mengenai khamar dan judi dalam Surat Al-Maidah ayat 90-91, yang berbunyi: Artinya; "Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu beruntung" (QS. Al-Maidah: 90). [Sesungguhnya setan hanya bermaksud menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu melalui minuman keras dan judi serta (bermaksud) menghalangi kamu dari mengingat Allah dan (melaksanakan) salat, maka tidakkah kamu mau berhenti? (QS. Al-Maidah: 91)" Ayat ini dengan tegas mengharamkan khamar dan judi serta perbuatan-perbuatan keji lainnya sebagai perbuatan setan yang harus dijauhi. Setelah turunnya ayat ini, para sahabat Rasulullah saw segera mematuhi perintah Allah dengan berhenti total dari meminum khamar dan berjudi. Mereka berkata, "Mulai sekarang kami berhenti, wahai Tuhan kami." Namun, masih ada kekhawatiran di antara mereka mengenai nasib sahabat-sahabat yang telah meninggal dalam keadaan mengonsumsi khamar dan hasil judi sebelum ayat ini turun. Untuk menjawab kekhawatiran ini, Allah swt menurunkan ayat yang menyatakan bahwa tidak ada dosa bagi mereka yang telah beriman dan beramal saleh atas apa yang telah mereka konsumsi sebelum datangnya larangan yang jelas ini (QS. Al-Maidah: 93), yang menunjukkan kasih sayang Allah dan keadilan-Nya terhadap hamba-hamba-Nya. Lebih lanjut, Surat Al-Maidah ayat 90 menjelaskan dengan tegas larangan terhadap konsumsi khamar (minuman yang memabukkan) dan praktik berjudi. Allah swt menyeru kepada orang-orang beriman agar menjauhi khamar, judi, berhala-berhala, dan praktik mengundi nasib. Semua perbuatan ini termasuk ke dalam perbuatan setan, yang bertujuan untuk menyesatkan manusia dari jalan yang benar. Allah memerintahkan umat Islam untuk menjauhi segala bentuk keburukan ini agar dapat meraih kemenangan dan kebahagiaan yang sejati melalui penyucian jiwa, menjaga tubuh, serta saling menyayangi di antara sesama. Judi, dalam berbagai bentuknya, diharamkan dalam Islam. Ini mencakup semua jenis taruhan, termasuk permainan yang melibatkan anak-anak seperti permainan menggunakan biji pala. Demikian pula, bermain kartu dengan taruhan uang juga dilarang. Bahkan jika permainan seperti catur dan kartu tidak melibatkan uang, banyak ulama tetap mengharamkannya karena potensi permainan tersebut untuk menimbulkan permusuhan dan dendam di antara para pemain. Selain itu, kegiatan ini dapat menjadi penghalang dari mengingat Allah dan melaksanakan shalat, yang merupakan kewajiban utama seorang Muslim. Dengan menjauhi khamar dan judi, umat Islam diarahkan untuk menjaga diri dari perbuatan yang merusak baik secara fisik maupun spiritual. Larangan ini dimaksudkan untuk melindungi individu dan masyarakat dari dampak negatif yang dapat timbul dari konsumsi alkohol dan perjudian. Selain merusak hubungan sosial, kebiasaan ini juga dapat mengganggu kesehatan, menguras harta benda, dan menjauhkan seseorang dari ketenangan batin dan ketakwaan kepada Allah. Oleh karena itu, mengikuti perintah Allah dalam ayat ini bukan hanya menjauhkan diri dari dosa, tetapi juga berkontribusi pada kebaikan dan kesejahteraan pribadi dan masyarakat secara keseluruhan. Artinya; "Allah SWT melarang orang-orang Mukmin mengonsumsi khamr dan berjudi. Allah berfirman, wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamar dan semua minuman yang , judi dengan berbagai macamnya, berhala-berhala yang di sekitar tempatnya disembelih hewan kurban, dan mengundi nasib, baik berupa nasib baik maupun buruk, adalah hal yang dimurkai dan dibenci Allah. Itu semua termasuk perbuatan setan yakni tipuan dan hiasannya. Oleh karena itu, jauhilah keburukan ini agar kalian menang dan bahagia dengan cara menyucikan jiwa, menjaga tubuh kalian, dan saling menyayangi di antara kalian." [Prof. Dr. Wahbah Zuhaili, Tafsir Al-Munir, Jilid VII, [Beirut: Darul Fikr Muashirah, 1991 M], halaman 37]. Sementara itu, Syekh Syamsuddin Al-Qurthubi di dalam kitab Jami' al-Bayan, Jilid III, halaman 52 menjelaskan bahwa tafsir al-Maidah ayat 90 menjelaskan tentang larangan judi dalam Islam. Al-Maisir [وَالْمَيْسِرِ], yang disebut dalam ayat ini, merujuk pada berbagai bentuk perjudian yang dilakukan oleh bangsa Arab pada masa Jahiliyah. Ibnu Abbas menjelaskan bahwa pada masa itu, seseorang bisa bertaruh dengan orang lain, bukan hanya dengan harta benda, tetapi juga dengan keluarga mereka. Pertaruhan ini sangat ekstrem, di mana pemenang bisa mengambil alih harta dan bahkan anggota keluarga orang yang kalah. Ayat ini diturunkan untuk mengharamkan praktik-praktik perjudian semacam itu, yang membawa kerugian besar dan merusak tatanan sosial serta moral masyarakat. Penafsiran lebih lanjut dari para ulama seperti Mujahid, Muhammad bin Sirin, Hasan, Ibnu al-Musayyib, 'Atha', Qatadah, Mu'awiyah bin Shalih, Thawus, 'Ali bin Abi Thalib, dan Ibnu Abbas menyatakan bahwa segala bentuk permainan yang mengandung unsur perjudian termasuk dalam kategori al-maysir. Ini mencakup permainan tradisional seperti nard (dadu) dan shatranj (catur), yang pada masa itu sering dijadikan alat untuk berjudi. Bahkan, permainan sederhana yang dilakukan oleh anak-anak dengan menggunakan biji kenari dan batu kecil pun bisa termasuk dalam kategori al-maysir jika digunakan untuk berjudi. Larangan ini menunjukkan betapa luasnya cakupan al-maysir, yang meliputi segala bentuk aktivitas yang bersifat taruhan. Simak penjelasan Syekh Syamsuddin Al-Qurthubi ini; Artinya; "Al-Maysir: Perjudian Arab dengan menggunakan anak panah. Ibnu Abbas berkata: "Pada masa Jahiliyah, seseorang bertaruh dengan orang lain atas keluarganya dan hartanya. Barangsiapa yang menang dalam pertaruhan, maka dia mengambil harta dan keluarga orang yang kalah." Maka turunlah ayat tersebut. Mujahid, Muhammad bin Sirin, Hasan, Ibnu al-Musayyib, 'Atha', Qatadah, Mu'awiyah bin Shalih, Thawus, 'Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu, dan Ibnu Abbas juga berkata: "Segala sesuatu yang mengandung perjudian, baik itu dalam bentuk permainan dadu (nard) maupun catur (shatranj), itu termasuk al-maisir, bahkan permainan anak-anak dengan biji kenari dan batu kecil pun termasuk al-maisir, kecuali yang dibolehkan dari taruhan pada pacuan kuda dan undian untuk menetapkan hak-hak." [Syekh Syamsuddin Al-Qurthubi, Jami' al-Bayan, Jilid III, [Kairo: Darul Kutub al-Mishriyah,1964], halaman 52]. Dengan demikian, ayat ini secara jelas dan tegas melarang empat jenis perbuatan yang dianggap merusak moral dan spiritual manusia. Dengan menyebutkan bahwa perbuatan-perbuatan tersebut adalah perbuatan setan, Allah menekankan betapa berbahayanya tindakan tersebut bagi seorang Muslim dan masyarakat secara umum. Orang-orang beriman diperintahkan untuk menjauhinya demi mencapai kebahagiaan dan keberhasilan yang sejati baik di dunia maupun di akhirat. Zainuddin Lubis, Pegiat Kajian Islam Tinggal di Ciputat | Sejatinya, judi memiliki dampak negatif bagi setiap individu dan masyarakat luas. Pun, judi juga membuat orang beranganangan kaya tanpa usaha, mengabaikan kesehatan dan tanggung jawab, serta menghabiskan waktu di meja judi. Surat AlMaidah ayat 90 melarang empat perbuatan minum khamar, berjudi, mempersembahkan kurban untuk patung, dan mengundi nasib dengan alat seperti anak panah. Ini disebabkan karena pengagungan berhala adalah pembinasaan agama, baik melalui syirik yang nyata menyembah berhala maupun syirik tersembunyi seperti penyembelihan atas nama berhala. Profesor Quraish Shihab, Tafsir AlMisbah, Jilid III, Ciputat Lentera hati, 2002, halaman 192. Oleh karena itu, judi dilarang keras dalam Islam karena dampaknya yang merusak. Meskipun ada beberapa manfaat duniawi dari kegiatan ini, seperti keuntungan materi dan kesenangan sementara, dampak negatif yang ditimbulkannya jauh lebih besar daripada manfaatnya. Tafsir AlMunir Surat AlMaidah ayat 90 diturunkan dengan latar belakang kondisi masyarakat Madinah yang pada masa itu masih terlibat dalam praktik minum khamar minuman keras dan berjudi. Mereka kemudian bertanya kepada Rasulullah saw mengenai hukum kedua hal tersebut. Meskipun demikian, para sahabat pada saat itu merasa bahwa larangan tersebut belum bersifat mutlak, karena hanya memperingatkan adanya bahaya besar tanpa pengharaman yang tegas. Kemudian, terjadi peristiwa di mana seorang sahabat dari kalangan muhajirin menjadi imam dalam shalat Maghrib dan membaca ayatayat AlQuran dengan tidak teratur karena pengaruh khamar. Ini merupakan langkah kedua dalam proses pengharaman khamar yang lebih jelas. Maka jauhilah perbuatanperbuatan itu agar kamu beruntung QS. AlMaidah 91 Ayat ini dengan tegas mengharamkan khamar dan judi serta perbuatanperbuatan keji lainnya sebagai perbuatan setan yang harus dijauhi. Mereka berkata, Mulai sekarang kami berhenti, wahai Tuhan kami. Allah memerintahkan umat Islam untuk menjauhi segala bentuk keburukan ini agar dapat meraih kemenangan dan kebahagiaan yang sejati melalui penyucian jiwa, menjaga tubuh, serta saling menyayangi di antara sesama. Oleh karena itu, mengikuti perintah Allah dalam ayat ini bukan hanya menjauhkan diri dari dosa, tetapi juga berkontribusi pada kebaikan dan kesejahteraan pribadi dan masyarakat secara keseluruhan. Allah berfirman, wahai orangorang yang beriman, sesungguhnya khamar dan semua minuman yang , judi dengan berbagai macamnya, berhalaberhala yang di sekitar tempatnya disembelih hewan kurban, dan mengundi nasib, baik berupa nasib baik maupun buruk, adalah hal yang dimurkai dan dibenci Allah. Itu semua termasuk perbuatan setan yakni tipuan dan hiasannya. Sementara itu, Syekh Syamsuddin AlQurthubi di dalam kitab Jami alBayan, Jilid III, halaman 52 menjelaskan bahwa tafsir alMaidah ayat 90 menjelaskan tentang larangan judi dalam Islam. Ibnu Abbas menjelaskan bahwa pada masa itu, seseorang bisa bertaruh dengan orang lain, bukan hanya dengan harta benda, tetapi juga dengan keluarga mereka. Pertaruhan ini sangat ekstrem, di mana pemenang bisa mengambil alih harta dan bahkan anggota keluarga orang yang kalah. Penafsiran lebih lanjut dari para ulama seperti Mujahid, Muhammad bin Sirin, Hasan, Ibnu alMusayyib, Atha, Qatadah, Muawiyah bin Shalih, Thawus, Ali bin Abi Thalib, dan Ibnu Abbas menyatakan bahwa segala bentuk permainan yang mengandung unsur perjudian termasuk dalam kategori almaysir. Bahkan, permainan sederhana yang dilakukan oleh anakanak dengan menggunakan biji kenari dan batu kecil pun bisa termasuk dalam kategori almaysir jika digunakan untuk berjudi. Dengan menyebutkan bahwa perbuatanperbuatan tersebut adalah perbuatan setan, Allah menekankan betapa berbahayanya tindakan tersebut bagi seorang Muslim dan masyarakat secara umum. Zainuddin Lubis, Pegiat Kajian Islam Tinggal di Ciputat |
Memaksakan Membaca Ayat Sajdah dalam Shalat Shubuh Hari Jumat | https://rumaysho.com/3718-memaksakan-membaca-ayat-sajdah-dalam-shalat-shubuh-hari-jum-at.html | Sebagian Imam Shalat Shubuh memaksakan supaya ada sujud tilawah pada shalat Shubuh Hari Jumat. Memang benar Nabi –shallallahu alaihi wa sallam– melaksanakan sujud tilawah pada shalat tersebut karena membaca ayat sajadah dalam surat As Sajdah. Namun apakah hal tersebut menunjukkan bahwa beliau mengkhususkan sujud tilawah ataukah menganjurkan membaca surat As Sajdah-nya?Dari Abu bu Hurairah, beliau berkata, - - ( ) Nabi shallallahu alaihi wa sallam biasa membaca pada shalat Shubuh di hari Jumat Alif Lamim Tanzil … (surat As Sajdah) pada rakaat pertama dan Hal ataa alal insaani hiinum minad dahri lam yakun syai-am madzkuro (surat Al Insan) pada rakaat kedua. (HR. Muslim no. 880)Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, Ini jadi dalil dalam madzhab Syafii -madzhab kami- dan yang sependapat dengan kami bahwa dianjurkan membaca surat As Sajdah dan surat Al Insan pada hari Jumat saat shalat Shubuh. (Syarh Shahih Muslim, 6: 150).Berikut dijelaskan oleh Ibnul Qayyim,Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam membaca pada shalat Shubuh hari Jumat surat Alif Lam Mim Tanzil (surat As Sajdah) dan surat Hal Ataa alal Insani (surat Al Insan). Kebanyakan orang yang tidak memiliki ilmu menyangka bahwa yang dimaksud ketika shalat Shubuh hari Jumat adalah mengadakan sujud tambahan yang mereka sebut dengan sajadah jumat. Jika surat As Sajdah tidak dibaca, maka dianjurkan -menurut mereka- untuk membaca surat lain yang terdapat ayat sajadah. Karena ada sebab semacam ini, ada ulama yang memakruhkan merutinkan membaca surat tadi pada Shubuh hari Jumat supaya orang yang tidak punya ilmu tidak salah paham akan hal ini.Aku pernah mendengar Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam membaca dua surat tersebut di Shubuh Hari Jumat karena kedua surat itu menjelaskan kejadian-kejadian besar pada hari Jumat. Di hari Jumat, Adam diciptakan. Di hari tersebut, kita teringat akan terjadinya kiamat dan manusia akan dikumpulkan. Itu terjadi pada hari Jumat. Jadi surat tersebut dibaca untuk mengingat apa yang terjadi pada hari Jumat dan apa yang akan terjadi pada hari tersebut. Jadi sujud tilawah hanyalah ikutan dan bukan tujuan utama sampai-sampai ingin memaksakan tetap ada sujud tilawah. Dan penjelasan ini menunjukkan kekhususan hari Jumat dibanding hari lainnya. (Zaadul Maad, 1: 364).Jadi, yang dianjurkan adalah membaca surat As Sajdah dan surat Al Insan pada Shubuh hari Jumat. Bukan yang dimaksud dari sunnah tersebut adalah membaca surat lainnya yang terdapat ayat sajdah di dalamnya. Ini menunjukkan, kita Wallahu alam.Hanya Allah yang memberi taufik. | Sebagian Imam Shalat Shubuh memaksakan supaya ada sujud tilawah pada shalat Shubuh Hari Jumat. Memang benar Nabi shallallahu alaihi wa sallam melaksanakan sujud tilawah pada shalat tersebut karena membaca ayat sajadah dalam surat As Sajdah. Namun apakah hal tersebut menunjukkan bahwa beliau mengkhususkan sujud tilawah ataukah menganjurkan membaca surat As SajdahnyaDari Abu bu Hurairah, beliau berkata, Nabi shallallahu alaihi wa sallam biasa membaca pada shalat Shubuh di hari Jumat Alif Lamim Tanzil surat As Sajdah pada rakaat pertama dan Hal ataa alal insaani hiinum minad dahri lam yakun syaiam madzkuro surat Al Insan pada rakaat kedua. HR. Muslim no. 880Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, Ini jadi dalil dalam madzhab Syafii madzhab kami dan yang sependapat dengan kami bahwa dianjurkan membaca surat As Sajdah dan surat Al Insan pada hari Jumat saat shalat Shubuh. Syarh Shahih Muslim, 6 150.Berikut dijelaskan oleh Ibnul Qayyim,Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam membaca pada shalat Shubuh hari Jumat surat Alif Lam Mim Tanzil surat As Sajdah dan surat Hal Ataa alal Insani surat Al Insan. Kebanyakan orang yang tidak memiliki ilmu menyangka bahwa yang dimaksud ketika shalat Shubuh hari Jumat adalah mengadakan sujud tambahan yang mereka sebut dengan sajadah jumat. Jika surat As Sajdah tidak dibaca, maka dianjurkan menurut mereka untuk membaca surat lain yang terdapat ayat sajadah. Karena ada sebab semacam ini, ada ulama yang memakruhkan merutinkan membaca surat tadi pada Shubuh hari Jumat supaya orang yang tidak punya ilmu tidak salah paham akan hal ini.Aku pernah mendengar Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam membaca dua surat tersebut di Shubuh Hari Jumat karena kedua surat itu menjelaskan kejadiankejadian besar pada hari Jumat. Di hari Jumat, Adam diciptakan. Di hari tersebut, kita teringat akan terjadinya kiamat dan manusia akan dikumpulkan. Itu terjadi pada hari Jumat. Jadi surat tersebut dibaca untuk mengingat apa yang terjadi pada hari Jumat dan apa yang akan terjadi pada hari tersebut. Jadi sujud tilawah hanyalah ikutan dan bukan tujuan utama sampaisampai ingin memaksakan tetap ada sujud tilawah. Dan penjelasan ini menunjukkan kekhususan hari Jumat dibanding hari lainnya. Zaadul Maad, 1 364.Jadi, yang dianjurkan adalah membaca surat As Sajdah dan surat Al Insan pada Shubuh hari Jumat. Bukan yang dimaksud dari sunnah tersebut adalah membaca surat lainnya yang terdapat ayat sajdah di dalamnya. Ini menunjukkan, kita Wallahu alam.Hanya Allah yang memberi taufik. |
Tawakkal | https://radiomutiaraquran.com/2021/08/22/tawakkal-2/ | Dari ‘Umar bin Khaththab radhiyallahu’anhu, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : “Seandainya kalian sungguh-sungguh bertawakkal kepada Allah, sungguh Allah akan memberi kalian rezeki sebagaimana Allah memberi rezeki kepada seekor burung yang pergi dalam keadaan lapar dan kembali dalam keadaan kenyang “ (HR. Imam Ahmad, Tirmidzi, Nasaai, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban, dan Al Hakim. Imam Tirmidzi berkata : hasan shahih) Hadist ini merupakan pokok dalam masalah tawakkal kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Tawakal yang benar harus disertai dengan mengambil sebab yang disyariatkan. Mengambil suatu sebab bukan berarti menafikan (meniadakan) tawakkal. Rasulullah yang merupakan imamnya orang yang bertawakkal, ketika beliau memasuki kota Mekah pada saat peristiwa Fathul Mekah beliau tetap menggunakan pelindung kepala (ini menunjukkan beliau mengambil sebab untuk melindungi diri beliau). Beliau juga telah memberi petunjuk untuk menggabungkan antara mengambil sebab dan bersandar kepada Allah melalui sabda beliau : “Semangatlah kalian terhadap hal-hal yang bermanfaat bagi kalian dan mohonlah pertolongan kepada Allah “ (H.R Muslim 2664). Dalam hadits ’Umar di atas terdapat penggabungan antara usaha mengambil sebab dengan bertawakal kepada Allah. Mengambil sebab dalam hadits tersebut disebutkan dengan perbuatan burung, yang pergi dalam keadaan lapar (perutnya dalam kedaan kosong, kemudian pergi untuk mencari rezeki), dan kembali dalam keadaan kenyang (perutnya dalam keadaan isi). Namun, ketika seseorang mengambil sebab, dia tidak boleh bersandar kepada sebab tersebut, akan tetapi harus tetap harus bersandar hanya kepada Allah. Demikian juga tidak boleh seseorang menelantarkan mengambil sebab kemudian menyangka dirinya telah bertawakal kepada Allah. Sesungguhnya Allah menetapkan sebab dan Allah pula yang menetapakan hasil dari sebab tersebut. Berkata Imam Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah dalam Jaami’ul ’Uluum wal Hikam: ”Hadist ini merupakan asas dalam hal tawakkal kepada Allah, dan sesungguhnya tawakal merupakan sebab terbesar yang dapat mendatangkan rezeki. Allah Ta’ala berfirman yang artinya : ”Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, Dia akan memberikan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari jalan yang tidak disangka-sangaka. Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, Dia akan memberikan kecukupan baginya …” (QS. Ath Thalaaq:2-3). Hakikat tawakkal adalah benarnya penyandaran hati kepada Allah ’Azza wa Jalla dalam mengambil suatu kebaikan dan menghilangkan suatu keburukan dari seluruh urusan dunia maupun akherat, dan beriman dengan seyakin-yakinnya bahwa tidak ada yang dapat memberi dan mencegah, serta memberikan keburukan dan manfaat kecuali hanya Allah semata. Dialih bahasakan dari kitab Fathul Qawiy al Matiin fii Syarhi al Arba’in wa Tatimmaatu al Khamsiin karya Syaikh ’Abdul Muhsin bin Hamd Al ’Abbaad Al Badr hafidzahullah Penerjemah : dr. Adika Mianoki Sumber | Dari Umar bin Khaththab radhiyallahuanhu, dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda Seandainya kalian sungguhsungguh bertawakkal kepada Allah, sungguh Allah akan memberi kalian rezeki sebagaimana Allah memberi rezeki kepada seekor burung yang pergi dalam keadaan lapar dan kembali dalam keadaan kenyang HR. Imam Ahmad, Tirmidzi, Nasaai, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban, dan Al Hakim. Tawakal yang benar harus disertai dengan mengambil sebab yang disyariatkan. Dalam hadits Umar di atas terdapat penggabungan antara usaha mengambil sebab dengan bertawakal kepada Allah. Mengambil sebab dalam hadits tersebut disebutkan dengan perbuatan burung, yang pergi dalam keadaan lapar perutnya dalam kedaan kosong, kemudian pergi untuk mencari rezeki, dan kembali dalam keadaan kenyang perutnya dalam keadaan isi. Namun, ketika seseorang mengambil sebab, dia tidak boleh bersandar kepada sebab tersebut, akan tetapi harus tetap harus bersandar hanya kepada Allah. Sesungguhnya Allah menetapkan sebab dan Allah pula yang menetapakan hasil dari sebab tersebut. Berkata Imam Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah dalam Jaamiul Uluum wal Hikam Hadist ini merupakan asas dalam hal tawakkal kepada Allah, dan sesungguhnya tawakal merupakan sebab terbesar yang dapat mendatangkan rezeki. Allah Taala berfirman yang artinya Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, Dia akan memberikan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari jalan yang tidak disangkasangaka. Dialih bahasakan dari kitab Fathul Qawiy al Matiin fii Syarhi al Arbain wa Tatimmaatu al Khamsiin karya Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd Al Abbaad Al Badr hafidzahullah Penerjemah dr. |
Hukum Seputar Kotak Infak Ketika Shalat Jum’at | https://web.suaramuhammadiyah.id/2021/12/06/hukum-seputar-kotak-infak-ketika-shalat-jumat/ | Hukum Seputar Kotak Infak Ketika Shalat Jum’at Pertanyaan: Assalamu’alaikum Wr.Wb. Melalui surat ini saya mohon penjelasan tentang hal-hal sebagai berikut: Selama ini di mana-mana baik di masjid Muhammadiyah maupun di masjid selain Muhammadiyah sudah menjadi tradisi mengedarkan kotak infak saat khutbah dimulai (kotak tersebut mempunyai roda atau tidak). Akhir-akhir ini ada ustadz berpetuah bahwa mendorong kotak infak tersebut dapat merusak nilai ibadah shalat Jum’at. Sehingga diantara kami terjadi kontropersi terhadap petuah tersebut. Untuk itu kami mohon penjelasan melalui Suara Muhammadiyah tentang hal-hal berikut; Bagaimana hukumnya mengedarkan kotak infak saat khatib sudah naik mimbar pada hari Jum’at? Apakah perbuatan mendorong kotak infak menjadikan rusaknya nilai ibadah Jum’at? Seperti seseorang berkata ”diam” saat khatib berkhutbah. Demikian yang dapat kami sampaikan atas penjelasannya kami ucapkan terima kasih. Safridarnis, Sungai Tengah, Kalimantan Selatan (disidangkan pada Jumat, 4 Jumadats-Tsaniyah 1430 H / 29 Mei 2009 M) Jawaban: Sebelum menjawab pertanyaan saudara perlu disampaikan beberapa hadits sebagai berikut: Tentang melangkahi leher jama’ah yang hadir - - - - .[ ] Artinya: “Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah, bahwa ada seseorang masuk masjid ketika Rasulullah saw berkhutbah, dan orang tersebut melangkahi (leher) orang-orang yang hadir. Kemudian Rasulullah saw bersabda:“Duduklah kamu, sungguh kamu telah mengganggu (jama’ah lain) dan terlambat (datang).” [HR. Ibnu Majah] Hadis tersebut diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam Kitab Iqamah as-Shalat wa as-Sunnah Fiiha, Bab Maa Ja-a fi an-Nahyi fi Thakhaththin-Nas Yaumal Jum’ah, dan hadits yang semakna dengannya diriwayatkan oleh an-Nasa-i, Kitab al-Jum’ah, Bab an-Nahyu ‘an Thakhaththi Riqaabin-Nas wal Imam ‘ala al-Minbar Yauma al-Jum’at, Imam Ahmad Musnad asy-Syamilin. Hadis-hadis tersebut menjelaskan bahwa di antara larangan bagi orang-orang yang menghadiri shalat jum’at adalah melangkahi leher orang-orang yang hadir pada hari jum’at Imam an-Nawawi membedakan antara kalimat “at-Thakhaththi” (melangkahi) dan “at-Tafriq bainasnaini” (menyibak di antara dua orang). Ibnu Qudamah dalam kitab al-Mughni berpendapat bahwa kalimat “at-Thakhaththi” semakna dengan kalimat “at-Tafriq”. Sedang al-Iraqy berpendapat bahwa kalimat “at-Thakhaththi” berbeda maknanya dengan “at-Tafriq”. Karena makna at-Tafriq dapat dilakukan dengan duduk antara dua orang meskipun tanpa menyibak antara keduanya. Selanjutnya al-‘Iraqy mengecualikan bolehnya bagi imam melangkahi leher orang yang sudah hadir pada hari Jum’at apabila dipandang sangat darurat dan tidak ada alternatif lain untuk naik mimbar, kecuali melangkahinya. Perbuatan-perbuatan yang termasuk “lagha” 1- [ ] Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah saw bersabda: Apabila kamu berkata kepada temanmu “diamlah” pada hari Jum’at sedang imam sedang berkhutbah, maka engkau telah berbuat lagha.” [HR al-Bukhari] Hadis di atas riwayat al-Bukhari, Kitab al-Jum’ah, Bab al-Inshaat Yaum al-Jum’at wa al-Imam Yakhthub, dan hadits yang semakna dengan hadits di atas diriwayatkan oleh Muslim, Kitab al-Jum’ah, Bab al-Inshaat Yaum al-Jum’at fi al-Khutbah, at-Tirmidzi, Kitab al-Jum’ah, Bab Maa Ja-a fi Karahiyah al-Kalam wa al-Imam Yakhthub, an-Nasa-i, Kitab al-Jum’ah, Bab al-Inshaat li al-Khatib Yaum al-Jum’at, Abu Dawud, Kitab as-Salat, bab al-Kalam wa al-Imam Yakhthub, Malik al-Muwaththa, an-Nida li as-Salat, ad-Darimy, kitab as-Salah, Bab Fii al-Istima’ Yaum al-Jum’at ‘an al-Khutbah. 2- . [ ] Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra ia berkata: Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa berwudhu dan membaguskan wudhunya, kemudian memghadiri salat Jum’at, lalu mengengarkan (khutbah) dan diam penuh perhatian, maka diampuni (dosanya) yang ada antara Jum’at yang lalu dan Jum’at hari ini dan ditambah tiga hari. Dan barangsiapa menyentuh (mempermainkan/menggerak-gerakkan) kerikil, maka dia telah berbuat lagha”.” [HR. Muslim] Hadis di atas diriwayatkan oleh Muslim, Kitab al-Jum’at, Bab Fadlu Man Istama’a wa Anshata fi al-Jum’at, dan hadis yang semakna dengannya diriwayatkan at-Tirmidzi, kitab al-Jum’at ‘an Rasulillah saw, Bab Maa Ja-a fi al-Wudhu Yaum al-Jum’at, Abu Dawud, kitab as-Salah, Bab Fadlu al-Jum’at, Ibnu Majah, kitab Iqamah as-Salah wa as-Sunnah Fiiha, Bab Massa al-Hasha fi al-Jum’at, Ahmad, Baaqi Musnad al-Muksirin. Hadis al-Bukhari (hadits no.1) dan yang semakna dengannya menjelaskan bahwa apabila salah seorang jamaah salat Jum’at mengatakan “diamlah” kepada temannya, maka ia telah berbuat lagha. Artinya pahala shala Jum’atnya menjadi batal. Begitu pula hadis riwayat Muslim (hadits no.2) dan yang semakna dengannya menjelaskan bahwa mengerak-gerakan pasir termasuk perbuatan lagha. Hadits di atas menjelaskan beberapa pelajaran: Kewajiban mendengarkan khutbah yang disampaikan khatib Tidak boleh berbicara ketika khatib sedang berkhutbah, karena hal tersebut dapat menghilangkan konsentrasi mendengarkan khutbah. Tidak boleh melakukan hal-hal yang dapat mengganggu konsentrasi dalam mendengarkan khutbah, seperti menggerak-gerakan pasir dan sejenisnya, atau berkata ‘diamlah’ kepada orang lain. Para ulama berbeda pendapat tentang makna kalimat lagha. Makna lagha dalam kalimat “apabila engkau berkata kepada temanmu: ‘diamlah’ ketika khatib berkhutbah, maka engkau telah berbuat lagha” adalah pahala salat Jum’atnya batal, berubah keutamaannya seperti salat Dhuhur. Abdullah bin Abdurrahman Ali dalam kitab Taysirul ‘Alam menjelaskan: Kata lagha seperti kata ghaza, artinya mengucapkan perkataan yang tidak ada manfaatnya (pahalanya). Ash-Shan’ani dalam kitab Subulus-Salam menjelaskan: “Apabila engkau berkata kepada temanmu: ‘diamlah’ ketika khatib berkhutbah, maka engkau telah berbuat lagha” merupakan penguat larangan berbicara. Apabila hal tersebut (berkata ‘diamlah’) dikategorikan sebagai pebuatan lagha padahal perkataan hal tersebut termasuk pada amar ma’ruf, maka orang yang berbicara lebih berat hukumnya. Dengan pengertian tersebut, maka wajib bagi orang yang akan menegur dengan menggunakan isyarat apabila memungkinkan. Kembali kepada permasalahan di atas, apakah mengedarkan kotak infak termasuk perbuatan lagha atau tidak? Dengan memperhatikan beberapa penjelasan di atas dan pelajaran yang dapat diambil dari hadits, mengedarkan kotak infak tidak dilarang asal tidak mengganggu konsentrasi mustami’ dalam mendengarkan khutbah dan bukan termasuk perbuatan lagha. Wallahu a’lam bish shawab Rubrik Tanya Jawab Agama Diasuh Divisi Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Sumber: Majalah SM No 14 Tahun 2009 | Hukum Seputar Kotak Infak Ketika Shalat Jumat Pertanyaan Assalamualaikum Wr. Sehingga diantara kami terjadi kontropersi terhadap petuah tersebut. Untuk itu kami mohon penjelasan melalui Suara Muhammadiyah tentang halhal berikut Bagaimana hukumnya mengedarkan kotak infak saat khatib sudah naik mimbar pada hari Jumat Apakah perbuatan mendorong kotak infak menjadikan rusaknya nilai ibadah Jumat Seperti seseorang berkata diam saat khatib berkhutbah. Demikian yang dapat kami sampaikan atas penjelasannya kami ucapkan terima kasih. Safridarnis, Sungai Tengah, Kalimantan Selatan disidangkan pada Jumat, 4 JumadatsTsaniyah 1430 H 29 Mei 2009 M Jawaban Sebelum menjawab pertanyaan saudara perlu disampaikan beberapa hadits sebagai berikut Tentang melangkahi leher jamaah yang hadir . Artinya Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah, bahwa ada seseorang masuk masjid ketika Rasulullah saw berkhutbah, dan orang tersebut melangkahi leher orangorang yang hadir. Kemudian Rasulullah saw bersabdaDuduklah kamu, sungguh kamu telah mengganggu jamaah lain dan terlambat datang. Hadishadis tersebut menjelaskan bahwa di antara larangan bagi orangorang yang menghadiri shalat jumat adalah melangkahi leher orangorang yang hadir pada hari jumat Imam anNawawi membedakan antara kalimat atThakhaththi melangkahi dan atTafriq bainasnaini menyibak di antara dua orang. Ibnu Qudamah dalam kitab alMughni berpendapat bahwa kalimat atThakhaththi semakna dengan kalimat atTafriq. Karena makna atTafriq dapat dilakukan dengan duduk antara dua orang meskipun tanpa menyibak antara keduanya. Perbuatanperbuatan yang termasuk lagha 1 Artinya Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah saw bersabda Apabila kamu berkata kepada temanmu diamlah pada hari Jumat sedang imam sedang berkhutbah, maka engkau telah berbuat lagha. HR alBukhari Hadis di atas riwayat alBukhari, Kitab alJumah, Bab alInshaat Yaum alJumat wa alImam Yakhthub, dan hadits yang semakna dengan hadits di atas diriwayatkan oleh Muslim, Kitab alJumah, Bab alInshaat Yaum alJumat fi alKhutbah, atTirmidzi, Kitab alJumah, Bab Maa Jaa fi Karahiyah alKalam wa alImam Yakhthub, anNasai, Kitab alJumah, Bab alInshaat li alKhatib Yaum alJumat, Abu Dawud, Kitab asSalat, bab alKalam wa alImam Yakhthub, Malik alMuwaththa, anNida li asSalat, adDarimy, kitab asSalah, Bab Fii alIstima Yaum alJumat an alKhutbah. Artinya Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra ia berkata Rasulullah saw bersabda Barangsiapa berwudhu dan membaguskan wudhunya, kemudian memghadiri salat Jumat, lalu mengengarkan khutbah dan diam penuh perhatian, maka diampuni dosanya yang ada antara Jumat yang lalu dan Jumat hari ini dan ditambah tiga hari. Artinya pahala shala Jumatnya menjadi batal. Begitu pula hadis riwayat Muslim hadits no.2 dan yang semakna dengannya menjelaskan bahwa mengerakgerakan pasir termasuk perbuatan lagha. Hadits di atas menjelaskan beberapa pelajaran Kewajiban mendengarkan khutbah yang disampaikan khatib Tidak boleh berbicara ketika khatib sedang berkhutbah, karena hal tersebut dapat menghilangkan konsentrasi mendengarkan khutbah. Para ulama berbeda pendapat tentang makna kalimat lagha. AshShanani dalam kitab SubulusSalam menjelaskan Apabila engkau berkata kepada temanmu diamlah ketika khatib berkhutbah, maka engkau telah berbuat lagha merupakan penguat larangan berbicara. Apabila hal tersebut berkata diamlah dikategorikan sebagai pebuatan lagha padahal perkataan hal tersebut termasuk pada amar maruf, maka orang yang berbicara lebih berat hukumnya. Dengan pengertian tersebut, maka wajib bagi orang yang akan menegur dengan menggunakan isyarat apabila memungkinkan. Wallahu alam bish shawab Rubrik Tanya Jawab Agama Diasuh Divisi Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Sumber Majalah SM No 14 Tahun 2009 |
Tata Cara Sholat Idul Adha dan Hikmah Qurban | https://bimbinganislam.com/tata-cara-sholat-idul-adha-dan-hikmah-qurban/ | Tata Cara Sholat Idul Adha dan Hikmah Qurban Para pembaca Bimbinganislam.com yang mencintai Allah taala berikut kami sajikan artikel tata cara sholat idul adha dan hikmah qurban, berikut di bawah ini pembahasannya. Syarat dan rukun shalat Idul Adha sepintas mirip dengan shalat lain, demikian pula dengan hal-hal yang membatalkan dan pekerjaan-pekerjaan atau ucapan-ucapan yang disunnahkan. Hukum shalat id sunnah muakkadah alias sangat dianjurkan, meskipun bukan wajib. Bagi laki-laki maupun perempuan. Akan tetapi, tak seperti shalat lima waktu, ada beberapa perbedaan teknis dalam shalat id. Shalat id tak didahului dengan adzan maupun iqamah. Niat dan anjuran takbir juga berbeda. Waktunya setelah matahari terbit hingga masuk waktu dhuhur. Untuk shalat Idul Adha, dianjurkan mengawalkan waktu demi memberi kesempatan yang luas kepada masyarakat yang hendak berkurban selepas rangkaian shalat id. Shalat id dilaksanakan dua rakaat secara berjamaah dan terdapat khutbah setelahnya. Namun, bila terlambat datang atau mengalami halangan lain, boleh dilakukan secara sendiri-sendiri (munfarid) di rumah ketimbang tidak sama sekali. adapun tata caranya ialah: Pertama, ialah NIAT Kedua, takbiratul ihram sebagaimana shalat biasa. Setelah membaca doa iftitah, takbir lagi hingga tujuh kali untuk rakaat pertama. Di antara takbir-takbir itu dianjurkan membaca: Artinya: Allah Maha Besar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, Maha Suci Allah, baik waktu pagi dan petang. Atau boleh juga membaca: Artinya: Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada tuhan selain Allah, Allah maha besar Ketiga, membaca Surat al-Fatihah. Setelah melaksanakan rukun ini, dianjurkan membaca Surat al-Al. Berlanjut ke ruku, sujud, duduk di antara dua sujud, dan seterusnya hingga berdiri lagi seperti shalat biasa. Keempat, dalam posisi berdiri kembali pada rakaat kedua, takbir lagi sebanyak lima kali seraya mengangkat tangan dan melafalkan allhu akbar seperti sebelumnya. Di antara takbir-takbir itu, lafalkan kembali bacaan sebagaimana dijelaskan pada poin kedua. Usai membaca Surat al-Fatihah, pada rakaat kedua ini dianjurkan membaca Surat al-Ghsyiyah. Berlanjut ke ruku, sujud, dan seterusnya hingga salam Kelima, setelah salam, jamaah tak disarankan buru-buru pulang, melainkan mendengarkan khutbah idul adha terlebih dahulu hingga rampung. Kecuali bila shalat id ditunaikan tidak secara berjamaah. Pada momen Idul Adha, umat Islam dianjurkan memperbanyak takbir. Takbiran dilaksanakan sejak bakda shubuh pada hari Arafah (9 Dzulhijjah) hingga selesainya hari tasyriq, yakni 11, 12, 13 Dzulhijjah. Takbiran hari raya Idul Adha dilakukan tiap selesai shalat fadhu. HIKMAH DI BALIK BERKURBAN Allah azza wa jalla menurunkan perintah qurban kepada Nabi Ibrahim alaihissalam untuk menguji seberapa ikhlas Ia melepas putra yang dinantikan sejak lama. Tepat saat sang putra berusia 13 tahun, Ia menerima perintah itu dari Allah untuk menyembelih putranya. Kisah ini tertuang dalam surat As-saffat ayat 102-107. Lalu, apa yang bisa kita pelajari dari kisah Nabi Ibrahim As dan putranya? Kita bisa menarik dua hikmah berikut, yang kemudian menjadi dasar pelaksanaan ibadah qurban. Mengingat kebesaran jiwa seorang ayah, dalam hal ini Nabi Ibrahim alaihissalam, yang dengan ikhlas mengorbankan kepentingan pribadi untuk melaksanakan perintah agama, yaitu menyembelih putranya berdasarkan kebenaran. Mengingat ketaatan dan kesabaran seorang anak yang berbakti kepada orang tua, Nabi Ismail alaihissalam. Ia ikhlas menjadi qurban dan disembelih ayahnya karena taat pada firman Allah azza wa jalla. Kedua hikmah ini menciptakan sifat eksklusif pada ibadah qurban. Salah satu yang wajib kamu penuhi adalah waktu pemotongan hewan qurban sesuai syariat. Hewan qurban hanya boleh disembelih selama empat hari, yakni tanggal 10 Dzulhijjah setelah salat Idul Adha dan tiga hari setelahnya, 11, 12, 13 Dzulhijjah. Ketentuan ini disebut pula dengan istilahAyyamutasyriq (hari-hari tasyriq). Lebih lanjut, kamu bisa mengetahui bahwa ketentuan tersebut membedakan penyembelihan hewan qurban dan penyembelihan hewan lain, seperti untuk akikah, pesta pernikahan atau hajatan, atau memenuhi nazar. Ibadah qurban terasa lebih eksklusif karena hanya bisa dilakukan bertepatan dengan momentum Idul Adha, sedangkan penyembelihan hewan lainnya bisa kamu lakukan kapan saja. Disusun oleh: Ustadz Toyyib Maulidi, B.A. Senin, 29 Dzulqadah 1441 H/ 20 Juli 2020 M Ustadz Muhammad Ayyub Abdullah, Lc. Beliau adalah Lulusan Universitas Islam Madinah, Fakultas Syariah Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Muhammad Ayyub klik disini | Tata Cara Sholat Idul Adha dan Hikmah Qurban Para pembaca Bimbinganislam.com yang mencintai Allah taala berikut kami sajikan artikel tata cara sholat idul adha dan hikmah qurban, berikut di bawah ini pembahasannya. Syarat dan rukun shalat Idul Adha sepintas mirip dengan shalat lain, demikian pula dengan halhal yang membatalkan dan pekerjaanpekerjaan atau ucapanucapan yang disunnahkan. Hukum shalat id sunnah muakkadah alias sangat dianjurkan, meskipun bukan wajib. Waktunya setelah matahari terbit hingga masuk waktu dhuhur. Namun, bila terlambat datang atau mengalami halangan lain, boleh dilakukan secara sendirisendiri munfarid di rumah ketimbang tidak sama sekali. adapun tata caranya ialah Pertama, ialah NIAT Kedua, takbiratul ihram sebagaimana shalat biasa. Setelah membaca doa iftitah, takbir lagi hingga tujuh kali untuk rakaat pertama. Di antara takbirtakbir itu dianjurkan membaca Artinya Allah Maha Besar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, Maha Suci Allah, baik waktu pagi dan petang. Atau boleh juga membaca Artinya Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada tuhan selain Allah, Allah maha besar Ketiga, membaca Surat alFatihah. Setelah melaksanakan rukun ini, dianjurkan membaca Surat alAl. Berlanjut ke ruku, sujud, duduk di antara dua sujud, dan seterusnya hingga berdiri lagi seperti shalat biasa. Di antara takbirtakbir itu, lafalkan kembali bacaan sebagaimana dijelaskan pada poin kedua. Usai membaca Surat alFatihah, pada rakaat kedua ini dianjurkan membaca Surat alGhsyiyah. Berlanjut ke ruku, sujud, dan seterusnya hingga salam Kelima, setelah salam, jamaah tak disarankan buruburu pulang, melainkan mendengarkan khutbah idul adha terlebih dahulu hingga rampung. Takbiran hari raya Idul Adha dilakukan tiap selesai shalat fadhu. Tepat saat sang putra berusia 13 tahun, Ia menerima perintah itu dari Allah untuk menyembelih putranya. Kisah ini tertuang dalam surat Assaffat ayat 102107. Lalu, apa yang bisa kita pelajari dari kisah Nabi Ibrahim As dan putranya Kita bisa menarik dua hikmah berikut, yang kemudian menjadi dasar pelaksanaan ibadah qurban. Mengingat kebesaran jiwa seorang ayah, dalam hal ini Nabi Ibrahim alaihissalam, yang dengan ikhlas mengorbankan kepentingan pribadi untuk melaksanakan perintah agama, yaitu menyembelih putranya berdasarkan kebenaran. Mengingat ketaatan dan kesabaran seorang anak yang berbakti kepada orang tua, Nabi Ismail alaihissalam. Ia ikhlas menjadi qurban dan disembelih ayahnya karena taat pada firman Allah azza wa jalla. Ketentuan ini disebut pula dengan istilahAyyamutasyriq harihari tasyriq. Ibadah qurban terasa lebih eksklusif karena hanya bisa dilakukan bertepatan dengan momentum Idul Adha, sedangkan penyembelihan hewan lainnya bisa kamu lakukan kapan saja. Disusun oleh Ustadz Toyyib Maulidi, B.A. Senin, 29 Dzulqadah 1441 H 20 Juli 2020 M Ustadz Muhammad Ayyub Abdullah, Lc. |
Bulughul Maram tentang Pembatal Wudhu (Bahas Tuntas) | https://rumaysho.com/25357-bulughul-maram-tentang-pembatal-wudhu-bahas-tuntas.html | Apa saja yang termasuk pembatal wudhu? Ada juga barangkali yang dianggap pembatal wudhu, tetapi sejatinya tidak jadi pembatal wudhu.Kitab Bulughul Maram ( : { ( - - , } , Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, ia berkata, Para sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pada zaman beliau masih hidup menunggu waktu Isya, sampai kepala mereka terangguk-angguk karena kantuk, kemudian mereka shalat, dan tidak berwudhu. (Dikeluarkan oleh Abu Daud, Ad-Daruquthni mensahihkannya dan hadits ini berasal dari riwayat Muslim) [HR. Abu Daud, no. 200; Ad-Daruquthni, 1:131. Hadits ini asalnya ada dalam riwayat Muslim, no. 376 dan 125. Hadits ini juga dikeluarkan oleh Tirmidzi, no. 78. Ibnu Hajar membawakan hadits Abu Daud karena lebih jelas dibanding hadits riwayat Muslim. Hadits ini sahih sebagaimana disahihkan pula oleh Syaikh Al-Albani. Lihat Minhah Al-Allam fii Syarh Bulugh Al-Maram, 1:280-281]. : { ( : ! , ? : . , , , , } : { } Dari Aisyah radhiyallahu anha, ia berkata, Fatimah binti Abi Hubaisy datang ke hadapan Nabi shallallahu alaihi wa sallam seraya berkata, Wahai Rasulullah, sungguh aku ini perempuan yang selalu keluar darah istihadhah dan tidak pernah suci, bolehkah aku meninggalkan shalat? Rasul shallallahu alaihi wa sallammenjawab, Tidak boleh, itu hanya penyakit (irqun) dan bukan darah haidh. Apabila waktu haidhmu datang, tinggalkanlah shalat, dan apabila haidh itu berhenti, bersihkanlah dirimu dari darah itu (maksudnya: mandi), lalu shalatlah. (Muttafaqun alaih) [HR. Bukhari, no. 228 dan Muslim, no. 333]Dalam riwayat Al-Bukhari disebutkan, Kemudian berwudhulah pada setiap hendak melaksanakan shalat. Imam Muslim memberi isyarat bahwa kalimat tersebut sengaja dibuang oleh Al-Bukhari.Dalam Al-Mawsuah Al-Fiqhiyyah (21:25) disebutkan bahwa para fuqaha sepakat, darah itu dihukumi haram dan najis, darah tersebut tidak boleh dimakan, dan tidak boleh dimanfaatkan. Para ulama hanya berbeda pendapat pada darah yang sedikit. Tentang kadar sedikit pun, mereka berselisih pendapat. – – : – , – – ? : – , Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu, ia berkata, Aku adalah seseorang yang sering keluar madzi. Aku pun meminta Al-Miqdad bin Al-Aswad untuk bertanya kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam tentang masalahku ini. Al-Miqdad pun bertanya pada beliau. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Hendaklah ia berwudhu jika keluar madzi. (Muttafaqun alaih, lafazh hadits ini dikeluarkan oleh Bukhari) [HR. Bukhari, no. 132, 178, 269 dan Muslim, no. 303] , ; – – – , – , Dari Aisyah radhiyallahu anha, ia berkata bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah mencium sebagian istri beliau kemudian beliau pergi shalat tanpa mengulangi wudhunya lagi. (HR. Ahmad dan didhaifkan oleh Al-Bukhari) [HR. Ahmad, 42:479; Abu Daud, no. 179; Tirmidzi, no. 86, Ibnu Majah, 1:168. Imam Bukhari mendhaifkan hadits ini. Namun, ulama belakangan mensahihkan hadits ini seperti Ibnu Jarir, Ibnu Abdil Barr, Ibnu Katsir, Ibnu At-Turkumani, Az-Zilai, Syaikh Ahmad Syakir, Syaikh Al-Albani, Syaikh Abdul Aziz bin Baz].Hadits ini menunjukkan bahwa mencium dan menyentuh wanita tidaklah membatalkan wudhu. Inilah pendapat Imam Abu Hanifah dan salah satu pendapat dari Imam Ahmad sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Qudamah. Pendapat ini memiliki riwayat dari Ibnu Abbas, Atha, Thawus, Al-Hasan, dan Masruq. Inilah pendapat yang dikuatkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, juga Syaikh Abdul Aziz bin Baz.Ada juga pendapat yang lain yang menyatakan bahwa menyentuh wanita membatalkan wudhu secara mutlak baik dengan syahwat atau tidak. Inilah pendapat yang dianut oleh madzhab Syafii dan pendapat Imam Ahmad. Mereka berdalil dengan firman Allah tentang pembatal wudhu, atau menyentuh perempuan. (QS. Al Ma-idah: 6). Mereka menafsirkan kalimat lamastumun nisaa dengan menyentuh perempuan. Sebagian ulama menafsirkan ayat ini dengan jimak, bukan sekadar menyentuh.Ada juga pendapat ketiga yang menyatakan bahwa jika dengan syahwat, membatalkan wudhu. Sebaliknya, jika tanpa syahwat, tidak membatalkan wudhu.Bagi ulama yang menyatakan wudhu batal karena bersentuhan dengan lawan jenis, syaratnya adalah: (1) bersentuhan kulit, (2) bersentuhan laki-laki dan perempuan, (3) sama-sama dewasa, (4) dengan yang bukan mahram, (5) tanpa ada pembatas atau penghalang. Demikian pernyataan Syaikh Salim Al-Hadrami dalam matan Safinatun Najah. Wallahu alam. Pilihan batal ini lebih hati-hati dan terhindar dari perselisihan ulama, mencari aman dari perselisihan itu sunnah. Baca juga: Dalil Lengkap Menyentuh Istri Membatalkan Wudhu – – : – – – , : , ? , – Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Jika salah seorang di antara kalian merasa mendapati sesuatu di perutnya (ususnya), ia lantas ragu-ragu, apakah keluar sesuatu ataukah tidak, hendaklah ia tidak keluar dari masjid (untuk mengulangi wudhu) sampai ia mendengar suara atau mencium bau. (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 326]Bedakan antara syakk dan waswasah. Syakk merupakan kebimbangan antara terjadi atau tidaknya sesuatu yang kemungkinan keduanya seimbang, dan merupakan keyakinan keseimbangan yang sama kuat antara keduanya, tak ada kelebihan yang satu atas yang lain. Sedangkan waswasah adalah bisikan jiwa dan setan yang tidak dilandaskan pada keyakinan dasar. Lain hal dengan syakkyang dilandasi suatu keyakinan dasar. Baca juga: Kiat Shalat Khusyuk, Menjauhi Waswas – – : – : , ? – – , – , : .Dari Thalq bin Ali radhiyallahu anhu, ia berkata bahwa ada seseorang bertanya pada Rasul shallallahu alaihi wa sallam, Aku telah menyentuh kemaluanku atau ada yang berkata bahwa ia menyentuh kemaluannya ketika shalat, apakah ia mesti mengulangi wudhunya? Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab, Tidak, itu sama saja dengan menyentuh anggota tubuhmu yang lain. (Dikeluarkan oleh yang lima, disahihkan oleh Ibnu Hibban. Ibnul Madini berkata bahwa hadits ini lebih bagus dari hadits Busrah). [HR. Abu Daud, no. 182, 183; Tirmidzi, no. 85; An-Nasai, 1:101; Ibnu Majah, no. 483; Ibnu Majah, no. 1119. Hadits ini sahih. Lihat Minhah Al-Allam fii Syarh Bulugh Al-Maram, 1:308]. ; – – – : – , , : .Dari Busrah binti Shafwan radhiyallahu anha, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Barangsiapa menyentuh kemaluannya, hendaklah ia berwudhu. (Dikeluarkan oleh yang lima, disahihkan oleh Tirmidzi dan Ibnu Hibban. Al-Bukhari mengatakan bahwa hadits ini paling sahih dalam bab ini). [HR. Abu Daud, no. 181; An-Nasai, 1:100; Ahmad, 45:265; Malik, 1:42; Ibnu Hibban, no. 1112; Tirmidzi, no. 83; Ibnu Majah, no. 479. Hadits ini hasan sahih menurut Imam Tirmidzi. Hadits ini adalah hadits yang paling sahih dalam bab ini].Ulama Syafiiyah menyatakan bahwa menyentuh kemaluan termasuk juga dubur membatalkan wudhu.Namun, kompromi yang paling bagus adalah ada dalam dua pendapat ulama: ; : – , , , , – .Dari Aisyah radhiyallahu anha, sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Barangsiapa yang muntah (qai), mengeluarkan darah dari hidung (mimisan), muntah saat mual (qalsun), atau keluar madzi, hendaklah ia keluar, lalu berwudhu, lalu meneruskan sisa shalatnya. Namun selama itu ia tidak berbicara. (Dikeluarkan oleh Ibnu Majah. Imam Ahmad dan lainnya mendhaifkannya). [HR. Ibnu Majah, no. 1221. Sanad hadits ini dhaif sebagaimana didhaifkan oleh Al-Bushiri. Lihat Minhah Al-Allam fii Syarh Bulugh Al-Maram, 1:316]Qalsun adalah sesuatu yang keluar dari perut ke mulut saat mual berupa makanan atau minuman, bisa jadi dimuntahkan dan bisa jadi masuk lagi dalam perut, jika mulut penuh atau tidak sampai mulut. Sedangkan qai itu memuntahkan makanan atau minuman yang berasal dari perut lewat mulut. Jadi, qai itu qalas yang tak mungkin tertahan lagi. ; – – – ? : : ? : – Dari Jabir bin Samurah radhiyallahu anhuma, seorang laki-laki bertanya kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Apakah aku harus berwudhu setelah makan daging kambing? Beliau shallallahu alaihi wa sallam menjawab, Jika engkau mau. Orang itu bertanya lagi, Apakah aku harus berwudhu setelah memakan daging unta? Beliau menjawab, Iya. (Diriwayatkan oleh Muslim) [HR. Muslim, no. 360]Faedah hadits – – : – – – , – , , : .Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Siapa yang memandikan jenazah, hendaklah ia mandi. Siapa yang memikul jenazah, hendaklah ia berwudhu. (HR. Ahmad, An-Nasai, dan Tirmidzi menghasankannya. Imam Ahmad menyatakan bahwa tidak ada hadits sahih dalam bab ini). [HR. Ahmad, 13:118; Tirmidzi, no. 993; Ibnu Hibban, 3:435; Abu Daud, no. 3162; Ibnu Majah, no. 1463. Imam Nawawi mengkritisi penilaian hasan dari Tirmidzi. Hadits ini intinya ada perselisihan tentang kesahihahnnya, apakah sampai derajat marfu hingga Nabi ataukah mawquf hanya perkataan Abu Hurairah. Lihat Minhah Al-Allam fii Syarh Bulugh Al-Maram, 1:326-327]. ; – – – : – , , , .Dari Abdullah bin Abi Bakr radhiyallahu anhuma, ia berkata bahwa dalam surat yang ditulis oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam untuk Amr Ibnu Hazm terdapat keterangan, Tidak boleh menyentuh mushaf Al-Quran kecuali dalam keadaan suci. (HR. Malik secara mursal. An-Nasai dan Ibnu Majah menyambungkannya, namun hadits ini malul). [HR. Malik dalam Al-Muwatha, 1:199, namun hadits ini malul, ada cacat ringan].Yammasa dalam hadits ini artinya menyentuh tanpa penghalang.Thahir atau yang bersuci di sini ada beberapa makna:Thahir bisa dibawa maknanya kepada orang yang bersuci dengan berwudhu. : – – - – , Dari Aisyah radhiyallahu anha, ia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam biasa berdzikir setiap keadaan (setiap waktu). (HR. Muslim. Bukhari meriwayatkannya secara muallaq, tanpa sanad) [HR. Muslim, no. 373] Catatan:Para ulama empat madzhab sepakat bahwa haram bagi orang yang junub membaca Al-Quran. Dalil pendukungnya adalah hadits berikut dari Ali bin Abi Thalib, Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidaklah melarang membaca Al-Quran sedikit pun kecuali dalam keadaan junub. (HR. Ibnu Hibban, 3:79; Abu Yala dalam musnadnya, 1:400. Husain Salim Asad menyatakan bahwa sanad hadits ini hasan).Abul Hasan Al-Mawardi menyatakan bahwa haramnya membaca Al-Quran bagi orang yang junub sudah masyhur di kalangan para sahabat Nabi, sampai hal ini tidak samar lagi bagi mereka baik di kalangan laki-laki maupun perempuan. (Al-Hawi Al-Kabir, 1:148)Ibnu Taimiyyah rahimahullah mengatakan, Menurut jumhur (mayoritas) ulama dari empat madzhab dan lainnya, orang junub dilarang membaca Al-Quran sebagaimana ada hadits yang mendukung hal ini. (Majmuah Al-Fatawa, 17:12) – – – – – , – , Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, ia berkata, Nabi shallallahu alaihi wa sallam berbekam lalu shalat, kemudian beliau tidak mengulangi wudhu. (HR. Ad-Daruquthni dan menganggap perawinya layyin). [HR. Ad-Daruquthni, 1:151; Al-Baihaqi dalam sunannya, 1:141 dan Al-Khilafiyaat, 2:318. Layyin adalah istilah untuk perawi yang dijarh (dikritik) dalam hal hafalannya, ia tidak dianggap adil (terpercaya). Hadits ini secara sanad itu dhaif, tetapi dari segi makna boleh diamalkan. Lihat Minhah Al-Allam fii Syarh Bulughl Al-Maram, 1:344-345]. – – : – - – , – , – – : – – Dari Muawiyah radhiyallahu anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Mata itu pengikat dubur. Apabila tidur dua mata, terlepaslah pengikat itu. (Diriwayatkan oleh Ahmad dan Ath-Thabrani) [HR. Ahmad, 28:92; Ath-Thabrani dalam Al-Kabir, 19:372, no. 875. Sanad hadits ini dhaif. Lihat Minhah Al-Allam fii Syarh Bulugh Al-Maram, 1:347].Ditambahkan, Barangsiapa tidur, hendaklah ia berwudhu. Tambahan dalam hadits ini adalah riwayat Abu Daud dari hadits Ali selain dari perkataan, Terlepaslah ikatan itu. (Kedua sanad ini terdapat kelemahan). [HR. Abu Daud, no. 203. Hadits dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dan Syaikh Ibnu Baz]. , : – – Disebutkan pula dalam riwayat Abu Daud dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma secara marfu (sampai pada Nabi shallallahu alaihi wa sallam), Tidak wajib wudhu melainkan bagi orang yang tidur dengan keadaan miring (berbaring pada lambungnya). Dalam sanad hadits ini ada perawi yang dhaif. [HR. Abu Daud, no. 202] [Hadits ini dhaif secara sanad dan matan. Lihat Minhah Al-Allam fii Syarh Bulugh Al-Maram, 1:350-351]. ; – – : – , , , – Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Setan itu akan mendatangi seseorang di antara kamu pada saat dia shalat lalu meniup lewat duburnya dan membuatnya berkhayal seakan-akan ia telah kentut padahal ia tidak kentut. Jika ia mengalami hal itu, janganlah ia membatalkan shalat sampai ia mendengar suara atau mencium baunya. (Dikeluarkan oleh Al-Bazzar) [HR. Al-Bazzar, 171, sanad hadits ini hasan sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Abdullah Al-Fauazan dalam Minhah Al-Allam fii Syarh Bulugh Al-Maram, 1:352-353]. Asal hadits ini ada di shahihain dari hadits Abdullah bin Zaid. [HR. Bukhari, no. 137 dan Muslim, no. 361]: .Dalam riwayat Muslim dari Abu Hurairah semisal itu pula. [HR. Muslim, no. 362. Ini adalah hadits ke-5 dalam pembahasan pembatal wudhu, atau hadits ke-71 dari Bulugh Al-Maram].. : – , : , : –Dalam riwayat Al-Hakim disebutkan hadits dari Abu Said secara marfu (sampai pada Nabi shallallahu alaihi wa sallam), Jika salah seorang di antara kalian didatangi setan, setan berkata: Sungguh, engkau itu berhadats. Ucapkanlah, Engkau dusta. [HR. Al-Hakim, 1:134, juga diriwayatkan oleh Abu Daud, no. 1029 dan Tirmidzi, no. 396. Hadits ini hasan li ghairihi sebagaimana disebutkan dalam Minhah Al-Allam fii Syarh Bulugh Al-Maram, 1:352-353]. —Selesai disusun di Darush Sholihin, Kamis siang, 25 Dzulqadah 1441 H (16 Juli 2020)Oleh: Al-Faqir Ilallah, Muhammad Abduh TuasikalArtikel Rumaysho.Com Silakan download PDF Bulughul Maram Thaharah, Tentang Pembatal Wudhu: | Apa saja yang termasuk pembatal wudhu Ada juga barangkali yang dianggap pembatal wudhu, tetapi sejatinya tidak jadi pembatal wudhu. Dikeluarkan oleh Abu Daud, AdDaruquthni mensahihkannya dan hadits ini berasal dari riwayat Muslim HR. Aku pun meminta AlMiqdad bin AlAswad untuk bertanya kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam tentang masalahku ini. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Hendaklah ia berwudhu jika keluar madzi. 303 , , , Dari Aisyah radhiyallahu anha, ia berkata bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah mencium sebagian istri beliau kemudian beliau pergi shalat tanpa mengulangi wudhunya lagi. Inilah pendapat Imam Abu Hanifah dan salah satu pendapat dari Imam Ahmad sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Qudamah. Ada juga pendapat yang lain yang menyatakan bahwa menyentuh wanita membatalkan wudhu secara mutlak baik dengan syahwat atau tidak. Mereka berdalil dengan firman Allah tentang pembatal wudhu, atau menyentuh perempuan. Lain hal dengan syakkyang dilandasi suatu keyakinan dasar. Lihat Minhah AlAllam fii Syarh Bulugh AlMaram, 1316Qalsun adalah sesuatu yang keluar dari perut ke mulut saat mual berupa makanan atau minuman, bisa jadi dimuntahkan dan bisa jadi masuk lagi dalam perut, jika mulut penuh atau tidak sampai mulut. Jadi, qai itu qalas yang tak mungkin tertahan lagi. Dari Jabir bin Samurah radhiyallahu anhuma, seorang lakilaki bertanya kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Apakah aku harus berwudhu setelah makan daging kambing Beliau shallallahu alaihi wa sallam menjawab, Jika engkau mau. 360Faedah hadits , , , .Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Siapa yang memandikan jenazah, hendaklah ia mandi. Lihat Minhah AlAllam fii Syarh Bulugh AlMaram, 1326327. , , , Yammasa dalam hadits ini artinya menyentuh tanpa penghalang. Thahir atau yang bersuci di sini ada beberapa maknaThahir bisa dibawa maknanya kepada orang yang bersuci dengan berwudhu. , Dalil pendukungnya adalah hadits berikut dari Ali bin Abi Thalib, Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidaklah melarang membaca AlQuran sedikit pun kecuali dalam keadaan junub. Majmuah AlFatawa, 1712 , , Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, ia berkata, Nabi shallallahu alaihi wa sallam berbekam lalu shalat, kemudian beliau tidak mengulangi wudhu. AdDaruquthni, 1151 AlBaihaqi dalam sunannya, 1141 dan AlKhilafiyaat, 2318. Apabila tidur dua mata, terlepaslah pengikat itu. Lihat Minhah AlAllam fii Syarh Bulugh AlMaram, 1347.Ditambahkan, Barangsiapa tidur, hendaklah ia berwudhu. Dalam sanad hadits ini ada perawi yang dhaif. Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Setan itu akan mendatangi seseorang di antara kamu pada saat dia shalat lalu meniup lewat duburnya dan membuatnya berkhayal seakanakan ia telah kentut padahal ia tidak kentut. Jika ia mengalami hal itu, janganlah ia membatalkan shalat sampai ia mendengar suara atau mencium baunya. AlHakim, 1134, juga diriwayatkan oleh Abu Daud, no. Hadits ini hasan li ghairihi sebagaimana disebutkan dalam Minhah AlAllam fii Syarh Bulugh AlMaram, 1352353. |
Apa hukum menikah dengan wanita Yahudi atau KrIsten? Apakah orang Yahudi dan Kristen pada masa kini kita anggap sebagai ahli kitab atau Musyrik? | https://islamqa.info/id/answers/44695/apakah-orang-yahudi-dan-kristen-pada-masa-kini-termasuk-golongan-orang-musyrik-dan-apakah-dibolehkan-menikah-dengan-mereka | Alhamdulillah. Menikah dengan wanita Yahudi atau Kristen menurut mayoritas ulama itu dibolehkan. Ibnu Qudamah rahimahullah berkomentar dalam kitab Al-Mugni, 7/99: “Dikalangan ulama, alhamdulillah, tidak ada perbedaan dihalalkannya (menikah) dengan wanita ahli kitab. Di antara yang meriwayatkan hal itu adalah Umar, Utsman, Hudzaifah, Salman, Jabir, Tolhah dan yang lainnya. Ibnu Munzir berkata: “Tidak ada dari kalangan generasi pertama yang mengharamkan hal itu. Diriwayatkan dari Al-Khallal, dengan sanadnya bahwa Hudzaifah, Tolhah, Al-Jarudi bin Al-Ma’la dan Uzainah Al-Abdi, mereka telah menikah dengan wanita ahli kitab. Dan ini adalah pendapat semua ulama.” Dalil tentang hal itu adalah firman Allah Ta’ala: ( : 5) “Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal (pula) bagi mereka. (Dan dihalalkan mangawini) wanita yang menjaga kehormatan diantara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al-Kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik. Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat termasuk orang-orang merugi." (QS. Al-Maidah: 5) Maksud dari ‘Al-Muhsonah’ disini adalah wanita merdeka yang menjaga diri. Ibnu Katsir rahimahullah berkata dalam tafsirnya, "Ini adalah pendapat mayoritas, dan inilah yang lebih kuat. Agar tidak terkumpul pada wanita tersebut sebagai ahli zimmah dan sifat tidak menjaga diri. Sehingga rusak semua kondisinya. Seorang suami yang mendapatkan isteri seperti itu (ahli kitab tapi tidak menjaga diri) ibarat orang yang 'Merugi dengan timbangan yang curang’. Yang tampak dalam ayat di atas bahwa yang dimaksud dengan ‘Al-Muhshanat’ adalah menjaga diri dari perbuatan zina. Sebagaimana firman Allah di ayat lain ‘Sedang mereka pun wanita-wanita yang memelihara diri, bukan pezina dan bukan (pula) wanita yang mengambil laki-laki lain sebagai piaraannya." (QS. An-Nisaa: 25) Orang Kristen dan Yahudi adalah kafir musyrik sesuai dengan nash Al-Qur’an. Akan tetapi dibolehkannya menikahi para wanitanya adalah karena adanya penkhususan dalam firman-Nya: ( : 221) “Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu." (QS. Al-Baqarah: 221) Kesimpulan ini lebih tepat agar dapat menggabungkan kedua ayat di atas. mereka memang telah Allah berikan sifat kesyirikan dalam firmanNya; “Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan." (QS. At-Taubah: 31) Mereka adalah kafir musyrik. Akan tetapi Allah Ta’ala menghalalkan sembelihan dan para wanita mereka yang menjaga kehormatannya. Ayat ini berarti mengkhususkan keumuman ayat dalam surat Al-Baqarah. Akan tetapi layak diketahui bahwa yang lebih bagus dan lebih selamat, tidak menikah dengan wanita ahli kitab. Terutama pada zaman sekarang ini. Ibnu Qudamah rahimahullah berkata: “Kalau telah ada ketetapan seperti ini, maka yang lebih utama tidak menikah dengan wanita ahli kitab. Karena Umar berkata kepada orang-orang yang menikahi wanita ahli kitab, "Ceraikanlah mereka," Maka mereka menceraikannya kecuali Hudaifah. Lalu Umar berkata kepada beliau, "Ceraikan dia." Huzaifah menyangggah, "Apakah engkau mau menjadi saksi bahwa dia itu haram?" Umar berkata, "Ceraikan dia, karena dia (ibarat) bara api." Huzaifah berkata, "Apakah anda menjadi saksi bahwa dia haram?" Umar berkata, "Dia adalah bara api." Beliau menimpali, "Saya tahu dia adalah bara api, tapi dia halal bagiku." Namun setelah sekian lama waktu berselang, beliau menceraikannya. Lalu ada yang berkata kepada beliau, kenapa anda tidak menceraikannya ketika Umar memerintahkan kepada anda? Beliau menjawab, "Saya tidak menyukai orang mengira saya menggauli wanita yang tidak halal bagiku." Boleh jadi sang suami hatinya condong kepadanya sehingga dia dapat menimbulkan fitnah baginya, atau mungkin mereka berdua mempunyai anak, lalu sang anak condong kepada ibunya." Al-Mughni, 7/99. Syekh Ibn Baz rahimahullah berkata: “Kalau wanita ahli kitab dikenal dengan menjaga diri dan jauh dari jalan keburukan, maka dibolehkan menikahinya. Karena Allah membolehkan hal itu dan menghalalkan bagi kita para wanita mereka dan makanannya. Akan tetapi pada zaman sekarang ini, dikhawatirkan menikahi mereka, karena akan mengakibatkan berbagai dampak buruk. Sebab para wanita tersebut kadang mengajak kepada agamanya. Apalagi bagi anak-anaknya, bahayanya besar sekali. Tindakan yang lebih hati-hati bagi seorang mukmin adalah tidak menikahinya. Karena dirinya tidak aman terjerumus kepada keburukan, disamping tindakan tersebut berarti menyerahkan urusan anaknya kepada orang yang beragama lain. Akan tetapi kalau ada kebutuhan, tidak mengapa agar dapat menjaga kemaluan dan menahan pandangan, atau bersemangat mengajaknya kepada Islam. Seraya tetap hati-hati agar terhindar dari keburukan dan terjerumusnya anak-anak pada kekafiran." Fatawa Islamiyah, 3/172. Wallahu’alam . | Menikah dengan wanita Yahudi atau Kristen menurut mayoritas ulama itu dibolehkan. Di antara yang meriwayatkan hal itu adalah Umar, Utsman, Hudzaifah, Salman, Jabir, Tolhah dan yang lainnya. Ibnu Munzir berkata Tidak ada dari kalangan generasi pertama yang mengharamkan hal itu. Diriwayatkan dari AlKhallal, dengan sanadnya bahwa Hudzaifah, Tolhah, AlJarudi bin AlMala dan Uzainah AlAbdi, mereka telah menikah dengan wanita ahli kitab. Dalil tentang hal itu adalah firman Allah Taala 5 Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baikbaik. Makanan sembelihan orangorang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal pula bagi mereka. Barangsiapa yang kafir sesudah beriman tidak menerima hukumhukum Islam maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat termasuk orangorang merugi. AlMaidah 5 Maksud dari AlMuhsonah disini adalah wanita merdeka yang menjaga diri. Ibnu Katsir rahimahullah berkata dalam tafsirnya, Ini adalah pendapat mayoritas, dan inilah yang lebih kuat. Agar tidak terkumpul pada wanita tersebut sebagai ahli zimmah dan sifat tidak menjaga diri. Yang tampak dalam ayat di atas bahwa yang dimaksud dengan AlMuhshanat adalah menjaga diri dari perbuatan zina. AnNisaa 25 Orang Kristen dan Yahudi adalah kafir musyrik sesuai dengan nash AlQuran. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. AlBaqarah 221 Kesimpulan ini lebih tepat agar dapat menggabungkan kedua ayat di atas. mereka memang telah Allah berikan sifat kesyirikan dalam firmanNya Mereka menjadikan orangorang alimnya dan rahibrahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan juga mereka mempertuhankan Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia. Akan tetapi Allah Taala menghalalkan sembelihan dan para wanita mereka yang menjaga kehormatannya. Akan tetapi layak diketahui bahwa yang lebih bagus dan lebih selamat, tidak menikah dengan wanita ahli kitab. Lalu Umar berkata kepada beliau, Ceraikan dia. Huzaifah berkata, Apakah anda menjadi saksi bahwa dia haram Umar berkata, Dia adalah bara api. Boleh jadi sang suami hatinya condong kepadanya sehingga dia dapat menimbulkan fitnah baginya, atau mungkin mereka berdua mempunyai anak, lalu sang anak condong kepada ibunya. Karena Allah membolehkan hal itu dan menghalalkan bagi kita para wanita mereka dan makanannya. Sebab para wanita tersebut kadang mengajak kepada agamanya. Apalagi bagi anakanaknya, bahayanya besar sekali. Tindakan yang lebih hatihati bagi seorang mukmin adalah tidak menikahinya. Karena dirinya tidak aman terjerumus kepada keburukan, disamping tindakan tersebut berarti menyerahkan urusan anaknya kepada orang yang beragama lain. Akan tetapi kalau ada kebutuhan, tidak mengapa agar dapat menjaga kemaluan dan menahan pandangan, atau bersemangat mengajaknya kepada Islam. |
Kaffarah dan Qadha | https://belajarislam.com/2017/04/kaffarah-dan-qadha/ | Qadha ibarat adaa Qadha puasa Ramadhan serupa dengan puasa Ramadhan itu sendiri. Dengan demikian: 1. Wajib untuk berniat di malam hari 2. Tidak boleh membatalkan puasa qadha apabila telah dimulai 3. Puasa qadha boleh dilakukan secara berurutan maupun tidak berurutan berdasarkan keumuman firman Allah ta’ala, “Maka wajib baginya mengqadha puasa sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.” [al-Baqarah : 185]. Qadha adalah utang Mengqadha puasa Ramadhan merupakan hutang yang wajib dipenuhi. Dan di antara ketentuannya adalah sebagai berikut: 1. Wajib berniat di malam hari. Tidak boleh dibatalkan apabila telah berpuasa karena puasa qadha adalah puasa wajib. 2. Boleh melaksanakan puasa qadha secara berurutan ataupun tidak berurutan. 3. Izin suami tidak dipersyaratkan apabila suami sedang ke luar kota. Sebaliknya, jika suami tidak bepergian, maka wajib meminta izin. Diperkecualikan dari hal tersebut, apabila waktu untuk mengqadha puasa sebelum Ramadhan tiba sudah sangat sempit. Aisyah radhiallahu ‘anha mengatakan, Saya pernah mempunyai hutang puasa Ramadhan, dan saya tidak mampu mengqadhanya hingga bulan Sya’ban tiba.”79 Mendahulukan pelaksanaan puasa wajib Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa wanita muslimah perlu mendahulukan pelaksanaan puasa wajib daripada puasa enam hari di bulan Syawal: Hadits qudsi, di mana Allah berfirman, “Dan tidaklah hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai dari melaksanakan kewajiban yang Aku tetapkan kepadanya.”80 4. Ulama telah menyatakan bahwa pelaksanaan puasa wajib memiliki pahala yang lebih besar daripada pelaksanaan puasa sunnah. 5. Memulai pelaksaan ibadah yang wajib lebih cepat dalam menggugurkan kewajiban. 6. Redaksi hadits, “Barangsiapa berpuasa Ramadhan kemudian melanjutkannya dengan puasa 6 hari di bulan Syawal, maka seakan-akan dia melaksanakan puasa selama setahun.” secara tekstual mempersyaratkan selesainya puasa qadha Ramadhan sebelum menunaikan puasa sunnah 6 hari di bulan Syawal agar pahala yang tercantum dalam hadits dapat diperoleh. Pahala puasa qadha dan puasa sunnah Setiap wanita yang terbiasa berpuasa Senin dan Kamis, maka dia boleh memanfaatkan puasanya tersebut untuk mengqadha puasa Ramadhan yang telah ditinggalkan, dengan syarat puasa pada hari tersebut diniatkan untuk mengqadha. Dengan demikian, harapannya dia dapat memperoleh dua ganjaran pahala, pahala puasa qadha dan pahala puasa sunnah, mengingat karunia Allah sangat luas terhadap hamba-Nya. Wanita yang tidak mampu menunaikan puasa qadha karena udzur Setiap wanita yang mengalami udzur sejak Ramadhan tahun lalu seperti hamil, melahirkan, nifas, dan menyusui yang terus berlanjut hingga masuk ke Ramadhan berikutnya, maka dia memperoleh dispensasi untuk tidak berpuasa. Dia tidak berdosa karena hal tersebut, tidak pula berkewajiban membayar kaffarah. Dia hanya berkewajiban untuk mengqadha puasa ketika udzur tersebut berakhir. Orang yang telat menunaikan qadha puasa Ramadhan Setiap orang yang tidak mampu berpuasa di bulan Ramadhan berkewajiban untuk mengqadha puasa sebelum tiba Ramadhan berikutnya. Apabila dia belum menunaikan puasa qadha hingga tiba Ramadhan berikutnya, maka hal ini tidak terlepas dari dua kondisi: 1. Orang tersebut memiliki udzur, seperti seorang yang sakit dan dalam kondisi tersebut hingga tiba Ramadhan berikutnya. Orang tersebut tidaklah berdosa dan hanya berkewajiban mengqadha puasa Ramadhan ketika telah sembuh. 2. Orang yang tidak memiliki udzur, seperti seorang yang memiliki kesempatan untuk mengqadha namun dia lalai untuk segera mengerjakan. Orang yang memiliki kondisi demikian, berkewajiban melakukan tiga hal, yaitu: a. Berdosa, dan oleh karenanya wajib bertaubat b. Mengqadha puasa yang ditinggalkan, dan c. Memberi makan satu orang miskin untuk setiap hari yang ditinggalkan. Mengqadha puasa pada hari Jum’at Pertanyaan: Ada seorang yang memiliki hutang puasa Ramadhan kemudian dia mengqadha puasa tersebut pada hari Jum’at. Apakah tindakannya tersebut telah tepat? Jawaban: Apabila tujuan puasa tersebut dilakukan bukan dikarenakan hari Jum’at, di mana dia melakukan puasa di hari tersebut karena ingin mengqadha puasa wajib atau melakukan puasa Arafah yang bertepatan dengan hari Jum’at, maka tidak mengapa berpuasa pada hari tersebut. Orang yang wafat dan memiliki utang puasa Ramadhan Seorang yang meninggal dan memiliki utang puasa Ramadhan memiliki kondisi sebagai berikut: 1. Apabila dia tidak berpuasa dikarenakan kondisi yang telah renta dan sakit keras yang kecil kemungkinan untuk disembuhkan, maka untuk mengganti puasa Ramadhan, cukup dengan fidyah, yaitu memberi makan seorang yang miskin sejumlah hari yang ditinggalkan. 2. Apabila dia tidak berpuasa dikarenakan udzur seperti safar, haidh, atau penyakit yang masih ada peluang untuk sembuh, dan udzur tersebut terus berlangsung hingga dia meninggal dunia, maka dia tidak berkewajiban mengqadha ataupun membayar fidyah. 3. Apabila orang itu memiliki waktu yang memungkinkan untuk mengqadha, namun ajal telah menjemput, maka dianjurkan bagi keluarganya untuk mengqadha. Diperbolehkan juga membagi pelaksanaan qadha puasa tersebut kepada masing-masing anggota keluarga. Jika tidak memungkinkan, maka puasa Ramadhan yang ditinggalkan diganti dengan pembayaran fidyah yang diambil dari harta peninggalan orang tersebut. 4. Apabila orang tersebut meninggal di pertengahan Ramadhan dan belum sempat menyempurnakan puasa secara penuh di bulan tersebut, maka tidak perlu membayar fidyah untuk bilangan hari yang tersisa di bulan Ramadhan. | Qadha ibarat adaa Qadha puasa Ramadhan serupa dengan puasa Ramadhan itu sendiri. Puasa qadha boleh dilakukan secara berurutan maupun tidak berurutan berdasarkan keumuman firman Allah taala, Maka wajib baginya mengqadha puasa sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada harihari yang lain. Qadha adalah utang Mengqadha puasa Ramadhan merupakan hutang yang wajib dipenuhi. Dan di antara ketentuannya adalah sebagai berikut 1. Izin suami tidak dipersyaratkan apabila suami sedang ke luar kota. Aisyah radhiallahu anha mengatakan, Saya pernah mempunyai hutang puasa Ramadhan, dan saya tidak mampu mengqadhanya hingga bulan Syaban tiba.79 Mendahulukan pelaksanaan puasa wajib Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa wanita muslimah perlu mendahulukan pelaksanaan puasa wajib daripada puasa enam hari di bulan Syawal Hadits qudsi, di mana Allah berfirman, Dan tidaklah hambaKu mendekat kepadaKu dengan sesuatu yang lebih Aku cintai dari melaksanakan kewajiban yang Aku tetapkan kepadanya.80 4. Ulama telah menyatakan bahwa pelaksanaan puasa wajib memiliki pahala yang lebih besar daripada pelaksanaan puasa sunnah. Memulai pelaksaan ibadah yang wajib lebih cepat dalam menggugurkan kewajiban. Redaksi hadits, Barangsiapa berpuasa Ramadhan kemudian melanjutkannya dengan puasa 6 hari di bulan Syawal, maka seakanakan dia melaksanakan puasa selama setahun. Pahala puasa qadha dan puasa sunnah Setiap wanita yang terbiasa berpuasa Senin dan Kamis, maka dia boleh memanfaatkan puasanya tersebut untuk mengqadha puasa Ramadhan yang telah ditinggalkan, dengan syarat puasa pada hari tersebut diniatkan untuk mengqadha. Dengan demikian, harapannya dia dapat memperoleh dua ganjaran pahala, pahala puasa qadha dan pahala puasa sunnah, mengingat karunia Allah sangat luas terhadap hambaNya. Dia tidak berdosa karena hal tersebut, tidak pula berkewajiban membayar kaffarah. Dia hanya berkewajiban untuk mengqadha puasa ketika udzur tersebut berakhir. Apabila dia belum menunaikan puasa qadha hingga tiba Ramadhan berikutnya, maka hal ini tidak terlepas dari dua kondisi 1. Orang tersebut memiliki udzur, seperti seorang yang sakit dan dalam kondisi tersebut hingga tiba Ramadhan berikutnya. Orang tersebut tidaklah berdosa dan hanya berkewajiban mengqadha puasa Ramadhan ketika telah sembuh. Orang yang tidak memiliki udzur, seperti seorang yang memiliki kesempatan untuk mengqadha namun dia lalai untuk segera mengerjakan. Orang yang memiliki kondisi demikian, berkewajiban melakukan tiga hal, yaitu a. Berdosa, dan oleh karenanya wajib bertaubat b. Mengqadha puasa yang ditinggalkan, dan c. Memberi makan satu orang miskin untuk setiap hari yang ditinggalkan. Mengqadha puasa pada hari Jumat Pertanyaan Ada seorang yang memiliki hutang puasa Ramadhan kemudian dia mengqadha puasa tersebut pada hari Jumat. Orang yang wafat dan memiliki utang puasa Ramadhan Seorang yang meninggal dan memiliki utang puasa Ramadhan memiliki kondisi sebagai berikut 1. Apabila orang itu memiliki waktu yang memungkinkan untuk mengqadha, namun ajal telah menjemput, maka dianjurkan bagi keluarganya untuk mengqadha. Diperbolehkan juga membagi pelaksanaan qadha puasa tersebut kepada masingmasing anggota keluarga. Apabila orang tersebut meninggal di pertengahan Ramadhan dan belum sempat menyempurnakan puasa secara penuh di bulan tersebut, maka tidak perlu membayar fidyah untuk bilangan hari yang tersisa di bulan Ramadhan. |
Saya pergi umrah ke Riyadh. Saya telah memakai pakaian ihram sejak dari rumah, tapi belum niat dengan harapan saya dapat mulai ihram di pesawat sebelum melewati tempat sejajar dengan miqat. Akan tetapi saya tidak mendengar pengumuman tentang miqat di pesawat dan tidak sempat melakukan niat sementara pesawat telah melewati daerah miqat. Maka saya putuskan untuk pergi ke Mekah, lalu setibanya saya di sana saya lepas pakaian ihram saya dan saya naik kendaraan ke Qarnal Manazil yang dekat dengan Thaif. Lalu di sana saya memakai pakaian ihram saya sekali lagi dan niat untuk umrah, baru kemudian saya kembali ke Mekah dan menunaikan manasik umrah saya. Mohon penjelasannya, apakaha umrah yang saya lakukan itu sah, ataukah saya harus membayar kafarat? | https://islamqa.info/id/answers/12239/tidak-ada-kewajiban-apa-bagi-orang-yang-melewati-miqat-tapi-lupa-ihram-kemudian-kembali-ke-miqat-dan-ihram-dari-sana | Alhamdulillah.Siapa yang melewati miqat tanpa ihram, maka dia harus kembali ke miqat untuk ihram dari sana. Apabila dia turun dari pesawat di Jedah, hendaknya dia naik kendaraan ke miqat penduduk Najed dan ihram dari sana. Jika dia ihram dari Jedah, sementara dia sudah niat kuat untuk haji dan umrah, maka dia harus membayar dam jubran karena dia melewati miqat tanpa ihram. Fatwa Syekh Jibrin. Perhatikan fatwa serupa dari Kitab Fatawa Islamiyah. Kepada anda penanya, tindakan anda telah benar dengan kembali ke miqat dan ihram dari sana. Tindakan anda melepas pakaian ihram tidak membuat anda terkena dam, karena pada dasarnya anda belum melakukan ihram. Karena yang dimaksud ihram adalah niat masuk dalam ibadah (ihram haji atau umrah) bukan dengan memakai pakaian ihram. Berdasarkan hal tersebut, maka perbuatan anda adalah sah dan tidak kewajiban kafarat bagi anda. | Alhamdulillah.Siapa yang melewati miqat tanpa ihram, maka dia harus kembali ke miqat untuk ihram dari sana. Apabila dia turun dari pesawat di Jedah, hendaknya dia naik kendaraan ke miqat penduduk Najed dan ihram dari sana. Jika dia ihram dari Jedah, sementara dia sudah niat kuat untuk haji dan umrah, maka dia harus membayar dam jubran karena dia melewati miqat tanpa ihram. Fatwa Syekh Jibrin. Perhatikan fatwa serupa dari Kitab Fatawa Islamiyah. Kepada anda penanya, tindakan anda telah benar dengan kembali ke miqat dan ihram dari sana. Tindakan anda melepas pakaian ihram tidak membuat anda terkena dam, karena pada dasarnya anda belum melakukan ihram. Karena yang dimaksud ihram adalah niat masuk dalam ibadah ihram haji atau umrah bukan dengan memakai pakaian ihram. Berdasarkan hal tersebut, maka perbuatan anda adalah sah dan tidak kewajiban kafarat bagi anda. |
Asbabun Nuzul Surat At-Taubah Ayat 50 - Imam as Suyuthi : Orang Munafik Senang Melihat Orang Islam Melakukan Kesalahan dan Tidak Senang Ketika Ditimpa Musibah | https://www.laduni.id/asbabul-nuzul/420/asbabul-wurud-asbabun-nuzul-surat-at-taubah-ayat-50-imam-as-suyuthi | Jika kamu mendapat suatu kebaikan, mereka menjadi tidak senang karenanya; dan jika kamu ditimpa oleh sesuatu bencana, mereka berkata: “Sesungguhnya kami sebelumnya telah memerhatikan urusan kami ak pergi perang) ” dan mereka berpaling dengan rasa gembira." Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Jabir bin Abdillah berkata, “Orang-orang munafik yang tidak ikut berperang dan tinggal di Madinah mulai menyebarkan desas-desus keji tentang Nabi. Mereka berkata, “Muhammad dan sahabat-sahabatnya telah bersusah payah dan binasa dalam perjalanan mereka.” Lalu mereka mendengar kabar yang membuktikan akbenaran ucapan mereka, bahwa Nabi S dan para sahabat tidak tertimpa apapun sehingga mereka merasa marah. Maka Allah menurunkan firman-Nya, “Jika kamu mendapat suatu kebaikan... ” (1) Sumber artikel: Buku Asbabul Nuzul: Kronologi dan Sebab Turun Wahyu Al-Qur'an Buku disusun oleh Muchlis M. Hanafi (ed.) Buku diterbitkan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama RI, 2017 1. Lihat hadits ini dengan riwayat yang lebih panjang dalam kitab Ad-Dur Al-Mantsur (3/269). | Jika kamu mendapat suatu kebaikan, mereka menjadi tidak senang karenanya dan jika kamu ditimpa oleh sesuatu bencana, mereka berkata Sesungguhnya kami sebelumnya telah memerhatikan urusan kami ak pergi perang dan mereka berpaling dengan rasa gembira. Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Jabir bin Abdillah berkata, Orangorang munafik yang tidak ikut berperang dan tinggal di Madinah mulai menyebarkan desasdesus keji tentang Nabi. Mereka berkata, Muhammad dan sahabatsahabatnya telah bersusah payah dan binasa dalam perjalanan mereka. Lalu mereka mendengar kabar yang membuktikan akbenaran ucapan mereka, bahwa Nabi S dan para sahabat tidak tertimpa apapun sehingga mereka merasa marah. Maka Allah menurunkan firmanNya, Jika kamu mendapat suatu kebaikan 1 Sumber artikel Buku Asbabul Nuzul Kronologi dan Sebab Turun Wahyu AlQuran Buku disusun oleh Muchlis M. Hanafi ed. Buku diterbitkan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf AlQuran, Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama RI, 2017 1. Lihat hadits ini dengan riwayat yang lebih panjang dalam kitab AdDur AlMantsur 3269. |
4024. FADHILAH ORANG YANG MELANGGENGKAN (DAIMUL) WUDHU | https://www.piss-ktb.com/2015/03/4024-lain-lain-fadhilah-daimul-wudhu.html | PERTANYAAN : Asslamuaikum. Mau nanya dalil yang menganjurkan seseorang untuk daimul wudhu. Mohon disertakan referensi dan dari kitab apa.Terimakasih. [Umar Faruq]. JAWABAN : Wa'alaikum salam Wr Wb. Rosulullah SAW bersabda yang artinya : "Barang siapa berwudlu dalam keadaan suci (belum batal), Allah menuliskan baginya sepuluh kebaikan". - Sunan Ibnu Majah : - Fathu Baari : 1098 Dari abi hurairoh : Suatu hari, Rasulullah bertanya pada Bilal stelah melaksanakan sholat fajr/subuh, "Wahai Bilal,Katakan padaku amal apakah yang engkau kerjakan dalam islam hingga aku mendengar suara langkah kakimu didepanku dalam syurga ? Bilal menjawab, "Ya Rasulallah, aku tak pernah bersuci/melakukan wudhu kecuali setelah itu aku melakukan shalat (sunah). - kitab syarah misykatul mashobihhadis nomer 292 : - - - : - - ( ) . Dari Tsauban -semoga Allah meridhoinya- berkata, Rasululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda :Istiqomahlah kalian dan kalian tidak akan mampu beristiqomah secara sempurna, dan ketahuilah bahwa sesunguhnya sebaik-baik amalan kalian adalah sholat, dan tidak menjaga wudhu kecuali seorang mukmin. (HR. Malik, Ahmad, Ibnu Majjah,dan Ad Darimi). Sabda Rasul : " tidak menjaga wudhu kecuali seorang mukmin " maksudnya secara hakekat dan secara hukum. arti hadis, tiada yang melanggengkan wudhu kecuali orang mukmin yang sempurna dalam keimanannya, senantiasa menyaksikan dengan hati dan badannya dalam kehadirat Rabbnya, karena hadir dalam kehadirat yang suci tanpa kesucian hissi maka jauh dari tata krama bahkan berhak untuk diusir dari pintu. ( ) : : ( ) ( ) : : - kitab torkhut tastrib (1/494-495) : : . Sabda Rasululloh shollallohu 'alaihi wasallam kepada bilal rodhiyallohu anhu : " wahai bilal sebab apa kamu bisa mendahuluiku ke syurga ? "bilal menjawab : " tidaklah aku hadats kecuali kemudian aku wudhu dan sholat dua rokaat. Faedah ke 12 dalam hadis ini adalah disunnahkannya melanggengkan suci, disunnahkannya wudhu setelah hadats walaupun bukan waktunya sholat dan walaupun tidak hendak melakukan sholat, ini adalah murod dari sabda Nabi shollallohu alaihi wasallam : " dan tidak menjaga wudhu kecuali seseorang yang beriman ", maka dhohirnya menunjukkan bahwa maksud darinya adalah melanggengkan wudhu, bukan wudhu wajib ketika sholat. ( ) { } . [ Faedah ke 13 ] Dalam hadis terdapat kesunnahan sholat dua roka'at setelah wudhu, dan memang benar seperti itu. ( ) Wallaahu A'lam ( Rizalullah Santrialit, Mas Hamzah ). www.fb.com/groups/piss.ktb/935821726440636/ www.fb.com/notes/936805959675546 | PERTANYAAN Asslamuaikum. Mau nanya dalil yang menganjurkan seseorang untuk daimul wudhu. Mohon disertakan referensi dan dari kitab apa.Terimakasih. Umar Faruq. JAWABAN Waalaikum salam Wr Wb. Rosulullah SAW bersabda yang artinya Barang siapa berwudlu dalam keadaan suci belum batal, Allah menuliskan baginya sepuluh kebaikan. Sunan Ibnu Majah Fathu Baari 1098 Dari abi hurairoh Suatu hari, Rasulullah bertanya pada Bilal stelah melaksanakan sholat fajrsubuh, Wahai Bilal,Katakan padaku amal apakah yang engkau kerjakan dalam islam hingga aku mendengar suara langkah kakimu didepanku dalam syurga Bilal menjawab, Ya Rasulallah, aku tak pernah bersucimelakukan wudhu kecuali setelah itu aku melakukan shalat sunah. kitab syarah misykatul mashobihhadis nomer 292 . Dari Tsauban semoga Allah meridhoinya berkata, Rasululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda Istiqomahlah kalian dan kalian tidak akan mampu beristiqomah secara sempurna, dan ketahuilah bahwa sesunguhnya sebaikbaik amalan kalian adalah sholat, dan tidak menjaga wudhu kecuali seorang mukmin. HR. Malik, Ahmad, Ibnu Majjah,dan Ad Darimi. Sabda Rasul tidak menjaga wudhu kecuali seorang mukmin maksudnya secara hakekat dan secara hukum. arti hadis, tiada yang melanggengkan wudhu kecuali orang mukmin yang sempurna dalam keimanannya, senantiasa menyaksikan dengan hati dan badannya dalam kehadirat Rabbnya, karena hadir dalam kehadirat yang suci tanpa kesucian hissi maka jauh dari tata krama bahkan berhak untuk diusir dari pintu. kitab torkhut tastrib 1494495 . Sabda Rasululloh shollallohu alaihi wasallam kepada bilal rodhiyallohu anhu wahai bilal sebab apa kamu bisa mendahuluiku ke syurga bilal menjawab tidaklah aku hadats kecuali kemudian aku wudhu dan sholat dua rokaat. Faedah ke 12 dalam hadis ini adalah disunnahkannya melanggengkan suci, disunnahkannya wudhu setelah hadats walaupun bukan waktunya sholat dan walaupun tidak hendak melakukan sholat, ini adalah murod dari sabda Nabi shollallohu alaihi wasallam dan tidak menjaga wudhu kecuali seseorang yang beriman , maka dhohirnya menunjukkan bahwa maksud darinya adalah melanggengkan wudhu, bukan wudhu wajib ketika sholat. . Faedah ke 13 Dalam hadis terdapat kesunnahan sholat dua rokaat setelah wudhu, dan memang benar seperti itu. Wallaahu Alam Rizalullah Santrialit, Mas Hamzah . www.fb.comgroupspiss.ktb935821726440636 www.fb.comnotes936805959675546 |
Inilah Muslimah Sejati… | https://belajarislam.com/2015/12/dauroh-muslimah/ | Senin, 03 Agustus 2015 Rangkuman Materi : Daurah Muslimah Inilah Muslimah Sejati… Belajar Aqidah, Fiqih, hingga Akhlak Bersama: Syaikhah Jauharoh Al Mu’ammar (Alumni Universitas Malik Ibnu Su’ud Arab Saudi) Materi hari pertama: Rukun Iman Rukun iman ada 6; beriman kepada Allah, malaikat-malaikat Nya, kitab-kitab Nya, rasul-rasul Nya, hari akhir, qadar baik dan buruk. { } [ : 177] “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi …” .(QS. Al-Baqarah: 177) Di dalam hadits Jibril, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya oleh malaikat Jibril ‘alaihis salam mengenai iman, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Iman adalah (1) engkau beriman kepada Allah, (2) kepada malaikat-Nya, (3) kepada kitab-kitab-Nya, (4) kepada rasul-rasul-Nya, (5) kepada hari akhir dan (6) beriman kepada takdir yang baik dan buruk.” (HR. Muslim) Iman artinya meyakini dengan hati, diucapkan dengan lisan dan dipraktekkan oleh anggota badan. Iman dengan lisan, diantaranya ialah dzikir kepada Allah, berdoa, mengajak kepada amal ma’ruf nahi mungkar. Iman dengan hati, diantaranya ialah meyakini bahwa Allah itu satu tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah, dengan rasa cinta (mahabbah), takut (khauf), dan pengharapan (raja’) kita kepada Allah. Iman dengan anggota badan, diantaranya ialah dengan menunaikan shalat, puasa dan zakat, dll. Penjelasan Rukun Iman Iman Kepada Allah Subhanahu wa ta’ala Meyakini bahwa Allah Subhanahu wa ta’ala adalah Pencipta, Pemilik, Penguasa segala sesuatu, dan tidak ada sekutu apapun selain Allah. Di tangan Allah-lah segala sesuatunya, kehidupan dan kematian. { (1) (2)} [ : 1-2] “Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia..Raja manusia.” (QS. An-Naas: 1-2) Meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya sesembahan yang berhak untuk disembah, dan tidak menyekutukan-Nya sedikit pun. { } [ : 3] “Sembahan manusia.” (QS. An-Naas: 3) { } [ : 21] “ Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.” (QS.Al.Baqarah: 21) Meyakini bahwa Allah memiliki nama-nama dan sifat-sifat yang indah (asma-ul husna) { } [ : 180] “Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-A’raf: 180) Dalam hadits sahih yang diriwayatkan oleh imam Bukhari dan imam Muslim di dalam kedua kitab sahihnya, bahwasanya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah memiliki 99 nama, barang siapa yg menghafalkannya (menjaganya-yaitu mempelajarinya, mentadabburi makna-maknanya dan mengamalkan konsekuensinya-) akan masuk dalam surga.” Dalam hadits ini, Allah menyebutkan bahwa Allah memiliki 99 nama tanpa bermaksud untuk membatasinya. Iman kepada nama-nama dan sifat-sifat Allah Mengandung 2 hal yg utama: Bahwasanya Allah ‘azza wa jalla memiliki nama-nama dan sifat-sifat yang tinggi dan sempurna, tidak ada sesuatupun yang mampu menandinginya. Contoh: Al-Hayah (Maha Hidup); terus-menerus hidup dan tidak pernah mati. Kehidupan yang tidak ada permulaan dan tidak ada akhir. Bahwasanya Allah ‘azza wa jalla bersih dari segala aib dan kekurangan, contohnya: Allah tidak pernah mengantuk dan tidak pula tidur. { } [ : 255] “Allah, tiada Tuhan (Yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur.” (QS.Al-Baqarah: 255 Sifat-sifat yang harus kita miliki sebagai hamba yang beriman kepada nama-nama dan sifat-sifat Allah : Meyakini nama-nama Allah sebagaimana yang telah Allah tetapkan sendiri, baik di dalam al-Qur’an maupun dalam hadits yang sahih, dengan tidak mengurangi dan menambahkan, meniadakan (ta’thil), mengubah (tahrif), menyerupakan dengan makhluk (tamtsil) dan menggambarkan/visualisasi (takyif) sifat-sifat dan nama-nama Allah ‘azza wa jalla. Meyakini bahwasanya yang berhak menamai hanya Allah Subhanahu wa ta’ala Meyakini bahwasanya nama-nama yang telah Allah tetapkan adalah nama-nama yang sempurna, tanpa aib dan kekurangan suatu apapun. Menghormati nama-nama Allah, tidak menanyakan hal-hal yang berada di luar fungsi akal, misalnya, menanyakan bagaimana tangan Allah (karena akal tidak bisa menjangkau hal yang ghaib). Dan menghormati dengan tidak melebih-lebihkan hal-hal yang berkaitan dengan Allah Subhanahu wa ta’ala. Contoh: Allah memiliki sifat as Sami’ (Maha Mendengar); kita menyakini Allah sendiri yang memilih nama tersebut untuk diri-Nya. Pendengaran Allah Maha Luas, maka kita tidak boleh mengatakan bahwa Allah hanya mendengar di satu tempat saja. Iman Kepada Malaikat Allah Meyakini bahwa malaikat adalah makhluk Allah Subhanahu wa ta’ala yang diciptakan dari cahaya untuk tunduk dan taat hanya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Mereka tidak ada yang bermaksiat kepada Allah, mereka senantiasa taat, selalu bertasbih kepada Allah. Tidak ada yang mengetahui jumlah malaikat kecuali Allah Subhanahu wa ta’ala. Malaikat memiliki tugas yang banyak dan berbeda-beda antara satu malaikat dengan lainnya. Tidaklah sempurna iman seseorang sampai dia meyakini bahwa malikat itu adalah makhluk ciptaan Allah Subhanahu wa ta’ala. Hal-hal yang berhubungan dengan iman kepada malaikat Beriman kepada malaikat secara umum Wujud/hakikat malaikat itu ada, walaupun kita tidak bisa melihat mereka. Malaikat memiliki kedudukan yang mulia di sisi Allah Subhanahu wa ta’ala, dan pengagungan manusia terhadap malaikat sesuai dengan kedudukannya di sisi Allah. Beriman kepada malaikat secara khusus atau terperinci Malaikat diciptakan dari cahaya. Jumlah malaikat itu banyak, hanya Allah yang mengetahui jumlah mereka. Meyakini Nama-nama malaikat. Di antaranya yang telah Allah sebutkan ialah: Malaikat Jibril, yakni malaikat yang menyampaikan wahyu kepada RasulullahSallallahu’alaihi Wasallam. Malaikat Mikail, dinamakan Mikail karena merupakan wakil Allah untuk mengurusi hujan. Malaikat Israfil, malaikat yang meniup sangkakala. Meyakini sifat-sifat malaikat Kita harus meyakini bahwa semua malaikat memiliki sifat-sifat yang telah Allah tetapkan sesuai dengan penciptaan mereka. Sifat-sifat malaikat ini benar adanya dan bukan sekedar kiasan. Penciptaan malaikat sangat agung, jasad malaikat begitu luar biasa kuatnya, sesuai dengan tugas-tugas besar yang diemban malaikat. Beberapa sifat-sifat malaikat : Malaikat memiliki sayap { (QS. Fathir: 1). Malaikat tidak makan, tidak minum, tidak menikah dan tidak memiliki keturunan. Malaikat memiliki akal, memiliki hati, dan bisa berbicara dengan Allah. Malaikat bisa muncul dalam wujud yang lain, misalnya manusia baik laki-laki maupun perempuan. Ini sebagai bantahan bahwa malaikat itu bukan anak perempuan/laki-laki Allah. Malaikat bisa meninggal/mati di hari akhir nanti. Malaikat senantiasa beribadah kepada Allah Subhanahu Wata’ala, takut dan cinta kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Beriman kepada tugas-tugas malaikat Allah. Diantaranya: Membawa ‘Arsy Allah (Singgasana Allah Subhanahu wa ta’ala) Menurunkan wahyu Penjaga surga dan Neraka Berhubungan dengan hujan, pohon-pohonan, angin, awan dsb. Berhubungan dengan pengaturan langit dan bumi. Hak-hak malaikat yang wajib kita tunaikan adalah: Beriman kepada malaikat. Mencintai dan memuliakan malaikat. Tidak menjelekkan atau mencela malaikat. Menjauhi hal-hal yang tidak disukai oleh malaikat, contohnya: malaikat tidak suka bau bawang. Buah iman kepada malaikat Menunjukkan kesempurnaan iman kita terhadap seluruh rukun iman. Pengetahuan kita terhadap keutamaan malaikat, menjadikan kita lebih meyakini akan keagungan Allah Subhanahu Wata’ala Yang telah menciptakan malaikat. Bertambahnya iman kita dengan mengetahui sifat-sifat malaikat, tugas-tugasnya dan segala hal mengenai malaikat Allah. Mendatangkan perasaan tenang karena malaikat selalu memohonkan ampun bagi orang-orang mukmin yang beriman. Memotivasi kita untuk selalu beramal shalih Disusun ulang oleh: Ustadzah Suri Suhendari (Ummu Yusuf) *Ketua Lembaga Muslimah Wahdah Islamiyah Yogyakarta | Senin, 03 Agustus 2015 Rangkuman Materi Daurah Muslimah Inilah Muslimah Sejati Belajar Aqidah, Fiqih, hingga Akhlak Bersama Syaikhah Jauharoh Al Muammar Alumni Universitas Malik Ibnu Suud Arab Saudi Materi hari pertama Rukun Iman Rukun iman ada 6 beriman kepada Allah, malaikatmalaikat Nya, kitabkitab Nya, rasulrasul Nya, hari akhir, qadar baik dan buruk. 177 Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikatmalaikat, kitabkitab, nabinabi .QS. AlBaqarah 177 Di dalam hadits Jibril, Nabi shallallahu alaihi wa sallam ditanya oleh malaikat Jibril alaihis salam mengenai iman, beliau shallallahu alaihi wa sallam menjawab, Iman adalah 1 engkau beriman kepada Allah, 2 kepada malaikatNya, 3 kepada kitabkitabNya, 4 kepada rasulrasulNya, 5 kepada hari akhir dan 6 beriman kepada takdir yang baik dan buruk. Muslim Iman artinya meyakini dengan hati, diucapkan dengan lisan dan dipraktekkan oleh anggota badan. Penjelasan Rukun Iman Iman Kepada Allah Subhanahu wa taala Meyakini bahwa Allah Subhanahu wa taala adalah Pencipta, Pemilik, Penguasa segala sesuatu, dan tidak ada sekutu apapun selain Allah. AnNaas 12 Meyakini bahwa Allah adalah satusatunya sesembahan yang berhak untuk disembah, dan tidak menyekutukanNya sedikit pun. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. AlAraf 180 Dalam hadits sahih yang diriwayatkan oleh imam Bukhari dan imam Muslim di dalam kedua kitab sahihnya, bahwasanya Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda Sesungguhnya Allah memiliki 99 nama, barang siapa yg menghafalkannya menjaganyayaitu mempelajarinya, mentadabburi maknamaknanya dan mengamalkan konsekuensinya akan masuk dalam surga. Iman kepada namanama dan sifatsifat Allah Mengandung 2 hal yg utama Bahwasanya Allah azza wa jalla memiliki namanama dan sifatsifat yang tinggi dan sempurna, tidak ada sesuatupun yang mampu menandinginya. Kehidupan yang tidak ada permulaan dan tidak ada akhir. Bahwasanya Allah azza wa jalla bersih dari segala aib dan kekurangan, contohnya Allah tidak pernah mengantuk dan tidak pula tidur. 255 Allah, tiada Tuhan Yang berhak disembah melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terusmenerus mengurus makhlukNya tidak mengantuk dan tidak tidur. Menghormati namanama Allah, tidak menanyakan halhal yang berada di luar fungsi akal, misalnya, menanyakan bagaimana tangan Allah karena akal tidak bisa menjangkau hal yang ghaib. Pendengaran Allah Maha Luas, maka kita tidak boleh mengatakan bahwa Allah hanya mendengar di satu tempat saja. Mereka tidak ada yang bermaksiat kepada Allah, mereka senantiasa taat, selalu bertasbih kepada Allah. Tidak ada yang mengetahui jumlah malaikat kecuali Allah Subhanahu wa taala. Malaikat memiliki tugas yang banyak dan berbedabeda antara satu malaikat dengan lainnya. Tidaklah sempurna iman seseorang sampai dia meyakini bahwa malikat itu adalah makhluk ciptaan Allah Subhanahu wa taala. Beriman kepada malaikat secara khusus atau terperinci Malaikat diciptakan dari cahaya. Malaikat Mikail, dinamakan Mikail karena merupakan wakil Allah untuk mengurusi hujan. Malaikat Israfil, malaikat yang meniup sangkakala. Ini sebagai bantahan bahwa malaikat itu bukan anak perempuanlakilaki Allah. Diantaranya Membawa Arsy Allah Singgasana Allah Subhanahu wa taala Menurunkan wahyu Penjaga surga dan Neraka Berhubungan dengan hujan, pohonpohonan, angin, awan dsb. Menjauhi halhal yang tidak disukai oleh malaikat, contohnya malaikat tidak suka bau bawang. Bertambahnya iman kita dengan mengetahui sifatsifat malaikat, tugastugasnya dan segala hal mengenai malaikat Allah. Memotivasi kita untuk selalu beramal shalih Disusun ulang oleh Ustadzah Suri Suhendari Ummu Yusuf Ketua Lembaga Muslimah Wahdah Islamiyah Yogyakarta |
Hakikat Tauhid adalah Kalimat Laa ilaaha illallah (Bag. 1) | https://muslim.or.id/50667-hakikat-tauhid-adalah-kalimat-laa-ilaaha-illallah-bag-1.html | Telah kami bahas dalam serial tulisan sebelumnya tentang makna yang benar dari kalimat tauhid laa ilaaha illallah [1]. Secara singkat, makna yang benar dari kalimat tauhid tersebut bukanlah untuk menetapkan bahwa Allah Taala adalah satu-satunya Dzat yang menciptakan, memberi kita rizki, dan mengatur urusan alam semesta. Bukan ini maknanya. Akan tetapi, makna yang benar adalah tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah selain Allah Taala. Baca Juga: Upaya Menjaga Kemurnian Islam, Menyoal Tahdzir dan Norma-Normanya Dari pemahaman terhadap makna yang benar tersebut, kita pun mengetahui apakah konsekuensi orang-orang yang telah mengucapkan atau mengikrarkannya. Yaitu, dia memurnikan ibadah hanya kepada Allah Taala, tidak menujukan satu pun bentuk ibadah kepada selain Allah Taala, siapa pun mereka, baik malaikat, nabi, orang shalih ataupun jin. Jika di satu sisi dia mengucapkan kalimat tauhid, namun di sisi lain dia beribadah kepada selain Allah, tentu dua hal ini menjadi kontradiktif. Perlu diketahui bahwa kandungan kalimat laa ilaaha illallah tersebut adalah hakikat dari tauhid yang sebenarnya. Makna itulah yang merupakan tujuan utama penciptaan manusia, inti dakwah seluruh rasul, dan mengapa kitab-kitab diturunkan. Karena makna kalimat tauhid itu pula, terjadi perselisihan dan permusuhan yang sengit antara para Rasul dengan para penentangnya dari orang-orang kafir. Penjelasan para ulama tentang hakikat tauhid Berikut ini akan penulis sampaikan beberapa penjelasan dari para ulama rahimahumullah tentang hakikat dari tauhid, yaitu memurnikan ibadah hanya kepada Allah Taala dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Baca Juga: Bersabarlah Wahai Saudaraku… Imam Malik rahimahullah (wafat th. 179 H) pernah ditanya tentang tauhid, kemudian beliau rahimahullah menjawab, – – – – : (( : )) Tidak mungkin kalau kita menyangka bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang mengajarkan umatnya tentang masalah istinja (adab buang hajat, pen.), lalu tidak mengajarkan tentang tauhid. Tauhid adalah apa yang dikatakan oleh beliau shallallahu alaihi wa sallam, Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka mengatakan laa ilaaha illallah [tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah]. Apabila mereka mengucapkannya, maka terjagalah nyawa dan harta mereka. Maka, sesuatu yang menjaga nyawa dan harta itulah yang merupakan hakikat tauhid. (Fathul Baari li Ibni Rajab, 6: 41) Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah (wafat th. 728 H) berkata, Sesungguhnya hakikat tauhid adalah beribadah kepada Allah Taala semata. Maka kita tidaklah berdoa kecuali kepada-Nya, tidak takut kecuali kepada-Nya, tidak taat (bertakwa) kecuali kepada-Nya, dan tidak bertawakkal kecuali kepada-Nya. Tidaklah ketaatan (ibadah) ini kita tujukan kecuali kepada-Nya, tidak kepada yang lainnya dari para makhluk-Nya. Tidaklah kita menjadikan para malaikat dan para nabi sebagai tuhan-tuhan (selain Allah, pen.), lalu bagaimana lagi dengan para pemimpin, guru-guru shufi, ulama, raja, dan selain mereka? (Minhaajus Sunnah An-Nabawiyyah, 3: 237) Baca Juga: Bingkisan untuk Ayah dan Ibu Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah rahimahullah (wafat th. 751 H) berkata, … … Kita meniadakan peribadatan kepada selain Allah dan menetapkan peribadatan kepada-Nya. Inilah hakikat tauhid. (Badaaiul Fawaaid, 1: 141) Ibnu Rajab Al-Hanbali rahimahullah (wafat th. 795 H) mengatakan, (( )) Tidak ada kebaikan bagi hati sampai tertanam di dalamnya pengenalan terhadap Allah Taala, mengagungkan-Nya, mencintai-Nya, takut kepada-Nya, memuliakan-Nya, berharap kepada-Nya, dan bertawakkal kepada-Nya. Hatinya dipenuhi itu semua. Inilah hakikat tauhid, yang merupakan makna dari kalimat laa ilaaha illallah. Maka tidak ada kebaikan bagi hati sampai sesembahan yang dia sembah, dia kenal, dia cintai, dan dia takuti adalah Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. (Jamiul Ulum wal Hikam, 1: 211) Baca Juga: Sudahkah Kita Berbakti Pada Orang Tua? Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah (wafat th. 852 H) berkata, Yang dimaksud dengan mentauhidkan Allah Taala adalah persaksian bahwa sesungguhnya Dia-lah sesembahan Yang Maha esa. (Fathul Baari, 20: 438) Syaikh Abdurrahman As-Sadi rahimahullah (wafat th. 1376 H) berkata, Hakikat tauhid adalah menetapkan uluhiyyah (hak untuk diibadahi, pen.) kepada Allah dan meniadakannya dari selain Allah. (Taisiir Karimir Rahman, hal. 253) Syaikh Abdullah bin Abdul Aziz bin Baaz rahimahullah (wafat th. 1420 H) berkata, Adapun syahadat yang pertama (yaitu laa ilaaha illallah, pen.) menjelaskan tentang hakikat tauhid dan hakikat ibadah yang wajib diikhlaskan kepada Allah Taala semata. Karena maknanya, sebagaimana yang telah dimaklumi adalah, tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah. Kalimat ini meniadakan peribadatan kepada selain Allah, dan menetapkan ibadah hanya kepada Allah semata. (Majmu Fataawa wa Maqalaat Ibnu Baaz, 2: 314) Demikianlah beberapa penjelasan dari para ulama yang menunjukkan bahwa hakikat tauhid adalah mengikhlaskan atau memurnikan seluruh ibadah hanya kepada Allah Taala semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Hal ini tidak lain adalah kandungan makna dari kalimat laa ilaaha illallah. Baca Juga: [Bersambung] *** @Rumah Lendah, 22 Dzulqadah 1440/19 Juli 2019 Penulis: M. Saifudin Hakim Artikel: Muslim.or.id Catatan kaki: [1] Silakan dibaca kembali tulisan kami di sini (total ada lima seri): Kebodohan Kita terhadap Makna Kalimat Tauhid (Bag. 4) | Telah kami bahas dalam serial tulisan sebelumnya tentang makna yang benar dari kalimat tauhid laa ilaaha illallah 1. Akan tetapi, makna yang benar adalah tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah selain Allah Taala. Baca Juga Upaya Menjaga Kemurnian Islam, Menyoal Tahdzir dan NormaNormanya Dari pemahaman terhadap makna yang benar tersebut, kita pun mengetahui apakah konsekuensi orangorang yang telah mengucapkan atau mengikrarkannya. Yaitu, dia memurnikan ibadah hanya kepada Allah Taala, tidak menujukan satu pun bentuk ibadah kepada selain Allah Taala, siapa pun mereka, baik malaikat, nabi, orang shalih ataupun jin. Perlu diketahui bahwa kandungan kalimat laa ilaaha illallah tersebut adalah hakikat dari tauhid yang sebenarnya. Makna itulah yang merupakan tujuan utama penciptaan manusia, inti dakwah seluruh rasul, dan mengapa kitabkitab diturunkan. Karena makna kalimat tauhid itu pula, terjadi perselisihan dan permusuhan yang sengit antara para Rasul dengan para penentangnya dari orangorang kafir. Penjelasan para ulama tentang hakikat tauhid Berikut ini akan penulis sampaikan beberapa penjelasan dari para ulama rahimahumullah tentang hakikat dari tauhid, yaitu memurnikan ibadah hanya kepada Allah Taala dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apa pun. Baca Juga Bersabarlah Wahai Saudaraku Imam Malik rahimahullah wafat th. 179 H pernah ditanya tentang tauhid, kemudian beliau rahimahullah menjawab, Tidak mungkin kalau kita menyangka bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang mengajarkan umatnya tentang masalah istinja adab buang hajat, pen., Apabila mereka mengucapkannya, maka terjagalah nyawa dan harta mereka. 728 H berkata, Sesungguhnya hakikat tauhid adalah beribadah kepada Allah Taala semata. Maka kita tidaklah berdoa kecuali kepadaNya, tidak takut kecuali kepadaNya, tidak taat bertakwa kecuali kepadaNya, dan tidak bertawakkal kecuali kepadaNya. Tidaklah ketaatan ibadah ini kita tujukan kecuali kepadaNya, tidak kepada yang lainnya dari para makhlukNya. lalu bagaimana lagi dengan para pemimpin, guruguru shufi, ulama, raja, dan selain mereka Minhaajus Sunnah AnNabawiyyah, 3 237 Baca Juga Bingkisan untuk Ayah dan Ibu Ibnu Qoyyim AlJauziyah rahimahullah wafat th. 751 H berkata, Kita meniadakan peribadatan kepada selain Allah dan menetapkan peribadatan kepadaNya. 795 H mengatakan, Tidak ada kebaikan bagi hati sampai tertanam di dalamnya pengenalan terhadap Allah Taala, mengagungkanNya, mencintaiNya, takut kepadaNya, memuliakanNya, berharap kepadaNya, dan bertawakkal kepadaNya. Fathul Baari, 20 438 Syaikh Abdurrahman AsSadi rahimahullah wafat th. 1420 H berkata, Adapun syahadat yang pertama yaitu laa ilaaha illallah, pen. Kalimat ini meniadakan peribadatan kepada selain Allah, dan menetapkan ibadah hanya kepada Allah semata. Baca Juga Bersambung Rumah Lendah, 22 Dzulqadah 144019 Juli 2019 Penulis M. Saifudin Hakim Artikel Muslim.or.id Catatan kaki 1 Silakan dibaca kembali tulisan kami di sini total ada lima seri Kebodohan Kita terhadap Makna Kalimat Tauhid Bag. |
Curhat pada Suami Orang | https://rumaysho.com/12559-curhat-pada-suami-orang.html | Bolehkah seorang istri curhat pada suami orang, baik sekedar bercerita atau curhat?Yang jelas syariat kita membentengi umatnya dari perbuatan haram seperti zina, Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. (QS. Al-Isra: 32)Syaikh As-Sadi membawakan dalam bait syairnya, Hukum perantara sama dengan hukum tujuanHukumilah dengan hukum tersebut untuk tambahan lainnya Karenanya, perantara menuju zina seperti berdua-duaan pun dilarang.Dari Abdullah bin Amir, yaitu Ibnu Rabiah, dari bapaknya, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita yang tidak halal baginya karena sesungguhnya syaithan adalah orang ketiga di antara mereka berdua kecuali apabila bersama mahramnya. (HR. Ahmad no. 15734. Syaikh Syuaib Al Arnauth mengatakan hadits ini shahih lighairihi)Di antara bentuk berdua-duaan (alias: khalwat) adalah chating dengan lawan jenis, termasuk bentuknya curhat dengan suami orang. Ada beberapa bahaya dari curhat pada suami orang, baik secara langsung maupun lewat media online seperti WhatsApp dan Facebook. Berikut delapan komentar yang kami himpun dari status kami di FB, hari ini, 7 Rabiul Awwal 1437 H (19-12-2015). Kami saring pendapat yang dinilai menarik. Semoga Allah menjauhkan kita dari berbagai perbuatan haram dan menjauhkan kita dari zina serta hal-hal yang mendekatkan pada zina. Wallahu waliyyut taufiq was sadaad.—Selesai disusun di Darush Sholihin Panggang Gunungkidul, 7 Rabiul Awwal 1437 HMuhammad Abduh TuasikalRumaysho.Com, Channel Telegram @RumayshoCom | Bolehkah seorang istri curhat pada suami orang, baik sekedar bercerita atau curhatYang jelas syariat kita membentengi umatnya dari perbuatan haram seperti zina, Dan janganlah kamu mendekati zina sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. QS. AlIsra 32Syaikh AsSadi membawakan dalam bait syairnya, Hukum perantara sama dengan hukum tujuanHukumilah dengan hukum tersebut untuk tambahan lainnya Karenanya, perantara menuju zina seperti berduaduaan pun dilarang.Dari Abdullah bin Amir, yaitu Ibnu Rabiah, dari bapaknya, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Janganlah seorang lakilaki berduaan dengan seorang wanita yang tidak halal baginya karena sesungguhnya syaithan adalah orang ketiga di antara mereka berdua kecuali apabila bersama mahramnya. HR. Ahmad no. 15734. Syaikh Syuaib Al Arnauth mengatakan hadits ini shahih lighairihiDi antara bentuk berduaduaan alias khalwat adalah chating dengan lawan jenis, termasuk bentuknya curhat dengan suami orang. Ada beberapa bahaya dari curhat pada suami orang, baik secara langsung maupun lewat media online seperti WhatsApp dan Facebook. Berikut delapan komentar yang kami himpun dari status kami di FB, hari ini, 7 Rabiul Awwal 1437 H 19122015. Kami saring pendapat yang dinilai menarik. Semoga Allah menjauhkan kita dari berbagai perbuatan haram dan menjauhkan kita dari zina serta halhal yang mendekatkan pada zina. Wallahu waliyyut taufiq was sadaad.Selesai disusun di Darush Sholihin Panggang Gunungkidul, 7 Rabiul Awwal 1437 HMuhammad Abduh TuasikalRumaysho.Com, Channel Telegram RumayshoCom |
Saya mendengar bahwa tidak dibolehkan berpuasa sebelum Ramadan, apakah hal itu benar? | https://islamqa.info/id/answers/26850/larangan-mendahului-ramadan-dengan-berpuasa-sehari-atau-dua-hari-sebelumnya | Alhamdulillah.Terdapat hadits dari Nabi sallallahu alaihi wa sallam tentang larangan berpuasa setelah pertengahan kedua di bulan Sya’ban. Kecuali dalam dua kondisi: Pertama, orang yang sudah terbiasa berpuasa. Contoh orang yang terbiasa, seperti seseorang yang terbiasa puasa senen dan kamis, maka dia boleh berpuasa (senen dan kamis) meskipun telah masuk pertangahan kedua di bulan Sya’ban. Kedua, kalau dia melanjutkan puasa pertengahan kedua dari pertengahan pertama di bulan Sya’ban. Dengan memulai puasa di pertengahan pertama di bulan Sya’ban dan melanjutkan berpuasa sampai memasuki bulan Ramadan. Hal ini dibolehkan, silahkan merujuk soal no. (13726). Diantara hadits-hadits tersebut adalah: Apa yang diriwayatkan oleh Bukhari, no. 1914 dan Muslim, no. 1082 dari Abu Hurairah radhiallahu anhu berkata, Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Jangan mendahului Ramadan dengan berpuasa sehari atau dua hari (sebelumnya). Kecuali seseorang yang terbiasa berpuasa, maka (tidak mengapa) berpuasalah.” Diriwayatkan oleh Abu Dawud, (3237). Tirmizi, (738). Ibnu Majah, (1651) dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu sesungguhnya Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda, ) 590) “Ketika telah memasuki pertengahan Sya’ban, maka janganlah kamu semua berpuasa.” (Dinyatakan shahih oleh Al-Albany dalam Shahih Tirmizi, no. 590) An-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Sabda Nabi sallallahu’alaihi wa sallam “Jangan mendahului Ramadan dengan berpuasa sehari atau dua hari (sebelumnya). Kecuali seseorang yang terbiasa berpuasa, maka (tidak mengapa) berpuasalah.” Di dalamya ada larangan jelas menyambut Ramadan dengan berpuasa sehari atau dua hari sebelumnya. Bagi orang yang tidak terbiasa berpuasa atau melanjutkan puasa sebelumnya. Kalau tidak melanjutkan dan bertepatan dengan kebiasannya, maka hal itu diharamkan. Diriwayatkan oleh Tirmizi, (686) dan Nasa’I, (2188) dari Ammar bin Yasir radhiallahu’anhu berkata, “Siapa yang berpuasa di hari yang diragukan orang-orang, maka dia telah berbuat kemaksiatan kepada Abu Al-Qasim (Rasulullah) sallallahu alaihi wa sallam.” Silahkan merujuk soal no. 13711. Al-Hafid dalam Fathul Bari mengatakan, “Dapat dijadikan dalil akan pengharaman puasa yang diragukan, karena shahabat tidak mengatakan seperti itu dari pendapatnya.” Selesai Hari yang diragukan adalah hari ketiga puluh bulan Sya’ban ketika tidak terlihat bulan sabit dikarenakan mendung atau semisalnya. Dinamakan hari yang diragukan karena ada kemungkinan hari ketiga puluh bulan Sya’ban dan ada kemungkinan hari pertama di bulan Ramadan. Diharamkan berpuasa kecuali bagi orang yang sudah terbiasa berpuasa dan bertepatan pada hari tersebut. An-Nawawi rahimahuallah dalam Al-Majmu, (6/400) mengatakan terkait hukum puasa hari yang diragukan, “Adapun kalau dia berpuasa sunah. Kalau ada sebab, seperti biasanya berpuasa dahr atau sehari puasa sehari berbuka atau berpuasa pada hari tertentu seperti hari senen. Dan bertepatan (pada hari yang diragukan), maka dibolehkan berpuasa tanpa ada perbedaan diantara teman-teman kami. Dalilnya adalah hadits Abu Hurairah “Jangan mendahului Ramadan dengan berpuasa sehari atau dua hari (sebelumnya). Kecuali seseorang yang terbiasa berpuasa, maka (tidak mengapa) berpuasalah). Kalau tidak ada sebab, maka puasanya haram.” Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah dalam penjelasan hadits “Jangan mendahului Ramadan dengan berpuasa sehari atau dua hari (sebelumnya). Kecuali seseorang yang terbiasa berpuasa, maka (tidak mengapa) berpuasalah. Beliau mengatakan, “Para ulama rahimahumullah berbeda pendapat terkait dengan larangan ini, apakah larangan haram atau larangan makruh? Yang kuat adalah larangan haram. terutama hari yang diragukan di dalamnya.” Syarh Riyadus Shalihin, 3/394. Dengan demikian, puasa di pertengahan kedua di bulan Sya’ban ada dua macam: Pertama, puasa dari hari keenam belas sampai duapuluh delapan. Ini makruh kecuali orang yang bertepatan dengan kebiasaan (berpuasa). Kedua, puasa hari yang diragukan, atau sehari atau dua hari sebelum Ramadan. Ini diharamkan kecuali orang yang bertepatan dengan kebiasaannya (berpuasa). Wallahua’lam . | Terdapat hadits dari Nabi sallallahu alaihi wa sallam tentang larangan berpuasa setelah pertengahan kedua di bulan Syaban. Contoh orang yang terbiasa, seperti seseorang yang terbiasa puasa senen dan kamis, maka dia boleh berpuasa senen dan kamis meskipun telah masuk pertangahan kedua di bulan Syaban. Kedua, kalau dia melanjutkan puasa pertengahan kedua dari pertengahan pertama di bulan Syaban. Dengan memulai puasa di pertengahan pertama di bulan Syaban dan melanjutkan berpuasa sampai memasuki bulan Ramadan. Hal ini dibolehkan, silahkan merujuk soal no. Diantara haditshadits tersebut adalah Apa yang diriwayatkan oleh Bukhari, no. 1082 dari Abu Hurairah radhiallahu anhu berkata, Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda, Jangan mendahului Ramadan dengan berpuasa sehari atau dua hari sebelumnya. Kecuali seseorang yang terbiasa berpuasa, maka tidak mengapa berpuasalah. Ibnu Majah, 1651 dari Abu Hurairah radhiallahuanhu sesungguhnya Rasulullah sallallahualaihi wa sallam bersabda, 590 Ketika telah memasuki pertengahan Syaban, maka janganlah kamu semua berpuasa. Kalau tidak melanjutkan dan bertepatan dengan kebiasannya, maka hal itu diharamkan. Diriwayatkan oleh Tirmizi, 686 dan NasaI, 2188 dari Ammar bin Yasir radhiallahuanhu berkata, Siapa yang berpuasa di hari yang diragukan orangorang, maka dia telah berbuat kemaksiatan kepada Abu AlQasim Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam. AlHafid dalam Fathul Bari mengatakan, Dapat dijadikan dalil akan pengharaman puasa yang diragukan, karena shahabat tidak mengatakan seperti itu dari pendapatnya. Selesai Hari yang diragukan adalah hari ketiga puluh bulan Syaban ketika tidak terlihat bulan sabit dikarenakan mendung atau semisalnya. Dinamakan hari yang diragukan karena ada kemungkinan hari ketiga puluh bulan Syaban dan ada kemungkinan hari pertama di bulan Ramadan. AnNawawi rahimahuallah dalam AlMajmu, 6400 mengatakan terkait hukum puasa hari yang diragukan, Adapun kalau dia berpuasa sunah. Dan bertepatan pada hari yang diragukan, maka dibolehkan berpuasa tanpa ada perbedaan diantara temanteman kami. Dalilnya adalah hadits Abu Hurairah Jangan mendahului Ramadan dengan berpuasa sehari atau dua hari sebelumnya. Kalau tidak ada sebab, maka puasanya haram. Beliau mengatakan, Para ulama rahimahumullah berbeda pendapat terkait dengan larangan ini, apakah larangan haram atau larangan makruh Yang kuat adalah larangan haram. terutama hari yang diragukan di dalamnya. Ini makruh kecuali orang yang bertepatan dengan kebiasaan berpuasa. |
Ada fenomena baru dari berbarapa bank yang memberikan pinjaman kepada mahasiswa dan wisudawan dengan jaminan kampus atau pekerjaan. Bantuan berupa 60% cash dan 40% dalam bentuk belanjaan sedangkan bunga diambil dari pinjaman cash dari sejak peminjaman sedangkan bunga dari belanjaan dimulai setelah 45 hari pembelanjaan. Saya ingin mengetahui apakah perkara ini termasuk riba atau bukan? Jika riba sedangkan transaksi sudah terjadi, apa yang dilakukan? | https://islamqa.info/id/answers/110112/pinjaman-uang-berbunga-dari-bank-kepada-mahasiswa-dan-wisudawan | Alhamdulillah.Pertama: Apa yang anda sebutkan termasuk peminjaman riba yang biasanya dipraktekkan oleh bank ribawi. Mereka terus dalam kebatilannya dan terang-terangan berbuat dosa serta menebar kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah berjanji memerangi para pelaku riba dan mengancam akibatnya berupa kehancuran. Karena itu, banyak terjadi kejahatan, bencana, penyakit dan berbagai musibah. Sebagian orang yang terpedaya berpendapat bahwa bank-bank tersebut memperbaiki kondisi ekonomi para pemuda dan mengatasi pengangguran. Mereka tidak merasa bahwa riba merupakan salah satu sebab bencana mereka, kefakiran dan rusaknya masyarakat. Para ulama dahulu hingga sekarang telah sepakat bahwa semua pinjaman yang mendatangkan manfaat, maka di termasuk riba. Pinjaman berbunga diharamkan tanpa diragukan lagi. Ibnu Qudamah rahimahullah berkata, “Semua pinjaman yang disyaratkan adanya tambahan di dalamnya maka dia haram tanpa ada perbedaan pendapat.” Ibnu Munzir berkata, “Mereka sepakat bahwa jika pihak pemberi hutang menetapkan syarat adanya tambahan atau hadiah, lalu dia memberikan pinjaman berdasarkan hal itu, maka tambahan itu merupakan riba. Diriwayatkan dari Ubay bin Kaab dan Ibnu Abbas serta Ibnu Mas’ud, bahwa mereka dilarang dari simpan pinjam yang mendatangkan manfaat.” (Al-Mughni, 6/436) Tidak ada bedanya, apakah pinjaman itu bersifat uang atau materi atau sesuatu yang dapat dibeli dengan uang. Jika disyaratkan adanya keuntungan dari peminjaman tersebut, maka dia diharamkan. Telah disebutkan dalam ketetapan Majma Buhuts Islami di Al-Azhar, tahun 1385 H – 1965 M yang mengumpulkan berbagai utusan dari 35 negeri Islam, “Keuntungan dari berbagai peminjaman seluruhnya adalah riba yang diharamkan, tidak ada bedanya, apakah dinamakan peminjaman konsumtif ataukah peminjaman produktif, karena nash-nash dalam Al-Quran dan Sunah secara keseluruhan secara jelas mengharamkan kedua macam riba tersebut. Seluruh transaksi peminjaman yang mendatangkan manfaat, maka dia termasuk transaksi riba yang diharamkan.” Disebutkan dalam keputusan Majma Fiqih Islamy yang berada di bawah Organisasi Konferensi Islam pada tahun 1985, bahwa adanya tambahan atau keuntungan atas hutang yang telah jatuh tempo lalu si peminjam tidak dapat melunasinya sebagai denda atas keterlambatannya, juga keuntungan atas peminjaman yang telah ditentukan dari awal akad, maka kedua bentuk transaksi ini diharamkan secara syar’i.” Kedua: Orang yang sudah terlanjur melakukan peminjaman dengan jenis ini, maka dia wajib bertaubat kepada Allah taala dengan sebenar taubat, menyesali apa yang telah dia lakukan dan bertekad untuk tidak mengulangi lagi perbuatan tersebut selamanya. Jika dia mampu segera melunasinya, maka lebih baik dia segera lunasi agar cepat terlepas dari riba dan segala dampaknya, kita mohon keselamatan. Tidak diwajibkan bagi si peminjam selain mengembalikan apa yang dia ambil. Akan tetapi, dia tentu tidak dapat melakukan hal itu, maka dengan terpaksa dia membayar bunganya, jika dia sudah bertaubat dari riba, maka dia membayarnya dengan terpaksa dan bertekad tidak akan mengulanginya lagi di lain waktu. Allah akan menerima orang yang bertaubat. Semoga kita semua terjaga dari bahwa dan keburukan riba. Wallahu a’lam. | Pertama Apa yang anda sebutkan termasuk peminjaman riba yang biasanya dipraktekkan oleh bank ribawi. Mereka terus dalam kebatilannya dan terangterangan berbuat dosa serta menebar kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah berjanji memerangi para pelaku riba dan mengancam akibatnya berupa kehancuran. Karena itu, banyak terjadi kejahatan, bencana, penyakit dan berbagai musibah. Sebagian orang yang terpedaya berpendapat bahwa bankbank tersebut memperbaiki kondisi ekonomi para pemuda dan mengatasi pengangguran. Mereka tidak merasa bahwa riba merupakan salah satu sebab bencana mereka, kefakiran dan rusaknya masyarakat. Para ulama dahulu hingga sekarang telah sepakat bahwa semua pinjaman yang mendatangkan manfaat, maka di termasuk riba. AlMughni, 6436 Tidak ada bedanya, apakah pinjaman itu bersifat uang atau materi atau sesuatu yang dapat dibeli dengan uang. Jika disyaratkan adanya keuntungan dari peminjaman tersebut, maka dia diharamkan. Seluruh transaksi peminjaman yang mendatangkan manfaat, maka dia termasuk transaksi riba yang diharamkan. Kedua Orang yang sudah terlanjur melakukan peminjaman dengan jenis ini, maka dia wajib bertaubat kepada Allah taala dengan sebenar taubat, menyesali apa yang telah dia lakukan dan bertekad untuk tidak mengulangi lagi perbuatan tersebut selamanya. Jika dia mampu segera melunasinya, maka lebih baik dia segera lunasi agar cepat terlepas dari riba dan segala dampaknya, kita mohon keselamatan. Allah akan menerima orang yang bertaubat. |
Shalat Dhuha Keutamaan dan Bacaan di Dalamnya | https://radiomutiaraquran.com/2019/06/21/shalat-dhuha-keutamaan-dan-bacaan-di-dalamnya/ | Shalat Dhuha dan Keutamaannya Assalamualaikum Warohmatulloh… Ana mau tanya tentang keutamaan Shalat Dhuha, apakah ada surat yang wajib dibaca (Wa dhuha wa laili idza…)? Atau bagaimana mohon penjelasannya. Terima kasih. Jazakumulloh khoir. Waalaikum salam warohmatulloh…. Jawaban mengenai keutamaan Shalat Dhuha Segala puji bagi Allah, satu-satunya sesembahan yang berhak untuk disembah. Shalawat dan salam tidak lupa kita tujukan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, para sahabatnya serta para pengikutnya dengan baik hingga hari kiamat. Sebelumnya kami memohon maaf atas keterlambatan jawaban kami. Adapun keutamaan-keutamaan shalat dhuha di antaranya: Pertama, shalat dhuha merupakan salah satu wasiat Nabi, dalilnya adalah hadits dari Abu Hurairah, beliau berkata, “Kekasihku (Nabi Muhammad) mewasiatkan kepadaku untuk berpuasa tiga hari dalam tiap bulan, melakukan dua rakaat shalat dhuha dan melakukan sholat witir sebelum tidur.” (HR. Bukhari Muslim) Kedua, shalat dhuha dapat mencukupi sebagai sedekah bagi tiap ruas tulang bani Adam. Hal ini berdasarkan sabda Nabi yang diriwayatkan oleh Abu Dzar radhiallahu ‘anhu, Rasulullah bersabda, “Tiap pagi ada kewajiban sedekah bagi tiap ruas tulang kalian, Setiap tasbih adalah sedekah, Setiap tahmid adalah sedekah, Setiap takbir adalah sedekah, memerintahkan untuk melakukan kebaikan adalah sedekah, melarang dari kemungkaran adalah sedekah, dan semua itu dapat tercukupi dengan melakukan dua rakaat shalat dhuha.” (HR. Muslim) Ketiga, shalat dhuha merupakan shaatnya orang-orang yang bertaubat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Shalatnya orang-orang yang bertaubat adalah pada saat berdirinya anak unta karena teriknya matahari.” (HR. Muslim). Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin dan Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahumallah dalam Penjelasan Riyadush Shalihin menjelaskan bahwa shalat yang dimaksud adalah sholat Dhuha. Hadits ini juga menjelaskan bahwa waktu paling afdhol untuk melakukan shalat dhuha adalah ketika matahari sudah terik. Mengenai surat-surat yang dibaca setelah surat Al Fatihah, maka sepanjang pengetahuan kami, tidak ada dalil-dalil yang menyatakan tentang surat-surat khusus yang dibaca pada sholat ini. Jadi, kesimpulannya adalah boleh membaca surat apapun dalam Al Quran pada shalat Dhuha. Wallahu a’lam bishshowwab. *** Dijawab oleh: Abu Uzair Boris (Alumni Ma’had Ilmi) – muslim.or.id Murajaah: Ust Asas El Izzi, Lc. (Pengajar IslamicCentre Bin Baz) Sumber: https://konsultasisyariah.com/ . | Shalat Dhuha dan Keutamaannya Assalamualaikum Warohmatulloh Ana mau tanya tentang keutamaan Shalat Dhuha, apakah ada surat yang wajib dibaca Wa dhuha wa laili idza Atau bagaimana mohon penjelasannya. Terima kasih. Jazakumulloh khoir. Waalaikum salam warohmatulloh. Jawaban mengenai keutamaan Shalat Dhuha Segala puji bagi Allah, satusatunya sesembahan yang berhak untuk disembah. Shalawat dan salam tidak lupa kita tujukan kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, keluarga, para sahabatnya serta para pengikutnya dengan baik hingga hari kiamat. Sebelumnya kami memohon maaf atas keterlambatan jawaban kami. Adapun keutamaankeutamaan shalat dhuha di antaranya Pertama, shalat dhuha merupakan salah satu wasiat Nabi, dalilnya adalah hadits dari Abu Hurairah, beliau berkata, Kekasihku Nabi Muhammad mewasiatkan kepadaku untuk berpuasa tiga hari dalam tiap bulan, melakukan dua rakaat shalat dhuha dan melakukan sholat witir sebelum tidur. HR. Bukhari Muslim Kedua, shalat dhuha dapat mencukupi sebagai sedekah bagi tiap ruas tulang bani Adam. Hal ini berdasarkan sabda Nabi yang diriwayatkan oleh Abu Dzar radhiallahu anhu, Rasulullah bersabda, Tiap pagi ada kewajiban sedekah bagi tiap ruas tulang kalian, Setiap tasbih adalah sedekah, Setiap tahmid adalah sedekah, Setiap takbir adalah sedekah, memerintahkan untuk melakukan kebaikan adalah sedekah, melarang dari kemungkaran adalah sedekah, dan semua itu dapat tercukupi dengan melakukan dua rakaat shalat dhuha. HR. Muslim Ketiga, shalat dhuha merupakan shaatnya orangorang yang bertaubat. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Shalatnya orangorang yang bertaubat adalah pada saat berdirinya anak unta karena teriknya matahari. HR. Muslim. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin dan Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahumallah dalam Penjelasan Riyadush Shalihin menjelaskan bahwa shalat yang dimaksud adalah sholat Dhuha. Hadits ini juga menjelaskan bahwa waktu paling afdhol untuk melakukan shalat dhuha adalah ketika matahari sudah terik. Mengenai suratsurat yang dibaca setelah surat Al Fatihah, maka sepanjang pengetahuan kami, tidak ada dalildalil yang menyatakan tentang suratsurat khusus yang dibaca pada sholat ini. Jadi, kesimpulannya adalah boleh membaca surat apapun dalam Al Quran pada shalat Dhuha. Wallahu alam bishshowwab. Dijawab oleh Abu Uzair Boris Alumni Mahad Ilmi muslim.or.id Murajaah Ust Asas El Izzi, Lc. Pengajar IslamicCentre Bin Baz Sumber . |
Apakah Nabi Khidir masih hidup di dunia sampai sekarang, dan akan tetap hidup sampai hari kiamat ? | https://islamqa.info/id/answers/20505/apakah-nabi-khidir-masih-hidup-di-dunia-sampai-sekarang | Alhamdulillah.Asy Syinqithi berkata: “Hikayat orang-orang shaleh tentang Nabi Khidir banyak sekali dan tidak terbatas, bahkan di antara mereka menganggap Nabi Khidir dan Ilyas selalu menunaikan ibadah haji setiap tahunnya, mereka meriwayatkan dari keduanya beberapa doa-doa, semua itu adalah baik. Namun sandaran perkataan mereka tersebut sangat lemah; karena sebagian besar hikayat itu berasal dari orang-orang yang diduga keshalehannya, atau berdasarkan mimpi-mimpi, atau beberapa hadits yang disandarkan kepada Rasulullah dari Anas dan yang lainnya, dan semuanya lemah tidak bisa dipakai dalil yang kuat. Yang paling nampak bagi saya, setelah mendalami masalah ini melalui beberapa dalil, bahwa Nabi Khidir sudah meninggal dunia, kesimpulan ini berdasarkan beberapa dalil, di antaranya: Pertama: Keumuman firman Allah yang menyatakan: ( : 34) “Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad), maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal?”. (QS. Al Anbiya’ : 34) Kedua: Hadits Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- : ( ) “Ya Allah, jika Engkau menghancurkan pasukan ini yang berasal dari kaum muslimin, maka tidak akan ada lagi orang yang mengabdi kepada-Mu.” (HR. Muslim) Ketiga: Berita dari Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bahwa pada ujung 100 tahun nanti terhitung sejak malam hari dimana beliau menyampaikan hadits tersebut, semua orang yang hidup pada malam itu akan meninggal dunia semuanya. Jika Nabi Khidir dianggap masih hidup, maka ia tidak akan datang terlambat setelah 100 tahun di atas. Muslim bin Hajjaj berkata, bahwasanya Abdullah bin Umar berkata: : " : : " . " … “Setelah Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- mendirikan shalat isya’ dengan kami pada suatu malam pada akhir-akhir masa hidup beliau, ketika beliua mngucapkan salam, seraya beliau berdiri dan bersabda: “Tidakkah kalian melihat pada malam hari ini, sesungguhnya pada penghujung 100 tahun sejak malam ini, tidak akan ada seseorang yang akan tetap hidup di muka bumi”. Ibnu Umar berkata: Maka masyarakat terkejut dengan pernyataan Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- tersebut, mereka membicarakannya tentang hadits 100 tahun di atas. Padahal sesungghnya Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda: “Tidak akan ada seseorang yang akan tetap hidup di muka bumi, yang dimaksud adalah berlalunya abad tersebut….”. Keempat: Bahwa kalau Nabi Khidir masih hidup pada zaman Nabi Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa sallam- niscaya ia akan termasuk dari pengikut beliau, dan akan menolongnya, berperang bersamanya; karena beliau –shallallahu ‘alaihi wa sallam- diutus kepada bangsa manusia dan jin”. (Adhwa-ul bayan: 4/178-183). | Alhamdulillah.Asy Syinqithi berkata Hikayat orangorang shaleh tentang Nabi Khidir banyak sekali dan tidak terbatas, bahkan di antara mereka menganggap Nabi Khidir dan Ilyas selalu menunaikan ibadah haji setiap tahunnya, mereka meriwayatkan dari keduanya beberapa doadoa, semua itu adalah baik. Namun sandaran perkataan mereka tersebut sangat lemah karena sebagian besar hikayat itu berasal dari orangorang yang diduga keshalehannya, atau berdasarkan mimpimimpi, atau beberapa hadits yang disandarkan kepada Rasulullah dari Anas dan yang lainnya, dan semuanya lemah tidak bisa dipakai dalil yang kuat. Yang paling nampak bagi saya, setelah mendalami masalah ini melalui beberapa dalil, bahwa Nabi Khidir sudah meninggal dunia, kesimpulan ini berdasarkan beberapa dalil, di antaranya Pertama Keumuman firman Allah yang menyatakan 34 Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu Muhammad, maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal. QS. Al Anbiya 34 Kedua Hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam Ya Allah, jika Engkau menghancurkan pasukan ini yang berasal dari kaum muslimin, maka tidak akan ada lagi orang yang mengabdi kepadaMu. HR. Muslim Ketiga Berita dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bahwa pada ujung 100 tahun nanti terhitung sejak malam hari dimana beliau menyampaikan hadits tersebut, semua orang yang hidup pada malam itu akan meninggal dunia semuanya. Jika Nabi Khidir dianggap masih hidup, maka ia tidak akan datang terlambat setelah 100 tahun di atas. Muslim bin Hajjaj berkata, bahwasanya Abdullah bin Umar berkata . Setelah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mendirikan shalat isya dengan kami pada suatu malam pada akhirakhir masa hidup beliau, ketika beliua mngucapkan salam, seraya beliau berdiri dan bersabda Tidakkah kalian melihat pada malam hari ini, sesungguhnya pada penghujung 100 tahun sejak malam ini, tidak akan ada seseorang yang akan tetap hidup di muka bumi. Ibnu Umar berkata Maka masyarakat terkejut dengan pernyataan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tersebut, mereka membicarakannya tentang hadits 100 tahun di atas. Padahal sesungghnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda Tidak akan ada seseorang yang akan tetap hidup di muka bumi, yang dimaksud adalah berlalunya abad tersebut Keempat Bahwa kalau Nabi Khidir masih hidup pada zaman Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam niscaya ia akan termasuk dari pengikut beliau, dan akan menolongnya, berperang bersamanya karena beliau shallallahu alaihi wa sallam diutus kepada bangsa manusia dan jin. Adhwaul bayan 4178183. |
Qira'at atau Bacaan Al-Qur’an Imam Mazhab Empat | https://islam.nu.or.id/ilmu-al-quran/qiraat-atau-bacaan-al-quran-imam-mazhab-empat-I9Le9 | Dalam bidang fiqih, para imam Mazhab Empat (Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali) mampu mengambil intisari hukum dari sumber utama Islam, yaitu Al-Qur’an dan hadits, dengan menggunakan seperangkat ilmu tanpa bertaqlid kepada orang lain. Namun beda halnya dalam bacaan Al-Qur’an, mereka tetap bersandar pada periwayatan yang didapatkan—melalui tahammul wal ada’-nya— sesuai yang diterima dari gurunya. Dalam ilmu qira’at dapat dijumpai bahwa para imam mazhab fiqih ini memiliki ketersambungan sanad dalam bacaan Al-Qur’an dengan sebagian para imam qira’at bahkan ada yang menjadi murid langsung dari salah satu imam qira’at, seperti Imam Abu Hanifah dan Imam Malik bin Anas. Meskipun memiliki ketersambungan transmisi sanad dengan sebagian imam qira’at sab’ah, namun sebagian dari mereka (Imam Mazhab Fiqh) memiliki perbedaan bacaan. Hal ini dikarenakan keluasan mereka dalam mempelajari dan meneliti qira’at sehingga mampu berikhtiar dengan transmisi sanad yang lain. Pertama, Imam Abu Hanifah (w. 150 H), dalam hal bacaan Al-Qur’an, secara umum beliau membaca dengan menggunakan qira’at “kufiyyun” (Imam Ashim, Imam Hamzah dan Imam Ali Kisa’i) yang dipelopori oleh qira’at Imam Ashim. Hanya saja dalam beberapa bacaan, Imam Abu Hanifah memiliki perbedaan meskipun tidak banyak. Hal ini disebabkan beliau memiliki guru yang sangat banyak di antaranya adalah: Ashim bin Bahdalah (w. 127 H) Yahya bin Watsab (w. 103 H) Abi al-Aliyah al-Riyahi (w. 93 H) Mujahid (w. 104 H) Abi Hashin (w. 127 H). Dari guru-guru tersebut Imam Abu Hanifah melakukan ikhtiar bacaan yang menurutnya dapat dipertanggungjawabkan kesahihannya. Hasil ikhtiar bacaan tersebut kemudian dilestarikan dan diajarkan kepada murid-muridnya sehingga dikenal dengan bacaan Imam Abu Hanifah yang berbeda dengan bacaan “kufiyyun” pada umumnya. Di antara perbedaan bacaan Imam Abu Hanifah dengan Imam Ashim dalam surat al-Fatihah adalah sebagai berikut: Imam Ashim (w. 127 H) mengatakan bahwa basmalah adalah bagian dari surat Al-Fatihah. Sedangkan Abu Hanifah menyatakan bahwa basmalah tidak termasuk bagian dari surat, dan tidak boleh mengeraskan suara saat membacanya. Para pengikut Imam Abu Hanifah mengatakan bahwa basmalah adalah ayat yang mandiri dari Al-Qur’an, diturunkan sebagai pemisah antara dua surat, bukan termasuk dari surat Al-Fatihah dan bukan pula bagian dari surat-surat yang lain. Pada lafadz (مَلِكِ) Imam Ashim membaca panjang hurufmim-nya (مَالِكِ) –mâliki. Sedangkan Imam Abu Hanifah membaca lafadz (مَالِكِ) dengan bentuk madhi yaitu seluruh hurufnya berharakat fathah (مَلَكَ) –malaka. Sementara pada lafadz (يوم) Imam Ashim membaca kasrah hurufmimyang berkedudukan sebagaimudhaf-mudhaf ilaih, sedangkan Imam Abu Hanifah membacanya dengan harakat fathah yang berkedudukan sebagaijumlah fi’iliyah(fa’ildanmaf’ul bih). Jika ditilik transmisi sanad Imam Abu Hanifah dari jalur Imam Ashim adalah sebagai berikut: Imam Abu Hanifah – Sulaiman bin Mahran al-A’masy – Ashim bin Abi al-Najud – Abu Abdurrahman al-Sullami – Sahabat Nabi (Utsman bin Affan, Abdullah bin Mas’ud, Ali bin Abi Thalib, Ubay bin Ka’ab dan Zaid bin Tsabit) – Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Kedua, Imam Malik bin Anas (w. 179 H), dalam hal bacaan Al-Qur’an beliau membaca qira’at Imam Nafi. Imam al-Jazari mengatakan bahwa Imam Malik secara langsung belajar bacaan Al-Qur’an kepada Imam Nafi’ (Ghayat al-Nihayah: 2/36). Maka dari itu, beliau menyanjung Imam Nafi dan qira’atnya. “Imam Nafi’ adalah panutan bagi masyarakat Madinah dalam bidang qira’at dan bacaanya adalah sunnah”. (Makrifat al-Qurra’ al-Kibar ‘Ala al-Thabaqat wa al-A’shar: 1/64). Penulis belum menemukan perbedaan bacaan antara Imam Malik dengan perawi-perawi lain dari murid Imam Nafi’, namun tidak menutup kemungkinan terdapat perbedaan sebagaimana bacaan Imam Qalun dengan Imam Warsy meskipun berada dalam lingkup qira’at Imam Nafi’. Kemungkinan lain, perbedaan bacaan tidak dijumpai karena Imam Malik dengan hormat dan tawadhu’ menyerahkan suatu permasalahan kepada ahlinya. Hal ini dibuktikan pada suatu ketika Imam Malik ditanya tentang bacaan Basmalah, maka beliau berujar; “Tanyakanlah setiap ilmu kepada ahlinya, dan Imam Nafi’ (dalam hal ini) merupakan panutan dalam bidang qira’at”. (Ghayat al-Nihayah: 2/333). Jika ditelisik, transmisi sanad qira’at Imam Malik dari Imam Nafi’ dari Imam Abu Ja’far al-Qa’qa’ adalah sebagai berikut: Imam Malik – Imam Nafi’ – Abu Ja’far al-Qa’qa’ – Abdullah bin Ayyasy – Ubay bin Ka’ab – Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam. Ketiga, Imam Syafi’i (w. 204 H), dalam hal bacaan Al-Qur’an, beliau menggunakan qira’at Ibnu Katsir. Secara tegas beliau menyatakan bahwa bacaan Al-Qur’annya menggunakan qira’at Ibnu Katsir melalui jalur Ismail Qasthanthin (w. 170 H). Imam Syafi’i berkata: “Qira’atku adalah qira’at Abdullah Ibnu Katsir al-Makki, dan saya jumpai warga Negara Makkah menggunakan qira’at Ibnu Katsir. Barang siapa yang mengharapkan kesempurnaan, maka bacalah qira’at Ibnu Katsir, dan barang siapa yang mengharapkan sunnah maka bacalah qira’at Imam Nafi’. (Tahshil al-Manafi’ fi Qira’at al-Imam al-Syafi’i: 7). Salah satu yang paling mencolok dalam bacaan Imam Ibnu Katsir ialah membaca ringan lafadz Al-Qur’an dengan tanpa hamzah (القرأن – القران , Al-Qur’an – al-Quran). Imam Syafi’i berkata: “Saya membaca (belajar) Al-Qur’an kepada Ismail al-Qisth dan membaca lafadz “Al-Qur’an” tanpa hamzah (Al-Quran), kemudian saya bertanya kepadanya: “Apa artinya Al-Qur’an?”. Beliau menjawab: “Ia adalah nama kitab seperti Taurat dan Injil”. Meskipun secara umum, beliau membaca Al-Qur’an dengan qira’at Ibnu Katsir, namun di sisi lain beliau memiliki bacaan tersendiri yang berbeda dengan periwayatan qira’at Ibnu Katsir dari Jalur Syatibiyah. Sebagaimana lazimnya dalam ilmu qira’at, terdapat perbedaan antar perawi dengan perawi yang lain, thariq dengan thariq yang lain. Demikian hal nya Imam Syafi’i dalam meriwayatkan qira’at Ibnu Katsir dari Jalur al-Kamil. Jika ditilik transmisi sanad Imam Syafi’i dari jalur Ismail Qasthanthin adalah sebagai berikut: Imam Syafi’i – Ismail bin Abdullah bin Qasthanthin – Syibl bin Ubbad al-Makki – Abdullah bin Katsir – Muajahid bin Jabar – Abdullah bin Abbas – Ubay bin Ka’ab – Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam. Keempat, Imam Ahmad bin Hanbal (w. 241 H). Dalam hal membaca Al-Qur’an, imam Ahmad mengikuti bacaan Imam Ashim dari riwayat Imam Syu’bah. Secara transmisi sanad, Imam Ahmad menerima bacaan ini dari jalur Imam Yahya bin Adam (W. 202 H). Berikut adalah jalur transmisinya; Imam Ahmad bin Hanbal – Yahya bin Adam – Syu’bah bin Ayyasy – Ashim bin Abi al-Najud – Abu Abdurrahman al-Sullami – sahabat Nabi (Utsman bin Affan, Abdullah bin Mas’ud, Ali bin Abi Thalib, Ubay bin Ka’ab dan Zaid bin Tsabit) - Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam. Kendati secara transmisi sanad beliau mengikuti bacaan Imam Ashim dari riwayat Syu’bah, namun beliau memiliki bacaan sendiri yang berbeda dengan bacaan Imam Syu’bah. Sebab selain belajar dari jalur yang bersambung kepada Imam Ashim, beliau juga belajar Al-Qur’an yang bersambung kepada Imam Nafi’. Maka tak heran bila beliau memuji kedua qira’at tersebut. Suatu ketika Abdullah bin Ahmad bin Hanbal (putranya) bertanya kepada Ahmad bin Hanbal. “Bacaan siapakah yang Engkau sukai? Beliau menjawab: “Bacaan warga Madinah, atau qira’at Ashim”. Dalam bidang ilmu qira’at Al-Qur’an, Imam Ahmad bin Hanbal belajar kepada beberapa guru, di antaranya adalah: Yahya bin Adam (202), Ubaid bin Agil, Ismail bin Ja’far dan Abdurrahman bin Qaluqa. Ada beberapa perbedaan bacaan antara Imam Ahmad bin Hanbal dan Imam Syu’bah, di antaranya adalah sebagai berikut: Imam al-Hadzali mengatakan bahwa ulama qurra’ Kufah, Makkah dan fuqaha’ mereka, menyatakan bahwa Basmalah adalah ayat pertama dari surat al-Fatihah. Sedangkan ulama qurra’ Basrah, Madinah, Syam, berserta fuqaha’ mereka, menyatakan bahwa Basmalah bukan bagian dari surat al-Fatihah dan surat-surat yang lain. Namun menurut Imam Ahmad terdapat dua pendapat; Pertama, Basmalah termasuk bagian dari surat al-Fatihah. Kedua, bukan termasuk bagian dari surat al-Fatihah, ia ayat pemisah antara dua surat kecuali surat al-Anfal dan al-Taubah. Pada lafadz (غِشَاوَةٌ) Imam Syu’bah membaca fathah syin dan alif sukun setelahnya, sedangkan Imam Ahmad bin Hanbal membaca lafadz tersebut dengan sukun syin dan membuang alif (غِشْوَةٌ). Pada lafadz (جِبْرِيلَ) Imam Syu’bah membaca fathah jim dan ra’ dan mengganti ya’ dengan hamzah (جَبْرَئِلَ) sedangkan Imam Ahmad membaca lafadz dengan kasrah jim dan ra’ dan mengganti lam dengan nun (جِبْرِينَ). Kenapa bacaan para imam mazhab fiqh ini tidak muncul dipermukaan dan dikenal khalayak masyarakat umum? Ada beberapa alasan yang menjadikan bacaan mereka tidak setenar pemikiran fiqihnya, di antaranya adalah; Secara umum, bacaan mereka tidak keluar dari bacaan imam qira’at Sab’ah. Sebab secara transmisi sanad mereka memiliki ketersambungan dengan para imam qira’at sab’ah. Adapun sebagian perbedaan bacaan mereka dengan bacaan imam qira’at merupakan kelaziman yang terjadi dalam dunia periwayatan qira’at. Mereka lebih sibuk mengedukasi dan memberi pencerahan dan penjelasan kepada masyarakat terkait permasalahan hukum fiqih, sehingga tidak memiliki cukup waktu dan kesempatan untuk meriwayatkan dan mengenalkan bacaan. Masyarakat setempat lebih mengenal mereka sebagai pakar dalam bidang ilmu fiqih, sehingga bacaan dan riwayat qira’atnya tidak setenar fiqih-nya. Sebagian bacaan mereka tidak masuk dalam status qira’at yang sahih, sehingga tidak dikenal di kalangan masyarakat umum. Ketawadhuan dan legawa hati para Imam Mazhab, untuk menyerahkan urusan qira’at kepada para ahlinya. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa para imam mazhab fiqih merupakan ulama yang memiliki kapasitas dan kapabilitas dalam bidang istinbath hukum secara mandiri. Namun dalam hal bacaan Al-Qur’an, mereka memiliki ketersambungan transmisi sanad dengan imam qira’at sab’ah, meskipun beberapa memiliki bacaan tersendiri. Imam Abu Hanifah menggunakan qira’at “Kufiyyun” yang dipolopori Imam Ashim. Imam Malik menggunakan qira’at Imam Nafi’. Imam Syafi’i menggunakan qira’at Ibnu Katsir dan Imam Ahmad menggunakan qira’at Ashim dari jalur Imam Syu’bah. Moh. Fathurrozi, pecinta ilmu qira’at, founder “Al-Qur’an Khairu Jalis” | Dalam bidang fiqih, para imam Mazhab Empat Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hanbali mampu mengambil intisari hukum dari sumber utama Islam, yaitu AlQuran dan hadits, dengan menggunakan seperangkat ilmu tanpa bertaqlid kepada orang lain. Namun beda halnya dalam bacaan AlQuran, mereka tetap bersandar pada periwayatan yang didapatkanmelalui tahammul wal adanya sesuai yang diterima dari gurunya. Hal ini dikarenakan keluasan mereka dalam mempelajari dan meneliti qiraat sehingga mampu berikhtiar dengan transmisi sanad yang lain. Hanya saja dalam beberapa bacaan, Imam Abu Hanifah memiliki perbedaan meskipun tidak banyak. Sedangkan Abu Hanifah menyatakan bahwa basmalah tidak termasuk bagian dari surat, dan tidak boleh mengeraskan suara saat membacanya. Pada lafadz Imam Ashim membaca panjang hurufmimnya mâliki. Kedua, Imam Malik bin Anas w. 179 H, dalam hal bacaan AlQuran beliau membaca qiraat Imam Nafi. Maka dari itu, beliau menyanjung Imam Nafi dan qiraatnya. Makrifat alQurra alKibar Ala alThabaqat wa alAshar 164. Tahshil alManafi fi Qiraat alImam alSyafii 7. Beliau menjawab Ia adalah nama kitab seperti Taurat dan Injil. Meskipun secara umum, beliau membaca AlQuran dengan qiraat Ibnu Katsir, namun di sisi lain beliau memiliki bacaan tersendiri yang berbeda dengan periwayatan qiraat Ibnu Katsir dari Jalur Syatibiyah. Secara transmisi sanad, Imam Ahmad menerima bacaan ini dari jalur Imam Yahya bin Adam W. 202 H. Berikut adalah jalur transmisinya Imam Ahmad bin Hanbal Yahya bin Adam Syubah bin Ayyasy Ashim bin Abi alNajud Abu Abdurrahman alSullami sahabat Nabi Utsman bin Affan, Abdullah bin Masud, Ali bin Abi Thalib, Ubay bin Kaab dan Zaid bin Tsabit Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam. Sebab selain belajar dari jalur yang bersambung kepada Imam Ashim, beliau juga belajar AlQuran yang bersambung kepada Imam Nafi. Maka tak heran bila beliau memuji kedua qiraat tersebut. Suatu ketika Abdullah bin Ahmad bin Hanbal putranya bertanya kepada Ahmad bin Hanbal. Dalam bidang ilmu qiraat AlQuran, Imam Ahmad bin Hanbal belajar kepada beberapa guru, di antaranya adalah Yahya bin Adam 202, Ubaid bin Agil, Ismail bin Jafar dan Abdurrahman bin Qaluqa. Namun menurut Imam Ahmad terdapat dua pendapat Pertama, Basmalah termasuk bagian dari surat alFatihah. Pada lafadz Imam Syubah membaca fathah syin dan alif sukun setelahnya, sedangkan Imam Ahmad bin Hanbal membaca lafadz tersebut dengan sukun syin dan membuang alif . Kenapa bacaan para imam mazhab fiqh ini tidak muncul dipermukaan dan dikenal khalayak masyarakat umum Ada beberapa alasan yang menjadikan bacaan mereka tidak setenar pemikiran fiqihnya, di antaranya adalah Secara umum, bacaan mereka tidak keluar dari bacaan imam qiraat Sabah. Mereka lebih sibuk mengedukasi dan memberi pencerahan dan penjelasan kepada masyarakat terkait permasalahan hukum fiqih, sehingga tidak memiliki cukup waktu dan kesempatan untuk meriwayatkan dan mengenalkan bacaan. Masyarakat setempat lebih mengenal mereka sebagai pakar dalam bidang ilmu fiqih, sehingga bacaan dan riwayat qiraatnya tidak setenar fiqihnya. Ketawadhuan dan legawa hati para Imam Mazhab, untuk menyerahkan urusan qiraat kepada para ahlinya. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa para imam mazhab fiqih merupakan ulama yang memiliki kapasitas dan kapabilitas dalam bidang istinbath hukum secara mandiri. Namun dalam hal bacaan AlQuran, mereka memiliki ketersambungan transmisi sanad dengan imam qiraat sabah, meskipun beberapa memiliki bacaan tersendiri. Imam Abu Hanifah menggunakan qiraat Kufiyyun yang dipolopori Imam Ashim. |
Mengatakan Allah Beranak | https://fimadani.com/mengatakan-allah-beranak/ | “Dan mereka berkata: “Tuhan Pengasih itu mengambil anak.” (Maryam ayat 88). Demikianlah suatu kepercayaan yang dibikin-bikin oleh manusia, yang pada sangka manusia itu adalah memuliakan Allah, padahal mengurangi kekuasaan Nya. Orang Kristen telah mengatakan bahwa Isa Almasih anak Allah, segolongan orang Yahudi mengatakan `Uzair (`Izra)lah yang anak Allah. Orang Quraisy musyrikin sendiri mendakwakan pula bahwa malaikat-malaikat itu adalah anak Allah belaka. “Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu yang amat seram.” (Maryam ayat 89). Dengan mengeluarkan perkataan demikian, mengatakan Allah Yang Maha Pengasih akan sekalian makhluknya, bahwa Dia beranak sesungguhnya kamu telah mengeluarkan perkataan yang amat hebat, amat besar dan seram. Perkataanmu itu bukanlah perkara kecil. Karena dengan demikian kamu telah mempersekutukan Allah Yang Maha Pengasih dengan yang lain. Buat apa Dia beranak? Yang ingin beranak ialah manusia yang takut kalau mati tidak meninggalkan keturunan. Bertambah seseorang tua umurnya, bertambah cemaslah dia kalau dia tidak mempunyai keturunan, yang akan mewarisi hartabendanya. Buat apa Allah Maha Pengasih beranak? Padahal Dia adaiah Hidup dan sumber dari seluruh kehidupan? Awalnya tidak berpermulaan dan akhirnya tidak berkesudahan dan tidak akan mati-mati? Bahkan hidup selama-lamanya? Buat apa Dia beranak? Apakah anak itu akan turut berkuasa bersama Dia? Lemahkah Allah Maha Pengasih, sehingga Dia perlu dibantu dengan adanya anak? Sebagai Presiden sebuah Negara memerlukan seorang Wakil Presiden? Melimpahkan wewenangkah Tuhan Maha Pengasih kepada anaknya itu, sehingga sebahagian kekuasaan diturunkan kepada anak itu, dan dalam hal kekuasaan yang telah diserahkan itu Tuhan Pengasih tidak berkuasa lagi? Atau adakah “anak” itu hanya sebagai simbol yang dibuat di belakang saja, atau pangkat kehormatan yang tidak bersisi kekuasaan? Sesungguhnya kalau difikirkan dengan fikiran yang cerdas dan logika yang sihat, nyatalah bahwa Allah beranak itu tidakiah masuk di akal. Karena gunanya tidak ada. Apatah lagi jika diingat bahwa seorang anak adalah gabungan kehendak di antara “jantan” dengan “betina”. Padahal sebelum “dibikinkan” anak dengan fikiran yang kacau itu sudah nyata bahwa Tuhan Pengasih itu hanya Satu, esa, Tunggal; tidak berjantan berbetina. “Nyarislah langit menjadi pecah daripadanya dan bumi menjadi belah dan gunung-gunung menjadi runtuh.” (Maryam ayat 90). “:Karena bahwa mereka dakwakan Tuhan Yang Maha Pengasih itu mempunyai anak.” (Maryam ayat 91). Demikianlah hebat dahsyatnya dan amat beratnya dosa mengatakan bahwa Allah itu beranak. Langit laksana akan pecah, bumi laksana akan belah dan gunung-gunung laksana akan runtuh cair merata dengan bumi saking hebatnya perkataan itu didengar, keluar dari mulut manusia yang kurang berfikir. Padahal tidaklah akan terjadi makhluk di alam yang raya ini, sejak dari langit yang tujuh tingkat, sampai kepada bumi yang terhampar tempat manusia berdiam, sampai kepada gunung-gunung yang disebut sebagai pasak dari bumi, kalau sekiranya Tuhan itu berbilang. Semuanya itu terjadi atas dasar Satu Kekuasaan, dan manusia pun harus berfikir yang cerdas, mengakui Tauhid, artinya Kesatuan Tuhan itu. Maka tidaklah Allah itu bersekutu dengan yang.lain dan tidak pula ada Tuhan tandingan , tidak Dia beranak, tidak Dia diperanakkan dan tidak Dia memerlukan isteri; Dia adalah Esa dan hanya Dia sendiri tempat kita berlindung: “Tiap-tiap sesuatu ini adalah jadi tanda, menunjukkan bahwa Dia itu adalah SATU.” Untuk memahamkan kesan ayat ini lebih dalam bukalah kembali ayat 48 dan 116 dari Surat 4 an-Nisa’: Dijelaskan oleh Allah pada kedua ayat itu bahwa Allah tidak akan memberi ampun bagi barangsiapa yang mempersekutukan yang lain dengan Dia, sedang dosa yang lain dapatlah Allah ampuni bagi barangsiapa yang Dia kehendaki. (Lihat Tafsir A!-Azhar Juzu’ 5). Disebutkan oleh Ibnu Jarir dalam tafsirnya, yang diterimanya dari Ali dan Ali menerima dari Abdullah dan Abdullah menerima dari Mu’awiyah, dan Mu’awiyah menerima pula dari Ali dan Ibnu Abbas tentang tafsir ayat tentang langit bisa belah, bumi pecah dan gunung-gunung rasanya maulah runtuh karena mendengar Tuhan Pengasih dikatakan mempunyai anak, yang berarti bahwa Tuhan itu bersekutu dengan anaknya dalam kekuasaanNya. Artinya ialah bahwasanya mempersekutukan Tuhan itu membuat langit ketujuh lapisnya, disertai bumi dan gunung-gunung seakan-akan geger, demikian pun sekalian makhluk yang lain, kecuali manusia dan jin jua yang tidak merasakannya, seakan-akan hendak runtuh raraklah semuanya itu demi Kebesaran Allah. Sebagaimana perbuatan yang baik jika dikerjakan oleh orang yang mempersekutukan Allah tidaklah ada manfaatnya, demikian jugalah diharapkan bahwa orang yang tetap pada pendirian bahwa Allah itu Esa adanya, akan diampuni Allah dosanya. ltulah pula sebabnya maka Rasulullah s.a.w. pernah bersabda: “Ajarkanlah kepada orang yang akan mati syahadat La Ilaha Illallah. Maka barangsiapa yang mengucapkannya tatkala akan rnati, wajiblah dia masuk syurga. Maka mereka pun bertanya: “Bagaimana pula orang yang mengucap kannya di waktu sihatnya? Rasulullah s.a.w. menjawab: “Lebih wajib lagi, lebih wajib lagi.” (Artinya lebih wajib lagi dia masuk syurga). Lalu sabda beliau selanjutnya: “Demi Tuhan yang diriku sendiri adalah dalam tanganNya, sekiranya dibawalah semua langit itu dan semua bumi dan apa yang ada di dalamnya dan apa yang ada di antara keduanya dan apa yang di bawahnya, lalu diletakkan di satu daun timbangan, dan diletakkan pula syahadat La Ilaha illallah” di daun timbangan yang lain, akan tetap kalimat itu juga yang lebih berat.” Demikianlah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir. “Padahal tidaklah layak bagi Tuhan Pengasih itu mempunyai anak.” (Maryam ayat 92). Artinya menurut keterangan Ibnu Katsir tidaklah pantas dibangsakan kepada Allah bahwa Dia beranak, tidak layak dan tidak sesuai dengan kebesaran dan keagunganNya yang mutlak itu. Karena semuanya ini adalah Dia sendiri saja yang menjadikan dan menciptakan. Maka tidaklah ada di antara makhlukNya itu yang setaraf sekedudukan dengan Dia. “Tidak ada tiap-tiap seorang pun di sekalian tangit dan bumi, melainkan akan datang kepada Tuhan Pengasih itu untuk memperhambakan diri.” (Maryam ayat 93). Dengan ayat ini nampak dengan jelas bahwa seluruh makhluk itu sama di sisi Allah, tidak ada yang berlebih dan tidak ada yang berkurang. Semuanya hambaNya, semuanya budakNya. Terjadi atas kehendakNya, sejak dari yang paling kecil sampai kepada yang paling besar. Sejak dari zarrah (atom) sampai kepada Matahari. Apabila Tuhan menyebutkan seseorang sebagai hambaNya, bukanlah berarti bahwa hamba itu menjadi rendah di hadapan sesamanya hamba Allah. Dan Mu’min sejati tidaklah merasa keberatan jika dirinya itu dianggap hamba oleh Allah. Sebagaimana dahulu telah pernah kita katakan, Nabi-nabi yang mulia disebut Tuhan sebagai hambaNya yang utama. Sebagai gelar kehormatan dan kemuliaan `Abdihi yang diherikan kepada Nabi Muhammad seketika dia diberi peluang Isra’ dan Mi’raj (al-lsra’ ayat 1), atau kemuliaan panggilan `Abduhu yang diberikan kepada Zakariya (Maryam ayat 2). Dan itu pulalah pengakuan yang mula keluar dari mulut Isa Almasih seketika beliau bercakap-cakap sedang dalam buaian ibunya: “Inni Abdullahi” (Maryam ayat 30). Semua makhluk Allah itu kelak akan datang menghadap Tuhan Yang Pengasih sebagai hamba belaka: Benarlah apa yang pernah diucapkan oleh penyair: “Dan suatu hal yang sangat menambah kemuliaan dan kebanggaanku, Hingga nyaris rasanya dengan tumitku aku injak bintang seroja; Masuknya aku dalam kata Engkau: “Hai HambaKu!” Dan Engkau jadikan Ahmad menjadi Nabi untukku.” “Sesungguhnya Dia (Tuhan) telah mengetahui bilangan mereka itu dan telah menghitungnya sebenar-benarperhitungan.” (Maryam ayat 94). Artinya berapa banyaknya bilangan hambaNya itu, baik di ketujuh tingkat langit ataupun di permukaan bumi ini, sudah diketahui semua oieh Allah berapa bilangan mereka, sejak manusia mulai mendiami dunia ini sampai pun hari kiamat nanti. Diketahui berapa laki-takinya, berapa perempuannya, berapa yang kecil dan berapa yang besar. Semuanya dihitung sebenar-benar perhitungan. Tidak ada yang Input daripada perhitungan Allah, karena kekuasaan Allah atas alam ini adalah meliputi. Dengan pengetahuan Allah yang begitu mendalam dan meluas, setiap orang pun sudah tertentu pembahagian rezekinya, walaupun sebelum dia dilahirkan ke muka bumi ini. “Dan tiap-tiap mereka itu akan datang kepadaNya di hari kiamat sendiri-sendiri.” (Maryam ayat 95). Pertama sekali, setelah kita ketahui bahwa semuanya tidak ada yang luput dari perhitungan Tuhan, mengertilah kita bahwa tidak ada orang yang akan hilang! Kesan kedua, dari karena sangat telitinya perhitungan itu, sehingga tidak ada yang hilang, dapatlah kita fikirkan bahwa masing-masing akan datang sendiri menghadap Allah. Panggilan menghadap akan sampai kepada tiap-tiap orang! Betapa tidak, bukankah nama-nama sudah tercatat di sisi Tuhan? Bukankah Rasulullah s.a.w. sendiri memberi ingat agar seorang ayah yang beroleh putera, memberi nama yang bagus bagi puteranya itu, sehingga tidak janggal didengar seketika panggilan datang kelak ? Datang sendiri-sendiri. Tidak ada yang akan dapat mengawani, menemani atau menolong . Sendiri-sendiri kita akan datang menghadap Tuhan ketika perkara akan ditimbang. Malahan tersebut lagi bahwa jika pun orang bertemu dengan keluarga pada waktu itu, orang akan lari dari keluarganya: Dari saudaranya dari ibunya dan ayahnya, dari teman hidupnya dan anak-anaknya, “Karena tiap-tiap seorang dari mereka ada satu urusan yang dihadapinya sendiri.” (Surat 80, `Abasa ayat 34 sampai 37). Sesudah selesai perhitunganlah baru akan dapat bertemu kalau kebetulan sama-sama ada beramal yang shalih, sehingga berkumpul kembali di dalam syurga. (Surat 13, ar-Ra’ad, ayat 23). Hadji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA) dalam Tafsir Al Azhar | Dan mereka berkata Tuhan Pengasih itu mengambil anak. Orang Kristen telah mengatakan bahwa Isa Almasih anak Allah, segolongan orang Yahudi mengatakan Uzair Izralah yang anak Allah. Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu yang amat seram. Karena dengan demikian kamu telah mempersekutukan Allah Yang Maha Pengasih dengan yang lain. Buat apa Dia beranak Yang ingin beranak ialah manusia yang takut kalau mati tidak meninggalkan keturunan. Nyarislah langit menjadi pecah daripadanya dan bumi menjadi belah dan gununggunung menjadi runtuh. Karena bahwa mereka dakwakan Tuhan Yang Maha Pengasih itu mempunyai anak. Demikianlah hebat dahsyatnya dan amat beratnya dosa mengatakan bahwa Allah itu beranak. Artinya ialah bahwasanya mempersekutukan Tuhan itu membuat langit ketujuh lapisnya, disertai bumi dan gununggunung seakanakan geger, demikian pun sekalian makhluk yang lain, kecuali manusia dan jin jua yang tidak merasakannya, seakanakan hendak runtuh raraklah semuanya itu demi Kebesaran Allah. Sebagaimana perbuatan yang baik jika dikerjakan oleh orang yang mempersekutukan Allah tidaklah ada manfaatnya, demikian jugalah diharapkan bahwa orang yang tetap pada pendirian bahwa Allah itu Esa adanya, akan diampuni Allah dosanya. ltulah pula sebabnya maka Rasulullah s.a.w. pernah bersabda Ajarkanlah kepada orang yang akan mati syahadat La Ilaha Illallah. Maka mereka pun bertanya Bagaimana pula orang yang mengucap kannya di waktu sihatnya Rasulullah s.a.w. Artinya lebih wajib lagi dia masuk syurga. Karena semuanya ini adalah Dia sendiri saja yang menjadikan dan menciptakan. Sejak dari zarrah atom sampai kepada Matahari. Apabila Tuhan menyebutkan seseorang sebagai hambaNya, bukanlah berarti bahwa hamba itu menjadi rendah di hadapan sesamanya hamba Allah. Sebagaimana dahulu telah pernah kita katakan, Nabinabi yang mulia disebut Tuhan sebagai hambaNya yang utama. Sebagai gelar kehormatan dan kemuliaan Abdihi yang diherikan kepada Nabi Muhammad seketika dia diberi peluang Isra dan Miraj allsra ayat 1, atau kemuliaan panggilan Abduhu yang diberikan kepada Zakariya Maryam ayat 2. Sesungguhnya Dia Tuhan telah mengetahui bilangan mereka itu dan telah menghitungnya sebenarbenarperhitungan. Dan tiaptiap mereka itu akan datang kepadaNya di hari kiamat sendirisendiri. Pertama sekali, setelah kita ketahui bahwa semuanya tidak ada yang luput dari perhitungan Tuhan, mengertilah kita bahwa tidak ada orang yang akan hilang Kesan kedua, dari karena sangat telitinya perhitungan itu, sehingga tidak ada yang hilang, dapatlah kita fikirkan bahwa masingmasing akan datang sendiri menghadap Allah. Panggilan menghadap akan sampai kepada tiaptiap orang Betapa tidak, bukankah namanama sudah tercatat di sisi Tuhan Bukankah Rasulullah s.a.w. Tidak ada yang akan dapat mengawani, menemani atau menolong . Sesudah selesai perhitunganlah baru akan dapat bertemu kalau kebetulan samasama ada beramal yang shalih, sehingga berkumpul kembali di dalam syurga. Hadji Abdul Malik Karim Amrullah HAMKA dalam Tafsir Al Azhar |
Minum Anggur Samakah dengan Minum Khamar? | https://rumaysho.com/27558-minum-anggur-samakah-dengan-minum-khamar.html | Minum anggur atau sari buah anggur apakah sama dengan minum khamar? Apakah khamar selalu berasal dari anggur? Nah, sebagian kita ada yang rancu tentang ini. Berikut penjelasannya dengan memahami definisi khamar.Khamar secara bahasa bermakna buah anggur yang diperas yang bisa memabukkan (menutupi akal). Khamar disebut demikian karena khamar bisa menutupi akal. Jadi, secara bahasa khamar berasal dari anggur, bukan berasal dari jenis lainnya (Al-Mawsuah Al-Fiqhiyyah, 5:12).Namun, Al-Fairuz Abadi mengatakan bahwa khamar bisa lebih umum daripada itu, yaitu diqiyaskan pada setiap perasan yang memabukkan karena sama-sama bisa menutupi akal (Al-Qamus Al-Muhith, 1:399).Dalam buku kontemporer saat ini An-Nawazil fi Al-Asyribah (hlm. 171) disebutkan bahwa khamar itu sesuatu yang menghilangkan akal (maa azaala al-aqla). Jika disebut ia mabuk dengan minuman, maksudnya adalah kesadarannya hilang lantaran mabuk. Para ulama pakar fikih berselisih pendapat dalam menentukan definisi khamar secara istilah.Pendapat pertama yang mengatakan bahwa khamar itu meliputi segala sesuatu yang memabukkan sedikit ataupun banyak, baik berasal dari anggur, kurma, gandum, atau yang lainnya. Pendapat ini dipilih oleh para ulama Madinah, ulama-ulama Hijaz, para pakar hadits, ulama Hambali, dan sebagian ulama Syafiiyyah.Dalil dari pendapat pertama ini sebagai berikut.Pertama: Dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Setiap yang memabukkan adalah khamar. Setiap yang memabukkan pastilah haram. (HR. Muslim, no. 2003).Kedua: Dari Aisyah radhiyallahu anha, Nabi shallallahu alaihi wa sallam ditanya mengenai al-biti (arak yang biasa diminum penduduk Yaman). Beliau mengatakan, Setiap minuman yang memabukkan, maka itu adalah haram. (HR. Bukhari, no. 5586 dan Muslim, no. 2001).Ketiga: Ibnu Umar radhiyallahu anhuma pernah mendengar ayahnya—Umar bin Al-Khaththab—berkhutbah di mimbar Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Lalu Umar mengatakan, Amma badu. Wahai sekalian manusia, Allah telah menurunkan pengharaman khamar. Khamar itu berasal dari lima macam: anggur, kurma, madu lebah, hinthoh (gandum), dan syair (gandum). Khamar adalah segala sesuatu yang dapat menutupi akal. (HR. Bukhari, no. 5581 dan Muslim, no. 3032).Pendapat kedua yang mengatakan bahwa yang dimaksud khamar adalah anggur yang diperas jika berefek memabukkan. Pendapat ini dianut oleh mayoritas ulama Syafiiyyah, murid Abu Hanifah seperti Abu Yusuf dan Muhammad, dan sebagian ulama Malikiyyah. Lihat Al-Mawsuah Al-Fiqhiyyah, 5:12-13.Asal pendapat kedua adalah dari definisi khamar secara bahasa.Di antara dua pendapat di atas, pendapat pertama dinilai lebih kuat dengan beberapa alasan berikut.Pertama: Dalil syari lebih mesti didahulukan daripada definisi bahasa. Perasan anggur adalah pengertian khamar secara bahasa. Sedangkan secara syari, khamar bermakna lebih luas yaitu segala sesuatu yang memabukkan, baik berasal dari perasan anggur, perasan kurma, dan lainnya.Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, Yang semestinya diketahui dengan seksama bahwa lafaz yang terdapat dalam Al-Quran dan Al-Hadits jika telah diketahui tafsirnya dan pengertiannya dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, maka seharusnya tidak perlu menoleh lagi pada berbagai hujjah yang disampaikan oleh pakar bahasa dan lainnya. (Majmuah Al-Fatawa, 7:286).Kedua: Jika khamar dibatasi hanya pada perasan kurma, berarti kita telah mengeluarkan berbagai macam minuman yang memabukkan dari definisi khamar. Padahal definisi khamar yang tepat adalah sebagaimana hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam yaitu khamar adalah segala sesuatu yang memabukkan. Jika melakukan demikian, maka itu berarti kita telah melakukan taqshir (pengurangan). Jika kita menetapkan bahwa segala sesuatu yang memabukkan, maka kita pun tidak perlu berdalil dengan qiyas untuk menetapkan hukum bagi minuman yang memabukkan lainnya. Lihat Ilam Al-Muwaqiin, 1:266-267.Ketiga: Di Madinah dulu, tidak ada satu pun khamar yang terbuat dari anggur. Malah khamar yang ada terbuat dari kurma.Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, Kata khamar yang terdapat dalam bahasa Arab yang digunakan dalam Al-Quran mencakup segala sesuatu yang memabukkan, baik itu kurma dan selainnya, tidak dikhususkan pada anggur saja. Ada riwayat sahih yang bisa dijadikan argumen dalam masalah ini. Tatkala khamar diharamkan di Madinah An-Nabawiyyah (setelah Perang Uhud) pada tahun 3 H, pada saat itu tidak ada satu pun khamar yang terbuat dari anggur karena tidak ada pohon anggur saat itu. Khamar penduduk Madinah yang ada berasal dari kurma. Tatkala Allah mengharamkan khamar, penduduk Madinah menuangkan khamar mereka atas perintah Nabi shallallahu alaihi wa sallam, bahkan mereka menghancurkan bejana khamar yang ada. Mereka menyebut minuman yang dihancurkan tadi dengan khamar. Oleh karena itu, diketahui bahwa kata khamar dalam Al-Quran itu lebih umum dan bukan hanya dikhususkan pada perasan anggur saja. (Majmuah Al-Fatawa, 34:187-188). Kesimpulan:Khamar adalah segala sesuatu yang memabukkan, bukan hanya dibatasi pada perasan anggur saja.Mabuk itu memiliki dua sifat: (1) hilang kesadaran; (2) merasakan sensasi tenang atau rileks hingga euforia, nge-fly, atau bahagia berlebihan. Diselesaikan di Darush Sholihin, 24 Rajab 1442 H, 8 Maret 2021Oleh: Muhammad Abduh TuasikalArtikel Rumasyho.Com | Minum anggur atau sari buah anggur apakah sama dengan minum khamar Apakah khamar selalu berasal dari anggur Nah, sebagian kita ada yang rancu tentang ini. Khamar disebut demikian karena khamar bisa menutupi akal. Jika disebut ia mabuk dengan minuman, maksudnya adalah kesadarannya hilang lantaran mabuk. Para ulama pakar fikih berselisih pendapat dalam menentukan definisi khamar secara istilah. Pendapat pertama yang mengatakan bahwa khamar itu meliputi segala sesuatu yang memabukkan sedikit ataupun banyak, baik berasal dari anggur, kurma, gandum, atau yang lainnya. Pendapat ini dipilih oleh para ulama Madinah, ulamaulama Hijaz, para pakar hadits, ulama Hambali, dan sebagian ulama Syafiiyyah. Dalil dari pendapat pertama ini sebagai berikut. Pertama Dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Setiap yang memabukkan adalah khamar. 2003.Kedua Dari Aisyah radhiyallahu anha, Nabi shallallahu alaihi wa sallam ditanya mengenai albiti arak yang biasa diminum penduduk Yaman. 2001.Ketiga Ibnu Umar radhiyallahu anhuma pernah mendengar ayahnyaUmar bin AlKhaththabberkhutbah di mimbar Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Wahai sekalian manusia, Allah telah menurunkan pengharaman khamar. Pertama Dalil syari lebih mesti didahulukan daripada definisi bahasa. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, Yang semestinya diketahui dengan seksama bahwa lafaz yang terdapat dalam AlQuran dan AlHadits jika telah diketahui tafsirnya dan pengertiannya dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, maka seharusnya tidak perlu menoleh lagi pada berbagai hujjah yang disampaikan oleh pakar bahasa dan lainnya. Jika melakukan demikian, maka itu berarti kita telah melakukan taqshir pengurangan. Malah khamar yang ada terbuat dari kurma. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, Kata khamar yang terdapat dalam bahasa Arab yang digunakan dalam AlQuran mencakup segala sesuatu yang memabukkan, baik itu kurma dan selainnya, tidak dikhususkan pada anggur saja. Ada riwayat sahih yang bisa dijadikan argumen dalam masalah ini. Tatkala khamar diharamkan di Madinah AnNabawiyyah setelah Perang Uhud pada tahun 3 H, pada saat itu tidak ada satu pun khamar yang terbuat dari anggur karena tidak ada pohon anggur saat itu. Mereka menyebut minuman yang dihancurkan tadi dengan khamar. KesimpulanKhamar adalah segala sesuatu yang memabukkan, bukan hanya dibatasi pada perasan anggur saja. Mabuk itu memiliki dua sifat 1 hilang kesadaran 2 merasakan sensasi tenang atau rileks hingga euforia, ngefly, atau bahagia berlebihan. Diselesaikan di Darush Sholihin, 24 Rajab 1442 H, 8 Maret 2021Oleh Muhammad Abduh TuasikalArtikel Rumasyho. |
Saya ingin menghilangkan popok bayiku dalam rangka melatih kencing, dan buang air besar di toilet/kamar mandi. Akan tetapi saya tahu bahwa dia akan melakukan hal itu di atas tanah beberapa kali. Saya tahu yang lebih utama itu menyiramkan air untuk membersihkan najis. Akan tetapi apakah mungkin membersihkan dengan kain basah tiga kali atau dengan kain apa saja. Karena terus terang saya terkena penyakit was was parah. Karena sulit bagi saya untuk menyiram air pada setiap kali (ada najis) ? | https://islamqa.info/id/answers/375612/apakah-dalam-membersihkan-najis-cukup-menyusapnya-beberapa-kali-dengan-kain-basah | Alhamdulillah.Kalau ada anak kecil kencing di sajadah dan semisalnya. Maka untuk menghilangkan najis cukup dengan menggunakan spon atau kain yang dapat menyerap air seni. Kemudian setelah itu dibersihkan dan ditaruh air diatasnya. Setelah itu diulangi lagi sampai menurut persangkaan kuat anda, najisnya telah hilang. Sehingga mudah untuk menyiramkan air di atas sajadah. Dan cukup dengan siraman kecil saja di tempat najisnya saja. Syekh Ibn Utsaimin rahimahullah ditanya, “Bagaimana cara mensucikan karpet besar dari najis? Apakah harus diperas dalam membersihkan najisnya setelah dihilangkan kotorannya? Maka beliau menjawab, “Tata cara membersihkan karpet besar dari najis adalah menghilangkan kotoran najisnya terlebih dahulu kalau ada bekas kotorannya. Kalau beku, cukup diambil saja. Akan tetapi kalau cair seperti air seni, maka dikeringkan dengan spon sampai terserap semuanya. Kemudian setelah itu disiram memakai air diatasnya sampai diperkirakan bekasnya telah menghilang atau najisnya tidak ada. Yang demikian itu dilakukan untuk air seni sebanyak dua atau tiga kali, adapun memerasnya tidak wajib, kecuali jika dengan memeras akan menghilangkan najisnya, seperti jika najisnya sudah masuk ke dalam tempat yang dibersihkan. Dan tidak memungkinkan untuk membersihkan dalamnya kecuali dengan memerasnya, maka harus diperas karpetnya. Selesai dari ‘Fatawa Nurun ‘Alad Darbi. Sementara kalau di atas lantai, maka masalah mudah. Karena lantai tidak menyerap najis. Kalau tempatnya sudah bersih dengan kain handuk basah atau kain basah, dengan dibersihkannya kemudian diulangi beberapa kali membersihkannya. Maka hal itu cukup dalam membersihkannya. Dengan syarat bekas najisnya telah hilang baik berupa warna dan baunya. Wallahua’lam | Alhamdulillah.Kalau ada anak kecil kencing di sajadah dan semisalnya. Maka untuk menghilangkan najis cukup dengan menggunakan spon atau kain yang dapat menyerap air seni. Kemudian setelah itu dibersihkan dan ditaruh air diatasnya. Setelah itu diulangi lagi sampai menurut persangkaan kuat anda, najisnya telah hilang. Sehingga mudah untuk menyiramkan air di atas sajadah. Dan cukup dengan siraman kecil saja di tempat najisnya saja. Syekh Ibn Utsaimin rahimahullah ditanya, Bagaimana cara mensucikan karpet besar dari najis Apakah harus diperas dalam membersihkan najisnya setelah dihilangkan kotorannya Maka beliau menjawab, Tata cara membersihkan karpet besar dari najis adalah menghilangkan kotoran najisnya terlebih dahulu kalau ada bekas kotorannya. Kalau beku, cukup diambil saja. Akan tetapi kalau cair seperti air seni, maka dikeringkan dengan spon sampai terserap semuanya. Kemudian setelah itu disiram memakai air diatasnya sampai diperkirakan bekasnya telah menghilang atau najisnya tidak ada. Yang demikian itu dilakukan untuk air seni sebanyak dua atau tiga kali, adapun memerasnya tidak wajib, kecuali jika dengan memeras akan menghilangkan najisnya, seperti jika najisnya sudah masuk ke dalam tempat yang dibersihkan. Dan tidak memungkinkan untuk membersihkan dalamnya kecuali dengan memerasnya, maka harus diperas karpetnya. Selesai dari Fatawa Nurun Alad Darbi. Sementara kalau di atas lantai, maka masalah mudah. Karena lantai tidak menyerap najis. Kalau tempatnya sudah bersih dengan kain handuk basah atau kain basah, dengan dibersihkannya kemudian diulangi beberapa kali membersihkannya. Maka hal itu cukup dalam membersihkannya. Dengan syarat bekas najisnya telah hilang baik berupa warna dan baunya. Wallahualam |
Hukum & Larangan Melaknat | https://radiomutiaraquran.com/2018/11/15/larangan-melaknat/ | Hendaknya kita berhati-hati dalam masalah laknat. Bahkan kepada orang kafir sekalipun. Orang kafir yang masih hidup tidak boleh ditujukan laknat kepadanya secara personal. Hukumnya haram melaknat orang kafir secara personal yang masih hidup. Karena boleh jadi Allah merahmati dia, sehingga dia mendapatkan hidayah untuk masuk Islam. Dalilnya adalah ketika Nabi shallallahu’alaihiwasallam mendoakan laknat untuk Abu Jahl, begitu juga orang-orang musyrik Quraisy lainnya, Allah ta’ala menegur beliau melalui firmanNya: “Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima taubat mereka, atau mengazab mereka karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim” (QS. Ali imran:128). Adapun untuk orang kafir yang sudah meninggal. Maka boleh bagi Anda untuk mendoakan laknat untuknya. Karena orang yang mati dalam keadaan kafir, maka dia sudah pasti mendapatkan laknat Allah ‘azza wa jalla. Meskipun boleh, bagi seorang mukmin meninggalkannya lebih utama. Karena Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam bersabda, “Seorang mukmin bukanlah orang yang banyak mencela, bukan orang yang banyak melaknat, bukan pula orang yang keji (buruk akhlaqnya), dan bukan orang yang jorok omongannya” (HR. Tirmidzi, no. 1977; Ahmad, no. 3839 dan lain-lain) Dan tanpa Anda laknat sekalipun, mereka telah divonis oleh Allah sebagai orang-orang terlaknat. Dan cukuplah ini bagi kita, Sesungguhnya Allah melaknati orang-orang kafir dan menyediakan bagi mereka api yang menyala-nyala (neraka). mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; mereka tidak memperoleh seorang pelindungpun dan tidak (pula) seorang penolong (QS. Al-Ahzab: 64-65). Bila melaknat secara personal orang kafir saja terlarang, maka melaknat seorang muslim tentu lebih terlarang lagi. Sungguh mengherankan bila seorang muslim begitu mudah mengucapan laknat kepada saudaranya. Padahal perkara laknat ini adalah perkara yang besar. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda : “Siapa yang melaknat seorang Mukmin maka ia seperti membunuhnya ” (HR. Bukhari dalam Shahihnya 10/464). Beliau juga bersabda: “Orang yang banyak melaknat tidak akan diberi syafaat dan syahadatnya tidak akan diterima pada Hari Kiamat” (HR. Muslim dalam Shahihnya no. 2598 dari Abi Darda radhiallahu ‘anhu) So… jadilah insan muslim yang santun dan lembut tutur katanya. Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah nabi yang penuh dengan kasih sayang. Beliau pernah bersabda, “Sesunguhnya aku tidak diutus sebagai tukang melaknat, sesungguhnya aku diutus hanya sebagai rahmat.” ____ (Faedah dari rekaman muhadhoroh Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah di masjid Nabawi) Madinah An-Nabawiyyah, Catatan, 5 Muharram 1436 — Penulis: Ahmad Anshori SUmber: https://muslim.or.id/23309-jangan-sembarang-melaknat.html | Hendaknya kita berhatihati dalam masalah laknat. Bahkan kepada orang kafir sekalipun. Orang kafir yang masih hidup tidak boleh ditujukan laknat kepadanya secara personal. Hukumnya haram melaknat orang kafir secara personal yang masih hidup. Karena boleh jadi Allah merahmati dia, sehingga dia mendapatkan hidayah untuk masuk Islam. Dalilnya adalah ketika Nabi shallallahualaihiwasallam mendoakan laknat untuk Abu Jahl, begitu juga orangorang musyrik Quraisy lainnya, Allah taala menegur beliau melalui firmanNya Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima taubat mereka, atau mengazab mereka karena sesungguhnya mereka itu orangorang yang zalim QS. Ali imran128. Adapun untuk orang kafir yang sudah meninggal. Maka boleh bagi Anda untuk mendoakan laknat untuknya. Karena orang yang mati dalam keadaan kafir, maka dia sudah pasti mendapatkan laknat Allah azza wa jalla. Meskipun boleh, bagi seorang mukmin meninggalkannya lebih utama. Karena Rasulullah shallallahualaihiwasallam bersabda, Seorang mukmin bukanlah orang yang banyak mencela, bukan orang yang banyak melaknat, bukan pula orang yang keji buruk akhlaqnya, dan bukan orang yang jorok omongannya HR. Tirmidzi, no. 1977 Ahmad, no. 3839 dan lainlain Dan tanpa Anda laknat sekalipun, mereka telah divonis oleh Allah sebagai orangorang terlaknat. Dan cukuplah ini bagi kita, Sesungguhnya Allah melaknati orangorang kafir dan menyediakan bagi mereka api yang menyalanyala neraka. mereka kekal di dalamnya selamalamanya mereka tidak memperoleh seorang pelindungpun dan tidak pula seorang penolong QS. AlAhzab 6465. Bila melaknat secara personal orang kafir saja terlarang, maka melaknat seorang muslim tentu lebih terlarang lagi. Sungguh mengherankan bila seorang muslim begitu mudah mengucapan laknat kepada saudaranya. Padahal perkara laknat ini adalah perkara yang besar. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda Siapa yang melaknat seorang Mukmin maka ia seperti membunuhnya HR. Bukhari dalam Shahihnya 10464. Beliau juga bersabda Orang yang banyak melaknat tidak akan diberi syafaat dan syahadatnya tidak akan diterima pada Hari Kiamat HR. Muslim dalam Shahihnya no. 2598 dari Abi Darda radhiallahu anhu So jadilah insan muslim yang santun dan lembut tutur katanya. Nabi kita shallallahu alaihi wa sallam adalah nabi yang penuh dengan kasih sayang. Beliau pernah bersabda, Sesunguhnya aku tidak diutus sebagai tukang melaknat, sesungguhnya aku diutus hanya sebagai rahmat. ____ Faedah dari rekaman muhadhoroh Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah di masjid Nabawi Madinah AnNabawiyyah, Catatan, 5 Muharram 1436 Penulis Ahmad Anshori SUmber |
Keistimewaan Ibadah Qurban dan Sejarahnya | https://www.laduni.id/post/read/15056/keistimewaan-ibadah-qurban-dan-sejarahnya.html | Laduni.ID, Jakarta - Salah satu ibadah yang istimewa di bulan Dzulhijjah adalah melakukan qurban. Ibadah ini khusus dilakukan pada Hari Raya Idul Adha tanggal 10 Dzulhijjah dan Hari Tasyriq tanggal 11,12 dan 13 Dzulhijjah. Ibadah ini dilakukan dengan menyembelih hewan ternak yang mencakup kambing, unta, sapi dan kerbau. Dalam Kitab Mughnil Muhtaj, Syaikh Khatib As-Syarbini menjelaskan sebagaimana berikut; “Pengertian qurban adalah hewan ternak yang disembelih untuk mendekatkan diri kepada Allah di Hari Raya Idul Adha hingga akhir Hari Tasyriq.” (Syaikh Khatib As-Syarbini, Mughnil Muhtaj, juz 6, hlm. 122) Terkait dengan ibadah qurban ini mayoritas ulama menghukumi sunnah, bukan wajib. Pendapat ini berdasarkan Surat Al-Kautsar ayat 2 berikut ini: “Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berqurbanlah.” (QS. Al-Kautsar: 2) Selain itu juga diperkuat dengan keterangan Hadis berikut ini: "Ada 3 hal yang wajib bagi saya dan sunnah bagi kalian; qurban, witir, dan dua rakaat shalat Dhuha." (HR. Ahmad dan Al-Baihaqi) Dalam hal ini ulama Madzhab Syafi’i secara tegas menyatakan bahwa hukum melakukan qurban adalah sunnah. Di dalam Kitab Mukhtashor Al-Muzani diterangkan alasan pendapat ini. Berikut keterangannya: “Syafii berkata: Telah sampai kepada kami bahwa Abu Bakar dan Umar (pernah) tidak menyembelih Qurban karena khawatir akan dianggap wajib." (Ismail bin Yahya Al-Muzani, Mukhtashar Al-Muzani, juz 8, hlm. 283) Sedangkan Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa ibadah qurban hukumnya wajib bagi orang kaya, dengan dalil Hadis berikut ini: "Barang siapa yang memiliki kelebihan rezeki namun tidak menyembelih qurban, maka janganlah mendakat ke tempat shalat kami." (HR Ahmad, Ibnu Majah, Ad-Daruquthni, Al-Baihaqi dan Al-Hakim) Terlepas dari perbedaan pendapat tersebut, ibadah qurban ini sangat besar keutamaannya. Hewan qurban yang kita sembelih akan dikembalikan oleh Allah di Hari Kiamat, sebagaimana Allah mengembalikan hewan qurban Habil kepada Nabi Ibrahim. Dalam sebuah Hadis dijelaskan tentang keutamaan tersebut, meski terindikasi sebagai Hadis yang dha'if (lemah). Berikut ini teks Hadisnya: ak ada amal manusia yang lebih dicintai oleh Allah di Hari Raya Qurban dari pada mengalirkan darah hewan. Sebab hewan itu akan datang di Hari Kiamat dengan tanduknya, rambutnya dan kaki-kakinya.” (HR. zi) Tentang keutamaan ini, Syaikh Al-Mubarakfuri menerangkan sebagaimana berikut: . . “Ibadah paling utama di Hari Raya Idul Adha adalah menyembelih hewan qurban. Ia akan datang di Hari Kiamat seperti sedia kala di dunia, tanpa ada yang kurang sedikitpun, agar masing-masing organ tubuhnya menjadi pahala dan menjadi kendaraannya di atas jembatan shirat.” (Tuhfatul Ahwadzi, juz 4, hlm. 145) Dalam melakukan ibadah qurban ini perlu diketahui dan dipahami dengan baik bahwa qurban dengan menyembelih unta, sapi atau kerbau itu bisa cukup diperuntukkan bagi tujuh orang. Berikut dalil Hadis yang menerangkan tentang hal ini: - - “Dari Jabir bin Abdullah, ia berkata: “Di tahun Hudaibiyah kami menyembelih unta untuk 7 orang dan menyembelih sapi untuk 7 orang.” (HR. Muslim) Sedangkan ibadah qurban dengan menyembelih kambing hanya bisa untuk satu orang saja, berdasarkan Hadis berikut ini; - - - - . “Atha’ bin Yasar bertanya kepada Abu Ayyub Al-Anshari: "Bagaimanakah qurban kalian di masa Nabi SAW?" Abu Ayyub menjawab: "Seseorang di masa Nabi SAW menyembelih satu kambing untuk dirinya dan keluarganya. Mereka makan dari daging kambing tersebut, dan mereka juga bersedekah dari daging tersebut. Kemudian ini menjadi kebanggaan bagi mereka sebagaimana kau lihat." (HR. Thabrani dan Ibnu Majah) Riwayat ini menjadi khilafiyah di kalangan para ulama. Seperti yang disampaikan oleh Imam zi: . . “Seperti inilah (satu kambing untuk satu keluarga) yang diamalkan oleh sebagian ulama, yaitu pendapat Ahmad bin Hanbal dan Ishaq Rahuwaih. Sebagian ulama yang lain mengatakan bahwa satu kambing tidak cukup kecuali hanya untuk satu orang saja. Ini adalah pendapat Ibnu Mubarak dan ulama lainnya.” (Sunan zi, juz 6, hlm. 136) Di antaranya juga menurut Madzhab Syafiiyah. Ibn Hajar Al-Haitami memberi landasan ijtihadnya . “Sungguhnya tujuan utama kurban adalah menebus diri, dan syariat tidak menjadikan tebusan seseorang dalam satu ekor kambing kecuali secara sempurna.”(Al-Fatawa Al-Fiqhiyyah Al-Kubra , II, hlm. 52). Dalam hal ini, pada dasarnya Ulama Syafiiyah mengarahkan riwayat diatas sebagai kongsi dalam pahala “Karena ada penjelasan dari Al-Buwaithi Imam Syafii) bahwa orang yang niat satu kambing untuk dirinya dan keluarganya menjadi sah dalam berbagi pahala saja, bukan untuk ibadah qurban itu sendiri. Sebab mustahil satu kambing secara utuh dari masing-masing bagiannya untuk diterima semua keluarga. Dan saya kira tidak terjadi khilaf dalam masalah ini.” (Hasyiah Al-Ubbadi ‘ala Tuhfatul Muhtaj, hlm. 41/45). *** Jika kita melihat sejarah, kita akan menemukan banyak hal terkait dengan sejarah qurban ini yang direkam di dalam Al-Quran. Hakikatnya ibadah qurban itu tidak hanya dikhususkan kepada umat Rasulullah SAW, namun juga disyariatkan kepada umat-umat terdahulu. Keterangan ini sebagaimana terdapat dalam Surat Al-Hajj ayat 34. Allah SWT berfirmah: “Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (qurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah dianugerahkan oleh Allah kepada mereka…” Keterangan ini terkait dengan contoh qurban yang dilakukan oleh dua putra Nabi Adam a.s, yakni Habil dan Qabil. Allah SWT berfirman: “Ketika putra Adam (Habil dan Qabil) mempersembahkan qurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil).” (QS. ah: 27) Disebutkan oleh para ulama ahli tafsir, bahwa Habil adalah peternak dan ia menjadikan qurban hasil ternak terbaiknya. Hingga diterima oleh Allah dan diangkat ke surga. Sementara Qabil adalah petani dan ia menjadikan qurban hasil panen terburuknya. Dan Allah SWT tidak menerima qurbannya ini. Pada masa Nabi Ibrahim, Allah memerintahkannya agar menyembelih putranya sendiri, yakni Nabi Ismail. Setelah keduanya akan melaksanakan perintah tersebut, lalu Allah SWT berfirman: “Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS. As-Shaffat: 107) Ibnu Katsir menjelaskan bahwa domba yang menjadi ganti Nabi Ismail tersebut adalah domba yang dahulu kala pernah dijadikan qurban oleh Habil, putra Nabi Adam AS. “Itu adalah domba yang diqurbankan Habil, putra Adam.” (Tafsir Ibni Katsir, 7, hlm. 31). [] Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 27 Juli 2018. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa. ___________ Penulis: Ustadz Ma’ruf Khozin Editor: Hakim | ID, Jakarta Salah satu ibadah yang istimewa di bulan Dzulhijjah adalah melakukan qurban. Dalam Kitab Mughnil Muhtaj, Syaikh Khatib AsSyarbini menjelaskan sebagaimana berikut Pengertian qurban adalah hewan ternak yang disembelih untuk mendekatkan diri kepada Allah di Hari Raya Idul Adha hingga akhir Hari Tasyriq. Pendapat ini berdasarkan Surat AlKautsar ayat 2 berikut ini Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berqurbanlah. Ahmad dan AlBaihaqi Dalam hal ini ulama Madzhab Syafii secara tegas menyatakan bahwa hukum melakukan qurban adalah sunnah. Di dalam Kitab Mukhtashor AlMuzani diterangkan alasan pendapat ini. Dalam sebuah Hadis dijelaskan tentang keutamaan tersebut, meski terindikasi sebagai Hadis yang dhaif lemah. Sebab hewan itu akan datang di Hari Kiamat dengan tanduknya, rambutnya dan kakikakinya. Ibadah paling utama di Hari Raya Idul Adha adalah menyembelih hewan qurban. 145 Dalam melakukan ibadah qurban ini perlu diketahui dan dipahami dengan baik bahwa qurban dengan menyembelih unta, sapi atau kerbau itu bisa cukup diperuntukkan bagi tujuh orang. Mereka makan dari daging kambing tersebut, dan mereka juga bersedekah dari daging tersebut. Kemudian ini menjadi kebanggaan bagi mereka sebagaimana kau lihat. Seperti yang disampaikan oleh Imam zi . . Sebagian ulama yang lain mengatakan bahwa satu kambing tidak cukup kecuali hanya untuk satu orang saja. Ini adalah pendapat Ibnu Mubarak dan ulama lainnya. 136 Di antaranya juga menurut Madzhab Syafiiyah. Ibn Hajar AlHaitami memberi landasan ijtihadnya . Sungguhnya tujuan utama kurban adalah menebus diri, dan syariat tidak menjadikan tebusan seseorang dalam satu ekor kambing kecuali secara sempurna. Dalam hal ini, pada dasarnya Ulama Syafiiyah mengarahkan riwayat diatas sebagai kongsi dalam pahala Karena ada penjelasan dari AlBuwaithi Imam Syafii bahwa orang yang niat satu kambing untuk dirinya dan keluarganya menjadi sah dalam berbagi pahala saja, bukan untuk ibadah qurban itu sendiri. Hasyiah AlUbbadi ala Tuhfatul Muhtaj, hlm. Hingga diterima oleh Allah dan diangkat ke surga. Sementara Qabil adalah petani dan ia menjadikan qurban hasil panen terburuknya. Dan Allah SWT tidak menerima qurbannya ini. Setelah keduanya akan melaksanakan perintah tersebut, lalu Allah SWT berfirman Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. AsShaffat 107 Ibnu Katsir menjelaskan bahwa domba yang menjadi ganti Nabi Ismail tersebut adalah domba yang dahulu kala pernah dijadikan qurban oleh Habil, putra Nabi Adam AS. Catatan Tulisan ini telah terbit pada tanggal 27 Juli 2018. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa. ___________ |
Waktu dan Tempat untuk Bershalawat (8) | https://rumaysho.com/12577-waktu-dan-tempat-untuk-bershalawat-8.html | Di antara kesempatan terbaik untuk bershalawat, kata Ibnul Qayyim adalah saat mengkhatamkan Al-Quran. Karena setelah mengkhatamkan Al-Quran adalah kesempatan untuk berdoa.Ada riwayat dari Imam Ahmad yang menunjukkan anjuran doa setelah khatam Al-Quran. Ada riwayat dari Abul Harits, Ketika Anas mengkhatamkan Al-Quran, ia mengumpulkan keluarga dan anaknya.Diriwayatkan dari Ibnu Abi Daud dalam Fadhail Al-Quran, dari Al-Hakam, ia berkata bahwa Mujahid dan Abdah bin Abi Lubabah mengutus kepadanya, bahwa mereka ingin mengkhatamkan Al-Quran. Lalu disebutkan, Sesungguhnya doa itu mudah diijabahi ketika seseorang mengkhatamkan Al-Quran. Lantas ia berdoa dengan beberapa doa.Diriwayatkan pula dari Ibnu Masud, ia berkata, Siapa yang mengkhatamkan Al-Quran, maka ia memiliki doa yang mustajab (terkabulkan).Mujahid juga berkata, Rahmat itu turun ketika seseorang mengkhatamkan Al-Quran.Ibnul Qayyim berakta, Jika tempat terbaik dan waktu terijabahnya doa adalah ketika khatam Al-Quran, maka tempat terbaik ketika bershalawat ketika itu pula. (Jala Al-Alfham, hlm. 354-356)Silakan amalkan … Tunggu lanjutan bahasan shalawat lainnya. Jalaa-ul Afham fii Fadhli Ash Shalah was Salaam ala Muhammad Khoiril Anam, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, terbitan Dar Ibni Katsir, cetakan kedua, tahun 1432 H.Jalaa-ul Afham fii Fadhli Ash Shalah was Salaam ala Muhammad Khoiril Anam, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, terbitan Dar Alamil Fawaid, cetakan ketiga, tahun 1433 H.—Selesai disusun menjelang Ashar, 10 Rabiul Awwal1437 H di Darush Sholihin Panggang, GunungkidulMuhammad Abduh TuasikalRumaysho.Com, Channel Telegram @RumayshoCom, @DarushSholihin | Di antara kesempatan terbaik untuk bershalawat, kata Ibnul Qayyim adalah saat mengkhatamkan AlQuran. Karena setelah mengkhatamkan AlQuran adalah kesempatan untuk berdoa.Ada riwayat dari Imam Ahmad yang menunjukkan anjuran doa setelah khatam AlQuran. Ada riwayat dari Abul Harits, Ketika Anas mengkhatamkan AlQuran, ia mengumpulkan keluarga dan anaknya.Diriwayatkan dari Ibnu Abi Daud dalam Fadhail AlQuran, dari AlHakam, ia berkata bahwa Mujahid dan Abdah bin Abi Lubabah mengutus kepadanya, bahwa mereka ingin mengkhatamkan AlQuran. Lalu disebutkan, Sesungguhnya doa itu mudah diijabahi ketika seseorang mengkhatamkan AlQuran. Lantas ia berdoa dengan beberapa doa.Diriwayatkan pula dari Ibnu Masud, ia berkata, Siapa yang mengkhatamkan AlQuran, maka ia memiliki doa yang mustajab terkabulkan.Mujahid juga berkata, Rahmat itu turun ketika seseorang mengkhatamkan AlQuran.Ibnul Qayyim berakta, Jika tempat terbaik dan waktu terijabahnya doa adalah ketika khatam AlQuran, maka tempat terbaik ketika bershalawat ketika itu pula. Jala AlAlfham, hlm. 354356Silakan amalkan Tunggu lanjutan bahasan shalawat lainnya. Jalaaul Afham fii Fadhli Ash Shalah was Salaam ala Muhammad Khoiril Anam, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, terbitan Dar Ibni Katsir, cetakan kedua, tahun 1432 H.Jalaaul Afham fii Fadhli Ash Shalah was Salaam ala Muhammad Khoiril Anam, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, terbitan Dar Alamil Fawaid, cetakan ketiga, tahun 1433 H.Selesai disusun menjelang Ashar, 10 Rabiul Awwal1437 H di Darush Sholihin Panggang, GunungkidulMuhammad Abduh TuasikalRumaysho.Com, Channel Telegram RumayshoCom, DarushSholihin |
7 Hal yang Lebih Dosa daripada Dosa | https://bersamadakwah.net/7-hal-yang-lebih-dosa-daripada-dosa/ | ilustrasi kegelapan (devianart.com) Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu pernah menguraikan adanya beberapa hal yang lebih besar daripada dosa. Demikian pula Ibnul Qayyim Al Jauziyah dan para ulama lainnya. Berikut ini 7 hal yang lebih besar dosanya daripada dosa itu sendiri: Daftar Isi Meremehkan dosaGembira dengan dosaMerasa aman dari Allah saat berbuat dosaMerasa aman dari akibat buruk dosaMemamerkan dosaMengajak orang lain berbuat dosaMenyesal tak bisa berbuat dosa Meremehkan dosa Tidak menyesal setelah berbuat dosa, justru menganggap dosa itu remeh. Menganggap dosa itu kecil. Menganggap dosa itu tidak ada artinya. Semua ini lebih besar daripada dosa itu sendiri. Gembira dengan dosa Merasa senang setelah berbuat dosa, merasa gembira setelah berbuat dosa, merasa nyaman setelah berbuat dosa, merasa bahagia setelah berbuat dosa; semua ini lebih besar daripada dosa itu sendiri. Merasa aman dari Allah saat berbuat dosa Ada orang yang berbuat dosa dan ia merasa aman dari Allah. Ia mengira Allah tidak mengawasinya. Ia beranggapan Allah tidak akan tahu dan akan mendiamkannya begitu saja. Ia menyangka Allah tidak akan menyiksanya. Semua ini lebih besar daripada dosa itu sendiri. Merasa aman dari akibat buruk dosa Ada pula orang yang berbuat dosa dan ia merasa aman dari akibat buruk dosa. Ia merasa aman bahwa dosanya bukan sebuah masalah, tidak akan mengubah apapun dalam kehidupannya dan tidak akan mengakibatkan apapun dalam akhiratnya. Ia merasa aman saat berada di alam kubur meskipun berbuat dosa. Ia merasa aman saat berada di yaumul hisab meskipun berbuat dosa. Ia merasa aman saat melewati shirath meskipun berbuat dosa. Ia merasa aman dari siksa neraka meskipun berbuat dosa. Semua ini lebih besar daripada dosa itu sendiri. Memamerkan dosa Memamerkan dosa, mendemonstrasikan dosa, menunjuk-nunjukkan dengan bangga bahwa dirinya berbuat dosa adalah lebih besar daripada dosa itu sendiri. Mengajak orang lain berbuat dosa Ada orang yang berbuat dosa lalu mengajak orang lain berbuat dosa pula. Ia mentraktir orang agar berbuat dosa. Ia mensponsori orang lain agar ikut berbuat dosa. Semua ini lebih besar daripada dosa itu sendiri. Menyesal tak bisa berbuat dosa Jika keenam hal sebelumnya dilakukan pada saat atau setelah dosa selesai dilakukan, ada pula yang lebih besar dari dosa meskipun dosa itu tidak dilakukan. Yakni menyesal dengan sepenuh hati karena tidak bisa berbuat dosa. Menyesal dengan sepenuh hati karena tidak jadi berbuat dosa. [Muchlisin BK/Bersamadakwah] | ilustrasi kegelapan devianart.com Ibnu Abbas radhiyallahu anhu pernah menguraikan adanya beberapa hal yang lebih besar daripada dosa. Demikian pula Ibnul Qayyim Al Jauziyah dan para ulama lainnya. Berikut ini 7 hal yang lebih besar dosanya daripada dosa itu sendiri Daftar Isi Meremehkan dosaGembira dengan dosaMerasa aman dari Allah saat berbuat dosaMerasa aman dari akibat buruk dosaMemamerkan dosaMengajak orang lain berbuat dosaMenyesal tak bisa berbuat dosa Meremehkan dosa Tidak menyesal setelah berbuat dosa, justru menganggap dosa itu remeh. Menganggap dosa itu kecil. Menganggap dosa itu tidak ada artinya. Semua ini lebih besar daripada dosa itu sendiri. Gembira dengan dosa Merasa senang setelah berbuat dosa, merasa gembira setelah berbuat dosa, merasa nyaman setelah berbuat dosa, merasa bahagia setelah berbuat dosa semua ini lebih besar daripada dosa itu sendiri. Merasa aman dari Allah saat berbuat dosa Ada orang yang berbuat dosa dan ia merasa aman dari Allah. Ia mengira Allah tidak mengawasinya. Ia beranggapan Allah tidak akan tahu dan akan mendiamkannya begitu saja. Ia menyangka Allah tidak akan menyiksanya. Semua ini lebih besar daripada dosa itu sendiri. Merasa aman dari akibat buruk dosa Ada pula orang yang berbuat dosa dan ia merasa aman dari akibat buruk dosa. Ia merasa aman bahwa dosanya bukan sebuah masalah, tidak akan mengubah apapun dalam kehidupannya dan tidak akan mengakibatkan apapun dalam akhiratnya. Ia merasa aman saat berada di alam kubur meskipun berbuat dosa. Ia merasa aman saat berada di yaumul hisab meskipun berbuat dosa. Ia merasa aman saat melewati shirath meskipun berbuat dosa. Ia merasa aman dari siksa neraka meskipun berbuat dosa. Semua ini lebih besar daripada dosa itu sendiri. Memamerkan dosa Memamerkan dosa, mendemonstrasikan dosa, menunjuknunjukkan dengan bangga bahwa dirinya berbuat dosa adalah lebih besar daripada dosa itu sendiri. Mengajak orang lain berbuat dosa Ada orang yang berbuat dosa lalu mengajak orang lain berbuat dosa pula. Ia mentraktir orang agar berbuat dosa. Ia mensponsori orang lain agar ikut berbuat dosa. Semua ini lebih besar daripada dosa itu sendiri. Menyesal tak bisa berbuat dosa Jika keenam hal sebelumnya dilakukan pada saat atau setelah dosa selesai dilakukan, ada pula yang lebih besar dari dosa meskipun dosa itu tidak dilakukan. Yakni menyesal dengan sepenuh hati karena tidak bisa berbuat dosa. Menyesal dengan sepenuh hati karena tidak jadi berbuat dosa. Muchlisin BKBersamadakwah |
Lupa Dzikir Shalat | https://muslim.or.id/6542-lupa-dzikir-shalat.html | Pertanyaan Di beberapa kesempatan ketika rukuk dalam shalat saya keliru mengucapkan dzikir. Saya keliru mengucapkan subhana rabbiy al-ala sehingga menggantikan ucapan subhana rabbiy al-azhim. Kekeliruan serupa juga terkadang terjadi ketika saya sujud dan saya baru menyadarinya setelah mengucapkan dzikir tersebut. Apakah saya berkewajiban melakukan sujud sahwi? Jika wajib, kapankah sujud itu dilakukan, sebelum atau sesudah salam? Jawaban Segala puji bagi Allah Pertama yang ingin kami sampaikan adalah seorang yang mengucapkan subhana rabbiy al-ala ketika rukuk atau mengucapkan subhana rabbiy al-azhim ketika sujud memiliki dua kondisi. Kondisi pertama Orang tersebut segera mengetahui bahwa dia keliru dalam mengucapkan dzikir kemudian mengucapkan subhana rabbiy al-azhim sebelum bangkit dari rukuk atau segera mengucapkan subhana rabbiy al-ala sebelum bangkit dari sujud. Pada kondisi ini, orang tersebut tidaklah wajib melakukan sujud sahwi, karena dia tidaklah meninggalkan suatu kewajiban. Akan tetapi, dia sekedar dianjurkan melakukan sujud sahwi karena mengucapkan dzikir tidak pada tempatnya. Kondisi kedua Orang tersebut mengetahui kekeliruannya setelah bangkit dari rukuk atau sujud. Maka, dalam kondisi demikian dia wajib melaksanakan sujud sahwi karena dia telah meninggalkan suatu kewajiban. Dan dalam kondisi ini sujud sahwi dilakukan sebelum salam. Sebelumnya telah disebutkan perihal berbagai faktor penghalang untuk melaksanakan sujud sahwi pada soal-jawab nomor 7743. Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah mengatakan, : : : Apabila seorang mengucapkan dzikir shalat tidak pada tempatnya, maka dia disunnahkan (dianjurkan) untuk melakukan sujud sahwi. Contohnya seperti seorang yang mengucapkan subhana rabbiy al-ala ketika rukuka kemudian (sebelum bangkit dari rukuk) dia teringat akan kekeliruannya dan mengucapkan subhana rabbiy al-azhim. Pada kasus ini, orang tersebut mengucapkan dzikir yang masyru, yaitu subhana rabbiy al-ala padahal dzikir tersebut seharusnya diucapkan ketika sujud. Maka apabila seseorang mengucapkannya ketika rukuk, kami katakan bahwa anda telah mengucapkan dzikir shalat tidak pada tempatnya, dan anda disunnahkan melakukan sujud sahwi. [Asy-Syarh al-Mumti 3/359]. Asy-Syaikh Ib Jibrin rahimahullah mengatakan, .. .. : Adapun jika seseorang mengucapkan dzikir tidak pada tempatnya karena lupa, maka hal ini tidaklah membatalkan shalat. Dengan demikian, apabila seseorang membaca surat sementara dia lagi duduk , mengucapkan tasyahhud ketika dia sedang berdiri, mengatakan subhana rabbiy al-ala ketika rukuk atau mengucapkan subhana rabbiy al-azhim ketika sujud, maksudnya dia mengerjakan sesuatu yang disyariatkan namun dilakukan tidak pada tempatnya. Maka dalam kondisi demikian, dia disunnahkan melakukan sujud sahwi. Dalam kondisi ini, sujud sahwi bukanlah suatu kewajiban karena apa yang diucapkannya itu masih termasuk dzikir shalat dan jika diucapkan tidak pada tempatnya meski dengan sengaja hal itu tidaklah membatalkan shalat [Syarh Akhshar al-Mukhtasharat]. Kedua, apabila orang yang melaksanakan shalat berposisi sebagai makmum dan melakukan apa yang telah disebutkan di atas, maka di akhir shalat dia (disunnahkan) melakukan sujud sahwi jika dia masbuk. Jika dia mengikuti imam dari awal shalat (dan melakukan hal di atas), maka dia tetap salam bersama imam dan tidak ada kewajiban sujud sahwi atasnya. Asy-Syaikh IbnuUtsaimin rahimahullah mengatakan, : . Apabila makmum lupa dalam shalatnya dan dia tidak masbuk, maksudnya dia mendapati seluruh rakaat bersama imam kemudian dia lupa mengucapkan subhana rabbiy al-azhim ketika rukuk, maka tidak ada kewaji ban sujud sahwi atasnya karena imam yang akan menanggungnya. Akan tetapi, jika makmum lupa mengerjakan sesuatu yang apabila tidak dikerjakan akan membatalkan salah satu rakaat seperti dia lupa membaca surat al-Fatihah, maka dalam kondisi ini dia wajib berdiri kembali ketika imam telah salam untuk menyempurnakan rakaat yang telah batal tadi kemudian dia bertasyahhud dan sujud setelah salam. Adapun jika makmum lupa dalam shalatnya dan dia dalam kondisi masbuk, maka dia melakukan sujud sahwi, baik lupanya itu terjadi ketika dirinya shalat bersama imam atau terjadi ketika dia berdiri menyempurnakan shalat. (Dia boleh melakukannya) karena jika dia melakukan sujud sahwi dirinya tidak dianggap menyelisihi imam karena imam telah selesai melaksanakan shalatnya. [Lihat Risalah fi Ahkam Sujud as-Sahwi karya Asy-Syaikh IbnuUtsaimin rahimahullah dan lihat pula soal-jawab nomor 35909]. Walllahu alam. sumber : Penerjemah: Muhammad Nur Ichwan Muslim | Pertanyaan Di beberapa kesempatan ketika rukuk dalam shalat saya keliru mengucapkan dzikir. Saya keliru mengucapkan subhana rabbiy alala sehingga menggantikan ucapan subhana rabbiy alazhim. Kekeliruan serupa juga terkadang terjadi ketika saya sujud dan saya baru menyadarinya setelah mengucapkan dzikir tersebut. Kondisi pertama Orang tersebut segera mengetahui bahwa dia keliru dalam mengucapkan dzikir kemudian mengucapkan subhana rabbiy alazhim sebelum bangkit dari rukuk atau segera mengucapkan subhana rabbiy alala sebelum bangkit dari sujud. Akan tetapi, dia sekedar dianjurkan melakukan sujud sahwi karena mengucapkan dzikir tidak pada tempatnya. Kondisi kedua Orang tersebut mengetahui kekeliruannya setelah bangkit dari rukuk atau sujud. Maka, dalam kondisi demikian dia wajib melaksanakan sujud sahwi karena dia telah meninggalkan suatu kewajiban. Dan dalam kondisi ini sujud sahwi dilakukan sebelum salam. Sebelumnya telah disebutkan perihal berbagai faktor penghalang untuk melaksanakan sujud sahwi pada soaljawab nomor 7743. AsySyaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah mengatakan, Apabila seorang mengucapkan dzikir shalat tidak pada tempatnya, maka dia disunnahkan dianjurkan untuk melakukan sujud sahwi. Contohnya seperti seorang yang mengucapkan subhana rabbiy alala ketika rukuka kemudian sebelum bangkit dari rukuk dia teringat akan kekeliruannya dan mengucapkan subhana rabbiy alazhim. AsySyaikh Ib Jibrin rahimahullah mengatakan, Adapun jika seseorang mengucapkan dzikir tidak pada tempatnya karena lupa, maka hal ini tidaklah membatalkan shalat. Dengan demikian, apabila seseorang membaca surat sementara dia lagi duduk , mengucapkan tasyahhud ketika dia sedang berdiri, mengatakan subhana rabbiy alala ketika rukuk atau mengucapkan subhana rabbiy alazhim ketika sujud, maksudnya dia mengerjakan sesuatu yang disyariatkan namun dilakukan tidak pada tempatnya. Jika dia mengikuti imam dari awal shalat dan melakukan hal di atas, maka dia tetap salam bersama imam dan tidak ada kewajiban sujud sahwi atasnya. AsySyaikh IbnuUtsaimin rahimahullah mengatakan, . Apabila makmum lupa dalam shalatnya dan dia tidak masbuk, maksudnya dia mendapati seluruh rakaat bersama imam kemudian dia lupa mengucapkan subhana rabbiy alazhim ketika rukuk, maka tidak ada kewaji ban sujud sahwi atasnya karena imam yang akan menanggungnya. Lihat Risalah fi Ahkam Sujud asSahwi karya AsySyaikh IbnuUtsaimin rahimahullah dan lihat pula soaljawab nomor 35909. sumber Penerjemah Muhammad Nur Ichwan Muslim |
Asbabun Nuzul Surat An-Nazi'at Ayat 12 - Imam as Suyuthi : Orang-Orang Kafir Quraish Mengatakan Andai Mereka Hidup Setengah Mati, Maka Akan Benar-Benar Merugi | https://www.laduni.id/asbabul-nuzul/714/asbabul-wurud-asbabun-nuzul-surat-an-naziat-ayat-12-imam-as-suyuthi | “Mereka berkata, “Kalau demikian, itu adalah suatu pengembalian yang merugikan.” bin Manshur meriwayatkan dari Muhammad bin Ka’ab, dia mengatakan; Tatkala turun ayat, “Apakah sesungguhnya kami benar-benar dikembalikan kepada upan yang semula!” (An-Nazi’at: 10) Orang-orang kafir Quraisy berkata, “Seandainya kami hidup setelah mati, niscaya kami akan benar-benar merugi. Maka turunlah ayat, “Mereka berkata, “Kalau demikian, itu adalah suatu pengembalian yang merugikan. ” (1) Sumber artikel: Buku Asbabul Nuzul: Kronologi dan Sebab Turun Wahyu Al-Qur'an Buku disusun oleh Muchlis M. Hanafi (ed.) Buku diterbitkan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama RI, 2017 1. Lihat Ibnu Katsir (6/245). | Mereka berkata, Kalau demikian, itu adalah suatu pengembalian yang merugikan. bin Manshur meriwayatkan dari Muhammad bin Kaab, dia mengatakan Tatkala turun ayat, Apakah sesungguhnya kami benarbenar dikembalikan kepada upan yang semula AnNaziat 10 Orangorang kafir Quraisy berkata, Seandainya kami hidup setelah mati, niscaya kami akan benarbenar merugi. Maka turunlah ayat, Mereka berkata, Kalau demikian, itu adalah suatu pengembalian yang merugikan. 1 Sumber artikel Buku Asbabul Nuzul Kronologi dan Sebab Turun Wahyu AlQuran Buku disusun oleh Muchlis M. Hanafi ed. Buku diterbitkan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf AlQuran, Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama RI, 2017 1. Lihat Ibnu Katsir 6245. |
Bagaimana kita mempersiapkan diri menyambut bulan Ramadan? Amal apa yang paling utama di bulan yang mulia ini? | https://islamqa.info/id/answers/92748/bagaimana-mempersiapkan-kedatangan-bulan-ramadan | Alhamdulillah.Pertama: Sungguh bagus sekali pertanyaan anda wahai saudaraku yang mulia. Karena anda bertanya tentang cara mempersiapkan diri menyambut kedatangan Ramadan, yang banyak di antara manusia menyimpang dari hakekat puasa. Mereka menjadikannya sebagai musim untuk makan, minum, menghidangkan kue-kue, begadang atau menonton televisi. Mereka mempersiapkan makanan jauh-jauh hari sebelum Ramadan, karena khawatir kehabisan atau harganya naik, maka mereka memborong makanan dan minuman. Kemudian mereka mencari-cari informasi di chanel televisi untuk mengetahui acara apa yang menarik diikuti dan yang layak ditinggalkan. Mereka sungguh telah bodoh –dengan sebenarnya- hakekat puasa di bulan Ramadan. Mereka abaikan ibadah dan ketaqwaan, dan kemudian hanya memenuhi kebutuhan perut dan pandangan matanya semata. Kedua: sebagian yang lain sadar akan hakekat puasa di bulan Ramadan, maka mereka mempersiapkan dirinya sejak bulan Sya’ban. Bahkan ada yang telah mempersiapkan sebelum itu. Di antara persiapan yang terpuji untuk menyambut bulan Ramadan adalah : 1. Bertaubat dengan jujur. Taubat pada dasarnya wajib setiap saat. Akan tetapi karena akan (menyambut) kedatangan bulan yang agung dan barokah ini, maka lebih tepat lagi jika seseorang segera bertaubat dari dosa-dosanya yang diperbuat kepada Allah serta dosa-dosa karena hak-hak orang lain yang terzalimi. Agar ketika memasuki bulan yang barokah ini, dia disibukkan melakukan ketaatan dan ibadah dengan dada lapang dan hati tenang. Allah ta’ala berfirman: ( ) : 31 “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An-Nur: 31). Dan dari Al-Aghar bin Yasar radhiallahu ’anhu dari Nabi sallallahu ’alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Wahai manusia! Bertaubatlah kepada Allah, sesungguhnya aku bertaubat (kepada Allah) dalam sehari seratus kali” (HR. Muslim, no. 2702) 2. Berdoa. Diriwayatkan dari sebagian (ulama) salaf, bahwa mereka berdoa kepada Allah selama enam bulan agar dapat berjumpa dengan bulan Ramadan, kemudian mereka berdoa lagi lima bulan setelahnya semoga amalnya diterima. Seorang muslim hendaknya berdoa kepada Tuhannya agar mendapatkan bulan Ramadan dalam keadaan baik, dari sisi agama maupun fisik, juga hendaknya dia berdoa semoga dibantu dalam mentaati-Nya serta berdoa semoga amalnya diterima. 3. Gembira dengan semakin dekatnya kedatangan bulan yang agung ini. Sesungguhnya mendapatkan bulan Ramadan termasuk nikmat Allah yang agung bagi seorang hamba yang muslim. Karena bulan Ramadan termasuk musim kebaikan, pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup. Ia adalah bulan Al-Qur’an serta bulan terjadinya peperangan-peperangan yang sangat menentukan dalam (sejarah) agama kita. Allah berfirman: “Katakanlah, 'Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan." (QS. Yunus: 58) 4. Menyelesaikan tanggungan (qadha) kewajiban puasa. Dari Abu Salamah, dia berkata, saya mendengar ‘Aisyah radhiallahu ’anha berkata: “Aku memiliki kewajiban berpuasa dari bulan Ramadan lalu, dan aku baru dapat mengqadanya pada bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari, no. 1849, dan Muslim, no. 1146) Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah berkata: “Dari keseriusan beliau (mengqadha) pada bulan Sya’ban disimpulkan bahwa hal itu menunjukkan tidak diperkenankan mengakhirkan qadha sampai memasuki bulan Ramadan berikutnya.” (Fathul Bari, 4/191) 5. Membekali diri dengan ilmu agar dapat mengenal hukum-hukum puasa dan mengetahui keutamaan Ramadan. 6. Segera menyelesaikan pekerjaan yang boleh jadi (jika tidak segera diselesaikan) dapat mengganggu kesibukan ibadah seorang muslim di bulan Ramadan. 7. Berkumpul bersama anggota keluarga, dengan istri dan anak-anak untuk menjelaskan hukum-hukum puasa dan mendorong si kecil untuk berpuasa 8. Mempersiapkan sejumlah buku yang layak untuk dibaca di rumah atau menghadiahkannya kepada imam masjid agar di baca (di depan) jamaahnya pada bulan Ramadan. 9. Berpuasa pada bulan Sya’ban sebagai persiapan untuk berpuasa di bulan Ramadan. : . ( 1868 1156) Dari ‘Aisyah radhiallahu ’anha: “Rasulullah sallallahu ’alaihi wa sallam berpuasa sampai kami mengatakan (mengira) dia tidak pernah berbuka. Dan (lain waktu) beliau tidak berpuasa sampai kami mengatakan (mengira) dia pernah berpuasa. Dan aku tidak melihat Rasulullah sallallahu ’alaihi wa sallam menyempurnakan puasa sebulan penuh selain di bulan Ramadan dan aku tidak melihat Rasulullah sallallahu ’alaihi wa sallam memperbanyak berpuasa selain di bulan Sya’ban”. (HR. Bukhari, no. 1868, Muslim, no 1156) Dari Usamah bin Zaid radhiallahu ’anhu, dia berkata: “Saya bertanya, Wahai Rasulullah saya tidak pernah melihat anda berpuasa di antara bulan-bulan yang ada seperti engkau berpuasa pada bulan Sya’ban?” (Beliau) bersabda: “Itu adalah bulan yang sering diabaikan orang, antara Rajab dan Ramadan. Yaitu bulan yang di dalamnya diangkat amal (seorang hamba) kepada Tuhan seluruh alam. Dan aku senang saat amalanku diangkat, aku dalam kondisi berpuasa.” (HR. Nasa’i, no. 2357, dinyatakan hasan oleh Al-Albany dalam shahih Nasa’i). Dalam hadits di atas dijelaskan hikmah berpuasa pada bulan Sya’ban, yaitu bulan diangkatnya amalan. Sebagian ulama menyebutkan hikmah lainnya, yaitu bahwa puasa (pada bulan Sya’ban) kedudukannya seperti sunnah qabliyah dalam shalat fardhu. Agar jiwa merasa siap dan bersemangat dalam menunaikan kewajiban. Demikianlah yang dikatakan terhadap puasa di bulan Sya’ban sebelum Ramadan. 10. Membaca Al-Qur’an. Salamah bin Kuhail berkata: Dahulu dikatakan bahwa bulan Sya’ban adalah bulan bacaan (Al-Qur’an). Adalah Amr bin Qais apabila memasuki bulan Sya’ban, beliau menutup tokonya, lalu berkonsetrasi membaca Al-Qur’an. Abu Bakar Al-Balkhi berkata: “Bulan Rajab adalah bulan menanam, bulan Sya’ban adalah bulan menyirami tanaman dan bulan Ramadan adalah bulan memanen tanaman." Dia juga berkata: "Perumpamaan bulan Rajab bagaikan angin, sedangkan perumpamaan Sya’ban bagaikan mendung dan perumpamaan Ramadan bagaikan hujan. Barangsiapa yang tidak menanam di bulan Rajab dan tidak menyiram pada bulan Sya’ban, bagaimana dia akan memanen di bulan Ramadan." Kini bulan Rajab telah berlalu, lalu apa yang akan anda kerjakan pada bulan Sya’ban jika anda ingin bertemu dengan bulan Ramadan. Demikianlah halnya keadaan Nabi anda dan salaf (pendahulu) umat ini di bulan yang barokah. Maka, dimana posisi anda dari amalan dan derajat tersebut? Ketiga: untuk mengetahui amalan-amalan yang selayaknya dilakukan seorang muslim pada bulan Ramadan, silakan melihat soal jawab no. 12468 dan 26869. Wallahul muwafiq | Pertama Sungguh bagus sekali pertanyaan anda wahai saudaraku yang mulia. Mereka menjadikannya sebagai musim untuk makan, minum, menghidangkan kuekue, begadang atau menonton televisi. Mereka mempersiapkan makanan jauhjauh hari sebelum Ramadan, karena khawatir kehabisan atau harganya naik, maka mereka memborong makanan dan minuman. Mereka abaikan ibadah dan ketaqwaan, dan kemudian hanya memenuhi kebutuhan perut dan pandangan matanya semata. Kedua sebagian yang lain sadar akan hakekat puasa di bulan Ramadan, maka mereka mempersiapkan dirinya sejak bulan Syaban. Bahkan ada yang telah mempersiapkan sebelum itu. Agar ketika memasuki bulan yang barokah ini, dia disibukkan melakukan ketaatan dan ibadah dengan dada lapang dan hati tenang. Allah taala berfirman 31 Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orangorang yang beriman supaya kamu beruntung. Seorang muslim hendaknya berdoa kepada Tuhannya agar mendapatkan bulan Ramadan dalam keadaan baik, dari sisi agama maupun fisik, juga hendaknya dia berdoa semoga dibantu dalam mentaatiNya serta berdoa semoga amalnya diterima. Gembira dengan semakin dekatnya kedatangan bulan yang agung ini. Sesungguhnya mendapatkan bulan Ramadan termasuk nikmat Allah yang agung bagi seorang hamba yang muslim. Allah berfirman Katakanlah, Dengan kurnia Allah dan rahmatNya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmatNya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan. Menyelesaikan tanggungan qadha kewajiban puasa. Dari Abu Salamah, dia berkata, saya mendengar Aisyah radhiallahu anha berkata Aku memiliki kewajiban berpuasa dari bulan Ramadan lalu, dan aku baru dapat mengqadanya pada bulan Syaban. Segera menyelesaikan pekerjaan yang boleh jadi jika tidak segera diselesaikan dapat mengganggu kesibukan ibadah seorang muslim di bulan Ramadan. Berkumpul bersama anggota keluarga, dengan istri dan anakanak untuk menjelaskan hukumhukum puasa dan mendorong si kecil untuk berpuasa 8. Mempersiapkan sejumlah buku yang layak untuk dibaca di rumah atau menghadiahkannya kepada imam masjid agar di baca di depan jamaahnya pada bulan Ramadan. 1868 1156 Dari Aisyah radhiallahu anha Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam berpuasa sampai kami mengatakan mengira dia tidak pernah berbuka. 1868, Muslim, no 1156 Dari Usamah bin Zaid radhiallahu anhu, dia berkata Saya bertanya, Wahai Rasulullah saya tidak pernah melihat anda berpuasa di antara bulanbulan yang ada seperti engkau berpuasa pada bulan Syaban Beliau bersabda Itu adalah bulan yang sering diabaikan orang, antara Rajab dan Ramadan. Dan aku senang saat amalanku diangkat, aku dalam kondisi berpuasa. 2357, dinyatakan hasan oleh AlAlbany dalam shahih Nasai. Dalam hadits di atas dijelaskan hikmah berpuasa pada bulan Syaban, yaitu bulan diangkatnya amalan. Salamah bin Kuhail berkata Dahulu dikatakan bahwa bulan Syaban adalah bulan bacaan AlQuran. Abu Bakar AlBalkhi berkata Bulan Rajab adalah bulan menanam, bulan Syaban adalah bulan menyirami tanaman dan bulan Ramadan adalah bulan memanen tanaman. Dia juga berkata Perumpamaan bulan Rajab bagaikan angin, sedangkan perumpamaan Syaban bagaikan mendung dan perumpamaan Ramadan bagaikan hujan. |
4747. INILAH ORANG YANG DISERUPAKAN DENGAN NABI ISA AS | https://www.piss-ktb.com/2016/05/4747-inilah-orang-yang-diserupakan.html | PERTANYAAN : Assalamu 'alaikum. Mau tanya, siapakah orang yang diserupakan dengan nabi isa yang di salib? [Abu Yazid]. JAWABAN : Wa'alaikum salam. Dalam injil barnabas, salah satu murid hawariyin yang disalib namanya yahuda al askhoriyuti salah satu sahabat Nabi Isa al masih. Dan menurut riwayat dari Ibnu Abbas bahwa orang yang diserupakan Nabi Isa alaihis salaam dan disalib namanya Titanus. Wallohu a'lam. [Mujaawib : Ustadz Nur Hamzah] - Kitab Tafsir at-Tahrir wa al-Tanwir (6/21) : . . - Kitab Tafsir al-Alusi (6/10) : - - - - - - - . www.fb.com/groups/piss.ktb/1122150437807763/ www.fb.com/notes/1196823007007172 | PERTANYAAN Assalamu alaikum. Mau tanya, siapakah orang yang diserupakan dengan nabi isa yang di salib Abu Yazid. JAWABAN Waalaikum salam. Dalam injil barnabas, salah satu murid hawariyin yang disalib namanya yahuda al askhoriyuti salah satu sahabat Nabi Isa al masih. Dan menurut riwayat dari Ibnu Abbas bahwa orang yang diserupakan Nabi Isa alaihis salaam dan disalib namanya Titanus. Wallohu alam. Mujaawib Ustadz Nur Hamzah Kitab Tafsir atTahrir wa alTanwir 621 . . Kitab Tafsir alAlusi 610 . www.fb.comgroupspiss.ktb1122150437807763 www.fb.comnotes1196823007007172 |
Jika seseorang mencukur rambutnya setelah masuk sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah sedangkan dia telah niat berkurban, apakah kurbannya sah dan diterima? | https://islamqa.info/id/answers/33818/jika-seseorang-mencukurr-rambutnya-pada-sepuluh-hari-pertama-dzulhijah-dia-bersalah-namun-kurbannya-tetap-sah | Alhamdulillah.Syekh Ibnu Utsaimin berkata, “Ya, kurbannya diterima, namun dia telah bermaksiat (jika sengaja mencukur rambutnya pada hari-hari itu). Adapun yang dianggap di kalangan awam bahwa apabila seseorang mengambil rambutnya, kukunya atau kulitnya, maka kurbannya dianggap tidak sah, hal itu tidak benar. Karena tidak ada hubungannya antara sahnya berkurban dengan mengambil ketiga hal tersebut.” Wallahua’lam. | Alhamdulillah.Syekh Ibnu Utsaimin berkata, Ya, kurbannya diterima, namun dia telah bermaksiat jika sengaja mencukur rambutnya pada harihari itu. Adapun yang dianggap di kalangan awam bahwa apabila seseorang mengambil rambutnya, kukunya atau kulitnya, maka kurbannya dianggap tidak sah, hal itu tidak benar. Karena tidak ada hubungannya antara sahnya berkurban dengan mengambil ketiga hal tersebut. Wallahualam. |
Tiga Anjuran Rasulullah Menyikapi Masa Lalu yang Buruk | https://www.harakatuna.com/tiga-anjuran-rasulullah-menyikapi-masa-lalu-yang-buruk.html | Harakatuna.com – Kata sebagian ulama ahli hikmah bahwa kehidupan di dunia ini ada 3, masa lalu, hari ini dan masa mendatang. Sejatinya hidup yang harus terus diperjuangkan adalah hari ini. Masa lalu tidak akan pernah kembali, masa mendatang belum tentu kita sampai kepadanya. Namun demikian, dalam menjalani kehidupan hari-hari ini, manusia terkadang masih terjebak dengan kehidupan masa lalunya yang buruk dan kelam. Keburukan-keburukan dan kejadian-kejadian di masa lalu membuat orang merasa jatuh, tidak pantas menjalani kehidupan di hari ini. Masa lalu, apalagi yang penuh kemaksiatan memang terkadang menjadi batu sandungan dalam menjalani kehidupan hari ini. Dan berikut 3 anjuran Rasulullah untuk menyikapi masa lalu yang buruk. Pertama, jangan mengungkit-ungkit kejadian yang telah berlalu. Karena hal ini akan membuat orang semakin depresi. Bahasa mudahnya yang berlalu biarlah berlalu. Terkait ini, ada sebuah cerita dimana Rasulullah mendukung Nabi Adam dari gugatan Nabi Musa yang menyalahkan dirinya sehingga keluar dari surga. : : : – – : Artinya: “Nabi Adam pernah mengalahkan argumen Nabi Musa. Nabi Musa berkata: Wahai Adam, engkaukah yang telah membuat manusia keluar dari surga akibat dosamu, sehingga engkau membuat manusia sengsara di dunia? Nabi Adam berkata: Wahai Musa, Allah telah memilih engkau untuk membawa risalah-Nya dan berbicara kepadamu, apakah engkau mencela aku atas sesuatu yang telah Allah tetapkan kepadaku sebelum menciptakan aku? Rasulullah bersabda: Nabi Adam mengalahkan argumen Nabi Musa” (HR. Al-Bukhari). Dalam hadis ini Nabi Muhammad menyetujui pernyataan Nabi Adam. “Apakah engkau mencela aku atas sesuatu yang telah Allah tetapkan kepadaku sebelum menciptakan aku?”. Ini menunjukkan bahwa yang lalu biarlah berlalu, karena tidak bisa diubah lagi. Kedua, jangan menceritakan kejadian masa lalu yang buruk. Hal ini lantaran Allah telah menutupi keburukan di masa lalu, lalu kenapa engkau malah menceritakannya. Menceritakan kejadian buruk atau kemaksiatan bisa jadi berimplikasi ia tidak memperoleh ampunan. Artinya: “Setiap umatku akan diampuni kecuali mujahir (orang yang berbuat maksiat terang-terangan). Seorang lelaki melakukan suatu maksiat di malam hari. Dan Allah tutup maksiat tersebut dari (orang-orang). Namun besoknya ia berkata: wahai Fulan, tadi malam saya melakukan ini dan itu. Di malam hari, Allah telah menutup aibnya, di pagi hari ia membuka aibnya sendiri yang telah Allah tutup.” (HR. Bukhari) Ketiga, bertaubat dari keburukan yang pernah dilakukan di masa lalu seraya terus memperbaiki diri. Karena dalam hadisnya, Rasulullah menjelaskan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah orang yang bertaubat. Artinya: “Setiap manusia pasti banyak berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah orang yang banyak bertaubat”. (HR. Tirmidzi) Demikianlah 3 anjuran Rasulullah dalam menyikapi masa lalu yang kelam karena banyak melakukan keburukan dan maksiat. Semoga dengan melakukan 3 anjuran ini, masa lalu yang telah terjadi tidak menjadi ancaman dan depresi untuk terus memperbaiki diri. Wallahu A’lam Bishowab. | Harakatuna.com Kata sebagian ulama ahli hikmah bahwa kehidupan di dunia ini ada 3, masa lalu, hari ini dan masa mendatang. Sejatinya hidup yang harus terus diperjuangkan adalah hari ini. Keburukankeburukan dan kejadiankejadian di masa lalu membuat orang merasa jatuh, tidak pantas menjalani kehidupan di hari ini. Dan berikut 3 anjuran Rasulullah untuk menyikapi masa lalu yang buruk. Karena hal ini akan membuat orang semakin depresi. Artinya Nabi Adam pernah mengalahkan argumen Nabi Musa. Dalam hadis ini Nabi Muhammad menyetujui pernyataan Nabi Adam. Apakah engkau mencela aku atas sesuatu yang telah Allah tetapkan kepadaku sebelum menciptakan aku. Ini menunjukkan bahwa yang lalu biarlah berlalu, karena tidak bisa diubah lagi. Kedua, jangan menceritakan kejadian masa lalu yang buruk. Menceritakan kejadian buruk atau kemaksiatan bisa jadi berimplikasi ia tidak memperoleh ampunan. Artinya Setiap umatku akan diampuni kecuali mujahir orang yang berbuat maksiat terangterangan. Seorang lelaki melakukan suatu maksiat di malam hari. Dan Allah tutup maksiat tersebut dari orangorang. Namun besoknya ia berkata wahai Fulan, tadi malam saya melakukan ini dan itu. Di malam hari, Allah telah menutup aibnya, di pagi hari ia membuka aibnya sendiri yang telah Allah tutup. Bukhari Ketiga, bertaubat dari keburukan yang pernah dilakukan di masa lalu seraya terus memperbaiki diri. Karena dalam hadisnya, Rasulullah menjelaskan sebaikbaik orang yang berbuat salah adalah orang yang bertaubat. Semoga dengan melakukan 3 anjuran ini, masa lalu yang telah terjadi tidak menjadi ancaman dan depresi untuk terus memperbaiki diri. |
Tuhanlah yang mendamaikan hati manusia | https://www.laduni.id/alquran/tema/tema-ayat-quran-Tuhanlah-yang-mendamaikan-hati-manusia | QS.Surat Al-Anfal[8]:63 () 63. dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman) [622]. Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana. [622] Penduduk Madinah yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj selalu bermusuhan sebelum Nabi Muhammad s.a.w hijrah ke Medinah dan mereka masuk Islam, permusuhan itu hilang. | QS.Surat AlAnfal863 63. dan Yang mempersatukan hati mereka orangorang yang beriman 622. Walaupun kamu membelanjakan semua kekayaan yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana. 622 Penduduk Madinah yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj selalu bermusuhan sebelum Nabi Muhammad s.a.w hijrah ke Medinah dan mereka masuk Islam, permusuhan itu hilang. |
Bolehkah Mendo’akan Husnul Khatimah Bagi yang Sudah Meninggal? | https://bimbinganislam.com/boehkah-mendoakan-husnul-khatimah-bagi-yang-sudah-meninggal/ | Bolehkah Mendoakan Husnul Khatimah Bagi yang Sudah Meninggal? Para pembaca Bimbinganislam.com yang mencintaiAllah taala berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang bolehkah mendoakan husnul khatimah bagi yang sudah meninggal? Selamat Membaca. Pertanyaan : Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ustadz Apakah benar ucapan semoga husnul khotimah itu hanya untuk orang yang masih hidup? Kalo yang meninggal tidak perlu didoakan dengan husnul khotimah? Jazakallahu khairan. (Adi Permadi, Sahabat BiAS G8-N011) Jawaban : Waalaikumussalam Warahmatullah Wabarakatuh Rahmat Allah Yang Maha Pengasih sangat luas. Diantara rahmat yang Allah Taala berikan kepada orang yang beriman adalah mereka bisa saling memberikan kebaikan, sekalipun harus berpisah di kehidupan dunia fana ini. Karena ikatan iman, Allah Taala abadikan sekalipun mereka sudah berpisah berbeda kehidupan, telah wafat dan yang lain masih hidup. Doa mukmin yang hidup kepada mukmin yang telah meninggal, Allah Taala jadikan sebagai doa yang mustajab. Doa anak soleh kepada orang tuanya yang beriman, yang telah meninggal, Allah jadikan sebagai paket pahala yang tetap mengalir. Dari sahabat mulia Abu Hurairah radhiallahu anhu, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda, : Apabila seseorang mati, seluruh amalnya akan terputus kecuali 3 hal: sedekah jariyah, ilmu yang manfaat, dan anak sholeh yang mendoakannya. (HR. Muslim 1631, Nasai 3651, dan yang lainnya). Bahkan ikatan iman ini tetap Allah abadikan hingga hari kiamat. Karena ikatan iman ini, Allah Taala kumpulkan kembali mereka bersama keluarganya di hari kiamat. Dalam firman-Nya Yang Mulia; Orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. (QS. At-Thur: 21). Mendoakan Husnul Khotimah Mendoakan husnul khotimah bagi orang muslim yang hidup maupun telah wafat adalah boleh, dan hal ini bukan sebuah kekhususan bagi orang yang masih hidup saja, hanya saja upaya dan usaha bagi orang yang masih hidup lebih sempurna daripada yang telah wafat. Jika direnungkan, Lebih dianjurkan mendoakan ampunan (bukan hanya husnul khotimah) bagi mereka yang telah meninggal dunia, karena mengamalkan firman Allah Taala; Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: Ya Rabb Kami, beri ampunlah Kami dan saudara-saudara Kami yang telah beriman lebih dulu dari Kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati Kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb Kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Hasyr: 10) Jika kita melihat lebih dalam, sejatinya adanya saling mendoakan antara yang hidup dan yang mati, merupakan bagian dari nikmat Allah kepada orang yang beriman. Karena ikatan iman, orang yang masih hidup bisa tetap memberikan doa kepada orang lain, meskipun dia sudah meninggal. Adapun mendoakan husnul khotimah bagi orang kafir yang telah meninggal dunia, maka hal ini dilarang dalam agama kita yang mulia, karena Firman Allah Taala; Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum Kerabat (Nya), sudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahim. (QS. At-Taubah: 113). Wallahu Taala Alam. Dijawab dengan ringkas oleh: Ustadz Fadly Gugul S.Ag. Rabu, 12 Dzul Qaidah 1442 H/ 23 Juni 2021 M Ustadz Fadly Gugul S.Ag. Beliau adalah Alumni STDI Imam Syafii Jember (ilmuhadits), Dewan konsultasi BimbinganIslam Untuk melihat artikel lengkapdariUstadz Fadly Gugul klik disini | Bolehkah Mendoakan Husnul Khatimah Bagi yang Sudah Meninggal Para pembaca Bimbinganislam.com yang mencintaiAllah taala berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang bolehkah mendoakan husnul khatimah bagi yang sudah meninggal Selamat Membaca. Pertanyaan Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ustadz Apakah benar ucapan semoga husnul khotimah itu hanya untuk orang yang masih hidup Kalo yang meninggal tidak perlu didoakan dengan husnul khotimah Jazakallahu khairan. Adi Permadi, Sahabat BiAS G8N011 Jawaban Waalaikumussalam Warahmatullah Wabarakatuh Rahmat Allah Yang Maha Pengasih sangat luas. Karena ikatan iman, Allah Taala abadikan sekalipun mereka sudah berpisah berbeda kehidupan, telah wafat dan yang lain masih hidup. Doa anak soleh kepada orang tuanya yang beriman, yang telah meninggal, Allah jadikan sebagai paket pahala yang tetap mengalir. Dari sahabat mulia Abu Hurairah radhiallahu anhu, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda, Apabila seseorang mati, seluruh amalnya akan terputus kecuali 3 hal sedekah jariyah, ilmu yang manfaat, dan anak sholeh yang mendoakannya. Muslim 1631, Nasai 3651, dan yang lainnya. Karena ikatan iman ini, Allah Taala kumpulkan kembali mereka bersama keluarganya di hari kiamat. Dalam firmanNya Yang Mulia Orangoranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Jika direnungkan, Lebih dianjurkan mendoakan ampunan bukan hanya husnul khotimah bagi mereka yang telah meninggal dunia, karena mengamalkan firman Allah Taala Dan orangorang yang datang sesudah mereka Muhajirin dan Anshor, mereka berdoa Ya Rabb Kami, beri ampunlah Kami dan saudarasaudara Kami yang telah beriman lebih dulu dari Kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati Kami terhadap orangorang yang beriman Ya Rabb Kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang. AlHasyr 10 Jika kita melihat lebih dalam, sejatinya adanya saling mendoakan antara yang hidup dan yang mati, merupakan bagian dari nikmat Allah kepada orang yang beriman. Karena ikatan iman, orang yang masih hidup bisa tetap memberikan doa kepada orang lain, meskipun dia sudah meninggal. Adapun mendoakan husnul khotimah bagi orang kafir yang telah meninggal dunia, maka hal ini dilarang dalam agama kita yang mulia, karena Firman Allah Taala Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orangorang yang beriman memintakan ampun kepada Allah bagi orangorang musyrik, walaupun orangorang musyrik itu adalah kaum Kerabat Nya, sudah jelas bagi mereka, bahwasanya orangorang musyrik itu adalah penghuni neraka jahim. Dijawab dengan ringkas oleh Ustadz Fadly Gugul S.Ag. Rabu, 12 Dzul Qaidah 1442 H 23 Juni 2021 M Ustadz Fadly Gugul S.Ag. Beliau adalah Alumni STDI Imam Syafii Jember ilmuhadits, Dewan konsultasi BimbinganIslam Untuk melihat artikel lengkapdariUstadz Fadly Gugul klik disini |
Rasa Malu yang Harus Dimiliki Umat Muslim | https://dalamislam.com/info-islami/rasa-malu-yang-harus-dimiliki-umat-muslim | Malu. Satu kata yang mulai pudar kita jumpai dalam masyarakat. Satu kata yang memiliki makna menjaga diri, harga diri, sikap, perbuatan, sehingga kita tetap berada dalam koridor Islam.Namun saat ini rasa malu tersebut mulai hilang. Seperti contoh banyaknya perempuan yang mau berjoged yang kemudian dimuat dalam media sosialnya. Rasa malu mereka hilang, bahkan mereka bangga jika nanti video mereka dilihat oleh ribuan orang.“Dari Ibnu Umar, Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah SWT apabila hendak membinasakan seorang hamba maka Dia mencabut darinya rasa malu. Apabila Dia telah mencabut rasa malu darinya maka engkau tidak mendapatinya melainkan sebagai orang yang dibenci. Apabila engkau tidak mendapatinya melainkan sebagai orang yang sangat dibenci maka dicabut darinya sifat amanah. Apabila telah tercabut darinya sifat amanah maka engkau tidak mendapatinya melainkan sebagai orang yang berkhianat dan terkenal sebagai pengkhianat. Apabila engkau tidak mendapatinya melainkan sebagai orang berkhianat atau terkenal sebagai pengkhianat maka dicabut darinya sifat belas kasih. Apabila telah tercabut darinya sifat belas kasih maka engkau tidak akan mendapatinya melainkan sebagai orang yang dijatuhkan dari rahmat dan terlaknat. Apabila engkau tidak mendapatinya melainkan sebagai orang yang dijauhkan dari rahmat dan terlaknat maka tercabut darinya ikatan Islam.” (H.R. Ibnu Majah). Sifat malu ini sangat penting bagi kita umat muslim. Sifat malu ini yang akan mampu membentengi diri kita agar selalu berada dalam koridor Islam. Sikap malu ini yang akan melindungi kita dari melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan ajaran agama.Apalagi pada zaman sekarang. Dunia maya sedang berkembang pesat. Jika tidak ada rasa malu, seseorang tanpa pikir panjang akan menggunakan dunia maya, tanpa mempertimbangkan efek buruk terhadap dirinya, keluarganya, agama, dan masyarakat Mereka akan lebih berani menampilkan diri tanpa mempertimbangkan ajaran agama.Seseorang yang memiliki rasa malu akan lebih selektif dalam menggunakan media sosial. Mereka akan lebih mempertimbangkan baik dan buruknya dalam membuat sebuah status maupun content.Mereka juga akan lebih mempertimbangkan aspek agama, sehingga tidak harus seutuhnya mengikuti zaman, namun bisa lebih selektif dan optimal dalam memanfaatkan media sosial.Sebagai orang muslim, sudah selayaknya kita menjaga diri dari hal -hal yang tidak sesuai dengan agama. Kita seharusnya bisa membatasi diri dari hal yang berlawanan dengan agama. Oleh karena itu dibutuhkan rasa malu untuk membentengi diri kita. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya setiap agama memiliki Budi pekerti dan Budi pekerti Islam adalah rasa malu “ (H.R Ibnu Majah).Rasa malu sangat penting. Rasa malu yang utama malu kepada Tuhan. Dengan adanya rasa malu tersebut seseorang akan takut melakukan hal –hal yang dilarang Tuhan. Dia akan berusaha menjalani hidup sesuai aturan agama. Selain itu malu yang terpenting, yaitu malu terhadap diri sendiri. Seseorang akan lebih menjaga harga dirinya jika memiliki rasa malu.Rasulullah bersabda, : “Malulah kepada Allah dengan sebenar–benar malu. “Kami berkata:”Wahai Rasulullah! Segala puji bagi Allah. Sesungguh nya kami merasa malu.”. Beliau berkata: “Tidak demikian. Akan tetapi, malu kepada Allah dengan sebenar –benar rasa malu adalah: Engkau menjaga kepala dan apa yang terkumpul padanya, menjaga perut dan yang berhubungan dengannya, dan hendaklah engkau mengingat kematian serta kerapuhan jasad. Barang siapa yang menghendaki akhirat hendaklah ia meninggalkan perhiasan dunia. Orang yang melakukan hal tersebut sungguh ia telah merasa malu kepada Allah dengan sebenar –benar rasa malu.” (H.R. Tirmizi). | Satu kata yang mulai pudar kita jumpai dalam masyarakat. Satu kata yang memiliki makna menjaga diri, harga diri, sikap, perbuatan, sehingga kita tetap berada dalam koridor Islam. Seperti contoh banyaknya perempuan yang mau berjoged yang kemudian dimuat dalam media sosialnya. Rasa malu mereka hilang, bahkan mereka bangga jika nanti video mereka dilihat oleh ribuan orang. Apabila Dia telah mencabut rasa malu darinya maka engkau tidak mendapatinya melainkan sebagai orang yang dibenci. Apabila engkau tidak mendapatinya melainkan sebagai orang yang sangat dibenci maka dicabut darinya sifat amanah. Apabila engkau tidak mendapatinya melainkan sebagai orang berkhianat atau terkenal sebagai pengkhianat maka dicabut darinya sifat belas kasih. Apabila engkau tidak mendapatinya melainkan sebagai orang yang dijauhkan dari rahmat dan terlaknat maka tercabut darinya ikatan Islam. Sifat malu ini yang akan mampu membentengi diri kita agar selalu berada dalam koridor Islam. Jika tidak ada rasa malu, seseorang tanpa pikir panjang akan menggunakan dunia maya, tanpa mempertimbangkan efek buruk terhadap dirinya, keluarganya, agama, dan masyarakat Mereka akan lebih berani menampilkan diri tanpa mempertimbangkan ajaran agama. Mereka akan lebih mempertimbangkan baik dan buruknya dalam membuat sebuah status maupun content. Mereka juga akan lebih mempertimbangkan aspek agama, sehingga tidak harus seutuhnya mengikuti zaman, namun bisa lebih selektif dan optimal dalam memanfaatkan media sosial. Kita seharusnya bisa membatasi diri dari hal yang berlawanan dengan agama. Rasulullah bersabda, Sesungguhnya setiap agama memiliki Budi pekerti dan Budi pekerti Islam adalah rasa malu H.R Ibnu Majah. Dia akan berusaha menjalani hidup sesuai aturan agama. Selain itu malu yang terpenting, yaitu malu terhadap diri sendiri. Rasulullah bersabda, Malulah kepada Allah dengan sebenarbenar malu. Kami berkataWahai Rasulullah Segala puji bagi Allah. Akan tetapi, malu kepada Allah dengan sebenar benar rasa malu adalah Engkau menjaga kepala dan apa yang terkumpul padanya, menjaga perut dan yang berhubungan dengannya, dan hendaklah engkau mengingat kematian serta kerapuhan jasad. Barang siapa yang menghendaki akhirat hendaklah ia meninggalkan perhiasan dunia. |
Keutamaan Tidak Meminta Diruqyah | https://bimbinganislam.com/keutamaan-tidak-meminta-diruqyah/ | Keutamaan Tidak Meminta Diruqyah Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan pembahasan keutamaan tidak meminta untuk diruqyah. Selamat membaca. Pertanyaan: Bismillah. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Semoga Allah menjaga ustadz beserta keluarga. Aamiin. Inzin bertanya Ustadz, hadits tentang 70.000 orang masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab, mereka adalah orang orang yang tidak meruqyah. Bukankah meruqyah merupakan berbuat baik, menolong dan memberi manfaat untuk orang lain? Apakah tidak boleh meruqyah? Tolong penjelasannya Ustadz Jazaakallahu khair wabaarakallahu fiik. (Ditanyakan oleh Sahabat BIAS via Instagram Bimbingan Islam) Jawaban: Waalaikumussalam warahmatullah Hadits yang dimaksud adalah adalah hadits shahih yang diriwayatkan oleh imam Bukhari no. 6472 dari ibnu Abbas : Diantara umatku ada 70.000 orang yang masuk surga tanpa hisab; mereka adalah orang-orang yang tidak minta meruqyah, tidak bertathoyyur (menganggap sial), dan mereka bertawakkal hanya kepada Allah. Jika kita perhatikan dengan seksama, di dalam hadits disebutkan yang artinya tidak meminta ruqyah. Jadi bukan meruqyah orang tapi yang menjadi penyebab terhalang dari keutamaan ini adalah meminta diruqyah. Adapun meruqyah orang lain merupakan perbuatan baik, namun tidak untuk menjadikan diri sebagai pusat ruqyah, karena perbuatan ini dibenci oleh sebagian ulama. Di antara alasan yang disebutkan ulama kenapa meminta ruqyah bisa menghilangkan kesempatan untuk mendapatkan keutamaan ini adalah karena meminta ruqyah menyebabkan kehinaan diri karena meminta kepada orang lain, padahal ruqyah bisa dilakukan sendiri. Alasan lainnya adalah karena ketika kita meminta orang lain meruqyah dan setelah ruqyah belum datang kesembuhan akan menyebabkan kita bersuudzhon kepada orang tersebut. Dijawab dengan ringkas oleh: Ustadz Muhammad Ihsan Kamis, 28 Syaban 1443 H/ 31 Maret 2022 M Ustadz Muhammad Ihsan Beliau adalah Alumni STDI Imam Syafii Jember (ilmu hadits), Dewan konsultasi Bimbingan Islam Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Muhammad Ihsan klik disini | Keutamaan Tidak Meminta Diruqyah Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan pembahasan keutamaan tidak meminta untuk diruqyah. Selamat membaca. Pertanyaan Bismillah. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Semoga Allah menjaga ustadz beserta keluarga. Aamiin. Inzin bertanya Ustadz, hadits tentang 70.000 orang masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab, mereka adalah orang orang yang tidak meruqyah. Bukankah meruqyah merupakan berbuat baik, menolong dan memberi manfaat untuk orang lain Apakah tidak boleh meruqyah Tolong penjelasannya Ustadz Jazaakallahu khair wabaarakallahu fiik. Ditanyakan oleh Sahabat BIAS via Instagram Bimbingan Islam Jawaban Waalaikumussalam warahmatullah Hadits yang dimaksud adalah adalah hadits shahih yang diriwayatkan oleh imam Bukhari no. 6472 dari ibnu Abbas Diantara umatku ada 70.000 orang yang masuk surga tanpa hisab mereka adalah orangorang yang tidak minta meruqyah, tidak bertathoyyur menganggap sial, dan mereka bertawakkal hanya kepada Allah. Jika kita perhatikan dengan seksama, di dalam hadits disebutkan yang artinya tidak meminta ruqyah. Jadi bukan meruqyah orang tapi yang menjadi penyebab terhalang dari keutamaan ini adalah meminta diruqyah. Adapun meruqyah orang lain merupakan perbuatan baik, namun tidak untuk menjadikan diri sebagai pusat ruqyah, karena perbuatan ini dibenci oleh sebagian ulama. Di antara alasan yang disebutkan ulama kenapa meminta ruqyah bisa menghilangkan kesempatan untuk mendapatkan keutamaan ini adalah karena meminta ruqyah menyebabkan kehinaan diri karena meminta kepada orang lain, padahal ruqyah bisa dilakukan sendiri. Alasan lainnya adalah karena ketika kita meminta orang lain meruqyah dan setelah ruqyah belum datang kesembuhan akan menyebabkan kita bersuudzhon kepada orang tersebut. Dijawab dengan ringkas oleh Ustadz Muhammad Ihsan Kamis, 28 Syaban 1443 H 31 Maret 2022 M Ustadz Muhammad Ihsan Beliau adalah Alumni STDI Imam Syafii Jember ilmu hadits, Dewan konsultasi Bimbingan Islam Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Muhammad Ihsan klik disini |
5 Falsafah Ekonomi Islam dalam Al-Quran | https://dalamislam.com/hukum-islam/ekonomi/falsafah-ekonomi-islam | Sebagai agama yang rahmatan lil alamin, islam mengatur dan memberikan petunjuk kepada manusia di berbagai sektor kehidupan yang ada. Salah satunya adalah sektor ekonomi.Sektor ekonomi adalah sektor yang juga sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia karena di dalamnya mengandung kegiatan memenuhi pemenuhan sandang, pangan, papan, dan lain sebagainya. Tidak jarang masalah ekonomi membuat manusia frustasi, konflik, dan terjadi berbagai perpecahan di dalamnya.Untuk itu, islam sebagai Agama yang diridhoi Allah memberikan petunjuk bersifat falsafah dasar atau sekumpulan nilai-nilai yang tidak dapat dirubah, agar menjadi pedoman manusia dalam melangsungkan aktivitas atau transaksi ekonominya sehari-hari. Tentunya hal ini tetap dipegang teguh, walaupun zaman terus berkembang dan masalah yang semakin kompleks. Pengertian Falsafah Ekonomi dalam IslamFalsafah ekonomi islam adalah nilai-nilai yang menjadi dasar atau landasan islam dalam aktivitas atau transaksi ekonomi manusia. Nilai-nilai ini bersifat umum, universal, dan mendasar sehingga walaupun zaman sudah berganti, maka nilai-nilai ini akan tetap ada dan tidak berubah.Zaman dan teknologi selalu berubah dan mengalami penyesuaian. Akan tetapi, dalam hal falsafah ekonomi hal ini tidak bisa berganti dan selalu menjadi pedoman. Secara teknis dan sistem penerapannya dalam kehidupan manusia bisa saja berganti akan tetapi dalam dasar-dasarnya, falsafah ekonomi islam akan tetap dipertahankan.Untuk itu, salah besar jika ada anggapan orang yang mengatakan bahwa ekonomi islam atau ekonomi syariah tidak bisa lagi diterapkan atau sudah termakan zaman karena falsafah ekonomi islam lah yang tetap sedangkan teknis bisa berbeda. Misalnya saja di zaman ini kita tidak mungkin menolak sistem perbankan, sistem jual beli online yang di zaman Rasulullah dulu belum ada.Tentu saja sebagai bentuk kemajuan umat manusia, islam tidak melarangnya asalkan sesuai dengan falsafah yang sudah ditetapkan Allah bagi manusia.Nilai-Nilai Ekonomi dalam Falsafah IslamNilai-nilai falsafah ekonomi islam dapat kita temui dalam Al-Quran dan tidak bertentangan dengan dan . Hal ini adalah 5 falsafah ekonomi islam yang terdapat dalam Al-Quran, yang dapat mulai kita pahami.Ketauhidan “Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik” (QS : 195)Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah memberikan perintah kepada manusia untuk menggunakan hartanya atau membelanjakannya di jalan Allah. Hal ini berkaitan erat bahwa aktivitas ekonomi dalam kehidupan manusia hendaknya selalu diorientasikan di jalan Allah sebagai pemilik langit dan bumi. Dengan senantiasa melaksanakan aturan ekonomi berdasarkan perintah dan apa yang Allah sampaikan, maka Allah menjamin keselamatan manusia, karena di dalamnya terdapat aturan yang menghindari manusia dari kebinaasan.Walaupun zaman sudah berganti dan teknologi semakin maju, Falsafah Ketauhidan ini harus tetap dipegang teguh oleh manusia agar selamat dalam melaksanakan aktivitas ekonomi di muka bumi.Kemaslahatan “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. “ (QS : 10) Di dalam ayat tersebut, Allah menunjukkan bahwa manusia hendaknya mencari karunia Allah di muka bumi agar supaya kehidupannya beruntung. Akan tetapi Allah memberikan perintah agar manusia melaksanakan aktivitas ekonomi tersebut dengan selalu mengingat Allah dan mendapatkan keberuntungan.Hukum kemaslahatan ini juga dapat digambarkan bahwa tidak ada satupun aturan islam yang mengarah kepada kemudharatan. Hukum ekonomi islam justru melindungi dari penipuan, perpecahan, modal yang dikapitalisasi dan lain sebagainya.Untuk lebih jelasnya, umat islam juga dapat mempelajari tentang hukum ekonomi yang berorientasi kemasalahatan pada , dan Keadilan “Celakalah orang-orang yang mengurangi, apabila mereka itu menakar kepunyaan orang lain (membeli) mereka memenuhinya, tetapi jika mereka itu menakarkan orang lain (menjual) atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Apakah mereka itu tidak yakin, bahwa kelak mereka akan dibangkitkan dari kubur pada suatu hari yang sangat besar, yaitu suatu hari di mana manusia akan berdiri menghadap kepada Tuhan seru sekalian alam?” (QS Al Mutahfifin : 1-6)Falsafah keadilan terdapat dalam ayat tersebut. Allah memberikan perintah kepada manusia agar melaksanakan ekonomi berdasarkan prinsip-prinsip keadilan, salah satunya adalah dengan tidak boleh mengurangi timbangan.Perilaku mengurangi timbangan adalah salah satu perilaku yang Allah laknat dan tidak Allah sukai. Untuk itu, manusia hendaknya mengarahkan hidupnya agar jujur dan tidak menipu. Dampak dari perilaku tersebut tentu akan merugikan diri sendiri. Pembeli atau pelanggan tidak akan suka dengan penjual yang menipu atau bersikap tidak jujur. Tentu hal ini akan mengurangi jumlah penjualannya dan rugi diri sendiri.Menghargai Hak Individu “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu” (QS An-Nisa : 29) Falsafah ekonomi islam berdasarkan ayat tersebut adalah menghargai hak individu. Artinya, aturan islam menghargai satu sama lain harus saling memberikan keutungan dan bukan saling memakan apalagi dengan jalan yang memecah ukhuwah islamiyah.Selain itu, dalam hal ekonomi, hendaknya sesama manusia menjalankannya karena memang suka sama suka, dilakukan karena saling memberikan keuntungan. Jangan sampai manusia satu dengan yang lainnya saling memaksakan kehendak atau memaksa untuk bisa melakukan transaksi ekonomi.Islam juga tidak sama dengan liberalis, yang hanya mengandalkan pemilik modal atau berpikir individualis. Namun islam juga tidak sama dengan sosialis, yang tidak menghargai hak milik pribadi. islam mengajarkan untuk menghargai hak individu, dan individu berhak atas apa yang diusahakannya.Itulah mengapa ada aturan islam mengenai harta zakat, wakaf, warisan, ahli waris, mengembalikan hutang, dan lain sebagianya.Orientasi Sosial “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (QS : 192)Falsafah yang kelima adalah ajaran islam untuk mengarahkan harta untuk orientas sosial. Hal ini sebagaimana perintah zakat, berinfaq, dan bershodaqoh di jalan Allah. Orientasi sosial ini bemaksud untuk memberikan pemerataan ekonomi juga memberikan bantuan agar harta tidak hanya teralokasi atau dikapitalisasi oleh satu orang atau satu kelompok saja, melainkan pada seluruh ummat.Hal ini sebagaimana yang para sahabat contohkan. Umar Bin Khattab pernah memberikan seluruh hartanya untuk islam dan menyisakan sebagiannya untuk kehidupan pribadinya. Sahabat bernama Abdurrahman bin Auf juga pernah memberiakan 2000 unta untuk keperluan perang badr dan sahabat Usman bin Affan yang membeli sumur untuk keperluan ummat islam di masa kekeringan saat itu. | Sebagai agama yang rahmatan lil alamin, islam mengatur dan memberikan petunjuk kepada manusia di berbagai sektor kehidupan yang ada. Sektor ekonomi adalah sektor yang juga sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia karena di dalamnya mengandung kegiatan memenuhi pemenuhan sandang, pangan, papan, dan lain sebagainya. Pengertian Falsafah Ekonomi dalam IslamFalsafah ekonomi islam adalah nilainilai yang menjadi dasar atau landasan islam dalam aktivitas atau transaksi ekonomi manusia. Zaman dan teknologi selalu berubah dan mengalami penyesuaian. Secara teknis dan sistem penerapannya dalam kehidupan manusia bisa saja berganti akan tetapi dalam dasardasarnya, falsafah ekonomi islam akan tetap dipertahankan. Ketauhidan Dan belanjakanlah harta bendamu di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orangorang yang berbuat baik QS 195Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah memberikan perintah kepada manusia untuk menggunakan hartanya atau membelanjakannya di jalan Allah. QS 10 Di dalam ayat tersebut, Allah menunjukkan bahwa manusia hendaknya mencari karunia Allah di muka bumi agar supaya kehidupannya beruntung. Untuk lebih jelasnya, umat islam juga dapat mempelajari tentang hukum ekonomi yang berorientasi kemasalahatan pada , dan Keadilan Celakalah orangorang yang mengurangi, apabila mereka itu menakar kepunyaan orang lain membeli mereka memenuhinya, tetapi jika mereka itu menakarkan orang lain menjual atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Apakah mereka itu tidak yakin, bahwa kelak mereka akan dibangkitkan dari kubur pada suatu hari yang sangat besar, yaitu suatu hari di mana manusia akan berdiri menghadap kepada Tuhan seru sekalian alam QS Al Mutahfifin 16Falsafah keadilan terdapat dalam ayat tersebut. Untuk itu, manusia hendaknya mengarahkan hidupnya agar jujur dan tidak menipu. Dampak dari perilaku tersebut tentu akan merugikan diri sendiri. Selain itu, dalam hal ekonomi, hendaknya sesama manusia menjalankannya karena memang suka sama suka, dilakukan karena saling memberikan keuntungan. Islam juga tidak sama dengan liberalis, yang hanya mengandalkan pemilik modal atau berpikir individualis. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. QS 192Falsafah yang kelima adalah ajaran islam untuk mengarahkan harta untuk orientas sosial. Hal ini sebagaimana perintah zakat, berinfaq, dan bershodaqoh di jalan Allah. Hal ini sebagaimana yang para sahabat contohkan. Umar Bin Khattab pernah memberikan seluruh hartanya untuk islam dan menyisakan sebagiannya untuk kehidupan pribadinya. |
Menggunakan Harta Istri untuk Keperluan Keluarga | https://konsultasisyariah.com/25867-menggunakan-harta-istri-untuk-keperluan-keluarga.html | Pertanyaan: Saya dan istri sama-sama karyawan, dan semenjak menikah kami selalu mengumpulkan uang gaji kami secara bersama-sama. Setelah uang tersebut kami pakai untuk keperluan rumah tangga, sisanya kami persiapkan untuk keperluan lain seperti memperbaiki rumah atau membeli kendaraan dan lain-lain. Betulkah harta istri tidak boleh dipergunakan oleh suami, walaupun istrinya rela? Saya sangat mengharap bimbingan dari Anda agar saya terhindar dari hal-hal yang haram. Jawaban: Apabila seorang istri merelakan hartanya digabung dengan harta suami seperti di atas, maka hal itu diperbolehkan dengan syarat istri tersebut seorang yang peduli dengan hartanya. Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Jika istrimu berbuat baik kepadamu (memberikan sebagian mas kawin tersebut kepadamu), maka terimalah dan makanlah dengan senang hati.” (QS. An-Nisaa’: 4). Adapun, jika istri tersebut seorang yang tidak pernah mempedulikan hartanya (pemboros), maka Anda tidak boleh mengambil hartanya sedikitpun. Sebaliknya, Anda harus menjaga hartanya untuk kepentingan dirinya. Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala menolong kita semua agar kita senantiasa melaksanakan segala sesuatu yang Dia ridhai. Sumber: Fatawa Syaikh Bin Baaz 2, Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz, Pustaka at-Tibyan Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk . Download Sekarang !! didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia. Dukung dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. SPONSOR hubungi: 081 326 333 328 DONASI hubungi: 087 882 888 727 REKENING DONASI : BANK SYARIAH INDONESIA 7086882242 a.n. YAYASAN YUFID NETWORK (Kode BSI: 451) | Pertanyaan Saya dan istri samasama karyawan, dan semenjak menikah kami selalu mengumpulkan uang gaji kami secara bersamasama. Setelah uang tersebut kami pakai untuk keperluan rumah tangga, sisanya kami persiapkan untuk keperluan lain seperti memperbaiki rumah atau membeli kendaraan dan lainlain. Betulkah harta istri tidak boleh dipergunakan oleh suami, walaupun istrinya rela Saya sangat mengharap bimbingan dari Anda agar saya terhindar dari halhal yang haram. Jawaban Apabila seorang istri merelakan hartanya digabung dengan harta suami seperti di atas, maka hal itu diperbolehkan dengan syarat istri tersebut seorang yang peduli dengan hartanya. Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Taala Jika istrimu berbuat baik kepadamu memberikan sebagian mas kawin tersebut kepadamu, maka terimalah dan makanlah dengan senang hati. QS. AnNisaa 4. Adapun, jika istri tersebut seorang yang tidak pernah mempedulikan hartanya pemboros, maka Anda tidak boleh mengambil hartanya sedikitpun. Sebaliknya, Anda harus menjaga hartanya untuk kepentingan dirinya. Mudahmudahan Allah Subhanahu wa Taala menolong kita semua agar kita senantiasa melaksanakan segala sesuatu yang Dia ridhai. Sumber Fatawa Syaikh Bin Baaz 2, Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz, Pustaka atTibyan Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk . Download Sekarang didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia. Dukung dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. SPONSOR hubungi 081 326 333 328 DONASI hubungi 087 882 888 727 REKENING DONASI BANK SYARIAH INDONESIA 7086882242 a.n. YAYASAN YUFID NETWORK Kode BSI 451 |
Doa Saat Cuaca Panas | https://bincangsyariah.com/zikir-dan-doa/doa-saat-cuaca-panas/ | Berikut ini doa saat cuaca panas. Persoalan cuaca panas dan kekeringan adalah fenomena alam yang dapat memberikan dampak signifikan pada lingkungan dan kehidupan manusia. Saat suhu meningkat dan hujan jarang turun, banyak tantangan muncul, mulai dari kekeringan hingga risiko kebakaran hutan. Dalam keadaan cuaca panas, selain berlindung, sebagai umat muslim juga sebaiknya kita memanjatkan doa. Nah berikut ini ada doa saat cuaca panas yang bisa dibaca seorang muslim. Doa ini sebagaimana terdapat dalam Dar Ifta Mesir. Ini adalah doa saat cuaca panas; Allahumma ajirni min harri jahannam, allahumma ajirhu minannari, wa min azabin nari, wa min kulli amalin yuqarribuna ila nari, wa aslih lana syaknana bi fadlika wa karamika ya aziz ya ghaffar Artinya; Ya Allah, berilah kami pahala dari panasnya neraka, atau Ya Allah, berilah kami pahala dari api neraka, dari siksa neraka, dan dari setiap perbuatan yang mendekatkan kami kepada neraka. Perbaikilah keadaan kami dengan karunia dan kemurahan-Mu, wahai Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. Selain itu, ada juga doa yang bisa dibaca saat cuaca panas. Doa ini bisa dibaca sebagai upaya meminta pertolongan pada Allah; Allahumma asaluka min khairi hadza al yaum, wa khaira ma badahu, wa audzubika min syarri hadza al yaum wa syarri ma badahu, allahumma inni audzubika minal juu, wa athasy wa sui al kibari, wa sui fitnati al mahya wal mamat Artinya: Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu segala kebaikan pada hari ini dan segala kebaikan yang akan datang setelahnya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari segala keburukan pada hari ini dan segala keburukan yang akan datang setelahnya. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari rasa lapar, haus, buruknya usia tua, dan buruknya ujian kehidupan dan kematian. Doa ini mengandung permohonan kepada Allah untuk mendapatkan kebaikan dan perlindungan dari segala keburukan yang mungkin datang, terutama dalam menghadapi cuaca panas dan kondisi yang sulit. [Baca juga:Doa Memulai Pekerjaan]. | Berikut ini doa saat cuaca panas. Persoalan cuaca panas dan kekeringan adalah fenomena alam yang dapat memberikan dampak signifikan pada lingkungan dan kehidupan manusia. Saat suhu meningkat dan hujan jarang turun, banyak tantangan muncul, mulai dari kekeringan hingga risiko kebakaran hutan. Dalam keadaan cuaca panas, selain berlindung, sebagai umat muslim juga sebaiknya kita memanjatkan doa. Nah berikut ini ada doa saat cuaca panas yang bisa dibaca seorang muslim. Doa ini sebagaimana terdapat dalam Dar Ifta Mesir. Ini adalah doa saat cuaca panas Allahumma ajirni min harri jahannam, allahumma ajirhu minannari, wa min azabin nari, wa min kulli amalin yuqarribuna ila nari, wa aslih lana syaknana bi fadlika wa karamika ya aziz ya ghaffar Artinya Ya Allah, berilah kami pahala dari panasnya neraka, atau Ya Allah, berilah kami pahala dari api neraka, dari siksa neraka, dan dari setiap perbuatan yang mendekatkan kami kepada neraka. Perbaikilah keadaan kami dengan karunia dan kemurahanMu, wahai Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. Selain itu, ada juga doa yang bisa dibaca saat cuaca panas. Doa ini bisa dibaca sebagai upaya meminta pertolongan pada Allah Allahumma asaluka min khairi hadza al yaum, wa khaira ma badahu, wa audzubika min syarri hadza al yaum wa syarri ma badahu, allahumma inni audzubika minal juu, wa athasy wa sui al kibari, wa sui fitnati al mahya wal mamat Artinya Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu segala kebaikan pada hari ini dan segala kebaikan yang akan datang setelahnya. Dan aku berlindung kepadaMu dari segala keburukan pada hari ini dan segala keburukan yang akan datang setelahnya. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari rasa lapar, haus, buruknya usia tua, dan buruknya ujian kehidupan dan kematian. Doa ini mengandung permohonan kepada Allah untuk mendapatkan kebaikan dan perlindungan dari segala keburukan yang mungkin datang, terutama dalam menghadapi cuaca panas dan kondisi yang sulit. Baca jugaDoa Memulai Pekerjaan. |
Fawaid Hadist #61 | Zikir Tatkala Keluar Rumah | https://bimbinganislam.com/fawaid-hadist-61-zikir-tatkala-keluar-rumah/ | Fawaid Hadist #61 | Zikir Tatkala Keluar Rumah Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan serial fawaid hadist, Fawaid Hadist #61 | Zikir Tatkala Keluar Rumah. Selamat membaca. [div class=fawaid-hadis] : . : . Dari Ummul Muminin, Ummu Salamah, nama aslinya adalah Hindun binti Abu Umayyah Hudzaifah Al-Makhzumiyyah radhiyallahu anha, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam keluar dari rumahnya, baginda membaca doa: Bismillhi tawakkaltu alallhi, Allhumma inni azu bika an adhilla au udhalla au azilla au uzilla au azhlima au uzhalama au ajhala au yujhala allayya. artinya: Dengan menyebut nama Allah, aku bertawakal kepada Allah, Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu, dari sesuatu yang menyesatkan atau disesatkan, dari sesuatu menggelincirkan atau tergelincirkan, dari sesuatu menganiaya atau dianiaya, dan dari sesuatu yang membodohkan atau dibodohi. (HR. Abu Dawud no. 5094. At-Tirmidzi no. 3427, dan lainnya. Dinilai Shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam Sahih Al-Jami no. 4709, dan dalam Misykat Al-Mashabiih no. 2442. Hadits ini adalah lafaz Abu Dawud). [/div] Faedah Hadist Hadist ini memberikan faedah-faedah berharga, di antaranya; 1. Petunjuk bagi setiap insan bahwa tatkala keluar dari rumah, sepatutnya dia mengucapkan dzikir ini yang menunjukkan adanya nilai yang agung tentang tawakal kepada Allah Taala, pasrah dan berpegang teguh kepada-Nya. Karena seseorang jika keluar dari rumahnya maka ia bisa dihadapkan pada suatu bahaya dan bencana yang dapat menimpanya atau menyakitinya. 2. Setiap hamba dituntut untuk selalu meminta perlindungan kepada Allah Yang Mahakuasa dari segala kesesatan, kezaliman, kebodohan serta ketergelinciran dari jalan kebenaran, baik itu karena disebabkan diri sendiri maupun orang lain. 3. Sumber kesesatan itu bisa dari kejelekan dan hawa nafsu diri, cinta dunia yang melampaui batas, tipu daya setan maupun dari syubhatnya orang-orang jahat lagi durjana. 4. Anjuran dan motivasi untuk memulai hidup dan berjuang menjalani kehidupan di luar rumah dengan zikir kepada Allah Taala, memohon pertolongan dan hanya bersandar pada kasih sayang dan karunia-Nya yang Maha luas, serta menyerahkan semua urusan di bawah Bimbingan-Nya yang paripurna. Wallahu Taala Alam. Referensi: Syarah Riyadhus Shalihin karya Syaikh Shalih al Utsaimin dan Kitab Bahjatun Naadziriin Syarh Riyaadhish Shaalihiin karya Syaikh Salim bin Ied Al Hilaliy. [div class=fawaid-hadis] Yuk dukung operasional & pengembangan dakwah Bimbingan Islam, bagikan juga faedah hadist ini kepada kerabat dan teman-teman. Demi Allah, jika Allah memberi hidayah kepada satu orang dengan sebab perantara dirimu, hal itu lebih baik bagimu daripada unta-unta merah. (HR. Bukhari dan Muslim). *unta merah adalah harta yang paling istimewa di kalangan orang Arab kala itu (di masa Nabi ). [/div] | Fawaid Hadist 61 Zikir Tatkala Keluar Rumah Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan serial fawaid hadist, Fawaid Hadist 61 Zikir Tatkala Keluar Rumah. Dari Ummul Muminin, Ummu Salamah, nama aslinya adalah Hindun binti Abu Umayyah Hudzaifah AlMakhzumiyyah radhiyallahu anha, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam keluar dari rumahnya, baginda membaca doa Bismillhi tawakkaltu alallhi, Allhumma inni azu bika an adhilla au udhalla au azilla au uzilla au azhlima au uzhalama au ajhala au yujhala allayya. artinya Dengan menyebut nama Allah, aku bertawakal kepada Allah, Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu, dari sesuatu yang menyesatkan atau disesatkan, dari sesuatu menggelincirkan atau tergelincirkan, dari sesuatu menganiaya atau dianiaya, dan dari sesuatu yang membodohkan atau dibodohi. Dinilai Shahih oleh Syaikh AlAlbani dalam Sahih AlJami no. div Faedah Hadist Hadist ini memberikan faedahfaedah berharga, di antaranya 1. Petunjuk bagi setiap insan bahwa tatkala keluar dari rumah, sepatutnya dia mengucapkan dzikir ini yang menunjukkan adanya nilai yang agung tentang tawakal kepada Allah Taala, pasrah dan berpegang teguh kepadaNya. Karena seseorang jika keluar dari rumahnya maka ia bisa dihadapkan pada suatu bahaya dan bencana yang dapat menimpanya atau menyakitinya. Setiap hamba dituntut untuk selalu meminta perlindungan kepada Allah Yang Mahakuasa dari segala kesesatan, kezaliman, kebodohan serta ketergelinciran dari jalan kebenaran, baik itu karena disebabkan diri sendiri maupun orang lain. Sumber kesesatan itu bisa dari kejelekan dan hawa nafsu diri, cinta dunia yang melampaui batas, tipu daya setan maupun dari syubhatnya orangorang jahat lagi durjana. Anjuran dan motivasi untuk memulai hidup dan berjuang menjalani kehidupan di luar rumah dengan zikir kepada Allah Taala, memohon pertolongan dan hanya bersandar pada kasih sayang dan karuniaNya yang Maha luas, serta menyerahkan semua urusan di bawah BimbinganNya yang paripurna. Referensi Syarah Riyadhus Shalihin karya Syaikh Shalih al Utsaimin dan Kitab Bahjatun Naadziriin Syarh Riyaadhish Shaalihiin karya Syaikh Salim bin Ied Al Hilaliy. div classfawaidhadis Yuk dukung operasional pengembangan dakwah Bimbingan Islam, bagikan juga faedah hadist ini kepada kerabat dan temanteman. Demi Allah, jika Allah memberi hidayah kepada satu orang dengan sebab perantara dirimu, hal itu lebih baik bagimu daripada untaunta merah. unta merah adalah harta yang paling istimewa di kalangan orang Arab kala itu di masa Nabi . |
Belum Mampu Pergi Haji, Berikut Ibadah Yang Pahalanya Setara Dengan Haji | https://www.harakatuna.com/belum-bisa-pergi-haji-berikut-ibadah-yang-pahalanya-setara-dengan-haji.html | Harakatuna.com – Haji merupakan rukun Islam yang kelima. Orang Islam yang mampu baik secara lahir maupun batin diwajibkan untuk melaksanakan haji. Namun demikian karena belum bisa dikatakan mampu baik secara lahiriah seperti fisik dan keuangan, tidak sedikit orang Islam yang belum bisa melaksanakan ibadah haji. Namun demikian ada beberapa ibadah yang pahalanya setara dengan haji. Sehingga orang Islam yang belum bisa pergi haji bisa melakukan amal ibadah ini yang pahalanya setara dengan haji. Berikut beberapa amal ibadah yang pahalanya setara dengan haji Pertama adalah merawat orang tua, Rasulullah dalam hadisnya bersabda barang siapa yang merawat kedua orang tuanya dengan baik maka pahalanya sama dengan haji. : : : Artinya: “Ada seseorang yang mendatangi Rasulullah dan ia sangat ingin pergi berjihad namun tidak mampu. Rasulullah bertanya padanya apakah salah satu dari kedua orang tuanya masih hidup. Ia jawab, ibunya masih hidup. Rasul pun berkata padanya, “Bertakwalah pada Allah dengan berbuat baik pada ibumu. Jika engkau berbuat baik padanya, maka statusnya adalah seperti berhaji, berumrah dan berjihad.” [HR. Ath-Thabrani] Shalat Jamaah Dan Pergi Mencari Ilmu Termasuk Ibadah Yang Pahalanya Setara Dengan Haji Kedua, shalat jamaah dan shalat duha di masjid. Rasulullah bersabda Artinya: “Siapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan suci untuk menunaikan shalat fardu akan diberikan pahala ibadah haji. Sementara orang yang keluar rumah untuk mengerjakan shalat duha dan tidak ada tujuan lain selain itu, maka akan diberikan pahala umrah,” (HR Abu Daud). Ketiga mencari ilmu yang sesungguhnya, tidak mencari ilmu untuk kepentingan duniawi maka pahalanya setara dengan ibadah haji. Artinya, “Siapa yang berangkat ke masjid hanya untuk belajar kebaikan atau mengajarkannya, diberikan pahala seperti pahala ibadah haji yang sempurna hajinya,” [HR At-Thabarani]. Semoga kita semua dimampukan oleh Allah untuk bisa pergi haji. Dan apabila belum mampu maka bisa melaksanakan amalan-amalan yang pahalanya setara dengan haji. Wallahu A’lam Bishowab. | Harakatuna.com Haji merupakan rukun Islam yang kelima. Orang Islam yang mampu baik secara lahir maupun batin diwajibkan untuk melaksanakan haji. Namun demikian karena belum bisa dikatakan mampu baik secara lahiriah seperti fisik dan keuangan, tidak sedikit orang Islam yang belum bisa melaksanakan ibadah haji. Namun demikian ada beberapa ibadah yang pahalanya setara dengan haji. Sehingga orang Islam yang belum bisa pergi haji bisa melakukan amal ibadah ini yang pahalanya setara dengan haji. Berikut beberapa amal ibadah yang pahalanya setara dengan haji Pertama adalah merawat orang tua, Rasulullah dalam hadisnya bersabda barang siapa yang merawat kedua orang tuanya dengan baik maka pahalanya sama dengan haji. Artinya Ada seseorang yang mendatangi Rasulullah dan ia sangat ingin pergi berjihad namun tidak mampu. Rasulullah bertanya padanya apakah salah satu dari kedua orang tuanya masih hidup. Ia jawab, ibunya masih hidup. Rasul pun berkata padanya, Bertakwalah pada Allah dengan berbuat baik pada ibumu. Jika engkau berbuat baik padanya, maka statusnya adalah seperti berhaji, berumrah dan berjihad. HR. AthThabrani Shalat Jamaah Dan Pergi Mencari Ilmu Termasuk Ibadah Yang Pahalanya Setara Dengan Haji Kedua, shalat jamaah dan shalat duha di masjid. Rasulullah bersabda Artinya Siapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan suci untuk menunaikan shalat fardu akan diberikan pahala ibadah haji. Sementara orang yang keluar rumah untuk mengerjakan shalat duha dan tidak ada tujuan lain selain itu, maka akan diberikan pahala umrah, HR Abu Daud. Ketiga mencari ilmu yang sesungguhnya, tidak mencari ilmu untuk kepentingan duniawi maka pahalanya setara dengan ibadah haji. Artinya, Siapa yang berangkat ke masjid hanya untuk belajar kebaikan atau mengajarkannya, diberikan pahala seperti pahala ibadah haji yang sempurna hajinya, HR AtThabarani. Semoga kita semua dimampukan oleh Allah untuk bisa pergi haji. Dan apabila belum mampu maka bisa melaksanakan amalanamalan yang pahalanya setara dengan haji. Wallahu Alam Bishowab. |
4 Hal yang Merusak Pahala Puasa Menurut Hadis Rasulullah | https://bincangsyariah.com/hukum-islam/ubudiyah/4-hal-yang-merusak-pahala-puasa-menurut-hadis-rasulullah/ | Berikut ini 4 hal yang merusak pahala puasa. Pada sebuah hadis yang bersumber dari Imam Muslim, Nabi menjelaskan tentang keutamaan bulan suci Ramadhan. Orang-orang yang melaksanakan puasa di bulan suci Ramadhan dengan ikhlas dan penuh pengharapan, niscaya segala dosa dan kesalahannya akan diampuni oleh Allah SWT. : : . : . Artinya: Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu, dan barang siapa melaksanakan shalat malam pada malam Lailatul Qadar karena iman dan mengharapkan pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu, dan barang siapa berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka akan dihitung seakan-akan dia telah berpuasa selama setahun. Kemudian beliau bersabda: Dan barang siapa berjumpa dengan bulan Ramadhan dengan berpuasa dan beribadah di dalamnya, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (HR. Muslim) Akan tetapi dalam hadis lain, Nabi juga mengingatkan dalam sabda, bahwa banyak sekali orang yang berpuasa Ramadhan, akan tetapi tidak mendapatkan pahala puasa, melainkan hanya menahan lapar dan haus saja. Alangkah celakanya, orang yang susah-susah puasa, akan tetapi tidak memperoleh apapun dari pahala puasanya. Artinya, Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan sesuatu dari puasanya kecuali rasa lapar dan dahaga (HR An-Nasai). 4 Hal yang Merusak Pahala Puasa Lantas, perkara apa yang merusak pahala puasa? Berikut 5 perkara yang merusak pahala puasa yang bersumber dari hadis Nabi Muhammad. Pertama, berkata bohong. Dalam Islam, seseorang yang suka berkata dusta, maka ia tidak akan mendapatkan pahala puasa, hanya sekadar menahan rasa lapar dan dahaga semata. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadis bersumber dari Imam Bukhari yang menjelaskan faktor yang dapat mengurangi pahala puasa; Artinya: Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan amalan dusta serta kebodohan maka Allah tidak membutuhkan ia meninggalkan makanan dan minumannya. (HR. Bukhari) Kedua, Menggunjing orang lain. Tindakan tersebut masuk juga pada perkara yang mengurangi dan merusak pahala puasa. Penjelasan ini sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah dalam hadisnya; : Artinya: Lima hal yang bisa membatalkan pahala orang berpuasa: membicarakan orang lain, mengadu domba, berbohong, melihat dengan syahwat, dan sumpah palsu (HR Ad-Dailami). Ketiga, mengadu domba sesama manusia. Dalam sebuah hadis Nabi mengatakan bahwa yang menyebabkan rusak dan hilangnya pahala puasa ialah mengadu domba, ghibah, dan berdusta pada orang lain. Seyogianya orang beriman meninggalkan hal tersebut saat puasa. Artinya, Lima hal yang menyebabkan batalnya puasa, yaitu: ghibah, mengadu domba, berdusta, ciuman, dan sumpah palsu. Keempat, mengumpat dan berkata-kata kasar. Perkara ini termasuk hal yang membatalkan pahala puasa. Hal ini dijelaskan oleh Imam Nawawi dalam kitab Majmu Syarah al Muhadzab berikut; : . Artinya: Imam Nawawi dalam kitab Al-Majmu' berkata, Puasa dapat rusak karena mengumpat, mencela, memaki, bermusuhan, dan sejenisnya, [Imam Nawawi Al-Majmu Syarh Al-Muhadzdzab, 6 halaman 355]. Demikian penjelasan 4 Hal yang merusak pahala puasa menurut Hadis Rasulullah. Semoga bermanfaat. [Baca juga: Cara Sahabat Mengajarkan Anak Berpuasa] | Berikut ini 4 hal yang merusak pahala puasa. Pada sebuah hadis yang bersumber dari Imam Muslim, Nabi menjelaskan tentang keutamaan bulan suci Ramadhan. Orangorang yang melaksanakan puasa di bulan suci Ramadhan dengan ikhlas dan penuh pengharapan, niscaya segala dosa dan kesalahannya akan diampuni oleh Allah SWT. . . Artinya Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda Barang siapa berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala, maka akan diampuni dosadosanya yang telah lalu, dan barang siapa melaksanakan shalat malam pada malam Lailatul Qadar karena iman dan mengharapkan pahala, maka akan diampuni dosadosanya yang telah lalu, dan barang siapa berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka akan dihitung seakanakan dia telah berpuasa selama setahun. Muslim Akan tetapi dalam hadis lain, Nabi juga mengingatkan dalam sabda, bahwa banyak sekali orang yang berpuasa Ramadhan, akan tetapi tidak mendapatkan pahala puasa, melainkan hanya menahan lapar dan haus saja. Alangkah celakanya, orang yang susahsusah puasa, akan tetapi tidak memperoleh apapun dari pahala puasanya. Artinya, Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan sesuatu dari puasanya kecuali rasa lapar dan dahaga HR AnNasai. 4 Hal yang Merusak Pahala Puasa Lantas, perkara apa yang merusak pahala puasa Berikut 5 perkara yang merusak pahala puasa yang bersumber dari hadis Nabi Muhammad. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadis bersumber dari Imam Bukhari yang menjelaskan faktor yang dapat mengurangi pahala puasa Artinya Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan amalan dusta serta kebodohan maka Allah tidak membutuhkan ia meninggalkan makanan dan minumannya. Tindakan tersebut masuk juga pada perkara yang mengurangi dan merusak pahala puasa. Penjelasan ini sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah dalam hadisnya Artinya Lima hal yang bisa membatalkan pahala orang berpuasa membicarakan orang lain, mengadu domba, berbohong, melihat dengan syahwat, dan sumpah palsu HR AdDailami. Seyogianya orang beriman meninggalkan hal tersebut saat puasa. Artinya, Lima hal yang menyebabkan batalnya puasa, yaitu ghibah, mengadu domba, berdusta, ciuman, dan sumpah palsu. Keempat, mengumpat dan berkatakata kasar. Perkara ini termasuk hal yang membatalkan pahala puasa. Hal ini dijelaskan oleh Imam Nawawi dalam kitab Majmu Syarah al Muhadzab berikut . Artinya Imam Nawawi dalam kitab AlMajmu berkata, Puasa dapat rusak karena mengumpat, mencela, memaki, bermusuhan, dan sejenisnya, Imam Nawawi AlMajmu Syarh AlMuhadzdzab, 6 halaman 355. Baca juga Cara Sahabat Mengajarkan Anak Berpuasa |
Bagaimanakah hukumnya bisnis dengan cara ini? Contoh: Seseorang yang tidak saya kenal mengumumkan penjualan HP dengan harga 100 dinar. Lalu saya posting iklan ini di internet. Ada seseorang yang menawar dengan harga 90 dinar. Maka saya menghubungi pemilik iklan dan menawar dengan harga 80 dinar, dia setuju menjual HPnya dengan harga tersebut. Kemudian menyetujui penjualan dengan orang yang menawar 90 dinar tadi. Kemudian saya membeli dengan harga 80 dinar dan menjualnya dengan harga 90 dinar dan saya mendapatkan keuntungan 10 dinar. | https://islamqa.info/id/answers/169750/menjual-apa-yang-bukan-menjadi-miliknya | Alhamdulillah.Jika si penanya menjual HP kepada orang yang ingin membelinya setelah dia membeli dan menerimanya lalu menjualnya, maka hal ini tidak apa-apa. Adapun jika dia penjualan HP tersebut terjadi sebelum barang itu dia terima dan pembeliannya belum sempurna dari pemilik pertamanya, maka cara ini tidak boleh dalam perdagangan, karena seseorang tidak boleh menjual apa yang bukan menjadi miliknya dan tidak boleh baginya menjual apa yang dia beli sampai dia menerima dan menyempurnakan pembeliannya. Dari Hakim bin Hizam –radhiyallahu anhu-, dia berkata: “Saya telah mendatangi Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- lalu saya berkata: “Seseorang telah mendatangiku dan bertanya kepadaku tentang menjual apa yang bukan menjadi milikku, saya membelikannya dari pasar dan menjualnya? Beliau bersabda: ) 1232 4613 3503 2187 14887 . 1292) “Jangan menjual apa yang bukan milikmu”. (HR. Tirmidzi: 1232, Nasa’i: 4613, Abu Daud: 3503, Ibnu Majah: 2187 dan Ahmad: 14887 dan telah ditashih oleh Albany di dalam Irwaul Ghalil: 1292) : : ( 2132 1525) Dari Thawus, dari Ibnu Abbas –radhiyallahu anhuma- bahwa Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam-Telah melarang seseorang untuk menjual bahan pangan sebelum dia terima”. Saya berkata kepada Ibnu Abbas: “Bagaiamana hal tersebut?” dia berkata: “Itu berarti dia menjual dirham dengan dirham sedangkan bahan pangannya belakangan.” (HR. Bukhari: 2132 dan Muslim: 1525) Ibnu Hajar berkata di dalam Fathul Bari, 4/349, “Artinya dia (Thawus) mempertanyakan sebab larangan tersebut, maka Ibnu Abbas menjawab bahwa jika pembeli menjual barangnya sebelum diterima dan barangnya terlambat berada di tangan penjual maka seakan dia menjual dirham dengan dirham. Hal ini diperjelas dalam riwayat Sufyan dari Ibnu Thowus dari Muslim, Thowus berkata: “Saya berkata kepada Ibnu Abbas: “Kenapa?” Dia menjawab, ‘Tidakkah kamu melihat mereka saling jual beli emas dan makananannya belakangan, yaitu; Jika dia membeli bahan pangan dengan harga 100 dinar misalnya lalu membayarkannya kepada penjual namun dia belum menerima makanan tersebut, kemudian dia menjualnya kepada orang lain dengan 120 dinar dan menerima uangnya sementara makanan masih di tangan penjual, maka seakan dia telah mejual 100 dinar dengan 120 dinar. Berdasarkan penafsiran ini maka larangan tidak hanya pada bab makanan saja, dan karenanya Ibnu Abbas berkata: “Menurut saya semuanya disamakan”. Hal ini dikuatkan oleh hadits Zaid bin Tsabit: ( ( “Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- telah melarang barang dijual di tempat dia dibeli, sampai barang tersebut berada di tempat pedagang di kendaraan mereka”. (HR. Abu Daud dan telah dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban) Al Aini berkata di dalam Umdatul Qari (11/250): “Artinya; Dia membeli makanan dari seseorang dengan 1 dirham dan ada jeda waktu, lalu ia menjualnya darinya atau dari orang lain sebelum dia menerimanya dengan 2 dirham misalnya, maka ini tidak boleh; karena kesannya dia menjual dirham dengan dirham, dan makanannya tidak ada. Maka seakan dia telah menjual 1 dirhamnya yang dipakai untuk membeli makanan dengan 2 dirham, maka ini riba, karena menjual hal yang gaib (belum ada) secara tunai, maka tidak sah”. Syeikh Ibnu Baz berkata: “Tidak boleh seseorang membeli barang dengan kontan atau dengan jeda waktu, kecuali jika dia menjadi pemilik dan telah diterimanya, berdasarkan sabda Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- kepada Hakim bin Hizam: “Jangan menjual apa tidak ada padamu”. Dan sabda Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- pada hadits Abdullah bin Amr bin ‘Ash –radhiyallahu ‘anhuma- : ( ) “Tidak dihalalkan hutang dan jualan (sekaligus), dan jangan menjual apa yang bukan milikmu”. (HR. orang lima dengan sanad yang shahih) Demikian juga yang membelinya dia tidak boleh menjualnya sebelum menerima barang, sesuai dengan dua hadits tersebut, juga berdasrkan riwayat Imam Ahmad, Abu Daud dan dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban dan Hakim dari Zaid bin Tsabit –radhiyallahu ‘anhu- berkata: “Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- telah melarang barang dijual di tempat dia dibeli sebelum diterima pembeli di kendaraan mereka.”. Juga berdasarkan riwayat Bukhari dalam Shahihnya dari Ibnu Umar –radhiyallahu ‘anhuma- berkata: - - “Saya telah melihat orang-orang di masa Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- membeli makanan dengan cara borongan, mereka tidak menjualnya sebelum barang itu berada di kendaraan mereka.” Dan banyak hadits yang menjelaskan dalam masalah ini. (Majmu Fatawa Syeikh bin Baz (19/46) Wallahu a’lam | Jika si penanya menjual HP kepada orang yang ingin membelinya setelah dia membeli dan menerimanya lalu menjualnya, maka hal ini tidak apaapa. Adapun jika dia penjualan HP tersebut terjadi sebelum barang itu dia terima dan pembeliannya belum sempurna dari pemilik pertamanya, maka cara ini tidak boleh dalam perdagangan, karena seseorang tidak boleh menjual apa yang bukan menjadi miliknya dan tidak boleh baginya menjual apa yang dia beli sampai dia menerima dan menyempurnakan pembeliannya. Dari Hakim bin Hizam radhiyallahu anhu, dia berkata Saya telah mendatangi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam lalu saya berkata Seseorang telah mendatangiku dan bertanya kepadaku tentang menjual apa yang bukan menjadi milikku, saya membelikannya dari pasar dan menjualnya Beliau bersabda 1232 4613 3503 2187 14887 . 1292 Jangan menjual apa yang bukan milikmu. Tirmidzi 1232, Nasai 4613, Abu Daud 3503, Ibnu Majah 2187 dan Ahmad 14887 dan telah ditashih oleh Albany di dalam Irwaul Ghalil 1292 2132 1525 Dari Thawus, dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallamTelah melarang seseorang untuk menjual bahan pangan sebelum dia terima. Saya berkata kepada Ibnu Abbas Bagaiamana hal tersebut dia berkata Itu berarti dia menjual dirham dengan dirham sedangkan bahan pangannya belakangan. Hal ini diperjelas dalam riwayat Sufyan dari Ibnu Thowus dari Muslim, Thowus berkata Saya berkata kepada Ibnu Abbas Kenapa Dia menjawab, Tidakkah kamu melihat mereka saling jual beli emas dan makananannya belakangan, yaitu Jika dia membeli bahan pangan dengan harga 100 dinar misalnya lalu membayarkannya kepada penjual namun dia belum menerima makanan tersebut, kemudian dia menjualnya kepada orang lain dengan 120 dinar dan menerima uangnya sementara makanan masih di tangan penjual, maka seakan dia telah mejual 100 dinar dengan 120 dinar. Berdasarkan penafsiran ini maka larangan tidak hanya pada bab makanan saja, dan karenanya Ibnu Abbas berkata Menurut saya semuanya disamakan. Hal ini dikuatkan oleh hadits Zaid bin Tsabit Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah melarang barang dijual di tempat dia dibeli, sampai barang tersebut berada di tempat pedagang di kendaraan mereka. Abu Daud dan telah dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban Al Aini berkata di dalam Umdatul Qari 11250 Artinya Dia membeli makanan dari seseorang dengan 1 dirham dan ada jeda waktu, lalu ia menjualnya darinya atau dari orang lain sebelum dia menerimanya dengan 2 dirham misalnya, maka ini tidak boleh karena kesannya dia menjual dirham dengan dirham, dan makanannya tidak ada. Dan banyak hadits yang menjelaskan dalam masalah ini. Majmu Fatawa Syeikh bin Baz 1946 Wallahu alam |
Buah Kemaksiatan dan Kelalaian | https://radiomutiaraquran.com/2018/08/28/buah-kemaksiatan-dan-kelalaian/ | Kemaksiatan dan kelalaian, dua hal yang melahirkan berbagai jenis penderitaan di dalam diri manusia. Tidakkah anda ingat bagaimana penyesalan Nabi Adam ‘alahis salam tatkala menyadari kesalahannya setelah mendurhakai Rabb-nya? Tidakkah anda ingat bagaimana penyesalan orang-orang kafir di akhirat yang mengandaikan kalau saja ketika di dunia mereka hanya menjadi sebongkah tanah saja? Tidakkah anda ingat bagaimana penyesalan dan hukuman yang harus dirasakan oleh Ka’ab bin Malik bersama dua orang sahabatnya yang sama-sama tidak ikut perang Tabuk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat yang lainnya? Lihatlah pada diri mereka; betapa kemaksiatan dan kelalaian telah menjauhkan mereka dari ketenteraman dan kebahagiaan. Aduhai, adakah manusia yang sudi hidup dirundung rasa takut, tersiksa, dan larut dalam kesedihan demi kesedihan… Saudaraku, semoga Allah memberikan taufik kepada aku dan kamu, ingatlah bahwa hakikat kehidupan kita di dunia ini adalah demi menjalankan sebuah misi yang sangat agung yaitu beribadah kepada Allah ta’ala semata. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah (hanya) kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56). Dan sesungguhnya beribadah kepada Allah itu adalah dengan melakukan apa yang Allah cintai dan meninggalkan apa yang Allah benci. Sekarang Saatnya Menanam Pohon Ketaatan Saudaraku, maka dari itu kehidupan ini adalah ladang amal bagi kita. Apabila kita menanam kebaikan-kebaikan di dunia ini, niscaya kita akan menuai hasil yang menggembirakan di hari kemudian. Namun sebaliknya, apabila ternyata yang kita tanam justru perbuatan dosa dan kemaksiatan, maka jangan salahkan siapa-siapa jika buah yang nantinya kita rasakan di hari kemudian adalah buah Zaqqum dan minuman mendidih yang menjijikkan dan menghancurkan saluran pencernaan. Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Tahun ibarat sebatang pohon sedangkan bulan-bulan adalah cabang-cabangnya, jam-jam adalah daun-daunnya dan hembusan nafas adalah buah-buahannya. Barang siapa yang pohonnya tumbuh di atas kemaksiatan maka buah yang dihasilkannya adalah hanzhal (buah yang pahit dan tidak enak dipandang, pent) sedangkan masa untuk memanen itu semua adalah ketika datangnya Yaumul Ma’aad (kari kiamat). Ketika dipanen barulah akan tampak dengan jelas buah yang manis dengan buah yang pahit. Ikhlas dan tauhid adalah ‘sebatang pohon’ di dalam hati yang cabang-cabangnya adalah amal-amal sedangkan buah-buahannya adalah baiknya kehidupan dunia dan surga yang penuh dengan kenikmatan di akherat. Sebagaimana buah-buahan di surga tidak akan akan habis dan tidak terlarang untuk dipetik maka buah dari tauhid dan keikhlasan di dunia pun seperti itu. Adapun syirik, kedustaan, dan riya’ adalah pohon yang tertanam di dalam hati yang buahnya di dunia adalah berupa rasa takut, kesedihan, gundah gulana, rasa sempit di dalam dada, dan gelapnya hati, dan buahnya di akherat nanti adalah berupa buah Zaqqum dan siksaan yang terus menerus…” (Al Fawa’id, hal. 158). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda memberikan nasihat yang sangat berharga kepada setiap kita, “Jadilah engkau di dunia ini seperti orang yang asing atau orang yang sedang mengadakan perjalanan.” Ibnu ‘Umar mengatakan, ‘Apabila kamu berada di waktu sore, janganlah menunggu datangnya waktu pagi. Dan apabila kamu berada di waktu pagi janganlah menunggu datangnya waktu sore. Manfaatkanlah saat sehatmu sebelum datang saat sakitmu, dan gunakan masa hidupmu sebelum datang kematianmu.’.” (HR. Bukhari). An Nawawi rahimahullah menjelaskan, “Janganlah kamu terlalu menggantungkan hati kepada dunia, dan jangan jadikan ia sebagai tempat tinggal, janganlah kamu katakan kepada dirimu bahwa kamu selamanya akan tinggal di sana. Janganlah bergantung kepadanya kecuali sekedar seperti orang asing yang membutuhkan sesuatu hal ketika berada di suatu tempat di luar daerah asalnya yang tetap memendam rasa rindu untuk kembali kepada keluarganya.” (Durrah Salafyah, hal. 276). Beliau juga menandaskan bahwa di dalam hadits ini kita diajari untuk memendekkan angan-angan yang tidak sepantasnya, menyegerakan bertaubat, dan bersiap-siap untuk menghadapi kematian (Durrah Salafyah, hal. 276). Siapakah di antara kita yang bisa menjamin bahwa besok pagi kita masih hidup? Oleh sebab itu manfaatkanlah waktu yang masih ada ini dengan sebaik-baiknya untuk berbuat ketaatan. Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma telah berpesan kepada kita, “Apabila kamu berada di waktu sore janganlah menunggu datangnya waktu pagi. Dan apabila kamu berada di waktu pagi janganlah menunggu datangnya waktu sore.” Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah menerangkan, “Artinya apabila kamu berada di waktu sore jangan kamu katakan: Aku pasti masih akan hidup hingga pagi besok. Betapa banyak orang yang memasuki waktu sore namun ternyata tidak sempat menikmati waktu pagi di keesokan harinya…” (Durrah Salafiyah, hal. 279). Kematian pasti datang dan tidak dapat dielakkan. Kalau ia telah datang menjemput maka amal telah terputus. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila seorang manusia meninggal maka akan terputus amalnya kecuali tiga perkara : sedekah yang terus mengalir (pahalanya), ilmu yang dimanfaatkan orang lain, atau anak saleh yang mendoakan kebaikan bagi orang tuanya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu). Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Maka sudah sepantasnya bagi setiap orang berakal yang masih hidup serta berada dalam kondisi sehat dan segar bugar untuk bersemangat mengerjakan amal sebelum dia meninggal dan ketika itulah amalnya menjadi terputus.” (Durrah Salafiyah, hal. 280). Seorang khalifah yang lurus dan mendapatkan bimbingan hidayah Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Bersikap pelan-pelan dalam segala hal itu adalah baik kecuali dalam mengerjakan berbagai kebajikan demi meraih kebahagiaan di akherat kelak.” Hasan Al Bashri juga menasihatkan, “Bersegeralah, bersegeralah! Karena hidup kita ini sebenarnya adalah tarikan nafas demi tarikan nafas. Seandainya tarikan-tarikan itu dihentikan dari diri kalian niscaya akan terputuslah amal-amal yang sedang kalian kerjakan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah ‘azza wa jalla. Semoga Allah merahmati seorang manusia yang memperhatikan dirinya sendiri dan menangisi sekian banyak jumlah dosa yang telah dia lakukan…” (Durrah Salafiyah, hal. 280). Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu juga menasihati kita dengan sebuah nasihat yang sangat menyentuh, “Sesungguhnya dunia pasti akan lenyap dan pergi tunggang-langgang. Sedangkan akhirat pasti akan datang dan menghadang. Dan masing-masing di antara keduanya mempunyai anak-anak yang mengejarnya. Maka jadilah kalian sebagai ‘anak-anak akhirat’. Dan janganlah kalian termasuk ‘anak-anak dunia’. Karena sesungguhnya masa sekarang ini (kehidupan dunia) adalah masa untuk beramal serta belum ada hisab (perhitungan). Adapun esok (hari akhirat) adalah perhitungan yang tidak ada lagi kesempatan untuk beramal. ” (lihat Durrah Salafiyah, hal. 280). Pahitnya Buah Kemaksiatan dan Kelalaian Ibnul Qayyim rahimahullah memaparkan, “Sedikitnya taufik (pertolongan dari Allah), rusaknya pemikiran, tersamarnya kebenaran, rusaknya isi hati, tidak membekasnya bacaan zikir yang dibaca, perjalanan waktu yang tersia-siakan, ketidaksukaan dan kepergian teman, perasaan hampa dan sempit pada diri seorang hamba di hadapan Rabbnya, terhambatnya pengabulan doa, hati yang keras, tercabutnya keberkahan dalam urusan rezeki dan umur, terhalang mendapatkan ilmu, terselimuti dengan kehinaan dan kerendahan karena tekanan musuh, perasaan sempit dada, tertimpa musibah berupa dikelilingi oleh teman-teman dekat yang jelek sehingga merusakkan isi hati dan membuang-buang waktu, kesedihan dan gundah gulana yang berkepanjangan, penghidupan yang sempit dan tertutupnya kemampuan untuk memperbaiki keadaan diri, itu semua terlahir dari kemaksiatan dan kelalaian untuk mengingat Allah. [Itulah dampak kemaksiatan] Sebagaimana halnya tanaman yang tumbuh dari dalam genangan air, atau seperti panas yang membakar dari sebuah nyala api. Sedangkan hal-hal yang menjadi lawan dari itu semua akan muncul dari ketaatan.” (Al Fawa’id, hal. 35-36). Pada suatu saat Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha mengisahkan, “Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Apabila kemaksiatan telah merajalela di kalangan umatku maka Allah meratakan azab kepada mereka semua dari sisi-Nya…’.” (HR. Ahmad, dinilai sahih oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’ [5231] dan Sahih Sunan Abu Dawud [4347]. Lihat Ad Daa’ wa Ad Dawaa’, hal. 51). Allah ta’ala berfirman, . “Telah dilaknat orang-orang kafir dari kalangan Bani Isra’il melalui lisan Daud dan ‘Isa bin Maryam, hal itu dikarenakan perbuatan maksiat yang mereka lakukan dan mereka senantiasa melampaui batas. Mereka tidak saling melarang dari kemungkaran yang dilakukan di antara mereka. Sungguh jelek apa yang telah mereka kerjakan itu.” (QS. Al Ma’idah: 78) Di dalam ayat yang mulia ini Allah ta’ala mengabarkan kepada kita bahwa Bani Isra’il mendapatkan laknat dari Allah karena kemaksiatan yang mereka lakukan, sikap mereka yang melampai batas, dan mereka tidak menegakkan amar ma’ruf dan nahi mungkar. Syaikh As Sa’di rahimahullah menjelaskan, “Artinya (mereka dilaknat) karena kemaksiatan mereka kepada Allah dan kezaliman mereka terhadap hamba-hamba Allah. Itulah yang menjadi sebab kekafiran mereka dan jauhnya mereka dari rahmat Allah. Karena sesungguhnya perbuatan-perbuatan dosa dan kezaliman itu pasti membuahkan hukuman-hukuman…” (Taisir Al Karim Ar Rahman, hal. 241). Saudaraku, ingatlah bahwa segala macam bentuk kemaksiatan dan kelalaian adalah termasuk tindak kezaliman. Sebab hak Allah atas hamba-Nya adalah untuk ditaati bukan didurhakai, diingat dan bukan dilalaikan. Kezaliman ada tiga macam : kezaliman manusia terhadap hak Allah yaitu syirik, kezaliman manusia kepada dirinya sendiri itulah yang biasa disebut dengan maksiat, serta kezaliman terhadap sesama. Ketiga hal ini adalah kezaliman dan juga sekaligus kemaksiatan. Kalau kezaliman seorang hamba kepada dirinya adalah maksiat, maka bagaimana lagi kezalimannya kepada orang lain, dan bagaimanakah lagi jika yang dizaliminya adalah hak Allah subhanahu wa ta’ala Dzat yang telah menciptakan dirinya? Apakah sebab timbulnya berbagai macam kerusakan di atas muka bumi ini kalau bukan karena kemaksiatan yang dilakukan oleh umat manusia? Allah ta’ala berfirman, “Telah tampak kerusakan di atas daratan dan juga di lautan dikarenakan apa yang telah diperbuat oleh tangan-tangan manusia…” (QS. Ar Ruum: 41) Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Tindakan merusak bumi itu terdiri dari dua bentuk: Pertama, perusakan secara fisik yang bisa dilihat dengan indera, yaitu seperti dengan cara merobohkan rumah-rumah, merusak jalan-jalan, dan kejahatan lain semacamnya. Yang kedua adalah perusakan secara maknawi, yaitu dengan melakukan perbuatan-perbuatan maksiat. Pada hakekatnya maksiat itulah sebesar-besar tindak perusakan yang terjadi di atas muka bumi.” Kemudian beliau membacakan ayat di atas (Al Qaul Al Mufid, II/77). Dan karena kezaliman pulalah umat-umat terdahulu yang durhaka dihancurkan oleh Allah dengan berbagai macam bentuk siksaan dan bencana yang mengerikan. Allah ta’ala berfirman, “Dan tidaklah Kami akan menghancurkan negeri-negeri itu kecuali karena para penduduknya adalah orang-orang yang zalim.” (QS. Al Qashash: 59) Ayat ini menunjukkan bahwa orang-orang yang gemar berbuat zalim berupa kekafiran atau maksiat memang berhak untuk menerima hukuman dari Allah. Karena Allah tidak akan menghukum siapa pun kecuali karena kezaliman yang dilakukannya dan setelah hujjah ditegakkan kepadanya (lihat Taisir Al Karim Ar Rahman, hal. 621). Oleh sebab itu Allah ta’ala melarang keras tindak perusakan di atas muka bumi ini dengan segala jenisnya. Allah ta’ala berfirman, “Dan janganlah kalian melakukan perusakan di atas muka bumi setelah sebelumnya ia diperbaiki…” (QS. Al A’raaf: 56) Sembari menukil ayat, Syaikh As Sa’di rahimahullah menjelaskan, “Dan janganlah kalian berbuat kerusakan di muka bumi” Artinya adalah (jangan berbuat kerusakan, pent) dengan melakukan berbagai perbuatan maksiat. “Sesudah dia diperbaiki.” Artinya adalah (sebelumnya bumi itu telah baik, pent) dengan amal-amal ketaatan. Karena sesungguhnya berbagai perbuatan maksiat itu menjadi sebab rusaknya akhlak, rusaknya amalan dan carut marut rezeki. Ini serupa dengan firman Allah ta’ala yang artinya, “Telah muncul kerusakan di daratan dan di lautan dengan sebab ulah tangan-tangan manusia.” Sebagaimana halnya berbagai perbuatan ketaatan menjadi sebab baiknya akhlak, bagusnya amalan, dan kelancaran rezeki serta kebaikan kondisi di dunia maupun di akhiat.” (Taisir Al Karim Ar Rahman, hal. 292). Belum lagi, kalau kita mengetahui bahwasanya kezaliman yang kita lakukan itu ternyata akan menghalangi kita dari mendapatkan manisnya hidayah. Tentunya setelah menyadari hal ini kita akan berusaha untuk menjauhkan diri darinya sejauh-jauhnya. Allah ta’ala berfirman, “Maka apabila mereka tidak memenuhi seruanmu (wahai Muhammad), ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka itu hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka. Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya tanpa petunjuk dari Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan memberikan petunjuk kepada kaum yang zalim.” (QS. Al Qashash: 50) Orang-orang yang dimaksud oleh ayat ini adalah orang yang kezaliman telah menjadi karakter hidupnya dan suka menentang (kebenaran) telah melekat dalam perangainya. Ketika hidayah menyapa, mereka justru menolaknya. Mereka lebih senang menuruti kemauan hawa nafsunya. Mereka sendirilah yang menutup pintu-pintu dan jalan menuju hidayah. Mereka justru membuka pintu-pintu kesesatan dan jalan menuju ke sana. Mereka menutup mata dan tidak mau tahu, padahal mereka telah tenggelam dalam kesesatan dan penyimpangan. Mereka terombang-ambing, hidup di ambang kehancuran (lihat Taisir Al Karim Ar Rahman, hal. 618). Ayat ini juga merupakan dalil yang menunjukkan bahwa semua orang yang tidak mau memenuhi seruan Rasul dan justru menganut pendapat yang menyelisihi ucapan Rasul maka dia tidaklah bermazhabkan bimbingan hidayah akan tetapi mazhabnya adalah hawa nafsu (lihat Taisir Karimir Rahman, hal. 618). Padahal kita sudah sama-sama tahu bahwa hidayah adalah perkara yang sangat kita butuhkan, lebih daripada kebutuhan kita kepada makanan dan minuman. Tidakkah kita ingat sebuah doa nan indah yang selalu terucap dari lisan orang yang melakukan shalat lima waktu yang dilakukannya setiap hari? ‘Ya Allah tunjukilah kami jalan yang lurus’. Bukankah itu doa yang terus kita panjatkan di setiap rakaat shalat yang kita lakukan? Apakah itu artinya? Apakah itu berarti kita mengucapkan sesuatu yang sia-sia dan tanpa makna? Apakah itu artinya kita bisa hidup tenteram dan bahagia tanpa bimbingan dan petunjuk dari Allah ta’ala? Tidakkah kita sadar bahwa hal itu menunjukkan bahwa hidayah itu lebih penting dari segala kebutuhan dunia; yang primer, sekunder, apalagi tersiernya? Lalu apalah artinya kita hidup jika tanpa bimbingan dan pertolongan dari-Nya? Lihatlah betapa pahit akibat yang harus dirasakan oleh orang yang bermaksiat kepadanya; kehilangan sesuatu yang paling berharga dan menjadi ruh kehidupannya yaitu hidayah dari Allah ta’ala, la haula wa la quwwata illa billah… Penyebab Terjadinya Maksiat Ibnul Qayyim rahimahullah memaparkan, “Tidaklah seorang hamba menerjang sesuatu yang diharamkan oleh Allah melainkan disebabkan oleh [salah satu di antara] dua kemungkinan: Pertama: Karena persangkaan buruknya kepada Rabbnya. Dia mengira kalau dia tetap taat kepada Allah serta lebih mengutamakan keinginan-Nya maka Allah tidak akan memberikan ganti lebih baik darinya yang halal untuk dinikmati. Kedua: Dia telah menyadari hal itu, dan dia pun tahu bahwa orang yang meninggalkan sesuatu karena Allah niscaya Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik darinya. Akan tetapi hawa nafsunya telah menguasai dirinya sehingga dia tidak lagi bersabar dan dia pun telah mencampakkan akal sehatnya. Yang pertama terjadi karena lemahnya ilmu yang dia punyai. Sedangkan yang kedua terjadi karena lemahnya akal dan kejernihan mata hati yang dia miliki…” (Al Fawa’id, hal. 46). Wahai saudaraku, marilah kita cermati diri kita masing-masing. Tidakkah kita ingat, dahulu kita ini bukan apa-apa. Kita dulu belum terlahir ke alam dunia, kita dulu tidak mengetahui apa-apa, tidak punya apa-apa, dan tidak bisa melakukan apa-apa. Lantas Allah menciptakan kita dengan rupa dan bentuk yang amat sempurna. Dan Allah mengaruniakan akal, penglihatan, pendengaran, dan hati kepada kita. Allah juga yang menciptakan berbagai macam binatang ternak, tanaman, dan buah-buahan sehingga bisa dinikmati oleh manusia. Allah juga yang memberikan akal dan kecerdasan kepada umat manusia sehingga mereka bisa mengembangkan teknologi canggih di mana-mana. Apakah yang telah membuat kita lalai dan larut dalam kemaksiatan kepada-Nya? Apakah dengan melakukan maksiat itu berarti kita menyangka Allah tidak melihat perbuatan kita? Apakah dengan melakukan maksiat itu berarti kebahagiaan yang hakiki akan kita raih, atau justru sebaliknya; perasaan sedih, menyesal, bersalah, dan gundah gulana yang akan mengisi relung-relung hati kita? Tidakkah orang yang miskin menyadari bahwa dengan mencuri dia tidak akan menjadi kaya, bahkan bisa jadi dia akan dijebloskan ke dalam penjara? Tidakkah orang yang kehausan sadar bahwa dengan meminum khamr maka rasa hausnya justru tidak akan terobati dan bahkan dirinya akan semakin tersiksa? Tidakkah para koruptor sadar bahwa uang haram yang dia masukkan ke dalam rekeningnya justru akan mencabut keberkahan hartanya serta menyiksa hati dan pikirannya, dan bisa jadi menjatuhkan kedudukannya di hadapan masyarakat, atau paling tidak mereka akan dimurkai oleh Allah ta’ala? Apakah setelah menyadari ini semua -wahai insan- kamu akan tetap bersikeras bermaksiat dan lalai dari mengingat keagungan-Nya? Allah ta’ala berfirman, “Belumkah tiba saatnya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka dengan mengingat Allah dan kebenaran yang diturunkan. Dan janganlah mereka menjadi seperti orang-orang sebelumnya yang telah diberikan Al Kitab, masa yang panjang mereka lalui (dengan kelalaian) sehingga hati mereka pun mengeras, dan banyak sekali di antara mereka yang menjadi orang-orang fasik.” (QS. Al Hadid: 16) Apakah belum tiba waktunya bagi kita untuk mengisi hari-hari kita dengan bacaan al-Qur’an dan mentadabburinya? Apakah belum tiba waktunya bagi kita untuk tunduk secara total mengikuti keindahan ajaran syari’at-Nya? Ataukah kita akan membiarkan hati ini mengeras tanpa siraman ayat-ayat-Nya dan panduan ajaran Nabi-Nya? Wahai manusia, sesungguhnya Allah sangat menyayangi diri kalian, oleh sebab itu Allah turunkan al-Qur’an bagi kalian untuk dipelajari bukan untuk dicampakkan. Allah utus Nabi-Nya kepada kalian untuk kalian ikuti bukan untuk ditinggalkan. Maka alangkah meruginya kalian jika kalian justru menyia-nyiakan bimbingan ilahi ini. Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah mengatakan, “Hati-hati manusia sangat butuh untuk berzikir dan mengingat wahyu yang diturunkan oleh Allah serta mengisi ucapan-ucapannya dengan hikmah. Tidak semestinya hal itu dilalaikan. Karena kelalaian adalah penyebab keras dan membekunya hati.” (Taisir Al Karim Ar Rahman, hal. 840). Kita memohon kepada Allah dengan keagungan nama-nama dan sifat-sifat-Nya semoga Allah menganugerahkan kepada kita ilmu yang bermanfaat, kekhusyu’an dalam beribadah, dan rasa takut kepada-Nya baik di saat bersama manusia maupun tidak bersama mereka. Semoga Allah mengaruniakan kepada kita taubatan nasuha sehingga Allah mengampuni dosa dan kesalahan-kesalahan kita. Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam. Walhamdulillahi rabbil ‘alamiin. Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi Sumber | Kemaksiatan dan kelalaian, dua hal yang melahirkan berbagai jenis penderitaan di dalam diri manusia. Sebagaimana buahbuahan di surga tidak akan akan habis dan tidak terlarang untuk dipetik maka buah dari tauhid dan keikhlasan di dunia pun seperti itu. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda memberikan nasihat yang sangat berharga kepada setiap kita, Jadilah engkau di dunia ini seperti orang yang asing atau orang yang sedang mengadakan perjalanan. Dan apabila kamu berada di waktu pagi janganlah menunggu datangnya waktu sore. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Apabila seorang manusia meninggal maka akan terputus amalnya kecuali tiga perkara sedekah yang terus mengalir pahalanya, ilmu yang dimanfaatkan orang lain, atau anak saleh yang mendoakan kebaikan bagi orang tuanya. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahuanhu. Hasan Al Bashri juga menasihatkan, Bersegeralah, bersegeralah Karena hidup kita ini sebenarnya adalah tarikan nafas demi tarikan nafas. Seandainya tarikantarikan itu dihentikan dari diri kalian niscaya akan terputuslah amalamal yang sedang kalian kerjakan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah azza wa jalla. Dan janganlah kalian termasuk anakanak dunia. Adapun esok hari akhirat adalah perhitungan yang tidak ada lagi kesempatan untuk beramal. Al Maidah 78 Di dalam ayat yang mulia ini Allah taala mengabarkan kepada kita bahwa Bani Israil mendapatkan laknat dari Allah karena kemaksiatan yang mereka lakukan, sikap mereka yang melampai batas, dan mereka tidak menegakkan amar maruf dan nahi mungkar. Syaikh As Sadi rahimahullah menjelaskan, Artinya mereka dilaknat karena kemaksiatan mereka kepada Allah dan kezaliman mereka terhadap hambahamba Allah. Kalau kezaliman seorang hamba kepada dirinya adalah maksiat, maka bagaimana lagi kezalimannya kepada orang lain, dan bagaimanakah lagi jika yang dizaliminya adalah hak Allah subhanahu wa taala Dzat yang telah menciptakan dirinya Apakah sebab timbulnya berbagai macam kerusakan di atas muka bumi ini kalau bukan karena kemaksiatan yang dilakukan oleh umat manusia Allah taala berfirman, Telah tampak kerusakan di atas daratan dan juga di lautan dikarenakan apa yang telah diperbuat oleh tangantangan manusia QS. Pada hakekatnya maksiat itulah sebesarbesar tindak perusakan yang terjadi di atas muka bumi. Sebagaimana halnya berbagai perbuatan ketaatan menjadi sebab baiknya akhlak, bagusnya amalan, dan kelancaran rezeki serta kebaikan kondisi di dunia maupun di akhiat. Belum lagi, kalau kita mengetahui bahwasanya kezaliman yang kita lakukan itu ternyata akan menghalangi kita dari mendapatkan manisnya hidayah. Allah taala berfirman, Maka apabila mereka tidak memenuhi seruanmu wahai Muhammad, ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka itu hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka. Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya tanpa petunjuk dari Allah. Mereka sendirilah yang menutup pintupintu dan jalan menuju hidayah. Dia mengira kalau dia tetap taat kepada Allah serta lebih mengutamakan keinginanNya maka Allah tidak akan memberikan ganti lebih baik darinya yang halal untuk dinikmati. Yang pertama terjadi karena lemahnya ilmu yang dia punyai. Kita dulu belum terlahir ke alam dunia, kita dulu tidak mengetahui apaapa, tidak punya apaapa, dan tidak bisa melakukan apaapa. Dan Allah mengaruniakan akal, penglihatan, pendengaran, dan hati kepada kita. Dan janganlah mereka menjadi seperti orangorang sebelumnya yang telah diberikan Al Kitab, masa yang panjang mereka lalui dengan kelalaian sehingga hati mereka pun mengeras, dan banyak sekali di antara mereka yang menjadi orangorang fasik. Al Hadid 16 Apakah belum tiba waktunya bagi kita untuk mengisi harihari kita dengan bacaan alQuran dan mentadabburinya Apakah belum tiba waktunya bagi kita untuk tunduk secara total mengikuti keindahan ajaran syariatNya Ataukah kita akan membiarkan hati ini mengeras tanpa siraman ayatayatNya dan panduan ajaran NabiNya Wahai manusia, sesungguhnya Allah sangat menyayangi diri kalian, oleh sebab itu Allah turunkan alQuran bagi kalian untuk dipelajari bukan untuk dicampakkan. Kita memohon kepada Allah dengan keagungan namanama dan sifatsifatNya semoga Allah menganugerahkan kepada kita ilmu yang bermanfaat, kekhusyuan dalam beribadah, dan rasa takut kepadaNya baik di saat bersama manusia maupun tidak bersama mereka. |
Saya mengkonsumsi obat untuk penyakit psikis (akal) yang ada pada diriku. Dan hal ini mengharuskan untuk mengkonsumsinya pagi dan petang. Sementara mengkonsumsi petang (malam) dari obat ini, memayahkan diriku. Terkadang saya tidak dapat bangun malam untuk makan sahur, sehingga terlewatkan meminum obat pagi di sela-sela siang hari puasa. (kalau mengkonsumsi) waktu berbuka, maka waktu mengkonsumsi pagi sangat terlambat sekali. Maka apa yang selayaknya saya lakukan? Saya telah memulai puasa sejak beberapa hari, akan tetapi sekarang saya berhenti disebebkan obat ini. Apakah saya diperbolehkan mengeluarkan shodaqoh di akhir Ramadan sebagai pengganti dari puasa disebabkan kondisi sakitku ini? | https://islamqa.info/id/answers/65871/sakit-dan-mengharuskan-untuk-mengkonsumsi-obat-di-siang-hari | Alhamdulillah.Pertama, Kami memohon kepada Allah Tuhan Arsy Yang Mulia agar menyembuhkan anda dan mencatat kebaikan dan pahala untuk anda. Telah ada di jawaban soal no. 12488 penjelasan penyakit orang puasa yang diperbolehkan untuk berbuka, yaitu orang puasa yang merasa kepayahan sekali, khawatir bertambah (sakit) atau karena puasa menjadi lama sembuhnya. Kalau sekiranya kondisi anda seperti itu, maka anda diperbolehkan berbuka di bulan Ramadan. Kedua, Kalau memungkinkan anda mengkonsumsi obat sekali waktu berbuka dan sekali waktu sahur, maka hal itu harus anda lakukan. Anda tidak diperbolehkan berbuka waktu itu karena tidak adanya uzur. Sementara kalau hal itu tidak memungkinkan, dan anda harus mengkonsumsi obat siang hari, maka anda diperbolehkan berbuka. Ketiga, Sementara terkait mengeluarkan shodaqoh sebagai pengganti puasa, maka anda harus merujuk kepada dokter terpercaya. Kalau sakit anda ada harapan sembuh, maka anda harus mengqodo’nya tidak diterima (pengganti dengan) makanan. Berdasarkan firman Allah Ta’ala, ‘Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.’ SQ. AL-Baqarah: 185. Maka anda harus menunggu sampai Allah menyembuhkan anda dan mengqodo’ hari-hari yang anda berbuka. Kalau penyakit anda tidak ada harapan kesembuhan, maka anda tidak perlu mengqodo’. Dan anda harus memberi makanan sehari untuk satu orang miskin. Perlu diperhatikan, bahwa yang wajib itu memberi makan, sementara mengeluarkan uang penggati makanan tidak diterima. Telah ada penjelasan hal itu di soal jawab no. 39234. Wallahu’alam . | Alhamdulillah.Pertama, Kami memohon kepada Allah Tuhan Arsy Yang Mulia agar menyembuhkan anda dan mencatat kebaikan dan pahala untuk anda. Telah ada di jawaban soal no. 12488 penjelasan penyakit orang puasa yang diperbolehkan untuk berbuka, yaitu orang puasa yang merasa kepayahan sekali, khawatir bertambah sakit atau karena puasa menjadi lama sembuhnya. Kalau sekiranya kondisi anda seperti itu, maka anda diperbolehkan berbuka di bulan Ramadan. Kedua, Kalau memungkinkan anda mengkonsumsi obat sekali waktu berbuka dan sekali waktu sahur, maka hal itu harus anda lakukan. Anda tidak diperbolehkan berbuka waktu itu karena tidak adanya uzur. Sementara kalau hal itu tidak memungkinkan, dan anda harus mengkonsumsi obat siang hari, maka anda diperbolehkan berbuka. Ketiga, Sementara terkait mengeluarkan shodaqoh sebagai pengganti puasa, maka anda harus merujuk kepada dokter terpercaya. Kalau sakit anda ada harapan sembuh, maka anda harus mengqodonya tidak diterima pengganti dengan makanan. Berdasarkan firman Allah Taala, Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan lalu ia berbuka, maka wajiblah baginya berpuasa, sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada harihari yang lain. SQ. ALBaqarah 185. Maka anda harus menunggu sampai Allah menyembuhkan anda dan mengqodo harihari yang anda berbuka. Kalau penyakit anda tidak ada harapan kesembuhan, maka anda tidak perlu mengqodo. Dan anda harus memberi makanan sehari untuk satu orang miskin. Perlu diperhatikan, bahwa yang wajib itu memberi makan, sementara mengeluarkan uang penggati makanan tidak diterima. Telah ada penjelasan hal itu di soal jawab no. 39234. Wallahualam . |
Hukum Wanita Meninggal Saat Haid Menurut Islam | https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-wanita-meninggal-saat-haid | Haid atau menstruasi merupakan salah satu kodrat sebagai seorang wanita sebagaimana . Haid merupakan siklus yang akan dialami setiap wanita setiap bulannya. Dalam islam sendiri dara haid merupakan kotoran, sehingga seorang wanita yang sedang haid tidak diperbolehkan melakukan aktivitas keagamaan seperti sholat, berpuasa atau juga membaca Al-Quran. Sebagaimana dalam hadis berikut ini : . . . :222Mereka bertanya kepadamu tentang haidl. Katakanlah, “Haidl itu adah kotoran”. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri di wanita di waktu haid, dan janganlah kamu mendekati mereka, sbelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah ereka itu ditempat yang diperintahkan Allah kepadamu. ssungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan mebersihkan diri. [QS. Al-Baqarah : 222]. Ajal atau kematian adalah sesuatu yang tidak dapat dihindarkan, setiap manusia yang hidup pasti akan mati. Tidak ada manusia yang kekal di dunia ini. }Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad), maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal? Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. [Al Anbiya:34-35].stiap manusia dapat dipanggil oleh sang pencipta dalam kondisi apapun. termasuk juga seorang wanita yang sedang haid. Lantas bagaimana hukum islam memandang mengenai hal ini apakah sama dengan atau . berikut penjelasn singkat mengenai Hukum Wanita Meninggal Saat Haid menurut islam.Hukum Wanita Meninggal Saat HaidHaid tidaklah berefek kebahagiaan dan kesengsaraan mayit secara langsung. Terkait perbedaan kesucian mayit wanita yang meninggal dalam keadaan haid dan yang tidak kita perlu membaca keterangan ahli ilmu terkait adanya perlakuan khusus untuk wanita yang meninggal dalam keadaan haid.Imam an-Nawawi menerangkan:Dalam madzhab kami wanita haidh dan laki-laki yang junub bila meninggal maka dia dimandikan sekali. Ini adalah pendapat seluruh Ulama’ kecuali al-Hasan al-Basri. Al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab 5/152 Ibnu Quddamah menerangkan:“Pendapat yang pertama lebih utama mengingat keduanya telah terlepas dari pembebanan hukum syariat . Tidak tersisa kewajiban ibadah atas mereka. Adapun pemandian mereka itu sifatnya untuk peribadatan dan supaya ketika dia keluar dari alam dunia dia dalam keadaan paling sempurna dalam hal kebersihan dan kecerahan. Al-Mughni 2/345Dari sini bisa diketahui ada isyarat Ulama’ bahwa tidak ada bedanya antara mayit wanita yang meninggal dalam keadaan di masa haidnya atau dalam keadaan tidak. Untuk meninjau lebih jauh maka dapat menyimak Hukum Wanita Meninggal Saat Haid. Pertama Orang yang meninggal dalam kondisi haid sama sekali tidaklah menunjukkan dia suul khotimah, tidak pula pertanda dia orang yang buruk agamanya. Demikian pula orang yang meninggal karena junub, selama junub yang dia alami terjadi karena sebab yang mubah, seperti hubungan badan dengan istri atau mimpi basah.Dulu ada sahabat yang digelari ‘ghasilul malaikah‘ (orang yang jasadnya dimandikan malaikat). Beliau adalah sahabat Handzalah bin Rahib radhiyallahu ‘anhu. Dalam kisahnya yang cukup terkenal, sebagaimana diriwayatkan Ibnu Ishaq dan lainnya, Handzalah berangkat berjihad, mengikuti perang Uhud dalam kondisi junub, karena berhubungan dengan istrinya. Ketika jenazahnya dicari para sahabat di medan Uhud, mereka tidak menjumpainya. Sang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam-pun memberi tahu, jenazahnya dimandikan Malaikat.Hal yang sama juga dialami oleh Hamzah bin Abdul Muthalib radhiyallahu ‘anhu, paman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang syahid di Medan Uhud. Diriwayatkan oleh Thabrani dari Ibnu Abbas: “Bahwa Hamzah radhiyallahu ‘anhu mati syahid dalam kondisi junub”Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan: Sanadnya diterima (riwayat hasan) (Fathul Bari, 3:212).2. Keduawanita yang meninggal ketika haid atau orang yang meninggal dalam kondisi junub, cukup dimandikan sekali, menurut pendapat yang lebih kuat, sebagaimana layaknya memandikan jenazah pada umumnya. Status mandi jenazah sudah dianggap menutupi kewajiban mandi karena sebab junub atau haid.An-Nawawi mengatakan , : . : “Pendapat madzhab syafiiyah, bahwa orang yang junub atau wanita haid yang meninggal, cukup dimandikan sekali. Ini merupakan pendapat seluruh ulama, kecuali Hasan al-Bashri, yang berpendapat: ‘Dia dimandikan dua kali’. Ibnul Mundzir mengomentari pendapat ini: ‘Tidak ada yang berpendapat demikian, selain Hasan al-Bashri.” (al-Majmu’, 5:123)Sebagaimana hal ini berlaku bagi orang hidup. Ketika ada 2 sebab yang mewajibkan mandi, misalnya junub dan hari jumat, cukup dilakukan mandi besar sekali. Diqiyaskan dengan hadats. Ketika seseorang mengalami beberapa hadats kecil, misalnnya kentut, tidur pulas, dan buang air kecil, semua cukup dihilangkan dengan sekali wudhu.3. KetigaAkan tetapi Jika orang haid dan nifas keluar darah setelah dimandikan dan belum dikafani, maka harus dibersihkan dengan air. Tidak diharuskan mengulangi mandi.Imam Nawawi rahimahullah mengatakan,“Jika keluar najis dari kemaluan mayat setelah dimandikan dan belum dikafani, maka harus dibersihkan tanpa ada perbedaan. Dalam masalah mengulangi pembersihannya (mandi) ada tiga pendapat yang terkenal, yang paling kuat adalah tidak diwajibkan apapun. Karena dia telah keluar dari taklif (beban kewajiban) dalam masalah batal suci. Juga diqiyaskan seperti orang terkena najis dari orang lain. Maka cukup dibersihkan tanpa ada perbedaan.” (Syarh Al-Muhadzab, 5/138) Abu Al-Khattab –dari Hanabilah- memilih tidak mengulangi mandi dengan keluarnya hadats.” (Al-Kafi).Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata, “Apa yang disebutkan Abu Al-Khattab lebih dekat dengan kebenaran. Karena disana tidak ada yang mengharuskan mandi janabah. Semua hadats yang keluar dari mayat setelah mati tidak diwajibkan mandi. Dari sini, pendapat Abu Al-Khattab itu yang kuat bahwa ketika ada yang keluar setelah selesai dimandikan, maka dibersihkan tempat (keluarnya) dan berusaha untuk menghentikan sesuatu yang keluar kemudian diwudukan.” (As-Syarh Al-Kafi)itulah tadi, Hukum Wanita Meninggal Saat Haid menurut islam. Semoga dapat menjadi referensi atau tambahan pengetahuan bagi anda sebagaimana artikel , , , , dan . Serta semoga artikel ini dapat bermanfaat. | Haid atau menstruasi merupakan salah satu kodrat sebagai seorang wanita sebagaimana . Sebagaimana dalam hadis berikut ini . . . 222Mereka bertanya kepadamu tentang haidl. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri di wanita di waktu haid, dan janganlah kamu mendekati mereka, sbelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah ereka itu ditempat yang diperintahkan Allah kepadamu. ssungguhnya Allah menyukai orangorang yang bertaubat dan mebersihkan diri. Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu Muhammad, maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal Tiaptiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan yang sebenarbenarnya. Al Anbiya3435.stiap manusia dapat dipanggil oleh sang pencipta dalam kondisi apapun. Lantas bagaimana hukum islam memandang mengenai hal ini apakah sama dengan atau . berikut penjelasn singkat mengenai Hukum Wanita Meninggal Saat Haid menurut islam. Ini adalah pendapat seluruh Ulama kecuali alHasan alBasri. Tidak tersisa kewajiban ibadah atas mereka. Adapun pemandian mereka itu sifatnya untuk peribadatan dan supaya ketika dia keluar dari alam dunia dia dalam keadaan paling sempurna dalam hal kebersihan dan kecerahan. Demikian pula orang yang meninggal karena junub, selama junub yang dia alami terjadi karena sebab yang mubah, seperti hubungan badan dengan istri atau mimpi basah. Dulu ada sahabat yang digelari ghasilul malaikah orang yang jasadnya dimandikan malaikat. Hal yang sama juga dialami oleh Hamzah bin Abdul Muthalib radhiyallahu anhu, paman Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang syahid di Medan Uhud. Status mandi jenazah sudah dianggap menutupi kewajiban mandi karena sebab junub atau haid. Pendapat madzhab syafiiyah, bahwa orang yang junub atau wanita haid yang meninggal, cukup dimandikan sekali. Ini merupakan pendapat seluruh ulama, kecuali Hasan alBashri, yang berpendapat Dia dimandikan dua kali. Ketika ada 2 sebab yang mewajibkan mandi, misalnya junub dan hari jumat, cukup dilakukan mandi besar sekali. Ketika seseorang mengalami beberapa hadats kecil, misalnnya kentut, tidur pulas, dan buang air kecil, semua cukup dihilangkan dengan sekali wudhu.3. Karena dia telah keluar dari taklif beban kewajiban dalam masalah batal suci. Juga diqiyaskan seperti orang terkena najis dari orang lain. Karena disana tidak ada yang mengharuskan mandi janabah. Semoga dapat menjadi referensi atau tambahan pengetahuan bagi anda sebagaimana artikel , , , , dan . |
Kewajiban Haji Sekali Seumur Hidup atau Tiap Tahun? | https://islami.co/kewajiban-haji-sekali-seumur-hidup-atau-tiap-tahun/ | Haji termasuk dari rukun Islam seperti halnya shalat dan zakat. Akan tetapi, haji hanya diwajibkan bagi orang yang mampu. Mampu di sini maksudnya adalah orang yang ingin menunaikan ibadah tersebut memiliki kemampuan finansial, perjalanan ibadah haji aman, dan kondisi kesehatannya memungkinkan. Namun perlu diketahui, kewajiban haji hanya berlaku satu kali seumur hidup. Meskipun orang tersebut kaya dan banyak harta bukan berati tiap tahun wajib haji. Hal ini sebagaimana dijelaskan Syeikh Musthafa Bugha dalam Fiqhul Manhaji bahwa seluruh ulama sepakat bahwa haji diwajibkan bagi orang mampu hanya satu kali, kecuali kalau setelah itu dia melakukan nadzar, dia harus menunaikan nadzarnya. Dalil dari pendapat ini adalah hadis riwayat Muslim dan NasaI di mana Rasulullah berkata, Wahai manusia, diwajibkan atas kalian haji, maka naik hajilah. Tiba-tiba ada seorang laki-laki bertanya, Apakah kewajiban haji itu tiap tahun Rasulullah? Rasul diam dan tidak menjawab sampai dia mengulangi pertanyaan itu tiga kali. Rasul berkata, Biarkan apa yang aku tinggalkan, karena kalau aku katakana wajib, kalian tidak akan mampu……. Dari hadis ini, ulama memahami bahwa kewajiban haji itu hanya satu kali. Apalagi Rasulullah sendiri semasa hidup beliau hanya satu kali haji. Bahkan, menurut Kiai Ali Mustafa Yaqub, bagi orang yang sudah pernah naik haji, daripada haji kedua, ketiga, dan seterusnya, lebih baik harta yang akan digunakan sebagai ongkos haji tersebut dimanfaatkan untuk membantu pendidikan orang miskin, membantu orang tidak mampu, dan lain-lain. Karena dalam fikih disebutkan ibadah sosial lebih utama daripada ibadah individual. Melakukan ibadah yang bermanfaat untuk orang banyak, lebih utama ketimbang ibadah yang manfaatnya hanya untuk diri sendiri. | Haji termasuk dari rukun Islam seperti halnya shalat dan zakat. Akan tetapi, haji hanya diwajibkan bagi orang yang mampu. Mampu di sini maksudnya adalah orang yang ingin menunaikan ibadah tersebut memiliki kemampuan finansial, perjalanan ibadah haji aman, dan kondisi kesehatannya memungkinkan. Namun perlu diketahui, kewajiban haji hanya berlaku satu kali seumur hidup. Meskipun orang tersebut kaya dan banyak harta bukan berati tiap tahun wajib haji. Hal ini sebagaimana dijelaskan Syeikh Musthafa Bugha dalam Fiqhul Manhaji bahwa seluruh ulama sepakat bahwa haji diwajibkan bagi orang mampu hanya satu kali, kecuali kalau setelah itu dia melakukan nadzar, dia harus menunaikan nadzarnya. Dalil dari pendapat ini adalah hadis riwayat Muslim dan NasaI di mana Rasulullah berkata, Wahai manusia, diwajibkan atas kalian haji, maka naik hajilah. Tibatiba ada seorang lakilaki bertanya, Apakah kewajiban haji itu tiap tahun Rasulullah Rasul diam dan tidak menjawab sampai dia mengulangi pertanyaan itu tiga kali. Rasul berkata, Biarkan apa yang aku tinggalkan, karena kalau aku katakana wajib, kalian tidak akan mampu. Dari hadis ini, ulama memahami bahwa kewajiban haji itu hanya satu kali. Apalagi Rasulullah sendiri semasa hidup beliau hanya satu kali haji. Bahkan, menurut Kiai Ali Mustafa Yaqub, bagi orang yang sudah pernah naik haji, daripada haji kedua, ketiga, dan seterusnya, lebih baik harta yang akan digunakan sebagai ongkos haji tersebut dimanfaatkan untuk membantu pendidikan orang miskin, membantu orang tidak mampu, dan lainlain. Karena dalam fikih disebutkan ibadah sosial lebih utama daripada ibadah individual. Melakukan ibadah yang bermanfaat untuk orang banyak, lebih utama ketimbang ibadah yang manfaatnya hanya untuk diri sendiri. |
Tafsir Surat al-Kahfi Ayat 58: Allah Sayang pada Orang Musyrik dengan Tidak Mengazabnya di Dunia | https://islami.co/tafsir-surat-al-kahfi-ayat-58-allah-sayang-pada-orang-musyrik-dengan-tidak-mengazabnya-di-dunia/ | Allah menunda memberikan azab pada orang-orang musyrik yang mengingkari-Nya dan selalu mendustakan para rasul-Nya merupakan bentuk kasih sayang Allah di dunia. Barangkali saja mereka masih mau berusaha mencari jalan hidayah. Akan tetapi, bila azab sudah datang, siapa pun tak akan bisa menolongnya. Allah SWT berfirman: Wa robbukal ghofuru dzur rohmah. Lau yuakhidzuhum bima kasabu la ajjala lahumul adzaba. Bal lahum mauidul lay yajidu min dunihi mauila Artinya: Tuhanmu yang Maha Pengampun itu Pemberi Rahmat. Jika berkehendak langsung mengazab mereka sebab perbuatan yang dilakukan, Ia (Allah) pasti akan mempercepatnya. Akan tetapi, biarlah mereka mendapatkan waktu tertentu (untuk mendapat azab) yang mana tidak akan menemukan tempat berlindung selain pada-Nya. (QS: Al-Kahfi Ayat 58) Syekh Mutawalli al-Syarawi dalam kitab tafsirnya menyebutkan bahwa salah satu bentuk kasih sayang Allah pada orang-orang yang tidak beriman pada-Nya itu keengganan mengazab mereka secara langsung. Menunda mengazab mereka mempunyai hikmah tersendiri. Misalnya, Abu Jahal yang selalu memusuhi dakwah Nabi tidak langsung diazab. Akan tetapi, dari Abu Jahal ini lahirlah Ikrimah. Ketika Rasulullah SAW baru memulai dakwah di Mekah, Ikrimah telah menjadi pemuda yang disegani dan memiliki status sosial yang tinggi. Ikrimah menjadi satu di antara orang yang sangat keras dalam menentang dakwah Nabi Muhammad SAW. Ikrimah masuk Islam, dan bahkan meninggal dalam peperangan melawan Romawi di Yarmuk. Menurut Imam Ibnu Athiyyah dalam al-Muharrar al-Wajiz fi Tafsir al-Kitab al-Aziz, penundaan siksaan itu bisa ditunggu sampai orang musyrik itu meninggal, atau nanti di akhirat. Artinya, bila yang bersangkutan belum bertobat sampai ia meninggal, maka azab akhirat akan menantinya. Sementara itu, imam al-Baghawi dalam Malim al-Tanzil fi Tafsiril Quran berpendapat bahwa penundaan itu akan dituntaskan pada hari pembangkitan dan hisab amal perbuatan. Akan tetapi, menurut Imam al-Razi dalam al-Tafsir al-Kabir, terkadang Allah juga menunjukkan kemahakuasaan-Nya untuk memusnahkan orang-orang yang memusuhi dakwah Rasulullah. Hal ini terjadi pada saat perang Badar. Orang beriman yang berjumlah ratusan dapat mengalahkan musuh-musuh Nabi yang berjumlah ribuan. | Allah menunda memberikan azab pada orangorang musyrik yang mengingkariNya dan selalu mendustakan para rasulNya merupakan bentuk kasih sayang Allah di dunia. Barangkali saja mereka masih mau berusaha mencari jalan hidayah. Akan tetapi, bila azab sudah datang, siapa pun tak akan bisa menolongnya. Allah SWT berfirman Wa robbukal ghofuru dzur rohmah. Lau yuakhidzuhum bima kasabu la ajjala lahumul adzaba. Bal lahum mauidul lay yajidu min dunihi mauila Artinya Tuhanmu yang Maha Pengampun itu Pemberi Rahmat. Jika berkehendak langsung mengazab mereka sebab perbuatan yang dilakukan, Ia Allah pasti akan mempercepatnya. Akan tetapi, biarlah mereka mendapatkan waktu tertentu untuk mendapat azab yang mana tidak akan menemukan tempat berlindung selain padaNya. QS AlKahfi Ayat 58 Syekh Mutawalli alSyarawi dalam kitab tafsirnya menyebutkan bahwa salah satu bentuk kasih sayang Allah pada orangorang yang tidak beriman padaNya itu keengganan mengazab mereka secara langsung. Menunda mengazab mereka mempunyai hikmah tersendiri. Misalnya, Abu Jahal yang selalu memusuhi dakwah Nabi tidak langsung diazab. Akan tetapi, dari Abu Jahal ini lahirlah Ikrimah. Ketika Rasulullah SAW baru memulai dakwah di Mekah, Ikrimah telah menjadi pemuda yang disegani dan memiliki status sosial yang tinggi. Ikrimah menjadi satu di antara orang yang sangat keras dalam menentang dakwah Nabi Muhammad SAW. Ikrimah masuk Islam, dan bahkan meninggal dalam peperangan melawan Romawi di Yarmuk. Menurut Imam Ibnu Athiyyah dalam alMuharrar alWajiz fi Tafsir alKitab alAziz, penundaan siksaan itu bisa ditunggu sampai orang musyrik itu meninggal, atau nanti di akhirat. Artinya, bila yang bersangkutan belum bertobat sampai ia meninggal, maka azab akhirat akan menantinya. Sementara itu, imam alBaghawi dalam Malim alTanzil fi Tafsiril Quran berpendapat bahwa penundaan itu akan dituntaskan pada hari pembangkitan dan hisab amal perbuatan. Akan tetapi, menurut Imam alRazi dalam alTafsir alKabir, terkadang Allah juga menunjukkan kemahakuasaanNya untuk memusnahkan orangorang yang memusuhi dakwah Rasulullah. Hal ini terjadi pada saat perang Badar. Orang beriman yang berjumlah ratusan dapat mengalahkan musuhmusuh Nabi yang berjumlah ribuan. |
Hukum Jual-Beli Motor Bodong, Sahkah? | https://www.harakatuna.com/hukum-jual-beli-motor-bodong-sahkah.html | Harakatuna.com. – Di sebagian daerah marak terjadi praktek jual beli motor bodong. Banyak masyarakat yang lebih memilih membeli motor bodong, alih-alih membeli motor yang lengkap surat-suratnya. Bahkan di daerah-daerah pelosok dan terpencil, yang mana kebutuhan warganya akan motor hanya sebatas alat transportasi ke sawah, motor bodong menjadi pilihan yang tepat. Selain itu, harganya yang jauh lebih murah dari harga pasaran, menjadi salah satu alasan utama calon pembeli meminang motor bodong tersebut. Akan tetapi, menurut beberapa informasi, tidak jarang motor bodong dicurigai merupakan motor hasil curian yang sengaja di suplai dari pelaku curanmor. Dampaknya, tidak sedikit orang yang tidak jadi membeli motor bodong. Mereka khawatir kalau-kalau jual-beli motor bodong yang dilakukan tidak sah. Lantas bagaimana sesungguhnya hukum jual beli motor bodong? Apakah praktek jual beli motor bodong yang dicurigai merupakan hasil curian hukumnya sah? Pada dasarnya jual-beli motor bodong hukumnya sah selama tidak diketahui dengan pasti bahwa motor tersebut merupakan hasil curian. Kecurigaan-kecurigaan yang tak beralasan tidak dapat menghalangi kesahan jual beli motor bodong. Dengan kata lain, jika motor bodong tersebut diketahui dengan pasti merupakan hasil curian maka jual belinya tidak sah. Alasannya karena motor hasil curian jelas-jelas bukan milik si penjual dan menjual sesuatu yang tidak dimiliki hukumnya tidak sah. Sebagaimana sabda kanjeng nabi; “Tidak sah jual beli pada sesuatu yang tidak engkau miliki.” (HR. Abu Dawud) Dalam literatur fiqh pun ditemukan sejumlah keterangan yang menyatakan, bahwa salah satu syarat keabsahan jual-beli adalah barang yang hendak dijual haruslah milik penjual. Sehingga jika syarat ini tidak terpenuhi, maka bisa dipastikan jual-belinya tidak sah. Syekh Wahbah al-Zuhailiy misalnya, dalam kitabnya Fiqh al-Islami wa Adillatuhu [VI/3360] beliau menegaskan; : ( ) : « » “Maqud alaih (Alat tukar dan barang yang diperjual-belikan) haruslah kepunyaan pihak yang bertransaksi atau pihak yang bertransaksi mempunyai wewenang atas maqud alaih tersebut. Oleh karenanya seseorang yang menjual harta milik orang lain tanpa izin dan ia tidak punya wewenang atas harta itu, maka jual belinya batal (tidak sah).” Keterangan yang sama juga dijelaskan Imam Imam Nawawi dalam kitabnya Minhaj al-Thalibin [95]; : “Syarat yang keempat; Pihak yang bertransasksi mempunyai hak kepemilikan atas barang yang ditransaksikan. Oleh karenanya penjualan orang yang tidak mempunyai hak milik atas barang yang dijualnya dihukumi tidak sah.” Jadi, praktek jual beli motor bodong hukumnya sah selama motor bodong yang diperjual-belikan merupakan milik penjual dan tidak diketahui dengan pasti bahwa motor bodong tersebut adalah hasil curian. Wallhu alam bi al-shawab. Oleh Faik Faiek | Harakatuna.com. Di sebagian daerah marak terjadi praktek jual beli motor bodong. Banyak masyarakat yang lebih memilih membeli motor bodong, alihalih membeli motor yang lengkap suratsuratnya. Bahkan di daerahdaerah pelosok dan terpencil, yang mana kebutuhan warganya akan motor hanya sebatas alat transportasi ke sawah, motor bodong menjadi pilihan yang tepat. Selain itu, harganya yang jauh lebih murah dari harga pasaran, menjadi salah satu alasan utama calon pembeli meminang motor bodong tersebut. Akan tetapi, menurut beberapa informasi, tidak jarang motor bodong dicurigai merupakan motor hasil curian yang sengaja di suplai dari pelaku curanmor. Dampaknya, tidak sedikit orang yang tidak jadi membeli motor bodong. Mereka khawatir kalaukalau jualbeli motor bodong yang dilakukan tidak sah. Lantas bagaimana sesungguhnya hukum jual beli motor bodong Apakah praktek jual beli motor bodong yang dicurigai merupakan hasil curian hukumnya sah Pada dasarnya jualbeli motor bodong hukumnya sah selama tidak diketahui dengan pasti bahwa motor tersebut merupakan hasil curian. Kecurigaankecurigaan yang tak beralasan tidak dapat menghalangi kesahan jual beli motor bodong. Dengan kata lain, jika motor bodong tersebut diketahui dengan pasti merupakan hasil curian maka jual belinya tidak sah. Alasannya karena motor hasil curian jelasjelas bukan milik si penjual dan menjual sesuatu yang tidak dimiliki hukumnya tidak sah. Sebagaimana sabda kanjeng nabi Tidak sah jual beli pada sesuatu yang tidak engkau miliki. HR. Abu Dawud Dalam literatur fiqh pun ditemukan sejumlah keterangan yang menyatakan, bahwa salah satu syarat keabsahan jualbeli adalah barang yang hendak dijual haruslah milik penjual. Sehingga jika syarat ini tidak terpenuhi, maka bisa dipastikan jualbelinya tidak sah. Syekh Wahbah alZuhailiy misalnya, dalam kitabnya Fiqh alIslami wa Adillatuhu VI3360 beliau menegaskan Maqud alaih Alat tukar dan barang yang diperjualbelikan haruslah kepunyaan pihak yang bertransaksi atau pihak yang bertransaksi mempunyai wewenang atas maqud alaih tersebut. Oleh karenanya seseorang yang menjual harta milik orang lain tanpa izin dan ia tidak punya wewenang atas harta itu, maka jual belinya batal tidak sah. Keterangan yang sama juga dijelaskan Imam Imam Nawawi dalam kitabnya Minhaj alThalibin 95 Syarat yang keempat Pihak yang bertransasksi mempunyai hak kepemilikan atas barang yang ditransaksikan. Oleh karenanya penjualan orang yang tidak mempunyai hak milik atas barang yang dijualnya dihukumi tidak sah. Jadi, praktek jual beli motor bodong hukumnya sah selama motor bodong yang diperjualbelikan merupakan milik penjual dan tidak diketahui dengan pasti bahwa motor bodong tersebut adalah hasil curian. Wallhu alam bi alshawab. Oleh Faik Faiek |
Pernahkah Kita Rindu Berjumpa dengan-Nya? | https://suaraislam.id/pernahkah-kita-rindu-berjumpa-dengan-nya/ | Membuat agar bagaimana kelak ketika perjumpaan itu tiba dan pasti akan tiba, lalu apakah Allah Ta’ala menyukai perjumpaan itu? Sebagai seorang muslim ini merupakan impian dan cita cita bagaimana ketika itu Allah Ta’ala sangat merindukan dan suka akan perjumpaan itu dan kitapun suka gembira merindukannya. Rindu adalah perasaan sangat ingin dan berharap benar terhadap sesuatu. Perasaan ini biasanya muncul saat lama tak berjumpa dengan seseorang yang amat disayangi. Hal ini manusiawi dan sah-sah saja. Selama tidak berlebihan atau melampaui batas. Namun, pernahkah kita merindukan Dzat yang teramat sangat menyayangi kita? Bahkan tak mungkin kita hidup tanpa kasih sayang-Nya. Dialah Allah Ta’ala. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa yang suka berjumpa dengan Allah maka Allah suka berjumpa dengannya, dan barang siapa yang benci bertemu dengan Allah maka Allah benci untuk bertemu dengannya” (HR Muslim) Syaikh Ibnu Al-‘Utsaimiin rahimahullah berkata, “Seorang mukmin meyakini apa yang Allah janjikan di surga bagi hamba-hambaNya yang beriman berupa ganjaran yang besar serta karunia yang luas, maka iapun mencintai hal ini, dan jadilah dunia terasa ringan baginya dan ia tidak perduli kepada dunia karena ia akan berpindah kepada surga yang lebih baik dari dunia. Tatkala itu iapun rindu bertemu dengan Allah, terutama tatkala datang ajal, iapun diberi kabar gembira dengan keridhoan dan rahmat Allah, iapun rindu berjumpa dengan Allah” (Syarah Riyaad As-Shoolihin) Orang orang munafik dan kafir mereka tidak menghendaki perjumpaan itu, karena mereka begitu puas dengan kehidupan dunia sebagaimana Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan (kehidupan) itu, dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami,” (QS. Yunus 10: Ayat 7) Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Firman Allah Ta’ala ini mengabarkan tentang keadaan orang-orang celaka, yaitu mereka yang kufur (ingkar) terhadap perjumpaan dengan Allah pada hari kiamat. Tidak berharap apapun dalam perjumpaan itu. Mereka puas dengan kehidupan dunia ini dan jiwa mereka merasa tentram terhadapnya.” Mereka itu adalah orang-orang yang tidak berharap perjumpaan dengan Allah, bahkan berpaling darinya dan boleh jadi sampai mendustakannya. Wallahu a’lam Abu MiqdamKomunitas Akhlaq Mulia | Membuat agar bagaimana kelak ketika perjumpaan itu tiba dan pasti akan tiba, lalu apakah Allah Taala menyukai perjumpaan itu Sebagai seorang muslim ini merupakan impian dan cita cita bagaimana ketika itu Allah Taala sangat merindukan dan suka akan perjumpaan itu dan kitapun suka gembira merindukannya. Rindu adalah perasaan sangat ingin dan berharap benar terhadap sesuatu. Perasaan ini biasanya muncul saat lama tak berjumpa dengan seseorang yang amat disayangi. Hal ini manusiawi dan sahsah saja. Selama tidak berlebihan atau melampaui batas. Namun, pernahkah kita merindukan Dzat yang teramat sangat menyayangi kita Bahkan tak mungkin kita hidup tanpa kasih sayangNya. Dialah Allah Taala. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda Barang siapa yang suka berjumpa dengan Allah maka Allah suka berjumpa dengannya, dan barang siapa yang benci bertemu dengan Allah maka Allah benci untuk bertemu dengannya HR Muslim Syaikh Ibnu AlUtsaimiin rahimahullah berkata, Seorang mukmin meyakini apa yang Allah janjikan di surga bagi hambahambaNya yang beriman berupa ganjaran yang besar serta karunia yang luas, maka iapun mencintai hal ini, dan jadilah dunia terasa ringan baginya dan ia tidak perduli kepada dunia karena ia akan berpindah kepada surga yang lebih baik dari dunia. Tatkala itu iapun rindu bertemu dengan Allah, terutama tatkala datang ajal, iapun diberi kabar gembira dengan keridhoan dan rahmat Allah, iapun rindu berjumpa dengan Allah Syarah Riyaad AsShoolihin Orang orang munafik dan kafir mereka tidak menghendaki perjumpaan itu, karena mereka begitu puas dengan kehidupan dunia sebagaimana Allah Taala berfirman, Sesungguhnya orangorang yang tidak mengharapkan tidak percaya akan pertemuan dengan Kami dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu, dan orangorang yang melalaikan ayatayat Kami, QS. Yunus 10 Ayat 7 AlImam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, Firman Allah Taala ini mengabarkan tentang keadaan orangorang celaka, yaitu mereka yang kufur ingkar terhadap perjumpaan dengan Allah pada hari kiamat. Tidak berharap apapun dalam perjumpaan itu. Mereka puas dengan kehidupan dunia ini dan jiwa mereka merasa tentram terhadapnya. Mereka itu adalah orangorang yang tidak berharap perjumpaan dengan Allah, bahkan berpaling darinya dan boleh jadi sampai mendustakannya. Wallahu alam Abu MiqdamKomunitas Akhlaq Mulia |
Tiga Jenis Najis dan Cara Bersucinya | https://www.laduni.id/post/read/58725/tiga-jenis-najis-dan-cara-bersucinya.html | Laduni.ID, Jakarta - Najis adalah setiap benda yang haram untuk dimakan secara mutlak (kecuali dalam keadaan terpaksa) bukan karena menjijikan. Najis ada tiga jenis yaitu najis mughallazhah (berat), najis mutawassithah (sedang) dan najis mukhaffafah (ringan). Setiap umat muslim dianjurkan untuk selalu membersihkan atau menyucikan diri dari najis dan hada ketika hendak melaksanakan shalat. Hal ini disebut sebagai thaharah. Thaharah adalah membersihkan badan, pakaian, dan tempat shalat, oleh karenanya jika terkena najis maka harus menyucikannya. Dalam bahasa arab, najis disebut an-najasah yang berarti al-qadzarah, artinya kotoran. Secara istilah, najis adalah sesuatu yang keberadaannya dapat menghalangi sahnya ibadah. Berikut ini tiga jenis najis dan cara mensucikannya. 1. Najis Mughallazhah Najis mughallazhah adalah najis berat. Yang masuk pada najis jenis ini adalah anjing, babi dan binatang yang lahir dari keduanya (perkawinan silang antara anjing dan babi), atau keturunan silang dengan hewan lain yang suci. Cara menyucikan najis mughallazhah adalah membasuhnya dengan air sebanyak tujuh kali dan salah satu basuhannya dicampur dengan debu yang suci. Bisa pula dengan lumpur atau pasir yang mengandung debu. Baca Juga : Najiskah Minyak Goreng yang Kemasukan Bangkai Tikus? “Cara mencuci bejana seseorang di antara kamu apabila dijilat anjing hendaklah dibasuh tujuh kali, salah satunya dicampur dengan debu” (H.R. Muslim dari AbiHurairah). Benda dan sifat najis harus sudah hilang pada saat basuhan pertama. Jika tidak, maka harus diulang-ulang sampai hilang, baru dilanjutkan dengan basuhan kedua, ketiga dan seterusnya sampai ketujuh. Jadi, yang dianggap sebagai basuhan pertama adalah basuhan yang menghilangkan benda dan sifat dari najis mughallazhah. Jika masih belum hilang, maka belum bisa dianggap satu basuhan. Campuran debu bisa diletakkan dalam basuhan yang mana saja. Tapi yang lebih utama pada saat basuhan pertama. Jika air yang digunakan adalah air keruh dengan debu, semisal air banjir, maka sudah dianggap cukup tanpa harus mencampurnya dengan debu. 2. Najis Mutawassithah Najis mutawassithah adalah najis tingkat sedang. Najis jenis ini ada lima belas macam di antaranya: Setiap benda cair yang memabukkan. Air kencing bayi laki-laki di bawah dua tahun yang belum makan apa-apa selain air susu ibu (ASI). Madzi, yaitu cairan berwarna putih agak pekat yang keluar dari kemaluan. Cairan madzi biasanya keluar ketika syahwat sebelum memuncak (ejakulasi) Wadi, yaitu cairan putih, keruh dan kental yang keluar dari kemaluan. Wadi biasanya keluar setelah kencing ketika ditahan, atau di saat membawa benda berat. Tinja atau kotoran manusia. Kotoran hewan, baik yang bisa dimakan dagingnya atau tidak. Air luka yang berubah baunya. Nanah, baik kental atau cair. Darah, baik darah manusia atau lainnya, selain hati dan limpa. Air empedu. Muntahan, yakni benda yang keluar dari perut ketika muntah. Kunyahan hewan yang dikeluarkan dari perutnya. Air susu hewan yang tidak bisa dimakan dagingnya. Sedangkan air susu manusia dihukumi suci kecuali jika keluar dari anak perempuan yang belum mencapai umur baligh (9 tahun), maka dihukumi najis. Semua bagian tubuh dari bangkai, kecuali bangkai belalang, ikan dan jenazah manusia. Yang dimaksud bangkai dalam istilah fikih adalah hewan yang mati tanpa melalui sembelihan secara syara’ seperti mati sendiri, terjepit, ditabrak kendaraan atau lainnya. Organ hewan yang dipotong atau terpotong ketika masih hidup (kecuali bulu atau rambut hewan yang boleh dimakan dagingnya). Najis mutawassithah tersebut ada dua macam, yaitu najis hukmiyah dan najis ainiyah. Najis hukmiyah adalah najis yang mana benda, rasa, bau dan warnanya sudah hilang atau tidak tertangkap oleh indera kita. Cara menyucikan najis hukmiyah cukup dengan mengalirkan air pada bagian yang terkena najis. Sedangkan najis ainiyah adalah najis yang salah satu dari benda, rasa, bau dan warnanya masih ada atau tertangkap oleh indera. Cara menyucikannya adalah dengan membasuh najis tersebut sampai benda dan sifat-sifatnya hilang. Baca Juga : Hukum Air Kencing Unta Jika najis ainiyah berada di tengah-tengah lantai misalnya, maka ada cara yang lebih praktis untuk menyucikannya, yaitu dengan dijadikan najis hukmiyah terlebih dahulu (dihilangkan benda, bau, rasa dan warnanya dengan digosok menggunakan kain basah misalnya, kemudian tempat najisnya dikeringkan). Setelah itu cukup mengalirkan air ke tempat yang tadinya basah. Cara ini bisa digunakan agar tidak usah mengepel lantai seluruhnya. 3. Najis Mukhaffafah Najis mukhaffafah adalah najis yang ringan. Yang masuk dalam kategori mukhaffafah hanyalah kencing bayi laki-laki yang belum makan apa-apa selain air susu ibu dan umurnya belum mencapai dua tahun. Adapun kencing bayi perempuan tidak masuk dalam kategori mukhaffafah, melainkan mutawassithah. Cara menyucikan najis mukhaffafah cukup dengan memercikkan air pada tempat yang terkena najis, setelah menghilangkan benda dan sifat-sifat najisnya (basahnya air kencing) terlebih dahulu. Bahan untuk Meyucikan Benda yang dapat menyucikan ada dua macam, yaitu air dan debu. Fungsi air untuk menyucikan telah ditegaskan dalam al-Qur’an: Artinya: “Kami (Allah) turunkan dari langit berupa air sebagai bersuci” (QS al-Furqân [25]: 48) Mengenai fungsi debu, Rasulullah Muhammad SAW bersabda.: Artinya: “Telah dijadikan untuk kita bumi sebagai (tempat shalat), dan debunya untuk bersuci.” (HR. Muslim) Baca Juga : Macam-macam Najis yang Dimaafkan dan Tidak Air bisa digunakan untuk menyucikan najis dan hadas. Sedangkan debu hanya bisa digunakan untuk tayamum dan campuran air ketika membasuh najis mughallazhah. Selain air dan debu sebetulnya, masih ada dua proses penyucian najis yang disebutkan oleh ulama, yaitu takhallul dan dabghu. Takhallul adalah perubahan khamer (arak) menjadi cuka, juga darah kijang menjadi minyak misik. Sedangkan dabghu adalah penyamakan kulit bangkai. Penyamakan dilakukan dengan cara menghilangkan bagian-bagian selain kulit yang membuatnya busuk (seperti sisa daging dan lain sebagainya) dengan menggunakan benda yang terasa sepat atau kelat, seperti kulit delima, dan lain sebagainya. | ID, Jakarta Najis adalah setiap benda yang haram untuk dimakan secara mutlak kecuali dalam keadaan terpaksa bukan karena menjijikan. Najis ada tiga jenis yaitu najis mughallazhah berat, najis mutawassithah sedang dan najis mukhaffafah ringan. Setiap umat muslim dianjurkan untuk selalu membersihkan atau menyucikan diri dari najis dan hada ketika hendak melaksanakan shalat. Dalam bahasa arab, najis disebut annajasah yang berarti alqadzarah, artinya kotoran. Berikut ini tiga jenis najis dan cara mensucikannya. Bisa pula dengan lumpur atau pasir yang mengandung debu. Baca Juga Najiskah Minyak Goreng yang Kemasukan Bangkai Tikus Cara mencuci bejana seseorang di antara kamu apabila dijilat anjing hendaklah dibasuh tujuh kali, salah satunya dicampur dengan debu H.R. Muslim dari AbiHurairah. Benda dan sifat najis harus sudah hilang pada saat basuhan pertama. Najis jenis ini ada lima belas macam di antaranya Setiap benda cair yang memabukkan. Cairan madzi biasanya keluar ketika syahwat sebelum memuncak ejakulasi Wadi, yaitu cairan putih, keruh dan kental yang keluar dari kemaluan. Wadi biasanya keluar setelah kencing ketika ditahan, atau di saat membawa benda berat. Darah, baik darah manusia atau lainnya, selain hati dan limpa. Muntahan, yakni benda yang keluar dari perut ketika muntah. Air susu hewan yang tidak bisa dimakan dagingnya. Semua bagian tubuh dari bangkai, kecuali bangkai belalang, ikan dan jenazah manusia. Organ hewan yang dipotong atau terpotong ketika masih hidup kecuali bulu atau rambut hewan yang boleh dimakan dagingnya. Najis hukmiyah adalah najis yang mana benda, rasa, bau dan warnanya sudah hilang atau tidak tertangkap oleh indera kita. Cara menyucikan najis hukmiyah cukup dengan mengalirkan air pada bagian yang terkena najis. Setelah itu cukup mengalirkan air ke tempat yang tadinya basah. Cara ini bisa digunakan agar tidak usah mengepel lantai seluruhnya. Yang masuk dalam kategori mukhaffafah hanyalah kencing bayi lakilaki yang belum makan apaapa selain air susu ibu dan umurnya belum mencapai dua tahun. Bahan untuk Meyucikan Benda yang dapat menyucikan ada dua macam, yaitu air dan debu. Artinya Telah dijadikan untuk kita bumi sebagai tempat shalat, dan debunya untuk bersuci. Selain air dan debu sebetulnya, masih ada dua proses penyucian najis yang disebutkan oleh ulama, yaitu takhallul dan dabghu. Sedangkan dabghu adalah penyamakan kulit bangkai. Penyamakan dilakukan dengan cara menghilangkan bagianbagian selain kulit yang membuatnya busuk seperti sisa daging dan lain sebagainya dengan menggunakan benda yang terasa sepat atau kelat, seperti kulit delima, dan lain sebagainya. |
Mohon ampun untuk mendapat kebahagiaan | https://www.laduni.id/alquran/tema/tema-ayat-quran-Mohon-ampun-untuk-mendapat-kebahagiaan | QS.Surat An-Nisa`[4]:64 () 64. Dan Kami tidak mengutus seseorang rasul melainkan untuk ditaati dengan seizin Allah. Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya [313] datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. [313] Ialah : berhakim kepada selain Nabi Muhammad SAW QS.Surat Hud[11]:52 () 52. Dan (dia berkata): Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa. QS.Surat Nuh[71]:10 () 10. maka aku katakan kepada mereka: Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, | QS.Surat AnNisa464 64. Dan Kami tidak mengutus seseorang rasul melainkan untuk ditaati dengan seizin Allah. Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya 313 datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. 313 Ialah berhakim kepada selain Nabi Muhammad SAW QS.Surat Hud1152 52. Dan dia berkata Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepadaNya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa. QS.Surat Nuh7110 10. maka aku katakan kepada mereka Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, |
6 Keistimewaan Masjid Jogokariyan yang Perlu diketahui | https://dalamislam.com/info-islami/keistimewaan-masjid-jogokariyan | Berawal dari langgar kecil di pojok kampung. Masjid jogokariyan kini menjadi tempat yang dituju banyak orang ketika tengah berada di yogyakarta. Disamping memiliki fungsi utama sebagai kebanyakan tempat ibadah umat islam masih ada keistimewaan yang bisa ditelisik dari masjid di jalan jogokariyan n. 36 mantrijeron kota yogyakarta ini. Masjid jogokariyan menjadi perbincangan hangat mengusulkan aksi pelemparan batu oleh massa konvoi kemarin. Di Sisi lain masjid kampung ini memiliki sejarah panjanh dan juga dikenal di dunia.Masjid ini di bangun pada tahun 1966 dan mulai di gunakan pada 1967. Nama masjid di ambil dari mama kampunh dimana masjid itu didirikan. Mengikuti kebiasaan nabi Muhammad saw yakni memberi mama masjid sesuai dengan dimana masjid itu berada. “Rasulullah berdakwah di Quba, namanya Masjid Quba, beliau berdakwah di Bani Salamah, masjidnya juga namanya Bani Salamah sesuai dengan nama tempatnya,” jelas salah seorang pengurus masjid di bidang kesekretariatan Masjid Jogokariyan, Enggar Haryo Panggalih saat ditemui detikcom pada 2015 silam.Dilansir dari situs resmi masjid jogokariyan ada beberapa gagasan menarik dan fasilitas berbeda Dari Masjid lain yang berada di sekitaran 7 kilometer dari kampus universitas gajah mada (UGM). Dari masa kemasa ternyata jamaah masjid jogokariyan menjadi semakin banyak. Para pengurus masjid mencari cara agar infrastruktur masjid mampu memenuhi antusiasme penduduk yang ingin datang ke masjid. Akhirnya di sebelah selatan masjid di bangunlah sebuah aula berukuran 19×6 m2 yang ditengah bangunan aula tersebut terdapat halam kecil. Semakin lama Masjid tetap tidak mencukupi luapan jamaah hingga dibangunlah serambi selatan dengan atap seng Dan serambi utara dengan atap aluminium krei. Terlebih lagi masjid jogokariyan ternyata tidak memiliki halaman. Bahkan untuk meletakkan alas kaki jamaah pun tidak ada halaman. Masjid jogokariyan memiliki visi yaitu, “Terwujudnya masyarakat sejahtera lahir batin yang diridhoi Allah melalui kegiatan kemasyarakatan yang berpusat di masjid”. Sementara itu misi dari masjid jogokariyan adalah menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan masyarakat. Memakmurkan kegiatan ubudiyah di masjid, menjadikan masjid sebagai tempat rekreasi rohani jamaah,menjadikan masjid tempat merujuk berbagai persoalan, Dan menjadikan masjid sebagai pesantren Dan kampus bagi masyarakat. Berikut beberapa keistimewaan yang dimiliki oleh Masjid jogokariyan yogyakarta.1. Manajemen Masjid jogokariyanManajemen Masjid jogokariyan pengelola masjid menetapkan tiga langkah dalam mengurus masjid yakni pemetaan, pelayanan, dan pemberdayaan. Pemetaan merujuk pada peta dakwa, wilayah nyata dan jamaah terdata.pendataan yang dilakukan terhadap jamaah berupa potensi, kebutuhan, peluang , tantangan, kekuatan dan kelemahan. Pendataan itu dimaksudkan sebagai database dan peta dakwah agar kegiatan Masjid bisa lebih teratur.Data base yang ada tidak hanya membahas hal-hal semacam itu, melainkan mampu melihat jamaah yang sudah menunaikan shalat dan yang belum..peta dakwa masjid jogokariyan menampilkan rumah yang berwarna warni seperti hijau, hijai muda, kuning dan merah.2. Undangan masjid jogokariyanUndangan masjid jogokariyan yogyakarta memiliki cara yang berbeda untul mengundang para jamaah. Data jamaah yang sudah di dapatkam di gunakan untuk dibuatkan undangan datang ke masjid.Layaknya undangan pernikahan di sertakan nama menyertakan kalimat mengharapkan kehadiran bapak/ibu untuk datang ke Masjid… Dalam. Acara shalay subuh berjamaah.Undangan tersebut juga di lengkapi dengan hadis-hadis keutamaan fakta ini penyebab jamaah shalat subuh bisa sangat ramai. 3. Saldo infak Nol rupiahSaldo infak masjid jogokariyan berbeda dengan masjid lainnya. Masjid ini selalu berupaya keras di setiap pengumuman, saldo infak harus nol rupiah.Sangat menyedihkan jika Pengumuman infak berjumlah jutaan sedangkan tetangga Masjid ada yang tidak bisa berobat karena masalah biaya. Dan hasil infak harus digunakan dengan benar.Bukan di timbun sampai berjumlah banyak. Diharapkam dengan Pengumuman saldo 0 rupiah masyarakat semakin semangat untuk. Menginfakkan hartanya. 4. Strategi DakwaStrategi dakwa masjid jogokariyan yogyakarta memiliki rencana dakwa dengan tema-tema tertentu setiap periodenya. Misal periode 2000-2005 strategi dakwa masjid bertekad untuk mengubaj aliran ajaran islam dengan kultur jawa menjadi islam murni.5. Wisata Religiwisata religi masjid jogokariyan yogyakarta tidak hanya di jadikan sebagai tempat ibadah. Tetapi sebagai tempat kesenian sosial Dan penggerak perekonomian.Hal ini di wujudkan dengan penginapan yang di sewakan. 1 aula Dan 2 kamar yang di sediakan untuk musafir.Menarikknya lagi masjid jogokariyan ini buka selama 24 jam Dan tidak di gembok. Semoga dengan adanya masjid jogokariyan ini bisa memberikan inspirasi kepada masjid lain di indonesia.6. Gerakan jamaah mandiriGerakan jamaah mandiri sejak 2005. Jumlah biaya setahun di hitung dibagi 52 sehingga di temukan biaya setiap pekan.Lalu angka dibagi lagi menjadi kapasitas masjid ketemi biaya per tempat shakat. Jamaah di beritahukan bahwa dalam sepekan mereka berinfak dalam jumlah pensubsidi.Namun kalau kurang dia termasuk jamaah disubsidi. Gerakan jamaah mandiri ini sukses menaikkan infak setiap pekan hingga 400 persen, ternyata orang malu jika ibadah sampai di subsidi.Masjid jogokariyan nyatanya tak hanya di manfaatkan sebagai tempat ibadah Dan dakwah. Namun masjid jogokariyan juga wadah kesenian, sosial Dan berperan sebagai penggerakan perekonomian. | Berawal dari langgar kecil di pojok kampung. Masjid jogokariyan kini menjadi tempat yang dituju banyak orang ketika tengah berada di yogyakarta. Masjid jogokariyan menjadi perbincangan hangat mengusulkan aksi pelemparan batu oleh massa konvoi kemarin. Nama masjid di ambil dari mama kampunh dimana masjid itu didirikan. Dilansir dari situs resmi masjid jogokariyan ada beberapa gagasan menarik dan fasilitas berbeda Dari Masjid lain yang berada di sekitaran 7 kilometer dari kampus universitas gajah mada UGM. Dari masa kemasa ternyata jamaah masjid jogokariyan menjadi semakin banyak. Para pengurus masjid mencari cara agar infrastruktur masjid mampu memenuhi antusiasme penduduk yang ingin datang ke masjid. Semakin lama Masjid tetap tidak mencukupi luapan jamaah hingga dibangunlah serambi selatan dengan atap seng Dan serambi utara dengan atap aluminium krei. Bahkan untuk meletakkan alas kaki jamaah pun tidak ada halaman. Sementara itu misi dari masjid jogokariyan adalah menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan masyarakat. Data jamaah yang sudah di dapatkam di gunakan untuk dibuatkan undangan datang ke masjid. Layaknya undangan pernikahan di sertakan nama menyertakan kalimat mengharapkan kehadiran bapakibu untuk datang ke Masjid Dalam. Undangan tersebut juga di lengkapi dengan hadishadis keutamaan fakta ini penyebab jamaah shalat subuh bisa sangat ramai. Masjid ini selalu berupaya keras di setiap pengumuman, saldo infak harus nol rupiah. Sangat menyedihkan jika Pengumuman infak berjumlah jutaan sedangkan tetangga Masjid ada yang tidak bisa berobat karena masalah biaya. Diharapkam dengan Pengumuman saldo 0 rupiah masyarakat semakin semangat untuk. Misal periode 20002005 strategi dakwa masjid bertekad untuk mengubaj aliran ajaran islam dengan kultur jawa menjadi islam murni.5. Tetapi sebagai tempat kesenian sosial Dan penggerak perekonomian. Hal ini di wujudkan dengan penginapan yang di sewakan. 1 aula Dan 2 kamar yang di sediakan untuk musafir. Gerakan jamaah mandiriGerakan jamaah mandiri sejak 2005. Jumlah biaya setahun di hitung dibagi 52 sehingga di temukan biaya setiap pekan. Lalu angka dibagi lagi menjadi kapasitas masjid ketemi biaya per tempat shakat. Namun kalau kurang dia termasuk jamaah disubsidi. Gerakan jamaah mandiri ini sukses menaikkan infak setiap pekan hingga 400 persen, ternyata orang malu jika ibadah sampai di subsidi. |
1785. TURUNNYA AL QUR'AN PADA MALAM LAILATUL QADR | https://www.piss-ktb.com/2012/08/1785-turunnya-al-quran-pada-malam.html | PERTANYAAN : Bocah Kecil assalaamu 'alaikum saya ingin tanya mengenai malam lailatul qadr, dalam surat Al~Qadr, ALLAH berfirman bahwa malam qadr adalah malam turunya Quraan, sedangkan turunnya Quraan sendiri adalah secara berangsur~angsur selama kurang lebih 23 tahun, ada yang diturunkan siang hari ada yang malam hari (menurut saya ini). Tolong penjelasannya, terima kasih. JAWABAN : >> Masaji Antoro Wa'alaikumsalam Yang dimaksud "diturunkan pada malam Lailatul Qadr" adalah al-Quran 30 Juz secara keseluruhan dilangit dunia yang kemudian diturunkan secara berangsur-angsur oleh malaikat Jibril pada Nabi Muhammad SAW sesuai kondisi yang dibutuhkan selama 20/21 tahun. { } [ : 1]. . - - . : - - . Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan.(QS. 97:1) Dalam ayat ini menunjukkan bahwa malam Lailatul Qadr hanya terdapat pada bulan Ramadhan tidak terdapat pada bulan lainnya, dan tidak terdapat perbedaan pendapat antara Ulama bahwa al-Quran secara keseluruhan diturunkan oleh Allah dimalam tersebut kemudian diletakkan di tempat Izzah (keluhuran) pada langit dunia dan kemudian Malaikat Jibril As. Menurunkannya pada Nabi Muhammad SAW secara berangsur-angsur sesuai kondisi baik yang terkait dengan segala perintah, larangan atau sebab-sebab lainnya selama dua puluh tahun. Ibn Abbas Ra berkata Al-Quran yang mulia diturunkan secara keseluruhan diturunkan oleh Allah dimalam Lailatul Qadr pada langit dunia dan kemudian Malaikat Jibril As. Menurunkannya pada Nabi Muhammad SAW secara berangsur-angsur pada waktu yang berbeda-beda selama dua puluh satu tahun. Al-Jaami Li Ahkaam al-Quraan II/297 Link Asal >> | PERTANYAAN Bocah Kecil assalaamu alaikum saya ingin tanya mengenai malam lailatul qadr, dalam surat AlQadr, ALLAH berfirman bahwa malam qadr adalah malam turunya Quraan, sedangkan turunnya Quraan sendiri adalah secara berangsurangsur selama kurang lebih 23 tahun, ada yang diturunkan siang hari ada yang malam hari menurut saya ini. Tolong penjelasannya, terima kasih. JAWABAN Masaji Antoro Waalaikumsalam Yang dimaksud diturunkan pada malam Lailatul Qadr adalah alQuran 30 Juz secara keseluruhan dilangit dunia yang kemudian diturunkan secara berangsurangsur oleh malaikat Jibril pada Nabi Muhammad SAW sesuai kondisi yang dibutuhkan selama 2021 tahun. 1. . . . Sesungguhnya Kami telah menurunkannya Al Quran pada malam kemuliaan.QS. 971 Dalam ayat ini menunjukkan bahwa malam Lailatul Qadr hanya terdapat pada bulan Ramadhan tidak terdapat pada bulan lainnya, dan tidak terdapat perbedaan pendapat antara Ulama bahwa alQuran secara keseluruhan diturunkan oleh Allah dimalam tersebut kemudian diletakkan di tempat Izzah keluhuran pada langit dunia dan kemudian Malaikat Jibril As. Menurunkannya pada Nabi Muhammad SAW secara berangsurangsur sesuai kondisi baik yang terkait dengan segala perintah, larangan atau sebabsebab lainnya selama dua puluh tahun. Ibn Abbas Ra berkata AlQuran yang mulia diturunkan secara keseluruhan diturunkan oleh Allah dimalam Lailatul Qadr pada langit dunia dan kemudian Malaikat Jibril As. Menurunkannya pada Nabi Muhammad SAW secara berangsurangsur pada waktu yang berbedabeda selama dua puluh satu tahun. AlJaami Li Ahkaam alQuraan II297 Link Asal |
Ada wanita yang nifas selama 22 hari, akan tetapi tidak keluar darah. Apakah dia harus shalat? Atau harus menunggu hingga 40 hari? | https://islamqa.info/id/answers/140621/jika-melahirkan-tapi-tidak-mengeluarkan-darah-atau-darah-berhenti-sebelum-40-hari | Alhamdulillah.Pertama: Nifas adalah darah yang keluar dari rahim karena melahirkan. Jika kelahiran tidak mengeluarkan darah sama sekali, dan ini jarang sekali, maka sang wanita tidak dikatakan nifas. Dia tidak terkena kewajiban hukum wanita yang nifas. Karena hukumnya terkait dengan adanya darah. Ibnu Qudamah Al-Maqdisi berkata, "Jika dia melahirkan namun tidak keluar darah, maka dia suci dan tidak nifas. Karena nifas itu adalah darah, sedangkan darahnya tidak ada." (Al-Mughni, 1/429) Ibnu Hajar Al-Haitsami berkata, "Siapa yang melahirkan dan tidak mendapatkan darah, maka tidak dia tidak dianggap nifas sama sekali. Jika dia mandi, maka hukumnya seperti wanita suci dalam segala hal." (Al-Fatawa Al-Fiqhiyah Al-Kubra, 1/358) Dinyatakan dalam Al-Mausuah Al-Fiqhiyah (41/15), "Jika kelahiran tidak mengeluarkan darah, yakni sang anak keluar dalam keadaan kering, maka sang wanita itu suci, karena nifas adalah darah, sedangkan dia tidak mendapatkan." Al-Lajnah Ad-Daimah Lil Ifta ditanya, "Sebagian wanita kesulitan melahirkan, sehingga terpaksa dilakukan operasi. Kondisi seperti itu dapat menyebabkan sang anak keluar tidak melalui vagina. Apa hukum wanita seperti itu dalam syariat terkait darah nifas? Mereka menjawab, "Hukum mereka adalah hukum wanita yang nifas. Jika dia mendapatkan darah, maka hendaknya dia tidak melakukan shalat hingga suci, adapun jika dia tida mendapatkan darah, maka dia shalat dan puasa sebagaimana umumnya wanita yang suci." (Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah, 5/420) Kedua: Para ulama berbeda pendapat tentang kewajiban mandi baginya. Ada yang mengatakan tidak wajib mandi, karena syariat mewajibkannya kepada para wanita yang nifas, sedangkan wanita seperti itu (tidak keluar darah saat melahirkan) bukan wanita nifas atau semakna dengan nifas. Lihat "Al-Mughni (1/429), "Al-Mausu'ah Al-Fiqhiyah (41/15) Pendapat ini dipilih oleh Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah, dia berkata, "Jika wanita nifas tidak mendapatkan darah, tapi ini jarang sekali, maka wanita seperti ini tidak boleh meninggalkan shalat di waktu nifas. Jika dia melahirkan ketika matahari terbit, lalu masuk waktu Zuhur dan dia tidak mendapatkan darah, maka dia tidak perlu mandi, akan tetapi dia cukup berwudhu dan shalat." (Asy-Syarhul Mumti, 1/281) Ada pula yang berpendapat bahwa dia diharuskan mandi, karena kelahiran merupakan tempatnya nifas yang mewajibkan mandi, sehingga dia tetap dianggap wajib. Ini merupakan mazhab Syafii dan pendapat inilah yang dipilih oleh Al-Lajnah Ad-Daimah Lil Ifta, mereka berkata, "Jika orang yang hami melahirkan dan tidak mengeluarkan darah, maka wajib baginya mandi, lalu shalat dan puasa. Dan dibolehkan bagi sang suami untuk menjimaknya setelah mandi, karena umumnya, kelahiran itu akan mengeluarkan darah walau sedikit bersama keluarnya bayi atau sesudahnya." (Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah, 5/421) Yang hati-hati adalah melakukan mandi agar keluar dari perbedaan. Ketiga: Adapun jika darah keluar dalam beberapa hari, kemudian terputus, maka dia wajib mandi, lalu shalat dan puasa, walaupun belum mencapai 40 hari dari kelahirannya. Ini pendapat yang disepakati para ulama. Karena nifas itu tidak ada batas minimalnya. Hal ini telah dijelaskan dalam jawaban soal no. 50308. Jika darah itu keluar kembali pada masa 40 hari, maka dia tetap dianggap nifas, adapun darah yang keluar lebih dari 40 hari, maka dia dianggap istihadhah, tidak membuatnya terhalang untuk shalat dan puasa. Sebagai tambahan, periksa kembali jawaban soal no. 7417dan 06464 . Wallahua'lam. | Pertama Nifas adalah darah yang keluar dari rahim karena melahirkan. Jika kelahiran tidak mengeluarkan darah sama sekali, dan ini jarang sekali, maka sang wanita tidak dikatakan nifas. Dia tidak terkena kewajiban hukum wanita yang nifas. Karena hukumnya terkait dengan adanya darah. Ibnu Qudamah AlMaqdisi berkata, Jika dia melahirkan namun tidak keluar darah, maka dia suci dan tidak nifas. Karena nifas itu adalah darah, sedangkan darahnya tidak ada. Jika dia mandi, maka hukumnya seperti wanita suci dalam segala hal. AlLajnah AdDaimah Lil Ifta ditanya, Sebagian wanita kesulitan melahirkan, sehingga terpaksa dilakukan operasi. Kondisi seperti itu dapat menyebabkan sang anak keluar tidak melalui vagina. Apa hukum wanita seperti itu dalam syariat terkait darah nifas Mereka menjawab, Hukum mereka adalah hukum wanita yang nifas. Lihat AlMughni 1429, AlMausuah AlFiqhiyah 4115 Pendapat ini dipilih oleh Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah, dia berkata, Jika wanita nifas tidak mendapatkan darah, tapi ini jarang sekali, maka wanita seperti ini tidak boleh meninggalkan shalat di waktu nifas. Jika dia melahirkan ketika matahari terbit, lalu masuk waktu Zuhur dan dia tidak mendapatkan darah, maka dia tidak perlu mandi, akan tetapi dia cukup berwudhu dan shalat. AsySyarhul Mumti, 1281 Ada pula yang berpendapat bahwa dia diharuskan mandi, karena kelahiran merupakan tempatnya nifas yang mewajibkan mandi, sehingga dia tetap dianggap wajib. Dan dibolehkan bagi sang suami untuk menjimaknya setelah mandi, karena umumnya, kelahiran itu akan mengeluarkan darah walau sedikit bersama keluarnya bayi atau sesudahnya. Fatawa AlLajnah AdDaimah, 5421 Yang hatihati adalah melakukan mandi agar keluar dari perbedaan. Karena nifas itu tidak ada batas minimalnya. Hal ini telah dijelaskan dalam jawaban soal no. Jika darah itu keluar kembali pada masa 40 hari, maka dia tetap dianggap nifas, adapun darah yang keluar lebih dari 40 hari, maka dia dianggap istihadhah, tidak membuatnya terhalang untuk shalat dan puasa. |
Pencetus Ajaran Maulud Nabi | https://konsultasisyariah.com/10412-10412.html | Disebutkan para ahli sejarah bahwa kelompok yang pertama kali mengadakan adalah kelompok Bathiniyah, mereka menamakan dirinya sebagai Bani Fatimiyah dan mengaku sebagai keturunan ahli bait (keturunan Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam). Disebutkan bahwa kelompok Batiniyah memiliki 6 peringatan , yaitu Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam, Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu, Fatimah, Hasan, Husain dan penguasa mereka. Daulah Bathiniyah ini baru berkuasa pada awal abad ke-4 H. Oleh karena itu, para ulama sepakat bahwa Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam baru muncul di zaman belakangan, setelah berakhirnya massa tiga abad yang paling utama dalam umat ini (al quruun al mufadholah). Artinya peringatan ini belum pernah ada di zaman Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam dan para sahabat, tabi’in dan para tabi’ tabi’in. Al Hafizh As Sakhawi mengatakan: “Peringatan Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam belum pernah dinukil dari seorang pun ulama generasi terdahulu yang termasuk dalam tiga generasi utama dalam Islam. Namun peringatan ini terjadi setelah masa itu.” Pada hakikatnya, tujuan utama daulah ini mengadakan peringatan Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam adalah dalam rangka menyebarkan ah dan kesesatan mereka. Mereka mengambil simpati kaum muslimin dengan kedok cinta ahli bait Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam. (Dhahiratul Ihtifal bil An Nabawi, Abdul Karim Al Hamdan) Siapakah Bani Fatimiyah Bani Fatimiyah adalah sekelompok orang Syiah pengikut bin Maimun Al Qoddah. Mereka menyebut dirinya sebagai Bani Fatimiyah karena menganggap bahwa pemimpin mereka adalah keturunan Fatimah putri Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam. Meskipun aslinya ini adalah pengakuan dusta. Oleh karena itu, nama yang lebih layak untuk mereka adalah Bani iyah bukan Bani Fatimiyah. Kelompok ini memiliki paham Syiah hah yang menentang Ahlusunnah, dari sejak didirikan sampai masa keruntuhannya berkuasa di benua Afrika bagian utara selama kurang lebih dua abad. Dimulai sejak keberhasilan mereka dalam meruntuhkan daulah Bani Rustum tahun 297 H dan diakhiri dengan keruntuhan mereka di tangan daulah Salahudin Al Ayyubi pada tahun 564 H. (Ad Daulah Al Fathimiyah, Ali Muhammad As Shalabi). Daulah Fatimiyah ini memiliki hubungan erat dengan kelompok Syiah Al Qaramithah Bathiniyah. Perlu diketahui bahwa Kelompok Al Qaramithah Bathiniyah ini memiliki keyakinan yang sangat menyimpang dari ajaran Islam. Di antaranya mereka hendak menghilangkan syariat haji dalam agama Islam. Oleh karena itu, pada musim haji tahun 317 H kelompok ini melakukan kekacauan di tanah haram dengan membantai para jama’ah haji, merobek-robek kain penutup pintu ka’bah, dan merampas hajar aswad serta menyimpannya di daerahnya selama 22 tahun. (Al Bidayah wan Nihayah, Ibnu Katsir). Siapakah Abu Al Qoddah Nama aslinya illah bin Maimun, kunyahnya Abu Muhammad. Digelari dengan Al Qoddah yang artinya mencolok, karena orang ini suka memakai celak sehingga matanya kelihatan mencolok. Pada asalnya dia adalah orang Yahudi yang membenci Islam dan hendak menghancurkan kaum muslimin dari dalam. Dia menanamkan ah batiniyah. Dimana setiap ayat Alquran itu memiliki makna batin yang hanya diketahui oleh orang-orang khusus di antara kelompok mereka. Maka dia merusak ajaran Islam dengan alasan adanya wahyu batin yang dia terima dan tidak diketahui oleh orang lain. (Al Ghazwul Fikr dan Ad Daulah Al Fathimiyah, Ali Muhammad As Shalabi). Dia adalah pendiri dan sekaligus orang yang pertama kali memimpin Bani Fatimiyah. Pengikutnya menggelarinya dengan Al Mahdi Al Muntazhar (Al Mahdi yang dinantikan kedatangannya). Berasal dari Iraq dan dilahirkan di daerah Kufah pada tahun 206 H. Dirinya mengaku sebagai keturunan salah satu ahli bait Ismail bin Ja’far As Shadiq melalui pernikahan rohani (nikah non fisik). Namun kaum muslimin di daerah Maghrib (Maroko) mengingkari pengakuan nasabnya. Yang benar dia adalah keturunan bin Ahmad Al Qoddah. Terkadang orang ini mengaku sebagai pelayan Muhammad bin Ja’far As Shodiq. Semua ini dia lakukan dalam rangka menarik perhatian manusia dan mencari simpati umat. Oleh karena itu, tidak heran jika banyak di antara orang-orang yang tidak tahu di daerah Afrika membenarkannya dan menjadikannya sebagai pemimpin. (Al Bidayah wan Nihayah karya Ibn Katsir dan Ad Daulah Al Fathimiyah karya Ali Muhammad As Shalabi). Sikap Para Ulama Terhadap Bani iyah (Fatimiyah) Para ulama Ahlussunnah telah menegaskan status kafirnya klan ini. Karena ah mereka yang menyimpang. Para ulama menegaskan tidak boleh bermakmum di belakang mereka, tidak boleh menyalati jenazah mereka, tidak boleh adanya hubungan saling mewarisi di antara mereka, tidak boleh menikah dengan mereka, dan sikap-sikap lainnya sebagaimana yang selayaknya diberikan kepada orang kafir. Di antara ulama Ahlussunnah yang sezaman dengan mereka dan secara tegas menyatakan kekafiran mereka adalah As Syaikh Abu Ishaq As Siba’i. Bahkan beliau mengajak untuk memerangi mereka. Syaikh Al Faqih Abu Bakr bin Abdur Rahman Al Khoulani menceritakan: “Syaikh Abu Ishaq bersama para ulama lainnya pernah ikut memerangi Bani Aduwillah (Bani iyah) bersama bersama Abu . Beliau memberikan ceramah di hadapan tentara Abu : ‘Mereka mengaku ahli kiblat padahal bukan ahli kiblat, maka kita wajib bersama pasukan ini yang merupakan ahli kiblat untuk memerangi orang yang bukan ahli kiblat (yaitu Bani iyah)…’” Di antara ulama yang ikut berperang melawan Bani iyah adalah Abul Arab bin Tamim, Abu Abdil Malik Marwan bin Nashruwan, Abu Ishaq As Siba’i, Abul Fadl, dan Abu Sulaiman Rabi’ Al Qotthan. (Ad Daulah Al Fathimiyah, Ali Muhammad As Shalabi). Sampai akhirnya mereka ditaklukkan oleh Salahudin Al Ayyubi. Setelah kita memahami hakikat peringatan yang sejatinya digunakan sebagai sarana untuk menyebarkan ah kekafiran Bani iyah…akankah kita selaku kaum muslimin yang membenci mereka melestarikan syiar orang-orang yang memusuhi ajaran Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam?? Perlu kita ketahui bahwa merayakan bukanlah wujud cinta kita kepada Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam. Bukankah para sahabat, ulama-ulama Tabi’in, dan Tabi’ Tabi’in adalah orang-orang yang paling mencintai Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam. Namun tidak tercatat dalam sejarah bahwa mereka merayakan peringatan . Akankah kita katakan mereka tidak mencintai Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam. Seorang penyair mengatakan: Jika cintamu jujur tentu engkau akan menaatinya… karena orang yang mencintai akan taat kepada orang yang dia cintai… Cinta yang sejati bukanlah dengan merayakan hari kelahiran seseorang… namun cinta yang sejati adalah dibuktikan dengan ketaatan kepada orang yang dicintai. Dan bagian dari ketaatan kepada Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam adalah dengan tidak melakukan perbuatan yang tidak beliau ajarkan. Wallahu Waliyyut Taufiq Ditulis oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasi Syariah) Artikel | Disebutkan para ahli sejarah bahwa kelompok yang pertama kali mengadakan adalah kelompok Bathiniyah, mereka menamakan dirinya sebagai Bani Fatimiyah dan mengaku sebagai keturunan ahli bait keturunan Nabi shallallahu alahi wa sallam. Daulah Bathiniyah ini baru berkuasa pada awal abad ke4 H. Oleh karena itu, para ulama sepakat bahwa Nabi shallallahu alahi wa sallam baru muncul di zaman belakangan, setelah berakhirnya massa tiga abad yang paling utama dalam umat ini al quruun al mufadholah. Artinya peringatan ini belum pernah ada di zaman Nabi shallallahu alahi wa sallam dan para sahabat, tabiin dan para tabi tabiin. Namun peringatan ini terjadi setelah masa itu. Pada hakikatnya, tujuan utama daulah ini mengadakan peringatan Nabi shallallahu alahi wa sallam adalah dalam rangka menyebarkan ah dan kesesatan mereka. Mereka menyebut dirinya sebagai Bani Fatimiyah karena menganggap bahwa pemimpin mereka adalah keturunan Fatimah putri Nabi shallallahu alahi wa sallam. Meskipun aslinya ini adalah pengakuan dusta. Daulah Fatimiyah ini memiliki hubungan erat dengan kelompok Syiah Al Qaramithah Bathiniyah. Di antaranya mereka hendak menghilangkan syariat haji dalam agama Islam. Siapakah Abu Al Qoddah Nama aslinya illah bin Maimun, kunyahnya Abu Muhammad. Digelari dengan Al Qoddah yang artinya mencolok, karena orang ini suka memakai celak sehingga matanya kelihatan mencolok. Pada asalnya dia adalah orang Yahudi yang membenci Islam dan hendak menghancurkan kaum muslimin dari dalam. Dimana setiap ayat Alquran itu memiliki makna batin yang hanya diketahui oleh orangorang khusus di antara kelompok mereka. Maka dia merusak ajaran Islam dengan alasan adanya wahyu batin yang dia terima dan tidak diketahui oleh orang lain. Al Ghazwul Fikr dan Ad Daulah Al Fathimiyah, Ali Muhammad As Shalabi. Pengikutnya menggelarinya dengan Al Mahdi Al Muntazhar Al Mahdi yang dinantikan kedatangannya. Berasal dari Iraq dan dilahirkan di daerah Kufah pada tahun 206 H. Dirinya mengaku sebagai keturunan salah satu ahli bait Ismail bin Jafar As Shadiq melalui pernikahan rohani nikah non fisik. Namun kaum muslimin di daerah Maghrib Maroko mengingkari pengakuan nasabnya. Terkadang orang ini mengaku sebagai pelayan Muhammad bin Jafar As Shodiq. Semua ini dia lakukan dalam rangka menarik perhatian manusia dan mencari simpati umat. Di antara ulama Ahlussunnah yang sezaman dengan mereka dan secara tegas menyatakan kekafiran mereka adalah As Syaikh Abu Ishaq As Sibai. Beliau memberikan ceramah di hadapan tentara Abu Mereka mengaku ahli kiblat padahal bukan ahli kiblat, maka kita wajib bersama pasukan ini yang merupakan ahli kiblat untuk memerangi orang yang bukan ahli kiblat yaitu Bani iyah Di antara ulama yang ikut berperang melawan Bani iyah adalah Abul Arab bin Tamim, Abu Abdil Malik Marwan bin Nashruwan, Abu Ishaq As Sibai, Abul Fadl, dan Abu Sulaiman Rabi Al Qotthan. Sampai akhirnya mereka ditaklukkan oleh Salahudin Al Ayyubi. Bukankah para sahabat, ulamaulama Tabiin, dan Tabi Tabiin adalah orangorang yang paling mencintai Nabi shallallahu alahi wa sallam. Seorang penyair mengatakan Jika cintamu jujur tentu engkau akan menaatinya karena orang yang mencintai akan taat kepada orang yang dia cintai Cinta yang sejati bukanlah dengan merayakan hari kelahiran seseorang namun cinta yang sejati adalah dibuktikan dengan ketaatan kepada orang yang dicintai. Dan bagian dari ketaatan kepada Nabi shallallahu alahi wa sallam adalah dengan tidak melakukan perbuatan yang tidak beliau ajarkan. |
Inilah Tujuan dari Dibentuknya Perbankan Syariah dalam Sistem Ekonomi Indonesia | https://pecihitam.org/perbankan-syariah/ | Pecihitam.org- Perbankan Syariah sebagai sebuah lembaga baru yang kegiatannya berlandaskan pada bangunan sistem ekonomi Syariah, dapat dikatakan sebagai sebuah pembangunan ide-ide baru dalam sistem ekonomi Indonesia ketika lembaga-lembaga keuangan konvensional tidak mampu membendung krisis ekonomi yang terjadi. Oleh karenanya, lahirnya lembaga-lembaga keuangan yang berbasis pada sistem ekonomi Syariah seperti perbankan Syariah, menunjukkan bahwa arah dan sasaran politik hukum ekonomi difokuskan pada terciptanya sistem hukum yang mampu memberikan keadilan ekonomi pada masyarakat, mengarahkan perhatian pada ekonomi kerakyatan, terciptanya nasionalisme ekonomi, dan menggunakan tolak ukur pemerataan ekonomi, dan mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi. Penguatan terhadap ekonomi yang berkarakter kerakyatan dengan produk transaksi mudharabah dan transaksi jual beli yang ditawarkan oleh lembagalembaga keuangan syari’ah memastikan keterkaitan sektor moneter dan sektor riil. Hal ini sangat berlainan dengan sistem ekonomi konvensional yang perkembangan sektor moneternya tidak terkait dengan sektor riil. Bagaimanapun sektor financial tidak akan pernah lepas kaitan dengan sektor riil. Jika dalam kenyataannya kedua sektor ini telah mengalami lepas kaitan, maka umat manusia tinggal menunggu kehancuran peradaban. Konsep hukum ekonomi Syariah menjaga keseimbangan sektor riil dan sektor moneter. Bahkan studi-studi tentang sistem ekonomi Syariah menggaris bawahi bahwa masalah fiskal merupakan yang utama dan mendapatkan penekanan lebih di banding masalah moneter.Penekanan sistem ekonomi pada fiskal akan lebih mendorong berkembangnya sektor riil dan pemerataan. Apabila mengaitkan perkembangan konsep serta asas-asas hukum yang memberikan dasar atas petunjuk arah dalam pembentukan hukum positif dan kaidah-kaidah hukum tentang bagaimana seharusnya implementasi demokrasi ekonomi dalam sistem ekonomi Syari’ah, ini berarti sudah mengarah pada wacana politik hukum ekonomi. Landasan politik hukum ekonomi Indonesia ada dalam pasal 33 UUD 1945, Pancasila, GBHN dan propenas yang secara luas merupakan penjabaran demokrasi ekonomi. Bermunculannya lembaga perbankan syariah yang dimulai sejak tahun 1991 dengan lahirnya Bank Muamalat Indonesia merupakan wujud dari penerapan ekonomi syariah di Indonesia. Secara Konstitusi keberadaan lembaga perbankan syariah sebagai bagian dari ekonomi syariah diakui. Hal ini dapat dilihat dengan adanya beberapa undang-undang yang berkaitan dengan perbankan/perbankan syariah, seperti Undang-Undang N0. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, Undang-Undang N0.10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Undang-Undang N0. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, dan Undang-Undang N0. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syari’ah. Selain berupa undang-undang, maka dalam rangka penguatan hukum materil ekonomi syariah, kita telah mempunyai Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES) yang berisi 4 (empat) buku, yaitu Buku I tentang Subjek Hukum dan Amwal, Buku II tentang Akad, BukuIII tentang Zakat dan Hibah, dan Buku IV tentang Akuntansi Syari’ah. Keberadaan KHES ini belum dalam bentuk Undangundang, tetapi berupa Peraturan Mahkamah Agung (PMA) No. 2 Tahun 2008 yang dalam tata urutan perundang-undangan tidak termasuk sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang N0. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Keberadaan ekonomi syariah di Indoinesia, sesungguhnya sudah mengakar sekalipun keberlakuannya masih bersifat normatif sosiologis. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia tahun 1997, menjadikan pemerintah mulai melirik pada sistem yang berangkat dari sistem ekonomi Syari’ah. Beberapa perangkat hukum untuk memayungi penerapan ekonomi syariah Indonesia sudah relatif banyak, sekalipun belum maksimal. Ke depan perlu upaya yang lebih maksimal dan meyeluruh dalam rangka melengkapi aturan atau regulasi terkait dengan ekonomi syariah, sehingga keberadaan ekonomi syariah menjadi kuat tidak hanya secara normatif sosiologis tetapi juga yuridis formil. Hal yang perlu dilakukan adalah melakukan pembaruan hukum yang merupakan salah satu dimensi dari pembangunan hukum nasional, selain dimensi pemeliharaan dan penciptaan. Yang dimaksud dengan dimensi pembaruan adalah usaha untuk lebih meningkatkan dan menyempurnakan pembangunan hukum nasional yaitu dengan selain pembentukan peraturan perundang-undangan yang baru, juga penyempurnaan peraturan perundang-undangan yang ada sesuai dengan kebutuhan baru di bidang-bidang yang bersangkutan, dalam hal ini bidang ekonomi syariah. | Pecihitam.org Perbankan Syariah sebagai sebuah lembaga baru yang kegiatannya berlandaskan pada bangunan sistem ekonomi Syariah, dapat dikatakan sebagai sebuah pembangunan ideide baru dalam sistem ekonomi Indonesia ketika lembagalembaga keuangan konvensional tidak mampu membendung krisis ekonomi yang terjadi. Oleh karenanya, lahirnya lembagalembaga keuangan yang berbasis pada sistem ekonomi Syariah seperti perbankan Syariah, menunjukkan bahwa arah dan sasaran politik hukum ekonomi difokuskan pada terciptanya sistem hukum yang mampu memberikan keadilan ekonomi pada masyarakat, mengarahkan perhatian pada ekonomi kerakyatan, terciptanya nasionalisme ekonomi, dan menggunakan tolak ukur pemerataan ekonomi, dan mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi. Penguatan terhadap ekonomi yang berkarakter kerakyatan dengan produk transaksi mudharabah dan transaksi jual beli yang ditawarkan oleh lembagalembaga keuangan syariah memastikan keterkaitan sektor moneter dan sektor riil. Hal ini sangat berlainan dengan sistem ekonomi konvensional yang perkembangan sektor moneternya tidak terkait dengan sektor riil. Jika dalam kenyataannya kedua sektor ini telah mengalami lepas kaitan, maka umat manusia tinggal menunggu kehancuran peradaban. Konsep hukum ekonomi Syariah menjaga keseimbangan sektor riil dan sektor moneter. Penekanan sistem ekonomi pada fiskal akan lebih mendorong berkembangnya sektor riil dan pemerataan. Bermunculannya lembaga perbankan syariah yang dimulai sejak tahun 1991 dengan lahirnya Bank Muamalat Indonesia merupakan wujud dari penerapan ekonomi syariah di Indonesia. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, UndangUndang N0.10 Tahun 1998 Tentang Perubahan UndangUndang N0. Keberadaan KHES ini belum dalam bentuk Undangundang, tetapi berupa Peraturan Mahkamah Agung PMA No. 2 Tahun 2008 yang dalam tata urutan perundangundangan tidak termasuk sebagaimana yang tercantum dalam Undangundang N0. Keberadaan ekonomi syariah di Indoinesia, sesungguhnya sudah mengakar sekalipun keberlakuannya masih bersifat normatif sosiologis. Beberapa perangkat hukum untuk memayungi penerapan ekonomi syariah Indonesia sudah relatif banyak, sekalipun belum maksimal. Ke depan perlu upaya yang lebih maksimal dan meyeluruh dalam rangka melengkapi aturan atau regulasi terkait dengan ekonomi syariah, sehingga keberadaan ekonomi syariah menjadi kuat tidak hanya secara normatif sosiologis tetapi juga yuridis formil. Hal yang perlu dilakukan adalah melakukan pembaruan hukum yang merupakan salah satu dimensi dari pembangunan hukum nasional, selain dimensi pemeliharaan dan penciptaan. |
3804. PENGERTIAN AIR MUSABBAL LISY-SYURBI (KHUSUS DISEDIAKAN UNTUK MINUM) | https://www.piss-ktb.com/2015/02/3804-thaharah-pengertian-air-musabbal.html | PERTANYAAN : Assalamu'alaikum warohmatulloh. Ngapunten poro 'alim ganggu waktune sekedap "air musabbal lissyurbi" : Minta tolong carikan referensi kalau air mineral dalam kemasan (misal aqua, club, muslimat, airdrat, tukul, cleo dll) itu tidak termasuk air musabbal lissyurbi atau sebaliknya termasuk air musabbal lissyurbi. [Iki Alawiy Rek]. JAWABAN : Wa'alaikumussalaam warahmatullah wabarakaatuh. Air musabbal lisy-syurbi ialah air yang disodaqohkan yang ditaruh di pinggir jalan tujuannya untuk minum bagi orang yang kehausan dalam perjalanannya. - Kitab Futuhatur Robbaniyah Fiqh Sadatis Syafi'iyah : : ( ) ( ) . Dalam masalah mengenai keharaman menggunakan air musabbal lisy-syurbi dijelaskan : Menurut Ash-habus Syafi'iyyah haram bersuci menggunakan air dingin, air salju, dan sebagainya dari wadah air yang khusus diperuntukkan untuk minum bagi sabilillah, hal ini tidak diperbolehkan, seperti yang banyak terjadi ketika musim haji dan umrah di tanah Haram, dimana mereka para jama'ah haji maupun umrah mempergunakan air musabbal ini untuk berwudlu. Wallahu A'lam. [Syamsiah Nuriyah, Mas Hamzah]. Link Diskusi : www.fb.com/groups/piss.ktb/883842548305221/ | PERTANYAAN Assalamualaikum warohmatulloh. Ngapunten poro alim ganggu waktune sekedap air musabbal lissyurbi Minta tolong carikan referensi kalau air mineral dalam kemasan misal aqua, club, muslimat, airdrat, tukul, cleo dll itu tidak termasuk air musabbal lissyurbi atau sebaliknya termasuk air musabbal lissyurbi. Iki Alawiy Rek. JAWABAN Waalaikumussalaam warahmatullah wabarakaatuh. Air musabbal lisysyurbi ialah air yang disodaqohkan yang ditaruh di pinggir jalan tujuannya untuk minum bagi orang yang kehausan dalam perjalanannya. Kitab Futuhatur Robbaniyah Fiqh Sadatis Syafiiyah . Dalam masalah mengenai keharaman menggunakan air musabbal lisysyurbi dijelaskan Menurut Ashhabus Syafiiyyah haram bersuci menggunakan air dingin, air salju, dan sebagainya dari wadah air yang khusus diperuntukkan untuk minum bagi sabilillah, hal ini tidak diperbolehkan, seperti yang banyak terjadi ketika musim haji dan umrah di tanah Haram, dimana mereka para jamaah haji maupun umrah mempergunakan air musabbal ini untuk berwudlu. Wallahu Alam. Syamsiah Nuriyah, Mas Hamzah. Link Diskusi www.fb.comgroupspiss.ktb883842548305221 |
Takdir Allah Tidak Kejam | https://muslim.or.id/414-takdir-allah-tidak-kejam.html | Daftar Isi Pembaca yang budiman, iman kepada takdir merupakan salah satu rukun iman yang enam. Barangsiapa tidak mengimaninya sungguh dia telah terjerumus dalam kekafiran meskipun dia mengimani rukun-rukun iman yang lainnya. Walhamdulillah banyak diantara kaum muslimin yang telah mengenal takdir, akan tetapi amat disayangkan ternyata masih terdapat berbagai fenomena yang justru menodai bahkan bertentangan dengan keimanan kepada takdir. Barangkali masih tersimpan dalam ingatan kita tatkala seorang artis mempopulerkan lagu Takdir memang kejam yang sangat digemari oleh sebagian masyarakat negeri ini beberapa waktu lampau, yang menunjukkan betapa mudahnya masyarakat kita menerima sesuatu yang menurut mereka bagus namun pada hakikatnya justeru merusak akidah mereka. Karena itulah setiap muslim wajib membekali dirinya dengan pemahaman takdir yang benar sebagaimana yang diajarkan oleh Allah dan Rosul-Nya. Dalam mengimani takdir ada empat hal yang harus diyakini dalam dada setiap muslim yaitu al ilmu, al kitabah, al masyiah dan al kholq. Kita meyakini bahwa ilmu Allah Taala meliputi segala sesuatu secara global dan terperinci yang terjadi sejak zaman azali (yang tidak berpermulaan) sampai abadi (yang tidak berkesudahan). Allah Taala berfirman, Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah. (Al Hajj: 70). Allah sudah tahu siapa saja yang akan menghuni Surga dan siapa yang akan menghuni Neraka. Tidak ada satupun makhluk di langit maupun di bumi bahkan di dalam perut bumi sekalipun yang luput dari pengetahuan-Nya. Kita meyakini bahwa Allah Taala telah menuliskan ilmu-Nya tentang segala sesuatu yang terjadi di dalam Lauhul Mahfuzh sejak 50 ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi. Rosululloh shollAllahu alaihi wa sallam bersabda, Allah telah menulis takdir seluruh makhluk ciptaan-Nya semejak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi. (HR. Muslim). Takdir yang ditulis di Lauhul Mahfuzh ini tidak pernah berubah. Berdasarkan ilmu-Nya, Allah telah menuliskan siapa saja yang termasuk penghuni surga dan siapa yang termasuk penghuni neraka. Namun tidak ada satu orangpun yang mengetahui apa yang ditulis di Lauhul Mahfuzh kecuali setelah hal itu terjadi. Kita meyakini bahwa Allah Taala memiliki kehendak yang meliputi segala sesuatu. Tidak ada satu perbuatan makhluk pun yang keluar dari kehendak-Nya. Segala sesuatu yang terjadi semuanya di bawah kehendak (masyiah) Allah, entah itu disukai atau tidak disukai oleh syariat. Inilah yang disebut dengan Irodah Kauniyah Qodariyah atau Al Masyiah. Seperti adanya ketaatan dan kemaksiatan itu semua terjadi di bawah kehendak Allah yang satu ini. Meskipun kemaksiatan itu tidak diinginkan terjadi oleh aturan syariat. Di sisi lain Allah memiliki Irodah Syariyah Diniyah. Di dalam jenis kehendak/irodah yang kedua ini terkandung kecintaan Allah. Maka orang yang berbuat taat telah menuruti 2 macam kehendak Allah ini. Adapun orang yang bermaksiat dia telah menyimpang dari Irodah Syariyah namun tidak terlepas dari Irodah Kauniyah. Lalu apakah orang yang bermaksiat ini terpuji? Jawabnya, Tidak. Karena dia telah melakukan perkara yang tidak dicintai d bahkan dibenci oleh Allah. Kita meyakini bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta adalah makhluk ciptaan Allah baik itu berupa dzat maupun sifat, demikian juga seluruh gerak-gerik yang terjadi di dalamnya. Allah Taala befirman, Allah adalah pencipta segala sesuatu. (Az Zumar: 62). Perbuatan hamba juga termasuk makhluk ciptaan Allah, karena perbuatan tersebut terjadi dengan kehendak dan kemampuan hamba; yang kedua-duanya ada karena diciptakan oleh Allah. Allah Taala berfirman, Allah-lah yang Menciptakan kalian dan amal perbuatan kalian. (QS. Ash Shoffaat: 96) Sesungguhnya kesesatan dalam memahami takdir bersumber dari kesalahpahaman dalam memahami kehendak/irodah Allah. Mereka yang menganggap terjadinya kemaksiatan terjadi di luar kehendak Allah telah menyingkirkan dalil-dalil Al Kitab dan As Sunnah yang menunjukkan tentang Irodah Kauniyah. Orang-orang semacam ini akhirnya terjatuh dalam kesesatan tipe Qodariyah yang menolak takdir. Sedangkan mereka yang menganggap segala sesuatu yang ada baik ketaatan maupun kemaksiatan terjadi karena dicintai Allah telah menyingkirkan dalil-dalil Al Kitab dan As Sunnah yang mengancam hamba yang menyimpang dari Irodah Syariyah. Orang-orang semacam ini akhirnya terjatuh dalam kesesatan tipe Jabriyah yang menganggap hamba dalam keadaan dipaksa oleh Allah. Maha Suci lagi Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka katakan. Maka Ahlus Sunnah berada di tengah-tengah, mereka mengimani Irodah Syariyah dan Irodah Kauniyah, dan inilah pemahaman Nabi dan para sahabat. Ali bin Abi Tholib rodhiyAllahu anhu menceritakan bahwa Nabi shollAllahu alaihi wa sallam pernah bersabda, Setiap kalian telah ditulis tempat duduknya di surga atau di neraka. Maka ada seseorang dari suatu kaum yang berkata, Kalau begitu kami bersandar saja (tidak beramal-pent) wahai Rosululloh?. Maka beliau pun menjawab, Jangan demikian, beramallah kalian karena setiap orang akan dimudahkan, kemudian beliau membaca firman Allah, Adapun orang-orang yang mau berderma dan bertakwa serta membenarkan Al Husna (Surga) maka kami siapkan baginya jalan yang mudah. (QS. Al Lail: 5-7). (HR. Bukhori dan Muslim). Inilah nasehat Nabi kepada kita untuk tidak bertopang dagu dan supaya senantiasa bersemangat dalam beramal dan tidak menjadikan takdir sebagai dalih untuk bermaksiat. Apabila di hadapan anda terdapat 2 buah jalan; yang satu menuju daerah yang penuh kekisruhan dan ketidakamanan, sedangkan jalan yang satunya menuju daerah yang penuh ketentraman dan keamanan. Akan kemanakah anda akan melangkahkan kaki? Akal sehat tentu tidak memilih jalan yang pertama. Maka demikian pulalah seharusnya kita bersikap dalam memilih jalan yang menuju kehidupan akhirat kita, hendaknya jalan ke surga itulah yang kita pilih bukan sebaliknya. Alangkah tidak adilnya manusia yang memilih kesenangan duniawi dengan akalnya namun justeru memilih kesengsaraan akhirat dengan dalih takdir dan membuang akal sehatnya. Suatu saat ada pencuri yang hendak dipotong tangan oleh kholifah Umar, namun pencuri ini mengatakan, Wahai Amirul Mukminin sesungguhnya aku mencuri hanya karena takdir Allah. Umar pun menjawab, Dan Kami pun memotong tangan dengan takdir Allah. Lalu siapakah yang kejam? Bukan takdir Allah yang kejam tapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. WAllahu alam bish showaab. *** Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi Artikel www.muslim.or.id | Daftar Isi Pembaca yang budiman, iman kepada takdir merupakan salah satu rukun iman yang enam. Barangsiapa tidak mengimaninya sungguh dia telah terjerumus dalam kekafiran meskipun dia mengimani rukunrukun iman yang lainnya. Dalam mengimani takdir ada empat hal yang harus diyakini dalam dada setiap muslim yaitu al ilmu, al kitabah, al masyiah dan al kholq. Allah sudah tahu siapa saja yang akan menghuni Surga dan siapa yang akan menghuni Neraka. Tidak ada satupun makhluk di langit maupun di bumi bahkan di dalam perut bumi sekalipun yang luput dari pengetahuanNya. Kita meyakini bahwa Allah Taala telah menuliskan ilmuNya tentang segala sesuatu yang terjadi di dalam Lauhul Mahfuzh sejak 50 ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi. Namun tidak ada satu orangpun yang mengetahui apa yang ditulis di Lauhul Mahfuzh kecuali setelah hal itu terjadi. Di sisi lain Allah memiliki Irodah Syariyah Diniyah. Di dalam jenis kehendakirodah yang kedua ini terkandung kecintaan Allah. Maka orang yang berbuat taat telah menuruti 2 macam kehendak Allah ini. Lalu apakah orang yang bermaksiat ini terpuji Jawabnya, Tidak. Karena dia telah melakukan perkara yang tidak dicintai d bahkan dibenci oleh Allah. Allah Taala befirman, Allah adalah pencipta segala sesuatu. Mereka yang menganggap terjadinya kemaksiatan terjadi di luar kehendak Allah telah menyingkirkan dalildalil Al Kitab dan As Sunnah yang menunjukkan tentang Irodah Kauniyah. Orangorang semacam ini akhirnya terjatuh dalam kesesatan tipe Qodariyah yang menolak takdir. Ali bin Abi Tholib rodhiyAllahu anhu menceritakan bahwa Nabi shollAllahu alaihi wa sallam pernah bersabda, Setiap kalian telah ditulis tempat duduknya di surga atau di neraka. Maka ada seseorang dari suatu kaum yang berkata, Kalau begitu kami bersandar saja tidak beramalpent wahai Rosululloh. Maka beliau pun menjawab, Jangan demikian, beramallah kalian karena setiap orang akan dimudahkan, kemudian beliau membaca firman Allah, Adapun orangorang yang mau berderma dan bertakwa serta membenarkan Al Husna Surga maka kami siapkan baginya jalan yang mudah. Inilah nasehat Nabi kepada kita untuk tidak bertopang dagu dan supaya senantiasa bersemangat dalam beramal dan tidak menjadikan takdir sebagai dalih untuk bermaksiat. Apabila di hadapan anda terdapat 2 buah jalan yang satu menuju daerah yang penuh kekisruhan dan ketidakamanan, sedangkan jalan yang satunya menuju daerah yang penuh ketentraman dan keamanan. Akan kemanakah anda akan melangkahkan kaki Akal sehat tentu tidak memilih jalan yang pertama. Maka demikian pulalah seharusnya kita bersikap dalam memilih jalan yang menuju kehidupan akhirat kita, hendaknya jalan ke surga itulah yang kita pilih bukan sebaliknya. Suatu saat ada pencuri yang hendak dipotong tangan oleh kholifah Umar, namun pencuri ini mengatakan, Wahai Amirul Mukminin sesungguhnya aku mencuri hanya karena takdir Allah. Umar pun menjawab, Dan Kami pun memotong tangan dengan takdir Allah. Lalu siapakah yang kejam Bukan takdir Allah yang kejam tapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. Penulis Abu Mushlih Ari Wahyudi Artikel www.muslim.or.id |
Tafsir Surat Al-Kahfi Ayat 27: Nabi Diminta Tak Usah Takut Berdakwah | https://islami.co/tafsir-surat-al-kahfi-ayat-27-nabi-diminta-tak-usah-takut-berdakwah/ | Salah satu karakteristik orang musyrik Mekah itu selalu tidak puas akan jawaban apapun yang disampaikan Nabi. Ketidakpuasaan itu bukan karena mereka kritis ingin mengetahui betul mengenai kebenaran. Akan tetapi mereka seakan-akan menguji Nabi untuk menjebak jawaban Nabi. Nabi Muhammad hanya menyampaikan wahyu dari Allah. Musyrik Mekah percaya ataupun tidak itu bukan urusan Nabi. Saat mereka tidak selamat kelak, tidak ada alasan lagi, dan mereka tidak dapat berlindung pada siapa pun, sekalipun musyrik Mekah yang memiliki klan bangsawan. Allah SWT berfirman: Watlu ma uhiya ilaika min kitabi robbik. La mubaddila li kalimatihi wa lan tajida min dunihi multahada (27) Artinya: Bacakanlah wahyu yang diturunkan kepadamu, berupa kitab Tuhanmu (Al Quran). Tidak ada (seorang pun) yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya. Kamu tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain pada-Nya. (QS: Al-Kahfi Ayat 27) Ibnu Asyur menyampaikan dalam kitab tafsirnya al-Tahrir wat Tanwir bahwa salah satu karakter orang musyrik itu hanya menyukai wahyu-wahyu Nabi Muhammad yang memuji-muji kelompok mereka saja. Saat dikritik mengenai kemusyrikan dan kesesatan, musyrik Mekah tidak terima dan menentang. Padahal Nabi Muhammad menyampaikan wahyu apa adanya, tak diubah-ubah sesuai kepentingan Nabi pribadi, termasuk cerita mengenai Ashabul Kahfi dan Zulkarnain dalam surat al-Kahfi ini. Sementara itu, menurut Syekh Mutawalli al-Syarawi, ayat ini bertujuan untuk menguatkan Nabi dari tipu daya musyrik Mekah. Kamu itu punya Allah yang selalu menjagamu, tidak akan meninggalkanmu sendirian, dan tak akan membiarkan mereka melakukan tipu daya terhadapmu. Jika mereka mempersulitmu, Allah akan membantu. Akan tetapi, cobaan dan rintangan yang menghalangi dakwahmu itu pasti ada. Jika pertolongan Allah terlambat datang, yakinlah bahwa Allah itu sengaja mempersiapkan bala tentaranya membantumu nanti. Mereka yang beriman hanyalah orang-orang yang kuat dan matang. Cobaan dan rintangan yang dihadapi orang beriman itu sejatinya untuk membersihkan diri mereka agar terus selamat membawa akidah tauhid ini, jelas Syekh Mutawalli al-Syarawi. Karena Allah Maha Esa, tak ada yang dapat menadingi-Nya. Oleh karena itu, Allah merdeka dalam menentukan apa yang dikehendaki oleh-Nya. Selain itu, hanya pada-Nya lah, engkau (wahai Muhammad) memohon perlindungan (dari segala macam gangguan dan rintangan dakwah yang dihadapi. Sejalan dengan kedua penafsir di atas, Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Quran al-Azhim menyampaikan bahwa Nabi diperintah untuk menyampaikan semua wahyu pada umatnya, sekalipun berimplikasi pada hal-hal yang tidak menyenangkan bagi Nabi. Oleh karena itu, Nabi diperintahkan untuk pasrah hanya pada Allah, karena tidak ada tempat berlindung kecuali pada Allah semata. | Salah satu karakteristik orang musyrik Mekah itu selalu tidak puas akan jawaban apapun yang disampaikan Nabi. Ketidakpuasaan itu bukan karena mereka kritis ingin mengetahui betul mengenai kebenaran. Akan tetapi mereka seakanakan menguji Nabi untuk menjebak jawaban Nabi. Nabi Muhammad hanya menyampaikan wahyu dari Allah. Musyrik Mekah percaya ataupun tidak itu bukan urusan Nabi. Saat mereka tidak selamat kelak, tidak ada alasan lagi, dan mereka tidak dapat berlindung pada siapa pun, sekalipun musyrik Mekah yang memiliki klan bangsawan. Allah SWT berfirman Watlu ma uhiya ilaika min kitabi robbik. La mubaddila li kalimatihi wa lan tajida min dunihi multahada 27 Artinya Bacakanlah wahyu yang diturunkan kepadamu, berupa kitab Tuhanmu Al Quran. Tidak ada seorang pun yang dapat mengubah kalimatkalimatNya. Kamu tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain padaNya. QS AlKahfi Ayat 27 Ibnu Asyur menyampaikan dalam kitab tafsirnya alTahrir wat Tanwir bahwa salah satu karakter orang musyrik itu hanya menyukai wahyuwahyu Nabi Muhammad yang memujimuji kelompok mereka saja. Saat dikritik mengenai kemusyrikan dan kesesatan, musyrik Mekah tidak terima dan menentang. Padahal Nabi Muhammad menyampaikan wahyu apa adanya, tak diubahubah sesuai kepentingan Nabi pribadi, termasuk cerita mengenai Ashabul Kahfi dan Zulkarnain dalam surat alKahfi ini. Sementara itu, menurut Syekh Mutawalli alSyarawi, ayat ini bertujuan untuk menguatkan Nabi dari tipu daya musyrik Mekah. Kamu itu punya Allah yang selalu menjagamu, tidak akan meninggalkanmu sendirian, dan tak akan membiarkan mereka melakukan tipu daya terhadapmu. Jika mereka mempersulitmu, Allah akan membantu. Akan tetapi, cobaan dan rintangan yang menghalangi dakwahmu itu pasti ada. Jika pertolongan Allah terlambat datang, yakinlah bahwa Allah itu sengaja mempersiapkan bala tentaranya membantumu nanti. Mereka yang beriman hanyalah orangorang yang kuat dan matang. Cobaan dan rintangan yang dihadapi orang beriman itu sejatinya untuk membersihkan diri mereka agar terus selamat membawa akidah tauhid ini, jelas Syekh Mutawalli alSyarawi. Karena Allah Maha Esa, tak ada yang dapat menadingiNya. Oleh karena itu, Allah merdeka dalam menentukan apa yang dikehendaki olehNya. Selain itu, hanya padaNya lah, engkau wahai Muhammad memohon perlindungan dari segala macam gangguan dan rintangan dakwah yang dihadapi. Sejalan dengan kedua penafsir di atas, Ibnu Katsir dalam Tafsir alQuran alAzhim menyampaikan bahwa Nabi diperintah untuk menyampaikan semua wahyu pada umatnya, sekalipun berimplikasi pada halhal yang tidak menyenangkan bagi Nabi. Oleh karena itu, Nabi diperintahkan untuk pasrah hanya pada Allah, karena tidak ada tempat berlindung kecuali pada Allah semata. |
1747. HUKUM TUKAR MENUKAR UANG BERSELISIH NOMINAL | https://www.piss-ktb.com/2012/08/1747-fenomena-tukar-menukar-uang.html | PERTANYAAN : Assalamu'alaikum. Menjelang IDUL FITRI, biasanya orang-orang mendadak "latah" tukar uang baru. Bahkan sampai direwangi ngantri berpanjang panjang di Bank. Ada juga calo-calo yang berjajar di tepi jalan, menawarkan lembaran-2 uang baru.Untuk di Bank, tidak ada masalah. Karena 1 lembar uang 100 ribu akan ditukar dengan uang pecahan lain dengan nilai yang sama. Bagaimana hukumnya tukar uang kepada Calo, yang 1 lembar 100 ribu, jika ditukar dengan pecahan uang lainnya, maka hanya ditukar senilai 90 ribu. Jadi kurang 10 ribu, yang dianggap " ongkos " antri para Calo tersebut ? Sudah adakah di dokumen ? silahkan di rembag kanti sae. Wassalam. [Achmad Faiz Sahly]. JAWABAN : Wa'alaikumussalam. Coba baca Hasil Keputusan Bahtsul Masail ke-9 FMP3 (Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri) se-Jawa Timur komisi A, Di Ponpes Putri Modern Ar-Rifaie Gondanglegi Malang, 6-7 Februari : Deskripsi Masalah : Menjelang hari Lebaran, kebutuhan akan uang pecahan mengalami peningkatan. Praktis, kantor-kantor bank yang melayani penukaran uang menjadi penuh oleh nasabah yang ingin mendapatkan uang pecahan kecil. Panjangnya antrean menjadikan mereka enggan pergi ke bank. Fenomena ini ditangkap oleh sebagian kalangan sebagai kesempatan untuk mengais rezeki. Yakni dengan menyediakan jasa penukaran uang, dengan adanya selisih nominal, semisal uang 100 ribuaan mereka tukar dengan 90-95 lembar uang 1000 atau pecahan lainnya. Dan, lahan bisnis ini terbukti mendapat respon. Usaha mereka laris manis. Pertanyaan : Termasuk aqad apakah praktek dalam deskripsi di atas ? Bagaimanakah hukum mengadakan transaksi tersebut ? Jawaban : Termasuk akad bay (jual beli) Mengingat bahwa pada zaman sekarang, mata uang terkait dengan neraca perdagangannya, bukan berdasarkan cadangan emas dan perak yang dimilikinya, maka hukum transaksi di atas adalah : - Menurut ulama Syafiiyyah, hukumnya diperbolehkan, karena mata uang rupiah tidak tergolong mal ribawi. - Menurut ulama Malikiyyah, hukumnya tidak diperbolehkan, karena mata uang rupiah bisa disetarakan dengan emas dan perak dalam unsur ribawi-nya. Referensi : Tuhfah al-Muhtaj juz VI hlm. 212, Hsyiyah Al-Bujarimi ala Al-Khathb juz VII hlm. 339, Inah al-Thlibn juz III hlm. 12-13, Qaul al-Munaqqah hlm. 5, Al-Fawkih al-Dawni juz V hlm. 403 dan Hsyiyah Al-Adawi juz V hlm. 450. Wallohu a'lam. [Mbah Jenggot]. Ibarot : : 212 ( ) . : 339 ( ) ( ) ( ) () () . () . . . . . : ( ) . . :12-13 ( ) () () () () ( ). (: ) . . : 5 403 () . 450 . www.fb.com/groups/piss.ktb/392694237420057/ | PERTANYAAN Assalamualaikum. Menjelang IDUL FITRI, biasanya orangorang mendadak latah tukar uang baru. Bahkan sampai direwangi ngantri berpanjang panjang di Bank. Ada juga calocalo yang berjajar di tepi jalan, menawarkan lembaran2 uang baru.Untuk di Bank, tidak ada masalah. Karena 1 lembar uang 100 ribu akan ditukar dengan uang pecahan lain dengan nilai yang sama. Bagaimana hukumnya tukar uang kepada Calo, yang 1 lembar 100 ribu, jika ditukar dengan pecahan uang lainnya, maka hanya ditukar senilai 90 ribu. Jadi kurang 10 ribu, yang dianggap ongkos antri para Calo tersebut Sudah adakah di dokumen silahkan di rembag kanti sae. Wassalam. Achmad Faiz Sahly. JAWABAN Waalaikumussalam. Coba baca Hasil Keputusan Bahtsul Masail ke9 FMP3 Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri seJawa Timur komisi A, Di Ponpes Putri Modern ArRifaie Gondanglegi Malang, 67 Februari Deskripsi Masalah Menjelang hari Lebaran, kebutuhan akan uang pecahan mengalami peningkatan. Praktis, kantorkantor bank yang melayani penukaran uang menjadi penuh oleh nasabah yang ingin mendapatkan uang pecahan kecil. Panjangnya antrean menjadikan mereka enggan pergi ke bank. Fenomena ini ditangkap oleh sebagian kalangan sebagai kesempatan untuk mengais rezeki. Yakni dengan menyediakan jasa penukaran uang, dengan adanya selisih nominal, semisal uang 100 ribuaan mereka tukar dengan 9095 lembar uang 1000 atau pecahan lainnya. Dan, lahan bisnis ini terbukti mendapat respon. Usaha mereka laris manis. Pertanyaan Termasuk aqad apakah praktek dalam deskripsi di atas Bagaimanakah hukum mengadakan transaksi tersebut Jawaban Termasuk akad bay jual beli Mengingat bahwa pada zaman sekarang, mata uang terkait dengan neraca perdagangannya, bukan berdasarkan cadangan emas dan perak yang dimilikinya, maka hukum transaksi di atas adalah Menurut ulama Syafiiyyah, hukumnya diperbolehkan, karena mata uang rupiah tidak tergolong mal ribawi. Menurut ulama Malikiyyah, hukumnya tidak diperbolehkan, karena mata uang rupiah bisa disetarakan dengan emas dan perak dalam unsur ribawinya. Referensi Tuhfah alMuhtaj juz VI hlm. 212, Hsyiyah AlBujarimi ala AlKhathb juz VII hlm. 339, Inah alThlibn juz III hlm. 1213, Qaul alMunaqqah hlm. 5, AlFawkih alDawni juz V hlm. 403 dan Hsyiyah AlAdawi juz V hlm. 450. Wallohu alam. Mbah Jenggot. Ibarot 212 . 339 . . . . . . . . 1213 . . . 5 403 . 450 . www.fb.comgroupspiss.ktb392694237420057 |
Puasa Senin Kamis; Dalil, Keutamaan dan Lafadz Niatnya | https://pecihitam.org/puasa-senin-kamis/ | PeciHitam.org – Puasa merupakan salah satu rukun Islam yang lima. Setelah satu bulan penuh kita melaksanakan puasa Ramadhan, yang sejatinya wajib bagi seluruh umat Islam. Ada juga puasa yang dianjurkan untuk dikerjakan di luar bulan Ramadhan. Salah satu di antaranya ialah puasa Senin Kamis. Begitu banyak manfaat yang dapat kita petik dari puasa senin kamis. Sehingga tidak heran banyak sekali yang mengerjakannya. Hal ini berdasarkan banyaknya hadis-hadis Nabi yang membahas mengenai puasa Senin Kamis. Daftar Pembahasan: Dalil Puasa Senin Kamis Berikut ini kami sebutkan beberapa hadis yang menjelaskan puasa senin kamis, antara lain sebagai berikut: Puasa Senin Kamis hukumnya sunnah. Dalam Fikih Manhaji secara tegas menjelaskan tentang dalil sunnahnya puasa berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah ra, beliau mengatakan, - - . Artinya: “Rasulullah saw biasa menaruh pilihan berpuasa pada hari Senin dan Kamis.” (HR. An-Nasa’i dan Ibnu Majah) Syaikh Wahbah Az Zuhaili juga menjelaskannya dalam kitab Fiqih Islam wa Adillatuhu dan menggolongkan puasa Senin Kamis dalam puasa sunnah yang disepakati para ulama. Beliau menjelaskan bahwa puasa-puasa sunnah yang disepakati para ulama antara lain, puasa hari Senin dan Kamis setiap pekan berdasarkan hadis yang bersumber dari Usamah bin Zaid, berikut: . « ». . « » Artinya: “Aku berkata pada Rasul saw, “Wahai Rasulullah, engkau terlihat berpuasa sampai-sampai dikira tidak ada waktu bagimu untuk tidak puasa. Engkau juga terlihat tidak puasa, sampai-sampai dikira engkau tidak pernah puasa. Kecuali dua hari yang engkau bertemu dengannya dan berpuasa ketika itu.” Nabi saw bertanya, “Apa dua hari tersebut?” Usamah menjawab, “Senin dan Kamis.” Lalu beliau bersabda, “Dua hari tersebut adalah waktu dihadapkannya amalan pada Rabb semesta alam (pada Allah). Aku sangat suka ketika amalanku dihadapkan sedang aku dalam keadaan berpuasa.” (HR. An-Nasa’i dan Ahmad) Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda, Artinya: “Berbagai amalan dihadapkan (pada Allah) pada hari Senin dan Kamis, maka aku suka jika amalanku dihadapkan sedangkan aku sedang berpuasa.” (HR. Tirmidzi) Dari Abu Qotadah Al Anshori ra, Rasulullah saw pernah ditanya mengenai puasa pada hari Senin, lantas beliau menjawab, “Hari tersebut adalah hari aku dilahirkan, hari aku diutus atau diturunkannya wahyu untukku.” (HR. Muslim) Keutamaan hari Senin dan Kamis secara umum dijelaskan dalam hadis Abu Hurairah berikut, Rasulullah saw bersabda, Artinya: “Pintu surga dibuka pada hari Senin dan kamis. Setia hamba yang tidak berbuat syirik pada Allah sedikit pun akan diampuni (pada hari tersebut) kecuali seseorang yang memiliki percekcokan (permusuhan) antara dirinya dan saudaranya. Nanti akan dikatakan pada mereka, akhirkan urusan mereka sampai mereka berdua berdamai, akhirkan urusan mereka sampai mereka berdua berdamai.” (HR. Muslim). Keutamaan Puasa Senin Kamis Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, puasa Senin Kamis memiliki banyak keutamaan. Sehingga banyak orang yang mengerjakannya secara rutin. Adapun beberapa keutamaan puasa Senin Kamis, antara lain: Rasulullah selalu mengerjakannya Sebagaimana hadis di atas yang diriwayatkan dari Aisyah ra dan Usamah bin Zaid ra, Rasulullah senantiasa mengerjakan puasa Senin Kamis dan senantiasa menjaganya. Hari Senin adalah hari istimewa Hari Senin seringkali disebut-sebut sebagai hari yang istimewa disebabkan karena pada hari tersebut, Rasulullah saw dilahirkan ke dunia. Pada hari Senin juga, Rasulullah menerima wahyu. Hal ini berdasarkan hadis berikut: Artinya: Nabi ditanya tentang puasa pada hari Senin, maka beliau bersabda, “Itu adalah hari kelahiranku dan pada hari itu wahyu diturunkan kepadaku.” (HR. Muslim) Amal diperlihatkan pada hari tersebut Keutamaan selanjutnya, yaitu pada hari Senin dan Kamis, amal-amal perbuatan kita diperlihatkan atau dilaporkan kepada Allah. Maka betapa beruntungnya ketika saat itu terjadi, seorang hamba tersebut sedang berpuasa. Hal ini berdasarkan hadis berikut: Artinya: “Diperlihatkan amal-amal pada setiap hari Kamis dan Senin. Maka aku ingin amalku diperlihatkan saat aku berpuasa.” (HR. Tirmidzi) Berikut ini kami sebutkan juga hadis yang senada dengan hadis di atas: Diperlihatkan amal-amal pada setiap hari Kamis dan Senin. Maka Allah pada hari itu mengampuni setiap orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu pun, kecuali orang yang bermusuhan dengan saudaranya. Maka dikatakan, “Biarkan keduanya hingga berdamai, biarkan keduanya hingga berdamai.” (HR. Muslim) Abu Hurairah berkata, Nabi saw lebih sering pada hari Senin dan Kamis. Lalu ada sahabat yang bertanya tentang hal itu. Maka Rasulullah menjawab, “Sesungguhnya seluruh amal akan dipersembahkan pada setiap hari Senin dan hari Kamis. Lalu Allah mengampuni setiap muslim atau setiap orang mukmin kecuali orang yang bermusuhan. Sebab Allah berfirman, ‘Tangguhkanlah amal kedua orang itu.’” (HR. Ahmad) Pintu surga dibuka Keutamaan berpuasa Senin Kamis yang selanjutnya ialah pada hari Senin dan Kamis juga disebabkan karena pada hari tersebut pintu surga dibuka. Ini menunjukkan betapa mulianya hari itu dan betapa beruntungnya orang-orang yang puasa Senin Kamis. “Pintu-pintu surga dibuka pada hari Senin dan Kamis. Maka semua hamba yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu diampuni kecuali seseorang yang antara dirinya dengan saudaranya terdapat permusuhan.” (HR. Muslim) Lafadz Niat Puasa Senin Kamis Berikut ini lafadz niat puasa Senin: Nawaitu shauma yaumal itsnaini sunnatan lillaahi ta’aalaa Artinya: “Saya niat puasa sunnah hari Senin, sunnah karena Allah Ta’ala.” Adapun lafadz niat puasa Kamis yaitu: Nawaitu shauma yaumal khamiisi sunnatan lillaahi ta’aalaa Artinya: “Saya niat puasa sunnah hari Kamis, sunnah karena Allah Ta’ala.” Demikianlah kami sampaikan sedikit tentang puasa Senin Kamis, mulai dari dalil hukum, keutamaan dan lafadz niat puasa Senin Kamis. Mudah-mudahan dapat menjadi pengingat, sekaligus memotivasi kita agar lebih semangat menjalankannya. Ash-Shawabu Minallah. | PeciHitam.org Puasa merupakan salah satu rukun Islam yang lima. Setelah satu bulan penuh kita melaksanakan puasa Ramadhan, yang sejatinya wajib bagi seluruh umat Islam. Ada juga puasa yang dianjurkan untuk dikerjakan di luar bulan Ramadhan. Sehingga tidak heran banyak sekali yang mengerjakannya. Dalam Fikih Manhaji secara tegas menjelaskan tentang dalil sunnahnya puasa berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah ra, beliau mengatakan, . Artinya Rasulullah saw biasa menaruh pilihan berpuasa pada hari Senin dan Kamis. AnNasai dan Ibnu Majah Syaikh Wahbah Az Zuhaili juga menjelaskannya dalam kitab Fiqih Islam wa Adillatuhu dan menggolongkan puasa Senin Kamis dalam puasa sunnah yang disepakati para ulama. Artinya Aku berkata pada Rasul saw, Wahai Rasulullah, engkau terlihat berpuasa sampaisampai dikira tidak ada waktu bagimu untuk tidak puasa. Kecuali dua hari yang engkau bertemu dengannya dan berpuasa ketika itu. Nabi saw bertanya, Apa dua hari tersebut Usamah menjawab, Senin dan Kamis. Lalu beliau bersabda, Dua hari tersebut adalah waktu dihadapkannya amalan pada Rabb semesta alam pada Allah. Aku sangat suka ketika amalanku dihadapkan sedang aku dalam keadaan berpuasa. AnNasai dan Ahmad Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda, Artinya Berbagai amalan dihadapkan pada Allah pada hari Senin dan Kamis, maka aku suka jika amalanku dihadapkan sedangkan aku sedang berpuasa. Tirmidzi Dari Abu Qotadah Al Anshori ra, Rasulullah saw pernah ditanya mengenai puasa pada hari Senin, lantas beliau menjawab, Hari tersebut adalah hari aku dilahirkan, hari aku diutus atau diturunkannya wahyu untukku. Muslim Keutamaan hari Senin dan Kamis secara umum dijelaskan dalam hadis Abu Hurairah berikut, Rasulullah saw bersabda, Artinya Pintu surga dibuka pada hari Senin dan kamis. Nanti akan dikatakan pada mereka, akhirkan urusan mereka sampai mereka berdua berdamai, akhirkan urusan mereka sampai mereka berdua berdamai. Keutamaan Puasa Senin Kamis Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, puasa Senin Kamis memiliki banyak keutamaan. Pada hari Senin juga, Rasulullah menerima wahyu. Maka betapa beruntungnya ketika saat itu terjadi, seorang hamba tersebut sedang berpuasa. Tirmidzi Berikut ini kami sebutkan juga hadis yang senada dengan hadis di atas Diperlihatkan amalamal pada setiap hari Kamis dan Senin. Lalu ada sahabat yang bertanya tentang hal itu. Sebab Allah berfirman, Tangguhkanlah amal kedua orang itu. Ini menunjukkan betapa mulianya hari itu dan betapa beruntungnya orangorang yang puasa Senin Kamis. Maka semua hamba yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu diampuni kecuali seseorang yang antara dirinya dengan saudaranya terdapat permusuhan. Muslim Lafadz Niat Puasa Senin Kamis Berikut ini lafadz niat puasa Senin Nawaitu shauma yaumal itsnaini sunnatan lillaahi taaalaa Artinya Saya niat puasa sunnah hari Senin, sunnah karena Allah Taala. Mudahmudahan dapat menjadi pengingat, sekaligus memotivasi kita agar lebih semangat menjalankannya. |
Keutamaan Umrah di Bulan Ramadan | https://bincangsyariah.com/hukum-islam/ubudiyah/keutamaan-umrah-di-bulan-ramadan/ | Ramadan adalah bulan yang banyak dinanti oleh umat Muslim. Bukan hanya THR yang akan segera meluncur, melainkan banyaknya bonus pahala rahmat dan ampunan yang diberikan Allah pada bulan Ramadan. Sudah rahasia umum pula bila bulan Ramadan adalah salah satu bulan haram yang Allah pun mengagungkan kemuliaannya. Allah juga menjadikan perbuatan dosa yang dilakukan di dalamnya lebih besar. Demikian pula, Allah pun menjadikan amal saleh dan ganjaran yang didapatkan di dalamnya lebih besar pula. Sebab itu Allah berpesan untuk tidak menganiaya diri sendiri dengan berbagai cara pada bulan mulia tersebut. Firman Allah dalam QS At Taubah ayat 36: Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu Salah satu ibadah yang banyak diminati dalam bulan Ramadan adalah umrah. Ibadah yang dilakukan Muslim yang mampu dalam rangka mencari keberkahan dan fokus ibadah di tanah suci. Janji Allah akan membalas pahala setiap amal saleh dengan pahala yang berlipat ganda pada bulan Ramadan. Jika untuk pergi haji harus mengantre puluhan tahun di negeri Indonesia, dengan cara lain Allah menaburkan rahmat dengan menyamakan pahala umrah di bulan Ramadan sama seperti ibadah haji, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Jika Ramadan tiba, berumrahlah saat itu karena umrah Ramadan senilai dengan haji. Umrah di bulan Ramadan tidak hanya menjadi tamu Allah yang jika bermohon kepada-Nya maka Allah akan mengabulkannya. Namun juga berpahala sama dengan ibadah haji. Ini merupakan rahmat Allah yang begitu istimewa dan diberikan pada bulan Ramadan hanya kepada umat Nabi Muhammad. Walaupun begitu, ibadah haji tetap wajib bagi seseorang yang menunaikan ibadah umrah di bulan Ramadan. Dalam Syarh Shahih Muslim, Imam Nawawi menjelaskan bahwa pahala umrah di bulan Ramadan tersebut hanya senilai dengan pahala haji. Bukan menghapus kewajiban haji bagi seseorang yang telah umrah di bulan Ramadan. Umrah di bulan Ramadan tidak bisa menggantikan haji yang wajib, namun umrah tersebut mendapatkan keutamaan yang sama dengan keutamaan haji. | Ramadan adalah bulan yang banyak dinanti oleh umat Muslim. Bukan hanya THR yang akan segera meluncur, melainkan banyaknya bonus pahala rahmat dan ampunan yang diberikan Allah pada bulan Ramadan. Sudah rahasia umum pula bila bulan Ramadan adalah salah satu bulan haram yang Allah pun mengagungkan kemuliaannya. Allah juga menjadikan perbuatan dosa yang dilakukan di dalamnya lebih besar. Demikian pula, Allah pun menjadikan amal saleh dan ganjaran yang didapatkan di dalamnya lebih besar pula. Sebab itu Allah berpesan untuk tidak menganiaya diri sendiri dengan berbagai cara pada bulan mulia tersebut. Firman Allah dalam QS At Taubah ayat 36 Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah ketetapan agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu Salah satu ibadah yang banyak diminati dalam bulan Ramadan adalah umrah. Ibadah yang dilakukan Muslim yang mampu dalam rangka mencari keberkahan dan fokus ibadah di tanah suci. Janji Allah akan membalas pahala setiap amal saleh dengan pahala yang berlipat ganda pada bulan Ramadan. Jika untuk pergi haji harus mengantre puluhan tahun di negeri Indonesia, dengan cara lain Allah menaburkan rahmat dengan menyamakan pahala umrah di bulan Ramadan sama seperti ibadah haji, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda Jika Ramadan tiba, berumrahlah saat itu karena umrah Ramadan senilai dengan haji. Umrah di bulan Ramadan tidak hanya menjadi tamu Allah yang jika bermohon kepadaNya maka Allah akan mengabulkannya. Namun juga berpahala sama dengan ibadah haji. Ini merupakan rahmat Allah yang begitu istimewa dan diberikan pada bulan Ramadan hanya kepada umat Nabi Muhammad. Walaupun begitu, ibadah haji tetap wajib bagi seseorang yang menunaikan ibadah umrah di bulan Ramadan. Dalam Syarh Shahih Muslim, Imam Nawawi menjelaskan bahwa pahala umrah di bulan Ramadan tersebut hanya senilai dengan pahala haji. Bukan menghapus kewajiban haji bagi seseorang yang telah umrah di bulan Ramadan. Umrah di bulan Ramadan tidak bisa menggantikan haji yang wajib, namun umrah tersebut mendapatkan keutamaan yang sama dengan keutamaan haji. |
Bolehkah Berhutang ke Bank untuk Membangun Masjid? | https://konsultasisyariah.com/2208-bolehkah-berhutang-ke-bank-untuk-membangun-masjid.html | Pertanyaan: Kami sekelompok imigran muslim yang berasal dari Maroko, tinggal di Jerman, dan kami memiliki satu tempat yang kami sewa untuk menjalankan shalat berjama’ah setiap saat, shalat Jum’at, dan hari raya. Dan karena banyaknya orang yang shalat di sana –alhamdulillah- pemerintah Jerman melarang kami untuk shalat di sana, dengan alasan tempat tersebut sempit dan tidak cocok. Dan sekarang kami merencanakan untuk membeli suatu tempat yang luas di luar kota, dan pemerintah Jerman telah memberikan izin kepada kami untuk membelinya. Harga tempat tersebut adalah 3,5 juta Mark, dan kami sekarang baru memiliki dana 1,5 juta Mark. Apakah boleh bagi kami untuk berhutang kekurangan dana tersebut dari bank dengan membayar bunga, agar dapat membeli tempat tersebut, dan apakah keadaan ini tergolong ke dalam darurat (dharurat)? Dan bila telah terlanjur dibeli dengan uang riba, bolehkan kita shalat di dalamnya, hingga didapatkan tempat lain untuk shalat di negeri ini? Mohon jawabannya, semoga Allah membalas kebaikan Anda semua. Jawaban: Tidak boleh bagi kalian untuk berhutang dengan bunga/riba, karena Allah telah mengharamkan riba, dan memberikan ancaman yang keras kepada pelaku riba. Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melaknati orang yang memakan riba, yang memberikannya, kedua saksinya dan penulisnya, dan riba tidak dibolehkan dalam keadaan apapun. Oleh karena itu, tidak boleh bagi kalian untuk membeli tempat tersebut kecuali bila kalian memiliki kemampuan finansial untuk membelinya tanpa harus berhutang dengan riba. Dan shalatlah sesuai dengan kemampuan kalian, baik dengan satu jama’ah atau dengan terbagi-bagi menjadi beberapa jama’ah di tempat yang berbeda-beda. Wabillahit taufiq, dan semoga shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya. (Majmu’ Fatawa al-Lajnah ad-Da’imah, 13/295, fatwa no. 20002). Penulis: Ustadz Dr. Muhammad Arifin Badri, M.A Artikel: Dipublikasikan oleh: | Pertanyaan Kami sekelompok imigran muslim yang berasal dari Maroko, tinggal di Jerman, dan kami memiliki satu tempat yang kami sewa untuk menjalankan shalat berjamaah setiap saat, shalat Jumat, dan hari raya. Dan karena banyaknya orang yang shalat di sana alhamdulillah pemerintah Jerman melarang kami untuk shalat di sana, dengan alasan tempat tersebut sempit dan tidak cocok. Dan sekarang kami merencanakan untuk membeli suatu tempat yang luas di luar kota, dan pemerintah Jerman telah memberikan izin kepada kami untuk membelinya. Harga tempat tersebut adalah 3,5 juta Mark, dan kami sekarang baru memiliki dana 1,5 juta Mark. Apakah boleh bagi kami untuk berhutang kekurangan dana tersebut dari bank dengan membayar bunga, agar dapat membeli tempat tersebut, dan apakah keadaan ini tergolong ke dalam darurat dharurat Dan bila telah terlanjur dibeli dengan uang riba, bolehkan kita shalat di dalamnya, hingga didapatkan tempat lain untuk shalat di negeri ini Mohon jawabannya, semoga Allah membalas kebaikan Anda semua. Jawaban Tidak boleh bagi kalian untuk berhutang dengan bungariba, karena Allah telah mengharamkan riba, dan memberikan ancaman yang keras kepada pelaku riba. Dan Nabi shallallahu alaihi wa sallam telah melaknati orang yang memakan riba, yang memberikannya, kedua saksinya dan penulisnya, dan riba tidak dibolehkan dalam keadaan apapun. Oleh karena itu, tidak boleh bagi kalian untuk membeli tempat tersebut kecuali bila kalian memiliki kemampuan finansial untuk membelinya tanpa harus berhutang dengan riba. Dan shalatlah sesuai dengan kemampuan kalian, baik dengan satu jamaah atau dengan terbagibagi menjadi beberapa jamaah di tempat yang berbedabeda. Wabillahit taufiq, dan semoga shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya. Majmu Fatawa alLajnah adDaimah, 13295, fatwa no. 20002. Penulis Ustadz Dr. Muhammad Arifin Badri, M.A Artikel Dipublikasikan oleh |
Penjelasan Hukum tentang Meramal Menggunakan Kartu Tarot | https://www.laduni.id/post/read/58159/01118-penjelasan-hukum-tentang-meramal-menggunakan-kartu-tarot.html | PERTANYAAN : Bagaimana hukumnya mufasir kartu tarot? Baca Juga: Hoax dan Dongeng Ramalan Aceh Dalam Kitab "Mandiyatul Badiyah" JAWABAN : Wa’alaikumussalaam. Haram Mempelajari Ilmu-ilmu Yang mengandung Kebathilan. Batasannya seperti yang di terangkan Imam Rofi'i dalam kitabnya Al-Wajiz yaitu : Segala Ilmu Yang Memuat ah yang Bathil, Penipuan, Bahaya, Atau pengakuan mengetahui sesuatu yang ghoib atau suatu kejadian yang akan terjadi di masa depan Maka hukumnya Haram diPelajari. Wallahu a’lam. [Mujaawib: Gus Santri Kluyuran Bengi ]. - Al Makiyyah 19 : Sumber: Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah | PERTANYAAN Bagaimana hukumnya mufasir kartu tarot Baca Juga Hoax dan Dongeng Ramalan Aceh Dalam Kitab Mandiyatul Badiyah JAWABAN Waalaikumussalaam. Haram Mempelajari Ilmuilmu Yang mengandung Kebathilan. Batasannya seperti yang di terangkan Imam Rofii dalam kitabnya AlWajiz yaitu Segala Ilmu Yang Memuat ah yang Bathil, Penipuan, Bahaya, Atau pengakuan mengetahui sesuatu yang ghoib atau suatu kejadian yang akan terjadi di masa depan Maka hukumnya Haram diPelajari. Wallahu alam. Mujaawib Gus Santri Kluyuran Bengi . Al Makiyyah 19 Sumber Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah |
Inilah Hukum Mengambil Burung di Pohon Orang Lain | https://www.laduni.id/post/read/48250/inilah-hukum-mengambil-burung-di-pohon-orang-lain.html | PERTANYAAN : Assalamualaikum wr wb. Bagaimana hukum mengambil burung di pohon Orang. terima kasih. JAWABAN : Wa'alaikumussalam. Mengambil burung di pohon orang lain hukumnya tidak boleh kecuali ada izin dari pemilik pohon atau ada indikasi kuat pemiliknya merelakannya. Wallohu a'lam. / : . . / : . : : : . Sumber: Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah | PERTANYAAN Assalamualaikum wr wb. Bagaimana hukum mengambil burung di pohon Orang. terima kasih. JAWABAN Waalaikumussalam. Mengambil burung di pohon orang lain hukumnya tidak boleh kecuali ada izin dari pemilik pohon atau ada indikasi kuat pemiliknya merelakannya. Wallohu alam. . . . . Sumber Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah |
Cara Dzikir Rasulullah | https://konsultasisyariah.com/20042-cara-dzikir-rasulullah.html | Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakatuhu Bagaimana teknis Rasulullah berzikir beserta haditsnya. Apabila dengan jari tangan, bagaimana teknisnya? Dimulai dari jari apa dan bagaimana detailnya? Afwan, kalau pertanyaannya kurang rapi. Terimakasih Dari: Hamba Allah Jawaban: Wa alaikumus salam Warahmatullaahi Wabarakatuhu Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du, Teknis dzikir yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah menghitung dengan jari dan bukan dengan bantuan alat, seperti kerikil atau tasbih. Dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhuma, beliau menceritakan, “Saya melihat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menghitung dzikir beliau dengan tangannya.” (HR. Ahmad 6498 dan dinilai hasan oleh Syuaib Al-Arnauth). Kemudian dari seorang sahabat wanita, Yusairah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan kepada kami (para sahabat wanita), “Wahai para wanita mukminah, kalian harus rajin bertasbih, bertahlil, mensucikan nama Allah. Janganlah kalian lalai, sehingga melupakan rahmat. Hitunglah dengan jari-jari kalian, karena semua jari itu akan ditanya dan diminta untuk bicara.” (HR. Ahmad 27089, Abu Daud 1501, Turmudzi 3583, dan sanadnya dinilai hasan oleh Syuaib Al-Arnauth dan Al-Albani). Yusairah bintu Yasir Al-Anshariyah adalah sahabat wanita. Beliau termasuk salah satu wanita yang ikut menjadi peserta Baiat aqabah. Ketika menjelaskan hadis Yusairah, z Ibn Hajar mengatakan, Makna kata ‘al-aqd’ (menghitung) yang disebutkan dalam hadis [pada kata: ] adalah menghitung jumlah dzikir. Ini merupakan istilah orang arab, yang bentuknya dengan meletakkan salah satu ujung jari pada berbagai ruas jari yang lain. Satuan dan puluhan dengan tangan kanan, sementara ratusan dan ribuan dengan tangan kiri. Allahu a’lam. (Nataij Al-Afkar fi Takhrij Ahadits Al-Adzkar, 1/90). Ibnu Alan menjelaskan bahwa cara ‘al-aqd’ (menghitung dengan tangan) ada dua: Al-Aqd bil mafashil (menghitung dengan ruas jari) Al-Aqd bil ashabi’ (menghitung dengan jari) Beliau mengatakan, “Al-Aqd bil mafashil (menghitung dengan ruas jari), bentuknya adalah meletakkan ujung jempol para setiap ruas, setiap kali membaca dzikir. Sedangkan Al-Aqd bil ashabi’ (menghitung dengan jari), bentuknya adalah jari digenggamkan kemudian dibuka satu persatu. Terdapat hadis dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhuma, beliau menceritakan, . - - : “” “Saya melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menghitung bacaan tasbih dengan tangannya.” Sementara dari jalur Muhammad bin Qudamah – gurunya Abu Daud – terdapat tambahan: “dengan tangan kanannya” (HR. Abu Daud 1502 dan dishahihkan Al-Albani) Berdasarkan hadis ini, sebagian ulama menganjurkan untuk menghitung dzikir dengan jari-jari tangan kanan saja. Hanya saja, sebagian ulama menilai bahwa tambahan ‘dengan tangan kanannya’ adalah tambahan yang lemah. Sebagaimana keterangan Syaikh Dr. Bakr Abu . Sehingga dianjurkan untuk menghitung dzikir dengan kedua tangan, kanan maupun kiri. Kesimpulan yang tepat dalam hal ini, dzikir dengan tangan kanan hukumnya dianjurkan, meskipun boleh berdzikir dengan kedua tangan dibolehkan. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam suka menggunakan anggota badan yang kanan untuk hal yang baik. Sebagaimana keterangan Aisyah radhiyallahu ‘anha, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam suka mendahulukan bagian yang kanan ketika mengenakan sandal, menyisir rambut, bersuci, dan dalam semua urusan beliau.” (HR. Bukhari 168). Dan menghitung dzikir termasuk hal yang baik, sehingga dilakukan dengan tangan kanan, lebih baik. (Simak Fatwa Islam, no. 139662) Allahu a’lam Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Artikel ini didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia. Dukung dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. SPONSOR hubungi: 081 326 333 328 DONASI hubungi: 087 882 888 727 Donasi dapat disalurkan ke rekening: BANK SYARIAH INDONESIA 7086882242 a.n. YAYASAN YUFID NETWORK (Kode BSI: 451) Keterangan lebih lengkap: Peluang Menjadi Sponsor dan Donatur | Assalaamualaikum Warahmatullaahi Wabarakatuhu Bagaimana teknis Rasulullah berzikir beserta haditsnya. Apabila dengan jari tangan, bagaimana teknisnya Dimulai dari jari apa dan bagaimana detailnya Afwan, kalau pertanyaannya kurang rapi. Dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu anhuma, beliau menceritakan, Saya melihat, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menghitung dzikir beliau dengan tangannya. Ahmad 6498 dan dinilai hasan oleh Syuaib AlArnauth. Kemudian dari seorang sahabat wanita, Yusairah radhiyallahu anha, beliau mengatakan, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berpesan kepada kami para sahabat wanita, Wahai para wanita mukminah, kalian harus rajin bertasbih, bertahlil, mensucikan nama Allah. Janganlah kalian lalai, sehingga melupakan rahmat. Hitunglah dengan jarijari kalian, karena semua jari itu akan ditanya dan diminta untuk bicara. Yusairah bintu Yasir AlAnshariyah adalah sahabat wanita. Beliau termasuk salah satu wanita yang ikut menjadi peserta Baiat aqabah. Satuan dan puluhan dengan tangan kanan, sementara ratusan dan ribuan dengan tangan kiri. Nataij AlAfkar fi Takhrij Ahadits AlAdzkar, 190. Sedangkan AlAqd bil ashabi menghitung dengan jari, bentuknya adalah jari digenggamkan kemudian dibuka satu persatu. Terdapat hadis dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu anhuma, beliau menceritakan, . Sementara dari jalur Muhammad bin Qudamah gurunya Abu Daud terdapat tambahan dengan tangan kanannya HR. Hanya saja, sebagian ulama menilai bahwa tambahan dengan tangan kanannya adalah tambahan yang lemah. Sebagaimana keterangan Syaikh Dr. Bakr Abu . Sehingga dianjurkan untuk menghitung dzikir dengan kedua tangan, kanan maupun kiri. Karena Nabi shallallahu alaihi wa sallam suka menggunakan anggota badan yang kanan untuk hal yang baik. Sebagaimana keterangan Aisyah radhiyallahu anha, Nabi shallallahu alaihi wa sallam suka mendahulukan bagian yang kanan ketika mengenakan sandal, menyisir rambut, bersuci, dan dalam semua urusan beliau. 139662 Allahu alam Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits Dewan Pembina Artikel ini didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia. Dukung dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. SPONSOR hubungi 081 326 333 328 DONASI hubungi 087 882 888 727 Donasi dapat disalurkan ke rekening BANK SYARIAH INDONESIA 7086882242 a.n. |
Allah Himpun Seluruh Ilmu Kedokteran dalam Setengah Ayat | https://www.eramuslim.com/hikmah/tahukah-anda-allah-menghimpun-seluruh-ilmu-kedokteran-dalam-setengah-ayat/ | Eramuslim – SEGALA sendi kehidupan dibahas dalam Islam, bahkan mengenai kesehatan pun tak luput dari kajian Alquran. Bahkan Allah SWT telah menghimpun seluruh ilmu kedokteran dalam setengah ayat. Kemudian Rasulullah juga telah menghimpun semua ilmu kedokteran dalam satu kalimat. Salah satu sabda Nabi Muhammad SAW tentang kesehatan yaitu: “Tidaklah seorang anak Adam mengisi suatu bejana yang lebih buruk dari perutnya. Cukuplah bagi anak Adam untuk makan beberapa suap makanan sekedar untuk menegakan tulang punggungnya. Jika tidak, maka sepertiganya untuk makanan, sepertiganya untuk minuman, dan sepertiganya untuk udara (napas).” (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Ibnu Majah). Sementara riset ilmiah membuktikan bahwa kegemukan (obesitas) dapat membahayakan tubuh manusia. Hasil sensus sebuah perusahaan asuransi di Amerika Serikat menyimpulkan, bahwa semakin panjang garis lingkar perut, makan semakin pendek garis umur. Laki-laki yang lingkar perutnya lebih besar daripada lingkar dadanya, maka potensi kematiannya akan semakin besar. Sedangkan Nabi Muhammad SAW memerintahkan umat Muslim untuk menyeimbangkan pola makan dan minum, dan tidak berlebihan dalam keduanya. Ia juga melarang untuk mengisi lambung dengan makanan secara penuh, karena dapat merusak tubuh dan termasuk pemborosan. Pelakunya dianggap sebagai orang-orang mubazir yang dicap Allah sebagai saudara-saudara setan. Allah berfirman, “Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (Al-Isra’: 27). Cegah diabetes selamanya!Ikuti cara ini dan tidak lagi diabetes!Mencegah diabetes itu mudah!Cara mudah untuk mencegah diabetes.Dokter terkenal mengejutkan masyarakat Indonesia dengan kebenaran tentang pengobatan sendiOrang yang menderita sakit lutut dan punggung harus membaca ini!Seorang dokter terkenal dalam keadaan mabuk membocorkan kebenaran tentang perawatan persendianOrang yang menderita sakit lutut dan punggung harus membaca ini!Seorang dokter terkenal telah menemukan obat terbaik untuk nyeri sendi dan lutut!Bantu persendian Anda, seperti yang telah dilakukan jutaan orang IndonesiaOrang yang Mengalami Sakit Lutut dan Pinggul Harus Membaca Ini!Penguat Kesehatan Murni. Trik Nenek Ini Sembuhkan Sendi Kemudian Nabi Muhammad SAW bersabda, “Termasuk sikap berlebihan jika kau makan saat kau ingin makan.” (HR. Hakim). Rasululullah juga bersabda kepada Abu Juhfah saat ia bersendawa, “Pendekkan sendawamu dari kami, karena manusia yang paling panjang rasa laparnya di hari kiamat adalah yang paling sering kenyang di dunia.” (HR. Tirmidzi). Dalam hadits lain, Nabi Muhammad bersabda, “Yang terbaik di antara kalian adalah generasi abadku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi selanjutnya, lalu setelah itu akan ada kaum yang bersaksi tetapi kesaksiannya tak benar, berkhianat dan tidak bisa dipercaya, dan berjanji tetapi tidak menepati, pada mereka akan terlihat tubuh yang gemuk”. Sahabat Nabi, Umar berkata “Janganlah sekali-kali kalian terlalu kenyang dalam makan dan minum, karena dapat merusak tubuh, menimbulkan penyakit dan membuat malas untuk salat. Kalian harus berhemat dalam keduanya (makan dan minum), karena itu lebih baik bagi tubuh dan jauh dari sikap boros. Allah membenci orang yang sejahtera dan gemuk. Seorang laki-laki tidak akan binasa sampai ia mengutamakan syahwatnya daripada agamanya.” (Riwayat Abu Nu’aim). Khalifah Harun ar-Rasyid memilki seorang dokter nasrani yang hebat. Suatu ketika, dokter itu berkata kepada salah seorang ulama, “Tak satu pun dalam kitab suci kalian yang berkaitan dengan (red. ilmu) kedokteran. Ilmu itu ada dua, ilmu tentang tubuh dan ilmu tentang agama.” Ulama itu berkata, “Allah telah menghimpun seluruh ilmu kedokteran hanya dalam setengah ayat dari kitab suci-Nya.” “Ayat apa itu?’ tanya dokter Nasrani. Si ulama menjawab, “Yaitu firman-Nya, “Makan dan minumanlah, dan jangan berlebihan.” (Al-A’raf: 31). Kemudian dokter itu berkata, “Dan tak satu pun riwayat dari Rasul kalian tentang kedokteran.” “Rasul kami telah menghimpun ilmu kedokteran dalam satu kalimat yang singkat.” “Apa itu?’ Ulama itu menjawab, “Rasulullah bersabda, ‘Tidaklah seorang anak Adam mengisi sebuah bejana yang lebih buruk dari perutnya. Cukuplah bagi anak Adam untuk makan beberapa suap makanan sekedar untuk menegakkan tulang punggungnya. Jika tidak maka sepertiganya untuk makanan, sepertiganya untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk udara (napas).” Jika islam melarang sikap boros dan berlebihan maka Islam juga melarang sikap bakhil dan kikir. Karena itu, umat Islam harus bersikap seimbang dalam urusan makan, minum, berpakaian, dan hal-hal yang berhubungan dengan pembelanjaan. “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” (Al-Furqan: 67). Makna boros adalah mengeluarkan sesuatu yang lebih dari kebutuhan. Sebagaimana sabda Rasulullah, “Termasuk sikap boros jika kau makan setiap kali kau ingin makan.” (HR. Baihaqi). (okz) | Eramuslim SEGALA sendi kehidupan dibahas dalam Islam, bahkan mengenai kesehatan pun tak luput dari kajian Alquran. Salah satu sabda Nabi Muhammad SAW tentang kesehatan yaitu Tidaklah seorang anak Adam mengisi suatu bejana yang lebih buruk dari perutnya. Cukuplah bagi anak Adam untuk makan beberapa suap makanan sekedar untuk menegakan tulang punggungnya. Jika tidak, maka sepertiganya untuk makanan, sepertiganya untuk minuman, dan sepertiganya untuk udara napas. Sementara riset ilmiah membuktikan bahwa kegemukan obesitas dapat membahayakan tubuh manusia. Hasil sensus sebuah perusahaan asuransi di Amerika Serikat menyimpulkan, bahwa semakin panjang garis lingkar perut, makan semakin pendek garis umur. Lakilaki yang lingkar perutnya lebih besar daripada lingkar dadanya, maka potensi kematiannya akan semakin besar. Ia juga melarang untuk mengisi lambung dengan makanan secara penuh, karena dapat merusak tubuh dan termasuk pemborosan. Pelakunya dianggap sebagai orangorang mubazir yang dicap Allah sebagai saudarasaudara setan. Cegah diabetes selamanyaIkuti cara ini dan tidak lagi diabetesMencegah diabetes itu mudahCara mudah untuk mencegah diabetes. Dokter terkenal mengejutkan masyarakat Indonesia dengan kebenaran tentang pengobatan sendiOrang yang menderita sakit lutut dan punggung harus membaca iniSeorang dokter terkenal dalam keadaan mabuk membocorkan kebenaran tentang perawatan persendianOrang yang menderita sakit lutut dan punggung harus membaca iniSeorang dokter terkenal telah menemukan obat terbaik untuk nyeri sendi dan lututBantu persendian Anda, seperti yang telah dilakukan jutaan orang IndonesiaOrang yang Mengalami Sakit Lutut dan Pinggul Harus Membaca IniPenguat Kesehatan Murni. Trik Nenek Ini Sembuhkan Sendi Kemudian Nabi Muhammad SAW bersabda, Termasuk sikap berlebihan jika kau makan saat kau ingin makan. Rasululullah juga bersabda kepada Abu Juhfah saat ia bersendawa, Pendekkan sendawamu dari kami, karena manusia yang paling panjang rasa laparnya di hari kiamat adalah yang paling sering kenyang di dunia. Dalam hadits lain, Nabi Muhammad bersabda, Yang terbaik di antara kalian adalah generasi abadku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi selanjutnya, lalu setelah itu akan ada kaum yang bersaksi tetapi kesaksiannya tak benar, berkhianat dan tidak bisa dipercaya, dan berjanji tetapi tidak menepati, pada mereka akan terlihat tubuh yang gemuk. Sahabat Nabi, Umar berkata Janganlah sekalikali kalian terlalu kenyang dalam makan dan minum, karena dapat merusak tubuh, menimbulkan penyakit dan membuat malas untuk salat. Kalian harus berhemat dalam keduanya makan dan minum, karena itu lebih baik bagi tubuh dan jauh dari sikap boros. Allah membenci orang yang sejahtera dan gemuk. Seorang lakilaki tidak akan binasa sampai ia mengutamakan syahwatnya daripada agamanya. Khalifah Harun arRasyid memilki seorang dokter nasrani yang hebat. Suatu ketika, dokter itu berkata kepada salah seorang ulama, Tak satu pun dalam kitab suci kalian yang berkaitan dengan red. Ulama itu berkata, Allah telah menghimpun seluruh ilmu kedokteran hanya dalam setengah ayat dari kitab suciNya. Si ulama menjawab, Yaitu firmanNya, Makan dan minumanlah, dan jangan berlebihan. Rasul kami telah menghimpun ilmu kedokteran dalam satu kalimat yang singkat. Karena itu, umat Islam harus bersikap seimbang dalam urusan makan, minum, berpakaian, dan halhal yang berhubungan dengan pembelanjaan. Dan orangorang yang apabila membelanjakan harta, mereka tidak berlebihan dan tidak pula kikir, dan adalah pembelanjaan itu di tengahtengah antara yang demikian. Makna boros adalah mengeluarkan sesuatu yang lebih dari kebutuhan. |
13 Keutamaan Pendidikan Bagi Wanita dan Dalilnya | https://dalamislam.com/hukum-islam/wanita/keutamaan-pendidikan-bagi-wanita | Pendidikan adalah suatu kewajiban bagi setiap Muslim. Baik dalam Alquran maupun dalam hadits, adalah wajib sebagaimana telah diperintahkan untuk setiap Muslim.Bukan hanya pada laki-laki, tapi juga wanita. Bahkan seorang Mohammad Hatta juga telah menyatakan betapa pentingnya pendidikan bagi seorang wanita, “Jika kamu mendidik satu laki-laki, maka kamu mendidik satu orang. Namun, jika kamu mendidik satu perempuan, maka kamu mendidik satu generasi.” (Moh. Hatta).Untuk itulah, diperintahkan agar wanita memiliki pendidikan yang baik agar ia bisa dan dalam . Bukan hanya itu, menuntut ilmu bagi wanita memiliki banyak keutamaan, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Perintah Allah {1} {2} {3} {4} {5}“Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan tuhanmu lah yang paling pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam.Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahui.” (Q.S. Al-a’alq ayat 1-5)2. Mendapat derajat tinggiRasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang kedatangan ajal, sedang ia masih menuntut ilmu, maka ia akan bertemu dengan Allah di mana tidak ada jarak antara dia dan antara para nabi kecuali satu derajat kenabian.” (HR. Thabrani)Allah berfirman, “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. : 11).3. Lebih dekat dengan Allah Rasulullah saw bersabda, “Tuntutlah ilmu, sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah Azza wajalla.” (HR. Ar Rabii’)4. Sebagai perlindungan diri Allah berfirman, “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya“. (Q.S. At-Taubah: 122)5. Berada dalam lindungan AllahDari Ali ra. ia berkata bahwa Rasulullah SAW. bersabda: “Didiklah anak-anak kalian dengan tiga macam perkara yaitu mencintai Nabi kalian dan keluarganya serta membaca Al-Qur’an, karena sesungguhnya orang yang menjunjung tinggi Al-Qur’an akan berada di bawah lindungan Allah, diwaktu tidak ada lindungan selain lindungan-Nya bersama para Nabi dan kekasihnya”. (HR. Ad-Dailami)6. Mendapat pahalaRasulullah SAW. bersabda, “Belajarlah kalian semua atas ilmu yang kalian inginkan, maka demi Allah tidak akan diberikan pahala kalian sebab mengumpulkan ilmu sehingga kamu mengamalkannya“. (HR. Abu Hasan)7. Menjadi pendidik bagi anak-anaknya “Dan hendaklah orang-orang takut kepada Allah, bila seandainya mereka meninggalkan anak-anaknya, yang dalam keadaan lemah, yang mereka khawatirkan terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan mengucapkan perkataan yang benar”. (An-Nisa’: 9)Dari ‘Aisyah radhiallahu’anha: “Janganlah kalian menyusukan bayi kalian kepada wanita bodoh, karena air susu akan mewariskan sifat sang ibu” (Bab Syarh Hadits Ar Radha’ah, 1/285)8. Mendapat kebaikanNabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan padanya, Allah akan faqihkan ia dalam agama.” (Muttafaq ‘alaihi).9. Dimudahkan jalan menuju surgaNabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu, maka akan Allah mudahkan jalannya menuju surga.” (HR. Muslim).10. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah ra. Bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang mengajak orang lain untuk mengikuti petunjuk, niscaya akan mendapatkan pahala yang sama dengan orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun.”Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Jika anak adam meninggal dunia, maka semua (pahala) amalnya terputus, kecuali (pahala) sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, anak yang saleh yang selalu memanjatkan doa untuknya.”11. Memberi manfaat pada orang lainAllah Ta’ala berfirman: “Maka, bertanyalah kepada ahli dzikr jika kalian tidak tahu.” (QS. An Nahl (16): 43)Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di Rahmatullah ‘Alaih berkata:“Secara umum, dalam ayat ini terdapat pujian terhadap ahlul ilmi (ilmuwan), dan jenis yang paling tinggi adalah pengetahuan terhadap Kitabullah (Al QuraMaka, Allah memerintahkan orang yang tidak tahu untuk mengembalikan kepada mereka dalam berbagai urusan, dan di dalamnya juga terdapat pujian dan mentazkiyah (membanggakan) ahli ilmu, yakni ketika Allah memerintahkan untuk menanyai mereka. Dan, dengan hal itu dapat mengeluarkan orang bodoh dari sifat ikut-ikutan, dan menunjukkan bahwa Allah mengamanahkankan mereka atas wahyuNya dan kitabNya. Mereka juga diperintahkan untuk mentazkiyah para ulama dengan sifat-sifat yang baik. Sebaik-baiknya Ahludz Dzikr adalah ahlinya Al Quran Al ‘Azhim, merekalah ahli dzikri sebenarnya, dan mereka lebih utama disbanding selainnya dengan penamaan ini. Oleh karena itu Allah Ta’ala berfirman: (Kami menurunkan kepadamu Adz Dzikr) yaitu Al Quran yang di dalamnya terdapat peringatakan (Dzikr) yang dibutuhkan hamba-hamba Allah, berupa perkara agama dan dunia mereka, baik yang nampak maupun tersembunyi.” (Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, Taisir Al Karim Ar Rahman, 1/441. Cet. 1, 1420H-2000M. Muasasah Ar Risalah)12. Didoakan oleh seluruh penduduk langit dan bumiRasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:“Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayapnya karena ridha terhadap penuntut ilmu, sesungguhnya orang yang berilmu akan dimintakan ampun oleh siapa saja yang di langit, di bumi, ikan-ikan yang di laut, sesungguhnya keutamaan orang berilmu di atas ahli ibadah seumpama keutamaan rembulan di malam purnama dibanding semua bintang. Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi, dan para nabi tidaklah mewariskan dinar dan dirham, mereka mewariskan ilmu, barang siapa yang mengambilnya maka ambillah dengan keuntungan yang banyak.” (HR. Abu Daud No. 36410)13. Jauh dari laknat AllahRasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya dunia itu terlaknat, dan terlaknatlah apa-apa yang ada di dalamnya, kecuali berdzikir kepada Allah dan apa-apa yang mendukungnya, orang berilmu, dan orang ang menuntut ilmu.” (HR. At Tirmidzi No. 2322, katanya: hasan gharib) | Pendidikan adalah suatu kewajiban bagi setiap Muslim. Baik dalam Alquran maupun dalam hadits, adalah wajib sebagaimana telah diperintahkan untuk setiap Muslim. Bukan hanya pada lakilaki, tapi juga wanita. Untuk itulah, diperintahkan agar wanita memiliki pendidikan yang baik agar ia bisa dan dalam . Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahui. Mendapat derajat tinggiRasulullah Saw bersabda, Barangsiapa yang kedatangan ajal, sedang ia masih menuntut ilmu, maka ia akan bertemu dengan Allah di mana tidak ada jarak antara dia dan antara para nabi kecuali satu derajat kenabian. ThabraniAllah berfirman, Allah akan meninggikan orangorang yang beriman di antaramu dan orangorang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Lebih dekat dengan Allah Rasulullah saw bersabda, Tuntutlah ilmu, sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah Azza wajalla. Sebagai perlindungan diri Allah berfirman, Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya ke medan perang. Mengapa tidak pergi dari tiaptiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. bersabda Didiklah anakanak kalian dengan tiga macam perkara yaitu mencintai Nabi kalian dan keluarganya serta membaca AlQuran, karena sesungguhnya orang yang menjunjung tinggi AlQuran akan berada di bawah lindungan Allah, diwaktu tidak ada lindungan selain lindunganNya bersama para Nabi dan kekasihnya. Menjadi pendidik bagi anakanaknya Dan hendaklah orangorang takut kepada Allah, bila seandainya mereka meninggalkan anakanaknya, yang dalam keadaan lemah, yang mereka khawatirkan terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan mengucapkan perkataan yang benar. AnNisa 9Dari Aisyah radhiallahuanha Janganlah kalian menyusukan bayi kalian kepada wanita bodoh, karena air susu akan mewariskan sifat sang ibu Bab Syarh Hadits Ar Radhaah, 12858. Mendapat kebaikanNabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan padanya, Allah akan faqihkan ia dalam agama. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah ra. bersabda Barangsiapa yang mengajak orang lain untuk mengikuti petunjuk, niscaya akan mendapatkan pahala yang sama dengan orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. bersabda Jika anak adam meninggal dunia, maka semua pahala amalnya terputus, kecuali pahala sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, anak yang saleh yang selalu memanjatkan doa untuknya.11. Memberi manfaat pada orang lainAllah Taala berfirman Maka, bertanyalah kepada ahli dzikr jika kalian tidak tahu. An Nahl 16 43Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sadi Rahmatullah Alaih berkataSecara umum, dalam ayat ini terdapat pujian terhadap ahlul ilmi ilmuwan, dan jenis yang paling tinggi adalah pengetahuan terhadap Kitabullah Al QuraMaka, Allah memerintahkan orang yang tidak tahu untuk mengembalikan kepada mereka dalam berbagai urusan, dan di dalamnya juga terdapat pujian dan mentazkiyah membanggakan ahli ilmu, yakni ketika Allah memerintahkan untuk menanyai mereka. Dan, dengan hal itu dapat mengeluarkan orang bodoh dari sifat ikutikutan, dan menunjukkan bahwa Allah mengamanahkankan mereka atas wahyuNya dan kitabNya. Mereka juga diperintahkan untuk mentazkiyah para ulama dengan sifatsifat yang baik. Oleh karena itu Allah Taala berfirman Kami menurunkan kepadamu Adz Dzikr yaitu Al Quran yang di dalamnya terdapat peringatakan Dzikr yang dibutuhkan hambahamba Allah, berupa perkara agama dan dunia mereka, baik yang nampak maupun tersembunyi. Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sadi, Taisir Al Karim Ar Rahman, 1441. Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi, dan para nabi tidaklah mewariskan dinar dan dirham, mereka mewariskan ilmu, barang siapa yang mengambilnya maka ambillah dengan keuntungan yang banyak. Jauh dari laknat AllahRasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda Sesungguhnya dunia itu terlaknat, dan terlaknatlah apaapa yang ada di dalamnya, kecuali berdzikir kepada Allah dan apaapa yang mendukungnya, orang berilmu, dan orang ang menuntut ilmu. |
Sunnah Puasa Daud Yang Tidak Dilakukan Rasulullah | https://bimbinganislam.com/sunnah-puasa-daud-yang-tidak-dilakukan-rasulullah/ | SUNNAH PUASA DAUD YANG TIDAK DILAKUKAN RASLULLAH SHALLALLHUALAYHI WA SALLAM Pertanyaan Ustadz, saya ingin bertanya mengenai puasa Daud. Yang saya ketahui dalam sebuah hadits, puasa Daud adalah sebaik-baik puasa dan paling disukai Allh. Apakah Raslullah Shallallhualayhi wa sallam juga melaksanakannya? Apakah ini sunnah untuk umat Raslullah Shallallhualayhi wa sallam atau khusus kasus sahabat Abdullah bin Amr seperti dalam hadits? (Adhani, SAHABAT BiAS T07 G-45) Jawaban Waalaikumussalam warahmatullah wabarakatuh Bismillah Alhamdulillh Washshaltu wassalmu al raslillh, wa al lihi wa ash hbihi ajmain Puasa Daud ini adalah sunnah yang berlaku untuk seluruh umat Islam, dan Nabi tidak melakukannya. Itu beliau lakukan karena besarnya kasih sayang beliau kepada umat beliau, beliau khawatir akan memberatkan umat Islam yang hendak meneladani beliau secara penuh. Sehingga beliau menganjurkan namun tidak melaksanakannya dikarenakan sebab ini. Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah menyatakan : ( : ) : ( ) Beliau banyak meninggalkan amal, padahal beliau ingin mengamalkannya; hal itu karena dihawatirkan justru akan menyulitkan mereka, pada saat beliau telah memasuki Baitullah.. beliau keluar dengan bersedih, seraya Aisyah berkata dalam masalah tersebut, maka beliau menjawab: ( ) Sungguh saya khawatir bahwa saya justru akan menyulitkan ummatku. (Zadul Maad Fi Hadyi Khairil Ibad : 2/96). Pernyataan serupa juga dinyatakan oleh Imam Ibnu Hajar Al-Haitami beliau berkata : , , Puasanya beliau dalam satu tahun dan satu bulan banyak macamnya, beliau tidak pernah berpuasa satu tahun penuh, tidak juga qiyamul lail semalam suntuk, meskipun beliau mampu melakukannya, agar tidak diikuti oleh ummatnya dan akan memberatkan mereka. Akan tetapi beliau menempuh jalan pertengahan, beliau berpuasa seakan beliau tidak pernah berbuka, dan berbuka sehingga beliau dikira tidak pernah berpuasa, beliau melaksanakan qiyamul lail sehingga dikira tidak pernah tidur, dan beliau tidur sehingga dikira tidak pernah qiyamul lail. (Al-Fatawa Al-Fiqhiyyah : 2/53). Dan masih ada beberapa sebab lain sebagaimana dijelaskan oleh para ulama kita. Wallahu Alam Wabillahit Taufiq Dijawab dengan ringkas oleh : Ustadz Abul Aswad Al Bayati Tanya Jawab Grup WA Bimbingan Islam T07 Senin, 15 Rabiul Awwal 1439 H / 04 Desember 2017 M | SUNNAH PUASA DAUD YANG TIDAK DILAKUKAN RASLULLAH SHALLALLHUALAYHI WA SALLAM Pertanyaan Ustadz, saya ingin bertanya mengenai puasa Daud. Yang saya ketahui dalam sebuah hadits, puasa Daud adalah sebaikbaik puasa dan paling disukai Allh. Apakah Raslullah Shallallhualayhi wa sallam juga melaksanakannya Apakah ini sunnah untuk umat Raslullah Shallallhualayhi wa sallam atau khusus kasus sahabat Abdullah bin Amr seperti dalam hadits Adhani, SAHABAT BiAS T07 G45 Jawaban Waalaikumussalam warahmatullah wabarakatuh Bismillah Alhamdulillh Washshaltu wassalmu al raslillh, wa al lihi wa ash hbihi ajmain Puasa Daud ini adalah sunnah yang berlaku untuk seluruh umat Islam, dan Nabi tidak melakukannya. Itu beliau lakukan karena besarnya kasih sayang beliau kepada umat beliau, beliau khawatir akan memberatkan umat Islam yang hendak meneladani beliau secara penuh. Sehingga beliau menganjurkan namun tidak melaksanakannya dikarenakan sebab ini. Imam Ibnu Qayyim AlJauziyyah menyatakan Beliau banyak meninggalkan amal, padahal beliau ingin mengamalkannya hal itu karena dihawatirkan justru akan menyulitkan mereka, pada saat beliau telah memasuki Baitullah beliau keluar dengan bersedih, seraya Aisyah berkata dalam masalah tersebut, maka beliau menjawab Sungguh saya khawatir bahwa saya justru akan menyulitkan ummatku. Zadul Maad Fi Hadyi Khairil Ibad 296. Pernyataan serupa juga dinyatakan oleh Imam Ibnu Hajar AlHaitami beliau berkata , , Puasanya beliau dalam satu tahun dan satu bulan banyak macamnya, beliau tidak pernah berpuasa satu tahun penuh, tidak juga qiyamul lail semalam suntuk, meskipun beliau mampu melakukannya, agar tidak diikuti oleh ummatnya dan akan memberatkan mereka. Akan tetapi beliau menempuh jalan pertengahan, beliau berpuasa seakan beliau tidak pernah berbuka, dan berbuka sehingga beliau dikira tidak pernah berpuasa, beliau melaksanakan qiyamul lail sehingga dikira tidak pernah tidur, dan beliau tidur sehingga dikira tidak pernah qiyamul lail. AlFatawa AlFiqhiyyah 253. Dan masih ada beberapa sebab lain sebagaimana dijelaskan oleh para ulama kita. Wallahu Alam Wabillahit Taufiq Dijawab dengan ringkas oleh Ustadz Abul Aswad Al Bayati Tanya Jawab Grup WA Bimbingan Islam T07 Senin, 15 Rabiul Awwal 1439 H 04 Desember 2017 M |
Ingat! Gerhana Bukan Semata Fenomena Alam | https://www.eramuslim.com/hikmah/tafakur/ingat-gerhana-bukan-semata-fenomena-alam/ | Eramuslim – TERLEPAS dari semua rencana manusia terkait gerhana, sebelumnya kita perlu memperhatikan, sebenarnya suasana yang bagaimana yang perlu kita kondisikan ketika terjadi gerhana? Allah menjelaskan dalam al-Quran, “Tidaklah kami mengirim ayat-ayat itu selain untuk menakut-nakuti (hamba).” (al-Isra: 59) Yang dimaksud “ayat-ayat itu” adalah semua tanda yang menunjukkan kekuasaan Allah, baik yang ada di lingkungan sekitarnya, termasuk mukjizat yang Allah berikan kepada para nabi. Tujuan Allah menciptakan semua fenomena alam, untuk menunjukkan ke-Maha Kuasan Allah kepada hamba-Nya. Sehingga semakin menambah rasa takut mereka kepada-Nya. Termasuk peristiwa gerhana. Matahari yang demikian terang, dengan kuasa Allah bisa tertutup, sehingga suasana menjadi gelap, hanya tinggal bayangan cahaya putih yang mengitarinya. Bagi orang kafir, mereka melihat kejadian ini tanpa pernah terbayang tentang siapa penciptanya. Mereka hanya memikirkan, ini fenomena alam nan indah, yang layak diabadikan dengan kameranya. Berbeda dengan seorang muslim, kejadian semacam ini bukan hanya sebatas fenomena alam. Namun itu adalah peringatan agar dia semakin takut kepada Sang Kuasa. Karena mereka mengimani bahwa ini semua ada penciptanya. Sikap semacam inilah yang terjadi pada diri Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ketika beliau melihat fenomena alam. Tidak hanya peristiwa gerhana, sampaipun hanya mendung gelap, terlihat roman ketakutan di wajah Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Aisyah menceritakan, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam apabila melihat mendung di ufuk langit, maka beliau meninggalkan aktivitasnya, meskipun dalam keadaan shalat, kemudian menghadap kepadanya. Apabila Allah menyingkapnya, maka beliau memuji-Nya dan apabila turun hujan, beliau berdoa, Ya Allah jadikanlah hujan ini adalah hujan yang bermanfaat.” (HR. Bukhari Adabul mufrad) Mengapa Nabi shallallahu alaihi wa sallam ketakutan? Karena beliau khawatir, jangan-jangan, mendung gelap itu adalah mukadimah adzab, seperti yang terjadi pada kaum Ad. Aisyah radhiyallahu anha menceritakan, Apabila Rasulullah melihat mendung gelap atau angin ribut, kelihatan perasaan takut di wajah beliau. Saya bertanya, “Ya Rasulullah, banyak orang ketika melihat mendung, mereka senang, berharap sebentar lagi turun hujan. Sementara anda, ketika melihat mendung, nampak di wajah anda suasana tidak nyaman.” Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Wahai Aisyah, saya khawatir, mendung ini membawa adzab, yang dulu ada orang diadzab dengan angin kencang. Kaum itu ketika melihat mendung berisi adzab, mereka mengatakan, “Awan ini akan menurunkan hujan untuk kami.” (HR. Bukhari 4829) Seperti ini pula yang diingatkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ketika terjadi gerhana. Beliau sampaikan kepada para sahabat, bahwa itu bagian dari tanda kekuasaan Allah. Agar kita semakin mengagungkan Allah dan semakin takut kepada-Nya. Inilah yang menjadi alasan mengapa kita dianjurkan melakukan shalat gerhana, dan banyak berdzikir kepada-Nya. Dari al-Mughiroh bin Syubah, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Kedua gerhana tersebut tidak terjadi karena kematian atau lahirnya seseorang. Jika kalian melihat keduanya, berdoalah pada Allah, lalu shalatlah hingga gerhana tersebut hilang (berakhir).” (HR. Bukhari 1043 dan Muslim 2147) Hadirkan perasaan takut kepada Allah ketika terjadi gerhana. Bukan sebatas semangat untuk mengabadikannya dalam kamera. Karena gerhana bukan semata fenomena alam. Namun tanda kekuasaan Sang Pencipta agar kita semaki takut kepada-Nya. Allahu alam. (inilah) Oleh Ustadz Ammi Nur Baits | Eramuslim TERLEPAS dari semua rencana manusia terkait gerhana, sebelumnya kita perlu memperhatikan, sebenarnya suasana yang bagaimana yang perlu kita kondisikan ketika terjadi gerhana Allah menjelaskan dalam alQuran, Tidaklah kami mengirim ayatayat itu selain untuk menakutnakuti hamba. alIsra 59 Yang dimaksud ayatayat itu adalah semua tanda yang menunjukkan kekuasaan Allah, baik yang ada di lingkungan sekitarnya, termasuk mukjizat yang Allah berikan kepada para nabi. Tujuan Allah menciptakan semua fenomena alam, untuk menunjukkan keMaha Kuasan Allah kepada hambaNya. Sehingga semakin menambah rasa takut mereka kepadaNya. Matahari yang demikian terang, dengan kuasa Allah bisa tertutup, sehingga suasana menjadi gelap, hanya tinggal bayangan cahaya putih yang mengitarinya. Bagi orang kafir, mereka melihat kejadian ini tanpa pernah terbayang tentang siapa penciptanya. Mereka hanya memikirkan, ini fenomena alam nan indah, yang layak diabadikan dengan kameranya. Berbeda dengan seorang muslim, kejadian semacam ini bukan hanya sebatas fenomena alam. Karena mereka mengimani bahwa ini semua ada penciptanya. Sikap semacam inilah yang terjadi pada diri Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ketika beliau melihat fenomena alam. Tidak hanya peristiwa gerhana, sampaipun hanya mendung gelap, terlihat roman ketakutan di wajah Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Aisyah menceritakan, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam apabila melihat mendung di ufuk langit, maka beliau meninggalkan aktivitasnya, meskipun dalam keadaan shalat, kemudian menghadap kepadanya. Apabila Allah menyingkapnya, maka beliau memujiNya dan apabila turun hujan, beliau berdoa, Ya Allah jadikanlah hujan ini adalah hujan yang bermanfaat. Saya bertanya, Ya Rasulullah, banyak orang ketika melihat mendung, mereka senang, berharap sebentar lagi turun hujan. Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab, Wahai Aisyah, saya khawatir, mendung ini membawa adzab, yang dulu ada orang diadzab dengan angin kencang. Beliau sampaikan kepada para sahabat, bahwa itu bagian dari tanda kekuasaan Allah. Agar kita semakin mengagungkan Allah dan semakin takut kepadaNya. Inilah yang menjadi alasan mengapa kita dianjurkan melakukan shalat gerhana, dan banyak berdzikir kepadaNya. Dari alMughiroh bin Syubah, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, Matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tandatanda kekuasaan Allah. Kedua gerhana tersebut tidak terjadi karena kematian atau lahirnya seseorang. Jika kalian melihat keduanya, berdoalah pada Allah, lalu shalatlah hingga gerhana tersebut hilang berakhir. Bukan sebatas semangat untuk mengabadikannya dalam kamera. |
Tradisi Padusan Menjelang Ramadhan | https://konsultasisyariah.com/12621-tradisi-padusan-menjelang-ramadhan.html | Pertanyaan: Assalamu’alaikum Ustad saya mau tanya, apakah wajib mandi janabat/besar sebelum puasa Ramadhan? Jawaban: Wa’alaikumussalam Dari Ummu Salamah dan A’isyah radhiallahu ‘anhuma, beliau menceritakan: Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk waktu subuh dalam kondisi junub karena istrinya (hubungan badan), beliau-pun mandi sebelum shalat subuh, kemudian beliau puasa di hari itu. (HR. Ahmad, Ad-Darimi dan sanadnya dinyatakan shahih oleh Husain Salim Asad Ad-Darani) Berdasarkan hadis ini, suci dari hadas BUKAN termasuk syarat sah puasa. Tapi suci dari hadas adalah syarat sah shalat. Karena itu, sebelum puasa tidak harus mandi besar terlebih dahulu. Aturan Mandi Besar Kemudian, kita punya ah bahwa mandi besar yang bernilai ibadah harus dilakukan karena sebab yang ditetapkan syariah. Misalnya, mandi junub, atau mandi hari jumat, atau mandi ketika hari raya. Junub (hadas besar), hari jumat, dan hari raya adalah sebab disyariatkannya mandi besar. Oleh karena itu, barang siapa yang mandi besar dalam rangka ibadah, sementara tidak ada sebab yang ditetapkan syariat maka praktik semacam ini termasuk membuat aturan syariah yang tidak Allah tetapkan. Dan tentu saja, itu hukumnya terlarang. Jika ada sebagian orang yang beranggapan: Itu bukan mandi ibadah, itu hanya semata adat. Komentar: Jika memang itu murni adat maka selayaknya jangan dikait-kaitkan dengan syariat. Karena adat tidak boleh dicampur-adukkan dengan syariat. mereka yang melestarikan mandi menjelang Ramadhan ini, dia merasa tidak tenang jika masuk Ramadhan, sementara dia belum mandi. Perasaan tidak tenang ini muncul, karena dia menganggap bahwa mandi itu memiliki nilai khusus, kaitannya dengan ibadah Ramadhan. Jika hanya sebatas adat, tentu tidak akan muncul perasaan semacam ini ketika orang itu tidak sempat mandi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang membuat ajaran baru dalam agama kami ini yang bukan darinya, maka dia adalah tertolak.” (HR. Bukhari) Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasi Syariah) | Pertanyaan Assalamualaikum Ustad saya mau tanya, apakah wajib mandi janabatbesar sebelum puasa Ramadhan Jawaban Waalaikumussalam Dari Ummu Salamah dan Aisyah radhiallahu anhuma, beliau menceritakan Bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam masuk waktu subuh dalam kondisi junub karena istrinya hubungan badan, beliaupun mandi sebelum shalat subuh, kemudian beliau puasa di hari itu. HR. Ahmad, AdDarimi dan sanadnya dinyatakan shahih oleh Husain Salim Asad AdDarani Berdasarkan hadis ini, suci dari hadas BUKAN termasuk syarat sah puasa. Tapi suci dari hadas adalah syarat sah shalat. Karena itu, sebelum puasa tidak harus mandi besar terlebih dahulu. Aturan Mandi Besar Kemudian, kita punya ah bahwa mandi besar yang bernilai ibadah harus dilakukan karena sebab yang ditetapkan syariah. Misalnya, mandi junub, atau mandi hari jumat, atau mandi ketika hari raya. Junub hadas besar, hari jumat, dan hari raya adalah sebab disyariatkannya mandi besar. Oleh karena itu, barang siapa yang mandi besar dalam rangka ibadah, sementara tidak ada sebab yang ditetapkan syariat maka praktik semacam ini termasuk membuat aturan syariah yang tidak Allah tetapkan. Dan tentu saja, itu hukumnya terlarang. Jika ada sebagian orang yang beranggapan Itu bukan mandi ibadah, itu hanya semata adat. Komentar Jika memang itu murni adat maka selayaknya jangan dikaitkaitkan dengan syariat. Karena adat tidak boleh dicampuradukkan dengan syariat. mereka yang melestarikan mandi menjelang Ramadhan ini, dia merasa tidak tenang jika masuk Ramadhan, sementara dia belum mandi. Perasaan tidak tenang ini muncul, karena dia menganggap bahwa mandi itu memiliki nilai khusus, kaitannya dengan ibadah Ramadhan. Jika hanya sebatas adat, tentu tidak akan muncul perasaan semacam ini ketika orang itu tidak sempat mandi. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Barangsiapa yang membuat ajaran baru dalam agama kami ini yang bukan darinya, maka dia adalah tertolak. HR. Bukhari Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits Dewan Pembina Konsultasi Syariah |
Wanita Itikaf di Mushola Rumah | https://konsultasisyariah.com/25175-wanita-itikaf-di-mushola-rumah.html | Bolehkah wanita itikaf d mushola rumah? Bukankah utk wanita shalat lebih baik dkerjakan d rumah? Apakah berarti itikaf jg bs dikerjakan d mushola rumah? Trim’s Jawab: Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du, Perbedaan yang menjadi pertimbangan antara lelaki dan wanita adalah status wanita yang tidak wajib shalat berjamaah 5 waktu. Berangkat dari sini, para ulama mengatakan bahwa wanita tidak harus itikaf di jami’ atau jamaah. Hanya saja mereka berbeda pendapat, apakah wanita boleh itikaf di mushola rumahnya atau bagaimana? Sebelumnya, kita perlu samakan pemahaman tentang pengertian jami’, jamaah, dan mushola. Agar tidak mengulang pembahasan, anda bisa pelajari artikel sebelumnya di: I’tikaf di Mushola Kantor Apakah wanita boleh itikaf di mushola rumahnya, di sana ada 2 pendapat, Pertama, wanita boleh itikaf di mushola apapun di luar rumahnya – sekalipun tidak ada jamaah shalat 5 waktu –, namun tidak boleh itikaf di mushola rumahnya. Ini merupakan pendapat mayoritas ulama dari madzhab malikiyah, hambali (al-Mughni, 4/464), dan pendapat yang shahih dalam madzhab syafiiyah. Dalam Mawahib al-Jalil – kitab fikih Maliki – dikutip keterangan Ibnu Rusyd, Ibnu Rusyd mengatakan, ’Itikaf di mushola rumah, tidak sah menurut Imam Malik. Baik bagi lelaki, maupun wanita. Berbeda dengan pendapat Abu Hanifah yang membolehkan wanita itikaf di mushola rumahnya.’ (Mawahib al-Jalil, 6/448). Sementara Imam as-Syafii memiliki dua pendapat dalam hal ini. Antara membolehkan dan melarang. Dan pendapat beliau yang terbaru (qoul ), itikaf di mushola rumah tidak boleh. Kita simak keterangan dalam kitab al-Muhadzab dan penjelasan an-Nawawi, Tidak sah itikaf lelaki maupun wanita kecuali di . Tidak sah itikaf di mushola rumah bagi wanita maupun lelaki. Mushola rumah adalah tempat yang disediakan khusus untuk shalat (di rumah). Selanjutnya an-Nawawi menegaskan, () Inilah pendapat resmi madzhab Syafiiyah, sebagaimana yang ditegaskan penulis al-Muhadzab dan mayoritas ulama syafiiyah dari iraq. Menurut ulama khurasan dan sebagian ulama iraq, ada 2 pendapat Syafii. Yang lebih kuat, adalah melarang, dan ini pendapat terakhir. (al-Majmu’, 6/480) Kedua, wanita boleh itikaf di mushola rumah Ini merupakan pendapat lama dari Imam as-Syafii, dan pendapat resmi hanafiyah. Bahkan mayoritas hanafiyah menilai makruh ketika wanita itikaf di luar rumah. Dalam kitab al-Mabsuth – kitab madzhab hanafi – dinyatakan, : Abu Hanifah mengatakan, ”Wanita tidak boleh itikaf kecuali di mushola rumahnya.” Penulis al-Mabsuth – as-Sarkhasi – memberi alasan, Kami beralasan bahwa tempat pelaksanaan itikaf bagi wanita adalah tempat paling afdhal bagi mereka untuk shalat. Sementara shalat wanita di mushola rumahnya lebih afdhal. (al-Mabsuth, 4/175). Tarjih Pendapat yang lebih kuat dalam hal ini adalah pendapat pertama, bahwa wanita boleh itikaf di mushola manapun, tapi tidak boleh di mushola rumahnya. Ada bebrapa alasan yang mendukung hal ini, Pertama, Allah tetapkan tempat itikaf adalah di . Dan ulama sepakat, itikaf hanya boleh di . Allah berfirman, “Janganlah kalian menggauli istri kalian ketika kalian sedang itikaf di .” (QS. al-Baqarah: 187). Ibnul Qatthan mengatakan, “Ulama sepakat bahwa itikaf hanya bisa dilakukan di .” (al-Iqna fi Masail Ijma’, Ibnul Qatthan, 1/242) Sementara mushola rumah bukan termasuk . Dengan alasan, Mushola ini milik pribadi tuan rumah. Sementara milik umat. Pemilik rumah boleh saja melakukan aktivitas jual beli, tidur dalam keadaan junub di mushola rumahnya. Yang ini tidak boleh dilakukan di . Boleh saja mushola rumah dibongkar dan difungsikan yang lain. Dalam Ensiklopedi Fiqh dinyatakan, rumah (tempat shalat di rumah), bukan yang hakiki, tidak pula dihukumi . Sehingga boleh diubah menjadi ruang lainnya atau boleh juga orang junub tidur di dalamnya. (al-Mausu’ah al-Fiqhiyah, 5/212) Kedua, alasan terbesar hanafiyah adalah qiyas (analogi) antara itikaf dengan shalat. Dan qiyas (analogi) yang dilakukan Hanafiyah ini jelas analogi yang tidak benar. Karena jelas beda antara shalat dengan itikaf. Ini qiyas ma’al fariq (analogi dua hal yang beda). Shalat memiliki aturan sendiri, sementara itikaf memiliki aturan sendiri. Shalat sunah bagi lelaki lebih afdhal dikerjakan di rumah. Meskipun demikian, ulaam sepakat, lelaki tidak boleh melakukan itikaf yang sunah di rumah. Ketiga, para istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta izin kepada beliau untuk itikaf di . Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menganjurkan agar wanita shalat wajib 5 waktu di rumah. Karena itu lebih utama bagi mereka. Ketika para istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ingin itikaf di , beliau tidak menyarankan mereka untuk itikaf di rumah. Padahal waktu itikaf lebih lama. Aisyah radhiyallahu ‘anha menceritakan, Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ingin melakukan itikaf di 10 hari terakhir ramadhan. Lalu Aisyah minta izin kepada beliau untuk itikaf, dan beliau mengizinkannya. Kemudian Hafshah meminta agar Aisyah memohonkan izin untuknya agar bisa ikut itikaf. Aisyahpun melakukannya. Ketika Zainab melihat hal ini, beliaupun meminta dibuatkan kemah itikaf. (HR. Bukhari 2045 & Muslim Muslim 1173). Demikian, Allahu a’lam Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina ) Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk . Download Sekarang !! didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia. Dukung dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. SPONSOR hubungi: 081 326 333 328 DONASI hubungi: 087 882 888 727 Donasi dapat disalurkan ke rekening: 4564807232 (BCA) / 7051601496 (Syariah Mandiri) / 1370006372474 (Mandiri). a.n. Hendri Syahrial | Bolehkah wanita itikaf d mushola rumah Bukankah utk wanita shalat lebih baik dkerjakan d rumah Apakah berarti itikaf jg bs dikerjakan d mushola rumah Trims Jawab Bismillah was shalatu was salamu ala Rasulillah, amma badu, Perbedaan yang menjadi pertimbangan antara lelaki dan wanita adalah status wanita yang tidak wajib shalat berjamaah 5 waktu. Kita simak keterangan dalam kitab alMuhadzab dan penjelasan anNawawi, Tidak sah itikaf lelaki maupun wanita kecuali di . Tidak sah itikaf di mushola rumah bagi wanita maupun lelaki. Mushola rumah adalah tempat yang disediakan khusus untuk shalat di rumah. Menurut ulama khurasan dan sebagian ulama iraq, ada 2 pendapat Syafii. Yang lebih kuat, adalah melarang, dan ini pendapat terakhir. Dalam kitab alMabsuth kitab madzhab hanafi dinyatakan, Abu Hanifah mengatakan, Wanita tidak boleh itikaf kecuali di mushola rumahnya. Penulis alMabsuth asSarkhasi memberi alasan, Kami beralasan bahwa tempat pelaksanaan itikaf bagi wanita adalah tempat paling afdhal bagi mereka untuk shalat. Sementara shalat wanita di mushola rumahnya lebih afdhal. Ibnul Qatthan mengatakan, Ulama sepakat bahwa itikaf hanya bisa dilakukan di . Dengan alasan, Mushola ini milik pribadi tuan rumah. Pemilik rumah boleh saja melakukan aktivitas jual beli, tidur dalam keadaan junub di mushola rumahnya. Boleh saja mushola rumah dibongkar dan difungsikan yang lain. Sehingga boleh diubah menjadi ruang lainnya atau boleh juga orang junub tidur di dalamnya. alMausuah alFiqhiyah, 5212 Kedua, alasan terbesar hanafiyah adalah qiyas analogi antara itikaf dengan shalat. Karena jelas beda antara shalat dengan itikaf. Ini qiyas maal fariq analogi dua hal yang beda. Shalat sunah bagi lelaki lebih afdhal dikerjakan di rumah. Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah menganjurkan agar wanita shalat wajib 5 waktu di rumah. Ketika para istri Nabi shallallahu alaihi wa sallam ingin itikaf di , beliau tidak menyarankan mereka untuk itikaf di rumah. Aisyah radhiyallahu anha menceritakan, Bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ingin melakukan itikaf di 10 hari terakhir ramadhan. Lalu Aisyah minta izin kepada beliau untuk itikaf, dan beliau mengizinkannya. Demikian, Allahu alam Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits Dewan Pembina Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk . Download Sekarang didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia. Dukung dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. SPONSOR hubungi 081 326 333 328 DONASI hubungi 087 882 888 727 Donasi dapat disalurkan ke rekening 4564807232 BCA 7051601496 Syariah Mandiri 1370006372474 Mandiri. |
Orang Tua Melarang Anaknya Berhijab – Bukti Kejahatan Liberal | https://konsultasisyariah.com/26393-orang-tua-melarang-anaknya-berhijab-bukti-kejahatan-liberal.html | Assalamu’alaikum wrwb., Saya memiliki orangtua yang pemahaman agamanya kurang, Ibu saya penganut Islam yg liberal/Para******/etc. & Ayah saya Islam namun pemahaman agamanya memang kurang kuat bahkan hanya shalat Jumat saja. Ibu saya memiliki paham bahwa seorang Muslimin yg sudah baligh tidak wajib untuk berhijab, bahkan beliau memiliki pemahaman bahwa jaman sekarang perempuan tidak perlu memakai hijab. Namun, saya dan adik perempuan saya yg juga sudah baligh sangatlah ingin menjalankan perintah Allah swt terkait hijab. Kami sudah berusaha menjelaskan apa yang ada dalam perintah Al-Quran, kebaikan-kebaikan ketika seorang perempuan sudah memakai hijab, dan juga alasan mengapa kita ingin berhijrah. Namun beliau masih belum dapat menerima dan melarang kami. Ibu kami juga termasuk orang yang lumayan egois, dari kecil hingga sekarang hampir semua orang yag hidup di sekitarnya beranggapan hal yang sama yaitu “Kalau menurut dia sudah A, ya hanya A yang benar sampai kapanpun bagaimanapun”. Ditambah lagi, saya sudah diajak menikah oleh calon saya. Namun Ibu saya juga memiliki pemahaman bahwa nikah itu nanti-nanti saja. Padahal nikah itu kan ibadah. Saya akui, ilmu agama saya juga belum maksimal, masih harus diperbaiki. Namun apa yang harus saya lakukan untuk dapat berhijab dan menjalani ibadah menikah secepatnya ini? Dari Uni Jawaban: Wa ‘alaikumus salam Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du, Orang liberal mengaku mereka paling toleran. Karena kebenaran bagi mereka sifatnya relatif. Sehingga orang tidak boleh memaksakan pendapatnya untuk diterapkan orang lain. Tapi beda antara klaim dan realita. Banyak kasus, orang liberal justru lebih radikal dalam memaksakan pendapatnya. Sekalipun kepada orang lain yang tidak sependapat dengannya. Di masa Mustafa Kamal Attaturk, turki yang dulu menjadi negara yang bernuansa islam, disulap menjadi negara sekuler. Kerajaan Utsmani yang berumur enam abad itu (1299-1923 M) jatuh tersungkur dan berganti menjadi sebuah negara sekuler yang menentang ajaran Islam. Padahal sebelumnya Turki menjadi benteng umat Islam yang sangat diandalkan. Ketika Mustafa berkuasa, kebijakan sekuler tidak hanya berhenti pada tataran pemerintahan. Mustafa juga menerapkan kebijakan pada semua aktivitas masyarakat, seperti Pemakaian surban dan kopiah dilarang negara dan diganti dengan topi gaya barat (hat). Penggunaan jilbab dianggap sebagai sesuatu yang memalukan dan dilarang dikenakan di ruang publik. Kalender Hijriah diganti dengan kalender Masehi. Pada tahun 1932, Turki melarang adzan dengan bahasa Arab dan diganti dengan bahasa Turki. akan dirobohkan jika masih mengumandangkan adzan dengan bahasa Arab. Hari jumat bukan lagi termasuk bagian dari akhir pekan, diganti dengan hari sabtu dan minggu mengikuti tradisi Eropa. Mustafa Kemal juga tak segan-segan menghukum rakyatnya sendiri secara kejam, jika tidak mematuhi peraturan yang dibuatnya, seperti menggantung kaum lelaki di lapangan pemerintah. Ini bukti bahwa liberal ketika berkuasa, dia bisa sangat kejam ketika berkuasa. Anda tidak akan pernah menjumpai ada orang yang buka jilbab dihukum gantung di Saudi atau di negara islam lainnya. Ketika ortu memerintahkan untuk melakukan maksiat, maka sang anak tidak dibolehkan untuk mentaatinya. Meskipun dia tetap wajib untuk bersikap baik kepadanya. Allah memberikan contoh dalam al-Quran, ketika ortu memaksa anaknya untuk berbuat syirik. Allah menceritakan pesan Luqman, “Jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (QS. Luqman: 15) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan ah, tidak boleh mentaati makhluk dalam bermaksiat kepada Khaliq (Sang Pencipta). Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Tidak boleh ada ketaatan kepada makhluk untuk melakukan maksiat kepada Allah Azza wa Jalla.. (HR. Ahmad 1107 dan sanadnya dishahihkan Syuaib al-Arnauth) Berdasarkan keterangan, anak boleh tidak taat kepada orang tuanya yang melarangnya untuk berjilbab. Karena berhijab bagi wanita ketika keluar rumah hukumnya wajib. Allah memerintahkan para muslimah untuk berhijab, “Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau…” (QS. an-Nur: 31). Yang menilai durhaka dan tidak, bukan hanya orang tua, tapi juga mengikuti syariat. Karena yang memerintahkan anak untuk berbakti kepada orang tua adalah Allah. Andai ada orang tua yang memerintahkan anak untuk bunuh diri, kemudian anak menolak, semua orang sepakat, ini bukan termasuk durhaka. Demikian pula, ketika orang tua memerintahkan anak untuk maksiat. Ketika anak tidak bersedia mengikutinya, ini tidak terhitung maksiat. Ketika Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu masuk islam, ibunya memaksanya untuk murtad. Sa’ad harus balik kafir, mengingkari agama Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun permintaan ini tidak pernah dihiraukan oleh Sa’ad. Sampai ibunya mengancam, Bukankah Allah telah memerintahkan mereka untuk berbakti kepada orang tuanya? Demi Allah, saya tidak akan makan, dan tidak akan minum, sampai saya mati atau kamu kafir kepada Muhammad. Namun Sa’ad tetap memilih islam. Dan menyampaikan kepada ibunya, andai ibu memiliki 1000 nyawa, Sa’ad tidak akan pindah agama. Hingga ibunya yang menyerah dan bersedia untuk makan. (HR. Ahmad 1614 dan dihasankan Syuaib al-Arnauth). Allahu a’lam. Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina ) Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk . Download Sekarang !! didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia. Dukung dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. SPONSOR hubungi: 081 326 333 328 DONASI hubungi: 087 882 888 727 REKENING DONASI : BNI SYARIAH 0381346658 / BANK SYARIAH MANDIRI 7086882242 a.n. YAYASAN YUFID NETWORK | Saya memiliki orangtua yang pemahaman agamanya kurang, Ibu saya penganut Islam yg liberalParaetc. Ayah saya Islam namun pemahaman agamanya memang kurang kuat bahkan hanya shalat Jumat saja. Ibu saya memiliki paham bahwa seorang Muslimin yg sudah baligh tidak wajib untuk berhijab, bahkan beliau memiliki pemahaman bahwa jaman sekarang perempuan tidak perlu memakai hijab. Namun beliau masih belum dapat menerima dan melarang kami. Ditambah lagi, saya sudah diajak menikah oleh calon saya. Saya akui, ilmu agama saya juga belum maksimal, masih harus diperbaiki. Sehingga orang tidak boleh memaksakan pendapatnya untuk diterapkan orang lain. Di masa Mustafa Kamal Attaturk, turki yang dulu menjadi negara yang bernuansa islam, disulap menjadi negara sekuler. Mustafa juga menerapkan kebijakan pada semua aktivitas masyarakat, seperti Pemakaian surban dan kopiah dilarang negara dan diganti dengan topi gaya barat hat. Penggunaan jilbab dianggap sebagai sesuatu yang memalukan dan dilarang dikenakan di ruang publik. Kalender Hijriah diganti dengan kalender Masehi. Pada tahun 1932, Turki melarang adzan dengan bahasa Arab dan diganti dengan bahasa Turki. Ini bukti bahwa liberal ketika berkuasa, dia bisa sangat kejam ketika berkuasa. Allah memberikan contoh dalam alQuran, ketika ortu memaksa anaknya untuk berbuat syirik. Allah menceritakan pesan Luqman, Jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik. Luqman 15 Nabi shallallahu alaihi wa sallam memberikan ah, tidak boleh mentaati makhluk dalam bermaksiat kepada Khaliq Sang Pencipta. Ahmad 1107 dan sanadnya dishahihkan Syuaib alArnauth Berdasarkan keterangan, anak boleh tidak taat kepada orang tuanya yang melarangnya untuk berjilbab. Allah memerintahkan para muslimah untuk berhijab, Katakanlah kepada wanita yang beriman Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau QS. Demikian pula, ketika orang tua memerintahkan anak untuk maksiat. Saad harus balik kafir, mengingkari agama Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Sampai ibunya mengancam, Bukankah Allah telah memerintahkan mereka untuk berbakti kepada orang tuanya Demi Allah, saya tidak akan makan, dan tidak akan minum, sampai saya mati atau kamu kafir kepada Muhammad. Ahmad 1614 dan dihasankan Syuaib alArnauth. Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits Dewan Pembina Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk . Download Sekarang didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia. SPONSOR hubungi 081 326 333 328 DONASI hubungi 087 882 888 727 REKENING DONASI BNI SYARIAH 0381346658 BANK SYARIAH MANDIRI 7086882242 a.n. |
Allah menyiksa orang yang berselisih setelah mendapatkan keterangan | https://www.laduni.id/alquran/tema/tema-ayat-quran-Allah-menyiksa-orang-yang-berselisih-setelah-mendapatkan-keterangan | QS.Surat Ali `Imran[3]:105 () 105. Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat, QS.Surat ah[5]:115 ࣖ () 115. Allah berfirman: Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah (turun hidangan itu), maka sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorangpun di antara umat manusia. QS.Surat Al-Mu’min[40]:22 () 22. Yang demiklan itu adalah karena telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata [1321] lalu mereka kafir; maka Allah mengazab mereka. Sesungguhnya Dia Maha Kuat lagi Maha Keras hukuman-Nya. [1321] Maksudnya: mujizat, hukum-hukum, dan ajaran-ajaran yang dibawanya. | QS.Surat Ali Imran3105 105. Dan janganlah kamu menyerupai orangorang yang berceraiberai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orangorang yang mendapat siksa yang berat, QS.Surat ah5115 115. Allah berfirman Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah turun hidangan itu, maka sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorangpun di antara umat manusia. QS.Surat AlMumin4022 22. Yang demiklan itu adalah karena telah datang kepada mereka rasulrasul mereka dengan membawa buktibukti yang nyata 1321 lalu mereka kafir maka Allah mengazab mereka. Sesungguhnya Dia Maha Kuat lagi Maha Keras hukumanNya. 1321 Maksudnya mujizat, hukumhukum, dan ajaranajaran yang dibawanya. |
Berikut Alasan Mengapa al-Quran Perlu Ditafsir Secara Ilmiah | https://islami.co/berikut-alasan-mengapa-al-quran-perlu-ditafsir-secara-ilmiah/ | Sebuah diktum mengatakan bahwa relevansi agama di masa depan akan sangat bergantung pada kapabilitas agama tersebut untuk beradaptasi dengan gerak zaman. Dalam bahasa lain, cara beragama yang konservatif akan semakin tereliminasi oleh peradaban yang rasional dan serba positivistik. Dalam Islam, kesadaran ini nampak mulai terlihat pada masa Dinasti Abbasiyah, khususnya pada masa pemerintahan al-Mamun (w. 853 M), akibat gelombang Hellenisme yang masuk melalui penerjemahan buku-buku ilmiah. Hellenisme adalah sebuah era peralihan yang menandai pertemuan antara pengaruh pemikiran dan budaya Yunani Kuno dengan, salah satunya, budaya Arab dan Islam. Paradigma Hellenisme menciptakan kecenderungan menafsirkan al-Quran dengan teori-teori pengetahuan modern. Corak penafsiran ini kemudian dikenal sebagai tafsir ilmi. Salah satu produk awal penafsiran ini adalah Tafsir Mafatihul Gaib karya Fakhruddin al-Razi di era pertengahan kemudian diteruskan oleh al-Jawahir fi Tafsir al-Quran al-Karim karya Tantawi Jawhari di era modern-kontemporer. Kedua karya tersebut merupakan karya tafsir representatif yang memuat secara panjang lebar penafsiran ilmiah terhadap ayat-ayat al-Quran. Selain keduanya, Jalaluddin al-Suyuti dan Muhammad Abduh juga merupakan sebagian mufasir yang mendukung corak tafsir ilmi. Al-Ghazali, yang tertuduh sebagai biang dari kemunduran sains dalam Islam, bahkan mendukung gagasan tafsir ini. Dalam Ihya Ulumuddin, al-Ghazali membela tafsir ilmi dari serangan ulama pengikut Ibn Abbas dan mufassir lainnya. Dalam karyanya yang lain, Jawahir al-Quran, al-Ghazali memberi beberapa contoh bahwa ada beberapa nash al-Quran yang tidak bisa dipahami hanya dengan riwayat, namun hanya dapat dipahami oleh orang yang memiliki ilmu pengetahuan. Ayat Dan bila aku sakit, Allah menyembuhkan aku dalam Q.S. al-Syuara ayat 80, misalnya, hanya dapat dipahami oleh mereka yang memiliki pengetahuan medis. Ayat-ayat yang menggambarkan tentang perederan matahari, bulan, dan bintang hanya dimengerti oleh ahli fisika dan astronomi. Menurut al-Ghazali, merenungkan ayat-ayat al-Quran akan membawa kita kepada samudera afal (perbutan-perbuatan Tuhan) yang tiada bertepi. Dan, hal itu tidak cukup hanya dengan membatasi penafsiran pada apa yang manqul. Di era kontemporer, tafsir ilmi semakin populer dan meluas berkat empat faktor utama: pertama, pengaruh kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan Barat (Eropa) terhadap dunia Arab dan kawasan Muslim. Terutama di paruh kedua abad sembilan belas, di mana sebagian besar dunia Islam berada di bawah kekuasaan Eropa. Superioritas teknologi dan ilmu pengetahuan merupakan alasan di balik kesuksesan hegemoni ilmu pengetahuan ini. Kedua, muncul kesadaran dari kalangan Muslim untuk membangun rumah baru bagi peradaban Islam pasca terjadinya dualisme budaya yang tercermin dari sikap dan pemikiran. Dualisme ini menciptakan sikap kontradiktif dan kontra produktif antara mengenang kejayaan masa lalu dan keinginan untuk memperbaiki diri. Peradaban Barat berhasil memikat wajah sebagian kalangan Muslim sehingga muncul budaya baru di kawasan Muslim yang berhati Islam, tetapi berbaju Barat. Kultur baru ini yang kemudian juga menjadi pondasi lahirnya tafsir-tafsir al-Quran bercorak ilmiah. Tafsir ilmi pada hakikatnya ingin merekonsiliasi budaya melalui pola hubungan harmonis antara al-Quran, sebagai kitab suci Islam, dan pengetahuan modern, sebagai simbol peradaban Barat. Para mufasir ilmi, di saat yang sama, ingin menunjukkan kepada umat Muslim bahwa Islam tidak mengenal pertentangan antara agama dan ilmu pengetahuan. Para penggagas tafsir ini bercermin pada abad kegelapan Eropa yang diakibatkan oleh benturan antara dogma gereja dan ilmu pengetahuan. Ketiga, transformasi cara pandang Muslim modern terhadap ayat-ayat al-Quran. Reaksi ini wajar karena beberapa generasi Muslim memang lahir dan hidup bersamaan dengan munculnya penemuan-penemuan ilmiah modern pada abad ke-20. Justifikasi para pemikir Muslim modern ini adalah bahwa al-Quran mampu berdialog dengan siapa pun dan kapan pun, ungkapannya padat, dan membuka ragam penafsiran. Misalnya, kata lamūsiūn pada QS. Az-Zariyat: 47, Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskan(nya). Dalam beberapa literatur tafsir klasik, lamūsiūn ditafsirkan sebagai meluaskan rezeki semua makhluk dengan perantara hujan. At-Tabarsi dalam Tafsir Majma al-Bayan menafsirkan dengan meluaskan jarak antara langit dan bumi. Ada pula yang menafsirkan berkemampuan menciptakan lebih dari itu. Semua interpretasi itu didasari oleh perspektif teologis dan transenden. Seiring ditemukannya penemuan ilmiah mutahir, tafsiran tentang ayat tersebut juga berkembang. Dari hasil penelitian di/tentang luar angkasa, para ahli astronomi menyimpulkan sebuah teori yang dapat dikatakan sebagai hakikat ilmiah bernama nebula. Berkaitan dengan ayat di atas, dalam Tafsir al-Muntakhab, dijelaskan bahwa nebula yang berada di luar galaksi Bimasakti terus menjauh dengan kecepatan yang berbeda-beda, bahkan benda-benda langit yang ada dalam satu galaksi pun saling menjauh satu dengan lainnya. Perluasan ini terus berlanjut sampai waktu yang ditentukan oleh Sang Maha Kuasa. Keempat, tumbuhnya kesadaran bahwa memahami al-Quran dengan pendekatan sains modern bisa menjadi sebuah alternatif ilmu pengetahuan baru. Sebelumnya, ajaran al-Quran diperkenalkan dengan pendekatan filsafat sehingga melahirkan ribuan karya ilmu kalam, dan sudah saatnya ayat-ayat al-Quran disajikan dengan pendekatan saintifik sebagai sebuah ilmu kalam baru. Lewat kalkulasinya, Tantawi Jawhari menemukan bahwa al-Quran memiliki kurang lebih 750-1000 ayat-ayat kauniyah, sementara ayat-ayat hukum hanya berjumlah sekitar 250 ayat. Lalu mengapa kita mewarisi ribuan buku fikih, sementara buku-buku ilmiah hanya segelintir saja, padahal Tuhan tidak pernah mengunggulkan satu jenis ayat dengan jenis ayat lainnya untuk dipelajari. Di Indonesia, tafsir corak ilmi diperkenalkan oleh Hasbi Ash-Shiddieqy pada 1960 lewat magnum opus-nya, Tafsir al-Quranul Madjied An-Nur. Meski tidak secara keseluruhan diinterpretasi dengan pendekatan saintifik, akan tetapi ketika diperhatikan lebih mendalam beberapa penafsirannya, khususnya ayat tentang kealaman, akan terlihat corak ilmi yang digunakannya. Masih di periode yang sama, Kiai Bisyri Mustafa menulis Tafsir al-Ibriz li Marifati Tafsir al-Quran al-Aziz di mana dalam beberapa penafsirannya, ia meminjam teori sains dalam memahami maksud al-Quran. Jika manusia bisa menggunakan ayat-ayat hukum, muamalat, akhlak, dan aqidah sebagai petunjuk untuk mengenal perintah Tuhan, maka manusia juga bisa menggunakan ayat-ayat ilmiah untuk merenungkan keagungan dan kekuasaan Tuhan di alam raya ini. | Sebuah diktum mengatakan bahwa relevansi agama di masa depan akan sangat bergantung pada kapabilitas agama tersebut untuk beradaptasi dengan gerak zaman. Dalam bahasa lain, cara beragama yang konservatif akan semakin tereliminasi oleh peradaban yang rasional dan serba positivistik. Hellenisme adalah sebuah era peralihan yang menandai pertemuan antara pengaruh pemikiran dan budaya Yunani Kuno dengan, salah satunya, budaya Arab dan Islam. Paradigma Hellenisme menciptakan kecenderungan menafsirkan alQuran dengan teoriteori pengetahuan modern. Dalam Ihya Ulumuddin, alGhazali membela tafsir ilmi dari serangan ulama pengikut Ibn Abbas dan mufassir lainnya. Ayat Dan bila aku sakit, Allah menyembuhkan aku dalam Q.S. alSyuara ayat 80, misalnya, hanya dapat dipahami oleh mereka yang memiliki pengetahuan medis. Ayatayat yang menggambarkan tentang perederan matahari, bulan, dan bintang hanya dimengerti oleh ahli fisika dan astronomi. Menurut alGhazali, merenungkan ayatayat alQuran akan membawa kita kepada samudera afal perbutanperbuatan Tuhan yang tiada bertepi. Dan, hal itu tidak cukup hanya dengan membatasi penafsiran pada apa yang manqul. Di era kontemporer, tafsir ilmi semakin populer dan meluas berkat empat faktor utama pertama, pengaruh kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan Barat Eropa terhadap dunia Arab dan kawasan Muslim. Terutama di paruh kedua abad sembilan belas, di mana sebagian besar dunia Islam berada di bawah kekuasaan Eropa. Dualisme ini menciptakan sikap kontradiktif dan kontra produktif antara mengenang kejayaan masa lalu dan keinginan untuk memperbaiki diri. Peradaban Barat berhasil memikat wajah sebagian kalangan Muslim sehingga muncul budaya baru di kawasan Muslim yang berhati Islam, tetapi berbaju Barat. Reaksi ini wajar karena beberapa generasi Muslim memang lahir dan hidup bersamaan dengan munculnya penemuanpenemuan ilmiah modern pada abad ke20. Justifikasi para pemikir Muslim modern ini adalah bahwa alQuran mampu berdialog dengan siapa pun dan kapan pun, ungkapannya padat, dan membuka ragam penafsiran. AzZariyat 47, Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan Kami dan sesungguhnya Kami benarbenar meluaskannya. Dalam beberapa literatur tafsir klasik, lamūsiūn ditafsirkan sebagai meluaskan rezeki semua makhluk dengan perantara hujan. AtTabarsi dalam Tafsir Majma alBayan menafsirkan dengan meluaskan jarak antara langit dan bumi. Ada pula yang menafsirkan berkemampuan menciptakan lebih dari itu. Seiring ditemukannya penemuan ilmiah mutahir, tafsiran tentang ayat tersebut juga berkembang. Perluasan ini terus berlanjut sampai waktu yang ditentukan oleh Sang Maha Kuasa. Lewat kalkulasinya, Tantawi Jawhari menemukan bahwa alQuran memiliki kurang lebih 7501000 ayatayat kauniyah, sementara ayatayat hukum hanya berjumlah sekitar 250 ayat. Di Indonesia, tafsir corak ilmi diperkenalkan oleh Hasbi AshShiddieqy pada 1960 lewat magnum opusnya, Tafsir alQuranul Madjied AnNur. Jika manusia bisa menggunakan ayatayat hukum, muamalat, akhlak, dan aqidah sebagai petunjuk untuk mengenal perintah Tuhan, maka manusia juga bisa menggunakan ayatayat ilmiah untuk merenungkan keagungan dan kekuasaan Tuhan di alam raya ini. |
Apakah Maulid Sama dengan Merayakan Ulang Tahun? | https://bincangsyariah.com/hukum-islam/apakah-maulid-sama-dengan-merayakan-ulang-tahun/ | Dalam sejarah, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW sudah ada semenjak masa para sahabat. Adapun Yang melaksanakan maulid Nabi bukan hanya dari kalangan umat muslim saja. Kemudian muncul pertanyaan, apakah maulid sama dengan merayakan ulang tahun? Bahkan, Abu Lahab yang notabene sosok yang begitu memusuhi Nabi, pun ikut merayakan kelahiran baginda Muhammad SAW. Hal ini dibuktikan saat kelahiran beliau, Abu Lahab langsung memerdekakan budaknya sebagai bentuk ekspresi kebahagiaan atas kelahiran keponakannya itu. Selain itu, dalam suatu Hadis, ketika Rasulullah Saw. ditanya mengenai alasan mengapa beliau puasa setiap hari Senin, beliau lantas menjawab lantaran hari Senin itu merupakan hari kelahiran beliau. Hal ini menjelaskan bahwa memperingati maulid Nabi sama dengan memperingati hari lahir nabi Muhammad SAW. Akan tetapi, apakah lantas peringatan maulid nabi sama dengan merayakan ulang tahun? Dalam literature kitab klasik, dijumpai beberapa keterangan yang menyatakan bahwa dalam peringatan maulid nabi terdapat beberapa faidah dan barokah yang tidak terdapat dalam perayaan ulang tahun pada biasanya. Diantaranya adalah sebagai berikut : Pertama, Perayaang maulid dapat mengantarkan seseorang untuk bisa hidup bersama Nabi SAW dan para sahabatnya di surga kelak. Dalam beberapa Hadis dan perkataan sahabat diterangkan bahwa orang yang merayakan maulid Nabi SAW lantaran kecintaan kepada beliau akan mendapatkan nikmat hidup bersama Rasulullah SAW dan para sahabat di surga kelak. Di antaranya adalah Hadis yang berbunyi: . Artinya : Barang siapa yang mengagungkan kelahiranku, maka aku akan memberinya syafaat di hari kiamat nanti. Dan barang siapa yang bersedekah satu dirham di hari kelahiranku, maka dia mendapat pahala bersedekah di jalan Allah dengan emas sebesar gunung. Kedua, dapat mendatangkan berkah. Dalam kitab al-Ajwibah al-Mardhiyah, Imam al-Hafidz as-Sakhawi berkata bahwa cara sahabat merayakan maulid Nabi SAW adalah dengan cara banyak bersedekah, berkumpul bersama guna bersilaturahmi, bergembira bersama, dan kegiatan-kegiatan yang baik lainnya. Lantas di akhir pernyataannya, as-Sakhawi berkata bahwa semua cara yang dilakukan sahabat untuk menyambut maulid Nabi SAW dapat mendatangkan berkah dan hal ini telah sering terbukti. Ketiga, doa pasti terkabul. Dalam kitab Nurul Mubin, Kiai Hasyim Asyari mengatakan, bahwa Sayyidina Umar bin Khattab ra. pernah berkata: , Artinya : Sesungguhnya doa dan salat digantung di antara langit dan bumi sehingga tidak akan sampai ke Allah (dikabulkan) sebelum membaca shalawat kepada Nabi Muhammad Saw. Selain perkataan Sayyidina Umar ra. di atas, Abdullah ibnu Masud ra. juga mengatakan: . . Artinya : Jika di antara kalian ada yang hendak meminta sesuatu kepada Allah, selayaknya kalian memuji Allah terlebih dahulu dengan pujian yang pantas untuknya, kemudian bershalawatlah kepada Nabi Muhammad SAW, baru setelah itu kalian minta apa yang menjadi permintaan kalian. Sesungguhnya hal itu lebih memudahkan untuk dikabulkan. Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa dalam peringatan maulid Nabi SAW terdapat beberapa faidah dan barokah yang tidak terdapat dalam perayaan ulang tahun pada biasanya. Hal ini yang membedakan antara peringatan maulid nabi dan perayaan ulang tahun. Demikian penjelasan mengenai apakah maulid sama dengan merayakan ulang tahun. Semoga bermanfaat. Wallahu alam. (Baca juga:Tradisi Perayaan Maulid Nabi di Mesir ) | Dalam sejarah, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW sudah ada semenjak masa para sahabat. Adapun Yang melaksanakan maulid Nabi bukan hanya dari kalangan umat muslim saja. Kemudian muncul pertanyaan, apakah maulid sama dengan merayakan ulang tahun Bahkan, Abu Lahab yang notabene sosok yang begitu memusuhi Nabi, pun ikut merayakan kelahiran baginda Muhammad SAW. Hal ini dibuktikan saat kelahiran beliau, Abu Lahab langsung memerdekakan budaknya sebagai bentuk ekspresi kebahagiaan atas kelahiran keponakannya itu. Selain itu, dalam suatu Hadis, ketika Rasulullah Saw. ditanya mengenai alasan mengapa beliau puasa setiap hari Senin, beliau lantas menjawab lantaran hari Senin itu merupakan hari kelahiran beliau. Hal ini menjelaskan bahwa memperingati maulid Nabi sama dengan memperingati hari lahir nabi Muhammad SAW. Dalam beberapa Hadis dan perkataan sahabat diterangkan bahwa orang yang merayakan maulid Nabi SAW lantaran kecintaan kepada beliau akan mendapatkan nikmat hidup bersama Rasulullah SAW dan para sahabat di surga kelak. Di antaranya adalah Hadis yang berbunyi . Artinya Barang siapa yang mengagungkan kelahiranku, maka aku akan memberinya syafaat di hari kiamat nanti. Dan barang siapa yang bersedekah satu dirham di hari kelahiranku, maka dia mendapat pahala bersedekah di jalan Allah dengan emas sebesar gunung. Lantas di akhir pernyataannya, asSakhawi berkata bahwa semua cara yang dilakukan sahabat untuk menyambut maulid Nabi SAW dapat mendatangkan berkah dan hal ini telah sering terbukti. Dalam kitab Nurul Mubin, Kiai Hasyim Asyari mengatakan, bahwa Sayyidina Umar bin Khattab ra. pernah berkata , Artinya Sesungguhnya doa dan salat digantung di antara langit dan bumi sehingga tidak akan sampai ke Allah dikabulkan sebelum membaca shalawat kepada Nabi Muhammad Saw. Artinya Jika di antara kalian ada yang hendak meminta sesuatu kepada Allah, selayaknya kalian memuji Allah terlebih dahulu dengan pujian yang pantas untuknya, kemudian bershalawatlah kepada Nabi Muhammad SAW, baru setelah itu kalian minta apa yang menjadi permintaan kalian. Sesungguhnya hal itu lebih memudahkan untuk dikabulkan. Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa dalam peringatan maulid Nabi SAW terdapat beberapa faidah dan barokah yang tidak terdapat dalam perayaan ulang tahun pada biasanya. Baca jugaTradisi Perayaan Maulid Nabi di Mesir |
Tanya Jawab Fiqih Muamalah Bersama Ustadz Aris Munandar | https://muslim.or.id/20559-tanya-jawab-fiqih-muamalah-bersama-ustadz-aris-munandar.html | Berikut ini kami kumpulkan beberapa soal jawab fiqih muamalah bersama Ustadz Aris Munandar, Ss., MPi. hafizhahullah yang diambil dari milis fatwa pengusaha muslim. Soal: Saya punya pertanyaan mengenai jual beli mata uang asing. Seperti yang diprediksikan sejumlah pengamat, 1 dolar akan mencapai nilai Rp15.000 pada 2014 nanti. Nah bolehkah sekarang saya membeli dolar dengan tujuan mengambil keuntungan saat rupiah melemah nanti? Tentunya transaksi bersifat kontan, bukan forward, spot, dsb. Terima kasih. (xxxxx8zig@yahoo.com ) Jawab: Asalkan tunai yaitu semua diserahterimakan sebelum majelis transaksi berakhir hukumnya boleh karena jika tukar menukar uang yang berbeda semisal dollar dengan rupiah hanya ada syarat yang wajib dipenuhi yaitu semua telah diserahterimakan sebelum majelis transaksi berakhir. *** Soal: jika ada pengurus DKM yang memesan kue kepada saya untuk acara mesjid lalu saya memberikan sejumlah uang ( uang tersebut diambil dari harga persatuan saya kurangi Rp 100 kali jumlah kue yang dia pesan ) sebagai tanda terima kasih apakah diperbolehkan? Jawab: Jika untuk pemesan, hukumnya tidak boleh karena itu adalah uang suap agar selalu pesan kue di tempat tersebut. *** Soal: Bagaimana jika kantor menggunakan asuransi ABC dimana asuransi ABC tidak memotong gaji karyawan. Pertanyaannya adalah apakah kita boleh menggunakan asuransi ABC yang disediakan oleh kantor? (xxxxxfirdaus@yahoo.com) Jawab: Boleh senilai besaran premi yang dibayarkan kantor kepada perusahaan asuransi tersebut *** Soal: Saya mau tanya tentang hukum menjual produk MLM tanpa ikut sistem MLM-nya. Artinya kita menjadi member/anggota tapi hanya untuk menjual produknya ke konsumen tapi tidak ikut sistem MLM seperti rekrut-merekrut anggota. (xxxxxos@yahoo.co.id) Jawab: Hukumnya diperbolehkan karena yang terlarang adalah mengikuti sistem MLM-nya. *** Soal: Ustadz, bagaimana hukumnya menjual kosmetik untuk kecantikan, tapi kita tidak tahu kehalalan bahan-bahan kosmetik tsb? Kosmetik tersebut utk pemakaian luar (di kulit/wajah). (xxxxxro@gmail.com) Jawab: Jika tidak ada indikator yang mencurigakan maka kita kembalikan ke hukum asal yaitu diperbolehkan *** Soal: Apa hukum menerima sumbangan dari yayasan orang kafir untuk keperluan darurat seperti biaya pengobatan rumah sakit. Sedangkan orang tersebut sudah berusaha untuk meminjam uang pada orang muslim tidak / belum ada yang memberi pinjaman padahal keperluannya sangat mendesak Jawab: Insya Allah tidak mengapa jika tidak menyebabkan berhutang budi kepada si kafir. *** Soal: Mau tanya hukumnya mengikuti tender, apa dibolehkan? Karena di salah satu Hadits Nabi Saw dari Ibnu Umar ra. kurang lebihnya dinyatakan bahwa dilarang untuk menawar sesuatu (barang/jasa) yang sedang ditawar oleh saudaramu. Mengingat mekanisme tender adalah mengajukan penawaran, meskipun telah ada penawaran dari pihak lain yang terlebih dahulu dimasukkan dan belum diputuskan diterima atau ditolaknya tawaran itu (xxxxxnto@gmail.com) Jawab: Jual beli lelang boleh dalam Islam asalkan semua peserta lelang berniat untuk menjadi pemenang, bukan sekedar basa basi. Demikian beberapa soal jawab fiqih muamalah bersama Ustadz Aris Munandar, Ss., MPi. hafizhahullah. Semoga bisa diambil banyak faidah dari beberapa soal jawab tersebut. Baca Juga: *** Sumber: Milis PM-Fatwa | Berikut ini kami kumpulkan beberapa soal jawab fiqih muamalah bersama Ustadz Aris Munandar, Ss., hafizhahullah yang diambil dari milis fatwa pengusaha muslim. Nah bolehkah sekarang saya membeli dolar dengan tujuan mengambil keuntungan saat rupiah melemah nanti Tentunya transaksi bersifat kontan, bukan forward, spot, dsb. Soal jika ada pengurus DKM yang memesan kue kepada saya untuk acara mesjid lalu saya memberikan sejumlah uang uang tersebut diambil dari harga persatuan saya kurangi Rp 100 kali jumlah kue yang dia pesan sebagai tanda terima kasih apakah diperbolehkan Jawab Jika untuk pemesan, hukumnya tidak boleh karena itu adalah uang suap agar selalu pesan kue di tempat tersebut. Soal Bagaimana jika kantor menggunakan asuransi ABC dimana asuransi ABC tidak memotong gaji karyawan. Pertanyaannya adalah apakah kita boleh menggunakan asuransi ABC yang disediakan oleh kantor xxxxxfirdausyahoo.com Jawab Boleh senilai besaran premi yang dibayarkan kantor kepada perusahaan asuransi tersebut Soal Saya mau tanya tentang hukum menjual produk MLM tanpa ikut sistem MLMnya. Artinya kita menjadi memberanggota tapi hanya untuk menjual produknya ke konsumen tapi tidak ikut sistem MLM seperti rekrutmerekrut anggota. Soal Ustadz, bagaimana hukumnya menjual kosmetik untuk kecantikan, tapi kita tidak tahu kehalalan bahanbahan kosmetik tsb Kosmetik tersebut utk pemakaian luar di kulitwajah. xxxxxrogmail.com Jawab Jika tidak ada indikator yang mencurigakan maka kita kembalikan ke hukum asal yaitu diperbolehkan Soal Apa hukum menerima sumbangan dari yayasan orang kafir untuk keperluan darurat seperti biaya pengobatan rumah sakit. Sedangkan orang tersebut sudah berusaha untuk meminjam uang pada orang muslim tidak belum ada yang memberi pinjaman padahal keperluannya sangat mendesak Jawab Insya Allah tidak mengapa jika tidak menyebabkan berhutang budi kepada si kafir. Soal Mau tanya hukumnya mengikuti tender, apa dibolehkan Karena di salah satu Hadits Nabi Saw dari Ibnu Umar ra. Demikian beberapa soal jawab fiqih muamalah bersama Ustadz Aris Munandar, Ss., Semoga bisa diambil banyak faidah dari beberapa soal jawab tersebut. |
Belum Bisa Menasehati Karena Belum Mengamalkan | https://bimbinganislam.com/belum-bisa-menasehati-karena-belum-mengamalkan-2/ | Ustadz, Bagaimana ketika kita diminta memberikan nasehat kepada saudara kita yang meminta akan tetapi kita tidak bisa menasehatinya karena kita belum bisa mengamalkan nasehat yang akan kita sampaikan? (Dari Hamba Alloh Anggota Grup WA Bimbingan Islam) Jawaban : Nabi shallallaahu alaihi wa sallam menyuruh kita agar memberi nasehat ketika diminta, dan nasehat itu artinya menyampaikan apa-apa yang bermanfaat. Adapun mengamalkan apa yang dinasehatkan itu sendiri, bukanlah syarat yang harus terpenuhi sebelum memberi nasehat. Karena sekedar menyuruh seseorang berbuat baik dan mencegahnya dari kemunkaran, adalah sesuatu yang baik. Allah berfirman yg artinya, Tidak ada kebaikan pada sebagian besar pembicaraan rahasia mereka, kecuali pada orang yang mengajak bersedekah, atau memerintahkan yang maruf, atau mendamaikan orang-orang yang berselisih. Dan barangsiapa melakukan hal tersebut karena mengharap ridha Allah, maka Kami akan memberikan pahala yg besar kepadanya (An Nisa 114). : . : { } Syaikh As Sidi dalam Tafsirnya mengatakan, Kesemua hal tadi senantiasa dianggap baik, bagaimana pun ia dilakukan, sebagaimana makna yang difahami dari pengecualian tersebut. Akan tetapi, pahala dan balasannya yang sempurna tergantung niat dan keikhlasan. Oleh karenanya, Allah mengatakan setelah itu, Dan barangsiapa melakukan hal tersebut karena mengharap ridha Allah, maka Kami akan memberikan pahala yang besar kepadanya. Jadi, tetaplah memberi nasehat walaupun belum mengamalkan. Wallaahu alam. Konsultasi Bimbingan Islam Ustadz Dr. Sufyan bin Fuad Baswedan, MA Belum Bisa Menasehati Karena Belum Mengamalkan | Ustadz, Bagaimana ketika kita diminta memberikan nasehat kepada saudara kita yang meminta akan tetapi kita tidak bisa menasehatinya karena kita belum bisa mengamalkan nasehat yang akan kita sampaikan Dari Hamba Alloh Anggota Grup WA Bimbingan Islam Jawaban Nabi shallallaahu alaihi wa sallam menyuruh kita agar memberi nasehat ketika diminta, dan nasehat itu artinya menyampaikan apaapa yang bermanfaat. Adapun mengamalkan apa yang dinasehatkan itu sendiri, bukanlah syarat yang harus terpenuhi sebelum memberi nasehat. Karena sekedar menyuruh seseorang berbuat baik dan mencegahnya dari kemunkaran, adalah sesuatu yang baik. Allah berfirman yg artinya, Tidak ada kebaikan pada sebagian besar pembicaraan rahasia mereka, kecuali pada orang yang mengajak bersedekah, atau memerintahkan yang maruf, atau mendamaikan orangorang yang berselisih. Dan barangsiapa melakukan hal tersebut karena mengharap ridha Allah, maka Kami akan memberikan pahala yg besar kepadanya An Nisa 114. . Syaikh As Sidi dalam Tafsirnya mengatakan, Kesemua hal tadi senantiasa dianggap baik, bagaimana pun ia dilakukan, sebagaimana makna yang difahami dari pengecualian tersebut. Akan tetapi, pahala dan balasannya yang sempurna tergantung niat dan keikhlasan. Oleh karenanya, Allah mengatakan setelah itu, Dan barangsiapa melakukan hal tersebut karena mengharap ridha Allah, maka Kami akan memberikan pahala yang besar kepadanya. Jadi, tetaplah memberi nasehat walaupun belum mengamalkan. Wallaahu alam. Konsultasi Bimbingan Islam Ustadz Dr. Sufyan bin Fuad Baswedan, MA Belum Bisa Menasehati Karena Belum Mengamalkan |
Sejarah Wilayatul Faqih, Bukti Kerancuan Teologi Syiah | https://www.dakwah.id/sejarah-wilayatul-faqih-bukti-kerancuan-teologi-syiah/ | Mungkin Anda sering membaca di buku atau menemukan tulisan di blog atau di sosial media tentang salah satu aliran yang telah dinyatakan menyimpang oleh banyak ulama, yaitu aliran Syiah. Salah satu ajaran pokok dalam aliran Syiah adalah konsep Wilayatul Faqih.Sebelum melanjutkan, silakan cermati pernyataan Khumaini, salah satu tokoh aliran Syiah berikut ini:Pelantikan saya (sebagai Waliyyu al-Fakih) merupakan mandat dari Allah. Bila saya sudah dilantik maka menaati saya hukumnya wajib, dan rakyat harus mengikuti saya!Pemerintahan Iran saat ini merupakan kelanjutan dari kepemimpinan mutlak yang dimiliki Rasulullah… ia lebih didahulukan dari hukum-hukum agama yang ada. Bahkan, lebih didahulukan dari shalat, puasa, dan ibadah haji! (Majallat ad-Dirasat al-Iraniyyah, Vol. 02, hal. 85 dalam artikel yang berjudul Wilayat al-Faqih fi al-Aql al-Mazhabi oleh DR. Fathi Abu Bakr al-Maraghi) Kata wilayah berasal dari bahasa Arab wa-li-ya yang memiliki beberapa makna: dekat dengannya; mengikutinya tanpa terpisah; menguasai atau mengurus; menolong; negeri atau daerah yang dikuasai; dan mencintai. (Al-Munjid fi al-Lughah, Louwis Maluf, 918)Sedangkan faqih: orang yang sangat paham, berilmu, dan cerdas; atau orang yang pakar dalam ilmu fikih. (Al-Munjid, Louwis Maluf, 591)Jika digabungkan, menurut ulama Syiah, Wilayatul Faqih adalah:Kedudukan seorang fakih yang telah memenuhi syarat-syarat untuk memberikan fatwa dan hukum. Setara dengan penguasa yang sah, pemimpin tertinggi, dan Imam al-Muntazhar (Imam ke dua belas yang ditunggu kedatangannya) di masa kegaibannya.Tugasnya berupa: mengatur kebijakan politik dan semua urusan umat–baca Syiah–dan menyiapkan segala bekal untuk melakukan jihad ofensif, yaitu menaklukkan negeri-negeri kafir serta wilayah musuh dengan senjata. (Mujam Alfazh al-Fiqhi al-Jafari, Ahmad Fathullah, 453)Dalam ajaran Syiah, Imamah memiliki fungsi dan kedudukan yang sangat urgen. Bahkan, merupakan inti dari ajaran Syiah itu sendiri. Literatur mereka mengatakan bumi tidak boleh absen dari Imam maksum sebagai tanda kebenaran Allah subhanahu wataala dan penyampai syariat Allah pasca wafatnya Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. (Aqidah asy-Syiah al-Imamah, Al-Asfahani, 2-3)Imam dibekali ilmu secara laduni ,tanpa belajar, serta mendapat wahyu Allah melalui ilham. Karena itu, Syiah Itsna Asyairah memosisikan Imam seperti halnya Nabi. Bahkan Al-Bahrani dan An-Numani lebih mengutamakan para Imam daripada Nabi. (Al-Burhan, Hasyim bin Sulaiman Al-Bahrani, 24)Imamah harus ditetapkan melalui mekanisme teks dan wasiat langsung, bukan melalui pemilihan (Syura) sebagaimana yang dimiliki Ahlu Sunnah.Mereka meyakini bahwa Nabi Muhammad sebelum wafat, dengan jelas dan tegas, telah menunjuk Ali radhiyallahu anhu sebagai washi (penggantinya) dan anak keturunannya hingga Imam kedua belas.Polemik terjadi manakala Imam kesebelas, Hasan al-Askari, meninggal dan tidak memiliki anak. An-Naubakhti mengatakan kondisi ini menyebabkan Syiah terpecah menjadi empat belas kelompok. (Firaq asy-Syiah, An-Naubakhti, 96)Satu kelompok saja, Syiah Itsna Asyriyah, yang mengklaim bila Imam kesebelas memiliki keturunan Imam kedua belas, Muhammad al-Mahdi, yang bersembunyi dari kejaran Daulah Abbasiyah di Gua Sammara, Irak, pada usianya yang kelima tahun. (Al-Irsyad fi Marifat Hujajillah Ala al-Ibad, Syaikh Al-Mufid, 389)Dengan bersembunyinya Imam, Syiah memasuki fase kegaiban kecil (al-ghaibah as-sughra), yang dimulai dari tahun 260–329 H. Selama fase ini, tugas dan fungsi Imam baik sebagai pemimpin politik ataupun rujukan (tunggal) agama diwakilkan kepada para wakil Imam yang empat. (Wilayatul Faqih wa Tathawuruha, At-Tuwaijiry, 11–13)Artikel lain tentang Syiah: Aisyah Istri Rasulullah yang Sangat Dibenci Kaum SyiahKebuntuan terjadi manakala keempat wakil imam telah mati (selama 60 tahun) dan Imam tidak juga muncul. Solusinya, dibuatlah konsep baru: kegaiban besar (al-Ghaibah al-Kubra).Dalam masa ini, seluruh kewajiban agama mulai dari shalat Jumat, pengelolaan khumus, hingga jihad ditiadakan karena seluruh kewajiban tersebut hanya boleh direalisasikan di bawah arahan seorang Imam maksum.Masa kegaiban besar ini menimbulkan persoalan baru. Pasalnya, Imam bersembunyi terlalu lama dan persoalan umat Syiah bertambah berlipat ganda. Dalam menyikapinya, ada dua kubu: Al-Akhbariyyun dan Al-Ushuliyyun. Kubu pertama mempertahankan keyakinan ini (tekstualis) sedang kubu kedua membuka pintu ijtihad.Keduanya saling berseteru, hingga al-Ushuliyyun memenangkannya. Inilah bibit lahirnya konsep Wilayatul Faqih. Kita dapat melacaknya pada literatur fikih Syiah pada abad keempat Hijriyah, semisal tulisan syaikh al-Mufid (413 H) dan Sayyid al-Murtadha (436 H).Konsep ini awalnya hanya memberikan otoritas secara terbatas (an-Niyabah al-Juziyah). Dimana seorang fakih yang telah memenuhi seluruh syarat, berperan sebagai wakil Imam gaib hanya dalam perkara pengadilan, penerapan hudud, menjadi wali atas orang yang tidak memiliki wali, shalat Jumat, dan mengumpulkan serta mendistribusikan sedekah dan khumus selama kegaiban Imam. (Mukhtalafu as-Syiah, Abu Mansur al-Hilli, 497)Pengejawantahan dari konsep an-Niyabah al-Juziyah dalam perkembangannya terkristal dalam sebuah konsep yang dikenal dengan Marja Dini atau Marja Taklid, yaitu pemangku otoritas keagamaan.Perkembangan selanjutnya terjadi pada masa dinasti Syiah Safawi (1502-1772 M) pada awal abad keenam belas Masehi. Ulama Syiah, semisal al-Muhaqqiq al-Karaki, mengakui keabsahan pemerintahan para raja Dinasti Safawi pada masa kegaiban.Al-Karaki memberikan ulama Syiah posisi dalam kekuasaan politik. Para raja Dinasti Safawi terus menetapkan posisi ini untuk para fakih dalam ranah praktik maupun teoritis. (Ittifaqu al-Kalimah Baina Ulama Ummah, Al-Amily, 130)Artikel lain tentang Syiah: Takwil Batini, Cara Nyeleneh Syiah Mengakali Tafsir Al-QuranPada dinasti ini ulama Syiah mendapatkan posisi penting pemerintahan.Ahmad an-Naraki (1245 H) mengambil langkah lebih besar dalam berteori, yang ia namakan Wilayatul Faqih. Konsep ini memberikan otoritas secara mutlak kepada para fukaha sepadan dengan otoritas yang Allah berikan kepada Nabi Muhammad dan para Imam maksum. Sehingga, menjadikan mereka sebagai penguasa dan wakil Imam mahdi yang sedang bersembunyi. (Majallat ad-Dirasat al-Iraniyyah, Vol. 02, hal. 83 dalam artikel yang berjudul Wilayat al-Faqih fi al-Aql al-Mazhabi oleh DR. Fathi Abu Bakr al-Maraghi)An-Naraki senantiasa menyerukan teori ini kepada para penguasa, atas landasan dharuriyyah bukan syariyyah. Pandangan an-Naraki ini tidak mendapat dukungan yang kuat dari ulama Syiah yang lain karena dianggap akan mengeliminasi posisi imam gaib. Walhasil, selama satu setengah abad hanya sebatas teori belaka, sehingga Khumaini mampu mengaplikasikannya pasca revolusi Iran pada tahun 1979 M.Syiah tidak memiliki sistem pemerintahan yang paten, karena setiap yang tidak berlandaskan dari wahyu maka akan mengalami kebuntuan.Seluruh konsep yang ada mulai dari Imamah hingga Wilayatul Faqih dominan ijtihad tapi dalam praktiknya masuk ranah akidah yang mengikat. Sehingga menjadi senjata mematikan bagi lawan-lawan politik yang menentangnya.Ketiadaan konsep yang jelas ini, penyebab perpecahan Syiah menjadi puluhan sekte dan aliran. Wallahu alam (Ahmad Robith/dakwah.id) Baca juga artikel Akidah atau artikel menarik lainnya karya Ahmad Robith.Penulis: Ahmad Robith Editor: Sodiq FajarArtikel Akidah terbaru: | Mungkin Anda sering membaca di buku atau menemukan tulisan di blog atau di sosial media tentang salah satu aliran yang telah dinyatakan menyimpang oleh banyak ulama, yaitu aliran Syiah. Salah satu ajaran pokok dalam aliran Syiah adalah konsep Wilayatul Faqih. Bila saya sudah dilantik maka menaati saya hukumnya wajib, dan rakyat harus mengikuti sayaPemerintahan Iran saat ini merupakan kelanjutan dari kepemimpinan mutlak yang dimiliki Rasulullah ia lebih didahulukan dari hukumhukum agama yang ada. Bahkan, lebih didahulukan dari shalat, puasa, dan ibadah haji Majallat adDirasat alIraniyyah, Vol. AlMunjid fi alLughah, Louwis Maluf, 918Sedangkan faqih orang yang sangat paham, berilmu, dan cerdas atau orang yang pakar dalam ilmu fikih. Setara dengan penguasa yang sah, pemimpin tertinggi, dan Imam alMuntazhar Imam ke dua belas yang ditunggu kedatangannya di masa kegaibannya. Tugasnya berupa mengatur kebijakan politik dan semua urusan umatbaca Syiahdan menyiapkan segala bekal untuk melakukan jihad ofensif, yaitu menaklukkan negerinegeri kafir serta wilayah musuh dengan senjata. Karena itu, Syiah Itsna Asyairah memosisikan Imam seperti halnya Nabi. Bahkan AlBahrani dan AnNumani lebih mengutamakan para Imam daripada Nabi. AlBurhan, Hasyim bin Sulaiman AlBahrani, 24Imamah harus ditetapkan melalui mekanisme teks dan wasiat langsung, bukan melalui pemilihan Syura sebagaimana yang dimiliki Ahlu Sunnah. Mereka meyakini bahwa Nabi Muhammad sebelum wafat, dengan jelas dan tegas, telah menunjuk Ali radhiyallahu anhu sebagai washi penggantinya dan anak keturunannya hingga Imam kedua belas. Firaq asySyiah, AnNaubakhti, 96Satu kelompok saja, Syiah Itsna Asyriyah, yang mengklaim bila Imam kesebelas memiliki keturunan Imam kedua belas, Muhammad alMahdi, yang bersembunyi dari kejaran Daulah Abbasiyah di Gua Sammara, Irak, pada usianya yang kelima tahun. Solusinya, dibuatlah konsep baru kegaiban besar alGhaibah alKubra. Dalam masa ini, seluruh kewajiban agama mulai dari shalat Jumat, pengelolaan khumus, hingga jihad ditiadakan karena seluruh kewajiban tersebut hanya boleh direalisasikan di bawah arahan seorang Imam maksum. Pasalnya, Imam bersembunyi terlalu lama dan persoalan umat Syiah bertambah berlipat ganda. Dalam menyikapinya, ada dua kubu AlAkhbariyyun dan AlUshuliyyun. Inilah bibit lahirnya konsep Wilayatul Faqih. Mukhtalafu asSyiah, Abu Mansur alHilli, 497Pengejawantahan dari konsep anNiyabah alJuziyah dalam perkembangannya terkristal dalam sebuah konsep yang dikenal dengan Marja Dini atau Marja Taklid, yaitu pemangku otoritas keagamaan. Ulama Syiah, semisal alMuhaqqiq alKaraki, mengakui keabsahan pemerintahan para raja Dinasti Safawi pada masa kegaiban. 83 dalam artikel yang berjudul Wilayat alFaqih fi alAql alMazhabi oleh DR. Fathi Abu Bakr alMaraghiAnNaraki senantiasa menyerukan teori ini kepada para penguasa, atas landasan dharuriyyah bukan syariyyah. Pandangan anNaraki ini tidak mendapat dukungan yang kuat dari ulama Syiah yang lain karena dianggap akan mengeliminasi posisi imam gaib. Sehingga menjadi senjata mematikan bagi lawanlawan politik yang menentangnya. Wallahu alam Ahmad Robithdakwah.id Baca juga artikel Akidah atau artikel menarik lainnya karya Ahmad Robith. |
Apakah Disyariatkan Shalat Ghaib untuk Saudara kita di Palestina? | https://rumaysho.com/145-apakah-disyariatkan-shalat-ghaib-untuk-saudara-kita-di-palestina.html | Shalat Ghaib adalah menyolatkan jenazah yang tidak berada di tempat atau berada di negeri lain. Mengenai disyariatkannya shalat ghaib terdapat perselisihan di antara para ulama. Ada ulama yang membolehkan, ada pula yang tidak membolehkan dan ada pula yang merinci. Berikut penjelasannya.Ulama yang Membolehkan Yaitu Imam Asy Syafii dan salah satu pendapat Imam Ahmad. Dalilnya adalah dishalatkannya Raja An Najasy oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam padahal An Najasy berada di negeri Habasyah (sekarang Ethiopia) sedangkan nabi shallallahu alaihi wa sallam berada di Madinah.Ulama yang tidak membolehkan Yaitu Imam Malik dan Imam Abu Hanifah. Alasannya, karena shalat ghaib untuk An Najasy adalah khusus untuk beliau saja, tidak berlaku umum bagi yang lainnya.Ulama yang Merinci Yaitu boleh melakukan shalat ghaib, namun bagi orang yang mati di suatu tempat dan belum dishalati. Kalau mayit tersebut sudah dishalati, maka tidak perlu dilakukan shalat ghaib lagi karena kewajiban shalat ghaib telah gugur dengan shalat jenazah yang dilakukan oleh kaum muslimin padanya.Inilah pendapat yang dipilih oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah sebagaimana disebutkan oleh Ibnul Qoyyim dalam Zaadul Maad. Pendapat ini juga dipilih oleh Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin dalam Syarhul Mumthi dan Fatawal Aqidah wa Arkanil Islam. Alasan mereka adalah karena tidaklah diketahui bahwa nabi shallallahu alaihi wa sallam melakukan shalat ghaib kecuali pada An Najasiy saja. Dan An Najasiy mati di tengah-tengah orang musyrik sehingga tidak ada yang menyolatinya. Seandainya di tengah-tengah dia ada orang yang beriman tentu tidak ada shalat ghaib.Oleh karena itu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam menyolati An Najasiy di Madinah, sedangkan An Najasiy berada di Habasyah. Alasan lain, ketika para pembesar dan pemimpin umat ini meninggal dunia di masa nabi shallallahu alaihi wa sallam -padahal mereka berada di tempat yang jauh- tidak diketahui bahwa mereka dishalati dengan sholat ghaib.Namun Syaikh Ibnu Utsaimin mengatakan bahwa sebagian ulama menganjurkan dilaksanakannya sholat ghaib bagi orang yang banyak memberikan manfaat dalam agama dengan harta, amalan, atau ilmunya. Namun bagi orang yang tidak seperti ini tidak perlu dilaksanakan shalat ghaib. Sedangkan pendapat ulama yang menyatakan bolehnya sholat ghaib bagi siapa saja, ini adalah pendapat yang paling lemah. -Demikian penjelasan Syaikh rahimahullah yang kami sarikan-Kesimpulan: Dari penjelasan ini, kita mendapat titik terang bahwa sholat ghaib tidaklah disyariatkan pada saat ini, ketika banyak korban yang berjatuhan pada konflik di Palestina. Wal Ilmu Indallah. Wallahul Muwaffiq.Rujukan: 1. Shohih Fiqih Sunnah jilid 1, Abu Malik Kamal 2. Fatawal Aqidah wa Arkanil Islam, Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin.Panggang, GK, pagi hari yang penuh berkah,16 Muharram 1430 H Yang selalu mengharapkan ampunan dan rahmat Rabbnya Muhammad Abduh Tuasikal, STDisusun oleh Muhammad Abduh Tuasikal, ST | Shalat Ghaib adalah menyolatkan jenazah yang tidak berada di tempat atau berada di negeri lain. Ulama yang tidak membolehkan Yaitu Imam Malik dan Imam Abu Hanifah. Alasannya, karena shalat ghaib untuk An Najasy adalah khusus untuk beliau saja, tidak berlaku umum bagi yang lainnya. Ulama yang Merinci Yaitu boleh melakukan shalat ghaib, namun bagi orang yang mati di suatu tempat dan belum dishalati. Inilah pendapat yang dipilih oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah sebagaimana disebutkan oleh Ibnul Qoyyim dalam Zaadul Maad. Pendapat ini juga dipilih oleh Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin dalam Syarhul Mumthi dan Fatawal Aqidah wa Arkanil Islam. Oleh karena itu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam menyolati An Najasiy di Madinah, sedangkan An Najasiy berada di Habasyah. Namun bagi orang yang tidak seperti ini tidak perlu dilaksanakan shalat ghaib. Demikian penjelasan Syaikh rahimahullah yang kami sarikanKesimpulan Dari penjelasan ini, kita mendapat titik terang bahwa sholat ghaib tidaklah disyariatkan pada saat ini, ketika banyak korban yang berjatuhan pada konflik di Palestina. Shohih Fiqih Sunnah jilid 1, Abu Malik Kamal 2. Panggang, GK, pagi hari yang penuh berkah,16 Muharram 1430 H Yang selalu mengharapkan ampunan dan rahmat Rabbnya Muhammad Abduh Tuasikal, STDisusun oleh Muhammad Abduh Tuasikal, ST |
Batas Waktu Istri Meninggalkan Suami dan Dalilnya | https://dalamislam.com/hukum-islam/pernikahan/batas-waktu-istri-meninggalkan-suami | Keharmonisan dalam rumah tangga tidak selamanya terus berlangsung. Terkadang masalah datang menerpa pasangan suami istri. Beberapa istri pun tidak mampu mengatasi masalah sehingga meninggalkan suami mereka.Perkara seperti ini sangat miris dan justru sering terjadi di jaman sekarang ini. Banyak wanita yang menganggap sepele hal ini dan justru membenarkan berbagai masalah yang terjadi dalam rumah tangga seperti masalah keuangan, perselingkuhan, dan masalah lain.Dalam Islam, hukum seorang istri meninggalkan suami adalah haram sehingga tidak ada batas waktu istri meninggalkan suami dalam Islam. Istri yang keluar rumah tanpa izin suami, maka ia akan mendapatkan laknat dari malaikat, bahkan meski hanya satu detik saja. Rasul bersabda,”Hak suami terhadap isterinya adalah isteri tidak menghalangi permintaan suaminya sekalipun semasa berada di atas punggung unta , tidak berpuasa walaupun sehari kecuali dengan izinnya, kecuali puasa wajib. Jika dia tetap berbuat demikian, dia berdosa dan tidak diterima puasanya. Dia tidak boleh memberi, maka pahalanya terhadap suaminya dan dosanya untuk dirinya sendiri. Dia tidak boleh keluar dari rumahnya kecuali dengan izin suaminya. Jika dia berbuat demikian, maka Allah akan melaknatnya dan para malaikat memarahinya kembali , sekalipun suaminya itu adalah orang yang alim.” (Hadist riwayat Abu Daud Ath-Thayalisi daripada Abdullah Umar)Allah sendiri telah memerintahkan setiap istri untuk selalu berada di dalam rumah dan tidak keluar tanpa izin suami, apalagi meninggalkan suami. Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.Seorang istri yang meninggalkan suami berarti ia telah melakukan dosa besar. Suami adalah jalan menuju surga seorang istri, maka sudah seharusnya meski sebesar apapun masalah yang ada hendaknya seorang istri tetap memperhatikan suaminya.Dari Husain bin Muhshain dari bibinya berkata: “Saya datang menemui Rasulullah SAW. Beliau lalu bertanya: “Apakah kamu mempunyai suami?” Saya menjawab: “Ya”. Rasulullah SAW bertanya kembali: “Apa yang kamu lakukan terhadapnya?” Saya menjawab: “Saya tidak begitu mempedulikannya, kecuali untuk hal-hal yang memang saya membutuhkannya” . Rasulullah SAW bersabda kembali: “Bagaimana kamu dapat berbuat seperti itu, sementara suami kamu itu adalah yang menentukan kamu masuk ke surga atau ke neraka”(HR. Imam Nasai, Hakim, Ahmad dengan Hadis Hasan).Rasul juga bersabda,“Tidaklah istri menyakiti suami di dunia kecuali ia bicara pada suami dengan mata yang berbinar, janganlah sakiti dia (suami), agar Allah tidak memusuhimu, jika suamimu terluka maka dia akan segera memisahkanmu kepada Kami (Allah dan Rasul)”. (HR. Tirmidzi dari Muadz bin Jabal)Istri yang pergi meninggalkan suami akan lebih memudahkan terjadinya perceraian. Maka dari itu sangat dilarang untuk seorang istri pergi meninggalkan rumahnya. Sedangkan perceraian adalah hal yang sangat diinginkan oleh setan. Dari Jabir berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya iblis meletakkan singgasananya di atas air, kemudian dia mengutus bala tentaranya, maka yang akan menjadi pasukan yang paling dekat dengan dia adalah yang paling banyak fitnahnya. Lalu ada yang datang dan berkata, ‘Saya telah berbuat ini dan itu’. Maka iblis berkata, ‘Engkau tidak berbuat apa-apa’. Kemudian ada yang datang lagi dan berkata, ‘Saya tidak meninggalkan seorang pun kecuali telah aku pisahkan antara dia dengan istrinya’. Maka iblis mendekatkan dia padanya dan mengatakan, ‘Engkaulah sebaik-baik pasukanku’.” (Muslim, no.2167)Maka dari itu, hendaknya dalam sebuah pernikahan diutamakan untuk bersabar dalam menghadapi pasangan. Pasangan hidup kita adalah pilihan yang harus kita pertahankan. Sebagai seorang wanita, sudah seharusnya mentaati suami selama tidak melanggar syariat agama.Meninggalkan suami bukanlah solusi dari masalah dalam rumah tangga. Setan akan selalu berada dalam rumah tangga kita untuk selalu membujuk agar terjadi pertengkaran hingga berujung perpisahan. Hal ini akan selalu ada hingga akhir hayat kita.Jika memang tidak sanggup menyelesaikan masalah, maka berdiskusi dengan keluarga atau mengajukan gugatan cerai adalah jalan terbaik dibandingkan harus meninggalkan rumah. | Keharmonisan dalam rumah tangga tidak selamanya terus berlangsung. Perkara seperti ini sangat miris dan justru sering terjadi di jaman sekarang ini. Rasul bersabda,Hak suami terhadap isterinya adalah isteri tidak menghalangi permintaan suaminya sekalipun semasa berada di atas punggung unta , tidak berpuasa walaupun sehari kecuali dengan izinnya, kecuali puasa wajib. Jika dia tetap berbuat demikian, dia berdosa dan tidak diterima puasanya. Dia tidak boleh keluar dari rumahnya kecuali dengan izin suaminya. Hadist riwayat Abu Daud AthThayalisi daripada Abdullah UmarAllah sendiri telah memerintahkan setiap istri untuk selalu berada di dalam rumah dan tidak keluar tanpa izin suami, apalagi meninggalkan suami. Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orangorang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah dan taatilah Allah dan RasulNya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersihbersihnya. Dari Husain bin Muhshain dari bibinya berkata Saya datang menemui Rasulullah SAW. Beliau lalu bertanya Apakah kamu mempunyai suami Saya menjawab Ya. Imam Nasai, Hakim, Ahmad dengan Hadis Hasan. Sedangkan perceraian adalah hal yang sangat diinginkan oleh setan. Dari Jabir berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sesungguhnya iblis meletakkan singgasananya di atas air, kemudian dia mengutus bala tentaranya, maka yang akan menjadi pasukan yang paling dekat dengan dia adalah yang paling banyak fitnahnya. Lalu ada yang datang dan berkata, Saya telah berbuat ini dan itu. Maka iblis berkata, Engkau tidak berbuat apaapa. Kemudian ada yang datang lagi dan berkata, Saya tidak meninggalkan seorang pun kecuali telah aku pisahkan antara dia dengan istrinya. Muslim, no.2167Maka dari itu, hendaknya dalam sebuah pernikahan diutamakan untuk bersabar dalam menghadapi pasangan. Pasangan hidup kita adalah pilihan yang harus kita pertahankan. Meninggalkan suami bukanlah solusi dari masalah dalam rumah tangga. |
Seputar Akad Nikah Dan Prosesi Ijab Kabul | https://web.suaramuhammadiyah.id/2021/05/12/seputar-akad-nikah-dan-prosesi-ijab-kabul/ | Seputar Akad Nikah Dan Prosesi Ijab Kabul Pertanyaan: Asssalamu ‘alaikum wr.wb. Pimpinan Pusat Majelis Tarjih dan Tajdid yang saya hormati, saya Warsiyam, Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kecamatan Tapung hendak bertanya suatu hal: Akad nikah yang terjadi di Sumatera apabila wali mengucapkan ijab, maka sebelum selesai narasi diucapkan, pengantin pria diharuskan segera memotong ucapan wali dengan kabul. Pengucapan kabul pun dilakukan sekali nafas. Apabila bernafas di tengah kabul atau terlambat memotong narasi ijab, maka prosesi ijab kabul harus diulang sampai tepat meski perlu diulang beberapa kali. Pertanyaannya adalah bagaimana hukum akad nikah tersebut? Kemudian saran saya, jawaban dari Majelis Tarjih nanti bisa usulkan kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI) sehingga MUI di masing-masing tempat bisa merealisasikan prosesi ijab kabul yang sesuai tuntunan Rasulullah saw. Terima kasih. Wassalamu ‘alaikum wr.wb. Warsiyam Saif (Disidangkan pada Jumat, 25 Rabiulawal 1441 H / 22 November 2019 M) Jawaban: Wa ‘alaikumus-salam wr.wb. Terima kasih kepada bapak Warsiyam yang sudah memberi kepercayaan kepada kami dengan menanyakan seputar masalah akad nikah dan prosesi ijab kabul. Ada beberapa hal yang akan kami bahas dalam jawaban ini, yakni mengenai pengertian pernikahan, rukun dan syarat sahnya pernikahan, lalu kami akan merincikan kepada pembahasan yang berkaitan dengan syarat akad nikah yang berakibat hukum halalnya perbuatan setelah terjadinya akad nikah. Pertama, dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 1 menyebutkan bahwa perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Kedua, terdapat beberapa rukun dan syarat yang harus dipenuhi dalam suatu pernikahan. Rukun nikah sebagaimana yang disebutkan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 14 adalah calon suami, calon istri, wali nikah, dua orang saksi, serta akad (prosesi ijab dan kabul). Selain itu, salah satu syarat dari sahnya ijab kabul dalam KHI Pasal 27 adalah lafal yang jelas dan beruntun serta tidak berselang waktu. Dengan demikian dapat diartikan bahwa apabila ijabnya belum selesai kemudian mempelai laki-laki segera memotong dengan narasi kabul dikhawatirkan ijab menjadi tidak jelas bagi laki-laki. Dalam hadis disebutkan, : [ ]. Dari Aisyah r.a. (diriwayatkan) ia berkata ucapan Rasulallah saw itu adalah kata demi kata yang dapat dipahami oleh setiap orang yang mendengarkannya [H.R. Abu Dawud]. Dari hadis ini, jika dikaitkan dengan lafal ijab dan kabul, dapat diketahui bahwa hendaklah ijab dan kabul diucapkan dengan jelas sehingga dapat dipahami oleh wali dan saksi. Di samping itu, pengucapan kabul secara terburu-buru sebagaimana yang bapak katakan akan memberatkan kepada mempelai laki-laki. Allah berfirman, . Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan [QS. al-Hajj (22): 78]. . Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu [QS. al-Baqarah (2): 185]. Dalam hadis disebutkan, : [ ]. Dari Anas r.a. (diriwayatkan) dari Nabi saw, beliau bersabda: Mudahkanlah, jangan mempersulit! Berikan kabar gembira, jangan membuat mereka lari! [Muttafaqun ‘Alaih]. Oleh karena itu, seyogyanya tradisi yang seperti ini harus diubah yakni ucapan kabul oleh mempelai laki-laki segera diucapkan setelah lafal ijab selesai diucapkan oleh wali. Dipahami pula bahwa maksud dari tidak berselang waktu antara ijab dan kabul (KHI Pasal 27), tidak harus dimaknai kabul harus satu tarikan nafas. Wallahu a‘lam bish-shawab. Rubrik Tanya Jawab Agama Diasuh Divisi Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Sumber: Majalah SM No 22 Tahun 2020 | Seputar Akad Nikah Dan Prosesi Ijab Kabul Pertanyaan Asssalamu alaikum wr.wb. Pimpinan Pusat Majelis Tarjih dan Tajdid yang saya hormati, saya Warsiyam, Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kecamatan Tapung hendak bertanya suatu hal Akad nikah yang terjadi di Sumatera apabila wali mengucapkan ijab, maka sebelum selesai narasi diucapkan, pengantin pria diharuskan segera memotong ucapan wali dengan kabul. Pengucapan kabul pun dilakukan sekali nafas. Apabila bernafas di tengah kabul atau terlambat memotong narasi ijab, maka prosesi ijab kabul harus diulang sampai tepat meski perlu diulang beberapa kali. Warsiyam Saif Disidangkan pada Jumat, 25 Rabiulawal 1441 H 22 November 2019 M Jawaban Wa alaikumussalam wr.wb. Terima kasih kepada bapak Warsiyam yang sudah memberi kepercayaan kepada kami dengan menanyakan seputar masalah akad nikah dan prosesi ijab kabul. Ada beberapa hal yang akan kami bahas dalam jawaban ini, yakni mengenai pengertian pernikahan, rukun dan syarat sahnya pernikahan, lalu kami akan merincikan kepada pembahasan yang berkaitan dengan syarat akad nikah yang berakibat hukum halalnya perbuatan setelah terjadinya akad nikah. Pertama, dalam UndangUndang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 1 menyebutkan bahwa perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Kedua, terdapat beberapa rukun dan syarat yang harus dipenuhi dalam suatu pernikahan. Selain itu, salah satu syarat dari sahnya ijab kabul dalam KHI Pasal 27 adalah lafal yang jelas dan beruntun serta tidak berselang waktu. diriwayatkan ia berkata ucapan Rasulallah saw itu adalah kata demi kata yang dapat dipahami oleh setiap orang yang mendengarkannya H.R. Abu Dawud. Di samping itu, pengucapan kabul secara terburuburu sebagaimana yang bapak katakan akan memberatkan kepada mempelai lakilaki. Dia sekalikali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan QS. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu QS. diriwayatkan dari Nabi saw, beliau bersabda Mudahkanlah, jangan mempersulit Berikan kabar gembira, jangan membuat mereka lari Muttafaqun Alaih. Oleh karena itu, seyogyanya tradisi yang seperti ini harus diubah yakni ucapan kabul oleh mempelai lakilaki segera diucapkan setelah lafal ijab selesai diucapkan oleh wali. Dipahami pula bahwa maksud dari tidak berselang waktu antara ijab dan kabul KHI Pasal 27, tidak harus dimaknai kabul harus satu tarikan nafas. Rubrik Tanya Jawab Agama Diasuh Divisi Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Sumber Majalah SM No 22 Tahun 2020 |
Hal-hal Yang Dimakruhkan Dalam Penyembelihan Hewan dan Dalilnya | https://dalamislam.com/info-islami/hal-hal-yang-dimakruhkan-dalam-penyembelihan-hewan | Islam menganjurkan umatnya yang telah mampu untuk melakukan penyembelihan hewan setelah hari kelahiran atau yang disebut dengan dan di hari raya qurban atau Idul Adha.Jika yang memiliki hajat atau yang bersangkutan sanggup untuk menyembelih, maka dipersilahkan baginya untuk melakukan penyembelihan dengan tangannya sendiri. Namun, bila tidak menguasainya maka diserahkan pada orang yang lebih ahli dalam penyembelihan hewan.Kegiatan penyembelihan hewan ini tidaklah mudah, sebab butuh teori dan latihan terlebih dulu untuk menguasainya. Ada hal-hal yang memang wajib dilakukan dan ada pula yang bersifat makruh dan haram sehingga lebih baik dihindari. Berikut ini akan diulas mengenai hal-hal yang dimakruhkan dalam penyembelihan hewan.Menggunakan pisau yang tidak tajamSangat dianjurkan untuk menggunakan pisau yang tajam untuk mempermudah proses penyembelihan. Karena salah satu ialah membiarkan hewan kurban tersakiti terlalu lama dengan pisau yang tidak tajam.Dari Syaddad bin Aus radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat ihsan (baik) dalam segala hal. Jika kalian membunuh maka bunuhlah dengan ihsan, jika kalian menyembelih, sembelihlah dengan ihsan. Hendaknya kalian mempertajam pisaunya dan menyenangkan sembelihannya.” (HR.Muslim).Menyembelih hewan di hadapan hewan lainnyaSaat menyembelih hewan sebaiknya tidak dilakukan di hadapan hewan lainnya. Karena hal itu dapat menyakiti mereka.Termasuk dalam ialah memisahkan tempat penyembelihan hewan dengan hewan lainnya yang belum disembelih. Usahakan agar ada pembatas yang jelas sehingga hewan yang belum disembelih tidak melihat temannya yang tengah disembelih. Mematahkan leher sebelum disembelihDengan sengaja menyakiti hewan sembelihan dengan mematahkan lehe atau kepalarnya termasuk hal yang dimakruhkan. Pahamilah ah Islam agar nilai hewan hasil sembelihan tersebut sempurna.Berdasarkan Fatawa Syabakah Islamiyah, “Para ulama menegaskan makruhnya memutus kepala ketika menyembelih dengan sengaja. Khalil bin Ishaq dalam Mukhtashar-nya untuk Fiqih Maliki, ketika menyebutkan hal-hal yang dimakruhkan pada saat menyembelih, beliau mengatakan, “Diantara yang makruh adalah secara sengaja memutus kepala” (Fatawa Syabakah Islamiyah, no. 93893).Menajamkan pisau di hadapan hewan sembelihanBila ingin menajamkan pisau untuk penyembelihan, maka lakukan hal itu jauh dari hadapan hewan sembelihan. Proses pengasahan pisau yang dilakukan di hadapan hewan sembelihan dengan sengaja dapat menyakiti mereka dan membuat mereka takut.Ada kemungkinan hewan sembelihan tersebut justru merasa panik ketika disembelih nantinya. Dan itu akan merepotkan orang yang bertugas menyembelihnya.Itulah beberapa hal yang dimakruhkan dalam penyembelihan hewan, yang sebaiknya dihindari. Semoga ulasan ini bermanfaat bagi pembaca sekalian. Sehingga dapat meningkatkan rasa cinta dan semangat . Aamiin. | Islam menganjurkan umatnya yang telah mampu untuk melakukan penyembelihan hewan setelah hari kelahiran atau yang disebut dengan dan di hari raya qurban atau Idul Adha.Jika yang memiliki hajat atau yang bersangkutan sanggup untuk menyembelih, maka dipersilahkan baginya untuk melakukan penyembelihan dengan tangannya sendiri. Namun, bila tidak menguasainya maka diserahkan pada orang yang lebih ahli dalam penyembelihan hewan.Kegiatan penyembelihan hewan ini tidaklah mudah, sebab butuh teori dan latihan terlebih dulu untuk menguasainya. Ada halhal yang memang wajib dilakukan dan ada pula yang bersifat makruh dan haram sehingga lebih baik dihindari. Berikut ini akan diulas mengenai halhal yang dimakruhkan dalam penyembelihan hewan.Menggunakan pisau yang tidak tajamSangat dianjurkan untuk menggunakan pisau yang tajam untuk mempermudah proses penyembelihan. Karena salah satu ialah membiarkan hewan kurban tersakiti terlalu lama dengan pisau yang tidak tajam.Dari Syaddad bin Aus radhiallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat ihsan baik dalam segala hal. Jika kalian membunuh maka bunuhlah dengan ihsan, jika kalian menyembelih, sembelihlah dengan ihsan. Hendaknya kalian mempertajam pisaunya dan menyenangkan sembelihannya. HR.Muslim.Menyembelih hewan di hadapan hewan lainnyaSaat menyembelih hewan sebaiknya tidak dilakukan di hadapan hewan lainnya. Karena hal itu dapat menyakiti mereka.Termasuk dalam ialah memisahkan tempat penyembelihan hewan dengan hewan lainnya yang belum disembelih. Usahakan agar ada pembatas yang jelas sehingga hewan yang belum disembelih tidak melihat temannya yang tengah disembelih. Mematahkan leher sebelum disembelihDengan sengaja menyakiti hewan sembelihan dengan mematahkan lehe atau kepalarnya termasuk hal yang dimakruhkan. Pahamilah ah Islam agar nilai hewan hasil sembelihan tersebut sempurna.Berdasarkan Fatawa Syabakah Islamiyah, Para ulama menegaskan makruhnya memutus kepala ketika menyembelih dengan sengaja. Khalil bin Ishaq dalam Mukhtasharnya untuk Fiqih Maliki, ketika menyebutkan halhal yang dimakruhkan pada saat menyembelih, beliau mengatakan, Diantara yang makruh adalah secara sengaja memutus kepala Fatawa Syabakah Islamiyah, no. 93893.Menajamkan pisau di hadapan hewan sembelihanBila ingin menajamkan pisau untuk penyembelihan, maka lakukan hal itu jauh dari hadapan hewan sembelihan. Proses pengasahan pisau yang dilakukan di hadapan hewan sembelihan dengan sengaja dapat menyakiti mereka dan membuat mereka takut.Ada kemungkinan hewan sembelihan tersebut justru merasa panik ketika disembelih nantinya. Dan itu akan merepotkan orang yang bertugas menyembelihnya.Itulah beberapa hal yang dimakruhkan dalam penyembelihan hewan, yang sebaiknya dihindari. Semoga ulasan ini bermanfaat bagi pembaca sekalian. Sehingga dapat meningkatkan rasa cinta dan semangat . Aamiin. |
#TanyaIslami: Kita Sering Dengar Istilah Musuh Allah, Apa Iya Allah Punya Musuh? | https://islami.co/tanyaislami-kita-sering-dengar-istilah-musuh-allah-apa-iya-allah-punya-musuh/ | Pernah saya mendengar pernyataan seorang penceramah agama tentang musuh Allah. Bagi saya, pernyataan itu agak aneh mengingat Allah Maha Kuasa, mana mungkin Yang Maha Kuasa bisa punya musuh? Dan bukankah Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang? Lantas mengapa bisa punya musuh? Jawab: Benar sekali, pada prinsipnya Allah memang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Cinta kasih yang Allah berikan bersifat menyeluruh hingga Allah Berkuasa memberikan rezeki pada siapapun yang Allah kehendaki entah kepada mereka yang beriman ataupun tidak. Meskipun demikian, harus kita pahami bahwa Allah menghendaki kebaikan bagi manusia dengan jalan memberikan panduan berupa syariat Islam. Bagi mereka yang taat, Allah menjanjikan kedamaian dan surga kelak di akhirat. Sebaliknya, bagi mereka yang membangkang, Allah menjanjikan siksaan yang amat pedih di neraka kelak. Kita juga harus mengingat bahwa diantara tugas Rasulullah SAW diutus di muka bumi oleh Allah SWT adalah untuk menciptakan keseimbangan. Keseimbangan itu tercermin pada peran Rasul sebagai mubasyiran; yang memberikan kabar gembira bagi mereka yang beriman, sekaligus sebagai nadziran; yang memberikan ancaman bagi mereka yang membangkang. Para pembangkang ini diistilahkan oleh Allah sebagai Musuh-Nya. Dalam al-Quran, Allah beberapa kali menggunakan istilah musuh Allah, di antaranya ialah QS. Al-Baqarah: 98: Artinya: Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir. Ayat di atas menegaskan bahwa permusuhan yang Allah umumkan kepada orang-orang kafir merupakan konsekuensi dari tindakan mereka yang memusuhi Allah, Malaikat dan para Rasul. Berikutnya, disebutkan pula bahwa Allah SWT melarang orang-orang beriman untuk menjadi teman dekat bagi mereka yang menjadi musuh Allah karena mereka memusuhi Allah: Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu. Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad di jalan-Ku dan mencari keridhaan-Ku (janganlah kamu berbuat demikian). Kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih sayang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Dan barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus. (QS. Al-Mumtahanah: 1) Terakhir, Allah juga memberikan ancaman bagi musuh-musuh-Nya dengan balasan neraka kelak di akhirat: Artinya: Dan (ingatlah) hari (ketika) musuh-musuh Allah di giring ke dalam neraka, lalu mereka dikumpulkan semuanya. Dari kajian terhadap ayat-ayat Alquran yang menyebutkan kata musuh Allah, kita bisa ambil kesimpulan bahwa sebenarnya yang memulai permusuhan bukanlah Allah, namun diawali dengan orang-orang kafir yang memusuhi Allah sehingga Allah memberikan balasan permusuhan kepada mereka. Imam Ibnu Katsir dalam kitab Tafsirnya menjelaskan bahwa asal muasal kata musuh Allah muncul adalah akibat beberapa oknum tokoh Yahudi yang menolak atau meragukan Kerasulan Nabi Muhammad SAW. Dalam sejarahnya, sebenarnya orang Yahudi memang sedang menanti-nanti kedatangan Nabi baru yang akan memberikan kejayaan bagi mereka melawan himpitan kaum musyrik para penyembah berhala. Mereka berharap Nabi baru sekaligus penutup para Nabi ini akan berasal dari kelompok mereka sebagaimana sebelum-sebelumnya biasanya Nabi berasal dari keturunan Bani Israil. Ketika ternyata Nabi baru tersebut lahir bukan dari kelompok mereka, mereka pun merasa tidak puas dan menunjukkan ketidakpercayaannya kepada Nabi Muhammad. Lebih jauh mereka bahkan memusuhi malaikat Jibril yang telah memberikan wahyu kepada Nabi Muhammad dengan menyatakan bahwa Jibril adalah musuh kami sementara Mikail adalah kekasih kami. Padahal jika dicermati, Jibril memberikan wahyu kepada Nabi Muhammad semata-mata atas perintah Allah SWT. Oleh karena itu, Ibnu Katsir menyimpulkan bahwa siapa yang memusuhi Utusan Allah atau Malaikat Allah berarti memusuhi Allah. Lebih lanjut, Ibnu Katsir juga menyatakan bahwa ayat tersebut bersifat umum, dalam arti siapapun yang memusuhi makhluk Allah yang taat kepada-Nya berarti sama dengan memusuhi Allah dan Allah akan balas memusuhi mereka. Dengan demikian bisa kita simpulkan bahwa kata musuh Allah merujuk kepada sosok Setan, orang-orang kafir dan orang yang melampaui batas aturan Allah, terlebih lagi mereka yang menghalang-halangi orang-orang beriman dari jalan kebaikan. Meskipun demikian, hendaknya kita tidak terjebak dengan kata musuh dalam penjelasan ini. Jangan sampai kita salah paham hingga menganggap Allah suka bermusuhan. Sama sekali tidak. Kita juga harus menyimak sifat-sifat Allah yang lain. Diantaranya ialah sifat Maha Pengampun. Memang jika seseorang itu berada dalam kekufuran dalam, Allah akan memusuhi mereka. Namun jika orang tersebut kembali pada keimanan, maka Allah akan memberikan pengampunan yang seluas-luasnya. Demikian, semoga bermanfaat. Wallahu alam bi shawab. *Artikel ini didukung oleh Protect Project, UNDP Indonesia, Uni Eropa, dan UNOCT | Pernah saya mendengar pernyataan seorang penceramah agama tentang musuh Allah. Bagi saya, pernyataan itu agak aneh mengingat Allah Maha Kuasa, mana mungkin Yang Maha Kuasa bisa punya musuh Dan bukankah Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Lantas mengapa bisa punya musuh Jawab Benar sekali, pada prinsipnya Allah memang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Cinta kasih yang Allah berikan bersifat menyeluruh hingga Allah Berkuasa memberikan rezeki pada siapapun yang Allah kehendaki entah kepada mereka yang beriman ataupun tidak. Meskipun demikian, harus kita pahami bahwa Allah menghendaki kebaikan bagi manusia dengan jalan memberikan panduan berupa syariat Islam. Bagi mereka yang taat, Allah menjanjikan kedamaian dan surga kelak di akhirat. Sebaliknya, bagi mereka yang membangkang, Allah menjanjikan siksaan yang amat pedih di neraka kelak. Kita juga harus mengingat bahwa diantara tugas Rasulullah SAW diutus di muka bumi oleh Allah SWT adalah untuk menciptakan keseimbangan. Keseimbangan itu tercermin pada peran Rasul sebagai mubasyiran yang memberikan kabar gembira bagi mereka yang beriman, sekaligus sebagai nadziran yang memberikan ancaman bagi mereka yang membangkang. Jika kamu benarbenar keluar untuk berjihad di jalanKu dan mencari keridhaanKu janganlah kamu berbuat demikian. Kamu memberitahukan secara rahasia beritaberita Muhammad kepada mereka, karena rasa kasih sayang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Dan barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus. AlMumtahanah 1 Terakhir, Allah juga memberikan ancaman bagi musuhmusuhNya dengan balasan neraka kelak di akhirat Artinya Dan ingatlah hari ketika musuhmusuh Allah di giring ke dalam neraka, lalu mereka dikumpulkan semuanya. Dari kajian terhadap ayatayat Alquran yang menyebutkan kata musuh Allah, kita bisa ambil kesimpulan bahwa sebenarnya yang memulai permusuhan bukanlah Allah, namun diawali dengan orangorang kafir yang memusuhi Allah sehingga Allah memberikan balasan permusuhan kepada mereka. Imam Ibnu Katsir dalam kitab Tafsirnya menjelaskan bahwa asal muasal kata musuh Allah muncul adalah akibat beberapa oknum tokoh Yahudi yang menolak atau meragukan Kerasulan Nabi Muhammad SAW. Dalam sejarahnya, sebenarnya orang Yahudi memang sedang menantinanti kedatangan Nabi baru yang akan memberikan kejayaan bagi mereka melawan himpitan kaum musyrik para penyembah berhala. Mereka berharap Nabi baru sekaligus penutup para Nabi ini akan berasal dari kelompok mereka sebagaimana sebelumsebelumnya biasanya Nabi berasal dari keturunan Bani Israil. Lebih jauh mereka bahkan memusuhi malaikat Jibril yang telah memberikan wahyu kepada Nabi Muhammad dengan menyatakan bahwa Jibril adalah musuh kami sementara Mikail adalah kekasih kami. Oleh karena itu, Ibnu Katsir menyimpulkan bahwa siapa yang memusuhi Utusan Allah atau Malaikat Allah berarti memusuhi Allah. Jangan sampai kita salah paham hingga menganggap Allah suka bermusuhan. Kita juga harus menyimak sifatsifat Allah yang lain. Namun jika orang tersebut kembali pada keimanan, maka Allah akan memberikan pengampunan yang seluasluasnya. Artikel ini didukung oleh Protect Project, UNDP Indonesia, Uni Eropa, dan UNOCT |
Seberkas Cahaya di Tengah Gelapnya Musibah | https://radiomutiaraquran.com/2023/01/30/seberkas-cahaya-di-tengah-gelapnya-musibah/ | Segala puji bagi Allah Zat yang telah menciptakan kematian dan kehidupan dalam rangka menguji manusia siapakah di antara mereka yang terbaik amalnya. Zat yang telah mengutus Rasul-Nya dengan hidayah dan agama yang benar untuk dimenangkan di atas seluruh agama yang ada. Sholawat beriring salam semoga senantiasa terlimpah kepada Nabi pembawa rahmah beserta keluarga dan sahabat juga seluruh pengikut mereka yang setia hingga tegaknya kiamat di alam semesta. Amma ba’du. Saudaraku. Semoga Allah melimpahkan taufik untuk menggapai cinta dan ridho-Nya kepadaku dan dirimu. Perjalanan kehidupan terkadang membawamu terperosok dan jatuh dalam berbagai kesulitan. Kesulitan-kesulitan itu terasa berat bagimu. Dadamu seolah-olah menjadi sesak. Bumi yang begitu luas terhampar seolah-olah menjadi sempit bagimu. Apakah keadaan ini akan membawamu berputus asa wahai saudaraku, jangan. Akan tetapi bersabarlah. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dan ketahuilah, sesungguhnya kemenangan itu beriringan dengan kesabaran. Jalan keluar beriringan dengan kesukaran. Dan sesudah kesulitan itu akan datang kemudahan.” (Hadits riwayat Abdu bin Humaid di dalam Musnad-nya dengan nomor 636, Ad Durrah As Salafiyyah hal. 148) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menggambarkan kepada umatnya bahwa kesabaran itu bak sebuah cahaya yang panas. Dia memberikan keterangan di sekelilingnya akan tetapi memang terasa panas menyengat di dalam dada. Sebuah Bab di Dalam Kitab Tauhid Syaikh Al Imam Al Mujaddid Al Mushlih Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah ta’ala membuat sebuah bab di dalam Kitab Tauhid beliau yang berjudul, “Bab Minal iman billah, ash-shabru ‘ala aqdarillah” (Bab: Bersabar dalam menghadapi takdir Allah termasuk cabang keimanan kepada Allah). Syaikh Shalih bin Abdul ‘Aziz Alusy Syaikh hafizhahullah ta’ala mengatakan dalam penjelasannya tentang bab yang sangat berfaedah ini: “Sabar tergolong perkara yang menempati kedudukan agung (di dalam agama). Ia termasuk salah satu bagian ibadah yang sangat mulia. Ia menempati relung-relung hati, gerak-gerik lisan dan tindakan anggota badan. Sedangkan hakikat penghambaan yang sejati tidak akan terealisasi tanpa kesabaran. Hal ini dikarenakan ibadah merupakan perintah syariat (untuk mengerjakan sesuatu), atau berupa larangan syariat (untuk tidak mengerjakan sesuatu), atau bisa juga berupa ujian dalam bentuk musibah yang ditimpakan Allah kepada seorang hamba supaya dia mau bersabar ketika menghadapinya. Maka hakikat penghambaan adalah tunduk melaksanakan perintah syariat serta menjauhi larangan syariat dan bersabar menghadapi musibah-musibah. Musibah yang dijadikan sebagai batu ujian oleh Allah jalla wa ‘ala untuk menempa hamba-hambaNya. Dengan demikian ujian itu bisa melalui sarana ajaran agama dan melalui sarana keputusan takdir. Adapun ujian dengan ajaran agama sebagaimana tercermin dalam firman Allah jalla wa ‘ala kepada Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam sebuah hadits qudsi riwayat Muslim dari ‘Iyaadh bin Hamaar. Dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, ‘Allah ta’ala berfirman: Sesungguhnya Aku mengutusmu dalam rangka menguji dirimu. Dan Aku menguji (manusia) dengan dirimu.’ Maka hakikat pengutusan Nabi ‘alaihish shalaatu was salaam adalah menjadi ujian. Sedangkan adanya ujian jelas membutuhkan sikap sabar dalam menghadapinya. Ujian yang ada dengan diutusnya beliau sebagai rasul ialah dengan bentuk perintah dan larangan. Untuk melaksanakan berbagai kewajiban tentu saja dibutuhkan bekal kesabaran. Untuk meninggalkan berbagai larangan dibutuhkan bekal kesabaran. Begitu pula saat menghadapi keputusan takdir kauni (yang menyakitkan) tentu juga diperlukan bekal kesabaran. Oleh sebab itulah sebagian ulama mengatakan, “Sesungguhnya sabar terbagi tiga; sabar dalam berbuat taat, sabar dalam menahan diri dari maksiat dan sabar tatkala menerima takdir Allah yang terasa menyakitkan.” Karena amat sedikitnya dijumpai orang yang sanggup bersabar tatkala tertimpa musibah maka Syaikh pun membuat sebuah bab tersendiri, semoga Allah merahmati beliau. Hal itu beliau lakukan dalam rangka menjelaskan bahwasanya sabar termasuk bagian dari kesempurnaan tauhid. Sabar termasuk kewajiban yang harus ditunaikan oleh hamba, sehingga ia pun bersabar menanggung ketentuan takdir Allah. Ungkapan rasa marah dan tak mau sabar itulah yang banyak muncul dalam diri orang-orang tatkala mereka mendapatkan ujian berupa ditimpakannya musibah. Dengan alasan itulah beliau membuat bab ini, untuk menerangkan bahwa sabar adalah hal yang wajib dilakukan tatkala tertimpa takdir yang terasa menyakitkan. Dengan hal itu beliau juga ingin memberikan penegasan bahwa bersabar dalam rangka menjalankan ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan hukumnya juga wajib. Secara bahasa sabar artinya tertahan. Orang Arab mengatakan, “Qutila fulan shabran” (artinya si Fulan dibunuh dalam keadaan “shabr”) yaitu tatkala dia berada dalam tahanan atau sedang diikat lalu dibunuh, tanpa ada perlawanan atau peperangan. Dan demikianlah inti makna kesabaran yang dipakai dalam pengertian syar’i. Ia disebut sebagai sabar karena di dalamnya terkandung penahanan lisan untuk tidak berkeluh kesah, menahan hati untuk tidak merasa marah dan menahan anggota badan untuk tidak mengekspresikan kemarahan dalam bentuk menampar-nampar pipi, merobek-robek kain dan semacamnya. Maka menurut istilah syariat, sabar artinya: “Menahan lisan dari mengeluh, menahan hati dari marah dan menahan anggota badan dari menampakkan kemarahan dengan cara merobek-robek sesuatu dan tindakan lain semacamnya.” Imam Ahmad rahimahullah berkata, “Di dalam Al Quran kata sabar disebutkan dalam 90 tempat lebih. Sabar adalah bagian iman, sebagaimana kedudukan kepala bagi jasad. Sebab orang yang tidak punya kesabaran dalam menjalankan ketaatan, tidak punya kesabaran untuk menjauhi maksiat serta tidak sabar tatkala tertimpa takdir yang menyakitkan maka dia kehilangan banyak sekali bagian keimanan.” Perkataan beliau “Bab Minal imaan, ash shabru ‘ala aqdaarillah” artinya: Salah satu ciri karakteristik iman kepada Allah adalah bersabar tatkala menghadapi takdir-takdir Allah. Keimanan itu mempunyai cabang-cabang. Sebagaimana kekufuran juga bercabang-cabang. Maka dengan perkataan “Minal imaan ash shabru” beliau ingin memberikan penegasan bahwa sabar termasuk salah satu cabang keimanan. Beliau juga memberikan penegasan melalui sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim yang menunjukkan bahwa niyaahah (meratapi mayat) itu juga termasuk salah satu cabang kekufuran. Sehingga setiap cabang kekafiran itu harus dihadapi dengan cabang keimanan. Meratapi mayat adalah sebuah cabang kekafiran maka dia harus dihadapi dengan sebuah cabang keimanan yaitu bersabar terhadap takdir Allah yang terasa menyakitkan.” (At Tamhiid, hal. 389-391). Ridho Terhadap Musibah Melahirkan Hidayah Allah ta’ala berfirman yang artinya, ࣱ “Tidaklah ada sebuah musibah yang menimpa kecuali dengan izin Allah. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah (bersabar) niscaya Allah akan memberikan hidayah kepada hatinya. Allahlah yang maha mengetahui segala sesuatu.” (QS At Taghaabun: 11) Syaikh Muhammad bin Abdul ‘Aziz Al Qar’awi mengatakan, “Di dalam ayat ini Allah subhanahu wa ta’ala menginformasikan bahwa seluruh musibah yang menimpa seorang individu di antara umat manusia, baik yang terkait dengan dirinya, hartanya atau yang lainnya hanya bisa terjadi dengan sebab takdir dari Allah. Sedangkan ketetapan takdir Allah itu pasti terlaksana tidak bisa dielakkan. Allah juga menyinggung barang siapa yang tulus mengakui bahwa musibah ini terjadi dengan ketetapan dan takdir Allah niscaya Allah akan memberikan taufik kepadanya sehingga mampu untuk merasa ridho dan bersikap tenang tatkala menghadapinya karena yakin terhadap kebijaksanaan Allah. Sebab Allah itu maha mengetahui segala hal yang dapat membuat hamba-hambaNya menjadi baik. Dia juga maha lembut lagi maha penyayang terhadap mereka.” (Al Jadiid, hal. 313). Alqamah, salah seorang pembesar tabi’in, mengatakan, “Ayat ini berbicara tentang seorang lelaki yang tertimpa musibah dan dia menyadari bahwa musibah itu berasal dari sisi Allah maka dia pun merasa ridho dan bersikap pasrah kepada-Nya.” Syaikh Shalih bin Abdul ‘Aziz Alusy Syaikh hafizhahullah ta’ala mengatakan dalam penjelasannya tentang perkataan Alqamah ini: “Ini merupakan tafsir dari Alqamah -salah seorang tabi’in (murid sahabat)- terhadap ayat ini. Ini merupakan penafsiran yang benar dan lurus. Hal itu disebabkan firman-Nya, ‘Barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Allah akan memberikan hidayah ke dalam hatinya,’ disebutkan dalam konteks ditimpakannya musibah sebagai ujian bagi hamba. ‘Barangsiapa yang beriman kepada Allah,’ artinya ia mengagungkan Allah jalla wa ‘ala dan melaksanakan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya. ‘Niscaya Allah akan memberikan hidayah ke dalam hatinya,’ yakni supaya bersabar. ‘Allah akan memberikan hidayah ke dalam hatinya’ supaya tidak merasa marah dan tidak terima. ‘Allah akan memberikan hidayah ke dalam hatinya,’ yakni untuk menunaikan berbagai macam ibadah. Oleh sebab itulah beliau (Alqamah) berkata, ‘Ayat ini berbicara tentang seorang lelaki yang tertimpa musibah dan karena dia menyadari bahwa musibah itu berasal dari sisi Allah maka dia pun merasa ridho dan bersikap pasrah kepada-Nya.’ Inilah kandungan iman kepada Allah; ridho dan pasrah kepada Allah.” (At Tamhiid, hal. 391-392). Dari ayat di atas kita dapat memetik banyak pelajaran berharga, di antaranya adalah: Keburukan itu juga termasuk perkara yang sudah ditakdirkan ada oleh Allah, sebagaimana halnya kebaikan. Penjelasan agungnya nikmat iman. Iman itulah yang menjadi sebab hati dapat meraih hidayah dan merasakan ketenteraman diri. Penjelasan tentang ilmu Allah yang meliputi segala sesuatu. Balasan suatu kebaikan adalah kebaikan lain sesudahnya. Hidayah taufik merupakan hak prerogatif Allah ta’ala. (Al Jadiid, hal. 314). Hukum Merasa Ridho Terhadap Musibah Syaikh Shalih bin Abdul ‘Aziz Alusy Syaikh hafizhahullah ta’ala menjelaskan: “Hukum merasa ridho dengan adanya musibah adalah mustahab (sunnah), bukan wajib. Oleh karenanya banyak orang yang kesulitan membedakan antara ridho dengan sabar. Sedangkan kesimpulan yang pas untuk itu adalah sebagai berikut. Bersabar menghadapi musibah hukumnya wajib, dia adalah salah satu kewajiban yang harus ditunaikan. Hal itu dikarenakan di dalam sabar terkandung meninggalkan sikap marah dan tidak terima terhadap ketetapan dan takdir Allah. Adapun ridho memiliki dua sudut pandang yang berlainan: Sudut pandang pertama, terarah kepada perbuatan Allah jalla wa ‘ala. Seorang hamba merasa ridho terhadap perbuatan Allah yang menetapkan terjadinya segala sesuatu. Dia merasa ridho dan puas dengan perbuatan Allah. Dia merasa puas dengan hikmah dan kebijaksanaan Allah. Dia merasa ridho terhadap pembagian jatah yang didapatkannya dari Allah jalla wa ‘ala. Rasa ridho terhadap perbuatan Allah ini termasuk salah satu kewajiban yang harus ditunaikan. Meninggalkan perasaan itu hukumnya haram dan menafikan kesempurnaan tauhid (yang harus ada). Sudut pandang kedua, terarah kepada kejadian yang diputuskan, yaitu terhadap musibah itu sendiri. Maka hukum merasa ridho terhadapnya adalah mustahab. Bukan kewajiban atas hamba untuk merasa ridho dengan sakit yang dideritanya. Bukan kewajiban atas hamba untuk merasa ridho dengan sebab kehilangan anaknya. Bukan kewajiban atas hamba untuk merasa ridho dengan sebab kehilangan hartanya. Namun hal ini hukumnya mustahab (disunahkan). Oleh sebab itu dalam konteks tersebut (ridho yang hukumnya wajib) Alqamah mengatakan, ‘Ayat ini berbicara tentang seorang lelaki yang tertimpa musibah dan dia menyadari bahwa musibah itu berasal dari sisi Allah maka dia pun merasa ridho’ yakni merasa puas terhadap ketetapan Allah ‘dan ia bersikap pasrah’ karena ia mengetahui musibah itu datangnya dari sisi (perbuatan) Allah jalla jalaaluhu. Inilah salah satu ciri keimanan.” (At Tamhiid, hal. 392-393). Hikmah yang Tersimpan di Balik Musibah yang Disegerakan Dari Anas, beliau berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila Allah menginginkan kebaikan bagi hamba-Nya, maka Allah segerakan hukuman atas dosanya di dunia. Dan apabila Allah menghendaki keburukan pada hamba-Nya maka Allah tahan hukuman atas dosanya itu sampai dibayarkan di saat hari kiamat.” (Hadits riwayat At Tirmidzi dengan nomor 2396 di dalam Az Zuhud. Bab tentang kesabaran menghadapi musibah. Beliau mengatakan: hadits ini hasan gharib. Ia juga diriwayatkan oleh Al Haakim dalam Al Mustadrak (1/349, 4/376 dan 377). Ia tercantum dalam Ash Shahihah karya Al Albani dengan nomor 1220). Syaikhul Islam mengatakan: “Datangnya musibah-musibah itu adalah nikmat, Karena ia menjadi sebab dihapuskannya dosa-dosa. Ia juga menuntut kesabaran sehingga orang yang tertimpanya justru diberi pahala. Musibah itulah yang melahirkan sikap kembali taat dan merendahkan diri di hadapan Allah ta’ala serta memalingkan ketergantungan hatinya dari sesama makhluk, dan berbagai maslahat agung lainnya yang muncul karenanya. Musibah itu sendiri dijadikan oleh Allah sebagai sebab penghapus dosa dan kesalahan. Bahkan ini termasuk nikmat yang paling agung. Maka seluruh musibah pada hakikatnya merupakan rahmat dan nikmat bagi keseluruhan makhluk, kecuali apabila musibah itu menyebabkan orang yang tertimpa musibah menjadi terjerumus dalam kemaksiatan yang lebih besar daripada maksiat yang dilakukannya sebelum tertimpa. Apabila itu yang terjadi maka ia menjadi keburukan baginya, bila ditilik dari sudut pandang musibah yang menimpa agamanya. Sesungguhnya ada di antara orang-orang yang apabila mendapat ujian dengan kemiskinan, sakit atau terluka justru menyebabkan munculnya sikap munafik dan protes dalam dirinya, atau bahkan penyakit hati, kekufuran yang jelas, meninggalkan sebagian kewajiban yang dibebankan padanya dan malah berkubang dengan berbagai hal yang diharamkan sehingga berakibat semakin membahayakan agamanya. Maka bagi orang semacam ini kesehatan lebih baik baginya. Hal ini bila ditilik dari sisi dampak yang timbul setelah dia mengalami musibah, bukan dari sisi musibahnya itu sendiri. Sebagaimana halnya orang yang dengan musibahnya bisa melahirkan sikap sabar dan tunduk melaksanakan ketaatan, maka musibah yang menimpa orang semacam ini sebenarnya adalah nikmat diniyah. Musibah itu sendiri terjadi sesuai dengan ketetapan Robb ‘azza wa jalla sekaligus sebagai rahmat untuk manusia, dan Allah ta’ala Maha terpuji karena perbuatan-Nya tersebut. Barang siapa yang diuji dengan suatu musibah lantas diberikan karunia kesabaran oleh Allah maka sabar itulah nikmat bagi agamanya. Setelah dosanya terhapus karenanya maka muncullah sesudahnya rahmat (kasih sayang dari Allah). Dan apabila dia memuji Robbnya atas musibah yang menimpanya niscaya dia juga akan memperoleh pujian-Nya. “Mereka itulah orang-orang yang diberikan pujian (shalawat) dari Rabb mereka dan memperoleh curahan rahmat.” (QS. Al Baqoroh: 157) Ampunan dari Allah atas dosa-dosanya juga akan didapatkan, begitu pula derajatnya pun akan terangkat. Barang siapa yang merealisasikan sabar yang hukumnya wajib ini niscaya dia akan memperoleh balasan-balasan tersebut.” Selesai perkataan Syaikhul Islam dengan ringkas (lihat Fathul Majiid, hal. 353-354). Dari hadits di atas kita dapat memetik beberapa pelajaran berharga, yaitu: Penetapan bahwa Allah memiliki sifat Iradah (berkehendak), tentunya yang sesuai dengan kemuliaan dan keagungan-Nya. Kebaikan dan keburukan sama-sama telah ditakdirkan dari Allah ta’ala. Musibah yang menimpa orang mukmin termasuk tanda kebaikan. Selama hal itu tidak menimbulkan dirinya meninggalkan kewajiban atau melakukan yang diharamkan. Hendaknya kita merasa takut dan waspada terhadap nikmat dan kesehatan yang selama ini senantiasa kita rasakan. Wajib berprasangka baik kepada Allah atas ketetapan takdir tidak mengenakkan yang telah diputuskan-Nya terjadi pada diri kita. Pemberian Allah kepada seseorang bukanlah mesti berarti Allah meridhoi orang tersebut. (Al Jadiid, hal. 320 dengan sedikit penyesuaian redaksional). Balasan Bagi Orang-orang Yang Sabar Allah ta’ala berfirman, {155} {156} “Sungguh Kami akan menguji kalian dengan sedikit rasa takut, kelaparan serta kekurangan harta benda, jiwa, dan buah-buahan. Maka berikanlah kabar gembira bagi orang-orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang apabila tertimpa musibah mereka mengatakan, ‘Sesungguhnya kami ini berasal dari Allah, dan kami juga akan kembali kepada-Nya.’ Mereka itulah orang-orang yang akan mendapatkan ucapan sholawat (pujian) dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang memperoleh hidayah.” (QS Al Baqoroh: 155-157) Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah berkata di dalam kitab tafsirnya, “Ayat ini menunjukkan bahwa barang siapa yang tidak bersabar maka dia berhak menerima lawan darinya, berupa celaan dari Allah, siksaan, kesesatan serta kerugian. Betapa jauhnya perbedaan antara kedua golongan ini. Betapa kecilnya keletihan yang ditanggung oleh orang-orang yang sabar bila dibandingkan dengan besarnya penderitaan yang harus ditanggung oleh orang-orang yang protes dan tidak bersabar…” (Taisir Karimir Rahman, hal. 76). Allah ta’ala juga berfirman, “Sesungguhnya balasan pahala bagi orang-orang yang sabar adalah tidak terbatas.” (QS. Az Zumar: 10) Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah berkata di dalam kitab tafsirnya, “Ayat ini berlaku umum untuk semua jenis kesabaran. Sabar dalam menghadapi takdir Allah yang terasa menyakitkan, yaitu hamba tidak merasa marah karenanya. Sabar dari kemaksiatan kepada-Nya, yaitu dengan cara tidak berkubang di dalamnya. Bersabar dalam melaksanakan ketaatan kepada-Nya, sehingga dia pun merasa lapang dalam melakukannya. Allah menjanjikan kepada orang-orang yang sabar pahala untuk mereka yang tanpa hitungan, artinya tanpa batasan tertentu maupun angka tertentu ataupun ukuran tertentu. Dan hal itu tidaklah bisa diraih kecuali disebabkan karena begitu besarnya keutamaan sifat sabar dan agungnya kedudukan sabar di sisi Allah, dan menunjukkan pula bahwa Allahlah penolong segala urusan.” (Taisir Karimir Rahman, hal. 721). Semoga Allah memasukkan kita di kalangan hamba-hambaNya yang sabar. Wa shalallahu ‘ala nabiyyina Muhammadin wa ‘ala aalihi wa shahbihi wa sallam. Penulis: Abu Muslih Ari Wahyudi (Staf Pengajar Ma’had Ilmi) Murojaah: Ustadz Abu Saad rahimahullah Sumber | Segala puji bagi Allah Zat yang telah menciptakan kematian dan kehidupan dalam rangka menguji manusia siapakah di antara mereka yang terbaik amalnya. Kesulitankesulitan itu terasa berat bagimu. Dia memberikan keterangan di sekelilingnya akan tetapi memang terasa panas menyengat di dalam dada. Maka hakikat pengutusan Nabi alaihish shalaatu was salaam adalah menjadi ujian. Untuk melaksanakan berbagai kewajiban tentu saja dibutuhkan bekal kesabaran. Oleh sebab itulah sebagian ulama mengatakan, Sesungguhnya sabar terbagi tiga sabar dalam berbuat taat, sabar dalam menahan diri dari maksiat dan sabar tatkala menerima takdir Allah yang terasa menyakitkan. Ungkapan rasa marah dan tak mau sabar itulah yang banyak muncul dalam diri orangorang tatkala mereka mendapatkan ujian berupa ditimpakannya musibah. Meratapi mayat adalah sebuah cabang kekafiran maka dia harus dihadapi dengan sebuah cabang keimanan yaitu bersabar terhadap takdir Allah yang terasa menyakitkan. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah bersabar niscaya Allah akan memberikan hidayah kepada hatinya. Allahlah yang maha mengetahui segala sesuatu. Oleh sebab itulah beliau Alqamah berkata, Ayat ini berbicara tentang seorang lelaki yang tertimpa musibah dan karena dia menyadari bahwa musibah itu berasal dari sisi Allah maka dia pun merasa ridho dan bersikap pasrah kepadaNya. Sedangkan kesimpulan yang pas untuk itu adalah sebagai berikut. Seorang hamba merasa ridho terhadap perbuatan Allah yang menetapkan terjadinya segala sesuatu. Namun hal ini hukumnya mustahab disunahkan. Hadits riwayat At Tirmidzi dengan nomor 2396 di dalam Az Zuhud. Musibah itulah yang melahirkan sikap kembali taat dan merendahkan diri di hadapan Allah taala serta memalingkan ketergantungan hatinya dari sesama makhluk, dan berbagai maslahat agung lainnya yang muncul karenanya. Bahkan ini termasuk nikmat yang paling agung. Sesungguhnya ada di antara orangorang yang apabila mendapat ujian dengan kemiskinan, sakit atau terluka justru menyebabkan munculnya sikap munafik dan protes dalam dirinya, atau bahkan penyakit hati, kekufuran yang jelas, meninggalkan sebagian kewajiban yang dibebankan padanya dan malah berkubang dengan berbagai hal yang diharamkan sehingga berakibat semakin membahayakan agamanya. Musibah itu sendiri terjadi sesuai dengan ketetapan Robb azza wa jalla sekaligus sebagai rahmat untuk manusia, dan Allah taala Maha terpuji karena perbuatanNya tersebut. Mereka itulah orangorang yang diberikan pujian shalawat dari Rabb mereka dan memperoleh curahan rahmat. Barang siapa yang merealisasikan sabar yang hukumnya wajib ini niscaya dia akan memperoleh balasanbalasan tersebut. Selesai perkataan Syaikhul Islam dengan ringkas lihat Fathul Majiid, hal. Kebaikan dan keburukan samasama telah ditakdirkan dari Allah taala. Betapa jauhnya perbedaan antara kedua golongan ini. Sabar dalam menghadapi takdir Allah yang terasa menyakitkan, yaitu hamba tidak merasa marah karenanya. Dan hal itu tidaklah bisa diraih kecuali disebabkan karena begitu besarnya keutamaan sifat sabar dan agungnya kedudukan sabar di sisi Allah, dan menunjukkan pula bahwa Allahlah penolong segala urusan. |
Matinya Hati dan Doa yang tak Kunjung Terwujud | https://www.eramuslim.com/hikmah/matinya-hati-dan-doa-yang-tak-kunjung-terwujud/ | Eramuslim – Syaqiq al-Balkhi mengisahkan, suatu ketika Ibrahim bin Adham jalan-jalan di Pasar Bashrah. Sekonyong-konyong, mendekatlah orang-orang. Lalu, mengelilinginya. Mereka bertanya kepadanya, “Apa maksud firman Allah, berdoalah kamu kepada-Ku niscaya Aku akan perkenankan doamu.” (QS Ghafir [40] : 60). Mereka berkata, “Kami sebenarnya telah berdoa, namun setidaknya hingga hari ini tak kunjung dikabulkan Allah.” Ibrahim berkata, “Karena kalian mati hati. Maka, bagaimana doa kalian akan dikabulkan?” Mereka bertanya lagi, “Mengapa kami dikatakan mati hati?” Ibrahim menjawab, “Terdapat 10 perkara yang menyebabkan mati hati”. Kemudian dia sebutkan satu per satu secara berurutan. Pertama, kalian mengaku mengetahui Allah sebagai pencipta kalian tetapi kalian tidak menunaikan hak-hak-Nya. Allah berhak ditaati perintah-Nya. Mengapa, perintah-Nya itu kadang-kadang dilaksanakan dan kadang-kadang tidak dilaksanakan? Kedua, kalian membaca kitab Allah, tetapi kalian tidak mengamalkan isinya. Allah memerintahkan agar menyembah Allah semata tanpa menyekutukan-Nya. Mengapa, Allah (langsung atau tidak langsung) kerap disekutukan dengan selain-Nya? Ketiga, kalian mengaku memusuhi setan, tetapi kalian mengikuti perintahnya. Allah melarang mengikuti langkah-langkah setan. Mengapa langkah-langkah setan itulah yang kerap dijadikan rujukan dalam kehidupan sehari-hari? Keempat, kalian mengaku mencintai Rasulullah SAW, tetapi kalian meninggalkan sunahnya. Rasulullah SAW menjelaskan, orang yang memelihara anak yatim akan mendapat tempat istimewa di surga. Mengapa, tidak sedikit orang yang membiarkan anak yatim tanpa masa depan cerah? Kelima, kalian mengaku mendambakan surga, tetapi kalian tidak mengerjakan hal-hal yang akan mengantarkan kalian masuk ke dalamnya. Mendirikan shalat dengan khusyuk, mengeluarkan zakat, menjaga kemaluan adalah sebagian kecil contoh-contohnya. Mengapa, tidak sedikit orang yang melalaikannya? Keenam, kalian mengaku takut neraka, tetapi kalian tidak menghindari perbuatan dosa/maksiat. Misalnya, Allah melarang keras perbuatan zalim. Mengapa, banyak orang yang merasa dizalimi sesamanya? Ketujuh, kalian mengaku kematian itu niscaya datangnya, tetapi kalian tidak bersiap-siap menghadapinya. Contohnya, Allah menjelaskan di akhirat setiap orang akan dibalas sesuai dengan amalnya masing-masing. Mengapa, banyak orang yang tidak sungguh-sungguh mengerjakan amal saleh semasa hidupnya? Kedelapan, kalian sibuk mempersoalkan cela, kekurangan, dan kesalahan orang lain sementara kalian abai terhadap cela, kekurangan, dan kesalahan diri kalian sendiri. Allah melarang keras membuka aib orang lain. Mengapa, masih banyak orang tidak menghiraukan larangan tersebut? Kesembilan, kalian mendapatkan rezeki dari Allah, tetapi kalian lupa bersyukur kepada-Nya. Allah menitipkan harta yang banyak. Mengapa, tidak sedikit orang yang mengklaim harta itu miliknya sendiri? Lalu, mereka tidak mau berbagi dengan orang lain. Ke-10, kalian mengebumikan jenazah saudara kalian, tetapi kalian tidak mengambil pelajaran darinya. Allah menyatakan, “Setiap yang bernyawa niscaya bakal merasakan kematian.” Mengapa banyak orang yang seakan-akan tidak memercayainya? Wallahu a’lam. (rol) Oleh: Mahmud Yunus | Eramuslim Syaqiq alBalkhi mengisahkan, suatu ketika Ibrahim bin Adham jalanjalan di Pasar Bashrah. Sekonyongkonyong, mendekatlah orangorang. Mereka bertanya kepadanya, Apa maksud firman Allah, berdoalah kamu kepadaKu niscaya Aku akan perkenankan doamu. Maka, bagaimana doa kalian akan dikabulkan Mereka bertanya lagi, Mengapa kami dikatakan mati hati Ibrahim menjawab, Terdapat 10 perkara yang menyebabkan mati hati. Kemudian dia sebutkan satu per satu secara berurutan. Pertama, kalian mengaku mengetahui Allah sebagai pencipta kalian tetapi kalian tidak menunaikan hakhakNya. Mengapa, perintahNya itu kadangkadang dilaksanakan dan kadangkadang tidak dilaksanakan Kedua, kalian membaca kitab Allah, tetapi kalian tidak mengamalkan isinya. Mengapa, Allah langsung atau tidak langsung kerap disekutukan dengan selainNya Ketiga, kalian mengaku memusuhi setan, tetapi kalian mengikuti perintahnya. Allah melarang mengikuti langkahlangkah setan. Rasulullah SAW menjelaskan, orang yang memelihara anak yatim akan mendapat tempat istimewa di surga. Mendirikan shalat dengan khusyuk, mengeluarkan zakat, menjaga kemaluan adalah sebagian kecil contohcontohnya. Mengapa, tidak sedikit orang yang melalaikannya Keenam, kalian mengaku takut neraka, tetapi kalian tidak menghindari perbuatan dosamaksiat. Misalnya, Allah melarang keras perbuatan zalim. Mengapa, banyak orang yang merasa dizalimi sesamanya Ketujuh, kalian mengaku kematian itu niscaya datangnya, tetapi kalian tidak bersiapsiap menghadapinya. Contohnya, Allah menjelaskan di akhirat setiap orang akan dibalas sesuai dengan amalnya masingmasing. Allah melarang keras membuka aib orang lain. Mengapa, tidak sedikit orang yang mengklaim harta itu miliknya sendiri Lalu, mereka tidak mau berbagi dengan orang lain. Allah menyatakan, Setiap yang bernyawa niscaya bakal merasakan kematian. Mengapa banyak orang yang seakanakan tidak memercayainya Wallahu alam. |
Kisah Bilal bin Rabah, Seorang Budak yang Dijamin Masuk Surga | https://www.detik.com/hikmah/kisah/d-7312030/kisah-bilal-bin-rabah-seorang-budak-yang-dijamin-masuk-surga | Bicara mengenai sahabat-sahabat Nabi Muhammad SAW yang senantiasa menemani beliau memperjuangkan dakwah Islam, terdapat salah satu kisah sahabat nabi yang amat menginspirasi. Inilah kisah Bilal bin Rabah, budak jadi ahli Surga. Dari buku Bilal bin Rabah karya Abdul Latip Talib menceritakan kisah perjalanan hidup sahabat Rasulullah yakni Bilal bin Rabah. Bilal Bin Rabah lahir di daerah as-Sarah terletak di pinggiran kota Makkah, mempunyai ayah bernama Rabah, dan ibunya bernama Hamamah, seorang wanita berkulit hitam. Oleh karena itu, ada yang memanggil Bilal bin Rabah dengan sebutan Ibnus-Sauda', atau putra warna hitam. Kemudian beranjak dewasa, Bilal dibesarkan di Makkah sebagai seorang hamba milik keluarga Bani Abdul Dar, lalu sesudah ayahnya meninggal dunia, Bilal diserahkan kepada Umayyah bin Khalaf, tokoh penting kaum Quraisy. Bilal termasuk kalangan yang awal memeluk Islam, Umayah pun tahu karena hal itu dia menyiksa Bilal tanpa belas kasihan. Bilal bin Rabah disiksa Umayah tanpa henti, pertama dia dipukul, sampai diarak keliling kota Makkah. Karena Bilal masih bertahan, dia dijemur di atas pasir terik panas matahari, tanpa makan dan minum. Ketika mataahari tepat di atas kepala dan padang pasir menjadi panas sekali, Bilal dipakaikan baju besi, dan dibiarkan berjemur di bawah terik cahaya matahari, dadanya pun ditimpa batu. Dalam keadaan kepayahan itu, iman Islam Bilal bin Rabah tidak goyah sedikitpun. Umayah memaksa Bilal menyebut al-Latta dan al-Uzza, tetapi mulut Bilal tetap saja menyebut, "Allah... Allah... Allah." Berita mengenai siksaan Bilal akhirnya sampai dimulut Abu Bakar As-Sidiq, lalu beliau membeli Bilal dan memerdekannya dari Umayah dengan harga sembilan uqiyah emas. Bagi Umayah jika Abu Bakar membeli Bilal dengan harga 1 uqiyah emas pun akan diberikan, namun bagi Abu Bakar andai Umayah memasang harga 100 uqiyah emas, Abu Bakar akan tetap membebaskannya. Dari buku The Great Sahaba karya Rizem Aizid dijelaskan kisah muadzin pertama umat Islam. Selama di Madinah, Bilal Bin Rabah selalu berada di samping Nabi Muhammad SAW, ketika menunaikan ibadah shalat, ataupun berjihad, saking dekatnya Bilal dengan Rasulullah SAW, sampai dia dijuluki bayangan Nabi Muhammad SAW. Ketika Masjid Nabawi selesai dibangun, Rasulullah kemudian mengisyaratkan mengumandangkan adzan sebelum mendirikan shalat. Namun, yang menjadi pertanyaan siapa yang dapat menjadi muadzin? Dari semua sahabat yang hadir, Nabi Muhammad SAW pun menunjuk Bilal bin Rabah untuk mengumandangkan azan. Oleh karena itu, Bilal menjadi orang pertama diantara umat Islam yang menjadi muadzin, hingga suaranya terdengar kencang ke seluruh Madinah, gelarnya adalah Muadzin ar-Rasul. Hingga masa kini banyak orang-orang memanggil muadzin dengan nama Bilal. Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, Bilal menjadi salah satu sahabat nabi yang sangat terpukul akibat kepergian Rasulullah SAW, hingga dirinya memutuskan pensiun dari menjadi muadzin. Suatu ketika Khalifah Abu Bakar RA, meminta Bilal bin Rabah supaya menjadi muadzin kembali, namun dengan perasaan yang masih sedih, dia berkata, "Aku hanya menjadi muadzin Rasulullah. Rasulullah telah tiada, maka aku bukan muadzin siapa-siapa lagi." Sejak saat itu Bilal bin Rabah tidak lagi mengumandangkan adzan, kecuali hanya sebanyak dua kali, kemudian Bilal bin Rabah meninggalkan Madinah, dan tinggal di Homs, Syria. Menurut kisah Bilal bin Rabah hanya sanggup mengumandangkan adzan selama tiga hari, selalu sampai pada kalimat, "Asyhadu anna Muhammadan Rasulullahaahi (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah)." Kemudian Bilal langsung menangis tersedu-sedu. Demikianlah kisah Bilal bin Rabah dari budak jadi ahli Surga. Semoga detikers mendapatkan pelajaran dari cerita tersebut. | Bicara mengenai sahabatsahabat Nabi Muhammad SAW yang senantiasa menemani beliau memperjuangkan dakwah Islam, terdapat salah satu kisah sahabat nabi yang amat menginspirasi. Oleh karena itu, ada yang memanggil Bilal bin Rabah dengan sebutan IbnusSauda, atau putra warna hitam. Bilal termasuk kalangan yang awal memeluk Islam, Umayah pun tahu karena hal itu dia menyiksa Bilal tanpa belas kasihan. Bilal bin Rabah disiksa Umayah tanpa henti, pertama dia dipukul, sampai diarak keliling kota Makkah. Ketika mataahari tepat di atas kepala dan padang pasir menjadi panas sekali, Bilal dipakaikan baju besi, dan dibiarkan berjemur di bawah terik cahaya matahari, dadanya pun ditimpa batu. Umayah memaksa Bilal menyebut alLatta dan alUzza, tetapi mulut Bilal tetap saja menyebut, Allah Allah Allah. Berita mengenai siksaan Bilal akhirnya sampai dimulut Abu Bakar AsSidiq, lalu beliau membeli Bilal dan memerdekannya dari Umayah dengan harga sembilan uqiyah emas. Dari buku The Great Sahaba karya Rizem Aizid dijelaskan kisah muadzin pertama umat Islam. Ketika Masjid Nabawi selesai dibangun, Rasulullah kemudian mengisyaratkan mengumandangkan adzan sebelum mendirikan shalat. Namun, yang menjadi pertanyaan siapa yang dapat menjadi muadzin Dari semua sahabat yang hadir, Nabi Muhammad SAW pun menunjuk Bilal bin Rabah untuk mengumandangkan azan. Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, Bilal menjadi salah satu sahabat nabi yang sangat terpukul akibat kepergian Rasulullah SAW, hingga dirinya memutuskan pensiun dari menjadi muadzin. Suatu ketika Khalifah Abu Bakar RA, meminta Bilal bin Rabah supaya menjadi muadzin kembali, namun dengan perasaan yang masih sedih, dia berkata, Aku hanya menjadi muadzin Rasulullah. Rasulullah telah tiada, maka aku bukan muadzin siapasiapa lagi. Sejak saat itu Bilal bin Rabah tidak lagi mengumandangkan adzan, kecuali hanya sebanyak dua kali, kemudian Bilal bin Rabah meninggalkan Madinah, dan tinggal di Homs, Syria. Demikianlah kisah Bilal bin Rabah dari budak jadi ahli Surga. Semoga detikers mendapatkan pelajaran dari cerita tersebut. |
Surat Al Maidah Ayat 51 : Jangan Memilih Pemimpin Non-Muslim | https://radiomutiaraquran.com/2017/03/14/surat-al-maidah-ayat-51-jangan-memilih-pemimpin-non-muslim/ | Benarkah Islam melarang memilih pemimpin non-muslim? Apa benar surat Al-Maidah ayat 51 melarang demikian? Allah Ta’ala berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi auliya bagimu; sebahagian mereka adalah auliya bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi auliya, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim.” (QS. Al-Maidah: 51) Apa itu Awliya’ atau Wali? Ada berbagai macam pengertian dari wali atau awliya’. Di antara pengertiannya, wali adalah pemimpin. Istilah wali lainnya adalah untuk wali yatim, wali dari orang yang terbunuh, wali wanita. Wali yang dimaksud di sini adalah yang bertanggung jawab pada urusan-urusan mereka tadi. Semacam pemimpin negeri juga adalah yang mengepalai mengurus kaumnya dan mengatur dalam hal memerintah dan melarang. Lihat Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyyah, 45: 135. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin menyebutkan bahwa wali (disebut pula: al-wilayah) dalam bahasa Arab punya makna berbagai macam. Lantas apa yang dimaksud wali atau awliya yang tidak boleh diambil dari seorang Yahudi dan Nashrani? Yang dimaksud adalah saling tolong menolong, yaitu yang dimaksud adalah menolong mereka, baik menolongnya di sini adalah untuk mengalahkan kaum muslimin, atau menolongnya untuk mengalahkan sesama kafir. Tetap tidak boleh bagi kita membela mereka untuk mengalahkan sesama kafir. Selama pertolongan kita pada mereka tidak bermasalahat untuk Islam, maka tidak boleh. Namun jika punya maslahat bagi kaum muslimin, misal orang kafir yang saling bermusuhan ada yang sering menyakiti kaum muslimin, maka kita menolong yang tidak sering menyengsarakan kaum muslimin, seperti itu tidak mengapa karena ada maslahat. (Tafsir Al-Qur’an Al-Karim Surat Al-Maidah, 2: 9) Penjelasan Ibnu Katsir Ibnu Katsir menjelaskan ayat ini, “Allah Ta’ala melarang hamba-Nya yang beriman untuk loyal kepada orang Yahudi dan Nasrani. Mereka itu musuh Islam dan sekutu-sekutunya. Moga kebinasaan dari Allah untuk mereka. Lalu Allah mengabarkan bahwa mereka itu adalah auliya terhadap sesamanya. Kemudian Allah mengancam dan memperingatkan bagi orang mukmin yang melanggar larangan ini, “Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 3: 417). Pecat Dia … Makna lain dari awliya’ atau wali adalah pemimpin atau yang diberi tanggung jawab dalam urusan penting seperti dalam kisah Umar berikut. Ibnu Katsir menukil sebuah riwayat dari Umar bin Khathab. Umar bin Khathab pernah memerintahkan Abu Musa Al Asy’ari bahwa pencatatan pengeluaran dan pemasukan pemerintahan dilakukan oleh satu orang. Abu Musa memiliki seorang juru tulis yang beragama Nasrani. Abu Musa pun mengangkatnya untuk mengerjakan tugas tersebut. Umar bin Khathab pun kagum dengan hasil pekerjaannya. Umar berkata, “Hasil kerja orang ini bagus.” Umar melanjutkan, “Bisakah orang ini didatangkan dari Syam untuk membacakan laporan-laporan di depan kami di masjid?” Abu Musa menjawab, “Ia tidak bisa masuk masjid.” Umar bertanya, “Kenapa? Apa karena ia junub?” Abu Musa menjawab, “Bukan. Ia tidak bisa karena ia seorang Nashrani.” Umar pun menegurku dengan keras dan memukul pahaku dan berkata, “Pecat dia.” Umar lalu membacakan ayat (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim.” (Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Hatim dengan sanad dan matan darinya. Abu Ishaq Al-Huwaini menyatakan bahwa sanad hadits ini hasan. Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 3: 417-418) Jelas sekali bahwa ayat ini larangan menjadikan orang kafir sebagai pemimpin atau orang yang memegang posisi-posisi strategis yang bersangkutan dengan kepentingan kaum muslimin. Semoga Allah memberi taufik dan hidayah. — @ DS, Panggang, Gunungkidul, 14 Muharram 1436 H Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal Sumber : https://rumaysho.com/14628-surat-al-maidah-ayat-51-jangan-memilih-pemimpin-non-muslim.html | Benarkah Islam melarang memilih pemimpin nonmuslim Apa benar surat AlMaidah ayat 51 melarang demikian Allah Taala berfirman, Hai orangorang yang beriman, janganlah kamu mengambil orangorang Yahudi dan Nasrani menjadi auliya bagimu sebahagian mereka adalah auliya bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi auliya, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orangorang yang lalim. AlMaidah 51 Apa itu Awliya atau Wali Ada berbagai macam pengertian dari wali atau awliya. Di antara pengertiannya, wali adalah pemimpin. Semacam pemimpin negeri juga adalah yang mengepalai mengurus kaumnya dan mengatur dalam hal memerintah dan melarang. Lantas apa yang dimaksud wali atau awliya yang tidak boleh diambil dari seorang Yahudi dan Nashrani Yang dimaksud adalah saling tolong menolong, yaitu yang dimaksud adalah menolong mereka, baik menolongnya di sini adalah untuk mengalahkan kaum muslimin, atau menolongnya untuk mengalahkan sesama kafir. Tetap tidak boleh bagi kita membela mereka untuk mengalahkan sesama kafir. Namun jika punya maslahat bagi kaum muslimin, misal orang kafir yang saling bermusuhan ada yang sering menyakiti kaum muslimin, maka kita menolong yang tidak sering menyengsarakan kaum muslimin, seperti itu tidak mengapa karena ada maslahat. Lalu Allah mengabarkan bahwa mereka itu adalah auliya terhadap sesamanya. Kemudian Allah mengancam dan memperingatkan bagi orang mukmin yang melanggar larangan ini, Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Ibnu Katsir menukil sebuah riwayat dari Umar bin Khathab. Umar bin Khathab pernah memerintahkan Abu Musa Al Asyari bahwa pencatatan pengeluaran dan pemasukan pemerintahan dilakukan oleh satu orang. Abu Musa memiliki seorang juru tulis yang beragama Nasrani. Abu Musa pun mengangkatnya untuk mengerjakan tugas tersebut. Umar bin Khathab pun kagum dengan hasil pekerjaannya. Umar melanjutkan, Bisakah orang ini didatangkan dari Syam untuk membacakan laporanlaporan di depan kami di masjid Abu Musa menjawab, Ia tidak bisa masuk masjid. Umar bertanya, Kenapa Apa karena ia junub Abu Musa menjawab, Bukan. Ia tidak bisa karena ia seorang Nashrani. Umar pun menegurku dengan keras dan memukul pahaku dan berkata, Pecat dia. Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Hatim dengan sanad dan matan darinya. Abu Ishaq AlHuwaini menyatakan bahwa sanad hadits ini hasan. Lihat Tafsir AlQuran AlAzhim, 3 417418 Jelas sekali bahwa ayat ini larangan menjadikan orang kafir sebagai pemimpin atau orang yang memegang posisiposisi strategis yang bersangkutan dengan kepentingan kaum muslimin. DS, Panggang, Gunungkidul, 14 Muharram 1436 H Oleh Muhammad Abduh Tuasikal Sumber |
Benarkah 12 Rabiul Awal Hari Kelahiran Nabi? | https://konsultasisyariah.com/10410-bernakah-12-rabiul-awal-hari-kelahiran-nabi.html | Tanggal 12 Rabi’ul Awal telah menjadi salah satu hari istimewa bagi sebagian kaum muslimin. Hari ini dianggap sebagai hari kelahiran Nabi akhir zaman, sang pembawa risalah penyempurna, Nabi agung Muhammad shallallahu alaihi wa ‘alaa alihi wa sahbihi wa sallam. Perayaan dengan berbagai acara dari mulai pengajian dan dzikir jamaah sampai permainan dan perlombaan digelar untuk memeriahkan peringatan hari yang dianggap istimewa ini. Bahkan ada di antara kelompok tarekat yang memperingati dengan dzikir dan syair-syair yang isinya pujian-pujian berlebihan kepada Nabishallallahu ‘alahi wa sallam. Mereka meyakini bahwa roh Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam yang mulia akan datang di puncak acara . Oleh karena itu, pada saat puncak acara pemimpin tarekat tersebut memberikan komando kepada peserta dzikir untuk berdiri dalam rangka menyambut kedatangan roh Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam yang hanya diketahui oleh pemimpin tarekat. Sungguh ah semacam ini sama persis dengan ah orang-orang Hindu yang meyakini bangkitnya roh leluhur. Namun sayangnya sebagian kaum muslimin menganggap hal ini sebagai bentuk ibadah. Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’un, kesesatan mana lagi yang lebih parah dari kesesatan ini. Kapankah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam Dilahirkan? Pada hakikatnya para ahli sejarah berselisih pendapat dalam menentukan sejarah kelahiran Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam, terutama yang terkait dengan bulan, tanggal, hari, dan tempat Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam dilahirkan. Pertama: Bulan Kelahiran Pendapat yang paling masyhur, beliau dilahirkan di bulan Rabi’ul Awal. Ini adalah pendapat mayoritas ulama, bahkan dikatakan oleh Ibnul Jauzi sebagai kesepakatan ulama. Namun ada sebagian yang berpendapat bahwa beliau dilahirkan di bulan Shafar, Rabi’ul Akhir, dan ada yang berpendapat beliau dilahirkan di bulan Muharram tanggal 10 (hari Asyura). Kemudian sebagian yang lain berpendapat bahwa beliau lahir di bulan Ramadhan. Karena bulan Ramadhan adalah bulan di mana beliau mendapatkan wahyu pertama kali dan diangkat sebagai nabi. Pendapat ini bertujuan untuk menggenapkan hitungan 40 tahun usia beliau shallallahu ‘alahi wa sallam ketika beliau diangkat sebagai nabi. Kedua: Tanggal kelahiran Disebutkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Muslim bahwa Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam pernah ditanya tentang puasa hari senin. Kemudian beliau menjawab, “Hari senin adalah hari dimana aku dilahirkan dan pertama kali aku mendapat wahyu.” Akan tetapi para ahli sejarah berbeda pendapat tentang tanggal berapa Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam dilahirkan. Di antara pendapat yang disampaikan adalah: Hari senin Rabi’ul Awal (tanpa ditentukan tanggalnya), tanggal 2 Rabi’ul Awal, tanggal 8, 10, 12, 17 Rabiul Awal, dan 8 hari sebelum habisnya bulan Rabi’ul Awal. Pendapat yang Lebih Kuat Berdasarkan penelitian ulama ahli sejarah Muhammad Sulaiman Al Mansurfury dan ahli astronomi Mahmud Basya disimpulkan bahwa hari senin pagi yang bertepatan dengan permulaan tahun dari peristiwa penyerangan pasukan gajah dan 40 tahun setelah kekuasaan Kisra Anusyirwan atau bertepatan dengan 20 atau 22 april tahun 571 M, hari senin tersebut bertepatan dengan tanggal 9 Rabi’ul Awal. (Ar Rahiqum Makhtum). Tanggal Wafat Para ulama ahli sejarah menyatakan bahwa beliau meninggal pada hari senin tanggal 12 Rabi’ul Awal tahun 11 H dalam usia 63 tahun lebih empat hari. Satu catatan penting yang perlu kita perhatikan dari dua kenyataan sejarah di atas. Perbedaan para ulama dalam menentukan tanggal kelahiran Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam dan tanggal wafatnya beliau shallallahu ‘alahi wa sallam. Kenyataan ini menunjukkan bahwa para ulama tidak banyak memberikan perhatian terhadap tanggal kelahiran Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam. Alasannya, penentuan kapan beliau dilahirkan sama sekali tidak terkait dengan hukum syariat (maksudnya tidak ada syariat tertentu baik berupa keyakinan maupun suatu amaliyah syar’iyah yang berkaitan dengan kelahiran beliau ed.) Beliau dilahirkan tidak langsung menjadi nabi, dan belum ada wahyu yang turun di saat beliau dilahirkan. Beliau baru diutus sebagai seorang nabi di usia 40 tahun lebih 6 bulan. Berbeda dengan hari wafatnya Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam, seolah para ulama sepakat bahwa hari wafatnya beliau adalah tanggal 12 Rabiul Awal tahun 11 H. Perhatian para ulama mengenai hari wafatnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karena wafatnya beliau berhubungan dengan hukum syariat. Wafatnya beliau merupakan batas berakhirnya wahyu Allah yang turun. Sehingga tidak ada lagi hukum baru yang muncul setelah wafatnya beliau shallallahu ‘alahi wa sallam. Jika ada pertanyaan, tanggal 12 Rabi’ul Awal itu lebih dekat sebagai tanggal kelahiran Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam ataukah tanggal wafatnya beliau shallallahu ‘alahi wa sallam? Orang yang memiliki pengetahuan sejarah akan mengatakan bahwa tanggal 12 Rabi’ul Awal itu lebih dekat pada hari wafatnya Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam. Karena dalam masalah tanggal kelahiran para ulama ahli sejarah berselisih sementara dalam masalah wafatnya tidak ditemukan adanya perselisihan. Setelah kita memahami hal ini, bisa kita tarik kesimpulan bahwa tanggal 12 Rabi’ul Awal yang diperingati sebagai hari kelahiran Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam pada hakikatnya lebih dekat pada peringatan hari wafatnya Nabi yang mulia Muhammad shallallahu ‘alahi wa sallam. Oleh karena itu, sikap sebagian besar kaum muslimin yang selama ini memperingati hari Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam sebenarnya mirip dengan tindakan kaum Nasrani dalam memperingati tanggal 25 Desember. Mereka beranggapan bahwa itu adalah tanggal kelahiran Yesus padahal sejarah membuktikan bahwa Yesus tidak mungkin dilahirkan di bulan Desember. Dengan alasan apa lagi kita hendak merayakan 12 Rabi’ul Awal sebagai peringatan ?? Ditulis oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasi Syariah) Artikel | Tanggal 12 Rabiul Awal telah menjadi salah satu hari istimewa bagi sebagian kaum muslimin. Perayaan dengan berbagai acara dari mulai pengajian dan dzikir jamaah sampai permainan dan perlombaan digelar untuk memeriahkan peringatan hari yang dianggap istimewa ini. Bahkan ada di antara kelompok tarekat yang memperingati dengan dzikir dan syairsyair yang isinya pujianpujian berlebihan kepada Nabishallallahu alahi wa sallam. Mereka meyakini bahwa roh Nabi shallallahu alahi wa sallam yang mulia akan datang di puncak acara . Oleh karena itu, pada saat puncak acara pemimpin tarekat tersebut memberikan komando kepada peserta dzikir untuk berdiri dalam rangka menyambut kedatangan roh Nabi shallallahu alahi wa sallam yang hanya diketahui oleh pemimpin tarekat. Sungguh ah semacam ini sama persis dengan ah orangorang Hindu yang meyakini bangkitnya roh leluhur. Namun sayangnya sebagian kaum muslimin menganggap hal ini sebagai bentuk ibadah. Inna lillaahi wa innaa ilaihi raajiun, kesesatan mana lagi yang lebih parah dari kesesatan ini. Ini adalah pendapat mayoritas ulama, bahkan dikatakan oleh Ibnul Jauzi sebagai kesepakatan ulama. Kemudian sebagian yang lain berpendapat bahwa beliau lahir di bulan Ramadhan. Pendapat ini bertujuan untuk menggenapkan hitungan 40 tahun usia beliau shallallahu alahi wa sallam ketika beliau diangkat sebagai nabi. Kedua Tanggal kelahiran Disebutkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Muslim bahwa Nabi shallallahu alahi wa sallam pernah ditanya tentang puasa hari senin. Akan tetapi para ahli sejarah berbeda pendapat tentang tanggal berapa Nabi shallallahu alahi wa sallam dilahirkan. Pendapat yang Lebih Kuat Berdasarkan penelitian ulama ahli sejarah Muhammad Sulaiman Al Mansurfury dan ahli astronomi Mahmud Basya disimpulkan bahwa hari senin pagi yang bertepatan dengan permulaan tahun dari peristiwa penyerangan pasukan gajah dan 40 tahun setelah kekuasaan Kisra Anusyirwan atau bertepatan dengan 20 atau 22 april tahun 571 M, hari senin tersebut bertepatan dengan tanggal 9 Rabiul Awal. Satu catatan penting yang perlu kita perhatikan dari dua kenyataan sejarah di atas. Alasannya, penentuan kapan beliau dilahirkan sama sekali tidak terkait dengan hukum syariat maksudnya tidak ada syariat tertentu baik berupa keyakinan maupun suatu amaliyah syariyah yang berkaitan dengan kelahiran beliau ed. Wafatnya beliau merupakan batas berakhirnya wahyu Allah yang turun. Sehingga tidak ada lagi hukum baru yang muncul setelah wafatnya beliau shallallahu alahi wa sallam. Jika ada pertanyaan, tanggal 12 Rabiul Awal itu lebih dekat sebagai tanggal kelahiran Nabi shallallahu alahi wa sallam ataukah tanggal wafatnya beliau shallallahu alahi wa sallam Orang yang memiliki pengetahuan sejarah akan mengatakan bahwa tanggal 12 Rabiul Awal itu lebih dekat pada hari wafatnya Nabi shallallahu alahi wa sallam. Karena dalam masalah tanggal kelahiran para ulama ahli sejarah berselisih sementara dalam masalah wafatnya tidak ditemukan adanya perselisihan. Oleh karena itu, sikap sebagian besar kaum muslimin yang selama ini memperingati hari Nabi shallallahu alahi wa sallam sebenarnya mirip dengan tindakan kaum Nasrani dalam memperingati tanggal 25 Desember. Dengan alasan apa lagi kita hendak merayakan 12 Rabiul Awal sebagai peringatan Ditulis oleh Ustadz Ammi Nur Baits Dewan Pembina Konsultasi Syariah Artikel |
Dalil Zakat Fitrah, Perintahnya Tercatat dalam Al-Qur'an dan Hadits | https://www.detik.com/hikmah/ziswaf/d-7261436/dalil-zakat-fitrah-perintahnya-tercatat-dalam-al-quran-dan-hadits | Zakat fitrah dibayarkan setiap Ramadan hingga menjelang datangnya Idul Fitri. Zakat fitrah merupakan kewajiban seorang muslim dan menjadi salah satu rukun Islam. Perintah zakat fitrah termaktub dalam beberapa ayat Al-Qur'an dan dijelaskan melalui hadits Rasulullah SAW. Merangkum buku Fikih oleh Hasbiyallah dijelaskan pengertian zakat fitrah yakni zakat yang wajib dikeluarkan oleh setiap muslim laki-laki, perempuan, besar atau kecil, merdeka atau budak pada awal bulan Ramadan sampai menjelang salat Idul Fitri dengan ukuran sebanyak dua setengah kilogram bahan makanan pokok untuk setiap orang. Pembayaran zakat fitrah dapat juga dilakukan menggunakan uang. Terdapat beberapa dalil yang menegaskan perintah zakat fitrah. Dalil ini tercatat dalam Al-Qur'an dan juga dijelaskan melalui hadits Rasulullah SAW. Berikut beberapa dalil tentang perintah zakat fitrah: Artinya: Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'. Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati Artinya: Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Artinya: "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus." . Artinya: "(14) Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan membayar zakat fitrah), (15) dan dia ingat nama Tuhannya (dengan mengumandangkan takbir), lalu dia melaksanakan sholat (Idul Fitri)." Artinya: "Dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat." Artinya: "Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah," Dari Ibnu Umar RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: : . Artinya: "Islam itu dibangun atas lima perkara: bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Utusan Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat, berhaji ke Baitullah, dan berpuasa di bulan Ramadan." (HR Bukhari). Dari Ibn Umar RA, Rasulullah SAW bersabda, Artinya: "Rasulullah SAW, mewajibkan zakat fitrah dengan satu sha' kurma atau satu sha' gandum bagi setiap muslim yang merdeka maupun budak, laki-laki maupun perempuan, anak kecil maupun dewasa. Zakat tersebut diperintahkan dikeluarkan sebelum orang-orang keluar untuk melaksanakan sholat ied." (HR. Bukhari). Zakat fitrah dapat menjadi pembersih bagi orang-orang yang berpuasa. Rasulullah SAW bersabda, ﷺ Artinya :"Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah, sebagai pembersih bagi orang yang puasa dari segala perbuatan sia-sia, dan ucapan tidak baik, dan sebagai makanan bagi orang miskin. Siapa yang menunaikannya sebelum shalat hari raya maka zakatnya diterima, dan siapa yang menunaikannya setelah salat hari raya maka termasuk sedekah biasa" (HR Abu Daud). Dari Ibnu Abbas RA bahwa Rasulullah SAW mengutus Muadz r.a. ke Yaman, kemudian beliau bersabda: Artinya: "Ajaklah mereka untuk bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dn bahwa aku adalah utusan Allah. Apabila mereka mau menuruti ajakanmu itu, maka beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah SWT mewajibkan mereka sholat lima kali sehari semalam. Apabila mereka telah menaatinya, maka beritahukan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan mereka zakat yang dipungut dari orang-orang kaya di antara mereka, dan diberikan kepada orang-orang yang miskin di antara mereka." (HR Bukhari dan Muslim) Dari Abu Ayyub r.a. bahwa ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW dan berkata: : « Artinya: "Beritahukan kepadaku tentang amal perbuatan yang dapat memasukkan aku ke dalam surga. Lalu beliau bersabda, 'Sembahyanglah Allah dan janganlah kamu menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat, dan sambunglah silaturahim.'" (HR Bukhari dan Muslim). Demikian beberapa dalil Al-Qur'an dan hadits yang menjelaskan tentang perintah zakat fitrah. Semoga kita semua dimudahkan dalam menjalani amalan ini. | Zakat fitrah dibayarkan setiap Ramadan hingga menjelang datangnya Idul Fitri. Zakat fitrah merupakan kewajiban seorang muslim dan menjadi salah satu rukun Islam. Pembayaran zakat fitrah dapat juga dilakukan menggunakan uang. Dalil ini tercatat dalam AlQuran dan juga dijelaskan melalui hadits Rasulullah SAW. Artinya Sesungguhnya orangorang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Artinya 14 Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri dengan membayar zakat fitrah, 15 dan dia ingat nama Tuhannya dengan mengumandangkan takbir, lalu dia melaksanakan sholat Idul Fitri. Artinya Dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat. Artinya Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpinpemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah, Dari Ibnu Umar RA bahwa Rasulullah SAW bersabda . Artinya Islam itu dibangun atas lima perkara bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Utusan Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat, berhaji ke Baitullah, dan berpuasa di bulan Ramadan. Zakat tersebut diperintahkan dikeluarkan sebelum orangorang keluar untuk melaksanakan sholat ied. Rasulullah SAW bersabda, ﷺ Artinya Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah, sebagai pembersih bagi orang yang puasa dari segala perbuatan siasia, dan ucapan tidak baik, dan sebagai makanan bagi orang miskin. Siapa yang menunaikannya sebelum shalat hari raya maka zakatnya diterima, dan siapa yang menunaikannya setelah salat hari raya maka termasuk sedekah biasa HR Abu Daud. Dari Ibnu Abbas RA bahwa Rasulullah SAW mengutus Muadz r.a. ke Yaman, kemudian beliau bersabda Artinya Ajaklah mereka untuk bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dn bahwa aku adalah utusan Allah. Apabila mereka mau menuruti ajakanmu itu, maka beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah SWT mewajibkan mereka sholat lima kali sehari semalam. Apabila mereka telah menaatinya, maka beritahukan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan mereka zakat yang dipungut dari orangorang kaya di antara mereka, dan diberikan kepada orangorang yang miskin di antara mereka. bahwa ada seorang lakilaki datang kepada Rasulullah SAW dan berkata Artinya Beritahukan kepadaku tentang amal perbuatan yang dapat memasukkan aku ke dalam surga. Demikian beberapa dalil AlQuran dan hadits yang menjelaskan tentang perintah zakat fitrah. Semoga kita semua dimudahkan dalam menjalani amalan ini. |
Doa Agar Cepat Sembuh dari Penyakit Tukak Lambung | https://bincangsyariah.com/zikir-dan-doa/doa-agar-cepat-sembuh-dari-penyakit-tukak-lambung/ | Berikut ini adalah doa agar cepat sembuh dari penyakit tukak lambung. Di antara penyakit yang sering diderita oleh sebagian orang adalah penyakit tukak lambung. Penyakit ini terjadi ketika lambung luka, terdapat bisul atau benjolan. Ketika seseorang mengidap penyakit ini, maka dia akan mengalami perut kembung, mual, dan nyeri ulu hati. Bagi seseorang yang menderita tukak lambung, selain berusaha menyembuhkan lewat perawatan medis, juga hendaknya memperbanyak membaca doa ini agar segera diberi kesembuhan oleh Allah. Doa yang dimaksud adalah sebagai berikut; Allohumma robbii laa usy-riku bihii syai-an. Alloohumma innii atawajjahu ilaika binabiyyika muhammadin nabiyyir rohmah. Yaa muhammad, innii atawajjahu bika ilaa robbika wa robbii ayyarhamanii mimma bii rohmatan tughniinii min rohmatiman siwaaka. Artinya; Ya Allah, wahai Tuhanku, aku tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun. Ya Allah, aku menghadap (meminta) kepada-Mu melalui Nabi-Mu, Muhammad, Nabi yang membawa rahmat. Wahai Muhammad, aku menghadap melalui dirimu kepada Tuhanmu dan Tuhanku agar Dia merahmatiku dengan (menyembuhkan) penyakit yang ada pada diriku, dengan rahmat yang membuat aku tidak butuh pada rahmat selain diri-Mu. Doa ini dibaca sebanyak tiga kali setiap hari hingga sembuh. Doa ini berdasarkan riwayat yang disebutkan oleh Syaikh Yusuf Al-Nabhani dalam kitab Saadatud Darain berikut; : Ibnu Abi Dunya dengan sanadnya menyebutkan bahwa ada seseorang yang datang pada Abdul Malik bin Said bin Hayyan bin Abjar, lalu bin Abjar menyentuh perutnya dan berkata; Kamu mengidap penyakit yang tidak akan sembuh. Dia bertanya; penyakit apa? bin Abjar berkata; Bisul dalam perut. Kemudian dia pergi dan membaca doa ini tiga kali; Alloohumma robbii laa usy-riku bihii syai-an. Alloohumma innii atawajjahu ilaika binabiyyika muhammadin nabiyyir rohmah. Yaa muhammad, innii atawajjahu bika ilaa robbika wa robbii ayyarhamanii mimma bii rohmatan tughniinii min rohmatiman siwaaka. Kemudian dia datang lagi pada bin Abjar dan bin Abjar pun memeriksa perutnya lalu berkata; Penyakitmu telah sembuh. Demikian penjelasan doa agar cepat sembuh dari penyakit tukak lambung. Semoga bermanfaat. [Baca juga: Hal yang Masuk ke Lambung, tapi Tak Membatalkan Puasa] | Berikut ini adalah doa agar cepat sembuh dari penyakit tukak lambung. Di antara penyakit yang sering diderita oleh sebagian orang adalah penyakit tukak lambung. Penyakit ini terjadi ketika lambung luka, terdapat bisul atau benjolan. Ketika seseorang mengidap penyakit ini, maka dia akan mengalami perut kembung, mual, dan nyeri ulu hati. Bagi seseorang yang menderita tukak lambung, selain berusaha menyembuhkan lewat perawatan medis, juga hendaknya memperbanyak membaca doa ini agar segera diberi kesembuhan oleh Allah. Doa yang dimaksud adalah sebagai berikut Allohumma robbii laa usyriku bihii syaian. Alloohumma innii atawajjahu ilaika binabiyyika muhammadin nabiyyir rohmah. Yaa muhammad, innii atawajjahu bika ilaa robbika wa robbii ayyarhamanii mimma bii rohmatan tughniinii min rohmatiman siwaaka. Artinya Ya Allah, wahai Tuhanku, aku tidak menyekutukanNya dengan apa pun. Ya Allah, aku menghadap meminta kepadaMu melalui NabiMu, Muhammad, Nabi yang membawa rahmat. Wahai Muhammad, aku menghadap melalui dirimu kepada Tuhanmu dan Tuhanku agar Dia merahmatiku dengan menyembuhkan penyakit yang ada pada diriku, dengan rahmat yang membuat aku tidak butuh pada rahmat selain diriMu. Doa ini dibaca sebanyak tiga kali setiap hari hingga sembuh. Doa ini berdasarkan riwayat yang disebutkan oleh Syaikh Yusuf AlNabhani dalam kitab Saadatud Darain berikut Ibnu Abi Dunya dengan sanadnya menyebutkan bahwa ada seseorang yang datang pada Abdul Malik bin Said bin Hayyan bin Abjar, lalu bin Abjar menyentuh perutnya dan berkata Kamu mengidap penyakit yang tidak akan sembuh. Dia bertanya penyakit apa bin Abjar berkata Bisul dalam perut. Kemudian dia pergi dan membaca doa ini tiga kali Alloohumma robbii laa usyriku bihii syaian. Alloohumma innii atawajjahu ilaika binabiyyika muhammadin nabiyyir rohmah. Yaa muhammad, innii atawajjahu bika ilaa robbika wa robbii ayyarhamanii mimma bii rohmatan tughniinii min rohmatiman siwaaka. Kemudian dia datang lagi pada bin Abjar dan bin Abjar pun memeriksa perutnya lalu berkata Penyakitmu telah sembuh. Demikian penjelasan doa agar cepat sembuh dari penyakit tukak lambung. Semoga bermanfaat. Baca juga Hal yang Masuk ke Lambung, tapi Tak Membatalkan Puasa |