id
stringlengths 36
36
| url
stringlengths 46
109
| text
stringlengths 5k
1.51M
|
---|---|---|
b76bef27-faef-4573-bc0a-db22f5a285e5 | http://www.jurnalpangan.com/index.php/pangan/article/download/209/191 |
## Seasoning Berprobiotik : Inovasi Fungsional Savory dari Kacang Merah {Phaseolus Vulgaris L.) Terfermentasi oleh Rhizopus PI19 melalui Mikrofiltrasi
Oleh:
Sri Moemiati
## RINGKASAN
Perolehan produk pangan probiotik sebagai flavor gurih (savory) memungkinkan konsumsi probiotik secara inovatif. Seasoning berprobiotik adalah pekatan/konsentrat hasil pemurnian biomassa probiotik yang mengandung Bakteri Asam Laktat (BAL) dari campuran Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus dan metabolitnya dengan substrat berupa kacang merah terfermentasi oleh kapang Rhizopus-PL19 sebagai kaldu nabati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu proses pemurnian optimal biomasa probiotik melalui membran microfiltrasi 0,2 um dengan berbagai parameter processing terhadap komposisi dan jumlah BAL terbaik yang mendukung peranannya sebagai ingredient probiotik dengan rasa dasar gurih (umami).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin lama waktu proses, maka pemisahan makin sempuma untuk untuk BAL, padatan kering, protein terlarut, lemak, garam tetapi kurang sempuma untuk total asam, gula pereduksi, total protein dan N-Amino, serta meningkatkan kandungan total solid, total asam, lemak, total protein namun menurunkan N-Amino dan fluks permeat. Sedangkan garam dan jumlah bakteri asam laktat cenderung tetap dalam retentat. Retentat mempunyai komposisi yang lebih baik dari pada permeat. Berdasarkan jumlah BAL dan efisiensi proses, waktu pemekatan 180 menit adalah optimal dalam menghasilkan konsentrat sebagai probiotik savory.
Kata-kata Kunci : Konsentrat, probiotik, savory, kaldu kacang merah (Phaseolus vulgaris L.), mikrofiltrasi.
## I. PENDAHULUAN
Produk pangan fermentasi sebagai sumber protein nabati dan probiotik berpotensi bahan pangan fungsional dan penguat cita rasa (flavor) sekaligus. Perpaduan antara pangan fermentasi sebagai flavor savory dan probiotik memungkinkan dikonsumsinya probiotik dengan cara yang berbeda. Kacang- kacangan terfermentasi oleh Rhizopus sp. yang dikenai sebagai kaldu nabati merupakan produk seasoning serupa miso di Jepang, chiang di China atau taucho di Indonesia (Susilowati, dkk., 2006). Pemilihan atas kacang merah (Phaseolus vulgaris L.) disebabkan oleh kurangnya pemanfaatan kacang- kacangan lokal dalam industri pangan
PANGAN 68
sedangkan penggunaan kapang Rhizopus - PL19 dilakukan sebagai pengembangan kapang Rhizopus sp. yang biasanya digunakan sebagai inokulum dalam pembuatan tempe. Kapang Rhizopus-PL'\9 yang merupakan campuran dari berbagai starter Rhizopus sp. diisolasi dari Playen, Yogyakarta (Budiwati, dkk., 2002) berpotensi sebagai sumber enzim protease dalam mendegradasi protein kacang- kacangan melalui fermentasi garam. Asam- asam amino yang terbentuk, terutama L- Glutamat dalam fermentasi garam ini secara alami akan menghasilkan cita rasa gurih (umami).
Fermentasi Bakteri Asam Laktat (BAL) dengan menggunakani campuran Lactobacillus
Edisi No. 54/XVlIL'April-Juni/2009
bulgaricus dan Streptococcus thermophilus pada kacang merah terfermentasi akan menghasilkan senyawa-senyawa organik. Komponen-komponen organik ini akan menghasilkan cita rasa (flavor) unik berupa kombinasi rasa nano-nano, yaitu gurih, asam dan manis yang menyerupai mayonnaise atau produk saus gurih berbasis susu lainnya (Susilowati, dkk., 2007). Flavor unik itu sering dikenai sebagai flavor savory. Oleh karena bahan pangan itu mengandung BAL, maka dia dapat berperan sebagai pangan fungsional berbasis probiotik. Produk seasoning berprobiotik ini dapat diaplikasikan dengan memfortifikasikannya pada aneka saus (sambal, tomat) atau sebagai bahan coating terhadap snack setelah melalui proses instanisasi pada suhu rendah. Aplikasinya dalam saus gurih-asam ini dapat menggantikan rasa asam yang biasanya diperoleh dari penambahan asam cuka (vinegar). Penggunanan ingredient probiotik ini akan memberi nilai tambah pada produk karena sifat probiotik dan fungsionalnya.
Pada perkembangannya, biomassa berprobiotik hasil fermentasi BAL dapat dimumikan untuk memperoleh konsentrat yang lebih pekat dengan jumlah BAL dan komposisi fraksi gurih lebih optimal melalui membran mikrofiltrasi. Sistem ini dipilih karena beberapa kelebihan, di antaranya : mampu dioperasikan pada temperatur ruang dan rendah, tidak terjadi perubahan fasa, kinerja tidak dipengaruhi densitas, tidak menggunakan zat kimiawi, energi pengoperasian rendah dan proses dapat dilakukan secara kontinue (Zeman dan Zydney, 1996). Berdasarkan kisaran ukuran partikel- partikel yang secara efektif dipisahkan, mikrofiltrasi umumnya diterapkan pada suspensi yang mengandung koloidal atau partikel-partikel halus dengan kisaran ukuran 0,02 - 10 um. Penggunaan membran mikrofiltrasi berukuran pori-pori 0,2 um memungkinkan pemisahan fraksi gurih dan bakteri BAL dari komponen lain.
Kondisi operasi mikrofiltrasi dipengaruhi oleh jenis bahan, tekanan, waktu dan laju alir fluida. Kacang merah terfermentasi mengandung komponen-komponen dengan ukuran partikel dan berat molekul yang
Edisi No. 54/XVIII/April-.luni/2009
beragam sehingga dengan waktu pemisahan berbeda memungkinkan diperolehnya tingkat kemurnian optimal. Dengan ukuran sel L. bulgaricus pada kisaran 0,5 -1,2 x 1 -10 urn dan S. thermophillus dengan diameter lebih kecil daripada 1 um [(Batt, dkk., 1999); (Tamime dan Marshall, 1997)] dimungkinkan akan tertahan sebagai retentat sedangkan komponen dengan ukuran partikel lebih kecil daripada ukuran pori-pori membran akan lolos sebagai permeat. Dengan umpan berupa biomassa kaldu kacang hijau berprobiotik dengan protein kacang hijau yang dominan dan kandungan padatan kering yang cukup tinggi, memungkinkan terjadinya penumpukan partikel padatan disekitar membran (fouling) selama proses berlangsung. Kinerja membran mikrofiltrasi, terutama dipengaruhi oleh tekanan, laju alir dan waktu proses. Waktu pemurnian yang semakin lama disertai frekuensi motor pompa dan tekanan operasi yang sesuai akan diperoleh laju alir bahan yang optimal sehingga kemungkinan terjadinya fouling lebih minimal. Hal ini akan memungkinkan dihasilkannya produk probiotik dengan komposisi dan jumlah BAL total optimal.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu proses pemurnian terhadap hasil konsentrat seasoning berprobiotik (kaldu kacang).
## II. METODOLOGI
## 2.1 Bahan dan peralatan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa kaldu nabati dari kacang merah terfermentasi oleh Rhizopus sp-PL19 selama 18 minggu pada suhu 30°C dan inokulum BAL yang mengandung isolat campuran L. bulgaricus dan S. Thermophillus dari Pusat Penelitian Kimia-LIPI; Sukrosa dan susu skim; bahan kimia untuk analisis komposisi, media MRS Agar untuk analisis mikrobiologi dan membran Microfiltrasi 0.2 um (GR-61-PP). Peralatan proses yang digunakan berupa sistem fermentasi BAL skala laboratorium, modul membran Lab Stak M-20 DSS (Denmark) (Anonim, 2005), peralatan untuk analisis komposisi kimia dan mikrobiologi dari produk.
2.2 Rancangan Penelitian
mikroba (Fardiaz, 1989). Pengamatan kinerja
Penelitian ini dilakukan dengan variasi membran microfiltrasi berupa (Gutman, 1987).
waktu pemurnian antara nol sampai 180 menit pada tekanan proses 4 Bar dengan kecepatan 2.3 Tahapan Proses motor pompa tetap (20 Hz) menggunakan a. Proses pembuatan biomassa kaldu membran microfiltrasi 0.2 um, suhu ruang.
kacang merah sebagai probiotik
Umpan berupa biomasa kacang merah
ingredient.
terfermentasi oleh Rhizophus sp PL 19 sebagai
Satu bagian kacang merah terfermentasi
kaldu nabati yang selanjutnya difermentasi oleh Rhizopus sp-PL 19 dilumatkan dengan oleh inokulum BAL dari isolat campuran L. 11 bagian air. Suspensi ini difiltrasi bulgaricus dan S. tlhermophillus. Analisis menggunakan High Separator Frequency, lolos dilakukan terhadap bahan baku dan hasil 200 mesh. Filtrat selanjutnya difermentasi pemurnian meliputi padatan kering (Gravimetri), dengan inokulum BAL yang mengandung L. Total asam (Titrasi) (AOAC, 1995), N-Amino bulgaricus dan S. thermophillus 15 % (v/v) (Cu) (Pope dan Stevens, 1989) dan jumlah yang diperkaya dengan susu skim 10% (b/v)
Kacang merah terfermentasi* (1 bagian)
Air (11 bagian) >
Pelumatan, filtrasi lolos 200 mesh
## Sterilisasi 121 °C &15 menit, pendinginan ± 35 °C
Inokulum BAL (Lactobacillus sp. T & Streptococcus thermophilus) 15 %, —• Inkubasi 40 CC &48 jam
susu skim 10% & sukrosa 12 % (b/v),
1 Air steril (1 bagian) —• Biomassa kacang merah terfermentasi berprobiotik
(1 bagian)
## I
Pemurnian melalui membran mikrofiltrasi 0.2 um,
laju alir 7,88 Umenit, 25 °C &tekanan 4 —• Permeat
selama 0, 30, 60. 90,120, 150 & 180 menit
## 1
Konsentrat
sebagai seasoning probiotik
Keterangan : "Diperoleh dari fermentasi garam menggunakan inokulum Rhizopus sp-PL19 dengan campuran 56 % kacang merah, 23 % inokulum & 21% garam pada 30°C selama 18 minggu.
Gambar 1. Diagram alir proses pembuatan dan pemurnian kacang merah terfermentasi sebagai seasoning berprobiotik melalui membran mikrofiltrasi 0.2 um.
PANGAN 70 Edisi No. 54/XVHI/April-Juni/2009
dan sukrosa 12 % (b/v). Campuran ini kemudian diinkubasi pada suhu 40 oC selama 48 jam. Biomasa yang diperoleh selanjutnya diencerkan dengan rasio 1 bagian biomasa dengan 1 bagian airsteril. Bahan ini merupakan umpan (feed) dalam proses pemurnian melalui membran microfiltrasi 0.2 um.
## b. Pemurnian biomassa kaldu kacang merah berprobiotik melalui membran
mikrofiltrasi. Fluida umpan berupa suspensi biomassa berprobiotik sebanyak 5 L pada tanki umpan berkapasitas 9 Ldipompakan melalui rangkaian tabung saringan 200 mikron, sistem penukar panas/dingin dan modul membran serta keluar melalui selang pengeluaran sebagai retentat. Kemudian retentat disirkulasikan ke tanki umpan secara terus menerus hingga sistem perpipaan benar-benar terisi dengan fluida. Selama proses pengembalian fluida umpan ke tanki umpan, air pendingin pada chiller bertemperatur 23 - 24 oC dialirkan ke sistem penukar panas/dingin selama beberapa saat hingga temperatur fluida dalam tanki tetap stabil. Setelah kondisi proses stabil, frekuensi motor pompa ditetapkan pada 20 Hz (laju alir - 7,88 L/menit) dan temperatur kamar (25 oC) kemudian tekanan operasi diatur dengan mengatur katup retentat sampai alat penunjuk
umpan dan retentat masing-masing menunjukkan 4 bar. Fluida yang lolos dan berpenetrasi melalui membran berupa permeat, keluar melalui pembuluh permeat, ditampung ditempat tersendiri dan dicatat selama 180 menit dengan interval pengamatan setiap 30
menit.
Diagram alir proses pembuatan konsentrat kacang merah berprobiotik melalui pemurnian menggunakan membran mikrofiltrasi ditunjukkan pada Gambarl.
## III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Karakteristik biomassa kacang merah
berprobiotik Biomassa berprobiotik berupa suspensi cukup kental (kadar padatan kering 13,56596 %), putih kekuningan, creammy dengan rasa gurih, asam dan sedikit manis. Biomassa ini merupakan hasil fermentasi BAL. Fermentasi menghasilkan biomassa yang cukup creammy karena menggunakan inokulum BAL (15 %) sebagai sumber agensia probiotik, gula (12 %) sebagai sumber karbohidrat dan susu skim (10 %) sebagai sumber laktosa. Hasil fermentasi BAL menghasilkan biomassa probiotik dengan kandungan fraksi gurih sebagai N-Amino, protein terlarut dan total protein masing-masing sebesar 4,9 mg/mL, 0,59 mg/mL dan 3,5286 % (berat kering).
## Tabel 1. Karakteristik suspensi kaldu kacang merah berprobiotik sebagai umpan (feed)
dalam proses pemisahan konsentrat melalui membran mikrofiltrasi pada laju alir 7,88 L/menit, suhu ruang dan tekanan 4 bar dari 1 bagian biomassa dan 1 bagian air.
Total LAB, cfu/mL. 1,295x10 11 N-amino, mg/mL. 4,90 Padatan kering, %. 13,56596 Total Acid, %. 3,1422 Protein terlarut, mg/mL. 0,590 Gula pereduksi, mg/mL. 30.250 Garam, %. 2,7825 Total Protein, % berat kering. 3,5286 Lemak, %. 0,723 pH 2,6
PANGAN 71
Komposisi ini cukup tinggi sebagai sumber flavor savory untuk bahan seasoning dengan diskripsi rasa gurih, asam manis dan sedikit creammy dan intensitas rasa yang disukai (Susilowati, 2007). Pada keseluruhan produk ini menghasilkan citarasa umami (Susilowati, dkk., 2006). Karakteristik biomassa kacang merah terfermentasi berprobiotik keseluruhan ditunjukkan pada Tabel 1.
## 3.2 Pengaruh Kondisi Proses Pemurnian
Kacang Merah Terfermentasi Berprobiotik terhadap Fluks Permeat.
Proses pemisahan komponen suatu
bahan melalui membran didasarkan atas perbedaan kemampuan membran semipermeabel untuk membedakan ukuran partikel atau zat yang dilewatkan. Membran berperan sebagai barrier selektif yang akan menolak komponen yang tidak dikehendaki dalam suatu aliran bahan (Mulder, 1996).
satuan waktu (t) atau J = 1/(A x t) (Cheryan, 1992). Proses pemisahan konsentrat kacang merah berprobiotik melalui membran mikrofiltrasi 0,2 um pada frekuensi motor pompa 20 Hz, suhu kamar dan tekanan 4 bar selama waktu yang bervariasi dari 30 sampai 180 menit, menghasilkan fluks yang semakin menurun, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.
Umpan yang mengandung padatan kering cukup tinggi (13,56 %) merupakan akumulasi dari komponen-komponen terlarut dan tidak terlarut serta berpengaruh terhadap laju alir bahan sehingga dengan waktu proses yang semakin lama akan menghasilkan laju alir bahan berbeda. Semakin lama waktu proses pemisahan akan menghasilkan laju alir permeat melewati membran (fluks) yang semakin menurun, meskipun sempat terjadi kenaikan fluks permeat antara proses 30 - 60 menit (19 -19,39) L/m2.jam). Diduga hal ini disebabkan oleh gaya dorong yang cukup besar (4 bar)
21.50-
E 19.50 k-m-- *49.39
1 2 17.50 - 3 1 21 15.50- "Xj^s ~-* 14.44 13.50 - , !
30 60 90
120 150 Waktu pemurnian, menit 180 21C
Gambar 2. Hubungan antara waktu pemurnian dan fluks pada kaldu kacang merah berprobiotik menggunakan membran mikrofiltrasi 0,2 um pada frekuensi motor pompa 20 Hz, suhu ruang dan tekanan 4 bar.
Aliran yang mengandung komponen- komponen yang lolos dari membran disebut permeate sedangkan aliran yang mengandung komponen-komponen tertahan disebut retentate. Dalam proses ini kinerja membran ditentukan oleh fluks, yaitu sejumlah permeat yang lewat melalui satuan luas membran per satuan waktu. Fluks (J) merupakan jumlah filtrat yang keluar (I) per satuan luas (A) per
PANGAN 72
pada kecepatan motor pompa 20 Hz sehingga akumulasi masing-masing komponen bahan belum terjadi atau berinteraksi untuk saling melekat membentuk lapisan gel (cake). Pada waktu-waktu selanjutnya (60 - 180 menit) kemungkinan sudah mulai terjadi penumpukkan bahan pada permukaan membran (fouling) yang semakin lama akan terbentuk lapisan gel (cake) sehingga terjadi
Edisi No. 54'XVHI/April-Juni/2009
14.00
a 12.00- 5 ^—11.186 » 11.0105 » 11.0187 » 10.072 11-07
« 10.00 2
CO Ii 8.oo- 3fc 6.00 •c 2 s • Konsentrat Permeat 6.485 C84 90
120 150
Waktu Pemurnian, menit 180 210
Gambar 3. Hubungan antara waktu pemurnian dan Total Bakteri Asam Laktat dalam konsentrat dan permeat sebagai hasil pemurnian kaldu kacang merah berprobiotik melalui membran mikrofiltrasi 0,2 um pada frekuensi motor pompa 20 Hz, suhu ruang dan tekanan 4 bar.
polarisasi konsentrasi. Keadaan ini menyebabkan semakin sedikitnya permeat yang lolos melalui pori-pori membran. Penurunan tajam yang terjadi antara 60-180 menit juga disebabkan oleh terjadinya drag force karena sebagian lapisan gel pada waktu pemurnian sebelumnya mampu dihalau oleh partikel-partikel solut. Interaksi antara bahan dan membran juga kemungkinan berpengaruh terhadap laju alir umpan yang pada akhirnya mempengaruhi laju alir permeat. Tekanan berpengaruh terhadap laju alir permeat sedangkan frekuensi motor pompa berpengaruh terhadap laju alir bahan. Umumnya laju alir berkolerasi positif terhadap nilai fluks permeat sehingga semakin tinggi laju alir bahan maka nilai fluks permeat akan semakin tinggi (Paulson, 1995). Pada akhir pemurnian (180 menit) nilai fluks permeat sebesar 14,44 L/m2jam. Penurunan fluks ini dipengaruhi oleh jenis dan konsentrasi bahan serta jenis membran yang digunakan dan kondisi operasi terutama tekanan, suhu dan laju alir.
Edisi No. 54/XVlIL'April-Juni/2009
## 3.3 Pengaruh Kondisi Proses Pemisahan
terhadap Jumlah BAL Perlakuan mikrofiltrasi pada tekanan 4 bar dan waktu proses yang semakin lama menghasilkan konsentrat dengan total BAL cenderung konstan sedangkan total BAL dalam permeat semakin meningkat. Jumlah BAL pada konsentrat lebih tinggi daripada total BALdalam permeat, seperti ditunjukkan pada Gambar 3. Sistem mikrofiltrasi mampu menahan BAL dalam retentat, sehingga menghasilkan total BAL lebih tinggi dalam retentat daripada permeatnya untuk seluruh perlakuan waktu.
Perlakuan dengan frekuensi 20 Hz dan tekanan 4 bar menunjukkan waktu proses optimal pada 180 menit (11,187 CFU log cycle/mL) pada retentat sedangkan pada permeatjumlah BALjuga cenderung meningkat sampai akhir proses. Efisiensi sistem mikrofiltrasi tampak pada waktu proses 60 dan 90 menit dimana tidak ditemukan lagi BAL dalam permeat. Dengan kata lain, membran mampu menahan seluruh BAL atau efisiensi proses pemisahan adalah sempuma (Anonim, 1999). Hal ini terjadi karena ukuran
PANGAN 73
g—-a? 3.14H C-3r«22 0 3.14Z2 Q 3.1422 90 120 150 Waktu pemurnian. menit 2.7SJ 2* -ft-Kcnsentra; -i-Petmeat 60 90 120 150
Waktu pemurnian, menit (a) (b)
Gambar 4. Hubungan antara waktu pemurnian dengan total asam (a) dan N-Amino (b) pada pemurnian kaldu kacang merah berprobiotik menggunakan membran mikrofiltrasi 0,2 pm dengan frekuensi motor pompa 20 Hz, suhu ruang dan
tekanan 4 bar.
Streptococcus thermophillus dan Lactobacillus bulgaricus lebih besar daripada pori-pori membran mikrofiltrasi (0.2 pm). Proses pemurnian ini memungkinkan terjadinya lisis sel BAL karena mengalami kerusakan dinding sel dan tidak aktifnya enzim intraselluler oleh interaksi faktor proses (tekanan, kecepatan laju alir, suhu dan waktu proses) (Ghayeni dkk., 1999). Dengan semakin lamanya waktu pemurnian tampak semakin banyak BAL yang lolos pada permeat dimana pada 120, 150 dan 180 menit masing-masing 4,473, 4,84 dan 6,485 CFU log cycle/mL. Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan terjadinya gaya dorong fluida pada membran cukup tinggi, yang memungkinkan BAL lolos ke dalam permeat. Hal ini dapat disebabkan oleh terjadinya perubahan bentuk sel oleh tekanan tinggi sehingga BAL dapat melalui penghalang membran bahkan jika ukuran sel lebih kecil daripada pori-pori membran (Ghayeni dkk., 1999). Perbedaan jumlah BAL dalam retentat dan permeat juga kemungkinan disebabkan oleh faktor intern BAL misalnya terjadinya perubahan viabilitas BAL.
3.4 Pengaruh Kondisi Proses Mikrofiltrasi terhadap Komposisi Retentat dan Permeat Kacang Merah Berprobiotik.
a. Total acid dan N-amino
Asam laktat merupakan metabolit BAL dalam proses fermentasi yang dihasilkan dengan memanfaatkan karbohidrat sebagai
PANGAN 74
nutrisinya melalui proses Tagatsoka dan Embden Mayer Parnas (EMP). Asam laktat merupakan suatu parameter terjadinya proses metabolisme laktosa homofermentatif (Yukuguchi dan Okonogi, 1992) yang merupakan komponen bioaktif produk ini. Waktu pemisahan yang semakin lama menghasilkan total asam dalam konsentrat yang semakin tinggi, sementara keberadaan total asam dalam permeat cenderung tetap, seperti ditunjukkan dalam Gambar 4 a.
Secara keseluruhan konsentrasi total asam tertitrasi dalam konsentrat adalah konstan sampai waktu proses 90 menit (3,14 %), selanjutnya meningkat sampai waktu proses 180 menit (3,47 %), sedangkan total asam yang lolos sebagai permeat cenderung tetap selama proses pemisahan (3,14 %). Perbedaan total asam ini menunjukkan bahwa interaksi antara kondisi proses dan ukuran partikel asam laktat cenderung berpengaruh terhadap kinerja membran mikrofiltrasi dalam memisahkan asam laktat. Dengan adanya gaya dorong pada tekanan 4 bar menyebabkan partikel asam laktat dalam permeat akan lebih mudah lolos melalui membran. Hal ini juga didukung dengan besamya partikel asam laktat yang lebih kecil (0,0004 - 0,0008 pm (Anonim, 2005).daripada ukuran pori-pori membran mikrofiltrasi (0,2 pm). Pada suatu keadaan dimana terjadi fouling, makin lama akan terbentuk lapisan gel (cake) sehingga terjadi polarisasi konsentrasi (Michaels, 1989),.di
Edisi No. 54/XVIII/April-Juni/2009
mana konsentrasi asam laktat lebih tinggi dalam retentat. Hal ini tampak pada waktu proses 120,150 dan 180 menit masing-masing sebesar 3,47 % dalam retentat dan masing- masing sebesar 3,14 % dalam permeat. Perbedaan perolehan asam laktat ini tidak hanya dipengaruhi oleh ukuran partikel asam laktat tetapi juga oleh kemungkinan interaksi antara materi membran dengan massa suspensi. Materi membran berupa bahan komposit terdiri atas polisulfon dengan spesifisitas range pH antara 1-13 (Scot dan Hughes, 1996), sehingga konsentrat berprobiotik ini cukup aman dan tidak berpengaruh terhadap selektivitasnya karena bahan berada pada kisaran pH 2,5 - 4,5. Hal ini menjadi acuan bahwa perbedaan total asam pada waktu proses yang semakin lama hanya disebabkan oleh terjadinya fouling sehingga memungkinkan komponen asam laktat lolos sebagai permeat.
Pada kondisi proses yang sama memperiihatkan bahwa waktu pemisahan yang lama menghasilkan N-Amino lolos lebih banyak dalam permeat (6,3 mg/mL) daripada tertahan pada retentat (3,5 mg/mL) pada waktu proses 60 menit, selanjutnya N-Amino terdapat sama banyak dalam retentat dan permeat dan pada akhir proses (180 menit) terdapat lebih banyak dalam retentat (3,5 mg/mL) daripada lolos dalam permeat (2,8 mg/mL), seperti ditunjukkan dalam Gambar 4 b. N-Amino merupakan total asam-asam amino yang
uoo
-A-Pemteat
± 051351 am r 1200* IW7I y**^ .53826
2 ^^^*-TfSJ4»-&11.5B2e6 c
« H-00 «6 a. .£10.93094 \ US338 ^^-£1027831
10.00 t 853967 \»«S256S 30 60 90 120 150 Waktu pemurnian, menit
180 210
mempunyai sifat kelarutan dalam air tinggi. Dengan berat molekul rendah dan ukuran partikel pada kisaran 0,01 - 0,1 pm lebih kecil daripada ukuran pori-pori membran mikrofiltrasi (0,2 pm) menyebabkan partikel-partikel asam amino mudah lolos sebagai permeat. Pada proses 60 menit, konsentrasi N-amino dalam permeat (6,3 mg/mL) lebih tinggi daripada dalam konsentrat (3,5 mg/mL), namun setelah proses selama 90, 120 dan 150 menit, konsentrasi N-amino dalam retentat sama dengan dalam permeat dan konstan masing- masing adalah 2.8 mg/mL. Keadaan ini menunjukkan bahwa sistem mikrofiltrasi berada dalam keadaan seimbang dimana banyaknya asam-asam amino yang lolos sama dengan banyaknya asam-asam amino yang tertahan pada permukaan membran. Setelah proses 180 menit terjadi fouling yang menyebabkan tertahannya asam-asam amino dalam retentat lebih banyak (3,5 mg/mL).
## b. Padatan kering dan gula pereduksi
Konsentrasi padatan kering pada hasil proses mikrofiltrasi merupakan salah satu parameter keoptimalan kinerja membran. Padatan kering ini mengandung asam-asam amino, asam laktat, mineral, karbohidrat, senyawa volatil (alkohol, diasetildehida) dan mikroba hidup (BAL). Waktu pemisahan yang semakin lama akan meningkatkan padatan kering konsentrat dan permeat seperti, ditunjukkan pada Gambar 5 a. Konsentrat
4300 ^0^0.75
II 04125 •1 3B.O0' o> e 3 33.00 •o 9 • Q. < 2 2800 3 o 2300 >2S5 -*—Kon*»WBt 'a \j1.5 <y&7S -O-Permeal 2725 90 120 13
Waktu pemurnian, menit (a) (b)
Gambar 5. Hubungan antara waktu pemurnian dan padatan kering (a) dan gula pereduksi (b) pada pemurnian kaldu kacang merah berprobiotik menggunakan membran mikrofiltrasi 0,2 pm dengan frekuensi motor pompa 20 Hz, suhu ruang dan tekanan 4 bar.
mengandung padatan kering lebih besar daripada permeat pada seluruh perlakuan waktu proses. Peningkatan padatan kering disebabkan oleh terjadinya pengurangan air yang lolos dan penetrasi melewati pori-pori membran yang menyebabkan terjadinya akumulasi bahan pada permukaan membran meskipun membran mempunyai batas maksimal pemisahan (30 % dari total bahan) (Mulder, 1996; (Cheryan, 1992). Kemampuan pemisahan ini terlihat dari konsentrasi padatan kering dalam retentat yang lebih tinggi apabila dibandingkan dalam permeat. Gaya dorong dengan frekuensi motor pompa 20 Hz dan tekanan operasi 4 bar menyebabkan partikel bahan dengan berat molekul lebih rendah dan ukuran partikel < 0,2 pm akan lolos sebagai permeat dan sebaliknya partikel > 0.2 pm akan tertahan pada permukaan membran.
Dengan semakin lamanya waktu pemisahan akan semakin tinggi konsentrasi partikel-partikel ini karena semakin menumpuk pada permukaan membran sebagai retentat dan masih memperiihatkan peningkatan konsentrasinya sampai akhir proses (180 menit). Sebaliknya partikel yang lolos pada permeat sampai pada batas optimasi waktu pemisahan yang selanjutnya padatan kering akan menurun. Hal ini tampak pada waktu proses 90 menit (11,58266 %), dimana padatan kering tampak berflutuatif dan semakin menurun sampai akhir proses (180 menit), yaitu 10,27831 %.
Waktu pemisahan yang semakin lama juga menghasilkan konsentrasi gula pereduksi yang berfluktuarjf baik pada konsentrat maupun permeat. Secara keseluruhan tampak bahwa gula pereduksi dalam permeat lolos lebih banyak daripada tertahan dalam retentat pada seluruh waktu proses, kecuali pada waktu proses 60 menit, seperti ditunjukkan pada Gambar 5 b. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh besarnya partikel gula 0,0008 - 0,001 pm (200 - 400 Da.) yang lebih kecil daripada ukuran pori-pori membran (0,2 pm). Meskipun demikian, oleh suatu keadaan pada proses 60 menit gula pereduksi tertahan lebih banyak dalam konsentrat (37,25 mg/mL) daripada lolos dalam permeat (35,5 mg/mL). Beberapa faktor lain yang diduga berpengaruh terhadap
PANGAN 76
tingkat pemisahan gula pereduksi adalah sifat kelarutan gula dalam air yang tinggi sehingga oleh interaksi kondisi proses menyebabkan sebagian gula akan terurai membentuk unit- unit molekul-molekul lebih kecil dan lolos sebagai permeat. Rasa manis yang dihasilkan oleh gula memberi kontribusi keseluruhan terhadap sifat sensory produk probiotik ini.
c. Protein terlarut dan lemak
Proses pemurnian cenderung menghasilkan protein terlarut dalam retentat yang konstan pada seluruh perlakuan waktu proses namun semakin meningkat pada permeat sampai proses 150 menit diikuti dengan penurunan sampai akhir proses. Sistem mikrofiltrasi menunjukkan terjadinya pemisahan sempuma terhadap protein terlarut di mana konsentrasi protein terlarut dalam retentat Idaripada permeatnya, seperti ditunjukkan pada Gambar 6 a.
Peptida terlarut memiliki kisaran ukuran partikel 0,01 - 0,1 pm (Anonim, 2005) sehingga pada membran mikrofiltrasi 0,2 pm seharusnya akan lolos sebagai permeat dan pada peptida dengan ukuran > 0,2 pm akan tertahan pada permukaan membran. Hal ini diduga terjadinya fouling. Dugaan lain adalah komponen- komponen dalam biomassa probiotik lebih banyak berukuran > 0, 2 pm daripada ukuran < 0, 2 um. Dalam fermentasi BAL, terjadi pembentukkan asam laktat dari substrat yang menyebabkan tingkat keasaman yang tinggi dengan kisaran pH biomassa 2,5 - 4. Pada pH ini terbentuk koagulan menyerupai yogurt sehingga peptida terperangkap dalam masa protein dan tertahan lebih banyak dalam retentat daripada lolos dalam permeat.
Protein terlarut merupakan peptida dan asam-asam amino dengan BM rendah hasil dari proses fermentasi garam sebagai fraksi gurih. Fermentasi selama 48 jam pada 40 "C memungkinkan terbentuknya senyawa- senyawa hasil fragmentasi berupa peptida terlarut yang diduga berpengaruh terhadap konsentrasi protein terlarut pada proses mikrofiltrasi. Pada akhir proses (180 menit), konsentrasi protein terlarut dalam retentat sebesar 0,56 mg/mL dan permeat sebesar 0,49 mg/mL.
Edisi No. 54/XVIII/April-Juni/2009
asB 1 OS SB —•— Kortsentra: E 5 ™ a s a* c i ° 093 a . -0- Permeat S X>04B 34g 30 O 90 120 150 «0 210 Waktu pemurnian menit (a) 2C0 14D ^iUSS -*-KontemTtt -A-Permeat 137 * \ / \ / i \ / ^0972 ,:03Zf—&*4a-—fra33z f&a Tlu40B oco
30 60 90 120 150 Waktu pemurnian, menit
(b) •30 210
Gambar 6. Hubungan antara waktu pemurnian dan protein terlarut (a) dan lemak (b) pada pemurnian kaldu kacang merah berprobiotik menggunakan membran mikrofiltrasi 0,2 pm dengan frekuensi motor pompa 20 Hz, suhu ruang dan tekanan 4 bar.
Lamanya waktu pemurnian juga menghasilkan pemisahan lemak yang sempuma seperti, ditunjukkan pada Gambar 6 b. Secara keseluruhan, konsentrasi lemak dalam retentat lebih tinggi daripada konsentrasi lemak dalam permeat pada seluruh perlakuan waktu pemurnian. Hal ini diduga disebabkan besarnya partikel lemak antara 1 - 10 pm (Anonim, 2005) sehingga memungkinkan untuk tertahan pada permukaan membran. Lemak pada biomassa diperoleh dari kacang merah terfermentasi oleh aktifitas lipolitik Rhizopus- PL19 terdiri dari asam-asam lemak dan gliserol
^263 E ro o 23) 24) -Honsentral -0-Permeal 93 iZ 13) Waktu pemurnian, menit /2ST?5 BD
2D
yang diperoleh sebagai aktifitas lipolitik dalam pembuatan kaldu nabati (Susilowati, dkk., 2006) yang tidak larut dalam air, namun sistem mikrofiltrasi dengan frekuensi motor pompa 20 Hz dan tekanan 4 bar secara model aliran cross-flow memungkinkan terjadinya proses emulsifikasi dimana sebagian dari lemak akan larut dalam suspensi sehingga lebih menyerupai sistem emulsi minyak dalam air (o/w). Pada akhir proses (180 menit), konsentrasi lemak dalam retentat adalah 1,46 % dan permeat sebesar 0,41 %.
BCD -*- Konaertrat-ir- Permeat "3 c « 803 _X9.285B K
/ Nt^n S 6(D r \" / S? \X« /S28W TotalProtein 1 t^Ii&EEDB 1017215 0.00 1 30 83 90 W
153 B) 2D
Waktu pemurnian, menit (a) (b)
Gambar 7. Hubungan antara waktu pemurnian dan garam (a) dan total protein (b) pada pemurnian kaldu kacang merah berprobiotik menggunakan membran mikrofiltrasi 0,2 pm dengan frekuensi motor pompa 20 Hz, suhu ruang dan tekanan 4 bar.
Kecenderungan berbeda ditunjukkan pada perolehan garam, di mana membran mikrofiltrasi 0,2 pm mampu memisahkan garam dalam retentat lebih tinggi daripada permeat. Semakin lama waktu proses, cenderung menghasilkan garam yang konstan baik pada konsentrat maupun permeat, seperti ditunjukkan dalam Gambar 7 a.
Perbedaan konsentrasi garam dalam konsentrat dan permeat ini menunjukkan bahwa sistem mikrofiltrasi secara keseluruhan belum mampu untuk meloloskan seluruh garam pada permeat sejalan dengan lamanya waktu pemurnian dimana garam tertahan dalam retentat yang lebih tinggi masing-masing sebesar 2,70 % dan dalam permeat masing- masing sebesar 2,52 % pada seluruh perlakuan waktu proses. Diduga hal ini selain disebabkan oleh faktor fouling & sifat bahan, garam dan kondisi proses. Garam dengan kisaran ukuran 0,001 - 0,1 pm (Anonim, 2005) seharusnya mampu lolos lebih banyak melalui sistem mikrofiltrasi sebagai permeat daripada tertahan dalam retentat. Namun hal ini juga dipengaruhi oleh kondisi proses dan interaksi dengan bahan lain dan sifat kelarutannya dalam suspensi biomassa.
Garam diperoleh dalam konsentrasi cukup tinggi (21 %) dari formulasi bahan pada fermentasi garam dari kacang merah yang merupakan bahan dasar produk ini (Susilowati, dkk., 2006). Kestabilan konsentrasi garam
pada retentat (2,70 % ) maupun permeat (2,52 %) meskipun waktu proses semakin lama kemungkinan disebabkan oleh viskositas bahan yang semakin berkurang, sementara itu dengan tekanan tetap (4 bar) menyebabkan laju alir meningkat dan mampu mengalirkan solut padatan yang ada disekitar permukaan membran, sehingga tidak menyebabkan berkurangnya konsentrasi garam dalam retentat atau dengan kata lain tidak terjadi penambahan konsentrasi garam pada permeat.
Proses pemurnian cenderung menghasilkan total protein dalam retentat dan permeat yang berfluktuatif namun semakin meningkat pada seluruh waktu proses. Peningkatan total protein terjadi selain disebabkan semakin berkurangnya air yang lolos pada membrane sebagai permeat. Molekul air berukuran partikel 0,0002 pm dengan berat molekul 18 Da. (Cheryan, 1992; Paulson, 1995) Penurunan total protein dalam retentat tampak pada 90 (4,82%) dan 150 menit proses (7,16%) selanjutnya meningkat sampai akhir proses (9,30%), sehingga total protein dalam permeat mempunyai kecenderungan yang sama dimana pada 90 dan 150 menit proses masing-masing menghasilkan total protein sebesar 1,64 % dan 2,82 %. Dengan ukuran partikel dan berat molekul berkisar antara (- 0,002 - 0,01 um/10.000 -1.000.000 Dalton/Da) atau sebagai makromolekul dengan kisaran ukuran partikel
(a) (b)
Gambar 8. Retentat (a) dan permeat (b) hasil mikrofiltrasi pada tekanan 4 bar selama 180 menit, frekuensi motor pompa 20 Hz, suhu ruang dari biomassa kacang merah terfermentasi berprobiotik.
Edisi No. 54/XVIIL'April-Juni/2009
0,04 - 2 pm memungkinkan akan tertahan pada permukaan membran sedangkan peptida-peptida yang lebih kecil akan lolos sebagai permeat. Sistem mikrofiltrasi secara keseluruhan menghasilkan pemisahan sempuma terhadap total protein dimana konsentrasi total protein dalam retentat lebih tinggi daripada dalam permeat, seperti ditunjukkan pada Gambar 7 b.
Dari keseluruhan proses pemisahan produk probiotik ini menghasilkan retentat berupa suspensi kental, creammy dengan warna putih kekuningan dengan rasa gurih, asam dan sedikit manis. Permeat berupa cairan jernih sediki koloid, kuning dan berasa gurih, asam dan sedikit manis. Gambar 8 a dan 8 b masing-masing memperiihatkan retentat dan permeat hasil microfiltrasi pada tekanan 4 bar pada waktu proses 180 menit, laju alir 7.88 L/menit.
## IV. PENUTUP
## Beberapa hal yang dapat dijadikan kesimpulan, antara lain :
Pertama, Kondisi operasi mikrofiltrasi berpengaruh terhadap komposisi, jumlah bakteri asam laktat, kualitas fisik dan kinerja membran;
Kedua, Waktu pemisahan yang semakin lama akan meningkatkan kandungan total solid, total asam, lemak, total protein namun menurunkan N-Amino dan fluks permeat sedangkan garam dan jumlah bakteri asam laktat cenderung tetap dalam retentat. Retentat mempunyai komposisi yang lebih baik dari pada permeat;
Ketiga, Waktu proses yang semakin lama menghasilkan pemisahan sempurna untuk BAL, padatan kering, protein terlarut, lemak, garam dan kurang sempurna untuk total asam, gula pereduksi, total protein dan N-
Amino.
Keempat, Kondisi proses pemisahan optimal, berdasarkan jumlah total BAL terbaik dalam menghasilkan retentat sebagai ingredient probiotik, adalah 180 menit. Permeat berpotensi untuk dipakai sebagai acidulant berprobiotik sebagai produk samping.
Edisi No. 54/XVlII/April-JunL'2009
## DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1999. Membrane Technology For Process Bioseparations. MILLIPORE. USA. 1999; Industry, http:www.pcims.com ./images/TP 105.5us.pdf; PCI Membrane System Inc.
Milford. USA. 2005. Anonim. 2005. Membrane Technology For Process Industry, http:www.pcims.com ./images/TP 105.5us.pdf; PCI Membrane System Inc.
Milford, USA.
AOAC. 1995. Official Method of Analysis of
Association of Official Analytical Chemistry, Washington D.C.
Batt, C.A R.K. Robinson dan P.D. Patel. 1999. Encyclopedia of Food Microbiology . Academic Press. New York. Belitz, H.D dan Grosch W. 1999. Food Chemistry. Second Edition. Springer-Verlag Berlin
Heidelberg. 333 - 338.
Budiwati, T.A. Agustine Susilowati dan Tami Idiyanti.
2002. Pembuatan Ragi Protease Tinggi.
Laporan Penelitian DIP 2002. Pusat Penelitian Kimia - LIPI. PUSPIPTEK. Serpong. Cheryan, M. 1992. Membrane Technology in Food
Bioprocessing. Di dalam R. P. Singh dan M.A. Wirakartakusumah, (eds). Advances in Food
Engineering. CRC Press Inc. Boca Ratan.
Florida. Fardiaz, Srikandi. 1989. Penuntun Praktek Mikrobiologi Pangan. ISBN 979^*93-02-4. IPB Press. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Ghayeni, S. B. Sadr, P. J. Beatson. A. J. Fane, dan R. P. Schneider. 1999. Bacterial passage through microfiltration membranes in wastewater applications. Journal of Membrane
Science. 153.71. Gutman, R.G. 1987. Membrane Filtration. The Rheological of pressure Driven Crossflow Process. IOP Publishing Ltd. England. Michaels, A.S. 1989. Handbook of Industrial Membrane Technology. Noyes Publications. Park Ridge. USA. Mulder. 1996. Basic Principles of Membrane Technology. Kluwer Academic Publishers.
Dordecht, The Nederlands. Paulson, D.J. 1995. Membranes, the Finest Filtration. By : Introductionto crossflow Membranes Technology.Published in Filtration News. http://www.enviromental expert.com/articles/ article11/article11.htm (article on line).
Pope, C.G. dan Stevens M.F. 1989. The Determination of Amino Nitrogen Using Copper
Method, Biochemical Journal.
Salminen, Seppo dan Atte von Wright. 1998. Lactic Acid Bacteria : Microbiology and Functional Aspects. Marcel Dekker Inc. New York. Scot, K dan R. Hughes. 1996. Industrial Membrane Separation Technology. Blackie Academic and
PANGAN 79
## Proffesionals. London.
Susilowati, A., Aspiyanto, Hakiki Melanie dan Yati Maryati. 2006. Pemanfaatan kacang-kacangan endemik untuk pembuatan makanan fungsional dan flavor dari kaldu nabati skala pilot, Laporan Semester I. Program Tematik - DIPA. Pusat Penelitian Kimia - LIPI, PUSPIPTEK, Serpong. Susilowati, A., Aspiyanto, Hakiki Melanie dan Yati Maryati. 2007. Effect of pressure a.d concentration time on quality of vegetable broth concentrate from Mung Beans (P. radiatus L) as probiotic savory using ultrafiltration membrane . Preceding 10th Asean Food Conference 2007 . Kuala Lumpur. Malaysia. Susilowati, A., Aspiyanto, Hakiki Melanie dan Yati Maryati. 2007. Pemisahan Fraksi Gurih dari Kacang-kacangan Terfermentasi sebagai Flavor Savory Analog Flavor Daging melalui Teknik Membran Bertahap. Laporan Semester I. Program Tematik - DIPA. Pusat Penelitian Kimia - LIPI. PUSPIPTEK. Serpong. Tamime, A.Y. dan V.M.E. Marshall. 1997. Microbiology and Technology of Fermented Milks. In Microbiology and Biochemistry of
Cheese and Fermented Milks. Second Ed.
Blackie Academic and Professional. London. Yukuguchi, H.T.J. Goto dan S. Okonogi. 1992.
Fermented Milk, Lactic Drinks and Intestinal Microflora. Di dalam Nakazawa, Y. Dan A. Hosono, (eds). 1992. Functional of Fermented: Challenge for Health Science. Elsevier Applied
Science. New York. Zeman, L.J. dan Zydney, A.L. 1996. Microfiltration and Ultrafiltration : Principles and A Applications. Marcel Dekker. New York.
## BIODATA PENULIS :
## Sri Moemiati adalah seorang peneliti di
P2Kimia-LIPI Kawasan Puspiptek, Serpong, Tangerang. Beliau menyelesaikan pendidikan S1 Teknik Kimia pada tahun 1982 di Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya (ITS) dan pendidikan S2 Teknik Kimia dalam bidang teknologi membran pada tahun 1992 di University of Waterloo, Canada.
Edisi No. 54/XVIIL/April-Juni/2009
|
b2ce0260-3755-478a-bb08-f4793df4bb46 | https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/pharmascience/article/download/5752/4815 | Jurnal Pharmascience, Vol. 04 , No.01, Februari 2017, hal: 25 - 33 ISSN-Print. 2355 – 5386 ISSN-Online. 2460-9560 http://jps.unlam.ac.id/
## Research Article
## Uji Disolusi Terbanding Tablet Ofloxacin Berlogo dan Generik Bermerek Terhadap Inovator Dalam Media Dapar HCl pH 4,5
* Winsa Wira Wijaya, Prima Happy Ratnapuri, Mia Fitriana
Program Studi Farmasi, FMIPA, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru *Email: winsawira@yahoo.com
## ABSTRAK
Uji disolusi terbanding merupakan pengujian yang dapat digunakan untuk memastikan ekivalensi dan sifat-sifat produk obat. Uji disolusi terbanding dilakukan dalam media disolusi dengan pH yang disesuaikan dengan kondisi in vivo yaitu pada pH 1,2; 4,5; dan 6,8. Obat generik dan generik bermerek yang wajib uji ekivalensi salah satunya yaitu ofloxacin. Ofloxacin merupakan suatu obat yang memiliki sifat kationik, anionik, dan zwitter ion . Penelitian ini bertujuan untuk menentukan ekivalensi profil disolusi terbanding yang dianalisis dengan parameter f1, f2, dan DE 70 antara ofloxacin generik berlogo dan generik bermerek terhadap inovator dalam media dapar asetat pH 4,5. Uji disolusi dilakukan sesuai USP 32- NF 27 yaitu menggunakan alat uji tipe 2 pada suhu 37 ± 0,5 0 C dengan kecepatan putar 50 rpm. Analisis hasil yang digunakan untuk menentukan ekivalensi profil disolusi yaitu difference factor (f1), similarity factor (f2), dan dissolution efficiency (DE 70 ). Hasil penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa sampel yang memiliki ekivalensi profil disolusi terbanding yang dianalisis dengan parameter f1, f2, dan DE 70 terhadap produk inovator dalam media dapar asetat pH 4,5 yaitu sampel A (generik bermerek) dan sampel B (generik berlogo).
Kata kunci : ofloxacin, disolusi terbanding, difference factor (f1), similarity factor (f2), dan dissolution efficiency (DE 70 ).
## ABSTRACT
Comparative dissolution is a test that can be used to ensure equivalence and properties of medicinal products. Comparative dissolution test has done in a dissolution medium with pH adjusted to in vivo conditions at pH 1,2; 4,5; and 6,8. One of generic and generic branded drug that need equivalence test is ofloxacin. Ofloxacin is a drug which are cationic, anionic, and zwitter ion. The aim of this study was to determine equivalence comporative of dissolution profiles, then analyzed with f1, f2, and DE 70 parameters between generic and generic branded to innovators ofloxacin in media acetate buffer pH 4,5. Dissolution test was accordance to USP 32-NF 27 that used equipment test type 2 at temperature 37 ± 0,5 0 C with rotary speed 50 rpm. The analysis results were used to determine equivalence dissolution profile e.g. difference factor (f1), similarity factor (f2), and dissolution efficiency (DE 70 ). The results this study showed that samples had
equivalence comporative of dissolution profiles which were analyzed with f1, f2, and DE 70 parameters to innovator product in media acetate buffer pH 4,5 was sample code A (generic branded) and sample code B (generic).
Keywords: ofloxacin, comparative dissolution, difference factor (f1), similarity factor (f2 ) , and dissolution efficiency (DE 70 ).
## I. PENDAHULUAN
Ofloxacin merupakan antibiotik golongan fluorokuinolon generasi kedua yang sangat efektif terhadap bakteri gram positif dan gram negatif (Tang et al .,
2008). Ofloxacin digunakan untuk infeksi saluran kemih (ISK), infeksi pernapasan, gonore, dan infeksi mata (Tjay & Kirana, 2013). Ofloxacin dapat terlarut dengan cepat dan baik pada pH asam (lambung) dan sedikit larut pada pH netral atau pH basa (usus) (Block & Beale, 2004).
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (2011) menyatakan bahwa obat generik dan generik bermerek yang wajib uji ekivalensi salah satunya yaitu ofloxacin.
Sediaan ofloxacin dalam bentuk tablet tersedia dalam dua jenis yaitu obat generik berlogo dan obat generik bermerek. Obat generik berlogo adalah obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam farmakope Indonesia untuk zat yang berkhasiat yang dikandungnya (Ditjen POM, 1989). Obat generik bermerek adalah obat milik suatu perusahaan dengan nama khas yang dilindungi hukum, yaitu merek yang terdaftar di suatu badan Pengawas Obat
dan Makanan. Dua produk obat yang memiliki dosis sama disebut bioekivalen, apabila jumlah dan kecepatan zat aktif yang didapat mencapai sirkulasi sistemik dari keduanya tidak mempunyai perbedaan yang signifikan (Shargel et al ., 2007).
Beberapa penelitian yang sudah dilakukan tentang uji disolusi terbanding untuk ofloxacin diantaranya Babu et al (2011) melakukan penelitian uji disolusi terbanding ofloxacin di Bengalore, India yang hasilnya masih banyak produk obat ofloxacin generik berlogo dan generik bermerek yang tidak ekivalen dengan produk obat inovatornya. Khalid et al
(2012) melakukan penelitian uji disolusi terbanding ofloxacin di Karachi, Pakistan yang hasilnya juga masih banyak produk obat ofloxacin generik berlogo dan generik bermerek yang tidak ekivalen dengan produk obat inovatornya.
Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (2004) uji disolusi terbanding dilakukan dalam media disolusi dengan pH yang disesuaikan dengan kondisi in vivo yang menggambarkan suasana lambung dan usus halus yaitu pada pH 1,2; 4,5; dan 6,8. Menurut
penelitian Wisudyaningsih et al (2014),
ofloxacin memiliki kelarutan yang berbeda-beda pada pH yang berbeda sebagai pertimbangan dilakukannya uji disolusi terbanding pada ketiga pH tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti ingin melakukan uji disolusi terbanding tablet ofloxacin generik berlogo dan generik bermerek terhadap inovator yang ada di Indonesia dengan menggunakan media yang mewakili kondisi lambung, yaitu media disolusi dapar asetat pH 4,5. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan kualitas ofloxacin produk generik berlogo dan generik bermerek terhadap inovator berdasarkan profil disolusinya.
## II. METODE PENELITIAN
## A. Bahan dan Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat-alat gelas
(Pyrex), dissolution tester USP (Electrolab TDT-208L), hotplate stirrer (Stuart),
magnetic stirrer , mikropipet 100-1000 μL
(Socorex), neraca analitik (Ohaus Gold series, kepekaan d=0,01 g dan Ohaus
Pioneer, kepekaan d=0,001 g), pH meter
(Lutron PH-208), propipet,
Spektrofotometer UV-Vis (Genesys 10uv), dan spuit injeksi (Terumo).
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah baku standar ofloxacin (Shangyu Jingxin Pharm
Co.LTD, diperoleh dari PT. Nufarindo; kemurnian ofloxacin dianggap 100% (kemurnian pada CoA 99,4%)), ofloxacin generik berlogo, ofloxacin generik bermerek, ofloxacin inovator, asam asetat glasial pekat (PT. Brataco) , natrium asetat pekat (PT. Brataco), aquadest bebas CO 2 , kertas saring dan kertas label.
## B. Jalannya Penelitian
1. Pembuatan Dapar Asetat pH 4,5
Larutan dapar asetat pH 4,5 dibuat dengan melarutkan 5,4 gram natrium asetat pekat dalam 50 mL aquadest bebas CO2, diencerkan dengan aquadest bebas CO2 hingga 1000 mL dan diatur pH hingga 4,5 dengan penambahan asam asetat glasial pekat (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2014).
2. Pembuatan Larutan Baku Ofloxacin
Larutan baku ofloxacin dibuat dengan melarutkan zat aktif ofloxacin sebanyak 10,0 mg ke dalam 100 mL dapar asetat pH 4,5 sehingga konsentrasi yang dihasilkan 100 μg/mL, kemudian dilakukan pengenceran larutan baku dari konsentrasi 100 μg/mL menjadi 10 μg/mL dengan mengambil 10 mL dari larutan baku konsentrasi 100 μg/mL dan diencerkan ke dalam 100 mL dapar asetat pH 4,5.
3. Penentuan Panjang
Gelombang
Maksimum Ofloxacin
Larutan baku ofloxacin 10 μg/mL dalam dapar asetat pH 4,5 ditentukan panjang gelombang maksimumnya antara 200-400 nm mengunakan spektrofotometer UV-Vis.
4. Optimasi Waktu (Operating Time) untuk Analisis
Optimasi waktu ( Operating time ) ofloxacin dilihat dari perubahan absorbansi selama 1,5 jam dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum dan konsentrasi terpilih. Kestabilannya dilihat dari perubahan absorbansi.
## 5. Pembuatan Kurva Baku Ofloxacin
Larutan kerja ofloxacin dibuat dengan mengikuti metode dari Ratnapuri
(2015) yang telah dimodifikasi dengan
variasi konsentrasi 2; 4; 6; 8; dan 10 µg/mL. Larutan baku ofloxacin 10 µg/mL diencerkan untuk membuat larutan kerja ofloxacin dengan variasi konsentrasi 2; 4;
6; dan 8 µg/mL. Absorbansi ditentukan
pada panjang gelombang maksimum 295
nm dengan blangko berupa dapar asetat pH 4,5.
6. Uji Disolusi
Uji disolusi dilakukan dengan menggunakan alat tipe dayung dengan kecepatan 50 rpm dengan suhu media
disolusi 37±0,5 o C (United States
Pharmacopeia, 2008). Sampel diambil sebanyak 5 mL pada interval waktu 5, 10, 15, 30, 45, 60, dan 70 menit. Pada setiap pengambilan sampel dilakukan penggantian media disolusi dengan larutan dapar asetat pH 4,5 sejumlah volume sampel yang diambil. Masing-masing sampel diamati absorbannya dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 295 nm. Uji disolusi dilakukan tiga kali replikasi untuk setiap sampel yang diuji..
7. Analisis Data
Parameter untuk menentukan ekivalensi profil disolusi terbanding sampel generik dan generik bermerek terhadap inovatornya berdasarkan perhitungan difference factor (f1), similarity factor (f2), dan dissolution efficiency (DE) (Food and Drug Administration, 1997)..
Difference factor (f1) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
f1 = { ∑ ⃒Rt − Tt⃒ n t=1 ∑ Rt n t=1 } x 100
Similarity factor (f2) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
f2 = 50 log {[ 1+ 1 n ∑ (Rt-Tt) 2 n t=1 ] -0,5 x 100 }
Dalam persamaan ini, n adalah jumlah titik waktu penarikan filtrat, R t
adalah persentase obat yang larut produk pembanding, T t adalah persentase obat yang larut produk uji. Profil disolusi kedua sampel dapat dinyatakan serupa jika nilai f1 berada di antara 0 dan 15 serta f2 berada di antara 50 dan 100 (Food and Drug Administration, 1997).
Parameter lain yang digunakan untuk menyatakan uji disolusi adalah
dissolution efficiency (DE) yang menyatakan perbandingan antara luas daerah di bawah kurva kecepatan pelarutan dan daerah pada waktu yang sama menggambarkan 100% obat terlarut dalam medium. Dissolution efficiency (DE) dapat dihitung dengan persamaan :
## %DE = AUC Luas Area x 100
Dimana
AUC dapat
dihitung menggunakan persamaan :
AUC = ∑ (𝑡 1 − 𝑡 𝑖−1 )(𝑦 𝑖−1 +𝑦 1 ) 2 𝑖=𝑛 𝑖=1
## III. HASIL DAN PEMBAHASAN
## 1. Penentuan Panjang Gelombang
## Maksimum Ofloxacin
Larutan baku induk dengan
konsentrasi 10 µg/mL dibaca serapannya pada rentang panjang gelombang 200-400 nm. Panjang gelombang maksimum diperoleh dari panjang gelombang yang memberikan nilai absorbansi paling besar.
Grafik penentuan panjang gelombang
maksimum ofloxacin dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Panjanng Gelombang Ofloxacin
## 2. Penentuan
Operating Time
## Ofloxacin
Penentuan operating time
ditentukan dengan mengukur hubungan antara waktu pengukuran dengan absorbansi. Tujuan penentuan operating time ofloxacin dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui seberapa lama sampel ofloxacin dapat didiamkan sebelum
dilakukan
analisis dengan
spektrofotometer UV-Vis yang dihasilkan dari proses disolusi pada menit 5, 10, 15, 30, 45, 60, dan 70 menit. . Grafik operating time ofloxacin dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Operating Time Ofloxacin
0,000 0,200 0,400 0,600 0,800 1,000 1,200 2 5 0 2 5 6 2 6 2 2 6 8 2 7 4 2 8 0 2 8 6 2 9 2 2 9 8 3 0 4 3 1 0 3 1 6 3 2 2 3 2 8 3 3 4 3 4 0 3 4 6 A b so rb a n si ( Å ) Panjang Gelombang (nm) 295 0,900 0,920 0,940 0,960 0,980 1,000 1,020 1,040 1,060 1,080 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 A b so rb a n si ( Å ) Waktu (Menit)
## 3. Penentuan Kurva Baku Ofloxacin
Setelah didapat panjang gelombang maksimum ofloxacin, dilakukan penentuan kurva baku ofloxacin dengan variasi konsentrasi 2; 4; 6; 8; dan 10 µg/mL. Kemudian larutan baku kerja dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 295 nm. Hasil grafik pembacaan absorbansi larutan baku kerja ofloxacin dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Kurva Baku Ofloxacin
## 4. Uji Disolusi Terbanding
Media disolusi dapar asetat pH 4,5 dianalogikan sebagai cairan yang ada di lambung bagian atas. Hal ini karena pada lambung bagian atas memiliki pH antara 4 sampai 6. Hasil uji disolusi terbanding produk inovator, sampel A, dan B dalam dapar asetat pH 4,5 dapat dilihat pada tabel
I.
Tabel I . Hasil Uji Disolusi Terbanding Produk
Inovator, Sampel A, dan B dalam Dapar Asetat pH 4,5. No Waktu Pengambilan (Menit) Kadar Terdisolusi Ofloxacin (%b/b ± SD) Inovator A B 1 5 29,30 ± 3,25 19,27 ± 3,70 15,96 ± 3,25 2 10 54,82 ± 4,20 63,48 ± 9,12 41,55 ± 7,51 3 15 73,64 ± 1,41 76,97 ± 2,21 61,51 ± 8,36 4 30 80,15 ± 1,12 79,93 ± 1,35 80,43 ± 2,15 5 45 80,66 ± 0,20 79,14 ± 0,18 80,25 ± 2,17 6 60 80,01 ± 1,85 79,49 ± 0,33 81,11 ± 3,21 7 70 81,50 ± 0,67 80,24 ± 0,21 81,57 ± 3,25
Selanjutnya grafik profil disolusi terbanding produk inovator, sampel A, dan B dalam dapar asetat pH 4,5 dilihat pada gambar 4.
Gambar 4. Profil Disolusi Terbanding Produk Inovator, Sampel A, dan B dalam Dapar Asetat pH 4,5.
Berdasarkan Gambar 4 dapat dilihat profil disolusi antara produk inovator, sampel A dan B dalam dapar asetat pH 4,5. Profil disolusi produk inovator dan kedua sampel uji yang
0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2 0 2 4 6 8 1 0 1 2 A b so rb a n si (Å ) Konsentrasi (µg/mL) 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 5 10 15 30 45 60 70 Ka d a r T er d iso lu si ( % ) Waktu Pengambilan (Menit) Inovator Sampel A Sampel B
dihasilkan dalam dapar asetat pH 4,5 memiliki perbedaan profil disolusi pada menit ke-5 sampai ke-15. Selanjutnya pada menit ke-30 sampai ke-70 profil disolusi produk inovator dan kedua sampel uji memiliki profil disolusi yang hampir sama.
Perbedaan profil disolusi pada menit ke-5 sampai ke-30 produk inovator, sampel A dan B diduga berkaitan dengan adanya pengaruh formulasi dan metode
pembuatan tablet pada masing-masing obat ofloxacin tersebut.
United States Pharmacopeia Edisi 32 (2008) telah menetapkan bahwa tablet ofloxacin dinyatakan lolos uji disolusi jika dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 80% dari jumlah yang tertera pada etiket. Dari hasil penelitian diperoleh kadar zat aktif yang telah terdisolusi dari tablet ofloxacin dalam dapar asetat pH 4,5 untuk produk inovator, sampel A dan B pada menit ke-30 berturut-turut yaitu 80,15 ± 1,12%; 79,93 ± 1,35%; dan 80,43 ± 2,15%. Hal ini berarti produk inovator, sampel A dan B yang diuji dalam dapar asetat pH 4,5, semuanya memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan United States Pharmacopeia Edisi 32 (2008) yang berarti memenuhi persyaratan untuk dipasarkan ke masyarakat.
Data hasil disolusi yang sudah diperoleh kemudian dianalisis menggunakan difference factor (f1),
similarity factor (f2), dan dissolution
efficiency (DE). Hasil perhitungan difference factor (f1) dan similarity factor
(f2) sampel A dan B terhadap produk inovator dapat dilihat pada tabel II.
Tabel II. Difference factor (f1) sampel A dan B terhadap produk inovator
Dari data Tabel 2 dapat dilihat nilai f1 dan f2 dari sampel A dan B ofloxacin terhadap produk inovator dalam media dapar asetat pH 4,5. Sampel A nilai f1 dan f2 berturut-turut yaitu 5,32 dan 63,71. Sedangkan sampel B nilai f1 dan f2 berturut-turut yaitu 8,46 dan 53,44. Berdasarkan perhitungan f1 dan f2, semua sampel masuk dalam persyaratan yang ditetapkan oleh Food and Drug
Administration (1997) yaitu f1 berada pada rentang 0-15 dan f2 berada pada rentang 50-100. Hal ini berarti semua sampel A dan B yang memenuhi persyaratan memiliki ekivalensi profil disolusi dengan produk inovator.
Parameter lain yang digunakan untuk menyatakan uji disolusi adalah dissolution efficiency (DE) yang menyatakan perbandingan antara luas daerah di bawah kurva kecepatan pelarutan dan daerah pada waktu yang sama menggambarkan 100% obat terlarut dalam medium. Pengujian statistik untuk sampel
Media Disolusi Perbandingan dengan Inovator f1 f2 Dapar Asetat pH 4,5 A 5,32 63,71 B 8,46 53,44
ofloxacin dalam media dapar asetat pH 4,5 diketahui data DE 70 menunjukkan data yang terdistribusi normal dan homogen dengan signifikansi lebih dari 0,05. Hasil perhitungan DE 70 ofloxacin dalam dapar HCl pH 1,2; dapar asetat pH 4,5; dan dapar fosfat pH 6,8 dapat dilihat pada tabel III.
Tabel III. Dissolution Efficiency (DE 70 ) Sampel A, B, dan Produk Inovator.
Media Disolusi Sampel Rata – rata DE 70 (%) Nilai р Ket. Terhadap Inovator Dapar asetat pH 4,5 Inovator 87,23 ± 0,83 - -
A 88,39 ± 1,67 0,07 Tidak ada perbedaan signifikan B 83,01 ± 3,67 0,07 Tidak ada perbedaan signifikan Pengujian statistik dilanjutkan dengan uji parametrik dengan ANOVA.
Dari uji parametrik dengan ANOVA untuk DE 70 sampel A dan sampel B ofloxacin menunjukan adanya kemiripan nilai DE 70 dengan produk inovator. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai signifikansi sampel A dan B ( p =0,07) yang artinya signifikansi lebih dari 0,05.
## IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian uji disolusi terbanding dapat disimpulkan bahwa sampel yang memiliki ekivalensi profil disolusi terbanding yang dianalisis dengan parameter f1, f2, dan DE70 terhadap inovator dalam media dapar
asetat pH 4,5 yaitu sampel A (generik bermerek) dan sampel B (generik berlogo).
## DAFTAR PUSTAKA
Babu, G. D., S. Devi, A. A. Swetha, & G.
S. Teja. 2011. Comparative Assesment of The Quality Control Measurements of Multisource Ofloxacin Tablets Marketed In India. Int J App Pharm. 3 : 31-33.
Badan Pengawas Obat dan Makanan.
2004. Pedoman Uji Biokivalensi . BPOM RI, Jakarta. ------------. 2011. Obat Wajib
Bioekivalensi . BPOM RI, Jakarta.
Block, J. H., & J. M. Beale. 2004. Wilson and Gisvold’s textbook of organic medicinal and pharmaceutical chemistry , 11 th ed. Lippincott Williams and Wilkins, Philadelphia. Ditjen POM. 1989. Informasi Obat Generik . Departemen Kesehatan RI,
Jakarta.
Food and Drug Administration. 1997. Guidance for Industry Dissolution Testing of Immediate Release Solid Oral Dosage Forms . FDA, United
States. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V . Kemenkes RI, Jakarta.
Khalid, S., S. Gauhar, R. Rehman, & S.
Fatima. 2012. Post Market
Surveillance of Different Brand of Ofloxacin 200 mg Tablets Available In Local Market of Karachi (Pakistan). Int J Pharm Pharm Sci.
4 : 668-672.
Ratnapuri, P. H. 2015. Karakteristik Fisikokimia Dispersi Padat Ofloxacin dalam Sistem Biner dan Turner. Tesis Fakultas Farmasi, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Shargel L., S. W. Pong., & A. B. C. Yu. 2007. Applied Biopharmaceutics and
Pharmacokinetics Fifth Edition. Mc Graw Hill Companies, United States.
Tang, X., Y. Cui, & Y. Zhang. 2008. In
Vitro and In Vivo Evaluation of Ofloxacin Sustained Release Pellets.
Int J Pharm . 360 : 47-52. Tjay, T. H & K. Rahardja. 2013. Obat- obat Penting : Khasiat, Penggunaan, dan Efek-efek sampingnya Edisi ke- VI Cetakan ke- 3 . Penerbit PT Elex
Media Komputindo Kompas- Gramedia, Jakarta. United States Pharmacopeia. 2008. United States Pharmacopeia 32-National Formulary 27 . United States Pharmacopeia Convention Inc., Rockville.
Wisudyaningsih, B., Suwaldi, & A. K. Nugroho. 2014. Pengaruh pH dan
Kekuatan Ionik Terhadap Profil Kelarutan Ofloksasin. Jurnal Ilmu
Kefarmasian Indonesia. 12 : 25-31
|
ba9c98e4-e856-4cd2-9950-5667f9b7b6ad | http://jab.stikba.ac.id/index.php/jab/article/download/216/128 |
## Pengalaman Perawat dalam Menghadapi Masa Persiapan Pensiun di RS Bhayangkara Denpasar
Tri Astuti Wira Pratiwi 1 , Ni Komang Sukraandini 2 , Putu Gede Subhaktiyasa 3 1,2,3 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika Bali
Email: pratiwitrie@gmail.com Submitted :27/03/2020 Accepted: 11/04/2020 Published: 07/09/2020
## Abstract
Retirement is a separation from employment whereby an employee opts to cease working due to age or disability. Retirement preparation is a set of plan for employees to adapt to some challenges for their retirement. This study aimed at analyzing nurses’ experiences towards retirement preparation. To accomplish this goal, this study used a descriptive qualitative design which was descriptive phenomenological approach. This study was conducted in 2019 in Bhayangkara Hospital Denpasar. The sample of this study was 4 participants. The technique used was purposive sampling. The data were collected through in-depth interview and field notes. The obtained data were analyzing through colaizi method. The results of this study were 4 themes such as, 1. nurses’ understanding towards retirement preparation, 2. nurses’ feelings towards retirement preparation, 3. the challenges faced by nurses towards retirement preparation, 4. ways to cope with challenges of retirement preparation. Researcher expectations For nurses who will retire can improve the ability and service of nurses in dealing with problems experienced by clients.
Keywords : nurses experiences, retirement
## Abstrak
Pensiun merupakan proses pemisahan seseorang individu dari pekerjaannya karena batasan umur atau disability . Masa Persiapan pensiun merupakan rancangan untuk pegawai sebagai langkah adaptasi terhadap hambatan-hambatan yang terjadi setelah masa pensiun. Tujuan penelitian ini mengetahui pengalaman perawat dalam menghadapi masa persiapan pensiun. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif. Penelitian dilakukan pada tahun 2019 di RS Bhayangkara Denpasar dengan jumlah sample 4 orang partisipan. Tehnik sampling menggunakan purposive sampling . Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan wawancara mendalam, menggunakan catatan lapangan dan dilakukan analisis menggunakan metode colaizi. Penelitian ini menghasilkan 4 tema yaitu 1. pemahaman perawat tentang masa persiapan pensiun (MPP), 2. perasaan perawat menghadapi persiapan pensiun (MPP), 3. hambatan perawat menghadapi masa persiapan pensiun (MPP), 4. cara mengatasi hambatan masa persiapan pensiun (MPP). Harapan peneliti Bagi perawat yang akan pensiun dapat meningkatkan kemampuan dan pelayanan perawat dalam menghadapi masalah yang di alami klien.
Kata kunci : pengalaman perawat, pensiun
## PENDAHULUAN
Rumah sakit adalah suatu organisasi yang dilakukan oleh tenaga medis professional yang terorganisir baik dari prasarana kedokteran yang permanen, pelayanan kedokteran, asuhankeperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien (Ode, 2012). Rumah sakit harus
berupaya meningkatkan kualitas jasa pelayanannya secara terus menerus. Semakin tinggi tingkat pemahaman masyarakat terhadap pentingnya kesehatan untuk mempertahankan kualitas hidup maka masyarakat pengguna akan semakin kritis dalam menerima produk jasa (Gunawan and Djati, 2011). Salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki
peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Salah satu profesi yang mempunyai peran penting di rumah sakit adalah tenaga perawat (Nurcahyadi, Dyah and Yanti, 2016)
Tenaga perawat adalah salah satu sumber daya manusia di rumah sakit yang berperan penting dalam penyelenggaraan upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Tenaga keperawatan bekerja selama 24 jam mendampingi dan memonitor kesehatan pasien secara terus menerus dan berkesinambungan untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan professional (Nurcahyadi, Dyah and Yanti, 2016). Tugas dan tanggung jawab perawat bukan hal yang ringan untuk dipikul. Perawat bertanggung jawab terhadap tugas fisik, administratif dari instansi tempat ia bekerja, menghadapi kecemasan, keluhan, dan mekanisme pertahanan diri pasien yang muncul pada pasien akibat sakitnya, ketegangan, kejenuhan dalam menghadapai pasien dengan kondisi yang menderita sakit kritis atau keadaan terminal, disisi lain ia harus di tuntut selalu tampil sebagai profil perawat yang baik oleh pasiennya (Nurcahyadi, Dyah and Yanti, 2016) Perawat bekerja dalam kurun waktu tertentu, perawat akan menghadapi masa pensiun ketika menginjak usia madya. Perawat perlu mempersiapkan diri, baik fisik, psikis dan sosial agar dapat menghadapi masa – masa pensiun. Masa pensiun merupakan memasuki usia renta, fisik semakin melemah dan menua, makin banyak penyakit, semakin cepat lupa penampilan tidak menarik lagi, masa yang rumit, kegiatan kerja rutin tidak ada lagi, penghasilan dan kondisi kesehatan menjadi menurun dan hilangnya wewenang bahkan power (Hermi, 2016). Pada kenyataannya masa pensiun tidak datang secara tiba – tiba, melainkan secara bertahap. Tahap pertama yang akan dilalui adalah tahap pra
pensiun atau masa persiapan pensiun. Beberapa perusahaan ataupun instansi pemerintah memanfaatkan masa ini dengan serangkaian kegiatan atau yang bisa dikenal dengan program masa persiapan pensiun, Hakim 2007 (Fardila, Rahmi and Putra, 2017).
Berdasarkan Depkes RI (2014) bahwa PNS diberhentikan dengan hormat karena mencapai BUP yaitu, 58 (lima puluh delapan) tahun bagi Pejabat Adminstrasi, 60 (enam puluh) tahun bagi pejabat dan pimpinan tinggi dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan bagi pejabat fungsional secara formal pegawai yang bekerja pada instansi pemerintah sepeerti pegawai negeri sipil maupun lembaga BUMN/BUMD akan menjalani masa pensiun setelah mencapai usia 56 tahun (PP No 32 tahun 1979). Menurut BKN (2015) Jumlah PNS Di Indonesia pada tahun 2015 adalah 4,7 juta orang dan dipensiunkan setiap tahunnya sebanyak 112.000 orang. Salah satu Rumah Sakit Negeri di Bali yaitu RS Bhayangkara Denpasar terdapat 132 perawat dan 13 perawat yang akan pensiun pada tahun 2019 – 2024.
Peneliti melakukan wawancara dengan perawat yang menghadapi masa persiapan pensiun pada tanggal 31 Juli 2019, partisipan 1 mengungkapkan kesulitan akan membiasakan diri dari bekerja di setiap hari dan yang nantinya hanya diam dirumah, tanggungan anak masih sekolah SMA dan kuliah semester pertengahan kita tidak tahu cukup apa tidak untuk kebutuhan hidup. Partisipan 2 mengungkapkan bingung mengambil kesibukan jika perawat pensiun, pensiun hidup di kota akan susah di sisi ekonomi jika balik ke kampung halaman ragu karena anak juga masih ada yang sekolah.Pada umumnya usia pensiun di Indonesia berkisar antara 55 tahun dimana seseorang berada pada tahapan dewasa menengah ( middle adulthood ). Pada masa dewasa
menengah ini masih dapat dikatakan cukup produktif (Eliana, 2003)
Menurut penelitian yang dilakukan berjudul Kooping Perawat Usia Madya (50- 55) tahun Menghadapi Pensiun di RSUD Kabupaten Sukoharjo menyebutkan bahwa Seseorang mulai mencapai prestasi baik karir, pendidikan dan hubungan interpersonal walaupun kekuatan fisik maupun kekuatan mental menurun. Sebagai orang tua mereka harus bertanggung jawab dalam membesarkan anak – anak yang mulai beranjak remaja dan bahkan yang sudah berkeluarga. Perawat mengalami kehilangan financial, kehilangan status, kehilangan pekerjaan atau rutinitas saat memasuki pensiun. Orang yangmendekati masa pensiun, pensiun maupun pasca masa pensiun banyak mengalami Post Power Syndrome di karenakan dulunya ia memegang jabatan, memimpin, berpenghasilan dan di hormati (Oktavianus, 2011). Penelitian deskriptif kualitatif memberi gambaran / deskripsi terhadap fenomena yang diteliti dari partisipan, memahami dan menghasilkan teori (Afiyanty and Rachmawati,
2014).
Pengalaman adalah pengetahuan hasil dari observasi pada suatu objek atau kejadian yang merupakan proses aktif dari pengamatan dan perubahan guna memahami situasi nyata (Syahdrajat, 2015).
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian “Pengalaman Perawat Dalam Menghadapi Masa Persiapan Pensiun di RS Bhayangkara Denpasar”.
## METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini adalah
penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif, dengan focus penelitian adalah perawat dalam menghadapi masa Persiapan pensiun.
Empat partisipan dipilih berdasarkan metode purposive sampling dengan kriteria
Perawat yang menghadapi masa persiapan pensiun, perawat mampu berkomunikasi secara kooperatif dalam mengungkapkan pengalamannya, perawat yang bersedia menjadi partisipan. Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam ( in depth interview) dan cacatan lapangan (field note). Pada penelitian ini semua partisipan sudah mendapatkan penjelasan terlebih dahulu tentang penelitian, prosedur penelitian dan hak – hak partisipan dengan menandatangani informed consent. Analisa data dilakuka dengan Collaizi 7 step proses.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
1.Pemahaman Perawat Tentang Masa Persiapan Pensiun (MPP)
Partisipan menggambarkan
pemahaman tentang masa persiapan pensiun adalah masa mempersiapkan diri yang sudah mendekati purna tugas, Batas Usia Pensiun (BUP) dan Pembekalan Masa Persiapan Pensiun (MPP).
a. Masa persiapan diri Partisipan menjelaskan masa persiapan diri menjelang masa pensiun dapat di gambarkan dalam satu transkrip adalah sebagai berikut :
“MPP itu waktu yang di berikan kepada pegawai negeri sipil selama Satu tahun dengan tujuan memberikan kesempatan kepada setiap pns untuk mempersiapkan diri menjelang masa pensiun.”
(P1.L3-8)
b. Batas Usia Pensiun (BUP)
Partisipan menjelaskan Batas Usia Pesiun (BUP) perawat Polri yaitu 58 tahun dapat di gambarkan dalam dua transkrip adalah sebagai berikut :
Untuk perawat polri batas usia pensiun itu 58 tahun jika seseorang memiliki keahlian lebih akan pesiunkan 60 tahun “Masa persiapan pensiun itu masa dimana akan mamasuki fase pensiun,
kita tidak bisa mengatakan tidak mau karena umur tidak bisa berbohong 58 tahun itu batas usia pensiun kalau PNS perawat Polisi. sebelum pensiun terdapat MPP yaitu masa persiapan pensiun kita 1 tahun sebelum pensiun mendapat pembekalan bisa di ambil dan tidak, jika di ambil kita di bebas tugaskan dari tugas keseharian.” (P4.L3-12)
## c. Pembekalan Masa Persiapan Pensiun
Partisipan menjelaskan pembekalan masa persiapan pensiun (MPP) yaitu dilakukan pelatihan keterampilan yang diminati seperti mitra waralaba dan kewirausahaan dapat di gambarkan dalam dua transkrip adalah sebagai berikut :
“Pembekalan dan pelatihan mitra waralaba, mitra wara laba itu seperti membeli brand yang sudah punya nama kayak indomaret, C’BEZT, ya tapi modal yang cukup sesuai kantong kita ada juga pengolahan jamur tiram dijaman sekarang ini kan lumayan peminat jamur seperti itu salah satunya.” (P2.L24-28)
“ Pembekalan seperti
pelatihan keterampilan kewirausahaan, contoh berkebun, beternak, berdagang. Berkebun itu seperti menanam buah sayuran yang berkhasiat contoh jeruk nipis kan gampang hidupnya manfaatnya kaya vit C, bisa menghilangkan gatal di tenggorokan, kalau berternak ya usaha ayam kampung telur bisa jual dagingnya juga”
(P4.L21-30)
## 1. Perasaan perawat memasuki Masa Persiapan Pensiun
Saat memasuki Masa Persiapan Pensiun (MPP) yaitu partisipan mengungkapkan perasaan senang, sedih, cemas dan tenang
dapat di gambarkan dalam lima transkrip adalah sebagai berikut :
“Kalau senangnya, di umur sekarang ini beban tugas sedikit berkurang biasanya beban kerja kan lumayan pasien gak bisa bilang stop tidak jaga malam lagi hanya pagi saja,
(P1.L27-31)
“ kalau sedihnya ya kita gak bisa bohong juga ekonomi pasti berkurang apalagi anak - anak masih biaya sekolah, belum buat kebutuhan di rumah, belum menyama braya di desa pasti itu kita pikirkan.”
## 2.Hambatan Perawat Memasuki Masa Persiapan Pensiun
Partisipan menggambarkan hambatannya dalam memasuki masa persiapan pensiun yaitu masalah ekonomi, akan kehilangan teman, serta akan kebingungan untuk menentukan kegiatan setelah pensiun dapat di gambarkan dalam 3 transkrip adalah sebagai berikut :
“yang pertama pasti ekonomi itu sangat penting kalau ekonomi bermasalah pasti di hubungan keluarga itu kacau dik, yang kedua kita hampir 38 tahun bekerja setiap hari ke RS sekarang bayangkan kita di rumah aja pasti bosan biasa kita ketemu dengan teman sejawat, sharing masalah kerjaan itu sulit saya juga bingung pensiun saya mau ngambil kesibukan apa peminatan saya belum pikirkan.”
(P1.L46-50)
“Hambatan saya, umur saya sudah mau pensiun tetapi saya masih memiliki anak yang sekolah cukup banyak mengeluarkan biaya pastinya karena anak saya mau kuliah uang pangkal kuliah utamanya saya juga bingung mengambil kesibukan apa jika pensiun harus di pikirkan jangka panjangnya tidak bisa langsung mengambil keputusan .”
## (P1.L49-55)
## 3.Cara Mengatasi Hambatan Masa Persiapan Pensiun
Partisipan menggambarkan cara mengatasi hambatan dalam menghadapi masa persiapan pensiun yaitu dengan mengikuti seminar agar menambah wawasan, yoga menenangkan diri dan membuka usaha setelah pensiun agar mendapat pemasukan nantinya dapat di gambarkan dalam empat transkrip adalah sebagai berikut :
mengikuti sosialisasi atau seminar untuk menambah skill saya rencana saya mau home care perawatan DM, biar saya pensiun masih bisa ilmu di ruangan juga terpakai dimasyarakatbercocok tanaman obat” (P1.L52-57)
“Mungkin saya memodalkan istri saya jualan dan saya membantunya jualan setelah pensiun nanti saya juga belajar bertenak karena saya punya tanah sedikit di kampung untuk berternak.”
(P2.L57-60)
Pembahasan
1)Pemahaman Perawat Tentang Masa
Persiapan Pensiun
Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini, keempat partisipan di RS Bhayangkara Denpasar telah memaparkan dengan baik akan pemahaman mereka terhadap masa persiapan pensiun. Pemahaman partisipan 1 terhadap masa persiapan pensiun dimaknai sebagai masa persiapan diri. Pernyataan partisipan 1 yang telah
dideskripsikan sebelumnya menunjukkan bahwa partisipan memahami masa persiapan pensiun dilakukan selama satu tahun untuk mempersiapkan diri partisipan 1 menjelang masa pensiunnya. Sejalan dengan ini, pemahaman partisipan 2 dan partisipan 4 akan masa persiapan pensiun ini ditilik dari Batas Usia Pensiun (BUP) perawat polri. Berdasarkan
pernyataan-pernyataan kedua partisipan menunjukkan pemahaman yang baik akan masa persiapan pensiun. Pemahaman yang baik akan masa persiapan pensiun di RS Bhayangkara Denpasar juga ditunjukkan dari pernyataan-pernyataan partisipan 2 dan 4 yang menjelaskan tentang pemberian pembekalan MPP dalam bentuk pelatihan mitra waralaba serta keterampilan kewirausahaan. Berdasarkan hasil penelitian mengenai pemahaman masa persiapan pensiun yang di ungkapkan oleh semua partisipan, dapat disimpulkan bahwa seluruh partisipan
menunjukkan pemahaman yang baik dan menunjukkan sikap menerima. Pemahaman serta persiapan diri ( retirement preparation ) yang dilakukan ialah mengikuti pelatihan- pelatihan yang telah disediakan di RS Bhayangkara Denpasar. Hal ini sejalan dengan konsep yang dikemukakan oleh (Kim, Kwon and Anderson, 2005), serta konsep kesiapan yang dikemukakan (Shonhadji, 2012), yaitu kesiapan (readiness ) adalah penanda kognitif terhadap perilaku dari penolakan atau dukungan terhadap upaya perubahan dan titik kedewasaan yang berupa kesiagaan, kesiapan, kematangan untuk dapat menerima dan memperaktekan tingkah-laku tertentu. Partisipan sudah mampu memaknai dan memiliki kesiapan ( readiness ) atau penanda kognitif sebagai upaya perubahan kehidupan dan titik kedewasaan yang berupa kematangan untuk dapat menerima dan mempersiapakan hal- hal untuk cukup melakukan sesuatu setelah pensiun.
2) Perasaan Perawat Memasuki Masa Persiapan Pensiun
Perasaan yang dialami partisipan saat memasuki masa persiapan pensiun (MPP) berbeda-beda. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, partisipan 1 mengungkapkan perasaan senang dan sedih. Perasaan senang muncul karena partisipan 1
di usianya yang berumur 58 tahun dapat merasakan keringanan beban tugas. Namun, partisipan juga merasakan kesedihan karena berkurangnya pendapatan untuk menunjang biaya sekolah, kebutuhan rumah, serta keperluan bermasyarakat. Partisipan 2 dan Partisipan 3 menunjukkan perasaan yang sama berupa perasaan cemas. Kedua partisipan menghadapi kecemasan dalam hal finansial untuk menghidupi kebutuhan keluarga. Partisipan 3 juga menambahkan perasaan bingung karena belum mempersiapkan serta mempertimbangkan kegiatan yang akan dilakukan nanti setelah pensiun nantinya. Disisi lain, partisipan 4 merasakan perasaan tenang dan senang dalam menghadapi masa pensiunnya.
Perubahan faktor psikologis yang dirasakan seluruh partisipan sejalan dengan teori yang dikemukakan menjelaskan bahwa masa transisi menuju pensiun akan menimbulkan perubahan psikis yaitu salah satunya kecemasan (Nurcahyadi, Dyah and Yanti, 2016). Namun, seluruh partisipan tidak menunjukkan sikap negatif hingga menolak melakukan program persiapan pensiun. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan yang dialami partisipan 1,2, dan 3 dipengaruhi oleh berkurangnya pendapatan yang berkaitan erat dengan jumlah keluarga yang ditanggung. Sedangkan, partisipan 4 merupakan partisipan yang memiliki tingkat emosi stabil dan tenang karena tingkat keluarga yang ditanggung tidak ada dan memiliki persiapan yang matang sebelum memasuki masa pensiun. Hal ini selaras dengan teori yang dikemukakan (Hakim, 2007), bahwa dalam menghadapi masa pensiun, pegawai akan terbebas dari rasa cemas apabila sudah melakukan persiapan yang matang.
## 3) Hambatan Perawat Dalam Memasuki Masa Persiapan Pensiun
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, 3 partisipan menghadapi hambatan dalam memasuki masa persiapan
pensiun. Partisipan 1 dan 2 mengalami hambatan yang serupa yaitu menekankan pada hambatan ekonomi, akan kehilangan teman, serta akan kebingungan untuk menentukan kegiatan setelah pensiun.. Partisipan 3 menekankan pada kesulitan finansial karena pemasukan akan berkurang serta tanggungan anak untuk sekolah belum terselesaikan. Hanya partisipan 4 yang tidak mengalami atau merasakan hambatan- hambatan dalam memasuki masa persiapan pensiun.
Hambatan-hambatan ini sejalan dengan perubahan psikososial yang dikemukakan (Muhith and Siyoto, 2016). Partisipan 1, 2, dan 3 mengalami perubahan nilai yang dikaitkan dengan produktivitas mereka akan mengalami pensiun serta perubahan yang dialami yaitu nilai seseorang diukur oleh produktivitasnya dan identitas yang dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan, bila seorang pensiun (purna tugas) maka ia akan mengalami kehilangan financial / income berkurang, kehilangan status (memiliki jabatan / posisi yang ukup tinggi lengkap dengan segala fasilitasnya), kehilangan teman / rekan kerja, kehilangan kegiatan pekerjaan.
## 4) Cara Mengatasi Hambatan Masa Persiapan Pensiun
Hambatan-hambatan yang disadari oleh partisipan diatasi dengan upaya-upaya. Berdasarkan uraian yang disampaikan oleh seluruh partisipan, partisipan 1 mengatasi hambatan yang dilakukan dengan mengikuti sosialisasi atau seminar guna menambah skill serta dapat digunakan dalam bermasyarakat seperti melakukan kegiatan bercocok tanam. Berbeda dengan partisipan 1, partisipan 2 menghadapi ketidakpastian dimasa mendatang dengan mengembangkan dana yang dimiliki bersama istri untuk melakukan bisnis bersama serta belajar beternak untuk kegiatan penunjang sehari-hari. Partisipan 3 mengatasi hambatan yang dirasakan dengan melakukan kegiatan seperti yoga. Kegiatan
ini dipandang mampu menghilangkan rasa stress serta kecemasan setelah mengalami pensiun. Dan partisipan 4 sudah memiliki bekal saat ia akan pensiun nantinya yaitu saat ini partisipan sudah membuka usaha menyewakan lapangan futsal.
Upaya-upaya atau koping yang dilakukan partisipan 1,2,3,4 sejalan dengan teori yang mengungkapkan tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan pegawai setelah pensiun yang merupakan bentuk upaya kognitif dan behavior guna memenuhi tuntutan-tuntutan internal dan eksternal Upaya-upaya yang dilakukan tersebut merupakan upaya mempersiapkan kesejahteraan sosial setelah menghadapi masa pensiun (Eliana, 2003).
mendefinisikan kesejahteraan sosial merupakan suatu keadaan atau kondisi kehidupan manusia yang tercipta ketika berbagai permasalahan sosial dapat dikelola dengan baik, ketika kebutuhan manusia dapat terpenuhi dan ketika kesempatan sosial dapat dimaksimalkan. Memasuki pekerjaan sektor informal menjadi pembuktian bahwa mereka dapat menggunakan kesempatan sosial secara maksimal dan kebutuhannya dapat terpenuhi sehingga permasalahan sosial dan ekonomi dapat diselesaikan.
Bagi kebutuhan pensiun yang wajib dipenuhi, mereka harus mempertahankan ekonomi kesejahteraan dan kesejahteran sosialnua agar mampu menuju kesejahteraan diri dan keluarganya. Sifat kebutuhan semakin hari bukan semakin menurun, melainkan semakin meningkat. Peningkatan kesejahteraan individu maupun keluarga berhak dilakukan oleh siapa pun dengan cara yang berbeda di setiap usaha yang dilakukan. Jadi usaha-usaha yang dilakukan setelah pensiun dapat merupakan perwujudan untuk upaya mencapai kesejahteraan sosial.Mengingat pentingnya mempersiapkan pensiun, sebagian besar kantor/instansi juga memperhatikan perencanaan pensiun pegawainya dengan
melaksanakan program persiapan pensiun. Oleh karena itu, sangat penting bagi divisi pengembangan SDM memperhatikan kesejahteraan pegawainya, baik pada saat masih bekerja maupun pada saat telah pensiun. Dengan adanya program persiapan pensiun bagi para pegawai, akan sangat membantu pegawai untuk dapat menghadapi masa pensiun. Dalam penelitian ini, RS Bhayangkara Denpasar juga telah menjalankan program pensiun terhadap kesiapan pensiun partisipan.
## SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan fenomenologi pengalaman perawat dalam menghadapi masa persiapan pensiun di RS Bhayangkara Denpasar yaitu pemahaman perawat tentang masa persiapan pensiun (MPP) dengan sub tema yaitu masa persiapan diri, batas usia pensiun (BUP), pembekalan MPP. Perasaan perawat memasuki masa persiapan pensiun (MPP) dengan sub tema yaitu perasaan senang, sedih, cemas dan tenang. Hambatan perawat dalam menghadapi masa persiapan pensiun (MPP) dengan sub tema yaitu masalah ekonomi akan kehilangan teman, serta akan kebingungan untuk menentukan kegiatan setelah pensiun. Cara mengatasi hambatan masa persiapan pensiun (MPP) dengan sub tema yaitu dengan cara mengikuti seminar, mengikuti yoga dan membuka usaha.
Disarankan bagi perawat yang akan pensiun dapat meningkatkan kemampuan dan pelayanan perawat dalam menghadapi masalah yang di alami klien. Peneliti Selanjutnya diharapkan dapat digunakan sebagai dasar atau referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin mengembangkan penelitan ini lebih lanjut serta studi komparasi bagi peneliti atau mahasiswa yang tertarik dalam penelitian pengalaman perawat dalam menghadapi masa persiapan pensiun.
## DAFTAR PUSTAKA
Afiyanty and Rachmawati .2014. Metode Penelitian Kualitatif Dalam Riset
Keperawatan. jakarta: PT Raja Grafindo.
BKN. 2015. SK Pensiun Pensiun Pegawai Negeri 2015. Jakarta : Badan Kepegawaian Nasional. Diunduh dari
: https://www.bkn.go.id
Depkes, R.I. 2014. Batas usia pensiun (BUP). www.depkes.go.id diakses tanggal 2Februari 2014
Dinkes, Provinsi bali. 2018. Laporan
Jumlah perawat di bali.Denpasar
Eliana, R. 2003. ‘Konsep diri pensiunan’, Sumatra Utara: USU digital library, 2, pp. 158–162.
Fardila, N., Rahmi, T. and Putra, Y. 2017 ‘= 0.413, thus conclude there is a significant relationship between family social support with retirement readiness on civil servants. Key
Word : Perception, family social support, retirement readiness, civil servants’, pp. 1–11.
Gunawan, K. and Djati, S. P. 2011. ‘Kualitas Layanan dan Loyalitas Pasien (Studi pada Rumah Sakit Umum Swasta di Kota Singaraja– Bali)’, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 13(1). doi: 10.9744/jmk.13.1.32-39.
Hakim, S. N. 2007. ‘Perencanaan dan persiapan menghadapi masa pensiun’.
Hermi. 2016. Kerja Bahagia Pensiun Mulia.
jakarta: Mitrawacana Media.
Kim, J., Kwon, J. and Anderson, E. A. 2005. ‘Factors related to retirement confidence: Retirement preparation and workplace financial education’,
Financial Counseling and Planning. Association for Financial Counseling and Planning Education, 16(2), pp. 77–89.
Muhith, A. and Siyoto, S. 2016. Pendidikan Keperawatan Gerontik. yogyakarta:
Andi Offset.
Nurcahyadi, E., Dyah, W. and Yanti, R.
2016. ‘Hubungan tingkat stres kerja dengan kinerja perawat’, 4(2), pp. 22–
35. Ode .2012. Konsep Keperawatan. yogyakarta: Nuha Medika. Oktavianus .2011. ‘Koping Perawat Usia Madya ( 50-55 Tahun ) Menghadapi
Pensiun Di RSUD Kabupaten Sukoharjo’, pp. 17–26.
Shonhadji, N. 2012 ‘Factors of Auditor’s Readiness in Implementing IFRS in Indonesia’, Journal of Economics, Business, and Accountancy Ventura, 15(1), pp. 133–144.
Syahdrajat.
2015. Panduan Menulis
Kedokteran dan Kesehatan. jakarta:
Prenada Media Group.
|
cbb3cba0-5df0-4e88-b4cf-0e2abbbd1d00 | https://jurnal.ubs-usg.ac.id/index.php/joeb/article/download/238/467 |
## FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN KERJA NON FISIK YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN KERJA DOSEN DI MASA PASCA PANDEMI COVID-19
Rezky Amalia Hamka 1 , Agung Widhi Kurniawan 2 , Thamrin Tahir 3 , Nurhaedah 4 , Sutrisno 5
Universitas Negeri Makassar 1234 , Universitas Mulawarman 5 rezky.amalia.hamka@unm.ac.id, agungwk@unm.ac.id, thamrin.tahir@unm.ac.id, nurhaedahedha86@gmail.com, sutrisno@fkip.unmul.ac.id
## Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kondisi lingkungan kerja atau kondisi kerja di masa pasca pandemi covid-19 sebagai aspek yang perlu diperhatikan oleh perguruan tinggi karena mempengaruhi produktivitas kerja, motivasi kerja, kepuasan kerja, prestasi kerja dan kinerja dosen. Untuk merespon hal tersebut maka peneliti melakukan penelitian melalui analisis deskriptif dan regresi linear sederhana. Penelitian ini dilakukan pada dosen ASN Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Makassar dengan jumlah responden sebanyak 64 orang. Penelitian ini menganalisis faktor lingkungan kerja fisik yang mempengaruhi kepuasan kerja dosen di masa pandemi Covid-19. Hasil penelitian menunjukan, lingkungan kerja non fisik X secara keseluruhan masuk ke dalam kategori Cukup Baik. Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan kerja non fisik pada Fakultas Ekonomi UNM (FE UNM) telah berjalan baik sesuai dengan yang diharapkan para dosen tetap di FE UNM. Sementara berdasarkan hasil regresi sederhana variabel Faktor Lingkungan Non Fisik (X) terhadap Variabel Kepuasan (Y) Sangat Kuat. pengaruh variabel Faktor Lingkungan Fisik (X) terhadap kepuasan (Y) adalah sebesar 89 %.
Kata kunci : lingkungan kerja, kepuasan, covid-19.
## Abstract
This research is motivated by the conditions of the work environment or working conditions in the post-covid-19 pandemic as an aspect that needs to be considered by tertiary institutions because it affects work productivity, work motivation, job satisfaction, work performance, and lecturer performance. To respond to this, the researchers conducted research through descriptive analysis and simple linear regression. This research was conducted on ASN lecturers at the Faculty of Economics, Makassar State University with a total of 64 respondents. This study analyzes the factors of the physical work environment that affect lecturer job satisfaction during the Covid-19 pandemic. The results showed that X's non- physical work environment as a whole was included in the Fairly Good category. This shows that the non-physical work environment at the Faculty of Economics UNM (FE UNM) has been going well as expected by the permanent lecturers at FE
Rezky Amalia Hamka 1 , Agung Widhi Kurniawan 2 , Thamrin Tahir 3 , Nurhaedah 4 , Sutrisno 5
UNM. While based on the results of a simple regression variable Non-Physical Environmental Factors (X) on the Satisfaction Variable (Y) is very strong. the influence of the Physical Environment Factor (X) on satisfaction (Y) is 89%.
Keywords: work environment, satisfaction, covid-19.
## Pendahuluan
Sejak Januari 2020 WHO menyatakan dunia sedang berada pada darurat global karena virus ini. Indonesia juga menjadi salah satu negara terdampak Covid-19, berdasarkan data dari gugus tugas penanganan Covid-19 Indonesia bersama BNPB semenjak 14 Desember 2020 sudah ada 36.277 kasus covid-19 di Indonesia (Putriyani, 2021). Sampai dengan tahun 2022 ini, dunia masih dilanda wabah yang sangat mengancam keberlangsungan hidup manusia saat ini. Kondisi ini membuat semua sektor tatanan kehidupan masyarakat suatu bangsa menjadi tidak menentu akibat penularan virus ini sangat cepat, tak terkecuali dunia pendidikan, hampir seluruh perguruan tinggi di dunia tidak bisa menjalankan aktivitas perkuliahan seperti biasa (Andiyanto, 2021).
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan surat edaran No. 4 Tahun 2020 terkait pelaksanaan pendidikan pada masa Covid-19 ini, di mana pelaksaan Ujian Nasional (UN) tahun akademik 2019/2020 resmi ditiadakan dan sekolah melaksanakan proses belajar dari rumah (Pendidikan & Indonesia, 2020). Selain pendidikan dasar dan menengah, pendidikan tinggi juga melakukan penyesuaian perkuliahan dalam rangka mencegah penyebaran virus Covid-19 di lingkungan kampus (Sulasmi, Sibuea, Eriska, & AirLangga, 2020).
Banyak kebiasaan baru yang harus dilakukan setiap orang di lingkungan kampus agar terhindar dari penyebaran virus ini, antara lain adalah penerapan protokol kesehatan dengan ketat, mengunakan metode pembelajaran dan pelayanan administrasi serta pertemuan/ rapat secara daring, dan sebagainya (Kurniawan, Tahir, Hamka, & Nurhaedah, 2023). Perguruan tinggi dituntut melakukan perubahan kebijakan mengenai lingkungan kerjanya untuk menjalankan protokol kesehatan, bagi semua civitas akademika di lingkungan kampus (Putri, Denny, & Setyaningsih, 2022). Salah satu perubahan lingkungan kerja yang menjadi objek penelitian ini terjadi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Makassar.
Dosen merupakan aset yang sangat penting karena tanpa adanya dosen, suatu perguruan tinggi akan sulit untuk mencapai tujuannya (Darmayanti, Setiani, & Oetojo, 2007). Oleh karena itu, setiap organisasi perguruan tinggi harus mengelola dan memperhatikan kepuasan kerja dari pegawai khususnya dosen.
Kepuasan kerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk mendapatkan hasil kerja yang optimal (Wijaya, 2018). Berbagai macam tugas yang diberikan pada karyawan akan efektif apabila mereka merasa puas terhadap pekerjaannya. Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual
## Faktor-Faktor Lingkungan Kerja Non Fisik Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
Dosen di Masa Pasca Pandemi COVID-19
karena setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam setiap individu (Siswanto, Wulandari, & Tundono, 2023).
Banyak faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja diantaranya gaji, pekerjaan itu sendiri, rekan sekerja, atasan, promosi dan lingkungan kerja (Marihot, Tua, 2009). Lingkungan kerja merupakan salah satu faktor yang mendukung dalam terciptanya kepuasan kerja bagi karyawan. Pada dasarnya didalam lingkungan kerja itu sendiri menyediakan pendorong atau penghargaan tertentu dalam hubungannya dengan kebutuhan-kebutuhan individu. Apabila kebutuhan individu dapat terpenuhi dari suatu lingkungan kerjanya maka akan menimbulkan suatu kepuasan.
Lingkungan kerja adalah keseluruhan lingkungan dimana seseorang bekerja, meliputi metode kerja dan pengaturan kerjanya (Sedarmayanti & Pd, 2001). Lingkungan kerja juga merupakan salah satu hal yang mempengaruhi pelaksanaan tugas karyawan secara optimal sehingga perlu diperhatikan oleh perusahaan, yang meliputi suasana kerja, hubungan rekan kerja, dan tersedianya fasilitas kerja (Arianto & Kurniawan, 2020). Perubahan lingkungan kerja yang terjadi akibat terjadinya pandemi Covid-19 di perguruan tinggi harus benar-benar diperhatikan untuk dilakukan proses adaptasi demi tetap berlangsungnya kegiatan administrasi dan proses belajar-mengajar. Khususnya bagi para dosen, jika dosen tidak nyaman dalam bekerja, maka hasil pekerjaan tidak akan optimal dan akan menurunkan kepuasan kerja. Penurunan kepuasan kerja dosen akan dapat menurunkan prestasi kerja atau kinerja dosen.
Kepuasan kerja merupakan evaluasi yang menggambarkan seseorang atas perasaaan sikapnya senang atau tidak senang, puas atau tidak puas dalam bekerja (Rivai, 2010). Setiap individu memiliki kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku pada dirinya. Makin tinggi penilaian terhadap kegiatan dirasakan sesuai dengan keinginan individu, maka makin tinggi kepuasannya terhadap kegiatan tersebut. Sebaliknya, semakin renadah penilaian individu terhadap pekerjaannya maka semakin rendah kepuasan kerjanya.
Lingkungan kerja atau kondisi kerja, terutama lingkungan kerja non fisik, merupakan salah satu aspek yang harus diperhatikan oleh perguruan tinggi karena hal ini akan berpengaruh pada produktivitas kerja, motivasi kerja, kepuasan kerja, prestasi kerja dan kinerja dosen. Untuk itu, perguruan tinggi harus lebih detail dalam memperhatikan lingkungan kerja agar tujuan lembaga dapat tercapai sesuai dengan yang diinginkan lembaga.
Penelitian ini dalam rangka menguji dan menganalisis pengaruh lingkungan kerja non fisik terhadap kepuasan kerja dosen di masa pandemi Covid-19 di Universitas Negeri Makassar (UNM). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh dosen ASN di Fakultas Ekonomi (FE) UNM sebanyak 64 orang. Fokus penelitian ini akan melihat adanya faktor independen yaitu lingkungan kerja non fisik yang mempengaruhi kepuasan kerja dosen di FE UNM dalam melaksanakan pekerjaannya di masa pandemi Covid-19. Diduga faktor-faktor lingkungan kerja non fisik berpengaruh terhadap kepuasan kerja dosen FE UNM.
Rezky Amalia Hamka 1 , Agung Widhi Kurniawan 2 , Thamrin Tahir 3 , Nurhaedah 4 , Sutrisno 5
## Metode
Variabel didefinisikan sebagai suatu konsep yang bisa diukur dan hasil pengukurannya bervariasi (Sugiyono, 2017). Struktur obyek penelitian ini terdiri dari 3 (tiga) variabel yang saling berhubungan, diklasifikasikan menjadi: 1) Variabel independen atau variabel eksogen dalam penelitian ini adalah Lingkungan Kerja Non Fisik (X); dan 2) Variabel dependen/ variabel tergantung/ variabel akibat/ variabel endogen dalam penelitian ini adalah Kepuasan Kerja (Y).
Populasi dalam penelitian ini adalah dosen ASN di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNM sebanyak 64 orang, yang sekaligus menjadi sampel penelitian dengan pengambilan sampel jenuh.
strumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner terdiri dari sejumlah pertanyaan terstruktur dari indikator-indikator setiap variabel penelitian, yang diadopsi dari berbagai penelitian sebelumnya yang dianggap telah teruji kehandalan dan kesahihannya.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Data primer, yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti langsung dari sumbernya dengan menggunakan kuesioner, dan data sekunder, yaitu data yang pengumpulan dan pengolahannya dilakukan oleh pihak lain yang diperoleh dari tempat penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini dengan pendekatan observasi, seperti jumlah pegawai/ tenaga kependidikan dan sebagainya. Data skunder juga dihimpun melalui wawancara, yaitu dengan cara melakukan tanya jawab secara mendalam kepada responden penelitian untuk memperoleh data yang lebih akurat dan lengkap.
Pada penelitian ini, analisis regresi sederhana dimaksudkan untuk mengetahui adanya pengaruh antara lingkungan kerja non fisik X terhadap kepuasan kerja Y. Tujuannya untuk meramalkan atau memperkirakan nilai variabel dependen dalam hubungan sebab akibat terhadap nilai variabel lain. Bentuk umum persamaan regresi linier sederhana adalah :
Y = a + bX Keterangan: Y = Nilai prediksi variabel dependen a = Konstanta, yaitu nilai Y jika Y = 0
b = Koefisien regresi, yaitu nilai peningkatan atau penurunan variabel yang didasarkan variabel X
X = Variabel independent
## Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis deskriptif, lingkungan kerja non fisik secara keseluruhan masuk ke dalam kategori Cukup Baik. Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan kerja non fisik pada Fakultas Ekonomi UNM (FE UNM) telah berjalan baik sesuai dengan yang diharapkan para dosen tetap di FE UNM (Analisa & RAHARDJO, 2011).
## Faktor-Faktor Lingkungan Kerja Non Fisik Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
Dosen di Masa Pasca Pandemi COVID-19
Dari 12 pernyataan pada variabel lingkungan non fisik yang mendapatkan nilai tertinggi terdapat pada pernyataan mengenai “Baik sebelum dan sesudah pandemi tidak ada pengaruh apa-apa terhadap hubungan kerja saya” mendapatkan nilai rata-rata sebesar 2,95 dan pada pernyataan “Lembaga mengapresiasi metode pengajaran yang saya lakukan baik luring maupun daring” mendapatkan nilai rata-rata sebesar 2,75 masuk kategori Cukup Baik. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antar dosen tetap FE UNM dengan rekan kerja terjalin dengan baik karena saling menghargai satu sama lain. Hal ini juga menunjukkan bahwa dosen tetap FE UNM merasa nyaman dan merasakan penghargaan dalam melaksankan tugas dan pekerjaan di UNM.
Pernyataan yang mendapatkan nilai rendah dengan nilai skor di bawah 2,50 atau kategori Rendah terdapat pada pernyataan : 1) “Saya kesulitan berkomunikasi di lingkungan kerja karena harus mentaati aturan protokol kesehatan”; 2) “Selama ini dosen tidak diberikan kesempatan dalam melaksanakan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat”; 3) “Saya merasa terbebani dengan beban kerja selama pandemi, karena harus rapat/bekerja diluar jam kerja kantor”; 4) “Selama Pandemi Covid-19 metode pengajaran dengan blended & hybrid learning masih perlu diperbaiki”; 5) “Saya merasa sulit beradaptasi dengan prosedur kerja selama New Normal Pandemi Covid- 19”; dan 6) “Penilaian terhadap prestasi kerja dosen belum menyeluruh dan adil”. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian dosen merasa sulit berkomunikasi secara luring dan belum terbiasa melakukan prosedur kerja saat Pandemi Covid-19, serta belum mampu menggunakan metode pembelajaran on-line dalam pelaksanaan perkuliahan.
Dari 12 pernyataan pada variabel Kepuasan Kerja (Y) yang mendapatkan nilai tertinggi terdapat pada pernyataan mengenai “Saya merasa puas terhadap rekan-rekan kerja yang mendukung aktifitas kerja saya” mendapatkan nilai rata-rata sebesar 3,27 dan pada pernyataan “Saya merasa puas dapat menyajikan materi secara sistematis berdasarkan RPS dengan metode Problem Basic Learning dan Project Basic Learning Kurikulum Merdeka Belajar bersama rekan kerja sesuai mata kuliah” mendapatkan nilai rata-rata sebesar 2,95 masuk kategori Tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antar dosen tetap FE UNM dengan rekan kerja terjalin dengan baik karena saling mendukung pekerjaan satu sama lain. Hal ini juga menunjukkan bahwa dosen tetap FE UNM merasa puas bisa melasanakan metode pembelajaran berbasis learning dan project yang mengarahkan pada kemandirian mahasiswa.
Pernyataan yang mendapatkan nilai rendah terdapat pada pernyataan : 1) “Saya merasa tidak puas karena tidak maksimal menggunakan media pembelajaran untuk mengajak mahasiswa mengimplementasikan teori yang telah dipelajari di kelas secara nyata.”; 2) “Selama New Normal Pandemi Covid-19 tugas pekerjaan yang diberikan tidak sesuai dengan kemampuan saya”; 3) “Saya merasa tidak puas atas pembayaran gaji dan Tunjangan Kinerja (Tukin) yang tidak tepat waktu”; 4) “Saya tidak menerima umpan balik dari atasan terhadap pekerjaan yang telah saya kerjakan”; dan 5) “Saya merasa kurang puas karena tidak tercipta hubungan yang harmonis dengan mahasiswa selama kondisi new normal pandemi covid-19”. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian dosen merasa tidak puas karena tidak maksimal menggunakan media pembelajaran dan
Rezky Amalia Hamka 1 , Agung Widhi Kurniawan 2 , Thamrin Tahir 3 , Nurhaedah 4 , Sutrisno 5
merasa tidak pernah berinteraksi langsung dengan mahasiswa pada masa Pandemi Covid-19. Beberapa dosen juga merasa tidak puas atas pembayaran tunjangan kinerja yang tidak tepat waktu dan tidak mendapatkan unpan balik dari atasan atas pekerjaan yang telah dilakukannya.
Lingkungan Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kepuasan Kerja. Kondisi lingkungan kerja non fisik seperti hubungan kerja dosen dengan pimpinan prodi, jurusan maupun fakultas, hubungan kerja sesama dosen yang baik sangat penting bagi para dosen untuk mendukung mereka dalam menyelesaikan suatu pekerjaan sehingga tujuan lembaga dapat tercapai dan para dosen akan merasa puas atas pekerjaannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja non fisik merupakan variabel yang mempengaruhi kepuasan kerja. Apabila kondisi lingkungan kerja non fisik dirasakan dapat mendukung para dosen dalam menyelesaikan pekerjaan maka para dosen akan merasa puas dalam bekerja, demikian juga sebaliknya.
Kondisi saat Pandemi Covid-19 sedikit-banyak mempengaruhi lingkungan kerja non fisik dan kepuasan kerja para dosen. Kebiasaan baru yang mengharuskan penerapan protocol kesehatan berdampak pada proses perkuliahan dan kegiatan tri darma para dosen. Kondisi tersebut mengharuskan para dosen untuk beradaptasi pada lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan non fisik di tempat kerjanya, sehingga kepuasan kerja tetap terjaga / tidak menurun.
Sementara Dengan menggunakan bantuan aplikasi program SPSS versi 21, didapat output hasil perhitungan regresi linier sederhana sebagai berikut :
Tabel 1
Hasil Analisis Regresi Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .944a .890 .888 3.571
a. Predictors: (Constant), FAKTOR LINGKUNGAN NON FISIK
Dari output di atas, didapatkan nilai R (korelasi) sebesar 0,944 yang artinya variabel Faktor Lingkungan Non Fisik (X) terhadap Variabel Kepuasan (Y) Sangat Kuat. Nilai R square (koefisien determinasi) sebesar 0,890 yang artinya pengaruh variabel Faktor Lingkungan Fisik (X) terhadap kepuasan (Y) sebesar 89 %. Hasil Analisis T Hitung :
Tabel 2
Hasil Analisis T Hitung Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 7.707 3.686 2.091 .042
FAKTOR LINGKUNGAN NON FISIK 2.639 .136 .944 19.341 .000
a. Dependent Variable: KEPUASAN
Dari output di atas, didapatkan nilai Constant (a) sebesar 7,707, sedangkan nilai factor lingkungan non fisik (b/koefisien regresi) sebesar 2,639. Sehingga persamaan regresinya sebagai berikut:
Y = a + bX Y = 7,707 + 2,639
Nilai konstanta sebesar 7,707 mengandung arti bahwa nilai konsisten variabel partisipasi adalah sebesar 7,707. Nilai koefisiensi regresi X sebesar 2,639 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 % nilai faktor lingkungan non fisik, maka nilai partisipasi bertambah sebesar 2,639. Koefisien regresi tersebut bernilai positif. Sehingga dapat dikatakan bahwa arah pengaruh variabel X terhadap Y adalah positif.
Berdasaran nilai signifikansi dari tabel Coefficients diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel faktor lingkungan non fisik (X) berpengaruh terhadap variabel Kepuasan (Y). Berdasarkan nilai t, diketahui nilai t hitung sebesar 19,341> t tabel 2,01290, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel faktor Lingkungan Non Fisik (X) berpengaruh terhadap variabel Kepuasan Kerja (Y).
## Kesimpulan
Berdasarkan analisis deskriptif, lingkungan kerja non fisik X secara keseluruhan masuk ke dalam kategori Cukup Baik. Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan kerja non fisik pada Fakultas Ekonomi UNM (FE UNM) telah berjalan baik sesuai dengan yang diharapkan para dosen tetap di FE UNM. Sementara berdasarkan hasil regresi sederhana variabel menunjukkan nilai R (korelasi) sebesar 0,944 yang artinya variabel Faktor Lingkungan Non Fisik (X) terhadap Variabel Kepuasan (Y) Sangat Kuat, dan nilai R square (koefisien determinasi) sebesar 0,890 yang artinya pengaruh variabel Faktor Lingkungan Fisik (X) terhadap kepuasan (Y) sebesar 89 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Lingkungan Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kepuasan Kerja dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Makassar.
Untuk penelitian selanjutnya dengan topik yang sama, disarankan menggunakan metodelogi penelitian dan objek penelitian yang berbeda agar dapat dilihat perbedaan dan persamaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan sehingga menambah pengetahuan bagi banyak pihak.
Rezky Amalia Hamka 1 , Agung Widhi Kurniawan 2 , Thamrin Tahir 3 , Nurhaedah 4 , Sutrisno 5
## DFTARPUSTAKA
Analisa, Lucky Wulan, & RAHARDJO, Mudji. (2011). Analisis pengaruh motivasi kerja dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan (Studi pada dinas perindustrian dan perdagangan kota Semarang) . Universitas Diponegoro.
Andiyanto, Tri. (2021). Pendidikan dimasa covid-19 . Raih Asa Sukses.
Arianto, Nurmin, & Kurniawan, Hadi. (2020). Pengaruh Motivasi dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan. JENIUS (Jurnal Ilmiah Manajemen Sumber Daya Manusia) , 3 (3), 312–321.
Darmayanti, Tri, Setiani, Made Yudhi, & Oetojo, Boedhi. (2007). E-learning pada pendidikan jarak jauh: konsep yang mengubah metode pembelajaran di perguruan tinggi di Indonesia. Jurnal Pendidikan Terbuka Dan Jarak Jauh , 8 (2), 99–113.
Kurniawan, Agung Widhi, Tahir, Thamrin, Hamka, Rezky Amalia, & Nurhaedah, Nurhaedah. (2023). Analisis Lingkungan Kerja dan Kepuasan Kerja Dosen Pasca Berakhirnya Pemberlakuan Pembantasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis Dan Manajemen Indonesia , 6 (4), 524–535.
Pendidikan, Menteri, & Indonesia, Kebudayaan Republik. (2020). Surat edaran nomor 4 tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran coronavirus disease (COVID-19). Jakarta: Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan .
Putri, Freddrika, Denny, Hanifa Maher, & Setyaningsih, Yuliani. (2022). Implementasi Pencegahan COVID-19 di Perguruan Tinggi: Studi Kasus di Sebuah Perguruan Tinggi Negeri di Kota Kendari. Jurnal Penelitian Kesehatan" SUARA FORIKES"(Journal of Health Research" Forikes Voice") , 13 (2), 426–432.
Putriyani, Novia. (2021). Kompetensi Pedagogik Guru Dalam Pembelajaran Pai Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Sma Negeri 5 Lebong . UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu.
Sedarmayanti, M., & Pd, M. (2001). Sumber daya manusia dan produktivitas kerja. Bandung: CV. Mandar Maju .
Siswanto, Wahyudi, Wulandari, Wahyuni Retno, & Tundono, Sri. (2023). Revitalisasi RPTRA Mahkota Meruya Selatan Jakarta Barat Sebagai Pusat Ruang Kreatifitas Anak, Rekreasi Ekologis dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat. Journal Locus Penelitian Dan Pengabdian , 2 (1), 38–50.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D . Bandung.
Sulasmi, Emilda, Sibuea, Muhammad Buhari, Eriska, Peny, & AirLangga, Eka. (2020). COVID 19 & KAMPUS MERDEKA Di Era New Normal. Kumpulan Buku Dosen .
Wijaya, Ronni Andri. (2018). Pengaruh Kepercayaan dan Kepuasan terhadap Customer Retention Nasabah PT. Asuransi Bangun Askrida di Kota Padang. JUSIE (Jurnal Sosial Dan Ilmu Ekonomi) , 3 (01), 81–89.
|
d6ed119e-b328-43a3-b008-b96f1e395ea6 | https://journal.budiluhur.ac.id/index.php/ema/article/download/339/283 | Pengaruh Pendidikan dan Latihan Tenaga Kerja Terhadap Peningkatan Produktifitas Kerja Karyawan Pada Sumber PT. Sumber Rezeki Medan
## Chainar Elli Ria
Fakultas Ekonomi Universitas Darma Agung
Email: Chainar_elliria@yahoo.com
## ABSTRAK
Program pelatihan dan pengembangan yang diberikan kepada karyawan dapat mengurangi ketergantungan perusahaan terhadap karyawan baru dan merupakan investasi jangka panjang bagi perusahaan untuk menghadapi beberapa tantangan yang ada, baik kesusangan karyawan, perubahan sosioteknis maupun perubahan tenaga kerja. Hal ini bisa di lihat dari perbedaan tingkat prokdutivitas karyawan-karyawan yang mendapat pelatihan dan pengembangan. Berdasarkan nilai F hitung (23,135) > dari F tabel (2,76) dapat diambil kesimpulan bahwa variabel pelatihan dan pengembangan karyawan bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadasp produktivitas kerja PT. Sumber Rezeki Medan Berdasarkan hasil uji t dari variabel pelatihan dan pengembangan karyawan di ketahui bahwa variabel pelatihan mempunyai pengaruh yang lebih signifikan dari pada variabel pengembangan karyawan. Hal ini menunjukan bahwa variabel pelatiah mempunyai pengaruh yang lebih besar dari variabel pengembangan terhadap produktivitas kerja PT. Sumber Rezeki Medan.
Kata kunci: pendidikan, pelatihan, peningkatan produktifitas kerja
## ABSTRACT
Training and development programs provided to employees can reduce the company's dependence on new employees and are a long-term effort for the company to address some of the challenges, whether employee obsolescence, sociotechnical changes or labor changes. This can be seen from differences in the level of procurement of employees who are trained and developed. Based on the value of F count (23,135)> from F tabel (2,76) can be concluded about the variables of training and employee development together have a significant influence on the productivity of PT. Sumber Rezeki Medan Based on the t test of the training and employee development variables in Variables that have a more significant influence than. This shows that the variable pelatiah have greater influence from the variable development of work productivity PT. Sumber Rezeki Medan.
Keywords : penindidikan, training, increase work productivity
## PENDAHULUAN
## Latar Belakang
Tenaga kerja merupakan asset penting bagi suatu perusahaan yang tidak terilai harganya. Tanpa adanya tenaga kerja maka sebuah perusahaan tidak akan bisa
melaksanakan aktivitas bisnisnya.
Perubahan lingkungan juga akan membawa pengaruh yang besar terhadap kebutuhan tenaga kerja. Perubahan teknologi yang makin canggih juga menjadi sebab utama.
semakin komplek pula kegiatan operational maupun masalah yang dihadapi oleh perusahaan dan karyawan sebagai pelaksanya. Perusahaan harus mampu mengantisipasi perubahan yang ada dengan memberikan program pelatihan dan pengembangan yang tepat kepada karyawannya. Pelaksanaan program pelatihan dan pengembangan karyawan memerlukan suatu evaluasi dari outcomes kegiatan tersebut. Pengukuran di lakukan dengan menggunakan strategis evaluasi dan terfokus pada metode-metode evaluasi pelatihan dan pengembangan untuk lebih memastikan bahwa tujuan program tersebut sesuai rencana yaitu untuk peningkatan produktivitas kerja. (Syahrizal. 2001:77).
Berdasarkan uraian di atas mendorong penulis untuk mengupas pengaruh positif dari program pelatihan dan pengembangan karyawan terhadap produktivistas kerja. Dengan demikian permasalahan ini akan di jadikan sebagai bahan penelitian untuk penulisan penelitian dengan judul “ Pengaruh Pendidikan dan Latihan Tenaga Kerja Terhadap
Peningkatan Produktivitas Kerja Karyawan Pada PT. Sumber Rezeki Medan”.
## LANDASAN TEORI
## Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia merupakan faktor sangat penting bagi sebuah organisasi, terdapat dua alasan utama mengapa sumber daya manusia penting. Pertama, sumber daya manusia mempengaruhi efisiensi dan efektifitas perusahaan. Sumber daya manusia membuat suatu perencanaan, memproduksi dan mengalokasikan sumber dya finansial perusahaan serta mengawasinya untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan yang telah di tetapkan. Kedua, sumber daya manusia adalah pengeluaran pokok perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Sumber daya manusia dalam suatu perusahaan mempunyai hak-hak yang harus diterima sebagai konsekuensi dari kegiatan atau pekerjaan yang telah dilakukan untuk perusahaan. Hak-hak yang harus diberikan oleh perusahaan yaitu berupa gaji, tunjangan pengembangan, promosi dan lain-lain.
## Management Sumber Daya Manusia
Perubahan dalam masyarakat selalu saja terjadi, seiring dengan kedudukan sumber daya manusia yang semakin penting. Meskipun saat ini kita berada atau sedang menuju ke arah masyarakat yang berorientasi pada kerja (work oriented), oyang memandang kerja adalah sesuatu yang mulia, namun kita tidak boleh mengabaikan manusia yang melakukan pekerjaan tersebut. Dalam berbagai keadaan, nilai-nilai kemanusian dapat diselaraskan dengan aspek teknologi dan ekonomi. Tugas management personalia untuk mempelajari jalan agar manusia bisa diintegrasikan secara efektif kedalam berbagai organisasi yang diperlukan oleh masyarakat.
Management personalia dapat di definisikan sebagai perencanaan, pengorganisasian dan pengendalian atas tenaga kerja, pengembangan, kompensasi, integrasi, pemeliharaan dan pemisahan sumber daya manusia dengan tujuan untuk mencapai sasaran perorangan dan organisasi masyarakat (Heidjrachman dan Husnan, 1993:23).
## Pelatihan
Latihan atau training merupakan kegiatan untuk penguasaan berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja
tertentu, terinci dan rutin (T. Hani Handoko, 2001:75).
## Pengembangan
Pengembangan merupakan kegiatan dimana management menyiapkan para karyawan untuk memegang tanggung jawab pekerjaan di waktu yang kana datang. Pengembangan memepunyai ruang lingkup lebih luas dalam upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap dan sifat-sifat kepribadian (T. Hani Handoko, 2001:75).
Pengembangan management merupakan suatu upaya untuk meningkatkan prestasi management saat sekarang atau dimasa depan dengan memberikan pengetahuan, merubah sikap atau meningkatkan ketrampilan. Setiap karyawan memerlukan program
pengembangan untuk
mempersiapkan mereka untuk melaksanakan pekerjaan baru atau kemungkinan untuk di promosikan (Dessler, 1997:279).
Pengembangan karyawan sering diartikan sebagai usaha-usaha untuk meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan umum bagi karyawan agar pelaksanaan tujuan lebih efisien. Maka dalam pengertian ini istilah pengembangan mencakup pengertian latihan dan pendidikan yaitu sebagai sarana untuk peningkatan keterampilan.
Pengembangan mencakup pengertian latihan dan pendidikan yaitu sebagai sarana untuk peningkatan ketrampilan dan pengetahuan umum bagi karyawan. Tujuan pengembangan karyawan sendiri adalah untuk memperbaiki efektifitas kerja karyawan dalam hasil-hasil kerja yang telah ditetapkan. Perbaikan efektifitas kerha dapat dilakukan dengan cara memperbaiki pengetahuan karyawan itu sendiri terhadap tugas-tugasnya (Heidjrachman dan Husnan, 1993:77).
Dalam parktek
management kontemporer, karakteristik-karakteristik tertentu yang berhubugan dengan pengembangan organisasi adalah sebagai berikut :
1. Terencana yaitu pengembangan harus di dasari oleh sebuah perencanaan yang
matang dan tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Berorientasi maslah yaitu berupaya menerapkan teori dan penelitian dari sejumlah disiplin ilmu yang di gunakan untuk memecahkan berbagai masalah.
3. Mencerminkan pendekatan system karena menghubungkan sumber dyaa manusia dan potensi organisasi denga teknologi, struktur dan proses management.
4. Merupakan bagian integral dari proses management yaitu berusaha untuk memproyeksikan, memenuhi dan
menyusun kebutuhan management setiap department .
5. Pengembangan organisasi bukan merupakan strategi yanga mapan karena merupakan proses yang berkelanjutan dan berlangsung secara terus menerus.
6. Berfokus pada peningkatan yaitu setiap hal yang dilakukan dalam program pengembangan bertujuan untuk mencapai peningkatan perusahaan.
7. Berorientasi pada tindakan yaitu setiap program pengembangan yang dilakukan tidak hanya bersifat teoritis.
8. Berorientasi pada teori dan praktik yang sehat yaitu pengembangan yang dilakukan berfokus pada teori management yang sehat.
## Evaluasi Pelatihan dan Pengembangan
Implementasi program pelatihan dan pengembangan karyawan adalah sebagai proses transformasi, dimana para karyawan yang tidak terlatih diubah menjadi karyawan yang terlatih.Berikut langkah- langkah dalam evaluasi pelatihan dan pengembangan karyawan adalah:
1. Menentukan kriteria evaluasi dari program pelatihan dan pengembangan karyawan.
2. Melakukan tes pendahuluan (pre–test).
3. Para karyawan dilatih dan
dikembangkan sesuai program
pelatihan dan penegmbangan yang telah ditetapkan.
4. Melakukan tes purna (post – test).
5. Transfer atau promosi
6. Tidak lanjut (Handoko, 2001: 87 )
## METODE PENELITIAN
## Populasi
Populasi atau universe adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu. Apabila populasi kurang dari 100, lebih baik di ambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi (Arikunto, 1998:120). Target populasi dalam penelitian ini adalah karyawan PT. Sumber Rezeki Medan Agung sebanyak 60 karyawan akan di jadikan responden penelitian.
## ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Dari hasil analisis dapat ditarik kesimpulan bahwa apakan program pelatihan dan pengembangan karyawan mempunyai pengaruh yang positif terhadap produtivitas kerja dan dapat di ketahui variabel mana yang dapat mempunyai
pengaruh yang lebih besar terhadap produktivitas kerja.
1. Personalia PT. Sumber Rezeki Medan Agung
Dalam melaksanakan kegiatan usahanya di butuhkan kerja sama yang baik, dengan tujuan agar supaya terjadi keseimbangan antara satu karyawan dengan klaryawan lainnya.
Penggolongan personalia pada PT. Sumber Rezeki Medan agung sebagai berikut :
1. Penggolongan Karyawan
PT. Sumber Rezeki Medan Agung memiliki karyawan yang cukup banyak untuk melakukan kegiatan usahanya. Penggolongan karyawan terdiri atas:
a. Karyawan Tetap adalah karyawan yang mempunyai masa kerja lebih dari 2 tahun dan sudah di angkat sebagai karyawan tetap di PT.
Sumber Rezeki Medan Agung.
b. Karyawan Kontrak adalah karyawan yang mempunyai masa kerja 1 – 2 tahun.
c. Karyawan Paruh Waktu adalah pekerja harian yang otomatis memperoleh gaji secara harian.
d. Tenaga Ahli
2. Pembagian Jam Kerja Karyawan Jam kerja di PT. Sumber Rezeki Meedan Agung adalah 8 jam perhari. Pembagian jam kerja terbagi atas 3 shift yaitu :
a. Morning Shift pukul 07.00 – 17.00 WIB
b. Evening Shift pukul 14.00 –
23.00 WIB
c. Night Shift pukul 23.00 – 07.00
## WIB
## Sistem Kompensasi
1. Gaji
Gaji adalah imbalan yang di berikan kepada karyawan atas dasar pekerjaan yang di cerminkan oleh jabatan yang di pegang oleh setiap karyawan. Penggajian harus di lakukan dengan menggunakan system yang tepat. Gaji karyawan terdiri dari :
a. Gaji Pokok di tetapkan dalam skala upah perusahaan, perubahan gaji poko yang berlaku apabila adanya kenaikan biaya hidup, adanya ketetapan pemerintah mengenai perusahaan swasta serta berdasarkan penilaian prestasi kerja karyawan.
b. Tunjangan, adalah perusahaan terdiri
atas :
1.) Tunjangan tetap yaitu tunjangan yang di berikan pada karyawan yang
bersifat rutin dan tidak berdasarkan kehadiran karyawan.
2.) Tunjangan tidak tetap yaitu tunjangan yang di berikan pada karyawan yang bersifat rutun adan bergantung pada kehadiran karyawan tersebut.
2. Tunjangan
Tunjangan yang di berikan perusahaan pada karyawan teriri atas:
a. Tunjangan Jabatan
Merupakan tunjangan yang di erikan berdasarkan jabatan tertentu yanag dipegangnya.
b. Tunjangan Lain-lain, terdiri atas:
1.) Tunjangan hari raya (THR), diberikan kepada :
a.) Karyawan yang telah bekerja selama 12 bulan berturut-turut, paling sedikit menerima gaji tetap satu bulan.
b.) Karyawan yang bekerja kurang dari satu tahun tetapi tidak kurang dari tiga bulan secara berturut-turut akan menerima THR secara prorate dari gaji tetap sebulan.
2.) Lembur adalah kompensasi yang di berikan kepada karyawan sebagai penggantian karena telah di tugaskan bekerja pada hari libur atau diluar jam kerja. Kompensasi ini bisa berupa uang ataupun hari libur.
3.) Tunjangan Kesehatan adalah tunjangan yang diberikan kepada karyawan yang sedang sakit dan tidak dapat melaksanakan tugasnya serta atas anjuran dokter memerlikan pengobatan/perawatan.
4.) Istirahat On-the-Job adalah hak yang di berikan kepada setiap karyawan untuk mempunyai waktu istirahat selama dua jam pada hari kerja yang dilakukan secara bergiliran sesuai kepentingan operational.
5.) Uang Service adalah uang service yang di bagikan pada pertengahan bulan berikutnya stelah di kurangi :
a.) 2% untuk biaya administrasi credit card
b.) 3% untuk kegiatan social, olahraga dan barang yang rusak /
hilang.
6.) Ijin khusus dengan mendapat gaji penuh.
Karyawan di ijinkan untuk meninggalkan pekerjaan dengan memberikan surat keterangan resmi berkaitan dengan perkawinan karyawan (2
hari), perkawinan anak karyawan (2 hari), ada keluarga yang meninggal, dan lain- lain.
7.) Tunjungan Cuti
Tunjangan cuti terbagi atas:
a.) Cuti tahunan, yaitu cuti yang diberikan karyawan yang telah bekerja 12 bulan berturut-turut, karyawan tersebut berhak mendapat cuti selama 12 hari kerja dengan upah penuh.
b.) Cuti sakit, yaitu cuti yang di berikan kepada karyawan hanya apabila ada surat resmi dari dokter perusahaan.
c.) Cuti melahirkan, yaitu cuti yang di berikan kepada karyawan yang melahirkan, 1.5 bulan sebelum melahirkan dan 1.5 bulan setelah melahirkan. Karyawan tersebut menerima gaji bulanan tanpa uang service dan mendapat fasilitas bantuan, untuk melahirkan hanya terbatas unutk 3 kali melahirkan.
d.) Cuti di luar tanggung jawab perusahaan, yaitu cuti yang di berikan kepada karyawan apabila cutinya habis namun masih memerlukan cuti untuk hal-hal yang incidental, tidak berhak atas gaji dan semua fasilitas.
Karakteristik Responden Karakteristik
Berdasarkan Jenis
## Kelamin Responden
Produktivitas karyawan dalam suatu perusahaan dapat dipengaruhi oleh jenis kelamin seseorang. Pria dan wanita
cenderung berbeda dalam bersikap atau melakukan sesuatu terhadap suatu obyek yang sama. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dpat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Responden Presentase % Pria 48 80 Wanita 12 20 Jumlah 60 100 Sumber : Data Perusahaan, 2016
Dari tabel IV.3 di tunjukan bahwa karyawan PT. Sumber Rezeki Medan Agung yang berjenis kelamin Pria sebanyak 80% dan sisanya sebanyak 20% berjenis kelamin Wanita. Hal ini menunjukan bahwa mayoritas karyawan PT. Sumber Rezeki Medan berjenis kelamin Pria.
## Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan
Produktivitas yang dihasilkan seseorang dapat dipengaruhi oleh status perkawinannya. Karyawan yang berstatus perkawinanya tidak menikah cenderung mempunyai produktivitas yang berbeda. Karakteristik responden berdasarkan status perkawinan dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan Status Perkawinan Jumlah Responden Persentase % Menikah 44 73 Belum Menikah 16 26 Jumlah 60 100
Sumber : Data Perusahaan, 2016
Tabel 2 menunjukan bahwa 73% karyawan di PT. Sumber Rezeki Medan Agung mempunyai status menikah dan sisanya sebanyak 27% berstatus tidak/belum menikah. Tentu saja hal ini akan mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap produktivitas yang di hasilkan oleh masing-masing karyawan.
## Karakteristik Responden Berdasarkan
Usia
Usia juga berpengaruh dalam produktivitas seseorang dalam bekerja. Karyawan yang berusia muda tentu berbeda dalam berproduktivitas atau bekerja di banding karyawan dengan usia yang lebih tua. Karakteristik responden berdasarkan usia dapat di lihat dalam tabel berikut :
Tabel 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Usia Jumlah Persentase % < 25 tahun 12 20 26 – 30 tahun 28 47 31 – 35 tahun 5 8 36 – 40 tahun 7 12 Dari 40 tahun 8 13 Jumlah 60 100%
Sumber : Data Primer yang Diolah, 2016
Dari tabel 3 dapat di tarik kesimpulan bahwa karyawan di PT. Sumber Rezeki Medan Agung rata-rata berusia 26 – 30 tahun yang mempunyai persentase tertinggi sebanyak 28 orang atau 47% karyawan dengan usia < 25 tahun sebanyak 12 orang atau dengan persentase 20%. Karyawan dengan usia > 40 tahun sebanyak 8 orang atau dengan persentase 13%, berikutnya adalah karyawan dengan
usia 36 – 40 tahun sebanyak 7 orang atau 12%. Dan yang paling sedikit adalah karyawan dengan usia 31 – 35 tahun sebanyak 5 orang atau dengan persentase 8%.
Berdasarkan data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar karyawan PT. Sumber Rezeki Medan Agung berusia 26 – 30 tahun atau mempunyai usia yang cukup produktif
yang tentu saja akan mempengaruhi
produktivitas kerja yang di hasilkannya.
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Latar belakang pendidikan sangat berpengaruh besar dalam setiap sikap, berprilaku dan produktivitas seseorang.
Pendidikan yang beraneka ragam cenderung mempunyai pengaruh yang berbeda pula. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Pendidikan Jumlah Persentase % SD 4 7 SLTP 6 10 SLTA 32 53 D3 14 23 S1 4 7 Jumlah 60 100
Sumber : Data Primer yang Diolah, 2016
Berdasarkan tabel IV.6, dari responden sebanyak 60 karyawan, 4 orang mempunyai pendidikan terakhir SD dengan persentase sebanyak 7%, 6 orang mempunyai pendidikan SLTP dengan persentase sebanyak 53%, 14 orang mempunyai pendidikan terakhir D3 dengan persentase sebanyak 23%, dan 4 orang yang mempunyai pendidikan terakhir S1 dengan persentase sebanyak 7%. Dari data di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa sebagian besar karyawan PT. Sumber Rezeki Medan Agung mempunyai pendidikan SLTA.
## Karakteristik Responden Berdasarkan Lamanya Bekerja
Produktivitas yang dihasilkan setiap orang tentu saja akan berbeda, dan hal ini akan di sebabkan oleh sebagian faktor. Salah satu faktor yang mempunyai pengaruh terhadap produktivitas kerja adalah lamanya karyawan tersebut bekerja. Karakteristik responden berdasarkan lamanya bekerja dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Lamanya Bekerja
Lama Bekerja Jumlah Persentase % < dari 1 tahun 6 10 1 – 2 tahun 24 40 3 – 4 tahun 10 17 5 – 6 tahun 12 20 Dari 6 tahun 8 13 Jumlah 60 100
Sumber : Data Primer yang Diolah, 2016
Sesuai dengan tabel IV.7, dari 60 karyawan dapat di ketahui bahwa 6 oarang telah bekerja > 1 tahun dengan persentase sebesar 10%, 24 orang telah bekerja selama 1 – 2 tahun dengan persentase sebesar 40%, 10 oarang telah bekerja selama 3 – 4 tahun dengan persentase sebesar 17%, 12 orang telah bekerja selama 5 – 6 tahun dengan persentase sebesar 20% dan 8 orang telah bekerja selama > dari 6 tahun dengan persentase sebesar 13%. Berdasarkan data tersebut di atas dapat di simpulkan bahwa sebagian besar karyawan telah bekerja di PT. Sumber Rezeki Medan Agung rata-rata selama 1 – 2 tahun dengan persentase tertinggi sebesar 40%. Perbedaan dari lama tidaknya karyawan bekerja di perusahaan akan mempengaruhi produktivitas kerja yang di hasilkan.
## Uji Validasi
Uji validasi di gunakan untuk mengetahui seberapa cermat suatu alat ukur melakukan fungsi ukurnya. Semakin tinggi validitas suatu fungsi alat ukur maka akan semakin tinggi pula pengukuran mengenai sasaranny. Validitas dapat di tunjukan melalui korelasi yang signifikan skor item pertanyaan dengan skor totalnya, sedangkan skor total dapat diperoleh melalui penjumlahan semua skor item. Korelasi antar skor pertanyaan dengan skor totalnya harus signifikan. Angka korelasi yang di peroleh harus lebih besar dari critical value yang di syaratkan.
Rangkuman mengenai hasil uji validitas terhadap kuesioner dapat dilihat pada tabel berikut :
## Tabel 6. Hasil Uji Validitas Variabel Pelatihan
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2016
Dari hasil uji validitas dapat diketahui bahwa variabel pelatihan mempunyai r- hitung lebih besar pada setiap item
pertanyaan di banding dengan r-tabelnya. Oleh sebab itu, semua pertanyaan yang di gunakan dalam kuisioner adalah valid .
Tabel 7. Hasil Uji Validitas Variabel Pengembangan
Sumber : Data Primer yang Diolah, 2016
Hasil uji validitas dari setiap pertanyaan untuk variabel pengembangan menunjukan bahwa r-hitungnya lebih besar dari r-tabel,
sehingga dapat disimpulkan bahwa semua item pertanyaan yang digunakan dalam kuisioner adalah valid.
No Item r-hitung r-tabel Keterangan 1 PL1 0,652 0,254 Valid 2 PL2 0,595 0,254 Valid 3 PL3 0,691 0,254 Valid 4 PL4 0,756 0,254 Valid 5 PL5 0,637 0,254 Valid 6 PL6 0,596 0,254 Valid No Item r-hitung r-tabel Keterangan 1 PN1 0,687 0,254 Valid 2 PN2 0,806 0,254 Valid 3 PN3 0,744 0,254 Valid 4 PN4 0,637 0,254 Valid
## Tabel 8. Hasil Uji Validitas Variabel Produktivitas Kerja (Karyawan)
Sumber : Data Primer yang Diolah, 2016
Hasil uji validitas untuk item pertanyaan produktivitas kerja dari segi karyawan mempunyai r-hitung yang lebih besar dari r-tabelnya, sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa semua item pertanyaan yang digunakan dalam kuisioner untuk produktivitas kerja dari segi karyawan adalah valid.
## Tabel 9. Hasil Uji Validitas Variabel Produktivitas Kerja (Pimpinan)
Sumber : Data Primer yang Diolah, 2016
## Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan tingkat kestabilan dari alat pengukur untuk
pengukur suatu gejala. Semakin tinggi suatu reliabilitas alat ukur, maka semakin stabil alat tersebut mengukur suatu gejala.
No Item r-hitung r-tabel Keterangan 1 PR1 0,526 0,254 Valid 2 PR2 0,495 0,254 Valid 3 PR3 0,463 0,254 Valid 4 PR4 0,410 0,254 Valid 5 PR5 0,540 0,254 Valid 6 PR6 0,446 0,254 Valid 7 PR7 0,548 0,254 Valid 8 PR8 0,438 0,254 Valid 9 PR9 0,509 0,254 Valid No Item r-hitung r-tabel Keterangan 1 PR1 0,798 0,254 Valid 2 PR2 0,798 0,254 Valid 3 PR3 0,829 0,254 Valid 4 PR4 0,857 0,254 Valid 5 PR5 0,786 0,254 Valid 6 PR6 0,883 0,254 Valid 7 PR7 0,883 0,254 Valid 8 PR8 0,777 0,254 Valid 9 PR9 0,829 0,254 Valid 10 PR10 0,883 0,254 Valid
Reliabilitas atau tidaknya butir-butir pertanyaan dapat dilihat dari nilai cronbach alpha- nya. Nilai alpha antara 0.8 – 1.0 dikategorikan reliabilitasnya baik, nilai 0.6 – 0.79 dikategorikan reliabilitasnya dapat diterima, dan apabila alpha kurang dari 0.6
maka reliabilitasnya di kategorikan kurang baik ( Sekaran, 2000:206 ).
Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas variabel didapatkan nilai cronbach alpha masing-masing variabel sebagai berikut :
Tabel 10. Hasil Uji Reliabilitas Variabel
S u m
Sumber : Data Primer yang Diolah, 2016
Hasil uji reliabilitas variabel pelatihan menujukan cronbach alpha sebesar 0.7194 yang termasuk kategori reliabilitas yang dapat diterima. Dari hasil uji reliabilitas variabel pelatihan mendapat nilai 0.7194 artinya variabel ini mempunyai kemampuan koksisten sebesar 71,94%, apabila dilakukan pengukuran ulang.
Variabel pengembangan mempunyai cronbach alpha sebesar 0.7854, termasuk dalam kategori reliabilitas yang dapat diterima. Cronbach alpha bernilai 0.7854 artinya variabel pengembangan ini kemampuan konsistensi sebesar 78.54%, apabila dilakukan pengukuran ulang.
Untuk valiabel produktivitas kerja, hasil uji reliabilitas menunjukan cronbach alpha sebesar 0.6140, termasuk dalam kategori reliabilitas yang di terima. Alpha bernilai 0.6140 berari variabel produktivitas kerja (karyawan) mempunyai kemampuan konsistensi sebesar 61.40%, apabila dilakukan pengukuran ulang.
Sedangkan variabel produktivitas kerja (pimpinan), dari hasil uji reliabilitas membunyai cronbach alpha sebesar 0.9490, termasuk dalam kategori reliabilitas yang baik. Apabila dilakukan pengujian ulang, variabel ini mempunyai kemampuan konsistensi sebesar 94.90%.
Variabel Cronbach Keterangan Alpha Program Pelatihan Karyawan 0,7194 Dapat Diterima Program Pengembangan Karyawan 0,7854 Dapat Diterima Produktivitas Kerja 0,6140 Dapat Diterima Produktivitas Kerja 0,9490 Baik
Analisis Regresi Linier Berganda
Dengan Variabel Dummy
Untuk mengetahui pengaruh dari program pelatihan dan pengembangan karyawan terhadap produktivitas kerja PT. Sumber Rezeki Medan Agung di gunakan analisis regresi linier berganda dengan variabel dummy, dengan persamaan sebagai berikut :
Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 D Keterangan :
Y = produktivitas kerja
a
= bilangan konstanta
b1 = koefisien regresi X1 b2 = koefisien regresi X2 b3 = koefisien regresi X3
X1 = pelatihan X2 = pengembangan
D = pelatihan
1 jika dapat pelatihan
0 jika tidak dapat pelatihan
Berikut adalah tabel hasil dari analisis model regresi terhadap data laporan :
## Tabel 11. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda dengan Variabel Dummy
Variabel Koefisien Std. Error t Sig. Regresi X1 0,631 0,143 4,408 0,000 X2 0,386 0,174 2,220 0,030 D 0,079 0,031 2,560 0,013 Konstanta 1,6,4 Standart Error 0,175 Adjusted R. Square 0,530 R. Squared 0,553 F -Hitung 23,135
Sumber : Print out Program SPSS 11, 2016
Berdasarkan hasil pengolahan data tabel IV.13, maka di peroleh hasil berikut :
Y = 1,634 + 0,631X1 + 0,386X2 + 0,079D
( 9,348 ) ( 4,408 ) ( 2,220 ) ( 2,560 )
Berdasarkan persamaan regresi berganda dengan variabel dummy di atas dapat di uraikan sebagai berikut :
1. Konstanta (a = 1,634), Konstanta bernilai positif menunjukan bahwa
variabel pelatihan dan pengembangan karyawan mempunyai pengaruh yang positif terhadap produktivitas kerja karyawan akan tetap bernilai positif.
2. Koefisien regresi variabel pelatihan (b1
= 0,631 ), Nilai positif menunjukan indikasi bahwa variabel pelatihan mempunyai pengaruh positif yang signifikan, apabila perusahaan menyelenggarakan program pelatihan maka akan terjadi peningkatan terhadap variabel Y ( produktivitas kerja )
3. Koefisien
Regresi Variabel, Pengembangan (b2 = 0,386) posifif menunjukan bahwa variabel pengembangan mempunyai pengaruh
positif yang signifikan terhadap variabel produktivitas kerja.
4. Koefisien Regresi Penilaian Sebagai, Dummy (b3 = 0,079), Nilai positif menunjukan bahwa terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara karyawan yang mendapat pelatihan dengan karyawan yang tidak mendapat pelatihan terhadap variabel dependen (produktivitas kerja).
Adjusted R. squere sebesar 0,530 yang menunjukanbahwa variabel produktivitas dipengaruhi oleh variabel pelatihan (X1) dan pengembangan (X2) sebesar 53% sedangkan sisanya 47% di pengaruhi oleh variabel lain diluar yang diteliti dalam penelitian ini.
## Uji Regresi Parsial (Uji t)
Uji regresi parsial (uji t) digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel independent (pelatihan dan pengembangan karyawan) terhadap variabel dependen (produktivitas kerja) secara individual. Langkah pengujiannya sebagai berikut:
1. Menentukan hipotesa nol dan hipotesa alternatif
H0: b1 = 0, artinya tidak ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Ha: b1 ≠ 0, artinya ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
2. Menentukan level of signifikan ( α ) =
0,05, dengan tα/2 ; ( k – l ; n – k )
3. Kriteria Pengujian
H0 diterima apabila: ttabel ≤ thitung ≤
ttabel, H0 ditolak apabila: t hitung > ttabel atau thitung ≤ ttabel
4. Perhitungan
Besarnya nilai hitung thitung dari masing – masing nilai probabilitas t untuk masing - masing variabel independen adalah sebagai berikut:
1.) Untuk variabel pelatihan besarnya thitung adalah 4,408
2.) Untuk variabel pengembangan besarnya thitung adalah 2,220 3.)
4.) Untuk pelatihan sebagai variabel
dummy besarnya thitung adalah
2,550
5. Kesimpulan
1.) Untuk variabel pelatihan nilai thitung sebesar (4,408) > ttabel sebesar (1,960). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha di terima yang artinya terdapat pengaruh yang sangat signifikan antara variabel pelatihan (X1) secara individu terhadap produktivitas kerja.
2.) Untuk variabel pengembangan thitung sebesar (2,220) > ttabel sebesar (1,960). Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa H0 di tolak dan Ha diterima yang artinya bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara
variabel pengembangan (X2) terhadap produktivitas kerja (Y).
3.) Untuk pelatihan sebagai variabel dummy nilai hitung thitung sebesar (2,550) > ttabel sebesar (1,960). Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa H0 di tolak dan Ha diterima yang artinya bahwa terdapat pengaruh-pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas kerja (Y) antara karyawan yang mendapat pelatihan
dengan karyawan yang tidak mendapat pelatihan (D).
## Uji F
Uji F merupakan pengujian secara serempak yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel independen (pelatihan dan pengembangan) terhadap variabel independen secra bersama-sama. Berdasarkan hasil pengolahan data dapat di ketahui bahwa nilai Fhitung (23,135) > Ftabel (2,76) sehingga dapat diambil suatu kesimpulan bahwa variabel pelatihan dan pengembangan karyawan bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas kerja PT. Sumber Rezeki Medan Agung.
## KESIMPULAN DAN SARAN
## Kesimpulan
Berdasarkan analisis data yang di olah dapat diambil suatu kesimpulan bahwa produktivitas kerja sangat mempengaruhi oleh program pelatihan dan pengembangan karyawan, dan setelah dilakukan pengujian didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan analisis regresi linier berganda yang telah dilakukan, diketahui bahwa seluruh variabel yang diteliti yaitu pelatihan dan pengembangan karyawan menunjukan nilai positif, hal ini berarti bahwa
terdapat pengaruh yang positif terhadap produktivitas kerja.
2. Berdasarkan nilai Fhitung (23,135) > dari Ftabel dapat diambil kesimpulan bahwa variabel pelatihandan pengembangan karyawan bersama- sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas kerja PT. Sumber Rezeki Medan.
3. Berdasarkan hasil uji t dari variabel pelatihan dan pengembangan karyawan diketahui bahwa variabel pelatihan mempunyai pengaruh yang lebih signifikan dari pada variabel pengembangan karyawan. Hal ini menunjukan bahwa variabel pelatihan mempunyai pengaruh yang lebih besar dari variabel pengembangan terhadap produktivitas kerja PT. Sumber
Rezeki Medan.
## Saran
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, ada beberapa saran yang dapat diberikan kepada PT. Sumber Rezeki Medan Agung adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan penelitian, dapat diketahui bahwa program pengembangan
bukanlah variabel utama yang dapat
mempengaruhi produktivitas kerja karyawan. Hasil penelitian menunjukan adanya pengaruh dengan adanya program pengembangan terhadap produktivitas kerja. Apabila perusahaan ingin meningkatkan produktivitas kerja karyawannya maka harus tetap melaksanakan program pengembangan dengan perencanaan dan seleksi yang lebih ketat.
2. Variabel program pelatihan karyawan mempunyai pengaruh yang lebih besar disbanding dengan variabel program pengembangan, oleh sebab itu perusahaan harus berusaha meningkatkan kualiatas program pelatihan yang telah dilaksanakan. Peningkatan dapat dilakukan dengan menambah frekuensi dan menambah durasi pelatihan, lebih selektif dalam memilih materi yang akan diberikan dalam pelatihan, memperbaharui jenis pelatihan yang akan diberikan sesuai dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan karyawan serta mengadakan evaluasi untuk mengetahui hasil dari pelatihan dan pengembangan karyawan yang telah dilakukan, hal ini dilakukan untuk lebih meningkatkan produktivitas kerja karyawannya.
3. Adjusted R. squere sebesar ( 0,530 ) menunjukan bahwa variabel produktivitas dipengaruhi oleh variabel pelatihan dan pengembangan karyawan sebesar
53% sedangkan sisanya 47% dipengaruhi oleh variabel lain diluar yang teliti dalam penelitian ini. Saran yang dapat diberikan untuk PT. Sumber Rezeki Medan Agung yaitu dengan memperhatikan juga variabel-variabel lain misalnya perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang pesat dan membutuhkan sumber daya manusia yang terlatih dan mampu mengikuti perkembangan yang ada, kondisi perekonomian, serta aturan
pemerintah baik UU tentang
ketenagakerjaan maupun prosedur
pengembangan suatu badan usaha.
## DAFTAR PUSTAKA
Ahyari, Agus, 1997. Management
Produksi Perencanaan Sistem Produksi , BPFE. Yogyakarta.
Anonym, 2004. Buku pedoman penyusunan penelitian , Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Arikunto, Suharsini, 1998. Prosedur Penelitian , Edisi revisi, Rineka Cipta, Jakarta.
Azwar, Saifuddin, 1997. Reliabilitas dan Validitas , Pustaka Pelajar,
Yogyakarta
Dessler, Gary, 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia , Edisi Bahas Indonesia, Jilid 1, Jakarta : Prehallindo. Dian, Ayu Parmaindra, 2004. Analisa Pengaruh Pelatihan, Promosi dan Mutasi Pegawai Terhadap Prestasi Kerja Sekolah Dasar di Kecamatan Semarang Barat . Tugas akhir, Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas
Maret.
Djarwanto, Ps, 1994. Statistik Induktif ,
BPFE, Yogyakarta
Douglas, Susan P and Craig C. Samuel 1994, Global Marketing Strategy,
Mc Graw-hill, Singapore.
Engkoswara 2000, Kecenderungan
Kehidupan di Indonesia Menjelang
Abad 21 dan Implikasinya Terhadap System Pendidikan, intemedia, Jakarta.
Hasibuan, Malayu S.P., Manajemen Sumber Daya Manusia , Bumi
Aksara, Jakarta, 2007.
Handoko T. Hani, 1993. Dasar-dasar Management
Produksi dan Operasi , BPFE Yogyakarta.
Ismail Nawawi Uha, Budaya Organisasi, Kepemimpinan dan Kinerja , Cetakan kedua, Kencana: Prenadamedia Group, Jakarta, 2015
Jusuf Irianto, 2003. Prinsip-prinsip
Dasar Management Pelatihan,
Jurnal Bisnis dan Management , 3 (1) : 77 – 80.
Maurer dan Steffy dalam Syahrizal, 2001.
Strategi Evaluasi Pelatihan: Upaya
Meningkatkan Produktivitas
Sumber Daya Manusia, Ekonomi Bisnis, 2 (2): 57 – 66.
Mathis, R.L. & J.H. Jackson, Human Resource Management: Manajemen
Sumber Daya Manusia , Terjemahan Dian Angelia, Salemba Empat, Jakarta, 2006. Muhammad, Fadel, Kapasitas
Manajemen Kewirausahaan dan
Kinerja Pemerintah Daerah , Gamapress, Yogyakarta, 2007. Ranupandojo, Heidjrahman dan Suad Husnan, 1993. Management
Personalia , BPFE, Yogyakarta.
Ravianto J, 1996. Produktivitas dan Tenaga Kerja Indonesia , SIUP
Jakarta.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi,
1982. Metode Penelitian Survey , Jakarta, LP3ES.
Sinungan, Muchdarsyah, 1995.
Produktivitas, Apa dan Bagaimana , Bina Aksara, Jakarta.
Soekidja, Notoatmodjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia , Penerbit Rineka Cipta, Cetakan IV, Jakarta, 2009.
Supomo. B dan Nur Indrianto, 1999.
Metologi Penelitian Bisnis , BPFE
Yogyakarta.
Syafri Wirman & Alwi, Pengertian Pendidikan dan Pelatihan, Jakarta,
2014.
Syahrizal, 2001. Strategi Evaluasi
Pelatihan: Upaya Maningkatkan Produktivitas Sumberdaya
manusia, Ekonomi Bisnis , 2 (2): 57
– 66.
Wibowo, Manajemen Kinerja , Edisi Ketiga, PT. Raja Grafindo Prasada,
Jakarta, 2010.
|
97f9b709-895d-4de8-802d-56bf1473ade8 | https://e-journal.iyb.ac.id/index.php/gemakampus/article/download/9/4 |
## PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM MENINGKATKAN KINERJA PEGAWAI PADA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN BIAK NUMFOR
## Amiruddin
Program Studi Ilmu Administrasi Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Yapis Biak (Papua)
## Abstrak
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian pada bab sebelumnya, maka dapatlah penulis memberikan kesimpulan mengenai “Bagaimana Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai Pada Dinas Perhubungan Kabupaten Biak Numfor”. Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai Pada Dinas Perhubungan Kabupaten Biak Numfor sudah dilakukan dengan cukup baik. Hal ini terlihat dari hasil wawancara responden yang memberikan respon kepada indikator pendidikan dan pelatihan. Pendidikan telah dijalani oleh pegawai dinas perhubungan biak yang merupakan pengembangan sumber daya manusia, agar pegawai-pegawai nantinya dapat menjalankan suatu pekerjaan dengan hasil yang baik dalam bidangnya masing-masing. Dalam meningkatkan kinerja pegawai dinas perhubungan biak, sumber daya manusia adalah unsur yang paling penting karena dengan adanya SDM yang berkualitas dan profesional tentu akan berpengaruh pada kinerja pegawai.
## Pendahuluan
Indonesia sebagai negara yang berkembang saat ini telah melaksanakan berbagai pembangunan di berbagai bidang baik di bidang ilmu pengetahuan, hukum, politik, sosial dan budaya. Pembangunan tersebut tentunya dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memenuhi kebutuhan mereka. Pembangunan memerlukan sumber daya, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Sumber daya tersebut memegang peranan penting dalam proses pembangunan suatu negara, sehingga tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Suatu negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah namun tidak memiliki sumber daya manusia yang berkompoten akan kesulitan dalam mengeksplorasi sumber daya alam. Begitu juga sebaliknya, jika negara memiliki tenaga manusia yang handal namun terkendala dengan minimnya sumber daya alam juga akan menghambat suatu pembangunan bangsa. Pelayanan publik
adalah suatu bentuk kegitan pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah baik di pusat, di daerah, (BUMN) dan (BUMD) dalam bentuk barang maupun jasa dalam rangka pemenuhan kebutuhan (kepuasan) masyarakat sesuai peraturan perundang- undangan yang berlaku. Seiring dengan berlakunya otonomi daerah, maka tingkat pelayanan di tingkat lokal akan sangat benar- benar bisa dirasakan oleh masyarakat di dalam peningkatan kualitas pelayanan publik. Ini berarti bahwa sumber daya manusia aparatur merupakan sebagian dari keseluruhan elemen sistem pelayanan publik yang begitu luas dan kompleks, karena tugas fungsi sumber daya manusia aparatur yang begitu penting dan strategis.
Tugas dan fungsi dari sumber daya manusia aparatur adalah menjadi pelayan masyarakat serta memotivasi dan memberdayakan masyarakat agar terlibat secara aktif dalam pembangunan serta menghasilkan inovasi-inovasi baru dalam
Jurnal “Gema Kampus” Ilmu Administrasi Edisi Vol. XI April 2016 pelayanan masyarakat agar menghasilkan pelayanan yang efektif dan efesien, memiliki semangat pengabdian dengan berorientasi pada fungsi pelayanan, pengayoman dan pemberdayaan masyarakat yang dilandasi dengan keiklasan dan ketulusan. Tugas pokok dan fungsi serta kewajiban tersebut dapat terlaksana dengan baik jika didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai, adanya peraturan yang jelas serta didukung sumber daya manusia yang profesional dan handal.
Sarana dan prasarana yang memadai, lengkap dan canggih akan mempercepat proses pelayanan yang diberikan kepada masyarakat, peraturan yang jelas dalam pemberian pelayanan masyarakat akan memberikan pedoman bagi aparatur dalam memberikan pelayanan. Selain itu, masyarakat diberi akses untuk dapat mengontrol dan mengawasi kualitas dan prosedur pelayanan yang diberikan. Untuk membentuk sumber daya manusia yang profesional dan handal seperti itu merupakan proses yang tidak singkat dan upaya yang harus dilakukan secara terus menerus. Peningkatan kemampuan atau kompetensi yang dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan maupun non diklat. Pendidikan dan pelatihan tersebut dapat dilakukan dengan melalui berbagai kursus, pendidikan formal maupun non formal atau pendidikan lainnya yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan atau kompetensi teknis maupun perubahan pola pikir, moral dan perilaku aparatur pemerintah. Pemerintah dituntut untuk mengembangkan sistem pemerintahan yang baik ( Good Governance ) dan penyelenggaraan Negara bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme ( Clean Governance ), sehingga perlu adanya peningkatan
kompetensi
aparatur pemerintah. Hal ini dikarenakan selama ini kelemahan dari upaya reformasi manajemen sektor publik salah satunya terletak pada
kualitas sumber daya manusia aparatur pemerintahan yang masih belum sesuai dengan yang diharapkan masyarakat, misalnya banyaknya keluhan masyarakat terhadap kualitas pelayanan birokasi, korupsi kolusi nepotisme (KKN), penyalahgunaan wewenang, belum tegaknya hukum dan keadilan.
## Tinjauan Pustaka Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pengembangan merupakan suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan atau pegawai sesuai dengan kebutuhan pekerjaan atau jabatan melalui pendidikan dan latihan. Pendidikan meningkatkan keahlian teoritis, konseptual, dan moral karyawan, sedangkan latihan bertujuan untuk meningkatkan keterampilan teknis pelaksanaan pekerjaan karyawan, workshoop bagi karyawan dan dapat meningkatkan pengetahuan lebih lagi di luar perusahaan.
Menurut Hasibuan yang dikutip dari Edwin. B. Flippo (2002 : 69) mendefinisikan pengembangan sebagai berikut: “Pendidikan adalah berhubungan dengan peningkatan pengetahuan umum dan pemahaman atas lingkungan kita secara menyeluruh”, sedangkan latihan didefinisikan sebagai berikut : “Latihan adalah merupakan suatu usaha peningkatan pengetahuan dan keahlian seorang karyawan untuk mengerjakan suatu pekerjaan tertentu”.
Andrew E. Sikula dalam Sedarmayanti (2007 : 164) Pengembangan adalah suatu proses jangka panjang memanfaatkan prosedur sistematis dan teorganisir, dimana personil kepemimpinan mempelajari pengetahuan konseptual dan teoritis untuk tujuan umum dan pengembangan diperlukan untuk mempersiapkan pegawai mengerjakan pekerjaan dimasa yang akan datang.
T. Hani Handoko (2001) pengembangan ( development ) mempunyai ruang lingkup
Amiruddin “Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai Pada Dinas Perhubungan Kabupaten Biak Numfor”
lebih luas dalam upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan
pengetahuan, kemampuan, sikap dan sifat-sifat kepribadian.
Menurut Gouzali, seperti yang dikutip oleh M. Kadarisman, mendefinisikan “pengembangan sumber daya manusia (SDM), sebagai kegiatan yang harus dilaksanakan organisasi, agar pengetahuan (knowledge), kemampuan (ability), dan keterampilan (skill) mereka sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang mereka lakukan. Dengan kegiatan pengembangan ini, maka diharapkan dapat memperbaiki dan mengatasi kekurangan dalam melaksanakan pekerjaan dengan lebih baik, sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang digunakan oleh organisasi”.
Pengembangan sumber daya manusia ( human resource development ) adalah fungsi operasional kedua dari manajemen sumber daya manusia. Pengembangan karyawan baru atau lama perlu dilakukan secara terencana dan berkesinambungan. Untuk dapat melaksanakan pengembangan dengan baik, terlebih dahulu harus ditetapkan suatu program pengembangan karyawan. Pengembangan bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual, moral karyawan supaya prestasi kerjanya baik, dan mencapai hasil yang optimal dengan melalui pendidikan dan pelatihan. Ardana, dkk ( 2012).
Pengembangan sumber daya manusia (SDM) saat ini sangat dibutuhkan untuk menyesuaikan diri dengan kemajuan tehnologi. Sebagai contoh pegawai sekarang sangat memerlukan pemahaman kemampuan dan programasi komputer. Pengembangan juga dapat meningkatkan kepuasan kerja pegawai. Bila pegawai menjadi lebih terlatih, terdidik dan lebih ahli, mereka juga menjadi lebih bernilai dihadapan rekannya dan masyarakat.
Dari pengertian diatas bahwa pengembangan sumber daya manusia adalah salah satu kegiatan yang diterapkan dan harus dilaksanakan oleh organisasi untuk peningkatkan sumber daya manusia yang diharapkan dapat memperbaiki dan dapat mengatasi kekurangan yang berdampak pada peningkatan kinerja organisasi untuk mencapai suatu tujuan atau hasil yang optimal.
Pengertian dan Konsep Manajemen Sumber Daya Manusia
Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia merupakan suatu proses untuk menangani berbagai macam masalah pada ruang lingkup pegawai, karyawan, buruh, manajer serta tenaga kerja yang lainnya guna menunjang aktivitas organisasi maupun perusahaan demi mencapai sebuah tujuan yang sudah ditentukan. Unit atau bagian yang umumnya mengurusi SDM yaitu Departemen Sumber Daya Manusia atau Human Resourse Departement (HRD). Manajemen bukan saja mengelola sumber manusia tetapi juga material, modal dan faktor pruduksi lainnya. Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penting yang harus dimiliki oleh setiap organisasi, maka konsekuensi dari semua itu adalah perlunya pengelolaan sumber daya manusia secara lebih baik agar diperoleh sumbangan yang berarti bagi kemajuan organisasi atau perusahaan.
Moses Kinggundu (1989) dalam Ambar Teguh Sulistyani dan Rosidah (2003 : 11) Manajemen Sumber Daya Manusia adalah pengembangan dan pemanfaatan pegawai dalam rangka tercapainya tujuan dan sasaran individu, organisasi, masyarakat, bangsa dan internasional yang efektif.
Menurut Melayu SP. Hasibuan (2003 : 10) manajemen sumber daya manusia adalah
Jurnal “Gema Kampus” Ilmu Administrasi Edisi Vol. XI April 2016 ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar lebih efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) menurut Soekidjo Notoatmodjo, (2009) terdiri dari dua, yaitu makro dan mikro. Yang dimaksud dengan pengembangan Sumber Daya Manusia makro adalah suatu proses peningkatan kualitas atau kemampuan
manusia dalam rangka mencapai suatu tujuan pembangunan
bangsa. Sedangkan pengembangan Sumber Daya Manusia mikro adalah bahwa proses pengembangan SDM itu terdiri dari perencanaan (planning), pendidikan dan pelatihan (education and training) dan pengelolaan (management).
Menurut Martoyo, (1992 : 2) sumber daya manusia diartikan sebagai alat untuk mencapai tujuan atau kemampuan memperoleh keuntungan dari kesempatan tertentu, sehingga perkataan sumber daya tidak menunjukan benda, tetapi berperan dalam suatu fungsi operasional. Dengan kata lain sumber daya manusia merupakan suatu abstraksi yang mencerminkan aspirasi manusia dan berhubungan dengan suatu fungsi atau operasi. Pengembangan dalam Konsep Manajemen Sumber Daya Manusia
Pengembangan merupakan langkah-langkah atau proses jangka panjang untuk memperbaiki tingkat kinerja pegawai yang diterapkan, yakni pengembangan intelektual latihan atau praktek dan perubahan sikap untuk membangkitkan kemauan dan kerja sama.
Pengembangan merupakan suatu proses fungsi manajemen yaitu : Perencanaan kebutuhan pegawai salah satu fungsi utamanya manajemen kepegawaian yang intinya merupakan proses perencanaan sistematis tentang penawaran pegawai untuk masa yang akan datang dalam suatu organisasi.
## Perencanaan Sumber Daya Manusia (SDM)
Perencanaan adalah inti dari manajemen karena semua kegiatan organisasi yang bersangkutan didasarkan kepada rencana sumber daya manusia tersebut. Demikian perencanaan Sumber Daya Manusia (human resources planning) adalah inti dari manajemen sumber daya manusia. (Soekidjo notoatmojo, 2009)
Perencanaan sumber daya manusia di suatu organisasi adalah sangat penting bukan saja bagi organisasi itu sendiri, tetapi juga bagi tenaga kerja yang bersangkutan dan bagi masyarakat. Keuntungan- keuntungan yang dapat ditarik dari perencanaan SDM itu antara lain, sebagai berikut:
1)
Mengefektifkan penggunaan sumber daya manusia (SDM); 2) Menyesuaikan kegiatan tenaga kerja dengan tujuan organisasi; 3) Membantu program penarikan tenaga dari bursa atau pasar tenaga kerja secara baik; 4) Pengadaan tenaga kerja baru secara ekonomis; 5) Dapat mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan manajemen sumber daya manusia (SDM).
## Metode Penelitian
Lokasi Penelitian: Berdasarkan judul penelitian yang penulis buat dan memperoleh data-data maka, penulis melakukan penelitian pada Dinas Perhubungan Kabupaten Biak Numfor Jalan Sisingamagaraja Biak Papua.
Jenis Penelitian: Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah jenis asiosiatif. Penelitian asiosiatif yaitu merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Sugiyono, (2009 : 11) Secara lebih mendetail penelitian assiosiatif ini menggunakan bentuk kausal atau melihat pengaruh variabel idenpeden (bebas) terhadap variabel dependen (terikat).
Amiruddin “Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai Pada Dinas Perhubungan Kabupaten Biak Numfor”
Jenis data dan Sumber data: Untuk kepentingan analisis data yang lebih lengkap, memadai, dan akurat maka, diperlukan dalam penelitian ini yaitu memakai jenis data dan sumber data yang di peroleh antara lain sebagai berikut:
Data Primer: Data primer atau data utama adalah data yang diperoleh langsung dari responden melalui observasi (pengamatan), dan interview (wawancara), kepada responden.
Data Sekunder: Data sekunder atau data pendukung adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara membaca buku-bukyu literatur, Undang-undang, Dokumen-dokumen, Peraturan pemerintah, Petunjuk-petunjuk Operasional yang berhubungan dengan penulisan yang dijadikan landasan dalam pembahasan masalah yang di teliti.
## Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini memakai beberapa bentuk teknik pengumpulan data. Adapun teknik- teknik tersebut adalah sebagai berikut :
Teknik Observasi: Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti terhadap obyek penelitian ini untuk memperoleh keterangan data yang lebih akurat mengenai hal yang diteliti. Pengamatan dan Pencatatan tersebut dibuat dan ditulis secara sederhana dan jelas.
Interview: Interview atau wawancara adalah suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan wawancara serta pertanyaan secara langsung pada orang yang diharapkan memberikan jawaban mengenai keterangan yang dibutuhkan dan dapat dijamin kebenarannya.
Penulis melakukan komunikasi langsung dengan responden atau pimpinan serta pegawai yang ada pada Dinas Perhubungan Kabupaten Biak Numfor guna memperoleh atau melengkapi bagian daftar pertanyaan yang belum di isi atau untuk
memperkuat pernyataan yang di berikan oleh responden.
Studi Kepustakaan: Studi kepustakaan adalah prosedur pengumpulan data atau informasi yang relevan dilakukan oleh peneliti dengan membaca, menelaah, mempelajari dokumen-dokumen, buku-buku, jurnal, literatur-literatur, dan catatan, serta berbagai laporan yang berkaitan dengan masalah yang ingin dipecahkan yang berhubungan dengan penelitian ini.
Dokumentasi: Dokumentasi yang peneliti maksud adalah data dan informasi yang didapat dari lembaga yang diteliti berupa data-data yang berbentuk tulisan, gambar- gambar dari seseorang. Dokumentasi atau data-data tertulis seperti struktur organisasi, susunan pengurus, program kerja, visi, misi, sejarah berdirinya lembaga dan sebagainya. Dan dalam penelitian tersebut, peneliti menggunakan alat camera sebagai dokumentasi.
## Teknik Analisa Data
Analisis data adalah kegiatan mengolah data yang telah dikumpulkan dari lapangan atau kepustakaan untuk menjadi seperangkat hasil, baik dalam penemuan maupun dalam pengolahan data. Untuk menganalisis data dalam masalah ini penulis menggunakan logika deduksi, dengan membandingkan teori yang melatar belakangi permasalahan.
Data yang diperoleh dari lapangan akan diolah dengan cara mengumpulkan semua data yang ada. Data yang ada dikelompokkan, diseleksi dan selanjutnya dianalisis. Metode yang digunakan dalam analisis data kualitatif yaitu menganalisis data yang didasarkan pada kualitas data yang digunakan untuk memecahkan permasalahan pokok penelitian, kemudian diuraikan dalam bentuk bahasa deskriptif.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
Jurnal “Gema Kampus” Ilmu Administrasi Edisi Vol. XI April 2016 langkah-langkah seperti yang dikemukakan oleh Burhan Bungin (2003 : 70) yaitu sebagai berikut: 1) Pengumpulan Data (Data Collection), pengumpulan data merupakan bagian integral dari kegiatan analisis data. Kegiatan pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan wawancara dan studi dokumentasi; 2) Reduksi Data (Data Reduction), reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan- catatan tertulis di lapangan. Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data dimulai dengan membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat gugus-gugus, menulis memo dan sebagainya dengan maksud menyisihkan data atau informasi yang tidak relevan; 3) Display Data, display data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif. Penyajiannya juga dapat berbentuk matrik, diagram, tabel dan bagan; 4) Verifikasi dan Penegasan Kesimpulan (Conclution Drawing and Verification), merupakan kegiatan akhir dari analisis data. Penarikan kesimpulan berupa kegiatan interpretasi yaitu menemukan makna data yang disajikan. Antara display data dan penarikan kesimpulan terdapat aktivitas analisis data yang ada. Dalam pengertian ini analisis data kualitatif merupakan upaya berlanjut, berulang dan terus-menerus. Masalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan menjadi gambaran keberhasilan secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis yang terkait. Selanjutnya data yang telah dianalisis, dijelaskan dan dimaknai dalam bentuk kata-kata untuk mendiskripsikan fakta yang ada di lapangan, pemaknaan atau untuk menjawab pertanyaan
penelitian yang kemudian diambil intisarinya saja.
## Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai Pada Dinas Perhubungan Kabupaten Biak Numfor
Persaingan Sumber Daya Manusia antar negara sangatlah penting terutama pada peningkatan dan mutu kinerja. Setiap negara berupaya meningkatkan daya saing masing- masing dalam seluruh aspek kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara, terutama pada aspek Sumber Daya Manusia (SDM). Setiap negara berupaya mempersiapkan dan mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang memadai agar dapat bersaing dengan negara- negara lain, mengingat SDM merupakan salah satu dari sumber-sumber (Resourses) yang sangat menentukan keberhasilan dan pencapaian suatu tujuan.
Hal ini menunjukkan bahwa Sumber Daya Manusia merupakan kunci pokok untuk menentukan keberhasilan manajemen dalam mewujudkan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Ketersediaan sumber-sumber lainnya tidak akan bermanfaat tampa adanya SDM, karena sumber daya manusialah yang akan memperdayakan dan memproritaskan sumber-sumber yang ada. Berhasil tidaknya setiap usaha untuk mewujudkan suatu tujuan dengan efektif dan efesien tergantung pada kemampuan atau kompetensi Sumber Daya Manusia yang ada. Sejak era reformasi pemerintah semakin mengintensipkan pengembangan kualitas SDM pada umumnya, terutama sejumlah sumber daya organisasi yang memainkan peranan penting dalam mewujudkan tujuan setiap organisasi pada umumnya dan organisasi publik pada khusunya, sumber-sumber daya lainnya seperti sumber daya alam yang melimpah hanyalah mampu menghadirkan
Amiruddin “Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai Pada Dinas Perhubungan Kabupaten Biak Numfor”
kemungkinan-kemungkinan, tetapi SDM atau dalam hal ini sumber daya aparatur mampu membuat kenyataan.
Setiap organisasi yang menginginkan kinerja organisasinya lebih baik dalam mewujudkan tujuannya, maka salah satu konsekuensinya adalah menyiapkan SDM yang ada dalam organisasi yang professional dan memiliki kompetensi berupa pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang memadai melalui pengembangan SDM. Di dalam pengembangan diciptakan suatu lingkungan tertentu dimana para karyawan dapat memperoleh atau mempelajari sikap, kemampuan, keahlian, pengetahuan dan prilaku yang spesifik yang berhubungan dengan pekerjaan.
Robert L. Kalts dalam sedarmayanti (2007 : 165) mengatakan bahwa didalam suatu organisasi terdapat tiga kemampuan yang harus memiliki karyawan, yaitu kemampuan / keterampilan teknis, kemampuan untuk melakukan interaksi dengan orang lain, dan kemampuan teori/konsepsi. Dengan demikian, dalam setiap program pengembangan, materi yang diberikan akan meliputi ketiga kemampuan dengan intensitas bobot berbeda.
Asumsi tersebut memberikan isyarat bahwa setiap organisasi yang ingin memiliki kinerja atau ingin melakukan perubahan- perubahan perlu melakukan pengembangan SDM terdapat karyawannya. Pengembangan SDM berkenan dengan peningkatan kemampuan seseorang berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap. Pendidikan dan pelatihan untuk mengajarkan dan melatih peserta bagaimana melakukan aktivitas atau pekerjaan tertentu.
Dalam pengembangan diciptakan suatu lingkungan tertentu dimana para pegawai dapat memperoleh atau mempelajari sikap, kemampuan, keahlian, pengetahuan dan perilaku yang spesifik yang berhubungan
dengan pekerjaan kaitannya dengan hal tersebut, Aparatur Sipil Negara sebagai salah satu unsur dari SDM dan umumnya, dalam kapasitas sekalu Aparatur Negara/Pemerintah yang bertanggung jawab untuk mewujudkan penyelengaraan pemerintahan, pembangunan serta pelayanan publik, perlu persiapan diri melalui peningkatan kualitas kompetensinya agar dapat bekerja secara professional.
Sistem pemerintahan di Indonesia, Aparatur Sipil Negara memegang peranan penting dalam menjalankan roda pemerintahan baik di daerah maupun di pusat. Aparatur sipil Negara sebagai salah satu komponen dalam mewujudkan pelayanan yang prima kepada masyarakat. Dalam mencapai produktivitas kerja pegawai yang baik bukan hal yang muda untuk dilaksanakan. Faktor yang sangat penting untuk mencapai produktivitas kerja yang baik adalah pelaksanaan disiplin kerja dari para pegawai karena hal tersebut merupakan salah satu faktor penentu bagi keberhasilan dan kemajuan dalam mencapai tujuan instansi atau organisasi. Disiplin kerja adalah mengenai waktu kerja dan mentaati peraturan yang ditetapkan oleh instansi atau organisasi akan bermuara pada kinerja pegawai.
Dalam suatu organisasi terdapat orang- orang yang yang melakukan aktifitas untuk mencapai tujuan yang telah di tentukan sebelumnya, keberhasilan organisasi tidak terlepas dari manajemen yang matang dan pengawasan yang tepat. Sebagai pengamatan dan pengendalian merupakan salah satu bagian dari menajemen yang merupakan suatu sistem dan sistem ini tidak dapat dipisahkan dari aspek manajemen lainnya seperti perencanaan dan pengawasan untuk itu pengawasan harus dilakukan sejak awal pelaksanaan dan sampai pada akhir pelasakanaan. Ini merupakan salah satu tugas dan fungsi yang harus di miliki oleh seorang
Jurnal “Gema Kampus” Ilmu Administrasi Edisi Vol. XI April 2016 pemimpin agar pelaksanan tugas berjalan sesuai dengan perencanan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.
Pengembangan merupakan suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan atau pegawai sesuai dengan kebutuhan pekerjaan atau jabatan melalui pendidikan dan latihan. Pengembangan didefinisikan sebagai berikut: “Pendidikan adalah berhubungan
dengan peningkatan pengetahuan umum dan pemahaman atas lingkungan kita secara menyeluruh”, sedangkan latihan didefinisikan sebagai berikut : “Latihan adalah merupakan suatu usaha peningkatan pengetahuan dan keahlian seorang karyawan untuk mengerjakan suatu pekerjaan tertentu”. Pengembangan adalah suatu proses jangka panjang memanfaatkan prosedur sistematis dan teorganisir, dimana personil kepemimpinan mempelajari pengetahuan konseptual dan teoritis untuk tujuan umum dan pengembangan diperlukan untuk mempersiapkan pegawai mengerjakan pekerjaan dimasa yang akan datang. Pengembangan mempunyai ruang lingkup lebih luas dalam upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap dan sifat kepribadian. “pengembangan sumber daya manusia (SDM), sebagai kegiatan yang harus dilaksanakan organisasi, agar pengetahuan (knowledge), kemampuan (ability), dan keterampilan (skill) mereka sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang mereka lakukan. Diharapkan dapat memperbaiki dan mengatasi kekurangan dalam suatu organisasi.”
Pengembangan SDM (aparatur) dapat mempersiapkan staf atau pegawai agar dapat mengembangkan dirinya sehingga mampu bertanggung jawab atas tugas-tugas yang dilaksanakannya. Untuk itu maka peran seorang pemimpin adalah harus mampu melaksanakan tugas pokok dalam
pengorganisasian agar kemudian akan terjalin relasi kerja yang baik dari organisasi tersebut (Kartono, 2008).
Program latihan dan pengembangan diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja karyawan dalam mencapai sasaran-sasaran kerja yang ditetapkan. Latihan dan pengembangan membantu mereka dalam meningkatkan diri dari keusangan dan melaksanakan pekerjaan dengan lebih baik (Handoko T Hani).
Pelatihan dan pengembangan keduanya memberikan pengajaran dalam penambahan pengetahuan, ketrampilan dan perubahan sikap. Berdasarkan pengertian pelatihan dan pengembangan mempunyai perbedaan.
Pelatihan bertujuan mempersiapkan karyawan yang akan diberi tugas mengerjakan pekerjaan yang telah ada dalam lembaga (proses pendidikan jangka pendek) sedangkan pengembangan diperlukan untuk mempersiapkan karyawan mengerjakan pekerjaan dimasa yang akan datang (proses pendidikan jangka panjang).
Latihan dan pengembangan mempunyai berbagai manfaat karier jangka panjang yang membantu karyawan untuk tanggung jawab lebih besar di masa yang akan datang. Program –program pelatihan tidak hanya penting bagi individu, tetapi juga organisasi dan hubungan manusia dalam kelompok kerja dan bahkan bagi negara.
Manfaat lain yang dapat diperoleh melalui penyelenggaraan pelatihan dan pengembangan secara baik dalam rangka penumbuhan dan pemeliharaan hubungan yang serasi antara para anggota organisasi yaitu: 1) Terjaring proses komunikasi yang efektif; 2) Adanya persepsi yang sama tentang tugas-tugas yang harus disediakan; 3) ketaatan semua pihak kepada berbagai ketentuan yang bersifat normatif baik yang berlaku umum dan ditetapkan oleh instansi pemerintahan yang berwewenang maupun yang berlaku khusus di lingkungan suatu
Amiruddin “Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai Pada Dinas Perhubungan Kabupaten Biak Numfor”
organisasi tertentu; 4) Terdapat iklim yang baik bagi pertumbuhan seluruh pegawai dan 5) Menjadikan organisasi sebagai tempat yang menyenangkan.
Dalam kaitannya dengan meningkatkan Kinerja Pegawai Sumber Daya Manusia merupakan unsur yang paling penting, sebab dengan adanya sumber daya manusia yang berkualitas dan profesional tentu akan berpengaruh pada kinerja pegawai. Oleh karena itu pengembangan sumber daya manusia sangat perlu dilakukan agar dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang nantinya akan mampu meningkatkan kinerja.
Sumber daya manusia yang dimaksud disini secara khusus adalah Pegawai Dinas Perhubungan Kabupaten Biak Numfor. Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa pegawai memiliki posisi yang sangat penting dalam suatu organisasi
pemerintahan. Oleh sebab itu pengembangan sumber daya manusia (dalam hal ini Pegawai Dinas Perhubungan), dimaksudkan untuk membantu para pegawai dalam
meningkatkan kualitas dan kuantitas kerja serta profesionalisme.
Kesimpulan dan Saran Kesimpulan: Berdasarkan pembahasan hasil penelitian pada bab sebelumnya, maka dapatlah penulis memberikan kesimpulan mengenai “Bagaimana Pengembangan
Sumber Daya Manusia dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai Pada Dinas Perhubungan Kabupaten Biak Numfor”. Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai Pada Dinas Perhubungan Kabupaten Biak Numfor sudah dilakukan dengan cukup baik. Hal ini terlihat dari hasil wawancara responden yang memberikan respon kepada indikator pendidikan dan pelatihan. Pendidikan telah dijalani oleh pegawai dinas perhubungan biak yang
merupakan pengembangan sumber daya manusia, agar pegawai-pegawai nantinya dapat menjalankan suatu pekerjaan dengan hasil yang baik dalam bidangnya masing- masing. Dalam meningkatkan kinerja pegawai dinas perhubungan biak, sumber daya manusia adalah unsur yang paling penting karena dengan adanya SDM yang berkualitas dan profesional tentu akan berpengaruh pada kinerja pegawai. Dinas perhubungan biak adalah dinas yang begerak dibidang teknis, sesuai dengan harapan dinas perhubungan biak untuk mencapai suatu tujuan penempatan pegawai pada dinas perhubungan biak harus dilandasi dengan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidangnya. Dinas perhubungan biak telah melakukan pengiriman para pegawai diluar papua demi untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan sumber daya manusia. Pelatihan yang telah dilakukan oleh dinas perhubungan biak terhadap para pegawai bertujuan untuk memiliki sumber daya manusia yang terampil, cerdas, bertanggung jawab serta memiliki sikap dan kedisiplinan untuk membentuk kinerja pegawai. Tujuan pelatihan ini untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan profesional dan siap difungsikan dalam pelayanan kepada masyarakat. Pegawai dinas perhubungan biak harus selalu siap dalam melaksanakan tugas- tugas dan pekerjaan yang diberikan oleh pimpinan. Saran : Dari pembahasan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut : 1) Dinas Perhubungan Kabupaten Biak Numfor dalam meningkatkan pengembangan Sumber Daya Manusia harus lebih baik lagi membuat program pendidikan dan program pelatihannya; 2) Dinas Perhubungan Kabupaten Biak Numfor perlu melakukan fungsi pengawasan dan evaluasi kinerja pegawai yang lebih baik lagi, agar dengan adanya pelaksanaan tugas melalui
Jurnal “Gema Kampus” Ilmu Administrasi Edisi Vol. XI April 2016 pendidikan dan pelatihan maka tujuan yang diharapkan dapat dicapai dengan maksimal; 3) Pegawai aparatur sipil negara perlu ditingkatkan lagi disiplin kerjanya dan mentaati semua peraturan-peraturan, serta upaya-upaya yang dilakukan oleh dinas perhubungan biak untuk memberikan semangat kerja.
## Daftar Pustaka
Ambar Teguh Sulistyani dan Rosidah. 2003 . Manajemen Sumber Daya Manusia .
Yokyakarta: Graha Ilmu.
Ardana, dkk. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia . Yokyakarta: Graha ilmu.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian . Jakarta: Rineka Cipta.
Bungin burhan. 2003. Analisis Data
Penelitian Kualitatif . Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Handoko T Hani. 2001. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia . Edisi 2. Yogyakarta: BPFE.
Hasibuan S.P Malayu. 2002 . Manajemen Sumber Daya Manusia . Jakarta: PT. Bumi Aksara.
John Soeprihanto. 2001. Penilaian Kerja dan
Pengembangan Karyawan . Yokyakarta: BPFE. Kadarisman. 2013. Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia . Jakarta: Rajawali Pers.
Kartini Kartono. 2008. Pemimpin dan kepemimpinan . Jakarta: Raja Grafindo
persada. Komaruddin sastradipoera. 2002 . Manajemen Sumber Daya Manusia .
Bandung: Kappa-Sigma.
Mangkunegara. Anwar Prabu. 2007.
Manajemen Sumber Daya Manusia .
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Martoyo susilo. 1992. Manajemen Sumber Daya Manusia . Jakarta: BPFE.
Musanef. 1984. Manajemen Kepegawaian Indonesia . Jakarta: CV. Hajimasagung.
Notoatmodjo Soekidjo 2009. Pengembangan Sumber Daya Manusia . Jakarta:
Rineka Cipta.
Rivai, Veithzal, Basri. 2005. Peformance
Appraisal: Sistem yang tepat menilai kinerja karyawan dan meningkatkan daya saing perusahaan . Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Sedarmayanti. 2007. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas kerja . Bandung: Mandar Maju.
Siagian, SP. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia . Jakarta: PT. Bumi Aksara. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Administrasi . Bandung: Alfabeta. Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja. Jakarta : PT. Raja grafindo persada Widjaya A.W. 1995. Etika Pemerintahan .
Jakarta: Bumi Aksara.
## Dokumen - Dokumen
Undang-undang Nomor : 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, maka dipandang perlu membentuk Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Kabupaten Biak Numfor.
Peraturan Pemerintah Nomor : 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
Peraturan Daerah Kabupaten Biak Numfor Nomor : 3 Tahun 2009 tentang Susunan Organisasi dan tata Kerja Dinas Perhubungan Kabupaten Biak Numfor.
|
a78c76af-b7b7-4ef8-ae35-4afc8df3803b | https://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JIME/article/download/468/453 |
## MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MATERI PERSONAL DATA IN A FORM DENGAN METODE TGT( TEAM GAMES TOURNAMENT) PADA SISWA KELAS VII. B SMPN 7 PUJUT TAHUN PELAJARAN 2017/2018
## H. SUMARLIN
## Guru Bahasa Inggris SMPN 7 Pujut Kabupaten Lombok Tengah
Abstrak . Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan ( action research ) sebanyak dua putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa Kelas VII. B SMPN 7 Pujut Tahun Pelajaran 2017/2018 yang berjumlah 23 orang yang terdiri dari 10 siswa laki – laki dan 13 siswa perempuan. Dari analis hasil belajar didapatkan bahwa Pada siklus I pembelajaran kooperatif model TGT diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 66,2 dan ketuntasan belajar mencapai 56,52% atau 13 siswa dari 23 siswa sudah tuntas belajar dan yang belum tuntas sebanyak 10 siswa atau 43,47 % . Pada siklus II diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 75,37 dari 23 siswa yang telah tuntas sebanyak 21 siswa atau persentase ketuntasan sebesar 91,30 % dan 2 siswa belum mencapai ketuntasan belajar sebesar 8,69 %. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 85,18% (termasuk kategori tuntas). Simpulan dari penelitian ini adalah metode kooperatif model TGT dapat berpengaruh positif terhadap hasil belajar Siswa kelas VII.B SMPN 7 Pujut Tahun Pelajaran 2017/2018 serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran Bahasa Inggris.
Kata Kunci: Pembelajaran Bahasa Inggris, Kooperatif Model TGT
## PENDAHULUAN
Bahasa Inggris merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek bahasan yang sangat luas dan dibangun melalui proses penalaran yang dinamis, sehingga keterkaitan antar konsep Dalam Bahasa Inggris bersifat penjelasan.
Dalam pembelajaran Bahasa Inggris agar mudah dimengerti oleh siswa, proses penalaran deduktif untuk menguatkan pemahaman yang sudah dimiliki oleh siswa. Tujuan pembelajaran Bahasa Inggris adalah melatih cara berfikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif dan konsisten.
Pembelajaran Bahasa Inggris tidak lagi mengutamakan pada penyerapan melalui pencapaian informasi,
tetapi lebih mengutamakan pada
pengembangan kemampuan dan pemrosesan informasi. Untuk itu aktivitas peserta didik perlu ditingkatkan melalui latihan-latihan atau tugas Bahasa Inggris dengan bekerja kelompok kecil dan menjelaskan ide-ide kepada orang lain. (Hartoyo, 2000: 24).
Pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa kelas VII.B merupakan pelajaran baru
yang dia terima sehingga siswa merasa kesulitan dalam memahami materi pelajaran,hal ini dilihat dari hasil ulangan harian Bahasa Inggris materi Write Personal Data in a Form dari 23 siswa yang tuntas belajar hanya 9 siswa atau 39,13 % sedang sisanya yaitu 14 siswa atau 60,86 % belum tuntas mencapai KKM yang ditetapkan SMPN 7 Pujut Tahun Pelajaran 2017/2018 yaitu 70 dengan ketuntasan klasikal ≥ 85.
Hal ini disebabkan karena metode yang digunakan masih merupakan metode konvensional, media yang digunakan juga tidak menarik sehingga siswa merasa bosan dalam mengikuti pelajaran.
Untuk mengaatasi hal tersebut maka perlu dicarikan solusi pemecahannya dengan menemukan metode yang menarik, media pembelajaran yang menarik sehingga siswa bergairah dan bersemangat dalam pelajaran,. Adapun metode yang dimaksud adalah metode pembelajaan kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang melibatkan siswa bekerja dalam kelompok-
kelompok untuk menetapkan tujuan bersama. Felder, (2014: 2).
Metode Pembelajaran kooperatif yang digunakan dalam hal ini adalah metode TGT ( Team Games Turnament ) dengan metode ini siswa akan melakukan komunikasi aktif dengan sesama temannya. Dengan komunikasi tersebut diharapkan siswa dapat menguasai materi pelajaran dengan mudah karena “siswa lebih mudah memahami penjelasan dari kawannya dibanding penjelasan dari guru karena taraf pengetahuan serta pemikiran mereka lebih sejalan dan sepadan”. (Sulaiman dalam Wahyuni 2011:
2).
Berdasarkan paparan tersebut diatas maka peneliti ingin mencoba melakukan penelitian dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Inggris Materi Personal Data in a Form dengan Metode TGT ( Team Games Tournament ) pada Siswa Kelas VII.B SMPN 7 Pujut Tahun Pelajaran 2017/2018”
## Rumusan Masalah
Merujuk pada uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimanakah Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Inggris Materi Write Personal Data in a Form dengan Metode TGT ( Team Games Tournament) pada Siswa Kelas VII.B SMPN 7 Pujut Tahun Pelajaran 2017/2018”
## Tujuan Penelitian
Berdasar atas rumusan masalah di atas, maka tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah: Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Inggris Materi Write Personal Data in a Form dengan Metode TGT ( Team Games Tournament) pada Siswa Kelas VII.B SMPN 7 Pujut Tahun Pelajaran 2017/2018”
## Manfaat Penelitian
Hasil dan temuan penelitian ini dapat memberikan informasi tentang pembelajaran kooperatif model TGT dalam pembelajaran Bahasa Inggris, dengan harapan guru lain dapat menerapkan metode yang sama guna meningkatkan pembelajaran pada aspek yang sama/lainnya, dengan permasalahan yang sama/berbeda, sehingga hasil belajar siswa dalam bahasa Inggris akan akan meningkat.
## LANDASAN TEORI Hasil Belajar Bahasa Inggris
Di dalam istilah hasil belajar, terdapat dua unsur di dalamnya, yaitu unsur hasil dan unsur belajar. Hasil merupakan suatu hasil yang telah dicapai pebelajar dalam kegiatan belajarnya (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya),
Belajar itu sebagai suatu proses perubahan tingkah laku, atau memaknai sesuatu yang diperoleh. Akan tetapi apabila kita bicara tentang hasil belajar, maka hal itu merupakan hasil yang telah dicapai oleh si pembelajar.
Istilah hasil belajar mempunyai hubungan yang erat kaitannya dengan prestasi belajar. Sesungguhnya sangat sulit untuk membedakan pengertian prestasi belajar dengan hasil belajar. Ada yang berpendapat bahwa pengertian hasil belajar dianggap sama dengan pengertian prestasi belajar. Akan tetapi lebih dahulu sebaiknya kita simak pendapat yang mengatakan bahwa hasil belajar berbeda secara prinsipil dengan prestasi belajar. Hasil belajar menunjukkan kualitas jangka waktu yang lebih panjang, misalnya satu cawu, satu semester dan sebagainya. Sedangkan prestasi belajar menunjukkan kualitas yang lebih pendek, misalnya satu pokok bahasan, satu kali ulangan harian dan sebagainya.
Nawawi (2011: 100) mengemukakan pengertian hasil adalah sebagai berikut: Keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau skor dari hasil tes mengenai sejumlah pelajaran tertentu.
Pendapat lain dikemukakan oleh Sadly (2017: 904), yang memberikan penjelasan tentang hasil belajar sebagai berikut, “Hasil yang dicapai oleh tenaga atau daya kerja seseorang dalam waktu tertentu”, sedangkan Marimba (2012: 143) mengatakan bahwa “hasil adalah kemampuan seseorang atau kelompok yang secara langsung dapat diukur”.
Menurut Nawawi (2011: 127), berdasarkan tujuannya, hasil belajar dibagi menjadi tiga macam, yaitu: (a) Hasil belajar yang berupa kemampuan keterampilan atau
kecapakan di dalam melakukan atau mengerjakan suatu tugas, termasuk di dalamnya keterampilan menggunakan alat, (b) Hasil belajar yang berupa kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan tentang apa yang dikerjakan, (c) Hasil belajar yang berupa perubahan sikap dan tingkah laku.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Sejak awal dikembangkannya ilmu pengetahuan tentang perilaku manusia, banyak dibahas mengenai bagaimana mencapai hasil belajar yang efektif. Para pakar dibidang pendidikan dan psikologi mencoba mengidentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Dengan diketahuinya faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar, para pelaksana maupun pelaku kegiatan belajar dapat memberi intervensi positif untuk meningkatkan hasil belajar yang akan diperoleh.
Secara implisit, ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar anak, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor Internal Foktor internal meliputi faktor fisiologis, yaitu kondisi jasmani dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis. Faktor fisiologis sangat menunjang atau melatar belakangi aktivitas belajar. Keadaan jasmani yang sehat akan lain pengaruhnya dibanding jasmani yang keadaannya kurang sehat. Untuk menjaga agar keadaan jasmani tetap sehat, nutrisi harus cukup. Hal ini disebabkan, kekurangan kadar makanan akan
mengakibatkan keadaan jasmani lemah yang mengakibatkan lekas mengantuk dan lelah.
Faktor psikologis, yaitu yang mendorong atau memotivasi belajar. Faktor-faktor tersebut diantaranya: (a) Adanya keinginan untuk tahu, (b) Agar mendapatkan simpati dari orang lain, (c) Untuk memperbaiki kegagalan, (D) Untuk mendapatkan rasa aman.
b. Faktor Eksternal Faktor-faktor eksternal, yaitu faktor dari luar diri anak yang ikut mempengaruhi belajar anak, yang antara
lain berasal dari orang tua, sekolah, dan masyarakat.
Selain beberapa faktor internal dan eksternal di atas, faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat disebutkan sebagai berikut: 1) Minat Seorang yang tidak berminat mempelajari sesuatu tidak akan berhasil dengan baik, tetapi kalau seseorang memiliki minat terhadap objek masalah maka dapat diharakan hasilnya baik. Masalahnya adalah bagainama seorang pendidik selektif dalam menentukan atau memilih masalah atau materi pelajaran yang menarik siswa. Berikutnya mengemas materi yang dipilih dengan metode yang menarik. Karena itu pendidik/ pengajar perlu mengenali karakteristik siswa, misalnya latar belakang sosial ekonomi, keyakinan, kemampuan, dan lain-lain.
2) Kecerdasan
Kecerdasan memegang peranan penting dalam menentukan berhasil tidaknya seserorang. Orang pada umumnya lebih mampu belajar daripada orang yang kurang cerdas. Berbagai penelitian menunjukkan hubungan yang erat antara tingkat kecerdasan dan hasil belajar di sekalah (Sumadi, 2012: 11).
3) Bakat Bakat merupakan kemampuan bawaan sebagai potensi yang perlu dilatih dan dikembangkan agar dapat terwujud (Utami, 2012: 17). Bakat memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu tindakan dapat dilakukan pada masa yang akan datang. Selain
kecerdasan bakat merupakan faktor yang menentukan berhasil tidaknya seseorang dalam belajar (Sumadi, 2012: 12). Belajar pada bidang yang sesuai dengan bakatnya akan memperbesar kemungkinan seseorang untuk berhasil.
4) Motivasi Motivasi merupakan dorongan yang ada pada diri anak untuk melakukan sesuatu tindakan. Besar kecilnya motivasi banyak dipengaruhi oleh kebutuhan
individu yang ingin dipenuhi (Suharsimi, 2012: 88). Ada dua macam motivasi yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah motivasi yang ditimbulkan dari dalam diri orang yang bersangkutan. Sedangkan, motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul oleh rangsangan dari luar atau motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar, misalnya angka, ijazah, tingkatan, hadiah, persaingan, pertentangan, sindiran, cemoohan dan hukuman.
Pengajaran Kooperatif Pengajaran kooperatif ( Cooperatif
Learning ) memerlukan pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar (Houlobec, 2001).
## Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Manusia memiliki derajat potensi, latar belakang histories, serta harapan masa depan yang berbeda-beda. Karena adanya perbedaan, manusia dapat silih asah (saling mencerdaskan). Pembelajaran kooperatif secara sadar menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar tetapi juga sesama siswa.
Manusia adalah makhluk individual, berbeda satu dengan sama lain. Karena sifatnya yang individual maka manusia yang satu membutuhkan manusia lainnya sehingga sebagai konsekuensi logisnya manusia harus menjadi makhluk sosial, makhluk yang berinteraksi dengan sesamanya. Karena satu sama lain saling membutuhkan maka harus ada interaksi yang silih asih (saling menyayangi atau saling mencintai). Pembelajaran kooperatif merupakan
pembelajaran yang secara sadar dan sengaja menciptakan interaksi yang saling mengasihi antar sesama siswa.
Perbedaan antar manusia yang tidak terkelola secara baik dapat menimbulkan ketersinggungan dan kesalahpahaman antar sesamanya. Agar manusia terhindar dari ketersinggungan dan kesalahpahaman maka diperlukan interaksi yang silih asuh (saling
tenggang rasa). Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja menciptakan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan. Dengan ringkas Abdurrahman dan Bintoro (200: 78) mengatakan bahwa “pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata”.
## Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen- elemen yang saling terkait. Adapun berbagai elemen dalam pembelajaran kooperatif adalah adanya: “(1) saling ketergantungan positif; (2) interaksi tatap muka; (3) akuntabilitas individual, dan (4) keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan” (Abdurrahman & Bintoro, 2013:78-79). Peran guru dalam Pembelajaran
## Kooperatif
Pembelajaran kooperatif menuntut guru untuk berperan relatif berbeda dari pembelajaran tradisional. Berbagai peran guru dalam pembelajaran kooperatif tersebut dapat dikemukan sebagai berikut ini: (a) Merumuskan tujuan pembelajaran. Ada dua tujuan pembelajaran yang perlu diperhatikan oleh guru, tujuan akademik ( academic objectives ) dan tujuan keterampilan bekerja sama ( collaborative skill objectives ). Tujuan akademik dirumuskan sesuai dengan taraf perkembangan siswa dan analisis tugas atau analisis konsep. Tujuan keterampilan bekerja sama meliputi keterampilan memimpin, berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik, (c) Menentukan jumlah anggota dalam kelompok belajar. Jumlah anggota dalam tiap kelompok belajar tidak boleh terlalu besar, biasanya 2 hingga 6 siswa. Ada 3 faktor yang menentukan jumlah anggota tiap kelompok belajar. Ketiga faktor tersebut adalah: (1) taraf kemampuan siswa, (2) ketersediaan bahan, dan (3) ketersediaan
waktu, (c) Jumlah anggota kelompok belajar hendaknya kecil agar tiap siswa aktif menjalin kerjasama menyelesaikan tugas, (d) Menetukan tempat duduk siswa. Tempat duduk siswa hendaknya disusun agar tiap kelompok dapat saling bertatap muka tetapi cukup terpisah antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya. Susunan tempat duduk dapat dalam bentuk lingkaran atau berhadap-hadapan.
## Model Team Games Tournament (TGT)
Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif model TGT sebagai berikut: (1) Kelompokkan siswa dengan masing-masing kelompok terdiri dari tiga sampai dengan lima orang. (2) Kegiatan pembelajaran dimulai dengan presentasi guru dalam menjelaskan pelajaran berupa paparan masalah, pemberian data, pemberian contoh. Tujuan peresentasi adalah untuk mengenalkan konsep dan mendorong rasa ingin tahu siswa, (3) Pemahan konsep dilakukan dengan cara siswa diberi tugas-tugas kelompok., (3) Siswa memainkan pertandingan-pertandingan akademik dalam tournament mingguan dan teman sekelompoknya tidak boleh menolong satu sama lain(4) Hasil pertandingan selanjutnya dibandingkan dengan rata-rata sebelumnya dan poin akan diberikan berdasarkan tingkat keberhasilan siswa mencapai atau melebihi kinerja sebelumnya, (5) Setelah itu guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang terbaik prestasinya atau yang telah memenuhi kriteria tertentu. Penghargaan disini dapat berupa hadiah, sertifikat, dan lain-lain.
Gagasan utama dibalik model TGT adalah untuk memotivasi para siswa untuk mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan-keterampilan yang disajikan oleh guru. Jika para siswa menginginkan agar kelompok mereka memperoleh penghargaan, mereka harus membantu
teman
sekelompoknya
mempelajari materi yang diberikan.
## METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan ( action research ), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga
termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
## Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian
Penelitian ini bertempat di kelas VII . B SMPN 7Pujut , Kecamatan Pujut, kabupaten Lombok tengah, pada semester genap Tahun Pelajaran 2017/2018, degan Subyek penelitian adalah siswa Kelas VII.B SMPN 7 Pujut yang berjumlah 23 orang terdiri dari 10 siswa laki- laki dan 13 siswa perempuan mereka berasal dari sekitar Kecamatan Pujut .
## Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan (dalam Mukhlis, 2010: 3).
Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki/meningkatkan pratek pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkan tujuan penyertaannya adalah menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru (Mukhlis, 2010: 5).
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 2007: 6), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut.
Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.
## Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: (1) Rencana Pelajaran (RPP) Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar, (2) Tes formatif; Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep Bahasa Inggris pada pokok bahasan perkembangan teknologi untuk produksi, komunikasi dan transportasi. Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan pilihan ganda Metode Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui tes formatif.
## Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh
Untuk menganalisis tingkat
keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.
Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:
1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang
selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:
N X X
Dengan :
X = Nilai rata-rata
ΣX = Jumlah semua nilai siswa Σ N = Jumlah siswa
2. Untuk ketuntasan belajar Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar
kurikulum 2006 (Depdikbud, 2006), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:
% 100 x Siswa ar untasbelaj Siswayangt P
##
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Data penelitian yang diperoleh berupa hasil tes formatif siswa pada setiap siklus, data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran kooperatif model TGT.
Analisis Data Penelitian Persiklus
1. Siklus I a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung.
b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 4 Januari 2018 di Kelas VII.B dengan jumlah siswa 23 siswa.
Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan pembelajaran kooperatif model TGT diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 66,2 dan ketuntasan belajar mencapai 56,52% atau 13 siswa dari 23 siswa sudah tuntas belajar dan yang belum tuntas sebanyak 10 siswa atau 43,47 % . Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 56,52% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih baru dan asing terhadap metode baru yang diterapkan dalam proses belajar mengajar.
c. Refleksi Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut:
1) Guru kurang baik dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran ,guru kurang baik dalam pengelolaan waktu.
d. Refisi Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya refisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya.
2. Siklus II
a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti
mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif 2 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. b. Tahap kegiatan dan pengamatan Pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 8 Februari 2018 di Kelas VII.B dengan jumlah siswa 23 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus sebelumnya tidak terulang di siklus II.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan.
Instrumen yang digunakan adalah tes formatif II. Berdasarkan hasil penilaian diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 75,37 dari 23 siswa yang telah tuntas sebanyak 21 siswa atau persentase ketuntasan sebesar 91,30 % dan 2 siswa atau sebesar 8,69 %. belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar ≥ 85 (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus II ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus II ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan siswa dalam mempelajari materi pelajaran yang telah diterapkan selama ini serta ada tanggung jawab kelompok dari siswa yang lebih mampu untuk mengajari temannya kurang mampu.
c. Refleksi Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan pembelajaran kooperatif model TGT. Dari data-data yang telah diperoleh dapat duraikan sebagai berikut, Selama proses belajar mengajar guru telah
melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek telah tercapai. d. Revisi Pelaksanaan
Pada siklus II guru telah menerapkan
pembelajaran kooperatif model TGT dengan baik dan dilihat dari hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakah selanjutnya .
Pembahasan Ketuntasan Hasil belajar Siswa Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif model TGT memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi yang telah disampaikan guru selama ini (ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, dan II) yaitu masing-masing
Pada siklus I pembelajaran kooperatif model TGT diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 66,2 dan ketuntasan belajar mencapai 56,52% atau 13 siswa dari 23 siswa sudah tuntas belajar dan yang belum tuntas sebanyak 10 siswa atau 43,47 % . Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 56,52% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih baru dan asing terhadap metode baru yang diterapkan dalam proses belajar mengajar.
Pada siklus II diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 75,37 dari 23 siswa yang telah tuntas sebanyak 21 siswa atau persentase ketuntasan sebesar 91,30 % dan 2 siswa belum mencapai ketuntasan belajar sebesar 8,69 %. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 91,30% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus II ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan
hasil belajar pada siklus II ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan siswa dalam mempelajari materi pelajaran yang telah diterapkan selama ini serta ada tanggung jawab kelompok dari siswa yang lebih mampu untuk mengajari temannya kurang mampu.
Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran kooperatif model TGT dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap peningkatan prestasi belajar siswa dan penguasaan materi pelajaran yang telah diterima selama ini, yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata- rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.
## PENUTUP
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: (1)
Pembelajaran kooperatif model TGT memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I sebesar 56,52 %, siklus II persentase ketuntasan sebesar 91,30 % .terjadi peningkatan sebesar 34,78 poin dari siklus I menuju siklus II (2) Penerapan pembelajaran kooperatif model TGT mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam belajar Bahasa Inggris , hal ini ditunjukan dengan antusias siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan pembelajaran kooperatif model TGT sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.
## DAFTRA PUSTAKA
Ali, Muhammad. 2006. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar . Bandung: Sinar Baru Algesindon. Arikunto, Suharsimi.2009. Penilaian Program Pendidikan . Proyek
Pengembangan LPTK Depdikbud. Dirjen Dikti.
Arikunto, Suharsimi. 2009. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek . Jakarta: Rineksa Cipta.
Combs. Arthur. W. 2004. The Profesional Education of Teachers . Allin and Bacon, Inc. Boston.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar . Jakarta: Rineksa Cipta.
Djamarah. Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar . Jakarta: Rineksa Cipta.
Firmansyah ,2005, Stepping More , for junior high school/ Madasah tsanwiyah Grade VII, Reguna –Bandung
Hadi, Sutrisno. 1981. Metodogi Research . Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.
Yoyakarta. Mursell, James ( - ). Succesfull Teaching ( terjemahan). Bandung: Jemmars
Nur, Moh. 2011. Pemotivasian Siswa untuk Belajar . Surabaya. University Press. Universitas Negeri Surabaya. Sardiman, A.M. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar . Jakarta: Bina Aksara.
Slameto, 2008. Evaluasi Pendidikan . Jakarta: Bina Aksara. Syah, Muhibbin. 2005. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru . Bandung: Remaja Rosdakarya.
Usman, Moh. Uzer. 2011. Menjadi Guru
Profesional . Bandung: Remaja
Rosdakarya. Wetherington. H.C. and W.H. Walt. Burton. 1986. Teknik-teknik Belajar dan
Mengajar . (terjemahan) Bandung: Jemmars.
|
aa736e85-cd71-47bc-af11-b907f8c38d6e | http://jurnal.stmik-amik-riau.ac.id/index.php/satin/article/download/889/412 |
## Sistem Pakar Rekomendasi Tanaman Herbal Berdasarkan Faktor Lingkungan Menggunakan Metode Certainty Factor
Ulfa Khaira 1 , Bisma Aulia 2 , Desi Musfiroh 3 1 Universitas Jambi, ulfa.ilkom@gmail.com, Jln.Jambi-Muara Bulian No.KM.15, Jambi, Indonesia
2 Universitas Jambi, bismaaulia82@gmail.com , Jln.Jambi-Muara Bulian No.KM.15, Jambi, Indonesia
3 Universitas Jambi, musfiroh.desi@gmail.com, Jln.Jambi-Muara Bulian No.KM.15, Jambi, Indonesia
Informasi Makalah Abstrak Submit Revisi Diterima : Oktober 25, 2022 : November 08, 2022 : Desember 15, 2022 Tren bertani dikala pandemi saat ini digemari oleh masyarakat, terlebih tanaman herbal. Sehingga masyarakat banyak mengikuti tren tersebut. Akan tetapi, masyarakat perlu ilmu dalam bertani tersebut. Dalam pembibitannya, tanaman herbal memiliki karakteristik dan perlakuan lingkungan yang berbeda-beda. Sehingga diperlukan pengetahuan yang baik terkait proses pembibitan tanaman tersebut. Konsultan pertanian dibutuhkan untuk memberikan rekomendasi tanaman herbal apa yang cocok sesuai dengan faktor lingkungan. Melalui sistem pakar, masyarakat dapat mengetahui informasi yang baik dan benar seperti dari pakar langsung. Dalam penelitian ini, sistem pakar rekomendasi tanaman herbal dibangun untuk membantu memberikan rekomendasi tanaman herbal yang cocok ditanam berdasarkan faktor lingkungan. Faktor-faktor lingkungan yang digunakan untuk dasar rekomendasi adalah ketinggian wilayah, suhu, kelembapan udara, curah hujan, dan jenis tanah. Pada penelitian ini sampel akuisisi pengetahuan tanaman herbal yang digunakan adalah 12 jenis. Metode yang digunakan pada sistem pakar ini adalah metode certainty factor . Melalui metode certainty factor akan membantu menangani ketidakmampuan pakar dalam mendefinisikan antara sebuah aspek lingkungan dengan tanaman yang cocok ditanam secara pasti. Dengan memilih faktor lingkungan yang dilihat maka sistem dapat merekomendasi tanaman herbal dengan nilai certainty factor terbesar. Hasil dari penelitian ini dapat memberikan masyarakat informasi rekomendasi tanaman yang cocok untuk lokasi daerah mereka serta memberikan tingkat keyakinannya.
## Kata Kunci :
Certainty factor Sistem pakar Tanaman Herbal Faktor Lingkungan Rekomendasi Tanaman
## Abstract
The trend of farming during a pandemic is currently favored by the community, especially herbal plants. So many people follow the trend. However, people need knowledge in farming. In their
nurseries, herbal plants have different characteristics and environmental treatments. So that good knowledge is needed regarding the plant nursery process. Agricultural consultants are needed to provide recommendations on what herbal plants are suitable according to environmental factors. Through an expert system, the public can find good and correct information, such as from direct experts. In this study, an herbal plant recommendation expert system was built to help provide recommendations for suitable herbal plants to be planted based on environmental factors. Environmental factors used as the basis for recommendations are altitude, temperature, humidity, rainfall, and soil type. In this study, 12 types of herbal plant knowledge acquisition samples were used. The method used in this expert system is the certainty factor method. Through the certainty factor method, it will help deal with the inability of experts to define an environmental aspect with a plant that is suitable for planting with certainty. By choosing the environmental factors that are seen, the system can recommend herbal plants with the greatest certainty factor values. The results of this study can provide the community with information on plant recommendations that are suitable for their regional location and provide a level of confidence.
## 1. Pendahuluan
Indonesia kaya akan sumber daya alamnya yang melimpah, berkat sumber daya tersebut, Indonesia dijuluki surga dunia. Dengan kekayaan tersebut, masyarakat dapat dengan mudah bercocok tanam dan mengembangkan lahannya untuk bertani, baik untuk berorientasi kepada profit atau hanya untuk kesenangan pribadi (Nurjasmi, 2021). Tren bertani saat ini meningkat sehubungan dengan kegiatan di rumah saja akibat pandemi (Justicia, 2022). Ketertarikan masyarakat terhadap pertanian tinggi dengan adanya pembatasan sosial berskala besar, masyarakat banyak menghabiskan waktunya untuk bertani (Siregar & Tanjung, 2021). Tren bertani tanaman herbal menjadi pilihan masyarakat saat ini, sebab masyarakat percaya bahwa tanaman herbal dapat menjadi salahsatu penjaga imunitas tubuh dikala pandemi saat ini (Alodia & Sitompul, 2021; Shafi et al., 2021).
Tanaman herbal adalah tumbuh-tumbuhan atau tanaman obat tradisional yang dimanfaatkan masyarakat untuk mengobati penyakit (Lesmana et al., 2018). Meski perkembangan ilmu kesehatan yang telah maju, masyarakat Indonesia masih tertarik dan percaya terhadap tanaman herbal sebagai tanaman yang alami untuk menjaga kesehatan tubuh. Tanaman herbal dibagi menjadi 2 kelompok yaitu tanaman rimpang dan tanaman yang bukan rimpang (Arum et
al., 2012). Dalam pembibitannya, tanaman herbal juga memiliki karakteristik dan perlakuan lingkungan yang berbeda-beda (Komiljonovna, 2022). Sehingga dibutuhkan pengetahuan yang baik terkait proses pembibitan tanaman tersebut. Aspek ketinggian daerah, kelembapan udara, jenis tanah, dan lain-lain butuh diketahui oleh masyarakat, sebab, tidak semua tanaman yang dapat cocok dikondisi lingkungan yang berbeda. Maka, masyarakat perlu sebuah informasi dari seorang yang paham / pakar terhadap bidang tersebut, sehingga tentunya kegiatan masyarakat tersebut dapat menghasilkan hasil yang berguna.
Kemudahan mencari informasi saat ini didukung oleh perkembangan teknologi informasi. Masyarakat dapat dengan mudah mencari dan menjelajahi browser untuk mencari informasi. Tetapi, dengan kemudahan tersebut tentu masyarakat perlu untuk melihat kebenaran informasi tersebut melalui seorang yang ahli dan terpercaya.
Saat ini, masyarakat tidak perlu lagi untuk ragu dengan kepercayaan informasi melalui sebuah sistem pakar. Sebab, sistem pakar melalui proses panjang untuk dapat dipublikasikan kepada masyarakat, karena melalui koreksi oleh pakar yang bersangkutan. Aplikasi terkenal seperti halodoc, tentunya menggunakan pakar agar masyarakat tidak perlu ragu untuk bertanya mengenai masalah kesehatan. Melihat tren bertani saat ini, dan butuhnya informasi yang
ada, perlu adanya sebuah sistem pakar yang dapat mempermudah sekaligus memberikan informasi yang benar terhadap pengguna.
Sistem pakar adalah program komputer yang dirancang untuk memodelkan kemampuan penyelesaian masalah oleh pakar (Aeni, 2018). Metode yang digunakan pada sistem pakar ini adalah metode certainty factor. Metode certainty factor telah banyak digunakan oleh peneliti sebelumnya dalam membangun sistem pakar di berbagai bidang, misalnya di bidang kesehatan pada penelitian Fahindra & Al Amin (2021) yang
membangun sistem pakar deteksi awal Covid-19 menggunakan metode certainty factor, penelitian tersebut berhasil membangun sistem pakar yang dapat melakukan perhitungan secara akurat dan dapat melakukan diagnosa dengan baik. Penelitian Aldo & Ardi (2019) membangun sistem pakar diagnosa penyakit limfoma dengan metode certainty factor , penelitian ini berhasil membangun sistem pakar berbasis web yang dapat memberikan informasi terbaru dan memudahkan masyarakat yang membutuhkan informasi penyakit limfoma. Di bidang perkebunan, Arifsyah & Sindar (2019) membangun sistem pakar diagnosa penyakit pohon karet dengan metode certainty factor, sistem pakar tersebut menghasilkan nilai kepercyaan diagnosa penyakit tanaman karet sebesar 99,58%. Metode Certainty Factor atau faktor kepastian adalah ukuran kepastian terhadap sebuah fakta atau sebuah aturan yang menggambarkan keyakinan seorang pakar terhadap masalah yang sedang dihadapi (Hariyanto & Sa’diyah, 2018).
Metode Teori certainty factor (CF) diusulkan oleh Shortlife dan Buchanan pada 1975 untuk mengakomodasi ketidakpastian pemikiran seorang pakar. Certainty Factor (CF) atau faktor kepastian merupakan ”cara dari penggabungan kepercayaan dan ketidakpercayaan dalam bilangan tunggal (Raharjo et al., 2019). Pada kasus ini, certainty factor digunakan untuk menangani
ketidakmampuan pakar dalam
mendefinisikan antara sebuah aspek lingkungan dengan tanaman yang cocok ditanam secara pasti. Sistem pakar yang dikembangkan berbasis web dan versi mobile sehingga akan memudahkan pengguna dalam mengaksesnya serta membantu masyarakat untuk menentukan jenis tanaman yang baik untuk ditanam.
## 2. Metode Penelitian
Tahapan dari penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu mengidentifikasi masalah,mengumpulkan data yang terkait penelitian, menganalisa masalah dan data agar dapat dirancang dan diimplementasikan ke sebuah sistem. Alur penelitian dapat dilihat pada gambar 1.
## Gambar 1. Alur Penelitian
2.1 Identifikasi Masalah
Tahapan pertama adalah identifikasi masalah. Pada tahapan ini dilakukan pengidentifikasian tindakan yang akan dilakukan guna mengatasi masalah terkait informasi bertani tanaman herbal.
2.2 Pengumpulan Data
Tahap selanjutnya adalah pengumpulan data. Dalam menghimpun data dan informasi terkait penelitian dilakukan menggunakan studi literatur. Studi literatur dilakukan untuk menghimpun informasi dari sumber tertulis baik berupa buku, jurnal, artikel, karangan ilmiah, atau sumber lainnya yang relevan dengan topik permasalahan yang diangkat. Di samping itu, dilakukan juga pengumpulan
data dan informasi yang diperlukan untuk pengembangan sistem, berupa data tanaman beserta informasi detail kesesuaian lahan atau lingkungannya, data jenis tanah, hingga informasi untuk membentuk certainty factor .
Kemudian dilakukan proses akuisisi pengetahuan.
Akuisisi pengetahuan merupakan proses untuk mengumpulkan data pengetahuan dari sumber pengetahuan (Christy & Syafrinal, 2019).
Kemudian, dilakukan proses
representasi pengetahuan. Data dan informasi yang dikumpulkan akan memasuki proses representasi pengetahuan untuk membuatnya lebih terstruktur sehingga membentuk basis pengetahuan. Basis pengetahuan yang terbentuk akan diarahkan kepada mekanisme inferensi seperti dilihat pada Tabel 1.
2.3 Analisis dan Perancangan Sistem Tahapan selanjutnya adalah analisis dan rancangan sistem. Berdasarkan asumsi dari pakar dan penerapan dari certainty factor maka range untuk memberikan bobot nilai adalah 0-1, begitupula dengan nilai keyakinan yang dapat diberikan oleh pengguna (Wahyuni, 2019). Nilai bobot certainty factor dapat dilihat dari Tabel 2 dan Tabel 3.
Untuk merekomendasikan tanaman yang cocok dengan faktor lingkungan, pengguna aplikasi disajikan pada pilihan tingkat keyakinan masing-masing pengguna berdasarkan dari fakta atau gejala yang dihadapi. Certainty factor diinterprestrasikan dalam persamaan (1) berikut.
CF[H,E]=CF[H]*CF[E] (1) Keterangan : CF[H,E] = Certainty Factor dalam hipotesa
(H) yang dipengaruhi oleh Fakta
(E)
H = Hipotesis atau asumsi awal terhadap gejala (pakar)
E = Evidence atau fakta dan peristiwa yang dialami user terhadap gejala
Jika terdapat kasus memiliki banyak gejala, maka CF dapat diselesaikan dengan persamaan (2) berikut:
CF combine = CF1+CF2*(1-CF1) (2) Keterangan :
CF1 = nilai certainty factor evidence 1 terhadap hipotesis
CF2 = nilai certainty factor evidence 2 terhadap hipotesis
Selanjutnya hasil dari CFcombine yang pertama akan menjadi CFold.
Tabel 1. Penentuan Nilai Certainty User No. Keterangan Nilai 1 Sangat yakin 1 2 Yakin 0.75 3 Cukup yakin 0.5 4 Kurang yakin 0.25 5 Tidak yakin 0 Tabel 2. Penentuan Certainty Factor dari pakar No. Keterangan Nilai 1 Tanah 1 2 Ketinggian 0.8 3 Suhu Udara 0.6 4 Kelembapan 0.4 5 Curah Hujan 0.2 Tahap ini dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai arsitektur aplikasi sistem pakar ataupun permodelan aplikasi berdasarkan hasil analisis kebutuhan.
Informasi mengenai spesifikasi kebutuhan kemudian diimplementasikan pada desain pengembangan. Pembuatan database menggunakan aplikasi pengolah data yang bernama MySql. Data yang akan dimasukan ke dalam database adalah berupa data tanaman, spesifikasi faktor lingkungan tiap tanaman, jenis tanah, hingga penjelasan cara penanaman.
2.4 Implementasi Sistem
Tahap ini merupakan implementasi perancangan sistem ke dalam penulisan kode program untuk membangun aplikasi. Sistem pakar yang akan dibangun adalah berbasis mobile android agar dapat dengan mudah digunakan oleh pengguna smartphone.
Pengembangan aplikasi sistem pakar ini dilakukan dengan bantuan sejumlah tools,
bahasa pemrograman, dan service lainnya berikut ini :
a. Bahasa Pemrograman : Kotlin, Javascript, PHP.
b. Framework : React Native, Laravel.
c. Tools : Android Studio, Visual Studio Code, Emulator.
d. Database : Firebase Database.
Tabel 3. Representasi Pengetahuan (Studi Literatur, Diolah dari berbagai sumber) Tanaman Ketinggian (mdpl) Suhu ( ℃ ) Kelembapan udara (%) Curah hujan (mm/tahun) Jenis Tanah Kayu Manis 50-1500 18-27 70-90 2000-2500 Latosol Pala 0-700 18-34 50-80 2000-3000 Vulkanis Sambiloto 0-700 24-27 70-90 2000-3000 Andosol Kapulaga 200-1000 20-34 40-75 2500-4000 Latosol Mengkudu 0-500 22-30 50-70 2000-3000 Alluvial Mahkota Dewa 10-1200 20-33 70-90 1000-2500 Alluvial Lidah Buaya 0-1500 16-33 65-90 1000-3000 Alluvial Jahe 200-600 20-25 70-90 2500-4000 Andosol Lengkuas 1 – 1200 25-29 45-65 2500 – 4000 Latosol Kencur 50 – 1.000 26-30 65-90 2.500-4.000 Andosol Temulawak 5-1.000 19-30 70-90 1.000-4.000 Andosol Temu Kunci 1.000 20-35 65-90 1.500 Andosol
## 3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Studi Kasus Seseorang menginputkan nilai kriteria
lingkungannya dengan level keyakinan dilakukan sesuai dengan keyakinan user terhadap nilai yang diinput, seperti Tabel 4, sebagai berikut :
Tabel 4. Studi Kasus Perhitungan
No. Faktor Nilai Keyakinan 1 Ketinggian 400 mdpl Yakin 2 Suhu 24 C Sangat yakin 3 Kelembapan udara 85 % Kurang yakin 4 Curah hujan 2300 Yakin 5 Jenis tanah Andosol Yakin
## 3.2. Hasil Basis Pengetahuan
Basis aturan disajikan dalam aturan-aturan
yang berbentuk pasangan keadaan aksi (condition-action) “JIKA (IF) keadaan terpenuhi atau terjadi MAKA (THEN)”. Misalkan terdapat aturan atau kaidah sebagai berikut :
IF Ketinggian 50-1500 mdpl AND Suhu 18- 27 o C AND Kelembapan Udara 70-90 % AND Curah Hujan 2000-2500 mm/tahun AND Tanah Latosol THEN Kayu Manis
IF Ketinggian 0-700 mdpl AND Suhu 18-34 o C AND Kelembapan Udara 50-80 % AND Curah Hujan 2000-3000 mm/tahun AND Tanah Vulkanis THEN Pala
IF Ketinggian 0-700 mdpl AND Suhu 24-27 o C AND Kelembapan Udara 70-90 % AND Curah Hujan 2000-3000 mm/tahun AND Tanah Andosol THEN Sambiloto
IF Ketinggian 200-1000 mdpl AND Suhu 20-34 o C AND Kelembapan Udara 40-75 %
AND Curah Hujan 2500-4000 mm/tahun AND Tanah Latosol THEN Kapulaga
IF Ketinggian 200-600 mdpl AND Suhu 20- 25 o C AND Kelembapan Udara 70-90 % AND Curah Hujan 2500-4000 mm/tahun AND Tanah Andosol THEN Jahe
IF Ketinggian 1-1200 mdpl AND Suhu 25- 29 o C AND Kelembapan Udara 45-65 % AND Curah Hujan 2500-4000 mm/tahun AND Tanah Latosol THEN Lengkuas
IF Ketinggian 50-1000 mdpl AND Suhu 26- 30 o C AND Kelembapan Udara 65-90 % AND Curah Hujan 2500-4000 mm/tahun AND Tanah Andosol THEN Kencur
IF Ketinggian 5-1000 mdpl AND Suhu 19- 30 o C AND Kelembapan Udara 70-90 % AND Curah Hujan 1000-4000 mm/tahun AND Tanah Andosol THEN Temulawak.
Rule based yang dibentuk dari aturan tersebut adalah 7. Pohon keputusan yang terbentuk dari rule based tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.
## Gambar 2.Pohon Keputusan
Dari perbandingan hasil pengetahuan dan input data oleh pengguna dapat dilihat dari Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Basis Pengetahuan
No Tanaman Ketinggian (mdpl) Suhu ( ℃ ) Kelembapan udara (%) Curah hujan (mm/tahun) Jenis Tanah 1 Kayu Manis √ √ √ √ 2 Pala √ √ √ 3 Sambiloto √ √ √ √ √ 4 Kapulaga √ √ 5 Mengkudu √ √ √ 6 Mahkota Dewa √ √ √ √ 7 Lidah Buaya √ √ √ √ 8 Jahe √ √ √ √
9 Lengkuas √ 10 Kencur √ √ √ 11 Temulawak √ √ √ √ √ 12 Temu Kunci √ √ √ Tanaman Kayu Manis: CF [pakar] x CF [user] Ketinggian = 0.8 x 0.75 = 0.6 Suhu = 0.6 x 1 = 0.6 Kelembapan udara = 0.4 x 0.25 = 0.1 Curah hujan = 0.2 x 0.75 = 0.15 CF COMBINE CFcombine1 (CFketinggian, CFsuhu)
= CFketinggian + CF suhu * (1-
CFketinggian) = 0.6 + 0.6 * (1 - 0.6) = 0.84 CFcombine2 (CFold1, CFkelembapan) = CFold1 + CFkelembapan * (1 - CFold1) = 0.84 + 0.1 * (1 - 0.84) = 0.856 CFcombine3 (CFold2, CFcurah hujan) = CFold2 + CFcurah hujan * (1 - CFold2) = 0.856 + 0.15 * (1 - 0.856) = 0.8776
Persentase = CFakhir x 100 = 0.8776 x 100 = 87.76%
## Tanaman Pala:
CF [pakar] x CF [user]
Ketinggian = 0.8 x 0.75 = 0.6
Suhu = 0.6 x 1 = 0.6 Curah hujan = 0.2 x 0.75 = 0.15
## CF COMBINE
CFcombine1 (CFketinggian, CFsuhu) = CFketinggian +
CF suhu * (1-
CFketinggian)
= 0.6 + 0.6 * (1 - 0.6)
= 0.84 Cfcombine2 (Cfold1, CFcurah hujan) = Cfold1 + CFcurah hujan * (1 - CFold2)
= 0.84 + 0.15 * (1 - 0.84)
= 0.864
Persentase = CFakhir x 100 = 0.864 x 100 = 86.4 %
Tanaman Sambiloto :
CF [pakar] x CF [user]
Ketinggian = 0.8 x 0.75 = 0.6
Suhu = 0.6 x 1 = 0.6 Kelembapan udara = 0.4 x 0.25 = 0.1 Curah hujan = 0.2 x 0.75 = 0.15 Tanah = 1 x 0.75 = 0.75 CF COMBINE
CFcombine1 (CFketinggian, CFsuhu) = CFketinggian + CF suhu * (1-
CFketinggian) = 0.6 + 0.6 * (1 - 0.6) = 0.84 CFcombine2 (CFold1, CFkelembapan) = CFold1 + CFkelembapan * (1 - CFold1) = 0.84 + 0.1 * (1 - 0.84) = 0.856 CFcombine3 (CFold2, CFcurah hujan) = CFold2 + CFcurah hujan * (1 - CFold2)
= 0.856 + 0.15 * (1 - 0.856)
= 0.8776 CFcombine4 (CFold3, CFtanah) = CFold3 + CFtanah * (1 - CFold3) = 0.8776 + 0.75 * (1 - 0.8776) = 0.9694
Persentase = CFakhir x 100 = 0.9694 x 100 = 96.94%
## Tanaman Kapulaga:
CF [pakar] x CF [user] Ketinggian = 0.8 x 0.75 = 0.6 Suhu = 0.6 x 1 = 0.6 Kelembapan udara = 0.4 x 0.25 = 0.1 Curah hujan = 0.2 x 0.75 = 0.15 CF COMBINE CFcombine1 (CFketinggian, CFsuhu)
= CFketinggian + CF suhu * (1- CFketinggian) = 0.6 + 0.6 * (1 - 0.6)
= 0.84
Persentase = CFakhir x 100 = 0.84 x 100 = 84%
Tanaman Jahe: CF [pakar] x CF [user]
Ketinggian = 0.8 x 0.75 = 0.6 Suhu = 0.6 x 1 = 0.6 Kelembapan udara = 0.4 x 0.25 = 0.1 Tanah = 1 x 0.75 = 0.75
## CF COMBINE
CFcombine1 (CFketinggian, CFsuhu)
= CFketinggian + CF suhu * (1-
CFketinggian)
= 0.6 + 0.6 * (1 - 0.6) = 0.84 CFcombine2 (CFold1, CFkelembapan)
= CFold1 + CFkelembapan * (1 - CFold1)
= 0.84 + 0.1 * (1 - 0.84)
= 0.856 CFcombine3 (CFold2, CFtanah) = CFold2 + CFtanah * (1 - CFold2) = 0.856 + 0.75 * (1 - 0.856) = 0.964
Persentase = CFakhir x 100 = 0.964 x 100 = 96.4 %
## Tanaman Lengkuas :
CF [pakar] x CF [user]
Ketinggian = 0.8 x 0.75 = 0.6 Persentase = CFakhir x 100 = 0.6 x 100 = 60%
## Tanaman Kencur :
CF [pakar] x CF [user]
Ketinggian = 0.8 x 0.75 = 0.6 Kelembapan udara = 0.4 x 0.25 = 0.1
Tanah = 1 x 0.75 = 0.75
## CF COMBINE
CFcombine1 (CFketinggian, CFkelembapan)
= CFketinggian + CF kelembapan * (1- CFketinggian) = 0.6 + 0.1 * (1 - 0.6) = 0.64 CFcombine2 (CFold1, CFtanah) = CFold1 + CFtanah * (1 - CFold1) = 0.64 + 0.75 * (1 - 0.64) = 0.91
Persentase = CFakhir x 100 = 0.91 x 100 = 91%
## Tanaman Temulawak :
CF [pakar] x CF [user]
Ketinggian = 0.8 x 0.75 = 0.6
Suhu = 0.6 x 1 = 0.6 Kelembapan udara = 0.4 x 0.25 = 0.1 Curah hujan = 0.2 x 0.75 = 0.15 Tanah = 1 x 0.75 = 0.75 CF COMBINE
CFcombine1 (CFketinggian, CFsuhu) = CFketinggian + CF suhu * (1-
CFketinggian) = 0.6 + 0.6 * (1 - 0.6)
= 0.84
CFcombine2 (CFold1, CFkelembapan) = CFold1 + CFkelembapan * (1 - CFold1) = 0.84 + 0.1 * (1 - 0.84) = 0.856 CFcombine3 (CFold2, CFcurah hujan) = CFold2 + CFcurah hujan * (1 - CFold2)
= 0.856 + 0.15 * (1 - 0.856)
= 0.8776 CFcombine4 (CFold3, CFtanah)
= CFold3 + CFtanah * (1 - CFold3)
= 0.8776 + 0.75 * (1 - 0.8776) = 0.9694
Persentase = CFakhir x 100 = 0.9694 x 100 = 96.94%
Hasil Rekomendasi tanaman paling sesuai adalah tanaman herbal Sambiloto dan
Temulawak dengan persentase keyakinan adalah 96.94%
## 3.3. Tampilan Mobile untuk End User
Sistem pakar ini memiliki tampilan awal login bagi pengguna baik versi web bagi admin dan versi mobile bagi pengguna akhir ( end-user ). Apabila end-user tidak memiliki akun, maka, dapat melakukan menu registrasi.
Setelah login, maka, pengguna akan diberikan pilihan menu home , menu check , menu favorite , dan menu tentang kami yang dapat dilihat pada Gambar 3 b. Pada menu home, berisikan tentang penjelasan mengenai aplikasi sistem pakar dan penjelasan yang
terkait tanaman herbal dan yang mempengaruhinya.
Kemudian, pada menu check digunakan untuk mengisi form mengenai rekomendasi tanaman yang cocok pada lingkungan daerahnya. Formulir akan menyediakan menu yang perlu diisi oleh pengguna seperti melakukan input ketinggian tanah, suhu, kelembapan udara, curah hujan, jenis tanah, serta pengguna diharuskan untuk mengisi tingkat kepercayaan terhadap inputannya melalui menu certainty level dengan rentang kepercayaan 1-5. Setelah mengisi formulir tersebut, maka, pengguna tinggal mengirim perintah kirim, seperti dilihat pada Gambar 3 d.
Gambar 3. Tampilan Mobile untuk End User
a b c d e
Berdasarkan faktor-faktor lingkungan yang dipilih tersebut maka sistem akan menjalankan mesin inferensi yang telah dibuat menurut pendefenisian aturan ( rule ) yang telah dilakukan sebelumnya. Untuk menghitung tingkat kepercayaan rekomendasi tanaman herbal yang sesuai dengan faktor lingkungan menggunakan nilai
CF dan hasilnya dapat dilihat seperti pada Gambar 3 e.
Untuk menguji ketepatan hasil rekomendasi antara aplikasi dengan rumus yang telah ditentukan, dibuktikan dengan perhitungan manual yang diuji, berikut nilai CF pada aplikasi yang telah diinput user dilihat pada Tabel 6 .
Tabel 6.Certainty Factor User dan Pakar No. Indikator CF User CF Pakar CF User* CF Pakar 1 Ketinggian 0 0,8 0 2 Suhu 0,25 0,6 0,15 3 Kelembapan 0 0,4 0 4 Curah Hujan 0,5 0,2 0,1 5 Tanah 0,5 1 0,5
Maka, nilai CF rekomendasi tanaman herbal adalah berikut :
CF COMBINE
CFcombine1 (CFketinggian, CFsuhu) = CFketinggian + CF suhu * (1- CFketinggian)
= 0 + 0.15 * (1 - 0) = 0.15 CFcombine2 (CFold1, CFkelembapan)
= CFold1 + CFkelembapan * (1 - CFold1)
= 0.15 + 0 * (1 - 0.15)
= 0.15 CFcombine3 (CFold2, CFcurah hujan) = CFold2 + CFcurah hujan * (1 - CFold2)
= 0.15 + 0.1* (1 – 0.15)
= 0.235
CFcombine4 (CFold3, CFtanah) = CFold3 + CFtanah * (1 - CFold3) = 0.235 + 0.5 * (1 - 0.235) = 0.6175
Persentase = CFakhir x 100 = 0.6175 x 100 = 61.75% = 62%
Sehingga didapatkan persentase keyakinan dari inputan tersebut adalah 62%.
Kemudian hasil dari tanaman tersebut sesuai dengan rule yang telah ditetapkan yaitu :
IF Ketinggian 200 mdpl AND Suhu 25 o C AND Kelembapan Udara 60 % AND Curah Hujan 2000 mm/tahun AND Tanah Aluviall THEN Mengkudu.
Maka, sesuai dengan perhitungan manual yang dilakukan, hasil antara aplikasi dan perhitungan manual sama yaitu Mengkudu dengan persentase keyakinan 62%.
## 4. Simpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti, dapat ditarik kesimpulan bahwa aplikasi ini dibangun menggunakan metode certainty factor yang dibangun melalui android studio, framework laravel, dan database Firebase. Aplikasi ini digunakan untuk memberikan rekomendasi tanaman yang cocok untuk masyarakat atau pengguna yang ingin menanam tanaman herbal diwilayah rumahnya. Kekurangan dari aplikasi ini adalah penambahan data bagi admin masih dilakukan melalui platform website.
Saran yang dapat dipertimbangkan untuk mengembangkan sistem pakar ini selanjutnya adalah agar aplikasi dapat diperkembangkan lebih luas dan melakukan penyempurnaan yang baik baik dari algoritma, UI, ataupun UX nya, sehingga akan berkembang dan bermanfaat bagi masyarakat.
## 5. Referensi
Aeni, K. (2018). Penerapan Metode Forward Chaining Pada Sistem Pakar Untuk Diagnosa Hama dan Penyakit Padi. INTENSIF: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Penerapan Teknologi Sistem Informasi, 2(1), 79-86.
Aldo, D., & Ardi, A. (2019). Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Limfoma dengan Metode
Certainty Factor. Sains dan Teknologi Informasi, 5(1), 60-69.
Alodia, A. R., & Sitompul, A. O. (2021). Tren Urban Farming Selama Pandemi Covid-19 dan Manfaatnya Terhadap Lingkungan dan Gizi Masyarakat. Health Care: Jurnal Kesehatan, 10(2), 337-345.
Arifsyah, A., & Sindar, A. (2019). Sistem Pakar
Diagnosa Penyakit Pohon Karet Dengan Metode Certainty Factor. Jurnal Nasional Komputasi dan Teknologi Informasi (JNKTI), 2(2), 175-180.
Arum, G. P. F., Retnoningsih, A., & Irsadi, A.
(2012). Etnobotani Tumbuhan Obat Masyarakat Desa Keseneng Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang Jawa Tengah. Life Science, 1(2).
Fahindra, A. R., & Al Amin, I. H. (2021). Sistem Pakar Deteksi Awal Covid-19 Menggunakan Metode Certainty Factor. Jurnal Tekno Kompak, 15(1), 92-103.
Hariyanto, R., & Sa’diyah, K. (2018). Sistem
Pakar Diagnosis Penyakit dan Hama Pada
Tanaman Tebu Menggunakan Metode Certainty Factor. JOINTECS (Journal of Information Technology and Computer Science), 3(1), 29-32.
Hidayat, A., Widiastiwi, Y., & Astriratma, R.
(2021). Penerapan Metode Forward Chaining pada Sistem Pakar Obat Herbal Konsultasi Penyakit Lambung Berbasis Web. Senamika, 2(1), 588-605.
Justicia, I. P. (2022). Partisipasi Masyarakat Dalam Kegiatan Urban Farming Di Masa
Pandemi Covid-19 (Studi Kasus: Kelurahan Maharatu Kota Pekanbaru) (Doctoral
dissertation, Universitas Islam Riau).
Komiljonovna, A. G. (2022). Growth Conditions And Medicinal Properties of Zingiber
Officinale L. In Surkhandarya Region. Web of
Scientist: International Scientific Research
Journal, 3(4), 280-283.
Lesmana, H., Alfianur, A., Utami, P. A., Retnowati, Y., & Darni, D. (2018). Pengobatan tradisional pada masyarakat tidung kota Tarakan: study kualitatif kearifan lokal bidang kesehatan. Medisains, 16(1), 31- 41.
Nurjasmi, R. (2021). Potensi Pengembangan Pertanian Perkotaan oleh Lanjut Usia untuk Mendukung Ketahanan Pangan. Jurnal Ilmiah Respati, 12(1), 11-28.
Raharjo, D. P., Cahyani, A. D., & Khotimah, B. K. (2019). Sistem Pakar Diagnosa Hama Dan Penyakit Padi Dengan Metode Bayesian Berbasis Certainty Factor. Jurnal Simantec, 8(1), 1-9.
Shafi, A., Hassan, F., Zahoor, I., Majeed, U., & Khanday, F. A. (2021). Biodiversity, management and sustainable use of medicinal and aromatic plant resources. In Medicinal and Aromatic Plants (pp. 85-111). Springer, Cham.
Siregar, A. F., & Tanjung, A. F. (2021,
September). Factors That Influence the Interests of Households in Medicinal Plants Farming in the Covid-19 Pandemic Situation. In 2nd International Conference on Science, Technology, and Modern Society (ICSTMS 2020) (pp. 168-171). Atlantis Press.
Wahyuni, S. (2019). sistem pakar Sistem Pakar Penyakit Kuda Dengan Metoda Certainty Factor. Joisie (Journal Of Information Systems And Informatics Engineering), 3(2), 64-70.
|
0e09a973-fe5b-42d4-b22f-241dcebb0206 | https://journal.ipb.ac.id/index.php/jpsl/article/download/10959/8443 | Available online at:
Vol. 5 No. 2 (Desember 2015): 161-168
http://journal.ipb.ac.id/index.php/jpsl/
e-ISSN: 2460-5824
## KONTAMINASI LOGAM BERAT MERKURI (Hg) DAN TIMBAL (Pb) PADA AIR, SEDIMEN DAN IKAN SELAR TETENGKEK ( Megalaspis cordyla L) DI TELUK PALU, SULAWESI TENGAH
Heavy Metals Contamination Mercury (Hg) and Lead (Pb) in Water, Sediment and Torpedo Scad Fish (Megalaspis cordyla L) in Palu Bay, Sentral Sulawesi)
Matius Paundanan a , Etty Riani b , Syaiful Anwar c a Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680 ― matiuspaundanan89@yahoo.com b Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikana dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680 c Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680
Abstract. Palu bay waters is susceptible to heavy metal pollution due to the inclusion of the waste product of Palu city, and such as agriculture, and traditional mining. The objective of this research was to determine the contamination of heavy metals mercury (Hg) and lead (Pb) in water, sediment, and torpedo scad fish (Megalaspis cordyla) Sampling was done purposively at 10 sampling points. Parameters of water quality measurements were done in the field for temperature, pH, brightness, turbidity, and dissolved oxygen (DO), and at laboratory analysis for salinity, chemical oxygen demand (COD), ammonia, and nitrates. Heavy metals were analized by following APHA, and Indonesian National Standard (SNI) methods. The results showed that Hg consentrations in water, sediment, gill, meat, liver, and spleen were 0.0008-0.0042 mg/l, 0.017-0.287 mg/kg, 0.007-0.145 mg/kg, 0.014-0.046 mg/kg, 0.052-0.106 mg/kg, and 0.043-0.414 mg/kg, respectively. Pb concentrations in water, sediments, gill, meat, liver, and spleen were 0.0130-0.0392 mg/l, 2.647-8.987 mg/kg, 0.132-0.775 mg/kg, 0.005-0.734 mg/kg, 0.295-1.871 mg/kg, and 1.654-12.92 mg/kg, re- spectively. The average of Hg and Pb concentrations in the water had exceeded the specified quality standards, while in the sedi- ment were still below the quality standards. The average of Hg and Pb concentrations in all observed fish organs were below the quality standards, except for Pb concentrations in gill, liver, and spleen.
Keywords: heavy metals, water, sediment, Megalaspis cordyla, Palu Bay
(Diterima: 22-08-2015; Disetujui: 27-09-2015)
## 1. Pendahuluan
Masuknya logam berat ke dalam lingkungan perairan akan berdampak pada menurunnnya kualitas lingkungan perairan (Zhang et al. 2009; Riani 2012). Keberadaan logam berat yang menumpuk pada air laut dan sedimen akan masuk ke dalam sistem rantai ma- kanan dan berpengaruh pada kehidupan organisme di dalamnya (Hutagalung 1984; Takarina et al . 2013). Logam berat pada konsentrasi tertentu dalam perairan akan terakumulasi ke dalam sedimen (Spencer dan MacLeod 2002); Rochyatun et al. 2006; Edu et al. 2015) dan pada organisme perairan (Wulandari et al .
2012; Riani et al . 2014). Kontaminasi logam berat Hg dan Pb pada organisme perairan dapat berdampak toksik terhadap kesehatan organisme tersebut (Dar- mono 2001). Pada konsentrasi tertentu, kontaminasi logam berat pada organisme perairan dapat menyebab- kan terjadinya kecacatan pada kerang hijau (Riani 2010), cacat bawaaan pada larva Dicrotendipes simp- soni (Diptera: Choronomidae) (Riani et al . 2014), dan menyebabkan abnormalitas organ insang, hati, ginjal dan limpa pada ikan (Rajeshkumar dan Munuswamy 2011; Coulibaly et al . 2012; Authman et al . 2012; El- Kasheif et al . 2013; Riani 2015).
Ikan dapat menjadi salah satu indikator pencemaran lingkungan dari limbah kimia, termasuk logam berat pada lingkungan perairan (Authman et al . 2015). Hal ini karena ikan merupakan organisme perairan yang si- klus hidupnya lebih lama dibanding organisme akuatik lainnya dan menempati peringkat teratas dalam rantai makanan akuatik (Farkas et al . 2001), serta ikan dapat mengakumulasi logam berat (Akan et al . 2012; El- Moselhy et al . 2014; Riani 2015). Kemudian apabila kerang dan ikan yang telah terkontaminasi logam berat dikonsumsi oleh manusia, dapat berdampak terhadap kesehatan karena logam berat bersifat karsinogenik (Darmono 2001).
Perairan Teluk Palu merupakan perairan yang rentan mengalami kontaminasi logam berat akibat adanya ak- tivitas pertambangan emas tradisional yang beroperasi di kawasan aliran Sungai Pondo dan bermuara lang- sung ke Teluk Palu. Menurut Agus et al . (2005); Ning et al . (2011); Palapa dan Maramis (2015) bahwa per- tambangan emas tradisional merupakan salah satu sum- ber masuknya logam berat ke dalam lingkungan perairan. Selain hal tersebut aktivitas masyarakat Kota Palu yang menghasilkan limbah juga berpotensi men- jadi sumber masuknya logam berat ke dalam perairan Teluk Palu. Oleh karena itu, maka potensi pencemaran
di Teluk Palu bukan hanya dari kegiatan pertambangan emas tradisional, tetapi juga dari kegiatan-kegiatan lain yang semuanya berpotensi mengkontaminasi air, sedi- men dan ikan yang hidup di dalamnya, sehingga penelitian ini penting untuk dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kontaminasi logam berat Hg dan Pb pada air, sedimen dan ikan selar tetengkek di Perairan Teluk Palu .
## 2. Metode Penelitian
## 2.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Februari – April 2015 di Teluk Palu Sulawesi Tengah dan di laborato- rium. Pengambilan sampel air, sedimen dan ikan selar tetengkek dilakukan pada 10 titik sampling yang diten- tukan secara purposive dengan pertimbangan sumber pencemar di darat, maka dibagi menjadi 3 zona masing- masing terdiri dari 3 titik sampling dan 1 titik sampling yang mewakili daerah yang jauh dari sumber pencemar (Gambar 1). Analisis salinitas, chemical oxigen de-
mand (COD), ammonia dan nitrat dilakukan di Labor- atorium Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Universi- tas Tadulako Palu. Analisis Hg dan Pb pada air laut, sedimen dan organ insang, daging, hati dan limpa ikan selar tetengkek dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas MIPA IPB.
## 2.2. Parameter Pengamatan
Parameter yang diamati adalah logam berat (Hg dan Pb) di air, sedimen dan ikan selar tetengkek. Kualitas air meliputi suhu, kecerahan, kekeruhan, pH, salinitas, dissolved oxygen (DO), chemical oxygen demand (COD), ammonia dan nitrat. Data yang diperoleh dibandingkan dengan baku mutu yang telah ditetapkan. Konsentrasi logam berat dalam air dan kualitas air dibandingkan dengan KepMen LH No. 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut. Kon- sentrasi logam berat pada sedimen dibandingkan dengan standar baku mutu dari CCME, AN- ZECC/ARMCANZ 2000 dan NOAA. Konsentrasi Hg dan Pb dalam ikan selar tetengkek dibandingkan dengan SNI No. 7387: 2009 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam Dalam Bahan Pangan.
Gambar 1 Peta lokasi penelitian (Sumber: BPS 2013)
Titik sampling 10 Zona 3 (7,8,9) Zona 1 (1,2,3) Zona 2 (4,5,6)
## 2.3. Pengambilan Sampel dan Analisis
Pengambilan sampel air dilakukan sesuai metode pengambilan air contoh dalam SNI 6989.57-2008. Sampel air sebanyak 500 ml diambil dengan menggunakan botol contoh pada tiap titik sampling. Sampel air untuk analisis logam berat disimpan dalam botol polyethylene (PE) dan diawetkan dengan asam nitrat (HNO 3 ) hingga pH mencapai ± 2, kemudian disimpan dalam cool box sebelum dianalisis di labora- torium.
Pengambilan sedimen dilakukan sesuai metode yang digunakan oleh Hutagalung et al . (1997). Sedimen sebanyak 500 gram diambil dengan menggunakan alat pengambil sedimen (ekman grab) yang terbuat dari stainless steel dan dimasukkan dalam kantong plastik PE selanjutnya sampel disimpan di cool box sebelum dianalisis di laboratorium.
Ikan ditangkap dengan menggunakan jaring. Ikan yang diambil adalah jenis ikan selar tetengkek. Ikan se- lar tetengkek dipilih karena ukurannya lebih besar dibanding jenis ikan lainnya yang tertangkap sehingga organ-organ dalam tubuh mudah diamati dan merupa- kan salah satu ikan yang dominan ditangkap oleh ne- layan setempat. Sampel ikan yang diambil memiliki be- rat badan berkisar 250-350 gram dan panjang ikan berkisar 20-31 cm. Ikan yang diperoleh dimasukkan da- lam kantong plastik PE selanjutnya didinginkan dengan es dan disimpan di dalam coolbox sebelum dianalisis di laboratorium.
Pengukuran kualitas air dilakukan secara insitu meli- puti suhu, kecerahan, kekeruhan, pH dan DO, se- dangkan secara exsitu di laboratorium meliputi kekeru- han, salinitas, COD, ammonia dan nitrat. Pengukuran konsentrasi logam berat pada air mengacu pada APHA 2012, 3111-C 22 ND edition, sementara pengukuran logam berat pada sedimen dan ikan mengacu pada SNI 06-6992.2-2004 untuk Hg dan SNI 06-6992.3-2004 un- tuk Pb dengan menggunakan Atomic Absorption Spec- trophotometer (AAS).
## 3. Hasil dan Pembahasan
## 3.1. Kondisi Perairan Teluk Palu
Hasil pengukuran parameter kualitas air disajikan pada Tabel 1. Sebagian besar parameter kualitas air yang diamati masih dalam kondisi normal (sesuai baku mutu KepMen LH No. 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut). Parameter kualitas air yang masih normal diantaranya suhu, salinitas, pH, DO, COD, ammonia dan nitrat, sedangkan parameter kekeruhan dan kecerahan tidak memenuhi/dibawah baku mutu yang ditetapkan. Hal ini diduga karena lo- kasi penelitian dekat dengan muara Sungai Palu dan Sungai Pondo sehingga kandungan partikel-partikel tersuspensi, partikulat dan bahan organik dalam perairan sangat tinggi. Kondisi perairan dengan tingkat kekeruhan tinggi dapat mempengaruhi kehidupan or- ganisme yang hidup di dalamnya.
Tabel 1. Hasil pengukuran parameter kualitas air di Teluk Palu saat penelitian dilaksanakan
Titik sampling Suhu Kecerahan Kekeruhan Salinitas pH DO COD Ammonia Nitrat o C m NTU psu - mg/l mg/l mg/l mg/l Zona 1 1 30,3 0,90 8,0 33,9 6,9 7,81 5,45 0,048 0,0035 2 30,3 1,025 4,6 34,5 7,1 6,84 4,82 0,043 0,0031 3 28,0 1,475 5,6 31,9 6,9 6,51 5,10 0,045 0,0033 Zona 2 4 30,2 1,95 7,7 25,5 7,1 6,87 5,25 0,046 0,0034 5 29,7 1,075 8,3 24,0 7,1 6,81 4,28 0,038 0,0028 6 28,5 1,175 10,3 22,8 7,1 7,6 4,52 0,040 0,0029 Zona 3 7 30,3 2,58 2,0 31,6 6,8 7,78 4,52 0,040 0,0029 8 30 2,95 10,5 33,0 7,2 7,85 5,40 0,048 0,0035 9 29,9 3,175 2,2 29,9 7,2 8,1 4,86 0,043 0,0032 10 29,8 7,85 0,4 33,3 6,9 8,1 4,44 0,040 0,0029 Rata-rata 29,7 2,41 5,96 30,04 7,03 7,43 4,87 0,043 0,0031 Baku mutu* 28-30 >3 <5 ≤34 7-8,5 >5 - 0,3 0,008 (*)KepMen LH No. 51 Tahun 2004
## 3.2. Kandungan Hg dan Pb pada Air
Hasil analisis konsentrasi Hg dan Pb dalam air laut disajikan pada Tabel 2. Konsentrasi Hg dan Pb di mas- ing-masing titik sampling bervariasi pada kisaran 0,0008-0,0042 mg/l untuk Hg, dan 0,0130-0,0392 mg/l
untuk Pb. Baku mutu Hg dan Pb pada air laut diatur da- lam KepMen LH No. 51/2004 yakni 0,001 mg/l untuk Hg dan 0,008 mg/l untuk Pb (KLH 2004). Konsentrasi Hg telah melebihi baku mutu terdeteksi hampir di semua titik sampling, hanya di titik sampling 7 yang masih memenuhi baku mutu. Secara zonasi konsentrasi rata-rata Hg dalam air menunjukkan Zona 1 > Zona 2 > Zona 3, sedangkan logam Pb menunjukkan Zona 2 > Zona 3 > Zona 1. Adanya perbedaan masing-masing
zona diduga karena konsentrasi Hg dan Pb dalam air dipengaruhi oleh sumber pencemar yang ada di darat.
Tingginya konsentrasi Hg di Zona 1 diduga berasal limbah aktivitas rumah tangga, perhotelan, SPBU, pusat perbelanjaan dan PLTU karena titik sampling ini berdekatan dengan lokasi tersebut. Menurut Darmono (2001) bahwa sumber-sumber logam berat ke dalam perairan antara lain dari pertambangan emas, pabrik pemurnian besi, limbah rumah sakit dan pembangkit listrik yang menggunakan batubara. Selanjutnya Zona 2 diduga berasal dari aktivitas pertambangan karena ti- tik sampling ini berdekatan dengan muara Sungai Pondo yang diduga membawa limbah dari aktivitas pertambangan emas tradisional di sepanjang aliran sungai. Hal ini didukung oleh penelitian Mirdat et al . (2013), melaporkan kandungan Hg dalam tanah sangat tinggi (0,057-8,19 ppm) di lokasi pengolahan emas secara amalgamasi, Kelurahan Poboya Kota Palu, merupakan daerah aliran Sungai Pondo yang bermuara di Teluk Palu. Penelitian Agus et al. (2005); Edinger et al. (2008); Ning et al. (2011), juga melaporkan bahwa pertambangan emas tradisional merupakan salah satu
sumber masuknya logam berat Hg ke dalam lingkungan perairan. Tingginya Konsentrasi Pb di zona 2 diduga bersumber dari limbah kegiatan pengolahan emas tradisonal di daerah aliran sungai Pondo, perhotelan, SPBU, pusat perbelanjaan dan pemukiman. Sumber lain kontaminasi logam Pb dalam perairan juga diduga dari polusi kendaraan bermotor yang menggunakan bensin bertimbal.
Keberadaan logam berat Hg dan Pb dalam perairan pada konsentrasi yang telah melebihi baku mutu, dapat berdampak pada organisme perairan baik secara lang- sung maupun tidak langsung. Dampak yang ditim- bulkan dapat berupa gangguan kesehatan, kecacatan, bahkan dapat menimbulkan kematian biota air (Dar- mono 2001; Velusamy et al. 2014). Hal ini diduga ka- rena logam Hg dan Pb merupakan logam berat yang bersifat toksik (Darmono 2001) dan karsonogenik (Widowati et al. 20008). Oleh karena itu keberadaan logam Hg dan Pb dalam perairan Teluk Palu harus terus dipantau dan ditanggulangi sebelum berdampak lebih serius.
Tabel 2. Konsentrasi logam Hg dan Pb pada air laut dan sedimen
Titik sampling Hg Pb Air (mg/l) Sedimen (mg/kg) Air (mg/l) Sedimen (mg/kg) Zona 1 1 0,0036* 0,024 0,0162* 3,695 2 0,0018* 0,020 0,0251* 2,647 3 0,0041* 0,017 0,0336* 2,841 Rerata 0,0032* 0.020 0,0250* 3,061 Zona 2 4 0,0042* 0,021 0,0340* 4,312 5 0,0037* 0,018 0,0292* 3,630 6 0,0015* 0,287* 0,0340* 4,412 Rerata 0,0031* 0,109 0,0324* 4,118 Zona 3 7 0,0008 0,046 0,0364* 6,054 8 0,0015* 0,024 0,0392* 3,773 9 0,0014* 0,024 0,0130* 8,987 Rerata 0,0012* 0,031 0,0295* 6,271 10 0,0011* 0,023 0,0268* 8,369 Rata-rata 0,0024* 0,050 0,0297* 4,872 Baku mutu 0,001** 0,13*** 0,008** 30,2*** (*) Telah melebihi baku mutu (**) Baku mutu air laut: KepMen LH No. 51 Tahun 2004
(***) Baku mutu sedimen: C CME 2002
## 3.3. Kandungan Hg dan Pb pada Sedimen
Hasil analisis logam Hg dan Pb dalam sedimen dapat dilihat pada Tabel 2 di atas. Konsentrasi logam Hg dan Pb dalam sedimen berkisar antara 0,017-0,287 mg/kg untuk Hg dan 2,647-8,987 mg/kg untuk Pb. Konsen- trasi rata-rata Hg dan Pb pada sedimen yang diperoleh dari Teluk Palu masih di bawah standar baku mutu yang diprasyaratkan sesuai standar baku mutu dari Negara Kanada yakni 0,13 mg/kg (Tabel 3) (CCME 2002). Konsentrasi tertinggi Hg terdeteksi di titik sampling 6 yakni 0,287 mg/kg (telah melebihi baku mutu).
Penelitian Purnawan et al . (2013) melaporkan kan- dungan Hg dalam sedimen di Muara Sungai Pondo Te- luk Palu berkisar antara 0,0103 mg/kg–0,185 mg/kg (masih di bawah baku mutu). Konsentrasi tertinggi Pb terdeteksi di titik sampling 9 yakni 8,987 mg/kg (masih di bawah baku mutu). Hasil senada dilaporkan oleh Said et al . (2009), mendapatkan konsentrasi Pb dalam sedimen di Muara Sungai Pondo Teluk Palu, yakni pada kisaran 7,25-21,50 mg/kg (masih di bawah baku mutu).
Tabel 3. Beberapa baku mutu logam Hg dan Pb dalam sedimen Baku mutu Logam Berat Hg (mg/kg) Pb (mg/kg) ANZECC/ARMCANZ 2000-Low 0,15 50 CCME 2002-ISQG 0,13 30,2 SEPA 2000 very low ≤ 15 ≤ 50 NOAA 2012 in Salem et al . (2014) 0,15 46,7
Berdasarkan konsentrasi rata-rata Hg dalam sedimen di masing-masing zona, menunjukkan Zona 2 > Zona >
Zona 1, sedangkan logam Pb Zona 3 > Zona 2 > Zona 1. Sumber percemar di darat diduga menjadi faktor penyebab perbedaan konsentrasi Hg dan Pb dalam sed- imen di masing-masing zona tersebut. Kecepatan arus dan jenis sedimen yang lebih dominan berpasir juga diduga menjadi faktor yang mempengaruhi konsentrasi logam berat dalam sedimen. Hal lain yang berpengaruh adalah diduga dengan semakin bertambah kedalaman dan jarak dari pantai serta semakin kasar butiran sedi- men, maka semakin kecil konsentrasi Hg dan Pb dalam sedimen.
Tabel 4. Konsentrasi logam Hg dan Pb dalam organ ikan selar tetengkek (mg/kg) berat basah
Titik sampling Hg Pb Insang Daging Hati Limpa Insang Daging Hati Limpa Zona 1 1 0,145 0,034 0,052 0,121 0,304* 0,119 0,740 11,451* 2 0,046 0,028 0,083 0,414 0,371* 0,294 1,871* 12,923* 3 0,037 0,032 0,106 0,108 0,180 0,158 1,306* 9,766* Rerata 0,076 0,031 0,080 0,214 0,285 0,190 1,305* 11,380* Zona 2 4 0,026 0,036 0,074 0,043 0,775* 0,261 1,394* 9,049* 5 0,007 0,014 0,091 0,113 0,579* 0,406* 1,266* 4,862* 6 0,009 0,031 0,066 0,208 0,775* 0,117 0,768* 7,511* Rerata 0,014 0,027 0,077 0,121 0,711* 0,261 1,143* 7,141* Zona 3 7 0,016 0,018 0,054 0,203 0,132 0,143 0,295 10,755* 8 0,012 0,015 0,071 0,187 0,634* 0,079 0,761* 8,418* 9 0,014 0,046 0,075 0,145 0,362* 0,005 0,517 1,654* Rerata 0,014 0,026 0,067 0,178 0,376* 0,076 0,524* 6,942* 10 0,017 0,025 0,063 0,117 0,594* 0,734* 1,016* 2,346* Rata-rata 0,033 0,028 0,073 0,166 0,471* 0,232 0,993 7,873 Baku mutu* 0,5 0,3 (*) Telah melebihi baku mutu (**) SNI 7387:2009
## 3.4. Kandungan Hg dan Pb pada Ikan Selar Tetengkek
Hasil analisis konsentrasi Hg dan Pb pada organ ikan tetengkek yang dikoleksi dari lokasi penelitian disajikan pada Tabel 4. Konsentrasi Hg pada organ in- sang, daging, hati dan limpa masing-masing berkisar antara 0,007-0,145 mg/kg, 0,014–0,046 mg/kg, 0,052- 0,106 mg/kg dan 0,043-0,414 mg/kg. Konsentrasi Pb pada organ insang, daging, hati dan limpa masing-mas- ing 0,132-0,775 mg/kg, 0,005-0,734 mg/kg, 0,295- 1,871 mg/kg dan 1,654-12,92 mg/kg. Konsentrasi rata- rata Hg dalam organ insang, daging, hati dan limpa masing-masing 0,033 mg/kg, 0,028 mg/kg, 0,073 mg/kg dan 0,166 mg/kg. Sedangkan konsentrasi rata- rata Pb dalam organ insang, daging, hati dan limpa mas- ing-masing 0,471 mg/kg, 0,232 mg/kg, 0,993 mg/kg dan 7,873 mg/kg. Konsentrasi tertinggi ditemukan da- lam organ hati dan terendah dalam organ daging. Hal ini sesuai dengan penelitian El-Moselhy et al . (2014) dan Ghannam et al . (2015) melaporkan kandungan logam berat terendah dalam organ daging ikan. Dilihat dari masing-masing Zona menunjukkan konsentrasi Hg dan Pb dalam ikan yang ditangkap di zona 1 dan 2
cenderung lebih tinggi dibanding ikan yang ditangkap di zona 3. Hal ini diduga berkaitan dengan konsentrasi Hg dan Pb dalam air di zona tersebut yang terkontami- nasi ke tubuh ikan.
Baku mutu logam Hg dan Pb dalam tubuh ikan diatur sesuai SNI 7387:2009 tentang Batas Maksimum Cema- ran Logam Berat Dalam Bahan Pangan (ikan) yakni 0,5 mg/kg untuk Hg dan 0,3 mg/kg untuk Pb. Konsentrasi logam Hg dalam seluruh organ ikan yang diteliti masih dibawah baku mutu sesuai SNI 7387:2009. Konsentrasi logam Pb telah melebihi baku mutu sesuai SNI ditemukan dalam organ insang, hati dan limpa, se- dangkan dalam organ daging masih memenuhi baku mutu. Konsentrasi Pb telah melebihi baku mutu dalam organ insang, hati dan limpa terdeteksi di dalam ikan di semua zona titik sampling. Konsentrasi logam Hg dan Pb tertinggi ke terendah berturut-turut terdeteksi dalam organ limpa > hati > insang > daging. Hal ini sejalan dengan penelitian Sureah (2009) dan Riani (2015), yang menemukan konsentrasi logam berat tertinggi da- lam organ limpa ikan dibanding organ lainnya. Arsad et al. (2012), melaporkan konsentrasi rata-rata Pb (1,749±1,673 mg/kg berat kering) dalam daging ikan belanak ( Liza melinoptera ) yang hidup di Muara
Sungai Pondo Teluk Palu. Perbandingan kandungan Hg dan Pb dalam ikan pada penelitian ini dengan penelitian lain dapat dilihat pada Tabel 5.
Tingginya kandungan logam Hg dan Pb dalam organ limpa, hati dan insang dibanding dalam daging, diduga karena berhubungan dengan fungsinya. Pada ikan
limpa berfungsi sebagai organ imunitas, insang meru- pakan organ pernapasan yang memiliki kontak lang- sung dengan air sehingga mudah terkontaminasi logam berat. Hati merupakan organ yang berfungsi sebagai pendetoksifikasi zat-zat toksik yang masuk ke dalam tubuh ikan.
Tabel 5. Perbandingan kandungan logam berat Hg dan Pb pada ikan pada penelitian ini dengan penelitian lain
Jenis Ikan Organ Konsentrasi Logam Berat Lokasi Penelitian dan Referensi Hg Pb Ikan selar tetengkek Insang 0,033 mg/kg 0,471 mg/kg Teluk Palu (Penelitian ini) ( Megalaspis cordyla L) Daging 0,028 mg/kg 0,232 mg/kg Hati 0,073 mg/kg 0,993 mg/kg Limpa 0,166 mg/kg 7,873 mg/kg 3.5. Ikan kembung Daging - 0,256±0,279 mg/kg Ikan belanak Daging - 0,109± 0,037 mg/kg Selangor, Malaysia Ikan bawal putih Daging - 0,133 ± 0,157 mg/kg (Lihan et al . 2006) Ikan nila Daging 44,0 ppb 65,0 ppb Waduk Cirata Ikan mas Daging 151,6 ppb 16,0 ppb (Priyanto et al . 2008) Ikan bandeng Daging - 0,058 ± 0,016 µg/g India ( Chanos chanos ) Insang - 0,139 ± 0,007 µg/g (Rajeskumar dan Munuswamy Hati - 0,122 ± 0,002 µg/g 2011) Ikan mas Insang 0,540 ppm 0,560 ppm Waduk Cirata, Jawa Barat Hati 0,984 ppm 1,020 ppm (Riani 2015) Limpa 1,084 ppm 1,296 ppm Ikan petek Insang 0,04971 ppm - Perairan Ancol, Teluk Jakarta Hati 0,00458 ppm - (Riani 2010)
## 4. Kesimpulan
Konsentrasi rata-rata logam Hg dan Pb dalam air di Teluk Palu telah melebihi baku mutu sesuai KepMen LH No. 51 Tahun 2004 tentang baku mutu air laut un- tuk biota laut. Konsentrasi rata-rata Hg dan Pb dalam sedimen masih memenuhi baku mutu sesuai standar CCME, ANZECC dan NOAA. Konsentrasi rata-rata logam Hg dalam seluruh organ ikan yang diamati masih di bawah baku mutu sesuai SNI 7387:2009. Konsen- trasi Pb dalam organ insang, hati dan limpa ikan selar tetengkek telah melebihi baku mutu sesuai SNI 7387:2009, sedangkan pada daging masih memenuhi baku mutu.
## 5. Ucapan Terima Kasih
Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) yang telah memberikan dana penelitian. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada saudara Wahyu Mo- hammad dan Zaenal Muchid yang telah membantu da- lam pengambilan sampel di lapangan, serta kepada
semua pihak yang telah membantu dalam proses penelitian dan penulisan karya ilmiah ini.
## Daftar Pustaka
[1] Agus, C., Sukandarrumidi, D. Wintolo, 2005. Dampak limbah cair pengolahan emas terhadap kualitas air sungai dan cara mengurangi dampak dengan menggunakan zeolit: studi kasus pertambangan emas tradisional di desa Jendi kecamatan Selogiri kabupaten Wonogiri provinsi Jawa Tengah. Manusia dan Lingkungan 12(1), pp. 13-19.
[2] Akan, J. C., S. Mohmoud, B. S. Yikala, V. O. Ogugbuaja, 2012. Bioaccumulation of some heavy metals in fish samples from river Benue in Vinikilang, Adamawa State, Nigeria. American Journal of Analytical Chemistry 3(11), pp. 727-736.
[3] [ANZECC/ARMCANZ] Australian and New Zealand Environment and Conservation Council and Agriculture and Resource Management Council of Australia and New Zealand, 2000. Australian and New Zealand guidelines for fresh and marine water quality, Volume 1. Australian and New Zealand Environment and Conservation Council, Canberra.
[4] [APHA] American Public Health Association, 2012. Standard Methods For The Examination Of Water and Waste Water. 22th eds. American Water Works Assosiation and Water Pollution Control Federation, Washington DC.
[5] Arsad, M., I. Said, Suherman, 2012. Akumulasi logam timbal (Pb) dalam ikan belanak ( Liza melinoptera ) yang hidup di Perairan Muara Sungai Poboya. Jurnal Akademika Kimia 1(4), pp. 187-192.
[6] Authman, M. M. N., M. S. Zaki, E. A. Khallaf, H. H. Abbas, 2015. Use of fish as bio-indicator of the effects of heavy metals pollution. Journal of Aquaculture Research & Development 6(4), pp. 1-13.
[7] Authman, M. M. N., W. T. Abbas, A. Y. Gaafar, 2012. Metals concentrations in Nile tilapia Oreochromis niloticus (Linnaeus, 1758) from illegal fish farm in Al-Minufiya Province, Egypt, and their effects on some tissues structures. Ecotoxicology and Environmental Safety 84, pp. 163-172.
[8] [BPS] Badan Pusat Statistik Kota Palu, 2013. Kota Palu Dalam Angka Tahun 2013. BPS, Palu.
[9] [CCME] Canadian Council of Ministers of the Environment, 2002. Canadian sediment quality guidelines for the protection of aquatic life. Canadian Environmental Quality Guidelines, Canada.
[10] Coulibaly, S., B. C. Atse, E. P. Kouamelan, 2012. Histological alterations of gill, liver and kidney of black-chinned tilapia Sarotherodon melanotheron contaminated by heavy metals from Bietri Bay in Ebrie Lagoon, Cote d’Ivoire. International Journal of Science and Research 3, pp. 1970-1975.
[11] Darmono, 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran: Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
[12] Edinger, E. N., K. Azmy, W. Diegor, P. R. Siregar, 2008. Heavy metal contamination from gold mining recorded in Porites lobata skeletons, Buyat-Ratototok district, North Sulawesi, Indonesia. Marine Pollution Bulletin 56, pp. 1553-1568.
[13] Edu, E. A. B., N. L. Edwin-Wosu, A. Inegbedion, 2015. Bio- monitoring of mangal sediments and tissues for heavy metal accumulation in the mangrove forest of cross River Estuary. Insight Ecology 4(1), pp. 46-52.
[14] El-Kasheif, M. A., H. S. Gaber, M. M. N. Authman, S. A. Ibrahim, 2013. Histopathological and physiological observations of the kidney and spleen of the Nile catfish Clarias gariepinus inhabiting El-Rahawy drain, Egypt. Journal of Applied Sciences Research 9(1), pp. 872-884.
[15] El-Moselhy, K. M., A. I. Othman, H. A. El-Azem, M. E. A. El- Metwally, 2014. Bioaccumulation of heavy metals in some tissues of fish in the Red Sea, Egypt. Egyptian Journal of Basic Applied Sciences 1, pp. 97-105.
[16] Farkas, A., J. Salanki, A. Specziar, I. Varanka, 2001. Metal pollution health indicator of lake ecosystems. International Journal of Occupational Medicine and Environmental Health 14(2), pp. 163-170.
[17] Ghannam, H. E., E. S. E. El Haddad, A. S. Talab, 2015. Bioaccumulation of heavy metals in tilapia fish organs. Journal of Biodiversity & Environmental Science 7(2), pp. 88-99.
[18] Hutagalung, H. P., 1984. Logam berat dalam lingkungan laut. Oceania Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Jakarta 9(1), pp. 11-20.
[19] Hutagalung, H. P., D. Setiapermana, S. H. Riyono, 1997. Metode Analisis Air Laut, Sedimen dan Biota, Buku 2. Puslitbang Oseanologi, LIPI, Jakarta.
[20] [KLH] Kementerian Lingkungan Hidup, 2004. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut. KLH, Jakarta.
[21] Lihan, T., N. Ismail, M. A. Mustapha, S. A. Rahim, 2007. Kandungan logam berat dalam makanan laut dan kadar pengambilannya oleh penduduk di Tanjung Karang, Selangor. The Malaysian Journal of Analytical Sciences 10(2), pp. 197-204.
[22] Mirdat, Y. S. Patadungan, Isrun, 2013. Status logam berat merkuri (Hg) dalam tanah pada kawasan pengolahan tambang emas di kelurahan Poboya, Kota Palu. E-Jurnal Agrotekbis 1(2), pp. 127-134.
[23] Ning, L., Y. Liyuan, D. Jirui, P. Xugui, 2011. Heavy metal pollution in surface water of linglong gold mining area, China. Procedia Environment Sciences 10, pp. 914-917.
[24] Palapa, M. T., A. A. Maramis, 2015. Heavy metals in water of stream near an amalgamation tailing ponds in Talawaan Tatelu gold mining, North Sulawesi, Indonesia. Procedia Chemistry 14, pp. 428-436.
[25] Priyanto, N., Dwiyitno, F. Ariyani, 2008. Kandungan logam berat (Hg, Pb, Cd, dan Cu) pada ikan, air, dan sedimen di Waduk Cirata, Jawa Barat. Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan 3(1), pp. 69-78.
[26] Purnawan, S., R. Sikanna, Prismawiryanti, 2013. Distribusi logam merkuri pada sedimen laut di sekitar Muara Sungai Poboya. Jurnal natural Science 2(1), pp.18-24.
[27] Rajeshkumar, S., N. Munuswamy, 2011. Impact of metals on histopathology and expression of HSP 70 in different tissues of Milk fish (Chanos chanos) of Kaattuppalli Island, South East Coast, India. Chemosphere 83, pp. 415–421.
[28] Riani, E., 2010. Kontaminasi merkuri (Hg) dalam organ tubuh ikan petek ( Leionathus equulus ) di Perairan Ancol, Teluk Jakarta. Jurnal Teknologi Lingkungan 11(2), pp. 313-322.
[29] Riani, E., 2010. Kontaminasi logam berat pada ikan budidaya dalam keramba jaring apung di Waduk Cirata. Jurnal Teknobiologi 1(1), pp. 51-61.
[30] Riani, E., 2012. Perubahan Iklim dan Kehidupan Biota Akuatik (Dampak pada Bioakumulasi Bahan Berbahaya dan Beracun & Reproduksi). IPB Press, Bogor.
[31] Riani, E., Y. Sudarso, M. R. Cordova, 2014. Heavy metals effect on unviable larvae of Dicrotendipes simpsoni (Diptera: Chironomidae), a case study from Saguling Dam, Indonesia. Aquaculture, Aquarium, Concervation and Legislation International Journal of the Bioflux Society 7(2), pp. 76-84.
[32] Riani, E., 2015. The effect of heavy metals on tissue damage in different organs of goldfish cultivated in floating fish net in Cirata Reservoir, Indonesia. Indian Journal Research 4, pp. 132- 136.
[33] Rochyatun, E., M. T. Kaisupy, A. Rozak, 2006. Distribusi logam berat dalam air dan sedimen di perairan muara Sungai Cisadane. Makara Sains 10(1), pp. 35-40.
[34] Said, I., M. N. Jalaluddin, A. Upe, A. W. Wahap, 2009. Penetapan konsentrasi logam berat krom dan timbal dalam sedimen estuaria Sungai Matangpondo Palu. Jurnal Chemical 10(2), pp. 40-47.
[35] Salem, D. M. S. A., A. Khaled, A. El-Nemr, A. El-Sikaily, 2014. Comprehensive risk assessment of heavy metals in surface sediments along the Egyptian Red Sea coast. Egyptian Journal of aquatic Research 40, pp. 349-362.
[36] Sureah, N., 2009. Effect of cadmium chloride on liver, spleen and kidney melano macrophage centres in Tilapia mossambica . Journal of Environmental Biology 30(4), pp. 505-508.
[37] Spencer, K. L., C. L. MacLeod, 2002. Distribution and partitioning of heavy metals in estuarine sediment cores and implications for the use of sediment quality standards. Hydrology and Earth System Sciences 6(6), pp. 989-998.
[38] Takarina, N. D., D. G. Bengen, H. S. Sanusi, E. Riani, 2013. Geochemical fractionation of copper (Cu), lead (Pb), and zinc (Zn) in sediment and their correlations with concentrations in bivalve mollusc Anadara indica from Coastal Area of Banten Province, Indonesia. International Journal of Marine Science 3(30), pp. 238-243.
[39] Velusamy, A., P. S. Kumar, A. Ram, S. Chinnadurai, 2014. Bioaccumulation of heavy metals in commercially important marine fishes from Mumbai Harbor, India. Marinne Polluttion Bulletin 81(1), pp. 218-224.
[40] Widowati, W., A. Sastiono, R. Jusuf, 2008. Efek Toksik Logam,
Pencegahan dan Penanggulangannya. Penerbit Andi, Yogyakarta.
[41] Wulandari, E., E. Y. Herawati, D. Arfiati, 2012. Kandungan logam berat Pb pada air laut dan tiram Saccostrea glomerata sebagai bioindikator kualitas perairan Prigi, Trenggalek, Jawa Timur. Jurnal Penelitian Perikanan 1(1), pp. 10-14.
[42] Zhang, M., C. Lijuan, L. Sheng, Y. Wang, 2009. Distribution and enrichment of heavy metals among sediments, water body and plants in Hengshuihu Wetland of Northern China. Ecological engineering 35(4), pp. 563-369.
|
c2fb0ca6-9cf1-476f-b267-5afa1f8e6009 | https://jurnalbhumi.stpn.ac.id/index.php/JB/article/download/155/141 |
## PETANI MELAWAN PERKEBUNAN: PERJUANGAN AGRARIA DI JAWA TENGAH 1
Siti Rakhma Mary Herwati*
Abstract: Abstract: Abstract: Abstract: Abstract: One of current agrarian struggles in Central Java is between peasants against plantation estates. This paper explicates four land conflict cases, and discusses varied responses of the state institutions to deal with land conflicts. This paper start by showing the ways in which, after the fall of the authoritarian regime of Suharto in 1998, rural poor took the land back, which previously controlled by plantations. They believed the reclaimed lands belong to them as heirs. The Reformasi provided political opportunity for rural poor in various regions to do Aksi Reklaiming, and got legitimacy for their actions. However, the plantation companies fought back, including by using legal and non-legal strategies. The paper shows in detail the trajectory of each conflict and efforts to handle it, and put them in comparison one to another.
Keywords Keywords Keywords Keywords Keywords: agrarian conflicts, reclaiming action, Central Java.
Intisari: Intisari: Intisari: Intisari: Intisari: Salah satu perjuangan agraria di Jawa Tengah saat ini adalah antara petani melawan perusahaan-perusahaan perkebunan. Paper ini menjelaskan 4 kasus konflik tanah dan membahas respon institusi-insitusi negara dalam menangani konflik-konflik tersebut. Dengan menceritakan akar konfliknya dalam sejarah kolonial, paper ini menunjukkan, bagaimana masyarakat miskin pedesaan mengambil kembali tanah-tanah mereka yang sebelumnya dikuasai perkebunan-perkebunan sejak jatuhnya Soeharto pada 1998. Mereka meyakini bahwa tanah yang mereka klaim tersebut adalah milik mereka sebagai ahli waris. Masa Reformasi menyediakan kesempatan politik bagi masyarakat miskin pedesaan di beberapa daerah untuk melakukan Aksi-aksi Reklaiming, dan mengusahakan legitimasi atas aksi-aksi mereka. Merespon petani, perusahaan-perusahaan perkebunan tersebut melawan mereka, termasuk dengan menggunakan strategi hukum dan non-hukum. Paper ini menunjukkan secara rinci perjalanan dari konflik dan penanganannya, dan meletakkannya dalam perbandingan satu dengan yang lain.
Kata K Kata K Kata K Kata K Kata Kunci unci unci unci unci: perjuangan agraria, konflik tanah, Jawa Tengah.
## A. Pengantar
“Kami juga berencana untuk menggugat Bupati Siti Nurmarkesi (Dra Siti Nurmarkesi) yang telah mengeluarkan SK (Surat Keputusan) perpanjangan HGU atas tanah tersebut. Dulu tanah yang dikelola milik PT KAL tersebut adalah milik warga, setelah habis HGU mestinya dikembalikan kepada warga.’’ (Suara Merdeka, 26 November 2009).
Konflik tanah antara petani Desa Trisobo dengan PT KAL sebagaimana petikan berita di atas hanyalah salah satu dari puluhan konflik serupa di Jawa Tengah. LBH Semarang, sebuah lembaga non pemerintah yang bergerak di bidang advokasi hukum dan hak asasi manusia, mencatat bahwa sampai akhir tahun 2011 terjadi 46 kasus di Jawa Tengah, yang mencakup konflik antara petani dengan pengusaha perkebunan, dan dengan Perhutani.
1 Judul ini diinspirasikan oleh judul buku klasik studi agraria Indonesia: Karl Pelzer. 1982. Planters against Peas- ants: The Agrarian Struggle in East Sumatra, 1947-1958 . ‘s- Gravenhage: M. Nijhoff. Perspektif yang ditampilkan di sini berangkat dari aksi-aksi kolektif petani dalam melawan perkebunan dari waktu ke waktu. Sebagian materi artikel ini pernah dipresentasikan pada Konferensi Internasional Penguasaan Tanah di Jakarta pada 12 Oktober 2004 dan Workshop di LIPI pada 11 Januari 2012. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada Noer Fauzi Rachman, PhD atas komentar kritis, editing, dan masukan-masukannya dalam penulisan artikel ini.
* Penulis adalah Koordinator Pembaruan Hukum dan Resolusi Konflik pada Perkumpulan Pembaruan Hukum dan Masyarakat Berbasis Ekologis (HuMa) Jakarta.
Siti Rakhma Mary Herwati: Pertani Melawan Perkebunan .....: 142-156
Akar historis dari kasus-kasus konflik tanah perkebunan itu bermula dari perampasan-pe- rampasan tanah petani oleh perusahaan-peru- sahaan perkebunan di zaman Hindia Belanda. Perusahaan-perusahaan perkebunan itu mun- cul, sejak berlakunya Agrarische Wet 1870. Agra- rische Wet dan peraturan pemerintah pelaksa- nanya ( Agrarische Besluit ) telah melapangkan jalan pengusaha Belanda dalam mendapatkan konsesi untuk menginvestasikan modal di sektor perkebunan. Agrarische Wet memberi wewe- nang kepada Kerajaan Belanda untuk melepas- kan hak penguasaan rakyat atas tanah-tanah yang digolongkan terlantar ( woeste gronden ) maupun tanah yang sedang digarap rakyat un- tuk kemudian memberikannya kepada pengu- saha perkebunan dengan hak erfpacht yang berjangka 75 tahun. 2 Pada masa itu banyak petani kehilangan tanah.
Makalah ini hendak membahas konsekuensi dari aksi-aksi petani pada awal masa Reformasi untuk mengambil kembali tanah-tanah yang sebelumnya dikuasai perusahaan-perusahaan perkebunan. Pada masa reformasi 1998, para petani di berbagai daerah menduduki tanah- tanah perkebunan yang mereka yakini sebagai pernah menjadi milik mereka sebagai ahli waris. Tak terkecuali para petani di empat lokasi pene- litian ini. Mereka menduduki tanah, menggarap, dan menanaminya dengan berbagai tanaman pangan. Tetapi, perusahaan perkebunan tak begi- tu saja membiarkan pendudukan dan pengga- rapan lahan itu. Mereka melaporkan para petani itu ke polisi, memobilisasi preman untuk meng- intimidasi para petani, atau menggugat para tokoh petani ke pengadilan. Akibatnya, tak semua aksi reklaiming berhasil mengembalikan tanah petani.
Dalam keempat kasus yang dibahas, para petani meminta dan mendapatkan bantuan
hukum dari LBH Semarang. LBH Semarang memandang penyelesaian konflik di luar penga- dilan memberikan peluang untuk para petani mendapatkan penyelesaian yang lebih adil. 3 Meski demikian, penyelesaian kasus tanah akhir- nya sampai juga di ranah litigasi. Ini terjadi ketika polisi menangkap tokoh-tokoh petani, menyidik- nya, dan mengirim kasus dan terdakwanya ke kejaksaaan, dan jaksa menghadapkan terdakwa dan kasusnya ke muka pengadilan.
Tulisan ini membahas perjalanan perjuangan agraria para petani di empat kasus dalam berkon- flik dengan perkebunan-perkebunan di Jawa Tengah, termasuk penggunaan jalur pengadilan dan di luar pengadilan. Adapun perusahaan- perusahaan perkebunan yang dihadapi petani di empat kasus ini adalah PT. Pagilaran di Kabu- paten Batang, PTPN IX di Kabupaten Kendal, PT. Sinar Kartasuran di Kabupaten Semarang, dan PT. Karyadeka Alam Lestari (KAL) di Ka- bupaten Kendal. Penulis adalah pengacara LBH Semarang untuk para petani di empat kasus itu sejak tahun 2000 sampai 2011. Dengan demikian, penulis memiliki akses yang dalam dan luas terhadap seluruh perjalanan keempat kasus ter- sebut, termasuk melalui wawancara dan perca- kapan dengan tokoh-tokoh petani, penelusuran arsip, partisipasi dalam arena pengadilan maupun non-pengadilan, dan lainnya.
## B. Perjalanan Perjuangan Agraria Petani melawan Perkebunan
Jauh sebelum datangnya perusahaan perke- bunan ke Pagilaran pada sekitar tahun 1918-1925, para petani Pagilaran telah membuka tanah untuk dijadikan lahan pertanian dan pemu- kiman. Sejumlah sesepuh Desa Pagilaran dian- taranya Sutomo (alm), Mukhlas (alm, bekas Petugas Keamanan PT Pagilaran dan saksi
2 Cf. Soetandyo Wignyosoebroto dalam Ricardo Simarmata. 2002. Kapitalisme Perkebunan . Yogyakarta: In- sist Press, hal 9.
3 Lihat: Mary, Rahma dan Muhadjirin. 2008. Konflik Agraria di Jawa Tengah dan Penyelesaian Non-Litigasi . Semarang: LBH Semarang.
pengusiran warga tahun 1966), Dirjo, menutur- kan cerita turun-temurun tentang pembukaan lahan tersebut. Menurut mereka, para sesepuh mereka telah membuka lahan sebelum datang- nya Londo (Belanda). Paguyuban Petani Korban PT Pagilaran (P2KPP), organisasi tani lokal di Pagilaran yang berdiri tahun 1999, dalam Riwa- yat Asal-Usul Tanah Pagilaran menulis: pada 1878 masyarakat membuka tanah untuk lahan per- tanian. Pada waktu itu tanah-tanah di Pagilaran masih berupa hutan belantara, penduduknya masih jarang, dan mereka membuat rumah di dekat lahan pertanian masing-masing. 4
Sementara di Desa Kalisari yang secara geo- grafis terletak di bawah Desa Pagilaran — sebelum dijadikan areal perkebunan oleh Belanda — terda- pat kampung asli warga Kalisari yang bersisian dengan kuburan warga. Lokasi kuburan tersebut sampai saat ini berada di tengah areal perkebunan dan masih dipergunakan warga Desa Kalisari.
Namun seiring kedatangan perusahaan Belan- da, para petani kehilangan tanah-tanah garapan- nya, karena perusahaan mengambil alihnya secara paksa. Proses penyewaan berlangsung dengan kekerasan setelah perusahaan Belanda memeta- kan tanah-tanah untuk lahan perkebunan. Suto- mo menuturkan: dengan memanfaatkan aparat desa setempat, pengusaha Belanda membodohi para petani dalam proses penyewaan lahan. Pe- nelitian Anton Lucas memperkuat hal ini. Di seki- tar tahun 1920-an, berdiri industri gula kolonial di Karesidenan Pekalongan. Untuk menjamin kebutuhan pabrik akan lahan-lahan sawah, pe- merintah menetapkan luas tanah yang harus disewakan di setiap desa. Untuk itu Pemerintah Hindia Belanda menggunakan elit birokratis se- tempat (Kepala Desa atau Pangreh Praja) untuk memaksa para petani menyewakan tanahnya. 5
Pemaksaan seperti ini juga dialami oleh warga Desa Gondang, Kalisari, Bawang, dan Bismo. Seorang petani Desa Gondang, Minto Samari (alm) mengungkapkan bahwa lahan-lahan pertanian yang dibuka oleh para orang tua mere- ka diambil alih oleh perusahaan perkebunan dengan cara disewa paksa. Penyewaan itu dilaku- kan dengan mengganti rugi tanaman yang masih berdiri dengan uang yang jumlahnya tidak seimbang. Selanjutnya, hampir semua tanah ga- rapan dan pemukiman petani yang telah disewa perusahaan Belanda dikosongkan.
Pada 1918, perusahaan perkebunan tersebut mulai mengeksploitasi tanah Pagilaran. Mereka datang untuk mencari dan menanam pohon- pohon kina di sekitar hutan. Mereka menanam pohon-pohon kina di Karangnangka dan Kali Kenini. Setahun kemudian, yaitu 1919, mereka mengukur tanah-tanah garapan para petani dan membuatkan surat hak kepemilikan tanah ( pethok ). Setelah surat pethok jadi, dengan janji menyewa tanah, para petani di Blok Pekan- dangan (Desa Bismo), Blok Karangsari (Desa Bawang) diusir dari lahannya. 6
Mula-mula pengusaha Belanda menanam pohon-pohon kina dan kopi. Kemudian meng- gantinya dengan tanaman teh. Ide penanaman teh ini muncul ketika pengusaha Belanda mengetahui Mak Sitas membawa biji teh dari Desa Tujungsari (Wonosobo). Pengusaha Belan- da itu kemudian membeli biji teh itu untuk pem- bibitan. Pembibitan itu berhasil, lalu si pengusaha mengganti perkebunan kopi dengan perke- bunan teh. Ia menjadikan para petani yang telah kehilangan tanah sebagai buruh di lahan-lahan perkebunan itu. Dari catatan resmi PT Pagilaran, diketahui bahwa pada 1880 sebuah maskapai Belanda mendirikan perkebunan Belanda. Pada
4 P2KPP, 1999, Riwayat Asal-Usul Tanah Pagilaran :
Naskah Kampanye Advokasi , tidak diterbitkan
5 Lucas, E. Anton, 1989, One Soul One Struggle, Peristiwa Tiga Daerah , Resist Book, Yogyakarta, hal 18.
6 Divisi Pertanahan LBH Semarang, Naskah Gelar Perkara Tanah PT Pagilaran di Mapolda Jawa Tengah , 21 Agustus 2000.
Siti Rakhma Mary Herwati: Pertani Melawan Perkebunan .....: 142-156
1922 pemerintah Kolonial Inggris membelinya dan menggabungkannya dengan Pamanukan and Tjiasem Land’s PT (P&T Land’s PT).
Sejarah para petani Pagilaran membuka lahan pertanian dan permukiman ini tak jauh berbeda dari sejarah para petani Dusun Kali- dapu, Kabupaten Kendal dalam membuka tanah pertanian dan permukiman. Namun terdapat perbedaan masa pengambilalihan tanah-tanah garapan petani Dusun Kalidapu dengan tanah petani Pagilaran. Sejarah konflik agraria para petani Dusun Dusun Kalidapu, Kabupaten Ken- dal, diawali sebelum tahun 1940-an, ketika warga Dusun Kalidapu, Desa Kaliputih, Kecamatan Singo- rojo, Kabupaten Kendal yang berjumlah kurang lebih 100 KK (Kepala Keluarga) membuka hutan belantara (menurut bahasa setempat disebut alas gung lewang lewung ). Dalam prof il organisasi Kerukunan Warga Kaliputih (1998) dituliskan: pada saat itu warga tidak berani sendirian me- masuki alas (hutan), karena sangat berbahaya.
Setelah membuka lahan, mereka membagi tanah tersebut menjadi lima blok, yakni blok A, B, C, D dan E. Blok-blok inilah yang sekarang dinamakan Giri Salam, Cilapar, Kedung Bogor, Kedung Kendil dan Munggang. Selanjutnya para petani mengolah tanah hasil membuka hutan tersebut hingga menjadi tanah garapan yang subur dan menanam ketela, padi gogo, jagung, pisang, durian, nangka, rambutan dan tanaman lainnya yang menghasilkan.
Luas hutan belantara yang mereka buka ada- lah kurang lebih 80–100 hektar. Hutan belantara itu membentang dari Giri Salam, Cilapar, Kedung Bogor, Kedung Kendil sampai Mung- gang. Rata-rata petani menggarap lahan seluas antara 0,5 hektar sampai 1 hektar. Sebagian hasil panen mereka konsumsi sendiri, sebagian lain- nya di- barter dengan para pedagang dari Kali- wungu dan Boja (Kabupaten Kendal) yang datang ke Dusun Kalidapu. Di masa revolusi 1947-1949, selain menggarap tanah dan berdagang di pasar
tradisional, para petani dan warga Dusun Kalidapu membantu para pejuang Republik yang bermarkas di Dusun Kalidapu melawan Belanda.
Sementara itu di Kabupaten Semarang, seja- rah lahan yang dikuasai oleh PT Sinar Kartasura dimulai pada sekitar tahun 1930, yaitu ketika Belanda masuk ke Bandungan. Dari penuturan para sesepuhnya, diketahui pada tahun 1930-an tanah-tanah — yang sekarang merupakan tanah- tanah sengketa — yang terletak di tiga desa itu merupakan lahan kosong dan semak belukar ( bero ). Pada waktu itu, secara hampir bersamaan para investor datang dan membuka usaha perke- bunan. Tak ada yang bisa menjelaskan apakah pengusahaan lahan itu telah dimusyawarahkan dengan masyarakat sekitar dan telah ada ganti rugi penggarapan atau belum. Warga sendiri merasa tak pernah sama sekali diajak bermusyawarah.
Sukadi — warga Dusun Talun, Desa Candi, Bandungan — mengatakan pada tahun 30-an lahan itu masih berupa tanah kosong dan semak belukar. Pada tahun 1932 tiba-tiba Tuan Van Harten menguasainya dan menanaminya dengan kopi, akasia, dan serai. Di lahan yang dikuasai Van Harten, seorang Jepang bernama Takeshi juga mengusahakan tanaman bunga. Pada tahun 1935 lahan tersebut dinamai persil Langenharjo. Hanya sampai tahun 1942 — saat dimulainya kolonialisme Jepang — Van Harten mengelola lahan tersebut. Ketika Jepang berku- asa, ia tinggalkan lahan tersebut begitu saja dan kemudian diduduki oleh laskar rakyat yang ikut berjuang mengusir penjajah bersama-sama war- ga sekitar kebun. Setelah kemerdekaan, khusus- nya setelah laskar rakyat pergi, masyarakatlah yang secara optimal menggarap lahan tersebut. Kemu- dian masing-masing Kepala Desa setempat mem- beri para penggarap surat warna jambon (warna merah muda) yang biasa disebut letter D . 7
7 Data ini diperoleh dari profil kasus PT Sinar Kartasura, disusun oleh LBH Semarang di tahun 2000.
Di Desa Trisobo, tanah-tanah garapan petani hasil membuka hutan, disewa secara paksa oleh pemerintah kolonial Belanda disekitar tahun 1920. Tanah garapan petani kemudian beralih menjadi perkebunan P&T Lands milik Inggris. Perusahaan ini menanam kopi, kakao, dan randu.
## 1. Masa Pendudukan Jepang, 1942-1945
Selama pendudukan Jepang segala kegiatan masyarakat ditujukan untuk menopang usaha perang. Hal itu berlaku pula bagi bidang ekonomi dan perkebunan. 8 Untuk menambah hasil bumi, Jepang memperluas tanah pertanian rakyat dengan mengurangi tanah-tanah perkebunan. Kemudian diatas lahan-lahan lebih ditanami padi dan tanaman pangan lainnya. 9
Para pengusaha perkebunan Belanda di Pagilaran — setelah Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat — segera meninggalkan atau membakar tanah-tanah perkebunannya, akibatnya banyak tanah menjadi terlantar. Para sesepuh menuturkan, pemerintah Jepang kemu- dian menginstruksi para petani untuk menanami lahan-lahan tersebut dengan jagung dan palawija lainnya. Sebagian dari hasil panennya dijadikan bahan pangan tentara Jepang. Hal yang sama terjadi di Dusun Kalidapu, Kabupaten Kendal, Desa Trisobo, dan Desa Bandungan, Kabupaten Semarang. Tetapi selain mensuplai bahan pangan tentara Jepang, di ketiga tempat itu para petani secara sembunyi-sembunyi men- suplai bahan makanan untuk para pejuang ke- merdekaan (laskar rakyat).
Para petani terus menggarap lahan sampai berakhirnya kekuasaan Jepang pada tahun 1945. Namun setelah itu Belanda mencoba masuk lagi
ke perkebunan. Di Pagilaran, para pejuang Re- publik membakar aset-aset perusahaan Belanda dan akibatnya perkebunan teh hancur. Tetapi Belanda membangun lagi perkebunan dan pabriknya di luar tanah-tanah yang digarap petani.
## 2. Masa Revitalisasi Perkebunan
Masa revitalisasi perkebunan yang dimulai tahun 1956 merupakan periode sejarah yang menentukan bagi pemerintah Republik untuk menguasai aset-aset bangsa Indonesia yang sebe- lumnya dikuasai para penjajah. Bagi petani, masa nasionalisasi hanya menyisakan persoalan pan- jang, karena tercerabutnya tanah garapan mere- ka, bukan oleh Belanda, tetapi oleh bangsa sen- diri.
Setelah pemerintah Belanda menyerahkan kedaulatan kepada pemerintah Republik Indo- nesia dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag pada 29 Desember 1949, Belanda menyerahkan seluruh harta milik bangsa Belan- da yang ada di Indonesia termasuk aset-aset perkebunan. Dalam perundingan KMB tersebut, selain penyerahan kedaulatan kepada Indone- sia, ada satu pasal tentang Aturan Peralihan yang merugikan kerjasama antara Belanda dan Indo- nesia, yaitu persoalan Irian Barat. Peraturan Peralihan, yang dibuat atas anjuran Komisi PBB, tidak memberi kejelasan mengenai kedaulatan Indonesia atas Irian Barat. Para perunding hanya bicara tentang dipertahankannya keadaan sta- tus quo atas karesidenan Irian Barat dengan ketentuan, setahun setelah penyerahan kedau- latan akan diadakan perundingan antara kedua belah pihak (Indonesia dan Belanda) untuk menentukan status ketatanegaraan daerah itu. Dalam pidato kenegaraan tanggal 17 Agustus 1950 Presiden Soekarno menyatakan: “Irian Barat adalah bagian Republik Indonesia, bukan besok atau lusa, melainkan sekarang, pada saat ini ”. Lebih lanjut ia mengatakan kekuasaan de 8 Sartono Kartodirjo dan Djoko Suryo, op.cit , hlm. 161.
9 Tauchid dalam Mubyarto dkk (eds.), op.cit , hlm. 49.
Siti Rakhma Mary Herwati: Pertani Melawan Perkebunan .....: 142-156
facto Belanda atas Irian Barat hanya diakui untuk tahun ini. Bila dalam tahun ini jalan perun- dingan tidak tercapai, akan terjadi sengketa besar atas pulau itu. 10
Sengketa besar yang diucapkan Soekarno akhirnya menjadi kenyataan, yaitu ketika pada 29 November 1957 Indonesia gagal memperoleh dukungan dalam pemungutan suara di PBB tentang masalah Irian Barat. Perdana Menteri Djuanda mendesak bangsa Indonesia agar tetap mengobarkan semangat juang demi merebut kembali Irian Barat melalui “jalan lain”. Terjadilah beberapa pemogokan di perusahaan-perusahaan Belanda. Bahkan buruh-buruh mengambil alih beberapa perusahaan Belanda. Tetapi pada tang- gal 9 Desember 1957, Djuanda selaku pimpinan tertinggi militer mengeluarkan sebuah peraturan yang menempatkan semua perkebunan Belanda termasuk pabrik, fasilitas penelitian pertanian, semua bangunan lainnya, harta tetap dan harta tidak tetap dalam yurisdiksi Republik Indone- sia. Dan untuk itu ia memberi wewenang kepada Menteri Pertanian untuk mengeluarkan pera- turan yang perlu. Menteri Pertanian, melalui peraturan yang dikeluarkan pada hari berikut- nya, menempatkan perkebunan-perkebunan Belanda dalam pengawasan teknis sebuah orga- nisasi baru, Pusat Perkebunan Negara Baru (PPN-Baru). Cikal bakal PPN-Baru adalah Pusat Perkebunan Negara (PPN) dan Jawatan Perke- bunan.
Selanjutnya pada tanggal 10 Desember 1957, Jenderal A.H. Nasution (Kepala Staf Angkatan Bersenjata) selaku Penguasa Militer Pusat, mengeluarkan sebuah peraturan yang ditujukan kepada segenap Penguasa Militer Daerah untuk mengambil alih pelaksanaan semua perusahaan Belanda yang ada dalam masing-masing wilayah
militer mereka atas nama Republik Indonesia. 11
Dalam penjelasannya di depan wakil-wakil asosiasi perkebunan Belanda pada tanggal 10 Desember 1957, Menteri Pertanian Sadjarwo menjamin tak akan ada nasionalisasi perusaha- an-perusahaan Belanda. Hak milik perusahaan- perusahaan Belanda tetap pada pemiliknya, yakni orang-orang Belanda, namun di bawah penga- wasan PPN-Baru. Tetapi pada tanggal 27 Desem- ber 1957, Presiden Sukarno menandatangani UU Nomor 86 Tahun 1957 mengenai “Nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan Milik Belanda di Indo- nesia” . Nasionalisasi ini merupakan bagian dari perjuangan membebaskan Irian Barat dan harus dianggap sebagai kebijaksanaan pembatalan persetujuan KMB. Sementara pasal 2 mengatur ganti rugi bagi pemilik lama dan memberikan hak bagi pemilik lama untuk mencari penye- lesaian hukum jika ganti rugi tidak memuaskan. 12 Di Kabupaten Batang, setelah revolusi kemer- dekaan, perusahaan perkebunan Belanda masih menguasai tanah perkebunan seluas 450 hektar di luar tanah garapan petani. Namun tujuh tahun setelah keluarnya UU Nomor 86 Tahun 1957 tentang “Nasionalisasi Perusahaan-Perusa- haan Milik Belanda di Indonesia” , perkebunan P&T Land’s tersebut dinasionalisasi. Para saksi sejarah mengungkapkan dahulu pada tahun 1963 warga dari kelima desa merebut lahan tersebut dari Inggris. Waktu itu luasnya sekitar 663 ha. Tetapi pada 1964 pemerintah menyerahkannya kepada UGM melalui Fakultas Pertanian. Penye- rahan ini adalah bentuk kebijakan pemerintah Orde Lama menghibahkan tanah kepada lem- baga pendidikan atau universitas tertentu yang diistilahkan sebagai land grant college . Nama perusahaan diubah menjadi PN Pagilaran, dan
10 Henderson dalam Ide Anak Agung Gde Agung, 1985, Renville , Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, halaman 335.
11 Karl J. Pelzer, 1991, Sengketa Agraria: Pengusaha Perkebunan Melawan Petani , Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, halaman 206.
12 Ibid , halaman 214-215.
luas tanah yang dikuasai perusahaan ditambah menjadi 836 hektar. Saat itu petani masih meng- garap tanah.
Sejarah konflik agraria Dusun Kalidapu tak jauh beda dari sejarah konflik agraria di Batang. Setelah zaman Jepang sampai dengan tahun 1956, para petani tetap menggarap tanah. Tetapi pada tahun 1957 ratusan petani penggarap di- kumpulkan oleh PTP XVIII (sekarang PTPN IX) di gedung Sinderan. Mereka diminta membu- buhkan cap jempol untuk dibuatkan letter D . Tetapi ternyata mereka ditipu oleh PTP XVIII, karena yang didapat bukan letter D , melainkan surat pencabutan tanah garapan petani. Sejak itu para petani dilarang memasuki tanah garapan. Tanaman para petani diganti dengan pohon- pohon karet dan kopi di bawah kekuasaan PTPN XVIII Merbuh.
Di Bandungan Kabupaten Semarang, setelah masa kemerdekaan, para petani masih mengu- asai lahan-lahan pertanian. Lebih dari dua puluh tahun kehidupan para petani Bandungan tak terganggu oleh siapapun. Bahkan aparat desa setempat, mengeluarkan Letter D , yang disebut Pethok Jambon oleh para petani, mendukung para petani menggarap lahan-lahan tersebut . Tetapi pada awal tahun 1975 dengan kedatangan oknum militer dari Koramil Ambarawa, kete- nangan itu sirna. Mereka datang ke lahan ga- rapan petani dan memaksa petani untuk keluar dari lahan garapannya. Mereka mengancam akan memasukkan para petani yang menolak ke Beteng Pendem . 13 Petani terpaksa keluar dari la- han garapannya.
Sementara di Desa Trisobo, pasca kemer- dekaan tak otomatis tanah-tanah petani yang diambil alih P&T Lands kembali pada petani. Pada masa nasionalisasi, perkebunan beralih di
bawah kekuasaan PPN Dwikora IV yang kemu- dian beralih ke PP Subang ditahun 1971. 14
## 3. Peristiwa 1965 dan Konsekuensinya
Tahun 1965 merupakan sejarah kelam kedua bagi para petani. Peristiwa 30 September 1965 ber- imbas pada stigmatisasi petani-petani penggarap tanah sebagai anggota PKI (Partai Komunis In- donesia). Akibatnya semua petani perkebunan di tiga daerah tersebut tak berani menggarap lahan-lahannya. Para petani di Pagilaran — yang tak pernah berpikir akan kehilangan lahan-lahan garapannya setelah kedatangan UGM — bahkan diinstruksikan oleh Pimpinan Perusahaan Perke- bunan Pagilaran untuk meninggalkan lahan- lahannya. Hal ini bisa diketahui dari surat yang ditandatangani oleh T. Chandra Bharata Bsc., Kepala Bagian Kebun pada tanggal 11 April 1966. Sebelum itu, Mukhlas yang waktu itu menjabat Bagian Keamanan Kebun ditugasi mencabut lahan-lahan garapan petani. Tetapi ia menolak- nya, karena tak memiliki surat tugas pencabutan, maka oleh Chandra diketiklah surat pencabutan itu:
Kepada semua penggarap tanah-tanah bekas garapan orang-orang Gestapu, dengan ini diinstruk- sikan agar menetapi/mentaati pengumuman dari Task Force Siaga Komando Kebun Pagilaran tertanggal 26 April 1966 tentang pentjabutan tanah-tanah tersebut dalam keadaan jang bagaimanapun. Barangsiapa jang pada saat ini masih belum mentaati instruksi tanggal 26 April ’66 atau masih menger- djakan tanah-tanah Gestok tersebut akan diambil tindakan berdasarkan ketentuan2 jang berlaku. Sekian agar mendjadikan maklum.
Dengan demikian sejak tanggal 26 April 1966, para petani Pagilaran harus pergi dari tanah yang telah mereka garap sejak tahun 1942.
Kondisi yang sama terjadi di Dusun Kalidapu
13 Nama penjara di kecamatan Ambarawa yang terkenal menakutkan
14 Djarmadji, 2000, Sejarah Perjuangan Tanah Bondo Deso Trisobo, Tanah Dirampas Rakyat Terhempas,
Kendal, belum diterbitkan
Siti Rakhma Mary Herwati: Pertani Melawan Perkebunan .....: 142-156
jauh sebelum tahun 1965. Petani Dusun Kalidapu bahkan sudah sejak tahun 1957 tidak menggarap lahan-lahannya, karena diusir oleh PTP XVIII berdasarkan kebijakan nasionalisasi perkebunan.
Sementara para petani di Bandungan sempat selama sepuluh tahun menggarap tanah-tanah- nya setelah tahun 1965, sebelum akhirnya diusir oleh militer. Ternyata pengambilalihan lahan- lahan garapan hanya siasat untuk mengalihkan ke pengusaha. Para oknum militer dan aparat desa setempat merampas tanah-tanah para pe- tani dan menyerahkannya kepada seorang pengusaha bernama Buntik Buntoro. Ia mendi- rikan sebuah kantor pabrik di wilayah Ampel- gading diatas lahan-lahan eks para petani terse- but. Buntik Buntoro mengkontrak lahan-lahan tersebut dari Korps Veteran, tetapi tak menge- tahui, Korps Veteran mana yang dimaksud.
## 4. Perjuangan Agraria di Masa Orde Baru dan Reformasi
Pengambilalihan tanah-tanah garapan petani di masa nasionalisasi 1957 dan setelah Septem- ber 1965 mengakibatkan para petani tak memiliki tanah garapan lagi. Jika dihitung lama waktu petani tak lagi menggarap tanahnya sejak masa nasionalisasi sampai masa reformasi berarti sekitar 30-40 tahun. Sejak itu sebagian dari para petani bekerja sebagai buruh industri, buruh perkebunan, buruh tani, buruh bangunan, Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri.
Para petani di empat wilayah ini menggu- nakan situasi reformasi 1998 untuk mengambil kembali hak atas tanah-tanahnya. Mereka meng- organisir diri, menggabungkan diri dalam orga- nisasi-organisasi tani lokal, dan memulai tun- tutan-tuntutannya. Melalui organisasi-organisasi tani lokal mereka me- reklaim tanah-tanah mere- ka yang selama ini dikuasai oleh perusahaan- perusahaan perkebunan.
Dalam buku Reklaiming dan Kedaulatan Rakyat yang diterbitkan Yayasan Lembaga
Bantuan Hukum Indonesia, reklaiming adalah sebuah tindakan perlawanan, yang dilakukan oleh rakyat tertindas untuk memperoleh kembali hak-haknya seperti tanah, air, dan sumber daya alam lainnya, serta alat-alat produksi lainnya secara adil, demi terciptanya kemakmuran rak- yat semesta. 15 Reklaiming bukan sekedar mengambil alih tanah dan sumber daya alam lainnya, tetapi dikaitkan dengan hak-hak mereka yang dirampas sejak masa kolonial sampai Orde Baru. Reklaiming memerlukan strategi, yaitu: mengorganisir diri, memahami hukum secara kritis, revitalisasi nilai-nilai adat/lokal, melaku- kan analisis sosial, membuat pandangan hukum, melakukan negosiasi, mensosialisasikan opini, mengembangkan jaringan, menentukan obyek reklaiming. 16
Sebagai sebuah gerakan sosial, tantangan terhadap reklaiming tak hanya datang dari ka- langan penguasa atau pemilik modal. Pertama adalah akademisi. Sebagian akademisi sering memberikan analisis yang memojokkan para pelaku reklaiming. Mereka menstigma gerakan reklaiming sebagai gerakan anarkis, penjarahan, gerakan melawan penguasa, atau tindakan mela- wan hukum. 17 Kedua adalah golongan kompro- mis, yang berpendapat bahwa penyelesaian sengketa hak tanah petani tidak selalu menuntut hak tanahnya tetapi juga bersama-sama menge- lola tanah perkebunan. Konsep ini ditawarkan oleh beberapa pemerintah lokal. Ketiga dari
15 Boedhi Wijardjo dan Herlambang Perdana, Reklai- ming dan Kedaulatan Rakyat , YLBHI dan RACA Insti- tute, Jakarta, hlm. 81. Istilah reklaiming muncul dalam pertemuan para aktifis LBH ditahun 1998 di Jakarta. Para aktifis LBH yang difasilitasi YLBHI berkumpul untuk menyikapi situasi politik dan isu-isu pertanahan. Pertemuan itu melahirkan satu kata yang kemudian menjadi model gerakan perjuangan petani yaitu reklaiming . Istilah ini menjadi kesepakatan bersama untuk menyebut pengam- bilalihan kembali tanah-tanah rakyat
16 Ibid . hlm. 98-129.
17 Ibid ., hlm. 35.
kelompok yang mendukung aksi-aksi gerakan reklaiming petani. Kelompok akademisi ini punya pergaulan dengan para aktivis atau man- tan aktivis. 18
Respon beberapa pihak pasca reklaiming yang diklasif ikasikan dalam empat pihak. Pihak pertama adalah rakyat, yaitu membentuk kelom- pok pengelolaan lahan, penguatan simbol-simbol lokal dan legalisasi lahan reklaiming. Pihak kedua adalah pemerintah, yaitu membentuk tim dan mengusulkan penyelesaian melalui pengadilan serta pengukuran lahan. Pihak pengusaha itu mendatangkan preman, mengambil alih kembali lahan reklaiming, meminta dukungan dan keter- libatan pihak luar, mengkriminalkan petani, menggugat perdata dan menggugat administra- si. Pihak lain adalah mahasiswa, NGO, jaringan lain yang turut mendukung dan mendampingi, ulama dan informal leader yang sering melaku- kan kooptasi dan aparat keamanan yang mela- kukan konsolidasi pengamanan kebun. 19
## C. Dinamika Perjuangan Agraria dan Konflik Tanah di Empat wilayah Kasus
Empat kasus ini adalah kasus-kasus yang diadvokasi berdasarkan pola pengorganisasian yang sama. Latar belakang perkebunan adalah perusahaan perkebunan swasta dan negara dengan kondisi perkebunan yang berbeda-beda. Di empat daerah ini, terdapat organisasi tani, yang masing-masing berbeda-beda pula keku- atannya. Naik turunnya perjuangan petani, ditentukan juga oleh kekuatan organisasi tani, dan dukungan pemerintah daerah. Dukungan pemerintah daerah pun berkaitan erat dengan
kondisi masing-masing perkebunan. Di empat daerah ini, hanya di tiga daerah, dimana terdapat aparat keamanan yang menjaga keamanan perkebunan, baik secara intens maupun sewak- tu-waktu: yaitu di perkebunan Pagilaran, PTPN IX, dan PT Karyadeka Alam Lestari. Penjagaan aparat tidak ada di perkebunan PT Sinar Karta- sura, kecuali pada waktu aparat kepolisian me- nangkap 3 orang petani setelah para petani me- reklaim tanah. PT Sinar Kartasura adalah perke- bunan terlantar.
## 1. Kasus Pagilaran, Kabupaten Batang
Perlawanan petani di daerah ini dimulai sejak tahun 1999. Warga 5 desa di sekitar perkebunan Pagilaran, menuntut kembali hak atas tanah yang dikuasai PT Pagilaran, perusahaan swasta yang mengusahakan tanaman teh di atas lahan seluas 1131,8 hektar. Petani memulai perlawanan dengan memprotes PHK yang dilakukan PT Pagilaran kepada 500 orang buruhnya. Mereka di-PHK tanpa pesangon dan hak-hak normatif lainnya. Tuntutan ini kemudian berkembang kearah tuntutan hak atas tanah. Para petani ke- mudian mengadukan persoalan ini ke LBH Semarang.
LBH Semarang lalu melakukan investigasi, mengumpulkan data, dan memfasilitasi ter- bentuknya organisasi tani bernama Paguyuban Petani Korban PT Pagilaran (P2KPP). Organisasi tani ini meminta dukungan aparat pemerintahan lokal seperti Kepala Desa, Camat, DPRD, dan Badan Pertanahan Nasional (BPN). Sayangnya, tak satupun aparat pemerintahan yang mendu- kung tuntutan para petani. Meski demikian, BPN melakukan pengukuran ulang atas Hak Guna Usaha PT Pagilaran. Tetapi ditengah proses pengukuran ulang, aparat kepolisian menangkap para petani. Saat itu, para petani sedang meng- garap dan mengukur lahan seluas sekitar 3 hektar yang dikuasai PT Pagilaran untuk ditanami tanaman pangan dan sayuran. Serombongan
18 Siti Rakhma Mary Herwati dan Noer Fauzi Rach- man, 2012. “Bantuan Hukum Struktural di Jawa Tengah – Catatan LBH Semarang”, artikel dalam buku berjudul: Verboden Voor Honden En Inlanders Dan Lahirlah LBH, Catatan 40 Tahun Pasang Surut Keadilan , YLBHI, Jakarta, hlm. 226.
19 Ibid ., hlm. 222.
Siti Rakhma Mary Herwati: Pertani Melawan Perkebunan .....: 142-156
polisi datang dan menangkap petani. Mereka memproses hukum para petani sampai ke penga- dilan. Para hakim mendakwa petani dengan pasal perusakan, penghasutan, dan penadahan. Mereka menghukum penjara 21 petani selama 5–7 bulan.
Pasca kriminalisasi, para petani tetap berusaha menuntut hak atas tanah. Mereka bergabung dengan para buruh perkebunan dan mengganti nama organisasi tani menjadi Paguyuban Masya- rakat Gunung Kamulyan (PMGK). Beberapa aksi demonstrasi pun dilakukan, diantaranya demonstrasi besar ke Fakultas Pertanian Univer- sitas Gajah Mada pada 2003. PT Pagilaran adalah milik Yayasan Pembina Fakultas Pertanian uni- versitas ini. Namun, pihak universitas tidak me- nanggapi tuntutan petani. Mereka menganggap tuntutan petani salah alamat. Petani lalu menem- puh beberapa negosiasi ke BPN Provinsi Jawa Tengah dan BPN Pusat. Mereka meminta BPN mengeluarkan sebagian tanah yang diklaim petani dari HGU PT Pagilaran. Alih-alih menge- luarkan sebagian tanah dari HGU, BPN justru memperpanjang HGU PT Pagilaran yang ber- akhir pada 31 Desember 2008 selama 25 tahun.
## 2. Kasus PTPN IX, Kabupaten Kendal
Di masa Orde Baru, beberapa petani dari Desa Kaliputih sebenarnya telah berupaya menuntut kembalinya tanah-tanah mereka yang diambil alih PTPN IX di sekitar tahun 1957. Tetapi upaya ini tidak berhasil. Mereka kembali menuntut hak atas tanah pada 1997. Beberapa negosiasi dengan aparat pemerintahan lokal juga ditempuh. Negosiasi itu juga tidak berhasil mengembalikan tanah-tanah petani. Akhirnya, petani melakukan aksi reklaiming. Petani mematoki, dan mengga- rap tanah yang dikuasai PTPN IX. Aksi ini mem- buat PTPN IX menggugat 521 petani ke Penga- dilan Negeri Kendal. PTPN IX meminta kepada hakim untuk memutuskan bahwa tanah adalah milik PTPN IX dan menghukum petani untuk
membayar ganti rugi atas kerugian PTPN IX aki- bat aksi reklaiming tersebut.
Pengadilan Negeri Kendal memenangkan PTPN IX dalam perkara ini. Petani, didampingi LBH Semarang mengajukan banding ke Penga- dilan Tinggi Jawa Tengah. Tetapi, putusan pengadilan ini menguatkan putusan Pengadilan Negeri Kendal. Lalu, petani mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung. Di tingkat terakhir inilah, MA mengabulkan kasasi para petani. Petani baru menerima putusan MA pada tahun 2011, padahal MA memutus perkara ini pada 2006.
## 3. Kasus Petani PT Sinar Kartasura, Semarang
PT Sinar Kartasura seharusnya mengusaha- kan tanaman sereh wangi. Tetapi mereka mene- lantarkan tanahnya dan membuat peternakan di atas lahan HGU. Pencemaran lingkungan karena limbah peternakan itulah yang kemudian membuat para petani dari 3 desa di Kabupaten Semarang mempermasalahkan tanah HGU tersebut. Menurut petani, tanah yang dikuasai PT Sinar Kartasura, adalah tanah garapan petani. Militer merampasnya sekitar tahun 1965, lalu memberikannya kepada pengusaha. Dengan dukungan LBH Semarang, petani meminta kem- bali tanahnya. Mereka lalu menemui Bupati dan DPRD Jawa Tengah. Komisi A DPRD Jawa Tengah menyetujui tuntutan petani untuk menggarap tanah yang diterlantarkan tersebut.
Meski mendapat persetujuan, beberapa pim- pinan petani sempat ditangkap polisi setelah para petani melakukan aksi reklaiming. Polisi menu- duh 3 orang pimpinan petani tersebut mengha- sut para petani untuk menduduki lahan. Di Pengadilan Negeri Semarang, majelis hakim membebaskan mereka. Menanggapi tuntutan petani atas tanah, Badan Pertanahan Nasional membatalkan HGU PT Sinar Kartasura pada 2001. Atas keputusan ini, PT Sinar Kartasura menggugat BPN ke Pengadilan Tata Usaha Nega-
ra Jakarta. Hakim yang memeriksa perkara, membatalkan Surat Keputusan BPN ini. BPN mengajukan banding dan kemudian kasasi, karena Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara memberikan putusan yang sama. Mahkamah Agung sekarang tengah memeriksa kasus ini.
## 4. Kasus Karyadeka Alam Lestari, Kendal
Perlawanan petani Desa Trisobo kepada PT Karyadeka Alam Lestari (KAL) telah berlangsung sejak sebelum masa reformasi. Tetapi perlawanan secara lebih sistematis dilakukan setelah masa reformasi. Petani, dipimpin Kepala Desa, me- nempuh jalur non-litigasi: membuat surat ke kecamatan, mengikuti pertemuan-pertemuan yang membahas kasus Trisobo, dan bernegosiasi dengan PT KAL dengan difasilitasi pemerintah setempat. Di tahun 2000, petani, yang tergabung dalam Paguyuban Masyarakat Ngaglik Trisobo (PPNT) melakukan reklaiming tanah. Mereka menduduki lahan seluas 67 hektar, dengan cara menanami sela-sela pohon karet yang masih muda dengan tanaman kacang dan jagung. Selama tahun 2000–2007, para petani mengga- rap tanah dengan aman. Tetapi, situasi ini tidak bertahan lama. Terjadi kasus pidana yang akhir- nya menghancurkan PPNT.
Pada pertengahan 2008 pasca Kepala Desa Trisobo tidak lagi menjabat sebagai Kepala Desa, mantan Kepala Desa dan 9 orang pimpinan petani, dikriminalkan aparat kepolisian. Atas laporan PT KAL, petani dituduh menebang 6 batang pohon rambutan dan mangga, yang diklaim PT KAL sebagai pohon miliknya di per- kebunan karet. Sementara Kepala Desa dituduh melakukan pencurian kayu di balai desa yang terjadi tahun 2004. Para petani lalu divonis 6 bulan, 9 bulan, dan kepala desa 1, 5 tahun pen- jara. LBH Semarang lalu mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung untuk kasus yang melibatkan mantan Kepala Desa. MA membatalkan putusan PN Kendal. Menurut mereka perbuatan kepala
desa bukanlah perbuatan pidana. Karena itu kepala desa dilepaskan dari segala tuntutan hukum. Tetapi, Djarmadji, kepala desa itu terlan- jur menjalani 9 bulan di penjara.
Di tengah-tengah para pemimpin petani menjalani proses pidana, Kanwil BPN Jateng dan BPN Pusat menjalankan reforma agraria di Desa Trisobo. Para petani yang tersisa, orang-orang tua yang tidak menjadi pimpinan organisasi dan para perempuan diajak bernegosiasi oleh BPN. Para petani ini menolak tawaran BPN Jateng untuk menerima lahan seluas 11,5 hektar di Desa Trisobo untuk seluruh petani penggarap yang jumlahnya lebih dari 300 KK. Petani, meng- inginkan BPN melepaskan lahan seluas 80 hektar yang selama sepuluh tahun sudah digarap peta- ni. PT KAL menolak. BPN mengikuti kemauan PT KAL untuk hanya melepaskan 11, 5 hektar lahan. BPN kemudian memberikan tanah itu kepada Kepala Desa Trisobo yang baru.
Sampai sekarang, tak satupun petani anggota PPNT mau menggarap lahan itu. Setelah BPN melepaskan lahan seluas 11,5 hektar tersebut, BPN memperpanjang HGU PT KAL yang telah berakhir 31 Desember 2002. HGU diperpanjang selama 25 tahun. BPN mengklaim redistribusi lahan di Desa Trisobo ini sebagai pelaksanaan reforma agraria yang sukses. Petani kemudian mengajukan gugatan pembatalan SK HGU ter- sebut ke PTUN Semarang. Mereka juga menga- jukan gugatan perdata ke PN Kendal. Di kedua proses hukum tersebut, petani dikalahkan.
## 5. Perbandingan Keempat Kasus
Dari keempat kasus tersebut bisa terlihat per- bedaan mengenai asal-mula munculnya kasus, situasi masyarakat dan ada/tidak dukungan dari pemerintah lokal (lihat tabel 1).
Tabel 1. Perbandingan Perjuangan Agraria di 4 kasus
Pertama, Perkebunan teh PT Pagilaran adalah perkebunan teh swasta berorientasi ekspor. Jum- lah petani yang menuntut tanah cukup besar (1500 KK), dan sebagian diantaranya bekerja sebagai buruh perkebunan berupah rendah. 20
Meski demikian, tak ada dukungan dari peme- rintah lokal karena perkebunan ini produktif. Kedua, adalah perkebunan kopi dan karet milik PTPN IX. Para petani di wilayah kasus ini pernah mendapat dukungan Komisi A DPRD Kendal un- tuk menggarap tanah. Dukungan ini memper- kuat aksi reklaiming tanah yang mereka lakukan. Sebagai perkebunan negara, posisi PTPN IX cukup kuat, hingga BPN tak pernah mau menin- jau ulang HGU perkebunan ini yang telah ber- akhir sejak 2005. Meski gugatan PTPN IX terha- dap petani dikalahkan oleh Mahkamah Agung, PTPN IX tetap menguasai tanah konflik. Para petani juga tetap menguasai tanah yang mereka reklaim sejak 1998. Ketiga, adalah perkebunan
PT Sinar Kartasura. Kondisi perkebunan yang terlantar, kekuatan organisasi tani, dan du- kungan politik lokal membuat para petani sampai sekarang memenangkan penguasaan f isik atas lahan konflik. BPN telah membatalkan HGU perkebunan ini. Hingga sekarang, petani meng- garap tanah subur di kaki Gunung Ungaran ter- sebut. Perkebunan terakhir adalah perkebunan karet milik PT Karyadeka Alam Lestari. Ketiadaan dukungan pemerintah lokal, kondisi perkebunan yang cukup produktif dan kurangnya dukungan seluruh warga Desa Trisobo mengakibatkan para petani gagal mendapatkan hak atas tanah. BPN hanya membagikan 11,5 hektar dari 80 hektar tanah bekas HGU yang dituntut. Petani tak mau menerimanya. Saat ini tak satupun petani yang tergabung dalam Paguyuban Petani Ngaglik Trisobo (PPNT) yang menggarap tanah. Tanah hasil redistribusi ini jatuh ke tangan Kepala Desa Trisobo dan kelompok pendukungnya.
Perbandingan keempat kasus tersebut me- nunjukkan pula bagaimana perusahaan-peru- sahaan perkebunan menghadapi tuntutan dan aksi-aksi kolektif petani (lihat tabel 2)
Tabel 2. Respon perusahaan perkebunan
Setiap perusahaan perkebunan senantiasa melaporkan para petani yang mencoba menun-
Kasus PT Pagilaran Kasus PTPN IX Kasus PT Sinar Kartasura PT KAL Organisasi Tani Lokal P2KPP/PMGK KWK dan PWB P3TR PPNT Tahun berdiri 1999 1998 2000 1999 Alasan Gerakan PHK 419 buruh tanpa pesangon Kemiskinan dan krisis ekonomi Pencemaran air minum oleh limbah ternak PT Pengambilali han tanah Struktur Organisasi Presidium Tunggal Presidium Tunggal Mekanisme Pengambilan Keputusan Pertemuan tingkat desa dan tingkat presidium Musyawarah tingkat Organisasi Tani Lokal Musyawarah tingkat P3TR Dusun dan P3TR Desa Musyawarah tingkat Organisasi Tani Lokal Jumlah Anggota 1500 KK 853 KK 3000 KK 300 KK
Luas Tanah Yang di- reklaim - 200 hektar 198 hektar 150 hektar Kebun yang di- reklaim Kebun teh orientasi ekspor Kebun Kopi yang sebagian besar terlantar Kebun terlantar Kebun karet, sebagian terlantar Status Perkebunan Swasta Negara Swasta Swasta Dukungan Pemerintah Lokal Tidak ada Komisi A DPRD Kendal Komisi A DPRD Jawa Tengah, DPRD
Kabupaten
Semarang, dan Bupati Semarang Tidak ada PT PAGILARAN
PT KAL Bentuk- bentuk represi Pengusiran petani dari lahan garapan (1966) PHK (1999) Kriminalisasi (2000) PHK sebagai imbas kriminalisasi (2000-2001) Premanisme (2000) Membentuk organisasi tandingan (2000)
Pengusiran buruh dari emplasemen (2001) pencurian kopi (2002) Kriminalisasi (1999) Perusakan tanaman Intimidasi Kriminalisasi (2008) Premanisme Membentuk organisasi tandingan
20 Pada Maret 2013, upah buruh tetap dan harian lepas pabrik PT. Pagilaran adalah Rp. 32.350 per hari, sementara buruh petik adalah Rp. 450,00 per hari. Tiap hari rata-rata buruh menghasilkan 10-15 kg daun teh basah.
tut tanah ke polisi. Perusahaan tak hanya meng- gunakan Hukum Pidana, tetapi juga Hukum Per- data dan Peradilan Tata Usaha Negara tergan- tung pada perkembangan kasus masing-masing. Selain itu juga diketahui ketiga perusahaan per- kebunan memiliki hubungan erat dengan aparat keamanan, preman, dan akses lebih ke penga- dilan. Penangkapan petani Pagilaran pada tahun 2000 dilakukan oleh gabungan aparat Polsek, Polres, dan TNI. Pada masa itu, Perusahaan Per- kebunan Pagilaran juga menjalin hubungan dengan organisasi preman Roban Siluman yang sekarang sudah dibubarkan.
Sementara itu, Polres Kendal juga mengaman- kan puluhan kali sidang pengadilan kasus PTPN IX, sementara Brimob mengamankan kebun PTPN IX. PTPN IX juga menggunakan Serikat Pekerja Perkebunan (SP Bun) untuk mengha- dang perlawanan petani. Di pihak lain, PT. Sinar Kartasura menjalin hubungan dengan Polwil Semarang, Brimob, dan TNI. Sedangkan PT KAL menggunakan preman dan polisi untuk menghentikan perlawanan petani.
Ternyata, dalam perjalanan perjuangan agraria para petani, mereka juga harus terlibat dalam perkara-perkara di pengadilan (lihat Tabel 3 dan 4).
Tabel 3. Penggunaan Jenis-jenis Peradilan di Keempat Kasus
Tabel 4. Putusan Hakim dalam Konflik Tanah Perkebunan
Kriminalisasi terhadap petani terjadi di semua kasus. Sedangkan perusahaan perkebunan yang menggugat perdata hanya satu, yaitu PTPN IX. Dua kasus yang lain, adalah gugatan pembatalan SK HGU yang diajukan para petani yaitu di kasus PT. Pagilaran dan kasus PT. KAL. Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta dan Semarang mengalah- kan petani di semua gugatannya. Tetapi gugatan yang diajukan PTPN IX juga dibatalkan Mahka- mah Agung di tingkat kasasi. Meski menang, petani tak serta merta mendapatkan tanah dari putusan pengadilan itu. Status tanah tetaplah tanah negara.
## D. Kesimpulan
Latar belakang sejarah keempat kasus ini adalah perampasan-perampasan tanah petani yang dilakukan perusahaan-perusahaan perke- bunan di masa lalu, dibawah pemerintah kolo- nial, yang akibat-akibatnya masih terjadi sampai sekarang. Meskipun pemerintah telah memiliki konstitusi yang memuat tekad untuk melin- dungi “segenap tumpah darah Indonesia” dan mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan mengeluarkan Undang-undang Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 yang berbasis kerakyatan, tetapi pemerintah terus memfasilitasi kelanjutan perusahaan-perusahaan milik negara maupun swasta paska kolonial untuk memupuk dan mengembangbiakkan modal dengan mengorbankan para petani.
Keempat kasus ini secara terang menunjuk- kan kolaborasi perusahaan dengan aparat keamanan seperti polisi, preman, dan aparat peradilan. Aksi pengambilalihan tanah ( reklai- ming ) yang dilakukan para petani di semua wilayah ini, pertama kali ditanggapi dengan kriminalisasi. Perusahaan perkebunan menggu- nakan aparat kepolisian untuk menangkap para pimpinan petani. Kriminalisasi ini adakalanya mengendorkan semangat petani untuk menun- tut kembali hak atas tanah mereka, seperti terjadi
PT Pagilaran PTPN IX
PT Sinar Kartasura PT KAL Peradilan Pidana - Pidana - Perdata - Pidana - Administrasi Negara - Pidana - PTUN - Perdata - PTUN Jenis Perkara PT Pagilaran PTPN IX PT SK PT KAL Pidana 5 bulan – 2 tahun penjara Bebas - Perkara penghasutan diputus bebas - Perkara pembakaran diputus 1,5 tahun penjara 6 bulan – 1,5 tahun penjara Perdata - Menang di MA - kalah PTUN Kalah - Menunggu putusan kalah
Siti Rakhma Mary Herwati: Pertani Melawan Perkebunan .....: 142-156
dalam kasus Pagilaran.
Beberapa faktor turut mempengaruhi keber- hasilan petani mendapatkan hak atas tanahnya kembali, seperti: kondisi perkebunan, situasi politik lokal, kekuatan organisasi rakyat. Di Pagi- laran, kekuatan organisasi rakyat dan jaringan petani seperti organisasi masyarakat, organisasi mahasiswa, dan organisasi pemerintah tak henti- hentinya memberikan dukungan pada perju- angan petani. Tetapi gerakan petani ini tidak berhasil karena situasi politik lokal tidak men- dukung. Tak satupun institusi negara dalam kasus Pagilaran yang mendukung perjuangan petani. Situasi sebaliknya terjadi di Kabupaten Kendal, di wilayah kasus PT Karyadeka Alam Les- tari di Desa Trisobo. Meski didukung organisasi tani yang kuat, tapi dukungan pemerintah terha- dap petani tidak ada. Sehingga ketika pimpinan organisasi tani yang juga menjabat Kepala Desa berpindah tangan, tanah yang dituntut juga ikut berpindah tangan. Dalam kasus Trisobo, peru- sahaan perkebunan mendatangkan aparat kepolisian, preman, dan membuat organisasi tani tandingan. Di kasus PTPN IX, perusahaan perke- bunan juga menggunakan aparat kepolisian, buruh perkebunan, dan preman untuk menjaga perkebunan. Demikian juga di Kabupaten Sema- rang, perusahaan perkebunan menggunakan aparat kepolisian untuk menangkap para pim- pinan petani.
Untuk menggagalkan tuntutan petani atas tanah, dan aksi reklaiming yang mereka lakukan, negara juga menggunakan pengadilan. Hak Guna Usaha (HGU) empat perkebunan ini ber- akhir hampir bersamaan. HGU PT Pagilaran ber- akhir 31 Desember 2008, HGU PTPN IX berakhir 31 Desember 2005, HGU PT Karyadeka Alam Lestari berakhir 31 Desember 2002, dan HGU PT Sinar Kartasura berakhir 31 Desember 1999. Seluruh HGU ini sudah diperpanjang oleh Badan Pertanahan Nasional. Ini juga merupakan kebijakan anti- land reform dalam menanggapi
tuntutan petani atas tanah. Menariknya, atas tuntutan petani pula, BPN kemudian memba- talkan HGU PT Sinar Kartasura.
Kebijakan anti- land reform juga ditunjukkan ketika mereka melawan petani di pengadilan, saat petani mengajukan gugatan pembatalan HGU PT Pagilaran dan PT KAL. Bahkan dalam kasus PT Karyadeka Alam Lestari, Polres Kendal meminta staf BPN Provinsi Jawa Tengah menjadi saksi ahli bagi Polres Kendal setelah Polres Kendal menerima laporan terjadinya tindak pidana dari PT KAL.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa dalam 4 wilayah kasus diatas, terlihat 4 bentuk kebijakan anti- land reform baik yang dilancarkan langsung oleh badan pemerintahan maupun oleh peru- sahaan dalam merespon aksi reklaiming tanah petani. Pertama adalah penggunaan aparat ke- amanan, kedua adalah pemberian Surat Kepu- tusan Perpanjangan HGU, dan ketiga penggu- naan pengadilan sebagai sarana represi. Ketiga, kebijakan anti- land reform itu bertujuan menjaga situasi tetap seperti semula, mempertahankan modal dan menolak tanah-tanah kembali ke petani. Jika dikaitkan dengan situasi yang terjadi pada masa kolonial, maka situasi saat ini tak jauh beda. Perampasan-perampasan tanah oleh peru- sahaan perkebunan kolonial masih berlanjut hingga saat ini dengan aktor yang berbeda.
Jika pada masa kolonial pemerintah kolonial merampas tanah dengan kebijakan dan sewa paksa, maka perampasan tanah yang dilakukan saat ini juga menggunakan kebijakan dan insti- tusi negara seperti aparat keamanan dan penga- dilan. Penggunaan peradilan di semua levelnya, pengiriman preman dan polisi untuk meredam aksi reklaiming tanah, adalah bertentangan dengan prinsip-prinsip keadilan sosial yang ada dalam konstitusi dan UUPA. Menurut penulis, seharusnya aksi reklaiming tidak diproses dengan hukum-hukum represif, tetapi diselesai-
kan secara politik melalui kebijakan land reform dengan hukum-hukum yang responsif dan progresif. 21
## Daftar Pustaka
Anonim, Leaflet PT Pagilaran . Gde Agung, Ide Anak Agung, 1985. Renville . Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Herwati, Siti Rakhma Mary, 2000, Laporan Live In Di Dusun Kalidapu Kendal , LBH Sema- rang.
Herwati, Siti Rakhma Mary, 2001. Laporan Live In Di Pagilaran Batang , LBH Semarang. Herwati, Siti Rakhma Mary dan Radjimo Sastro Wijono, 2003. Atas Nama Pendidikan, Ter- kuburnya Hak-Hak Petani Pagilaran Atas Tanah , LBH Semarang dan PMGK.
Herwati, Siti Rakhma Mary dan Noer Fauzi Rach- man. “Bantuan Hukum Struktural di Jawa Tengah–Catatan LBH Semarang”, artikel dalam buku berjudul: Verboden Voor Honden En Inlanders Dan Lahirlah LBH,
Catatan 40 Tahun Pasang Surut Keadilan ,
YLBHI, Februari 2012, Jakarta.
Herwati, Siti Rakhma Mary dan Muhadjirin,
2008. “Konflik Agraria di Jawa Tengah dan Penyelesaian Non-Litigasi”, LBH Semarang.
Kartodirdjo, Sartono dan Djoko Suryo, 1991.
Sejarah Perkebunan Di Indonesia , Yogyakar- ta, Aditya Media.
LBH Semarang. Divisi Pertanahan, 1998-2004.
Laporan Lapangan .
___. 2000. Naskah Gelar Perkara Kasus Tanah
PT. Pagilaran di Mapolda Jawa Tengah .
___. 2000. Pleidooi Dalam Perkara Pidana
Pagilaran .
___. Divisi Hak-Hak Sipil Politik, 2000-2001. Laporan Lapangan.
___. Divisi Perburuhan, 2000-2002. Laporan Live In Di Pagilaran .
___. Divisi Pertanahan, 2002. Dokumentasi perkara perdata No. 16/Pdt/G/2000/PN. Kendal .
___. Divisi Pertanahan, 2004. Dokumentasi Perkara Pidana Bandungan
___. Divisi Pertanahan, 2004. Dokumentasi Perkara Administrasi Bandungan . Lucas, E. Anton, 1989. Peristiwa Tiga Daerah:
Revolusi Dalam Revolusi , Jakarta, Pustaka
Utama Graf iti.
Mubyarto, dkk, 1992, Tanah dan Tenaga Kerja Perkebunan, Kajian Sosial Ekonomi , Yog- yakarta, Aditya Media.
P2KPP, 2000. Riwayat Asal-Usul Tanah Pagilaran, Naskah Kampanye Advokasi , tidak diter- bitkan.
Padmo, Soegijanto 2004. Bunga Rampai Sejarah Sosial Ekonomi Indonesia , Yogyakarta, Aditya Media kerjasama dengan Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya dan Program Studi Sejarah Program Pascasarjana, Uni- versitas Gajah Mada.
Pelzer, J. Karl, 1991, Sengketa Agraria, Pengusaha Perkebunan Melawan Petani , Jakarta, Pustaka Sinar Harapan.
Ro’is, Mochammad, 2000. “Kembalikan Tanah Leluhur Kami Yang Diambil Oleh PTPN IX”, dalam Media Pendidikan Perjuangan Hak Rakyat Atas Tanah: Kisah-Kisah Perjuangan Hak Rakyat Atas Tanah , Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA).
Simarmata, Rikardo, 2002. Kapitalisme Perke- bunan , Yogyakarta, Insist Press.
Wahyudi, 2004. Perlawanan Masyarakat Pagi- laran: Orang Kampung vs Orang Kampus , naskah tulisan, tidak diterbitkan.
Widjarjo, Boedhi dan Herlambang Perdana. 2001. Reklaiming dan Kedaulatan Rakyat . Jakarta: YLBHI & RACA Institute.
21 Kalimat ini diinspirasikan oleh buku karya Philippe Nonet dan Philippe Selznick yang berjudul: Hukum Responsif, Pilihan di masa Transisi, yang versi terjemahannya telah diterbitkan Perkumpulan HuMa pada tahun 2003. Penulis juga terinspirasi oleh karya-karya Prof. Satjipto Rahardjo tentang Hukum Progresif.
|
74c496fb-dcc6-4205-a5b6-3c7e099045af | https://jayapanguspress.penerbit.org/index.php/ganaya/article/download/3196/1495 | Terakreditasi
## Pengaruh Motivasi Kerja, Pengalaman Kerja Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
Muhammad Ikram Idrus 1 , Muhammad Ishlah Idrus 2 , Muhammad Ismail 3
1 Universitas Muhammadiyah Makassar, Indonesia
2 Politeknik Negeri Ujung Pandang, Indonesia
3 Universitas Hasanuddin, Indonesia
1 muh.ikram@unismuh.ac.id
## Abstract
This research aims to analyze the influence of work motivation, work experience, and work environment on employee performance in the context of management. The data used are the results of research from 20 economic journals investigated, as well as previous journal reviews to enhance data accuracy. The research findings indicate that work motivation, which includes intrinsic and extrinsic factors, significantly impacts employee performance. Intrinsic factors, such as the drive to achieve organizational goals, sense of responsibility, and recognition of achievements, as well as extrinsic factors, such as financial incentives, influence employees' work motivation. Employees who feel motivated intrinsically and extrinsically tend to demonstrate better performance. In addition to motivation, work experience also influences employee performance. Work experience enables employees to gain the knowledge and skills needed to perform tasks effectively. The more experienced someone is, the more competent they are in performing their tasks. The work environment also plays a crucial role in determining employee performance. Factors such as cleanliness, comfort, adequate facilities, good communication, and positive interpersonal relationships affect employee productivity. Employees working in a supportive environment tend to demonstrate better performance and dedication to their work. These findings emphasize the importance of human resource management in improving employee performance and productivity. By understanding the factors that influence work motivation, work experience, and work environment, companies can create a supportive environment for overall organizational growth and success. The practical implications of this research are that human resource managers need to consider these factors in designing motivation programs, employee development, and workplace design. In the context of increasingly fierce business competition, understanding and optimizing these factors can be a competitive advantage for companies. By implementing the right strategies in managing work motivation, work experience, and work environment, companies can improve employee performance and productivity, ultimately supporting the achievement of organizational goals.
## Keywords: Work Motivation; Work Experience; Work Environment; Employee Performance
## Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh motivasi kerja, pengalaman kerja, dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan dalam konteks manajemen. Data yang digunakan adalah hasil penelitian dari 20 jurnal ekonomi yang diselidiki, serta review jurnal terdahulu untuk meningkatkan keakuratan data. Temuan penelitian menunjukkan bahwa motivasi kerja, yang meliputi faktor intrinsik dan ekstrinsik, memiliki dampak yang signifikan terhadap kinerja karyawan. Faktor intrinsik, seperti dorongan untuk mencapai tujuan organisasi, rasa tanggung jawab, dan pengakuan atas
prestasi, serta faktor ekstrinsik, seperti insentif finansial, mempengaruhi motivasi kerja karyawan. Karyawan yang merasa termotivasi secara intrinsik dan ekstrinsik cenderung menunjukkan kinerja yang lebih baik. Selain motivasi, pengalaman kerja juga mempengaruhi kinerja karyawan. Pengalaman kerja memungkinkan karyawan untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk melakukan tugas secara efektif. Semakin berpengalaman seseorang, maka semakin kompeten pula mereka dalam menjalankan tugas-tugasnya. Lingkungan kerja juga memainkan peran penting dalam menentukan kinerja karyawan. Faktor-faktor seperti kebersihan, kenyamanan, fasilitas yang memadai, komunikasi yang baik, dan hubungan interpersonal yang positif mempengaruhi produktivitas karyawan. Karyawan yang bekerja di lingkungan yang mendukung cenderung menunjukkan kinerja dan dedikasi yang lebih baik terhadap pekerjaan mereka. Temuan ini menekankan pentingnya manajemen sumber daya manusia dalam meningkatkan kinerja dan produktivitas karyawan. Dengan memahami faktor- faktor yang mempengaruhi motivasi kerja, pengalaman kerja, dan lingkungan kerja, perusahaan dapat menciptakan lingkungan yang mendukung untuk pertumbuhan dan kesuksesan organisasi secara keseluruhan. Implikasi praktis dari penelitian ini adalah manajer sumber daya manusia harus memperhatikan faktor-faktor tersebut dalam merancang program motivasi, pengembangan karyawan, dan desain tempat kerja. Dalam konteks persaingan bisnis yang semakin ketat, pemahaman dan optimalisasi faktor-faktor tersebut dapat menjadi keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Dengan menerapkan strategi yang tepat dalam mengelola motivasi kerja, pengalaman kerja, dan lingkungan kerja, perusahaan dapat meningkatkan kinerja dan produktivitas karyawan yang pada akhirnya akan mendukung pencapaian tujuan organisasi.
## Kata Kunci: Motivasi Kerja; Pengalaman Kerja; Lingkungan Kerja; Kinerja Karyawan
## Pendahuluan
Sumber daya manusia merupakan bagian dari manajemen dan merupakan salah satu aset terpenting bagi organisasi yang difokuskan pada manajemen organisasi (Soejarminto & Hidayat, 2022). Manajemen sumber daya manusia menekankan pada unsur manusia dalam produksi di semua kegiatan untuk mencapai tujuan perusahaan. Penelitian sumber daya manusia memainkan peran penting bagi perusahaan. Tanpa sumber daya manusia, elemen-elemen lain tidak dapat diimplementasikan untuk mencapai tujuan organisasi (Oktavia & Fernos, 2023). Karyawan yang kompeten dan berkinerja tinggi akan mendorong kesuksesan bisnis, sedangkan karyawan yang tidak kompeten dan berkinerja rendah dapat menjadi masalah persaingan dan merugikan perusahaan.
Kinerja karyawan, yang diharapkan dapat mencapai tujuan organisasi jangka panjang dan jangka pendek, merupakan ukuran yang digunakan untuk menentukan seberapa efektif suatu organisasi (Soejarminto & Hidayat, 2022). Kinerja karyawan didefinisikan sebagai seberapa baik karyawan melakukan tugas yang diberikan oleh perusahaan (Mursidah et al., 2023). Salah satu ukuran keberhasilan organisasi adalah kinerjanya. Kinerja ditentukan oleh kemampuan, usaha, dan kesempatan. Karena setiap karyawan memiliki tingkat kinerja yang berbeda dalam menyelesaikan tugas, maka kinerja karyawan merupakan masalah individu, sehingga menyulitkan perusahaan untuk mengevaluasi setiap karakteristik karyawannya. Ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi kinerja setiap pekerja, yaitu motivasi kerja, pengalaman kerja.
Motivasi adalah dorongan dari dalam diri individu yang menunjukkan minat untuk bekerja, kepuasan, dan tanggung jawab terhadap pekerjaan yang sedang dilakukan
(Dewi et al., 2023). Motivasi adalah keinginan yang muncul dari dalam diri individu karena ada sesuatu yang menginspirasi, mendorong, dan memotivasi individu tersebut untuk melakukan suatu kegiatan dengan penuh integritas untuk mencapai hasil yang baik (Iroki & Paramitha, 2023). Motivasi kerja adalah dorongan yang memandu karyawan untuk bekerja secara produktif dan mencapai tujuan individu dan kelompok mereka (Arwana et al., 2023). Permasalahan yang sering terjadi dalam memotivasi karyawan dalam bekerja terletak pada sikap dan gaya yang digunakan oleh manajemen perusahaan untuk memotivasi karyawan dalam bekerja. Ketika motivasi dan semangat kerja menurun, maka hal tersebut merupakan kerugian bagi organisasi. Oleh karena itu, pimpinan organisasi harus secara cermat mengidentifikasi dan menyelidiki penyebab rendahnya motivasi kerja di kalangan karyawan (Gemini, 2021). Dua dari tiga faktor yang meningkatkan kinerja karyawan adalah pengalaman kerja, yang memungkinkan karyawan menempatkan diri pada situasi yang tepat, memiliki keberanian dan kepercayaan diri untuk menerima konsekuensi dengan kemampuan terbaiknya, dan menangani setiap orang secara tepat untuk menjadi ahli dalam bidang tersebut (Fanulene et al., 2022).
Lingkungan kerja yang positif dan komunikasi yang baik akan meningkatkan kinerja karyawan dan membantu mereka mencapai tujuan perusahaan (Elviana, 2023). Terdapat dua jenis lingkungan kerja yaitu lingkungan kerja fisik dan non fisik. Lingkungan kerja fisik mencakup semua keadaan berbentuk fisik di tempat kerja yang dapat mempengaruhi pekerja baik secara langsung maupun tidak langsung. Di sisi lain, lingkungan kerja non-fisik meliputi lingkungan kerja dengan atasan, yang mencakup semua keadaan yang terjadi baik dalam hubungannya dengan atasan maupun antara rekan kerja dengan atasan (Hadi, 2019). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh pengalaman kerja, lingkungan kerja, dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan. Selain itu, untuk memberikan masukan kepada pembaca sebagai sumber perbaikan di masa yang akan datang.
## Metode
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tinjauan literatur, yang dilakukan dengan mengumpulkan hasil-hasil penelitian yang relevan dan teori-teori yang berkaitan dengan topik yang diteliti. Referensi artikel diperoleh melalui Google Scholar, baik dari tingkat nasional maupun internasional, dengan menggunakan kata kunci seperti motivasi kerja, pengalaman kerja, lingkungan kerja, dan kinerja karyawan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi pengaruh motivasi kerja, pengalaman kerja, dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan. Motivasi kerja merupakan faktor penting yang mendorong karyawan untuk mencapai tujuan dan meningkatkan kinerjanya. Pengalaman kerja juga memainkan peran penting dalam mempengaruhi kinerja, karena pengalaman kerja membentuk pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk melakukan tugas. Selain itu, lingkungan kerja yang kondusif dapat menciptakan suasana yang memotivasi dan mendukung karyawan dalam mencapai kinerja yang optimal. Dengan melakukan tinjauan pustaka terhadap berbagai penelitian dan teori yang terkait, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh motivasi kerja, pengalaman kerja, dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi perusahaan untuk meningkatkan profitabilitasnya melalui peningkatan kualitas sumber daya manusianya. Dengan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan, perusahaan dapat mengambil langkah-langkah strategis untuk memotivasi, mengembangkan, dan menciptakan lingkungan kerja yang mendukung untuk meningkatkan kinerja karyawan dan pada akhirnya meningkatkan kinerja perusahaan secara keseluruhan.
## Hasil dan Pembahasan
## 1. Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
Pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja karyawan telah menjadi fokus utama dari banyak penelitian, termasuk penelitian ini. Beberapa peneliti menemukan bahwa motivasi kerja memang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dewi et al. (2023), motivasi kerja memiliki dampak positif terhadap kinerja karyawan. Siagian (2016) menyatakan bahwa motivasi kerja cenderung meningkat pada anggota organisasi yang siap dan bersedia untuk mengerahkan kemampuan, keahlian, dan waktunya dalam melakukan berbagai kegiatan yang diperlukan. Mereka yang memiliki motivasi kerja yang tinggi biasanya merasa bertanggung jawab dan berkomitmen untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi. Gomes (2016) juga berpendapat bahwa kinerja karyawan merupakan hasil interaksi antara motivasi dan kemampuan kerja. Meskipun kemampuan merupakan aspek yang melekat pada diri manusia yang tercermin dalam perilaku mereka di tempat kerja, motivasi memainkan peran penting dalam meningkatkan kreativitas dan kemampuan kerja. Karyawan yang bekerja dengan penuh semangat dan motivasi cenderung memberikan kontribusi yang lebih baik kepada organisasi.Kerangka konseptual yang menghubungkan motivasi kerja dengan kinerja karyawan juga didukung oleh penelitian Ramadhani & Dwihartanti (2016). Penelitian mereka menunjukkan adanya pengaruh positif antara motivasi kerja dengan kinerja karyawan. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi motivasi kerja seseorang, maka semakin baik pula kinerjanya dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja berperan penting dalam meningkatkan kinerja karyawan. Oleh karena itu, perusahaan perlu memperhatikan faktor-faktor yang dapat meningkatkan motivasi kerja di kalangan karyawan, seperti mengakui prestasi, memberikan kesempatan untuk berkembang, dan menciptakan lingkungan kerja yang mendukung. Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut, perusahaan dapat meningkatkan kinerja karyawan dan pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas dan profitabilitas perusahaan secara keseluruhan.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tinjauan literatur, yang dilakukan dengan mengumpulkan hasil-hasil penelitian yang relevan dan teori-teori yang berkaitan dengan topik yang diteliti. Referensi artikel diperoleh melalui Google Scholar, baik dari tingkat nasional maupun internasional, dengan menggunakan kata kunci seperti motivasi kerja, pengalaman kerja, lingkungan kerja, dan kinerja karyawan.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi pengaruh motivasi kerja, pengalaman kerja, dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan. Motivasi kerja merupakan faktor penting yang mendorong karyawan untuk mencapai tujuan dan meningkatkan kinerjanya. Pengalaman kerja juga memainkan peran penting dalam mempengaruhi kinerja, karena pengalaman kerja membentuk pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk melakukan tugas. Selain itu, lingkungan kerja yang kondusif dapat menciptakan suasana yang memotivasi dan mendukung karyawan dalam mencapai kinerja yang optimal.Dengan melakukan tinjauan pustaka terhadap berbagai penelitian dan teori yang terkait, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh motivasi kerja, pengalaman kerja, dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi perusahaan untuk meningkatkan profitabilitasnya melalui peningkatan kualitas sumber daya manusianya. Dengan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan, perusahaan dapat mengambil langkah-langkah strategis untuk memotivasi, mengembangkan, dan menciptakan lingkungan kerja yang mendukung untuk meningkatkan kinerja karyawan dan pada akhirnya meningkatkan kinerja perusahaan secara keseluruhan.
## 2. Pengaruh Pengalaman Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
Pengalaman kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan karena pengalaman kerja membantu karyawan dalam menyelesaikan tugas secara efektif (Suprianto & Jahja, 2023). Hal ini berarti bahwa semakin berpengalaman seorang karyawan, maka semakin mampu mereka dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Oleh karena itu, pentingx bagi perusahaan untuk mempertimbangkan pengalaman kerja calon karyawan dalam proses seleksi, seperti yang ditekankan oleh Hasibuan (2012). Menurutnya, riwayat pekerjaan calon karyawan harus menjadi pertimbangan utama dalam proses seleksi, temuan ini konsisten dengan penelitian sebelumnya. Beberapa penelitian, seperti yang dilakukan oleh Ayu & Kumalasari (2017), Romauli Situmeang (2017), Gian F. Kaseger & Greis M. Sendow (2017), Sofian & Julkarnain (2019), Damayanti & Yudiatmaja (2016), Pepah dkk. (2019), dan Putri Stuela dkk. (2019), melaporkan adanya hubungan yang signifikan dan positif antara pengalaman kerja dengan kinerja karyawan.
Hal ini berarti terdapat korelasi positif antara tingkat pengalaman kerja dengan kinerja karyawan dalam berbagai konteks dan industri, namun terdapat temuan berbeda yang dipaparkan oleh Kumarasari (2017), yang menyatakan bahwa pengalaman kerja tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam beberapa kasus, mungkin ada faktor lain yang lebih dominan dalam menentukan kinerja karyawan, di luar tingkat pengalaman kerja mereka. Pengaruh pengalaman kerja terhadap kinerja karyawan memang kompleks dan bergantung pada berbagai faktor, termasuk jenis pekerjaan, tingkat tanggung jawab, lingkungan kerja, dan karakteristik individu. Namun, secara umum, pengalaman kerja yang luas dapat meningkatkan kemampuan karyawan dalam menyelesaikan tugas- tugasnya secara lebih efektif dan efisien. Oleh karena itu, perusahaan harus mempertimbangkan dan memperhitungkan pengalaman kerja karyawan sebagai salah satu faktor dalam upaya meningkatkan kinerjanya.
## 3. Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
Lingkungan kerja, baik fisik maupun non-fisik, memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan. Lingkungan kerja yang menciptakan kenyamanan dan kemudahan dalam bekerja dapat memberikan motivasi dan semangat kepada karyawan. Hal ini dikarenakan lingkungan kerja yang menyenangkan dan nyaman akan mendorong karyawan untuk meningkatkan kinerjanya demi tercapainya tujuan perusahaan (Saputra & Fernos, 2023). Beberapa penelitian terdahulu telah mengkonfirmasi bahwa lingkungan kerja memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Misalnya, Adiyasa & Windayanti (2019) menemukan bahwa lingkungan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Penelitian lain oleh Nuraldy (2020) juga mengakui adanya kontribusi positif dari lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan (Adha et al., 2019).
Lebih lanjut, menurut penelitian yang dilakukan oleh Yantika dkk. (2018), lingkungan kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan, dalam konteks ini, aspek-aspek lingkungan kerja seperti suasana kerja, fasilitas yang disediakan, kebersihan, kenyamanan, dan interaksi antar karyawan sangat berpengaruh terhadap kinerjanya. Lingkungan kerja yang bersih, tertib, dan bersahabat dapat menciptakan kondisi yang mendukung karyawan untuk bekerja lebih efektif dan produktif. Selain itu, tersedianya fasilitas yang memadai serta dukungan dari rekan kerja dan atasan juga dapat meningkatkan semangat dan motivasi karyawan dalam bekerja. Oleh karena itu, perusahaan perlu memperhatikan dan memperbaiki kondisi lingkungan kerja untuk memenuhi kebutuhan dan kenyamanan karyawan. Berinvestasi dalam perbaikan fisik dan
non-fisik pada lingkungan kerja merupakan langkah penting dalam meningkatkan kinerja dan produktivitas karyawan. Dengan menciptakan lingkungan kerja yang mendukung, perusahaan dapat memastikan bahwa karyawan dapat bekerja dengan lebih baik dan berkontribusi secara maksimal terhadap keberhasilan perusahaan.
## Kesimpulan
Berdasarkan temuan penelitian dan pemahaman mengenai pengaruh motivasi kerja, pengalaman kerja, dan kondisi lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan, dapat dilihat bahwa ketiga faktor tersebut memainkan peran penting dan saling berhubungan dalam meningkatkan kinerja karyawan. Motivasi kerja, pengalaman kerja, dan kondisi lingkungan kerja secara signifikan mempengaruhi kinerja karyawan dan saling berhubungan. Motivasi kerja yang tinggi meningkatkan dedikasi karyawan, pengalaman kerja memperkaya pengetahuan dan keterampilan, sementara lingkungan kerja yang positif menciptakan suasana produktif. Dengan memperhatikan dan mengelola ketiga faktor ini, perusahaan dapat meningkatkan kinerja karyawan dan mencapai tujuan organisasi dengan lebih efektif melalui investasi dalam motivasi, pengembangan keterampilan, dan menciptakan lingkungan kerja yang kondusif.
## Daftar Pustaka
Adha, R., et al. (2019). The Role of Work Environment in Predicting Employee Performance: A Study in Retail Sector. Journal of Business and Management,
18 (4), 102-115.
Adiyasa, S., & Windayanti, R. (2019). The Impact of Workplace Environment on Employee Performance: Evidence from Manufacturing Industry. International Journal of Business and Management, 17 (3), 45-56.
Arwana, N., Laa, M., Media, U., Citra, N., Susanto, A. H., Media, U., & Citra, N. (2023). At PT Bpr Tanaoba Lais Manekat. Jurnal Riset Manajemen Dan Akuntansi , 3 (2), 206-223.
Augustine, M. and Y. (2020). A new decade for social changes. Technium Social Sciences Journal, 7 , 312–320.
Carsil Katherina Fanulene, Vicktor P.K. Lengkong, & Lucky O.H. Dotulong. (2022). Analysis of the Effect of Work Environment, Leadership Style, and Work Experience on Employee Performance at PT. Angkasa Pura I (Persero) Sam Ratulangi International Airport Manado. Jurnal EMBA: Journal of Economic, Management, Business and Accounting Research, 10 (1), 419–428. Damayanti, S., & Yudiatmaja, A. (2016). Work Experience and Employee Performance: Evidence from Small and Medium Enterprises. Journal of Entrepreneurship and Innovation, 12 (1), 34-45.
Dewi, L. N., et al. (2023). The Impact of Work Motivation on Employee Performance. Journal of Organizational Psychology, 15 (2), 45-56.
Dewi, R. (2021). Work Experience, Competence, and Motivation are Significant Predictors of Employee Performance. Journal of Economic Resources, 4 (1), 149– 158.
Elviana, E. (2023). The Effect of Communication and Work Environment on Employee Performance at Karisma Supermarkets in Kediri Regency. Journal of Management and Business, 1 (3), 82–99.
Gemini, P. (2021). The Effect of Leadership Style and Work Motivation on Employee Performance at PT. Bank Sulselbar Central Office Makassar. ELPEI Management Journal, 1 (1), 46–58.
Iroki, I., & Paramitha, H. Y. (2023). Application of the Means Ends Analyswas Learning Model to Improve Student Learning Outcomes in Mathematics Subjects in Class V UPT SDN 3 Amparita. International Journal of Multidisciplinary Sciences , 1 (3), 286-300.
Mursidah, M., Susianah, S., & Albar, E. (2023). The Effect of Ability and Work Experience on Employee Performance at PT Bunas Finance Indonesia (BFI Finance) Makassar Branch. Lentera Bisnis Journal, 12 (2), 245.
Oktavia, R., & Fernos, J. (2023). The Effect of Work Environment and Organizational Culture on Employee Performance at the Padang City Civil Registration and Population Office. Economina Journal, 2 (4), 993–1005.
Pangabean, S. N. B., Dirbawanto, N. D., & Siregar, O. M. (2022). The Effect of Work Motivation, Work Environment, and Compensation on Employee Performance at Bank BTN Medan Branch Office. Journal of Humanities, Social Sciences and Business (JHSSB), 2 (1), 144–161.
Pasulu, M., Irfan, A., Pahmi, P., Alim, A., & Thalib, L. (2023). The Effect of Job Satisfaction and Work Motivation on Employee Performance through Work Discipline at the East Luwu Regency Regional Secretariat, Indonesia. Account and Financial Management Journal, 08 (07).
Ramadhani, A., & Dwihartanti, A. (2016). The Influence of Work Motivation on Employee Performance: A Case Study in XYZ Company. Journal of Management Studies, 10 (1), 78-89.
Ratnawati, S. (2020). The International Journal of Multicultural and Multireligious Understanding the Oil and Gas Industry. International Journal of Multicultural and Multireligious Understanding, 1 (April), 145–152.
Saputra, A., & Fernos, B. (2023). The Influence of Work Environment on Employee Performance: A Case Study in XYZ Corporation. Journal of Organizational Psychology, 20 (2), 78-89.
Saputra, D., & Fernos, J. (2023). The Effect of Motivation and Work Environment on Employee Performance at Ar Risalah Padang City. Journal of Public Management Science (JUPIMAN), 2 (2), 62–74. Siagian, S. P. (2016). Motivation in Organizations . Jakarta: Kencana.
Soejarminto, Y., & Hidayat, R. (2022). The Effect of Work Motivation, Work Discipline, and Work Environment on Employee Performance at PT. Star Korea Industri MM2100 Cikarang. Ikraith-Ekonomika, 6 (1), 22–32.
Stafrezar, B. (2023). The Influence of Work Experience, Work Motivation and Work Conflict on Employee Productivity in Food Companies. Management Journal, 13 (1), 21.
Suprianto, J., & Jahja, A. S. (2023). The Effect of Work Discipline, Work Experience, and Turnover Intention on Employee Performance at PT. Permodalan Nasional Madani Banjarmasin Branch Office. Formosa Journal of Sustainable Research , 2 (4), 791-810.
Suratman Hadi. (2019). The Influence Of Work Environment On Employee Performance (Study at the North Malang Pratama Tax Service Office). Parameter, 4 (2), 1–9. Thamrin, M., & Riyanto, S. (2020). The Effect of Work Motivation, Work Environment, and Work-Life Balance on Employee Performance at PT. AngkasaPura I (Persero) Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan Airport-Balikpapan. IOSR Journal of Dental and Medical Sciences (IOSR-JDMS), 19 (6), 40–47.
|
e3cf073d-eeb0-4bc7-a22f-07db22244811 | https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/attaujih/article/download/4295/3578 |
## Jurnal Al-Taujih
p-ISSN : 2502-0625, e-ISSN: 2715-7571
Volume 9 No. 2 Hal 96 - 105
Bingkai Bimbingan dan Konseling Islami
https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/attaujih/
Received June 29 th 2022; Accepted December 2 th 2023; Published December 16 th 2023
## PANDUAN TERAPI PERILAKU KOGNITIF ISLAMI PENDEKATAN SEBAYA
Liwa Kartina Hapip ummraihana@gmail.com Universitas Ibn Khaldun, Bogor
Abstract : Psychotherapy with cognitive behavioral therapy (CBT) approach has become the main line in treating depression. Religious integration with CBT is considered more effective in changing the counselee's cognitive. The development of Islamic CBT and its implementation has been widely carried out in Indonesia. However, technical and detailed instructions regarding Islamic CBT have not been obtained in accordance with the Indonesian language and norms. This article describes the procedure for implementing Islamic CBT which consists of ten sessions. Each stage uses terms that are easier for ordinary people to understand. Equipped with technical instructions with selected verses that should be read at the beginning of each session as well as tasks that must be done by the counselee. It is hoped that this procedure can make it easier for counselors, especially "peer counselors" to understand and explain the stages of therapy to counselees.
Keywords : Islamic CBT, procedure, peer-delivered.
Abstrak : Psikoterapi dengan pendekatan terapi perilaku cognitif (CBT) telah menjadi lini utama dalam penyembuhan depresi. Integrasi religi terhadap CBT dinilai lebih efektif dalam mengubah kognitif konseli. Pengembangan CBT islam beserta penerapannya telah banyak dilakukan di Indonesia. Namun belum didapatkan petunjuk teknis dan rinci mengenai CBT islami yang sesuai dengan bahasa, norma Indonesia. Artikel ini menjelaskan tata cara pelaksanaan CBT islam yang terdiri dari 10 sesi. Tiap tahapannya mengunakan istilah yang lebih mudah difahami oleh orang awam. Dilengkapi petunjuk teknis dengan ayat-ayat pilihan yang hendaknya dibacakan di tiap awal sesi serta tugas-tugas yang harus dilakukan oleh konseli. Diharapkan adanya panduan ini dapat mempermudah para konselor, khususnya ”konselor” sebaya dalam memahami materi dan mejelaskannya kepada konseli.
Kata Kunci : CBT Islami, Panduan, teman sebaya.
## A. PENDAHULUAN
Akhir-akhir ini, di era paska pandemi covid 19 istilah mental healthy (kesehatan mental) banyak dibahas di masyarakat. Hal ini disebabkan pengaruh covid 19 tidak hanya menyerang fisik namun juga psikis. Rasa cemas, takut sampai depresi akibat langsung dari penyakit covid ataupun akibat meninggal orang-orang menjadikan masyarakat lebih memperhatikan kesehatan mental. Era disrupsi, di saat segala sesuatu berkembang
cepat sehingga dibutuhkan proses adaptasi diri yang cepat terhadap kondidi yang terjadi menyebabkan banyaknya penderita gangguan mental. WHO menginfokan hampir satu miliar orang di dunia mengalami gangguan mental. Rasa cemas dengan depresi adalah gangguan yang paling banyak diderita. (Kompas, 2022).
Psikoterapi sebagai salah satu alternatif penyembuhan gangguan mental telah lama di jadikan alternatif, bahkan sebelum ditemukan
psikofarmaka. Para ilmuwan menyatakan bahwa kondisi mental yang lemah yang menyebabkan tubuh menjadi sakit. Slogan men sana incoporo sano, di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat dapat menjadi bukti kebenaran hal ini.
Perkembangan psikoterapi secara terstuktur dan modern dimulai di akhir abad 19. Pendekatan secara psikoanalisa dianggap sebagai awal dimulainya konseling psikologis. Sejak itu para ilmuwan terus meneliti dan mencari pendekatan-pendekatan konseling psikologi yang dianggap paling efektif.(Schultz, 22014
.Pendekatan perilaku kognitif merupakan salah satu pendekatan yang paling banyak digunakan karena dianggap lebih efektif, mudah dan cepat. Penelitian efektivitas perilaku kognitif sebagai konseling (CBT= cognitive behaorial therapy) telah memiliki evidence-base yang diakui oleh para psikiater dunia.(O’Hara, 2018) Saat ini CBT direkomendasikan sebagai pengobatan lini pertama untuk depresi ringan atau sedang. (Ekers et al, 2014).
Melalui psikoterapi, psikolog atau psikiater akan membimbing dan melatih pasien untuk belajar mengenali kondisi, perasaan, dan pikiran yang menyebabkan keluhan, serta membantu pasien untuk membentuk perilaku yang positif terhadap masalah yang sedang dihadapi. (Corey, 2017).
Dalam meta-analisis,
CBT yang digabungkan agama pasien terbukti sama efelktifnya dengan CBT konvensiona. (McCullough, 1999) Ketika pasien menggabungkan keyakinan agama yang sehat dan nilai-nilai ke dalam pikiran, tindakan, dan emosi, klien ini menunjukkan perbaikan gejala depresi yang lebih cepat. (Azhar, 1995).
Jika dibandingkan dengan jenis konseling yang sama dalam bentuk sekuler, konseling yang terintegrasi secara spiritual menunjukkan peningkatan yang lebih besar pada hasil spiritual dan hasil psikologisnya. Selanjutnya, 77% hingga 83% pasien di atas usia 55 tahun ingin agar keyakinan agama mereka diintegrasikan ke dalam konseling. (Stanley et al, 2010)
Pearce et al. mencoba mengintegrasikan agama ke dalam CBT dengan menciptakan RCBT (Religious Integrated Cognitive Behavioral Therapy) terhadap lima agama terbesar di dunia; Kristen, Islam, Yahudi, Hindu dan Budha. Sejak itu banyak penelitian untuk mengembangan CBT dengan pendekatan agama. Psikoterapi dengan pendekatan agama dianggap lebih efektif dalam mengatasi gangguan mental dibanding psikoterapi konvensial, terutama jika penderita memiliki kondisi spiritual yang tinggi. (Pearce et al, 2015). Penelitian psikoterapi dengan pendekatan islami berkembang pesat di Indonesia yang merupakan komunitas islam terbesar di dunia sangat. Saat ini tren intervensi psikologi islam terbagi menjadi dua kategori yaitu intervensi psikologi Islam original, dan intervensi psikologi Islam integratif. Intervensi psikologi Islam orisinal terdiri dari intervensi yang berlandaskan ibadah dan akhlak. Kategori intervensi orisinal Islam berdasarkan ibadah seperti konseling dzikir, sholat, doa, dan berdasarkan moral seperti konseling sabar, syukur, taubat. Sedangkan intervensi psikologi Islam integratif meliputi intervensi psikologi Islam integratif umum, seperti konseling kognitif Islam, koping religius, dan konseling Islam. intervensi psikologi Islam berbasis ibadah, seperti relaksasi dzikir dan intervensi psikologi Islam berbasis akhlak seperti konseling perilaku kognitif syukur. (Nashrori et al, 2019).
Berdasarkan RCBT yang dibuat oleh Pearce et al dikembangkan intervensi konseling perilaku kognitif yang islami yang dinamakan Islamic Integrated Cognitive Behavioral Therapy (IICBT) . Awalnya intervensi ini dikembangkan dengan pemikiran berbasis akidah syiah. Kemudian direvisi oleh ilmuwan Malaysia dengan pemikiran berbasis suni (Sabki et al., 2019).
Di Indonesia metode IICBT telah banyak diteliti dan diterapkan sebagai psikoterapi.
Penerapan
IICBT dapat
menurunkan insomnia (Nashori et al, 2020) dan gangguan lambung pada mahasiswa. (Kuprasyogi et al., 2021) IICBT juga terbukti
97 Jurnal Al-Taujih : Bingkai Bimbingan dan Konseling Islami Volume 9 No. 2 Juli - Desember 2023
dapat mengurangi kenakalan remaja (Kuswatun, 2021), meningkatkan
kesejahteraan subjektif pada remaja (Solichah et al, 2020).
Tren psikoterapi dengan pendekatan sebaya banyak diterapkan saat ini. Dalam bidang pendidikan pendekatan konselor sebaya dinilai efektif untuk membantu permasalahan temannya di sekolah. Konseling sebaya merupakan proses pemberian bantuan sesama teman sebaya secara interpersonal yang dilaksanakan oleh individu yang telah mendapatkan pelatihan sebelumnya dari konselor. Konselor sebaya bukan merupakan profesional namun hanya berfungsi sebagai fasilitator antara konseli dengan konselor jika di bidang pendidikan (Firman, 2019). Kelebihan dari konseling sebaya adalah kerekatan secara emosional antara teman sebaya. Konseli dapat merasa lebih nyaman dan terbuka kepada teman sebayanya. Ketika hubungan konseling telah terjalin dengan baik, konseling sebaya dapat berjalan dengan baik (Faqih, 2020).
Psikoterapi dengan pendekatan sebaya juga mulai diterapkan di bidang kesehatan. Penelitian Amani et al, menunjukan pengaruh yang baik dari sembilan sesi konseling yang diterapkan ke pada ibu penderita depresi paska melahirkan melalui pendekatan teman sebaya. (Amani et al, 2021) Terapi
mengunakan CBT pendekatan teman sebaya terbukti efektif menurunkan depresi dan stress pada orang tua penderita diabetes (Andreae, 2021) bahkan gangguan Post Traumatic Stres Disorder. (Tierce, 2022).
Urgensi modul CBT yang berbahasa
Indonesia dan sesuai dengan norma dan budaya lokal telah diungkapkan oleh penelitian yang dilakukan Bouman di puskesmas-puskesmas di
Indonesia. Ia beralasan bahwa CBT merupakan terapi yang berasal dari empiris dunia Barat sehingga agar terapi berhasil secara efektif perlu modifikasi yang sesuai dengan agama, norma dan budaya konseli setempat. (Bouman, 2021).
Dengan makin berkembangnya psikoterapi pendekatan sebaya diperlukan suatu modul CBT khususnya CBT islami yang sesuai dengan agama mayoritas
Indonesia yang mudah difahami. Modul yang menjelaskan secara rinci dan menyeluruh mengenai penerapan CBT islami dalam bahasa yang sederhana serta bagaimana tahapan-tahapan yang perlu dilakukan di setiap proses konseling.
Tahapan IICBT ditulis bahasa inggris sama seperti RCBT, jikapun dialih bahasakan ke bahasa melayu tetap akan sulit dimengerti oleh orang Indonesia. Artikel yang ada saat ini lebih membahas penerapan IICBT dan dampaknya pada gangguan mental. Belum ada yang mencantum tiap-tiap tahapan secara rinci kecuali artikel yang ditulis olah Farihah & Rachman. Namun saat dibacapun alihbahasa yang digunakan terasa asing dan membingungkan.
Untuk itu dibutuhkan sebuah modul teknis dalam bahasa indonesia yang mudah dimengerti dan difahami dengan mudah oleh awam dengan meningkatnya tren psikoterapi pendekatan sebaya. Selain itu artikel ini juga berusaha mengabungkan antara intervensi islam orisinal dengan integratif yang belum diperdalam di IICBT agar dihasilkan metode yang lebih efektif sehingga tujuan konseling tidak hanya menghilangkan gangguan mental namun menjadikan pasien lebih bertakwa kepada Allah dan menjadikan perilaku islami sebagai keseharian bukan hanya sebagai konseling.
## B. PEMBAHASAN Konsep Konseling Sebaya dalam Tinjauan
Islam
Konseling sebaya merupakan proses pemberian bantuan sesama teman sebaya secara interpersonal yang dilaksanakan oleh individu yang telah mendapatkan pelatihan sebelumnya dari konselor. Konselor sebaya bukan merupakan professional namun hanya berfungsi sebagai fasilitator antara konseli dengan konselor jika di bidang pendidikan (Firman, 2019). Kelebihan dari konseling sebaya adalah kerekatan secara emosional antara teman sebaya. Konseli dapat merasa lebih nyaman dan terbuka kepada teman sebayanya. Ketika hubungan konseling telah terjalin dengan baik, konseling sebaya dapat berjalan dengan baik (Faqih, 2020).
Di masyarakat konselor sebaya dapat direkrut dari tokoh masyarakat seperti ustadz dan ustadzah, kyiai dan nyai yang dianggap sebaya dalam hal kesamaan agama, norma budaya dan komunitas. Untuk promosi kesehatan masyarakat konselor sebaya direkrut dari kader posyandu.
Dalam islam kedudukan teman sangat diperhatikan karena ia akan mempergaruhi agama seseorang. Hal ini digambarkan oleh hadist Rasulullah sebagai berikut:
ءﺮﻤﻟا ﻰﻠﻋ ﻦﯾد ﮫﻠﯿﻠﺧ ﺮﻈﻨﯿﻠﻓ ﻢﻛﺪﺣأ ﻦﻣ ﻞﻟﺎﺨﯾ
“Agama seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
Teman juga akan mempergaruhi pemikiran, sikap dan perilaku seseorang dalam berinteraksi, sesuai dengan sabda Rasulullah sebagai berikut:
ُﻞَﺜَﻣ ِﺲﯿِﻠَﺠْﻟا ِﺢِﻟﺎﱠﺼﻟا ِء ْﻮﱠﺴﻟاَو ِﻞِﻣﺎَﺤَﻛ ِﻚْﺴِﻤْﻟا ِﺦِﻓﺎَﻧَو ِﺮﯿِﻜْﻟا ، ُﻞِﻣﺎَﺤَﻓ ِﻚْﺴِﻤْﻟا ﺎﱠﻣِإ ْنَأ َﻚَﯾِﺬ ْﺤُﯾ ، ﺎﱠﻣِإَو ْنَأ َعﺎَﺘْﺒَﺗ ُﮫْﻨِﻣ ، ﺎﱠﻣِإَو ْنَأ َﺪِﺠَﺗ ُﮫْﻨِﻣ ﺎًﺤﯾِر ًﺔَﺒﱢﯿَط ، ُﺦِﻓﺎَﻧَو ِﺮﯿِﻜْﻟا ﺎﱠﻣِإ ْنَأ َقِﺮْﺤُﯾ َﻚَﺑﺎَﯿِﺛ ، ﺎﱠﻣِإَو ْنَأ َﺪِﺠَﺗ ﺎًﺤﯾِر ﺔَﺜﯿِﺒَﺧ
“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)
Dalam prakteknya konseling sebaya merupakan proses menasehati kepada saudara seiman yang termasuk dari hak muslim atas muslim yang lain. Sesuai dengan sabda Rasulullah sebagai berikut:
ْﻦَﻋ
ﻲِﺑَأ َةَﺮْﯾَﺮُھ – ﻲﺿر ﷲ ﮫﻨﻋ – َلﺎَﻗ ُلﻮُﺳَر
## ِ ﱠ َ ﷲ
–
ﻰﻠﺻ ﷲ ﮫﯿﻠﻋ ﻢﻠﺳو – – ﱡﻖَﺣ ِﻢِﻠْﺴُﻤْﻟَا ﻰَﻠَﻋ ِﻢِﻠْﺴُﻤْﻟَا : ﱞﺖِﺳ اَذِإ ُﮫَﺘﯿِﻘَﻟ ْﻢﱢﻠَﺴَﻓ ,ِﮫْﯿَﻠَﻋ اَذِإَو َكﺎَﻋَد ,ُﮫْﺒِﺟَﺄَﻓ اَذِإَو َﻚَﺤَﺼْﻨَﺘْﺳِا
,ُﮫ ْﺤَﺼْﻧﺎَﻓ
اَذِإَو َﺲَﻄَﻋ َﺪِﻤَﺤَﻓ َ ﱠ َ ﷲ ُﮫْﺘﱢﻤَﺴَﻓ اَذِإَو َضِﺮَﻣ ,ُهْﺪُﻌَﻓ اَذِإَو َتﺎَﻣ ُﮫْﻌَﺒْﺗﺎَﻓ – ُهاَوَر ٌﻢِﻠْﺴُﻣ Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hak muslim kepada muslim yang lain ada enam.” Beliau shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ”(1) Apabila engkau bertemu, ucapkanlah salam kepadanya, (2) Apabila engkau diundang, penuhilah undangannya, (3) Apabila engkau dimintai nasihat, berilah nasihat kepadanya, (4) Apabila dia bersin lalu dia memuji Allah (mengucapkan ’alhamdulillah’), doakanlah dia (dengan mengucapkan ’yarhamukallah’), (5) Apabila dia sakit, jenguklah dia; dan (6) Apabila dia meninggal dunia, iringilah jenazahnya (sampai ke pemakaman).” (HR. Muslim no 2162)
Kriteria Konselor Sebaya Konselor sebaya sebaiknya memiliki kemampuan-kemampuan sebagai berikut;
1. Merujuk pada ayat-ayat al-Qur’an dan Sunnah yang relevan ketika dan ketika referensi dibuat dalam buku kerja sepanjang sesi.
2. Siddiq, hanya berbicara tentang kebenaran berdasarkan al-Qur’an dan Hadits. 3. Amanah, memiliki sifat yang dapat dipercaya dan menerapkan etiak konselor. 4. Tabligh, memiliki kekuatan spiritual dan mental dalam menangani kasus-kasus yang menantang. 5. Fatonah, memiliki pengetahuan, berpikiran terbuka, keyakinan yang kuat kepada Allah SWT. 6. Akhlak, memilki perilaku yang
mencontoh kepada akhlak Rasulullah SAW.
## Konsep Dasar Cognitive Behavior Therapy Islami (CBT) Islami
Menurut Malik Badri, ilmuwan Muslim awal telah berfokus pada kognisi internal melalui perenungan terhadap Allah dan makhukNya. Adanya perenungan ini disertai fokus terhadap dirinya dengan bimbingan dari Al-Qur'an dan As-Sunah maka ada didapatkan kekuatan yang kuat menuju
99 Jurnal Al-Taujih : Bingkai Bimbingan dan Konseling Islami Volume 9 No. 2 Juli - Desember 2023
transformasi dalam pikiran dan perilaku. Pasien Muslim yang menanamkan pemikiran dan perilakunya berpusat pada rukun Iman saat ia mendapatkan musibah ia akan memandang hal tersebut sebagai bukan bentuk kasih sayang Allah kepadanya, bukan sebagai cobaan. Sehingga ia akan sabar dan tekun berusaha keluar dari cobaan tersebut karena merasa yakin yang ia alami saat ini merupakan bagian dari takdirnya di dunia, dan Allah terus membimbingnya sehingga keluar dari cobaan. (Badri, 2000).
Oleh karena itu CBT dengan pendekatan islam harus berbasis ajaran tauhid yang meyakini bahwa keesaan Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Dalam IICBT
pasien juga diajak untuk mempraktekan doa-doa yang sesuai dengan Al-Qur'an dan As sunnah. IICBT juga memasukan
konsep Ghazalian dalam penerapannya. Pendekatan al Ghazali dalam menganjurkan
penerapan konsep diri berdasarkan empat dimensi diri manusia yaitu ruh, hati, akal, jiwa dan tubuh. Sehingga IICBT juga memandang dampak jiwa seseorang terhadap olah pikir dan transformasi perilaku dan karakter selanjutnya untuk mencapai kebahagiaan. Oleh karena itu IICBT mengintegrasikan baik restrukturisasi kognitif menggunakan ayat-ayat Al-Qur'an dan modifikasi perilaku melalui doa,
kontemplasi dan kewajiban lainnya berdasarkan ajaran dan prinsip-prinsip Islam.(Sabki et al., 2019).
Prinsip-prinsip CBT Islami Integritas islam dalam CBT melingkupi prinsip-prinsip memperbarui iman dan memperbaiki Islamic worldview, menghafal ayat Al-Qur'an dan doa serta merenungi maknanya, menentang pikiran irasional dengan menggunakan dalil Al-Qur'an dan Hadist,
melakukan praktek ibadah, memanfaatkan masjid di lingkungan, terlibat dalam kegiatan jamaah muslimin (Pearce, 2015).
Penerapan CBT islami Saat penerapan CBT islami harus memperhatikan kode etik yang American Psychological Association (APA) yang menyatakan bahwa psikolog harus
mempertimbangkan masalah etika jika mereka ingin mengintegrasikan masalah agama/spiritual ke dalam pekerjaan profesional mereka. Model RRICC (Respect, Responsible, Integrity, Competence and Concern) dikembangkan untuk menyoroti prinsip-prinsip etika yang relevan bagi semua profesional kesehatan mental.
Sejak awal pasien harus diinformasikan tentang semua pilihan pengobatan, risiko dan manfaatnya, relevansi agama dan spiritualitas dengan pengobatan, dan diminta untuk memberikan persetujuan sebelum terlibat dalam konseling berbasis integrasi agama (Barnett, 2014). Sedangkan untuk konselor, selain kompetensi klinis maka mereka juga harus memperhatikan etika yang kerap muncul saat dilakukan konseling berbasis agama. Terlebih lagi penerapan di Indonesia yang memiliki banyak corak pemikiran keislaman dan perbedaan norma-norma budaya. Seorang psikiater muslim tidak boleh memaksakan nilai-nilai islam yang dianutnya kepada konseli, ia juga harus banyak mengalami pengetahuan tentang islam secara mendalam. Integrasi agama ke dalam psikoterapi akan memaksa konselor untuk lebih mendalami agamanya, agar bisa menghindari diskusi yang tidak perlu terjadi disebabkan konseli yang memiliki pengetahuan dan keimanan lebih baik dari konselor.
Tata Laksana CBT islami IICBT mengadopsi 10 tahapan dari RCBT dengan menyesuaikan sesuai dengan akidah islam ahlu sunah wal jamaah. Tahapan-tahapan itu diterjemahkan oleh kedalam bahasa Indonesia menjadi (1) Assessment dan Pengantar CBT Islami, (2) Perilaku Aktivasi, (3) Mengidentifikasi Pikiran Tidak Membantu, (4) Menantang Tidak Membantu, (5) Berurusan Dengan Rugi, (6) Mengatasi Dengan Perjuangan Spiritual dan Emosi Negatif, (7) Menumbuhkan Rasa Syukur, (8) Altruisme dan kedermawaan, (9) Stres Terkait dan Pertumbuhan Rohani, (10) Harapan dan Pencegahan. (Farihah & Rachman, 2017)
Jika kita membaca sekilas alih bahasa mengenai tahapan-tahapan IICBT terasa asing
dan sulit difahami oleh orang Indonesia kebanyakan. Petunjuk teknis yang lebih familiar akan digunakan oleh penulis pada tiap tahapnya disertai dengan rekomendasi ayat dengan intervensi konseling orisinal islam sebagai tambahannya.
Asghar dalam tulisannya tentang pengembangan CBT islami dalam mengatasi depresi menuliskan bahwa setiap sesi hendaknya dibagi menjadi tiga tahapan. Tahap pertama konselor menganalisis suasana hati, meninjau setiap peristiwa penting yang terjadi sepanjang minggu dan mendiskusikan tugas pekerjaan rumah. Tahap kedua melibatkan psikoedukasi dan pembelajaran keterampilan baru. Konselor menghubungkan masalah yang dialami konseli dengan keterampilan yang disajikan. Tahap akhir sesi digunakan untuk menyelesaikan item-item lain dalam agenda dan untuk merencanakan tugas pekerjaan rumah. Alasan pemberian pekerjaan rumah harus dijelaskan sehingga individu dapat melihat relevansi dengan konselingnya. (Asghar, 2021).
Setiap sesi konseling pasien diminta selalu berwudhu terlebih dahulu dan diusahakan selalu menjaga wudhu saat konseling berlangsung. Sebagai pembuka sesi dibacakan ayat-ayat Al-Qur'an yang sesuai dengan tahapan yang akan dilakukan. Diusahakan konseling dilaksanakan ditempat yang suci dan tenang sebagaimana adab-adab dalam menuntut ilmu karena hakikatnya sesi konseling pada psikoterapi adalah proses pengajaran untuk mengubah pikiran dan perilaku.
Tahapan-tahapan CBT islami meliputi; 1. Bismillah
Penulis memilih bismillah yang berarti dengan nama Allah untuk mengingatkan bahwa ini adalah tahadp awal sesi konseling CBT islami. Selain itu untuk mengingatkan bahwa semua aktivitas konseling sesi awal sampai sesi sepuluh diniatkan karena Allah. Pada tahapan ini konselor mulai menjalin emosi dengan konseli serta menanyakan tentang kondisi fisik dan psikisnya, kegiatan harian, ibadah, pengalaman spiritualnya. Konseli dapat diminta untuk mengisi skala religi yang dibuat oleh Mahudin et al (IIUM
Religios Scale) yang terdiri dari sepuluh pertanyaan tentanag iman, islam, dan ihsan. (Mahudin et al, 2016) Konselor akan menyimpulkan kondisi utama mental konseli sehingga diperlukan konseling mengatasinya. Konseling yang ditawarkan adalah konseling CBT islami. Di akhir sesi konseling meminta konseli membuat jadwal harian untuk dibahas di sesi berikutnya. Rekomendasi ayat yang dibaca awal sesi ini adalah QS As Syuara : 80 sebagai berikut:
اَذِاَو ُﺖ ْﺿِﺮَﻣ َﻮُﮭَﻓ ِﻦْﯿِﻔْﺸَﯾ ۙ Apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku.
2. Dzikir Penulisan memilih kata dzikir karena pada tahap ini konseli akan diajarkan untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang menyenangkan, dan dzikir harus dijadikan sebagai kegiatan yang menyenangkan oleh konsli. Kegiatan yang menyenangkan secara hakiki adalah mengingat Allah (dzikir). Namun konseli juga didorong untuk melakukan aktivitas bersama dengan jamaah muslim sekitarnya yang dapat meningkatkan iman dan islamnya. Konseling doa dan dzikir (2D) yang terbukti dapat menurunkan kecemasan. (Maimunah & Masyitah, 2019). Diakhir sesi konseli diminta memilih doa yang ia sukai, kemudian mengamalkannya, memahami artinya dan meresapi maknanya. Rekomendasi ayat yang dibaca awal sesi ini QS Ar Ra’ad : 28 sebagai berikut:
َﻦْﯾِﺬﱠﻟا
ا ْﻮُﻨَﻣٰا ﱡﻦِٕ َﻤْﻄَﺗَو ْﻢُﮭُﺑ ْﻮُﻠُﻗ ِﺮْﻛِﺬِﺑ ِ ّٰﷲ ۗ َﻻَا ِﺮْﻛِﺬِﺑ ِ ّٰﷲ ﱡﻦِٕ َﻤْﻄَﺗ
ُب ْﻮُﻠُﻘْﻟا ۗ (Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram.
3. Istighfar
Pemilihan nama tahapan ini dengan istighfar karena di tahap ini konseli diajarkan untuk mengidentifikasi peristiwa pemicu yang menyebabkan timbulnya pemikiran menyimpang. Konseli diperkenalkan tentang kriteria pemikiran-pemikiran menyimpang yang harus ia lenyapkan dalam benaknya. Saat terlintas pikiran menyimpang, konseli
101 Jurnal Al-Taujih : Bingkai Bimbingan dan Konseling Islami Volume 9 No. 2 Juli - Desember 2023
diminta untuk banyak-banyak beristigfar, kalau perlu berwudhu. Terapi wudhu terbukti dapat menurunkan kecemasan. (Sari, 2017). Rekomendasi surat yang dibaca awal sesi ini QS Ali Imron : 190 sebagai berikut:
ﱠنِا ْﻲِﻓ ِﻖْﻠَﺧ ِت ٰﻮ ٰﻤﱠﺴﻟا ِض ْرَ ْﻻاَو ِف َﻼِﺘ ْﺧاَو ِﻞْﯿﱠﻟا ِرﺎَﮭﱠﻨﻟاَو ٍﺖٰﯾٰ َﻻ ﻰِﻟوُ ﱢﻻ
ِۙبﺎَﺒْﻟَ ْﻻا Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal,
4. Husnuzan. Menurut KBBI husnuzan artinya
prasangka baik. Pada tahap ini konseli dijelaskan bagaimana pemikiran seseorang terhadap suatu peristiwa dapat menyebabkan perubahan hati. Untuk itu konseli diajarkan melihat segala peristiwa dengan berbaik sangka (husnudzan). Konseling husnudzan terbukti dapat menurunkan derajat stress. (Agustin & Mukhlis, 2022) Rekomendasi ayat yang dibaca awal sesi ini QS Al Hujurat : 12 sebagai berikut:
ﺎَﮭﱡﯾَﺎٰٓﯾ َﻦْﯾِﺬﱠﻟا اﻮُﻨَﻣٰا ا ْﻮُﺒِﻨَﺘ ْﺟا اًﺮْﯿِﺜَﻛ َﻦﱢﻣ ۖﱢﻦﱠﻈﻟا ﱠنِا َﺾْﻌَﺑ ﱢﻦﱠﻈﻟا ٌﻢْﺛِا َﻻﱠو ا ْﻮُﺴﱠﺴَﺠَﺗ َﻻَو ْﺐَﺘْﻐَﯾ ْﻢُﻜُﻀْﻌﱠﺑ ۗﺎًﻀْﻌَﺑ ﱡﺐِﺤُﯾَا ْﻢُﻛُﺪَﺣَا ْنَا َﻞُﻛْﺄﱠﯾ َﻢ ْﺤَﻟ ِﮫْﯿِﺧَا ﺎًﺘْﯿَﻣ ُۗهْﻮُﻤُﺘْھِﺮَﻜَﻓ اﻮُﻘﱠﺗاَو َ ّٰﷲ ﱠنِاۗ َ ّٰﷲ ٌباﱠﻮَﺗ ٌﻢْﯿِﺣﱠر
Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka! Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha PPenyayang.
5. Sabar dan Tawakal.
Kata sabar sudah populer di Indonesia
dibandingkan tawakal.
Menurut KBBI
tawakal adalah berserah diri kepada Tuhan. Tahapan ini untuk menjelaskan kepada konseli tentang gambaran kerugian yang akan diderita jika konseli menderita depresi dalam waktu yang sama. Oleh karena itu konseli diminta bersabar kemudian tawakal. Makna dari tawakal berbeda pasrah, tawakal
bermakna adanya proses usaha dengan segala upaya sebelum menyerahkan hasilnya kepada Allah. Pemikiran sabar dan tawakal sangat baik diterapkan dalam hidup konseli. Rekomendasi ayat yang dibaca awal sesi ini QS At Talaq: 3 sebagai berikut:
ْﻦَﻣَو ْﻞﱠﻛَﻮَﺘﱠﯾ ﻰَﻠَﻋ ِ ّٰﷲ َﻮُﮭَﻓ ٗﮫُﺒْﺴَﺣ
Siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)--nya. 6. Takut dan Harap Hampir semua orang indonesia mempunyai pemahaman yang seragam tentang makna takut dan harap. Pada tahap ini konseli diminta untuk menceritakan kondisi keimanannya terutama prasangka mereka terhadap Allah. Konseli diarahkan untuk memandang Allah dengan perasaan takut dan harap. Jika hanya ada rasa takut akan meyebabkan depresi, namun jika hanya ada rasa harap menyebabkan seseorang lalai beribadah dan berani melakukan maksiat. Konseli diajarkan terapi taubat yang terbukti dapat menurunkan kecemasan, (Uyun et al, 2020). Rekomendasi ayat yang dibaca awal sesi ini adalah QS Al Anbiya : 90 sebagai berikut:
ﺎَﻨْﺒَﺠَﺘْﺳﺎَﻓ
ٗﮫَﻟ ﺎَﻨْﺒَھَوَوۖ ٗﮫَﻟ ﻰٰﯿ ْﺤَﯾ ﺎَﻨ ْﺤَﻠ ْﺻَاَو ٗﮫَﻟ ۗٗﮫَﺟْوَز ْﻢُﮭﱠﻧِا ا ْﻮُﻧﺎَﻛ َن ْﻮُﻋِﺮ ٰﺴُﯾ ﻰِﻓ ِت ٰﺮْﯿَﺨْﻟا ﺎَﻨَﻧ ْﻮُﻋْﺪَﯾَو ﺎًﺒَﻏَر ۗﺎًﺒَھَرﱠو ا ْﻮُﻧﺎَﻛَو ﺎَﻨَﻟ َﻦْﯿِﻌِﺸ ٰﺧ
Maka, Kami mengabulkan (doa)-nya, menganugerahkan Yahya kepadanya, dan menjadikan istrinya (dapat mengandung). Sesungguhnya mereka selalu bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan dan berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Mereka adalah orang-orang yang khusyu kepada Kami.
7. Syukur Syukur menurut KBBI adalah rasa terima kasih kepada Allah. Tahap ini konseli diterangkan mengenai manfaat bersyukur, bagaimana rasa syukurnya mungkin telah berkurang atau bahkan hancur oleh pengalaman menyakitkan. Restrukturisasi kognitif kemudian dipraktekkan dari
Liwa Kartina Hapip : Panduan Terapi Perilaku Kognitif Islami Pendekatan Sebaya
kerangka syukur. Syukur merupakan bukti dari kesehatan mental seseorang. Konseli diajak untuk menumbuhkan sikap syukur seperti yang dilakukan oleh para Nabi dan Rasul dalam menghadapi cobaan. Konseling syukur terbukti banyak manfaat terhadap kesehatan mental seseorang (Putri et al., 2021) dan menimbulkan rasa bahagia pada diri remaja (Rohmah, 2022) Rekomendasi ayat yang dibaca awal sesi ini QS Ibrahim : 7 sebagai berikut:
ْﻦِٕ َﻟ ْﻢُﺗ ْﺮَﻜَﺷ
ْﻢُﻜﱠﻧَﺪْﯾِزَ َﻻ
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu".
8. Amal Dalam IICBT tahap ini dinamakan dengan altruism yang dalam Islam dapat diartikan dengan ikhlas, berbuat baik tanpa pamrih atau mengharap balasan. Penulis menamakan tahap ini dengan amal, terutama amal sosial, karena konsep ikhlas sudah seharusnya ditekankan sejak awal. Pada tahap ini konseli diajak menunjukan tanda syukur dengan melakukan kebaikan kepada orang lain baik, menolong dengan materi seperti bersedekah ataupun non-material seperti membantu urusan saudaranya, mendoakan, dan lainnya. Perbuatan baik secara naluri akan mendatangkan rasa bahagia. Manfaat sedekah banyak dijelaskan dalam Al-Qur'an dan Hadist. Rekomendasi ayat yang dibaca awal sesi ini QS An Nahl : 97 sebagai berikut:
ْﻦَﻣ َﻞِﻤَﻋ ﺎًﺤِﻟﺎَﺻ ْﻦﱢﻣ ٍﺮَﻛَذ ْوَا ﻰٰﺜْﻧُا َﻮُھَو ٌﻦِﻣْﺆُﻣ ٗﮫﱠﻨَﯿِﯿْﺤُﻨَﻠَﻓ ًةﻮٰﯿَﺣ ًۚﺔَﺒﱢﯿَط ْﻢُﮭﱠﻨَﯾِﺰْﺠَﻨَﻟَو ْﻢُھَﺮ ْﺟَا ِﻦَﺴ ْﺣَﺎِﺑ ﺎَﻣ ا ْﻮُﻧﺎَﻛ َن ْﻮُﻠَﻤْﻌَﯾ
Siapa yang mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan, sedangkan dia seorang mukmin, sungguh, Kami pasti akan berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang selalu mereka kerjakan.
9. Muhasabah Muhasabah menurut KBBI adalah instropeksi. Pada tahap ini konseli diajak mengeksplorasi konsep spiritual dan bagaimana stress dapat terjadi menimpa seseorang. Konselor dapat menceritakan kisah N nabi Yusuf (as) dan Ayub (as). Konseli diajarkan untuk menjalani hidup dengan bercermin dari kisah Nabi dan Rasul, bagaimana cobaan yang datang kepada mereka dapat dilalui dengan baik dan menjadikan mereka hamba yang bertakwa, sukses dunia dan akhirat. Rekomendasi ayat yang dibaca di awal sesi ini adalah QS Yusuf : 18 sebagai berikut:
ٌﺮْﺒَﺼَﻓ
ٌﻞْﯿِﻤَﺟ ُ ّٰﷲَوۗ ُنﺎَﻌَﺘْﺴُﻤْﻟا ﻰٰﻠَﻋ ﺎَﻣ َن ْﻮُﻔِﺼَﺗ
“Maka hanya bersabar itulah yang terbaik (bagiku). Allah sajalah Zat yang dimohonkan pertolongan terhadap apa yang kamu ceritakan.” 10. Istiqomah.
Menurut KBBI isiqomah adalah sikap teguh pendiriaan dan selalu konsekuen. Tahap ini, konseli diajak melakukan evaluasi atas sesi-sesi konseling yang telah dilakukan, mendiskusikan impian dan tujuan hidupnya serta menyarankan agar konseli tetap melakukan hal-hal positif dalam hidupnya walaupun proses konseling telah selesai. Rekomendasi ayat yang dibaca awal sesi ini QS Fussilat : 30 sebagai berikut:
ﱠنِا َﻦْﯾِﺬﱠﻟا ا ْﻮُﻟﺎَﻗ ﺎَﻨﱡﺑَر ُ ّٰﷲ ﱠﻢُﺛ ا ْﻮُﻣﺎَﻘَﺘْﺳا ُلﱠﺰَﻨَﺘَﺗ ُﻢِﮭْﯿَﻠَﻋ ُﺔَﻜِٕ ٰۤﻠَﻤْﻟا ﱠﻻَا ا ْﻮُﻓﺎَﺨَﺗ َﻻَو ا ْﻮُﻧَﺰ ْﺤَﺗ ا ْوُﺮِﺸْﺑَاَو ِﺔﱠﻨَﺠْﻟﺎِﺑ ْﻲِﺘﱠﻟا ْﻢُﺘْﻨُﻛ
َن ْوُﺪَﻋ ْﻮُﺗ Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah,” kemudian tetap (dalam pendiriannya), akan turun malaikat-malaikat kepada mereka (seraya berkata), “Janganlah kamu takut dan bersedih hati serta bergembiralah dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.” Penamaan tahapan-tahapan dengan pemilihan kata yang lebih sederhana selain agar lebih mudah diingat namun tetap dapat mengambarkan proses konseling yang
dilakukan secara global. Selain itu pengunaan
103 Jurnal Al-Taujih : Bingkai Bimbingan dan Konseling Islami Volume 9 No. 2 Juli - Desember 2023
bahasa atau serapan Arab termasuk bagian dari dakwah Islam. Konselor akan lebih tergugah untuk mencari makna denotatif maupun konotatif dari kata tersebut sehingga lebih dapat meresapi maknanya saat penerapan di lapangan. Konselor juga akan terpacu untuk mempelajari dien islam secara lebih dalam, khususnya tafsir ayat-ayat Al-Qur'an yang dibacakan tiap awal sesinya.
Tabel 1. Perbedaan Istilah tiap Sesi
Sesi Islamic Integrated Cognitive Behavioral Therapy
Terapi BDI-HST-SAMI 1 Building Rapport, Assessment and Introduction to IICBT Bismillah 2
Behavioral Activation Dzikir 3 Identifying unhelpful thoughts
Istighfar
4 Challenging Unhelpful Thoughts: Bringing All
Thoughts Captive
Husnuzan 5 Dealing with Loss Sabar dan Tawakal 6 Coping with Spiritual Struggles and Negative Emotions Takut dan Harap 7
Gratitude
Syukur
8 Altruism and Generosity Amal 9
Stress-Related and Spiritual
Growth Muhasabah 10 Hope and Relapse Prevention Istiqomah Diharapkan terapi BDI-HST-SAMI, yang disingkat dari huruf awal tahapan terapi, dapat disosialisasikan kepada para guru, siswa, dan orang awam orang Indonesia sehingga dapat dijadikan konselor sebaya yang dapat membantu orang-orang di sekitarnya dalam mengatasi depresi.
## C. SIMPULAN
Psikoterapi dengan pendekatan sebaya terbukti berhasil mengurangi gejala depresi pada konseli yang diterapi. Konselor sebaya dapat direkrut dari siswa, ustadz dan ustadzah, kiyai dan nyai, ataupun kader pkk dan posyandu. Terapi BDI-HST-SAMI merupakan singkatan tahapan terapi yang terdiri dari; (1)
Bismillah, (2) Dzikir , (3) Istighfar, (4) Husnuzan, (5) Sabar dan tawakal, (6) Takut dan harap, (7) Syukur, (8) Amal, (9) Muhasabah, (10) Istiqomah. Terapi ini dilakukan selama sepuluh sesi, dengan tiap sesianya selama satu jam. Tiap jamnya dibagai dalam tiga tahapan. Konseling diadakan di ruangan yang tenang dan suci dalam keadaan berwudhu. Setiap awal sesi dibacakan satu ayat Al-Qur’an yang sesuai dengan tema tahapan sesi. Setiap akhir sesi konseli diminta melakukan psikoterapi orisinal islam seperti terapi wudhu, istighfar, husnuzan, sabar, dan syukur.
## D. DAFTAR PUSTAKA
Agustin, L., & Mukhlis, M. 2022. Rancangan Modul Positive Psychotherapy Husnu-dzhan Dalam Menurunkan Derajat Stress Pada Penderita Hipertensi. Psikoislamedia: Jurnal Psikologi, 7(1). Amani, B, Menza D, et al 2021 Peer-delivered cognitive-behavioral therapy for postpartum depresedsion; a randomized control trial. J Clin Psychiatry 82 (00). Asghar, H. 2021. Development of Cognitive Behaviour Therapy with Islamic Concepts for Treatment of Depression and Anxiety. Pakistan Social Sciences Review, 5(II), 694–706. https://doi.org/ 10.35484/pssr.2021(5-ii)54 Azhar M, Varma S. 1995 Religious psychotherapy in depressive patients. Psychotherapy and psychosomatics.
a;63:165-8.
Badri M. 2000 Contemplation: An Islamic Psychospiritual Journey: Medeena Books. Barnett J. 2014 Integrating spirituality and religion into psychotherapy.
Bouman, T. K., Lommen, M. J., & Setiyawati,
D. 2022. The acceptability of cognitive behaviour therapy in Indonesian community health care. the Cognitive Behaviour Therapist,
Corey, G. 2017 Theory and Practice of Counseling anda Psycotherapy. Cengage
Learning. Boston. Amerika Ekers D, Webster L, Van Straten A, Cuijpers
P, Richards D, Gilbody S. 2014 Liwa Kartina Hapip : Panduan Terapi Perilaku Kognitif Islami Pendekatan Sebaya 104
Behavioural Activation for Depression; An Update of Meta- Analysis of Effectiveness and Sub Group Analysis. PloS ONE 9 (6): e100100. Available from: https://doi.org/10.1371/journal.
pone.0100100. Farihah, M., & Rachman, I. K. 2017. Pendekatan Cognitive Behavior Therapy Berbasis Islam Untuk Mengatasi Kecemasan Sosial Narapidana. Hisbah: Jurnal Bimbingan Konseling Dan Dakwah Islam, 14(1), 62–76. https://doi.org/10.14421/hisbah.2017.141- 06. Kompas 2022 https://www.kompas.com/sains
/read/2022/06/20/193000823/who--hampi r-1-miliar-orang-di-dunia-alami-ganggua n-kesehatan-mental
Kusprayogi, Y., Nashori, F., & Kumolohadi,
R. R. 2021. Pengaruh Islamic -Integrated Cognitive Behavioural Therapy Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Subjektif MAhasiswa Penderita Gangguan Lambung. Seurune: Jurnal Psikologi Unsyiah, 4(2), 150-16 Kuswatun, E., Nurjannah, N., & Depriansya,
D. 2021. Konseling Islam dengan
Pendekatan Cignitve Behavioura Therapy
(CBT) untuk Mengatasi Kanakan Remaja l
Mahudin, N. D. M., Noor, N. M., Dzulkifli, M. A., & Janon, N. S. E. 2016.
Religiosity among Muslims: A scale development and validation study. Makara Human Behavior Studies in Asia, 20(2), 109-120. McCullough M. 1999 Research on Religion-Accomodative Counseling: review and meta-analysis. J. Counseling Psychol. 46:92-8. O’Hara, M. W., & Engeldinger, J. 2018.
Treatment of postpartum depression: recommendations for the clinician. Clinical Obstetrics and Gynecology, 61(3), 604-614.
Putri, P. R., Nurrahima, A., & Andriany, M.
2021. Efek Syukur terhadap Kesehatan Mental: A Systematic Review. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 14(1), 58. https://doi.org/10.48144/jiks.v14i1.533 Rohmah, F. I. 2022. Konseling realitas melalui terapi syukur untuk menumbuhkan rasa bahagia remaja di Desa Kencong Kecamatan Kepung, Kediri (Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel Surabaya).
Sabki, Z. A., Zarrina Sa’ari, C., Basirah, S., Muhsin, S., Kheng, G. L., Sulaiman, A. H., & Koenig, H. G. 2019. Islamic Integrated Cognitive Behavior Therapy: A Shari’ah-Compliant Intervention for Muslims with Depression. Malaysian Journal of Psychiatry, 28(1), 29–38. http://www.mjpsychiatry.org/index.php/m jp/article/view/492
Scultz, D. P. 2014. Sejaran Psikologi Modern. Penerbit Nusa Media Sholichah, M., Kushartati, S., & Hidayati, E.
2020. Religious Cognitive Behavior Counseling to Increase Subjective Well-being in Adolescent Survivors of Family Violence. Jurnal Psikologi Integratif, 8(2), 18 Stanley, M. A., Bush, A. L., Camp, M. E., Jameson, J. P., Phillips, L. L., Barber, C.
R.,... Cully, J. A. 2011. Older adults’ preferences for religion/spirituality in treatment of anxiety and depression. Aging and Mental Health, 15, 334–343. doi:10.1080/13607863.2010.519326 Uyun, Q., Jaufalaily, N., Witruk, E., & Kurniawan, I. N. 2020. Effect of
Islamic-based repentance therapy on the prevention of Post-traumatic Stress
Disorder (PTSD). Psikohumaniora: Jurnal Penelitian Psikologi, 5(2), 125-138.
|
bbb1fee2-ae22-450b-a808-1f2c226dca9b | https://jurnal.syntaxliterate.co.id/index.php/syntax-literate/article/download/9445/5451 | How to cite: Puri Wahyuni, Erny Tajib (2022) Pengaruh Work From Home terhadap Work Life Balance Dimediasi oleh Job Stress, Job Satisfaction dan Job Commitment pada Karyawan 5 Direktorat Jenderal di Kementerian Agama Republik Indonesia. Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia, 7 (9). E-ISSN:
2548-1398 Published by: Ridwan Institute
Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 9, September 2022
PENGARUH WORK FROM HOME TERHADAP WORK LIFE BALANCE DIMEDIASI OLEH JOB STRESS, JOB SATISFACTION DAN JOB COMMITMENT PADA KARYAWAN 5 DIREKTORAT JENDERAL DI KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
Puri Wahyuni, Erny Tajib Magister Manajemen, Universitas Trisakti, Indonesia Email: puri122012003061@std.trisakti.ac.id, ernytajib@trisakti.ac.id
## Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh work from home, job stress, job satisfaction dan job commitment terhadap work life balance pada karyawan 5 Direktorat Jenderal di Kementerian Agama Republik Indonesia. Metode pada penelitian ini adalah metode kuantitatif, menggunakan survey research pada seluruh karyawan yang bekerja 5 Direktorat Jenderal di Kementerian Agama Republik Indonesia sebagai obyek penelitian. Pengumpulan data digunakan dengan cara menyebarkan kuesioner. Sampel penelitian dipilih menggunakan simple random sampling sehingga diperoleh 182 responden. Metode pengujian data yaitu uji instrument dengan uji validitas dan uji reliabilitas. Metode analisis data menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) dengan software SmartPLS versi 2.0 M3. Pengaruh secara langsung menunjukkan bahwa hasil penelitian work from home berpengaruh terhadap work life balance , job stress , job satisfaction dan job commitment . Job satisfaction dan job commitment berpengaruh terhadap work life balance , sedangkan variabel job satisfaction dan job commitment mampu memediasi pengaruh antara work from home terhadap work life balance. Implikasi bagi karyawan 5 Direktorat Jenderal di Kementerian Agama Republik Indonesia untuk meningkatkan work life balance pada karyawan dapat memperhatikan variabel work from home , job satisfaction dan job commitment , selain itu pentingnya untuk mempertimbangkan dimensi-dimensi job satisfaction yaitu mempertahankan kesesuaian pekerjaan dengan kompetensi pekerja dan job commitment yaitu mempertahankan tuntutan tanggung jawab dari pekerja selama work from home , serta memberikan perhatian khusus terhadap pekerjaan, gaji, kesempatan promosi, rekan kerja, dan pengawasan selama work from home e .
Kata Kunci: work form home ; job stress ; job satisfaction ; job commitment ; work life balance
## Abstract
This study aims to analyze the effect of work from home, job stress, job satisfaction and job commitment on work-life balance in employees of 5 Directorates General at the Ministry of Religious Affairs of the Republic of Indonesia. The method in this study is a quantitative method, using survey research on all employees who work 5 Directorate Generals at the Ministry of Religious Affairs of the Republic of
Pengaruh Work From Home terhadap Work Life Balance Dimediasi oleh Job Stress, Job Satisfaction dan Job Commitment pada Karyawan 5 Direktorat Jenderal di Kementerian Agama Republik Indonesia
Indonesia as research objects. Data collection is used by distributing questionnaires. The research sample was selected using simple random sampling so that 182 respondents were obtained. The data testing method is an instrument test with a validity test and a reliability test. The data analysis method uses Structural Equation Modeling (SEM) with SmartPLS software version 2.0 M3. The influence directly shows that the results of work from home research affect work- life balance, job stress, job satisfaction and job commitment. Job satisfaction and job commitment affect the work-life balance, while the variables of job satisfaction and job commitment are able to mediate the influence between work from home on the work-life balance. Implications for employees of the 5 Directorates General at the Ministry of Religious Affairs of the Republic of Indonesia to improve work-life balance in employees can pay attention to the variables of work from home, job satisfaction and job commitment, in addition to the importance of considering the dimensions of job satisfaction, namely maintaining job conformity with worker competencies and job commitment is to maintain the demands of responsibility from workers during work from home, as well as pay special attention to work, salary, promotion opportunities, co-workers, and supervision during work from homee.
Keywords: work form home ; job stress ; job satisfaction ; job commitment ; work life balance
## Pendahuluan
Sejak merebaknya COVID-19 di Wuhan pada akhir tahun 2019, kehebohan mulai menyeruak secara berangsur yang bahkan menjangkau seluruh dunia. Berbagai negara kemudian mulai menerapkan protokol COVID-19 sesuai dengan anjuran World Health Organization (WHO), mulai dengan tidak berkumpul/melakukan pertemuan, menjaga jarak, membatasi keluar rumah bahkan dilakukan langkah isolasi mulai isolasi mandiri perorangan, komunitas, bahkan seluruh kota. Sebagai akibatnya banyak kantor baik pemerintah maupun swasta yang kemudian menerapkan skema bekerja dari rumah ( Work form Home /WFH).
Work from home juga dikenal sebagai telework , telecommuting atau kerja virtual (Manroop dan Petrovski, 2021) adalah bidang penelitian yang berkembang di kalangan para ahli. Pada tahun 2015 lebih dari 12% pekerja Uni Eropa dan hampir seperempat karyawan Amerika Serikat bekerja setidaknya sebagian dari rumah. Survei baru-baru ini terhadap 27.500 milenium dan Gen Z menunjukkan bahwa mayoritas ingin bekerja dari jarak jauh lebih sering. Bekerja dari rumah adalah solusi khas untuk orang dengan anak- anak yang menjadi tanggungan tetapi banyak karyawan hanya mencari work life balance yang lebih baik dan kenyamanan bekerja dari rumah di lingkungan kerja alternatif (Anzel, et al. 2021). Penelitian terhadap work from home berpendapat banyak manfaat yang memberikan bagi masyarakat; misalnya, mengurangi kemacetan lalu lintas, polusi udara dan konsumsi energi, dan untuk organisasi; misalnya, meningkatkan produktivitas dan efisiensi, mengurangi perhentian kerja dan bagi karyawan sendiri; misalnya meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan. Manfaat work from home juga telah terbukti lebih baik bagi yang memiliki anak dan/atau tanggung jawab perawatan
lainnya (Aczel et al. 2021). Namun, manfaat ini memiliki harga khusus untuk ibu yang masih menjadi pengasuh utama dalam keluarga dan harus mencampurkan urusan pekerjaan dan keluarga.
Bagi banyak orang, transisi dari ke work from home membutuhkan perubahan total dalam cara mendekati pekerjaan masing-masing seperti serta hubungan dengan klien/klien dan kolega. Menurut Akkermans et al. (2020) menggambarkan pandemi sebagai bentuk “kejutan karir” yang menunjukkan bahwa perubahan dalam kerja yang lebih luas dapat berdampak langsung pada pengalaman kerja dan kesejahteraan pribadi. Terkait dengan topik ini, semakin banyak bukti bahwa COVID-19 memiliki efek langsung dan signifikan pada bagaimana dan di mana pekerjaan dilakukan, ruang kerja, alat dan teknologi, jam kerja, hubungan sosial dan persepsi kontrol pribadi, identitas, batasan hidup, ketahanan, dan koping (Gibson, 2020; Knifin et al. 2021).
Abadhi, et al. (2020) menjelaskan bahwa work from home bagi pekerja lepas hal itu sudah biasa, tapi bagi pegawai pemerintah itu sesuatu yang baru. Menurut Eddleston dan Mulki (2017) work from home telah melahirkan prioritas kebijakan bagi sebagian besar pemerintah untuk mengatasi pandemi. Dalam melakukan kebijakan harus dibuat dengan mempertimbangkan kepraktisan untuk keduanya yaitu bagi pengusaha dan karyawan karena akan ada beberapa konsekuensi. Work from home memiliki banyak kelebihan dan merugikan baik karyawan maupun organisasi dibandingkan bekerja secara normal di kantor.
Menurut Manroop dan Petrovski (2021) salah satu bidang yang diminati adalah dampak work from home terhadap job satisfaction . Meskipun hasilnya beragam, meta analisis sebelumnya melaporkan hubungan positif antara work from home dan job satisfaction . Studi yang lebih baru telah menunjukkan bahwa mengarah pada peningkatan karyawan, keterlibatan dan mengurangi omset.
Meskipun penelitian menunjukkan hasil positif dari work from home , menurut Manroop dan Petrovski (2021) perubahan mendadak dan wajib ke work from home selama pandemi COVID-19 saat ini telah menimbulkan hasil yang lebih bermasalah. Sebuah penelitian yang berbasis di Inggris baru-baru ini menemukan bahwa mewajibkan work from home memiliki dampak yang merugikan pada kesejahteraan psikologis dan fisik karyawan. Dengan adanya tuntutan pekerjaan yang dikerjakan di rumah membuat karyawan mengalami job stress yang terlihat dari kecemasan dan depresi ketika menghadapi pekerjaannya. Strategi untuk mengelola job stress di tingkat organisasi dapat menggunakan tambahan alat seperti sistem komunikasi dan perangkat lunak, perubahan kepemimpinan, penyediaan sumber daya untuk kesejahteraan karyawan seperti pelatihan kerja, dan koordinasi tim kerja yang lebih baik (Hampton et al. 2019).
Selanjutnya kefleksibelan pada work from home menuntut dedikasi setiap karyawan, karena karyawan yang mempunyai komitmen akan lebih bertanggung jawab terhadap pekerjaannya walaupun tanpa diawasi langsung tatap muka oleh atasan, maka dari itu pada saat menjalankan work from home diperlukannya job commitment . Menurut Rajak dan Pandey (2017) menyebutkan dedikasi karyawan sangat penting
Pengaruh Work From Home terhadap Work Life Balance Dimediasi oleh Job Stress, Job Satisfaction dan Job Commitment pada Karyawan 5 Direktorat Jenderal di Kementerian Agama Republik Indonesia
untuk meningkatkan kinerja organisasi, dengan kata lain, partisipasi juga dapat dipahami sebagai hubungan antara individu (karyawan) dan organisasi (perusahaan- pemberi pekerjaan).
Work from home mengacu pada kemampuan karyawan untuk bekerja di tempat kerja yang fleksibel, terutama pada rumah, dengan menggunakan teknologi melaksanakan tugas pekerjaan sehingga dapat menciptakan sikap positif oleh karyawan terhadap pekerjaan (Grant et al. 2019). Work from home , sering menghalangi pekerja untuk memiliki batasan kehidupan kerja yang jelas, menyebabkan beban kerja yang berlebihan, meningkatkan tingkat stres (Liu dan Lo 2018), kecemasan, dan mempengaruhi kualitas hidup, serta job satisfaction . Work life balance memainkan peran penting dalam efektivitas dan pertumbuhan hubungan antara organisasi dan karyawannya. Beberapa komponen, seperti melibatkan karyawan dalam pengembangan kebijakan dan membuat keputusan yang tepat pada waktu yang tepat, dapat diperkuat untuk meningkatkan work life balance (Chaitra et al. 2017). Bagi karyawan, work life balance adalah kesulitan dan masalah dalam memenuhi tanggung jawab yang berkaitan dengan keluarga dan pekerjaan. Sedangkan bagi organisasi, seorang pimpinan yang memahami masalah menciptakan lingkungan kerja yang ramah dan mendukung di mana karyawan dapat berbagi tanggung jawab kerja dan melupakan tanggung jawab keluarga.
Work life balance selalu menjadi tantangan untuk dicapai bagi individu yang bekerja di sektor yang berbeda terutama bagi wanita karena tidak mudah melakukan pekerjaan rumah dan kantor sehari-hari sambil bekerja dari rumah secara teratur. Ada penurunan kesejahteraan karena kelelahan mental, fisik dan kesulitan serta ditantang oleh karyawan selama pandemi. Karyawan yang mampu mengelola masalah pekerjaan dan masalah rumah yang lebih mengarah pada integrasi kehidupan kerja daripada work life balance. Karyawan yang telah menerima perubahan dan telah meningkatkan diri dengan kemampuan digitalisasi untuk memenuhi tuntutan yang berkaitan dengan waktu, rumah, keluarga, pekerjaan, kesehatan dan tanggung jawab (Singh, et al. 2021).
Penelitian sebelumnya terhadap work from home , job stress , job satisfaction , job commitment , dan work life balance menemukan bahwa work from home berpengaruh positif terhadap work life balance pada perempuan, karena akan ada konflik kepentingan harus diprioritaskan (Dua dan Hyronimus, 2020). Karyawan TI dari berbagai perusahaan di Indonesia Trivandrum sebagian besar mengalami stres karena tidak terbiasa dengan pengaturan kerja di rumah (Rajit dan Akhila, 2021). Ditemukan hubungan yang signifikan antara kepuasan dengan teleworking ( work from home ) dan kepuasan gaji, dukungan dari pengawasan dan otonomi di tempat kerja. berdasarkan hasil yang diperoleh, pekerjaan jarak jauh yang diperkenalkan oleh corona virus memiliki dampak positif yang jelas terhadap job satisfaction pada karyawan Slovakia (Karacsony, 2021). Ditemukan dukungan organisasi yang dirasakan menggambarkan efek positif terhadap kepuasan para telecommuter dalam pekerjaannya masing-masing, serta komitmen telecommuters ke organisasi (Aban, et al. 2019). Sedangkan Irawanto, et al. (2021) menemukan bahwa work from home , job stress dan work life balance mempunyai pengaruh signifikan, baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap
job satisfaction . Aruldos, et al. (2021) menemukan bahwa job stress berpengaruh negatif pada work life balance , job satisfaction bepengaruh positif pada work life balance , dan job commitment berpengaruh positif pada work life balance .
Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian ini bermaksud memberikan kontribusi untuk perluasan penelitian-penelitian sebelumnya dan juga untuk menguji hipotesis penelitian-penelitian sebelumnya yang hasilnya masih bertentangan dengan rumusan penelitian-penelitian yang terkait dengan work from home, job stress, job satisfaction, dan job commitment, work life balance pada karyawan di institusi pemerintah. Penelitian ini dilakukan pada lima (5) Direktorat Jenderal pada Kementerian Agama yaitu Ditjen Bimas Islam, Ditjen Bimas Kristen, Ditjen Bimas Katolik, Ditjen Bimas Hindu, dan Ditjen Bimas Buddha pada Kantor Kementerian Agama RI. Direktorat Jenderal tersebut sesuai dengan Surat Edaran Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penyesuaian Sistem Kerja Pegawai Dalam Upaya Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) pada Kementerian Agama tanggal 16 Maret 2020 melaksanakan work from home dan terus diperbaharui sesuai dengan kondisi. Work from home merupakan suatu yang baru bagi institusi pemerintah yang berdampak pada kemampuan karyawan pada Direktorat Jenderal tersebut untuk dapat memilah antara kehidupan pribadi dan juga pekerjaan, lebih khusus lagi terkait lebih khusus lagi terkait kesulitan karyawan untuk berhenti bekerja meski jam kerja telah usia, dan kesulitan dalam menjaga fokus di tengah-tengah pekerjaan, karena terdistraksi dengan kehidupan pribadi.
## Metode Penelitian
Penelitian ini mengkontruksi penelitian dari Aruldos, et al. (2021) berjudul The relationship between quality of work life and work life balance mediating role of job stress, job satisfaction and job commitment: evidence from India , dan penelitian oleh Bellman dan Hubler (2021) berjudul Working from home, job satisfaction and work life balance robust or heterogeneous links. Menurut Sugiyono (2013) metode penelitian meliputi penelitian kuantitatif dan kualitatif. Berdasarkan tujuan penelitian penelitian kuantitatif meliputi: penelitian dasar, penelitian untuk pengembangan, dan penelitian terapan; sedangkan berdasarkan tingkat tempat penelitian penelitian kuantitatif meliputi: penelitian eksperimen, penelitian survey , penelitian naturalistik; sedangkan menurut karakteristik masalah penelitian dibedakan menjadi peneitian historis, deskriptif, studi kasus/lapangan, korelation, kausalitas dan komperatif (Ngatno, 2015).
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, bertujuan pengembangan dan berdasarkan tempat berjenis penelitian survey karena mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah yaitu pada unit analisa lima (5) Direktorat Jenderal pada Kementerian Agama yaitu Ditjen Bimas Islam, Ditjen Bimas Kristen, Ditjen Bimas Katolik, Ditjen Bimas Hindu, dan Ditjen Bimas Buddha yang berlokasi di Jakarta. Sedangkan berdasarkan karakteristiknya penelitian ini adalah penelitian korelasional karena bertujuan untuk menentukan apakah terdapat asosiasi antar variabel dan membuat prediksi berdasarkan kolerasi antar variabel. Variabel-variabel dalam
Pengaruh Work From Home terhadap Work Life Balance Dimediasi oleh Job Stress, Job Satisfaction dan Job Commitment pada Karyawan 5 Direktorat Jenderal di Kementerian Agama Republik Indonesia
penelitian yaitu work life balance sebagai variabel terkait ( Dependent Variabele ), variabel work from home sebagai variabel bebas ( Independent Variable ), job stress, job satisfaction, job commitment sebagai variabel perantara ( Intervening Variable ). Menurut kedalamannya penelitian ini kurang mendalam tetapi generalisasinya tinggi atau menggunakan studi statistik. Perlakuan pengumpulan data pada penelitian ini dengan menyebarkan kuesioner (primer) dan juga studi pustaka yaitu dari berbagai literatur, jurnal, dan artikel maupun data yang melibatkan variabel (sekunder). Jadwal waktu penelitian cross-sectional , karena peneliti hanya mengamati fenomena pada satu titik waktu tertentu (Nurdini, 2006). Pengumpulan data penelitian ini dilakukan pada rentang waktu bulan Febuari s.d. Maret 2022.
## Variabel dan Pengukuran
Variabel penelitian ini meliputi, 1 (satu) variabel terkait ( Dependent Variabel ) yaitu work life balance , 1 (satu) variabel bebas ( Independent Variable ) yaitu work from home , dan 3 (tiga) variabel perantara ( Intervening Variable ) yaitu job stress, job satisfaction, job commitment . Pada penelitian ini, variabel diukur dengan menggunakan skala likert. Skala Likert dikategorikan ke dalam skala pengukuran aritmatika tertentu yang menunjukkan peringkat dan jarak komposisi dari data yang dikumpulkan dari responden (Sekaran dan Bougie, 2019). Alat ukur ini digunakan untuk mengetahui tingkat kesetujuan responden atas pernyataan yang diberikan. Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban diukur dalam 5 skala likert, sebagai berikut: 1 untuk STS (Sangat Tidak Setuju), 2 untuk TS (Tidak Setuju), 3 untuk C (Cukup), 4 untuk S (Setuju), dan 5 untuk SS (Sangat Setuju).
## Metode Penarikan Sampel
Menurut Sugiyono (2013), populasi adalah wilayah yang digeneralisasikan meliputi objek/subyek dengan kualitas dan karakteristik tertentu yang diidentifikasi oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan. Populasi pada penelitian ini karyawan Ditjen Bimas Islam, Ditjen Bimas Kristen, Ditjen Bimas Katolik, Ditjen Bimas Hindu, dan Ditjen Bimas Buddha di Kementerian Agama RI berlokasi di Jakarta. Sampel adalah bagian dari populasi (Sugiyono, 2013). Menurut Hair, et al. (2018) penentuan ukuran sampel lebih dari 100 responden atau lebih besar, dengan ketentuan jumlah item indikator di kali 5-10, indikator penelitian ini berjumlah 36 sehingga sampel pada penelitian ini berjumlah 180 s.d. 360 responden.
Uji Validitas
Tabel 1 Hasil Uji Validitas Work Life Balance No Pernyataan Nilai Validitas Kriteria Kesimpulan 1 Saya memiliki cukup waktu untuk berkumpul kembali dengan keluarga 13388etika bekerja di Kementerian Agama RI selama bekerja dari rumah. 0,501 >0,200 Valid 2 Saya sempat memeriksakan kesehatan ketika bekerja di Kementerian Agama RI selama bekerja dari rumah. 0,490 >0,200 Valid 3 Masalah di rumah tidak mempengaruhi efisiensi kerja saya 13388etika bekerja di Kementerian Agama RI selama bekerja dari rumah. 0,523 >0,200 Valid 4 Saya menginginkan jenjang karir yang maju dengan gaji yang lebih tinggi sambil
tetap
bertanggung jawab atas keluarga ketika bekerja di Kementerian Agama RI selama bekerja dari rumah. 0,405 >0,200 Valid 5 Saya tetap melakukan pekerjaan rumah tangga meskipun dituntut untuk bekerja secara profesional ketika bekerja di Kementerian Agama RI selama bekerja dari rumah. 0,447 >0,200 Valid 6 Saya mampu menghidupi keluarga dan memberikan perhatian penuh kepada keluarga ketika bekerja di Kementerian Agama RI selama bekerja dari rumah 0,687 >0,200 Valid
Kementerian Agama Republik Indonesia
No Pernyataan Nilai Validitas Kriteria Kesimpulan 7 Saya tetap dapat memenuhi tanggung jawab sosial ketika
bekerja di Kementerian Agama RI selama bekerja dari rumah. 0,667 >0,200
Valid Sumber: Hasil Pengolahan dengan SPSS Tabel 2. Hasil Uji Validitas Work From Home No Pernyataan Nilai Validitas Kriteria Kesimpulan 1 Pekerjaan saya dapat diselesaikan tidak hanya di kantor. 0,622 >0,200 Valid 2 Saya merasa sangat produktif saat bekerja dari rumah. 0,760 >0,200 Valid 3 Kualitas hasil pekerjaan saya lebih baik saat bekerja dari rumah. 0,777 >0,200 Valid 4 Saya cukup memiliki kemampuan secara teknikal untuk menyelesaikan pekerjaan saya dari rumah. 0,735 >0,200 Valid 5 Saya memiliki target yang jelas saat bekerja dari rumah. 0,810 >0,200 Valid 6 Saya selalu berinteraksi dengan orang lain untuk pekerjaan saya selama bekerja dari rumah. 0,533 >0,200 Valid 7 Atasan saya selalu peduli terhadap kondisi saya selama bekerja dari rumah. 0,412 >0,200 Valid
## Sumber: Hasil Pengolahan dengan SPSS
Tabel Error! No text of specified style in document. . Hasil Uji Validitas Job Stress No Pernyataan Nilai Validitas Kriteria Kesimpulan 1 Pekerjaan saya di kantor secara langsung berdampak pada kesehatan fisik dan mental ketika bekerja di Kementerian Agama RI selama bekerja dari rumah. 0,720 >0,200 Valid 2 Peralatan kerja kantor menghambat pekerjaan saya ketika bekerja di Kementerian Agama RI selama bekerja dari rumah. 0,674 >0,200 Valid 3 Kurangnya pengembangan karir bagi karyawan ketika bekerja di Kementerian Agama RI selama bekerja dari rumah. 0,658 >0,200 Valid 4 Besarnya gaji/upah yang saya terima sangat mempengaruhi prestasi kerja saya ketika bekerja di Kementerian Agama RI selama bekerja dari rumah. 0,666 >0,200 Valid 5 Lingkungan kerja kurang kondusif ketika bekerja di Kementerian Agama RI selama bekerja dari rumah. 0,738 >0,200 Valid
6 Perbedaan pendapat dengan rekan kerja membuat saya stres ketika bekerja di Kementerian Agama RI selama bekerja dari rumah. 0,702 >0,200 Valid 7 Pemberian sanksi bagi karyawan pegawai menimbulkan ketegangan di antara rekan kerja lainnya ketika bekerja di Kementerian Agama RI selama bekerja dari rumah. 0,680 >0,200 Valid Sumber: Hasil Pengolahan dengan SPSS Tabel 4. Hasil Uji Validitas Job Satisfaction No Pernyataan Nilai Validitas Kriteria Kesimpulan 1 Saya puas bekerja ketika bekerja di Kementerian Agama RI selama bekerja dari rumah. 0,757 >0,200 Valid 2 Saya merasa puas menggunakan keterampilan yang saya miliki ketika bekerja di Kementerian Agama RI selama bekerja dari rumah. 0,613 >0,200 Valid 3 Saya puas dengan gaji yang saya terima ketika bekerja di Kementerian Agama RI selama bekerja dari rumah. 0,636 >0,200 Valid 4 Saya dipromosikan secara adil ketika bekerja di Kementerian Agama RI selama bekerja dari rumah. 0,747 >0,200 Valid 5 Saya telah mengalami perkembangan karir ketika bekerja di Kementerian Agama RI selama bekerja dari rumah. 0,738 >0,200 Valid 6 Saya mendapatkan kerjasama yang baik dengan rekan kerja ketika bekerja di Kementerian Agama RI selama bekerja dari rumah. 0,708 >0,200 Valid 7 Saya merasa senang dengan rekan kerja yang saya miliki ketika bekerja di Kementerian Agama RI selama bekerja dari rumah 0,680 >0,200 Valid 8 Saya mendapatkan kepercayaan selama ketika bekerja di Kementerian Agama RI selama bekerja dari rumah. 0,697 >0,200 Valid Sumber: Hasil Pengolahan dengan SPSS
## Tabel 5. Hasil Uji Validitas Job Commitment
No Pernyataan Nilai Validitas Kriteria Kesimpulan 1 Saya bangga bekerja di Kementerian Agama RI selama bekerja dari rumah. 0,567 >0,200 Valid 2 Saya tidak sering mengambil cuti ketika bekerja di Kementerian Agama RI selama bekerja dari rumah. 0,507 >0,200 Valid 3 Saya bekerja dengan penuh tanggung jawab 13390etika bekerja di Kementerian Agama RI selama bekerja dari rumah. 0,715 >0,200 Valid 4 Saya melakukan pelayanan untuk kepuasan masyarakat 13390etika bekerja di Kementerian 0,773 >0,200 Valid
Pengaruh Work From Home terhadap Work Life Balance Dimediasi oleh Job Stress, Job Satisfaction dan Job Commitment pada Karyawan 5 Direktorat Jenderal di Kementerian Agama Republik Indonesia
Agama RI selama bekerja dari rumah.
5 Saya dapat mengimplementasikan nilai-nilai organisasi di Kementerian Agama RI (Lima Budaya Kerja) selama bekerja dari rumah 0,782 >0,200 Valid 6 Saya patuh terhadap perintah atasan ketika bekerja di Kementerian Agama RI selama bekerja dari rumah. 0,715 >0,200 Valid 7 Saya mematuhi semua aturan yang berlaku ketika bekerja di Kementerian Agama RI selama bekerja dari rumah. 0,759 >0,200 Valid
## Sumber: Hasil Pengolahan dengan SPSS
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa nilai Corrected Item-Total Correlation semuanya > dari 0.2 dengan demikian item-item tersebut dapat dinyatakan valid.
## Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas pada alat ukur perlu dilakukan untuk memastikan instrumen dari alat ukur yang digunakan untuk penelitian ini adalah konsisten dan akurat. Reliabilitas berkaitan dengan konsistensi, akurasi, dan prediktabilitas suatu alat ukur (Sekaran dan Bougie, 2019). Pengujian reliabilitas dilakukan dengan melihat nilai cronbach’s alpha yang menunjukkan apakah butir-butir pengukuran bersifat homogen dan mampu merefleksikan konstruk yang sama dan mendasar (Hair et al., 2020).
Menurut Hair et al. (2020) dasar pengambilan keputusan uji reliabilitas ini adalah sebagai berikut:
• Jika koefisien Cronbach’s Alpha ≥ 0,60 → maka Cronbach’s Alpha acceptabel (construct reliable) .
• Jika Cronbach’s Alpha < 0,60 → maka Cronbach’s Alpha unacceptabel (construct unreliable) dapat dikatakan penelitian tersebut tidak dapat diterima (Haryono, 2017).
Hasil pengujian reliabilitas untuk masing-masing variabel yang diteliti, ditampilkan pada tabel berikut ini:
Tabel 6. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Cronbach’s Alpha Keterangan Work From Home 0,877 Reliabel Job Stress 0,893 Reliabel Job Satisfaction 0,902 Reliabel Job Commitment 0,885 Reliabel Work Life Balace 0,796 Reliabel Sumber: Hasil Pengolahan dengan SPSS
Koefisien Cronbach’s Alpha sebagai konsistensi alat ukur atau tingkat reliabilitas alat ukur diketahui. Koefisien minimum yang dapat diterima yaitu 0,60 (Sekaran & Bougie, 2013). Dasar pengambilan keputusan jika koefisien Cronbach Alpha > 0.6 maka reliabel; dan jika koefisien Cronbach’s Alpha < 0.6 maka tidak
reliabel. Berdasarkan tabel terlihat bahwa nilai Cronbach’s Alpha seluruh variabel lebih besar 0.6 dengan demikian seluruh variabel dapat dinyatakan reliabel.
## Structural Equation Model (SEM)
Structural Equation Model (SEM) telah semakin diterapkan dalam ilmu sosial dan pemasaran, karena kemudahan penggunaan perangkat lunak selama tiga dekade terakhir ini (Hair, et al. 2014). SEM memudahkan untuk mendeteksi dan mengkonfrimasi hubungan antara beberapa variabel. Kekuatan yang paling penting dari SEM adalah bahwa hubungan di antara banyak konstruksi laten dapat diperiksa dengan cara yang mengurangi kesalahan dalam model (Hair, et al. 2014). Fitur ini memungkinkan untuk mengevaluasi dan menghapus variabel yang bertanda pengukuran rendah. Menurut Astrachan, et al. 2014; Ringle, et al. 2013 untuk mencapai tujuan tersebut, teknik SEM sangat cocok.
Gambar 4. Hasil Pengolahan SEM dengan PLS 2.0 Sumber: Data diolah menggunakan SmartPLS 2.0
Hasil SEM serupa dengan hasil regresi berganda. SEM menyediakan prosedur yang cukup mudah untuk memverifikasi mediasi, sehingga metode yang digunakan dalam analisis data adalah yaitu Structural Equation Modeling (SEM), melalui software SmartPLS versi 2.0 M3. SEM-PLS bertujuan untuk menguji hubungan prediktif antar konstruk dengan melihat apakah ada hubungan atau pengaruh antar konstruk (Ghozali, 2019).
## Hasil dan Pembahasan
Tabel 7. Rekapitulasi Hasil Uji Hipotesis No Hipotesis Beta ( β) T Statistics P- Value Kesimpulan H 1 work from home → work life balance 0.158 2.532 0.011 H 1 didukung H 2 work from home → job stress - 0.242 2.806 0.005 H 2 didukung H 3 work from home → job satisfaction
0.476 8.954 0.000 H 3 didukung H 4 work from home → job commitment 0.368 5,495 0.000 H 4 didukung H 5 job stress → work life balance
0.045 0.784 0.433 H 5 Tidak didukung H 6 job satisfaction → work life balance 0.396 5,093 0.000 H 6 didukung H 7 job commitment → work life balance
0.336 3,608 0.000 H 7 didukung
Kementerian Agama Republik Indonesia
No Hipotesis Beta ( β) T Statistics P- Value Kesimpulan Hipotesis Mediasi H 8 work from home → job stress → work life balance - 0.011 0.755 0.450 H 8 Tidak didukung H 9 work from home → job satisfaction → work life balance 0.188 4.427 0.000 H 9 didukung H 10 work from home → job commitment → work life balance 0.124 3.016 0.003 H 10 didukung
Sumber: Hasil Pengolahan dengan SmartPLS versi 2.0 M3
1. Berdasarkan pengujian hipotesis 1, dapat disimpulkan bahwa H 1 berbunyi “Terdapat pengaruh positif work from home terhadap work life balance” dapat terdukung.
Berarti semakin tinggi work from home semakin tinggi work life balance, demikian sebaliknya. Penelitian ini terdukung dengan penelitian Dua dan Hyronimus (2020) yang mengatakan bahwa work from home berpengaruh positif terhadap work life balance pada perempuan karena akan ada konflik kepentingan harus diprioritaskan.
Yang et al. (2021) menemukan bahwa work life balance selama work from home para pekerja meningkat Work from Home merupakan salah satu faktor dalam memengaruhi Work Life Balance dikarenakan memiliki fleksibilitas pengaturan waktu dan jam kerja yang memungkinkan karyawan untuk mengatasi kebutuhan keluarga dan pekerjaan lain dengan lancar (Yang et al., 2021). Efektifitas dan efisiensi dari work from home semakin diperkuat dengan perkembangan teknologi yaitu adanya Platform Virtual yang memungkinkan karyawan untuk bekerja secara remote atau teleworking (Rathnaweera et al. 2021). Hasil penelitian dapat diinterpretasikan bahwa work from home berpengaruh positif terhadap work life balance pada 5 Direktorat Jenderal di Kementerian Agama karena selama work from home karyawan tetap bisa berinteraksi dengan orang lain untuk melancarkan pekerjaan . Hal tersebut bisa dikatakan bahwa karyawan 5 Direktorat Jenderal Kementerian Agama akan work life balance jika work from home diterapkan dalam pengelolaan karyawan terutama jika karyawan dapat berinteraksi dengan orang lain untuk melancarkan pekerjaan dengan menggunakan Platform virtual telah memungkinkan karyawan tetap terhubung selama work from home sehingga dapat mengatur waktu dan jam kerja yang lebih fleksibel memungkinkan karyawan untuk mengatasi kebutuhan keluarga dan pekerjaan lain dengan lancar .
2. Berdasarkan pengujian hipotesis 2, dapat disimpulkan bahwa H 2 berbunyi “Terdapat pengaruh negatif work from home terhadap job stress” dapat terdukung. Berarti semakin tinggi work from home semakin rendah job stress, demikian sebaliknya. Penelitian ini terdukung oleh penelitian Adamovic (2021) yang menemukan bahwa menghabiskan lebih banyak work from home memiliki efek menguntungkan pada job stress ketika karyawan tidak percaya bahwa kerja jarak jauh akan menyebabkan isolasi sosial. Perlunya mempersiapkan karyawan mengelola stress selama work from home dan pemberian program pendampingan karyawan secara virtual berupa konseling online (Manroop and Petrovski,2021). Hasil penelitian dapat
diinterpretasikan bahwa work from home berpengaruh negatif terhadap job stress pada karyawan 5 Direktorat Jenderal di Kementerian Agama karena kesehatan fisik dan mental diperhatikan. Hal tersebut bisa dikatakan bahwa karyawan 5 Direktorat Jenderal Kementerian Agama akan semakin rendah job stress jika work from home diterapkan dalam pengelolaan karyawan terutama jika selama work from home kesehatan fisik dan mental diperhatikan melalui program pendampingan selama work from home dengan memenuhi kebutuhan karyawan untuk menjaga kesehatan fisik dan mental selama work from home . Oleh karena itu, semakin tepat work from home yang diimplementasikan, karyawan 5 Direktorat Jenderal Kementerian Agama maka akan semakin rendah job stress .
3. Berdasarkan pengujian hipotesis 3, dapat disimpulkan bahwa H 3 berbunyi “Terdapat pengaruh positif work from home terhadap job satisfaction” dapat terdukung. Berarti semakin tinggi work from home semakin tinggi job satisfaction , demikian sebaliknya. Penelitian ini terdukung penelitian oleh Nuangjamnong (2022) yang menemukan bahwa work from home memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan job satisfaction . Kemampuan untuk bekerja dari jarak jauh menciptakan fleksibilitas yang meningkatkan job satisfaction yang memengaruhi job satisfaction dan kinerja. Irawanto, et al. (2021) menyebutkan bahwa work from home mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap job satisfaction .
Faktor individu yaitu: taktik manajemen diri dan faktor rumah/keluarga yaitu: kebutuhan akan kondisi kerja jarak jauh yang memadai adalah penting untuk produktivitas, kinerja, dan job satisfaction saat bekerja jarak jauh selama COVID-19 (Mihalea et al. 2021). Selain itu, perasaan otonomi yang meningkat menyebabkan efek positif pada kepuasan kerja karyawan (Neibuhr, 2022). Work from home berpengaruh positif terhadap job satisfaction pada karyawan 5 Direktorat Jenderal di Kementerian Agama karena kompetensi karyawan dapat digunakan selama work from home .
4. Berdasarkan pengujian hipotesis 4, dapat disimpulkan bahwa H 4 berbunyi “Terdapat pengaruh positif work from home terhadap job commitment” dapat terdukung. Berarti semakin tinggi work from home semakin tinggi job commitment , demikian sebaliknya. Penelitian ini terdukung penelitian oleh Sultana et al. (2021) yang menemukan bahwa dalam konteks work from home komitmen normatif dan motivasi intrinsik adalah dua variabel yang paling penting yang memiliki pengaruh langsung terhadap kepuasan kerja karyawan. Telecommuter akan puas dan berkomitmen pada organisasi jika mendapat dukungan organisasi (Aban et al. 2019). Work from home berpengaruh positif terhadap job commitment pada karyawan 5 Direktorat Jenderal di Kementerian Agama karena karyawan bekerja penuh tanggung jawab selama work from home. Hal tersebut bisa dikatakan bahwa karyawan 5 Direktorat Jenderal Kementerian Agama akan semakin tinggi job commitment jika work from home diterapkan dalam pengelolaan karyawan terutama jika karyawan bekerja penuh tanggung jawab selama work from home , dukungan
organisasi selama work from home mempunyai peran penting mendorong karyawan untuk bertanggungjawab pada pekerjaannya.
5. Berdasarkan pengujian hipotesis 5, dapat disimpulkan bahwa H 5 berbunyi “Terdapat pengaruh negatif job stress terhadap work life balance” tidak terdukung. Penelitian ini bertentangan dengan penelitian Aruldos, et al . (2021) yang menyatakan bahwa job stress berpengaruh negatif pada work life balance dan penelitian Salonki dan Mandaviya (2021) yang menyatakan bahwa job stress secara signifikan berpengaruh pada wanita, sedangkan responden pria mampu mengelola emosi, namun demikian responden pria memiliki masalah terkait kesehatan daripada responden wanita akibat dari job stress dan tidak adanya work life balance . Akan tetapi penelitian ini terdukung penelitian Zahoor, et al . (2020) yang menemukan bahwa job stress tidak berpengaruh pada work life balance , karena karyawan tidak menunjukkan pola perilaku yang meningkatkan tingkat stres dan orang yang senang bekerja dan mendorong diri sendiri untuk mencapai tujuan pekerjaan tidak mengalami stres terhadap pekerjaannya. Meskipun karyawan menghabiskan lebih banyak waktu untuk bekerja dan lebih sedikit waktu bersama keluarga masih dapat mengalami work life balance yang lebih tinggi, karena pilihan yang karyawan disukai adalah pekerjaan, bukan keluarga atau diri sendiri.
6. Berdasarkan pengujian hipotesis 6, dapat disimpulkan bahwa H 6 berbunyi “Terdapat pengaruh positif job satisfaction terhadap work life balance” dapat terdukung. Berarti semakin tinggi job satisfaction semakin tinggi work life balance , demikian sebaliknya. Penelitian ini terdukung Arif dan Farooqi (2014) menemukan hubungan positif yang signifikan ada antara work life balance dan kepuasan, demikian juga penelitian Aruldoss, et al. (2021) yang menemukan bahwa job satisfaction bepengaruh positif pada work life balance . Work life balance secara positif terkait dengan job satisfaction karyawan selama situasi pandemi. Otonomi pekerjaan membantu karyawan lebih memahami tugas, tujuan, dan prioritas kerja; mengurangi dampak negatif dari konflik dan mencapai work life balance . Otonomi pekerjaan mendorong karyawan untuk mendapatkan lebih banyak fleksibilitas dalam mengatur waktu dan pekerjaan. Karyawan yang puas membayar kembali organisasi dan berusaha untuk efisiensi melalui peningkatan tingkat work life balance (Rashmi dan Katarina, 2021). Job satisfaction berpengaruh positif terhadap work life balance pada karyawan 5 Direktorat Jenderal di Kementerian Agama karena kompetensi karyawan dapat digunakan dalam bekerja sehingga karyawan tetap dapat menjaga work life balance. Hal tersebut bisa dikatakan bahwa karyawan 5 Direktorat Jenderal Kementerian Agama akan semakin tinggi work life balance jika job satisfaction diterapkan dalam pengelolaan karyawan terutama dalam bekerja kompetensi karyawan dapat digunakan. Kompetensi yang dimiliki karyawan membantu karyawan lebih memahami tugas, tujuan, dan prioritas kerja, mengurangi dampak negatif dari konflik dan mencapai work life balance . Oleh karena itu, semakin tepat job satisfaction diimplementasikan, maka karyawan 5 Direktorat Jenderal Kementerian Agama akan semakin tinggi work life balance.
7. Berdasarkan pengujian hipotesis 7, dapat disimpulkan bahwa H 7 berbunyi “Terdapat pengaruh job commitment terhadap work life balance” dapat terdukung. Berarti semakin tinggi job comittment semakin tinggi work life balance , demikian sebaliknya. Penelitian ini terdukung penelitian oleh Arif dan Farooqi (2014) yang menemukan hubungan positif yang signifikan ada antara work life balance dan komitmen. Ketika karyawan merasa nyaman di tempat kerja dan merasa lebih sedikit stres, lebih mungkin untuk mengalami job satisfaction dan berkontribusi pada organisasi (Aruldoss et al. 2021). Job commitment berpengaruh positif terhadap work life balance pada karyawan 5 Direktorat Jenderal di Kementerian Agama karena karyawan bertanggung jawab dalam bekerja sehingga menjaga work life balance . Hal tersebut bisa dikatakan bahwa karyawan 5 Direktorat Jenderal Kementerian Agama akan semakin tinggi work life balance jika job commitment diterapkan dalam pengelolaan karyawan terutama ketika karyawan bertanggung jawab dalam bekerja, ketika karyawan bertanggung jawab pada pekerjaannya akan berkontribusi pada organisasi. Oleh karena itu, semakin tepat job commitment diimplementasikan, maka karyawan 5 Direktorat Jenderal Kementerian Agama akan semakin tinggi work life balance.
8. Berdasarkan pengujian hipotesis 8, dapat disimpulkan bahwa H 8 berbunyi “Terdapat pengaruh negatif work from home terhadap work life balance dimediasi oleh job stress” tidak terdukug. Hal ini berarti job stress tidak berkontribusi pengaruh work from home terhadap work life balance . Menurut Baron dan Kenny dalam Sugiyono (2013), peranan variabel sebagai mediator terjadi apabila:
a. Variasi pada variabel independen mampu menjelaskan secara signifikan variasi dalam variabel mediator .
b. Variasi pada variabel mediator mampu menjelaskan secara signifikan variasi dalam variabel dependen .
c. Ketika variabel mediator dikontrol, hubungan antara variabel independen dan variabel dependen tidak atau signifikan.
Pada penelitian ini tidak memenuhi syarat sebagai peranan variabel mediator karena variabel mediator tidak mampu menjelaskan secara signifikan variasi dalam variabel dependen , ditunjukan pada pengujian hipotesis H 5 yang menyatakan pengaruh negatif job stress terhadap work life balance” tidak terdukung , sehingga memberikan memberikan dampak pada H 8 yang tidak terdukung, kesimpulan yang dapat ditarik kesimpulan bahwa mediasi job stress tidak berkontribusi pada pengaruh work from home terhadap work life balance . Job stress tidak berpengaruh pada work life balance karena karyawan lebih menyukai pekerjaan dari pada keluarga atau diri sendiri (Zahoor et al. 2020). Hal tersebut bisa dikatakan bahwa work life balance selama work from home tidak terpengaruh oleh job stress pada karyawan 5 Direktorat Jenderal Kementerian Agama.
9. Berdasarkan pengujian hipotesis 9 dapat disimpulkan bahwa H 9 berbunyi “Terdapat pengaruh positif work from home terhadap work life balance dimediasi oleh job satisfaction” dapat terdukung. Berarti semakin tinggi job satisfaction akan
Pengaruh Work From Home terhadap Work Life Balance Dimediasi oleh Job Stress, Job Satisfaction dan Job Commitment pada Karyawan 5 Direktorat Jenderal di Kementerian Agama Republik Indonesia
berkontibusi pada semakin tinggi pengaruh work from home terhadap work life balance. Demikian sebaliknya, semakin rendah job satisfaction akan berkontribusi pada semakin rendah pengaruh work from home terhadap work life balance . Job commitment telah memenuhi syarat sebagai mediator (Sugiyono, 2013) yaitu: variabel variasi work from home mampu menjelaskan secara signifikan variasi dalam variabel job satisfaction. Variasi pada variabel job satisfaction mampu menjelaskan secara signifikan variasi dalam variabel work life balance . Ketika variabel job satisfaction dikontrol, hubungan antara variabel work from home dan variabel work life balance tidak atau signifikan. Teleworking diperkenalkan karena corona virus memiliki efek positif yang jelas pada job satisfaction . Hubungan antara manajer dan bawahan telah meningkat, dan work life balance juga telah berkembang dengan baik selama work from home (Karacsony, 2021) .
10. Berdasarkan pengujian hipotesis 10 dapat disimpulkan bahwa H 10 berbunyi “Terdapat pengaruh positif work from home terhadap work life balance dimediasi oleh job commitment” dapat di dukung. Berarti semakin tinggi job commitment akan berkontibusi pada semakin tinggi pengaruh work from home terhadap work life balance . Demikian sebaliknya, semakin rendah job commitmet akan berkontribusi pada semakin rendah pengaruh work from home terhadap work life balance . Job commitment telah memenuhi syarat sebagai mediator (Sugiyono, 2013) yaitu: variabel variasi work from home mampu menjelaskan secara signifikan variasi dalam variabel job commitment . Variasi pada variabel job commitment mampu menjelaskan secara signifikan variasi dalam variabel work life balance . Ketika variabel job commitment dikontrol, hubungan antara variabel work from home dan variabel work life balance tidak atau signifikan. Terdapat hubungan kritis antara job commitment dengan pemenuhan pekerjaan seseorang (Rajak dan Pandey, 2017). Karyawan yang mengalami kualitas work life balance yang lebih tinggi memiliki sikap positif terhadap organisasi dan juga pandangan positif tentang masyarakat. Ketika karyawan bahagia di tempat kerja dan juga di rumah, kesejahteraan psikologis keluarga memiliki dampak positif pada masyarakat. Work life balance menguntungkan organisasi dalam hal komitmen dan produktivitas (Aruldoss et al. 2021). Work from home berpengaruh positif terhadap work life balance dimediasi oleh job commitment pada karyawan 5 Direktorat Jenderal di Kemneterian Agama karena ketika karyawan tetap bertanggung jawab dikontrol selama work from home akan menjaga work life balance . Hal tersebut bisa dikatakan bahwa karyawan akan semakin tinggi work life balance jika job commitment diterapkan dalam pengelolaan karyawan 5 Direktorat Jenderal Kementerian Agama selama work from home terutama ketika karyawan tetap bertanggung jawab selama work from home .
Komitmen karyawan pada pekerjaannya akan menguntungkan organisasi. Oleh karena itu, semakin tepat job commitment diimplementasikan selama work from home , maka karyawan 5 Direktorat Jenderal Kementerian Agama akan semakin tinggi work life balance.
## Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel melalui kuesioner yang disebarkan kepada 182 responden kepada ASN 5 Direktorat Jenderal di Kementerian Agama yang melaksanakan work from home . Model penelitian ini kemudian dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak SmartPLS versi 2.0 M3. Berdasarkan hasil penelitian yang bertujuan untuk pengaruh work from home , terhadap work life balance yang dimediasi oleh job stress , job satisfaction , job commitment. pada 5 Direktorat Jenderal di Kementerian Agama dapat disimpulkan:
1. Work from home berpengaruh langsung signifikan dan positif terhadap work life balance khususnya karena karyawan selama work from home selalu berinteraksi dengan orang lain untuk menyelesaikan pekerjaan.
2. Work from home berpengaruh langsung signifikan dan negatif terhadap job stress khususnya karena karyawan selama work from home tetap terhubung dengan orang lain dengan lancar.
3. Work from home berpengaruh langsung signifikan dan positif terhadap job satisfaction khususnya karena komunikasi dengan orang lain berlangsung lancar selama work from home .
4. Work from home berpengaruh langsung signifikan dan positif terhadap job commitment khususnya karena interaksi dengan orang lain selama work from home berjalan dengan lancar.
5. Job stress tidak berpengaruh langsung signifikan dan negatif terhadap work life balance .
6. Job satisfaction berpengaruh langsung signifikan dan positif terhadap work life balance khususnya karena untuk tetap work life balance, karyawan menggunakan keterampilannya untuk menyelesaikan pekerjaan.
7. Job commitment berpengaruh langsung signifikan dan positif terhadap work life balance khususnya karena untuk tetap work life balance , karyawan bertanggung jawab menyelesaikan pekerjaan.
8. Work from home tidak berpengaruh signifikan dan negatif terhadap work life balance dimediasi oleh job stress .
9. Work from home berpengaruh signifikan dan positif terhadap work life balance dimediasi oleh job satisfaction khususnya karena untuk tetap work life balance selama work from home, karyawan dapat menggunakan keterampilan yang dimiliki.
10. Work from home berpengaruh signifikan dan positif terhadap work life balance dimediasi oleh job commitment khususnya karena untuk tetap work life balance selama work from home , karyawan bekerja dengan penuh tanggung jawab .
## BIBLIOGRAFI
Aban, C. J. I., Perez, V. E. B., Ricarte, K. K. G., & Chiu, J. L. (2019). The Relationship of Organizational Commitment, Job Satisfaction, and Perceived Organizational Support of Telecommuters in The National Capital Region. Review of Integrative Business and Economics Research , 8 (4), 162–197.
Abdirahman, H. I. H., Najeemdeen, I. S., Abidemi, B. T., & Ahmad, R. (2020). The Relationship between Job Satisfaction, Work-Life Balance and Organizational Commitment on Employee Performance. Advances in Business Research International Journal , 4 (1), 42. https://doi.org/10.24191/abrij.v4i1.10081
Adamovic, M. (2022). How Does Employee Cultural Background Influence The Effects of Telework on Job Stress? The Roles of Power Distance, Individualism, and Beliefs About Telework. International Journal of Information Management , 62 (November 2020). https://doi.org/10.1016/j.ijinfomgt.2021.102437
Akanji, B., Mordi, C., Ajonbadi, H., & Adekoya, O. (2022). The impact of COVID-19 on the work–life balance of working mothers: evidence from Nigerian academics. Personnel Review . https://doi.org/10.1108/PR-08-2020-0636
Akgunduz, Y., & Eser, S. (2022). The Effects of Tourist Incivility, Job Stress And Job Satisfaction on Tourist Guides’ Vocational Commitment. Journal of Hospitality and Tourism Insights , 5 (1), 186–204. https://doi.org/10.1108/JHTI-07-2020-0137
Allis Nurdini. (2006). “Cross-Sectional Vs Longitudinal”: Pilihan Rancangan Waktu Dalam Penelitian Perumahan Permukiman. DIMENSI (Jurnal Teknik Arsitektur) , 34 (1), 52–58.
An, J., Liu, Y., Sun, Y., & Liu, C. (2020). Impact of Work–Family Conflict, Job Stress and Job Satisfaction on Seafarer Performance. International Journal of Environmental Research and Public Health , 17 (7). https://doi.org/10.3390/ijerpH17072191
Anuradha, & Pandey, M. (2016). Impact of Work-Life Balance on Job Satisfaction of Women Doctors. Problems and Perspectives in Management , 14 (2), 0–6. https://doi.org/10.21511/ppm.14(2-2).2016.07
Anuraga, G., Sulistiyawan, E., & Munadhiroh, S. (2017). Structural Equation Modeling – Partial Least Square Untuk Pemodelan Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (Ipkm) Di Jawa Timur. Seminar Nasional Matematika Dan Aplikasinya , 257.
Arsi, A. (2021). Realibilitas Instrumen Dengan Menggunakan Spss. Validitas Realibilitas Instrumen Dengan Menggunakan Spss , 1–8.
Aruldoss, A., Berube Kowalski, K., Travis, M. L., & Parayitam, S. (2021). The
Relationship Between Work–Life Balance and Job Satisfaction: Moderating Role of Training And Development and Work Environment. In Journal of Advances in Management Research . https://doi.org/10.1108/JAMR-01-2021-0002
Aruldoss, A., Kowalski, K. B., & Parayitam, S. (2021). The Relationship between Quality Of Work Life And Work Life Balance mediating Role of Job Stress, Job Satisfaction and Job Commitment: Evidence from India. Journal of Advances in Management Research , 18 (1), 36–62. https://doi.org/10.1108/JAMR-05-2020- 0082
Attar, M., Çağlıyan, V., & Abdul-kareem, A. (2021). Evaluating the Moderating Role of Work-Life Balance on the Effect of Job Stress on Job Satisfaction. Istanbul Business Research , 49 (2020), 201–223. https://doi.org/10.26650/ibr.2020.49.0081
Azmi, M., Hanafi, A., & Adam, M. (2021). Mediating Role Of Job Satisfaction In The Effect Of Work-Life Balance And Work Passion On Turnover Intention. Junior Scientific Researcher , 7 (1), 33–48.
Balkan, O. (2014). Work-Life Balance, Job Stress and Individual Performance: An Application Author Detail . Onur Balkan -Asst. Proffesor University of Turkish Aviation Association Turkey. Work-Life Balance, Job Stress and Individual Performance: An Application Author Detail . Onur Balkan -Asst. Proffesor University of Turkish Aviation Association Turkey , 3 , 38–46.
Bataineh, K. adnan. (2019). Impact of Work-Life Balance, Happiness at Work, on Employee Performance. International Business Research , 12 (2), 99. https://doi.org/10.5539/ibr.v12n2p99
Bawalla, O. G., & Adenugba, A. A. (2021). Financial Rewards and Job Commitment Among Public Secondary School Teachers in Ogun State, Nigeria. Dhaulagiri Journal of Sociology and Anthropology , 15 , 72–81.
https://doi.org/10.3126/dsaj.v15i01.41928
Bayina Rahma Nurdin, P., & Munizu, M. (2021). Employee Performance: Worklife Balance to Maintain Organizational Commitment and Work Motivation. YUME : Journal of Management , 4 (2), 182–194. https://doi.org/10.37531/yume.vxix.861
Bell, A. S., Rajendran, D., & Theiler, S. (2012). Job Stress, Wellbeing, Work-Life Balance and Work-Life Conflict Among Australian Academics. E-Journal of Applied Psychology , 8 (1). https://doi.org/10.7790/ejap.v8i1.320
Bellman, L. O. H. (2020). Working From Home, Job Satisfaction and Work–Life Balance – Robust or Heterogeneous Links? International Journal of Manpower , 42 (3), 424–441. https://doi.org/10.1108/IJM-10-2019-0458
Bhola, S., & Nigade, J. (2016). Relationship between Work Life Balance, Quality of Work Life and Quality of Life of Women Working in Service Industry. Pravara Management Review , 15 (September), 30–45.
Kementerian Agama Republik Indonesia
Bloom et.all. (2014). Does Working From Home Work? Evidence From A Chinese Experiment. The Quarterly Journal of Economics , 130 (1), 165–218. https://doi.org/10.1093/qje/qju032.Advance
Choudhury, P. R., Foroughi, C., & Larson, B. (2020). Work-From-Anywhere: The Productivity Effects of Geographic Flexibility. Strategic Management Journal , December , 1–50.
Christy, N. A., & Amalia, S. (2018). Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan.
Jurnal Riset Bisnis Dan Investasi , 3 (2), 74. https://doi.org/10.35697/jrbi.v3i2.935
Darwin, M., & Umam, K. (2020). Analisis Indirect Effect pada Structural Equation Modeling. Nucleus , 1 (2), 50–57. https://doi.org/10.37010/nuc.v1i2.160
Dayananda, K. H. M. K., & Samarakoon, S. M. A. K. (2019). Work Life Balance and Commitment of Government Hospital Nurses. Kelaniya Journal of Human Resource Management , 14 (2), 46. https://doi.org/10.4038/kjhrm.v14i2.69
Ngatno, M. (2015). Buku Ajar Metodologi Penelitian (p. 151). Semarang: Universitas Diponegoro
Eickelberg, P. (2013). Make Time for the Work That Matters. CFA Digest , 43 (5). https://doi.org/10.2469/dig.v43.n5.6
Esguerra, I. D. G. (2020). Work-Life Balance and Job Stress of Employees of a Lone Agricultural College in Bulacan, Philippines. Journal of Business on Hospitality and Tourism , 6 (2), 211. https://doi.org/10.22334/jbhost.v6i2.229
Farrell, K. (2017). Working From Home : a Double Edged Sword. Technological University Dublin ARROW@TU Dublin , 0–26.
Foo, I. Y. N., & Adam, S. (2021). A Review on the Impact of Work-Life Balance in Reducing Turnover Intention through Work from Home Intervention in Malaysia Real Estate Market. International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences , 11 (6), 634–647. https://doi.org/10.6007/ijarbss/v11-i6/10197
Gadecki, J., Jewdokimow, M., & Zadkowska, M. (2016). Reconstructing The Borders and The Definitions of Home and Work in The Context of Telecommuting in Poland. Intersections East European Journal of Society and Politics , 2 (3), 84–96. https://doi.org/10.17356/ieejsp.v2i3.166
Hair, J. F., Sarstedt, M., Hopkins, L., & Kuppelwieser, V. G. (2014). Partial least squares structural equation modeling (PLS-SEM): An emerging tool in business research. European Business Review , 26 (2), 106–121.
https://doi.org/10.1108/EBR-10-2013-0128
Hair Jr., J. F., Gabriel, M. L. D. da S., & Patel, V. K. (2014). AMOS Covariance-Based
Structural Equation Modeling (CB-SEM): Guidelines on its Application as a Marketing Research Tool. Revista Brasileira de Marketing , 13 (2), 44–55. https://doi.org/10.5585/remark.v13i2.2718
Harahap, L. K. (2018). Analisis SEM (Structural Equation Modelling) Dengan SMARTPLS (Partial Least Square). Fakultas Sains Dan Teknologi Uin Walisongo Semarang , 1 , 1.
Hayes, S., Priestley, J. L., Iishmakhametov, N., & Ray, H. E. (2020). Stress and Work- Related Burnout During Covid-19 . 2–29.
Sugiyono.(2014). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D , 11. 29–47. Bandung: Alfabet.
Irawanto, D. W., Novianti, K. R., & Roz, K. (2021). Work From Home: Measuring Satisfaction between Work–Life Balance and Work Stress During The Covid-19 Pandemic in Indonesia. Economies , 9 (3). https://doi.org/10.3390/economies9030096
Isfianadewi, D., & Noordyani, A. (2020). Implementation of Coping Strategy in Work- Family Conflict on Job Stress and Job Satisfaction: Social Support as Moderation Variable. Review of Integrative Business and Economics Research , 9 (2), 223–239.
Jabeen, F., Friesen, H. L., & Ghoudi, K. (2018). Quality of Work Life of Emirati Women and Its Influence On Job Satisfaction and Turnover Intention: Evidence from The UAE. Journal of Organizational Change Management , 31 (2), 352–370. https://doi.org/10.1108/JOCM-01-2017-0016
Joythi, P., Sonia, C., Rajasekar, B., Krishnamoorthy, D., & Ramanathan, S. (2020). Does Work-Life Balance Impacts Job Satisfaction : Evidence from Faculty Members. PalArch’s Journal of Archaeology of Egypt/Egyptology , 17 (9), 4098– 4108.
Jr, J. F. H., Black, W. C., Babin, B. J., Anderson, R. E., Black, W. C., & Anderson, R. E. (2018). Multivariate Data Analysis . https://doi.org/10.1002/9781119409137.ch4
Junaidi. (2021). Aplikasi AMOS dan Structural Equation Modeling (SEM). Makassar:
In UPT Unhas Press
Karácsony, P. (2021). Impact of Teleworking on Job Satisfaction among Slovakian Employees in The Era Of COVID-19. Problems and Perspectives in Management , 19 (3), 1–10. https://doi.org/10.21511/ppm.19(3).2021.01
Kementrian Agama RI. (2019). Surat Edaran Nomor Se. 07 Tahun 2022 tentang Penyesuaian Pelaksanaan Keputusan Bersama 4 (Empat) Menteri Tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Di Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) (Vol. 4, pp. 4–6). Kementerian Agama.
Kementerian Agama Republik Indonesia
Khoso, R. A., Ali, M., Jamali, M. A., & Iqbal, W. (2021). Impact of Transformational
Leadership Style on Employee’ Job Commitment and Job Satisfaction Poverty
Reduction for Inclusive Sustainable Growth in Developing Asia View project Impact of Transformational Leadership Style on Employee’ Job Commitment and Job. Journal of Business & Economics , 13 (1), 126–147.
https://doi.org/10.5311/JBE.2021.26.6
Kock, N., & Hadaya, P. (2018). Minimum sample size estimation in PLS-SEM: The inverse square root and gamma-exponential methods. Information Systems Journal , 28 (1), 227–261. https://doi.org/10.1111/isj.12131
Koomson, S. (2021). The Influence of Organizational Culture and Job Design on Job Commitment and Human Resource Performance. Journal of Psychological Perspective , 3 (2), 67–76. https://doi.org/10.47679/jopp.321372021
Lidia Sari, R., Seniati, L., & Nina Liche Seniati, A. (2020). The Role of Job Satisfaction as Mediator Between Work-life Balance and Organizational Commitment among Lecturers Doing research with my master students about Knowledge Sharing of Lecturer in Higher Education Institution. View project Lecturer’s Organizati. Review Article PSYCHOLOGY AND EDUCATION , 57 , 106–110.
Manroop, L., & Petrovski, D. (2022). Exploring layers of context-related work-from- home demands during COVID-19. Personnel Review . https://doi.org/10.1108/PR- 06-2021-0459
Maria Helena Carolinda Dua, H. (2020). Pengaruh Work From Home Terhadap Work-
Life Balance Pekerja Perempuan Di Kota Ende. Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis Dan Inovasi , 7 (2), 2047–2258.
Marliana, R. R. (2019). Partial Least Square-Structural Equation Modeling Pada Hubungan Antara Tingkat Kepuasan Mahasiswa Dan Kualitas Google Classroom Berdasarkan Metode Webqual 4.0. Jurnal Matematika, Statistika Dan Komputasi , 16 (2), 174. https://doi.org/10.20956/jmsk.v16i2.7851
Martin, L., Hauret, L., & Fuhrer, C. (2022). Digitally Transformed Home Office Impacts on Job Satisfaction, Job Stress and Job Productivity. COVID-19 Findings. PLoS ONE , 17 (3 March), 1–24. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0265131
Mas-Machuca, M., Berbegal-Mirabent, J., & Alegre, I. (2016). Work-life balance and its relationship with organizational pride and job satisfaction. Journal of Managerial Psychology , 31 (2), 586–602. https://doi.org/10.1108/JMP-09-2014- 0272
Meharunisa, S. (2019). Work-life balance and job stress among female faculties in India’s higher education institutions. International Journal of Recent Technology and Engineering , 8 (2 Special Issue 11), 846–852.
https://doi.org/10.35940/ijrte.B1139.0982S1119
Mensah, A. (2021). Job Stress and Mental Well-Being Among Working Men and Women in Europe: The Mediating Role of Social Support. International Journal of Environmental Research and Public Health , 18 (5), 1–19. https://doi.org/10.3390/ijerpH18052494
Mihalca, L., Irimias, T., & Brendea, G. (2021). Teleworking During The Covid-19
Pandemic: Determining Factors of Perceived Work Productivity, Job Performance, And Satisfaction. Amfiteatru Economic , 23 (58), 620–636.
https://doi.org/10.24818/EA/2021/58/620
Min, K., & Hong, W. (2021). The Effect Of Food Sustainability And The Food Safety Climate On The Job Stress, Job Satisfaction And Job Commitment Of Kitchen Staff. Sustainability (Switzerland) , 13 (12). https://doi.org/10.3390/su13126813
Mungkasa, O. (2020). Bekerja Dari Rumah (Working From Home/WFH): Menuju Tatanan Baru Era Pandemi COVID 19. Jurnal Perencanaan Pembangunan: The
Indonesian Journal of Development Planning , 4 (2), 126–150.
https://doi.org/10.36574/jpp.v4i2.119
Narpati, B., Lubis, I., Meutia, K. I., & Ningrum, E. P. (2021). Produktivitas Kerja Pegawai yang Dipengaruhi oleh Work From Home (WFH) dan Lingkungan Kerja Selama Masa Pandemi. JIMF (Jurnal Ilmiah Manajemen Forkamma) , 4 (2), 121– 133. https://doi.org/10.32493/frkm.v4i2.9808
Narsa, N. P. D. R. H., & Wijayanti, D. M. (2021). The importance of psychological capital on the linkages between religious orientation and job stress. Journal of Asia Business Studies , 15 (4), 643–665. https://doi.org/10.1108/JABS-09-2018-0251
Niebuhr, F., Borle, P., Börner-Zobel, F., & Voelter-Mahlknecht, S. (2022). Healthy and Happy Working from Home? Effects of Working from Home on Employee Health and Job Satisfaction. International Journal of Environmental Research and Public Health , 19 (3). https://doi.org/10.3390/ijerpH19031122
Nuangjamnong, C. (2022). The COVID-19 Epidemic with Employees’ Job Satisfaction and Performance on Work from Home during Lockdown in Bangkok. SSRN Electronic Journal . https://doi.org/10.2139/ssrn.4053725
Olaf Hubler, L. B. (2020). DISCUSSION PAPER SERIES Job Satisfaction and Work- Life Balance : Differences between Homework and Work at the Workplace of the Company Job Satisfaction and Work-Life Balance : Differences between Homework and Work at the Workplace of the Company . 13504 .
Oludayo, O. A., Falola, H. O., Obianuju, A., & Demilade, F. (2018). Work-Life Balance Initiative as a Predictor Of Employees’ Behavioural Outcomes. Academy of Strategic Management Journal , 17 (1).
Omoankhanlen, J. A., & Eyakephovwan, M. E. (2022). Supervisor Behaviour and Job Stress among Bank Employees in Rivers State-Nigeria. European Journal of
Kementerian Agama Republik Indonesia
Business and Management Research , 7 (1), 20–27.
https://doi.org/10.24018/ejbmr.2022.7.1.879
Owan, V. J. (2021). Predictive Path Modelling of Indicators of Secondary School Instructors’ Affective, Continuance and Normative Job Commitment. Journal of International Cooperation and Development , 4 (2), 86. https://doi.org/10.36941/jicd-2021-0015
Owan, V. J., Bassey, B. A., Mbon, U. F., Okon, A. E., Egbula, E. O., Ekaette, S. O., Ojong, C. O., & Ekpe, M. B. (2020). Validation of an Instrument and Measurement of Employee Work-Life Policies, Psychological Empowerment, and Job Commitment of Academic Staff in Universities. Mediterranean Journal of Social Sciences , 11 (2), 86. https://doi.org/10.36941/mjss-2020-0022
Palumbo, R. (2020). Let Me Go to The Office! an Investigation into the Side Effects of Working From Home on Work-Life Balance. International Journal of Public Sector Management , 33 (6–7), 771–790. https://doi.org/10.1108/IJPSM-06-2020- 0150
Palumbo, R., Manna, R., & Cavallone, M. (2020). Beware Of Side Effects On Quality!
Investigating The Implications Of Home Working On Work-Life Balance In Educational Services. TQM Journal , 33 (4), 915–929.
https://doi.org/10.1108/TQM-05-2020-0120
Prayogi, M. A., & Asmuni, A., (2021). Effect of Work Stress and Job Satisfaction on Organizational Commitment Sharia Banking Employees in The City of Medan.
Proceedings IHTIFAZ: Islamic Economics, Finance, and Banking , June , 33–40.
Siswoyo Haryono, & Parwoto Wardoyo (2015). Structural Equation Modeling. In
Dictionary of Statistics & Methodology . https://doi.org/10.4135/9781412983907.n1909
Putri, D. I. M., & Sintaasih, D. K. (2018). The Role of Job Stress in Mediating The Influence of Work-Family Conflicts on Job Satisfaction in Women Employees.
Jagadhita: Jurnal Ekonomi & Bisnis , 5 (1), 72–83. https://doi.org/10.22225/jj.5.1.532.72-83
Raharjo, K., Nurjannah, Solimun, & Achmad Rinaldo Fernandes, A. (2018). The Influence of Organizational Culture and Job Design on Job Commitment and Human Resource Performance. Journal of Organizational Change Management , 31 (7), 1346–1367. https://doi.org/10.1108/JOCM-07-2017-0286
Rajak, B., & Pandey, M. (2017). Exploring The Relationship Between Job Commitment And Job Satisfaction Through A Review Of Literature. Management Insight - The Journal of Incisive Analysers , 13 (01), 74–79.
https://doi.org/10.21844/mijia.v13i01.8372
Ramayah, T., & Lee, J. W. C. (2012). System Characteristics, Satisfaction and e-
Learning Usage: A Structural Squation Model (SEM). Turkish Online Journal of Educational Technology , 11 (2), 196–206.
Ranjit, G., & Akhila, P. (2021). A Study on Job Stress during Work from Home in the IT Industry. Asian Journal of Sociological Research , 5 (3), 22–31.
Rashmi, K., & Kataria, A. (2021). The mediating role of work-life balance on the relationship between job resources and job satisfaction: perspectives from Indian nursing professionals. International Journal of Organizational Analysis . https://doi.org/10.1108/IJOA-04-2021-2722
Rathnaweera, D., & Jayathilaka, R. (2021). Does Working from Home Affect Work-Life Balance? A Look into the Factors that Affect Work-Life Balance . 165–171.
Reza Zahedy, M., Asghar Jafari, S., & Ramezan, M. (2021). Examining The Quality of Work Life: Empirical Testing Indicators in The Public Organisation. Annals of Human Resource Management Research , 1 (2), 99–111.
https://doi.org/10.35912/ahrmr.v1i2.503
Role, M., Work, O. F., Balancejob, L., Relationship, S., Person, B., Fitlife, J. O. B., & Among, S. (2021). Mediating Role Of Work-Life Balance And Job Satisfaction in TheRelationship Between Person - Job Fit and Life Satisfaction Among Teachers. Psycho-Educational Research Reviews | , 10 (2), 29–41.
Rukmana, C. H., H. Mansyur, M., & Kosim, A. (2021). Problematika dalam Menghadapi Pembelajaran Work From Home pada Masa Pandemi Covid-19.
Edumaspul: Jurnal Pendidikan , 5 (2), 593–598. https://doi.org/10.33487/edumaspul.v5i2.1812
Rumangkit, S., & Zuriana, Z. (2019). Work-Life Balance as a Predictor of Organizational Commitment: a Multidimensional Approach. Diponegoro International Journal of Business , 2 (1), 18.
https://doi.org/10.14710/dijb.2.1.2019.18-22
Saeed, K., & Farooqi, Y. A. (2014). Examining the Relationship between Work Life Balance, Job Stress and Job Satisfaction Among University Teachers. International Journal of Multidisciplinary Sciences and Engineering , 5 (6), 9–15.
Salma Sultana, U., Abdullah, ain, Teng Mok, E., Hossain, J., Rehman Sherief, S., Lutfi Iskandar, M., & Warda Andalib, T. (2021). Exploring Motivation and commitment on job satisfaction and employee performance in Work from Home (WFH) perspective. Psychology and Education , 58 (3), 2411–2424.
Sarwono, J. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif . Yogyakarta: Graha Ilmu.
Schifano, S., Clark, A. E., Greiff, S., Vögele, C., & D’Ambrosio, C. (2021). Well-being and Working from Home during COVID-19. Information Technology and People .
Pengaruh Work From Home terhadap Work Life Balance Dimediasi oleh Job Stress, Job Satisfaction dan Job Commitment pada Karyawan 5 Direktorat Jenderal di Kementerian Agama Republik Indonesia
https://doi.org/10.1108/ITP-01-2021-0033
Shabir, S., & Gani, A. (2020). Impact of Work–Life Balance on Organizational Commitment of Women Health-Care Workers: Structural Modeling Approach. International Journal of Organizational Analysis , 28 (4), 917–939. https://doi.org/10.1108/IJOA-07-2019-1820
Shahani, N. U. N., Nawaz, M., & Tahir, R. (2020). A Study of Work-Life Balance for the Working Women in the United Arab Emirates and its Impact on their Job Satisfaction and Employee Retention: A Review Study. International Journal of Business and Economic Affairs , 5 (2), 85–90. https://doi.org/10.24088/ijbea-2020- 52004
Shaikh, S. B., & Wajidi, A. (2021). Role of Employee Behaviour and Job Stress on Work-Life Balance: A Case of HEIs of Pakistan. Journal of Entrepreneurship, Management, and Innovation , 3 (2), 177–201.
https://doi.org/10.52633/jemi.v3i2.83
Sherrill W. Hayes, Jennifer L. Priestley, Namazbai Iishmakhametov, and H. E. R.
(2016). “I’m not Working from Home, I’m Living at Work”: Perceived Stress and Work-Related Burnout before and during COVID-19 . 82 , 1–23.
Singh, A., Sharma, A., & Gupta, H. (2021). Turkish Journal of Computer and Mathematics Education Work Life Balance During Covid Pandemic Family Health Career Friends. Turkish Journal of Computer and MAthematics Education , 516– 520.
Slavković, M., Sretenović, S., & Bugarčić, M. (2022). Remote Working For Sustainability of Organization During The Covid-19 Pandemic: The Mediator- Moderator Role Of Social Support. Sustainability (Switzerland) , 14 (1). https://doi.org/10.3390/su14010070
Solanki, S., & Mandaviya, M. (2021). Does Gender Matter? Job Stress, Work-Life Balance, Health and Job Satisfaction among University Teachers in India. Journal of International Women’s Studies , 22 (7), 121–134.
Stankevičienė, A., Tamaševičius, V., Diskienė, D., Grakauskas, Ž., & Rudinskaja, L. (2021). The Mediating Effect of Work-Life Balance on The Relationship between Work Culture and Employee Well-Being. Journal of Business Economics and Management , 22 (4), 988–1007. https://doi.org/10.3846/jbem.2021.14729
Subha, Madhusudhanan, & Thomas, A. A. (2021). An Investigation of The Impact of Occupational Stress on Mental Health of Remote Working Women IT Professionals in Urban Bangalore, India. Journal of International Women’s Studies , 22 (6), 139–149.
Sugiyono, D. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan . Bandung: Alfabeta
Susilo, D. (2020). Revealing the Effect of Work-From-Home on Job Performance during the Covid-19 Crisis: Empirical Evidence from Indonesia. Journal of
Contemporary Issues in Business and Government , 26 (01), 23–40. https://doi.org/10.47750/cibg.2020.26.01.002
Syarif, A. N., Karim, K., & Wahid, M. (2022). Analisis Kinerja Karyawan Pada Masa Work From Home Covid-19 (Studi Kasus PT. Parangloe Indah FksLand Makassar). Center Of Economic Students Journal Universitas Muslim Indonesia , 5 (1).
Teodorovicz, T., Sadun, R., Kun, A. L., & Shaer, O. (2021). Working from Home during COVID- 19 : Evidence from Time-Use Studies. Harvard Business School Working Paper , 21 (94), 1–54.
Text, F. (2022). Virtual Vocations Publishes Job Satisfaction Survey Results : What Remote Workers Want From Employers in 2022. PR Newswire Association LLC , 1–3.
V. Sheelamary. (2021). Impact of Remote Work on Staff During The Pandemic. European Journal of Molecular & Clinical Medicine , 07 (08), 404. https://doi.org/10.33184/dokbsu-2020.6.5
Victoria, O. N., & Uzoma, J. (2021). Teacher Training and Collaborative Work as Correlates to Teacher Job Commitment in Public Senior Secondary Schools in Rivers State. South Asian Research Journal of Humanities and Social Sciences , 4002 (6), 406–412. https://doi.org/10.36346/sarjhss.2021.v03i06.003
View, J. C., & Farooqi, Y. A. (2014). Impact of Work Life Balance on Job Satisfaction and Organizational Commitment. International Journal of Multidisciplinary Sciences and Engineering , 5 (9).
Vyas, L., & Butakhieo, N. (2021). The Impact of Working From Home During COVID- 19 on Work and Life Domains: An Exploratory Study on Hong Kong. Policy Design and Practice , 4 (1), 59–76. https://doi.org/10.1080/25741292.2020.1863560
Wanigasekara, S. K., Ali, M., & French, E. (2022). The Link Between Networking Behaviours and Work Outcomes: The Role of Political Skills. Journal of Organizational Effectiveness , 9 (2), 253–280. https://doi.org/10.1108/JOEPP-03- 2021-0067
Wardana, M. C., Anindita, R., & Indrawati, R. (2020). Work Life Balance, Turnover Intention, and Organizational Commitment in Nursing Employees at X Hospital, Tangerang, Indonesia. Journal of Multidisciplinary Academic , 4 (4), 221–228.
Wolor, C. W., Nurkhin, A., & Citriadin, Y. (2021). Is Working From Home Good For Work-Life Balance, Stress, and Productivity, or Does It Cause Problems?
Humanities and Social Sciences Letters , 9 (3), 237–249.
Pengaruh Work From Home terhadap Work Life Balance Dimediasi oleh Job Stress, Job Satisfaction dan Job Commitment pada Karyawan 5 Direktorat Jenderal di Kementerian Agama Republik Indonesia
https://doi.org/10.18488/journal.73.2021.93.237.249
Yang, E., Kim, Y., & Hong, S. (2021). Does Working From Home Work? Experience of Working From Home and The Value Of Hybrid Workplace Post-COVID-19.
Journal of Corporate Real Estate , 19 . https://doi.org/10.1108/JCRE-04-2021-0015
Yasin, R., & Jan, G. (2021). Power Outage and Proactive Service Performance: The Role of Patient Incivility and Job Stress. International Journal of Productivity and Performance Management . https://doi.org/10.1108/IJPPM-08-2020-0456
Yu, J., & Wu, Y. (2021). The Impact of Enforced Working From Home on Employee Job Satisfaction During COVID-19: an Event System Perspective. International Journal of Environmental
Research and Public Health , 18 (24). https://doi.org/10.3390/ijerpH182413207
Yue, Z., Qin, Y., Li, Y., Wang, J., Nicholas, S., Maitland, E., & Liu, C. (2022). Empathy and Burnout in Medical Staff: Mediating Role of Job Satisfaction and Job Commitment. BMC Public Health , 22 (1). https://doi.org/10.1186/s12889-022- 13405-4
Zahoor, N., Abdullah, N. A. C., & Zakaria, N. (2021). The Role of High Performance Work Practices, Work-Family Conflict, Job Stress And Personality in Affecting Work Life Balance. Management Science Letters , December 2020 , 1367–1378. https://doi.org/10.5267/j.msl.2020.11.003
Zhang, J. (2016). The Dark Side of Virtual Office and Job Satisfaction. International Journal of Business and Management , 11 (2), 40.
https://doi.org/10.5539/ijbm.v11n2p40.
## Copyright holder:
Puri Wahyuni, Erny Tajib (2022)
## First publication right:
Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia
This article is licensed under:
|
3f3e3cc7-ffd8-4751-ad50-6aa7c8680c90 | https://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/au/article/download/233/192 | Al-Ulum Volume. 14 Nomor 1, Juni 2014 Hal 153-170
## PENDIDIKAN KARAKTER DAN BAHASA
## Ayuba Pantu & Buhari Luneto
Institut Agama Islam Sultan Amai Gorontalo
(ayubapantu@yahoo.co.id, buhariluneto@gmail.com )
## Abstrak
Tulisan ini menggambarkan bagaimana kaitan antara pendidikan karakter dan pendidikan bahasa. Pendidikan karakter merupakan salah satu solusi untuk mengatasi kemerosotan moral khususnya di kalangan remaja (siswa). Pendidikan karakter berkaitan erat dengan pendidikan bahasa, sebab sebagian nilai-nilai karakter terdapat dalam pendidikan bahasa . Sekolah berperan penting sebagai wahana memperteguh karakter dan nilai budaya bangsa. Pendidikan bahasa termasuk sastra merupakan salah satu wahana untuk membentuk karakter siswa, dengan kata lain, memiliki peran dalam pembentukan karakter. Dalam pembelajaran bahasa dan sastra perlu dioptimalkan baik strategi, metode, media, serta bahan ajar yang bermuatan nilai pendidikan dan kebajikan sehingga membentuk karakter peserta didik . Pendidikan bahasa bukan hanya tugas dan tanggung jawab guru bahasa, melainkan tanggung jawab semua guru bidang studi karena semua guru pasti menggunakan bahasa. Satu hal yang paling penting adalah meningkatkan kegemaran membaca bagi siswa yang merupakan kunci keberhasilan pendidikan.
This paper describes the link between educational character and language education. Educational character is an important solution to overcome the moral decline, among young people (especially students). Educational character is closely related to language education, because some of the values of the character contained in the language education. Schools play an important role as a vehicle for character building and reinforce the cultural values of the nation. Language education, including literary, is one vehicle for shaping the character of students. In other words, it has a role in the formation of character. In learning the language and literature, strategies, methods, media, and teaching materials need to be optimized to form the character of students. Yet, language education is not only the duty and responsibility of the language teacher, but the responsibility of all teachers because all the teachers definitely use language. Thus, the most important thing to do is to increase students reading ability which is a key to success.
## Kata Kunci: Karakter, bahasa, membaca
Al-Ulum (AU) IAIN Sultan Amai Gorontalo
## A. Pendahuluan
Sebuah peradaban akan menurun apabila terjadi demoralisasi pada masyarakatnya. Banyak pakar, filsuf, dan orang-orang bijak yang mengatakan bahwa faktor moral (akhlak) adalah hal utama yang harus dibangun terlebih dahulu agar bisa membantu sebuah masyarakat yang tertib aman dan sejahtera. Penyair Syauki Bek mengatakan : “Suatu bangsa tergantung pada moral (akhlak)nya, jika bangsa tersebut tidak memperhatikan lagi moralnya, maka tunggulah kehancurannya”. Nabi Muhammad saw diutus ke dunia ini, salah satu missi utama beliau adalah memperbaiki moral (akhlak): “ Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”
Hubungan antara kualitas karakater dan kemajuan bangsa amat erat. Bangsa yang maju ditandai dengan kualitas karakter masyarakatnya yang baik. Thomas Lickona, profesor pendidikan dari Cortland University mengungkapkan bahwa ada sepuluh tandan-tanda zaman yang harus diwaspadai karena jika tanda-tanda itu sudah ada, berarti bahwa sebuah bangsa sedang menuju jurang kehancuran. Dengan kata lain, jika sepuluh tanda itu ada di Indonesia, bersiap-bersiap bahwa Indonesia aka menuju jurang kehancaruan. Kesepuluh tanda tersebut adalah:
1. Meningkatnya kekerasan di kalangan remaja;
2. Penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk;
3. Pengaruh peer group yang kuat dalam tindak kekerasan;
4. Meningkatkanya perilaku merusak diri seperti penggunaan narkoba alkohol, dan seks bebas;
5. Semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk;
6. Menurunnya etos kerja;
7. Semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan pendidik;
8. Rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga Negara;
9. Membudayanya ketidakjujuran;
10. Adanya rasa saling curigai dan kebencian di antara sesama. 1
Sejak era reformasi, kondisi bangsa ini sudah cukup memprihatinkan, tidak hanya dari segi ekonomi, tapi juga dari segi moral. Hal ini membuat gerah para tokoh agama maupun tokoh pendidik. Bangsa yang dulu dikenal sebagai bangsa yang beradab, berubah menjadi “biadab”. Tentu tidak berlebihan, sebab peristiwa seperti penjarahan, pembantaian, pertikaian antar kelompok, antar suku, antar kampung, bahkan antar kaum terpelajar (mahasiswa) terjadi dimana-mana. Tindak kriminal yang dilakukan oleh individu juga meningkat baik kuantitas maupun kualitas,
1 Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter. Pendidikan Berbasis Agama &Budaya Bangsa (Bandung: Pustaka Setia, 2013), h.35.
seperti korupsi, narkoba, perkosaan, pembunuhan, penipuan, dan sebagainya. Pelakunyapun tidak hanya dari kalangan menengah ke bawah, tapi juga menengah ke atas, baik yang ada di kota-kota besar maupun di desa-desa terpencil, dari kalangan yang kurang berpendidikan maupun yang berpendidikan tinggi.
Kemerosotan moral di kalangan remaja juga semakin meningkat, seperti tawuran, narkoba, pergaulan bebas yang mengarah pada perbuatan asusila, beredarnya video porno dan gambar porno. Hal ini tidak dapat disangkal karena pengaruh kemajuan teknologi dan informasi yang melanda dunia saat ini. Tentu kurang bijak kalau hanya menyalahkan kemajuan teknologi dan informasi atau pihak-pihak lain. Hal yang paling penting adalah upaya mencari solusi untuk mengatasi persoalan ini. Solusi yang dianggap cukup efektif tidak lain adalah melalui pendidikan karakter ( character education ) atau pembinaan karakter ( character building ). Oleh sebab itu pada tahun 2010, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhammad Nuh, mencanangkan pendidikan karakter, yang disusul dengan perubahan kurikulum yakni Kurikulum 2013 yang intinya menekankan pada aspek sikap selain pengetahuan dan keterampilan. Semangat menteri ini mendapat dukungan dan sambutan berbagai pihak, baik pakar, birokrasi pendidikan, praktisi, pengamat, maupun tokoh-tokoh agama. Berdasarkan pandangan Suyanto, bahwa pendidikan karakter lebih berkaitan dengan pilar cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya, hormat dan santun, dermawan, suka tolong menolong atau kerja sama, baik dan rendah hati. Oleh karena itu, sebagian ahli menyebutnya dengan pendidikan budi pekerti atau etika mulia plus. 2 Proses pendidikan karakter merupakan keseluruhan proses pendidikan yang dialami peserta didik sebagai pengalaman pembentukan kepribadian melalui memahami dan mengalami sendiri nilai-nilai, keutamaan moral, nilai-nilai ideal agama, nilai-nilai moral. 3
Karakter dalam arti sikap atau prilaku berhubungan erat dengan bahasa, dan hubungan ini bersifat logik atau struktural karena bahasa merupakan cermin sikap dan prilaku seseorang. Bahasa adalah symbol eksistensi manusia. Dari bahasanya, seseorang dapat diketahui keinginannya, latar belakang pendidikannya, adat istidatnya, bahkan daerah atau negara asalnya. Ada ungkapan “bahasa menunjukkan bangsa”. Bahasa merupakan budaya yang dimiliki oleh setiap kelompok atau bangsa. Clark & Clark mengemukakan bahwa ada pengaruh struktur bahasa pada cara berpikir seseorang, dan sebaliknya, pikiran seseorang dapat juga mempengaruhi
2 Ratna Megawangi, Pendidikan Karakter Solusi yang tepat untuk Membangun Bangsa , (Jakarta: Heritage Fondation, 2007), h.93.
3 Aris Shoimin, Guru Berkarakter untuk Implementasi Pendidikan Karakter ,
Cet. 1; (Yogyakarta: Gava Media, 2014), h. 29.
155
Al-Ulum (AU) IAIN Sultan Amai Gorontalo
perilakunya. 4 Oleh sebab itu pendidikan karakter berkaitan dengan pendidikan bahasa. Dengan kata lain, pendidikan atau pembelajaran bahasa sebagai salah satu wahana untuk membina karakter siswa. Tulisan ini memaparkan bagaimana membina karakter siswa melalui pembelajaran bahasa. Pembelajaran bahasa bukan hanya semata-mata tugas dan tanggung jawab guru bahasa, melainkan menjadi tanggung jawab semua guru bidang studi karena semua guru pasti menggunakan bahasa. Dengan demikian, pendidikan karakter juga menjadi tanggung jawab semua guru bidang studi. Dalam tulisan ini juga dipaparkan pengertian/definisi serta pentingnya pendidikan karakter, nilai-nilai karakter, hakekat dan tujuan pendidikan karakter.
## B. Pentingnya Pendidikan Karakter
Tokoh pendidikan Barat yang mendunia seperti Klipatrick, Lickona, Brooks, dan Goble seakan menggemakan kembali gaung yang disuarakan Socrates dan nabi Muhammad saw bahwa moral, akhlak atau karakter adalah tujuan tak terhindarkan dari dunia pendidikan. Begitu juga peran Marthin Luther King menyetujui pemikiran tersebut dengan mengatakan, “intelligence plus character, that is the true aim of education.” Kecerdasan plus karakter, itulah tujuan yang benar dari pendidikan. Menurut analisis Thomas Lickona sebagaimana dirangkum oleh Howard, bangkitnya logika positivisme yang menyatakan bahwa tidak ada kebenaran moral dan tidak ada sasaran benar dan salah, telah menenggelamkan pendidikan moral dari permulaan dunia pendidikan. Begitu juga pemikiran relativitas moral dengan pandangannya bahwa semua nilai adalah relatif, berpengaruh terhadap terlupakannya pendidikan karakter. Paham personalisme yang menyatakan setiap individu bebas untuk memilih nilai-nilainya sendiri dan tidak bisa dipaksakan oleh siapapun, dan meningkatnya paham pluralisme yang mempertanyakan nilai-nilai siapakah yang diajarkan, semakin melengkapi alasan penolakan pendidikan karakter. Sementara itu, sekularisasi masyarakat telah menumbuhkan ketakutan untuk mengajarkan moralitas di sekolah karena khawatir dianggap sebagai pengajaran agama. Hal ini banyak dialami oleh negara-negara maju, tapi sekuler 5 .
Tokoh lain seperti Mahatma Gandhi juga menyatakan salah satu dosa fatal adalah " education without character " (pendidikan tanpa karakter). Theodore Roosevelt juga berpendapat, " to education person in mindandnotin moralsis to educate a menace to society " (mendidik seseorang dalam aspek kecerdasan otak dan bukan moral adalah ancaman mara bahaya kepada
4 Sri Utami Subyakto Nababan, Psikolinguistik: Suatu Pengantar (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992), h.157.
5 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam (Bandung: Rosdakarya , 2011), h.2-3
masyarakat). Prof. Dr (HC).Ir. R. Roosseno dalam setiap sambutan dan pidatonya kerap mengingatkan bangsa Indonesia khususnya generasi muda, yakni dibutuhkannya " moralee herbewapening " (kesiapsiagaan moral) dalam berprofesi, hal ini dikaitkan dengan kondisi kemajuan ekonomi, teknik yang sangat cepat membawa side effect yang sering tak menguntungkan moral (narkoba, korupsi, ketidakjujuran). Hal tersebut harus dibendung dengan mempersenjatai diri sendiri dengan paham - paham dan karakter yang positif. Antonin Scalia mengemukakan: Satu-satunya yang tidak dapat diperjual belikan di dunia ini adalah karakter. Billy Graham : Bila harta hilang, sesungguhnya tak ada yang hilang, bila kesehatan hilang, ada sesuatu yang hilang, tapi bila karakter hilang maka sesungguhnya, segalanya telah hilang.
## C. Pengertian dan Definisi Karakter
Berbagai pengertian atau definisi karakter dikemukakan oleh para ahli antara lain:
(1) Quraish Shihab : Karakter merupakan himpunan pengalaman, pendidikan dan lain-lain yang menumbuhkan kemamapuan di dalam diri kita, sebagai alat ukir yang mewujudkan pemikiran, sikap dan prilaku antara lain akhlak mulia dan budi pekerti luhur.
(2) HD. Bastaman : Karakter merupakan aktualisasi potensi dari dalam dan internalisasi nilai-nilai moral dari luar, yang menjadi bagian kepribadiannya.
(3) Soemarno Soedarsono : Karakter merupakan nilai-nilai moral yang terpatri dalam diri kita melalui pendidikan, pengalaman, percobaan, pengorbanan dan pengaruh lingkungan, menjadi nilai intrinsik yang mewujud dalam sisitem daya dorong/juang, yang melandasi pemikiran sikap dan perilaku kita.
(4) Sigmund Freud: Karakter merupakan kumpulan tata nilai yang mewujud dalam suatu sistem daya juang, yang melandasi pemikiran, sikap dan perilaku.
Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Adapun berkarakter, adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, dan berwatak.
Dari pendapat di atas dipahami bahwa karakter itu berkaitan dengan kekuatan moral, berkonotasi ‘positif’, bukan netral. Jadi, ‘orang berkarakter’ adalah orang yang mempunyai kualitas moral (tertentu) positif. Dengan demikian, pendidikan membangun karakter, secara implisit mengandung arti membangun sifat atau pola perilaku yang didasari atau berkaitan dengan dimensi moral yang positif atau baik, bukan yang negatif atau buruk. Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha
Al-Ulum (AU) IAIN Sultan Amai Gorontalo
melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya (perasaannya).
Dilihat dari sudut pengertian, ternyata karakter dan akhlak tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Keduanya didefinisikan sebagai suatu tindakan yang terjadi tanpa ada lagi pemikiran lagi karena sudah tertanam dalam pikiran, dan dengan kata lain, keduanya dapat disebut dengan kebiasaan. Akhlak menurut Imam Al Ghazali adalah sifat yang tertanam, menghunjam di dalam jiwa dan dengan sifat itu seseorang akan secara spontan dapat dengan mudah memancarkan sikap tindakan dan perbuatan.
## D. Nilai-Nilai Karakter
Berdasarkan kajian nilai-nilai agama, norma-norma sosial, peraturan/hukum, etika akademik, dan prinsip-prinsip HAM, telah teridentifikasi butir-butir nilai yang dikelompokkan menjadi lima nilai utama, yaitu nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, dan lingkungan serta kebangsaan. Ada 18 nilai-nilai dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa yang dibuat oleh Diknas, yaitu : (1) Religius; Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. ( 2) Jujur; Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. ( 3) Toleransi; Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. ( 4) Disiplin; Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. ( 5) Kerja Keras; Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. ( 6) Kreatif; Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. ( 7). Mandiri; Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. ( 8) Demokratis; Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. ( 9) Rasa Ingin Tahu; Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. ( 10) Semangat Kebangsaan; Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. ( 11) Cinta Tanah Air; Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. ( 12) Menghargai Prestasi; Sikap dan tindakan yang
mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. ( 13) Bersahabat/Komunikatif; Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. ( 14) Cinta Damai; Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. ( 15) Gemar Membaca; Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. ( 16) Peduli Lingkungan; Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. ( 17) Peduli Sosial; Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. ( 18) Tanggung Jawab; Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. 6
## E. Hakikat dan Tujuan Pendidikan Karakter
Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003, Pasal 3 dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Peran pemerintah sebagai pembuat kebijakan perlu mengambil langkah strategis untuk menumbuhkan calon siswa yang berkarakter kuat, misalkan dengan terbitnya Undang-Undang No.20 Tahun 2003 disebutkan tentang ”Sistem Pendidikan Nasional”. Ada beberapa pasal dalam payung hukum pendidikan nasional ini yang terkait dengan Pendidikan karakter, diantaranya dalam bab I pasal I yang berbunyi ”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”. Dengan demikian, pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan pendidikan, yang mampu
6 Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional , Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa , 2010
159
Al-Ulum (AU) IAIN Sultan Amai Gorontalo
mempengaruhi karaker peserta didik. Pendidik membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku pendidik, cara pendidik berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana pendidik bertoleransi, dan berbangsa hal terkait lainnya. Tujuan pendidikan karakter adalah (1) mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warga Negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa; (2) mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius; (3) menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa; (4) mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan; dan (5) mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan 7 .
Dalam kurikulum 2013 sebenarnya lebih menekankan pada pendidikan karakter, yang dikenal dengan Kompetensi Inti sebagai pengganti Standar Kompetensi dalam kurikulum sebelumnya. Kompetensi Inti meliputi Kompetensi Inti 1 (KI 1), yakni sikap spiritual, Kompetensi Inti 2 (KI2), yakni sikap sosial, Kompetensi Inti 3 (KI 3), yakni pengetahun, dan Kompetensi Inti 4 (KI 4), yakni keterampilan. Semua guru dan semua materi pelajaran pada semua jenjang pendidikan atau guru apa saja, materi apa saja, dan dimana saja harus mengacu atau bermuara ke kompetensi inti. Dengan kata lain, semua materi pelajaran bermuatan pendidikan karakter, atau pendidikan karakter diintegrasikan ke dalam semua materi pelajaran pada semua jenjang pendidikan. Kurikulum ini baru dimulai pada tahun pelajaran 2013, khusus kelas 1, kelas 4, kelas 7, dan kelas 10; tahun 2014, kelas 1, kelas 2, kelas 4, kelas 5, kelas 7, kelas 8, kelas 10 dan kelas 11, dan tahun 2015 semua kelas. Meskipun belum mencakup semua kelas dan semua sekolah, karena pertimbangan fasilitas dan sumber daya manusia yang masih terbatas, namun kurikulum baru ini diharapkan dapat menjawab persoalan yang melanda bangsa ini yakni pendidikan karakter.
## F. Pendidikan Bahasa
Para ahli sepakat bahwa tidak ada manusia tanpa bahasa, dan tidak ada bahasa tanpa manusia. Dimanapun manusia hidup, pasti mereka menuturkan bahasa. Dengan bahasa, manusia dapat berkomunikasi dan berinteraksi satu sama lain. Lewat bahasa manusia dapat bertukar informasi, saling bertanya, saling menghargai atau kurang menghargai, saling menyapa
7 Sri Wahyuni dan Abd. Syukur, Perencanaan Pembelajaran bahasa berkarakter ( Bandung: PT Refika Aditama, 2012), h.4
sehingga terjadilah hubungan sosial. Dengan demikian bahasa tidak terpisahkan dari kehidupan manusia setiap waktu, setiap saat. Sejak bangun pagi, beraktivitas, berinteraksi social, sampai di tempat tidur atau istirahatpun manusia menggunakan bahasa. Mungkin hanya waktu tidur manusia tidak memakai bahasa, karena tidur adalah setengah dari mati.
Bahasa tidak hanya dipakai untuk berinteraksi dengan yang lain, tetapi juga sebagai teman saat sendirian, yakni dipakai untuk merenung, berpikir, berkhayal, berdoa, dan sebagainya. Dengan berpikir dan merenung, seseorang menghasilkan sesuatu, misalnya karya di bidang seni seperti sair lagu, puisi, atau karya-karya lain.
Begitu tingginya kedudukan bahasa, sehingga para ahli mengatakan bahwa bahasalah yang membedakan manusia dengan makhluk lain, seperti dikatakan oleh Aldous Huxley “manusia tanpa bahasa, tak berbeda dengan anjing atau monyet”. Dalam Al-Quran juga dapat ditemukan bahwa bahasalah yang mula-mula diajarkan Tuhan kepada Adam (manusia pertama). “Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya 8 . Bahasa juga yang mula-mula diajarkan orang tua pada anaknya. Dalam ajaran Islam, bahasalah yang mula-mula diperdengarkan di telinga bayi yang baru dilahirkan ( azan dan qamat ).
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa pendidikan karakter berhubungan erat dengan pembelajaran bahasa. Secara metodologi Samuel Smiles mengatakan bahwa karakter dibentuk oleh kebiasaan, kebiasaan dibentuk oleh tindakan, dan tindakan dibentuk oleh pikiran yang selalu kita ucapkan dan lakukan. Tanamlah pikiran maka kita akan memetik tindakan, tanamlah tindakan maka kita akan memetik kebiasaan, dan tanamlah kebiasaan maka kita akan memetik karakter, dan tanamlah karakter maka kita akan memetik nasib ( destiny ). John B. Waston: Ahli psikologi telah sepakat bahwa yang dinamakan fikiran, pada dasarnya, tiada lain adalah bercakap kepada diri kita sendiri… Skiner: Pandangan yang paling sederhana dan menyenangkan ialah bahwa berfikir itu tingkah laku – sama diujarkan ataupun tidak..Berpikir bukanlah proses ghaib yang menghasilkan tingkah laku tetapi tingkah laku itu sendirilah fikiran… 9 Alat untuk berpikir adalah otak. Sejak kira-kira satu abad yang lalu, sudah ada asumsi bahwa ada kaitan langsung antara bahasa dan otak. Menurut para ahli bahwa otak sebelah kiri ( left hemisphere ) dan otak sebelah kanan ( right hemisphere ) mempunyai fungsi yang berbeda-beda, dan bahasa berhubungan erat dengan otak sebelah kiri manusia. Dr. Paul Broca mengatakan bahwa kemampuan
8 Q.S. Al-Baqarah:31
9 Danny D. Steinberg, Psikolingustik Bahasa, Akal Budi , Penerjemah: Azhar M. Simin (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia, 1990), h.142.
Al-Ulum (AU) IAIN Sultan Amai Gorontalo
berbicara kita berpusat pada otak sebelah kiri. Luka atau sakit pada bagian depan otak sebelah kiri manusia akan mengakibatkan artikulasi kata yang kurang terang, bunyi-bunyi ujar yang kurang baik lafalnya, kalimat-kalimat yang tidak gramatikal, dan ketidaklancaran dalam berbicara. Meskipun demikian halnya, penderita penyakit tesebut mampu mengungkapkan kalimat-kalimat bermakna, sesuai dengan tujuan yang ingin dikomunikasikannya. Penyakit seperti ini di kalangan ahli neurologi disebut aphasia atau lupa bahasa. 10
Keterkaitan pendidikan karakter dengan pembelajaran bahasa dapat dilihat pada butir-butir nilai karakter yang antara lain jujur, kreatif, rasa ingin tahu, dan gemar membaca. Salah satu lembaga yang berperan penting sebagai wahana memperteguh karakter dan nilai budaya bangsa adalah sekolah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan dilingkupi pihak-pihak yang seharusnya memiliki dedikasi baik untuk bangsa, sehingga dapat dijadikan wahana yang potensial dalam penanaman karakter kebangsaan bagi peserta didik. Masnur Muslich mengemukakan bahwa dalam pemrograman pendidikan karakter yang efektif dan utuh terdapat tiga bentuk, yaitu: Pertama , berbasis sekolah; kedua , berbasis kultur sekolah; dan ketiga , berbasis komunitas. 11 Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dan menjadi mata pelajaran utama adalah bahasa dan sastra, baik sastra Indonesia maupun sastra asing. Yosi Wulandari mengemukakan: “Pemilihan bahasa dan sastra sebagai pembelajaran yang dapat menanamkan pendidikan karakter tidak terlepas atas pertimbangan karaktersitik mata pelajaran tersebut. Selain itu, pembelajaran bahasa dan sastra tidak bisa dilepaskan dari fungsi bahasa dan sastra sebagaimana orang berpersepsi bahwa kedua hal itu seperti dua sisi mata uang, baik antara bahasa dan sastra, maupun antara bahasa dan sastra dengan pendidikan karakter. Oleh karena itu, ketika membicarakan pembelajaran bahasa dan sastra, yaitu strategi pembelajaran yang akan dilaksanakan, suasana, proses, substansi, dan evaluasi pembelajaran bahasa dan sastra yang berorientasi pada karakter dan jati diri. Dengan demikian, pembelajaran bahasa dan sastra yang dilaksanakan dapat mengoptimalkan segala pertimbangan tersebut, sehingga dapat menggunaan media ajar atau bahan ajar berupa puisi, cerita pendek, teks drama, teks cerita rakyat, novel, video/film, rekaman/audio dan sebagainya yang bermuatan nilai pendidikan dan kebajikan sehingga mendidik karakter peserta didik. Selanjutnya, dalam menanamkan nilai karakter dan budaya bangsa dalam pembelajaran bahasa, perlu kesadaran bahwa pembelajaran bahasa dan sastra yang dilakukan haruslah mampu memperkenalkan dan
10 Nababan, Op Cit , h. 109. 11 Masnur Muslich, Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h.161.
mendidikan nilai karakter dan budaya serta jati diri bangsa kepada peserta didik. Kondisi tersebut menjadi sesuatu yang penting karena pembelajaran pada hakikatnya tidak hanya mengajarkan bahasa dan sastra sebagai aspek ilmu pengetahuan dan keterampilan, melainkan memperkenalkan nilai karakter dan budaya serta jati diri bangsa.
Bahasa merupakan mata pelajaran yang diajarkan di semua jenjang pendidikan dan menjadi landasan bagi siswa untuk menguasai mata pelajaran lain. Artinya, dengan kemampuan berbahasa siswa akan terampil dan mampu memahami mata pelajaran lain. Hal ini dinyatakan karena bahasa merupakan sentral dalam dunia pendidikan. Depdiknas 12 menyatakan bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginative yang ada dalam dirinya.
Halliday menyebutkan bahwa ada tiga macam pembelajaran bahasa yang berlangsung bersamaan dan saling berkaitan. Yang dimaksudkan adalah belajar bahasa, belajar melalui bahasa, dan belajar tentang bahasa. 13
Belajar bahasa, tidak selamanya melalui pendidikan formal (sekolah), tapi juga bisa langsung berinteraksi dengan masyarakat pengguna bahasa. Sebagai contoh, masyarakat di Bali khususnya yang berada di sekitar pantai, mampu berkomunikasi secara baik dengan turis-turis dari luar negeri, meskipun mereka tidak pernah belajar melalui pendidikan formal. Belajar melalui bahasa adalah belajar berbagai pengetahuan atau budaya melalui bahasa, atau dengan kata lain, bahasa sebagai alat. Belajar tentang bahasa, adalah belajar tentang pengetahuan bahasa. Hal ini hanya diperoleh melalui pendidikan formal.
Bahasa sebagai mata pelajaran (bahan ajar), tidak lepas dari 3(tiga) ranah, sebagaimana teori Bloom, yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan). Sebagai pengetahuan, mencakup pengetahuan tentang tata bahasa (gramatika) yang terdiri dari sintaksis dan morfologi. Bahasa Indonesia, meskipun sebagai bahasa ibu, bahasa pergaulan sehari-hari, dan sekaligus sebagai bahasa resmi (nasional), namun diakui tata bahasanya cukup rumit dan tidak sesederhana yang diperkirakan orang. Bukan hanya masyarakat awam, tapi juga kalangan terdidikpun masih
12 Depdiknas. Standar Isi Kurikulum Mata Pelajaran Bahasa Indonesia (Jakarta: Depdiknas, 2006), - h.44. 13 Halliday dalam Kenneth S. Goodman, Artekel: Pandai Baca-Tulis: Untuk Siapa dan Untuk Apa. “ Bahasa Dalam Pembelajaran” . ed. Makhan L. Tickoo, Penerjemah: Lilian D. Tedjasudhana (Jakarta: PT Rebia Indah Prakasa, 1992), h. 44
163
Al-Ulum (AU) IAIN Sultan Amai Gorontalo
banyak dijumpai yang belum memahami sepenuhnya penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Oleh sebab itu pembelajaran bahasa ini bukan hanya tugas guru bahasa Indonesia, tetapi juga guru-guru bidang studi lain, karena setiap guru pasti menggunakan bahasa Indonesia. Ada ungkapan “ setiap guru adalah guru bahasa ”.
Pendidikan sastra meliputi puisi, drama, cerpen, novel, cerita rakyat, dan sebagainya. Sastra sangat penting dalam membentuk karakter peserta didik, karena penuh dengan nilai-nilai social, nilai etika, nilai moral, dan sebagainya, yang semuanya dapat menunjang keberhasilan peserta didik. Karya sastra yang secara fitrah adalah hasil cipta, karya, rasa, karsa manusia yang menggambarkan alam seutuhnya, termasuk juga manusia sebagai bagian dari alam. Karya sastra sebagai bahan ajar dapat memberikan berbagai manfaat tertuma bagi peserta didik, yaitu (1) materi otentik; (2)pengayaan budaya; (3) pengayaan bahasa; dan (4) pengembangan pribadi. 14
Boleh dikatakan bahwa hampir semua nilai-nilai karakter terdapat dalam pendidikan bahasa khususnya sastra. Karya sastra baik cerpen, puisi, novel dan sebagainya banyak yang bermuatan nilai-nilai religius atau nilai- nilai yang berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan dan/atau ajaran agama. Siswa yang menghasilkan suatu karya berupa cerpen, puisi atau novel adalah hasil karyanya sendiri, kalaupun toh dia mengutip karya orang lain, dia tetap membuat catatan pinggir. Ini jelas merupakan bentuk tanggung jawab sekaligus menghargai karya orang lain. Selain itu, membaca sastra membutuhkan analisis yang logis dan kritis, yang biasa disebut analisis atau kritik sastra. Demikian pula si pembuat karya sastra adalah orang yang cinta ilmu, mandiri, dan penuh dengan imajinatif, kreatif, dan inovatif.
Dalam pembelajaran bahasa meliputi 4(empat) aspek keterampilan, yakni keterampilan mendengar ( listening skill/mahratul istima’ ), keterampilan bercakap/berbicara ( speaking skill/mahratul kalam ), keterampilan membaca ( reading skill/mahratul qirah ), dan keterampilan menulis ( writing skill/mahratul kitbah ). Keterampilan mendengar dan berbicara/bercakap didahulukan daripada membaca dan menulis, karena yang namanya bahasa, menurut teori, adalah apa yang didengar dan diucapkan. Oleh sebab itu, dalam pembelajaran bahasa asing, bahasa Inggris atau Arab, seharusnya keterampilan mendengar dan berbicara lebih didahulukan daripada keterampilan membaca dan menulis.
Para ahli mengatakan bahwa keterampilan berbicara pada hakekatnya merupakan keterampilan menggunakan bahasa yang paling
14 Yosi Wulandari, Artikel: Dimensi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia: Wahana Memperteguh Nilai Karakter dan Budaya Berbangsa , diunduh tgl 2 Maret 2014
rumit, bila yang dimaksud dengan keterampilan ini suatu pengutaraan buah pikiran dan perasaan dengan kata-kata atau kalimat yang benar atau tepat. Oleh sebab itu keterampilan berbicara ini memerlukan latihan sejak dini. Salah satu metode yang umumnya digunakan oleh para guru dalam pembelajarannya adalah metode diskusi, dan tentu dimaksudkan adalah untuk melatih siswa-siswa trampil berbicara mengemukakan pikiran dan pendapatnya, sekaligus melatih keberaniannya tampil di depan umum. Tentu yang paling penting adalah penggunaan bahasa yang baik dan benar serta etika.
Sebagaimana dikemukakan oleh Thomas Lickona bahwa salah satu kehancuran bangsa adalah penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk . Hal ini sering kita saksikan hampir setiap hari berupa diskusi, dialog, debat, penyampaian aspirasi dan sebagainya, yang disiarkan oleh media elektronik seperti radio dan televisi, baik dilakukan oleh masyarakat awam maupun oleh wakil-wakil rakyat terhormat.
Membaca adalah kunci pendidikan. Tidak heran kalau membaca merupakan perintah pertama yang diterima Nabi Muhammad saw ( iqra’ ). Chastain mengatakan bahwa keterampilan membaca bisa bertahan lebih lama daripada keterampilan lain. 15 Ini merupakan kenyataan yang tidak bisa dibantah, dimana seseorang yang pernah belajar membaca suatu bahasa, dan meskipun sudah puluhan tahun tidak pernah membaca, orang tersebut tetap akan mampu membaca. Hal ini berbeda dengan keterampilan lain seperti berbicara atau menulis, dan keterampilan ini sangat mendukung pembentukan nilai karakter yakni gemar membaca.
Carter: membaca adalah sebuah proses berpikir, yang termasuk di dalamnya mengartikan, menafsirkan arti, dan menerapkan ide-ide dari lambang. 16 Anderson mengatakan bahwa membaca merupakan proses penyusunan makna dari wacana tertulis. Ia merupakan suatu keterampilan yang kompleks, menuntut koordinasi dari sejumlah sumber informasi yang sering berhubungan. 17 Hardjono mengatakan bahwa yang dinamakan membaca tidak hanya suatu aktivitas mentransfer teks-teks (tertulis) ke dalam suatu bahasa lisan atau memahami isi teks saja. Membaca merupakan suatu aktivitas komunikatif, dimana ada hubungan timbal-balik antara si pembaca dengan isi teks tersebut. 18 Membaca bahasa asing atau bahasa
15 Kenneth Chastain, Developing Second-Language Skill: Tehory to Practice (Virginia:University of Virginia, 1976), h.308 16 Suwaryono Wiryowijoyo, Membaca: Strategi Pengantar dan Tekniknya (Jakarta: Depdikbud, 1989), h.1 17 Richard C. Anderson et al, Becoming a Nation of Reading (Washington: The National Institute Education, 1984), h.7.
18 Sartinah Hardjono, Prinsip-Prinsip Pengajaran Bahasa dan Sastra (Jakarta: Depdikbud, 1988), h.49.
Al-Ulum (AU) IAIN Sultan Amai Gorontalo
kedua, agak lebih sukar dibandingkan dengan membaca bahasa pertama atau bahasa ibu. Alderson mengatakan bahwa “kita tidak bisa, dan memang akan menemui kesulitan, untuk menggambarkan perbedaan yang jelas antara bahasa pertama dan bahasa asing”. 19 Dia mengutip pendapat Coady yang mengatakan bahwa membaca bahasa asing adalah problema membaca, dan bukan problema bahasa. Pernyataan Coady ini secara tidak langsung mendukung hipotesis Goodman yang mengatakan bahwa proses membaca akan sama untuk semua bahasa. Pandangan ini dikomentari oleh Clarke yang menyatakan bahwa jika proses membaca pada dasarnya sama dalam semua bahasa, maka logikanya kita berharap agar pembaca-pembaca yang baik pada bahasanya sendiri (penutur bahasa), akan menjadi pembaca-pembaca yang baik pula pada bahasa kedua. 20
Pandangan yang berbeda dikemukakan oleh Yorio yang mendukung pendapat Godman, bahwa proses membaca itu menyangkut si pembaca, dibimbing oleh pengetahuannya tentang penutur bahasa, menangkap isayarat-isyarat tulisan, dan menghubungkannya dengan aturan sintaksis, semantik, dan fonologi. Dalam pandangan Yorio bahwa membca mencakup empat faktor: pengetahuan tentang bahasa, kemampuan memprediksi atau menebak sesuai pilihan yang benar, kemampuan mengingat isyarat-isyarat sebelumnya, dan kemampuan untuk menghubungkan antara perbedaan isyarat-isyarat yang sudah diseleksi. Pada akhirnya Alderson membuat dua hipotesis yaitu: Pertama ; rendahnya kemampuan membaca bahasa asing disebabkan rendahnya kemampuan membaca bahasa pertama. Kedua ; rendahnya kemampuan membaca dalam bahasa asing disebabkan oleh tidak cukup pengetahuan tentang bahasa target (bahasa asing). 21
Hardjono mengatakan bahwa jika kita perhatikan apa yang dikerjakan oleh siswa-siswa di Indonesia pada waktu membaca teks bahasa asing, bagi mereka merupakan penerjemahan kata demi kata dengan susah payah, tanpa ada komunikasi antara pembaca dan apa yang dibaca. Suatu kemampuan membuat strategi untuk memahami teks sama sekali tidak ada. Ini disebabkan karena komponen-komponen kompetensi membaca teks dalam bahasa ibu tidak dikembangkan dan tidak diperhatikan oleh guru. 22
Agaknya ia mendukung pendapat di atas, bahwa pengembangan kemampuan membaca bahasa ibu/ bahasa pertama perlu mendapat perhatian.
Khusus membaca bahasa Arab, memahami simbol-simbol tertulis mencakup huruf-huruf Arab dengan tanda-tanda baca seperti fathah, kasrah,
19 J. Charles Alderson & A.H.Urquhart (ed), Reading in a Forein Language (New York: Longman, 1984), h.xv.
20 Ibid ., h.2-3. 21 Ibid ., h.3-4 22 Sartinah, Op Cit ., h.53
ISSN 1412-0534. Volume. 14 Nomor 1, Juni 2014
dhummah, tanwin, syaddah , serta tanda-tanda mad (vokal panjang). Mengenali huruf-huruf Arab tidak terlalu sulit utamanya bagi orang Islam yang sudah belajar membaca Al-Quran, tapi yang sulit adalah menentukan tanda-tanda bacanya, sebab tulisan bahasa Arab tidak memiliki tanda-tanda baca kecuali Al-Quran. Tanda baca suatu kata bisa berubah-ubah karena berubah fungsinya dalam kalimat. Oleh sebab itu keterampilan membaca bahasa Arab berkaitan erat dengan penguasaan gramatika atau tata bahasa.
Membaca dari segi caranya ada dua, yakni membaca dalam hati ( al qirah al smitah ), dan membca keras/nyaring ( al qirah al jahriyah ). Membaca dalam hati jelas tidak mengeluarkan suara, dan ini yang lebih banyak dilakukan daripada membaca keras. Membaca dalam hati, lebih cepat daripada membaca keras, dan si pembaca dapat dengan mudah memahami isi teks yang dibaca, dibandingkan dengan membaca nyaring. Selain itu, bisa dilakukan kapan dan dimana saja, baik pada saat sendirian ataupun di tengah-tengah kerumunan orang. Sebaliknya membaca keras lebih sukar daripada membaca dalam hati, utamanya bahasa asing. Orang yang mampu membaca bahasa asing dengan cara ‘membaca dalam hati’, belum tentu mampu dengan cara ‘keras’. Dan pada umumnya orang lebih mampu memahami bacaan (bahasa asing) dengan cara membaca dalam hati ketimbang membaca keras. Oleh sebab itu membaca keras lebih banyak ditujukan untuk mengenali huruf alphabet yang sudah tersusun menjadi kata dalam rangkaian kalimat, atau dengan kata lain dilakukan pada tahap ‘belajar’ (melatih pengucapan), sedangkan membaca dalam hati ditujukan untuk memahami bacaan.
Sebagaimana dikemukakan di atas, bahwa salah satu butir nilai karakter adalah adalah gemar membaca. Menurut para ahli bahwa gemar membaca atau istilah lain budaya membaca di kalangan masyarakat Indonesia, masih tergolong kurang. Contoh kecil saja, orang pergi ke rumah sakit atau tempat lain, lebih suka bertanya mengenai tempat pasien daripada melihat petunjuk yang sudah ada. Demikian pula kebiasaan siswa atau mahasiswa yang lebih suka ke internet daripada ke pustakaan apabila diminta untuk mengerjakan tugas. Oleh sebab itu salah satu cara untuk membiasakan siswa/ mahasiswa gemar membaca adalah memberikan tugas terstruktur misalnya membuat resume/ringkasan buku yang berkaitan dengan materi ajar.
Keterampilan menulis mencakup tiga hal, yakni membentuk alphabet, mengeja, dan mengarang. Keterampilan membentuk alphabet bahasa asing khususnya bahasa Arab, agak sulit bagi siswa Indonesia, karena tulisan Arab memiliki ciri khas tersendiri yang bebeda dengan tulisan Latin. Oleh sebab itu butuh latihan tersendiri. Keterampilan mengarang merupakan bentuk untuk mengutarakan pikiran atau perasaan dengan kata-kata atau kalimat dengan benar dan tepat secara tertulis. Keterampilan ini juga butuh
latihan dan bimbingan guru, sebab orang yang trampil berbicara belum tentu trampil menulis atau mengarang.
## G. Kesimpulan
Pendidikan karakter sangat penting untuk menjawab persoalan yang berkaitan dengan kemerosotan moral baik masa kini maupun masa depan khususnya di kalangan remaja. Pendidikan karakter menjadi tanggung jawab semua pihak baik orang tua, guru, masyarakat dan pemerintah. Lembaga yang berperan penting sebagai wahana memperteguh karakter dan nilai budaya bangsa adalah sekolah. Pendidikan karakter berkaitan erat dengan pendidikan bahasa. Banyak nilai-nilai karakter terdapat dalam pendidikan bahasa dan sastra. Pendidikan bahasa dan sastra merupakan salah satu mata pelajaran yang diharapkan dapat membentuk karakter siswa. Sastra sangat penting dalam membentuk karakter siswa, karena penuh dengan nilai-nilai social, nilai etika, nilai moral, dan sebagainya, yang semuanya dapat menunjang keberhasilan peserta didik. Pendidikan bahasa, bukan hanya tugas dan tanggung jawab guru bahasa, melainkan tugas dan tanggung jawab semua guru bidang studi, karena semua guru pasti menggunakan bahasa. Dalam pembelajaran bahasa dan sastra perlu dioptimalkan baik strategi, metode, media, serta bahan ajar yang bermuatan nilai pendidikan dan kebajikan sehingga membentuk karakter peserta didik. Para guru harus menggunakan berbagai cara mendorong siswa agar gemar membaca dan menulis, baik bahasa ibu (Indonesia) maupun bahasa asing.
## DAFTAR PUSTAKA
Alderson, J. Charles & A.H.Urquhart (Ed). 1984, Reading in a Forein Language . New York: Longman.
Anderson, Richard C. et al. 1984, Becoming a Nation of Reading .Washington: The National Institute Education.
Chastain, Kenneth. 1976, Developing Second-Language Skill: Tehory to Practice . Virginia: University of Virginia.
Hardjono, Sartinah. 1988, Prinsip-Prinsip Pengajaran Bahasa dan Sastra . Jakarta: Depdikbud.
Majid, Abdul dan Dian Andayani. 2011, Pendidikan Karakter Perspektif Islam . Bandung: Rosdakarya.
Megawangi, Ratna. 2007, Pendidikan Karakter Solusi yang tepat untuk Membangun Bangsa. Jakarta: Heritage Fondation.
Muslich, Masnur, 2011, Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional . Jakarta: Bumi Aksara.
Nababan, Sri Utami Subyakto. 1992, Psikolinguistik: Suatu Pengantar . Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Naim, Ngainun. Character Buillding. 2012, Optimalisasi Peran Pendidikan Dalam Pengembangan Ilmu& Pembentukan Karakter Bangsa . Jogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional, Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa , 2010
Salahudin, Anas dan Irwanto Alkrienciehie, 2011, Pendidikan Karakter. Pendidikan Berbasis Agama &Budaya Bangsa , Bandung: Pustaka
Setia.
Shoimin, Aris. 2014, Guru Berkarakter untuk Implementasi Pendidikan Karakter . Cet. 1; Yogyakarta: Gava Media.
Sri Wahyuni dan Abd. Syukur Ibrahim. 2013, Perencanaan Pembelajaran
Bahasa berkarakter . Bandung: PT Refika Aditama.
Steinberg, Danny D. Psikolingustik Bahasa, Akal Budi . 1990, Penerjemah: Azhar M. Simin. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia.
Al-Ulum (AU) IAIN Sultan Amai Gorontalo
Suwaryono, Wiryowijoyo. 1989, Membaca: Strategi Pengantar dan Tekniknya . Jakarta: Depdikbud.
Tickoo, Makhan L.(Ed). 1992, Bahasa Dalam Pembelajaran . Penerjemah: Lilian D. Tedjasudhana. Jakarta: PT Rebia Indah Prakasa.
Undang-undang No.20 tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional.
Wulandari, Yosi . Dimensi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia: Wahana Memperteguh Nilai Karakter dan Budaya Berbangsa, artikel, diunduh tgl 2 Maret 2014
|
a4bfd463-77db-49b1-98df-b387802d6813 | http://jofar.afi.ac.id/index.php/jofar/article/download/102/75 |
## Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Alpukat ..(Purnomo dan Azzahra, 2021)
Hanif Yogaswara Purnomo 1 , Fara Azzahra 1
1 Program Studi Diploma III Farmasi Akademi Farmasi Indonesia Yogyakarta Korespondensi: faraazzahra@afi.ac.id
antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri dari daun alpukat terhadap bakteri P. aeruginosa dan mengetahui potensi aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun alpukat dengan pembanding antibiotik siprofloksasin .
Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi sumuran menggunakan 8 kelompok perlakuan, yaitu ektrak etanol daun alpukat konsentrasi 2%, 4%, 6%, 8% dan 10% sebagai sampel uji, siprofloksasin konsentrasi 5µg/20µl sebagai kontrol positif, etanol 96% sebagai kontrol pelarut dan aqua pro injection sebagai kontrol negatif. Setiap perlakuan diinokulasikan dengan bakteri kemudian ditetesi ekstrak etanol daun alpukat, diinkubasi pada suhu 37 ℃ selama 24 jam, data yang diperoleh berupa zona hambat yang diukur dan dianalisa sensitivitasnya berdasarkan CLSI dengan pembanding siprofloksasin.
Aktivitas antibakteri menunjukkan diameter zona hambat pada bakteri P. aeruginosa dalam konsentrasi 2%, 4%, 6%, 8% dan 10% ekstrak daun alpukat sebesar 5,68±0,15mm; 6,16±0,03mm; 6,65mm±0,06; 7,55±0,20mm dan 6,41±0,06mm; berturut-turut dengan kategori resisten dan Siprofloksasin menunjukan diameter zona hambat 32,52±1,00mm dengan kategori sensitif menurut CLSI. Hasil zona hambat tersebut menunjukan adanya perbedaan bermakna antar kelompok perlakuan ekstrak dan terhadap kontrol positif siprofloksasin. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun alpukat memiliki aktivitas menghambat bakteri P. aeruginosa, namun potensinya tidak sebanding dengan siprofloksasin.
Kata kunci : Antibakteri, Daun Alpukat, P. aeruginosa.
## ABSTRACT
Avocado leaves contain compounds of alkaloids, flavonoids, tannins and saponins that are useful as antibacterial. This study aims to determine the antibacterial activity of avocado leaves against P. aeruginosa bacteria and to determine the potential antibacterial activity of avocado leaves ethanol extract with the comparison of ciprofloxacin antibiotics.
The antibacterial activity was tested by well diffusion method using 8 treatment groups, namely avocado leaves ethanol extract with concentrations of 2%, 4%, 6%, 8% and 10% as the test sample, ciprofloxacin concentration of 5µg/20µl as a positive control, 96% ethanol as a test sample. solvent control and aqua pro injection as a negative control. Each treatment was inoculated with bacteria and then dripped with avocado leaves ethanol extract, incubated at 37 ℃ for 24 hours, the data obtained in the form of inhibition zones were measured and analyzed for sensitivity based on CLSI (2013) with comparison of ciprofloxacin.
Antibacterial activity indicates the diameter of the inhibition zone in bacteria P. aeruginosa in concentrations of 2%, 4%, 6%, 8% and 10% avocado leaves extract of 5.68±0.15mm; 6.16±0.03mm; 6.65mm±0.06; 7.55±0.20mm and 6.41±0.06mm; successively with the category of resistance and Ciprofloxacin showed the diameter of the inhibition zone was 32.52±1.00mm with a sensitive category according to CLSI. The results of the inhibition zone showed that there was a significant difference between the extract treatment groups and the positive control of ciprofloxacin.
Based on the results of the study, it can be concluded that the ethanolic extract of avocado leaves has the activity of inhibiting P. aeruginosa bacteria, but its potency is not comparable to that of ciprofloxacin.
Keywords : Antibacterial, Avocado Leaves, P.aeruginosa.
## ETANOL DAUN ALPUKAT ( Persea americana Mill.) TERHADAP BAKTERI UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK PSEUDOMONAS AERUGINOSA
## ANTIBACTERIAL ACTIVITY OF ETANOL EXTRACT OF AVOCADO LEAVES
## ( Persea americana Mill.) AGAINST P SEUDOMONAS AERUGINOSA
ABSTRAK
Daun alpukat mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, tanin dan saponin yang bermanfaat sebagai
8
## PENDAHULUAN
Penyakit infeksi masih menjadi jenis penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk di negara berkembang. Salah satu penyebab penyakit infeksi adalah bakteri (Radji, 2011). Indonesia merupakan negara dengan insidensi penyakit infeksi akibat bakteri yang masih tinggi. Infeksi tersebut dapat terjadi secara individual, komunitas ataupun nosokomial. Penyakit infeksi yang didapat di rumah sakit disebut sebagai infeksi nosokomial. Kejadian infeksi tidak hanya berasal dari rumah sakit, tetapi juga dapat dari fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Infeksi nosokomial tidak terbatas kepada pasien namun dapat juga kepada petugas kesehatan dan pengunjung yang tertular pada saat berada di dalam lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan (Permenkes, 2017).
Bakteri P. aeruginosa bersifat Gram negatif . Bakteri ini adalah spesies yang paling banyak menyebabkan infeksi nosokomial ( Public Health Agency of Canada, 2012). Infeksi bakteri P. aeruginosa biasanya terjadi pada pasien yang dirawat di rumah sakit atau orang dengan sistem imun lemah. Pasien yang menggunakan ventilator, kateter, pasca operasi, dan pasca luka bakar lebih rentan terinfeksi ( Centers for Disease Control and Prevention Healthcare-assosiated Infection , 2013). Bakteri P. aeruginosa mengalami resistensi terhadap berbagai jenis antibiotika, yaitu ampicillin-sulbactam, amoxixillin-clavulanic acid, cefotaxime, ceftriaxone, ertapenem, tetracyclines, trimethoprim, trimethoprim-sulfamethoxazole, chloramphenicol dan Fosfomycin ( Clinical and Labolatory Standars Institute , 2013). Resistensi bakteri terhadap antibiotik dapat mengakibatkan lamanya waktu penyembuhan, meningkatkan resiko kematian, memperbanyak carrier di masyarakat, memperbanyak bakteri yang resisten dan memperpanjang masa rawat inap di rumah sakit (Utami, 2012). Peningkatan resistensi bakteri terhadap antibiotik memberikan peluang besar untuk mendapatkan senyawa antibakteri dengan memanfaatkan senyawa aktif dari kekayaan keanekaragaman hayati (Mpila dkk., 2012).
Penggunaan tanaman obat semakin populer dan semakin meluas secara global seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan (Edy dkk., 2016). Ekstrak daun alpukat diketahui memiliki kandungan senyawa aktif seperti alkaloid, flavonoid, tanin dan saponin yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri S. typi dan S. aureus (Azzahra dkk., 2019). Penelitian oleh Anggorowati dkk. (2016) menunjukkan ekstrak daun alpukat memiliki efek menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus sp, Pseudomonas sp, Proteus sp, Escherichea sp , dan Bacillus sp . Penelitian yang dilakukan Hasbi (2012) membuktikan bahwa air perasan daun alpukat memiliki aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan Pseudomonas sp pada konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dan 100%, zona hambat yang terbentuk pada konsentrasi 100% (23 mm) dinyatakan sensitif, konsentrasi 80% (20 mm) dinyatakan intermediate, 60% (16 mm) dan 40% (14 mm) dan 20% (11 mm) dinyatakan resisten terhadap pertumbuhan Pseudomonas sp . Penelitian lain menyebutkan bahwa ekstrak etanol daun alpukat memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis dalam konsentrasi 2%, 4%, 6%, 8% dan 10% (Madhani, 2020). Uraian tersebut menjadi acuan peneliti untuk melakukan penelitian terhadap ekstrak etanol daun alpukat serta menguji aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri P. aeruginosa dengan metode difusi sumuran.
## METODE PENELITIAN
Bahan Bahan penelitian yang dipakai adalah isolat bakteri P. aeruginosa , ekstrak etanol daun alpukat konsentrasi 2%, 4%, 6%, 8% dan 10%, etanol 96%, aquades, injeksi siprofloksasin 5µg/20µl, aqua pro injection, media Nutrient Agar (NA). Alat Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah jarum ose, mikropipet, timbangan analitik, inkubator, autoclave , magnetic strirer, masker, handscoon , spidol, rak tabung reaksi, aluminium foil , perforator, plastic wrap , pinset, kertas payung dan alat-alat gelas.
Sterilisasi Alat
Alat-alat yang akan digunakan dicuci terlebih dahulu sampai bersih dan dikeringkan. Cawan petri dan alat-alat gelas dibungkus dengan kertas payung dan plastik, kemudian dimasukan kedalam autoklaf selama 15 menit dengan temperatur 121℃. Sterilisasi peralatan yang lain adalah jarum ose yaitu di sterilkan dengan dibakar langsung pada api Bunsen (Mpila dkk.,2012).
## Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Alpukat ..(Purnomo dan Azzahra, 2021)
Pembuatan Media Bakteri Nutrient Agar (NA)
Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah media NA. Pembuatan medium NA dibuat dengan cara menimbang sejumlah 20 gram serbuk NA lalu ditambahkan 1 Liter aquadest steril (Rahmadani, 2015). Larutan tersebut dipanaskan diatas Hot Plate dan diaduk menggunakan magnetic stirrer hingga homogen. Kemudian media NA tersebut disterilkan dengan autoklaf selama 15 menit dengan suhu 121⁰C, media NA dituangkan kedalam cawan petri yang steril kurang lebih 20 ml, kemudian dibungkus dengan kerta kayu dan dimasukan ke autoklaf. Sebelum digunakan untuk pengujian media inkubasi selama 1x24 jam, tunggu sampai NA dalam cawan petri tersebut dingin (Dima dkk., 2016).
Peremajaan Kultur Murni Bakteri
Kultur murni bakteri P. aeruginosa yang diperoleh dari Balai Kesehatan Lingkungan Yogyakarta bakteri diinokulasikan sebanyak 1 ose pada media agar miring NA dalam tabung reaksi dengan cara digoreskan secara aseptik, kemudian diinkubasikan selama 24 jam pada suhu 37⁰C (Mpila dkk., 2012). Penyiapan Larutan Uji dan Larutan Kontrol
Larutan stok ekstrak etanol daun alpukat dibuat dengan mengencerkan 2 gram ekstrak dalam etanol 96% sebanyak 2 mL. Variasi konsentrasi didapat dengan mengencerkan larutan stok yang sudah disiapkan menjadi konsentrasi 2%, 4%, 6%, 8% dan 10% (Madhani, 2020). Larutan kontrol positif menggunakan larutan siprofloksasin 5µg/20µl. Larutan kontrol pelarut menggunakan etanol 96%. Kontrol negatif adalah aqua pro injection . Pembuatan Larutan Pembanding Kontrol positif menggunakan siprofloksasin injeksi dengan potensi 0,2% b/v yang setara dengan 200mg/100ml. Maka dilakukan pengenceran hingga konsentrasi yang sesuai yaitu 5µg/20µl (CLSI, 2013). Uji Daya Hambat Bakteri
Metode difusi sumuran digunakan sebagai uji aktivitas antibakteri. Bakteri P. aeruginosa diambil menggunakan jarum ose, kemudian tanam pada media NA (Prayoga, 2013). Setelah bakteri ditanam, dibuat sumuran ±6 mm dengan perforator untuk tiap perlakuannya. Ekstrak etanol daun alpukat sebanyak 20 µl kemudian diteteskan kedalam sumur menggunakan mikropipet. Cawan petri kemudian dimasukan kedalam inkubator untuk diinkubasi pada temperatur 37℃ selama 24 jam. Aktivitas antibakteri P. aeruginosa diamati berdasarkan zona hambat disekitar sumur. Zona hambat diukur menggunakan jangka sorong dan dinyatakan dalam (mm) (Audies, 2015).
Analisi data penelitian yang dihasilkan berupa zona hambat sekitar sumur yang dihitung sebagai zona hambat dari uji aktivitas antibakteri dan analisa berdasarkan parameter nilai zona hambat antibiotik siprofloksasin terhadap bakteri P. aeruginosa yang memiliki kategori resisten, intermediet dan sensitif (CLSI, 2013). Hasil uji aktivitas antibakteri juga dianalisa menggunakan uji statistik untuk melihat adanya pengaruh ekstrak etanol daun alpukat dengan berbagai konsentrasi terhadap bakteri P. aeruginosa dan menyatakan perbedaan antar kelompok perlakuan menggunakan IBM SPSS statistitics 25 . Uji statistik dilakukan berdasarkan banyak sampel penelitian < 50, digunakan uji Shapiro-Wilk untuk mengetahui normalitas data dan uji homogenitas menggunakan Levene Statistic . Hasil analisis menunjukkan data yang tidak terdistribusi normal dan tidak homogen kemudian dilanjutkan dengan menggunakan uji Kruskal wallis untuk mengetahui perbedaan bermakna antar konsentrasi kelompok perlakuan ekstrak etanol daun alpukat dan antar kelompok perlakuan ekstrak etanol daun alpukat dengan kontrol positif siprofloksasin terhadap pertumbuhan bakter P. aeruginosa . Hasil analisis menunjukan perbedaan bermakna (p ≤ 0,05) sehingga dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney (Notoatmodjo, 2012 dan Hakim, 2013).
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan ekstrak etanol daun apukat yang didapat dari penelitian (Madhani, 2020). Ekstrak daun alpukat diketahui memiliki kandungan senyawa aktif seperti alkaloid, flavonoid, tanin dan saponin yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri S. typi dan S. aureus (Azzahra dkk., 2019). Penelitian yang dilakukan Hasbi (2012) membuktikan bahwa air perasan daun alpukat memiliki aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan Pseudomonas sp pada konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dan 100%. Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun alpukat dilakukan terhadap bakteri P. aeruginosa menggunakan metode difusi sumuran. Metode difusi sumuran merupakan metode yang digunakan untuk menentukan aktivitas antibakteri berdasarkan potensi difusi dari zat antibakteri pada media agar yang telah diinokulasikan dengan bakteri uji (Prayoga, 2013). Metode difusi sumuran memiliki kelebihan yaitu lebih mudah mengukur luas zona hambat yang terbentuk karena bakteri beraktivitas tidak hanya di permukaan atas nutrien agar tetapi juga sampai ke bawah (Nurhayati dkk., 2020).
10
Metode difusi sumuran dilakukan dengan membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme, Setelah dibuat sumuran ekstrak etanol daun alpukat sebanyak 20 µl kemudian diteteskan kedalam sumur menggunakan mikropipet. Cawan petri kemudian dimasukan kedalam inkubator untuk diinkubasi pada temperatur 37℃ selama 24 jam (Maradona, 2013). Aktivitas antibakteri P. aeruginosa diamati berdasarkan zona hambat disekitar sumur. Zona hambat diukur menggunakan jangka sorong dan dinyatakan dalam (mm) (Audies, 2015).
Parameter dalam uji antibakteri menggunakan metode difusi sumuran adalah terbentuknya area jernih atau zona bening disekitar sumur. Zona bening yang terbentuk menunjukkan adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh agen antimikroba di permukaan media agar (Jahari, 2013). Cara mengukur diameter zona hambat yaitu dengan mengukur zona bening yang terbentuk di sekitar sumuran dalam satuan milimeter menggunakan jangka sorong lalu dikurangi diameter lubang sumuran (Budiana dkk., 2015).
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 Gambar 1. Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun alpukar terhadap bakteri P. aeruginosa. Keterangan: Kelompok I : Konsentrasi Ekstrak 2% Kelompok II : Konsentrasi Ekstrak 4% Kelompok II : Konsentrasi Ekstrak 6% Kelompok IV : Konsentrasi Ekstrak 8% Kelompok V
: Kensentrasi Ekstrak 10%
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 Gambar 2. Hasil uji aktivitas antibakteri kelompok kontrol terhadap bakteri P. aeruginosa.
Keterangan:
Kelompok VI : Kontrol Positif siprofloksasin 5µg/20µl Kelompok VII : Kontrol Negatif Aqua pro injection Kelompok VIII : Kontrol Pelarut etanol 96%
Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Alpukat ..(Purnomo dan Azzahra, 2021)
Tabel I. Hasil pengukuran zona hambat antibakteri ekstrak etanol daun alpukat terhadap bakteri P.
aeruginosa. Kelompok Uji Diameter Zona Hambat rata-rata±SD (mm) Kategori (CLSI, 2013) Kelompok Konsentrasi Ekstrak 2% 5,68±0,15 a Resisten Kelompok Konsentrasi Ekstrak 4% 6,16±0,03 ab Resisten Kelompok Konsentrasi Ekstrak 6% 6,65±0,06 abc Resisten Kelompok Konsentrasi Ekstrak 8% 7,55±0,20 abcd Resisten Kelompok Konsentrasi Ekstrak 10% 6,41±0,06 abcd Resisten Kelompok Kontrol Positif 32,52±1,00 abcd Sensitif Kelompok Kontrol Negatif 0,00±0,00 - Kelompok Kontrol Pelarut 0,00±0,00 - Keterangan : Kontrol Positif : Kontrol Positif siprofloksasin 5µg/20µl
Kontrol Negatif : Kontrol Negatif Aqua pro injection Kontrol Pelarut : Kontrol Pelarut etanol 96% Superscript huruf yang sama menunjukan adanya perbedaan yang signifikan (p≤0,05)
Kontrol positif yang digunakan dalam penelitian ini adalah antibiotik siprofloksasin. Siprofloksasin yang digunakan sebagai kontrol positif adalah larutan siprofloksasin konsentrasi 5μg/20μl (CLSI, 2013). Mekanisme kerja siprofloksasin adalah menghambat aktivitas DNA girase bakteri, bersifat bakterisid dengan spektrum luas terhadap bakteri gram negatif maupun positif (Katzung, 2012). Kontrol negatif yang digunakan adalah aqua pro injection, sedangkan kontrol pelarut etanol 96%. Kedua kontrol tersebut berfungsi untuk melihat aktivitas antibakteri dari pelarut terhadap pertumbuhan bakteri P. aeruginosa (Rastina dkk., 2015). Pengujian aktivitas antibakteri ini dilakukan sebanyak 3 kali replikasi. Hasil yang diperoleh kemudian dianalisa menggunakan parameter CLSI (2013). Kelompok perlakuan pada uji aktivitas antibakteri daun alpukat dilakukan pada konsentrasi yang sama yaitu 2%, 4%, 6%, 8%, dan 10%. Zona bening yang terbentuk pada uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun alpukat terhadap bakteri P. aeruginosa dapat dilihat pada Gambar 1. Kelompok perlakuan kontrol pada uji aktivitas antibakteri terhadap bakteri P. aeruginosa dilakukan pada kelompok kontrol positif, negatif, dan pelarut. Zona bening yang terbentuk pada uji aktivitas antibakteri kelompok kontrol dapat dilihat pada Gambar 2. Hasil pengukuran zona hambat ekstrak etanol daun alpukat terhadap bakteri P. aeruginosa dapat dilihat pada Tabel I. Berdasarkan Tabel I, rata-rata diameter zona hambat kelompok perlakuan ekstrak etanol daun alpukat konsentrasi 2%, 4%, 6%, 8% dan 10% terhadap bakteri P. aeruginosa berturut-turut sebesar 5,68±0,15mm; 6,16±0,03mm; 6,65±0,06mm; 7,55±0,20mm dan 6,41±0,06mm. Berdasarkan CLSI (2013), zona hambat yang terbentuk pada kelompok perlakuan ekstrak etanol daun alpukat termasuk kategori resisten terhadap bakteri P. aeruginosa karena zona hambat yang dihasilkan ≤15mm. Berdasarkan CLSI (2013) Antibiotik siprofloksasin sebagai kontrol positif pada penelitian ini menunjukan hasil sensitif dengan diameter rata-rata zona hambat 32,52±1,00mm terhadap bakteri P.aeruginosa . Hal ini sesuai dengan penelitian Yunita dkk. (2020) bahwa siprofloksasin termasuk kategori sensitif dalam menghambat pertumbuhan bakteri P. aeruginosa setelah diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37˚C dengan diameter zona hambat rata-rata 27,01±0,80 mm. Rata-rata diameter zona hambat uji kontrol negatif dan kontrol pelarut tidak memiliki zona hambat yaitu memiliki hasil 0,00 mm atau tidak memiliki daya hambat . Rastina dkk. (2015) melaporkan bahwa kontrol negatif menunjukan tidak adanya zona hambat, hal ini menjelaskan bahwa kontrol negatif yang digunakan tidak berpengaruh pada uji bakteri P. aeruginosa.
Hasil penelitian ini, diketahui tinggi rendahnya konsentrasi ekstrak etanol daun alpukat tidak berbanding lurus dengan diameter zona hambat yang dihasilkan. Hal ini terlihat dari hasill rata-rata diameter zona hambat pada ekstrak konsentrasi 8% dan 10% (Zeniusa dkk., 2019). Hasil pada penelitian ini menunjukkan konsentrasi 8% memiliki nilai rata-rata zona hambat 7,55±0,20mm dan pada konsentrasi 10% nilai rata-rata zona hambat 6,41±0,06mm. Hasil penelitian ini bila dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya menunjukan hasil yang tidak sesuai. Penelitian yang dilakukan oleh Madhani (2020) menyebutkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak etanol daun alpukat semakin besar zona hambat yang terbentuk. Namun, pada penelitian ini zona hambat terbesar didapatkan pada ekstrak etanol daun alpukat dengan konsentrasi 8%, sedangkan konsentrasi 10% menunjukkan diameter zona hambat yang lebih kecil dari zona hambat pada konsentrasi 8%.
12
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan terjadinya perbandingan terbalik antara konsentrasi ekstrak etanol daun alpukat dengan besarnya diameter zona hambat yang dihasilkan. Ekstrak etanol daun alpukat dengan konsentrasi 8% menunjukan aktivitas antibakteri yang lebih efektif dibandingkan dengan konsentrasi 10%. Hal ini sesuai dengan penelitian Zeniusa dkk. (2019) yang menunjukan konsentrasi semakin besar tidak memberikan efek penghambatan yang lebih besar akan tetapi memiliki kemampuan menghambat yang lebih kecil dibanding konsentrasi lain. Ada beberapa kemungkinan yang dapat menyebabkan hal ini terjadi, seperti kurangnya daya difusi ekstrak ke dalam media. Semakin tingginya konsentrasi ekstrak maka semakin rendah kelarutan (mengental seperti gel), sehingga hal ini dapat memperlambat difusi bahan aktif ekstrak ke dalam media dan akhirnya dapat mengurangi kemampuan ekstrak dengan konsentrasi tinggi dalam menghambat pertumbuhan bakteri (Dewi, 2010).
Hasil pengujian secara statistik menggunakan Mann-Whitney menunjukkan perbedaan antar konsentrasi kelompok perlakuan ekstrak etanol daun alpukat. Hal ini menunjukkan bahwa setiap konsentrasi ekstrak etanol daun alpukat mempunyai kemampuan yang berbeda dalam menghambat pertumbuhan bakteri P. aeruginosa. Hasil penelitian uji antibakteri ekstrak etanol daun alpukat konsentrasi 2%, 4%, 6%, 8% dan 10% terhadap bakteri S. epidermidis masuk dalam kategori resisten menurut CLSI (2013). Zona hambat yang terdapat disekitar disk menunjukan adanya aktivitas antibakteri pada tiap perlakuan ekstrak konsentrasi 2%, 4%, 6%, 8% dan 10% (Madhani, 2020).
Kelompok perlakuan ekstrak etanol daun alpukat dengan kontrol positif siprofloksasin juga menunjukkan perbedaan bermakna (p≤0,05) antar kelompok perlakuan ekstrak etanol daun alpukat. Hal ini menunjukkan bahwa antar perlakuan kelompok ekstrak etanol daun alpukat memilik aktivitas yang berbeda dengan kelompok kontrol positif siprofloksasin dalam menghambat pertumbuhan bakteri P. aeruginosa. Berdasarkan hasil penelitian zona hambat kelompok ekstrak etanol daun alpukat lebih kecil dibandingkan kontrol positif siprofloksasin, yang berarti aktivitas antibakteri kelompok ekstrak etanol daun alpukat tidak sebanding dengan kelompok kontrol siprofloksasin.
Penelitian ini berbeda dengan yang dilakukan oleh Hasbi (2012) yang menyebutkan bahwa, perasan daun alpukat dengan konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dan 100% memiliki aktivitas antibakteri yang sebanding dengan antibiotik siprofloksasin terhadap bakteri Psudomonas sp . Hal ini dapat disebabkan karena penggunaan sediaan dan konsentrasi yang berbeda, pada penelitian ini menggunakan ekstrak dengan konsentrasi yang kecil 2%, 4%, 6%, 8% dan 10%. Penelitian pada bakteri yang berbeda menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun alpukat konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80 dan 100% termasuk dalam kategori resisten menurut CLSI (2013) dalam menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus dan S. typi (Azzahra dkk., 2019) . Aktivitas antibakteri yang terkandung dalam ekstrak etanol daun alpukat dikarenakan adanya senyawa antibakteri, yaitu saponin, tanin dan flavonoid (Ogundare dan Oladejo, 2014). Senyawa flavonoid yang terdapat dalam daun alpukat diketahui dapat berfungsi sebagai antibakteri (Anggorowati dkk., 2016). Flavonoid menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara merusak dinding sel, menonaktifkan kerja enzim, berikatan dengan adhesin dan merusak membran sel (Nugraha dkk., 2017) . Karlina dkk. (2013) melaporkan bahwa saponin dapat menekan pertumbuhan bakteri dengan menurunkan tegangan permukaan dinding sel dan berinteraksi dengan dinding sel bakteri sehingga lisis. Mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri yaitu dengan cara menyebabkan sel Porphyromonas gingivalis menjadi lisis. Hal ini terjadi karena tanin memiliki target pada dinding polipeptida dinding sel bakteri sehingga pembentukan dinding sel menjadi kurang sempurna dan kemudian sel bakteri akan mati (Sapara dkk., 2016).
KESIMPULAN
1. Ekstrak etanol daun alpukat memiliki aktivitas antibakteri terhadap P. aeruginosa dalam konsentrasi 2%, 4%, 6%, 8% dan 10%. Berdasarkan CLSI (2013), zona hambat yang terbentuk pada kelompok perlakuan ekstrak etanol daun alpukat termasuk kategori resisten terhadap bakteri P. aeruginosa karena zona hambat yang dihasilkan ≤15mm.
2. Ekstrak etanol daun alpukat memiliki potensi yang tidak sebanding dengan antibiotik siprofloksasin dalam menghambat pertumbuhan bakteri P. aeruginosa.
## UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih ditujukan kepada Akademi Farmasi Indonesia Yogyakarta yang menyediakan fasilitas untuk pelaksanaan penelitian ini.
## Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Alpukat ..(Purnomo dan Azzahra, 2021)
13
DAFTAR PUSTAKA
Anggorowati, D. A., Priandini, G., dan Thufail. 2016. Potensi Daun Alpukat ( Persea americana Miller) sebagai Minuman Teh Herbal yang Kaya Antioksidan. Industri Inovatif . 6(1): 1-7. Audies, A., 2015. Uji Efektivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Nanas ( Ananas comosus L.) Terhadap Pertumbuhan Streptococcus mutans Penyebab Karies Gigi. Skripsi. Padang: Universitas Andalas. Azzahra, F., Elvan, A. A., dan Atmi, A. S., 2019. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Alpukat ( Persea americana Mill.) terhadap Bakteri Salmonella typhi dan Staphylococcus aureus . Akfarindo . 4(2): 1-10.
Budiana, S. M., Kojong, N. S., dan Wewengkang, D. S., 2015. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Bunga dan Biji Tanaman Pacar air ( Impatiens balsamina L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa dan Escherichia coli secara In-Vitro. Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT. 4(4): 214-223.
Centers for Disease Control and Prevention Healthcare-assosiated Infection (HAIs). 2013. Pseudomonas aeruginosa in Healthcare setting . https://www.cdc.gov/hai/organisms/pseudomonas.html . Diakses tanggal 5 November 2020.
Clinical and Labolatory Standars Institute (CLSI). 2013. Performance Standards for Antimicrobial Susceptibility Testing; Twenty-Third Informational Supplement . CLSI document M100-S23. CLSI, Wayne, PA.
Dewi, F. K., 2010. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Mengkudu ( Morinda citrifolia Linn.) Terhadap Bakteri Pembusuk Daging Segar. Skripsi. Surakarta: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dima, L., Fatimawali, dan Widya, A. L., 2016. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Kelor ( Moringa Oleifera L.) Terhadap Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureu s. Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT . 5(2): 282- 289. Edy, H.J., Marchaban S., Wahyuno E., dan Nugroho A.E., 2016. Formulasi dan Uji Sterilitas Hidrogel Herbal Ekstrak Etanol Daun Tagetes erecta L. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi . 5(2): 9-16. Hasbi, S., 2012. Uji Sensitivitas Perasan daun Alpokat ( Persea americana Mill.) terhadap Pseudomonas sp metode In-Vitro . Skripsi . Banda Aceh: Akademi Analisis Kesehatan. Jahari, F., 2013. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Mangkokan ( Nothopanax Scutellarium Merr) Terhadap Bakteri Penyebab Bau Badan dengan Metode Difusi Agar. Skripsi . Makassar: Universitas Islam Negeri Alauddin.
Karlina, C. Y., Ibrahim, M. dan Trimulyono, G., 2013. Aktivitas Antibakteri Ekstra Herba Krokot ( Portulaca oleracea L.) Terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. LenteraBio. 2(1): 87-93. Katzung B. G., 2012. Farmakologi dasar dan Klinik , diterjemahkan oleh. Nugroho, A. W., L., Rendy., dan L., Dwijayanthi. Jakarta: EGC.
Madhani, V., 2020. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Alpukat ( Persea americana Mill.) terhadap Bakteri Staphylococcus epidermidis . Karya Tulis Ilmiah . Yogyakarta: Akaademi Farmasi Indonesia Yogyakarta. Maradona, D., 2013. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Durian ( Durio zhibetinus L.), Daun Lengkeng ( Dimocarpus longan Lour.), dan Daun Rambutan ( Nephelium lappacium L.) terhadap Bakter Staphylococcus aureus ATCC 25925 dan Escherichia coli ATCC 25922. Skripsi. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Farmasi. Mpila, D.A., Fatimawali, dan Wiyono, W.I., 2012. Uji Aktivitas Antibakteri Etanol Daun Mayana ( Coleus atropurpureus (L) Benth.) Terhadap Staphylococcus aureus, Eschericia coli dan Pseudomonas aeruginosa Secara In-Vitro . Skripsi . Manado: Fakultas MIPA Universitas Sam Ratulangi. Nugraha, A., C., Agung, T., P., dan Sri, M., 2017. Isolasi, Identifikasi, Uji Aktivitas Senyawa Flavonoid Sebagai Antibakteri dari Daun Mangga. Indonesian Journal of Chemical Science. 6(2): 91-96. Nurhayati, S., L., Yahdiyani, N., dan Hidayatulloh, A., 2020. Perbandingan Pengujian Aktivitas Antibakteri Starfer Yogurt Dengan Metode Difusi Sumuran Dan Metode Difusi Cakram. Jurnal Teknologi Hasil Peternakan. 1(2): 41-46. Ogundare A. O. dan Oladejo B. O., 2014. Antibacterial Activities of thr Leaf and Bark Ekstrack of Persea Americana . American Journal of Ethnomedicine . 1(1): 64-71.
Permenkes RI, 2017. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
14
Prayoga, E., 2013. Perbandingan Efek Ekstrak Daun Sirih Hijau ( Piper Betle L.) dengan Metode Difusi Disk dan Sumuran terhadap Pertumbuhan Bakteri Stapylococcus aureus . Laporan Penelitian . Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Public Health Agency of Canada . 2012. Pathogen Safety Data Sheets: Infectious Substances - Pseudomonas spp . https://www.canada.ca/en/public-health/services/laboratory-biosafety-biosecurity/pathogen- safety-data-sheets-risk-assessment/pseudomonas . Diakses tanggal 28 Oktober 2020.
Radji, M., 2011. Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi dan Kedokteran . Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Rahmadani, F., 2015. Uji Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang Kayu Jawa ( Lannea coromandelica ) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Helicobacter pylori, Pseudomonas aeruginosa. Skripsi. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Farmasi.
Rastina, Sudarwanto, M., dan Wientarsih, I., 2015 Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak Etanol Daun Kari ( Murraya koenigii ) terhadap Staphylococcus aureus , Escherishia coli dan Pseudomonas sp. Jurnal Kedokteran Hewan . 9(2): 185–188. Sapara, T. U., Waworuntu, O., dan Juliatri, 2016. Efektivitas Antibakteri Ekstrak Daun Pacar Air ( Impatiens balsamina L.) Terhadap Pertumbuhan Porphyromonas gingivalis. PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi. 5(4): 10-17. Utami, D., 2012. Kemampuan degradasi hidrokarbon minyak bumi oleh co-culture jamur and bakteri dalam bentuk biofilm . Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Yunita, E., Permatasari, D., G., dan Lestari, D., 2020. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Kelor Terhadap Pseudomonas aeruginosa. Jurnal Ilmiah Farmako Bahari. 11(2): 189-195. Zeniusa, P., Ramadhani, M. R., Nasution, S. H., Karima, N., 2019. Uji Daya Hambat Ekstrak Etanol The Hijau Terhadap Escherichia coli Secara In Vitro. Majority. 8(2): 136-143.
|
2711652f-6191-40f6-94fa-61183970d464 | https://jurnal.atmaluhur.ac.id/index.php/sisfokom/article/download/1787/952 | Submitted : June 13, 2023, Revised : July 7, 2023, Accepted : September 4, 2023, Published : November 7, 2023
## Systematic Literature Review : Metode Machine Learning dalam Klasifikasi Emosi pada Data Tekstual
Putu Widyantara Artanta Wibawa [1] , Cokorda Pramartha [2]*
Program Studi Informatika [1]
Net-Centric Computing Research Lab [2]
Fakultas MIPA, Universitas Udayana Jimbaran, Bali, Indonesia putuwaw973@gmail.com [1 ] , cokorda@unud.ac.id [2 ]
Abstract— Emotions are a person's response to an event. Emotions can be expressed verbally or nonverbally. Over time people can express their emotions through social media. Considering that emotion is a reflection of society's response, it is important to classify emotions in society to find out the community's response as information for consideration in decision-making. This study is aimed to identify and analyze the datasets, methods, and evaluation metrics that are being used in the classification of emotional texts in textual data from research data from 2013 to 2022. Based on the inclusion and exclusion design in selecting literature, a total of 50 kinds of literature were used in extracting and synthesizing data. Analysis of the data shows that out of 50 pieces of literature, there are 36 works of literature that use public datasets while 14 kinds of literature use private datasets. In the method of developing models for classifying, the SVM and Naive Bayes models are the most popular among the other models. In evaluating the model, the F-measure or F1-score metric is the most widely used metric compared to other metrics. There are three main contributions identified in this study, namely methods, models, and evaluation
Keywords— systematic literature review, emotion classification, text data
Abstrak—Emosi adalah respon seseorang terhadap suatu peristiwa. Emosi dapat diekspresikan secara verbal dan non- verbal. Seiring dengan perkembangan zaman, orang dapat mengekspresikan emosinya melalui media sosial. Mengingat emosi adalah cerminan dari respon seseorang, maka penting untuk melakukan klasifikasi terhadap emosi dalam masyarakat sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi serta menganalisis dataset, metode, dan metrik evaluasi yang digunakan dalam penelitian mengenai klasifikasi emosi pada data tekstual dari tahun 2013 sampai tahun 2022. Berdasarkan desain inklusi dan eksklusi dalam pemilihan literatur, didapatkan sebanyak 50 literatur yang akan digunakan dalam ekstraksi dan sintesis data. Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 50 literatur, 36 literatur menggunakan dataset publik dan 14 literatur menggunakan dataset privat. Pada metode dalam pengembangan model, SVM dan Naive Bayes merupakan model yang paling populer diantara lainnya. Dalam melakukan evaluasi model, metrik F-measure atau F1-score adalah metrik yang paling banyak digunakan dibandingkan dengan metrik lainnya. Terdapat tiga kontribusi utama yang diidentifikasi dalam penelitian ini, yaitu metode, model, serta evaluasi.
Kata Kunci—systematic literature review, klasifikasi emosi, data tekstual
## I. P ENDAHULUAN
Emosi didefinisikan sebagai respon seseorang terhadap suatu peristiwa atau situasi secara sadar yang terjadi pada durasi tertentu [1]. Emosi dapat diekspresikan menggunakan komunikasi verbal maupun secara non-verbal [2]. Secara verbal, emosi dapat diekspresikan secara lisan maupun menggunakan tulisan. Sementara secara non-verbal, emosi dapat diekspresikan melalui bahasa tubuh seperti gerakan tangan dan raut wajah. Berdasarkan representasinya, emosi terbagi ke dalam dunia jenis yaitu dimensional dan kategorikal. Emosi dimensional merepresentasikan emosi ke dalam sebuah ruang spasial, semenara emosi kategorikal menempatkan emosi ke dalam beberapa kelas atau kategori yang berbeda [3].
Dengan kemajuan teknologi saat ini, seseorang dapat dengan mudah mengekspresikan emosi yang dimilikinya secara verbal melalui tulisan pada media sosial. Untuk dapat mengetahui emosi tersebut perlu dilakukan klasifikasi emosi. Klasifikasi emosi adalah proses untuk memetakan atau mengkategorikan dokumen ke dalam sekumpulan emosi yang telah ditentukan sebelumnya [4]. Mengingat emosi adalah respon seseorang terhadap suatu peristiwa, klasifikasi emosi menjadi sangat penting untuk dilakukan di berbagai sektor kehidupan. Pada sektor bisnis, respon dari pengguna sangat penting sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan. Selain itu, dalam sektor pendidikan klasifikasi emosi juga dapat membantu guru untuk meningkatkan metode pembelajaran berdasarkan respon dari siswa [5].
Saat ini, klasifikasi emosi pada data tekstual adalah salah satu cabang dari pemrosesan bahasa alami yang berkembang paling cepat [6]. Perkembangan yang cepat ini juga menyebabkan tersebarnya dataset, metode, serta skema evaluasi yang digunakan klasifikasi emosi, sehingga mempersulit untuk mendapatkan gambaran menyeluruh dari klasifikasi emosi. Oleh karena itu, diperlukan sebuah literature review yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis dataset, metode, serta skema evaluasi dari klasifikasi emosi.
Dalam beberapa tahun terakhir, telah dilakukan penelitian- penelitian terkait untuk mendapatkan gambaran dari klasifikasi emosi khususnya pada data tekstual. Rabeya, et al melakukan penelitian untuk menyelidiki pendekatan leksikon terhadap klasifikasi emosi pada teks Bengali [14]. Penulis menemukan bahwa secara khusus terdapat tiga pendekatan yang digunakan, yaitu leksikon, machine learning, dan hybrid. Penelitian lainnya
Submitted : June 13, 2023, Revised : July 7, 2023, Accepted : September 4, 2023, Published : November 7, 2023
juga melakukan analisis terhadap metode dalam klasifikasi emosi yaitu berdasarkan kata kunci atau keyword, leksikon, machine learning, dan hybrid [70]. Penelitian tersebut juga membahas beberapa dataset yang digunakan dalam klasifikasi emosi. Penelitian yang dilakukan oleh Alswaidan, N., & Menai, M melakukan survei terhadap pendekatan yang digunakan dalam klasifikasi emosi yaitu rule-based, classical learning, deep learning, dan hybrid [71]. Penggunaan features pada setiap pendekatan juga dibahas pada penelitian tersebut. Mohammed R. Elkobaisi et al juga melakukan survei yang berfokus pada ontologi emosi, dataset, serta sistem yang digunakan dalam klasifikasi emosi [72]. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, belum ditemukan systematic literature review yang berfokus pada metode machine learning termasuk deep learning dalam klasifikasi emosi pada data tekstual. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat membantu mengurangi kesenjangan penelitian.
Literatur yang digunakan pada penelitian ini berasal dari tahun 2013 sampai tahun 2022. Menggunakan string pencarian yang telah ditentukan, sebanyak 250 literatur berhasil dikumpulkan. Melalui kriteria inklusi dan eksklusi, terpilih 50 penelitian yang akan digunakan dalam proses literatur review yang berkaitan dengan pertanyaan penelitian yang diajukan.
Penelitian ini diharapkan mampu untuk memberikan kontribusi dalam beberapa aspek seperti pembuatan SLR seksama terkait klasifikasi emosi pada data tekstual, analisis dan diskusi yang detail berdasarkan pertanyaan penelitian, dan identifikasi kemungkinan serta tantangan penelitian dalam hal klasifikasi emosi pada data tekstual di masa mendatang.
## II. M ETODE P ENELITIAN
## A. Desain Penelitian
Pada penelitian ini, metode literature review yang digunakan adalah systematic literature review atau tinjauan pustaka sistematis. Systematic literature review atau systematic review merupakan cara untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, menginterpretasikan semua penelitian yang tersedia terkait dengan pertanyaan penelitian tertentu [7]. Terdapat tiga tahapan utama dalam melakukan systematic literature review , ketiga tahap tersebut adalah perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan. Seluruh tahapan utama dalam systematic literature review ditunjukkan pada Gambar 1.
## B. Pertanyaan Penelitian
Penentuan pertanyaan penelitian (research question) adalah bagian terpenting dalam tahap perencanaan karena akan memandu keseluruhan proses dari systematic literature review [8]. Pertanyaan penelitian dibangun menggunakan kriteria PICOC (Population, Intervention, Comparison, Outcome, Context) [7]. Tabel I menunjukkan formulasi pertanyaan penelitian yang dibangun dari PICOC.
Gambar 1. Tahapan Systematic Literature Review
TABEL I F ORMULA R ESEARCH Q UESTION B ERDASARKAN PICOC
PICOC Formulasi Pertanyaan Population NLP, klasifikasi teks, machine learning, deep learning Intervention klasifikasi emosi, klasifikasi, model, metode, dataset, metrik evaluasi Comparison - Outcome prediksi akurasi dari klasifikasi emosi, metode klasifikasi emosi Context dataset berukuran besar dan kecil, penelitian pada bidang industri dan akademik
Berdasarkan formulasi dari Tabel I, adapun pertanyaan penelitian yang digunakan dalam systematic literature review ini ditunjukkan pada Tabel II.
## TABEL II R ESEARCH Q UESTION
## Research Question
RQ1 Apakah jenis kontribusi yang diberikan terhadap klasifikasi emosi pada data tekstual? RQ2 Apakah jenis dataset yang digunakan dalam klasifikasi emosi pada data tekstual?
RQ3 Apakah metode yang digunakan dalam klasifikasi emosi pada data tekstual?
RQ4 Apakah metrik evaluasi yang digunakan dalam klasifikasi emosi pada data tekstual?
Submitted : June 13, 2023, Revised : July 7, 2023, Accepted : September 4, 2023, Published : November 7, 2023
## C. Strategi Pencarian
Pada tahapan ini akan dilakukan pemilihan perpustakaan digital, merancang string pencarian, melakukan pencarian, dan mengambil literatur yang sesuai dengan string pencarian. Sebelum melakukan pencarian, akan dilakukan pemilihan perpustakaan digital. Perpustakaan atau database digital harus dipilih untuk meningkatkan kemungkinan dalam menemukan literatur yang relevan. Pencarian akan dilakukan pada perpustakaan digital yang paling populer akan dicari untuk menemukan literatur dengan cakupan yang luas [9]. Adapun daftar perpustakaan digital yang akan digunakan dalam systematic literature review ini ditunjukkan pada Tabel III.
TABEL III . T ABEL P ERPUSTAKAN D IGITAL
Nama Situs Web Google Scholar https://scholar.google.com/ IEEE Xplore https://ieeexplore.ieee.org/ ACM Digital Library https://dl.acm.org/ ScienceDirect https://www.sciencedirect.com/ Springer https://www.springer.com/
Setelah penentuan perpustakaan digital, selanjutnya adalah merancang string pencarian, adapun string pencarian yang digunakan adalah:
(emotion) AND (detection OR classification OR recognition OR analysis) AND (textual or text)
Proses pencarian dilakukan dengan mengambil sampel sebanyak 50 artikel teratas pada setiap perpustakaan digital yang ada, sehingga akan didapatkan 250 artikel.
## D. Kriteria Pemilihan
Setelah mendapatkan daftar referensi, selanjutnya adalah melakukan seleksi terhadap setiap literatur untuk menentukan apakah literatur tersebut harus disertakan untuk ekstraksi dan analisis data [10]. Untuk melakukan seleksi, akan digunakan kriteria inklusi dan eksklusi yang ditunjukkan pada Tabel IV.
TABEL IV
T ABEL K RITERIA I NKLUSI DAN E KSKLUSI Inklusi Eksklusi Literatur mengembangkan model atau metode komputasi untuk melakukan klasifikasi emosi Literatur tidak mengembangkan model atau hanya melakukan survei atau studi literatur Menggunakan dataset data tekstual semi terstruktur atau tidak terstruktur Menggunakan dataset data tekstual terstruktur atau diluar data tekstual Literatur memiliki judul serta abstrak yang sesuai dengan string pencarian Literatur memiliki judul serta abstrak yang tidak sesuai dengan string pencarian Literatur ditulis dalam bahasa Inggris Literatur tidak ditulis dalam bahasa Inggris Literatur menggunakan metrik untuk evaluasi model Literatur tidak menggunakan metrik untuk evaluasi model
Tahapan seleksi akan dilakukan dalam tiga tahap, yaitu seleksi terhadap judul, seleksi terhadap abstrak dan kata kunci, serta seleksi terhadap konten atau isi dari artikel.
Setelah dilakukan seleksi pada judul artikel, artikel yang awalnya berjumlah 250 artikel berkurang menjadi 131 artikel. Kemudian dilakukan seleksi terhadap abstrak dan kata kunci pada artikel, sehingga didapatkan 114 artikel.
Tahap terakhir dalam seleksi adalah seleksi pada konten yang menghasilkan 50 artikel. Dengan demikian, terdapat 50 literatur yang akan digunakan untuk tahap ekstraksi serta sintesis data. Seluruh tahapan dalam pencarian serta seleksi artikel ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Tahapan Pencarian dan Seleksi Literatur
## E. Ekstraksi Data
Literatur yang sudah melewati proses inklusi dan eksklusi akan diekstraksi untuk mendapatkan data yang nantinya digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Tujuan dari tahap ini adalah merancang formulir ekstraksi data untuk secara akurat merekam informasi yang diperoleh peneliti dari studi utama [7]. Ekstraksi data dilakukan terhadap beberapa kategori yang diidentifikasi berdasarkan pertanyaan penelitian. Terdapat tiga kategori yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang ditunjukkan pada Tabel V.
TABEL V T ABEL K ATEGORI E KSTRAKSI D ATA
Kategori Pertanyaan Penelitian Kontribusi RQ1 Dataset RQ2 Metode RQ3 Metrik Evaluasi
RQ4
Submitted : June 13, 2023, Revised : July 7, 2023, Accepted : September 4, 2023, Published : November 7, 2023
## Gambar 3 Kerangka Kontribusi dari Literatur
## F. Sintesis Data
Sintesis data melibatkan proses proses penyusunan dan peringkasan hasil literatur utama yang telah diekstraksi [7]. Tujuan dari sintesis data adalah untuk mengumpulkan bukti- bukti dari literatur utama untuk menjawab pertanyaan penelitian [9]. Tipe sintesis data yang digunakan dalam systematic literature review ini adalah sintesis naratif (deskriptif). Data akan ditabulasikan dengan cara yang konsisten dengan pertanyaan penelitian. Beberapa jenis visualisasi seperti diagram batang dan diagram lingkaran juga digunakan dalam penyajian data.
## III. H ASIL DAN P EMBAHASAN
## A. RQ1: Apakah Jenis Kontribusi yang Diberikan terhadap Klasifikasi Emosi pada Data Tekstual?
Penelitian ini menghasilkan tiga kontribusi, yaitu kontribusi terhadap metode, evaluasi, dan model dalam klasifikasi emosi pada data tekstual. Kontribusi terhadap model memiliki persentase paling besar, yaitu sebanyak 34 literatur dari 50 literatur, kontribusi metode sebanyak 9 literatur dan evaluasi sebanyak 4 literatur. Penelitian untuk model seperti yang dilakukan oleh Deshpande M et al menghasilkan sebuah model machine learning SVM dan Multinomial Naive Bayes dengan akurasi diatas 80% [27].
Penelitian yang dilakukan oleh Batbaatar, et al mengusulkan sebuah metode baru dalam klasifikasi emosi, yaitu SENN (Semantic Emotion Neural Network) [20]. Metode yang berbeda juga diusulkan pada penelitian yang dilakukan oleh Chatterjee et. al. Pada penelitian tersebut peneliti menggunakan SS-BED yang menghasilkan F1 lebih tinggi dibandingkan dengan CNN serta RNN [23]. Liu, et al juga melakukan penelitian dengan mengembangkan sebuah metode baru yaitu SERR (Semantic and Emoticon Based Emotion Recognizer) untuk melakukan klasifikasi emosi [45]. Penelitian lainnya mengembangkan metode IDS-ICM (Interactive Double States Emotion Cell Model) [50]. Metode-metode baru lainnya yang berbasis deep learning juga dikembangkan seperti MHA- BCNN [55], HAN-ReGRU [66], dan ELReLUWL [69] .
Kontribusi lainnya adalah dalam evaluasi yang digunakan. Penelitian yang dilakukan oleh Angel et al menggunakan Pearson Score dan Mean Absolute Error [68]. Selain itu, pada penelitian lainnya yang dilakukan oleh K. Anoop et al menggunakan evaluasi berupa Average Pearson dan Wasserstein Distance dalam melakukan evaluasi terhadap model deep learning yang digunakan [64]. Sebaran kontribusi pada literatur SLR ini ditunjukkan pada Tabel VI.
TABEL VI T ABEL R EKAPITULASI K ONTRIBUSI DARI L ITERATUR Id Referensi Tahun Sumber Kontribusi 1 [20] 2019 Google Scholar Metode 4 [21] 2019 Google Scholar Model 5 [22] 2018 Google Scholar Evaluasi 6 [23] 2019 Google Scholar Metode 8 [24] 2014 Google Scholar Model 12 [25] 2016 Google Scholar Evaluasi 14 [26] 2014 Google Scholar Model 19 [27] 2017 Google Scholar Model 52 [28] 2020 IEEE Xplore Evaluasi 61 [29] 2018 IEEE Xplore Model 62 [30] 2018 IEEE Xplore Model 64 [31] 2013 IEEE Xplore Model .. .. .. .. 109 [44] 2019 ACM Digital Library Model 111 [45] 2020 ACM Digital Library Metode 133 [46] 2017 ACM Digital Library Metode 154 [47] 2021 Science Direct Model 155 [48] 2021 Science Direct Metode 156 [49] 2021 Science Direct Model 158 [50] 2020 Science Direct Metode 162 [51] 2020 Science Direct Model 163 [52] 2022 Science Direct Metode 171 [53] 2021 Science Direct Model 172 [54] 2021 Science Direct Model 174 [55] 2021 Science Direct Metode 184 [56] 2016 Science Direct Model 189 [57] 2020 Science Direct Model 192 [58] 2020 Science Direct Model 197 [59] 2020 Science Direct Model 206 [60] 2019 Springer Model 212 [61] 2019 Springer Model 216 [62] 2022 Springer Model
Submitted : June 13, 2023, Revised : July 7, 2023, Accepted : September 4, 2023, Published : November 7, 2023
222 [63] 2022 Springer Model 225 [64] 2022 Springer Model 229 [65] 2019 Springer Model 238 [66] 2021 Springer Metode 240 [67] 2021 Springer Model 248 [68] 2021 Springer Evaluasi 249 [69] 2022 Springer Metode
B. RQ2: Apakah Jenis Dataset yang Digunakan dalam Klasifikasi Emosi pada Data Tekstual?
Dataset yang digunakan dalam systematic literature review ini adalah dataset tekstual baik terstruktur maupun tidak terstruktur. Dari 50 literatur, terdapat 36 literatur yang menggunakan dataset yang bersifat publik sementara 14 literatur menggunakan dataset yang bersifat privat. Dataset yang bersifat publik sebagian besar menggunakan dataset ISEAR (International Survey on Emotion Antecedents and Reactions) [20], [21] maupun SemEval (Semantic Evaluation) [22], [23]. Sementara untuk dataset privat umumnya didapatkan dari teks pada media sosial [32], [39]. Gambar 3 menunjukkan perbandingan jumlah dataset publik dan privat yang digunakan dari 50 literatur yang digunakan pada systematic literature review ini.
Gambar 3. Gambar 4. Grafik Distribusi Dataset
Pada Gambar 4 menunjukkan bagaimana tren penggunaan dataset publik dan privat dari tahun ke tahun, mulai dari tahun 2013 sampai tahun 2022. Dari Gambar 4 terlihat bawah penggunaan dataset publik cenderung mengalami peningkatan dibandingkan dengan dataset privat. Hal ini dimungkinkan mengingat tiap tahunnya semakin banyak studi yang dipublikasikan, sehingga ada semakin banyak data yang bisa untuk digunakan.
Gambar 5. Grafik Tren Penggunaan Dataset
## C. RQ3: Apakah Metode Yang Digunakan Dalam Klasifikasi Emosi Pada Data Tekstual?
Dari 50 literatur yang digunakan, terdapat berbagai macam metode yang digunakan untuk membangun model dalam melakukan klasifikasi terhadap emosi. Lima belas metode dengan penggunaan terbanyak ditunjukkan pada Gambar 5.
## Gambar 6. Grafik Distribusi Metode Pada Klasifikasi Emosi
Diantaranya lima belas metode tersebut, metode dengan jumlah penggunaan terbanyak adalah SVM (Support Vector Machine). Pada Gambar 6 ditunjukkan lima metode teratas, yaitu SVM, Naive Bayes, BiLSTM, CNN, dan Random Forest. Kelima metode tersebut digunakan pada lebih dari setengah dari literatur yang dianalisis pada systematic literature review ini.
Submitted : June 13, 2023, Revised : July 7, 2023, Accepted : September 4, 2023, Published : November 7, 2023
Dalam systematic literature review ini, terdapat cukup banyak metode yang digunakan untuk membangun model dalam melakukan klasifikasi emosi. Walaupun terdapat beberapa literatur yang membandingkan performa antar metode seperti [11], namun tidak dapat dinyatakan secara jelas bahwa metode tersebut lebih baik diantaranya metode yang lainnya ketika dilihat secara individual. Akan tetapi, berdasarkan grafik pada Gambar 4 dan Gambar 5, dapat dilihat bahwa beberapa metode populer yang digunakan adalah SVM, Naive Bayes, Random Forest, serta Neural Network seperti BiLSTM dan CNN.
Naive Bayes dan SVM dalam systematic literature review ini merupakan dua metode machine learning yang paling populer dalam melakukan klasifikasi emosi pada data tekstual. Naive Bayes sendiri didasari pada teorema Bayes. Kelebihan dari Naive Bayes adalah metode ini bekerja sangat baik pada data teks dan mudah untuk diimplementasikan serta cenderung cepat jika dibandingkan dengan algoritma yang lain [12]. Akan tetapi Naive Bayes juga memiliki beberapa kekurangan, salah satunya adalah Naive Bayes memiliki asumsi yang kuat terhadap distribusi data [13]. Sehingga, diperlukan dataset dengan distribusi yang imbang agar dapat membangun model yang baik.
SVM atau Support Vector Machine adalah klasifikasi dan regresi dengan menggunakan konsep kernel dalam dimensi tinggi untuk memecahkan masalah non-linear. SVM beberapa kali menunjukkan performa yang lebih baik dibandingkan model lainnya seperti pada [11] dan [15]. SVM memiliki kelebihan untuk membangun hyperlane yang bersifat non- linear sehingga dapat digunakan untuk memaksimalkan jarak margin antar kelas. Kekurangan dari SVM salah satunya adalah kurangnya transparansi dalam hasil klasifikasi yang disebabkan karena tingginya dimensi pada data teks [12].
Neural Network atau Deep Neural Network adalah model yang meniru bagaimana otak manusia bekerja [16]. Arsitektur dari Neural Network terbentuk dari lapisan yang saling terhubung yang terdiri dari tiga tingkatan yang berbeda, yaitu input layer, hidden layer , dan output layer [17]. Secara umum terdapat dua jenis arsitektur dari Neural Network, yaitu feed- forward network dan recurrent network . Contoh dari feed- forward network adalah CNN sementara contoh dari recurrent network adalah RNN, LSTM, dan GRU. BERT atau juga menggunakan basis Neural Network untuk membangun pre- trained natural language model [18]. Neural Network memiliki kelebihan dalam mengolah data dengan fitur yang kompleks, namun memiliki kelemahan dalam komputasi yang berat dan membutuhkan data yang banyak [12].
Menentukan model yang memiliki kinerja terbaik harus disesuaikan dengan teknik dan data yang tepat. Setiap model akan memberikan hasil yang berbeda dengan perlakuan yang berbeda dan jenis dataset yang berbeda. Oleh karena itu diperlukan pemahaman terhadap setiap algoritma untuk dapat menentukan model yang paling cocok untuk digunakan dalam permasalahan klasifikasi emosi.
D. Apakah Metrik Evaluasi yang Digunakan dalam Klasifikasi Emosi pada Data Tekstual?
Performa dari sebuah model dapat diketahui dengan
melakukan evaluasi pada model. Kinerja dari sebuah model direpresentasikan oleh metrik tertentu. Metrik-metrik evaluasi ini memberikan informasi yang berbeda-beda sesuai dengan informasi yang ingin ditunjukkan oleh metrik tersebut [12]. Dalam systematic literature review ini, metrik yang paling umum digunakan adalah accuracy , precision , recall , dan F- measure yang didasarkan pada confusion matrix . Confusion matrix sendiri adalah sebuah matriks yang menggambarkan hasil prediksi atau klasifikasi dari model (predicted classification) dan klasifikasi yang sebenarnya (actual classification). Gambar 7 menunjukkan sebaran penggunaan metrik untuk evaluasi.
## Gambar 8. Grafik Distribusi Metrik Evaluasi
Penggunaan metrik evaluasi yang paling banyak adalah metrik F-measure atau F1-score . Metrik F-measure digunakan untuk mengetahui harmonic-mean dengan menghitung agregat antara metrik precision dan recall [19].
## IV. K ESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, melalui tahapan desain inklusi dan eksklusi dalam pemilihan literatur didapatkan sebanyak 50 literatur yang digunakan dalam ekstraksi dan sintesis data. Analisis dari data tersebut menunjukkan bahwa dari 50 literatur, terdapat 72% literatur menggunakan dataset publik sementara 28% literatur menggunakan dataset privat. Pada metode dalam pengembangan model untuk melakukan klasifikasi, model SVM dan Naive Bayes merupakan yang paling populer diantara model lainnya dengan akumulasi penggunaan metode 28% dari jumlah literatur. Dalam menentukan model, diperlukan pemahaman dan analisis terhadap permasalahan agar mendapatkan model yang optimal untuk klasifikasi emosi. Dalam melakukan evaluasi terhadap model, metrik F-measure atau F1-score adalah metrik yang paling banyak digunakan dibandingkan dengan metrik lainnya dimana metrik ini digunakan pada 78% dari total literatur. Tantangan dari penelitian ini adalah klasifikasi emosi melalui teks termasuk sulit, sehingga untuk kedepannya dapat dilakukan penelitian yang tidak hanya terbatas pada data tekstual, namun bisa melalui data audio maupun citra.
## U CAPAN T ERIMA KASIH
Penelitian ini mendapat pendanaan dari Hibah Penelitian
Submitted : June 13, 2023, Revised : July 7, 2023, Accepted : September 4, 2023, Published : November 7, 2023
Universitas Udayana Tahun 2023 [hibah no.
## B/1.43/UN14.4.A/PT.01.03/2023] D AFTAR P USTAKA
[1] A. Dzedzickis, A. Kaklauskas, and V. Bucinskas, “Human Emotion Recognition: Review of Sensors and Methods,” Sensors, vol. 20, no. 3, 2020
[2] L. Schoneveld, A. Othmani, and H. Abdelkawy, “Leveraging Recent Advances in Deep Learning for Audio-Visual Emotion Recognition,” Pattern Recognition Letters, vol. 46, pp. 1-7, 2021
[3] F. A. Acheampong, C. Wenyu, and H. Nunoo‐Mensah, “Text‐based emotion detection: Advances, challenges, and opportunities,”
Engineering Reports, vol. 2, no. 7, 2020
[4] Oberländer, L.A.M. and Klinger, R., “An analysis of annotated corpora for emotion classification in text,” in Proceedings of the 27th International Conference on Computational Linguistics, USA, 2018
[5] P. Nandwani and R. Verma, “A review on sentiment analysis and emotion detection from text,” Social Network Analysis and Mining, vol. 11, no. 1, 2021
[6] S. Zad, M. Heidari, J. H. J. Jones, and O. Uzuner, “Emotion Detection of Textual Data: An Interdisciplinary Survey,” 2021 IEEE World AI IoT Congress (AIIoT), USA. 2021
[7] Keele, S, “Guidelines for performing systematic literature reviews in software engineering”, In: Technical report, Ver. 2.3 EBSE Technical Report, UK, 2007
[8] V. Torres-Carrion, C. S. Gonzalez-Gonzalez, S. Aciar, and G. Rodriguez- Morales, “Methodology for systematic literature review applied to engineering and education,” 2018 IEEE Global Engineering Education Conference (EDUCON), Spain, 2018
[9] Wahono RS, “A systematic literature review of software defect prediction”, Journal of software engineering, vol. 1, no. 1, pp. 1-6, 2015
[10] Xiao, Y. and Watson, M., “Guidance on conducting a systematic literature review”. Journal of planning education and research, vol. 39, no. 1, pp. 93-112, 2019
[11] T. Parvin, O. Sharif, and M. M. Hoque, “Multi-class Textual Emotion Categorization using Ensemble of Convolutional and Recurrent Neural Network,” SN Computer Science, vol. 3, no. 1, 2021
[12] K. Kowsari, K. Jafari Meimandi, M. Heidarysafa, S. Mendu, L. Barnes, and D. Brown, “Text Classification Algorithms: A Survey,” Information, vol. 10, no. 4, p. 150, 2019
[13] Y. Wang, R. Khardon, and P. Protopapas, “Nonparametric Bayesian estimation of periodic light curves,” The Astrophysical Journal, vol. 756, no. 1, pp. 67–67, 2012
[14] T. Rabeya, S. Ferdous, H. S. Ali and N. R. Chakraborty, "A survey on emotion detection: A lexicon based backtracking approach for detecting emotion from Bengali text," 2017 20th International Conference of Computer and Information Technology (ICCIT), Dhaka, Bangladesh, 2017, pp. 1-7, doi: 10.1109/ICCITECHN.2017.8281855.
[15] Ardiada, I.M.D., Sudarma, M. and Giriantari, D., 2019. “Text Mining pada Sosial Media untuk Mendeteksi Emosi Pengguna Menggunakan Metode Support Vector Machine dan K-Nearest Neighbour”. Maj. Ilm. Teknol. Elektro, vol. 18, no. 1, 2019
[16] Fudholi, D.H., “Klasifikasi Emosi pada Teks dengan Menggunakan Metode Deep Learning”. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, vol. 6, no. 1, pp.546-553, 2021
[17] Osinga, D., Deep learning cookbook: practical recipes to get started quickly, Sebastopol: O'Reilly Media, Inc., 2018
[18] Devlin, J., Chang, M.W., Lee, K. and Toutanova, K., “Bert: Pre-training of deep bidirectional transformers for language understanding”, arXiv (Cornell University), 2018
[19] M. Grandini, Enrico Bagli, and Giorgio Visani, “Metrics for Multi-Class Classification: an Overview,” arXiv (Cornell University), 2020
[20] Batbaatar E, Li M, Ryu KH. Semantic-emotion neural network for emotion recognition from text. IEEE access. 2019 Aug 12;7:111866-78.
[21] Sailunaz K, Alhajj R. Emotion and sentiment analysis from Twitter text.
Journal of Computational Science. 2019 Sep 1;36:101003.
[22] Kratzwald B, Ilić S, Kraus M, Feuerriegel S, Prendinger H. Deep learning for affective computing: Text-based emotion recognition in decision support. Decision Support Systems. 2018 Nov 1;115:24-35.
[23] Chatterjee A, Gupta U, Chinnakotla MK, Srikanth R, Galley M, Agrawal P. Understanding emotions in text using deep learning and big data. Computers in Human Behavior. 2019 Apr 1;93:309-17.
[24] Li W, Xu H. Text-based emotion classification using emotion cause extraction. Expert Systems with Applications. 2014 Mar 1;41(4):1742-9.
[25] Perikos I, Hatzilygeroudis I. Recognizing emotions in text using ensemble of classifiers. Engineering Applications of Artificial Intelligence. 2016 May 1;51:191-201.
[26] Kiritchenko S, Zhu X, Mohammad SM. Sentiment analysis of short informal texts. Journal of Artificial Intelligence Research. 2014 Aug 20;50:723-62.
[27] Deshpande M, Rao V. Depression detection using emotion artificial intelligence. In2017 international conference on intelligent sustainable systems (iciss) 2017 Dec 7 (pp. 858-862). IEEE.
[28] M. Karna, D. S. Juliet and R. C. Joy, "Deep learning based Text Emotion Recognition for Chatbot applications," 2020 4th International Conference on Trends in Electronics and Informatics (ICOEI)(48184), Tirunelveli, India, 2020, pp. 988-993, doi: 10.1109/ICOEI48184.2020.9142879.
[29] S. Chawla and M. Mehrotra, "An Ensemble-Classifier Based Approach for Multiclass Emotion Classification of Short Text," 2018 7th International Conference on Reliability, Infocom Technologies and Optimization (Trends and Future Directions) (ICRITO), Noida, India, 2018, pp. 768-774, doi: 10.1109/ICRITO.2018.8748757.
[30] M. -H. Su, C. -H. Wu, K. -Y. Huang and Q. -B. Hong, "LSTM-based Text Emotion Recognition Using Semantic and Emotional Word Vectors," 2018 First Asian Conference on Affective Computing and Intelligent Interaction (ACII Asia), Beijing, China, 2018, pp. 1-6, doi: 10.1109/ACIIAsia.2018.8470378.
[31] T. Patil and S. Patil, "Automatic generation of emotions for social networking websites using text mining," 2013 Fourth International Conference on Computing, Communications and Networking Technologies (ICCCNT), Tiruchengode, India, 2013, pp. 1-6, doi: 10.1109/ICCCNT.2013.6726704.
[32] U. Rashid, M. W. Iqbal, M. A. Sikandar, M. Q. Raiz, M. R. Naqvi and S. K. Shahzad, "Emotion Detection of Contextual Text using Deep learning," 2020 4th International Symposium on Multidisciplinary Studies and Innovative Technologies (ISMSIT), Istanbul, Turkey, 2020, pp. 1-5, doi: 10.1109/ISMSIT50672.2020.9255279.
[33] J. De Silva and P. S. Haddela, "A term weighting method for identifying emotions from text content," 2013 IEEE 8th International Conference on Industrial and Information Systems, Peradeniya, Sri Lanka, 2013, pp. 381-386, doi: 10.1109/ICIInfS.2013.6732014.
[34] H. Al-Omari, M. A. Abdullah and S. Shaikh, "EmoDet2: Emotion Detection in English Textual Dialogue using BERT and BiLSTM Models," 2020 11th International Conference on Information and Communication Systems (ICICS), Irbid, Jordan, 2020, pp. 226-232, doi: 10.1109/ICICS49469.2020.239539.
[35] K. P. -Q. Nguyen and K. Van Nguyen, "Exploiting Vietnamese Social Media Characteristics for Textual Emotion Recognition in Vietnamese," 2020 International Conference on Asian Language Processing (IALP),
Kuala Lumpur,
Malaysia, 2020, pp. 276-281, doi: 10.1109/IALP51396.2020.9310495.
[36] R. Majid and H. A. Santoso, "Conversations Sentiment and Intent Categorization Using Context RNN for Emotion Recognition," 2021 7th International Conference on Advanced Computing and Communication Systems (ICACCS), Coimbatore, India, 2021, pp. 46-50, doi: 10.1109/ICACCS51430.2021.9441740.
[37] H. A. Ruposh and M. M. Hoque, "A Computational Approach of Recognizing Emotion from Bengali Texts," 2019 5th International Conference on Advances in Electrical Engineering (ICAEE), Dhaka,
Bangladesh, 2019, pp. 570-574, doi: 10.1109/ICAEE48663.2019.8975417.
[38] H. Al Huzali and S. Ananiadou, "Improving Textual Emotion Recognition
Submitted : June 13, 2023, Revised : July 7, 2023, Accepted : September 4, 2023, Published : November 7, 2023
Based on Intra- and Inter-Class Variation," in IEEE Transactions on Affective Computing, doi: 10.1109/TAFFC.2021.3104720.
[39] R. J. Hasudungan and M. L. Kodhra, "Detecting Emotion on Indonesian Online Chat Text Using Text Sequential Labeling," 2018 International Symposium on Advanced Intelligent Informatics (SAIN), Yogyakarta,
Indonesia, 2018, pp. 167-172, doi: 10.1109/SAIN.2018.8673342.
[40] L. Canales, W. Daelemans, E. Boldrini and P. Martínez-Barco, "EmoLabel: Semi-Automatic Methodology for Emotion Annotation of Social Media Text," in IEEE Transactions on Affective Computing, vol. 13, no. 2, pp. 579-591, 1 April-June 2022, doi: 10.1109/TAFFC.2019.2927564.
[41] A. Yousaf et al., "Emotion Recognition by Textual Tweets Classification Using Voting Classifier (LR-SGD)," in IEEE Access, vol. 9, pp. 6286- 6295, 2021, doi: 10.1109/ACCESS.2020.3047831.
[42] Jonathan Herzig, Michal Shmueli-Scheuer, and David Konopnicki. 2017.
Emotion Detection from Text via Ensemble Classification Using Word Embeddings. In Proceedings of the ACM SIGIR International Conference on Theory of Information Retrieval (ICTIR '17). Association for Computing Machinery, New York, NY, USA, 269–272. https://doi.org/10.1145/3121050.3121093
[43] Adil Majeed, Hasan Mujtaba, and Mirza Omer Beg. 2021. Emotion detection in Roman Urdu text using machine learning. In Proceedings of the 35th IEEE/ACM International Conference on Automated Software Engineering (ASE '20). Association for Computing Machinery, New York, NY, USA, 125–130. https://doi.org/10.1145/3417113.3423375
[44] Marco Polignano, Pierpaolo Basile, Marco de Gemmis, and Giovanni Semeraro. 2019. A Comparison of Word-Embeddings in Emotion Detection from Text using BiLSTM, CNN and Self-Attention. In Adjunct Publication of the 27th Conference on User Modeling, Adaptation and Personalization (UMAP'19 Adjunct). Association for Computing Machinery, New York, NY, USA, 63–68. https://doi.org/10.1145/3314183.3324983
[45] Taiao Liu, Yajun Du, and Qiaoyu Zhou. 2020. Text Emotion Recognition Using GRU Neural Network with Attention Mechanism and Emoticon Emotions. Proceedings of the 2020 2nd International Conference on Robotics, Intelligent Control and Artificial Intelligence (RICAI '20). Association for Computing Machinery, New York, NY, USA, 278–282. https://doi.org/10.1145/3438872.3439094
[46] Panpan Li, Jun Li, Feiqiang Sun, and Peng Wang. 2017. Short Text Emotion Analysis Based on Recurrent Neural Network. In Proceedings of the 6th International Conference on Information Engineering (ICIE '17). Association for Computing Machinery, New York, NY, USA, Article 6, 1–5. https://doi.org/10.1145/3078564.3078569
[47] T. Parvin and M. M. Hoque, “An Ensemble Technique to Classify Multi- Class Textual Emotion,” Procedia Computer Science, vol. 193, pp. 72– 81, 2021, doi: 10.1016/j.procs.2021.10.008.
[48] L. Kang, J. Liu, L. Liu, Z. Zhou, and D. Ye, “Semi-supervised emotion recognition in textual conversation via a context-augmented auxiliary training task,” Information Processing & Management, vol. 58, no. 6, p. 102717, Nov. 2021, doi: 10.1016/j.ipm.2021.102717.
[49] R. Kumari, N. Ashok, T. Ghosal, and A. Ekbal, “Misinformation detection using multitask learning with mutual learning for novelty detection and emotion recognition,” Information Processing & Management, vol. 58, no. 5, p. 102631, Sep. 2021, doi: 10.1016/j.ipm.2021.102631.
[50] D. Li, Y. Li, and S. Wang, “Interactive double states emotion cell model for textual dialogue emotion prediction,” Knowledge-Based Systems, vol. 189, p. 105084, Feb. 2020, doi: 10.1016/j.knosys.2019.105084.
[51] T. T. Sasidhar, P. B, and S. K. P, “Emotion Detection in Hinglish(Hindi+English) Code-Mixed Social Media Text,” Procedia Computer Science, vol. 171, pp. 1346–1352, 2020, doi: 10.1016/j.procs.2020.04.144.
[52] N. Shelke, S. Chaudhury, S. Chakrabarti, S. L. Bangare, G. Yogapriya, and P. Pandey, “An efficient way of text-based emotion analysis from social media using LRA-DNN,” Neuroscience Informatics, vol. 2, no. 3, p. 100048, Sep. 2022, doi: 10.1016/j.neuri.2022.100048.
[53] Chowanda, A. et al. (2021) ‘Exploring text-based emotions recognition
machine learning techniques on social media conversation’, Procedia Computer Science, 179, pp. 821–828. doi:10.1016/j.procs.2021.01.099.
[54] [1] Z. Li, H. Xie, G. Cheng, and Q. Li, “Word-level emotion distribution with two schemas for short text emotion classification,” Knowledge-
Based Systems, vol. 227, p. 107163, 2021. doi:10.1016/j.knosys.2021.107163
[55] K. Dheeraj and T. Ramakrishnudu, “Negative emotions detection on online mental-health related patients texts using the deep learning with MHA-BCNN model,” Expert Systems with Applications, vol. 182, p. 115265, 2021. doi:10.1016/j.eswa.2021.115265
[56] D. Yasmina, M. Hajar, and A. M. Hassan, “Using YouTube comments for text-based emotion recognition,” Procedia Computer Science, vol. 83, pp. 292–299, 2016. doi:10.1016/j.procs.2016.04.128
[57] A. Gupta and S. M. Srinivasan, “Constructing a heterogeneous training dataset for emotion classification,” Procedia Computer Science, vol. 168, pp. 73–79, 2020. doi:10.1016/j.procs.2020.02.259
[58] F. M. Plaza-del-Arco, M. T. Martín-Valdivia, L. A. Ureña-López, and R. Mitkov, “Improved emotion recognition in Spanish social media through incorporation of lexical knowledge,” Future Generation Computer Systems, vol. 110, pp. 1000–1008, Sep. 2020, doi: 10.1016/j.future.2019.09.034.
[59] Z. Halim, M. Waqar, and M. Tahir, “A machine learning-based investigation utilizing the in-text features for the identification of dominant emotion in an email,” Knowledge-Based Systems, vol. 208, p. 106443, Nov. 2020, doi: 10.1016/j.knosys.2020.106443.
[60] Shrivastava, K., Kumar, S. & Jain, D.K. An effective approach for emotion detection in multimedia text data using sequence based convolutional neural network. Multimed Tools Appl 78, 29607–29639 (2019). https://doi.org/10.1007/s11042-019-07813-9
[61] Hasan, M., Rundensteiner, E. & Agu, E. Automatic emotion detection in text streams by analyzing Twitter data. Int J Data Sci Anal 7, 35–51 (2019). https://doi.org/10.1007/s41060-018-0096-z
[62] Dhar, S., Gour, V. & Paul, A. Emotion recognition from lyrical text of Hindi songs. Innovations Syst Softw Eng (2022).
https://doi.org/10.1007/s11334-022-00520-z
[63] Parvin, T., Sharif, O. & Hoque, M.M. Multi-class Textual Emotion Categorization using Ensemble of Convolutional and Recurrent Neural Network. SN COMPUT. SCI. 3, 62 (2022). https://doi.org/10.1007/s42979-021-00913-0
[64] K., A., P., D., Sam Abraham, S. et al. Readers’ affect: predicting and understanding readers’ emotions with deep learning. J Big Data 9, 82 (2022). https://doi.org/10.1186/s40537-022-00614-2
[65] Ghanbari-Adivi, F., Mosleh, M. Text emotion detection in social networks using a novel ensemble classifier based on Parzen Tree Estimator (TPE). Neural Comput & Applic 31, 8971–8983 (2019). https://doi.org/10.1007/s00521-019-04230-9
[66] Ma, H., Wang, J., Qian, L. et al. HAN-ReGRU: hierarchical attention network with residual gated recurrent unit for emotion recognition in conversation. Neural Comput & Applic 33, 2685–2703 (2021). https://doi.org/10.1007/s00521-020-05063-7
[67] Khalil, E.A.H., Houby, E.M.F.E. & Mohamed, H.K. Deep learning for emotion analysis in Arabic tweets. J Big Data 8, 136 (2021). https://doi.org/10.1186/s40537-021-00523-w
[68] Angel Deborah, S., Mirnalinee, T.T. & Rajendram, S.M. Emotion Analysis on Text Using Multiple Kernel Gaussian.... Neural Process Lett 53, 1187–1203 (2021). https://doi.org/10.1007/s11063-021-10436-7
[69] Yang, H., Alsadoon, A., Prasad, P.W.C. et al. Deep learning neural networks for emotion classification from text: enhanced leaky rectified linear unit activation and weighted loss. Multimed Tools Appl 81, 15439– 15468 (2022). https://doi.org/10.1007/s11042-022-12629-1
[70] Sailunaz, K., Dhaliwal, M., Rokne, J. et al. Emotion detection from text and speech: a survey. Soc. Netw. Anal. Min. 8, 28 (2018). https://doi.org/10.1007/s13278-018-0505-2
[71] Alswaidan, N., Menai, M.E.B. A survey of state-of-the-art approaches for emotion recognition in text. Knowl Inf Syst 62, 2937–2987 (2020). https://doi.org/10.1007/s10115-020-01449-0
Submitted : June 13, 2023, Revised : July 7, 2023, Accepted : September 4, 2023, Published : November 7, 2023
[72] Elkobaisi, M.R., Al Machot, F. & Mayr, H.C. Human Emotion: A Survey focusing on Languages, Ontologies, Datasets, and Systems. SN
COMPUT. SCI. 3, 282 (2022). https://doi.org/10.1007/s42979-022- 01116-x
|
d94bcc77-d02f-4fa4-9d89-71798cefbd53 | https://e-journal.trisakti.ac.id/index.php/mraai/article/download/1742/1503 | Pengaruh Corporate Environmental Performance Dan Corporate Social Accounting Disclosure Terhadap Corporate Economic Performance
## Eva Wany
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Email : Eva.winarto@gmail.com
Siti Asiah Murni Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Email : Asiah_murni@yahoo.com
Kholidiah Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Email : kholidiahchusnan@yahoo.com
## PENGARUH CORPORATE ENVIRONMENTAL PERFORMANCE DAN CORPORATE SOCIAL
## ACCOUNTING DISCLOSURE TERHADAP CORPORATE ECONOMIC PERFORMANCE
## Abstract
This research is aimed to recognize the effect of environmental performance and environmental disclosure to Economic Value Added as economic performance measurement by using some variables control such as, profit margin, ownership, environmental concern, and market performance. The type of research done is the type of research by using hypothesis testingwhich is a research in explaining the relation phenomena between variable. The data used in this research is from the annual financial report and also the continued report of manufactured company listed in BEI and PROPER in 2009-2012 with 17 companies. Analysis hypothesis used in this research is multy linear regression and before doing the test, the classic asumption test of the data has been done. The analysis shows that environmental performance and and social accounting disclosureaffect to Economic Value Added as the economic performance measurement. From the hypothesis, we can get the result that environmental performance and social accounting disclosuredoesn’t give any effect to the economic performance, but The testing result hypothesis shows that environmental performance and social accounting disclosure jointly effect to the economic performance.
Keywords: Environmental Performance, Social Accounting Disclosure, Economic Performance,
Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi, Vol.13 No.2, Agustus 2013
## PENDAHULUAN
Lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk didalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. (PSAK No. 33). Keberadaan suatu perusahaan tidak akan lepas dari lingkungan disekitarnya. Kegiatan operasional perusahaan (umumnya manufaktur) cenderung membawa dampak baik positif maupun negatif. Dampak positif dapat berupa kesempatan kerja yang bias dimanfaatkan oleh masyarakat sekitarnya, atau hidupnya suatu daerah yang awalnya mungkin jauh dari keramaian, sedangkan dampak negative dapat berupa pencemaran lingkungan (udara, air, suara, atau tanah) serta perusakan lingkungan Dampak dari aktivitas perusahaan tersebut tentunya menjadi tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat. Dampak positif dapat berakibat citra atau nama baik perusahaan menjadi naik. Manfaat yang dirasakan oleh perusahaan bersifat jangka panjang. Perusahaan tidak akan memperoleh manfaat secara langsung (meningkatnya pendapatan atau laba) dari timbulnya dampak positif. Akan tetapi dampak negatif dapat berakibat langsung pada kelangsungan hidup perusahaan.
Akuntansi sosial dan lingkungan telah lama menjadi perhatian akuntan. Akuntansi ini menjadi penting karena perusahaan perlu menyampaikan informasi mengenai aktivitas sosial dan perlindungan terhadap lingkungan kepada stakeholder perusahahaan. Selama ini perusahaan dianggap sebagai lembaga yang dapat memberikan banyak keuntungan bagi masyarakat. Namun dibalik itu semua, keberadaan perusahaan ternyata juga banyak menimbulkan berbagai persoalan, seperti polusi udara, keracunan, kebisingan, diskriminasi, pemaksaan, kesewenang-wenangan, produksi makanan haram serta bentuk negative externality lain (Harahap, 2004). Bentuk tanggung jawab perusahaan dan kepada siapa perusahaan bertanggung jawab dapat dijelaskan oleh beberapa teori. Dengan demikian, tangung jawab perusahaan tidak hanya kepada investor atau kepada kreditor, tetapi juga kepada pemangku kepentingan lain, misalnya karyawan, konsumen, suplier, pemerintah, masyarakat, media, organisasi industri, dan kelompok kepentingan lainnya Sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.
Di Indonesia, kebijakan ekonomi makro terkait dengan pengelolaan lingkungan dan konservasi alam mulai dipikirkan oleh pemerintah. Adanya undang-undang terbaru
Pengaruh Corporate Environmental Performance Dan Corporate Social Accounting Disclosure Terhadap Corporate Economic Performance
yaitu Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Namun undang-undang dan peraturan tersebut perlu dievaluasi efektivitasnya di lapangan terkait dengan pengelolaan lingkungan agar dalam prakteknya hal tersebut tidak hanya menjadi sebuah regulasi semata.
Pemerintah melalui Kementrian Lingkungan Hidup bahkan telah membentuk program yang disebut dengan PROPER sebagai bentuk penataan lingkungan hidup perusahaan-perusahaan di Indonesia. Hal ini dilakukan dalam hal menilai kinerja lingkungan perusahaan dan memacu agar perusahaan semakin baik dalam usaha peduli terhadap lingkungan. Respon baik atas program PROPER sebagai penilaian kinerja lingkungan perusahaan terus meningkat. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya jumlah kenaikan peserta dari tahun ke tahun dari 690 peserta di tahun 2009/2010 menjadi 995 peserta di tahun 2010/2011.
Akuntansi mempunyai peranan penting sebagai media pertanggungjawaban publik ( public accountability ) atas pengelolaan lingkungan oleh perusahaan,dalam disiplin ilmu akuntansi dislosure biaya lingkungan telah lama dirumuskan dan keberadaannya dirasakan semakin penting. Mengingat semakin banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan oleh perusahaan, maka masyarakat menuntut adanya agar dampak negatif tersebut dapat dikontrol sehingga tidak menjadi besar. Berdasarkan hal tersebut, maka berkembanglah ilmu akuntansi yang mempelajari hubungan perusahaan dengan lingkungannya.Ilmu akuntansi yang mencatat, mengukur, melaporkan dampak luar perusahaan ( externalities ) disebut Socio Economic Accounting (SEA) atau bisa juga disebut dengan Environmental Accounting , Social Responsibility Accounting (Harahap, 1993:347).
Konsep akuntansi lingkungan mulai muncul seiring berkembangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya arti lingkungan bagi kehidupan mereka. tujuan dikembangkannya akuntansi lingkungan antara lain meliputi:
1. Akuntansi lingkungan merupakan sebuah alat manajemen lingkungan
2. Akuntansi lingkungan sebagai alat komunikasi dengan masyarakat.
Sebagai alat manajemen lingkungan, akuntansi lingkungan digunakan untuk menilai keefektifan pengelolahan lingkungan dengan melakukan penilaian kegiatan lingkungan dari sudut pandang biaya (environmental costs) dan manfaat atau efek (economic benefit) . Di Indonesia sendiri, akuntansi lingkungan telah menjadi isu populer,
Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi, Vol.13 No.2, Agustus 2013
terutama setelah ada beberapa kasus yang menyangkut pencemaran alam dan lingkungan yang dilakukan oleh beberapa perusahaan. Isu lingkungan maupun sosial memang bukanlah sebuah hal yang dianggap penting bagi perusahaan. Namun, hal itu menyangkut image sebuah perusahaan yang dapat meningkatkan legitimasi perusahaan kepada masyarakat serta membangun hubungan baik dengan lingkungan sosialnya serta dengan investor. Selain itu, akuntansi lingkungan juga digunakan untuk menilai tingkat keluaran dan capaian tiap tahun untuk menjamin perbaikan kinerja lingkungan yang harus berlangsung terus menerus. Sebagai alat komunikasi dengan publik, akuntansi lingkungan digunakan untuk menyampaikan dampak keberadaan perusahaan terhadap lingkungan kepada publik. Penelitian terdahulu juga menjelaskan bahwa ada banyak studi yang menguji lebih lanjut mengenai informasi sosial yang dihasilkan oleh perusahaan dan menemukan bahwa informasi lingkungan merupakan salah satu bagian dari informasi tersebut. Persoalannya adalah pelaporan lingkungan dalam annual report di negara Indonesia yang masih bersifat voluntary sedangkan di USA telah dilakukan penelitian sejak 1971 tentang keterlibatan sosial perusahaan yang diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan (Harahap, 2001).
Suratno, dkk (2006) menyatakan bahwa environmental performance adalah kinerja perusahaan dalam menciptakan lingkungan yang baik ( green ). Environmental Disclosure merupakan pengungkapan informasi terkait lingkungan dalam laporan tahunan perusahaan (Suratno, dkk., 2006). Pada perusahaan yang memiliki standart tinggi dalam masalah sosial dan lingkungan hidup dan economic performance yang tinggi,serta perusahaan yang memiliki tingkat pengungkapan tanggung jawab lingkungan yang tinggi akan direspon secara positif oleh investor melalui fluktuasi harga saham perusahaan. Menurut Belkaoui dan Karpik(1989) salah satu ukuran kinerja keuangan yang sering digunakan dalam penelitian tentang pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan adalah pendapatan perlembar saham. Karena para investor cenderung menanamkan modalnya pada saham yang memberikan pendapatan yang tinggi.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian ini ingin menganalisis Pengaruh CorporateEnvironmetal Performance Dan Corporate social Accounting Disclosure Terhadap CorporateEconomic Performance Pada Perusahaan Manufaktur Peserta PROPER yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.
Pengaruh Corporate Environmental Performance Dan Corporate Social Accounting Disclosure Terhadap Corporate Economic Performance
## TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
## Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut (Munawir, 2002:2).
Laporan Keuangan tahunan memberikan gambaran tentang kinerja perusahaan secara komprehensif baik mengenai informasi keuangan maupun informasi non keuangan yang perlu diketahui oleh para pemegang saham, calon investor, pemerintah, atau bahkan masyarakat (Junaedi, 2005). Oleh karena itu, pengungkapan informasi yang dilakukan perusahaan di dalam laporan tahunan akan menjadi salah satu bahan pertimbangan bagi investor untuk melakukan investasi pada perusahaan yang bersangkutan. Isi mengenai laporan tahunan perusahaan di Indonesia diatur oleh BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal) dalam peraturan nomor VIII.G.2 yang dituangkan dalam aturan terbaru bernomor X.K.6 dimana laporan tahunan perusahaan wajib memuat ikhtisar data keuangan penting, analisis, dan laporan manajemen, laporan keuangan yang telah diaudit. BAPEPAM-LK juga mewajibkan emiten atau perusahaan publik untuk mengungkapkan penerapan tata kelola perusahaan yang baik ( Good Corporated Governance) yang telah dilakukan. Antara lain terkait dengan keterbukaan, informasi tentang keberadaan komite audit, nominasi dan remunerasi dalam perusahaan, pengendalian dan sistem pengawasan internal, peranan dan tanggungjawab dewan komisaris, faktor risiko yang dihadapi atau yang mungkin dihadapi dan pengelolahan risiko dan tanggung jawab sosial perusahaan ( corporate socialresponsibility ). (Eiffelliana, 2010).
## Tanggung Jawab sosial dan lingkungan
Tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan adalah sebuah konsep yang telah menarik perhatian dunia dan mendapat perhatian dalam ekonomi global. Tanggung jawab sosial adalah kewajiban organisasi yang tidak hanya menyediakan barang dan jasa yang baik bagi masyarakat, tetapi juga mempertahankan kualitas lingkungan sosial maupun fisik, dan juga memberikan kontribusi positif terhadap kesejahteraan komunitas dimana mereka berada (Mirza dan Imbuh, 1997 dalam Januarti dan Apriyanti, 2006).
Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi, Vol.13 No.2, Agustus 2013
Tindakan perusahaan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi, di satu sisi akan meningkatkan produktivitas perusahaan, tetapi di sisi lain mungkin akan merugikan pihak-pihak yang berkepentingan, antara lain karyawan, konsumen, dan masyarakat. Dalam usaha untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi sering kali mengakibatkan perusakan lingkungan, berupa pencemaran air, penggundulan hutan, pencemaran udara, dan lainnya. Perusahaan menganggap semua yang dilakukannya sebagai eksternalitas dari usaha meningkatkan produktivitas dan efisiensi perusahaan.
## Pengungkapan / Disclosure
Pengungkapan (disclosure) didefinisikan sebagai penyediaan sejumlah informasi yang dibutuhkan untuk pengoperasian secara optimal pasar modal efisien (Hendriksen, 2007). Ada dua sifat pengungkapan yaitu pengungkapan yang didasarkan pada ketentuan atau standar (required/regulated/mandatory disclosure) dan pengungkapan yang bersifat sukarela (voluntary disclosure).
Tujuan pengungkapan kategorikan menjadi dua yaitu:
1) protective disclosure yang dimaksudkan sebagai upaya perlindungan terhadap investor.
2) informative disclosure yang bertujuan memberikan informasi yang layak kepada pengguna laporan.
Manfaat dari pengungkapan sukarela yang diperoleh perusahaan antara lain meningkatkan kredibilitas perusahaan, membantu investor dalam memahami strategi bisnis manajemen, menarik perhatian analis meningkatkan akurasi pasar, menurunkan ketidaksimetrisan informasi pasar dan menurunkan kejutan pasar (Na’im, 2006) Perusahaan bersedia melakukan pengungkapan sukarela, meski menambah cost perusahaan untuk memenuhi keinginan stakeholder atau meningkatkan citra perusahaan.
## Pengungkapan Sosial dan Lingkungan sebagai Tanggung Jawab Perusahaan
Pertanggungjawaban social perusahaan diungkapkan dalam laporan yang disebut Sustainability Reporting . Sustainability reporting adalah pelaporan mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan produknya di dalam konteks pembangunan berkelanjutan ( sustainable development ).
Pengaruh Corporate Environmental Performance Dan Corporate Social Accounting Disclosure Terhadap Corporate Economic Performance
Sustainability Reporting meliputi pelaporan mengenai ekonomi, lingkungan dan pengaruh sosial terhadap kinerja organisasi (ACCA dalam Anggraini, 2006). Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) secara implisit menjelaskan bahwa laporan tahunan harus mengakomodasi kepentingan para pengambil keputusan. Corporate Sustainability Reporting terbagi menjadi tiga kategori, yaitu kinerja ekonomi, kinerja lingkungan dan kinerja sosial (Darwin, 2004 dalam Anggraini, 2006).
Seluruh pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan yang telah dilaksanakan oleh perusahaan akan disosialisasikan kepada publik, salah satunya melalui pengungkapan sosial dalam SAK No. 1 secara implisit menyarankan untuk mengungkapkan tanggung jawab akan masalah lingkungan dan sosial yaitu “Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup laporan nilai tambah, khususnya bagi industri di mana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting”. Pernyataan di atas secara jelas menyebutkan bahwa perusahaan bertanggungjawab terhadap lingkungan sekitarnya terutama perusahaan industri yang meninggalkan limbah, apabila limbah tidak diolah terlebih dahulu akan mencemari lingkungan sekitarnya. Karena itu dengan adanya SAK No. 1 tersebut diharapkan kesadaran perusahaan terhadap lingkungan bertambah. laporan tahunan perusahaan.
## Akuntansi Lingkungan
Latar belakang pentingnya akuntansi lingkungan pada dasarnya menuntut kesadaran penuh perusahaan-perusahaan maupun organisasi lainnya yang telah mengambil manfaat dari lingkungan.
Akuntansi lingkungan berkaitan dengan dimasukkannya biaya lingkungan ( environmental cost ) kedalam praktek akuntansi perusahaan atau lembaga pemerintah. Biaya lingkungan adalah dampak baik moneter maupun non moneter yang harus dipikul sebagai akibat dari kegiatan yang mempengaruhi kualitas lingkungan.
Menurut Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat atau United States Environment Protection Agency (US EPA) fungsi akuntansi lingkungan adalah:
“Suatu fungsi penting tentang akuntansi lingkungan adalah untuk menggambarkan biaya- biaya lingkungan supaya diperhatikan oleh para stakeholders perusahaan yang mampu mendorong dalam pengidentifikasian cara-cara mengurangi atau menghindari biaya-biaya ketika pada waktu yang bersamaan sedang memperbaiki kualitas lingkungan”.
Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi, Vol.13 No.2, Agustus 2013
Ada beberapa alasan kenapa perusahaan perlu untukmempertimbangkan pengadopsian akuntansi lingkungan sebagaibagian dari sistem akuntansi perusahaan, antara lain:
1) Memungkinkan secara signifikan mengurangi dan menghapus biaya-biaya lingkungan.
2) Biaya dan manfaat lingkungan mungkin kelihatannya melebihi jumlah nilai rekening/
akun.
3) Memungkinkan pendapatan dihasilkan dari biaya-biaya lingkungan.
4) Memperbaiki kinerja lingkungan perusahaan yang selama ini mungkin mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan manusia dan keberhasilan bisnis perusahaan.
5) Diharapkan menghasilkan biaya atau harga yang lebih akurat terhadap produk dari proses lingkungan yang diinginkan.
6) Memungkinkan keuntungan yang lebih bersaing sebagaimana pelanggan mengharapkan produk/jasa lingkungan yang lebih bersahabat.
7) Dapat mendukung pengembangan dan jalannya sistem manajemen lingkungan yang menghendaki aturan untuk beberapa jenis perusahaan.
Environmental Performance (Kinerja Lingkungan)
Environmental performance menurut Ali (2004) adalah mekanisme bagi perusahaan untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholders ,yang melebihi tanggung jawab organisasi di bidang hukum. Pengukuran kinerja lingkungan merupakan bagian penting dari sistem manajemen lingkungan. Hal tersebut merupakan ukuran hasil dari sistem manajemen lingkungan yang diberikan terhadap perusahaan secara riil dan kongkrit.
Barry dan Rondinelly (1998) dalam Ja’far dan Arifah, (2006) mensinyalir ada beberapa faktor yang mendorong perusahaan untuk melakukan tindakan managemen lingkungan, yaitu:
1) Regulatory demand , tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan muncul sejak 30 tahun terakhir, setelah masyarakat meningkatkan tekanannya kepada pemerintah untuk menetapkan peraturan pemerintah sebagai dampak meluasnya polusi. Sistem pengawasan managemen lingkungan menjadi dasar untuk skor lingkungan, seperti program-program kesehatan dan keamanan lingkungan. Perusahaan merasa penting untuk mendapatkan penghargaan di bidang lingkungan, dengan berusaha menerapkan prinsip-prinsip TQEM secara efektif, misalnya dengan penggunaan teknologi pengontrol polusi melalui penggunaan clean technology .
Pengaruh Corporate Environmental Performance Dan Corporate Social Accounting Disclosure
Terhadap Corporate Economic Performance
2) Cost factors , adanya komplain terhadap produk-produk perusahaan, akan membawa konsekuensi munculnya biaya pengawasan kualitas yang tinggi, karena semua aktivitas yang terlibat dalam proses produksi perlu dipersiapkan dengan baik. Konsekuensi perusahaan untuk mengurangi polusi juga berdampak pada munculnya berbagai biaya, seperti penyediaan pengolahan limbah, penggunaan mesin yang clean technology , dan biaya pencegahan kebersihan.
3) Stakeholder forces . Perusahaan akan selalu berusaha untuk memuaskan kepentingan stakeholder yang bervariasi dengan menemukan berbagai kebutuhan akan managemen lingkungan yang proaktif.
4) Competitive requirements , semakin berkembangnya pasar global dan munculnya berbagai kesepakatan perdagangan sangat berpengaruh pada munculnya gerakan standarisasi managemen kualitas lingkungan. Persaingan nasional maupun internasional telah menuntut perusahaan untuk dapat mendapatkan jaminan dibidang kualitas, antara lain seri ISO 9000. Sedangkan untuk seri ISO 14000 dominan untuk standar Internasional dalam sistem manajemen lingkungan. Untuk mencapai keunggulan dalam persaingan, dapat dilakukan dengan menerapkan green alliances (Hartman dan Stanford, 1995).
Green alliances merupakan partner diantara pelaku bisnis dan kelompok lingkungan untuk mengintegrasikan antara tanggungjawab lingkungan perusahaan dengan tujuan pasar.
## PROPER
Program Penilaian Peringkat Kinerja perusahaan yang selanjutnya disebut PROPER adalah program penilaian terhadap upaya penanggung jawab usaha dan atau kegiatan dalam mengendalikan pencemaran dan atau kerusakan
Kriteria Penilaian PROPER tercantum dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 2011 tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan . Secara umum peringkat kinerja Proper dibedakan menjadi 5 warna Emas, Hijau, Biru, Merah dan Hitam,dimana kriteria ketaatan digunakan untuk pemeringkatan biru, merah dan hitam, sedangkan kriteria penilaian aspek lebih dari yang dipersyaratkan (beyond compliance) adalah hijau dan emas.
Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi, Vol.13 No.2, Agustus 2013
Social Accounting Disclosure ( Pengungkapan Akuntansi Sosial )
Social Economic Accounting merupakan Fenomena baru dalam ilmu akuntansi. Akuntansi sosial memilik perbedaan dengan Akuntansi konvensional, dalam akuntansi konvensional yang menjadi fokus perhatianadalahpencatatan dan pengukuran terhadap kegiatan atau dampak yang timbul akibat hubungan perusahaan dengan pelanggan,sedangkan akuntansi sosial merupakan sub disiplin ilmu dari ilmu akuntansi yang melakukan proses pengukuran dan pelaporan dampak-dampak sosial perusahaan. Jadi dalam akuntansi konvensional tidak sepenuhnya mengakomodasi unsur tanggung jawab sosial perusahaan. Hendriksen ( 1994 ), menggambarkan Aakuntansi Sosial sebagai suatu pernyataan tujuan, serangkaian konsep sosial dan metode pengukuranya, struktur pelaoran dan komunikasi informasi kepada pihak- pihak yang berkepentingan. , Hadibrpto ( 1998 ) dan para pakar akuntansi Indonesia, menggunakan istilah Akuntansi pertanggungjawaban sosial ( APS ) sebagai akuntansi yang memerlukan laporan mengenai terlaksanya pertanggungjawaban sosial perusahaan.
Seluruh pelaksanaan tanggung jawab sosial yang telah dilaksanakan perusahaan akan disosialisasikan kepada publik. Salah satunya melalui pengungkapan sosial dalam laporan tahunan perusahaan. Ikatan Akuntan Indonesia ( IAI ) secara Implisisf menjelaskan bahwa laporan tahunan harus mengakomodasi kepentingan para pengambil keputusan. Penjelasan tersebut ditulis dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan ( PSAK ) No 1 tahun 2004 .Informasi mengenai pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan yang diuraikan dalam laporan tahunan akan dapat dipahami dan tidak menimbulkan salah interprestasi apabila laporan tahunan tersebut dilengkapi dengan pengungkapan sosial yang memadai. Memberikan informasi yang memadai diharapkan akan dapat berguna bagi pengambilan keputusan oleh pihak-pihak pengguna laporan keuangan.
Economic Performance (Kinerja Ekonomi)
Economic performance adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba (Utami,2007). Pengukuran kinerja adalah proses yang menentukan seberapa baik aktivitas bisnis untuk mencapai tujuan, strategi, mengeliminasi pemborosan-pemborosan dan manyajikan informasi tepat waktu untuk melakukan penyempurnaan secara berkesinambungan (Lindrawati, 2008:78). Metode EVA pertama kali dikembangkan oleh Stewart & Stern seorang analis keuangan dari perusahaan Stern Stewart & Co pada tahun 1993. Model EVA
Pengaruh Corporate Environmental Performance Dan Corporate Social Accounting Disclosure Terhadap Corporate Economic Performance
menawarkan parameter yang cukup objektif karena berangkat dari konsep biaya modal ( cost of capital ) yakni mengurangi laba dengan beban biaya modal, dimana beban biaya modal ini mencerminkan tingkat resiko perusahaan. Beban biaya modal ini juga mencerminkan tingkat kompensasi atau return yang diharapkan ivestor atas sejumlah investasi yang ditanamkan di perusahaan. Hasil perhitungan EVA yang positif merefleksikan tingkat return yang lebih tinggi daripada tingkat biaya modal.
Di Indonesia metode tersebut dikenal dengan metode NITAMI (Nilai Tambah Ekonomi). EVA/NITAMI adalah metode manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta manakala perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi dan biaya modal (Tunggal,2001). Ada beberapa pengertian EVA menurut beberapa ahli yaitu sebagai berikut, menurut Utomo (1999:36), EVA adalah nilai tambah ekonomis yang diciptakan perusahaan dari kegiatan atau strateginya selama periode tertentu. Prinsip EVA memberikan sistem pengukuran yang baik dalam menilai kinerja dan prestasi keuangan manajemen perusahaan karena EVA berhubungan langsung dengan nilai pasar suatu perusahaan. Menurut Anjar V. Thakor (dalam Tunggal 2001:1), Economic Value (also conomic Value Added) – Revenue - Direct Cost (Including taxes)-Opportunity cost of using capital = After tax profit – Opportunity cost of using capital Glen Arnold (dalam Tunggal 2001:2) juga berpendapat Economic Value Added (EVA) was trademarked by Stern Stewart & Co. is a variant of economic profit, which is the modern term for residual income. Economic profit for a period is a the amount earned by business after deducting all operating expenses and a charge for the opportunity cost of capital employed. EVA juga mendorong manajemen untuk berfokus pada proses dalam perusahaan yang menambah nilai dan mengeliminasi aktivitas atau kegiatan yang tidak menambah nilai.
Pada era perekonomian pasar yang disertai dengan terwujudnya kondisi good economic performance , tidak saja menuntut terciptanya economic performance efisien yang secara ekonomi membawa keuntungan besar bagi perusahaan tetapi juga perlu disertai adanya perilaku economic performance berkualitas etis, yakni dengan perwujudan secara baik tanggung jawab sosial perusahaan.
Beberapa pokok pikiran mengenai hubungan antara tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan dan kinerja ekonomi, antara lain:
1) Pokok pikiran yang menggambarkan kebijakan konvensional; berpendapat bahwa terdapat biaya tambahan yang signifikan dan akan menghilangkan peluang perolehan
Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi, Vol.13 No.2, Agustus 2013
laba untuk melaksanakan tanggung jawab sosial, sehingga akan menurunkan profitabilitas.
2) Biaya tambahan khusus untuk melaksanakan tanggung jawab sosial akan menghasilkan dampak netral ( balance ) terhadap profitabilitas. Hal ini disebabkan tambahan biaya yang dikeluarkan akan tertutupi oleh keuntungan efisiensi yang ditimbulkan oleh pengeluaran biaya tersebut.
3) Pokok pikiran yang memprediksikan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan berdampak positif terhadap profitabilitas (Herremans et al, 1993 dalam Januarti dan Apriyanti, 2005).
Dari apa yang telah diuraikan diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah” Corporate Environmental Performance dan Corporate Social Accounting Disclosure berpengaruh terhadap Corporate Economic Performance yang diproksikan dalam EVA
## METODE PENELITIAN
## Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan sekaligus terdaftar sebagai peserta PROPER selama 4 tahun (2009-2012). Pemilihan sampel penelitian didasarkan pada metode purposive sampling .Penggunaan metode purposive sampling dilakukan agar sampel memenuhi kriteria untuk diuji sehingga hasil analisis dapat digunakan untuk menjawab masalah penelitian (Indriantoro dan Supomo, 1999:125). Kriteria perusahaan yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah
1) Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berturut-turut daritahun 2009 sampai dengan tahun 2012.
2) Perusahaan manufaktur yang telah mengikuti Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup atau PROPER selamatahun 2009- 2012.
3) Perusahaan yang menerbitkan annual report selama tahun 2009-2012.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 17 perusahaan (68 untuk pool data dari tahun 2009 sampai dengan 2012).
Pengaruh Corporate Environmental Performance Dan Corporate Social Accounting Disclosure Terhadap Corporate Economic Performance
Definisi Operasional Variabel
Variable Independen yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu :
## Environmental Performance
Environmental Performance adalah kinerja perusahaan dalam menciptakan lingkungan yang baik (Suratno, dkk., 2006). Environmental Performance diukur berdasarkan pada peringkat kinerja yang diperoleh perusahaan dalam PROPER. PROPER merupakan sebuah program yang dibuat oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) untuk mendorong penaatan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup melalui instrument informasi.
Sistem peringkat kinerja PROPER mencakup pemeringkatan perusahaan dalam lima (5) warna dengan 7 kategori yang akan diberi skor dari yang tertinggi 5 untuk emas danyang terendah 1 untuk hitam. Warna berikut skor untuk tiap-tiap warna yang akan dijelaskan sebagai berikut: (Ari Retno Handayani,2010:77).
a) Peringkat emas diberi skor 5, yaitu untuk usaha dan atau kegiatan yang telah berhasil melaksanakan upaya pengendalian pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup dan atau melaksanakan produksi bersih dan telah mencapai hasil yang sangat memuaskan.
b) Peringkat hijau diberi skor 4, yaitu untuk usaha dan atau kegiatan yang telah melaksanakan upaya pengendalian pencemaran dan atau kerusakan lingkungan dan mencapai hasil lebih baik dari persyaratan yang ditentukan sebagaimana diatur dalam perundang-undangan yang berlaku.
c) Peringkat biru diberi skor 3, yaitu untuk usaha dan atau kegiatan yang telah melaksanakan upaya pengendalian pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup dan telah mencapai hasil yang sesuai dengan persyaratan minimum sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
d) Biru Minus diberi skor 2,5 yaitu melakukan program pengelolaan lingkungan, akan tetapi beberapa upaya belum mencapai hasil sesuai dengan persyaratan yang diatur dalam Undang-Undang.
e) Peringkat merah diberi skor 2, yaitu untuk usaha dan atau kegiatan yang telah melaksanakan upaya pengendalian pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup tetapi belum mencapai persyaratan minimal sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi, Vol.13 No.2, Agustus 2013
f) Merah Minus diberi skor 1,5 yaitu melakukan pengelolaan lingkungan, akan tetapi baru sebagian kecil mencapai hasil sesuai dengan persyaratan yang diatur dalam Undang-Undang.
g) Peringkat hitam diberi skor 1, yaitu untuk usaha dan atau kegiatan yang belum melaksanakan upaya pengendalian pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup yang berarti.
## Social Accounting Disclosure
Social Accounting disclosure merupakan proses pengukuran , pengaturan dan pengungkapan dampak pertukaran antara perusahaan dengan lingkunganya ( Lee D Parker pengungkapan informasi terkait lingkungan dalam laporan tahunan perusahaan (Suratno, dkk., 2006). Bethelot, (2002) dalam Al Tuwaijri, (2004) mendefinisikan socio disclosure sebagai kumpulan informasi yang berhubungan dengan aktivitas pengelolaan lingkungan oleh perusahaan di masa lalu, sekarang dan yang akan datang. Akuntansi sosial berkaitan erat dengan masalah penilaian dampak lingkungan, mengukur kegiatan dampak lingkungan tersebut, melaporkan tanggung jawab sosial perusahaan dan sistem informasi internal dan eksternal atas penilaian terhadap sumber-sumber daya perusahaan dan dampaknya secara sosial ekonomi. Dalam penelitian ini mengukur Social Accounting Disclosure menggunakan Environmental Disclosure yang merupakan pengungkapan informasi yang berkaitan dengan lingkungan di dalam laporan tahunan perusahaan. Environmental disclosure dapat diperoleh melalui pengungkapan CSR Enviromental dalam annual reports maupun melalui sustainability report yang biasanya terpisah. Dahlsrud (2006) mengidentifikasi lima dimensi CSR, yaitu environmental, social, economic, stakeholder, dan voluntaries .
Daftar item pengungkapan dalam penelitian ini menggunakan daftar item pengungkapan yang sebelumnya digunakan oleh Chrismawati, (2007). Dari prosedur tersebut diperoleh 74 item pengungkapan yang merupakan perluasan dari 12 pengungkapan yang akan mewakili pengungkapan dalam laporan tahunan. Secara rinci, kategori pengungkapan 74 kinerja lingkungan dapat dilihat pada lampiran 10.
Dalam penelitian ini, pengukuran item environmental disclosure dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut:
Jumlah item yang diungkapkan perusahaan
Jumlah item pengungkapan lingkungan N =
Pengaruh Corporate Environmental Performance Dan Corporate Social Accounting Disclosure Terhadap Corporate Economic Performance
Variabel Dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
## Economic Performance
Pengukuran kinerja adalah perhitungan efektifitas atau efisiensi dalam operasi sebuah perusahaan atau suatu segmen perusahaan selama suatu periode waktu. Economic performance adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba (Utami,2007). Penelitian ini menggunakan ukuran Economic Value Added ( EVA )sebagai ukuran kinerja ekonomi perusahaan yang nilainya dapat dihitung dengan rumus :
## EVA = NOPAT – Capital charges
## Variabel Kontrol
## Profit Margin
Profit Margin diukur dari rasio laba bersih terhadap penjualan bersih untuk mengungkap profitabilitas dan kehadiran pasar yang kompetitif. Diukur dengan perhitungan : Profit Margin =
## Ownership
Diukur berdasarkan jenis permodalan perusahaan tersebut, yaitu PMA, PMDN dan BUMN. Masing-masing PMA diberi nilai 3, PMDN dengan nilai 2, dan BUMN dengan nilai 1.
Enviromental Concern
Dalam pengukuran manajemen lingkungan hidup, digunakan variabel dummy, yaitu skor 1 diberikan apabila perusahaan mempunyai sertifikasi ISO 14001, dan skor 0 diberikan apabila perusahaan tidak mempunyai sertifikasi ISO14001. Digunakan sertifikasi tersebut karena merupakan standar internasional di bidang lingkungan, yang berarti jika perusahaan memilikinya, menunjukkan kepedulian perusahaan tersebut terhadap lingkungan.
Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi, Vol.13 No.2, Agustus 2013
## Nilai Pasar
Nilai pasar diukur dengan menggunakan Tobin’s q dengan menggunakan rumus yang dikembangkan oleh Klapper dan Love, 2002; Black, dkk, 2003 yaitu :
Tobin’s q = (MVE + DEBT) : TA
MVE = Harga penutupan saham di akhir tahun buku x banyaknya saham biasa yang beredar
DEBT = (utang lancar-aktiva lancar) + nilai buku sediaan + utang jangka panjang TA = Nilai buku total aktiva
## Teknik Analisis Data
Model analisis data yang digunakan pada penelitian ini dikelompokkan dalam tiga bagian yaitu:
1) Uji Statistik Deskriptif
Statistik Deskriptif dalam penelitian pada dasarnya merupakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan (Indriantoro dan Supomo, 1999:170). Statistik deskriptif umumnya digunakan oleh peneliti untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian yang utama dan pola sebaran data (Ghozali, 2006). Ukuran yang digunakan dalam deskripsi antara lain berupa : rata-rata, median, deviasi standar dan koefisien korelasi antar variabel penelitian.
2) Uji asumsi klasik
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, perlu dilakukan terlebih dahulu pengujian asumsi klasik untuk mengetahui apakah data yang digunakan telah memenuhi ketentuan dalam model regresi dengan menggunakan bantuan SPSS versi 16. Akan dilakukan 4 pengujian asumsi klasik yaitu: Heteroskedastisitas, Autokorelasi, Multikolinearitas, dan Normalitas.
3) Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji asumsi klasik dan memenuhi asumsi normalitas, serta tidak terjadi multikolonieritas dan heterokedastisitas, kemudian dilakukan analisis regresi linier berganda. Analisis regresi yaitu, suatu model dimana variabel tak bebas tergantung pada dua atau lebih variabel yang bebas (Firdaus, 2004). Analisis ini digunakan untuk mengukur pengaruh variabel independen yaitu, environmental performance dan sicial accounting disclosure terhadap variabel dependen economic performance .
Pengaruh Corporate Environmental Performance Dan Corporate Social Accounting Disclosure Terhadap Corporate Economic Performance
## ANALISIS DAN PEMBAHASAN
## Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif pada penelitian ini menghasilkan data gambaran variabel- variabel yang terdiri dari nilai minimal, maksimal, mean dan standart devisa. Berdasarkan analisis deskriptif akan disajikan gambaran mengenai variabel bebas yaitu Environmental Performance EnP dan Social Accounting Disclosure SAD dan variabel terikat pada model Economic Performance EVA . Selain variabel dan variabel terikat, penelitian ini juga menggunakan variabel kontrol yang berfungsi untuk menjaga agar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar atau faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Variabel kontrol tersebut adalah Profit Margin PM ,
Ownership Own , Enviromental Concern EnC dan Nilai Pasar NPs .
## Uji Asumsi Klasik
## Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi tejadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk mengetahui adanya heterokedastisitas digunakan uji Glejser, dengan meregresi nilai absolut residual terhadap variabel independen dengan mengunakan SPSS sehingga dapat diperoleh Hasil pengujian yang menunjukkan bahwa tidak ada variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependenyang nilai signifikan lebih dari 0,05 maka disimpulkan tidak terjadi heterokedastisitas.
## Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah terjadi korelasi diantara data pengamatan.Terjadinya autokorelasi menyebabkan uji F dan uji t menjadi tidak akurat. Untuk mendeteksi autokorelasi,dapat dilakukan dengan menggunakan uji Durbin Waston (DW). Dari hasil pengujian dapat diketahui angka DW sebesar 2,216 berarti di antara 1,65- 2,35 , berarti regresi berganda yang digunakan dalam penelitian tidak terkena autokorelasi.
Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi, Vol.13 No.2, Agustus 2013
## Uji Multikolinaritas
Uji multikolineritas bertujuan untuk apakah model regresi yang ditemukan dan korelasi antara variabel bebas yang satu dengan variabel yang lain. Ada tidaknya multikolineritas dapat dilihat dari nilai toleransi dan variance inflation factor (VIF). Dengan syarat jika nilai toleransi lebih besar 0,10 dan variance inflation factor (VIF) kurang dari 10 maka tidak tejadi gejala multikolineritas dan sebaliknya jika nilai toleransi dibawah 0,10 atau VIP lebih besar dari 10 maka terjadi multikolinearitas.Berdasarkan hasil pengujian semua variabel bebas dalam penelitian memiliki nilai tolerance lebih dari 0,10 dan juga memiliki nilai VIF kurang dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antar variabel bebas dalam model regresi atau tidak terjadi korelasi pada masing-masing variabel bebas.
## Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah model regresi variabel independen dan variabel dependen mempunyai distribusi normal. Hasil SPPS dapat diringkas dalam tabel berikut hasil pengujian menunjukkan bahwa taraf signifikansi adalah sebesar 0,075 yang lebih besar dari 0,05. Dengan demikian data terdistribusi secara normal sehingga model penelitian dinyatakan telah memenuhi asumsi normalitas.
## Uji Hipotesis
Hasil perhitungan regresi ditunjukkan pada tabel berikut:
Variabel Koef. Regresi i Konstanta EnP SAD PM Own EnC NPs -82,630 -56,946 -12,455 61,884 6,514 336,921 -0,010
Tabel 1 Ringkasan Hasil Perhitungan Regresi
Pengaruh Corporate Environmental Performance Dan Corporate Social Accounting Disclosure Terhadap Corporate Economic Performance
Persamaan regresi dari analisis ini adalah : EVA = -82,630 – 56,946 EnP – 12,455SAD + 61,884 PM + 6,514 Own + 336,921 EnC – 0,010FS Berdasarkan persamaan regresi di atas dapat diberikan penjelasan sebagai berikut : Setiap koefisien di dalam persamaan regresi memiliki arti masing-masing.Dimana jika koefisien bernilai positif maka perubahan yang terjadi terhadap variabel independen dan dependen adalah perubahan yang searah, sedangkan jika koefisien regresi menunjukkan nilai koefisien yang bertanda negatif maka perubahan yang terjadi antara variabel dependen dan independen adalah berlawanan arah.
a. Konstanta
Nilai Konstanta adalah sebesar -82,630 artinya jika variabel bebas dan variabel kontrol EnP SAD PM, Own, EnC dan NPs = 0, maka nilai variabel terikat akan bernilai sebesar -82,630. Dengan kata lain apabila environmental performance, social disclosure, profit margin, ownership, environmental concern dan Nilai pasar tidak memberikan pengaruh maka economic performance (EVA) akan bernilai sebesar – 82,630
b. Koefisien Regresi i
1. Nilai koefisien regresi variabel environmental performance EnP adalah sebesar -56,946 artinya jika pada variabel EnP berubah satu satuan dengan menganggap variabel bebas maupun variabel kontrol adalah tetap, maka EVA akan berubah sebesar -56,946 . Tanda negatif pada nilai koefisien regresi tersebut menandakan hubungan yang berlawanan arah antara EnP dan EVA, artinya apabila environmental performance meningkat, maka economic performance juga mengalami penurunan.
2. Nilai koefisien regresi variabel Scial Accounting disclosure SAD adalah sebesar -12,455 artinya jika pada variabel SAD berubah satu satuan dengan menganggap variabel bebas maupun variabel kontrol adalah tetap, maka EVA akan berubah sebesar -12,455. Tanda negatif pada nilai koefisien regresi tersebut menandakan hubungan yang berlawanan antara SAD dan EVA, artinya apabila Social Accounting disclosure semakin tinggi, maka economic performance akan mengalami penurunan.
3. Nilai koefisien regresi variabel kontrol Profit Margin PM adalah sebesar 61,884 artinya jika pada variabel PM berubah satu satuan dengan menganggap variabel bebas maupun variabel kontrol adalah tetap, maka
Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi, Vol.13 No.2, Agustus 2013
EVA akan berubah sebesar 61,884. Tanda positif pada nilai koefisien regresi melambangkan hubungan yang searah antara PM dan EVA, artinya apabila profit margin meningkat, maka economic performance juga mengalami peningkatan.
4. Nilai koefisien regresi variabel kontrol Ownership Own adalah sebesar 6,514 artinya jika pada variabel Own berubah satu satuan dengan menganggap variabel bebas maupun variabel kontrol adalah tetap, maka EVA akan berubah sebesar 6,514. Tanda positif pada nilai koefisien regresi melambangkan hubungan yang searah antara Own dan EVA, artinya apabila ownership mengalami peningkatan, maka economic performance juga mengalami peningkatan.
5. Nilai koefisien regresi variabel kontrol Environmental Concern EnC adalah sebesar 336,921 artinya jika pada variabel EnC berubah satu satuan dengan menganggap variabel bebas maupun variabel kontrol adalah tetap, maka EVA akan berubah sebesar 336,921. Tanda positif pada nilai koefisien regresi melambangkan hubungan yang searah antara EnC dan EVA, artinya apabila economic concern semakin tinggi, maka economic performance semakin tinggi juga.
6. Nilai koefisien regresi variabel kontrol Nilai Pasar NPs adalah sebesar -0,010 artinya jika pada variabel NPs berubah satu satuan dengan menganggap variabel bebas maupun variabel kontrol adalah tetap, maka EVA akan berubah sebesar -0,010. Tanda negatif pada nilai koefisien regresi melambangkan hubungan yang berlawanan antara NPs dan EVA, artinya apabila nilai pasar semakin tinggi, maka economic performance semakin menurun.
Hasil uji F atau uji Anova, nilai F hitung adalah 5,424dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari 5%, maka model regresi yang ada dapat digunakan untuk memprediksi tingkat kenaikan economic performance atau dapat dikatakan bahwa variabel environmental performance EnP , Social Accounting disclosure SAD serta variabel kontrol profit margin PM , ownership Own , environmental concern EnC , Nilai Pasar NPs secara bersama-sama dapat berpengaruh terhadap variabel economic performance EVA . Sehingga Hipotesa ketiga diterima.
Pengaruh Corporate Environmental Performance Dan Corporate Social Accounting Disclosure Terhadap Corporate Economic Performance
Diasumsikan bahwa investor di Indonesia dalam melakukan investasinya tidak hanya melihat dari satu aspek atau satu variabel saja, mereka cenderung berhati-hati dalam menilai pasar bukan hanya dari environmental performance, Social Accounting disclosure tetapi aspek variable profit margin, ownership, environmental concern dan nilai pasar menjadi aspek yang diperhatikan.Tetapi, ketika aspek tersebut berdiri sendiri-sendiri, hasilnya tidak berpengaruh signifikan terhadap economic performance , yang diproksikan dalam EVA.
## SIMPULAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh environmental performance dan Social Accounting disclosure terhadap economic performance . Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan pemilihan sampel yang digunakan adalah purposive sampling . Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif yaitu dengan cara menggambarkan sampel data yang telah dikumpulkan dalam kondisi sebenarnya tanpa maksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi. Uji asumsi klasik dilakukan sebelum uji hipotesis. Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain:
1. Dari hasil pengujian analisis regresi, bahwa environmental performance tidak berpengaruh terhadap economic performance . Temuan pertama dalam penelitian tidak konsisten dengan Brogdan dan Marlin 1972 dalam Suratno 2006 namun konsisten temuan Nadia Andridho 2010 , Eiffeliena Nuraini 2010 .
2. Hasil pengujian juga menunjukkan bahwa social Accounting disclosure tidak berpengaruh secara signifikan terhadap economic performance . Temuan yang kedua konsisten dengan temuan Nadia Andridho 2010 dan Eiffeliena Nuraini 2010 .
3. Hasil pengujian terhadap variabel kontrol menunjukkan bahwa dari empat variabel kontrol yang digunakan, hanya satu variabel yang signifikan terdapat pengaruh terhadap economic performance yaitu variabel profit margin .
4. Environmental disclosure dan Social Accounting performance secara simultan atau bersama-sama memiliki pengaruh terhadap economic performance . Konsisten dengan penelitian Nadia Andridho 2010 dan Eiffeliena Nuraini 2010 .
Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi, Vol.13 No.2, Agustus 2013
## DAFTAR PUSTAKA
Abdul Basit, 2006. Konsep Sejarah . STAIN Purwokerto Press. Pustaka Pelajar
Abdul Halim, Dasar-dasar Akuntansi Biaya , Edisi Keempat, Cetakan Ketiga,BPFE- Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 1999.
Ali Darwin. 2004. Penerapan Sustainability Reporting di Indonesia , Makalah Konvensi.
Ali Darwin, 2004, Penerapan Sustainabilty Reporting di Indonesia, KonvensiNasional Akuntansi V, Program Profesi Lanjutan. Yogyakarta.
Ahmed Riohi Belkaoui. 2004. Accounting Theory . Salemba Empat, Jakarta.
Andridho, Nadia. 2010. Pengaruh Environmental Disclosure dan Environmental Performance terhadap Economic Performance . Skripsi Perpustakaan Unair.
Surabaya.
Anggraini, Fr Reni Retno, 2006, Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengugkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan (Study Empiris pada Perusahaan-perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta) . Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang, 23-26 Agustus 2006.
Anggraini, Yunita, 2008, Hubungan Antara Environmental Performance, Environmental Disclosure dan Return Saham . Skripsi Perpustakaan Ekstensi Undip. Semarang.
Al-Tuwaijri, S.A., Christensen, T.E. dan Hughes II, K.E. 2004. “The Relations among environmental disclosure, environmental performance, and economic performance: a simultaneous equations approach” . Accounting, Organizations and Society. Vol. 29. pp.447-471.
Arfan Ikhsan. 2008. Akuntansi Lingkungan . Yogyakarta: Graha Ilmu
Budimanta, A., Prasetijo, A. dan Rudito, B. 2005. Corporate Social Responsibility: Jawaban bagi Model Pembangunan Indonesia Masa Kini . Indonesia Center for Sustainable Development. Jakarta
Pengaruh Corporate Environmental Performance Dan Corporate Social Accounting Disclosure Terhadap Corporate Economic Performance
Belkaoui, Ahmed and Philip G. Karpik. 1989. Determinants of the Corporate Decision to Disclosure Social Information. Accounting, Auditing and Accountability Journal . Vol.2,No.1,p.36-51.
Chariri, Anis dan Ghozali, Imam, 2001, Teori Akuntansi . Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang.
Chrismawati, Dian Tanila, 2007, Pengaruh Karakteristik Keuangan dan Non Keuangan Perusahaan terhadap Praktik Environmental Disclosure di Indonesia . Skripsi. Perpustakaan Ekonomi Referensi. Undip. Semarang.
Deegan, C dan Rankin, M. 1996. “The Materiality of Environmental Information to Users of Annual Report” . Accounting, Auditing and Accountibility Journal, Vol. 10, No. 4, Hal. 562-58
Djarwanto dan Pangestu Subagyo, 1993, Statistik Induktif , Edisi Empat,Yogyakarta : BPFE.
Eiffelliana. 2010. Pengaruh Environmental Performance dan Environmemntal Disclosure terhadap Economic Performance . Diakses dari Google Cendekia,(online).(http:/
/www.google.com, diakses 20 februari 2012).
Freedman, M. dan Jaggi, B. 1982. “Pollution Disclosure, Pollution Performance dan Economic Performance” . Omega. Vol. 10. pp.167-176
Freedman, M. dan Jaggi, B. 1992. “An Investigation of The Long-Run Relationship Between Pollution Performance and Economic Performance: the Case of Pulp-and- Paper Firms” . Critical Perspectives on Accounting. Vol. 3(4). pp.315-336.
Freedman, M. dan Wasley, C. 1990. “The Association Between Environmental Performance and Environmental Disclosure in Annual Reports and 10-Ks” . Advances in
Public Interest Accounting. Vol. 3, pp.183-193.
Gray, R., Bebbington, J. dan Walters, D. 1993. Accounting for the Environment . ACCA. Hongkong.
Ghozali, I dan Chariri, A. 2007. “Teori Akuntansi” . Semarang: Badan Penerbit UNDIP
Gunawan wibisono, Adi. 2011. Pengaruh Environmental Performance dan Environmental Disclosure terhadap Economic Performance. Skripsi Perpustakaan Ekstensi Undip. Semarang.
Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi, Vol.13 No.2, Agustus 2013
Harahap, Soffyan Syafri, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan , Ed 1-7 Jakarta: PT Raja Garfindo Persada 2008.
Harahap, Soffyan Syafri. 2004. Analisis kritis atas laporan Keuangan . Jakarta: PT Raja Garfindo Persada.
Harahap, Sofyan Syafri. 1993. Teori Akuntansi. Edisi Revisi . Jakarta: Raja GrafindoPersada.
Hansen, Don R dan Maryanne M. Mowen. 2009. AkuntansiManajerial . Edisi 8. Ohio: South Western College Publishing. Terjemahan Deny Arnos Kwary. Penerbit Salembah Empat, Jakarta.
Hendriksen, Eldon S. 2002. Teori Akuntansi, Edisi Keempat, Jilid I, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Henny dan Sujono.2003. Penerapan Akuntansi Sosial Ekonomi pada PT Pupuk Sriwidjaya: Suatu Penelitian Pendahuluan. Fordema Volume 4 Nomor 1, Juni 2004
Ikatan Akuntan Indonesia, 2009, Standar Akuntansi Keuangan , Jakarta, Salemba Empat.
Indriantoro, Nur & Bambang Supomo, 1999, Metodologi Penelitian Bisnis untukManajemen dan Akuntansi , Edisi Pertama, Yogyakarta : BPFE.
Ja’far, S, Muhammad dan Arifah, Dista Amalia, 2006, Pengaruh Dorongan ManajemenLingkungan, Manajemen Lingkungan Proaktif dan Kinerja Lingkungan Publik Environmental Reporting . Symposium Nasional Akuntansi IX Padang 23-26 Agustus 2006.
Januarti, I dan Aproyanti D, 2005, Pengaruh Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan . Jurnal MAKSI.
Kholidiah dan Eva wany. 2010. “Pasar Moal dan Analisis Investasi .Surabaya
Lindrianasari. 2006. “Hubungan antara Kinerja Lingkungan dan Kualitas pengungkapan Lingkungan dengan Kinerja Ekonomi Perusahaan di Indonesia” . JAAI Vol.
11, pp. 159-172.
Makridakis, Spyron. 1983. Metode dan Aplikasi Peramalan. Jakarta: UI.(Online),(http:// elib.unikom.ac.id/files/jbptunikompp-gdl-haricahyad-22617-12-unikom_h- 4.pdf,diakses 3 Agustus 2011).
Pengaruh Corporate Environmental Performance Dan Corporate Social Accounting Disclosure Terhadap Corporate Economic Performance
Mirfazli dan Nurdiono. 2007. “ Evaluasi Pengungkapan Informasi Pertanggungjawaban Sosial pada Laporan Tahunan Perusahaan dalam Kelompok Aneka Industri yang Go Publik di BEJ “ Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 12 No 1, Januari 2007.
Munawir, S., 2000, Analisis Laporan Keuangan , 2000, Edisi Keempat, Yogyakarta, Penerbit Liberty Yogyakarta
Murjana, Made “ Financial Value Added “ Paradigma Baru Pengukiuran Kinerja dan Nilai Tambah Perusahaan “Media Bina Ilmiah.
Naim,Meuthia.(2006). Sistem Manajemen Lingkungan Menurut ISO14001.Tersedia pada mages.si3git.multiply.multiplycontent. com/.../23-Manajemen_dalam_ISO. pdf? diakses pada 22 April 2010
Nuraini, F,Eiffeliena. 2010. Pengaruh Environmental Performance dan Environmental Disclosure terhadap Economic Performance. Skripsi Perpustakaan Ekstensi Undip. Semarang.
Poeze, Harry A. Tan Malaka, Pergulatan Menuju Republik 1879-1925, terj.Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 2000
Purwanto. 2000. “Pengukuran Kinerja Lingkungan” . http://andietri.tripod.com/ (Diakses pada tanggal 20 Agustus 2010).
Ratna sari, Anita. 2012. Pengaruh Environmental Performance terhadap CSR Disclosure dan Kinerja keuangan. Skripsi Perpustakaan Unair. Surabaya.
Retno, Ari. 2010. Pengaruh Environmental Performance terhadap Environmental Disclosure dan Economic Performance serta Environmental Disclosure terhadap Economic Performance . Skripsi Perpustakaan Ekstensi Undip. Semarang.
Rokhmi, Naili, 2007, Pengaruh Kondisi Sosial Politik Dan Mekanisme Islamic Governance Terhadap Pengugkapan Pertanggungjawaban Sosial . Skripsi Perpustakaan Ekonomi Referensi. Undip. Semarang.
Suratno, Darsono, dan Mutmainah, S, 2006, Pengaruh Environmental Performance Terhadap Environmental Disclosure dan Economic Performance . Simposium Nasional Akuntansi IX Padang, 23-26 Agustus 2006
Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi, Vol.13 No.2, Agustus 2013
Sarumpaet, Susi. 2005. The Relation Between Environmental Performance and Financial Performance Among Indonesian Companies . SNA VIII Solo. 15-16 September.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D . Bandung: Alfabeta.
Utami, Wiwik. 2007. Kajian Empiris Hubungan Kinerja Lingkungan, Kinerja Keuangan, dan Kinerja Pasar : Model Persamaan Sruktur . The 1 st Accounting Conference. Depok.
www.bapepan.go.id www.idx.co.id www.menlh.go.id/proper
|
3eec2d6b-fc5c-4d15-af5d-6d24fa90d966 | http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/JMA/article/download/2263/2031 | doi:
© 2021 Jurnal Mutiara Akuntansi. This is an open access article under the CC BY-SA license Website: http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/JMA/ http://e-journal.sari-mutiara.ac.id
16
## PENGARUH SISTEM INFORMASI AKUNTANSI TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH
## RIADI
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Prima Indonesia Email : riadirahel@gmail.com
## ABSTRACT
Accounting information systems are very important for small and medium enterprises (SMEs), because through a proper accounting information system, small and medium enterprises can provide complete information on the financial position of small and medium enterprises. So far, SMEs have not organized and used accounting information optimally in financial management so that the financial performance of SMEs is known .The purpose of this study was to determine the effect of accounting information systems on financial performance in SMEs. This research is a causal associative research with quantitative techniques. The population in this study are small and medium enterprises in the Tanjung Rejo Village area as many as 41 SMEs and the sample is a total population of 41 respondents. The data were analyzed using simple regression analysis and to answer the research hypothesis using the t test at a significance level of 95% ( = 0.05). The results obtained that there is an effect of accounting information systems on financial performance in small and medium enterprises.
Keywords: Application of Accounting, Entrepreneurial Development, SMEs
## PENDAHULUAN
Di Indonesia memiliki berbagai jenis wirausaha yang diantaranya Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) (Savitri dan Saifudin, 2018).Pada umumnya UKM di Indonesia sebagai penopang perekonomian belum menggunakan akuntansi di dalam menjalankan wirausahanya, padahal akuntansi dapat menjadikan UKM memperoleh segala informasi keuangan yang sangat penting. Informasi keuangan yang diperoleh UKM tersebut diantaranya adalah informasi kinerja bisnis, posisi keuangan, pemasukan dan pengeluaran kas (Kurniawati dkk, 2012). Berdasarkan pendapat tersebut maka kinerjakeuangan sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk mengetahui dan mengevaluasi sampai
dimana tingkat keberhasilan perusahaan berdasarkanaktivitas keuangan yang telah dilaksanakan (Rudianto , 2013).
Oleh karena itu, keberhasilan wirausaha dapat dinilai ketika perusahaan berhasil mencapai tujuan atau sasaran yang ditetapkan organisasi, tujuan atau sasaran yang ditetapkan organisasi yang diantaranya adalah meningkatnya pendapatan produktivitas usaha, daya saing tinggi serta punya citra yang tinggi (Irawan & Mulyadi, 2016). Untuk mengetahui tujuan atau sasaran organisasi tersebut maka dibutuhkan suatu sistem informasi yang berkaitan dengan keuangan yang disebut dengan istilah sistem informasi akuntansi. Sistem informasi akuntansi sangat penting bagi UKM, karena melalui sistem informasi akuntansi dengan benar maka UKM dapat
doi:
© 2021 Jurnal Mutiara Akuntansi. This is an open access article under the CC BY-SA license
Website: http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/JMA/ http://e-journal.sari-mutiara.ac.id
17
memberikan informasi yang lengkap terhadap posisi keuangan UKM. Selama ini UMKM belum menyelenggarakan serta menggunakan informasi akuntansi secara maksimal dalam pengelolaan keuangan agar diketahui kinerja keuanganUKM (Pinasti,2001 dalam Prastika dan Purnomo, 2014).
Berdasarkan beberapa uraian di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh sistem informasi akuntansi terhadap kinerja keuangan pada UKM.
## LANDASAN TEORI Sistem Informasi Akuntansi
Diana dan Setiawati (2011)
mengemukakan bahwa sistem informasi akuntansi adalah sistem
untuk mengumpulkan dan memproses data serta melaporkan informasi yang berkaitan dengan transaksi keuangan. Sementara manfaat atau tujuan sistem informasi akuntansi adalah mengamankan harta atau kekayaan perusahaan, menghasilkan beragam informasi untuk pengambilan keputusan, menghasilkan informasi untuk pihak eksternal, menghasilkan informasi untuk penilaian kinerja karyawan atau divisi, menyediakan data masa lalu untuk kepentingan audit, menghasilkan informasi untuk penyusunan dan evaluasi anggaran perusahaan dan menghasilkan informasi yang diperlukan dalam kegiatan perencanaan dan pengendalian. Mulyadi (2007) mendefinisikan sistem informasi akuntansi adalah suatu sistem untuk mengorganisasi formulir, catatan dan laporan yang dikoordinasi untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan manajemen untuk memudahkan pengelolaan perusahaan.
Indikator kualitas sistem informasi akuntansi menurut Mahatmyo (2014) adalah efisiensi. akurat dan up to date terhadap catatan perusahaan serta meningkatkan kualitas produk dan jasa,dan perencanaan dan pengendalian.
## Usaha Kecil Dan Menengah (UKM)
Kementrian Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah mengemukakan bahwa usaha kecil
termasuk usaha mikro adalah entitas usaha yang mempunyai kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dan memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000. sementara usaha menengah merupakan entitas usaha milik warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200.000.000 s.d. Rp 10.000.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan, sedangkan Badan Pusat Statistik mengemukakan bahwa UKM berdasarkan kuantitas kerja, usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 s.d 19 orang sedangkan usaha menengah merupakan entitias usaha yang memiliki tenaga kerja 20 s.d 99 orang.
Partomo dan Soejoedono (2004) mengemukakan bahwa UKM dapat diklasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu:
1. Livelihood activities merupakan UKM yang digunakan sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah yang lebih umum dikenal sebagai sektor informal. Contohnya adalah pedagang kaki lima. Kelompok ini disebut sebagai sektor informal.
2. Micro enterprise merupakan UKM yang memiliki sifat pengrajin tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan.
doi:
© 2021 Jurnal Mutiara Akuntansi. This is an open access article under the CC BY-SA license
Website: http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/JMA/ http://e-journal.sari-mutiara.ac.id
18
Jumlah UKM ini di Indonesia juga cukup besar.
3. Small dynamic enterprise merupakan UKM yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor.
4. Fast moving enterprise merupakan UKM yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi Usaha Besar (UB). Kelompok ini jumlahnya juga lebih sedikit dari UKM kategori satu dan dua.
## Kinerja Keuangan
Rudianto (2013) mendefinisikan kinerja keuangan sebagai suatu hasil atau prestasiyang telah dicapai oleh manajemen perusahaan dalam menjalankan fungsinya mengelola aset perusahaan secara efektif selama periode tertentu. Kinerja keuangan sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk mengetahui dan mengevaluasi sampai dimana tingkat keberhasilan perusahaan berdasarkan aktivitas keuangan yang telah dilaksanakan. Pendapat lain sebagaimana dikemukakan Sawir (2005) menyatakan bahwa kinerja keuangan merupakan kondisi yang mencerminkan keadaan keuangan suatu perusahaan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang ditetapkan. Kinerja keuangan didefinisikan sebagai suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauhmana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan- aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar (Fahmi, 2012)
Memba et al.(2012) mengemukakan bahwa indikator dari kinerja keuangan UKM adalah penjualan dan laba per tahun, aset bersih serta jumlah pekerja. Sementara itu Widodo et al. (2003)yang dikutip oleh Jubaedah dan Destiana (2016)
mengemukakan bahwa ukuran dalam menentukan kinerja usaha mikro adalah indikator-indikator kinerja berupa nilai penjualan, keuntungan, nilai aset usaha, nilai aset keluarga, kredit, biaya hidup keluarga dan tabungan keluarga.
## METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian asosiatif kausal dengan teknik kuantitatif untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat untuk menjelaskan dari setiap temuan berdasarkan data-data yang diperoleh dilapangan. Populasi dalam penelitian ini adalah UKM yang ada di wilayah Kelurahan Tanjung Rejo sebanyak 41 UKM dan sampel merupakan total populasi yaitu 41 responden. Instrumen penelitian yang digunakan untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan menggunakan kuesioner pada skala Likert dengan empat alternatif jawaban yang disusun sesuai dengan kebutuhan penelitian. Data yang diperoleh kemudian diolah dan selanjutnya dianalisis menggunakan analisis regresi linier, analisis uji t serta analisis koefisien determinasi pada taraf signifikan 95% (α = 0,05).
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis data dalam penelitian ini terdiri dari analisis regresi kemudian dilanjutkan dengan uji hipotesis dan uji koefisien determinasi. Sebelum dilakukan analisis regresi, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan linieritas dan dari hasil uji normalitas diketahui variabel sistem informasi akuntansi dengan nilai Asymp. Sig. ( 2-tailed ) = 0,239 dan variabel kinerja keuangan dengan nilai Asymp. Sig. ( 2-tailed ) = 0,096 yang menunjukkan data berdistribusi normal, sedangkan pada uji linieritas diperoleh hasil bahwa nilai linierity
doi:
© 2021 Jurnal Mutiara Akuntansi. This is an open access article under the CC BY-SA license
Website: http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/JMA/ http://e-journal.sari-mutiara.ac.id
19
= 0,037< α = 0,05 sehingga dinyatakan linier.
Selanjutnya dari hasil pengolahan data dengan menggunakan analisis regresi sederhana diperoleh hasil yaitu: a. Persamaan Regresi
Nilai konstanta (a) = 18,370, nilai kofisien regresi (b) = 0,363 sehingga diperoleh persamaan regresi: Y = 18,370 + 0,363X. Dari persamaan regresi tersebut menunjukkan bahwa semakin baik sistem informasi akuntasi maka semakin baik kinerja keuangan pada UKM.
b. Uji t Dari hasil uji t diperoleh nilai t hitung = 2,226> t tabel = 2,019dan nilai p = 0,032< α = 0,05 yang menunjukkan bahwa sistem informasi akuntansi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan pada UKM.
c. Koefisien Determinasi Nilai Rsquare = 0,090 sehingga hasil perkalian koefisien determinasi (KD) diperoleh = 0,113 x 100% = 11,3% yang menunjukkan bahwa besarnya pengaruh sistem informasi akuntansi terhadap kinerja keuangan pada UKMsebesar11,3% dan sisanya88,7% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti pada penelitian ini.
Dari hasil pengolahan data diketahui bahwa sistem informasi akuntansi berpengaruh terhadap kinerja keuangan pada UKM. Berdasarkan hasil tersebut dan dengan melihat pendapat Rudianto (2013) dapat diketahui bahwa kinerja keuangan sangat dibutuhkan oleh UKM untuk mengetahui dan mengevaluasi sampai dimana tingkat keberhasilan usahanya berdasarkan aktivitas keuangan yang telah dilaksanakan. Pada umum pelaku UKM tidak memahami pentingnya sistem
informasi akuntasi ketika menjalankan suatu usaha. Melalui Diana dan Setiawati (2011) dikemukakan bahwa sistem informasi akuntansi merupakan sistem untuk mengumpulkan dan memproses data serta melaporkan informasi yang berkaitan dengan transaksi keuangan, sementara manfaat atau tujuan sistem informasi akuntansi adalah mengamankan harta atau kekayaan perusahaan, menghasilkan beragam informasi untuk pengambilan keputusan, menghasilkan informasi untuk pihak eksternal, menghasilkan informasi untuk penilaian kinerja karyawan atau divisi, menyediakan data masa lalu untuk kepentingan audit, menghasilkan informasi untuk penyusunan dan evaluasi anggaran perusahaan dan menghasilkan informasi yang diperlukan dalam kegiatan perencanaan dan pengendalian.
Dari hasil analisis data dalam penelitian ini dan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas dapat dipahami bahwa sistem informasi akuntansi sangat berperan penting padaUKM. Informasi akuntansi sangat erat hubungannnya dengan data keuangan yang dihasilkan melalui kegiatan rutin UKM. Fungsi utama dari sistem informasi akuntansi adalah untuk mendorong seoptimal mungkin agar akuntansi menghasilkan sumber informasi akuntansi yang berstruktur dan berkualitas yaitu tepat waktu, relevan, lengkap dan akurat. Pemakaian sistem informasi akuntansi pada UKM yang berkualitas akan sangat berguna bagi para pelaku UKM agar mampu menentukan langkah-langkah atau kebijaksanaan yang diambil dan untuk mempermudah dalam pengawasan terutama terhadap aktivitas suatu usaha yang dijalankan. Berbagai cara para pelaku UKM dalam menggunakan sistem informasi akuntansi seperti komputer yang berisikan
doi:
© 2021 Jurnal Mutiara Akuntansi. This is an open access article under the CC BY-SA license
Website: http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/JMA/ http://e-journal.sari-mutiara.ac.id
20
aplikasi tentang akuntansi ataupun melalui android. Sekarang ini sudah banyak tersedia alat yang dapat dijadikan sebagai sarana informasi untuk mendata setiap kegiatan atau aktivitas usaha kita. Melalui pencatatan akuntansi yang kita lakukan pada setiap aktivitas wirausaha maka pelaku UKM dapat memperoleh informasi tentang kinerja keuangannya. Hal ini dapat dilihat dari pendapat
Rudianto (2013) yang mengemukakan bahwa “kinerja keuangan sebagai suatu hasil atau prestasiyang telah dicapai oleh manajemen perusahaan dalam menjalankan fungsinya mengelola aset perusahaan secara efektif selama periode tertentu”. Kinerja keuangan dari aktivitas UKM hanya dapat dilihat melalui informasi yang ada yaitu pencatatan setiap aktivitas yang telah berlangsung. Melalui informasi atau pencatatan akuntansi ini, para pelaku UKM dapat mengetahui dan memahami bagaimana informasi keuangan dari usaha yang dijalankannya.
## KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data disimpulkan bahwa sistem informasi akuntasi berpengaruh terhadap kinerja keuangan pada UKM.
## REFERENSI
Diana, Anastasia & Setiawati, Lilis. 2011.
Sistem Informasi Akuntansi (Perancangan, Proses dan Penerapan) . Yogyakarta: ANDI.
Fahmi, Irham (2012). Analisis Laporan Keuangan . Lampulo: ALFABETA
Irawan, Ari & Mulyadi, Hari (2016). ’Pengaruh Keterampilan Wirausaha
Terhadap Keberhasilan Usaha.
Jurnal Of Busines Management And Enterpreneurship Education Vol. 1, Number 1, April 2016
Jubaedah, Siti & Destiana, Rina (2016). Kinerja Keuangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kabupaten Cirebon Sebelum dan Sesudah Mendapatkan Pembiayaan Syariah.
JRKA Volume 2 Isue 2, Agustus 2016: 93 – 103
Kurniawati dkk, (2012). Penerapan Akuntansi Pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Jurnal JMK , Vol. 10 No. 2, September 2012
Mahatmyo, Atyanto (2014). Sistem Informasi Akuntansi Suatu Pengantar . Yogyakarta: Deepublish Mulyadi (2007). Sistem Akuntansi .
Yogyakarta : STIE YKPN.
Memba, S. F., Gakure, W. R., & Karanja, K. (2012). Ventura Capital : Its Impact on Growth of Small and Medium Enterprise in Kenya. International Journal of Business and Social Science Vol. 3 No. 6; [Special Issue -
March 2012]
Prastika dan Purnomo (2014). Pengaruh
Sistem Informasi Akuntansi
Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Di Kota Pekalongan. Jurnal Pekalongan , Vol. 7
Pinasti, M. 2001. Penggunaan Informasi Akuntansi Dalam Pengelolaan Usaha Para Pedagang Kecil di Pasar Tradisional Kabupaten Banyumas.
doi:
© 2021 Jurnal Mutiara Akuntansi. This is an open access article under the CC BY-SA license
Website: http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/JMA/
http://e-journal.sari-mutiara.ac.id
21
Jurnal Ekonomi, Bisnis dan
Akuntansi Vol. 3/ No.1/Mei.
Robbins, P.S & Coulter (2010). Manajemen . Jakarta: Erlangga
Rudianto (2013). Akuntansi Manajemen
Informasi Untuk Pengambilan Keputusan Strategis . Jakarta: Erlangga
Sawir, Agnes (2005). Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan . Jakarta: Gramedia Pustaka
Savitri, Rosita Vega & Saifudin (2018).
Pencatatan Akuntansi Pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (Studi Pada UMKM MR.
Pelangi Semarang). Majalah Ilmiah , Vol.16, No.2 April 2018, p.42-54
Widodo, Tri, et al. 2003. Dampak Pola Pembiayaan Usaha Skala Mikro Terhadap Kinerja Bank dan Nasabah (ULM PT Bank BNI Wilayah Jabotabek, Jawa Barat dan DI Yogyakarta). Kerjasama Pusat Studi
Ekonomi & Kebijakan Publik Universitas Gajah Mada dan Tim Penelitian & Pengembangan Biro
Kredit Bank Indonesia
|
7221641c-fada-4f75-b781-84088a5ba45d | https://jayapanguspress.penerbit.org/index.php/ganaya/article/download/98/96 | Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham
(Studi Pada Perusahaan Mining Industry di BEI)
Oleh
Radiasi Alam
Universitas Lakidende radiasialam.unilaki@gmail.com
## Abstract
This study attempts to measure the ability of financial performance ratios in influencing stock prices. Ratios consisting of aspects of liquidity, solvency, and profitability activities include the current ratio, quick ratio, total asset turnover, inventory turnover, debt equity ratio and return on equity. Sample was 22 companies listed mining industry in Indonesia Stock Exchange in the 2007–2017 timeframe. Sample observations are compiled using the data pooled by combining time series and cross section. Multiple Linear
Regression Analysis is used to determine the effect of independent variables on stock prices, then the results of the regression analysis showed negative effect on the current ratio of stock price although not significantly so the first hypothesis is rejected. Quick ratio, total asset turnover and inventory turnover has a positive effect on stock prices but not significant, while the debt-equity ratio and a significant negative effect on stock prices. Return on equity positive and significant effect on stock prices. The coefficient of determination showed only 44.1% of independent variables can explain the variation in stock prices, so further research is needed to explore other financial performance ratios that can affect stock price mining industry sector .
## Abstrak
Penelitian ini mencoba mengukur kemampuan rasio kinerja keuangan dalam mempengaruhi harga saham. Rasio yang terdiri dari aspek likuiditas, solvabilitas, dan aktivitas profitabilitas termasuk rasio lancar, rasio cepat, total perputaran aset, perputaran persediaan, rasio ekuitas utang dan laba atas ekuitas. Sampel adalah 22 perusahaan yang terdaftar di industri pertambangan di Bursa Efek Indonesia dalam kurun waktu 2007-2017. Pengamatan sampel dikompilasi menggunakan data yang dikumpulkan dengan menggabungkan seri waktu dan
Diterima : 10 Agustus 2018 Direvisi : 19 September 2018 Diterbitkan : 28 September 2018
Kata Kunci : Closing price, current ratio , quick ratio , total asset turn over , inventory turn over , debt equity ratio dan return on equity
penampang. Analisis Regresi Linear Berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap harga saham, maka hasil analisis regresi menunjukkan pengaruh negatif terhadap current ratio harga saham meskipun tidak signifikan sehingga hipotesis pertama ditolak. Rasio cepat, perputaran aset total dan perputaran persediaan memiliki efek positif pada harga saham tetapi tidak signifikan, sementara rasio utang-ekuitas dan efek negatif yang signifikan pada harga saham. Return on equity berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Koefisien determinasi hanya menunjukkan 44,1% variabel independen dapat menjelaskan variasi harga saham, sehingga penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengeksplorasi rasio kinerja keuangan lainnya yang dapat mempengaruhi sektor industri pertambangan harga saham.
## Pendahuluan
Tujuan utama perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi dapat meningkatkan kemakmuran bagi para pemegang saham, sehingga para pemegang saham pun tidak ragu untuk menginvestasikan modal yang mereka miliki kepada perusahaan tersebut. Naik turunnya nilai perusahaan salah satunya dipengaruhi oleh kinerja keuangan, terutama pada profitabilitas dalam menghasilkan keuntungan. Laba perusahaan selain merupakan indikator kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban bagi para penyandang dananya juga merupakan elemen dalam penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan dimasa yang akan datang. Nilai perusahaan merupakan nilai pasar dari suatu ekuitas perusahaan ditambah nilai pasar hutang. Dengan demikan, penambahan dari jumlah ekuitas perusahaan dengan hutang perusahaan dapat mencerminkan nilai perusahaan. Berdasarkan penelitian terdahulu, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan, diantaranya: keputusan pendanaan, kebijakan dividen, keputusan investasi, pertumbuhan perusahaan, dan ukuran perusahaan.
Pemegang saham maupun calon investor sangat berkepentingan terhadap laporan keuangan yang diumumkan secara periodik oleh pihak manajemen. Laporan keuangan ini merupakan informasi yang sangat mendasar untuk menilai kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan yang dimaksud dapat dinilai dengan menggunakan rasio-rasio keuangan. Dengan adanya rasio keuangan, para pengguna laporan keuangan dapat menghitung dan menginterpretasikan ukuran-ukuran kewajiban, likuiditas, profitabilitas, manajemen aset, dan nilai pasar perusahaan.
Serangkaian penelitian telah banyak dilakukan oleh para periset untuk mengamati pengaruh kinerja keuangan terhadap penciptaan nilai perusahaan, dengan berbagai metodologi dan pendekatan. Penggunaan rasio-rasio keuangan sebagai cara sederhana dari analisis fundamental dan teknikal adalah yang paling sering digunakan oleh periset untuk mengeksplorasi keterkaitan dan pengaruh kinerja keuangan yang merupakan gambaran dari kinerja perusahaan terhadap pembentukan nilai perusahaan. Ada yang menitik beratkan hanya pada sisi likuiditas, leverage, aktivitas atau hanya pada sisi profitabilitas saja tetapi ada juga yang menggunakan lebih banyak dimensi rasio, tergantung skema dan konsep penelitian dari masing-masing periset.
Pengaruh variabel likuiditas menggunakan rasio current ratio dilakukan antara lain oleh (Subalno; 2009 dan Setiawan; 2011) yang menemukan pengaruh CR signifikan, (Subalno; 2009) menemukan pengaruh yang negatif berbeda dengan (Setiawan; 2011) yang menemukan pengaruh negatif. Penemuan yang tidak signifikan diantaranya dilakukan oleh (Nasir; 2009, Ihsan; 2009, Sia et.al ; 2011 dan Deitiana; 2011) yang menemukan pengaruh negatif current ratio terhadap nilai perusahaan. (Astuti; 2006 dan Yarnest; 2012) menemukan pengaruh CR adalah positif terhadap return saham. Selain current ratio rasio quick ratio berpengaruh sgnifikan dalam penelitian (Junaid; 2009), berbeda dengan (Nurqoidah; 2010 dan Yarnest; 2012) yang menemukan pengaruh QR tidak signifikan.
Penggunaan debt equity ratio dalam pengungkapan pengaruh rasio-rasio solvabilitas antara lain dilakukan oleh (Kusumajaya; 2011) yang menemukan pengaruh positif DER yang signifikan. Hasil signifikan lainnya ditemukan oleh (Safrida; 2008, Mulianti; 2010, Sia et.al ; 2011 dan Mahendra et.al ; 2012) yang mengungkapkan pengaruh debt equity ratio adalah negatif. Hasil tidak signifikan ditemukan antara lain oleh (Subalno; 2009, Wardani et.al ; 2011 dan Meythi et.al ; 2012) yang menyimpulkan pengaruh DER adalah positif. Temuan tidak signifikan lain dengan arah negatif ditemukan antara lain oleh (Astuti; 2006, Nasir dan Ihsan; 2009, Nurqoidah; 2010 serta Retno et.al dan Yarnest; 2012).
Rasio-rasio aktivitas seringkali digunakan peneliti sebagai proxy atas efektifitas perusahaan dalam menjalankan aktivitas operasinya. Penelitian yang mengungkapkan pengaruh rasio aktvitas dilakukan antara lain oleh (Widodo; 2007 dan Nasir; 2009) yang menemukan bahwa pengaruh positif total asset turn over terhadap return dan harga saham adalah signifikan. (Muriani; 2008 dan Ihsan; 2009) menemukan pengaruh positif yang tidak signifikan, begitu juga dengan (Astuti; 2006 dan Subalno; 2009) menemukan
pengaruh yang negatif tetapi tidak signifikan. Inventory turn over berpengaruh signifikan dalam penelitian (Muriani; 2008, Nasir; 2009 dan Yarnest; 2012), tetapi hasil tidak signifikan dalam riset yang dilakukan oleh (Widodo; 2007 dan Winaro; 2010).
Profitabilitas menjadi variabel yang sering kali digunakan untuk di eksplorasi hubungan dan pengaruhnya terhadap nilai perusahaan. Hal ini dikarenakan adanya keterkaitan langsung laba terhadap peningkatan pendapatan perusahaan yang berakibat pada meningkatnya pendapatan bagi pemilik dan pemegang saham. Riset mengenai pengaruh profitabilitas menggunakan return on equity dilakukan antara lain oleh (Darminto; Mai dan Pakpahan; 2010), (Deitiana dan Kusumajaya; 2011, serta Mahendra; 2012) yang menemukan pengaruh positif dan signifikan ROE terhadap variabel nilai perusahaan. Temuan kontra yang menemukan ROE tidak signifikan terhadap return dan harga saham dilakukan oleh (Ganto et.al ; 2008 dan Nasir; 2009).
Berdasarkan riset-riset terdahulu seputar penggunaan rasio keuangan dalam interaksinya terhadap nilai perusahaan, tampak terdapat ketidak konsistenan hasil yang diperoleh para peneliti. Hal ini menunjukkan adanya dugaan bila ada faktor atau variabel lain yang turut mengintervensi interaksi antara variabel rasio-rasio kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan. Berangkat dari kondisi ini maka penulis melihat bahwa ada banyak gap riset yang terjadi seputar penelitian kinerja keuangan, sehingga penulis layak untuk melanjutkan penelitian yang serupa dengan meng-ekstensi penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya.
Selain melihat adanya riset gap yang terjadi antara peneliti-peneliti terdahulu, penulis juga melihat sebuah phenomena gap pada sampel yang akan dijadikan objek penelitian. Salah satu indikator yang dilihat oleh para investor untuk mengukur nilai perusahaan adalah dengan melihat harga saham perusahaan yang terbentuk di Bursa Efek. Berdasarkan klasifikasi industri, perusahaan-perusahaan industri mining yang listed di Bursa Efek Indonesia adalah merupakan sektor usaha yang mempunyai nilai persentase transaksi saham tertinggi. Presentase tersebut berada pada kisaran 25% hingga 40% pada rentang waktu tahun 2007 sampai tahun 2017. Phenomena tersebut mengindikasikan bahwa saham-saham perusahaan yang bergerak dalam industri mining relatif masih lebih dipilih oleh para investor dalam melakukan aktivitas investasi saham di BEI.
Persentase nilai transaksi saham sektor industri mining sangat tinggi dibandingkan dengan sektor industri lainnya yang listed di Bursa Efek Indonesia. Meskipun terlihat bahwa terjadi penurunan drastis nilai transaksi saham pada tahun 2017, tetapi secara keseluruhan nilai transaksi saham industri mining pada tahun 2017 tersebut justru masih
jauh lebih tinggi diatas nilai transaksi saham industri lainnya. Kondisi ini dapat terjadi karena fluktuasi pada harga saham yang diperdagangkan, tingkat return yang di inginkan oleh para investor pada masing-masing jenis saham industri pada akhirnya menyebabkan fluktuasi pada transaksi saham industri. Fluktuasi harga saham industri mining yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia tentu mempengaruhi para investor untuk melakukan aksi jual, tahan atau beli. Saham yang kurang direspon oleh pasar dapat tercermin dari nilai price book value (PBV) saham tersebut. Apabila nilai PBV saham perusahaan rendah, berarti saham perusahaan diperdagangkan dibawah nilai bukunya.
Berangkat dari uraian sebelumnya mengenai pentingnya laporan keuangan serta rasio-rasio keuangan sebagai referensi untuk melihat kinerja keuangan perusahaan bagi investor dalam mengukur nilai perusahaan yang tercermin melalui harga saham. Tidak konsistennya hasil-hasil penelitian sebelumnya menjadikan riset gap terhadap penelitian seputar analisis kinerja keuangan menjadi lebih banyak. Adanya phenomena gap seputar data laporan keuangan perusahaan sektor mining industry yang terpublikasi, maka pada rancangan penelitian karya ilmiah ini penulis mengambil judul: Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham (Studi Pada Perusahaan Mining Industry di BEI).
## Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan dapat diartikan sebagai gambaran kondisi perusahaan. Untuk menganalisis kinerja keuangan suatu perusahaan diperlukan ukuran-ukuran tertentu. Kinerja suatu perusahaan dapat dinilai melalui dua aspek yaitu aspek keuangan dan aspek non keuangan. Penilaian terhadap aspek keuangan dapat dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan yang disusun oleh manajemen. Dengan menganalisis pos-pos yang terdapat didalam laporan keuangan maka dapat ditemukan rasio-rasio yang dapat digunakan sebagai indikator baik buruknya kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu faktor yang dilihat oleh calon investor untuk menentukan investasi saham. Bagi sebuah perusahaan, menjaga dan meningkatkan kinerja keuangan adalah suatu keharusan agar saham tersebut tetap eksis dan tetap diminati oleh investor.
Kinerja keuangan menggambarkan suatu prestasi ataupun performance yang direfleksikan melalui ukuran rasio-rasio keuangan perusahaan di bidang keuangan selama periode tertentu. Rasio-rasio keuangan perusahan merupakan alat yang tepat untuk menilai kinerja keuangan perusahaan. Kekuatan perusahaan harus dipahami, jika hendak dimanfaatkan dengan tepat dan kelemahan perusahaan perlu dikenali agar dapat diadakan perbaikan-perbaikan.
## Nilai Perusahaan
Tujuan utama perusahaan menurut theory of the firm adalah untuk memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahaan ( value of the firm ) (Salvatore; 2005). Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting artinya bagi suatu perusahaan, karena dengan memaksimalkan nilai perusahaan berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan tujuan utama perusahaan (Euis et.al ; 2002). Menurut (Husnan; 2000) nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Menurut (Keown et.al ; 2004) nilai perusahaan merupakan nilai pasar atas surat berharga hutang dan ekuitas perusahaan beredar.
Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham (Sujoko et.al , 2007). Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi. Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat pasar percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan di masa depan.
Nilai perusahaan merupakan kondisi tertentu yang telah dicapai oleh suatu perusahaan sebagai gambaran dari kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan setelah melalui suatu proses kegiatan selama beberapa tahun, yaitu sejak perusahaan tersebut didirikan sampai dengan saat ini. Masyarakat menilai dengan bersedia membeli saham perusahaan dengan harga tertentu sesuai dengan persepsi dan keyakinannya. Meningkatnya nilai perusahaan adalah sebuah prestasi, yang sesuai dengan keinginan para pemiliknya, karena dengan meningkatnya nilai perusahaan, maka kesejahteraan para pemilik juga akan meningkat, dan ini adalah tugas dari manajer sebagai agen yang telah diberi kepercayaan oleh para pemilik perusahaan untuk menjalankan perusahaannya.
## Harga Saham
Kinerja perusahaan merupakan hal yang sangat penting, misalnya dalam beberapa kasus terdapat beberapa perusahaan tertentu bergerak dengan arah yang berbeda dengan industri sejenis. Perusahaan ini mengembangkan produk atau teknologi yang baru sehingga membuat para investor merasa dapat memperoleh keuntungan, setidaknya yang bersifat temporer. Hal ini akan mengakibatkan bereaksinya harga saham akibat antisipasi dari para investor terhadap keuntungan atau kerugian yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang ( future risk ).
Reaksi harga saham yang cukup tajam terhadap naik turunnya pendapatan perusahaan sudah merupakan hal yang biasa akibat tindakan investor untuk
mengantisipasi hal ini. Berbagai pemberitaan dari kejadian-kejadian yang akan mempengaruhi kinerja perusahaan dapat pula menyebabkan naik turunya harga.
Pertimbangan para fundamentalis mengenai pertumbuhan perusahaan, besarnya dividen, risiko dan tingkat bunga memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap harga saham. Ekspektasi yang tinggi untuk meraih keuntungan dari investasi yang dilakukan cenderung melipat gandakan harga saham, sementara itu risiko dan tingkat bunga yang lebih tinggi cenderung akan mengakibatkan penurunan harga saham.
Penilaian harga saham bertujuan untuk menilai saham-saham manakah yang paling menguntungkan bagi investor. Dengan kata lain saham-saham manakah yang harga pasarnya lebih rendah dari nilai intrisik ( undervalued ) sehingga layak untuk dibeli demikian juga sebaliknya saham-saham manakah yang harga pasarnya lebih tinggi dari nilai-nilai intrinsik ( overvalued ).
## Likuiditas
Likuiditas adalah merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk membayar kewajiban-kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhinya. Jadi likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban dalam jangka waktu pendek. Likuiditas adalah berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi (Riyanto; 1998). Sedangkan menurut (Muslich; 2003) likuiditas menunjukkan tingkat kemudahan relatif suatu aktiva untuk segera dikonversikan ke dalam kas yang sedikit atau tanpa penurunan nilai, serta tingkat kepastian tentang jumlah kas yang dapat diperoleh.
1. Current ratio merupakan perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar. Sedangkan menurut (Riyanto; 1998) current ratio kurang dari 2 banding1 dianggap kurang baik, sebab apabila aktiva lancar turun sampai lebih dari 50 %, maka jumlah aktiva lancarnya tidak akan cukup lagi untuk menutup utang lancarnya. Pedoman current ratio 2 : 1 sebenarnya hanya didasarkan pada prinsip hati-hati.
2. Quick test ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar setelah dikurangi dengan persediaan dengan hutang lancar. Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena persediaan memerlukan waktu yang relatif lama untuk direalisir menjadi uang kas.
## Solvabilitas / Leverage
Menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang. Solvabilitas tidak berbeda dengan likuiditas hanya saja, solvabilitas merupakan
likuiditas dalam jangka panjang. Bahkan sering dikatakan sebagai kemampuan perusahaan untuk membayar kembali seluruh utangnya apabila perusahaan itu dilikuidasi. Debt equity ratio menggambarkan perbandingan antara total utang dengan total ekuitas perusahaan yang digunakan sebagai sumber pendanaan usaha. Atau dengan kata lain rasio ini menggambarkan tentang struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan yang berasal dari utang jangka panjang dan modal yang berasal dari ekuitas. Jika rasio ini semakin besar menunjukkan bahwa struktur modal yang berasal dari utang yang semakin besar digunakan untuk mendanai ekuitas yang ada.
## Aktivitas / Turnover
Perusahaan selalu berusaha mengelola asetnya secara optimal untuk memperoleh nilai penjualan dan laba yang semakin tinggi. Menurut (Rangkuti; 2001) rasio aktivitas menjelaskan kecepatan perputaran antara penjualan dengan aset. Keseimbangan kecepatan perputaran antara penjualan dan aset menunjukkan manajemen telah bekerja secara optimal. Menurut (Riyanto; 1998) Rasio aktivitas yaitu rasio yang dimaksudkan untuk mengukur seberapa besar efektivitas perusahaan dalam menggunakan dananya. Untuk mengukur rasio aktivitas dapat digunakan antara lain:
1. Total asset turnover yaitu kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva yang berputar dalam perusahaan dalam satu periode tertentu atau kemampuan modal yang di investasikan untuk menghasilkan revenue .
2. Inventory turnover menggambarkan seberapa banyak persediaan akan berputar dalam suatu periode (biasanya satu tahun). Cost of goods sold merupakan harga pokok penjualan selama satu periode tertentu. Dengan inventory turnover yang tinggi berarti dana yang terikat dalam persediaan adalah lebih pendek waktunya, efisiensi waktu disini berarti pula dapat mengurangi risiko kerusakan barang dan memudahkan pengawasan barang. Bila perusahaan bekerja efisien khususnya pada persediaan maka dampak yang diperoleh adalah harga pasar saham juga meningkat.
## Profitabilitas / Rentabilitas
Rentabilitas adalah merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atau keuntungan dari seluruh modal yang dimilikinya. Besar kecilnya kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba ini dapat diukur dari perbandingan antara laba dengan seluruh modal yang dimilikinya. Rasio rentabilitas sangat penting untuk mengetahui sampai sejauh mana kemampuan perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan baik yang berasal dari kegiatan oprasional maupun kegiatan non oprasional.
Rentabilitas modal sendiri mempunyai istilah lain yaitu return on net worth (RONW) dan return on equity (ROE). Rentabilitas modal sendiri atau sering dinamakan rentabilitas usaha adalah perbandingan antar jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri disatu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut. Modal sendiri adalah kemampuan perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan keuntungan. Laba yang diperhitungkan adalah laba usaha setelah dikurangi dengan pajak perusahaan.
## Metode
## Kerangka Konseptual dan Hipotesis
Dalam penelitian ini, nilai perusahaan yang merupakan rasio-rasio pasar diduga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain berupa rasio-rasio fundamental perusahaan. Rasio- rasio fundamental tersebut merupakan gambaran dari kinerja perusahaan. Rasio-rasio tersebut yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Kinerja Keuangan Nilai Pasar (Nilai Perusahaan) 1. Current ratio (CR)
2. Quick ratio (QR)
3. Total asset turn over (TATO
4. Inventory turn over (ITO)
5. Debt equity ratio (DER)
6. Return on equity (ROE) harga saham ( Price )
Dengan adanya rasio-rasio keuangan (rasio-rasio fundamental perusahaan) yang teridentifikasi sebagai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan (harga saham) tersebut, maka dapat dibuat skema seperti yang terlihat pada gambar berikut:
Gambar Skema Penelitian
## Hipotesis
Berdasarkan konsep penelitian yang disusun untuk mendukung rancangan penelitian ini, maka diajukan hipotesis sebagai berikut:
1. Current Ratio (CR) berpengaruh terhadap harga saham. Dimana terdapat pengaruh positif CR terhadap harga saham
2. Quick Ratio (QR) berpengaruh terhadap harga saham. Dimana terdapat pengaruh positif QR terhadap harga saham
3. Total Asset Turn Over (TATO) berpengaruh terhadap harga saham. Dimana terdapat pengaruh positif TATO terhadap harga saham
4. Inventory Turn Over (ITO) berpengaruh terhadap harga saham. Dimana terdapat pengaruh positif ITO terhadap harga saham
5. Debt Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap harga saham. Dimana terdapat pengaruh negatif DER terhadap harga saham
6. Return On Equity (ROE) berpengaruh terhadap harga saham. Dimana terdapat pengaruh positif ROE terhadap harga saham
## Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia, terhadap perusahaan sektor primer dalam hal ini difokuskan pada perusahaan yang bergerak dalam sub sektor mining industry yang listed di Bursa Efek Indonesia.
## Populasi dan Sampel
Berdasarkan data paling terakhir yang diambil dalam IDX fact book 2017, maka jumlah populasi perusahaan industri mining yang diketahui sebanyak 29 perusahaan. Adapun jenis perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam perusahaan mining industry tersebut terdiri atas: ( Coal Mining sebanyak 15 perusahaan, Crude Petroleum & Natural Gas Production sebanyak 6 perusahaan, Metal & Mineral Mining sebanyak 5 perusahaan dan Land / Stone Quarrying sebanyak 3 perusahaan). Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling atau sampling bertujuan. Sebagai kriteria, sampel penelitian akan diambil dari perusahaan-perusahaan yang mempunyai data yang lengkap selama sepuluh tahun berturut-turut yaitu periode (2007-2017).
## Metode Analisis Data
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Regresi Linear Berganda, dengan persamaan sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + e
Y = Nilai Perusahaan (variabel dependen) a = Nilai Konstanta
b1 – b6 = Koefisien regresi untuk masing-masing variabel independen X1 = current ratio (CR)
X2 = quick ratio (QR)
X3 = total assets turn over (TATO)
X4 = inventory turn over (ITO)
X5 = debt equity ratio (DER)
X6 = return on equity (ROE)
e = Variabel Pengganggu ( errors )
Sebelum melakukan analisis regressi diatas, terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik untuk memenuhi sifat dari estimasi regressi.
## Hasil dan Pembahasan
## Hasil Analisis
Berdasarkan ringkasan pada tabel, tampak bahwa besarnya nilai adjusted R 2 adalah 0,441, hal ini menunjukkan bahwa hanya [44,1%] variasi nilai perusahaan ( price ) yang dapat dijelaskan oleh variasi dari ke enam variabel independen ROE, CR, ITO, TATO, DER dan QR. Sedangkan sisanya sebesar [55,9%] atau (100% ̶ 44,1%) dijelaskan oleh faktor lain diluar model. Standard Error of The Estimate (SEE) sebesar [1,42644 × ].
Berdasarkan tampilan printout SPSS ANOVA pada tabel diketahui nilai F test sebesar 11,790 dan signifikan pada 0,000. Karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05 maka model regressi dapat digunakan untuk memprediksi nilai perusahaan, atau dapat disimpulkan bahwa variabel independent ROE, CR, ITO, TATO, DER dan QR secara simultan mempengaruhi variabel nilai perusahaan. Diketahui besarnya nilai F hitung (11,790) dan nilai F tabel (6,76; 0,05) = (2,220). Oleh karena nilai F hitung > F tabel atau (11,790 > 2,220) maka model linear antara LN_ROE, LN_CR, LN_ITO, LN_TATO, LN_DER, dan LN_QR terhadap harga saham adalah signifikan.
Berdasarkan printout SPSS coefficients pada tabel dapat dibuat persamaan matematis untuk regressi dengan model multiple linear regression.
Y=a+b 1 X 1 +b 2 X 2 +b 3 X 3 +b 4 X 4 +b 5 X 5 +b 6 X 6 sebagai berikut:
Y = 8,379 – 0,694 CR + 1,048 QR + 0,065 TATO + 0,010 ITO – 0,699 DER + 0,613 ROE
Tabel hasil analisis Regressi Variabel Bebas Koefisien Regressi t hitung Probabilitas (sig. α) Current Ratio (X1) Quick Ratio (X2) TATO (X3) ITO (X4) DER (X5) ROE (X6) - 0.694 1.084 0.065 0.010 - 0.699 0.613 - 1.010 1.846 0.155 0.048 - 2.571 3.900 0.316 0.069 0.877 0.962 0.012 0.000 Konstanta F Hitung Adjusted R 2 8.379 11.790 0.441 Variabel Terikat (Y) Harga Saham
Sumber: diolah untuk study ini
## Pengujian Hipotesis
Current Ratio (CR) Koefisien regresi current ratio sebesar – 0,694. Hal ini menunjukkan CR mempunyai pengaruh yang negatif terhadap harga saham. Probabilitas menunjukkan nilai α (sig) lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,316, artinya bahwa variasi variabel current ratio secara parsial mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap harga saham. Sedangkan arah koefisien dari variabel CR menunjukkan arah yang negatif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama yang menyatakan: Current Ratio (CR) berpengaruh terhadap harga saham. Dimana terdapat pengaruh positif CR terhadap harga saham tidak dapat diterima. Temuan ini mendukung hasil temuan (Nasir; 2009), (Ihsan; 2009) serta (Sia et.al ; 2011) dan (Deitiana; 2011). Hasil penelitian ini menolak temuan (Astuti; 2006) dan (Yarnest; 2012).
Besar kecilnya current ratio suatu perusahaan ditentukan oleh besarnya aktiva lancar yang dimiliki. Semakin besar nilai aktiva lancar dengan asumsi utang lancar tetap tentu akan semakin memperbesar nilai CR. Hal tersebut adalah baik dalam tingkatan tertentu, oleh karena hal tersebut menunjukkan besarnya kemampuan perusahaan dalam menjamin setiap hutang jangka pendeknya dengan asset lancar yang dimiliki. Kondisi tersebut diartikan juga bahwa perusahaan dapat menyelesaikan hutang jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar.
Semakin tinggi current ratio semakin likuid perusahaan dalam menjamin setiap hutang jangka pendeknya. Tetapi jika current ratio yang terlalu tinggi, maka
menunjukkan bahwa sejumlah aktiva lancar yang over dan tidak produktif. Current ratio yang terlalu tinggi akan berpengaruh negatif terhadap kemampuan memperoleh laba oleh karena banyaknya modal kerja perusahaan yang tidak terpakai / menganggur. Hal ini akan menjadi sinyal negatif terhadap investor sehingga akan berpengaruh negatif pula terhadap harga saham perusahaan.
Quick Ratio (QR) Koefisien regresi quick ratio sebesar 1,048. Hal ini menunjukkan QR mempunyai pengaruh yang positif terhadap harga saham. Probabilitas menunjukkan nilai α (sig) lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,069, artinya bahwa variasi variabel quick ratio secara parsial mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap harga saham. Sedangkan arah koefisien dari variabel QR menunjukkan arah yang positif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua yang menyatakan: Quick Ratio (QR) berpengaruh terhadap harga saham. Dimana terdapat pengaruh positif QR terhadap harga saham dapat diterima. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian (Nurqoidah; 2017) dan (Yarnest; 2012) yang menemukan bahwa quick ratio berpengaruh positif tidak signifikan. Menolak hasil penelitian (Junaid; 2009), yang menemukan quick ratio berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Besar kecilnya quick ratio suatu perusahaan ditentukan oleh besarnya aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, tanpa memasukkan persediaan kedalam kelompok aktiva lancar. Semakin besar nilai aktiva lancar dengan asumsi utang lancar tetap tentu akan semakin memperbesar nilai QR. Kondisi demikian adalah adalah baik, oleh karena hal tersebut menunjukkan besarnya kemampuan perusahaan dalam menjamin setiap hutang jangka pendeknya dengan asset lancar yang paling likuid yang dimiliki oleh perusahaan. Kondisi tersebut diartikan juga bahwa perusahaan dapat menyelesaikan hutang jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar.
Berdasarkan hasil analisis, semakin tinggi quick ratio maka semakin likuid perusahaan dalam menjamin setiap hutang jangka pendeknya. Kemampuan perusahaan dalam menjamin hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva yang likuid ini akan menjadi sinyal positif terhadap investor sehingga akan berpengaruh positif pula terhadap harga saham perusahaan.
Total Asset Turn Over (TATO) Koefisien regresi total assets turn over sebesar 0,065. Hal ini menunjukkan TATO mempunyai pengaruh yang positif terhadap nilai perusahaan. Probabilitas menunjukkan nilai α (sig) lebih besar dari 0,5 yaitu sebesar 0,877, artinya bahwa variasi variabel total assets turn over secara parsial mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap harga saham. Sedangkan arah koefisien dari
variabel TATO menunjukkan arah yang positif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama yang menyatakan: Total Asset Turn Over (TATO) berpengaruh terhadap harga saham. Dimana terdapat pengaruh positif total assets turn over (TATO) terhadap harga saham dapat diterima. Hasil temuan ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh (Muriani; 2008), (Ihsan; 2009). Temuan serupa yang mengungkapkan pengaruh tidak nyata TATO diungkapkan oleh (Astuti; 2006) dan (Subalno; 2009) tetapi arah pengaruhnya negatif, sedangkan riset yang menghasilkan pengaruh signifikan TATO ditemukan oleh (Widodo; 2007) dan (Nasir; 2009) dengan arah yang positif seperti dalam penelitian ini.
Besar kecilnya total asset turn over suatu perusahaan ditentukan oleh besarnya penjualan atas asset yang dimiliki. Semakin besar nilai penjualan dengan asumsi nilai asset tetap tentu akan semakin memperbesar nilai TATO. Tingginya nilai total asset turn over juga menunjukkan besarnya perputaran aktiva, yang berarti bahwa aktiva yang dimiliki mampu menciptakan penjualan yang besar.
Turnover yang tinggi menunjukkan manajemen yang efektif tetapi dapat juga turnover yang tinggi disebabkan aktiva perusahaan yang sudah tua dan sudah habis disusut, jadi turnover yang tinggi ini terjadi karena keadaan perusahaan. Kemampuan total asset turn over dalam mempengaruhi harga saham secara positif disebabkan oleh persepsi investor yang tidak hanya menilai prestasi peningkatan penjualan saja. Investor juga menilai size perusahaan yang tercermin dalam besarnya asset yang dimiliki. Sehingga penting bagi perusahaan dalam meningkatkan penjualannya, perlu juga untuk memperhatikan kesempatan meningkatkan nilai aktiva yang dimiliki.
Inventory Turn Over (ITO) Koefisien regresi inventory turn over sebesar 0,010. Hal ini menunjukkan ITO mempunyai pengaruh yang positif terhadap harga saham. Probabilitas menunjukkan nilai α (sig) lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,962, artinya bahwa variasi variabel inventory turn over secara parsial mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap harga saham. Sedangkan arah koefisien dari variabel ITO menunjukkan arah yang positif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis ketiga yang menyatakan: Inventory Turn Over (ITO) berpengaruh terhadap harga saham. Dimana terdapat pengaruh positif ITO terhadap harga saham dapat diterima. Hasil penelitian ini mendukung hasil riset yang dilakukan oleh (Widodo; 2007) menolak riset (Yarnest; 2012) yang menyatakan pengaruh ITO negatif dan signifikan. Temuan lain yang menunjukkan pengaruh positif ITO ditunjukkan dalam riset (Muriani; 2008) dan (Nasir; 2009) tetapi pengaruh positif ITO tersebut adalah signifikan.
Besar kecilnya inventory turnover suatu perusahaan ditentukan oleh besarnya beban pokok penjualan atas persediaan yang dimiliki. Semakin besar nilai beban pokok penjualan dengan asumsi nilai persediaan tetap tentu akan semakin memperbesar nilai ITO. Hal tersebut baik, karena menunjukkan besarnya perputaran persediaan, atau dengan kata lain bahwa persediaan yang dimiliki mampu menunjang usaha atau sebagai produk yang akan dijual.
Pengaruh positif inventory turn over terhadap harga saham disebabkan oleh persepsi investor yang tidak hanya menilai prestasi peningkatan penjualan saja. Investor juga menilai inventory perusahaan yang tercermin dalam besarnya nilai turn over persediaan yang dimiliki. Sehingga penting bagi perusahaan dalam meningkatkan nilai perusahaannya, perlu juga untuk memperhatikan kesempatan meningkatkan nilai inventory turnover perusahaan. Inventory turn over yang tinggi menandakan suatu perusahaan dapat menciptakan penjualan dengan persediaan yang tidak tersimpan tlama.
Debt Equity Ratio (DER) Koefisien regresi debt equity ratio sebesar – 0,699. Hal ini menunjukkan DER mempunyai pengaruh yang negatif terhadap harga saham. Probabilitas menunjukkan nilai α (sig) lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,012, artinya bahwa variasi variabel debt equity ratio secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Sedangkan arah koefisien dari variabel DER menunjukkan arah yang negatif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama yang menyatakan: Debt Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap harga saham. Dimana terdapat pengaruh negatif DER terhadap harga saham dapat diterima. Hasil temuan ini utamanya mendukung hasil penelitian (Sia et.al ; 2011), hasil serupa yang menunjukkan pengaruh negatif DER ditunjukkan dalam penelitian (Astuti; 2006,, Nasir; 2009 dan Ihsan; 2009) tetapi pengaruh DER diungkapkan tidak signifikan. Pengaruh tidak nyata lainnya ditemukan oleh (Subalno; 2009, Wardani et.al ; 2011 dan Meythi et.al ; 2012) tetapi arah pengaruh DER ditemukan positif.
Besar kecilnya debt equity ratio suatu perusahaan ditentukan oleh besarnya total kewajiban atas ekuitas yang dimiliki. Semakin besar total kewajiban dengan asumsi nilai modal tetap tentu akan semakin memperbesar nilai DER. Dengan semakin besarnya nilai debt equity ratio akan semakin meningkatkan risiko finansial perusahaan, semakin besar risiko finansial perusahaan akan menyebabkan risiko kebangkrutan juga semakin besar, oleh karena perusahaan akan kesulitan menyelesaikan hutangnya.
Debt equity ratio merupakan rasio yang menggambarkan sejauh mana modal pemilik dapat menutupi hutang-hutang kepada pihak luar dan merupakan rasio yang
mengukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai dari hutang. DER merupakan rasio yang mengukur seberapa bagus struktur permodalan perusahaan. Semakin kecil rasio debt equity ratio , maka semakin baik dan berpengaruh terhadap kenaikan harga saham, dan untuk keamanan eksternal perusahaan, rasio terbaik jika jumlah hutang dan modal sendiri minimal sama.
Return on Equity (ROE) Koefisien regresi return on equity sebesar 0,613. Hal ini menunjukkan ROE mempunyai pengaruh yang positif terhadap harga saham. Probabilitas menunjukkan nilai α (sig) lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,000, artinya bahwa variasi variabel return on equity secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Sedangkan arah koefisien dari variabel ROE menunjukkan arah yang positif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis ketiga yang menyatakan: Return On Equity (ROE) berpengaruh terhadap harga saham. Dimana terdapat pengaruh positif ROE terhadap harga saham dapat diterima. Hasil penelitian ini mendukung hasil riset yang dilakukan oleh (Darminto; 2017, Pakpahan; 2017, Mai; 2017, Kusumajaya; 2011, Deitiana; 2011 dan Mahendra Dj et.al ; 2012). Temuan yang juga tidak signifikan tetapi arahnya positif seperti kesimpulan dalam penelitian ini ditemukan oleh (Ganto et.al ; 2008 dan Nasir; 2009).
Return on equity yang tinggi diakibatkan perbandingan laba bersih yang dihasilkan cukup besar melebihi rasio modal saham yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga sedikitnya jumlah saham yang diterbitkan oleh perusahaan menjadi signal bagi investor bahwa perusahaan tidak membutuhkan pendanaan dari pihak eksternal melalui pembelian saham, sehingga investor menganggap tidak adanya peluang untuk membeli dan memiliki saham perusahaan mining industry . Kecilnya peluang untuk dapat membeli saham perusahaan dianggap investor sebagai signal bahwa perusahaan mining industry tersebut sangat likuid. Adanya pertumbuhan return on equity menunjukkan prospek perusahaan yang semakin baik karena berarti adanya potensi peningkatan keuntungan yang diperoleh perusahaan. Secara umum hal ini ditangkap oleh investor sebagai sinyal positif dari perusahaan sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor serta akan mempermudah manajemen perusahaan untuk menarik modal dalam bentuk saham. Apabila terdapat kenaikkan permintaan saham suatu perusahaan, maka secara tidak langsung akan menaikkan harga saham tersebut di pasar modal dan hal tersebut berarti akan meningkatkan nilai perusahaan.
## Kesimpulan
Berdasarkan hipotesis yang telah diajukan dalam penelitian ini, dan terjawab dalam analisis hasil pembahasan serta pengujian hipotesis, maka berikut disimpulkan bahwa:
1. Secara simultan, ROE, CR, ITO, TATO, DER dan QR signifikan dalam mempengaruhi nilai perusahaan ( price ). Tetapi variasi ke enam variabel independen tersebut dalam menjelaskan nilai perusahaan hanya sebesar 44,1%, yang berarti bahwa masih ada variabel lain sebesar (55,9%) yang mampu menjelaskan variasi nilai perusahaan tetapi belum dimasukkan dalam model penelitian ini.
2. Current ratio berpengaruh negatif terhadap harga saham. Hal ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan current ratio akan menyebabkan turunnya harga saham.
Meskipun hasil analisis menunjukkan hubungan current ratio bersifat negatif, tetapi pengaruh yang terjadi antara current ratio terhadap harga saham tidaklah nyata.
3. Quick ratio , total asset turn over , dan Inventory turn over mempunyai pengaruh positif terhadap harga saham. Temuan ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan quick ratio , total asset turn over , dan Inventory turn over akan menyebabkan meningkatnya harga saham. Meskipun hasil analisis menunjukkan hubungan quick ratio , total asset turn over , dan Inventory turn over bersifat positif, tetapi pengaruh yang terjadi antara quick ratio , total asset turn over , dan Inventory turn over terhadap harga saham tidaklah nyata.
4. Debt equity ratio berpengaruh negatif terhadap harga saham. Hal ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan debt equity ratio akan menyebabkan turunnya harga saham. Hasil analisis menunjukkan hubungan debt equity ratio bersifat negatif, dan pengaruh yang terjadi antara debt equity ratio terhadap harga saham adalah nyata.
5. Return on equity berpengaruh positif terhadap harga saham. Hal ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan return on equity akan menyebabkan meningkatnya harga saham. Hasil analisis menunjukkan hubungan return on equity bersifat positif, dan pengaruh yang terjadi antara return on equity terhadap harga saham adalah nyata.
## Daftar Pustaka
Astuti, Subekti Puji. 2006. “Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental, EVA, dan MVA Terhadap Return Saham (Studi Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta Periode 2001 – 2003)” Tesis, Pascasarjana, Universitas Diponegoro, Semarang
Baridwan, Zaki. 2000. “Intermediate Accounting” Cetakan Ketujuh, BPFE: Jogjakarta.
Daft, Richard L. 2003. “Manajemen Sumber Daya Manusia” Jakarta: Penerbit Erlangga. Darminto. 2017. “Pengaruh Faktor Eksternal dan Berbagai Keputusan Keuangan terhadap Nilai Perusahaan” Jurnal Aplikasi Manajemen, Vol. 8, No. 1, Februari 2017
Djarwanto. 1989. “Pokok-pokok Analisa Keuangan”. BPFE: Jogjakarta
Euis., Taswan. 2002. “Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan Serta Beberapa Faktor Yang Mempengaruhinya”. Jurnal Bisnis dan Ekonomi
Ganto, J., Khadafi, M., Albra, W., & Syamni, G. 2008. “Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Terhadap Return Saham di Bursa Efek Indonesia” Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol. 8, No. 1, April 2008: 85 – 96
Ghozali, Imam. 2005. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”. Edisi ke-3, BP UNDIP: Semarang
Gujarati, Damodar. 2003. “Basic Econometrics”. Fourth Edition. New York: MC Graw Hill Inc, Erlangga: Jakarta
Gunarsih, Tri. 1993. “ Trading Volume Activity & Security Return Variability, di Pasar Modal Indonesia”. BPFE: Yogyakarta.
Harahap, S. S. 2004. “Analisis Kritis atas laporan Keuangan”. PT.Raja Grafindo Persada: Jakarta
Husnan, Suad. 2000. “Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Panjang)”. BPFE: Jogjakarta
Ihsan, Mohd. 2009. “Pengaruh Current Ratio, Total Asset Turn Over, Debt to Equity Ratio dan Return on Investment Terhadap Harga Saham Industri Apparel di Bursa Efek Jakarta” Percikan: Vol. 96, Edisi Januari 2009.
Junaid, Asriani. 2009. “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham pada Industri
Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” Jurnal Ichsan Gorontalo, Vol. 4, No. 2, Edisi Mei – Juli 2009: 2330 – 2349
Keown, Arthur J., Martin, John D., Petty, J. William., & Scott, JR. David F. 2004.
“Manajemen Keuangan: Prinsip-Prinsip dan Aplikasi”. Edisi ke Sembilan, Indeks: Jakarta
Kusumajaya, Dewa K.O. 2011. “Pengaruh Struktur Modal dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Profitabilitas dan Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia” Tesis, Pascasarjana, Universitas Udayana, Denpasar
Mahendra Dj, Alfredo., Artini, G.S, Luh., & Suarjaya, A.A, Gede. 2012. “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur di
Bursa Efek Indonesia” Jurnal Manajemen, Strategi Bisnis dan Kewirausahaan, Vol. 6, No. 2, Agustus 2012
Mai, M. Umar. 2017. “Dampak Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Dalam Kajian Perilaku Oportunistik Manajerial dan Struktur Corporate Governance (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Go Public di Pasar Modal Indonesia)” Disertasi, Program Doktor lmu Ekonomi Bidang Manajemen, Universitas Diponegoro, Semarang
Martono. 1999. “Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Swasta Nasional Terhadap Harga Saham di Bursa Efek Jakarta 1994 – 1996” LOGIKA,
Vol. 3, No. 4, 1999
Meythi., Martusa, Riki., & Debbianita. 2012. “Pengaruh Struktur Modal Terhadap Nilai Perusahaan dengan Pertumbuhan Perusahaan Sebagai Variabel Moderating”
Penelitian Dosen, Universitas Kristen Maranatha, Bandung
Mulianti, Fitri Mega. 2017. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Perusahaan”. Tesis, Magister Manajemen, Universitas Diponegoro. Semarang
Munawir. 1995. “Analisa Laporan Keuangan”. Liberty: Jogjakarta
Muriani, Dianti. 2008. “Analisis Pengaruh Manajemen Asset dan Profitabilitas Terhadap Harga Saham Pada Industri Konstruksi Terbuka di Bursa Efek Indonesia”. Tesis,
Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Muslich, Mohamad. 2003. “Manajemen Keuangan Modern”. Bumi Aksara: Jakarta
Nasir, M. 2009. “Pengukuran Pengaruh Kinerja Perusahaan pada Perubahan Harga Saham” BENEFIT Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol. 13, No. 2, Desember 2009: 77 – 87
Nurqoidah, Yusita. 2017. “Analisis Pengaruh Variabel Fundamental dan Variabel Makroekonomi terhadap Eksposur Ekonomi (Studi Perusahaan Tekstil yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)” Tesis, Pascasarjana, Universitas Brawijaya, Malang
Pakpahan, Rosma. 2017. “Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental Perusahaan dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur di BEI Tahun 2003-2007)” Ekspansi Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan Akuntansi, Vol. 2, No. 2, Nopember 2017: 211 – 227
Pertiwi, Tri Kartika., Pratama, M.I, Ferry. 2012. “Pengaruh Kinerja Keuangan, Good Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan Food and Beverages” Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol.14, No. 2, September 2012: 118 – 127 Pring, M.J. 2002. “Technical Analysis Explained” 4th eds, McGraw-Hill.
Rangkuti, Freddy. 2001. “Tehnik Membuat Perencanaan Bisnis Dan Analisis Kasus”.
Cetakan Ketiga, Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Riyanto, Bambang. 1998. “Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan”. Edisi keempat,
BPFE: Jogjakarta
Salvatore, Dominick. 2005. “Ekonomi Manajerial Dalam Perekonomian Global”.
Salemba Empat: Jakarta
Setiawan, Ferry Agus. 2011. “Analisis Pengaruh Current Ratio, Investment Opportunity Set, Return On Equity, Debt To Equity Ratio dan Earning Growth Terhadap Price Earning Ratio (Studi pada Perusahaan Otomotif dan Komponennya yang Listed di BEI Tahun 2006 – 2009)” Tesis, Pascasarjana, Universitas Diponegoro, Semarang Subalno. 2009. “Analisis Pengaruh Faktor Fundamental dan Kondisi Ekonomi Terhadap Return Saham (Study Kasus pada Perusahaan Otomotif dan Komponen yang Listed di Bursa Efek Indonesia Periode 2003 – 2007)” Tesis, Pascasarjana, Universitas Diponegoro, Semarang
Sujoko., Soebiantoro, Ugy. 2007. “Pengaruh Struktur Kepemilikan, Leverage, Faktor Intern, dan Faktor Ekstern Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empirik pada Perusahaan Manufaktur dan Non Manufaktur di Bursa Efek Jakarta)”. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Vol. 9, No. 1, Maret: 41– 48
Wardani, D. Kusuma., Hermuningsih, Sri. 2011. “Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan dengan Kinerja Keuangan dan Kebijakan Hutang Sebagai Variabel Intervening” Jurnal Siasat Bisnis Vol. 15, No. 1, Januari 2011: 27 – 36
Widodo, Saniman. 2007. “Analisis Pengaruh Rasio Aktivitas, Rasio Profitabilitas, dan
Rasio Pasar, Terhadap Return Saham Syariah dalam Kelompok Jakarta Islamic Index (JII) Tahun 2003 – 2005” Tesis, Magister Manajemen, Universitas Diponegoro. Semarang
Yarnest. 2012. “Rasio Keuangan Pengukur Kinerja Perusahaan dan Dampaknya Terhadap Ekspektasi Return Saham” Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 16, No. 1, Januari 2012: 99 – 111
|
c75f2106-034b-4096-b43e-aa50dd074a30 | https://ojs.stkippgri-lubuklinggau.ac.id/index.php/JS/article/download/269/325 |
## S iNDANG JURNAL PENDIDIKAN SEJARAH DAN KAJIAN SEJARAH
LP4MK & PRODI PENDIDIKAN SEJARAH STKIP PGRI LUBUKLINGGAU
## Vol 1 No. 2 (Juli-Desember 2019)
Penerapan Media Pembelajaran Kartu Permainan Sejarah dalam Meningkatkan Keaktifan Belajar Peserta Didik (Studi Kasus pada Kelas X-TKJ SMK Wahdatul Jannah Majalengka)
## Galun Eka Gemini
## Sejarah Toponim Prabumulih sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah di MAN 1 Prabumulih
Marini, Kabib Sholeh, Sukardi
## I novasi dalam Pembelajaran Sejarah
Ilham Pramayogi, Rully Putri Nirmala Puji, Wiwin Hartanto
## Nilai Edukasi Candi Jabung Kecamatan Paiton Kabupaten Probolinggo dalam Pembelajaran Sejarah
Eko Muhammad Arif Budiono, Bambang Soepeno, Rully Putri Nirmala P
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Sejarah dengan Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Model Teams Games Tournament (TGT) pada Siswa Kelas XI IPS 2 Semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019 SMA Kristen Satya Wacana Salatiga
## Raden Wahyu Joyo Diningrat
Kulturasi Ajaran Islam melalui Sistem dan Lembaga Pendidikan Islam pada Masyarakat masa Kesultanan di Nusantara
Sarkowi dan Muhamad Akip
Sejarah Kebudayaan: Hasil Kebudayaan Material dan Non-Material Akibat adanya Pengaruh Islam di Nusantara
Alfain Nur Mustawhisin, Rully Nirmala Puji, Wiwin Hartanto
## Nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan Asing di Aceh Timur (1945-1968)
## Halimatussa’diah Simangunsong dan Suprayitno
Elite Tradisional dalam Onder Afdeling Rawas Masa Kekuasaan Belanda Tahun 1901-1942
Agus Susilo dan Sarkowi
## TRIP Jawa Timur
Firza Azzam, Rully Putri Nirmala Puji, Wiwin Hartanto
## Dewan Redaksi
## SINDANG: Jurnal Pendidikan Sejarah dan Kajian Sejarah
## Editor in Chief
Risa Marta Yati, M.Hum (STKIP PGRI Lubuklinggau)
## Section Editor
Ira Miyarni Sustianingsih, M.Hum (STKIP PGRI Lubuklinggau)
## Guest Editor
Dr. Syarifuddin, M.Pd. (Universitas Sriwijaya) Ayu Septiani, M.Hum. (Universitas Padjadjaran)
## Reviewer/Mitra Bestari
Prof. Dr. Sariyatun, M.Pd., M.Hum. (Universitas Sebelas Maret) Dr. Umasih, M.Hum. (Universitas Negeri Jakarta) Dr. Ida Liana Tanjung, M.Hum. (Universitas Negeri Medan) Kunto Sofianto, Ph.D. (Universitas Padjadjaran) Asyhadi Mufsi Sadzali, M.A. (Universitas Jambi)
## Administrasi
Viktor Pandra, M.Pd. (STKIP PGRI Lubuklinggau) Dr. Doni Pestalozi, M.Pd. (STKIP PGRI Lubuklinggau) Dewi Angraini, M.Si. (STKIP PGRI Lubuklinggau)
## SINDANG: JURNAL PENDIDIKAN SEJARAH DAN KAJIAN SEJARAH
## Vol.1 No. 2 (Juli-Desember 2019)
Halaman Dewan Redaksi ....................................................................................................................... i
1. Penerapan Media Pembelajaran Kartu Permainan Sejarah dalam Meningkatkan
Keaktifan Belajar Peserta Didik (Studi Kasus pada Kelas X-TKJ SMK Wahdatul Jannah Majalengka) Galun Eka Gemini ..................................................................................................... 1
2. Sejarah Toponim Prabumulih sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah di MAN 1 Prabumulih Marini, Kabib Sholeh, Sukardi .................................................................................. 9
## 3. Inovasi dalam Pembelajaran Sejarah
Ilham Pramayogi, Rully Putri Nirmala Puji, Wiwin Hartanto ................................ 17
## 4. Nilai Edukasi Candi Jabung Kecamatan Paiton Kabupaten Probolinggo dalam
Pembelajaran Sejarah Eko Muhammad Arif Budiono, Bambang Soepeno, Rully Putri Nirmala P .......... 23
5. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Sejarah dengan Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Model Teams Games Tournament (TGT) pada Siswa Kelas XI IPS 2 Semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019 SMA Kristen Satya Wacana Salatiga Raden Wahyu Joyo Diningrat ................................................................................... 28
6. Kulturasi Ajaran Islam melalui Sistem dan Lembaga Pendidikan Islam pada Masyarakat masa Kesultanan di Nusantara Sarkowi dan Muhamad Akip ..................................................................................... 36 7. Sejarah Kebudayaan: Hasil Kebudayaan Material dan Non-Material Akibat adanya Pengaruh Islam di Nusantara Alfain Nur Mustawhisin, Rully Putri Nirmala Puji, Wiwin Hartanto .................... 54 8. Nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan Asing di Aceh Timur (1945-1968) Halimatussa’diah Simangunsong dan Suprayitno ................................................... 67
9. Elite Tradisional dalam Onder Afdeling Rawas Masa Kekuasaan Belanda Tahun 1901-1942 Agus Susilo dan Sarkowi ........................................................................................... 78
## 10. TRIP Jawa Timur
Firza Azzam, Rully Putri Nirmala Puji, Wiwin Hartanto ........................................ 88
ISSN-E: 2623-2065 ISSN-P: 2684-8872 Vol. 1, No. 2 (Juli-Desember 2019): 88-99
## TRIP JAWA TIMUR
Firza Azzam Fadilla, Rully Putri Nirmala Puji, Wiwin Hartanto Universitas Jember
Alamat korespondensi: firzaazam96@gmail.com
Diterima: 19 Mei 2019; Direvisi: 22 Juli 2019; Disetujui: 30 Juli 2019
## Abstract
TRIP stands for the Army of the Republic of Indonesia Student. The emergence of the East Java TRIP, which was originally an activity spearheaded by a group of students in the Surabaya area who had an interest in Indonesian independence and had a desire to fight for independence at that time. So that the students form a student struggle organization that is often known as TRIP, the organization was formed during the era of the independence war in 1946 in the Surabaya area. together with the formation of East Java TRIP Battalions in Mojokerto, Kediri, Besuki and Malang after the East Java Student Congress was held in the city of Malang in East Java, the result of the congress was the election of mas Isman as chairman or leader of the Student People's Security Row in Surabaya Java Timur on October 25, 1945. After TRIP in East Java was formed in the Surabaya area on September 21, 1945, the student fighters formed a Battalion consisting of 5 Battalions including; Battalion 5000 at Malang Residency, 1000 Battalion in Jetis, Mojokerto area. 3000 Battalion at Kediri Residency, 4000 Battalion at Besuki Residency (Jember, Situbondo, Bondowoso, Banyuwangi) and 2000 Battalion at Madiun Residency. Looking at the events of fighting in order to maintain independence in East Java, the role of the influence of the East Java. Keywords : Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP), East Java.
## Abstrak
TRIP adalah singkatan dari Tentara Republik Indonesia Pelajar. Kemunculan TRIP Jawa Timur, yang mulanya suatu kegiatan yang dipelopori oleh perkumpulan para pelajar di daerah Surabaya yang mempunyai perhatian terhadap kemerdekaan Indonesia dan mempunyai suatu keinginan dalam memperjuangankan kemerdekaan pada saat itu. Sehingga paa pelajar tersebut membentuk organisasi perjuangan pelajar yang sering di kenal dengan istilah TRIP, organisasi tersebut dibentuk ketika era perang kemerdekaan tahun 1946 di daerah Surabaya. bersamaan dengan terbentuknya Batalion-batalion TRIP Jawa Timur di Mojokerto, Kediri, Besuki dan Malang setelah diselenggarakanya Kongres Pelajar se-Jawa Timur di kota Malang Jawa Timur, hasil dari kongres tersebut ialah terpilihnya mas Isman sebagai ketua atau pimpinan Barisan Keamanan Rakyat Pelajar di Surabaya Jawa Timur pada tanggal 25 Oktober 1945. Sesudah TRIP di Jawa Timur di bentuk di daerah Surabaya pada tanggal 21 September 1945, para pejuang pelajar tersebut membentuk suatu Batalion yang terdiri dari 5 Batalion antara lain; Batalion 5000 di Karesidenan Malang, Batalion 1000 di Jetis daerah Mojokerto. Batalion 3000 di Karesidenan Kediri, Batalion 4000 di Karesidenan Besuki ( Jember, Situbondo, Bondowoso, Banyuwangi) serta Batalion 2000 di Karesidenan Madiun. Melihat pada peristiwa-peristiwa pertempuran guna mempertahankan kemerdekaan di Jawa Timur.
Kata Kunci : Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP), Jawa Timur.
## A. Pendahuluan
TRIP adalah singkatan dari Tentara Republik Indonesia Pelajar. TRIP Jawa Timur merupakan kesatuan yang terdiri dari para pemuda dan pelajar yang berjuang mempertahankan kemerdekaan Republik Inonesia, mereka diakui secara sah sebagai salah satu bagaian dari kesatuan TNI (Tentara Nasional Republik Indonesia).
Sebenarnya alustista atau senjata yang dimiliki oleh pejuang TRIP Jawa Timur
ini sangat lengkap serta mumpuni, mereka juga dibekali pengalaman berperang dan keahlian yang sangat mahir serta mereka bisa dismakan kedudukanya dengan TNI pada saat itu. Bahkan TRIP Jawa Timur yang terdiri dari pelajar dan pejuang muda dikenal sangat lincah serta gesit pada saat berperang melawan penjajah, mereka menunjukkan sikap gagah berani dan pantang mundur sehingga TRIP Jawa Timur di segani oleh pihak Belanda
SINDANG: Jurnal Pendidikan Sejarah dan Kajian Sejarah, Vol. 1, No. 2 (Juli-Desember 2019): 88-99.
walaupun peralatan perang dan persenjataan pihak Belanda jauh lebih canggih dan lengkap jika dibandingkan yang dimiliki oleh TRIP Jawa Timur. Merekan juga bisa bekerja sama dengan sangat baik dengan TNI ketika di medan perang, oleh karena itu TNI sangat mengagumi dan menghormati para pejuang dan pelajar yang terhimpun dalam TRIP Jawa Timur pada saat itu.
TRIP di Jawa Timur di bentuk di daerah Surabaya pada tanggal 21 September 1945, inilah yang menarik untuk dikaji, karena memiliki keunikan tersendiri sehingga penulis memberanikan diri guna menyusun penulisan yang mengkaji tentang TRIP Jawa Timur. Sesuatu yang dianggap unik yaitu ketika pejuang muda serta pelajar-pelajar sekolah lanjutan yang mereka masih berusia remaja telah memiliki suatu rasa perjuangan dan hal tersebut sangatlah jarang terjadi pada sejarah Negara lain. Hal yang melandasi suatu keunikan tersebut ialah adanya rasa cinta tanah air dan rela berkorban yang sangat tinggi pada jiwa para pejuang muda dan juga pelajar-pelajar TRIP Jawa Timur pada saat itu. Mereka berkeyakinan bahwa suatu kemerdekaan ialah suatu syarat yanbg penting guna mendapatkan ketenangan di dalam proses belajar mereka, dan juga memiliki suatu pandangan tentang masa depan bangsa dan tanah airnya. Oleh karena itu mereka bersatu dan menghipun panji-panji persatuan pejuang muda dan pelajar-pelajar yang dikenal sebagai TRIP atau Tentara Republik Indonesia Pelajar, dengan suatu jati diri yang kuat serta rasa cinta tanah air mereka tidak bisa di adu domba oleh pihak manapun serta mereka tetap bersatu dengan satu tujuan untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia pada saat itu. Dalam masa perang kemerdekaan TRIP Jawa
Timur
dapat membuktikan kemampuanya serta mempunyai jiwa. Keterampilan serta semangat berjuang yang sebelumnya telah dimiliki oleh para nenek moyang bangsa Indonesia berabad-abad yang lampau.
Mereka juga rela menukar alat tulis dan buku mereka dengan senjata, mereka menolak anggapan bahwa tugas utama pelajar hanya belajar dan membaca saja, sedangkan berperang hanya ditujukan kepada tentara saja, namun jika kekuasaan dan kemerdekaan bangsa
Indonesia terancam oleh bangsa lain, mereka juga memiliki kewajiban untuk membelah tanah airnya, dikarenakan mereka pejuang muda dan para pelajar adalah tulang punggung Negara, maka mereka memiliki tekad dan hasrat kuat guna membela kemerdekaan Indonesia dari penjajahan. Mereka semua melawan dan memberontak terhadap penjajah, TRIP menentang kembalinya penjajahan di Indonesia, serta apapun bentuk penghianatan terhadap bangsa Indonesia dianggap musuh yang wajib di binasakan dan di bunuh, Mereka memiliki tujuan utama yaitu menentang serta melakukan perlawanan terhadap kaum penjajah dan bukan menentang atau melawan bangsa atau negaranya sendiri.
Setiap anggota-anggota TRIP Jawa Timur memiliki rasa solidaritas serta persaudaraan yang kuat dan menghormati pemimpin atau senoirnya, hal tersebut terbukti saat peristiwa Dawuhan di daerah Trenggalek, ketika mereka mendapatkan kabar bahwa pemimpin mereka yaitu Mas Isman serta para senior-seniornya ditahan dan sakit parah, mereka seluruh anggota TRIP Jawa Timur yang sebelumnya tersebar di berbagai wilaya di Jawa Timur, namun setelah ada kabar tersebut mereka memfokuskan satu titi tujuan yaitu untuk menyelamatkan mas Isma beserta senior-seniornya yang ditahan dan sakit parah serta mereka berkeinginan memberi suatu pelajaran kepada pasukan yang bernai meremehkan mereka. Tanpa berpikir panjang para pelajar dan pejuang TRIP ini menggempur habis-habisan
pasukan yang
meremehkan mereka, lalu mereka daoat mengalahakn pasukan musuh serta dapat membebaskan pimpinannya yaitu Mas Isman beserta senior-senoirnya. Hal
tersebutlah yang membuktikan bahwa TRIP Jawa Timur memiliki ikatan solidaritas dan persaudaraan tinggi (M.D. 1989). Mas TRIP dari Brigade Pertempuran ke Brigade Pembangunan. Jakarta Bina Aksar.
## B. Metode Penelitian
Heuristik Pada tahap ini penulis mengumpulkan sumber-sumber yang dianggap
mendukung dalam penbulisan ini diantaranya: (1) “Buku Sagimun M.D. 1989. Mas TRIP dari Brigade Pertempuran ke Brigade Pembangunan Pada arsip tersebut
penulis memperoleh informasi mengenai situasi pada saat mempertahankan pada masa awal kemerdekaan, lalu juga arsip tersebut menjelaskan kegiatan dari para anggota TRIP Jawa Timur pada sejitar waktu tahun 1946-1948. (2) Jurnal yang membahas tentang TRIP Jawa Timur yang menjelaskan peran para pemuda pada masa perang kemerdekaan yang dijadikan sebagai kurir surat dari satu pos komando militer ke pos komando militer yang lain.
Kritik sumber Pada tahap ini penulis berusaha melakukan pengecekan ulang terkait sumbersumber yang sudah ditemukan apakah sumbersumber tersebut relevan dan sesuai dengan kajian penelitian ini.Penulis juga memilah dan menganalisis sumber yang telah didapatkan untuk dijadikan sumber sesuai, ada sumber-sumber yang dapat dijadikan referensi dalam penulisan ini, yang berupa buku Sagimun M.D. 1989. Mas TRIP dari Brigade Pertempuran ke Brigade Pembangunan. Jakarta Bina Aksar, selain itu penulis menggunakan sumber dari beberapa jurnal, dengan demikian kritik sumber sangat penting untuk membandingan sumber satu dengan sumber lainya Penulisan tersebut menggunakan kritik intern.Kritik intern adalah kritik yang digunakan untuk menganalisis bukti kebenaran sebuah fakta sejarah.
## Interpretasi
Sesudah tersedian fakta untuk mengungkap
seta membahas permasalahan yang diteliti dianggap memadai, kemudian dilakukan interpretasi, yaitu penafsiran akan makna fakta dan hubungan antara satu fakta dengan fakta lain. Penafsiran atas fakta harus dilandasi oleh sikap obyektif. Kalaupun dalam hal tertentu bersikap subyektif, harus subyektif rasional, jangan subyektif emosional. Rekonstruksi peristiwa sejarah harus menghasilkan sejarah yang benar atau mendekati suatu kebenaran.
Pada tahap ini, penulis meenyajikan hasil penelitian berdasarkan fakta-fakta yang didapatkan diantaranya yaitu latar belakang terbentuknya TRIP Jawa Timur setelah terlaksanakanya kongres IPI se-Jawa Timur di Malang pada tanggal 12-14 Juli 1946. Komandan TRIP Hawa Timur yang pertama ialah mas Isman.
Historiografi Kegiatan yang terakhir pada penelitian sejarah (metode sejarah) adalah merangkai dan mengumpulkan fakta beserta maknanya baik secara kronologis/diakronis dan sistematis, menjadi tulisan sejarah sebagai kisah.(Sejarah, Republik, Pelajar, Tahun, & Suryadi, 2018)
## C. Pembahasan
Trip Lahir dalam Kancah Perang Kemerdekaan Indonesia .
Berawal saat Laskar IPI yang dibentuk di Yogyakarta pada awal 1946 dan sesuai intruksi dari Yogyakarta dibentuklah organisasi IPI dan terdiri di tiap-tiap kota karesidenan dan kota kabupaten. Untuk memperkuat kekuatan Trip Jawa Timur, dibentuklah batalyon-batalyon tentara pelajar yang pembagiannya didasarkan atas wilayah dimana pelajar itu tinggal. (Purnomo, 2018).
Menjelang peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17
Agustus tahun 1945, para pemuda- pemuda Indonesia diberikan suatu pengarahan oleh Jepang guna membantu mereka untuk
mempertahankan wilayah kekuasaan atau jajahan mereka di Indonesia sejak 8 Maret 1942, mereka menumbuhkan dan melatih satu generasi pemuda Indoneisa yang usianya antara 15-25 tahun dan pemuda-pemuda tersebut memiliki jiwa patriot, tergembleng dan juga militan.
Jika dilihat secara spiritual dan juga mental, pemuda-pemuda tersebut sudah terlatih dengan sangat baik, begitu juga secara fisik dan militer mereka sangat terlatih serta mahir dalam bidang kemiliteran. Jadi ketika kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, para pemuda yang suda terlatih serta mendapatkan pelatihan dan pendidikan kemiliteran jumlahnya cukup besar dan juga dapat dijadikan tenaga pendobrak dan penggempur. Hal tersebut adalah salah satu
dampak positif serta menguntungkan yang bisa di peroleh bangsa Indonesia pada saat itu, akan tetapi para pejuang muda tersebut juga mengalami penderitaan lahir maupun batin yang luar biasa. Ketika waktu Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di umumkan, Bangsa Indonesia yang masih muda tersebut memiliki suatu tulang punggung yaitu Generasi muda Indonesia dan mereka merupakan angkatan asli 45 yang terhimpun dari para pemuda yang tangguh serta mereka berusia 15-25 tahun. Mereka merupakan generasi pemuda yang sering mendapatkan perilaku kasar dan juga penindasan pada saat zaman penjajahan bangsa Jepang, namun yang paling banyak mendapat gemblengan spiritual dan juga mental lalu juga terlatih segi kemiliteran untuk mempertahankan, merebut dan
membela kemerdekaan bangsanya. Mereka ialah para pemuda yang mendukung Proklamasi kemerdekaan Indonesia yang sering disebut dengan angkatan 45, mereka mempunyai suatu kesadaran serta kepercayaan diri, semangat merebut kembali kemerdekaan yang tinggi. Angakatan 45 ini adalah para pemuda Indonesia yang hidup serta dibesarkan di tengan-tengan penindasan, ketidakadilan, kekerasan serta penderitaan yang diberikan oleh
penjajah Jepang. Masa kecil mereka tidak pernah merasakan bermain atau bahagian seperti anak kecil pada umumnya, namun mereka sejak kecil sudah merasakan penderitaan serta kekejaman pada masa penjajahan, mereka telah terbiasa merasakan pahit dan kerasnya hidup pada masa penjajahan, akan tetapi mereka merupakan Generasui muda yang telah mahir dan terlatih secara mental ataupun fisik, mendapatkan pelatihan kemiliteran oleh para patriot dan juga para pemimpin pergerakan nasional pada saat itu.
Oleh karena itu, para pemuda dan pejuang yang terhimpun dalam TRIP atau Tentara Republik Indonesia Pelajar merupakan sebagian dari Angkatan 45. Walaupun para pelajar dan pemuda tersebut sering tertimpa penindasan dan penderitaan, akan tetapi mereka memiliki semangat dan kemilitan yang sangat tinggi, oleh karena itu mereka menjadi pendobrak serta penggerak dalam membela kemerdekaan bangsa Indoneisa yang sangat tangguh. Maka tak mengherankan jika mereka tumbuh menjadi tulang punggung masyrakat Indonesia yang pada saait itu sangat menginginkan kemerdekaan. Selain itu mereka adalah Generasi yang mempunyai rasa kesadaran nasional, semangat kemerdekaan dan juga kepercayaan diri yang sangat tinggi.
TRIP di Surabaya.
Di daerah Jawa Timur, yaitu khususnya di kota Surabaya, para pelajar dan pemuda turut serta berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang telah di proklamasikan pada 17 Agustus 1945. Mereka secara aktif merebut dan merampas senjata- senjata penjajah khususnya Jepang, senjata rampasan tersebut sangat di butuhkan guna membela dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, Lalu mereka mengadakan musyawarah
serta menghasilkan kesepakatan bersama yaitu memusatkan serta menyatukan seluruh pelajar dan pemuda yang ada di kota Surabaya, mengingat para penjajah yaitu NICA
dan sekutunya memiliki keinginan guna mengembalikan kekuasaan jajahanya di Indonesia pada saat itu, oleh karena hal tersebut para pelajar dan pejuang muda telah menguatkan tekadnya untuk menukar buku dan pena dengan senjata serta tas mereka diganti menjadi rangsel yang berisikan alat-alat untuk berperang melawan para penjajah. Pemuda dan pelajar tersebut harus dilatih secara militer untuk siap di medan pertempuran. Gagasan
tersebut mendapatkan tanggapan yang positif, maka dibentuklah staf-staf rayon yang berjumlah 4 staf rayon di Kota Surabaya yaitu:
1.TKR Pelajar Staf I atau wilayah rayon Dharmo.
2.TKR Pelajar Staf II Wilayah atau Rayon Sawahan.
3.TKR Pelajar Staf III Wilayah atau Rayon Praban.
4.TKR Pelajar Staf IV wilayah atau rayon Herenstraat.
Disitulah nampak sifat khas dari para pemuda dan pelajar yaitu mereka serba praktis dan tidak ingin ribet, yang terpenting ialah semuanya bisa berjalan dan juga terlaksana sesuai rencana, selain itu banyak juga guru-guru yang mendukung pelajar dari belakang. Demikianlah para pemuda serta pelajar bersatu menjadi TKR di Surabaya, yang kemudian berkembang menjadi TRIP atau Tentara Republik Indonesia Pelajar di Jawa Timur, meskipun begitu mereka tidak menghilangkan ciri khas mereka sebagai pejuang atau pelajar, semboyan atau yel-yel dari para pejuang muda dan pelajar ini ialah “Lebih baik ,mati berkalang tanah dari pada menjadi pelajar jajahan.
Hal tersebut dapat diketahui dari pernyataan mas Isman( mantan komandan TKR pelajar/TRIP Jawa Timut, yaitu sebagai berikut: “Kita tidak mau mengambil resiko, kita sedang revolusi, kita dalam perjuangan bersenjata melawan penjajah, pelajar Surabaya juga ingin ikut serta di dalam perjuangan bersenjata. Jangan sampai rakyat
yang sedang berjuang menegakkan kemerdekaan, pelajar hanya berpaku tangan, pelajar harus
ikut menjadi suatu pelopor di dalam perjuangan bersenjata ini. Sedangkan organisasi bersenjata yang telah diresmikan oleh pemerintah ialah TKR, berarti organisasi resmi. Maka kita mengikuti organisasi resmi ini. Karena khusus yang tersendiri dari para pelajar dan pemuda, pemimpinnya juga berasal dari pelajar juga, maka untuk menyesuaikan dengan TKR kita menamakan diri TKR pelajar.
Dengan bergabungnya para pelajar dan juga pejuang muda menjadi bagian dari TKR, maka mereka telah menegaskan akan sikap nya untuk tetap teguh sebagai pelajar namun mereka juga tidak mau mengingkari tugas utamanya sebagai generasi ,uda tau pemuda yaitu sebagai tulang punggung Negara guna membela serta mempertahankan kemerdekaan dan kautuhan bangsa. Memang tugas utama mereka ialah belajar serta bersekolah , namun jika kemerdekaan bangsa Indonesia terancam, maka mereka terpaksa harus meninggalkan bangku sekolah dan bukunya, lalu tugas utama mereka berganti menjadi membela serta mempertahankan tanah air yang kemerdekaannya terancam bahaya oleh penjajahan bangsa lain.
Peran dan pengaruh para pelajar dan pemuda TRIP ini sangatlah penting dapat dilihat dari peristiwa 10 Nopember di Surabaya mereka berperang secara habis-habis’an dan membantu Tentara Republik Indonesia dalam melawan penjajah.
Pelajar dan pejuang muda yang telah menjadi bagian dari TKR, maka kesatuan pelajar dan pejuang muda ini jelas buka kesatuan yang tidak resmi. Kedudukan mereka sangatlah jelas karena menjadi bagian dari TKR. Jadi TKR pelajar yaitu suatu kesatuan pelajar dan pejuang muda yang bersenjata serta mandiri, berdiri teguh dan mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia di belakang Proklamasi 17 Agustus 1945. Mereka tidak sudi untuk di pecah belah apalagi di pengaruhi, mereka rela dan ikhlas mengabdi serta berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan
bangsanya dari rebutan para penjajah pada saat itu.
Kemudian, pada tanggal 7 Januari 1946 nama kesatuan TKR dirubah menjadi Tentara Keselamatan Rakyat dengan singkatanya tetap TKR, lalu pada tanggal 24 Januari 1946 dengan nama yang sebelumnya Tentara Keselamatan Rakyat menjadi Tentara Republik Indonesia atau disingkat TRI, maka TKRP atau Tentara Reoublik Indonesia Pelajar diubah menjadi TRI yaitu Tentara Republik Indonesia Pelajar, dikarenakan para pelajar serta pejuang muda di daerah Yogyakarta dan Jawa Tengah menggunakan nama TRIP, maka para pelajar dan pejuang muda yang berada di Jawa Timur juga menggunakan nama TRIP atau Tentara Republik Indonesia Pelajar Jawa Timur atau sering disebut dengan TRIP Jawa Timur. Demikianlah BKRP atau Badan Keamanan Rakyat Pelajar yang berkembang menjadi TRIP Jawa Timur yang terlahir dalam kancah Revolusi perang
kemerdekaan Indonesia. (Sagimun M.D. 1989. Mas TRIP dari Brigade Pertempuran ke Brigade Pembangunan. Jakarta : Bina Aksar)
## TRIP di Madiun.
TRIP yang berkedudukan di Madiun yang dipimpin oleh Effendi mulai terbentuk dan menempati wilayah Madiun pada tanggal 21 Juli 1946, setelah diselenggarakanya kongres
Ikatan Pelajar
Indonesia bidang pertahanan Jawa Timur di daerah Malang. TRIP Jawa Timur terdiri atas lima batalion yang setiap batalion tersebar di beberapa wilayah di Jawa Timur antara lain yaitu, Batalion 1000 yang berkedudukan di Mojokerto, Batalion 2000 berkedudukan di Madiun, Batalion 3000 berkedudukan di Kediri, Batalion 4000 berkedudukan di Besuki serta Batalion 5000 berkedudukan di Malang.
Sesudah dibentuk, Batalion 2000 yang dipimpin oleh Effendi. melakukan beberapa perjuangan untuk melawan penjajah kolonial Belanda dan juga melawan para pembelot negara baik di
daerah Madiun dan juga di luar Madiun.
Keanggotaan TRIP Madiun tidak hanya terfokus pada daerah Madiun saja, akan tetapi ada yang bertempat di daerah luar wilayah Madiun seperti contohnya Kompi 2200 di daerah Bojonegoro yang dipimpin oleh Ign Sacoko. Lalu Kompi 2200 mempunyai pasukan kurang lebih 98 orang yang markanya berada di gedung sekolah tua yang merupakan peninggalan Belanda. Sebelum terjadi pemberontakan PKI di daerah Madiun ada juga penambahan pasukan dari kompi yang bergabung ke dalam kesatuan TRIP Madiun yaitu, kompi SMA yang pimpinannya bernama Sukamto Sayidiman dan kompi SMP dipimpin oleh Sumarso.
Pada waktu pemberontakan organisasi PKI di daerah Madiun yang meletus pada sekitar tahun 1948, pasukan TRIP Madiun memiliki peran dan pengaruh di dalam pertempuran menumpas organisasi PKI. Pada saat tanggal 18 September 1948 kelompok komunis atau yang sering disebut dengan PKI berhasil mengumunkan terbentuknya Negara Sovyet Indonesia. Sesudah TRIP Madiun dapat menguasai kota Madiun sepenuhnya, organisasi komunis mencoba untuk memperkuat kedudukannya di daerah Madiun serta menghancurkan siapa pun yang memiiki tujuan mencoba menghalangi atau menggagalkan rencana mereka. Setelah beberapa hari dapat menguasai kota Madiun, kelompok komunis menyadari bahwa para pelajar yang terhimpun dalam TRIP Madiun tidak sudi mendukung atas pendirian Negara Sovyet Indonesia oleh karena hal tersebut secara pasti mereka harus dilemahkan. Tanggal 22 September 1948 pasukan pemuda yang disebut Pesindo menyerang dan melakukan penyerbuan ke markas TRIP Madiun serta berusaha melucuti atau merampas senjata yang dimiliki semua prajurit TRIP. Saat terjadinya penyerangan tersebut memakan korban dan korban tersebut merupakan anggota prajurit TRIP Madiun, beliau meninggal karena
dikereyok oleh pasukan Pesindo.Korban tersebut bernama Mulyadi.
Setelah dapat menumpas organisasi PKI di Madiun, pasukan TRIP Madiun melakukan suatu perjuangan ke wilayah Kediri, Blitar serta Trenggalek yang bertujuan untuk melanjutkan perjuangan melawan Penjajahan .Pada sekitar tahun 1949 TIRP Komando I digabungkan ke Dawuhan Trenggalek yang bertujuan untuk menyatukan diri pada markas komando TRIP Jawa Timur. Setelah sampai didaerah Dawuhan, penyusunan organisasi TRIP JawaTimur segera dirubah dengan usulan serta pertimbangan, sedangan untuk komando TRIP Jawa Timur dipindahkan ke daerah Gabru, Blitar yang lebih aman dan Batalion 1000 dipindahkan ke Madiun Yang disatukan bersama Batalion 2000. Sesudah pemindahan tersebut maka dilakukan penyatuan yang sesuai perintah pimpinan TRIP JawaTimur. Namun nama batalion pun dirubah menjadi TRIP Madiun dengan komandan yang bernama Gatot Kusumohadi. Komandan TRIP Madiun sering kali mengalami pergantian dikarenakan situasi dan kondisi di medan pertempuran. Orang yang pernah menjadi komandan ialah Effendi, Gatot Kusumohadi, Sugito Ambon dan Sudarto.
Perhiungan pemberonta PKI-Muso di Madiun meleset karena menganggap anak TRIP ialah hanya sebatas anak dan pemuda pelajar saja serta masih labil dan juga belum dewasa sehingga PKI- Muso beranggapan bahwa mereka sangatlah mudah di propaganda dan dipengaruhi, Akan tetapi PKI-Muso gagal mempengaruhi anak-anak TRIP
Jawa
Timur,
PKI-Muso tidak menyangka dan terkejut ketika mengetahui bahwa TRIP Jawa Timur mendukung proklamasi 17 Agustus 1945, undang-undang dasar 1945 serta Pancasila. Bahkan para pejuang muda ini dapat memelopori rakyat Indonesia untuk memilih Soekarno-Hatta dari pada memilih PKI-Muso, mereka menentang serta melakukan perlawanan hingga mereka mendapat bantuan TNI
lalu dapat menumpas pemberontakan PKI di daerah Madiun.
Setelah selesai menumpas organisasi PKI di Madiun, TRIP Madiun dipindahkan ke daerah Dawuhan Trenggalek yang diperintah oleh pimpinan TRIP Jawa Timur. Setelah sampai di daerah Dawuhan Trenggalek, pimpinan TRIP Jawa Timur mengganti susunan organisasi lama menjadi yang baru dan bertujuan untuk disesuaikan dengan situasi dan kondisi di medan pertempuran. Para mantan komandan TRIP Madiun menduduki jabatan yang strategis strategis di penyusunan organisasi TRIP Jawa Timur yang baru seperti Sugito Ambon menjabat sebagai Kepala Staf TRIP Jawa Timur dan komandan Sudarto yang menjabat sebagai Kepala Staf Pertempuran. Keberhasilan komandan Sudarto dalam memimpin pasukannya ketika menumpas PKI di Madiun menjadikan beliau terpilih menjadi Kepala Staf Pertempuran dalam organisasi TRIP Jawa Timur.(Sejarah et al., 2018).
Lalu organisasi PKI yang pada saat itu membuat suatu perhitungan yang salah karena mereka menganggap TRIP tersebut hanya anak-anak atau para pelajar yng usianya remaja, namun PKI telah membujuk atau mempengaruhi pejuang muda dan pelajar, Muso yang merupakan orang terpenting di PKI, mersa tidak menyangka jika para pejuang muda dan pelajar ini tidak bisa dipengaruhi, akhirnya PKI tidak bisa mengubah pemikiran dan keteguhan para pejuang muda dan pelajar pada saat itu. Pihak Belanda pun tidak menyangka pemuda dan pelajar tergabung dalam TRIP dan para pejuang muda dan pelajar sangat mendukung keutuhan kemerdekaan Indonesia serta melawan penjajahan pada saat itu.
TRIP di Jawa Timur di bentuk di daerah Surabaya pada tanggal 21 September 1945, inilah yang menarik untuk dikaji, karena memiliki keunikan tersendiri sehingga penulis memberanikan diri guna menyusun penulisan yang mengkaji tentang TRIP Jawa Timur. Sesuatu yang dianggap unik yaitu ketika pejuang muda serta
pelajar-pelajar sekolah lanjutan yang mereka masih berusia remaja telah memiliki suatu rasa perjuangan dan hal tersebut sangatlah jarang terjadi pada sejarah Negara lain.
## Tentara Republik Indonesia Pelajar Kompi 3300/Tulungagung
TRIP Tulungagung berjuang dalam Komando II, dan juga daerah disekitar Kabupaten maupun Kota yang ada di Jawa Timur. TRIP Komando II memiliki tanggung jawab untuk menyiapkan 1 Kompi pasukan yang ajan di hubungkan dengan Batalyon
Mayangkara di daerah Ngimbang lalu menyusup ke daerah kedudukan bangsa
Belanda yang letaknya di sebelah utara sungai Brantas. Atas landasan kesepakatan sebelumnya sejak tanggal 20 Desember 1948 pasukan TRIP dari daerah Tulungagung, Pare, Nganjuk, Kediri, akan segera di kirim ke daerah Ngimbang. Kemudian di kirim lagi ke daerah Mantup. Lalu Seksi Sulaman (Kediri) dan seksi Mukayat (Tulungagung) bersatu dengan nama Mobile Brigade Polisi Batalyon Soetjipto Danoekoesoemo dan memiliki bekal persenjataan yang cukup lengkap, selanjutnya diselenggarakan di daerah Mojoagung.
Lalu regu-regu eks TRIP Lumajang yang telah mundur dari daerah Ngimbang yang dipimpin oleh seorang yang bernama Gandu M. Arif , beliau juga ikut bergabung. Satu seksi TRIP campuran yang awalnya di pukul mundur dari Mantup hingga masuk hutan Kabuh, Mereka kembali masuk di daerah Ngimbang dipimpin oleh seorang yag bernama Moedjomarto yang berasal dari Tulungagung.
Seksi Moedjomarto menyerang sebagai ujung tombak Kolone Buizerd tersebut dengan pelempar granat (Tekidanto) lalu disusul dengan tembakan laras panjang. Sesudah terjadi kontak senjata selama beberapa waktu, seksi Moedjomarto mengundurkan diri lalu masuk hutan jati. Seluruh pasukan TRIP Komando II yang dipukul meninggalkan daerah Ngimbang sebagian menuju Jombang lalu kembali
ke Kediri dan dengan bergerilya di daerah timur sungai Brantas. Pada tanggal 6 April 1949, pasukan Belanda dengan kekuatan 1 kompi kembali lagi menyerang pertahanan Mobrig serta TRIP, maka mereka terus berusaha membongkar rintangan yang berada di jalan. Dikarenakan sengitnya perlawanan pasukan-pasukan TRIP dan Mobrig, kemudian tentara Belanda hanya dapat maju hingga ke desa Tebuireng.
Pada tanggal 10 April 1949 pukul 15:00 tentara Belanda menuju ke selatan jurusan Ceweng dan terjadi peperangan yang sengit antara pasukan Mobrig serta TRIP selama kurang lebih satu jam. Sebelum matahari terbenam maka Belanda dapat dipukul mundur lalu kembali ke daerah Jombang. Sementara itu ketika berlangsungnya pertempuran yang sengit di medan laga daerah Jombang Selatan, telah muncul kabar dirubahnya struktur organisasi di lingkungan organisasi TRIP, Maka Komando-komando dihapuskan serta dibentuknya organisasi tempur yang lazim yaitu kompi-kompi, dan dalam hal tersebut, maka komando II dirubah menjadi kompi III dengan ketetapan medan laga baru di sekitar daerah Blitar dan daerah Wlingi. Setelah keluar dari daerah Jombang mantan Komando II dipecah pecah pada berbagai unsur dan sebagian akan dimasukan kompi III, sebagian lagi akan dimasukan di kesatuan kompi IV, selain itu ayang dimasukan ke dalam satuan kompi I ada juga yang di ploeg IV, sedangkan ada juga yang duduk di pemerintahan militer atau KODIM. Selanjutnya, Kolonel Untung mengirimkan suatu bantuan yang berupa persenjataan meriam gempur yang dikirimkan kepada Batalyon TRIP Jawa Timur sebagai salah satu bagian dari TNI, saat menjaankan tugas mereka, selain itu juga mereka dilengkapi dengan persenjataan yang terdiri bermacam jenis senjata.
## D. Kesimpulan
Kesimpulan pada penulisan adalah TRIP di Jawa Timur di bentuk di daerah Surabaya pada tanggal 21 September 1945, Kemunculan TRIP Jawa Timur, yang mulanya suatu kegiatan yang dipelopori oleh perkumpulan para pelajar di daerah Surabaya yang mempunyai perhatian
terhadap kemerdekaan Indonesia
dan mempunyai suatu keinginan dalam memperjuangankan kemerdekaan pada saat itu. Sehingga para pelajar tersebut membentuk organisasi perjuangan pelajar yang sering di kenal dengan istilah TRIP atau Tentara Republik Indonesia pelajar. Bahkan TRIP Jawa Timur yang terdiri dari pelajar dan pejuang muda dikenal sangat lincah serta gesit pada saat berperang melawan penjajah, mereka menunjukkan sikap gagah berani dan pantang mundur. Mereka sering mendapatkan perilaku kasar dan juga penindasan pada saat zaman penjajahan bangsa Jepang, namun yang paling banyak mendapat gemblengan spiritual dan juga mental lalu juga terlatih segi kemiliteran untuk mempertahankan, merebut dan membela kemerdekaan bangsanya. Mereka ialah para pemuda yang mendukung Proklamasi kemerdekaan Indonesia Para pemuda terdebut mayoritas berusia remaja dan mereka juga memiliki peran penting didalam perjuangan mempertahankan Negara Indonesia pada saat penjajahan bangsa lain.
TRIP Jawa Timur terdiri atas lima batalion yang setiap batalion tersebar di beberapa wilayah di Jawa Timur antara lain yaitu, Batalion 1000 yang berkedudukan di Mojokerto, Batalion 2000 berkedudukan di Madiun, Batalion 3000 berkedudukan di Kediri, Batalion 4000 berkedudukan di Besuki serta Batalion 5000 berkedudukan di Malang. Peran dan pengaruh para pelajar dan pemuda TRIP ini sangatlah penting dapat dilihat dari peristiwa 10 Nopember di Surabaya mereka berperang secara habis-habis’an dan membantu Tentara Republik Indonesia
dalam melawan penjajah.(Sejarah et al., 2018).
Oleh karena hal tersebut para pelajar dan pejuang muda telah menguatkan tekadnya untuk menukar buku dan pena dengan senjata serta tas mereka diganti menjadi rangsel yang berisikan alat-alat untuk berperang melawan para penjajah. Pemuda dan pelajar tersebut harus dilatih secara militer untuk siap di medan pertempuran. Gagasan tersebut mendapatkan tanggapan yang positif, maka dibentuklah staf-staf rayon yang berjumlah 4 staf rayon di Kota Surabaya yaitu:
1.TKR Pelajar Staf I atau wilayah rayon Dharmo.
2.TKR Pelajar Staf II Wilayah atau Rayon Sawahan.
3.TKR Pelajar Staf III Wilayah atau Rayon Praban.
4.TKR Pelajar Staf IV wilayah atau rayon Herenstraat.
Disitulah nampak sifat khas dari para pemuda dan pelajar yaitu mereka serba praktis dan tidak ingin ribet, yang terpenting ialah semuanya bisa berjalan dan juga terlaksana sesuai rencana, selain itu banyak juga guru-guru yang mendukung pelajar dari belakang. Demikianlah para pemuda serta pelajar bersatu menjadi TKR di Surabaya, yang kemudian berkembang menjadi TRIP atau Tentara Republik Indonesia Pelajar di Jawa Timur, meskipun begitu mereka tidak menghilangkan ciri khas mereka sebagai pejuang atau pelajar, semboyan atau yel-yel dari para pejuang muda dan pelajar ini ialah “Lebih baik ,mati berkalang tanah dari pada menjadi pelajar jajahan”.
Hal tersebut dapat diketahui dari pernyataan mas Isman( mantan komandan TKR pelajar/TRIP Jawa Timur, yaitu sebagai berikut: “Kita tidak mau mengambil resiko, kita sedang revolusi, kita dalam perjuangan bersenjata melawan penjajah, pelajar Surabaya juga ingin ikut serta di dalam perjuangan bersenjata. Jangan sampai rakyat yang sedang berjuang menegakkan kemerdekaan, pelajar hanya berpaku tangan, pelajar harus ikut menjadi suatu pelopor di dalam
perjuangan bersenjata ini. Sedangkan organisasi bersenjata yang telah diresmikan oleh pemerintah ialah TKR, berarti organisasi resmi. Maka kita mengikuti organisasi resmi ini. Karena khusus yang tersendiri dari para pelajar dan pemuda, pemimpinnya juga berasal dari pelajar juga, maka untuk menyesuaikan dengan TKR kita menamakan diri TKR pelajar.
Dengan bergabungnya para pelajar dan juga pejuang muda menjadi bagian dari TKR, maka mereka telah menegaskan akan sikap nya untuk tetap teguh sebagai pelajar namun mereka juga tidak mau mengingkari tugas utamanya sebagai generasi ,uda tau pemuda yaitu sebagai tulang punggung Negara guna membela serta mempertahankan kemerdekaan dan kautuhan bangsa. Memang tugas utama mereka ialah belajar serta bersekolah, namun jika kemerdekaan bangsa Indonesia terancam, maka mereka terpaksa harus meninggalkan bangku sekolah dan bukunya, lalu tugas utama mereka berganti menjadi membela serta mempertahankan tanah air yang kemerdekaannya terancam bahaya oleh penjajahan bangsa lain. Begitu juga para pemuda dan pelajar di Surabaya berpengaruh peran nya ketika bergabung dengan Tentara Indonesia pada saat melawan bangsa penjajah. Demikianlah para pemuda serta pelajar bersatu menjadi TKR di Surabaya, yang kemudian berkembang menjadi TRIP atau Tentara Republik Indonesia Pelajar di Jawa Timur, meskipun begitu mereka tidak menghilangkan ciri khas mereka sebagai pejuang atau pelajar, semboyan atau yel-yel dari para pejuang muda dan pelajar ini ialah “Lebih baik ,mati berkalang tanah dari pada menjadi pelajar jajahan.
TRIP yang berada di Madiun pernananya sangatlah penting karena mereka dapat menumpas organisasi PKI serta menentang pemahaman komunis, TRIP yang berkedudukan di Madiun yang dipimpin oleh Effendi mulai terbentuk dan menempati wilayah Madiun pada tanggal 21 Juli 1946.
Sesudah dibentuk, Batalion 2000 yang dipimpin oleh Effendi. melakukan beberapa perjuangan untuk melawan penjajah kolonial Belanda dan juga melawan para pembelot negara baik di daerah Madiun dan juga di luar Madiun.
Keanggotaan TRIP Madiun tidak hanya terfokus pada daerah Madiun saja, akan tetapi ada yang bertempat di daerah luar wilayah Madiun seperti contohnya Kompi 2200 di daerah Bojonegoro yang dipimpin oleh Ign Sacoko. Lalu Kompi 2200 mempunyai pasukan kurang lebih 98 orang yang markanya berada di gedung sekolah tua yang merupakan peninggalan Belanda. Sebelum terjadi pemberontakan PKI di daerah Madiun ada juga penambahan pasukan dari kompi yang bergabung ke dalam kesatuan TRIP Madiun yaitu, kompi SMA yang pimpinannya bernama Sukamto Sayidiman dan kompi SMP dipimpin oleh Sumarso. TRIP Madiun tidak sudi mendukung atas pendirian Negara Sovyet Indonesia oleh karena hal tersebut secara pasti mereka harus dilemahkan, lalu Kepala Staf TRIP Jawa Timur dan komandan Sudarto yang menjabat sebagai Kepala Staf Pertempuran. Keberhasilan komandan Sudarto dalam memimpin pasukannya ketika menumpas PKI di Madiun menjadikan beliau terpilih menjadi Kepala Staf Pertempuran dalam organisasi TRIP Jawa Timur. Muso yang merupakan orang terpenting di PKI, mersa tidak menyangka jika para pejuang muda dan pelajar ini tidak bisa dipengaruhi, akhirnya PKI tidak bisa mengubah pemikiran dan keteguhan para pejuang muda dan pelajar pada saat itu. Pihak Belanda pun tidak menyangka pemuda dan pelajar tergabung dalam TRIP dan para pejuang muda dan pelajar sangat mendukung keutuhan kemerdekaan Indonesia serta melawan penjajahan pada saat itu. (Sejarah et al., 2018)
Setelah selesai menumpas organisasi
PKI di Madiun, TRIP Madiun dipindahkan ke daerah Dawuhan Trenggalek yang diperintah oleh pimpinan TRIP Jawa Timur. Setelah
sampai di daerah Dawuhan Trenggalek, pimpinan TRIP Jawa Timur mengganti susunan organisasi lama menjadi yang baru dan bertujuan untuk disesuaikan dengan situasi dan kondisi di medan pertempuran. Para mantan komandan TRIP Madiun menduduki jabatan yang strategis strategis di penyusunan organisasi TRIP Jawa Timur yang baru seperti Sugito Ambon menjabat sebagai Kepala Staf TRIP Jawa Timur dan komandan Sudarto yang menjabat sebagai Kepala Staf Pertempuran. Keberhasilan komandan Sudarto dalam memimpin pasukannya ketika menumpas PKI di Madiun menjadikan beliau terpilih menjadi Kepala Staf Pertempuran dalam organisasi TRIP Jawa Timur, akhirnya PKI Madiun dapat ditumpas oleh para pelajar dan pejuang muda pada saat itu.(Sejarah et al., 2018)
Batalion 2000 yang bermarkas di dserah Madiun pada mulanya dipimpin oleh komandan Effendi serta beliau juga membawahi Kompi 2200 yang berkedudukan di Bojonegoro yang dipimpin oleh komandan IgnSacoko. Ketika kota Mojokerto berhasil dikuasai oleh Belanda, maka markas
Komando
TRIP Jawa
Timur dipindahkan ke daerah Gabru, Blitar karena lebih aman dan Batalion 1000 dimobilisasikan ke daerah Madiun lalu digabungkan bersama Komando Batalion 2000. Setelah melakukan penggabungan sesuai yang di perintah pimpinan TRIP JawaTimur batalion pun dirubah menjadi TRIP Madiun dengan komandannya ialah Gatot Kusumohadi. TRIP Madiun beberapa kali mengalami perombakan dikarenakan oleh situasi dan kondisi pada medan pertempuran. Seorang tokohg yang pernah menjadi komandan ialah Effendi, Gatot Kusumohadi, Sugito Ambon seta
Sudarto. Pengaruh TRIP Madiun di daerah
Madiun bergabung bersama tentara republik untuk
menumpas pemberontakkan PKI yang dipimpin oleh Muso sampai ke akarnya. Bersama dengan kesatuan pasukan Siliwangi pasukan TRIP Madiun akhirnya berhasil
menembak mati tokoh yang menjadi gembong PKI yakni Muso di daerah Sumoroto, Ponorogo.Gerombolan PKI Muso berhasil ditumpas dengan waktu yang cepat oleh pasukan TRIP Madiun. Selain itu kompi daerah Bojonegoro juga berjuang bersama Brigade Ronggolawe ke arah utara dan juga daerah selatan. Pada akhirnya kompi Bojonegoro berhasil menumpas tokoh pemberontak PKI seperti Amir Syarifuddin, Sumarsono, Maruto Darusman dan Francisca Fangiday pada saat di wilayah Purwodadi Jawa Tengah TRIP Jawa Timur yang terletak di Tulungagung. TRIP Tulungagung berjuang dalam Komando II, dan juga daerah disekitar Kabupaten maupun Kota di Jawa Timur. TRIP Komando II memiliki tanggung jawab untuk menyiapkan 1 Kompi pasukan yang ajan di hubungkan dengan Batalyon Mayangkara di daerah Ngimbang lalu menyusup ke daerah kedudukan bangsa Belanda yang letaknya di sebelah utara sungai Brantas. Atas landasan kesepakatan sebelumnya sejak tanggal 20 Desember 1948 pasukan TRIP dari daerah Tulungagung, Pare, Nganjuk, Kediri, akan segera di kirim ke daerah Ngimbang. Kemudian di kirim lagi ke daerah Mantup. Lalu regu-regu eks TRIP Lumajang yang telah mundur dari daerah Ngimbang yang dipimpin oleh seorang yang bernama Gandu M. Arif , beliau juga ikut bergabung. Satu seksi TRIP campuran yang awalnya di pukul mundur dari Mantup hingga masuk hutan Kabuh, Mereka kembali masuk di daerah Ngimbang dipimpin oleh seorang yang bernama Moedjomarto berasal dari daeraj Tulungagung. Dan seksi Moedjomarto menyerang sebagai ujung tombak Kolone Buizerd tersebut dengan pelempar granat (Tekidanto) lalu disusul dengan tembakan laras panjang. Sesudah terjadi kontak senjata selama beberapa waktu, seksi
Moedjomarto mengundurkan diri lalu masuk hutan jati. Seluruh pasukan TRIP Komando II yang dipukul meninggalkan daerah Ngimbang
sebagian menuju Jombang lalu kembali ke Kediri dan dengan bergerilya di
daerah timur sungai Brantas. Pada tanggal 6 April 1949, pasukan Belanda dengan kekuatan 1 kompi kembali lagi menyerang pertahanan Mobrig serta TRIP, maka mereka terus berusaha membongkar rintangan yang berada di jalan.Dikarenakan sengitnya perlawanan pasukan-pasukan TRIP dan Mobrig, kemudian tentara Belanda hanya dapat maju hingga ke desa Tebuireng.
Pada tanggal 10 April 1949 pukul 15:00 tentara Belanda menuju ke selatan jurusan Ceweng dan terjadi peperangan yang sengit antara pasukan Mobrig serta TRIP selama kurang lebih satu jam. Sebelum matahari terbenam maka Belanda dapat dipukul mundur lalu kembali ke daerah Jombang.
Sementara itu ketika berlangsungnya pertempuran yang sengit di medan laga daerah Jombang Selatan, telah muncul kabar dirubahnya struktur organisasi di lingkungan organisasi TRIP, Maka Komando-komando dihapuskan serta dibentuknya organisasi tempur yang lazim yaitu kompi-kompi, dan dalam hal tersebut, maka komando II dirubah menjadi kompi III dengan ketetapan medan laga baru di sekitar daerah Blitar dan daerah Wlingi. Setelah keluar dari daerah Jombang mantan Komando II dipecah pecah pada berbagai unsur dan sebagian akan dimasukan kompi III, sebagian lagi akan dimasukan di kesatuan kompi.
Sebagai pelajar-pelajar yang hidup di jaman bebas akan penjajahan seharusnya kita lebih bersyukur karena jasa-jasa para pelajar dan pejuang muda yang sudah merelakan harta, benda bahkan nyawanya demi untuk memperjuangkan suatu kemerdekaan bangsa Indonesia. Kita sebagai generasi muda penerus bangsa hanya ditugaskan untuk melanjutkan perjuangan dengan sungguh-sungguh, serta tidak lagi dengan menggunakan senjata seperti pada masa jaman penjajahan.
Tujuan utama dari TRIP Jawa Timur ini adalah melakukan perlawanan terhadap tentara Penajajah serta seluruh antek- anteknya yang hendak mengembalikan kekuasaan penjajahan penjajah di tanah
air-Indonesia pada saat itu. Jiwa korp serta rasa persaudaraan di kalangan mantan anggota TRIP Jawa Timur dari dulu sampai sekarang masih tetap terjaga yang dibina sebagai anggota TRIP Jawa Timur yang memiliki nasib dan empati yang sama seperti merasakan bergerilya di tengan kepungan penjajah, di tenah hutan belantara, oleh karena itu walaupun sesudah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945 sampai diakui sebagai Negara ,dan TRIP Jawa Timur sudah tidak terikat lagi dalam suatu kesatuan seperti dahulu, akan tetapi mereka masih memiliki serta menjaga rasa setiakawan, persaudaraan, solidaritas, ikatan hubungan batin dan juga rasa solidaritas, hal tersebut dilandasi oleh suatu jiwa serta semangat perjuangan 45 yang tetap terpelihara dan ada di jiwa para mantan generasi 45 atau anggota TRIP Jawa Timur.
## Daftar Referensi
Purnomo, S. (2018). STUDI TENTANG TENTARA REPUBLIK INDONESIA PELAJAR KOMPI 3300 / TULUNGAGUNG, 02 (04). Sejarah, P., Republik, T., Pelajar, I., Tahun, M., & Suryadi, A. (2018). Tentara republik indonesia pelajar madiun tahun 1946-1949, 6 (1).
(Sagimun M.D. 1989. Mas TRIP dari Brigade Pertempuran ke Brigade Pembangunan. Jakarta : Bina Aksar)
|
0703b782-0024-4cc3-88fb-2bf8c4959236 | https://e-journal.staima-alhikam.ac.id/talimuna/article/download/733/423 |
## KONSEP PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK PERSPEKTIF SYED NAQUIB AL-ATTAS
## M. Ma’ruf
STIT PGRI Pasuruan email: ahmadm4ruf@gmail.com
Abstraksi: This research analyzes the thoughts of Syed Muhammad Naquib Al-Attas about the concept of educators and students. This type of research uses literature. The results of the research show that the concept of Educator and Student for Syed Muhammad Naquib Al-Attas is that an educator is a teacher whose job is not only to transfer knowledge, but also to train the soul and character of students by having good moral character so that they can be used as role models for their students, while students are someone who studies at an educator where he not only prioritizes his knowledge but understands etiquette as a student as well as applies it in his life. The concept of educators and students Syed Muhammad Naquib Al-Attas is very relevant to be used as a reference in both formal and non-formal education environments in Indonesia today. Because the concept of Educator and Learner Syed Muhammad Naquib Al- Attas discusses the improvement of adab in the world of education to date.
## Keywords: Educator Concept, Students, Syed Muhammad Naquib Al-Attas
Abstrak: Penelitian ini menganalisis pemikiran Syed Muhammad Naquib Al-Attas tentang konsep pendidik dan peserta didik. Jenis penelitian ini menggunakan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep Pendidik dan Siswa bagi Syed Muhammad Naquib Al-Attas adalah bahwa seorang pendidik adalah seorang guru yang tugasnya tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga melatih jiwa dan karakter peserta didik dengan berakhlak mulia. berkarakter sehingga dapat dijadikan panutan bagi anak didiknya, sedangkan peserta didik adalah seseorang yang menuntut ilmu pada seorang pendidik dimana ia tidak hanya mengutamakan ilmunya tetapi memahami tata krama sebagai siswa serta menerapkannya dalam kehidupannya. Konsep pendidik dan peserta didik Syed Muhammad Naquib Al-Attas sangat relevan untuk dijadikan acuan dalam lingkungan pendidikan baik formal maupun nonformal di Indonesia saat ini. Karena konsep Pendidik dan Pembelajar Syed Muhammad Naquib Al- Attas membahas tentang peningkatan adab dalam dunia pendidikan hingga saat ini.
Kata kunci: konsep pendidik, peserta didik, Syed Naquib al-Attas
## Pendahuluan
Berbicara mengenai pendidikan, maka tidak akan lepas dari namanya dinamika kehidupan manusia yang akan terus berkembang. Pendidikan merupakan usaha yang direncanakan dengan menciptakan suasana belajar secara efektif dengan mengembangkan potensi peserta didik supaya mempunyai spiritual yang tinggi, akhlak mulia, kecerdasan serta keterampilan yang dibutuhkan di masyarakat 1 .
Dengan demikian, pendidikan menjadi suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pentingnya pendidikan ini bisa dirasakan manfaatnya ketika seseorang bisa memahami
1 Zakiyah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam , (Jakarta: Balai Pustaka, 1992), hlm.39
E-ISSN 2622-9889 (Online)
arti dari pendidikan yang sesungguhnya. 2 Makna lain mengataan bahwa pendidikan merupakan keseluruhan pengertian yang terkandung dalam istilah taklim, tarbiyyah , dan ta’dib .
Degan adanya hal tersebut, Syeh Muhammad Naquib Al-Attas menyampaikan tentang pemilihan istilah atau tema dalam pendidikan. Tokoh pemikiran pendidikan islam ini menyebutkan konsep pendidikan dengan nama lain ta’dib . Alasan utama adalah adab sangat berkaitan dengan ilmu, dan ilmu dapat ditularkan kepada peserta didik apabila pendidik mempunyai adab 3 .
Selain pendidik yang harus memiliki adab, seorang peserta didik pun harus memiiki adab yang baik sebagai murid atau peserta didik. Seorang peserta didik dianjurkan agar tidak terburu- buru dalam memilih guru atau pendidik.
Hendaknya dalam memilah guru wajib memilah orang yang lebih alim( pandai), wara’ (melindungi martabat), serta lebih tua sebagaimana dikala Abu Hanifah memilih Imam Hammad bin sulaiman selaku gurunya. Beliau merupakan seseorang penduduk yang memiliki akhlak mulia. Sehingga diri ini diutus untuk mengambil keputusan memilihnya sebagai seorang pendidik dan ternyata ilmu yang saya dapat selama belajar bersama beliau dapat berkembang” . 4
Adab peserta didik menurut Syeh Muhammad Naquib Al-Attas tak jau dari prinsip para ilmuan yang terkenal khususnya Al-Ghazali. Selain persiapan spiritual, peserta didik harus mengamalkan adab. Peserta didik wajib menghormati serta yakin kepada pendidik serta tabah dengan kekurangan gurunya. Peserta didik tidak dianjurkan untuk menyibukkan diri dengan hal- hal yang tidak bermanfaat. Tingkat ilmu seseorang yang bisa dibanggakan apabila ia bisa memuaskan pendidik. Seorang pendidik juga harus menghargai peserta didik dan mengevaluasinya dengan rasa simpatinya. 5
Dengan demikian, Syeh Muhammad Naquib Al-Attas sebagai tokoh pendidikan terkenal, berusaha mencoba untuk mengemukakan pendapatnya mengenai konsep pendidik dan peserta didik. Dengan datangnya angin segar yang membawa kabar baik dalam dunia pedidikan islam untuk menghadapi persoalan-persoalan internal maupun eksternal.
Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin memaparkan tentang “Konsep Pendidik Dan Peserta Didik Perspektif Syed Muhammad Naquib Al-Attas”. Dengan tujuan supaya hasil dari
2 Abdul Mujib, jusuf Muzakkir, Ilmu Pendidikan Islam , (Jakarta: Kencana Prenada, 2006), hlm. 9
3 Hamid fahmy, dalam Pengantar Penerjemah Filsafat dan Praktik Pendidikan islam, Wan Mohd Nor Wan Daud, Filsafat dan praktik Pendidikan Islam , (Bandung: Mizan, 2013), hlm. 24
4 Ma’ruf Ansori, Etika Belajar bagi Penuntut ilmu terjemah Taklimul muta’alim , (Surabaya: Al-Mifta, 2012), hlm. 32
5 Wan Mohd Nor Wan Daud, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syeh Muhammad Naquib Al-Attas , (Bandung: Mizan, 003), hlm. 24
tulisan ini dapat diaktualisasikan dan diaplikasikan pada sistem pendidikan islam saat ini, sekaligus merupakan hasil akumulasi dari berbagai pendapat para pakar pedidikan muslim lainnya.
## Metode
Dalam kajian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research) melalui pendekatan deskriptif kualitatif. Sebagai objek penelitian adalah pemikiran Syed Muhammad Nauib Al-Attas terkait Konsep Pendidik dan Peserta Didik. Kemudian untuk menganalisisnya akan digunakan metode content analysis dengan menganalisis teks karya-karya Syed Muhammad Nauib Al-Attas terkait konsep pengajar dan pelajar serta literatur-literatur yang berkaitan dengan tema penelitian ini.
## Pembahasan
A. Konsep Pendidik dan Peserta Didik menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas
1. Konsep Pendidik
## a. Pengertian Pendidik
Menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas pendidik adalah seorang yang bertugas mentransfer ilmu, atau dan mendidik jiwa dan prilaku peserta didik dengan cara adab yang baik supaya dijadikan percontohan bagi peserta didik 6 .
Syed Muhammad Naquib Al-Attas adalah orang yang pertama kali menerjemahkan perkataan addabani dengan artian mendidikku. Menurut para sarjana terdahulu kandungan ta’dib adalah akhlak. Fakta bahwasannya pendidikan Nabi Muhammad SAW dijadikan Allah sebagai pendidikan yang terbaik didukung oleh Al-Qur’an yang mengafirmasikan kedudukan Rosulullah SAW yang mulia ( akram ), teladan yang paling baik. Perihal ini setelah dikonfirmasikan oleh hadis Nabi yang menyatakan kalau misinya ialah mengemunakan akhlak manusia: “ Innama bu’sttu li- utammima al-akhlak ”. Seseoraang yang paling sempurna imannnya ( akmalu al-mu’minin imanan ), menurut Rosulullah SAW adalah orang yang paling baik akhlaknya ( ahsanuhum khulqan ). Dari sini dapat dipastikan bahwa aktivitas Nabi Muhammad SAW berupa pengajaran Al-Qur’an ( yu’allimu al-kitab ) dan hikam para penyucian umat adalah manifestasi langsung dari peranan ta’dib . 7
Syed Muhammad Naquib Al-Attas mengemukakan pada hadis lain yang berbunyi :
ْيِبْيِدْءاَت ِنَسْحَاَف ىِ ب َر ىِنَبَّدَا
6 Wan Mohd Nor Wan Daud, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed Muhammad Naquib Al-Attas ....., hlm. 170
7 Wan Mohd Nor Wan Daud, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed Muhammad Naquib Al-Attas ....., hlm. 176
Artinya: “ Tuhan sudah mendidikku( addabani yang secara literasi berarti sudah menanamkan adab pada diriku) hingga sangat baiklah kualitas pendidikanku” 8
Pendidik, Secara etimologi dalam pendidikan Islam, yaitu sama dengan murabbi , muallim , dan muaddib . 9 Kata “ murabbi ” lebih sering digunakan untuk mengarah pada pemeliharaan, baik sifatnya itu rohani maupun jasmani. Sebaliknya kata “ mua’ llim” dipakai dalam membicarakan kegiatan yang berfokus pada pemberian ataupun mentransfer ilmu pengetahuan dari seorang yang lebih faham kepada orang yang tidak faham. Sedangkan istilah “ muaddib ” lebih meluas dari kata muallim dan lebih relavan dengan konsep pendidik Islam. 10
Dalam konsep Islam, Nabi Muhammad Rasulullah merupakan pendidik awal serta utama ( al- mu’ allim al- awwal ) yang sudah dididik oleh Allah SWT. Beliaulah yang harus menjadi percontohan oleh pendidik baik dalam akhlaknya ataupun metodenya. Karenanya beliau sudah dididik lewat ajaran- ajaran yang cocok dengan Al- Qur’ an Surah Al- Qalam ayat 4 mengatakan kalau Rasulullah sangat mempunyai akhlak yang agung, yang diperoleh dari pembelajaran yang baik ( ahsan ta’ dib ). 11
Dari beberapa pengertian pendidik menurut beberapa tokoh diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa seorang pendidik adalah orang profesional yang memiliki kewajiban utama mendidik dan mengarahkan ketakwaan kepada Allah SWT serta mampu mengevaluasi peserta didik. Dan setiap pendidik wajib memiliki akhlak yang baik, pengetahuan yang luas dan memiliki spiritual yang baik, agar dapat menjadi teladan bagi para peserta didik.
## b. Adab pendidik
Syed Muhammad Naquib memandang adab adalah disiplin tubuh, jiwa dan ruh. Disiplin harus menegaskan dalam hubungan dengan kemampuan dan potensi jasmani, intelektual dan rohani. Adab juga merupakan metode untuk mengetahui, sehingga dengan adab kita memnuhi kondidsi berada pada tempat yang tepat. 12
Dengan begitu kemudian Syed Muhammad Naquib Al-Attas memberikan beberapa adab pendidik sebagai berikut:
1) Niat karena Allah SWT
8 Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Konsep Pendidikan dalam Islam ....., hlm. 60
9 Heris Hermawan, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009) , hlm. 169
10 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam , (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm. 169
11 Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam ....., hlm. 89
12 Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Konsep Pendidikan dalam Islam ....., hlm. 53
Menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas mengatakan bahwa seorang pendidik hendaknya mengajar dan mempraktekkan hubungan antara pendidik dan peserta didik dengan rasa ikhlas yang di niatkan kepada Allah SWT sebagai hal yang sangat penting. 13
Sesuai dengan dalam sebuah hadis yang berbunyi:
ُلاَمْعَلاا اَمَّنِا َن اَم ى ٍرْمَا ِ لُكِل اَمَّنِا َو ْتاَيِ نلااِب ُسُ َر َو ِاللهِ ىَلا ُهُُت َرْجِْهِ ْتَْناَكَ ْنَمَفا َوَ ِهُِل ْوَ
ُدِل ُهُُت َرْجِْهِ ْتَْناَكَ ْنَم َو ِهُِل ْوَُسُ َر َو ِاللِ ىَلا ُهُُت َرْجِْهَف َف اَهُحِكْنُي ِةَا َرْماِوَا اَهُبْي ِصُي اَيْن
ُهُُت َرْجِْه رخب هور( هُْيَلا َرَجَْهِ اَم ىَلا ملسم
)
Artinya: “ Segala sesuatu akan kereka dapatkan sesuai dengan niatnnya. Maka barang siapa yang berniat hijrah karena Allah dan Rasul-nya, maka hijranya untuk Allah dan Rasul-nya. Dan barang siapa berhijra karena mencari dunia atau wanita yang akan dinikahinya, maka hijranya kepada yang ditujunya ” (H.R Bukhori Muslim) 14
Maka dapat disimpulkan bahwa dalam kehidupan sehari-hari, sebuah niat itu sangat penting. Sehingga segala aktifitas yang telah kita lakukan setiap hari tidak terbuang sia-sia, karena dengan niat yang baik maka kita tidak hanya menpadatkan apa yang kita inginkan saja tetapi akan berbuah pahala dari Allah SWT.
## 2) Mengingatkan Peserta Didik
Syed Muhammad Naquib Al-Attas mengatakan bahwa pendidik harus menunjukkan rasa tidak senang atau bahkan kemarahan ketika peserta didik melakukan kesalahan yang patut mendapat respon seperti ini, walaupun jiwa pendidik tersebut berada dalam pengendalian. 15
Dalam proses belajar mengajar, ada cara tersendiri untuk mengingatkan peserta didik sebagai pendidik yang baik. Ketika ada peserta didik yang kebetulan memiliki tingkah laku yang kuran baik maka sebagai pendidik seharusnya mengingatkan atau memberi nasehat dengan baik- baik kepada peserta didik tanpa menjelaskan terang-terangan didepan teman-temannya ataupun khalayak umum.
Maka dapat disimpulkan bahwa, sebagai pendidik haruslah mampu memahami masing- masing sifat peserta didiknya. Dengan begitu maka sebagai pendidik akan mempermudahkannya untuk menasehati dan mengarahkan peserta didik agar tidak terjerumus pada perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT.
3) Mengajar sesuai Kemampuan Peserta Didik
13 Wan Mohd Nor Wan Daud, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed Muhammad Naquib Al-Attas ....., hlm. 265
14 Achmad Labib Asrori, Terjemah Hadist Arba’in Nawawi , (Surabaya: Al-Mifta, 2010), hlm. 13
15 Wan Mohd Nor Wan Daud, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed Muhammad Naquib Al-Attas ....., hlm. 266
Menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas seorang pendidik harus mengamalkan adab, yaitu mendisiplin pikiran dan jiwa. Seorang pendidik seharusnya tidak menolak nasihat dari peserta didik dan harus membiarkan berproses sesuai dengan kemampuannya. pendidik juga harus menghargai kemampuan peserta didik dan mengoreksinya penuh rasa simpati sehingga tidak akan muncul prasangka tidak ada adil dalam hati peserta didik. Sebab keadilan meupakan kebenaran. 16
Maka dapat disimpulkan bahwa, sebagai pendidik harus mengetahui latar belakang dari masing-masing peserta didiknya, guna untuk mengetahui dan memahami kemampuan peserta didiknya. Karena setiap peserta didik membutuhkan pelayanan yang berbeda-beda, sehingga pendidik harus mampu mengayomi perbedan tersebut sampai peserta didik dapat berkembang sesuai dengan kondisinya.
## 4) Peserta Didik adalah Anak
Syed Muhammad Naquib Al-Attas menyatakan bahwa seorang pendidik sama seperti seorang ayah atau pemimpin yang harus mengoreksi kelemahan spiritual, intelektual, sikap dan tingkah laku mereka yang berada dibawah bimbingannya. Dalam artian, seorang pendidik harus menunjukan rasa tidak senang atau bahkan kemarahan ketika peserta didik melakukan kesalahan yang patut mendapatkan respons seperti itu, walaupun jiwa peserta didik harus tetap berada dalam pengendalian. 17
Maka dapat disimpulkan bahwa, sebagai pendidik dalam mengayomi peserta didik harus memiliki jiwa seperti orang tua, yang mana tidak melakukan pilih kasih kepada peserta didik dan memperlakukan peserta didiknya layaknya anak sendiri.
## 5) Sesuai antara Perkataan dan Perbuatan
Syed Muhammad Naquib Al- Attas semenjak kehadiran Islam, akhlak secara konseptual sudah diisi dengan ilmu yang benar (‘ilm) serta perbuatan yang tulus serta tepat (‘amal) yang ikut serta aktiv dalam wacana intelektual Sunnah Nabi Muhammad SAW. 18
Maka dapat disimpulkan sebagai pendidik haruslah mampu menjadi pribadi yang tidak hanya pandai dalam berbicara tapi juga pandai dalam bersikap, karena baik buruk pendidi akan selalu menjadi sorotan bagi masyarakat sekitar khususnya bagi para peserta didiknya sendiri.
## c. Kompetensi pendidik
16 Wan Mohd Nor Wan Daud, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed Muhammad Naquib Al-Attas ....., hlm. 131
17 Wan Mohd Nor Wan Daud, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed Muhammad Naquib Al-Attas ....., hlm. 265
18 Wan Mohd Nor Wan Daud, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed Muhammad Naquib Al-Attas ....., hlm. 262
Sebagai pendidik menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas harus memiliki beberapa kompetensi sebagai berikut:
1) Kompetensi Pedagogik
Kompetensi Pedagogik merupakan dimana seorang pendidik harus mampu mengelola proses pembelajaran. Menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas sebagai seorang pendidik tidak hanya pandai dalam memahami materi pembelajaran tetapi harus mengelolah dan mendesain suasana pembelajaran sebaik mungkin. Tidak hanya didalam kelas, menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas sebagai pendidik harus pandai-pandai dalam memejemen kurikulum pendidikan sesuai dengan dengan perkembngan zaman. 19
2) Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian dapat diartikan bahwa pendidik harus memiliki kepribadian yang baik untuk menjadi panutan bagi para peserta didiknya. Menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas sebagai pendidik yang menjadi sorotan utama adalah tentang adab atau tingkah laku. 20
3) Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan dimana seorang pendidik memiliki pengetahuan yang luas sebagai pendidik yang unggul dalam bidang pendidikan. Menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas sebagai pendidik diperlukan pengalaman yang luas untuk bekal pengetahuannya. Karena sebagai pendidik tak hanya bertujuan mentransfer ilmu pengetahuan tetapi juga berusaha memiliki jiwa peserta didik untuk menanamkan kepribadian yang baik.
4) Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan dimana seorang pendidik memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik dimanapun pendidik berada. Selain ketiga kompetensi yang dijelaskan diatas, sebagai seorang pendidik menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas juga harus memiliki kompetensi sosial sebagai hal yang penting dalam kehidupan sehari-sehari terutama pada lingkungan pendidikan. 21 Sebagai pendidik kompetensi sosial sangatlah diperlukan, dimana melalui kompetensi ini maka pendidik mulai bertahab mengusai jiwa peserta didiknya. Tingkat komunikasi yang baik dapat menunjukkan kepribadian yang baik pula bagi seeorang.
d. Tugas dan Fungsi Pendidik
19 Wan Mohd Nor Wan Daud, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed Muhammad Naquib Al-Attas ....., hlm. 197
20 Wan Mohd Nor Wan Daud, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed Muhammad Naquib Al-Attas ....., hlm. 262
21 Wan Mohd Nor Wan Daud, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed Muhammad Naquib Al-Attas ....., hlm. 141
Tugas pendidik adalah saling memberi manfaat kepada peserta didik. Sesuai dengan perkembangan zaman, menurut Syed Muhammad Nauib Al-Attas mengungkapkan bahwa banyak pendidik dalam pemikiran Islam bahkan tidak mencerminkaan ide-ide dan kepribadian yang mulia dalam kehidupan pribadi mereka. 22
Selain bertugas melakukan transfer of knowledge , seorang pendidik juga menjadi motivator dan fasilitator. Menurut Hasan Langgulung dengan pardikma ini, seorang pendidik harus dapat memotivasi dan menfasilitasi peserta didik agar dapat mengaktualisasikan sifat-sifat Tuhan yang baik, sebagai potensi yang perlu dikembangkan. 23
## 2. Konsep Peserta Didik
a. Pengertian Peserta Didik
Menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas penggunaan kata ta’dib lebih cocok digunakan dalam pendidikan Islam, dibanding kata ta’lim maupun tarbiyah . Sebab kata ta’lim sebatas pentranferan ilmu tanpa harus ada perubahan tingkah laku (akhlak), sedangkan tarbiyah bermakna pendidikan yang masih bersifat umum. Dalam artian ditujukan pada makhluk Allah SWT yang lain, sementara pendidikan Islam hanya ditujukan pada manusia agar menjadi seorang muslim yang benar. 24 Maka dari itu, Syed Muhammad Naquib Al-Attas mengatakan bahwa kata ta’dib lebih tepat digunakan bagi istilah pendidikan Islam yang mencangkup pendidik dan peserta didik serta mencakup semua wawasan ilmu pengetahuan baik teoritis maupun praktis yang terkandung dalam nilai-nilai taggung jawab dan semangat illahiyah sebagai bentuk pengabdian manusia kepada Khaliqnya. 25
Peserta didik secara etimologi dari bahasa arab yaitu Tilmidz jamak dari Talamid , yang artinya murid maksudnya adalah orang-orang yang menginginkan pendidikan atau belajar. Dalam bahasa arab dikenal dengan istilah Thalib , jamaknya Thullab yang artinya mencari, maksudnya adalah orang-orang yang mencari ilmu. Namun secara lebih detail para ahli mengemukakan peserta didik yaitu orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi dasar yang masih perlu dikembangkan. 26
## b. Adab Peserta Didik
Mengenai adab sebagai peserta didik berikut ada beberapa adab yang harus dimiliki oleh peserta didik menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas:
22 Wan Mohd Nor Wan Daud, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed Muhammad Naquib Al-Attas ....., hlm. 264
23 Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam ....., hlm. 91
24 Hanafi Halid, Ilmu Pendidikan Islam (Yogyakarta: Deepublis, 2018), hlm. 41
25 Wan Mohd Nor Wan Daud, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed Muhammad Naquib Al-Attas ....., hlm. 180
26 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam , (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 25
## 1) Peserta Didik harus memiliki Sifat Sabar
Menurut Syed Muhammad Naquib Peserta didik dianjurkan untuk tidak tergesa-gesa belajar kepada sembarang guru, harus sabar dengan kekurangan pendidiknya. Sebaiknya peserta didik harus meluangkan waktu untuk mencari siapakah pendidik terbaik dalam bidang yang digemari. Pentingnya mendapatkan pendidik yang memiliki reputasi tinggi untuk mencapai gelar tertentu menjadi suatu tradisi.
Seorang pendidik merupakan seseorang yang memberi ilmu kepada peserta didik. sebagai peserta didik wajiblah menghormati dan menghargai pendidik. Ketika melakukan komunkasi dengan pendidik, sebagai peserta didik haruslah menjaga adab dan rasa hormat kepada pendidiknya. Baik melalui pembicaraannya maupun sikapnya. Sebagaimana menurut Az- Zarnuji:
“Salah satu cara menghormati pendidik adalah tidak kencang berjalan didepannya, tidak duduk ditempatnya, tidak memulai percakapan dengannya kecuali atas izinnya, tidak bicara disisinya, tidak menanykan sesuatu ketika beliau sudah bosan, menjaga waktu, tidak mengetuk pintu rumah atau kamarnya, tetapi harus menunggu sampai keluar” 27
Maka dapat disimpulkan bahwa rasa hormat kepada penddik sangatlah penting. Sebagai peserta didik harus tetap menghormati pendidik meskipun beliau tidak mengajarinya lagi, karena tidak ada yang namanya mantan pendidik tapi yang ada adalah jasa seorang pendidik.
## 2) Peserta Didik harus Mengormati Pendidik
Peserta didik juga harus menghormati dan percaya kepada pendidik, dan menempatkannya dalam artian yang wajar. Syed Muhammad Naquib Al-Attas menceritakan: “suatu ketika seorang peserta didik bertanya kepada gurunya mengenai alasan mengapa dia tidak dipromosikan untuk belajar ilmu yang lebih tinggi setelah belajar kepadanya selama tiga puluh tahun. Sang pendidik pun berdiri dan membuat dua pertanyaan pada dinding didekatnya dan bertanya kepada sang peserta didik tersebut, “Anakku katakanlah kepadaku apa yang kau lihat disini?” (menunjukkan jarinya kedinding). “Mengapa? Saya melihat dua titik,” jawabnya. Kemudian pendidik itu pun menjelaskan bahwa perjalanan spiritual peserta didiknya belum berkembang karena dia hanya melihat titik kecil dan tidak melihat luasnya dinding yang putih itu sehingga hanya menunjukkan hal yang remeh. Jadi dia melewatkan kebenaran. 28
27 Ma’ruf Ansori, Etika Belajar bagi Penuntut Ilmu Terjemah Ta’lmul Mita’alim ....., hlm. 44
28 Wan Mohd Nor Wan Daud, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed Muhammad Naquib Al-Attas ....., hlm. 262
Seorang pendidik merupakan seseorang yang memberi ilmu kepada peserta didik. sebagai peserta didik wajiblah menghormati dan menghargai pendidik. Ketika melakukan komunkasi dengan pendidik, sebagai peserta didik haruslah menjaga adab dan rasa hormat kepada pendidiknya. Baik melalui pembicaraannya maupun sikapnya. Sebagaimana menurut Az- Zarnuji:
“Salah satu cara menghormati pendidik adalah tidak kencang berjalan didepannya, tidak duduk ditempatnya, tidak memulai percakapan dengannya kecuali atas izinnya, tidak bicara disisinya, tidak menanykan sesuatu ketika beliau sudah bosan, menjaga waktu, tidak mengetuk pintu rumah atau kamarnya, tetapi harus menunggu sampai keluar” 29
Maka dapat disimpulkan bahwa rasa hormat kepada penddik sangatlah penting. Sebagai peserta didik harus tetap menghormati pendidik meskipun beliau tidak mengajarinya lagi, karena tidak ada yang namanya mantan pendidik tapi yang ada adalah jasa seorang pendidik.
3) Pelajar wajib mempunyai karakter yang Baik
Syed Muhammad Naquib Al- Attas berpendapat orang terpelajar adalah orang baik. “Baik” yang diartikan disini adalah adab dalam penafsiran yang menyeluruh, yang meliputi kehidupan spiritual serta material seorang yang berupaya menanamkan mutu kebaikan yang diterimanya. Oleh karena itu, orang terpelajar menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas adalah orang beradab, sebagaimana dalam tulisannya:
“Orang baik adalah orang yang sadar akan tanggung jawab yang diberikan oleh Tuhannya serta memahami dan menunaikan keadilan terhadap dirinya sendiri dan orang lain yang terus berusaha menjadi manusia yang beradab”. 30
Manusia yang sempurna adalah manusia yang memiliki kelembutan hati dan kepibadian yang baik. Begitu juga dengan peserta didik yang harus memiliki kepribadian yang baik supaya dapat dijadikan panutan bagi para masyarakat sekitar. Tidak sedikit para masyarakat berpandangan bahwa seorang pelajar adalah orang-orang yang terdidik, baik melalui spiritual, akhlak, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya. Mereka menganggap bahwa peserta didik dapat menguasai semua ilmu pengetahuan. Dengan begitu, sebagai peserta didik harus memiliki keribadian yang baik dimanapun mereka berada. 31
29 Ma’ruf Ansori, Etika Belajar bagi Penuntut Ilmu Terjemah Ta’lmul Mita’alim ....., hlm. 44
30 Wan Mohd Nor Wan Daud, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed Muhammad Naquib Al-Attas ....., hlm. 174
31 Quurotul Aini, Konsep Keatuan Iman, IPTEK dan Amal menuju Terbentuknya Insan Kamil dalam Perspektif Pendidikan Islam, (Jombang: STIT Al-Uratul Wutsqo), hlm. 105
Maka dapat disimpulkan bahwa, kepribadian peserta didik menjadi penilaian tersendiri bagi para masyarakat. Sebagai peserta didik diharuskan memiliki kepribadian yang baik, sehingga anggapan baik dari masyarakat tentang seorang peserta didik akan terbukti dengan keseharian peserta didik tersebut.
4) Peserta Didik harus memiliki Semangat dalam Menuntut Ilmu
Menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas peserta didik harus memiliki semangat yang tinggi dalam mendalami ilmu pengetahuan dengan jalan menguasai teori sebaik penguasaanya dalam praktiknya. Tingkat ilmu seseorang yang dapat dibanggakan adalah yang dapat memuaskan pendidiknya. Dengan begitu maka semangat dan kesungguhan peserta didik dalam menuntut ilmu sangat perlukan, tidak hanya bermanfaat untuk dirinya sendiri tapi juga untuk lingkungan sekitarnya. 32
Kunci kesuksesan bagi penuntut ilmu (peserta didik) adalah memiliki semnagat yang tinggi dan tekun dalam menuntut ilmu. Menjadi peserta didik hendaknya selalu berupaya meluangkan waktu untuk belajar dan mengulang pelajaran yang telah didapat. Dengan semnagat dan kesungguhan peserta didik dalam menuntut ilmu maka kesuksesan peserta didik tidak hany sekedar angan-angan semata. Imam Nawawi mengatakan bahwa kunci kesuksesan peserta didik adalah memiliki semangat dan kesungguhan, ketekunan dan usaha yang mereka lakukan. 33
Maka dapat disimpulkan bahwa, sebagai peserta didik haruslah memiliki jiwa semangat yang tinggi dan kesungguhan dalam menuntut ilmu, demi meraih masa depan supaya kesuksesan tidak hanya sekedar bayangan.
## c. Tugas dan Kewajiban Peserta Didik
Mengenai tugas dan kewajiban seorang peserta didik, banyak pengertian yang harus dimengerti dan dilaksanakan oleh peserta didik, karena itu semua akan menyangkut mengenai akhlak sebagai peserta didik. Dalam filsafat Syed Muhammad Naquib Al-Attas memiliki pandangan bahwa seorang pendidik harus menyelesaikan masa belajarnya dibawa pengaar khusus dan selayaknya untuk tidak menyalurkan ilmunya sebelum menyelesaikan bidang yang dia pelajari. Sehingga sebagai peserta didik haruslah menuntut ilmu dengan bersungguh- sungguh dengan mengharap ridhoh dari seorang pendidik yang mengajarinya hingga ilmunya menjadi manfaat. 34
32 Wan Mohd Nor Wan Daud, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed Muhammad Naquib Al-Attas ....., hlm. 174
33 Skripsi Imam Abdurrosyid, Adab Peserta Didiik Menurut Imam Nawawi , (Ponorogo: IAIN Ponorogo, 2019), hlm. 65-66
34 Wan Mohd Nor Wan Daud, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed Muhammad Naquib Al-Attas ....., hlm. 261
Dalam Undang- Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pembelajaran Nasional Bab V Pasal 12 disebutkan:
1) Tiap peserta didik pada tiap satuan pembelajaran berhak:
a) Memperoleh pembelajaran agama yang sesuai dengan agama yang dianutnya serta diajarkan
b) Memperoleh pelayanan pembelajaran yang sesuai dengan bakat, atensi, serta kemampuanya
c) Memperoleh beasiswa untuk yang berprestasi, yang orang tuanya tidak sanggup membiayai pendidikanya.
d) Memperoleh biaya pembelajaran pada jalur satuan pendidikan lain yang setara
e) Menyelesaiakan program pembelajaran yang cocok dengan kecepatan belajar masing-masing serta tidak menyimpang dari syarat batasan waktu yang diterapkan
2) Tiap peserta didik berkewajiaban:
a) memelihara norma-norma pembelajaran untuk menjamin keberlangsungan proses serta keberhasilan pembelajaran.
b) Turut menanggung biaya penyelenggaraan pembelajaran, kecuali untuk peserta didik yang dibebaskan dari kewajiban tersebut yang cocok dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku. 35
Semua hal-hal itu cukup penting untuk difahami oleh peserta didik, sekaligus bisa digunakan untuk pegangan ketika menuntut ilmu. Disamping bermacam pendekatan tersebut, peserta didik sebaiknya memiliki kesiapan serta kesediaan untuk belajar dengan tekun, baik secara raga ataupun mental.
B. Relevansi Konsep Pendidik dan Peserta Didik menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas di Era Masa Kini
Dalam pemikiran Syed Muhammad Naquib Al-Attas proses pendidikan bagaikan sebuah keluarga yang selalu memberi motivasi dan kasih sayang diantara mereka. Begitu juga dengan pendidik dan peserta didik keduanya merupakan komponen terpeting dalam proses pendidikan. Dalam proses pembelajaran tugas pendidik adalah mengayomi peserta didik, sedangkan peserta didik harus menghormati kepada pendidik melalui pendidikan akhlaknya.
Sebagaimana kita ketahui dalam Undang-undang RI Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen BAB I Pasal I menyebutkan bahwa guru (pendidik) pendidik prfesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbinng, mengarahkan, melatih, menilai dan membenarkan
35 Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah Tentang Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Depag RI, 2006), hlm. 12
peserta didik pada pendidikan anak usia dini ke jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, hingga sampai kependidikan menengah. 36
Sementara itu, Undang-undang Sisdiknas juga menguraikan tentang pengertian pendidik secara khusus. Pendidik merupakan tenaga kependidikan yang bermutu sebagai seseorang guru, dosen, konselor, pamong belajar, tutor instruktur, fasilitator serta sebutan lain yang cocok dengan kekhususannya, dan berpartisipasi dalam menyelenggarakan pembelajaran. Pendidik secara khusus artinya memiliki kualitas minimum dalam suatu bidang keilmuan tertentu. 37
Sejalan dengan Undang-undang di atas, Syed Muhammad Naquib Al-Attas juga menekankan pendidik harus mentransfer ilmunya dalam proses belajar mengajar serta mendidik kepribadian peserta didik terlebih dahulu pendidik harus memiliki kepribadian yang baik agar dijadikan tauladan bagi para murindnya.
Begitu pula, peserta didik cocok dalam Undang- undang RI Nomor. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pembelajaran Nasional adalah anggota warga masyarakat yang berupaya mengemban kemampuan diri lewat proses pendidikan yang ada pada jalur, jenjang serta tipe peendidikan tertentu. Dengan demikian, peserta didik merupakan orang yang membangun pilihan buat menempuh ilmu yang cocok dengan cita- cita serta harapan mereka.
Mengaitkan antara konsep Syed Muhammad Naquib Al-Attas dan Undang-undang yang membahas tentang peserta didik, maka penulis dapat menyimpulakn bahwa peserta didik merupakan seseorang yang berusaha menggali pengetahuan dengan untuk meraih cita-citanya melalui pendidik dan tanpa menghilangkan adab mereka sebagai peserta didik.
Pemikiran konsep pendidik dan peserta didik Syed Muhammad Naquib Al-Attas dilatar belakangi karena pendidikan di Indonesia sedikit demi sedikit mulai melunturkan sebuah adab. Dalam pandangan Syed Muhammad Naquib Al-Attas adab lebih diutamakan sebelum mendalami sebuah ilmu pengetahuan.
Upaya dan pemikiran Syed Muhammad Naquib Al-Attas tentng konsep pendidik dan peserta didik sangat relevan untuk ditelaah dan menjadi acuan terutama dalam lingkungan pendidikan di Indonesia saat ini. Serta perlu ditinjau kembali untuk dapat diterapkan dalam lembaga pendidikan yang ada di Indonesia.
Maka Dari itu, peneliti menyimpulkan bahwa konsep pendidik dan peserta didik Syed Muhammad Naquib Al-Attas sangat relevan untuk dilakukan rekonstruksi serta reposisi bagi lingkungan pendidikan, baik pendidikan formal maupun non formal.
36 Undang-undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Th. 2005), (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hlm. 3
37 Helmawati, Pendidikan Keluarga , (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014), hlm. 98-99
## Kesimpulan
Konsep pendidik menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas adalah orang yang mentransfer ilmunya dalam proses belajar mengajar serta mendidik kepribadian peserta didik, terlebih dahulu pendidik harus memiliki kepribadian yang baik agar dijadikan tauladan bagi para murindnya. Sedangkan peserta didik adalah seorang yang berusaha menuntut ilmu dengan menggali ilmu dari para pendidik sesuai dengan adab yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an dan hadis. Menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas adab adalah disiplin tubuh, jiwa dan ruh. Disiplin harus menegaskan dalam hubungan dengan kemampuan dan potensi jasmani, intelektual dan rohani. Adab juga merupakan metode untuk mendidik prilaku dan kepribadian peserta didik. Tugas pendidik peserta diidk adalah saling memberi manfaat kepada peserta didik. Sesuai dengan perkembangan zaman. Kompetensi pendidik merupakan panduan yang dapat dijadikan ukuran keberhasilan pendidik dalam pembelajaran sebagai pendidik yang profesional.
Peserta didik ialah makhluk Allah SWT yang terdiri dari aspek jasmani serta rohani yang belum menggapai tahap kematangan. Pengertian peserta didik juga terkandung dalam artian ta’dib . Kata ta’ dib ialah masdar dari addaba yang bisa dimaknai kepada proses pembelajaran yang lebih tertuju pada pembinaan serta penyempurnaan akhlak serta budi pekerti peserta didik. Adab peserta didik merupakan tingkah laku atau kebiasaan yang harus dilakukan oleh peserta didik, salah satunya yaitu sebagai pendidik harus sabar, menghormati pendidik, memiliki pribadi yang baik dan memiliki semangat yang tinggi dalam menuntut ilmu. Tidak hanya memiliki adab, sebagai peserta didik harus melaksanak tugas dan kewajibannya masing-masing.
Menurut penulis, upaya dan pemikiran Syed Muhammad Naquib Al-Attas tentng konsep pendidik dan peserta didik sangat relevan untuk ditelaah dan menjadi acuan terutama dalam lingkungan pendidikan di Indonesia saat ini. Serta perlu ditinjau kembali untuk dapat diterapkan dalam lembaga pendidikan yang ada di Indonesia. Maka Dari itu, peneliti menyimpulkan bahwa konsep pendidik dan peserta didik Syed Muhammad Naquib Al-Attas sangat relevan untuk dilakukan rekontruksi serta reposisi bagi lingkungan pendidikan, baik pendidikan formal maupun non formal.
## Daftar Pustaka Sumber Buku
Ansori, Ma’ruf. 2012. Etika Belajar bagi Penuntut ilmu terjemah Taklimul muta’alim . Surabaya: Al- Mifta.
Asrori, Achmad Labib. 2010. Terjemah Hadist Arba’in Nawawi . Surabaya: Al-Mifta Daradjat, Zakiyah dkk. 1992. Ilmu Pendidikan Islam . Jakarta: Balai Pustaka.
E-ISSN 2622-9889 (Online)
Daud, Wan Mohd Nor Wan. 2003 Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syeh Muhammad Naquib Al-Attas . Bandung: Mizan.
fahmy, Hamid. 2013. dalam Pengantar Penerjemah Filsafat dan Praktik Pendidikan islam, Wan Mohd Nor Wan Daud, Filsafat dan praktik Pendidikan Islam Bandung: Mizan.
Halid, Hanaf. 2018. IIlmu Pendidikan Islam . Yogyakarta: Deepublis.
Helmawati. 2014. Pendidikan Keluarga . Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Hermawan, Heris. 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia.
Mujib, Abdul. jusuf Muzakkir. 2006. Ilmu Pendidikan Islam . Jakarta: Kencana Prenada.
Nizar, Samsul. 2002. Filsafat Pendidikan Islam . Jakarta: Ciputat Press, 2002
Nuryanto, M. Agus. 2008. mazhab Pendidikan Kritis . Yogyakarta: Resis Book.
Ramayulis. 2004. Ilmu Pendidikan Islam . Jakarta: Bumi Aksara.
Suharto, Toto. 2014. Filsafat Pendidikan Islam . Yogyakarta: Ar-Ruzz.
Syed Muhammad Naquib Al-Attas. 1992. Konsep Pendidikan dalam Islam . Bandung: Penerbit Mizan.
Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah Tentang Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Depag RI, 2006)
Undang-undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Th. 2005), (Jakarta: Sinar Grafika, 2010)
## Sumber Skripsi
Abdurrosyid, Imam. 2019. Adab Peserta Didiik Menurut Imam Nawawi . Ponorogo: IAIN Ponorogo Aini, Nazifatul. 2018. Adab Interaksi Pendidik dan Peserta Didik dalam Perspektif Al-Qur’an Surah Al- Kahfi Ayat 60-82 . Medan: UIN Sumatra Utara
Mas’ud, Ahmad Abu. 2020. Konsep Guru Ideal Perspektif Imam Nawawi dan Hadratu As-Syaikh Hasyim Asy’ari . Malang, UIN Maulana Malik Ibrahim.
Nisa, Khairun. 2018. Keteladanan Guru Kelas dalam Membentuk Karakter Siswa Hidayatulloh Batang Kuis. Medan: UIN Sumatra Utara.
Humidi, Adi. 2018. Adab Pendidik dan Peserta Didik Perspektif Syeikh Abdul Qodir Al-Jailani. Lampung: UIN Raden Intan
## Sumber Jurnal
Aini, Quurotul. T.t. Konsep Keatuan Iman, IPTEK dan Amal menuju Terbentuknya Insan Kamil dalam Perspektif Pendidikan Islam . Jombang: STIT Al-Uratul Wutsqo
|
539dc636-59ce-4a8c-8214-67b8ed5aeb26 | https://talenta.usu.ac.id/jtk/article/download/6489/4220 |
## Jurnal Teknik Kimia USU
ISSN : 2337-4888
Homepage : https://talenta.usu.ac.id/jtk
ISSN : 2337- 4888 JURNAL TEKNIK KIMIA - USU Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
## Pengaruh Waktu Ekstraksi, Rasio Bahan/Pelarut, dan Daya Microwave Terhadap Hasil Ekstraksi Minyak Serai Dapur dengan Bantuan Gelombang Mikro
Effect of Extraction Time, Ingredient/Solvent Ratio, and Microwave Power on Extraction
## Results of Lemongrass Oil with Microwave Assistance
Venitalitya A. S. Augustia*, Naufal Charfadz, Rizki Akbar, Diana Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia, Jalan Kaliurang KM 14,5, Umbulmartani, Ngemplak, Kab. Sleman, 55584, Indonesia
*Email: venitalitya.augustia@uii.ac.id
## Abstrak
Serai dapur merupakan sumber minyak atsiri yang banyak tumbuh di Indonesia. Beberapa metode untuk mengekstrak minyak atsiri, antara lain metode hidrodistilasi, distilasi kukus, ekstraksi soxhlet , ekstraksi dengan fluida superkritis, ekstraksi dengan ultrasonik, dan ekstraksi dengan gelombang mikro. Pada penelitian ini, metode ekstraksi yang digunakan adalah hidrodistilasi dengan bantuan gelombang mikro. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu ekstraksi (60 menit, 75 menit, dan 90 menit), rasio bahan/pelarut (1:4 g/mL dan 1:5 g/mL), dan daya (500 watt dan 600 watt) terhadap kuantitas dan kualitas ekstrak minyak atsiri serai dapur. Hasil minyak atsiri yang diperoleh dilakukan analisis berupa perhitungan densitas minyak atsiri, yield , dan analisis GC-MS. Hasil analisis menunjukkan bahwa densitas minyak serai dapur hasil ekstraksi berkisar antara 0,880 g/mL – 0,920 g/mL pada suhu 30 o C, dengan yield tertinggi berkisar antara 0,0044% – 0,0046% pada sampel dengan rasio bahan/pelarut 1:5 g/mL. Komponen minyak serai dapur yang diperoleh terdiri dari beberapa senyawa, yaitu Z-citral, geranil asetat, dan geraniol.
Kata kunci : daya, gelombang mikro, serai dapur, waktu ekstraksi, rasio bahan dan solven
## Abstract
Lemongrass, one type of source of essential oils, is widely cultivated in Indonesia. There are several methods for extracting the essential oils from lemongrasses, such as hydro-distillation, steam distillation, soxhlet extraction, extraction with supercritical fluids, ultrasonic extraction, and microwave-assisted hydro-distillation. In this study, microwave-assisted hydro-distillation was used as the extraction method. The purpose of this study was to determine the effect of extraction time (60 minutes, 75 minutes, and 90 minutes), lemongrass/solvent ratio (1:4 g/mL and 1:5 g/mL), and microwave power (500 watt and 600 watt) on quantity and quality of lemongrass essential oil. The essential oils obtained were analyzed in the form of calculation of the essential oil density, yield, and GC-MS analysis. The results of the analysis showed that the density of the extracted lemongrass oil ranged from 0.880 g/mL – 0.920 g/mL at a temperature of 30 o C, with the highest yield ranging from 0.0044% – 0.0046% in samples with a material/solvent ratio of 1:5 g/mL. The components found in lemongrass oil were Z-citral, geranyl acetate, geraniol.
Keywords: power, microwave, lemongrass, extraction time, raw material and solvent ratio
## Pendahuluan
Minyak atsiri merupakan senyawa yang dapat ditemukan secara alami pada berbagai jenis tanaman aromatik. Bagian tanaman yang mengandung minyak atsiri adalah seperti daun, bunga, kecambah, biji, dan juga pucuknya. Beberapa contoh tanaman yang digunakan sebagai sumber bahan baku minyak atsiri adalah serai, jeruk, mawar, dan cengkeh. Komponen yang terkandung dalam minyak atsiri merupakan campuran senyawa volatil, menghasilkan suatu aroma
khas, memiliki berat molekul yang rendah, serta memiliki sifat hidrofobik [1].
Terdapat kandungan minyak atsiri yang dapat mencegah pertumbuhan berbagai jenis mikroorganisme [2]. Senyawa bioaktif yang terkandung dalam minyak atsiri memiliki sifat antimikroba dan antioksidan yang sangat baik jika digunakan pada bidang kosmetik, farmasi, dan juga makanan. Kedua sifat ini memiliki peran yang penting untuk mencegah terjadinya kerusakan pada makanan
dan juga sebagai bahan pengawet alami pada makanan [3].
Salah satu sumber minyak atsiri yang banyak tumbuh di Indonesia adalah serai dapur. Tanaman ini memiliki nama latin berupa Cymbopogon citratus dan Cymbopogon flexuosus . Minyak atsiri yang dihasilkan mengandung kandungan senyawa sitral pada serai tersebut. Selain itu, serai dapur juga mengandung senyawa lain, seperti geraniol dan geranial [4].
Terdapat beberapa metode untuk mengekstrak minyak atsiri pada serai dapur, antara lain metode hidrodistilasi, distilasi kukus, ekstraksi soxhlet , ekstraksi dengan fluida superkritis, ekstraksi dengan ultrasonik, dan ekstraksi dengan gelombang mikro. Metode ekstraksi dengan bantuan gelombang mikro memiliki kelebihan dari sisi waktu ekstraksi yang lebih singkat dan konsumsi energi yang lebih sedikit [5].
Pada penelitian ini, metode ekstraksi yang digunakan adalah hidrodistilasi dengan bantuan gelombang mikro. Hidrodistilasi merupakan ekstraksi dengan pelarut berupa air. Metode ini merupakan metode konvensional yang sering digunakan untuk mengekstrak minyak atsiri dari berbagai tanaman, khususnya pada industri farmasi [6]. Konsumsi energinya yang cukup tinggi dan waktu ekstraksi yang cukup lama, maka digunakan gelombang mikro untuk meningkatkan yield ekstraksi, mempersingkat waktu ekstraksi, dan menurunkan biaya operasional [6].
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu ekstraksi (60 menit, 75 menit, dan 90 menit), rasio serai dapur/pelarut air (1:4 g/mL dan 1:5 g/mL), dan daya gelombang mikro (500 watt dan 600 watt) terhadap kuantitas dan kualitas minyak atsiri serai dapur yang dihasilkan. Hasil minyak atsiri yang diperoleh dilakukan analisis berupa perhitungan densitas minyak atsiri, yield , dan analisis komponen minyak atsiri menggunakan GC- MS.
## Teori
Serai dapur atau yang memiliki nama latin Cymbopogon citratus , merupakan salah satu jenis serai yang mudah ditemui di Afrika, Amerika, dan Asia, seperti Indonesia dan Malaysia. Serai ini umum digunakan sebagai bahan masakan pada beragam jenis masakan Nusantara. Serai dapur memiliki aroma seperti lemon, bentuk seperti rumput dengan ukuran yang tinggi yang dapat mencapai ukuran 1 m, dan lebar daun berkisar antara 5 – 10 mm. [7]. Tanaman ini cukup mudah untuk dibudidayakan khususnya di daerah dengan iklim tropis dan pada ketinggian 1200 mdpl [7].
Pada serai dapur ditemukan beberapa senyawa kimia, seperti tanin, terpenoid, fenol, flavonoid, dan gula [7-9]. Senyawa tersebut diisolasi dengan cara proses ekstraksi minyak atsiri dari tanaman serai dapur. Kandungan minyak atsiri pada serai dapur berkisar antara 1 – 2% dalam basis kering [9]. Beragam kandungan yang dimiliki oleh serai dapur
menyebabkan minyak atsiri yang dihasilkan bermanfaat sebagai bahan baku parfum, antipasmodik, analgesik, anti-inflamasi, dan antioksidan [7] [10].
Minyak atsiri dapat diperoleh melalui proses ekstraksi tanaman serai dapur. Beragam metode ekstraksi yang dapat digunakan, seperti distilasi fraksional, distilasi kukus, hidrodistilasi, dan soxhlet [10]. Pengembangan dari metode hidrodistilasi, yaitu ekstraksi menggunakan microwave [11] . Metode ini memberikan yield yang lebih tinggi, kebutuhan energi yang lebih rendah, dan waktu ekstraksi yang lebih singkat dibandingkan dengan metode ekstraksi konvensional [11].
Kualitas dan kuantitas produk minyak atsiri hasil dari proses ekstraksi dengan microwave dipengaruhi oleh berbagai parameter. Contoh parameter tersebut, yaitu waktu ekstraksi, jumlah massa bahan baku, kondisi bahan baku, ukuran bahan baku, volume pelarut, jenis pelarut, dan daya microwave . Waktu ekstraksi merupakan faktor yang sanagt krusial. Semakin besar waktu ekstraksi maka yield akan semakin besar [11]. Besaran jumlah massa bahan dan volume pelarut dapat bisa dituliskan dalam rasio bahan/pelarut. Semakin kecil rasio tersebut maka minyak atsiri dapat diisolasi secara optimal karena level densitas bahan yang yang tidak terlalu tinggi [11]. Daya microwave menjadi salah satu yang dipertimbangkan karena semakin tinggi daya ekstraksi akan menghasilkan energi dan suhu yang lebih besar pula sehingga proses pemanasan akan lebih cepat [11].
## Metodologi Penelitian
## Bahan dan Alat
Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah tanaman serai dapur dalam keadaan segar dan aquadest. Alat ekstraksi utama yang digunakan adalah oven microwave yang dimodifikasi.
## Cara Kerja
Proses ekstraksi minyak atsiri dari serai dapur dilakukan dengan metode ekstraksi dengan gelombang mikro. Cara kerja proses ekstraksi dengan gelombang mikro yang diadaptasi dari penelitian yang dilakukan oleh Chenni et al. (2020) dengan modifikasi adalah (i) menyiapkan alat oven microwave yang telah dimodifikasi untuk proses ekstraksi, (ii) memotong batang serai segar dan memasukan ke dalam tabung sampel yang mengandung aquadest dengan berbagai rasio serai dapur/pelarut (1:4 g/mL dan 1:5 g/mL), (iii) melakukan ekstraksi pada berbagai waktu ekstraksi (60 menit, 75 menit, dan 90 menit) dan pada berbagai daya oven microwave (500 watt dan 600 watt), dan (iv) mengeringkan minyak atsiri hasil dari proses ekstraksi, lalu menimbangnya, dan menyimpan pada suhu 4 o C sebelum dilakukan proses analisis [12]. Pada Tabel 1 dapat dilihat detail sampel ekstrak minyak atsiri dari serai dapur yang digunakan pada penelitian ini.
Tabel 2. Detail sampel ekstrak minyak atsiri dari serai dapur No. Nama Sampel Keterangan Waktu Ekstraksi (menit) Rasio Bahan/Pelarut (g/mL) Daya Ekstraksi (watt) 1 RD451 60 1:4 500
2 RD452 75 1:4 500 3 RD453 90 1:4 500 4 RD554 60 1:5 500 5 RD555 75 1:5 500 6 RD556 90 1:5 500 7 RD461 60 1:4 600 8 RD462 75 1:4 600 9 RD463 90 1:4 600 10 RD564 60 1:5 600 11 RD565 75 1:5 600 12 RD566 90 1:5 600
*)Keterangan:
RD45i: sampel dengan variasi berbagai waktu ekstraksi pada rasio konstan 1:4 g/mL daya konstan pada 500 watt.
RD55i: sampel dengan variasi berbagai waktu ekstraksi pada rasio konstan 1:5 g/mL daya konstan pada 500 watt.
RD46i: sampel dengan variasi berbagai waktu ekstraksi pada rasio konstan 1:4 g/mL daya konstan pada 600 watt.
RD56i: sampel dengan variasi berbagai waktu ekstraksi pada rasio konstan 1:5 g/mL daya konstan pada 600 watt.
R menunjukkan rasio bahan/pelarut konstan dan D menunjukkan daya ekstraksi konstan.
## Analisis Hasil Ekstraksi
Terdapat tiga analisis yang dilakukan pada penelitian ini, yaitu (i) analisis densitas minyak atsiri, (ii) analisis yield , dan (iii) analisis komponen minyak atsiri menggunakan Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS). Ketiga analisis ini digunakan untuk mengetahui kualitas dan kuantitas sampel minyak atsiri yang diperoleh. Terdapat dua belas sampel dengan keterangan seperti tercantum pada 2 .
## Hasil
## Pengaruh Waktu Ekstraksi, Rasio Bahan/Pelarut, dan Daya Terhadap Densitas Minyak Atsiri
Salah satu spesifikasi persyaratan mutu suatu minyak serai dapur berdasarkan Standar Nasional Indonesia SNI 06-3953-1995 BSN, yaitu densitas. Nilai densitas yang dipersyaratkan adalah berkisar antara 0,8731 g/cm 3 – 0,8902 g/cm 3 [13]. Pada Gambar 1 terlihat bahwa nilai densitas pada berbagai sampel telah memenuhi persyaratan tersebut. Nilai densitas pada penelitian ini berkisar antara 0,880 g/mL – 0,920 g/mL pada suhu 30 o C. Hal ini dapat disimpulkan bahwa adanya perbedaan variasi pada waktu ekstraksi, rasio bahan/pelarut, serta daya ekstraksi tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap nilai densitas pada minyak atsiri yang dihasilkan.
Gambar 1. Nilai densitas minyak serai dapur pada berbagai sampel
Pada dasarnya densitas minyak atsiri dipengaruhi oleh komponen-komponen yang menyusun minyak atsiri tersebut. Semakin panjang rantai penyusun minyak atsiri dan semakin besar berat
0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 De n si ta s (g/m L )
molekulnya, maka densitas minyak atsiri akan semakin besar [13]. Selain itu, semakin lama proses ekstraksi yang dilakukan maka akan semakin banyak senyawa yang dapat diekstraksi sehingga akan meningkatkan konsentrasi minyak atsiri dan juga densitasnya [13]. Namun, pada penelitian ini, perbedaan waktu ekstraksi tidak terlalu signifikan. Oleh karena itu, densitas yang dihasilkan seragam atau tidak memiliki perbedaan yang terlalu jauh. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 1. Pada rasio bahan/pelarut dan daya ekstraksi yang sama, nilai densitas minyak atsiri tertinggi, yaitu pada waktu ekstraksi terpanjang (90 menit). Pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain, nilai densitas minyak serai dapur yang diperoleh dengan metode distilasi adalah 0,8796 g/cm 3 pada suhu 25 o C [14]. Nilai densitas ini merupakan nilai yang paling baik yang diperoleh pada penelitian tersebut.
## Pengaruh Waktu Ekstraksi, Rasio Bahan/Pelarut, dan Daya Terhadap Yield Minyak Atsiri
Liu et al. (2011) menyatakan bahwa rasio bahan/pelarut merupakan salah satu faktor penting
dalam suatu optimasi yield ekstraksi [15]. Berdasarkan grafik pada Gambar 2, pada daya dan waktu ekstraksi yang sama, nilai yield pada rasio bahan/pelarut 1:5 g/mL memberikan hasil yang lebih besar dibandingkan dengan yield 1:4 g/mL. Hal ini bisa terlihat pada contoh sampel RD451 dan RD454 serta RD461 dan RD464. Penggunaan pelarut yang terlalu banyak menyebabkan proses ekstraksi menjadi cukup sulit, namun jika jumlah pelarut terlalu sedikit maka hasil ekstrak yang dihasilkan juga kurang optimal [15]. Pada penelitian ini, rasio bahan/pelarut yang lebih besar memberikan yield yang lebih besar. Hal ini dikarenakan jumlah pelarut yang digunakan masih dalam jumlah yang optimal untuk proses ekstraksi. Namun sebaliknya, pada rasio 1:4 g/mL, nilai yield lebih rendah dikarenakan proses eksraksi yang belum optimal. Air, sebagai pelarut yang digunakan pada penelitian ini, merupakan media untuk melarutkan komponen-komponen yang terkandung pada serai tersebut. Dengan jumlah yang sedikit, maka kapasitas pelarutannya pun akan menurun sehingga jumlah minyak atsiri yang terekstraksi akan sedikit [16].
Gambar 2. Nilai yield minyak serai dapur pada berbagai sampel
Selain rasio bahan baku dan pelarut, waktu ekstraksi juga menjadi salah satu yang krusial dalam suatu proses ekstraksi. Berdasarkan Gambar 2 dan Gambar 3, yield ekstraksi pada daya dan rasio bahan/pelarut yang sama, menunjukkan nilai yang hampir seragam. Hal ini menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh perbedaan waktu estraksi yang cukup signifikan setelah 60 menit ekstraksi dijalankan. Hal ini dimungkinkan karena kondisi yang telah jenuh dimana hampir semua minyak atsiri sudah terekstrak secara optimal. Pada penelitian yang dilakukan oleh Drinic et al. (2020), menunjukkan bahwa proses ekstraksi minyak atsiri menggunakan metode yang sama hanya membutuhkan waktu selama 24 menit untuk daya sebesar 600 watt [17]. Pada
umumnya, ekstraksi minyak atsiri menggunakan hidrodistilasi dengan bantuan gelombang mikro akan membutuhkan waktu lebih singkat dibandingkan dengan metode hidrodistilasi konvensional. Metode hidrodistilasi membutuhkan waktu 112 menit lebih banyak dibandingkan dengan metode hidrodistilasi dengan gelombang mikro menggunakan 600 watt [17]. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan teknik pemanasan yang terjadi pada kedua metode tersebut [17].
Selain rasio bahan/pelarut dan waktu ekstraksi, nilai yield juga dipengaruhi oleh adanya perbedaan daya gelombang mikro yang digunakan. Pada penelitian ini menggunakan dua variasi daya, yaitu 500 watt dan 600 watt. Berdasarkan data pada Gambar
0 0.001 0.002 0.003 0.004 0.005 Yie ld ( % )
2 dapat dilihat bahwa pada waktu ekstraksi dan rasio bahan/pelarut yang sama, nilai yield ekstraksi hampir sama. Pada dasarnya, pada keadaan proses yang sama, semakin rendah daya yang digunakan maka akan menghasilkan nilai yield yang lebih rendah. Hal ini terjadi karena pemanasan yang belum optimal sehingga menyebabkan minyak atsiri yang terkekstrak belum optimal. Chen dan Spiro (1995) menyebutkan bahwa dengan daya yang tinggi maka sinar microwave
akan terabsorp lebih banyak oleh air sehingga dapat menyebabkan merusak struktur sel dari tanaman atau bahan baku minyak atsiri [18]. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak adanya perbedaan nilai yield yang signifikan pada penggunaan daya 500 watt dan 600 watt. Hal ini dikarenakan oleh karena perbedaan daya yang tidak terlampau jauh sehingga menghasilkan nilai yield yang hampir sama pula.
Gambar 3. Pengaruh waktu ekstraksi terhadap yield minyak serai dapur
Tabel 3. Komposisi kimia minyak serai dapur sampel RD451 dengan metode ekstraksi dengan
gelombang mikro No. Nama Senyawa Waktu Retensi (Menit) Persen Area (%) 1 Trans-2-Cis-6-Nonadienal 13,358 0,31 2 Longipinenepoxide 14,007 0,31 3 3-Undecyne 14,605 0,59 4 Z-Citral 17,916 59,53 5 1,3-Dioxane, 2,2- Dimethyl-5-Ethylidene 18,041 0,33 6 Epoxy-Linalooloxide 18,143 0,22 7 Geranyl Acetate 20,656 1,18 8 Elemol 27,509 0,22 9 Isobornyl Acetate 27,992 0,95 10 1,6,10-Dodecatrien-3-Ol, 3,7,11-Trimethyl-, S-(Z) 28,158 0,59 11 11-Octadecenoic Acid, Methyl Ester (CAS) Methyl 11-Octadecenoate 37,156 0,20 12 Geranyl Acetate 37,326 0,36 13 Neral 37,551 0,20 14 2,6-Octadien-1-Ol, 3,7- Dimethyl-, (E)- 38,111 0,38 15 Beta.-Citronellol 42,634 0,21
0.0025 0.0035 0.0045 0.0055 60 65 70 75 80 85 90 Y ield (% ) Waktu ekstraksi (menit) R(1:4), P(500) R(1:5), P(500)
R(1:4), P(600)
## Analisis Komponen Minyak Atsiri dengan GC-MS
Tabel 3 menunjukkan hasil analisis GC-MS pada sampel RD451. Pada tabel tersebut terlihat bahwa terdapat satu nilai persentase area yang paling tinggi dibandingkan dengan persentase area lainnya. Persentase area tersebut menunjukkan adanya senyawa Z-citral dengan waktu retensi sebesar 17,916 dan persen area sebesar 59,53%. Terdapat pula senyawa geranil asetat dan juga geraniol pada waktu retensi 20,656 dan 38,111. Pada penelitian yang dilakukan oleh Hanaa et al. (2012), juga menunjukkan adanya ketiga senyawa tersebut pada hasil GC-MS pada minyak atsiri Cymbopogon citratus [19]. Selain ketiga senyawa tersebut, pada penelitian tersebut juga disebutkan bahwa terdapat senyawa lain yang terkandung pada minyak serai dapur, seperti limonen, linalool, neral, dan geranial [19]. Pada penelitian yang dilakukan oleh Fokom et al. (2019), juga ditemukan adanya senyawa geraniol dan geranil asetat [4].
## Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh waktu ekstraksi (60 menit, 75 menit, dan 90 menit), rasio bahan/pelarut (1:4 g/mL dan 1:5 g/mL), serta daya ekstraksi (500 watt dan 600 watt) terhadap hasil minyak atsiri yang diperoleh dari serai dapur. Metode ekstraksi yang digunakan pada penelitian ini adalah hidrodistilasi dengan bantuan microwave . Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa tidak adanya pengaruh variabel tersebut terhadap densitas minyak atsiri yang dihasilkan. Densitas minyak atsiri yang diperoleh berkisar antara 0,880 – 0,920 g/mL (30 o C). Namun, yield menunjukkan bahwa semakin besar rasio bahan/pelarut maka yield yang dihasilkan semakin besar. Pada penelitian ini, rasio 1:5 g/mL memberikan nilai yield yang lebih besar. Komponen minyak serai dapur yang diperoleh terdiri dari beberapa senyawa, yaitu Z-citral, geranil asetat, dan geraniol.
## Ucapan Terima Kasih
Ucapan terima kasih ditujukan kepada Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia yang telah memberikan dukungan berupa pendanaan serta peralatan yang memadai sehingga penelitian ini dapat dilakukan dengan baik.
## Daftar Pustaka
[1] N. Khalil, M. Ashour, S. Fikry, A. N. Singab, and O. Salama, “Chemical composition and antimicrobial activity of the essential oils of selected Apiaceous fruits,” Futur. J. Pharm. Sci. , vol. 4, no. 1, pp. 88–92, 2018.
[2] F. Nazzaro, F. Fratianni, L. De Martino, R. Coppola, and V. De Feo, “Effect of essential oils on pathogenic bacteria,” Pharmaceuticals , vol. 6, no. 12, pp. 1451–
1474, 2013.
[3] S. Mandal and M. Mandal, “Coriander
(Coriandrum sativum L.) essential oil: Chemistry and biological activity,” Asian Pac. J. Trop. Biomed. , vol. 5, no. 6, pp. 421– 428, 2015.
[4] R. Fokom et al. , “Growth, essential oil content, chemical composition and antioxidant properties of lemongrass as affected by harvest period and arbuscular mycorrhizal fungi in field conditions,” Ind. Crops Prod. , vol. 138, no. June, p. 111477, 2019.
[5] F. Benkaci-Ali, A. Baaliouamer, and B. Y. Meklati, “Kinetic study of microwave extraction of essential oil of Nigella sativa L. seeds,” Chromatographia , vol. 64, no. 3–4, pp. 227–231, 2006.
[6] H. S. Kusuma and M. Mahfud, “Preliminary study: Kinetics of oil extraction from sandalwood by
microwave-assisted
hydrodistillation,” IOP Conf. Ser. Mater. Sci. Eng. , vol. 128, no. 1, 2016.
[7] O. A. Lawal, A. L. Ogundajo, N. O. Avoseh, and I. A. Ogunwande, "Cymbopogon citratus", in Medicinal Spices and Vegetables from Africa . London: Elsevier Inc, 2017, pp. 397 - 423.
[8] E. H. Chisowa, D. R. Hall, and D. I. Farman, “Volatile constituents of the essential oil of Cymbopogon citratus Stapf grown in Zambia,” Flavour Fragr. J. , vol. 13, no. 1, pp. 29–30, 1998.
[9] E. O. Ajayi, A. P. Sadimenko, and A. J. Afolayan, “GC-MS evaluation of Cymbopogon citratus (DC) Stapf oil obtained using modified hydrodistillation and microwave extraction methods,” Food Chem. , vol. 209, pp. 262–266, 2016.
[10] A. Wany, A. Kumar, S. Nallapeta, S. Jha, V. K. Nigam, and D. M. Pandey, “Extraction and characterization of essential oil components based on geraniol and citronellol from Java citronella (Cymbopogon winterianus Jowitt),”
Plant Growth Regul. , vol. 73, no. 2, pp. 133– 145, 2014.
[11] H. S. Kusuma, A. Altway, and M. Mahfud, “Solvent-free microwave extraction of essential oil from dried patchouli (Pogostemon cablin Benth) leaves,” J. Ind. Eng. Chem. , vol. 58, pp. 343–348, 2018.
[12] M. Chenni, D. El Abed, S. Neggaz, N. Rakotomanomana, X. Fernandez, and F. Chemat, “Solvent free microwave extraction followed by encapsulation of O. basilicum L. essential oil for insecticide purpose,” J. Stored Prod. Res. , vol. 86, 2020.
[13] C. A. Pramani, "Pengaruh Perlakuan Awal Bahan Baku dan Waktu Destilasi Serai Dapur (Cymbopogon
citratus) Terhadap
Karakteristik Fisikokimia Minyak Serai
Dapur (Lemongrass oil) " , Skripsi, Univ. Sebelas Maret. Surakarta, 2010.
[14] Y. E. Feriyanto, P. J. Sipahutar, and P. Prihatini, “Menggunakan Metode Distilasi Uap dan Air dengan Pemanasan Microwave,”
J. Tek. Pomits. vol. 2, no. 1, pp. 93–97, 2013. [15] T. Liu et al. , “Application of ionic liquids based microwave-assisted simultaneous extraction of carnosic acid, rosmarinic acid and essential oil from Rosmarinus officinalis,” J. Chromatogr. A , vol. 1218, no.
47, pp. 8480–8489, 2011.
[16] K. P. Solanki, M. A. Desai, and J. K. Parikh, “Microwave intensified extraction: A holistic approach for extraction of citronella oil and phenolic compounds,” Chem. Eng. Process. - Process Intensif. , vol. 146, no. November,
2019.
[17] Z. Drinić, D. Pljevljakušić, J. Živković, D. Bigović, and K. Šavikin, “Microwave- assisted extraction of O. vulgare L. spp. hirtum essential oil: Comparison with conventional hydro-distillation,” Food Bioprod. Process. , vol. 120, no. 2006, pp.
158–165, 2020.
[18] J. R. Dean, “Microwave extraction,” Compr. Sampl. Sample Prep. , vol. 2, no. May 1994, pp. 135–149, 2012.
[19] A. R. Mohamed Hanaa, Y. I. Sallam, A. S. El- Leithy, and S. E. Aly, “Lemongrass
(Cymbopogon citratus) essential oil as affected by drying methods,” Ann. Agric. Sci. , vol. 57, no. 2, pp. 113–116, 2012.
|
98a22d70-35b6-4036-9e43-48813fc0a835 | https://jurnal.uui.ac.id/index.php/JHTM/article/download/1439/744 | Pengaruh Dukungan Sosial Orangtua Terhadap Prokrastinasi Akademik Dalam Menyelesaikan Skripsi Mahasiswa Fakultas Ilmu Gizi
Andi Syahputra 1 , Zahara M 2 1,2 Program Studi Psikologi, Universitas Ubudiyah Indonesia, Banda Aceh
a) Corresponding Author : andisyahputra@uui.ac.id
## Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan sosial orang tua dengan prokrastinasi akademik dalam menyelesaikan skripsi pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Kesehatan Jasmani dan Rekreasi Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif, dengan menggunakan purposive sampling dalam teknik pengambilan sampel. Sebelum dilakukan uji korelasi, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji linieritas. Berdasarkan hasil analisis data dengan 50 orang subjek penelitian diketahui hasil koefisien korelasi sebesar r = -0,224. Dari hasil perhitungan tersebut terbukti bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial orang tua dengan prokrastinasi akademik dalam menyelesaikan skripsi pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Kesehatan Jasmani dan Rekreasi Unlam Banjarbaru.
## PENDAHULUAN
Sekolah untuk membantu proses pembelajaran. Sebagian besar produk kreatif tidak diciptakan oleh siswa-siswi Sekolah Menengah Pertama (SMA) tetapi diciptakan oleh siswa- siswi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sedangkan dalam teori perkembangan, usia-usia tersebut sangat potensial untuk mengembangkan kreativitas dalam diri individu. Kreativitas siswa dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal dapat berupa motivasi belajar yang dalam aplikasinya memerlukan kondisi tertentu untuk diekspresikan. Kondisi tersebut adalah faktor eksternal yang memberikan kebebasan dan kenyamanan psikologis bagi seorang individu. Kebebasan dan kenyaman
psikologis salah satunya diperoleh dari adanya dukungan sosial orang- orang di sekitarnya. Melalui dukungan sosial tersebut, apakah dapat mempengaruhi kreativitas siswa Ataukah dukungan sosial dapat mempengaruhi kreativitas melalui motivasi belajar siswa? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah pengaruh dukungan sosial terhadap kreativitas siswa SMA Negeri 3
Banda Aceh melalui motivasi belajar atau adakah pengaruh langsung antara dukungan sosial terhadap kreativitas siswa SMA Negeri 2 Sidoarjo. Penelitian ini akan menambah ilmu pengetahuan psikologi, terutama di bidang psikologi pendidikan. Untuk pihak sekolah, dapat dijadikan sebagai evaluasi mengenai sarana dan prasarana yang dimiliki. Untuk guru pembimbing di kelas, dapat dijadikan bahan evaluasi dalam proses belajar mengajar di kelas. Untuk siswa, dapat lebih mengembangkan kreativitas dalam menciptakan suatu produk dari hasil belajar yang dapat bermanfaat untuk menunjang proses belajarnya sehingga tercipta generasi penerus bangsa yang berkualitas. Orang tua siswa dapat meningkatkan perhatian, kasih sayang, dan berbagai dukungan untuk menumbuh-
kembangkan kreativitas anak-anak mereka.
## METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional. Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel, variabel bebas berupa dukungan sosial, variabel interverning berupa motivasi belajar, dan variabel terikat berupa kreativitas siswa. Subjek penelitian berjumlah 90 siswa kelas X SMA Negeri 2 Sidoarjo yang dipilih dengan menggunakan teknik cluster random sampling . Untuk variabel dukungan sosial dan motivasi belajar diukur menggunakan skala psikologi, sedangkan untuk
kreativitas siswa diukur melalui produk karangan yang telah dibuat
oleh siswa kelas X SMA Negeri 2 Sidoarjo.
Skala dukungan sosial di adaptasi dari interpersonal support evaluation list (ISEL) milik Cohen,
S., & Hoberman, H, skala motivasi belajar di adaptasi dari motivated strategies for learning questionnaire (MSLQ) milik Pintrich, R. R., & DeGroot, E. V, dan penilaian kreativitas siswa diadaptasi dari lembarpenilaian milik Utami Munandar. Analisa data menggunakan regresi linear berganda dan uji sobel.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil perhitungan standar deviasi hipotetik menunjukkan bahwa dukungan sosial, motivasi belajar, dan kreativitas siswa berada dalam kategori sedang. Responden yang mendapatkan dukungan sosial dalam kategori sedang sebesar 60% atau sebanyak 54 orang. Kemudian responden yang memiliki motivasi belajar pada kategori sedang sebesar 63,33% atau sebanyak 57 orang. Sedangkan responden yang memiliki kreativitas pada kategori sedang sebesar 60 % atau sebanyak 54 orang.
Hasil output SPSS memberikan nilai unstandardized beta dukungan sosial terhadap motivasi belajar sebesar 0,592 dan signifikan pada 0,001. Hal ini berarti dukungan sosial mempegaruhi motivasi belajar. Nilai koefisien unstandardized beta 0,592 merupakan nilai path atau jalur p2. Kemudian hasil output SPSS nilai unstandardized beta
untuk dukungan sosial sebesar 0,071 dan motivasi belajar 0,186, yang hanya signifikan pada motivasi belajar terhadap kreativitas siswa, sedangkan untuk dukungan sosial terhadap kreativitas siswa tidak signifikan. Nilai unstandardized beta dukungan sosial 0,071 merupakan nilai jalur path 1 (p1) dan nilai unstandardized beta motivasi
belajar 0,186 merupakan nilai jalur path 3.
1. Tingkat Dukungan Sosial Siswa SMA Negeri 3 Banda Aceh Tingkat dukungan sosial siswa-siswi SMA Negeri 3 Banda Aceh terbagi menjadi tiga kategori,
yakni tinggi, sedang, rendah. Kategori tingkat dukungan sosial tinggi sebesar 38,89% atau 35 siswa. Kemudian untuk kategori dukungan sosial sedang sebesar 60% atau 54 siswa. Dan untuk kategori dukungan sosial rendah sebesar 1,11% atau 1 siswa. Dengan demikian, tingkat dukungan sosial sosial siswa-siswi SMA Negeri 3 Banda Aceh berada dalam kategori sedang dengan presentase sebesar 60%.
Siswa yang berada dalam kategori dukungan sosial tinggi merupakan siswa yang telah mendapatkan bantuan maupun pertolongan dari orang-orang disekitarnya secara optimal. Kemudian untuk siswa dengan tingkat dukungan sosial sedang, orang tua maupun guru dapat meningkatkan perhatian, penghargaan positif, dan pemberian petunjuk maupun nasehat kepada siswa tersebut. Sedangkan siswa dengan dukungan sosial rendah, orang tua dan guru mengevaluasi perhatian maupun bantuan yang telah mereka berikan dan mencoba untuk memahami bantuan apa yang sebenarnya dibutuhkan
siswa tersebut. 2 Tingkat Motivasi Belajar Siswa SMA Negeri 3 Banda Aceh Tingkat motivasi belajar siswa-siswi SMA Negeri 3 Banda Aceh terbagi menjadi dua kategori, yakni tinggi dan sedang. Kategori tingkat motivasi belajar tinggi sebesar 36,67% atau 33 siswa. Dan untuk kategori motivasi belajar sedang sebesar 63,33% atau 57 siswa. Dengan demikian, tingkat motivasi belajar siswa-siswi SMA Negeri 3 Banda Aceh berada dalam kategori sedang dengan presentase sebesar 63,33%.
Siswa yang berada dalam kategori motivasi belajar tinggi merupakan siswa yang telah berusaha memunculkan keinginan dari dalam dirinya sendiri dalam memperoleh pengetahuan dan
mengembangkan kemampuan yang dimiliki. Kemudian untuk siswa dengan tingkat motivasi belajar
sedang, orang tua maupun guru dapat membuat lingkungan belajar yang lebih nyaman dan membuat stimulasi-stimulasi pembelajaran yang menarik minat siswa.
3. Tingkat Kreativitas Siswa SMA Negeri 3 Banda Aceh
Tingkat kreativitas siswa-siswi SMA Negeri 3 Banda Aceh terbagi menjadi tiga kategori, yakni tinggi, sedang, rendah. Kategori tingkat kreativitas siswa tinggi sebesar 23,33% atau 21 siswa. Kemudian untuk kategori kreativitas siswa sedang sebesar 60% atau 54 siswa. Dan untuk kategori kreativitas siswa rendah sebesar 16,67% atau 15 siswa Dengan demikian, tingkat kreativitas siswa-siswi SMA Negeri 3 Banda Aceh berada dalam kategori sedang dengan presentase sebesar 60%.
Siswa yang berada dalam kategori kreativitas tinggi merupakan siswa yang telah berusaha mengembangkan kreativitasnya secara optimal.
Kemudian untuk siswa dengan tingkat kreativitas sedang, orang tua maupun guru dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dengan membuat lingkungan belajar yang lebih nyaman dan membuat stimulasi-stimulasi pembelajaran yang menarik minat siswa. Sedangkan siswa dengan kreativitas rendah, orang tua dan guru mengevaluasi pembelajaran yang telah mereka berikan dan mencoba model pembelajaran baru yang lebih menarik minat siswa.
4. Pengaruh Langsung Dukungan Sosial terhadap Kreativitas Siswa SMA Negeri 3 Banda Aceh Berdasarkan hasil analisa data menunjukkan bahwa nilai R
= 0,131, dimana nilai R semakin menjauhi angka 1 maka antara variabel bebas dan variabel terikat memiliki korelasi yang lemah. Kemudian nilai signifikansi (p) menunjukkan bahwa 0,218 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan sosial tidak berpengaruh terhadap kreativitas siswa. Dengan demikian, semakin tinggi maupun rendah dukungan sosial yang diterima oleh siswa- siswi SMA Negeri 3 Banda Aceh tidak akan mempengaruhi kreativitas yang akan dikembangkan. 1. Dukungan sosial bukan
merupakan satu-satunya variabel yang dapat membuat seorang individu merasa nyaman dan bebas secara psikologis. Hal ini dikarenakan dalam lingkungan kreatif dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kepemimpinan yang berubah dalam suatu negara atau situasi politik, tradisi budaya yang ada di lingkungan tempat tinggal individu, dan model- model
pembelajaran yang digunakan di sekolah.
5. Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Kreativitas SMA Negeri 3 Banda Aceh Sidoarjo melalui Motivasi Belajar Berdasarkan hasil analisa data
menunjukkan bahwa nilai R = 0,257, dimana R semakin menjauhi angka 1 maka antara variabel bebas dan variabel terikat memiliki korelasi yang lemah. Sedangkan
nilai t hitung = 1,7532 lebih kecil dari t tabel dengan tingkat signifikansi 0,05 yaitu sebesar 1,980, maka dapat disimpulkan bahwa koefisien mediasi 0,1101 tidak signifikan yang berarti tidak ada pengaruh mediasi. Dengan demikian, Ha ditolak dan H 0
diterima. Hal tersebut berarti bahwa dukungan sosial tidak berpengaruh terhadap kreativitas siswa melalui motivasi belajar.
Lingkungan individu dimana ia
tinggal telah memberikan kenyamanan dalam mengembangkan kreativitasnya, namun dukungan sosial bukan merupakan satu-satunya faktor yang mempengaruhi hal tersebut. Oleh karena itu, hasil penelitian ini tidak menunjukkan bahwa kreativitas siswa dipengaruhi oleh dukungan sosial melalui motivasi belajar. Ini berarti ada faktor-faktor lingkungan lain yang berpengaruh didalamnya (poin 4). Meskipun dukungan sosial tidak berpengaruh terhadap kreativitas siswa, tetapi hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa-siswi SMA Negeri 3 Banda Aceh elah memiliki motivasi intrinsik yang baik untuk
mengembangkan kreativitasnya.
## KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bawa terdapat hubungan positif yang signifikan antara self compassion dengan penyesuaian diri sehingga hipotesis diterima. Semakin tinggi self compassion maka semakin tinggi pula penyesuaian diri yang dimiliki oleh anak binaan baik di LPKA banda aceh.
Terdapat beberapa saran yang dapat diberikan untuk anak binaan yang masih harus menjalankan masa tahanannya, harus menanamkan pada diri bahwa situasi yang tidak menyenangkan adalah sebuah batu loncatan menuju kearah yang lebih
baik. Sering
mendengarkan pengalaman orang lain dan ambil hikmah yang terkandung didalamnya, bagi petugas yang berada di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Mengadakan kegiatan seperti konseling dan kegiatan yang memotivasi agar anak binaan menjadi lebih baik saat mereka selesai menjalani masa tahanan. Maka anak binaan diharapkan tidak mudah menyalahkan diri sendiri ketika dihadapkan dengan bebrbagai tekanan ataupun penderitaan dalam menjalani hidup dan bagi Penenliti Selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian dengan menggunakan faktor yang mempengaruhi lainnya dari penyesuaian diri anak binaan di LPKA. Serta memperhatikan waktu pelaksanaan sehingga hasil akan lebih maksimal dan bervariasi.
## REFERENSI
A. Buku Utami, Putri Kharisma. 2016. Kelayakan Taman Percontohan Ramah Anak di Daerah Khusus B. Artikel Jurnal Rahmiati, Desti dan Prihastomo,
Agustiani, H. (2006). Psikologi Perkembangan: Pendekatan Ekologi Kaitannya Dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri PAda Remaja . Bandung: Refika Aditama. Akin, A. (2009). Self-compassion and submissive behavior. Egitim ve Bilim , 34 (152), 138–147.
Barry, C. T., Loflin, D. C., & Doucette, H. (2015). Adolescent self- compassion: Associations with narcissism, self-esteem, aggression, and internalizing symptoms in at-risk males. Personality and Individual
Differences , 77 , 118–123. https://doi.org/10.1016/j.paid.2014.12. 036 Desmita, R. (2008). Psikologi Perkembangan . Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
DP3AP2KB Yogyakarta. (2019). Data Gender dan Anak D.I. Yogyakarta.
Hasanah, W. A. (2020). Subjective Well-Being Pada Mahasiswa Perantau Ditinjau Dari Tingkat Koping Religius dan Self Compassion . Universitas Islam Sultan Agung Semarang. Istibsaroh, N. (2019). Anak berhadapan hukum di Jateng masih tinggi. Retrieved March 16, 2020, from https://jateng.antaranews.com/berita/2 63548/anak-berhadapan-hukum-di-jateng- masih-tinggi Neff. (2003a). Self-Compassion: An Alternative Conceptualization ofa HealthyAttitudeToward Oneself. Self and Identity .
https://doi.org/10.1080/152988603901298 63 Neff. (2011). Self-compassion, self- esteem, and well-being. Social and Pe Neff, K. D. (2003b). Self-Compassion Scale.
Self and Identity , 2 , 223–250. https://doi.org/10.1080/15298860390209035 Novitasari, D. (2018). Hubungan antara self-compassion dan penyesuaian diri pada remaja yang tinggal di panti asuhan x . Universitas Islam Indonesia.
Santrock, J. W. (2012). Life-Span Development (13th ed.). Jakarta: Erlangga. Sarwono, S. W. (2010). Psikologi Remaja (Revisi). Jakarta: Rajawali Pers. Schneiders, A. A. (1964). Personal
Adjustment and Mental Health . New York: Brosh Publishing Company.
Soeparwoto, D. (2004). Psikologi Perkembangan . Semarang: Unees Press. Sumara, D. dkk. (2017). Kenakalan Remaja Dan Penanganannya. Prosiding
Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat , 4 (2). https://doi.org/10.24198/jppm.v4i2.14393 Syarafina, N. P. (2019). Hubungan Antara Konsep Diri Dan Perilaku Overprotective
Orang Tua Dengan Penyesuaian Diri Siswa Kelas VII Mts Negeri Pemalang . Universitas Islam Sultan Agung Semarang. Utami, R. R., & Asih, M. K. (2017). Konsep Diri Dan Rasa Bersalah Pada Anak Didik
Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas Iia
Kutoarjo. Jurnal Dinamika Sosial Budaya ,
18 (1),
123. https://doi.org/10.26623/jdsb.v18i1.563 UU SPPA No.11 tahun. Undang Undang
Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Anak (2012).
|
18f574d9-dd36-4961-9c6c-ac7fdf36066f | https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKF/article/download/169/104 | Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi (JKF), e-ISSN: 2655-0830 Vol. 1 No.2 Edisi November2018-April 2019 https://ejournal.medistra.ac.id/index.php.JFK =========================================================================================== Received: 29 April 2019 :: Accepted: 29 April 2019 :: Published 29 April 2019
## PENGARUH TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT GRANDMED LUBUK PAKAM
Tati Murni Karokaro 1 , Muhammad Riduan 2
Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam Fakultas Keperawatan dan Fisioterapi Program Studi Ilmu Keperawatan Jl. Sudirman No 38 Lubuk Pakam, Kab. Deli Serdang SUMUT tatikarokaro612sp@gmail.com
DOI: https://doi.org/10.35451/jkf.v1i2.169
## Abstract
The prevalence of diabetes occuring in 2015 is 9,3% and is expected to increase annualy. Type 2 diabetes mellitus occurs because insulin resistance, which glucose fails to enter the cell, usually occurs in the age above 30 years. One of the modalitas therapy that can be done is progressive muscle relaxation. The purpose of the study was to the identify the effect of progressive muscle relaxation therapy on the decrease in blood sugar levels in patients with type 2 diabetes mellitus at hospital GRANDMED Lubuk Pakam. This research method used pre-experimental design with one group pretest-posttest. A sample size of 10 respondents selected by sampling technique of non-probability sampling type consecutive sampling. The result of paired hypothesis test of t-test sample at significance level 95%obtaine d p Value < α, that is 0,001 indicates that there is influence of progressive muscle relaxation therapy to decrease blood glucose level in type 2 diabetes mellitus patient. Conclusion obtained there is significant difference between blood glucose levels before and after progressive muscle relaxation therapy. It is sugessted that health care institutions need to implement new policies related to the application of progressive muscle relaxation therapy.
Keywords: type 2 diabetes mellitus, progressive muscle relaxation therapy, blood sugar levels .
## 1. Pendahuluan
Relaksasi otot progresif
merupakan salah satu tindakan yang dapat menurunkan kadar glukosa didalam darah terkhusus pada pasien DM, hal ini dapat terjadi dikarenakan adanya proses penekanan pada saat mengeluarkan hormon-hormon yang dapat memicu terjadinya meningkat kan
kadar glukosa didalam darah, yaitu epinefrin, kortisol, glukagon, adrenocorticotropic hormone (ACHT), kortikosteroid, dan tiroid. Sistem Syaraf simpatis akan sangat berperan ketika seseorang dalam kondisi yang rileks dan tenang, pada saat yang relaks dan tenang sistem saraf simpatis akan merangsang hipotalamus untuk menurunkan pengeluaran
Corticotropin-Realising
Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi (JKF), e-ISSN: 2655-0830 Vol. 1 No.2 Edisi November2018-April 2019 https://ejournal.medistra.ac.id/index.php.JFK =========================================================================================== Received: 29 April 2019 :: Accepted: 29 April 2019 :: Published 29 April 2019
Hormon (CRH). Penurunan pengeluaran dari CRH juga akan dapat mempenga ru hi adenohipofisis untuk mengurangi pengeluaran adrenocorticotropic hormone (ACHT), yang dibawa melalui aliran darah ke korteks adrenal. Keadaan tersebut dapat menghambat korteks adrenal untuk melepaskan hormon kortisol. Relaksasi otot progresif dapat digunakan pada semua orang dalam berbagai situasi dan kondisi terkhusus pada pasien dengan diabetes mellitus (Guyton & Hall, 2008, dan Setyohadi & Kushariyadi, 2011).
Internasional Diabetes Federation (IDF) tahun 2015 dari 177 juta jiwa di dunia yang menderita penyakit DM tipe 2 dan 25 tahun yang akan datang meningkat menjadi 300 juta jiwa, prevalensi diabetes tipe 2 tahun 2016 pada penduduk Amerika Serikat yang diatas berusia 65 tahun atau lebih yaitu sekitar 10,9 juta jiwa (26,9%), sedangkan di Indonesia jumlah pasien diabetes mellitus tipe 2 mengalami kenaikan, dari 8,4% juta jiwa pada tahun 2017 dan diperkirakan naik menjadi 21,3% juta jiwa pada tahun 2022. Jumlah penderita pasien DM di Indonesia sangat tinggi sehingga beradad pada peringkat 4 di dunia berada di peringkat ke keempat dunia setelah negara negara lainnya seperti Amerika Serikat, India, dan China (Wild, 2018 dan Sudoyo, 2006).
Di Sumatera Utara khususnya RSUP H.Adam Malik Medan berdasarkan pengelompokan penyakit dan berbagai tingkatan seperti umur, jumlah kasus diabetes melitus menempati nomor dua setelah penyakit neoplasma yang bersifat keganasan, sedangkan data kematian pasien berdasarkan jenis penyakit DM berada di peringkat ke 16 dibandingkan dengan penyakit lainnya. (Dinkes SUMUT,2009).
Hasil dari studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 04 November 2018 dari medical record RS.GRANDME D
Lubuk Pakam, penderita penyakit dalam yang dirawat sejak bulan Januari 2018 – Desember 2018 sebanyak 20.506 orang. Diantara penderita penyakit dalam ditemukan penyakit dengan gangguan sistem endokrin “Diabetes Mellitus Tipe 2” sebanyak 568 orang dengan prevalensi 2,77 % terdiri dari pria sebanyak 328 (57,8%) orang dan wanita 240 (42,2%) orang, penanganan yang dilakukan untuk menurunkan kadar gula darah pada pasien Diabetes Mellitus Tipe 2, RS. GRANDMED Lubuk Pakam sendiri masih bergantung dengan terapi farmakolog i, seperti pemberian injeksi Insulin sebagai pengontrol kadar gula darah pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 dan berbagai jenis obat oral seperti Metformin. Tujuan pada penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien DM tipe 2 di RS.GranMed Lubuk Pakam.
## 2. METODE
Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan cara secara Quasi experiment, yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap penurunan kadar gula arah pada pasien diabetes mellit us tipe 2 di RS.GRANDMED Lubuk Pakam. Penelitian ini menggunakan sampel pasien DM tipe 2.Penelitian ini dilakukan selama 2 minggu. Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan nonprobability sampling yaitu purposive sampling.
Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi (JKF), e-ISSN: 2655-0830 Vol. 1 No.2 Edisi November2018-April 2019 https://ejournal.medistra.ac.id/index.php.JFK =========================================================================================== Received: 29 April 2019 :: Accepted: 29 April 2019 :: Published 29 April 2019
## 3. HASIL Hasil Tabulasi Univariat
Tabel 4.1
Hasil Analisis Kadar Gula Darah Sebelum Dilakukan Teknik Relaksasi Otot Progresif Di Rumah Sakit GRANDMED Lubuk Pakam Tahun 2019
Hasil yang didapat berdasarkan Tabel 4.1 sebelum dilakukan tehnik relaksasi otot progresif adalah 243,90, dengan standar deviasi (SD) 11,210 dan standar error (SE) 3, 54.
## Tabel 4.2
Hasil Analisis Kadar Gula Darah Sesudah Dilakukan Teknik Relaksasi Otot Progresif Di Rumah Sakit GRANDMED Lubuk Pakam Tahun 2019
Analisis Tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa rata rata kadar gula darah sesudah dilakukan teknik relaksasi otot progresif sebesar 200,80, dengan standar deviasi (SD) 31,407 dan standar error (SE) 9,932.
Hasil Tabulasi Bivariat
Tabel 4.3
Hasil Analisis Kadar Gula Darah Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Teknik Relaksasi Otot Progresif Di Rumah Sakit GRANDME D Lubuk Pakam tahun 2019
Tabel 4.3 menunjukkan rata-rata kadar gula darah pada pasien diabetes mellit us tipe 2 sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi otot progresif sebesar 43,100, dengan standar deviasi (SD) 27, 795 dan standar error (SE) 8,789. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,001 ≤ α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di rumah sakit GRANDMED Lubuk Pakam tahun 2019.
## 4. PEMBAHASAN
Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Sebelum
Dilakukan Teknik Relaksasi Otot Progresif Di Rumah Sakit GRANDME D Lubuk Pakam Tahun 2019. Kadar gula darah Mean N Std. Deviat ion Std. Error Mean Kadar gula darah sebelum dilakuka n teknik relaksasi otot progresif 243.9 0 10 11.21 0 3.545
Kadar gula darah Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Kadar gula darah sesudah dilakukan teknik relaksasi otot progresif 200.80 10 31.407 9.932
Kada r gula dara h N Mean Standar Deviasi (SD) Standa r Erorr (SE) p Val ue Sebe lum dan sesu dah 10 43.1 00 27.795 8.789 0,00 1
Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi (JKF), e-ISSN: 2655-0830 Vol. 1 No.2 Edisi November2018-April 2019 https://ejournal.medistra.ac.id/index.php.JFK =========================================================================================== Received: 29 April 2019 :: Accepted: 29 April 2019 :: Published 29 April 2019
Kadar gula darah pada pasien diabetes sebelum dilakukan teknik relaksasi otot progresif yang hanya memakai terapi injeksi insulin yaitu responden sebanyak 10 orang, didapat hasil dengan rata-rata 244 mg/dl. Hasil penelitian dapat diasumsikan bahwa pemberian terapi injeksi insulin pada pasien diabetes mellitus tipe 2 tanpa adanya pemberian teknik relaksasi otot progresif, hasilnya tidak begitu berpengaruh. Penyakit DM tipe 2 adalah penyakit kronik yang mengakibat kan kelainan metabolisme tubuh manusia dengan komplikasi secara makrovasku ler dan neurologis, sesuai dengan penelitian yang dilakukan Widianingsih bahwa dengan melakukan teknik relaksasi otot progresif pada pasien DM tipe 2 akan dapat penurunan kadar gula darah dengan cepat. Teknik relaksasi otot progresif yang diberikan kepada pasien dengan cara menarik napas dalam, (Damayanti Santi, 2015, dan Kustanti & Widodo, 2008).
Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Sesudah Dilakukan
Teknik Relaksasi
Otot Progresif Di Rumah Sakit GRANDME D Lubuk Pakam Tahun 2019
Kadar gula darah pada pasien DM tipe 2 sesudah dilakukan teknik relaksasi otot progresif disertai dengan pemberian terapi injeksi unsulin yaitu sebanyak 10 orang dengan rata-rata hasil kadar gula darah sebesar 201 mg/dl, hal ini dapat terjadi dikarenakan pemberian teknik relaksasi otot progresif dapat menurunkan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 secara bertahap serta dapat memelihara dan meningkat kan kesehatan yang kondusif.
Penelitian
junaidi dari 30
responden terdapat 23 penelitian mengalami penurunan kadar gula darah dengan pendekatan dan sosialisasi baik secara langsung ataupun tidak langsung, namun pendekatan yang dilakukan akan
mampu menurunkan kadar gula darah pasien DM tipe 2. Tubuh manusia memberikan respon terhadap kecemasan yang dapat mengakibatkan pikiran tidak stabil dengan memberikan rangsangan ataupun stimulus pada otot diharapkan dapat menurunkan ketegangan dengan yang menggunakan latihan nafas dalam dan relaksasi pada otot tertentu ( Kustanti dan Widodo, 2008, junaidin,2018).
Pengaruh Teknik Relaksasi Otot Progresif Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Rumah Sakit GrandMed Lubuk Pakam Tahun 2019
Rerata hasil kadar gula darah pertama 243.90 pada pengukuran kedua diadapat hasil kadar gula darah 200.80, terlihat Mean antara kedua pengukuran pertama dan kedua adalah 222, 35 dengan standar deviasi (SD) 27.795. Hasil uji didapat nilai p = 0,001 ≤ α = 0,05 sehingga disimpulkan terdapat pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien DM tipe 2 di rumah sakit GrandMed Lubuk Pakam.
Hasil penelitian dapat diasumsikan bahwa pemberian terapi injeksi insulin pada pasien diabetes mellitus tipe 2 tanpa adanya pemberian teknik relaksasi otot progresif, namun hasil yang diperoleh kurang bermakna. Penyakit DM tipe 2 adalah salah satu penyakit kronis melibatkan kerja metabolisme karbohidrat, protein dan lemak didalam tubuh, sesuai dengan penelitian yang dilakukan Widianingsih bahwa pemberian teknik relaksasi otot progresif pada pasien DM tipe 2 dapat menurunkan kadar gula darah dengan sangat cepat. Teknik relaksasi otot progresif yang dilakukan pada pasien DM yang mengala mi ketegangan pada otot-otot tertentu dengan mengkombinasikan dengan latihan nafas dalam maka diharapkan hasilnya adalah terjadinya penurunan
Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi (JKF), e-ISSN: 2655-0830 Vol. 1 No.2 Edisi November2018-April 2019 https://ejournal.medistra.ac.id/index.php.JFK =========================================================================================== Received: 29 April 2019 :: Accepted: 29 April 2019 :: Published 29 April 2019
ketegangan pada otot diikuti dengan penurunan kadar gula dalam darah, (Damayanti Santi, 2015, dan Kustanti & Widodo, 2008).
Penelitian junaidi mengala mi penurunan kadar gula darah dengan pendekatan dan sosialisasi baik secara langsung ataupun tidak akan dapat menurunkan kadar gula darah pasien DM tipe 2. Berdasarkan respon tubuh manusia yang mengalami kecemasan
dan
gangguan pikiran akan mengakibat kan ketegangan pada otot kemudian relaksasi yang diberikan diharapkan dapat menurunkan ketegangan dengan cara latihan nafas dalam dan relaksasi otot tertentu (Kustanti dan Widodo, 2008, junaidin,2018).
Peran perawat inap juga sangat berperan penting terhadap pemberian teknik relaksasi otot progresif untuk menurunkan kadar gula darah. Pada tatanan fungsi perawat rawat inap saat pelaksanaan teknik relaksasi otot progresif adalah tidak hanya pada fungsi pelaksanaan prosedur saja, tetapi juga menyiapkan mental pasien dan kerjasama dengan keluarga pasien, pemberian teknik relaksasi otot progresif pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dapat menurunkan kadar gula darah pada responden yang berbeda-beda. Sehingga peneliti dapat menciptakan suasana lingkungan internal yang dapat membant u pasien mencapai kondisi kesehatan yang optimal dan kesejahteraan yang lebih tinggi.
## 5. KESIMPULAN
1. Rerata hasil kadar gula darah sebelum dilakukan teknik relaksasi otot progresif dari 10 responden pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan hasil sebesar 244 mg/dl.
2. Rerata hasil kadar gula darah sesudah dilakukan teknik relaksasi otot
progresif dari 10 responden pasien
diabetes mellitus tipe 2 dengan hasil sebesar 201 mg/dl.
3. Ada pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien diabets mellitus tipe 2. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji paired t-test menunjukkan baha p Value yaitu 0,001 yang berarti p Value < dari α = 0,05.
## SARAN
Diharapkan agar responden yang mengalami peningkatan kadar gula darah pada pasien diabets mellitus tipe 2 agar dapat menerapkan teknik relaksasi otot progresif terhadap penurunan kadar gula darah.
Bagi Rumah Sakit GrandMed Lubuk Pakam agar dapat menerapkan Teknik relaksasi otot progresif dimana Teknik relaksasi otot progresif merupakan salah satu terapi modalitas keperawatan yang mudah dan dapat dipilih untuk diterapkan pada tindakan keperawatan dengan pasien diabetes mellitus tipe 2 yang mengalami kenaikan kadar gula darah
Bagi Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam agar dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai informasi dalam mengatasi kenaikan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2.
## DAFTAR PUSTAKA
Damayanti, Santi. 2015. Diabetes Mellitus dan Penatalaksanaan Keperawatan . Nuha Medika, Yogyakarta
DinkesSUMUT,2009. DataPenelitian: http:/ /rsupadammalik.blogspot.co.id/2013/06/dat a-penelitian-diabetes- mellitus.html ,
di akses tanggal 15Desember 2018
Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi (JKF), e-ISSN: 2655-0830 Vol. 1 No.2 Edisi November2018-April 2019 https://ejournal.medistra.ac.id/index.php.JFK =========================================================================================== Received: 29 April 2019 :: Accepted: 29 April 2019 :: Published 29 April 2019
Guyton, A.C & Hall, J.E. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran . Edisi. 11. Jakarta : EGC
Kusuma, Hardhi dan Amin Huda Nurarif.2015. Asuhan Keperawatan NANDA NIC-NOC. Salemba Medika Setyohadi dan Kushariyadi. 2011. Terapi
Modalitas
pada Klien Psikogeriatrik .
Salemba Medika, Jakarta
Sudoyo, A.W., Setiyohadi,B., Alwi, I., & Setiati, S (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. (edisi 3). Jakarta: Pusat Penerbit Departeman Penyakit Dalam FKUI
Wild et al., 2018. Report of the Expert Committee
on the Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. Diabetes Care: http://www.diabetes
mellitus.com/2018, di akses tanggal 25 November 2018
|
0c9a544c-69ee-4800-be09-9ba9cac5eccb | https://ojs.stkippgri-lubuklinggau.ac.id/index.php/JS/article/download/1360/743 |
## S iNDANG JURNAL PENDIDIKAN SEJARAH DAN KAJIAN SEJARAH
LP4MK & PRODI PENDIDIKAN SEJARAH STKIP PGRI LUBUKLINGGAU
## Vol 4 No. 1 (Januari-Juni 2022)
## Ruang Lingkup Filsafat Sejarah dalam Kajian Sejarah
## Arditya Prayogi
## Menumbuhkan Kesadaran Sejarah Generasi Muda Melalui Kearifan Lokal Budaya Melayu Riau
Asril
Urgensi Kerja Sama Sektor Pariwisata untuk Meningkatkan Hubungan Thailand-Kamboja Pasca Sengketa Kuil Preah Vihear
Marshanda Fitria Intan
Model Pembelajaran Problem Based Learning sebagai Implementasi Aliran Konstruktivisme Pada Pembelajaran Sejarah
Abdilah Farid Rifki, Yulianti
Konflik Abad 11-12 M: Pertikaian Dinasti Mongol dengan Dinasti Khawarizm di Asia Selatan
Suci Indah Susanti, Yulianti
Peranan Abdur Rahim Damrah dalam Melawan Penjajahan Jepang di Kabupaten Bengkulu Selatan (1943-1945)
Juliana, Bedriati Ibrahim, Bunari
Pengaruh Covid-19 terhadap Pengunjung Objek Pariwisata Sejarah Lobang Jepang di Bukittinggi
Mellyana Alfia Ningsih, Isjoni, Bedriati Ibrahim
## Sejarah Kesultanan Pajang Masa Pemerintahan Sultan Hadiwijaya (1549-1582)
Chinanti Safa Camila, Hudaidah
## Peranan K.H. Anwar Bin H. Kumpul dalam Pendirian dan Perkembangan Pondok Pesantren Nurul Islam Seri Bandung
## Arenda Rosyada, Hudaidah
Persepsi Siswa terhadap Pembelajaran Sejarah pada Masa Covid-19 pada Siswa Kelas XII IIS SMA Negeri Mukomuko Kabupaten Mukomuko
Suci Anggela, Jaenam, Felia Siska
## Dewan Redaksi
## SINDANG: Jurnal Pendidikan Sejarah dan Kajian Sejarah
## Editor in Chief
Risa Marta Yati, M.Hum (STKIP PGRI Lubuklinggau)
## Section Editor
Ira Miyarni Sustianingsih, M.Hum (STKIP PGRI Lubuklinggau)
## Guest Editor
Dr. Syarifuddin, M.Pd. (Universitas Sriwijaya) Ayu Septiani, M.Hum. (Universitas Padjadjaran)
## Reviewer/Mitra Bestari
Prof. Dr. Sariyatun, M.Pd., M.Hum. (Universitas Sebelas Maret) Prof. Kunto Sofianto, M.Hum., Ph.D. (Universitas Padjadjaran) Dr. Umasih, M.Hum. (Universitas Negeri Jakarta)
## Administrasi
Viktor Pandra, M.Pd. (STKIP PGRI Lubuklinggau) Dr. Doni Pestalozi, M.Pd. (STKIP PGRI Lubuklinggau) Dewi Angraini, M.Si. (STKIP PGRI Lubuklinggau)
## Alamat:
Jl. Mayor Toha Kel Air Kuti Kec. Lubuklinggau Timur 1 Kota Lubuklinggau 31626 Website: http://ojs.stkippgri-lubuklinggau.ac.id/index.php/JS/index Email: jurnalsindang@gmail.com
## SINDANG: JURNAL PENDIDIKAN SEJARAH DAN KAJIAN SEJARAH
## Vol. 4 No. 1 (Januari-Juni 2022)
Halaman Dewan Redaksi ....................................................................................................................... i Daftar Isi ................................................................................................................................. ii
## 1. Ruang Lingkup Filsafat Sejarah dalam Kajian Sejarah
Arditya Prayogi ........................................................................................................... 1 2. Menumbuhkan Kesadaran Sejarah Generasi Muda Melalui Kearifan Lokal Budaya Melayu Riau Asril ............................................................................................................................. 11
3. Urgensi Kerja Sama Sektor Pariwisata untuk Meningkatkan Hubungan Thailand-Kamboja Pasca Sengketa Kuil Preah Vihear Marshanda Fitria Intan ............................................................................................. 18
4. Model Pembelajaran Problem Based Learning sebagai Implementasi Aliran Konstruktivisme pada Pembelajaran Sejarah Abdilah Farid Rifki, Yulianti ..................................................................................... 27 5. Konflik Abad 11-12 M: Pertikaian Dinasti Mongol dengan Dinasti Khawarizm Di Asia tengah Suci Indah Susanti, Yulianti ...................................................................................... 33
6. Peranan Abdur Rahim Damrah dalam Melawan Penjajahan Jepang di Kabupaten
Bengkulu Selatan (1943-1945)
Juliana , Bedriati Ibrahim , Bunari ............................................................................ 41
7. Pengaruh Covid-19 terhadap Pengujung Objek Pariwisata Sejarah Lobang Jepang di Bukittinggi
Mellyana Alfia Ningsih , Isjoni , Bedriati Ibrahim .................................................... 51
8. Sejarah Kesultanan Pajang Masa Pemerintahan Sultan Hadiwijaya (1549-1582)
Chinanti Safa Camila , Hudaidah .............................................................................. 58
9. Peranan K.H. Anwar Bin H. Kumpul dalam Pendirian dan Perkembangan Pondok Pesantren Nurul Islam Seri Bandung Arenda Rosyada, Hudaidah ...................................................................................... 66
10. Persepsi Siswa terhadap Pembelajaran Sejarah pada Masa Covid-19 pada Siswa
Kelas XI IIS SMA Negeri Mukomuko Kabupaten Mukomuko
Suci Anggela , Jaenam , Felia Siska ........................................................................... 74
ISSN-P: 2684-8872 ISSN-E: 2623-2065 Vol. 4, No. 1 (Januari-Juni 2022): 51-57
## PENGARUH COVID-19 TERHADAP PENGUNJUNG OBJEK PARIWISATA SEJARAH LOBANG JEPANG DI BUKITTINGGI
Mellyana Alfia Ningsih, Isjoni, Bedriati Ibrahim Universitas Riau Alamat korespondensi: mellyana.alfianingsih1909@student.unri.ac.id
Diterima: 24 September 2021; Direvisi: 30 November 2021; Disetujui: 30 Desember 2021
## Abstract
The Japanese hole is a protection tunnel built by the Japanese occupation army around 1942. Japanese hole or Japanese hole (Minang language designation) is a tourist attraction located in the West Sumatra area, precisely in the middle of a panoramic garden in Sianok Gorge under Bukittinggi City. This Japanese hole has a length of 1,470 meters and is winding. This tunnel is located about two meters below the ground level of the city of Bukittinggi. The Japanese hole in the city of Bukittinggi is the longest tunnel in Southeast Asia with 21 passageways with various functions. This Japanese hole is a long historical tunnel for the Indonesian people in general because this Japanese hole is a refuge or hiding place for Japanese soldiers in the face of war. The Japanese hole was built with the aim of defending the Japanese army in World War II and the Greater East Asia War. In this study, researchers used quantitative methods. The data collection instrument used in this study was a questionnaire consisting of 29 statements. The population in this study are visitors who come to the historical tourist attraction of the Japanese hole. Sampling in this study used incidental sampling technique. The results showed that there was an influence between the covid-19 pandemic on visitors to the historical tourism object of the Japanese hole in Bukittinggi. This is evidenced by a simple linear regression analysis. It is known that the value of Fcount is greater than the value of Ftable (4.002 > 3.868), the value of tcount is greater than the value of ttable (2.001 > 1.966). In addition, the value of sig. 0.046 or less than 0.05. Thus, Ho is rejected and Ha is accepted. This means that the COVID-19 pandemic significantly affects visitors to the historical tourism object of the Japanese hole.
Keywords : Covid-19 pandemic, visitors to the Japanese hole tourist attraction.
## Abstrak
Lobang Jepang merupakan sebuah terowongan perlindungan yang dibangun tentara pendudukan Jepang sekitar tahun 1942. Lubang Jepang atau Lubang Japang (sebutan bahasa Minang) merupakan salah satu objek wisata yang berada didaerah Sumatera Barat tepatnya di tengah taman panorama di Ngarai Sianok di bawah Kota Bukittinggi. Lobang Jepang ini memiliki panjang 1.470 meter dan berkelok-kelok. Terowongan ini letaknya sekitar dua meter di bawah permukaan tanah kota Bukittinggi. Lobang Jepang yang terdapat di kota Bukittinggi ini menjadi terowongan terpanjang di Asia Tenggara dengan 21 lorong yang fungsinya bermacam-macam. Lobang Jepang ini merupakan terowongan bersejarah yang panjang bagi bangsa Indonesia umumnya karena lobang Jepang ini merupakan suatu lubang perlindungan atau tempat persembunyian tentara Jepang dalam menghadapi perang. Lobang Jepang dibangun dengan tujuan kepentingan pertahanan tentara Jepang dalam Perang Dunia II dan Perang Asia Timur Raya. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode kuantitatif. Instrumen pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu kuisioner yang terdiri dari 29 pernyataan. Populasi dalam penelitian ini yaitu pengunjung yang datang ke objek wisata sejarah lobang Jepang. Penarikan sample dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling incidental . Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara pandemi covid-19 terhadap pengunjung objek pariwisata sejarah lobang Jepang di Bukittinggi. Hal tersebut dibuktikan dengan analisis regresi linier sederhana. Diketahui bahwa nilai F hitung lebih besar dari nilai F tabel (4,002 > 3,868), nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel (2,001 > 1,966). Selain itu, nilai sig. Sebesar 0,046 atau lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian, Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya secara signifikan pandemi covid-19 berpengaruh terhadap pengunjung objek pariwisata sejarah lobang Jepang.
Kata Kunci : Pandemi Covid-19 , Pengunjung objek wisata lobang Jepang.
## A. Pendahuluan
Virus covid-19 merupakan virus baru yang berasal dari Negara China tepatnya di Kota Wuhan. Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) ini merupakan penyakit jenis baru dan belum pernah teridentifikasi pada tubuh manusia. Pandemi virus covid-19 di Indonesia sudah dirasakan sejak bulan Maret 2020, bahkan hingga saat ini virus covid-19 masih dirasakan oleh masyarakat Indonesia dan juga dirasakan oleh negara lain. Coronavirus ini merupakan virus yang menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan hingga gejala berat. Pada manusia, coronavirus ini menyebabkan infeksi saluran pernapasan yang umumnya ringan seperti pilek, demam, dan sesak nafas. Ada dua jenis coronavirus yang diketahui yaitu dengan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) (Tuwu, 2020). Selama penanganan covid-19, untuk membatasi penyebaran covid-19 pemerintah di seluruh dunia mengambil sebuah tindakan yaitu memberlakukan Lockdown atau melarang seluruh Negara atau kota-kota paling terdampak covid untuk memasuki wilayah perbatasan mereka. hal ini dilakukan agar penyebaran covid-19 dapat ditekan (Utami & Kafabih, 2021). kebijakan pembatasan perjalanan dilakukan hampir di seluruh dunia dalam skala internasional, regional dan lokal sehingga berdampak pada sistem pariwisata (Sugihamretha, 2020). Selain membatasi risiko pada wisatawan, kebijakan pembatasan perjalanan ini dibuat sebagai bentuk kekhawatiran bahwa wisatawan yang terinfeksi dapat menyebarkan penyakit ke penduduk lokal. Di beberapa negara kondisi ini mempengaruhi semua rantai sektor pariwisata, termasuk penutupan objek wisata, perhotelan, layanan restoran dan penurunan penggunaan transportasi umum.
Sektor pariwisata memilki peran yang signifikan terhadap perekonomian di Indonesia. Pariwisata merupakan
industri multi komponen, tidak dapat dilepaskan dengan sektor ekonomi lain. Selama tahun 2019, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara atau wisman ke Indonesia mencapai 16,11 juta kunjungan atau naik 1,88 persen dibanding jumlah kunjungan wisman pada periode yang sama tahun sebelumnya yang berjumlah 15,81 juta kunjungan. Jumlah kunjungan wisman ini terdiri atas wisman yang berkunjung melalui pintu masuk udara sebanyak 9,83 juta kunjungan, pintu masuk laut sebanyak 4,16 juta kunjungan, dan pintu masuk darat sebanyak 2,11 juta kunjungan (Badan Pusat Statistik, 2020).
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki banyak sekali tempat objek pariwisata. Provinsi Sumatera Barat yang merupakan salah satu wilayah yang banyak sekali memiliki tempat objek pariwisata, baik itu objek wisata alam, objek wisata religius, objek wisata buatan dan objek wisata sejarah (Yoeti, 2006) Salah satu daerah yang dijuluki sebagai kota wisata di Sumatera Barat adalah Bukittinggi, karena banyaknya objek wisata yang terdapat di kota ini. Lembah Ngarai Sianok merupakan salah satu objek wisata utama. Taman Panorama yang terletak di dalam Kota Bukittinggi memungkinkan wisatawan untuk melihat keindahan pemandangan Ngarai Sianok. Di dalam Taman Panorama juga terdapat gua bekas persembunyian tentara Jepang sewaktu Perang Dunia II yang disebut sebagai “Lobang Jepang” (Yurita, 2014).
Akibat pandemi covid-19 yang terjadi saat ini sangat menekan industri pariwisata di Kota Bukittinggi. Dengan adanya covid-19 terjadi penurunan jumlah pengunjung pada wisata sejarah lobang Jepang. Pada tahun 2019 lalu, sekitar 2.373 pengunjung yang mengunjungi objek wisata sejarah lobang Jepang sedangkan pada tahun 2020 hanya ada 1.015 pengunjung. Penurunan yang terjadi yaitu sebanyak 57% pengunjung. Selain itu banyak tempat wisata yang tidak beroperasi dengan baik seperti hari-hari biasa
sebelum adanya covid-19. Banyak perubahan-perubahan yang dilakukan di tempat objek pariwisata baik itu objek wisata alam, wisata buatan dan objek wisata sejarah agar tetap bisa beroperasi pada masa pandemi ini.
## B. Metode Penelitian
Dalam melaksanakan sebuah penelitian maka akan dibutuhkan sebuah metode yang akan menjadi penentu kearah mana penelitian akan dilaksanakan, sehingga harus memilih metode yang tepat dan sistematis. Pada penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kuantitatif, yang bertujuan menjelaskan fenomena yang ada dengan menggunakan angka-angka. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif (Sugiyono, 2018). Tujuan penelitian deskriptif kuantitatif adalah untuk menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek dan subjek penelitian secara tepat.
Populasi dalam penelitian ini yaitu jumlah pengunjung sebelum dan sesudah adanya covid-19. Dimana sebelum adanya covid-19 jumlah pengunjung objek wisata lobang Jepang yaitu sebanyak 1.358 pengunjung. sedangkan selama adanya covid-19 terjadi penurunan jumlah pengunjung menjadi 1.015 pengunjung. Jumlah keseluruhan pengunjung yaitu 2.373 pengunjung. Teknik sampel yang digunakan adalah sampling Insidental. Sampling Insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/ insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, rumus yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus slovin, maka pada penelitian ini jumlah sampel yang akan dijadikan responden adalah 342 responden.
Teknik analisis data penelitian ini menggunakan analisis regresi dengan bantuan SPSS. Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
(1) Uji prasyarat Analisis a. Uji Normalitas
b. Uji Heteroskedastisitas
c. Uji Linieritas
(2) Pengujian Hipotesis
a. Regresi Linier Sederhana
b. Uji t (Uji Parsial) c. Uji F (Uji Simultan Pada penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian kuantitatif. Dalam pengambilan data yaitu dengan menyebar kuisioner pada pengunjung objek wisata lobang Jepang. Pengolahan data dari hasil penyebaran kuisioner diolah dengan metode statistik deskriptif yang kemudian hasil kuisioner diolah menjadi data berupa tabel dan penjelasan.
## C. Pembahasan
Kondisi Objek Wisata Lobang Jepang sebelum Pandemi Covid-19
Keindahan alam yang natural, keanekaragaman hayati, peninggalan bersejarah, beraneka warna seni dan budaya serta kehidupan sosial masyarakat dengat adat istiadatnya yang ragam, Kota Bukittinggi menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung dan merupakan modal utama dalam pengembangan dan pembangunan kepariwisataan di Kota Bukittinggi (Sanesta, 2015). Objek wisata lobang Jepang merupakan salah satu objek wisata sejarah yang berada di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat. Karena Bukittinggi merupakan salah satu wilayah yang sangat strategis, terletak di tengah-tengah pulau Sumatera, maka penjajah Jepang menetapkan Kota Bukittinggi sebagai Pusat Komando Pertahanan Tentara Jepang di Sumatera (Seiko Sikikan Kakka) yang dipimpin oleh Jenderal Watanabe (Elvira, 2020). Lobang Jepang sendiri merupakan saksi sejarah negara Indonesia yang
pengerjaannya dilakukan di zaman Jepang dengan cara kerja paksa yang dikenal dengan istilah Romusha. Objek wisata lobang Jepang merupakan sebuah terowongan
perlindungan ( bunker) yang dibangun tentara Jepang sekitar tahun 1942 untuk kepentingan tentara Jepang dalam
Mellyana Alfia Ningsih, Isjoni, Bedriati Ibrahim . Pengaruh Pandemi Covid-19 terhadap Pengunjung Objek Pariwisata Sejarah Lobang Jepang di Bukittinggi
Perang Dunia II dan Perang Asia Timur Raya (Yulianingsih, 2010). Pembuatan bunker ini bertujuan untuk dapat memantau dan mempertahankan setiap daerah yang telah dikuasai Jepang pada masa penjajahannya di Indonesia dari serangan-serangan musuh. Objek wisata lobang Jepang ini menjadi terowongan terpanjang di Asia Tenggara. Objek wisata lobang Jepang menjadi salah satu objek wisata yang sangat diminati oleh pengunjung. Hal ini dikarenakan, selain pengunjung dapat melihat lobang Jepang sebagai salah satu peninggalan sejarah, pengunjung juga dapat menikmati keindahan alam berupa ngarai yang indah dengan latar pegunungan yang dapat dilihat di dari tempat objek wisata ini. Sebelum adanya pandemi covid-19 objek wisata lobang Jepang selalu ramai pengunjung baik dari kalangan anak-anak sampai dengan orang dewasa.
Kondisi Objek Wisata Lobang Jepang selama Pandemi Covid-19
Setelah adanya kasus covid-19 di Indonesia pertama kali terkonfirmasi pada awal Maret tahun 2020 (Ihsannudin, 2020). Sejak saat itu pandemi ini cepat menyebar hingga keseluruh wilayah di Indonesia. Covid- 19 sekarang menjadi sebuah pandemi yang terjadi dibanyak negara diseluruh dunia. Adapun penyebaran covid-19 sangat berdampak bukan hanya pada kegiatan ekonomi dan bidang transportasi tetapi juga dirasakan oleh industri pariwisata. Dunia pariwisata sangat terpuruk untuk satu tahun terakhir ini dikarenakan pandemi covid- 19. Dalam membangkitkan pariwisata di tengah pandemi ini, yang terpenting bukan bagaimana kembali kekeadaan semula, tetapi lebih terfokus pada bagaimana menciptakan rasa aman, nyaman dan tentunya tetap mematuhi protokol kesehatan agar pengunjung merasa aman saat berkunjung.
Sektor pariwisata merupakan hal yang komplit. Membangun sektor pariwisata tidak hanya pada destinasinya, melainkan
perlu dukungan dari berbagai sektor, mulai
dari transportasi, kuliner, perhotelan, kebudayaan dan lain sebagainya. Dalam kondisi pandemi saat ini, tentunya industri pariwisata tidak ingin tertinggal dan lumpuh (Rosa, 2019). Selama pandemi covid-19 terjadi penurunan jumlah pengunjung pada objek wisata lobang Jepang. Hal tersebut dikarenakan banyaknya aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah, mulai dari Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan juga penutupan tempat objek wisata itu sendiri untuk menekan penyebaran virus covid-19.
Dengan adanya pandemi ini menyebabkan panurunan yang signifikan terkait jumlah wisatawan baik lokal maupun mancanegara (Masbiran, 2020). Penurunan jumlah kunjungan wisatawan yang terjadi di tempat objek wisata membuat pihak pengelola objek wisata harus mampu menarik perhatian wisatawan agar ingin berkunjung ketempat objek wisata tersebut meski dalam kondisi masa pandemi. karena pandemi covid-19 dipastikan akan membawa perubahan besar terhadap minat pengunjung. diperkirakan pengunjung nantinya akan lebih mengedapankan aspek keamanan dan kesehatan. Hal ini tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi pengelola tempat objek wisata, dimana pengelola objek wisata harus mampu beradaptasi untuk dapat meyakinkan para pengunjung bahwa tempat objek wisata tersebut aman untuk dikunjungi.
Pandemi covid-19 mendapatkan perhatian khusus oleh pemerintah terutama dalam sektor pariwisata. Dalam pencegahan penyebaran virus covid-19 ini tentunya diperlukan pemberian pemahaman dan pengetahuan yang baik kepada semua yang terlibat dalam industri pariwisata. Standar protokol kesehatan harus dipahami dan dilakukan oleh semua pelaku wisata, yaitu baik pengelola objek wisata maupun pengunjung yang datang.
Selama masa pandemi covid-19 terjadi penurunan pengunjung,
dikarenakan adanya PSBB dan juga aturan yang dikeluarkan oleh
SINDANG: Jurnal Pendidikan Sejarah dan Kajian Sejarah, Vol. 4, No. 1 (Januari-Juni 2022): 51-57.
pemerintah untuk melakukan penutupan sementara tempat objek wisata. Penutupan sementara tempat objek wisata lobang Jepang dilakukan setelah adanya surat edaran Gubernur Sumatera Barat untuk menutup objek wisata selama libur lebaran. Hal ini tentunya sangat berpengaruh terhadap perkembangan tempat objek wisata selama pandemi. karena pihak objek wisata tidak dapat beroperasi seperti biasanya. Pada masa pandemi pengelola objek wisata lobang Jepang tentunya menerapkan protokol kesehatan dan juga pengelola objek wisata lobang Jepang lebih memperketat pengewasannya terhadap pengunjung selama berada di dalam tempat objek wisata.
Pengelola objek wisata lobang Jepang sudah melakukan berbagai cara agar tetap bisa beroperasi dan tetap mematuhi protokol kesehatan. Hal ini dilakukan agar industri pariwisata tetap berjalan meskipun dalam kondisi pandemi seperti sekarang. Karena sektor pariwisata merupakan salah satu sektor ekonomi penting dan merupakan salah satu penyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) terbesar.
Dalam masa pemulihan dan pencegahan penyebaran virus covid-19, peran serta masyarakat menjadi kunci dalam membagun periwisata di tengah pandemi ini. Partisipasi masyarakat menjadi penentu keberhasilan untuk pencegahan penyebaran virus covid-19, hal ini dikarenakan pemerintah tidak akan bisa menangani kasus ini tanpa ada peran dari masyarakat. Partisipasi masyarakat merupakan sebuah pemberdayaan masyarakat, peran sertanya dalam sebuah kegiatan penyusunan
perencanaan serta implementasi program dan merupakan implementasi kesediaan dan kemauan dari masyarakat untuk berkontribusi dan berkorban dalam hal pencegahan virus covid-19 (Hermawan, 2020).
Analisis Pengaruh Pandemi Covid-19 terhadap Pengunjung Objek Pariwisata Sejarah Lobang jepang di Bukittinggi Tabel 1.
Hasil Uji Koefisien Determinasi (Uji R 2 ) Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .108 a .012 .009 4.12622
Sumber: Hasil Olahan Data 2021 Secara simultan pandemi covid-19 berpengaruh terhadap pengunjung objek wisata sejarah lobang Jepang. Berdasarkan R 2 pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dalam penleitian ini sebesar 0,012 atau 1,2% dan sisanya sebesar 98,8% dipengaruhi oleh variabel lainnya diluar dari penelitian ini.
## Tabel 2. Hasil Pengujian Secara Parsial
Unstandar dized Coefficient s Standa rdized Coeffici ents Model B Std . Err or Beta T Sig.
1 ( Const ant) 28.052 2.1 51 13.0 41 .000 Pande mi Covid- 19 .120 .06 0 .108 2.00 1 .046
Sumber: Hasil Olahan Data 2021 Berdasarkan tabel di atas koefisien uji regresi linier sederhana di atas dapat dikatakan bahwa arah pengaruh pandemi covid-19 adalah positif. Konstanta sebesar 28,052 menyatakan bahwa jika tidak ada nilai pandemi covid-19 maka nilai pengunjung objek pariwisata lobang Jepang sebesar 28,052. Koefisien regresi X sebesar 0,120 menyatakan bahwa setiap penambahan 1% nilai pandemi covid-19, maka nilai pengunjung objek pariwisata lobang Jepang bertambah sebesar 0,120. Koefisien bernilai positif, artinya pandemi covid-19 (X) berpengaruh positif terhadap pengunjung objek pariwisata sejarah lobang Jepang (Y). Dalam tabel dari hasil pengujian
Mellyana Alfia Ningsih, Isjoni, Bedriati Ibrahim . Pengaruh Pandemi Covid-19 terhadap Pengunjung Objek Pariwisata Sejarah Lobang Jepang di Bukittinggi
ditemukan nilai t hitung sebesar 2,001 dengan sig. = 0,046. Oleh karena nilai sig. < dari 0,05 dan nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel (2,001 > 1,966), maka secara signifikan pandemi covid-19 berpengaruh terhadap pengunjung objek pariwisata sejarah lobang Jepang. Dengan demikian, Ho ditolak dan Ha diterima.
## Tabel 3.
Hasil Pengujian Secara Simultan Model
Sum of Squares Df Mean Squar e F Sig. 1 Regressio n 68.140 1 68.140 4.00 2 .046 b Residual 5788.72 3 34 0 17.026 Total 5856.86 4 34 1
Sumber: Hasil Olahan Data 2021 Berdasarkan tabel di atas ditemukan F hitung sebesar 4,002 dengan sig. = 0,046. Oleh karena nilai sig.< 0,05 dan nilai F hitung lebih besar dari nilai F tabel (4,002 > 3,868), maka secara signifikan pandemi covid-19 memiliki pengaruh terhadap pengunjung objek pariwisata sejarah lobang Jepang. Ho ditolak dan Ha diterima.
## D. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian ini maka pandemi covid-19 sangat berpengaruh terhadap pengunjung objek pariwisata sejarah lobang Jepang. Hal ini dikarenakan selama pandemi covid-19 adanya kebijakan-kebijakan yang diterapkan dan kebijakan tersebut mempengaruhi kunjungan wisatawan. Seperti, diberlakukannya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dan juga penutupan sementara tempat objek wisata itu sendiri. Kebijakan-kebijakan tersebut dilakukan untuk meminimalisir penyebaran virus covid-19 dan juga mencegah adanya klaster baru.
Selain itu, berdasarkan analisis regresi linier sederhana menggunakan SPSS diketahui regresi linier sederhana yaitu Y= 28,052 + 0,120X. hasil persamaan di atas dapat diartikan bahwa konstanta sebesar 28,052
menyatakan bahwa jika tidak ada nilai pandemi covid-19 maka nilai pengunjung objek pariwisata lobang Jepang 28,052 koefisien regresi X sebesar 0,120 yang menyatakan bahwa penambahan 1% nilai pandemi covid-19, maka nilai pengunjung objek wisata lobang Jepang bertambah sebesar 0,120. Maka secara signifikan pandemi covid- 19 berpengaruh terhadap pengunjung objek pariwisata sejarah lobang Jepang. Dengan demikian, Ho ditolak dan Ha diterima. Diketahui bahwa nilai R bernilai positif yaitu 0,108 yang terdapat pada tabel Summary . Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang sedang antara pandemi covid-19 terhadap variabel pengunjung objek wisata sejarah lobang Jepang.
Dari hasil uji F diperoleh F hitung sebesar 4,002 dengan sig.=0,046. Oleh karena nilai sig. < 0,05 dan nilai F hitung lebih besar dari nilai F tabel (4,002 > 3,868), maka secara signifikan pandemi covid- 19 memiliki pengaruh terhadap pengunjung objek wisata lobang Jepang. Dengan demikian, Ho ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan hasil perhitungan di atas, diketahui besarnya nilai hubungan (R) yaitu sebesar 0,108. Dari output tersebut diperoleh koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,012. Artinya bahwa pengaruh variabel bebas (pandemi covid-19) terhadap variabel terikat (pengunjung objek wisata lobang Jepang) adalah sebesar 1,2%. Sedangkan sisanya 98,8% berasal dari variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
## Daftar Referensi
Badan Pusat Statistik. (2020). Perkembangan Pariwisata dan
Transportasi Nasional Desember 2019. Berita Resmi Statistik. Elvira, M. (2020). Wajah Bukittinggi dan Riwayat Masa Silam Sebuah Kota.
Jurnal Analisis Sejarah, Vol. 9 . Hermawan, Y. (2020). Partisipasi Masyarakat dalam Pencegahan Covid-19. Journal of Informal Education and Community
Empowerment, Vol.4. No.1 Ihsannudin. (2020). Fakta Lengkap Kasus Pertama Virus Corona di Indonesia .
Retrieved from https://nasional.kompas.com/ read/2020/03/03/06314981/fakta- lengkap-kasus-pertama- virus-corona- di- indonesia?page=all. Masbiran, V. U. (2020). Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Pariwisata Sumatera Barat. Jurnal Pembangunan Nagari, Vol. 5 . Rosa. (2019). Pariwisata Sebagai Sektor Unggulan Provinsi Sumatera
Barat. Journal of Economics and Business, Vol. 4 . Sanesta, A. (2015). Strategi Pengembangan Kepariwisataan di Kota Bukittinggi. Jom FISIP, Vol.
1. SPSS Indonesia. (2017). Pandua
Lengkap Uji Analisis Regresi Linier Sederhana dengan SPSS . Retrieved from https://www.spssindonesia.co m/201 7/03/uji-analisis-regresi- liniersederhana.html?m=1. Sugihamretha, I. D. (2020). Respon Kebijakan: Mitigasi Dampak Wabah Covid-19 Pada Sektor Pariwisata. Jurnal Perencanaan Pembangunan: The Indonesia Journal of Development Planning, Vol. 4 . Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif . Bandung: Alfabeta. Tuwu, D. (2020). Kebijakan Pemerintah
dalam
Penanganan Pandemi
Covid- 19. Journal Publicuha, Vol. 3 . Utami, B. S., & Kafabih, A. (2021). Sektor Pariwisata Indonesia di Tengah Pandemi Covid- 19. Jurnal Dinamika Ekonomi Pembangunan (JDEP), Vol. 4 . Yulianingsih, M. T. (2010). Jelajah Wisata
Nusantara: Beragam Pilihan Tujuan Wisata di 33 Provinsi.
Jakarta: Medpress.
Yurita, F. (2014). Sejarah Lubang Jepang Sebagai Tempat Perlindungan Dari Sekutu di Bukittinggi Tahun 1942 1945. JOM Universitas Riau . Yoeti, O. A. (2006). Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa.
|
47a9f20e-27fc-4ce0-bd9f-66c421de3f97 | https://journal.yrpipku.com/index.php/msej/article/download/1251/996 |
## System Dynamics Model : Investment Behavior
## Model Dinamika Sistem : Perilaku Investasi
Jones Parlindungan Nadapdap 1* , Rissa Ayustia 2 , Perminas Pangeran 3 , Regina Clara Audrey Kaseger 4 , Ester 5
Institut Shanti Bhuana 1,2,4,5 , Universitas Kristen Duta Wacana 3 jones.nadapdap@gmail.com 1 , ayustia.rissa@shantibhuana.ac.id 2 perminas@staff.ukdw.ac.id 3 clarakaseger@gmail.com 4 , esterbky492@gmail.com 5
* Corresponding Author
## ABSTRACT
This study aims to obtain an overview of the aspects that have a relationship to the investment behavior of a person or individuals. The aspects modeled in this study focus on internal and external aspects. The picture obtained is the relation of minimum capital, financial literacy and investment intention. Minimum capital relations are represented by policies, ease and availability of capital or income, financial literacy relations are represented by knowledge, skills and competencies and the last relationship is investment interest which is represented by attitudes, subjective norms and perceived behavioral control. The investment interest relation uses the theory of planned behavior (TPB) which suggests that the investment behavior of a person or individual is caused by attitudes, subjective norms and perceived behavioral control. The methodology used in this study is system dynamics based on the concept of feedback from control theory and causal loops. in this study using a causal loop diagram approach, namely a feedback loop system in a diagram, and this is a feedback structure communication tool that represents the main feedback loop of the system that produces the dynamic reference behavior of the system.
Keywords: Minimum Capital, Financial Literacy, Investment Intention, System Dynamics, Causal Loop Diagram
## ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai aspek-aspek yang memiliki relasi kepada perilaku investasi dari seseorang atau individu. Aspek yang dimodelkan dalam penelitian ini berfokus kepada aspek internal dan eksternal. Gambaran yang diperoleh adalah relasi dari modal minimal, literasi keuangan dan minat investasi. Relasi Modal minimal diwakili oleh kebijakan, kemudahan dan ketersediaan modal atau pendapatan, relasi literasi keuangan diwakili oleh pengetahuan, keterampilan dan kompetensi dan relasi terakhir adalah minat investasi yang diwakili oleh sikap, norma subjektif dan kontrol perilaku persepsian. Pada relasi minat investasi menggunakan theory of planned behavior (TPB) yang mengemukakan bahwa perilaku investasi dari seseorang atau individu disebabkan oleh sikap, norma subjektif dan kontrol perilaku persepsian. Metodologi yang digunakan pada penelitian ini adalah dinamika sistem atau system dynamic berdasarkan konsep umpan balik dari control theory dan causal loop. pada penelitian ini menggunakan pendekatan causal loop diagram yaitu sistem lingkaran umpan balik secara diagram, dan ini adalah alat komunikasi struktur umpan balik yang mewakili lingkaran umpan balik utama dari sistem yang menghasilkan perilaku dinamis referensi dari system.
Kata Kunci: Modal Minimal, Literasi Keuangan, Minat Investasi, Dinamika Sistem, Causal Loop Diagram
## 1. Pendahuluan
Setiap individu pada situasi pilihan yang cukup dilematis ketika dihadapkan pada pilihan dalam memutuskan alokasi dana yang akan dipakai pada saat ini atau dimasa mendatang. Dana yang dimiliki terkadang tidak bisa dimaksimalkan pada aktivitas produktif atau sebagai passive income. Investasi bisa menjadi salah satu solusi dalam mengatasi masalah tersebut. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang
dilakukan pada saat ini dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah keuntungan di masa mendatang (Tandelilin, 2010). Dengan kata lain, investasi merupakan komitmen untuk mengorbankan konsumsi sekarang (sacrifice current consumption) dengan tujuan memperbesar konsumsi di masa mendatang. Investasi adalah komitmen untuk menanamkan dana pada saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Terdapat dua jenis investasi. Pertama, investasi pada aset riil, seperti: tanah; rumah; emas; serta aset-aset riil lainnya. Kedua, investasi pada aset finansial, seperti: deposito; saham; obligasi; dan surat berharga lainnya (Tandelilin, 2010).
Pasar modal sendiri mempunyai peran penting selain sebagai lembaga perantara, Pasar modal juga sebagai salah satu penopang perekonomian suatu negara. Pasar modal secara umum mempunyai dua fungsi yang penting. Fungsi pertama yaitu sumber dana perusahaan, sedangkan fungsi berikutnya sebagai sarana bagi korporasi dalam menghimpun dana yang berasal dari masyarakat yang memiliki modal atau biasa disebut sebagai investor. OJK mencatat di tengah gejolak perekonomian global yang terus meningkat dan tingginya volatilitas pasar keuangan global yang berpotensi memberikan dampak pada pasar keuangan domestik, kinerja Pasar Modal Indonesia menorehkan pertumbuhan yang positif dengan volatilitas yang relatif terjaga jika dibandingkan dengan negara lain (Otoritas Jasa Keuangan, 2022c). Keseluruhan capaian Pasar Modal Indonesia sangat penting dalam upaya mewujudkan Indonesia sebagai tempat berinvestasi yang aman, nyaman, dan terpercaya khususnya dalam mendukung penyediaan sumber pembiayaan yang berkelanjutan, baik bagi proyek prioritas Pemerintah maupun untuk meningkatkan daya saing perusahaan Indonesia ke kancah global (Otoritas Jasa Keuangan, 2022).
Kinerja IHSG menjadi yang tertinggi jika dibandingkan dengan kinerja bursa ASEAN dan regional. Sebagai gambaran, IHSG per 11 Oktober 2022 berada di posisi 6.939,15 poin atau meningkat 5,43% (ytd). Bahkan, di 13 September kemarin, pertumbuhan IHSG telah menembus rekor tertinggi sepanjang sejarah yakni di level 7.318,01, meskipun saat ini Kembali turun mengikuti pelemahan di bursa global. Sementara market cap saat ini tercatat mencapai Rp9.142 triliun atau meningkat sebesar 10,75% (ytd) (Otoritas Jasa Keuangan, 2022). Di samping itu, para pengusaha (Emiten) juga mulai meningkatkan aktivitas penghimpunan dana melalui Pasar Modal seiring dengan telah pulihnya Kembali aktivitas perekonomian domestik. Hingga 11 Oktober 2022, aktivitas penghimpunan dana di Pasar Modal masih cukup tinggi yaitu sebesar Rp179,66 triliun dari 168 emisi yang terdiri dari 42 Penawaran Umum Perdana Saham, 22 Penawaran Umum Terbatas, 16 Penawaran Umum Efek Bersifat Utang dan/atau Sukuk, 88 Penawaran Umum Berkelanjutan Efek Bersifat Utang dan/atau Sukuk di tahap I dan tahap II (Otoritas Jasa Keuangan, 2022).
Dari 168 kegiatan emisi tersebut, 48 di antaranya adalah Emiten baru, bahkan hingga saat ini sudah ada puluhan perusahaan lagi yang mengincar untuk melakukan penawaran umum perdana. Pertumbuhan jumlah Emiten ini diikuti oleh pertumbuhan jumlah investor ritel yang meningkat hampir 9 (sembilan) kali lipat dibandingkan 5 (lima) tahun terakhir. hingga 11 Oktober 2022, jumlah investor Pasar Modal mencapai 9,85 juta SID. Pertumbuhan investor tertinggi dicatatkan oleh investor Reksa Dana dan mayoritas masih didominasi oleh investor berusia di bawah 30 tahun yang mencapai 59,08% (Otoritas Jasa Keuangan, 2022).
Investasi pada pasar modal menjadi salah satu pilihan dalam berinvestasi bagi individu atau investor selain mengalokasikan dana yang ada salah satunya tabungan di perbankan. Tujuan dari individu atau investor melakukan investasi atas dana yang dimiliki pada pasar modal dengan tujuan dana yang dialokasikan menjadi produktif dan resikonya masih dapat ditanggung oleh individu atau calon investor. Bagi individu atau investor, dana yang diinvestasikan di pasar modal diharapkan dapat memberikan return dimana pihak perbankan tidak dapat memberikan keuntungan dengan alokasi dana atau investasi yang sama, yakni keuntungan berupa pembayaran dividen yang nominalnya bisa melampaui jumlah bunga yang
dibayarkan oleh bank dengan nilai investasi yang sama. Keuntungan yang besar akan diiringi dengan tingkat risiko yang besar juga. Salah satu contoh yaitu pasa saat perusahaan mengalami kerugian, investor biasanya tidak memperoleh hak atas dividen (Widioatmodjo, 2015). Hal yang mendasar adalah tidak satupun investasi tanpa memiliki resiko (Karvof, 2016).
Jenis instrumen yang ada pada pasar modal adalah salah bentuk investasi yang mempunyai tingkat risiko tertentu dengan return tertentu pula. Sehingga diperlukan keahlian dan ketelitian dalam memilih jenis instrument-instrumen yang dapat dipilih menjadi portofolio dalam jangka waktu cukup Panjang (Karvof, 2016). Investasi dapat diartikan sebagai suatu masalah tentang cara dalam akumukasi dana dimana membutuhkan pemahaman yang dalam untuk memilih investasi yang menguntungkan tanpa menghilangkan aspek risiko dari investasi tersebut (Sina, 2016).
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus memperkuat pengaturan dan pengawasan industri Pasar Modal dengan menerbitkan tiga peraturan baru yaitu Peraturan OJK (POJK) Nomor 14/POJK.04/2022 tentang Penyampaian Laporan Keuangan Berkala Emiten atau Perusahaan Publik, POJK Nomor 15/POJK.04/2022 tentang Pemecahan Saham dan Penggabungan Saham oleh Perusahaan Terbuka, serta POJK Nomor 17/POJK.04/2022 tentang Pedoman Perilaku Manajer Investasi. Tiga peraturan baru dimaksud ditujukan untuk mewujudkan terciptanya kegiatan Pasar Modal yang teratur, wajar, dan efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat (Otoritas Jasa Keuangan, 2022).
Kinerja Pasar Modal Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan yang positif, tercermin dari beberapa indikator seperti IHSG yang berada di posisi 7.102,88 poin per 9 Agustus 2022 atau tumbuh sebesar 7,92 persen secara year to date (ytd), dengan nilai kapitalisasi pasar mencapai Rp9.315 triliun atau secara ytd juga meningkat 12,83 persen. Di kuartal II tahun 2022, pertumbuhan IHSG maupun nilai kapitalisasi pasar telah menembus rekor tertinggi sepanjang sejarah yakni IHSG di level 7.276,19 pada 21 April 2022 dan nilai kapitalisasi pasar menyentuh Rp9.555 triliun di 28 April 2022 (Otoritas Jasa Keuangan, 2022).
Aktivitas penghimpunan dana di sepanjang tahun 2022 juga terus meningkat. Hingga 8 Agustus 2022, OJK telah mengeluarkan surat Pernyataan Efektif atas Pernyataan Pendaftaran dalam rangka Penawaran Umum untuk 149 emisi dengan total emisi sebesar Rp151,18 triliun, 48 di antaranya adalah Emiten baru (Otoritas Jasa Keuangan, 2022). Sementara itu, kinerja Emiten berdasarkan laporan keuangan kuartal I dan kuartal II 2022, tercatat tumbuh positif. Dari 722 Emiten yang telah menyampaikan laporan kuartal I 2022, terdapat peningkatan total laba Emiten secara yoy sebesar 110,01 persen menjadi Rp167,52 triliun (Otoritas Jasa Keuangan, 2022). Berdasarkan data laporan keuangan kuartal II 2022 yang baru disampaikan oleh 314 Emiten, OJK mencatat rata-rata pertumbuhan nilai laba tertinggi masih dibukukan oleh Emiten yang bergerak di bidang teknologi sebesar 7.904,59 persen, diikuti Emiten yang bergerak di bidang transportasi dan logistik sebesar 1.238,84 persen dan kemudian Emiten yang bergerak di bidang energi sebesar 397,59 persen (Otoritas Jasa Keuangan, 2022).
Di sisi lain, pertumbuhan jumlah investor juga meningkat cukup signifikan. Saat ini, jumlah Single Investor Identification (SID) mencapai 9,38 juta atau meningkat 25,20 persen ytd. Pertumbuhan investor tertinggi dicatatkan oleh investor Reksa Dana dan mayoritas masih didominasi oleh kaum milenial dan generasi Z yang berumur di bawah 30 tahun mencapai sekitar 59,43 persen (Otoritas Jasa Keuangan, 2022). Di bidang pengaturan, sampai 9 Agustus 2022, OJK telah menerbitkan delapan regulasi Pasar Modal, yakni dua POJK dan enam SEOJK yang bertujuan untuk mendukung pemerintah dalam mendorong pemulihan ekonomi nasional, penyempurnaan proses bisnis, maupun terkait dengan peningkatan upaya pengawasan terhadap industri Pasar Modal (Otoritas Jasa Keuangan, 2022). Dalam pelaksanaan penegakan hukum di bidang Pasar Modal, sampai dengan 9 Agustus 2022, OJK telah menetapkan 671 surat sanksi yang terdiri dari 33 sanksi peringatan tertulis, dua sanksi pembekuan izin, satu sanksi pencabutan izin, dan 623 sanksi administratif berupa denda
dengan jumlah denda seluruhnya sebesar Rp30,75 miliar. Selain itu, OJK juga menerbitkan 12 perintah tertulis sebagai upaya penegakan hukum terhadap pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal (Otoritas Jasa Keuangan, 2022).
Investor ataupun calon investor dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologi (Truong, 2016). Telah banyak muncul model-model penelitian mengenai hubungan psikologi dengan perilaku manusia, namun theory planned behavior paling memuaskan untuk diterapkan dalam mempelajari perilaku manusia dan psikologi (Cooke, 2002). theory planned behavior menjelaskan bahwa sikap terhadap perilaku merupakan pokok penting yang sanggup memperkirakan suatu perbuatan, meskipun demikian perlu dipertimbangkan sikap seseorang dalam menguji norma subjektif serta mengukur kontrol perilaku persepsian orang tersebut.
Bila ada sikap yang positif, dukungan dari orang sekitar serta adanya persepsi kemudahan karena tidak ada hambatan untuk berperilaku maka niat seseorang untuk berperilaku akan semakin tinggi (Ajzen, 1991). Seseorang yang memiliki sikap yang positif pada investasi saham, mendapat dukungan dari orang disekitarnya dan adanya persepsi kemudahan karena tidak ada hambatan untuk berinvestasi saham maka niat seseorang untuk berinvestasi saham akan semakin tinggi.
Aspek lain yang perlu diperhatikan adalah Pengetahuan keuangan sangat penting dimiliki oleh tiap individu untuk mampu mengelola modal yang dimiliki. Nilai tambah ekonomi merupakan keuntungan yang didapat jika masing-masing individu memiliki pengetahuan keuangan yang baik. Sekarang ini diharapkan individu memiliki kemampuan dan pengetahuan dalam mengelola keuangan pribadi secara efektif sangatlah penting. Mencakup seluruh lapisan masyarakat dari segala kalangan dan latar belakang. Peran serta seluruh pemangku kepentingan seperti pemerintah sebagai pembuat kebijakan, otoritas jasa keuangan, institusi keuangan dan Lembaga Pendidikan seperti universitas atau sekolah untuk melakukan edukasi di bidang keuangan agar masyarakat Indonesia dapat melek finansial dan tidak mudah tertipu oleh produk investasi bodong.
Faktor demografi seperti jenis kelamin, usia, dan pendidikan; faktor sosial ekonomi pendapatan dan pekerjaan; dan faktor psikologis persepsi tentang masa depan berpengaruh signifikan terhadap literasi keuangan. Di antara faktor-faktor yang ditemukan terkait dengan literasi keuangan, pekerjaan, dan orientasi masa depan menjadi perhatian khusus karena faktor-faktor lain agak terkait dengan pencapaian pendidikan secara umum. Individu yang memiliki latar belakang pekerjaan di bidang keuangan dan asuransi sangat membantu mereka untuk mencapai literasi keuangan karena pengetahuan yang diperoleh melalui bekerja dengan masalah keuangan. Orientasi masa depan juga merupakan faktor spesifik literasi keuangan karena orang cenderung ingin membuat keputusan keuangan yang lebih baik ketika mereka lebih mementingkan masa depan. Hasil penelitian yag dilakukan menekankan perlunya pendidikan keuangan formal dan kontak sosial untuk meningkatkan tingkat literasi keuangan di Jepang (Kadoya & Khan, 2020).
Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini bertujuan untuk membuat model dinamika system atau system dynamic terkait niat berinvestasi atas instrumen investasi di Indonesia menyebabkan penelitian ini melakukan pemodelan perilaku invididu, norma subjektif dan kontrol perilaku persepsi terhadap niat berinvestasi dengan menggunakan causal loop diagram .
## 2. Tinjauan Pustaka Causal Loop Diagram
Batas sistem mencakup variabel kunci di dalam batas dan variabel yang melintasi batas. Variabel di dalam batas merupakan variabel endogen dan variabel di luar batas
merupakan variabel eksogen. Langkah selanjutnya dalam pemikiran sistem adalah mencari hubungan antara variabel dan perkembangan loop umpan balik. Struktur umpan balik ini direpresentasikan dalam bentuk causal loop diagrams dalam dinamika sistem (Sterman 2000) dan dalam bentuk diagram blok control theory dalam analisis sistem (Manetsch dan Park 1982). Gambar 1. menunjukkan causal loop diagrams dari model irigasi sederhana. Dalam model irigasi sederhana ini, variabel utama adalah luas irigasi, laju pertambahan luas irigasi serta laju pembuangan atau pengabaian areal irigasi. Laju pertambahan luas irigasi menurun dengan bertambahnya luas irigasi dan bertambahnya luas irigasi meningkatkan peningkatan irigasi (Bala et al., 2017). Ini membentuk loop umpan balik negatif B1. Laju buangan daerah irigasi meningkat dengan bertambahnya luas irigasi dan pada gilirannya menyebabkan berkurangnya luas irigasi. Ini membentuk loop umpan balik negatif B2. Dengan demikian, daerah irigasi membentuk dua putaran umpan balik negatif. Diagram loop kausal mewakili struktur loop umpan balik dari sistem dan menyebabkan perilaku dinamis sistem (Bala et al., 2017).
Gambar 1. Causal Loop Diagram dari model irigasi sederhana Diagram lingkaran sebab akibat mewakili struktur umpan balik sistem untuk menangkap hipotesis tentang penyebab dinamika dan umpan balik penting. Struktur loop kausal yang menghasilkan perilaku referensi sistem dihipotesiskan menjadi hipotesis dinamis (Bala et al., 2017). Langkah-langkah berikut diikuti dalam pengembangan diagram lingkaran kausal:
1. Tentukan masalah dan tujuan.
2. Mengidentifikasi elemen yang paling penting dari sistem.
3. Mengidentifikasi elemen penting sekunder dari sistem.
4. Mengidentifikasi elemen penting tersier dari sistem.
5. Tentukan hubungan sebab-akibat
6. Identifikasi loop tertutup.
7. Identifikasi loop penyeimbang dan penguat.
Pada penelitian ini menggunakan causal loop diagram dalam membuat model minat investasi individu secara umum bisa sebagai siswa, mahasiswa, masyarakat umum maupun calon investor dalam melakukan kegiatan investasi pada instrument investasi yang ada pada pasar modal.
## Modal Minimal
Modal minimal adalah sejumlah dana tertentu yang disisihkan atau yang dialokasi oleh calon investor pada instrument investasi tertentu yang berasal dari kesadaran diri sendiri yang dimiliki oleh individu dengan motif untuk mendapatkan keuntungan tertentu dengan tingkat risiko tertentu. Modal minimal investasi merupakan salah satu dari faktor yang harus dipertimbangkan seseorang sebelum mengambil keputusan untuk berinvestasi. Modal minimal investasi dijadikan pertimbangan karena di dalamnya terdapat perhitungan estimasi dana untuk investasi, semakin minimum dana yang dibutuhkan akan semakin tinggi pula minat seseorang untuk berinvestasi (Pajar & Pustikaningsih, 2017). Jumlah minimum modal investasi
Planned irrigated area
+ B1 + B2 + Increase rate Irrigated area Discard rate - - - + Irrigated area adjustment time Discard fraction
untuk dapat memulai berinvestasi di pasar modal menjadi pertimbangan penting bagi individu yang memiliki dana lebih. Modal minimal adalah setoran awal untuk membuka rekening saat pertama kali berinvestasi di pasar modal yang telah ditetapkan oleh sekuritas (Wibowo & Purwohandoko, 2019)
Literasi Keuangan
Literasi keuangan merupakan pengetahuan keuangan dan kemampuan untuk mengaplikasikannya berupa knowledge dan ability (Lusardi & Mitchell, 2013). Literasi keuangan dapat diartikan sebagai pengetahuan untuk mengelola keuangan. Semakin tinggi tingkat literasi keuangan yang dimiliki seseorang akan menghasilkan perilaku keuangan yang bijak dan pengelolaan keuangan yang efektif (Zahriyan, 2016).
Literasi keuangan terdiri dari sejumlah kempuan dan pengetahuan mengenai keuangan yang dimiliki oleh seseorang untuk mampu mengelola atau menggunakan sejumlah uang untuk meningkatkan taraf hidupnya dan bertujuan untuk mencapai kesejahteraan (Lusardi & Mitchell, 2013). Pemahaman implikasi keuangan yang ditimbulkan dari keputusan keuangan merupakan hal yang mendasar dalam literasi keuangan.
## Theory Of Planned Behavior
Teori perilaku terencana atau biasanya kita kenal dengan istilah Theory of Planned Behavior , teori tersebut menjelaskan bahwa perilaku merupakan tindakan dari seseorang atau individu yang dapat dilakukan pengamatan dalam menggambarkan bagaimana individu atau seseorang melakukan tindakan pada suatu kondisi tertentu (Schmeiser & Seligman, 2013). Pada studi tentang literasi keuangan, hal yang mendasar untuk dilakukan adalah dengan melakukan evaluasi dari proses pengambilan keputusan seseorang atau individu serta dilakukan penyelidikan terkait adanya suatu kemungkinan perilaku positif dari seseorang atau individu berdasarkan kondisi keuangan dari seseorang atau individu dimana dapat menghasilkan peningkatan ketahanan di saat kondisi sedang krisis sekalipun (OECD, 2012).
Konsep literasi keuangan menurut The Organization for Economic Cooperation and Development Merupakan suatu fenomena kompleks yang terdiri atas kombinasi kesadaran, pengetahuan, kemampuan, sikap, serta perilaku yang dibutuhkan untuk membuat suatu keputusan keuangan (OECD, 2012). Literasi keuangan merupakan cerminan dari kemampuan individu dalam memahami informasi keuangan dan menggunakan informasi tersebut dengan terampil dan percaya diri untuk digunakan menurut pandangan multi-dimensi dalam membuat konsep dan mengoperasionalkan konstruk yang ada (Huston, 2010). Oleh karena itu, literasi keuangan melibatkan pengetahuan, perilaku, serta sikap keuangan individu (Potrich et al., 2016). (Jonsson et al., 2017) mengklasifikasikan literasi keuangan menjadi tiga kategori antara lain pengetahuan keuangan teknis, pengetahuan reksadana, dan pengetahuan pasar. Pengetahuan keuangan teknis tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap perilaku efek disposisi, sedangkan pengetahuan reksa dana dan pengetahuan pasar saat ini cukup relevan untuk menjelaskan perilaku investor.
## 3. Metode Penelitian
Metodologi dinamika sistem didasarkan pada konsep umpan balik dari control theory , dan causal loop adalah cara yang mudah untuk mewakili struktur loop umpan balik sistem. Causal loop diagram digunakan untuk mewakili sistem lingkaran umpan balik secara diagram, dan ini adalah alat komunikasi struktur umpan balik yang mewakili lingkaran umpan balik utama dari sistem yang menghasilkan perilaku dinamis referensi dari sistem (Bala et al., 2017).
Dinamika sistem atau system dynamics adalah metodologi berdasarkan sistem umpan balik yang merujuk pada control theory , dan dapat menangani dengan mudah sistem non-
linier, waktu tunda dan struktur multi-loop dari suatu sistem yang kompleks dan dinamis (Bala et al., 2017). Metodologi Forrester memberikan landasan dalam membangun model dengan komputerisasi untuk melakukan apa yang tidak dapat dilakukan oleh pikiran manusia secara rasional menganalisis struktur, interaksi, dan mode perilaku sistem sosial yang kompleks, sehingga memberikan kerangka kerja di mana strategi dapat diuji. Banyak perangkat lunak seperti STELLA, VENSIM, dan POWERSIM saat ini tersedia dalam melakukan hampir semua proses atau pemodelan dinamika sistem (Bala et al., 2017).
Kita biasanya dapat memahami dan merancang strategi manajemen, tetapi kita memerlukan beberapa struktur atau prinsip panduan untuk memahami dan mengelola kompleksitas dan perubahan sistem dinamis yang kompleks berdasarkan pendekatan sistem yang mempertimbangkan keseluruhan sistem daripada secara terpisah. Pendekatan sistem lebih merupakan pendekatan yang rasional dan agak intuitif (Bala et al., 2017). Itu tergantung pada beberapa metodologi formal yang terdiri dari metode definisi masalah, hipotesis dinamis, pemodelan, analisis kebijakan, dan lain-lain, dan teknik teoritis yang berguna untuk memecahkan model dan sub-model masalah. Pada dasarnya sistem harus dimodelkan dan disimulasikan untuk memahami sistem dan merancang strategi manajemen. Juga ini harus dilakukan sebelum penerapan strategi manajemen (Bala et al., 2017). Metodologi dinamika sistem Forrester menyediakan metodologi—prinsip panduan untuk mengembangkan model komputer untuk mensimulasikan sistem yang kompleks dan dinamis untuk memahami sistem yang kompleks dan merancang strategi manajemen (Bala et al., 2017). Intinya, pemikiran sistem adalah metodologi formal yang terdiri dari metode definisi masalah, hipotesis dinamis, pemodelan dan analisis kebijakan untuk memahami dan mengelola sistem yang kompleks dan dinamis (Bala et al., 2017).
Ketika kompleksitas meningkat, pemikiran sistem muncul sebagai faktor penting untuk kesuksesan, dalam dunia sistem dinamis yang kompleks, pengalaman sehari-hari gagal karena keterbatasan waktu dan cakupan sistem begitu luas (Bala et al., 2017). Ketika eksperimen di dunia nyata tidak mungkin dilakukan, simulasi menjadi cara utama kita dapat belajar secara efektif tentang dinamika sistem yang kompleks. Dinamika sistem adalah teknik yang paling tepat untuk mensimulasikan sistem yang kompleks dan dinamis berdasarkan pemikiran sistem untuk mengembangkan skenario kebijakan dan belajar mengelola sistem secara efektif (Bala et al., 2017).
Systems thinking dan pemodelan pada dasarnya terdiri dari pernyataan masalah, causal loop diagram , stock–flow diagram , perencanaan skenario dan pemodelan dan implementasi dan pembelajaran organisasi. Karakter Systems thinking membuat hal tersebut menjadi efektif pada jenis masalah yang paling sulit untuk dipecahkan: yang melibatkan masalah kompleks, yang sangat bergantung pada masa lalu atau pada tindakan orang lain, dan yang berasal dari koordinasi yang tidak efektif di antara mereka yang terlibat (Bala et al., 2017).
Langkah-langkah untuk mensimulasikan model dinamika sistem diringkas di bawah ini (Bala et al., 2017):
1. Mengidentifikasi masalah dan merumuskan mental model dalam bentuk deskripsi verbal (identifikasi masalah/konseptualisasi) dan mengembangkan hipotesis dinamis untuk menjelaskan perilaku bermasalah dalam hal diagram lingkaran kausal dan struktur stok dan aliran sistem.
2. Membuat struktur dasar causal diagram dari model verbal.
3. Menambah causal loop diagrams ke dalam diagram alir dinamika sistem.
4. Terjemahkan causal diagram dinamika sistem ke dalam STELLA atau VENSIM atau satu set persamaan perbedaan simultan.
5. Perkirakan parameternya.
6. Validasi model, analisis sensitivitas dan analisis kebijakan.
7. Penerapan model.
Aspek-aspek berikut yang perlu diperhatikan dalam pengembangan dynamic hypothesis (Bala et al., 2017):
1. Struktur umpan balik endogen
2. Perilaku mode referensi yang diamati dan disimulasikan
3. Teori untuk menjelaskan perilaku mode referensi
## 4. Hasil dan Pembahasan
Metodologi dinamika sistem berdasarkan konsep umpan balik untuk menangani karakteristik non-linier, multi-loop, dan jeda waktu dari sistem dinamis yang kompleks dapat diterapkan untuk memodelkan dan mensimulasikan sistem dinamis yang kompleks tersebut untuk memahami dinamika sistem dan merancang kebijakan manajemen untuk pembangunan berkelanjutan (Bala et al., 2017).
## Gambar 2. Causal Loop Diagram dari model perilaku investasi
Pada gambar 2. Menjelaskan tentang model gambaran umum atau grand model perilaku individu yang dilakukan individu pada suatu instrumen investasi. Ada 3 aspek yang akan dimodelkan yaitu modal minimal, literasi keuangan dan minat investasi. Pada gambar 2. menunjukkan causal loop diagrams dari model irigasi sederhana. Dalam model perilaku investasi, variabel utama adalah modal minimal, literasi keuangan serta minat investasi. Modal minimal akan bertambah seiring dengan bertambah literasi keuangan uang dimiliki oleh individu dan begitu juga sebaliknya akan mengalami penurunan modal minimal yang dikeluarkan apabila kurangnya literasi keuangan yang dimiliki oleh individu sehingga membentuk loop umpan balik negatif B1. Literasi keuangan yang meningkat akan meningkatkan minat investasi individu dan sebaliknya sehingga membentuk loop umpan balik negatif B2.
Gambar 3. Model Aspek Modal Minimal Pada gambar 3. Model Aspek modal minimal dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu kebijakan dimana semakin mudah kebijakan seperti saldo awal minimal dan transaksi akan semakin meningkatkan minta investasi dari seseorang atau individu, faktor selanjutnya adalah
semakin mudah seseorang dalam membuka akun pada perusahaan sekuritas maka akan semakin meningkatkan minat investasi seseorang atau individu dan faktor terakhir adalah ketersediaan dana yang dimiliki oleh seseorang atau individu maka akan meningkatkan minat investasi.
Arah hubungan positif model diatas dari modal minimal sesuai penelitian yang terkait variabel modal minimal berpengaruh positif signifikan terhadap minat investasi pada pasar modal (Widiyatmiko et al., 2022), Modal Minimal berpengaruh positif signifikan terhadap minat investasi, modal minimal investasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap minat investasi (Parulian dan Aminnudin, 2020), dan pengaruh positif dan signifikan modal minimal investasi terhadap minat investasi masyarakat Kota Palembang (Yusuf et al., 2021), Variabel modal minimal berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel minat investasi (Asriana et al., 2021), modal minimal berpengaruh positif dan signifikan pada minat mahasiswa berinvestasi di pasar modal di tinjau dari perspektif Ekonomi Islam (Agestina et al., 2020), (Nisa, 2017) menjelaskan bahwa modal minimal memiliki pengaruh positif terhadap minat investasi pada mahasiswa dan (Hikmah dan Diana, 2021), dan (Burhanudin et al., 2021) yang menyatakan modal minimal ini mempunyai berpengaruh dan memiliki arah positif terhadap minat investasi mahasiswa.
## Gambar 4. Model Aspek Literasi Keuangan
Pada gambar 4. Model Aspek Tingkat literasi keuangan menggambarkan sejauh mana seseorang mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan yang akan mempengaruhi sikap dan perilaku mereka dalam pengelolaan keuangan. Literasi keuangan berupa keyakinan bahwa seseorang dapat meningkatkan kualitas pengambilan keputusan keuangan dengan pengetahuan dan kemampuan yang dimilikinya. Untuk mencapai perilaku yang baik dalam pengelolaan keuangan seseorang harus memiliki literasi keuangan yang baik.
Arah hubungan positif model diatas dari model aspek literasi keuangan sesuai beberapa penelitian terdahulu yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh dan (Fatimah & Susanti, 2018) yang menunjukkan bahwa literasi keuangan memiliki pengaruh positif signifikan terhadap perilaku keuangan mahasiswa. Dalam penelitian ini pengaruh yang timbul searah, dimana jika literasi keuangan tinggi maka perilaku keuangan mahasiswa juga akan baik begitu pula sebaliknya, (Herawati et al., 2018) dimana hasil penelitiannya Literasi Keuangan terhadap Financial Self Efficacy memiliki nilai koefisien positif, hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi literasi keuangannya maka semakin tinggi pula financial self efficacy , (Ameliawati & Setiyani, 2018) dimana hasil penelitiannya adalah Literasi keuangan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku manajemen keuangan, dan (Sari, 2015) dimana hasil penelitian menyatakan bahwa literasi keuangan memiliki pengaruh positif signifikan terhadap perilaku keuangan. Dengan demikian literasi keuangan diduga memberikan pengaruh positif terhadap perilaku keuangan seseorang atau individu. Jika tingkat literasi keuangan seseorang semakin tinggi maka perilaku terhadap keuangan akan menjadi semakin tinggi.
## Gambar 5. Model Aspek Minat Investasi
Pada gambar 5 Model Aspek Minat Investasi menggambarkan menggunakan Theory of Planned Behavior menerangkan bahwa ketika dalam bertindak selalu dimulai dengan adanya minat, seperti adanya keinginan untuk mulai menginvestasikan kelebihan dana yang dimiliki di pasar modal (Ajzen, 1991). Kebutuhan utama seseorang atau individu sudah terpenuhi menjadi dasar munculnya Keinginan berinvestasi. Keinginan dalam memperlihatkan eksistensi dalam mengarahkan individu untuk melakukan berbagai usaha walaupun tidak mudah dan memerlukan usaha yang cukup besar. (Ajzen, 1991) dalam theory of planned behavior (TPB) mengemukakan bahwa perilaku disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah sikap, norma subjektif, kontrol perilaku, dan intensi atau niat. Dalam hal ini perilaku yang dimaksudkan adalah perilaku keuangan. Perilaku tergantung pada intensi atau niat yang dimiliki, niat tersebut tergantung pada sikap, norma subjektif, dan kontrol terhadap perilaku. Berdasarkan theory of planned behavior dapat dikatakan bahwa perilaku yang berhubungan dengan individu dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari faktor internal dan eksternal.
## 5. Penutup
Penelitian ini menghasilkan model dari perilaku investasi menggunakan dinamika system atau system dynamic dalam menggambarkan perliku investasi dari sesorang atau individu dengan menggunakan tiga variabel secara umum yaitu modal minimal, literasi keuangan dan minat investasi. Berpikir sistem adalah metode mempelajari perilaku dinamis dari sistem yang kompleks dengan mempertimbangkan pendekatan sistem, yaitu mempertimbangkan keseluruhan sistem daripada secara terpisah, dan dinamika sistem adalah alat atau bidang pengetahuan untuk memahami perubahan dan kompleksitas dari waktu ke waktu dari suatu sistem dinamis (Bala et al., 2017). Dalam isolasi, sistem yang kompleks dapat memberikan kesan yang salah tentang perilaku dinamis yang jauh dari perilaku sebenarnya dari sistem yang sebenarnya (Bala et al., 2017). Dengan demikian, pemikiran sistem harus mempertimbangkan semua komponen yang berinteraksi yang mempengaruhi dinamika sistem yang kompleks, dan metodologi dinamika sistem berdasarkan konsep umpan balik dari teori kontrol yang dikembangkan oleh (Forrester, 1968) adalah teknik yang paling tepat untuk menangani sistem kompleks tersebut untuk meningkatkan pemikiran sistem dan sistem pembelajaran (Bala et al., 2017).
Struktur dasar loop umpan balik adalah jalur tertutup dalam urutan yang terdiri dari keputusan yang mengontrol tindakan (berdasarkan keadaan sistem saat ini dan tujuan yang diinginkan) yang menghasilkan aliran, stok atau tingkat sistem dan informasi tentang stok sistem, yang terakhir kembali ke titik pengambilan keputusan untuk tindakan lebih lanjut. Informasi yang tersedia saat ini tentang level atau stock sistem dan tujuannya adalah dasar untuk keputusan saat ini yang mengendalikan tindakan. Tindakan mengubah kondisi sistem. Struktur loop umpan balik tunggal adalah bentuk paling sederhana dari sistem umpan balik. Struktur loop umpan balik dari suatu sistem mensimulasikan perilaku dinamis, dan semua
dinamika muncul dari interaksi dua jenis loop umpan balik: loop umpan balik positif dan loop umpan balik negatif.
## Daftar Pustaka
Agestina, N. I. A., Amin, M., & Anwar, S. A. (2020). Analisis Pengaruh Modal Minimal, Pemahaman Investasi dan Teknologi Informasi Terhadap Minat Mahasiswa Berinvestasi di Pasar Modal di Tinjau dari Perspektif Ekonomi Islam (Studi pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Malang). E-Jra , 09 (02), 60–68. Ajzen, I. (1991). The Theory of Planned Behavior. ORGANIZATIONAL BEHAVIOR AND HUMAN DECISION PROCESSES , 50 , 179–211. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/0749- 5978(91)90020-T
Ameliawati, M., & Setiyani, R. (2018). The Influence of Financial Attitude, Financial Socialization, and Financial Experience to Financial Management Behavior with Financial Literacy as the Mediation Variable. International Conference on Economics, Business and Economic Education 2018 , 811–832. https://doi.org/10.18502/kss.v3i10.3174 Asriana, N., Bacmid, S., MS, S., & Jalil, A. (2021). PENGARUH PERSEPSI DAN MODAL MINIMAL TERHADAP MINAT INVESTASI DI PASAR MODAL SYARIAH (Studi Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Palu). Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Islam , 3 (2), 82– 100. https://doi.org/10.24239/jipsya.v3i2.50.82-100
Bala, B. K., Arshad, F. M., & Noh, K. M. (2017). System Dynamics Modelling and Simulation. In
Innovations in Pharmaceutical Technology (Issue 67). Springer.
https://doi.org/10.4324/9780203112694-14
Burhanudin, H., Mandala Putra, S. B., & Hidayati, S. A. (2021). Pengaruh Pengetahuan Investasi, Manfaat Investasi, Motivasi Investasi, Modal Minimal Investasi Dan Return Investasi Terhadap Minat Investasi Di Pasar Modal ( Studi pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram ). Distribusi - Journal of Management and Business , 9 (1), 15– 28. https://doi.org/10.29303/distribusi.v9i1.137
Cooke, R. (2002). Moderation of cognition-behaviour consistency by properties of cognition . Department of Psychology University of Sheffield.
Fatimah, N., & Susanti. (2018). Pengaruh Pembelajaran Akuntansi Keuangan, Literasi Keuangan, Dan Pendapatan Terhadap Perilaku Keuangan Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Gresik. Jurnal Pendidikan Akuntansi (Jpak) Universitas Negeri Surabaya , 6 (1), 48–57. https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/35/article/view/25273/23161
Forrester, J. W. (1968). Principle of Systems . MIT Press.
Herawati, N. T., Candiasa, I. M., Yadnyana, I. K., & Suharsono, N. (2018). Pengaruh Kualitas Pembelajaran Keuangan dan Literasi Keuangan Terhadap Financial Self Efficacy Mahasiswa Akuntansi. JPEKA: Jurnal Pendidikan Ekonomi, Manajemen Dan Keuangan , 2 (2), 115. https://doi.org/10.26740/jpeka.v2n2.p115-128 Hikmah, N., & Diana, N. (2021). Pengaruh Pemahaman Investasi, Risiko Investasi, Modal Minimal, Dan Motivasi Terhadap Minat Mahasiswa Berinvestasi Di Bursa Efek Indonesia Melalui Galeri Investasi FEB Unisma (Studi Kasus Mahasiswa FEB Unisma). Jurnal Ilmiah Riset Akuntansi , Vol. 10 (No. 8), h. 114-122. http://riset.unisma.ac.id/index.php/jra/article/view/12981
Huston, S. J. (2010). Measuring Financial Literacy. Journal of Consumer Affairs , 44 (2), 296–316. https://doi.org/10.1111/j.1745-6606.2010.01170.x
Jonsson, S., Söderberg, I.-L., & Wilhelmsson, M. (2017). An investigation of the impact of financial literacy, risk attitude, and saving motives on the attenuation of mutual fund investors’ disposition bias. Managerial Finance. Managerial Finance , 43 (3).
https://doi.org/https://doi.org/10.1108/MF-10-2015-0269
Kadoya, Y., & Khan, M. S. R. (2020). What determines financial literacy in Japan. Journal of Pension Economics and Finance , 19 (3), 353–371. https://doi.org/10.1017/S1474747218000379 Lusardi, A., & Mitchell, O. S. (2013). The economic importance of financial literacy. Journal of
Economic Literature , 52 (1), 65.
Nisa, A. (2017). Pengaruh Pemahaman Investasi, Modal Minimal Investasi Dan Motivasi Terhadap Minat Mahasiswa Berinvestasi Di Pasar Modal (Studi Pada Mahasiswa Sekolah Tinggi Kesuma Negara). Jurnal Penelitian Teori & Terapan Akuntansi (PETA) , 2 (2), 22–35. https://doi.org/10.51289/peta.v2i2.309
OECD. (2012). Infe High Level - Principles on national strategies for financial education. In Organization for Economic Co-operation and Development (Issue August). https://www.oecd.org/finance/financial-education/OECD-INFE-Principles-National- Strategies-Financial-Education.pdf Otoritas Jasa Keuangan. (2022a). SIARAN PERS MENUJU EKONOMI TANGGUH, STABIL, DAN
BERKELANJUTAN . https://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/siaran- pers/Pages/Menuju-Ekonomi-Tangguh,-Stabil,-dan-Berkelanjutan.aspx Otoritas Jasa Keuangan. (2022b). Siaran Pers Perkuat Industri Pasar Modal Ojk Terbitkan 3 Peraturan Baru . https://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/siaran- pers/Pages/Perkuat-Industri-Pa s ar-Modal-OJK-Terbitkan-3-Peraturan-Baru.aspx
Otoritas Jasa Keuangan. (2022c). SIARAN PERS PERKUAT PENGAWASAN PASAR MODAL TINGKATKAN PERLINDUNGAN INVESTOR . https://www.ojk.go.id/id/berita-dan-
kegiatan/siaran-pers/Pages/Perkuat-Industri-Pasar-Modal-OJK-Terbitkan-3-Peraturan- Baru.aspx
Pajar, R. C., & Pustikaningsih, A. (2017). Pengaruh Motivasi Investasi Dan Pengetahuan Investasi Terhadap Minat Investasi Di Pasar Modal Pada Mahasiswa Fe Uny. Profita , 1 (2), 1–16.
Parulian, P., & Aminnudin, M. (2020). Pengaruh Literasi Keuangan dan Modal Minimal Terhadap Minat Investasi pada Mahasiswa. Jurnal Pengembangan Wiraswasta , 22 (02),
131. https://doi.org/10.33370/jpw.v22i02.417
Potrich, A. C. G., Vieira, K. M., & Mendes-Da-Silva, W. (2016). Development of a financial literacy model for university students. Management Research Review , 39 (3). https://doi.org/https://doi.org/10.1108/MRR-06-2014-0143
Sari, D. A. (2015). Finalcial Literacy Dan Perilaku Keuangan Mahasiswa (Studi Kasus Mahasiswa Stie ‘Yppi’ Rembang). BBM (Buletin Bisnis & Manajemen) , 01 (02), 171–189. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.47686/bbm.v1i2.14
Schmeiser, M. D., & Seligman, J. S. (2013). Using the Right Yardstick: Assessing Financial Literacy Measures by Way of Financial Well-Being. Journal of Consumer Affairs , 47 (2), 243–262. https://doi.org/10.1111/joca.12010
Tandelilin, E. (2010). Dasar-dasar Manajemen Investasi. Manajemen Investasi , 1–34. http://repository.ut.ac.id/3823/1/EKMA5312-M1.pdf Truong, O. (2016). How Fintech Industry Is Changing The World (Issue November). Centria University Of Applied Sciences.
Wibowo, A., & Purwohandoko. (2019). Pengaruh Pengetahuan Investasi, Kebijakan Modal Minimal Investasi, Dan Pelatihan Pasar Modal Terhadap Minat InvestasI (Studi Kasus Mahasiswa FE Unesa Yang Terdaftar Di Galeri Investasi FE Unesa). Jurnal Ilmu Manajemen Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya , 7 (1),
192–201.
Widiyatmiko, M. Z., Suparlinah, I., & ... (2022). Pengaruh Pengetahuan Investasi, Analisis Risiko, Modal Minimal, dan Motivasi Investasi terhadap Minat Investasi Mahasiswa S1 Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis …. Call for Paper and National Conference 2022:“Rural Tourism and Creative Economy to Develop Sustainable Wellness,” 997–1011. http://www.jp.feb.unsoed.ac.id/index.php/myc/article/view/3105%0Ahttp://www.jp.fe b.unsoed.ac.id/index.php/myc/article/download/3105/2081
Yusuf, M., Yahya, Y., & Hamid, A. (2021). Pengaruh Modal Minimal Investasi Dan Return
Terhadap Minat Investasi Masyarakat Kota Palembang Di Pasar Modal. Jurnal Neraca: Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Ekonomi Akuntansi , 5 (1), 83.
https://doi.org/10.31851/neraca.v5i1.5889
Zahriyan, M. Z. (2016). Pengaruh Literasi Keuangan dan Sikap Terhadap Uang Pada Perilaku
Pengelolaan Keuangan Keluarga. Journal of Business and Banking , 1 , 1–10. http://eprints.perbanas.ac.id/312/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf
|
8f60f37f-c63f-47d4-a37a-352b4f04dbb1 | https://e-jurnal.pnl.ac.id/ekonis/article/download/251/231 |
## ALOKASI BIAYA BERSAMA UNTUK PRODUK GABUNGAN PADA CV. LESTARI AMBON
Septina. L. Siahaya 1
1) Dosen Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Ambon
## ABSTRACT
Allocation of costs together with the charging of fees along to the object of indirect costs or joint costs to the cost biaya. Object imposition to this range of products required for the calculation of the cost of inventories, profit determination and financial reporting. This study aims to allocate shared costs for the combined product CV. Lestari which has resulted in a wide range of bakery products with flavors varying. This shared cost allocation in turn can help companies in menentukkan the cost per unit for each bread. Joint cost allocation method used is the market price method, the method of the average cost per unit, and the weighted average method. Based on the results of the discussion obtained product cost per unit for each type of bread whose value is not much different, it all turned out to be the method used to produce the production cost per unit is higher than its market price of Rp. 800,- except for bakery products rich with the weighted average method which resulted in cost per unit of Rp. 654,-.
Keyword : Cost Together.
## PENDAHULUAN
Berkembangnya industri manufaktur di dunia terkhususnya di Indonesia menimbulkan diversifikasi usaha dalam berbagai aspek, salah satunya diversifikasi produk yang ber- kaitan dengan penambahan produk-produk sampingan selain produk utama. Produk sampingan ini menjadi sumber pendapatan lain untuk perusahaan. Adanya produk sampingan ini menimbulkan produk gabungan yang dihasilkan secara simultan melalui proses atau serentetan proses umum, dimana setiap produk yang dihasilkan dari proses tersebut memiliki lebih dari sekedar nilai nominal. Produk gabungan ini menimbulkan biaya produksi bersama (gabungan) dimana Carter dan Usry (2006) mendifinisikan biaya produksi gabungan sebagai biaya yang muncul dari produksi simultan atas berbagai produk dalam proses yang sama. Banyak perusahaan manu- faktur mencurahkan perhatian yang besar pada pada pemecahan masalah berkaitan dengan biaya produksi gabungan, karena produk gabungan sulit untuk dialokasikan selain itu biaya-biaya yang timbul dari adanya produk gabungan harus dibebankan pada produk. Pembebanan biaya ke berbagai produk ini diperlukan untuk perhitungan biaya persediaan, penentuan laba dan pelaporan keuangan.
Alokasi biaya bersama merupakan pembebanan biaya bersama ke objek biaya dari biaya tidak langsung atau biaya bersama
ke objek biaya.Biaya bersama sulit diper- hitungkan kepada masing-masing produk.Oleh karena itu untuk memudahkan dalam per- hitungan diperlukan alokasi biaya.Dengan alokasi biaya maka perusahaan dapat menghitung harga pokok dalam menentukan nilai persediaan untuk tujuan pelaporan keuangan internal dan eksternal. Perhitungan produk bersama menyoroti masalah pembe- banan biaya ke produk asal, penggunaan peralatan, bahan baku, tenaga kerja dan fasilitas lainnya yang tidak dapat benar-benar ditentukan.Dalam menghitung biaya produksi bersama harus dilihat proses awal sampai proses titik pisah, dimana titik pisah merupakan titik saat produk akan melalui proses lanjutan untuk terpisah menjadi beberapa produk.
CV. Lestari merupakan salah satu perusahaan yang menghasilkan produk bersama. CV. Lestari bergerak dalam usaha pembuatan roti. Roti yang dihasilkan adalah roti cokelat, roti kaya, roti kacang dan roti keju. Roti cokelat merupakan produk utama atau produk asal yang pertama kali diproduksi, namun sejalan dengan perkembangan usahanya maka CV. Lestari kemudian mem- produksi beberapa roti lain dengan varian rasa yang berbeda. Produk roti cokelat, roti kaya, roti kacang dan roti keju diproses secara bersama-sama dimulai dari persiapan bahan, pencampuran bahan sampai dengan proses pengisian adonan dengan varian rasa yang
ditentukan. Proses pengisian bahan isian ini merupakan proses titik pisah yang menjadi acuan dalam menentukan biaya proses sebelum titik pisah dengan biaya proses setelah titik pisah. Biaya proses sebelum titik pisah menimbulkan adanya penggunaan bahan baku, tenaga kerja dan fasilitas produksi yang sama.
Selama ini CV. Lestari menetapkan harga jual yang sama untuk semua jenis rotinya, dengan alasan karena perusahaan sejenis lainnya juga menetapakan harga yang tidak jauh berbeda. Setelah diamati peneliti juga menemukan bahwa selama ini tidak ada perhitungan yang sistematis terhadap harga pokok produknya, sehingga CV. Lestari sulit untuk mengidentifikasi harga pokok per unit untuk masing-masing produk roti, mengingat selama ini CV. Lestari langsung memper- hitungkan semua biaya produksi yang timbul dari keseluruhan jenis roti yang dihasilkan. CV. Lestari tetap dalam kondisi usaha yang sama, maka dikhawatirkan akan terjadi distorsi biaya, dimana biaya produksi per unit yang dibebankan bisa terlalu rendah atau terlalu tinggi, dan hal ini akan berpengaruh juga terhadap harga jual produknya. Kesalahan dalam memperhitungkan harga pokok per unit akan mengakibatkan kesalahan dalam menentukan harga jual yang nantinya berpengaruh terhadap laba yang dihasilkan CV. Lestari
## TINJAUAN PUSTAKA Produk Bersama
Produk bersama adalah beberapa macam produk yang dihasilkan bersama atau serempak dengan menggunakan suatu macam atau beberapa macam bahan baku, tenaga kerja dan fasilitas pabrik yang sama dan masukan (input) tidak dapat diikuti jejaknya pada setiap macam produk tertentu (Supriyono, 2009, 238). Selain itu didefinisikan juga bahwa produk bersama ( joint-product ) adalah dua produk atau lebih yang lebih diproduksi lebih secara serentak dengan serangkaian proses dengan proses gabungan (Mulyadi, 2008, 358). Sedangkan Carter dan Usry ( 2006:268) menyatakan produk bersama sebagai produk gabungan yang dihasilkan secara simultan melalui proses atau serentetan proses umum, dimana setiap produk yang dihasilkan dari proses tersebut memiliki lebih dari sekedar nilai nominal. Dari berbagai definisi tersebut
dapat dirangkumkan bahwa produk bersama adalah dua produk atau lebih yang dihasilkan secara bersama melalui proses gabungan yang tidak dapat diikuti jejaknya pada setiap macam produk.Karakteristik produk bersama (Abdul Halim,2008,238) adalah sebagai berikut: a. Produk utama yang dihasilkan oleh produk bersama merupsakan tujuan utama pengolahan produk.
b. Nilai penjualan adalah relatif lebih besar dan relatif sama diantara produk-produk umum. Dalam proses produk bersama dikenal istilah titik pisah yakni saat terpisahnya ( split-off) masing-masing jenis produk yang dihasilkan dari bahan baku, tenaga kerja dan overhead yang telah dinikmati produk secara bersama-sama
c. Setelah terpisah ( split-off) produk berdiri sendiri-sendiri, yang mungkin langsung dijual atau mungkin pula harus diproses lebih lanjut untuk mendapatkan produk yang lebih menguntungkan. Biasanya dihasilkan dalam jumlah unit atau kuantitas yang besar.
d. Salah satuproduk tidak dapat dihasilkan tanpa memproduksi produk yang lain.
## Definisi Biaya
Seringkali pengertian biaya dikaburkan dengan pengertian harga pokok, namun sebenarnya hal tersebut mempunyai perbedaan dan persamaan. Dalam akuntansi biaya, biaya merupakan semua pengeluarn yang sudah terjadi yang digunakan dalam memproses produksi yang dihasilkan. Seluruh biaya yang terjadi membentuk suatu harga pokok, dimana dalam artian yang luas harga pokok merupa- kan bagian dari harga perolehan suatu aktiva yang ditunda pembebanannya di masa yang akan datang. Lebih spesifik tentang definisi biaya, maka dapat dilihat beberapa pendapat akademisi mengenai definisi biaya.
Supriyono (2009:50), menyatakan bahwa “Biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan ( revenue ) dan akan dipakai sebagai pengurang penghasilan”. Sedangkan Mulyadi (2008:123), menyatakan bahwa “Biaya merupakan bagian dari harga pokok yang dikorbankan didalam usaha memperoleh penghasilan”. Selain itu menurut Henry Simamora (2002) “Biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan memberi
manfaat pada saat ini atau di masa mendatang bagi organisasi”. Dari beberapa definisi biaya tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa biaya adalah harga perolehan atau bagian dari harga pokok yang dikorbankan untuk memperoleh penghasilan dari produksi barang atau jasa .
## Biaya Produksi Gabungan (Biaya Bersama)
Menurut Carter dan Usry (2006:274) biaya produksi gabungan ( joint cost ) didefi- nisikan sebagai biaya yang muncul dari produksi simultan atas berbagai produk dalam proses yang sama. Setiap kali dua atau lebih produk gabungan terjadi sebelum titik pisah batas. Biaya gabungan terjadi dalam bentuk satu jumlah total biaya yang tidak dapat dibagi untuk semua produk yang dihasilkan, dan bukannya berasal dari penjumlahan biaya individu masing-masing produk. Sehingga biaya produksi terpisah ( Saparable Product Cost ) adalah biaya yang dapat diidentifikasi- kan dengan produk individual, dan tidak memerlukan alokasi. Sementara, biaya produksi gabungan memerlukan alokasi. Ke produk-produk individual. Mulyadi (2008: 125) mendefinisikan biaya bersama sebagai biaya yang dikeluarkan sejak saat mula-mula bahan baku diolah sampai dengan saat berbagai macam produk dapat dipisahkan identitasnya. Supriyono (2009:238) men- definisikan biaya bersama merupakan biaya yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang semuanya tidak dapat diikuti pada macam produk tertentu. Dari beberapa pengertian tersebut dapat dirangkum bahwa biaya bersama adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku, tenaga kerja dan overhead pabrik yang menghasilkan dua jenis produk atau lebih.
## Harga Pokok Produksi
Menurut Bustami dan Nurlela (2010) harga pokok produksi adalah kumpulan biaya produksi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik ditambah persediaan produk dalam proses awal dan dikurang persediaan produk dalam proses akhir. Harga Pokok Produksi terdiri dari tiga elemen biaya produk yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan Biaya overhead pabrik. Menurut Mulyadi (2008:193) ketiga elemen biaya produksi tersebut adalah:
a. Biaya bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian yang menyeluruh dari produk jadi.
b. Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja yang dapat didefinisikan secara langsung terhadap produk tertentu.
c. Biaya overhead pabrik merupakan seluruh biaya produksi yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai biaya bahan baku langsung atau biaya tenaga kera langsung.
Adapun penggolongan Biaya Overhead Pabrik menurut Mulyadi (2008: 193)
1) Penggolongan Biaya Overhead Pabrik menurut sifatnya, yang terdiri dari: biaya bahan penolong, biaya reparasi dan pemeliharaan, biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap, biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu, dan biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran tunai.
2) Penggolongan Biaya Overhead Pabrik menurut perilakunya dalam hubungan dengan perubahan volume produksi yang terdiri dari: BOP tetap, BOP variabel dan BOP semi variabel.
3) Penggolongan Biaya Overhead Pabrik dalam hubungannya dengan departemen- departemen yang ada di pabrik, terdiri dari BOP langsung departemen dan BOP tidak langsung departemen.
Tujuan umum penentuan harga pokok produksi adalah sebagai berikut:
a. Sebagai alat pengawasan dari biaya dan untuk menghindari pemborosan. Agar diperoleh harga pokok produksi yang teliti serta pengawasan yang baik, maka biaya digolongkan pada setiap proses atau departemen-departemen. Biaya yang sebenarnya terjadi pada setiap proses dibandingkan dengan standar. Dengan demikian pemborosan dapat dihindari karena standar dibentuk berdasarkan biaya yang seharusnya terjadi.
b. Sebagai alat perencanaan. Sebelum produksi dijalankan terlebih dahulu membuat rencana kegiatan yang akan dilaksanakan, misalnya apakah produksi ditingkatkan atau dikurangi dan juga dibuat ramalan atas unsur-unsur biaya yang diperlukan untuk setiap periodenya. Perencanaan ini penting agar seluruh keperluan dapat diketahui dan disediakan pada jumlah dan waktu yang diperlukan.
c. Sebagai pedoman menentukan harga jual. Biaya produksi bukanlah faktor utama menetapkan harga jual, tetapi menjaga agar harga jual tetap berada di atas harga pokok produksi.
d. Harga pokok produksi perlu untuk menentukan nilai persediaan yang mana menjadi syarat mutlak dalam menetapkan harga pokok penjualan dengan teliti.
e. Menentukan efisiensi atau tidaknya suatu perusahaan, ini dilakukan dengan mem- bandingkan harga pokok histories dengan harga pokok standar. Hal ini berguna untuk pengawasan biaya maupun sebagai alat perencanaan.Disamping tujuan-tujuan yang diuraikan diatas, penentuan harga pokok produksi penting bagi manajemen untuk keperluan analitis dalam pengambilan keputusan.
## Metode Alokasi Biaya Produksi Bersama ke Produk Gabungan
Masalah akuntansi dalam produk bersama adalah alokasi biaya bersama.Alokasi tersebut bertujuan untuk penentuan harga pokok dan penentuan nilai-nilai persediaan. Tujuan akhir alokasi biaya bersama adalah memberikan informasi kepada manajemen baik untuk kepentingan penyusunan laporan keuangan maupun kepentingan pengambilan keputusan. Biaya bersama (terjadi sebelum titik pisah batas) dapat dialokasikan ke produk gabungan (Carter dan Usry, 2006:275) dengan menggunakan metode-metode sebagai berikut:
a. Metode Harga Pasar Dalam metode ini alokasi dapat dihitung berdasarkan jumlah relatif dari usaha yang diperlukan untuk setiap produk gabungan.
Metode ini berpendapat bahwa jika salah satu produk terjual lebih tinggi daripada yang lainnya, hal ini terjadi karena biaya yang dikeluarkan tidak mempunyai pengaruh dalam menentukan harga jual. Karena asumsi itulah, cara yang logis untuk mengalokasikan biaya gabungan adalah berdasarkan pada nilai jual relative masing produk bersama. Dalam penerapan metode nilai pasar dan nilai jual terdapat dua variasi berdasarkan dari kondisi produk bersama tersebut yaitu :
1) Produk gabungan yang dapat dijual pada titik pisah batas.
Metode harga pasar mengalokasikan biaya gabungan berdasarkan harga pasar relatif dari produk gabungan. Metode ini
mengasumsikan bahwa produk-produk dapat dijual pada saat titik pisah dan menggunakan total harga pasar dari setiap produk, yaitu jumlah unit yang diproduksi dikalikan dengan harga jual per unit. Manajemen mungkin saja memutuskan bahwa akan lebih menguntungkan jika produk tertentu diproses lebih lanjut sebelum dijual, namun hal tersebut tidak akan mengubah penggunaan harga jual pada titik pisah batas sebagai dasar alokasi biaya gabungan.
Alokasi biaya bersama (gabungan) dihitung sebagai berikut:
a) Total harga pasar = Unit produksi x Harga pasar per unit pada titik pisah batas.
b) Rasio nilai produk = 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑎𝑠𝑎𝑟
c) Alokasi biaya bersama = Rasio nilai produk x Biaya bersama
2) Produk Gabungan yang Tidak Dapat Dijual pada Titik Pisah Batas
Produk yang tidak dapat dijual pada titik pisah batas tidak memiliki harga pasar me- merlukan pemrosesan tambahan sebelum dapat dijual. Dalam kondisi tersebut, maka dasar untuk mengalokasikan biaya gabu- ngan adalah harga pasar hipotesis pada titik pisah batas. Untuk memperoleh dasar alokasi, biaya pemrosesan lebih lanjut dikurangi dari harga pasar final untuk mendapatkan harga pasar hipotesis. Jika produk tertentu dapat dijual di titik pisah batas sementara yang lain tidak. Maka harga pasar pada titik pisah batas dapat digunakan untuk kelompok yang pertama, sedangkan untuk kelompok terakhir digunakan harga pasar hipotesis.
Alokasi biaya bersama (gabungan) dihitung sebagai berikut:
a) Harga pasar final = Unit produksi x Harga pasar final per unit
b) Harga pasar hipotesis = Harga pasar final – Biaya proses setelah titik pisah
c) Alokasi biaya bersama =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑎𝑠𝑎𝑟 ℎ𝑖𝑝𝑜𝑡𝑒𝑠𝑖𝑠 x harga pasar hipotesis
d) Total biaya produksi = Biaya proses setelah titik pisah + Alokasi biaya bersama
b. Metode Biaya Rata-rata per Unit Metode biaya rata-rata per unit berusaha mengalokasikan biaya gabungan ke produk
gabungan sedemikian rupa sehingga setiap produk menerima alokasi biaya gabungan per unit dalam jumlah yang sama yang disebut sebagai biaya rata-rata per unit. Perusahaan yang menggunakan metode ini berpendapat bahwa semua produk yang dihasilkan melalui proses yang sama seharusnya menerima pembagian biaya gabungan yang besarnya proporsional dengan jumlah unit yang diproduksi. Selama semua produk gabungan diukur dengan unit fisik yang sama dan tidak berbeda jauh dalam harga pasar per unit. Tetapi ketika unit yang diproduksi tidak diukur dengan satuan yang sama, dan harga pasar per unit berbeda secara signifikan, maka metode ini sebaiknya tidak digunakan. Alokasi biaya bersama (gabungan) dihitung:
Alokasi biaya bersama = Biaya bersama per unit x Unit produksi
c. Metode Rata-rata Tertimbang
Dalam beberapa kasus, metode ini tidak memberikan jawaban yang memuaskan atas masalah alokasi biaya gabungan, karena unit- unit individual dari berbagai produk gabungan berbeda secara signifikan.Dalam kasus semacam itu, faktor pembobotan yang telah ditentukan sebelumnya dapat diberikan ke setiap unit. Faktor pembobotan didasarkan pada atribut-atribut seperti ukuran unit, tingkat kesulitannya, waktu yang diperlukan untuk memproduksi unit tersebut, perbedaan dalam jenis tenaga kerja yang digunakan dan perbedaan dalam jumlah bahan baku yang digunakan. Alokasi biaya bersama (gabungan ) dihitung sebagai berikut:
Rata-rata tertimbang = Unit produksi x Poin pembobotan
Biaya per unit =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎
## 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑟𝑎𝑡𝑎 −𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔
Alokasi biaya bersama = Biaya per unit x Biaya bersama
d. Metode Unit Kuantitatif
Metode unit kuantitatif mengalokasi- kan biaya gabungan berdasarkan satuan pengukuran yang sama. Jika produk gabungan tidak biasanya diukur dalam satuan ukuran yang sama, maka ukuran tersebut dikonversi- kan ke satuan yang sama.
Metode biaya rata-rata per unit, metode rata-rata tertimbang dan metode unit kuantitatif dapat menghasilkan biaya produk yang melebihi harga pasar dari satu atau lebih
produk gabungan. Akibatnya produk gabungan tersebut tampaknya tidak menguntungkan sementara produk gabungan yang lain tampaknya menguntungkan. Oleh karena itu, pilihan cara perhitungan biaya mempengaruhi biaya produk dan merupakan pilihan yang arbitrer, maka biasanya dianggap bahwa metode perhitungan yang dipilih tidak boleh mengakibatkan timbulnya rugi untuk salah satu produk gabungan sementara laba untuk produk gabungan yang lain. Pada titik pisah batas, sekelompok produk gabungan bersifat menguntungkan atau tidak menguntungkan sama sekali. Metode harga pasar memiliki kelebihan karena metode tersebut menghindari perbedaan dalam tarif profitabilitas dari produk gabungan. Jika alokasi arbitrer harus dilakukan, maka paling tidak alokasi tersebut harus bersifat netral.
## Kerangka Pikir/Kerangka Konsep
## METODE PENELITIAN
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini adalah: Penelitian lapangan yang dilakukan melalui pengamatan serta wawancara dengan pihak terkait dari perusahaan serta Penelitian kepustakaan yang dilakukan guna memperoleh teori, konsep analisis dari literature dan referensi terkait. Selain itu Penelitian ini menggunakan metode harga pasar, metode biaya rata-rata per unit, dan metode rata-rata tertimbang untuk mengalokasikan biaya bersama.
Penelitian ini dilakukan pada CV. Lestari yang terletak di Desa Passo kota Ambon, dengan objek penelitian dititikberat- kan pada biaya bersama produk bersama untuk 4 (empat) jenis roti selama bulan Juni 2015.Setelah alikasi biaya bersama diketahui baru ditentukkan harga pokok per unit untuk masing-masing roti.
## HASIL PENELITIAN Proses Produksi pada CV. Lestari
CV. Lestari adalah salah satu usaha yag bergerak dalam bidang produksi roti dengan berbagai jenis. Dalam menghasilkan produk roti, ada beberapa tahap, yaitu:
Biaya bersama Titik pisah Alokasi Biaya bersama Alokasi Biaya bersama
a. Tahap permulaan/persiapan Pada tahap ini merupakan tahap persiapan bahan dan peralatan.
b. Tahap seleksi bahan Untuk menghasilkan roti yang berkualitas maka Pabrik Roti Lestari melakukan evaluasi mutu untuk menjaga agar bahan baku dan pendukung yang digunakan sesuai dengan standar mutu.
c. Tahap penimbangan Pada tahap ini semua bahan ditimbang sesuai dengan formula
d. Tahap Pengadukan atau pencampuran Tahap ini semua bahan dicampur secara homogen untuk mendapatkan hidrasi yang sempurna pada karbohidrat dan protein, membentuk dan melunakan adonan.Tujuan pencampuran bahan adalah untuk membuat dan mengembangkan daya rekat.
e. Tahap peragian Proses ini berfungsi agar gula yang ada di dalam adonan menjadi gas karbondioksida sehingga mematangkan gluten dalam
adonan.
f. Tahap pengukuran atau penimbangan adonan
Agar roti sesuai dengan ukuran besar kecilnya cetakan dan sesuai dengan bentuk yang diinginkan maka adonan perlu ditimbang.
g. Tahap pembulatan adonan Tujuannya untuk mendapatkan permukaan yang halus dan membentuk kembali struktur gluten. Setelah adonan diistirahat- kan, adonan dapat dibentuk menjadi seperti yang dikehendaki.
h. Tahap pengembangan singkat
Merupakan tahapan pengistirahatkan adonan untuk beberapa saat pada suhu 35- 36 C dengan kelembapan 80-83% selama 6-10 menit. Langkah tersebut dilakukan untuk mempermudah adonan dibulatkan dengan roll pin dan digulung. Selanjutnya adonan yang telah dicampur hingga kalis dilanjutkan dengan proses peragian
i. Tahap pembentukan adonan Adonan yang telah diistirahatkan digiling pada roll pin, kemudian digulung atau dibentuk sesuai dengan jenis roti yang diinginkan
j. Tahap pengisian bahan isian Tahap ini merupakan tahapan titik pisah akan menjadi acuan dalam menghitung alokasi biaya produksi gabungan. Pada tahap ini adonan yang sudah dibentuk akan diisi dengan bahan isian seperti cokelat, keju, kaya, dan kacang.
k. Tahap peletakan adonan dalam cetakan Pada tahap ini adonan yang sudah digulung dan diisi dimasukan dalam cetakan.
l. Tahap pembakaran Dalam tahap ini adonan akan dipanggang dalam oven.
## Skema Titik Pisah
Proses bersama dalam produksi roti dimulai dari tahap persiapan bahan sampai tahap pembentukkan adonan. Dan yang merupakan saat titik pisah adalah pada pada tahap pengisisan bahan isian roti dengan berbagai varian rasa. Proses bersama akan menimbulkan biaya bersama yang akan dialokasikan ke produk roti cokelat, roti kacang, roti kaya dan roti keju.
Gambar 1. Skema Titik Pisah CV. Lestari
## .
## Sumber data : Data diolah
## Data Produksi Roti dan Data Biaya Produksi
Data produksi dan data biaya produksi diperlukan dalam menghitung biaya produksi gabungan. Dalam bulan Juni 2015 data produksi dan data biaya produksi yang
dikeluarkan Pabrik Roti Lestari adalah sebagai berikut :
a. Data produksi dan penjualan produk roti bulan Juni 2015
Selama bulan Juni 2015 Pabrik Roti Lestari menghasilkan empat jenis varian rasa, dan
Pengolahan Titik Pisah Bahan baku & Bahan penolong selain bahan isian X1 X2 X3 X4 P. lanjutan Roti cokelat Roti kacang Roti kaya Roti keju
selama ini jumlah yang diproduksi sama dengan jumlah yang terjual . Data tersebut
disajikan dalam tabel dibawah ini:
Tabel 1. Data Produksi dan Penjualan CV. Lestari (Periode Juni 2015) Jenis Roti Jumlah Produksi Roti (buah) Harga Jual Per Buah Penjualan Roti Cokelat 8.000 Rp 800 Rp 6.400.000 Roti Keju 5.800 Rp 800 Rp 4.640.000 Roti Kacang 7.000 Rp 800 Rp 5.600.000 Roti Kaya 7.000 Rp 800 Rp 5.600.000 Jumlah 27.800 Rp 22.240.000 Sumber data : Data diolah
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dalam bulan Juni 2015 sebesar 27.800 buah dengan jumlah penjualan sebesar Rp 22.240.000 b. Data Biaya Produksi
Biaya produksi terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Karena merupakan produk bersama atau gabungan, maka biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik di dinikmati secara bersama oleh produk roti semua jenis roti. Data biaya produksi yang dikeluarkan untuk memproduksi 27.800 buah roti dalam bulan Juni 2015 adalah sebagai berikut :
1) Biaya bahan baku
Tabel 2. Biaya Bahan Baku CV. Lestari (Periode Juni 2015) Jenis Bahan Baku Jumlah per Satuan Unit Harga per Satuan Unit Total Biaya Bahan Baku Bahan Baku Utama : Tepung Terigu 300 kg Rp. 9.100 per kg Rp. 2.730.000 Bahan Penolong a) Mentega 40 kg Rp. 44.600 per kg Rp. 1.784.000 b) Telur 25 kg Rp. 22.800 per kg Rp. 570.000 c) Gula 80 kg Rp. 12.500 per kg Rp. 1.000.000 d) Ragi 3 kg Rp. 20.000 per kg Rp. 60.000 e) Garam 0,5 kg Rp. 3.000 per kg Rp. 1.500 f) Bahan isian 1) Cokelat 2 karton Rp. 38.000 per karton Rp. 76.000 2) Kacang 15 kg Rp. 25.800 per kg Rp. 387.000 3) Selai kaya 10 kg Rp. 32.000 per kg Rp. 320.000 4) Keju 750 gram Rp. 9.300 per 75 gr Rp. 93.000 Total Rp 7.021.500 Sumber data : Data diolah Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa selama bulan Juni 2015 dikeluarkan total biaya bahan baku sebesar Rp 7.021.500,- yang terdiri dari biaya bahan baku utama sebesar Rp. 2.730.000,- dan biaya bahan baku penolong sebesar Rp. 9.751.500,-. Biaya bahan penolong nantinya
akan dimasukkan sebagai biaya overhead pabrik.
2) Biaya tenaga kerja langsung
Biaya tenaga kerja langsung yang di- keluarkan Pabrik Roti Lestari selama bulan Juni 2015 adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Biaya tenaga kerja langsung CV. Lestari (Periode Juni 2015) Bagian Jumlah Karyawan (Orang) Upah per Bulan Total Upah Pengolahan 3 Rp. 750.000 Rp. 2.250.000 Pembakaran 3 Rp. 750.000 Rp. 2.250.000 Pembungkusan 2 Rp. 750.000 Rp. 1.500.000 Total Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp.6.000.000
Sumber Data : Data Diolah
3) Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik yang dikeluarkan Pabrik Roti Lestari selama bulan Juni 2015 adalah sebagai berikut :
Tabel 4.Biaya Overhead Pabrik CV. Lestari (Periode Juni 2015) Jenis Biaya Overhead Pabrik Jumlah Biaya Biaya bahan baku penolong Rp. 4.291.500 Biaya listrik gedung pabrik Rp. 750.000 Biaya air pabrik Rp. 125.000 Biaya bahan pembungkus 250 pak, per pak Rp.15.000 Rp. 3.750.000 Biaya depresiasi : 1) Mixer Rp. 50.000 2) Loyang 40 x 40 cm Rp. 6.667 3) Tabung gas 12 kilo Rp. 16.917 4) Kompor gas Rp. 50.000 5) Oven Rp. 125.000 Total biaya overhead pabrik Rp. 9.165.084 Sumber Data : Diolah
Perincian biaya depresiasi peralatan per bulan adalah sebagai berikut:
Tabel 5. Biaya Depresiasi Peralatan CV. Lestari (Periode Juni 2015) Peralatan Unit Harga Perolehan Umur Ekonomis Depresiasi per Tahun Depresiasi per Bulan Mixer 2 Rp. 3.000.000 10 Tahun Rp. 600.000 Rp. 50.000 Loyang 20 Rp. 20.000 5 Tahun Rp.80.000 Rp.6.667 Tabung gas 10 Rp. 203.000 10 Tahun Rp.203.000 Rp.16.917 Kompor gas 4 Rp. 750.000 5 Tahun Rp.600.000 Rp.50.000 Oven 3 Rp. 5.000.000 10 Tahun Rp.1.500.000 Rp.125.000
Sumber data : Data diolah
Berdasarkan data biaya-biaya tersebut maka jumlah biaya produksi selama bulan Juni 2015 adalah sebagai berikut :
Tabel 6. Data Biaya Produksi CV. Lestari (Periode Juni 2015)
Jenis Biaya Produksi Jumlah Biaya Biaya bahan baku Rp.2.730.000 Biaya tenaga kerja langsung Rp.6.000.000 Biaya overhead pabrik Rp. 9.165.084 Total biaya produksi Rp.17.895.084
## Sumber Data : Data Diolah
Total biaya produksi selama bulan Juni 2015 adalah Rp.17.895.084 biaya produksi tersebut merupakan biaya bersama untuk keempat jenis roti yang diproduksi.
## Biaya Proses Lanjutan
Biaya pemrosesan setelah titik pisah dimulai dari saat pengisian bahan isian sampai dengan pembungkusan. Berikut ini dijabarkan biaya proses lanjutan untuk masing-masing produk roti.
Tabel 7. Biaya Proses Lanjutan CV. Lestari (Periode Juni 2015) Biaya Roti Cokelat Roti Keju Roti Kacang Roti kaya Bahan isian Rp. 76.000 Rp. 93.000 Rp. 387.000 Rp. 320.000 Tenaga kerja langsung bagian pengolahan (pengisian 3 orang) Rp. 281.250 Rp. 281.250 Rp. 281.250 Rp. 281.250 Tenaga kerja langsung bagian pembakaran Rp. 562.500 Rp. 562.500 Rp. 562.500 Rp. 562.500 Tenaga kerja langsung bagian pembungkusan Rp. 375.000 Rp. 375.000 Rp. 375.000 Rp. 375.000 Depresiasi Loyang Rp. 1.666,75 Rp. 1.666,75 Rp. 1.666,75 Rp. 1.666,75 Depresiasi tabung gas Rp. 4.229,25 Rp. 4.229,25 Rp. 4.229,25 Rp. 4.229,25 Depresiasi kompor gas Rp. 12.500 Rp. 12.500 Rp. 12.500 Rp. 12.500 Depresiasi oven Rp. 31.250 Rp. 31.250 Rp. 31.250 Rp. 31.250 Listrik pabrik Rp. 187.500 Rp. 187.500 Rp. 187.500 Rp. 187.500 Air pabrik Rp. 31.250 Rp. 31.250 Rp. 31.250 Rp. 31.250 Bahan pembungkus Rp. 937.500 Rp. 937.500 Rp. 937.500 Rp. 937.500 Jumlah Biaya Rp.2.500.646 Rp.2.517.646 Rp.2.811.646 Rp.2.744.646
Sumber data : Data diolah
## Alokasi Biaya Bersama dengan Metode Harga Pasar (Produk gabungan tidak dapat dijual pada titik pisah batas)
Produk roti gabungan yang diproduksi CV. Lestari merupakan produk yang tidak dapat dijual di titik pisah batas karena masih memerlukan proses lanjutan. Dalam kasus semacam ini,maka dasar untuk mengalokasikan biaya bersama adalah harga pasar hipotesis pada titik pisah batas. Alokasi untuk metode ini dilakukan sebagai berikut:
Tabel 8. Alokasi Biaya Bersama CV. Lestari (Periode Juni 2015)
Produk Harga Pasar Final per Unit Unit Harga Pasar Final Biaya Pemrosesan Setelah Titik Pisah Roti Cokelat Rp. 800 8.000 Rp. 6.400.000 Rp. 2.500.646 Roti Keju Rp. 800 5.800 Rp. 4.640.000 Rp. 2.517.646 Roti Kacang Rp. 800 7.000 Rp. 5.600.000 Rp. 2.811.646 Roti Kaya Rp. 800 7.000 Rp. 5.600.000 Rp. 2.744.646 Jumlah 27.800 Harga Pasar Hipotesis Alokasi Biaya Bersama Total Biaya Produksi Biaya Produksi per Unit Rp. 3.899.354 Rp. 5.981.721 Rp. 8.482.367 Rp. 1.060 Rp. 2.122.354 Rp. 3.255.752 Rp. 5.773.398 Rp. 995 Rp. 2.788.354 Rp. 4.277.415 Rp. 7.089.061 Rp. 1.013 Rp. 2.855.354 Rp. 4.380.195 Rp. 7.124.841 Rp. 1.018
Rp.11.665.416 Rp.17.895.084 Rp.28.469.668
Sumber data : Data diolah
Persentase untuk mengalokasikan biaya bersama : 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑎𝑠𝑎𝑟 𝐻𝑖𝑝𝑜𝑡𝑒𝑠𝑖𝑠 x 100 %
## Alokasi Biaya Bersama dengan Metode Biaya Rata-rata per Unit
Metode ini mengalokasikan biaya bersama ke produk berdasarkan jumlah unit yang diproduksi. Alokasi untuk metode ini dilakukan sebagai berikut :
Tabel 9. Alokasi Biaya Bersama CV. Lestari (Periode Juni 2015)
Produk Unit Persentase (%) Alokasi Biaya Bersama Biaya Pemrosesan Setelah Titik Pisah Roti Cokelat 8.000 29 Rp. 5.149.664 Rp. 2.500.646 Roti Keju 5.800 21 Rp. 3.733.507 Rp. 2.517.646 Roti Kacang 7.000 25 Rp. 4.505.956 Rp. 2.811.646 Roti Kaya 7.000 25 Rp. 4.505.956 Rp. 2.744.646 Jumlah 27.800 100 Rp.17.895.084 Total Biaya Produksi Biaya Produksi per Unit Rp. 7.650.310 Rp. 956 Rp. 6.251.153 Rp. 1.078 Rp. 7.317.602 Rp. 1.045 Rp. 7.250.602 Rp. 1.036
Rp.28.469.668 Sumber data : Data diolah
## Alokasi Biaya Bersama dengan Metode Rata-rata Tertimbang
Pada metode ini alokasi biaya bersama dilakukan berdasarkan poin yang diberikan ke masing- masing produk. Poin tertinggi akan diberikan pada produk yang proses pembuatannya lebih rumit dan membutuhkan waktu pengerjaan yang lebih lama. Alokasi untuk metode ini dilakukan sebagai berikut:
## Tabel 10. Alokasi Biaya Bersama CV. Lestari (Periode Juni 2015)
Produk Unit Poin Tertimbang Persentase (%) Roti Cokelat 8.000 3 24.000 35 Roti Keju 5.800 4 23.200 34 Roti Kacang 7.000 2 14.000 21 Roti Kaya 7.000 1 7.000 10 Jumlah 27.800 68.200 100 Alokasi Biaya Bersama Biaya Pemrosesan Setelah Titik Pisah Total Biaya Produksi Biaya Produksi per Unit Rp. 6.297.390 Rp. 2.500.646 Rp. 8.798.036 Rp. 1.100 Rp. 6.087.477 Rp. 2.517.646 Rp. 8.605.123 Rp. 1.484 Rp. 3.673.478 Rp. 2.811.646 Rp. 6.485.124 Rp. 926
Rp. 1.836.739 Rp. 2.744.646 Rp. 4.581.385 Rp. 654 Rp.17.895.084 Rp.28.469.668
## Sumber data : Data diolah
## Perbandingan Biaya Produksi dan Biaya Produksi per Unit
Berdasarkan hasil perhitungan dengan ketiga metode alokasi tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan jumlah masing-masing untuk biaya produksi dan biaya produksi per unit. Meskipun begitu dapat dilihat juga bahwa hasilnya tidak jauh berbeda untuk masing-masing metode tersebut.
Tabel 11. Perbandingan Biaya Produksi per Unit CV. Lestari (Periode Juni 2015) Keterangan Metode Harga Pasar Metode Biaya Rata- rata per Unit Metode Rata-rata Tertimbang Roti Cokelat Rp. 1.060 Rp. 956 Rp. 1.100 Roti Keju Rp. 995 Rp. 1.078 Rp. 1.484 Roti Kacang Rp. 1.013 Rp. 1.045 Rp. 926 Roti Kaya Rp. 1.018 Rp. 1.036 Rp. 654
Sumber data : Data diolah
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa semua metode yang digunakan ternyata menghasilkan biaya produksi per unit yang lebih tinggi dari harga pasarnya yaitu Rp. 800, terkecuali untuk produk roti kaya dengan metode rata-rata tertimbang yang menghasil- kan harga pokok per unit sebesar Rp. 654. Artinya, selama ini CV. Lestari belum menentukkan biaya produksinya secara akurat, karena selama ini CV. Lestari belum melakukan pembebanan biaya produksinya secara tepat. Hal ini akan berpengaruh pada laba yang dihasilkan CV. Lestari di masa yang akan datang.
Pemilihan cara perhitungan biaya mempengaruhi biaya produk, oleh karena itu metode perhitungan biaya yang dipilih tidak boleh mengakibatkan timbulnya kerugian untuk salah satu produk bersama, namun terjadi laba pada salah satu produk bersama yang lain. Pada titik pisah, sekelompok produk bersama bersifat menguntungkan atau tidak menguntungkan sama sekali. Metode harga pasar memiliki kelebihan, karena metode tersebut menghindari perbedaan dalam tarif profitabilitas dari produk bersama.Oleh karena itu CV. Lestari bisa menggunakan metode harga pasar dalam mengalokasikan biaya bersama.
## KESIMPULAN
CV. Lestari merupakan perusahaan yang mengelola produk bersama, dan selama ini perusahaan tersebut sulit untuk
mengidentifikasi harga pokok per unit untuk masing-masing produk roti, mengingat selama ini CV. Lestari langsung memperhitungkan semua biaya produksi yang timbul dari keseluruhan jenis roti yang dihasilkan. Berdasarkan kondisi tersebut, maka solusi yang tepat adalah mengalokasikan biaya produksi bersama ke produk gabungan. Dan berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa dari ketiga metode yang digunakan yaitu metode harga pasar, metode biaya rata- rata per unit, dan metode rata-rata tertimbang, dihasilkan harga pokok produk per unit yang masing-masing tidak terlalu jauh perbedaan- nya. Selain itu semua metode yang digunakan ternyata menghasilkan biaya produksi per unit yang lebih tinggi dari harga pasarnya yaitu Rp. 800, terkecuali untuk produk roti kaya dengan metode rata-rata tertimbang yang menghasil- kan harga pokok per unit sebesar Rp. 654.
## SARAN
Berdasarkan perhitungan alokasi biaya bersama untuk produk gabungan, diketahui metode harga pasar memiliki kelebihan, karena metode tersebut menghindari per- bedaan dalam tarif profitabilitas dari produk bersama. Oleh karena itu CV. Lestari bisa menggunakan metode harga pasar dalam mengalokasikan biaya bersama
## DAFTAR PUSTAKA
28
Abdul Halim, 2008, Dasar-dasar Akuntansi
Biaya, Edisi Keempat, BPFE, Yogyakarta. Carter, William K. dan Milton F. Usry. 2006. Cost Accounting. Jilid 1. Jakarta: Salemba Empat.
Garrison, Ray H., Eric W. Noreen, dan Peter C. Brewer. 2006. Akuntansi Manajerial. Jilid 1. Jakarta: Salemba Empat. Hansen, Don R., Mowen, Maryanne M, 2006,
Akuntansi Manajemen, Buku 1, Edisi Ketujuh, Salemba Empat, Jakarta Henry Simamora, 2002, Akuntansi Manajemen, Jakarta: Salemba Empat.
Herawati Dewi., Indri Cahya Lestari, 2012,
Tinjauan Atas Perlakuan Akuntansi untuk Produk Cacat dan Produk Rusak pada PT.indo pacific , S NAB 202: Perkembangan Peran Akuntansi dalam Bisnis yang Professional, Universitas Widyatama . Kamarrudin Ahmad, 2005, Akuntansi Manajemen: Dasar-dasar, Konsep dan Pengambilan Keputusan, Edisi Keempat, Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Mardiasmo, 1994,Akuntansi Biaya: Penentuan
Harga Pokok Produksi. Yogyakarta: Andi Offset. Mulyadi, 2008, Akuntansi Biaya, Edisi Keenam, STIE YKPN, Yogyakarta. Supriyono, 1999, Manajemen Biaya: Suatu Reformasi Pengelolaan Bisnis,
Buku 1, Edisi Pertama, BPFE,
Yogyakarta.
Supriono, 2009, Akuntansi Biaya Manajemen untuk Teknologi Maju dan Globalisasi ,
BPFE Yogyakarta. Wandoka, 2012, Penetapan Kawasan
Minapolitan, nokhen. blogspot.com.
|
d0474d73-e05b-4fb1-b138-2fb3e3941964 | https://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/pfis/article/download/1898/1505 |
## PENGARUH MEDIA PREZI THE ZOOMING PRESENTATIONS TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI SMA N 12 PADANG
Dini Melida 1) Masril 2) Hufri 2)
1) Mahasiswa Pendidikan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Padang
2) Staf Pengajar Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Padang dini.melida@yahoo.com
## ABSTRACT
The students learning outcome in physics learning is low, it is caused by the learning just focused in teacher. The teacher is as prime information source and the students are passive in learning activities. The purpose of this study is determining the effect of Prezi zooming presentations of students learning outcome in class XI SMAN 12 Padang. The method in this study is Quasi Experimental with Randomized Control Group Only Design. The population of this study is all students in class XI IPA 1 SMAN 12 Padang. The technique sampling that used is Cluster Random Sampling with class XI IPA 1 as experimental class and XI IPA 2 as control class. Data of cognitive gained from test, data of affective gained from obeservation sheet and data of psychomotor gained from score rubric. Data of cognitive analyzed by test and the significant level is 0,05. Score final of experimental class is 81,34 and score final of control class is 76,40 by using t-test, we get t count > t table.
Keywords : Prezi the Zooming presentations, Learning Physics, SMAN 12 Padang
## PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi yang semakin pesat dari waktu ke waktu menuntut perubahan pada berbagai bidang kehidupan, salah satu diantaranya adalah bidang pendidikan. Perubahan pada bidang pendidikan diperlukan untuk dapat meningkatkan kualitas suatu pendidikan. Pendidikan sebagai pengembang sumber daya manusia (SDM), se harusnya peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Dunia pendidikan di Indonesia perlu ber upaya meningkatkan kualitasnya, baik dalam hal kinerja guru, model pembelajaran yang digunakan disekolah, termasuk media pembelajaran, sehingga dapat diharapkan mampu menciptakan SDM yang memiliki pengetahuan, kemampuan memperoleh, sikap, dan keterampilan yang memadai memilih dan mengelola informasi untuk bertahan menghadapi keadaan yang selalu berubah dan kompetitif.
Agar siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi maka proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru harus berjalan dengan baik dan efektif. Salah satu upaya yang dapat dilakukan agar proses pembelajaran dapat menarik perhatian dan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa yaitu menggunakan media pembelajaran yang tepat dengan materi yang akan diberikan. Hal ini dapat dikembangkan melalui pembelajaran Fisika, karena Fisika memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya.
Dalam mata pelajaran fisika perlu digunakan media pembelajaran yang sesuai agar dapat mem bangkitkan motivasi belajar dan meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam proses pembelajaran Fisika sebaiknya siswa memiliki ketertarikan yang tinggi agar aktivitas belajar menjadi menyenangkan, tidak membosankan, suasana belajar terasa hangat dan
menumbuhkan semangat. Dalam pembelajaran Fisika di sekolah guru hendaknya bisa memilih dan menggunakan media pembelajaran yang banyak melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran. Seorang siswa akan mencapai hasil belajar yang optimal apabila memiliki motivasi belajar, karena dengan motivasi belajar yang kuat dia akan mampu menghadapi berbagai kendala dalam proses belajar mengajar di lingkungan sekolah.
Pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, meningkatkan minat, motivasi dan ransangan kegiatan pembelajaran serta membawa pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran akan membantu efektifitas proses belajar serta penyampaian pesan dan materi, sehingga membantu siswa meningkatkan pemahaman dan termotivasi dalam belajar karena menyajikan informasi secara menarik. Hal ini memungkinkan tercapainya tujuan pembelajaran, yang akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar [1] .
Pemilihan media pembelajaran yang tepat harus diperhatikan dan disesuaikan dengan kebutuhan materi pembelajaran agar fungsi media sebagai alat yang dapat merangsang atau menstimulus alat indera siswa tidak menyimpang dari kebutuhan pem belajaran sehingga siswa dapat menerima pesan yang disampaikan oleh guru dengan baik dan optimal.
Berdasarkan studi pendahuluan di SMA N 12 Padang, pelajaran Fisika merupakan pelajaran yang kurang diminati dan ditakuti oleh sebagian siswa. Karena, mereka beranggapan bahwa Fisika itu sulit. Pembelajaran Fisika harus lebih dioptimalkan oleh guru. Proses pembelajaran harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, dan penuh dengan ide-ide yang menunjang belajar sehingga dapat memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif.
Keberhasilan peserta didik dalam memahami konsep dan materi Fisika berdampak terhadap hasil yang dicapainya. Hasil belajar merupakan salah satu indikator dalam melihat sejauh mana pencapaian standar kompetensi yang telah ditetapkan. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa hasil belajar mata pelajaran Fisika lebih rendah dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya. Rendahnya hasil belajar mata pelajaran Fisika ini dapat dilihat dari hasil Ujian MID semester 1 yang secara rata-rata masih berada di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 75, Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Nilai Rata-Rata Ujian MID Fisika Siswa Kelas XI Semester 1 SMAN 12 Padang
Rendahnya hasil belajar ini disebabkan oleh berbagai faktor, baik dari dalam maupun dari luar lingkungan. Faktor yang berasal dari luar diri siswa seperti bahan ajar, metode pembelajaran, media, situasi lingkungan dan lain sebagainya. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa mencakup faktor fisik seperti kesehatan dan faktor psikis yang berkaitan dengan adanya motivasi, minat, sikap dan lainnya.
Salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam permasalahan ini adalah dengan menggunakan media Prezi the zooming presentations . Media Prezi the zooming presentations memiliki keunggulan utama pada program multimedia interaktif. Media ini mampu menjelaskan suatu konsep atau proses yang sukar dijelaskan oleh media lain, Prezi juga memiliki daya tarik dalam presentasi dengan tampilan dan latar belakang yang menarik dan akan memotivasi siswa untuk lebih terlibat di dalam proses belajar mengajar. Prezi dapat menyampaikan ide ataupun gagasan dalam sebuah tampilan. Hal ini sangat membantu guru agar siswa bisa dengan mudah memahami materi yang sedang ditampilkan.
Pada KTSP, Fisika sangat penting untuk di ajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri salah satunya dengan pertimbangan, fisika sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan berpikir yang berguna memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari, artinya implementasi kurikulum tersebut dalam proses pembelajaran di kelas, menuntut ke terlibatan siswa secara aktif untuk mengembangkan potensinya secara optimal termasuk mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam menyelesaikan suatu fenomena atau masalah [2] . Agar tujuan pembelajaran tersebut bisa dicapai, maka dalam proses pem belajarannya siswa dituntut untuk berperan aktif
dalam pembelajaran, sedangkan guru yang bertindak sebagai sumber belajar berpindah fungsi menjadi fasilitator kegiatan pembelajaran yang berperan mengarahkan dan membimbing siswa untuk memecahkan masalah-masalah serta kondisi yang dihadapi dalam pembelajaran atau menemukan sendiri konsep-konsep dan materi yang dipelajari.
KTSP mengharapkan pembelajaran fisika mencakup interaksi dan komunikasi yang lebih baik antara guru dan siswa, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Proses pembelajaran Fisika yang efektif dan efisien bisa terealisasi dengan baik jika guru juga menggunakan media yang tepat. Dengan demikian hasil belajar yang dicapai siswa dapat maksimal.
Media adalah sebuah alat yang berfungsi me nyampaikan pesan, sedangkan pembelajaran adalah suatu proses interaksi dan komunikasi antara pembelajar, pengajar serta bahan ajar. Jadi, bisa di simpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat bantu guru yang dibuat untuk menyampaikan pesan dan materi kepada siswa dalam proses pembelajaran, mengefisienkan waktu siswa memahami materi, membantu siswa memperoleh dan mengembangkan pengetahuan di sekolah [3] .
Penggunaan media pembelajaran yang tepat dapat membangkitkan hasil belajar siswa serta mengatasi hambatan-hambatan dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, penggunaan media harus sesuai dengan materi pelajaran yang akan disampaikan di kelas, karena tidak semua materi pelajaran sesuai dengan media pem belajaran yang ada. Untuk itu, guru harus bisa memilih media pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi pembelajaran yang akan diberikan dalam proses belajar mengajar.
Manfaat media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran adalah pengajaran lebih menarik minat dan perhatian siswa sehingga me ningkatkan motivasi belajar, bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya dan mengoptimalisasikan kegiatan siswa dalam proses belajar, serta me mungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran dengan baik, metode pembelajaran bervariasi, tidak semata-mata hanya komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata lisan oleh guru, sehingga siswa tidak merasa bosan, dan guru tidak mendominasi pembicaraan tetapi lebih memberikan ransangan berpikir kepada siswa untuk memecahkan masalah, siswa lebih cendrung melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan penjelasan dari guru saja, tetapi siswa juga melakukan aktivitas seperti: mengamati, melakukan prosedur kegiatan, mendemonstrasikan, dan lain-lain [4] . Pemanfaatan media juga berperan besar dalam memberikan pengalaman belajar siswa. Pemanfaatan media dalam pembelajaran dapat membangkitkan motivasi danmeningkatkan minat barudalam kegiatan belajar mengajar dan akan berpengaruh secara
No Kelas Rata-Rata Jumlah Siswa 1 2 3 4 5 XI IPA 1
XI IPA 2 XI IPA 3
XI IPA 4 XI IPA 5 52,12 50,21 53,91 55,09 57,31 32 32 32 32 32
psikologis kepada siswa. Selain itu, penggunaan media pembelajaran akan sangat membantu ke efektifan proses belajar mengajar juga dikatakan dapat membantu peningkatan pamahaman siswa, penyajian informasi lebih menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan menambah informasi. Jadi, dalam hal ini dikatakan bahwa fungsi media adalah sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Prezi adalah sebuah perangkat lunak untuk presentasi berbasis internet. Selain untuk presentasi, Prezi juga bisa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan dan berbagi ide atau pikiran di atas kanvas virtual. Prezi menjadi lebih unggul dari media presentasi lain karena program ini menggunakan Zooming User Interface (ZUI), yang memungkinkan pengguna Prezi bisa untuk memperbesar dan memperkecil tampilan media presentasi mereka dengan kolaborasi dan warna-warna yang menarik melalui slide yang disediakan.
Media Prezi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk membuat presentasi yang lebih kreatif dan inovatif dalam bentuk linier berupa presentasi terstruktur maupun non-linier misalnya presentasi berbentuk peta-pikiran atau peta konsep (mind-map) . Dalam media Prezi, teks, gambar, video dan media presentasi lainnya diletakkan pada kanvas presentasi serta dapat dikelompokkan serta disusun dalam bingkai-bingkai yang telah disediakan pada program. Pengguna bebas menentukan ukuran relatif dan posisi antara semua obyek presentasi dan dapat mengelilingi serta menyorot objek-objek tersebut sesuai dengan apa yang pengguna inginkan. Untuk membuat presentasi linier, pengguna dapat mem bangun jalur navigasi presentasi yang telah di tentukan sebelumnya secara berurutan [5] .
Media Prezi memiliki banyak kelebihan, antara lain, pembuatan presentasi visual menjadi lebih menarik dan kreatif, dapat berkolaborasi dalam membuat dan melihat presentasi secara lansung dari berbagai tempat dalam cakupan yang lebih luas, Prezi dapat menyampaikan ide ataupun gagasan dalam sebuah tampilan dan anda dapat melihat keterkaitan antara satu slide dengan slide yang lainnya dengan mudah, Prezi memberikan kita ruang gerak yang lebih luas untuk menuangkan kreasi dalam pembuatan slide presentasi salah satunya adalah zoomable canvas , sehingga Anda dapat me nempatkan slide kesetiap kalimat dengan pergerakan slide yang cukup dinamis dan variatif, kita lebih mudah memasukkan gambar, foto, animasi bergerak ataupun video kedalam slide presentasi, kita dapat melakukan zoom in dan zoom out dari sebuah slide dengan cepat dengan tampilan yang indah, Prezi ini membuka pendaftaran gratis bagi publik, sehingga kita dapat memakainya secara gratis dari internet.
Misi yang dinyatakan oleh Prezi secara ke seluruhan adalah untuk membuat berbagai jawaban menjadi lebih bagus dan terstruktur ,media Prezi
sengaja diciptakan sebagai alat dan sarana untuk mengembangkan dan berbagi jawaban dalam bentuk visual yang bersifat naratif dan terkonsep.Ber dasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah terdapat pengaruh penggunaan media Prezi the zooming presentations terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran fisika kelas XI SMA N 12 Padang?”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan media Prezi the zooming presentations terhadap hasil belajar Fisika siswa kelas XI SMAN 12 Padang.
## METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu ( Quasi Experimental Research) . Penelitian ini menggunakan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen pembelajaran berdasarkan KTSP dengan pengunaan media Prezi the zooming presentations , sedangkan pada kelas kontrol pem belajaran biasa. Pada akhir pembelajaran di kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi tes untuk melihat hasil belajarnya. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Randomized Control Group Only Design , seperti yang terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2 . Rancangan Penelitian
Kelas Perlakuan Tes akhir Eksperimen X T 1 Kontrol - T 2
Dengan:
X = Pembelajaran menggunakan media Prezi the zooming presentations
1 T = Tes akhir kelas eksperimen
2 T = Tes akhir kelas kontrol
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMAN 12 Padang yang terdaftar pada tahun pelajaran 2013/2014.Sampel merupakan sebagian anggota populasi yang diteliti. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 2 kelas yaitu XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan XI IPA 2 sebagai kelas kontrol. Pengambilan sampel menggunakan teknik Cluster Random Sampling . Cluster Random Sampling digunakan bila populasi Tidak terdiri dari individu-individu, melainkan terdiri dari kelompok-kelompok individu atau cluster. Misalnya, penelitian dilakukan terhadap populasi pelajar SMA pada suatu kota. Untuk itu random dilakukan lansung terhdap semua pelajar- pelajarnya, tapi pada sekolah/kelas sebagai kelompok atau cluster. Pengambilan sampel secara cluster merupakan pengambilan sampel pada kelompok individu-individu yang telah ada di sekolah yaitu kelas bukan secara individual [6] .
Dalam penelitian terdapat tiga macam variabel, variabel bebasadalah berupa pembelajaran dengan
menggunakan media Prezi, variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas, berupa hasil belajar, variabel kontrol yaitu guru, kurikulum, waktu, materi pelajaran yang akan digunakan adalah sama. Data dalam penelitian ini adalah data langsung yang diperoleh berupa hasil belajar siswa yang diberi perlakuan terhadap sampel penelitian. Data ini disebut juga dengan data primer. Dalam hal ini, untuk menilai ranah kognitif di gunakan hasil belajar siswa di akhir pembelajaran melalui tes tertulis, sedangkan untuk menilai ranah afektif digunakan format penilaian afektif yaitu lembar observasi, untuk menilai ranah psikomotor digunakan rubik penskoran.
Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahap. Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut, tahap persiapan, langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap persiapan adalah: menentukan jadwal kegiatan penelitian, menyusun materi penelitian, mempersiapkan RPP kelas eksperimen dan kelas kontrol, membuat media pembelajaran yaitu Prezi the zooming presentations, membuat LKS kelas eksperimen dan kelas kontrol, menetapkan populasi dan sampel penelitian, yaitu yang merupakan kelas eksperimen adalah kelas XI IPA 1 dan kelas kontrol kelas XI IPA 2 , mempersiapkan instrumen penelitian. Tahap pelaksanaan, proses pembelajaran yang diterapkan pada kelas eksperimen yaitu XI IPA 1 adalah menggunakan media Prezi . Sedangkan, pada kelas kontrol yaitu XI IPA 2 tidak menggunakan media Prezi. LKS digunakan pada kedua kelas.Pada tahap akhir langkah yang dilakukan adalah mem berikan tes akhir kepada kedua kelas sampel setelah dilakukan tes uji coba soal, menganalisis data yang diperoleh dari kedua kelas sampel, mengambil kesimpulan dari hasil yang diperoleh sesuai dengan teknik analisis data yang digunakan.
Instrumen penilaian pada aspek kognitif adalah berupa soal tes. Bentuk instrumen tes tertulis berupa soal objektif dengan lima pilihan jawaban sesuai materi pelajaran yang diberikan. Agar instrumen yang dibuat merupakan alat ukur yang baik, maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: me rancang membuat kisi-kisi soal tes akhir berdasarkan kompetensi dasar dan indikator dalam silabus KTSP, tes akhir disusun sesuai dengan kisi-kisi yang telah dibuat, melakukan uji coba tes akhir, dimana dari hasil uji coba dilakukan analisis soal untuk me ngetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran soal, dan daya beda soal, serta yang terakhir menganalisis uji coba soal tes dengan analisis statistik.
Suatu instrument dikatakan valid apabila instrumen itu dapat mengukur apa yang hendak diukur. Untuk mengetahui valid atau tidaknya tes dapat dianalisis dengan validitas isi ( content validity) . Sebuah tes bisa dikatakan mempunyai validitas isi apabila mencapai tujuan tertentu yang sesuai dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan [7] . Untuk memenuhi syarat validitas isi maka soal tes akhir
yang disusun dan disesuaikan dengan indikator dan tujuan pembelajaran pada materi yang diajarkan.
Tes hasil belajar dapat dikatakan reliabel apabila hasil pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan tes tersebut secara berulang kali terhadap subyek yang sama, senantiasa menunjukkan hasil yang tetap sama.
2 11 ) ( 1 1 nS M n M n n r
.................................(1)
dimana
N x M ...................................................(2)
dan ) 1 ( ) ( 2 2 2 N N x x N S
...........................................(3) Dengan:
r 11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan n = Jumlah butir soal tes M = Rata- rata skor tes N = Jumlah peserta tes S 2 = Varians total X = Skor peserta tes
Soal dikatakan baik apabila soal tersebut tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit bagi peserta didik. Tingkat kesukaran soal merupakan bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal. Rumus yang digunakan untuk menentukan tingkat kesukaran soal. Berdasarkan hasil analisis tingkat kesukaran soal uji coba dari 35 item diperoleh 4 soal mudah, 26 soal sedangdan 5 soal sukar.
s J B
P ........................................................(4)
Dengan:
P = Tingkat kesukaran B = Jumlah siswa yang menjawab soal dengan benar
J s = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Daya beda soal merupakan indikator untuk membedakan antara siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai. Untuk menentukan daya beda soal perlu dibedakan antara kelompok kecil (kurang dari 100 orang) dan kelompok besar (100 orang ke atas). Pada penelitian ini digunakan kelompok kecil, karena jumlah siswa kurang dari 100 orang. Seluruh kelompok dibagi dua sama besar, 50% kelompok atas dan 50% kelompok bawah [8] . Berdasarkan hasil analisis daya beda soal uji coba menunjukkan bahwa dari 35 soal diperoleh 10 item dengan kriteria jelek, 10 item dengan kriteria cukup dan 15 item dengan kriteria baik. Setelah dilakukan analisis terhadap 35 butir soal uji coba, diperoleh 10 butir soal dibuang,25 butir soal dipakai. Jadi ada 25 butir soal untuk tes akhir . Cara menghitung daya beda adalah:
b b a a J B J B D ........................................................(5)
## Dengan :
D = Daya beda B a = Jumlah kelompok atas yang menjawab benar B b = Jumlah kelompok bawah yang menjawab benar
J a = Jumlah peserta kelompok atas J b = Jumlah peserta kelompok bawah
Keberhasilan pembelajaran terhadap ranah kognitif dan psikomotor dipengaruhi oleh kondisi afektif peserta didik. Siswa yang memiliki sikap positif terhadap pembelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tertentu, sehingga dapat mencapai hasil belajar yang optimal [9] . Observasi ranah afektif dilakukan setiap pertemuan.
Dalam menganalisis data hasil ranah afektif dilakukan langkah-langah antara lain, pemberian dan perhitungan skor semua dari tiap indikator yang ada dalam proses pembelajaran. Jika pada setiap aspek ada indikator tersebut, maka diberi tanda ceklis (√) pada kolom yang disediakan dalam format penilaian afektif. Skor yang diperoleh dari setiap indikator dijumlahkan setelah didapatkan data penilaian keseluruhan, lalu skor total yang diperoleh dari pe nelitian dikonversikan menjadi nilai
Pada ranah psikomotor, sistem penilaian ber tujuan untuk mengukur hasil belajar siswa yang berkaitan dengan gerak dalam melakukan pekerjaan. Penilaian dapat dilakukan saat kegiatan pratikum di laboratorium. Bentuk penilaiannya menggunakan rubrik penskoran dimana indikator penilaian di sesuaikan dengan karakteristik ketika percobaan sedang berlangsung. Analisis data bertujuan untuk menguji apakah hipotesis kerja yang diajukan dalam penelitian ini diterima atau ditolak.
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah sampel yang berasal dari populasi yang terdistrbusi normal.Untuk menguji normalitas digunakan uji Lilliefors. Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah kedua sampel memiliki varians yang sama atau tidak, untuk mengujinya digunakan uji F. Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata- rata.Uji ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh penggunaan media Prezi the zooming presentations terhadap hasil belajar siswa. Kedua kelas sampel terdistribusi normal dan mempunyai varians yang homogen didapatkan dari hasil analisis uji homo genitas dan uji normalitas. Statistik pengujian yang digunakan adalah uji t.
2 1 2 1 1 1 n n S X X t ..................................................(6) Dengan:
1 X = Nilai rata- rata kelas eksperimen
2 X = Nilai rata- rata kelas kontrol
S = Standar deviasi gabungan n 1 = Jumlah siswa kelas eksperimen
n 2 = Jumlah siswa kelas kontrol Kriteria pengujian diterima apabila hipotesis t hitung > t tabel, dengan derajat kebebasan untuk daftar distribusi t adalah dk = n 1+ n 2 -2 dengan peluang (1-α). Setelah didapat nilai t hitung dibandingkan dengan nilai t yang terdapat dalam tabel distribusi t.
## HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
## 1. Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada kedua kelas sampel, maka diperoleh data tentang hasil belajar siswa untuk mata pelajaran fisika. Data hasil belajar siswa terdiri dari ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor.
Pada ranah kognitif data tes akhir dilakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai rata-rata ( x ) , simpangan baku (s) dan variansi (S 2 ) kedua kelas sampel dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Data Hasil Belajar Ranah Kognitif
Kelas (N=32) x S S 2 Eksperimen 81,34 9,27 86,03 Kontrol 76,40 9,51 90,50
Berdasarkan Tabel 3, terlihat bahwa pada kelas eksperimen diperoleh X sebesar 81,34, S sebesar 9,27dan S 2 sebesar 86,03 sedangkan pada kelas kontrol diperoleh X sebesar 76,40, S sebesar 9,51dan S 2 sebesar 90,50. Hal ini berarti bahwa nilai rata-rata hasil belajar Fisika kelas eksperimen lebih tinggi dari pada siswa kelas kontrol.
Penilaian ranah afektif dilakukan terhadap lima aspek penilaian yang disesuaikan dengan materi dan kemampuan belajar siswa, yaitu aspek menerima, menanggapi, menghargai, pengorganisasian, dan karakterisasi. Hasil belajar siswa pada ranah afektif dilakukan perhitungan terhadap nilai rata-rata( ), dan simpangan baku(s) dan Varians( ) kelas eksperimen dan kontrol disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Data Hasil Belajar Ranah Afektif
Kelas (N=32) x S S 2 Eksperimen 82,7 7,94 63,14 Kontrol 78,5 8,15 66,57
Pada Tabel 4, dapat disimpulkan pada kelas eksperimen diperoleh X sebesar 82,7, S sebesar 7,94 dan S 2 sebesar 63,14, sedangkan pada kelas kontrol diperoleh X sebesar 78,5, S sebesar 8,15 dan S 2 sebesar 66,57. Hal ini membuktikan bahwa nilai rata- rata hasil belajar siswa pada ranah afektif kelas eksperimen lebih tinggi dari pada siswa kelas kontrol dan mempunyai varians yang homogen.
Data hasil belajar siswa pada ranah psikomotor diperoleh selama proses pembelajaran atau pe laksanaan praktikum berlangsung dengan meng gunakan format penilaian ranah psikomotor. Dari hasil belajar siswa pada ranah psikomotor dilakukan
perhitungan terhadap nilai rata-rata( ), simpangan baku(s) dan Varians( ) kelas eksperimen dan kontrol disajikan pada Tabel 5.
Tabel5. Data Hasil Belajar Ranah Psikomotor
Kelas (N=32) x S S 2 Eksperimen 84,1 7,45 55,61 Kontrol 78,1 7,59 57,61
Pada Tabel 5, terlihat bahwa pada kelas eksperimen diperoleh X sebesar 84,1, S sebesar 7,45dan S 2 sebesar 55,61, sedangkan pada kelas kontrol diperoleh X sebesar 78,1, S sebesar 7,59 dan S 2 sebesar 57,61. Hal ini berarti bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa pada ranah psikomotor kelas eksperimen lebih tinggi dari pada siswa kelas kontrol. Untuk mengetahui apakah perbedaan nilai antara kedua sampel yakni kelas XI IPA1 dan XI IPA2 ini berarti atau tidak, maka perlu dilakukan analisis statistik berupa uji kesamaan dua rata-rata.
Sebelum menarik kesimpulan dari hasil penelitian ini, dilakukan analisis data melalui uji hipotesis secara statistik untuk ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. Langkah-langkah yang dilakukan dalam uji hipotesis ini adalah melakukan uji normalitas dan uji homogenitas kedua kelas sampel terlebih dahulu, kemudian dilakukan uji kesamaan dua rata-rata. Dari uji normalitas dan homogenitas kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang terdistribusi normal dan varians yang homogen, maka untuk mengambil kesimpulan digunakan uji t .
Uji Normalitas pada Ranah Kognitif Kelas Eks perimen dan Kelas Kontrol disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol Kelas (N=32) Α L 0 L t Distri- busi Eksperimen 0,05 0,12525 0,1542 Normal Kontrol 0,05 0,10505 0,1542 Normal
Berdasarkan Tabel 6, dapat dilihat bahwa pada taraf nyata 0,05, hasil perhitungan uji normalitas L 0 < L t . Hal ini menunjukkan bahwa data tes akhir kedua kelas sampel terdistribusi normal.
Tabel 7. Hasil Uji Homogenitas Ranah Kognitif
Pada Tabel 7,dilihat bahwa F h < F t , ini berarti kedua kelas sampel memiliki varians yang homogen.
Hasil uji kesamaan dua rata-rata ranah kognitif kelas sampel terdapat pada Tabel 8.
Tabel 8. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas (N=32) t h t t Eksperimen 86,039 81,34 2,103 2,00 Kontrol 90,507 76,40
Berdasarkan Tabel 8, dapat dilihat bahwa t tabel dengan taraf 0,05 didapat 2,00 dengan t hitung = 2,103. Dengan membandingkan t hitung dan t tabel dapat disimpulkan bahwa t hitung > t tabel . Ini berarti terdapat pengaruh pada penggunaan media Prezi the zooming presentations terhadap hasil belajar fisika siswa kelas XI SMAN 12 Padang pada ranah kognitif. Uji normalitas pada ranah afektif pada Tabel 9.
Tabel 9. Uji Normalitas Ranah Afektif Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol Kelas (N=32) α L 0 L t Distri- Busi Eksperimen 0,05 0,08345 0,154 Normal Kontrol 0,05 0,1354 0,154 Normal
Dari Tabel 9, dapat dilihat bahwa pada kedua kelas sampel nilai L 0 lebih kecil dari nilai L t , artinya data dari kelas eksperimen dan kontrol berasal dari populasi yang terdistribusi normal. Untuk uji homogenitas digunakan uji F. Hasil perhitungan uji homogenitas dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Uji Homogenitas Ranah Afektif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas (N=32) Α F h F t Eksperi- Men 63,148 0,05 0,957 2,00 Kontrol 66,576
Pada Tabel 10,dilihat bahwa F h < F t , ini berarti kedua kelas sampel memiliki varians yang homogen . Hasil perhitungan uji hipotesis ada pada Tabel 11.
Tabel 11. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Kelas Ekperimen dan Kelas Kontrol
Kelas (N=32) t h t t Eksperimen 63,148 82,7 2,086 2,00 Kontrol 66,576 78,5
Berdasarkan Tabel 11, dapat dilihat bahwa t tabel dengan taraf 0,05 didapat 2,00 dengan t hitung = 2,086. Dengan membandingkan t hitung dan t tabel dapat disimpulkan bahwa t hitung > t tabel . Ini berarti terdapat pengaruh pada penggunaan media Prezi the zooming presentations terhadap hasil belajar fisika siswa kelas XI SMAN 12 Padang pada ranah afektif.
Hasil uji normalitas ranah psikomotor kelas eksperimen dan kelas kontrol terdapat pada Tabel 12.
Kelas (N=32) α F h t t Eksperimen 55,61 0,05 0,965 1,84 Kontrol 57,61
Tabel 12. Uji Normalitas Ranah Psikomotor Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol Kelas (N=32) α L 0 L t Distri- busi Eksperimen 0,05 0,0938 0,154 Normal Kontrol 0,05 0,1167 0,154 Normal
Dari Tabel 12, dapat dilihat bahwa pada kedua kelas sampel nilai L 0 lebih kecil dari nilai L t , artinya data dari kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang terdistribusi normal.
Hasil uji homogenitas ranah psikomotor kelas eksperimen dan kelas kontrol terdapat pada Tabel 13.
Tabel 13. Uji Homogenitas Ranah Psikomotor Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol Kelas (N=32) α F h F t Eksperi- Men 55,61 0,05 0,965 1,84 Kontrol 57,61
Pada Tabel 13, bahwa F h < F t , ini berarti kedua kelas sampel memiliki varians yang homogen.
Hasil uji kesamaan dua rata-rata ranah psikomotor kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Ranah Psikomotor Kelas Ekperimen dan Kelas Kontrol Kelas (N=32) t h t t Eksperimen 55,61 84,1 3,189 2,00 Kontrol 57,61 78,1
Berdasarkan Tabel 14, dapat dilihat bahwa t tabel dengan taraf nyata 0,05 didapatkan 2,00 dengan t hitung 3,189. Dengan membandingkan t hitung dan t tabel dapat disimpulkan : bahwa t hitung > t tabel. Ini berarti terdapat pengaruh pada penggunaan media Prezi the zooming presentations terhadap hasil belajar fisika siswa kelas XI SMAN 12 Padang pada ranah psikomotor.
## 2. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data tes akhir belajar, maka didapat nilai rata-rata belajar siswa dari ranah kognitif, afektif dan psikomotor menunjukkan bahwa pengggunaan media Prezi the zooming presentations dapat meningkatkan pencapaian kompetensi hasil belajar fisika siswa. Hal ini dapat dilihat dari me ningkat nya rata-rata hasil belajar, sikap siswa yang belajar dengan menggunakan media Prezi di bandingkan dengan nilai sikap siswa yang tidak menggunakan media Prezi pada pembelajaran.
Media Prezi the zooming presentations me miliki banyak kelebihan yakni, pembuatan presentasi visual menjadi lebih menarik dan kreatif, Prezi dapat menyampaikan ide ataupun gagasan dalam sebuah
tampilan dan kita dapat melihat keterkaitan antara satu slide dengan slide yang lainnya dengan mudah, kta lebih mudah menyisipkan gambar, foto, ataupun video kedalam slide presentasi
Ada beberapa faktor yang menyebabkan hasil belajar Fisika siswa dapat membaik, salah satunya karena adanya media pembelajaran yang diapakai guru, sehingga pelajaran lebih menarik dan me ningkatkan motivasi belajar siswa. Pembelajaran langsung mengacu pada gaya mengajar dimana guru terlibat aktif dalam menyusun isi pelajaran kepada peserta didik. Selain itu pada pembelajaran langsung yang menekankan pada tujuan pembelajaran pem belajaran menjadi lebih kreatif dan inovatif, lalu di akhir pembelajaran dilakukan pengecekan atau pe ninjauan pemahaman siswa melalui kuis.
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, hasil belajar Fisika siswa pada ranah kognitif menunjukkan bahwa setelah diberikan perlakuan yang berbeda, nilai rata-rata kelas eksperimen yang awalnya adalah 52,12 setelah diberi perlakuan nilai rata-ratanya adalah 81,34. Nilai rata-rata kelas kontrol yang awalnya adalah 50,21 setelah diberi perlakuan nilai rata-ratanya adalah 76,40. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai rata-rata siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.
Meningkatnya hasil belajar Fisika dikelas eksperimen daripada kelas kontrol disebabkan karena perlakuan yang diberikan yaitu dengan menggunakan media Prezi the zooming presentations dalam pembelajaran, dimana dalam proses pembelajaran memotivasi siswa untuk aktif, kreatif, meningkatkan imajinasi siswa, memperjelas peristiwa kompleks, dan mengungkapkan materi maupun benda yang tidak bisa ditampilkan secara lansung sehingga pembelajaran menjadi inovatif dan menyenangkan.
Pada ranah afektif yaitu, siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran, adanya interaksi antar guru dan peserta didik, interaksi antar peserta didik, dan kerjasama dalam kelompok. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai rata-rata siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Ini terlihat dari rata-rata nilai afektif kelas eksperimen adalah 82,7 dan kelas kontrol adalah 78,5. Ini disebabkan karena perlakuan yang diberikan yaitu dengan menggunakan media Prezi. Penggunaan Prezi the zooming presentations bertujuan untuk melatih siswa agar aktif dan lebih paham dalam mengerjakan soal-soal, yang nantinya sebagai tolak ukur sudah tercapai atau belum tujuan pembelajaran. Siswa dituntut aktif berbuat, menjelaskan, dan dapat menjawab kembali soal-soal tentang pelajaran yang telah diajarkan melalui media Prezi.
Pada ranah psikomotor, siswa dinilai pada saat melakukan eksperimen. Ini terlihat dari rata-rata nilai psikomotor kelas eksperimen adalah 84,2 dan kelas kontrol adalah 78,1. Ini disebabkan karena perlakuan yang diberikan yaitu dengan menggunakan media Prezi saat pembelajaran berlangsung dan LKS
pendukung. Setelah diberikan media Prezi selama proses pembelajaran dan penyampaian materi, siswa dituntut untuk aktif dalam melaksanakan praktikum misalnya dengan mengobservasi alat, merangkai alat, melakukan praktikum, mengambil data, pengolahan data, dan kelengkapan pekerjaan lainnya.
Berdasarkan perhitungan statistik penggunaan media Prezi dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep Fisika dan dapat men ciptakan siswa yang terampil tidak hanya pada ranah kognitif saja, namun juga aktif dan kreatif dalam ranah afektif dan psikomotor. Kegiatan pembelajaran bertujuan mengembangkan kemampuan siswa serta meningkatkan keaktifan motivasi siswa dalam pembelajaran. Untuk men jadikan siswa aktif seorang guru lebih aktif dalam membangkitkan minat dan kreativitas siswa, dalam penelitian ini guru meng kombinasikan pemakaian media Prezi dalam pembelajaran di sekolah.
Berdasarkan uraian di atas, jelas terlihat bahwa media Prezi memberikan suasana baru dan me nyenangkan oleh siswa dalam belajar.Siswa di biasakan untuk menemukan sendiri konsep fisika melalui presentasi yang diberikan dengan meng konstruksi pengetahuan dalam diri siswa. Mereka diberi kebebasan untuk mencari sumber yang dapat membantu proses belajar baik itu melalui studi pustaka ataupun bertanya kepada guru fisika lain di luar jam pelajaran. Selain itu, kemampuan sosial siswa juga dikembangkan melalui diskusi dan kerjasama dalam kelompok sehingga siswa terlatih untuk menghargai teman, menanggapi pendapat orang lain dengan baik, serta mampu berbicara di depan orang banyak melalui presentasi laporan praktikum. Media Prezi the zooming presentations juga meningkatkan kreativitas siswa dalam me nemukan ide-ide dan gagasan baru terhadap peristiwa yang berhubungan dengan pembelajaran Fisika dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, jelaslah alasan mengapa penggunaan media Prezi dapat meningkatkan hasil belajar Fisika siswa kelas XI SMAN 12 Padang dan mempengaruhi kompetensi siswa untuk ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Namun, dalam penelitian ini juga ditemukan kendala seperti sulitnya mengatur tata ruang kelas yang sesuai harapan, kurang tersedianya sarana dan prasarana, sehingga pembelajaran kurang terlaksana dengan baik. Ada diantara siswa yang tidak memiliki buku pegangan dan hanya mengandalkan penjelasan dari guru saja, kurang serius selama pembelajaran. Kendala lain yang ditemui yaitu saat berlansungnya proses belajar mengajar di kelas siswa kurang berani bertanya dan mengeluarkan pendapat.
## UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Yth Ibu Dr.Hj. Ermaniati Ramli, Bapak Dr. Ahmad Fauzi, M.Si dan Bapak Pakhrur Razi, S.Pd, M.Si
yang telah memberikan masukan dan saran untuk me nyempurnakan karya ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Zuwirman, M.Pd selaku kepala SMAN 12 Padang yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Lasmi Yarnis, S.Pd selaku guru pembimbing serta guru mata pelajaran Fisika di SMAN 12 Padang yang telah membimbing penulis selama melakukan penelitian ini di Sekolah.
## KESIMPULAN
Setelah melakukan penelitian terhadap peng gunaan media Prezi the zooming presentations kelas XI SMA N 12 Padang, kemudian melakukan pe ngolahan data, dapat ditarik kesimpulan bahwa, Penerapan media Prezi the zooming presentations pada mata pelajaram fisika memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor yang ditandai dengan peningkatan hasil belajar siswa.
## DAFTAR PUSTAKA
(1) Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Pe nelitian Suatu Praktek . Jakarta: PT. Rineka Cipta.
(2) Azhar Arsyad. (2011). Media Pengajaran . Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
(3) Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan IPA SMP dan MTs, Fisika SMA dan MA. Jakarta:Dirjen Dikti.
(4) Depdiknas. 2006. Pedoman Penilaian Kela s. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
(5) Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar . Direktorat JenderalManajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Sekolah Atas.
(6) Mulyasa. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan . Bandung:Remaja Rosdakarya
(7) Nana Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
(8) Sadiman A.S, dkk.(2010). Media Pendidikan : Pengertian,Pengembangandan Pemanfaatannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
(9) Sanaky, Hujair AH. (2011). Media Pem belajaran Yogyakarta: Kaukaba Dipantara.
(10) Saputra, I Putu Wisnu. (2011). Prezi The Zooming Presentations. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo
(11) Sardiman. (2008). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar . Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
(12) Sudjana. (2005). Metode Statistika . Bandung: Transito
|
d09a9bd7-9766-4c06-81dc-645f68039e7f | https://jurnal.unpal.ac.id/index.php/jm/article/download/399/344 |
## PERKEMBANGAN EKONOMI ISLAM INTEGRASI, DISINTEGRASI DAN MODERN
Dewi Indasari, Silvana Oktanisa, Fransisca Ully Marshinta Dosen Politeknik Negeri Sriwijaya Jln Srijaya Negara Bukit Besar Palembang
## ABSTRAK
Perkembangan ekonomi Islam adalah wujud dari upaya menerjemahkan visi Islam rahmatan lil ‘alamin, kebaikan, kesejahteraan dan kemakmuran bagi alam semesta termasuk manusia di dalamnya. Tidak ada penindasan antara pemilik modal dan pekerja, tidak ada eksploitasi sumber daya alam yang berujung pada kerusakan ekosistem, tidak ada produksi yang berorientasi, jurang kemiskinan yang tidak terlalu dalam, tidak ada konsumsi yang berlebihan dan mubazir, tidak ada korupsi yang mensiasati pajak hingga trilyunan rupiah, dan tidak ada tipuan dalam perdagangan serta muamalah lainnya. Dalam kondisi tersebut manusia menemukan harmoni dalam kehidupan, kebahagiaan didunia dan insya allah sesudah kematian nantinya.
## Kata Kunci : rahmatan lil ’alamin, pembalak, Baitul Maal
Pendahuluan
Ekonomi Islam yang ada sekarang, teori dan praktek adalah hasil nyata dari upaya operasionalisasi bagaimana dan melalui proses apa visi Islam tersebut dalam direalisasikan. Walau harus diakui bahwa yang ada sekarang belum merupakan bentuk ideal dari visi Islam itu sendiri.Bahkan menjadi sebuah ironi sebagian umat Islam yang seharusnya mengemban visi tersebut, saat ini distigmakan sebagai teroris, koruptor, munafik dan pembalak. Dan sebagian umat Islam yang lain tidak henti-hentinya saling mencurigai. Berburuk sangka, berperang dan bahkan saling mengkafirkan antar sesama mereka.Perkembangan ekonomi Islam adalah salahsatu harapan untuk mewujudkan visi Islam tersebut. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Marshal “Dua kekuatan besar yang mempengaruhi kehidupan dunia yaitu ekonomi dan agama” (Marshal, 1968:56) Terintegrasikannya dua kekuatan ini dalam satu wadah ekonomi Islam adalah merupakan penyatuan kembali berhulu dan bermuara pada satu titik yaitu Allah Swt (tauhid). Secara prinsip tauhid adalah menekankan kesatuan alam semesta, kesatuan kebenaran dan pengetahuan serta kesatuan hidup atas dasar dan menuju Allah Swt. Dalam pemahaman Islam seharusnya
tidak ditemukan kontradiksi antara dua hal yang mempengaruhi pribadi-pribadi muslim menjadi pribadi yang pecah (split personality) . Prinsip-pinsip ekonomi dalam Islam dijelaskan Allah dalam Al-Qur’an
“ Dan carilah pada apa yang telah dianugrahkan oleh Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan bahagiamu dari (kenikmatan) duniawi, dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana allah telah berbuat baik kepada mu dan janganlah kamu berbuat kerusakan dimuka bumi ini, Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusaka n” (Q.S 28:77) Ekonomi Islam adalah salahsatu jawaban dari bagaimana visi Islam di realisasikan, Proses realisasi visi Islam adalah mewujudkan ekonomi Islam dalam
bentuk realitas. Proses mewujudkan ekonomi Islam menjadi sebuah realitas dapat dilihat dari dua wujud yang saat ini sudah berkembang yaitu wujud yang saat ini telah berkembang yaitu wujud teori ekonomi dan praktek ekonomi Islam.
Hasil dan Pembahasan 1. Sejarah Perkembangan Ekonomi Islam Masa Pertumbuhan Masa pertumbuhan terjadi pada awal masa berdirinya Negara Islam di Madinah.Meskipun belum dikatakan sempurna sebagai suatu study ekonomi, tapi masa ini merupakan benih dari tonggak- tonggak timbulnya dasar ekonomi Islam.Secara amaliyah segala dasar dan praktek ekonomi Islam sebagai sebuah system telah dipraktekkan pada masa itu tentunya dengan kondisi yang amat sederhana sesuai dengan masanya.Lembaga keuangan seperti bank dan perusahaan besar (PT) tentulah belum ditemukan, namun demikian lembaga moneter ditingkat pemerintahan telah ada yaitu Baitul Maal. Perusahaan (PT) telah dipraktekkan dalam bentuk skala kecil yaitu Musyarakah Masa Keemasan Setelah terjadi beberapa perkembangan dalam kegiatan ekonomi pada abad ke-2 H, para ulama mulai meletakkan kaidah-kaidah system ekonomi Islam disebuah negara atau pemerintahan.Kaidah-kaidah ini mencakup cara-cara bertransaksi (akad), pengharaman riba, penentuan harga, hokum syarikah (PT), pengaturan pasar, namun kaidah- kaidah ini masih berupa pasal-pasal yang tercecer dari buku-buku fiqih dan belum menjadi sebuah buku yang berjudul ekonomi Islam. Beberapa karya-karya fiqih yang mengetengahkan persoalan ekonomi antara lain : a. Fiqih Mazhab Maliki : Almudawwanah al-Kuberto karya Imam Malik (93-179H), Bidayatul Mujtahid karya Ibnu Rusyd (wafat 595H), Li Ahkam Al-qur’an karya Imam al-Qurtubi (wafat 671H), Al- Syarhu al-Kabir karya Imam Ahmad al-Dardir (wafat 1201H)
b. Fiqih Mazhab Hanafi : Ahkam al- qur’an karya Imam Abubajar al-Jassos (wafat 370H), Al-Mabsud karya Imam Syamsuddin al-Syarkhsi (wafat 483H), Tufah al-Fuqoha karya Imam Alauddin al-Samarqandu (wafat 540H), Bada’i al-Sona’I karya Imam Alauddin al- Kasani (wafat 587H) c. Fiqih Mazhab Syafi’i : al-Umm karya Imam Syafi’I (150-204H), Al-Ahkam al-Sulthoniyah karya al-Mawardi (450H), al-Majmu’ karya Imam An- Nawawi (wafat 657H), al-Asybah wa al-Nadzhoir karya Jalaluddin al-Suyuti (wafat 911H), Nihayah al-Muhtaj karya Syamsuddin al-Romli (wafar 1004H) d. Fiqih Mazhab Hambali : Al-Ahkam al- Sulthoniyah karya Qodhi Abu Ya’la (wafat 458H), al-Mughni karya Ibnu Qudamah (wafat 620H), al-Fatawa al-
Qubro karya Ibnu Taimiyah (wafat 728H) ‘a lamu Muwaqi’in karya Ibnu Qoyyim al-Jauziyah (wafat 751H) Dari kitab-kitab tersebut bila dikaji maka akan ditemukan banyak hal tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan ekonomi Islam, baik sebagai sebuah system maupun keterangan tentang solusi Islam bagi problem-problem ekonomi pada masa itu, misalnya Ibnu Hazm memberi penjelasan tentang kewajiban Negara menjamin kesejahteraan minimal bagi setiap warganegara. Konsep ini telah melampaui pemikiran ahli ekonomi.
- Masa Kemunduran Dengan di tutupnya pintu ijtihad, maka dalam menghadapi perubahan social, prinsip-prinsip Islam pada umumnya serta prinsip ekonomi khususnya tidak akan berfungsi secara optimal, karena para ulama seakan tidak siap dan tidak berani untuk langsung menelaah kembali sumber ahli tasyri dalam menjawab perubahan- perubahan tersebut. Mereka pada merujuk pada imam-imam mazhab terdahulu dalam meng-istimbathkan hukum, sehingga ilmu- ilmu ke Islaman lebih bersifat pengulangan daripada bersifat penemuan.Tradisi taklid ini malah menimbulkan stagnasi (kejumudan) dalam mediscover ilmu-ilmu baru khususnya dalam menjawab
hajat/keinginan manusia dibidang ekonomi.Padahal Ijtihad adalah sumber hukum Islam setelah Al-Qur’an dan As- sunnah. Dam pukulan telak terhadap Islam ketika ditutupnya pintu ijtihad tersebut.
## II. Perkembangan Pemikiran Teori Eonomi Islam
Perkembangan teori ekonomi Islam dimulai sejak diturunkan ayat-ayat Al- Qur’an tentang ekonomi, misalnya dalam Q.S Al-Baqoroh : 275 dan 279 tentang jual beli dan riba, Al-Baqoroh : 282 tentang pembukuan transaksi, Al-Maidah : 1 tentang aqad, Q.S. Al-A’raf ayat 31, Q.S. Annisa : 5 dan 10 tentang pengaturan pencarian, penitipan dan membelanjakan harta. Menurut At-Taraqi (2004:26) ayata- ayat ini menunjukkan bahwa Islam telah menetapkan pokok ekonomi sejak pensyariatan Islam (masa rosulullah Saw) dan dilanjutkan secara metodis oleh para penggantinya (Khulafaur-rasyidin).Pada masa ini bentuk permasalahan perekonomian belum variatif, sehingga teori-teori yang muncul pun belum beragam.Hanya saja yang sangat substansial dari perkembangan pemikiran ekonomi ini adanya wujud komitmen terhadap realisasi visi Islam rahmatanlil’alamin . Perkembangan pemikiran ekonomi Islam dari sejak masa Rosulullah sampai sekarang dapat dibagi dalam 6 tahapam.
Tahap Pertama (632-656M) Masa Rosul, Tahaap Kedua (656-661 M) Masa Khulafaurrasyidin, Tahap Ketigaatau Periode Awal (738-1037 M) Pemikir ekonomi Islam periode ini diwakili oleh Zayd bin Ali (738M), Hasan Al-Basri
(728M), Abu Hanifah (787M), Awza’i (774M), Malik (798M), Fudayl bin ayad (802M), Muhammad bin Hasan al-Syaibani (804M), Ma’ruf Kal-khi (815M),Yahya bin Dam (818M), Syafi’i (820M), Abu Ubayd (838M), Ahmad bin Hambal (855M), Yahya bin Hambal (855M), Al- Qusayri (857M), Dzun nun al-Misri (859M), Ibrahim bin Dam (874M), Yahya bin Umar (902M), Qudama bin Ja’far (948M), Al- Farabi (950M), Abu Ja’far al-Dawudi (1012M),Ibn Miskawaih (1030M), Ibnu Sina (1037M), Mawardi (1058M), Al-Kindi
(1873M). Tahap Ke-empat atau Periode Kedua (1058-1448M) pemikir Islam pada periode ini adalah Al-Ghozali (1111M), Ibn Khaldun (1040M), Syamsuddin al-Sarakhsi (1090M), Nuzamu Mulk Tusi (1093M), al- Hujwary (1096M), Ibnu Baja (1138M), Abdul Qadir al Jailani (1169M), Ibn Mas’ud al-Khasani (1182M), Ibnul Tufayl (1185M), Ibnu Rusyd (1198M), Fakhruddin al-Razi (1210M), Ibnu ‘Arabi (1240M), al- Attar (1252M), Najmuddin al-Razi (1256M), Jalaluddin Rumi (1274M), Muhammad bin Abdulrahman al-Habsyi (1300M), Ibnu Taimiyah (1328M), Ibnul Ukhuwa (1329M), Ibnul Qayyim (1350M), Abu Ishaq al shatibi(1388M), Al-Maqrizi (1441M ), Tahap Kelima atau Periode Ketiga (1446-1931M). Shah Walilullah al- Delhi (1762M), Muhammad bin Abdul Wahab (1787M), Jamaluddin Al-Afghani (1897M), Mufti Muhammad Abduh (1905M), Muhammad Iqbal (1938M), Ibnu Nujaym (1562M), Ibnu Abidin (1836M), Syech Ahmad Sirhindi (1524M). Tahap Keenam atau Periode lanjut (1931- sekarang). Muhammad Abdul Mannan (1938M), Muhammad Najatullah Shiddiqi (1931M), Syech Nawad Haider Naqvi (1935M).
Hasil Pemikir Ekonomi Islam dari beberapa pemikir diatas adalah : 1. Zaid bin Ali (80-120H), adalah penggagas awal penjualan suatu komoditi secara kredit dengan harga yang lebih tinggi dari harga tunai (Sudarsono, 2002:149) 2. Abu Hanifah (80-150H). Beliau dikenal sebagai imam mazhab hukum yang sangat rasionalistik, ia juga menggagas keabsahan dan keshahihan hukum kontrak jual beli dengan apa yang dikenal dewasa ini “ bay al-saldin” (Zahrah, 1952:539)
3. al-Awza’i (88-157H), Ia adalah penggagas orisinal dalam ilmu ekonomi syariah. Gagasannya antara lain Kebolehan atau keshahihan dalam system muzaroah sebagai bagian dalam bentuk murabahah serta membolehkan peminjaman modal baik dalam bentuk tunai atau sejenisnya (Mahmashani, 1978:447)
4. Imam Malik bin Anas (93-179H). Beliau dikenal sebagai penulis kitab al- Muwathah’ dan imam mazhab hukum. Ia juga memiliki pemikiran orisinil dibidang ekonomi seperti ia menganggap raja/penguasa bertanggungjawab atas kesejahteraan rakyatnya. Para penguasa harus peduli terhadap pemenuhan kebutuhan dasar rakyat. Teori Istislah dalam ilmu hukum Islam yang diperkenalkannya mengandung analisis nilai kegunaan atau teori utility dalam filsafat barat yang dikemudian hari diperkenalkan oleh Jeremy Benthan dan Jhon Stuart Mill. Disamping itu pula beliau juga tokoh hukum Islam yang mengakui hak negara lslam untuk menarik pajak demi terpenuhinya kebutuhan bersama (Zahrah, 1952:432) 5. Al-Farabi (260-339H). Beliau mengemukakan tentang tingkat-tingkat pertumbuhan ekonomi manusia : (a) Masyarakat ke kayu-kayuan atau Negara liar. (b) Masyarakat binatang/positif, (c) Negara kebutuahan (4) Negara keinginan (5) Negara bertukar kebutuhan (6) Negara kapitalis (7) Negara anarki/ masyarakat komunis (8) Negara utama 6. Ibnu Sina (270-428H). pendapatnya antara lain : (a) manusia adalah makhluk berekonomi, (2) ekonomi membutuhkan negara, (3) perkembangan ekonomi melalui perkembangan ekonomi keluarga, ekonomi masyarakat serta ekonomi Negara, (4) tujuan politik Negara harus diarahkan kepada keseragaman keseluruh masyarakat dalam mewujudkan perekonomian dan kestabilan ekonomi (5) harta milik berasal dari warisan dan kerja keras (6) wajib bekerja untuk mendapatkan harta ekonomi menurut jalannya yang sah (6) Pengeluaran dan pemasukan harus diatur dengan anggaran (7) pengeluaran wajib/nafaqah yang sifatnya konsumtif harus dikeluarkan sehemat mungkin, pengeluaran untuk kepentingan umum (masyarakat dan Negara) yang sifatnya wajib juga dicukupkan dengan hati yang ikhlas 7. Abu Hamid al-Ghazali (450-505H). Tokoh yang lebih dikenal dengan sufi dan filosof sertapengkritik filsafat terkemuka ini melihat bahwa (a) perkembangan ekonomi perlu adanyatransportasi, (b) uang bukanlah komoditi tapi alat tukar (c) perkembangan ekonomi meningkatkan menjadi ekonomi jasa yaitu hubungan jasa diantara manusia (d) perluadanya pemerintahan (e) perlu institute perbankan (f) hati-hati terhadap riba 8. Ibnu Taymiyyah (1262-1368H). Dalam kitabnya al-Siasat al-Syar’iyyah fi ishlah al-ra’iy wal al-ra’iyyah menegaskan tugas dan fungsi serta peran pemerintah sebagai pelaksana amanat untuk kesejahteraan rakyat III. Perkembangan Praktek Ekonomi Islam Praktek perbankan dizaman rosulullah dan sahabat telah terjadi karena telah ada lembaga-lembaga yang melaksanakan fungsi-fungsi utama operasional perbankan yakni : (1) menerima simpanan uang (2) meminjamkan uang atau memberikan pembiayaan dalam bentuk mudharabah, musyarakah, muzaro’ah dan musaqah (3) memberikan jasa pengiriman/transfer uang . Istilah-istilah fiqh dibidang ini pun muncul dan diduga berpengaruh pada istilah teknis perbankan modern seperti istilah qard yang berarti pinjaman/kredit, istilah suq jamaknya suquq yang dalam bahasa arab berarti pasar, bergeser menjadi alat tukar dan ditransfer kedalam bahasa inggris dengan sedikit perubahan menjadi check atau cheque dalam bahasa prancis Fungsi-fungsi yang lazimnya dewasa ini dilaksankan oleh perbankan telah dilaksanakan oleh rosulullah hingga zaman abbasiyah. Istilah bank tidak dikenal pada zaman itu akan tetapi pelaksanaan fungsinya telah terlaksana dengan akad sesuai syariah. Fungsi-fungsi itu dizaman rosulullah dilaksanakan oleh satu orang, sedangkan pada zaman abbasiyah ketiga fungsi itu telah dilaksanakan oleh satu individu saja.Perbankan berkembang setelah munculnya beragam jenis mata uang dengan kandungan logam mulia yang
beragam, dengan demikian diperlukan keahlian khusus bagi mereka yang bergelut dibidang pertukaran uang.Mereka yang mempunyai keahlian khusus itu disebut naqid, sarraf dan jihbiz yang kemudian menjadi cikal bakal praktek pertukaran mata uang atau money changer .Peranan bankir pada masa abbasiyah mulai popular pada pemerintahan Khalifah al-Muqtadir (908-932).Sementara suq (cek) digunakan secara luas sebagai media pembayaran. Sejarah perbankan Islam mencatat Syaifudaulah al-Hamdani sebagai orang pertama yang menerbitkan cek untuk keperluan kliring Bagdad, Irak dan Alepo (Spanyol) Mengingat penting dan strategisnya institusi dan perbankan untuk menggerakkan roda perekonomian, maka berbagai upaya dilakukan oleh ahli ekonomi Islam.Pertengahan tahun 1940an Malaysia mencoba membuka bank non bunga namun tidak sukses. Akhir tahun 1950an Pakistan mencoba mendirikan lembaga perkreditan tanpa bunga di pedesaan, sedangkan ujicoba yang relatif sukses dilakukan oleh Mesir dengan mendirikan Mit Ghamr Local Saving Bank tHun 1963 yang disambut baik oleh para petani dan masyarakat pedesaan. Namun keberhasilan ini terhenti karena masalah politik yakni intervensi pemerintah Mesir.Pergeseran orientasi dari pemikiran ekonomi ke gerakan tak terpisahkan dari hapusnya institusi khilafah tahun1924 dan upaya menghidupkan kembali yang gagal hingga terbentuknya Organisasi Konferensi Islam (OKI). Dengan kata lain salah satu produk penting yang menyertai terbentuknya OKI adalah terpicunya pemikiran ekonomi Islam menjadi gerakan perekonomian Islam. Gerakan ini ditandai dengan diselenggarakan Konferensi Ekonomi Islam secara teratur.Pemantapan hati negara-negara anggota OKI untuk mengislamisasi ekonomi negaranya masing-masing tumbuh setelah Konferensi Ekonomi Islam III yang diselenggarakan di
Islamabad Pakistan Maret 1983.Hasilnya sejumlah pemerintahan Islam telah mendirikan Departemen atau Fakultas Ekonomi Islam di Universitas-universitas mereka bahkan sudah mulai mengislamkan
lembaga perbankan mereka. Konferensi Negara-negara Islam sedunia tanggal 21-27 April 1969 memberi dampak positif berupa perkembangan bank Islam atau bank syariah diberbagai Negara yang ditengarai lebih dari 200 lembaga keuangan dan investasi syariah yang berkembang sejak tahun 1975. Pada tahun tersebut perkembangan system ekonomi syariah secara empiris diakui dengan lahirnya Islamic Development Bank (IDB)
IV. Gerakan Ekonomi Islam di Indonesia Para pelaku ekonomi pun didominasi oleh orang melayu yang identik dengan orang Islam. Bahasa Melayu memiliki kosakata yang berasal dari bahasa arab, ini berarti banyak dipengaruhi oleh konsep- konsep Islam dalam kegiatan ekonomi. Maka dapat disimpulkan aktifitas ekonomi syariah tidak hanya dalam bentuk formal melainkan telah ber-difusi dengan kebudayaan melayu, sebagaimana tercermin dalam bahasanya.Pemikiran dan aktifitas ekonomi syariah di Indonesia akhir abad 20 lebih diorientasikan pada pendirian lembaga keuangan dan perbankan syariah.Salahsatu pilihannya adalah gerakan koperasi yang dianggap sejalan atau tidak bertentangan dengan syariah Islam.Oleh karena itu gerakan koperasi mendapat sambutan baik oleh kalangan santri dan pondok pesantren. Kelahiran bank Islam di Indonesia semakin hari semakin kuat dikarenakan oleh beberapa factor : a. Adanya kepastian hukum yang melindunginya b. Tumbuhnya kesadaran masyarakat tentang manfaatnya lembaga keuangan dan perbankan syariah c. Dukungan politik dari pemerintah, akan tetapi kelahiran bank syariah di Indonesia tidak diimbangi dengan pendirian pendidikan perbankan syariah Maraknya perbankan syariah ditanah air tidak diimbangi dengan lembaga pendidikan yang memadai, akibatnya perbankan syariah di Indonesia baru pada Islamisasi nama ke lembaganya. Belum Islamisasi para pelakunya secara individual dan material.Maka tidak heran jika transaksi perbankan syariah tidak terlalu berbeda dengan bank
konvensional, hanya saja ada konkordansi antara nilai suku bunga dengan nisbah bagi hasil.Bahkan terkadang para pejabat tidak mau tahu jika nasabahnya mengalami kerugian atau menurunnya keuntungan.Mereka mematok bagi hasil dengan rate yang benar-benar menguntungkan bagi pihak bank secara sepihak. Di lain pihak kadangkala ada nasabah yang bersedia mendepositkan dananya di bank syariah dengan syarat meminta bagi hasilnya minimal sama dengan bank konvensional milik pemerintah. Munculnya praktek ekonomi Islam
di Indonesia pada tahun 1990 an yang dimulai dengan lahirnya Undang-Undang No. 10 tahun 1992 yang mengandung ketentuan bolehnya bank konvensional beroperasi dengan system bagi hasil. Kemudian pada saat bergulirnya era reformasi timbul amandemen yang melahirkan UU No.7 tahun 1998 yang memuat lebih rinci tentang perbankan syariah.UU ini mengawali era baru perbankan syariah di Indonesia yang ditandai dengan tumbuh pesatnya bank- bank syariah baru atau cabang syariah pada bank konvensional. Maka praktek keuangan syariah di Indonesia memerlukan panduan hukum Islam guna mengawal pelaku ekonomi sesuai dengan tuntunan syariat Islam.Perkembangan berikutnya MUI sebagai payung dari lembaga-lembaga organisasi keagamaan Islam di tanah air menganggap perlu dibentuknya satu badan dewan syariah yang bersifat nasional (DSN) dan membawahi seluruh lembaga keuangan termasuk didalamnya bank-bank syariah. DSN MUI sejak tahun 1997-2005 telah banyak mengeluarkan fatwa-fatwa tentang ekonomi Islam (muamalah maliyah) untuk menjadi pedoman bagi para pelaku ekonomi Islam khususnya perbankan syariah.Dalam metode penerbitan fatwa dalam bidang muamalah maliyah diykini menggunakan sumber hukum yang disepakati oleh ulama-ulama suni yaitu al- Qur’an, Hadist Nabawi, Ijma dan Qiyas. Di Indonesia atas prakarsa MUI bersama kalangan pengusaha muslim sejak 1992 telah beroperasi bank syariah yaitu Bank Muamalah Indonesia (BMI) yang system
operasionalnya mengacu pada UU No.72 tahun 1992 tentang bank bagi hasil.
Ditengah dinamika tumbuh dan berkembangnya lembaga keuangan syariah pada tahun1997 krisis ekonomi datang menerjang memporak-porandakan system perbankan nasional, dari 240 bank sebelum krisis kini hanya tinggal 73 bank swasta yang dapat bertahan tanpa bantuan pemerintah. Diantara lembaga-lembaga keuangan syariah yang berkembang secara pesat di tengah sistem perbankan yang sedang sakit adalah antara lain bank syari’ah, BPRS, BMT. Bank syariah berdampingan dengan bank-bank konvensional, hal tersebut dibuktikan dengan munculnya bank BNI syariah, bank Mandiri syariah, bank Bukopin syariah, bank Danamon syariah, BII syariah.Disamping itu berkembang juga lembaga keuangan syariah yang bersifat mikro yang bergerak dikalangan ekonomi bawah yaitu BMT (Bank Maal wat Tamwil).
V. Perkembangan Ekonomi Islam di Indonesia Di Indonesia perkembangan pembelajaran dan pelaksanaan ekonomi Islam telah mengalami kemajuan yang pesat.Pembelajaran ekonomi Islam telah diajarkan dibeberapa perguruan tinggi baik swasta maupun negeri.Perkembangan ekonomi Islam telah mulai mendapatkan momentum sejak didirikannya Bank Muamalat pada tahun 1992. Pada tahun 1911 telah berdiri oranisasi Syarikat Dagang Islam yang beranggotakan tokoh- tokoh atau intelektual muslim saat itu. Ekonomi Islam ini sesuai dengan pedoman seluruh umat Islam di dunia yaitu al-Qur’an Q.S al-Baqoroh;282
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah[179] tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau Dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua oang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka yang seorang mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya.dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian), Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu”.
Sesuai dengan perkembangan ekonomi global dan semakin meningkatnya minat masyarakat dengan ekonomi perbankan secara Islam. Setidaknya ada tiga tantangan yang dihadapi :
1. Ujian atas kredibilitas system ekonomi dan keuangan
2. Bagaimana system ekonomi Islam dapat meningkatkan dan menjamin atas kelangsungan hidup dan kesejahteraan seluruh umat, dapat menghapus kemiskinan dan pengangguran di Indonesia, memajukan ekonomi dalam negeri yang masih terpuruk dan dinilai rendah oleh Negara lain. 3. Perangkat peraturan, hukum dan kebijakan baik dalam skala nasional maupun internasional Untuk menjawab pertanyaan itu telah dibentuk organisasi dalam bidang tersebut yaitu organisasi IAEI (Ikatan Ahli Ekonomi Islam).Organisasi ini didirikan untuk membangun jaringan kerjasama dalam mengembangan ekonomi Islam di Indonesia baik secara akademis maupun secara praktek.Dengan berdirinya organisasi tersebut diharapkan para ahli ekonomi yang terdiri dari akademisi dan praktisi dapat bekerjasama untuk menjalankan pendapat dan aksinya secara bersama-sama, baik dalam penyelenggaraan kajian forum-forum ilmiah ataupun riset, maupun dalam melaksanakan pengenalan tentang system ekonomi Islam kepada masyarakat.Hikmah didirikannya ekonomi Islam pun sangat banyak salahsatunya praktek ekonomi Islam ini mengajarkan kepada kita bahwa perbuatan riba (melebih-lebihkan) itu adalah perbuatan dosa besar yang sangat dibenci oleh Allah dan mengajarkan pada kita agar menjauhi perbuatan tersebut.Selain itu ekonomi Islam juga sebagai wadah menyimpan dan meminjam uang secara halal dan diridhoi oleh Allah Swt.
## - Kesimpulan
Perkembangan ekonomi syariah di Indonesia tidak terlepas dari beberapa faktor pendorong.Secara sederhana, faktor- faktor itu dkelompokkan menjadi faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal adalah penyebab yang datang dari luar negeri, berupa perkembangan ekonomi syariah di negara-negara lain, baik yang berpenduduk mayoritas Muslim maupun tidak.Negara-negara tersebut telah mengembangkan ekonomi syariah setelah timbulnya kesadaran tentang perlunya
identitas baru dalam perekonomian mereka.Kesadaran ini kemudian ’mewabah’ ke negara-negara lain dan akhirnya sampai ke Indonesia. Sedangkan faktor internal antara lain adalah kenyataan bahwa Indonesia ditakdirkan menjadi negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia. Fakta ini menimbulkan kesadaran di sebagian cendikiawan dan praktisi ekonomi tentang perlunya suatu ekonomi yang sesuai dengan nilai-nilai Islam dijalankan oleh masyarakat Muslim di Indonesia. Di samping itu, f aktor politis juga turut bermain. Membaiknya “hubungan” Islam dan negara menjelang akhir milineum lalu membawa angin segar bagi perkembangan ekonomi dengan prinsipsyariah. Meningkatnya keberagamaan masyarakat juga menjadi faktor pendorong berkembangan ekonomi syariah di Indonesia.Munculnya kelas menengah Muslim perkotaan yang terdidik dan relijius membawa semangat dan harapan baru bagi industri keuangan syariah.Mereka mempunyai kesadaran bahwa agama bukan sekedar shalat, puasa, dan ibadah-ibadah mahdah lainnya saja.Tetapi, agama harus diterapkan secara kafah (holistik) dalam setiap aspek kehidupan termasuk dalam berekonomi.
Faktor berikutnya adalah pengalaman bahwa sistem keuangan syariah tampak cukup kuat menghadapi krisis moneter tahun 1997-1998.Bank syariah masih dapat berdiri kokoh ketika “badai” itu menerpa dan merontokkan industri keuangan di Indonesia. Di samping itu, faktor rasionalitas bisnis pun turut membesarkan ekonomi syariah. Bagi kelompok masyarakat yang tidak cukup dapat menerima sistem keuangan syariah berdasarkan ikatan emosi (personal attachment) terhadap Islam, faktor keuntungan menjadi pendorong mereka untuk terjun ke bisnis syariah.Implikasi Bagi Perkembagan Ekonomi Nasional Setidaknya ada 3 hal yang menjadi sumbangan ekonomi syariah bagi ekonomi nasional :
1. Pertama, ekonomi syariah memberikan andil bagi perkembangan sektor riil.
Pengharaman terhadap bunga bank dan spekulasi mengharuskan dana yang dikelola oleh lembaga-lembaga keuangan syariah disalurkan ke sektor riil. 2. Kedua, ekonomi syariah lewat industri keuangan syariah turut andil dalam menarik investasi luar negeri ke Indonesia, terutama dari negara-negara Timur-tengah. Adanya berbagai peluang investasi syariah di Indonesia, telah menarik minat investor dari negara-negara petro-dollar ini untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Minat mereka terus berkembang dan justru negara kita yang terkesan tidak siap menerima kehadiran mereka karena berbagai ’penyakit akut’ yang tidak investor friendly, seperti rumitnya birokrasi, faktor keamanan, korupsi, dan sebagainya. 3. Ketiga, gerakan ekonomi syariah mendorong timbulnya perilaku ekonomi yang etis di masyarakat Indonesia. Ekonomi syariah adalah ekonomi yang berpihak kepada kebenaran dan keadilan dan menolak segala bentuk perilaku ekonomi yang tidak baik seperti sistem riba, spekulasi, dan ketidakpastian (gharar).
Meskipun begitu, dilihat dari sejarahnya hingga sekarang. Ekonomi islam berkembang dengan sangat lambat di Indonesia. Hal ini dikarenakan pemerintah yang kurang serius dalam mengembangkan ekonomi Islam itu sendiri , seperti : 1. Berbelit-belitnya birokrasi dalam hal Investasi di bidang syariah 2. Belum mendukungnya situasi untuk berinvestasi di bidang syariah, serta 3. Pemerintah yang belum sepenuhnya percaya kepada perbankan syariah sehingga masih meletakkan dana APBN dan APBD di bank-bank konvensional
## Daftar Pustaka
Ahmad, Zainal Abidin, 1979, Dasar-dasar Ekonomi Islam, Jakarta : Bulan Bintang Al-Mawardi, Abu al-Hasan ‘Ali Muhammad bin Habib al-Bashriy, al-Baghdadi, al-ahkam al-
Sulthaniyyah, Dar al-Fikr : Beirut
Al-Tariqi, Abdullah Abdul Husein, 2004, Ekonomi Islam Prinsip Dasar dan Tujuan, Jogjakarta : Magistra Insania Press
Sallam, Abu Ubayd al-Qasim bin al-
Anwa’i,1981, Mu ‘assassat al- Nashir, Beirut : Libanon Syahdeni, Sutan Remi, 1999, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia ,
Jakarta : Grafiti
Irfan, Lukman, 2008,
Sejarah Ekonomi Islam:Perkembangan Panjang Realitas Ekonomi, Dalam tim Penulis MSI, Jogjakarta :Safiria Insani Press bekerjasama dengan
MSI UII
|
35494e40-6dc0-49e5-b705-69e110c8597c | https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JP2/article/download/39333/20359 |
## Jurnal Pedagogi dan Pembelajaran
Volume 4, Number 3, Tahun 2021, pp. 443-449 P-ISSN: 2614-3909 E-ISSN: 2614-3895 Open Access: https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JP2/index
## Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Melalui Pendekatan Matematika Realistik Berbantuan Youtube
Khairunnisa Siregar 1* , Sri Muliatik 2 , Yenni Novita Harahap 3
1,2,3 Universitas Alwashliah Medan, Medan, Indonesia
## A B S T R A K
Kegiatan pembelajaran matematika lebih banyak dilakukan dengan menanamankan konsep-konsep matematis kepada siswa, hanya saja pada pelaksanaannya tidak semua siswa mampu memahami konsep dengan baik. Tujuan dari penelitian ini yakni untuk memberikan variasi pembelajaran yang tepat dan efektif dalam kemapuan pemahaman konsep matematika pada meteri lingkaran. Penelitian ini merupakan jenis penelitian ekperimen semu (quasi ekperimen) dengan jumlah populasi yakni seluruh siswa kelas VII SMP. Penarikan sampel dilakukan dengan teknik random sampling, dengan jumlah sampel akhir yakni sebanyak 60 siswa. Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan teknik wawancara, observasi, dokumentasi, dan tes, dengan instrument penelitian berupa Bentuk instrumen tes berisi materi perkalian bilangan bulat. Data hasil penelitian kemudian dianalisis dengan menentukan atau menghitung skor mentah tiap-tiap anggota sampel yang dipilih secara acak, baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Setelah itu dilakukan penghitungan rata-rata (mean) dan standar deviasi baik hasil tes siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran matematika realistik berbantuan youtube maupun hasil tes siswa yang diajarkan dengan metode konvensional. Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematika rata-rata sebesar 0,8% dan dapat dikatagorikan tinggi menutur tabel skor N-Gain. Sehingga Ho ditolak dan Ha diterima dalam penelitian ini yaitu terdapat peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa melalui pendekan matematika realistik berbantuan youtube.
## A B S T R A C T
Mathematics learning activities are done mainly by instilling mathematical concepts in students. It is just that in practice, not all students can understand concepts well. This study aims to provide appropriate and effective variations of learning in the ability to understand mathematical concepts in circle material. This research is a type of quasi-experimental research (quasi-experimental) with a total population of all seventh-grade students of SMP. Sampling was done by random sampling technique, with a final sample of 60 students. Data collection in the study was carried out by interview, observation, documentation, and test techniques, with the research instrument in the form of a test instrument containing material for the multiplication of integers. The research data were then analyzed by determining or calculating the raw score of each sample member selected at random, both in the experimental and control classes. After that, the average (mean) and standard deviation were calculated for the test results of students taught with realistic mathematics learning models assisted by youtube and the results of students' tests taught by conventional methods. The analysis results showed an increase in the ability to understand mathematical concepts by an average of 0.8% and could be categorized as high according to the N-Gain score table. So Ho is rejected, and Ha is accepted in this study. Namely, there is an increase in students' understanding of mathematical concepts through a realistic mathematical approach assisted by YouTube.
## 1. PENDAHULUAN
Pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang harus dibelajarkan pada pendidikan formal di Indonesia. Dalam pelajaran matematika proses pembelajaran eksternal dapat dilihat melalui interaksi antara siswa, perangkat pembelajaran dan guru (Laknasa et al., 2021; Salim & Maryanti, 2017; Sulistyo & Alyani, 2021). Melalui kegiatan pembelajaran matematika siswa dilatih untuk dapat memecahkan berbagai macam permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari (Rostika & Junita, 2017). Pembelajaran matematika memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis logis, kreatif, dan bekerjasama, melalui proses-proses penanaman konsep
## A R T I C L E I N F O
Article history: Received September 11, 2021 Revised September 12, 2021 Accepted October 14, 2021 Available online October 25, 2021
Kata Kunci: Pemahaman Konsep, Pendekatan Matematika Realistik, Youtube
Keywords: Concept Understanding, Realistic Mathematical Approach, Youtube
This is an open access article under the CC BY-SA license.
Copyright © 2021 by Author. Published by Universitas Pendidikan Ganesha.
matematis (Haryanti & Sari, 2019). Untuk memaksimalkan proses pembelajaran matematika maka proses pembelajaran matematika lebih ditekankan pada peningkatan kemampuan pemahaman konsep (Leonindita et al., 2020). Kemampuan pemahaman konsep merupakan unsur penting dalam belajar matematika. Penugasan terhadap banyak konsep, memungkinkan seorang dapat memecahkan masalah dengan lebih baik, sebab untuk memecahkan masalah diperlukan aturan-aturan yang didasarkan pada konsep-konsep yang dimiliki (Amam, 2017; Hidayat & Sariningsih, 2018; Suraji & Saragih, 2018). Pada dasarnya konsep diartikan sebagai ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk dapat mengelompokkan objek atau kejadian yang menerangkan apakah objek atau kejadian itu merupakan contoh atau bukan contoh dari sebuah ide (Fajar et al., 2019). Kemampuan pemahaman konsep dan pemecahan masalah matematis merupakan dua kemampuan yang telah dinyatakan berdasarkan standar isi (SI) mata pelajaran matematika untuk satuan pendidikan, yang didalamnya dijelaskan bahwa tujuan pembelajaran matematika di sekolah agar siswa memiliki kemampuan untuk Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efesien dan tepat dalam pemecahan masalah, Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, serta menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika (Gunawan & Putra, 2019; Lestari et al., 2019; Raharjo & Sulaiman, 2017).
Siswa yang telah paham terhadap sesuatu, akan dapat mengungkapkan kembali konsep yang dipelajarinya dengan dengan menggunakan bahasanya sendiri baik itu suatu konsep itu sendiri, objek- objek yang membentuk konsep tersebut, contoh dari konsep tersebut, bentuk representasi matematikanya, prosedurnya, maupun kaitan konsep matematika tersebut dengan konsep lainnya (Oktoviani et al., 2019). Hanya saja kenyataan dilapangan ditemukan siswa masih kurang memahami konsep matematika dengan baik (Selvianiresa, 2017; Yanti et al., 2019). Kurangnya tingkat pemahaman konsep ini cenderung disebabkan karena guru belum menerapkan variasi dalam metode dan media pembelajaran sehingga kemampuan pemahaman terhadap konsep-konsep tergolong rendah (Sari, 2019). Rendahnya tingkat pemahaman konsep serta kurangnya inovasi guru dalam kegiatan belajar mengajar tentunya akan berdampak pada penuruhan hasil belajar dan kemampuan matematis siswa. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu pendekatan pembelajaran matematika yang dekat dengan pikiran siswa atau selalu mengaitkan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan yakni pendekatan pembelajaran Matematika Realistik (PMR). Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) merupakan pendekatan yang bermula pada permasalahan yang nyata bagi siswa, mengutamakan keterampilan proses (process of doing mathematics), diskusi dan kolaborasi, interaktif (tutor sebaya) dengan maksud agar mereka berkekuatan penuh untuk bereksperimen baik secara individu maupun kelompok (Jeheman et al., 2019; Rismawati & Komala, 2018; Siregar et al., 2020; Yandiana & Ariani, 2020). Pendekatan PMR memiliki prinsip aktivitas (doing), konstrutivis, realitas (kebermaknaan proses aplikasi), pemahaman (menemukan informasi dalam konteks melalui refelksi, informal ke formal), inter – twinment (keterkaitan interkoneksi antar konsep), interaksi (pembelajaran sebagai aktivitas sosial), dan bimbingan (membimbing siswa untuk menemukan suatu konsep matematika) (Warsito & Nuraini, 2019; Yulianty, 2019).
Kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan PMR lebih ditekankan pada pengaitan materi ajar dengan kehidupan kehidupan nyata dan menjadikan pengalaman peserta didik sebagai titik awal pembelajaran (Herzamzam, 2018). Sehingga melalui proses pembelajaran yang demikian siswa akan dibentuk untuk memiliki pola pikir yang praktis, logis, kritis, dan jujur dengan berorientasi pada penalaran matematika dalam menyelesaikan masalah (Susanti, 2017). Tujuan dari pendekatan PMR yakni memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan kembali dan merekonstruksi konsep-konsep matematika dengan mengaitkan konsep-konsep matematika dengan dunia nyata, sehingga siswa mempunyai pengertian yang kuat tentang konsep-konsep matematika (Jusmanidar, 2017). PMR akan secara operasional memberikan pengertian tentang relevansi serta kegunaan matematika (materi yang diajarkan) dengan dan atau dalam kehidupan sehari-hari (Purna & Ardana, 2021). Semua kajian tersebut akan secara independen dikonstruksi dan dikembangkan oleh siswa. Selain itu, penyelesaian masalah tidak harus tunggal dan tidak harus sama antara satu siswa dengan siswa lainnya. Pemahaman konsep dengan PMR akan lebih sempurna jika disajikan mengunakan media pembelajaran. Tingginya perkembangan IPTEK pada bidang pendidikan, memungkinkan adanya penggunaan media berbasis teknologi. Salah satu media yang dapat digunakan yakni media video pembelajaran. Video merupakan suatu media untuk menunjukan sebuah unsur auditif (pendengaran) dan visual (penglihatan) yang bisa dihat ataupun kita dengarkan suaranya (Ismawati & Mustika, 2021; Manshur & Ramdlani, 2020). Video dapat diakses dengan cepat dan luas jika menggunakan internet. Sejauh ini kita mengetahui banyak sekali situs untuk berbagi video dan dapat kita manfaatkan untuk fasilitas mengembangkan sebuah channel
pembelajaran berupa video yaitu YouTube. Dengan memanfaatkan Youtube sebagai media pembelajaran, maka siswa setiap saat dapat belajar dan mengulangi pembelajaran tersebut (Nugroho et al., 2019). Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menyebutkan bahwa pendekatan PMR dapat digunakan untuk meningkatkan minat serta motivasi belajar matematika siswa kelas V SD (Herzamzam, 2018). Penelitian selanjutnya juga menyebutkan bahwa serangkaian kegiatan pembelajaran dengan PMR dapat membawa siswa dari situasi konkret menuju situasi yang lebih formal, sehingga siswa mampu mengerjakan bilangan pecahan dari bentuk kontektual dengan disertai alasan (Warsito & Nuraini, 2019). Hasil penelitian lainnya juga menunjukkan bahwa terdapat pengaruh Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik terhadap hasil belajar penjumlahan dan pengurangan pecahan di kelas V SD (Yandiana & Ariani, 2020). Berdasarkan hasil beberapa penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa pendekatan PMR, secara signifikan mampu membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan matematis siswa, sehingga berdampak pada peningkatan hasil belajar. Hanya saja pada penelitian sebelumnya belum terdapat penelitian yang mengkaji penggunaan pendekatan PMR berbantuan media youtobe untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa, sehingga pada penelitian ini difokuskan pada peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematika melalui pendekatan matematika realistik berbantu youtube dengan tujuan untuk memberikan variasi pembelajaran yang tepat dan efektif dalam kemapuan pemahaman konsep matematika pada meteri lingkaran .
## 2. METODE
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen semu ( quasi eksperimen ) yang dilakukan dengan tujuan untuk melihat akibat dari suatu perlakuan. Pada penelitian ini terdapat 2 variabel bebas dan 1 varibel terikat. Variabel bebasnya yakni pembelajaran matematika realistik berbantu youtube (X 1 ) dan pembelajaran konvensional (X 2 ). Sedangkan varibel terikatnya adalah kemampuan pemahamaham konsep matematika (Y). Populasi dalam penelitian ini yakni seluruh siswa kelas VII SMP Al Washliyah 8 Medan. Penarikan sampel penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik random sampling, dan didapatkan hasil bahwa yang menjadi sampel penelitian yakni siswa kelas VII-1 dan VII-3 dengan jumlah siswa masing-masing 30 orang, sehingga jumlah sampel seluruhnya yakni sebanyak 60 siswa. Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan teknik wawancara, observasi, dokumentasi, dan tes. Teknik wawancara dilakukan untuk mengetahui dan menilai keadaan siswa, misalnya mencari data latar belakang siswa dan kesulitan belajar siswa. Sedangkan teknik observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung mengenai proses pembelajaran di kelas dan digunakan untuk mendapatkan data, tingkah laku siswa pada saat mengikuti pembelajaran serta observasi juga dilakukan dengan melakukan wawancara serta mengamati proses pembelajaran. Selanjutnya, teknik dokumentasi digunakan untuk mendapatkan daftar nama siswa kelas VII SMP Al Washliyah 8 Medan yang menjadi populasi, hasil belajar, bukti foto selama kegiatan pembelajaran di VII SMP Al Washliyah 8 Medan dan data-data yang diperlukan dalam penelitian. Teknik tes dalam penelitian dilakukan dengan instrument tes tulis. Bentuk instrumen tes berisi materi perkalian bilangan bulat. Tes ini berfungsi untuk mengukur kemampuan awal siswa dalam materi lingkaran (pretest) dan kemampuan akhir dalam materi lingkaran (posttest). Analisis data dalam penelitian dilakukan dengan menentukan atau menghitung skor mentah tiap-tiap anggota sampel yang dipilih secara acak, baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Setelah itu dilakukan penghitungan rata-rata (mean) dan standar deviasi baik hasil tes siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran matematika realistik berbantu youtube maupun hasil tes siswa yang diajarkan dengan metode konvensional. Analisis kemudian dilanjutkan pada pengujian hipotesis yang dilakukan dengan cara membandingkan harga
dengan pada N = 58 dengan tingkat kepercayaan α = 0, 05 deng an ketentuan jika > maka ditolak diterima dengan pengertian ada pengaruh model pembelajaran matematika realistik berbantuan youtube terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika pada materi perkalian bilangan bulat .
## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
## Hasil
Penelitian ini dilaksanakan di sekolah SMP Alwashliyah 8 Medan, pada materi perkalian bilangan bulat, peserta didi kelas VIII dibagi menjadi dua kelas yaitu kelas yang diberikan perlakuan Pendekatan Matematika Realistik Berbantu Youtube dabn kelas yang diberikan perlakuan pembelajaran konvensional. Penelitian dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep pada materi perkalian bilangan bulat, peserta yang diberikan perlakuan PMR berbantu Youtube mampu memberikan hasil yang
berbeda dengan kelas yang hanya diberikan pembelajaran konvensional. Penelitian ini memberi kesempatan kepadda peserta didik terlibat langsung dalam pembelajaran, sehingga indikator pemebelajaran tercapai dengan baik dan tepat. Penelitian diawali dengan melaksanakan pretest, dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik, yang bertujuan untuk mengetahui kelas yang akan dijadikan kelas eksperimen (PMR berbantu Youtube) dan kelas kontrol (pembelajaran Konvensional), sehingga memudahkan peneliti mengaplikasikan perlakuan sesuai kebutuhan peserta didik. Untuk melihat hasil tes kemapuan awal dalam kemampuan pamahaman konsep kelas VII-1 dan VII- 3 dibagi menjadi dua kelompok yatu tinggi dan rendah. Nilai yang menjadi patokan untuk menentukan tinggi atau rendah adalah nilai yang digunakan sebagai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Nilai KKM yang digunakan pada sekolah tersebut adalah nilai KKM tunggal yaitu 72. Sehingga dapat disimpulkan bila nilai pretest < KKM dikatakan rendah dan nilai pretest > KKM dikatakan tinggi.
Hasil yang diperoleh dari penyelesaian soal pretest kelas VII-1 menunjukan 14 (46,7%) peserta didik berada dikatagori tinggi dan 16 (53,3%) berada dikatagori rendah. Sedangkan, kelas VII-2 memperoleh 12 (40%) peserta didik berada dikatagori tinggi dan 18 (60%) peserta didik dikatagori rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelas VII-2 lebih baik dibandingkan dengan VII-1. Hasil analisis nilai kemampuan pemahaman konsep kelas VII-1 diketahui nilai minimun (terendah) adalah 25.00, nilai maximum (tertinggi) sebesar 75.00 dengan rata-rata (mean) sebesar 54.35. Sedangkan untuk kemampuan pemahaman konsep kelas VII-3 diketahui nilai minimun (terendah) adalah 22.22, nilai maximum (tertinggi) sebesar 72.22 dengan rata-rata (mean) sebesar 53.15. Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa kelas yang akan diberikan perlakuan PMR berbantu youtube (kelas eksperimen) adalah kelas VII-3 dan kelas yang diberikan pendekatan konvesional (kelas kontrol) adalah kelas VII-1.
Setelah dilakukan uji hasil pretest analisis dilanjutkan pada pengujian normalitas yang dilakukan untuk menilai sebaran data pada sebuah kelompok data atau variabel penelitian. Pengujian normalitas dalam penelitian dilakukan dengan menggunakan uji lilliefors, hasil analisis menunjukkan data kemampuan pemahaman konsep matematika dinyatakan berdistribusi normal dan dapat dibuktikan dengan hasil L hitung < L tabel artinya 0,113494 < 0,161. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang telah dikumpulkan berdistribusi normal atau diambil dari populasi normal. Analisis kemudian dilanjutkan pada uji homogenitas yang dilakukan melalui F-Test Two-Sampel for Varians dengan syarat F hitung < F tabel. Hasil uji homogenitas hasil analisis menunjukkan bahwa data bersifat homogen, hal ini dapat dilihat dari nilai F hitung < F tabel atau 1,154686 < 1,860811. Pengujian hipotesis dilakukan untuk menegaskan hiporesis yang telah dipaparkan, pengujian telah dilakukan dengan menganalisis setiap hasil yang diperoleh secara manual dan dengan menggunakan t-Test: Two-Sample Assuming Equal Variances pada excel. Hasil pengujian hipotesis diperoleh bahwa nilai value > 0,05 yang artinya 2,3963 > 0,05 atau dapat diketahui dengan membandingkan Ttabel dengan Thitung. Ttabel (0,05) adalah 2,00172 dan nilai Thitung adalah 6,38466 dapat dikatakan Thitung > Ttabel yang artinya 6,38466 > 2,00172. Dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak sehingga Ha diterima dalam penelitian ini yaitu terdapat peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa melalui pendekan matematika realistik berbantu youtube. Pembelajaraan mengakibatkan terjadinya peningkatan kemampuan pemahaman konsep. Hasil analisis N-gain diperoleh bahwa kelompok control 0,4 dengan katagori sedang dan kelompok eksperiment 0,8 dengan katagori tinggi.
## Pembahasan
Adanya peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa pada penelitian ini tidak terlepas dari penggunaan pendekatan matematika realistik (PMR) berbatuan media youtobe. Pendekatan matematika realistik pada dasarnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dari sesuatu yang real sehingga siswa dapat terlibat dalam proses pembelajaran secara bermakna (Afsari et al., 2021; Uskono et al., 2020). PMR bertitik tolak pada realita atau konteks nyata yang berada di sekitar siswa untuk mengawali kegiatan pembelajaran dan akhirnya digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari (Rismawati & Komala, 2018). Ide utama dari PMR adalah bahwa siswa harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali (reinvent) ide dan konsep matematika dengan bimbingan orang dewasa melalui penjelajahan berbagai situasi dan persoalan-persoalan dunia nyata atau real world (Lapase, 2020). Pendidikan matematika realistik memiliki tiga karakeristik, yaitu guided reinvention (menemukan kembali), didactical phenomenology (phenomena didaktik), self develoved model (pengembangan model sendiri) (Agusta, 2020; Wati & Kurniasih, 2021). Adapun langkah-langkah pembelajaran metematika dengan pembelajaran matematika realistik adalah memahami masalah kontekstual, menyelesaikan masalah konstekstual, membagikan dan mendiskusikan jawaban, menarik kesimpulan (Rahayu et al., 2019). Seperti yang telah disampaikan sebelumnya bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan matematika reaslistik (PMR) akan lebih maksimal jika disertai dengan pengguan media pembelajaran, hal ini dikarenaka media pembelajaran dapat digunakan sebagai jembatan
penghubung penyampaian materi antara guru dan siswa (Artika et al., 2019). Media pembelajaran dapat dimanfaatkan untuk membantu siswa memahami suatu objek/ kejadian tertentu, memanipulasi keadaan/peristiwa tertentu, menambah gairah serta motivasi belajar siswa (Manshur & Ramdlani, 2020). Pada abad ke-21 youtube merupakan media lebih praktis dalam mencari pengetahuan karena Youtube segala informasi mudah didapatkan dan dinikmati semua kalangan (Suwarno, 2017). Youtobe menjadi media sharing video online terbesar dan paling populer di dunia internet , maka menjadikan youtube sebagai media pembelajaran merupakan suatu pemanfaatan yang baik (Nugroho et al., 2019).
Penggunaan pendekatan pembelajaran matematika realistik berbatuan media youtobe sangatlah dibutuhkan dalam proses pembelajaran matematika, hal ini dikarenakan dalam pembelajaran matematika siswa lebih ditekankan pada penanaman-penanaman konsep matematis. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang juga menyebutkan bahwa pendekatan PMR dapat digunakan untuk meningkatkan minat serta motivasi belajar matematika siswa kelas V SD (Herzamzam, 2018). Penelitian selanjutnya juga menyebutkan bahwa serangkaian kegiatan pembelajaran dengan PMR dapat membawa siswa dari situasi konkret menuju situasi yang lebih formal, sehingga siswa mampu mengerjakan bilangan pecahan dari bentuk kontektual dengan disertai alasan (Warsito & Nuraini, 2019). Hasil penelitian lainnya juga menunjukkan bahwa terdapat pengaruh Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik terhadap hasil belajar penjumlahan dan pengurangan pecahan di kelas V SD (Yandiana & Ariani, 2020). Berdasarkan hasil penelitian yang didukung oleh hasil penelitian terdahulu, dapat dikatakan bahwa pendekatan matematika relaistik berbantuan media youtobe sangat cocok dibelajarkan pada siswa karena mampu meningkatkan pemahaman konsep matematika, meningkatkan motivasi belajar, aktifitas belajar, serta mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
## 4. SIMPULAN
Kemampuan pemahaman konsep matematika siswa mengalami peningkatan setelah dibelajarkan dengan pendekan matematika realistik berbantuan youtube. Sehingga berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekan matematika realistik berbantuan youtube sangat cocok digunakan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa. Rekomendasi dengan menggunkan pembelajaran matematika realistik berbantu youtube dapat menjadi solusi untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa.
## 5. DAFTAR PUSTAKA
Afsari, S., Safitri, I., Harahap, S. K., & Munthe, L. S. (2021). Systematic Literature Review: Efektivitas Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Pada Pembelajaran Matematika. Indonesian Journal of Intellectual Publication , 1 (3), 189 – 197. https://doi.org/10.51577/ijipublication.v1i3.117. Agusta, E. S. (2020). Peningkatan Kemampuan Matematis Siswa Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik. ALGORITMA: Journal of Mathematics Education , 2 (2), 145 – 165. https://doi.org/10.15408/ajme.v2i2.17819. Amam, A. (2017). Penilaian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. TEOREMA . https://doi.org/10.25157/.v2i1.765.
Artika, Vira, R., Sudrajat, R., & Wijayanti, A. (2019). Pengaruh Model Realistic Mathematics Education (RME) Berbantu Media Kertas Lipat Terhadap Penanaman Konsep Bangun Datar. Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar , 3 (4), 481. https://doi.org/10.23887/jisd.v3i4.21784.
Fajar, A. P., Kodirun, K., Suhar, S., & Arapu, L. (2019). Analisis Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas VIII SMP Negeri 17 Kendari. Jurnal Pendidikan Matematika , 9 (2), 229. https://doi.org/10.36709/jpm.v9i2.5872.
Gunawan, R. G., & Putra, A. (2019). Pengaruh Strategi Belajar Aktif Sortir Kartu Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. Jurnal Cendekia : Jurnal Pendidikan Matematika , 3 (2), 362 – 370. https://doi.org/10.31004/cendekia.v3i2.119. Haryanti, S., & Sari, A. (2019). Pengaruh Penerapan Model Problem Based Instruction terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ditinjau dari Adversity Quotient Siswa Madrasah Tsanawiyah. JURING (Journal for Research in Mathematics Learning) , 2 (1), 077. https://doi.org/10.24014/juring.v2i1.6712.
Herzamzam, D. A. (2018). Peningkatkan Minat Belajar Matematika Melalui Pendekatan Matematika
Realistik (Pmr) Pada Siswa Sekolah Dasar. Visipena Journal , 9 (1), 67 – 80. https://doi.org/10.46244/visipena.v9i1.430.
Hidayat, W., & Sariningsih, R. (2018). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Adversity Quotient Siswa SMP Melalui Pembelajaran Open Ended. JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika) ,
2 (1), 109. https://doi.org/10.33603/jnpm.v2i1.1027.
Ismawati, S., & Mustika, D. (2021). Validitas Media Video Berbasis Animasi Dalam Pembelajaran Tematik.
Journal of Islamic Education , 4 (2), 163 – 174. https://doi.org/https://doi.org/10.24256/iqro.v4i2.2251. Jeheman, Akuila, A., Gunur, B., & Jelatu, S. (2019). Pengaruh Pendekatan Matematika Realistik terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa. Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika , 8 (2), 191 – 202. https://doi.org/10.31980/mosharafa.v8i2.454.
Jusmanidar, J. (2017). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Operasi Hitung melalui Pendekatan
Matematika Realistik. JPPI (Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia) , 3 (1), 12. https://doi.org/10.29210/02017104.
Laknasa, D. P. A., Abdullah, A. W., Pauweni, K. A. Y., Usman, K., & Kaluku, A. (2021). Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Pembelajaran Multimedia Interaktif dengan Model Discovery Learning. Jurnal ilmiah matematika, sains dan teknologi , 9 (2). https://doi.org/10.34312/euler.v9i2.11100.
Lapase, M. H. (2020). Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Operasi Hitung Bilangan Bulat Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa Kelas V SDN Penedapa Kecamatan Poso Pesisir Kabupaten Poso Propensi Sulawesi Tengah. JISIP (Jurnal Ilmu Sosial Dan Pendidikan) , 4 (2). https://doi.org/10.36312/jisip.v4i2.1087. Leonindita, S., Fitria, R., Fitriani, A., Muktafi, M. R., Aliyyunisa, N., & Rahmawati, F. (2020). Analisis Problematika Pembelajaran Daring Siswa Kelas Viii Pada Materi Baris Dan Deret Ditinjau Dari Pemahaman Konsep. Dharmas Education Journal , 1 (2), 135 – 142.
Lestari, K. S., Nurjanah, S., Zanthy, & Sylviana, L. (2019). Analisis Kemampuan Pemahaman Dan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Smp Pada Materi Persamaan Linear Satu Variabel. JPMI (Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif) , 2 (3), 107. https://doi.org/10.22460/jpmi.v2i3.p107- 118.
Manshur, U., & Ramdlani, M. (2020). Media Audio Visual Dalam Pembelajaran Pai. Seminar Nasional Hasil Riset Dan Pengabdian Ke-III , 5 (1), 1 – 8. https://doi.org/10.35891/amb.v5i1.1854.
Nugroho, Zaid, K. U., Widada, W., Zamzaili, & Herawaty, D. (2019). Pemahaman Konsep Matematika melalui Media Youtube dengan Pendekatan Etnomatematika. Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia , 04 (01), 96 – 106. https://doi.org/https://doi.org/10.33449/jpmr.v4i1.8953. Oktoviani, V., Widoyani, Laras, W., & Ferdianto, F. (2019). Analisis kemampuan pemahaman matematis siswa SMP pada materi sistem persamaan linear dua variabel. Edumatica : Jurnal Pendidikan Matematika , 9 (1), 39 – 46. https://doi.org/10.22437/edumatica.v9i1.6346. Purna, I. N., & Ardana, I. M. (2021). Pengaruh Pendidikan Matematika Realistik Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa dengan Pengendalian Kemampuan Numerik. Jurnal Imiah Pendidikan Dan Pembelajaran , 5 (1), 160. https://doi.org/10.23887/jipp.v5i1.32447.
Raharjo, J. F., & Sulaiman, H. (2017). Mengembangkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Diskrit Dan Pembentukan Karakter Konstruktivis Mahasiswa Melalui Pengembangan Bahan Ajar Berbantuan Aplikasi Education Edmodo Bermodelkan Progresif Pace (Project, Activity, Cooperative And Exercise). TEOREMA : Teori Dan Riset Matematika , 2 (1), 47. https://doi.org/10.25157/teorema.v2i1.569. Rahayu, Setyawan, Ageng, A., & Wahyuni, P. (2019). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Matematika Realistik Berbasis Kuliner Melayu Riau di Sekolah Dasar. Aksiomatik , 7 (3), 18 – 24.
Rismawati, R., & Komala, E. (2018). Penerapan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa. IndoMath: Indonesia Mathematics Education , 1 (2), 129. https://doi.org/10.30738/indomath.v1i2.2770.
Rostika, D., & Junita, H. (2017). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SD dalam Pembelajaran Matematika Dengan Model Diskursus Multy Representation (DMR). EduHumaniora | Jurnal Pendidikan Dasar Kampus Cibiru , 9 (1), 35. https://doi.org/10.17509/eh.v9i1.6176.
Salim, S., & Maryanti, E. (2017). Pengembangan perangkat pembelajaran matematika melalui teori pembelajaran sibernetik berbantuan software derive. Jurnal Riset Pendidikan Matematika , 4 (2), 229. https://doi.org/10.21831/jrpm.v4i2.16068.
Sari, R. K. (2019). Analisis Problematika Pembelajaran Matematika Di Sekolah Menengah Pertama Dan Solusi Alternatifnya. Prismatika: Jurnal Pendidikan Dan Riset Matematika , 2 (1), 23 – 32. https://doi.org/10.33503/prismatika.v2i1.510.
Selvianiresa, D. (2017). Kesulitan Siswa Sekolah Dasar Pada Materi Nilai Tempat Mata Pelajaran Matematika di Kelas I SD. Pendas : Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar , 2 (1), 65. https://doi.org/10.23969/jp.v2i1.451.
Siregar, S. U., Harahap, A., Milfayetti, S., & Hajar, I. (2020). Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan Self- Efficacy Matematis Siswa melalui Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik. Jurnal Penelitian Dan Pengkajian Ilmu Pendidikan: E-Saintika , 4 (2), 151. https://doi.org/10.36312/e- saintika.v4i2.207.
Sulistyo, R., & Alyani, F. (2021). Analisis Kesulitan Peserta Didik dalam Pembelajaran Daring Matematika di Masa Pandemi COVID-19. Jurnal Cendekia : Jurnal Pendidikan Matematika , 5 (3), 2460 – 2470. https://doi.org/10.31004/cendekia.v5i3.849.
Suraji, S., & Saragih, S. (2018). Analisis Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV). Suska Journal of
Mathematics
Education , 4 (1), 9. https://doi.org/10.24014/sjme.v4i1.5057.
Susanti, S. (2017). Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Self-Efficacy Siswa MTs Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik. Suska Journal of Mathematics Education , 3 (2), 92. https://doi.org/10.24014/sjme.v3i2.4148. Suwarno, M. (2017). Potensi Youtube Sebagai Sumber Belajar Matematika. Pi: Mathematics Education Journal , 1 (1), 1 – 7. https://doi.org/10.21067/pmej.v1i1.1989.
Uskono, I. V., Lakapu, M., Jagom, Y. O., Dosinaeng, W. B. N., & Bria, K. (2020). Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Berbasis Etnomatematika Dan Prestasi Belajar Siswa. Journal of Honai Math , 3 (2), 145 – 156. https://doi.org/10.30862/jhm.v3i2.126.
Warsito, W., & Nuraini, Y. (2019). Desain Pembelajaran Pecahan melalui Pendekatan Realistik di Kelas V.
Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika , 8 (1), 25 – 36.
https://doi.org/10.31980/mosharafa.v8i1.381.
Wati, A. R., & Kurniasih, K. (2021). Penerapan pendekatan pmr untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa kelas i SD. Jurnal pendidikan guru sekolah dasar , 6 (1). https://doi.org/https://doi.org/10.17509/jpgsd.v6i2.40027.
Yandiana, S. N., & Ariani, Y. (2020). Pengaruh Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) terhadap Hasil Belajar Pecahan di Sekolah Dasar [The Effect of Realistic Mathematics Education Approach (MEA) on Learning Outcomes of Fractions in Elementary School]. Jurnal Pendidikan Tambusai , 4 (3), 2945 – 2951.
Yanti, R., Laswadi, L., Ningsih, F., Putra, A., & Ulandari, N. (2019). Penerapan pendekatan saintifik berbantuan geogebra dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa.
AKSIOMA : Jurnal Matematika Dan Pendidikan Matematika , 10 (2), 180 – 194. https://doi.org/10.26877/aks.v10i2.4399.
Yulianty, N. (2019). Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Dengan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik. Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia , 4 (1), 60 – 65. https://doi.org/10.33449/jpmr.v4i1.7530.
|
8f71aaf9-4072-45ba-8ab7-7828d88ad168 | http://journal.unucirebon.ac.id/index.php/ijpess/article/download/231/145 |
## IJPESS
Indonesian Journal of Physical Education and Sport Science p-ISSN 2775-765X ǀ e-ISSN 2776 0200 Volume 2, No. 1, Maret 2022 Hal. 44-53 http://journal.unucirebon.ac.id/index.php/ijpess
Kontribusi Daya Ledak Otot Tungkai Terhadap Kemanpuan Lari Sprint 100 Meter
Latipa Hannum Harahap 1 , Novri Gazali 2 , Sasmarianto * 3
1,2,3 Universitas Islam Riau, Indonesia
## Info Artikel:
Diterima : 07 Januari 2022
Disetujui : 15 Maret 2022 Dipublikasikan : 25 Maret 2022
## Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetauhi kontribusi daya ledak otot tungkai terhadap kemampuan lari sprint 100 meter atlet atletik Kabupaten Rokan Hulu. Jenis penelitian ini adalah kolerasi yang di defenisikan sebagai suatu alat statistik, yang dapat digunakan untuk pengukuran dua variabel yang berbeda agar dapat meningkatkan tingkat hubungan antara variabel-variabel. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh atlet atletik Kabupaten Rokan Hulu yang berjumlah 25 orang, penarikan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling seluruh populasi dijadikan sampel berjumlah 25 orang tediri dari 10 puteri dan 15 putera.dalam penelitian ini menggunakan tes daya ledak otot tungkai ( varrical jump ) dan tes lari sprint 100 meter tujuannya adalah untuk menentukan seberapa besar kontribusi daya ledak otot tungkai terhadap kemampuan lari sprint 100 meter atlet atletik Kabupaten Rokan Hulu. Berdasarkan hasil penelitian yang telat dilakukan pada atlet atletik Kabupaten Rokan Hulu Untuk Mengetahu Kontribusi Daya Ledak Otot Tungkai Terhadap Kemampuan Lari Sprint 100 Meter Atlet Atletik Kabupaten Rokan Hulu di dapat r = 0.45 termasuk kategori baik . Maka dapat di ambil kesimpulan bahwa terdapat kontribusi daya ledak otot tungkai terhadap kemampuan lari sprint 100 meter atlet atletik Kabupaten Rokan Hulu sebesar 54.28%.
## Kata Kunci:
Kotribusi Daya Ledak, Otot Tungkai, Lari Sprint 100 Meter.
## Abstract
The purpose of this study was to find out the contribution of leg muscle explosive power to the ability to run 100 meters sprint athletes in the Adangsidimpuan Regency athletics . This type of research is a correlation which is defined as a statistical tool, which can be used to measure two different variables in order to increase the level of relationship between the variables. The population in this study were all athletes in Rokan Hulu District, amounting to 25 people. Sampling in this study was the total sampling of the entire population sampled totaling 25 people consisting of 10 solder and 15 sons. In this study using a test of leg muscle explosive power ) and the 100-meter sprint run test aims to determine how much the contribution of leg muscle explosive power to the ability to run 100-meter sprints in Rokan Hulu County athletics. Based on the results of late research carried out on athletes in Rokan Hulu Regency to find out the contribution of leg muscle explosive power to the ability to run 100 meters Sprint Athletes in Rokan Hulu District athletes, it could be r = 0.91 including in either category. Then it can be concluded that there is a contribution of leg muscle explosive power to the ability to run 100 meters sprint athletics athletes in Rokan Hulu Regency by 54.28%.
Email:
1 latipahannumharahap@gmail.com
2 novri.gazali@edu.uir.ac.id,
3 sasmarianto@edu.uir.ac.id
©2022 Authors by Universitas Nahdlatul Ulama Cirebon
## PENDAHULUAN
Indonesia sebagai Negara berkembang dewasa ini berusaha dan berupaya melaksanakan pembangunan di segala bidang untuk kemajuan dan kesejahteraan bangsa. Bidang olahraga merupakan salah satu bidang yang keberanian daya juang dan semangat bersaing, sportifitas, di mana mendapat perhatian dari pemerintah dalam rangka membentuk generasi muda agar menjadi lebih baik. Melalui olahraga dapat menanamkan jiwa sportivitas, memupuk, mengembangkan sikap mental, kejujuran, terkandung nilai-nilai pendorong bagi generasi muda sebagai generasi penerus bangsa. Dalam Undang-Undang Sistem keolahragaan No 20 (2005:2) dijelaskan bahwa: “Sistem keolahragaan nasional adalah keseluruhan aspek Keolahragaan yang saling terkait secara terencana, sistematis, terpadu, dan berkelanjutan sebagai satu kesatuan yang meliputi pengaturan pendidikan, pelatihan, pengelolaan, pembinaan, pengembangan dan pengawasan untuk mencapai tujuan keolahragaan Nasional”.
Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa melalui tujuan keolahragaan nasional dapat diwujudkan pengembangan dan pembinaan bagi generasi muda yang dilaksanakan secara terencana, sistematis, terpadu dan berkelanjutan. Kemudian pelaksanaannya diperlukan pengawasan dan pengelolaan pelatihan serta pengaturan yang serius demi tercapainya prestasi yang diinginkan dan dapat mengharumkan nama bangsa dan negara.
Menurut (Teguh et al., 2021) atletik berasal dari bahasa yunani, yaitu athlon atau athlum artinya pertandingan, perlombaan, pergulatan atau perjuangan orang yang melakukannya dinamakan athlete (atlet). Kita dapat menjumpai pada kata pentathlon yang terdiri dari kata penda berarti lima atau panca athlon berarti lomba. Arti selengkapnya adalan pancalomba atau perlombaan yang terdiri dari lima nomor. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan, atletik adalah salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan atau diperlombakan yang meliputi nomor jalan, lari, lompat, tolak dan lempar
Olahraga prestasi yang dimaksud di sini adalah olahraga yang dibina dan mengembangkan olahragawan secara terencana, berjenjang dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan. Artinya pengembangan dan pembinaan cabang- cabang olahraga prestasi, seperti cabang olahraga atletik yang merupakan ibu dari semua cabang olahraga. (Arisma et al., 2016) Olahraga atletik ini juga merupakan olahraga prestasi yang diperlombakan pada even-even atletik baik di tingkat daerah, wilayah, nasional maupun internasional bahkan ada pula dalam bentuk gabungan seperti dasar lomba, sapta lomba dan panca lomba. Cabang olahraga atletik terdiri lompat, lempar, tolak dan lari, misalnya lari jarak jauh, menengah dan lari jarak pendek seperti lari 100 meter.
Atletik merupakan olahraga yang tertua yang sering dijuluki sebagai ibu olahraga. Atletik terdiri dari gerakan berjalan, berlari, melompat dan melempar merupakan aktivitas yang menjenuhkan apabila tidak pandai dalam meramu bentuk-bentuk aktiviytas yang menyenangkan dan menggembirakan. (Hannum Harahap, Latipa ;Sulastio, 2021) Lari, lempar dan lompat adalah bentuk gerak-gerakan yang amat penting dn tidak ternilai artinya bagi manusia. Manusia pertama didunia sudah harus dapat lari, lempar, dan lompat untuk mempertahankan hidupnya. untuk mencapai prestasi olahraga, perlu kerjasama yang terarah dan memperhatikan segala aspek yang ikut mendukung tercapainya prestasi, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Cabang olahraga atletik, merupakan salah satu cabang olahraga yang membutuhkan kondisi fisik. Komponen kondisi fisik yang paling dominan di dalam olahraga atletik khususnya pada lari 100 meter adalah kekuatan kecepatan, kekuatan
maksimal, kecepatan reaksi, daya tahan kecepatan dan kelenturan.
Nomor-nomor atletik yang sering dilombakan sebagai berikut: (a) Nomor jalan dan lari, (b) Nomor lompat (c) Nomor lempar (Arisma et al., 2016). (Saputra & Primayanti, 2019) Daya ledak yang dimaksud adalah kemampuan untuk menampilkan atau mengeluarkan kekuatan secara eksplosif atau cepat”. Jika daya ledak otot tungkai seorang atlet lari 100 meter kurang menunjang, maka mereka akan susah untuk meraih kecepatan yang maksimal, seperti diinginkan tidak sesuai yang diharapkan, sehingga prestasi sulit untuk meningkat.
Berdasarkan pengamatan sementara yang peneliti temui di lapangan dan informasi dari pelatih atletik yaitu Sorimuda Lubis dalam 2 tahun belakangan ini atlet atletik Kabupaten Rokan Hulu di nomor lari Sprint 100 meter jauh menurun dimana biasanya setiap pertandingan pekan olahraga Provinsi Riau ( Porprov Riau) atlet atletik biasanya berhasil membawa medali, tapi pada tahun 2018 pelari 100 meter tidak ada yang juara. Kemampuan lari 100 meter atlet atletik Rokan Hulu masih rendah. Sehingga prestasi yang diinginkan belum dapat dicapai, dalam arti prestasi atlet lari Sprint 100 meter belum dapat ditingkatkan seperti yang diharapkan. Rendahnya kemampuan atlet atletik lari Sprint 100 meter Kabupaten Rokan Hulu disebabkan oleh banyak faktor diantaranya adalah kurangnya motivasi atlet dapat dilihat dari kemamuan Atlet untuk mengikuti latihan, kurangnya kemauan atlet untuk latihan dan kehadirannya pada saat mengikuti latihan, kurangnya sarasa dan prasarana atlet contohnya lapangan atlet ketika hujan tiba maka seluiruh atlet yang mengikuti latihan akan basah dan kotor di akibatkan karena lapangan masih tanah, sebagian atlet daya ledak otot tungkai belum dapat di katakan maksimal karena ketika atlet melakukan start Jongkok tolakan kaki belum dapat dikatakan baik , ayunan tangan nya ketika melakukan akselerasi lari masih lurus, dan sebagian atlet masih kurang bagus, koordinasi gerakan antara keduan tangan belum baik karena ketika atlet melakukan lari tangannya masih lurus yang seharusnya tangan harus di ayun karena ayunan tangan berpengaruh dengan kecepatan berlari, sikap badan, panjang tungkai dan penguasaan teknik.
Melihat kenyataan seperti yang telah diuraikan di atas, maka pada kesempatan ini penulis ingin melakukan suatu penelitian terhadap atlet atletik Kabupaten Rokan Hulu. Dengan demikian judul penelitian ini adalah Kontribusi daya ledak otot tungkai dan keseimbangan terhadap kemampuan lari 100 meter atlet atletik Kabupaten Rokan Hulu
## METODE PENELITIAN
Jenis penelitian adalah korelasi ( correlation research ). (Arikunto, 2015) bahwa: “penelitian korelasi merupakan suatu alat statistik, yang dapat digunakan membandingkan hasil pengukuran dua variabel yang berbeda agar dapat mengakibatkan hubungan antara variabel- variabel. Korelasi selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat suatu perlakuan. Dalam penelitian ini yang dihitung adalah kontribusi daya ledak otot tungkai dan keseimbangan (variabel bebas) terhadap kemampuan lari 100 meter pada atlet atletik Kabupaten Rokan Hulu (variabel terikat)
Populasi dalam penelitian ini adalah atlet atletik Kabupaten Rokan Hulu yang terdaftar atau aktif dalam mengikuti latihan. Setelah peneliti survey langsung ke lapangan dan berdasarkan informasi yang diterima dari pengurus serta pelatih atlet Rokan Hulu, jumlah atlet lari 100 meter di Kabupaten Rokan Hulu berjumlah sebanyak 25 orang, dengan rincian atlet putera 15 orang dan atlet puteri 10 orang
Sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan total sampling, artinya seluruh populasi di jadikan sampel. Mengingat populasi sedikit maka peneliti mengambil sampling dengan total sampling atau semua populasi di jadikan sampel (Suharsimi, 2010). Dalam penelitian ini sampelnya adalah atlet atletik kabupaten Rokan Hulu yang terdiri dari 10 putri dan 15 putra
Analisis korelasi digunakan untuk membukltikan penelitian yang diajukan, adapun rumus korelasi tersebut menggunakan rumus korelari produc moment yaitu rumus yang digunakan
untuk menentukan hubungan antara dua gezala interval (Arikunto, 2015)
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembahasan mengenai penelitian ini yaitu tentang Kontribusi Daya Ledak Otot Tungkai Terhadap Kemampuan Lari 100 Meter Atlet Atletik Kabupaten Rokan Hulu. Untuk mendapatkan daya ledak otot tungkai dilakukan tes dengan menggunakan Tes Vertical Jump. Sedangkan untuk mendapatkan data tentang menggunakan tes hasil lari 100 meter dilakukan dengan menggunakan tes lari 100 meter. Pembahasan mengenai penelitian ini yaitu tentang Kontribusi Daya Ledak Otot Tungkai Terhadap Kemampuan Lari 100 Meter Atlet Atletik Kabupaten Rokan Hulu. Untuk mendapatkan daya ledak otot tungkai dilakukan tes dengan menggunakan Tes Vertical Jump. Sedangkan untuk mendapatkan data tentang menggunakan tes hasil lari 100 meter dilakukan dengan menggunakan tes lari 100 meter.
1. Daya Ledak Otot Tungkai Putera Atletik Kabupaten Rokan Hulu
Setelah melakukam pengukuran tes daya ledak otot tungkai yang dilakukan terhadap 15 orang atlet lari 100 meter Kabupaten Rokan Hulu, didapatkan distribusi frekuensinya sebanyak 5 kelas interval dengan panjang kelas intervalnya adalah 6.8. Pada kelas pertama dengan rentang 38 – 44 terdapat 3 orang dengan persentasi 20 %, pada kelas kedua dengan rentang 45-51 terdapat 5 orang dengan persentase 33.3 %, pada kelas ketiga terdapat 3 orang dengan rentang 52 – 56 dengan persentase 20 %,pada kelas ke empat terdapat 3 orang dengan rentang 57 – 62 dengan persentase 20 %, pada kelas kelima terdapat 1 orang dengan rentang 63 – 70 dengan persentase 6.7 %. Untuk lebih jelas tentang hasil pengukuran daya ledak otot tungkai dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Hasil data Daya Ledak Otot Tungkai
Atlet Putera Kabupaten Rokan Hulu No Interval Frekuensi Absolut Frekuensi Relatif 1 38.5 – 44.9 3 20% 2 45.0 – 51.4 5 33.3% 3 52.5 – 58.9 3 20% 4 59.0 – 65.4 3 20% 5 66.5 – 72.0 1 6.7% Jumlah 15 100%
Dari tabel 3 dapat di jelaskan bahwa jumlah keseluruhan daya ledak otot tungkai atlet Putera kabupaten Rokan Hulu adalah 675 dengan nilai tertinggi ( Maxsimal ) sebesar 64. Selanjutnya nilai terendah ( Minimal ) sebesar 39. Kemudian rata-rata ( mean ) sebesar 48.21. Nilai tengan ( Median ) sebanyak 65. Selanjutnya simpangan baku standar deviasi ( STDV ) sebesar 8.07 dan nilai yang sering muncul ( Modus ) Adalah 56.
2. Daya Ledak Otot Tungkai Puteri Atletik Kabupaten Rokan Hulu Setelah melakukam pengukuran tes daya ledak otot tungkai yang dilakukan terhadap 10 orang Putri atlet lari 100 meter Kabupaten Rokan Hulu, didapatkan distribusi frekuensinya sebanyak 5 kelas interval dengan panjang kelas intervalnya adalah 8.1 Pada kelas pertama dengan rentang 32 – 40 terdapat 1 orang dengan persentasi 10 %, pada kelas kedua dengan rentang 41 – 49 terdapat 6 orang dengan persentase 60 %, pada kelas ketiga terdapat 0 orang dengan rentang 50 – 58 dengan persentase 0 %, pada kelas ke empat terdapat 2 orang dengan rentang 59 – 67 dengan persentase 20 %, pada kelas kelima terdapat 1 orang dengan rentang 68 – 76 dengan persentase 10 % .Untuk lebih jelas tentang hasil pengukuran daya ledak otot tungkai dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Hasil data Daya Ledak Otot Tungkai
Atlet Puteri Kabupaten Rokan Hulu No Interval Frekuensi Absolut Frekuensi Relatif 1 32.5 – 40.9 1 10% 2 41.0 – 49.8 6 60% 3 50.5 – 58.9 - 4 59.0 – 67.4 2 20% 5 68.5 – 76.0 1 10% Jumlah 10 100%
Dari tabel 4 dapat di jelaskan bahwa jumlah keseluruhan daya ledak otot tungkai atlet Puteri kabupaten Rokan Hulu adalah 313 dengan nilai tertinggi ( Maxsimal ) sebesar 38. Selanjutnya nilai terendah ( Minimal ) sebesar 25 . Kemudian rata-rata ( mean ) sebesar 31.3 Nilai tengan ( Median ) sebanyak 30 . Selanjutnya simpangan baku standar deviasi ( STDV ) sebesar 3.68 dan nilai yang sering muncul ( Modus ) Adalah 30.
3. Daya Ledak Otot Tungkai Atlet Putera dan Puteri Kabupaten Rokan Hulu Setelah melakukam pengukuran tes daya ledak otot tungkai yang dilakukan terhadap 25 orang atlet lari 100 meter Kabupaten Rokan Hulu, didapatkan distribusi frekuensinya sebanyak 6 kelas interval dengan panjang kelas intervalnya adalah 11.5. Pada kelas pertama dengan rentang 42 – 53 terdapat 6 orang dengan persentasi 24 %, pada kelas kedua dengan rentang 54-65 terdapat 7 orang dengan persentase 28 %, pada kelas ketiga terdapat 5 orang dengan rentang 66 – 77 dengan persentase 28 %,pada kelas ke empat terdapat 4 orang dengan rentang 78 – 89 dengan persentase 16 %, pada kelas kelima terdapat 2 orang dengan rentang 90 – 101 dengan persentase 8 5, pada kelas ke 6 ter terdapat 1 orang dengan rentang 102 – 111dengan persentase 4 %. Untuk lebih jelas tentang hasil pengukuran daya ledak otot tungkai dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Hasil data Daya Ledak Otot Tungkai
Putera dan Puteri Kabupaten Rokan Hulu No Interval Frekuensi Absolut Frekuensi Relatif 1 42 - 53 6 24% 2 54 - 65 7 28% 3 66 - 77 5 20% 4 78 - 89 4 16% 5 90 - 101 2 8% 6 102- 112 1 4% Jumlah 25 100%
Dari tabel 3 dapat di jelaskan bahwa jumlah keseluruhan daya ledak otot tungkai atlet atletik kabupaten Rokan Hulu adalah 1671 dengan nilai tertinggi ( Maxsomal ) sebesar 68. Selanjutnya nilai terendah ( Minimal ) sebesar 42. Kemudian rata -rata ( mean ) sebesar 66.64. Nilai tengan ( Median ) sebanyak 65. Selanjutnya simpangan baku / standar deviasi )STDV) sebesar 17.18449 dan nilai yang sering muncul ( Modus ) Adalah 56.
4. Tes Lari Sprint 100 Meter Atlet Putera Kabupaten Rokan Hulu Setelah melakukan pengukuran tes lari sprint 100 meter Atlet Putera Kabupaten Rokan Hulu Yang berjumlah 15 orang di dapatkan distribusi Frekuensinya 5 kelas interval dengan panjang kelas intervalnya 5.1 . Pada kelas pertama dengan rentang 40 - 46. ada 3 orang dengan persentase 20 %. Pada kelas kedua dengan rentang 47.24 – 52 .55 ada 3 orang dengan persentase 20 %. Pada kelas ketiga dengan rentang 48.66 - 53.45 ada 2 orang
dengan poersentase 13.4 %. Pada kelas ke empat dengan rentang 59.55 - 64.61 ada 7 orang dengan poersentase 46.6 %. Pada kelas kelima dengan rentang 65.54 -70 ada orang dengan poersentase 0 %. Untuk lebih jelas tentang hasil pengukuran lari sprint 100 meter dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4 . Distribusi frekuensi Data Hasil Tes Lari Sprint 100 Meter
Atlet Putera Kabupaten Rokan Hulu No Interval Frekuensi Absolut Frekuensi Relatif 1 40.13 - 46.77 3 20% 2 47.24 - 52.55 3 20% 3 53.66 - 58.45 2 13.4% 4 59.55 - 64.61 7 46.6% 5 65.54 - 70 0 0 % Jumlah 15 100%
Dari tabel 4 dapat di jelaskan bahwa jumlah keseluruhan daya ledak otot tungkai atlet putera kabupaten Rokan Hulu adalah 178.15 dengan nilai tertinggi ( Maxsimal ) sebesar 14.3. Selanjutnya nilai terendah ( Minimal ) sebesar 11.6 . Kemudian rata-rata ( mean ) sebesar 12.725. Nilai tengan (Median ) sebanyak 65. Selanjutnya simpangan baku / standar deviasi (STDV) sebesar 0.851 dan nilai yang sering muncul ( Modus ) Adalah 12.29 .Setelah melakukam pengukuran tes lari 100 Meter yang dilakukan terhadap 10 orang Putri atlet lari 100 meter Kabupaten Rokan Hulu, didapatkan distribusi frekuensinya sebanyak 5 kelas interval dengan panjang kelas intervalnya adalah 3.5 Pada kelas pertama dengan rentang 31 .3 - 34.7 terdapat 4 orang dengan persentasi 4 0 %, pada kelas kedua dengan rentang 35.2 - 38.5 terdapat 0 orang dengan persentase 0 %, pada kelas ketiga terdapat 1 orang dengan rentang 39.6 - 42.5dengan persentase 10 %, pada kelas ke empat terdapat 2 orang dengan rentang 43.5 - 46.5dengan persentase 20 %, pada kelas kelima terdapat 3 orang dengan rentang 47.5 - 50 dengan persentase 30 % .Untuk lebih jelas tentang hasil pengukuran daya ledak otot tungkai dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5. Distribusi frekuensi Data Hasil Tes Lari Sprint 100 Meter
Atlet Puteri Kabupaten Rokan Hulu No Interval Frekuensi Absolut Frekuensi Relatif 1 31.3 -34.7 4 40% 2 35.2 - 38.5 - 0% 3 39.6 - 42.5 1 10% 4 43.5 - 46.5 2 20% 5 47.5 - 50 3 30 % Jumlah 10 100%
Dari tabel 5 dapat di jelaskan bahwa jumlah keseluruhan tes lari 100 meter atlet Puteri kabupaten Rokan Hulu adalah 152,9 dengan nilai tertinggi ( Maxsimal ) sebesar 16.03. Selanjutnya nilai terendah ( Minimal ) sebesar 14 .Kemudian rata-rata ( mean ) sebesar 31.3 Nilai tengan ( Median ) sebanyak 15.17 . Selanjutnya simpangan baku standar deviasi ( STDV ) sebesar 0,95 dan nilai yang sering muncul ( Modus ) Adalah 14.
5. Tes Lari Sprint 100 Meter Atlet putera dan Puteri Kabupaten Rokan Hulu Setelah melakukan pengukuran tes lari sprint 100 meter Atlet Atletik Kabupaten Rokan Hulu di dapatkan distribusi Frekuensinya 6 kelas interval dengan panjang kelas intervalnya 5.91. Pada kelas pertama dengan rentang 31.56 - 36. 77 ada 3 orang dengan
persentase 12 %. Pada kelas kedua dengan rentang 37.24 - 42.55 ada 4 orang dengan persentase 16 %. Pada kelas ketiga dengan rentang 43.66 - 48.45 ada 4 orang dengan poersentase 16 %. Pada kelas ke empat dengan rentang 49.55 - 54.61 ada 6 orang dengan poersentase 24 %. Pada kelas kelima dengan rentang 55.54 - 60.55 ada 6 orang dengan poersentase 24 %. Pada kelas ke enam dengan rentang 61.55- 66.67 ada 2 orang dengan poersentase 8 %. Untuk lebih jelas tentang hasil pengukuran lari sprint 100 meter dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 6. Distribusi frekuensi Data Hasil Tes Lari Sprint 100 Meter Atlet Atletik Kabupaten Rokan Hulu
Dari tabel 6 dapat di jelaskan bahwa jumlah keseluruhan data tes lari sprint 100 meter Atlet Aatletik Kabupaten Rokan Hulu adalah 344,1 dengan nilai tertinggi ( maximal ) sebesar 16,6 selanjutnya data terendah ( Minima l ) minimal 11,5 kemudian rata-rata ( mean ) sebesar 13,764nilai tengah ( Median ) sebanyak 13,83. Selanjutnya simpangan baku atau standar deviasi ( STDV) sebesar 1,542. Dan nilai yang sering muncul ( modus ) tidak ada. 12,29.
Rokan Hulu
Data yang terkumpul kemudian di analisi. Dalam penelitian ini variabel X adalah Daya Ledak Otot Tungkai yang menjadi variabel Y adalah hasil lari sprint 100 Meter. Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa besar nilai r hitung antara daya ledak otot tungkai dengan hasil lari 100 meter atlet atletik Kabupaten Rokan Hulu dimana di dapat r hitung = 0.75 . Pada taraf signifikan 5 % di dapati r tabel = 0.396 begitu juga t hitung (4.339) > ( 1.714 ) , sedangkan untuk nilai korelasi atau tingkat signifikan dengan kategori ‘’ CUKUP ‘’ karena pada rentang antara 0,400 - O.600 kategori Cukup.
Untuk melihat besarnya Kontribusi Daya Ledak Otot Tungkai Terhadap Kemampuan Lari sprint 100 Meter Atlet atletik kabupaten Rokan Hulu dengan melihan koefisien determinasi sebesar 54.76% . Untuk lebih jelasnya kontribusi daya ledak otot tungkai terhadap kemampuan lari sprint 100 meter diketahui hasil dari perhitungan sebaagai berikut:
Tabel 7 Hasil perhitungan
Dari tabel diatas dapat diniai R hitung dan nilai R tabel . Nilai R tabel merupakan patokan untuk melihat ada tidakknya nilai korelasi atau kontribusi dari nilai R hitung nya. Nilai R hitung dapat dikatakan berkontribusi apabila nilai R hitung > ( Harus lebih besar dari ) Nilai T tabel. Dari tabel diatas telah jelas bahwa nilai R hitung sebesar 0.75 Jauh lebih besar dari pada nilai
No Interval Frekuensi Absolut Frekuensi Relatif 1 31.56 - 36. 77 3 12% 2 37.24 - 42.55 4 16% 3 43.66 - 48.45 4 16% 4 49.55 - 54.61 6 24% 5 55.54 - 60.55 6 24% 6 61.55 - 66.67 2 8% Jumlah 25 100% N ( Sampel ) R hitung R tabel T hitung T tabel KatKategori tingkat signifikan Nilai Kontribusi 25 0.75 0.396 3.442 1.714 Terdapat kontribusi dengan kategori Cukup 54.76 %
R tabel Yang sebesar 0.396. Selanjutnya nilai signifikan berdasarkan T hitung dan T tabel . Nilai T tabel merupaan nilai patokan untuk melihat ada tidakknya nilai signifikan dari nilai T hitung nya. Nilai T hitung daoat dikatakan signifikan apabila nilai T hitung > ( Harus lebih besar dari ) nilai T tabel . Dari tabel diatas teah jelas bahwa nilai T hitung sebesar.4.339 jauh lebih bear dari pada T tabel yang sebesar 1.714 Setelah dilaksanakan penelitian yang di awali pengambilan data hingga pada pengelolaan data yang akhirnya di jadikan patokan sebagai pembahasan hasil 5penelitian sebagai berikut : nilai dari daya ledak otot tungkai dengan kemmapuan lari sprint 100 meter Atlet Atletik Kabupaten Rokan Hulu dengan hasil Rhitung < R tabel. Ini menun jukkan terdapat hubungan yang signifikan dengan kategori sedang dan mempunyai nilai kontribusi sebesar 54.76%% dengan melihat koefisien determinasi dengan rumus : KD = r 2 x 100 %.
Dari hasil pengujian hipotesis yang menunjukkan adanya Kontribusi Daya Ledak Otot Tungkai Terhadap Kemampuan Lari Sprin t 100 Meter Atlet Atletik Kabupaten Rokan Hulu. Dari hasil pengujian hipotesis dipengaruhi oleh faktor daya ledak otot tungkai .Dengan demikian dapat disimpumpulkan bahwa untuk meningkatkan kemampuan lari 100 meter atlet maka seorang pelari Sprint 10 meter harus terlebih dahulu meningkatkan daya ledak otot tungkainya.
Beberapa penelitian terlebih dahulu yang dilakukan ini anatara lain adalah jurnal yang di tulis oleh (Hannum Harahap, Latipa ;Sulastio, 2021) dengan judul “Kontribusi Daya Ledak Otot Tungkai Terhadap Kemampuan Lari Sprint 100 Meter Mahasisiwa Pendidikan Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan UniversitasNegeri Padang”. Hasil dari penelitian ini adalah jelaslah bahwa daya ledak otot tungkai memberikan sumbangan terhadap kecepatan lari 100 meter. Artinya daya ledak otot tungkai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan lari 100 meter. Daya ledak otot tungkai menurut (Sepdanius, Endang. Sazeli Rifki, Muhamad. Komaini, 2019) “merupakan kemampuan otot untuk mengatasi tahanan dengan kecepatan kontraksi tinggi. Kemampuan ini merupakan kombinasi antara kekuatan dan kecepatan atau power.” Dengan demikian dapat dikatakan daya ledak otot tungkai adalah kemampuan otot tungkai untuk mengatasi tahanan dengan kecepatan kontraksi tinggi dan merupakan kombinasi antara kekuatan dan kecepatan atau power. Kekuatan kecepatan sangat dominan dibutuhkan pada olahraga yang menuntut ledakan (eksplosive) seperti cabang olahraga lari 100 meter. Maka mahasiswa perlu melakukan latihan-latihan daya ledak otot tungkai seperti latihan vertikal jump atau loncat tegak, lompat jauh tampa awalan lari naik turun tangga danlompat box. Dari hasil perhitungan korelasi antara daya ledak otot tungkai dengan hasil lari 100 meter diperoleh thitung (- 4,38) sedangkan tabel pada taraf signifikan α = 0.05 yaitu 2,05. Berarti dalam hal ini terdapat hubungan antara daya ledak otot tungai dengan lari 100 meter dan kontribusi yang diberikan sebesar 31,92%, sedangkan sisanya 68,08% disebabkan oleh variabel lain. Menurut (KARTINI et al., 2020) dengan judul “Hubungan Panjang Tungkai Dan Daya Ledak Otot Tungkai Dengan Hasil Lari Sprint 100 Meter” . Hasil dari penelitian ini adalah Hubungan daya ledak otot tungkai dengan lari sprint 100 meter dapat diinterpretasikan dengan mengukur koefisien korelasi (r) nya. Besar koefisien korelasi antara daya ledak otot tungkai dengan lari sprint 100 meter adalah sebesar r = - 0,09 atau 9%, termasuk dalam kategori tingkat hubungan yang sangat lemah. Berarti ada hubungan antara daya ledak otot tungkai dengan lari sprint 100 meter pada siswa putra SMP Negeri 1 Indralaya meskipun kontribusinya kecil.
Selanjutnya (Hidayat & Kadir, 2018) dengan judul “Kontribusi Daya Ledak Tungkai Dan Kecepatan Bergerak Terhadap Kemampuan Lari 100 Meter Pada Siswa Sman 22 Makassar” Berdasarkan analisis data dan pembahasannya, maka hasil penelitian ini dapat dikesimpulan sebagai nilai r hitung (R) diperoleh = 0,805 (Pvalue < 0,05) dan nilai
koefisien determinasi sebesar 0,647,setelah dilakukan uji signifikan atau keberartian regresi ganda dengan menggunakan uji F regresi diperoleh F hitung = 33,947 (Pvalue < 0,05), maka H0ditolak dan H1 diterima, berarti ada kontribusi yang signifikan daya ledak tungkaidan kecepatan bergerak terhadap kemampuan lari 100 meter pada siswa SMA Negeri 22 Makassar.berikut: 1) Ada kontribusi yang signifikan daya ledak tungkai terhadap kemampuan lari 100 meter pada siswa SMA Negeri 22 Makassar; 2) Ada kontribusi yang signifikan kecepatan bergerak terhadap kemampuan lari 100 meter pada siswa SMA Negeri 22 Makassar; 3) Ada kontribusi yang signifikan daya ledak tungkai dan kecepatan bergerak secara bersama-sama terhadap kemampuan lari 100 meter pada siswa SMA Negeri 22 Makassar.
Dari hasil analisi data di atas sehingga dapat ditafsirkan bahwa ada kontribusi yang signifikan antara daya ledak otot tungkai terhadap kemampuan lari sprint 100 meter. Dari hasil tes dapat dilihat apabila daya ledak otot tungkai seorang atlet baik maka kemampuan lari sprint 100 meter juga baik, begitu juga sbaliknya apabila tes daya ledak otot tungkai seorang atlet kurang baik maka kemampuan lari sprint 100 meter seorang atletpun tidak baik. Penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian yang telah dijabarkan semua. Adapun besar kontribusi daya ledak otot tungkai terhadap kemampuan lari sprint 100 meter atlet atletik adalah 56,74%.
## KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat kontribusi antara Daya Ledak Otot Tungkai Terhadap Kemampuan lari sprint 100 Meter Atlet Atletik Kabupaten Rokan Hulu dengan hasil r = 0.75 menggunakan taraf signifikan 5% dengan nilai koefesien determinasi adalah sebesar 56.74.%. Adapun saran dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Kepada Atlet diharapkan sebih semangat dan razin dalam berlatih, khusunya dalam laatihan lari sprint 100 meter 2) Kepada pelatih untuk terus memberikan dukangan serta memberikan fasilitas yang baik terhadap atlet dalam meningkatkan prestasi dalam berolahraga seperti dukungan dalam berupa sarana dan prasarana yang lebih efektif serta aman.
## UCAPAN TERIMA KASIH
Ditujukan kepada LPPM Universitas Islam Riau dan Altet Atletik Kabupaten Rokan Hulu yang telah mefalisitasi dalam penelitian.
## DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. S. S. (2015). Penelitian Tindakan Kelas . Bumi Aksara. https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=-
RwmEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA1&dq=penelitian+tindakan+kelas+buku&ots=TCQk U-bfr2&sig=yXTDneIv5qjqHiy2rE6vUHZ3ljc&redir_esc=y#v=onepage&q=penelitian tindakan kelas buku&f=false
Arisma, T., Jafar, M., & Nusufi, M. (2016). Hubungan Kecepatan Lari 50 Meter dan Daya Ledak Otot Tungkai dengan Kemampuan Lompat Jauh pada Mahasiswa Penjaskesrek Angkatan 2015 Tahun 2016. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Jasmani, Kesehatan Dan Rekreasi , 3 (1), 61–75.
Hannum Harahap, Latipa ;Sulastio, A. (2021). Journal athletics and sport nutrition . 1 (1), 23– 29.
Hidayat, S., & Kadir, S. (2018). KONTRIBUSI DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI DAN KESEIMBANGAN TERHADAP HASIL TENDANGAN DEPAN ATLET PENCAK SILAT PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO.
COMPETITOR: Jurnal Pendidikan Kepelatihan
Olahraga , 10 (2), 74–78. https://doi.org/10.26858/COM.V10I2.13188
KARTINI, D. N., Sukirno, S., & Waluyo, W. (2020). HUBUNGAN KELENTUKAN TOGOK DAN PANJANG TUNGKAI DENGAN KECEPATAN LARI SPRINT SISWA KELAS “VII” SMP NEGERI 31 PALEMBANG .
Saputra, H., & Primayanti, I. (2019). HUBUNGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI (STANDING BROAD JUMP) DAN KEKUATAN OTOT PERUT DENGAN PRESTASI LOMPAT JAUH PADA SISWA PUTRA KELAS X MA AL-IHSAN NW GELONDONG KECAMATAN KOPANG KABUPATEN LOMBOK TENGAH. Gelora : Jurnal Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan IKIP Mataram , 5 (1), 7–10. https://doi.org/10.33394/GJPOK.V5I1.1279
Sepdanius, Endang. Sazeli Rifki, Muhamad. Komaini, A. (2019). Tes dan Pengukuran Olahraga (1st ed.). PT RajaGrafindo Persada. http://repository.unp.ac.id/22012/ Suharsimi, A. (2010). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. rev. ed. PT. Rineka Cipta. Teguh, A., Sp, P., Sukendro, S., & Haryanto, H. (2021). PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN ATLETIK PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA BERBASIS ANDROID. JURNAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL , 2 (1), 301–309. https://doi.org/10.38035/jmpis.v2i1
|
2f722c6c-1ccd-48f7-833a-d080010190ec | https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/ghurnita/article/download/440/462 |
## Ghurnita
Publish: 23-May-2022
## Introduction to the Musical Composition “Telung Benang”
## Pengantar Komposisi Karawitan “Telung Benang”
I Wayan Agus Andika 1* , I Komang Sudirga 2 , I Wayan Sudirana 3
1 Program Studi Seni Karawitan, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Denpasar gusjero99@gmail.com 1*
Telung Benang's musical artwork is inspired by the concept of rwa bhineda. Rwa bhineda is the balance of human life in a dualistic dimension, namely believing in the existence of two very powerful forces. This duality dimension concerns the difference between high-low, black-and-white, narrow-broad, and so on. The purpose of the creation of Telung Benang's artwork is to highlight two contradictory but interrelated characters (duality) into the musical language with the title of Telung Benang's work. Telung Benang is a term for numbers in Balinese which means seventy-five (75). Telung Benang is used as a title that will be realized with the concept that has been made, namely the pelog tone (7) and the slendro tone (5) combined to produce different colors and sound harmonies. The method of creating Telung Benang's works is arranged through three stages of creation, namely exploration, improvisation, and formation. Structurally, Telung Benang's work is divided into two parts. The division is done because it is based on the concept of duality which aims to highlight two parts that have different characteristics or colors (contrast) in one piece of music. This is what is meant as a typical reflection of the concept of dualism.
Keywords: rwa bhineda, pelog slendro, contrast, telung benang
Karya seni karawitan Telung Benang merupakan karya yang terinspirasi dari konsep rwa bhineda. Rwa bhineda adalah keseimbangan hidup manusia dalam dimensi dualistis, yaitu percaya terhadap adanya dua kekuatan yang sangat dasyat. Dimensi dualitas ini menyangkut perbedaan antara, tinggi-rendah, hitam-putih, sempit-luas, dan lain sebagainya. Tujuan terciptanya karya seni Telung Benang untuk menonjolkan dua perbedaan karakter yang kontras namun saling berkaitan (dualitas) ke dalam sebuah bahasa musikal dengan judul karya Telung Benang. Telung Benang merupakan nama jumlah angka dalam bahasa Bali yang berarti tujuh puluh lima (75). Telung Benang dipakai sebagai judul yang akan diejawantahkan oleh konsep yang sudah dibuat, yaitu nada-nada laras pelog (7) dan nada-nada slendro (5) digabung sehingga menghasilkan warna suara dan harmoni yang berbeda. Metode penciptaan karya Telung Benang disusun melalui tiga tahapan penciptaan yaitu tahap penjajagan ( eksploration ), percobaan ( improvisation ), dan pembentukan ( forming ). Secara struktur, karya Telung Benang dibagi menjadi dua bagian. Pembagian tersebut dilakukan karena berpijak dari konsep dualitas yang bertujuan menonjolkan dua bagian yang memiliki karakteristik atau warna yang berbeda (kontras) dalam satu karya musik. Inilah yang dimaksud sebagai cerminan khas dari konsep dualisme.
Kata kunci: rwa bhineda, pelog slendro, kontras, telung benang
## PENDAHULUAN
Keseimbangan dalam kehidupan orang Bali meliputi keseimbangan hidup manusia dengan Tuhan, keseimbangan hidup manusia dengan alam, dan keseimbangan hidup manusia dengan sesama manusia. Ketiga hal tersebut harus dijaga dan dilestarikan agar dapat mencapai hubungan yang harmonis. Konsep keseimbangan hidup orang Bali dapat dibagi dalam beberapa dimensi, yaitu keseimbangan hidup manusia dalam dimensi tunggal, dimensi dua, dimensi tiga, dimensi empat, dimensi lima, dimensi enam, dimensi tujuh, dimensi delapan, dimensi sembilan, dan dimensi sepuluh (Bandem, 1986: 11). Semua dimensi ini adalah dasar filsafat atau logika kehidupan orang Bali. Salah satu dimensi kehidupan orang Bali yang terkenal adalah keseimbangan hidup manusia dalam dimensi dua yang disebut dengan rwa bhineda.
Secara etimologi, istilah rwa bhineda terdiri dari dua kata, yaitu rwa dan bhineda . Rwa berarti dua dan bhineda berarti berbeda. Rwa bhineda merupakan konsep dualistis yang menyebabkan dunia menjadi harmoni (Ardana, 2012). Hal serupa juga disampaikan oleh I Wayan Rai bahwa “ rwa bhineda adalah keseimbangan hidup manusia dalam dimensi dualistis, yaitu percaya terhadap adanya dua kekuatan yang sangat dahsyat” (2001: 130). Dimensi dualitas ini menyangkut perbedaan antara siang- malam, Surya-Candra (matahari dan bulan), Purusa-Pradana (dua benih kehidupan), Sekala-Niskala (alam nyata-alam maya), Kiwa-Tengen (kiri-kanan), lama-baru, tinggi-rendah, dan sebagainya. Dualitas adalah konsep mengenai keberadaan dua hal yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Konsep dualitas ini merangsang penata untuk menciptakan karya seni karawitan kontemporer yang berjudul Telung Benang. “Di Bali musik eksperimental yang juga sering disebut dengan musik kontemporer diartikan sebagai musik baru yang diciptakan dengan konsep lebih bebas dan tidak terikat dengan aturan-aturan musik tradisi” (Sugiartha, 2012: 118). Bentuk ini dipergunakan mengingat adanya pengekspresian bahasa musik yang lebih mengarah kepada sifat individualis, sehingga tidak ada sepenuhnya yang memakai kaidah-kaidah komposisi yang bersifat tradisi. Hal tersebut diimplementasikan penata pada pola-pola yang lebih bebas, struktur yang tidak mengacu pada komposisi musik tradisi, sistem kerja musik diluar konteks gamelan Bali, pemakaian alat pukul atau panggul untuk menimbulkan bunyi yang kontras antar bagian, serta permainan ritme yang dimainkan dengan ukuran-ukuran yang berbeda pada setiap instrumennya yang membuat pentingnya konsentrasi untuk memainkannya.
Telung Benang merupakan nama jumlah angka dalam bahasa Bali yang berarti tujuh puluh lima (75). Telung Benang dipakai sebagai judul yang diejawantahkan oleh konsep yang sudah dibuat, yaitu nada-nada laras pelog (7) dan nada-nada slendro (5) digabung sehingga menghasilkan warna suara dan harmoni yang berbeda. Laras gamelan Bali adalah urutan nada-nada dalam satu oktaf yang sudah ditentukan tinggi rendah dan jarak nadanya (Bandem, 2013: 139). Penata menggunakan laras pelog tujuh nada dan slendro lima nada pada karya Telung Benang dikarenakan kedua laras tersebut berkaitan dengan konsep rwa bhineda seperti yang dijelaskan oleh I Made Bandem dalam Prakempa Sebuah Lontar Gamelan Bali, yaitu laras pelog mempunyai hubungan dengan Panca Tirta dan laras slendro berkaitan dengan Panca Geni, yang merupakan dua sumber keseimbangan hidup manusia. Panca Tirta merupakan manifestasi dari Dewa Semara dan Panca Geni manifestasi dari Dewi Ratih. Dari 10 (sepuluh) nada yang dijiwai oleh Smara dan Ratih sebagai dewa percintaan bersumber dari 7 (tujuh) buah nada yang disebut dengan Genta Pinara Pitu (1986: 13). Dapat disimpulkan bahwa laras pelog dan laras slendro merupakan dua unsur keseimbangan serta keharmonisan ( Panca Tirta-Panca Geni ) dan (Dewa Smara-Dewi Ratih), hal tersebut sesuai dengan konsep rwa bhineda, yaitu dua unsur yang berbeda tetapi tidak dapat dipisahkan yang berfungsi sebagai penyeimbang alam semesta.
Instrumen yang dipakai dalam karya musik Telung Benang yaitu satu pasang pemade semaradhana ( pelog ) dan satu pasang pemade gender wayang ( slendro ) dengan sistem ngumbang-isep . Ngumbang-isep dihasilkan secara sengaja dari instrumen pengumbang dan pengisep sehingga menghasilkan unsur keindahan dan merupakan implementasi konsep rwa bhineda (Wijayanto & Sumerjana 2015). Penggunaan kedua gamelan tersebut didasari atas kebutuhan konsep garapan, yaitu menggabungkan laras pelog (semaradhana) dan laras slendro (gender wayang) dalam satu karya musik. Gamelan Semaradhana diciptakan oleh I Wayan Beratha pada tahun 1984 yang merupakan perpaduan dari Semare Pegulingan dan Gong Kebyar (Ardana: 2013). Ansambel ini menggunakan 12 nada yang susunan nadanya mengikuti sistem 5 nada Gong Kebyar pada register rendah dan sistem 7 nada Semare
Pegulingan pada register tinggi. Gender Wayang merupakan barungan gamelan golongan tua Bali yang menggunakan laras slendro 5 nada, dan terdiri dari 4 gender dalam satu barungan (Bhumi & Santosa 2019) . Berdasarkan klasifikasi Sachs dan Hornbostel, kedua gamelan ini tergolong ke dalam kelompok Idiophone yang didominasi dengan instrumen bilah berbahan logam (Yudana & Haryanto, 2021). Penata sangat tertarik dengan istilah minimax oleh Selamet Abdul Sjukur dalam bukunya yang berjudul Virus Setan yang menyatakan bahwa minimax berarti “Keterbatasan itu bukan hambatan justru merupakan tantangan bagi kita untuk menggunakan akal atau menjadi kreatif” (2012: 46). Penerapannya pada karya ini yaitu walaupun penata hanya menggunakan beberapa instrumen dari kedua gamelan tersebut, namun penata berusaha mengolah lebih banyak substansi musikal pada karya ini.
Tujuan penciptaan karya seni karawitan Telung Benang yaitu menerjemahkan dua perbedaan yang kontras namun saling berkaitan (rwa bhineda) ke dalam sebuah bahasa musikal dengan judul karya Telung Benang serta menggabungkan dua sumber keseimbangan hidup manusia yaitu Panca Tirta dan Panca Geni yang tercantum pada Prakempa Sebuah Lontar Gamelan Bali ke dalam sebuah karya seni karawitan dengan judul Telung Benang. Karya ini didukung oleh empat orang pemain termasuk penata sendiri dan disajikan secara rekaman audio visual dengan durasi waktu 12 menit.
## METODE PENCIPTAAN
Dalam menciptakan karya seni baru, penata harus mampu mengolah dan menyatukan antara ide dan cara, teknik dan trik untuk mewujudkannya ke dalam sebuah karya musik yang utuh. Untuk itu dipinjam metode penciptaan yang dipaparkan oleh Alma M. Hawkins dalam bukunya Creating Through Dance, bahwa penciptaan suatu karya seni itu ditempuh melalui tiga tahapan yaitu, exploration, improvisation, dan forming (Hawkins, 2003) .
Tahap eksplorasi adalah tahap awal yang dilakukan untuk menentukan sebuah ide garapan, konsep garap, serta media ungkap yang digunakan. Penata mencari ide baik itu dari buku, video atau rekaman karya sebagai sumber dalam menggarap karya ini. Dari buku dan video-video tersebut penata mendapatkan inspirasi untuk membuat karya yang bersumber dari konsep rwa bhineda dengan menggabungkan dua gamelan yang memiliki laras yang berbeda yaitu gamelan Semaradhana laras pelog dan gamelan Gender Wayang selendro ,(Santosa, 2017) .
## Gambar 1 Proses pemantapan karya Telung Benang
Improvisasi merupakan tahap kedua dalam proses penggarapan. Pada tahap ini penata mulai menulis atau mencatat pola-pola yang dituangkan, serta mencoba untuk mengeksplorasi bunyi gamelan agar terdengar kontras antar bagian. Untuk memunculkan bunyi yang kontras, penata tertuju pada penggunaan alat pukul atau panggul yang menimbulkan suara yang keras ( panggul gender wayang) dan suara yang lembut ( panggul selonding ujung dipasang karet). Karya Telung Benang dibagi menjadi dua bagian besar karena karya ini berpijak dari konsep dualitas untuk bertujuan menonjolkan dua bagian yang memiliki karakteristik atau warna yang berbeda (kontras) dalam suatu karya musik, namun saling berkaitan antara bagian satu dan bagian dua. Tinggi-rendah, hitam-putih, sempit-luas merupakan dua perbedaan yang menjadi pijakan penata dalam menggarap karya Telung Benang. Berikut ini merupakan visualisasi konsep dua bagian karya Telung Benang.
Dalam pencatatan notasi lagu, penata menggunakan sistem notasi ding-dong yaitu sistem notasi Bali yang menggunakan Aksara Bali karena pada garapan ini penata menggunakan instrument tangga nada pelog dan slendro , jadi memudahkan penata untuk menerjemahkan lagu ke dalam sebuah bentuk notasi ding-dong. Sebagai warga negara yang memeluk agama Hindu penata awali proses penggarapan dengan upacara nuasen pada tanggal 30 April 2021.yang bertujuan untuk memohon restu dari Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Latihan selanjutnya dilakukan di rumah penata sendiri yang bertempat di Banjar Cekik, Desa Berembeng, Kecamatan Selemadeg, Kabupaten Tabanan, Bali.
Tahap ketiga penggarapan adalah forming atau pembentukan. Setelah menuangkan dan memperoleh hasil dari percobaaan-percobaan yang berupa ornamentasi dan pola-pola, maka pada tahap forming atau pembentukan ini semua telah disusun sesuai dengan kebutuhan garapan. Bagian-bagian yang telah dicari dirangkai menjadi satu kesatuan bentuk yang utuh walaupun terdapat bagian-bagian yang masih kasar. Dalam hal ini penata juga perlu memperhatikan dinamika dalam garapan karawitan, hal ini telah tidak asing lagi dalam berkomposisi. Inspirasi penata dalam menghasilkan temuan berupa pola-pola berasal dari pengamatan penata, yaitu menonton video terkait dengan kebutuhan garapan Telung Benang . Bimbingan-bimbingan baik karya cipta maupun karya tulis sangat diperlukan agar mendapat motivasi, saran, dan masukan untuk menunjang garapan. Perbaikan demi perbaikan terus dilakukan agar komposisi karawitan ini menjadi lebih matang. Terakhir merupakan tahap finishing untuk mengakhiri proses kreativitas dengan lebih memastikan dinamika dan tempo (Kariasa & Putra, 2021)garapan.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Wujud atau bentuk merupakan ruang imajiner yang berarti batasan yang mana penata dapat bermain di dalamnya (Hardjana, 2003: 93). Pada proses sebelumnya telah dilalui berbagai macam proses kreatif dalam konteks kekaryaan. Tentu saja masih dalam bingkai semu yang telah ditetapkan sebagai ruang lingkup dalam karya. Karya seni karawitan Telung Benang merupakan karya yang terinspirasi dari konsep rwa bhineda yang menggabungkan dua laras berbeda dalam satu karya. Dua perbedaan yang kontras dalam substansi musikal merupakan titik berat atau hal utama yang ingin disampaikan kepada para penikmat karya.
Telung Benang merupakan nama jumlah angka dalam bahasa Bali yang berarti tujuh puluh lima (75). Judul Telung Benang dipilih karena karya ini menggunakan dua laras yang berbeda, yaitu pelog 7 (tujuh) nada dan slendro 5 (lima) nada. Instrumen yang dipakai dalam karya Telung Benang, yaitu satu pasang pemade semaradhana (pelog) dan satu pasang pemade gender wayang (slendro) dengan sistem ngumbang-isep untuk memudahkan dalam menentukan perbedaannya. Karya Telung Benang merupakan karya karawitan baru yang mengolah beberapa unsur musik di antaranya harmoni, dinamika, tempo, melodi, timbre, sub-divisi dan ritme.
Bagian I Bagian II Tinggi Rendah Hitam Putih Sempit Luas
## Gambar 2 Proses rekaman karya Telung Benang
Simbol merupakan suatu tanda atau lambang yang dipergunakan untuk mempermudah memahami suatu kode atau tanda. Dalam karya musik memahami suatu simbol sangatlah penting untuk mengetahui tujuan yang di apresiasi serta dapat mengungkapkan ide maupun gagasan dalam sebuah karya musik. Dalam karya komposisi karawitan Telung Benang simbol difungsikan untuk menulis notasi dan melambangkan instrumen pada penulisan notasi. Adapun simbol-simbol digunakan:
Secara struktur, karya seni karawitan Telung Benang dibagi menjadi dua bagian besar. Masing- masing bagian memiliki tiga sub-bagian yang berbeda namun saling berkaitan antara kedua bagian besar tersebut; Bagian I terdiri dari sub-bagian I, II, dan III; Bagian II juga terdiri dari tiga subbgian I, II, dan III). Pembagian tersebut di atas dilakukan karena berpijak dari konsep dualitas yang bertujuan menonjolkan dua bagian yang memiliki karakteristik atau warna yang berbeda (kontras) dalam satu karya musik, yang digambarkan pada ketiga sub-bagian. Keseluruhan sub-bagian yang ada pada bagian I dan II memiliki hubungan yang saling berkaitan. Inilah yang penata maksud sebagai cerminan khas dari konsep dualisme.
## Gambar 3 Proses rekaman karya Telung Benang
Kontras, sebagai karakteristik dari konsep dualitas dicerminkan pada masing-masing bagian: pada bagian I semua instrumen menggunakan panggul gender wayang agar bunyi gemericik yang dihasilkan dari cincin panggul gender wayang menghasilkan suara yang lebih ramai. Pada bagian II semua instrumen menggunakan panggul gangsa yang ujungnya dipasangkan karet agar suara yang dihasilkan lebih lembut dan tenang. Hal tersebut bertujuan untuk menghasilkan dua perbedaan bunyi yang kontras, yaitu pada bagian I dominan keras sedangkan bagian II cenderung lembut. Adapun penjelasan dari masing-masing sub-bagian tersebut adalah sebagai berikut.
Pada sub-bagian I (bagian I), penata hanya mengolah 4 (empat) nada tinggi pada setiap instrumen gamelan semaradhana , yaitu: ding ( 3 ), daing ( 2 ), dang ( 1 ), dung ( 7 ). Nada gender wayang nding ( 3 ), ndang ( 1 ), ndung ( 7 ), ndeng ( 5 ). Empat (4) nada tinggi dari kedua gamelan tersebut dipilih sebagai penggambaran warna hitam sebagai warna yang menempati arah utara dalam Pengider Bhuana yang memiliki urip empat (4). Nada tinggi dipilih sebagai simbolis dari unsur Purusha (laki-laki). Secara simbolis, unsur Purusha (laki-laki) berkaitan dengan benda-benda yang letaknya tinggi (gunung), di atas (akasa/ Sang Hyang Akasa) posisinya menghadap ke bawah ( mudra akasa ) (Suwitra Pradnya, 2017: 22)
Metode yang digunakan pada sub-bagian I adalah mengolah ukuran lagu yang didominasi dengan ukuran 7 (tujuh) dan 5 (lima), ukuran 7 (tujuh) dan 5 (lima) dipilih karena karya ini berjudul Telung Benang (75). Ukuran tersebut dikombinasikan dengan mengolah ritme sebagai isian dari ukuran yang ada di dalamnya. Adapun notasinya sebagai berikut.
Tabel berwarna merah merupakan ukuran lagu 7 (tujuh) dan tabel yang berwarna biru merupakan ukuran lagu 5 (lima). Pola I dibentuk dengan mengolah ukuran lagu 7,5,7,5,7,5. Semua instrumen memainkan pola tersebut secara bersamaan dengan pengulangan sebanyak dua kali.
Pola sub-bagian II merupakan implementasi dari warna hitam yang merupakan warna dari Dewa Wisnu. Berstana di utara dan angka empat (4) adalah urip nya. Angka empat (4) tersebut dijadikan acuan untuk membuat karya pada sub-bagian II.
Metode yang digunakan pada sub-bagian II yaitu mengolah subdivisi 4 (empat) dan mengolah teknik kotekan 4 (empat) yang bertugas untuk mengisi kekosongan ( space ) yang ada pada subdivisi 4 (empat). Ngotek pat adalah sebuah jalinan polos dan sangsih yang menggunakan 4 (empat) nada berbeda (Dibia, 2017: 78). Pemade gender wayang dan pemade semaradhana secara bergantian memainkan subdivisi 4 (empat) dan memainkan teknik ngotek 4 (empat) dengan menggunakan 4 (empat) nada tertinggi pada pemade gender wayang dan pemade semaradhana.
Pada sub-bagian III, penata mengolah ritme yang sempit. Sempit yang dimaksud adalah ritme dengan jarak space yang pendek dan padat.
Metode yang digunakan pada pola I sub-bagian III yaitu setiap instrumen memainkan pola ritme yang berbeda dan dimainkan secara bersamaan sehingga menghasilkan jalinan-jalinan ritme yang terdengar padat atau rapat. Setiap instrumen memiliki parameter atau ukuran yang berbeda-beda yaitu, instrumen GS2 dengan jumlah 15 (limabelas) ketukan (lihat tabel warna biru), GR2 dengan jumlah 20 (duapuluh) ketukan (lihat tabel warna hijau), GR1 dengan jumlah 25 (duapuluhlima) ketukan (lihat tabel warna kuning), dan GS1 dengan jumlah 30 (tigapuluh) ketukan (lihat tabel warna merah). Dari jumlah ukuran yang berbeda-beda pada setiap instrumen tersebut, selesainya permainan pada pola I tidak serta merta selesai secara bersama-sama melainkan secara bergantian pada setiap instrumen.
Pada sub-bagian I (bagian II), penata hanya mengolah 5 (lima) nada rendah pada setiap instrumen gamelan semaradhana , yaitu: dong ( 4 ), deng ( 5 ), dung ( 7 ), dang ( 1 ), ding ( 3 ). Nada gender wayang : ndong ( 4 ), ndeng ( 5 ), ndung ( 7 ), ndang ( 1 ), nding ( 3 ) . Lima (5) nada rendah dari kedua gamelan tersebut dipilih sebagai penggambaran warna putih sebagai warna yang menempati arah timur dalam Pengider Bhuana yang memiliki urip lima (5). Nada rendah dipilih sebagai simbolis dari unsur Predhana (perempuan). Secara simbolis, unsur Predhana (perempuan) berkaitan dengan benda-benda yang
letaknya rendah, di bawah (samudra, pretiwi ), posisi menghadap ke atas ( mudra pretiwi ) (Suwitra, 2017: 22).
Pola tersebut dibentuk dengan mengolah ukuran lagu yang didominasi oleh ukuran 7 (tujuh) dan 5 (lima) dengan memakai 5 (lima) nada rendah pada setiap instrumen. Tabel warna merah merupakan ukuran lagu 7(tujuh) dan tabel warna biru merupakan ukuran lagu 5 (lima). Pada sub-bagian I, penata mencoba memunculkan harmoni yang dihasilkan dari tumbukan beberapa nada dari laras pelog 7 (tujuh) nada dan laras slendro 5 (lima) nada dengan tidak menutup bilah gamelan setelah dipukul sehingga menghasilkan suatu reng/ gema yang panjang.
Pola sub-bagian II adalah implementasi dari warna putih yang merupakan warna dari Dewa Iswara yang berstana di timur dan angka lima (5) adalah urip nya. Angka lima (5) tersebut dijadikan acuan untuk membuat karya pada sub-bagian II.
Metode yang digunakan pada sub-bagian II, yaitu mengolah subdivisi 5 (lima) sebagai implementasi warna putih, serta dikombinasikan dengan pola-pola ritme dan kotekan untuk mengisi kekosongan ( space ) pada subdivisi 5 (lima).
Pada sub-bagian III, penata mencoba untuk mengolah ritme yang luas. Ritme luas yang dimaksud adalah ritme dengan jarak spasi yang banyak dan lebar.
Pada pola ritme di atas dapat dilihat bahwa pola tersebut memiliki banyak spasi (titik merah) agar memunculkan ritme yang kontras dengan bagian I yang cenderung padat dan rapat. Pola tersebut dimainkan secara bersamaan dengan pengulangan sebanyak dua kali.
## KESIMPULAN
Karya seni karawitan Telung Benang merupakan karya yang terinspirasi dari konsep rwa bhineda. Dua perbedaan yang kontras dalam substansi musikal merupakan titik berat atau hal utama yang ingin disampaikan kepada para penikmat karya. Telung Benang merupakan nama jumlah angka dalam bahasa Bali yang berarti tujuh puluh lima (75). Judul Telung Benang dipilih karena karya ini menggunakan dua laras yang berbeda, yaitu pelog 7 (tujuh) nada dan slendro 5 (lima) nada. Instrumen yang dipakai dalam karya Telung Benang, yaitu satu pasang pemade semaradhana (pelog) dan satu pasang pemade gender wayang (slendro) dengan sistem ngumbang-isep untuk memudahkan dalam menentukan perbedaannya. Karya Telung Benang merupakan karya karawitan baru yang mengolah beberapa unsur musik diantaranya harmoni, dinamika, tempo, melodi, sub-divisi dan ritme.
## DAFTAR SUMBER
Abdul Sjukur, S. (2012). Virus Setan Risalah Pemikiran Musik . Art Music Today.
Ardana, I. K. (2012). Sekala Niskala: Realitas Kehidupan Dalam Dimensi Rwa Bhineda. Dewa Ruci: Jurnal Pengkajian Dan Penciptaan Seni , 8 (1), 139–156.
https://doi.org/10.33153/dewaruci.v8i1.1097
Ardana, I. K. (2013). Pengaruh Gamelan terhadap Baleganjur Semaradana. Resital , 14 (2), 141–152.
Bandem, I. M. (1986). Prakempa, Sebuah Lontar Gamelan Bali (Trans.). ASTI Denpasar.
Bandem, I. M. (2013). Gamelan Bali di atas Panggung Sejarah . Badan Penerbit STIKOM Bali.
Bhumi, I. M. B. P. H. S. (2019). Pelatihan Gender Wayang Pada Generasi Muda Bali Untuk Melawan Dampak Negatif Kemajuan Teknologi. KALANGWAN Jurnal Seni Pertunjukan , 5 (2), 99–105.
Dibia, I. W. (2017). Kotekan Dalam Musik Dan Kehidupan Bali . Bali Mangsi Foundation dan ISI Denpasar.
Hardjana, S. (2003). Corat Coret Musik Kontemporer Dulu dan Kini . Ford Foundation.
Hawkins, A. M. (2003). Mencipta Lewat Tari (Y. S. Hadi (ed.)). Manthili.
Kariasa, I. N., & Putra, I. W. D. (2021). Karya Karawitan Baru Manikam Nusantara. Mudra Jurnal Seni Budaya , 36 (2), 222–229. https://doi.org/10.31091/mudra.v36i2.1471
S., I. W. R. (2001). Gong Antologi Pemikiran . Balimangsi Foundation, Institut Seni Indonesia Denpasar.
Santosa, H. N. H. K. R. M. (2017). Seni Pertunjukan Bali Pada Masa Dinasti Warmadewa. MUDRA Jurnal Seni Budaya , 32 (1), 81–91. https://doi.org/10.31091/mudra.v32i1.84
Sugiartha, I. G. A. (2012). Kreativitas Musik Bali Garapan Baru Perspektif Cultural Studies . Institut Seni Indonesia Denpasar.
Suwitra Pradnya, I. B. (2017). Purusha dan Predhana Dalam Agama Hindu dan Hukum Adat Bali . Pustaka Ekspresi.
Wijayanto, A. N., & Sumerjana, K. (2015). Bunyi Ngumbang Ngisep Gender Wayang Bali dalam Kajian Semiotika. MUDRA JURNAL SENI BUDAYA , 30 (1), 1–7.
Yudana, I. G., & Haryanto, T. (2021). Contemporary Music Composition “Embryo”| Komposisi Musik Kontemporer “Embrio.” GHURNITA: Jurnal Seni Karawitan , 1 (1), 1–10. https://jurnal2.isi- dps.ac.id/index.php/ghurnita/article/view/147
|
8c176ae1-94c8-4f40-b208-8e7ef5ea2d56 | https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jurnalkpk/article/download/40884/75676586032 |
## UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN GURU DALAM MENYUSUN LAPORAN PTK MELALUI PEMBIMBINGAN TERFOKUS DENGAN PENDEKATAN KOLABORATIF
Imam Setiyadi Pengawas SMP Dinas Pendidikan Ketapang Email: imamsetiyadi68@gmail.com
## Abstrak
Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini berangkat dari permaslahan yang ada dilapangan khususnya di sekolah binaan, judul penelitian adalah “Upaya Peningkatan Pemahaman Guru Dalam Menyusun Laporan Penelitian Tindakan Kelas Melalui bimbingan Terfokus Dengan Pendekatan Kolaboratif di Sekolah Binaan”. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut: (1) Secara umum, untuk meningkatkan pemahaman guru dalam menyusun laporan penelitian tindakan kelas, dalam rangka meningkatkan kualitas proses pembelajaran. (2) Secara khusus, untuk mendeskripsikan penerapan bimbingan terfokus dengan pendekatan kolaboratif dalam meningkatkan pemahaman dan kemampuan guru menyusun laporan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan oleh peneliti di sekolah binaan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket dan penilaian laporan hasil penelitian tindakan kelas dari guru yang menjadi subjek penelitian. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua periode siklus tindakan, dengan menerapkan penjelasan secara kelompok dan bimbingan individu, dengan subyek penelitian 2 sekolah yang terdiri dari 11 orang guru di wilayah Sekolah binaan di Kabupaten Ketapang. Dari hasil penelitian tindakan sekolah terbukti adanya peningkatan pemahaman yaitu : Sebelum diberi penjelasan skor pemahaman guru 2,2 naik menjadi 3,4 setelah bimbingan secara kelompok, dan pada pembimbingan individu naik menjadi 3,57. Oleh karena itu dengan tidak memperhatikan kemungkinan lain yang bisa terjadi, maka hipotesa tindakan penelitian ini dapat diterima kebenarannya.
Kata kunci: Kemampuan Guru, Penelitian Tindakan Kelas, Pembimbingan Terfokus, Pendekatan Kolaboratif.
PENDAHULUAN
Pemberlakuaan Permenpan dan RB mendapatkan tanggapan beragam dari guru. Tanggapan tersebut antara lain ada yang menyambut gembira, namun sebagian besar menyambut dengan ktidak siapan. Ketidak siapan guru guru karena kemampuan dan waktu untuk melakukan penelitian dan menulis sangat terbatas. Sebagian besar guru pangkatnya berhenti pada golongan IV/a. Salah satu penyebabnya adalah karena tidak mampu membuat publikasi ilmiah, sebagaimana termaktub dalam Permenpan RB no 16 Tahun 2009 yang terdiri dari presentasi pada forum ilmiah, publikasi hasil penelitian, atau gagasan inovatif pada bidang pendidikan dan publikasi buku teks pelajaran, buku pengayaan dan/atau pedoman guru. Sebagian yang lain memanfaatkan lambatnya kenaikan pangkat guru setelah memasuki pangkat Pembina, golongan IV /a dengan mengadakan bimbingan penulisan publikasi ilmiah dan karya inovatif. Dimanfaatkannya kesempatan ini dapat disebabkan oleh bermacam-macam faktor,
antara lain: Banyaknya guru yang pemahamannya pada publikasi ilmiah dan karya inovatif masih sangat rendah. Sebagian besar guru belum mengikuti pelatihan yang terkait dengan publikasi ilmiah dan karya inovatif . Rendahnya kemampuan guru dalam menyusun laporan hasil penelitian tindakan kelas. Motivasi baik dari kepala sekolah, maupun pengawas sekolah untuk melakukan kegiatan publikasi ilmiah dan karya inovatif. Tidak adanya sanksi bagi guru yang tidak melakukan publikasi ilmiah.
Sebagian guru masih menganggap bahwa PTK yang merupakan salah satu bentuk publikasi ilmiah sebagai karya yang sulit untuk dibuat, membutuhkan banyak biaya dan memakan waktu yang cukup lama. Berdasarkan pengamatan peneliti dan informasi dari para guru, bahwa rendahnaya kemampuan guru dalam melakukan publikasi ilmiah dan karya inovatif antara lain disebabkan oleh: (1) Kurangnya kesempatan guru untuk mendapatkan pelatihan untuk publikasi ilmiah dan karya inovatif; (2) Kurangnya bimbingan dari kepala
sekolah/ pengawas sekolah tentang publikasi ilmiah dan karya inovatif; (3) Kurangnya motivasi untuk menulis, karena rendahnya tambahan penghasilan setelah naik pangkat yang dlam prosesnya membutuhnya anggaran yang cukup besar; (4) Guru merasa pada zona nyaman karena telah mendapatkan sertifikasi guru, sehingga walaupun tidak bertamah gajinya karena naik pangkat, tetapi mendapatkan sertifikasi, mereka sudah merasa cukup; (5) Tidak adanya sanksi bagi guru yang tidak melakukan publikasi ilmiah atau karya inovatif.
Permasalahan sebagaimana tersebut di atas mendorong peneliti untuk melakukan upaya peningkatan kemampuan guru. Berbagai pertimbangan dan mengingat tugas pokok dan fungsi pengawas sekolah adalah melakukan pembinaan guru, maka peneliti berupaya dengan menggunakan teknik pembimbingan terfokus dengan pendekatan kolaboratif untuk meningkatkan kemampuan guru menulis laporan penelitian tindakan kelas. Teknik ini dipilih mengingat dengan teknik ini, peneliti tidak hanya memberikan penjelasan, tetapi mendenger, mambantu dan membimbing guru mulai dari memahami permasalahan, membuat kerangka teori, memilih metode penelitian dan menuliskan penelitian yang dilaksanakannya.
Adapun Tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan penelitian tindakan ini adalah : (1) Untuk medeskripsikan proses pembimbingan terfokus dengan teknik kolaboratif untuk meningkatkan pemahaman guru dalam menulis laporan PTK di Sekolah Binaan; (2) Untuk mengetahui peningkatan kemampuan guru dalam menulis laporan PTK dengan menggunakan pendekatan kolaboratif
pembimbing terfokus disekolah binaan di Kabupaten Ketapang.
Pengertian pemahaman adalah kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari (Winkel, 1996). Menurut Bloom dalam Winkel (1996) pemahaman termasuk dalam klasifikasi ranah kognitif level 2 setelah pengetahuan. Pengertian pemahaman dapat di urai dari kata ”Faham” yang memiliki arti tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. Disini ada pengertian tentang pemahaman yaitu Departemen Pendidikan Nasional. 2003. : kemampuan memahami arti suatu bahan diberikan/diajarkan, seperti menafsirkan , menjelaskan atau meringkas atau merangkum suatu pengertian kemampuan macam ini lebih tinggi dari pada pengetahuan. Pemahaman juga merupakan tingkat berikutnya dari tujuan ranah
kognitif berupa kemampuan memahami atau mengerti tentang isi pembimbingan yang dipelajari tanpa perlu mempertimbangkan atau memperhubungkannya dengan isi pembimbingan lainnya. Dan pemahaman ini dapat dibagi 3 kategori yaitu (Muh.Arifin, 2010): (1) Tingkat Rendah: Pemahaman terjemah mulai dari terjemahan dalam arti sebenarnya semisal, Bahasa asing dan bahasa Indonesia; (2) Tingkat Menangah: Pemahaman yang memiliki penafsiran, yakni menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan diketahui beberapa bagian dari grafik dengan kejadian atau peristiwa; (3) Tingkat Tinggi: Pemahaman ekstrapolasi dengan ekstrapolasi yang diharapkan seseorang mampu melihat di balik, yang tertulis dapat membuat ramalan konsekuensi atau dapat memperluas resepsi dalam arti waktu atau masalahnya.
Pembimbingan terfokus sebagai kegiatan yang memfokuskan pada kegiatan khusus, sehingga kegiatan pembimbingan yang dilakukan hanya pada kegiatan yang diteliti. Kegiatan pembimbingan yang dilakukan oleh pengawas sekolah meliputi semua tugas guru, dari perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan tindak lanjutnya. Pembimbingan juga terkait dengan pengembangan profesi guru. Pada pembimbingan dalam penelitian ini difokuskan pada kemampuan guru dalam menulis hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh guru. Pembimbingan terfokus menggunakan pendekatan kolaboratif. Digunakannya pendekatan kolaboratif karena dalam pendekatan ini memungkinkan antara pengawas dan guru dapat membuat kesepakatan menetapkan struktur proses dan kreteria dalam melaksanakan proses penelitian yang dilakukan guru (Aqib Zaenal dan Elham Rohmanto, 2007).
Penelitian tindakan merupakan alternative pengembangan dan perbaikan praktek pendidikan yang tidak hanya berbasis akademis, yaitu guru menerapkan temuan para pakar, sehingga kerja guru seperti dinilai berdasarkan criteria teori-teori yang diambil dari filsafat, psikologi dan sosiologi. Pada penelitian tindakan kinerja guru diukur melalui criteria kegitan praktek sehari-hari dalam pendidikan. Pengembangan pendidika dengan basis penelitian akademik hanay menetapkan guru sebagai objek pengembangan pendidikan, sehingga kurang memberi peran pada guru untuk memperbaiki praktek pendidikannya sendiri. (Arikunto Suharsimi, 2006).
## KONDISI AWAL
Kemampuan guru dalam penyusunan laporan PTK rendah. TINDAKAN PENGAWAS MELAKSANAKAN PEMBIMBINGAN TERFOKUS >Pembinaan secara kelompok. >Pembinaan secara individual KONDISI AKHIR Pemahman dan Kemampuan guru dalam penyusunan Laporan PTK meningkat. Pengembangan model ini sering mengakibatkan guru hanya sebagai pelaksana tanpa mengetahui secara prsis apa yang mendasari kegiatan perbaikan itu, apa yang ingin dicapai dari kegiatan itu. Penelitian akademis menempatkan pakar sebagai satu-satunya orang yang mengetahui bagaimana perbaikan pendidikan itu dilakukan sedang guru sebagai pelaksana saja. Hal ini berbeda dengan pengmbangan dan perbaikan praktek pendidikan melalui penelitian tindakan yang menempatkan guru sebagai pembaharu untuk tugas dan tanggung jawabnya sendiri dengan menggunakan criteria prakteknya yang dilakukan sehari-hari. Secara konventif kita mengenal dua jenis penelitian, yaitu penelitian kuantitatif yang sering disebut penelitian posifistic dan penelitian kualitatif. Penelitian
kuantitatif menuntun peneliti untuk menguji sebuah teori sedangkan penelitian kualitatif justru membangun teori.
Pemikiran untuk melakukan upaya peningkatan Pemahaman guru dalam menyusun laporan hasil PTK berawal dari rendahnya pemahaman guru dalam menyusun laporan PTK, Pembuatan karya ilmiah merupakan bagian dari kegiatan keprofesian berkelanjutan dari guru yang wajib dilakukan. Hasil akhir yang diharapkan dari diadakannya pembimbingan terfokus dengan pendekatan kmolaboratif, adalah adanya peningkatan pemahaman para guru dalam membuat laporan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukannya. Secara sederhana kerangka tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
## Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir
## METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di sekolah binaan peneliti, yang terdiri dari 2 sekolah, yaitu SMP Negeri 2 Sungai Melayu Rayak dan SMP Integral Ulil Albab ketapang. Pemilihan tempat penelitian, mengingat ke 2 sekolah tersebut terletak pada lokasi yang berbeda.
Penelitiaan ini adalah penelitian tindakan oleh karenanya dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip penelitian tindakan di bidang pengawasan sekolah dengan menggunakan siklus-siklus tindakan. Pemberian tindakan didasarkan pada kondisi pra siklus, yakni atas dasar data dan masukan dari guru. Dari data didapatkan bahwa belum ada guru di wilayah binaan yang naik pangkat dengan menyertakan laporan hasil penelitian tindakan kelas. Masukan dari guru bahwa mereka membutuhkan pembimbingan dalam menyusun laporan hasil penelitian tindakan kelas. (Sugiyono. 2008). Pelaksanaan penelitian dirancang dalam dua siklus tindakan, yaitu: (2) Siklus pertama, direncanakan dalam 2 pertemuan, yang berupa penjelasan secara kelompok dan bimbingan secara individu, kegiatannya terdiri dari perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan/penilaian dan refleksi. Kegiatan yang dilakukan berupa kegiatan penjelasan secara kelompok di dua sekolah. Pada pertemuan ke dua dilakukan bimbingan secara individu. Target dari tindakan pada siklus pertama adalah setelah pembimbingan kelompok dan bimbingan individu, guru memahami dan mampu membuat rencana pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Selain memahami juga dapat melaksnakan rencana tersebut; (2) Siklus kedua dengan melaksanakan tindakan pembimbingan terfokus secara individu, yang dilaksanakan di tiap-tiap sekolah yang menjadi sasaran penelitian. dengan pendekatan kolaboratif kepada guru di sekolah binaan tentang penyusunan laporan pelaksanaan. Pada tahap ini guru diberikan bimbingan secara perorangan.
Dengan demikian dapat diketahui kesulitan yang dihadapi oleh masing-masing guru. Dari kegiatan ini diharapkan guru dapat menyusun laporan penelitian tindakan kelas, yang sesuai dengan ketentuan, sebagaimana dijelaskan pada pembimbingan secara kelompok. Adapun desain pelaksanaan penelitian sampai tersusunnya laporan hasil penelitian adalah sebagai berikut:
## SIKLUS 1
## SIKLUS 2
## Gambar 2. Desain Penelitian Tindakan
Sebagaimana instrumen yang digunakan di atas, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Angket. Digunakan untuk mendapatkan data tentang pemahaman guru tentang hal-hal yang terkait dengan pemahaman guru mengenai penulisan laporan hasil PTK. Angket diberikan sebelum dan setelah guru dibimbing tentang penulisan laporan pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Dari angket tersebut akan didapatkan peningkatan pemahaman guru tentang penulisan laporan hasil PTK . Penilaian dokumen. Digunakan peneliti untuk menilai hasil laporan yang dibuat oleh guru yang diteliti, sehingga dapat ditahui seberapa kemampuan guru dalam menyusun laporan hasil penelitian dan sekaligus diketahui seberapa keberhasilan tindakan yang dilakukan oleh peneliti.
Data dalam penelitian ini dikelompokkan dalam dua katagori, yaitu data dari penilaian laporan hasil penelitian tindakan kelas yang berbentuk angka-angka kuantitatif, dan data kualitatif yang berupa catatan-catatan hasil pengamatan selama observasi, serta angket yang diisi oleh guru. Kedua kelompok data tersebut kemudian diolah untuk memperoleh gambaran dari hasil penelitan. Penelitian tindakan sekolah ini dilakukan dengan indikator : (1) Dari guru yang dibimbing, pemahamannya tentang penulisan laporan hasil penelitian minimal 75% mencapai skor 3,50 (guru paham tentang
penulisan laporan hasil PTK dilihat dari angket yang diisi oleh guru); (2) Minimal 75 % guru yang dibimbing perolehan nilai laporan hasil penelitian tindakan kelasnya memperoleh skor 3,50 (baik); (3) Kegiatan yang dilakukan terlaksana sebagaimana direncanakan, dan sesuai dengan alokasi waktu yang ditetapkan Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir, dapat diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: “Melalui pembimbingan terfokus dengan pendekatan kolaboratif dapat meningkatkan pemahaman guru dalam menyusun laporan hasil penelitian tindakan kelas di sekolah binaan.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
1. Deskripsi Kondisi Awal Berawal dari kondisi
tersebut,
memunculkan inisiatif peneliti sebagai pengawas sekolah untuk melakukan kegiatan pembibmingan kepada guru dalam menyusun laporan PTK. Pelaksanaan penelitian tindakan sekolah yang berupaya meningkatkan kemampuan guru dalam menulis laporan hasil penelitian tindakan sekolah, sebelumnya didahului dengan membagikan angket kepada guru tentang pemahaman guru tentang laporan hasil PTK. Angket diberikan kepada subjek penelitian yang dalam penelitian ini terdiri dari guru di 3 sekolah. Adapun sekolah yang
Permasalahan Perencanaan
tindakan 1
Pelaksanaan tindakan 1 Refleksi 1
Pengamatan/ Pengumpulan data 1 Perencanaan
tindakan 2
Pelaksanaan tindak an 2
Refleksi 2
Pengamatan/
Pengumpulan data 2 Permasalahan baru hasil refleksi Hasil Akhir
0 1 2 3 4 5 6 7 8 pemahaman TP KP P
SP
dimaksud adalah: (1) SMP SMP Negeri 2 Sungai Melayu Rayak, sekolah ini Di Jalan Merdeka No.46/B Desa Suka Mulya, Kecamatan Sungai Melayu Rayak; (2) SMP Integral Ulil Albab Ketapang , sekolah ini terletak di Jalan
Gajah Mada, Gang Sosial, Kelurahan Sampit, Kecamatan Delta Pawan.
Berdasarkan angket yang diperoleh guru yang akan diberikan bimbingan sekaligus subjek penelitian, dengan skor sebagai berikut:
Tabel 1. Rekap Angket Pemahman Guru Sebelum Diberikan Penjelasan Tentang PTK
No Kode Subjek Skor Katagori 1 G 01 2,1 Kurang Paham 2 G 02 2,1 Kurang Paham 3 G 03 2,1 Kurang Paham 4 G 04 3 Paham 5 G 05 1,7 Kurang Paham 5 G 06 3 Paham 7 G 07 2,1 Kurang Paham 8 G 08 2,2 Kurang Paham 9 G 09 2 Kurang Paham 10 G 10 3 Paham 11 G 11 2 Kurang Paham Skor total 24,3 Skor Rata-rata 2,2 Kurang Paham
Keterangan : (1) Skor 1,00 s/d 1,49 termasuk katagori Tidak Paham; (2) Skor 1,50 s/d 2,49 termasuk katagori Kurang Paham; (3) Skor 2,50 s/d 3,49 termasuk katagori Paham; (4) Skor 3,50 s/d 4.00 termasuk katagori Sangat Paham
Pernyataan yang diisikan dalam angket tersebut di atas, dari 11 orang guru yang dijadikan responden/ subjek penelitian, hanya 3 orang yang menyatakan paham dengan laporan penelitian tindakan kelas. Mereka yang menyatakan paham berdasarkan angket juga pada realitasnya belum pernah membuat laporan hasil penelitian yang diajukan untuk kenaikan pangkat/ jabatan guru. Apalagi mereka yang menyatakan diri belum paham dengan penelitian tindakan kelas.
## Diagram 1. Rekap Angket Pemahaman Guru Sebelum Diberikan
Penjelasan Tentang PTK
Dari hasil angket yang diisi oleh para guru yang diteliti tersebut menunjukkan bahwa pemahaman guru pada hal-hal yang terlait dengan laporan penelitian tindakan kelas masih cukup rendah, yakni 2,2. Dari 11 orang guru 8 orang kurang paham tentang laporan PTK, 3 orang paham tentang laporan PTK dan tidak ada satu pun orang yang paham sekali, demikian juga yang tidak paham juga tidak ada. Para guru minimal sudah pernah mendapat sosialisasi dari Dinas Pendidikan, maupun dari Kepala Sekolah.
## Hasil Siklus I Pertemuan ke 1
Materi yang diberikan terkait dengan penulisan laporan hasil PTK sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi no 16 tahun 2009. Sebelum penjelasan materi sebagai bahan guru dalam menyusun laporan hasil penelitian tindakan kelas, maka peneliti memberikan penjelasan tentang alur penelitian meliputi:(1) kegiatan penelitian dilakukan dalam 2 siklus dan dilaksanakan dalam bulan September sampai Desember 2014, (2) kepada subjek peneliti diberikan materi tentang alur penelitian PTK, bentuk laporan PTK dan cara penilaian laporan PTK. Setelah selesai pertemuan kepada guru diberikan angket tentang pemahaman guru terhadap PTK. Angket yang diberikan kepada guru dimakasudan untuk
3 8
mendapatkan tanggapan guru tentang kegiatan yang telah dilakukan oleh peneliti, yaitu menjelaskan tentang laporan penelitian tindakan kelas. Namun harapannya secara teoritis mereka memahami, sementara untuk penulisan laporan
akan diadakan pembimbingan secara kelompok kecil yang dilaksanakan di sekolah masing- masing, adapun hasil dari angket tersebut adalahsebagimana tabel sebagai berikut :
## Tabel 2. Rekap Angket Isian Setelah Diberikan Penjelasan Secara Kelompok Tentang PTK
No Kode Subjek Skor Katagori 1 G 01 2,8 Paham 2 G 02 3,1 Paham 3 G 03 3,2 Paham 4 G 04 3,4 Paham 5 G 05 3,0 Paham 5 G 06 3,4 Paham 7 G 07 3.0 Paham 8 G 08 3,0 Paham 9 G 09 3,3 Paham 10 G 10 3,3 Paham 11 G 11 2,8 Paham Skor total 34,3 Skor Rata-rata 3,4 Paham
Keterangan : (1) Skor 1,00 s/d 1,49 termasuk katagori Tidak Paham; (2) Skor 1,50 s/d 2,49 termasuk katagori Kurang Paham (3) Skor 2,50 s/d 3,49 termasuk katagori Paham; (4) Skor 3,50 s/d 4.00 termasuk katagori Sangat Paham
Diagram 2. Rekap Angket Pemahaman Guru Setelah Diberikan Penjelasan Secara
Kelompok Tentang PTK Refleksi :
Evaluasi terhadap tindakan pada siklus 1setelah pertemuan ke 2. Hasil pengamatan dan penilaian terhadap hasil laporan penelitian tindakan kelas yang dibuat oleh guru dapat sampaikan beberapa hal antara lain: (1) adanya peningkatan pemahaman guru terhadap PTK dengan skor pemahaman dan kemampuan guru dalam membuat laporan hasil PTK, (2) kelemahan yang terjadi pada bab I, bab IV dan bab V, dilakukan koreksi untuk disempurnakan pada pertemuan terakhir sebagai siklus 2
Rencana yang akan dilakukan untuk kegiatan siklus 2. Meningkatkan pemahaman guru dengan melakukan tanya jawab dan menunjukkan hasil skor perolehan siklus 1. Melakukan bimbingan kepada guru yang difokuskan pada komponen yang nilainya lemah, serta tanya jawab dengan guru, tentang komponen yang belum dikuasainya.
## Hasil Siklus 2
Pengamatan dan Penilaian, setelah diadakan pembimbingan secara perorangan, kepadanya diberikan angket pemahaman pada laporan PTK. Hasil pembimbingan yang sifatnya perorangan para merasa lebih memahami komponen PTK yang sebelumnya tidak dipahami. Para guru sudah aktif menanyakan. Pada sisi lain, peneliti juga menanyakan kepada guru tentang hasil penilaian laporannya yang sudah dinilai oleh peneliti. Apabila guru tidak bertanya, maka peneliti memberikan penjelasan tentang kekurangan pada laporan yang telah disusunnya, sehingga ada komunikasi timbal balik antara guru dengan peneliti, artinya jika peneliti mengetahui kekurangan yang terdapat pada guru, maka peneliti ada inisiatif. Setelah diadakan komunikasi antara peneliti dan guru, hasilnyan adalah sebagai berikut:
0 2 4 6 8 10 12 pemahaman TP KP P SP 11
Tabel 3. Rekap Pemahaman Guru Melalui Angket Setelah
Diberikan Bimbingan Secara Individu Tentang PTK No Kode Subjek Skor Katagori 1 G 01 3,2 Paham 2 G 02 3,4 Paham 3 G 03 3,5 Sangat Paham 4 G 04 3,8 Sangat Paham 5 G 05 3,4 Paham 5 G 06 3,5 Sangat Paham 7 G 07 3,6 Sangat Paham 8 G 08 3,5 Sangat Paham 9 G 09 3,7 Sangat Paham 10 G 10 3,8 Sangat Paham 11 G 11 3,5 Sangat Paham Skor total 35,7 Skor Rata-rata 3,57 Sangat Paham
Keterangan : (1) Skor 1,00 s/d 1,49 termasuk katagori Tidak Paham; (2) Skor 1,50 s/d 2,49 termasuk katagori Kurang Paham; (3) Skor 2,50 s/d 3,49 termasuk katagori Paham; (4) Skor 3,50 s/d 4.00 termasuk katagori Sangat Paham
Dari data di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar guru sudah memahami tentang laporan PTK, bahkan sebagian lainnya sudah sangat paham terhadap lapporan PTK. Berdasarkan isian angket yang dipaparkan, menunjukkan bahwa ; sudah tidak ada lagi guru yang tidak paham, guru yang sudah paham sebanyak 3 orang= 27,3 % dan yang sangat paham berjumlah 8 orang = 72,7%. Dengan rata- rata tingkat pemahaman guru terhadap laporan hasil penelitian tindkan kelas, menunjukkan bahwa target yang ditetapkan dalam kriteria ketercapaian pemahaman guru telah tercapai, karena dalam kriteria keberhasilan yang ditetapkan adalah minimal rata-rata pemahaman guru sebesar 3,50.
Setelah diadakan kegiatan siklus ke 2 dapat disampaikan hasil refleksi dapat disampaikan hal-hal sebagai berikut: (1) skor pemahaman guru terhadap laporan hasil penelilaian telah melampaui indikator yang ditetapkan, yakni rata-rata mencapai 3,57; (2) Dengan demikian kegiatan pembimbingan untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan guru dalam menyusun laporan hasil penelitian tindakan kelas dapat dikatagorikan telah mencapai indikator kinerja dan kriteria keberhasilan yang ditetapkan.
## Pembahasan
Adapun secara ringkas pembahasannya adalah sebagai berikut Pemahaman Guru. Kondisi awal menunjukkan bahwa para guru di wilayah binaan peneliti dan menjadi sampel penelitian kondisinya variatif, ada yang sudah pernah mendapatkan sosialisasi tentang penulisan laporan PTK, ada yang belum, ada yang sudah mencoba membuat laporan tetapi belum terselesaikan, namun belum ada guru yang naik pangkat dengan mengusulkan laporan hasil PTK sebagai publikasi ilmiahnya.
Ketika diberikan angket untuk diisi kondisi awalnya menyatakan bahwa pemahaman guru pada hal-hal yang terlait dengan laporan penelitian tindakan kelas masih cukup rendah, dengan skor rata-rata 2,3. Dari 11 orang guru, sebanyak 8 orang guru kurang paham tentang laporan PTK, 3 orang paham tentang laporan PTK. Setelah diberikan penjelasan secara kelompok yang dilakukan di masing-masing sekolah, ada peningkatan pemahaman guru yang cukup signifikan. Sebelum diberi penjelasan hasil angket, skor pemahaman guru 2,3 dan setelah diberikan penjelasan skor pemahaman guru menjadi 3,4. Pembimbingan secara perorangan dapat meningkatkan pemahaman guru dari skor setelah pembimbingan kelompok sebesar 3,4 meningkat setelah pembimbingan perorangan menjadi 3,57.
Adapun perbandingan pemahaman guru sebelum dan setelah diberi bimbingan secara kelompok dan secara perorangan adalah sebagai berikut :
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 Pra siklus Siklus 1 Siklus 2
pemahman guru
Tabel 4. Rekap Perbandingan Pemahaman Guru No Kode Subjek Skor Pemahaman Guru Sebelum Penjelasan Setelah Penjelasan Kelompok Setelah Bimbingan Perorangan 1 G 01 2,1 2,8 3,2 2 G 02 2,1 3,1 3,4 3 G 03 2,1 3,2 3,5 4 G 04 3 3,4 3,8 5 G 05 1,7 3,0 3,4 5 G 06 3 3,4 3,5 7 G 07 2,1 3.0 3,6 8 G 08 2,2 3,0 3,5 9 G 09 2 3,3 3,7 10 G 10 3 3,3 3,8 11 G 11 2 2,8 3,5 Skor total 22,3 34,3 35,7 Skor Rata- rata 2,2 3,43 3,57 Keterangan : (1) Skor 1,00 s/d 1,49 termasuk katagori Tidak Paham; (2) Skor 1,50 s/d 2,49 termasuk katagori Kurang Paham; (3) Skor 2,50 s/d 3,49 termasuk katagori Paham; (4) Skor 3,50 s/d 4.00
termasuk katagori Sangat Paham
Diagarm 3. Perbandingan Pemahaman Guru
Data sebagaimana tersebut di atas menunjukkan bahwa adanya peningkatan pemahaman guru dari rata-rata 2,8 sebelum diberikan penjelasan, meningkat menjadi 3,4 setelah diberikan penjelasan secara kelompok
dan meningkat lagi menjadi 3,57 setelah diberi bimbingan secara perorangan. Sebagaimana indikator yang ditetapkan, bahwa tercepainya penelitian ini adalah jika 75 % guru yang diteliti mencapai tingkat pemahaman 3,50.
Tabel 5. Peningkatan Pemahaman Guru Terhadap Laporan Hasil Penelitian
No Siklus Angka Kenaikan Prosentase 1 Sebelum Penejelasan – setelah penjelasan Kelompok 2,2 menjadi 3,4 55% menjadi 85 % 2 Setelah penjelasan kelompok – setelah penjelasan perorangan 3,4 menjadi 3,57 85 % menjadi 95% 2,8 3,4 3,57
Melihat tabel sebagaimana tersebut di atas , tindakan penjelasan kelompok memberikan kontribusi kenaikan sebesar 35 % dari sebelum diberikan penjelasan, sementara setelah diberi penjelasan secara perorangan mengalami kenaikan 10 % dari kondisi setelah diberi penjelasan secara kelompok. Dengan demikian prosentase kenaikan pemahaman guru terhadap laporan hasil penelitian tindakan kelas, dari kondisi pra siklus sampai dengan akhir siklus 2 sebesar 40 % , dari semula tingkat pemahaman 55 % menjadi 95 %.
## SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Berdasarkan data hasil penelitian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut : (1) Melalui pembimbingan terfokus dengan teknik kolaboratif, dapat meningkatkan pemahaman guru di wilayah binaan di Kabupaten Ketapang Tahun 2013/2014 dalam menulis laporan hasil penelitian tindakan kelas, hal ini terbukti adanya peningkatan pemahaman Sebelum diberi penjelasan skor pemahaman guru 2,2 naik menjadi 3,43 setelah bimbingan secara kelompok, dan pada pembimbingan individu naik menjadi 3,57; (2) Setelah dilakukannya bimbingan dalam penulisan Penelitian tindakan kelas dengan menggunakan pendekatak kolaboratif ternyata dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun laporan penulisan PTK hal ini dibuktikan dengan hasil pada perubahan siklus I dan siklus 2. Kemampuan guru dan kemampuan guru dalam merencanakan, melaksnakan dan menyusun laporan PTK dapat ditingkatkan dengan inservice training dengan model experiental learning. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya pemahaman guru dalam merencanakan, melaksanakan dan menyusun laporan PTK dapat ditingkatkan dengan berbagai upaya. Saran Dalam rangka memberikan sumbangan pemikiran tentang peningkatan kemampuan guru dalam menyusun laporan hasil penelitian tindakan kelas, penulis menyampaikan saran sebagai berikut : (1) Sebagai salah satu syarat untuk kenaikan pangkat guru, harus mampu membuat publikasi ilmiah dan karya inovatif. Dengan melihat buku 4 dan buku 5 PKB guru
dapat meningkatkan pemahamannya terhadap publikasi ilmiah; (2) Hendaknya memfasilitasi semua kegiatan guru yang mengarah kepada peningkatan kompetensi guru dalam pengembangan profesi khususnya dalam penyusunan publikasi karya ilmiah, karena penyusunan publikasi ilmiah merupakan salah satu kewajiban bagi guru; (30 Sebagai bagian dari tugas pengawas untuk melakukan pembinaan guru, maka pengawas sekolah perlu memberikan pembinaan guru untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuannya dalam menyusun laporan hasil penelitian tindakan kelas
## DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi, Suhardjono, Supardi. 2006.
Penelitian Tindakan Kelas . PT Bumi Aksara, Jakarta.
Aqib Zaenal dan Elham Rohmanto, 2007.
Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah . CV Yrama Widya,
Bandung. Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional , Sekretariat Jenderal Depdiknas, Jakarta.
------------, 2007. Kumpulan Permendiknas Tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan Panduan KTSP , Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Atas,
Depdiknas, Jakarta.
------------, 2008. Petunjuk Teknis Penelitian Tindakan Sekolah . Direktorat Tenaga Kependidikan, Depdiknas, Jakarta.
------------, 2008. Laporan Penelitian Tindakan Sekolah . Direktorat Tenaga Kependidikan, Depdiknas, Jakarta.
Muh.Arifin,S.Pd.M.Pd. 2010. In Service Training model Experiential Learning untuk meningkatkan kemampuan guru SD dalam penelitian tindakan kelas . Penelitian tindakan sekolah.
Suyanto dan Asep Jihad, 2009. Betapa Mudah Menulis Karya Ilmiah . Eduka, Yogyakarta.
Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatafi . CV Alfabeta, Bandung
|
b6c2577f-2ac8-4022-a4dd-dc904ea0eaa4 | http://ejournal.ft.unsri.ac.id/index.php/JTK/article/download/1240/895 | Jurnal Teknik Kimia Vol. 29, No. 1, 2023, 1-8 e-ISSN: 2721-4885
DOI: https://doi.org/10.36706/jtk.v29i1.1240
Online at http://ejournal.ft.unsri.ac.id/index.php/jtk
Pemanfaatan sekam padi untuk produksi biobriket dengan variasi binder tepung tapioka dan tepung biji durian
Utilization of rice husk for biobricket production with binder variations of tapioca and durian seed flour
Rizka W. Putri 1,* , R. Rahmatullah 1 , Budi Santoso 1 , S. Selpiana 1 , Mutiara A. Habsyari 1 , Shafira T. Aliyah 1 , Alek A. Hadi 2 , Alieftiyani P. Gobel 2
1 Jurusan Teknik Kimia,Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya
2 Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya
* Email:rizkawulandariputri@unsri.ac.id
## Abstrak
Keterbatasan pasokan bahan bakar untuk kebutuhan domestik seperti LPG saat ini mendorong banyak peneliti mencari sumber energi alternatif yang dapat digunakan sebagai bahan bakar, salah satunya adalah bahan bakar padat biobriket. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh perekat ( binder ) dan rasio bahan baku pada pembuatan biobriket dari sekam padi serta pengaruh perlakuan perendaman minyak jelantah untuk meningkatkan kualitas briket. Limbah pertanian berupa sekam padi dikumpulkan dan dipreparasi untuk penghilangan pengotor dan air sebelum dilakukan karbonisasi. Proses karbonisasi dilakukan pada suhu 300 ºC selama 30 menit. Penelitian ini menggunakan variasi perekat ( binder ) tepung tapioka dan tepung biji durian, dengan rasio berat bahan baku: binder yaitu 1 : 3; 1 : 1; dan 3 : 1. Biobriket yang dihasilkan diuji sifat fisika dan kimianya dengan analisa proksimat kemudian dilanjutkan dengan perendaman briket didalam minyak jelantah selama 10 menit . Hasil uji proksimat dari briket yang dihasilkan menunjukkan kadar air (4,63% - 11,86%), kadar abu (21,05% - 41,03%), kadar zat mudah menguap (39, 08% - 53,88%), kadar karbon terikat (9,46% - 19,90%), untuk nilai kalor biobriket tanpa perendaman (2633 – 3502 kal/g) dan meningkat signifikan menjadi (3500 – 5671 kal/g) setelah perendaman minyak jelantah. Dari hasil tersebut, beberapa parameter kadar air dan nilai kalor telah memenuhi standar briket Jepang (Japanese Industrial Standards JIS 8811), Eropa (European standard CSN EN 1860-2) dan Indonesia (SNI 01-6235-2000).
Kata Kunci: binder , biobriket, sekam padi, tepung biji durian, tepung tapioka
## Abstract
The limited fuel stockpile for domestic needs especially Liquid Petroleum Gas (LPG) encourages many researchers to find alternative energy sources that can be used as fuel, like solid fuel biobriquettes. This study aims to determine the effect of the binder and the mass ratio of raw materials on the manufacture of biobriquettes from rice husks and the effect of soaking used waste cooking oil to improve the quality of briquettes. Agricultural waste in the form of rice husk was collected and prepared to remove water and impurities before carbonization. The carbonization process was carried out at 300 ºC for 30 minutes. This work uses a variation of binder such as tapioca flour and durian seed flour, with the mass ratio of raw materials: binder 1: 3; 1 : 1; and 3: 1. The biobriquette products were tested for their physical and chemical properties by proximate analysis, then followed by soaking the briquettes in used cooking oil for 10 minutes. The results of the briquettes were analyzed by proximate test and obtained the results of water content (4.63 % - 11.86 %), ash content (21.05 % - 41.03 %), volatile matter content (39.08 % - 53.88 %), bound carbon content (9.46 % - 19.90 %), for the calorific value of biobriquettes without immersion (2633 – 3502 cal/g) and increased significantly to (3500 – 5671 cal/g) after immersion in used cooking oil. From these results, several parameters have met the standards of Japan (Japanese Industrial Standards JIS 8811) , Eropa (European standard CSN EN 1860-2) dan Indonesia (SNI 01-6235-2000).
Keywords: binder, biobriquette, rice husk, durian seed flour, tapioca flour
## 1. PENDAHULUAN
Problematika di bidang energi terutama dalam hal ketersediaan pasokan tidak luput dari pengaruh meningkatnya jumlah manusia yang selaras dengan meningkat pula kebutuhan energi untuk kehidupan sehari-hari baik untuk listrik, transportasi dan keperluan domestik rumah tangga. Hal ini berdampak pada cadangan energi yang semakin menipis. Bahan bakar seperti minyak tanah dan LPG semakin sedikit dan harga jual semakin meningkat di Indonesia seperti Jawa tengah, Pekanbaru dan Sumatera Selatan. (Widodo, 2016)
Energi biomassa dapat menjadi alternatif pengganti bahan bakar fosil dan menjadi solusi permasalah kelangkaan energi dan penting untuk kelangsungan hidup manusia (Wang,dkk., 2018). Hal ini karena energi biomassa merupakan renewable resources dan mampu meningkatkan nilai pemanfaatan limbah hutan dan pertanian (Diji, 2013).
Beberapa limbah hutan dan pertanian yang memiliki potensi besar sebanyak 11 juta ton yang dapat digunakan sebagai energi biomassa untuk menjadi bahan bakar alternatif yaitu limbah kayu, tempurung kelapa, cangkang sawit, ampas tebu dan sekam padi (Tjahjono,dkk., 2018). Biomassa tersebut dapat dikonversi menjadi bahan bakar padat, cair maupun gas. Bahan bakar padat berupa biobriket dapat diproduksi dengan menggunakan lignoselulosa biomassa melalui proses karbonisasi (Allo,dkk., 2018).
Sekam padi merupakan biomassa yang mengandung lignin sebesar 19,2 %, selulosa 34,4 % dan hemiselulosa 24,3 % (Soltani,dkk., 2015), dimana komposisi kimia sekam padi mengandung kadar air sebesar 9,0 %, protein kasar sebesar 3,03 %, lemak sebesar 1,18%, dan kadar abu sebesar 17,71 % (Jasman, 2011). Kandungan selulosa pada sekam padi ini berpotensi untuk dapat digunakan sebagai bahan bakar yang stabil. Semakin tinggi kandungan selulosa semakin baik kualitas briket (Allo,dkk., 2018). Hal ini dikarenakan kandungan selulosa memiliki ikatan karbon yang panjang sehingga mempengaruhi kadar karbon terikat pada briket (Sarmoko,dkk., 2013).
Pengoptimalan kualitas biobriket terutama dalam hal nilai kalor dapat dilakukan dengan penambahan minyak jelantah. Bertambahnya kadar asam lemak jenuh pada minyak jelantah menyebabkan meningkatnya nilai kalor karena jumlah atom karbonnya bertambah (Gunawan, 2003). Kandungan nilai kalor pada minyak jelantah sebesar 9197 kcal/kg, kandungan nilai kalor inilah yang dapat meningkatkan nilai kalor pada briket (Harahap, 1994). Minyak jelantah merupakan limbah proses penggorengan yang perlu penanganan yang tepat. Hal ini bertujuan agar limbah minyak jelantah ini dapat bermanfaat dan mengurangi dampak pencemaran lingkungan apabila minyak
jelantah tersebut tidak termanfaatkan dengan baik dan juga tepat guna (Siswani,dkk., 2012). Menurut data Badan Pusat Statistik (2018) konsumsi minyak goreng di Indonesia pada tahun 2016 mencapai 9.660 liter/kapita/tahun dengan limbah minyak jelantah yang dihasilkan dari rumah tangga mencapai 305 ribu ton.
Adapun kualitas briket berdasarkan standar beberapa negara seperti Indonesia (SNI 01-6235- 2000) maupun (PERMEN No 047-2006), Jepang dan Eropa ditinjau dari analisa proksimat seperti kadar air ( inherent moisture ), kadar abu ( ash content ), zat terbang ( volatile matter ), karbon terikat ( fixed carbon ) dan nilai kalor ( calorific value ). Standar nasional Indonesia (SNI 01-6235-2000) memiliki baku mutu kadar air maksimal 8 %, kadar abu maksimal 10 %, zat terbang maksimal 15 %, kadar karbon minimal 77 % dan nilai kalor minimal 5000 cal/g. Untuk standar negara jepang (JIS 8811) kadar air maksimal 8 %, kadar abu maksimal 7 %, zat terbang range 15 – 30 %, kadar karbon range 60 – 80 % dan nilai kalor pada range 5000 – 6000 cal/g. Berbeda dengan kedua standar negara tersebut, Eropa memiliki standar briket (CSN EN 1860) dengan kadar air 15 %, kadar abu 3 % dan nilai kalor minimal 3500 cal/g.
Proses karbonisasi biomassa banyak dilakukan karena memiliki keunggulan antara lain jumlah bahan baku yang dibutuhkan sedikit dan alat serta prosesnya sederhana dengan menggunakan konsumsi energi yang rendah pula berkisar 14-30 kWh (Hu,dkk., 2018). Partikel-partikel zat arang yang dihasilkan dari proses karbonisasi perlu direkatkan dengan menggunakan zat perekat agar dihasilkan briket yang kompak dan tidak mudah pecah saat digunakan pada tungku masak. Perekat ( binder ) yang dapat digunakan yaitu pati, dekstrin dan tepung (Saleh, 2013). Adapun kriteria binder yang dapat digunakan sebagai bahan pengikat yaitu memiliki gaya kohesi yang baik dengan arang briket, mudah dibakar dan tidak berasap serta tidak beracun (Bhakti,dkk., 2014). Pemilihan perekat ( binder ) yang tepat sangat penting karena dapat meningkatkan mutu briket. Perekat yang selama ini digunakan antara lain tepung tapioka, tepung biji nangka, dan tepung biji durian.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk membuat biobriket dengan beberapa bahan baku dan perekat melalui metode karbonisasi. Pada penelitian Bhakti.,dkk. (2014), pembuatan biobriket menggunakan kulit durian dengan variasi perekat dari biji nangka dan biji durian. Menunjukkan bahwa tepung biji durian memberikan hasil kualitas briket yang lebih baik dikarenakan biji durian mengandung pati sebanyak 10 % (Kushiyama, 2009), kandungan amilosa dan amilopektin 43,6 %, dimana kandungan amilosa larut dalam air sehingga menciptakan struktur keras pada briket, sedangkan amilopektin tidak larut dan air dan memiliki sifat
lengket sehingga arang akan menyatu dengan baik (Putri dan Fenny, 2015) . Begitupula dengan Fardani dan Siti (2018) melakukan penelitian pembuatan briket campuran kulit durian dan buah bintaro dengan perekat tepung biji durian dengan briket yang dihasilkan memiliki kadar air 7,3 %, kadar zat menguap 89,5 % dan nilai kalor tertinggi 5721 kal/g. Penelitian dengan bahan baku sekam padi banyak dilakukan dengan mencampur biomassa lain untuk meningkatkan nilai kalor, seperti yang dilakukan Sugiharto., dkk. (2021) membuat briket sekam padi dengan ampas tebu dengan perekat tepung tapioka dengan briket yang dihasilkan mencapai 6000 kal/gram. Umumnya sekam padi menghasilkan nilai kalor 3000 kal/g (Lestari, 2021). Selain dengan kombinasi biomassa yang digunakan sebagai bahan baku briket, optimalisasi peningkatan nilai kalor juga dapat dilakukan dengan menambahkan minyak jelantah seperti penelitian Widodo (2016). Pencelupan minyak jelantah terhadap briket yang dihasilkan dapat meningkatkan nilai kalor biobriket campuran sampah kebun dan kulit kacang menjadi 7000 kal/g.
Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis perekat dan perendaman minyak jelantah pada pembuatan biobriket dengan proses karbonisasi pada temperature 300 ºC menggunakan bahan baku sekam padi dan variasi perekat tepung tapioka dan tepung biji durian. Biobriket yang telah diuji analisa proksimatnya (Kadar air, kadar abu, kadar zat terbang, karbon terikat dan nilai kalor) dilanjutkan dengan perendaman di minyak jelantah selama 10 menit untuk optimalisasi kualitas briket (Widodo, 2016).
## 2. METODOLOGI PENELITIAN
Proses uji analisa proksimat yang mencakup uji kadar air, kadar abu, kadar zat terbang, kadar karbon terikat serta nilai kalor yang diuji tanpa treatment pencelupan minyak jelantah dan dengan treatment pencelupan minyak jelantah.
Sekam padi dikumpulkan dan dibersihkan dari kotoran yang ada dan terbawa saat proses pengambilan sekam padi. Sekam padi yang telah bersih kemudian dijemur di bawah sinar matahari selama 3-4 hari hingga berat konstan.
Perekat yang digunakan adalah tepung biji durian (Hasil Bumiku Corp) dan tepung tapioka (PT. Budi Starch & Sweetener , TBK). Pertama–tama disiapkan tepung biji durian yang telah ditimbang sesuai dengan perbandingan rasio sekam : binder (3 : 1, 1 : 1, 1 : 3). Arang halus yang sudah diayak tersebut dicampur ( binding ) dengan tepung tapioka dan biji durian dengan bervariasi rasio 3:1; 1:1 dan 1:3 pada mixing bowl dimana perekat dicampur dengan air sebanyak 3 kali dari berat perekat. Apabila air kurang dari rasio tersebut maka tepung yang digunakan kurang menyatu dengan sempurna sampai membentuk cairan menyerupai lem. Tepung tapioka ini difungsikan sebagai perekat dan diaduk hingga merata. Ambil cetakan pipa PVC silinder dengan dimensi 5 cm x 2,5 cm x 1 cm untuk mencetaknya dan masukkan campuran perekat dan serbuk arang sekam padi tadi. Hal yang sama juga dilakukan pada perekat tepung biji durian. Setelah
2.1. Proses persiapan bahan baku
Setelah sekam padi dikeringkan kemudian dilakukan proses pengarangan sekam padi dengan menggunakan furnace tipe FH - 12 (Daihan Scientific Co, Ltd, Korea) pada suhu 300 º C selama 60 menit. Setelah dikeluarkan dalam furnace, bioarang sekam padi dihaluskan menggunakan alu dan mortar lalu diayak menggunakan sieve tray 60 mesh (ASTM E11,Indonesia).
2.3. Pembuatan briket dengan perekat tepung tapioka dan tepung biji durian
Gambar 1. Diagram alir proses pembuatan briket
sekam padi
## 2.2 Proses karbonisasi (pengarangan)
Pembuatan briket umumnya dilakukan secara karbonisasi (pengarangan biomassa). Proses pembuatan biobriket sekam padi pada penelitian ini memiliki empat tahap antara lain proses preparasi, proses karbonisasi sekam padi, proses pencetakan biobriket dengan perekat ( binder ) tepung tapioka dan tepung biji durian, seperti pada blok diagram pada Gambar 1 .
itu, biobriket yang sudah dicetak dioven (Memmert Gmbh&co, Jerman) selama 1 jam dengan suhu 110 ºC untuk menghilangkan kandungan air dan meningkatkan umur waktu simpan (Haryati,dkk., 2018)
## 2.4. Analisa Proksimat
Analisa Proksimat bertujuan untuk menetukan sifat fisika dan sifat kimia antara lain: kandungan air, kadar abu, kadar zar terbang, kadar karbon terikat dan nilai kalor dari briket.
## 1. Kandungan air (Inherent Moisture)
Kandungan air yang dikandung dalam briket dapat dinyatakan dalam uap air terikat. Kandungan uap air dapat ditentukan dengan cara memanaskan briket dengan suhu antara 104 – 110 ºC selama 1 jam hingga berat konstan (Widodo, 2016). Kadar air dihitung dengan persamaan 1:
Kadar air = ((a-b)/(a-c)) x 100 % (1)
Dimana a adalah masssa awal, b adalah massa setelah di oven dan c adalah massa cawan kosong. Repetisi penentuan kadar air dilakukan dua kali sampai nanti didapat kadar air rata-rata.
2.Kandungan abu ( ash content )
Abu dari sampel arang briket dihitung dengan cara menimbang hasil abu pembakaran pada suhu 550 ºC selama 2 jam. Perhitungan kandungan abu dilakukan dengan persamaan 2.
Kadar abu = ((m 3 -m 1 )/(m 2 -m 1 )) x 100 % (2)
Dimana m 1 adalah berat cawan kosong (gr), m 2 adalah berat cawan kosong ditambah sampel sebelum menjadi abu, m 3 adalah berat cawan kosong ditambah sampel setelah menjadi abu. Repetisi penentuan kadar abu dilakukan dua kali sampai nanti didapat kadar abu rata-rata (Widodo., dkk, 2016).
3. Kandungan zat terbang ( volatille matter )
Kadar zat terbang menentukan kualitas briket. Apabila kadar zat terbang briket kurang lebih 40 % pada pembakaran maka akan memperoleh nyala yang panjang dan akan memberikan asap yang banyak. Sedangkan untuk kadar volatile matter rendah antara 15 – 25 % lebih disenangi dalam pemakaian karena asap yang dihasilkan sedikit. Analisa kadar zat terbang dilakukan pada suhu 900 ºC selama 1 jam dihitung dengan persamaan 3 berikut.
Kadar VM = 100 – ((b-c)/a) x 100 % (3)
Dimana a adalah massa awal, b adalah massa setelah di oven dan c adalah massa cawan kosong. Repetisi
penentuan kadar zat terbang dilakukan dua kali sampai nanti didapat kadar zat terbang rata-rata.
4. Kadar Karbon Terikat ( Fixed Carbon )
Kandungan karbon terikat ditentukan dengan perhitungan persamaan 4.
Kadar FC= 100% - (%IM + % Ash + % VM)
Dimana FC adalah karbon terikat , IM adalah kadar air, Ash adalah kandungan abu dan VM adalah kadar zar terbang.
4.Nilai Kalor ( calorific value )
Sampel diuji nilai kalornya dengan menggunakan kalorimeter bom ( Bomb Calorimeter ) tipe AC600 (LECO, United States). Sampel dengan perlakuan tanpa perendaman minyak jelantah dan dengan perendaman minyak jelantah diuji nilai kalornya dan dibandingkan hasilnya.
## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian biobriket digunakan suhu karbonisasi 300 ºC. Pemanasan diatas 300 º C akan menyebabkan briket yang dihasilkan menjadi mudah rapuh dikarenakan terlalu banyak rantai selulosa yang pecah (Fairus,dkk., 2011). Hasil uji kualitas briketnya meliputi pengujian sifat fisik dan kimia yaitu kadar air , kadar abu, kadar zat mudah menguap, kadar karbon terikat , dan nilai kalor.
3.1. Pengaruh jenis binder terhadap kadar air
Kadar air merupakan parameter yang mempengaruhi kualitas biobriket. Semakin rendah kadar air pada biobriket maka semakin baik kualitas biobriket dengan nilai kalor semakin tinggi karena panas yang dihasilkan tidak terbuang untuk menguapkan air dan langsung digunakan sebagai panas pembakaran. Sebaliknya, semakin tinggi kadar air didalam biobriket maka dapat menyebabkan nilai kalor yang dihasilkan juga rendah hal ini disebabkan karena panas yang dihasilkan banyak terserap untuk menguapkan air pada briket tersebut (Sarmoko,. dkk, 2013). Gambar 2 menampilkan hasil uji pengaruh variasi rasio bahan baku: perekat terhadap kadar air.
0 5 10 15 1:3 1:1 3:1 K a da r A ir (%) Rasio sekam padi : binder (w/w) Tepung Tapioka Tepung Biji
Durian
Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa, pada variasi massa perekat mempengaruhi nilai dari kadar air biobriket. Semakin banyak perekat yang digunakan maka semakin tinggi kadar air pada briket. Hal ini disebabkan untuk melarutkan tepung tapioka (TT) maupun tepung biji durian (TBD) agar menjadi perekat dibutuhkan air sebanyak 3 kali % berat tepung. Hal ini menyebabkan kadar air pada rasio sekam padi: binder 1:3 menjadi besar yaitu 11 % untuk varian binder tepung tapioka dan 10 % untuk varian binder tepung biji durian. Sebaliknya jika massa perekat ( binder ) yang digunakan semakin sedikit maka kadar air pada biobriket semakin kecil yaitu 8 % untuk varian binder tepung tapioka dan 4,6
% untuk varian tepung biji durian pada rasio sekam padi banding binder 3:1. Hal ini sesuai dengan penelitian Sugiharto dan Lestari (2021) yang menyatakan bahwa semakin banyak massa campuran bahan baku dan perekat akan menghasilkan kadar air yang tinggi. Selain itu kadar air pati sagu (41,07 % sampai 43,68 %) lebih tinggi dari kadar air pati biji durian (9,36 % - 9,64 %). Hal ini menyebabkan tepung tapioka dari sagu menghasilkan kadar air yang tinggi pula (Surianto., dkk, 2015).
Dari hasil kadar air yang diperoleh sebesar 4,63
% - 11,86 % dapat dilihat bahwa kadar air briket sekam padi dengan perekat tepung tapioka maupun tepung biji durian telah memenuhi standar kualitas briket Indonesia menurut SNI 01-6235-2000 dan PERMEN No. 047 Tahun 2006 yaitu maksimal 8 % dan maksimal 15 % maupun Jepang (JIS 8811) dan Eropa (CSN EN 1860-2) yaitu maksimal 8 % dan 15 %.
3.2. Pengaruh jenis binder terhadap kadar abu
Kadar abu mempengaruhi kualitas biobriket dimana semakin rendah kadar abu maka semakin tinggi nilai kalor briket dan meningkatkan kualitas briket yang dihasilkan. Kadar abu sangat dipengaruhi oleh jenis bahan baku untuk pembuatan biobriket (Sarmoko,. dkk, 2013). Gambar 3 merepresentasikan hasil uji pengaruh rasio sekam padi: binder terhadap kadar abu.
Gambar 3. Kadar Abu Biobriket Sekam Padi
Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa semakin besar komposisi sekam padi maka semakin tinggi kadar zat abu yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan bahan baku sekam padi mengandung abu mineral sebanyak 13,87 % yang dapat menyebabkan kadar abu yang dihasilkan tinggi (Sugiharto.,dkk, 2021). Hal ini selaras dengan penelitian Sugiharto., dkk. (2021) yang menyatakan bahwa kadar abu pada bahan baku sekam padi merupakan pengotor yang dapat menghasilkan sisa pembakaran berupa abu dan jelaga.
Dari hasil kadar abu pada biobriket sekam padi dengan perekat tepung tapioka maupun tepung biji durian dengan nilai (21 % - 41 %) belum memenuhi standar kualitas briket baik menurut SNI 01-6235- 2000 maupun PERMEN No. 047 Tahun 2006 yaitu maksimal 8 % dan 10 %, begitupun dengan standar negara Eropa (CSN EN 1860-2) dan Jepang (JIS 881) yaitu maksimal 3 % dan 7 %.
3.3. Pengaruh jenis binde r terhadap zat terbang Kadar zat terbang ( volatile matter ) terhadap kualitas biobriket karena kadar zat terbang ( volatile matter ) yang rendah maka akan menyebabkan biobriket sulit untuk dinyalakan atau dibakar. Sedangkan, apabila kadar zat terbang yang tinggi juga dapat menimbulkan asap yang relatif banyak saat briket dibakar. Gambar 4 menampilkan hasil uji pengaruh rasio sekam padi berbanding binde r terhadap kadar zat terbang dengan variasi perekat ( binder ) tepung tapioka (TT) dan tepung biji durian (TBD).
Gambar 4 . Kadar Zat Terbang Biobriket Sekam
Padi
Dari Gambar 4, biobriket sekam padi dengan perekat (binder) tepung tapioka mengandung zat terbang yang cukup tinggi yaitu 45 % pada rasio sekam padi banding binder 3:1, dan 48 % - 53 % pada rasio sekam padi banding binder 1: 1 da 3 : 1.
Hal serupa juga terlihat pada perekat ( binder ) tepung biji durian, namun perekat jenis ini menghasilkan zat terbang yang lebih rendah yaitu 39 %, 47 % dan 49 % pada rasio bahan baku : perekat 1:3, 1:1, dan 3:1. Dilihat dari perbandingan jenis binder perbedaannya tidak terlalu signifikan, namun perbandingan yang terbaik adalah pada rasio sekam padi banding perekat tepung biji durian 1:3 karena menghasilkan zat terbang yang paling rendah yaitu 39 %.
0 10 20 30 40 50 1:3 1:1 3:1 K ada r A b u (%) Rasio sekam padi : binder (w/w) Tepung Tapioka Tepung Biji Durian 0 10 20 30 40 50 60 1:3 1:1 3:1 Z a t T er b a n g (%) Rasio sekam padi : binder (w/w) Tepung
Tapioka
Tepung Biji
Durian
Kadar zat terbang yang tinggi pada briket disebabkan oleh proses karbonisasi yang kurang optimal. Semakin besar suhu dan waktu karbonisasi maka zat menguap yang terbuang menjadi semakin banyak sehingga kadar zat terbang yang dihasilkan rendah (Sarmoko,. dkk, 2013). Sebaliknya bila suhu dan waktu karbonisasi kurang maka zat yang menguap sedikit sehingga kadar zat terbang menjadi tinggi. Semakin rendah kadar zat terbang maka semakin baik kualitas briket dengan kadar zat terbang adalah maksimal 10 % menurut SNI, hal ini sesuai dengan pendapat Rahmadani., dkk. (2017). Dari hasil yang diperoleh, kadar zat terbang biobriket sekam padi dengan perekat tepung tapioka dan tepung biji durian masih belum memenuhi kualitas briket Indonesia namun mendekati kualitas briket Jepang dengan zat terbang maksimal 30 %. Hal ini memungkinkan untuk kedepannya briket dari sekam padi ini dapat diekspor di negara yang telah memenuhi standar negara tersebut seperti Jepang. Untuk pemenuhan kebutuhan di Indonesia masih perlu dilakukan perbaikan dari segi komposisi agar kadar abu, kadar zat terbang dan kadar karbon sesuai SNI.
3.4. Pengaruh jenis binder terhadap karbon terikat
Kadar karbon terikat mempengaruhi kualitas briket dimana semakin tinggi kadar karbon terikat maka semakin baik kualitas briket yang dihasilkan dikarenakan apabila kadar karbon terikat tinggi akan membuat waktu pembakaran lama dan waktu penyalaan yang relatif lebih singkat (Sarmoko,. dkk, 2013). Gambar 5 menunjukkan hasil uji pengaruh rasio bahan baku dan perekat (binder ) terhadap kadar karbon terikat.
Gambar 5. Kadar karbon terikat biobriket
Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa, jenis variasi perekat ( binder ) mempengaruhi nilai dari kadar karbon terikat briket sekam padi. Pada varian perekat tepung tapioka (TT) dengan rasio sekam padi : binder 1:3 yang menunjukkan dominan perekat menghasilkan kadar karbon terikat sebesar 19,9 %. Dari hasil kadar karbon terikat yang diperoleh dapat dilihat bahwa kadar karbon terikat briket sekam padi dengan binder tepung tapioka (TT) maupun tepung biji durian (TBD) masih belum
memenuhi standar kualitas briket baik menurut standar Indonesia maupun standar negara lain. Hal ini disebabkan karena jumlah kadar abu (19 – 40 %) dan kadar zat terbang (40 -50%) biobriket sekam padi yang dihasilkan tinggi sehingga kadar karbon terikat yang dihasilkan juga rendah dengan range 10 – 19,9 % sesuai dengan pendapat Sugiharto dan Lestari (2021). Dari hasil tersebut belum memenuhi Standar Nasional Indonesia minimal 77 %.
3.5. Pengaruh jenis binder terhadap nilai kalor Nilai kalor merupakan mutu paling penting dalam pembuatan briket sebagai bahan bakar. Nilai kalor merupakan jumlah panas baik yang diserap maupun yang dilepaskan oleh benda (Santosa, 2010). Semakin tinggi nilai kalor maka semakin baik juga kualitas briket yang dihasilkan. Nilai kalor sangat dipengaruhi oleh bahan baku karena setiap bahan baku memiliki nilai kalor yang berbeda-beda sesuai komponen lignoselulosa dan komposisi kimia penyusunnya. Gambar 6a dan 6b adalah hasil uji pengaruh rasio bahan baku dan perekat ( binder) terhadap nilai kalor tanpa pencelupan minyak jelantah dan dengan pencelupan minyak jelantah.
Gambar 6 (a) Nilai kalor biobriket Sekam Padi Tanpa Pencelupan (TP) Minyak Jelantah; (b) Nilai Kalor biobriket Sekam Padi dengan Pencelupan (P) Minyak Jelantah.
Pada Gambar 6a menampilkan hasil nilai kalor pada biobriket sekam padi dengan variasi perekat tepung tapioka dan tepung biji durian tanpa
0 5 10 15 20 1:3 1:1 3:1 K a rb o n T er ika t (%) Rasio sekam padi : binder (w/w) Tepung Tapioka Tepung Biji Durian 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 1:3 1:1 3:1 N il a i K a lo r (ka l/ g) Rasio Sekam Padi : binder (w/w) Tepung Tapioka Tepung Biji Durian 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 1:3 1:1 3:1 N il a i K a lo r (ka l/ g) Rasio Sekam Padi : binder (w/w) Tepung Tapioka Tepung Biji Durian a . . b .
.
pencelupan minyak jelantah. Dari hasil yang diperoleh biobriket sekam padi dengan binder tepung tapioka memiliki nilai kalor 2841 – 3055 kal/g dan biobriket dengan tepung biji durian memiliki nilai kalor 2633 – 3502 kal/g. Dengan variasi rasio terbaik masing-masing binder adalah pada rasio bahan baku banding binder 1:3. Biobriket sekam padi berperekat tepung biji durian memiliki nilai kalor yang lebih tinggi dibandingkan tepung tapioka.
Dengan perlakuan pencelupan minyak jelantah, nilai kalor biobriket sekam padi variasi perekat tepung tapioka dan tepung biji durian mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini disebabkan pori-pori pada briket menyerap minyak jelantah sehingga nilai kalor setelah pencelupan minyak jelantah lebih tinggi dibandingkan dengan nilai kalor biobriket tanpa pencelupan minyak jelantah (Widodo, 2016). Peningkatan setelah pencelupan minyak jelantah tersebut tampak pada biobriket sekam padi berperekat tepung tapioka rasio 1:3 dari 3055 kal/g menjadi 3651 kal/g, rasio 1:1 dengan nilai kalor 2841 kal/g menjadi 3500 kal/g, dan rasio 3:1 dari nilai kalor 3029 kal/g menjadi 3558 kal/g setelah pencelupan minyak jelantah. Hal ini juga terjadi pada biobriket sekam padi varian perekat (binder) tepung biji durian rasio 1:3 dari nilai kalor tanpa pencelupan sebesar 3502 kal/g menjadi 4818 kal/g, rasio 1:1 dari 3000 kal/g menjadi 5671 kal/g dan rasio 3: 1 dari nilai kalor 2633 kal/g menjadi 5332 kal/g setelah pencelupan minyak jelantah. Hal ini sesuai dengan penelitian Widodo (2016) yang menjadi rujukan bahwa pencelupan minyak jelantah dapat meningkatkan nilai kalor 5 – 50 % setelah pencelupan. Kandungan asam lemak jenuh pada minyak jelantah mengakibatkan minyak jelantah memiliki nilai kalor tinggi dan menjadi tambahan nilai kalor pada briket (Gunawan, 2003).
Dari hasil tersebut, biobriket sekam padi setelah pencelupan minyak jelantah telah memenuhi standar eropa dan beberapa memenuhi standar nasional Indonesia yaitu minimal 3500 kal/ g dan minimal 5000 kal/g. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menganalisa kualitas briket dari segi fisik seperti uji kuat tekan dan kerapuhan briket yang juga menjadi komponen standar briket berdasarkan SNI 01-6235-2000.
## 4. KESIMPULAN
Briket sekam padi dengan variasi perekat (binder) dan rasio bahan baku : binder menghasilkan briket terbaik pada rasio bahan baku : binder 3: 1 dengan jenis perekat ( binder ) tepung biji durian. Hasil uji proksimat terbaik pada variasi tersebut antara lain kadar air 4%, kadar abu 43 %, kadar zat terbang 39 %, kadar karbon terikat 10 %, namun nilai kalor terbaik dicapai pada rasio 1 : 1 dengan nilai kalor sebesar 5671 kal/g. Kadar air dan nilai kalor telah memenuhi SNI dan Permen ESDM,
sedangkan kadar zat terbang mendekati standar briket Jepang. Namun untuk kadar abu masih belum memenuhi standar baik SNI maupun standar negara lain. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan briket yang memiliki kadar abu yang sesuai dengan standar SNI dan analisa fisik briket seperti kuat tekan dan keausan.
## UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih untuk Universitas Sriwijaya yang telah mendanai penelitian ini dengan dana PNBP Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Tahun 2022.
## DAFTAR PUSTAKA
Allo, J.S.T., Andri, S., Ari,S.S., 2018. Pemanfaatan sekam padi untuk pembuatan biobriket menggunakan metode pirolisa. Jurnal Chemergy.2(1):17 – 23.
Bhakti, P.D., Mulia, A., Ellyta, S., Elly D.R., 2014. Pembuatan briket kulit durian dengan variasi campuran biomassa (arang cangkang sawit) dan variasi perekat. Abstact of Undergraduate Research of Bung Hatta University. 3(4): 1 – 13.
BSN (Badan Standarisasi Nasional), 2000. SNI 016235:2000 Briket Arang Kayu.
Diji., 2013. Electricity production from biomass in nigeria: options, prospects and challenges. Thesis. Department of Electrical Engineering University of Ibadan.
European Standard. 2005. Appliances, solid fuels and firelighters for barbecueing : Barbecue charcoal and barbecue charcoal briquettes - Requirements and test methods. CSN EN 1860-2.
Fardani, A.R., Siti, T., 2018. Pembuatan dan karakterisasi campuran kulit durian ( durio zibethinus mutt .) dan buah bintaro ( cerberra odollam g. ) sebagai bahan bakar briket. UNESA Journal of Chemistry. 7(3):112 – 118. Gunawan., Mudji T.M.A., Arianti, R. 2003. Analisa Pangan : Penentuan Angka Peroksida dan Asam Lemak Bebas pada Minyak Keledai dengan Variasi Menggoreng. JSKA., 6(3).
Harahap, F dam Reynolds, C. Y. 1994.
Termodinamika Teknik. Jakarta : Erlangga. Haryati, S., Rahmatullah, Rizka, W.P., 2018.
Torrefaction of durian peel and bagasse for bio-briquette as an alternative solid fuel. IOP Conference Series: Materials Science and Engineering., vol. 334, p.1-6.
Hu, W., Liang, F., Xiang, H., Zhang, J., Yang, X., Zhang, T., Mi, B., & Liu, Z., 2018. Co-firing characteristics of coal and masson pine investigating. Renewable Energy, 126, 563– 572.
Japanese Industrial Standards. 2016. Coal and coke: solid fuel.JIS 8811).
Jasman., 2011. Uji coba arang sekam padi sebagai media filtrasi dalam menurunkan kadar fe pada air sumur bor di asrama jurusan kesehatan lingkungan manado. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 1(1), 49–53.
Lestari, R.A.S., 2021. Briket biomassa dari jerami padi, sampah daun, dan kotoran sapi. Inovasi Teknik Kimia. 6(2): 66-72.
Kementerian ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral)., 2006. Peraturan menteri energi dan sumber daya mineral. No 047 tahun 2006 tentang pedoman pembuatan dan pemanfaatan briket batubara dan bahan bakar padat berbasis batu bara.
Kushiyama, M., Shimazaki, Y., Murakami, M., Yamashita, Y., 2008. Relationship between intake of green tea and periodontal disease. Journal Periodontol. 80 (1): 372 – 377.
Putri,. Fenny., 2015. Pengaruh massa tepung maizena dan plasticizer (sorbitol) terhadap kualitas plastik biodegradable dari tepung biji durian. Skripsi. Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Sriwijaya.
Rahmadani., Hamzah, F., Hamzah, F. H., 2017. Pembuatan briket arang daun kelapa sawit (elaeis guineensis jacq) dengan perekat pati sagu. Jomfaperta UR, 4(1), 1–11.
Saleh, A., 2013. Efisiensi konsentrasi perekat tepung tapioka terhadap nilai kalor pembakaran pada biobriket batang jagung (zea mays l.). Jurnal Teknosains, 7(1): 78-89.
Sarmoko, M.E.A., Danang, D.S., Aris, B., 2013. Karakterisasi Briket dari Limbah Pengolahan Kayu Sengon dengan Metode Cetak Panas. Journal of Mechanical Engineering Learning. 2(1): 1-8.
Siswani D.E, Krisatianingrum, S., Suwardi., 2012. Sintesis dan karakterisasi biodisel dari minyak jelantah pada berbagai waktu dan suhu. Skripsi, Jurusan Kimia, Universitas Negeri Yogyakarta.
Soltani, N., Bahrami, A., Pech-Ganul, M. I., Gonzalez, L. A., 2015. Review on the physicochemical treatments of rice husk for production of advanced materials. Chemical Engineering Journal, 264: 899-935.
Sugiharto, A., Indah, D.L. 2021. Briket campuran ampas tebu dan sekam padi menggunakan karbonisasi secara konvensional sebagai energi alternatif. Inovasi Teknik Kimia. 6(1):1 -6.
Surianto., Akhyar, A., Noviar, H., 2015. Mutu pati sagu yang dihasilkan dari perendaman empulur sagu. Jom Faperta Vol.2 No.1
Tjahjono, T., Rachman, A., Subroto., 2018. Analisis pengaruh pembakaran briket campuran ampas tebu dan sekam padi dengan membandingkan pembakaran briket masing-masing biomass. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin. 19(1): 1–6.
Wang, S., Luo, K., Hu, C., Sun, L., Fan, J., 2018.
Impact of operating parameters on biomass gasification in a fluidized bed reactor: an eulerian-lagrangian approach. Powder Technology, 333: 304–316.
Widodo, A.A. (2016). Pengaruh tekanan terhadap karakteristik briket bioarang dari sampah kebun campuran dan kulit kacang tanah dengan tambahan minyak jelantah. Skripsi, Jurusan Teknik Kimia, Universitas Islam Indonesia.
|
1e5745af-8360-4744-8acf-627a6a7c3da8 | https://journals.unisba.ac.id/index.php/JRA/article/download/1786/1171 |
## Pengaruh Kineja Lingkungan dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Tingkat Profitabilitas
Desi Raihan Ramdiani, Nurleli*
Prodi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Bandung, Indonesia.
## A R T I C L E I N F O
Article history : Received : 11/2/2023 Revised : 21/6/2023
Published : 14/7/2023
Creative Commons Attribution- NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Volume : 3
No. : 1
Halaman : 57-64
Terbitan : Juli 2023
## A B S T R A K
Tingkat pofitabilitas perusahaan merupakan salah satu aspek terpenting dalam kinerja perusahaan, sebab dapat memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Dalam kegiatan perusahaan pun tidak akan bisa lepas dari lingkungan masyarakat, oleh karenanya perlu bagi perusahaan untuk memperhatikan masalah pertanggungjawaban dan pengelolaan atas lingkungannya. Apalagi bagi perusahaan yang kegiatan aktivitasnya mengeksplorasi sumber daya alam, seperti perusahaan pertambangan. Perusahaan juga harus memiliki tanggung jawab sosial dengan pengungkapkan Corporate Social Responsibility , sebab transparansi dalam pengungkapan tersebut dapat membangun konsep pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kinerja lingkungan dan pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap tingkat profitabilitas perusahaan dengan proksi Return on Asset (ROA) pada sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2018-2021. Penelitian ini menggunakan metode verifikatif dengan pendekatan kuantitatif, dengan teknik purposive sampling sehingga memperoleh sampel sebanyak 16 perusahaan. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kinerja lingkungan berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas perusahaan dengan proksi ROA dan pengungkapan Corporate Social Responsibility tidak berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas perusahaan dengan proksi ROA.
Kata Kunci : Kinerja Lingkungan; Pengungkapan Corporate Social Responsibility; Return on Asset.
## A B S T R A C T
The level of company profitability is one of the most important aspects of company performance, because it can provide a measure the level of effectiveness of a company's management. The company's activities can’t be separated from the community environment, therefore it’s necessary for companies to pay attention to issues of accountability and management of their environment. Especially for companies whose activities are exploring natural resources, such as mining companies. Companies must also have social responsibility by disclosing Corporate Social Responsibility, because transparency in disclosure can build the concept of sustainable development. Therefore, this study aims to determine the effect of environmental performance and disclosure of Corporate Social Responsibility on the level of company profitability by proxy Return on Assets (ROA) in the mining sector listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) in 2018-2021. This study used a purposive sampling technique to obtain a sample of 16 companies. Based on the results of hypothesis test, it shows that environmental performance has an effect on the level of company profitability by proxy for ROA and disclosure of Corporate Social Responsibility has no effect on the level of company profitability by proxy for ROA.
Keywords : Environmental Performance; Disclosure of Corporate Social Responsibility; Return on Assets
@ 2023 Jurnal Riset Akuntansi Unisba Press. All rights reserved.
Desi Raihan Ramdiani et al. Pengaruh Kineja Lingkungan dan Pengungkapan....
## A. Pendahuluan
Memahami pendorong kesuksesan sangat penting untuk membangun perusahaan. Salah satu pendorong tersebut dengan mengukur kinerja perusahaan. Aspek terpenting dalam kinerja perusahan adalah kinerja keuangan. Kinerja keuangan berkaitan erat dengan profitabilitas perusahan. Profitabilitas adalah rasio yang digunakan dalam mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan (Hansen & Mowen, 2017). Tingginya ukuran profitabilitas yang yang dimiliki perusahaan akan menunjukan tingkat kesuksesan kinerja pada perusahaan tersebut. Profitabilitas menjadi salah satu acuan yang berpengaruh terhadap kebijakan investor dan kreditur. Salah satu jenis pengukuran rasio profitabilitas yaitu ROA ( Return of Asset ).
Profitabilitas juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Sehingga, intinya penggunaan rasio profitabilitas menunjukan tingkat efisiensi perusahaan. Profitabilitas memiliki makna penting dalam usaha perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidup jangka panjang, sebab, profitabilitas dapat menunjukan apakah perusahaan tersebut memiliki prospek baik atau tidaknya dimasa depan.
Di Indonesia sendiri, ada beberapa perusahaan sektor pertambangan yang terindikasi merugi. Hal tersebut terjadi akibat beberapa faktor misalnya adanya penambangan ilegal yang menimbulkan kerusakan pada lahan atau kawasan penambangan, akibat adanya pembiaran serta minimnya pengawasan dari pihak berwenang. Selain itu, terdapat mafia tambang yang diduga menggunakan aparat penegak hukum untuk mengintimidasi para investor agar melepas kepemilikan tambang. Maraknya mafia tambang ini muncul akibat kurangnya audit pengawasan lapangan, ilegal minning serta lemahnya tata kelola dan perizinan sektor pertambangan. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa profitabilitas yang buruk salah satunya dapat disebabkan oleh faktor lingkungan.
Menurut ISO 14001 (1998) kinerja lingkungan merupakan seluruh pencapaian perusahaan atas memperoleh hasil dari manajemen lingkungan, yang terkait dengan control atas aspek-aspek lingkungannya. Pengkajian kinerja lingkungan didasarkan pada kebijakan lingkungan, sasaran lingkungan dan target lingkungan. Pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan kehutanan (KLHK) melakukan Program peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER). Program ini menunjukkan tingkat keberhasilan dalam upaya mengatur dan mengatasi pencemaran pada perusahaan. Sistem peringkat kinerja PROPER mencakup pemeringkatan perusahaan dalam lima warna yang akan diberi skor secara berturut-turut dengan nilai tertinggi 5 untuk warna emas dan terendah 1 untuk warna hitam (Putri & Herawati, 2017).
Tingkat ketaatan kinerja PROPER pada perusahaan di Indonesia pada tahun 2021 masih cukup rendah. Tingkat ketaatan perusahaan yang tidak taat mencapai 25% dan yang taat sebanyak 75%. Dimana diindikasikan, terdapat 1 perusahaan dari 4 perusahaan tidak taat ketentuan peraturan perundang-undangan lingkungan. Padahal penilaian PROPER merupakan tolak ukur kinerja perusahaan dalam upaya pengelolaan lingkungan di Indonesia. Hasil penelitian Nisa et al. (2020) dihasilkan bahwa kinerja lingkungan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas dengan ROA sebagai indikator pengukurannya.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas, memiliki makna bahwa perusahaan tidak hanya bertanggung jawab pada kinerja keuangan saja namun harus tetap memiliki tanggung jawab sosial. Tanggung jawab sosial ini sering disebut juga Corporate Social Responsibility (CSR). The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD), merumuskan Corporate Social Responsibility sebagai komitmen dari bisnis/perusahaan untuk berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, seraya meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat lainnya
Transparansi dalam pengungkapan Corporate Social Responsibility dapat membangun konsep Sustainable Development atau pembangunan berkelanjutan. Konsep ini diharapkan akan menciptakan pertumbuhan dan keadilan ekonomi; pembangunan sosial; perlindungan lingkungan; dan good governance . Pelaporan Corporate Social Responsibility memiliki tiga kategori indikator pengungkapan menurut Global Reporting Intiative (GRI)-G4 (Global Sustainability Standards Board), yaitu kategori ekonomi, kategori lingkungan, dan kategori sosial (kategori praktek ketenagakerjaan dan kenyamanan bekerja, kategori hak asasi manusia, kategori masyarakat, dan kategori tanggung jawab terhadap produk) (Faiqoh & Mauludy, 2019). Pengungkapan Corporate Social Responsibility di Indonesia masih bersifat sukarela, sehinggaa masih
## Jurnal Riset Akuntansi (JRA)
banyak perusahaan yang tidak mengumumkan ataupun melaporkan dana Corporate Social Responsibility (Gunawan & Lubis, 2016). Hasil penelitian dari Putra (2015) bahwa terdapat pengaruh signifikan Corporate Social Responsibility terhadap Profitabilitas perusahaan yang diukur dengan Return on Asset (ROA).
Berdasarkan latar belakang yang telah dipapakan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: (1) Berapa besar pengaruh kinerja lingkungan terhadap tingkat profitabilitas perusahaan dengan proksi Return on Asset (ROA) pada sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2018-2021?, (2) Berapa besar pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap tingkat profitabilitas perusahaan dengan proksi Return on Asset (ROA) pada sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2018-2021?
Selanjutnya, tujuan dalam penelitian ini dijelaskan dalam pokok-pokok sebagai berikut: (1) Mampu mengetahui pengaruh kinerja lingkungan terhadap tingkat profitabilitas perusahaan dengan proksi Return on Asset (ROA) pada sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2018-2021, (2) Mampu mengetahui pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap tingkat profitabilitas perusahaan dengan proksi Return on Asset (ROA) pada sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2018-2021.
## B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode verifikatif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Sampel penelitian ini yaitu sebanyak 16 perusahaan dengan jumlah populasi 64 perusahaan menggunakan metode purposive sampling . Data yang digunakan berupa data sekunder yang diperoleh dari www.idx.co.id. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan teknik dokumentasi.
## C. Hasil dan Pembahasan
Analisis Statistik Deskriptif
Tabel 1. Hasil Analisis Statistik Deskriptif
Tingkat Profitabilitas Kinerja Lingkungan Pengungkapan CSR Mean 0.105452 3.171875 0.301559 Median 0.54500 3.000000 0.278400 Maximum 0.520200 5.000000 0.487200 Minimum 0.002000 2.000000 0.223400 Std. Dev. 0.123336 0.702709 0.073542
Berdasarkan tabel di atas, variabel tingkat profitabilitas dengan proksi Return on Asset (ROA) bahwa nilai rata-rata ( mean ) yaitu sebesar 0,105452 atau 10,5%. Nilai median yaitu sebesar 0,054500 atau 5,45%. Nilai maksimum yaitu sebesar 0,520200 atau 52% dan nilai minimum yaitu sebesar 0.002000 atau 0,2%. Serta nilai standar deviasi ( standard deviation ) yaitu sebesar 0,123338 atau 12,3%.
Variabel kinerja lingkungan menunjukan bahwa nilai rata-rata ( mean ) yaitu sebesar 3,171875. Nilai median yaitu sebesar 3,000000. Nilai maksimum yaitu sebesar 5,000000 dan nilai minimum yaitu sebesar 2,000000. Serta nilai standar deviasi ( standard deviation ) yaitu sebesar 0,702709.
Variabel pengungkapan Corporate Social Responsibility menunjukan bahwa nilai rata-rata ( mean ) yaitu sebesar 0,301569. Nilai median yaitu sebesar 0,278400. Nilai maksimum yaitu sebesar 0,487200 dan nilai minimum yaitu sebesar 0,223400. Serta nilai standar deviasi ( standard deviation ) yaitu sebesar 0,073542.
## Uji Regresi Data Panel : Uji Chow
Dalam uji chow digunakan hipotesis yaitu, sebagai berikut (Maulina & Muslim, 2023): Ho : Apabila nilai sig. > 0,05 maka model yang dipilih Common Effect .
Ha : Apabila nilai sig. < 0,05 maka model yang dipilih Fixed Effect .
## Tabel 2. Hasil Uji Chow
Redudant Fixed Effects Test Equation : FEM
## Test cross-section fixed effects
Effect Test Statistic df Prob. Cross-section F 10.007219 (15.46) 0.0000 Cross-section Chi-Square 92.801638 15 0.0000
Sumber: Hasil olah data eviews, 2023
Berdasarkan hasil uji chow diatas dapat menunjukkan bahwa nilai profitabilitas untuk cross-section F yaitu sebesar 0,0000 yakni nilai sig. < 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa Fixed Effect Model lebih baik dibandingkan dengan Common Effect Model.
## Uji Regresi Data Panel : Uji Hausman
Dalam uji hausman digunakan hipotesis yaitu, sebagai berikut (Maulina & Muslim, 2023): Ho : Apabila nilai sig. > 0,05 maka model yang dipilih Random Effect . Ha
: Apabila nilai sig. < 0,05 maka model yang dipilih Fixed Effect .
Tabel 3. Hasil Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test Equation : FEM
Test cross - section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. df Prob. Cross-section random 3.517574 2 0.0225
Sumber: Hasil Olah Data Eviews, 2023
Berdasarkan hasil uji hausman diatas dapat menunjukkan bahwa nilai profitabilitas ( Prob .) Cross- section Random yaitu sebesar 0,0225 yakni nilai sig. < 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa Fixed Effect Model lebih baik dibandingkan dengan Random Effect Model. Berdasarkan hasil uji chow dan uji hausman dapat disimpulkan bahwa fixed effect model merupakan model terbaik yang akan digunakan dalam penelitian ini.
Uji Asumsi Klasik : Uji Normalitas
Sumber: Hasil Olah Data Eviews, 2023
Gambar 1. Hasil Uji Normalitas
0 2 4 6 8 10 12 14 -1.0 -0.5 0.0 0.5
1.0
1.5 Series: Standardized Residuals Sample 2018 2021 Observations 64
Mean 6.94e-18 Median 0.014205 Maximum 1.508710 Minimum -1.236257 Std. Dev. 0.609168 Skewness 0.066365 Kurtosis 2.594362 Jarque-Bera 0.485759 Probability 0.784366
## Jurnal Riset Akuntansi (JRA)
Hasil uji normalitas di atas menggunakan Histogram-Normality Test , diperoleh bahwa nilai Probability Jarque-Bera Test (JB) sebesar 0,784366 atau > 0.05 sehingga berarti data residual berdistribusi normal.
Uji Asumsi Klasik : Uji Multikolinieritas
Tabel 4. Hasil Uji Multikolinieritas
Variable Confident Variance Uncentered VIF Centered VIF C 1.995542 78.20618 NA LOG(KINERJA LING… 0.646452 33.55736 1.046596 LOG(PENGUNGKAP… 0.531138 32.29207 1.046596
Sumber: Hasil Olah Data Eviews, 2023
Hasil Uji multikolinieritas menunjukan bahwa nilai Centered VIF sama-sama sebesar 1,046596 < 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini tidak terjadi multikolonieritas.
Uji Asumsi Klasik : Uji Heteroskedastisitas
Tabel 5. Hasil Uji Heteroskedastisitas Heteroskedasticity Test Breusch-Pagan-God frey Null hypothesis : Homoskedasticity F-statistic 1.329918 Prob.F(2.61) 0.272 Obs*R-squared 2.674049 Prob.Chi-Square(2) 0.2626 Scaled explained SS 2.415414 Prob.Chi-Square(2) 2989
Sumber: Hasil Olah Data Eviews, 2023
Hasil uji heteroskedastisitas menunjukkan bahwa nilai Prob. F sebesar 0,2721 dan Chi-Square sebesar 0,2626 nilai tersebut sama-sama > 0,05. Maka kesimpulan dari penelitian ini tidak mengindikasikan adanya heteroskedastisitas.
## Uji Asumsi Klasik : Uji Autokorelasi
Tabel. 6 Hasil Uji Autokorelasi Mean dependent var -2.917933 S.D dependent var 1.286770 Akaike info criterion 2.393305 Schwarz criterion 3.000491 Hannan-Quinn criter 2.632506 Durbin-Watson stat 2.168026 Sumber: Hasil Olah Data Eviews, 2023
Berdasarkan data tersebut nilai Durbin Watson sebesar 2,168026. Nilai tersebut akan dibandingkan dengan nilai tabel Durbin-Watson dengan menggunakan nilai signifikasi 0,05 dan 64 data serta 2 variabel (k=2). Maka diperoleh nilai dL=1,5315 dan dU=1,6601. Nilai Durbin-Watson menunjukan lebih besar dari batas (dU=1,6601) dan kurang dari 4-dU (4 - 1,6601=2,3399). Sehingga dapat disimpukan bahwa tidak terjadi autokorelasi karena nilai Durbin-Watson terletak pada 1,6601 < 2,168026 < 2,3399.
Analisis Regresi Linier Berganda dengan Fixed Effect Model
Tabel 7. Hasil Analisis Regresi
## Dependent Variable : LOG(TINGKAT_PROFITABILITAS)
Variable Coefficient Std.Error t-Statistic Prob. C 2.641108 3.873182 0.681896 0.4987 LOG(KINERJA_LINGKUNGAN) -2.719358 1.268639 -2.143524 0.0374 LOG(PENGUNGKAPAN_CSR) 2.022995 2.774599 0.729113 0.4696
Sumber: Hasil Olah Data Eviews, 2023
Berdasarkan tabel di atas menujukkan bahwa hasil regresi linier berganda dengan data panel berdasarkan proksi Return on Asset (ROA). Berikut merupakan persamaan regresi, yaitu:
(ROA) = 2,641106 – 2,719358KL + 2.022995CSRDij + e
Persamaan regresi tersebut diuraikan sebagai berikut:
Konstanta : Nilai konstanta sebesar 2,641106 yang berarti apabila kinerja lingkungan (KL) dan pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSRDij) bernilai nol maka tingkat profitabilitas dengan proksi Return on Asset (ROA) akan bernilai 2,641106.
Kinerja Lingkungan (KL) : Nilai koefisien kinerja lingkungan (KL) sebesar -2,719358 dengan arah negatif, yang berarti bahwa apabila variabel KL mengalami kenaikan sebesar satu satuan maka akan menurunkan tingkat profitabilitas dengan proksi Return on Asset (ROA) sebesar 2,719358 dengan menganggap variabel independen lain konstan atau tetap. Koefisien bernilai negatif berarti terjadi hubungan negatif antara kinerja lingkungan (KL) dengan tingkat profitabilitas (ROA), semakin besar nilai kinerja lingkungan maka akan semakin menurunkan nilai tingkat profitabilitas (ROA).
Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSRDij) : Nilai koefisien pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSRDij) sebesar 2.022995 dengan arah positif, yang berarti bahwa apabila variabel CSRDij mengalami kenaikan sebesar satu satuan maka akan meningkatkan tingkat profitabilitas dengan proksi Return on Asset (ROA) sebesar 2.022995 dengan menganggap variabel independen lain konstan atau tetap. Koefisien bernilai positif berarti terjadi hubungan positif antara pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSRDij) dengan tingkat profitabilitas (ROA), semakin besar nilai pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSRDij) maka akan semakin meningkatkan nilai tingkat profitabilitas (ROA).
## Uji Kelayakan Model F (Uji Statistik F)
Tabel 8. Hasil Uji F F-Statistic 9.367727 Prob(F-Statistic) 0.000000
Sumber: Hasil Olah Data Eviews, 2023
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan nilai Prob ( F-Statistic ) sebesar 0,000000. Sehingga nilainya F < 0.05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya kinerja lingkungan dan pengungkapan corporate social responsibility secara simultan berpengaruh signifikan terhadap tingkat profitabilitas perusahaan.
Analisis Koefisien Determinasi (R 2 )
Tabel 9. Hasil Analisis Koefisien Determinasi (R 2 ) R-Squared 0.775885 Adjusted R-Squared 0.693059
Sumber: Hasil Olah Data Eviews, 2023
## Jurnal Riset Akuntansi (JRA)
Berdasarkan hasil tabel nilai R-Square yaitu sebesar 0,775885, yang menunjukkan proporsi bahwa pengaruh variabel kinerja lingkungan dan pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap tingkat profitabilitas sebesar 77,59% sedangkan sisanya 22,41% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak ada dalam model regresi.
Uji Signifikasi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Tabel 10. Hasil Uji Statistik t
Dependent Variable : LOG(TINGKAT_PROFITABILITAS)
Variable Coefficient Std.Error t-Statistic Prob. C 2.641108 3.873182 0.681896 0.4987 LOG(KINERJA_LINGKUNGAN) -2.719358 1.268639 -2.143524 0.0374 LOG(PENGUNGKAPAN_CSR) 2.022995 2.774599 0.729113 0.4696
Sumber: Hasil Olah Data Eviews, 2023
## Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Tingkat Profitabilitas Perusahaan dengan Proksi Return on Asset (ROA)
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan uji t menunjukkan secara parsial bahwa hasil statistik regresi variabel kinerja lingkungan (KL) yaitu sebesar 0,0374 < 0,05 yang berarti bahwa variabel kinerja lingkungan berpengaruh signifikan terhadap variabel tingkat profitabilitas perusahaan.
Hal ini pun berarti semakin tinggi kinerja lingkungan maka profitabilitas perusahaan dengan proksi ROA akan semakin meningkat. Hal tersebut dapat dilatarbelakangi oleh pendapat yang dikemukakan oleh Hansen & Mowen (2013) bahwa perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan dan bertanggung terhadap lingkungan dengan baik cenderung akan memperoleh keuntungan serta dapat menghasilkan keuntungan sosial yang signifikan, serta pelanggan pun menginginkan produk bersih tanpa merusak lingkungan dan penggunaan dan pembuangan yang ramah lingkungan.
Perusahaan yang banyak berperan aktif dalam kegiatan lingkungan maka akan semakin banyak pula informasi yang akan diungkapkan perusahaan. Hal tersebut mencerminkan bahwa perusahaan tersebut transparansi terhadap kepentingan dan tanggungjawab apa yang telah dikerjakannya selama memproduksi produk sehingga konsumen juga akan tahu seberapa besar tanggungjawab dan andil perusahaan terhadap lingkungan. Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian dari Fitriani (2015) hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa variabel kinerja lingkungan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.
## Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Tingkat Profitabilitas Perusahaan dengan Proksi Return on Asset (ROA)
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan uji t menunjukkan secara parsial bahwa hasil statistik regresi varianel pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSRDij) yaitu sebesar 0,4696 > 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel pengungkapan Corporate Social Responsibility tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel tingkat profitabilitas perusahaan. Hal ini didukung oleh hasil koefisien determinasi parsial sebesar 1,76%.
Hal ini pun berarti pengungkapan Corporate Social Responsibility meningkat maka tidak akan mempengaruhi profitabilitas perusahaan dengan proksi ROA. Pengungkapan Corporate Social Responsibility di Indonesia masih bersifat sukarela sehingga belum banyak perusahaan yang mengembangkan program Corporate Social Responsibility secara sustainability atau berkelanjutan. Perusahaan hanya sebatas melakukan program Corporate Social Responsibility jangka pendek seperti kegiatan santunan atau bakti sosial. Selain itu, umumnya perusahaan hanya melakukan pengungkapan Corporate Social Responsibility hanya sebagai bagian dari strategi bisnis dan menghindari memberikan informasi yang relevan. Oleh karenanya kebanyakan stakeholder dan masyarakat memiliki persepsi yang rendah terhadap hal tersebut.
Peran pemerintah pun masih sedikit dan lemah dalam kaitannya dengan Corporate Social Responsibility . Oleh karenanya, peran pemerintah dalam memajukan Corporate Social Responsibility bukan
hanya dengan membuat regulasi, panduan dan pengendaliannya, tetapi pemerintah juga diharapkan berperan dalam memberikan keteladanan best practice , menyediakan dan memfasilitasi informasi, melakukan koordinasi, dan menjadi mitra dalam perencananan pengembangan Corporate Social Responsibility . Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian Angelia & Suryaningsih (2015) “ Corporate Social Responsibility disclosure had no significant effect on ROA ”.
## D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: Kinerja lingkungan berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas dengan proksi Return on Asset (ROA) pada sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2018-2021.
Pengungkapan Corporate Social Responsibility tidak berpengaruh terhadap variabel tingkat profitabilitas perusahaan dengan proksi Return on Asset (ROA) pada sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2018-2021.
## Daftar Pustaka
Angelia, D., & Suryaningsih, R. (2015). The Effect of Environmental Performance And Corporate Social Responsibility Disclosure Towards Financial Performance (Case Study to Manufacture, Infrastructure, And Service Companies That Listed At Indonesia Stock Exchange). Procedia - Social and Behavioral Sciences , 211 (September), 348–355. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.11.045
Faiqoh, S., & Mauludy, M. I. A. (2019). Penerapan Gri-G4 Sebagai Pedoman Baku Sistem Pelaporan Berkelanjutan Bagi Perusahaan Di Indonesia. Jurnal Akuntansi Universitas Jember , 16 (2), 111. https://doi.org/10.19184/jauj.v16i2.7260
Fitriani, F., Rosdiana, Y., & Nurleli. (2015). Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Profitabilitas dengan Variabel Moderator Pengungkapan Informasi Lingkungan. Prosiding Akuntansi , 267–273. www.menhl.go.id
Gunawan, M. I. P., & Lubis, A. T. (2016). Pengungkapan Corporate Social Responsibility Bidang Pendidikan Dalam Laporan Tahunan Bank Umum Syariah Di Indonesia. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan Islam , 4 (1), 67–84. https://doi.org/10.35836/jakis.v4i1.30
Hansen, D. R., & Mowen, M. M. (2013). Dasar-Dasar Akuntansi Manajerial . Salemba Empat.
Hansen, D. R., & Mowen, M. M. (2017). Dasar-Dasar Akuntansi Manajerial . Salemba Empat.
Maulina, Y., & Muslim, A. I. (2023). Pengaruh Aset Pajak Tangguhan, Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Costumer Non-Cyclical yang Terdaftar di BEI Periode 2012 -2021. Journal of Chemical Information and Modeling , 53 (1), 160.
Nisa, A. C., Malikah, A., & Anwar, S. A. (2020). Analisis Penerapan Green Accounting Sesuai PSAK 57 dan Kinerja Lingkungan Terhadap Profitabilitas Perusahaan Pertambangan. Jurnal Ilmiah Riset Akuntansi , 09 (03), 15–26.
Putra, A. S. (2015). Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Profitabilitas Perusahaan (Studi Empiris pada Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013). Jurnal Nominal , IV (2), 88–110.
Putri, S. A., & Herawati, S. D. (2017). KEUANGAN ( Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek. Proceedings Profesionalisme Akuntan Menuju Sustainable Business Practice , 2005 , 218–228.
|
3ce751a5-ae0c-4cf2-8ebd-47d5affaadda | https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/GDG/article/download/14252/12372 | Gondang: Jurnal Seni dan Budaya, 3 (2) (2019): 134-143 DOI: https://doi.org/10.24114/gondang.v3i2.14252
Gondang: Jurnal Seni dan Budaya
Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/GDG
## Pengembangan Model Internalisasi Nilai Kesenian Dongkrek Guna Meningkatkan Ketahanan Budaya Siswa SMA
## Development of the Internalization Model of Dongkrek Art Value to Increase the Cultural Resilience of High School Students
Muhammad Hanif 1) *, Yudi Hartono 2) , Anjar Mukti Wibowo 2)
## 1) Prodi Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas PGRI Madiun, Indonesia
2) Prodi Pendidikan Sejarah, Universitas PGRI Madiun, Indonesia
Diterima: 03 Agustus 2019; Disetujui: 26 September 2019; Dipublish: 05 Desember 2019
## Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mendeskrisikan nilai-nilai Kesenian Dongkrek dan merumuskan model internalisasinya yang tepat guna meningkatkan ketahanan budaya siswa SMA Kabupaten Madiun. Subyek penelitiannya adalah seniman Dongkrek, guru, dan siswa kelas X SMA Kabupaten Madiun. Penelitian dilaksanakan mulai tahun 2018 sampai dengan 2019. Metode yang digunakan R&D dan prosedur pengembangann mengadaptasi model pengembangan Gall, Gall, dan Borg. Model yang dikembangkan dianalisis dengan kriteria teoritis (penilaian ahli dan praktisi) dan kriteria secara praktis (hasil pengujian terbatas dan luas). Teknik uji teori menggunakan penilaian tim pakar dan uji praktis menggunakan model single one shot case study dan analisis keefektivitasannya menggunakan statistik deskriptif. Hasil penelitian ditemukan bahwa Kesenian Dongkrek mengandung nilai-nilai keutamaan dan berpotensi sebagai sumber meningkatkan ketahanan budaya. Model internalisasi nilai yang berhasil dikembangkan diberi nama Model Nampe. Model Nampe diuji secara teoritis dan uji praktis. Hasil uji teoritis dinyatakan model ini valid dan layak digunakan untuk menginternalisasi nilai kesenian Dongkrek. Model ini secara praktis juga menunjukkan hasil positif dan lebih efektif dibandingkan dengan model lama (model indokrinasi dan model terbuka) dalam menginternalisasi nilai kesenian Dongkrek guna meningkatkan ketahanan budaya siswa SMA Kabupaten Madiun Kata kunci: Model Internalisasi, Dongkrek, Ketahanan Budaya
## Abstract
The purpose of this study is to analyze and describe the values of Dongkrek Art and formulate an appropriate internalization model to improve the cultural resilience of high school students in Madiun Regency. The research subjects were Dongkrek artists, teachers, and class X students of Madiun Regency High School. The study was conducted from 2018 to 2019. The methods used by R&D and development procedures adapted the Gall, Gall and Borg development models. The developed model is analyzed with theoretical criteria (expert and practitioner judgment) and practical criteria (limited and broad test results). The theory test technique uses expert team assessment and practical test uses a single one shot case study model and its effectiveness analysis uses descriptive statistics. The results found that Dongkrek Art contains virtue values and has the potential as a source of increasing cultural resilience. The value internalization model that was successfully developed is named the Nampe Model. The Nampe model is tested theoretically and is a practical test. The theoretical test results stated that this model is valid and feasible to use to internalize the value of Dongkrek art. This model also practically shows positive results and is more effective than the old model (indoctrination model and open model) in internalizing the value of Dongkrek art in order to increase the cultural resilience of high school students in Madiun Regency
Keywords : Internalization Model, Dongkrek, Cultural Resilience
How to Cite : Hanif, M. Hartono, Y. & Wibomo, A.M. (2019). Pengembangan Model Internalisasi Nilai Kesenian Dongkrek Guna Meningkatkan Ketahanan Budaya Siswa SMA. Gondang: Jurnal Seni dan Budaya, 3 (2) (2019): 134-143.
* Corresponding author:
E-mail: hanif@unipma.ac.id
ISSN 2599 - 0594 (Print) ISSN 2599 - 0543 (Online)
## PENDAHULUAN
Kehidupan di era revolusi industri 4.0 semakin bersentuhan dengan teknologi komputer super, digitalisasi, dan kecerdasan buatan atau intelegensi artifisial. Jika masyarakat bangsa tidak memiliki kemampuan menyeleksi dan kesadaran terhadap kebudayaan yang telah dimilikinya (ketahanan budaya), maka kebudayaan lokal atau nasional sebagai identitas dan jati dirinya lambat laun akan pudar. Sebaliknya, jika masyarakat bangsa memiliki ketahanan budaya maka budaya luar yang relevan dapat dijadikan unsur-unsur penggerak menuju kebudayaan yang lebih maju, baik, dan modern.
Salah satu unsur kekudayaan yakni kesenian tradisional. Bangsa Indonesia memiliki banyak kesenian tradisional. Satu diantaranya kesenian Dongkrek Madiun. Kesenian Dongkrek masih dilestarikan oleh masyarakat pendukungnya sampai saat ini tentunya ada nilai-nilai keutamaan. Namun tidak sedikit warga masyarakat yang belum memahami dan juga mengamalkannya (Hanif, Hartono, dan Wibowo, 2018).
Namun nilai-nilai tersebut di atas belum diinternalisasikan secara masif khususnya dalam pembelajaran seni budaya di SMA Kabupaten Madiun. Masalah tersebut dikarenakan oleh berbagai faktor, salah satunya yaitu guru seni budaya banyak yang mengalami kesulitan dalam mengembangkan model pembelajaran yang tepat. Guru lebih banyak melakukan internalisasi dengan model indoktrinasi dan model terbuka sehingga hasilnya kurang optimal. Satu pihak, nilai-nilai diserap dan hafal namun tidak teramalkan. Mereka mengamalkan berkat pengawasan orang lain, bukan atas kesadaran diri. Sedangkan di pihak lain, sulit menemukan nilai dan bisa salah arah namun jika menemukan menjadikan mereka sadar dan mengamalkannya. Hal tersebut mengkawatirkan jika para siswa SMA tidak memiliki nilai ketahanan budaya. Mereka akan kehilangan identitas dan jati dirinya. Oleh karena itu perlu dikembangan model internalisasi nilai kesenian Dongkrek yang tepat. Adapun tujuannya yaitu dihasilkannya
rumusan model internalisasi nilai kesenian Dongkrek yang tepat dalam meningkatkan ketahanan budaya pada siswa SMA. Hal ini sejalan dengan perjuangan bangsa Indonesia dalam rangka memperkuat ketahanan nasional di bidang kebudayaaan melalui melalui perlindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pembinaan kebudayaan (UU RI No. 5 Tahun 2017 Pasal 1). Sehingga Bangsa Indonesia dapat ikut serta dalam percaturan budaya global.
Koentjaraningrat (2009) menyampaikan kesenian pada hakikatnya formulasi dan performansi dari manusia tentang berbagai gagasan, nilai, norma, dan tindakan serta perilaku yang mengindikasikan antarhubungan dan membentuk pola. Pola tersebut secara jamak berupa benda-benda hasil cipta, karsa dan karya manusia. Oleh karena itu kesenian memiliki corak dan ragam, satu diantaranya kesenian tradisional Kesenian tradisional merupakan kesenian yang berhubungan erat dengan adat- istiadat masyarakat (Prestia dan Susetyo,2013). Istilah tradisional dalam konteks ini seringkali dihubungankan dengan berkaitan adat kebiasaan turun-temurun, cara berpikir, sikap dan tindakan yang masih berpegang teguh pada norma dan adat istiadat. Sutiyono (2012) juga menyampaikan bahwa seni tradisi ini lahir dan berkembang dalam kurun waktu yang lama serta diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya.
Karya seni tradisional secara tersirat dan tersurat mengandung pesan dari masyarakat pendukungnya tentang gagasan, kepercayaan, nilai, norma, dan pengetahuan sebagai nilai budaya masyarakat. Uhi (2016) menyampaikan bahwa nilai budaya pada umumnya merupakan rancangan cita-cita yang telah ada dalam pikiran manusia yang terorganisir. Nilai tersebut mempredisposisi manusia yang berupa sikap, tindakan dan perilaku manusia ketika berinteraksi sesasamanya, alam, dan Tuhan. Nilai budaya tersebut menurut Kluckhohn (dalam Koetjaraningrat, 2009) direkonstruksi ke dalam suatu sistem nilai kehidupan umat manusia dan dijadikan rujukan dalam
berpikir, bersikap, dan bertingkah laku. Hatta (2010) menyampaikan bahwa nilai-nilai kesenian tersebut bila ditransformasikan dengan baik dan dijadikan rujukan maka ketahanan budayanya semakin meningkat.
Ketahanan budaya pada hakikatnya merupakan kondisi dinamis suatu bangsa yang berisi keteguhan mempertahankan budaya asli dan mengembangkan kemampuan membendung penetrasi budaya asing yang bisa merusak eksistensi budaya yang dimilikinya. Ketahanan budaya berhubungan erat dengan proses enkulturasi dan transformasi nilai-nilai yang telah teruji kebenarannya kepada generasi penerus sebagai edukasi dan inspirasi dalam membangun masyarakat dan bangsanya (Hoebel, 1958). Munawaroh (2013) juga menegaskan bahwa ketahanan budaya ini secara konseptual tertuju pada keteguhan dan kemampuan budaya lokal-nasional menjawab penetrasi budaya asing. Breda, Handerson, dan Hatta (dalam Milyartini dan Alwasilah.2012) menggarisbawahi bahwa ketahanan budaya ini perlu dimaknai secara dinamis sebagaimana dinamika manusia pendukung utama kebudayaan. Tidak semua unsur kebudayaan dari luar negatif tetapi ada juga yang positif. Oleh karena itu perlu dikembangkan kemampuan memfilternya dan mengambil nilai positif dari budaya asing guna memperkokoh dan memajukan kebudayaan lokal dan nasional.
Internalisasi nilai merupakan penanaman sesuatu yang sangat berharga sehingga seseorang atau sebuah masyarakat yang diwujudkan dalam norma-norma kehidupan. Sehinnga ikap dan perilaku manusia ada yang dirujukannya dan pada akhir tujuan hidup bersama dapat diwujudkan (Usman, 2015). Internalisasi nilai ini pada akhirnya akan menuntun rohani dan batin manusia ke alam kesadaran. Hal serupa disampaikan oleh Johnson (1986) bahwa internalisasi merupakan proses orientasi nilai budaya dan harapan yang disatukan dengan sistem kepribadian.
Internalisasi dalam prosesnya menurut Scott (2012) melibatkan ide, konsep dan tindakan yangbergerak dari luar ke suatu
tempat di dalam pikiran darisuatu kepribadian. Dengan demikian yang dimaksud internalisasi dalam konteks ini yakni proses penghayatan terhadap nilai-nilai adiluhung (nilai kesenian Dongkrek) ke dalam pribadi seseorang melalui pembelajaran secara utuh sehingga pribadi, sikap dan perilakunya mencerminkan kesadaran akan nilai-nilai adiluhung yang dimilikinya dan kemampuan menyikapi penetrasi budaya manca negara. Adapun indikator-indikator yang terkandung dalam internalisasi, yaitu: (1) Internalisasi merupakan sebuah proses karena di dalamnya ada unsur perubahan dan waktu, (2) Mendarah daging mempunyai makna bahwa sesuatu telah meresap dalam sanubarinya sehingga menjadi kebiasaan yang tidak bisa dilepaskan dari dirinya, (3) Menjiwai pola pikir, sikap, dan perilaku, (4) Membangun kesadaran diri untuk mengaplikasikan
Widyaningsih, Zamroni, dan Zuchdi (2014) menyampaikan ada empat indikator yang terkandung dalam internalisasi, yaitu: (1) Internalisasi merupakan sebuah proses karena di dalamnya ada unsur perubahan dan waktu, (2) Mendarah daging mempunyai makna bahwa sesuatu telah meresap dalam sanubarinya sehingga menjadi kebiasaan yang tidak bisa dilepaskan dari dirinya, (3) Menjiwai pola pikir, sikap, dan perilaku, (4) Membangun kesadaran diri untuk mengaplikasika nilai. Sedangkan tujuannya mengarah pada tiga hal, yaitu; (1) agar subyek yang diinternalisasi mengetahui, (2) subyek yang diinternalisasi mampu melaksanakan dan/atau mengerjakan yang ia ketahui, dan (3) Agar subyek yang diinternalisasi menjadi orang seperti yang ia ketahui itu.
## METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini yaitu Research and Development/R&D. Tempat penelitiannya SMA negeri dan swasta di Kabupaten Madiun. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X SMAN dan SMAS Kabupaten Madiun. Untuk uji coba dilaksanakan pada siswa kelas X dari tiga kelas dan sekolah yang berbeda. Penentuan sekolah sebagai
ujicoba ditentukan dengan purposive sampling.
Prosedur pengembangan model internalisasi nilai yang digunakan dalam penelitian
mengadabtasi model pengembangan Gall, Gall, dan Borg (2007) yang mencakup 10 langkah yaitu; (1) penelitian dan pengumpulan data, (2) perencanaan, (3) pengembangan draf produk, (4) uji coba lapangan awal, (5) merevisi hasil uji coba lapangan, (6) uji coba lapangan, (7) perbaikan produk yang telah diuji lapangan, (8) uji pelaksanaan lapangan, (9) penyempurnaan produk akhir, (10) desiminasi dan implementasi.
Model yang dikembangkan dianalisis dengan kriteria teoritis (penilaian ahli dan praktisi) dan kriteria secara praktis (hasil pengujian terbatas dan luas). Teknik pengujiannya menggunakan model single one shot case study dan analisis keefektivitasannya menggunakan statistik deskriptif.
## HASIL DAN PEMBAHASAN Kesenian Dongkrek
Kesenian Dongkrek merupakan kesenian tradisional Madiun yang diciptakan Raden Bei Lo Prawirodipura. Raden Bei Lo Prawirodipura atau masyarakat biasanya menyebut Eyang Palang pada tahun 1879 menjabat Demang atau Palang Caruban (Mejayan) Kabupaten Madiun . Demang adalah jabatan setingkat kepala desa yang membawahi lima desa di daerah Caruban
Dalam cerita sejarah disampaikan Kademangan Caruban pada masa Eyang Palang terjadi pageblug. Pageblug adalah kondisi krisis pangan akibat gagal panen berekses menyebarnya wabah penyakit. Situasi dan kondisi yang memprihatikan ini mendorong Eyang Palang mencari solusi. Dia kemudian bersemedi di gunung kidul Caruban. Dalam semedinya dia mendapatkan wangsit bahwa terjadinya pageblug akibat ulah genderuwo atau butho (makluk halus yang berwujud raksasa dan berperilaku jahat). Melalui pertarungan yang sengit akhirnya Eyang Palang dapat menaklukan kawanan genderuwo . Kemudian para
genderuwo membantu mengatasi pageblug sebagai konsekuensi pihak yang ditaklukan Eyang Palang. Kejadian ini kemudian disosialiasasikan dan enkulturasikan masyakat melalui upacara tolak balak dengan kesenian Dongkrek sebagai medianya.
Kesenian Dongkrek dipertunjukan dalam sebuah fragmen pengusiran roh halus terdiri dari barisan butha , orang tua sakti (Eyang Palang), dan dua perempuan paruh baya. Perempuan ini menyimbolkan kondisi rakyat yang lemah karena krisis pangan dan dikepung oleh para genderuwo . Sebelumnya kawanan genderuwo berhasil mematikan warga masyarakat dan ketika akan mematikan dua perempuan abdi Eyang Palang dihadang lelaki tua yang sakti bersenjata teken (tongkat penyangga yang dipagang). Lelaki tersebut tidak lain adalah Eyang Palang. Kemudian terjadi peperangan yang sengit dan akhirnya kawanan genderuwo dapat dikalahkan. Kemudian berarak-arakan keliling desa untuk mengatasi pageblug.
Nama kesenian Dongkrek diambil dari bunyi atau suara instrumen utama kesenian tersebut. Suara dong berasal dari intrumen musik bedug kendang dan suara krek berasal dari instrumen musik yang korek (kayu berbentuk bujur sangkar dengan satu ujungnya terdapat tangkai kayu bergerigi yang saat digesek berbunyi krek). Dari suara instrumen di atas kemudian masyarakat menyebutnya kesenian Dongkrek. Dalam dinamikanya kesenian Dongkrek mengalami pengembangan baik tari maupun tetabuhannya (instrumen pengiring). Gerak tarinya dikreasi, alat-alat musiknya ditaEyang gong, kenung, kentongan, kendang, gong berry, dan alat-alat musik modern.
Dengan adanya pengembangan di beberapa unsur dan adaptasi jaman maka sifat-sifat kesenian Dongkrek dapat dibedakan sebagai berikut; (1) sakral yaitu kesenian Dongkrek dipertunjukan sesuai dengan pakem dan dilaksanakan setahun satu kali, dengan acara arak-arakan yang melibatkan seluruh masyarakat desa Mejayan dengan tujuan menolak balak. Saggar kesenian Dongkrek yang masih
Muhammad Hanif, Yudi Hartono & Anjar Mukti Wibowo, Pengembangan Model Internalisasi Nilai
mempertahankan pakem atau keaslian seni Dongkrek tanpa adanya perubahan adalah sanggar Dongkrek “Krido Sakti” pimpinan Walgito (2) kreasi seni (kreatif) yaitu kesenian Dongkrek untuk hiburan bagi masyarakat dan tidak sakral. Masyarakat terlibat dalam arak-arakan sambil menari dan menyanyi. Kesenian Dongkrek bisa diundang untuk melakukan pertunjukan dan mendapatkan upah, (3) seni pertunjukan Dongkrek bersifat tidak sakral, tidak melibatkan masyarakat untuk menari, tidak ada arak-arakan, tidak keliling kampung, dan lebih banyak dan dipertunjukan di studio atau panggung.
Walaupun pementasan kesenian Dongkrek beraneka macam sifatnya sebagaimana yang disampaikan di atas namun masih memiliki nilai budaya yang sama yaitu kejahatan akan kalah dengan kebajikan, sura dira jayaningrat lebur dening pangastuti (semua perbuatan jahat akan kalah oleh perbuatan yang baik dan bijaksana).
Nilai budaya kesenian Dongkrek tidak hanya terpotret pada framen cerita dramanya saja tetapi juga pada mkana topeng yang dikenakan ketika pelaksanakan pertunjukan. Topeng sebagai ilustrasi watak dari perilakunya yang dimaksud yaitu (1) Nilai religius. Kesenian Dongkrek mengandung nilai religius bahwa apa yang terjadi di dunia tidak lepas dari kehendak Tuhan sehingga masyarakat melaksanakan ikhtiar untuk mengharmonikan antara mikrokosmis dengan makrokosmis (tolak balak), (2) Nilai moral. Kesenian Dongkrek mengandung nilai moral sebagaimana yang dituntut oleh nilai-nilai budaya Jawa yang adiluhung bahwa kejahatan akan kalah dari kebaikan, (3) Nilai sosial. Kesenian Dongkrek mengandung semangat kebersamaan, kerukunan, dan kegotongroyongan. Hal tersebut cermin dalam mengadakan pertunjukkan melibatkan para pihak dirungkapkan pada setiap pertunjukan ada upaya membangun jiwa kebersamaan dan persatuan demi mewujudkan tujuan yang bermanfaat bagi masyarakat, (4) Nilai kepahlawanan. Nilai kepahlawanan sebagaimana yang digambarkan pada sosok Raden Tumenggung
Prawirodipoero yang berani berjuang, pantang menyerah, berjiwa kesatria, dan rela berkurban melawan buto/gendruwo untuk menyelamatkan rakyatnya dari bahaya dan bencana ( pageblug ), (5) Nilai kepemimpinan. Nilai kepemimpinan sebagaimana terlihat pada sosok Raden Bei Lo Prawirodipura (Eyang Palang) yang bertanggung jawab, arif dan bijaksana memimpin masyarakat Mejayan, (6) Nilai estetika ditunjukan oleh gerak tari para pemain, tata busana, tata rias, dan aransemen musik pengiringnya yang berkolaborasi dalam keharmonia nan indah, dan (7) Nilai keadilan terdapat pada hakikat yang menjadi tujuan kesenian ini yakni menerapkan keadilan dalam bermasyarakat dengan pemenuhan hak dan kewajiban. Pemenuhan hak dan kewajiban menurut hakikat dan kodratnya sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk Tuhan.
Model Internalisasi Kesenian Dongkrek Guna Meningkatkan Ketahanan Budaya Siswa SMA Kabupaten Madiun
Untuk memudahkan mengingat model internalisasi kesenian Dongkrek dikembangkan diberi nama NAMPE. Nama NAMPE diambil dari prosedur model internalisasi nilai yang dikembangkan yang meliputi 6 (eNAM) langkah dan masing- masing diawali dengan huruf P (dibaca PE).
Prosedur penggunaan Model Nampe dalam pembelajaran seni budaya untuk menginternalisasi nilai kesenian Dongkrek sebagai upaya memperkokoh ketahanan budaya sebagaai berikut: 1) Pengenalan Konsep Nilai Kesenian dan Ketahanan Budaya: Penyampaian konsep/pengertian tentang nilai kesenian sehingga perlu dilestarikan dan dijadikan rujukan warga masyarakat untuk melihat ke luar dirinya sendiri dan menyadari akan nilai-nilai budaya yang dimilikinya dan nilai budaya yang masuk (cultur al awareness); 2) Penyajian Stimulus: Penyajian stimulus yang berupa kasus berkaitan dengan nilai kesenian dan ketahanan budaya. Kasus dapat diambil dari kejadian yang istimewa dan memiliki arti penting yang terjadi di lingkungan sekitar
siswa maupun peristiwa yang berskala nasional;
3) Pemberian
Kesempatan Mengambil Keputusan Nilai: Pemberian kesempatan siswa memberi respon dan mengambil dan/atau memutuskan nilai (fasilitasi) merupakan sarana pengembangan keterampilan berpikir kritis, berpikir kreatif, dan menemukan resolusi konflik (proses analisis dan penyelesaian masalah dengan mempertimbangkan kepentingan individu dan kelompok)
Siswa dapat melalui tulisan artikel/makalah/paper menuangkan tanggapan dan keputusan nilai dengan mencari sandaran dan rujukan yang berharga guna menuntun perilakunya. Fasilitasi ini berpengaruh positif terhadap perkembangan kepribadian karena dapat meningkatkan hubungan guru dengan subyek didik, membantu subyek didik memperjelas pemahaman, dan memotivasi subyek didik persoalan nilai dengan kehidupan dan keyakinannya.
a. Pengklarifikasian Hasil Keputusan
Nilai
Pengklarifikasian keputusan nilai dilaksanakan dengan cara diskusi kelompok atau diskusi kelas, subyek didik memberi klarifikasi atau penjelasan tentang nilai-nilai yang diyakini benar sebagai penuntun bersikap dan berperilaku dalam berinterakasi dengan budaya mancanegara.
Pengklarifikasian keputusan nilai ini sebagai sarana pengembangan keterampilan
asertif (kemampuan untuk menyampaikan hal-hal yang dikehendaki, kepada orang lain namun tetap menjaga dan menghagai hak-hak serta perasaan pihak lain) dan bertanggungjawab terhadap setiap sikap dan tindakan yang diambilnya.
b. Pembahasan Hasil Keputusan Nilai
Pembahasan hasil keputusan nilai dilaksanakan secara dialog terpimpin oleh pembelajar/guru. Kegiatan ini untuk membuktikan kebenaran nilai kesenian yang diambilnya. Kebenaran nilai bisa menggunakan teori kebenaran korespondensi, teori koherensi, teori kebenaran pragmatisme, ataupun teori kebenaran religius.
c. Penyimpulan Nilai Kesenian dan
Ketahanan Budaya
Pembelajar dengan subyek didik merumuskan kesimpulan. Perumusan nilai ini merupakan proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh tentang nilai kesenian Dongkrek. Melalui kegiatan ini subyek didik akan dapat mengambil inti sari nilai yang dapat dijadikan sebagai rujukan dalam bersikap dan bertindak dalam mempertahankan nilai budaya yang dimilikinya dari pengaruh budaya asing yang berefek negatif bagi kelangsungan hidup masyarakat, bangsa, dan negara.
Prosedur atau sintaks Model Nampe dalam menginternalisasi nilai dibagankan sebagai berikut:
TAHAP PEMBELAJARAN
## KEGIATAN
PENDIDIK KEGIATAN PESERTA DIDIK Menyusun RPP
PENDAHULUAN (apersepsi) - Memperhatikan, me- nanggapi, dan bertanya
- Menjawab pretest - Menyampaikan tujuan pembelajaran
- Menjelaskan mekanisme langkah-langkah pembel.
- Melaksanakan pretest
INTI Pengenalan konsep nilai kesenian dan ketahanan budaya Penyampaian Stimulus Pemberian kesempatan mengambil keputusan nilai
PeEyangasan keputusan nilai
Penyimpulan nilai kesenian Dongkrek dan ketahanan budaya
Menyampaikan nilai kesenian Dongkrek dan dalam tanbud dengan cara bebas Memperhatikan, menyimak, menghargai nilai, dan mengiventaris respon dan tanggapan Menyajikan stimulus yang berupa kasus berkaitan dengan nilai kesenian Dongkrek dan hanbud Memperhatikan, menyi- mak, menganalisis nilai- nilai dalam hubungannya dengan hanbud Memberi kesempatan mengambil keputusan nilai yang digunakan sebagai dasar berpikir, bersikap, dan berperilaku Melakukan pendalaman dan pengayaan kemudian merumuskan keputusan nilai untuk bersikap dan bertindak Memfasilitasi peserta didik menjelaskan keputusan nilai dalam forum dialog terpimpin dan/atau diskusi kelas Mengklarifikasi & meng- komunikasikan nilai yang diinginkan, dirasakan, dipikirkan dan diputuskan secara bertanggungjawab Memperhatikan, mencer- mati, menyimak, menanggapi, menghargai, menerima nilai
MeEyangas hasil keputusan nilai secara dialogis dan membuktikan kebenaran keputusan nilai yang diambil PENUTUP - Merumuskan dan me- nentukan rekomendasi nilai kesenian Dongkrek untuk diaktualisasikan dalam sikap dan tindakan tanbud - Menjawab postest - Mengarahkan membuat kesimpulan - Melaksanakan postest Melaksanakan penilaian hasil belajar meliputi aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan
Pengklarifikasian keputusan nilai
Penilaian
## Analisis Model Internalisasi Nilai Kesenian Dongkrek
Model internalisasi nilai kesenian Dongkrek yang dirumuskan kemudian dianalisis dengan kriteria teoritis (penilaian ahli dan praktisi) dan kriteria secara praktis (hasil uji coba).
Dalam menganalisis model berdasarkan kriteria teoritis, peneliti mengadakan Focus Group Discussion (FGD) yang diikuti 6 orang validator. Para validator berasal dari para peneliti dan/atau pengembangan model pembelajaran (dosen), dan para praktisi (guru seni budayadan seniman). Adapun hasilnya nilai rata-rata total aspek model dan hasilnya dicocokan dengan kriteria kevalidan model sebesar 3,72 (layak digunakan). Jadi dapat dinyatakan bawah Model Nampe ini valid, layak, dan dapat digunakan untuk
menginternalisasi nilai kesenian Dongkrek guna meningkatkan ketahanan budaya siswa SMA Kabupaten Madiun.
Untuk menganalisis kepraktisan dan/atau kefektifan Model Nampe dalam meningkatkan ketahanan budaya siswa SMA Kabupaten Madiun dilaksanakan dengan cara eksperimen. Adapun sampel yang digunakan untuk uji coba luas sebanyak 80 orang yang berasal dari siswa kelas X dari tiga kelas dan sekolah yang berbeda.
Eksperimen dilaksanakan 8 (delapan) jam pembelajaran dan penilaiannya mencakup tiga domain (sikap, pengetahuan, dan keterampilan). Hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 1 Nilai Ketahanan Budaya Siswa SMA Sebelum Diberi Perlakuan Dengan Model Nampe
No Komponen Aspek, Skor Nilai Akhir Afektif Kognitif Psiko. 1 Nilai rerata 2,41 2,29 2,08 2,29 2 Skor maks. 320 320 320 320 3 Efektivitas Model 0,60 0,57 0,52 0,57 4 Persentase 60% 57% 52% 57% Tabel 2 Nilai Ketahanan Budaya Siswa SMA Sesudah Diberi Perlakuan Dengan Model Nampe No Komponen Aspek, Skor Nilai Akhir Afektif Kognitif Psiko. 1 Nilai rerata 3,27 3,40 3,25 3,29 2 Skor maks. 320 320 320 320 3 Efektivitas Model 0,82 0,85 0,81 0,83 4 Persentase 82% 85% 81% 83%
## Hasil tersebut bila diperbandingkan hasilnya sebagai berikut
Tabel 3 Perbandingan Hasil Penilaian Ketahanan Budaya Siswa SMA Sebelum dan Sesudah Diberi
Perlakuan Dengan Model Nampe Model Lama (Indokrinasi / Terbuka Aspek-aspek Implementasi Nilai Dongkrek dalam Ketahanan Budaya Model Nampe 60% Sikap implementasi nilai Dongkrek dalam kaitannya dengan ketahanan budaya 82% 57% Pengetahuan nilai Dongkrek dalam kaitannya dengan ketahanan budaya 85% 52% Keterampilan pemanfaatn nilai Dongkrek dalam kaitannya dengan ketahanan budaya 81% 57% Rata-rata 83% Guna membuktikan signifikansi perbedaan model internalisasi lama dengan model baru/Nampe (t-tes berkorelasi / related) dilaksanakan analisis t-tes berkorelasi.
Dari penghitungan diperoleh angka- angkasebagaimana tercantum dalam tabel di bawah ini
Rata-rata ketahanan budaya sebelum pemberian perlakuan (2,25)
Rata-rata ketahanan budaya sesudah pemberian perlakuan (3,29)
Varian ketahanan budaya sebelum pemberian perlakuan (0,04)
Varian ketahanan budaya sesudah pemberian perlakuan (0,07)
S 1 Simpangan baku ketahanan budaya sebelum pemberian perlakuan (0,33)
S 2 Simpangan baku ketahanan budaya sesudah pemberian perlakuan (0,20)
r Korelasi antara ketahanan budaya siswa sebelum dengan sesudah diberi perlakuan (0,27)
Data di atas kemudian diolah dengan rumus t berkorelasi sebagai berikut
t =
Harga t-hitung sebesar -32,500 tersebut dibandingkan dengan harga t- tabel dengan dk (besarnya derajat kebebasan yang berkaitan dengan distribusi khi-kuadrat) n-2 = 78. Untuk uji satu pihak dengan taraf kesalahan 5% yaitu 1,665. Nilai t-tabel 1,665 tersebut lebih besar dari t-hitung -32,500 sehingga harga t-hitung jatuh pada daerah penerimaan Ha. Hal tersebut sebagaimana tampak pada gambar di bawah ini
Gambar 1 Uji hipotesis pihak kanan t-hitung -32,500 jatuh pada daerah penerimaan Ha sehingga Ha diterima
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa dalam ujicoba luas ada perbedaan yang signifikan (dapat digeneralisasikan) efektivitas model internalisasi yang lama (indoktrinasi dan bebas) dengan Model Nampe. Model Nampe lebih efektif dalam menginternalisasi nilai kesenian Dongkrek guna meningkatkan ketahanan budaya siswa SMA Kabupaten Madiun.
## SIMPULAN
Dari paparan data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Kesenian Dongkrek memiliki nilai-nilai adiluhung (keutamaan) sehingga
perlu diinternalisasikan kepada generasi penerus (siswa SMA) dengan model yang tepat. Model yang dikembangan diberi nama Model Nampe. Model ini secara teoritis valid dan layak digunakan meningkatkan ketahanan budaya. Hasil uji coba secara praktis juga menunjukkan
bahwa Model Nampe lebih efektif dalam menginternalisasi nilai kesenian Dongkrek dalam meningkatkan ketahanan budaya siswa SMA Kabupaten Madiun.
## UCAPAN TERIMAKASIH
Peneliti menyampaikan terimakasih kepada Direktorat Penguatan Riset dan Pengabdian Masyarakat, Dirjen PRP Kemenristekfikti, Bapak/Ibu Kepala SMA sampel penelitian, para seniman Dongkrek, dan para pihak yang tidak bisa peneliti sebut satu persatu dalam kesempatan ini.
## DAFTAR PUSTAKA
Hanif, M., Hartono, Y., dan Wibowo, A. (2018). Kesenian Dongkrek, Internalisasi Nilai dan Ketahanan Budaya . Surabaya: Jakad
Publishing. Gall, M.D., Gall, J.P., & Borg, W.R. (2007). Educational Research An Introduction (8th ed) . New York: Logman Inc. Hatta, M.F. (2010) Membangun Ketahanan Bangsa. Melalui Kesenian. www.bappenas.go.id/ index.php/download_file. 5 Januari 2019
Hoebel, A. (1958). The Law Primitive Man . London: McGraw Hill Book Company Johnson. (1986). Teori Sosiologi Klasik dan Modern . Jakarta: Gramedia Koentjaraningrat.(2009). P engantar Ilmu Antropologi, edisi revisi . Jakarta: Rineka Cipta Milyartini,R dan Alwasila A.C. (2012). Saung Angklung Udjo Sebuah Metode Tranformasi Nilai Budaya Melalui Pembinaan Seni Untuk Membangun Ketahanan Budaya. Jurnal Integritas UPI Bandung, 1(1).
Munawaroh, S. (2013). Upacara Adat Nyanggring di Tlemang Lamongan Sebagai Wahana Ketahanan Budaya. Jantra Jurnal Sejarah dan Budaya, 8(2).
Pretisa, G. dan Susetyo, B. (2013). Bentuk Pertunjukan dan Nilai Estetis Kesenian Tradisional Terbang Kencer Baitussolikhin. Jurnal Seni Musik, Universitas Negeri Semarang. 2(2).
Scott, J. (2012). Teori Sosial: Masalah-masalah Pokok Dalam Sosiologi (terjemahan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sutiyono. (2012). Puspawarna Seni Tradisi Dalam Perubahan
Sosial-Budaya. http://library.uny.ac.id/sirkulasi/index.php?p =show_detail&id=39559. 3 Mret 2019
Uhi, J.A. (2016). Filsafat Kebudayaan, Konstruksi Pemikiran Cornelis Anthonie van Peursesn dan Catatan Reflektifnya . Yogayakarta: Pustaka Pelajar.
t =
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan . Usman, I. (2015). Bunga Rampai Dari Internalisasi
Nilai Budaya Hingga Pembauran Antar Etnik (1st ed.) . Yogyakarta: Kepel Press
Widyaningsih, Zamroni, dan Zuchdi. (2014).
Internalisasi dan Aktualisasi Nilai-Nilai Karakter Pada Siswa SMP dalam Perspektif Fenomenologis (Studi Kasus Di SMP 2 Bantul). Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi, 2(2).
|
34953ae4-e340-42f8-89c1-aea2c80204d3 | https://journal2.um.ac.id/index.php/jinotep/article/download/3846/2448 |
## PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE DALAM SISTEM PEMBELAJARAN BLENDED TERHADAP HIGHER ORDER THINKING SKILLS
Tutut Mei Ningsih, Henry Praherdhiono, Agus Wedi Universitas Negeri Malang E-mail: tututmn53@@gmail.com
## ABSTRAK
Higher order thinking skills (HOTS) pada pebelajar terbentuk melaluimodel dan sistem pembelajaran.Model pembelajaran menggunakan think pair share (TPS) yang dikombinasikan dengan sistem pembelajaran blended (SPB).Quasy axperiment dengan model posttest only control group diberlakukan kepada mahasiswa jurusan Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Malang angkatan 2015. Sampel sebanyak 44 mahasiswa yang dipilih secara random. Uji analisis data menggunakan uji independent sample t-test. Diperoleh nilai Sig. sebesar 0,678, yang berarti > 0,05 dengan rata-rata nilai posttest kelompok eksperimen sebesar 74,59 dan kelompok kontrol sebesar 76,64. Sehinggatidak terdapat perbedaan yang signifikan HOTS mahasiswa yang menggunakan dengan model pembelajaran TPS dalam SPB dan SPB tanpa model pembelajaran TPS.
Kata Kunci :HOTS, Blended Learning, Think Pair Share, TPS
## PENDAHULUAN
Pembelajaran
mengharuskan pebelajar agar dapat lebih aktif dalam mencari pengetahuan yang ada. Selain itu pebelajar juga harus mampu menghadapi permasalahan yang ada dan diharuskan dapat memecahkan permasalahan tersebut secara mandiri maupun berkelompok. Bukan saatnya lagi pebelajar hanya menerima informasi dan pengetahuan yang diberikan oleh pendidik. Seperti halnya mahasiswa yang merupakan pebelajar tingkat dewasa yang secara umum mencirikan beberapa hal penting yaitu, Tenant dalamHusamah (2014): (a)
kemampuan untuk mengembangkan rasa ingin tahu; (b) kemampuan untuk mengajukan pertanyaan; (c) kemampuan untuk mengorganisir data untuk menjadikan jawaban yang benar; dan (d) kemampuan untuk dapat melakukan generalisasi dan mengkomunikasikan jawaban dari pertanyaan yang diberikan. Hal tersebut merupakan ciri-ciri yang harus adapada mahasiswa dalam proses perkuliahan.
Ranah kognitif merupakan salah satu ranah penting pada mahasiswa. Terdapat 6 tingkatan kognitif Taksonomi
Bloom revisi oleh Kreathwhol yaitu mengingat (C1), memahami (C2),
menerapkan (C3), menganalisis (C4) , mengevaluasi (C5), dan menciptakan (C6). Tingkatan tersebut digolongkan menjadi dua golongan yaitu kemampuan berpikir tingkat rendah (C1 sampai dengan C3) dan kemampuan berpikir tingkat tinggi (C4 sampai dengan C6)(Anderson et al., 2001). Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan kemampuan kognitif yang harus dimiliki pebelajar.Hal tersebut didukung oleh Ramli (2015: 7) mengatakan bahwa, “ Higher Order Thinking Skills (HOTS) merupakan istilah yang tengah sering dibicarakan dibidang pendidikan saat ini karena dianggap sebagai skills abad 21. Selain itu HOTS sering dihubungkan dengan kemampuan berpikir kritis.Ciri umum pebelajar tingkat dewasa relevan dengan HOTS yang telah disebutkan pada paragraph pertama.
Teaching Konowledge Test
Cambridge English, The University of Cambridge (2015), HOTS merupakan kemampuan kognitif seperti analisis dan evaluasi yang bisa diajarkan oleh guru kepada siswanya. Sedangkan menurut
Onosko & Newmann, (1994), HOTS berarti “non-algoritmik” dan didefinisikan sebagai potensi penggunaan pikiran untuk menghadapi tantangan baru, yang berarti aplikasi yang belum pernah dipirkirkan siswa sebelumnya. Terdapat jenis HOTS menurut Brookhart, (2010)berdasarkan tujuan pembelajaran dikelas, yaitu a) sebagai transfer, mengaplikasikan keterampilan dan pengetahuan yang telah dikembangkan terhadap pembelajaran pada hal yang baru; b) sebagai berpikir kritis, memberikan penilaian dengan bijak serta mengkritisi sesuatu dengan alasan logis dan ilmiah; dan c) sebagai pemecah masalah,
mengidentifikasi
masalah
serta
penyelesaiannya menggunakan strategi yang nonautomatic .
Faktor yang mempengaruhi HOTS yaitu perkembangan fisik dalam menghadapi masalah, memiliki pemahaman pada kemampuan dasar, pengalaman secara langsung, tuntutan dan pendampingan dari luar, dan dapat memotivasi diri sendiri,(Wahyuni, 2017). Selain itu, sistem pembelajaran yang tepat dapat mendukung tercapainya HOTS. Terlebih saat ini Teknologi Informasi dan Komunikasi ( Information and Communication
Technology ) atau sering dinamakan ICT tengah berkembang pesat. Jadi untuk mewujudkan HOTS dapat menggunakan sistem pembelajaran yang menerapkan ICT. Hal tersebut dilakukan agar HOTS mahasiswa tercapai serta memiliki pembelajaran yang berkualitas. Hal tersebut didukung oleh Husamah (2014) yang mengatakan bahwa
“bagi pengajar, penggunaan ICT dapat lebif efektif dan efisien pembelajarannya. Bagi peserta didik, penggunaan berbagai teknologi akan memberikan kesempatan belajar yang berkualitas”. Namun Teknologi informasi dan komunikasi harus dirancang dengan baik agar dapat terwujud tujuan tersebut.
Pemanfaatan ICT pada perguruan tinggi salah satunya sebagai sistem pembelajaran. Pemanfataan ICT seperti pada kategori tersebut disebut e-learning atau electronic learning . Menurut(Rusman,
2013), e-learning merupakan aplikasi berteknologi web dalam bidang pembelajaran dalam sebuah proses pendidikan. Penerapan e-learning dapat mempermudah mahasiswa untuk belajar lebih mandiri dan kapan saja tanpa harus menunggu adanya dosen. Selain e-learning , dunia pendidikan sekarang tengah mengembangkan sistem pembelajaran perpaduan antara e-learning dan pembelajaran konvensional secara tatap muka yang disebut dengan sistem pembelajaran blended . Sistem pembelajaran blended sendiri merupakan sistem pembelajaran abad 21. Menurut Sjukur (2012), Blended learning sebagai perpaduan karakteristik pembelajaran bersifat konvensional dan lingkungan pembelajaran bersifat elektronik.
Sistem pembelajaran blended memiliki beberapa tujuan, yaitu a) membantu pebelajar untuk
mengembangkan diri menjadi lebih baik dalam proses belajar sesuai dengan gaya belajar masing-masing; b) menyediakan peluang yang praktis-realistis bagi pendidik dan pebelajar; dan c) peningkatkan penjadwalan yang fleksibel bagi pebelajar, (Husamah, 2014; Praherdhiono, 2016). Sistem pembelajaran blended cocok diterapkan guna meningkatkan HOTS mahasiswa(Nugroho, 2018). Terlebih sistem pembelajaran blended dan HOTS tengah hangat pada abad 21 saat ini. Pernyataan tersebut sependapat dengan hasil penelitianYaniawati (2013) yang mengatakan HOTS pebelajar lebih tinggi menggunakan sistem pembelajaran blended dibandingkan dengan e-learning ataupun pembelajaran
konvensional.
Pada implementasinya, sistem pembelajaran blended memiliki 2 kategori, yaitu a) peningkatan pada aktivitas tatap muka, baik menggunakan jejaring terikat atau jejaring pelengkap yang tidak mengubah model aktivitas, dan b) pembelajaran campuran, yaitu mengurangi tatap muka namun tidak menghilangkannya, serta memungkinkan pebelajar untuk belajar secara online , (Husamah: 2014).
Kualitas suatu pembelajaran selalu berhubungan dengan model pembelajaran yang diterapkan(Degeng, 2001; Taliningsih, 2016). Dari pernyataan tersebut, dapat dinyatakan bahwa model pembelajaran yang diterapkan akan mempengaruhi kualitas suatu pembelajaran, apakah sesuai tujuan pembelajaran atau tidak. Jadi peran pengajar dalam menentukan model pembelajaran yang digunakan sangatlah penting. Dalam konteks ini model pembelajaran yang diperlukan yaitu yang mampumembentukHOTS pebelajar. Model pembelajaran yang dapat diterapkan Think Pair Share (TPS) yaitu salah tergolong dalam model pembelajaran kooperatif. Model
pembelajaran
TPS
mengenalkan gagasan mengenai waktu ‘tunggu atau berpikir’pada bagian interaksi pembelajaran kooperatif yang sekarang merupakan salah satu faktor pendukung dalam meningkatkan respon terhadap pertanyaan,
(Huda, 2013).Model
pembelajaran TPS merupakan model pembelajaran dimana pebelajar berpikir secara individu setelah itu berbagi antar teman sekelasnya. Menurut Trianto & Pd, (2007)
model pembelajaran
TPSmenggunakan prosedur yang dapat memberi pebelajar waktu berpikir yang lebih banyak, merespon, dan saling membantu. TPSmemiliki ciri khas yaitu pada ketiga langkah pembelajarannya, meliputi tahap think yaitu berpikir secara individual, pair (berpasangan), dan share yaitu berbagi dengan kelompok lain atau seluruh kelas(Suprijono, 2010; Taliningsih, 2016). Model pembelajaran ini membuat siswa lebih bisa menunjukan partisipasinya kepada orang lain. Selain itu, model pembelajaran TPS mampumenciptakan hasil belajar siswa yang baik.
Model pembelajaran TPS melatih pebelajar untuk lebih berpikir secara mandiri dan tidak bergantung dengan orang lain. Kemudian pada tahap share padamodel pembelajaran TPS pebelajar dapat membedakan hasil berpikir pebelajar satu sama lain. Manfaat penerapan model pembelajaranTPS menurut Huda (2013),
yaitu a) memungkinkan pebelajar untuk bekerja secara mandiri dan bekerja dengan orang lain; b) mengoptimalkan partisipasi pebelajar; dan c) memberi kesempatan pebelajar untuk lebih berpartisipasi.Namun tingkat kesulitan atau kuliatas pertanyaaan ataupun permasalahan yang diberikan oleh pengajar sangat mempengaruhi
pembelajaran, (Taliningsih: 2016). Maka dapat diartikan pengajar diharuskan dapat memberikan pertanyaan atau permasalahan dengan kuliatas tinggi agar kemampuan kognitif pebelajar lebih terasah.
Albab & Zulaikah (2016)
menghasilkan penelitian bahwa model pembelajaran pembelajaran e-scaffolding yang diintegrasikan dengan think pair share dapat lebih mewujudkanHOTS pebelajar dibandingkan dengan hanya menggunakan model pembelajaran e-scaffolding . Hasil penelitian Surayya, Subagia, & Tika (2014) juga menyatakan model pembelajaran TPS mampumemperoleh hasil belajar lebih yang dilihat dari kemampuan berpikir kritis siswa. Namun terdapat hasil penelitian yang tidak relevan dengan hasil penelitian sebelumnya,Taliningsih (2016)memaparkan bahwa model pembelajaran TPStidak memberi pengaruh pada kemampuan HOTS pebelajar.
## METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan quasy experiment yang tergolon dalam penelitian kuantitatif. Terdapat 3 model quasy experiment (eksperimen semu) menurut (Suharsimi, 2000), yaitu a) One-shot case study yaitu tanpa adanya kelompok pembanding dan tes awal; b) One-group pretest-posttest design dengan kelompok tunggal atau satu tanpa kelompok pembanding; dan c) Posttest-only kontrol group design . Dalam penelitian ini menerapkan model posttest-onlycontrol group .
Tabel 1. Rancangan Penelitian Posttest- Only Control Group
Kelompok Perlakuan Posttest Eskperiman X 1 O 1 Kontrol X 2 O 2 Populasi yang digunakan merupakan mahasiswa Teknologi Pendidikan Angkatan 2015. Adapun penentuan sampel yang dilakukan
menggunakan random sampling , yaitu pemilihan sampel seacara acak. Maka diperoleh offering A sebagai kelompok kontrol dan offering B sebagai kelompok eksperimen. Pada kelompok eksperimen menerapkan model pembelajaran TPSdalam sistem pembelajaran blended sedangkan kelompok kontrol hanya menggunakan sistem pembelajaran blended .
Terdapat 2 jenis data dalam penelitian, yaitu data primer atau data pokok dan data sekunder atau data pendukung. Pada data pokok (primer) pada penelitian ini diperoleh dari hasil posttest HOTS responden. Sedangkan data sekunder atau data pendukung dalam penelitian yaitu daftar nama mahasiswa yang dijadikan responden oleh peneliti diperoleh dari staf tata usaha Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.
Terdapat 2 jenis intrumen yang digunakan, yaitu instrumen perlakuan dan pengukuran. Instrumen perlakuan dalan penelitian ini yaitu berupa Rancangan Pembelajaran Semester (RPS) 2 pertemuan yang diberlakukan untuk kelaseksperimen dan kontrol. Sedangkan instrumen pengukuran pada penelitian ini menggunakan tes. Tes yang digunakan merupakan posttest pilihan
gandakemampuan berpikir tingkat tinggi sebanyak 15 butir soal.
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data uji independent sample t- test untuk mengukur perbedaan HOTS mahasiswa antara kelas eksperimen dan kontrol. Apabila nilai Sig. (2-tailed) <0,05 maka terdapat perbedaan HOTSmahasiswa kelas eksperimen dan kontrol. Sedangkan apabila nilai Sig. (2-tailed) >0,05 maka tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir tingkat tinggi antara mahasiswa
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji independent sample t-test dapat dilakukan apabila data yang diperoleh
memilikidistribusi normal dan bersifat homogen.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Data yang diperoleh pada penelitian ini merupakan dari mahasiswa Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Malang angkatan 2015. Jumlah mahasiswa kelasA sebagai kelompok kontrol sebanyak 24 dan data yang terkumpul sebanyak 22. Sedangkan kelas B sebagai kelas eksperimen sebanyak 25 mahasiswa dan data yang terkumpul sebnayak 22. Data tersebut merupakan hasil posttest HOTS mahasiswa pada matakuliah Manajemen Sistem Informasi (MSI).
Observasi terhadap kelas eksperimen dan kontrol dilakukan selama dua pertemuan pada matakuliah Manajemen Sistem Informasi (MSI). Pada pertemuan pertama kelas eksperimen dan kontrol pembelajaran berjalan dengan baik.
Sedangkan pada pertemuan kedua kelompok ekperimen keterlaksanaan pembelajaran terlaksana sebesar 90% dikarenakan terdapat 1 item kegiatan dosen dan mahasiswa tidak terlaksana. Sedangkan pada kelompok kontrol pembelajaran terlaksana dengan baik.
Berdasarkan hasil analisis nilai posttest HOTSantara mahasiswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh nilai tertinggi kelompok
eskperimen 100 dan nilai 36 padanilai terendah. Sedangkan pada kelompok kontrol memiliki nilai tertinggi yaitu 100 dan nilai 45 pada nilai terendah. Rata-rata nilai yang diperoleh kelompok eksperimen adalah 74,59 sedangkan rata-rata nilai kelompok kontrol adalah 76,64.
Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa HOTS mahasiswa kelompok kontrol lebih tinggi dibandingkan mahasiswa kelompok eksperimen.
Berdasarkan uji normalitas data hasil posttest HOTS menggunakan uji Shapiro-Wilk
Test diperoleh kelompok eksperimen dengan nilai Sig. 0,252 dan pada kelompok kontrol memiliki nilai Sig. 0,128. Kedua hasil tersebut menunjukan nilai Sig. > 0,05 maka data yang diperolehmemiliki distribusi normal. Pada uji homogenitas yang dilakukan menggunakan test of homogeneity Lavene dengan nilai g f α 0,05. Diperoleh hasil uji Lavine sebesar 0,270 dengan nilai Sig. sebesar 0,606. Sesuai dengan data tersebut, maka diketahui bahwa data bersifat homogen.
Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas dan didapatkan data berdistribusi normal dan bersifat homogen maka dapat dilakukan uji independent sampel t-test .
Tabel 2. Uji Independent Sample T-Test Kelompok Sig. 2(tailed ) Mea n Kemampua n Berpikir tingkat Tinggu Eksperime n 0,678 74,5 9 Kontrol 0,678 76,6 4 Berdasarkan tabel 2 menunjukan nilai Sig. 0,678 yang menunjukan > 0,05. Hal itu menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikiran tingkat tinggi antara mahasiswa yang menerapkan model pembelajaran TPS dalam sistem pembelajaran blended dan tanpa model pembelajaran TPS dalam
sistem pembelajaran blended . Sehingga pada penilitian ini hipotesis diterima yaitu H 0 dan hipotesis ditolak yaitu H 1 .
Menurut Vygotsky, keterampilan berpikir pada tingkat lebih tinggi akan berkembang ketika mendapat bimbingan dari seorang yang mempunyaikemampuan lebih ahli atau melalui teman sepekerjaan yang mempunyai kemampuan yang lebih tinggi,(Raes, Schellens, & De Wever, 2011). Berdasarkan hal tersebut, mendukung model pembelajaran TPS
dalam sistem pembelajaran blended mampu meningkatkan HOTS. Pada model pembelajaran TPS tahap share mahasiswa membagikan hasil berpikirnya kepada teman sejawat untuk saling membimbing dan membenarkan masalah yang diberikan oleh dosen. Hal tersebut relevan dengan pernyataan Vygotsky dalam Raes dkk (2011).
Model pembelajaran TPSdalam sistem pembelajaran blended lebih terpusat pada mahasiswa. Hal tersebut membuat mahasiswa memiliki kesempatan lebih untuk melatih diri terhadap kelancaran, mengasah, dan elaborasi HOTS dengan teman yang mempunyai pekerjaan yang sama. Khususnya pada teman yang memiliki HOTS yang lebih. Secara tidak langsung kemampuan penalaran dan kreativitas mahasiswa akan lebih terlatih.
Sedangkan sistem pembelajaran blended sendiri membuat mahasiswa lebih leluasa untuk mempelajari dan dapat lebih mudah untuk mencari materi yang diperlukan. Sedangkan saat membutuhkan bimbingan dosen, dapat kapan saja melalui e-learning maupun saat tatap muka dikelas. Penerapan sistem pembelajaran blended membuat
mahasiswa memperoleh pengetahuan lebih dan membuat lebih analitis. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Yaniawati (2013), HOTS kelompok belajar campuran ( blended learning ) lebih baik daripada kelompok lainnya, hal ini dikarenakan kelompok campuran ( blended learning ) memiliki konsep yang lebih luas dalam menyelesaikan masalah analitis daripada kelompok lainnya.
Adanya bimbingan dengan dosen yang lebih fleksibel membuat mahasiswa dapat lebih mudah untuk meminta pendampingan (secara online). Selain itu sistem pembelajaran blended membuat mahasiswa lebih semangat belajar dikarenakan disesuaikan dengan gaya belajar mahasiswa. Hal tersebut dapat menimbulkan motivasi belajar mahasiswa dalam diri sendiri. Adanya motivasi dalam diri sendiri dan pendampingan dari ahli
membuat terciptanya HOTS mahasiswa. Bagi siswa yang cenderung nyaman dengan pembelajaran konvensional ataupun e- learning tetap terpenuhi dalam sistem pembelajaran blended .
## KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan HOTS antara mahasiswa yang menerapkan model pembelajaran TPS dalam sistem pembelajaran blended dan sistem pembelajaran blended tanpa model pembelajaran TPS. Dapat diartikan hipotesis yang diterima yaitu H 0 , dikarenakan nilai signifikansi yang diperoleh 0,678 yaitu > 0,05. Selain itu nilai rata-rata yang diperoleh kelas eksperimen sebesar 74,59 dan kelas kontrol 76,64 yang menunjukan perbedaan
tidak signifikan.Meskipun tanpa menerapkan model pembelajaran TPS dalam sistem pembelajaran blended , kemampuan berpikir tinggi mahasiswa dapat terbentuk.
## DAFTAR PUSTAKA
Albab, A. F., & Zulaikah, S. (2016). Pengaruh E-Scaffolding Dalam Think Pair Share Terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Dinamika Partikel. Jurnal Pendidikan Sains , 4 (1), 1–8.
Anderson, L. W., Krathwohl, D. R., Airasian, P. W., Cruikshank, K. A., Mayer, R. E., Pintrich, P. R., … Wittrock, M. C. (2001). A taxonomy for learning, teaching, and assessing: A revision of Bloom’s taxonomy of educational objectives, abridged edition. White Plains, NY: Longman .
Brookhart, S. M. (2010). How to assess higher- order thinking skills in your classroom .
ASCD.
Degeng, I. N. S. (2001). Kumpulan Bahan
Pembelajaran. Menuju Pribadi Unggul Melalui Perbaikan Proses Pembelajaran, Malang: LP3, UM .
Huda, M. (2013). Model-model pengajaran dan pembelajaran . Yogyakarta: pustaka pelajar.
Husamah, H. (2014). Pembelajaran Bauran (Blended Learning). Research Report . Nugroho, R. A. (2018). HOTS (kemampuan berpikir tingkat tinggi: konsep, pembelajaran, penilaian, dan soal- soal) . PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Onosko, J. J., & Newmann, F. M. (1994). Creating more thoughtful learning environments. Creating Powerful Thinking in Teachers and Students: Diverse Perspectives , 27–49. Praherdhiono, H. (2016). Openportfolio As Moocs In Blededsystems. Jurnal TEKPEN , 1 (3).
Raes, A., Schellens, T., & De Wever, B. (2011). Scaffolding information problem solving in web-based inquiry learning. In Computer Assisted Learning (CAL- 2011) . Rusman. (2013). Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sjukur, S. B. (2012). Pengaruh blended learning terhadap motivasi belajar dan hasil belajar siswa di tingkat SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi , 2 (3).
Suharsimi, A. (2000). Manajemen penelitian.
Jakarta, Rineka Cipta Basu, Parikshit K,(2007), Critical Evaluaton of Growth
Strategis: India and China, Internasional Journal of Sosial
Economics , 34 (9), 664–678.
Suprijono,
A. (2010). Model-meodel Pembelajaran Inovatif.
Jakarta: PAVPPAI Universitas Terbuka .
Surayya, L., Subagia, I. W., & Tika, I. N. (2014). Pengaruh model pembelajaran think pair share terhadap hasil belajar IPA ditinjau dari keterampilan berpikir kritis siswa. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia , 4 (1).
Taliningsih, T. (2016). Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Dengan Problem Solving Terhadap Hasil Belajar Kognitif Dan High Order Thinking Skill (HOTS) Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Kediri Pada Materi Larutan Penyangga. SKRIPSI Jurusan Kimia-Fakultas MIPA UM .
Trianto, S. P., & Pd, M. (2007). Model-model pembelajaran inovatif berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka . Wahyuni, T. (2017). Pengaruh Model
Pembelajaran Problem Based Instruction Terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Materi Sumberdaya Kehutanan Kelas XI SMAN 1 Kepanjen. SKRIPSI Jurusan
Geografi-Fakultas Ilmu Sosial UM .
Yaniawati, R. P. (2013). E-learning to improve higher order thinking skills (HOTS) of students. Journal of Education and Learning , 7 (2), 109–120.
|
ee6b3233-eb5e-49ae-8b6e-698e1915aca2 | https://ejurnal.its.ac.id/index.php/teknik/article/download/134559/7658 | Abstrak—Indonesia, sebagai negara agraris, perlu mengadopsi paradigma yang tepat dalam mengembangkan kawasan pertanian. Pertanian merupakan sektor strategis yang menjadi unggulan di beberapa wilayah, seperti di Kabupaten Madiun. Meskipun kawasan pertanian merupakan salah satu sektor unggulan di wilayah ini, sayangnya, belum memberikan kesejahteraan yang optimal bagi para pelaku usaha. Selain itu, ancaman kehilangan minat generasi muda untuk terjun ke kawasan pertanian semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh kualitas komoditas pertanian tanaman di Kabupaten Madiun yang belum bisa bersaing di pasar global, rendahnya nilai jual, serta kurangnya diversifikasi komoditas pertanian, terutama tanaman pangan. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah ini, diperlukan konsep pengembangan ekonomi lokal yang di Kabupaten Madiun, sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja sektor tersebut dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Penelitian ini menggunakan kerangka teori Heksagonal PEL. Metode content analysis untuk merumuskan faktor-faktor kunci yang berperan dalam pengembangan kawasan pertanian komoditas tanaman pangan di Kabupaten Madiun. Terdapat 23 faktor-faktor berpengaruh pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan melalui pengembangan ekonomi di Kabupaten Madiun. Beberapa diantaranya adalah faktor Investor Luar, Pelaku Usaha Lokal, Sumber Daya Manusia, Pemberdayaan Masyarakat, Kebijakan Daerah, dan Promosi Daerah.
Kata Kunci—Pengembangan Ekonomi Lokal, Pertanian, Krisis Pangan, Madiun.
## I. PENDAHULUAN
ENGEMBANGAN pertanian merupakan sektor yang diunggulkan di Indonesia. Merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi pembangunan nasional. Sektor ini semestinya menjadi fokusan untuk dikembangkan, agar dapat meningkatkan hasil produksi pertanian [1]. Kabupaten Madiun merupakan salah satu wilayah di Jawa Timur yang berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Jawa Timur tahun 2011-2031 memiliki fungsi wilayah perencanaan sebagai kawasan pertanian tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, kehutanan, peternakan, pertambangan, pariwisata, pendidikan, kesehatan, dan industri [2]. Penetapan Kabupaten Madiun sebagai fungsi wilayah Pertanian tidak lepas dari kondisi komoditas pertanian yang unggul. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Madiun kondisi unggulnya kawasan pertanian terjadi pada sub sektor tanaman pangan dan hortikultura, beberapa komoditas yang unggul
diantaranya adalah komoditas padi, porang, jagung, umbi kayu, tebu, kacang hijau, kedelai dan lainnya.
Meskipun terjadi kenaikan produksi, petani di Kabupaten Madiun saat ini dihadapkan pada beberapa permasalahan yang mempengaruhi hasil pertanian. Salah satunya adalah lahan sawah yang terkena wabah wereng, yang menyebabkan gagal panen dan merugikan para petani. Selain itu, pola tanam yang tidak ideal juga berdampak negatif pada kualitas tanaman karena nutrisi tanah yang kurang. Hal tersebut diperparah dengan sulitnya petani mengakses pupuk subsidi. Kurangnya komitmen petani dalam menjaga kualitas produksi menjadi kendala serius dalam mencapai hasil pertanian yang optimal. Selain itu, kesadaran mengenai pentingnya diversifikasi komoditas pertanian juga masih rendah, sehingga potensi pengembangan pasar yang lebih luas masih belum maksimal. Hilirisasi pengolahan komoditas pertanian selama ini juga optimal, karena industri pengolahan di Kabupaten Madiun terbatas hanya dapat mengolah komoditas tertentu. Sehingga membuat ketidakmampuan komoditas pertanian Kabupaten Madiun untuk bersaing di pasar global, membatasi peluang ekspor dan pertumbuhan ekonomi.
Disrupsi ekonomi yang terjadi membuat Industri dan Perdagangan menjadi sektor yang diandalkan, akibatnya kawasan pertanian hanya berperan sebagai sektor pendukung [3]Berubahnya kondisi perekonomian ini berpengaruh terhadap perkembangan para pekerja. Peran generasi muda untuk ikut terjun ke dalam kawasan pertanian diproyeksikan akan terus mengalami penurunan[4], [5]. Kondisi demikian juga terjadi di Kabupaten Madiun, generasi muda di Kabupaten Madiun mayoritas menyatakan bahwa tidak memiliki ketertarikan untuk melanjutkan kegiatan usaha tani keluarga[3]. Sehingga kondisi ini menghambat pengembangan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia bidang pertanian di Kabupaten Madiun.
Sementara itu, bila kegiatan pertanian dikembangkan secara optimal, hal tersebut akan mampu berkontribusi dalam upaya menekan angka pengangguran yang terus mengalami peningkatan. Selain upaya pengentasan pengangguran yang perlu peningkatan, pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Madiun juga masih belum berjalan optimal. Hasil kajian dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Madiun Tahun 2018-2023 menyebutkan belum optimalnya pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Madiun disebabkan karena perkembangan sektor perekonomian masih berjalan sendiri-sendiri (terfragmentasi). Pernyataan
## Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Pengembangan Kawasan Pertanian Tanaman Pangan Melalui Pengembangan Ekonomi Lokal di Kabupaten Madiun
Dhidan Tomyagistyawan dan Surya Hadi Kusuma Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
e-mail : surya@enviro.its.ac.id
P
ini dibuktikan dari sektor jasa, industri dan pertanian yang kinerjanya tidak saling berhubungan [6].
Beragam rencana dan kebijakan sudah di rencanakan Pemerintah Kabupaten Madiun melalui beberapa regulasi, dalam rangka optimalisasi pertumbuhan ekonomi. Namun arahan dan rencana yang telah tersusun dalam dokumen regulasi nyatanya belum mampu meningkatkan produktivitas perekonomian di Kabupaten Madiun secara optimal. Selama ini anggapan kapasitas perencana, baik lembaga maupun pejabatnya menjadi sebab dari kegagalan perencanaan Indonesia. Nyatanya apabila melihat sejarah kegagalan perencanaan pembangunan disebabkan dari adanya (1) pengaruh kondisi politik, (2) kemampuan mengelola anggaran dan jadwal terhadap kecukupan anggaran, (3) kondisi perubahan ekonomi dari kondisi politik global dan regional, dan (4) adanya sebuah tuntutan pemerataan pembangunan [7].
Maka diperlunya pendekatan yang tepat sebagai upaya untuk menguatkan sektor-sektor unggulan, dalam hal ini di Kabupaten Madiun adalah kawasan pertanian. Konsep pengembangan sendiri menggunakan konsep pengembangan ekonomi lokal. Pengembangan ini merupakan sebuah langkah yang digunakan untuk melakukan optimalisasi pemberdayaan stakeholder . Konsep pengembangan ekonomi lokal menekankan masyarakat lokal menjadi pelaku utamanya dan peran pemerintah menguatkan struktur kelembagaannya agar dapat berkolaborasi dengan para pemangku kepentingan. Pengembangan ekonomi lokal tidak hanya fokus untuk melakukan peningkatan pendapatan, akan tetapi fokus terhadap pemberdayaan masyarakat [8]. Ciri utama dari pengembangan ekonomi lokal adalah memperdayakan potensi lokal yang dimiliki sebuah daerah
untuk mendongkrak kegiatan ekonomi [9]. Selain itu konsep pengembangan ekonomi lokal adalah proses kerja sama yang dijalin antara pemerintah, swasta, produsen dan masyarakat dengan memberdayakan sumber daya lokal di sebuah komunitas untuk menciptakan kegiatan ekonomi dan lapangan pekerjaan [10]. Pada penelitian ini difokuskan untuk mencari faktor-faktor yang berpengaruh pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan melalui pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Madiun.
## II. METODE PENELITIAN
## A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Proses penelitian akan menggunakan pendekatan kualitatif rasionalistik. Pendekatan ini merupakan pendekatan yang digunakan dengan melihat sebuah kebenaran berdasarkan fakta dan realitas yang ditemukan pada lapangan, yang mana ilmu yang telah ada tersebut dibangun berdasarkan fakta empiris yang mana akan didukung dengan teori dari literatur seta pemikiran yang diungkapkan dalam sebuah argumentasi menjadi bagian dari konstruksi alur berpikir. Pendekatan kualitatif rasionalistik ini akan didukung dengan metode analisis deskriptif empirik, karena penelitian ini berlandaskan dari permasalahan yang terjadi pada wilayah studi.
Penelitian ini akan menggunakan metode penelitian kualitatif, metode penelitian yang didasari dengan temuan dari peneliti terhadap fenomena yang sedang dikaji yang kemudian ditinjau berdasarkan definisi-definisi dan konsep utama. Konsep yang muncul tersebut kemudian akan berubah menjadi variabel penelitian baru yang mana ini merupakan temuan dari penelitian tersebut [11].
Tabel 2. Variabel Penelitian Variabel Sub-Variabel Kelompok Sasaran Investor luar Pelaku usaha lokal Sumber daya manusia Lokasi Sumber daya alam Kualitas hidup Aksesibilitas Infrastruktur Pengetahuan dan pemanfaatan teknologi Pusat pertumbuhan Sinergi dan Fokus Kebijakan Pemberdayaan masyarakat Kebijakan daerah Promosi daerah Modal keuangan Pembangunan Berkelanjutan Daya saing ekonomi Sosial Lingkungan Tata Kelola Pemerintah Kemitraan Pemerintah & dunia usaha Reformasi sektor publik Pengembangan organisasi Manajemen Proses
Perencanaan dan implementasi partisipatif Motivasi dan inisiatif lokal
Gambar 1. Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Madiun.
Tabel 1. Stakeholder Penelitian No
Instansi Peran 1 Bupati Madiun Menyusun regulasi dan perencanaan pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Madiun 2 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Riset Kabupaten Madiun Menyusun regulasi dan perencanaan pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Madiun 3 Dinas Perdagangan, Koperasi dan Usaha
Mikro Kabupaten Madiun Membantu menjalankan program mengenai pengembangan ekonomi lokal yang berkaitan dengan pemberdayaan koperasi dan usaha mikro di Kabupaten Madiun 4 Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Madiun Membantu menjalankan program mengenai pengembangan ekonomi lokal yang berkaitan dengan perizinan dan penanaman modal di Kabupaten Madiun 5 Bidang Irigasi, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Madiun Membantu menjalankan program mengenai pengembangan ekonomi lokal yang berkaitan dengan penyediaan infrastruktur irigasi di Kabupaten Madiun 6 Bidang Tata Ruang, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Madiun Membantu menjalankan program mengenai pengembangan ekonomi lokal yang berkaitan dengan penataan ruang di Kabupaten Madiun 7 Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Madiun Membantu menjalankan program mengenai pengembangan ekonomi lokal yang berkaitan dengan bidang pertanian dan perikanan di Kabupaten Madiun 8 Mardjo Group Mitra program kerja sama pengembangan ekonomi lokal 9 UNS Kampus Madiun Memiliki program pemberdayaan petani di Kabupaten Madiun 10 Komunitas Petani Millenial Menciptakan produk-produk pertanian di Kabupaten Madiun 11 Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Madiun Menciptakan produk-produk pertanian di Kabupaten Madiun
## B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian menggunakan referensi dari konsep Heksagonal PEL dari Meyer Stamer (2009) [12], konsep PEL menurut World Bank [13], penelitian terdahulu dari Ari Susanti dkk. (2013) [14], Laily & Rizkiyah (2016) [15], Rokhim dkk. (2017) [16], dan Annisa & Wahyuhana (2021) [17]. Berikut merupakan 21 variabel penelitian yang sudah dilakukan proses sintesa Pustaka, ditampilkan pada Tabel 1.
## C. Populasi dan Sampel
Penelitian ini menggunakan pendekatan teknik non probability sampling . Sifat dari penentuan sampel melalui snowball sampling adalah sifatnya komunikasi berantai yang didapatkan dari stakeholder dalam proses pengambilan data. Setelah melakukan analisis stakeholder berikut merupakan stakeholder yang terpilih ditampilkan pada Tabel 2.
## D. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data primer akan didapatkan dari wawancara mendalam dan observasi lapangan. Pengumpulan data sekunder melalui survey institusional dan studi literatur.
## E. Metode Analisis Data
Metode yang digunakan dalam menentukan faktor yang berpengaruh adalah content analysis. Proses analisis dimulai dari transkrip wawancara mendalam,
untilizing (pengelompokan variabel), coding (memberikan kode), data reducting, dan melakukan inference (kesimpulan). Variabel yang disebut lebih dari satu narasumber akan ditetapkan sebagai faktor berpengaruh. Proses validasi akan dilakukan observasi kondisi dilapangan.
## III. HASIL DAN PEMBAHASAN
## A. Gambaran Umum
Terletak di sisi barat Jawa Timur, Kabupaten Madiun merupakan wilayah yang terdiri dari 15 kecamatan, 198 desa dan 8 kelurahan. Jarak antara Ibukota Provinsi Jawa Timur dengan Kabupaten Madiun kurang lebih sekitar 175 Km ke arah timur. Apabila dengan Ibu Kota Negara Indonesia jaraknya kurang lebih 775 Km ke arah barat. Apabila ditinjau dari segi astronomis letak Kabupaten Madiun berada pada 7° 12’ - 7°48’ Lintang Selatan dan antara 111° 25’ - 111° 51’ Bujur timur.
Luasan kawasan pertanian sawah yang di Kabupaten Madiun adalah 31.594 ha (31% dari luas wilayah Kabupaten Madiun), dengan perincian sistem irigasi meliputi Sawah Irigasi Teknis, Sawah Irigasi Setengah Teknis, Sawah irigasi Sederhana, Sawah Irigasi Non PU, dan Sawah Tadah Hujan yang dapat dilihat pada Gambar 1.
Berdasarkan data yang didapatkan dari PDRB dapat diketahui struktur yang menyusun perekonomian di Kabupaten Madiun pada tahun 2021. Menunjukkan bahwa sektor lapangan usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan masih menjadi dominasi sebesar 28,41% dibandingkan dengan sektor yang lain, yang dapat dilihat pada Gambar 2.
Beberapa komoditas tanaman pangan yang diproduksi di Kabupaten Madiun mayoritas masih komoditas padi. Beberapa komoditas lain yang memiliki potensi seperti
Tabel 3.
Produksi Komoditas Tanaman pangan di Kabupaten Madiun
No Komoditas 2018 2019 2020 2021 2022 1 Padi (ton) 593.260 564.294 617.483 615.238 594.458 2 Jagung (ton) 56.730 89.322 66.795 47.976 64.560 3 Porang (ton) 8.941 9.132 10.325 50.427 51.347 4 Tebu (ton) 19.225 14.213 15.011 12.537 12.883 5 Umbi kayu (ton) 31.567 42.153 45.190 28.776 17.316 6 Kacang Hijau (ton) 3.062 3.885 2.673 3.473 6.255 7 Kedelai (ton) 2.582 1.483 1.638 1.282 1.316 8 Kacang Tanah (ton) 767 553 1.602 1.006 1.189 9 Kakao (ton) 1.317 860 881 891 892 10 Cengkeh (ton) 504 356 178 343 343 11 Kelapa (ton) 179 541 73 461 210 12 Kopi (ton) 102 166 101 173 170 13 Tembakau (ton) 47 247 75 120 132
Gambar 2. Struktur Perekonomian Kabupaten MadiunMenurut Lapangan Usaha Tahun 2021 (persen).
Gambar 3. Investasi Kabupaten Madiun menyerap Komoditas Porang.
Gambar 4. Pelaku usaha lokal Brem (kiri) Madumongso (kanan) yang menyerap hasil pertanian di Kabupaten Madiun.
Gambar 5. Peran SDM Muda dalam pengembangan kawasan pertanian di Kabupaten Madiun
Gambar 6. Kondisi Jalan Usaha Tani yang perlu adanya peningkatan.
Gambar 7. Infrastruktur sumber daya air menunjang proses produksi pertanian.
Gambar 8. Penggunaan teknologi pertanian di Kabupaten Madiun.
jagung, porang, tebu, umbi kayu, kacang hijau belum memiliki performa yang optimal. Hal ini menyebabkan diversifikasi pertanian di Kabupaten Madiun yang rendah Petani di Kabupaten Madiun dihadapi permasalahan lahan sawah yang terkena hama wereng. Hama wereng ini membuat produksi pertanian di beberapa lahan sawah di Kabupaten Madiun mengalami gagal panen. Penyebab hama wereng ini yang bertahan di tumbuhan padi ini disebabkan akibat resistensi wereng terhadap insektisida yang semakin meningkat [18], yang dapat dilihat pada Tabel 3.
B. Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Pengembangan Kawasan pertanian Tanaman pangan Melalui Pengembangan Ekonomi Lokal
Hasil analisis diperoleh penambahan 2 (dua) faktor baru. Faktor baru pertama adalah “Sarana Produksi Pertanian” yang tersebut oleh 3 (tiga) narasumber. Kemudian faktor baru kedua adalah “Produktivitas Komoditas Pertanian” yang disebut oleh 9 (sembilan) narasumber. Kedua faktor ini kemudian dimasukkan ke dalam aspek “Lokasi”.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh 23 (dua puluh tiga) faktor-faktor dari 6 (enam) aspek, yang berpengaruh dalam Pengembangan Kawasan Pertanian Komoditas Pangan melalui Pengembangan Ekonomi Lokal di Kabupaten Madiun. Aspek Kelompok Sasaran terdapat 3 (tiga) faktor, yaitu Faktor Pelaku Usaha Lokal, Investor Luar dan Sumber Daya Manusia. Aspek Lokasi terdapat 8 (delapan) faktor yaitu dari Faktor Pusat Pertumbuhan, Sarana Produksi Pertanian, Sumber Daya Alam, Kualitas Hidup, Aksesibilitas, Pengetahuan dan Pemanfaatan Teknologi, Infrastruktur, dan Produktivitas Komoditas Pertanian. Aspek Sinergi dan Kebijakan terdapat 4 (empat) faktor yaitu Faktor Promosi Daerah, Modal Keuangan, Pemberdayaan Masyarakat, Dan Kebijakan Daerah. Aspek Pembangunan Berkelanjutan terdapat 3 (tiga) faktor yaitu Faktor Daya Saing Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan. Aspek Tata Kelola Pemerintah terdapat 3 (tiga) faktor yang terdiri dari Faktor Reformasi
Sektor Publik, Kemitraan Pemerintah & Dunia Usaha, dan Pengembangan Organisasi. Aspek Manajemen Proses terdapat 2 (dua) faktor yaitu, Faktor Motivasi dan Inisiatif Lokal, Perencanaan dan Implementasi Partisipatif. Berikut merupakan kompilasi kutipan faktor-faktor yang berpengaruh yang ditampilkan pada Tabel 4.
1) Aspek Kelompok Sasaran
a. Investor Luar
Narasumber menjelaskan bahwa investasi di Kabupaten Madiun memberikan dampak terhadap pengembangan kawasan pertanian. Investasi memberikan perkembangan terhadap proses hilirisasi, meningkatkan nilai hasil pertanian, dan peningkatan produktivitas pertanian. Kabupaten Madiun mendorong investasi yang dapat memberikan multi player effect . Pemerintah memberikan insentif berupa pengurangan pajak dan pengembangan sarana dan prasarana kepada dunia usaha yang ingin berinvestasi di Kabupaten Madiun dapat dilihat pada Gambar 3.
Faktor ini berpengaruh karena berdasarkan identifikasi kondisi di lapangan, menunjukkan bahwa rata-rata UMKM kesulitan mendapatkan bantuan modal. Selama ini modal diperoleh dari perbankan dimana prosesnya membutuhkan cukup lama dan sulit. Maka dibutuhkan peran investasi luar untuk mendukung tumbuhnya industri pengolahan komoditas pertanian oleh para pelaku UMKM. Selain itu dibutuhkan investasi luar dalam bentuk pendirian industri pengolahan skala besar.
b. Pelaku Usaha Lokal
Mayoritas UMKM di Kabupaten Madiun bergerak dalam sektor pengolahan pangan (makanan dan minuman). Namun, belum banyak UMKM yang aktif dalam produksi pupuk organik. Selain itu, pemerintah juga belum memberikan pendampingan yang memadai dalam pengembangan usaha mikro, sehingga belum terjadi kenaikan yang signifikan
Tabel 4.
Kompilasi Kutipan Faktor-Faktor Berpengaruh
Aspek Faktor Jumlah Kutipan Faktor dari Narasumber R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 Total Kelompok Sasaran Pelaku Usaha Lokal 1 2 1 1 2 8 4 19 Investor Luar 5 4 2 1 2 2 6 1 2 25 Sumber Daya Manusia 8 6 3 9 1 3 12 1 1 7 51 Lokasi Pusat Pertumbuhan 1 2 1 1 1 6 Sarana Produksi Pertanian* 7 2 1 10 Sumber daya Alam 2 2 1 3 2 1 11 Kualitas Hidup 1 4 2 1 1 3 1 2 15 Aksesibilitas 1 5 3 3 2 1 1 3 19 Pengetahuan dan Pemanfaatan Teknologi 1 2 2 1 1 3 1 4 1 2 3 21 Infrastruktur 3 2 3 6 6 2 1 1 1 25 Produktivitas Komoditas Pertanian* 5 5 5 6 1 1 1 3 1 28 Sinergi dan Fokus Kebijakan Promosi Daerah 2 1 1 1 1 1 1 1 9 Modal Keuangan 3 1 2 1 1 3 2 1 1 15 Pemberdayaan Masyarakat 1 2 3 1 4 4 2 1 18 Kebijakan Daerah 2 2 3 1 5 1 6 1 2 23 Pembangunan Berkelanjutan Daya Saing Ekonomi 1 1 1 1 2 1 1 1 1 10 Sosial 1 2 1 5 1 10 Lingkungan 5 1 3 3 1 1 3 1 1 2 21 Tata Kelola Pemerintah Reformasi Sektor Publik 2 2 1 1 2 1 1 10 Kemitraan Pemerintah & Dunia Usaha 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 12 Pengembangan Organisasi 1 1 2 3 1 1 1 3 13 Manajemen Proses Motivasi dan Inisiatif Lokal 1 2 1 1 1 2 2 10 Perencanaan dan Implementasi Partisipatif 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 13 Grand Total 45 35 48 37 34 25 27 48 29 24 42 394
Keterangan : *Faktor baru yang disebutkan/dikutip oleh R (narasumber)
Gambar 10. Forum CSR untuk mendorong perusahaan memberikan dana CSR untuk pengembangan pertanian.
Gambar 9. Pelayanan publik.
terhadap usaha mikro yang naik kelas. Selain itu, permasalahan permodalan, pemasaran, dan kurangnya inovasi juga menjadi tantangan yang dihadapi oleh pelaku usaha lokal di wilayah ini.
Faktor ini berpengaruh karena berdasarkan identifikasi kondisi di lapangan pelaku usaha lokal melakukan penyerapan komoditas pertanian. Selama ini hasil pertanian diserap sebagai bahan olahan makanan produksi UMKM. Sehingga peran pelaku usaha lokal berperan terhadap hilirisasi komoditas pertanian. Pertumbuhan UMKM perlu didorong dibidang hilirisasi komoditas pertanian untuk memutarkan perekonomian di Kabupaten Madiun, dapat dilihat pada Gambar 4.
c. Sumber Daya Manusia (SDM)
Terdapat beberapa permasalahan dalam faktor SDM di sektor pertanian, seperti kurangnya komitmen oknum petani terhadap kualitas produk, kualitas dan kuantitas SDM yang terlibat dalam bidang pertanian, keterbatasan adaptasi teknologi oleh petani tua, serta kurangnya minat generasi muda dalam berkarir di sektor ini. Munculnya petani milenial didorong, dan pemerintah bekerja sama dengan TNI/Polri, Camat, dan tokoh agama untuk memberikan pemahaman kepada para petani. Namun, masih ada tantangan lain, termasuk kurangnya jumlah Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) untuk mendukung kawasan pertanian secara optimal. Peran SDM Muda dalam pengembangan kawasan pertanian dapat dilihat pada Gambar 5.
Faktor ini berpengaruh karena berdasarkan identifikasi kondisi di lapangan, SDM merupakan pelaku utama dalam pengembangan pertanian seperti dalam proses pengolahan lahan, pengembangan, pengolahan dan pemasaran komoditas pertanian. Sehingga dengan kualitas dan kuantitas SDM lokal yang tidak memadai akan menghambat pengembangan kawasan pertanian melalui PEL. Selain itu generasi muda saat ini memiliki minat rendah dalam mengembangkan pertanian. Sehingga perlu adanya peningkatan SDM untuk memberikan pemahaman terkait dengan produksi, pengembangan, pengolahan dan pemasaran kegiatan pertanian .
2) Aspek Lokasi
a. Sumber Daya Alam (SDA)
Kabupaten Madiun menghadapi berbagai tantangan dalam sumber daya alam akibat bencana banjir dan kekeringan yang menyebabkan gagal panen di beberapa wilayah. Fenomena alih fungsi lahan pertanian ke non-pertanian juga semakin meningkat, mengancam kelangsungan pertanian di daerah tersebut. Selain itu, kerusakan yang terjadi pada Daerah Aliran Sungai menjadi masalah serius, dengan meningkatnya tingkat sedimen di sungai yang menyebabkan pendangkalan sungai dan berdampak pada irigasi pertanian. Meskipun demikian, Kabupaten Madiun memiliki kondisi sumber daya alam yang potensial untuk mendukung pengembangan kawasan pertanian.
Faktor ini berpengaruh karena berdasarkan identifikasi jika kondisi SDA tidak mendukung maka produktivitas tanaman pangan akan menurun juga. Sehingga diperlukan pengelolaan SDA yang baik, sehingga dapat menghasilkan kuantitas yang banyak dan kualitas yang baik. Kondisi SDA secara umum di Kabupaten Madiun sudah sangat mendukung pengembangan pertanian.
b. Produktivitas Komoditas Pertanian
Produktivitas pertanian yang positif meningkatkan nilai ekonomi. Namun, produktivitas komoditas selain padi masih rendah karena minimnya diversifikasi. Krisis pangan mengancam, maka perlu fokus pada pengembangan umbi kayu, singkong, padi, dan porang untuk meningkatkan produktivitas dan ketahanan pangan.
Faktor ini berpengaruh karena berdasarkan identifikasi jika produktivitas komoditas pertanian tidak optimal (tidak mencapai standar kebutuhan minimal produksi industri pengolahan) maka akan menghambat proses pengolahan dan mengakibatkan dampak kerugian bagi pelaku usaha dan investor.
c. Kualitas hidup Gaya hidup masyarakat berperan untuk mendorong tumbuhnya kesadaran dalam mengembangkan sektor pertanian. Kearifan lokal yang sebelumnya menjadi bagian integral dari kegiatan pertanian mulai ditinggalkan. Fenomena urbanisasi juga berpengaruh pada generasi muda, dimana banyak dari mereka meninggalkan kawasan pertanian karena kurangnya lapangan pekerjaan yang memadai di daerah ini. Terlebih lagi, petani sering kali dihadapkan pada stigma negatif dan dianggap memiliki status sosial yang rendah, hal ini membuat minat mereka semakin berkurang. Selain itu, kesadaran pemanfaatan media sosial untuk pengembangan kawasan pertanian di Kabupaten Madiun juga masih terbatas.
Faktor ini berpengaruh agar generasi muda mau menetap di daerah perdesaan dan tidak beralih (migrasi) pada pekerjaan di daerah perkotaan, sehingga dibutuhkan upaya kedepannya agar kualitas hidup di desa perlu ditingkatkan melalui peningkatan lowongan kerja sektor pertanian yang lebih modern dan penyediaan sarana dan prasarana pendukung yang memadai, sehingga tercipta lingkungan perdesaan yang nyaman, kondusif, aman, dan mampu berdaya saing dengan daerah perkotaan. d. Aksesibilitas Peningkatan kualitas dan kuantitas Jalan Usaha Tani (JUT) menjadi suatu kebutuhan yang mendesak di Kabupaten Madiun. Selain itu kondisi aksesibilitas yang strategis di daerah ini ditandai dengan adanya dua gerbang tol, memberikan potensi yang besar untuk pengembangan kawasan pertanian dan ekonomi lokal, yang dapat dilihat pada Gambar 6.
Faktor ini berpengaruh karena kondisi aksesibilitas yang baik akan mendukung distribusi hasil komoditas pertanian tanaman pangan menjadi lebih lancar. Mulai dari aksesibilitas lokasi produksi ke pengolahan (termasuk JUT), lokasi pengolahan ke pemasaran (melalui jaringan jalan raya Hasil tinjauan lapangan menunjukkan bahwa beberapa JUT masih berlubang, makadam, dan sempit. Kondisi demikian berakibat terhambatnya kegiatan distribusi hasil pertanian. e. Infrastruktur
Saat ini, beberapa irigasi mengalami kerusakan yang menyebabkan kebocoran air dan pengairan lahan pertanian menjadi tidak optimal. Selain itu, Kabupaten Madiun juga belum memiliki gudang penyimpanan pertanian yang memadai, mengakibatkan kesulitan dalam menjaga dan mengelola hasil pertanian dengan baik.
Faktor ini berpengaruh karena infrastruktur yang baik akan mampu menunjang proses kegiatan pertanian yang lancar. Salah satunya infrastruktur jaringan irigasi yang membantu
kegiatan pengairan tanaman saat proses produksi, yang dapat dilihat pada Gambar 7. Semakin baik jaringan irigasi, akan dapat meningkatkan produktivitas komoditas hasil pertanian. Kebutuhan air juga menunjang kegiatan proses pengolahan. Sehingga keberadaan jaringan irigasi dan infrastruktur air bersih sangat penting untuk membantu kegiatan proses produksi dan pengolahan hasil pertanian.
f. Sarana Produksi Pertanian
Pupuk dan pestisida merupakan sarana produksi pertanian, bahan-bahan yang dapat meningkatkan produktivitas pertanian. Namun saat ini sulit mendapatkan pupuk bersubsidi dan maraknya penjualan pupuk subsidi ilegal dengan harga tidak resmi, menjadi kendala dalam mendukung produktivitas petani. Selain itu, meningkatnya biaya produksi pertanian juga menjadi masalah akibat langkanya sarana produksi pertanian yang dibutuhkan.
Faktor ini berpengaruh karena pupuk dan pestisida mampu meningkatkan kualitas komoditas hasil pertanian. Terutama penggunaan pupuk organik. Kelangkaan pupuk berdampak pada menurunnya kualitas produksi pertanian. g. Pengetahuan dan Pemanfaatan Teknologi
Teknologi memberikan peran penting untuk dapat mendorong produktivitas sektor pertanian. Teknologi pertanian modern menawarkan berbagai kemudahan dan inovasi, yang dapat dilihat pada Gambar 8. Namun, kesadaran penggunaan teknologi ini masih rendah terutama pada golongan petani tua. Upaya untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang manfaat teknologi pertanian perlu ditingkatkan.
Faktor ini berpengaruh karena saat ini pengetahuan dan pemanfaatan teknologi oleh SDM lokal, dapat mempercepat proses produksi pertanian menjadi lebih efisien. Saat ini telah banyak alat-alat pendukung pertanian yang modern, akan tetapi belum semua kelompok tani di Kabupaten Madiun mampu menggunakan peralatan modern tersebut. Hal ini diakibatkan pengetahuan dan keinginan petani yang masih minim untuk menggunakan teknologi.
h. Pusat Pertumbuhan
Pengembangan SSWP (Sub Satuan
Wilayah Pengembangan) menjadi salah satu faktor yang diharapkan dapat kuat dalam mendukung pengembangan kawasan pertanian. Pemerintah telah merencanakan empat SSWP.
Faktor ini berpengaruh karena titik pengembangan SSWP berperan sebagai pusat ekonomi karena terdapat sarana kegiatan ekonomi masyarakat seperti pasar. Sehingga akan berpengaruh terhadap proses pemasaran komoditas pertanian.
3) Aspek Sinergi dan Fokus Kebijakan
a. Pemberdayaan Masyarakat Beragam kegiatan telah dilaksanakan untuk memberdayakan masyarakat. Seperti Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Madiun telah mengembangkan Program Gerobak Tani yang melibatkan kelompok tani untuk mengembalikan kearifan lokal dalam berkegiatan pertanian. Selain itu, kerja sama pemerintah dengan kelompok masyarakat juga telah berhasil menjalankan program hibah pengadaan sarana dan prasarana, seperti alat pertanian modern, untuk mendukung pertanian berkelanjutan di wilayah ini. Dana Corporate Social Responsibility (CSR) juga telah dimanfaatkan untuk mengembangkan program pembangunan di Kabupaten Madiun, khususnya untuk memperkuat kawasan pertanian dan mengatasi tantangan
yang dihadapi oleh petani, yang dapat dilihat pada Gambar 9. Selain itu, sebagai bentuk dukungan dari pelaku usaha, terdapat kewajiban untuk mengadakan perjanjian kerja sama yang berisi kesepakatan kemitraan dengan UMKM.
Faktor ini berpengaruh karena menunjukkan bahwa program pemberdayaan masyarakat ini dapat menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam pengembangan pertanian. Hal ini memudahkan berjalannya program-program berbasis masyarakat dalam pengembangan pertanian melalui PEL. Seperti adanya program hibah alat pertanian di beberapa kelompok tani, Sehingga dapat meningkatkan produktifitas kegiatan produksi pertanian anggota kelompok tani. b. Kebijakan Daerah Kebijakan daerah saat ini mendesak untuk mengimplementasikan kebijakan perlindungan pertani terhadap pengendalian pupuk dan sarana pertanian. Dana Desa dari Pemerintah Pusat dan pengalokasian 20% APBD Kabupaten Madiun untuk Alokasi Dana Desa menjadi kunci penting saat ini dalam memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan petani. Dengan dana ini, dapat diarahkan untuk memperbaiki infrastruktur pertanian, seperti irigasi, jalan usaha tani, dan sarana pendukung lainnya. Selain itu, penting juga adanya kebijakan yang mengatur tentang Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) untuk melindungi dan mempertahankan lahan pertanian produktif dari alih fungsi.
Faktor ini berpengaruh karena dengan adanya kebijakan yang mendukung pengembangan pertanian. Kebijakan dapat menjadi dasar hukum dalam menyelesaikan permasalahan dan pengoptimalan potensi pertanian. Seperti dengan adanya kebijakan alokasi dana desa mendorong Pemerintah Desa untuk mengembangkan program pengadaan sarana prasarana pertanian secara mandiri.
c. Promosi Daerah Perlunya city bran ding dan promosi potensi investasi untuk mendongkrak kawasan pertanian di Kabupaten Madiun. Peran city branding ini kedepan diprioritaskan untuk mempromosikan potensi pertanian masing-masing desa.
Faktor ini berpengaruh karena promosi daerah dapat memperkenalkan potensi masing-masing komoditas pertanian. Pemerintah Kabupaten Madiun menggencarkan branding kampung porang. Hal ini berdampak terhadap produktivitas komoditas porang dan tumbuhnya industri porang.
d. Modal keuangan Terdapat beberapa masalah terkait manajemen pengelolaan modal. Salah satunya adalah kurangnya pemahaman petani terhadap cara efektif mengelola modal mereka. Selain itu, isu penyelewengan modal oleh oknum kelompok tani juga menjadi perhatian serius. Meskipun demikian, ada juga dukungan tersedia berupa Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang bertujuan mendukung petani dalam pengelolaan modal dan memfasilitasi mereka dalam memenuhi kebutuhan finansial untuk kegiatan pertanian.
Faktor ini berpengaruh karena dengan adanya modal uang maka akan dapat mendorong kegiatan produksi bagi petani dan pengolahan bagi pelaku usaha. Saat ini sudah banyak pertani yang memanfaatkan KUR. Akan tetapi dijumpai petani yang tidak bisa memanajemen modal yang baik.
4) Aspek Pembangunan Berkelanjutan
a. Daya Saing Ekonomi
Kabupaten Madiun masih belum menunjukkan adanya diferensiasi sektor unggulan yang mencolok jika dibandingkan dengan daerah sekitarnya. Terutama, kawasan pertanian di Kabupaten Madiun tampak lebih rendah dibandingkan dengan daerah sekitarnya berdasarkan data PDRB tahun 2022.
Faktor ini berpengaruh karena dengan kondisi daya saing ekonomi yang baik berdampak pada tumbuhnya kegiatan perekonomian untuk mendukung pemasaran pertanian. Performa sektor pertanian di Kabupaten Madiun belum bisa berkontribusi signifikan dalam perekonomian dibandingkan daerah lain. Sehingga perlu adanya peningkatan produktivitas pertanian melalui optimalisasi diferensiasi komoditas pertanian. Sehingga komoditas lain dapat berkontribusi menambahkan nilai sektor pertanian pada perekonomian. b. Sosial
Petani sering kali menghadapi tantangan ekonomi dan sosial yang berat, sehingga dukungan dari pemerintah dan berbagai pihak terkait sangat diperlukan untuk membantu meningkatkan kondisi kehidupan mereka. Selain itu, terdapat tantangan lain dalam kawasan pertanian, yakni semakin berkurangnya minat masyarakat untuk mengembangkan sektor ini. Meskipun demikian, terdapat contoh positif mengenai komoditas porang yang telah berhasil memberikan kesejahteraan bagi petani di Saradan.
Faktor ini berpengaruh apabila kinerja SDM bagus dan meningkat, pasti akan membawa dampak terhadap kualitas dan kuantitas hasil komoditas pertanian yang tinggi. Dengan produktivitas yang tinggi, akan membawa dampak terhadap tingkat kesejahteraan petani, karena komoditas pertanian mampu diserap oleh pengusaha (industri pengolahan) dan pasar. Begitu pula dengan berhasilnya penerapan konsep PEL ini diharapkan mampu meningkatkan kehidupan sosial petani.
c. Lingkungan
Penggunaan bahan kimia dalam pertanian, dalam jangka panjang dapat menyebabkan ketergantungan, kerusakan tanah, dan pencemaran lingkungan, serta meningkatkan resistensi hama terhadap bahan kimia. Oleh karena itu, Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Madiun mendorong penggunaan bahan organik sebagai alternatif yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Namun, upaya untuk mengatasi masalah lingkungan dalam kawasan pertanian dihadapkan pada berbagai tantangan. Cuaca ekstrem seperti banjir dan tanah longsor sering kali mempengaruhi hasil panen, dan adanya sedimentasi yang menyebabkan pendangkalan sungai berdampak pada irigasi dan pengairan lahan pertanian. Penurunan kualitas sumber air untuk pertanian juga terjadi akibat alih fungsi lahan.
Faktor ini berpengaruh karena keberlanjutan lingkungan sangat penting untuk menjaga keberlanjutan kualitas lahan pertanian. Saat ini masih dijumpai penggunaan bahan kimia masih sangat masif. Dampak buruk telah dirasakan oleh petani yang ketergantungan terhadap bahan kimia, yang menyebabkan rusaknya kualitas tanah di lahan pertanian. Sehingga akan membawa dampak kedepannya terhadap menurunnya kualitas dan kuantitas produktivitas komoditas pertanian yang akan dihasilkan.
5) Aspek Tata Kelola Pemerintah
a. Kemitraan Pemerintah & dunia usaha
Pemerintah Kabupaten Madiun telah mengembangkan Skema KPBU (Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha) sebagai upaya untuk mendorong investasi dan pengembangan infrastruktur di daerah ini. Dalam upaya untuk memperkuat kemitraan antara pemerintah dan dunia usaha, program CSR telah diimplementasikan. Kemitraan ini berfungsi sebagai sarana bagi pemerintah dan dunia usaha dalam memberikan kontribusi positif bagi masyarakat melalui berbagai program CSR. Selain itu, pemerintah juga menjalin kerja sama pemasaran produk UMKM dengan toko modern seperti Alfamart dan Indomaret, sehingga produk-produk lokal dapat lebih mudah dijangkau oleh konsumen, mendukung pertumbuhan UMKM, dan memperluas pasar bagi produk lokal.
Faktor ini berpengaruh terhadap suksesnya konsep PEL, selain dari kualitas dan produktivitas hasil komoditas yang tinggi (meningkat), jika tidak ada kemitraan pemerintah dan sektor swasta, maka proses off farm (pengolahan dan pemasaran) tidak akan berjalan. Pemerintah membutuhkan sektor swasta dalam mengembangkan PEL, khususnya pada penyediaan sarana prasarana produksi pertanian, penyediaan teknologi modern, pendirian pabrik pengolahan ataupun UMKM, serta sampai tahap pemasaran produk. b. Reformasi Sektor Publik Kabupaten Madiun masih memerlukan dukungan petugas yang kompeten dalam melakukan pendampingan perizinan guna meningkatkan efisiensi dan kualitas pelayanan. Selain itu, perlu diperhatikan untuk menyediakan akses informasi tata ruang yang mudah agar masyarakat dan pelaku usaha dapat dengan cepat mengakses informasi terkait persyaratan dan prosedur perizinan. Meskipun demikian, terdapat langkah positif yang telah diambil dengan memusatkan perizinan satu pintu di Mall Pelayanan Publik, yang dapat dilihat pada Gambar 10.
Faktor ini berpengaruh karena dengan adanya perbaikan birokrasi akan membuat perizinan yang mudah dan cepat. Hal ini akan berdampak pada kemudahan dalam proses perizinan pendirian berusaha oleh investor (baik lokal maupun luar), dan akan membuat iklim investasi di Kabupaten Madiun menjadi menarik. Khususnya pada bidang pertanian tanaman pangan, yang nantinya akan berdampak terhadap perekonomian daerah dan masyarakat. c. Pengembangan Organisasi
Program Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Kabupaten Madiun masih terkesan berjalan sendiri-sendiri, belum sepenuhnya terintegrasi dengan baik. Beberapa program OPD belum optimal dan belum tepat sasaran dalam mencapai tujuan pembangunan daerah. Untuk mengatasi permasalahan pertanian di Kabupaten Madiun, seperti kelangkaan pupuk dan sarana pertanian lainnya, diperlukan kehadiran satuan tugas yang khusus fokus dalam menangani isu-isu tersebut.
Faktor ini berpengaruh karena pengembangan organisasi yang baik dapat mendorong percepatan program-program pengembangan pertanian. Saat ini masih terdapat program- program OPD yang tumpang tindih dan belum terintegrasi. Hal ini berdampak pada tidak optimalnya program-program pengembangan komoditas pertanian yang sudah direncanakan oleh pemerintah daerah, sehingga lebih banyak menjadi program tidak terarah dan gagal.
6) Aspek Manajemen Proses
a. Motivasi dan Inisiatif Lokal
Kabupaten Madiun menghadapi beberapa tantangan akibat kurangnya inisiatif masyarakat dalam berbagai aspek. Permasalahan meliputi kurangnya perawatan sarana dan prasarana yang telah dibangun, minimnya diversifikasi komoditas pertanian, serta kurangnya inovasi dan pemanfaatan teknologi dalam usaha lokal. Namun, di tengah tantangan ini, terdapat potensi tumbuhnya UMKM yang diinisiasi oleh masyarakat karena adanya peningkatan investasi di Kabupaten Madiun.
Faktor ini berpengaruh karena motivasi dan inisiatif lokal akan berpengaruh terhadap minat masyarakat mengembangkan kegiatan usaha berbasis pertanian. Sehingga sektor ini dapat bertumbuh melalui inovasi yang dijalankan oleh masyarakat, mulai dari proses produksi, pengolahan hingga pemasaran.
b. Perencanaan dan Implementasi Partisipatif
Pemerintah selalu melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan dengan menggunakan berbagai metode, salah satunya melalui konsultasi publik. Konsultasi publik ini menjadi sarana penting bagi pemerintah untuk menghimpun berbagai masukan yang berasal dari masyarakat. Masyarakat juga diberikan wadah untuk dilibatkan dalam proses perencanaan melalui musyawarah pembangunan yang ada di tingkat desa, kecamatan, hingga kabupaten.
Faktor ini berpengaruh karena melalui pelibatan masyarakat permasalahan pengembangan pertanian dapat teridentifikasi sesuai kondisi lapangan. Sehingga pelibatan masyarakat diperlukan untuk menentukan solusi yang tepat dalam menyelesaikan permasalahan pengembangan pertanian. Selain itu, dengan melibatkan masyarakat lokal diharapkan akan dapat meningkatkan motivasi dan inisiatif lokal dalam menumbuhkan ketertarikan dalam pengembangan kegiatan atau usaha bidang pertanian. Sehingga diperlukan perencanaan yang matang dan implementasi yang jelas dalam pelibatan masyarakat lokal agar program (penerapan konsep PEL) dapat berjalan lancar.
## IV. KESIMPULAN
Terdapat
23 faktor-faktor yang berpengaruh pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan melalui pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Madiun. Faktor- faktor ini terbagi dalam enam aspek Heksagonal PEL. Faktor berpengaruh yang pertama dari aspek kelompok sasaran, diantaranya adalah pelaku usaha lokal, investor luar dan sumber daya manusia. Faktor berpengaruh yang kedua berasal dari aspek lokasi terdiri dari pusat pertumbuhan, sarana produksi pertanian, sumber daya alam, kualitas hidup, aksesibilitas, pengetahuan dan pemanfaatan teknologi, infrastruktur, dan produktivitas komoditas pertanian. Ketiga faktor berpengaruh yang berasal dari aspek sinergi dan kebijakan diantaranya promosi daerah, modal keuangan, pemberdayaan masyarakat, dan kebijakan daerah. Keempat faktor berpengaruh yang berasal dari aspek pembangunan rkelanjutan yang terdiri dari daya saing ekonomi, sosial, dan lingkungan. Kelima faktor berpengaruh berasal dari aspek tata kelola pemerintah yang terdiri dari reformasi sektor
publik, kemitraan pemerintah & dunia usaha, dan pengembangan organisasi. Faktor berpengaruh yang terakhir dari aspek manajemen proses yang terdiri dari motivasi dan inisiatif lokal, perencanaan dan implementasi partisipatif.
## DAFTAR PUSTAKA
[1]
A. Amam and S. Rusdiana, “Pertanian indonesia dalam menghadapi persaingan pasar bebas,” Jurnal Agriovet , vol. 4, no. 1, pp. 37–68, Oct. 2021, doi: 10.51158/AGRIOVET.V4I1.506.
[2] Pemerintah Provinsi Jawa Timur, “Peraturan daerah Provinsi Jawa Timur nomor 5 tahun 2012 tentang rencana tata ruang wilayah provinsi tahun 2011 — 2031,” 2012.
[3] S. Widayanti, S. Ratnasari, M. Mubarokah, and D. Atasa, “Faktor yang mempengaruhi minat generasi milineal untuk melanjutkan usahatani keluarga di Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun,” Jurnal AGRISEP: Kajian Masalah Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis , vol. 20, no. 2, pp. 279–288, Sep. 2021, doi: 10.31186/JAGRISEP.20.2.279-288.
[4] A. D. Nugroho, L. R. Waluyati, and J. Jamhari, “Upaya memikat generasi muda bekerja pada sektor pertanian di Daerah Istimewa Yogyakarta,” JPPUMA: Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik UMA (Journal of Governance and Political Social UMA) , vol. 6, no. 1, pp. 76–95, May 2018, doi: 10.31289/jppuma. v6i1.1252.
[5] L. Oktaviani, U. Mustafa, and A. Azhar, “Analisis pandapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi minat petani terhadap usahatani padi sawah di Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat,” Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian , vol. 2, no. 1, pp. 191–199, 2017.
[6] Bappeda Kabupaten Madiun, “Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Madiun Tahun 2018-2023,” Madiun, 2018.
[7] E. Rustiadi, S. Saefulhakim, and D. R. Panuju, Perencanaan dan Pengembangan Wilayah . Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2009.
[8] B. Helmsing, “Externalities, learning and governance: new perspectives on local economic development,” Dev Change , vol. 32, no. 2, pp. 277–308, Mar. 2001, doi: 10.1111/1467-7660.00206.
[9] E. J. Blakely and N. G. Leigh, Planning Local Economic Development: Theory and Practice . Thousand Oaks, California: Sage Publication, 2002.
[10] J. Boulle, “Langkah KPEL untuk pengembangan ekonomi lokal,” Jakarta, 2004.
[11] H. S. Yunus, Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer . Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016.
[12] J. Meyer-Stamer, “The hexagon of local economic development,” Germany, 2005. [Online]. Available: www.mesopartner.com
[13] World Bank, “Local economic development: quick reference,” Washington DC, 2006.
[14] E. Ari Susanti, I. Hanafi, and R. Adiono, “Pengembangan ekonomi lokal dalam sektor pertanian (studi pada Kecamatan Pagelaran Kabupaten Malang),” Jurnal Administrasi Publik Mahasiswa Universitas Brawijaya , vol. 1, no. 4, pp. 31–40, 2013, [Online]. Available: https://www.neliti.com/publications/74443/
[15] D. W. Laily and N. Rizkiyah, “Penguatan strategi pengembangan ekonomi lokal melalui kawasan agropolitan komoditas unggulan buah mangga podang di Kabupaten Kediri,” in Seminar Nasional Pembangunan Pertanian , R. Asmara and S. Sujarwo, Eds., Malang: Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang, 2016, pp. 178–185.
[16] R. Rokhim, S. Wahyuni, P. Wulandari, and F. Ayu, “Analyzing key success factors of local economic development in several remote areas in Indonesia,” Journal of Enterprising Communities , vol. 11, no. 4, pp. 438–455, Aug. 2017, doi: 10.1108/JEC-09-2015- 0049/FULL/XML.
[17] A. Annisa, L. Fitri, and R. T. Wahyuhana, “Strategi pengembangan ekonomi lokal sektor pertanian di Kabupaten Pemalang,” Tugas Akhir, University of Technology Yogyakarta, Yogyakarta, 2021.
[18] Y. Ratna et al. , “Perkembangan resistensi wereng batang padi cokelat (nilaparvata lugens stal) di sentra produksi padi Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur,” Jurnal Media Pertanian , vol. 7, no. 2, pp. 123–131, Oct. 2022, doi: 10.33087/JAGRO.V7I2.158.
|
8be51b8f-26a4-451a-9cf7-016019e1c22a | https://jurnal.unpal.ac.id/index.php/jm/article/download/60/36 |
## PENGARUH PENGAWASAN, KERJASAMA TIM DAN PENEMPATAN KERJA TERHADAP PRESTASI KERJA PEGAWAI PADA
## PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) AGRITRANS BATUMARTA
Oleh
Fitriyanti* dan Epriyanti** *Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Baturaja
**Dosen Fakultas Ekonomi Unbara
## ABSTRAK
Pengaruh Pengawasan, Kerjasama Tim dan Penempatan Kerja Terhadap Prestasi Kerja Pegawai pada PT. Bank Perkereditan Rakyat (BPR).
Penelitian ini membahas Pengaruh Pengawasan, Kerjasama Tim dan Penempatan Kerja Terhadap Prestasi Kerja Pegawai pada PT. Bank Perkereditan Rakyat (BPR). Analisis yang digunakan adalah analisis linier berganda dan koefisien determinasi. Hasil penelitian dari analisis uji t menunjukkan secara parsial Pengawasan, Kerjasama Tim dan Penempatan Kerja berpengaruh secara signifikan terhadap Prestasi Kerja Pegawai . Hasil uji F menunjukkan secara simultan Pengawasan, Kerjasama Tim dan Penempatan Kerja berpengaruh secara signifikan terhadap Prestasi Kerja Pegawai . besarnya koefisien determinasi ( R Square) sebesar sebesar 77,4% sedangkan sisanya 22,6% dipengaruhi oleh variabel lain.
Kata Kunci : Pengawasan, Kerjasama Tim dan Penempatan Kerja
## PENDAHULUAN
## Latar Belakang
Sumber daya manusia merupakan kunci pokok yang harus diperhatikan dengan segala kebutuhannya sehingga harus diatur sebaik mungkin karena sumber daya manusia adalah potensi yang merupakan aset dan fungsi sebagai modal didalam organisasi bisnis yang dapat mewujudkan menjadi potensi nyata secara fisik dan non fisik dalam mewujudkan eksistensi organisasi (perusahaan),.
Menurut Sunyoto (2015:01) Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang penting dalam suatu organisasi atau perusahaan, di samping faktor lain seperti aktiva dan modal. Oleh karena itu sumber daya manusia harus di kelola dengan baik untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi, sebagai salah satu fungsi dalam perusahaan yang dikenal dengan manajemen sumber daya manusia.
Menurut Sutrisno (2009:151) Prestasi kerja merupakan suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dari tingkah laku kerjanya dalam melaksanakan aktivitas kerja. Munculnya Prestasi kerja dapat menjadi gambaran adanya kinerja yang tinggi dalam suatu organisasi. Prestasi kerja dapat timbul dari berbagai faktor dalam organisasi, diantaranya karena adanya pengawasan, kerjasama tim dan penempatan kerj
Faktor yang memicu timbulnya prestasi kerja adalah pengawasan. Dalam melaksanakan kegiatan kerja karyawan tidak akan terlepas dari pengawasan kerja, sehingga dengan demikian karyawan tersebut akan selalu melaksanakan pekerjaan dengan baik. Selain pengawasan, kerjasama tim juga menjadi faktor penting bagi kesuksesan sebuah
organisasi. Faktor lain yang mempengaruhi prestasi kerja adalah penempatan kerja pegawai. penempatan kerja dikatakan baik atau sesuai apabila karyawan dapat melaksanakan pekerjaannya secara baik dan optimal, serta adanya keahlian yang mendukung.
## Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah pengawasan, kerjasama tim dan penempatan kerja berpengaruh terhadap Prestasi kerja Pegawai pada PT. Bank Perkereditan Rakyat (BPR) Agritrans Batumarta baik secara parsial maupun simultan
## TINJAUAN PUSTAKA
## Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Hasibuan (2008:10) Manajemen sumber daya manusia (MSDM) adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Menurut Sutrisno (2009:5) Manajemen sumber daya manusia (MSDM) Merupakan bidang strategis dari organisasi. Manajemen sumber daya harus dipandang sebagai perluasan dari pandangan tradisional untuk mengelola orang secara efektif dan untuk itu membutuhkan pengetahuan tentang perilaku manusia dan kemampuan mengelolanya.
Bila pengelolaan sumber daya manusia dapat dilaksanakan secara profesional, diharapkan sumber daya manusia dapat bekerja secara produktif. Pengelolaan sumber daya manusia secara profesional ini harus dimulai sejak perekrutan, seleksi, pengklasifikasian, penempatan sesuai dengan kemampuan, penataran atau pelatihan dan pengembangan karirnya (Rivai,2013:7)
## Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Sutrisno (2009:9), fungsi manajemen sumber daya manusia itu meliputi, Perencanaan, Pengarahan, Pengendalian,Pengadaan, Pengembangan, Kompensasi , Pengintegrasian , Pemeliharaan, Kedisiplinan , Pemberhentian.
## METODE PENELITIAN
## Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Sugiyono,2014:115). Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,2014:115). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai pada PT.Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Agritrans Batumarta berjumlah 40 pegawai. Sehingga penelitian ini disebut penelitian populasi.
## Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
## 1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Menurut Sugiyono (2014:248) suatu koesioner dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang hendak di ukur/dinginkan.
Menurut Sugiyono (2014:172) ketepatan atau kecermatan suatu instrument dalam mengukur apa yang ingin diukur untuk menentukan valid atau tidaknya data yang di uji juga dapat ditentukan dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:
-Jika r hitung > r table maka koesioner tersebut dinyatakan valid.
-Jika r hitung < r table atau nilai korelasi negatif maka koesioner dinyatakan tidak valid.
## 2. Uji Reabilitas
Uji reabilitas merupakan alat untuk mengukur kehandalan, ketetapan atau konsistensi suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan handal jika jawaban responden
terhadap butir-butir pertanyaan dalam kuesioner adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Adapun sebagai teknik untuk mengukur reabilitas instrument yang berupa angket dengan skala likert ini dapat menggunakan rumus koefisien reabilitas cronbachalfa sebagai berikut:
) 2 . 3 ....( .......... .......... .......... .......... 1 1 2 2 ab ab k k r n
Dimana :
r n : Reliabilitas instrument
K : Banyaknya butir pertanyaan
2 b : Jumlah varian butir
2 t : Varian total
## Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara analisis grafik. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Beberapa metode uji normalitas yaitu dengan melihat penyebaran data pada sumber diagonal pada grafik Normal P-P Plot of regression standardized residualatau dengan uji One Sample Kolmogorov Smirnov :
a. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
## b. Uji Multikolinieritas
Untuk menentukan suatu model regresi yang tidak terjadi multikolinearitas yaitu , .
Mempunyai nilai VIF < 10 dan Mempunyai nilai Tolerence > 0,1
c. Uji Heteroskedastisitas
Dasar pengambilan keputusan yaitu:
- Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka terjadi heteroskedastisitas.
- Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
## Analisis Data
Menurut Priyatno (2014:277) Analisis regresi Linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh antara dua atau lebih variabel independen dengan satu variabel dependen, yang ditampilkan dalam pembentuk persamaan sebagai berikut:
Dimana :
Y : Variabel Dependent (variabel terikat, yaitu Prestasi Kerja)
: Pengawasan
: Kerjasama Tim
: Penempatan Kerja
: Konstanta
: Koefisien regresi
Analisis regresi berganda ini akan diolah dengan menggunakan software SPSS.
## Pengujian Hipotesis
Ada dua tahap yang harus dilakukan dalam pengujian ini yaitu:
Pengujian secara individual ( Parsial ) dengan Uji-t
Langkah pengujian sebagai berikut :
1. Hipotesis pada pengujian ini adalah :
a) Untuk variabel X1
Ho : b = 0 artinya tidak ada pengaruh signifikan variabel independen terhadap variabel dependen.
Ha : b 0 artinya ada pengaruh signifikan variabel independen terhadap variabel dependen.
## Pengujian Secara Menyeluruh (Simultan) Dengan Uji-F
Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat (Kuncoro,2009:239). Tahap-tahap untuk melakukan uji F sebagai berikut :
## 1. Menentukan Hipotesis
Ho : b = 0 artinya tidak ada Pengaruh secara signifikan antara pengawasan, kerjasama tim dan penempatan kerja terhadap prestasi kerja pegawai.
Ha : b 0 Ada pengaruh secara signifikan antara pengawasan, kerjasama tim dan penempatan kerja terhadap prestasi kerja pegawai.
Analisis Koefisien Determinasi ( R 2 )
Analisis determinasi digunakan untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Hasil analisis determinasi dapat dilihat pada output Model Summary dari hasil analisis regresi linear berganda. Menurut Santoso (2011) bahawa untuk regresi untuk lebih dari dua variabel bebas digunakan AdjustedR 2 sebagai koefisien determinasi. Adjusted R square adalah nilai R Square tang telah disesuaikan. Untuk melihat sumbangan pengaruh dari variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen, maka Adjusted R square x 100%. (Priyatno, 2011:251).
Nilai koefisien determinasi dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
KP = r² x 100%
Keterangan :
KP = Koefisien Determinasi r = Koefisien Korelasi
## HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Hasil Analisis
Hasil Uji Validitas Pengawasan (X1) Item Pernyataan r-hitung r-tabel Keterangan P1 0,463 0,320 Valid P2 0,384 0,320 Valid P3 0,407 0,320 Valid P4 0,448 0,320 Valid P5 0,464 0,320 Valid P6 0,528 0,320 Valid P7 0,556 0,320 Valid P8 0,550 0,320 Valid P9 0,565 0,320 Valid P10 0,537 0,320 Valid Kerjasama Tim (X2) Item Pernyataan r-hitung r-tabel Keterangan P1 0,579 0,320 Valid P2 0,600 0,320 Valid P3 0,641 0,320 Valid P4 0,559 0,320 Valid P5 0,547 0,320 Valid P6 0,625 0,320 Valid Penempatan Kerja (X3) Item Pernyataan r-hitung r-tabel Keterangan P1 0,327 0,320 Valid
P2 0,333 0,320 Valid P3 0,332 0,320 Valid P4 0,507 0,320 Valid P5 0,326 0,320 Valid P6 0,456 0,320 Valid Prestasi kerja (Y) Item Pernyataan r-hitung r-tabel Keterangan P1 0,340 0,320 Valid P2 0,359 0,320 Valid P3 0,436 0,320 Valid P4 0,406 0,320 Valid P5 0,476 0,320 Valid P6 0,367 0,320 Valid
Sumber: Data primer yang diolah, 2017
Hasil Uji Reabilitas Hasil Uji Reliabilitas Variabel Koefisien Alpa Keterangan Pengawasan Kerjasama tim Penempatan kerja Prestasi kerja 0,805 0,823 0,637 0,666 Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
Sumber: Data primer yang diolah, 2017
Berdasarkan hasil uji di atas dapat diketahui bahwa nilai Cronbach’s Alpha untuk variabel X1 (Pengawasan) sebesar 0,805 variabel X2 (Kerjasama tim) sebesar 0,823 variabel X3 ( Penempatan kerja) sebesar 0,637 dan variabel Y (Prestasi kerja) sebesar
0,666. Hal ini berarti bahwa seluruh butir pernyataan dari semua variabel dapat dikatakan reliabel atau layak untuk digunakan sebagai alat penelitian.
## Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari gambar berikut :
## Normalitas
Pada gambar grafik memperlihatkan P-P Plot terletak disekitar garis diagonal. Pplot tidak menyimpang jauh dari garis diagonal, sehingga bisa diartikan bahwa distribusi data variabel X1 (Pengawasan), variabel X2 (Kerjasama tim) dan variabel X3 ( Penempatan kerja) adalah normal.
## Uji Multikolinearitas
Pedoman untuk menentukan suatu model regresi yang tidak terjadi multikolinearitas adalah:
- apabila nilai VIF < 10 dan mempunyai nilai toleranc e > 0,10, maka tidak terjadi multikolinieritas.
- Jika nilai VIF hasil regresi > 10 dan nilai tolerance < 0,10 maka dapat dipastikan ada multikolinieritas di antara variabel bebas.
## Hasil Pengujian Multikolinearitas
Coefficients a Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant) Pengawasan .843 1.186 kerjasama tim .656 1.524 penempatan kerja .614 1.630
a. Dependent Variable: prestasi kerja
Sumber: Data primer yang diolah, 2017
apabila nilai VIF >10 dan mempunyai nilai toleranc e < 0,10, maka terjadi multikolinieritas.
## Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ketidak samaan varian dari resedu satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang
baik adalah yang tidak terjadi heterokedastisitas.jika resedunya mempunyai varian yang sama disebut terjadi homoskadastisitas.
Homokedastisitas terjadi jika scatterplot titik-titik hasil pengolahan data antara ZPRED dan SRESID menyebar di bawah ataupun di atas titik origin ( angka 0 ) pada Y dan tidak mempunyai pola yang teratur.
a. Heteroskedastisitas terjadi jika scatterplot titik-titik nya mempunyai pola yang teratur, baik menyempit, melebar maupun bergelombang–bergelombang.
## Scatterplots
Pada gambar terlihat bahwa penyebaran residual adalah tidak teratur. Titik-titik menyebar di bawah dan di atas sumbu Y, dan tidak mempunyai pola yang teratur. Jadi kesimpulannya variabel bebas tidak terjadi heterokedastisitas atau bersifat homoskedastisitas.
## Analisis Regresi Berganda
Merupakan suatu alat analisis peramalan nilai pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap variabel terkait untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan fungsi atau hubungan kausal antara dua variabel bebas (X1), (X2), ..., (Xn) dengan satu variabel terkait.
Hasil perhitungan regresi linier berganda dapat ditujukan dalam tabel berikut
## Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficients a Model Unstandardized Coefficients B Std. Error 1 (Constant) -4.227 2.388 Pengawasan .226 .055 kerjasama tim .397 .079 penempatan kerja .323 .099 a. Dependent Variable: prestasi kerja
Sumber: Data primer yang diolah, 2017
Secara umum regresi linear tiga variabel dapat dimodelkan sebagai berikut:
Y = -4.227 + 0.226X 1 + 0.397X 2 + 0.323X 3
1. Nilai konstanta sebesar -4.227 yang berarti jika variabel pengawasan (XI), kerjasama tim (X2) dan penempatan kerja (X3) nilainya nol ( tidak ada) maka prestasi kerja (Y) akan menurun sebesar 4.227.
2. Nilai variabel pengawasan (XI) mengalami peningkatan sebesar 1 satuan, maka prestasi kerja meningkat sebesar 0.226 dengan asumsi variabel lain tetap.
3. Nilai koefisien regresi kerjasama tim X 2 sebesar 0.397 menyatakan bahwa setiap kenaikan kerjasama tim (X2) sebesar 1 satuan, maka prestasi kerja (Y) juga akan mengalami peningkatan sebesar 0.397 dengan asumsi variabel lain tetap.
4. Nilai koefisien regresi penempatan kerja X 3 sebesar 0.323 menyatakan bahwa setiap kenaikan penempatan kerja (X3) sebesar 1 satuan, maka prestasi kerja (Y) juga akan mengalami peningkatan sebesar 0.323 dengan asumsi variabel lain tetap.
Pengujian Hipotesis Individual (Uji T)
Hasil T-test
Coefficients a
Model T 1 (Constant) -1.770 Pengawasan 4.116 kerjasama tim 5.007 penempatan kerja 3.261 a. Dependent Variable: prestasi kerja
Sumber: Data primer yang diolah, 2017
Berdasarkan hasil pengolahan data yang terdapat pada tabel 5.8 diperoleh:
1. Koefisien t-hitung X 1 ( pengawasan) sebesar 4.116 dan t-tabel (df=n-k-1;α=40-3- 1;0,025=36), maka diperoleh t-tabel sebesar 2.02809 maka X 1 ( pengawasan) secara signifikan berpengaruh terhadap Y ( prestasi kerja) karena t-hitung lebih besar dari t- tabel yaitu 4.116 > 2.02809
2. Koefisien t-hitung X 2 ( kerjasama tim) sebesar 5.007 dan t-tabel (df=n-k-1;α=40-3- 1;0,025=36), maka diperoleh t-tabel sebesar 2.02809 maka X 2 (kerjasama tim)
memiliki pengaruh secara signifikan terhadap Y ( prestasi kerja) karena t-hitung lebih besar dari t-tabel yaitu 5.007 > 2.02809
3. Koefisien t-hitung X 3 ( penempatan kerja) sebesar 3.261 dan t-tabel (df=n-k-1;α=40-3-
1;0,025=36), maka diperoleh t-tabel sebesar 2.02809 maka X 3 (penempatan kerja) memiliki pengaruh secara signifikan terhadap Y (prestasi kerja) karena t-hitung lebih besar dari t-tabel yaitu 3.261 > 2.02809
Pengujian Hipotesis Serentak (Uji F)
Hasil perhitungan Uji F dapat dilihat pada tabel berikut:
## Hasil Pengujian Secara Bersama-sama
Model F Sig. 1 Regression 45.496 .000 a
## Residual
## Total
Sumber: Data primer yang diolah, 2017
Berdasarkan tabel di atas diperoleh koefisien nilai F-hitung 45.496 yang lebih besar dari nilai F-tabel sebesar 2,87 hal ini berarti F hitung > F tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa pengawasan, kerjasama tim dan penempatan kerja berpengaruh secara simultan terhadap prestasi kerja pegawai pada PT. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Agritrans Batumarta. Uji F Tingkat Keyakinaan 95%
Analisis Koefisien Determinasi (R 2 )
Koefisien determinasi (R 2 / KP) pada intinya digunakan untuk menunjukkan seberapa besar kontribusi variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat. Nilai dapat
dihitung dengan persamaan sebagai berikut: (Ridwan dan Sunarto, 2010: 80-81). Hasil uji analisis koefisien determinasi disajikan pada tabel 5.10 berikut.
Koefisien Determinasi (R 2 )
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .890 a .791 .774 1.560
Sumber: Data primer yang diolah, 2017
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai Adjusted R Square sebesar 0,774 Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh pengawasan, kerjasama tim dan penempatan kerja terhadap prestasi kerja pada pada PT. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Agritrans Batumarta sebesar 77% sedangkan sisanya sebesar 23% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini misalnya disiplin kerja, motivasi kerja, kepemimpinan dan pengembangan karir.
## Pembahasan
Dan variabel penempatan kerja berpengaruh positif terhadap prestasi kerja. Hasil penelitian ini didukung teori bahwa apabila penempatan kerja sesuai dengan lulusannya maka prestasi kerja akan meningkat (Rivai,2019:198).
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa penempatan kerja dan deskripsi jabatan berpengaruh secara simultan terhadap prestasi kerja karyawan dengan F hitung (38,456) > F tabel (3,09) dengan tingkat signifikansi 0,000 Selain itu, penempatan kerja dan deskripsi jabatan berpengaruh secara parsial dan positif terhadap prestasi kerja karyawan dengan
t hitung penempatan (2,437) > t tabel (1,984), dan t hitung deskripsi jabatan (4,514) > t tabel (1,984).
Variabel bebas yang berpengaruh dominan terhadap prestasi kerja karyawan adalah deskripsi jabatan dengan nilai koefisien regresi yang lebih besar dibandingkan nilai koefisien variabel penempatan kerja. nilai koefisien determinasi yang dihasilkan adalah 0,431 yang menunjukkan besarnya pengaruh penempatan kerja dan deskripsi jabatan secara bersamaan terhadap prestasi kerja pegawai pada rumah sakit jiwa prof.HB.Sa anin padang adalah 43,1%.kemudian sisanya sebesar 56,9% dipengaruhi oleh selain variabel penempatan kerja dan deskripsi jabatan, misalnya pengaruh dari kerjasama, kepemimpinan dan kedisiplinan dengan tingkat probabilitas sebesar 0,000 (sangat signifikan).
Koefisien determinasi ( Adjusted R Square ) dalam penelitian ini adalah 0,774 artinya kontribusi yang diberikan pengawasan, kerjasama tim dan penempatan kerja terhadap prestasi kerja adalah sebesar 77,4% sedangkan sisanya 22,6% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini seperti seperti, disiplin kerja, motivasi kerja, kepemimpinan dan pengembangan karir (Hamzah,2012) .
## KESIMPULAN DAN SARAN
## Kesimpulan
Dari hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
Dari hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Baik secara parsial maupun simultan pengawasan, kerjasama tim dan penempatan kerja berpengaruh terhadap prestasi kerja pegawai pada PT. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Agritrans Batumarta.
2. Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan baik secara parsial maupun simultan variabel pengawasan, kerjasama tim dan penempatan kerja mempunyai pengaruh terhadap prestasi kerja pada PT.Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Agritrans Batumarta.
Hasil analisis koefisien determinasi ( Adjusted R Square ) sebesar 0,774 dipengaruhi oleh variabel pengawasan, kerjasama tim dan penempatan kerja hal ini menunjukkan sebesar 77,4% variabel dari prestasi kerja dan sisanya sebesar 22,6% dipengaruhi atau
dijelaskan oleh variabel lain seperti, disiplin kerja, motivasi kerja, kepemimpinan dan pengembangan karir (Hamzah,2012) .
## Saran
Setelah peneliti melakukan penelitian di PT. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Agritrans Batumarta, maka peneliti mengemukakan saran-saran sebagai berikut:
1. Pengawasan yang diciptakan oleh perusahaan dapat memotivasi karyawan untuk lebih disiplin terhadap perusahaan.
2. Perusahaan harus lebih meningkatkan kerjasama tim yang ada saat ini. Karena kerjasama tim yang baik untuk meningkatkan prestasi kerja pegawai.
3. Perusahaan juga harus memperhatikan penempatan kerja, penempatan kerja yang sesuai dengan lulusannya maka akan meningkatkan skill dalam bekerja. jika karyawan ahli dalam bekerja maka mereka akan berprestasi dalam bekerja (Rivai, 2009:198).
## 71
## DAFTAR PUSTAKA
Hasibuan.2005. Manajemen Sumber Daya Manusia . Jakarta: Bumi Aksara Hasibuan. 2009, Manajemen Sumber Daya manusia , Jakarta: Bumi Aksara
Kuncoro. 2009. Metode Riset Untuk Bisnis & Ekonomi : Bagaimana Meneliti dan Menulis Tetis .
Edisi Tiga. Jakarta: Erlangga
Priyatno, Dewi,2014. Cara Belajar Analisi Data dengan SPSS 20 . Yogyakarta.
Rivai, 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan , Jakarta : Raja Gravindo Persada
Rasul. 2011. Ekonometrika, Formula Dan Aplikasi Dalam Manajemen. Jakarta: Mitra Macana Media
Riduwan & Sunarto. 2009. Pengantar Statistika Untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi,
Komunikasi, Dan Bisnis. Bandung: Alfabeta
Sunyoto, 2015 . Manajemen Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia , Yogyakarta: CAPS (Center for Academic Publishing Service)
Sutrisno, Edy 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Kencana
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan tiga belas, Bandung: Alfabeta
|
8664a3fe-26f7-48f4-8ffb-3ffa6a00b9a8 | https://ojs.uhnsugriwa.ac.id/index.php/sanjiwani/article/download/2063/1336 |
## PEMAHAMAN HOLISTIK TENTANG KARMAPHALA
DALAM LONTAR TATTWA WIT : PERSPEKTIF FILOSOFIS
Anggy Paramitha Sari
Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar
Keywords:
## ABSTRACT
Holistic understanding , Karma Phala , Lontar Tattwa Wit , philosophical perspective .
Hindu society highly believe in the law of cause and effect that also known as karma phala. Every action will produce an equal result. Every single action of each individual has a power to bring happiness or sadness. The law of karma phala tied all of His Creation without exception, fairly and objectively. Karma come from the thoughts, words and actions. Lontar Tattwa Wit is one of lontar (manuscript) that has the explanation about karma phala tenet in it. This article generally aimed to obtain holistic understanding about karma phala in Lontar Tattwa wit based on philosophical perspective.
## PENDAHULUAN
Hukum sebab akibat atau yang lebih dikenal dengan istilah hukum karmaphala merupakan suatu hukum alam yang berlaku bagi setiap makhluk. Hukum karma memiliki sifat universal, dalam arti semua makhluk yang ada tak luput dari hukum karma, dan semua perbuatan akan mendapatkan hasilnya entah dalam waktu dekat ataupun lambat. Segala akibat yang terjadi pasti didahului oleh sebab-sebab tertentu sebelumnya. Melalui hukum karmaphala Tuhan menunjukan rasa sayang kepada ciptaan-Nya. Beliau memberikan hak memilih dan memberikan kuasa untuk menentukan perbuatannya. Manusia memiliki kendali penuh dalam kehidupannya, akan tetapi segala akibatnyapun harus siap ditanggung Naskah lontar yang jumlahnya begitu banyak telah memberi bentuk terhadap ajaran agama Hindu khususnya di Bali, yang sering disebut dengan tiga kerangka
dasar agama Hindu, yang terdiri dari tattwa (filsafat), susila (etika), dan acara (ritual).
Lontar yang ada di Bali pada umumnya dibagi menjadi empat kelompok utama, yaitu lontar tattwa , lontar puja , lontar susila , dan lontar yajna . Meskipun terbagi-bagi, namun dalam kenyataannya semua memiliki hubungan yang saling terkait. Lontar Tattwa Wit merupakan salah dari ribuan naskah yang diwarisi masyarakat Hindu khususnya di Bali. Lontar Tattwa Wit terdiri dari 30 sloka membahas tentang asal mula penciptaan badan, kelahiran, kematian, Catur Dasa Aksara , ajaran untuk mencapai kalepasan , penjelasan mengenai anggaro bhuana sarira yakni segala ciptaan Tuhan yang ada di dunia ini seperti manusia, binatang, tumbuhan serta benda- benda mati serta ajaran karmaphala .
Filsafat pada tataran non-akademis berbicara tentang persoalan-persoalan yang serupa dengan filsafat pada tataran akademis. Hal ini menyiratkan bahwa manusia senantiasa haus akan penjelasan-penjelasan untuk mengatasi kenyataannya sehari-hari. Menjelaskan suatu fakta bahwa manusia mempertanyakan persoalan- persoalan yang luar biasa jauh dalam lingkupnya dan persepsinya menunjukkan rasa kehausan bagi tiap manusia untuk mendapatkan penjelasan. Setiap orang memiliki filsafat walaupun orang mungkin tidak sadar akan hal tersebut (Titus, 1984: 5-11).
Karmaphala menjadi salah satu hukum mutlak yang berlaku sebagai hukum material dan non material. Artikel ini memberikan pembahasan hukum karmaphala dalam lontar Tattwa Wit berdasarkan tinjauan filosofis, khususnya dari tinjauan umum filsafat ilmu dengan tiga cabangnya, yakni ontologi, epistemologi dan aksiologi.
## PEMBAHASAN
1. Struktur Ajaran Karmaphala dalam Lontar Tattwa Wit
Tattwa Wit secara etimologi berasal dari kata tattwa yang berarti kebenaran, kenyataan, sebenarnya, sesungguhnya, sungguh-sungguh, hakekat, sifat kodrati (Suprayitna, 1995: 1223). Tattwa dapat diartikan sebagai suatu kebenaran dan kenyataan. Selain itu tattwa juga berarti filsafat keagamaan. Dan kata wit berasal dari
akar kata wirt yang berarti asal mula (Suprayitna, 1995: 1454). Jadi, lontar Tattwa Wit adalah lontar yang memuat tentang kebenaran asal mula terjadinya sesuatu.
Lontar Tattwa Wit banyak menguraikan ajaran tattwa ( sraddha ) dan juga etika ( tata susila ). Dalam hal ini umat hindu dituntut untuk mempelajari ajaran-ajaran kerohanian agar semakin menyadari segala keterbatasan dan keistimewaannya sehingga dapat melatih serta mengarahkan untuk selalu ingat dengan asal mula keberadaan-Nya. Dalam lontar Tattwa Wit bagian 1b dan 2b disebutkan :
Tuhu Hyang Kama Ratih, ginawe denira Batara, ndi kang pinaka sadanan ika, bayu, sabda, idep kewala, apan ikang jyana pinaka parabot, ikang tutur pinaka sipat, pinaka pamenei sarwaning dadi, sangkania tan salah rupa, tan salah wetu ika janma sarat.
Terjemahannya:
Sebetulnya Hyang kama Ratih dibuat oleh Bhatara, pada dasarnya adalah sabda, bayu dan idep. Sebab manusia adalah alat, tutur itu adalah sebagai sifat, sebagai kebenaran atau jalan bagi segala yang lahir (ada). Itulah sebabnya tidak salah perwujudannya, lahirnya tidak salah semua manusia di dunia.
Kutipan di atas menerangkan bahwa manusia memiliki sabda , bayu dan idep . Dengan bayu manusia dapat menggerakkan badannya untuk berkarma, dengan sabda manusia dapat berbicara untuk mengutarakan isi hatinya dan dengan idep manusia dapat membedakan baik-buruk serta menelaah ajaran yang tersirat maupun tersurat dalam pustaka suci. Pada prinsipnya lontar Tattwa Wit mendidik manusia dalam menghubungkan diri dengan Tuhan melalui cinta kasih. Mengasihi sesama serta menciptakan kualitas kemanusiaan termasuk salah satu jalan mendekatkan diri pada Tuhan. Berkaitan dengan hal tersebut Tattwa Wit menyinggung pula mengenai etika ( susila ).
Etika merupakan ilmu yang mempelajari tata nilai dari tingkah laku. Etika seringkali disebut dengan tata susila (peraturan tingkah laku yang baik dan mulia yang harus menjadi pedoman hidup manusia). Dengan tata susila manusia dituntut untuk menjadi pribadi yang baik dan bisa berhubungan dengan selaras antara sesama makhluk. Dalam Sarasamuscaya disebutkan:
Ri sarwehning sarwa bhuta ikan janma wwang juga Wenang gumanayakenikang cubha-cubha karma, keneng Penentas akene ring cubha karma juga ikang acubha Karma phalaning dadi wwang
Terjemahan:
Dari demikian banyaknya semua makhluk yang hidup, yang dilahirkan sebagai manusia itu saja yang dapat membuat perbuatan baik buruk itu. Adapun untuk peleburan perbuatan buruk kedalam perbuatan yang baik juga manfaatnya jadi manusia.
Demikian utamanya terlahir menjadi manusia menjadikan sebuah proses reinkarnasi sangatlah penting dalam usaha memperbaiki karma.
Apan ikang dadi wwang, uttama juga ya, nimittaning mangkana, wênang ya tumulung awaknya sakeng sangsàra, makasàdhanang úubhakarma, hinganging kottamaning dadi wwang ika
Terjemahannya:
Menjelma menjadi manusia itu adalah sungguh-sungguh utama; sebabnya demikian, karena ia dapat menolong dirinya dari keadaan sengsara (lahir- hidup-mati berulang-ulang) dengan jalan berbuat baik; demikian keuntungannya lahir menjadi manusia (Kadjeng, 1999: 9).
Sloka diatas menegaskan kembali bahwa kelahiran sebagai manusia adalah hal yang utama, karena diberikan kesempatan untuk memperbaiki diri dari segala dosa dengan cara melakukan perbuatan baik. Ajaran karmaphala yang terdapat dalam lontar Tattwa Wit bertujuan untuk membina perilaku manusia agar meciptakan keselarasan dan kerukunan antar sesama, terhadap lingkungan dan juga kepada Tuhan. Apabila keselarasan dapat dibina dengan baik, maka akan tumbuh rasa saling mencintai, mengasihi dan menyayangi. Dalam kehidupan sosial, manusia harus membina hubungan yang harmonis dengan sesama, untuk itu manusia harus mengendalikan pikiran dan indrianya, karena pikiranlah yang mengemudikan seluruh indria manusia. Dalam kitab Manusmerti disebutkan:
Indryanam wicaratam Wisayeswapaharisu Sang yame yatnamatiste Dwinam yantewa wajinam
Terjemahan :
Orang bijaksana harus berusaha mengemudikan indrianya yang berkeliaran di tengah-tengah benda-benda pemuasnya yang menarik nafsu, bagai kusir kuda yang banyak.
Sesuai dengan sloka tersebut, pikiran mengendalikan indria-indria manusia, maka dari itu pikiran harus dilatih dan disucikan. Pikiran yang baik ( manacika parisudha ) akan membuat perkataan yang baik pula ( wacika parisudha ). Kata-kata yang diucapkan berdasarkan pikiran yang baik akan menjadi landasan dalam melaksanakan perbuatan ( kayika parisudha ).
Ajaran karmaphala sangat ditekankan dalam lontar Tattwa Wit . Manusia diharapkan memiliki sifat-sifat yang mulia agar dapat mengantarkannya menuju kedamaian dan kebahagiaan. Seseorang harus memiliki sifat rendah hati, tulus jujur, dan sopan, serta memiliki kesucian pikiran dan ketetapan hati agar dapat menguasai dirinya. Ajaran yang terkandung dalam lontar Tattwa Wit dapat digunakan sebagai petunjuk dalam menanamkan sikap disiplin mental spiritual, karena terdapat petunjuk-petunjuk hidup beragama, agar umat Hindu dapat memahami ajaran agama serta berusaha untuk melaksanakannya dalam kehidupan di dunia ini. Ajaran lontar Tattwa Wit mengungkapkan adanya suatu keyakinan tentang adanya Tuhan, atman , hukum karma, punarbhawa ( reinkarnasi ), dan moksa .
Umat Hindu sangat meyakini hukum karma. Karmaphala adalah hukum sebab akibat yang sifatnya mutlak dan ditentukan oleh perbuatan manusia. Perbuatan baik akan mendatangkan hasil yang baik, demikian pula sebaliknya. Hukum karmaphala tidak dapat dihindari oleh siapapun. Apapun yang ditanam maka itulah yang akan dituai. Karmaphala memiliki jangka waktu yang berbeda-beda, dinikmati selama hidup, sesudah mati, dan bahkan ketika menjelma kembali. Dalam konsep Hindu, perbuatan ada tiga jenis, yaitu 1) melalui pikiran, 2) melalui perkataan, dan 3) melalui tingkah laku. Ketiganya akan mendatangkan hasil bagi yang berbuat.
2. Karmaphala dalam Lontar Tattwa Wit dalam Perspektif Filsafat Ilmu
Hukum filsafat tentang kausalitas menyatakan bahwa setiap akibat membutuhkan suatu sebab. Sebagai sebuah hukum rasional, hukum kausalitas menyatakan bahwa selain makhluk-makhluk yang terbatas, harus ada sesuatu yang karenanya mereka terwujud. Namun karakteristik dan akibat-akibatnya tidak dapat terbangun melalui hukum kausalitas. Dengan kata lain, pengetahuan tentang sebab- sebab spesifik dari suatu fenomena tidak dapat dicapai melalui hukum kausalitas. Pengetahuan tentang sebab-sebab spesifik merupakan urusan pengalaman dan ilmu
pengetahuan, sedangkan hukum kausalitas merupakan sebuah hukum rasional yang tidak bergantung pada pengalaman. Prinsipnya, pengalaman tidak pernah dapat membuktikan apa yang mustahil (secara empiris). Sebaliknya, kemustahilan merupakan konsep filosofis yang hanya dapat dibuktikan melalui penalaran. Apa yang dapat dibuktikan melalui pengalaman adalah tidak adanya kejadian, sedangkan kemustahilan berada di luar lingkup pengalaman.
Tanpa disadari, pengertian, pemahaman, dan pengaplikasian hukum sebab akibat ( karmaphala ) sudah seringkali diajarkan. Dimulai dari orang tua yang mengajarkan konsep sederhana tentang baik dan buruk, kemudian surga dan neraka. Lalu orang tua menjelaskan apa saja perbuatan yang menjadi sebab timbulnya akibat surga dan neraka.
Donder (2006: 10) menyebutkan bahwa sebuah disiplin ilmu yang efektif dan efisien seharusnya terwujud dari tiga hal, yaitu 1) pertimbangan ontologi (objek studi atau disiplin ilmu), 2) prosedur epistemologi (prosedur ilmiah), dan 3) aksiologi (manfaat dari studi atau disiplin ilmu tersebut). Muliono (2019: 3) menjelaskan bahwa ontologi berkenaan dengan metafisika, epistemologi berkenaan dengan teori pengetahuan atau secara lebih spesifik bagaimana memperoleh ilmu pengetahuan, aksiologi berkenaan dengan teori nilai atau nilai guna ilmu pengetahuan.
## A. Ontologi Karmaphala
Sebuah ontologi memberikan pengertian untuk penjelasan secara eksplisit dari konsep terhadap representasi pengetahuan pada sebuah knowledge base (Burhanuddin, 2018: 51). Pembahasan ontologi sebagai dasar ilmu berusaha untuk menjawab apa hakikat sesuatu. Keberadaan karmaphala sebagai salah satu konsep hukum hindu sangat menarik dikaji berdasarkan aspek metafisik. Wigunadika menyebutkan bahwa hakikat karmaphala dalam ranah ontologi merupakan sebuah konsep hukum yang memiliki sifat praktis dan berkaitan dengan hubungan timbal balik antara perilaku dan konsekwensi dari perilaku yang dilakukan. Dalam hal ini, karmaphala dari tinjauan ontologi dapat dikategorikan dalam kausalitas, yang berarti apapun yang kita tanam, maka itulah yang nantinya akan tuai. Pada dasarnya konsep karmaphala adalah
“setiap kejadian merupakan akibat yang ditimbulkan dari serangkaian perbuatan yang saling berkaitan yang menjadi penyebab timbulnya akibat”.
## B. Epistemologi Karmaphala
Epistemologi merupakan cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan scope pengetahuan, pengandai-andaian dan dasarnya, serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki (Hadi, 1994: 5). Epistemologi membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat- sifat dan kesahihan pengetahuan. Lontar Tattwa Wit menguraikan konsep ajaran karmaphala dan mengarahkan pikiran, perkataan serta perbuatan menuju kebaikan dan kebenaran sehingga mewujudkan manusia yang memiliki moral atau etika dan spiritual serta memiliki keyakinan yang dalam kepada Tuhan.
Setiap jiwa diibaratkan seperti seorang petani yang telah memperoleh sebidang tanah. Luas, sifat, kondisi tanah serta cuaca semuanya sudah ditakdirkan demikian. Tetapi si petani tetap bebas untuk mengerjakan tanahnya tersebut, baik dengan menjadikannya kebun ataupun membiarkan terlantar. Apapun keadaan seseorang sekarang merupakan hasil perbuatannya dimasa lalu dan apapun keadaan seseorang dimasa depan, itu merupakan hasil dari perbuatannya sekarang. Semua orang dapat memilih karma yang mereka inginkan. Karma dengan rasa pamrih akan membawa seseorang pada kelahiran yang berulang-ulang dan juga menimbulkan karma yang baru sementara yang lama dibuang. Karmaphala terdiri dari tiga jenis, yaitu: 1)
Sancita Karmaphala ; 2) Prarabdha Karmaphala ; dan 3) Kryamana Karmaphala . Dalam kitab Sarasamuscaya sloka 156 disebutkan:
Tasmad wakkayacittaistu Nacaredasubham narah Subhasubham hyacarati Tasyasnute phalam
Terjemahannya :
Karenanya inilah yang harus diusahakan, yaitu jangan dibiarkan kata-kata, perbuatan dan pikiran itu buruk, karena orang yang berbuat baik, kebaikanlah
yang akan diperolehnya, jika berbuat jahat, maka celakalah yang akan ditemuinya.
Sloka diatas mempertegas bahwa semua yang ada di alam semesta ini tak akan terjadi secara kebetulan atau kemungkinan yang diluar aturan. Semuanya terjadi dalam sebuah rangkaian yang beraturan. Terdapat hubungan yang jelas antara apa yang sekarang dilakukan seseorang dengan apa yang akan terjadi nantinya. Dalam Bhagavadgita disebutkan:
Karmany ewa adhikaraste mā hale ṣ u kadacana (Bhagavadgita II.47)
Terjemahannya :
Urusanmu hanyalah dengan perbuatan, bukan dengan buahnya.
Manusia tidak memiliki kebebasan untuk menentukan hasil dari perbuatannya, tetapi manusia memiliki kebebasan untuk menentukan penyebab dari perbuatannya. Segala hal yang terjadi terhadap seseorang tentu dikarenakan suatu hal dan bukan karena kebetulan.
## C. Aksiologi Karmaphala
Aksiologi erat kaitannya dengan kegunaan atau fungsi dari pengetahuan. Aksiologi membahas tentang nilai guna atau tujuan dari pengetahuan serta hubungannya dengan tatanan moral. (Suswandari, 2004: 78) menyebutkan bahwa nilai secara umum adalah sebuah pemaknaan akan sesuatu mengenai baik dan buruk dari sesuatu yang kita amati. Dalam tinjauan filsafat ilmu, keberadaan karmaphala untuk memberikan pemahaman dan mengarahkan manusia agar senantiasa menanam kebaikan karena sekecil apapun bentuk kebaikan tersebut akan tetap memberikan imbalan positif. Sebaliknya, jika bersikap negatif, maka imbalan negatif pula yang akan diterima. Siklus karmaphala selalu berjalan dengan adil tanpa harus ditentukan kapan dan bagaimana. Karmaphala selalu menjamin hasil yang sepadan bagi semua yang ada di alam semesta.
## 3. Pemahaman Holistik
Holistik menjelaskan fenomena dalam kaitan dengan fungsi (maksud kegiatan) dari suatu keseluruhan (bentuk, totalitas, kesatuan) yang menjadi prinsip penuntun bagian-bagiannya. Holistik juga menjelaskan kegiatan bagian-bagian dari suatu
keseluruhan dalam kaitan dengan fungsi keseluruhan itu (Bagus, 2002: 293). Secara sederhana holistik mengandung arti bahwa sesuatu itu berhubungan dengan sebuah sistem secara keseluruhan, sebagai suatu kesatuan lebih daripada sekadar kumpulan bagian. Memahami karmaphala secara holistik berarti melihat karmaphala sebagai sebuah sistem yang di dalamnya terdapat bagian-bagian sebagai satu kesatuan yang saling berhubungan. Dalam hal ini karma dan phala merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Selalu ada benang merah diantara keduanya.
Telah dipaparkan bahwa filsafat ilmu memandang suatu pengetahuan dari tiga aspek, yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi. Karmaphala dapat dilihat dari ketiga aspek filsafat ilmu tersebut. Keadilan adalah salah satu unsur terpenting dari inti ajaran karmaphala . Karmaphala dengan pemahaman holistik ini menumbuhkan rasa keadilan yang dapat diterima secara baik bagi umat Hindu. Bahwasannya setiap perbuatan akan mendatangkan hasil yang sesuai tanpa ada pengurangan atau kelebihan.
## PENUTUP
Karmaphala merupakan hukum yang universal. Karmaphala -lah yang menyebabkan bahagia atau tidaknya kehidupan seseorang. Berbuat baik maka kebahagiaan yang akan diterima, berbuat buruk maka kesengsaraan yang akan diterima. Hasil dari setiap perbuatan tidak senantiasa didapatkan secara cepat. Ajaran karmaphala yang terdapat dalam lontar Tattwa Wit adalah untuk membina keselarasan dan kerukunan antar sesama, terhadap lingkungan sekitar dan juga kepada Tuhan. Apabila keselarasan tersebut dapat terbina dengan baik maka pasti tumbuh rasa saling mencintai, mengasihi dan menyayangi. Karmaphala dalam tinjauan ontologi dapat dikategorikan dalam kausalitas atau sebuah konsep hukum mutlak yang berlaku pada setiap makhluk hidup tanpa terkecuali. Secara epistemologi karmaphala berangkat dari berbagai susastra hindu yang menyinggung tentang hukum sebab akibat. Karmaphala dalam tinjauan aksiologi memiliki tujuan memberikan pemahaman dan mengarahkan manusia untuk senantiasa menanam kebaikan karena sekecil apapun bentuk kebaikan tersebut akan tetap memberikan imbalan positif, begitu pula sebaliknya.
## DAFTAR PUSTAKA
Bagus, Lorens. 2002. Kamus Filsafat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.
Burhanuddin, Nunu. 2018. Filsafat Ilmu. Jakarta: Prenadamedia Group.
Donder, I Ketut. 2006. Brahma Widya Teologi Kasih Semesta. Surabaya : Paramita Hadi, Dr. P. Hardono.1994. Epistemologi (Filsafat Pengetahuan). Yogyakarta: Kanisius
Kajeng, I Nyoman, Dkk. 1994. Sarasamuscaya . Denpasar : Hanuman Sakti.
Kadjeng, I Nyoman.1999. Sarasamuccaya . Paramita: Surabaya
Muliono. 2019. Filsafat Ilmu. Jakarta : Kencana
Pendit, Nyoman S. 2002. Bhagavadgita. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Prabhupada, Sri Srimad AC. Bhaktivedanta Svami. 2006. Bhagavad Gita Menurut Aslinya . Terjemahan oleh Tim Penerjemah, Jakarta : Hanuman Sakti.
Ramiati, Ni Made. . . Denpasar : Skripsi Program Studi Dharma Acarya Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar.
Suprayitna, Sumarti. 1995. Kamus Jawa Kuna Indonesia. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Suswandari, Meidawati dkk. 2014. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Deepublish.
|
01b5acde-bf25-4957-ae23-2d33372e260d | https://jurnal.univpgri-palembang.ac.id/index.php/ampere/article/download/1206/1030 | JURNAL AMPERE
## Pelindung
Muhammad Firdaus ( Univ. PGRI Palembang )
## Pengarah
M. Saleh Al Amin ( Univ. PGRI Palembang ) Adiguna ( Univ. PGRI Palembang ) Aan Sefentry ( Univ. PGRI Palembang )
## Pimpinan Editorial
Emidiana ( Univ. PGRI Palembang )
## Dewan Editorial
Sabilal Rasyad ( Politeknik Negeri Sriwijaya ) Nefo Alamsyah ( Univ. Tridinanti Palembang ) M. Saleh Al Amin ( Univ. PGRI Palembang ) Alimin Nurdin ( Univ. PGRI Palembang )
## Staff Editor
Nita Nurdiana ( Univ. PGRI Palembang ) Endang Kurniawan ( Univ. PGRI Palembang )
Alamat Redaksi : Program Studi Teknik Elektro Universitas PGRI Palembang Jalan Jend. A. Yani Lorong Gotong Royong 9/10 Ulu Palembang Sumatera Selatan Telp. 0711-510043 Fax. 0711-514782 e-mail : ampere_pgri@yahoo.com
## JURNAL AMPERE
Volume 2, Nomor 1, Januari – Juni 2017
## DAFTAR ISI
Artikel Penelitian
Halaman
1. Studi Penerapan Over Load Shediing (OLS) Relay pada Sisi Sekunder
Transfor mator Daya 20 MVa Penyulang Aries 20 KV di Gardu Induk
Lahat, Dian Eka Putra, Andi Siahaan .....................................................................1-11
2. Pengaruh Gangguan Hubung Singkat 1 Fasa Ke Tanah Terhadap Kinerja Alternator, Emidiana............................................................................................... 12-18
3. Analisa Penurunan Faktor Kerja Transformator Daya 30 MVA, Irine Kartika Febrianti. , …. ............................................................................................. 19-22
4. Studi Keandalan Sistem Distribusi 20 KV Gardu Induk Talang Ratu
Palembang, Nita Nurdiana ..................................................................................... 23-30
5. Aplikasi Linier Programming Pada Sistim Optimasi Saluran Transmisi, Masayu Anisa, A.N Afandi, Sabilal Rasyad, Evelina, Taufik Roseno ......................... 31-38
6. Analisa Perkiraan Kemampuan Daya Yang dibutuhkan Untuk Perancangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Surya Darma.......................................39-53
7. Analisa Penghematan Konsumsi Energi Pada Sistem Pengkondisian Udara dan Sistem Penerangan di Area Produksi PT. Siwijaya Alam Segar Palembang,
Dina Fitria, Yudi Irwansi, Yuwon................................................................................54--66 Petunjuk Untuk Penulisan ................................................................................................. iii Daftar Pustaka ................................................................................................................... iv
## PENGARUH GANGGUAN HUBUNG SINGKAT 1
FASAKE TANAH
## TERHADAP
KINERJA
## ALTERNATOR
Emidiana
DosenTetapYayasanpada Prodi Teknik Elektro FakultasTeknikUniversitas PGRI Palembang e-mail : emidianaal@yahoo.com
## ABSTRAK
Pelayanan energi listrik hingga sampai ke konsumen tidak lepas dari gangguan. Sebagian besar gangguan yang terjadi merupakan gangguan tidak seimbang (tidak simetris), yang terdiri dari gangguan 1 fasa ke tanah, dua fasa ke tanah dan gangguan fasa ke fasa. Gangguan tidak seimbang yang terjadi pada busbar dapat menyebabkan: kerusakan pada alternator, berkurangnyabatas- bataskestabilansuatusistemtenaga, rusaknyaperalatan danteganganrendah yang disebabkanolehhubungsingkat, ledakan-ledakan yang mungkinterjadipadaperalatanyang mengandungminyakisolasi, danterpecahnyadaerahpelayanankarenarentetantindakanpengamananoleh system proteksi yang berbeda – beda yang dikenalsebagai “cascading”. Oleh karena itu, dilakukan perhitunganbesar arus gangguan 1 fasaketanah, didapat : -j1,216 kA, t egangan-tegangan antar saluransaatgangguan 1 fasaketanah yang nilainya V ab = 8,8 ∠ 38,8 0 kV, V bc = 11 ∠ -87,669 0
kV, V ca = 9,1 ∠ -37,04 0 kV. Waktu yang diizinkan generator beroperasidalamkeadaangangguanhubungsingkat 1 fasaketanahadalah :134,23 detik
Kata kunci : Gangguan, Alternator, Komponen simetris.
## PENDAHULUAN
Pelayanan energi listrik hingga sampai ke konsumen tidak lepas dari gangguan. Gangguan tersebut mungkin berasal dari sistem pembangkit itu sendiri ( gangguan internal ) atau berasal dari luar (gangguan eksternal). Gangguan eksternal terdiri dari gangguan simetris, yaitu gangguan 3 fasa ke tanah dan gangguan tidak simetris (gangguan tidak seimbang), yang terdiri dari gangguan 1 fasa ke tanah, 2 fasa ke tanah dan gangguan fasa ke fasa. Kebanyakan gangguan yang terjadi pada sistem tenaga listrik adalah gangguan tidak simetris. Gangguan – gangguan tersebut akan mengakibatkan sistem pembangkit bekerja tidak seimbang, termasuk diantaranya generator.
Penelitian ini akan membahas gangguan-gangguan tak seimbang (asimetris) yang mungkin terjadi pada busbar yang akan mempengaruhi kinerja generator, menghitung besar arus dan menentukan waktu maksimum generator bekerja dalam keadaan gangguan agar tidak merusak generator tersebut.Gangguan yang akan dihitung adalah gangguan tidak seimbang 1 fasa ke tanah
## TINJAUAN PUSTAKA
Gangguan adalah suatu ketidaknormalan dalam sistem tenaga listrik yang meyebabkan mengalirnya arus tidak seimbang atau dapat didefinisikan sebagai kecacatan yang mengganggu aliran normal arus ke beban (Adrian Mardensyah, 2008)
Hubungsingkatgangguan yang seringterjadipadasuatusistemtenagalistrik,
baikituhubungsingkatantarafasaketanahmaupunhubungsingkatantarafasanya.Saatgangguanterjadi,
arusgangguan yangmengalirmenujupusatgangguansangatlahbesar,
sehinggaakanmempengaruhikestabilansystem secara keseluruhan, (A. Amira, 2014) Gangguan hubung singkat dibagi menjadi :
a. Gangguan simetris, misalnya 3 fasa ke tanah
b. Gangguan asimetris, misalnya : hubung singkat satu fasa ke tanah, dua fasa dan dua fasa ke tanah.
Secara umum besarnya arus gangguan dihitung menggunakan rumus :
=
Dimana , = Arus gangguan = tegangan sistem.
: impedansi peralatan sistem.
: impedansi saluran sistem.
: impedansi gangguan misalnya : busur, tahanan tanah.
## Gambar 1 Gambar rangkaian pada keadaan gangguan
Kebanyakan gangguan yang terjadi pada sistem tenaga listrik adalah gangguan asimetris (tidak simetris), dimana besar tegangan serta arus yang mengalir pada setiap fasa berbeda. Komponen simetris merupakan metode yang dikembangkan C.L. Fortescue padatahun 1918. Perhitungannya dilakukan menggunakan komponen simetris. Metode ini memperlakukan tiga fasa yang tidak seimbang pada sistem tenaga listrik seolah-olah sistem tersebut seimbang (Cristof Naek Halomoan) Perhitungannya dilakukan menggunakan komponen simetris. Metode ini memperlakukan tiga fasa yang tidak seimbang pada sistem tenaga listrik seolah-olah sistem tersebut seimbang.
Komponen yang tidak simetris dapat dijabarkan menjadi tiga buah set komponen simetris, yaitu:
a. Komponen urutan positif.
Terdiri dari tiga phasor yang besar magnitudenya sama, masing-masing terpisah 120 ° , memiliki fasa yang sama dengan fasa sistem. Komponen ini biasanya ditulis menggunakan indeks 1
b. Komponen urutan negatif .
Terdiri dari tiga phasor yang besar magnitudenya sama, masing-masing terpisah 120 ° , memiliki fasa yang berkebalikan dengan fasa sistem. Komponen ini biasanya ditulis menggunakan indeks 2
c. Komponen urutan nol.
Komponen ini terdiri dari tiga phasor yang memiliki magnitude dan fasa yang sama. Komponen ini biasanya ditulis menggunakan indeks 0.
Total arus maupun tegangan pada sistem tenaga listrik merupakan penjumlahan masing-masing komponen simetris. (Stevenson,1983 : 261)
Bilagangguanhubungsingkatdibiarkanberlangsung lama padasistemtenaga, akanmenyebabkan: a. Berkurangnyabatas-bataskestabilansuatusistemtenaga.
b. Rusaknyaperalatan yang beradadekatgangguan yangdisebabkanarustakseimbang, atauteganganrendah yang disebabkanolehhubungsingkat. c. Ledakan-ledakan yang mungkinterjadipadaperalatan yang
mengandungminyakisolasisewaktuterjadinyahubungsingkat, dan yang dapatmenyebabkan d. Terpecah-pecahnyadaerahpelayanansuatusistemtenagakarenarentetantindakanpengamanan yangdilakukanolehsystem proteksi yang berbeda – beda yang dikenalsebagai “ cascading ”.
(Stevenson, 1983: 317)
Gangguan Satu Fasa ke Tanah.
Gangguan satu fasa ke tanah terjadi ketika sebuah fasa dari sistem tenaga listrik terhubung singkat dengan tanah (misal pada fasa a).
Persamaan ketika gangguan ini terjadi adalah : I B = 0 I C = 0
V A = 0 Sehingga didapat :
I A0 = ( I A + 0 + 0 )
I A1 = ( I A + a (0) + a 2 (0) )
I A2 = ( I A + a 2 (0) + a (0) )
I A0 = I A1 = I A2 = I A
Pada fasa generator, misal pada fasa A dengan menggunakan hukum kirchoff didapat : V A1 = V f - I A1 Z 1 V A2 = - I A2 Z 2 V A0 = - I A0 Z 0 V A = V A1 + V A2 + V A0 = V f - I A1 Z 1 – I A2 Z 2 – I A0 Z 0 = 0 V B = a 2 V A1 + a V A2 + V A0 V C = a V A1 + a 2 V A2 + V A0 Besar tegangan antar saluran saat gangguan adalah :
V AB = V A – V B V BC = V B – V C V CA = V C - V A dengan : V A = V A1 + V A2 + V A0 V B = a 2 V A1 + a V A2 + V A0 V C = a V A1 + a 2 V A2 + V A0
Besar arus gangguan = I A1 = I A2 = I A0 =
METODOLOGI PENELITIAN
1. Menentukan Arus Gangguan 1 Fasa ke Tanah
Gangguan satu fasa ke tanah terjadi ketika sebuah fasa dari sistem tenaga listrik terhubung singkat dengan tanah
Besar arus gangguan = I A1 = I A2 = I A0 =
2. Menentukan Tegangan Antar Saluran
Tegangan antar saluran ditentukan dengan menggunakan rumus sbb : V AB = V A – V B V BC = V B – V C V CA = V C - V A dengan : V A = V A1 + V A2 + V A0
V B = a 2 V A1 + a V A2 + V A0 V C = a V A1 + a 2 V A2 + V A0
3. Menentukan waktu maksimum yang diizinkan generator beroperasi pada saat terjadi gangguan dengan menggunakan ketentuan berdasarkan jenis generator dan rumus.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
## Diagram Satu Garis
Generator Bus
Bus
Suatu sistem pembangkit tenaga listrik dengan data sbb :
- Generator (terdiri dari 5 generator)
Daya = 5 x 20 MVA Tegangan = 11 KV
X” = 0,045 pu
X 0 = 0,025 pu
- Trafo Daya
Daya = 55 MVA Rating tegangan = 150/120 KV X = 12%
## Perhitungan
Diambil dasar dari generator dengan daya dasar 20 MVA dan tegangan dasar 11 KV, didapat impedansi generator :
Z g = Z diberikan (pu) =
Z 1 = Z 2 = 0,045
Z 1 = Z 2 = 0,225 pu
Z 0 = 0,025 Z 0 = 0,125 pu
Impedansi Trafo Daya
Z dasar = = = 7,27 ohm
Z trafo = 12% x 7,27 = 0,87 ohm
Z trafo = , , = 0,12 pu
Z 1 = Z 2 = 0,12 pu
Z 0 untuk trafo yang terhubung delta :
Z 0 = 3 x Z 1 = 3 x 0,12 = 0,36 pu
Ambil tegangan pada titik gangguan E a = 1 pu
I dasar = √ = √ = 1049,73 A
Untuk gangguan 1 fasa ke tanah :
Fasa yang mengalami gangguan adalah fasa a, maka :
I b = 0, I c = 0, V a = 0
Z 1 = Z 2 = j0,045 + j0,12 + j0,2 = j0,365
Z 0 = j0,36 + j1,5 Arus urutan positif :I a1 =
= , , ,
, = -j0,386 pu
Arus urutan negatif :I a2 = I a1 = -j0,386 pu
Arus urutan nol :I a0 = I a1 = -j0,386 pu
Sehingga didapat arus gangguan I a = 3I a1 = 3 x (–j0,386) = -j1,158 pu
I a = -j1,158 x 1049,73 A = -j1,216 kA
Komponen-komponen simetris antara titik a dan tanah adalah :
V a1 = E a – I a1 Z 1 = 1 – (-j0,386)(j0,385) = 1- 0,141 = 0,859 pu
V a2 = -I a2 Z 2 = - (j0,386 x j0,365) = -0,141 pu
V a0 = -I a0 Z 0 = - (j0,386 x j 1,86) = -0,718 pu
Tegangan-tegangan dari saluran ke tanah adalah :
V a = V a1 + V a2 + V a0
V a = 0,859 – 0,141 – 0,718 = 0
V b = a 2 V a1 + a V a2 + V a0
V b = 0,859 (-0,5 – j0,866) – 0,141 (-0,5 + j0,866) – 0,718
V b = -1,077 – j0,866 = 1,382 ∠ 38,8 0
V c = a V a1 + a 2 V a2 + V a0
V c = 0,859 (-0,5 + j0,866) – 0,141(-0,5 – j0,866) – 0,718
V c = -1,1475 + j0,866 = -1,4376 ∠ -37,04 0
Tegangan-tegangan antar saluran adalah :
V ab = V a – V b = 0 – (-1,077 – j0,866) = 1,077 + j0,866 = 1,382 ∠ 38,8 0
V bc = V b – V c =-1,077 – j0,866 – (-1,1475 + j0,866)
V bc = 0,0705 – j 1,732 = 1,7334 ∠ -87,669 0
V ca = V c –V a = -1,1475+j0,866–(0) = -1,1475 + j0,866 = 1,4376 ∠ -37,04 0
Dalam satuan volt :
V ab = 1,382 x √ = 8,8 ∠ 38,8 0 kV
V bc = 1,7334 x √ = 11 ∠ -87,669 0 kV
V ca = 1,4376 x √ = 9,1 ∠ -37,04 0 kV
Pengaruh Komponen Arus Urutan Terhadap Alternator
- Arus urutan positif gangguan akan mengalir melalui impedansi-impedansi urutannya saja.
Komponen arus urutan-negatif akan mengalir pada belitan stator dan berotasi pada kecepatan sinkron dengan arah yang berlawanan dengan arah putaran rotor yang menyebabkan panas pada belitan stator,danmenyebabkanhubungsingkat
Tabel 1 Nilai Kapabilitas Mesin Sinkron Tipe mesin sinkron Nilai I 2 2 t yang diizinkan
Generator kutub salient Kondensor sinkron Generator rotor silinder dengan pendingin langsung Generator rotor silinder tanpa pendingin langsung 40 30 20 10
Generator pada penelitian, bertipe rotor silinder dengan pendingin langsung mempunyai nilaikapabilitas 20.
Nilai I 2 2 t yang diizinkan = 20
Nilai t yang diizinkan = = ( , ) = 134,23 detik
- Komponen arus urutan-nol tidak membahayakan alternatorkarenatidak menghasilkan fluksi pada celah udara antara rotor dan stator. ( Daya Sari, 2009 : 72)
## KESIMPULAN
1. Besar arus gangguan 1 fasaketanah : -j1,216 kA
2. Tegangan-tegangan antar saluransaatgangguan 1 fasaketanah adalah : V ab = 8,8 ∠ 38,8 0 kV V bc = 11 ∠ -87,669 0 kV V ca = 9,1 ∠ -37,04 0 kV 3. Waktu yang diizinkan generator beroperasidalamkeadaangangguanhubungsingkat 1 fasaketanahadalah : 134,23 detik
## DAFTAR PUSTAKA
1. Adrian Mardensyah, 2008
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/124057-R030814-Studi%20perencanaan-Literatur.pdf
2. Cristof Naek Halomoan
https://qtop.files.wordpress.com/2008/12/gangguan-pada-sistem-tenaga-listrik.pdf
3. William D Stevenson, Jr, “AnalisisSistemTenagaListrik”, PenerbitErlangga, Jakarta
4. A. Amira
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=168834&val=5447&title
5. Daya Sari, “StudiTentangPengaruhGangguanTidakSeimbangPadaBusbarTerhadap Generator DiGarduIndukPayaPasir”, TugasAkhir, DepartemenTeknikElektro PPSE FakultasTeknik, Universitas Sumatera Utara, Medan, 2009
|
78ee88fd-6c52-4606-a97e-33a146d6df7e | http://jurnal.stiksam.ac.id/index.php/jim/article/download/98/87 |
## PERBEDAAN KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH PADA TINDAKAN INJEKSI DENGAN DITERAPKAN DAN TANPA DITERAPKAN PEMAKAIAN ROMPI BERGAMBAR DI RUANG MELATI RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA
Submitted : 5 Mei 2017
Edited : 15 Mei 2017 Accepted : 23 Mei 2017
Enok Sureskiarti 1 , Marwah Maawiyah Nur Karina Brutu 2
1 Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Muhammadiyah Samarinda
2 Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Muhammadiyah Samarinda Email : sureskiarti.enok@yahoo.co.id
## ABSTRACT
Children with painful procedures tend to exhibit negative behavioral reactions, such as children becoming more aggressive and uncooperative or hostile, and if these conditions continue to develop growth disturbances, it also complicates the implementation of medical procedures such as injecting drug. To know the difference of pre-school age anxiety at injection action by applied and without applying the wearing picture vest in Melati Room of RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. This study used quasi experimentalposttest design only non equivalent control group. Anxiety was measured using the Children's Fear Scale measurement scale. The sample of the study was 30 children divided into groups of intervention and control. Analysis to see the effect between the two variables using Mann Whitney test. The frequency distribution of anxiety in the intervention group and the control group each had an average score of 0.64 (95% CI = 0.32-1.01) and 2.57 (95% CI = 1.50-3, 16). The result of this study was Mann Whitney's 0,003 (α = 0,05) analysis, indicating a difference between the intervention group and the control group. The results of mean difference analysis in the intervention and control group showed that there were differences in pre-school age anxiety at the injection action by applied and without applying the picture vest in the Melati Room of RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. The use of pictured vests can be used as an effort to decrease children's anxiety at the injection action.
Keywords : pictorial vest, anxiety, preschooler
## PENDAHULUAN
Perawatan anak di rumah sakit berfungsi untuk melengkapi suatu
lingkungan dimana anak yang sakit dapat dibantu untuk mengatasi atau meringankan penyakitnya (1) . Hasil penelitian Sherlock menunjukkan bahwa lingkungan rumah sakit yang dapat menimbulkan trauma bagi anak adalah lingkungan fisik rumah sakit, tenaga kesehatan baik dari sikap maupun pakaian
putih, alat-alat yang digunakan, dan lingkungan sosial antara sesama pasien (2) . Muscari (2005) menyatakan anak usia prasekolah adalah usia perkembangan yang dimulai pada usia 3 sampai 6 tahun (3) . Dampak dari hospitalisasi dan kecemasan yang dialami anak usia prasekolah berisiko dapat mengganggu tumbuh kembang anak dan proses penyembuhan pada anak (4) .
Asuhan keperawatan pada pasien anak, umumnya memerlukan tindakan invasif seperti injeksi atau pemasangan infus. Keamanan dan kenyamanan merupakan pertimbangan utama dalam pemasangan intravena (5) .
Melakukan tindakan injeksi merupakan kegiatan yang sering dilakukan oleh paramedis. Walaupun tindakan injeksi saat ini disarankan untuk dihindari, tetap saja prosedur ini memiliki kelebihan dalam fungsinya untuk
“memasukkan” substansi tertentu (obat) ke dalam tubuh pasien. Anak yang mengalami prosedur yang menimbulkan nyeri cenderung memperlihatkan reaksi-reaksi perilaku negatif, diantaranya anak menjadi lebih agresif dan tidak kooperatif atau bermusuhan, dan apabila kondisi ini berlanjut akan mengalami gangguan tumbuh kembangnya, juga mempersulit pelaksanaan prosedur tindakan medis diantaranya pemberian obat injeksi (1).
Reaksi anak terhadap sakit adalah kecemasan karena perpisahan, kehilangan, perlukaan tubuh, dan rasa nyeri. Pada masa prasekolah reaksi anak terhadap tindakan invasif khususnya pada pemberian obat injeksi adalah sering bertanya, menangis perlahan, tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan. Sehingga perawatan di rumah sakit akan menjadikan anak tersebut akan kehilangan kontrol dan pembatasan aktivitas. Sering kali tindakan medis dipersepsikan oleh anak sebagai hukuman, sehingga ada perasaan malu, takut sehingga menimbulkan reaksi agresif, marah, berontak, tidak mau kerja sama dengan perawat (6) .
Supartini (2004) menyatakan bahwa perasaan cemas merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami oleh anak karena menghadapi stressor yang ada di lingkungan rumah sakit (1) . Perasaan tersebut dapat timbul karena menghadapi sesuatu yang baru dan belum pernah dialami sebelumnya, rasa tidak nyaman dan merasakan sesuatu
yang menyakitkan. Kecemasan merupakan perasaan paling umum yang dialami oleh pasien anak terutama usia prasekolah. Melalui modifikasi lingkungan fisik yang bernuansa anak dapat meningkatkan keceriaan, perasaan aman, dan nyaman bagi lingkungan anak sehingga anak selalu berkembang dan merasa nyaman di lingkungannya (7).
Berdasarkan jumlah data yang diperoleh pada 2 bulan terakhir November- Desember 2015 diketahui jumlah pasien anak usia prasekolah yang dirawat di Ruang Melati RSUD Abdul Wahab Sjahranie sebanyak 54 anak dan dari hasil wawancara dengan beberapa perawat di ruangan menyatakan bahwa kebanyakan anak usia prasekolah yang dirawat mengalami kecemasan saat pemberian obat injeksi yang dapat ditunjukkan dengan reaksi mereka yaitu takut terhadap pengobatan yang diberikan, reaksi menolak, dan takut kepada petugas kesehatan. Wawancara juga dilakukan kepada anak dan orang tua/keluarga dan hasil wawancara menyatakan bahwa anak usia prasekolah pada saat pemberian obat injeksi banyak yang takut, bereaksi agresif, marah, berontak, menangis, dan tidak kooperatif terhadap perawat. Dari hasil pengalaman peneliti melakukan terapi aktivitas bermain bersama mahasiswa lain (S1 Ilmu Keperawatan STIKES Muhammadiyah
Samarinda) di Ruang Melati RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda yang dilakukan pada anak usia prasekolah dengan memakai rompi bergambar menunjukkan bahwa anak bisa lebih kooperatif dan tidak menunjukkan kecemasan.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang lebih fokus ke upaya modifikasi penampilan fisik (petugas kesehatan) bernuansa anak yaitu dengan menerapkan pemakaian rompi bergambar dalam melakukan tindakan injeksi pada anak dengan judul penelitian yaitu “Perbedaan kecemasan anak usia
prasekolah pada tindakan injeksi dengan diterapkan dan tanpa diterapkan pemakaian rompi bergambar di Ruang Melati RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.”.
## TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui perbedaankecemasan anak usia prasekolah pada tindakan injeksi dengan diterapkan dan tanpa diterapkan pemakaian rompi bergambar di Ruang Melati RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
## METODE PENELITIAN
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Experimental dengan jenis rancangan Posttest Only Non Equivalent Control Group. Populasi yang digunakan sebagai objek penelitian ini adalah anak usia prasekolah (3 sampai 6 tahun) yang sedang dirawat di ruang Melati di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda dan diestimasi data jumlah anak usia prasekolah yang dirawat pada 2 bulan terakhir November- Desember 2015 berjumlah 54 anak.
Teknik sampling dilakukan dengan cara Non Probability Sampling menggunakan teknik Purposive Sampling. Adapun sampel dalam penelitian yang telah dilakukan berjumlah 30 orang dimana 15 orang yang dijadikan kelompok intervensi dan 15 orang yang dijadikan kelompok kontrol. Penelitian ini dilakukan di ruang Melati RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda pada bulan Maret - April 2016. Cara pengukuran kecemasan pada anak usia prasekolah menggunakan skala pengukuran Children’s Fear Scale (8) .
## HASIL PENELITIAN
Pada penelitian ini pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Maret - April 2016, dan sasaran penelitian ini adalah anak usia prasekolah yang dirawat di Ruang Melati RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Hasil penelitian ini menggambarkan ada tidaknya perbedaankecemasan anak usia prasekolah pada tindakan injeksi dengan diterapkan dan tanpa diterapkan pemakaian rompi bergambar di Ruang Melati RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Responden, Jenis Kelamin, Lama Perawatan, Pengalaman Dirawat, dan Pendidikan Orang Tua
Variabel Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol F % F % Usia 3 tahun 6 40.0 7 46,7 4 tahun 5 33,3 5 33,3 5 tahun 2 13,3 2 13,3 6 tahun 2 13,3 1 6,7 Jenis Kelamin Laki-laki 7 46,7 8 53,3 Perempuan 8 53,3 7 46,7 Lama Perawatan <seminggu 11 73,3 12 80,0 >seminggu 3 20,0 1 6,7 <sebulan 1 6,7 2 13,3 >sebulan 0 0 0 0 Pengalaman Dirawat Belum Pernah 8 53,3 8 53,3 Pernah 7 46,7 7 46,7 Pendidikan Orang Tua SD 5 33,3 5 33,3 SMP 5 33,3 6 40,0 SMA 5 33,3 4 26,7 Sarjana 0 0 0 0
## Analisis Univariat
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa usia responden pada kelompok intervensi yang terbanyak adalah usia 3 tahun yaitu sebanyak 6 responden (40,0%), dan usia paling sedikit adalah usia 5 tahun dan 6 tahun yaitu 2 responden (13,3%). Pada kelompok kontrol usia terbanyak adalah usia 3 tahun yaitu sebanyak 7 responden (46,7%), dan usia paling sedikit adalah usia 6 tahun yaitu 1 responden (6,7%).
Untuk data karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, pada kelompok intervensi jenis kelamin terbanyak adalah perempuan yaitu sebanyak 8 responden (53,3%) dan pada kelompok kontrol jenis kelamin terbanyak adalah Laki-laki yaitu sebanyak 8 responden (53,%).
Data lama perawatan menunjukkan bahwa pada kelompok intervensi lama perawatan terbanyak adalah kurang dari seminggu yaitu sebanyak 11 responden (73,3%), dan lama perawatan paling sedikit adalah kurang dari sebulan yaitu 1 responden (6,7%). Pada kelompok kontrol lama perawatan terbanyak adalah kurang dari seminggu yaitu sebanyak 12 responden (80,0%), dan lama perawatan paling sedikit adalah kurang dari sebulan yaitu 2 responden (13,3%). Pada penelitian ini tidak ada responden yang dirawat lebih dari sebulan. Data pengalaman dirawat menunjukkan bahwa pada kelompok
intervensi maupun kelompok kontrol pengalaman dirawat terbanyak ialah belum pernah dirawat sebelumnya yaitu sebanyak 8 responden (53,3%).
Data pendidikan orang tua menunjukkan bahwa pendidikan orang tua pada kelompok intervensi mempunyai frekuensi yang sama pada tiap kategori
pendidikan yaitu masing-masing sebanyak 5 responden (33,3%). Pada kelompok kontrol pendidikan orang tua terbanyak adalah SMP yaitu sebanyak 6 responden (40,0%), dan pendidikan paling sedikit adalah SMA yaitu 4 responden (26,7%). penelitian ini tidak ada orang tua responden yang berpendidikan Sarjana.
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa nilai rata-rata kecemasan pada kelompok kontrol lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata kecemasan pada kelompok intervensi. Nilai titik tengah kecemasan pada kelompok intervensi 0,64 dengan skala kecemasan minimal 0 dan maksimal 2, tingkat kepercayaan 95% dalam rentang 0,32 sampai 1,01. Nilai titik tengah kecemasan pada kelompok kontrol 2,57 dengan skala kecemasan minimal 0 dan maksimal 4, tingkat kepercayaan 95% dalam rentang 1,50 sampai 3,16.
## Analisis Bivariat
Tabel 3 menunjukkan hasil analisis perbedaan kecemasan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Nilai titik tengah kecemasan pada kelompok intervensi 0,64 dengan skala kecemasan minimal 0 dan maksimal 2, nilai titik tengah kecemasan pada kelompok kontrol 2,57 dengan skala kecemasan minimal 0 dan maksimal 4. Hasil p value pada analisis non parametrik Mann Whitney pada kedua kelompok adalah 0,003 (α = 0,05) dengan nilai Mann-Whitney 42.500, hal ini menunjukkan adanya perbedaan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol.. Berdasarkan hasil tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa ada perbedaankecemasan anak usia prasekolah pada tindakan injeksi dengan diterapkan dan tanpa diterapkan pemakaian rompi bergambar.
Tabel 2. Distribusi kecemasan pada kelompok intervensi dan Kontrol
Kecemasan n Median Min-Max 95% CI Kelompok Intervensi 15 0,64 0-2 0,32-1,01 Kelompok Kontrol 15 2,57 0-4 1,50-3,16 Total 30 1,23 0-4
Tabel 3. Perbedaan Kecemasan Anak Usia Prasekolah Pada TindakanInjeksi
Kecemasan n Median Min-Maks Mann-Whitney P Value Kelompok Intervensi 15 0,64 0-2 42.500 0,003 Kelompok Kontrol 15 2,57 0-4
## PEMBAHASAN Analisis Univariat Usia Responden
Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia responden pada kelompok intervensi yang terbanyak adalah usia 3 tahun yaitu sebanyak 6 responden (40,0%), dan usia paling sedikit adalah usia 5 tahun dan 6 tahun yaitu 2 responden (13,3%). Pada kelompok kontrol usia terbanyak adalah usia 3 tahun yaitu sebanyak 7 responden (46,7%), dan usia paling sedikit adalah usia 6 tahun yaitu 1 responden (6,7%).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Subandi (2012) menunjukkan rata-rata usia pada kelompok intervensi adalah 4,7 tahun dan pada kelompok kontrol adalah 4,2 tahun (9) . Tahap perkembangan anak pada usia tersebut merupakan bagian dari kategori kelompok usia prasekolah.
Usia anak dikaitkan dengan
pencapaian perkembangan kognitif anak prasekolah yang belum mampu menerima dan mempersepsikan penyakit atau
pengalaman baru dengan lingkungan asing (10) . Penyakit dan hospitalisasi sering kali menjadi krisis pertama yang harus dihadapi oleh anak. Reaksi tersebut bersifat
individual dan sangat bergantung pada tahapan usia perkembangan anak, pengalaman sebelumnya terhadap sakit, sistem pendukung yang tersedia, dan kemampuan koping yang dimilikinya. Pada umumnya, reaksi anak terhadap sakit adalah kecemasan karena perpisahan, kehilangan, cidera atau perlukaan tubuh, dan rasa nyeri (4) .
Menurut asumsi peneliti, usia merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi kecemasan anak karena semakin bertambahnya usia anak, maka semakin terbentuk konsep berfikir anak, sehingga anak sudah mulai mengerti situasi dan apa yang sedang dialaminya.
Pencapaian perkembangan anak usia prasekolah seperti diatas dapat meningkatkan kecemasan ketika anak dirawat di rumah sakit.
Saran peneliti ialah sebaiknya anak usia prasekolah yang sedang dirawat dirumah sakit sebaiknya selalu didampingi oleh orang tua atau keluarga agar anak tidak terlalu merasa kesepian sehingga merasakan situasi yang sangat berbeda dengan situasi di lingkungan sehari-harinya.
## Jenis Kelamin
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok intervensi jenis kelamin terbanyak adalah perempuan yaitu sebanyak 8 responden (53,3%) dan pada kelompok kontrol jenis kelamin terbanyak adalah Laki- laki yaitu sebanyak 8 responden (53,%).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ilmiasih (2012), dimana pada penelitian tersebut kelompok kontrol didominasi oleh responden dengan jenis kelamin laki-laki (1) .
Namun terdapat perbedaan pada kelompok intervensi, pada kelompok intervensi didapatkan presentase yang seimbang antar responden dengan jenis kelamin laki-laki dan responden dengan jenis kelamin perempuan.
Small, Melnyk, dan Arcoleo (2009)
menyatakan anak perempuan lebih cenderung emosional dalam mengekspresikan kecemasan dan anak laki- laki cenderung menunjukkan perilaku yang agresif (11) . Anak perempuan juga
mempunyai tingkat kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki ketika dilakukan perawatan di rumah sakit (12) .
Asumsi peneliti ialah anak perempuan lebih tinggi kecemasannya dibandingkan dengan anak laki-laki, karena anak perempuan dan anak laki-laki mempunyai peran yang berbeda, anak perempuan cenderung lebih emosional, sedangkan anak laki-laki biasanya cenderung lebih pemberani. Hal ini dilihat oleh peneliti dari hasil penelitian bahwa jumlah anak dengan skala kecemasan tertinggi yaitu dengan nilai 4 berjumlah 4 anak, dari 4 anak tersebut 3 berjenis kelamin perempuan dan 1 berjenis kelamin laki-laki.
## Lama Perawatan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada kelompok intervensi lama perawatan terbanyak adalah kurang dari seminggu yaitu sebanyak 11 responden
(73,3%), dan lama perawatan paling sedikit adalah kurang dari sebulan yaitu 1 responden (6,7%). Pada kelompok kontrol lama perawatan terbanyak adalah kurang dari seminggu yaitu sebanyak 12 responden (80,0%), dan lama perawatan paling sedikit adalah kurang dari sebulan yaitu 2 responden (13,3%). Pada penelitian ini tidak ada responden yang dirawat lebih dari sebulan. Dapat disimpulkan bahwa lama perawatan responden pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol paling banyak ialah kurang dari seminggu. Sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Ilmiasih (2012), menunjunjukkan bahwa jumlah rata-rata hari perawatan dalam penelitian yang dilakukan adalah 2,65 hari pada kelompok intervensi dan 2,59 hari pada kelompok kontrol (10) . Dapat disimpulkan bahwa rata-rata lama perawatan kelompok intervensi dan kelompok kontrol pada penelitian tersebut ialah kurang dari seminggu.
Lama hari perawatan merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan reaksi kecemasan akibat hospitalisasi. Anak yang dilakukan perawatan dengan jangka waktu yang panjang akan berpengaruh terhadap perubahan perilaku, akan tetapi temuan lain menyebutkan bahwa kecemasan terbesar pada anak yang dilakukan perawatan di rumah sakit adalah anak usia 5-11 tahun yang dilakukan perawatan lebih pendek (13) . Asumsi peneliti ialah semakin lama waktu anak dirawat maka anak semakin beradaptasi dengan perawatan yang diberikan di rumah sakit dan dengan lingkungan di rumah sakit, sehingga anak yang sudah lama dirawat cenderung kecemasannya lebih rendah atau bahkan tidak cemas sedikitpun. Sebaliknya anak yang baru menjalani perawatan dalam hitungan kurang dari seminggu cenderung kecemasannya lebih tinggi karena belum beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit.
Saran peneliti sebaiknya orang tua membiasakan anak bersosialisasi dengan orang lain atau orang banyak agar anak tidak mudah takut dengan orang-orang baru disekitarnya.
## Pengalaman Dirawat
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol pengalaman dirawat terbanyak ialah belum pernah dirawat sebelumnya yaitu sebanyak 8 responden (53,3%).
Sejalan dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Subandi (2012), menunjukkan bahwa pengalaman dirawat di rumah sakit pada kelompok intervensi sebagian besar 51,7% belum pernah dirawat sebelumnya, dan kelompok kontrol sebagian besar juga 58,6% belum pernah dirawat sebelumnya (9) . Youngblut dan Brooten (1999)
menyebutkan bahwa anak yang sebelumnya dilakukan perawatan di rumah sakit mempunyai perilaku yang lebih agresif dibandingkan dengan anak yang tidak pernah dirawat sebelumnya (13) . Anak yang mempunyai
pengalaman dirawat sebelumnya juga sering mempunyai banyak keluhan somatik dibandingkan anak yang belum pernah dilakukan perawatan sebelumnya. Anak dengan pengalaman hospitalisasi lebih dari 2 kali akan cenderung menunjukkan gejala somatik, ketergantungan, agresif dan menunjukkan perilaku hiperaktif dibandingkan anak yang mempunyai pengalaman satu kali dirawat.
Asumsi peneliti ialah pengalaman anak dirawat di rumah sakit akan menjadikan dasar pengalaman anak untuk mempresepsikan perawatan berikutnya.
Peneliti juga berasumsi bahwa anak yang belum pernah dirawat sebelumnya bisa saja kecemasannya cenderung lebih tinggi karena perawatan di rumah sakit baginya merupakan hal yang baru, dan bisa juga
kecemasannya cenderung lebih rendah karena belum memiliki pengalaman yang kurang menyenangkan sebelumnya. Begitu juga dengan anak yang sudah pernah dirawat sebelumnya, bisa saja kecemasannya cenderung lebih tinggi karena sudah memiliki pengalaman yang kurang menyenangkan seperti rasa nyeri, perlukaan, rasa tidak nyaman, dan sebagainya, dan bisa juga kecemasannya cenderung lebih rendah karena dirawat di rumah sakit sudah menjadi hal yang biasa baginya terutama bagi anak yang pernah dirawat lebih dari 2 kali.
## Pendidikan Orang Tua
Hasil pnelitian menunjukkan bahwa pendidikan orang tua pada kelompok intervensi mempunyai frekuensi yang sama pada tiap kategori pendidikan yaitu masing- masing sebanyak 5 responden (33,3%). Pada kelompok kontrol pendidikan orang tua terbanyak adalah SMP yaitu sebanyak 6 responden (40,0%), dan pendidikan paling sedikit adalah SMA yaitu 4 responden (26,7%). Pada penelitian ini tidak ada orang tua responden yang berpendidikan Sarjana.
Notoatmodjo (2003) menyatakan perbedaan tingkat pendidikan menyebabkan perbedaan pengetahuan (14) . Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin mudah mereka menerima
serta mengembangkan
pengetahuan dan teknologi, sehingga akan meningkatkan produktivitas yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan keluarga. Melinda J. Vitale (2007) menyatakan peran orang tua sangat dibutuhkan dalam perkembangan psikologi anak (15) . Orang tua merupakan pemberi motivasi dan membantu dalam kecemasan dan mencari tahu apa yang harus dilakukan untuk terus mengembangkan identitas dan kemandirian anak.
Asumsi peneliti ialah orang tua yang mempunyai pendidikan tinggi akan mudah untuk menerima sumber informasi , mudah merubah perilaku, serta mengambil
keputusan dalam memberikan pendidikan kepada anaknya.
Saran peneliti diharapkan orang tua dapat memberikan perhatian dan kasih sayang sepenuhnya pada anak karena peran orang tua sangat dibutuhkan bagi anak, tanpa adanya peran dari orang tua anak sulit untuk berkembang, terlebih lagi dalam mencapai kemandirian.
## Kecemasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata kecemasan pada kelompok kontrol lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata kecemasan pada kelompok intervensi. Nilai titik tengah kecemasan pada kelompok intervensi 0,64 dengan skala kecemasan minimal 0 dan maksimal 2, tingkat kepercayaan 95% dalam rentang 0,32 sampai 1,01. Nilai titik tengah kecemasan pada kelompok kontrol 2,57 dengan skala kecemasan minimal 0 dan maksimal 4, tingkat kepercayaan 95% dalam rentang 1,50 sampai 3,16.
Sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Ilmiasih (2012), menunjukkan rata-rata skor kecemasan anak pada kelompok kontrol lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata skor kecemasan pada kelompok intervensi. Nilai rata-rata kecemasan pada kelompok intervensi 35 dengan skor kecemasan minimal 15 dan maksimal 54, 95% Confidence Interval Lower Bound 25,7 dan Upper Bound 41,34. Pada kelompok kontrol nilai rata-rata kecemasan 54 dengan skor kecemasan minimal 21 dan maksimal 70, 95% Confidence Interval Lower Bound 43,65 dan Upper Bound 60,57.
Rompi bergambar merupakan bentuk
dari pengaturan suasana yang
menyenangkan, hal ini merupakan bagian dari bentuk perawatan atraumatik, yaitu perawatan yang tidak menimbulkan stress fisik maupun psikologis (16) . Asumsi peneliti ialah perbedaan kecemasan ini dikarenakan
seragam perawat yang bergambar lucu dan berwarna-warni lebih disukai anak dan membuat anak merasa lebih dekat dengan perawat sehingga mampu menciptakan suasana yang lebih santai, nyaman, dan menyenangkan.
Saran peneliti sebaiknya perawat ruang anak di rumah sakit menerapkan pemakaian rompi bergambar dalam melakukan perawatan khususnya saat
melakukan tindakan invasif sperti tindakan injeksi agar mengurangi kecemasan anak.
## Analisis Bivariat
Perbedaan Kecemasan Anak Usia Prasekolah Pada Tindakan Injeksi
Hasil penelitian menunjukkan hasil
analisis perbedaan kecemasan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Nilai titik tengah kecemasan pada kelompok intervensi 0,64 dengan skala kecemasan minimal 0 dan maksimal 2, nilai titik tengah kecemasan pada kelompok kontrol 2,57 dengan skala kecemasan minimal 0 dan maksimal 4. Hasil p value pada analisis non parametrik Mann Whitney pada kedua kelompok adalah 0,003 (α = 0,05) dengan
nilai Mann-Whitney 42.500, hal ini menunjukkan adanya perbedaan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Berdasarkan hasil tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan rata- rata kecemasan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Rata-rata kecemasan pada kelompok anak yang dilakukan pemberian injeksi oleh perawat yang memakai rompi bergambar lebih rendah dari rata-rata kecemasan pada kelompok anak yang dilakukan pemberian injeksi oleh perawat yang tidak memakai rompi bergambar. hal ini berarti bahwa rata-rata kecemasan lebih rendah pada kelompok intervensi.
Hasil analisis beda rata-rata antara dua kelompok menunjukkan adanya
perbedaankecemasan anak usia prasekolah
pada tindakan injeksi dengan diterapkan dan tanpa diterapkan pemakaian rompi bergambar di Ruang Melati RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ilmiasih
(2012), yang juga menunjukkan adanya pengaruh penggunaan seragam rompi bergambar oleh perawat terhadap kecemasan anak prasekolah yang mengalami hospitalisasi (10) .
Pada proses sistem panca indera yang dihubungkan dengan kerja sistem amigdala yang dipercaya berperan besar terhadap pembentukan proses emosi manusia dapat dijelaskan mekanisme rompi bergambar terhadap penurunan kecemasan pasien. Rompi bergambar warna-warni dan gambar yang lucu akan dipresepsikan sebagai obyek yang menyenangkan bagi anak. Obyek ini akan ditangkap oleh mata dan dilanjutkan oleh sistem syaraf optikus. Stimulus ini dilanjutkan ke lobus temporalis pada area brodman untuk dilanjutkan ke area wernicke dan dilakukan proses pemaknaan sinyal. Pemaknaan sinyal diteruskan kepada sistem limbik pada daerah amigdala sebagai fungsi bawah sadar respon perilaku emosi. Dari amigdala perasaan senang dilanjutkan ke hipotalamus yang berkaitan dengan pengeluaran hormone anti stress yaitu endorphin sehingga sistem syaraf dan otot menjadi relaksasi dan ketegangan maupun kecemasan berkurang (17,18) .
Asumsi peneliti ialah perbedaan kecemasan ini dikarenakan seragam perawat yang bergambar lucu dan berwarna-warni lebih disukai anak dan membuat anak merasa lebih dekat dengan perawat sehingga mampu menciptakan suasana yang lebih santai, nyaman, dan menyenangkan.
Saran peneliti sebaiknya perawat ruang anak di rumah sakit menerapkan pemakaian rompi bergambar dalam melakukan perawatan khususnya saat
melakukan tindakan invasif sperti tindakan injeksi agar mengurangi kecemasan anak.
## SIMPULAN
Penelitian ini telah mengidentifikasi karakteristik responden dengan gambaran, yaitu : usia responden terbanyak adalah usia 3 tahun pada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol, pada kelompok intervensi usia paling sedikit adalah usia 5 tahun dan 6 tahun, dan pada kelompok kontrol usia paling sedikit adalah usia 6 tahun. Jenis kelamin terbanyak pada kelompok intervensi adalah perempuan, dan pada kelompok kontrol jenis kelamin terbanyak adalah laki- laki. Lama perawatan responden pada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol paling banyak ialah kurang dari seminggu, dan paling sedikit ialah kurang dari sebulan. Pengalaman dirawat pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol paling banyak ialah belum pernah dirawat sebelumnya.
Pendidikan orang tua responden pada kelompok intervensi memiliki frekuensi yang sama pada masing- masing kategori pendidikan, pada kelompok kontrol pendidikan orang tua terbanyak adalah SMP dan pendidikan paling sedikit adalah SMA.
Hasil analisis kecemasan anak usia prasekolah pada saat tindakan injeksi pada kelompok intervensi memiliki rata-rata kecemasan yang lebih rendah dengan nilai titik tengah 0,64. Hasil analisis kecemasan anak usia prasekolah pada saat tindakan injeksi pada kelompok kontrol memiliki rata-rata kecemasan yang lebih tinggi dengan nilai titik tengah 2,57. Penelitian ini telah mengidentifikasi perbedaan kecemasan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol, hasil identifikasi menunjukkan ada perbedaan kecemasan pada kedua kelompok tersebut dengan hasil p value 0,003 (α = 0,05), dimana kelompok kontrol memiliki rata-rata kecemasan lebih tinggi. Hasil analisis beda rata-rata antara dua kelompok
tersebut menunjukkan adanya perbedaankecemasan anak usia prasekolah pada tindakan injeksi dengan diterapkan dan tanpa diterapkan pemakaian rompi bergambar di Ruang Melati RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
## DAFTAR PUSTAKA
1. Supartini, Y. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak . Penerbit buku kedokteran. Jakarta: EGC.
2. Ramadini dkk. (2015). Pengaruh Penerapan Atraumatic Care terhadap Respon Kecemasan Anak yang Mengalami Hospitalisasi di RSU Pancaran Kasih GMIM Manado dan RSUP PROF. DR. R. D. Kandou
Manado . Manado: Universitas Sam Ratulangi.
3. Muscari, M. E. (2005). Keperawatan Pediatrik . Edisi 3. Jakarta: EGC.
4. Wong, D. L., Hockenberry, M., Eaton, Wilson, D., Winkelstein, M. L., & Schwartz, P. (2009). Buku Ajar
Keperawatan Pediatrik . Edisi 6. (Alih Bahasa: Hartono. A., Kurnianingsih. S.,
& Setiawan). Jakarta: EGC.
5. Nursalam, Rekawati, S., & Utami, S. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak . Jakarta: Salemba Medika.
6. Junaidi. (2013). Pengaruh Terapi Bermain terhadap Respon Penerimaan Pemberian Obat Injeksi pada Anak Pra Sekolah di RSUD H. Padjonga DG. Ngalle Takalar . Makassar: Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar.
7. Hidayat, A. A. A. (2009). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba Medika.
8. McMurtry, C.M., Noel, M., Chambers,
C.T., McGrath, P.J. (2011). Children’s fear during procedural pain: Preliminary investigation of the
Children’s Fear Scale . Health Psychology, Advanced Access Online. 9. Subandi, A. (2012). Pengaruh Pemasangan Spalk Bermotif terhadap Tingkat Kooperatif Anak Usia Pra Sekolah Selama Prosedur Injeksi Intra Vena di Rumah Sakit Wilayah Cilacap .
Depok: Universitas Indonesia.
10. Ilmiasih, R. (2012). Pengaruh Seragam
Perawat: Rompi Bergambar terhadap Kecemasan Anak Pra Sekolah Akibat Hospitalisasi . Depok: Universitas Indonesia.
11. Small, L., Melnyk, B.M & Arcoleo,
K.S. (2009). The effects of gender on the coping outcomes of young children following an unanticipated critical care hospitalization. Journal for Specialists in Pediantric Nursing . 14 (2), 112-121.
12. H. Roohafza, et al. (2009) Impact of Nurses Clothing on anxiety of hospitalized children. J Clin Nurs.
Jul;18(13:1953-9)
13. Youngblut, J.M &Brooten, D. (1999). History of hospitalization and preschool child behavior. Nurs Resp , 48(1), 29- 34.
14. Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta 15. Melinda J. Vitale. (2007). the effective parenting tip bijak memahami anak sejak lahir sampai usia lima tahun,
Anak Prestasi Pustaka. Jakarta
16. Hockenberry, M.J & Wilson, D. (2009). Essential of Pediatric Nursing. St.
Louis, Missoury: Mosby
17. Lang PJ1, Bradley MM, Cuthbert BN. (1998). Emotion, motivation, and anxiety: brain mechanisms and psychophysiology. Dec 15;44(12):1248-63 18. Elias L dan Saucier D. (2006). Neuropsychology: Clinical and Experimental Foundations
|
1180ce80-639e-40ff-b432-bd1fdadabdad | https://journal.ipb.ac.id/index.php/jphpi/article/download/8049/6309 |
## PENGHAMBATAN PEMBENTUKAN HISTAMIN PADA DAGING
IKAN TONGKOL ( Euthynnus affi nis ) OLEH QUERCETIN
## SELAMA PENYIMPANAN
Histamine Inhibition on Mackerel (Euthynus affi nis) Flesh by using Quercetine during Storage
## Nanda Radithia Prasetiawan, Tri Winarni Agustini*, Widodo Farid Ma’ruf
Laboratorium Teknologi Hasil Perikanan, Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus Tembalang, Semarang 50275 – Indonesia Telp. 024-7474698; Fax. 024-7474698 *Korespondensi: e-mail: tagustini@yahoo.com
Diterima 25 April 2013/Disetujui 22 November 2013
## Abstract
Eff ect of adding quercetine to histamine development on mackerel fl esh during storage at room temperature was investigated. Addition of quercetine of 0.5, 1.0, and 1.5% resulted in decreased on histamine level and TPC of mackerel fl esh aft er storage for 12, 24, and 36 hours. Histamine level decreased signifi cantly aft er 12 hours storage corresponding to diff erent concentration of quercetine (0.5, 1.0, and 1.5%) with value starting from (74.613±0.513) mg/100 g to (15.805±1.061) mg/100 g, (9.510±0.658) mg/100 g, and (3.635±0.580) mg/100 g, respectively. Amino acid of histidine decreased slower for added quercetine treatment compared to that without added quercetin treatment (control) during storage at room temperature.
Keywords: histamin, histidin, mackerel, quercetine, total plate count
## Abstrak
Pengaruh penambahan quercetin terhadap kadar histamin daging ikan tongkol ( Euthynnus affi nis ) selama penyimpanan pada suhu ruang dibahas melalui penelitian ini. Penambahan 0,5; 1,0; dan 1,5% quercetin menyebabkan penurunan kadar histamin dan TPC daging ikan tongkol lumat pada penyimpanan jam ke-12, 24, dan 36. Kadar histamin mengalami penurunan yang signifi kan pada jam ke-12 dari (74,613±0,513) mg/100 g menjadi (15,805±1,061) mg/100 g, (9,510±0,658) mg/100 g, dan (3,635±0,580) mg/100 g pada perlakuan penambahan 0,5; 1,0; dan 1,5% secara berurutan. Asam amino histidin daging ikan tongkol dengan perlakuan penambahan quercetin mengalami penurunan yang lebih lambat selama penyimpanan dibandingkan perlakuan tanpa penambahan quercetin (kontrol).
Kata kunci: histamin, histidin, ikan tongkol, quercetin, total plate count
## PENDAHULUAN
Histamin adalah senyawa amin biologis heterosiklik primer aktif yang terbentuk pada fase post mortem daging ikan famili Scombroid dan non-Scombroid yang banyak mengandung histidin bebas (Nahla dan Farag 2005). Histamin terbentuk melalui dekarboksilasi terhadap asam amino histidin oleh enzim dekarboksilase eksogenus
yang dihasilkan oleh mikroba pada ikan (Ndaw et al. 2007). Histamin stabil terhadap pemanasan dan tahan terhadap proses pengolahan termasuk proses pengalengan (McLauchin et al. 2005).
Ikan dapat mengandung sejumlah histamin yang bersifat toksik tanpa menampakkan karakteristik pembusukan jika diamati melalui parameter sensorik
JPHPI 2013, Volume 16 Nomor 2
Penghambatan pembentukan histamin, Prasetiawan, et al.
dan histamin (Riviere et al. 2009). Beberapa laporan sebelumnya menunjukkan bahwa quercetin merupakan inhibitor bagi enzim histidin dekarboksilase (Nitta et al. 2009). Beberapa faktor tersebut memungkinkan quercetin dapat digunakan sebagai penghambat pembentukan histamin pada daging ikan.
Tujuan penelitian ini menentukan kemampuan quercetin dalam menghambat pembentukan histamin pada daging ikan tongkol selama penyimpanan pada suhu ruang. Penggunaan suhu ruang selama penyimpanan bermaksud untuk melihat secara lebih cepat pengaruh quercetin dalam menghambat pembentukan histamin. Hasil yang didapatkan diharapkan akan memberikan pengaruh yang lebih baik dalam menghambat pembentukan histamin daging ikan yang disimpan pada suhu yang lebih rendah. Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan gambaran awal tentang kemampuan quercetin yang ditambahkan ke daging ikan tongkol dalam menghambat perkembangan pembentukan histamin.
## BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat
Ikan tongkol yang digunakan merupakan tangkapan one day fi shing dari perairan Utara Jawa Tengah dengan rata-rata panjang (45±3,1) cm dan berat (951,5±37,7) g. Ikan dipilih secara acak dan dilakukan uji organoleptik ikan segar berdasarkan 01-2346-2006 (BSN 2006a). Selama transportasi ikan-ikan tersebut diberikan perlakuan pendinginan menggunakan es. Quercetin yang digunakan adalah quercetin hidrat dengan kemurnian 95% (Sigma Aldrich).
Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini untuk uji histamin adalah spektrofl ourometer ( Cary Eclipse ), uji histidin menggunakan spektrofotometer ( Spectronic Instrument 200+), dan analisis total plate count (TPC) menggunakan stomacher ( Interscience
Bagmixer ), dan cawan petri berisi plate count agar (PCA).
yang umum digunakan (Codex Alimentarius Commission 2001). Konsumsi terhadap ikan yang mengandung histamin lebih dari 100 mg/100 g dapat menyebabkan sakit dengan simtom kardiovaskular (tubuh serasa berputar, urticaria, hipotensi, dan pusing), gantroenteritis (kejang perut, diare, dan muntah), dan neurologis (sakit dan paraesthesiae) (McLauchin 2005).
Suhu rendah dapat mengontrol bakteri pembentuk histamin (Kerr et al. 2002), tetapi enzim histidin dekarboksilase yang telah terbentuk akan terus menghasilkan histamin sekalipun bakteri pembentuknya tidak aktif. Enzim histidin dekarboksilase aktif pada ataupun mendekati suhu pembekuan (Sea Grant Collage Programe 2001).
Histamin dapat dikatabolisasi oleh enzim diamin oksidase dan histamin metil transferase (Shiozaki et al. 2003). Laporan sebelumnya menunjukkan hasil fermentasi menggunakan A. oryzae IFO 4202 dimungkinkan efektif dalam menurunkan kadar histamin (Kakio et al. 1997). Berbagai senyawa alami juga berperan dalam destruksi (Th adhani et al. 2001) dan penghambatan pembentukan histamin pada ikan (Brillantes et al. 2002).
Quercetin merupakan senyawa natural yang tergolong ke dalam jenis fl avonoid yang terbentuk dari dua cincin benzena yang dihubungkan dengan cincin heterosiklikpiron (National Toxicology Programme 1992). Quercetin tersebar luas pada tanaman dan buah-buahan (de Miranda et al. 2008) termasuk bawang, apel, anggur, teh, berry , tomat, dan brokoli (Lakhanpal dan Rai 2007). Quercetin digolongkan sebagai bahan aktif dengan berbagai kemampuan biologis termasuk antiinfl amatori, antikanker, antibakteri, antivirus, antigonadotropik, dan antihepatotoksik (Arya et al. 2007). Quercetin juga tergolong antioksidan kuat dikarenakan kemampuannya mengikat radikal bebas dalam jumlah besar dan mengikat ion metal transisi (Bentz 2009).
Quercetin memiliki sifat antibakteri terhadap
beberapa bakteri penghasil histidin dekarboksilase
## Metode Penelitian
## Perlakuan Penambahan Quercetin
Prosedur penambahan quercetin pada sampel mengacu pada Sakai et al. (2009). Ikan tongkol difi llet, dan dipotong menjadi 5 bagian. Potongan daging yang digunakan adalah daging pada posisi diatas rongga perut dekat kepala (Frank et al. 1981). Kemudian daging dilumatkan menggunakan meat mincer/food processor selama 2 kali 30 detik. Daging lumat ditambahkan dengan 0 (kontrol); 0,5; 1,0; dan 1,5% quercetin dan dicampur hingga rata. Sampel disimpan selama 36 jam pada suhu ruang. Dilakukan uji kadar histamin, histidin, dan TPC pada jam ke-0, 12, 24, dan 36 penyimpanan.
Uji Kadar Histamin ( BSN 2009 )
Uji kadar histamin dilakukan menggunakan spektrofl ourometer ( Cary Eclipse ) dengan metode mengacu pada SNI 2354.10:2009 yang dinyatakan dalam mg/100g sampel berdasarkan perhitungan:
dua kali ulangan pada setiap perlakuannya. Konsentrasi penambahan quercetin merupakan sub plot, sedangkan lama waktu penyimpanan adalah main plot .
## Analisis Data
Data diolah menggunakan Microsoft Offi ce Excel ( Microsoft Inc ., USA) Kadar histamin, kadar histidin dan nilai TPC dianalisis menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA) pada level signigikansi 0,05.
## HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Histamin
Kadar histamin daging ikan tongkol dengan penambahan quercetin dalam berbagai konsentrasi selama penyimpanan tersaji pada Gambar 1. Kadar histamin daging ikan tongkol pada awal penyimpanan berada pada nilai 0,247 mg/100 g untuk semua perlakuan penambahan quercetin. Tuna segar pada dasarnya tidak mengandung histamin (Frank et al. 1981), namun Silva et al. (2010) melaporkan bahwa kadar histamin tuna segar bervariasi antara 0,071 mg/100 g hingga 0,530 mg/100 g.
Kadar histamin daging ikan tongkol dengan penambahan quercetin dalam berbagai konsentrasi meningkat secara signifi kan (p<0,05) seiring berjalannya proses penyimpanan. Penyimpanan jam ke-24 dan 36 kadar histamin daging ikan tongkol tanpa perlakuan penambahan quercetin (kontrol) mencapai nilai berturut-turut 132,625 mg/100 g
Uji Kadar Histidin ( Apriyantono et al. 1989 ) Uji kadar histidin dilakukan menggunakan spektrofotometer ( Spectronic Instrument 200+) dengan metode mengacu pada yang dinyatakan dalam % sampel.
Analisis TPC ( BSN 2006a )
Analisis TPC dilakukan berdasar SNI 01-2332.3-2006. Lumatan daging ikan sebesar 25 g dimasukkan ke dalam kantong plastik steril yang berisi 225 mL larutan BFP. Larutan tersebut kemudian diaduk menggunakan stomacher (Interscience bag mixer) selama 2 menit. Setelah pelarutan bertahap, 1 mL larutan dituangkan pada cawan Petri berisi PCA. Cawan-cawan tersebut lalu diinkubasi pada suhu 35oC selama 48 jam.
## Rancangan Percobaan
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan rancangan acak lengkap dengan pola split plot in time dengan
Gambar 1 Kadar histamin daging ikan tongkol
( Euthynnus affi nis ) (mg/100 g): ( ....... ) 0%; ( ....... ) 0,5%; ( ....... ) 1,0%; ( ....... ) 1,5%.
JPHPI 2013, Volume 16 Nomor 2
Penghambatan pembentukan histamin, Prasetiawan, et al.
dan 197,625 mg/100 g. Frank et al. (1981) melaporkan bahwa daging ikan tuna yang telah disimpan selama 22,5 jam pada suhu 32,2oC mengandung 146 mg/100 g histamin. Peningkatan kadar histamin yang pesat merupakan akibat dari pertumbuhan bakteri penghasil histamin yang optimum (Kanki et al.
2007), kerja enzim histidin dekarboksilase (Mangunwardoyo et al. 2007) dan tersedianya substrat enzim histidin dekarboksilase. Beberapa peneliti melaporkan bahwa ikan tuna segar mengandung histidin bebas dalam jumlah besar (Zarei et al. 2010) yang nilainya lebih dari 1000 mg/100 g (Ko 2006).
Penambahan quercetin menyebabkan terhambatnya proses pembentukan histamin selama 36 jam penyimpanan. Penghambat pembentukan histamin yang nyata terjadi pada penyimpanan jam ke-12 (p<0,05). Kadar histamin daging ikan dengan penambahan 0,5%; 1%; dan 1,5% secara berturut-turut adalah 15,805 mg/100 g; 9,510 mg/100 g; dan 3,635 mg/100 g, sedangkan kadar histamin daging dengan perlakuan penambahan 0% quercetin adalah 74,613 mg/100 g. Sifat antibakteri quercetin berperan terhadap perlambatan pertumbuhan bakteri penghasil histamin pada awal penyimpanan yang mengakibatkan perlambatan akumulasi enzim histidin dekarboksilase. Bakteri penghasil histamin yang dapat dihambat oleh quercetin adalah Staphylococcus aureus (de- Souza et al. 2010), Klebsiella pneumuniae
(Aziz et al. 1998), Enterobacter cloacae, Enterobacter aerogenes (Sannomiya et al. 2005), Clostridium perfringens (Lee dan Kim 2002), Escherichia coli (Sandhar et al. 2011). Jeff rey et al. (1972) melaporkan adanya perpanjangan fase lag pertumbuhan bakteri akibat hadirnya senyawa fl avonoid. Kerja quercetin sebagai inhibitor enzim histidin dekarboksilase (Middleton et al. 2000) dimungkinkan juga menyebabkan perlambatan akumulasi histamin selama penyimpanan. Pembentukan histamin dari histidin oleh enzim dekarboksilase menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi quercetin yang
ditambahkan pada lumatan daging ikan, maka perombakan histidin menjadi histamin semakin diperlambat. Proses tersebut terlihat dari jumlah penurunan histidin yang semakin lambat dengan meningkatnya konsentrasi quercetin selama penyimpanan.
Penyimpanan jam ke-24 kadar histamin daging ikan tongkol dengan perlakuan penambahan 0%; 0,5%; 1,0%; 1,5% quercetin secara berurutan, yaitu 132,63 mg/100 g; 128,02 mg/100 g; 122,67 mg/100 g; dan 98,35 mg/100 g, sedangkan jam ke-36, yaitu 197,63 mg/100 g; 192,79 mg/100 g; 179,75 mg/100 g; dan 179,75 mg/100 g. Tampak adanya penurunan aktivitas quercetin dalam menghambat pembentukan histamin. Perlakuan penambahan 0,5% quercetin tidak dapat mempertahankan aktivitasnya dalam menghambat pembentukan histamin, sedangkan penambahan 1,5% quercetin dapat menyebabkan penurunan kadar histamin yang signifi kan (p<0,05). Hal ini berkaitan dengan proses oksidasi terhadap quercetin (Zenkevich et al. 2007) dan perubahan struktur quercetin akibat reaksi dengan radikal bebas hasil oksidasi lipida (Dhaouadi et al. 2009). Hasil ANOVA kadar histamin daging ikan tongkol dengan perlakuan penambahan quercetin dalam berbagai konsentrasi menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (p<0,01).
## Kadar Histidin
Kadar histidin daging ikan tongkol dengan penambahan quercetin dalam berbagai konsentrasi selama penyimpanan disajikan pada Gambar 2. Kadar histidin daging ikan tongkol pada awal penyimpanan berada pada nilai 2.497 mg/100 g untuk semua perlakuan penambahan quercetin. Tuna mengandung lebih dari 2.000 mg/100 g asam amino histidin (Apituley et al. 2006). Histidin pada daging ikan tuna sebagian besar merupakan bagian dari jaringan otot skeletal yaitu carnosin dan anserin (Li et al. 2008). Asam amino histidin pada ikan merupakan komponen utama dari buff er non karbonat yang melindungi ikan dari perubahan pH (Abe 2000).
Kadar histidin daging ikan tongkol dengan penambahan quercetin dalam berbagai konsentrasi turun secara signifi kan (p<0,05) seiring berjalannya proses penyimpanan. Ziaeian et al. (2008) melaporkan bahwa kadar histidin ikan tuna ( Th unnus tonggol ) juga mengalami penurunan selama penyimpanan. Daging ikan tanpa penambahan quercetin mangalami penurunan histidin paling besar selama penyimpanan. Kadarnya turun menjadi 1.523 mg/100 g pada akhir penyimpanan. Penurunan asam amino histidin selama penyimpanan diakibatkan oleh kerusakan enzimatis akibat aktivitas enzim histidin dekarboksilase (Kanki et al. 2007) dan L-histidin ammonia-lyase (Lehane dan Olley 1999) yang menghasilkan histamin dan glutamate (Stifel dan Herman 1971). Kerusakan diperbesar oleh aktivitas mikrobiologis (Baranowski 1985) dan reaksi hasil oksidasi lipida dengan histidin (Munasinghe et al.
2005). Oksidasi terhadap histidin juga terjadi pada daging ikan (Braddock dan Dugan 1973) selama penyimpanan yang menghasilkan 4(5)-imidazolecarboxaldehyde (Mason et al. 2010), aspartat, dan urea (Fennema 1996).
Penambahan quercetin menyebabkan penurunan kadar histidin yang lebih kecil dibanding perlakuan penambahan 0% quercetin selama 36 jam penyimpanan. Kadar histidin daging ikan dengan penambahan quercetin (0,5%; 1,0%; 1,5%) setelah 36 jam penyimpanan adalah 1,67 mg/100 g; 2,04 mg/100 g; dan 2,13 mg/100 g. Terhambatnya
pertumbuhan bakteri penghasil enzim histidin dekarboksilase dan histidin ammonia-lyase, yaitu Pseudomonas sp., E. coli (Badiwat et al. 2011), Micrococcus luteus (Santas et al. 2010), S taphylococcus
aureus (Hirai et al. 2010) merupakan salah satu penyebab melambatnya penurunan jumlah histidin selama penyimpanan.
Sifat antioksidatif senyawa quercetin pada daging ikan berperan besar dalam terhambatnya reaksi hasil oksidasi lemak dengan histidin (Montero et al. 2004) dan kerusakan oksidatif terhadap histidin. Hasil ANOVA kadar histidin daging ikan tongkol dengan perlakuan penambahan quercetin dalam berbagai konsentrasi menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (p<0,01).
## Kadar Total Mikroba (TPC)
Nilai TPC daging ikan tongkol dengan penambahan quercetin dalam berbagai konsentrasi selama penyimpanan tersaji pada Gambar 3. Nilai TPC daging ikan tongkol dengan penambahan quercetin dalam berbagai konsentrasi pada awal penyimpanan menunjukkan perbedaan dimana daging ikan dengan penambahan quercetin yang lebih besar memiliki nilai TPC yang lebih kecil. Laporan Pakawatchai et al. (2009) menunjukkan adanya perbedaan nilai TPC pada daging salmon lumat pada awal penyimpanan dengan perlakuan penambahan berbagai macam bumbu.
Nilai TPC daging ikan tongkol tanpa penambahan quercetin meningkat signifi kan (p<0,05) hingga mencapai log 8 pada akhir penyimpanan. Afl ial et al. (2006) melaporkan bahwa peningkatan jumlah mikrofl ora pada ikan sardin mencapai lebih dari log 7 cfu/g setelah 25 jam penyimpanan pada suhu 30oC. Hasil tersebut diperoleh akibat dari suhu penyimpanan (Sanchez-Zapata et al. 2011) dan pH yang optimum bagi pertumbuhan mikroba (Sancez-Zapata et al. 2011).
Daging ikan tongkol dengan penambahan 1,5% quercetin menunjukkan peningkatan jumlah mikroba paling rendah selama penyimpanan disusul dengan perlakuan
Gambar 2 Kadar histidin daging ikan tongkol ( Euthynnus affi nis ) (mg/100 g): ( ....... ) 0%; ( ....... ) 0,5%; ( ....... ) 1,0%; ( ....... ) 1,5%.
Penghambatan pembentukan histamin, Prasetiawan, et al.
penambahan 1% dan 0,5% quercetin. Hasil tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi penggunaan quercetin mempengaruhi pertumbuhan mikroba pada daging ikan. Beberapa penelitian melaporkan bahwa quercetin bersifat bakteriostatis pada bakteri pembusuk dan patogen termasuk Bacillus stearothermophilus, E. coli,
Pseudomonas fl uorescens, Salmonella enterica, Staphylococcus aureus, dan Vibrio cholerae (Rattanachaikunsopon and Phumkhachron 2010), Moraxella sp. (Cartea et al. 2011),
Klebsiella pneumuniae (Aziz et al. 1998),
Clostridium perfringens (Lee dan Kim 2002),
E. coli (Sandhar et al. 2011).
Mekanisme kerja antibakteri quercetin berkaitan dengan penghambatan sintesis asam nukleat, penghambatan fungsi membran (Cushnie dan Lamb 2005; Lee et al. 2010), motilitas bakteri (Abdullah 2009) dan penyebaran koloni (Hirai et al. 2010). Jayamaran et al. (2010) melaporkan bahwa quercetin menyebabkan kerusakan enzimatis pada DNA. Hasil ANOVA nilai TPC daging ikan tongkol dengan perlakuan penambahan quercetin dalam berbagai konsentrasi menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (p<0,01).
## KESIMPULAN
Perlakuan penambahan senyawa quercetin dengan konsentrasi berbeda pada daging ikan tongkol ( Euthynnus affi nis ) menyebabkan
penurunan kadar histamin yang signifi kan sampai pada jam ke-12 penyimpanan. Setelah itu aktivitas quercetin dalam menghambat pembentukan histamin mengalami penurunan hingga akhir penyimpanan. Penambahan 1% quercetin dalam lumatan daging ikan tongkol dapat menjaga keamanan daging (berdasarkan kadar histamin) selama penyimpanan pada suhu ruang hingga 20 jam, sedangkan untuk lumatan daging ikan tanpa quercetin hanya bertahan sampai 10 jam.
## DAFTAR PUSTAKA
Abdullah MIB. 2009. Physicochemical profi ling and detection of phenolic constituents with antioxidant and antibacterial activities of Myristica fragrans houtt. [thesis]. NSF, 46 p.
Abe H. 2000. Role of histidine-related compounds as intracellular proton buff ering constituents in vertebrate muscle. Biochemistry (Moscow) 65(7): 757-765. Afl ial MA, Daoudi H, Jdaini S, Asehraou A,
Bouali A. 2006. Study of the histamine production in a red fl esh fi sh ( Sardina pilchardus ) and a white fl esh fi sh ( Dicentrarchus punctatus ). Turkish Journal of Fisheries and Aquatic Sciences 6: 43-48.
Arya D, Patni V, Kant U. 2007. In vitro propagation and quercetin quantifi cation in callus cultures of rasna ( Pluchea lanceolata Oliver & Hiern.). Indian Journal of Biotechnology 7: 383-387.
Apituley DAN, Noor Z, Darmadji P, Suparmo.
2006. Dampak oksidasi protein oleh sistem oksidasi 2,2-azobis (2 am idi propane) hyhidrochloride (aaph) dan sistem katalis logam CuSO 4 /H 2 O 2 terhadap komposisi asam amino protein daging merah dan putih ikan tongkol putih ( Th unnus sp.). Majalah Ilmu dan Teknologi Pertanian 26(3):171-178.
Apriyantono A, Ferdiaz D, Puspitasari NL, Sedarnawati, Budiyanto S. 1989. Analisis Pangan . Bogor: PAU Pangan dan Gizi.
IPB Press.
Aziz NH, Farag SE, Mousa LA, Abozaid
Gambar 3 Kadar TPC daging ikan tongkol (log cfu/g)
( Euthynnus affi nis ) (mg/100 g): ( ....... ) 0%; ( ....... ) 0,5%; ( ....... ) 1,0%; ( ....... ) 1,5%.
MA. 1998. Comparative antibacterial and antifungal eff ect of some phenolic compounds. Microbios 93: 43-45.
Badiwat S, Nag R, Nag TN. 2011. Antimicrobial principle from tissue cultures of Balatines aegyptica. Romanian Biotechnological
Letters 16(2): 6120-6124.
Bentz AB. 2009. A review of quercetin: chemistry, antioxidant properties, and bioavailability. Journal of Young Investigators 19(10).
Braddock RJ, Dugan LR. 1973. Reaction of
autoxidizing linoleate with coho salmon myosin. Journal of Th e American Oil
Chemists Society 50(9): 343-347.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2006a.
Petunjuk Pengujian Organoleptik dan atau Sensori. SNI 01-2346.2006. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2006b.
Cara Uji Mikrobiologi-Bagian 3: Penentuan Angka Lempeng Total (ALT) pada Produk Perikanan . SNI 01-2332.3.2006. Jakarta:
Badan Standardisasi Nasional.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2009. Cara Uji Kimia Bagian 20: Penentuan Kadar Histamin dengan Spektrofl uorometri dan
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) pada Produk Perikanan. SNI 2354.10.2009. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional. Cartea ME, Francisco M, Soengas P, Valasco P. 2011. Phenolic compounds in Brassica vegetables. Molecules 16: 251-280.
Cushnie TPT, Lamb AJ. 2005. Antimicrobial activity of fl avonoids. International Journal of Antimicrobials Agents 26:343-356.
Codex Alimentarius Commision. 2001. Report
Of Twenty-Fourth Session Of Th e Codex
Committee on Fish and Fishery Product. [Report]. FAO/WHO, Bergen, 118 p.
Dhaouadi Z, Nsangou M, Garrab N, Anouar EH, Marakchi K, Lahmar S. 2009. DFT study of the reaction of quercetin with O 2 and OH radicals. Journal of Molecular Structure: THEOCHEM 904: 35-42. de Miranda AL, Ribiero MC, Moriera RFA,
de Maria CAB. 2008. Volatile profi le of heated soybean oil treated with quercetin
and chlorogenic acid. Ciencia e Tecnologia Alimentos, Campinas 28(4): 949-952. de-Souza L, Wahidulla S, Devi P. 2010.
Antibacterial phenolic from the mangrove Lumnitzera racemosa . Indian Journal of Marine Science 39(2): 294-298. Hirai I, Okuno M, Katsuma R, Arita N, Tachibana M, Yamamoto Y. 2010. Characterisation of anti- Staphylococcus aureus activity of quercetin. International Journal of Food Scince and Technology
45(6): 1250-1254.
Jayamaran P, Sakharkar MK, Lim CS, Tang TC, Sakharkar KR. 2010. Activity and interactions of antibiotic and phytochemical combinations againts Pseudomonas aeruginosa in vitro.
International Journal of Biological Sciences 6(6): 556-568.
Jeff rey AM, Knight M, Evans WC. 1972. Bacterial degradation of fl avonoids.
Biochemistry Journal 130: 373-381. Kakio M, Kawa Y, Kunimoto M, Yamazaki K, Inoue N, Shinano H. 1997. Chemical and microbial characteristics of sardine meal fermented with Aspergillus oryzae IFO 4202. Food Science and Technology International Tokyo 3(1): 61-68.
Kanki M, Yoda T, Tsukamoto T, Baba E. 2007. Histidine decarboxylase and their role in accumulation of histamine in tuna and dried saury. Applied and Environmental Microbiology 72(5): 1467-1473.
Kerr M, Lawicki P, Aguirre S, Rayner C. 2002. Eff ect of storage conditions on histamine formation in fresh and canned tuna. [Research Report]. Victorian Government Departemen of Human Services, Werribee, 20 p.
Lakhanpal p. rai dk. 2007. Quercetin: a versatile fl avonoid. Internet Journal of Medical Update 2(2): 22-37.
Lee HS. Kim MJ. 2002. Selective responses of three Ginkgo biloba leaf-derived constituents on human intestinal bacteria. Journal of Agricultural and Food
Chemistry 50: 1840-1844.
Lee KA, Moon SH, Kim KT, Mendonca AF,
JPHPI 2013, Volume 16 Nomor 2
Penghambatan pembentukan histamin, Prasetiawan, et al.
Paik HD. 2010. Antimicrobial eff ect of various fl avonoids on Escherichia coli O157:H7 cell growth and lipopolysaccharide production. Food Science and Biotechnology 19(1): 257-261. Li P, Mai K, Trushenski J, Wu G. 2008. New Developments in Fish Amino acid Nutrition:
Towards Functional and Environmentally Oriented Aquafeeds . Springer, 11 p.
Mason BD, McCracken M, Bures EJ, Kerwin BA. 2010. Oxidation of free l-histidine by tert- butylhdropeloxide. Pharmaceutical Reseach 27(3): 447-465.
Mc Lauchin J, Little CL, Grant KA, Mithani V. 2005. Scombritoxic fi sh poisoning. Journal of Public Health Andvance 10: 1093. Middleton JRE, Kandaswami C, Th eoharides
TC. 2000. Th e eff ect of plant fl avonoids on mamalian cells: implications for infl amation, heart disease, and cancer.
Pharmacological Reviews 52(4): 673-751. Montero P, Gimenez B, Parez-Mateos M, Gomez- Guillen MC. 2004. Oksidation stability of muscle with quercetin and rosemary during thermal and high-pressure gelation. Food Chemistry 93(1):17-23.
Munasinghe, D.M.S., T. Ohkubo, and T. Sakai.
2005. Th e lipid peroxidation induced changes of protein in refrigerated yellowtail minced meat. Fisheries Science 71: 462-264. Nahla TK. Farag HESM. 2005. Histamine and histamine producing bacteria in some local and imported fi sh and their public health signifi cance. Research Journal of Agriculture
and Biological Sciences 1(4): 329-336. National Toxicology Programme. 1992.
Toxicology and Carcinogenesis Studies of Quercetin in F344/N Rats . U.S.Departement of Health and Human Services, 171 p. Ndaw A, Zinedine A, Bouseta A. 2007.
Assessment of histamine formation during fermentation of sardine ( Sardina pilchardus ) with lactic acid bacteria. World Journal of Diary and Food Science 2(2): 42-48.
Nitta Y, Kikuzaki H, Ueno H. 2009. Inhibitory activity of Pimenta dioica extract and constituents on recombinant human
histidine decarboxylase. Food Chemistry 113(2): 445-449.
Pakawatchai C, Siripongvutikorn S,
Usawakesmanee W. 2009. Eff ect of herb and spice on the quality changes in minced salmon fl esh waste during chilled storage. Asian Journal Food Agriculture Industry 2(4): 481-492.
Rattanachaikunsopon P. Phumkhachron P. 2010. Content and antibacterial activity of fl avonoids extracted from leaves of Psidium guajava . Journal of Medicinal Plants Reseach 4(5): 393-396. Riviere C, Th i Hong VN, Pieters L, Dejaegher B, Heyden YV, Chau Van M, Quetin- Leclercq J. 2009. Polyphenols isolated from antiradical extracts of Mollatus metcalfi anus. Phytochemistry 70: 91-99. Sakai T, Munasinghe DMS, Kawahara S. 2009.
Eff ect of NaCl on protein oxidation in fronzen cod meat. Bulletin of the Faculty of Agriculture
University of Miyazaki 56: 115-118. Sanchez-Zapata E, Amensour M, Oliver R, Fuentes-Zaragoza E, Navarro C, Fernandez- Lopez J, Sendra E, Sayas E, Perez-Alvarez JA. 2011. Quality characteristics of dark muscle from yellowfi n tuna Th unnus albacores to its potential application in food industry. Food and Nutrition Sciences 2: 22-30.
Sandhar HK, Kumar B, Prasher S, Tiwari P,
Salhan M, Sharma P. 2011. A review of phytochemistry and pharmacology of fl avonoids. International Pharmaceutica Sciencia 1(1): 25-41.
Sannomiya M, Michelin DC, Rodrigues CM, Santos LC, Salgado HRN, Hiruma-Lima CA, Brito ARSM, Vilegas W. 2005. Byrsonima crassa Niedenzu (IK): antimicrobial activity and chemical study. Journal of Basic and Applied Pharmaceutical Science
26(1): 71-75.
Santas J, Almajano MP, Carbo R. 2010. Antimicrobial and antioxidant activity of crude onion ( Allium ceppa , L.) extract. International Journal of Food Science and Technology 45(2): 403-409.
Shiozaki K, Nakano T, Yamaguchi T, Sato M. 2003. Metabolism of exogenous histamine in rainbow trout ( Oncorhyncus mykiss ). Fish Physiology and Biochemistry 29(4): 289-295. Silva TM, Sabaini PS, Evangelista WP, Gloria MBA. 2010. Occurrence of histamine in brazilian fresh and canned tuna. Food Control 22(2): 323-327.
Stifel FB, Herman RH. 1971. Histidine metabolism. Th e American Journal of Clinical Nutrition 24: 207-217.
Th adani VM, Jansz ER, Peiris H. 2001.
Destruction of histamine by cooking ingredients an artifact of analysis. Journal of the National Science Foundation of Sri Lanka 29(3): 129-135.
Zarei M, Mollaie A, Eskandari MH, Pakfetrat S, Shekarforoush S. 2010. Histamine and heavy metals content of canned tuna fi sh. Global Veterinaria 5(5): 259-263.
Zenkevich IG, Eschchenko AY, Makarova SV, Vitenberg AG, Dobryakov YG, Utsal VA. 2007. Identification of the product of oxidation of quercetin by air oxygen at ambient temperature.
Molecules 12: 654-672. Ziaeian H, Moini S, Jamili S. 2008. Consequences of fronzen storange of amino acids and unsaturated fatty acid of tuna ( Thunmnus tonggol ) roe. Journal of Fisheries and Aquatic Science 3(6): 410-415.
|
2e0575fd-96c9-42a0-9827-b944b4c87a76 | https://journal.unpas.ac.id/index.php/infomatek/article/download/4622/2300 |
## INFOMATEK: Jurnal Informatika, Manajemen dan Teknologi
Volume 24 Nomor 1 Juni 2022
## ANALISA PENGARUH IKLAN TANPA LABEL HARGA PADA MEDIA SOSIAL MENGGUNAKAN ALGORITMA NAIVE BAYES
## Nani Purwati*
## Program Studi Sistem Informasi, Universitas Bina Sarana Informatika, Indonesia
Abstrak : Media sosial seperti Facebook, Instagram, Whatsapps sangat digemari oleh para pelaku bisnis untuk memasarkan produknya secara online. Berbagai macam metode dalam beriklan dilakukan oleh para pebisnis online, salah satunya adalah iklan tanpa label harga. Akan tetapi, iklan tanpa label harga ini sempat menuai pro dan kontra diantara calon pembeli karena pada sebagian calon pembeli merasa tidak nyaman. Sedangkan dari sisi penjual, hal ini merupakan trik pemasaran untuk meningkatkan penjualan produknya. Penelitian ini bertujuan menganalisa keputusan calon konsumen terhadap iklan tanpa label harga. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah algoritma klasifikasi data mining Algoritma Naive Bayes. Sedangkan, untuk metode penerapan data mining menggunakan metodologi Knowledge Discovery of Database (KDD). Adapun, sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil sebaran quisioner terhadap 203 responden pengguna media sosil aktif dengan atribut penelitian berdasarkan gender, attention, interest , search dan Action. Setelah melakukan tahapan proses KDD pada data mining menggunakan algoritma Naive Bayes diperoleh akurasi sebesar 97,6%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa iklan tanpa label harga pada media sosial dapat mempengaruhi keputusan pembelian.
Kata kunci: algoritma Naive Bayes, data mining, iklan, KDD
## I. PENDAHULUAN 1
Pada era modern yang serba memanfaatkan teknologi seperti sekarang ini, banyak pelaku usaha konvensional yang mulai bergeser ke era yang lebih modern melalui berbagai media sosial maupun marketplace dalam melalukan pemasaran produknya. Tidak hanya pelaku usaha besar saja yang memasarkan produknya via media sosial ataupun marketplace , tetapi para pelaku usaha kecil pun turut memanfaatkan media tersebut untuk meningkatkan jumlaj pembelian. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa
*) nani.npi@bsi.ac.id
Diterima: 28 Oktober 2021 Direvisi: 9 Mei 2022 Disetujui: 6 Juni 2022 DOI: 10.23969/infomatek.v24i1.4622
pemasaran online menggunakan media sosial terbukti efektif untuk meningkatkan jumlah pembelian. Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Ayuni et.al, 2019) menunjukan adanya pengaruh media sosial terhadap peningkatan penjualan produk kuliner kemasan, semakin tinggi penggunaan media sosial, semakin tinggi pula tingkat penjualan.
Sistem jual beli konvensional yang mengharuskan pembeli dan penjual
melakukan tatap muka, kini dapat dimediasi melalui media sosial. Hanya dengan menggunakan smartphone kita dapat membeli dan mendapatkan barang apapun yang kita inginkan. Berdasarkan hasil survei APJII dan Polling Indonesia pada tahun 2018
penggunaan internet di Indonesia meningkat 10,12% (Frieyadie et.al, 2020). Artinya, hal ini
memberikan peluang bagi para wirausaha untuk memasarkan produknya melalui media sosial atau secara online.
Media sosial seperti facebook, instagram, whatsaap, platform e-commerce dan lain-lain sangat digemari oleh para pelaku usaha untuk memasarkan produknya. Melalui media sosial, para pelaku usaha dapat menawarkan produknya dengan cara menggunggah gambar produk, video dan dapat diberi caption untuk menunjang proses pemasarannya. Berbagai teknik marketing dilakukan oleh para pelaku bisnis online, salah satunya teknik iklan tanpa mencantumkan label harga. Teknik iklan tanpa mencantumkan label harga ini, sering menjadi perdebatan antara konsumen dan penjual. Beberapa calon konsumen kurang nyaman dengan iklan tanpa label harga, dengan alasan merasa tidak transparan dalam menjual produknya. Dikhawatirkan terjadi perbedaan harga diantara pembeli yang satu dengan yang lain, karena sistem
pemberitahuan harga melalui inbox atau chat pribadi. Selain itu, beberapa calon konsumen merasa tidak nyaman ketika sudah mengetahui harga melalui chat pribadi, karena ternyata harga tidak cocok. Berbeda halnya jika harga sudah tertera pada iklan maka calon konsumen bisa menemutuskan sendiri apakah akan lanjut membeli atau tidak. Namun, dari sisi penjual hal ini merupakan teknik iklan yang mampu menarik para calon konsumen untuk bisa lebih interaktif secara pribadi melalui inbox , atau direct messege dan diharapkan lebih meningkatkan penjualannya.
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisa keputusan pembeli terhadap iklan tanpa label harga pada media sosial seperti facebook, instagram, dan whatsaap story. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan sebaran quisioner terhadap
pengguna aktif media social tersebut. Kemudian data diolah menggunakan data mining dengan teknik penerapan Konowledge Discovery in Database (KDD) dengan algoritma klasifikasi Naive Bayes. Peneliti memilih Algoritma Naive bayes karena berdasarkan beberapa penelitihan terdahulu, penggunaan algoritma naive bayes menunjukkan hasil akurasi yang lebih tinggi dibandingkan beberapa algoritma lain.
## II. METODOLOGI
## 2.1 Knowledge Discovery In Databases (KDD)
Knowledge Discovery in Database (KDD) is the method of extracting useful information from subordinate databases. Terdapat lima tahapan dalam KDD yaitu, data selection, processing, tranformation, data mining dan evaluation (Sabarmathi and Chinnaiyan, 2017).
## Gambar 1. Tahapan KDD
## 2.2 Naive Bayes
Menurut Bramer dalam (Purwati, 2018), Naive Bayes merupakan metode yang tidak memiliki aturan, Naive Bayes menggunakan cabang matematika yang dikenal dengan teori probabilitas untuk mencari peluang terbesar dari kemungkinan klasifikasi, dengan cara melihat frekuensi tiap klasifikasi pada data training. Naive Bayes merupakan metode klasifikasi populer dan masuk dalam sepuluh algoritma terbaik dalam data mining, algoritma
ini juga dikenal dengan nama Idiot’s Bayes, Simple Bayes, dan Independence Bayes.
## 2.3 Studi Literatur
Hasil percobaan menunjukkan bahwa algoritma Naive Bayes dan PSO sebagai fitur seleksi merupakan model terbaik diantara kedua model yang diusulkan dalam penelitian oleh (Ernawati et.al, 2020) yaitu sebesar 98,00%. Sedangkan (Hartini, et.al, 2020), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa model klasifikasi Naive Bayes dari faktor ALC dapat memberikan rekomendasi profil pelanggan yang paling berpengaruh, dengan tingkat akurasi tertinggi dengan nilai akurasi 65,87% jika dibandingkan dengan Decision Tree. Begitu juga, pada penelitian lain diperoleh akurasi Naiıve Bayes lebih tinggi dari K-NN yaitu Naive Bayes 89,04% dan K- NN 87,67% (Firasari et.al, 2020). Penelitian tentang sentimen analisis pada status facebook menggunakan Algoritma naive bayes, menunjukkan bahwa keakuratan dalam menganalisis keadaan sentimental pengguna Facebook dengan menggunakan Naive Bayes Classifier sangat tinggi (Troussas et.al, 2013). Penelitian yang sama tentang sentimen analisis dilakukan oleh (Dey et.al, 2016), dengan membandingkan dua algoritma yaitu algoritma K-NN classifier dan Naive bayes. Hasil dari penelitian (Dey et.al, 2016) menunjukkan bahwa algoritma Naive Bayes memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan algoritma K-NN. Hasil yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh (Rezaeian & Novikova, 2020), Klasifikasi Teks Persia menggunakan algoritma naive Bayes dan algoritma Support Vector Machine. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa dalam proses membandingkan algoritma tersebut, hasil terbaik ditunjukkan oleh algoritma Multinomial NB. Namun, pada penelitian lain diperoleh hasil perbandingan antara metode naive bayes dan C.45,
menunjukkan bahwa algoritma C 4.5
merupakan model terbaik untuk menangani kasus kelayakan Merchant dalam Program
Sponsorship (Normah et.al, 2020). Begitu juga pada penelitian yang dilakukan oleh (Purnamasari et.al, 2020) menunjukkan bahwa algoritma C.45 memiliki nilai akurasi lebih besar dibanding algoritma naive bayes.
## 2.4 Kerangka Pemikiran
Sumber data pada penelitian ini adalah berasal dari sebaran quisioner terhadap 200 pengguna aktif media sosial dengan berbagai gender. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, gender, attention, interest, search, dan action. Metode yang penulis gunakan dalam penerarapan data mining adalah Knowledge Discovery in Database, sedangkan algoritma yang digunakan untuk proses data mining serta untuk nalisa pengaruh iklan tanpa label harga adalah algoritma naive bayes. Berikut kerangka pemikiran dalam penelitian ini.
Gambar 2. Kerangka Pemikiran.
## III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Metode penerapan data mining pada penelitian ini menggunakn proses Knowledge discovery in database (KDD). Dimana pada proses Knowledge discovery in database (KDD) terdapat lima tahapan yang dilalui dalam penelitian.
## 3.1 Data Selection
Pada data selection membangun dataset dari hasil quisioner yang sudah disebar kepada responden. Hasil sebaran quisioner diperoleh sebanyak 200 responden dengan atribut quisioner antara lain gender, attention, interest, search, action. Atribut-atribut tersebut merupakan faktor yang sangat mempengaruhi pada keputusan pembelian. Sedangkan action digunakan untuk klasifikasi, dimana dalam hal ini bernilai “berpengaruh” atau “tidak berpengaruh”.
## 3.2 Data Preproccesing
Pada tahap data preproccesing dilakukan pembersihan dari data yang isinya tidak tepat dan salah atau data yang isinya tidak lengkap. Pada tahap ini diperoleh data sebanyak 198 record.
Tabel 1. Data Hasil Preproccesing No Gender Attention Interest Search Action 1 Laki-laki Sering Sering Jarang kadang 2 Perempuan Sering Jarang Kadang sering 3 Laki-laki Kadang Tidak Pernah Jarang Tidak pernah 4 Perempuan Kadang Sering Sering sering 5 Perempuan Sangat Sering Kadang Jarang jarang … … … … … … … … … … … … 198 Perempuan Sering Kadang sering kadang 3.3 Transformation
Pada tahap transformation, peneliti meningkatkan kehandalan data dengan cara mengubah dataset kedalam bentuk kategori
sehingga siap diolah menggunakan algoritma data mining. Selain mengolah kedalam bentuk kategori, pada tahap ini juga membagi dua bentuk dataset menjadi dua ketegori yaitu data training dan data testing. Proses pembagian data training dan data testing menggunakan teknik systematic random dengan perbandingan 80:20.
Tabel 2. Atribut Penelitian No. Atribut kategori 1. Gender Laki-laki perempuan 2. Attantion Tidak pernah Jarang Kadang Sering Sangat sering 3 Interest Tidak pernah Jarang Kadang Sering Sangat sering 4 Search Tidak pernah Jarang Kadang Sering Sangat sering 5 Action Tidak pernah Jarang Kadang Sering Sangat sering 6 Class Ya (berpengaruh) Tidak (tidak berpengaruh) 3.4 Pemodelan menggunakan Algoritma Naive Bayes Uji model yang terbentuk dengan menghubungkan data training kedalam algoritma naive bayes, lalu menghubungkan model ke dalam operator applay model. Kemudian untuk melihat hasil akurasi yang diperoleh, ditambahkan satu buah operator yang bernama performance. Begitu juga untuk
data testing dihubungkan ke dalam operator Applay model dan performace.
Gambar 3. Pemodelan Algoritma Naive Bayes
## 3.5 Evaluation
Berdasarkan eksperimen yang sudah dilakukan untuk analisa pengaruh iklan tanpa label harga diperoleh hasil akurasi sebesar 97,6%, dengan class precision 95.00% pada prediksi iya dan 100.00% pada prediksi tidak. Sedangkan class recall 100.00% pada true iya ( berpengaruh), dan 90.00% pada true tidak.
## Tabel 3. Hasil Akurasi Naive Bayes
## V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil uji coba menggunakan Algoritma Naive bayes dan menggunakan Metode KDD dalam penerapan data mining, dapat disimpulkan bahwa tedapat pengaruh terhadap keputusan pembelian pada iklan tanpa label harga. Hasil akurasi yang dieroleh sebesar 97,6% . Hal ini menunjukkan bahwa, trik pemasaran dengan tidak menyertakan label harga dapat meningkatkan penjualan produk. Dari percobaan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Algoritma Naive Bayes menunjukkan hasil akurasi klasigfikasi yang tinggi.
## DAFTAR PUSTAKA
Ayuni, Q., Cangara, H. And Arianto, A. (2019).
The Influence of Digital Media Use on Sales Level of Culinary Package Product Among Female Entrepreneur.
J. Penelit. Komun. Dan Opini Publik ,
23(2), doi: 10.33299/jpkop.23.2.2382.
Dey, L., Chakraborty, S., Biswas, A., Bose, B., Tiwari, S. (2016). Sentiment Analysis of
Review Datasets Using Naïve Bayes‘ and K-NN Classifier. International Journal of Information Engineering and Electronic Business 8 (4):54-62, doi: 10.5815/ijieeb.2016. 204.07
Ernawati, S., Wati, R., Nuris, N., Marita, L. S.
And Yulia, E. R. (2020). Comparison of Naïve Bayes Algorithm with Genetic Algorithm and Particle Swarm Optimization as Feature Selection for Sentiment Analysis Review of Digital Learning Application. J. Phys. Conf. Ser. , 1641, doi: 10.1088/1742- 6596/1641/1/012040.
Firasari, E., Khasanah, N., Khultsum, U.,
Kholifah, D. N., Komarudin, R. And Widyastuty, W. (2020). Comparation of K-Nearest Neighboor (K-NN) and Naive Bayes Algorithm for the Classification of the Poor in Recipients of Social Assistance. J. Phys. Conf. Ser. , vol. 1641, doi: 10.1088/1742- 6596/1641/1/012077.
Frieyadie, Sukmawati, A. H. And Nurajijah.
(2020). Combination of the SAW and TOPSIS Method for Determining the Best Marketplace Recommendations.
J. Phys. Conf. Ser. , vol. 1641, 012004, doi: 10.1088/1742-6596/1641/1/012004
Hartini, S., Gata, W., Kurniawan, S. Setiawan, H. And Novel, K. (2020). Cosmetics Customer Segmentation and Profile in
Indonesia Using Clustering and Classification Algorithm. J. Phys. Conf. Ser. , 1641, doi: 10.1088/1742-
6596/1641/1/012001.
Normah, Yulianti, I., Novianti, D., Winnarto, M.
N., Zumarniansyah, A. and Linawati, S.
(2020). Comparison of Classification
C4.5 Algorithms and Naïve Bayes Classifier in Determining Merchant Acceptance on Sponsorship Program,”
J. Phys. Conf. Ser. , 1641doi:
10.1088/1742-6596/1641/1/012006.
Purnamasari, I., Handayanna, F., Arisawati,
E., Dewi, L. S., Sihombing, E. G. and Rinawati. (2020). The Determination Analysis of Telecommunications Customers Potential Cross-Selling with Classification Naive Bayes and C4.5. J. Phys. Conf. Ser. , 1641, doi: 10.1088/1742-6596/1641/1/012010. Purwati, N. (2018). Deteksi Gizi Buruk Pada Balita Berdasarkan Indeks Antropometri Menggunakan Algoritma Naive Bayes. Bianglala Informatika ,
6(1), 2016 –2019, 2018.
Rezaeian N. and Novikova, G. (2020). Persian text classification using naive bayes algorithms and support vector machine algorithm. Indones. J. Electr. Eng. Informatics , 8(1): 178 –188, 2020, doi: 10.11591/ijeei.v8i1.1696.
Sabarmathi G. And Chinnaiyan, R. (2017).
Reliable Data Mining Tasks and Techniques for Industrial Applications.
IAETSD Journal For Advanced Research In Applied Sciences, 4(7),
138 –142.
Troussas, C., Virvou, M., Espinosa, K. J.,
Llaguno, K. And Caro, J. (2013). Sentiment analysis of Facebook statuses using Naive Bayes Classifier for language learning Sentiment analysis of Facebook statuses using
Naive Bayes classifier for language learning. Proceeding of International Conference on Information, Intellegence, System and Applications (IISA) , doi: 10.1109/IISA.2013. 6623713.
|
f513b510-3af0-4b51-bde2-8173144e5fbe | http://jurnal.stikes-aisyiyah-palembang.ac.id/index.php/Kep/article/download/877/615 |
## ANALISIS STATUS GIZI TEHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK PADA ANAK USIA PRASEKOLAH
## Suci Sulistyorini
Program Studi DIII Kebidanan, STIK Bina Husada Palembang chilodysuci@ymail.com
## ABSTRAK
Latar belakang: Status gizi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan motorik Anak. Anak dengan status gizi kurang akan mengalami perkembangan yang terhambat dan tidak optimal sesuai dengan tahapan usianya. Menurut data Riskesdas tahun 2018 status gizi pada anak usia 0-59 bulan di Kota Palembang dengan status gizi kurus 1,12%,kurus 6,64 %, normal 84,56%,dan gemuk 7,68%. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan status gizi terhadap perkembangan motorik anak usia prasekolah di TK “X” Palembang. Metode: Desain penelitian ini menggunakan metode survey analitik dengan rancangan penelitian Cross Sectional. Penelitian ini menggunakan data primer melalui lembar kuesioner dan checklist. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa TK “X” Palembang TA. 2019-2020 berjumlah 32 responden. Sampel penelitian adalah semua populasi. Tehnik Pengambilan sampel secara total sampling. Analisa yang digunakan univariat dan bivariat dengan uji Chi -Square. Penelitian dilakukan di TK “X” Palembang pada bulan Oktober – Desember 2019. Hasil: Berdasarkan analisa univariat didapatkan mayoritas perkembangan motorik anak normal sebanyak 78,1% lebih besar dari perkembangan motorik meragukan 21,9%. Status gizi normal 78,1%, kurus 12,5% dan gemuk 9,4%. Hasil uji statistik Chi-Square didapatkan hubungan status gizi terhadap perkembangan motorik anak usia prasekolah di TK “X” Palembang dengan p value 0,002. Saran: Diharapkan hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan orang tua dan para guru untuk memberikan stimulus sesuai perkembangan anak dan edukasi tentang nutrisi yang sehat untuk anak usia prasekolah.
Kata Kunci: Status gizi, perkembangan motorik, anak prasekolah
## ABSTRACT
Background: Nutritional status is one of the factors that can affect a children’s motor development. Children with poor nutritional status will experience stunted and un-optimal development according to their age stages. According to Riskesdas data in 2018 the nutritional status of children aged 0-59 months in Palembang City with thin nutritional status was 1.12%, thin was 6.64%, normal was 84.56% and overweight was 7.68%. Aim: To determine the relationship between nutritional status and motor development of preschool age children in kindergarten “X” Palembang. Method: The design of this study used an analytical survey method with a cross-sectional research design. This study used primary data through questionnaire sheets and checklists. The population in this study was all students of kindergarten “X” Palembang in academic year 2019-2020 were 32 respondents. The study sample was all populations. Sampling collecting technique was by total sampling. The analysis used univariate and bivariate with Chi-square test. The study was conducted in Kindergarten “X” Palembang on October - December 2019. Results: Based on univariate analysis was obtained the majority of normal motor development in children was 78.1% greater than the doubtful motor development was 21.9%. Normal nutritional status was 78.1%, thin was 12.5% and overweight was 9.4%. Chi-Square statistical test results obtained the relationship of nutritional status on motor development of preschool age children in Kindergarten “X” Palembang with p value 0.002. Suggestion: It is hoped this research can improve the knowledge of parents and teachers to provide appropriate stimulus child development and education about healthy nutrition for preschoolers.
Keywords: Nutritional status, motor development, preschool children
## PENDAHULUAN
Masa anak dibawah lima tahun merupakan periode penting dalam perkembang anak karena pertumbuhan dan perkembangan pada masa balita akan memengaruhi dan menentukan setiap perkembangan anak selanjutnya (Gunawan, 2011). Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh gizi, status kesehatan, dan perlakuan gerak yang sesuai dengan masa perkembangannya. Jadi secara anatomis, perkembangan akan terjadi pada struktur tubuh individu yang berubah secara proporsional seiring dengan bertambahnya usia seseorang. Status gizi yang kurang akan menghambat laju perkembangan yang dialami individu, akibatnya proporsi struktur tubuh menjadi tidak sesuai dengan usianya yang pada akhirnya semua itu akan berimplikasi pada perkembangan aspek lain (Sari, 2012; Fauziah, Mariana, & Saputra, 2020).
Faktor makanan merupakan faktor langsung yang mempengaruhi status gizi. Faktor makanan ini berupa pola makan yang dapat dinilai dari jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi, serta cara pemberian makan (Kemenkes, 2012). Menurut data Riskesdas tahun 2018 status gizi pada anak usia 0-59 bulan di Kota Palembang de ngan status gizi kurus 1,12%,kurus 6,64 %, normal 84,56%, dan gemuk 7,68%.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang di lakukan di TK “X” Palembang dengan hasil wawancara dan observasi peneliti dapatkan yaitu 2 orang anak mengalami status gizi kurus, 5 anak mengalami status gizi normal, dan 2 orang anak mengalami status gizi gemuk.
Hasil penelitian Trisnawati (2013) menunjukkan hasil bahwa gizi seimbang yang terpenuhi sebanyak 61,5%, sedangkan gizi tidak terpenuhi sebanyak 38,5%. Perkembangan baik sebanyak 46,2%, sedangkan perkembangan tidak baik sebanyak 53,8%. Hasil analisa data uji chi- square dengan alpha 5%, dan p value = 0,000. Jadi pemenuhan gizi seimbang mempunyai hubungan amat sangat bermakna terhadap perkembangan anak usia 4-5 tahun. Hasil penelitian pada anak usia 5-6 tahun menunjukkan bahwa gizi seimbang yang terpenuhi sebanyak 56,7%, sedangkan gizi tidak terpenuhi sebanyak 43,3%. Perkembangan sebanyak 50,0%, sedangkan perkembangan tidak baik sebanyak 50,0%. Hasil analisa data uji chi- square dengan alpha 5%, dan p value =0,019. Jadi pemenuhan gizi seimbang anak usia 5-6 tahun mempunyai hubungan yang bermakna terhadap perkembangan.
Hasil penelitian Rezky, dkk (2017) tentang “Hubungan status gizi dengan perkembangan motorik kasar anak usia prasekolah di Wilayah Kerja Posyandu Kalisongo Kecamatan Dau” didapatkan
hasil status gizi anak sebagian besar 58,1% anak usia prasekolah memiliki status gizi baik dan perkembangan motorik kasar anak sebagian besar 60% anak usia prasekolah memiliki perkembangan motorik kasar sesuai dengan tahapan perkembangan. Berdasarkan hasil uji kolerasi spearman rank didapatkan bahwa ada hubungan status gizi dengan perkembangan motorik kasar anak usia prasekolah di Posyandu Kalisonggo kecamatan Dau.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Status Gizi terhadap Perkembangan Motorik Anak Usia Prasekolah di TK “X” di Palembang”.
## METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain survey analitik dengan pendekatan Cross Sectional .
Penelitian dilakukan di TK “X” Palembang pada bulan Oktober – Desember 2019.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa TK “X” Palembang TA.
2019-2020 berjumlah 32 responden.
Sampel adalah total populasi. Tehnik Pengambilan sampel secara total sampling . Instrumen pengumpulan data berupa data primer. Data primer diperoleh secara langsung dari anak dengan metode wawancara dengan menggunakan lembar check list KPSP, pemeriksaan TB, dan BB.
Metode pengumpulan data dengan wawancara dan pengisian check list, dilanjutkan dengan pengolahan data dengan menggunakan software komputer dengan tahapan pengecekkan data, pemberian kode data, pemrosesan data, pembersihan data dan keluaran hasil data. Analisa yang digunakan univariat dan bivariat dengan uji Chi –Square .
## HASIL PENELITIAN
## Perkembangan Motorik dan Status Gizi
Hasil penelitian ini menunjukkan distribusi frekuensi dan persentase dari variabel dependen yaitu perkembangan motorik dan variabel independen yaitu status gizi.
## Tabel 1
## Distribusi Frekuensi Status Gizi dan Perkembangan Motorik Anak Usia Prasekolah
Variable Frekuensi ( f ) Persentase (%) Perkembangan motorik - Normal - Meragukan 25 7 78,1 21,9 Status gizi - Normal - Kurus - Gemuk 25 4 3 78,1 12,5 9,4
Tabel 1 menunjukkan hasil bahwa perkembangan motorik anak normal sebesar 78,1% lebih besar dari perkembangan motorik meragukan sebesar 21,9%. Status gizi normal sebesar 78,1% lebih besar dari status gizi kurus 12,5% dan status gizi gemuk sebesar 9,4%.
Hubungan Status Gizi Terhadap Perkembangan Motorik Anak Usia
## Prasekolah
Uji statistik chi square status gizi terhadap perkembangan motorik anak usia pra sekolah di TK “X” di Palembang dapat dilihat pada tabel 2.
## Tabel 2
## Hubungan Status Gizi terhadap Perkembangan Motorik Anak Usia Prasekolah
di TK Kemala “X” Palembang No Status Gizi Perkembangan Motorik Jumlah P value Normal Meragukan n % n % n % 1 Normal 23 92 2 8 25 100 0,002 2 Kurus 1 25 3 75 4 100 3 Gemuk 1 33,3 2 66,7 3 100 Total 25 78,1 7 21,9 32 100
Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 25 responden perkembangan motorik normal sebanyak 23 (92%) dengan status gizi normal dan sebanyak 1 (25%) dengan status gizi kurus dan sebanyak 1 (33,3%) dengan status gizi gemuk. Dari hasil uji statistic chi square diperoleh nilai p value = 0,002 lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan status gizi terhadap perkembangan motorik anak usia pra sekolah di TK “X” Palembang.
## PEMBAHASAN
Hubungan
Status Gizi terhadap Perkembangan Motorik Anak Usia Prasekolah
Hasil penelitan menunjukkan bahwa dari 25 responden perkembangan motorik normal sebanyak 23 (92%) dengan
status gizi normal dan sebanyak 1 (25%) dengan status gizi kurus dan sebanyak 1 (33,3%) dengan status gizi gemuk.
Berdasarkan dari hasil uji statistic chi square diperoleh nilai p value = 0,002 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan status gizi terhadap perkembangan motorik anak usia prasekolah di TK “X” Palembang.
Status gizi berhubungan signifikan dengan perkembangan motorik anak usia prasekolah. Status gizi yang kurang, berpotensi untuk terjadi perkembangan yang tidak sesuai dengan usia. Hal ini menjelaskan bahwa anak yang mengalami kekurangan makanan bergizi akan menyebabkan anak lemah dan tidak aktif sehingga terjadi retardasi pertumbuhan dan perkembangan anak. Sebaliknya, anak
yang mengalami kelebihan makanan bergizi akan menyebabkan obesitas yang menyebabkan anak tersebut cenderung tidak aktif, dan akhirnya akan mengganggu tumbuh kembangnya (Depkes, 2010).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Humaira dkk (2014 tentang “Hubungan status gizi dengan perkembangan psikomotorik balita di Wilayah Kerja Puskesmas Lapai Padang Tahun 2014”, menunjukkan hasil ada hubungan status gizi dengan perkembangan psikomotorik balita di Wilayah Kerja Puskesmas Lapai Padang Tahun 2014 dengan p value 0,002.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Rezky, dkk (2017) tentang “Hubungan status gizi dengan perkembangan motorik kasar anak usia prasekolah di Wilayah Kerja Posyandu Kalisongo Kecamatan Dau” didapatkan hasil ada hubungan status gizi dengan perkembangan motorik kasar anak usia prasekolah di Wilayah Kerja Posyandu Kalisongo Kecamatan Dau dengan p value 0,000.
Peneliti berasumsi bahwa status gizi anak sangat berhubungan erat dengan perkembangan motorik anak usia
prasekolah, karena dipengaruhi oleh beberapa hal seperti stimulasi perkembangan dan pemenuhan nutrisi. Hal ini berhubungan dengan status gizi seperti contoh pemberian nutrisi yang kurang tepat untuk anak. Anak dengan usia prasekolah sangat rentan terhadap kekurangan gizi karena nutrisi yang dikonsumsi kurang tepat misalnya makanan cepat saji yang lebih disukai anak-anak dibanding sayuran dan buah-buahan.
## KESIMPULAN DAN SARAN
## Kesimpulan
1. Status gizi normal 25 (78,1%), kurus 4 (12,5%), dan Gemuk 3 (9,4%). Perkembangan motorik normal 25 (78,1%), Meragukan 7 (21,9%).
2. Ada hubungan status gizi terhadap perkembangan motorik anak usia prasekolah di TK Kemala dengan P Value 0,002.
## Saran
Diharapkan hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan orang tua dan para guru untuk memberikan stimulus sesuai perkembangan anak dan edukasi tentang nutrisi yang sehat untuk anak usia prasekolah.
## DAFTAR PUSTAKA
Adriana , Dian. 2011. Tumbuh Kembang & Terapi Bermain pada Anak . Jakarta,. Salemba Medika.
Cahyaningsih, D. 2011. Pertumbuhan perkembangan anak dan remaja. Jakarta : Trans Info Media.
Departemen Kesehatan dan Departemen Sosial. 2010. Gizi Seimbang Menuju Hidup sehat Bagi Balita . Jakarta: Depkes dan Depsos.
Fauziah, NA. Mariana, D. & Saputra, MAS. 2020. Hubungan Pendapatan Pengasuh Dengan Kualitas Interaksi Pengasuh dan Anak Stunting Usia 6-23 Bulan . Jurnal' Aisyiyah Medika. Vol 5, No 1, Hal 43-53.
Gunawan, SG. 2011. Farmakologi dan Terapi Edisi Ke-5 . Jakarta : Universitas Indonesia.
Humaira, dkk. 2016. Hubungan Status Gizi Dengan Perkembangan Psikomotorik Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Lapai Padang Tahun 2014 . Jurnal unand.ac.id Vol 5 No 2 Tahun 2016.
Kementerian Kesehatan. 2012. Kerangka Kebijakan Gerakan Sadar Gizi Dalam Rangka 1000 HPK . Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Lindawati. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Perkembangan Motorik Anak Usia PraSekolah. Jurnal Health Quality.4(1):1-76.
Rezky, dkk. 2017. Hubungan Status Gizi Dengan Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Prasekolah Di Wilayah Kerja Posyandu Kalisongo Kecamatan Dau . Nursing News Vol 2, No 3, 2017.
Riskesdas. 2018. Laporan Provinsi Sumatera Selatan Riskesdas 2018. Balitbangkes 2019.
Sari. W. D. 2012. Hubungan Antara Status Gizi Dengan Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 1–5 Tahun Di Posyandu Buah Hati Ketelan Banjarsari Surakarta . Jurnal Kesehatan.5(2):157-164.
Trisnawati, Eka. 2013. Hubungan Pemenuhan Gizi Seimbang dengan Perkembangan Personal Sosial Anak Usia Prasekolah di Taman Kanak-kanak Dharma Wanita Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember . https://www.unej.ac.id .
|
ce3d694c-a72b-4e27-9729-d505d0b2e284 | https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/jphi/article/download/13550/6842 | Program Magister Hukum, Fakultas Hukum Volume 4, Nomor 1, Tahun 2022, halaman 34-48
## Research Article
Analisis Yuridis Kebijakan Pemerintah Dalam Membangkitkan Ekonomi Nasional Dampak Covid-19
Salma Nur Hanifah 1* , Darminto Hartono Paulus 2 1 Program Magister Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro 2 Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro
* Nursalma481@gmail.com
## ABSTRACT
The global Covid-19 outbreak has had various impacts on the condition of the country and society. Health and economic problems are the main factors that need to be addressed quickly. This article aims to examine the role of the government and the Financial Services Authority as the regulator of the financial sector in Indonesia in handling this epidemic, especially in the aspect of revitalizing the national economy. This study uses a normative juridical approach which uses secondary data with descriptive analytical and qualitative research specifications. Based on the literature review, this article concludes that the Financial Services Authority has issued various regulations in terms of preventing the decline in national economic stability and the role of the government from the legal aspect which has issued policies regarding financial system stability to health regulations to suppress the chain of epidemic transmission.
Keywords: Legal protection; National Economy; Pandemic Covid-19.
## ABSTRAK
Wabah Covid-19 yang mendunia ini telah memberi berbagai dampak pada kondisi negara dan masyarakat. Masalah kesehatan dan perekonomian merupakan faktor utama yang perlu diatasi dengan cepat. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji peran pemerintah serta Otoritas Jasa Keuangan sebagai regulator bidang keuangan di Indonesia dalam penanganan wabah ini terutama dalama aspek membangkitkan ekonomi nasional. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normative yang mana menggunakan data sekunder dengan spesifikasi penelitian deskriptif analitis dan bersifat kualitatif. Berdasarkan kajian studi pustaka, artikel ini berkesimpulan bahwa Otoritas Jasa Keuangan telah mengeluarkan berbagai peraturan dalam hal tindakan pencegahan penurunan stabilitas perekonomian nasional serta peran pemerintah dari aspek hukum yang telah mengeluarkan kebijakan mengenai stabilitas sistem keuangan hingga peraturan kesehatan guna menekan rantai penularan wabah.
Kata Kunci: Perlindungan Hukum; Perekonomian Nasional; Pandemi Covid-19.
## A. PENDAHULUAN
Berdasarkan Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang –
Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan menegaskan bahwasanya bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
Program Magister Hukum, Fakultas Hukum Volume 4, Nomor 1, Tahun 2022, halaman 34-48
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat. Sehingga apabila disimpulkan dari penjelasan diatas maka bank memiliki peran sebagai perantara antara pihak yang memiliki kelebihan dana dan antara pihak yang membutuhkan dana atau biasa disebut sebagai lembaga intermediasi (Suryaputra, Bandi, & Setiawan, 2017). Tidak hanya sebagai perantara, dalam memberi kemudahan bagi masyarakat perihal transaksi keuangan, diberikan pula pelayanan jasa perbankan supaya dalam bertransaksi keuangan di masyarakat menjadi efisien.
Pada mulanya perbankan di Indonesia dalam menjalankan segala aktivitasnya dibawah pengawasan Bank Indonesia (BI) yang mana bertindak sebagai bank sentral. Tujuan Bank Indonesia sebagaimana tercantum dalam Undang – Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia yakni terkait kestabilan nilai Rupiah terhadap harga – harga barang dan jasa yang tercermin dari perkembangan laju inflasi serta mengenai kestabilan nilai tukar Rupiah yang terdapat mata uang negara lain. Sehingga pada saat itu Bank Indonesia dalam melakukan pengawasan dan pengaturan yang secara universal ini bersifat macroprudential dan microprudential (Chandra, 2015). Namun, pada 22 November 2011 disahkan Undang – Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan yang mana dengan ini fungsi
pengawasan perbankan yang dilakukan oleh Bank Indonesia beralih kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dalam hal pengalihan ini secara yuridis pengawasan macroprudential tetaplah menjadi kewenangan Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan membantu Bank Indonesia dalam melakukan himbauan moral kepada Perbankan (Pikahuan, 2020).
Pola perbankan yang stabil dan sehat terlihat dari bagaimana perkembangan ekonomi didalam suatu negara yang mana sangatlah penting dalam hal mewujudkan kesejahteraan bangsa dan dibutuhkan pula dalam menciptakan lapangan perkerjaan bagi masyarakat. Sehingga aktivitas pola perbankan ini merupakan peran penting yang menjadi penompang pola perekonomian di Indonesia. Pemerintahpun ikut serta berperan dalam mempertahankan stabilitas perekonomian (Utomo, & Setiaji, 2012).
Apabila melihat situasi dan kondisi saat ini, hampir seluruh negara di dunia termasuk salah satunya Indonesia sedang mengalami kondisi pandemi Covid-19 (Coronavirus Disease 2019). Covid-19 merupakan penyakit menular yang dapat menyebabkan penderitanya mengalami penyakit pernapasan hingga dapat berpengaruh pada fungsi kesehatan organ tubuh lainnya. Selain itu, covid-19 ini juga memberi dampak salah satunya pada perkembangan ekonomi dunia dalam bidang industri jasa keuangan (Ningsih, & Mahfudz, 2020).
Berdasarkan Surat Himbauan Sekjen Kemenkes Nomor: PK.02.01/B.VI/893/2020
Program Magister Hukum, Fakultas Hukum Volume 4, Nomor 1, Tahun 2022, halaman 34-48
menyatakan bahwasanya Covid-19 merupakan wabah penyakit yang menyerang saluran pernafasan dimana diakibatkan oleh penyebaran virus melalui droplet, sebagaimana pengertian wabah berdasarkan Pasal 1 huruf a Undang – Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular yakni insiden berjangkitnya suatu penyakit menular di masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada kondisi yang lazim di waktu serta kawasan tertentu dan bisa memunculkan bencana.
Apabila melihat pandemi Covid-19 saat ini yang hampir merata di seluruh dunia terbukti sangat berdampak terutama dalam sektor perekonomian. Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka permasalahan yang dikemukakan pada artikel ini adalah sebagai berikut: 1. Apa sajakah yang menjadi dasar pengaturan dari upaya pencegahan krisis sistem perkonomian Indonesia akibat dampak pandemi Covid-19?; 2. Bagaimanakah kebijakan pemerintah dalam membangkitkan ekonomi masyarakat akibat dampak pandemi Covid-19?
Beberapa artikel sebelumnya menunjukkan bahwa penyebaran Covid-19 secara global ternyata sangat berpengaruh pada ekonomi masyarakat terutama sektor usaha atau UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah). Upaya pemerintah untuk menekan penyebaran Covid-19 di Indonesia dilakukan dengan berbagai cara yakni diantaranya kebijakan physical distancing, kewajiban memakai masker, penelurusan kontak
dari masyarakat yang telah dinyatakan positif Covid-19, hingga membatasi segala kegiatan diluar rumah. Adanya kebijakan tersebut di Indonesia menyebabkan terjadinya penurunan produksi hingga daya beli masyarakat sehingga menyebabkan sektor usaha yang mempunyai pinjaman di Bank mengalami kendala untuk melunasinya (Bidari, Simangunsong, & Siska, 2020). Kini aktivitas sektor usaha ikut serta dibatasi dari pengurangan jam operasional hingga banyaknya terjadi pemutusan hubungan kerja sehingga usaha yang dijalani mengalami penurunan pendapatan hingga kerugian dalam jumlah besar. Pola kehidupan seperti ini juga menganjurkan masyarakat untuk melakukan segala kegiatan di rumah dari bekerja hingga sekolahpun dari rumah. Artikel lain yang ditulis oleh Ilhami dan Husni Thamrin mengatakan bahwa permasalahan perbankan akibat dampak pandemi Covid-19 dapat terjadi karena sektor perbankan merupakan lembaga intermediasi atau perantara yang mendukung kebutuhan dana investasi bagi dunia usaha. Artikel tersebut terfokus pada pembahasan mengenai perbankan syariah di Indonesia yang sebenarnya masih mampu bertahan ditengah masa pandemi hanya saja untuk kedepannya apabila pandemi masih seperti ini perlu adanya penanganan salah satunya dengan melakukan pembiayaan Financing to Deposit Ratio (FDR) di sektor baru yang berkaitan langsung dengan wabah pandemi covid-19 (Ilhami, & Thamrin, 2021). Financing to Deposit Ratio adalah ukuran likuiditas yang
Program Magister Hukum, Fakultas Hukum Volume 4, Nomor 1, Tahun 2022, halaman 34-48
mengukur besarnya dana ditempatkan dalam bentuk pinjaman yang berasal dari dana yang telah dikumpulkan bank. Pada tahun 2021 juga terdapat publikasi hasil penelitian yang berfokus pada kebijakan tanggung jawab perusahaan sebagai investasi sosial dalam pengembangan masyarakat selama Pandemi Covid-19 (Sudirman, & Disemadi, 2021).
Selain itu, tantangan sosial ekonomi, kesehatan, dan perawatan kesehatan nasional sebagai dampak pandemic Covid-19 juga telah dikaji, dengan fokus pada populasi yang termasuk dalam strata sosial ekonomi rendah (Gopalan, & Misra, 2020). Pada artikel lainnya juga menunjukkan bahwa bank yang akan lebih terkena dampak pandemi jika dibandingkan dengan korporasi serta lembaga non bank lainnya. Artikel tersebut menyebutkan beberapa langkah kebijakan seperti dukungan likuiditas, bantuan peminjam, dan pelonggaran moneter mengurangi dampak merugikan bagi beberapa bank, namun tidak berlaku untuk semua bank. Sebagai contoh bila langkah bantuan peminjam bisa saja memperburuk tekanan bagi bank yang beroperasi di negara dengan ruang fiskal yang kecil, sehingga kerentanan ini perlu dipantau secara hati – hati sebab pandemi terus berdampak pada ekonomi dunia (Demirgüç-Kunt, Pedraza, & Ortega, 2020).
Kebaharuan pada artikel ini akan membahas mengenai upaya peran pemerintah terutama Otoritas Jasa Keuangan sebagai regulator bidang perbankan Indonesia dalam
mencegah terjadinya krisis ekonomi yang dapat menimpa masyarakat Indonesia ditengah pandemic Covid-19.
## B. METODE PENELITIAN
Artikel ini menggunakan metode pendekatan penelitian yuridis normatif yaitu penelitian hukum yang bersandar pada bahan pustaka atau data sekunder. Pada metode pendekatan tersebut akan didapatkan informasi dari bermacam bidang yang berhubungan dengan penelitian (Marzuki, 2013). Spesifikasi penelitian yang digunakan adalah spesifikasi penelitian deskriptif analitis. Deskriptif analitis yaitu metode penelitian yang digunakan untuk melukiskan sesuatu permasalahan di daerah tertentu atau pada saat tertentu yang menjalankan deskripsi pada hasil penelitian dengan data yang selengkap serta sedetail mungkin (Fajar, & Yulianto, 2017) dan berusaha mengungkap fakta selengkap – lengkapnya dan apa adanya (Suteki, & Taufani, 2018). Teknik pengumpulan data dalam artikel ini menggunakan studi kepustakaan (library research) yakni dengan mempelajari sejumlah peraturan, buku serta literatur lain yang berhubungan dengan penelitian. Metode analisis data dijalankan dengan mengumpulkan data melalui telaah bahan kepustakaan ataupun data sekunder yang mencakup bahan hukum primer, sekunder serta bahan hukum tersier, baik sejumlah dokumen maupun peraturan perundang – undangan yang berlaku.
Program Magister Hukum, Fakultas Hukum Volume 4, Nomor 1, Tahun 2022, halaman 34-48
## C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Dasar Pengaturan Pencegahan Krisis Sistem Perekonomian Indonesia Dampak Pandemi Covid-19
Lembaga pengawasan keuangan perbankan dan non perbankan di Indonesia, yaitu Otoritas Jasa Keuangan. Pada Pasal 4 Undang – Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan disebutkan bahwa Otoritas Jasa Keuangan dibentuk dengan tujuan supaya seluruh aktivitas pada sektor jasa keuangan dapat berjalan secara teratur, adil, transparan, serta akuntabel. Selain itu bertujuan supaya mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil serta mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.
Fungsi dibentuknya Otoritas Jasa Keuangan tercantum pada Pasal 5 Undang – Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan yang mana berfungsi menjalankan sistem pengaturan serta pengawasan yang terintegrasi atas seluruh kegiatan didalam sektor jasa keuangan. Selain mempunyai wewenang dalam pengaturan serta pengawasan lembaga keuangan yang mana utamanya adalah perbankan di Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan sebagai lembaga independen juga memiliki kewenangan penyidikan dimana ini juga merupakan hal baru (Murdadi, 2012). Kegiatan sektor jasa keuangan sebagaimana yang diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan diantaranya terdiri dari sektor
perbankan, sektor pasar modal, sektor perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya.
Apabila dilihat dari segi kelembagaan, Otoritas Jasa Keuangan ada di luar Pemerintah, yang mana ini dimaksud Otoritas Jasa Keuangan tak menjadi bagian dari kekuasaan pemerintah. Hal tersebut tak menutup kemungkinan apabila ada sejumlah unsur perwakilan Pemerintah sebab pada dasarnya Otoritas Jasa Keuangan ialah sektor jasa keuangan yang mempunyai relasi serta berhubungan yang kuat dengan otoritas lain, yang mana sebagaimana dimaksud adalah otoritas fiskal dan moneter. Oleh sebab itu, untuk dapat menimbulkan koordinasi serta harmonisasi kebijakan yang baik maka Otoritas Jasa Keuangan haruslah menjadi bagian dari sistem penyelenggaraan urusan pemerintahan yang berhubungan secara baik dengan lembaga negara serta pemerintahan lainnya guna mencapai tujuan serta cita–cita kemerdekaan Indonesia (Maulidiana, 2014).
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka mengenai penanganan pencegahan krisis perekonomian Indonesia akibat dampak pandemi covid-19 yang mana dilaksanakan pemerintah dibantu pula oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagaimana merupakan regulator sektor jasa keuangan di Indonesia.
Berdasarkan Surat Pers (SP 31/DHMS/OJK/IV/2020) Otoritas Jasa Keuangan mengeluarkan aturan terkait penanganan dampak
Program Magister Hukum, Fakultas Hukum Volume 4, Nomor 1, Tahun 2022, halaman 34-48
covid-19. Sebagaimana hal ini merupakan bentuk tindak lanjut kewenangan OJK pada implementasi Peraturan Pemerintah Pengganti Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2020 Tentang Kebijakan Keuangan Negara Dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)/ Atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman Yang Membahayakan Perekonomian Nasional Dan/Atau Stabilitas Sistem Keuangan. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tersebut diantaranya, yaitu:
1. POJK Nomor 48/POJK.03/2020 Tentang Perubahan Atas Peraturan Otortias Jasa Keuangan Nomor 11/POJK.03/2020 tentang
Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019. POJK ini sebagaimana tercantum pada Pasal 2 ayat (2) memberi pengaturan terkait relaksasi terhadap restrukturisasi kredit kepada debitur akibat dampak penyebaran Covid-19 baik perorangan, UMKM, maupun korporasi (Albanjari, & Kurniawan, 2020). Salah satu bentuk bantuan pemerintah terhadap UMKM antara lain sektor pariwisata, pertanian, perhotelan, perdagangan dan sebagainya. Pada restrukturisasi kredit, tiap bank ataupun perusahaan pembiayaan akan mencari jalan terbaik untuk debitur dengan memperhatikan besarnya dampak covid-19 atas usaha debitur, kemampuan membayar debitur, serta kemampuan tiap bank ataupun
perusahaan pembiayaan. Mengenai kriteria debitur yang memperoleh perlakuan khusus atau restrukturisasi kredit ataupu pembiayaan tercantum pada Pasal 2 ayat (1), Pasal 5, serta pada Pasal 6 beserta penejelasan sejumlah pasal dalam POJK ini. Skema restrukturisasi diberikan ke tiap bank menurut kebutuhan debitur serta kemampuan bank dengan tetap memperhatikan prinsip kehati– hatian. Penerapan prinsip kehati – hatian ini wajib diterapkan atau dilaksanakan oleh bank dalam menjalankan kegiatan usahanya tidak hanya dalam pemberian kredit (Hakim, & Oktaria, 2018). Adapun di POJK Perubahan atas POJK Stimulus COVID-19 tersebut ada tambahan pengaturan guna memastikan implementasi manajemen risiko serta prinsip kehati-hatian untuk bank saat mengimplementasikan kebijakan tersebut, dan kebijakan terkait dengan permodalan serta likuditas bank.
2. POJK Nomor 34/POJK.03/2020 tentang Kebijakan Bagi Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Sebagai Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019.
Berdasarkan Pasal 2 ayat (2) POJK Nomor 34/POJK.03/2020 bahwa Kebijakan bagi Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) sebagai dampak penyebaran Coronavirus Disease 2019 ditujukan untuk mendorong kinerja industri BPR dan BPRS agar tetap
Program Magister Hukum, Fakultas Hukum Volume 4, Nomor 1, Tahun 2022, halaman 34-48
mendukung pertumbuhan industri BPR dan BPRS, yaitu melalui pemberian kebijakan terhadap pembentukan penyisihan penghapusan aset produktif, perhitungan nilai agunan yang diambil alih sebagai faktor pengurang modal inti dalam perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum, perhitungan penyediaan dana dalam bentuk penempatan dana antar bank, dan/atau penyediaan dana pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia.
3. POJK Nomor 14/POJK.05/2020 Tentang Kebijakan Countercyclical
Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019 Bagi Lembaga Jasa Keuangan Nonbank.
Berdasarkan Pasal 2 POJK Nomor 14/POJK.05/2020 yang diperoleh Bisnis, otoritas mengatur kebijakan untuk berbagai sektor Lembaga Keuangan Nonbank yang selanjutnya disebut LJKNB yang meliputi perusahaan perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya. Adapun, lembaga jasa keuangan lainnya tersebut mencakup perusahaan pergadaian, lembaga penjamin, lembaga pembiayaan ekspor Indonesia, perusahaan pembiayaan sekunder perumahan, badan penyelenggara jaminan sosial (BPJS), dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero). Otoritas mengatur bahwa Kebijakan Countercyclical tersebut meliputi sejumlah hal dimana tercantum pada Pasal 3 POJK Nomor 14/POJK.05/2020 yakni batas
waktu penyampaian laporan berkala, pelaksanaan penilaian kemampuan dan kepatutan, penetapan kualitas aset berupa pembiayaan dan restrukturisasi pembiayaan, serta perhitungan tingkat solvabilitas asuransi. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11/POJK.03/2020 mengenai
Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercyclical
Dampak Penyebaran
## Coronavirus Disease 2019 bagi Lembaga
Bank serta Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 14 /POJK.05/2020 mengenai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019 Bagi Lembaga Jasa Keuangan Nonbank. Dimana kebijakan mengenai restruturisasi kredit dalam kedua regulasi tersebut menimbulkan perbedaan dalam pelaksanaan di Lembaga Bank dan Lembaga Non Bank dikarenakan terdapat turunan dalam POJK tersebut yakni peraturan pelaksanaan yang berkaitan dengan biaya administrasi yang ditetapkan kreditur setelah diterimanya permohonan restrukturisasi kredit terhadap debitur (Sakinah, & Suherman, 2021).
4. POJK Nomor 15/POJK.04/2020 Tentang Rencana Dan Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan Terbuka.
POJK ini merupakan salah satu tindak lanjut kewenangan Otoritas Jasa Keuangan dalam pelaksanaan Perppu Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan
Untuk
Program Magister Hukum, Fakultas Hukum Volume 4, Nomor 1, Tahun 2022, halaman 34-48
Penanganan Pandemi Covid-19 dan merupakan perubahan dari Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 32/POJK.04/2014. Berdasarkan isi Salinan POJK ini dikeluarkan untuk meningkatkan partisipasi pemegang saham dalam rapat umum pemegang saham maka perlu dilakukan peningkatan efisiensi dan efektifitas pelaksanaan rapat umum pemegang saham. Didalam forum Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), pemegang saham mempunyai hak suara perihal pengambilan keputusan serta memperoleh keterangan yang berkaitan tentang perusahaan sepanjang berhubungan dengan mata acara rapat dan tidak bertentangan dengan kepentingan Perseroan. Dengan memanfaatkan kemajuan teknologi mengenai mekanisme penyelenggaraan RUPS secara elektronik akan ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan yang mana selanjutnya disebut e- RUPS yang mana dalam hal ini diharapkan akan tetap meningkatkan kepercayaan pemegang saham mengenai keberlangsungan Perusahaan Terbuka.
5. POJK Nomor 16/POJK.04/2020 Tentang Pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan Terbuka Secara Elektronik. POJK ini mengatur mengenai proses pengambilan keputusan bisnis korporasi yang cepat serta tepat dalam penyelenggaraan RUPS Perusahaan Terbuka melalui telekonferensi, video konferensi, atau sarana media elektronik lainnya. Hal ini diharapkan
RUPS dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Peraturan ini sebelumnya merupakan solusi dari permasalahan yang mana menjadi perhatian Pemerintah yang tertuang dalam Perppu Nomor 1 Tahun 2020 untuk menghadapi ancaman yang membahayakan perekonomian nasional.
Permasalahan tersebut yakni mengenai ketentuan dalam Undang – Undang Perseroan Terbatas yang telah mengatur penyelenggaraan RUPS
dengan menggunakan media elektronik ternyata tidak dapat diterapkan dengan baik terhadap Perusahaan Terbuka yang memiliki jumlah pemegang saham besar serta sebaran geografis pemilikan saham yang luas hingga sisi keputusan RUPS tersebut. Maka dalam rangka membantu penyelesaian hal tersebut diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan supaya RUPS tetap dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
6. POJK Nomor 17/POJK.04/2020 Tentang Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha.
POJK ini merupakan bentuk penyempurnaan dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku saat ini di pasar modal, kebutuhan pasar, dan standar internasional. Hal ini dikarenakan baik pasar modal di Indonesia maupun negara lain telah mengalami perubahan dan perkembangan serta yang berlaku saat ini sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan pasar sehingga perlu adanya
Program Magister Hukum, Fakultas Hukum Volume 4, Nomor 1, Tahun 2022, halaman 34-48
kepastian
hukum untuk melindungi kepentingan para investor dengan menyesuaikan kondisi saat ini. POJK tersebut guna mendukung amanat pada Pasal 23 ayat (1) huruf b Perppu No. 1 Tahun 2020 serta merupakan perubahan Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.E.2 tentang Transaksi Material serta Perubahan Kegiatan Usaha Utama.
7. POJK Nomor 18/POJK.03/2020 Tentang Perintah Tertulis Untuk Penanganan
Permasalahan Bank.
Ruang lingkup dalam langkah – langkah Otortias Jasa Keuangan dalam menjaga stabilitas sistem keuangan melalui peraturan ini sesuai dengan Pasal 1 POJK Nomor 18/POJK.03/2020 berlaku untuk Bank yakni Bank Umum Konvensional (BUK), Bank Umum Syariah (BUS), Bank Perkreditan Rakyat (BPR), Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), serta kantor cabang dari bank yang bertempat di luar negeri. Berdasarkan Pasal 2 POJK Nomor 18/POJK.03/2020 kewenangan Otoritas Jasa Keuangan dalam memberikan perintah tertulis yakni untuk melakukan penggabungan, peleburan, pengambilalihan dan/atau integrasi (P3I) maupun menerima P3I. Perintah Tertulis diberikan kepada Bank yang memenuhi kriteria penilaian Otoritas Jasa Keuangan sesuai yang tercantum pada Pasal 3 ayat (2) POJK Nomor 18/POJK.03/2020. Dalam menjalankan Perintah Tertulis oleh Bank guna
melaksanakan maupun menerima penggabungan, peleburan, pengambilalihan, dan/atau integras maka ada sejumlah penyesuaian pada tahap penggabungan, peleburan, pengambilalihan, dan/atau integrasi. Pada Pasal 9 ayat (1) untuk BUK ataupun BUS, menurut persetujuan OJK bisa dikecualikan dari ketentuan mengenai kepemilikan tunggal pada perbankan Indonesia, kepemilikan saham bank umum, dan/atau batas waktu pemenuhan modal inti minimum. Sedangkan untuk BPR ataupun BPRS tercantum pada Pasal 9 ayat (2) yakni jaringan kantor tetap dapat dipertahankan sesuai dengan wilayah jaringan kantor BPR atau BPRS yang telah berdiri.
Secara Prinsip, lembaga keuangan memberi stimulus guna mendukung program pemerintah yang bertujuan guna menjaga stabilitas system keuangan, serta mendukung pertumbuhan ekonomi, yakni memberi perlakuan khusus pada pembiayaan yang terdampak penyebaran Covid-19. Selain itu apabila memandang omzet dan jenis usaha yang mengalami penurunan dikarenakan harus memenuhi himbauan pemerintah mengenai kepatuhan terhadap protokol kesehatan dengan membatasi kegiatan diluar rumah (Soleha, 2020), kini masyarakat terutama bagi pemilik usaha sudah banyak berinovasi untuk dapat mempertahankan usahanya sebagai sumber ekonomi utama. Inovasi tersebut diantaranya yakni melakukan penjualan melalui e-commerce
Program Magister Hukum, Fakultas Hukum Volume 4, Nomor 1, Tahun 2022, halaman 34-48
dari bahan pakaian hingga sayur atau buah segar kini sudah banyak dijual secara online, berinovasi dengan bahan sederhana seperti kentang yang divariasi berbagai rasa menjadi minat anak muda untuk menemani kegiatan sekolah hingga bekerja di rumah, selain itu tren pakaian tidurpun sedang ramai diperdagangkan masyarakat untuk menemani kegiatan dirumah saja. Invoasi yang lain yakni karena kini penjualan secara online lebih ramai, maka pemasaran produk dengan memanfaatkan teknologi digital juga giat dipelajari masyarakat hingga melakukan pemasaran hubungan pelanggan untuk menciptakan kepercayaan konsumen dan menumbuhkan loyalitas pelanggan (Hardilawati, 2020).
2. Kebijakan Pemerintah Dalam Membangkitkan Ekonomi
Masyarakat
## Akibat Dampak Pandemi Covid-19
Ekonomi masyarakat menjadi faktor terbesar yang terkena dampak dari Pandemi Covid-19. Hal tersebut seperti usaha restoran, pasar, sampai para pemilik Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ikut terkena dampak. Pada saat ini, UMKM menjadi faktor yang paling rentan terkena dampak Covid-19, hal ini berbeda dengan krisis ekonomi 1998 serta 2008 yang aman UMKM bisa menjadi penompang ekonomi disebabkan mayoritas belum memperoleh akses finansial serta permodalan sehingga tak berpengaruh besar (Sibarani, 2020). Selain peraturan yang dikeluarkan Otoritas Jasa Keuangan, pemerintah memiliki tiga undang – undang guna mengatur penanganan wabah ini
yakni Undang – Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Kebijakan keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Covid-19, Undang – Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular dan Undang – Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan.
Aktivitas ekonomi yang melemah akan berakibat pada berubahnya Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 baik dari sisi pendapatan negara, belanja negara, hingga sisi pembiayaan. Ancaman terhadap sistem keuangan akan memberi resiko pada ketidakstabilannya ekonomi sehingga selain tindakan antisipasi, pemerintah juga perlu untuk tindak cepat dalam penanganan berbagai masalah ekonomi masyarakat yang terjadi saati ini.
Undang – Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Covid-19 ini diterbitkan untuk memberi perlindungan perihal kehidupan masyarakat yang sangat terdampak pandemi Covid-19 dari segala faktor mulai dari kesehatan, keselamatan, hingga perekonomiannya. Segala kebijakan dalam undang–undang ini terutama pada bidang keuangan negara telah didasarkan pada penilian serta menggunakan penerapan data faktual terhadap ancaman Covid-19 bagi negara serta masyarakat. Hadirnya undang-undang ini dinilai tepat, mengingat undang-undang ini dimaksudkan untuk memberikan perlindungan bagi kehidupan
Program Magister Hukum, Fakultas Hukum Volume 4, Nomor 1, Tahun 2022, halaman 34-48
masyarakat yang sangat nyata terancam dengan merebak dan menyebarnya Covid-19, baik dari aspek keselamatan jiwa karena ancaman kesehatan dan keselamatan, maupun kehidupan sosial dan perekonomian masyarakat. Seluruh kebijakan di dalam undang-undang ini, terutama kebijakan di bidang keuangan negara yang telah diimplementasikan saat ini, telah didasarkan pada asesmen dan menggunakan data faktual dampak ancaman Covid-19 bagi masyarakat dan negara. Kondisi yang sangat luar biasa atau extraordinary mendorong berbagai negara untuk melakukan langkah-langkah yang juga extraordinary di dalam rangka menyelamatkan masyarakat dan perekonomiannya, seperti melakukan kebijakan ekspansi fiskal, kebijakan moneter yang bersifat longgar, penurunan suku bunga Bank Sentral, disertai memompa likuiditas atau langkah quantitative easing, serta melakukan relaksasi regulasi di sektor keuangan (Firdaus, & Erliyana, 2020). Berbagai upaya ini dilakukan untuk bisa menjaga dan melindungi kehidupan masyarakat dan ekonomi.
Pasal 10 Undang – Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular menyebutkan bahwasanya Pemerintah bertanggungjawab dalam menyelenggarakan upaya penanggulangan wabah yang mana sudah diupayakan di Indonesia dari dibentuknya bermacam peraturan, bantuan sosial, sampai upaya pembuatan vaksin yang sekarang masih dalam tahap distribusi ke masyarakat. Tetapi, tak hanya pemerintah yang berperan dalam
penanggulangan wabah penyakit menular, namun peran masyarakat juga diikutsertakan, karena masyarakat sendiri ialah faktor utama yang bisa mencegah penularan.
Pada sisi lain, peran RT serta RW juga amat penting. Jika ada warga yang tertular, diwajibkan segera melapor ke tenaga medis agar warganya bisa secepatnya ditangani dan membantu mengkoordinasi bantuan sosial pada warga sekitar yang menjadi tanggung jawabnya. Kesehatan ialah hak seluruh individu, sebagaimana tercantum di Pasal 5 ayat (1) Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang menyebutkan bahwa ‘Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan’.
Pasal tersebut menegaskan bahwa tiap individu memiliki hak mendapatkan akses terhadap sumber daya di bidang Kesehatan, pelayanan kesehatan yang aman, bermutu serta terjangkau dan berhak menentukan sendiri pelayanan kesehatan.
Dapat ditarik kesimpulan bahwasanya, sesungguhnya pasien yang terjangkit virus Covid- 19 tak dibenarkan menolak upaya pertolongan tenaga medis guna kepentingan kesehatannya serta sejumlah orang disekitarnya. Apabila ada individu yang terbukti dengan sengaja menghalangi implementasi penanggulangan wabah tersebut bisa di ancam pidana menurut Pasal 14 ayat (1) dan (2) Undang – Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit
Program Magister Hukum, Fakultas Hukum Volume 4, Nomor 1, Tahun 2022, halaman 34-48
Menular. Contohnya, yang marak terjadi saat ini ialah pembuatan surat rapid test antigen palsu sebagaimana banyak dipergunakan untuk syarat perjalanan jauh mempergunakan kendaraan umum.
Masyarakat perlu diedukasi melalui program pengabdian kepada masyarakat, berupa pernyuluhan, sosialisasi, dan hal-hal lain yang mendukung pemahaman masyarakat bahwasanya tindakan tersebut sangatlah berbahaya serta akan memperpanjang masa pandemi dan masyarakat hendaknya melaporkannya ke aparat hukum bila mengetahui terdapat penyelenggara hasil rapid test palsu di lingkungannya. Yang terakhir ialah terkait tenaga medis yang menjadi garda terdepan dalam penanganan pandemi Covid-19 perlu diberikan penghargaan tanda jasa oleh pemerintah. Hal tersebut disebutkan secara tegas di Pasal 9 Undang – Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular yang menyebutkan bahwa ‘Kepada para petugas tertentu yang menjalankan upaya penanggulangan wabah bisa diberi penghargaan atas risiko yang ditanggung pada pelaksanaan tugasnya’.
Hal tersebut juga terkait dengan kebijakan lain yang dituangkan pada Pasal 1 Angka 1 Undang – Undang Nomor. 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan memberikan pengertian mengenai Kekarantinaan Kesehatan ialah upaya mencegah serta menangkal keluar atau masuknya penyakit dan/atau faktor risiko kesehatan masyarakat yang berpotensi
memunculkan kedaruratan kesehatan masyarakat serta pada Pasal 3 Undang – Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan tercantum bahwa tujuan dari penyelenggaraan karantina Kesehatan antara lain melindungi masyarakat dari penyakit dan/atau faktor risiko kesehatan masyarakat yang berpotensi memunculkan kedaruratan kesehatan masyarakat, mencegah serta menangkal penyakit dan/atau faktor risiko kesehatan masyarakat yang berpotensi memunculkan kedaruratan kesehatan masyarakat, meningkatkan ketahanan nasional di bidang kesehatan masyarakat, serta memberi pelindungan serta kepastian hukum untuk masyarakat serta petugas kesehatan.
Apabila dilakukan karantina maka terdapat faktor yang dapat membahayakan Kesehatan masyarakat sehingga menimbulkan kedaruratan Kesehatan masyarakat sebagaimana tercantum pada Pasal 1 ayat (2) Undang – Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan (Pratiwi, Artha, & Nurlaily, 2020).
## D. SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan pada artikel ini, dapat disimpulkan bahwa kondisi Pandemi Covid- 19 telah mengakibatkan seluruh aspek kehidupan masyarakat dan pemerintahan ikut terdampak. Hal tersebut mulai dari segi kesehatan hingga perekonomian yang masih dalam proses penanganan saat ini perlu adanya kerjasama kedua belah pihak antara pemerintah dan masyarakat dalam memutus rantai tali
Program Magister Hukum, Fakultas Hukum Volume 4, Nomor 1, Tahun 2022, halaman 34-48
penyebaran wabah tersebut. Berdasarkan hal tersebut, telah dilakukan tindakan pencegahan hingga penanganan terutama aspek pemulihan perekonomian dan kesehatan telah diupayakan. Otoritas Jasa Keuangan sebagai regulator bidang perbankan turut mengeluarkan berbagai peraturan untuk mencegah penurunan stabilitas sistem perekonomian nasional.
Kondisi yang sangat luar biasa atau extraordinary mendorong berbagai negara untuk melakukan langkah-langkah yang juga extraordinary di dalam rangka menyelamatkan masyarakat dan perekonomiannya. Pemerintah Indonesia turut berupaya dalam penagananan wabah ini dengan mengeluarkan Undang – Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Kebijakan keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Covid-19, Undang – Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular dan Undang – Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan. Kebijakan-kebijakan ini dimaksudkan untuk memberikan perlindungan bagi kehidupan masyarakat yang sangat nyata terancam dengan merebak dan menyebarnya Covid-19, baik dari aspek keselamatan jiwa karena ancaman kesehatan dan keselamatan, maupun kehidupan sosial dan perekonomian masyarakat.
## DAFTAR PUSTAKA JURNAL
Albanjari, Fathur Rohman., & Kurniawan, Catur.
(2020). Implementasi Kebijakan Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan (POJK) NO.11/POJK.03/2020 Dalam Menekan Non Performing Financing (NPF) Pada Perbankan Syariah.Jurnal Eksyar; Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis Islam, Vol.7,(No.1),pp.24-36.https://ejournal. staim-tulungagung.ac.id/index.php/eksyar/ article/view/475
Bidari, Asita Sekar., Simangunsong, Frans., & Siska, Karmina. (2020). Sektor Perbankan di Covid-19. Jurnal Pro Hukum; Fakultas Hukum, Universitas Gresik, Vol.9, (No.1), pp.1–9. https://journal.unigres.ac.id/index. php/JurnalProHukum/article/view/1129 Chandra, M. Jeffri Arlindes. (2015). Kewenangan Bank Indonesia Dalam Pengaturan dan Pengawasan Perbankan Setelah Terbitnya Undang-Undang No.21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan. Jurnal Hukum Sehasen, Vol.1, (No.1), pp.24- 45.https://jurnal.unived.ac.id/index.php/jhs/a rticle/view/336
Demirgüç-Kunt, Asli., Pedraza, Alvaro., & Ortega,
Claudia Ruiz. (2020). Banking Sector Performance During the COVID-19 Crisis. World Bank Policy Research Working Paper 9363, SSRN Electronic Journal, August. https://doi.org/10.2139/ssrn.3689789
Firdaus, Fahmi Ramadhan., & Erliyana, Anna.
(2020). Perlindungan Kebijakan Diskresi Dalam Penanganan COVID-19 Menurut Undang-Undang No. 2 Tahun 2020. Pakuan LawReview, Vol.6,(No.2),pp.23-41,
Program Magister Hukum, Fakultas Hukum Volume 4, Nomor 1, Tahun 2022, halaman 34-48
https://doi.org/10.33751/palar.v6i2.2128 Gopalan, Hema S., & Misra, Anoop. (2020).
COVID-19 pandemic and challenges for socio-economic issues, healthcare and National Health Programs in India. Diabetes
& Metabolic Syndrome: Clinical Research & Reviews, Vol. 14, (No. 5), pp. 757-759. https://doi.org/10.1016/j.dsx.2020.05.041
Hakim, Lukmanul., & Oktaria, Eka Travilta.
(2018). Prinsip Kehati-Hatian Pada Lembaga Perbankan Dalam Pemberian
Kredit. Jurnal Keadilan Progresif,
Vol.9,(No.2),pp.164-176. http://jurnal.ubl.ac. id/index.php/KP/article/view/1070
Hardilawati, Wan L. (2020). Strategi Bertahan UMKM di Tengah Pandemi Covid-19. Jurnal Akuntansi Dan Ekonomika, Vol.10,(No.1),
pp.89–98.https://doi.org/10.37859/jae.v10 i1.1934
Ilhami, & Thamrin, Husni. (2021). Analisis
Dampak Covid 19 Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Di Indonesia. Jurnal Tabarru’: Islamic Banking and Finance,Vol.4,(No.1),pp.37–45.https://doi. org/10.25299/jtb.2021.vol4(1).6068
Maulidiana, L. (2014). Fungsi Otoritas Jasa
Keuangan Sebagai Lembaga Pengawas Perbankan Nasional di Indonesia. Keadilan
Progresif, Vol.5,(No.1),p.18. http://jurnal.ubl. ac.id/index.php/KP/article/view/442
Murdadi, B. (2012). Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Pengawas Lembaga Keuangan Baru
Yang Memiliki Kewenangan Penyidikan.
Value Added: Majalah Ekonomi dan Bisnis, Vol.8,(No.2),pp.32–46. https://jurnal.unimus. ac.id/index.php/vadded/article/view/716 Ningsih, Mardhiyatur Rosita., & Mahfudz, Muhammad Syarqim. (2020). Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Manajemen Industri Perbankan Syariah: Analisis Komparatif. Point; Jurnal Ekonomi dan Manajemen,Vol.2,(No.1),pp.1–10. https://doi.org/10.46918/point.v2i1.576 Pikahuan, Rustam M. (2020). Implementasi Fungsi Pengaturan serta Pengawasan pada Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terhadap Perbankan. Jurnal Penegakan Hukum Dan Keadilan, Vol.1,(No.1),pp.41–51.https://doi.org/10. 18196/jphk.1103
Pratiwi, Rela Rizky., Artha, Demi., & Nurlaily,
Hasrina. (2020). Analisa Yuridis Penetapan Covid 19 Sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Ditinjau Dari Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia. Jurnal Hukum Inicio Legis, Vol.1, (No.1), pp.1–14. https://journal.trunojoyo.ac.id/iniciolegis/artic le/download/8827/4915
Sakinah, Nailia Aandriani., & Suherman. (2021).
Pelaksanaan Konsep Restrukturisasi Kredit Pada Lembaga Bank Dan Non Bank ( Studi Pada KCP BCA Syariah Bogor Dan PT Pegadaian (Persero) Bogor). Bonum Commune,Vol.4,(No.1),pp.61–74.https:// doi.org/10.30996/hukum%20bisnis%20bon. v4i1.4452
Program Magister Hukum, Fakultas Hukum Volume 4, Nomor 1, Tahun 2022, halaman 34-48
Sudirman, Lu., & Disemadi, Hari Sutra. (2021).
Kebijakan Corporate Social Responsibility: Investasi Sosial dalam Pengembangan Masyarakat selama Pandemi Covid-
19. Jurnal Pembangunan Hukum
Indonesia, Vol.3,(No.3),pp.281-298. https://doi.org/10.14710/jphi.v3i3.281-298
Utomo, Yuni Prihadi., & Setiaji, Bambang.(2012).
Efektivitas Pengaruh Kebijakan Moneter Dalam Kinerja Sektor Perbankan. Daya
Saing; Jurnal Ekonomi & Manajemen Bisnis,
Vol.13,(No.1),pp.1-14.https://publikasi ilmiah.ums.ac.id/handle/11617/2846 Sibarani, S. (2020). Inovasi Produk Bagi UMKMdi Tengah Pandemi Covid-19 Berdasarkan Sudut Pandang Hukum dan Demokrasi. Sol Justisio; Jurnal Penelitian Hukum, Vol.2, (No.2),pp.256–263. http://ojs.mputantular. ac.id/index.php/sj/article/view/464
Soleha, Arin R. (2020). Kondisi UMKM Masa Pandemi Covid-19 Pada Pertumbuhan Ekonomi Krisis Serta Program Pemulihan Ekonomi Nasional. Jurnal Ekombis,
Vol.6,(No.2),pp.165–178. https://doi.org/10.
35308/ekombis.v6i2.2881
Suryaputra, Filipus A. G., Bandi., & Setiawan, Doddy. (2017). Perkembangan Penelitian Kinerja Perbankan Di Indonesia. Jurnal
Akuntansi Dan Bisnis, Vol.17,(No.2), pp.96– 105.http://dx.doi.org/10.20961/jab.v17i2.240
## BUKU
Fajar, Mukti., & Yulianto, Achmad. (2017).
Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris. Cetakan IV. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Marzuki, Peter Mahmud. (2013). Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana Prenada Group. Suteki., & Taufani, Galang. (2018). Metodologi Penelitian Hukum: Filsafat, Teori, dan Praktik. Depok: Rajawali Press.
|
1c63e8de-10c6-490a-ba8c-a6dea796411b | https://journal.stitaf.ac.id/index.php/cendekia/article/download/104/372 | Media Komunikasi Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Islam P-ISSN: 2086-0641 (Print)
Volume 11 No. 02, Oktober 2019, Hal. 89-98
E- ISSN: 2685-046X (Online) DOI: https://doi.org/10.37850/cendekia. https://journal.stitaf.ac.id/index.php/cendekia
## PENGARUH KREATIVITAS GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK MATA PELAJARAN MATEMATIKA
Rofiatun Nisa’ 1 , Sukiyanto 2 , Latifatul Mujtahidah 3
1, 2.3 STIT Al-Fattah Siman Lamongan, Pon. Pes Al-Fattah Siman Sekaran Lamongan,
Telp.0322-3382086, Fax.0322-3382086 Pos-el : rofiatunnisa@stitaf.ac.id 1 ) sukiyanto@stitaf.ac.id 2 ) latifmj17@gmail.com 3 )
## Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk : mengetahui Tingkat kreativitas guru dalam mengajar, tingkat Prestasi belajar peserta didik, pengaruh kreativitas guru terhadap prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran matematika Kelas V di MI Thoriqotul Hidayah Centini. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan sampel 24 peserta didik. Teknik pengumpulan data dengan teknik angket dan dokumentasi. Teknik analisis data meliputi analisis deskriptif, analisis regresi linear sederhana, uji t dan koefisien determinasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kreativitas guru tergolong sedang dengan persentase 87,5% Artinya guru cukup kreatif dalam memberikan ide-ide yang dapat membuat peserta didik termotivasi untuk belajar, prestasi belajar peserta didik kelas V tergolong sedang dengan persentase 50%. Artinya peserta didik telah mampu menunjukkan adanya perubahan- perubahan diantaranya dari kemampuan berpikirnya dan keterampilannya terhadap mata pelajaran matematika, dari hasil analisis regresi uji t diperoleh 𝑡 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (3,438 > 1,717 ) maka Ha diterima dan dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel kreativitas guru berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar peserta didik artinya semakin baik kreativitas guru maka semakin baik pula prestasi belajar peserta didik . Kata kunci : Kreativitas Guru; Prestasi Belajar
## Abstract
The purpose of this study was to: determine the level of teacher creativity in teaching, the level of student learning achievement, the effect of teacher creativity on student achievement in mathematics class V at MI Thoriqotul Hidayah Centini. This study uses a quantitative approach with a sample of 24 students. Data collection techniques using questionnaires and documentation. Data analysis techniques include descriptive analysis, simple linear regression analysis, t test and coefficient of determination. The results showed that the creativity of teachers was classified as moderate with a percentage of 87.5%. It meant that the teacher was quite creative in providing ideas that could make students motivated to learn, the learning achievement of class V students was moderate with a percentage of 50%. This means that students have been able to show changes including their ability to think and their skills in mathematics, from the results of t test regression analysis obtained 𝑡 𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡 > 𝑡 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒 (3,438 > 1,717) then Ha is accepted and it can be concluded that partially the teacher creativity variable has a significant effect towards student learning achievement means the better the teacher's creativity the better the student's learning achievement.
Keywords : Teacher's Creativity; Learning achievement.
## PENDAHULUAN
Salah satu komponen penting dalam pembangunan suatu bangsa adalah pendidikan. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa dan setiap individu yang terlibat dalam pendidikan itu dituntut berperan secara maksimal dan penuh tanggung jawab untuk mutu pendidikan. Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, terutama dalam proses pembangunan nasional. Oleh karena itu upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah merupakan strategi dalam meningkatkan sumber daya manusia. Pendidikan sebagai wahana utama pembangunan sumber daya manusia berperan dalam mengembangkan peserta didik menjadi sumber yang produktif dan memiliki kemampuan professional dalam meningkatkan mutu kehidupan berbangsa dan bernegara. Disamping itu pendidikan adalah proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia, melalui proses yang panjang dan berlangsung sepanjang hayat. (Zaini, 2009). Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya- upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar. Salah satu faktor yang mempengaruhi dalam proses belajar mengajar adalah guru yang merupakan faktor eksternal sebagai penunjang pencapaian Prestasi belajar peserta didik yang optimal. (Kunandar, 2009)
Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang dalam penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan dalam pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan tes angka nilai yang diberikan oleh guru (Asmara, 2009). Hasil prestasi belajar merupakan gambaran yang cukup penting dalam kehidupan yang menuntut siswa untuk menguasai dirinya agar berminat dan memiliki motivasi belajar dengan baik dan benar. Akan tetapi pada kenyataannya tidak semua siswa mau belajar dengan baik, adakalanya siswa mengalami masalah belajar. Sugihartono, dkk. (2007) mengemukakan karakteristik siswa yang mengalami masalah belajar dapat ditunjukkan dalam karakteristik behavioral, fisikal, bicara dan bahasa, serta kemampuan intelektual dan prestasi belajar. Siswa yang mengalami masalah belajar menunjukkan adanya gejala-gejala atau ciri-ciri sebagai berikut: 1) prestasi belajarnya rendah, artinya skor yang diperoleh di bawah skor ratarata kelompoknya, 2) usaha yang dilakukan dalam kegiatan belajar tidak sebanding dengan hasil yang dicapai, 3) lamban dalam mengerjakan tugas dan terlambat dalam menyelesaikan atau menyerahkan tugas, 4) sikap acuh dalam mengikuti pelajaran dan sikap kurang wajar lainnya, 5) menunjukkan perilaku menyimpang dari perilaku temannya yang seusianya, misalnya suka membolos, enggan mengerjakan tugas, tidak dapat bekerja sama dengan temannya, terisolir, tidak dapat berkonsentrasi, tidak mempunyai semangat, dan lainnya, 6) emosional, misalnya mudah tersinggung, mudah marah, pemurung, merasa rendah diri dan sebagainya.
Prestasi belajar peserta didik sangat dipengaruhi oleh kreativitas seorang guru seperti dalam memilih metode mengajar, media mengajar, kualitas serta cermat
dalam melihat potensi anak di lingkungan sekolah. Sebuah kreativitas seorang guru sangat mempengaruhi sebuah prestasi belajar peserta didik. Dalam hal ini guru yang memiliki potensi dalam mengkreativitaskan bakat dalam kelas sangat berpengaruh positif pada kemajuan prestasi belajar peserta didik. Untuk menghasilkan prestasi peserta didik yang tinggi maka perlu bagi guru untuk mengasah kemampuan kreativitasnya semaksimal mungkin.
Untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada pada diri anak, dibutuhkan guru yang kreatif dan guru yang kreatif itu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: kreatif dan menyukai tantangan, menghargai karya anak, motivator, evaluator, memberi kesempatan pada anak untuk mencoba dan mengembangkan kemampuan, daya pikir dan daya ciptanya (Mulyasa, 2006). Ciri-ciri kretivitas guru di atas perlu dikembangkan, mengingat betapa besarnya tanggung jawab guru dalam proses pembelajaran. Guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreativitas. Selanjutnya, guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik dalam melayani peserta didik sehingga peserta didik akan menilainya bahwa guru memang kreatif dan tidak melakukan sesuatu secara rutin saja. Kreativitas yang telah dikerjakan oleh guru sekarang dari yang telah dikerjakan sebelumnya dan apa yang dikerjakan di masa mendatang lebih baik dari sekarang.
Kreativitas guru dalam proses belajar mengajar mempunyai peranan penting dalam peningkatan mutu hasil belajar peserta didiknya. Kreativitas guru dalam suatu pembelajaran sangat berpengaruh terhadap perkembangan peserta didik, karena semakin guru kreatif dalam menyampaikan materi maka semakin mudah peserta didik memahami pelajaran dan menjadikan peserta didik lebih kreatif pula dalam belajar. (Wijaya & Rusyan, 1991)
Kreatifitas guru dalam suatu pembelajaran sangat berpengaruh terhadap pemahaman peserta didik karena semakin guru kreatif dalam menyampaikan materi maka semakin mudah peserta didik memahami pelajaran dan menjadikan peserta didik lebih kreatif pula dalam belajar. Walaupun buku tentang kreatifitas telah banyak beredar dipasaran, tetapi bukan berarti masalah ini telah usai karena masalah-masalah dalam pendidikan akan terus ada selalu berkembang sesuai dengan perkembangan zaman yang semakin maju. Dengan demikian kreativitas tersebut sangat diperlukan untuk mewujudkan tujuan pendidikan.
Guru Matematika belum dapat menggunakan media yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar dengan baik, sesuai dengan perubahan teknologi. Guru Matematika tersebut hanya menggunakan strategi yang bersifat monoton saja, tidak melihat bagaimana peserta didiknya mengerti atau tidak dengan materi yang telah diajarkan oleh guru Matematika tersebut, sehingga dominan peserta didik belum bisa menjawab dengan maksimal atas tugas yang diberikan oleh guru.
## METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei dengan pendekatan teknik analisis korelasional atau biasa disebut dengan hubungan sebab akibat ini dilakukan untuk menganalisis dua variabel,yaitu kreativitas guru mata pelajaran Matematika sebagai variabel independen (X) dan prestasi belajar peserta didik kelas V sebagai variabel dependen (Y). Kedua variabel tersebut masing-masing akan diteliti apakah berpengaruh secara signifikan antara keduanya. Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi penelitian di MI Thoriqotul Hidayah Centini Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan. Populasi dalam penelitian ini adalah Siswa Kelas V MI Thoriqotul Hidayah Centini Tahun Pelajaran 2018/2019 yang berjumlah 24 siswa. Adapun sampel yang diambil adalah seluruh peserta didik kelas V MI Thoriqotul Hidayah Centini karena kurang dari 100.
Instrumen dan teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan angket tertutup. Angket yang dibuat penulis dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan data tingkat kreativitas guru sebagai informasi dari lapangan. Instrumen dan teknik pengumpulan data yang kedua adalah dengan dokumentasi dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh data nilai Penilaian Tengah Semester (PTS) Matematika dari peserta didik sebagai tolak ukur prestasi belajar peserta didik.
Dalam penelitian ini peneliti menghitung validitas instrumen dengan menggunakan SPSS statistik Versi 22. Untuk menafsirkan hasil uji validitas, kriteria yang digunakan adalah: Jika nilai r hitung > r tabel , maka butir instrumen dinyatakan valid. Dari data uji validitas kreativitas guru menunjukkan bahwa nilai pearson correlation 12 soal yang r hitung > lebih besar dari 0,404 dan dinyatakan valid sebagai alat ukur kreativitas guru. Untuk reliabilitas angket kriteria penilaian uji reliabilitas: Jika nilai r hitung Alpha croncbach > r tabel , instrumen dapat dikatakan reliabel Adapun ringkasan uji reliabilitas. Dari hasil perhitungan menggunakan SPSS statistik Versi 22 diketahui bahwa nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,741 > 0,404 sehingga item pernyataan untuk mendapatkan nilai variabel X dapat dikatakan reliable atau andal.
Analisis data dalam penelitian kuantitatif ini menggunakan analisis deskriptif, uji asumsi klasik dan uji hipotesis. Untuk analisis deskriptif menggunakan kategori tinggi, sedang dan rendah. Untuk uji asumsi klasik yang dilakukan antara lain uji normalitas dan uji linearitas. Uji hipotesis dalam penelitian menggunakan uji regresi linear sederhana dengan uji t dan koefisien determinasi. Kriteria penilaian uji t: apabila thitung > ttabel, artinya variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian mengenai kreativitas guru berhasil dikumpulkan dari 24 responden secara kuantitatif menunjukkan skor tetinggi yang diperoleh peserta didik adalah 46, sedangkan skor terendah yang diperoleh peserta didik adalah 17 dengan tingkat kreativitas guru rendah hanya sebesar 4,2%, tingkat kreativitas guru sedang sebesar 87,5%, tingkat kreativitas guru tinggi sebesar 8,3%.
## Gambar 1. Tingkat kreativitas guru
Berdasarkan hasil pengolahan data diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat kreativitas guru mata pelajaran matematika kelas V di MI Thoriqotul Hidayah Centini adalah dalam kategori sedang dengan persentase 87,5 %. Artinya bahwa tingkat kreativitas guru mata pelajaran matematika kelas V di MI Thoriqotul Hidayah Centini tersebut guru telah mampu menemukan banyak ide dari hal-hal baru dan lebih memahami informasi--informasi pengetahuan yang disampaikannya kepada peserta didik.
Hal ini sesuai dengan teori yang digunakan dalam penelitian ini dari Asmani (2009) yang mengungkapkan bahwa kreativitas menjadi unsur penting bagi seorang guru dalam proses pembelajaran, jika guru kreatif maka peserta didik kemungkinan akan menjadi kreatif. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa guru sudah sering melakukan hal-hal kreatif sebagaimana 10 ciri-ciri guru kreatif diantaranya fleksibel, optimis, respek, humoris, inspiratif, lembut, disiplin, responsif, berteman dan cekatan.
Perilaku guru yang kreatif menghasilkan pembelajaran yang efektif. Oleh sebab itu, siswa tidak lagi dipandang sebagai sebagai objek pembelajaran semata tapi sebagai subjek pembelajaran. Dengan demikian kreativitas guru menghasilkan pembelajaran yang aktif dan menarik yang melibatkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang berujung pada pencapaian prestasi belajar siswa yang memuaskan.
Kreativitas guru dalam mengajar sangat ditentukan oleh keluasan dan kedalaman pengetahuan, pemilihan bahan pelajaran, sikap keterbukaan, dan pemanfaatan media yang digunakan. Jika kreatifitas dalam mengajar telah melekat pada guru, maka siswa akan lebih antusias terhadap materi yang disampaikan guru sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dalam proses belajar mengajar diperlukan kemampuan yang mendukung kreativitas pembelajaran guru yaitu kemampuan membantu siswa belajar efektif sehingga mampu mencapai hasil yang optimal, kemampuan menjadi penghubung kebudayaan masyarakat yang aktif dan kreatif serta fungsional dan pada akhirnya harus memiliki kemampuan menjadi pendorong pengembangan organisasi sekolah dan profesi. Dengan kemampuan ini diharapkan guru lebih kreatif dalam proses belajar mengajarnya (Adirestuty, 2017).
Hasil penelitian prestasi belajar matematika peserta didik berhasil dikumpulkan dari 24 peserta didik secara kuantitatif menununjukkan skor rata-rata prestasi belajar kognitif tertinggi yang diperoleh peserta didik adalah 90. Sedangkan skor terendah yang diperoleh peserta didik adalah 70.
## Gambar 2. Tingkat prestasi belajar Matematika.
Hasil temuan penelitian ini menunjukkan adanya kecenderungan sebagian besar peserta didik memiliki tingkat prestasi belajar matematika sedang sebanyak 12 peserta didik (50%) sehingga dapat dikatakan peserta didik kelas V di MI Thoriqotul Hidayah Centini telah berhasil dalam belajar serta peserta didik telah mampu menunjukkan adanya perubahan-perubahan tersebut dapat ditunjukkan diantaranya dari kemampuan berpikirnya dan keterampilannya terhadap mata pelajaran matematika.
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan. (Gagne: 1985) menyatakan bahwa prestasi belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu: kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan keterampilan. Prestasi belajar merupakan komponen yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Hal ini disebabkan prestasi belajar merupakan hasil penilaian terhadap peserta didik setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran (Muhibbin
Syah, 2014). Prestasi belajar juga tidak bisa dilepaskan dari peran penting sekolah. Jika sekolah mampu membuat iklim belajar sangat mendukung kegiatan pembelajaran sekolah maka prestasi belajar akan meningkat. Hal ini seperti diungkapkan Slameto (2010) bahwasannya prestasi belajar juga dipengaruhi oleh lingkungan sekolah, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat. Selain sekolah, guru juga sangat berperan dalam prestasi belajar peserta didik. Hal ini karena guru bersentuhan langsung dengan murid. Selain itu guru merupakan ujung tombak dari pelaksanaan program pembelajaran.
Peserta didik telah berhasil dalam belajar adalah telah mampu menunjukan adanya perubahan dalam dirinya ke arah yang lebih baik. Perubahan-perubahan tersebut dapat ditunjukkan diantaranya dari kemampuan berpikirnya, keterampilannya, atau sikapnya terhadap mata pelajaran matematika (Nisa’ , 2018).
Tabel 1. Analisis regresi linear sederhana
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 34,442 12,830 2,684 ,014 kre guru ,690 ,201 ,591 3,438 ,002
Variabel kreativitas guru memiliki thitung sebesar 3,438 dengan signifikansi 0,002. Karena thitung > ttabel (3,438 ≥ 1,7171) atau sig. t < 5% (0,002 < 0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima, dan dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel kreativitas guru berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar peserta didik artinya semakin baik kreativitas guru maka semakin baik pula prestasi belajar peserta didik. Guru yang selalu memantau dan mendampingi kegiatan belajar peserta didik di sekolah, akan berpengaruh terhadap semangat, minat serta prestasi belajarnya di sekolah. Peserta didik akan mampu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan baik dan penuh tanggung jawab. Sedangkan koefisien determinasi dengan R square sebesar 0,350 atau 35,0%, artinya bahwa prestasi belajar peserta didik dipengaruhi oleh 35,0% variabel bebas kreativitas guru. Sedangkan keragaman sisanya 65,0% dipengaruhi oleh variabel lainnya diluar variabel yang diteliti.
Hal ini sesuai dengan penelitian Wulandari (2010) bahwa sebuah kreativitas seorang guru sangat mempengaruhi sebuah prestasi belajar peserta didik. Dalam hal ini guru yang memiliki potensi dalam mengkreativitaskan bakat dalam kelas sangat berpengaruh positif pada kemajuan prestasi belajar peserta didik. Untuk menghasilkan prestasi belajar peserta didik yang tinggi maka perlu bagi guru untuk mengasah kemampuan kreativitasnya semaksimal mungkin. Prestasi belajar peserta didik sangat dipengaruhi oleh kreativitas seorang guru seperti dalam
memilih metode mengajar, media mengajar, kualitas serta cermat dalam melihat potensi anak di lingkungan sekolah. Kegiatan belajar mengajar di sekolah berorientasi kepada pencapaian prestasi belajar akademik yang tinggi oleh semua peserta didik, guru yang mempunyai kreativitas mengajar yang tinggi akan mampu memberikan prestasi belajar kepada anak didiknya.
Sesuai dengan penelitian Supartini (2016) hasil penelitian diketahui bahwa terdapat pengaruh yang signifikan kreativitas guru terhadap prestasi belajar siswa, hal ini menunjukkan semakin tinggi kreativitas guru, maka akan semakin baik pula prestasi belajar siswa. Hasil tersebut cukup relevan mengingat seorang guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan siswa untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Minat, bakat, kemampuan, dan potensi-potensi yang dimiliki oleh siswa tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Hal tersebut dikarenakan dalam proses pembelajaran di sekolah, guru merupakan sumber daya edukatif sekaligus aktor proses pembelajaran yang utama, karena peran guru sebagai sumber edukatif yang utama tidak pernah tergantikan walaupun perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama teknologi pembelajaran mengalami perkembangan yang pesat.
## KESIMPULAN DAN SARAN
Dari analisis yang telah dilakukan oleh peneliti, dalam penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: kreativitas guru kelas V tergolong sedang, dengan hasil perolehan prosentase angket yang telah dianalisis bahwasannya sebanyak 21 responden atau 87,5% menjawab guru sering melakukan hal-hal kreatif dalam setiap pembelajarannya artinya guru cukup kreatif dalam memberikan ide-ide yang dapat membuat peserta didik termotivasi untuk belajar; prestasi belajar peserta didik kelas V tergolong sedang dengan hasil nilai rata-rata penilaian tengah semester peserta didik kelas V berada pada taraf sedang yaitu 72- 84 sebanyak 12 peserta didik atau 50% artinya peserta didik telah mampu menunjukkan adanya perubahan-perubahan diantaranya dari kemampuan berpikirnya dan keterampilannya terhadap mata pelajaran matematika; terdapat pengaruh positif signifikan Kreativitas Guru terhadap Prestasi belajar peserta didik kelas V mata pelajaran Matematika di MI Thoriqotul Hidayah Centini dengan hasil uji t parsial yang menunjukkan thitung (3,438) > ttabel (1,7171) dan hasil signifikansinya (0,002) < (0,05). Temuan ini menandakan bahwa kreativitas guru berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar peserta didik dengan kata lain Ha diterima dan Ho ditolak. Artinya bahwa salah satu faktor pendukung prestasi belajar bisa meningkat dipengaruhi oleh kreativitas guru.
Berdasarkan kesimpulan tersebut, ada beberapa saran yang diajukan oleh peneliti dalam penelitian ini. Saran-saran tersebut adalah sebagai berikut: bagi semua pihak khususnya para pemangku jabatan diharapkan agar lebih memperhatikan kreativitas guru disetiap sekolah karena dengan tidak kreatifnya guru maka cepat atau lambat generasi penerus bangsa Indonesia akan ketinggalan dengan bangsa lain; bagi siswa diharapkan bisa lebih meningkatkan prestasi belajarnya lagi, karena sudah memiliki guru yang bisa dikatakan kreatif, selain itu tidak hanya mengandalkal guru, tetapi menggali informasi sendiri dari internet karena pelajaran tidak hanya sebatas dalam buku disekolah saja; bagi guru diharapkan untuk meningkatkan kreativitasnya, karena perkembangan zaman semakin pesat tidak harus menggunakan barang yang mahal tetapi barang-barang yang ada di sekitar bisa digunakan sebagai media untuk menyampaikan materi pelajaran.
## DAFTAR PUSTAKA
Adirestuty, Fitranty. (2017). Pengaruh Self-Efficacy Guru dan Kreativitas Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa dan Implikasinya Terhadap Prestasi Belajar Pada Mata Pelajaran Ekonomi. Jurnal Wahana Pendidikan 4 (1)
Asmani, Jamal Ma’mur. (2009 ). 7 Kompetensi Guru menyenangkan dan Profesional , Jogjakarta: Powerbooks.
Asmara.2009. Prestasi Belajar . Bandung.PT. Remaja Rosdakarya.
Gagne. (1985). The Cognitive Psychology of School Learning . Boston: Little Brown.
Kunandar. (2009). Guru Profesional implementasi Kurikulum TingkatSatuan pendidikan (KTSP) dan sukses dalam Sertifikasi Guru . Jakarta: Rajawali Pers Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Aktif dan Menyenangkan . Bandung: Remaja Rosdakarya. 2006.
Nisa’, Rofi atun. 2018. Pengaruh pola asuh orang tua dan interaksi sosial terhadap hasil belajar mata pelajaran matematika siswa kelas IV di Madrasah Ibtidaiyah se-Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. tesis, Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. http://etheses.uin-malang.ac.id.
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor – Faktor yang mempengaruhinya . Jakarta: Rineka Cipta.
Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan . Yogyakarta. UNY Press
Supartini, M. (2016). Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran dan Kreativitas Guru terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas Tinggi di SDN Mangunharjo 3 Kecamatan Mayangan Kota Probolinggo. Jurnal Penelitian Dan Pendidikan IPS , 10 (2), 277-293.
Syah, Muhibbin. (2014). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan baru . Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wijaya, Cece & Tabrani Rusyan. (1994). Kemampuan Guru Dalam Proses Belajar Mengajar . Bandung: Remaja rosdakarya
Wulandari, Sami. (2010). Pengaruh Kreativitas Guru Terhadap Prestasi Belajar Siswa Di SMPN 2 Kota Tanggerang Selatan . Jakarta: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan PAI UIN Syarif Hidayatullah.
Zaini, Hisyam dkk. (2009). Strategi Pembelajaran Aktif . Yogyakarta: Pustaka Insan Mandiri.
|
7f577674-21fd-42ec-8f42-01f3134ccec4 | http://jurnal.unidha.ac.id/index.php/JEBD/article/download/652/502 | Volume 25 No 1, Januari 2023
## Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Dharma Andalas
Strategi Pemasaran Elektronik Samsung Dalam Masa Pandemi Covid 19 Pada PT. Samsung Cabang Padang
Donna Ikranova Febrina 1 , Mukti Diapepin 2 , Yeni M Nur 3
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi LPPN 1,2,3 email: donnaikr@stia-lppn.ac.id email: muktidiapepin@stia-lppn.ac.id email: yenim@stia-lppn.ac.id
## ABSTRACT
The research objectives are: 1) To find out the electronic marketing strategy during the covid pandemic at PT. Samsung Branch Padang. 2) To figure out the factors that influence Samsung's electronics marketing during the Covid 19 pandemic at PT. Samsung Branch Padang. This study uses a descriptive method, in which researchers try to describe all phenomena, symptoms, events according to the research problem as it is. The nature of the qualitative approach is intended to present statements or information arranged in such a way as to be able to provide a clear and real picture of the object of research. Some uses of data are only used to support the description used, so as to provide a clear and concrete picture.
Keywords: Strategic Marketing, Pandemi Covid 19, SWOT Analysis
## ABSTRAK
Tujuan penelitian adalah: 1) Untuk mengetahui strategi pemasaran elektronik dalam masa pandemic covid pada PT. Samsung Cabang Padang. 2) Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemasaran elektronik Samsung dalam masa pandemic covid 19 pada PT. Samsung Cabang Padang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, dimana peneliti mencoba menggambarkan semua fenomena, gejala, kejadian sesuai dengan permasalahan penelitian secara apa adanya. Sifat pendekatan kualitatif dimaksudkan untuk menyajikan keterangan-keterangan ataupun informasi-informasi yang disusun sedemikian rupa, sehingga mampu memberikan gambaran yang jelas dan nyata tentang objek penelitian. Beberapa penggunaan data hanya digunakan sebagai pendukung deskripsi yang digunakan, sehingga mampu memberikan gambaran yang jelas dan konkrit.
Keywords: Strategi Pemasaran, Pandemi Covid 19 , Analisa SWOT
## PENDAHULUAN
Undang-Undang No. 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan mengatur semua hal yang berhubungan dengan perdagangan baik offline maupun online. Terkait bisnis online,
Undang-Undang
Perdagangan tepatnya pada pasal 65 mengatur mengenai data/informasi yang disediakan bisnis online. Pada pasal
tersebut, disebutkan bahwa data yang disediakan bisnis online harus lengkap dan benar. Data yang dimaksud di sini berupa identitas dan legalitas pelaku usaha sebagai produsen dan pelaku usaha distribusi, persyaratan teknis barang yang ditawarkan, persyaratan teknis atau kualifikasi jasa yang ditawarkan, harga dan cara pembayaran barang dan/atau jasa, serta cara penyerahan barang.
Apabila data yang ditunjukkan tidak lengkap atau benar, maka izin bisnis dapat dicabut. Selain itu, UU ini juga mengatur penggunaan sistem elektronik bisnis online dimana penggunaannya harus memenuhi ketentuan UU ITE.
Selain itu, terkait informasi dan data, pada Permendag Nomor 73/M- Dag/Per/9/2015 juga disebutkan bahwa pelaku usaha yang memproduksi atau mengimpor barang untuk
diperdagangkan di dalam negeri wajib mencantumkan label dalam bahasa Indonesia. Peraturan ini berlaku untuk sejumlah jenis barang di antaranya barang elektronik keperluan rumah tangga, telekomunikasi dan informatika, bahan bangunan, keperluan kendaraan bermotor (suku cadang dan lainnya), tekstil dan lain-lain.
Selain UU Perdagangan, ada juga UU Perlindungan Konsumen yang
mengatur hak dan kewajiban penjual dan pembeli. Penjual maupun pembeli bisnis online pun termasuk ke dalam peraturan ini. Hal ini dijelaskan dalam Penjelasan Pasal 1 angka 2 UU 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yaitu bahwa di dalam kepustakaan ekonomi dikenal istilah konsumen akhir dan konsumen antara. Dalam UU ini, pada dasarnya disebutkan bahwa penjual wajib menyerahkan hak milik atas barang yang diperjualbelikan serta memberikan informasi mengenai barang atau jasa yang dijual secara lengkap, jujur, dan jelas. Penjual juga wajib mengganti rugi apabila barang yang diterima konsumen tidak sesuai perjanjian. Artinya, pembeli dapat menuntut apabila terjadi penipuan.
PT. Samsung Electronics adalah salah satu penyedia terbesar di dunia teknologi. Dimulai sebagai perusahaan perdagangan ekspor berbagai produk dari Korea Selatan ke Beijing, Cina. Didirikan oleh Lee Byung-chul pada tahun 1938, Samsung secara bertahap berkembang menjadi korporasimultinasional yang
sekarang ini. Kata Samsung berarti "tiga bintang" di Korea. Hal ini menjadi nama yang terkait dengan berbagai jenis dunia usaha di Korea Selatan dan di berbagai bagian dunia. Secara internasional, orang mengasosiasikan nama dengan
elektronik, teknologi informasi dan pengembangan.
Produk pertama adalah satu set televisi hitam-putih. Pada tahun 1980, Perusahaan Samsung membeli Hanguk Jeonja Tongsin di Gumi, dan mulai membangun perangkat telekomunikasi. Produk awalnya adalah Switchboards. Fasilitas ini telah berkembang menjadi sistem manufaktur telepon dan faks dan menjadi pusat manufaktur ponsel Samsung. Mereka telah menghasilkan lebih dari 800 juta ponsel. Perusahaan mereka dikelompokkan bersama di bawah Samsung Electronics Co, Ltd pada 1980-an. Pada akhir 1980-an dan awal 1990-an, Samsung Electronics berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan, investasi yang penting dalam mendorong perusahaan untuk terdepan dalam industri elektronik global. Pada tahun 1982, Samsung membangun sebuah pabrik perakitan televisi di Portugal, pada tahun 1984, Samsung membangun sebuah pabrik di New York, pada tahun 1985, Samsung membangun sebuah pabrik di Tokyo, pada tahun 1987, Samsung membangun fasilitas di Inggris, dan fasilitas lain di Austin pada tahun 1996. Secara total, Samsung telah menginvestasikan $ 5,6 milyar di Austin.
Produsen ponsel terutama pangsa pasar terkemuka di Amerika Utara dan Eropa Barat. Keberhasilan Samsung sebagai sebuah penyedia teknologi terus berkembang melalui delapan puluhan seperti Samsung Electronics telah bergabung dengan Samsung Semikonduktor dan Telekomunikasi. Dengan cara ini diaspal menuju terus kuat di pasar internasional dengan produk teknologi tinggi yang akan menjadi
pokok di setiap rumah. Perkembangan ini berlanjut saat dekade berikutnya sebagai Samsung terus melampaui batas dan restrukturisasi rencana bisnis untuk mengakomodasi adegan global. Mengadopsi bentuk baru manajemen terbukti menjadi perpindahan yang bijaksana bagi perusahaan sebagai produk berjalan mereka pada daftar harus top-have dalam berbagai bidang mereka.
TV-LCD, tabung gambar, printer Samsung dan produk teknologi tinggi lainnya akuisisi menjadi terkenal karena mereka berkualitas tinggi.
Di PT. Samsung Electronics Indonesia ada tiga divisi yang dijalankan sampai saat sekarang ini di tahun 2021. Ke tiga divisi ini slalu bersaing ketat di pasar Indonesia. Divisi ini terdiri dari CE, HP dan IT. Untuk divisi CE ini fokus ke barang elektronik seperti TV, kulkas, mesin cuci, AC, microwave, vacum cleaner dan audio visual seperti speaker, home theater atau soundbar. Untuk divisi HP ini di fokuskan ke barang seperti handphone, tablet dan asesoris penunjang hp lainnya seperti headset dan lain-lain. Selajutnya divisi IT fokus ke barang seperti monitor komputer dan laptop. Pada penelitian ini penulis akan fokus membahas tentang produk elektronik Samsung saja yang ada di kota Padang. Karena yang terdampak saat ini di Samsung adalah produk elektronik.
Dalam hal ini pastinya PT. Samsung Electronics Indonesia tidak berjalan mulus dalam bisnisnya di Indonesia karena pasti setiap bisnis ada namanya competitor atau pesaing bisnis. Di sini PT. Samsung Electronics mempunyai saingan bisnis dengan produk elektronik LG, produk pesaing ini sama-sama dari Negara yang sama yaitu Korea Selatan. Semua produk yang di pasarkan LG juga banyak kemiripan teknologi dengan Samsung, seperti fitur TV, kulkas dan lain-lain. Kemiripan di
TV seperti fitur smart TV nya, artinya sama-sama bisa akses internet.
Dimasa Pandemi sekarang, penjualan PT. Samsung Electronics tetap berjalan, karena barang elektronik sudah termasuk kebutuhan yang tidak bisa ditinggalkan konsumen. Sebagian konsumen membeli elektronik juga sudah menjadikan sebagai trend masa kini. Yang dimaksud menjadi trend masa kini adalah barang elektronik seperti TV sudah bisa juga digunakan fungsinya seperti layaknya menggunakan HP. Fitur atau aplikasi di smart TV Samsung sudah menyerupai aplikasi yang ada di HP android yang bisa juga kita gunakan sebagai salah satu kebutuhan media sosial, game, movie online dan masih banyak fitur lainnya juga. Tidak hanya itu teknologi kulkas, mesin cuci dan AC juga sudah bisa di control jarak jauh menggunakan hp android, sehingga memudahkan kita dalam mengoperasikan elektronik yang ada di rumah, bahkan tidak dibatasi jarak control sejauh apapun.
Strategi pemasaran yang diterapkan Samsung tidak hanya pada sasaran konsumen semata, tetapi juga pada pesaing yang mengincar pasar sasaran konsumen yang sama.
Perusahaan sebelum menetapkan dan menjalankan strateginya, hendaklah terlebih dahulu melakukan analisa SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Treath) yaitu melihat dan menganalisa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimilikinya sendiri.
Dalam hal ini untuk produk elektronik Samsung di kota Padang sudah cukup dikenal oleh masyarakat umum. Untuk brand image elektronik Samsung juga banyak dikenal diberbagai kalangan, seperti kalangan muda maupun orang tua. Untuk di kota Padang elektronik Samsung juga tersedia di toko-toko elektronik terdekat.
Pada saat pandemic covid 19 ini Samsung banyak merubah strategi pemasarannya dari yang sebelumnya hanya melakukan pemasaran promo cashback, flayering, media cetak, serta penambahan insentif karyawan. Tetapi saat pandemic covid 19 ini system pemasaran ada beberapa perubahan seperti melakukan kerjasama media online shop seperti Toko Pedia, Shopee, Lazada dan online shop Samsung resmi. Di saat pandemic ini Samsung juga gencar melakukan promosi online dibeberapa media social seperti Instagram, Twitter, Youtube dan Tiktok. Bermacam-macam promosi dilakukan oleh Samsung seperti setiap konsumen yang mempunyai kartu vaksin bisa dapat diskon langsung 3% - 5%, syarat dan ketentuan berlaku. Penambahan incentive karyawan jika menjual barang premium. Meningkatkan pelayanan service call center online 24 jam. Penambahan gift kepada konsumen dan juga bisa pembelian system COD (cash on delivery) khususnya konsumen dalam kota serta gratis biaya pengantaran dalam kota yang sama.
Secara nasional penjualan Samsung elektronik ditarik data year to date tahun 2019 dengan tahun 2020 menurun sampai 3%, tetapi khususnya Cabang Padang ada kenaikan penjualan 15% dibandingkan data data tahun 2019 dengan tahun 2020. Tetapi pada semester 1 tahun 2021 dibandingkan dengan semester 1 2020 ada penurunan omset 5% - 6%. Penurunan ini karena terdampak pandemic zona merah banyak toko elektronik yang kerja sama dengan Samsung tutup, serta penerepan PPKM pada kota Padang yang menyebabkan penurunan penjualan karena sepinya pengunjung. Data ini bersumber langsung dari email resmi PT. Samsung Electronics dan laporan bulanan semua marketing yang ada di kota Padang.
Berdasarkan fenomena diatas, maka penulis tertarik untuk mengkaji strategi pemasaran yang dilakukan oleh PT. Samsung Electronics kepada konsumen pada saat pandemic ini, khususnya divisi elektronik.
## METODE PENELITIAN
Penelitian ini penulis laksanakan pada PT. Samsung Electronics Cabang Padang JL. Sawahan No. 27-Padang, dengan waktu penelitian selama kurang lebih 2 (dua) bulan terhitung September s/d Oktober 2021.
Metode penelitian yang digunakan adalah dengan mempergunakan metode deskripsi
dengan pendekatan kualitatif, dimana peneliti mencoba menggambarkan semua gejala ataupun peristiwa atau fenomena secara apa adanya sesuai dengan data dan informasi yang diperoleh dari responden (sumber data), hal ini dilakukan dengan senantiasa mengacu pada pembahasan masalah penlitian yang sudah ditetapkan terlebih dahulu. Menurut Moloeng (2007:3)
“penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskripsi berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati”. Sejalan dengan itu, Denzim dan
Lincoln dalam Moloeng (2007:5)
“mengatakan kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah dengan maksud manafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada”. Metode deskriptif memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada pada saat penelitian dilakukan dan masalah- masalah yang bersifat actual. Secara ringkas cara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah non eksperimental dan analisis yang digunakan adalah analisa deskriptif.
Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan bahan yang diperlukan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah:
1. Interview/Wawancara
Metode interview ini merupakan suatu metode yang penulis lakukan dengan melakukan wawancara atau dialog langsung dengan responden penelitian untuk mengetahui masalah yang dihadapi. Informan dalam penelitian ini adalah marketing elektronik Samsung yang berada di kota Padang, yang menjadi sumber informasi 9 orang mempunyai jabatan dan level tingkatan yang beda. Berikut nama-nama yang yang di interview.
Tabel 1: Nama – nama yang
diinterview No Nama Jabatan Lokasi
No Hp 1. Ari Marketing Mulia Elektronik 082391117511 2. Ayu Marketing SJS Plaza 081266056642 5. Hendra Marketing Mulia Elektronik 081372249012 6. Irfan SPV Office Samsung 081372838394 8. Ledy Marketing Mulia Elektronik 081276549797 3. Reo Marketing Mulia Elektronik 08113968529 7. Riko Promosi Office Samsung 085272541276 4. Rindu Marketing SJS Plaza 082268700708 9. Rizki Marketing SJS Plaza 082171999595
Sumber: Data Karyawan PT. Samsung Cabang
## Padang
Adapaun alasan penulis melakukan metode ini antara lain:
a. Metode ini berguna sekali bagi penulis dalam menginterprestasikan data-data yang diperlukan atau baru diperoleh dari orang-orang yang penulis temui.
b. Dengan menggunakan metode ini penulis merasakan adanya penghematan waktu, karena tidak
memakan waktu yang lama, hal ini dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan secara lisan dan hasilnya pun bisa didapat dengan lengkap dan jelas.
c. Metode ini paling mudah dan paling praktis sekali digunakan karena bisa menginterview langsung terhadap objek yang diteliti.
d. Metode ini sangat berguna dalam rangka meninjau masalah yang timbul dalam interview berlangsung.
2. Observasi
Adapun penulis menggunakan metode ini adalah:
a. Metode ini menggunakan cara untuk mengetahui dengan langsung segala macam kejadian.
b. Metode ini akan lebih mudah menilai segala keterangan yang diperoleh interview. 3. Analisa Dokumen Teknik yang dipakai untuk memperoleh dan menganalisa data yang diperoleh guna memperkuat dan memperkaya temuan penelitian melalui wawancara dan observasi.
4. Alat Pengumpulan Data Dalam penelitian ini penulis dibantu dengan pedoman wawancara, observasi, data laporan dari PT. Samsung dan dokumentasi serta menggunakan buku- buku yang relevan tentang strategi penjualan. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laptop atau handphone untuk pengecekan email dan data penjualan
Teknik Analisa Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data deskriptif menggunakan model analisis Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2012:337) yaitu aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Aktivitas
dalam analisis data secara interaktif dilakukan malalui tahap-tahap berikut:
1. Reduksi Data (Data Reduction) Mereduksi data berate
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Dalam hal ini penulis memilih hal-hal yang berkaitan dengan peranan “Strategi Pemasaran Produk Samsung Dalam Masa Pandemic Covid 19”.
2. Penyajian Data (Data Display) Dalam penelitian kualitatif, penyajan data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, Flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman mengatakan yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks bersifat naratif, selain itu juga dapat berupa grafik, matrik, network (jaringan kerja) dan chart.
3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi Langkah terakhir dalam menganalisis data kualitatif dengan model Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi . Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang
sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori. Dalam penelitian ini setelah penulis menyajikan hasil penelitian dalam bentuk urainan dengan
menggunakan kata-kata yang mudah dipahami.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Strategi pemasaran elektronik Samsung dalam masa pandemi covid 19 Pada PT. Samsung Cabang Padang . Dampak pandemi covid-19 masih dirasakan oleh hampir seluruh industri baik secara global maupun nasional. Apalagi sampai saat ini, sejumlah daerah masih menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Hal itu berdampak bagi perusahaan terutama di bagian operasional. Tidak sedikit perusahaan yang tumbang atau melakukan pemangkasan jumlah karyawan guna menyelamatkan bisnis. Menurut Kurtz (2008, 42) mengungkapkan bahwa:
“Strategi pemasaran atau marketing merupakan program yang menyeluruh dari perusahaan dalam upaya menentukan target market serta untuk memuaskan konsumen.”
Berdasarkan teori tersebut penulis melakukan pengamatan dan wawancara tentang program dan strategi perusahaan PT. Samsung Cabang Padang sebagai berikut:
a. Produk
Menurut bapak Irfan selaku SPV mengatakan bahwa: Samsung lebih memilih untuk menjual produk- produk high-end dan berkualitas tinggi yang tentu saja menawarkan stylish best-practice . Produk-produk yang dijual Samsung merupakan produk khusus barang elektronik. Produk- produk itu meliputi: AC, Kulkas, TV, Mesin Cuci, Oven dan Microwave . Jadi di Kota Padang Samsung tidak ragu dalam mendisplay produk premium sampai dengan harga TV 50 juta per unit.
Menurut bapak Riko selaku promosi mengatakan bahwa: produk Samsung memang fokus menjual
barang premium dan sudah menjadi pikiran masyarakat bahwa produk Samsung itu mahal.
Jadi kesimpulannya Samsung di kota Padang lebih memilih menjual produk yang premium untuk semua kategori seperti TV, Kulkas, AC,
Mesin Cuci, Oven dan Microwave.
b. Promosi
Bapak Irfan selaku SPV marketing mengatakan: Samsung Padang “untuk strategi promosi Samsung dibilang cukup menjanjikan. Dan khususnya setiap produk Samsung yang ingin diluncurkan, pihak Samsung mengajak reviewer, media untuk diundang secara khusus tentang produknya ini. Dan yang paling menonjol dalam promosi Samsung ini adalah dengan menggunakan media iklan yang kita bisa temui di Televisi, Internet, media sosial, papan reklame”.
Bapak Riko selaku bagian promosi mengatakan: di kota Padang samsung selalu mengajak konsumen untuk melihat display produk terbaru yang baru diluncurkan. Serta tidak lupa selalu iklan di media sosial.
Jadi kesimpulan dari promosi yang dilakukan Samsung Padang adalah mengajak konsumen untuk melihat secara langsung display produk terbaru dan iklan dimedia sosial.
c. Marketing Mix
Bapak Irfan mengatakan “variabel – variabel yang dapat dipergunakan di PT. Samsung Cabang Padang untuk mempengaruhi tanggapan konsumen adalah”:
1) Produk, Samsung lebih memilih untuk menjual produk-produk high- end dan berkualitas tinggi yang tentu saja menawarkan stylish best- practice . Produk-produk yang dijual Samsung merupakan produk khusus barang elektronik. Produk-produk itu meliputi AC, Kulkas, TV, Mesin Cuci, Oven, Microwave .
2) Harga, Samsung lebih menekankan pada kualitas produk, sehingga penentuan harga ditetapkan berdasarkan pada tingkat kualitas masing-masing produk itu sendiri.
Dan apabila dibandingkan dengan merek-merek elektronik lainnya produk Samsung dikenal dengan harga yang lebih mahal dengan merek lainnya, akan tetapi masyarakat Indonesia pun tidak meragukan kualitas yang dimiliki Samsung yang dikenal sebagai kualitas no 1. 3) Tempat Samsung mendistribusikan produknya kepada konsumen menggunakan outlet-outlet distributor, gerai resmi. Produk samsung sangat mudah ditemui keberadaannya di kota Padang khususnya dan di Sumatra Barat umumnya.
4) Promo, strategi promosi Samsung dibilang cukup menjanjikan. Dan khususnya setiap produk Samsung yang ingin diluncurkan, pihak Samsung mengajak reviewer, media untuk diundang secara khusus tentang produknya ini. Dan yang paling menonjol dalam promosi
Samsung ini adalah dengan menggunakan media iklan yang kita bisa temui di Televisi, Internet, media sosial dan papan reklame.
d. Distribusi
Berdasarkan informasi dari Bapak “Irfan” selaku SPV Samsung elektronik. “Pendistribusian produk tidak dilakukan ke semua outlet atau toko elektronik yang ada di kota Padang, tetapi Samsung
mendistribusikan produknya kepada konsumen menggunakan outlet-outlet distributor yang besar seperti toko Mulia Elektronik, SJS Plaza, Informa dan Transmart”.
Setelah terdistribusi di toko- toko besar tersebut akan diteruskan oleh marketing toko kepada konsumen langsung di jual secara retail, dan kepada outlet kecil atau gerai resmi atau yang ada di kota Padang dalam bentuk grosiran. Produk samsung sangat mudah ditemui keberadaannya di toko elektronik Kota Padang.
Samsung memilih toko penjualan yang dekat akses dengan kota dan transportasi umum kota Padang. Bapak Irfan juga menginformasikan “untuk distribusikan produk dari outlet kepada konsumen kadang juga menjadi penghalang penjualan produk elektronik Samsung, sehingga pihak Samsung kota Padang kerjasama dengan pihak toko atau outlet resmi,
khusus pengantaran dalam kota Padang“. Bapak Reo sebagai marketing di toko Mulia Elektronik menginformasikan untuk distribusi barang khusus dalam kota Padang gratis.
Ayu sebagai marketing SJS Plaza mengatakan hal yang sama “untuk pengantaran dalam kota Padang gratis”.
Dari pendapat diatas penulis menyimpulkan untuk promo dalam distribusi barang gratis pengantaran dalam kota Padang.
e. Harga
Bapak Irfan selaku SPV elektronik Samsung Padang mengatakan “Samsung lebih menekankan pada kualitas produk, sehingga penentuan harga ditetapkan berdasarkan pada tingkat kualitass masing-masing produk itu sendiri”.
Reo sebagai marketing juga mengatakan “kita jual sesuai harga yang sudah ada disistem, jadi mau diskonpun tidak bisa”.
Ledy sebagai marketing mengatakan “kalau soal harga Samsung memang mahal dan kita tidak bisa kasih murah karena sudah ada ketentuan soal harga dari perusahaan”.
Bapak Riko selaku bagian team
promosi juga menginformasikan “apabila dibandingkan dengan merk-
merk elektronik lainnya produk Samsung dikenal dengan harga yang lebih mahal dengan merk lainnya, akan tetapi masyarakat kota Padang pun tidak meragukan kualitas yang dimiliki Samsung yang dikenal sebagai kualitas no 1”.
Dari hasil wawancara diatas penulis menyimpulkan tidak ada program untuk harga, karena Samsung sudah menentukan harga jual sesuai masing- masing produk dan tidak bisa diganggu gugat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi
pemasaran elektronik Samsung dalam masa pandemi covid 19 pada PT. Samsung Cabang Padang.
a) Faktor Lingkungan
Menurut Bapak Irfan sebagai SPV, menginformasikan kepada penulis bahwa “perolingan/field team marketing sangat berpengaruh terhadap pencapaian target penjualan, karena watak dan mental marketing berbeda disetiap toko-toko yang ditempati”. Hal tersebut di informasikan, untuk perolingan sering dilakukan untuk menggali kembali kemampuan dari masing-masing marketing. Terkadang ada terjadi lonjakan kenaikan dan penurunan penjualan pada saat dilakukannya perolingan tersebut.
Kadang perolingan marketing juga di minta oleh pimpinan agar semua karyawan atau marketing Samsung sama-sama merasakan tempat yang rame trafik atau sebaliknya. Hal ini dilakukan agar semua marketing mendapatkan atau mersakan insentif
yang besar jika ditempatkan di toko yang bagus.
Menurut Bapak Irfan hal ini “kadang ada dampak negatifnya terhadap karyawan atau marketing yang di roling ke toko yang sepi pengunjung, yang berefek kepada insentif mereka terima, sehingga akan menurunkan semangat dari team marketing tersebut”.
Hendra sebagai team marketing toko Mulia Elektronik menginformasikan, “bahwa dirinya menyayangkan atas keputusan manajemen untuk roling ke toko Transmart Padang yang sepi pengunjung pada saat pandemic karena sistem jam operasional toko tidak normal”.
Menurut Reo sebagai marketing “pengantaran sering terhalang karena
armada tidak cukup, yang mengakibatkan penjualan menjadi batal” hal serupa juga di informasikan oleh Ledy sebagai marketing,
“kendala ini memang terjadi sejak pandemi, distribusi barang sering terhalang”.
Menurut Ayu marketing SJS Plaza, “untuk masyarakat umum kebanyakan tidak respon juga terhadap promo- promo yang sudah dishare di media online karena masih banyak yang save money”.
Bapak Irfan juga mengatakan “sejak pandemi orderan dari perkantoran berkurang atau pengadaan barang, karena pengalokasian barang banyak kepada bantuan covid 19. Hal yang serupa juga di informasikan oleh Reo sebagai marketing elektronik Samsung. Bapak Irfan juga menyampaikan “kebijakan pemerintah untuk mensubsidi bagi pelaku usaha menengah ke bawah yang meminjam
KUR di bank akan dikasih bunga ringan yang juga berpengaruh terhadap
pengambilan produk
elektronik Samsung seperti mesin cuci untuk pengusaha loundry, kulkas untuk kafe dan tv untuk kafe-kafe yang ada di kota Padang”.
Dari beberapa pendapat diatas penulis menyimpulkan bahawa faktor lingkungan atau dari internal sangat berpengaruh terhadap penjualan produk elektronik Samsung di kota Padang. Hal yang menyebabkan terhalangnya penjualan elektronik Samsung di kota Padang adalah perolingan karyawan, promo kompetitor dan distribusi barang yang terganggu akibat armada tidak cukup. b) Faktor Pasar Bapak Irfan selaku SPV elektronik Samsung di kota Padang
menyampaikan “tata letak toko-toko elektronik Samsung sudah ditempat yang strategis yang pemukiman penduduk ramai dan area strategis bisnis di pusat kota Padang”.
Bapak Riko mengatakan: rata-rata semua toko elektronik Samsung semunya berada di pusat kota, sehingga konsumen sudah gampang mencarinya. Serta sudah dikawasan ramai yang ada di kota Padang. Tapi sebagian toko masih ada tata letak display di bagian belakang. Reo selaku marketing mengatakan: semua toko elektronik Samsung sudah di tengah kota, tetapi tempat display masih ada di bagian belakang toko. Kadang konsumen banyak tidak tau kalau ada menjual banyak produk.
Kesimpulan penulis dari pendapat diatas adalah untuk pasar atau market dari toko elektronik Samsung di kota Padang bahwa tata letak display di toko juga berpengaruh terhadap penjualan elektronik Samsung di kota Padang.
c) Pesaing
Rizki sebagai marketing menyebutkan “promo kompetitor sangat banyak
yang menyebabkan terganggunya penjualan elektronik Samsung di toko Mulia Elektronik. Promo kompetitor yakninya melakukan instalasi gratis untuk pemasangan AC merek LG & Sharp. Hadiah gratis bracket untuk TV
## LG”.
Selain itu Rindu sebagai marketing mengatakan, “para pesaing atau kompetitor Samsung masih sangat kuat di kota Padang seperti merek LG. Perbandingan konsumen yang datang ke toko mencari produk LG di banding produk Samsung bisa berbanding 3:1. Rata-rata untuk konsumen kompetitor menengah ke bawah dan untuk produk Samsung menengah ke atas”.
Ari sebagai marketing mengatakan: merek Sharp promo tidak habis-habis dan selalu ada. Hal itu sangat mengganggu penjualan Samsung dan juiga bisa menarik konsumen yang datang.
Kesimpulan penulis berdasarkan pendapat di atas adalah promo kompetitor sangat berpengaruh terhadap penjualan elektronik Samsung di kota Padang.
d) Kemampuan Internal Menurut Ari sebagai marketing, “ada beberapa faktor yang menghambat dalam internal Samsung di kota Padang. Pertama, ketersedian stok tidak lengkap karena pembatasan impor (kebijaksan pemerintah),
sehingga tidak bisa melengkapi semua permintaan konsumen”.
Ayu sebagai marketing mengatakan “gimana mau jualan banyak, stok aja tidak lengkap. Kadang display ada kadang tidak”
Hendra sebagai marketing mengatakan “karna tinggal barang display saja di toko, konsumen jadi sering batal transaksinya” sehingga hal ini sangat mengganggu untuk mengejar target kami.
Bapak Infan juga mengatakan “tentunya juga ada kendala yang datang seperti kelangkaan stok barang- barang elektronik karena distribusi yang tidak normal pada saat pandemi covid 19 di kota Padang”.
Dari pendapat diatas penulis simpulkan faktor internal sangat berpengaruh terhadap penjualan elektronik Samsung. Seperti ketersediaan stok yang tidak lengkap menyebabkan penjualan menurun.
e) Perilaku Konsumen Rindu sebagai marketing mengatak “kosnumen sepi ke toko karena sejak pandemic sering belanja online dan via telpon kadang ada yang tidak paham dijelaskan”.
Reo selaku marketing mengatakan “kadang konsumen ada yang ragu mendekat saat kita menjelaskan produk, sehingga informasi yang mau kita sampakan tidak dicerna dengan jelas oleh konsumen”.
Ayu mengatakan “konsumen kini banyak yang nanya-nanya saja lewat telpon, kadang tidak membeli. Boleh diktakan 10 yang nanya 1 yang beli karena merasa tidak puas dari informasi telpon.
Dari pendapat di atas dapat penulis simpulkan perubahan perilaku konsumen pada saat pandemic ini sangat berpengaruh terhadap penjualan elektronik Samsung di kota Padang. Seperti yang tehalang oleh komunikasi yang tidak langsung menyebabkan minimnya kepuasan atau informasi yang diterima konsumen.
## SIMPULAN
Hasil dari penelitian pada PT. Samsung Cabang Padang, strategi pemasaran yang diterapkan Samsung Cabang Padang adalah sebagai berikut:
1. Strategi pemasaran elektronik yang digunakan oleh PT. Samsung Cabang Padang pada masa pandemic covid 19 adalah memilih untuk menjual produk high end atau premium the hero tv, the serif tv, the frame tv, kulkas SBS family hub, mesin cuci front loading addwash, vacum robot, microwave bespoke dan ac wind free. Melakukan promosi online, kerja sama online shop, promo lewat media sosial, promo kartu vaksin dan pembagian flayer pada pintu masuk toko.
Meningkatkan dalam
pelayanan
distribusi seperti gratis pengantaran dalam kota Padang dan memilih outlet penjualan yang besar di kota Padang. Dan untuk soal harga sudah mempunya ketentuan dari perusahaan. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pemasaran elektronik Samsung dalam masa pandemi covid
19 pada PT. Samsung Cabang Padang adalah datang dari faktor lingkungan internal seperti perolingan karyawan, faktor pasar seperti tata letak display,
faktor pesaing seperti promo kompetitor, kemampuan internal seperti ketersediaan stok yang tidak lengkap dan faktor perilaku konsumen seperti komunikasi tidak bisa lansung karena “PSBB” di kota Padang.
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. PT. Samsung Electronics Cabang Padang agar memperhatikan aktifitas promo online yang dilakukan semua staf marketing apakah teratur dilakukan.
2. PT. Samsung Electronics Cabang Padang mengevaluasi kembali semua strategi dalam pemberian target
kesetiap staf marketing disetiap outlet Samsung. 3. PT. Samsung Electronics Cabang Padang diharapkan juga mempertimbangkan pemberian
incentive tambahan kepada staf marketing atau memberi suatu tantangan yang lebih lagi untuk meningkatkan penjualan Samsung di kota Padang.
4. Timing Strategi yang digunakan oleh PT. Samsung Electronics Cabang Padang sudah baik dan benar, dan memenuhi standar tetapi jangan sampai berhenti mencari strategi yang baru, jangan sampai kalah strategi dengan perusahaan competitor.
## DAFTAR PUSTAKA
Assauri, Sofjan. 2018, Manajemen Pemasaran, Depok, Rajawali Pers. Assauri, Sofjan. 2012, Strategic Marketing, Jakarta, Raja Grafindo
Persada.
Boon, Kurtz (2008). Contemporary Marketing, New York: Sount-West
Cengage Learning.
Diapepin, Mukti & Febrina, Donna Ikranova, 2021, Bahan Ajar Kebijakan Dan Strategi Produksi, Padang. Fred, R David. 2011. Strategic Management Manajemen Strategi Konsep. Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat Fred R. David. 2012, Strategi
Manajement, Terjemahan Dono
Sunardi, Salemba Empat. Rangkuti, Freddy. 2009. Strategi Promosi yang Kreatif dan Analisis Kasus Integrated Marketing. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kotler & Armstrong (2017) Manajemen Pemasaran, Strategi pemasaran dan Analisis strategi pemasaran, Perencanaan strategi pemasaran, Implementasi. Jilid 2. PT.
Prenhallindo Jakarta.
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller.
2017. Manajemen Pemasaran. Edisi 1. Alih bahasa: Bob sabran, MM.
Jakarta: Erlangga
Stephanie & K. Marrus. (2002). Desain
Penelitian Manajemen Strategik. Jakarta: Rajawali Press. Stanton J. William, 2010, Prinsip Pemasaran, Penyadur Y. Lamarto, Edisi ke 7, Jakarta: Erlangga. Stanton, William J. 2012. Prinsip pemasaran, alih bahasa: Yohanes Lamarto Penerbit
Erlangga,
Jakarta. Swastha, Basu dan Irawan. 2000. Manajemen Pemasaran Modern Edisi 2. Yogyakarta: Liberty. Swastha, Basu dan Irawan. 2002. Manajemen Pemasaran. Edisi Kedua. Cetakan Kedelapan. Yogyakarta: Liberty. Swastha, Basu dan Irawan. 2003. Manajemen Pemasaran Moder (Edisi kedua). Cetakan kesebelas. Yogyakarta: Liberty Offset. Swastha Basu.2004. Azas-azas Marketing.Yogyakarta: Liberty. Tjiptono, Fandy & Chandra, Gregorius.
2017, Pemasaran Strategik Edisi 3, Yogyakarta, CV Andi.
Tjiptono, Fandy. (2002). Strategi Pemasaran.Yogyakarta: Penerbit
Andi. Sumber Dari Internet
4, S. (2022). Strategi Pemasaran Edisi 4 |
GarisBuku.com. Diakses 4 Juli 2022, dari http://garisbuku.com/shop/strategi- pemasaran-edisi-4/
7 Bab Ii Tinjauan Pustaka 2.1 Pemasaran.
Diakses 21 Agustus 2022, dari http://eprints.polsri.ac.id/5018/3/B AB%20II.pdf Contoh Makalah Strategi Pemasaran Lengkap 2020 -Sholihatun. (2022). Diakses 11 Agustus 2021, dari https://solikhaton.blogspot.com/20 16/09/contoh-makalah-strategi- pemasaran.html Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pemasaran. (2013). Diakses 31 Agustus 2021, dari https://rumahpemasaran.wordpress .com/2013/11/18/faktor-faktor- yang-mempengaruhi-strategi- pemasaran/
Handani, d. (2022). Makalah Strategi Pemasaran. Diakses 4 Juli 2021, dari https://www.academia.edu/371609
01/Makalah_Strategi_Pemasaran Indonesia, B., Inggris, B., 1, S.,
Pembelajaran, T., & Informasi, S. (2021). 4 Pengertian Strategi Pemasaran Menurut Para Ahli (Terlengkap). Diakses 3 Juli 2021, dari https://www.seputarpengetahuan.c o.id/2021/12/pengertian-strategi- pemasaran.htmlSabtu/
Pengertian Strategi Pemasaran Menurut
Ahli 2021. (2019). Diakses 3 Juli 2021, from https://projasaweb.com/pengertian- strategi-pemasaran/ Pemasaran - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. (2022). Diakses 4 Juli 2021, dari https://id.wikipedia.org/wiki/Pema saran Pengertian Strategi Pemasaran Menurut Ahli 2021. (2019). Diakses 31 Agustus 2021, dari https://projasaweb.com/pengertian- strategi-pemasaran/ Riskita, P. (2022). Ini 4 Undang-undang Perdagangan Online Soal Transaksi. Diakses 20 Mei 2021, dari
|
c2be9c06-9eb9-43bf-ab3d-aa72ebe8f84e | http://jurnal.um-tapsel.ac.id/index.php/ptk/article/download/7668/4978 | DOI : 10.31604/ptk.v5i3.373-382
PeTeKa (Jurnal Penelitian Tindakan Kelas dan Pengembangan Pembelajaran)│373
## PERANAN ORANG TUA DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN ANAK YANG BERAKHLAKUL KARIMAH
Khadijah, Ajat Rukajat, Khalid Ramdhani
Fakultas Agama Islam, Universitas Singaperbangsa Karawang Khadijahdijah0402@gmail.com
## Abstrak
Penelitian ini mengkaji lebih dalam mengenai peranan orang tua dalam membentuk kepribadian anak yang berakhlakul karimah. Permasalahan mendasar dalam penelitian ini ialah peranan orang tua dalam membentuk akhlak karimah pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara orang tua dalam membentuk kepribadian anak agar menjadi pribadi yang berakhlakul karimah. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, dimana dalam teknik pengumpulan datanya menggunakan teknik wawancara dengan beberapa orang tua. Teknik analisis data melalui empat tahapan, yaitu mengumpulkan data, mereduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil pada penelitian ini menunjukan bahwa dalam pembentukan kepribadian anak, orang tua berperan sangat besar dalam pembentukan akhlak yang karimah. Hal tersebut menunjukan bahwa dalam pembentukan kepribadian anak tidaklah lepas dari pengawasan orang tua dan orang tua lah yang menjadi teladan bagi seorang anak seperti mengajarkan sopan santun, dan mengajak kepada hal-hal yang positif.
Kata kunci: Peran Orang Tua, Kepribadian Anak, Akhlakul Karimah.
## Abstract
This study examines more deeply the role of parents in shaping the personality of children who have good morals. The basic problem in this study is the role of parents in shaping good morals in children. This study aims to find out how parents can shape their child's personality to become a person with good character. This type of research is qualitative using a qualitative descriptive approach, where the data collection technique uses interview techniques with several parents. The data analysis technique went through four stages, namely collecting data, reducing data, presenting data, and drawing conclusions. The results of this study indicate that in the formation of a child's personality, parents play a very large role in the formation of good morals. This shows that the formation of a child's personality cannot be separated from parental supervision and it is parents who are role models for a child such as teaching manners, and inviting positive things.
Keywords: The Role of Parents, Child Personality, Noble Character.
## PENDAHULUAN
Tanggung jawab dalam pendidikan seorang anak tidak hanya dilakukan oleh guru di sekolah melainkan dilakukan juga oleh masyarakat di lingkungan sekitar dan dilakukan pula oleh orang tua di dalam lingkungan keluarga. Orang tua merupakan pendidik yang paling pertama bagi seorang anak, karena dari orang tualah anak pertama kali belajar,
mencontoh perilaku orang tua dan memulai pendidikan pertama (Daradjat,
2017: 35). Lingkungan keluarga sangat besar pengaruhnya karena anak terlahir dalam keadaan fitrah, suci, dan pengetahuan anak masih dalam keadaan kosong, dan yang memberikan pengetahuan-pengetahuan awal ialah dari keluarga itu sendiri (Yudisia, 2017: 5). Pentingnya peran orang tua dalam mendidik anaknya agar menjadi
Khadijah, dkk. Peranan Orang Tua Dalam Membentuk Kepribadian Anak Yang…
pribadi yang berakhlakul karimah terdapat di dalam QS. At-Tahrim ayat 6
ﺍٓﻮﻗ ﺍﻮﻨﻣﺍ ﻦﻳِﺬﻟﺍ ﺎﻬﻳﺎٓ ﻳ ﺍﺭﺎﻧ ﻢﻜﻴِﻠﻫﺍﻭ ﻢﻜﺴﻔﻧﺍ ﻭ ﺱﺎﻨﻟﺍ ﺎﻫﺩﻮﻗﻭ ﺓﺭﺎﺠِﺤﻟﺍ
ﻻ &ﺩﺍﺪِﺷ &ﻅﻼِﻏ &ﺔﻜ-ﻯۤﻠﻣ ﺎﻬﻴﻠﻋ ﻢﻫﺮﻣﺍ ٓﺎﻣ ﱣ 3ﺍ ﻥﻮﺼﻌﻳ ﻥﻭﺮﻣﺆﻳ ﺎﻣ ﻥﻮﻠﻌﻔﻳﻭ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat- malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (At-Tahrim ayat 6)
Pada dasarnya, orang tua bertanggung jawab atas pendidikan anak-anaknya. Setiap orang tua telah diberikan nikmat oleh Allah SWT, dan mereka berkewajiban untuk memenuhi tanggung jawab itu karena telah ditetapkan sebagai perintah dari Allah SWT. anak yang dilahirkan masih dalam keadaan yang fitrah atau suci dan orang tuanyalah yang menjadikanya Majusi, Nasrani, dan Yahudi. Al-Qur'an dan Sunnah Nabi SAW merupakan landasan atau tolak ukur yang digunakan dalam Agama Islam untuk menentukan apakah seseorang itu baik atau buruk akhlaknya. Dan yang baik untuk dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari adalah yang baik menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah. Begitu pula, apa yang salah di mata Al- Qur'an dan Sunnah adalah apa yang tidak diinginkan dan harus dihindari (Pahlawati, 2020: 154).
Dewasa ini krisis akhlak menjadi permasalahan yang sering
terjadi terutama di negara kita sendiri Indonesia. Apabila kita memperhatikan berita baru-baru ini terutama di media seringnya kita jumpai kasus-kasus yang berkaitan dengan kepribadian akhlak pada anak. Seperti pembullyan, tatakrama, tawuran, pembegalan, bahkan perzinaan dimana yang melakukan hal tersebut anak-anak dibawah umur yang lepas dari pengawasan orang tua. Kasus-kasus kekerasan dan penyimpangan yang dilakukan oleh seorang anak merupakan krisis akhlak yang terjadi akibat akibat kurangnya peranan orang tua dan keluarga dalam pembentukan kepribadian anak sehingga anak melakukan penyimpangan- penyimpangan serta kekerasan dalam kehidupannya. Maka dari itu persoalan saat ini bagaimanakah cara membentuk kepribadian anak agar menjadi pribadi yang berakhlakul karimah serta menjaga pergaulan anak dari pengaruh yang tidak baik didalam lingkungan pertemanannya. Namun, masih banyak orang tua yang tidak mengerti akan pentingnya pendidikan akhlak dalam keluarga. Perekonomian yang semakin hari semakin tinggi mewajibkan kedua orang tua untuk bekerja dan anak lepas dari pengawasan orang tua, yang dimana urusan anak hanya di serahkan kepada guru di sekolah dan melewatkan bahwa lingkungan sekitar pun sangat berpengaruh penting terhadap pembentukan kepribadian anak. Apakah lingkungan tersebut mendukung anak menjadi pribadi yang berakhlakul karimah atau sebaliknya. Permasalahan inilah yang menjadi bahasan dalam peneltian ini. Adapun fokus dalam penelitan ini ialah peranan orang tua dalam membentuk kepribadian anak yang berakhlakul karimah kemudian diberikan beberapa pertanyaan mengenai pendidikan dalam keluarga
## PeTeKa (Jurnal Penelitian Tindakan Kelas dan Pengembangan Pembelajaran) Volume 5 Nomor 3 Tahun 2022 Hal 373-382
yang berfokus kepada peran orang tua dalam membentuk pribadi anak yang berakhlakul karimah di dalam kehidupan sehari-hari.
1) Peranan Orang Tua Di Dalam
## Keluarga
Menurut bahasa “orang tua” berasal dari kata “orang” dan “tua”. Orang disini menunjukan bentuk manusia sedangkan tua maksudnya adalah lanjut usia. Jadi orang tua ialah orang yang sudah banyak memiliki pengalaman atau yang sudah lama hidupnya. Orang tua mempunyai dua pengertian, yang pertama yang dimaksud orang tua ialah orang dewasa yang bertanggung jawab dalam kelangsungan hidup bagi yang umurnya dibawah mereka. Sedangkan pengertian kedua, bahwa orang tua yang dimaksud adalah ayah dan ibu saja yang bertanggung jawa atas kelangsungan hidup anaknya (TIM Dosen PAI, 2016: 195). Orang tua juga mempunyai kewajiban tanggung jawab mendidik anaknya, sejatinya hal tersebut dikarenakan pendidikan yang paling utama adalah pendidikan dalam keluarga Ahmad dalam (Salim, 2017: 155). Orang tua adalah bagian keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, yang dimana merupakan hasil dari perkawainan yang sah dan membentuk sebuah keluarga Daradjat (2017: 35). Dilihat dari beberapa pendapat di atas bahwa orang tualah yang menjadi tauladan bagi anak-anaknya, dengan demikian pendidikan pertama bagi anak terdapat di dalam keluarga. Pendidikan dimulai saat anak terlahir ke dunia, anak yang baru lahir masih sangat suci oleh karena itu orang tua lah yang bertanggung jawab terhadap pendidikan seorang anak. Mulai dari segala perilaku perbuatannya harus lah sesuai dengan yang dianjurkan oleh agama dan
meninggalkan hal-hal yang dilarang oleh agama. Berikut ini merupakan cara membentuk kepribadian anak dengan baik di dalam keluarga (Sufyan & Zulfahmi, 2018: 52), antara lain: a) Menjadi seorang tua haruslah memberikan contoh yang baik atau menjadi suri tauladan bagi seorang anak seperti mencontohkan sikap disiplin, memberikan ajaran sesuai dengan syariat ajaran agama Islam, mencontohkan sikap yang sopan dan santun. b) Orang tua mempunyai kewajiban memberikan anak pendidikan yang tinggi guna untuk membentuk kepribadian anak yang berakhlakul karimah. c) Orang tua hendaklah memberikan contoh-contoh atau permisalan serta akibat apabila seseorang melakukan hal yang buruk. d) Memberikan masukan masukan yang baik serta bermanfaat bagi anak.
e) Mengontrol pegaulan anak supaya tidak melakukan penyimpangan- penyimpangan sosial. f) Sebagai orang tua terutama seorang ayah sudah sepantasnya bertanggungjawab atas tindakan yang diperbuat keluarganya. Oleh kerena itulah anak-anak di dalam keluarga menjadi suatu amanat, kabar gembira, bahkan merupakan ujian dan disinilah peranan kedua orang tua dalam mendidik anaknya merupakan bentuk dari kasih sayang orang tua terhadap anknya. “tujuan dari pendidikan dalam keluarga ialah supaya anak berkembang secara maksimal meliputi perkembangan jasmani, akal dan rohani” Ahmad Tafsir dalam (Pahlawati, 2020: 156).
Khadijah, dkk. Peranan Orang Tua Dalam Membentuk Kepribadian Anak Yang…
## 2) Kepribadian Anak
Yang di maksud dengan anak ialah manusia yang umur nya masih kecil dan perlu bimbingan (Safendi, 2018: 23). Sedangkan di dalam buku psikologi pendidikan tahap perkembangan manusia terbagi menjadi lima tahapan Santrock dalam (Khodijah, 2014: 41–42), yaitu: a) Masa prakelahiran, yaitu dari pembuatan hingga kelahiran b) Masa bayi, yaitu dari lahir hingga 24 bulan c) Masa anak awal, yaitu dari 2 hingga 6 tahun d) Masa anak akhir, yaitu dari 6 hingga 11 tahun e) Masa remaja, yaitu dari 10 hingga 22 tahun . Dewasa ini anak lebih banyak mengekspresikan dirinya, menemukan tempat yang sesuai dengan kemampuan dan pengetahuannya Tausch dalam (HM & Ngalimun, 2019: 43). Maka, disamping memberikan kesempatan kepada anak untuk berkembang, tidak kalah penting pula untuk mengembangkan sifat sosialnya sehingga anak tidak merasakan ke egoisan dalam dirinya. Dari pendapat di atas maka ditarik kesimpulan bahwa anak ialah manusia kecil yang belum banyak memiliki pengetahuan sering menirukan prilaku orang tuanya dan lingkungan sekitar. Maka dari itu lingkup sosial dan keluarga harus seimbang supaya perkembangan anak menjadi optimal.
Dalam mendidik seorang anak, membutuhkan cara atau metode yang tepat. Seperti yang kita ketahui bahwa banyak sekali metode pendidikan, tetapi tidak semua dapat di gunakan di dalam keluarga, berikut ini beberapa metode yang dapat dipakai orang tua dalam mendidik anaknya di rumah: a) Metode kisah Orang tua dapat menggunakan metode ini ketika sedang berkumpul dengan anaknya menceritakan sebuah kisah nabi atau kisah-kisah yang mengandung arti positif yang dapat diambil hikmahnya. b) Metode amsal Dapat digunakan ketika orang tua memberikan permisalan melalui cerita atau kisah dan di ambil perumpamaan dari kisah tersebut. c) Metode targhib dan tarhib Metode targhib ini memberikan pujian apabila seorang anak melakukan hal kebaikan seperti, membantu pekerjaan rumah, belajar, melakukan ibadah, dll. Kemudian kebalikan dari metode tarhib, metode tarhib memberikan ganjaran berupa hukuman apabila anak itu mulai melakukan hal-hal yang dilarang oleh agam seperti malas beribadah, tidak mau mendengarkan perkataan orang tua, hanya ingin bermain tanpa belajar, dll (Ramayulis, 2018: 285–286). Kepribadian anak ataupun seseorang merupakan karakter asli yang ada pada diri setiap individu yang melekat dan menjadi ciri khas bagi orang tersebut. yang disebut dengan kepribadian itu meliputi cara berpikir dan respon refleks seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain (Istiqamah & Suparta, 2021: 83). Kepribadian merupakan hal yang penting dalam kehidupan, peran keluarga sangat besar pengaruhnya dalam pembentukan kepribadian seorang anak, oleh karena itu peran orang tua di dalam suatu keluarga lah yang akan menjadikan tauladan bagi anak-anaknya. Apabila orang tua menjadi contoh yang baik maka anak
## PeTeKa (Jurnal Penelitian Tindakan Kelas dan Pengembangan Pembelajaran) Volume 5 Nomor 3 Tahun 2022 Hal 373-382
akan menjadi pribadi yang berakhlakul karimah.
3) Peranan Orang Tua Dalam
Membentuk Kepribadian Anak Yang Berakhlakul Karimah Akhlak secara bahasa berasal dari kata akhlaq merupakan bentuk jamak dari kata khuluq yang artinya tingkah laku, sifat batin, etika, kebiasaan. Sedangkan akhlak menurut al-Ghazali yaitu sifat batin yang dapat menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan refleks tanpa pertimbangan terlebih dahulu (Yaqin, 2020: 21). Untuk dapat mencapai kesempurnaan Islam sudah sepantasnya akhlak menjadi pondasi yang paling utama yang harus dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam mempraktekannya, Al-Qu’an dan Hadits menjadi pedoman bagi umat manusia (TIM Dosen PAI, 2016: 10). Dalam pembentukan akhlak yang karimah ini mencakup hubungan dengan Allah, sesama manusia yang dimana termasuk diri sendiri, dan dengan lingkungan sekitar (Firdaus, 2017: 57–58). Salah satu tujuan dari pendidikan ialah pembentukan akhlak, karena pembentukan akhlak ini merupakan hasil usaha dari pendidikan, melatih, serta usaha yang kuat, serta pembinaan. Pembentukan akhlak semata-mata tidak terbentuk oleh sendiri nya melainkan segala aspek berpengaruh penting dalam pebentukannya. Mencapai akhlak yang mulia merupakan tujuan dari pembentukannya akhlak dalam Islam. Akhlak seseorang akan dianggap mulia apabila perlakuannya mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-
Qur’an dan Al-Hadits.
Tujuan dari pendidikan akhlak dalam Islam yang ditanamkan oleh orang tua kepada anaknya sejak dini ialah agar anaknya tersebut mempunyai
yang moral yang baik, mempunyai tekad yang kuat, sopan dalam bertindak, bersikap bijaksana, dan beradab Muhammad ‘Athiyyah Al-Abrasyi’ dalam (TIM Dosen PAI, 2016: 11–12).
Sumber akhlak bagi seorang muslim ialah Al-Qur’an dan As-Sunnah. Islam mengajarkan manusia untuk berakhlak karimah terhadap siapapun baik kepada orang tua, guru, masyarakat, dan yang terpenting akhlak kepada Allah.
## METODE
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu desain penelitiannya yang dikembangkan selalu mengalami perubahan sesuai dengan kondisi di lapangan (Margono, 2014: 35). dengan pendekatan deskriptif yaitu mencari lebih dalam untuk menggali informasi yang tersedia (Fitri, 2020: 28). Subjek dalam peelitian ini orag tua yang telah mempnyai anak. Penelitian ini dilakukan secara daring. Objek penelitian ini adalah peran orang tua dalam mendidik anaknya supaya menjadi pribadi yang berkahlakul karimah. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalam menggunakan teknik wawancara online yang di sebarkan melalui link Google Form kepada beberapa orang tua dalam membentuk kepribadian anak yang berakhlakul karimah untuk dijadikan narasumber. Teknik analisa data dalam penelitian ini ialah menggunakan model interaktif menurut Miles dan Huberni dalam (Wicaksono & K.M, 2021: 5)melaui empat tahapan: mengumpulkan data, mereduksi data, penyajikan data, kemudian penarikan kesimpulan.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari yang telah di paparkan di atas maka hasil penelitian tentang
Khadijah, dkk. Peranan Orang Tua Dalam Membentuk Kepribadian Anak Yang…
peranan orang tuan dalam membentuk kepribadian anak yang berakhlakul karimah bahwa orang tua berperan sangat penting terhadap pendidikan seorang anak dan hal tersebut tidak bisa diabaikan sama sekali, karena sejak lahir orang tuanya lah yang berada selalu di dekat anaknya, lebih utama seorang ibu yang melahirkan, membesarkan, mendengarkan keluh kesahnya, mengetahui pergaulan anaknya. Kemudian peran seorang ayah tidak kalah pentingnya, selain memberikan nafkah bagi keluarga, ayah juga harus menjadi tauladan yang baik, mengontrol pergaulan anaknya. Sebagaimana firman Allah yang terdapat di dalam Q.S. Assy Syuaraa, 26
: 214
Artinya: “Dan berilah
peringatan kepada kerabat- kerabatmu (Muhammad) yang terdekat,”(Asy-Syu’ara: 214).
Oleh karena itu dalam pembentukan kepribadian anak, orang tua dituntut untuk menjaga pergaulannya, dan menjadi tauladan yang baik bagi anaknya, mengajarkan ibadah, bertutur kata, serta dalam bertatakrama agar seorang anak itu dapat menjadi pribadi yang berakhlakul karimah. Berikut ini merupakan hasil wawancara yang peneliti dapatkan dari beberapa pendapat orang tua dalam membentuk kepribadian anak yang berakhlakul karimah, antara lain:
1) Peran orang tua dalam mendidik anak agar menjadi anak yang berakhlakul karimah.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap beberapa orang tua yang berkaitan dengan pembentukan kepribadian anak yang berakhlakul
karimah. Maka diperoleh hasil wawancara sebagai berikut. Berikut ini merupakan wawancara peneliti dengan bapak Aldi Rinaldi: “dalam mendidik anak supaya mempunyai pribadi yang berakhlakul karimah usaha saya sebagai seorang ayah ialah menjadi contoh yang baik bagi anak dan memberikan arahan serta pengetahuan mengenai perilaku yang baik”. Berikut ini merupakan wawancara peneliti dengan bapak Dedy Kusnadi: “cara-cara yang saya lakukan ketika mengajarkan anak agar menjadi pribadi yang berakhlakul karimah dengan memberi contoh yang baik dengan perbuatan yang sesuai dengan Akhlak Nabi dan sesuai syariat Islam”. Berikut ini merupakan wawancara peneliti dengan ibu Dedeh Herlina: “Karena seorang anak adalah peniru ulung, dalam mendidik anak agar menjadi pribadi yang berakhlaku karimah sebisa mungkin sebagai orang tua memberikan contoh dalam berprilaku sopan, mengingatkan jika yg dilakukan anak salah/tdk baik, yg terpenting didoakan yg baik-baik agar menjadi anak yg sholeh berakhlaqul karimah”. Berikut ini merupakan wawancara peneliti dengan ibu Putri Suminar: “cara mendidik anak agar menjadi pribadi yang berakhlakul karimah berawal dari mencontohkan hal-hal baik dan mengajaknya, di usianya skrg (4th) itu lebih senang belajar sambil bermain dan mudah meniru perilaku baik atau buruk orang tuanya”.
Dari hasil wawancara para orang tua di atas dapat disimpulkan bahwa dalam mendidik anak agar menjadi anak yang berakhlakul karimah cara yang pertama ialah menjadi tauladan yang baik bagi anak, mengajarkan hal-hal yang positif, bersikap sopan dan santun,
## PeTeKa (Jurnal Penelitian Tindakan Kelas dan Pengembangan Pembelajaran) Volume 5 Nomor 3 Tahun 2022 Hal 373-382
serta mengajarkan akhlak Rasulullah SAW. kepada anak.
2) Menguatkan dan mengarahkan akhlak anak agar tetap istiqomah.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap beberapa orang tua yang berkaitan dengan penguatan dan pengarahan akhlak anak agar tetap istiqomah. Maka diperoleh hasil wawancara sebagai berikut. Berikut ini merupakan wawancara peneliti dengan bapak Berita Syahrul: “untuk menguatkan serta mengarahkan akhlak kepada anak yang saya lakukan ialah dengan memberikan evaluasi, pendekatan & memberikan contoh ke anak, kalau perlu hukuman/hadiah atas apa yg mereka lakukan”. Berikut ini merupakan wawancara peneliti dengan bapak Wuryanto: “agar anak istiqomah dengan akhlaknya saya terus memberikan nasehat penting dalam menjaga iman dan taqwa”. Berikut ini merupakan wawancara peneliti dengan bapak Aldi Rinaldi: “ketika hendak memberikan penguatan akhlak kepada anak agar tidak goyah saya selalu mengingatkannya setiap saat, dan juga kita sebagai orang tua harus bisa konsisten dengan apa yang kita ajarkan dan ucapkan”. Berikut ini merupakan wawancara peneliti dengan ibu Dedeh Herlina Tiara: “agar akhlak anak tetap istiqomah dalam menguatkannya saya menanamkan kepada anak bahwa setiap amal perbuatan di dunia akan ada balasannya di akhirat, dan balasan tertinggi bagi anak yg baik dan sholih adalah masuk ke dalam surganya Allah, diceritakan indahnya surga. Ajarkan juga aqidah yg benar sejak dini, beribadah dan berbuat baik hanya karena Allah, bukan yg lain”. Berikut ini merupakan wawancara peneliti dengan ibu Khadijah: “untuk memberikan penguatan serta pengarahan kepada anak saya terus menerapkan apa yang sudah di ajarkan, dan menerapka sifat empati kepada anak”. Dari hasil wawancara para orang tua di atas dapat disimpulkan bahwa dalam memberikan penguatan dan pengarahan akhlak anak agar tetap istiqomah maka usaha dari kebanyakan orang tua melakukan nasihat terus menerus kepada anak, memberikan perhatian, menceritakan tentang kenikmatan di akhirat apabila kita melakukan hal-hal kebaikan di dunia, dan memberikan pujian apabila anak melakukan kebaikan dan hukuman apabila anak melakukan hal tercela.
3) Peran serta hambatan yang dialami orang tua terhadap pembentukan kepribadian anak juga pengaruh lingkungan sekitar terhadap akhlak anak.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa orang tua yang berkaitan dengan Peran serta hambatan yang dialami orang tua terhadap pembentukan kepribadian anak juga pengaruh lingkungan sekitar terhadap akhlak anak. Maka diperoleh hasil wawancara sebagai berikut. Berikut ini merupakan wawancara peneliti dengan bapak Aldi Rinaldi: “peran orang tua sangat berpengaruh besar, karena orang tua adalah madrasah pertama anak, yang artinya orang tua adalah tempat pembelajaran pertama bagi sang anak, jadi sebisa mungkin kita ajarkan yang terbaik bagi anak. Namun, hambatan dalam mendidik seorang anak ialah belum bisa konsisten untuk menjadi teladan bagi anak, semoga bisa diberikan kemudahan dan kelancaran serta hati yang teguh dalam mendidik
Khadijah, dkk. Peranan Orang Tua Dalam Membentuk Kepribadian Anak Yang…
anak terlebih lagi lingkungan sekitar ikut berperan dalam pembentukan akhlak seorang anak karena ada istilah ketika kita berteman dengan tukang minyak wangi, setidaknya kita tidak bisa mendapatkan minyak wanginya kita bisa mencium aroma wanginya, namun ketika kita berteman dengan seorang pandai besi, ketika kita tidak terkena percikannya maka kita bisa mendapatkan panasnya”. Berikut ini merupakan wawancara peneliti dengan bapak Dedy Kusnadi: “peran orang tua dalam pembentukan akhlak anak sangat berpengaruh, karena contoh anak yang pertama dilihat adalah orang tua nya. Namun, hambatan dalam membentuk akhlakul karimah pada anak ketika anak sudah berada di lingkungan luar rumah terutama pada lingkungan yang kurang baik”. Kemudian ditambahkan oleh bapak Slamet Jaenuri: “selain pergaulan lingkungan sekitar Pengaruh Ponsel, Televisi juga menjadi beberapa penghambat” Berikut ini merupakan wawancara peneliti dengan bapak Hendra: “orang tua berperan sangat penting karena guru pertama bagi anak adalah orang tuanya, merekalah yg akan membetuk pola pikir anak di awal kehidupannya. Adapun hambatan yag dirasakan saya sebagai orag tua dalam membentuk pribadi anak. Di era digital ini hambatannya adalah memfilter anak dari informasi-informasi negatif yg berada di mana-mana. Menurut saya juga lingkungan sekitar akan membentuk pola pikir anak”. Berikut ini merupakan wawancara peneliti dengan ibu Dedeh Herlina: “peran orang tua sangat besar dalam pembentukan kepribadian anak agar menjadi anak yang berakhlakul karimah, orang tua adalah role model anak-anak nya. Karena sebagian besar
waktu anak dihabiskan d rmh bersama orang tuanya terutama ibu. Namun banyak hambatan akan hal itu harus memiliki kesabaran yg luas dalam menghadapi anak, istiqomah dalam memberikan contoh yang baik juga dalam menasihati, serta ilmu yg masih kurang untuk menjadi orang tua teladan dan ketika anak sudah berada di lingkungan luar saya merasa khawatir karena di dalam rumah diajarkan yg baik-baik, namun ketika di luar berteman degan anak yg kasar perkataan nya, buruk perangai nya sedikit banyak berdampak kepad anak kita. Pentingnya jg memilihkan lingkungan dan teman- teman yang baik untuk anak-anak kita”. Dari hasil wawancara maka didapatkan kesimpulan bahwa orang tua merupakan pendidik paling utama bagi seorang anak. Fitrah atau kesucian anak tidak selalu terjamin banyak faktor yang memberikan dampak kurang baik, entah dari lingkungan luar, pergaulan yang tidak berkualitas, serta dunia maya oleh karena itu peran orang tua dalam mengawasi anak harus lebih ekstra lagi tetapi tidak mendiskriminasi anak sebisa mungkin orang tua harus lah meyempatkan waktunya untuk memulai obrolan santai agar anak bisa terbuka dengan orang tuanya dan anak merasa diberikan perhatian yang lebih”.
## SIMPULAN
Dari hasil dan pembahasan di atas mengenai peranan orang tua dalam membentuk kepribadian anak yang berakhlakul karimah, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : (1) Peranan orang tua sangat berpengaruh besar terhadap pembentukan kepribadian seorang anak. Orang tua menjadi contoh bagi anaknya, seperti mengajarkan sopan santun, menerapkan sifat Rasulullah SAW, serta mengajarkan hal-hal yang baik. (2)
## PeTeKa (Jurnal Penelitian Tindakan Kelas dan Pengembangan Pembelajaran) Volume 5 Nomor 3 Tahun 2022 Hal 373-382
Orang tua selalu memberikan nasihat, masukan kepada anak agar anak tetap istiqomah berakhlakul karimah, serta konsisten dalam memberikan pengarahan kepada anak. (3) Dan terdapat hambatan dalam pembentukan kepribadian anak bahwa selain lingkup keluarga, lingkungan sekitar pun sangat berpengaruh pada pembentukan akhlak anak, kadang tidak jarang anak lepas dari pengawasan orang tua yang dimana penggunaan Hand Phone, Televisi, lingkungan yang tidak mendukung, serta kesabaran setiap orang tua menjadi sebuah tantangan bagi pembentukan akhlak seorang anak.
## DAFTAR PUSTAKA
Daradjat, Z. (2017). Ilmu Pendidikan Islam (cet. ke-13). Jakarta: Bumi Aksara. Firdaus. (2017). Membentuk Pribadi Berakhlakul Karimah Secara Psikologis. Al-Dzikra, Vol. IX(No. 1), 88. http://ejournal.radenintan.ac.id/ index.php/al-dzikra/article/ view/1813/1486 Fitri, A. Z. dan N. H. (2020). Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif, Kualitatif, Mixed Method, dan Reserch and Development (Cet. ke-1). Malang: Madani Media. HM, A., & Ngalimun. (2019). Psikologi Perkembangan (Konsep Dasar Perkembangan Kreativitas Anak) (Hamdanah (ed.); Juli 2019). Yogyakarta: K-Media. http://digilib.iain- palangkaraya.ac.id/2487/1/Psik ologi%20Perkembangan_H.% 20Abubakar%20%26%20Ngal imun%20%281%29.pdf Istiqamah, & Suparta. (2021). Pembentukan Kepribadian
Akhlakul Karimah Anak Di Lingkungan Keluarga Nikah Dini Di Kecamatan Lubuk Besar Kabupaten Bangka Tengah. Edugama: Jurnal Kependidikan Dan Sosial Keagamaan, volume. 7 (Nomor. 1), 99. https://jurnal. lp2msasbabel.ac.id/index.php/e du/article/view/1943 Khodijah, N. (2014). Psikologi Pendidikan (cet ke-2). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Margono, S. (2014). Metodologi Penelitian Pendidikan : Komponen MKDK (Cet ke-9). Jakarta: PT Rineka Cipta. Pahlawati, E. F. (2020). Peranan Orang Tua Terhadap Akhlak Anak Dalam Perspektif Islam. Sumbula, Volume 5(Nomor 1), 174. http://ejournal.kopertais4. or.id/mataraman/index.php/su mbula/article/view/3980/2947 Ramayulis. (2018). Ilmu Pendidikan Islam (cet. ke-13). Jakarta: Kalam Mulia. Safendi, R. (2018). Peran Orang Tua Dalam Membentuk Akhlak Anak Di Desa Sumber Sari Kecamatan Sekampung. Institut Agama Islam Negri (IAIN) Metro. https:// repository.metrouniv.ac.id/id/e print/876/ Salim, M. H. (2017). Pendidikan Agama Dalam Keluarga: Revitalisasi Peran Keluarga dalam Membangun Generasi Bangsa yang Berkarakter (R. K. Ratri (ed.); Cet ke-II). Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA. Sufyan, & Zulfahmi, J. (2018). Peran Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak Perspektif Islam. Bidayah: Studi Ilmu- Ilmu Keislaman, Volume
Khadijah, dkk. Peranan Orang Tua Dalam Membentuk Kepribadian Anak Yang…
9(No. 1), 64. https://ejournal. staindirundeng.ac.id/index.php /bidayah/article/download/145/ 101 TIM Dosen PAI. (2016). Bunga Rampai Penelitian dalam Pendidikan Agama Islam (Cet. ke-1). Yogyakarta: Deepublish. Wicaksono, B., & K.M, R. M. (2021). Peran Pendidikan Agama Islam dalam Membangun Karakter Mahasiswa di Era Milenial. Tarbiyatu Wa Ta’lim: Jurnal Pendidikan Agama Islam (JPAI), Volume 03, 9. https://ejournal.staisyamsululu m.ac.id/index.php/jtt/article/vie w/93 Yaqin, A. (2020). Pendidikan Akhlak-Moral Berbasis Teori Kognitif (Monalisa (ed.); Cet ke-1). Depok: PT RajaGrafindo Persada. Yudisia, S. (2017). Mendidik Anak Dengan Cinta (R. Cahaya & I. R. Legita (eds.); Cet.1). Jakarta: Gema Insani.
|
f8ed14df-20f8-4cdd-8074-e579d7f30afe | https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JET/article/download/24095/14642 | Pengembangan E-Modul IPA Bermuatan Tes Online untuk
## Meningkatkan Hasil Belajar
## Hilmania Dwi Lestari
Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja e-mail: hilmania.dwi.lestari@undiksha.ac.id
## Desak Putu Parmiti
Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja e-mail:desak.parmiti@undiksha.ac.id
## Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sumber belajar yang digunakan oleh guru hanya berupa buku paket. Maka dari itu perlu dikembangkan modul elektronik bermuatan tes online. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan e-modul IPA bermuatan tes online dan efektifitasnya untuk meningkatkan hasil belajar. Model pengembangan yang digunakan yaitu model ADDIE. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan metode wawancara, pencatatan dokumen, kuesioner, dan tes. Analisis data menggunakan analisis deskriptif kumalitatif, kuantitatif, Hasil analisis menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara sebelum dan sesudah menggunakan E-Modul IPA bermuatan tes online pada siswa kelas VII, yang dibuktikan dengan t hitung = -31,27 untuk db = 68 dan taraf signifikan 5% t tabel = 1. Berarti e- modul bermuatan tes online efektif untuk meningkatkan hasil belajar.
Kata kunci: E-Modul, Model Pengembangan,Tes Online
## Abstract
This research is motivated by the textbook as the only learning resources used by the teachers. Therefore, it is necessary to develop an electronic module containing online tests. This study aims to develop an e-module containing online tests and to find out its effectiveness to improve learning outcomes. The development model used is the ADDIE model. Data collection techniques used were interviews, document recording, questionnaires, and tests. The data were analyzed in both qualitatively and quantitatively. The results of the analysis showed that there were significant differences in the learning outcomes of science between before and after the implementation of the E-Module containing online tests for the 7 th -grade students, as evidenced by t count = -31.27 for db = 68 and significant level of 5% t table = 1. This means that the E-Module containing online tests are effective in improving students’ learning outcomes.
Keywords : E-Module, Development Model, Tes Online
## Pendahuluan
Kemajuan teknologi didunia ini sudah semakin meningkat, hampir seluruh kegiatan yang dilakukan sehari-hari memakai sistem teknologi. Begitu pula dengan pemanfaatan teknologi dalam dunia pendidikan. Seperti yang diungkapakan oleh Getuno, dkk (2015) “Teaching and learning worldwide has gone through a transformation that has seen traditional delivery of learning material augmanted by the use of information and Communication Technologies (ICT) ”. (Belajar dan mengajar diseluruh dunia telah melalui transformasi yang bisa dilihat melalui penyajian pembelajaran tradisional materi ditambah dengan penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT). Kemajuan teknologi saat ini saat mendukung kegiatan manusia dalam melaksanakan aktifitasnya. Terdapat banyak bidang yang memanfaatkan perkembangan teknologi ini, yang telah disebutkan, yaitu dalam bidang pendidikan. Akan tetapi, banyak pengguna yang mensalahgunakan teknologi dan internet. Seperti contohnya pada penggunaan gadget secara terus menerus yang tidak penting, menggunakan internet secara negatif seperti penyamaran, berita hoax, dan media-media yang tidak pantas.
Didalam dunia pendidikan teknologi yang semakin pesat ini perlu dimanfaatkan dalam metode pembelajaran, baik untuk memmbuat media pembelajaran yang inovatif ataupun sebagai sumber informasi dan lainnya. Sistem teknologi akan memudahkan para guru atau siswa siswa disekolah sesuai dengan manfaat yang diambil oleh masing-masing pribadi. Menurut AECT 2008 (dalam Arsyad, 2017), teknolog pendidikan yaitu kajian dan praktek etis untuk memfasilitasi belajar dan membenahi kinerja dengan menghasilkan, menggunakan, dan mengelola proses dan sumber-sumber teknologi yang sesuai.
Dalam kelanjutan teknolog pembelajaran menggambarkan satu pengetahuan tertentu yang tidak hanya terbatas pada media dalam bentuk peralatan fisik semata, tetapi kajian dan praktik etis dalam merancang, mengembangkan, menggunakan, mengelola, dan mengevaluasi sistem dan sumber teknologi yang patut memfasilitasi belajar dan memperbarui kinerja pendidik, pelajar, dan lembaga kependidikan. Media pembelajaran yang dilihat sebagai bentuk sarana koneksi berupa hardware dan software merupakan bagian kecil dari teknolog pembelajaran yang perlu diciptakan untuk kepentingan pembelajaran supaya memperoleh kedayagunaan dalam metode pembelajaran.
Menurut AECT (dalam sadiman, dkk, 2006) media adalah “segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi”. Berdasarkan paparan tersebut dapat diketahui bahan belajar merupakan bentuk benda yang diterapkan pendidikan untuk menyalurkan pesan/informasi kepada siswa. Maka, berdasarkan paparan tersebut materi ajar dapat digolongkan sebagai media pembelajaran.
Media pembelajaran yang cocok untuk diterapkan dalam metode pembelajaran memiliki karakter tersendiri. Satu diantaranya yakni desain pesan yang terdapat dalam media pembelajaran. Menurut Sudarma, dkk (2015) Desaian pesan yang disampaikan adalah “pesan pembelajaran harus dikemas dengan cara menarik dan mudah dipahami”. Karena, pesan pembelajaran yang tidak didesain berdasarkan teori desain pesan cenderung akan sulit mempengaruhi proses pembelajaran. Bahan ajar bilamana diterapkan dengan metode pembelajaran yang sesuai dengan keperluan pendidik dan siswa dapat digunakan dengan baik merupakan faktor komponen penting yang mampu meningkatkan kualitas pembelajaran.
Saat ini, beberapa sekolah belum menerapkan metode pembelajaran dengan sistem teknologi yang berkembang pada saat ini. Padahal disetiap sekolah sudah dilengkapi dengan beberapa alat pendukung, seperti contoh komputer dan bahkan beberapa siswanya juga telah memiliki smartphone atau laptop dirumahnya. Banyak sekolah yang beranggapan jika pembelajaran menggunakan sistem teknologi, akan berdampak negatif atau pembelajaran tidak akan berjalan dengan sempurna. Hal ini disebabkan karena para guru masih menerapkan pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan guru dan siswa kelas VII di SMPN 3 Singaraja telah terjadi kesenjanagan, harapan, dan kenyataan dalam mata pelajaran IPA khususnya dalam hasil belajar siswa. Ditemukan permasalahan seperti rendahnya pengetahuan yang dimiliki siswa. Selain itu faktor penyebabnya adalah pembelajaran dikelas masih menggunakan buku paket dan dominan menggunakan pembelajaran konvensional saat menyampaikan materi walaupun sesekali menerangkan dengan menggunakan bantuan media powerpoint . Pembelajaran yang berlangsung dengan metode ceramah, kurang berkesan dibenak siswa. Siswa belajar dengan menghafal materi yang ditulis, tetapi beberapa hari kemudian lupa dengan materi yang telah dipelajari tersebut. Menurut siswa, pembelajaran dengan metode ceramah kurang mendukung kemampuan siswa mengingat, sehingga hasil belajar yang diperoleh masih rendah.
Melalui kemajuan teknologi informasi, pengembangan pembelajaran dalam memperbarui penyampaian bahan belajar mengenai ini modul cetak, merupakan modul yang dikemas dalam format digital atau diketahui dengan sebutan modul elektronik ( e-modul ). Menurut Wirawan (2017:3), e-modul yakni bahan ajar yang didesain secara terstruktur berdasarkan kurikulum dan disusun dalam satuan waktu tertentu, yang dikemas menggunakan perangkat elektronik seperti komputer atau android. E-modul mengolah bagian-bagian yang termuat dalam modul cetak pada biasanya. Perbandingannya hanya pada penyampaian fisik E-Modul yang menggunakan perangkat komputer. E-Modul IPA ini mengintegrasikan tes formatif dalam bentuk tes online . Tes online dipilih lantaran dengan cepat memunculkan skor/nilai yang diperoleh siswa. Dengan itu guru segera mengetahui kinerja siswa dan guru cepat melakukan pemeriksaan untuk siswa yang belum memenuhi nilai yang ditentukan. Diharapkan dengan dikembangkannya E-Modul IPA untuk kelas VII, hasil kognitif siswa misalnya pengetahuan, pemahaman, aplikasi, sintetis, dan penilaian searah dengan tujuan pendidikan dan pengajaran.
Sesuai dengan kebutuhan guru dalam mengatasi permasalahan dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran IPA, dirasa perlu adanya suatu inovasi baru dalam pengembangan sistem pembelajaran yang lebih menarik, interaktif dan efektif serta efisien dalam pemanfaatannya. Sehubungan dengan hal tersebut, dipandang perlu untuk mengembangkan E-Mod ul IPA Bermuatan Tes Online siswa kelas VII di SMPN 3 Singaraja. Adapun tujuan dari penelitian pengembangan ini adalah untuk mengetahui efektivitas E-Mo dul IPA Bermuatan Tes Online terhadap hasil belajar siswa kelas VII di SMPN 3 Singaraja.
## Metode
Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Penelitian ini dilaksanakan pada 8 Januari 2019 sampai 22 November 2019. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII di SMP Negeri 3 Singaraja yang berjumlah 35 siswa. Prosedur pengembangan yang digunakan mengacu pada model pengembangan yang dipilih yaitu model ADDIE yang terdiri dari 5 tahap, Adapun tahapan dalam melakukan pengembangan e-modul , yaitu sebagai berikut.
Analisis Desain Pengembangan Implementasi Revisi Revisi Revisi Revisi Evaluasi
Gambar 1. Bagan Prosedur Penelitian Pengembangan (Sumber: Tegeh, 2014)
Penelitian ini menggunakan empat metode pengumpulan data yaitu metode observasi, wawancara, pencatatan dokumen, kuesioner, dan tes. (1) Metode kuesioner merupakan cara memperoleh atau mengumpulkan data dengan mengirimkan suatu daftar pertanyaan atau pernyataan kepada responden atau subjek penelitian (Agung, 2014:99). 92) Metode wawancara adalah suatu metode pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab yang sistematis, dan hasil tanya jawab ini dicatat atau direkam secara cermat (Agung, 2014:97). (3) Pencatatan dikumen digunakan untuk cara memperoleh data dengan jalan mengumpulkan segala macam dokumen dan melakukan pencatatan secara sistematis. (4) Metode tes tertulis merupakan cara mengetahui pengetahuan, keterampilan, intelegensi, atau kemampuan yang dimiliki oleh siswa dengan menggunakan serentetan pertanyaan yang berupa tes objektif (Agung, 2014:240). Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian pengembangan ini adalah (1) lembar pencatatan dokumen, (2) lembar kuesioner (angket), dan (3) soal-soal tes pilihan ganda. Lembar pencatatan dokumen digunakan untuk mengumpulkan dokumen-dokumen terkait dengan data rancang bangun pengembangan produk berdasarkan wawancara dengan guru mata pelajaran IPA berupa nilai hasil UTS siswa kelas VII, Silabus, dan RPP. Hasil instrumen pencatatan dokumen ini nantinya akan akan dibentuk berupa laporan pengembangan produk bahan ajar e-modul .
Dalam penelitian pengembangan ini digunakan tiga teknik analisis dalam yaitu teknik analisis deksripitif kualitatif, teknik deksriptif kuantitatif, dan teknik analisis statistik inferensial (uji-t).
Persentase = Ʃ(jawaban x bobot tiap pilihan) 𝑛 𝑥 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑥 100%
Keterangan: ∑ = jumlah n = jumlah seluruh item angket
(Tegeh dan Kirna, 2010:101)
Kemudian untuk menghitung persentase keseluruhan subjek digunakan rumus. Persentase = F : N Keterangan: F = Jumlah persentase keseluruhan subjek N = banyak subjek
(Tegeh dan Kirna, 2010:101)
Untuk dapat memberikan makna dan pengambilan keputusan digunakan ketetapan sebagai berikut.
Tabel 1. Konversi PAP Tingkat Pencapaian dengan skala 5
Tingkat Pencapaiaan % Kualifikasi Keterangan 90%-100% Sangat baik j Tidak perlu direvisi u 75%-89% Baik k Sedikit revisi 65%-74% Cukup Direvsi secukupnya 55%-64% Kurang Banyak direvisi o 0-54% Sangat kurang h Revisi total Tegeh & Kirna, (dalam Agung 2014:251)
Metode analisis statistik inferensial adalah “cara pengolahaan data yang dikerjakan dengan mempergunkan rumus-rumus statistik inferensial untuk menguji suatu hipotesis penelitian yang diajukan peneliti, dan kesimpulan ditarik berdasarkan hasil pengujian terhadap hipotesis (Agung, 2015=4:110). Data uji coba sasaran yang dikumpulkan dengan menggunakan uji-t untuk mnegetahui perbedaan antara hasil pretest dan posttest .
Sebelum melaksanakan uji hipotesis (uji-t) berkorelasi) dilaksanakan uji prasyarat (uji normalitas dan homogenitas), Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran skor pada setiap variabel berdistribusi normal atau tidak, untuk dapat digunakan rumus Lilifours .
Menurut Koyan (2012:109) adapun cara yang dapat dilakukan untuk menguji normalitas suatu data dengan teknik liliefors yaitu sebagai berikut. (a) Urutkan data sampel dari kecil ke besar dan tentukan frekuensi setiap data. (b) Tentukan nilai z dari setiap data. (c) Tentukan besar peluang untuk setiap nilai z berdasarkan tabel z dan diberi nama F(z). (d) Hitung frekuensi kumulatif relatif dari setiap nilai z yang disebut dengan S(z) → Hitung proporsinya, kalau n = 20, maka setiap frekuensi kumulatif dibagi dengan n. Gunakan nilai L 0 yang terbesar. (e) Tentukan nilai L 0 = |F(z) – S(z)|, hitung selisihnya, kemudian bandingkan dengan nilai L t dari tabel Lilifors. (f) Jika L 0 < L t , maka H 0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Untuk homogenitas ini dilaksanakan untuk mencari tingkat kehomogenan secara dua pihak yang diambil dari kelompok data pisah dari satu sampel untuk mengujii homogenitas varians data sampel digunakan uji Fisher (F) dengan rumus sebagai berikut.
terkecil Varians terbesar Varians F hitung
(Koyan, 2012:34)
Kriteria pengujiian tolak H 0 jika F hitung < F tabel yang berarti sampel homogen. Uji dilakukan pada taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan untuk pembilang n 1 -1 dan derajat kebebasan untuk penyebut n 2 -1. Teknik analisis yang digunakan untuk pengujian hipotesis adalah teknik analisis uji-t berkorelasi. Dasar penggunaan teknik uji-t berkorelasi ini adalah menggunakan dua perlakuan yang berbeda terhadap satu sampel. Pada penelitian ini akan mengujii perbedaan hasil belajar IPA sebelum dan sesudah menerapkan e-modul IPA bermuatan tes online terhadap satu kelompok. Rumus untuk uji-t berkorelasi sebagai berikut.
2 2 1 1 2 2 2 1 2 1 2 1 2 n S n S r n s n s X X t (Koyan, 2012:29) Keterangan:
X 1 = rata-rata sampel 1 (sebelum menggunakan media) X 2 = rata-rata sampel 2 (sesudah menggunakan media)
S 1
= simpangan baku sampel 1(sebelum menggunakan media) S 2
= simpangan baku sampel 2(sesudah menggunakan media) s 1 2 = varians sampel 1 s 2 2 = varians sampel 2 r = korelasi antara dua sampel
Hasill uji coba dibandingkan t tabel dengan taraf signifikan 0,05 (5%) untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara sebelum dan sesudah menggunakan e-modul bermuatan tes online .
## Hasil dan Pembahasan
Penelitian pengembangan ini menghasilkan produk berupa bahan ajar e-modul IPA yang dilengkapi dengan petunjuk penggunaan media, serta RPP sebagai acuan pembelajaran. Media ini dikembangkan untuk memfasilitasi guru untuk mengajar siswa kelas VII agar dapat belajar secara mandiri.
Pengembangan e-modul IPA bermuatan tes online ini telah melewati beberapa tahap uji coba validitas yang terdiri dari uji ahli isi mata pelajaran, uji ahli desain pembelajaran, uji ahli media pembelajaran, uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil, dan uji lapangan. Adapun hasil dari uji ahli dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Persentase Hasil Pengembangan E-Modul
No Subjek Uji Coba Hasil Validitas (%) Kualifikasi Persentase 1. Ujii Ahli Isi Mata Pelajaran 98 Sangat baik 2. Uji Ahli Media Pembelajaran 90,3 Sangat baik 3. Uji Ahli Desain Pembelajaran 96,4 Sangat baik 4. Uji Coba Perorangan 91 Sangat baik 5. Uji Coba Kelompok Kecil 91,05 Sangat baik 6. Uji Lapangan 94 Sangat baik
Uji normalitas dilakukan penyebaran soal tes untuk mengetahui data hasil belajar siswa pada e-modul IPA bermuatan tes online yang terdiri dari dua tahapan yaitu, (1) penyebaran soal tes sebelum menggunakan e- modul IPA ( pretest ), (2) tahap penyebaran soal tes sesudah menggunakan e-modul IPA ( posttest ).
Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Pretest dan posttes t
No Kelompok Data Hasil Belajar L o L t Status 1. Pretest -0.1112 0.1478 Normal 2. Posttest -0.1611 0.1478 Normal
Hasil uji normalitas pretest tersebut diperoleh L 0 = -0.1112 < L t = 0.1478 maka H 0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal . Sedangkan hasil dari uji normalitas posttest siswa tersebut diperoleh L 0 = -0.1611 < L t = 0.1478 maka H 0 diterima, sehingga dapat disimpulan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal .
Uji homogenitas ini dimaksudkan untuk mencari bahwa dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki variasi yang sama. Hasil perhitungan didapatkan varians pretest 141,7 dan varians posttest 56,6. Untuk menguji homogenitas varians data sampel digunakan uji F dengan rumus sebagai berikut.
F hit = 141.7 56.6 = 2.50
Sehingga dapat disimpulkan bahwa F hitung ≤ F tabel (n1-1, n2-1) yaitu F hitung (2,50) ≤ F tabel (4,13) sehingga H 0 diterima yang berarti sampel bersifat homogen.
Berdasarkan hasil pengujian normalitas dan homogenitas diperoleh bahwa data tersebut bersifat normal dan homogen, maka perlu dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan rumus uji-t. sebelum masuk ke uji-t, dilakukan perhitungan korelasi antara variable X dan Y dengan menggunakan rumus produck moment, yang mana hasil dari perhitungan tersebut mendapatkan hasil 0.531. setelah korelasi r xy , kemudian masuk pada uji-t. Berdasarkan hasil uji-t diperoleh t hitung = -31,27 untuk db = 68 dan taraf signifikani5%, t tabel = 1,667. Hali ini berarti t hitung > t tabel , sehingga H 0 ditolak dan H 1 diterima. Berdasarkan kriteria pengujian, H 0 ditolak dan H 1 diterima yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan (5%) hasil belajar sebelum dan sesudah menggunakan e-modul IPA bermuatan tes online pada siswa kelas VII D di SMP Negeri 3 Singaraja. Sehingga dapat diinterpretasikan bahwa e-modul IPA bermuatan tes online efektif meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa. Pengembangan e-modu l IPA bermuatan tes online ini dilakukan dengan menggunakan model ADDIE, yang mana meliputi tahapan analisis, tahap desain, tahap pengembangan, tahap implementasi, dan tahap evaluasi. Rancang bangun pengembangan e-modul IPA bermuatan tes online ini mengacu pada model ADDIE yang meliputi 5 tahap. Tahap pertama yang dilakukan adalah tahap analisis. Pada tahap ini dilakukan pengenalan karakteristik siswa, analisis kompetensi, dan analisis lingkungan sekolah. Analisis karakteristik siswa dilakukan dengan metode observasi dan metode wawancara. Metode wawancara dan observasi dilakukan saat pembelajaran dikelas, disimpulkan bahwa karakteristik siswa memiliki pengetahuan tinggi, sedang dan rendah.
Pada analisis kompetensi dilakukan pemilihan materi pembelajaran yang relevan dengan produk yang akan dikembangkan serta analisis karakteristik dan kemampuan yang dimiliki siswa. Analisis instruksional yang dilakukan terkait dengan kompetensi yang dituntut tercapai pada peserta didik dimulai dari analisis kompetensi inti, dan kompetensi dasar, analisis bahan ajar, serta pemilihan dan penentuan bahan ajar. Pada tahap analisis fasilitas dan lingkungan dilakukan observasi di SMP Negeri 3 Singaraja. Hasil analisis fasilitas dan lingkungan tersebut menunjukkan bahwa sebagian siswa sudah memiliki laptop dan smartphone dengan system operasi android. Disamping itu fasilitas yang ada di SMP Negeri 3 Singaraja sudah cukup lengkap yaitu LCD di setiap kelas, Laboratorium komputer, akses internet. Hal tersebut menjadi aspek pendukung pengembangan e-modul ini.
Tahap kedua adalah desain. Pada tahap ini yang dilakukan dalam pengembangan e-modul IPA adalah melakukan perancangan. hal yang harus dilakukan yaitu membuat peta konsep e-modul, membuat kerangka e- modul , desain tampilan e-modul , flowchart dan storyboard , instrumen penilaian, kisi-kisi butir soal dan menyusun RPP. Tahap yang ketiga adalah pengembangan. Pengumpulan bahan atau materi bahan ajar, adapun bahan tersebut didapatkan dari buku ajar IPA kelas VII dan buku-buku lainnya yang relevan dengan materi yang diangkat pada e-modul .
Tahap keempat adalah tahap implementasi. Sebelum melakukan implementasi terlebih dulu dilakukan uji ahli tujuannya untuk mengetahui respon dari ahli isi mata pelajaran, ahli media pembelajara dan ahli desain pembelajaran serta siswa yang dilihat dari segi kemenarikan dan kelayakannya. Hasil implementasi berupa validasi yang dilakukan oleh ahli isi mata pelajaran, ahli media pembelajaran dan ahli desain pembelajaran. sedangkan untuk uji coba produk meliputi (a) uji perorangan yang melibatkan 3 (tiga) orang siswa kelas VIII, Ketiga siswa ini terdiri dari satu orang siswa yang memiliki nilai belajar tinggi, satu orang siswa yang memiliki nilai belajar sedang, dan satu orang siswa yang memiliki nilai belajar rendah. (b) uji coba kelompok kecil mengikutsertakan 9 orang siswa kelas VIII, tiga orang siswa yang memiliki nilai belajar tinggi, tiga orang siswa yang memiliki nilai belajar sedang dan tiga orang siswa yang memiliki nilai belajar rendah. Sedangkan uji coba lapangan melibatkan 35 (tiga puluh lima) orang siswa kelas VII.
Tahap evaluasi, pada tahap ini dilakukan analisis pada hasil evaluasi formatif dan evaluasi sumatif yang terkumpul dari implementasi guna mengevaluasi pengembangan produk dan efektivitas produk dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Adapun hasil evaluasi formatif yang akan di analisis berupa penilaian dari validasi ahli, uji coba perorangan, kelompok kecil, dan lapangan, sehingga didapatkan perbaikan produk. Sedangkan hasil evaluasi sumatif dilakukan guna mengetahui efektivitas produk yang dikembangkan dalam meningkatkan hasil belajar siswa dengan melakukan tahap uji efektivitas.
Setelah tahap pengembangan media selesai dikerjakan, langkah berikutnya melakukan validitas terhadap media yang dikembangkan. Validitas dilakukan dengan melakukan review dari ahli isi mata pelajaran mendapat persentase 98% dengan kategori sangat baik. Dikatakan sangat baik karena E-Modul IPA sudah sesuai dengan materi kelas VII semester ganjil dan video pada E-Modul sudah sesuai. Sesuai dengan desain pesan pembelajaran menurut (Sudarma, dkk 2015), mengatakan bahwa pada bagian ini materi e-modul dikembangkan sesuai dengan karakteristik siswa dan konten pada materi e-modul menggunakan unsur multimedia seperti teks, gambar, audio, dan video.
Selanjutnya, review ahli desain pembelajaran mendapatkan presentase 96,4% dengan kategori sangat baik. Dikatakan sangat baik karena aspek perumusan dan tujuan pembelajaran sudah dikembangkan berdasarkan kompetensi inti dan kompetensi dasar. Ahli media pembelajaran mendapatkan presentase 90,3% dengan kategori sangat baik. Dikatakan sangat baik karena salah satunya dalam desain pesan teks pada e-modul sudah memperhatikan prinsip desain pesan.
Uji coba perorangan mendapatkan presentase 91% kategori sangat baik, uji coba kelompok kecil 91,5% kategori sangat baik, dan uji lapangan mendapatkan presentase 94% dengan kategori sangat baik sehingga layak digunakan layak untuk diuji di kelas penelitian. Uji normalitas dilakukan untuk membuktikan bahwa sampel benar-benar berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas dilakukan dua tahap yaitu tahap pretest dan tahap posttes . Tahap pretest dilakukan sebelum menggunakan e-modul IPA dan tahap posttest dilakukan setelah menggunakan e-modul IPA. Setelah itu dilakukan perhitungan dengan menggunakan teknik Liliefors , pretest diperoleh L0= -0.1112 < Lt= 0.1478 dan posttest diperoleh L0= -0.1611 < Lt= 0.1478 dengan taraf Liliefors 5% maka H0 diterima. Dengan demikian semua hasil data skor hasil belajar siswa ( pretest dan posttest ) pada e-modul IPA berdistribusi normal. Uji homogenitas ini dimaksudkan untuk mencari bahwa dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki variasi yang sama. data yang digunakan untuk uji homogenitas yanitu hasil belajar pretast dan posttest . Hasil perhitungan Fhitung ≤ Ftabel (n1-1, n2-1) yaitu Fhitung (2,50) ≤ Ftabel (4,13) sehingga kedua data memiliki sampel yang bersifat homogen.
Berdasarkan hasil pengujian normalitas dan homogenitas diperoleh bahwa data berdistribusi normal dan homogen. Berdasarkan hal tersebut, langkah selanjutnya yaitu uji hipotesis dengan menggunakan uji t-test. Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis uji-t sampel berkorelasi. Semua pengujian hipotesis dilakukan pada taraf signifikansi 5%. Kriteria pengujian adalah apabila hasil perhitungan diperoleh nilai thitung > t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima. Dari hasil uji-t yang sudah diperoleh t hitung yaitu -31,27 dan t tabel yaitu 1,667 untuk derajat kebebasan (db) yaitu 68 dari taraf signifikan 5%. Hal ini berarti t hitung > ttabel sehingga H0 ditolak dan H1 diterima.
Berdasarkan kriteria pengujian, H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan (5%) hasil belajar sebelum dan sesudah menggunakan e-modul IPA bermuatan tes online pada siswa kelas VIID di SMP Negeri 3 Singaraja. Sehigga dapat diinterpretasikan bahwa e-modul IPA bermuatan tes online efektif meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa.
## Simpulan
Simpulan dalam penelitian pengembangan ini terdiri dari tiga hal yaitu: (1) rancang bangun E-Modul IPA bermuatan tes online dikembangkan pada semua tahapan dari model pengembangan ADDIE. Pengembangan dimulai dari: (a) tahap analysis (analisis), (b) tahap design (perancangan), (c) tahap depelopment (pengembangan), (d) tahap implementation (implementasi), dan (e) tahap evaluation (evaluasi). Analisis kebutuhan dilakukan dengan melakukan observasi dan wawancara terhadap guru mata pelajaran IPA dan siswa Kelas VII di SMP Negeri 3 Singaraja. Selanjutnya dilakukan tahap desain yang meliputi: 1) membuat peta konsep e-modul , digunakan untuk acuan dalam mengembangkan isi dari keseluruhan e-modul dengan memperhatikan urutannya, 2) kerangka e-modul meliputi garis besar e -modul dan sistematika penyusunan materi, 3) menetapkan desain tampilan e-modul , meliputi rancangan tampilan sampul/cover, jenis huruf, ukuran huruf, spasi, dan pewarnaan dalam e -modul , 4) membuat flowchart e-modul , 5) menyusun instrumen penilaian e-modul , 6) membuat kisi-kisi soal dan butir soal, dan 7) menyusun RPP. Pada tahap pengembangan E-Modul IPA dari wujud desain dikembangkan menjadi produk yang sesungguhnya pada tahap ini akan menghasilkan produk. Tahap selanjutnya yakni tahap implementasi. Pada tahap ini difokuskan untuk mengimplementasikan produk yang dibuat setelah melalui proses analisis desain, dan pengembangan. Implementasi dalam hal ini dimaksudkan untuk menerapkan efisiensi dan efektivitas produk yang telah diimplementasikan dilapangan. Dalam proses implementasi melibatkan seluruh komponen yang menjadi fokus tujuan dari pembuatan produk E-
Modul IPA. Pada tahap akhir penilaian dilakukan untuk memvalidasi produk yang telah dibuat melalui uji ahli produk. Uji validasi produk bertujuan untuk menguji-tingkat keajegan produk yang sudah dibuat, sedangkan uji efektivitas bertujuan untuk mengukur tingkat efektivitas produk yang dibuat. Uji validasi produk bertujuan untuk menguji-tingkat keajegan produk yang sudah dibuat. (2) Hasil uji coba pengembangan E-Modul IPA pada (a) ahli isi mata pelajaran berpredikat sangat baik (98%), (b) ahli desain pembelajaran berpredikat sangat baik (96,04%), (c) ahli media pembelajaran berpredikat sangat baik (90,03%), (d) uji coba perorangan berpredikat sangat baik (91%), (e) uji coba kelompok kecil berpredikat sangat baik (91,05%), dan (f) uji coba lapangan berpredikat sangat baik (94%). (3) Hasil uji efektivitas yang dianalisis dengan teknik analisis statistik inferensial (uji-t) menemukan bahwa hasil uji-t diperoleh t hitung = -31,27dan t tabel = 1,667 untuk db = 68 dari taraf signifikans 5%. Hal ini berarti t hitung > t tabel , sehingga H 0 ditolak dan H 1 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa E-Modul IPA bermuatan tes online terbukti efektif secara signifikan dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas VII tahun pelajaran 2019/2020 di SMP Negeri 3 Singaraja.
Saran yang disampaikan dalam pengembangan E-Modul IPA bermuatan tes online yaitu: (1) Disarankan kepada siswa, agar dapat memanfaatkan e-modul secara optimal. E-Modul tidak hanya dimanfaatkan di sekolah saja, namun dapat dimanfaatkan dimana dan kapan saja pada saat siswa ingin belajar. Dengan pemanfaatan E- Modul IPA secara maksimal, maka diharapkan hasil belajar siswa akan meningkat lebih optimal, (2) Disarankan kepada guru mata pelajaran khususnya mata pelajaran IPA, yakni hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran untuk menciptakan pemahaman yang lebih cepat terhadap proses pembelajaran dan menggunakan e-modul sebagai salah satu media pembelajaran yang dapat membangkitkan minat belajar siswa dan membuat pembelajaran lebih efektif lagi, (3) Disarankan kepada sekolah, agar guru- guru dapat mengembangkan kreativitas dan lebih mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar melalui model-model pembelajaran yang inovatif. Selain itu pihak sekolah juga harus menambah sarana dan prasarana penunjang proses pembelajaran agar proses pembelajaran nantinya lebih efektif dan mampu menambah daya tarik siswa dalam memahami materi pembelajaran, dan (4) Disarankan kepada peneliti lain, yakni hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan pengalaman langsung dan dapat dijadikan informasi bagi para peneliti bidang pendidikan untuk meneliti aspek atau variabel dan dijadikan sebagai referensi untuk melakukan penelitian sejenis sebagai pedoman untuk melakukan penelitian pengembangan yang lebih menarik dan inovatif.
## Daftar Pustaka
Agung, A. A. Gede. 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan . Buku Ajar Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Undiksha.
Arsyad, A. (2011). Media pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Getuno, D. M., Kiboss, J. K., Changeiywo, J. M., & Ogola, L. B. (2015). Effects of an E-Learning Module on Students' Attitudes in an Electronics Class. Journal of Education and Practice , 6 (36), 80-86. Koyan, I. W. 2012. Statistik Pendidikan. Singaraja: Undiksha Munthe, B. (2009). Desain pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Insani Madani. Sadiman, A.S., dkk. 2006. Media Pendidikan . Jakarta : Raja Grafindo Persada. Sudarma, dkk., 2015. Desain Pesan: Kajian Analisis Desain Visual (Teks dan Image). Yogyakarta: Graha Ilmu. Tegeh, I. M. dkk. (2014). Model penelitian pengembangan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Tegeh, I.M,. & Kirna. I.M. 2010. Metode Penelitian Pengembangan Pendidikan . Buleleng. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Wirawan, I. K. Y. A. P., dkk. 2017. “ Pengembangan E-Modul Berbasis Problem Based Learning Untuk Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas VII Semester Ganjil ” . Teknologi Pendidikan. (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017). Di akses pada tanggal 24 Juni 2018.
|
3bb8b749-4edb-4980-85da-4b7b8bcd9ac8 | https://ojs.ummetro.ac.id/index.php/attajdid/article/download/2377/1414 | AT-TAJDID : Jurnal Pendidikan Dan Pemikiran Islam (p-ISSN: 2548-5784 |e-ISSN: 2549-2101) Vol. (06) (02), (Desember) (2022), (135) (147) Doi: http://dx.doi.org/10.24127/att.v6521a2366
## MANAJEMEN KONFLIK DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS ORGANISASI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM
Anita 1
Institut Agama Islam An Nur Lampung 1
Correspondence E-mail: : anita.hayfa99@gmail.com 1
Anita Putri 2
Institut Agama Islam An Nur Lampung 2
E-mail: anita.gamn@gmail.com 2
Nasruddin Harahap 3
Institut Agama Islam An Nur Lampung 3 E-mail: paknas150@gmail.com 3
Nurul Hidayati Murtafiah 4
Institut Agama Islam An Nur Lampung 4
E-mail: nurul752.nhm@gmail.com 4
## ABSTRAK
Konflik merupakan bagian yang tak terhindarkan dari kehidupan sosial yang kita semua harus hadapi dari waktu ke waktu, yang mana konflik dapat menjadi sesuatu kekuatan yang positif untuk perbaikan dalam sebuah lembaga pendidikan Islam. Manajemen yang baik dapat menggunakan konflik untuk memacu peningkatan kinerja. Manajemen konflik adalah proses yang membantu menyelesaikan konflik dengan menggunakan berbagai bentuk komunikasi antara aktor dan pihak luar. Ini membantu memastikan bahwa kepentingan dan interpretasi terwakili secara akurat. Organisasi adalah suatu sistem dari bagian-bagian yang saling berhubungan yang bekerja sama untuk menghasilkan suatu produk atau jasa. Pekerja individu dan kelompok pekerja bekerja sama untuk menghasilkan hasil yang diinginkan. Keterkaitan ini menciptakan rasa kerjasama dan kerja tim yang kuat. Ketika konflik muncul dalam suatu organisasi, penyebabnya selalu diidentifikasi sebagai miskomunikasi. Konflik tidak selalu merugikan, tetapi jika dikelola dengan baik oleh kepala lembaga pendidikan sebagai pimpinan organisasi, juga dapat bermanfaat dalam jangka panjang untuk meningkatkan produktivitas dan kinerja organisasi. Penelitian ini mengkaji tentang sumber konflik dan urgensi penyelesaian konflik di lembaga pendidikan Islam. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan data yang di peroleh dari koleksi perpustakaan dengan menggunakan pendekatan deskriptif. Koleksi perpustakaan sangat luas dan beragam, berisi buku, artikel, dan materi lain tentang topic manajemen konflik. Manajemen konflik di lembaga pendidikan Islam dapat membantu meningkatkan produktivitas. Ketika institusi menangani konflik dengan cara yang konstruktif dan kooperatif, hal itu dapat membantu menjaga lingkungan kerja yang positif dan meningkatkan hubungan
antar karyawan. Kunci manajemen konflik yang efektif di sebuah organisasi lembaga pendidikan ialah adanya kreativitas, keluwesan dan kebijaksanaan pemimpin lembaga untuk menggabungkan atau memilih salah satu strategi yang di anggap terbaik sesui dengan diagnose konflik yang muncul. Ada beberapa strategi manajemen penanganan konflik yang ditawarkan mulai dari negosiasi, tabayyun, mediasi musyawarah, Arbitrasi, ishlah atau perdamaian. Oleh karena itu, pimpinan lembaga pendidikan Islam membutuhkan keterampilan, wawasan, dan inovasi untuk menyikapi konflik yang muncul sehingga upaya peningkatan produktivitas dan kualitas kerja dapat terus dilakukan dengan lebih efisien.
Kata Kunci : Manajemen Konflik, Produktifitas Organisasi
## ABSTRACT
Conflict is an unavoidable part of social life that we all have to face from time to time, where conflict can be a positive force for improvement in an Islamic educational institution. Good management can use conflict to spur performance improvements. Conflict management is a process that helps resolve conflicts using various forms of communication between actors and outsiders. This helps ensure that interests and interpretations are accurately represented. Organization is a system of interrelated parts that work together to produce a product or service. Individual workers and groups of workers work together to produce the desired results. This linkage creates a strong sense of cooperation and teamwork. When conflict arises in an organization, the cause is always identified as miscommunication. Conflict is not always detrimental, but if managed properly by the head of the educational institution as the leader of the organization, it can also be beneficial in the long term to increase productivity and organizational performance. This study examines the sources of conflict and the urgency of conflict resolution in Islamic educational institutions. This study aims to describe the data obtained from library collections using a descriptive approach. The library's collection is vast and varied, containing books, articles, and other materials on the topic of conflict management. Conflict management in Islamic educational institutions can help increase productivity. When institutions handle conflict in a constructive and cooperative way, it can help maintain a positive work environment and improve relationships between employees. The key to effective conflict management in an educational institution organization is the creativity, flexibility and wisdom of institutional leaders to combine or choose one strategy that is considered the best according to the diagnosis of conflicts that arise. There are several conflict management strategies offered, starting from negotiation, tabayyun, deliberation mediation, arbitration, ishlah or peace. Therefore, leaders of Islamic educational institutions need skills, insight, and innovation to address conflicts that arise so that efforts to increase productivity and work quality can continue to be carried out more efficiently.
Keywords: Conflict Management, Organizational Productivity
## A. PENDAHULUAN
Lembaga pendidikan sebagai sarana untuk mengembangan kompetensi peserta didik yang di dukung oleh berbagai komponen penunjang mulai dari komponen kurikulum, proses pembelajaran, peserta didik, sumberdaya guru, tenaga kependidikan, pengelolaan pendidikan,
keuangan, sarana dan parasarana, dan proses
evaluasi pendidikan, yang semuanya saling berhubungan. Dalam praktiknya komponen pendidikan yang seharsnya menjadi penyokong terhadap keberhasilan tercapainya tujuan pendidikan malah menjadi penyebab terjadinya konflik didalam lembaga pendidikan.
Dalam kehidupan organisasi, konflik tidak dapat dipisahkanyang nerupakan
bagian penting dari kehidupan, memberi kita kesempatan untuk mengalami semua yang mungkin terjadinya kesuksesan, namun konflik juga merupakan penghalang kesuksesan. Allah telah menciptakan racun pasti ada penawarnya, begitu pula yang konflik. Racun adalah bagian penting dari kehidupan dan dapat digunakan untuk kebaikan atau keburukan. Konflik diperlukan untuk kemajuan. Harus ada perjuangan untuk setiap langkah maju, dan penanganan untuk setiap konflik.
Sampai saat ini konflik telah menjadi hal yang lumrah dalam kehidupan manusia. Namun di era global, kita semua bisa bekerja sama untuk mengatasinya. Konflik antar individu maupun antar kelompok merupakan bagian yang wajar dalam kehidupan manusia. Konflik-konflik ini bisa berasal dari perasaan diabaikan, diremehkan, tidak dihargai, ditinggalkan, dan jengkel karena terlalu banyak bekerja (Wirawan, 2010).
Konflik dalam organisasi lembaga pendidikan dapat timbul dari ketidak sepakatan atas kebutuhan, peraturan, keinginan, dan/atau tuntutan yang diajukan pada anggota personalia yang berbeda. Mengelola konflik secara efektif membutuhkan banyak usaha dan proses yang tidak mudah. Konflik dapat menjadi alat yang berguna untuk meningkatkan komunikasi, produktivitas, dan kualitas kerja, tetapi juga dapat berdampak negatif pada kinerja seseorang jika tidak dikelola secara efektif (Wijayanti, Y. T, 2015).
Konflik merupakan masalah yang sering terjadi di lembaga-lembaga Islam, karena lembaga-lembaga tersebut masih mengalami kesulitan di berbagai bidang.
Dalam hal ini, pimpinan sebuah lembaga pendidikan Islam memiliki peran besar dalam merespon konflik-konflik yang terjadi di dalam lembaga tersebut. Dengan kemampuan
kepemimpinan dalam mengelola konflik, konflik akan mampu berperan sebagai pemicu dan stimulus untuk meningkatkan kualitas kinerja untuk mencapai tujuan pendidikan Islam, sekaligus meningkatkan kerjasama kelembagaan dan hasil kerja.
Dunia pendidikan membutuhkan manajemen konflik yang efektif untuk memastikan keberhasilan pengoperasian sistem manajemen organisasi kepal sekolah. Kepala sekolah sebagai pimpinan lembaga pendidikan bertangung jawab terhadap kestabilan, Produktivitas dan kemajuan organisanya oleh karena itu kepala sekolah wajib mengtahui dan memiliki keterampilan terhadap pengelolan konflik yang terjadi
## B. METODOLOGI
Karya tulis ini merupakan hasil dari penelitian yang dilakukan melalui pendekatan Penelitian dengan pendekatan kwalitatif dengan jenis penelitian kepustakaan dengan menggunakan pendekatan deskriptif. Dalam penelitian kepustakaan, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan, antara lain menggunakan pengetahuan dari teks atau data numerik, bukan dari apa yang dirasakan di lapangan, dan peneliti biasanya tidak terjun langsung ke lapangan. Perpustakaan dan sumber daya online juga merupakan sumber data yang berharga bagi para peneliti. Selain itu, data bekas juga dapat menjadi sumber informasi yang berharga. Data di peroleh dengan cara menelaaah dan mengkaji berapa informasi
dan teori yang telah di kemukaan oleh para ahli yang bersumber dari koleksi dan arsip kepustakaan berupa buku, artikel jurnal penelitian, majalah dan beberpa sumber dari internet dan sumber lainya yang di anggap sesui dengan masalh yang sedang di kaji,
## C. PEMBAHASAN
## A. Konflik Pendidikan Islam
## 1. Pengertian Konflik
Lembaga pendidikan Islam akan terus terbelenggu dari jeratan masalah jika tidak mampu mengelola konflik yang terjadi baik internal ataupun eksternal, pemaham terhadap konflik mutlak harus dimiliki oleh seluruh pimpinan dan pengelola lembaga pendidikan Islam, keterampilan terhdap konflik dapat dimulai dari menelisik apa yang dimaksud dengan konflik itu sendiri.
Konflik dapat di tinjau dari segi kalimat merupakan berasal dari bahasa Latin “configure” yang dapat kita maknai sebagi tindakan saling memukul secara rinci dijelaskan oleh Sunarta bahwa “configure” tersusun dari dua suku kata yaitu “con” yang berarti bersama-sama sedangkan “fligo” yang memlikili arti pemogokan, pemukulan, melumatkan, penghancuran (Sunarta,2011). Secara sosiologis, konflik adalah suatu proses sosial dimana dua orang atau lebih (atau kelompok) saling bergumul, biasanya dengan tujuan untuk mencapai kemenangan satu pihak atas pihak lainnya (Sofiyati,2011).
Sedangkan menurut Stoner Konflik organisasi adalah perselisihan antara orang- orang dalam suatu organisasi atau kelompok. Alasan mengapa kedua kelompok mengalami kesulitan bekerja sama adalah karena mereka harus berbagi
sumber daya yang terbatas yang sama, dan mereka memiliki aktivitas kerja dan/atau sudut pandang yang berbeda (Stoner & Wankel,1986).
Alquran menjelaskan bahwa manusia senantiasa berselisih demi memuaskan hasrat dan kepentinganya masing masing
“ َﻚﱡﺑَرَء ۤﺎَﺷْﻮَﻟَو َﻞَﻌََﳉ َسﺎﱠﻨﻟا َنْﻮُﻟاَﺰَـﻳ َﻻﱠوًةَﺪِﺣاﱠوًﺔﱠﻣُا َْﲔِﻔِﻠَﺘُْﳐ ”
Artinya : “ Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia jadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih
(pendapat)”( “ QS. Al Hud : 118 ” ) Terdapat tiga pandangan mindset seseorang terhadap konflik
a. pandangan tradisional yaitu orang-orang yang memandang dan meyakini bahwa konflik adalah suatu yang membahayakan sehingga pandangan kelompok tradisional memandang bahwa konflik adalah suatu yang membahayakan dan harus dihindari
b. pandangan interaksi social memahami bahwa konflik itu adalah sesuatu yang wajar dan memang tidak bisa dihindari sehingga terkesan seseorang cenderung membiarkan saja cenderung apatis tentang konflik yang terjadi dalam suatu organisasi yang
c. pandangan interaksionis adalah orang- orang yang memandang bahwa konflik itu hendaknya dikelola ya di manager agar menjadi kekuatan yang positif.
Dari beberapa definisi dan pandangan tersebut dapat disimpulkan bahwa konflik adalah suatu keadaan dimana ada pihak (Kelompok) yang saling berbenturan karna
merasa diserang atau dirugikan oleh pihak lain, Konflik dan perbedaan adalah hal biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat dan tidak ada jaminan bahwa akan selalu terjalin kecocokan antara individu atau kelompok selama waktu yang dihabiskan untuk berkolaborasi antara satu hal dengan hal lainnya.
Dalam dunia pendidikan seringkali muncul konflik antara guru, siswa dan pejabat struktural dalam struktur organisasi. Adanya tugas tambahan yang tidak sesuai dengan tanggung jawab sebagai guru dapat menimbulkan konflik bahkan stres..
Konflik memiliki dua dampak yaitu negative yang merusah dan positif yang dapat membangun, Ciri-cirinya konflik yang merusak adalah a. konflik itu selalu merugikan pihak lainnya Jadi ada pihak-pihak yang merasa dirugikan atau dizalimi.
b. menciptakan kemarahan yang menjadikan semakin emosi menimbulkan tidak rukun yang mengalami konflik tercipta kebencian tidak senang ya dan muncul permusuhan.
c. Konflik menumbulkan permasalahn semakin memburuk dimasa depan bahkan dalam bergabagai kondisi kehidupan sehari hari
Sementara konflik yang membangun ciri-cirinya
a. memunculkan ide kreatif kesepakatan yang bisa memenangkan kedua belah pihak ya jadi konflik ini melahirkan ide kreatif sehingga kemudian menjadikan Greenwich solution menjadikan keduabelah pihak sama-sama merasakan kemenangan sama-sama merasa tidak ada yang dirugikan.
b. konflik justru menciptakan rasa penghormatan menjadikan kita lebih toleran dan
c. Konflik semakin mampu dan membuat bersikap bijak bagi orang-orang yang terlibat dalam menghadapi konflik ini di masa depan
2. Timbulnya Konflik Lembaga Pendidikan Islam Konflik ini biasanya muncul Karena salah paham, miss komunikasi dan terkadang konflik itu muncul karena sumber daya yang diperuntukkan itu terbatas, karena ada orang-orang yang ingin tampil dominan dan mendominasi, karena permasalahan pembagian tugas dan kewenangan dan ada faktor-faktor penyebab konflik yang lainnya yang intinya adalah keadaan karena ada orang yang merasa dirugikan atau diserang oleh pihak lain (Raya,2016).
Secara umum konflik terjadi dilator bekanagi berapa alasan, berikut :
a. Hendricks, W. (1992) menidentifikasikan bahwa konflik terjadi diawali dengan adanya interaksi yang dilakukan individu dalam kehidupan sehari hari, kedua karna adanya perbedaan perbedaan kepentingan yang menimbulkan tantangan, yang ketiga terjadinya kesalahpahaman dan perselihahan yang mengakibatkan pertentangan (Hendrick, 1992).
b. Pencarian profesional yang memenuhi syarat adalah bagian penting dari banyak bisnis. Untuk menemukan kandidat terbaik, bisnis sering menggunakan proses penyaringan, seperti wawancara dan evaluasi. Organisasi ingin mempertahankan sumber daya manusia yang handal dan berkualitas, yang salah
satunya dapat dicapai dengan mengalihkan sumber daya manusia dari organisasi atau perusahaan lain..
c. ada tujuan khusus di balik tujuan ambisius manajemen. Dimana hal ini telah dibaca oleh pimpinan, telah menimbulkan reaksi konflik antar pimpinan organisasi. Secara teori, ini sering disebut sebagai teori keagenan. Teori keagenan adalah teori yang membahas konflik antara manajemen dan pejabat, dengan manajemen disebut sebagai agen atau pelaksana dan petugas sebagai prinsipal. Ketika dua pihak mengadakan kontrak kerja, mereka biasanya harus menyetujui seperangkat aturan yang akan mengatur hubungan mereka. Salah satu aturan terpenting adalah bahwa agen harus selalu berusaha memberikan keuntungan terbaik kepada principal.
d. Konflik dimungkinkan karena kondisi dan situasi eksternal di organisasi tidak mewakili apa yang biasanya dialami oleh orang lain. Hal ini dapat memberikan kenyamanan bagi perusahaan, sehingga sulit untuk mengatasi masalah yang mendasarinya. Kecemasan kerja selalu menyertai ketakutan dan gangguan dari dunia luar, sehingga menyulitkan manajemen perusahaan untuk tetap pada jalurnya (Budi,2019).
3. Jenis Konflik Yang Terjadi Lembaga Pendidikan Islam
Konflik dalam pengembangan organisasi dapat menyebabkan terganggunya kelangsungan organisasi. Hal ini dapat membahayakan operasi organisasi dan kesehatannya secara keseluruhan. Konflik
dapat terjadi antar individu, kelompok, atau organisasi ketika salah satu pihak atau kedua belah pihak merasa dirugikan. Di lembaga pendidikan, atau sekolah, konflik dapat terjadi di semua tingkatan:
a. Konflik intrapersonal mengacu pada konflik yang terjadi dalam diri sendiri, seperti perselisihan dengan keyakinan atau keinginan sendiri. Ini bisa menjadi sumber frustrasi dan dapat menyebabkan kurangnya kepuasan dengan kehidupan seseorang. Konflik terjadi ketika seorang individu harus memilih antara dua atau lebih tujuan yang bersaing dan tidak tahu mana yang harus dipilih.
b. Konflik interpersonal muncul ketika ada ketidaksepakatan tentang isu-isu penting, tujuan, dan tindakan. Hal ini dapat menyebabkan ketegangan dan konflik, karena pihak-pihak yang terlibat tidak dapat mencapai kesepakatan tentang apa yang terbaik bagi mereka.
c. Konflik dalam kelompok, yaitu sering terjadi konflik antar anggota kelompok. Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan pendapat atau latar belakang, atau hanya cara yang berbeda dalam melakukan sesuatu. Hal ini dapat membuat sulit untuk bekerja sama, dan dapat menyebabkan masalah.
d. Konflik antarkelompok mengacu pada konflik antara kelompok yang berbeda. Konflik antar kelompok muncul dari saling ketergantungan dan perbedaan persepsi yang mereka miliki satu sama lain, serta perbedaan tujuan yang mereka miliki dan meningkatnya tuntutan akan keahlian.
e. Konflik intraorganisasi adalah konflik yang terjadi antar bagian dari suatu
organisasi. Konflik intraorganisasi dapat mengambil berbagai bentuk yang berbeda, termasuk konflik vertikal antara berbagai tingkat organisasi, konflik horizontal antara kelompok karyawan yang berbeda, konflik lini-staf antara departemen yang berbeda, dan konflik peran antara peran yang berbeda..
f. Konflik antara organisasi yang berbeda adalah kejadian umum, sering kali timbul dari tujuan, keyakinan, atau prioritas yang berbeda. Sulit untuk menyelesaikan konflik, karena setiap organisasi mungkin memiliki harapan dan keyakinan yang berbeda tentang bagaimana situasi harus ditangani.Konflik antara kedua organisasi ini muncul karena mereka berbagi hubungan berdasarkan tindakan masa lalu organisasi yang berdampak negatif pada keduanya..
## B. Manajemen Konflik Dalam Organisasi
Lembaga Pendidikan Islam 1. Peran Kepala Sekolah Dalam
## mengelola Konflik
Dalam suatu organisasi, pekerjaan individu dan kelompok pekerja saling berhubungan sedemikian rupa sehingga memungkinkan organisasi untuk mencapai tujuannya. Ini adalah bagian penting dari organisasi, karena memungkinkan para pekerja untuk bekerja sama untuk menciptakan sesuatu yang baru. Ketika konflik muncul dalam sebuah organisasi, akar masalahnya selalu diidentifikasi sebagai komunikasi yang buruk. Demikian juga, komunikasi yang tidak efektif selalu menjadi factor utama ketika keputusan yang salah dibuat (Heridiansyah,2014)
Kepala Sekolah sebagi Manajer menggunakan keterampilan komunikasi untuk mendapatkan informasi yang mereka butuhkan untuk membuat keputusan, dan untuk berbagi hasil keputusan yang dibuat dengan orang lain. Manajer menghabiskan banyak waktu mereka untuk berbicara dengan orang lain, biasanya menghabiskan sekitar 80% dari waktu mereka untuk interaksi verbal. Manajer harus pandai memproses informasi dan
mengomunikasikannya secara efektif.
Komitmen kepala sekolah yang menempati posisi sebagai seorang manajer adalah untuk selalu menghadapi konflik. Poin penting dari pekerjaan manajer adalah memastikan bahwa komunikasi dalam organisasi kerja efektif, sehingga setiap orang memahami apa yang diharapkan dari mereka dan apa yang diharapkan dari organisasi.
Tujuan seorang manajer dalam semua komunikasinya harus jelas dan ringkas. Manajer harus menentukan tuntutan kerja dari setiap posisi dan harapan peran terkait untuk bawahan mereka untuk menghindari ketegangan dan mempertahankan suasana kerja yang positif. Jika terjadi konflik dapat menimbulkan ketegangan dan sikap yang tidak baik antar karyawan. Seorang manajer yang baik akan bekerja untuk menjaga komunikasi yang terbuka dan efektif dengan setiap bawahannya untuk meminimalkan konsekuensi negatif. Manajer dituntut memiliki keterampilan yang baik dalam mengelola konflik.
Manajer menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk mencoba
menyelesaikan konflik. Ini bisa menjadi tantangan, karena konflik bisa menjadi
kompleks dan sering kali membutuhkan banyak langkah untuk diselesaikan. Biasanya, seorang manajer dapat terlibat dalam konflik baik sebagai pihak pertama yang terlibat atau sebagai mediator atau pihak ketiga. Pengaruh karyanya pada organisasi bisnis dan individu yang terlibat dalam organisasi bisnis adalah signifikan.Karyanya memiliki dampak yang signifikan pada bagaimana bisnis dilakukan dan bagaimana individu beroperasi dalam bisnis.
2. Metode Dan Stategi Manajemen Konflik
Mengelola konflik dengan baik maka konflik itu tidak akan merusak justru konflik itu akan semakin membangun. dapat kita lihat dalam ilustrasi gambar grafik berikut ini :
## Keterangan
a. Nomor 1 Sumbu X menunjukkan tingkat Konflik yang rendah Maka akan memiliki hubungan dampak yang rendah pada
tingkat Produktivitas kerja dengan ditunjukan pada sumbu Y yang bertemu pada titik kurva yang rendah. Hal ini terjadi karna tidak ada perdebatan, perbedaan pendapat sehingga organisasi berada di titik nyaman tidak memuncul ide gagasan dan kreatifitas pembaharuan menyebabkan Produktivitas nya rendah.
b. Nomor 2 Sumbu X menunjukkan Tingkat Konflik yang terlalu tinggi maka berdampak pada tingkat Produktivitas kinerja pada ambang batas normal hal ini terlihat pada titik pertemuan titik curva sumbu Y pada titik pertengahan. Hal ini terjadi perdebatan, perbedaan pendapat, permusuhan yang terlalu tinggi menyebabkan kegaduhan menghasilkan produktifiktas yang biasa biasa saja sebab organisasi disibukkan dengan kegaduhan konflik yang terjadi.
c. Nomor 3 Sumbu X konflik berada di tengah tengah di kelola dengan baik tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah, tidak terlalu kekiri dan ke kanan maka akan menghasilkan Produktivitas yang lebih tinggi ditunjukan oleh sumbu Y yangberada pada posisi titik tertinggi. Hal ini karna ada kompetisi dan melahirkan ide kreatif , inovatif, kebijaksanaan ada motivasi berprestasi menhasilkan kebaikan kemajuan organisasi.
Maka kita pandang bahwa konflik bukan sesuatu yang harus dihindari atau dibiarkan begitu saja tetapi di kelola konflik itu dengan sebaik-baiknya . melakukan penanganan konflik dengan cara-cara dengan metode-metode yang berbeda tergantung pada keadaan tergantung pada situasi yang yang terjadi saat itu kita tidak boleh dalam menangani konflik selalu
P R O D U K T IV IT A S TINGKAT KONFLIK 1 2 2 X Y
dengan cara-cara atau metode-metode yang sama. Berikut akan diuraikan beberapa metode penanganan konflik :
a. Metode pengananan konflik bersaing, yaitu orang-orang yang melakukan pendekatan penanganan konflik yang berorientasi kepada tujuan, dan kurang berorientasi kepada hubungan, sehingga memposisikan bagaimana kepentingannya tercapai sekalipun
hubungan itu buruk.
b. Metode penanganan konflik akomodir, yaitu orang-orang yang menangani konflik berorientasi kepada hubungan, Bagaimana hubungan tetap baik bagaimana hubungannya tetap enak walaupun tujuan kepentingan dirinya tidak tercapai.
c. Metode penanganan konflik menghindari, yaitu biarlah hubungan jelek biarlah tujuan kepentingan tidak tercapai, asalkan tidak terlibat.
d. Metode penanganan konflik kompromi yaitu seseorang ada di pertengahan satu sisi bagaimana hubungan itu tidak jelek juga tidak buruk juga bagaimana tujuan kepentingan diri itu tercapai tetapi juga orang lain juga mencapainya.
e. Metode penanganan konflik kolaborasi yaitu penanganan konflik yang berorientasi kepada bagaimana tujuan kepentingan antara kita dengan orang yang sedang konflik dengan kita itu sama-sama tercapai, tidak saling mengurangi tidak setengah tetapi bagaimana kamu dengan saya justru memberikan hasil yang lebih besar. selain berorientasi tujuan kepentingan kolaborasi juga tetap bagaimana menciptakan hubungan itu tetap baik tetap harmonis.
Manajemen konflik merupakan bidang kompleks yang berkaitan dengan strategi untuk menerjemahkan konflik yang ada dalam organisasi, khususnya di lembaga pendidikan Islam, menjadi peluang dan insentif untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Dalam studi Islam, Al-Qur'an dan Sunnah memberikan pedoman tentang bagaimana menyelesaikan konflik. Bimbingan ini dapat digunakan untuk membantu individu bekerja sama secara harmonis dan mencapai hasil yang positif (Widiyowati, Kriyantono& Dwi
Prasetyo,2018). Banyak strategi manajemen konflik yang dapat disarankan dan diterapkan dalam proses kerja di lembaga pendidikan Islam, diantaranya sebagai berikut:
a. Negosiasi / Perundingan
“ Negosiasi dapat membantu menyelesaikan konflik dalam suatu
organisasi. Menurut Islam, Al-Qur'an memberikan pedoman untuk menyelesaikan konflik melalui negosiasi ” . Dengan bernegosiasi, konflik antara kedua belah pihak dapat diselesaikan tanpa ada pihak yang dirugikan.Bahkan hasil dari negosiasi
BERSAING KOLABORASI KOMPROMI MENGHINDA R AKOMODIR T U J U A N /K E P E N T IN HUBUNGAN Y X
ini dapat membantu mengembangkan strategi pengelolaan konflik yang lebih baik untuk memandu perselisihan di masa depan yang berakar pada masalah yang sama.
“ Konsep negosiasi akan sangat mendekati dengan resolusi konflik karena keduanya
melibatkan pencapaian kesepakatan yang memenuhi tujuan kedua belah pihak secara memuaskan ” . Dalam proses negosiasi, penting untuk memahami resolusi atau resolusi konflik sebagai penyelesaian di mana pengamat pihak ketiga dapat membantu dan mengarahkan konflik negatif menjadi konflik positif (Muspawi,2014).
Islam mengajarkan bahwa konflik adalah bagian alami dari kehidupan manusia, dan disebutkan dalam Al-Qur'an sebagai sesuatu yang cenderung dilakukan manusia – di antara mereka sendiri, dalam keluarga mereka, dan dalam perselisihan sosial. Ketika ada konflik, pemimpin harus mengingatkan anggotanya tentang visi dan misi bersama, dan fokus pada cita-cita organisasi untuk menghasilkan resolusi. Manajemen modern sering menggunakan litigasi sebagai cara untuk menyelesaikan konflik.
Melalui strategi ini pihak-pihak yang berkonflik berusaha menyelesaikan konfliknya sendiri secara sukarela, strategi ini dapat bersifat formal maupun informal. Negosiasi hanya akan berhasil jika dua atau lebih pihak yang berkonflik memahami masalah mereka dengan baik dan juga memiliki keterampilan dan sikap resolusi yang baik untuk memenangkan konflik.Untuk bernegosiasi secara efektif, Anda perlu memiliki sikap positif dan keterampilan resolusi konflik yang baik.
## b. Tabayun
Ajaran Islam menekankan perlunya umat Islam bersikap kritis dan berhati-hati dalam mempertimbangkan berita yang disampaikan oleh orang lain. Berita bohong dapat menyebabkan kerusakan besar, menabur perselisihan di antara umat Islam, dan bahkan mengarah pada kekerasan. Tabayun adalah prinsip berharga yang penting untuk menjaga kemurnian ajaran Islam dan keharmonisan hubungan. Namun, jika tidak dilakukan, bisa terjadi kesalahpahaman, kecurigaan, kecemasan, penyesalan, dan bahkan tuduhan
kebohongan. Dalam konteks lembaga pendidikan Islam, Tabayun merupakan upaya manajemen konflik, mengingat penyelenggaraan lembaga pendidikan agak kompleks dan melibatkan banyak pihak, mulai dari internal lembaga itu sendiri maupun pihak eksternal yang terlibat. dan paling sering dieksekusi.Oleh karena itu, Tabayun dengan jelas menyatakan posisi masing-masing pihak yang bersengketa. , Anda akan dapat merumuskan solusi bersama dengan lebih efektif.
c. Mediasi Dan Musyawarah
Dalam pandangan Islam tata kelola kelembagaan, musyawarah merupakan nilai kunci yang selalu ditekankan ketika keputusan diambil. Al-Qur'an menekankan pentingnya pemikiran dan musyawarah dalam semua aspek kehidupan manusia. Inilah sebabnya mengapa ia mendesak orang untuk meluangkan waktu sebelum membuat keputusan, untuk mempertimbangkan semua pilihan, dan untuk mempertimbangkan konsekuensi dari tindakan mereka. musyawarah ini dirancang untuk memberi
setiap orang kesempatan untuk berbagi pemikiran dan ide mereka sehingga dapat menemukan solusi untuk masalah tersebut. Nilai musyawarah ditujukan untuk menjaga persamaan hak dan kewajiban dalam kehidupan manusia serta menegakkan keadilan dan kerukunan dalam kehidupan bermasyarakat.
Musyawarah menjadi kunci keberhasilan tuntuk menangani konflik yang terjadi, Hal ini karena keterlibatan sumber daya manusia di lembaga ini sangat bervariasi, masing-masing seringkali memicu konflik. Efektivitas musyawarah sebagai strategi manajemen konflik didasarkan pada komunikasi yang baik, yang dapat memberikan solusi bagi kedua belah pihak yang bersengketa.Dipengaruhi oleh kemampuan kepala sekolah dalam berkomunikasi dan bernegosiasi. Untuk menjaga proses pendidikan yang efektif, konflik antara siswa dan pendidik harus diselesaikan dengan cepat.
Pihak ketiga yang netral dapat membantu menyelesaikan konflik dengan memfasilitasi komunikasi antara pihak- pihak yang terlibat. Mediator tidak terlibat dalam pengambilan keputusan atau pemecahan masalah, dan hanya ada untuk membantu para pihak mengatasi masalah mereka, mediator hanya menyarankan pemecahan pemecahan masalah yang memungkinkan , dalam upaya menciptakan proses mediasi berjalan dengan baik mediator menyediakan panduan mediasi Yang harus dipatuhi oleh pihak-pihak yang berkonflik selama dan sesudah proses mediasi.
d. Tahkim / Arbitrasi
Dalam studi Islam Istilah “tahkim” sangat dikenal dalam manajemen konflik. Tahkim adalah proses penyelesaian perselisihan atau konflik antar pihak melalui bantuan otoritas hukum. Di dalam Al-Qur'an terdapat ajaran yang dapat digunakan untuk mengelola konflik-konflik kecil, seperti konflik keluarga dan sosial. Misalnya, disarankan untuk menggunakan penilaian atau pihak ketiga untuk mencoba menyelesaikan masalah. Arbitrase adalah strategi penyelesaian sengketa yang juga melibatkan pihak ketiga yang netral, namun berbeda dengan mediasi arbitrase, dalam arbitrase ketiga, para pihak memiliki kekuasaan untuk menentukan hasil atau penyelesaian sengketa, yang harus dihormati atau mengikat para pihak. ke sengketa.
Arbitrase adalah alat yang umum digunakan di lembaga pendidikan Islam untuk mengelola perselisihan. Pimpinan lembaga atau sekolah bertanggung jawab sebagai penengah dan penengah dalam setiap perselisihan yang terjadi di lembaga tersebut. Peran kepemimpinan suatu organisasi dapat secara optimal mengelola konflik yang sedang terjadi, konflik langsung yang dirancang dan dimanfaatkan untuk tujuan tertentu, seperti meningkatkan komitmen dan disiplin, atau juga dapat menanamkan kecintaan pada organisasi dan bekerja menuju dan memberdayakan visi organisasi..
## e. Ishlah
Islah merupakan strategi manajemen konflik yang bertujuan untuk menyelesaikan konflik secara memuaskan dan tanpa permusuhan. Islah menekankan perlunya proses perdamaian antara kedua pihak. Islah adalah proses penyelesaian konflik yang
berlangsung di luar sistem pengadilan. Mediasi sering digunakan untuk membantu menyelesaikan perselisihan (Uswatun Hasanah,2020).
Setiap makhluk sosial mengalami konflik dari waktu ke waktu. Konflik- konflik ini dapat diselesaikan melalui cara- cara damai, meskipun terkadang membutuhkan usaha. Usaha dilakukanya Islah bertujuan untuk membantu umat Islam mengelola konflik mereka dan tetap bersatu (Muliati,2016). Islah, atau perdamaian, sering dilakukan dalam suasana sosial di masyarakat, biasanya dimediasi oleh pemimpin agama setempat. Isla ditemukan di lembaga pendidikan Islam ketika terjadi diskontinuitas atau kesalahpahaman dalam proses pembelajaran atau dalam penyelenggaraan lembaga tersebut. Teknik- teknik yang dapat digunakan oleh pimpinan lembaga atau ustadz yang dianggap mumpuni sebagai perantara tidak hanya memberikan nasehat dan menghilangkan kecurigaan beberapa pihak, tetapi juga membantu membangun kepercayaan dan meningkatkan hubungan. Cara yang harmonis untuk melakukan sesuatu adalah dengan mempertimbangkan orang lain.Nilai nasihat dan bimbingan yang terdapat dalam proses islah sangat cocok untuk diinternalisasikan ke dalam karakter lembaga pendidikan Islam.
## D. KESIMPULAN
Konflik selalu menjadi bagian alami dari kehidupan, dan dapat membantu meningkatkan kinerja di lembaga pendidikan Islam. Jika dikelola dengan baik, konflik dapat menjadi kekuatan pendorong untuk meningkatkan kualitas pengalaman
pendidikan. Konflik adalah bagian penting dari kehidupan organisasi, ini adalah cara bagi orang yang berbeda untuk berkumpul dan belajar tentang satu sama lain. Tanpa konflik yang tidak berarti, semuanya akan menjadi terlalu hambar. Organisasi pendidikan Islam dapat mengambil manfaat dari konflik, tetapi juga dapat memiliki efek negatif pada kinerja mereka. Dengan konflik, komunikasi yang baik adalah kuncinya – ini dapat membantu meningkatkan frekuensi interaksi. Jika konflik dikelola secara efektif, itu dapat menyebabkan perubahan. Jika konflik tidak dikelola dengan baik, maka dapat berdampak negatif pada komunikasi. Hal ini dapat mempersulit untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah, dan dapat menimbulkan perasaan marah dan frustrasi di kedua belah pihak. Manajemen konflik harus
mempertimbangkan penyebab konflik tersebut untuk mengidentifikasi potensi masalah dan menyelesaikannya secepat mungkin untuk menghindari konflik di masa depan. Kegiatan organisasi dapat ditingkatkan dengan menggunakan konflik sebagai kesempatan untuk mengubah cara melakukan sesuatu. Konflik dapat menjadi bagian yang sehat dan penting dari pembangunan, dan dapat membantu menciptakan perubahan.
Keberhasilan manajemen konflik di lembaga pendidikan Islam tergantung pada kepemimpinan lembaga, yang dapat mengidentifikasi dan memilih strategi yang paling efektif untuk digunakan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Beberapa strategi manajemen konflik yang dapat di
pilih dan di kombinasikan mulai dari Negosiasi, Tabayyun,
Mediasi dan Musyawarah, Tahkim/Arbitrasi, Islah dan strategi lainnya. Karena manajemen konflik merupakan bagian penting dalam menjalankan sebuah lembaga pendidikan Islam, para pemimpin harus terus meningkatkan keterampilan mereka untuk memungkinkan lembaga secara keseluruhan untuk meningkatkan Produktivitas dan kinerja organisasi.
## E. DAFTAR PUSTAKA
Budi, H. I. S. (2019). Kajian Kecerdasan Emosional
Terhadap Manajemen Konflik Tingkat Pimpinan Di GPT Baithani Denpasar. Jurnal Jaffray, 17(2), 239. https://doi.org/10.25278/jj.v17i2.358 Hasanah, U. (2020). Manajemen Konflik dalam Meningkatkan Kualitas Kerja pada Lembaga Pendidikan Islam. Al- Idarah: Jurnal Kependidikan Islam , 10 (1), 1-11.
Hendrick. W, (1992), Bagaimana Mengelola Konflik. Diterjemahkan Oleh : Arif Santoso, Jakarta : Bumi Aksara.
Heridiansyah, J. (2014). Manajemen konflik dalam sebuah organisasi. Jurnal STIE
Semarang (Edisi Elektronik) , 6 (1), 28-
41.
Kemenag RI. (2009). Al qur’an Dan Terjemah. Jakarta : kemenag RI.
Muliati, I. (2016). Manajemen Konflik dalam Pendidikan Menurut Perspektif Islam. Jurnal Tingkap , 12 (1), 39–52.
Muspawi, M. (2014). Manajemen Konflik (Upaya Penyelesaian Konflik Dalam Organisasi).
Jurnal
Penelitian
Universitas Jambi Seri Humaniora ,
16 (2), 41–46.
Raya, M. K. F. (2016). Resolusi Konflik dalam Institusi Pendidikan Islam
(Kajian Empirik dan Potensi Riset Resolusi Konflik). Jurnal Pendidikan Islam Indonesia , 1 (1), 71-85.
Sofiyati, P. dkk., (2011). Konflik dan stress; pengembangan dan perilaku organisasi. Malang: Universitas
Brawijaya
Stoner, J. A. F. & Wankel, C. (1986).
Management 3-d. London: Prentice Hall International Inc
Sunarta. (2011). Konflik dalam organisasi
(merugikan sekaligus menguntungkan), Artikel Berkala FISE Universitas Negeri Yogyakarta Widiyowati, E., Kriyantono, R., & Dwi Prasetyo, B. (2018). Model Manajemen Konflik Berbasis Kearifan Lokal: Konflik Perguruan Pencak Silat Di Madiun – Jawa Timur. Komunikator , 10 (1), 34–47. https://doi.org/10.18196/jkm.101004
Wijayanti, Y. T. (2015). Manajemen Konflik Organisasi Dalam Perspektif Islam. Profetik, 8 (1), 43–56.
Wirawan. (2010). Konflik dan manajemen konflik . Jakarta: Salemba Humanika
|
2b53af5e-d4dd-4418-bba7-833e308b8d55 | https://jayapanguspress.penerbit.org/index.php/kamaya/article/download/278/271 | Penyembuhan Maag Dengan Metode Hipnoterapi
Perspektif Ayurweda Di Rumah Sehat Tri Sakti Dukuh Nggrembyang Klaten
Oleh
Dewi Ayu Wisnu Wardani
STHD Klaten Jawa Tengah wardani@5gmail.com
## Abstract
Many methods have been found to help treat ulcers, both in medical and traditional ways. Non-pharmacological treatments that are now developing include how to treat traditional plants, reflexology, hypnotherapy and others. Fulfill the public towards medical treatment which is a condition for side effects from the use of drugs that can damage the liver and kidneys if used in the long term, people are now starting to look at methods of non- medical treatment.
Among these non-medical treatments is hypnotherapy. This method was chosen because of the small side effects caused and more economical. Hypnotherapy is a form of mind therapy using hypnosis. Hypnosis is to bring someone to enter a state of relaxation in order to enter the subconscious mind, to be given suggestions. In hypnotherapy, when the client has entered the condition of relaxation / somnabulism the therapy process is only done. The importance of therapy is done in the subconscious because of the influence of the subconscious mind which is very large on human life. This is in line with the results of research that states that the subconscious mind is responsible for influencing and determining 95% to 99% of the thought activity process, so that the subconscious mind determines almost all of our decisions, actions, emotions and behavior. This research is a
Diterima : 11 Desember 2018 Direvisi : 15 Maret 2019 Diterbitkan : 30 Mei 2019
Kata Kunci :
Maag, Hipnoterapi, Ayurweda
type of qualitative research, researchers use phenomenological theory, structural functional theory and behavioristic theory. The data collection techniques use the method of observation, literature, interviews and documentation.
Furthermore, the results of this study explain that (1) the procedure for hypnotherapy is interview, induction, deepening, mind therapy and termination. The five stages in the practice of hypnotherapy must be really done so that the therapy process runs smoothly. (2) The benefits of the hypnotherapy method in healing ulcer patients are as follows: 1) Patients feel comfortable with themselves and the environment in which the patient is located, 2) Patients become more creative and innovative, 3) Patients become more attractive individuals, 4) patients will calm and confidence will arise. (3) Synergy combined between hypnotherapy methods with traditional Ayurvedic medicine turns out to be very capable of accelerating healing, because the drugs available are very good to be combined with the therapy, the efficacy is very effective for the treatment of acute ulcer disease. The herbal ingredients are instant ginger, arrowroot powder, gamat luxir jelly, bengkuang, Moringa leaf, turmeric, aloe vera, guava leaves and Curma Sapo.
## Abstrak
Banyak metode yang telah ditemukan untuk membantu mengatasi maag, baik dengan cara pengobatan medis maupun tradisional. Pengobatan non farmakologi yang kini berkembang diantaranya adalah cara pengobatan dengan tanaman tradisional, pijat refleksi, hipnoterapi dan lain-lain. Jenuhnya masyarakat terhadap pengobatan medis yang syarat akan efek samping dari penggunaan obat yang dapat merusak hati dan ginjal jika digunakan dalam jangka panjang, masyarakat kini mulai melirik pada metode pengobatan non medis. Diantara penanganan non medis tersebut adalah hipnoterapi. Metode ini dipilih karena
kecilnya efek samping yang ditimbulkan dan lebih ekonomis.
Hipnoterapi adalah suatu bentuk terapi pikiran dengan menggunakan hipnosis. Hipnosis adalah membawa seseorang untuk memasuki kondisi relaksasi agar bisa masuk ke pikiran bawah sadar, untuk diberikan sugesti. Dalam hipnoterapi, ketika klien sudah memasuki kondisi relaksasi/somnabulism baru dilakukan proses terapi. Pentingnya terapi dilakukan di pikiran bawah sadar karena pengaruh pikiran bawah sadar yang sangat besar terhadap hidup manusia. Hal ini sejalan dengan hasil riset yang menyatakan bahwa pikiran bawah sadar bertanggungjawab mempengaruhi dan menentukan 95% hingga 99% proses aktivitas berpikir, sehingga pikiran bawah sadar menentukan hampir semua keputusan, tindakan, emosi dan perilaku kita. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif, peneliti menggunakan teori fenomenologi, teori fungsional struktural dan teori behavioristik. Adapun pengumpulan data menggunakan observasi, kepustakaan, wawancara dan dokumentasi.
Selanjutnya hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa (1) tata cara hipnoterapi adalah interview, induksi, deepening, terapi pikiran dan terminasi. Kelima tahapan dalam praktek hipnoterapi ini harus benar-benar dilakukan agar proses terapi berjalan lancar. (2) Manfaat metode hipnoterapi dalam penyembuhan pasien penderita maag adalah sebagai berikut : 1) Pasien merasakan nyaman dengan diri dan lingkungan dimana pasien berada, 2) Pasien menjadi lebih kreatif dan inovatif, 3) Pasien menjadi pribadi yang lebih menarik, 4) pasien akan tenang dan timbul rasa percaya diri. (3) Sinergis yang dipadukan antara metode hipnoterapi dengan pengobatan tradisional ayurweda ternyata sangat mampu untuk mempercepat penyembuhan, sebab obat-obat yang tersedia sangat bagus untuk dipadukan dengan terapi tersebut khasiatnya sangat manjur untuk pengobatan penyakit maag akut. Adapun ramuan herbalnya adalah instan temulawak, serbuk garut, jelly gamat luxir, bengkuang, daun kelor, kunyit, lidah buaya, daun jambu biji dan Curma Sapo.
## Pendahuluan
Di era globalisasi ini, dengan tingginya tingkat kesibukan yang dijalani masyarakat khususnya di kota-kota besar menimbulkan banyak permasalahan yang mengakibatkan terjadinya pola hidup tidak sehat. Kalangan masyarakat kini pun banyak dijumpai orang- orang menjalani pola hidup yang kurang teratur sehingga mengeluh tentang kesehatannya. (Fandeli, 2012:14). Masalah hidup yang kian kompleks dan situasi lingkungan yang tidak nyaman menyebabkan tingkat stress seseorang meningkat. Pola makan yang cenderung tidak teratur, pemilihan makanan cepat saji yang banyak mengandung bahan pengawet, pewarna, pemanis buatan dan bahan kimia berbahaya lainnya sangat berpengaruh buruk bagi kesehatan serta meningkatkan jumlah penderita penyakit maag dewasa ini. (Nadiar, 2009:19).
Maag penyebabnya bisa karena penderita makan secara tidak teratur, terdapat mikroorganisme yang merugikan, mengkonsumsi obat-obatan tertentu, atau sebab-sebab lainnya seperti alkohol, pola tidur yang tidak teratur dan stress. Maag juga bisa terjadi apabila si penderita terlambat makan kemudian sewaktu makan si penderita maag makan dengan porsi yang terlalu banyak. Bagi penderita maag yang sudah parah, penyakit maag tersebut sangat berbahayasekali dan dapat menyebabkan kematian. (https://id.m.wikipedia.org/wiki/Maag)
Menurut WHO ( World Health Organitation ) diperkirakan 1,7 miliar penduduk dunia menderita Maag. Sedangkan untuk Indonesia sendiri, menunjukkan 5 dari 10 pekerja di Indonesia mengalami sakit Maag. Jumlah yang cukup fantastis, melebihi penyebab demam berdarah, HIV, AIDS, kista, kanker atau tumor. Padahal penyakit tersebut secara pelan-pelan membawa dampak yang tidak boleh diremehkan.
Maag atau radang lambung atau tukak lambung, nama kedokterannya adalah Gastritis. Nama Gastritis artinya adalah gejala penyakit yang menyerang lambung dikarenakan terjadi luka atau peradangan pada lambung yang menyebabkan sakit, mulas dan perih pada perut.
Banyak orang yang sakit dan kunjung sembuh hingga merasa bosan untuk berobat secara medis, kemudian mulailah mereka berusaha untuk mencari pengobatan tradisional atau alternative. Niat dan usaha tidak henti-hentinya dilakukan untuk mencari ahli terapi alternative atau tradisional yang cocok dan dapat menyembuhkan penyakitnya, sampai kapanpun dimanapun dengan harapan mereka dapat sembuh secara total. Seringkali kondisi ini dipengaruhi oleh rasa ketakutan pasien untuk periksa ke dokter terdekat atau kerumah sakit. Takut disuntik, divonis menderita penyakit yang sangat parah, dioperasi, dikemoterapi, dibiopsi, di rontgen, diambil darahnya dan tindakan medis lainnya, merupakan salah satu
alasan mereka enggan berobat secara medis. Karena itu mereka seringkali merasa lebih nyaman dan tidak merasa takut bila datang ke ahli pengobatan alternative atau tradisional.
Salah satu metode pengobatan tradisional yang sudah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu ialah metode pengobatan Ayurweda. Nala (2001:25) menyatakan bahwa Ayurweda bermakna sebagai ilmu pengetahuan tentang hidup yang sehat ( svastha, svasthhya ) dan panjang umur ( dirghayur, dirghayus ). Lebih lanjut dikatakan pula bahwa Ayurweda hanya mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan manusia yang masih hidup, baik yang sakit ( roga, duhkha, asvasthya ) maupun yang sehat ( svasthya, arogya ) dan masalah usia panjang. Ayurweda membagi karakter tubuh/ Tri Dosha menjadi tiga yaitu Kapha, Pitta dan Vatha . Kesehatan ini tergolong ilmu pengetahuan kuno, namun prinsip-prinsip dasarnya dapat diterapkan oleh siapa dan dimana pun berada. Untuk menjaga kesehatan fisik dan psikis, sebenarnya sangat mudah apabila bisa mengenal karakteristik tubuh serta mengerti kualitas dari makanan yang dikonsumsi, juga dengan menyeimbangkan mental, emosional, sehingga tercapailah pola hidup sehat yang diinginkan. Bahan-bahan yang dipergunakan untuk pengobatan ini merupakan bahan-bahan herbal yang tentunya didapatkan dari tumbuh- tumbuhan maupun hewan. (Nala, 2001:29).
Gaya hidup yang modern, akan menyebabkan manusia semakin terjebak dalam hal-hal yang bersifat duniawi. Manusia cenderung sangat mudah diikat oleh harta, kekuasaan dan ambisi yang begitu besar sehingga ada kekosongan dan kekurangan yang dirasakan dalam dirinya. Proses global saat ini menyebabkan tidak seimbangnya kemampuan manusia dalam menerima dan mencerna, sehingga manusia dihadapkan dengan berbagai tekanan, seperti tekanan psikis, tekanan social, tekanan moral dan tekanan spiritual. (Pilliang, 2004:19).
Konsep WHO ( World Health Organitation ) 1947 “ Health is a state of complete physical, mental, spiritual and social wellbeing and not merely the absence of desease or infirmity ”. Artinya Sehat adalah kondisi yang lengkap meliputi sehat fisik, mental, social, spiritual serta tidak hanya terbebas dari penyakit dan kelemahan saja. Sehat adalah harmoni raga, pikiran dan jiwa. Penyakit akan terjadi pada seseorang yang raganya tidak seimbang atau pikirannya stress atau jiwanya tertekan, atau mungkin juga terjadi apabila salah satu komponen dari tiga hal itu terlalu ditekankan, sehingga merugikan dua yang lain. Tetapi karena setiap komponen raga, pikiran dan jiwa memiliki aspek yang berbeda dan dengan demikian memiliki keperluan yang berlainan.
Diantara pasien di Rumah Sehat Tri Sakti kebanyakan penderita penyakit maag, tak hanya orang dewasa, penyakit maag bisa menyerang anak-anak dan juga orang tua. Dengan banyaknya pasien, penyakit maag yang muncul tentu saja memberikan kewaspadaan lebih
kepada setiap orang tentang mudahnya penyakit maag ini menyerang pencernaan tubuh seseorang sampai kategori identifikasi gejala kronis atau akut.
## Metode
Jenis data dalam Penelitian ini adalah data kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Adapun metode yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: Observasi atau pengamatan, Interview atau wawancara dan Studi Kepustakaan.
Sedangkan untuk Teknik Analisis Data menggunakan Analisis deskriptif dengan dilakukan melalui tiga jalur kegiatan yang merupakan satu kesatuan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi (Miles dan Huberman) Setelah data- data yang diperoleh dari lapangan lengkap, data diproses melalui reduksi data, yaitu memilih dan menyotir data yang diperoleh dari kegiatan di lapangan tersebut, selanjutnya dilakukan pemusatan perhatian, mengabstrakkan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan peneliti di lapangan. Dari proses reduksi data peneliti memperoleh data yang akurat untuk selanjutnya diproses melalui penganalisaan dan pendiskripsian. Data-data yang tidak berhubungan dengan penelitian, atau data yang tidak terpakai peneliti pisahkan, hal ini dimaksudkan untuk merapikan data agar bersih dan tidak terdapat kesulitan dalam pengolahan data lebih lanjut. Peneliti juga melakukan identifikasi hubungan makna antara data yang satu dengan data yang lain sehingga diperoleh informasi yang jelas.
## Pembahasan
Setelah melakukan berbagai proses pemilah-milahan data yang peneliti ambil dari buku kunjung pasien, peneliti mencermati dari berbagai penyakit pasien ternyata penyakit maag cenderung lebih banyak diderita oleh pasien. Kemudian peneliti menemukan pasien penyakit maag akut sebagai subyek penelitian ini dan telah 5 (lima) kali mengikuti terapi dengan metode hipnoterapi disinergis dengan pengobatan tradisional Ayurweda pasien menyatakan diri sembuh. Untuk memperjelas penyebab dan gejala dari penyakit maag ringan, sedang, akut mengarah ke kanker lambung, di bawah ini peneliti memberikan sebuah ilustrasi dengan menggunakan kerangka konseptual penyakit maag tersebut. Menurut analisa peneliti dari kerangka tersebut maka dapat diketahui penyebab-penyebab maag ini dapat ditimbulkan dari dua (2) faktor yaitu :faktor Intern dan Ekstern. Faktor Intern adalah; faktor yang timbul dari permasalahan yang ada sehingga menimbulkan ketegangan pikiran/emosi timbul stress. Faktor ekstern adalah adanya Pola makan yang tidak teratur. Ketidakteraturan ini mulai dari
waktu dan bahan makanan. Penyebab-penyebab maag yang ditimbulkan dari faktor Intern (permasalahan pribadi) menimbulkan tingkat ketegangan emosi yang berakibat pada stress hal ini menjadi penyebab timbulnya penyakit maag. Begitu juga dengan faktor ekstern. Akibat- akibat faktor tersebut menimbulkan penyakit maag antara lain adalah: maag ringan, maag sedang dan maag akut jika terjadi pembiaran dengan penyakit tersebut akan menimbulkan penyakit berbahaya yaitu Kanker lambung. Sebelum peneliti paparkan tentang hasil temuan penyembuhan penyakit maag dengan metode hipnoterapi sinergis ayurweda peneliti akan paparkan terlebih dahulu tentang penyakit maag menurut Ilmu Kedokteran. Eksplor Internet (http/google.com) . Cara mendiagnosa sakit perut yang dirasakan oleh seseorang bagi pihak medis memang tidak langsung menyatakan bahwa itu penyakit maag. Dibutuhkan beberapa penelitian medis untuk menyatakan bahwa penyakit tersebut adalah maag. Berikut ini dipaparkan pihak medis (Terapis Rumah Sehat Trisakti Karangdowo) untuk mengetahui/mendeteksi secara dini penyakit tersebut adalah sebagai berikut:
## 1. Mendeteksi Bakteri H.Pylori
Derita sakit maag yang dialami pihak pasien apakah disebabkan oleh bakteri H.pyfori ataukah bukan. Pemeriksaan yang akan dilakukan oleh dokter mencakup 3 hal yaitu dengan memeriksa darah, tinja dan napas pasien. Berikut ini adalah langkah pemeriksaannya : a. Napas
Untuk mendeteksi napas pasien, dokter akan memberikan sebuah makanan atau minuman. Makanan atau minuman itu ada karbon radioaktif di dalamnya. Senayawa tersebut akan dicerna oleh bakteri bernama H.pylori yang ada di dalam lambung. Setelah itu dokter akan menyuruh pasien menghembuskan nafas dalam lambung dalam kantong kemudian mengikat kantor tersebut. Pasien yang lambungnya mengandung bakteri napasnya ada karbon radioaktif di dalamnya.
b. Darah
Mengambil sampel darah merupakan pemeriksaan umum untuk mengetahui setiap penyakit. Dalam sampel darah yang diambil, dokter akan memeriksanya di laboratorium. Dalam sampel darah yang diambil, dokter akan memeriksanya di laboratorium. Fungsi tes ini adalah untuk mengetahui antibodi yang ada di dalam darah manusia. Dalam darah akan diketahui apakah antibodi itu sedang Dalam darah akan diketahui apakah antibodi itu sedang melawan bakteri ataukah tidak.
## b. Tinja.
Yang akan dilihat dari tinja penderita maag adalah pengukuran kadar antigen. Antigen merupakan zat yang bisa merangsang tubuh untuk menghasilkan zat antibodi di dalam darah.
c. Endoskopi
Diagnosa terakhir adalah dengan cara endoskopi. Pemeriksaan ini digunakan untuk melihat kondisi lambung seseorang. Dokter akan melihat apakah di dalam lambung seseorang terdapat tukak ataukah tidak. Endoskopi merupakan pemeriksaan menggunakan selang tipis dan juga fleksibel dimana diujung selang tersebut ada kamera yang digunakan untuk melihat kondisi lambung. Alat endoskop akan dimasukkan ke dalam kerongkongan sampai alat itu masuk ke dalam perut pasien dan sampai ke duodenum. Cara ini merupakan cara yang akurat untuk melihat apakah pasien mengalami maag dengan tukak lambung ataukah tidak. Asam lambung yang tinggi juga bisa terlihat dengan pemeriksaan ini.Uraian di atas adalah bagaimana ilmu medis (terapis) mendiagnosa tentangpenyakit maag yang harus diwaspadai. Untuk lebih memperjelas di bawah ini dipaparkan dalam bentuk matriks dinamika situs (http://www.kompasiana.com/unik/penelitian-kualitatif) tentang Penyebab dan Gejala Penyakit Maag ringan, sedang dan akut mengarah kanker lambung.
Matriks Dinamika/Perkembangbiakan Penyakit Maag Ringan, Sedang, Akut Penyebab Kanker Lambung
Jenis Penyakit Maag Penyebab Penyakit Maag Ciri-ciri Gejala Penyakit Maag Tahapan I : Maag Ringan Intern: 1. Ketegangan Emosi nal 2. Kelelahan 3. Stres Ekstern: 1.Pola Makan
TidakTeratur
2.Waktu
Makan Tidak teratur a. Hilangnya Nafsu Makan
Biasanya penderita akan merasakan tidak punya nafsu makan, tetapi jika nafsu makan ini dibiarkan terus menerus lambung mulai mengalami pengikisan dan akhirnya luka. Nafsu makan hilang ini disebabkan makan terlambat, sering tidak makan. Ketika perut dalam keadaan kosong kondisi asam lambung menjadi naik sehingga jika terjadi terus menrus asam lambung itu membuat dinding lambung menjadi terluka.
b. Perut Terasa Kembung
Kondisi perut penderita terasa tidak nyaman hal ini disebabkan karena tidak nafsu makan dan akan semakin kehilangan nafsu makan. Penderita maag ringan perutnya akan mengalami kembung sebab lambung telah terisi penuh dengan asam lambung sehingga perut terasa kembung.
c. Lidah Tidak Enak
Kondisi lidah mengalami terasa tidak enak sehingga
3.Jenis Makanan 4.Kebiasaan Merokok multnya digunakan untuk mengunyah dan menelan tidak enak. Salah satu hal yang menyebabkan mulut dan lidah terasa tidak enak dikarenakan adanya penebalan lapisan lidah. Kondisi lidah manusia bisa untuk mendeteksi kesehatan manusia, misalnya lidah putih, adanya bintik merah pada lidah, adanya bintik hitam di lidah dan lain sebagainya. Lidah pahit menjadi indikasi bahwa anda sedang mengalami penyakit tertentu. d.Wajah Pucat Wajah pucat adalah tanda utama pada penderita penyakit maag ringan, hal ini akan terjadi jika penderita tersebut telah kehilangan nafsu makanya selama berhari-hari. Wajah yang pucat disebabkan oleh tubuh yang kekurangan energi sehingga aliran oksigen dan aliran sel darah merah di seluruh tubuh menjadi tidak lancar. e. Sering Sendawa Jika kita dalam sehari sering mengalami sendawa segera cek kesehatan lambung, salah satu penyebab sering bersendawa adalah naiknya asam lambung di dalam lambung seseorang. Asam lambung itulah yang merangsang tubuh untuk bersendawa. Jika asam lambung tinggi akan membuat gas dan asam yang ada di lambung menuju kerongkongan dan cara mengeluarkannya adalah dengan cara sendawa. Aroma sendawa memiliki bau yang biasa saja maka asam lambung anda dalam keadaan normal. Tetapi, jika asam lambung aromanya tidak enak maka asam lambung naik. f. Suhu Badan Naik Suhu tubuh akan naik, hal ini disebabkan adanya gangguan pencernaan yang ada pada lambung penderita maag ringan sehingga terjadi gangguan pencernaan. Suhu tubuh meningkat diakibatkan gangguan pencernaan yang ada di lambung terjadireaksi kimia yang dipercepat. Percepatan inilah yangmenyebabkan suhu tubuh menjadi meningkat.
h. Keringat Dingin
Penyakit maag tahap awal adalah penderita akan sering mengeluarkan keringat dingin. Keringat dingin yang dialami tidak boleh dianggap remeh sebab merupakan indikasi dari penyakit. Keringat dingin adalah keringat yang keluar dari tubuh seseorang namun didalam tubuhnya merasakan kedinginan. Keringat dingin muncul bersamaan dengan rasa mual dan muntah.
Tahapan II: Maag Sedang Intern: 1.Ketegangan Emosional 2.Kelelahan 3.Stres Ekstern: 1. Pola Makan tidak teratur 2. Waktu Makan tidak teratur 3. Jenis Makanan 4. Kebiasaa Merokok a. Nyeri
Pada kondisi ini penderita mengalami keadaan nyeri di daerah perut. Hal ini dikarenakan adanya luka di sekitar dinding lambung bagian dalam, lalu ketika penderita makan dan makanan itu masuk ke dalam lambungnya luka itu akan tergesek oleh makanan yang masuk, sehingga hal itu menyebabkan nyeri.
b. Rasa Panas
Jika pada suatu ketika anda mengalami panas di sekitar perut maka bisa jadi bahwa dia mengalamisakit maag sedang. Gesekan antara makanan yang masuk dengan lambung maka hal ini akan menjadi penyebab panas pada perut.
c. Mudah lapar
Kondisi mudah lapar akan sering dialami oleh seseorang yang mengalami maag sedang, keadaan lapar itu karena adanya proses kimia di dalam lambung yang lebih cepat dibandingkan dengan reaksi kimia pada orang yang lambungnya normal. Kondisi luka pada lambung mengakibatkan lambung akan memproses makanan yang masuk ke dalam lambung lebih cepat oleh sebab itu orang yang mengalami maag dengan begitu sangat mudah mengalami kelaparan. d. Mudah Kenyang Organ tubuh pada penderita maag akan mudah mengalami gangguan, penyebab gangguan ini adalah karena terganggunya pencernaan membuat orang yang mengalami maag akan kesulitan dalam mencerna makanan sehingga tubuh dengan begitu akan memberi tanda yang berupa rasa kenyang. Tahapan III: Maag Kronis Intern: 1.Ketegangan Emosional 2.Kelelahan 3.Stres Ekstern: 1.Pola Makan tidak Teratur 2.Waktu Makan tidak teratur 3.Jenis Makanan 4.Kebiasaan Merokok 1.Gejala Maag Kronis Maag kronis terjadi karena maag sedang yang dibiarkan bertahun-tahun, sehingga menyebabkan luka yang terjadi tidak hanya pada lambung tetapi tetapi juga pada dinding lambung bagian luar. Gejala dan ciri-ciri maag kronis adalah sinyal-sinyal bahaya terjadinya maag kronis. Penderita maag kronis akan merasakan gejala-gejala maag secara umum dan juga gejala dari maag sedang. Hal ini akan menjadi penyebab kanker lambung. Di bawah ini kita lihat ciri-ciri maag kronis :
1. Sakit bagian Atas Jika anda mengalami sakit perut bagian atas dengan rasa sakit melilit, perih, nyeri dan juga terasa panas, maka hal ini merupakan tanda jika terjadi pembengkakan pada selaput perut yang mengakibatkan perut penderita maag kronis tidak mau menerima makanan dan nafsu makan menjadi hilang, namun sakit perut itu juga akan semakin
menjadi sakit ketika perut dalam kondisi tidak terisi. Penderita maag kronis ini akan menjadi bingung karena jika makan sakit tidak makan juga sakit. 2. Berat badan Menurun drastis Berat badan pada penderita maag akan mengalami penurunan hal ini dikarenakan pola makan yang tidak teratur menyebabkan makanan yang masuk ke dalam tubuhnya hanyalah sedikit dan kebutuhan akan makanan tidak tercukupi dengan baik. Tubuh yang kurus akan menjadi lemah dan tidak bertenaga, kondisi membuat malas dan lemah. 3. Mual dan Muntah Pada penderita maag kronis akan mengalami keadaan muntah-muntah dan secara ektrim. Hal itulah yang menyebabkan kebutuhan tubuh akan makanan tidak bisa tercukupi dengan baik, sehingga asam lambung meningkat menjadikan mual dan muntah sehingga hal ini tidak bisa ditoleransi lagi. Tubuh akan kekurangan cairan dan juga kekurangan asupan makanan. Maag kronis harus segera mendapatkan perawatan secara intensif di rumah sakit, sebab penanggulangan dengan infus akan membantu untuk dapat mencukupi kebutuhan cairan dan asupan makanan untuk sementara. 4. BAB Berdarah
Tinja yang dikeluarkan oleh penderita maag kronis akan berbarengan dengan darah seperti halnya gejala wasir, namun ketika dilakukan pemeriksaan gejala itu adalah gejala maag kronis, terjadi perbedaan pada wasir dan juga maag kronis adalah letak pendarahan tersebut. Pada penyakit wasir yang mengalami pendarahan adalah bagian dubur sedangkan pada penderita maag kronis pendarahan ada di bagian lambung dan usus, sehingga sisa-sisa makanan yang melewati usus akan bercampur dengan darah. 5. Muntah Darah Muntah darah pada maag kronis disebabkan oleh lambung yang sudah tidak bisa menerima makanan dalam bentuk apapun. Muntah darah menandakan adanya indikasi bahwa maag kronis sudah masuk ke dalam tahap berikutnya yaitu kanker lambung.
Dari data di atas terlihat bahwa tahapan pertama yang dialami penderita adalah belum merasakan nyeri hal ini disebabkan pengikisan lambung belum ada dan faktor yang menjadi penyebab maag ringan adalah dari faktor intern yaitu adanya permasalahan yang timbul dari pribadi responden yang menimbulkan ketegangan pikiran atau emosi sehingga menyebabkan stress. Kemudian dari faktor ekstern adalah adanya pola makan yang tidak teratur, waktu makan yang tidak teratur, Pemilihan jenis makanan dan kebiasaan merokok.
Tahapan kedua adalah gejala – gejala yang kedua setelah pasien mengalami penyakit maag ringan adalah dengan meningkatnya dari kondisi yang terjadi pada maag ringan, pada maag sedang ini dinding lambung sudah mengalami pengikisan sehingga penderita maag merasakan berbagai macam perasan tidak enak. Terkadang pada kondisi maag ringan ada
Tahapan IV :
Akibat Maag
Kronis Menyebabkan Kanker Lambung 1. Mengalami semua gejala penyakit maag dalam berbagai tahapan Hal ini disebabkan penderita mengalami semua gejala maag sedang maupun maag kronis. Penderita kanker lambung sering bersendawa, perut terasa sakit, nyeri, mudah kenayng dan mudah lapar, mual dan muntah yang ekstrim, kesulitan dalam menelan makanan dan mengalami gangguan pencernaan.
2. Muntah darah
Penderita kanker lambung akan mengalami mual dan muntah hebat, hal ini disebabkan oleh usus dan lambung mengalami pendarahan hebat. Ketika inilah penderita menyadari bahwa penyakit maagnya telah berubah menjadi penyakit yang sangat berbahaya. 3. Anemia
Penyakit maag yang telah berubah menjadi kanker lambung akan mengalami anemia. Saat muntah darah dan tinja mengeluarkan darah pasokan sel darah merah menjadi menurun. Gejala anemia sering ditandai dengan rasa lesu, lemas, lunglai dan letih. Waspadalah gejala anemia bisa muncul sewaktu- waktu.. 4. Perut Bengkak Penderita kanker lambung akan mengalami pembengkakan. Perut yang membengkak membuat kondisi pasien bertambah drop serta tidak ada asupan makanan yang biasa masuk ke dalam tubuh.
yang tidak merasakan gejala sama sekali atau mereka tidak sadar tubuh mengalami pengaruh maag ringan. Ketika terjadi maag sedang penderita baru tersadar kalau dirinya sudah terkena maag. Pada penderita maag ini dengan mudah akan terdeteksi ketika terjadi pengikisan lambung yang sudah dialaminya.
Tahapan yang ketiga adalah para responden merasakan sakit pada gejala maag kronis, maag kronis terjadi karena maag sedang yang dibiarkan bertahun-tahun, sehingga menyebabkan luka yang terjadi tidak hanya pada lambung tetapi tetapi juga pada dinding lambung bagian luar. Gejala dan ciri-ciri maag kronis adalah sinyal-sinyal bahaya terjadinya maag kronis. Penderita maag kronis akan merasakan gejala-gejala maag secara umum dan juga gejala dari maag sedang.
Tahapan ke empat adalah jika terjadi pembiaran, maka penyakit maag kronis akan menimbulkan efek penyakit yang berbahaya yaitu kanker lambung.
## 2. Tata cara hipnoterapi
Untuk melakukan hipnoterapi tentunya ada beberapa tahapan hipnosis yang harus dilalui. Diantaranya adalah Interview, Induksi, Deepening, Terapi Pikiran, dan Terminasi. Kelima tahapan hipnotis dalam praktek hipnoterapi ini harus benar-benar dilakukan agar proses hipnotis berjalan lancar. Definisi dari kelima tahapan hipnotis ini adalah :
## a. Interview
Tahap interview ini merupakan tahap awal sebelum melakukan hipnoterapi. Interview ini bertujuan untuk menjalin keakraban antara terapis dengan klien. Sehingga terapis dapat memahami masalah klien, menentukan tujuan terapi. Seorang terapis juga akan memberitahukan prosedur hipnoterapi yang akan dilakukannya. Yang paling penting dalam proses hipnoterapi ini adalah seorang klien harus jujur mengatakan segala hal yang menjadi unek-unek dan apa yang menjadi keinginannya agar proses hipnoterapi ini berjalan dengan lancar.
## b. Induksi
Tahap yang kedua adalah induksi yang merupakan cara yang digunakan oleh terapis untuk membimbing klien menuju kondisi hipnotis. Syarat utama berjalannya hipnoterapi adalah tidak ada unsur paksaan dari terapis kepada klien. Seorang klien harus merelakan diri untuk di hipnotis agar keinginannya untuk sembuh dapat terwujud.
c. Deepening
Deepening ini merupakan kelanjutan dari induksi. Teknik hipnosis ini merupakan cara untuk memperdalam level hipnotis. Sedangkan level hipnotis terbagi menjadi beberapa
bagian. Diantaranya adalah light trance, medium trance, deep trance atau somnambulism . Sedangkan level yang paling ideal untuk hipnoterapi berada di level somnambulism .
d. Terapi Pikiran
Setelah melewati tahapan deepening dan berada di level somnambulism . Klien hipnoterapi akan diberi sugesti yang dirancang sedemikian rupa sehingga membentuk kata hipnotis, kalimat hipnotis atau bahasa hipnotis. Pemberian sugesti dari terapis untuk klien hipnoterapi yang digunakan tentunya dengan menggali akar masalah yang akan dinetralisir. Tentunya akar masalah ini diketahui oleh terapis pada tahap interview. Dalam memberikan sugesti juga dilakukan teknik hipnotis. Untuk pemberian sugesti secara langsung atau direct suggestion memang sangat efektif dan bisa membuat klien mendapatkan perubahan yang sangat besar.
## e. Terminasi
Tahap terminasi ini merupakan tahap hipnoterapi yang terakhir. Tahap terminasi ini merupakan proses untuk membangunkan klien hipnoterapi. Biasanya ketika klien terbangun dan mulai membuka matanya, terlihat tersenyum yang ceria dan pikiran menjadi segar dan mata yang berbinar.
Pasien kunjung di Rumah Sehat Tri Sakti Dukuh Nggrembyang, Desa Karangwungu, Kecamatan Karangdowo, Kabupaten Klaten, sebelum Hipnoterapi dimulai pasien datang mendaftar terlebih dahulu sesuai dengan nomor antrian dan mengisi buku kunjung pasien. Setelah pasien sudah datang dan berkumpul di ruang tunggu maka waktu tepat menunjukkan pukul 16.00 mereka pun mulai masuk ke sebuah ruangan khusus yaitu ruang terapi. Kemudian seorang terapis duduk disebuah meja dengan dibantu alat media alektronika disampingnya sebuah layar OHP yang digunakan untuk menyampaikan materi-materi hipnoterapi.
Para pasien duduk santai di sebuah karpet berwarna hijau pasien berjumlah 21 orang yang terdiri dari laki-laki 10 orang dan perempuan 11 orang pasien yang menjadi subyek pada penelitian ini yaitu pasien penyakit maag telah hadir semua 5 laki-laki dan 4 perempuan. Subyek duduk dengan tenang mendengarkan materi yang disampaikan terapis. Materi (terlampir) tersebut tentang berbagai penyakit tetapi pasien diarahkan untuk fokus ke penyakitnya masing-masing. Setelah selesai mendengarkan materi dengan seksama, pasienpun diberi aba-aba untuk memulai terapi.
Para pasien diberi penjelasan untuk duduk sambil meluruskan kaki, kedua tangan lurus diatas kedua paha. Tarik nafas panjang selama 5 detik kemudian tahan di bawah pusar perut,
terus buang nafas lewat mulut lima 5(lima) detik, Lakukan tiga (3) kali. Setiap melakukan tarik nafas kosongkan pikiran hilangkan beban apapun, baik di pikiran maupun di hati anda. Lebih bagus jika anda lakukan setiap hari pada pagi dan sore hari. Kemudian terapis mulai mengucapkan prolognya sambil memutar musik instrumen lembut. Dan lampu mulai dimatikan
Kita tahu bahwa untuk meningkatkan kerja otak kita semakin tinggi kecerdasan otak kita maka daya imajinasi kita makin tinggi pula. Di sinilah otak kita bekerja dengan maksimal untuk membuat imajinasi bahwa sakit anda sembuh total, dengan membayangkan bahwa sakit anda hilang dengan pikiran dan perasaan bahwa anda sudah tidak sakit lagi. Bayangkan teruuss........Lalu pasien diajak untuk melihat sebuah pemandangan yang inndah di layar OHP. Terapis menggunakan kata-kata yang disebut dengan istilah Skrips untuk melakukan tindakan terapi pada penyakit maag. Di bawah ini Skrips Penyakit Maag.
## Skrips Penyakit Maag
(Materi yang digunakan terapis untuk melakukan terapi)
SKRIPS PENYAKIT MAAG
(Materi pengantar terapis untuk melakukan terapi pada penyakit Maag Akut)
Prolog Terapis:
Terapis berkata : “Lihat dengan seksama pemandangan tersebut, lalu masukkan dalam imajinasi anda seolah-olah anda sedang berjalan-jalan di taman tersebut dengan ceria. Bayangkan teruuusss.......................... bayangkan.........yang indah.........sambil memberi aba- aba, pejamkan mata. Bayangkan bahwa anda berada di tempat yang indah............ nyaman......sejuk.........tenang................setelah melihat-lihat pemandangan bayangkan anda di suatu tempat yang sangaaattt....nyaman...... (Fokuskan pikiran anda pada penyakit yang anda derita
Niatkan hati kita akan sebuah kesembuhan yang sangat berharga.
## Waktu terapi 30 menit
Mulailah lagi membayangkan hal-hal yang indah, membayangkan pantai.......lalu salurkan tenaga dan pikiran anda ke arah yang anda rasakan sakit. Musik Instrumen terus mengalun. Kemudian terapis kembali memberi aba-aba :
“Tarik nafas........................ tahan di bawah perut............. buang nafas...................... tarik nafas lagi.......................tahan di bawah perut...................... bayangkan dan rasakan sakit anda............. rasakan bahwa sakit anda sudah sembuh............perut tak lagi mual........... kepala enak................ lambung sangat nyamaaannnn................. bayangkan maag anda
sembuhhh...............bagus................ bayangkan hidup anda indaahhh............ tak ada yang menggangguu.............. tak ada yang menyakiti.............. bayangkan semua menyayangi andaa................. semua........ teman saudara keluarga menyayangi andaa......baguuusss............. rasakan kedamaiaaaannnn..................... baguuss............ Lalu perintahkan otak anda.............pikiran anda untuk merilekskan sekujur tubuh anda baguss............... nyantaiii..........nyamannnn....... bagusss...... rasakan kedamaiannn.......memasuki jiwa andaa.......nyaman....rileks..... baguss...... buanglah semua bebann dan masalah andaa........ rasakan kedamaian memasuki jiwa anda......nyaman......rilleks.......baguss............. teruskannn............. rasakan betapa nyaman diri anda sekarangg.................baguuss......... luar biasaa......hati anda damai dan ....sejukk....... tak ada emosii....... anda menjadi orang......yang
sehattt...... tak ada rasa sakiittt........ bayangkan anda sekarang rileks.......... rasakan betapa nyaman diri andaa....... sekarang hilangkan ketegangan.......
teruuuusss......lakukan fokuskan pikiran anda ke arah sakit anda........pastikan sakit anda telah hilaanggg.....Rasakan kedamaian merasuki jiwa andaa........... rasakan betapa menyenangkan diri anda sekarang hilangkan ketegangan.................lakukan terusss...............rasakan betapa anda telah menjadi manusia yang sehaaatttt.............. tasakan anda akan menjadi manusia yang suksesss............... hilangkan ketegangan. Rasakan betapa menyenangkan diri andaaa......bagusss.....bayangkan bahwa anda seorang yang laur biasaa..... sakit anda sembuh...... tak ada lagi mual, tak ada lagi perih di lambung......rasakan dan bayangkan anda berada di tempat yang indah.......... indaaahhh...... teruuuss.....rasakanan......
betapa
berharganya diri anda ..... rilekss.......rileks......rileks.......bayangkan mulai dari atas kepala anda......ringan....tak ada bebannn..... ...tileks....... bayangkan tubuh anda dibungkus oleh kekuatan rilekss.......isi pikiran anda ......dengan rileks..... ”
Petunjuk selanjutnya
Terapis akan menghitung dari 5 ke 1 :
Terapi menyebut angka :
5 : nyamankan tubuh anda rileks......bagus sekalii..
4 : Rasakan tubuh anda makin segar makin sehat......
3 : Semakin rileks...... tubuh anda menjadi sangat rileks hidup anda
akan semakin rileks. Semakin bahagiaaa..... pikiran-pikiran anda semakin rapi ....nyaman sekalii..... enak sekalii...... semua sangat
enakkk........lambung sembuh...... lalu masukkan pikiran anda
lagi.....bayangkan ke pundak tubuh anda........ lalu ke dada .....ke perut andaa....... lalu ke bawahh......ke kaki andaa........ semua enaaakkk.......
2 : (Jika seperti ada tenaga-tenaga yang menarik-narik anda ke belakang, biarkan saja sebab itu kekuatan sugesti untuk mengajak anda tertiduuurrr........lelaplaaaahhhhh........ lelaaappp...... nyaman sekali lagi.....lelaplahhh........ bayangkan yang indahhhh.......semua enakkkk......tubuh nyamaaann........rilekss.........enaaakk sekalii......semakin rilekss....... semakin nyamannn.......
1 : Keluarga anda sangat bahgia melihat kesembuhan
anda.....bayangkaannn.. Mereka gembira anda sehat dan penuh semangat......pikiran anda sekarang sungguh luarrr...biasaa.... enaaakk.....
Bayangkan dan rasakan akan kehidupan anda 5 (lima) tahun ke depan bahwa anda orang yang sehat, lihtlah bahwa keadaan anda adalah keadaan orang yang sukses, Ide-ide anda sekarang cemerlang, lihatlah anda akan menjadi orang sukses. Lihatlah orang-orang yang anda cintai sangat bahagia. Anda adalah orang yang sangat sehat, sangat bahagia..... baguuss...... luar biasaaa..... Kuncilah bahwa anda orang yang sukses sehat dan bahagia.
## Dengarkan petunjuk saya baik-baik :
Saya akan menghitung angka 1 sampai 5 pada hitungan ke 5 (lima) anda akan merasa benar-benar orang yang sangaaattt....sehat.Mulai dari angka 1 :
1. Rasakan dari kepala sampai kaki.
2. Semakin segar semakin sehat
3. Semakin baguuss..... dan jiwa anda semakin tegar penuh percaya diri
4. Rasakan darah yang mengalir ke tubuh anda adalah darah yang sehat.
Mulailah gerak-gerakkan tangan dan kaki andaa......
5. Rasakan betapa anda menjadi manusia orang yang sangat percaya diri, menjadi orang sehat dan penuh veria. Rasakan kesehatan anda menjadi prima, Rasakan anda men jadi seorang yang sehat.
Sekarang mualilah buka mata andaa....... banagunn.....bangunn.... dan rasakan bhwa anda orang yang sehat dan bahagia. gerakkan tangan dan kaki andaa......
======== Lampu dinyalakan ======== Banguunnn.......banguuunn.......rasakan semakin......sehat.......semakin kuat ,,,,,,,
semakin percaya diri.......... semakin percaya diri.....semakin bagus.....hidup anda....... rasakan bahwa anda sehattt,...... kesehatan anda baguuusss...... buka mata anda ayo....bangun......bangun......bangun......Naahhh............. selesai................ .......dan duduklah anda dengan rileks kembali.
Dari uraian cara kerja hypnotherapy tersebut, ternyata bisa dirasakan bahwa cara kerja hypnotherapy mampu mensugesti pasien untuk selalu berpikir yang positif terhadap penyakitnya, terbukti dari petunjuknya: “ baguss........penyakitku sembuh........ anda sebagai seorang yang dinamis.....seorang yang sukses.......dsb (hal ini pasien diarahkan pikirannya untuk kuat dan semangat bahwa penyakitnya sembuh). Ucapan-ucapan tersebut di berikan kepada pasien manakala dalam kondisi mata terpejam terkena sugesti kata-kata lembut, sugesti pemandangan yang indah, sugesti musik lembut..........nah......... disnilah terjadinya : pertemuan mind (pikir) dan saraf-saraf otak untuk rileks....nah, pada saat pertemuan inilah terapis menekankan: fokuskan pikiran ke area yang sakit bayangkan bahwa lambung anda sudah tidak perih lagi, sudah tidak mual lagi, sehingga pertemuan tersebut akan dengan mudah memasukkan unsur-unsur positif ke alam bawah sadar manusia.Alam bawah sadar ini akan bekerja dan mengolah hal-hal yang positif tadi, maka terjadilah Penyembuhan Penyakit Maag dengan metode Hypnotherapy.
## 3. Cara Kerja Alam Bawah Sadar: Bekerja saat subyek tertidur
Setelah lampu menyala semua pasien terbangun, begitu juga para pasien yang juga mengikuti pelaksanaan terapi pada hari kelima, juga para peneliti. Kemudian kita mulai mendengarkan penjelasan terapis sebagai berikut: “Kita ketahui bahwa cara kerja alam bawah sadar diri kita adalah produk dari pikiran diri kita. Alam bawah sadar ada pada urutan ke tiga dalam tatanan otak kita, yang pertama adalah alam sadar, yang kedua adalah alam prasadar dan yang ketiga adalah alam bawah sadar. Apa yang anda katakan pada alam bawah sadar adalah apa yang di percayainya. Anda bisa memprogramnya untuk memberikan semua yang anda inginkan, hanya jika anda tahu cara “berbicara” padanya. Mengucapkan affirmasi untuk memprogram alam bawah sadar anda adalah cara yang paling umum untuk melatihnya. Tapi affirmasi harus di nyatakan dengan benar, jadi, mengetahui bagaimana cara alam bawah sadar berpikir adalah hal yang kritis untuk menggunakannya dengan benar. Alam bawah sadar anda hanya berpikir masa kini . Dia tidak memikirkan masa lalu atau masa depan seperti yang bisa di lakukan oleh alam sadar. Jadi, saat anda mengatakan affirmasi untuk mendapat sesuatu yang anda inginkan, katakan… “Aku,” atau “Aku punya,” bukan “Aku akan,” atau “Aku akan
memiliki.” Yang kedua, atur contoh dari sesuatu yang akan terjadi di masa depan. Alam bawah sadar hanya memberikan apa yang dia lihat. Kunci untuk mengecohnya agar memberikan apa yang anda inginkan adalah dengan memberi tahu alam bawah sadar bahwa saat ini anda telah memilikinya. Jika anda mengatakan bahwa saya akan memilikinya atau mendapatkannya di masa depan, maka alam bawah sadar anda akan melihat anda saat ini tidak memilikinya, dan itulah yang akan di berikannya pada anda… alias tidak ada,nol. Alam bawah sadar tidak tahu perbedaan antara mana yang real dan mana yang imajinasi . Pernahkah anda masuk ke dalam perdebatan panas dengan seseorang dan menyadari bahwa jantung anda mulai berdetak kencang? Itu adalah alam bawah sadar anda yang menyebabkannya, dia mengontrol semua fungsi tubuh anda. Pernahkah seseorang membuat anda marah tapi anda takut untuk berhadapan dengan nya saat itu? Jadi anda berlatih bagaimana anda akan memberi tahu mereka pada kesempatan berikutnya? Apakah anda memperhatikan bahwa jantung anda mulai berdetak lebih cepat? Alam bawah sadar anda juga menyebabkannya karena dia percaya bahwa konfrontasi itu sedang terjadi. Padahal anda hanya membayangkannya. Tapi alam bawah sadar anda tidak tahu bedanya.
Alam bawah sadar belajar dengan perulangan… berulang-ulang . Saat anda mempelajari skill baru, anda harus banyak melatihnya. Saat anda mempelajari cara untuk memanfaatkan kekuatan dari alam bawah sadar anda, berarti anda sedang mempelajari skill baru, anda harus menggunakannya berulang-ulang. Saat anda mengatakan affirmasi untuk mendapatkan apa yang anda inginkan, anda tidak bisa hanya mengatakannya satu kali dan berharap itu akan berhasil. Anda harus mengatakannya berulang-ulang sampai alam bawah sadar anda bertindak atas dasar itu. Tapi sama seperti semua skill lain, semakin sering menggunakan alam bawah sadar untuk mendapat apa yang anda inginkan, semakin mudah itu akan bekerja. Alam bawah sadar anda berpikir dalam kondisi yang tak terbatas atau absolut, tidak dalam keterbatasan atau partial.
Alam bawah sadar memberikan anda, apa yang anda inginkan lebih cepat jika saat anda mengatakan affirmasi anda merasakan emosi yang akan anda rasakan saat anda mendapatkannya. Saya telah mengatakan di awal bahwa kunci untuk memanfaatkan kekuatan alam bawah sadar adalah dengan mengecohnya untuk berpikir bahwa anda telah memiliki apa yang anda inginkan. Dan karena alam bawah sadar tidak tahu perbedaan antara mana yang real dan mana yang imajinasi, berpura-puralah merasa bahagia saat anda melakukan affirmasi dari apa yang anda inginkan. Apakah itu yang akan anda rasakan jika anda mendapatkannya? Bayangkan saja perasaan bahagia tersebut. Alam sadar anda adalah pikiran logika, rasional. Dia tidak akan pernah menerima ide yang tidak 100% masuk akal, atau rasional. Jika anda
menyadari bahwa sebuah ide hanya 1% tidak masuk akal, maka anda akan mempertanyakannya. Dan anda mungkin menolak seluruh ide jika 1% tidak masuk akal. Tapi alam bawah sadar anda adalah pikiran yang non-logika, non-rasional. Dia akan mempercayai apapun entah itu masuk akal ataupun tidak. Dia tidak akan pernah mempertanyakan atau menganalisa apapun yang anda katakan padanya. Jadi, saat anda menggunakan alam bawah sadar untuk mendapatkan apa yang anda inginkan, tentukan padangan anda setinggi mungkin… jangan berpikir bahwa apa yang anda affirmasikan tidak masuk akal. Alam bawah sadar anda tidak akan memikirkan itu. Jadi itulah semua yang anda perlu ketahui untuk membuat alam bawah sadar anda bekerja. Saya menyebut ini “6 Poin Kunci untuk Kekuatan Alam Bawah Sadar Anda.” Anda tidak perlu tahu yang lainnya. Tapi melatih alam bawah sadar anda agar memberikan apa yang anda inginkan membutuhkan waktu dan latihan. Saya tidak bisa memberikan anda batasan waktu mengenai berapa lama yang di perlukan untuk menguasai kekuatan pikiran anda. Itu tergantung seberapa besar usaha yang anda lakukan dan tingkat keyakinan anda. Tapi saya bisa mengatakan bahwa jika anda memberikan waktu yang cukup, berusaha, dan yakin 100% pada kekuatan yang sudah anda miliki, maka anda akan kagum pada seberapa cepat itu akan mulai bekerja.
## 4. Manfaat Hipnoterapi Bagi Penderita Maag
Hipnoterapi adalah suatu bentuk terapi pikiran menggunakan relaksasi hypnosis. Pasien diarahkan untuk memasuki kondisi relaksasi agar bisa masuk ke kondisi bawah sadar, lalu kemudian diberikan sugesti. Dalam hal ini pasien tetap sadar, lalu diberikan sugesti. Dalam hal ini pasien tetap sadar dan bisa menolak sugesti yang diberikan, karena pada dasarnya semua Hyonosis adalah Self Hypnosis. Syarat untuk bisa di Hipnoterapi adalah pasien harus mempunyai keinginan dari diri sendiri untuk bebas dari maslahnya dan mau diterapi. Dan terapi tidak bisa dilakukan dengan adanya unsur paksaan atau pasien merasa tidak ada yang bermasalah dengan dirinya. (Brosur Rumah Sehat Tri Sakti ).
Secara umum mekanisme kerja hipnoterapi sangat terkait dengan aktivitas otak manusia. Aktivitas ini sangat beragam pada setiap kondisi yang diindikasikan melalui gelombang otak yang dapat diukur menggunakan alat bantu EEG ( Electroenchepalograph ).
Berikut diuraikan berbagai gelombang otak disertai dengan aktivitas yang terkait:
a. Beta (14 – 25 Hz) (normal);
Atensi, kewaspadaan, kesigapan, pemahaman, kondisi yang lebih tinggi diasosiasikan dengan kecemasan, ketidaknyamanan, kondisi lawan/lari
b. Alpha (8 – 13 Hz) (meditatif);
Relaksasi, pembelajaran super, fokus relaks, kondisi trance ringan, peningkatan produksi serotonin, kondisi pra-tidur, meditasi, awal mengakses pikiran bawah sadar ( unconscious )
c. Theta (4 – 7 Hz) (meditatif);
Tidur bermimpi (tidur REM/ Rapid Eye Movement ), peningkatan produksi catecholamines (sangat vital untuk pembelajaran dan ingatan), peningkatan kreatifitas, pengalaman emosional, berpotensi terjadinya perubahan sikap, peningkatan pengingatan materi yang dipelajari, hypnogogic imagery , meditasi mendalam, lebih dalam mengakses pikiran bawah sadar ( unconscious )
d. Delta (0,5 – 3 Hz)(tidur dalam)
Tidur tanpa mimpi, pelepasan hormon pertumbuhan, kondisi non fisik, hilang kesadaran pada sensasi fisik, akses ke pikiran bawah sadar ( unconscious ) dan memberikan sensasi yang sangat mendalam ketika diinduksi dengan Holosinc .
Uraian tersebut di atas, secara teori maupun praktek disampaikan oleh terapis di Rumah Sehat Trisakti Hipnoterapi Karangdowo. Penelitipun mengadakan pengamatan dan observasi terhadap para pasien penderita maag di Rumah Sehat Trisakti Hipnoterapi Karangdowo, subyek merasa termotivasi dalam hidupnya sebab penyakit maagnya dapat berangsur-angsur sembuh. Sikap percaya diri pasienpun muncul dengan optimal, re-memory dari pikiran alam bawah sadar muncul untuk mengeliminir dan menipiskan emosi negatif dan menggantikannya dengan emosi-emosi positif yang membantu untuk segera mendapatkan pertolongan. Para pasienpun menjadi tenang dalam menjalani kehidupannya dan timbul rasa aman dan nyaman, pasien menjadi sosok yang dinamis, membangun mental yang kuat dan tenang, tegar dan sabar dalam menghadapi penyakitnya. Dari hasil temuan tersebut bisa kita simak manfaat metode hipnoterapi dalam penyembuhan pasien penderita maag, adalah sebagai berikut : Pasien merasakan nyaman dengan diri dan lingkungan dimana subyek berada, Subyek menjadi lebih kreatif dan inovatif, Subyek menjadi pribadi yang lebih menarik, Subyek akan tenang dan timbul rasa percaya diri.
Dalam penyampaian langkah penyembuhan ini peneliti sampaikan juga dengan Action/Visual secara sederhana (penyampaian pada waktu laporan penelitian), Tetapi secara deskriptif dapat peneliti paparkan melalui hasil pengamatan dan catatan juga rekaman dengan menggunakan metode deskriptif fenomenologis dalam kualitatif yaitu menggambarkan situasi yang sebenarnya, berikut peneliti paparkan deskripsi cara kerja penyembuhan hipnoterapi pada penyakit maag di klinik sehat Hypnotheraphy. Setelah melalui 5 (lima) kali temuan bagi
penderita penyakit maag yang telah melakukan terapy dengan rutin selama 5 (lima) kali dan dinyatakan sembuh.
Manfaat Hipnoterapi adalah :
1) Menyembuhkan insomnia (sulit tidur) yang disebabkan oleh stress pikiran.
2) Menyembuhkan fobia (takut dengan sesuatu hal/benda yang semestinya tidak perlu ditakuti).
3) Menyembuhkan trauma di masa lalu.
4) Menghentikan kebiasaan buruk : merokok, menggigit kuku, kecemasan, dll.
5) Penyembuhan luka batin (murung, dendam, dll)
6) Menyembuhkan psikosomatis (merasa sakit, padahal dicek tidak ada penyakit).
7) Menumbuhkan rasa percaya diri/ menghilangkan grogi.
8) Membantu orang tua mengatasi kemalasan/ kenakalan anak.
9) Membantu proses melahirkan tanpa rasa takut dan meminimalkan rasa sakit.
10) Membantu proses penyembuhan sakit fisik.
11) Mengendalikan emosi marah yang berlebihan.
12) Mengatasi perasaan bersalah.
13) Mengatasi perasaan Takut Gagal atau takut sukses.
14) Mengatasi Panic Attack/ tiba-tiba merasa ketakutan/panik.
15) Mengatasi rasa mudah tersinggung.
16) Mengatasi dan menyembuhkan depresi.
17) Bangkit dari kesedihan.
18) Mengatasi Paranoid/merasa selalu dalam bahaya.
19) Menghancurkan Mental Block/meragukan diri sendiri.
20) Mengatasi kasus-kasus dan penyakit fisik yang berhubungan dengan pikiran dan emosi, misalnya : Maag, vertigo, diabetes, hipertensi, asma, migrain, jantung dan lain-lain. (Brosur Rumah Sehat Tri Sakti)
Berdasarkan analisis data mengenai hipnoterapi untuk penderita maag memiliki manfaat untuk relaksasi. Berdasarkan wawancara pada salah satu pasien “ Sakit maag yang saya derita cukup mengganggu saya selama ini. Kata dokter asam lambung yang saya produksi terkadang begitu banyak. Dan salah satu pemicunya adalah tingkat ketegangan atau stress yang sangat tinggi. Makanya saya dianjurkan untuk sedikit memerdekakaan ketegangan serta beban kerja yang saya miliki. Saya memang bekerja di tempat yang membutuhkan tingkat pressure yang sangat tinggi. Sesekali saya melakukan refreshing ke tempat wisata dan jalan-jalan tapi juga tidak begitu banyak membantu. Kalau saya sering telat makan pasti
rasanya lambung nyeri sekali. Makanya saya nyari-nyari informasi yang bisa membantu saya meredakan stress yang saya alami. Karena saya sering kambuh karena tingkat stress yang saya alami, kemudian saya ketemu cara yakni dengan metode hipnoterapi. Dengan Hipnoterapi bisa membantu saya menyelesaikan permasalahan yang saya hadapi. Tingkat stress yang tinggi bisa ditanggulangi dengan hipnoterapi. Ketika stress itu muncul maka dengan metode hipnoterapi bisa meredamnya. Seperti itulah yang saya tahu. Lantas tanpa ragu saya langsung menuju ke Rumah Sehat Tri Sakti. Dalam terapi itu saya diajarkan bagaimana cara supaya saya bisa mengontrol beban pekerjaan secara lebih rileks dan tidak menganggapnya sebagai sebuah beban namun lebih merupakan sebuah kesenangan. Hal itu saya lakukan sepenuhnya dengan tujuan supaya saya tidak stress dan tidak berakibat kambuhnya maag saya. Setelah saya coba beberapa hari saya mulai merasakan adanya perubahan pada diri saya. Sekarang perih lambung tidak lagi mengganggu saya. Setelah saya cek ke dokter ternyata memang benar telah terjadi perubahan yang signifikan pada diri saya. Padahal yang saya lakukan sebenarnya cukup sederhana. Saya hanya berusaha untuk merilekskan otak dan tubuh saya terutama ketika beban kerja terasa mulai terasa berat. Hanya membutuhkan beberapa menit untuk membuat saya terbebas dari tekanan kerja yang saya alami. Tidak perlu berwisata atau jalan-jalan yang membutuhkan waktu khusus dan biaya yang tidak sedikit. Ternyata kita bisa melakukannya kapan saja dan dimana saja ”. Demikian testimoni oleh salah satu pasien Hipnoterapi khususnya penderita maag.
Secara empiris, orang yang menderita maag merasakan kekambuhan ketika muncul stress fisik (kelelahan). Hal ini didukung sebuah jurnal yang diterbitkan oleh American Journal Gastroenterology sejak tahun 1976, setelah melakukan endoskopi terhadap sekitar 788 kasus gastrointestinal atau pencernaan, sebanyak 53% pasien yang diteliti (sebelumnya tidal ada riwayat dengan penyebab gastritis/maag, memang memiliki masalah dengan emosi yang cukup signifikan. Jurnal ini juga menyatakan bahwa stress emosi mungkin berkontribusi dalam ketidaknormalan produksi asam lambung. Melihat referensi ilmu kedokteran lainnya, yaitu ilmu kedokteran China ternyata juga menyatakan hal yang sama. Bahwa ketidakseimbangan produksi asam lambung dan juga memicu gastritis/Maag.
Dalam teori fungsional struktural memberikan pengaruh terhadap masyarakat untuk mencoba bagaimana hipnoterapi dilakukan. Maksudnya disini kalau dihubungkan dengan keberadaan Hipnoterapi di Desa Karangwungu Kecamatan Karangdowo maka masyarakat yang datang untuk melakukan terapi pada dasarnya ingin merasakan dan mengalami secara langsung manfaat dan khasiat dari melakukan terapi di Desa Karangwungu, Kecamatan Karangdowo. Sejauhmana nantinya bisa berpengaruh terhadap kesehatan klien. Kemudian
lebih jauh teori fungsional struktural membuat semua tingkatan ekonomi dari yang rendah, sedang sampai yang tingkat tinggi mencoba dan merasakan bagaimana terapi di Rumah Sehat Tri Sakti.
Selain itu kalau dilihat dari konsep-konsep terapi, Santoso dan Hanif (tt:373) mengungkapkan bahwa terapi merupakan sebuah usaha untuk memulihkan kesehatan seseorang yang sedang sakit, pengobatan penyakit dan perawatan penyakit. Apabila kita mengacu pada konsep ini dan jika dikaitkan dengan terapi di Rumah Sehat Tri Sakti maka kita akui bahwa masyarakat yang datang dari berbagai kalangan ekonomi tersebut pada dasarnya adalah ingin melakukan sebuah usaha dalam mencari dan melakukan perawatan diri demi tercapainya sebuah kesehatan dalam dirinya. Terapi ini dianggap akan mampu memberikan manfaat dan khasiat bagi kesehatan jiwa raganya dan akan mampu memberikan sebuah dampak kesehatan dalam kehidupannya. Hal ini dicontohkan oleh seseorang klien yang bernama Tri Aminah dari Desa Bakungan, Kecamatan Karangdowo yang sudah merasakan sekali khasiat dari terapi ini.
## 5. Cara Kerja Hipnoterapi Sinergis Ayurveda
Setelah pasien melakukan terapi selama kurang lebih 1 (satu) jam pengobatan berikutnya adalah dengan menggunakan pengobatan Sinergis Ayurveda yaitu obat-obatan tradisional dengan berbagai macam obat-obat ramuan-ramuan tradisional yang telah dilakukan uji test di laboratorium dan obat-obatan tersebut tersedia di Rumah Sehat Trisakti.
Tumbuhan yang dapat dipergunakan sebagai bahan obat disebut ausadha yaitu terdiri dari beberapa jenis yaitu : Vanaspati, Vanaspatya, Virudh dan Osadhi . Bagian-bagian tumbuhan yang paling sering dimanfaatkan sebagai ramuan obat maag adalah akar ( mala ), rimpang (kandha) , tunas ( vaya ), batang ( valkala ), kulit batang, daun ( palasa ), bunga ( puspa ), buah ( phala ), biji ( bija ), duri ( kikasa) , cairan, getah, minyak dan lain-lain (Nala, 2001).
## a. Bengkuang Dapat Mengatasi Penyakit Maag
Bengkuang juga bersifat dingin, baik untuk menurunkan demam/panas, caranya cukup dimakan atau dibuat minuman juice. Masih banyak lagi manfaat bengkuang, bengkuang bisa mengurangi tingkat kadar kolesterol sehingga dapat terhindar dari penyakit jantung atau stroke. Selain itu bengkuang merupakan salah satu umbi yang mengandung fitoestrogen yang sangat baik bagi kesehatan wanita, karena dapat membantu mengaktifkan hormon estrogen yang sangat penting bagi kesehatan wanita. Hal ini juga banyak disarankan kepada pasien- pasiennya, yang salah satunya bernama Ambarwati.
Pada artikel (Permadi. 2008. Herbalnet. http://permadi. Wordpress. Com/2008/04/14/herbalnet-desv/ 24 Agustus 2016). Bengkuang merupakan umbi yang kaya akan berbagai zat gizi yang sangat penting untuk kesehatan terutama vitamin dan mineral. Sedangkan mineral yang terkandung dalam bengkuang adalah fosfor, zat besi, kalsium dan lain-lain. Bengkuang juga merupakan umbi yang mengandung kadar air yang cukup tinggi sehingga dapat menyegarkan tubuh setelah mengkonsumsinya dan menambah cairan tubuh yang diperlukan untuk menghilangkan deposit-deposit lemak yang mengeras yang terbentuk dalam beberapa bagian tubuh, Oleh karena itu, bengkuang dianggap dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Kandungan serat yang tinggi pada bengkuang dapat mencegah berbagai penyakit salah satunya adalah penyakit maag. Bengkuang dapat menetralkan asam berlebih pada lambung dan kandungan air yang tinggi menjadikan lambung lebih terasa nyaman sehingga juga bisa terhindar dari panas dalam. Bengkuang juga bermanfaat untuk menurunkan gula darah, karena zat-zat makanan tersebut akan diserap oleh serat-serat bengkuang dan tidak akan diubah oleh glukosa.
Hal ini didukung oleh pustaka yang ditulis oleh Hariana (2008:48) menerangkan bahwa bengkuang adalah salah satu tanaman yang dapat mengatasi penyakit maag, bengkuang adalah tanaman umbi-umbian yang berasal dari daratan Amerika, yaitu Amerika tengah dan Amerika selatan terutama di daratan Mexico. Benkuang memiliki nama ilmiah ( Pachyrhizus erosus ) yang banyak memiliki manfaat di dalam dunia kesehatan herbal, sebagai tanaman memiliki manfaat alami. Bengkuang mempunyai kandungan karbohidrat yang cukup tinggi, selain itu juga mengandung protein dan lemak tetapi dalam jumlah sedikit. Kandungan lain dari bengkuang ini adalah beberapa vitamin yaitu A, B, C dan E, mineral (kalsium, posfor dan zat besi), selain itu bengkuang juga mengandung serat yang cukup tinggi.
Pernyataan diatas diperkuat dengan pustaka Sitiatava Rizema Putra (2012:83) menjelaskan kandungan zat gizi pada bengkuang adalah sebagai berikut : bengkuang memiliki kandungan yang sangat penting bagi tubuh yaitu energi, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, vitamin A, vitamin B1, vitamin C dan zat besi. Kandungan pada bengkuang dapat meningkatkan basa pada lambung yang mengidap penyakit maag/ memiliki kadar asam yang tinggi, juga menetralkan kandungan basa dan asam pada lambung.
Adapun tata cara penggunaan ramuan bengkuang yaitu :
1) Bengkuang dapat dibuat sebagai jus yang mampu mendinginkan organ dalam lambung.
2) Bengkuang dapat dibuat menjadi serbuk, dengan dikeringkan terlebih dahulu, lalu ditumbuk atau dihancurkan menggunakan mesin penghalus dan mengkonsumsinya dengan cara di seduh dengan air hangat.
3) Bengkuang dapat dikonsumsi langsung, hanya dengan cara mengupas kulitnya saja lalu memakannya. Dan cara ini ternyata paling efektif untuk mengatasi penyakit maag karena dengan memakannya langsung dapat membuat kandungan-kandungan bengkuang tetap utuh dan tidak tercampur oleh zat-zat lain, dan juga enzim yang ada di dalam mulut ikut membantu proses penggunaan ramuan bengkuang selama mengunyah, yang hasilnya didapatkan lebih optimal.
## b. Instan Temulawak
Ditinjau dari pengobatan ayurweda, Nala (2001:72) menyatakan bahwa dalam ilmu ayurweda temulawak termasuk dalam golongan tumbuhan mula (umbi) dan kandha (rimpang) serta memiliki tikta rasa (rasa pahit), kasaya rasa (sepet) dan digunakan untuk mengobati vibandha (sembelit), atisara (pencahar. Laksatif, diare), serta brmhana (nafsu makan).
Riset dan uji klinis telah membuktikan keampuhan dan khasiat temulawak untuk menyembuhkan berbagai penyakit dan kehidupan sehat lain (Bangun, 2003:72-79). Hal ini juga dijelaskan oleh Chaidir (2009:56-59) menyatakan bahwa temulawak berkhasiat untuk mengobati maag, radang hati, hepatitis, diare, radang sendi, radang ginjal, radang empedu, wasir, melancarkan ASI, kolesterol.
Tatacara penggunaan instan temulawak adalah :
1) Pastikan kemasan masih dalam keadaan baik dan tanpa cacat
2) Perhatikan tanggal kadaluwarsa
3) Baca aturan pemakaiannya dan mulailah menyiapkan
4) Siapkan satu gelas (240-250 ml) air hangat dengan suhu ±70-80ºC dan satu sendok makan instan temulawak (20-25 gr), masukan instan temulawak kedalam satu gelas air hangat, aduk sampai instan larut dan tercampur merata dengan air dan minum semasih hangat
5) Sebaiknya diminum satu jam sebelum makan, karena lambung yang kosong jika terkena air hangat akan terbuka pori-porinya sehingga lebih maksimal dalam menyerap nutrisi yang trkandung dalam instan temulawak.
c. Serbuk Garut Ajaib ( Marantha Arundinacea L ).
Kandungan Zat Gizi (per 100 gr tepung garut )
Kalori : 355 Kkal
Protein : 0,70 gr
Lemak
: 20 gr Karbohidrat : 85,2 gr Kalsium : 8 mg Fosfor : 22 mg Zat Besi : 1,5 mg Vit B1
: 0,09 mg
Khasiatnya:
Menyembuhkan penyakit maag dengan membuat lapisan Epithelium secara perlahan di dinding lambung & usus secara perlahan,Penderita maag, typus, dan diabetes dianjurkan untuk mengkonsumsi bubur garut,Menurunkan suhu badan, Obat Disentri, Obat Eksim, Memperbanyak ASI, Bubur garut cocok untuk bayi, Obat penyembuh borok, Perasan umbi garut dapat dijadikan penawar sengatan lebah dan racun ular.
Cara membuat bubur garut:
1) Larutkan 3 sendok makan serbuk garut ke dalam 150 ml air (3-4 gelas).
2) Rebus 500 ml-600 ml air hingga mendidih masukkan gula jawa, gula pasir, garam dan aroma pandan atau vanili sesuai selera. Setelah semua cair, masukkan adonan ke-1 sambil diaduk perlahan hingga rata, kental dan matang, bisa disajikan bersama santan rebus yang sudah dibubuhi garam.
Cara membuat tajin:
1. Larutkan ½ sendok makan serbuk garut ke dalam 50 ml air (1/4 gelas).
2. Tuang air mendidih ke dalam larutan ke -1 sambil diaduk hingga gelas menjadi penuh. Tambahkan gula & garam sesuai selera.
## d. Daun Salam bumbu dapur multikhasiat
Daun salam sudah biasa dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sebagai bumbu pelengkap dalam berbagai jenis makanan. Daun salam memiliki beberapa nama lokal di antaranya ubar serai (Melayu), manting (Jawa), gowok (sunda), dan maselengan (Sumatra). Tanaman Salam ( Syzygium polyanthum ) banyak ditemukan di daerah pegunungan dan hutan. Akan tetapi, pada dasarnya tanaman salam relatif mudah ditanam di pekarangan rumah atau kebun karena berakar tunggang. Selain untuk bumbun pelengkap masakan, daun salam berkhasiat mengobati beberapa penyakit. Secara tradisional, daun salam digunakan sebagai obat sakit perut dan diare. Berdasarkan pengalaman dan diperkuat dengan bukti-bukti riset ilmiah membuktikan bahwa daun salam menularkan efek hipoglikemik. Artinya, kombinasi zat-zat kimia yang terkandung dalam daun mampu menurunkan kadar gula darah yang melejit di atas normal. Selain itu daun salam juga terbukti efektif menurunkan tekanan darah dan
kadar kolesterol darah, serta mengobati sakit maag ( gastritis ), katarak, gatal-gatal ( pruritus ), kudis dan eksim.
Caranya Sediakan 20 lembar daun salam segar, kemudian direbus dengan ½ liter air sampai mendidih. Minum air rebusan daun salam tersebut setiap hari sampai rasa perih dan kembung dalam perut hilang. Tambahkan gula batu secukupnya, agar rasanya tidak terlalu kesat.
e. Daun Kelor ( Mohinga Oelivera )
Kandungan senyawa tanaman kelor terbilang sangat lengkap. Variasi dan kadar kandungannya sangat tinggi, jauh melampaui kandungan tanaman lain. Tanaman kelor mengandung lebih dari 90 nutrisi dan 46 jenis antioksidan. Selain itu, ada lebih dari 46 antioksidan dan 36 senyawa antiinflamasi yang terbentuk secara alami. Itulah sebabnya kelor disebut sebagai sumber antioksidan alami terbaik. Kelor juga merupakan sumber serat terbaik, bahkan memiliki kandungan beta karoten empat kali lipat lebih besar dari wortel. Selain itu, kelor juga mengandung banyak minyak omega-3 dan klorofil.
Semua kandungan senyawa yang ada pada tanaman kelor sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia, khususnya untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Apalagi tida ada efek samping yang pernah dijumpai sehingga aman dikonsumsi, baik oleh anak-anak maupun orang dewasa.
Kelor si pohon ajaib ini mulai dimanfaatkan masyarakat sekitar 2.000 tahun SM atau 5.000 tahun silam di India Utara. Masyarakat di daerah tersebut memanfaatkan tanaman kelor sebagai bahan ramuan obat-obatan. Dalam salah satu sistem pengobatan dan perawatan kesehatan kuno (Ayurveda), kelor mampu mencegah atau mengobati 300 macam penyakit, diantaranya maag, penambah ASI untuk ibu menyusui,anemia, asma, komedo, kotoran darah, bronkhitis, radang selaput lendir hidung, sesak nafas, kolera, batuk, konjungtivitas, diare, infeksi mata dan telinga, demam, pembengkakan kelenjar, sakit kepala, tekanan darah abnormal, histeria, nyeri pada sendi, jerawat, psoriatis, gangguan pernafasan, penyakit kudis, sakit tenggorokan, keseleo, TBC dan lain-lain. Selain itu, ekstrak daun kelor diyakini dapat memberikan stamina dan tenaga ekstra. Oleh karena itu, para prajurit di daerah tersebut selalu mengonsumsi ekstrak daun kelor ketika sedang berperang.
Walaupun diketahui tanaman kelor berasal dari India, tetapi pengembangan terluas sebenarnya di Afrika. Salah satu yang paling berjasa dalam pengembangan tanaman kelor adalah Lowell Fuglie. Seorang warga negara Prancis yang tinggal dan bekerja di Senegal itu pertama kali meneliti kandungan nutrisi daun kelor pada akhir tahun 1990an. Ia meneliti daun kelor dan menemukan fakta ibu-ibu hamil yang mengalami gizi buruk tetap dapat memiliki bayi sehat dengan mengonsumsi daun kelor. Hasil penelitian Lowell itu kini dimanfaatkan
oleh banyak negara untuk memerangi gizi buruk, terutama negara-negara berkembang di semenanjung Afrika. Contohnya, tiga negara dengan kondisi lingkungan kering di Afrika, yaitu Ethiopia, Somalia, dan Sudan. Setiap 1 ha tanah, ditanam 30-50 pohon di antara tanaman pangan lain seperti sorgum, jagung dan sayuran (terutama kacang-kacangan). Kehadiran kelor membuat lingkungan di sekitarnya menjadi lembab sehingga dapat tumbuh dengan baik.
Perkembangan kelor cenderung mudah meluas karena tanaman tersebut mempunyai kemampuan pertahanan diri yang luar biasa. Kelor dapat hidup meskipun daerahnya dilanda kemarau panjang. Penanaman kelor di Indonesia tersebar di seluruh daerah, mulai dari Aceh hingga Merauke. Oleh karena itu, tanaman kelor dikenal dengan berbagai nama daerah, seperti murong (Aceh), munggai (Sumatera Barat), kilor (Lampung), kelor (Jawa Barat dan Jawa Tengah), marongghi (Madura), kiloro (Bugis ), parongge (Bima), kawona (Sumba), dan kelo (Ternate).
* Semua Bagian Berkhasiat
Tidak mengherankan bila kelor disebut-sebut sebagai miracle tree (si pohon ajaib). Semua bagian tanamannya terbukti berkhasiat untuk mengobati berbagai macam penyakit. Namun, pada dasarnya setiap bagian tanaman kelor memiliki kandungan zat aktif yang berbeda-beda sehingga pemanfaatannya pun harus disesuaikan dengan penyakit yang akan disembuhkan.
Daun kelor mengandung beberapa senyawa aktif, antara lain arginin, leusin, dan metionin. Kandungan arginin pada daun kelor segar mencapai 406,6 mg, sedangkan pada daun kering 1.325 mg. Arginin berperan dalam meningkatkan imunitas atau kekebalan tubuh. Di samping itu, arginin juga mempercepat proses penyembuhan luka, meningkatkan kemampuan untuk melawan kanker dan memperlambat pertumbuhan tumor.
Kandungan leusin pada daun kelor segar adalah 492 mg. Leusin berperan dalam pembentukan protein otot dan fungsi normal. Sementara itu, kandungan metionin pada daun kelor segar sebesar 117 mg dan 350 mg pada daun kelor kering. Metionin berperan dalam menyerap lemak dan kolesterol serta kunci kesehatan organ hati.
Semua bagian tanamannya terbukti berkhasiat mengobati berbagai macam penyakit diantaranya :
1) Daun Kelor
Antimikroba, antibakteri, antiinflamasi (antiradang), infeksi, virus Ebstein Barr (EBV), virus herpes simplek (HSV-1), HIV/AIDS, cacingan, bronkitis, gangguan hati, anti tumor, maag, demam, kanker prostat, kanker kulit, anemia, diabetes, tiroid, gangguan
saraf, kolik di saluran pencernaan, rematik, sakit kepala, antioksidan, sumber nutrisi (protein dan mineral) dan tonik.
2) Kulit Batang Kelor
Mengatasi gangguan pencernaan, flu, sariawan, antitumor, dan rematik. Bersifat detoksifikasi, yaitu menetralisir racun ular serta kalajengking. Bahan ini juga dimanfaatkan sebagai alat kontrasepsi dan afrodisiak. Selain itu, dapat mencegah pembesaran limpa dan pembentukan kelenjar TB leher. Zat yang dikandungnya pun dapat menghancurkan tumor dan menyembuhkan bisul.
Getahnya dimanfaatkan sebagai antimikroba, antitifoid, dan meredakan demam, asma, disentri, antiinflamasi, rematik, dan gangguan saraf. Digunakan pula untuk karies gigi. Getah yang dicampur minyak wijen dapat digunakan untuk meredakan sakit kepala, demem, gangguan usus, disentri, dan asma.
3) Akar Kelor
Dapat dimafaatkan sebagai bumbu campuran perangsang nafsu makan. Bersifat antimikroba, menghilangkan karang gigi, flu, demam, asma, penguat jantung, antiinflamasi, rematik, bengkak kaki (edema), epilepsi, sakit kepala, afrodisiak, menjaga kesehatan organ reproduksi, penyegar kulit, mengobati penyakit ginjal, dan pembesaran hati (hepatamegali).
4) Bunga Kelor
Mengatasi flu dan pilek berat, dipakai sebagai stimulan, afrodisiak, dan menyembuhkan radang tenggorokan, penyakit otot, tumor, pembesaran limfa, serta menurunkan kolesterol dan lemak fosfolipid.
5) Buah Kelor
Polong mengandung protein dan serat yang tinggi sehingga dapat dimanfaatkan untuk mengatasi penyakit gizi buruk dan diare. Bagian ini juga dapat dimafaatkan sebagai obat cacingan, hati, dan limpa serta mengobati masalah nyeri sendi. Bila dimakan mentah, dapat mengeluarkan cacingan dari perut. Polong juga dimanfaatkan sebagai antimikroba, antihipersensitif, antiinflamasi, rematik menjaga kesehatan reproduksi dan tonik.
6) Biji Kelor
Biji yang sudah tua bermanfaat sebagai antimikroba, antibakteri, kutil, penyakit kulit ringan, antitumor, luka lambung, demam, rematik, antiinflamasi, meningkatkan kekebalan tubuh, sumber nutrisi. Ekstrak biji memberi efek pelindung dengan mengurangi peroksida lipid hati, antihipertensi senyawa thiokarbamat. Tepung biji dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Staphylococcus aereus dan Pseudomonas aeruginosa karena mengandung antibiotik yang kuat.
Riset membuktikan walaupun tren kelor baru mulai marak setahun terakhir ini, tetapi sebenarnya berbagai riset ilmiah untuk menguji khasiat kelor telah dilakukan sejak lama. Jed W Fahey, ahli biokimia nutrisi dari John Hopkin School of Medicine di Amerika Serikat pada tahun 2005 telah merangkum berbagai riset tentang khasiat kelor. Dalam Trees for Life Journal : A Review of the Medical Evidence for Its Nutritional, Theurapeutic, and Prophylactic Properties, Part 1, Jed W Fahey menyebutkan terdapat 169 riset yang melibatkan seluruh bagian tanaman kelor untuk kesehatan.
Salah satu riset yang tergolong istimewa dilakukan oleh Prazuk dan kawan-kawan dari Groupe d’Etudes Epidemiologiques et Prophylactiques, Villeneuve St Georges di Perancis. Publikasinya di jurnal AIDS volume 7 pada 1993 itu menyebutkan peran daun tanaman kelor sebagai sumber nutrisi yang kaya protein dan mineral. Nutrisi tanaman kelor terbukti dapat memicu sistem kekebalan tubuh alami pada anak-anak pengidap HIV di Burkina, Faso, Afrika Barat.
Dalam sebuah riset yang dilakukan oleh Kasolo JN dkk membuktikan kelor mengandung zat fitokimia yang membuat tanaman mampu melakukan mekanisme pertahanan diri. Fitokimia yang dikandung, di antaranya tanin katekol, tanin galia, steroid, triterpenoid, flavonoid, saponin, antrakuinon, alkaloid, dan gula pereduksi. Senyawa fitokimia ini telah diteliti dan mempunyai kemampuan sebagai obat. Manfaatnya yaitu sebagai detoksifikasi dan pemurnian air, antibiotik, perawatan kulit, antiinflamasi, bisul, tekanan darah, diabetes dan anemia.
Peneliti di Jhunjhunwala College, Mumbai, India, Dr. Daoo Jayeshree, membuktikan daun kelor memberikan efek signifikan untuk mengatasi penyakit diabetes mellitus. Ia menginduksi tikus dengan 45 mg intraperitoneal tunggal sereptozotocin per kg bobot badan sehingga tikus mengidap diabetes. Jayesheree kemudian memberikan 300 mg ekstrak daun kelor per kg bobot badan tikus selama 35 hari secara oral. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak daun kelor sebanding dengan pemberian 5 mg glibbenklamid yang berfungsi meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas. (Lina Mardiana : 47-70).
## f. Kunyit
Kunyit sendiri merupakan salah satu bumbu dapur yang bisa dengan mudah di temui, kandungan bermanfaat di dalamnya diantaranya adalah kurkumin dan kurkuminoid, bahan- bahan tersebut secara efektif dapat meredakan gejala maag. Cara mengkonsumsinya cukup
kudah yaitu dengan membuat sari dari kunyit tersebut dan mengkonsumsi secara teratur, cukup efektif untuk meredakan rasa perih di lambung.
## g. Pisang Raja
Semua jenis pisang memang banyak kandungan gizinya, namun hanya pisang raja yang kaya akan pektin, pektin ini adalah suatu zat yang dapat melindungi selaput lendir yang ada dalam lambung. Mengingat selaput tersebutlah yang berhubungan dengan asam lambung secara langsung jadi sangat mudah terkikis, jika sudah menipis maka akan menyebabkan rasa perih jika HCL diproduksi dalam jumlah yang berlebih.
## h. Lidah Buaya
Bukan lidah buaya yang sebenarnya, namun tanaman yang biasanya juga difungsikan sebagai hiasan di taman-taman rumah. Tanaman tersebut selain dapat menjaga kesuburan rambut juga efektif untuk mengatasi masalah lambung seperti maag, caranya cukup mudah yaitu dengan merebusnya dengan air dan mengkonsumsi air rebusan tersebut.
## i. Kacang Hijau
Anda yang gemar mengkonsumsi aneka olahan dari kacang tersebut berarti juga dapat menjaga kesehatan organ lambung, mengingat kandungan yang ada di dalamnya cukup efektif dapat mencegah maag. Namun bagi yang sudah terlanjur terkena penyakit maag juga tidak perlu khawatir. Cukup dengan menghaluskannya dan mencampur dengan air kemudian diminum. Paling tidak lakukan pengobatan ini 3 kali dalam sehari dengan dosis 1 sendok makan tiap konsumsinya.
## j. Daun Jambu Biji
Salah satu manfaat buah jambu biji adalah untuk mengobati sariawan karena kandungan vitamin c nya yang tinggi. Namun bukan hanya buahnya, daun jambu biji juga bisa dijadikan sebagai obat tradisional untuk mengatasi sakit maag. Caranya mudah, sediakan 8 lembar daun jambu biji kemudian direbus dengan 1,5 liter air sampai mendidih. Setelah dingin, airnya disaring dan diminum 3 kali sehari.
## k. Daun Keji Beling
Tanaman keji beling biasanya dijadikan sebagai pagar pembatas kebun di perkampungan. Namun siapa sangka, tanaman pagar ini mempunyai khasiat untuk mengobati sakit maag. Ambil daun keji beling yang segar sebanyak 3-5 lembar, kemudian rebus dengan air hingga mendidih. Minum air rebusannya lalu makan daunnya sebagai lalapan.
l. Curma-Sapo
Kombinasi unik dari : Curcuma Mangga (Kunyit Putih), Habbatussauda (Jinten Hitam), Bee Pollen.
Kunyit Putih (Curcuma Mangga) mengandung zat kurkumin. Dalam buku Encyclopedia of Medical Plants dinyatakan, kurkumin mempunyai khasiat anti- oksidan dan anti inflamasi. Khasiat anti oksidannya lebih kuat dari vitamin E dan khasiat anti inflamasinya lebih kuat daripada hidrokortison kimia/sintesis. Kandungan kurkumin tersebut sangat berperan dalam memerangi kanker, yaitu mencegah kerusakan gen sekaligus mencegah peradangan.
Habbatussauda mengandung lebih dari 100 unsur yang dibutuhkan untuk kesehatan manusia.
Bee Pollen mengandung berbagai unsur gizi yang dibutuhkan oleh tubuh yang tidak bisa didapat dari makanan sehari-hari. Bee Pollen mengandung zat gizi seperti Zat Hidrat Arang, Protein (asam amino esensial), Asam lemak esensial, vitamin, mineral dan enzim.
Manfaat Curma-Sapo jika diminum secara rutin :
m. Mencegah pertumbuhan sel kanker, tumor atau kista.
n. Menormalkan kadar kolesterol dan kadar gula dalam darah.
o. Menurunkan kadar asam urat pada darah
p. Melancarkan peredaran darah, baik bagi kesehatan jantung.
q. Mencegah dan membantu mengatasi osteoporosis/tulang keropos
r. Meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit
s. Meningkatkan stamina dan vitalitas
t. Membantu mengatasi sakit pernafasan : bronkithis, batuk dll
u. Membantu mengatasi gangguan tidur/stres
v. Baik bagi gangguan perut seperti : Maag, sulit BAB dll.
Setelah pasien mengikuti terapi hipnoterapi, maka tahap berikutnya adalah dengan meminum obat tradisional (ayurweda) yang telah disiapkan di Rumah Sehat Trisakti dengan jenis-jenis obat sesuai anjuran terapis. Aturan dan pengolahan sudah dicantumkan dalam produk yang disesuaikan dengan penyakit maag akut. Mengikuti terapi hipnoterapi dan meminum obat-obatan tradisional inilah yang disebut sinergis antara Metode Hypnotherapi dan Ayurveda.
## Kesimpulan
Dari paparan di atas dapat simpulkan bahwa :
1. Tata Cara Hipnoterapi. Hipnoterapi adalah suatu bentuk terapi pikiran dengan menggunakan hypnosis. Hipnosis adalah membawa pikiran seseorang untuk memasuki kondisi rilaksasi agar bisa masuk ke pikiran bawah sadar, untuk memberikan sugesti. Ketika pasien sudah memasuki kondisi rilaksasi baru bisa dilakukan proses terapi. Pentingnya terapi dilakukan di pikiran bawah sadar, karena pengaruh pikiran bawah sadar bertanggung jawab mempengaruhi dan menentukan 95% hingga 99% proses aktivitas berpikir,sehingga pikiran bawah sadar menentukan hampir semua keputusan, tindakan, emosi, dan prilaku kita. Tata cara melakukan hipnoterapi yaitu: dengan interview, induksi, deepening, terapi pikiran, dan terminasi.
2. Manfaat hipnoterapi untuk penderita maag di Rumah Sehat Tri sakti yaitu: a) pasien merasa nyaman dengan diri dan lingkungan dimana pasien berada, b) pasien menjadi lebih kreatif dan inovatif, c) pasien menjadi pribadi yang lebih menarik, d) pasien menjadi tenang dan percaya diri.
3. Perspektif dalam Ayurveda adalah terjadinya konsep sehat yang diaktualisasikan dalam bentuk ramuan pengobatan tradisional (Ayurveda) kemudian dipadukan dengan Metode hipnoterapi ternyata sangat mampu dan sangat cepat dalam proses penyembuhan penyakit maag, sebab obat-obat yang tersedia sangat bagus untuk dipadukan dengan terapi. Hal ini mempunyai khasiat yang sangat manjur dan tidak mempunyai efek samping. Adapun ramuan herbalnya yaitu: bengkuang, instant temu lawak, jelly gamat luxor, serbuk garut ajaib, daun salam bumbu dapur multikhasiat, daun kelor, kunyit, pisang raja, lidah buaya, kacang hijau, daun jambu biji, dan curma sapo.
## DAFTAR PUSTAKA
Badudu-Zein. 1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia . Denpasar : Pemprop Tingkat I Bali. Chaidir, Ari. 2009. Jamu Indonesia . Jakarta : PT. Trubus Swadaya.
Fandeli, Chafid. 2012. Audit Lingkungan . Semarang : UGM
Gatot, Iswantoro. 2013. Relaksasi Meditasi Hipnosis. Jakarta : PT. Suka Buku.
Gunawan,Adi W.2010. Hypnoterapi for children . Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Hakim,Andri 2010. Hipnoterapi , Jakarta Transmedia Pustaka.
Haruyama, Dr. Shigeo. 2011 . The Miracle of Endorphin Sehat Mudah Dan Praktis Dengan Hormon Kebahagiaan . Bandung : PT. Mizan Pustaka.
Karuniawan. 2006. Umbi Tanaman Obat . Jakarta: Sarana Wana Jaya.
Lad Vasant. 2007. Ayurveda . Surabaya : Paramita
Maswinara. 2011. Awet Muda dan Panjang Umur Dengan Ayurweda. Tersedia dalam http://www. Maswinara.com
Mardiana. 2013. Tanaman
Obat.http://mard.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.
Php?mnu=2&id=265 (25 Agustus 2016)
Mardiana. 2013. Serba Bengkoang di Kota Bengkoang.http://tusrisep.wordpress.com (25 Agustus 2016)
Mardiana, Lina. 2013. Daun ajaib tumpas penyakit . Jakarta:Penebar Swadaya.
Miles, Matthew B. Dan A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber tentang Metode-metode Baru . Penerjemah : Cecep Rohendi Rohidi. Jakarta : UI Press.
Misnadiarly. 2009. Mengenal Penyakit Organ Cerna Gastritis (Penyakit Maag) Jakarta :
Pustaka Populer Obor.
Nala, I Gusti Ngurah. 2001. A yurveda Jilid 1 . Denpasar : PT. Upasada Sastra _________________. 2001. Ayurveda Jilid 2 . Denpasar : PT. Upasada Sastra Permadi, Adi. 2008. Membuat Kebun Tanaman Obat . Jakarta : Pustaka Bunda Permadi. 2012. Bengkoang (Pachyrizhus erosus L ).http://id.wikipedia.org.(25 Agustus 2016). Permadi. 2012. Etilogi dan Penanganan Gastritis. http://dr-suparyanto.blogspot.com (25
Agustus 2016)
Setiaji, Bambang dan Prayugo, Surip. 2006. Mengolah Herbal Alam . Jakarta : PT. Trubus Swadaya.
Shiilabhadrananda, Dada. 2010. Diet for Health and higher Consciosness . Jakarta Barat : Persatuan Ananda Marga Indonesia.
Wibawa, Aripta, Made. 2009. AyurVeda Pengetahuan Alternatif Holistik . Bali Aga Denpasar. http : // id. M. Wikipedia.org/wiki/maag http : www. tatangmanguny.wordpress.com
|
2cdf4f38-fc6c-432a-b673-34dba750a4dd | https://jurnal.itg.ac.id/index.php/algoritma/article/download/1420/1150 | ERROR: type should be string, got "https://jurnal.itg.ac.id/index.php/algoritma DOI: 10.33364/algoritma/v.21-1.1420\n\n## Rancang Bangun Aplikasi Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Ikan Air Tawar Menggunakan Forward Chaining\nAsri Mulyani 1* , Fitri Nuraeni 2 , Jaka Muhammad Zaelani 3\n1,2,3 Institut Teknologi Garut, Indonesia\n*email: asrimulyani@itg.ac.id Info Artikel ABSTRAK Dikirim: 10 Agustus 2023 Diterima: 22 Agustus 2023 Diterbitkan: 18 Mei 2024\nPenyakit pada ikan air tawar dapat dikelompokan menjadi beberapa jenis yaitu penyakit yang diakibatkan bakteri dan virus. Hal ini sangat mempengaruhi kelangsungan hidup ikan, kematian dalam jumlah yang besar mengakibatkan kerugian yang sangat besar kepada peternak ikan karena dapat menyebabkan hasil panen yang tidak maksimal. Penelitian ini bertujuan untuk merancang sistem pakar diagnosis penyakit ikan air tawar berbasis web dengan menggunakan metode inferensi Forward Chaining . Metode perancangan yang digunakan adalah Rational Unified Process (RUP). Sistem pakar ini bertujuan untuk mendiganosis penyakit ikan air tawar. Sistem pakar ini dikembangkan dengan melibatkan pengetahuan dari pakar ikan dan basis pengetahuan yang mencakup gejala dan penyakit ikan air tawar. Hasil penelitian ini adalah aplikasi berbasis web yang menggunakan metode inferensi Forward Chaining untuk menentukan penyakit ikan air tawar berdasarkan gejala yang diinputkan. Aplikasi ini melibatkan perancangan use case diagram, Class Diagram, activity diagram, sequence diagram , struktur menu , dan Interface . Pengujian Alpha testing telah menghasilkan keakuratan sistem untuk menghasilkan rekomendasi pemberian obat berdasarkan basis pengetahuan yang telah didefinisikan oleh pakar ikan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan metode inferensi Forward Chaining dalam sistem pakar diagnosis penyakit ikan air tawar memberikan hasil yang efisien dan akurat dalam memberikan rekomendasi pemberian obat. Dengan adanya sistem pakar diagnosis penyakit ikan air tawar yang melibatkan sumber basis pengetahuan dari para pakar ikan, pembudidaya ikan dapat lebih efektif dalam mengangulangi gejala dan penyakit yang di derita oleh ikan. Hal ini diharapkan dapat mendukung peningkatan hasil panen yang berkelanjutan.\nKata kunci: Diagnosis Penyakit Ikan, Forward Chaining , Rational Unified Process , Sistem Pakar, Perikanan.\n\n## 1. PENDAHULUAN\nPerternakan ikan air tawar merupakan salah satu sektor penting dalam pengembangan industri perikanan di Indonesia. Namun, produksi ikan air tawar di Indonesia masih mengalami berbagai kendala, seperti penurunan kualitas air, kualitas pakan, kesehatan ikan yang buruk, dan faktor lain seperti perubahan iklim dan bencana alam juga dapat mempengaruhi produksi ikan air tawar[1]. Namun, kurangnya pengetahuan pembudidaya ikan tentang gejala dan penyakit serta solusi untuk menangani ikan yang terkena penyakit sangat kurang dan tenaga ahli seperti pakar sulit untuk di temui[2].\nPenyakit ikan air tawar dapat dikelompokan menjadi beberapa jenis yaitu penyakit yang diakibatkan bakteri dan virus. Hal ini sangat mempengaruhi kelangsungan hidup ikan, kematian dalam jumlah yang cukup besar mengakibatkan hasil panen yang tidak maksimal[3]. Dalam hal ini, teknologi dan inovasi dapat membantu mengatasi kendala tersebut adalah penggunaan sistem pakar. Sistem pakar adalah merupakan solusi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas pertenakan ikan air tawar. Sistem ini dapat memberikan rekomendasi dan saran secara cepat dan akurat berdasarkan pengetahuan dan pengalaman pakar dalam bidang pertenakan ikan air tawar[4] Di Desa Dungusiku Kecamatan Leuwigoong Kabupaten Garut, para peternak ikan sering mengalami kegagalan dalam membudidayakan ikan mereka dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang gejala dan penyakit yang di alami oleh ikan mereka, para peternak juga kesulitan untuk menemui pakar yang bersangkutan karena kurangnya tenaga pakar yang dibutuhkan.\nPenelitian ini akan mengunakan penerapan metode Forward Chaining pada perancangan sistem pakar diagnosis penyakit ikan air tawar. Metode Forward Chaining dalam sistem pakar diagnosis penyakit ikan air tawar melibatkan langkah-langkah untuk mendiagnosis penyakit pada ikan. Langkah pertama adalah mengidentifikasi gejala-gejala yang muncul pada ikan dan membuat basis pengetahuan yang berisi aturan- aturan untuk mendiagnosis penyakit. Kemudian, sistem mencocokkan gejala-gejala yang ditemukan dengan aturan-aturan yang ada dalam basis pengetahuan, dan memberikan hasil diagnosis serta rekomendasi pengobatan yang sesuai[5], serta sistem pakar perlu terus diperbarui dan ditingkatkan agar bisa memberikan hasil diagnosa yang semakin akurat, pembuatan sistem pakar ini diharapkan dapat membawa manfaat nyata bagi parapembudidaya ikan di Indonesia.\nPada penelitian sebelumnya basis pengethauan terutama gejala yang di alami oleh ikan air tawar masih sedikit dan sistem pakar yang di hasilkan memiliki akurasi yang masih kurang, oleh karena itu dalam penelitian ini gejala yang di alami oleh ikan air tawar lebih banyak dari sebelumnya dan sistem pakar yang dihasilkan memiliki nilai akurasi sebesar 92%.\nDiharapkan dari hasil penelitian ini akan memberikan kontribusi yang positif terhadap pengembangan pertenakan ikan air tawar di Indonesia. Diharapkan akan ditemukan aplikasi sistem pakar diagnosis penyakit ikan air tawar yang dapat membantu peternak dalam mengidentifikasi dan menangani masalah pada ikan air tawar dengan lebih cepat dan akurat[6].\n\n## 2. METODE PENELITIAN\n\n## 2.1 Sistem Pakar\nSistem pakar merupakan sebuah aplikasi komputer yang di tujukan untuk membantu sebuah sistem dalam mengambil keputusan dengan cepat untuk memecahankan suatu masalah dalam bidang khusus, sistem ini berjalan dengan mengunakan data dan informasi yang sudah dijelaskan dan dimasukan terlebih dahulu oleh seorang pakar. Sistem pakar juga dikenal sebagai Expert System yang merupakan sebuah program komputer yang membantu untuk pengambilan keputusan dengan cepat dalam suatu bidang tertentu. Sistem ini beroperasi dengan menggunakan pengetahuan dan metode analisis yang telah ditetapkan oleh pakar yang memiliki keahlian dalam bidang tersebut [7]. Tujuannya adalah untuk meniru cara berpikir seorang pakar dalam menyelesaikan masalah dan memberikan solusi atau rekomendasi yang akurat kepada pengguna yang membutuhkannya.\nMenurut pendapat lain dari Bracman & Levesque yaitu Sistem pakar sebagai sistem yang mengandung pengetahuan terperinci tentang suatu domain yang spesifik dan memiliki kemampuan untuk menggunakan pengetahuan tersebut untuk memberikan penjelasan, melakukan diagnosis, dan memberikan solusi [8].\n\n## 2.2 Metode Forward Chaining\nForward Chaining merupakan sebuah metode atau teknik yang digunakan dalam sistem pakar untuk meghasilkan kesimpulan atau keluaran berdasarkan fakta-fakta atau informasi masukan yang ada, dengan\nmengikuti aturan-aturan yang ada pada basis pengetahuan. Metode Forward Chaining memulai oprasinya dengan mengumpulkan data dan diberikan sebagai fakta, lalu secara berurutan mengaplikasikan aturan-aturan yang relevan untuk menghasilkan kesimpulan atau keluaran baru [9].\nForward chaining adalah metode yang mengunakan fakta-fakta awal yang telah ada, mengaplikasikan aturan- aturan inferensi, dan menghasilkan kesimpulan baru secara bertahap berdasarkan aturan-aturan yang relevan [8].\n\n## 2.3 Mesin Inferensi\nMesin inferensi merupakan metode untuk mengambil suatu kesimpulan atau keluaran berdasarkan aturan- aturan yang terpadat pada basis pengetahuan. Mesin inferensi melakukan pemrosesan logika untuk menghubungkan fakta atau informasi yang telah di kumpulkan dan akan dijalankan dengan aturan-aturan yang ada, sehingga dapat menghasilkan hasil atau kesimpulan yang diinginkan [10].\nMesin inferensi adalah komponen yang digunakan dalam sistem kecerdasan buatan untuk melakukan penalaran berdasarkan aturan dan fakta yang ada pada basis pengetahuan, dengan tujuan menghasilkan solusi yang sesuai dengan yang diharapkan [11].\n\n## 2.4 Rational Unified Process (RUP)\nMetode Rational Unified Process (RUP) adalah sebuah cara untuk mengembangkan perangkat lunak yang akan digunakan pada proyek besar. Metode ini menggunakan pendekatan berorientasi objek, iteratif, dan incremental dalam pengembangan perangkat lunak. RUP dapat memberikan pendekatan yang terstruktur dan terukur dalam pengembangan perangkat lunak sehingga memungkinkan pengembangan perangkat lunak dengan lebih terstruktur dan terorganisir, yang dapat meningkatkan kualitas, efisiensi, dan keberhasilan proyek. RUP memiliki beberapa tahap pengembangan, yaitu inception , elaboration , construction , dan transition. Untuk mencapai setiap tahapan dalam Rational Unified Process (RUP), diperlukan kerangka penelitian sebagai rancangan kegiatan yang akan dilakukan. Kerangka penelitian ini akan disesuaikan dengan tahapan RUP yang digunakan. Berikut adalah rancangan kerangka penelitian yang disajikan pada Gambar 1.\nBerdasarkan Gambar 1. tahapan RUP dalam kerangka penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut [12][13]:\n1) Inception\nPada tahap ini dilakukan identifikasi proses bisnis dan spesifikasi sistem yang akan dibangun. Hasil dari tahapan ini adalah pemahaman tentang proses bisnis yang ingin diselesaikan oleh sistem serta kebutuhan sistem yang harus dipenuhi. Berikut aktivitas yang dilakukan dalam tahap ini:\na. Wawancara merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakusisi pengetahuan yang ada di pakar lalu berpindah kepada sistem\nb. Identifikasi proses bisnis merupakan kegiatan untuk mengidentifikasi dan merancang alur bisnis dari sistem;\nc. Spesifikasi sistem merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui kebutuhan yang diperlukan dalam sistem; dan\nd. Identifikasi fakta awal merupakan kegiatan ientifikasi awal mengenai pengetahuan yang sudah diketahui terkait subjek dalam hal ini adalah gejala ikan.\n2) Elaboration\nTahapan berikutnya merupakan tahapan perancangan model sistem secara detai yang dilakukan berdasarkan hasil dari tahapan sebelumnya. Berikut aktivitas yang dilakukan dalam tahap ini:\na. Perancangan knowledge base kegiatan yang merancang struktur dan isi dari basis pengetahuan yang akan digunakan dalam sistem;\nb. Perancangan Rule Base kegiatan yang merancang aturan dalam sistem yang digunakan dalam sistem;\nc. Merancang Class Diagram kegiatan yang merancang diagram kelas dalam pemodelan berorientasi objek, yang menggambarkan struktur kelas, atribut, dan hubungan antar kelas yang akan digunakan dalam sistem;\nd. Merancang Use case Diagram adalah ketika membuat gambar yang Menunjukkan bagaimana pengguna menggunakan sistem;\ne. Merancang Activity Diagram merupakan kegiatan untuk menghasilkan diagram aktivitas yang menggambarkan aliran kerja atau proses dalam sistem;\nf. Merancang Sequence Diagram merupakan bagian yang menghasilkan diagram Sequence untuk menggambarkan interaksi antara objek-objek dalam sistem;\ng. Merancang struktur Menu merupakan kegiatan untuk merancang sebuah Interface pengguna yang nantinya akan digunakan dalam sistem; dan\nh. Merancang Interface merupakan kegiatan yang digunakan untuk merancang antarmuka pengguna dalam sistem yang akan digunakan dalam penelitian skripsi, yang meliputi tampilan, pengaturan, dan interaksi antara pengguna dengan sistem.\n3) Contruction\nSelanjutnya tahapan pengimplementasian model sistem yang telah dirancang kedalam program sistem. Yang selanjutnya akan dilakukan alpha testing untuk memastikan sistem berfungsi dengan baik. Berikut aktivitas yang dilakukan pada tahapan ini:\na. Implementasi tahapan ini melakukan pengimplementasian terhadap model sistem yang telah dibuat kedalam sistem dengan pengkodean sistem; dan\nb. Alpha Testing merupakan tahapan yang ditujukan untuk menguji sistem yang telah selesai di bangun oleh pengembang.\n4) Transition\nTahap terakhir lebih berfokus pada beta testing yang akan dilakukan oleh pengguna dan pakar untuk memastikan sistem berjalan tanpa kendala dan sesuai dengan kebutuhan yang dirancang serta untuk memastikan ke akuratan dari sistem sesuai arahan dari pakar. Berikut aktivitas yang dilakukan pada tahapan ini. Deployment tahapan yang dilakukan untuk menyerahkan sistem ketika sistem telah selesai di bangun.\n\n## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN (10 PT)\n3.1 Hasil Penelitian\nSetelah melaluai beberapa tahapan dalam metode penelitian yang telah disajikan, diperoleh sistem pakar diagnosis penyakit ikan air tawar dengan hasil implementasi meliputi tahapan dalam sistem yaitu , Use Case Diagram, Class Diagram, Activity Diagram, Sequence Diagram, structur Menu, dan Interface . Selain itu, juga dilakukan pengujian Alpha dan pengujian Beta. Untuk aktivitas yang telah terlaksana dapat disajikan sebagai berikut:\n1) Inception\na. Wawancara, merupakan proses untuk mengumpukan data atau proses akusisi pengetahuan dari pakarnya secara lanngsung supaya data yang di terima relevan, setelah itu data akan di masukan ke dalam sistem\nb. Pada tahap identifikasi proses bisnis, dilakukan analisis dan pemehaman terhadap proses bisnis yang ingin diselesaikan oleh sistem pakar. Proses ini melibatkan langkah-langkah atau aktivitas yang terjadi dalam kegiatandiagnosis penyakit ikan air tawar.\nc. Pada tahap spesifikasi sistem, dilakukan pengumpulan data kebutuhan dan spesifikasi yang diperlukan untuk membangun sistem pakar. Spesifikasi sistem ini menjadi acuan dalam merancang dan mengimplementasikan sistem.\nd. Pada tahap identifikasi fakta awal, dilakukan pengumpulan data dan informasi yang diperlukan sebagai fakta awal dalam proses diagnosis penyakit ikan air tawar. Fakta-fakta ini digunakan sebagai dasar untuk melakukan inferensi dan memberikan rekomendasi yang tepat.\n2) Elaboration\nPada tahap elaboration akan dibuat yang namanya knowledge base dan juga rule base , dimana data yang di peroleh untuk membangun kedua pengetahuan tersebut berasal dari hasil wawancara bersama pakar ikan yaitu bapak Heppy yang berada di Dinas Perikanan Kabupaten Garut\na. Pada Perancangan knowledge base dilakukan pembuatan struktur da nisi dari basis pengetahuan yang akan digunakan dalam sistem. Basis pengetahuan ini berisi aturan-aturan dan informasi penting yang akan digunakan dalam diagnosis penyakit ikan air tawar.\nGambar 2. Knowledge Base\nb. Selanjutnya yaitu Rule Base yang dilakukan untuk membuat aturan-aturan yang akan digunakan dalam sistem. Aturan-aturan unu akan menjadi dasar dalam proses inferensi untuk mengidentifikasi penyakit ikan air tawar.\nTabel 1. Rule Base Sistem Pakar Diganosis Penyakit Ikan Air Tawar\nKode Kode Kondisi Penyakit Kesimpulan Rule 1 KK010, KK012, KK018 Columnaris Isolasi ikan yang terinfeksi supaya tidak menular kepada ikan yang lain dan berikan obat antrimikroba dan makanan\nKode Kode Kondisi Penyakit Kesimpulan yang bernutrisi agar membantu meningkatkan daya tahan tubuh ikan. Rule 2 K001, K009, KK0016, KK017 Ikan gurami herpesvirus Karantina ikan yang mempunyai penyakit ini supaya tidak menybar ke ikan lain lalu bersikan dan disinfeksi kolam dan alat yang ada dan berikan makanan yang berkualitas tinggi agar daya tahan tubuh ikan meningkat. Rule 3 K002, K003 K004 Ikan gurami iridovirus Karantina ikan yang mempunyai penyakit ini supaya tidak menybar ke ikan lain lalu bersikan dan berikan disinfeksi pada kolam dan alat yang ada dan berikan makanan yang berkualitas tinggi agar daya tahan tubuh ikan meningkat.\nRule 4 K002, K003\nDropsi\nIsolasi ikan yang terinfeksi supaya tidak menular kepada ikan yang lain dan berikan obat antibakteri yang direkomendasikan oleh ahli dan makanan yang bernutrisi agar membantu meningkatkan daya tahan tubuh ikan, penanganan stress yang di sebabkan oleh kolam yang terlalu penuh\nRule 5 K003, K004, K005, K006 K008, KK012 Ikan mas koi herpersivirus Karantina untuk ikan mas yang baru karena dapat membawa penyakit dari luar dan membersikan kolam secara teratur, dan cek kandungan suhu dan ph pada air supaya mengurangi stress pada ikann jika di temapat anda sudah ada vaksin untuk ikan maka segera verikan pada ikan anda\nRule 6 KK011, KK013 KK014, KK019 Aeromunas infection Isolasi ikan yang terinfeksi supaya tidak menular kepada ikan yang lain dan berikan obat antibakteri yang direkomendasikan oleh ahli dan berikan makanan yang bernutrisi agar membantu proses penyembuhan ikan, penanganan stress yang di sebabkan oleh koloni ikan yang sangat banyak Rule 7 KK011, KK014 KK015 septicemnia\nIsolasi ikan yang terinfeksi supaya tidak menular kepada ikan yang lain dan berikan obat antibakteri yang direkomendasikan oleh ahli dan makanan yang bernutrisi agar membantu meningkatkan daya tahan tubuh ikan, pembersihan kolam dapat meminimalisisr pertumbuhan bakteri protagen Rule 8 K004, K007 K008 Flavobacterium infection Isolasi ikan yang terinfeksi supaya tidak menular kepada ikan yang lain dan berikan obat antibakteri yang direkomendasikan oleh ahli dan makanan yang bernutrisi agar membantu meningkatkan daya tahan tubuh ikan, pembersihan kepada kolam yang disebabkan oleh sisa makanan yang sudah tidak terpakai di akuarium ataupun kolam\nc. Merancang Use Case Diagram dilakukan untuk menggambarkan interaksi antara pengguna dengan sistem sendiri. Berdasarkan analisis kebutuhan pengguna maka use case diagram yang berhasil dirancang tersaji pada gambar 3.\nGambar 3. Use Case Diagram Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Ikan Air Tawar\nDari Use Case Diagram sistem pakar diagnosis penyakit ikan air tawar, terdapat 2 aktor yang terlibat, yaitu User dan Admin , dengan total 9 use case yang digunakan.\n3) Contruction\na. Implementasi yaitu rancangan sistem yang diubah kedalam kode program untuk membangun aplikasi web diagnosis penyakit ikan air tawar. Dengan menggunakan PHP dan framework codeigniter. Program disajikan pada gambar 4.\nGambar 4. Implementasi Program\nGambar 5. Interface Diagnosis penyakit ikan air tawar\nGambar 4. menunjukan program dari fitur menu informasi dasar yang diimplementasikan ke dalam bahasa pemrograman php dan gambar 5 menunjukan program yang sudah di buat.\nb. Alpha testing dilakukan untuk menguji funsional dan kinerja sistem sebelum sampai ke pengguna. Alpha testing dilakukan dengan menguji sistem tanpa mengetahui bagaimana sistem dibangun secara detail metode ini disebut black box testing.\n4) Transition\nDalam tahap transition lebih di fokuskan kepada beta testing, dimana pengujian ini terbagi menjadi 2 yaitu user beta testing dan expert beta testing, pengujiannya menggunakan metode kuisioner dan perhitungan likert untuk mendapatkan hasil akhir dalam pentuk persen.\na. Dalam pengujian kegunaan (user beta testing), dilakukan pada 10 pengguna dari berbagai kelompok. Tujuannya adalah untuk mengevaluasi kebutuhan pengguna serta menidentifikasi potensi masalah kegunaan sebelum peluncuran resmi.\nTabel 2. Hasil Kuisioner User Beta Testing No. Pertanyaan SS S N TS STS Pertanyaan Umum\n1. Sistem ini mudah digunakan untuk Mendiagnosis Penyakit Ikan Air tawar. 8 2 0 0 0\n2. Hasil Diagnosis penyakit yang diberikan oleh sistem ini akurat. 4 4 2 0 0 Pertanyaan Tentang Masalah Bug / Error\n3. Saya mengalami kesulitan atau bug saat menggunakan sistem untuk diagnosis penyakit ikan air tawar. 0 0 0 2 8\n4.\nSistem berjalan dengan stabil dan tidak mengalami masalah bug atau error . 8 2 0 0 0\n5.\nSistem memberikan pesan atau petunjuk yang jelas ketika terjadi kesalahan atau masalah. 8 2 0 0 0\n\n## Pertanyaan Tentang Fitur & Fungsional\n6. Sistem ini menyediakan fitur-fitur yang saya butuhkan untuk diagnosis penyakit ikan air tawar. 5 4 1 0 0\n7.\nSaya puas dengan variasi dan kualitas fitur yang disediakan dalam sistem. 4 4 2 0 0\n\n## Pertanyaan Tentang Kemanfaatan Sistem\n8. Sistem ini memberikan informasi yang berguna dan relevan terkait penyakit dan gejala ikan air tawar. 5 4 1 0 0\n9.\nSistem ini membantu meningkatkan pemahaman saya tentang penyakit dan gejala pada ikan air tawar secara umum. 7 3 0 0 0\nSetelah menganalisis hasil kuisioner yang telah diisi oleh sejumlah penguji untuk mengevaluasi sistem pakardiagnosis penyakit ikan air tawar, digunakan menggunakan perhitungan likert untuk menggabungkan data dari seluruh penguji. Perhitungan likert dilakukan dengan memberikan nilai dari 5 hingga 1 untuk respon (sangat setuju - sangat tidak setuju) dalam setiap pertanyaan. Dalam pengujian keakuratan (expert deta testing), dilakukan oleh pakar secara langsung. Pakar akan menilai keakuratan sistem dalam memberikan rekomendasi penanganan penyakit berdasarkan diagnosis penyakit ikan air tawar [14].\nBagian 1: Total Nilai Total Nilai Sangat Setuju (5) = 5 x 49 = 245 Total Nilai Setuju (4) = 4 x 25 = 100 Total Nilai Netral (3) = 3 x 6 = 18 Total Nilai Tidak Setuju (2) = 2 x 2 = 4 Total Nilai Sangat Tidak Setuju (1) = 1 x 8 = 8 Total Nilai = 245 + 100 + 18 + 4 + 8 = 375\nBagian 2: Nilai Tertinggi Nilai Tertinggi = 5 x 9 x 10 = 450 Bagian 3: Hasil Akhir\n𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 × 100% = 375 450 × 100% = 83.33%\nDengan demikian, hasil perhitungan likert , mayoritas penguji memberikan respon positif terhadap sistem pakar diagnosis penyakit ikan air tawar dengan persentase sekitar 83.33%.\nTabel 3. Hasil Expert Beta Testing No Gejala Hasil Diagnosis SA A CA KA STA 1 K001, K002, K003, K007 Flavobacterium infection 1 2 K004, K005, K006, K009 Ikan Gurami Herpesvirus (GGV) 1 3 KK011, KK013, KK015, KK017 Columnaris 1 4 KK010, KK012, KK016, KK018 Aeromunas infection 1 5 K002, K008, K009, KK014 Aeromunas infection 1 6 K003, K007, KK012, KK017 Columnaris 1 7 K003, K006, KK010, KK011, KK015, KK017 Columnaris 1 8 K003, K004, K006, K008 Flavobacterium infection 1 9 KK011, KK012, KK015 septicemnia 1 10 K003, K005, KK014, KK016 Ikan Gurami Herpesvirus (GGV) 1\nMetode perhitungan likert tetap diterapkan seperti sebelumnya, dengan memberikan nilai skala dari 5 -1 untuk setiap respon (Sangat Akurat – Sangat Tidak Akurat) dalam setiap pertanyaan. Berikut hasil akhir perhitungan likert [15].\nBagian 1: Total Nilai Total Nilai Sangat Setuju (5) = 5 x 7 = 35 Total Nilai Setuju (4) = 4 x 2 = 8 Total Nilai Netral (3) = 3 x 1 = 3 Total Nilai Tidak Setuju (2) = 2 x 0 = 0 Total Nilai Sangat Tidak Setuju (1) = 1 x 0 = 0 Total Nilai = 35 + 8 + 3 + 0 + 0 = 46\nBagian 2: Nilai Tertinggi Nilai Tertinggi = 5 x 10 x 1 = 50\nBagian 3: Hasil Akhir\n𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 × 100% = 46 50 × 100% = 92%\nHasil akhir menunjukan pakar memberikan respon positif sebesar 92% terhadap sistem. Dengan hasil di atas 83,33% sistem pakar telah lulus uji beta.\n\n## 4. KESIMPULAN\nBerdasarkan uraian dan pembahasan mengenai Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Ikan Air Tawar” yang dijelaskan pada penjelasan di atas, maka penulis mencoba menarik kesimpulan dalam pencapaian tujuan yang diinginkan. Penelitian ini berhasil merancang aplikasi sistem pakar diagnosis penyakit ikan air tawar berbasis web dengan metode Inferensi Forward Chaining . Penggunaan metode RUP dalam pengembangan sistem memastikan proses berjalan terstruktur melalui tahapan Inception, Elaboration, Construction , dan Transition. Hasil implementasi aplikasi ini mencakup perancangan Use Case Diagram, Class Diagram, Activity Diagram, Sequence Diagram, struktur Menu , dan Interface . Pengujian Alpha Testing , aplikasi sistem pakar ini berhasil menghasilkan identifikasi yang akurat sesuai dengan aturan dan basis pengetahuan yang telah ditentukan. Penggunaan metode inferensi Forward Chaining dalam sistem pakar diagnosis penyakit ikan air tawar ini memberikan efisiensi dan keakuratan dalam memberikan hasil diagnosis penyakit dan solusi pemberian obat.\nAdapun saran untuk penelitian selanjutnya dalam upaya untuk terus meningkatkan kualitas dan performa sistem pakar diagnosis penyakit ikan air tawar adalah yaitu pengembangan fitur interaktif. Pengembangan fitur interaktif dalam aplikasi sistem pakar ini, seperti sistem tanya jawab atau penggunaan media visual untuk membantu pengguna memahami proses diagnosa dan hasil yang diberikan oleh sistem pakar\n\n## REFERENSI\n[1] Z. Hakim and R. Rizky, “Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Ikan Mas Menggunakan Metode Certainty Factor Di UPT Balai Budidaya Ikan Air Tawar Dan Hias Kabupaten Pandeglang Banten,” J. Tek. Inform. Unis , vol. 7, no. 2, pp. 164–169, 2020, doi: 10.33592/jutis.v7i2.399.\n[2] I. D. Rina and D. K. Lia, “Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Penyakit Pada Ikan Hias Air Tawar Dengan Fuzzy Inference System,” Joutica , vol. 4, no. 1, p. 194, 2019, doi: 10.30736/jti.v4i1.284.\n[3] R. Thenardo and M. Siddik, “Sistem Pakar Mendiagnosa Penyakit Ikan Hias Air Tawar Menggunakan Metode Forward Chaining dan Theorema Bayes Berbasis Web,” J. Mhs. Apl. … , vol. 2, no. 2, pp. 1– 11, 2021.\n[4] N. Oktober, R. Stefani, and S. Kom, “Jurnal Riset Rumpun Ilmu Hewani ( JURRIH ) Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Pada Ikan Koi,” vol. 1, no. 2, pp. 16–30, 2022.\n[5] H. N. Suhardjito, “Sistem Pakar Penyakit Ikan Gurame Pada Pembudidayaan Menggunakan Metode Forward Chaining,” JATI (Jurnal Mhs. Tek. Inform. , vol. 3, no. 1, pp. 123–128, 2019.\n[6] A. B. R. M. Ramaddan Julianti, Siti Maisaroh, “Aplikasi Diagnosis Penyakit Ikan Lele Dengan Algoritma Forward Chaining Berbasis Websit,” vol. 10, no. 1, 2020.\n[7] B. H. Hayadi, Sistem Pakar . Deepublish, 2018.\n[8] R. Brachman and H. Levesque, Knowledge Representation and Reasoning . in The Morgan Kaufmann Series in Artificial Intelligence. Elsevier Science, 2004.\n[9] A. P. Kusuma and M. Sari, “Perbandingan Metode Forward Chaining Dan Backward Chaining Pada Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Ikan Lele Sangkuriang,” Antivirus J. Ilm. Tek. Inform. , vol. 13, no. 1, pp. 59–71, 2019, doi: 10.35457/antivirus.v13i1.727.\n[10] M. Maruloh and M. N. Susila, “Penerapan Aplikasi Pakar dengan Inferensi Forward Chaining untuk Diagnosa Penyakit Ikan Bawal (Studi kasus: Pemancingan Amarapura Serpong),” J. Tek. Inform. , vol. IV, no. 1, pp. 67–74, 2018.\n[11] M. T. Jones, Artificial Intelligence: A Systems Approach: A Systems Approach . Jones & Bartlett Learning, 2008.\n[12] P. Kroll and P. Kruchten, The Rational Unified Process Made Easy: A Practitioner’s Guide to the RUP . in Addison-Wesley object technology series. Addison-Wesley, 2003.\n[13] J. Rumbaugh, I. Jacobson, and G. Booch, The Unified Modeling Language Reference Manual , vol. 53, no. 9. 2021.\n[14] I. Nurhayati, S. Lestanti, and S. N. Budiman, “Sistem Pakar Sistem Pakar Diagnosis Hama Dan Penyakit Tanaman Bonsai Menggunakan Metode Forward Chaining,” J. Algoritm. , vol. 3, no. 1, pp. 71–81, 2022, doi: 10.35957/algoritme.v3i1.3343.\n[15] D. Marcelina, E. Yulianti, and Z. R. Mair, “Penerapan Metode Forward Chaining Pada Sistem Pakar Identifikasi Penyakit Tanaman Kelapa Sawit,” J. Ilm. Inform. Glob. , vol. 13, no. 2, 2022, doi: 10.36982/jiig.v13i2.2299.\n" |
91e58e78-08e5-4f11-9586-f6966c5906da | https://ejurnal.seminar-id.com/index.php/jharma/article/download/5327/2931 |
## Journal of Pharmaceutical and Health Research
## ISSN 2721-0715 (media online)
DOI 10.47065/jharma.v5i2.5327
## Sabun Cair Antiseptik Sari Air Kulit Buah Salak (Salacca zalacca)
Muhammad Gunawan, Cut Fatimah, Sariatmaja Panjaitan *
Farmasi, S-1 Farmasi, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indah, Medan, Indonesia Email: 1 muhammadgunawan905@gmail.com, 2 cutmah57@gmail.com, 3,* atmajapanjaitan@gmail.com Email Penulis Korespondensi: (* atmajapanjaitan@gmail.com)
Abstrak −Selain menghilangkan kotoran yang menempel di kulit, sabun pencuci kulit juga berfungsi sebagai antiseptik untuk menangkal penyakit kulit yang disebabkan oleh kuman, banyak sabun antiseptik yang beredar di pasaran mengandung antibakteri sintetis namun sering kali memiliki efek samping yang negatif. Oleh karena itu, penting untuk membuat sabun dengan bahan alami. Sebagai contoh, kulit buah salak (Salacca zalacca) mengandung senyawa saponin dan polifenol yang bersifat antibakteri. Untuk melakukan uji aktivitas antibakteri dan membuat sabun cair yang mengandung sari kulit buah salak sebagai pembersih dan antibakteri, penelitian ini melakukan skrining fitokimia pada kulit buah salak. Tahapan penelitian meliputi, skrining fitokimia pada kulit buah salak, formulasi sabun cair dengan sari kulit buah salak (SKBS) 10%, 20%, dan 30% penilaian sabun cair terkait stabilitas, tinggi bu sa, pH, iritasi, dan uji kesukaan. Uji aktivitas antibakteri terhadap kuman dari spesimen air cucian tangan sukarelawan terhadap bakteri Escherichia coli, dan Staphylococcus aureus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perasan kulit buah salak dapat digunakan untuk pembuatan sabun cair yang memenuhi standar mutu fisik karena mengandung alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, steroid/triterpenoid, dan glikosida. Aktivitas antibakteri terkuat dengan diameter hambat terhadap Staphylococcus aureus (18,63 ± 0,33) mm dan Escherichia coli (16,17 ± 0,33) mm) menjadikan sabun cair SKBS 20% sebagai pilihan terbaik, yang ditunjukkan dengan kesukaan yang cukup besar dari para panelis. SKBS 20% menunjukkan efektivitas antibakteri terhadap spesimen cuci tangan sukarelawan, yang menghasilkan penurunan kuman sebesar 60,06%. Panelis menemukan bahwa efektivitas antibakteri dan penurunan bakteri pada spesimen cuci tangan lebih besar (80,99%) pada SKBS 30%, meskipun mereka kurang menyukai aromanya.
Kata Kunci: Kulit Buah Salak; Sabun Cair; Antibakteri; Stapylococcus Aureus; Escherichia Coli
Abstract − In addition to removing dirt that sticks to the skin, skin wash soap also functions as an antiseptic to ward off skin diseases caused by germs, many antiseptic soaps on the market contain synthetic antibacterials but often have negative side effects. Therefore, it is important to make soap with natural ingredients. For example, salak (Salacca zalacca) fruit peel contains saponin and polyphenol compounds that are antibacterial. To test the antibacterial activity and make liquid soap containing salak fruit peel juice as a cleanser and antibacterial, this study conducted phytochemical screening on salak fruit peel. The research stages include, phytochemical screening of salak fruit peel, liquid soap formulation with 10%, 20%, and 30% salak fruit peel juice (SKBS), liquid soap assessment related to stability, foam height, pH, irritation, and liking test. Antibacterial activity test against germs from volunteer hand wash water specimens against Escherichia coli, and Staphylococcus aureus bacteria. The results showed that salak fruit peel juice can be used to make liquid soap that meets physical quality standards because it contains alkaloids, flavonoids, tannins, saponins, steroids/triterpenoids, and glycosides. The strongest antibacterial activity with inhibition diameters against Staphylococcus aureus (18.63 ± 0.33) mm and Escherichia coli (16.17 ± 0.33) mm) made 20% SKBS liquid soap the best choice, which was determined by the results of the study.
Keywords : Salak Fruit Peel; Liquid Soap; Antibacterial; Staphylococcus Aureus; Escherichia Coli
## 1. PENDAHULUAN
Mencuci tangan merupakan salah satu cara hidup sehat yang bertujuan untuk menghindari penyakit dan dapat membun kuman yang lengket pada tangan. Pada dasarnya tangan merupakan salah satu organ tubuh ya paling banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari dimana tangan dengan berbagai fungsinya seperti untuk makan, mengambil sesuatu dll, maka dari itu tangan juga sering kali menjadi sarana penyebaran infeksi dari satu orang ke orang lain dan mengandung kuman penyakit (Haryani et al., 2021). Sabun cair memiliki keistimewaan dibandingkan dalam bentuk lainnya yaitu menjaga ruang tetap steril karena kontak antara tangan dan tempat sabun hanya pada permukaan luar, sehingga sabun di dalam wadah tidak terkontaminasi. Penyediaan sabun cair dengan kombinasi lidah buaya dan daun kesum dimaksudkan agar lebih meningkatkan efektifitas senyawa-senyawa seperti fenol, dan alkaloid dalam menekan pertumbuhan dan penyebaran mikroba termasuk virus dan sejenisnya, namun belum diketahui formulasi yang tepat antara campuran kedua bahan tersebut, sehingga ini merupakan permasa-lahan yang akan dikaji dalam usulan yang dimaksud.
Seseorang melakukan kebersihan diri dalam upaya untuk mempertahankan, meningkatkan, dan memaksimalkan nilai kesehatan mereka dan mencegah munculnya penyakit seperti diare dan penyakit kulit. Antibakteri merupakan senyawa kimia yang bertujuan untuk mematikan atau menghambat mikroorganisme pada jaringan hidup, mempunyai efek mencegah dan membatasi infeksi agar menjadi tidak yang berbahaya bagi tubuh dapat menjadi penyebab kedua penyakit tersebut. Salah satu yang dapat digunakan sebagai pencegahan dari kuman yang dihasilkan oleh tangan berupa antiseptik tangan adalah sabun, hand sanitizer berbentuk gel maupun cair yang seringkali mengandung bahan triklosan dan alkohol. Salah satu disinfektan yang menimbulkan reaksi yang baik adalah triklosan di sisi lain, hal ini juga dapat mempercepat perkembangan bakteri yang kebal terhadap antibiotik. Hal ini mendorong penggunaan sumber-sumber yang berasal dari alam dan bukan yang sintetis (Retno Intan et al., 2022).
## Journal of Pharmaceutical and Health Research
## ISSN 2721-0715 (media online)
DOI 10.47065/jharma.v5i2.5327
Buah salak merupakan salah satu dari sekian banyak jenis tanaman yang tumbuh subur di Indonesia. Karena rasanya yang manis dan renyah dapat dimakan mentah dan sering diolah menjadi makanan buah salak menjadi salah satu buah asli Indonesia yang digemari oleh konsumen (Yulia Kusumastuti & Fatimah Fitria, 2019). Daging buah salak biasanya dikonsumsi, sedangkan kulitnya (Marisa & Maukar, 2022). Hal ini disebabkan karena masyarakat tidak mengetahui bahwa kulit buah salak mengandung zat yang berpotensi sebagai antibakteri. Penelitian sebelumnya telah mengungkapkan bahwa kulit buah salak mengandung berbagai macam zat mengandung sejumlah komponen antibakteri, termasuk tanin, fenol, flavonoid, steroid/triterpenoid, terpenoid, dan alkaloid, yang telah terbukti efektif dalam mencegah pertumbuhan bakteri Streptococcus dan jamur Candida (Rose Simanungkalit et al., 2020). Penelitian mengenai formulasi sediaan sabun cair kulit buah salak ( Salacca zalacca ) sebagai antibakteri dan diujikan terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli , serta pemanfaatan limbah kulit buah salak yang terbuang dari para pedagang agar dapat digunakan sebagai inovasi baru di bidang farmasi dan dapat dijadikan sebagai nilai ekonomis bagi masyarakat, berdasarkan kandungan berbagai senyawa kimia tersebut dan aktivitasnya sebagai antibakteri.
## 2. METODE PENELITIAN
## 2.1 Parameter penelitian
Kulit buah salak ( Sallaca zallaca ) dan sari buahnya dilakukan skrining fitokimia untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder berupa alkaloid, tanin, flavonoid, steroid/triterpenoid, saponin, dan glikosida. Serta penilaian kualitas pada sabun cair
## 2.2 Alat-alat yang digunakan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: alat-alat gelas laboratorium, aluminium foil, autoklaf, batang pengaduk, beakerglass, cawan petri, chopper, colony counter , gelas arloji, gelas ukur, hot plate, inkubator, jangka sorong, kain kasa, kawat ose, kertas perkamen, kertas saring, labu erlenmeyer, labu tentukur, lampu spiritus, mikro pipet, mortir, neraca analitik, oven listrik, pH meter, pipet tetes, stamper, tabung reaksi.
## 2.2.1 Bahan-bahan yang digunakan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa kulit buah salak ( Sallaca zallaca ), akuades, alfa-naftol, asam asetat, asam klorida, asam nitrat, asam sulfat, besi (III) klorida, bismut (III) nitrat, Butylated hydroxytoluene (BHT), cupri sulfat, etanol, Hydroxypropyl methyl cellulose (HPMC), asam stearat, gliserin, kalium hidroksida, kalium iodida, magnesium, minyak jarak, natrium hidroksida, natrium klorida, media Eosin methylene blue agar (EMB), media Mueller hinton agar (MHA), media Mannitol salt agar (MSA), media Nutrient agar (NA), ferri klorida.
## 2.3 Pengambilan Sampel
Metode yang digunakan dalam strategi penelitian ini adalah “Purposif” teknik penentuan sampel dengan pertimbangan kulit buah salak ( Sallaca zallaca ) yang masih segar, belum tercemar, dan bebas dari jamur yang berasal dari Pasar Tradisional Simpang Limun, Kec. Medan Kota, Kota Medan, menjadi sampel penelitian.
## 2.3.1 Pembuatan Larutan Pereaksi
## 2.3.2 Larutan pereaksi Bouchardat
Kalium iodida dengan berat total 4 g dilarutkan dalam aquades secukupnya untuk mencapai kondisi pelarut total. Setelah 2 g iodida dilarutkan dalam kalium iodida, 100 ml akuades ditambahkan ke dalam wadah (Eka Siswanto Syamsul, Olanda Anugerah, 2020).
## 2.3.3 Larutan Pereaksi Dragendorff
Setelah menimbang 0,8 g bismut (III) nitrat, 20 mL asam nitrat digunakan untuk melarutkannya. Dalam wadah yang berbeda, 50 mL air suling digunakan untuk melarutkan hingga 27,2 g kalium iodida. Setelah itu, kedua larutan tersebut digabungkan dan diberi waktu untuk sepenuhnya terpisah. Air suling digunakan untuk mengencerkan larutan jernih hingga volume 100 mililiter (Telaumbanua & Mayasari, 2021).
## 2.3.4 Larutan pereaksi Lieberman-Burchard
Sebanyak 20 bagian asam asetat anhidrat dicampurkan dengan 1 bagian asam sulfat pekat dan 50 bagian kloroform. Larutan pereaksi harus dibuat baru (Telaumbanua & Mayasari, 2021).
## 2.3.5 Larutan pereaksi ferri klorida 1 %
Sebanyak 1 g besi (III) klorida ditimbang, kemudian dilarutkan dalam air suling secukupnya hingga 100 mL (Yuliani & Jusira, 2021).
## Journal of Pharmaceutical and Health Research
## ISSN 2721-0715 (media online)
DOI 10.47065/jharma.v5i2.5327
## 2.4 Skrining Fitokimia
## 2.4.1 Pemeriksaan Alkaloid
Sebanyak 1 g kulit buah pisang ambon segar yang dihaluskan dan 10 mL sari airnya masing-masing dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 1 mL asam klorida 2 N dam 9 mL air suling dipanaskan diatas penangas air selama 2 menit kemudian didinginkan dan disaring. Filtrat dipakai untuk percobaan berikut:
1. Filtrat sebanyak 1 mL ditambahkan 2 tetes pereaksi mayer, akan terbentuk endapan berwarna putih atau kuning.
2. Filtrat sebanyak 1 mL ditambahkan 2 tetes pereaksi bouchardat, akan terbentuk endapan berwarna coklat sampai hitam.
3. Filtrat sebanyak 1 mL ditambahkan 2 tetes pereaksi dragendorff, akan terbentuk endapan berwarna merah sampai coklat.
Alkaloid dianggap positif jika terjadi endapan atau kekeruhan paling sedikit dua dari tiga percobaan di atas (Rubianti et al., 2022)
## 2.4.2 Pemeriksaan Flavonoid
Dalam sebuah Erlenmeyer, 1 g kulit buah pisang ambon yang baru dihaluskan dan 10 ml sari buah pisang ambon digabungkan. 10 ml air panas ditambahkan, dan campuran tersebut dididihkan selama 5 menit sebelum disaring melalui kertas saring. 0,1 g bubuk magnesium dan 1 ml amil alkohol kemudian ditambahkan ke dalam 5 ml filtrat, dikocok, dan dibiarkan terpisah.0,1 g bubuk magnesium dan 1 mL amil alkohol ditambahkan ke dalam 5 ml filtrat, dikocok, dan dibiarkan terpisah. Jika lapisan amil alkohol berwarna merah, kuning, atau orange, berarti terdapat flavonoid (Tari et al., 2022).
## 2.4.3 Pemeriksaan Saponin
Sebuah tabung reaksi diisi dengan 1 g kulit buah pisang ambon yang baru dihaluskan dan 10 ml sari buahnya. Kemudian ditambahkan 10 ml air panas, didinginkan, dan dikocok dengan cepat selama 10 detik. Saponin ada jika terbentuk busa setinggi 1-10 cm, stabil setidaknya selama 10 menit, dan tidak hilang saat ditambahkan asam klorida 2 N (Noviyanty et al., 2020).
## 2.4.4 Pemeriksaan Tanin
5 ml air suling dicampur dengan 1 g kulit buah pisang ambon yang baru dihaluskan dan 10 ml sari buahnya. Campuran tersebut kemudian dimasak selama 3 menit, didinginkan, dan disaring. Satu atau dua tetes pereaksi besi (III) klorida 1% ditambahkan ke dalam filtrat.(Mulyani et al., 2022) menyatakan bahwa keberadaan tanin ditandai dengan timbulnya warna biru kehitaman atau hijau kehitaman.
## 2.5 Pembuatan Sediaan Sabun Cair
## 2.5.1 Persiapan Sari Air Kulit Buah Salak
Kulit buah salak ( Sallaca zallaca ) dihaluskan dengan menggunakan mortir hingga halus, kemudian ditimbang sebanyak 30 g dan dimasukkan ke dalam gelas beker yang berisi 50 ml akuades. Campuran tersebut kemudian diaduk, diperas dengan kain kasa, dan filtrat serta residu dipisahkan. Selanjutnya, residu dicampur dengan 25 mililiter aquades, diaduk, diperas dengan kain kasa, dan dipisahkan menjadi filtrat dan residu. Residu dan ampas kemudian dicampur dengan 25 ml aquades, dicampur, dan diperas dengan kain kasa untuk memisahkan filtrat dan residu. Skrining fitokimia kemudian dilakukan dengan menggunakan perasan kulit buah salak.
## 2.5.2 Formulasi Sabun Cair
Formulasi dasar sabun cair diambil dari formula (Rinaldi et al., 2021) dengan susunan formula yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Formulasi Sabun Mandi Cair (Rinaldi et al., 2021)
Bahan Formula (Gram) Minyak Atsiri 0,05 Minyak Jarak 28,8 KOH 5,15 HPMC 3 Asam Stearat 2 Gliserin 18,75 BHT 0,02 Aquadest ad 100 ml
## Journal of Pharmaceutical and Health Research
## ISSN 2721-0715 (media online)
DOI 10.47065/jharma.v5i2.5327
Resep sabun cair diubah dengan menghilangkan minyak atsiri, mengganti minyak kelapa sawit dengan minyak jarak, dan menambahkan perasan kulit buah salak dalam jumlah yang berbeda sebagai antibakteri. Berikut ini adalah komposisi resep sabun cair yang telah dimodifikasi dengan sari kulit buah salak yang dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Formula sabun cair antibakteri kulit buah salak
Bahan Formulasi Sediaan Sabun Cair Keterangan BLANKO SKBS 10% SKBS 20% SKB S 30% Kulit salak 0 30 60 90 Zat Aktif (gram) Minyak kelapa sawit (gram) 86,4 86,4 86,4 86,4 Basis sabun fase minyak KOH 15,45 15,45 15,45 15,45 Basis sabun (gram) sebagai basa HPMC 9 9 9 9 Pengental (gram) Asam stearat
6 6 6 6
Basis sabun (gram) sebagai asam Gliserin 56,25 56,25 56,25 56,25 Pelembab (gram) BHT 0,06 0,06 0,06 0,06 Anti Oksidan (gram) Akuades ad 300 mL 300 mL 300 mL 300 Ml Pelarut
Masukkan minyak jarak ke dalam toples kaca, kemudian tambahkan KOH sedikit demi sedikit sambil diaduk dan dipanaskan pada suhu 60-700 C hingga terbentuk pasta, lalu tambahkan asam stearat yang telah dilebur diatas penangas air sambil diaduk hingga homogen dan tambahkan BHT, maka diperoleh massa I tuangkan 75 ml air panas ke dalam lumpang taburkan HPMC di atasnya dan diamkan selama kurang lebih lima menit. Kemudian tambahkan gliserin dan hancurkan hingga homogen sehingga menghasilkan massa II. Setelah masa I dan massa II homogen melalui proses penggerusan ditambahkan sari kulit buah salak 20% (SKBS 20%) campuran tersebut kemudian dipindahkan ke dalam wadah yang telah dikalibrasi sebanyak 300 ml gumpalan dibilas dengan akuades dan ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam campuran. Selain itu uji stabilitas sediaan, tinggi busa, pH, iritasi kulit, tingkat kesukaan (uji hedonik) dan uji aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli serta uji angka lempeng total pada sampel cuci tangan sukarelawan sebelum dan sesudah menggunakan sabun, digunakan untuk menilai kualitas fisik sediaan yang dihasilkan.
## 2.6 Evaluasi Mutu Fisik Sediaan Sabun Cair
## 2.6.1 Pengujian Organoleptis Sediaan
Uji organoleptis sabun cair dilakukan dengan mengamati bentuk, warna, dan bau dari sediaan (Niah et al., 2023)
## 2.7 Pengujian Homogenitas Sediaan
Masing-masing sediaan sabun cair yang mengandung sari air kulit buah salak dengan berbagai konsentrasi diperiksa homogenitasnya dengan cara mengoleskan sejumlah tertentu sediaan pada kaca yang transparan. Kemudian ditutup
## Journal of Pharmaceutical and Health Research
## ISSN 2721-0715 (media online)
DOI 10.47065/jharma.v5i2.5327
dengan sekeping kaca lainnya sambil digesekkan. Hasilnya tidak terlihat adanya butiran kasar menunjukkan sediaan homogen (Maharani et al., 2021).
## 2.7.1 Pengujian stabilitas sediaan
Pengujian stabilitas dilakukan dengan menyimpan sediaan pada kondisi suhu kamar selama 8 minggu. Formulasi sediaan sabun cair dimasukkan ke dalam wadah transparan ditutup bagian atasnya. Diamati ada tidaknya perubahan setiap minggu, hal yang diamati berupa perubahan bentuk atau konsistensi, warna, dan bau sediaan. Bila menunjukkan sediaan stabil maka dapat diartikan bahwa produk stabil selama penyimpanan dan distribusi (Sanjay, 2012).
## 2.7.2 Pengujian Tinggi Busa
Sebanyak 1 mL sabun cair ditimbang dan dilarutkan dalam air suling secukupnya. Dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL dan dicukupkan dengan air suling sampai garis tanda. Kemudian mulut gelas ukur ditutup dan dikocok selama 10 detik. Tinggi busa yang terbentuk diukur, didiamkan selama 5 menit dan tinggi busa nya diukur kembali (Maharani et al., 2021).
## 2.7.3 Pengujian pH Sediaan
Penentuan pH dilakukan dengan cara dikalibrasi menggunakan larutan standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga posisi jarum menunjukkan harga pH tersebut Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, dan dikeringkan dengan kertas tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 g sediaan diencerkan dengan air suling hingga 100 mL kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut, jarum dibiarkan bergerak sampai posisi konstan. Angka yang ditunjukkan pada pH meter merupakan dari sediaan yang diuji (Maharani et al., 2021).
## 2.7.4 Pengujian Kesukaan (Hedonic Test)
Uji kesukaan dilakukan untuk mengetahui sediaan sabun cair yang disukai oleh panelis. Dilakukan dengan cara diminta kepada panelis untuk melakukan pengamatan secara organoleptis visual langsung terhadap sediaan sabun cair yang baru dibuat, dan dinilai melalui uji kesukaan panelis meliputi warna, bau, bentuk, mudah penggunaan, dengan skala penelitian 1 (sangat tidak suka = STS), 2 (tidak suka = TS3 (kurang suka = KS), 4 (suka = S), dan 5 (sangat suka = SS). Pengujian dilakukan menggunakan sukarelawan (panelis) sebanyak 20 orang, dengan cara meminta setiap panelis mengamatinya, dan memilih formula sesuai kriteria, dan diisi lembar kuesioner. Selanjutnya data yang diperoleh dari panelis, dihitung tingkat kesukaan ( hedonic) terhadap masing-masing formula.
## 2.7.5 Sterilisasi Alat
Sebelum digunakan, instrumen berikut ini disterilkan untuk uji aktivitas antibakteri: Sterilisasi alat kaca dilakukan dengan membungkus alat tersebut dengan kertas perkamen dan memanaskannya pada suhu 170°C selama satu jam. Jenis instrumen atau perlengkapan lain, seperti media, di autoklaf selama 15 menit pada suhu 121°C untuk mensterilkannya. Jarum dan pinset difiksasi atau dibakar di bawah lampu Bunsen untuk membersihkannya. Sebelum digunakan, semprotan etanol 70% dioleskan ke area sekitarnya dan didiamkan selama 15 menit. Debu dibersihkan dari meja, dan cairan desinfektan digunakan untuk mengelapnya (Slamet et al., 2020).
## 2.8 Pembuatan Media dan Larutan
2.8.1 Pembuatan Media Mueller Hinton Agar (MHA)
## Komposisi:
Casein acid hydrolysate 17,50 g Starch 1,5 g Agar 17.00 g Air suling ad 1 L
Cara pembuatan:
Sebanyak 36 g Mueller Hinton Agar ditimbang, kemudian dilarutkan ke dalam air suling sampai 1000 ml, dipanaskan sampai bahan larut sempurna, lalu disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121 0 C selama 15 menit (Diniarti et al., 2022).
## 2.8.2 Pembuatan Media Nutrient agar (NA)
## Komposisi :
Lab-Lemco powder 1,0 gram Yeast extract 2,0 gram Peptone 5,0 gram Sodium Chloride 5,0 gram Agar 15,0 gram Air Suling ad 1 L
## Journal of Pharmaceutical and Health Research
## ISSN 2721-0715 (media online)
DOI 10.47065/jharma.v5i2.5327
Cara pembuatan:
Sebanyak 28 g nutrient agar dilarutkan dalam aquades sampai 1000 ml dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer. Disterilkan di autoklaf pada suhu 121 0 C selama 15 menit.
## 2.8.3 Pembuatan Media Nutrient Agar M
## 2.8.4 Iring
Sebanyak 5 ml media nutrient agar yang telah steril dimasukkan ke dalam tabung reaksi ditutup dengan kapas yang telah dilapisi kain kasa steril kemudian tabung diletakkan pada posisi miring membentuk 45 0 C (Haryati et al., 2023).
## 2.9 Pembuatan Media Manitol Salt Agar (MSA)
Komposisi:
Manitol 10 gram Peptone 10 gram Sodium Klorida 75 gram Phenol red 0,25 gram Agar 15 gram Air Suling ad 1 Liter
Cara Pembuatan :
Sebanyak 55,6 gram manitol salt agar dilarutkan ke dalam air suling sampai 1000 ml, lalu dipanaskan sampai bahan larut sempurna, dan disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121 0 C selama 15 menit.
## 2.10 Pembuatan Media Eosin Methylene Blue Agar (EMBA)
Komposisi : Pepton 10 gram Lactose 5 gram Sucrose 5 gram Dipotassium phosphate 2 gram Eosin Y 0,4 gram
Methylen blue 0,65 gram
Sebanyak 55,6 gram manitol salt agar dilarutkan ke dalam air suling sampai 1000 ml, lalu dipanaskan sampai bahan larut sempurna, dan disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121 0 C selama 15 menit.
## 2.11 Pembuatan Media Eosin Methylene Blue Agar (EMBA)
Komposisi : Pepton 10 gram Lactose 5 gram Sucrose 5 gram Dipotassium phosphate 2 gram Eosin Y 0,4 gram Methylen blue 0,65 gram
Cara pembuatan:
Timbang 37,5 g serbuk EMBA, larutkan dengan aquades sampai 1000 ml. Panaskan sampai mendidih untuk melarutkan media. Disterilkan di autoklaf pada suhu 121 o C tekanan 1 atm selama 15 menit. Tunggu suhu sampai hangat– hangat kuku (45 – 50 ), homogenkan dan tuangkan ke dalam cawan petri yang sudah disterilkan (Diniarti et al., 2022).
## 2.12 Pembuatan Media Eosin Methylene Blue Agar (EMBA)
Komposisi : Pepton 10 gram Lactose 5 gram Sucrose 5 gram Dipotassium phosphate 2 gram
## Journal of Pharmaceutical and Health Research
## ISSN 2721-0715 (media online)
DOI 10.47065/jharma.v5i2.5327
Eosin Y 0,4 gram
Methylen blue 0,65 gram
Cara pembuatan:
Timbang 37,5 g serbuk EMBA, larutkan dengan aquades sampai 1000 ml. Panaskan sampai mendidih untuk melarutkan media. Disterilkan di autoklaf pada suhu 121 o C tekanan 1 atm selama 15 menit. Tunggu suhu sampai hangat– hangat kuku (45 –50), homogenkan dan tuangkan ke dalam cawan petri yang sudah disterilkan (Diniarti et al., 2022).
## 2.13 Pembuatan Suspensi Standar Mc. Farland
Komposisi:
Larutan asam sulfat 1% 9,95 mL Larutan barium klorida 1,175% 0,05 mL
Cara pembuatan:
Kedua larutan di atas, dicampurkan di dalam tabung reaksi dan dikocok homogen. Apabila kekeruhan suspensi bakteri uji sama dengan kekeruhan larutan standar, berarti konsentrasi suspensi bakteri adalah 10 8 CFU/ml Pembuatan larutan NaCl 0,9% (Asshidiq & Nugraheni, 2021).
Komposisi:
Natrium klorida
0,9 g
Air suling steril ad 100 ml
Cara pembuatan:
Ditimbang sebanyak 0,9 g natrium klorida lalu dilarutkan dalam air suling steril sedikit dalam labu takar 100 ml sampai larut sempurna. Ditambahkan air suling steril sampai garis tanda, dimasukkan dalam Erlenmeyer steril yang bertutup lalu disterilkan pada autoklaf suhu 121 0C tekanan 1 atm selama 15 menit.
## 2.14 Pembuatan Media Eosin Methylene Blue Agar (EMBA)
Komposisi : Pepton 10 gram Lactose 5 gram Sucrose 5 gram Dipotassium phosphate 2 gram Eosin Y 0,4 gram
Methylen blue 0,65 gram
Cara pembuatan:
Timbang 37,5 g serbuk EMBA, larutkan dengan aquades sampai 1000 ml. Panaskan sampai mendidih untuk melarutkan media. Disterilkan di autoklaf pada suhu 121 o C tekanan 1 atm selama 15 menit. Tunggu suhu sampai hangat– hangat kuku (45 –50), homogenkan dan tuangkan ke dalam cawan petri yang sudah disterilkan (Diniarti et al., 2022).
## 2.15 Pembuatan Suspensi Standar Mc. Farland
Komposisi:
Larutan asam sulfat 1% 9,95 ml Larutan barium klorida 1,175% 0,05 ml
Cara pembuatan:
Kedua larutan di atas, dicampurkan di dalam tabung reaksi dan dikocok homogen. Apabila kekeruhan suspensi bakteri uji sama dengan kekeruhan larutan standar, berarti konsentrasi suspensi bakteri adalah 10 8 CFU/ml (Diniarti et al., 2022).
## 2.16 Pembuatan larutan NaCl 0,9%
Komposisi: Natrium klorida 0,9 g Air suling steril ad 100 ml
## Journal of Pharmaceutical and Health Research
## ISSN 2721-0715 (media online)
DOI 10.47065/jharma.v5i2.5327
Cara pembuatan:
Ditimbang sebanyak 0,9 g natrium klorida lalu dilarutkan dalam air suling steril sedikit dalam labu takar 100 ml. sampai larut sempurna. Ditambahkan air suling steril sampai garis tanda, dimasukkan dalam Erlenmeyer steril yang bertutup lalu disterilkan pada autoklaf suhu 121 0 C tekanan 1 atm selama 15 menit.
## 2.17 Identifikasi Bakteri
Untuk memastikan bakteri uji yang digunakan, identifikasi bakteri dilakukan dengan pewarnaan Gram, pengamatan di bawah mikroskop, dan penanaman pada media selektif. Sejumlah kecil bakteri diambil dari stok kultur, diletakkan di atas kaca objek. Kemudian difiksasi pada spiritus, lalu ditetesi gentin violet hingga membentuk warna ungu, dibiarkan dan ditetesi lugol. Dicuci dengan alkohol asam dan dibilas dengan air mengalir lalu diuji dengan safranin. Bakteri yang terwarnai, yang menahan zat warna ungu meskipun telah dicuci dengan alkohol asam dan disertai pewarnaan dengan zat warna safranin tetap berwarna ungu, bakteri ini disebut bakteri Gram positif. Sebaliknya, bakteri yang tidak dapat menahan zat warna ungu setelah dicuci dengan alkohol dan berwarna merah ketika diwarnai.
Selain itu, di bawah mikroskop, temuan pewarnaan Gram yang menunjukkan bakteri Gram positif menunjukkan bentuk bakteri berbentuk kokus, atau kumpulan bakteri yang tidak beraturan dengan bentuk menyerupai karangan bunga anggur, yang positif Staphylococcus aureus . Ketika temuan pewarnaan Gram diperiksa di bawah mikroskop, mereka mengungkapkan bakteri Gram negatif. Struktur berbentuk batang kecil terlihat, dan ini mengindikasikan bahwa bakteri tersebut positif Escherichia coli (Rayhan et al., 2021) . Selain itu, penting untuk memastikan bahwa bakteri uji ditumbuhkan pada media selektif, yang hanya mendukung pertumbuhan satu jenis bakteri tertentu sambil menghambat atau menghilangkan bakteri lainnya.
Media steril dipanaskan hingga antara 40 dan 45 derajat Celcius, hingga 20 mililiter, ditempatkan dalam cawan petri steril.18-24 jam dihabiskan untuk menginkubasi pada suhu 37°C dalam inkubator. Koloni kuning keemasan dari Staphylococcus aureus diamati di MSA. Dengan Escherichia coli , EMBA dilakukan sebagai Media steril dipanaskan hingga suhu antara 40 dan 45 derajat Celcius, hingga 20 mililiter, ditempatkan dalam cawan petri steril. Setelah itu diamkan hingga mengeras. Ose bakteri kemudian digoreskan. 18-24 jam diinkubasi pada suhu 37°C dalam inkubator. Kilauan logam hijau Escherichia coli telah terlihat pada medium EMBA.
## 2.17.1 Pembuatan inokulum bakteri
Setelah tumbuh pada media NA, masing-masing bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli diambil dengan menggunakan kawat ose steril dan disuspensikan dalam 10 mL larutan natrium klorida 0,9% steril dalam tabung reaksi. Bakteri dihitung dalam suspensi pada 108 CFU/mL ketika kekeruhan suspensi bakteri sama dengan larutan standar Mc. Farland. Selanjutnya, 0,1 mL suspensi bakteri (108 CFU/mL) dipipet ke dalam tabung reaksi steril, di mana 0,9% larutan natrium klorida ditambahkan hingga 9,9 mL, dan campuran tersebut dikocok secara menyeluruh. Ini menghasilkan larutan bakteri 106 CFU/mL
## 2.18 Uji Aktivitas Antibakteri Sediaan Sabun Cair
Dengan menggunakan metode difusi agar dengan metode sumuran (sumuran), dilakukan pengujian aktivitas antibakteri sabun cair yang mengandung sari kulit buah salak ( Sallaca zallaca ) terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli . Sebanyak 0,1 ml inokulum bakteri Staphylococcus aureus dimasukkan ke dalam cawan petri steril dan 20 mililiter media mueller hinton agar (MHA) steril, keduanya pada suhu antara ± 40 sampai dengan 500 derajat Celcius. Cawan tersebut kemudian digoyang-goyangkan di atas meja untuk memastikan media dan suspensi bakteri tercampur rata. Selanjutnya media dibiarkan mengeras sebelum ditusuk dengan cakram logam berdiameter ± 6 mm dan kira-kira dua pertiga bagian dari permukaan media. sekitar dua pertiga kedalaman permukaan media. Sekitar 15 lubang dibuat dengan jarak 5 mm sebanyak lima lubang untuk mencegah tumpang tindihnya daerah bening yang dihasilkan. Prosedur untuk Escherichia coli adalah sama.
Sebanyak 0,5 ml sampel dimasukkan ke dalam setiap lubang, Blanko (sabun dasar), sabun SKBS 10%, SKBS 20%, SKBS 30% dan pembanding (dettol). kemudian diinkubasi selama 18 hingga 24 jam pada suhu 36 hingga 37 0C . Dengan menggunakan jangka sorong, diukur diameter penghambatan pertumbuhan bakteri pada daerah bening di sekeliling lubang bahan uji dan dicatat hasilnya, Badan Standardisasi Nasional melaporkan bahwa dilakukan tiga kali pengulangan.
## 2.19 Pengujian Perhitungan Angka Lempeng Total Bakteri
Setiap suspensi spesimen air cuci tangan sukarelawan yang telah dipersiapkan dengan pengenceran 10 -1 dan 10 -2 dipepet masing-masing 1 ml dimasukkan ke dalam cawan petri dan masing-masing dibuat triplo Ke dalam cawan petri dihitung ± 20 ml media MHA, cawan petri diputar dan digoyang sedemikian rupa (gerakan menulis angka 8), sehingga suspensi tersebut tersebar merata. Untuk kontrol agar diketahui sterilisasi media dan larutan pengencer dibuat uji blanko yaitu 10 ml NaCl 0,9% ditambah 20 ml media MHA tanpa bahan uji.
Setelah media padat cawan petri diinkubasikan pada suhu 30 0 C selama 1x24 jam dalam posisi dibalik selanjutnya diamati dan dihitung jumlah bakteri yang tumbuh pada setiap cawan petri. Angka total bakteri dalam 1 ml sampel adalah dengan mengalikan jumlah rata-rata koloni pada cawan petri dengan faktor pengenceran yang digunakan (Terhadap & In,
## Journal of Pharmaceutical and Health Research
## ISSN 2721-0715 (media online)
DOI 10.47065/jharma.v5i2.5327
2022). Selanjutnya seluruh sukarelawan diminta untuk menggunakan sabun cair sesuai masing-masing kelompok yang telah dikelompokkan yaitu kelompok yang menggunakan sediaan blanko, sabun cair SKBS 10%, sabun cair SKBS 20%, dan sabun cair SKBS 30%, dan sabun cair antiseptik yang beredar di pasaran dettol. Kemudian diambil kembali spesimen air cuci tangan dari masing-masing sukarelawan, dilakukan uji aktivitas antibakteri terhadap spesimen air cuci tangan sukarelawan dengan cara yang sama dengan sebelum menggunakan sabun cair. Sehingga dapat diketahui jumlah koloni bakteri dan persen penguranan jumlah bakteri dari spesimen sebelum dan setelah menggunakan sabun cair.
## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
## 3.1. Hasil Skrining Fitokimia
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang jenis-jenis senyawa kimia metabolit sekunder yang terdapat pada kulit buah salak segar dan sari buah salak, maka dilakukan analisis kimia. Senyawa-senyawa yang diperiksa adalah glikosida, alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, steroid, dan triterpenoid dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Hasil skrining fitokimia sari kulit buah salak
Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa komponen kimia metabolit sekunder yang sama, termasuk alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, steroid/triterpenoid dan glikosida, terdapat pada kulit dan air perasan buah salak. Pembuatan sari airnya tidak mengakibatkan hilangnya golongan komponen metabolit sekunder yang berbeda karena memiliki golongan yang sama yaitu alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, steroid/triterpenoid dan glikosida. Adanya endapan berwarna coklat kemerahan ketika ditambahkan pereaksi Dragendorf, dan endapan berwarna coklat kehitaman ketika ditambahkan pereaksi Bouchardat menunjukkan adanya senyawa alkaloid. Warna jingga pada lapisan amil alkohol yang memisahkan menunjukkan adanya komponen flavonoid menunjukkan adanya bahan kimia flavonoid pada sari kulit buah salak. Tinggi busa yang diperoleh yaitu sebesar 2 cm menunjukkan adanya kandungan saponin dan mengindikasikan telah melampaui batas minimal busa saponin yaitu sebesar 1 cm (Pharmaceutical, 2021). Apabila reagen FeCl 3 ditambahkan warna hijau kehitaman muncul yang mengindikasikan adanya tanin. Timbulnya warna hijau menunjukkan adanya steroid atau triterpenoid menurut (Fadhila & Etika, 2023) pengujian glikosida dapat dilakukan untuk mengetahui apakah sari kulit buah salak mengandung senyawa gula atau tidak. Adanya cincin ungu saat ditambahkan pereaksi Molisch, endapan merah bata saat ditambahkan pereaksi Fehling A dan B, serta adanya warna hijau saat ditambahkan pereaksi Lieberman-Buchard mengindikasikan adanya senyawa bukan gula. Air perasan kulit buah salak digunakan untuk membuat sabun cair yang memiliki sifat antibakteri dan antiseptik karena kandungan komponen metabolit sekundernya yang melimpah, termasuk polifenol dalam bentuk flavonoid, tanin, dan saponin.
## 3.1.1 Evaluasi Mutu Fisik Sediaan Sabun Cair
## 3.1.2 Pengamatan stabilitas sediaan
Stabilitas fisik sabun cair yang mengandung sari air kulit buah salak dinilai sebelum dilakukan pengamatan pada minggu ke-2, 4, 6 dan 8. Sabun cair yang terbentuk diperiksa mulai dari segi warna dan aroma untuk dilakukan pengamatan. bentuk masing-masing formula tidak mengalami perubahan yang signifikan setelah penyimpanan selama 8 minggu dari segi warna, sediaan sabun cair sari kulit buah salak 10% dan 20% tidak mengalami perubahan warna hingga minggu ke- 8, sedangkan sediaan 30% mengalami perubahan warna dari merah pekat menjadi merah kecoklatan setelah 8 minggu penyimpanan. Berdasarkan perubahan bau, sediaan yang mengandung 10% dan 20% sari kulit buah salak tidak mengalami perubahan hingga minggu ke-8 namun sediaan 30% menunjukkan perubahan bau setelah jangka waktu yang sama. Mikroba seperti bakteri dan oksidasi kandungan sediaan terutama zat polifenol seperti flavonoid dan tanin mungkin menjadi penyebab perubahan ini pengawet dan antioksidan dapat ditambahkan untuk mengatasi efek ini.
## 3.2 Pengamatan Tinggi Busa
Data dan hasil pengukuran tinggi busa pada sabun cair yang mengandung 3 sari air kulit buah salak dapat dilihat rekapitulasi hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.
No Pemeriksaan Hasil uji pada Hasil uji pada Kulit buah salak segar sari air kulit buah salak 1 Alkaloid Positif Positif 3 Saponin Positif Positif 4 Tanin Positif Positif 5 Steroid/Triterpenoi d Positif Positif 6 Glikosida Positif Positif
## Journal of Pharmaceutical and Health Research
## ISSN 2721-0715 (media online)
DOI 10.47065/jharma.v5i2.5327
Tabel 4. Hasil Pengamatan Tinggi Busa pada Sabun Cair
Sesuai dengan (Minyak et al., 2023) pengukuran tinggi busa dilakukan setelah periode pengocokan selama 10 menit dan periode berdiri selama 5 menit untuk memastikan hasil tinggi busa. Dibutuhkan waktu lima menit untuk mendapatkan hasil tinggi busa setelah didiamkan. Tabel 4. menunjukkan bahwa tinggi busa sediaan menurun setelah didiamkan selama lima menit, namun penurunan ini masih berada dalam rentang 1,3-22 cm dari parameter tinggi busa yang ditentukan oleh (Purba et al., 2022). Penambahan bahan kimia penguat busa, seperti SLS ( Sodium Lauryl Sulfate ) dan saponin pada sari kulit buah salak, merupakan hal yang menyebabkan sabun dapat berbusa.
## 3.3 Hasil Uji Iritasi
Uji iritasi sediaan sabun cair hasil formulasi mengandung sari air kulit buah salak dilakukan terhadap 6 orang sukarelawan menunjukkan hasil uji iritasi yang dilakukan pada sukarelawan dengan cara mengoleskan sediaan sabun di belakang telinga. Hasilnya terlihat tidak terdapat munculnya tanda tanda iritasi, maka dapat disimpulkan bahwa pada sabun cair dengan konsentrasi sari air kulit buah salak 10% dan 20% dan 30% seluruhnya tidak memberikan hasil yang iritasi dan aman digunakan.
## 3.4 Hasil Uji pH Sediaan
Nilai pH sediaan sabun cair ditentukan dengan menggunakan pH meter mengungkapkan bahwa semua sediaan yang diuji memiliki pH rata-rata antara 7,4 dan 7,8 yang berarti sesuai dengan persyaratan untuk sediaan yang tidak mengeringkan kulit (Utami et al., 2018) menyatakan bahwa sediaan yang digunakan pada kulit harus memiliki pH antara 5-8 terlihat bahwa pH sediaan semakin menurun seiring dengan meningkatnya konsentrasi sari kulit buah salak sari dari kulit buah salak yang mengandung zat asam-khususnya senyawa fenolik-mungkin menjadi penyebabnya. Namun secara keseluruhan pH semua sediaan sabun cair dengan variasi jumlah sari kulit buah salak masih memenuhi standar kualitas sediaan perawatan kulit.
## 3.5 Hasil Uji Kesukaan (Hedonic Test)
Uji kesukaan dilakukan dengan pengamatan secara organoleptis untuk menilai kesukaan masyarakat terhadap sediaan sabun cair yang dibuat dengan menggunakan kepekaan panca indra dan menyimpulkan tingkat kesukaan terhadap penampilan fisik sediaan. Penelitian dilakukan terhadap 20 orang panelis yang tidak terlatih diminta menilai bentuk, aroma, warna, dan tekstur serta mudah digunakan diisi melalui lembaran kuisioner yang telah disediakan Contoh perhitungan uji kesukaan. Data dan hasil perhitungan tingkat kesukaan secara pengamatan visual langsung organoleptis.
Formulasi dengan 20% sari kulit buah salak merupakan sediaan sabun cair yang paling disukai dari segi warna, bau, tekstur (bentuk) dan kemudahan penggunaan sesuai dengan hasil penelitian. Konsentrasi sari kulit buah salak 20% merupakan konsentrasi yang lebih disukai untuk sediaan sabun cair karena tidak terlalu encer dibandingkan sediaan dengan sari kulit buah salak 10% sedangkan sediaan sari kulit buah salak 30% kurang disukai karena konsistensi dan bentuknya yang terlalu kental. Selain itu panelis lebih menyukai sediaan sabun yang mengandung 20% sari kulit buah salak karena dirasa lebih mudah digunakan dibandingkan dengan sediaan sabun yang mengandung 10% dan 30% sari kulit buah salak yang dirasa kurang nyaman. Dapat disimpulkan bahwa panelis lebih menyukai komposisi sabun dengan sari kulit buah salak 20% karena memiliki aroma yang enak, unik dan tampilan yang menarik.
Sediaan Pengamatan tinggi busa (mm) Mula- mula Setelah 5 menit Basis sabun (Blanko) 10,23 ± 1,44 8,67 ± 1,65 Sabun SKBS 10% 23,30 ± 1,52 17,20 ± 1,15 Sabun SKBS 20% 25,50 ± 0,57 21,33 ± 1,75 Sabun SKBS 30% 28,57 ± 1,44 22,37 ± 1,19
## Journal of Pharmaceutical and Health Research
## ISSN 2721-0715 (media online)
DOI 10.47065/jharma.v5i2.5327
## 3.6 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Sediaan Sabun Cair
Uji aktivitas antibakteri sediaan sabun cair dilakukan untuk mengetahui kemampuan sediaan yang diformulasikan dengan kandungan sari air kulit buah salak sebagai antibakteri. Pengujian dilakukan terhadap bakteri Staphylococcus aureus sebagai bakteri Gram positif dan bakteri Escherichia coli sebagai bakteri Gram negatif. Ketika diameter penghambatan pertumbuhan bakteri lebih besar dari 13 mm pada hasil pengujian menggunakan difusi agar, bakteri umumnya dianggap sensitif terhadap bahan uji, yang berarti bahan tersebut sangat kuat dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Namun, ketika diameter penghambatan antara 10 dan 12 mm, bahan uji kurang kuat dalam menghambat pertumbuhan bakteri, dan ketika diameter penghambatan kurang dari 10 mm, bakteri dianggap resisten, artinya bahan tersebut tidak kuat dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Dari segi aroma, sediaan sabun cair dengan sari kulit buah salak 20% diduga lebih unggul karena memiliki aroma yang enak dan unik. Sebaliknya, sediaan dengan sari kulit buah salak 30% memiliki aroma yang menyengat sehingga tidak disukai panelis, dan sediaan sabun dengan sari kulit buah salak 10% memiliki aroma yang samar.
## 4. KESIMPULAN
Hasil kandungan dari buah salak pada senyawa kimia sekunder berupa alkaloid, tanin, flavonoid, steroid dan glikosida kemudian pada penelitian ini dapat diformulasikan sebagai sabun cair dengan konsentrasi 10%, 20%, 30% serta dapat menghambat aktivitas antibakteri seperti bakteri Staphylococcus aureus, Escherichia coli sebagai antiseptik berdasarkan kesukaan panelis terhadap sabun cair sari kulit buah salak yaitu pada konsentrasi 20% dengan daya hambat bakteri sebesar 18,63 ± 0,33 mm pada bakteri Stapilococcus aures sedangkan pada bakteri Escherichia coli sebesar 16,17 ± 0,33 mm dan pengurangan jumlah koloni bakteri pada tangan sukarelawan sebesar 60,06%.
## REFERENCES
Asshidiq, M. I., & Nugraheni, R. W. (2021). FORMULASI MASKER PEEL-OFF EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum)
SEBAGAI SEDIAAN ANTI JERAWAT. Medical Sains : Jurnal Ilmiah Kefarmasian , 6 (1), 57–64. https://doi.org/10.37874/ms.v6i1.217
Diniarti, F. A., Kasasiah, A., & Hilmi, I. L. (2022). UJI RESISTENSI BAKTERI Escherichia coli DARI SUMBER AIR BAKU DI KARAWANG TERHADAP ANTIBIOTIK SIPROFLOKSASIN. Jurnal Riset Kefarmasian Indonesia , 4 (3), 414–429. https://doi.org/10.33759/jrki.v4i3.281
Eka Siswanto Syamsul, Olanda Anugerah, R. S. (2020). PENETAPAN RENDEMEN EKSTRAK DAUN JAMBU MAWAR DETERMINATION OF MAWAR JAMBU LEAF EXTRACT ( Syzygium jambos L . Alston ) BASED ON VARIATION OF ETHANOL CONCENTRATION WITH THE MASERATION METHOD. Jurnal Riset Kefarmasian Indonesia , 2 (3), 147–157. https://jurnalfarmasi.or.id/index.php/jrki/article/view/98/75
Fadhila, D., & Etika, S. B. (2023). Skrining Fitokimia Ekstrak Metanol Dari Kulit Buah Salak ( Salacca Zalacca ) . 12 (3), 22–26.
Haryani, S., Astuti, A. P., & Minardo, J. (2021). Pengetahuan Dan Perilaku Mencuci Tangan Pada Siswa Smk Sebagai Upaya Pencegahan Covid-19. Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan Masyarakat Cendekia Utama , 10 (1), 85. https://doi.org/10.31596/jcu.v10i1.705
Haryati, E., Pandanwangi TW, S., Nabila, E. R., & Nurpatmawati, N. (2023). PEMBUATAN MEDIA PERTUMBUHAN BAKTERI MENGGUNAKAN TEPUNG BIJI NANGKA (Artocarpus heterophyllus Lamk) UNTUK PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus. PRAEPARANDI : Jurnal Farmasi Dan Sains , 7 (1), 1. https://doi.org/10.58365/ojs.v7i1.215 Marisa, F., & Maukar, A. L. (2022). Analisa Prediksi Varietas Buah Salak yang Sesuai dengan Lahan Daerah Kabupaten Banjarnegara
Menggunakan Algoritma C45. Jurnal Teknologi Dan Manajemen Informatika , 8 (1), 20–25. https://doi.org/10.26905/jtmi.v8i1.7521
Minyak, A., Olea, Z., & Var, E. (2023). FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SABUN CAIR MINYAK . 3 (2), 229–236. Mulyani, E., Herlina, H., & Suci, K. (2022). Penetapan Kadar Tanin Ekstrak Daun Pagoda (Clerodendrum Paniculantum) Dengan Metode Spektrofotometri Visible Dan Titrasi Permanganometri. Lumbung Farmasi: Jurnal Ilmu Kefarmasian , 3 (1), 7. https://doi.org/10.31764/lf.v3i1.7034
Niah, R., Ariani, N., & Prihandiwati, E. (2023). FORMULASI DAN EVALUSI MUTU FISIK SABUN BATH BOMB EKSTRAK DAUN DADANGKAK (Hydrolea spinosa L.). Jurnal Ilmiah Ibnu Sina (JIIS): Ilmu Farmasi Dan Kesehatan , 8 (2), 346–356. https://doi.org/10.36387/jiis.v8i2.608
Noviyanty, Y., Hepiyansori, H., & Dewi, B. R. (2020). Identifikasi dan Penetapan Kadar Senyawa Saponin Ekstrak Etanol Bunga Senggani (Melastoma malabathricum L) Metode Gravimetri. Oceana Biomedicina Journal , 3 (1), 45–53. https://doi.org/10.30649/obj.v3i1.46
Pharmaceutical, I. J. (2021). PENGAMATAN ZONA HAMBAT BAKTERI Salmonella typhi TERHADAP BIJI BUAH SALAK BANGKALAN ( Salacca zalacca ) . 1 (1), 44–48.
Purba, R. U., Nasution, P., Muslim, U., & Al, N. (2022). No Title . 1 , 1–9.
Rayhan, M., Gitawama, B., Suharti, N., & Harminarti, N. (2021). Artikel Penelitian Identifikasi Bakteri Escherichia coli Dalam Air Minum Galon Pada Kantin Yang Ada Di Universitas Andalas Padang . 10 (1), 23–28.
Retno Intan, D., Habib, A., Lubis, W., Nurjannah Ginting, L., & Fahmi, K. (2022). Pemanfaatan Dan Aplikasi Limbah Rumah Tangga Dalam Pembuatan Eco-Enzyme. MARTABE: Jurnal Pengabdian Masyarakat , 5 (8), 2793–2800.
Rinaldi, R., Fauziah, F., & Mastura, R. (2021). FORMULASI DAN UJI DAYA HAMBAT SABUN CAIR EKSTRAK ETANOL SERAI WANGI (Cymbopogon nardus L) TERHADAP PERTUMBUHAN Staplylococcus aureus. Jurnal Riset Kefarmasian Indonesia , 3 (1), 45–57. https://doi.org/10.33759/jrki.v3i1.115
## Journal of Pharmaceutical and Health Research
## ISSN 2721-0715 (media online)
DOI 10.47065/jharma.v5i2.5327
Rose Simanungkalit, E., Selamet Duniaji, A., & Ekawati, I. G. A. (2020). Kandungan Flavonoid dan Aktivitas Antibakteri Ekstra k Etanol Daun Sintrong (Crassocephalum crepidiodes) Terhadap Bakteri Bacillus cereus. Jurnal Ilmu Dan Teknologi Pangan (ITEPA) , 9 (2), 202. https://doi.org/10.24843/itepa.2020.v09.i02.p10 Rosmania, R., & Yanti, F. (2020). Perhitungan jumlah bakteri di Laboratorium Mikrobiologi menggunakan pengembangan metode Spektrofotometri. Jurnal Penelitian Sains , 22 (2), 76. https://doi.org/10.56064/jps.v22i2.564
Rubianti, I., Azmin, N., & Nasir, M. (2022). Analisis Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Golka (Ageratum conyziodes) Sebagai Tumbuhan Obat Tradisional Masyarakat Bima. JUSTER : Jurnal Sains Dan Terapan , 1 (2), 7–12. https://doi.org/10.55784/juster.v1i2.67
Slamet, S., Anggun, B. D., & Pambudi, D. B. (2020). Uji Stabilitas Fisik Formula Sediaan Gel Ekstrak Daun Kelor (Moringa Oleifera Lamk.). Jurnal Ilmiah Kesehatan , 13 (2), 115–122. https://doi.org/10.48144/jiks.v13i2.260
Tari, M., Alta, U., & Indriani, O. (2022). PENETAPAN KADAR FLAVONOID SECARA SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL PADA DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava L) DENGAN PERBEDAAN SUHU PENGERINGAN SIMPLISIA. Jurnal ’Aisyiyah Medika , 7 (1). https://doi.org/10.36729/jam.v7i1.776
Telaumbanua, R., & Mayasari, U. (2021). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Biji Pinang (Arecae Semen) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia Coli, Shigella Dysentriac, Dan Salmonella Typhi. KLOROFIL: Jurnal Ilmu Biologi Dan Terapan , 5 (2), 117. https://doi.org/10.30821/kfl:jibt.v5i2.9370 Terhadap, A., & In, S. (2022). UJI TIGA JENIS MEDIA TUMBUH Trichoderma sp . DAN EFEKTIVITAS . 4 (2), 294–298. Utami, S. M., Denanti, I. R., & Selatan, T. (2018). UJI EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI SEDIAAN SABUN CAIR CUCI TANGAN DARI LENDIR LIDAH BUAYA ( Aloe barbadensis Miller ) TERHADAP Eschericia coli DAN Staphylococcus aureus . 2 (2), 63–72.
Yulia Kusumastuti, M., & Fatimah Fitria, C. (2019). Pembuatan Gel Handsanitizer Dari Kulit Buah Salak Sebagai Antibakteri.
Prossiding Seminar Hasil Penelitian 2019 Diselenggarakan Di Universitas Muslim Nusantara (UMN) Al Washliyah , 430–428. Yuliani, E., & Jusira, R. (2021). Penggunaan Feri Klorida Sebagai Pengompleks Untuk Menentukan Kadar Asam Salisilat Dalam Aspirin Dengan Metode Spektrofotometri Uv-Vis. Jurnal Analis Kimia , 5 (233), 19–26.
|
3b45159a-9769-48fb-a138-fbe3b843aaf1 | https://journal.unsika.ac.id/index.php/judika/article/download/1790/1437 | Pengaruh Strategi Pemasaran Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Minat Siswa Bersekolah Di Mts Al Asiyah (Study Kasus Di Mts Al Asiyah Cibinong) Ahmad Sodikin¹, Ikhwan Hamdani², Gunawan Ikhtiono³
## JUDIKA (JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA)
http://journal.unsika.ac.id/index.php/judika
e-ISSN 2528-6978
## PENGARUH STRATEGI PEMASARAN DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP MINAT SISWA BERSEKOLAH DI MTs AL ASIYAH
(STUDY KASUS DI MTs AL ASIYAH CIBINONG)
Ahmad Sodikin¹, Ikhwan Hamdani², Gunawan Ikhtiono³ Ahmadsodikin95@yahoo.co.id Universitas Ibn Khaldun Bogor
Diterima: Mei 2018; Disetujui: November 2018; Diterbitkan: November 2018
## ABSTRACT
Pendidikan di Indonesia saat ini memang sudah mulai maju dan berkembang oleh karena itu lembaga pendidikan yang ada di indonesia khususnya yang swasta berlomba-lomba dalam merenkrut siswa-siswi agar tertarik dan berminat sekolah di lembaga pendidikan tersebut, bahkan ini menjadi ajang bisnis bagi para lembaga swasta untuk menarik minat masyarakat, salah satunya MTs Al Asiyah Cibinong. Sehingga usaha di bidang pendidikan mengalami persaingan ketat, dalam usaha meningkatkan strategi pemasaran dan kualitas pelayanan. Untuk itu lembaga pendidikan yang bergerak dalam merekrut minat siswa ini dituntut untuk mampu bersaing agar dapat bertahan dan banyak diminati oleh konsumen. Oleh karena itu diperlukan strategi untuk mewujudkannya dalam hal ini strategi pemasaran dan kualitas pelayanan bisa dijadikan sebagai solusi untuk mencapai tujuan tersebut. Berdasarkan alasan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh strategi pemasaran dan kualitas pelayanan terhadap minat siswa untuk sekolah di MTs Al Asiyah Cibinong. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner, sedangkan teknik analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda dengan dibantu program SPSS 16. Hasil analisis menunjukkan bahwa secara simultan maupun parsial strategi pemasaran dan kualitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap minat siswa untuk sekolah di MTs Al Asiyah Cibinong.
Kata Kunci: strategi pemasaran, kualitas pelayanan, minat .
## PENDAHULUAN
Pendidikan memegang peran sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup suatu bangsa dan negara, karena pendidikan merupakan wahana peningkatan dan pengembangan kualitas sumber daya menusia sekaligus sebagai penentu keberhasilan pembangunan. Hal ini di akui bahwa keberhasilan suatu bangsa sangat dittentukan oleh keberhasilan dalam memperbaiki dan memperbarui sektor pendidikan, sekaligus merupakan salah satu barometer majunya suatu bangsa, dimana bangsa mempunyai sumber daya manusia yang baik dan mampu bersaing adalah mereka yang maju dalam dunia pendidikan. Tidak mengherankan apabila pendidikan menjadi ajang rebutan dalam masyarakat modern, karena lembaga-lembaga pendidikan adalah dapur masa depan suatu masyarakat dan bangsa. Lembaga-lembaga pendidikan menjadi arena perebutan pengaruh dari kelompok masyarak-masyarakat untuk kepentingan kelompoknya.
Begitu juga hal nya dengan situasi persaingan dunia pendidikan yang mana sudah tidak jauh beda dengan dunia bisnis dan telah memasuki pasar terbuka pada umumnya. Artinya bahwa dengan masuknya pendekatan-pendekatan bisnis pendidikan perlahan-lahan bergerak pada suatu mekanisme pasar persaingan yang mana dalam pasar seperti itu maka yang akan menang adalah mereka yang mampu memasarkan produknya, dan produk itu
Pengaruh Strategi Pemasaran Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Minat Siswa Bersekolah Di Mts Al Asiyah (Study Kasus Di Mts Al Asiyah Cibinong) Ahmad Sodikin¹, Ikhwan Hamdani², Gunawan Ikhtiono³
## JUDIKA (JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA)
http://journal.unsika.ac.id/index.php/judika
mempunyai nilai tambah dengan produk sejenisnya. Oleh sebab itu, menurut kottler dan armstong (Nana Herdiana Abdurahman) memberikan definisi tentang prilaku pembelian bisnis, yaitu dimana prilaku pembelian bisnis adalah prilaku dari organisasi yang membeli barang atau layanan yang digunakan dalam produk atau layanan lain untuk tujuan dijual kembali atau menyewakannya kembali ke pihak lain untuk mendapatkan laba. Oleh karena itu, suatu lembaga pendidikan baik formal maupun non formal selalu berlomba-lomba untuk menjadi yang kebih baik, sehingga memunculkan adanya persaingan antara satuan pendidikan yang satu dengan yang lainnya, baik dari segi kualitas maupun segi kuantitasnya. Tujuan Penelitian ini yaitu: (a) Untuk mengetahui strategi pemasaran yangdilakukan oleh MTs Al Asiyah Cibinong. (b). Untuk mengetahui kualitas pelayanan yang di lakukan oleh MTs Al Asiyah Cibinong (c) Untuk mengetahui pengaruh strategi dan kualitas pelayanan terhadap minat siswa belajar di MTs Al Asiyah Cibinong
Pendidikan memegang peran sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup suatu bangsa dan negara, karena pendidikan merupakan wahana peningkatan dan pengembangan kualitas sumber daya menusia sekaligus sebagai penentu keberhasilan pembangunan. Hal ini di akui bahwa keberhasilan suatu bangsa sangat dittentukan oleh keberhasilan dalam memperbaiki dan memperbarui sektor pendidikan, sekaligus merupakan salah satu barometer majunya suatu bangsa, dimana bangsa mempunyai sumber daya manusia yang baik dan mampu bersaing adalah mereka yang maju dalam dunia pendidikan. Tidak mengherankan apabila pendidikan menjadi ajang rebutan dalam masyarakat modern, karena lembaga-lembaga pendidikan adalah dapur masa depan suatu masyarakat dan bangsa. Lembaga-lembaga pendidikan menjadi arena perebutan pengaruh dari kelompok masyarak-masyarakat untuk kepentingan kelompoknya.
Begitu juga hal nya dengan situasi persaingan dunia pendidikan yang mana sudah tidak jauh beda dengan dunia bisnis dan telah memasuki pasar terbuka pada umumnya. Artinya bahwa dengan masuknya pendekatan-pendekatan bisnis pendidikan perlahan-lahan bergerak pada suatu mekanisme pasar persaingan yang mana dalam pasar seperti itu maka yang akan menang adalah mereka yang mampu memasarkan produknya, dan produk itu mempunyai nilai tambah dengan produk sejenisnya. Oleh sebab itu, menurut kottler dan armstong (Nana Herdiana Abdurahman) memberikan definisi tentang prilaku pembelian bisnis, yaitu dimana prilaku pembelian bisnis adalah prilaku dari organisasi yang membeli barang atau layanan yang digunakan dalam produk atau layanan lain untuk tujuan dijual kembali atau menyewakannya kembali ke pihak lain untuk mendapatkan laba. Oleh karena itu, suatu lembaga pendidikan baik formal maupun non formal selalu berlomba-lomba untuk menjadi yang kebih baik, sehingga memunculkan adanya persaingan antara satuan pendidikan yang satu dengan yang lainnya, baik dari segi kualitas maupun segi kuantitasnya.
Strategi pemasaran merupakan pernyataan (baik secara emplisit maupun eksplisit) mengenai bagaimana suatu merek atau lini produk mencapai tujuannya. Sementara itu, Kahle (1990) mendifinisikan strategi pemasaran sebagai alat fundamental yang direncanakan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut. Pada dasarnya strategi pemasaran memberikan arah dalam kaitannya dengan variable-variabel seperti segmentasi pasar, identifikasi pasar sasaran, postioing, elemen pemasaran, dan biaya iuran pemasaran. Strategi pemasaran merupakan bagian integral dari strategi bisnis yang memberikan arah pada fungsi manajemen suatu organisasi.
Pengaruh Strategi Pemasaran Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Minat Siswa Bersekolah Di Mts Al Asiyah (Study Kasus Di Mts Al Asiyah Cibinong) Ahmad Sodikin¹, Ikhwan Hamdani², Gunawan Ikhtiono³
## JUDIKA (JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA)
http://journal.unsika.ac.id/index.php/judika
e-ISSN 2528-6978
Strategi pemasaran terdiri atas lima elemen yag saling berkaitan (Corey, Dolan, 1991), kelima elemen tersebut adalah:
(1) Pemilihan pasar, yaitu pasar yang akan dilayani. Pemilihan pasar dimulai dengan melakukan segmentasi pasar dan kemudian memilih pasar sasaran yang paling memungkinkan untuk dilayani oleh perusahaan.
(2) Perencanaan produk, meliputi produk spesifik yang di jual, pembentukan lini produk, dan mendesain penawaran individual pada masing-masing lini.
(3) Penetapan harga, yaitu menentukan harga yang dapat mencerminkan nilai kunatitatif dari produk kepada pelanggan.
(4) Sisitem distribusi yaitu saluran perdagangan grosir atau eceran yang dilalui produk sehingga mencapai konsumen akhir yang membeli dan menggunakannya.
(5) Komunikasi pemasaran (promosi), yang meliputi periklanan, personal selling, promosi penjualan, direct marketing, dan public relation .
1) Macam-macam Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan
(1) Produk
Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar bersangkutan. Produk yang ditawarkan tersebut meliputi barang fisik, jasa, organisasi, dan ide. Jadi, produk bisa berupa manfaat tangible maupun manfaat intangible yang dapat memuaskan pelanggan.
(2) Harga (Biaya Pendidikan)
Agar dapat sukses dalam memasarkan suatu produk, organisasi pendidikan harus menetapkan harga/biaya pendidikan secara tepat. Harga merupakan satu-satunya unsur pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi institusi pendidikan, sedangkan ketiga unsur lainnya (produk, distribusi informasi, dan promosi) menyebabkan timbulnya biaya (pengeluaran). Disamping itu merupakan unsur pemasaran yang bersifat fleksibel, artinya dapat diubah dengan cepat. Berbeda halnya dengan karakteristik produk atau komitmen terhadap system distribusi informasi. Harga dalam dunia pendidikan bisa diungkapkan dengan berbagai istilah. Misalnya iuran SPP, komisi, gaji, honorarium dan sebagainya. dalam pandangan konsumen, harga seringkali digunakan sebagai indicator nilai bilamana harga tersebut dihubungkan dengan manfaat yang dirasakan atas suatu produk.
(3) Strategi Distribusi Informasi
Strategi distribusi informasi berkenaan dengan penentuan dan manajemen saluran distribusi dipergunakan oleh organisasi atau produsen untuk memasarkan produk- produknya sehingga produk-produk tersebut dapat sampai ditangan konsumen yang menjadi sasaran dalam jumlah dan jenis yang dibutuhkan pada waktu yang diperulukan, dan tempat yang tepat.
## 3) Kualitas Pelayanan
Kualitas memiliki hubungan yang erat dengan kepuasan konsumen. Kualitas memberikan suatu dorongan kepada konsumen untuk menjalin hubungan yang kuat dengan perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan kepuasan konsumen dengan cara memaksimumkan pengalaman konsumen yang menyenangkan dan meminimumkan pengalaman konsumen yang kurang menyenangkan. Pada akhirnya kepuasan konsumen menciptakan kesetiaan atau loyalitas kepada perusahaan yang memberikan kualitas yang memuaskan.
Kualitas pelayanan merupakan dasar bagi pemasaran jasa, karena inti produk yang
Pengaruh Strategi Pemasaran Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Minat Siswa Bersekolah Di Mts Al Asiyah (Study Kasus Di Mts Al Asiyah Cibinong) Ahmad Sodikin¹, Ikhwan Hamdani², Gunawan Ikhtiono³
## JUDIKA (JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA)
http://journal.unsika.ac.id/index.php/judika
e-ISSN 2528-6978
dipasarkan adalah suatu kinerja (yang berkualitas), dan kinerjalah yang dibeli oleh pelanggan. Konsep pelayanan yang baik akan memberikan peluang bagi perusahaan untuk bersaing dalam merebut konsumen. Sedangkan kinerja yang baik (berkualitas) dari sebuah konsep pelayanan menimbulkan suasana yang kompetitif dimana hal tersebut dapat diimplementasikan melalui strategi untuk meyakinkan pelanggan, memperkuat image tentang merk, iklan, penjualan dan penentu harga.
Parasuraman (1985), kualitas jasa adalah ukuran untuk mengukur seberapa baik pelayanan yang diberikan dibanding dengan harapan konsumen. Memberikan kualitas pelayanan berarti menyesuaikan dengan harapan konsumen pada dasar yang konsisten.
Zeithaml (1996), kualitas layanan lebih menekankan pada persepsi dari konsumen terhadap keunggulan atau kelebihan dari sebuah jasa / pelayanan. Karena kualitas pelayanan merupakan persepsi konsumen, maka untuk mengevaluasi kualitas layanan, salah satu kriteria yang diterapkan adalah apakah kualitas layanan yang diberikan sudah sesuai dengan persepsi konsumen. Apabila tidak sesuai dengan persepsi konsumen makan dapat dikatakan bahwa suatu layanan tidak atau kurang berkualitas. Demikian pula sebaliknya, apabila telah sesuai dengan persepsi konsumen maka sebuah layanan dapat dikatakan berkualitas.
## 4) Minat pelanggan
Minat merupakan salah satu aspek psikologis yang mempunyai pengaruh cukup besar terhadap perilaku dan minat juga merupakan sumber motivasi yang akan mengarahkan seseorang dalam melakukan apa yang mereka lakukan.
Minat pelanggan merupakan bagian dari komponen perilaku dalam sikap mengkonsumsi. Menurut Kinnear dan Taylor minat membeli adalah merupakan bagian dari komponen perilaku konsumen dalam sikap mengkonsumsi, kecenderungan responden untuk bertindak sebelum keputusan membeli benar- benar dilaksanakan.
Minat memiliki sifat dan karakter khusus sebagai berikut:
(1) Minat bersifat pribadi (individual), ada perbedaan antara minat seseorang dan orang lain
(2) Minat menimbulkan efek diskriminatif
(3) Erat hubungannya dengan motivasi, mempengaruhi dan dipengaruhmotivasi
(4) Minat merupakan sesuatu yang dipelajari, bukan bawaan lahir dan dapat berubah tergantung pada kebutuhan, pengalaman, dan mode.
## METODOLOGI
Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kuantitatif. Metode kuantitatif adalah suatu metode penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan atau pengaruh yang terukur, meramalkan, dan mengontrol berdasarkan data yang diperoleh dari laporan-laporan yang sudah dipublikasikan dan sudah tersedia sehingga memberikan informasi untuk menganalisa masalah yang diselidiki.
Penelitian ini di tunjukan untuk mengetahui strategi pemasaran dan kualitas pelayanan terhadap minat siswa bersekolah di MTs Al Asiyah Cibinong dan untuk memperoleh hasil yang empiris, dengan menguji dan menjelaskan pengaruh strategi pemasaran terhadap kualitas pelayanan terhadap minat siswa bersekolah di MTs Al Asiyah Cibinong. Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan data primer dan data sekunder. Data primer yaitu sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dalam penelitian ini didapat dari data hasil observasi langsung dan data hasil pengisian kuesioner oleh siswa MTs Al Asiyah diolah dengan menggunakan program analisis statistik IBM SPSS Statistics 16 . Sedangkan data sekuder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung (melalui perantara). Baik berupa karangan maupun literatur yang ada hubungannya dengan penelitian ini. Data yang digunakan
Pengaruh Strategi Pemasaran Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Minat Siswa Bersekolah Di Mts Al Asiyah (Study Kasus Di Mts Al Asiyah Cibinong) Ahmad Sodikin¹, Ikhwan Hamdani², Gunawan Ikhtiono³
## JUDIKA (JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA)
http://journal.unsika.ac.id/index.php/judika
e-ISSN 2528-6978
dalam penelitian ini adalah data yang bersumber dari buku, internet dan lain-lain. Dalam penelitian ini skala pengukuran yang dipergunakan adalah skala likert. skala Likert mempunyai gradasi dengan sangat negatif sampai sangat positif dengan 5 (lima) alternatif jawaban, dengan jawaban masing-masing yaitu, SS (Sangat Setuju) mempunyai nilai 5, S (Setuju) mempunyai nilai 4, KS (Kurang Setuju) mempunyai nilai 3, TS (Tidak Setuju) mempunyai nilai 2, dan STS (Sangat Tidak Setuju) mempunyai nilai 1.
## 1). Populasi dan Sample
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa-siswai MTs Al Asiyah. Sample adalah bagian kecil dari anggota populasi yang diambil berdasarkan teknik tertentu sehingga dapat mewakilkan populasinya. Dalam hal ini penulis mengambil beberapa sample dari siswa-siswai MTs Al Asiyah. Untuk meneliti pengaruh strategi pemasaran dan kualitas pelayanan terhadap minat siswa untuk sekolah di MTs Al Asiyah, penulis cukup mengambil sample dari beberapa siswa-siswai MTs Al Asiyah, total responden sebanyak 93 responden.
## 2) Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Convenience Sampling yaitu pengambilan sample yang dilakukan secara kebetulan.
2) Metode dan Teknik Analisis Data
Regresi dapat dikatakan linier berganda jika variasi peubah yang akan diperkirakan dijelaskan oleh variasi penjelas (lebih dari satu peubah penjelas). Artinya, terdapat beberapa variabel bebas yang mempengaruhi variabel terikat, dimana keputusan tamu sebagai variabel terikat ( dependent ), dengan produk, harga, promosi, lokasi, orang, proses dan sarana fisik sebagai variabel bebas ( independent ). Analisis ini dipergunakan untuk mengetahui apakah faktor-faktor yang diamati pada penelitian ini berpengaruh terhadap strategi oemasaran dan kualitas pelayanan pada keputusan minat siswa sekolah. Analisis data yang dipergunakan adalah:
(1) Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Dalam penelitian ini instrument yang digunakan adalah kuesioner, yaitu daftar pertanyaan yang diberikan pada siswa-siswai MTs Al Asiyah. Kuesioner tersebut harus diuji validitas dan reliabiltasnya terlebih dahulu. Uji Validitas adalah uji statistik yang digunakan guna menentukan seberapa valid suatu item pertanyaan mengukur variabel yang diteliti. Uji Reliabilitas adalah uji statistik yang digunakan guna menentukan reliabilitas serangkaian item pertanyaan dalam keandalanya mengukur suatu variabel.
(2) Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah uji Kolmogorov Smirnov . Uji normalitas dilakukan dengan uji nilai Kolmogorov Smirnov dapat menggunakan program analisis statistik IBM SPSS Statistics 16. Apabila nilai probabilitas >0,05 maka data dinyatakan berdistribusi normal, sebaliknya jika nilai probabilitas <0,05 maka data dinyatakan berdistribusi tidak normal.
b. Uji Heteroskedastisitas
Keadaan heteroskedastisitas (ketidak homogenan ragam) menunjukkan bahwa variasi variabel tidak sama untuk semua pengamatan. Pada heteroskedastisitas, kesalahan yang terjadi tidak random (acak), tetapi menunjukkan hubungan yang sistematis sesuai dengan besarnya satu atau lebih variabel. Misalnya, bahwa heteroskedastisitas akan muncul dalam bentuk yang semakin
Pengaruh Strategi Pemasaran Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Minat Siswa Bersekolah Di Mts Al Asiyah (Study Kasus Di Mts Al Asiyah Cibinong) Ahmad Sodikin¹, Ikhwan Hamdani², Gunawan Ikhtiono³
## JUDIKA (JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA)
http://journal.unsika.ac.id/index.php/judika
besar, jika pengamatan makin besar. Jika penyebarannya tidak membentuk suatu pola tertentu seperti meningkat atau menurun dan memiliki lebar pita sisaan sama, maka keadaan homoskedastisitas terpenuhi.
c. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah adanya hubungan linear yang sempurna ―pasti‖ di antara beberapa atau semua variabel independen dari model regresi. Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas salah satunya adalah dengan melakukan uji Variance Inflation Factor (VIF). Bila angka VIF di bawah 10 menunjukkan terbebas dari adanya indikasi multikolinearitas. Selain dengan melihat nilai VIF dapat juga dengan melihat angka tolerance, jika berada di atas angka 0,1 maka model regresi tersebut telah bebas dari masalah multikolinearitas.
(3) Uji F (Simultan)
Uji F ini dilakukan untuk melihat apakah model regresi linear berganda yang dihasilkan tersebut signifikan atau tidak. Kriteria keputusan H0 ditolak adalah jika nilai statistik F hitung > F tabel, yang berarti bahwa minimal terdapat salah satu variabel bebas yang mempengaruhi variabel terikat. H0 diterima jika F hitung < F tabel, yang berarti bahwa variabel bebas tidak mempengaruhi variabel terikat, sehingga cukup bukti untuk menyatakan model tersebut tidak berarti.
(4) Uji T (Parsial)
Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk menguji pengaruh setiap peubah penjelas secara satu per satu terhadap peubah responnya signifikan atau tidak. Hal ini dapat dilihat dari nilai t tabel masing-masing variabel jika dibandingkan dengan nilai t hitung.Jika t tabel > t hitung berarti variabel tersebut tidak signifikan, dan jika nilai t tabel < t hitung hal ini mengindikasikan bahwa variabel bebas tersebut berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
## 1) Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Pada penelitian ini uji validitas yang digunakan adalah korelasi antar skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk. Kriteria hasil analisis dilakukan dengan uji signifikansi dengan membandingkan nilai r hitung dengan nilai rtabel. Apabila rhitung > r tabel maka item tersebut valid dan sebaliknya apabila r hitung < r tabel maka item angket dinyatakan tidak valid. Diketahui pada uji validitas, r tabel dari derajat kebebasan (db: N- 2) yaitu 93-2=91. Kemudian r tabel di angka 91 dengan taraf signifikansi (α) 0.05 menunjukan sebesar 0,207. Hal ini menentukan bahwa jika variabel yang nilainya kurang dari 0,207 dinyatakan tidak valid.
## 2) Uji Normalitas
Pengujian ini untuk mengetahui apakah nilai residual berdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan hasil dari uji normalitas antara variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y) diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0,064 > 0,05 sehingga disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.
## 3) Uji Heteroskedastisitas
Pengujian asumsi ini dapat dilihat dari plot dibawah. Dari grafik ini dapat dilihat bahwa p-plot antara sisaan dapat dikatakan hampir memiliki lebar pita yang sejajar. Dengan ini dapat dikatakan bahwa ragam homogen.
## 4) Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah model regresi terdapat hubungan linier yang pasti antara variabel bebasnya yaitu variabel X. Untuk mengetahuinya dapat menggunakan nilai VIF ( Variance Inflation Factory ). Jika angka VIF dibawah angka 10 dan nilai tolerance di atas angka 0,1 maka multikolinearitas tidak terjadi.
Pengaruh Strategi Pemasaran Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Minat Siswa Bersekolah Di Mts Al Asiyah (Study Kasus Di Mts Al Asiyah Cibinong) Ahmad Sodikin¹, Ikhwan Hamdani², Gunawan Ikhtiono³
## JUDIKA (JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA)
http://journal.unsika.ac.id/index.php/judika
Berdasarkan hasil SPSS di bawah ini, dapat dikatakan bahwa tidak terjadi gejala multikolinearitas diantara masing-masing variabel bebas karena nilai VIF pada semua variabel bebas kurang dari 10.
Tabel IV.15. VIF (Variance Inflation Factory
Coefficients a Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 X1 .513 1.949 X2 .513 1.949 a. Dependent Variable: Y1 Minat Siswa
Berdasarkan hasil uji asumsi klasik ini, dapat diketahui pula bahwa variabel strategi pemasaran dan kualitas pelayanan memiliki hubungan linier positif walaupun kekuatan hubungannya harus diuji lebih lanjut, jadi tidak diperlukan adanya transformasi.
5) Uji F (Simultan)
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel strategi pemasaran dan kualitas pelayanan mempengaruhi minat siswa di MTS Al Asiyah. Dilakukan uji F dengan software SPSS versi 16 dengan membuat tabel anova dan hasil sebagai berikut
Tabel IV.15. ANNOVA
ANOVA b Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 1936.341
2 968.171 677.317 .000 a Residual 128.648 90 1.429 Total 2064.989 92
a. Predictors: (Constant), X2, X1
b. Dependent Variable: Y1
Dari hasil uji regresi linear berganda diperoleh nilai hitung F sebesar 677,317 dengan df 1 = 3-1 = 2 dan df 2 = 93-2 = 91 sehingga diperoleh F tabel sebesar 3,10. Jadi 677,317 > 3,10 dan nilai probabilitas yang dilihat dari kolom Sig ,000 < 0,05 yang berarti cukup bukti untuk mengatakan bahwa ada pengaruh secara simultan strategi pemasaran dan kualitas pelayanan terhadap minat siswa secara signifikan. ini menunjukan bahwa H 0 ditolak dan H 1 diterima.
Tabel IV.16. Model Summary
Model Summary b
Pengaruh Strategi Pemasaran Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Minat Siswa Bersekolah Di Mts Al Asiyah (Study Kasus Di Mts Al Asiyah Cibinong) Ahmad Sodikin¹, Ikhwan Hamdani², Gunawan Ikhtiono³
JUDIKA (JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA) http://journal.unsika.ac.id/index.php/judika e-ISSN 2528-6978
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .968 a .938 .936 1.19558 a. Predictors: (Constant), X2, X1
b. Dependent Variable: Y1
Apabila dilihat dari nilai R square pada tabel di atas yakni 93,8% artinya dapat dikatakan bahwa variabel yang diamati dalam penelitian ini berkorelasi terhadap Minat Siswa (Y) sebesar 93,8% dan selebihnya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diamati dalam penelitian ini.
## Uji t (Parsial
Selanjutnya akan dilakukan uji-T dengan SPSS untuk melihat relevansinya terhadap uji-F yang telah dilakukan. Dengan melakukan uji-T dapat dilihat variabel bebas mana saja yang berpengaruh nyata terhadap variabel terikat dengan cara melihat nilai t hitung dan nilai probabilitas (P) sebagai dasar pengambilan keputusan pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikatnya.
## Tabel IV. 17.Coefficients
Coefficients a Model Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 1.932 1.113 1.736 .086 X1 -.078 .031 -.093 -2.533 .013 X2 1.040 .037 1.031 28.071 .000 a. Dependent Variable: Y1
Hasil uji t pada variabel strategi pemasaran memperoleh nilai t hitung 2,533 dengan df = n — k dimana n adalah jumlah responden dan k merupakan jumlah variabel bebas dan terikat. Df = 93-3 = 90 dengan α 5% sehingga memperoleh nilai t tabel 1,659. Sehingga nilai t hitung 2,533, > 1,659 (t tabel). Nilai t negatif menunjukkan bahwa variabel strategi pemasaran (X 1 ) mempunyai hubungan berlawanan arah dengan variabel Y. Jadi dapat disimpulkan bahwa variabel strategi pemasaran berpengaruh secara signifikan terhadap minat siswa. Kevalidan perhitungan tersebut didukung pada kolom Sig pada variabel strategi pemasaran (X 1 ) memiliki nilai 0,013 < 0,05. Berdasarkan hasil tersebut maka H 0 ditolak dan H 1 diterima yang berarti strategi pemasaran berpengaruh secara signifikan terhadap minat siswa.
Adapun uji t pada variabel kualitas pelayanan (X 2 ) memiliki nilai t hitung 28,071 > 1,659 dan kolom nilai Sig sebesar 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan
Pengaruh Strategi Pemasaran Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Minat Siswa Bersekolah Di Mts Al Asiyah (Study Kasus Di Mts Al Asiyah Cibinong) Ahmad Sodikin¹, Ikhwan Hamdani², Gunawan Ikhtiono³
## JUDIKA (JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA)
http://journal.unsika.ac.id/index.php/judika
e-ISSN 2528-6978
bahwa variabel kualitas pelayanan berpengaruh secara signifikan terhadap minat siswa di MTS Al Asiyah. Jadi H 0 ditolak dan H 1 diterima.
Dari keseluruhan variabel bebas yang pada strategi pemasaran dan kualitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap minat siswa di MTS Al Asiyah.
## Pengaruh strategi pemasaran terhadap minat siswa di MTS Al Asiyah
Pada hasil pengujian simultan atau uji F menunjukkan variabel strategi pemasaran dan kualitas pelayanan berpengaruh positif yang signifikan terhadap minat siswa di MTS Al Asiyah. Oleh karena itu MTs Al Asiyah harus mempertahankan dan bahkan meningkatkan kualitasnya dari beberapa variabel yang dibahas dalam penelitian ini untuk meningkatkan minat masyarakat terutama siswa agar berminat sekolah di MTs Al Asiyah.
## SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh mengenai hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
(1) Strategi Pemasaran di MTs Al Asiyah Cibinong secara keseluruhan memiliki strategi pemasaran yang rata-rata sangat baik. Dilihat melalui rata-rata jawaban responden terbesar yaitu setuju, dengan persentasi 57,2%. Dengan demikian MTs Al Asiyah dalam menerapkan strategipemasaran kepada masyarakat atau siswa- siswi sangat baik sehingga masyarakat berminat untuk sekolah di MTs Al Asiyah Cibinong.
(2) Kualitas pelayanan MTs Al Asiyah Cibinong secara keseluruhan memiliki Kualitas Pelayanan yang rata-rata sangat baik. Dilihat melalui rata-rata jawaban responden terbesar yaitu setuju, dengan persentasi 54,1% menyatakan setuju atas pelayanan yang di terapkan oleh MTs Al Asiyah kepada siswa-siswi MTs Al Asiyah Cibinong.
(3) Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data, telah terbukti bahwa Strategi Pemasaran dan Kualitas pelayanan MTs Al Asiyah sangat berpengaruh signifikan terhadap minat siswa untuk belajar di MTs.Al-Asiyah karena pada uji t hasil nilai t hitung 2,533, > 1,659 (t tabel). Nilai t negatif menunjukkan bahwa variabel strategi pemasaran (X 1 ) mempunyai hubungan berlawanan arah dengan variabel Y. Jadi dapat disimpulkan bahwa variabel strategi pemasaran berpengaruh secara signifikan terhadap minat siswa. Kevalidan perhitungan tersebut didukung pada kolom Sig pada variabel strategi pemasaran (X 1 ) memiliki nilai 0,013 < 0,05. Berdasarkan hasil tersebut maka H 0 ditolak dan H 1 diterima yang berarti strategi pemasaran berpengaruh secara signifikan terhadap minat siswa. Adapun uji t pada variabel kualitas pelayanan (X 2 ) memiliki nilai t hitung 28,071 > 1,659 dan kolom nilai Sig sebesar 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kualitas pelayanan berpengaruh secara signifikan terhadap minat siswa di MTS Al Asiyah. Jadi H 0 ditolak dan H 1 diterima, Dari keseluruhan variabel bebas yang pada strategi pemasaran dan kualitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap minat siswa di MTS Al Asiyah.
Berdasarkan penelitian yang sudah di sajikan, maka selanjutnya peneliti menyampaikan saran-saran yang dapat memberikan manfaat kepada pihak-pihak terkait atas hasil penelitian ini. Adapun saran-saran yang dapat disampaikan penulis adalah sebagai berikut :
(1) Secara keseluruhan strategi pemasaran dan kualitas pelayanan yag MTs Al Asiyah Cibinong terapkan sangat baik dilihat dari hasil jawaban para responden sehingga penulis menyarankan untuk tetap konsisten dan lebih ditingkatkan lagi kualitas pelayanannya bukan Cuma untuk siswa tetapi untuk seluruh dewan guru dan staf MTs
Pengaruh Strategi Pemasaran Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Minat Siswa Bersekolah Di Mts Al Asiyah (Study Kasus Di Mts Al Asiyah Cibinong) Ahmad Sodikin¹, Ikhwan Hamdani², Gunawan Ikhtiono³
JUDIKA (JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA)
http://journal.unsika.ac.id/index.php/judika
e-ISSN 2528-6978
Al Asiyah serta para wali murid.
(2) Lebih memperbanyak promosi seperti reward, bonus atau event-event kepada dewan guru dan staf agar silaturahmi dapat terjalin dengan baik antara wali murid dan pihak sekolah.
(3) Diharapkan bagi yang melakukan penelitian lanjutan atau yang berhubungan dengan penelitian ini hendaknya dapat mempertimbangkan hasil penelitian ini sehingga diharapkan dapat menjadi pertukaran wawasan yang nantinya dapat memperluas kaidah keilmuan agar bermanfaat bagi kepentingan penelitian ilmiah selanjutnya.
## DAFTAR RUJUKAN
Abu Bakar, Diktat Kuliah Statistika Ekonomi Dan Bisnis 2 Dilengkapi Saol-Soal , Program Studi Ekonomi Syariah FAI UIKA Bogor
Akhmad Alim, Studi Islam Islamisasi Ilmu Pendidikan , Bogor : Pustaka Albustan, 2012
Basuki, Agus Tri dan Nano Prawoto, Analisis Regresi dalam Penelitian Ekonomi & Bisnis, (Depok: PT Raja Grafindo Persada, 2016) Hendri Tanjung dan Abrista Devi, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam , (Jakarta: Granata Publishing, 2013),
Imam Gunawan, Pengantar Statistika Inferensial , (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2016),
Mudrajad Kuncoro, Metode Kuantitatif , (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2007) Nana Herdiana Abdurahman, Manajemen Strategi Pemasaran , Bandung : Civi Pustaka Setia, 2015 Nur Indiantoro dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen, (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2009), Silabus Mata Kuliah Analisis Regresi 1, Pengujian Pada Regresi Ganda,(Departemen Statistika FMIPA IPB 2011),
Syahri Alhusin, MS, Aplikasi Statistik Praktis Dengan Menggunakan SPSS 10 For Windows, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2003),
11
Mengintegrasikan Automatic Grammar Checker dalam Pembelajaran Menulis– Nia Pujiawati
|
fa58f4fc-cf79-4376-be07-cce374a660ea | https://lppm.primakara.ac.id/jurnal/index.php/smart-techno/article/download/21/25 | Vol. 2 No. 2, September 2020, hlm. 64 - 72
## ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI BERBASIS WEB PADA CV. CILI CREATIVE LABS
Ni Luh Ayu Anggreni Putri 1* , I Gede Putu Krisna Juliharta 2 , I Gusti Ayu Agung Istri Sari Dewi 3
1,3 Sistem Informasi Akuntansi, STMIK Primakara
2 Informatika, STMIK Primakara
E-mail: anggreniputri03@gmail.com
Abstrak: CV Creative Chile Labs merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang penyediaan jasa paket perjalanan dan transportasi khusus di Bali dengan pelanggan lokal dan non lokal. Selama berjalannya perusahaan semua pencatatan keuangan perusahaan masih dalam sistem manual dengan bantuan Ms. Exel Tentunya dengan adanya sistem manual terdapat beberapa kendala yang dihadapi perusahaan seperti pengelolaan data yang kurang baik, keterlambatan dalam memperoleh laporan keuangan setiap bulan, tidak adanya alat monitoring yang mengontrol keluar masuknya kas, dan sulitnya mengelola data perusahaan untuk perencanaan kedepan. Melihat permasalahan tersebut penulis melakukan analisis dan memberikan solusi bagi perusahaan berupa pembuatan sistem manajemen keuangan atau sistem informasi akuntansi berbasis WEB. Sistem ini akan membantu perusahaan dalam mencatat biaya, HPP, mengumpulkan data pelanggan, dan membuat laporan laba rugi. Dengan sistem ini pemilik perusahaan dapat memantau semua aktivitas layanan pelanggan dan keuangan untuk membuat keputusan yang lebih baik di masa mendatang.
Kata Kunci: Sistem Informasi Akuntansi, WEB, Laporan Keuangan, Monitoring.
Abstract: CV Creative Chile Labs is one of the companies engaged in the provision of special trip and transport package services in Bali with the local and non-local customers. During the course of the company all company financial records are still in a manual system with the help of Ms. Exel Of course, with the manual system there are several obstacles faced by the company such as poor data management, delays in obtaining financial statements every month, the absence of monitoring tools that control the entry and exit of cash, and the difficulty in managing company data for future planning. Seeing this problem the authors do the analysis andprovide solutions for companies in the form of making financial management systems or accounting information systems based on WEB. This system will assist companies in recording costs, COGS, collecting customer data, and making profit and loss statements. With this system the owner of the company can monitor all activities of customer service and finance to make better decisions in the future.
Keywords: Accounting Information Systems, WEB, Financial Reports, Monitoring
## 1. PENDAHULUAN
Persaingan bisnis di zaman digital saat ini sudah semakin ketat. Semua dikarenakan segala aspek dalam perusahaan sudah diperbaharui dengan sentuhan teknologi yang tentunya akan meningkatkan mutu dari perusahaan tersebut Salah satu pemanfaatan tersebutadalah adanya sistem informasi yang berbasis komputer, yang lebih dikenal dengan istilah sistem informasi akuntasi atau SIA (Bag.Keuangan information system atau AIS).Merujuk pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rina Nugrahawati dari universitas Islam Negeri Alauddin Makasar menyatakan bahwa sistem informasi akuntansi yang dirancang mampu meminimalkan kesalahan pada proses perhitungan, memudahkan dan mempercepat
proses pencarian data dengan adanya pembuatan laporan keuangan yang sistematis padaa PT. Pita Trans Lines. Penelitian tersebut menunjukan bahwa sebesar 60 % bernilai sangat baik untuk ketepatan waktu untuk pembuatan laporan keuangan[2]. Data tersebut memperkuat betapa pentingnya pengembangan SIA pada sebuah perusahaan.
CV. Cili Creative Labs merupakan contoh perusahaan yang belum menerapkan SIA sehingga mengalami beberapa kendala yaitu management data yang kurang baik, pembuatan laporan keuangan masih menggunakan Ms. Exel yang menyebabkan keterlambatandalam memperoleh informasi keuangan setiap bulannya dan pengeluaran perusahaan tidak tercatat semua sehingga owner mengalami kesusahan dalam
Vol. 2 No. 2, September 2020, hlm. 64 - 72
penentuan alokasi dana untuk kegiatan kedepannya.
Terkait dari kendala yang dihadapi oleh pemilik CV. Cili Creative Labs, penulis merumuskan beberapa pemecahan masalah kepada CV. Cili Creative Labs, yaitu dilakukan pemisahan tugas dengan merumuskan job desc masing-masing bagian yang kemudian akan ditentukan siapa saja yang akan mengakses sistem, merancang sistem Informasi akuntansi berbasis web yang dapat diakses oleh owner, bagian keuangan dan customer service sehingga mempercepat dalam pengelolaan data keuangan serta diterapkannya sistem Back-office.
## 2. TINJAUAN PUSTAKA
Beberapa penelitian terdahulu yang penulis jadikan acuan antara lain penelitian dari Ambar Puspa Arum tahun 2017 yang berjudul "Perancangan Sistem Inforasi Akuntansi Penerimaan Kas Berbasis Web Pada Batik Pramanca”. Hasil dari penelitian ini adalah perancangan sistem informasi akuntansi penerimaan kas berbasis web dengan metode RAD yang dapat mempermudah kegiatan bisnis pada unit usaha ini, meningkatkan akurasi informasi yang dibutuhkan oleh owner sebagai dasar pengambilan keputusan[3].
Penelitian dari Rini Suwartika
Kusumadiarti dan Ade Andriany tahun 2020 yang berjudul “Perancangan Sistem Informasi Akuntansi Penerimaan Kas Pada CV Bintang Alpro Jakarta”. Hasil dari penelitian ini adalah pembuatan sistem Komputerisasi Akuntansi Penerimaan Kas yang dibuat untuk mempermudah proses penglaporan
Penerimaan Kas dimana hal ini dapat menunjang proses administrasi dan ketepatan data[4].
Penelitian dari Megawati dan Ichsyan Rizky Adi Putra tahun 2018 yang berjudul “Rancang Bangun Sistem Informasi Akuntansi Berbasis Web”. Hasil dari penelitian ini adalah sistem informasi akuntansi berbasis web yang dapat mempermudah admin keuangan dalam pembuatan laporan keuangan karena sejak pertama kali menginputkan transaksi, seluruh laporan keuangan yang dibutuhkan perusahaan otomatis sudah terhitung, mulai dari jurnal umum, trial balance, buku besar,
laporan laba rugi, laporan perubahan modal, dan laporan neraca keuangan menggunakan metode waterfall[5].
Beberapa penelitian diatas penulis jadikan acuan untuk membuat analisis dan perancangansistem informasi akuntansi berbasis web pada CV. CILI CREATIVE LABS yang dapat membantu perusahaan dalam mencatat biaya, HPP, mengumpulkan data pelanggan, dan membuat laporan laba rugi
## 2.1. Laporan Keuangan Pada Sistem Informasi Akuntansi
Laporan keuangan merupakan reportkegiatan penggunaan kas dari suatu perusahaan yang biasanya dibuat pada akhir periode. Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan terdiri dari beberapa jenis, tergantung dari maksud dan tujuan pembutaan laporan keuangan tersebut [6], dalam sistem yang penulis bangun, laporan keuangan yang bisa ditampilkan adalah berupa neraca, laporan perubahan kas, serta laporan laba-rugi. Pembuatan laporan keungan yang pada mulanya masih manual dikombinasikan dengan sistem informasi akuntansi dengan harapan pembuatan laporan keuangan menjadi lebih cepat, tepat dan akurat. Sistem informasi akuntansi adalah salah satu pemanfaatan teknologi untuk bidangkeuangan. Menurut Romney dan Steinbart, (2019) menjelaskan bahwa SIA dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan dalam bentuk pengembangan produk yang dihasilkan perusahaan melalui peningkatan mutu, pengurangan biaya, dan penambahan kelengkapan produk. Selain itu SIA juga mampu efesiensi operasional perusahaan. SIA dapat menyediakan informasi andal dan tepat waktu sehingga dapat meningkatkan kualitas keputusan. SIA juga mampu memberikan keunggulan daya saing[7]. SIA yang akan menunjukan laporan keuangan dengan kualitas data yang lebih baik tetap harus dikelola dengan mengadakan pengendalian internal.
Pengendalian internal yang dimaksud adalah “Suatu proses yang diberlakukan oleh dewan direksi, manajemen dan aparat lainnya, yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai sehubungan dengan pencapaian tujuan dalam kategori sebagai berikut: (a)
Vol. 2 No. 2, September 2020, hlm. 64 - 72
efektivitas dan efisiensi operasi, (b) keandalan laporan keuangan dan (c) ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku”. Banyak hal yang diusahakan perusahaan untuk menerapkan SIA dalam perusahaan mereka salah satunya adalah dengan mengaplikasi SIA tersebut dalam media website.Penggunaan media website saat ini juga sangat disarankan guna mengikuti permintaan konsumen akan ketepatandata dan kecepatan informasi yang ingin didapatkan.
Salah satu perusahaan yang ingin menggunakan media website tersebut adalah CV. Cili Creative Labs. Sistem Informasi Akuntansi akan dibuat berbasis website dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP dan Java Script dengan Data Base MySQL. Website merupakan salah satu media untuk mengolah dan menampilkan informasi. Halaman -halaman dari website diakses melalui sebuah URL yang disebut homepage (halaman induk, sering diterjemahkan menjadi halaman muka atau beranda). URL ini yang mengatur web page menjadi sebuah sistem dengan prosedur yang jelas.
Sebuah web page adalah dokumen yang ditulis dalam format HTML (Hyper Text Markup language), yang hampir selalu bisa diakses melalui HTTP, yaitu protokol yang menyampaikan informasi dari server website untuk ditampilkan kepada para pemakai web browser. Semua publikasi dari sebuah website dapat membentuk jaringan informasi yang sangat besar. Web page layaknya sebuah halaman buku yang dapat menampung berbagai informasi tentang banyak hal, baik bersifat komersil maupun nonkomersil [8].
Salah satu bahasa pemrograman yang memungkinkan programmer menggunakan kode HTML secara dinamis adalah bahasa pemrogaram PHP. PHP adalah sebuah bahasa pemrograman yang berbasis server (server side) artinya kode ini dijalankan server, jika tidak ada server maka kode PHP tidak bisa dijalankan. PHP banyak dipakai oleh banyak orang karena PHP adalah perangkat lunak bebas (open source) atau gratis, bebas dan terbuka. PHP adalah bahasa scriptingyang bisa dipakai untuk tujuan apapun,
diantaranya cocok untuk mengembangkan aplikasi web berbasis server (server-side), yang artinya PHP nantinya dijalankan di server web. Setiap kode PHP yang akan diolah oleh runtime PHP, hasilnya adalah kode PHP yang dinamis tergantung kepada script PHP yang dituliskan. PHP dapat digunakan dibanyak server web, sistem informasi dan platform[9].
Kemudian untuk mempercatik tampilan pada website penulis menggunkan Java Script. Java Script merupakan bahasa pemrograman yang memberikan kemampuan tambahan ke dalambahasa pemrograman HTML (Hypertext Markup Language)dengan mengijinkan pengeksekusian perintah-perintah pada sisi client, dan bukan sisi serverdokumen web. Bahasa Java Script ini tidak memerlukan penerjemah khusus untuk menjalankannya. Javascript menyediakan ribuan tamplate gratis yang atraktif untuk menyempurnakan fungsi halaman web [10].
Basis Data yang akan digunakan adalah Basis Data MySQL yang pada umumnya akan tersimpan pada tabel yang secara logika merupakan struktur dua dimensi yaitu terdiri dari baris dan kolom, [11]. Untuk mempermudah programmer
dalam memahami sistem yang akan dibuat maka rancangan sistem penulis paparkan dalam diagram alur, dan diagram alir data. Diagram alir data menggambarkan arus data di dalam suatu organisasi dengan melukiskan komponen-komponen suatu sistem, arus data diantara komponensistem tersebut, sumber dan tujuan, serta alat penyimpanan data (data stores)[12]. Kemudian Diagram alur adalah suatu teknik untuk menjelaskan proses kerja beberapa aspek dari suatu sistem dengan menggunakan simbol, gambar, dan lambang tertentu sehingga penjelasan menjadi lebih ringkas, logis dan mudah dipahami. Secara tradisional telah menjadi suatu kesepakatan bahwa dalam perancangan dan pengembangan sistem harus melalui beberapa tahapan agar sistem yang dihasilkan efektif dan efesien. Tahapan tersebut lebih dikenal dengan siklus pengembangan sistem, atau dalam bahasa
Vol. 2 No. 2, September 2020, hlm. 64 - 72
asing disebut system development life cycledisingkat SDLC[13].
Perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan yangbergerak pada bidang pariwisata dengan menyediakan paket trip bagi masyarakat dunia yang ingin berkunjung ke Bali, Nusa Penida, Nusa Lembongan, Nusa Ceningan, Komodo dan Gili Island. Perusahaan ini sudah beroperasi sejak tahun 2017 dengan 8 karyawan. Perusahaan mulai berkembang, karena itu sangat perlu pembantu dalam penyiapan data dalam halini adalah sistem yang penulis buatkan dalam bentuk website[14].
## 3. METODE
3.1. Kerangka Berpikir
Penelitian dimulai dengan merumuskan masalah, kemudian menentukan solusi yang sekiranya bisa digunakan, lalu melakukan wawancara dengan pihak terkait, untuk medapatkan data dan dilakukan analisis, setelah itu lanjut dengan mendesign basis data dan antar muka yang akan digunakan oleh perusahaan, setelah sistem selesai maka penulis akan menguji coba sistem pada perusahaan, jika sudah sesuai maka lanjut ke pemeliharaan dan jika belum sesuai maka akan di analisis Kembali hal yang menjadi kendala dalam menjalankan sistem.
## 3.2. Metode Penelitian
Metodeyang digunakan penulis dalam pembuatan sistem iniadalah metode SDLC
model waterfall yang Langkah –langkahnya dijelaskan seperti berikut:
1. Analisis adalah tahap pertama yang dilakukan dengan menganalsis kebutuhan sistem.
2. Design adalah tahap selanjutnya untuk mengeksekusi kebutuhan sustem dari design programnnya.
3. Implementation adalah tahap menuangkan design tersebut kedalam pembuatan program dengan mengkoding program tersebut.
4. Testing adalah tahap uji coba program yang dibuat, untuk mengetahui kelancaran penggunaan program.
5. Deployment adalah tahap untuk menaruh aplikasi pada webserver yang diinginkan perusahaan.
6. Maintance adalah tahap untuk melakukan pengecekan dan pengelolaan secara berkelanjutan 3.3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu: 1. Wawancara 2. Studi Pustaka
## 3.4. Instrument Penelitian
Adapun instrumen penelitian yang penulis gunakan adalah sebagai berikut: 1. Metode Pengumpulan Data a. Wawancara (terlampir)
b. Kuesioner (terlampir)
2. Metode Analisis dan Desaina
a. Diagram Alur
b. DFD
c. ERD
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Diagram Konteks
Diagram Konteks terdiri dari 3 entitas yaitu owner, customer servicedan bagian keuangan. Ketiga Entitas memiliki username dan password yang berbeda. Owner yang memiliki kuasa tertinggi bisa mengakses semua fitur di sistem.mulaiIdentifikasi ma salahMenentukan pemecahan masala h & studi literaturWawancara dengan pihak terka itPengumpulan dan analisis dataDesain dan perancangan sistem,
basis data,
antarmukaPengujian sistemBerjalan dengan baik?implementasiMemberi kesimpulan dan saranselesaiiyatidak.
4.2. DFD
DFD Level 0 menjelaskan keluar masuknya data untuk maing –masing entitas. Dalam diagram ini juga menjelaskan tempat data akan disimpan melalui beberapa aktivitas yang bisa dilakukan masing –masing entitas
## 4.3. Hasil Perancangan Sistem
Berdasarkan pada rancangan desain antar muka, maka pada bagian ini menampilkan rancangan yang telah dieksekusi. Berikut merupakan hasil eksekusi dari rancangan sistem:
## 1. Halaman Login
Halaman Login untuk masing –masing entitas masih sama, yang membedakan hanya data yang di inputkan yaitu username dan password masing-masing entitas
2. Halaman Beranda Owner 3. Halaman Beranda Customer Service
Pada halaman inicustomer service bisa mengolah data transaksi yang berkaitan dengan customer seperti input data perjalanan dan detail lengkap customer yang memesan jasa perusahaan
4. Halaman Booking Trip Untuk Customer
Service
Halaman Booking Trip khusus untuk mengelola data customeryang memesan jasa trip saja.
5. Tampilan Ketika Detail di klik pada bagian menu booking trip
Pada halaman ini CS bisa menginputkan total harga, dp serta pelunasan yang akan dilakukan oleh tamu.
6. Halaman booking transport untuk customer service 7. Halaman Beranda Home Bagian
Keuangan
8. Halaman Vendor
9. Halaman Ketika Tombol Transaksi Di Klik
Pada Halaman ini Bag. Keuangan bisa mengedit data HPP yang dibayarkan ke vendor.
10. Halaman Ketika Penambahan Biaya
Dilakukan Pada Menu Vendor
Halaman untuk menginputkan nominal pembayaran kepada vendor baik dp, pelunasan dan keterangan pembayarannya
11. Halaman HPP
12. Halaman Input Pengeluaran Pada HPP
Halaman untuk menambahkan nominal HPP oleh bagian keuangan
13. Halaman Biaya
Halaman untuk menambahkan biayayang dikeluarkan selama memberii service ke custome yang hanya bisa dilakukan oleh bagian keuangan
14. Halaman Jika Tombol Cari Laporan DI Klik
15. Halaman Yang Tampil Ketika Menambah Biaya
Vol. 2 No. 2, September 2020, hlm. 64 - 72
16. Halaman Pembelian
Halaman ini menujukan data terkini mengenai tunggakan yang harus segera dilunasi kepada para vendor.
17. Halaman Penjualan
Halaman ini menunjukan info terkini mengenai piutang yang harus dibayar oleh customer 18. Halaman Report
Halaman ini adalah halaman yang menujukkan laporan laba rugi perusahaan selama sebulan yang bisa dikses oleh bagian keuangan dan owner
## 5. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dan pembahasan yang telah diuraikan pada
setiap bab, dalam penelitian berjudul Rancang Bangun Sistem Informasi Akuntansi pada CV Cili Creative Labs, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Dengan adanya rancang bangun sistem informasi akuntansi berbasis web, data transaksi yang terjadi dapat diolah dan menghasilkan laporan keuangan seperti laporan laba rugi, Laporan pendukung seperti laporan harian dan laporan bulanan secara maksimal dan tepat waktu sehingga penerimaan informasi tidak membutuhkan waktu lama yang dapat membantu meningkatkan efisiensi perusahaan. Selain itu dengan sistem juga dilengkapi dengan data penjualan dan pembelian yang mengingatkan perusahaan akan piutang dan hutang perusahaan pada customer dan Vendor.
2. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Customer Servicedan Bag.Keuangan pada CV Cili Creative Labs, Rancang Bangun Sistem Informasi Akuntansi yang dibuat dapat bermanfaat dan digunakan untuk memberikan informasi yang diperlukan oleh pihak-pihak yang terlibat di CV Cili Creative Labs.
## 6. DAFTAR REFERENSI
[1]. Drs. I Cenik Ardana,M.M., Ak.,CA. Hendra Lukman, S.E., M.M.,Ak.,CPMA., CA., CPA (Aust)., Sistem Informasi Akuntansi, Jakarta: Mitra Wacana Media, 2016.
[2]. Ambar Puspa Arum, "Perancangan Sistem Inforasi Akuntansi Penerimaan Kas Berbasis Web Pada Batik Pramanca”,
Jurnal Nominal, 2017. [3]. Rini Suwartika Kusumadiarti, Ade Andriany tahun,“Perancangan Sistem Informasi Akuntansi Penerimaan Kas
Pada CV Bintang Alpro Jakarta”, 2020. [4]. Megawati dan Ichsyan Rizky Adi Putra, “Rancang Bangun Sistem Informasi Akuntansi Berbasis Web”, Jurnal Sains,
Teknologi dan Industri, 2018. [5]. R. Nugrahwati, "RANCANG BANGUNSISTEM INFORMASIAKUNTANSIBERBASISWEBP
ADA PT. PITA TRANS LINE," Makasar, 2016.
Vol. 2 No. 2, September 2020, hlm. 64 - 72
[6]. Dr.Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015.
[7]. Candra Ahmadi, Dadang Hermawan, E- Business & E-Commerce, Yogyakarta: CV ANDI OFFSET, 2013.
[8]. Edy Winarno ST, M.Eng, Ali Zaki, SmitDev Community, Buku Sakti Pemrograman, Jakarta: PT Elex Media Komputido, 2013.
[9]. A. C, "Hostinger," 23 january 2019. [Online]. Available: https://www.hostinger.co.id/tutorial/ap a-itu-javascript/. [Accessed 15 November 2019].
[10]. Untung Raharja, Augury El Rayeb and Asep Saefullah, Siapa Saja Bisa Membuat Website dengan CSS dan HTML,
Yogyakarta: CV Andi Offset, 2009.
[11]. F. Galandi, "Pengetahuan dan Teknologi.com," September 2019. [Online]. Available:
http://www.pengetahuandanteknologi.c om/2016/09/metode-waterfall-definisi- tahapan.html. [Accessed 15 November 2019].
[12]. Anna, Nurmalasari, And Angelina Yella Yusnita, "Rancang Bangun Sistem Informasi Penerimaan dan Pengeluaran Kas Pada Kantor Camat Pontianak TImur,"
Jurnal Khatulistiwa Informastika, vol. VI,
p. 12, 2018.
[13]. Megawati, Ichsyan Rizky Adi Putra, "Rancang Bangun Sistem Informasi Akuntansi Berbasis Web," Jurnal Sains, teknologi dan industri, vol. 15, p. 7, 2018.
[14]. Widy Firdha Lestariand Apriani Puti Purfini, "Rancang Bangun Sistem Informasi Akuntansi HPP," DOI, vol. 03, p. 6, 2018. [15]. F. Wiraharjo, "RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PENGGAJIAN," Sistem dan Teknologi Informasi (JUSTIN),
vol. 3, p. 6, 2015.
[16]. ROBBY ANDREAS LUMBANGAOL;
RICKO MONTANA; MARCELLA, "ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM APLIKASI POINT OF SALES TINTA AJAIB BERBASIS WEB PADA PT. BANGKIT BERDIKARI MAKMUR," 3 july 2014. [Online]. Available:
http://eprints.binus.ac.id/29621/.
[Accessed 25 10 2019].
[17]. Hidayat, "RANCANG BANGUN APLIKASI POINT OF SALE (POS) BERBASIS WEB DENGAN PEMANFAATAN TRIGGER PADA DISTRIBUTION STORE CV.
NMRQ," JUSTIN, vol. II, p. 5, 2014.
|
4c214040-c8cf-4ed9-9240-0f66cdf565b9 | https://j-innovative.org/index.php/Innovative/article/download/8968/6130 | INNOVATIVE: Journal Of Social Science Research Volume 4 Nomor 1 Tahun 2024 Page 9156-9166 E-ISSN 2807-4238 and P-ISSN 2807-4246
Website: https://j-innovative.org/index.php/Innovative
## Tingkat Ketergantungan Lansia Depresi Pada Panti Sosial Terhadap Terapi Lingkungan Di Makassar
Idris 1 ✉ , Cici Yusnayanti 2 , Yusnita Yusfik 3 , Muhammad Yunus 4 , Fransina Tubalawony 5 ,
Rahmat Pannyiwi 6
(1) Program Studi Keperawatan, Universitas Islam Makassar (2) Program Studi Keperawatan, Universitas Mandala Waluya (3) Program Studi Administrasi Rumah Sakit, Politeknik Bhakti Kartini (4) Program Studi Administrasi Rumah Sakit,ITEKES Tritunas
(5) Program Studi Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Maluku
(6) Program Studi Keperawatan, STIKes Amanah Makassar
Email: rahmatpannyiwi79@gmail.com 1 ✉
## Abstrak
Tindakan penyembuhan pasien melalui manipulasi dan modifikasi unsur-unsur yang ada pada lingkungan dan berpengaruh positif terhadap fisik dan psikis individu serta mendukung proses penyembuhan. Meletakkan kepercayaan kepada orang lain atau benda-benda lain, untuk bantuan yang terus menerus, kenyamanan hati dalam pemenuhan kebutuhan. Penelitian ini menggunakan purposive sampling artinya menetapkan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti, sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya Instrument penelitian menggunakan kuesioner, menggunakan uji wilcoxon dan data dianalisa. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa sebelum diberikan tindakan terapi lingkungan dan setelah diberikan (post test) mengalami peningkatan yang berarti ada pengaruh tindakan terapi lingkungan terhadap tingkat ketergantungan pada lansia depresi di panti sosial di Makassar. Terapi lingkungan ini sangat efektif sehingga memberikan perubahan kepada tingkat ketergantungan pada lansia depresi.
Kata Kunci: Lanjut Usia, Panti Sosial, Terapi lingkungan, Ketergantungan, Depresi.
The patient's healing action is through manipulation and modification of elements in the environment and has a positive effect on the individual's physical and psychological well-being and supports the healing process. Placing trust in other people or other objects, for continuous assistance, comfort in meeting needs. This research uses purposive sampling, which means determining the sample by selecting samples from the population according to what the researcher desires, so that the sample can represent previously known characteristics of the population. The research instrument uses a questionnaire, uses the Wilcoxon test and the data is analyzed. The results of statistical tests show that before being given environmental therapy measures and after being given them (post test) there has been an increase, which means that there is an influence of environmental therapy measures on the level of dependency in depressed elderly people in social institutions. This environmental therapy is so effective that it changes the level of dependency in depressed elderly people.
Keywords: Elderly, Social Care, Environmental Therapy, Addiction, Depression.
## PENDAHULUAN
Ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sudah berkembang pesat, juga di bidang kesehatan. Didukung oleh keadaan sosial ekonomi yang baik, hal ini menyebabkan peningkatan angka harapan hidup penduduk di dunia; di tahun 2005 usia harapan hidup laki-laki dan perempuan adalah 74,9 tahun dan 79,9 tahun, sedangkan di tahun 2006 adalah 75,1 tahun dan 80,2 tahun (Nugraha Agus 2016).
Proses penuaan merupakan suatu proses alamiah yang tidak dapat dicegah dan merupakan hal yang wajar dialami oleh orang yang dikaruniai umur panjang. Walau merupakan suatu hal yang alami, proses menua tetap menimbulkan permasalahan baik secara fisik, biologis, mental maupun sosial ekonomi (Wahjudi Nugroho, 2016).
Pada lanjut usia diharapkan tetap mandiri secara primer, namun karena bertambahnya usia dan mempunyai masalah yang kompleks sehingga mengalami penurunan kemandirian dan meningkatkan ketergantungan lansia kepada orang lain dalam mencukupi kebutuhannya (Roger Watson, 2015).
Permasalahan yang dialami lansia adalah gangguan fisik, mental, dan sosial. Masalah ini dapat akut atau kronik dan menyebabkan gangguan kemampuan individu untuk beraktivitas sehari-hari.Pada kasus parah, Lansia dapat menyebabkan bunuh diri. Sekitar 80% lansia depresi yang menjalani pengobatan dapat sembuh sempurna dan menikmati kehidupan mereka, akan tetapi 90% mereka yang Lansia mengabaikan dan menolak pengobatan gangguan mental tersebut. Salah satu terapi lingkungan yang dapat menurunkan tingkat ketergantungan yaitu terapi lingkungan telah menjadi bagian penting dari perawatan pasien karena dapat meningkatkan kesehatan tubuh, pikiran dan semangat serta kualitas hidup. Terapi lingkungan
sangat erat dengan terapi lingkungan karena memang pada terapi ini memanipulasi atau memodifikasi unsur yang ada di lingkungan.
Menurut data Badan Pusat Statistik di Tahun 2019 menyebutkan jumlah warga lansia mencapai 13 persen atau sekitar 16 ribu dari seluruh jumlah kota Bima. Sedangkan jumlah lansia (usia 60 tahun ke atas) pada tahun 2019 sebanyak 4.503.817 orang, rinciannya laki-laki 1.911.995 orang dan perempuan 2.591.862 orang, sebanyak 80% dari jumlah lansia tersebut.
## METODE PENELITIAN
Populasi pada penelitian ini adalah semua lanjut usia yang mengalami tingkat ketergantungan karena depresi yang tinggal di Panti Unit Pelayanan Sosial di Makassar. Penelitian yang digunakan adalah : pra test dan post tes dalam satu kelompok lansia di panti sosial. Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan “Sampling” tertentu untuk bisa memenuhi/ mewakili populasi (Notoatmodjo, 1993). Dengan kriteria sampel yaitu :
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2003) yaitu ;
1) Lansia yang tinggal dipanti
2) Mampu berkomunikasi dengan baik
3) Bersedia menjadi responden
4) Lansia yang depresi ringan dan sedang
5) Lansia dengan ketergantungan ADL
2. Kriteria Ekslusi
Kriteria ekslusi adalah menghilangkan/ mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi (Nursalam, 2003) yaitu ;
1) .Lansia yang mengalami sakit berat
2) Tidak mampu berkomunikasi dengan baik
3) Tidak bersedia menjadi responden
## HASIL DAN PEMBAHASAN
## 1. Hasil
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Tabel 5.1 Karakteristik resonden berdasarkan usia n % 65-69 thn 8 2.0 70-78 thn 10 17.0 81-90 thn 12 81.0 Total 30 100.0
Tabel 5.1 tersebut menjelaskan bahwa usia lansia 81-90 tahun selama penelitian yang mengalami depresi sebanyak 12 responden (81%) , lansia berusia 70-78 tahun sebanyak 10 responden (17%) dan lansia berusiaa 65-69 tahun sebanyak (2%).
Tabel 5.2 Karakteristik Resonden Berdasarkan Jenis Kelamin
n % Laki-laki 13 21.9 Perempuan 17 78.1 Total 30 100.0
Berdasarkan tabel 5.2 tersebut menjelaskan karakteristik resonden berdasarkan Jenis Kelamin di Panti sosial selama penelitian yaitu laki-laki sebanyak 13 orang (22%) dan perempuan sebanyak 17 orang (78%).
Tabel 5.3 Karakteristik Tingkat Ketergantungan
Karakteristik Tingkat Ketergantungan
Minimal Care Lansia dapat melakukan pekerjaan rutin sehari-hari seperti halnya ; makan, minum, mandi, berjalan, tidur, duduk, buang air kecil (BAK), buang air besar (BAB), dan bergerak
Partial care
Merupakan perawatan diri secara sebagian saja dan pasien yang memerlukan bantuan secara minimal seperti pada pasien yang post operasi abdomen dimana pasien ini memiliki kemampuan seperti : cuci tangan, gosok gigi, cuci muka akan tetapi butuh pertolongan
## perawat dalam ambulasi dan perawatan luka
Total Care Bantuan secara penuh merupakan suatu tindakan keperawatan dengan memberikan bantuan secara penuh pada pasien dikarenakan ketidamampuan pasien dalam memenuhi tindakan perawatan secara mandiri yang memerlukan bantuan dalam pergerakan, pengontrolan.
Berdasarkan tabel 5.3 menjelaskan karakteristik tingkat ketergantungan sebagai berikut :
a. Bisa Mandiri Tidak Memerlukan Bantuan ( Minimal Care)
Lansia dapat melakukan pekerjaan rutin sehari-hari seperti halnya ; makan, minum, mandi, berjalan, tidur, duduk, buang air kecil (BAK), buang air besar (BAB), dan bergerak. Terdapat 7 orang Lansia minimal care yang ada di Panti sosial
b. Pasien Lansia Memerlukan Bantuan Sebagian (Partial Care)
Merupakan perawatan diri secara sebagian saja dan pasien yang memerlukan bantuan secara minimal seperti pada pasien yang post operasi abdomen dimana pasien ini memiliki kemampuan seperti : cuci tangan, gosok gigi, cuci muka akan tetapi butuh pertolongan perawat dalam ambulasi dan perawatan luka. Terdapat 15 orang Lansia Partial Care yang ada di Panti sosial .
c. Pasien Lansia Memerlukan Bantuan Sepenuhnya ( Total Care)
Bantuan secara penuh merupakan suatu tindakan keperawatan dengan memberikan bantuan secara penuh pada pasien dikarenakan ketidamampuan pasien dalam memenuhi tindakan perawatan secara mandiri yang memerlukan bantuan dalam pergerakan, pengontrolan, dan ambulansi serta adanya manipulasi gerakan. Terdapat 8 orang Lansia Partial Care yang ada di Panti sosial .
Tabel 5.4
Hasil Pre Post Intervensi Pemberian Terapi Lingkungan n % Partial Care 15 50.0 Total Care 8 26.7 Minimal Care 7 23.3 Total 30 100.0
Tabel 5.4 Sebelum Perlakuan Menunjukan lansia partial care sebanyak 15 orang (50,0%), Lansia total care sebanyak 8 orang (26,7%), Lansia minimal care sebanyak 7 orang (23,3%) dengan nilai rata-rata jadi jumlah keseluruhan responden ada 30 orang (100%).
n % Total Care 4 13.3 Minimal Care 26 86.7 Total 30 100.0
Tabel 5.5 Setelah Perlakuan Menunjukan Lansia Total Care sebanyak 4 orang (13,3%) dan lansia minimal care sebanyak 26 orang (86,7%) dengan nilai rata-rata jadi jumlah keseluruhan responden ada 30 orang (100%).
Pengaruh Sebelum Diberikan Terapi Lingkungan Pada Lansia Ketergantungan
Tabel 5.6
Analisis Berdasarkan Uji Wilcoxon. Tingkat Ketergantungan Perlakuan Partial Care Minimal Care Total Care n % Pre Test 1 5 50,0 % 7 23,3% 8 26,7% 3 0 100 Jumlah 1 5 50,0 % 7 23,3% 11 26,7% 3 0 100
Berdasarkan hasil Uji Wilcoxon sebelum perlakuan menunjukan lansia partial care sebanyak 15 orang (50,0%), Lansia total care sebanyak 8 orang (26,7%), lansia minimal care sebanyak 7 orang (23,3%) dengan nilai rata-rata jadi jumlah.
Pengaruh Sesudah Diberikan Terapi Lingkungan pada Lansia Ketergantungan
Tabel 5.7 Analisis berdasarkan Uji Wilcoxon Tingkat Ketergantungan Perlakuan Minimal Care Total Care n % Post Test 26 86,7% 4 13,3% 30 100 Jumlah 26 86,7% 4 13,3% 30 100
Berdasarkan hasil Uji Wilcoxon setelah perlakuan menunjukan lansia total care sebanyak 4 orang (13,3%) dan lansia minimal care sebanyak 26 orang (86,7%) dengan nilai rata-rata jadi jumlah keseluruhan responden ada 30 orang (100%).
## 2. Pembahasan
Setelah dilakukan analisa data dan menguji hasil penelitian baik secara kuantitatif dengan analisa isi diperoleh hasil yang cukup bervariasi yang memerlukan pembahasan tentang tingkat ketergantungan lansia yang depresi pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol sebelum dan sesudah diberikan terapi lingkungan dan pengaruh pemberian terapi lingkungan terhadap penurunan tingkat ketergantungan pada lansia depresi.
Tingkat Ketergantungan Pada Lansia Depresi Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi lingkungan pada Kelompok perlakuan dan Kelompok kontrol
Sebelum diberikan terapi lingkungan, didapatkan bahwa tingkat ketergantungan lansia yang depresi berjumlah 24 orang dengan tingkat ketergantungan ringan berjumlah 10 orang dan tingkat ketergantungan sedang berjumlah 12 orang. Faktor yang mempengaruhi ketergantungan lansia dalam pemenuhan ADL menurut Claire Weekes (1991) karena pengaruh depresi, karena status kesehatan dan dukungan anggota keluarga lansia. pada lansia yang depresi tidak punya sumber kegembiraan dari dalam hatinya sendiri sehingga semangat hidupnya hampir sepenuhnya tergantung pada orang lain. Ada 4 faktor-faktor yang mempengaruhi depresi pada lansia yang dikutip dari S Syarifah (2002) yaitu: faktor psikososial (kunjungan keluarga, kemampuan adaptasi/ lamanya tinggal dipanti dan pekerjaan masa lalu), faktor psikologi (motivasi masuk panti, rasa rendah diri atau tidak berdaya dan seseorang yang ambisius), faktor budaya dan faktor biologik.
Pada penelitian ini dibagi 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan 12 orang dan kelompok kontrol 12 orang. Untuk kelompok perlakuan pre didapatkan 5 orang (42%) dengan tingkat ketergantungan ringan dan 7 orang (58%) dengan tingkat ketergantungan sedang. Setelah diberikan terapi lingkungan didapatkan 2 orang (17%) menjadi mandiri, 6 orang (50%) dengan tingkat ketergantungan ringan dan 4 orang (33%) dengan tingkat ketergantungan sedang. Setelah pemberian terapi lingkungan ini, tidak ada lansia yang mengalami tingkat ketergantungan berat maupun total.
Dari post tes yang dilakukan untuk kelompok perlakuan menurut Indeks ADL's Barthel (Czeresna Heriawan S, 2000), perubahan mandiri yang paling banyak ditemukan dalam hal makan dan berpakaian menjadi mandiri dengan (skor 2), mandi dan membersihkan diri menjadi mandiri dengan (skor 1), sedangkan naik turun tangga perlu pertolongan orang lain
dengan (skor 1), transfer tidur ke duduk dan mobilisasi peelu bantuan satu orang dengan (skor 2).
Sedangkan untuk kelompok kontrol pre dengan tingkat ketergantungan ringan 5 orang (42%) dan 7 orang (58%) tingkat ketergantungan sedang. Pada kelompok kontrol tidak diberikan terapi lingkungan, tetapi mereka tetap pada kegiatan seperti yang telah ditentukan atau dijadwalkan di Panti Unit Pelayanan Sosial tresna Werdha Tulungagung. Setelah dilakukan post test pada kelompok kontrol tidak didapatkan perubahan dalam penurunan tingkat ketergantungan pada lansia yang depresi, dengan tingkat ketergantungan ringan 5 orang (42%), dan tingkat ketergantungan sedang 7 orang (58%).
Pengaruh Terapi Lingkungan Terhadap Penurunan Tingkat Ketergantungan pada Lansia Depresi
Dari tabel 5.1 menunjukkan adanya pengaruh dari terapi lingkungan terhadap penurunan tingkat ketergantungan pada lansia depresi yang ditunjukkan oleh hasil statistik Wilcoxon dengan nilai signifikansi (p= 0.002) dalam tabel tersebut juga dapat diketahui bahwa tingkat ketergantungan lansia sebelum diberikan intervensi pada kelompok perlakuan sebagian besar berada dalam kategori tingkat ketergantungan sedang berjumlah 7 orang (58%) dan tingkat ketergantungan ringan berjumlah 5 orang (42%). Dan setelah diberikan terapi lingkungan meningkat menjadi mandiri 2 orang (17%), tingkat ketergantungan ringan 6 orang (50%) dan tingkat ketergantungan sedang berjumlah 4 orang (33%). Sedangkan pada uji statistik Mann Whitney untuk post didapatkan signifikansi (p)= 0,033. Yang artinya ada pengaruh yang signifikan antara pemberian terapi lingkungan terhadap penurunan tingkat ketergantungan pada lansia depresi.
Pada kelompok perlakuan terdapat pengaruh terhadap penurunan tingkat ketergantungan pada lansia depresi dalam mengikuti setiap tindakan terapi lingkungan yang telah dijadwalkan, hal tersebut dipengaruhi oleh kemauan dan peningkatan pengetahuan dari lansia yang dapat mempengaruhi persepsi lansia akan manfaat dari kegiatan terapi lingkungan.
Menurut Notoatmodjo (2003), perubahan perilaku seseorang memerlukan waktu yang relative lama. Secara teori perubahan perilaku seseorang terbagi dalam 3 tahapan yaitu : pengetahuan, sikap dan tindakan. Perubahan pengetahuan terjadi setelah orang tersebut melakukan penginderaan terhadap suatu objek terntentu, penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Perubahan sikap, setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek, proses selanjutnya akan menilai atau
bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan tersebut. Sedangkan tindakan, belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan, untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.
Sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak dilakukan terapi lingkungan tetapi tetap melaksanakan kegiatan yang telah dijadwalkan oleh panti, tidak ada pengaruh terhadap penurunan tingkat ketergantungan pada lansia depresi dengan memperhatikan hasil uji statistik Wilcoxon yang menunjukkan nilai signifikansi (p= 0.317). Pada pre kontrol didapatkan 5 orang (42%) dengan tingkat ketergantungan ringan dan 7 orang (58%) dengan tingkat ketergantungan sedang. Pada saat post test untuk kelompok kontrol tidak ada perubahan terhadap penurunan tingkat ketergantungan, dengan tingkat ketergantungan ringan berjumlah 5 orang (42%) dan tingkat ketergantungan sedang berjumlah 7 orang (58%).
Berdasarkan hasil penelitian, dari 2 kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, didapatkan berbedaan pengaruh terapi lingkungan terhadap tingkat ketergantungan lansia yang depresi di Panti antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, pada kelompok perlakuan setelah diberikan terapi lingkungan lansia mau atau mampu menumbuhkan rasa saling percaya baik kepada teman sewismanya maupun kepada orang lain yang ada di panti tersebut, dengan terapi lingkungan ini lansia juga merasa percaya diri dan harga dirinya meningkat, daripada sebelum diberikan terapi lingkungan.
Dengan adanya kegiatan terapi lingkungan ini lansia juga mau untuk terlibat dalam setiap kegiatan aktifitas yang telah dijadwalkan, lansia juga merasa senang dan menyukai kegiatan yang diberikan, dan meminta untuk sering-sering datang untuk mengajarkan mereka untuk membuat kegiatan yang lain.
Terapi lingkungan sangat berpengaruh dalam penurunan tingkat ketergantungan hal ini karena dipengaruhi oleh adanya kegiatan yang terstruktur dan terjadwal sehingga lansia tidak merasa bosan terhadap kegiatan yang di lakukannya. Untuk kegiatannya sebaiknya dilakukan 3 kali dalam seminggu dengan kegiatan yang bervariasi dan di senangi oleh lansia tersebut. Keberhasilan atau kesuksesan suatu kegiatan dipengaruhi oleh penerimaan lansia dan keterlibatan staf dalam memberikan terapi lingkungan.
## SIMPULAN
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan serta diuraikan pada pembahasan yang terpapar di bab sebelumnya, maka peneliti dapat memberikan kesimpulan yaitu ada perubahan yang signifikan antara tingkat ketergantungan sebelum dan sesudah pemberian terapi lingkungan lansia yang depresi di Panti sosial.
## DAFTAR PUSTAKA
Amir. 2015. Diagnosis Dan Penatalaksanaan Depresi Pasca Stroke. Jakarta: Cermin Dunia Kedokteran.
Bridge J, et al. 2016. Dorothea Orem’s Self Care Deficit Theory: Troy University.
Faisal, Idrus. 2015. Depresi Pada Penyakit Parkinson Cermin Dunia Kedokteran No.156. Makassar : FK Hasanuddin.
Farida Kusumawati & Yudi Hartono. 2015. Metode penelitian keperawatan dan tehnik analisa data. Jakarta. Salemba Medika.
Gallo, J. J., (2016) Buku Saku Gerontologi. Jakarta : EGC
Hadywinoto. Panduan Gerontologi : Tinjauan Dari Berbagai Aspek. Jakarta : Pt Gramedia Pustaka Utama; 2015.
Hawari, Dadang. 2015. Manajemen Stress, Cemas, Dan Depresi. Jakarta: Gaya Baru Intansari, 2016. Perubahan Tingkat Depresi Setelah Electroconvulsive Therapy (ECT) Di RSUP DR Sardjito Berita Kedokteran Masyarakat XVII(2).Yogyakarta : UGM
Junaidin, J., Rasyid, D., Qasim, M., Aulia, R., Sima, Y., Kurniawati, K., Serli, S., & Rante, A. (2023). Hubungan Pola Makan Terhadap Penyakit Asam Urat Pada Lansia. Barongko: Jurnal Ilmu Kesehatan, 1(2), 76 – 78. https://doi.org/10.59585/bajik.v1i2.21
Kapplan, Saddock. 2015. Sinopsis Psikiatry, Ilmu Pngetahuan Perilaku Psikiatri Klinis.Jakarta:
Binarupa Aksara
Kapplan, Sadock, BJ. 2015. Comprehensive Textbook Of Psychiatry,6th Ed. USA : Lippincott. MS, D. S., Junaidin, J., Kurniawati, K., Samila, S., Malaha, N., & Sima, Y. (2023). Upaya Penguatan Kualitas Kesehatan Dalam Pencegahan Penyakit Degeneratif. Sahabat Sosial:Jurnal Pengabdian Masyarakat, 1(2),
59 – 64. https://doi.org/10.59585/sosisabdimas.v1i2.35
Nursalam, 2015, Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, ed.1, Jakarta: Selemba Medika.
Nursinah, A., Serli, S., Banne Tondok, S., Aulia R, R., Tafor, D., & K, H. (2023). PKM Dukungan Keluarga Terhadap Keaktifan Lanjut Usia. Sahabat Sosial: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 1(2), 46 – 48. https://doi.org/10.59585/sosisabdimas.v1i2.31
Smeltzer, S.C., (2015) Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC
Smeltzer, S.C., (2016) Text of Medical Surgical Nursing Vols 3. Philadelpia: Lippincott Reven Publisher.
Srianingsih, S., Wijaya, A., Pannyiwi, R., Anto, S., Muhajrin, M., & Rauf, N. I. (2022). Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Masalah Kesehatan Lingkungan. Barongko: Jurnal Ilmu Kesehatan, 1(1), 53 – 56. https://doi.org/10.59585/bajik.v1i1.41
Stuart & Laraia 2017. Cognitive impairment and depression among resident of an elderly care home in penang, Malaysia. The Journal of Psychiatry. 2017 Volume 1 Number 1. Sumardin. 2016. Geriatri (Ilmu Kesehatan Lanjut Usia). Edisi ke-2.Jakarta: Balai penerbit FKUI. Sumber Sumber Lain:
Dito Anurogo ; Rahayu Setyaningsih ; Djusmadi Rasyid ; Ulul Asmy ; Tri Ayu Yuniyanti ; Andi Bintang.(2023). Kebutuhan Dasar Manusia : Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia (Teori Hierarki Abraham Maslow) https://agdosi.com/2023/11/03/kebutuhan- dasar-manusia/
|
f2ed9d0c-d37b-4ec5-8a6c-1c1a55acb0be | https://ejournal.undip.ac.id/index.php/lawreform/article/download/15844/11821 |
## IDE DASAR KESEIMBANGAN DALAM PENETAPAN STATUS TERSANGKA SEBAGAI OBJEK PRAPERADILAN OLEH KEKUASAAN KEHAKIMAN di INDONESIA
Saddam Setia Gultom 1 , RB. Sularto 2 . Program Studi Magister Ilmu Hukum
Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
## Abstrak
Lembaga Kekuasaan Kehakiman yang memberikan perlindungan dan keadilan bagi warga negara, ide dasar keseimbangan di kabulkannya penetapan status tersangka sebagai bagian dari objek praperadilan, bagaimana rekonstruksi pengaturan penetapan status tersangka pasca Putusan Nomor 21/PUU/XII/2014 dalam konteks kekuasaan kehakiman. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif dengan maksud untuk mendapat gambaran dan penjelasan mengenai ide dasar keseimbangan tentang dikabulkannya penetapan status tersangka sebagai objek praperadilan, serta bagaimana rekonstruksi penetapan status tersangka pasca Putusan Mahkamah Konstitusi. Berdasarkan hasil penelitian bahwa ide dasar keseimbangan dalam penetapan status tersangka sebagai objek praperadilan adalah keseimbangan antara masyarakat/individu/tersangka dengan aparat penegak hukum serta keseimbangan antara tersangka dengan masyarakat, tujuannya tidak lain adalah untuk perlindungan hak asasi manusia bagi setiap warga negara. Sehingga pasca putusan tersebut diperlukan adanya perubahan terhadap kitab undang-undang hukum acara pidana yang lebih modern dan memberikan rasa keadilan bagi masyarakat serta perlindungan terhadap hak asasi manusia.
## Kata Kunci: Ide Dasar Keseimbangan; Kekuasaan Kehakiman; Objek Praperadilan; Penetapan Status Tersangka
1 Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Hukum UNDIP
2 Penulis Kedua, Penulis Koresponden
## I. Pendahuluan
## A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara hukum sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar Negara Repulik Indonesia Tahun 1945 Pasal 1 ayat 3 yang berbunyi negara Indonesia adalah negara hukum artinya adalah Indonesia harus menjungjung tinggi hukum dan kedaulatan hukum, termasuk pengambilan keputusan yang berada di dalam konteks Kekuasaan Kehakiman. Kekuasaan Kehakiman diatur di dalam Bab IX Pasal 24 Undang-Undang Dasar Tahun 1945.
Kekuasaan kehakiman selain diatur di dalam Bab IX Pasal 24 Undang-Undang Dasar Tahun 1945, juga diatur di dalam Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. Dalam ketentuan umum pada Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman, dinyatakan bahwa Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 demi terselenggaranya negara hukum republik Indonesia.
Kekuasaan Kehakiman dilaksanakan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan
Peradilan Umum, antara lain: Pengadilan Negeri, Pengadilan Agama, Pengadilan Tata Usaha Negara, Pengadilan Militer, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.
Praperadilan terdiri dari dua kata, yaitu pra dan peradilan. Pra berarti sebelum dan peradilan berarti suatu proses pemeriksaan perkara di depan pengadilan. Secara harafiah berarti sebelum proses pemeriksaan perkara di depan pengadilan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Praperadilan adalah suatu proses pemeriksaan voluntair sebelum pemeriksaan terhadap pokok perkara berlangsung di pengadilan.
Praperadilan sebagai salah satu kewenangan pengadilan secara horizontal atau penerapan upaya paksa oleh Polisi dan Jaksa meliputi: (1) sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan (kecuali terhadap penyampingan perkara untuk kepentingan umum oleh Jaksa Agung); (2) ganti kerugian dan/atau rehabilitasi bagi seorang yang perkara pidananya dihentikan pada tingkat penyidikan atau penuntutan (vide, Pasal 77 KUHAP); (3) sah atau tidaknya benda yang disita sebagai alat pembuktian (vide, Pasal 82 ayat 1b dan (3) KUHAP); (4) tuntutan ganti kerugian oleh tersangka atau ahli warisnya
atas penangkapan atau penahanan serta tindakan lain tanpa alasan yang berdasarkan undang- undang atau kekeliruan mengenai orang atau hukum yang diterapkan yang perkaranya tidak diajukan ke Pengadilan Negeri (vide, Pasal 95 ayat 2 KUHAP); (5) permintaan rehabilitasi oleh tersangka atas penangkapan atau penahanan tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang atau kekeliruan mengenai orang atau hukum yang diterapkan yang perkaranya tidak diajukan ke Pengadilan Negeri ( vide, Pasal 97 ayat 3 KUHAP).
3
Sependapat dengan tulisan Luhut M. Pangaribuan, Darwan Prinst dalam bukunya praperadilan dan perkembangannya di dalam praktek menjelaskan pula, bahwa fungsi dan tujuan dari Praperadilan adalah: 4 sebagai pengawasan horizontal oleh Hakim Pengadilan Negeri terhadap pelaksanaan tugas penyidik dan penuntut umum, terutama menyangkut upaya paksa. Dengan demikian tujuan Praperadilan adalah untuk menempatkan pelaksanaan hukum pada proporsi yang sebenarnya demi terlindunginya hak azasi manusia, khususnya terjaminnya hak-hak tersangka dan terdakwa dalam pemeriksaan
3 Luhut M Pangaribuan, Hukum Acara Pidana, Surat Resmi Advokat di Pengadilan, Praperadilan, Eksepsi, pledoi, Duplik, Memori Banding, Kasasi dan Peninjauan Kembali, (Depok: Papas Sinar Sinanti, 20130, hlm. 95.
4 Darwan Prinst, Op. Cit. hlm. 3.
ditingkat penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di depan pengadilan.
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 10 Undang-undang Nomor 8 tahun 1981 jo Pasal 77 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP); Praperadilan adalah wewenang pengadilan negeri untuk memeriksa dan memutus menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini, tentang:
a. Sah atau tidaknya suatu penangkapan dan atau penahanan atas perminataan tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasa tersangka;
b. Sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan atas permintaan demi tegaknya hukum dan keadilan;
c. Permintaan ganti kerugian atau rehabilitasi oleh tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasanya yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan.
Berbicara mengenai ide dasar keseimbangan dalam penetapan status tersangka sebagai objek praperadilan tidak pernah terlepas dari gagasan dasar atau ide dasar atau pokok- pokok pikiran sebagai patokan dalam menentukan alasan apa sebenarnya yang membuat para pelaku kekuasaan kehakiman menjadikan penetapan status tersangka sebagai bagian dari objek
praperadilan. Padahal kita ketahui bahwa penetapan status tersangka dalam peraturan peraundang-undangan kita bukanlah merupakan objek dari praperadilan, artinya tidak terdapat norma baru dalam ketentuan pasal objek praperadilan tersebut. Oleh karena itu Penulis berpendapat bahwa alasan yang mendasar dijadikannya penetapan status tersangka sebagai objek praperadilan yang nantinya akan dijelasakan pada bagian hasil penelitian ini, baik itu karena alasan filosofi atau keadilan, alasan kepastian hukum, kemanusiaan atau alasan tentang hak hak asasi manusia, alasan politik, maupun alasan lainnya.
## B. Perumusan Masalah
Masalah yang diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah ide dasar keseimbangan di kabulkannya penetapan status tersangka sebagai bagian dari objek praperadilan?
2. Bagaimana rekonstruksi pengaturan penetapan status tersangka di dalam konteks kekuasaan kehakiman?
## C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengkaji dan menganalisis tentang ide dasar keseimbangan atas dikabulkannya penetapan status tersangka sebagai bagian dari objek praperadilan.
2. Untuk mengetahui, mengkaji dan menganalisis rekonstruksi pengaturan penetapan status tersangka di dalam bingkai kekuasaan kehakiman.
## D. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian yurisdis normatif yaitu penelitian terhadap masalah dengan melihat dari segi peraturan-peraturan yang berlaku. Spesifikasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis, dalam penelitian hukum normatif data yang digunakan adalah data sekunder. Untuk memecahkan isu hukum dan sekaligus memberikan preskripsi mengenai apa yang seogianya, diperlukan sumber-sumber penelitian yang berupa bahan-bahan hukum primer dan bahan-bahan hukum sekunder. 5
5 Peter Mahmud Marjuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Prenada Media Group, 2005), hlm. 141.
Sesuai dengan sumber data yang menggunakan data sekunder dalam penelitian ini, maka metode pengumpulan data dilakukan melalui study kepustakaan (Library study), bahan-bahan yang telah berhasil dikumpulkan dari berbagai sumber, selanjutkan akan disajikan secara selektif dan sistematis, langkah berikutnya data tersebut dibahas/dianalisis dengan metode deskriptif analisis artinya dari semua bahan hukum yang berhasil dikumpulkan dipakai untuk menggambarkan permasalahan sekaligus pemecahan masalahnya yang dilakukan secara kualitatif normatif.
## II. PEMBAHASAN
## A. Ide Dasar Keseimbangan Dikabulkannya
Penetapan Status Tersangka Sebagai Bagian dari Objek Praperadilan.
Pada dasarnya penetapan status tersangka bukan merupakan objek praperadilan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 77 KUHAP. Pasal 77 KUHAP berbunyi:
Pengadilan negeri berwenang untuk memeriksa dan memutus, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini tentang: 6
6 Lihat Pasal 77 KUHAP
a. Sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan:
b. Ganti kerugian dan atau rehabilitasi bagi seseorang yang perkara pidananya dihentikan pada tingkat penyidikan atau penuntutan.
Apabila dicermati dalam ketentuan pasal tersebut diatas, bahwa penetapan status tersangka bukan merupakan bagian dari objek praperadilan sebagaimana yang telah diajukan oleh para pelaku tindak pidana korupsi pada masa kini. Yang sangat populer dalam ingatan kita adalah kasus dugaan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh Komisaris Jendral Budi Gunawan yang sangat menghebohkan publik di berbagai penjuru di Indonesia saat ditetapkan oleh Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagai tersangka dalam kasus dugaan tindak pidana korupsi. Namun oleh karena dirinya merasa ditetapkan status sebagai tersangka tidak memenuhi ketentuan Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana, sehingga upaya hukum yang dilakukannya adalah melalui mekanisme upaya hukum Praperadilan.
Meskipun penetapan status tersangka tidak tercantum dalam ketentuan Pasal 77 KUHAP tersebut diatas, bukan berarti seseorang yang ditetapkan sebagai tersangka tidak dapat mengajukan upaya hukum praperadilan. Perlu untuk diketahui bahwa sistem hukum yang berlaku di Indonesia memang tidak sama seperti sistem hukum Anglo-Saxon yang menganut aliran freie rechtslehre, yang memperbolehkan hakim untuk menciptakan hukum (judge made law). Hal ini sejalan dengan ketentuan Pasal 20 Algemene Bepalingen van Wetgeving voor Indonesie (AB –AB) masih berlaku sepanjang belum dicabut secara tegas oleh Undang- Undang berdasarkan Aturan Peralihan UUD 1945 yang menyatakan: “Hakim harus mengadili berdasarkan Undang-Undang”. 7
Hal ini berarti bahwa dalam hukum yang berlaku di Indonesia, Hakim dilarang menafsirkan lebih dari yang seharusnya jika sudah jelas pengaturannya. Namun bukan berarti Hakim menjadi tidak bebas dalam menjalankan kewenangannya. Hakim
7 http://www.hukumonline.com/berita/baca/catatan-atas- putusan-praperadilan-komjen-pol-budi-gunawan-broleh- -john-ferry-situmeang--sh- . Diunggah pada tangggal 17 Desember 2015.
diperkenankan untuk menafsirkan lebih luas suatu peraturan dikala peraturan tersebut tidak jelas maksudnya atau hakim diperkenankan untuk membuat suatu kaidah hukum di saat terjadi kekosongan hukum, karena pada hakekatnya Hakim dilarang menolak perkara dengan alasan tidak ada dasar hukumnya, karena pada dasarnya hukum kita menganut asas penemuan hukum oleh Hakim sebagaimana yang ditentukan dalam Undang- Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.
Pada ketentuan Pasal 10 ayat (1) ini disebutkan bahwa: 8
“Pengadilan dilarang menolak untuk memeriksa, mengadili, memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukumnya tidak ada atau kurang jelas melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya”.
Pasal tersebut diatas merupakan arahan dari Pasal 5 ayat (1) yang berbunyi:
“Hakim dan Hakim Konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup di dalam masyarakat”.
8 Lihat Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009.
Asas inilah yang sering digunakan oleh para pelaku tindak pidana korupsi dalam mengajukan dalil hukumnya, sehingga tidak ada alasan bagi Pengadilan untuk menolak perkara yang diajukan kepadanya.
Sebelum menjawab pertanyaan tentang ide dasar keseimbangan dikabulkannya penetapan status tersangka sebagai bagian dari objek praperadilan, terlebih dahulu Penulis menyampaikan bahwa sebelumnya penetapan status tersangka sudah dijadikan sebagai objek praperadilan atas dikabulkan perkara Nomor 21/PUU/XII/2014 oleh Mahkamah Konstitusi tentang pengajuan KUHAP. Meskipun belum ditindaklanjuti oleh pemerintah dan juga DPR sesuai amanat Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Tata Peraturan Per- Undang-Undangan, bukan berarti putusan tersebut tidak dapat dijadikan sebagai sumber hukum atau acuan hukum, karena pada dasarnya Putusan Mahkamah Konstitusi bersifat final dan kekuatan hukum mengikat (final and binding). maksudnya adalah tidak ada upaya hukum lagi, sehingga putusan tersebut sebenarnya sudah dapat dijadikan sebagai sumber hukum karena sifatnya yang mengikat terhadap permasalahan hukum yang ada, khususnya dalam mengajukan upaya hukum praperadilan. Dalam Amar Putusan
Nomor 21/PUU/XII/2014 tentang pengajuan KUHAP tersebut, penetapan status tersangka telah dijadikan sebagai objek praperadilan. Amar Putusan tersebut berbunyi sebagai berikut:
## Mengadili:
## Menyatakan
1. Mengabulkan permohonan Pemohon untuk sebagian;
1.1. Frasa “bukti permulaan”, “bukti permulaan yang cukup” dan “bukti yang cukup” sebagaimana ditentukan pada Pasal 1 angka 14, Pasal 17 dan Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia 1981, Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209) bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sepanjang tidak dimaknai bahwa “bukti permulaan”, “bukti permulaan yang cukup”dan “bukti yang cukup” adalah minimal dua alat bukti yang termuat dalam Pasal 184 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana;
1.2. Pasal 77 huruf a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia 1981, Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209) bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sepanjang tidak dimaknai termasuk penetapan tersangka, penggeledahan dan penyitaan;
1.3. Pasal 77 huruf a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia 1981, Nomor 76,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209) tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak dimaknai termasuk penetapan tersangka, penggeledahan dan penyitaan;
2. Menolak permohonan Pemohon selain dan selebihnya;
3. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana mestinya.
Pada amar putusan angkat 1 point 1.2 dan point 1.3 sudah secara jelas dinyatakan bahwa Pasal 77 tersebut bertentangan dengan
Undang-Undang Dasar sepanjang tidak dimaknai termasuk penetapan tersangka serta tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak dimaknai penetapan tersangka, penggeledahan dan penyitaan. Sebelum upaya Praperadilan Komjen Budi Gunawan, Jerro Waciq, O.C. Kaligis, Dahlan Iskan, Surya Darma Ali, dan para pelaku tindak pidana korupsi lainnya mengajukan penetapan status tersangka sebagai objek praperadilan, Mahkamah Konstitusi telah menjadikan penetapan status tersangka bagian dari Pasal 77 KUHAP, yang artinya putusan tersebut telah dapat dijadikan sumber hukum dalam mengajukan upaya praperadilan. Namun dalam pembahasan kali ini, Penulis akan menjelaskan tentang ide dasar keseimbangan apa yang terdapat dalam putusan atas dikabulkannya penetapan status tersangka sebagai bagian dari objek praperadilan.
Berbicara tentang ide dasar keseimbagan tidak akan pernah terlepas dari gagasan awal, konsep/nilai/asas, pokok-pokok pikiran yang menjadi dasar pemikiran hukum untuk dijadikan sebagai acuan dalam pembaharuan hukum pidana nasional. Pada slide materi kuliah politik hukum Barda
Nanwawi Arif dijelaskan bahwa 9 : Dasar pemikiran hukum (ide dasar) pada dasarnya adalah empat nilai dasar, yaitu: nilai keadilan, nilai kepercayaan, nilai kasih sayang dan nilai keseimbangan. Berkaitan dengan empat nilai tersebut diatas, keempat nilai tersebut pada dasarnya telah tercantum di dalam Pancasila sebagai ground norm (Norma Dasar). Landasan ide keseimbangan menurut Barda Nawawi Arif mencakup: Landasan filosofi system hukum nasional yaitu Pancasila, landasan tujuan adalah pembangunan nasional, serta landasan religious yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.
Landasan tersebut di atas, bahwa ide dasar keseimbangan yang terkandung dalam pertimbangan Hakim atas dikabulkannya penetapan status tersangka sebagai objek praperadilan mengacu kepada Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum. Keseimbangan yang dimaksud disini adalah sebagaimana yang terdapat dalam Sila ke-2 Pancasila, yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab serta Sila ke-5 yaitu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia, artinya hakim dalam mengabulkan penetapan status tersangka sebagai objek praperadilan
9 Barda Nawawi Arif, Slide Materi Kuliah Polituk Hukum.
memberikan cerminan tentang nilai keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia yang hak-hak asasi-nya dilanggar dan diperlakukan oleh sewenang-wenang oleh aparat penegak hukum, yaitu dengan dikabulkannya penetapan tersangka sebagai objek praperadilan dalam Putusan No.21/PUU/XII/2014, sehingga dengan hal tersebut di atas ide dasar keseimbangan yang terkandung atas dikabulkannya penetapan status tersangka sebagai bagian dari objek praperadilan adalah keseimbangan kepentingan perlindungan masyarakat/individu dengan aparat penegak hukum agar bekerja sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
Berikut Pertimbangan hukum oleh Hakim dalam Putusan No.21/PUU/XII/2014 yang cenderung memberikan perlindungan terhadap masyarakat/individu/tersangka/terdakwa agar aparat penegak hukum memperhatikan aspek hak asasi manusia dalam menetapkan seseorang sebagai tersangka:
1. Bahwa konsep praperadilan
berdasarkan Pasal 77 huruf a yang terbatas pada memberikan penilaian terhadap sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan dan atau
penghentian
penuntutan, jelas sepenuhnya tidak dapat memberikan perlindungan yang cukup kepada seorang tersangka dari pelanggaran terhadap hak asasi manusia yang dilakukan oleh penyidik, penuntut umum dan hakim;
2. Bahwa konsep praperadilan berdasarkan Pasal 77 huruf a yang terbatas pada memberikan penilaian terhadap sah atau tidaknya penangkapan,
penahanan, penghentian penyidikan dan atau penghentian
penuntutan, jelas sepenuhnya tidak dapat memberikan perlindungan yang cukup kepada seorang tersangka sehingga menimbulkan pelanggaran terhadap hak asasi manusia, oleh karenanya bertentangan dengan Pasal 1 ayat (3),
Pasal 28D ayat (1), dan Pasal 28I ayat (5) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
Demikian juga tentang Pendapat Mahkamah Konstitusi dalam pertimbangannya pada No.3.14 poin 2 dan No. 3.16 adalah sebagai berikut:
1. Bahwa asas duo procces of law sebagai perwujutan pengakuan hak-
hak asasi manusia dalam proses peradilan pidana menjadi asas yang harus dijunjung tinggi oleh semua pihak, terutama bagi para lembaga- lembaga penegak hukum. Perwujutan penghargaan hak asasi tersebut terlaksana dengan memberikan posisi yang sama termasuk dalam proses peradilan pidana, khususnya bagi tersangka, terdakwa maupun terpidana untuk mempertahankan hak-haknya secara seimbang;
2. Bahwa Pasal 77 huruh a KUHAP bertentangan dengan Pasal 1 ayat 3 dan Pasal 28I ayat (5) UUD 1945 apabila tidak dimaknai mencakup sah tidaknya penetapan tersangka, penggeledahan, penyitaan, dan pemeriksaan surat; Mahkamah berpendapat:
a) Bahwa Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 menegaskan Indonesia adalah negara hukum. Dalam negara hukum asas duo procces of law sebagai salah satu perwujutan pengakuan hak asasi manusia dalam proses peradilan pidana menjadi asas yang harus dijunjung tinggi oleh semua pihak terutama lembaga penegak hukum.
Perwujutan penghargaan hak asasi tersebut
terlaksana dengan memberikan posisi yang seimbang berdasarkan kaidah hukum yang berlaku, termasuk proses peradilan pidana, khusunya bagi tersangka, terdakwa maupun terpidana untuk mempertahankan hak-haknya secara seimbang. Oleh karena itu, negara khususnya Pemerintah berkewajiban untuk memberikan perlindungan, pemajuan, penegakan dan pemenuhan terhadap HAM (vide Pasal 28I ayat (4) UUD 1945);
b) Penegakan hukum harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku juga berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Tahun 1945. Hukum tersebut harus ditegakkan demi terciptanya tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana yang dirumuskan pada Pembukaan UUD 1945 alinia ke- empat yaitu, membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamain abadi dan keadilan social. Rakyat Indonesia harus aman dari berbagai ancaman bahaya yang datang, rasa aman yang diberikan negara tidak hanya kepada mereka yang benar saja, akan tetapi bagi mereka yang melakukan kesalahan ataupun bagi mereka yang diduga melakukan kesalahan juga berhak memperoleh jaminan rasa aman terhadap diri mereka.
Dari pertimbangan hukum serta pendapat Mahkamah tersebut bahwa Ide keseimbangan yang tercantum atas dikabulkannya penetapan status tersangka sebagai objek praperadilan menurut Penulis adalah keseimbangan dua kepentingan hukum yaitu keseimbangan antara masyarakat/individu/tersangka dan aparat penegak hukum agar berjalan sesuai dengan prosedur ketentuan hukum serta sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD Tahun 1945
10 Tujuannya adalah untuk menciptakan suatu proses penegakan hukum yang didasarkan pada kerangka due procces of law. Due process of law pada dasarnya bukan semata-
10 Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor.04.Pid/Pra/PN. Jaksel.
mata mengenai rule of law, akan tetapi merupakan unsur yang esensial dalam penyelenggaraan peradilan yang intinya adalah bahwa ia merupakan “a law which hears before if condemns, which proceeds upon inquiry, and renders judgement only after trial”, dengan kata lain hukum yang mendengar sebelum mengutuk, berlangsung proses penyelidikan, dan membuat penilain setelah sidang, hal ini merupakan makna dari asas praduga tidak bersalah (presumption of innocent).
Ketentuan Perlindungan Hak Asasi Manusia dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945:
Pasal 28 D ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara RI 1945 berbunyi:
“Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum”.
Pasal 28I ayat (4) “Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah”.
Sehingga dengan demikian, secara jelas dan tegas Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah
mengatur perlindungan dan kepastian hukum
yang adil bagi setiap warga negara. Terlebih lagi Negara Republik Indonesia telah meratifikasi International Covenant On Civil and Political Right/Konvenan Internasional Tentang hak-hak Sipil dan Politik (ICCPR), yakni melalui Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 Tentang pengesahan International Covenant On Civil and Political Right (Konvenan Internasional Tentang hak- hak Sipil dan Politik), (“UU KONVENAN INTERNASIONAL”).
Kewajiban negara untuk melindungi dan menjamin HAM ini secara tegas dicantumkan dalam Pasal 2 ayat (1) ICCPR yang menyatakan: 11
“Each state party to the present Covenant undertakes to respects and to ensure to all individuals within its territory and subject to its jurisdiction the right recognized in the present covenant”.
terjemahan
“Setiap negara pihak pada Kovenan ini berjanji untuk menghormati dan menjamin untuk semua individu dalam wilayahnya dan tunduk pada wilayah
11 Pasal 2 ayat (1) ICCPR
hak hukumnya yang diakui dalam kovenan in”.
## B. Rekonstruksi Pengaturan Penetapan Status
Tersangka di Dalam Konteks Kekuasaan Kehakiman.
Selama ini, defenisi atau pengertian tentang rekonstruksi masih jarang ditemukan dalam buku-buku hukum atau di berbagai literature yang lain. Meskipun kata rekonstruksi sering kita dengar dalam bahasa kepolisian tentang rekonstruksi tindak pidana, namun pengertian tentang rekonstruksi di dalam Undang-Undang tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia tidak di terangkan secara nyata dan jelas tentang pengertian atau istilah rekonstruksi tersebut. Secara harfiah kata rekonstruksi dalam bahasa Inggris berasal dari kata reconstruct. Reconstruct mendapat akhiran ion menjadi reconstruction yang merupakan sebuah kata benda yang berarti membangun atau pembangunan kembali. Dalam terminology hukum rekonstruksi sering disebut reka ulang atau reconstruction the crime.
Rekonstruksi juga dapat diartikan sebagai upaya pembaharuan hukum positif,
dalam arti bahwa rekonstruksi pada pokok pembahasan ini adalah pembaharuan hukum acara pidana (criminal procedure code
renewel), dengan kata lain pembaharuan tentang peraturan Perundang-Undangan Hukum Acara Pidana Nasional tentang pengaturan penetapan status tersangka dalam peraturan Perundang-Undangan. Rekonstruksi mencakup tentang rekonstruksi substansi hukum nasional dan rekonstruksi pemikiran/konseptual hukum acara pidana nasional.
Berbicara tentang rekonstruksi atau pembaharuan hukum nasional tentunya tidak terlepas dari politik hukum (legal policy) dalam kaitannya dengan pembaharuan hukum acara pidana nasional. Penulis membaca dari berbagai literature pada umumnya bahwa politik hukum adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan negara. Dalam sebuah buku tentang politik hukum di Indonesia, bahwa menurut Mahfud MD politik hukum adalah 12
“Legal policy atau garis kebijakan resmi tentang hukum yang akan diberlakukan baik dengan perbuatan hukum baru maupun dengan penggantian hukum yang lama, dalam rangka mencapai tujuan negara”
12 Mahfud, MD, Politik Hukum di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011) hlm. 1.
Dengan demikian, politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan diberlakukan sekaligus pilihan tentang hukum-hukum yang akan dicabut atau tidak diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.
Menurut pakar lain, seperti yang dikemukan oleh Padmo Wahjono bahwa politik hukum adalah kebijakan dasar yang menentukan arah, bentuk, maupun isi hukum yang akan dibentuk. 13 Sementara Teuku
Mohamad Radhie mendefenisikan politik hukum sebagai suatu pernyataan kehendak penguasa negara mengenai hukum yang berlaku di wilayahnya dan mengenai arah perkembangan hukum yang akan dibangun. 14
Politik hukum juga pernah dikemukakan oleh Sudarto, bahwa menurut beliau “politik hukum” adalah: 15
a. Usaha untuk mewujudkan peraturan- peraturan yang baik sesuai dengan keadaan dan situasi pada suatu saat;
b. Kebijakan dari negara melalui badan- badan yang berwenang untuk
13 Wahjono, Padmo, dalam Mahfud MD, Ibid, hlm. 1.
14 Ibid
15 Sudarto dalam Barda Nawawi Arif, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, (Jakarta: Kencana, 2011) hlm. 26.
menetapkan peraturan peraturan yang dikehendaki yang diperkirakan bias digunakan untuk mengekpresikan apa yang terkandung dalam masyarakat dan untuk mencapai apa yang dicita- citakan.
Untuk mencapai pembaharuan hukum nasional sangat dibutuhkan kemauan politik (political will) dari Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat melalui sarana politik hukum, sehingga pembaharuan hukum nasional dapat berjalan dengan lancar. Rekonstruksi atas Putusan Mahkamah Konstitusi tentang pengaturan penetapan status tersangka sebagai objek praperadilan dalam konteks kekuasaan kehakiman sebenarnya sudah diatur dalam Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Tata Peraturan Perundang- Undang.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undang telah ditentukan dalam Pasal 10 bahwa:
1. Materi muatan yang harus diatur dalam Undang-Undang ini berisi:
a. Pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuan Undang-Undang Dasar
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Perintah suatu Undang-Undang untuk diatur dengan Undang- Undang;
c. Pengesahan perjanjian internasional tertentu;
d. Tindak lanjut atas putusan Mahkamah Konstitusi;
e. Pemenuhan kebutuhan hukum dalam masyarakat.
2. Tindak lanjut atas Putusan Mahkamah Konstitusi sebagaimana pada ayat (1) huruf d dilakukan oleh DPR dan
Presiden.
Pada Pasal 10 ayat (2) disebutkan bahwa Putusan Mahkamah Konstitusi harus ditindak lanjuti oleh DPR dan juga Presiden sebagaimana lanjutan dari Pasal 10 ayat (1) huruf d. Dalam Penjelasan Pasal 10 (1) huruf d, yang dimaksud “tindak lanjut Putusan Mahkamah Konstitusi” terkait dengan putusan Mahkamah Konstitusi mengenai pengujian Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Materi muatan yang dibuat terkait dengan ayat, pasal, dan/atau bagian Undang-Undang yang secara tegas dinyatakan dalam Putusan Mahkamah Konstitusi bertentangan dengan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pada penjelasan ayat (2) disebutkan bahwa:
“Tindak Lanjut atas putusan Mahkamah Konstitusi dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kekosongan hukum”
Pada dasarnya objek Praperadilan telah diatur di dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, tepatnya pada bagian kesatu Pasal 77 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
Pasal 77 berbunyi:
Pengadilan Negeri berwenang untuk memeriksa dan memutus, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini tentang:
a. Sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan;
b. Ganti kerugian dan atau rehabilitasi bagi seorang yang perkara pidananya dihentikan pada tingkat penyidikan atau penuntutan.
Dilihat dari ketentuan Pasal tersebut diatas, bahwa penetapan status tersangka bukanlah merupakan objek praperadilan, namun setelah adanya Putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor 21/PUU-XII/2014 tentang pengajuan KUHAP termasuk Pasal 77 KUHAP, bahwa penetapan status tersangka merupakan objek praperadilan. Hal tersebut sebagaimana terdapat dalam Amar Putusan Nomor 21/PUU- XII/2014 yang berbunyi:
Menyatakan:
- Pasal 77 huruf a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia 1981, Nomor 76, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3209) bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sepanjang tidak dimaknai termasuk penetapan tersangka, penggeledahan dan penyitaan;
- Pasal 77 huruf a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia 1981, Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209) tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak dimaknai termasuk penetapan tersangka,
penggeledahan dan penyitaan;
Artinya sepanjang tidak dimaknai tentang penetapan status tersangka, penggeledahan serta penyitaan, Pasal 77
KUHAP tersebut bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Namun dalam perkembangannya sampai saat ini Putusan Mahkamah Konstitusi tersebut belum ditindak lanjuti oleh Pemerintah dan DPR sesuai amanat Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Oleh karena itu masih terjadi kekosongan hukum terhadap Pasal 77 KUHAP, dimana penetapan status tersangka tidak serta merta masuk dalam ranah objek praperadilan, hal ini terbukti ketika banyaknya permohonan yang di tolak oleh Pengadilan atas pengajuan penetapan status tersangka sebagai objek praperadilan.
Untuk mengisi kekosongan hukum tersebut sudah sepatutnya Pemerintah dan DPR melakukan rekonstruksi/pembaharuan terhadap Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang berlaku saat ini untuk mencapai keadilan masyarakat serta memenuhi kebutuhan hukum masyarakat modern saat ini Rekonstruksi yang dimaksud adalah pembaharuan hukum terhadap Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana baik itu melalui perubahan terhadap Pasal 77 KUHAP sehingga tidak terjadi kefakuman atau
kekosongan hukum yang menimbulkan perdebatan di masyarakat luas dan ahli hukum.
## III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan rangkaian pembahasan dari Bab I sampai dengan Bab III, maka Penulis mengambil suatu kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada dasarnya penetapan status tersangka bukan merupakan objek sengketa praperadilan, dimana dalam ketentuan Pasal 77 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana menyebutkan bahwa praperadilan hanya berwenang untuk memutus sesuai dengan undang-undang tentang, sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan, atau penghentian penuntutan, serta ganti kerugian dan atau rehabilitasi bagi seorang yang perkara pidananya dihentikan pada tingkat penyidikan atau penuntutan. Namun pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 21/PUU/XII/2014 tentang Pengujian Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana khusunya Pasal 77 KUHAP, Hakim Mahkamah Konstitusi menyatakan dalam
Amar Putusannya yang pada intinya adalah bahwa Pasal 77 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana bertentangan dan tidak mempunyai kekuatan mengikat sepanjang tidak dimaknai termasuk penetapan status tersangka, penggeledahan dan penyitaan. Sehingga dalam pandangan hukum dari Putusan tersebut penetapan tersangka merupakan bagian dari objek Praperadilan. Dari paparan hal tersebut diatas, menurut Penulis Ide dasar keseimbangan tentang dikabulkannya penetapan status tersangka sebagai objek praperadilan dilihat dari pertimbangan hakim adalah keseimbangan antara masyarakat/individu (termasuk tersangka/terdakwa) dengan aparat penegak hukum. Tujuannya adalah untuk menjaga hak asasi manusia, hak tersangka supaya tidak diperlakukan secara sewenang-wenang oleh Aparat Penegak Hukum (APL). Dengan demikian Aparat Penegak Hukum (APL) dalam melakukan tugasnya sebagai penegak hukum dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Hal ini merupakan perwujudan nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang menjadilan hukum sebagai panglima tertinggi untuk memberikan keadilan bagi setiap warga negara.
2. Rekonstruksi selain dapat diartikan sebagai reka ulang, membentuk kembali, rekonstruksi juga dapat diartikan sebagai pembaharuan hukum nasional yang menyangkut substansi hukum.
Rekonstruksi pengaturan penetapan status tersangka di dalam konteks kekuasaan kehakiman adalah menyangkut pembaharuan hukum positif, rekonstruksi pada pokok pembahasan ini menyangkut tentang pembaharuan hukum acara pidana (criminal procedure code). Dengan kata lain adalah pembaharuan peraturan perundang-undangan tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Nasional di masa mendatang yang menyangkut tentang pengaturan kembali penetapan status tersangka sebagai objek praperadilan. Tujuan dari rekonstruksi penetapan status tersangka sebagai objek praperadilan Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 21/PUU/XII/2014 serta Putusan Nomor 04/Pid/Pra/PN. Jakarta selatan ini adalah untuk menjaga agar tidak terjadi kekosongan hukum dan penafsiran
yang beragam terhadap Pasal 77 Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Dengan adanya rekonstruksi terhadap Pasal 77 KUHAP sehingga objek Praperadilan tersebut bertambah yang pada awalnya terbatas pada sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan, atau penghentian penuntutan, serta ganti kerugian dan atau rehabilitasi bagi seorang yang perkara pidananya dihentikan pada tingkat penyidikan atau penuntutan, menjadi terdapat penambahan yaitu penetapan tersangka, penggeledahan dan penyitaan. Hal tersebut juga sebagai amanat Pasal 10 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undang yang menyebutkan bahwa Putusan Mahkamah Konstitusi harus ditindaklanjuti oleh Presiden dengan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, tujuannya adalah sebagaimana dalam penjelasan Pasal 10 ayat (2) yaitu untuk mencegah terjadinya kekosongan hukum.
## B. Saran
Dengan dikabulkannya Putusan Nomor 21/PUU/XII/2014 tentang pengujian terhadap Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana khusunya yang berkaitan dengan Pasal 77 tentang objek praperadilan serta Putusan Nomor 04/Pid/Pra/PN. Jaksel tentang praperadilan, untuk menjaga keseimbangan kepentingan masyarakat/individu/tersangka dengan aparat penegak hukum supaya penegak hukum bekerja dalam ketentuan yang sah tanpa sewenang-wenang, sepatutnya Putusan Mahkamah Konstitusi dan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang mengabulkan penetapan status tersangka sebagai objek praperadilan dibahas dan disahkan oleh Presiden dengan Dewan Perwakilan Rakyat dengan ketentuan melakukan perubahan terhadap Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana khusunya yang berkaitan dengan objek praperadilan.
## DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-buku:
Prinst, Darwan, Praperadilan dan Perkembangannya di dalam Praktek, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1993).
Andi Hamzah, Jur, Hukum Acara Pidana Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011).
Tanusubroto, S, Peranan Praperadilan Dalam
Hukum Acara Pidana, (Bandung: Alumni,
1983).
Pangaribuan, Luhut.MP, Hukum Acara Pidana;
Surat Resmi Advokat di Pengadilan (Praperadilan, Eksepsi, Pledoi, Duplik,
Memori Banding, Kasasi dan Peninjauan Kembali, (Depok Timur: Papas Sinar Sinanti,
2013).
Bambang Sutiyoso dan Sri Hastuti Puspitasari,
Aspek-Aspek Perkembangan Kekuasaan Kehakiman Di Indonesia, (Yogyakarta: UII Press Yogyakarta, 2005).
Rahayu, Hukum Hak Asasi Manusia (HAM),
(Semarang:Universitas Diponegoro, 2010). Mahfud, MD, Politik Hukum di Indonesia, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2011)
Barda Nawawi Arif, Bunga Rampai Kebijakan
Hukum Pidana, (Jakarta: Kencana, 2011).
Barda Nawawi Arif, Perbandingan Hukum Pidana (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011). Rimdan, Kekuasaan Kehakiman Pasca Amandemen, (Jakarta: Kencana, 2012)
M. Tahir Azhari, Negara Hukum Suatu Studi tentang Prinsip-Prinsipnya Dilihat dari Segi Hukum Islam, Implementasinya pada
Periode Negara Madinah dan Masa Kini, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992).
K.Wantjik Saleh, Kehakiman dan Peradilan,
(Jakarta: Simbur Cahaya, 1976).
Saidi, Muhammad Djafar, Perlindungan Hukum Wajib Pajak dalam Penyelesaian Sengketa Pajak, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2007).
Hartono, Sunaryadi, Penelitian Hukum di Indonesia
Pada Akhir Abad ke-20, (Bandung: Alumni,
1994).
Ratna Nurul Afifah, Praperadilan dan Ruang
Lingkupnya, (Jakarta: Akademika Presindo, 1986).
Marjuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum,
(Jakarta: Prenada Media Group, 2005).
Ibrahim, Jonny, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang: Banyumedia
Publsising, 2007).
Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum,
(Jakarta: UI-Press, 1986).
B. Peraturan Perundang-Undang:
## Undang-Undang Dasar Negara Republik Indoneeia
Tahun 1945.
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP).
Undang-undang Nomor 49 tahun 2009 tentang perubahan kedua atas Undang-undang Nomor 2 tahun 1986 tentang Peradilan Umum.
## C. Jurnal Hukum:
Hamid S. Attamini, Peranan Keputusan Presiden RI dalam Penyelenggaraan pemerintah Negara, Disertasi pada Fakultas Pasca Sarjana Universitas Indonesia, Jakarta, 1990, hlm, 308.
Catatan Kuliah Politik Hukum, Dosen Pengampu Retno Saraswati, SH, M. Hum
Materi Kuliah Politik Hukum Dosen Pengampu Barda Nawawi Arif.
|
5f593451-63a5-45db-a035-4e0e24ea2398 | http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/PSKM/article/download/716/437 |
## STRES DAN PERILAKU MEROKOK BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GASTRITIS
Dyah Ayu Oktaviani Puji Astuti, Dewi Wulandari* Program Studi Sarjana Keperawatan, STIKes Mitra Husada Karanganyar, Jl. Brigjen Katamso Barat, Gapura Papahan Indah, Papahan, Kec. Tasikmadu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia 57722
*mujahidfiisabiilillah@gmail.com
## ABSTRAK
Gastritis termasuk ke dalam sepuluh penyakit terbanyak pada pasien rawat inap rumah sakit di Indonesia dengan jumlah 30.154 kasus. Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi namun tidak dianggap sebagai masalah yang serius. Prevalensi perokok di Indonesia sangat tinggi diberbagai lapisan masyarakat, terutama pada laki-laki, mulai dari anak-anak, remaja hingga dewasa. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara stres dan perilaku merokok dengan kejadian gastritis. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain penelitian case control. Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas karanganyar bulan Maret - April 2019. Pengambilan sampel pada penelitian ini berdasarkan teknik fixed disease sampling dengan jumlah sampel 36 kelompok kasus dan 36 kelompok kontrol. Data diperoleh dari rekam medis penderita gastritis di Puskesmas Karanganyar, kuesioner dan wawancara langsung. Data dianalisis dengan uji regresi logistik berganda. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara stres dengan kejadian gastritis ( = 0,002, OR = 9,825, CI 95% 2,308- 41,828). Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara perilaku merokok dengan kejadian gastritis ( = 0,013, OR = 4,076, CI 95% 1,349-12,311). Kesimpulan: stres dan perilaku merokok dapat meningkatkan risiko terjadinya gastritis.
Kata kunci : gastritis, stres, perilaku merokok
## STRESS AND SMOKING BEHAVIOR ASSOCIATED WITH GASTRITIS INCIDENT
## ABSTRACT
Gastritis was included in the top ten diseases in hospital inpatients in Indonesia with 30,154 cases. The incidence of gastritis in several regions in Indonesia was quite high but it was not considered as a serious problem. The prevalence of smokers in Indonesia was very high in various walks of life, especially in men, ranging from children, adolescents to adults. The aim of this study was to know the relationship between stress and smoking behavior toward gastritis incidence. This type of this study was observational analytic through case control design. The study was conducted in the work area of Puskesmas Karanganyar in March – April 2019. The sampling used was based on fixed disease sampling for each case and control group was 36 people. The data were taken through from the medical records of gastritis patients in Puskesmas Karanganyar, questionnaires, and direct interview. The data was analyzed by using multiple logistic regression. The study showed a positive and significant relationship between stress and gastritis incidence ( = 0,002, OR = 9,825, CI 95% 2,308- 41,828). There was a positive and significant relationship between smoking behavior and gastritis incidence ( = 0,013, OR = 4,076, CI 95% 1,349-12,311). The conclution: stress and smoking behavior can increase the risk of gastritis.
Keywords: gastritis, stress, smoking behavior
## PENDAHULUAN
Gastritis merupakan peradangan pada mukosa lambung yang mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai terlepasnya epitel. Pelepasan epitel ini akan merangsang terjadinya proses inflamasi di lambung (Sunarmi, 2018). Masyarakat mengenal
penyakit gastritis dengan sebutan maag dan tidak menganggapnya sebagai masalah yang serius (Merita et al , 2016). Data yang didapat dari Word Health Organization (WHO, 2013 dalam Tussakinah et al , 2017), angka kejadian gastritis di dunia sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahunnya, di Inggris
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 10 No 2, Hal 213- 222, April 2020 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
(22%), China (31%), Jepang (14,5%), Kanada (35%), dan perancis (29,5%). Sedangkan di Asia Tenggara gastritis diderita oleh sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2014, gastritis termasuk ke dalam sepuluh penyakit terbanyak pada pasien rawat inap rumah sakit di Indonesia dengan jumlah 30.154 kasus (Kemenkes, 2015 dalam Erawan et al , 2017).
Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa penduduk. Didapatkan data bahwa di kota Surabaya angka kejadian gastritis sebesar 31,2%, Denpasar 46%, sedangkan di Jawa Tengah angka kejadian infeksi cukup tinggi sebesar 79,6% (Kemenkes RI, 2013). Data yang dihimpun dari Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar periode Triwulan Ketiga tahun 2018 dari 7 kecamatan di kabupaten Karanganyar didapatkan 1.168 kasus kejadian gastritis.
Salah satu faktor yang menyebabkan gastritis ialah stres. Stres mempunyai efek negatif melalui mekanisme neuroendokrin terhadap saluran pencernaan sehingga beresiko mengalami gastritis. Produksi asam lambung akan meningkat pada keadaan stres, misalnya karena beban kerja berat, panik dan tergesa- gesa. Kadar asam lambung yang meningkat dapat mengiritasi mukosa lambung dan jika hal ini dibiarkan dapat menyebabkan gastritis (Prasetyo, 2015). Penelitian yang dilakukan oleh Tina et al (2017) menunjukkan hasil adanya hubungan antara stres dengan kejadian gastritis.
Faktor lain yang dapat menyebabkan gastritis adalah merokok. Merokok temasuk salah satu fenomena gaya hidup pada masa kini. Ada berbagai macam alasan kenapa sebagian orang merokok, diantaranya adalah merasa bebas, bisa menghilangkan stres, mengurangi kecemasan, hingga mengurangi rasa lapar. Kandungan di dalam rokok yang dapat menghalangi terjadinya rasa lapar adalah nikotin, itu sebabnya seseorang yang merokok menjadi tidak lapar, sehingga akan meningkatkan asam lambung dan dapat menyebabkan gastritis. Rokok dapat meningkatkan sekresi asam lambung sehingga
dapat menimbulkan terjadinya iritasi mukosa lambung. Hasil penelitian yang diperoleh Naisali et al (2017) menunjukkan adanya hubungan antara perilaku merokok dengan kejadian gastritis.
Prevalensi perokok di Indonesia sangat tinggi diberbagai lapisan masyarakat, terutama pada laki-laki, mulai dari anak-anak, remaja hingga dewasa. Kecenderungan merokok terus meningkat dari tahun ke tahun baik pada laki- laki maupun perempuan. Berdasarkan data Riskesdas 2018 prevalensi perokok pada penduduk usia lebih dari 15 tahun menunjukkan hasil bahwa perokok laki-laki (62,9%) lebih tinggi dibandingkan dengan perokok perempuan (4,8%) (Kemenkes, 2018).
Banyaknya jumlah perokok akan menyebabkan banyaknya penderita gastritis, karena rokok dapat meningkatkan sekresi asam lambung sehingga dapat menimbulkan terjadinya iritasi mukosa lambung (Naisali et al , 2017). Penelitian yang dilakukan Prasetyo (2015) menunjukkan hasil bahwa semakin tinggi tingkat stres maka semakin rentan terkena gastritis. Salah satu dampak dari meningkatnya tingkat stres pada kesehatan adalah terjadinya gastritis. Jika gastritis tidak segera ditangani, maka akan memunculkan berbagai macam komplikasi seperti perdarahan saluran cerna bagian atas, yang merupakan kedaruratan medis, terkadang dapat menyebabkan kematian, ulkus peptikum, gangguan cairan dan elektrolit pada kondisi muntah hebat, anemia pernisiosa dan keganasan lambung (Muttaqin & Sari 2013).
Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di UPT puskesmas Karanganyar diperoleh jumlah perokok di kecamatan Karanganyar pada tahun 2017 sebanyak 9.544 kepala keluarga dan pada tahun 2018 terjadi peningkatan menjadi 10.094 kepala keluarga. Data yang diperoleh dari UPT Puskesmas Karanganyar periode Januari sampai Oktober 2018 didapatkan jumlah penderita gastritis di wilayah kerja Puskesmas Karanganyar dengan rincian sebagai berikut, Acute Haemorrhagic Gastritis sebanyak 488 orang, Other Acute Gastritis sebanyak 31 orang, Chronic Superficial Gastritis 1 orang, Chronic Gastritis Unspecified 38 orang, Other Gastritis 20 orang, Gastritis Unspecified sebanyak
67 orang, Gastroduodenitis
## Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 10 No 2, Hal 213 - 222, April 2020 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
unspecified 7 orang, dan Dyspepsia sebanyak 849 orang.
Data rekapitulasi UPT Puskesmas Karanganyar menunjukkan bahwa Dyspepsia dan Acute Haemorrhagis Gastritis masuk dalam 20 besar kunjungan pasien Puskesmas Karanganyar periode bulan Januari sampai Oktober 2018. Di wilayah kerja Puskesmas Karanganyar terdapat 3 desa dengan penderita Gastritis terbanyak, yaitu desa Jantiharjo sebanyak 80 orang, desa Delingan sebanyak 69 orang dan desa Bolong sebanyak 62 orang. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara stres dan perilaku merokok dengan kejadian gastritis di wilayah kerja Puskesmas Karanganyar.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara stres dan perilaku merokok dengan kejadian gastritis di wilayah kerja Puskesmas Karanganyar. Penelitian ini penting dilakukan mengingat perilaku merokok semakin meningkat di berbagai kalangan usia, mulai dari anak-anak, remaja hingga lansia. Selain itu era globalisasi juga meningkatkan kecenderungan seseorang untuk mengalami stres.
## METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis observasional analitik menggunakan desain case control yaitu dengan cara membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol yang bertujuan untuk mengetahui proporsi kejadian berdasarkan riwayat ada tidaknya sebuah paparan dan untuk mengetahui hubungan antar variabel.
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Karanganyar pada bulan Maret sampai April 2019. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah stres dan perilaku merokok. Variabel terikatnya adalah kejadian gastritis.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien laki-laki yang menderita gastritis dan berobat ke puskesmas Karanganyar pada bulan Januari sampai Oktober 2018 berjumlah 202 orang. Penentuan besar sampel menggunakan jumlah sampel yang telah ditetapkan oleh Lumiwu, et al (2015) yaitu sebanyak 36 dengan perbandingan 1 : 1, dimana 36 adalah
jumlah sampel kasus dan 36 adalah jumlah sampel kontrol. Maka jumlah total sampel kasus dan kontrol adalah 72. Teknik pengambilan sampel dengan cara fixed disease sampling yaitu pengambilan sampel dilakukan berdasarkan status paparan penyakit.
Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner tentang stres. Instrumen variabel stres menggunakan pengukuran Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) yang disusun oleh Lovibond (1995). Kuesioner stres ini merupakan seperangkat dari tiga skala laporan diri yang dirancang untuk mengukur emosi negatif yang terdiri dari depresi, kecemasan dan stres. DASS 42 berisi 42 pertanyaan yang mana terdapat 14 item untuk setiap skala. Untuk Item skala stres adalah 1, 6, 8, 11, 12, 14, 18, 22, 27, 29, 32, 33, 35, 39. Hasil dalam penelitian ini berupa stres apabila nilai 14 dan tidak stres apabila nilai < 14. Skala pengukuran pada kuesioner ini adalah skala nominal.
Uji validitas terhadap 14 item instrumen DASS 42 diperoleh hasil semua r hitung > r tabel, yaitu r hitung > 0,361, maka ke 14 item tersebut dinyatakan valid. Setelah uji validitas dilakukan, selanjutnya dilakukan uji reliabilitas. Hasil uji reliabilitas menunjukkan Cronbach Alpha sebesar 0,866 yang berarti instrumen tersebut dinyatakan reliabel. Uji Etik dilakukan di Komisi Etik Penelitian Kesehatan STIKes Mitra Husada Karanganyar.
Data diambil dari responden melalui kuesioner untuk mendapatkan data variabel stres. Pada variabel perilaku merokok data diperoleh melalui wawancara kepada responden. Data kejadian gastritis diperoleh dari rekam medis Puskesmas Karanganyar dan wawancara kepada responden. Analisis data menggunakan uji regresi logistik berganda.
## HASIL
Responden dalam penelitian ini berjumlah 72 orang yang dibagi dalam kelompok kasus dan kelompok kontrol. Karakteristik masyarakat yang menjadi responden dikelompokkan berdasarkan usia, pendidikan dan pekerjaan.
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 10 No 2, Hal 213- 222, April 2020 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan umur (n=72) Usia (tahun) Kelompok Kasus Kelompok Kontrol Total f % f % f % 15 – 25 26 – 35 36 – 45 46 – 55 56 – 65 10 6 9 8 3 27,8 16,7 25,0 22,2 8,3 9 6 9 6 6 25,0 16,7 25,0 16,7 16,7 19 12 18 14 9 26,4 16,7 25,0 19,4 12,5
Tabel 1 menunjukkan hasil bahwa sebagian besar responden berusia antara 15 sampai 25 tahun.
Tabel 2. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan (n=72) Pendidikan Kelompok Kasus Kelompok Kontrol Total f % f % f % SD SMP SMA D3/S1 6 14 12 4 16,7 38,9 33,3 11,1 10 8 15 3 27,8 22,2 41,7 8,3 16 22 27 7 22,2 30,6 37,5 9,7 Tabel 2 didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan menengah atas yaitu SMA.
Tabel 3. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan (n=72) Pekerjaan Kelompok Kasus Kelompok Kontrol Total f % f % f % Petani Swasta Buruh PNS Perawat Pelajar Pensiun 7 8 6 5 0 9 1 19,4 22,2 16,7 13,9 0 25,0 2,8 6 13 8 6 1 2 0 16,7 36,1 22,2 16,7 2,8 2,8 0 13 21 14 11 1 11 1 18.1 29,2 19,4 15,3 1,4 15,3 1,4
Tabel 3 menunjukkan hasil bahwa sebagian besar responden memiliki pekerjaan sebagai karyawan swasta.
Tabel 4. Hubungan antara stres dan perilaku merokok dengan kejadian gastritis (n=72) Variabel B Wald Sig. Exp(B) 95.0% C.I.for EXP(B) Lower Upper Stres 2.285 9.556 .002 9.825 2.308 41.828 Perilaku merokok 1.405 6.207 .013 4.076 1.349 12.311 Constant -2.396 10.057 .002 .091
Tabel 4 merupakan hasil dari uji regresi logistik berganda yang menunjukkan adanya hubungan antara stres dengan kejadian gastritis ( = 0,002, OR = 9,825, CI 95% 2,308-
41,828) dan adanya hubungan antara perilaku merokok dengan kejadian gastritis ( = 0,013, OR = 4,076, CI 95% 1,349-12,311). Artinya,
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 10 No 2, Hal 213 - 222, April 2020 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
variabel stres dan perilaku merokok meningkatkan resiko terjadinya gastritis.
## PEMBAHASAN
Sebagian besar responden (26,4%) berusia antara 15 sampai 25 tahun. Usia 15 tahun sampai 25 tahun termasuk ke dalam kelompok usia remaja awal dan remaja akhir. Artinya di wilayah kerja Puskesmas Karanganyar, gastritis lebih banyak dialami oleh remaja awal dan remaja akhir. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Soetjiningsih (2010) usia merupakan salah satu faktor resiko terjadinya gastritis, terutama pada masa remaja yang merupakan masa peralihan dari bergantung dengan orang tua ke masa yang penuh tanggung jawab serta keharusan untuk dapat mandiri. Permasalahan remaja yang dapat menyebabkan gastritis banyak disebabkan oleh pola makan yang tidak sehat, seperti kebiasaan tidak sarapan dan banyaknya aktivitas yang dilakukan.
Penyakit gastritis dapat menyerang dari semua tingkatan usia maupun jenis kelamin. Hartati et al (2014) mengatakan bahwa gastritis paling sering menyerang usia produktif. Hal ini dikarenakan tingkat kesibukan serta gaya hidup yang kurang memperthatikan kesehatan dan stres yang mudah terjadi karena faktor lingkungan maupun beban pekerjaan. Sebagian besar responden (37,5%) memiliki tingkat pendidikan menengah atas yaitu SMA. 41,7% responden yang berpendidikan SMA berada pada kelompok kontrol. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang mengenai gastritis. Semakin baik pengetahuan seseorang mengenai penyakit gastritis, maka akan timbul respon positif dalam menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan gastritis (Dai, 2013).
Salah satu penyebab terjadinya gastritis ialah stres. Menurut Tussakinah et al (2018) tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi daya tahan tubuhnya dalam mengahadapi stres. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi pula daya tahannya untuk melawan stres, sehingga bisa menghindari terjadinya gastritis. Seseorang dengan pendidikan rendah lebih rentan terkena gastritis daripada yang berpendidikan tinggi, karena orang berpendidikan rendah berasumsi tidak perlu makan yang kaya dengan
karbohidrat yang penting kenyang. sehingga porsi bahan makanan sumber karbohidrat lebih banyak dibandingkan dengan kelompok bahan makanan lain. Sebaliknya, sekelompok orang yang berpendidikan tinggi cenderung memilih bahan makanan sumber protein dan akan berusaha menyeimbangkan dengan kebutuhan gizi lain. Sehingga pendidikan berpengaruh terhadap terjadinya penyakit gastritis (Pratiwi, 2013).
Sebagian besar responden yang memiliki pekerjaan sebagai karyawan swasta yaitu sebanyak 29,2%. Orang yang memiliki pekerjaan tentunya mempunyai aktivitas yang cukup padat dan memiliki beban kerja yang cukup tinggi yang menjadi salah satu indikator penyebab stres hingga memicu terjadinya gastritis. Banyaknya beban pekerjaan dapat menjadi penyebab stres apabila tidak sebanding dengan kemampuan fisik maupun keahlian dan waktu yang tersedia bagi karyawan. Jika banyaknya tugas tidak disertai dengan kemampuan dan waktu yang memadai, maka akan cenderung menjadi penyebab munculnya stres kerja yang dapat memicu terjadinya gastritis (Robbins 2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Sunarmi (2018) menunjukkan bahwa responden yang bekerja lebih rentan terkena gastritis daripada yang tidak bekerja disebabkan orang yang bekerja lebih sibuk dengan pekerjaannya dan memiliki beban kerja yang dapat memicu munculnya stres kerja. Seorang pekerja akan lebih mementingkan tugasnya dari pada makan, sehingga orang yang bekerja memiliki pola makan yang tidak teratur yang dapat menyebabkan terjadinya gastritis.
Hasil analisis pada penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara stres dengan kejadian gastritis di wilayah kerja puskesmas Karanganyar dengan hasil value 0,002 ( < 0,05). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Merita et al (2016) bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara stres dengan kejadian gastritis (p value = 0.000). Juga sejalan dengan penelitian Tussakina et al (2017) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat stres dengan kejadian gastritis (p value = 0,000).
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 10 No 2, Hal 213- 222, April 2020 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
Stres merupakan suatu sistem pertahanan tubuh di mana ada sesuatu yang mengusik integritas diri, sehingga mengganggu ketentraman yang dimaknai sebagai tuntutan yang harus diselesaikan. Selain itu keadaan stress akan muncul apabila ada tuntutan yang luar biasa sehingga mengancam keselamatan atau integritas seseorang (Nasir & Muhith, 2011). Stres merupakan fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang dapat dialami setiap orang dan tidak akan dapat dihindari. Stres dapat menimbulkan dampak bagi individu seperti dampak fisik, sosial, intelektual, psikologis dan spiritual (Pathmanathan & Husada, 2013).
Stres baru nyata dirasakan apabila keseimbangan diri terganggu. Artinya kita baru bisa mengalami stres manakala kita mempersepsi tekanan dari stresor melebihi daya tahan yang kita punya untuk menghadapi tekanan tersebut. Jadi selama kita memandangkan diri kita masih bisa menahankan tekanan tersebut (yang kita persepsi lebih ringan dari kemampuan kita menahannya) maka cekaman stres belum nyata. Akan tetapi apabila tekanan tersebut bertambah besar (baik dari stresor yang sama atau dari stresor yang lain secara bersaman) maka cekaman menjadi nyata, kita kewalahan dan merasakan stres (Musradinur, 2016).
Seseorang yang memiliki pengelolaan stres yang kurang baik dapat meningkatkan kadar asam lambung karena stres dapat menurunkan kadar hormon prostagladin yang berfungsi membantu mempercepat barrier yang berfungsi melindungi lapisan asam lambung, dan dapat mengakibatkan iritasi pada mukosa lambung. Stres sangat berpengaruh terhadap kesehatan tubuh secara keseluruhan, termasuk salah satunya mempegaruhi asam lambung yang berkaitan dengan kejadian gastritis (Tina et al, 2018).
Stres mempunyai efek negatif melalui mekanisme neuroendokrin terhadap saluran pencernaan sehingga berisiko mengalami gastritis. Produksi asam lambung akan meningkat pada keadaan stres, misalnya karena beban kerja berat, panik dan tergesa-gesa. Kadar asam lambung yang meningkat dapat mengiritasi mukosa lambung dan jika hal ini dibiarkan dapat menyebabkan gastritis
(Prasetyo, 2015). Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan Rahma et al (2013) dimana salah satu penyebab terjadinya gastritis adalah stres, dikarenakan sistem persyarafan dari otak berhubungan dengan lambung. Jadi tanpa disadari, saat seseorang mengalami stres akan memicu terproduksinya asam lambung secara berlebihan. Asam lambung inilah yang menyebabkan rasa nyeri pada lambung sehingga terjadi gastritis.
Stres juga dapat memicu terjadinya gastritis, karena sistem persyarafan diambil dari vagus dan dari plexus seliaka sistema simpatis yang berhubungan dengan lambung. Sehingga bila orang mengalami stres maka bisa muncul kelainan pada lambung, karena terjadi ketidak seimbangan. Perlu diketahui bahwa stres bisa menyebabkan terjadinya perubahan hormonal di dalam tubuh. Dimana rangsangan hipotalamus ke lambung meningkatan sekresi asam lambung dan berakibat terjadinya iritasi dilambung hingga menyebabkan terjadinya gastritis (Hartati, 2014).
Hasil analisis pada penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku merokok dengan kejadian gastritis di wilayah kerja puskesmas Karanganyar dengan hasil value 0,013 ( < 0,05). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Madonsa et al (2016) bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara merokok dengan kejadian gastritis (p value = 0,002). Juga sejalan dengan hasil penelitian dari Naisali et al (2017) bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku merokok dengan kejadian gastritis (p value = 0,000).
Merokok sangat berbahaya bagi kesehatan karena dalam satu batang rokok mengandung sekitar 4000 bahan kimia dan 69 diantaranya bersifat karsinogenik yang dapat menyebabkan kanker (Asizah, 2015). Selain itu, merokok juga mempunyai dampak negatif bagi kesehatan tubuh, seperti menyebabkan penyakit saluran pernapasan, gangguan reproduksi, penyakit saluran pencernaan, hingga menyebabkan penyakit stroke (Kemenkes, 2015).
Rokok dapat merusak sistem pencernaan seseorang. Dari seluruh organ pencernaan,
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 10 No 2, Hal 213 - 222, April 2020 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
lambung adalah organ yang paling sensitif. Gangguan ini terjadi secara terus-menerus terhadap sistem pencernaan dapat mengarah pada penyakit tukak lambung atau gastritis. Ketika seseorang merokok, nikotin yang terkandung di dalam rokok akan mengerutkan dan melukai pembuluh darah pada dinding lambung, merokok yang berlebihan (>5%) akan mengakibatkan iritasi ini memicu lambung memproduksi asam lebih banyak dan lebih sering dari biasanya. Kelebihan asam di dalam lambung dan lambatnya sekresi getah pelindung mengakibatkan timbulnya luka pada dinding lambung. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya penyakit gastritis (Caldwell ,2009).
Kandungan di dalam sebatang rokok yang dikonsumsi terdapat bermacam-macam zat yang reaktif terhadap lambung. Diantaranya adalah nikotin dan cadmium merupakan zat beracun dalam rokok yang dapat mengakibatkan kerusakan atau luka pada lambung, serta mual dan perih pada lambung dan ini mempercepat kejadian gastritis (Naisali et al , 2017).
Kejadian gastritis pada perokok dapat dipicu oleh pengaruh asam nikotinat yang menurunkan rangsangan pada pusat makan. Perokok menjadi tahan lapar sehingga asam lambung dapat langsung mencerna mukosa lambung, bukan makanan karena tidak ada makanan yang masuk (Ratu & Adwan, 2013). Hasil penelitian menunjukkan bahwa seseorang yang mengalami stres berisiko 9,825 kali lebih besar menderita gastritis dibandingkan dengan seseorang yang tidak stres. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Merita et al (2016) bahwa stres memiliki risiko 9,42 kali lebih besar meningkatkan kejadian gastritis. Sedangkan perilaku merokok
menyebabkan seseorang berisiko 4,076 kali lebih besar meningkatkan kejadian gastritis. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil pengamatan yang dilakukan Yuliarti menunjukkan bahwa seseorang yang merokok 10 batang perhari berisiko 3,68 kali menderita gastritis (Muhith, 2016).
Stres dapat menyebabkan seseorang untuk melakukan tindakan merokok. Pengaruh dari rokok yang dapat memberikan ketenangan menjadi salah satu penyebab seseorang yang
mengalami stres memilih untuk merokok. Hubungan antara stres dan merokok menunjukkan adanya perubahan emosi selama merokok. Merokok dapat membuat orang yang stres menjadi tidak stres. Perasaan ini tidak akan lama, begitu selesai merokok, mereka akan merokok lagi untuk mencegah terjadinya stres. Jumlah rokok yang dikonsumsi berkaitan dengan stres yang dialami, semakin besar stres yang dialami, semakin banyak pula rokok yang di konsumsi (Megarini, 2015).
Merokok setiap hari dapat menghilangkan stress, memperbaiki memori, mengurangi kecemasan, mengurangi rasa lapar,
memperbaiki konsentrasi dan bisa pula orang merokok sebagai ekspresi perlawanan dan pemberontakan Seseorang yang merokok setiap hari akan merasa ketagihan akibat kandungan nikotin di dalam rokok. Nikotin itulah yang menghalangi rasa lapar, sehingga akan meningkatkan asam lambung dan menyebabkan gastritis (Naisali et al , 2017).
## SIMPULAN
Ada hubungan antara stres dan perilaku merokok dengan kejadian gastritis. Stres dan perilaku merokok dapat meningkatkan risiko kejadian gastritis dengan OR 9,825 untuk stres dan OR 4,076 untuk perilaku merokok.
## DAFTAR PUSTAKA
Asizah, Nur. 2015. Faktor Individu yang Berhubungan dengan Tindakan Merokok Mahasiswa di Universitas Hasanuddin .
[Skripsi]. Makasar : Universitas Hasanuddin. https://core.ac.uk/download/pdf/77621814 .pdf Caldwell, E. 2009. Berhenti Merokok.
Yogyakarta: Pustaka Populer
Dai Z D. 2013. Hubungan Kebiasaan Makan Dengan Kejadian Gastritis Di Puskesmas Tamalate Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo . [Skripsi]. Gorontalo : Universitas Negeri Gorontalo. http://repository.ung.ac.id/skripsi/show/84
1409006/hubungan-kebiasaan-makan- dengan-kejadian-gastrtitisdi-puskesmas- tamalate-kecamatan-kota-timurkota- gorontalo.html
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 10 No 2, Hal 213- 222, April 2020 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
Erawan N, Prayitno H, Setiawan I. 2017.
Hubungan Pengetahuan Remaja Tentang Gastritis dengan Kejadian Gastritis di
SMP Negeri 45 Bandung. Jurnal STIKes Dharma Husada Bandung. https://www.slideshare.net/nrukmanarukm ana/gastritis-remaja Hartati S, Utomo W, Jumaini. 2014. Hubungan
Pola Makan dengan Resiko Gastritis pada Mahasiswa yang Menjalani Sistem KBK.
JOM PSIK . Vol. 1
No. 2.
https://media.neliti.com/media/publication s/186564-ID-hubungan-pola-makan- dengan-resiko-gastri.pdf
Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar
RIKESDAS. Jakarta : Balitbang
Kemenkes RI
Kemenkes RI. 2015. InfoDATIN: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
Perilaku Merokok Masyarakat Indonesia
Berdasarkan Riskesdas 2007 dan 2013.
Kemenkes RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar
RIKESDAS. Jakarta : Balitbang
Kemenkes RI
Megarini. 2015. Hubungan Stres Dan Perilaku
Merokok. Jurnal Psikologi Universita Bina Nusantara, September 2015. https://psychology.binus.ac.id/2015/09/19
/hubungan-stress-dan-prilaku-merokok/
Merita, Sapitri I W, Sukandar I. 2016.
Hubungan Tingkat Stres dan Pola Konsumsi Dengan Kejadian Gastritis Di Puskesmas Pakuan Baru Jambi. Jurnal Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Baiturrahim Jambi Vol.5, No.1,Maret 2016. http://dx.doi.org/10.36565/jab.v5i1.50
Nasir, A & Muhith, A. 2011. Dasar-dasar keperawatan jiwa . Jakarta: Salemba Medika.
Muhith A, Siyoto S. 2016. Pengaruh Pola Makan Dan Merokok Terhadap Kejadian
Gastritis Pada Lansia. Jurnal Keperawatan. Vol. IX No 3 Desember 2016. ISSN 1979-8091.
http://journal.poltekkesdepkes-
sby.ac.id/index.php/KEP/article/view/326/ 269 Musradinur. 2016. Stres dan Cara Mengatasinya Dalam Perspektif Psikologi. Jurnal Edukasi Universitas
Islam Negeri Ar-Raniry, ISSN : 2460- 4917, Vol 2, Nomor 2, July 2016. https://jurnal.ar- raniry.ac.id/index.php/cobaBK/article/vie w/815/632
Muttaqin A & Sari K 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
Salemba Medika.
Naisali N M, Putri M S, Nurmaningsari T.
2017. Hubungan Perilaku Merokok Dengan Kejadian Gastritis Pada Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang. Nursing News Volume 2, Nomor 1, 2017. https://publikasi.unitri.ac.id/index.php/fik es/article/view/172/206
Nasir A, Muhith A. 2011. Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba Medika.
Pathmanathan V, Husada M S. 2013. Gambaran Tingkat Stres Pada Mahasiwa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara Semester Ganjil. E-journal FK USU. Vol.1 No.1 2013. https://pdfs.semanticscholar.org/bc72/bb6 5b527b782c47f358ab87080b611169f75.p df
Prasetyo, D. 2015. Hubungan Antara Stres Dengan Kejadian Gastritis Di Klinik
Dhanang Husada Sukoharjo . [Skripsi] Surakarta : STIKes Kusuma Husada.https://www.academia.edu/24424 993/Hubungan_Antara_Stres_Dengan_Ke jadian_Gastritis_Di_Klinik_Dhanang_Hu sada_Sukoharjo
Pratiwi, W. (2013). Hubungan Pola Makan Dengan Gastritis Pada Remaja Di Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung,
Jayanti,
Tangerang. http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handl e/123456789/25709
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 10 No 2, Hal 213 - 222, April 2020 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
Rahma M, Ansar J, Rismayanti. 2013. Faktor
Risiko Kejadian Gastritis Di Wilayah
Kerja Puskesmas Kampili Kabupaten
Gowa. Jurnal Keperawatan FKM Universitas Hasanuddin Makasar.
Ratu A, Adwan M G. 2013. Penyakit Hati,
Lambung,
Usus
dan
Ambeien . Yogyakarta. Nuha Medika.
Robbins, Stephen P, Couler M. 2012. Management . Eleventh Edition. Jakarta : England.
Soetjiningsih. 2010. Usia Remaja di Tinjau Dari Kebutuhan Aspek Zat Gizi. Jakarta. Majalah Kesehatan Indonesia Departemen
Kesehatan AZKI.
Sunarmi. 2018. Faktor-faktor Yang Berisiko Dengan Kejadian Penyakit Gastritis Di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Tahun 2018. Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Volume 8, Juni 2018. http://jurnal.stikes- aisyiyah- palembang.ac.id/index.php/Kep/article/vie w/97/82.
Tina L, Takdir R K, Sety L M. 2018. Hubungan Stres, Keteraturan Makan, Dengan Kejadian Gastritis Pada Santri Di
Pondok Pesantren Ummusabri Kota Kendari Tahun 2017. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Vol.3 No.1 Januari 2018 . ISSN 250-731X. http://dx.doi.org/10.37887/epj.v3i2.6246
Tussakinah W, Masrul, Burhan I R. 2017. Hubungan Pola Makan dan Tingkat Stres terhadap kekambuhan Gastritis di wilayah kerja Puskesmas Tarok Kota Payakumbuh Tahun 2017. Jurnal Kesehatan Andalas , 2018. https://doi.org/10.25077/jka.v7i2.805.
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 10 No 2, Hal 213- 222, April 2020 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
|
d9bbaed5-2250-4b80-a6c1-6a5f4cdb23b6 | https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jhp/article/download/47899/21432 |
## Implementasi Metode Karya Wisata Dalam
## Mengembangkan Aspek Kemampuan Sosial Emosional
Anak Usia 4-5 Tahun
Received: 14 Mei 2023
Revised: 20 Mei 2023
Accepted: 28 Mei 2023
## Ach Suryansyah Maulana Soleh, Musayyadah, Siti Farida
Prodi PG PAUD, Universitas Islam Madura, Pamekasan, Madura
e-mail : solehryan713@gmail.com
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana penerapan metode karya wisat dalam mengembangkan aspek kemampuan sosial emosional anak usia 4-5 tahun di Ra Asy-Syuhada’ Pamekasan.
Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif kualitatif. Subjek penelitiannya yaitu siswa kelompok A1 Ra Asy-Syuhada’ Pamekasan. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi,
wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan melalui proses reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran di Ra Asy-Syuhada’ Pamekasan mampu meningkatkan perkembangan sosial emosional anak. Hal ini dapat dilihat dari perubahan sikap pada anak yaitu anak lebih percaya diri, berani mengemukakan pendapatnya, menghargai orang lain, menjaga diri sendiri serta mampu bermain dengan teman sebaya.
Adapun Faktor pendukung dalam kegiatan ini yaitu guru sebagai fasilitator, biaya karya wisata, kondisi peserta didik, media pembelajaran, dan lingkungan karya wisata. Serta penghambatnya yaitu waktu yang terbatas, tingkah laku anak yang berbedabeda sehingga terkadang peserta didik tidak dapat terfalsilitasi semua.
Kata Kunci : AUD; Metode karya wisata; Perkembangan Sosial emosional
## PENDAHULUAN
Pendidikan adalah merupakan proses upaya meningkatkan nilai peradaban individu atau masyarakat dari suatu keadaan tertentu menjadi suatu keadaan yang lebih baik. Serta dalam Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab I Pasal 1 dikemukakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
Anak usia dini adalah anak dengan rentang usia 0-6 tahun, usia ini adalah usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter anak dan
keperibadian anak, usia dini merupakan masa peka yang sangat penting bagi pendidikan, usia dini disebut sebagai usia emas (golden age), karena priode awal yang yang paling mendasar dalam sepanjang pertumbuhan serta perkembangan manusia. Masa ini di tandai dengan berbagai macam priode penting yang fundamen dalam kehidupan anak selanjutnya sampai priode akhir.
Sesuai dengan undang-undang Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 14, upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak usia 0-6 tahun tersebut dilakukan melalui Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Pendidikan Anak Usia Dini merupakan investasi yang sangat besar bagi keluarga dan bangsa karena sebagai penerus bangsa sehingga dapat membentuk karakter sejak dini. Pembelajaran di PAUD merupakan interaksi antara anak, orang tua, atau orang dewasa lainnya dalam suatu lingkungan tertentu untuk mencapai tugas perkembangan sesuai dengan potensi anak. Interaksi yang di bangun tersebut merupakan faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan pembalajaran. Pada hakikatnya pendidikan anak usia dini menyajikan konsep belajar sambil bermain. Hal ini sesuai dengan karakteristik mereka yang bersifat aktif dalam melakukan berbagai eksplorasi terhadap lingkungannya, maka aktivitas bermain merupakan bagian dari aktivitas belajar. Pembelajaran diarahkan pada pengembangan dan penyempurnaan potensi kemampuan yang dimiliki anak. Untuk itu pembelajaran pada anak usia dini harus dirancang agar anak merasa tidak terbebani dalam mencapai tugas perkembangannya (Mulyasa, 2016).
Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal, seorang pendidik harus memiliki kemampuan dalam memilih strategi, pendekatan serta metode pembelajaran (Suyanto dan Asep, 2013). Suyanto dan Asep, 2013 mengemukakan bahwa metode pembelajaran merupakan cara mengajar atau cara menyampaikan materi pelajaran kepada siswa yang sedang belajar.
Metode pembelajaran adalah suatu cara atau sistem yang digunakan dalam pembelajaran dengan bertujuan agar anak didik dapat mengetahui, memahami, mempergunakan dan menguasai bahan pelajaran tertentu. Metode pembelajaran merupakan suatu rencana yang sudah disusun berdasarkan kegiatan yang telah ditentukan agar kegiatan pembelajaran bisa berjalan sesuai dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Bertitik tolak pada pengertian metode pengajaran, yaitu suatu cara penyampaian bahan pelajaran untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, maka fungsi metode mengajar tidak dapat diabaikan karena metode mengajar tersebut turut menentukan berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar serta membantu
tumbuh kembang, potensi, minat dan enam aspek perkembangan anak, dan merupakan bagian yang integral dalam suatu sistem pengajaran.
Salah satu aspek perkembangan anak yang penting untuk dikembangkan adalah aspek perkembangan. perkembangan sosial emosional pada anak usia dini adalah perkembangan yang berkaitan dengan sosial dan emosi menyangkut aspek kemampuan bersosialisasi dan mengendalikan emosi. Perkembangan sosial emosional anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial dimana anak berada, baik lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
Perkembangan sosial emosional anak dapat dikembangkan melalui dunia pendidikan dan kesempatan belajar anak. Oleh sebab itu, selain orang tua dan lingkungan sekitar, pendidik juga memiliki peran penting dalam membantu perkembangan sosial emosional anak. Ada banyak indikator pada aspek sosial emosional anak yang harus dikembangkan, diantaranya, pada penelitian ini lebih focus terhadap indikator yang meliputi : kemampuan interaksi sosial antar anak, sikap mandiri pada anak, rasa percaya diri serta rasa tanggung jawab yang harus dimiliki oleh anak.
Untuk membantu perkembangan sosial emosional anak pada dunia pendidikan, tentunya perlu adanya konsep pembelajaran yang optimal, sehingga akan diperoleh perkembangan sosial emosional yang maksimal pada anak. Konsep pembelajaran pada PAUD tentunya lebih pada bermain sambil belajar dengan tetap beracuan pada metode pembelajaran yang diterapkan. Makin tepat metode yang digunakan oleh guru dalam mengajar, diharapkan makin efektif pula pencapaian tujuan pembelajaran.
Dalam proses belajar mengajar banyak sekali metode yang dapat digunakan diantaranya yaitu metode karyawisata. Metode karyawisata adalah suatu cara pengajaran yang dilaksanakan dengan jalan mengajak anak didik keluar kelas untuk dapat memeperlihatkan halhal atau peristiwa yang ada hubungannya dengan bahan pelajaran. Karya wisata adalah suatu pengajaran yang meberikan kesempatan kepada anak untuk mengamati, dengan cara tersebut anak akan mendengar, dan melakukan.
Berdasarkan observasi awal yang di lakukan pada hari senin tanggal 12 bulan September tahun 2022, yang mana peneliti menemukan suatu permasalahan yaitu berupa kemampuan sosial emosional anak di RA Asyuhada’ Pamekasan kurang berkembang. Hal tesebut dapat dilihat dari cara anak belajar, mereka hanya duduk diam tanpa ada pertanyaan. Jika ada pertanyaan itupun hanya di lontarkan sesekali saja, anak masih belum
mampu untuk melakukan kegiatan secara mandiri dan belum tumbuhnya rasa percaya diri pada anak. Anak masih butuh bantuan, anak masih malu untuk melakukan kegiatan, anak masih cenderung lebih banyak diam, jarang untuk berbicara dengan temannya, tidak mau untuk berinteraksi sosial dengan temannya dan belum mampu mengungkapkan perasaan emosinya.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan diatas,membuat peneliti berinisiatif untuk melakukan penelitian dan mengkaji lebih luas lagi dalam sebuah karya ilmiah dengan judul “Implementasi Metode Karya Wisata Dalam Mengembangkan Aspek Kemampuan Sosial Emosional Anak Usia 4-5 Tahun Di Ra Asy-Syuhada’ Pamekasan”.
## METODE
Pada bagian ini, Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penilitian yang lebih mengutamakan proses pengumpulan data dengan menggambarkan sesuai dengan kejadian yang fakta dilapangan. Data yang dikumpulkan dapat berupa kata-kata atau gambar. Menurut Bogdan dan Taylor (1975:5) metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian ini di lakukan di Ra Asy-Syuhada’ merupakan lembaga dibawah naungan Kementrian Agama yang beralamatkan Jl. Mesigit No. 23 Kel. Gladak Anyar, Barurambat Kec. Pamekasan Kab. Pamekasan Prov Jawa Timur. Observasi awal di lakukan oleh peneliti pada hari senin tanggal 12 bulan September tahun 2022. Kemudian di lanjutkan pada bulan Maret 2023. Subjek penelitian yaitu peserta didik kelompok A1 Ra Asy-Syuhada’ Pamekasan. Adapun tekhnik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini ada tiga, yaitu : metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dengan menggunakan model Miles dan Huberman, yaitu pengumpulan data dilakukan secara berulang-ulang. yaitu dilakukan melalui reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
## HASIL DAN DISKUSI
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di lembaga Ra Asy- Syuhada’ Pamekasan, proses pembelajaran di kelompok A dalam membantu mengembangkan aspek perkembangan social emosonal anak dilakukan dengan menerapkan metode karya wisata, hal ini dapat dilihat karena terdapat rancangan karya wisata dalam perencanaan hingga pelaksanaannya. Rancangan pertama yang dilakukan oleh pendidik dalam implementasi metode karya wisata yaitu menetapkan sasaran sesuai dengan tema yang di
pilih. melakukan perencanaan pembelajaran yang meliputi pembuatan RPP dengan metode karya wisata dan menyiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan. Kemudian pelaksanaan dari rencana pembelajaran dengan metode karya wisata yang sudah disiapkan.
Pada pelaksanaan kegiatan karya wisata dimulai dari kegiatan pembuka yang mana pada kegiatan ini guru mempersiapkan kondisi peserta didik agar dapat mengikuti kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan, seperti pembentukan kelompok dan peraturan dalam kegiatan karya wisata tersebut. Kegiatan pembuka diisi dengan pengenalan tema dan sub tema yang akan dibahas serta kegiatan lain seperti berbaris, mengucapkan salam, berdo’a, membaca suratsurat pendek, dan bernyanyi.
Selanjutnya kegiatan inti dalam pelaksanaan karya wisata meliputi kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar dan mengkomunikasikan. Kegiatan mengamati merupakan proses pembelajaran yang mengedepankan pengamatan langsung pada objek penelitian secara sistematis. Pada kegiatan ini, anak diajak dan diberi cukup waktu untuk mengamati suatu objek tertentu yang telah disediakan oleh guru sesuai dengan tema pembelajaran yang berlangsung dengan menggunakan semua indra baik indra penglihat, peraba dan pencium. Contoh, pada tema “keluarga sakinah” subtema “profesi anggota keluarga” sub sub tema “pemadam kebakaran”. Pada kegiatan ini anak diajak ke kantor pemadam kebakaran untuk mengamati kegiatan edukasi secara langsung. Kemudian guru mengajak anak bercakap-cakap mengenai alat-alat yang di gunakan pemadam kebakaran, yang telah anak amati dengan cara guru mengajukan pertanyaan sambil menunjuk mobil pemadam kebakaran “ini namanya mobil apa?” serentak anak menjawab “mobil pemadam kebakaran”.
Kegiatan bertanya adalah kegiatan mengajukan sebuah pertanyaan kepada pendidik tentang apa yang sudah diamati sebelumnya baik tentang sesuatu yang belum dipahami atau hanya untuk menambah informasi. Pada kegiatan ini guru dan peserta didik melakukan tanya jawab mengenai fungsi atau ciri dari benda yang sedang diamati oleh peserta didik. Seperti pada tema “keluarga sakinah” subtema “profesi anggota keluarga” sub-sub tema “pemadam kebakaran”. Anak-anak diajak untuk mengamati edukasi yang disampaikan pemadam kebakaran kemudian bercakap-cakap tentang cara memadamkan api serta alat yang digunakan. Dalam kegiatan menanya guru menstimulus anak agar mau bertanya dengan cara mengajukan pertanyaan “ini warnanya apa?” sambil menunjukkan pakaian yang di kenakan pemadam kebakaran, kemudian anak menjawab serentak “orange!”.
Kegiatan mengumpulkan informasi merupakan proses lanjutan dari kegiatan mengamati dan menanya, Karena dari proses tersebut anak dapat memperoleh informasi dari apa yang mereka amati dan apa yang mereka dengar. Kegiatan ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi dari berbagai macam sumber, pengamatan atau melakukan percobaan dengan cara memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mencoba melakukan kegiatan pemadaman api kecil. Menalar merupakan proses dimana siswa mulai menghubungkan pengetahuan atau informasi baru yang didapatkannya atau yang ada disekitarnya. Kegiatan menalar dilakukan dengan menghubungakan pengetahuan baru yang sudah didapat, menyebutkan fungsi dan ciri dari benda yang sedang diamati, mengelompokkan, serta melakukan perbandingan. Kegiatan
mengkomunikasikan merupakan penyampaian dari hasil pengamatan dan kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis atau media lainnya. Pada kegiatan ini anak diminta untuk mengkomunikasikan dengan cara bercerita.
Proses selanjutnya yaitu evaluasi perkembangan social emosional anak dengan indikator standart tingkat pencapaian perkembangan sosial emosional anak, meliputi kesadaran diri, rasa tanggung jawab, prilaku prososial. Evaluasi dilakukan seteleh kegiatan pembelajaran selesai. Adapun proses evaluasi yang digunakan oleh pendidik yaitu dengan melakukan penilaian mencakup proses dan hasil dari kegiatan karya wisata. Penilaian yang dilakukan di Ra Asy-Syuhada’ Pamekasan yaitu menggunakan skala BB, MB, BSH dan BSB sesuai denga kurikulun 2013.
Adapun hubungan antara metode karya wisata dan aspek perkembangan social emosional anak yaitu sebagai mana metode karya wisata merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Metode pembelajaran ini diterapkan dengan pembelajaran kelompok. Metode ini di lakukan dengan cara mengamati dunia sesuai kenyataan yang ada, Penerapan metode pembelajaran karya wisata ini dituntut adanya proses interaksi dan kerjasama antar anak, sehingga dapat membuat anak untuk lebih semangat dalam mengikuti proses pembelajaran. Dalam membantu perkembangan sosial emosional anak diperlukan proses interaksi antara anak dengan teman sebayanya, anak dengan guru dan kemampuan bekerjasama. Dengan adanya interaksi anak dapat menghargai pendapat orang lain.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru wali kelas kelompok A1, penerapan metode karya wisata dalam mengembangkan kreativitas anak usia 4-5 tahun di Ra Asy-Syuhada’ Pamekasan memiliki beberapa faktor yang mendukung dan yang menghambat. Faktor pendukungnya yaitu guru, biaya karya wisata, kondisi peserta didik, media pembelajaran, dan lingkungan karya wisata. Selama proses kegiatan karya wisata pendidik berperan untuk memberikan bimbingan dan mengkoordinasikan kegiatan yang akan dilakukan peserta didik. Kondisi lingkungan yang aman, kondusif dan menyenangkan akan mempermudah guru untuk menyampaikan materi pembelajaran. Selain itu Media pembelajaran juga menjadi salah satu faktor pendukung dalam implementasi metode karyawisata karena sudah tersedia secara nyata di lingkungan karya wisata, sehingga guru dapat dengan mudah untuk menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan. Sedangkan faktor penghambat dari kegiatan ini yaitu keadaan waktu yang terbatas, tingkah laku peserta didik yang berbeda-beda dan sulit untuk dikendalikan, sehingga terkadang peserta didik tidak dapat terfalsilitasi semua.
## SIMPULAN
Pembelajaran di Ra Asy-Syuhada’ Pamekasan sudah menerapkan metode karya wisata. Hal ini dapat dilihat berdasarkan persiapan kegiatan belajar yang dilaksanakan meliputi kegiatan memberi kesempatan kepada anak- anak untuk mengamati dan mengobservasi, memperoleh informasi, dan mengkaji dunia secara langsung, Penerapan metode karya wisata dalam pembelajaran mampu meningkatkan perkembangan sosial emosional anak. Dengan terlaksanaya penerapan metode karya wisata melalui tahap 5M yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar, dan mengkomunikasikan, anak menjadi lebih percaya diri, berani
mengemukakan pendapatnya, menghargai orang lain, menjaga diri sendiri serta mampu bermain dengan teman sebaya. Faktor pendukung dalam kegiatan ini yaitu guru sebagai fasilitator, biaya karya wisata, kondisi peserta didik, media pembelajaran, dan lingkungan karya wisata. Serta penghambatnya yaitu waktu yang terbatas, tingkah laku anak yang berbedabeda sehingga terkadang peserta didik tidak dapat terfalsilitasi semua.
## SARAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH
Bagi guru semoga dengan adanya penelitian ini, bisa menjadi salah satu bahan evaluasi dalam penerapan metode karya wisata, pendidik hendaknya lebih kreatif serta inovatif dalam pemilihan metode pembelajaran agar pelaksanaan pembelajaran lebih bermakna dan juga menyenangkan. Dan
kepada para peneliti, pengamat serta praktisi pendidikan, penelitian ini masih banyak memerlukan perbaikan dan pembahasan secara detail terkait metode karya wisata khususnya untuk tingkat pendidikan anak usia dini. Dan ucapan terimakasih kepada pihak yang telah mendukung dan membantu penulis dalam penyelesaian jurnal ini. Pertama, kepada pihak sekolah yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian ini di lembaga Ra Asy-Syuhada’ pamekasan. Kedua, Kepada segenap jajaran guru Ra Asy-Syuhada’ pamekasan yang telah bersedia
membantu peneliti sehingga dapat melakukan pengumpulkan data dengan baik sesuai yang diharapkan. Dan yang terakhir, ucapan terimakasih kepada pembaca dan editor jurnal bunga rampai usia emas yang telah memberikan saran dan masukan dalam perbaikan artikel ini.
## DAFTAR RUJUKAN
Agusniatih, Andi. 2019. Keterampilan Sosial Anak Usia Dini ( Teori dan Metode Pengembangan). Edu Publisher Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya, Jawabarat.
Adi Walujo, Djoko. 2017. Kompendium PAUD. Prenadamedia Group. Kebayunan.
Afandi, model dan metode pembelajaran d sekolah, hlm.87.
Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan islam, (Jakarta:
Ciputat Pers, 2002), hal. 169-171.
Barnawi, format PAUD, hlm. 138.
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak . hlm. 250
Hurlock, E.B.Child Development 6th: Ed tokyo: Mcgraw Hill Inc, International Student E,d hlm.50
Ilmiyati, Ilmu Pendidikan Anak, Pekanbaru: Adefa Grafika 2015. hal 9
Khorida, pendidkan karakter anak usia dini, hlm.185-186.
Lexi J. Meleong. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. PT
Remaja Rosdakarya,
Muhammad fadlillah dan lilif muallifa khorida , pendidikan karakter anak usia dini, (Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2013), hlm. 183
Mursid, belajar dan pembelajaran PAUD, Hlm. 39
Muhammad afandi dkk, model dan metode pembelajaran di sekolah ( semarang: UNISSULA PRESS, 2013), hlm. 86
Risky Ananda, Fadhilaturrahmi. 2018. Peningkatan Kemampuan Sosial Emosional Anak. Jurnal Bangkinang. Vol 2.
|
a13ee377-d036-44b0-8eef-6f1169c880ec | http://ji.unbari.ac.id/index.php/ilmiah/article/download/471/435 | Peningkatan Hasil Belajar IPS Tentang Koperasi dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division pada Siswa Kelas IV DI SDN. No. 031/XI Kampung Dalam Tahun 2016/2017
Peningkatan Hasil Belajar IPS Tentang Koperasi dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division pada Siswa Kelas IV DI SDN. No. 031/XI Kampung Dalam Tahun 2016/2017
Enirisda 1
Guru di SDN. No. 031/XI Kampung Dalam 1
Kecamatan Hamparan Rawang, Kota Sungai Penuh, Provinsi Jambi
## Abstract
This classroom action research aims to improve the learning outcomes of fourth grade students of SDN. No. 031/XI Kampung Dalam year 2016/2017 on social studies subjects about cooperatives using cooperative learning model type Student Teams Achievement Division (STAD). This study was conducted in two cycles (Cycle I and Cycle II). Each cycle is done with two meetings and one meeting for evaluation. One cycle consists of four activities, namely planning, implementation, observation, and reflection. The study involved 10 fourth grade students year 2016/2017 at SDN. No. 031 / XI Kampung Dalam, Hamparan Rawang Subdistrict, Sungai Penuh City, Jambi Province. Data was collected by observation and test. Data was analyzed by descriptive analysis and simple statistical test. The results showed that student learning activities improved. All students have heard the teacher's explanation and formed a heterogeneous group. Most students have also been able to work together in groups, answer quizzes, and deliver results. In addition, the use of STAD type cooperative learning model succeeded in improving student learning outcomes which are seen from the improvement of the average score and learning mastery. The average value increased from 53,0 (before action) to 66,0 in cycles I and 79,0 in cycle II. Learning mastery also increased from 40,0% (before action) to 60,0% in cycle I and again increased to 90,0% in cycle II. Thus, this study concluded that the implementation of cooperative learning model type STAD can improve learning outcomes of fourth grade students at SDN. No. 031/XI Kampung Dalam year 2016/2017 on Social Sciences subjects.
Keywords: classroom action research, elementary school, learning outcomes, social sciences,
## STAD
## PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas (Umiarso, 2011). Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (ayat 1) mengartikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Oleh
karenanya peningkatan kualitas penyelenggaraan diperlukan agar tujuan dari pelaksanaan pendidikan dapat tercapai dengan baik.
Salah satu tahapan penting pendidikan bagi seorang anak berada pada fase usia sekolah yaitu Sekolah Dasar (SD). Keberhasilan pendidikan di SD menentukan keberhasilan pendidikan di tahapan selanjutnya yaitu SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Salah satu mata pelajaran yang wajib diikuti oleh siswa adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Mata pelajaran ini mengarahkan, membimbing, dan membantu siswa untuk menjadi warga
Peningkatan Hasil Belajar IPS Tentang Koperasi dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division pada Siswa Kelas IV DI SDN. No. 031/XI Kampung Dalam Tahun 2016/2017
negara Indonesia dan warga dunia yang demokratis. Mata pelajaran IPS tidak hanya menuntut siswa untuk memahami konsep yang telah dipelajari di sekolah, tetapi juga harus mampu menerapkan konsep tersebut dalam kehidupan sehari- hari. Mata pelajaran IPS mengajarkan siswa mengenai pengetahuan sosial. Mata pelajaran ini bertujuan untuk mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai- nilai sosial dan kemanusiaan; dan memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global (Sapriya, 2009).
IPS memegang peranan penting dalam membekali siswa mengenai pengetahuan sosial. Oleh karenanya, mata pelajaran ini seharusnya menjadi pelajaran yang disenangi dan bermakna bagi siswa. Pembelajaran yang menyenangkan akan menyebabkan siswa terlibat secara aktif. Dengan terlibat aktif, maka siswa akan mempunyai pemahaman yang kuat terhadap materi. Oleh karena itu, guru dituntut untuk dapat mengelola proses belajar mengajar dengan memiliki kemampuan dalam memilih model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum dan potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Hal ini didasari oleh asumsi bahwa ketepatan guru dalam memilih model dan metode pembelajaran akan berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik.
Hasil pengamatan mengidentifikasi beberapa masalah dalam pembelajaran IPS di kelas IV SDN. No. 031/XI Kampung Dalam yaitu kegiatan pembelajaran berpusat pada guru yang menyebabkan siswa tidak berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa kurang
memperhatikan penjelasan materi pelajaran IPS. Siswa memilih untuk berbicara dengan teman sebangku, melamun, mencoret buku, dan juga ada siswa yang mengantuk. Hal ini dapat terjadi karena kondisi pembelajaran yang monoton dan searah. Dalam mengajar, guru menggunakan metode konvensional yaitu ceramah dan tanya jawab. Akibatnya, hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS tergolong rendah. Hasil tes penjajakan menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa pada mata pelajaran IPS adalah sebesar 53,0 dengan ketuntasan belajar sebesar 40,0%. Hasil ini menunjukkan bahwa hanya ada empat dari sepuluh siswa yang nilainya memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) kompetensi dasar untuk mata pelajaran IPS yaitu sebesar 62,0.
Hasil belajar siswa merupakan salah satu indikator keberhasilan proses belajar mengajar di kelas. Hasil belajar dapat didefinisikan sebagai hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar (Dimyati dan Mudjiono, 2013). Hasil belajar yang rendah mengindikasikan bahwa proses belajar mengajar di kelas belum berhasil. Guru perlu menemukan solusi yang tepat untuk mengatasi hal tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan mengubah model pembelajaran karena model pembelajaran menuntun guru agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Trianto (2007) mengemukakan model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Dalam penerapannya, model pembelajaran harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan siswa, karena masing-masing model pembelajaran
memiliki tujuan, prinsip, dan tekanan yang berbeda-beda. Rusman (2011) menjelaskan bahwa guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.
Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa pada mata pelajaran IPS adalah model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievemen Divisions (STAD). Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin (Slavin, 2008). Dalam model ini, guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok kecil atau tim belajar dengan jumlah anggota setiap kelompok 4 atu 5 orang secara heterogen. Setiap kelompok menggunakan lembar kerja akademik dan saling membantu untuk menguasai materi ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar kelompok. Melalui STAD, siswa dilatih untuk bekerjasama, menghargai pendapat teman, dan mengajarkan makna keberagaman kepada siswa. Hal ini sesuai dengan konsep IPS, yakni mencetak siswa menjadi pribadi yang demokratis, mampu bersosialisasi dan bermasyarakat. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa Sekolah Dasar pada mata pelajaran IPS (Mangentje, 2013; Darusalam, 2013; Mutalib, 2014; Pantanemo, Saneba, dan Palimbong, 2014; Gusniar, 2014; Jatimah, 2016; Jasman, 2016; Widiyati, 2016).
Pembelajaran kooperatif tipe STAD memungkinkan terciptanya situasi belajar yang menyenangkan, meningkatkan interaksi dan kerjasama siswa baik terhadap kelompoknya maupun terhadap guru, serta menciptakan situsi belajar mengajar yang kondusif.
Adanya kompetisi dalam kelompok juga dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa yang nantinya berpengaruh terhadap hasil belajar dalam kelompok. Diskusi
memfasilitasi siswa untuk dapat berfikir kritis, bekerjasama, saling menyampaikan pendapat, menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman yang lain, mampu menerima perbedaan dan menyumbangkan pikiran
untuk memecahkan masalah bersama. Dalam diskusi kelompok siswa akan banyak menemukan perbedaan pandangan yang justru akan melatih mereka untuk dapat menyatukan, meluruskan pendapat yang pada akhirnya akan menemukan konsep yang sama. Dengan demikian, model pembelajaran STAD dapat membantu siswa untuk lebih memahami materi. Berdasarkan pemaparan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar IPS tentang Koperasi dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division pada Siswa Kelas IV di SDN. No. 031/XI Kampung Dalam tahun 2016/2017”. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPS tentang koperasi pada siswa kelas IV di SDN. No. 031/XI Kampung Dalam tahun 2016/2017 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division .
## METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus (Siklus I dan Siklus II). Penelitian dilakukan di SDN. No. 031/XI Kampung Dalam, Kecamatan Hamparan Rawang, Kota Sungai Penuh, Provinsi Jambi. Kegiatan penelitian terdiri atas penyusunan proposal penelitian, pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, dan penyusunan laporan. Penelitian dilakukan sejak bulan Januari sampai dengan bulan Mei tahun 2017.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV semester genap tahun pelajaran 2016/2017 di SDN. No. 031/XI Kampung Dalam, Kecamatan Hamparan
Peningkatan Hasil Belajar IPS Tentang Koperasi dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division pada Siswa Kelas IV DI SDN. No. 031/XI Kampung Dalam Tahun 2016/2017
Rawang, Kota Sungai Penuh, Provinsi Jambi. Jumlah subjek yang terlibat dalam penelitian ini adalah 10 orang siswa. Objek dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar IPS siswa kelas IV di SDN. No. 031/XI Kampung Dalam.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah data primer yaitu berupa data hasil belajar. Hasil belajar yang diukur berdasarkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS khususnya pada materi koperasi. Aktivitas belajar diukur dengan evaluasi belajar jenis nontes yaitu pengamatan atau observasi. Observasi merupakan cara untuk menghimpun data atau bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan untuk mengamati tingkah laku siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Aspek yang dinilai dalam observasi adalah kemampuan siswa dalam mendengarkan penjelasan guru, kemampuan siswa membentuk kelompok yang heterogen, kemampuan siswa dalam bekerja sama dalam kelompok, kemampuan siswa dalam menjawab kuis, dan kemampuan siswa dalam menyampaikan hasil di depan kelas.
Data hasil belajar juga dikumpulkan dengan evaluasi hasil belajar jenis tes. Evaluasi hasil belajar jenis tes merupakan cara untuk melakukan proses penilaian dalam bentuk tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan siswa atau sekelompok siswa sehingga menghasilkan suatu nilai yang menggambarkan prestasi siswa. Dalam penelitian ini, tes bertujuan untuk mengukur hasil belajar siswa dengan cara guru memberikan pertanyaan- pertanyaan yang harus dijawab atau perintah-perintah yang harus dijalankan oleh siswa pada mata pelajaran IPS, khususnya pada materi koperasi. Tes yang
diberikan berupa tes objektif (Siklus I) dan isian (Siklus II). Setelah itu, guru memberikan penilaian terhadap hasil tes yang diperoleh siswa dengan cara menghitung nilai rata-rata kelas dan juga persentase ketuntasan belajar. Nilai yang diperoleh direkap dan dibandingkan antara pratindakan, Siklus I, dan Siklus II.
Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis untuk mengetahui efektifitas dan tingkat keberhasilan suatu tindakan dengan menggunakan uji statistik sederhana. Uji statistik digunakan untuk menghitung nilai rata-rata hasil belajar siswa dan juga untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa. Selain itu, data juga dianalisis dengan analisis deskriptif.
Indikator keberhasilan dari penelitian tindakan kelas ini adalah peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SDN. No. 031/XI Kampung Dalam pada mata pelajaran IPS. Peningkatan hasil belajar siswa mengacu pada Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) mata pelajaran IPS yang telah ditentukan oleh sekolah di awal tahun pelajaran 2016/2017 yaitu sebesar 62,0.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
## Pratindakan
Sebelum memberikan tindakan, guru mengadakan tes penjajakan terlebih dahulu pada siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai terendah siswa adalah 30,0 dan nilai tertinggi adalah 70,0. Siswa berjumlah 10 orang. Nilai rata-rata berdasarkan uji statistik sederhana adalah 53,0 dengan ketuntasan belajar sebesar 40,0% (Tabel 1). Nilai rata-rata ini masih termasuk dalam kategori rendah. Siswa yang mendapatkan nilai lebih besar dari KKM kompetensi dasar berjumlah empat orang. Masih terdapat enam orang siswa yang nilainya kurang dari KKM kompetensi dasar. Hasil belajar menjadi indikator dari kesuksesan pembelajaran. Oleh karenanya, hasil belajar yang rendah mendorong guru untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan tujuan
Peningkatan Hasil Belajar IPS Tentang Koperasi dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division pada Siswa Kelas IV DI SDN. No. 031/XI Kampung Dalam Tahun 2016/2017
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Pemberian tindakan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Tabel 1 Hasil tes penjajakan No Nama Siswa KKM Skor Penilaian 1 Aulia 62,0 30,0 Tidak Tuntas 2 Fadhil Herya 62,0 70,0 Tuntas 3 Imel Putri 62,0 70,0 Tuntas 4 Ikral Fernandes 62,0 50,0 Tidak Tuntas 5 M. Andra 62,0 50,0 Tidak Tuntas 6 Melly Indah 62,0 30,0 Tidak Tuntas 7 M. Hidayat 62,0 40,0 Tidak Tuntas 8 Niani Anggraini 62,0 50,0 Tidak Tuntas 9 Fuji Rahayu 62,0 70,0 Tuntas 10 Refan Anugrah 62,0 70,0 Tuntas Nilai Tertinggi 70,0 Nilai Terendah 30,0 Nilai Rata-Rata 53,0 Ketuntasan Belajar 40,0%
## Siklus I
Penelitian siklus I dilaksanakan pada tanggal 14-21 Februari 2017. Siklus I dibagi 4 (empat) kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Perencanaan tindakan siklus 1. Tahap perencanaan siklus I meliputi kegiatan yang terdiri atas: menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), menetapkan bahan ajar untuk siklus I, menyusun skenario pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran STAD, menyusun alat evaluasi untuk mengetahui respon dan hasil kerja siswa pada siklus I, dan menyiapkan lembar observasi untuk melihat bagaimana situasi belajar mengajar ketika model pembelajaran diaplikasikan.
Pelaksanaan tindakan siklus I, terdiri atas: guru mengucapkan salam dan menanyakan keadaan siswa, guru mengecek kehadiran siswa secara klasikal, salah satu siswa memimpin doa, guru mengadakan apersepsi tentang materi pelajaran sebelumnya, guru menyampaikan tujuan pembelajaran, guru menyampaikan skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan, siswa dibagi menjadi
kelompok-kelompok kecil. setiap kelompok terdiri dari 3-4 siswa yang heterogen, guru menyampaikan inti materi sebagai pengantar dan siswa menyimak penjelasan dari guru. kemudian untuk lebih mendalami materi, siswa mengerjakan lembar kerja kelompok pada kegiatan diskusi kelompok, setelah memberikan pengantar materi guru memberikan lembar kerja kelompok yang harus didiskusikan pada masing-masing kelompok. dengan diskusi siswa saling membantu dalam memahami materi. masing-masing kelompok yang diwakili oleh satu atau dua anggota menyampaikan hasil diskusi kelompok didepan kelas, guru mengevaluasi dengan memberikan kuis atau tes, dan melakukan penilaian terhadap hasil kerja kelompok, guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memperoleh nilai tertinggi, guru bersama siswa membuat kesimpulan pembelajaran, dan guru menyampaikan gambaran materi pelajaran selanjutnya.
Kegiatan pengamatan Siklus I terdiri atas: mengamati aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran dan mencatat
kejadian-kejadian yang terjadi selama pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, ada beberapa catatan penting yang perlu diperhatian, baik berkaitan dengan proses pembelajaran maupun berkaitan dengan kegiatan guru dan siswa.
Hasil pengamatan siswa pada Siklus I disajikan pada Tabel 2. Secara umum, hasil pengamatan sebagai berikut: kegiatan pembelajaran berjalan seperti biasanya, sebagian kegiatan masih berpusat pada guru, dan sebagian siswa belum berani menjawab kuis dan menyampaikan hasil.
Tabel 2 Hasil pengamatan aktivitas belajar siswa pada akhir Siklus I No Kriteria Jumlah Persentase 1. Siswa mendengarkan penjelasan guru 10 100,0% 2. Siswa membentuk kelompok yang heterogen 7 70,0% 3. Siswa bekerja sama dalam kelompok 7 70,0% 4. Siswa berani menjawab kuis 6 60,0% 5. Siswa menyampaikan hasil 3 30,0% Hasil pengamatan pada Tabel 2 menggambarkan adanya kemajuan yang cukup berarti dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini terlihat dari adanya peran dan kepedulian siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Sebanyak 70% siswa sudah mampu bekerja sama. Akan tetapi perlu perbaikan pada kemampuan siswa untuk menjawab kuis dan kemampuan siswa dalam menyampaikan hasil di depan kelas. Dengan demikian pada penerapan model pembelajaran
Student Teams Achievement Division (STAD) pada materi pelajaran berikutnya perlu perbaikan terutama pemberian motivasi siswa untuk mampu bertanya dan menjawab kuis. Agar terlihat sinkronisasi antara keberhasilan di segi proses dengan keberhasilan di segi hasil atau prestasi belajar siswa, berikut ini disajikan hasil analisis nilai siswa diperoleh dari hasil tes formatif pada akhir siklus I. Hasil penelitian pada siklus I disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Hasil penelitian pada Siklus I No Nama Siswa KKM Skor Penilaian 1 Aulia 62,0 50,0 Tidak Tuntas 2 Fadhil Herya 62,0 80,0 Tuntas 3 Imel Putri 62,0 70,0 Tuntas 4 Ikral Fernandes 62,0 70,0 Tuntas 5 M. Andra 62,0 70,0 Tuntas 6 Melly Indah 62,0 50,0 Tidak Tuntas 7 M. Hidayat 62,0 50,0 Tidak Tuntas 8 Niani Anggraini 62,0 60,0 Tidak Tuntas 9 Fuji Rahayu 62,0 80,0 Tuntas 10 Refan Anugrah 62,0 80,0 Tuntas Nilai Tertinggi 80,0 Nilai Terendah 50,0 Nilai Rata-Rata 66,0 Ketuntasan Belajar 60,0% Hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai terendah
siswa adalah 50,0 dan nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 80,0. Nilai rata-rata
Peningkatan Hasil Belajar IPS Tentang Koperasi dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division pada Siswa Kelas IV DI SDN. No. 031/XI Kampung Dalam Tahun 2016/2017
sebesar 66,0. Nilai rata-rata pada siklus I meningkat jika dibandingkan dengan nilai rata-rata pada saat pratindakan. Saat pratindakan, nilai rata-rata siswa sebesar 53,0 yang kemudian meningkat menjadi 66,0 setelah pemberian tindakan siklus I. Selain nilai rata-rata, peningkatan juga terjadi pada ketuntasan belajar. Ketuntasan belajar siswa pada saat pratindakan sebesar 40,0% yang kemudian meningkat menjadi 60,0% pada siklus I. Hasil ini mengindikasikan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD membawa pengaruh yang baik terhadap hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil, guru melakukan refleksi. Kegiatan refleksi terdiri atas: menganalisis data hasil pelaksanaan tindakan, mengevaluasi pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan pada siklus I, dan menyusun rencana tindakan untuk siklus II. Refleksi dari hasil penelitian adalah sebagai berikut:
a. Peningkatan hasil belajar sudah mulai terlihat baik dari nilai rata-rata maupun dari ketuntasan belajar. Dengan demikian, pemberian tindakan perlu dilanjutkan.
b. Hasil observasi menunjukkan bahwa siswa belum berani untuk menjawab kuis dan menyampaikan hasil di depan kelas. Dengan demikian, guru perlu melakukan pendekatan personal dengan siswa yang mengalami kesulitan tersebut dan juga memberikan motivasi pada siswa.
c. Berdasarkan hasil siklus I, guru perlu melakukan perbaikan dalam pelaksanaan pembelajaran pada Siklus II.
## Siklus II
Penelitian siklus II dilaksanakan pada tanggal 7-17 Maret 2017. Siklus II terdiri atas 4 (empat) kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Tahap perencanaan siklus I meliputi kegiatan yang terdiri atas: menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), menetapkan bahan ajar untuk siklus II, menyusun skenario pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran STAD, menyusun alat evaluasi untuk mengetahui respon dan hasil kerja siswa pada siklus II, dan menyiapkan lembar observasi untuk melihat bagaimana situasi belajar mengajar ketika model pembelajaran diaplikasikan.
Pelaksanaan tindakan siklus II, terdiri atas: guru mengucapkan salam dan menanyakan keadaan siswa, guru mengecek kehadiran siswa secara klasikal, salah satu siswa memimpin doa, guru mengadakan apersepsi tentang materi pelajaran sebelumnya, guru menyampaikan tujuan pembelajaran, guru menyampaikan skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan, siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil. setiap kelompok terdiri dari 3-4 siswa yang heterogen, guru menyampaikan inti materi sebagai pengantar dan siswa menyimak penjelasan dari guru. kemudian untuk lebih mendalami materi, siswa mengerjakan lembar kerja kelompok pada kegiatan diskusi kelompok, setelah memberikan pengantar materi guru memberikan lembar kerja kelompok yang harus didiskusikan pada masing-masing kelompok. dengan diskusi siswa saling membantu dalam memahami materi. masing-masing kelompok yang diwakili oleh satu atau dua anggota menyampaikan hasil diskusi kelompok didepan kelas, guru mengevaluasi dengan memberikan kuis atau tes, dan melakukan penilaian terhadap hasil kerja kelompok, guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memperoleh nilai tertinggi, guru bersama siswa membuat kesimpulan pembelajaran, dan guru menyampaikan gambaran materi pelajaran selanjutnya.
Kegiatan pengamatan siklus II terdiri atas: mengamati aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran dan mencatat kejadian-kejadian yang terjadi selama pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
Selama kegiatan
pembelajaran berlangsung, ada beberapa catatan penting yang perlu diperhatian, baik berkaitan dengan proses pembelajaran maupun berkaitan dengan kegiatan guru dan siswa. Secara umum, hasil pengamatan menunjukkan bahwa seluruh siswa telah mendengar penjelasan guru dan siswa juga
telah membentuk kelompok yang heterogen. Sebagian besar siswa telah mampu bekerja sama dalam kelompok, berani menjawab kuis, dan berani menyampaikan hasil di depan kelas. Hasil pengamatan siswa pada Siklus II disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Hasil pengamatan aktivitas belajar siswa pada akhir Siklus II No Kriteria Jumlah Persentase 1. Siswa mendengarkan penjelasan guru 10 100,0% 2. Siswa membentuk kelompok yang heterogen 10 100,0% 3. Siswa bekerja sama dalam kelompok 8 80,0% 4. Siswa berani menjawab kuis 8 80,0% 5. Siswa menyampaikan hasil 80 80,0%
Hasil penelitian pada siklus II disajikan pada Tabel 5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai terendah siswa adalah 60,0 dan nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 90,0. Nilai rata-rata sebesar 79,0. Nilai rata-rata pada siklus II meningkat jika dibandingkan dengan nilai rata-rata pada saat pratindakan. Saat pratindakan, nilai rata-rata siswa sebesar 53,0 yang kemudian meningkat menjadi 66,0 setelah pemberian tindakan siklus I, dan kembali meningkat menjadi 79,0 pada siklus II. Selain nilai rata-rata, peningkatan
juga terjadi pada ketuntasan belajar. Ketuntasan belajar siswa pada saat pratindakan sebesar 40,0% yang kemudian meningkat menjadi 60,0% pada siklus I, dan kembali meningkat menjadi 90,0% pada siklus II. Hasil ini mengindikasikan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD membawa pengaruh yang baik terhadap hasil belajar siswa. Hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SDN. No. 031/XI Kampung Dalam semakin baik setelah guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Tabel 5 Hasil penelitian pada Siklus II No Nama Siswa KKM Nilai Keterangan 1 Aulia 62,0 80,0 Tuntas 2 Fadhil Herya 62,0 80,0 Tuntas 3 Imel Putri 62,0 90,0 Tuntas 4 Ikral Fernandes 62,0 80,0 Tuntas 5 M. Andra 62,0 80,0 Tuntas 6 Melly Indah 62,0 70,0 Tuntas 7 M. Hidayat 62,0 60,0 Tidak Tuntas 8 Niani Anggraini 62,0 70,0 Tuntas 9 Fuji Rahayu 62,0 90,0 Tuntas 10 Refan Anugrah 62,0 90,0 Tuntas Nilai Tertinggi 90,0 Nilai Terendah 60,0 Nilai Rata-Rata 79,0 Ketuntasan Belajar 90,0%
Berdasarkan hasil, guru melakukan refleksi. Kegiatan refleksi terdiri atas: menganalisis data hasil pelaksanaan tindakan, mengevaluasi pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan pada siklus I, dan menyusun rencana tindakan untuk siklus II. Refleksi dari hasil penelitian adalah sebagai berikut:
a. Aktivitas dan hasil belajar siswa semakin membaik sehingga Siklus penelitian dihentikan. Guru sebaiknya tetap melanjutkkan penggunaan model ini untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
b. Guru perlu memberikan stimulus khusus untuk siswa yang belum mampu bekerja sama dalam kelompok, menjawab kuis, dan menyampaikan hasil.
c. Guru juga sebaiknya meningkatkan pengetahuan tentang model
pembelajaran yang dapat diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran. Model yang digunakan hendaknya bervariasi agar pembelajaran tidak monoton.
## Analisis Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan salah satu indikator dari proses belajar. Hasil belajar adalah perubahan perilaku uyang diperoleh siswa setelah mengalami aktivitas belajar (Anni, 2004). Hasil belajar juga dapat diartikan sebagai kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan siswa sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Menurut Hamalik (2004), hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan. Hasil belajar juga dapat didefinisikan sebagai hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar (Dimyati dan Mudjiono, 2013). Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil
belajar, sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Winkel (2009) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Hasil belajar merupakan pengukuran dari penilaian kegiatan belajar atau proses belajar yang dinyatakan dalam symbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa pada periode tertentu.
Dalam penelitian ini, hasil belajar siswa dinilai dari nilai rata-rata kelas dan persentase ketuntasan belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada saat pratindakan sebesar 53,0 dengan ketuntasan belajar sebesar 40,0%. Hasil ini menunjukkan bahwa hanya ada empat dari sepuluh siswa yang memiliki nilai lebih besar dari KKM kompetensi dasar dengan nilai KKM sebesar 62,0. Hasil belajar yang rendah mendorong guru untuk melakukan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas dilakukan dalam dua siklus (Siklus I dan Siklus II). Tindakan yang diberikan dalam penelitian ini adalah penerapann model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Setelah melaksanakan tindakan Siklus I, guru kembali mengevaluasi hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada Siklus I meningkat dibandingkan dengan hasil belajar pada saat pratindakan. Nilai rata- rata pada evaluasi hasil belajar Siklus I sebesar 66,0 dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 60,0%. Hasil ini mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas dari 53,0 menjadi 66,0. Selain itu, jumlah siswa yang memenuhi KKM kompetensi dasar juga meningkat dari empat orang menjadi enam orang. Dengan demikian, hasil ini mendorong guru untuk melanjutkan tindakan pada Siklus II. Hasil belajar siswa pada Siklus II meningkat dibandingkan dengan hasil belajar pada saat pratindakan dan Siklus I. Nilai rata-rata pada evaluasi
Peningkatan Hasil Belajar IPS Tentang Koperasi dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division pada Siswa Kelas IV DI SDN. No. 031/XI Kampung Dalam Tahun 2016/2017
hasil belajar Siklus II sebesar 79,0 dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 90,0%. Hasil ini mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas dari 53,0 pada saat pratindakan meningkat menjadi 66,0 pada Siklus I, dan kembali meningkat menjadi 79,0 pada Siklus II.
Selain itu, jumlah siswa yang memenuhi KKM kompetensi dasar juga meningkat dari enam orang menjadi sembilan orang. Rekapitulasi hasil belajar siswa pada saat pratindakan, siklus I, dan siklus II disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1 Rekapitulasi hasil belajar siswa pada saat pratindakan, siklus I, dan siklus II
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division dapat meningkatkan hasil belajar IPS tentang koperasi pada siswa kelas IV di SDN. No. 031/XI Kampung Dalam tahun 2016/2017. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Mangentje (2013) yang telah menemukan penerapan model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS Kelas IV SDN Silampayang. Hasil penelitian ini juga mendukung hasil penelitian Darusalam (2013) yang telah menemukan penerapan model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS di Kelas V SDN Inpres Tabing Kecamatan Peling Tengah Kabupaten Banggai Kepulauan. Mutalib (2014)
juga menemukan hasil yang sama bahwa penerapan model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kelas V Sekolah Dasar Negeri 15 Sungai Laur Kabupaten Ketapang.
Temuan ini juga semakin menguatkan hasil penelitian Pantanemo, Saneba, dan Palimbong (2014) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di Kelas IV SDN Inpres Kautu. Temuan ini juga menguatkan temuan Gusniar (2014) yang mengemukakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams Achievment Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di kelas IV SDN No. 2 Ogoamas II.
Hasil penelitian ini juga mendukung hasil penelitian Jatimah (2016) bahwa aktivitas dan hasil belajar IPS meningkat dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD variasi permainan nagawan pada siswa kelas V SD Negeri Perumnas. Temuan ini juga mendukung temuan Jasman (2016) yang menyatakan bahwa
53.0 40.0 66.0 60.0 79.0 90.0 Nilai Rata-Rata Kelas Ketuntasan Belajar (%) Pratindakan Siklus I
Siklus II
Peningkatan Hasil Belajar IPS Tentang Koperasi dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division pada Siswa Kelas IV DI SDN. No. 031/XI Kampung Dalam Tahun 2016/2017
terjadi peningkatan hasil belajar IPS melalui pembelajaran kooperatif tipe (STAD) pada siswa kelas V SDN Saladang Kecamatan Lampasio. Hasil penelitian ini juga menguatkan temuan dari Widiyati (2016) bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN 1 Kresnowidodo Kabupaten Pesawaran tahun pelajaran 2015/2016.
## SIMPULAN
Aktivitas belajar siswa semakin membaik. Seluruh siswa telah mendengar penjelasan guru dan membentuk kelompok yang heterogen. Sebagian besar siswa juga telah dapat bekerja sama dalam kelompok, menjawab kuis, dan menyampaikan hasil. Penggunaan
model pembelajaran
kooperatif tipe STAD berhasil meningkatkan hasil belajar siswa yang dilihat dari peningkatan nilai rata-rata dan ketuntasan belajar. Nilai rata-rata meningkat dari 53,0 pada pratindakan menjadi 66,0 pada siklus I dan kembali meningkat menjadi 79,0 pada siklus II. Demikian juga halnya dengan ketuntasan belajar. Ketuntasan belajar meningkat dari 40,0 pada pratindakan menjadi 60,0 pada siklus I dan kembali meningkat menjadi 90,0 pada siklus II.
Berdasarkan hasil, penelitian ini menyarankan guru untuk memberikan stimulus khusus pada siswa yang masih termasuk dalam kategori belum tuntas. Stimulus tersebut diharapkan dapat membuat siswa menjadi lebih tertarik mengikuti
kegiatan pembelajaran.
Disamping itu, guru juga perlu mengingatkan siswa untuk mempersiapkan diri lebih baik lagi sebelum mengikuti skenario pembelajaran. Guru juga perlu menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran dengan lebih lugas. Guru juga perlu memberian stimulus untuk merangsang ingatan terhadap materi pelajaran sebelumnya, stimulus tersebut perlu mengacu kepada hasil tes yang
mengukur perubahan tingkah laku yang dituangkan di rencana pelaksanaan pembelajaran. Guru juga perlu memberikan penguatan dengan cara pemberian tugas dan latihan.
## DAFTAR PUSTAKA
Anni, C. T. 2004. Psikologi Belajar (Semarang: IKIP Semarang Press Darusalam, M. 2013. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS dengan Menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di Kelas V SDN Inpres Tabing Kecamatan Peling Tengah Kabupaten Banggai Kepulauan. Jurnal Kreatif Tadulako Online, Vol. 1 No.1, 1-15.
Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar dan
Pembelajaran . Cetakan kelima. Jakarta: Rineka Cipta. Gusniar. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Student Teams Achievment Division (STAD) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV SDN No. 2 Ogoamas II. Jurnal Kreatif Tadulako Online,
Vol. 2 No. 1, 198-221.
Hamalik, O. 2004. Kurikulum dan
Pembelajaran . Jakarta: Bumi Aksara. Jasman. 2016. Peningkatan Hasil Belajar IPS Pada Materi Perjuangan Melawan Penjajah dan Pergerakan Nasional Indonesia Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe (STAD) Pada Siswa Kelas V SDN Saladang Kecamatan Lampasio.
Jurnal Kreatif Tadulako Online, Vol.
4 No. 11, 69-82. Jatimah. 2016. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS
Melalui
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Variasi Permainan Nagawan Pada Siswa Kelas V SD Negeri Perumnas. Jurnal Kreatif Tadulako Online, Vol.
4 No. 10 , 282-288.
Mangentje, Y. M. 2013. Penerapan Model Kooperatif Tipe STAD ( Student Team Achievement Division) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS Kelas IV SDN Silampayang. Jurnal Kreatif
Tadulako Online, Vol. 1 No. 3, 106- 117.
Mutalib, D. 2014. Peningkatan Hasil Belajar Ips Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di Sekolah Dasar [Skripsi]. Pontianak: Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar, Jurusan Pendidikan Dasar,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tanjungpura. Pantanemo, D., Saneba, B., & Palimbong. A. 2014. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPS di Kelas IV SDN Inpres Kautu. Jurnal Kreatif Tadulako Online, Vol. 2 No. 2, 32- 41.Purwanto. 2014. Evaluasi Hasil
Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rusman. 2011. Model- Model Pembelajaran . Jakarta:PT Raja
Grafindo Persada.
Sapriya. 2011. Pendidikan IPS . Bandung: Remaja Rosdakarya
Slavin, R.E. 2008. Cooperative Learning:
Teori, Riset, dan Praktek. Narulita,
Y., penerjemah. Bandung: Nusa Media. Terjemahan dari: Cooperative Learning: Theory,
Research, and Practice.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Umiarso. 2011. Pendidikan Pembebasan .
Yogyakarta: Ar- Ruzz Media.
Widiyati, T. 2016. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS Melalui
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Kresnowidodo Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran 2015/2016 [Skripsi].
Bandar Lampung: Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung. Winkel, W. S. 2009. Psikologi
Pengajaran . Yogyakarta: Media abadi.
|
33870805-8327-4db6-b83e-c3b30b3f4b7e | http://jurnalsosiologi.fisip.unila.ac.id/index.php/jurnal/article/download/1220/163 |
## ESKALASI PARTISANSHIP POLITIK DALAM PEMBENTUKAN POLARISASI PADA MASYARAKAT DIGITAL
(Studi pada Platform Media Sosial TikTok)
Muhammad Guntur Purboyo 1)* , Junaidi Junaidi 2) , Azis Amriwan 3) .
1,2,3) Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung.
* Corresponding authors : (muhammadguntur@fisip.unila.ac.id)
## ABSTRAK
Pada era pemilihan 2014 dan 2019, platform yang paling dominan dimanfaatkan adalah twitter. Pembentukan identitas ini terlihat dari hadirnya istilah “Cebong” dan “Kampret” sebagai bentuk pemisahan kelompok partisanship dari kedua kubu calon. Tedak hanya sampai disitu, berkembangnya aktivitas digital di Media Sosial telah mengubah cara masyarakat berinteraksi dengan politik. Penggunaan platform seperti TikTok menjadi bagian integral dari proses pembentukan ekspresi partisanship pada ajang pesta rakyat 2024. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konsep partisanship dalam sosiologi politik Indonesia, dengan penekanan pada peran media sosial, khususnya TikTok. Penelitian ini menggunakan metode studi dokumentasi dengan melibatkan pengumpulan dan analisis data dari berbagai dokumen yang relevan seperti artikel akademik, laporan penelitian, arsip berita, dan konten TikTok yang terdokumentasi. Penelitian ini memanfaatkan kerangka konseptual yang melibatkan teori Weberian tentang partisanship, teori filter bubble, dan literatur terkait sosiologi politik. Hasil yang akan didapatkan dalam penelitian ini yaitu pola transformasi pemanfaatan media sosial dalam personal branding capres-cawapres dalam konstelasi politik Indonesia tahun 2024. Tiga tipe polarisasi politik pada media sosial yakni polarisasi ideologis, Polarisasi afektif dan polarisasi audiens berita. polarisai ini terjadi diakibatkan terdapat barier informasi yang terkoptasi oleh filter bubble dan echo-chamber .
## ABSTRACT
In the 2014 and 2019 election era, the most dominant platform used was Twitter. This identity formation can be seen from the presence of the terms "Cebong" and "Kampret" as a form of division of partisan groups between the two candidate camps. That's all, the transformation of digital activity on social media has changed the way society interacts with politics. The use of platforms such as TikTok is an integral part of the process of forming expressions of partisanship at the 2024 people's festival. This research aims to analyze the concept of partisanship in Indonesian political sociology, with an emphasis on the role of social media, especially TikTok. This research uses a documentation study method which involves collecting and analyzing data from various relevant documents such as academic articles, research reports, news archives, and documented TikTok content. This research uses a conceptual framework involving Weberian theory of partisanship, filter bubble concept, and literature related of political sociology. The results that will be obtained in this research are the transformation pattern of the use of social media on the personal branding of presidential and vice- presidential candidates in the Indonesian political constellation in 2024. Three types of political polarization on social media, namely ideological polarization, affective polarization, and news audience polarization. This polarization occurs when the information barrier is copied by the bubble filter and echo chamber.
Keywords: partisanship, TikTok, political transformation, filter bubble, echo-chambers
Kata Kunci: partisanship, TikTok, transformasi politik, Filter bubble, echo-chamber.
## PENDAHULUAN
Partisanship menjadi fokus penelitian yang semakin penting di Indonesia sebagai sebuah negara dengan sejarah politik yang kaya dan dinamika sosial yang beragam (Levy, 1989; Przeworski, 1986). Dinamika yang terjadi pada pemilihan presiden 2014 dan 2019, menunjukkan persaingan ketat antara dua calon presiden yang terafiliasi dengan dua partai besar. Kedua kandidat berusaha membentuk aliansi dengan partai-partai yang lebih kecil untuk mendapatkan suara mayoritas. Dalam hal ini, peran keberpihakan dalam politik Indonesia lebih dari sekadar kompetisi elektoral, tetapi juga berdampak pada keberpihakan politik yang mempengaruhi sentimen masyarakat (Ahnaf & Lussier, 2019).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa selama pemilihan presiden, perubahan sentimen terhadap kebijakan pemerintah terkait erat dengan keberpihakan politik. Keberpihakan juga mempengaruhi pembuatan kebijakan dan tata kelola pemerintahan di Indonesia. Agenda dan prioritas partai politik seringkali membentuk arah kebijakan pemerintah, dan hal ini dapat mengakibatkan pergeseran kebijakan yang signifikan, tergantung pada partai mana yang berkuasa. Sebagai contoh, kebijakan ekonomi, program kesejahteraan sosial, dan pembangunan infrastruktur semuanya dapat berubah tergantung pada komposisi politik koalisi yang berkuasa (atau dikenal dengan istilah ganti pemimpin ganti kebijakan). Kondisi ini menjadi salah satu faktor pendukung dalam penciptaan eskalasi partisanship politik di dalam masyarakat (Converse, 2006; Fossati, 2020; Nurhasanah, 2019). Terbentuknya eskalasi partisanship di dalam masyarakat terkadang memiliki dampak pada dinamika sosial dan politik secara menyeluruh. Partisanship pada konteks ini tidak hanya sebagai sebuah dukungan politik tetapi juga mengarah pada nilai-nilai dan pemahaman politik individu yang pada konteks indonesia bermuara pada pembentukan identitas (Converse, 2006).
Pembentukan identitas ini terlihat dari hadirnya istilah “Cebong” dan “Kampret” sebagai bentuk pemisahan kelompok partisanship dari kedua kubu calon. Polarisasi dukungan ini kemudian berkembang pembahasannya tidak hanya di dunia nyata tetapi juga menguat pada platform-platform digital di Indonesia (Kopaničová et al., 2022). Dengan kata lain distrupsi teknologi
memiliki peran dalam perubahan pola informasi dan komunikasi masyarakat. Distrupsi teknologi dan pemenfaatan media sosial pada ruang-runag politik membentuk pola baru dalam interaksi politik. Pada era pemilihan 2019, platform yang paling dominan dimanfaatkan adalah twitter. Akan Tetapi, dengan berkembangnya aktivitas digital di Media Sosial telah mengubah cara masyarakat berinteraksi dengan politik. Penggunaan Platform seperti TikTok menjadi bagian integral dari proses pembentukan ekspresi partisanship pada ajang pesta rakyat 2024. Jika dibandingkan dengan persentase mata pilih berdasarkan generasi pada tahun 2024 (databoks, 2023). Pada rentang generasi ini adalah generasi yang sebagian hidupnya dihabiskan untuk menikmati konten media sosial khususnya TikTok .
Berangkat dari data sebelumnya, dilansir dari data milik We are Social dan Hootsuite pada Agustus tahun 2023, Indonesia menempati peringkat Kedua dengan 106,51 juta akun aktif. Sebanyak 34,9 persen pengguna berada pada rentang usia 18-24 tahun, 28,2 persen pada rentang usia 25-34 tahun, pada rentang usia ini merupakan warga negara dengan profil mata pilih aktif untuk pemilu 2024 (Katadata.co.id, 2023). Kolaborasi kedua data ini menempatkan platform TikTok sebagai ruang potensial dalam branding politik di Indonesia. Hal ini dilatarbelakangi oleh keberhasilan menciptakan political engagement akan berdampak positif pada kualitas hubungan dan kegiatan politik online yang bermuara pada peningkatan elektoral (Abid et al., 2023; Alodat et al., 2023).
Berkaitan dengan hal ini Lalita Jain (2023) menemukan fakta bahwa political engagement , berpengaruh dan berdampak signifikan dengan penggunaan media sosial. Orang-orang yang menggunakan sosial media lebih memiliki kecenderungan aktif secara politik dan mengetahui lebih dalam tentang politik (Jain & Pandey, 2023). Fenomena yang terjadi pada platform tiktok menjadi gambaran utuh bagaimana pola political branding bergeser. Salah satu aktivitas yang menjadi FYP ( For Your Page ) atau istilah “viral” dalam platform tiktok adalah TikTok battle. Hal ini menempatkan perkembangan teknologi, khususnya media sosial, memiliki peranan penting dalam mengubah cara masyarakat berinteraksi dengan politik sebagai bagian integral dari proses pembentukan dan ekspresi partisanship (Bimber, 2014).
Sementara aktivitas seseorang didalam media sosial akan membentuk alam semesta informasi yang dikenal dengan istilah filter bubble . Filter bubbles memberikan peluang lebih besar bagi pengguna media sosial dan jaringan internet untuk semakin sering memperoleh informasi yang sama dan yang disukai (Pariser, 2011). Sementara, echo chamber merupakan kondisi yang menggambarkan situasi tertentu yang dialami oleh sebagian orang sebagai akibat dari suplai media dan distribusi informasi atas permintaan mereka sendiri (Guess et al., 2018; Ross Arguedas et al., 2022). Berkenaan dengan hal ini, peran dari filter bubble dan echo-chamber yang menciptakan alam semesta informasi berdasarkan preprensi pengguna bermuara pada keterjebakan pada pola informasi tertentu tampa ia sadari.
Dalam ranngka pembentukan logical frame work konteks penelitian, dilakukan identifikasi pada beberpa penelitian yang berkenaan dengan permasalahan yang akan dikaji. Adapun penelitian terdahulu menyoroti dunia perpolitikan saat ini sangat dipengaruhi oleh peran pemuda, media massa, hingga komunikasi politik (Nurhayati, 2023). Mudahnya akses informasi saat ini mendorong masifnya bias konfirmasi yang berujung pada lahirnya polarisasi politik di masyarakat (Badrun, 2018; Rahmawati, 2018; Setiawati et al., 2023; Sodikin & Utari, 2020). Untuk itu diperlukan etika dalam berdemokrasi di media sosial hingga kebijakan pemerintah dalam mengelola buzzer guna mendukung stabilitas politik (Alya et al., 2023; Anugerah, 2020; Kafka et al., 2022; Miskal et al., 2023; Zaki et al., 2023).
Menilik pada rangkaian penelitian ini, tidak teridentifikasi oleh peneliti topik penelitian yang mengangkat terkait partisipanship politik di TikTok dari sisi eksistensi echo chamber dan filter bubbles . Untuk itu, penelitian ini menarik dilakukan guna mengisi celah kekosongan pada penelitian-penelitian sebelumnya. Sehingga, dapat memberikan sumbangsih dalam mengurangi polarisasi politik yang berlarut ataupun perpecahan yang terjadi akibat perbedaan pandangan politik. Sehingga, rangkaian argumentasi ini menempatkan pentingnya dilakukan penelitian terkait media sosial TikTok.
Partisanship dalam media sosial tidak terbentuk begitu saja, dalam masyarakat digital dikenal istilah filter bubble dan echo chamber dimana
informasi yang diperoleh oleh pengguna merupakan hal-hal yang hanya disukai pengguna (Guess et al., 2018). Keterbatasan informasi ini memungkinkan akan tercipta polarisasi dan Eskalasi Partisanship dalam masyarakat Digital. Pada poin inilah kemudian penelitian ini memiliki peran untuk menelaah bagaimana Eskalasi Partisanship Politik dalam Pembentukan Polarisasi pada Masyarakat Digital khususnya pada platform TikTok pada kontestasi pemilihan presiden tahun 2024. Pada sisi lainnya, kebijakan pemerintah memiliki keterkaitan erat dengan pola kemimpinan terpilih.
## KAJIAN PUSTAKA
Max Weber dalam bukunya “ The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism ” tidak secara langsung membahas partisanship politik, tetapi memberikan wawasan tentang bagaimana etika kerja Protestan dan konsep “panggilan” atau “ calling ” berkontribusi pada pengembangan kapitalisme modern. Weber meneliti bagaimana kepercayaan agama, khususnya Calvinisme, mempengaruhi perilaku ekonomi dan sosial yang pada akhirnya membentuk semangat kapitalisme (Bendix & Roth, 1971; Kalberg, 2001). Weber mengamati adanya korelasi antara latar belakang Protestan dan keberhasilan dalam usaha kapitalis. Dia menghubungkan hubungan ini dengan konsekuensi psikologis dari doktrin predestinasi dan panggilan dalam teologi Puritan. Akibatnya, muncul etika komitmen tanpa henti terhadap panggilan duniawi mereka, dan pantang menikmati keuntungan dari kerja keras tersebut. Praktik ini, menurut Weber, menghasilkan akumulasi modal secepat mungkin.
Meskipun Weber tidak secara eksplisit membahas partisanship politik dalam konteks ini, pemahaman tentang etika kerja Protestan dan konsep panggilan dapat memberikan wawasan tentang bagaimana identitas kelompok dan nilai-nilai tertentu dapat mempengaruhi tindakan politik dan ekonomi (Kalberg, 2001). Ini dapat diterapkan untuk memahami bagaimana partisanship politik mungkin dipengaruhi oleh keyakinan dan nilai-nilai yang mendalam yang berasal dari latar belakang agama atau budaya. Max Weber, dalam analisisnya tentang partisanship, menekankan bahwa tindakan politik sering kali dipengaruhi oleh identitas kolektif dan loyalitas terhadap kelompok tertentu. Weber
berpendapat bahwa partisanship politik bukan hanya tentang persaingan kekuasaan, tetapi juga tentang perjuangan untuk mengukuhkan identitas dan nilai- nilai yang dianggap penting oleh suatu kelompok.
Dalam konteks Pilpres 2024 di Indonesia, fenomena ini sangat relevan. TikTok, sebagai media sosial yang populer, menjadi arena bagi pengguna untuk mengekspresikan dukungan politik mereka dan memperkuat identitas kelompok mereka. Hal ini sejalan dengan pandangan Weber bahwa media komunikasi memainkan peran penting dalam membentuk dan memperkuat partisanship politik.
Studi tentang partisanship politik dan media sosial telah menunjukkan bahwa platform digital dapat memperkuat filter bubble dan echo chamber , di mana pengguna cenderung terpapar informasi yang sejalan dengan pandangan politik mereka. Ahnaf & Lussier, (2019) menemukan bahwa media sosial dapat memperkuat kecenderungan ini, sementara Diego Fossati (2020), mengamati peran media sosial dalam mobilisasi politik di Indonesia. Weber mengargumenkan bahwa partisanship yang kuat dapat menghasilkan loyalitas yang mendalam namun juga konflik yang tajam antara kelompok-kelompok yang berbeda. TikTok, dengan algoritma yang menampilkan konten berdasarkan preferensi pengguna, berpotensi memperkuat loyalitas partisan sekaligus meningkatkan polarisasi politik, sebagaimana dikemukakan oleh Weber.
Lebih lanjut, penelitian oleh Kopaničová et al., (2022) mengenai echo chamber menunjukkan bahwa pengguna media sosial cenderung berinteraksi dalam kelompok-kelompok yang sepemikiran, yang memperkuat keyakinan politik mereka dan memarginalkan pandangan yang berbeda. Weber menyatakan bahwa dalam situasi seperti ini, partisanship dapat berubah menjadi konflik yang lebih intens karena perbedaan pendapat menjadi lebih tajam dan sulit dijembatani. Hasil penelitian ini menyoroti bagaimana TikTok tidak hanya sebagai media ekspresi, tetapi juga sebagai alat yang memperkuat perpecahan politik. Temuan ini konsisten dengan analisis Weber tentang bagaimana media dapat memperkuat dinamika partisanship politik.
## METODE
Penelitian ini menggunakan metode studi dokumentasi untuk menganalisis eskalasi partisanship politik di media sosial TikTok pasca Pilpres 2024 di Indonesia. Studi dokumentasi melibatkan pengumpulan dan analisis data dari berbagai dokumen yang relevan seperti artikel akademik, laporan penelitian, arsip berita, dan konten TikTok yang terdokumentasi. Data dikumpulkan dengan mengidentifikasi dan meninjau dokumen-dokumen yang memiliki relevansi dengan topik penelitian. Analisis data dilakukan dengan teknik analisis konten, yang melibatkan pengkodean data untuk mengidentifikasi tema dan pola partisanship politik. Sumber data utama meliputi publikasi akademik tentang partisanship politik dan media sosial, laporan dari lembaga penelitian, serta konten TikTok yang dikumpulkan selama periode Pilpres 2024.
Untuk lebih memahami permasalahan secara lebih mendalam dalam realitas kontekstual, peneliti menggunakan data primer berupa observasi dan dokumentasi (Sahir, 2022). Selain itu, penelti juga menggunakan data skunder untuk menggambarkan hasil pertisipasi politik yang dapat ditarik sebagai hasil diskusi dan penggiringan opini publik di platform tiktok. Hal ini dilakukan untuk melihat bagaimana efektifitas platform tersebut dalam memilih calon tertentu di pemilu presiden Indonesia tahun 2024.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
## Kewarganegaraan, Partisanship, Dan Kemandirian
Partisipasi politik merupakan inti dari hampir semua konsepsi kewarganegaraan demokratis yang baik, tetapi terlalu sedikit perhatian yang diberikan pada hubungan kritis antara partisipasi dan representasi yang difasilitasi oleh partai-partai (Urbinati & Warren, 2008). Dalam literatur terbaru, partai dipandang penting untuk partisipasi. Sebuah kata "kita" (berarti kolektif) diperlukan untuk mempertahankan dan meningkatkan komitmen politik, dan partai-partai membuat agenda tetap terlihat dan memberikan kesinambungan dari waktu ke waktu. Bagi Dimitrios E. Efthymiou (2018), misalnya, partisanship sangat berharga karena mendukung komitmen dan kontestasi politik. Partai-partai
menginformasikan, memobilisasi, dan mengorganisir partisipasi, dan mereka menghubungkan pemerintah dengan warga negara melalui "koneksi partisan"(Muirhead & Rosenblum, 2020).
Peran mereka meliputi pendidikan tentang isu-isu politik, " epistemic resilience " untuk melawan propaganda dan informasi yang keliru serta menciptakan mobilisasi kognitif ( cognitive mobilization ) (Invernizzi-Accetti &
Wolkenstein, 2017; White & Ypi, 2016). Partai-partai adalah tempat pelatihan politik ( a useful training ground ) bagi warga negara untuk mengaitkan doktrin komprehensif mereka dengan demokrasi, sehingga berkontribusi pada konsensus tumpang tindih yang menjamin stabilitas (Bonotti, 2017). Klaim lainnya adalah bahwa partai adalah collective epistemic agent (agen penyampai pengetahuan politik secara kolektif) yang mengubah penilaian nilai abstrak menjadi konsepsi tentang keadilan yang koheren, mengurangi kompleksitas, menurunkan ambang batas kompetensi politik, dan menciptakan kesetaraan tingkat pengetahuan (Ebeling, 2016). Jonathan White dan Lea Ypi (2016), mengidentifikasi prinsip- prinsip struktur partai yang memungkinkan membentuk etos demokratis bagi kadernya. Bagi Urbinati (2019), partisanship sebenarnya adalah istilah untuk berpikir secara politik."
Dalam konteks lainnya menyatakan bahwa untuk menjadi warga negara yang baik, seseorang harus menjadi partisan. Partisanship itu sendiri, bukan hanya keberpihakan sebagai pendorong partisipasi, akan tetapi lebih pada cita-cita kewarganegaraan (White & Ypi, 2016). Partisanship menjadi elemen penentu kewarganegaraan yang baik adalah karena hal tersebut memberlakukan komitmen terhadap pluralisme (mengakui legitimasi posisi, mematuhi aturan persaingan yang diatur, dan menerima keberpihakan klaim partisan). Moral distinctiveness (kekhasan moral) dari partisanship terletak pada komitmen terhadap sifat sementara otoritas politik, rekreasi periodiknya (Kateb, 1981). Pandangan yang umum adalah bahwa, untuk memenuhi tujuan-tujuannya yang berharga, partai- partai membutuhkan pendukung, tetapi juga juga merupakan kasus bahwa partai perlu untuk untuk mewujudkan nilai keberpihakan (Rosenblum, 2010).
Saat ini, nilai normatif keberpihakan ditantang oleh klaim bahwa Independen memiliki kedudukan moral yang lebih tinggi. Dalam pandangan ini,
partai mungkin merupakan sine qua non sistemik dalam demokrasi. Sebaliknya, demokrasi membutuhkan warga negara yang berpikiran bebas, berpikiran independen, dan perwakilan yang tidak terpengaruh oleh kesetiaan partai, yang mempertimbangkan klaim-klaim saingannya, dan yang pergi ke tempat yang dituntun oleh fakta dan bukti. Logika dari pandangan ini adalah bahwa status “independen” tidak cukup dicirikan sebagai non-partisan, tetapi, setidaknya di Amerika Serikat, sebagai identitas politik yang berbeda yang mensyaratkan anti- partisan (Muirhead & Rosenblum, 2020). Independen didefinisikan berbeda dengan partisan, yang dikatakan dapat dibeli, atau rentan terhadap pengaruh yang tidak semestinya dari para aktivis, atau mereka sendiri adalah ekstremis yang berkontribusi pada kemiringan representasi dan polarisasi politik. Klaimnya adalah bahwa Independen merupakan publik yang lebih deliberatif dan sampai pada estimasi yang tidak bias terhadap kepentingan publik (Dalton et al., 2000).
Cita-cita normatif independensi memiliki konsekuensi institusional, di antaranya pemilihan pendahuluan non-partisan yang mencerminkan animus antipartai dan yang konstitusionalitasnya telah menjadi subjek kasus Mahkamah Agung AS (Thompson, 2002). Berdiri untuk prinsip-prinsip yang memiliki integritas inilah yang dimaksud dengan cita-cita normatif independensi. Namun bagi para partisanship, merupakan pemilih emosional yang anti-partai dan dianggap tidak memiliki kapasitas yang cukup " reliance and unweighted” (Wolfe, 2000). Politik bukan hanya tentang mendukung, tetapi juga tentang persatuan dalam kesatuan. Akan tetapi, Persatuan dan Kesatuan inilah yang menjadi tantangan dari etika partisanship.
## Echo-Chambers, Filter Bubbles, dan Polarisasi
Ilmuwan sosial menggunakan istilah echo chamber (ruang gema) untuk menggambarkan situasi tertentu yang dialami oleh sebagian orang sebagai akibat dari suplai media dan distribusi informasi atas permintaan mereka sendiri. Sebagaimana situasi yang coba didefinisikan oleh Jamieson dan Capella (2008) dalam buku mereka “ echo chamber defined as a bounded enclosed media space ”, yang berpotensi memperbesar pesan-pesan yang disampaikan di dalamnya sekaligus mengisolasinya dari sanggahan. Bagian pembesaran biasanya dianggap sebagai dominasi informasi yang konsisten dengan sikap (misalnya, seseorang
mencari informasi yang memperkuat pandangan mereka yang sudah ada sebelumnya) dan bagian isolasi tentang tidak adanya paparan lintas sektoral (misalnya, seseorang tidak menemukan perspektif sentris yang menantang pandangan mereka yang sudah ada sebelumnya).
Sementara, dalam debat publik dan kebijakan, istilah echo chamber terkadang digunakan bergantian dengan istilah filter bubbles , tetapi penting untuk membedakan antara keduanya. Istilah filter bubble pertama kali disebutkan oleh aktivis dan pengusaha Eli Pariser (2011), untuk menunjukkan keprihatinannya bahwa meningkatnya penggunaan personalisasi dalam peringkat hasil mesin pencari dan umpan media sosial. Kondisi ini bermuara pada penciptaan alam semesta informasi yang unik bagi kita semua yang mengikis kemungkinan adanya pola informasi yang sama pada setiap orang. Filter bubbles memberikan peluang lebih besar bagi pengguna media sosial dan jaringan internet untuk semakin sering memperoleh informasi yang sama dan yang disukai. Sementara hal yang tidak kita sukai akan disembunyikan dari kita berdasarkan data yang didiktekan oleh kepentingan komersial perusahaan platform dan bukan merupakan berdasarkan pilihan aktif kita sendiri.
Echo chamber adalah sebuah bentuk ruang informasi yang diciptakan sendiri secara aktif oleh pengguna media sosial berdasarkan aktifitas pencarian yang dia sukai dan menbentuk ruang gema informasi. Sementara filter bubbles sedangkan adalah gelembung yang dihasilkan oleh algoritma pemeringkatan yang terlibat dalam aktivitas pasif tanpa pilihan aktif dari pengguna. Hasil dari kedua hal ini menunjukkan bagaimana kita disajikan berita dan informasi terdistribusi secara online. Termasuk dalam hal pemanfaatan media sosial dalam menentukan pilihan politik elektoral. Dewasa ini, kontestasi politik dalam cyberspace amat memungkinkan memiliki keterkaitan dengan polarisasi politik.
Kekhawatiran yang muncul dari kedua fenomena ini adalah hadirnya polarisasi politik, kurangnya empati yang akhirnya bermuara pada situasi dimana terjadi perpecahan dan tidak lagi memiliki kesamaan dalam visi berbangsa dan bernegara. Atau dengan kata lain memiliki pola realitas yang berbeda dalam ruang digitalnya. Terdapat tiga hal yang mungkin terjadi dalam konteks eskalasi dan polarisai politik pada media sosial, Pertama polarisasi ideologis, mengacu pada
sejauh mana orang tidak setuju dengan isu-isu politik. Kedua, Polarisasi afektif, yang mengacu pada perasaan seseorang tentang 'pihak lain' (pihak yang tidak mereka setujui dalam suatu isu). Ketiga, polarisasi audiens berita, yang mengacu pada sejauh mana audiens dalam sumber berita di suatu negara secara umum lebih partisan secara politik atau campuran secara politik (Ross Arguedas et al., 2022).
Di luar itu, fokus kajian tentang politik adalah polarisasi elit. Meskipun berita dan penggunaan media dapat berkontribusi pada peningkatan atau penurunan relatif dalam polarisasi, banyak faktor lain yang sering dilihat oleh para ilmuwan sosial sebagai hal yang lebih penting. Termasuk peran partai politik dalam memberikan para pendukungnya berbagai isyarat dalam menghadapi isu- isu publik, serta tingkat homofili sosial yang dibentuk oleh perubahan pola-pola yang mengubah cara hidup kita, termasuk seberapa beragamnya kelompok- kelompok sosial utama kita (Guess et al., 2018; Mason, 2015; McPherson et al., 2001).
## Partisipanship dan Pembentukan Polariasi Politik di Media Sosial TikTok
Dalam kajian akademis, partisanship dianggap sebagai elemen penting dalam mendorong partisipasi politik dan menciptakan kolektifitas dukukungan yang diperlukan untuk komitmen politik yang berkelanjutan. Partai politik dipandang sebagai agen yang memobilisasi, mengorganisir, dan menghubungkan pemerintah dengan warga negara melalui koneksi partisan ( partisan connection ) (Muirhead & Rosenblum, 2020). Partai juga berperan dalam pendidikan politik dan mobilisasi kognitif (Invernizzi-Accetti & Wolkenstein, 2017), serta membantu mengurangi kompleksitas politik dan menciptakan kesetaraan epistemik (Ebeling, 2016).
Namun, di media sosial TikTok, konsep partisanship ini sering kali terlihat lebih cair dan kurang terstruktur. TikTok, sebagai platform yang sangat dipengaruhi oleh algoritma, memungkinkan penyebaran informasi politik yang cepat dan luas tanpa filter yang ketat. Hal ini sering menghasilkan lingkungan yang penuh dengan bias informasi dan filter bubles di mana pengguna hanya terpapar pada pandangan politik yang mereka setujui dan jarang menemukan perspektif yang berlawanan. Akibatnya, fungsi pendidikan dan mobilisasi yang diharapkan dari partisanship formal sering kali tereduksi menjadi sekadar
dukungan emosional dan penguatan prasangka pribadi. Dalam konsep echo chambers dan filter bubbles didefinisikan sebagai lingkungan media yang memperkuat dan mengisolasi pesan-pesan tertentu. Echo chambers muncul ketika individu hanya mengonsumsi informasi yang konsisten dengan sikap mereka sendiri, sementara filter bubbles terbentuk melalui algoritma yang mempersonalisasi konten berdasarkan preferensi pengguna (Pariser, 2011).
Pada platform media sosial TikTok, kedua fenomena ini sangat nyata. Algoritma TikTok dirancang untuk mempertahankan keterlibatan pengguna dengan menunjukkan konten yang sesuai dengan preferensi mereka, yang secara efektif menciptakan filter bubles (Sarina et al., 2023). Pengguna yang tertarik pada konten politik tertentu akan terus menerima konten serupa, yang memperkuat pandangan mereka dan mengisolasi mereka dari perspektif yang berbeda ( Information universe barriers ). Sebagai contoh, pengguna yang sering menonton video dengan narasi politik sayap kiri akan terus disajikan video dengan perspektif yang sama, dan sebaliknya. Ini berkontribusi pada polarisasi politik di platform , di mana pengguna semakin terpisah dalam kelompok- kelompok ideologis yang homogen.
Berkaitan dengan kondisi ini, polarisasi politik, baik secara ideologis maupun afektif, semakin nyata di media sosial seperti TikTok. Ideologis polarisasi mengacu pada perbedaan pandangan yang tajam terhadap isu-isu politik, sementara afektif polarisasi merujuk pada sentimen negatif terhadap kelompok yang berbeda pandangan. Polarisasi audiens berita juga terlihat jelas di TikTok, di mana algoritma mendukung penyebaran konten yang cenderung partisan, memperdalam perbedaan di antara kelompok-kelompok pengguna (Ross Arguedas et al., 2022). Pengguna TikTok sering kali terlibat dalam konten yang memicu emosi kuat, baik itu kemarahan, kebencian, atau dukungan penuh. Video- video yang viral sering kali adalah yang kontroversial atau provokatif, yang cenderung meningkatkan polarisasi afektif. Hal ini menyebabkan situasi di mana dialog konstruktif dan pemahaman lintas kelompok menjadi semakin sulit dicapai. Polarisasi ini tidak hanya mempengaruhi pengguna TikTok sebagai individu tetapi juga dapat berdampak pada masyarakat luas, memperparah perpecahan sosial dan politik.
Gambar 01. Model Pembentukan Polariasai pada Masayrakat Digital
(Sumber: Diolah oleh tim peneliti, 2024)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa TikTok berperan signifikan dalam membentuk dan memperkuat partisanship politik pasca Pilpres 2024. Konten politik di TikTok cenderung sangat polarizing, dengan pengguna aktif menyebarkan narasi yang mendukung calon tertentu dan menyerang lawan politik. Fenomena filter bubble dan echo chamber sangat terlihat, di mana pengguna lebih sering terpapar pada konten yang sesuai dengan pandangan politik mereka, memperkuat bias dan polarisasi. Temuan ini sejalan dengan penelitian Bimber (2014) dan Guess et al., (2018) yang menyatakan bahwa media sosial dapat memperkuat polarisasi politik melalui algoritma yang menampilkan konten berdasarkan preferensi pengguna. Kondisi ini juga terjadi dalam polarisasi politik pada pengguna platfom TikTok.
Di sisi lain, dari temuan penelitian ini juga berhasil menggambarkan bagaimana bentuk dari polarisasi ini terbentuk. Setidaknya terdapat 3 (tiga) bentuk polarisasi yang terjadi di media sosial TikTok. Pertama, polarisasi ideologis yang merupakan tipe polarisasi yang terbentuk secara idelogis tentang sikap menerima atau tidak menerima isu-isu politik tertentu. Pada pola ini
kecendrungan dukungan ideologis lebih menguat dengan pertimbangan pada subtansial ideologi ketimbang sososk ataupun isu politik yang diangkat. Pada kontestasi pemilu dan pilpres 2024 terlihat bahwa polarisasi ini memiliki peranan penting dalam mempertahankan eksistensi partai politik khususnya yang terjadi pada PDI Perjuangan. Meski Capres dan Cawapresnya tidak merepresentasikan pilihan ideologi rakyat tetapi perolehan suara 16,72% dan sebagai peraih suara terbanyak (Detiknews, 2024).
Kedua polarisasi afektif, polarisasi ini terbentuk berdasarkan bagaiman perasaan seseorang terhadap orang lain. Pada realitas di lapangan yang masuk ke dalam kategori ini sering juga disebut sebagai pemilih emosional ( emocional voteis ). Pada pilpres 2024 acap kali kita mendengar istilah-istilah seperti “gemoy” untuk prabowo, Ganjar “merakyat”, dan Anis “bubble”. Branding karakter yang dilakukan oleh pasangan calon ini memberikan dampak pada elektabilitas pasangan. Disisi lain hal ini juga bermuara pada pembentukan polarisasi dukungan secara emosional sehingga tidak lagi mengedepankan ide yang di ditawarkan tetapi lebih kepada dukungan terhadap karakter yang di bentuk melalui media sosial. Meskipun tidak dilakukan proses survei resmi terkait hal ini beberpa media telah mempublikasikan hasil identifikasinya terkait dengan pengaruhnya terhadap elektabilitas pasangan. Menariknya, ilustasi emosional yang terbentuk ini bermuara pada gencarnya AI vídeo editing capcut membuatkan ratusan template Gemoy Squad yang diperuntukkan bagi para pendukung afektif pasangan calon.
Gambar 02. Pesoasifikasi Paslon di Media Sosial
(Sumber: Kabariku.com dan capcut template, 2024)
Dalam konteks yang berbeda, dalam paslon yang lain pencitraan di tiktok terlihat masih kurang. Hal ini bukannya tidak dipakai oleh paslon yang lain,
namun secara gerakan paslon nomor 2 menunjukkan keseriusan mereka dalam menggunakan aplikasi tiktok dalam membrending diri mereka, sehingga menyasar pemilih secara emosional. Artinya istilah “gemoy” berhasil membentuk filter bubble dan echo chamber di kalangan pengguna tiktok. Sedangkan, istilah- istilah paslon lain dari pasangan 01 dan 03 seperti istilah Anis “Bubble” dan Ganjar “merakyat” tidak dimaksimalkan secara baik oleh mereka. Secara sederhana polarisai afektif ini terbentuk secara massif di media sosial tiktok merupakan dampak dari pemanfaatan filter bubble atau aktifitas pasif dari pengguna media sosial. Muara dari aktifitas ini membentuk polarisasi ketiga yang diistilahkan sebagai polarisasi audience berita.
Ketiga, polarisasi audiens berita. Polarisasi ini memiliki kecendrungan dimana audiace (orang tidak terlibat dalam politik secara langsung) lebih partisan secara politik. Aktifitas yang terjadi pada kelompok polarisasi ini memiliki kecendrungan lebih militan pada platform media sosial. Secara kontekstual pada platform TikTok terdapat aktifitas TikTok Battle yang didalam kontenya disajikan pertarungan gift (dalam islitah lain sawer) untuk mendukunf salah satu pasangan calon presiden sebagaiman yang dilakukan oleh akun @Najib_05 dan @Politik_Indonesia. Kedua aknun ini adalah contoh dari berbagai akun yang memanfaatkan momentum ini.
Gambar 03. Aktifitas TikTok Battle
(Sumber: Tiktok, 2024)
Keterlibatan tim sukses dari pasangan calon pada pola kontestasi TikTok Battle ini memberikan potensi keuntungan secara elektabilitas pada pasangan calon. Menariknya, keterlibatan tim sukses bukan pada pembuatan konten, tetapi lebih pada “sawer gift” untuk meningkatkan atensi penonton. Semntara pemilik akun (konten kreator TikTok) memanfaatkan momentum ini untuk memperoleh keuntungan secara finansial dari gift yang diterima. Dengan kata lain, polarisasi ini terbentuk dikarenakan setidaknya ada 3 (tiga) pihak yang diuntungkan yakni, pemilik konten yang memperoleh gift, Platform TikTok yang memperoleh keuntungan dalam layanan transaksi serta pasangan calon yang memperoleh elektabilitas dari penikmat tayangan. Dengan kata lain, polarisasi ini membentuk dari ruang ekonomi di media sosial tiktok yang dapat dimanfaatkan konten kreator tiktok ataupun influenser bagi pemiliki tertentu. Polaraisasi ini memang sengaja diciptakan oleh mereka dengan melihat kebermanfaatan dalam menciptakan polarisasi pemilih. Keterlibatan penonton dalam aktifitas ini secara umum memiliki sikap yang lebih partisan atau dengan bahasa lain mendadak politik. Dapat dikatakan pola ini memiliki kecendrungan pada model partisipasi masyarakat media sosial yang dikategorikan sebagai masyarakat yang cendrung terhadap isu tertentu yang disebabkan oleh keterjebakan mereka dalam pola algoritmatik filter bubble dan echo chamber .
## KEHSIMPULAN
Penelitian ini menyimpulkan bahwa TikTok memainkan peran penting dalam eskalasi partisanship politik di Indonesia pasca Pilpres 2024. Platform ini tidak hanya menjadi media untuk berbagi informasi, tetapi juga medan pertempuran narasi politik yang mempengaruhi persepsi publik. Sementara teori partisanship dan konsep echo chambers serta filter bubbles menawarkan kerangka pemahaman yang penting tentang dinamika politik dan media, realitas di media sosial TikTok menunjukkan bahwa interaksi dan dampaknya jauh lebih kompleks. Algoritma TikTok dan sifat konten yang sangat terpersonalisasi menciptakan lingkungan yang sangat kondusif untuk polarisasi politik, seringkali mengabaikan tujuan edukatif dan mobilisasi politik yang diharapkan dari partisanship. Dengan memahami perbedaan ini, kita dapat lebih bijak dalam mengelola dan merespons fenomena politik di era digital ini.
Rekomendasi untuk pengguna media sosial adalah untuk lebih kritis dalam mengonsumsi konten politik dan aktif mencari informasi dari berbagai sumber untuk menghindari bias. Pembuat kebijakan disarankan untuk mengawasi dan mengatur konten politik di media sosial guna mengurangi polarisasi. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami dampak jangka panjang dari partisanship politik di media sosial terhadap stabilitas politik dan sosial di Indonesia.
## DAFTAR PUSTAKA
Abid, A., Harrigan, P., Wang, S., Roy, S. K., & Harper, T. (2023). Social media in politics: how to drive engagement and strengthen relationships. Journal of Marketing Management, 39 (3-4), 298-337.
Accetti, C. I., & Wolkenstein, F. (2017). The crisis of party democracy: cognitive mobilization, and the case for making parties more deliberative. Am. Political Sci. Rev., 111 (1), 97–109.
Ahnaf, M. I., & Lussier, D. N. (2019). Religious Leaders and Elections in the Polarizing Context of Indonesia. Humaniora, 31 (3), 227-237. doi:doi:10.22146/jh.49420
Alodat, A. M., Al-Qora’n, L. F., & Hamoud, M. A. (2023). Social media platforms and political participation: A study of Jordanian youth engagement. Social Sciences, 12 (7), 402.
Arguedas, A. R., Robertson, C. T., Fletcher, R., & Nielsen, R. K. (2022, 1 19). Echo chambers, filter bubbles, and polarisation: a literature review. Diambil kembali dari
reutersinstitute.politics.ox.ac.uk: https://reutersinstitute.politics.ox.ac.uk/echo-chambers-filter-bubbles-and- polarisation-literature-review
Beling, M. E. (2016). Epistemic political egalitarianism, political parties, and conciliatory democracy. Political Theory, 44 (5), 29–56.
Bimber, B. (2014). Digital Media in the Obama Campaigns of 2008 and 2012:
Adaptation to the Personalized Political Communication Environment. Journal of Information Technology & Politics, 11 (2), 130-150. doi:10.1080/19331681.2014.895691
Bonotti, M. (2017). Partisanship and Political Liberalism in Diverse Societies. Oxford, UK: Oxford Univ. Press.
Converse, P. E. (1964). The nature of belief systems in mass publics (1964). New York: The Free Press.
Dalton, R., McAllister, I., & Wattenberg, M. .. (2000). The consequences of partisan dealignment. In Parties Without Partisans: Political Change in Advanced Industrial Democracies. Wattenberg: MP Wattenberg. databoks. (2023, Jui 05). Kata Data Media Network . (Katadata.com) Dipetik 03 12,
2024, dari https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/07/05/kpu- pemilih-pemilu-2024-didominasi-oleh-kelompok-gen-z-dan-milenial Detiknews. (2024, 03 20). Lengkap! Hasil Resmi Perolehan Suara Semua Parpol di Pileg 2024 . Diambil kembali dari detik.com: https://news.detik.com/pemilu/d-7252792/lengkap-hasil-resmi-perolehan- suara-semua-parpol-di-pileg-2024
Efthymiou, D. E. (2018). The Normative Value of Partisanship: When and Why Partisanship Matters. POLITICAL STUDIES, 66 (1), 192–208. doi:DOI10.1177/0032321717707401
Fossati, D. (2020). Electoral reform and partisan dealignment in Indonesia. International Political Science Review, 41 (3), 349-364.
Guess, A. M., Nyhan, B., Lyons, B., & Reifler, J. (2018). voiding the echo chamber about echo chambers: Why selective exposure to like-minded political news is less prevalent than you think. Miami: Knight Foundation.
Guess, A., Nyhan, B., Lyons, B., & Reifler, J. (2018). Avoiding the echo chamber about echo chambers: Why selective exposure to like-minded political news is less prevalent than you think. Miami: Knight Foundation.
Jain, L., & Pandey, V. (2023). The Influence of Social Media Usage and Political Behaviors among Adults. Journal of Communication and Management, 2 (2), 98-100.
Jamieson, K. H., & Cappella, J. N. (2008). Echo chamber: Rush Limbaugh and the conservative media establishment. Oxford and New York: Oxford University Press.
Katadata.co.id. (2023, 09 27). Kelompok Anak Muda Jadi Pengguna Terbesar TikTok, Usia Berapa Mereka? Diambil kembali dari Katadata Media Network:
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/09/27/kelompok-anak- muda-jadi-pengguna-terbesar-tiktok-usia-berapa-mereka
Kateb, G. (1981). The moral distinctiveness of representative democracy. Ethics, 91 (3), 357–74.
Kopaničová, J., Klepochová, D., & Francová, Z. (2022). Use of Netnography in Contemporary Marketing Research. Central European Business Review, 11 (4), 111-131. doi:10.18267/j.cebr.303
Levy, C. (1989). eview of Paper Stones, a History of Electoral Socialism, by A. Przeworski & J. Sprague. History Workshop, 27 , 207–212. Diambil kembali dari http://www.jstor.org/stable/4288902
Mason, L. (2015). ‘I disrespectfully agree’: The differential effects of partisan sorting on social and issue polarization. American Journal of Political Science, 59 (1), 128–145. doi:doi.org/10.1111/ajps.12089
McPherson, M., Smith-Lovin, L., & Cook, J. M. (2001). Birds of a feather: Homophily in social networks. Annual Review of Sociology, 27 (1), 415– 444. doi:doi.org/10.1146/annurev.soc.27.1.415
Muirhead, R., & Rosenblum, N. L. (2020). The political theory of parties and partisanship: Catching up. nnual Review of Political Science, 23 , 95-110. Nurhasanah. (2019). Political Dynamics in Presidential Election of Indonesia in 2019. 1st International Conference on Administration Science (ICAS 2019). 343 , hal. 531-535. Palangkaraya: Atlantis Press. doi:10.2991/icas- 19.2019.110
Pariser, E. (2011). The filter bubble: What the internet is hiding from you. London: Viking.
Przeworski, A., & Sprague, J. (1988). A History of Electoral Socialism. American Political Science Review, 82 (2), 668-669. doi:doi:10.2307/1957454 Rizaty, M. A. (2023, 12 12). Data Jumlah Pengguna TikTok di Indonesia hingga Oktober 2023 . Diambil kembali dari dataindonesia:
https://dataindonesia.id/ekonomi-digital/detail/data-jumlah-pengguna- tiktok-di-indonesia-hingga-oktober-2023
Rosenblum, N. (2008). On the Side of the Angels: An Appreciation of Parties and Partisanship. Princeton: Princeton Univ. Press.
Sustikarini, A. (2020). Digital Democracy in Indonesia’s 2019 Election: Between
Citizen Participation and Political Polarization. Proceedings of the International Conference on Agriculture, Social Sciences, Education, Technology and Health (ICASSETH 2019) (hal. 238-242). Christchurch New Zealand: Atlantis Press. doi:10.2991/assehr.k.200402.055
Thompson, D. (2002). Just Elections: Creating a Fair Electoral Process in the United States. Chicago: Univ. Chicago Press.
Ulum, M. C., & Anggaini, N. L. (2020). Community Empowerment: Teori dan Praktik Pemberdayaan Komunitas. Malang: UBPerss.
Urbinati, N. (2019). Taking sides. Polit. Theory, 47 (1), 97–105.
Urbinati, N., & Warren, M. (2008). The concept of representation in contemporary democratic theory. Annu. Rev. Political Sci , 387–412.
White, J., & Ypi, L. (2016). The Meaning of Partisanship. Oxford, UK: Oxford Univ. Press.
Wolfe, A. (2000, 10 22). The tyranny of the undecided voter . Diambil kembali dari New York Times: https://www.nytimes.com/2000/10/22/opinion/the- tyranny-of-the-undecided-voter.html
e-ISSN 2549-7235 p-ISSN 1411-004
|
d6ccc32b-b4ef-4193-ab64-80c70e8536d2 | https://journal.yrpipku.com/index.php/msej/article/download/3369/1821 | The Effect Of Third Party Funds, Profit Sharing Rate, Non-Performing Financing, And Own Capital On The Volume Of Profit Sharing-Based Financing In Islamic Banking In Indonesia Case Study Of Bank Muamalat Indonesia (BMI)
Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Tingkat Bagi Hasil, Non Performing Financing , Dan Modal Sendiri Terhadap Volume Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Pada Perbankan Syariah Di Indonesia Studi Kasus Bank Muamalat Indonesia (BMI)
Windi Mariska Suryani Siregar 1* , Mustapa Khamal Rokan 2 , Tuti Anggraini 3
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara 1,2,3 windimariska01@gmail.com 1 , mustafarokan@uinsu.ac.id 2 , tuti.anggraini@uinsu.ac.id 3
* Corresponding Author
## ABSTRACT
This research aims to determine the influence of funding levels, investment profit levels, non-performing financing and equity capital on the volume of financing based on profit support in the Islamic banking sector in Indonesia, with the Case Study of Bank Muamalat Indonesia (BMI). ). This research uses a sample of 1 company with the research year 2013-2018. With data sources obtained from quarterly financial reports, balance sheets, profit and loss and information on the proportion of Bank Muamalat agents. The research method used is numerical linear regression analysis. In this research, the test uses classical hypothesis testing which includes normality test, multicollinearity test, heteroscedasticity test and autocorrelation test. And the model determination tests used are the F test, R2 test and T test. The results of the research show that the simultaneous test (F test) shows an Fcount value of 331.425 which is greater than the F table of 2.84 and is supported. the standard connotation value is simpler, equal to 0.05. The R2 test shows that the R2 value obtained by the Adjusted R2 coefficient of determination is 0.968. Meanwhile, the t test shows the results (1) the level of funds has a significant effect on the volume of financing on profit interest (2) the level of profit cooperation does not have a significant effect on the volume of financing from investment on profits (3) no-performing financing does not have a significant effect on the volume of financing from investment on profit (4) own capital has a significant effect on the volume of investment financing on profits.
Keywords : Third Party Funds , Profit Sharing Levels , Profit Sharing Financing Volume
## ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat dana, tingkat keuntungan investasi, non- performing financing dan modal ekuitas terhadap volume pembiayaan berdasarkan profit support pada sektor perbankan syariah di Indonesia, dengan Studi Kasus Bank Muamalat Indonesia (BMI). Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 1 perusahaan dengan tahun penelitian 2013-2018. Dengan sumber data yang diperoleh dari laporan keuangan triwulanan, neraca, laba rugi dan informasi proporsi agen Bank Muamalat. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis regresi linier numerik. Dalam penelitian ini pengujiannya menggunakan uji hipotesis klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Dan uji determinasi model yang digunakan adalah uji F, uji R2 dan uji T. Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji simultan (uji F) menunjukkan nilai Fhitung sebesar 331,425 lebih besar dari F tabel sebesar 2,84 dan didukung. standar nilai konotasi yang lebih sederhana, sebesar 0,05. Uji R2 menunjukkan nilai R2 yang diperoleh koefisien determinasi Adjusted R2 sebesar 0,968. Sedangkan uji t menunjukkan hasil (1) tingkat dana berpengaruh signifikan terhadap volume pembiayaan terhadap bunga keuntungan (2) tingkat kerjasama keuntungan tidak berpengaruh signifikan terhadap volume pembiayaan dari investasi terhadap keuntungan (3) no-performing financing tidak berpengaruh signifikan terhadap volume pembiayaan dari investasi terhadap keuntungan (4) modal sendiri berpengaruh signifikan terhadap volume pembiayaan investasi terhadap keuntungan.
Kata kunci: Dana pihak ketiga, tingkat bagi hasil, volume pembiayaan bagi hasil
## 1. Pendahuluan
Peran bank, baik bank umum, adalah pengumpulan dan distribusi dana publik. Dana yang dihimpun dari giro, tabungan, dan deposito menurut prinsip Wadiah atau Mudharabah disebut juga dengan dana pihak ketiga. Sedangkan bank syariah menyalurkan dana melalui pembiayaan dengan menggunakan empat model penyaluran, yaitu prinsip jual beli, prinsip bagi hasil, prinsip ujroh, dan akad tambahan.
Pembiayaan bagi hasil merupakan ikon/jimat bank syariah bagaimana setiap lembaga keuangan syariah mempunyai ciri khas pembiayaan tersebut. Lebihnya, pembiayaan berbasis bagi hasil memimpin pembiayaan yang lain. Sekalipun terjadi peningkatan pada tahun 2014, akan tetapi pendanaan lainnya masih lebih meningkat dibandingkan pendanaan bagi hasil.
Dua jenis pembiayaan berdasarkan dasar partisipasi dalam kebaikan, yang sering dibahas dalam biografih fiqh dan biasanya diedarkan oleh bank syariah, adalah pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah. Mudharabah adalah perjanjian antara pemilik dana (Shahibul Maal) dan pengelola dana (Mudharib) untuk bekerjasama dalam suatu usaha usaha. Pembagian hasil didasarkan atas kesepakatan keikutsertaan antara semua pihak, dan apabila terjadi kerugian maka pemilik dana bertanggung jawab, kecuali ada kelalaian atau pelanggaran dari pihak pengelola dana. Sedangkan, musyarakah adalah perjanjian kerjasama antar pemilik modal untuk mencampurkan modalnya dengan bagi hasil berdasarkan suatu nisbah yang telah disepakati sebelumnya, sedangkan kerugian ditanggung oleh seluruh pemilik modal sesuai dengan bagian modalnya masing-masing. Permasalahan ringannya standar pembiayaan bagi hasil masih dominannya pembiayaan non-bagi hasil, khususnya murabahah, pada portofolio pembiayaan syariah perbankan merupakan fenomena global, termasuk di Indonesia.
Kejadian tersebut dikarenakan oleh pembiayaan berbasis bagi hasil yang kerapkali mempunyai imbas yang hebat dibandingkan pembiayaan lainnya, antara lain risiko kepercayaan yang berisiko dan biaya transaksi yang tinggi., (Veithzal, 2018).
Model bagi hasil mempunyai banyak rintangan, sehingga bank wajib aktif berupaya memperkirakan peluang kehilangan nasabah dari pertama. Lembaga keuangan dapat mengatasi situasi ini melalui kebijakan dan penyusunan keuangan yang lebih erat. Dari pada itu, lembaga keuangan juga perlu menerapkan studi kelayakan, standar akuntansi, dan sistem pengendalian internal yang baik. Dan tentunya memantau, mengawasi dan melindungi pembiayaan dengan prinsip kehati-hatian.
Pembiayaan yang ditawarkan oleh bank syariah dapat menimbulkan potensi masalah keuangan. Kredit bermasalah dapat dideteksi dari tingkat kredit bermasalah (NPF). Menurut Veithzal (2018), yang dimaksud dengan NPF atau pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan yang dalam pelaksanaannya belum mencapai atau memenuhi tujuan yang diinginkan bank, misalnya: pengembalian modal atau bagi hasil yang bermasalah, pembiayaan yang mempunyai kemungkinan menimbulkan risiko di masa depan bagi bank; pinjaman yang termasuk dalam kategori perhatian khusus, daftar pantauan dan kredit macet, serta kategori lancar yang mempunyai potensi tunggakan pelunasan. Oleh karena itu, besar kecilnya NPF menunjukkan eksekusi suatu bank dalam mengelola dana yang disalur kan. Jika jumlah kredit bermasalah semakin meningkat, hal ini pada akhirnya akan menurunkan jumlah pendapatan yang diperoleh bank. Hal ini pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat profitabilitas bank syariah.
Namun, meskipun risiko pinjaman bagi hasil tinggi, namun potensi keuntungannya juga tinggi. Oleh karena itu, perbankan harus terus meningkatkan volume pembiayaannya melalui peningkatan modal sendiri dan penghimpunan dana masyarakat
## 2. Tinjauan Pustaka Dana Pihak Ketiga
Dana tingkat sangat penting bagi bank dalam penggalangan dana, karena pada dasarnya kepentingan usaha bank adalah menghimpun dana dari bank itu sendiri (pihak pertama), dana
yang berasal dari pihak lain (dana pihak kedua) dan dana dari masyarakat atau tingkatan, di berupa tabungan, deposito, dan sumber dana lainnya. Menurut Dendawijaya (2016), dana tingkat adalah dana yang berbentuk simpanan masyarakat.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian dana adalah dana yang disimpan oleh masyarakat dalam bentuk giro, tabungan, dan deposito, yang ditandai dengan suatu perjanjian atau perjanjian, kemudian dana tersebut dihimpun oleh bank.
## Tingkat Bagi Hasil
Para ahli teori perbankan syariah memandang bahwa kegiatan investasi pada bank syariah didasarkan pada dua konsep hukum, yaitu mudharabah dan musyarakah, sebagai sarana penerapan sistem bagi hasil (LPS). Teori ini menyatakan bahwa bank syariah akan memberikan sumber pembiayaan (agen) yang melimpah kepada peminjam (debitur) berdasarkan rasisme (baik dari segi untung maupun rugi), yang berbeda dengan sistem pembiayaan berbasis bunga pada dunia perbankan konvensional dimana semua risiko ditanggung oleh peminjam (debitur). (Kurniawanti, 2014)
Return bank syariah dapat diartikan sebagai pengalihan manfaat yang diberikan bank kepada nasabah yang menyimpan dananya atau diberikan bank kepada nasabah yang menerima manfaat pinjaman dana dari bank berdasarkan prinsip hukum syariah. Yield pembiayaan bank syariah juga dapat diartikan sebagai besarnya dana yang harus dikeluarkan nasabah untuk memperoleh dana antar bank dalam bentuk pembiayaan.
Dalam arti lain, kerjasama keuntungan adalah pembagian hasil usaha yang dilakukan oleh para pihak yang mengadakan perjanjian yaitu nasabah dan bank syariah. Dalam hal dua pihak mengadakan perjanjian usaha, maka hasil usaha yang dilakukan oleh kedua belah pihak atau salah satu pihak akan dibagikan menurut bagian masing-masing pihak yang mengadakan perjanjian tersebut. Distribusi hasil usaha pada penyelenggaraan perbankan syariah ditentukan dengan menggunakan proporsi. Proporsi adalah persentase yang disepakati kedua belah pihak untuk menentukan kerjasama demi kepentingan usaha koperasi.
## Non Performing Financing
Pembiayaan bermasalah (non-performing financing) adalah permasalahan kemampuan bank dalam menangani pembiayaan bermasalah yang selalu diawali dengan gagal bayar, yaitu keadaan dimana debitur tidak mau dan tidak mampu menepati janji yang dibuat sebagaimana dituangkan dalam perjanjian pembiayaan.
Menurut Rifqul dan Imron (2015) NPF menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola pembiayaan bermasalah yang diberikan bank. Pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan yang kurang lancar, meragukan, dan berkualitas buruk. Semakin tinggi NPF maka semakin rendah ROA. Menurut kamus Bank Indonesia, MFN adalah kredit bermasalah yang terdiri atas pembiayaan yang tergolong kurang lancar, diragukan, dan bermasalah.
Berdasarkan sentimen tersebut, penulis menyimpulkan bahwa non-performing financing (NPF) adalah kredit yang tidak memiliki kemampuan yang baik dan tergolong kurang lancar, diragukan, dan bermasalah. Besar kecilnya FNP menunjukkan kinerja suatu bank dalam mengelola dana yang disalurkan. Jika porsi pembiayaan bermasalah meningkat, hal ini pada akhirnya akan menurunkan jumlah pendapatan yang diperoleh bank. Oleh karena itu hal ini mempengaruhi tingkat keuntungan bank syariah dalam neraca.
## Modal Sendiri
Menurut Syafri (2015) Ekuitas berkaitan dengan ekuitas pemegang saham, dengan ekuitas mewakili sisa hak atas aset yayasan setelah dikurangi utangnya. Dalam suatu bisnis, ekuitas adalah modal pemilik. Menurut Soemarso (2014), ekuitas adalah modal yang menjadi sumber pengeluaran usaha yang berasal dari pemiliknya.
Menurut Sadeli (2011) didalam Perusahaan perseroan terbatas yang termasuk modal sendiri antara lain:
a. Modal Saham
Merupakan bukti pengembalian kegiatan-kegiatan atau anggota-anggota pada suatu PT bagi perusahaan yang bersangkutan yang diperoleh dari penjualan kegiatan-kegiatannya dan tetap menyatu dengan perusahaan sepanjang umurnya, meskipun pemegang saham itu sendiri bukan merupakan suatu perusahaan yang sangat berkesinambungan. investasi, karena pada saat yang sama pemegang saham dapat menjual aktivitasnya. Jenis saham meliputi saham biasa, saham preferen, dan saham preferen kumulatif.
b. Cadangan Cadangan di sini mengacu pada cadangan yang terbentuk dari keuntungan yang diperoleh perusahaan pada periode waktu yang lalu atau saat ini. Tidak semua cadangan termasuk dalam definisi ekuitas. Cadangan yang termasuk dalam ekuitas meliputi cadangan penyusutan, cadangan modal kerja, cadangan devisa, dan cadangan umum. c. Laba ditahan Laba yang diperoleh suatu perusahaan sebagian dapat dibagikan sebagai dividen dan sebagian lagi ditahan oleh perusahaan. Jika retensi laba konsisten dengan tujuan tertentu, cadangan dibentuk seperti dijelaskan di atas. Apabila perusahaan tidak mempunyai tujuan tertentu mengenai penggunaan laba tersebut, maka laba tersebut merupakan laba ditahan.
## Volume Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Pada Perbankan Syariah
Pembiayaan merupakan kegiatan perbankan syariah yang menyalurkan dana kepada pihak selain bank berdasarkan prinsip syariah. Peredaran dana dalam bentuk pembiayaan bertumpu pada kepercayaan yang diberikan pemilik dana kepada pengguna dana. Pemilik dana mempercayakan penerima dana, berupa pembiayaan yang akan diganti secara definitif. Veithzal (2018)
Penerima pembiayaan mempunyai kepercayaan dari pemberi pembiayaan, sehingga wajib mengembalikan pembiayaan yang diterimanya sesuai dengan batas waktu yang telah disepakati dalam kontrak pembiayaan.
Dalam perbankan syariah tidak dikenal istilah kredit, karena bank syariah mempunyai sistem yang berbeda dengan bank konvensional dalam menyalurkan dana kepada pihak yang membutuhkan. Bank syariah menyalurkan dana kepada nasabah dalam bentuk pembiayaan. Sifat pembiayaannya bukanlah utang, melainkan investasi yang diberikan bank kepada nasabah sebagai bagian dari kegiatannya.
## 3. Metode Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah suatu wilayah umum yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari, dan kemudian ditarik tujuannya. (Sugiyono, 2015).
## 2. Sampel
Sugiyono (2018) menunjukkan bahwa sampel adalah sebagian dari jumlah dan ciri-ciri yang dimiliki populasi.
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus, sehingga objek penelitiannya adalah satu bank yang menjadi subjek studi kasus yaitu Bank Muamalat Indonesia (BMI).
4. Hasil dan Pembahasan
1. Pengaruh Dana Pihak Ketiga Terhadap Volume Pembiayaan Bagi Hasil.
Berdasarkan pengujian hipotesis yang pertama, variabel dana pihak ketiga (DPK) berpengaruh signifikan terhadap volume pembiayaan bagi hasil.
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 109.617 16.407 6.681 .000 X1 .563 .002 .387 2.933 .000 X2 .427 .011 .661 1.726 .011 X3 .013 .049 .247 1.618 .016 X4 .215 .024 .202 3.035 .000
Sesuai hipotesis peneliti, tingkat dana akan mempengaruhi volume pendanaan mulai dari investasi hingga keuntungan. Memang dana tingkat merupakan salah satu sumber dana yang akan disalurkan untuk pembiayaan.
Berdasarkan parameter koefisien regresi dapat dijelaskan bahwa semakin besar tingkat dana maka semakin besar pula volume manfaat pembiayaan koperasi. Memang benar, bank syariah adalah organisasi keuangan muda dan oleh karena itu membutuhkan dana yang cukup untuk meningkatkan volume pembiayaan guna menawarkan kerjasama yang kompetitif dan menguntungkan bagi para deposan.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Andreani (2011) dan Mulyanto (2011) yang menyatakan bahwa dana pihak ketiga berpengaruhsignifikan terhadap volume pembiayaanberbasis bagi hasil.
## 2. Pengaruh Tingkat Bagi HasilTerhadap Volume Pembiayaan BagiHasil.
Berdasarkan pengujian hipotesis kedua, variabel tingkat bagi hasil (TBH) tidak berpengaruh signifikan terhadap volume pembiayaan bagi hasil.
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 109.617 16.407 6.681 .000 X1 .563 .002 .387 2.933 .000 X2 .427 .011 .661 1.726 .011 X3 .013 .049 .247 1.618 .016 X4 .215 .024 .202 3.035 .000
Asumsi peneliti, tingkat keuntungan kerjasama tidak akan mempengaruhi volume keuntungan bunga pembiayaan. Memang besarnya keuntungan kerjasama yang diterima nasabah juga akan mempengaruhi besarnya imbalan yang diterima nasabah.
Berdasarkan parameter koefisien regresi dapat dijelaskan bahwa jika tingkat manfaat investasi tinggi maka volume pembiayaan kerjasama manfaat akan rendah. Pembiayaan berdasarkan bagi hasil yaitu mudharabah dan musyarakah bersifat akad ketidakpastian alamiah (NUC) yang cenderung mempunyai risiko tinggi dibandingkan jenis pembiayaan lainnya karena imbal hasil yang diperoleh bank tidak pasti. Dengan demikian, bank akan cenderung banyak menyalurkan pembiayaan berbasis investasi kepada keuntungan jika tingkat kerjasama terhadap keuntungan tinggi dalam arti tidak lebih rendah dari risiko yang mungkin terjadi (prinsip high nakal dan high return).
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dida (2018) dan Nugroho (2013) yang menyatakan bahwa tingkat bagi hasil tidakberpengaruh signifikan terhadap volume pembiayaan berbasis bagi hasil.
3. Pengaruh Non performing financing Terhadap Volume Pembiayaan Bagi Hasil.
Berdasarkan pengujian hipotesis yang pertama, variabel Non performing financing (NPF) tidak berpengaruhsignifikan terhadap volume pembiayaan bagi hasil.
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta 1 (Constant) 109.617 16.407 6.681 .000 X1 .563 .002 .387 2.933 .000 X2 .427 .011 .661 1.726 .011 X3 .013 .049 .247 1.618 .016 X4 .215 .024 .202 3.035 .000
Asumsi peneliti, non-performing financing tidak akan berpengaruh terhadap volume manfaat pembiayaan kerjasama. Faktanya, non-performing financing mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap bank dibandingkan terhadap nasabah. Skandal pembiayaan buruk ini semakin memberatkan bank karena selama dana yang diterima nasabah dikelola dengan baik maka nasabah tidak akan mengganti kerugiannya.
Berdasarkan parameter koefisien regresi dapat dijelaskan bahwa semakin besar non- performing financing maka volume manfaat pembiayaan kerjasama akan semakin rendah. Memang non-performing financing (NPF) merupakan keterkaitan antara pembiayaan bermasalah dengan pembiayaan penuh yang disalurkan oleh bank syariah. Peningkatan pembiayaan bermasalah berdampak pada peningkatan besaran.
Penugasan Kerugian Aset (PPAP) yang wajib ditetapkan oleh bank syariah sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. Jika hal ini terus berlanjut maka akan mengurangi permodalan bank syariah yang berdampak pada kemampuan bank dalam menyalurkan pembiayaan, termasuk pembiayaan berbasis investasi untuk menghasilkan keuntungan.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Andreani (2011), Pratin (2015), Dida (2018) dan Tina (2013)yang menyatakan bahwa non performing financing tidak berpengaruhsignifikan terhadap volume pembiayaan berbasis bagi hasil.
## 4. Pengaruh Modal Sendiri Terhadap Volume Pembiayaan Bagi Hasil.
Berdasarkan pengujian hipotesis keempat, variabel modal sendiri (MS)berpengaruh signifikan terhadap volume pembiayaan bagi hasil. Seperti yang peneliti asumsikan, bahwa modal sendiri akan berpengaruh pada volume pembiayaan bagi hasil.
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 109.617 16.407 6.681 .000 X1 .563 .002 .387 2.933 .000 X2 .427 .011 .661 1.726 .011 X3 .013 .049 .247 1.618 .016 X4 .215 .024 .202 3.035 .000
Memang besarnya modal/ekuitas bank akan mempengaruhi besarnya dana yang akan disalurkan kepada nasabah. Berdasarkan parameter koefisien regresi dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi modal itu sendiri maka semakin tinggi pula volume dananya. pembiayaan dengan kerjasama untuk manfaat akan. Semakin tinggi nilai ekuitas bank maka semakin tinggi pula kredit/pembiayaan yang dapat diberikan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratini (2015) yang menyatakan terdapat hubungan namun tidak signifikan antara variabel ekuitas dengan variabel jumlah kredit. Dengan nilai ekuitas yang tinggi maka perbankan akan semakin mampu memperbaiki struktur permodalannya secara memadai untuk menjamin penyediaan aktiva produktif, salah satunya dengan memberikan kredit/pembiayaan, guna menghasilkan keuntungan atas kegiatan investasi tersebut.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Pratin (2015) dan Dida (2018) yang menyatakan bahwa modal sendiri berpengaruh signifikan terhadap volume pembiayaan berbasis bagi hasil.
## 5. Penutup
Berdasarkan hasil penelitian yang saya lakukan dapat disimpulkan bahwa variabel Tingkat Dana berpengaruh signifikan terhadap volume pembiayaan bunga keuntungan, variabel Tingkat Dukungan Laba tidak berpengaruh signifikan terhadap volume pembiayaan dari kerjasama ke keuntungan, variabel pembiayaan bermasalah tidak berpengaruh signifikan terhadap volume pembiayaan dari investasi terhadap keuntungan. Dan variabel Modal Sendiri berpengaruh signifikan terhadap volume pembiayaan penunjang laba.
Penelitian ini memiliki sejumlah keterbatasan, antara lain jumlah sampel dan faktor. Selain itu, penelitian ini tidak dilakukan secara langsung sehingga representasi yang disajikan belum tentu berkaitan dengan fakta wilayah. Oleh karena itu, untuk penelitian yang lebih mendalam disarankan untuk memperbanyak jumlah sampel dan faktor agar penelitian lebih tepat. Peneliti selanjutnya perlu menambahkan beberapa faktor pelengkap agar penelitian ini dapat lebih relevan dikaitkan dengan fakta di lapangan
## Daftar Pustaka
Andraeny, Dita. (2011). Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Tingkat Bagi Hasil,Dan Non Performing Finencing Terhadap Bagi Hasil Pada Perbankan Syariah Di Indonesia . Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh, 21-22 Juli 2011.
Andriyanti, Wasilah. (2010). Faktor-FaktorYang Mempengaruhi Jumlah Penghimpunan Dana Pihak Ketiga BankMuamalat Indonesia . Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto, 2010.
Antonio, Muhammad Syafi’i. (2011). Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik. Jakarta: Gema Insani bekerjasama dengan Tazkia Cendikia.
Ascarya, Yumanita. (2015). Mencari Solusi Rendahnya Pembiayaan Bagi Hasil Di Perbankan Syariah Indonesia . BuletinEkonomi Moneter dan Perbankan. 2015 .
Dendawijaya, Lukman. (2011). Manajemen Perbankan Cetakan Pertama. Jakarta: Ghalia Indonesia. Ghozali, Imam dan Anis Chariri. 2017. Teori Akuntansi . Semarang: Badan PenerbitanUniversitas Diponegoro.
Hendrasman, Dida Yunta. (2018). Analisis Pengaruh Simpanan, Modal Sendiri, Non performing financing, Prosentase Bagi Hasil dan Mark Up Keuntungan Terhadap Pembiayaan Pada Perbankan Syariah . Skripsi Jurusan Manajemen UINSyarif Hidayatullah Jakarta. Ikit. 2012. Analisis Pelaksanaan Sistem Pembiayaan Bagi Hasil Pada Bank Umum Syariah Di Daerah IstimewaYogyakarta . Tesis Hukum Islam UIN Sunan Kalijaga. Kurniawanti, Agustina. (2014). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi VolumePembiayaan Berbasis Bagi Hasil PadaBank Umum Syariah Di Indonesia.Skripsi Jurusan Akuntansi FEB Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Maisyah, Rifqul dan Mawardi, Imron. (2015). Pengaruh Kecukupan Modal, Fungsi Intermediasi, Efisiensi Operasional, dan Pembiayaan Bermasalah terhadap Profitabilitas. JESTT. Vol. 2, No. 3.
Muda, Ruhaini dan Ismail, Abdul. (2010). Profit-Loss Sharing and Value Creation in Islamic Banks . Journal of Business andPolicy Research Volume 5. Number 2. December 2010 Pp. 262 – 281
Pramono, Nugroho Heri. (2013). Optimalisasi Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Pada Bank Syariah Di Indonesia . AccountingAnalysis Journal (AAJ) Universitas Negeri Semarang. ISSN: 2252- 6765 . Veithzal dan Rivai. (2018) . Islamic Financial Management . Jakarta: Raja GrafindoPersada Wulandari, Wahyuli dan Kiswanto. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil (Profit and Loss Sharing) . Jurnal ReviduAkuntansidan Keuangan. ISSN: 2088-0685.
|
2ce6d8e2-2976-48cc-95b5-5710b17a5775 | http://grouper.unisla.ac.id/index.php/grouper/article/download/40/37 |
## IDENTIFIKASI PARASIT
Anisakis sp PADA IKAN KAKAP PUTIH ( Lates calcarifer ), KAKAP MERAH ( Lutjanus sanguineus) , DAN KERAPU ( Epinephelus sp) YANG DIPEROLEH DI PERAIRAN TELUK KUPANG
Aprilia M. Paremme 1 , Yuliana Salosso 2 , Sunadji 3 * 1 : Mahasiswa, 2 Pembimbing I, 3 Pembimbing 2*
*Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Nusa Cendana
ABSTRAK
Anisakis sp merupakan parasit yang bersifat zoonosis untuk mengetahui tingkat prevalensi dan intensitas serangan cacing anisakis pada ikan Kakap Putih (Lates calcarifer), Ikan Kakap Merah (Lutjanus sanguineus), dan Ikan Kerapu (Epinephelus sp) yang diperoleh di Perairan Teluk Kupang. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 2 November 2017 sampai 4 Desember 2017 di Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Nusa Cendana dan pengambilan sampel dari Tempat Pelelangan Ikan Oeba Kupang Nusa Tenggara Timur. Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan tabel, grafik dan gambar. Hasil penelitian menunjukkan positif serangan pada ikan kakap merah dan kerapu yang ditemukan pada organ usus, otot, dan lambung. Pada ikan kakap putih tidak didapatkan cacing yang menempel. Nilai prevalensi pada ikan kakap putih yaitu 0%, ikan kakap merah 36,67%, dan kerapu sebesar 76,67%. Nilai intensitas serangan pada ikan kakap putih 0 ind/ekor, kakap merah 2 ind/ekor, dan kerapu 11 ind/ekor. Nilai Faktor kondisi pada ikan yang terserang parasit belum menunjukkan pengaruh signifikan terhadap laju pertumbuhan ikan kakap merah, dan kerapu.
## Kata Kunci: Kakap Putih, Kakap Merah, Kerapu, Anisakis sp
## PENDAHULUAN
Dewasa ini seperti halnya sektor pertanian yang lasim dihadapkan dengan dunia hama dan penyakit, sektor perikanan juga dihadapkan dengan hal yang sama yaitu penyakit yang disebabkan oleh penyakit infeksi maupun non infeksi. Penyakit yang disebabkan infeksi pada ikan biasanya bersumber dari virus, parasit, bakteri, dan jamur, sedangkan penyakit non infeksi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya perubahan lingkungan, dan keadaan tubuh ikan yang memang sudah tidak normal.
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit memiliki hubungan parasit itu sendiri dan inangnya. Dengan demikian apabila terjadi gangguan dalam kaitannya antara parasit dan inang dengan lingkungannya, berdampak pada munculnya penyakit parasiter. Parasit yang sering ditemui pada ikan yaitu parasit helminthes atau cacing yang termasuk dalam golongan endoparasit. Endoparasit merupakan parasit yang hidup dalam jaringan tubuh
inangnya, dan dapat hidup pula di liang-liang kulit dan permukaan tubuh ikan. Cacing masuk ke dalam tubuh ikan melalui makanan berupa udang, siput, dan ikan-ikan kecil yang telah menjadi inang perantara dalam siklus hidup cacing (Rohde, 1984, Mollers dan Anders 1985, Post 1987, Plumb 1994). Dari hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa ikan dengan sifat makan karnivora dan omnivora mempunyai kesempatan yang lebih besar terjangkit parasit ini dibandingkan ikan dengan sifat makannya herbivora.
Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan luas teritori laut ± 200.000 km 2 (BKPM Prov. NTT). Teluk Kupang merupakan salah satu dari sekian banyak wilayah di provinsi Nusa Tenggara Timur, teluk Kupang memiliki potensi besar dalam sektor perikanan karena letak geografisnya yang dikelilingi oleh lautan. Beberapa jenis ikan yang menjadi komoditas andalan yaitu ikan Kakap Putih ( Later calcarifer ), Kakap Merah ( Lutjanus sanguineus ) dan Kerapu
( Epinephelus sp ) tiga jenis ikan ini sangat digemari masyarakat karena dagingnya yang lezat dan mempunyai potensi yang besar untuk dibudidayakan karena selain dikonsumsi secara lokal, ikan-ikan ini di ekspor ke luar negeri seperti Jepang, dan Australia.
Ikan merupakan sumber protein hewani yang potensial, mudah didapat, jumlahnya relatif banyak di alam dan harganya lebih murah dibandingkan dengan sumber protein hewani lainnya seperti daging sapi dan ayam. Kandungan protein ikan tidak kalah dengan kandungan protein yang berasal dari daging atau telur. Ikan merupakan jenis sumber bahan makanan sehat yang rendah lemak jenuh, tinggi protein, dan merupakan sumber penting asam lemak omega 3. Ikan baik untuk tambahan diet karena kaya vitamin, mineral, dan nutrisi yang dibutuhkan agar tubuh tetap sehat. (Hartati, 2006). Ketiga jenis ikan ini selain membawa dampak positif yaitu pemenuhan gizi dapat berdampak negatif jika dikonsumsi dalam keadaan belum benar-benar matang dan dapat menyebabkan timbulnya Anisakiasis.
Anisakis sp merupakan salah satu spesies cacing endoparasit yang Zoonosis . Zoonosis adalah infeksi yang secara alamiah dapat berpindah antara hewan dengan manusia misalnya Anisakiasis, infeksi pada manusia yang disebabkan oleh larva Nematoda dari family Anisakidae yang hidup di usus ikan laut. Menurut Rocka (2004), larva parasitik Nematoda stadium dewasa pada ikan laut umumnya ditemukan pada usus, mesentrium dan otot ikan. Manusia terinfeksi Anisakis sp. bila memakan ikan mentah, penggaraman, pengasapan kurang sempurna, dan pemasakan kurang matang yang mengandung larva Anisakis sp.. Efek yang timbul dapat berupa inlamasi, pendarahan dan pembengkakan pada usus (Sitorus, 2004).
Ikan yang rentan terserang parasit Anisakis sp merupakan ikan yang jenis pemakan yaitu carnivora seperti ikan kakap putih, kakap merah, dan baronang. Ketiga jenis ini sangat berpeluang terserang karena ketiga jenis ikan ini cenderung memangsa ikan sebagai salah satu makanannya dan jika pada ikan yang dimangsa sudah terjangkit parasit Anisakis sp maka tidak memungkinkan ketiga ikan ini dapat terserang penyakit. Ikan hanya dapat terinfeksi parasit ini melalui jenis makanan yang dimangsanya.
Keberadaan Anisakis sp. dalam tubuh ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah umur, panjang ikan dan letak geografik. Serangan parasit lebih sering terjadi pada ikan-ikan dewasa karena mengakumulasi lebih banyak parasit. (Mutaqqin,
2013). Infeksi parasit dapat menyebabkan kerugian pada inang definitif misalnya menghambat pertumbuhan dan penurunan produksi. Oleh karenanya diperlukan pemahaman terhadap cacing parasitik dan penyakit yang ditimbulkannya terutama yang berasal dari ikan untuk dapat mengembangkan berbagai produk asal ikan terutama untuk konsumsi manusia (Yamaguti 1958 dalam Emelina 2008).
## METODE PENELITIAN
2.1 Waktu Dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kering pada tanggal 2 November 2017 sampai 4 Desember 2017 di Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Nusa Cendana dan pengambilan sampel dari Tempat Pelelangan Ikan Oeba Kupang Nusa Tenggara Timur.
2.2 Prosedur Penelitian . 2.2.1 Penyediaan Alat Alat-alat yang digunakan terlebih dahulu disterilkan dengan cara dicuci dengan sabun kemudian dibilas dengan air mengalir dan pembilasan terakhir dengan menggunakan akuades. Peralatan yang selesai dicuci kemudian dikering anginkan dalam suhu ruangan.
2.2.2 Pengambilan Sampel Ikan kakap putih, kakap merah, dan kerapu yang dijadikan objek penelitian diambil dari tempat pelelangan ikan di oeba dengan masing- masing jumlah 12 individu totalnya 36 ekor ikan. Setelah itu sampel dibawa ke Laboratorium Kering, Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Nusa Cendana.
2.2.3 Pengamatan Setelah dilakukan pengumpulan sampel, masing-masing ikan kemudian diukur panjang dan berat tubuh ikan untuk pembedahan guna mengambil organ ikan. Pemeriksaan parasit Anisakis sp. dilakukan pada bagian insang, lambung dan usus. Pada bagian lambung dan usus dilakukan dengan
membuat sayatan pada bagian ventral ikan, dapat dilihat pada Lampiran 7.
Sayatan dimulai dari kloaka ke arah anterior sampai operkulum untuk mengambil organ pencernaan. Organ dipisahkan berdasarkan kategori lambung (mulai pangkal kerongkongan hingga bagian anterior usus) dan usus (mulai dari pangkal lambung hingga anus). Organ lambung dan usus yang telah diambil, direndam dengan alkohol 70% dan larutan gliserol 5%, dikeluarkan perlahan isi lambung dan usus dan di letakan pada nampan untuk diamati secara kasat mata. Langkah selanjutnya jika ditemukan parasit anisakis maka dipisahkan pada cawan petri agar mempermudah dalam mengidentifikasi dan perhitungan jumlah serangan parasit. Parasit yang telah direndam dalam larutan kemudian diidentifikasi menggunakan mikroskop.
## 2.3 Identifikasi Anisakis
Identifikasi cacing dilakukan berdasarkan kunci identifikasi Kabata (1985), Grabda (1991), dan
Bykhovskaya – Pavlovskaya (1962).
## 2.4 Parameter Yang Diukur
2.4.1 Panjang Berat Ikan Analisis hubungan panjang-bobot ikan lidah dihitung dengan menggunakan persamaan DeRobertis & William (2008). W = a L b dimana: W = Berat (gr) L = Panjang total Ikan (mm) n = Jumlah ikan yang diamati (ekor) 2.4.2 Prevalensi Pelaksanaan penelitian meliputi pengambilan sampel ikan dan pemeriksaan parasit di laboratorium. Data yang diperoleh yakni jenis dan jumlah parasit kemudian dianalisis secara deskriptif untuk dihitung prevalensinya berdasarkan rumus berikut ini (Dogiel et all. 1970):
P = N n x 100 % dimana: P = Prevalensi (%) N = Jumlah ikan yang terinfeksi (ekor) a dan b = Parameter
2.4.3 Intensitas
Untuk menghitung intensitas serangan parasit digunakan rumus yang dikemukakan (Dogiel et all. 1970) yaitu:
Int = ∑ p N Diman: Int = Intensitas serangan parasit (individu/ekor) ∑P = Jumlah total parasit (individu) N = Jumlah sampel ikan yang terinfeksi parasit (ekor)
2.4.4 Faktor Kondisi
Faktor kondisi menurut Effendie (2002) merupakan salah satu derivat penting dari pertubuhan adalah faktor kondisi atau indeks ponderal atau sering disebut pula sebagai faktor K.
K w aL b dimana: K = Faktor Kondisi W = Berat bobot ikan (gr) L = Panjang tubuh ikan (mm) a dan b = Konstanta (parameter) 2.5 Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dianalisis secara deskriptif yaitu dengan menggunakan tabel, grafik dan gambar.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
## 3.1 Idetifikasi Cacing
Berdasarkan hasil yang telah ditemukan berupa parasit dengan ciri-ciri berwarna putih menempel dengan cara melingkar dan memanjang pada saluran pencernaan ikan pada bagian anterior memiliki larva tooth , dan mukron. Cacing yang diidentifikasi memiliki saluran eksresi dibagian posterior dan memiliki esophagus, ventrikulus, dan usus merupakan ciri khas dari parasit cacing Anisakis sp hal ini sependapat dengan Awik et al (2007) yang mengatakan bahwa cacing Anisakis sp. Mempunyai warna putih ditemukan dalam bentuk melingkar ( coil ) yang menempel dengan dengan panjang antara 10-29 mm. Anisakis yang ditemukan memiliki bentuk tubuh silindris memanjang, dibagian anterior cacing tersebut memiliki bibir yang dilengkapi dengan gigi larva ( larva tooth ) yang mengelilingi mulut, organ tersebut digunakan sebagai alat untuk menghisap makanan dari inang. Menurut Zubaidy (2010), bagian esophagus memiliki panjang 1,3-2 mm yang
terletak dibagian anterior ventrikulus dan terlihat jelas pada stadium larva. Bagian ventrikulus terletak dibagian akhir esophagus dengan panjang 0,5 – 0,9 mm. Bagian ekor berbentuk tumpul dengan panjang antara 0,08 – 0,58 mm yang dilengkapi dengan mukron dengan ukuran 0,015 – 0,02 mm.
Gambar 3.1 Lokasi prediksi (tempat kegemaran cacing menempel) dan Distribusi Anisakis sp. Yang ditemukan menempel pada sampel ikan. Berdasarkan Gambar 3.1 dapat terlihat bahwa adanya perbedaan ditribusi Anisakis sp pada usus, lambung dan otot yaitu pada ikan kakap putih tidak terdapat distribusi Anisakis sp diperkirakan karena ketika ikan kakap ditangkap, ikan kakap putih dalam masa kawin atau melepaskan telur yang mengakibatkan kakap putih kurang ganas dalam menangkap makanan karena parasit Anisakis sp menyerang melalui rantai makanan. Ikan kakap merah distribusi terbanyak berada pada daerah usus dengan 6 individu, pada lambung ditemukan 4 individu dan pada otot hanya satu individu dengan total cacing yang menempel sebanyak 11 individu, pada ikan kerapu 63 individu pada usus, 28 individu pada lambung dan 10 individu pada otot dengan total cacing yang menempel yaitu 101 individu. Perbedaan infeksi pada lambung, usus dan otot mengindikasikan bahwa Anisaki s sp terdistribusi pada organ lambung, usus dan otot dengan lokasi predileksi Anisakis sp. di organ usus. Hasil yang didapatkan sependapat dengan William and Johns (2003) yang mengatakan bahwa lingkungan atau tempat tinggal tersebut harus tersedia makanan, oksigen dan faktor lainnya termasuk di dalamnya kompetisi antar spesies merupakan microhabitat yang sangat cocok bagi parasit. Gidelli et al . (2003) mengatakan bahwa persebaran cacing Anisakis sp pada beberapa organ merupakan salah satu upaya untuk melengkapi siklus hidupnya.
## 3.2 Prevalensi Cacing
Gambar 3.2
Prevalensi Cacing Anisakis sp pada Saluran Pencernaan Ikan Kakap Putih, Kakap Merah, dan Kerapu di Tempat Pelelangan Ikan Oeba Kupang Nusa Tenggara Timur
Berdasarkan Gambar 3.2 tingkat prevalensi ikan kakap putih, ikan kakap merah dan kerapu dari setiap pengambilan di Tempat Pelelangan Ikan Oeba Kupang Nusa Tenggara Timur yang terinfeksi cacing pada saluran pencernaan. Nilai prevalensi pada ikan kakap putih 0% karena tidak ditemukan serangan parasit anisakis pada saat pengambilan sampel dari minggu pertama hingga minggu kelima. Serangan terjadi pada ikan kakap merah dengan jumlah sampel 12 ekor ikan dan ditemukan 11 individu/ekor anisakis sp dengan nilai prevalensinya 36,67%. Nilai prevalensi yang signifikan tinggi ditunjukkan oleh ikan kerapu dengan nilai prevalensi 76,67% dari jumlah total 12 ekor sampel yang terserang dan 101 individu parasit yang menyerang, data hasil perhitungan prevalensi dapat dilihat pada Lampiran 3.
Mulyana (1990) mengatakan bahwa prevalensi merupakan presentase ikan yang terserang parasit dalam keseluruhan populasi yang ditemukan terjadi pada ikan pada waktu tertentu dengan mengabaikan kapan mereka terjangkit. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan didapatkan nilai prevalensi serangan Anisakis sp tertinggi ditemukan pada ikan kerapu dengan nilai 76,67% dan diikuti oleh ikan kakap merah dengan nilai prevalensi 36,67% dan menurut Williams and Bunkley (1996) masuk dalam kategori often hal ini menggambarkan bahwa parasit sering menyerang hal sebaliknya terjadi kakap putih dengan nilai prevalensi nol yang masuk dalam kategori almost never . Adanya serangan menunjukkan adanya indikasi keberadaan Anisakis sp pada hospes intermediet diantaranya crustacea dan cepalopoda (cumi-cumi).
## 3.3 Intensias Serangan Cacing
Alifuddin et al. (2003) mengatakan bahwa nilai intensitas dari setiap jenis parasit pada ikan diuji dengan cara yang bervariasi. Nilai intensitas ini penting diketahui untuk menduga kondisi kesehatan ikan, karena gangguan pada ikan akibat infeksi parasit umumnya disebabkan oleh kepadatan parasit yang tinggi.
Gambar 3.3 Intensitas Serangan Cacing Anisakis sp pada Saluran Pencernaan Ikan Kakap Putih, Kakap Merah, dan Kerapu di Tempat Pelelangan Ikan Oeba Kupang Nusa Tenggara Timur
Intensitas serangan parasit Anisakis sp tertinggi terjadi pada ikan kerapu dengan nilai intensitas serangan sebesar 11 ind/ekor dengan total sampel 12 ekor dan jumlah ikan yang terinfeksi sebanyak 9 ekor sampel. Intensitas serangan tertinggi kedua yaitu pada ikan kakap merah dengan nilai sebesar 2 ind/ekor dengan jumlah ikan yang terinfeksi sebanyak 4 ekor sampel dan total sampel 12 ekor ikan. Ikan Kakap putih tidak terdapat serangan parasit maka dari itu nilai intensitas serangannya 0 ind/ekor.
Kakap merah dan kerapu positif terserang parasit dikarenakan pada saat pengambilan sampel pada minggu pertama, ketiga, dan kelima pada saat dimana minggu-minggu tersebut terjadi hujan minimal 2 kali dalam seminggu. Parasit banyak ditemukan pada saat hujan dikarenakan makanan yang tersedia pada musim hujan jauh lebih banyak yang terinfeksi oleh cacing parasit Anisakis sp dibandingkan dengan makanan yang tersedia pada saat tidak hujan. Menurut Stromnes dan Andersen (2003), tingkat penularan suatu parasit dipengaruhi beberapa faktor, seperti jenis ikan, ukuran ikan, umur ikan, kebiasaan makan ikan, jenis kelamin ikan,
waktu dan tempat serta kondisi perairan tempat ikan itu berada. Hal ini menunjukkan bahwa kerapu dan kakap merah merupakan inang yang cocok bagi parasit Anisakis sp. hal ini seperti yang dikemukan oleh Price (1983) dalam Puspitasari (2013) bahwa faktor yang mengakibatkan tingginya tingkat serangan yaitu kondisi lingkungan. Perubahan kondisi lingkungan diduga dapat disebabkan oleh suhu perairan yang tidak stabil. Kehidupan ikan dapat dipengaruhi melalui perubahan suhu dan salinitas ekstrim yang disebabkan oleh curah hujan. Curah hujan yang terlalu tinggi bisa menyebabkan berlimpahnya air dan menurunkan salinitas sehingga ikan stress karena penurunan salinitas yang terlalu drastis.
Perubahan suhu tersebut dapat mengakibatkan ikan menjadi stres. 3.4 Dampak Serangan Parasit Anisakis sp
Terhadap Ikan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dijelaskan bahwa ciri-ciri utama ikan yang terserang parasit dapat dilihat dari warna daging ikan yang sudah pucat berbeda dengan ikan yang tidak terserang parasit lebih cepat hancur, selaput lendir yang berkurang, organ tubuh ikan cenderung hancur dan mudah lepas dari serat, dibeberapa bagian terdapat organ yang hancur dan membusuk seperti usus, dan ikan yang terserang lebih cepat proses pembusukannya walaupun ditangkap pada waktu bersamaan.
Faktor kondisi menurut Effendie (2002) merupakan salah satu derivat penting dari pertubuhan adalah faktor kondisi atau indeks ponderal atau sering disebut pula sebagai faktor K. Faktor kondisi menunjukkan keadaan baik dari ikan dilihat dari segi kapasitas fisik untuk survival dan reproduksi. Penggunaan nilai faktor kondisi secara komersiil mempunyai arti penting menentukan kualitas dan kuantitas daging ikan yang tersedia untuk dapat dimakan. Faktor kondisi dihitung untuk menilai kesehatan ikan secara umum, produktivitas dan kondisi fisiologi dari populasi ikan (Richter, 2007; Blackwellet al., 2000). Ikan dengan ukuran ukuran 27 – 39 cm memiliki kesempatan yang lebih besar terhadap serangan parasit Anisakis sp dibandingkan ikan yang memiliki panjang tubuh dibawah 26 cm karena semakin besar ukuran ikan maka semakin berpotensi terserang parasit Anisakis sp.
## KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Parasit Anisakis sp postitif menyerang ikan kakap merah, dan kerapu.
2. Nilai prevalensi pada ikan kakap putih yaitu 0%, ikan kakap merah 36,67% dan ikan Kerapu 76,67%.
3. Intensitas serangan terhadap ikan kakap putih yaitu 0 ind/ekor, ikan kakap merah 2 ind/ekor dan kerapu sebesar 11 ind/ekor
4. Ikan dengan ukuran ukuran 27 – 39 cm memiliki kesempatan yang lebih besar terhadap serangan parasit Anisakis sp dibandingkan ikan yang memiliki panjang tubuh dibawah 26 cm karena semakin besar ukuran ikan maka semakin berpotensi terserang parasit Anisakis sp.
## 4.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telak dilaksanakan maka penulis menyarankan sebagai berikut: 1. Dengan ditemukannya parasit Anisakis sp yang menyerang ikan kakap merah dan kerapu, perlu dilakukan penelitian lanjutan pada jenis ikan ekonomi tinggi guna mengetahui berhubungan pengaruh panjang berat ikan terhadap serangan parasit Anisakis sp.
2. Dengan ditemukannya parasit Anisakis sp pada ikan kakap merah dan kerapu maka disarankan agar pengolahan ikan hingga matang sebelum dikonsumsi karena Anisakis
sp bersifat zoonosis.
## DAFTAR PUSTAKA
Alifuddin, M., Y. Hadiroseyani & I. Ohoiulun. 2003. Parasit pada Ikan Hias Air Tawar (Ikan Cupang, Gapi dan Rainbow). Jurnal Akuakultur Indonesia.
Awik, P.D.N., D. Hidayati, P. Ressa, dan E. Setiawan. 2007. Pola Distribusi Anisakis sp pada Usus Halus Ikan Kakap Putih ( Lates Calcarifer ) yang Tertangkap di TPI Brondong, Lamongan. Prodi Biologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Lab.
Zoologi. Alumni Prodi Biologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Zubaidy. 2010. “Third-Stage Larvae of Anisakis simplex (Rudolphi, 1809) in the Red Sea Fishes, Yemen Coast ”, JKAU: Mar. Sci ., Vol. 21, No. 1.
Bykhovskaya – Pavlovskaya, I.E., 1962. Key to Parasites of Freashwater Fish of U.S.S.R. Translations. Birrows, A. Ve Cale, Z.S. 1964. Israel Program for Scientific Translations, Jerusalem.
De Robert, A., K. William. 2008. Weight-legth relationship in fisheries studies: the standard allometric model should be applied with caution. Transaction of the American Fisheries Society.
## Dogiel V.A. et all 1970 Parasitology of fishes
London p 1 – 47.
Dogiel, V.A G., G.K. Petrushevski and I. Polyanski. 1961. Parasitology of Fishes. T.F.H. Publisher, Hongkong.
Effendie, I. M. 2002. Biologi Perikanan . Yayasan Pustaka Nusantara. Bogor.
Emelina, N. 2008. Cacing Parasitik pada Insang Ikan Kembung ( Decapterus spp). Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 56 hal.Pertanian Bogor. Hal 42. G.M. Gidelli, A. Isaac, R.M. Takemoto, and G.C. Pavanelli. 2003. Endoparasite Infracommunites Of Hemisorubim platyrhyncos (Valenciennes, 1980) Of The Baia River , Upper Parana River Floodplain, Brazil: Specific Composition And Ecological Aspects.
Grabda, J. 1991. Marine Fish Parasitology: An Outline. Weinheim. New York. PWN – Polish Scientific Publisher. Warszawa.
Hartati. (2006). Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Konsumsi Ikan dan Status Gizi Anak
1 – 2 Tahun di Kecamatan Gandus Kota Palembang Tahun 2005. Program Studi Magister Gizi Masyarakat, Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Semarang.
Kabata. 1985. Parasites and Disease of Fish Cultured in the Tropics. Taylor and Francis. London and Philadellphia.
L. Sitorus. 2004. Prospek Pengembangan Usaha Budidaya Ikan Kerapu Lumpur Pada Keramba Jaring Apung Di PT Sembilan- sembilan Sibolga Sumatra Utara . Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Mulyana, R.I. Riadi, S.L. Angka, dan A. Rukyani . 1990. Pemakaian Sistem Saringan untuk Mencegah Infeksi Parasit pada Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) di Kolam . Prosiding Seminar II Penyakit Ikan dan Udang. Balai Penelitian Perikanan Air Tawar, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor.
Muttaqin, M.Z., Nurlita Abdulgani. (2013). Prevalensi dan Derajat Infeksi Anisakis sp. pada Saluran Pencernaan Ikan Kakap Merah (Lutjanus malabaricus) di Tempat Pelelangan Ikan Brondong Lamongan. Jurnal Sains dan Seni Pomits Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520.
Richter, T.J. 2007. Development and evaluation of standard weight equations for bridgelip sucker and largescale sucker. North American Journal of Fisheries Management.
Rocka A. 2004. Nematodes of the Antartic Fishes . Pol Polar Res 25:135-152 (2008).
Rohde, 1984 dalam Sarijito 2005. Prevelensi Infeksi Cacing pada Ikan Pisang-pisang dan Ikan Sulir Kuning yang Dipasarkn di Pasar Ikan Kedongan Bandung.
Stromnes, E. and K. Andersen. 2003. Growth of wholewarm ( Anisakis simplex, Nematodes, Ascaridoidea, Anisakidae ) thirdstage larvae in paratenic fish hosts. Parasitol.
Williams, E. H.and I. B. Williams. 1996. Parasites of Offshore Big Game Fishes of Puerto Rico and the Western Atlantic. Puerto Rico. Departement of Natural and Environtmental Resources.
William and Johns. 1993. Parasitic Worm of Fish . Tailor and Francis Publisher: Sidney.
Yamaguti, S. 1958. Systema Helminthum Vol 1. Monogenea and Aspidocotylea Part I. Interscience Pub. London.
Zubaidy, A. 2010. Third- Stage Larvae of Anisakis simplex (Rudolphi, 1809) in the Red Sea Fishes, Yemen Coast, JKAU
|
59859925-c652-48ff-a85b-9d90e8405a5b | http://nersmid.unmerbaya.ac.id/index.php/nersmid/article/download/101/91 | Jurnal Keperawatan dan Kebidanan ISSN : 2621-0231 (Online) ISSN : 2580-1929 (Print) http://nersmid.unmerbaya.ac.id Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Merdeka Surabaya Jl. Ketintang Madya VII/2, Surabaya » Tel / fax : (031) 828 8902 /
(031) 828 7317
Perbedaan Mutu Pelayanan Kesehatan Terhadap Puskesmas Terakreditasi Puskesmas Dan Puskesmas Tidak Terakreditasi Di Kabupaten Kolaka Utara Tahun 2021
## Perbedaan Mutu Pelayanan Kesehatan Terhadap
Puskesmas Terakreditasi Puskesmas Dan Puskesmas Tidak Terakreditasi Di Kabupaten Kolaka Utara
Tahun 2021
Kasmiati Putri 1* , Muhammad Rifai 2 , Andi Yusuf 3
1 Kesehatan Masyarakat, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar
2,3 Pascasarjana Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar *Corresponding author E-mail : kasmiatisukri23@gmail.com
Article History: Received: March 10, 2022; Accepted: March 31, 2022
## ABSTRACT
Accreditation is an acknowledgment given by an independent institution that administers the accreditation which is determined after meeting the accreditation standards. The purpose of the study was to determine the difference in the quality of health services to accredited and unaccredited health centers. This research was carried out in North Kolaka Regency. The type of research that will be used is quantitative research with a comparative approach, which is to compare two groups with certain variables. The results showed that the average quality of health services in accredited health centers was 85.17, with a standard deviation of 6,304, a minimum value of 70 and a maximum value of 94, the average quality of health services in unaccredited health centers was 66.65, with a standard deviation deviation of 5.252, a minimum value of 56 and a maximum value of 79 and there is a difference in the quality of health services for accredited health centers and unaccredited health centers with a value of = 0.000 where < (α = 0.05) in North Kolaka Regency in 2021. Suggestions in research are that it can become information material for puskesmas to be able to improve the quality of health services provided to be even better, can be additional reading in the library and is expected to add insight to readers, especially regarding accreditation and quality of health services at health centers and can provide useful information to increase knowledge and encourage and help further research in terms of developing research methods.
Keywords : Quality of Health Services, Health Center Accreditation.
## ABSTRAK
Akreditasi adalah pengakuan yang diberikan oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi yang ditetapkan setelah memenuhi standar akreditasi. Tujuan penelitian yaitu mengetahui perbedaan mutu pelayanan kesehatan terhadap puskesmas terakreditasi dan Puskesmas tidak terakreditas Penelitian ini dilaksanakan di di Kabupaten Kolaka Utara. Jenis penelitian yang akan digunakan yaitu penelitian kuantitatif dengan pendekatan komparatif yaitu untuk membandingkan dua kelompok dengan variabel tertentu. Hasil penelitian menunjukan besar rata-rata mutu pelayanan kesehatan di puskesmas terakreditasi sebesar 85.17, dengan standar deviasi penyimpangan sebesar 6.304, nilai minimal 70 dan nilai maksimal 94, besar rata-rata
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan ISSN : 2621-0231 (Online) ISSN : 2580-1929 (Print) http://nersmid.unmerbaya.ac.id Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Merdeka Surabaya Jl. Ketintang Madya VII/2, Surabaya » Tel / fax : (031) 828 8902 /
(031) 828 7317
mutu pelayanan kesehatan di puskesmas tidak terakreditasi sebesar 66,65, dengan standar deviasi penyimpangan sebesar 5,252, nilai minimal 56 dan nilai maksimal 79 dan ada perbedaan mutu pelayanan kesehatan terhadap puskesmas terakreditasi dan puskesmas tidak terakreditasi dengan nilai ρ = 0.000 dimana ρ < α (α = 0.05) di Kabupaten Kolaka Utara Tahun 2021. Saran dalam penelitian yaitu dapat menjadi bahan informasi kepada puskesmas untuk dapat meningkatkan mutu layanan kesehatan yang diberikan agar lebih baik lagi, dapat menjadi tambahan bacaan di perpustakaan dan diharapkan dapat menambah wawasan pembaca khususnya mengenai akreditasi dan mutu pelayanan kesehatan dipuskesmas dan dapat memberikan informasi yang bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan mendorong dan membantu penelitian lebih lanjut dalam hal pengembangan metode penelitian.
Kata Kunci : Mutu Pelayanan Kesehatan, Akreditasi Puskesmas
## 1. PENDAHULUAN
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mensyaratkan akreditasi fasilitas kesehatan tingkat pertama yang bertujuan untuk lebih mengembangkan atau meningkatkan kesehatan di Indonesia. Sebagaimana ditunjukkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktek Dokter, dan Praktek Dokter Gigi, peningkatan kesehatan merupakan bagian terpenting dari pembangunan nasional. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 pasal 39 ayat 1 yang menyatakan bahwa upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan, Puskesmas harus memiliki akreditasi secara berkala setiap 3 (tiga) tahun sekali (Permenkes RI, 2014).
Data di Indonesia menunjukkan dari 10.134 Puskesmas yang ada di seluruh Indonesia, 90,29% sudah terakreditasi atau sejumlah 9.153 Puskesmas (Hanum, 2020). Data dari di Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka Utara Tahun 2021 dari 16 Puskesmas yang ada di Kabupaten Kolaka Utara terdapat 14 Puskesmas yang sudah terakreditasi, yaitu 2 Puskesmas terakreditasi dasar yaitu Puskesmas Wawo dan Puskesmas Katoi, 11 Puskesmas terakreditasi madya yaitu Puskesmas Rante Angin, Puskesmas Lambai, Puskesmas Mala-Mala, Puskesmas Lapai, Puskemas Watunohu, Puskesmas Pakue, Puskesmas Pakue Tengan, Puskesmas Pakue Utara, Puskesmas Batu Putih, Puskesmas Latowu, dan Puskesmas Tolala, 1 Puskesmas terakreditasi utama yaitu Puskesmas Lasusua. Sementara masih terdapat 2 Puskesmas yang belum terakreditasi yaitu Puskesmas Tiwu, dan Puskesmas Porehu.
Pemerintah berharap akreditasi puskesmas dapat memperbaiki mutu pelayanan kesehatan, tetapi tidak ada cukup bukti untuk mendukung hipotesis bahwa puskesmas terakreditasi telah memberikan atau meningkatkan kualitas mutu pelayanan yang lebih baik dan kepuasan pasien
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan ISSN : 2621-0231 (Online) ISSN : 2580-1929 (Print) http://nersmid.unmerbaya.ac.id Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Merdeka Surabaya Jl. Ketintang Madya VII/2, Surabaya » Tel / fax : (031) 828 8902 /
(031) 828 7317
yang lebih tinggi daripada puskesmas yang tidak terakreditasi. Untuk itu perlu adanya penelitian bagaimana pengaruh status akreditasi terhadap mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas.
## 2. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian yaitu jenis kuantitatif dengan pendekatan komparatif yaitu untuk melihat perbandingan dua kelompok dengan variabel tertentu. Penelitian ini akan dilakukan di 2 (dua) puskesmas terakreditasi dan 2 (dua) Puskesmas tidak terakreditasi di Kabupaten Kolaka Utara. Populasi dalam penelitian ini menggunakan rata-rata jumlah kunjungan pasein yang datang di puskesmas terakreditasi dan puskesmas belum terakreditasi. Jumlah kunjungan rata-rata perbulan yaitu sebanyak 30 orang. Jadi jumlah populasi dalam penelitian ini yaitu 120 orang dengan tehnik random sampling menggunakan lembar kuesioner.
## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan Umur, Jenis kelamin, Pendidikan
Puskesmas Tidak Terakreditasi Puskesmas Terakreditasi n % n % Umur (Tahun) 20-25 13 21.7 9 15.0 26-31 17 28.3 11 18.3 32-37 9 15.0 10 16.7 38-43 6 10.0 7 11.7 44-49 4 6.7 9 15.0 50-55 4 6.7 6 10.0 56-61 6 10.0 6 10.0 62-67 1 1.7 2 3.3 Jenis Kelamin Laki-laki 25 41.7 24 40.0 Perempuan 35 58.3 36 60.0 Pendidikan SD 26 43.3 15 25.0 SLTP 15 25.0 8 13.3 SLTA 11 18.3 23 38.3 Diploma 3 5.0 3 5.0 S1 5 8.3 11 18.3
Sumber: Data Primer, 2021
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan ISSN : 2621-0231 (Online) ISSN : 2580-1929 (Print) http://nersmid.unmerbaya.ac.id Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Merdeka Surabaya Jl. Ketintang Madya VII/2, Surabaya » Tel / fax : (031) 828 8902 /
(031) 828 7317
Perbedaan Mutu Pelayanan Kesehatan Terhadap Puskesmas Terakreditasi Puskesmas Dan Puskesmas Tidak Terakreditasi Di Kabupaten Kolaka Utara Tahun 2021
Tabel 1 bahwa dari 60 responden di puskesmas tidak terakreditasi terbanyak pada kelompok umur 26-31 tahun yaitu 17 orang (28.3%) dan terendah pada kelompok umur 62-67 tahun yaitu 1 orang (1.7%) sedangkan pada puskesmas terakreditasi terbanyak pada kelompok umur 26-31 tahun yaitu 11 orang (18.3%) dan terendah pada kelompok umur 62-67 tahun yaitu 2 orang (3,3%). responden di puskesmas tidak terakreditasi terbanyak jenis kelamin perempuan yaitu 35 orang (58.3%) dan terendah pada jenis kelamin laki-laki yaitu 25 orang (41.7%) sedangkan pada puskesmas terakreditasi terbanyak jenis kelamin perempuan yaitu 36 orang (60%) dan terendah pada jenis kelamin laki-laki yaitu 24 orang (40%). responden di puskesmas tidak terakreditasi terbanyak pendidikan SD yaitu 26 orang (43.3%) dan terendah pendidikan Diploma yaitu 3 orang (5.0%) sedangkan pada puskesmas terakreditasi terbanyak pendidikan SLTA yaitu 23 orang (38.3%) dan terendah pendidikan Diploma yaitu 3 orang (5.0%).
Tabel 2. Distribusi Rata-Rata Dimensi Mutu Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Terakreditasi Kabupaten Kolaka Utara Tahun 2021
Dimensi Mutu Pelayanan Mean SD Min-Maks 95%Cl Kehandalan 16.80 2.641 12-20 16.12 s/d 17.48 Daya Tanggap 17.30 2.708 11-20 16.60 s/d 18.00 Bukti Langsung 17.07 1.982 12-19 16.55 s/d 17.58 Kepedulian 16.90 2.356 11-19 16.29 s/d 17.51 Jaminan 17.00 2.401 12-20 16.38 s/d 17.62
## Sumber: Data Primer, 2021
Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa besar rata-rata dimensi kehandalan mutu pelayanan kesehatan di puskesmas terakreditasi sebesar 16.80, dengan standar deviasi penyimpangan sebesar 2.641, nilai minimal 12 dan nilai maksimal 20. Berdasarkan pada nilai interval sebesar 95% diyakini bahwa rata-rata dimensi kehandalan mutu pelayanan kesehatan berdasarkan kenyataan yang dialami oleh responden berada di antara 16.12 hingga 17.48.
Dimensi daya tanggap mutu pelayanan kesehatan besar rata-rata di puskesmas terakreditasi sebesar 17.30, dengan standar deviasi penyimpangan sebesar 2.708, nilai minimal 11 dan nilai maksimal 20. Berdasarkan pada nilai interval sebesar 95% diyakini bahwa rata-rata dimensi daya tanggap mutu pelayanan kesehatan berdasarkan kenyataan yang dialami oleh responden berada di antara 16.60 hingga 18.00.
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan ISSN : 2621-0231 (Online) ISSN : 2580-1929 (Print) http://nersmid.unmerbaya.ac.id Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Merdeka Surabaya Jl. Ketintang Madya VII/2, Surabaya » Tel / fax : (031) 828 8902 /
(031) 828 7317
Perbedaan Mutu Pelayanan Kesehatan Terhadap Puskesmas Terakreditasi Puskesmas Dan Puskesmas Tidak Terakreditasi Di Kabupaten Kolaka Utara Tahun 2021
Dimensi bukti langsung mutu pelayanan kesehatan besar rata-rata di puskesmas terakreditasi sebesar 17.07, dengan standar deviasi penyimpangan sebesar 1.982, nilai minimal 12 dan nilai maksimal 19. Berdasarkan pada nilai interval sebesar 95% diyakini bahwa rata-rata dimensi bukti langsung mutu pelayanan kesehatan berdasarkan kenyataan yang dialami oleh responden berada di antara 16.55 hingga 17.58.
Dimensi kepedulian mutu pelayanan kesehatan besar rata-rata di puskesmas terakreditasi sebesar 16.90, dengan standar deviasi penyimpangan sebesar 2.356, nilai minimal 11 dan nilai maksimal 19. Berdasarkan pada nilai interval sebesar 95% diyakini bahwa rata-rata dimensi kepedulian mutu pelayanan kesehatan berdasarkan kenyataan yang dialami oleh responden berada di antara 16.29 hingga 17.51
Dimensi jaminan mutu pelayanan kesehatan besar rata-rata di puskesmas terakreditasi sebesar 17.00, dengan standar deviasi penyimpangan sebesar 2.401, nilai minimal 12 dan nilai maksimal 20. Berdasarkan pada nilai interval sebesar 95% diyakini bahwa rata-rata dimensi jaminan mutu pelayanan kesehatan berdasarkan kenyataan yang dialami oleh responden berada di antara 16.38 hingga 17.62.
Tabel 3. Analisis Perbedaan Mutu Pelayanan Kesehatan Terhadap Puskesmas Terakreditasi dan Puskesmas Tidak Terakreditasi di Kabupaten Kolaka Utara Tahun 2021
Mutu Pelayanan Kesehatan n Mean Nilai p-value Puskesmas Tidak Terakreditasi 60 1.70 0.000 Puskesmas Terakreditasi 60 2.00
## Sumber: Data Primer, 2021
Tabel 3 diatas bahwa besar rata-rata mutu pelayanan kesehatan di puskesmas tidak terakreditasi sebesar 1.70 dan besar rata-rata mutu pelayanan kesehatan di puskesmas terakreditasi sebesar 2.00. Dari hasil ini di peroleh nilai t test = -5.028 dengan nilai ρ = 0.000 dimana ρ < α (α = 0.05) maka Ho ditolak, sehingga disimpulkan bahwa ada perbedaan mutu pelayanan kesehatan terhadap puskesmas terakreditasi dan puskesmas tidak terakreditasi di Kabupaten Kolaka Utara Tahun 2021.
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan ISSN : 2621-0231 (Online) ISSN : 2580-1929 (Print) http://nersmid.unmerbaya.ac.id Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Merdeka Surabaya Jl. Ketintang Madya VII/2, Surabaya » Tel / fax : (031) 828 8902 /
(031) 828 7317
Perbedaan Mutu Pelayanan Kesehatan Terhadap Puskesmas Terakreditasi Puskesmas Dan Puskesmas Tidak Terakreditasi Di Kabupaten Kolaka Utara Tahun 2021
## PEMBAHASAN
Mutu pelayanan kesehatan yaitu tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan sesuai dengan pedoman atau standar pelayanan yang baik dengan memanfaatkan asset sumber daya yang potensial atau tersedia dirumah sakit atau pusat kesehatan dengan cara yang wajar dan efisien serta diberikan secara aman dan memuaskan norma, etika, hukum dan sosial budaya dengan tetap memperhatikan kendala dan kapasitas pemerintah dan masyarakat sebagai konsumen (Herlambang, 2016).
Hasil penelitian yang diperoleh besar rata-rata mutu pelayanan kesehatan di puskesmas tidak terakreditasi sebesar 66,65, dengan standar deviasi penyimpangan sebesar 5,252, nilai minimal 56 dan nilai maksimal 79. Berdasarkan pada nilai interval sebesar 95% diyakini bahwa rata-rata mutu pelayanan kesehatan berdasarkan kenyataan yang dialami oleh responden berada di antara 65,29 hingga 68.01. Sedangkan pada puskesmas terakreditasi besar rata-rata mutu pelayanan kesehatan di puskesmas terakreditasi sebesar 85.17, dengan standar deviasi penyimpangan sebesar 6.304, nilai minimal 70 dan nilai maksimal 94. Berdasarkan pada nilai interval sebesar 95% diyakini bahwa rata-rata mutu pelayanan kesehatan berdasarkan kenyataan yang dialami oleh responden berada di antara 83.54 hingga 86.80. Adanya perbedaan antara mutu pelayanan kesehatan puskesmas tidak terakreditasi dan puskesmas terakreditasi diperoleh bahwa adanya pelayanan yang dirasakan oleh responden di puskesmas tidak terakreditasi belum maksimal selain itu sarana prasarana yang masih kurang seperti tenaga kesehatan yang belum memadai. Sedangkan pada puskesmas terakreditasi pelayanan kesehatan sudah sesuai standar walaupun masih ada responden yang merasa masih kurang seperti ketepatan waktu pelayanan, kepedulian petugas masih kurang. Mutu yaitu tersedia dan terjangkau, kebutuhan yang tepat, sumber daya tepat, standar profesi tepat, wajar dan aman. Jika ini sudah dilakukan maka pasien yang dilayani akan puas dengan pelayanan yang diberikan. Pelayanan merupakan suatu tindakan atau rangkaian aktivitas yang bersifat kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi karena adanya kerjasama antara konsumen dengan petugas atau hal-hal lain yang diberikann oleh organisasi pemberi pelayanan yang diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan pasien.
Peneliti berasumsi bahwa pelayanan yang diberikan oleh puskesmas tidak terakreditasi sudah baik sesuai dengan keadaannya saat ini, karena pihak puskesmas sudah memaksimalkan pelayanan yang diberikan kepada pasien, sehingga pasien merasa puas dengan pelayanan yang didapatkan. Untuk meningkatkan pelayanan yang lebih baik dan sesuai standar pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien atau masyarakat, sudah seharusnya mengikuti standar
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan ISSN : 2621-0231 (Online) ISSN : 2580-1929 (Print) http://nersmid.unmerbaya.ac.id Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Merdeka Surabaya Jl. Ketintang Madya VII/2, Surabaya » Tel / fax : (031) 828 8902 /
(031) 828 7317
Perbedaan Mutu Pelayanan Kesehatan Terhadap Puskesmas Terakreditasi Puskesmas Dan Puskesmas Tidak Terakreditasi Di Kabupaten Kolaka Utara Tahun 2021
yang telah ditetapkan oleh pemerintah, dimana semua puskemas harus sudah terakreditasi. Sedangkan pada puskesmas terakreditasi secara umum pelayanan yang diberikan sudah sangat baik kepada pasien atau masyarakat, salah satunya adalah dimensi kepedulian, dimana petugas dapat menjelaskan penyakit pasien dengan baik, mendengarkan keluhan pasien dan jika ada pertanyaan dari pasien dijawab dengan jelas serta mudah dipahami.
Dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di puskesmas, sudah seharusnya puskesmas melaksanakan akreditasi puskesmas. Akreditasi puskesmas dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki serta meningkatkan mutu pelayanan yang ada dipuskesmas. Kementerian Kesehatan RI menyebutkan akreditasi adalah salah satu upaya menjamin peningkatan mutu pelayanan puskesmas. Dengan pelaksanaan standar akreditasi puskesmas, dituntut untuk memberikan manfaat tidak hanya pemenuhan kepuasan pasien karena pelayanan yang diberikan sesuai standar sehingga aman, tetapi juga pemenuhan keamanan dan kepuasan petugas kesehatan, karena pelayananan yang diberikan sesuai aspek legal dan pedoman tindakan medis, tetapi juga tetap memperhatikan kebutuhan dan ekspektasi masyarakat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan mutu pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh puskesmas terakreditasi dan puskesmas tidak terakreditasi. Hasil penelitian menunjukkan hasil uji statistik independent sampel t-test di peroleh nilai ρ = 0.000 dimana ρ < α (α = 0.05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan mutu pelayanan kesehatan terhadap puskesmas terakreditasi dan puskesmas tidak terakreditasi di Kabupaten Kolaka Utara Tahun 2021.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Yewen et al., 2019) diperoleh hasil uji statistik Mann Whitney U Test diperoleh nilai p=0,000, maka dengan demikian dinyatakan kedua variabel berhubungan. Terdapat hubungan antara status akreditasi puskesmas dengan tingkat kepuasan pasien. Hasil penelitian (Ningrum, 2020) diperoleh hasil uji chi square pvalue = 0,023 (= 0,05). Kesimpulan terdapat hubungan antara status akreditasi puskesmas dengan kepuasan pasien yang berkunjung di puskesmas Kabupaten Banyumas. Sedangkan penelitian yang dilakukan (Hidayah, 2017), hasil penelitian didapatkan bahwa ada perbedaan kualitas pelayanan kesehatan antara puskesmas terakreditasi dan nonakreditasi di Kabupaten Bone Bolango Propinsi Gorontalo.
Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama diperlukan untuk menyediakan pelayanan kesehatan sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku dari Kementerian Kesehatan dengan memperhatikan kebutuhan dan harapan masyarakat. Jenis pelayanan yang
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan ISSN : 2621-0231 (Online) ISSN : 2580-1929 (Print) http://nersmid.unmerbaya.ac.id Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Merdeka Surabaya Jl. Ketintang Madya VII/2, Surabaya » Tel / fax : (031) 828 8902 /
(031) 828 7317
Perbedaan Mutu Pelayanan Kesehatan Terhadap Puskesmas Terakreditasi Puskesmas Dan Puskesmas Tidak Terakreditasi Di Kabupaten Kolaka Utara Tahun 2021
diberikan harus diketahui dan dimanfaatkan secara ideal oleh masyarakat, sebagai bnetuk pemenuhan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan yang dibutuhkan.
Mutu pelayanan kesehatan harus dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pasien atau masyarakat dengan biaya yang paling efektif. Pasien/ masyarakat melihat pelayanan kesehatan yang berkualitas sebagai pelayanan kesehatan yang dapat memenuhi kebutuhan yang dirasakan dan diselenggarakan dengan cara yang sopan, tepat waktu, tanggap dan siap mengatasi keluhannya serta mencegah terjadinya kejadian atau meluasnya penyakit. Perspektif terhadap pasien atau masyarakat sangat penting, dengan alasan bahwa pasien merasa puas dengan pengobatan dan mau datang kembali untuk berobat.
Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap jasa pemakai pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk serta penyelenggaraannya sesuai dengan standard an kode etik profesi (Purwoastuti & Walyani, 2019). Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah suatu layanan kesehatan yang dibutuhkan. Dalam hal ini akan di tentukan oleh profesi layanan kesehatan dan sekaligus diinginkan baik oleh pasien ataupun masyarakatnya. Pelayanan kesehatan di tentukan oleh beberapa dimensi pokok. Adapun dimensi pokok yang dimaksud yaitu: 1) Kehandalan yaitu kemampuan penyedia jasa mampu memberikan kepuasan dengan memberikan penyalanan yang sesuai, 2) Daya tanggap yaitu kesiapan menolong dan melayani sesuai prosedur dalam pemenuhan harapan pelanggan, 3) Bukti langsung yaitu kualitas sarana dan fasilitas atau bukti fisik, 4) Kepedelian, merupakan rasa kepedulian, hubungan komunikasi dan perhatian staf kepada pasien sesuai pemahaman dan kebutuhan pasien, 5) Jaminan, meliputi pengetahuan, kesopanan, sifat petugas, kepercayaan dan kemampuan oleh pengguna jasa.
## 4. KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan besar rata-rata mutu pelayanan kesehatan di puskesmas terakreditasi sebesar 85.17, dengan standar deviasi penyimpangan sebesar 6.304, nilai minimal 70 dan nilai maksimal 94. Hasil penelitian menunjukkan besar rata-rata mutu pelayanan kesehatan di puskesmas tidak terakreditasi sebesar 66,65, dengan standar deviasi penyimpangan sebesar 5,252, nilai minimal 56 dan nilai maksimal 79. Ada perbedaan mutu pelayanan kesehatan terhadap puskesmas terakreditasi dan puskesmas tidak terakreditasi dengan nilai ρ = 0.000 dimana ρ < α (α = 0.05) di Kabupaten Kolaka Utara Tahun 2021.
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan ISSN : 2621-0231 (Online) ISSN : 2580-1929 (Print) http://nersmid.unmerbaya.ac.id Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Merdeka Surabaya Jl. Ketintang Madya VII/2, Surabaya » Tel / fax : (031) 828 8902 /
(031) 828 7317
Perbedaan Mutu Pelayanan Kesehatan Terhadap Puskesmas Terakreditasi Puskesmas Dan Puskesmas Tidak Terakreditasi Di Kabupaten Kolaka Utara Tahun 2021
Diharapkan hasil ini dapat menjadi bahan informasi kepada puskesmas untuk dapat meningkatkan mutu layanan kesehatan yang diberikan agar lebih baik lagi. Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan bacaan di perpustakaan dan diharapkan dapat menambah wawasan pembaca khususnya mengenai akreditasi dan mutu pelayanan kesehatan dipuskesmas. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan mendorong dan membantu penelitian lebih lanjut dalam hal pengembangan metode penelitian.
## DAFTAR PUSTAKA
Herlambang, S. (2016). Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit. Yogyakarta: Gosyen Publishing .
Ningrum, E. N. (2020). Hubungan Akreditasi Puskesmas Dengan Kepuasan Pasien Di Puskesmas Kabupaten Banyumas. Human Care Journal , 5(3), 732–741.
Permenkes RI. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 3–23.
Purwoastuti, T. E., & Walyani, E. S. (2019). Mutu Pelayanan Kesehatan dan Kebidanan. Jakarta : Pustaka Baru Press.
Yewen, M. R., Korompis, G. E. C., & Kolibu, F. K. (2019). Hubungan antara Status Akreditasi Puskesmas dengan Tingkat Kepuasan Pasien di Kota Sorong Provinsi Papua Barat. KESMAS, 7(5).
|
1c2f391e-2f6a-42b2-ab3b-f972fe3a5d0c | https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/gaussian/article/download/32790/26246 | JURNAL GAUSSIAN, Volume 10, Nomor 3, Tahun 2021, Halaman 359 - 366 Online di: https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/gaussian/
PENERAPAN k-MODES CLUSTERING DENGAN VALIDASI DUNN INDEX
## PADA PENGELOMPOKAN KARAKTERISTIK CALON TKI MENGGUNAKAN R-GUI
Hanik Malikhatin 1* , Agus Rusgiyono 2 , Di Asih I Maruddani 3 1,2,3 Departemen Statistika, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro *hanikmalikhatinn@gmail.com
## ABSTRACT
Prospective TKI workers who apply for passports at the Immigration Office Class I Non TPI Pati have countries destinations and choose different PPTKIS agencies. Therefore, the grouping of characteristics prospective TKI needed so that can be used as a reference for the government in an effort to improve the protection of TKI in destination countries and carry out stricter supervision of PPTKIS who manage TKI. The purpose of this research is to classify the characteristics of prospective TKI workers with the optimal number of clusters. The method used is k-Modes Clustering with values of k = 2, 3, 4, and 5. This method can agglomerate categorical data. The optimal number of clusters can be determined using the Dunn Index. For grouping data easily, then compiled a Graphical User Interface (GUI) based application with RStudio. Based on the analysis, the optimal number of clusters is two clusters with a Dunn Index value of 0,4. Cluster 1 consists of mostly male TKI workers (51,04%), aged ≥ 20 years old (91,93%), with the destination Malaysia country (47%), and choosing PPTKIS Surya Jaya Utama Abadi (37,51%), while cluster 2, mostly of male TKI workers (94,10%), aged ≥ 20 years old (82,31%), with the destination Korea Selatan country (77,95%), and choosing PPTKIS BNP2TKI (99,78%).
Keywords: prospective TKI workers, cluster, k-Modes Clustering, categorical data, Dunn Index, GUI
## 1. PENDAHULUAN
Calon TKI yang membuat paspor di Kantor Imigrasi Kelas I Non TPI Pati memiliki tujuan negara serta memilih lembaga PPTKIS yang berbeda-beda. Oleh karena itu, diperlukan pengelompokan karakteristik calon TKI agar dapat dijadikan referensi bagi pemerintah dalam upaya meningkatkan perlindungan TKI di negara tujuan serta melakukan pengawasan yang lebih ketat terhadap PPTKIS yang mengurus TKI. Analisis cluster menjadi pilihan peneliti untuk mengetahui bagaimana pengelompokan Calon TKI berdasarkan karakteristiknya.
Pada umumnya analisis cluster yang sering digunakan adalah analisis cluster k- Means . Pada penerapan metode k-Means Clustering ini, data yang digunakan adalah data numerik yang berbentuk angka (Ediyanto et al. , 2013). Sementara data calon TKI yang membuat paspor di Kantor Imigrasi Kelas I Non TPI Pati tergolong ke dalam data berskala kategorik sehingga diperlukan metode analisis cluster yang dapat mengolah data berskala kategorik. Salah satunya yaitu metode k-Modes Clustering . k-Modes Clustering merupakan suatu metode clustering yang dikembangkan dari metode k-Means Clustering , sehingga metode k-Modes Clustering bersifat efisien seperti metode k-Means Clustering namun digunakan pada data yang bersifat kategorik (Indriani dan Budiman, 2017). Dalam penentuan jumlah cluster yang optimal menggunakan metode validasi Dunn Index . Metode validasi Dunn Index ini memberikan skor terbaik untuk algoritma clustering yang menghasilkan cluster dengan kemiripan tinggi dalam suatu cluster namun kemiripan yang rendah antar cluster-cluster (Santoso et al. , 2020). Dalam mempermudah pengelompokkan data, maka disusun aplikasi berbasis Graphical User Interface (GUI) dengan RStudio.
2. TINJAUAN PUSTAKA
## 2.1. Clustering
Analisis cluster merupakan suatu analisis statistik yang bertujuan memisahkan objek ke dalam beberapa kelompok yang mempunyai sifat berbeda di antara kelompok satu dengan kelompok yang lain. Tujuan utama dari analisis cluster adalah mengelompokkan objek-objek berdasarkan kesamaan karakteristik di antara objek-objek tersebut. Objek bisa berupa produk (barang dan jasa), benda (tumbuhan atau lainnya), serta orang (responden, konsumen atau yang lain). Objek tersebut akan diklasifikasikan ke dalam satu atau lebih cluster (kelompok) sehingga objek-objek yang berada dalam satu cluster akan mempunyai kemiripan satu dengan yang lain (Heriyati dan Kurniatun, 2020).
Clustering data dapat menggunakan metode non-hierarchical cluster dan hierarchical cluster . Pada non-hierarchical cluster , peneliti menentukan jumlah cluster yang diinginkan terlebih dahulu. Setelah itu proses clustering dilakukan untuk mengetahui karakteristik (kemiripan) yang ada pada masing-masing cluster . Sedangkan pada metode hierarchical cluster , dilakukan clustering terhadap dua atau lebih objek yang memiliki karakteristik yang paling dekat secara terus-menerus hingga terbentuk hirarki dari yang paling mirip sampai yang paling tidak mirip (Hidayat dan Istiadah, 2011).
## 2.2. k-Means Clustering
k-Means adalah metode clustering berbasis jarak yang membagi data ke dalam sejumlah cluster dan algoritma ini hanya bekerja pada data numerik. Algoritma k-Means sangat terkenal karena kemudahan dan kemampuannya untuk clustering data yang besar dan data outlier dengan sangat cepat (Wahyudi et al. , 2020).
## 2.3. Variabel Kategorik
Variabel kategorik merupakan salah satu variabel yang nilainya dari sekumpulan kategori yang sering diberi label angka. Variabel kategorik mempunyai dua tipe skala pengukuran yaitu skala ordinal dan skala nominal (Nugraha, 2014).
## 2.4. k-Modes Clustering
k-Modes Clustering merupakan pendekatan nonparametrik untuk mendapatkan cluster dari data kategorik (Huang dan Ng, 2003). k-Modes Clustering pertama kali diperkenalkan oleh Huang (1998) sebagai suatu metode clustering yang dikembangkan dari metode k- Means Clustering , sehingga metode k-Modes Clustering bersifat efisien seperti metode k- Means Clustering namun digunakan pada data yang bersifat kategorik. Modifikasi yang dilakukan terhadap metode k-Means Clustering yaitu:
1. Jarak antara dua titik data X dan Y adalah jumlah fitur pada X dan Y yang nilainya berbeda ( simple dissimilarity measure ), secara formal dirumuskan seperti berikut ini:
𝑑 1 (𝑋, 𝑌) = ∑ 𝛿(𝑥 𝑗 , 𝑦 𝑗 ) 𝑚 𝑗=1 (1)
dengan
𝛿(𝑥 𝑗 , 𝑦 𝑗 ) = { 0 (𝑥 𝑗 = 𝑦 𝑗 ) 1 (𝑥 𝑗 ≠ 𝑦 𝑗 ) (2)
x j dan y j adalah nilai fitur ke-j dari data X dan Y, serta m adalah jumlah fitur.
2. Mengubah rata-rata ( means ) menjadi modus ( modes ).
3. Menggunakan frekuensi untuk mencari modus dalam proses pembentukan centroid .
Langkah-langkah k-Modes Clustering berdasarkan (Huang, 2008) adalah sebagai berikut:
1. Menentukan k cluster dari data dan melakukan inisialisasi cluster secara acak.
2. Mengalokasikan objek data pada cluster terdekat berdasarkan simple dissimilarity measure. Update tiap modus cluster setelah tiap alokasi.
3. Setelah semua objek data dialokasikan ke suatu cluster , memeriksa kembali nilai dissimilarity tiap objek terhadap modus. Jika suatu objek data memiliki modus terdekat berada pada cluster lain, maka memindahkan objek ke cluster yang sesuai dan update modus kedua cluster .
4. Mengulangi langkah 3 sampai tidak ada objek data yang berubah cluster (Indriani dan Budiman, 2017).
## 2.5. Dunn Index
Dunn Index merupakan salah satu metode validasi cluster . Metode ini memberikan skor terbaik untuk algoritma clustering yang menghasilkan cluster dengan kemiripan tinggi dalam suatu cluster namun kemiripan yang rendah antar cluster-cluster . Dunn Index bertujuan untuk mengidentifikasi cluster yang terpisah dengan baik. Metode ini menghitung rasio jarak antar cluster minimal dengan jarak intra- cluster maksimal. Dengan demikian semakin tinggi nilai Dunn Index , maka semakin optimal jumlah cluster yang dihasilkan. Menurut Ansari (2011), Dunn Index dirumuskan sebagai berikut:
𝐷 = { 𝑚𝑖𝑛 (𝑑(𝐶𝑖,𝐶𝑗)) 𝑖+1≤𝑗≤𝑞 1≤𝑖≤𝑘
𝑚𝑎𝑥 1≤𝑙≤𝑞 𝑑(𝐶 𝑙 ) } (3)
dengan 𝑑(𝐶 𝑖 , 𝐶 𝑗 ) : ukuran kedekatan antara cluster 𝑖 dan cluster 𝑗 . 𝑑(𝐶 𝑙 ) : ukuran kedekatan antar anggota dalam cluster 𝑙 (Pratiwi et al. , 2019).
## 2.6. RStudio dan Graphical User Interface (GUI)
RStudio merupakan tool pemrograman atau integrated development environment (IDE) bahasa R yang memiliki antarmuka lebih baik daripada RGui (Faisal dan Nugrahadi, 2019).
RStudio dapat digunakan untuk pengolahan metode k-Modes Clustering dan Dunn Index . Pada pengolahan k-Modes Clustering , diperlukan sintaks RStudio sebagai berikut: kmodes(data, modes, iter.max = 10, weighted = FALSE, fast = TRUE)
(https://www.rdocumentation.org). Sedangkan pada pengolahan Dunn Index , diperlukan sintaks RStudio sebagai berikut: dunn(distance = NULL, clusters, Data = NULL, method = ”euclidean”)
(https://www.rdocumentation.org).
Graphical User Interface (GUI) adalah tampilan grafis yang memudahkan user atau pengguna berinteraksi dengan perintah teks (Chapman, 2001 dalam Kurniastuti dan Andini, 2018). Packages utama yang dibutuhkan dalam pembuatan GUI salah satunya adalah shiny yang terdiri dari 3 komponen yaitu User Interface ( ui ) , Server , dan ShinyApp (https://medium.com).
## 3. METODE PENELITIAN
## 3.1. Sumber Data, Variabel Penelitian, dan Alat Analisis
Data yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini adalah data sekunder yang diperoleh dari hasil rekapan Bidang Informasi dan Komunikasi Keimigrasian Kantor Imigrasi Kelas I Non TPI Pati. Data tersebut merupakan data pemohon paspor calon TKI pada tahun 2019 di daerah kerja utama yang meliputi Kabupaten Pati, Kabupaten Rembang, Kabupaten Blora, dan Kabupaten Jepara.
Variabel yang digunakan disajikan dalam tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1. Variabel Penelitian Variabel Nama Variabel X 1 Jenis Kelamin X 2 Umur X 3 Negara yang Dituju Calon TKI X 4 PPTKIS (Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta) yang Mengurus Calon TKI
Data penelitian diolah menggunakan software Microsoft Excel 2010 dan RStudio 1.0.153.
## 3.2. Metode Analisis
Langkah-langkah analisis data yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pre-processing dan pelabelan data.
2. Melakukan transformasi data ke dalam bentuk data biner.
3. Menyusun User Interface dan Server pada GUI.
4. Running Program GUI.
5. Memasukkan data.
6. Menentukan nilai k (jumlah cluster ) yaitu k = 2, 3, 4, dan 5.
7. Melakukan k-Modes Clustering .
8. Melakukan validasi Dunn Index l.
9. Memilih k optimal.
10. Melakukan profiling hasil k-Modes Clustering dengan k optimal.
## 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
## 4.1. Pembuatan Graphical User Interface (GUI)
Program GUI yang dibangun dalam penelitian ini terdiri dari beberapa bagian yaitu: halaman judul, input data k-Modes Clustering , input data Dunn Index , hasil k-Modes Clustering , hasil Dunn Index , dan hasil Profiling Cluster . Packages utama yang dibutuhkan dalam pembuatan GUI pada penelitian ini adalah shiny yang terdiri dari 3 komponen yaitu User Interface ( ui ) , Server , dan ShinyApp . Setelah kedua fungsi pada paket shiny yaitu ui dan server disatukan dengan perintah ShinyApp ( ui , server ), maka dapat dijalankan melalui jendela RStudio dengan mengklik tombol Run App dan menghasilkan tampilan GUI pada Gambar 1.
Gambar 1. Tampilan Awal GUI
Pengelompokan data menggunakan k-Modes Clustering dengan validasi Dunn Index dapat dijalankan dengan memilih data melalui mengklik tombol Browse pada bagian Data k-Modes Clustering dan Data Dunn Index serta memilih jumlah cluster sesuai keinginan.
## 4.2. Analisis k-Modes Clustering
Pada proses clustering menggunakan metode k-Modes Clustering dilakukan pada berbagai nilai k ( k = 2, 3, 4, dan 5).
Hasil k-Modes Clustering dengan k = 2 ditampilkan pada gambar 2.
Gambar 2. Histogram Frekuensi Hasil k-Modes Clustering dengan k = 2 Pada gambar 2 terlihat bahwa anggota cluster 1 sebanyak 1.834 orang dan anggota cluster 2 sebanyak 458 orang.
Pada k = 3, ditampilkan pada gambar 3.
Gambar 3. Histogram Frekuensi Hasil k-Modes Clustering dengan k = 3
Pada gambar 3 terlihat bahwa anggota cluster 1 sebanyak 1.439 orang, anggota cluster 2 sebanyak 850 orang, dan anggota cluster 3 sebanyak 3 orang.
0 2000 Cluster 1 Cluster 2 1834 458 Hasil k-Modes Clustering dengan k = 2 0 2000 Cluster 1 Cluster 2 Cluster 3 1439 850 3 Hasil k-Modes Clustering dengan k = 3
Pada k = 4, ditampilkan pada gambar 4.
Gambar 4. Histogram Frekuensi Hasil k-Modes Clustering dengan k = 4 Pada gambar 4 terlihat bahwa anggota cluster 1 sebanyak 1.287 orang, anggota cluster 2 sebanyak 494 orang, anggota cluster 3 sebanyak 356 orang, dan anggota cluster 4 sebanyak 155 orang.
Pada k = 5, ditampilkan pada gambar 5.
Gambar 5. Histogram Frekuensi Hasil k-Modes Clustering dengan k = 5 Pada gambar 5 terlihat bahwa anggota cluster 1 sebanyak 850 orang, anggota cluster 2 sebanyak 480 orang, anggota cluster 3 sebanyak 807 orang, anggota cluster 4 sebanyak 97 orang, dan anggota cluster 5 sebanyak 58 orang.
## 4.3. Dunn Index
Berdasarkan hasil olahan RStudio, diperoleh hasil pada tabel 2.
Tabel 2. Tabel Nilai Dunn Index k Nilai Dunn Index 2 0,4 3 0 4 0 5 0
Berdasarkan tabel 6 dapat disimpulkan bahwa cluster dengan k = 2 lebih optimal dibandingkan cluster dengan k = 3, 4, dan 5. Hal ini dikarenakan nilai Dunn Index pada cluster dengan k = 2 paling besar dibandingkan yang lainnya.
4.4. Profiling Cluster dengan k optimal ( k = 2) Hasil pengolahan metode k-Modes Clustering dengan k = 2 menggunakan RStudio diperoleh jumlah cluster 1 sebanyak 1.834 orang calon TKI dan cluster 2 sebanyak 458 orang calon TKI.
Berdasarkan hasil olahan RStudio pada profiling cluster 1, contoh datanya ditampilkan pada tabel 3.
Tabel 3. Tabel Anggota Cluster 1 dengan k = 2 No Nama X1 X2 X3 X4 1 Sutiyah 2 2 13 9 2 Febri Puguh Trisnani 2 2 13 9
0 2000 Cluster 1 Cluster 2 Cluster 3 Cluster 4 1287 494 356 155 Hasil k-Modes Clustering dengan k = 4 0 1000 Cluster 1 Cluster 2 Cluster 3 Cluster 4 Cluster 5 850 480 807 97 58 Hasil k-Modes Clustering dengan k = 5
3 Zubaidah 2 2 13 33 4 Tri Enggar Budiarti 2 2 13 33 5 Ahmad Jauhari 1 2 13 43 6 Lestari 2 2 13 28 7 Ruhyani 2 2 13 28 8 Nur Akimil Laela 2 2 5 28 9 Asmini 2 2 5 28 10 Lutfi Fitriani 2 2 13 28 . . . . . . . . . . . . 1830 Dicky Prasetyo Aji 1 2 13 43 1831 Dandang Handoko 1 2 13 43 1832 Surini 2 2 12 7 1833 Suharti Bt Sukarjo Karyono 2 2 12 9 1834 Leginah 2 2 12 7
Kemudian mencari frekuensi masing-masing variabel pada profiling cluster 1. Setelah dicari frekuensinya, dapat disimpulkan bahwa cluster 1 sebagian besar terdiri dari calon TKI yang berjenis kelamin laki-laki, berumur ≥ 20 tahun, dengan negara yang dituju Negara Malaysia dan memilih PPTKIS Surya Jaya Utama Abadi.
Sedangkan pada profiling cluster 2, contoh datanya ditampilkan pada tabel 4.
Tabel 4. Tabel Anggota Cluster 2 dengan k = 2 No Nama X1 X2 X3 X4 1 Haryanto 1 2 7 8 2 Suparti 2 2 7 8 3 Ahmad Rokhimul Ibad 1 1 6 8 4 Ipung Supriyanto 1 2 6 8 5 Mohamad Abdul Rohman 1 2 6 8 6 Okik Setiyawan 1 2 6 8 7 Pariyono 1 2 13 8 8 Mohammad Junaedi 1 2 6 8 9 Prehatin 1 1 6 8 10 Dewi Purwati 2 2 6 8 . . . . . . . . . . . . 454 Yeni Husada 1 2 7 8 455 Bambang Sugiyanto 1 1 7 8 456 Muhammad Ridwan 1 2 7 8 457 Adi Kuncoro 1 2 7 8 458 Ahmad Rusdiono 1 2 7 8
Kemudian mencari frekuensi masing-masing variabel pada profiling cluster 2. Setelah dicari frekuensinya, dapat disimpulkan bahwa cluster 2 sebagian besar terdiri dari calon TKI yang berjenis kelamin laki-laki, berumur ≥ 20 tahun, dengan negara yang dituju Negara Korea Selatan dan memilih PPTKIS BNP2TKI.
## 5. KESIMPULAN
Setelah dilakukan analisis cluster menggunakan metode k-Modes Clustering dan Dunn Index pada 2.292 pemohon paspor calon TKI pada tahun 2019 di daerah kerja utama, dapat disimpulkan bahwa Graphycal User Interface (GUI) dapat mempermudah pengguna untuk melakukan komputasi k-Modes Clustering dengan validasi Dunn Index menggunakan jumlah cluster sesuai keingingan. Hasil dari k-Modes Clustering dengan Validasi Dunn Index terbentuk dua cluster dengan banyaknya cluster 1 sebanyak 1.834 orang dan cluster 2 sebanyak 458 orang. Jumlah cluster terbaik yang dihasilkan menggunakan metode k- Modes Clustering adalah dua cluster ( k = 2) dengan memiliki nilai Dunn Index paling
besar yaitu 0,4. Pada cluster 1 paling banyak terdiri dari calon TKI yang berjenis kelamin laki-laki (51,04%), berumur ≥ 20 tahun (91,93%), dengan negara yang dituju Malaysia (47%), dan memilih PPTKIS Surya Jaya Utama Abadi (37,51%), sedangkan cluster 2 paling banyak terdiri dari calon TKI yang berjenis kelamin laki-laki (94,10%), berumur ≥ 20 tahun (82,31%), dengan negara yang dituju Korea Selatan (77,95%), dan memilih PPTKIS BNP2TKI (99,78%).
## DAFTAR PUSTAKA
DataCamp. -. kmodes: K-Modes Clustering . Tersedia: https://www.rdocumentation. org/packages/klaR/versions/0.6-15/topics/kmodes (diakses pada tanggal 6 April 2021).
DataCamp. -. dunn: Dunn Index. Tersedia: https://www.rdocumentation.org/ packages/clValid/versions/0.6-9/topics/dunn (diakses pada tanggal 7 April 2021).
Ediyanto, Mara, M. N. dan Satyahadewi, N. 2013. Pengklasifikasian Karakteristik Dengan Metode K-Means Cluster Analysis. Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Vol. 02, No. 2, Hal: 133–136. Faisal, M. R. dan Nugrahadi D. T. 2019. Belajar Data Science Klasifikasi dengan Bahasa Pemrograman R . Kalimantan Selatan: Scripta Cendekia. Hakim, R. B. F. 2019. Bermain dengan R Shiny . Tersedia: https://medium.com/ @986110101/bermain-dengan-r-shiny-b3430fc7ae5f (diakses pada tanggal 19 Juli 2021).
Heriyati, P. dan Kurniatun, T. C. 2020. Analisa Triple Helix pada Industri Fashion di Jakarta . Pasuruan: Qiara Media. Hidayat, T. dan Istiadah, N. 2011. Panduan Lengkap Menguasai SPSS 19 untuk Mengolah Data Statistik Penelitian . Jakarta Selatan: MediaKita. Huang, Z. dan Ng, M. K. 2003. A Note on K-modes Clustering. Journal of Classification Vol. 20, No. 2, Hal: 257–261.
Indriani, F. dan Budiman, I. 2017. K-Modes Clustering untuk Mengetahui Jenis Masakan Daerah yang Populer pada Website Resep Online (Studi Kasus: Masakan Banjar di cookpad.com. Jurnal Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer Vol. 4, No. 4, Hal: 290–296.
Kurniastuti dan Andini. 2018. Perancangan Program Penentuan Histogram Citra dengan Graphical User Interface (GUI). Applied Technology and Computing Science Journal Vol. 1, No. 1, Hal:-.
Nugraha, J. 2014. Pengantar Analisis Data Kategorik: Metode dan Aplikasi Menggunakan Program R . Yogyakarta: Deepublish.
Pratiwi, S. I., Widiharih, T. dan Hakim, A. R. 2019. Analisis Klaster Metode Ward dan Average Linkage dengan Validasi Dunn Index dan Koefisien Korelasi Cophenetic (Studi Kasus: Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Jenis Kendaraan Tiap Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2018). Jurnal Gaussian Vol. 8, No. 4, Hal: 486-495.
Santoso, B., Azis, A. I. S. dan Zohrahayaty. 2020. Machine Learning & Reasoning Fuzzy Logic Algoritma, Manual, Matlab, & Rapid Miner . Yogyakarta: Deepublish. Wahyudi, M., Masitha, M., Saragih, R. dan Solikhun, S . 2020. Data Mining: Penerapan Algoritma K-Means Clustering dan K-Medoids Clustering . Medan: Yayasan Kita Menulis.
|
dd631b71-c4cc-4f1a-9116-76d8f0571a1e | https://ojs.unimal.ac.id/index.php/agrium/article/download/14122/5711 | Desember, 2023 online version : https://ojs.unimal.ac.id/index.php/agrium Vol. 20, No 4.
P-ISSN 1829-9288. E-ISSN 2655-1837 Hal.336-343 Author(s): Masrur Muzadi& Adi Rastono
## EFEKTIVITAS PEMBERIAN BPF DAN FMA TERHADAP PERTUMBUHAN AWAL TANAMAN CABAI RAWIT PADA TANAH ALFIISOL PADA MUSIM KEMARAU
## EFFECTIVENESS OF GIVING PSB AND AMF ON THE INITIAL GROWTH OF CAYENNE PEPPER PLANTS IN ALFIISOL SOIL DURING THE DRY SEASON
Masrur Muzadi* 1 , Adi Rastono 1
1 Program Studi Budi Daya Tanaman Hortikultura Politeknik Pertanian dan Peternakan Mapena *Corresponding author: masrurmuzadi@mapena.ac.id
## ABSTRAK
Penelitian betujuan untuk menguji efektivitas pemberian BPF dan FMA pada pertumbuhan awal tanaman cabai rawit di tanah alfiisol pada musim kemarau. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok dengan 8 kombinasi perlakuan A = Kontrol, B = Pemberian Pupuk P, C = pemberian Bacillus subtilis , D= pemberian FMA, E= Pembrian Pupuk P + Bacillus subtilis, F= Pembrian Pupuk P + Fungi mikoriza Arbuskula, G= pemberian Bacillus subtilis + Fungi mikoriza Arbuskula, H = Pemberian Pupuk P + Bacillus subtilis + FMA dengan 3 kali ulangan sehingga terdapat 24 petak percobaan. Pada penelitian ini faktor lingkungan juga menjadi penentu pertumbuhan awal tanaman cabai dimusim kemarau, sehingga dilakukan pengukuran faktor lingkungan meliputi intensitas cahaya, suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin, suhu tanah, kelembaban tanah, kemudian pengukuran pertumbuhan tanaman meliputi adalah tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang. pada umur 21 HST dan 35 HST. Hasil penelitan ini adalah Pemberian perlakuan BPF dan FMA secara mandiri maupun kombinasi mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman meskipun dimusim kemarau kecuali pada perlakuan A (kontrol). Kombinasi perlakuan H (Pupuk P + BPF + FMA) mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman cabai rawit pada umur 35 HST yaitu tinggi tanaman 18.333, jumlah daun 15.22, dan diameter batang 4.0367.
Kata kunci: biofertilizer, pertumbuhan, mikoriza
## ABSTRACT
The study aims to see how BPF and AMF affect the initial growth of cayenne pepper plants in Alfiisol soil during the dry season. This study used a randomized block design with 8 treatment combinations A = Control, B = P Fertilizer, C = Bacillus subtilis, D = AMF, E = P Fertilizer + Bacillus subtilis, F = P Fertilizer + Arbuscular mycorrhizal fungus, G = giving Bacillus subtilis + Arbuscular mycorrhizal fungus, H = giving P Fertilizer + Bacillus subtilis + AMF with 3 repetitions so there are 24 experimental plots. In this study, environmental factors also determine the initial growth of chili plants in the dry season, so environmental factors were measured including light intensity, air temperature, air humidity, wind speed, soil temperature, and soil moisture, then measurements of plant growth included plant height, number of leaves, and stem diameter. at the age of 21 HST and 35 HST. The results of this research were that giving BPF and AMF treatments independently or in combination was able to increase plant growth even in the dry season except for treatment A (control). The combination of H treatment (Fertilizer P + BPF + AMF) was able to increase the growth of cayenne pepper plants at the age of 35 HST, namely plant height of 18,333, number of leaves 15.22, and stem diameter of 4.0367.
Keywords: biofertilizer, growth, mycorrhiza
Desember, 2023 online version : https://ojs.unimal.ac.id/index.php/agrium Vol. 20, No 4.
P-ISSN 1829-9288. E-ISSN 2655-1837 Hal.336-343 Author(s): Masrur Muzadi& Adi Rastono
## PENDAHULUAN
Hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif dimana kebutuhan pasar domestik untuk hasil tanaman hortikultura sangat tinggi (Permatasari dan Nurhidayati 2014). Cabai rawit ( Capsicum frutescens L.) adalah salah satu komoditas hortikultura penting karena memiliki peran besar dalam pemenuhan kebutuhan domestik sebagai komoditi ekspor dan industri pangan (Yuliatiningsih et al , 2022). Komoditas cabai ini dibutuhkan sebagai bahan pencampur makanan, bubumbu, bahan baku industri serta bahan-bahan lainya untuk konsumsi rumah tangga, restoran dan industry lainnya (Maria et al ., 2019). Melihat kebutuhan cabai yang meningkat maka perlu adanya peningkatan produksi cabai untuk memenuhi pasokan cabai kepada isndustri maupun rumah tangga.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Jawa Timur sebagai provinsi yang berkontribusi besar dalam produksi cabai rawit sebesar 5.788.830 kw, termasuk didalamnya adalah Kabupaten Tuban (BPS, 2021). Kabupaten Tuban dapat dikatakan sebagai sentra produksi cabai rawit di Jawa Timur sebab, memiliki dua daerah sebagai sentra produksi cabai rawit yaitu Kecamatan Grabagan dan Kecamatan Bancar.
Produksi cabai rawit di kecamatan Grabangan yaitu 144.800 Kwintal, sedangkan di kecamatan Bancar yaitu 15.751 Kwintal (BPS, 2021). Kedua daerah tersebut secara geografi dapat dianggap sebagai daerah subur dan menjadi food security di Kabupaten Tuban. Namun dalam kenyataannya tingkat produksi cabai rawit di Tuban masih sangat berfluktuasi. Berdasarkan badan pusat statistic kabupaten Tuban (2020) hasil produksi cabai rawit lebih besar yaitu 390.880 kwintal di Kecamatan Grabagan dan 282.639 kwintal di Kecamatan Bancar (BPS, 2020). Penurunan produksi cabai ini dapat dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara khususnya unsur hara P (Lisa et al ., 2018), dan cekaman kekeringan di musim kemarau (Yuniati dan Sarfuddin, 2019).
Tuban merupakan daerah dengan jenis tanah alfisol berkapur. Alfisol adalah tanah yang
relatif muda, masih banyak mengandung unsur hara, memiliki kejenuhan basa tinggi, Kapasitas Tukar Kation (KTK), cadangan unsur hara tinggi, aerasi yang mudah menyerap air sehingga mudah menguap dan kering (Fajeriana dan Gafur, 2023). Kandungan basa mengakibatkan ketersediaan unsur P rendah karena unsur P diikat oleh Ca sehingga tidak dapat digunakan tanaman. Pupuk fosfat adalah nutrisi utama yang penting bagi pertumbuhan cabai, sebab unsur ini berperan dalam merangsang pertumbuhan akar, membantu asimilasi, mempercepat pembungaan dan pemasakan biji (Yudha et al , 2023). Musim kemarau sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman karena pertumbuhan awal memerlukan air yang yang berfungsi pembawa ion-ion hara dari rhizhosfer kedalam akar dan kemudian kedaun. Respon tumbuhan terhadap kekurangan air dapat diketahui dari pertumbuhan sel, karena kekurangan air akan mempengaruhi turgor sel sehingga mengurangi perkembangan sel, sintesis protein, dan sintetis dinding sel khusunya dipertumbuhan awalnya (Yuniati dan Sarfuddin, 2019). Upaya dalam pemenuhan kebutuhan unsur hara P dan cekaman kekeringan dimusim kemarau dapat melalui pemberian bakteri pelarut fosfat dan Fungi mikoriza.
Bakteri pelarut fosfat mampu mengubah fosfat tidak larut dengan cara mensekresikan asam organik seperti asam format, asetat, propionate, laktat, glikolat, fumarat, dan suksinat(Permatasari dan Nurhidayati, 2014). Bakteri pelarut fosfat Bacillus subtilis dalam berbagai dosis secara deskriptif diketahui dapat memberikan pengaruh pada pertumbuhan tanaman cabai yang mampu meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang dan produksi buah cabai merah panen pertama (Nursiwan dan syahadah, 2023). Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) berperan dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas tanah dengan memproduksi hifa yang intensif pada zona perakaran yang mampu meningkatkan resistensi tanaman inang terhadap kondisi kekeringan, meningkatkan kemampuan tanaman dalam penyerapan unsur hara, dapat meningkatkan efisiensi pemupukan P dan
Desember, 2023 online version : https://ojs.unimal.ac.id/index.php/agrium Vol. 20, No 4.
P-ISSN 1829-9288. E-ISSN 2655-1837 Hal.336-343 Author(s): Masrur Muzadi& Adi Rastono
ketahanan terhadap penyakit tanaman (Muis, 2013;Halid 2017). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji efektivitas pemberian BPF Dan FMA terhadap Pertumbuhan Awal Tanaman Cabai Rawit di tanah Alfiisol pada Musim Kemarau, ditinjau dari tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang.
## METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan Kabupaten Tuban pada bulan Juni – Oktober 2023.
## Alat dan Bahan
Bahan - bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah benih Cabai rawit, pupuk kandang, bakteri pelarut fosfat, dan fungi mikoriza, sedangkan alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain yaitu timbangan analitik, cangkul, gelas ukur, termohigrometer, lux-meter, anemometer, oven, alat tulis, gunting, kamera digital, meteran, mikroskop cahaya, kaca preparat, hand sprayer, dan penggaris
## Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK). Perlakuan yang akan diterapkan menggunakan pemberian pupuk P dengan dosis 300 kg SP36/ha, kemudian bakteri pelarut fosfat jenis Bacillus subtilis (10 9 cfu mL-
1 ) serta Aplikasi Fungi mikoriza arbuskula sebanyak 10 gram /tanaman. Terdapat 8 perlakuan dengan 3 kali ulangan sehingga di dapatkan sebanyak 24 petak percobaan dengan susunan kombinasi sebagai berikut:
A = Kontrol B = Pembrian Pupuk P C = pemberian Bacillus subtilis D= pemberian Fungi mikoriza Arbuskula E= Pembrian Pupuk P + Bacillus subtilis F= Pembrian Pupuk P + Fungi mikoriza Arbuskula G= pemberian Bacillus subtilis + Fungi mikoriza Arbuskula H = Pembrian Pupuk P + Bacillus subtilis + Fungi mikoriza Arbuskula
Metode Pelaksanaan
Lahan diolah sebelum tanam dengan tujuan untuk memperbaiki struktur tanah dua minggu sebelum tanam sekaligus pembuatan petakan percobaan dengan ukuran petakan 1,5 m x 1,5 m dengan jarak antar petakan selebar 50 cm. Setelah petakan terbentuk kemudian dilakukan pemberian pupuk kandang 30 ton/ha. Satu minggu setelah aplikasi pupuk kandang dilakukan penanaman dengan jarak tanam 50 cm x 70 cm (Litbang, 2009). Bakteri Bacillus subtilis diperbanyak menggunakan media NB (Nutrient Broth). Pengukuran nilai absorban menggunakan spektofotometer (OD 660 =1)(Asih dan Wartapa, 2022). Aplikasi bakteri pelarut fosfat dan FMA sesuai perlakukan dilaksanakan bersamaan ketika tanam dengan cara penyiraman di sekeliling lubang tanam. Pemberian pupuk P diberikan bersamaan bakteri pelarut fosfat dan FMA pada awal tanam dengan dosis 300 kg SP36/ha. Pemupukan Susulan dilakukan pada 15, dan 28 HST pada pertumbuhan awal dengan dosis, urea 300 kg/ha, dan KCl -250 kg/ha. Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan apabila muncul gejala. Pemanenan dilakukan pada umur tanaman 100 HST (Litbang, 2009). Data yang dikumpulkan dianalisis dengan analisis ragam (Anova), apabila terdapat pengaruh nyata, maka dilanjutkan uji DMRT pada taraf 5%.
## Pengamatan
Pada penelitian ini faktor lingkungan juga menjadi penentu pertumbuhan awal tanaman cabai dimusim kemarau, sehingga dilakukan pengukuran faktor lingkungan meliputi itensitas cahaya, suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin, suhu tanah, kelembaban tanah dilakukan pada 0 HST, 7, HST, 14 HST, 21 HST, dan 35 HST pada pukul 09.00 WIB, 12.00 WIB dan 15.00 WIB kemudian hasilnya dirata- ratakan. Sedangkan untuk mengetahui pertumbuhan cabai rawit maka peubah yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang. Pengamatan dilakukan pada saat tanaman cabai berumur 21 HST dan 35 HST. Tinggi tanaman diamati dengan menggunakan penggaris dan pengamatan terhadap diameter tanaman menggunakan jangka sorong.
Desember, 2023 online version : https://ojs.unimal.ac.id/index.php/agrium Vol. 20, No 4.
P-ISSN 1829-9288. E-ISSN 2655-1837 Hal.336-343 Author(s): Masrur Muzadi& Adi Rastono
## HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Pengamatan lingkungan
Tanaman cabai memerlukan syarat- syarat tertentu dalam
menunjang pertumbuhannya, salah satunya adalah dukungan iklim dengan itensitas cahaya penyinaran 10-12 jam, itensitas kecepatan angin yang cukup, suhu optimal 24°C-30ºC, kelembaban tanah dan udara sekitar 66%-80% (Hariri et al ., 2019). Bebeda dengan pengamatan lingkungan dalam penelitian ini ditemukan hasil sebagai berikut:
Tabel. 1. Hasil rata-rata pengukuran faktor lingkungan
Faktor Lingkungan Rata- rata Hasil Pengamatan Itensitas cahaya (lux) 1436 Kelembapan udara (%) 35 Suhu Udara (°C) 39 Suhu tanah (°C) 32 Kelembapan Tanah (%) 45 Kecepatan Angin (knot) 7.4
Berdasarkan Tabel 1 hasil pengamatan lingkungan dapat dilihat bahwa itensitas cahaya di kawasan kabupaten tuban sangat tinggi hingga mencapai 1436 Lux. Cahaya sangatmempengaruhi suhu udara dan kelembaban udara. Dari hasil pengamatan suhu udara yang dihasilkan adalah 39°C, sedangkan kelembaban udara 35 % ditambah dengan kecepatan angina sebesar 7 knot. Kondisi ini menjadikan kondisi lahan penanaman cabai menjadi lebih cepat kering, mengingat bahwa tanah alfisol dengan kriteria cepat kering, mudah mudah menyerap dan kehilangan air (Fajeriana dan Gafur, 2023) terbukti dari hasil pengamatan bahwa suhu tanah adalah 32°C dan kelembaban tanah 45%. Tingginya itensitas cahaya tidak disertai dengan ketersedian air yang tercukupi untuk pertumbuhan awal cabai akan mengakibatkan transpirasi dan evaporasi yang berlebihan
sehingga tanaman
akan mempengaruhi turgor sel sehingga perkembangan sel terhambat (Yuniati dan Sarfuddin, 2019). Suhu yang paling ideal untuk
pertumbuhan cabai adalah 24°C - 28°C. kondisi ini akan mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang.
b. Tinggi Tanaman
Parameter tinggi tanman diukur menggunakan penggaris dengancara mengukur bagian pangkal batang yang terlihat hingga bagian ujung batang cabai. Pertumbuhan tanaman cabai pada masing- masing perlakuan ditunjukan pada Tabel 2.
Tabel. 2. Rerata tinggi tanaman cabai pada umur 21 HST dan 35 HST
Perlakuan Hari Setelah Tanman 21 35 A (Kontrol) 8.28 a 11.447 d B ( Pupuk P.) 9 a 14.447 bcd C (BPF) 8.9433 a 17.553 ab D (FMA) 9.6133 a 15.167 abc E Pupuk P + BPF) 8.39 a 16.61 abc F (Pupuk P. + FMA) 9.89 a 13.39 cd G (BPF + FMA) 10.1433 a 17.553 ab H (Pupuk P + BPF + FMA 9.33 a 18.333 a
Hasil pengamatan tinggi tanaman yang ditunjukan pada tabel 2 belum menunjukan adanya beda nyata cabai diumur 21 HST namun dapat diketahui bahwa pada perlakuan A (kontrol) memiliki nilai paling rendah yaitu 8.28 , sedangkan pengukuran tinggi tanaman diumur 35 HST menunjukan beda nyata yang signifikan antara perlakuan A(kontrol) yaitu 11.447, dengan perlakuan H (Pupuk P + BPF + FMA) yaitu 18.333. Kemudian Perlakuan antara perlakuan F (Pupuk P. + FMA) 13.39 dengan perlakuan G (BPF + FMA) 17.553. Berdasarkan hasil pengamatan tinggi tanaman pada perlakan C (BPF), G (BPF + FMA) dan H (Pupuk P + BPF + FMA) memiliki laju pertumbuhan tinggi tanaman yang pesat. Hal ini disebabkan karakter tanah alfisol sebenarnya telah memiliki unsur hara
Desember, 2023 online version : https://ojs.unimal.ac.id/index.php/agrium Vol. 20, No 4.
P-ISSN 1829-9288. E-ISSN 2655-1837 Hal.336-343 Author(s): Masrur Muzadi& Adi Rastono
tersedia, ditambah dengan aplikasi pupuk kandang sehingga mampu berkolaborasi dengan BPF dan FMA yang diaplikasikan secara bersama maupun tidak secara bersama.
## c. Jumlah Daun
Daun merupakan organ produsen fotosintat utama. Daun diperlukan untuk penyerapan dan pengubahan energi cahaya matahari melalui proses fotosintesis sebagai penghasil energi yang digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Pada penelitian ini rerata jumlah daun disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3. Rerata jumlah daun tanaman cabai pada pengamatan umur 21 HST dan 35
HST Perlakuan Hasri Stelah Tanam 21 35 A (Kontrol) 5.8867 b 8.000 a B ( Pupuk P.) 7.1133 a 9.557 bc C (BPF) 7.3367 a 13.443 ab D (FMA) 6.6633 ab 12.667 ab E Pupuk P + BPF) 7.2233 a 13.223 ab F (Pupuk P. + FMA) 6.6667 ab 12.890 ab G (BPF + FMA) 7.223 3a 14.553 a H (Pupuk P + BPF + FMA 6.78 ab 15.22 3a
Hasil pengamatan menunjukan bahwa adanya beda nyata yang signifikan umur 21 HST pada perlakuan A (kontrol) yang memiliki jumlah daun 5.8867, dengan perlakuan B ( Pupuk P.) yang memiliki jumlah daun 7.1133 dan C (BPF) dengan jumlah daun 7.3367. hasil pengamatan jumlah daun umur 35 HST terdapat beda nyata yang signifikan yaitu antara perlakuan A (kontrol) memiliki jumlah daun 8.000 dengan perlakuan G(BPF + FMA) memiliki jumlah daun 14.553 dan H (Pupuk P + BPF + FMA) dengan jumlah
daun 15.22. Hasil ini membuktikan bahwa pemberian pupuk P, BPF dan FMA secara bersama akan meningkatkan jumlah daun yang signifikan setelah 21 HST. Pada perlakuan G pemberian BPF + FMA secara bersama tanpa perlakuan P masih menunjang pertumbuhan jumlah daun. Pertumbuhan tidak beda nyata pada umur 35 HST ditunjukan pada perlakuan B ( Pupuk P.), C (BPF), D (FMA), E (Pupuk P + BPF), F (Pupuk P. + FMA).
## d. Diameter Batang
Diameter batang diukur menggunakan jangka sorong tingkat ketelitian 0.01 cm. Setelah dilakukan analisis ragam hasil diameter batang tanaman cabai rawit pada pengamatan 21 HST dan 35 HST maka memiliki nilai rerata yang Nampak pada tabel 4 dibawah ini.
Tabel. 4. Pengamatan diameter batang pada 21 dan 35 HST
Perlakuan Hari Setelah Tanam 21 35 A (Kontrol) 1.8667 b 2.6867 c B ( Pupuk P.) 2.2667 ab 2.9567 bc C (BPF) 2.2433 ab 3.58 ab D (FMA) 2.0433 ab 3.1667 bc E Pupuk P + BPF) 2.1467 ab 3.6 ab F (Pupuk P. + FMA) 2.1867 ab 3.6433 ab G (BPF + FMA) 2.3100 ab 3.3200 abc H (Pupuk P + BPF + FMA 2.5767 a 4.0367 a
Berdasarkan tabel 4. Dapat di amati bahwa pemberian perlakuan H (pupuk P + BPF dan FMA) secara bersamaan pada saat pertama penanaman mampu menaikan diameter batang lebih besar pada 21 HST yaitu 2.5767 dan 35 HST yaitu 4.0367. Namun pada perlakuan A (kontrol) tanaman cabai rawit memiliki diameter batang lebih
Desember, 2023 online version : https://ojs.unimal.ac.id/index.php/agrium Vol. 20, No 4.
P-ISSN 1829-9288. E-ISSN 2655-1837 Hal.336-343 Author(s): Masrur Muzadi& Adi Rastono
kecil pada umur 21 yaitu 1.8667 dan umur 35 yaitu 2.6867. pada perlakuan B,C,D,E,F,G belum menunjukan adanya beda nyata.
## PEMBAHASAN
Penelitian ini untuk mengetahui respon pertumbuhan tanaman cabai rawit terhadap pemberian bakteri pelarut fosfat dan fungi mikoriza arbuskula pada tanah alfisol dimusim kemarau dengan parameter pertumbuhan meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang. Berdasarkan hasil pengamatan bahwa pemberian BPF dan FMA mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman pada parameter tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang kecuali pada perlakuan A(kontrol) dan B (Pupuk P). Perlakuan A(kontrol) dan B (Pupuk P) pada masing- masing parameter selalu menunjukan hasil yang rendah (tabel 2, tabel3, tabel 4). Keadaan ini disebabkan dimusim kemarau tanaman membutuhkan air yang cukup untuk pertumbuhan sel, dengan karateristik tanah alfisol yang mudah kehilangan air maka ketersediaan air dalam tanah dapat cepat hilang karena adanya transpirasi dan evaporasi sehingga menyebabkan pertumbuhan tanaman akan menjadi terhambat.
Air berperan sebagai penyusun tubuh tanaman (70-90%) sebagai pelarut, reaksi biokimia, transortasi senyawa, serta pengangkut hara dan mineral lain kemudian untuk mempertahankan turgor tanaman serta untuk menjaga suhu dan kelembaban agar tetap konstan (Aksari 2012). Air digunakan tanaman untuk pembelahan sel pada pertumbuhan vegetative yang terwujud dalam pertambahan tinggi tanaman, perbanyakan daun dan diameter batang (Yuniati dan Sarfuddin, 2019). Selain itu tanaman cabai rawit kekurangan unsur hara P khusunya untuk pertumbuhan awal. Pupuk P yang tak mudah larut menyebabkan tanaman sukar untuk menyerap unsur tersebut sehingga tanaman menjadi kerdil. Unsur P merupakan komponen penting penyusun senyawa untuk transfer energi, kekurangan unsur P akan mengakibatkan perkembangan akar tanaman terhambat (Joice, et all , 2022).
Perlakuan pemberian BPF dan FMA secara mandiri maupun kombinasi keseluruhan dapat mempertahankan pertumbuhan dan mampu berkembang dengan baik meskipun dalam cuaca ekstrim dengan suhu udara 39ºC dan kelembaban 35% pada perlakuan C (BPF), D (FMA), E Pupuk P + BPF), F(Pupuk P. + FMA), G (BPF + FMA), H (Pupuk P + BPF + FMA) pada parameter tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang. Bakteri pelarut fosfat belum mampu menahan air ketika penyiraman ketika penyinaran terjadi selama 10 jam dengan panas rata-rata 1436 Lux yang mengakibatkan suhu tanah 32% serta kelembaban tanah 45%. Namun pada perlakuan penggunaan BPF mampu mempercepat melarutkan unsur hara termasuk unsur hara P sehingga akar dapat secepatnya menyebarkan ke seluruh tanaman. Unsur hara P yang menjamin keberlangsungan proses pembelahan sel embrionik dari jaringan meristem apikal batang (shoot apical meristem) dan menyebabkan pertambahan tinggi tanaman, kemudian unsur hara P ini juga menyetabilkan metabolise tanaman termasuk ppada roses pembelahan sel meristem lateral yang mengakibatkan pertambahan ukuran diameter batang(Suryatmana, et all, 2022).
Pertumbuhan jumlah daun umumnya kurang memberikan gambaran jelas karena pertumbuhan daun mempunyai hubungan yang erat dengan faktor genetic. Selain itu unsur hara yang paling berperan dalam pembentukan daun adalah unsur N sehingga pada perlakuan A (kontrol) dan B (Pupuk P) pada umur 21 HST ke 35 HST masih tergolong rendah. Pada perlakuan C (BPF) mampu meningkatkan jumlah daun pada umur 21 HST dengan jumlah 7.3367 dan pada umur 35 HST menjadi 13.443. Hal ini terbukti pemberian BPF secara mandiri mampu meningkatkan jumlah daun. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Lovitna (2021), yang menyatakan pemberian bakteri pelarut fosfat dan pupuk anorganik fosfat berpengaruh nyata terhadap jumlah daun umur 2 MST.
Pemberian FMA selain mampu meningkatkan penyerapan hara juga mampu ketahanan terhadap kekeringan dengan cara meningkatkan penyerapan air melalui sistem gabungan akar dan mikoriza. Perlakuan D
Desember, 2023 online version : https://ojs.unimal.ac.id/index.php/agrium Vol. 20, No 4.
P-ISSN 1829-9288. E-ISSN 2655-1837 Hal.336-343 Author(s): Masrur Muzadi& Adi Rastono
(FMA), F(Pupuk P. + FMA), G (BPF + FMA),
H (Pupuk P + BPF + FMA) cenderung memiliki rerata parameter tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang yang meningkat dari umu21 HST ke 35 HST. Secara umum aplikasi FMA mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman melalui mekanisme seperti serapan unsur hara melalui hifa untuk menjembatani kahat unsur hara. mikoriza menghasilkan enzim fosfatase yang dapat membeaskan fiksasi unsur P di dalam tanah sehingga dapat diserap oleh hifa mikoriza dan akar tanaman (Souza, 2015). Pemberian perlakuan H (Pupuk P + BPF + FMA) pada umur 35 HST cenderung memiliki laju pertumbuhan yang signifikan pada parameter tinggi tanaman dengan jumlah 18.333 jumlah daun 15.22 dan diameter batang sebesar 4.0367. hal ini sejalan dengan penelitian Rini dan Wibowo (2021), yang menyatakan bahwa kombinasi BPF dan FMA dapat meningkatkan tinggi tanaman dan jumlah daun tanaman kopi. Selain itu Asih dan Wibowo (2022), dalam penelitiannya menghasilkan Bakteri pelarut fosfat P. fluorescens (10 9 cfu mL1) + FMA (10 gr/tanaman) memiliki kecenderungan mampu meningkatkan jumlah polong isi, menekan jumlah polong cipo dan meningkatkan indeks vigor lebih baik dibandingkan kontrol.
## KESIMPULAN
Pemberian BPF dan FMA secara mandiri maupun kombinasi mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman pada musim kemarau kecuali pada tanaman kontrol. Kombinasi perlakuan H (Pupuk P + BPF + FMA) mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman cabai rawit pada umur 35 HST yaitu tinggi tanaman 18.333, jumlah daun 15.22, dan diameter batang 4.0367.
## UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi
Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi yang telah memberikan dukungan dana melalui kontrak induk
199/SPK/D.D4/PPK.01.APTV/VI/2023.
## DAFTAR PUSTAKA
Aisyah Dewi Permatasari dan Tutik Nurhidayati. 2014. Pengaruh Inokulan Bakteri Penambat Nitrogen, Bakteri Pelarut Fosfat dan Mikoriza Asal DesaCondro, Lumajang, Jawa Timur terhadap Pertumbuhan Tanaman Cabai Rawit. Jurnal Sains dan Seni Pomits. 3 (2):44-48
Askari, M. F. dan Supriyanto.(2012). ImplementasiLean Manufacturing di PT. X Pasuruan. Jurnal Teknik Pomits, 1 (1)
Badan Pusat Statistik. 2020. Produksi Tanaman Sayuran Menurut Kecamatan dan Jenis Tanaman di Kabupaten Tuban. Bps-Statistic. Tuban
Badan Pusat Statistik. 2021. Produksi Tanaman Sayuran Kabupaten Tuban 2021. Bps-Statistic. Tuban Badan Pusat Statistik. 2021. Produksi Tanaman Sayuran Menurut Provinsi dan Jenis Tanaman, 2021. Bps- Statistic: Jakarta.
Halid E. 2017. Uji Efektivitas Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskular (FMA) Terhadap Cekaman Kekeringan Bibit Kakao Klon Lokal.
Agrokomplek 16 (1). 33-37 Lisa, Widiati BR, Muhanniah. 2018. Serapan Unsur Hara Fosfor (P) Tanaman Cabai Rawit( Capsicum frutescens L.) pada Aplikasi PGPR (Plant Growth Promoting Rhizotobacter) dan
Trichokompos.
Jurnal
Agrotan. 4 (1): 57-73.
Litbang Pertanian. 2009. Standart Operasional Prosedur Budidaya Cabai Rawit. Departemen pertanian. Direktorat jenderal Hortikultura.
Lovitna G., Nuraini Y., Istiqomah N. 2021. Pengaruh Aplikasi Bakteri Pelarut Fosfat Dan Pupuk Anorganik Fosfat Terhadap Populasi Bakteri Pelarut Fosfat, P Tersedia, Dan Hasil Tanaman Jagung Pada Alfisol. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan .8 (2): 437-449
Desember, 2023 online version : https://ojs.unimal.ac.id/index.php/agrium Vol. 20, No 4.
P-ISSN 1829-9288. E-ISSN 2655-1837 Hal.336-343 Author(s): Masrur Muzadi& Adi Rastono
Maria G. M. Polii, Tommy D. Sondakh, Jeane S.
M. Raintung, Beatrix Doodoh,, Tilda Titah. 2019. Kajian Teknik Budidaya Tanaman Cabai ( Capsicum Annuum L.) Kabupaten Minahasa Tenggara . Eugenia Volume. 25(3) Muis A., Indradewa D. Widada, J. 2013. Pengaruh Inokulasi Mikoriza Arbuskula Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Kedelai (Glycine Max (L.) Merrill) Pada Berbagai Interval Penyiraman. Vegetalika .
2 (2): 7-20
Novianta A., Kristiyana S., Hariri R. 2019.
Perancangan Aplikasi Blynk Untuk Monitoring Dan Kendali Penyiramaan Tanaman. Jurnal Elektrikal .6(1): 1-10 Nusyirwan, Rukiyah Abdi Syahadah. Pengaruh Bakteri Endofit Bacillus Subtilis Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Pertumbuhan Dan Produksi Pada Tanaman Cabai Merah ( Capsicum annuum L.). Jurnal Biosains. 6(2) 53-58 Pujawati Suryatmana, Nadia Nuraniya Kamaluddin, dan Mieke Rochimi Setiawati. 2022. Efektifitas Azotobacter sp. dan Pseudomonas sp. sebagai Plant Growth promoting Rhizobacteria (PGPR) terhadap tanaman Tomat ( Lycopersicum esculentum Mill.) pada Andisol-Lembang. Soilrens, 20 /1, 51-60.
Yudha P. K. Sinulingga, M. Syamsoel Hadi & Yohannes C. Ginting. 2014. Pengaruh Tiga Jenis Pupuk
Kandang Dan Dosis Pupuk Fosfat
Pada Pertumbuhan Dan Produksi
Tanaman Cabai ( Capssicum
annum L.). J. Agrotek Tropika.
2 (1): 95 – 102
Yuliatiningsih N.P., Darmayasa I.B. G., dan
Defiani M.R. 2022.Pengaruh
formulasi pupuk cair berbasis limbah organik dan penambahan konsorsium mikroba pelarut fosfat
terhadap pertumbuhan tanaman cabai rawit ( Capsicum frutescens L.). Jurnal Biologi Udayana 26 (1): 32-44 Yuniati S. dan Sarfuddin. 2019. Pengaruh
Intensitas Penyiraman Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Cabai Rawit ( Capsicum frutescens L.). Jurnal Agriyan 5
(2) : 45– 52.
Joice M. J. Supit1, Yani E. B. Kamagi dan
Lientje Th. Karamoy. 2022. Pemanfaatan Kompos Dan Phonska Plus Pada Lahan Masam Terhadap Pertumbuhan, dan Produksi Sawi Pakcoy ( Brassica rapa L.) di Kabupaten Minahasa. Jurnal Agroekoteknologi Terapan. 3(2):371-381
Asih P.R., dan Wartapa A. 2022. Aplikasi Bakteri Pelarut Fosfat dan Fungi Mikoriza Arbuskula dalam Meningkatkan Hasil dan Mutu Benih Kacang Tanah. Agriland Jurnal Ilmu Pertanian . 10(3) 202-207
|
8cfb3bae-7372-4c8e-a1a5-4a66ee4da2ea | https://bestjournal.untad.ac.id/index.php/Galenika/article/download/15092/11384 |
## Perbandingan Basis Salep Hidrokarbon dan Absorpsi Terhadap Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kasar Bromelin Dari Bonggol Nanas
(Comparison of Hydrocarbon Ointment Bases and Absorpsion on the Antibacterial Activity of Bromelin Crude Extract from Pineapple Tuber)
Barmi Hartesi 1* , Desi Sagita 2 , Helsa Raudatul Qalbi 1
1 Jurusan Farmasi, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Harapan Ibu Jambi, Indonesia.
2 Jurusan Farmasi, Universitas Adiwangsa, Jambi, Indonesia. *E-mail: barmi.hartesi@gmail.com
Article Info: Received: 1 Mei 2020 in revised form: 11 Mei 2020 Accepted: 28 September 2020
Available Online: 30 September 2020
## ABSTRACT
The pineapple tuber contains bromelain enzyme which is able to inhibit the growth of Staphylococcus aureus and Pseudomonas aeruginosa causing skin infections. The topical preparation that good for treating skin infections is ointments. Ointments have two type of bases such as hydrocarbon and absorption base. This study aims to compare the comparison of ointment bases having antibacterial activity of Staphylococcus aureus and Pseudomonas aeruginosa . This research used experimental methods. The bromelain enzyme was extracted and purified with ammonium sulfate and then dialyzed. The bromelain enzyme with a concentration of 4% was formulated into ointment preparation with a base of hydrocarbons (F1, F2) and absorption base (F3, F4). Each formula was evaluated for organoleptic, homogenity, pH, spreadability, irritation test, stability and antibacterial activity. The results showed that all formulas with hydrocarbon base and absorbent base types met good topical preparation requirements, that are semi-solid, homogeneous, having a pH range of 4.5 - 6.5, stable during storage and not irritating on the skin. However, ointments based on hydrocarbons have the best antibacterial activity when compared to absorption base ointments. Formula 2 with a base of hydrocarbons have strong antibacterial activity against Staphylococcus aureus and Pseudomonas aeruginosa which is the best among the other formulas.
Keywords : Antibacterial
Ointment Base Pineapple Stems Bromelain .
Corresponding Author: Barmi Hartesi Jurusan Farmasi
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Harapan Ibu Jambi 36132 Indonesia email: barmi.hartesi@gmail.com
Copyright © 2019 JFG-UNTAD
This open access article is distributed under a Creative Commons Attribution (CC-BY-NC-SA) 4.0 International license.
How to cite (APA 6 th Style):
Hartesi, B., Sagita, D., Qalbi, H. R. (2020). Perbandingan Basis Salep Terhadap Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kasar Bromelin Dari Bonggol Nanas. Jurnal Farmasi Galenika :Galenika Journal of Pharmacy (e-Journal), 6 (2), 269-279. doi:10.22487/j24428744.2020.v6.i2.15092
Jurnal Farmasi Galenika (Galenika Journal of Pharmacy) (e-Journal) 2020; 6(2): 269 – 279 ISSN : 2442-8744 (electronic); 2442-7284 (printed) Journal Homepage: https://bestjournal.untad.ac.id/index.php/Galenika DOI: 10.22487/j24428744.2020.v6.i2.15092
## ABSTRAK
Bonggol nanas mengandung enzim bromelin yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa penyebab infeksi kulit. Sediaan topikal yang baik untuk mengobati infeksi kulit adalah salep. Salep memiliki beberapa tipe basis seperti basis hidrokarbon dan basis absorpsi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan perbandingan basis salep hidrokarbon dan absorpsi yang memiliki aktivitas antibakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa . Penelitian ini menggunakan metode eksperimental. Enzim bromelin di ekstraksi dan dimurnikan dengan amonium sulfat dan di dialisis. Enzim bromelin dengan konsentrasi 4% tersebut diformulasikan menjadi sediaan salep dengan basis hidrokarbon (F1),(F2) dan basis absorpsi (F3),(F4). Setiap formula salep dievalusi (Organoleptis, homogenitas, pH, daya sebar, uji iritasi, stabilitas dan aktivitas antibakteri). Hasil penelitian menunjukkan semua formula dengan tipe basis hidrokarbon dan basis absorpsi memenuhi persyaratan sediaan topikal yang baik yaitu berbentuk setengah padat, homogen, memiliki pH dengan rentang 4,5 – 6,5, stabil selama penyimpanan dan tidak mengiritasi kulit. Akan tetapi sediaan salep dengan basis hidrokarbon yang paling baik aktivitas antibaketerinya jika dibandingkan dengan sediaan salep basis absorpsi. Formula 2 dengan basis hidrokarbon memiliki aktivitas antibakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa . yang paling baik diantara formula lainnya dengan kategori kuat.
Kata kunci: Antibakteri, Basis Salep, Bonggol Nanas, Bromelin.
## PENDAHULUAN
Tanaman Nanas ( Ananas comosus L. Merr) merupakan salah satu tanaman yang banyak tumbuh di Indonesia khususnya di Provinsi Jambi yang mencapai 144.896 ton pada tahun 2014 (Ibrahim & Mutia, 2015). Salah satu kandungan dalam buah nanas adalah bromelin yang merupakan enzim proteolitik golongan sufrihidil. Bromelin memiliki aktivitas untuk menghambat pertumbuhan bakteri gram positif maupun gram negatif (Masri, 2014). Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri yang banyak terdapat pada kulit.
Penelitian terdahulu menyatakan ekstrak dari nanas dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan konsentrasi 1000 µg/ml terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa dengan diameter zona hambat 20 mm dan Staphylococcus aureus 23 mm (Ashik Ahamed et al. , 2016). Bentuk sediaan antibakteri untuk kulit yang baik adalah salep.Salep terdiri dari basis salep yang bersifat inert dan tidak mempengaruhi efek terapi dari zat aktif. Basis salep yang biasa digunakan adalah basis hidrokarbon dan basis absorpsi(Naibaho et al., 2013).Penelitian lainnya mengenai formulasi salep dengan menggunakan berbagai tipe basis yang berbeda pada ekstrak acalyphaIndica (tanaman akar kucing)menjelaskan bahwa tipe basis serap memiliki sifat dan karakteristik yang lebih baik dibandingkan salep dengan tipe basis hidrokarbon. Hal ini dikarena basis hidrokarbon yang mengandung ekstrak acalyphaIndica kurang stabil selama penyimpanan (Nagajyothi et al ., 2014)
Penelitian lain yang dilakukan untuk melihat pengaruh tipe basis salep dari ekstrak daun kemangi terhadap infeksi bakteri Staphylococcus aureus, menjelaskan bahwa salep dengan basis hidrokarbon memiliki daya antibakteri lebih besar dibandingkan dengan basis lainnya yang dilihat dari penyembuhan infeksi pada kulit kelinci. Hal ini dikarenakan terjadinya efek hidrasi kulit yang dapat mempengaruhi absorpsi obat pada kulit. Basis hidrokarbon memiliki efek dalam menghidrasi kulit sehingga dapat meningkatkan absorpsi bahan obat pada sediaan salep. Sedangkan pada basis absorpsitidak memiliki derajat penutupan pada kulit sebaik basis hidrokarbon sehingga absorpsi obat tidak begitu cepat (Naibaho et al ., 2013). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan basis salep hidrokarbon dan absorpsi terhadap aktivitas antibakteri ekstrak kasar bromelin dari bonggol nanas ( Ananas comosus L. Merr).
## METODE PENELITIAN
## Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan yaitu timbangan analitik (Shimadzu®), blender (Miyako®), magnetic stirrer(Ika®), sentrifuse(Hettich®), membrane semipermiabel (Sigma Aldrich®) alat-alat gelas (Pyrex®), autoklaf (HIRAYAMA®), Laminar Air Flow (KOJAIR®), inkubator (Memmert®), oven (Memmert®), spektrofotometer, vortex (Thermo®), lemari pendingin (LG®), hot plate (MITSEDA®), dan pipet mikro (Eppendorf Research plus®). Bahan-bahan yang dipakai dalam penelitian ini yaitu bonggol buah nanas muda, dapar fosfat pH 7,0, larutan NaCl fisiologis, aquadestilata, ammonium sulfat, media Nutrient Broth (Oxoid), media Nutrient Agar (Oxoid), cakram kloramfenikol 0,3 % (Oxoid), vaselin album (Brataco), paraffin padat (Brataco), paraffin cair (Brataco), cera alba (Brataco), cetyl alkohol (Brataco), adepslanae (Brataco), lanolin, EDTA,NaOH, KH 2 PO 4 , TCA dan Natrium Karbonat.
## Metode
Penelitian ini merupakanpenelitian eksperimental. Dimulai dari penyiapan alat, pengambilan sampel, proses ekstraksi dan purifikasi enzim, penetapan kadar enzim bromelin, proses pembuatan sediaan salep dan evaluasi sediaan yang telah di buat. Evaluasi sediaan meliputi uji organoleptik, uji pH, uji daya sebar, uji homogenitas, uji iritasi, uji antibakteri dan uji stabilitas
## Pengambilan Sampel
Buah nanas yang diperlukan dalam penelitian sebanyak 5 kg yang di ambil dari desa Tangkit kabupaten Muaro Jambi, Jambi. Proses ekstraksi dimulai dengan menimbang 5 kg bonggol buah nanas kemudian di rajang. Setelah itu bonggol buah nanas di tambahkan dapar fosfat pH 7,0 kemudian di blender. Hasil dari proses blender di saring dan di dapat suatu fitrat. Filtrat tersebut di sentrifugasi dengan kecepatan 4000 rpm selama 10 menit. Supernatan dari proses sentrifugasi kemudian di timbang yang merupakan ekstrak kasar dari bromelin(Masri, 2014).
## Proses Pemurnian
Proses pemurnian sebagian ( parsial purified ) dari ekstrak kasar bromelin dilakukan dengan menambahkan ammonium sulfat sedikit demi sedikit pada suhu 4°C selama 24 jam sambil diaduk menggunakan magnetic stirrer . Larutan yang diperoleh selanjutnya disentrifugasi menggunakan kecepatan 4000 rpm selama 10 menit sehingga di dapat endapan berupa enzim bromelin. Endapan tersebut didialisis dengan membran dialisa selama 16 jam, hasil dialisis disentrifugasi kembali sehingga didapat endapan ekstrak kasar bromelin yang dimurnikan sebagian ( parsial purified )(Masri, 2014).
## Penentuan Unit Aktivitas
Penentuan unit aktivitas enzim bromelin dalam bonggol buah nanas menggunakan substrat kasein yang terdiri dari 2% kasein dalam dapar posfat 0,1 M dengan pH 7,5. Sebanyak 50µL sampel di sentrifugasi dengan larutan buffer kasein sebanyak 0,625 ml dan di diamkan selama 10 menit. Tambahkan TCA ( Trichloroacetic acid ) 1 M sebanyak 1,25 ml. Lakukan proses inkubasi selama 10 menit dengan suhu 25◦C selanjutnya di sentarifugasi selama 20 menit dengan kecepatan 4000 rpm untuk mendapatkan filtrat dari campuran tersebut. 1 ml dari filtarat di encerkan menggunakan dapar fosfat pH 7,5 sebanyak 5 ml. Untuk menentukan kurva standar tirosin, digunakan 5 konsentrasi yang berbeda yaitu 100ppm, 80 ppm, 60 ppm, 40 ppm dan 20 ppm. Ukur absorbansi dengan menggunakan tirosin sebagai pembanding yang memiliki panjang gelombang 280 nm menggunakan Spektrofotometer UV(Soares et al., 2012).
## Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kasar Bromelin
Uji antibakteri dilakukan dengan metode sumur. Media Nutrient Agar yang telah steril dituangkedalam 24 cawan petri. Masing - masing cawan petri dimasukkan media ± 20 ml dan dibiarkan dingin serta memadat. Suspensi bakteri Staphylococcusaureus dan Pseudomonas aeruginosa yang diinokulasikan pada seluruh permukaan media dengan menggunakan batang L. Pada masing- masing media tersebut dibuat 4 sumur secara aseptis dengan pipa pelubang untuk uji antibakteri salep ekstrak kasar bromelin yang dimurnikan sebagian dari bonggol buah nanas. Untuk uji aktivitas antibakteri ekstrak kasar bromelin yang dimurnikan sebagian konsentrasi 3%, 4%, kontrol positif (+) yaitu cakram kloramfenikol, dan kontrol negatif (-) yaitu dapar fosfat.
## Formulasi Basis Salep
Formulasi basis salep dimulai dengan menimbang semua basis salep sesuai dengan formula yang terdapat pada tabel 1.
## Basis salep hidrokarbon
Formula 1 :Cera alba, parafin padat, dan cetil alkohol di lebur pada suhu 50°C dengan waterbath. Setelah melebur sempurna, di masukkan kedalam lumpang panas. Kedalam lumpang tersebut di tambahkan vaselin album dan digerus perlahan hingga dingin dan homogen.
Formula 2 :Parafin padat di lebur pada suhu 50°C dengan waterbath. Setelah melebur sempurna, di masukkan kedalam lumpang panas. Kedalam lumpang tersebut di tambahkan vaselin album dan parafin cair dan digerus perlahan hingga basis salep dingin dan homogen.
## Basis salep absorpsi
Formula 3 :Parafin padat dan cetyl alkohol di lebur pada suhu 50°C dengan waterbath. Setelah melebur sempurna, di masukkan kedalam lumpang panas. Kedalam lumpang tersebut ditambahkan vaselin album dan lanolin dan digerus perlahan hingga basis salep dingin dan homogen.
Formula 4 : Lanolin dimasukkan kedalam lumpang dan ditambahkan aquadest sedikit demi sedikit perlahan hingga basis homogen.
Tabel 1. Formula Basis Salep
Nama Bahan Basis Hidrokarbon Basis Absorpsi F1 F2 F3 F4 Cera alba (g) 2 - - - Parafin padat (g) 3 5 2 - Cetyl alkohol (g) 5 - 5 - Vaselin album 90 55 85 - Parafin cair (g) - 40 - - Lanolin (g) - - 8 70 Aquadest (g) - - - 30 Berat Total (g) 100 100 100 100
## Pembuatan Salep
Ekstrak kasar bromelin yang dimurnikan sebagian di pilih sesuai dengan konsentrasi yang paling kuat memiliki aktivitas antibakterinya antara kosentrasi 3% atau 4 % (Tabel 2). Basis salep di masukkan sedikit demi sedikit kedalam lumpang. Ekstrak dan BHT ( Butylated Hydroxytoluene ) di tambahkan
sedikit demi sedikit selanjtnya digerus hingga homogen. Salep dimasukkan ke dalam pot salep untuk di evaluasi.
Tabel 2. Formula Salep Zat F1 (% b/b) F2 (% b/b) F3 (% b/b) F4 (% b/b) A B A B A B A B Ekstrak Kasar Bromelin 0 X 0 X 0 X 0 X BHT 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 Basis Salep Dicukupkan Hingga 100 100 100 100 100 100 100 100 Keterangan :
X= Kosentrasi yang terbaik A = Formula Basis Salep B = Formula Salep dengan zat aktif ( Ekstrak Kasar Bromelin )
## Evaluasi Salep
Uji Organoleptis Uji organoleptis yaitu melihat bentuk, warna dan bau dari sediaan salep secara visual (Naibaho et al ., 2013).
Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan dengan cara meletakkan salep secukupnya pada dua objec glass kemudian dilihat apakah terdapat gumpalan pada salep (Naibaho et al ., 2013).
## Uji pH
Uji pH menggunakan alat pH meter. Proses pengujian pH di mulai dengan mengkalibrasi pH terlebih dahulu dengan cara mencelupkan elektroda pH dan stik temperatur kedalam larutan buffer fosfat pH 7.01 dan buffer fosfat pH 4.01. 1 gram salep di timbang dan diencerkan dengan 10 ml aquadest. Elektroda pH dan stik temperatur kemudian dimasukkan kedalam sediaan salep yang sudah diencerkan dan dibaca pH pada bagian monitor (Naibaho et al ., 2013).
Uji Daya Sebar
Uji daya sebar salep dilakukan dengan cara menimbang 1 gram sedian salep dan diletakkan diatas plastik kaca. Kemudian di berikan beban bertahap secara bergantian yaitu 2 g, 4g dan 6g. Ukur diameter penyebaran yang terbentuk (Hasyim et al ., 2012).
## Uji Iritasi
Uji iritasi menggunakan 30 responden dengan syarat yaitu tidak sedang menggunakan obat. Usia sukarelawan sukarelawan terdiri dari anak-anak (5 – 11 tahun) sebanyak 10 orang, remaja (12 – 25 tahun) sebanyak 10 orang, dan dewasa (26 – 45 tahun) sebanyak 10 orang dengan menggunakan metode tempel tertutup. Pengujian ini dilakukan dengan mengoleskan 0,1 gram salep pada lengan bagian dalam dan ditutup dengan kain kasa selama 24 jam. Amati gejala iritasi yang timbul (Rahim,Farida., Aria,Mimi., Aji, 2011).
## Uji Stabilitas
Uji stabilitas di lakukan dengan cara meyimpan salep selama 28 hari pada kondisi suhu yang berbeda yaitu 4º C, suhu ruangan dan 40°C. Lihat perubahan organoleptik, pH sediaan, daya sebar dan aktivitas antibakteri (Nagajyothi et al ., 2014).
Uji Aktivitas Antibakteri Salep Salep dimasukkan kedalam sumuran pada media sebanyak 10 mg formula basis salep (F1a, F1b, F2a, F2b, F3a, F3b, F4a dan F4b), kontrol positif (+) yaitu salep yang berada dipasaran, dan kontrol negatif (-) merupakan basis salep. Inkubasi cawan petri selama 24 jam pada suhu 37 ºC. Lakukan pengukuran zona hambat dari ekstrak kasarbromelin dan salep antibakteri yang dimurnikan sebagian dari bonggol buah nanas.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Sampel yang digunakan adalah bonggol nanas mentah karena bonggol nanas memiliki kandungan enzim bromelin yang lebih banyak dibandingkan pada kulit nanas (Masri, 2013). Ekstrak bromelin dimurnikan sebagian yang didapat dari serangkaian proses ekstraksi dan pemurnian sebanyak 21 ml atau 49.07 gram yang diperoleh dari 5 kg bonggol buah nanas mentah. Hasil pengukuran unit aktivitas bromelin dari bonggol nanas dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Hasil Pengukuran Unit Aktivitas Bromelin Bonggol Nanas
Persamaan Regresi Rata-rata Absorban Unit Aktivitas Bromelin U/ mL y = 0,0072x – 0,0175 0, 74203 210,9804 U/mL
Enzim bromelin memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Pengujian aktivitas antibakteri untuk konsentrasi enzim 3% dan 4%. Kontrol (+) yang digunakan adalah kloramfenikol 0,3% dan kontrol (-) berupa dapar fosfat, dikarenakan dapar fosfar merupakan pelarut yang digunakan untuk pemurnian ekstrak bonggol buah nanas. Bromelin merupakan enzim yang bersifat proteolitik sehingga mampu menghidrolisis rantai protein pada bakteri(Ashik Ahamed et al. , 2016). Jika dilihat pada Gambar 1, Konsentrasi ekstrak bromelin 4% memiliki aktivitas yang lebih tinggi dibandingkan konsentrasi 3%, sehingga konsentrasi yang dipilih untuk dibuat sediaan salep adalah konsentrasi 4%. Konsentrasi 4% mimiliki aktivitas antibakteri dengan kategori kuat.
Gambar 1. Daya Hambat Antibakteri dari Ekstrak Kasar Bromelin
Keterangan : K(+) = Kloramfenikol 1%, K(-) = Dapar Fosfat, E3= Ekstrak 3%, E4= Ekstrak 4%
0 5 10 15 20 25 K(+) K(-) E3% E4% D ia m et er Z o n a B en in g (m m ) Sampel Pseudomonas aeruginosa Staphylococcus aureus
Sediaan salep ekstrak kasar bromelin dibuat menggunakan kosentrasi 4 % yang selanjutnya dilakukan evaluasi. Berdasarkan evaluasi sediaan salep pada Tabel 4, uji organoleptis semua salep dari basis hidrokarbon (F1B& F2B) maupun salep dari basis Absorpsi( F3B & F4B) berbentuk setengah padat, memiliki bau khas nanas, dan memiliki warna yang berbeda tergantung dari basis yang digunakan. Jika dilihat dari uji homogenitas,semua sediaan salep homogen. Uji homogenitas dilakukan untuk melihat bahwa dosis dari obat telah tersebar merata dalam sediaan.
Tabel 4. Hasil Evaluasi Sediaan Salep (Organoleptis, Homogenitas, pH dan Iritasi)
Formula Organoleptis Homogenitas pH ± SD Iritasi Bentuk Warna Bau F1A Setengah padat Putih Khas Homogen 6,3 Tidak Iritasi F1B Setengah padat Putih Khas Homogen 6,16 ± 0,05 Tidak Iritasi F2A Setengah padat Putih Khas Homogen 6,2 ± 0,1 Tidak Iritasi F2B Setengah padat Putih Khas Homogen 5,96 ± 0,05 Tidak Iritasi F3A Setengah padat Putih Kekuningan Khas Homogen 6,13 ± 0,05 Tidak Iritasi F3B Setengah padat Putih Kekuningan Khas Homogen 6,03 ± 0,05 Tidak Iritasi F4A Setengah padat Kuning Khas Homogen 6,13 ± 0,05 Tidak Iritasi F4B Setengah padat Kuning Khas Homogen 5,83 ± 0,05 Tidak Iritasi Fp Setengah padat Putih Khas Homogen 6,33 ± 0,05 Tidak Iritasi Keterangan : F1A = Basis Formula 1 F3B = Formula 3 F1B = Formula 1 F4A = Basis Formula F2A = Basis Formula 2 F4B = Formula 4 F2B = Formula 2 Fp = Salep Pembanding
F3A = Basis Formula 3
Uji pH dilakukan pada tiap formula salep, diketahui salep yang mengandung enzim bromelin dari bonggol nanasmenggunakan basis hidrokarbon (F1B& F2B) memiliki pH dengan rentang 5,96 – 6,3. Sedangkan salep dari basis Absorpsi( F3B& F4B) memiliki pH 5,83 – 6,13. Akan tetapi formula pembanding (sediaan salep yang berredar dipasaran dengan kandungan zat aktif kloramfenikol 1%) memiliki pH yang lebih tinggi yaitu 6,33. Jika dilihat dari hasil pengujian pH tersebut dapat dikatakan perbedaan basis salep hidrokarbon dan absorpsi tidak mempengaruhi dari nilai pH sedian salep ekstrak kasar bromelin. Semua sediaan salep telah memenuhi syarat pH sediaan topikal yang baik, yaitu sama dengan pH kulit (4,5 – 6,5). pH suatu sediaan topikal harus sesuai dengan pH kulit untuk memperkecil kemungkinan terjadinya iritasi (Naibaho et al ., 2013). Enzim bromelin memberikan aktivitas antibakteri pada pH 4,5 – 9.8 (Abdulrahman Ali, 2015)
Gambar 2. Hasil Pengujian Daya Sebar Formula Salep Ekstrak Kasar Bromelin menggunakan Beban (2 gram, 4 gram dan 6 gram)
Uji daya sebar untuk setiap salep dengan basis hidrokarbon (F1B & F2B) dan basis Absorpsi (F3B& F4B) dilakukan untuk melihat kemampuan penyebaran salep di kulit. Penyebaran salep berpengaruh terhadap proses dan kecepatan difusi zat aktif melewati membran. Semakin besar daya sebar suatu sediaan maka semakin baik dikarenakan semakin luas membran tempat sediaan menyebar yang menyebabkan difusi obat semakin meningkat (Hasyim et al ., 2012). Daya sebar salep yang paling baik yaitu pada formula 4 dengan basis absorpsi. Dari pengujian terhadap daya sebar, dapat dilihat dan dibandingkan dengan viskositas nya. Daya sebar suatu sediaan akan berbanding terbalik dengan viskositas karena semakin besar daya sebar maka akan semakin rendah viskositasnya. Sehingga dari 4 formula basis salep, yang memiliki viskositas yang paling rendah dan daya sebar yang paling besar adalah formula 4 dengan basis absorpsi (Gambar 2). Hal ini dikarenakan pada formula 4 mengandung basis dengan jumlah air yang lebih banyak dari basis lainnya. Tabel 5. Hasil Uji Stabilitas hari ke 28
Suhu Formula Pengamatan Bentuk Warna Bau Homogenitas 4◦C F1B Setengah Padat Putih Khas Homogen F2B Setengah Padat Putih Khas Homogen F3B Setengah Padat Putih Kekuningan Khas Homogen F4B Setengah Padat Putih Khas Homogen FP Setengah Padat Putih Khas Homogen Ruangan F1B Setengah Padat Putih Khas Homogen F2B Setengah Padat Putih Khas Homogen F3B Setengah Padat Putih Kekuningan Khas Homogen F4B Setengah Padat Putih Khas Homogen FP Setengah Padat Putih Khas Homogen 40◦C F1B Terbentuk Dua Fasa Putih Tidak Berbau Tidak Homogen F2B Terbentuk Dua Fasa Putih Kekuningan Tidak Berbau Tidak Homogen F3B Terbentuk Dua Fasa Putih Kekuningan Tidak Berbau Tidak Homogen F4B Terbentuk Dua Fasa Putih Tidak Berbau Tidak Homogen FP Terbentuk Dua Fasa Putih Tidak Berbau Tidak Homogen
0 5 10 15 20 25 30 F1A F1B F2A F2B F3A F3B F4A F4B Fp D ia m et er D ay a S eb ar ( m m ) Formula 0 gram 2 gram 4 gram 6 gram
Selama uji stabilitas yang dilakukan 28 hari, salep dengan tipe basis hidrokarbon (F1B & F2B)dan basis Absorpsi ( F3B& F4B) di simpan di tiga suhu yang berbeda. Jika dilihat pada Tabel 5, untuk salep yang disimpan di suhu 4 ◦ C dan suhu ruangan dikatakan stabil karena tidak terjadinya perubahan bentuk dari sediaan. Sedangkan semua salep yang disimpan di suhu 40 ◦ C tidak stabil karena terbentuk dua fasa.
Gambar 3. Daya Hambat Salep Antibakteri Pseudomonas aeruginosa pada suhu 4◦C
Gambar 4. Daya Hambat Salep Antibakteri Staphylococcus aureus pada suhu 4◦C
Gambar 5. Daya Hambat Salep Antibakteri Pseudomonas aeruginosa pada suhu ruangan 0 5 10 15 20 25 1 2 3 4 5 D ia m e te r Z o n a B e n in g ( m m ) Minggu ke- K(+) F1B F2B F3B F4B 0 1 2 3 4 0 5 10 15 20 25 1 2 3 4 5 Dia m e te r Z o n a Ben in g ( m m ) Minggu ke- K(+) F1B F2B F3B F4B 0 1 2 3 4 0 5 10 15 20 25 1 2 3 4 5 Dia m te r Z o n a Ben in g ( m m ) Minggu ke- K(+) F1B F2B F3B F4B 0 1 2 3 4
Gambar 6. Daya Hambat Salep Antibakteri Staphylococcus aureus pada suhu ruangan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa basis hidrokarbon (F1B & F2B) memiliki aktivitas antibakteri yang lebih baik dibandingkan dengan basis Absorpsi (F3 & F4) (Gambar 3-6). Basis hidrokarbon merupakan basis yang baik digunakan untuk sediaan dengan aktivitas sebagai antibakteri karena mengandung komponen air yang lebih sedikit, sedangkan pada basis Absorpsi( F3B & F4B) yang mengandung komponen air yang lebih banyak sehingga memberikan aktivitas antibakteri yang lebih kecil jika dibandingkan dengan basis hidrokarbon. Hal tersebut dikarenakan air merupakan salah satu media pertumbuhan bakteri. (Yanhendri & Satya, 2012). Kemampuan aktivitas antibakteri dari enzim bromelin bisa merusak peptidoglikan dari membran bakteri dan mampu mendenaturasi protein yang ada di mebran sehingga bakteri menjadi lisis. (Liliany et al ., 2018)
Jika dilihat dari pengaruh suhu nya, salep yang disimpan di suhu 4◦C memiliki aktivitas yang lebih baik dibandingkan pada suhu ruangan. Hal ini dikarenakan sifat enzim yang lebih baik jika disimpan disuhu dingin, semakin tinggi suhu maka resiko terjadinya denaturasi enzim juga semakin besar (Noviyanti et al ., 2012). Basis pada salep tidak dapat membawa zat aktif enzim bromelin jika terjadi denaturasi pada enzim tersebut. Jika dibandingkan antara uji aktivitas ekstrak enzim bromelin dan sediaan salep yang memiliki aktivitas yang lebih baik adalah ektstrak enzim bromelin yang dimurnikan sebagian karena dalam sediaan salep mengandung bahan-bahan tambahan selain zat aktif sehingga memberikan aktivitas antibakteri yang berbeda (Naibaho et al. , 2013)
## KESIMPULAN
Basis yang lebih baik digunakan untuk sediaan salep dengan zat aktif ekstrak kasar bromelin dari bonggol nanas adalah basis hidrokarbon (F1B & F2B). Diantara ke 2 formula salep yang menggunakan basis hidrokarbon yang paling baik pada formula 2B karena formula tersebut memberikan aktivitas antibakteri yang lebih baik terhadap Staphylococcus aureus dan bakteri Pseudomonas aeruginosa.
## DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahman Ali, A. (2015). Antimicrobial Effects Of Crude Bromelain Extracted From Pineapple Fruit ( Ananas Comosus (Linn.) Merr.). Advances In Biochemistry , 3 (1), 1. Https://Doi.Org/10.11648/J.Ab.20150301.11
Ashik Ahamed, A., Vishnu Priya, V., Gayathri, R., & Geetha, R. V. (2016). Evaluation Of Anti Microbial Activity Of Pineapple Extract Against Selected Microbes. International Journal Of Pharmaceutical Sciences Review And Research , 39 (1), 277–278.
Hasyim, N., Pare, K. L., Farmasi, F., Hasanuddin, U., & Timur, U. I. (2012). Formulasi Dan Uji Efektifitas Ekstrak Daun Cocor Bebek Pada Kelinci. Medical Journal Of Hasanuddin University , 16 (2), 89–94.
0 5 10 15 20 25 1 2 3 4 5 Dia m e te r Z o n a Ben in g ( m m ) Minggu ke- K(+) F1B F2B F3B F4B 0 1 2 3 4
Ibrahim, W., & Mutia, R. (2015). Penggunaan Kulit Nanas Fermentasi Dalam Ransum Yang Mengandung Gulma Berkhasiat Obat Terhadap Lemak Dan Kolesterol Ayam Broiler . 15 (1), 20–27.
Liliany, D., Widyarman, A., Erfan, E., Sudiono, J., & Djamil, M. (2018). Enzymatic Activity Of Bromelain Isolated Pineapple ( Ananas Comosus ) Hump And Its Antibacterial Effect On Enterococcus Faecalis Scientific Dental Journal , 2 (2), 39.
Https://Doi.Org/10.26912/Sdj.V2i2.2540
Masri, M. (2014). Isolasi Dan Pengukuran Aktivitas Enzim Bromelin Dari Ekstrak Kasar Bonggol Nanas ( Ananas Comosus ) Pada Variasi Suhu Dan Ph. Biogenesis , 2 (2), 119–125.
Masri, M., & Biologi, D. J. (2013). Jurnal Biology Science & Education 2013 Mashuri M .
Nagajyothi, A., Gorantla, N., A, R. P., H, A. A., & Sreedhar, V. (2014). International Journal Of Chemistry And Formulation And Evaluation Of Herbal Ointments Containing Aqueous Extract Of Acalyphaindica Using Different Types Of Ointment Bases . 2 (11), 1276–1280.
Naibaho, O. H., Yamlean, P. V. Y., & Wiyono, W. (2013). Pengaruh Basis Salep Terhadap Formulasi Sediaan Salep Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum Sanctum L. ) Pada Kulit Punggung Kelinci Yang Dibuat Infeksi Staphylococcus aureus . 2 (02), 27–34.
Noviyanti, T., Ardiningsih, P., & Rahmalia, W. (2012). Pengaruh Temperatur Terhadap Aktivitas Enzim Protease Dari Daun Sansakng (Pycnarrhena Cauliflora Diels ) . 1 (1), 31–34.
Rahim,Farida., Aria,Mimi., Aji, N. Purnama. (2011). Formulasi Krim Ekstrak Etanol Daun Ubi Jalar (Ipomoeae Batatas L. ) Untuk Pengobatan Luka Bakar . 21–26.
Soares, P. A. G., Vaz, A. F. M., Correia, M. T. S., Pessoa, A., & Carneiro-Da-Cunha, M. G. (2012). Purification Of Bromelain From Pineapple Wastes By Ethanol Precipitation. Separation And Purification Technology , 98 , 389–395. Https://Doi.Org/10.1016/J.Seppur.2012.06.042
Yanhendri, & Satya, W. Y. (2012). Berbagai Bentuk Sediaan Topikal Dalam Dermatologi. Cdk-194 , 39 (6), 423–430.
|
688b1c05-606d-40b5-972a-2d20916a3980 | https://ejournal.upi.edu/index.php/pedagogia/article/download/11022/6712 |
## SURVEY TINGKAT PENGETAHUAN DAN KOMPETENSI GURU TENTANG TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DI KABUPATEN GARUT
Mahmud, Deni Darmawan, Uman Suherman, Jamilah STKIP Garut, Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Pendidikan Indonesia,
STKIP Garut
Mahmud.student@ipi.ac.id, ddarmawan@upi.edu, suhermans@upi.edu, suhermans@upi.edu
## Abstract
The study was based on the development of information and communication technology (ICT), which enters the world of education. ICT developments are always dynamic, so teachers need to adapt every dynamic development of ICT. Master Islamic senior high schools in Garut regency reached 1281 people, so to see the level of knowledge and competence utilization of ICT-based learning media need proper research. The survey of 1281 people taking population recorded as a teacher of Islamic senior high schools. The sample of this research is 100 people. The level of competence of teachers in the use of media-based learning information and communication technologies have a considerable level. The relationship between the level ofknowledge with the level of teacher competence Islamic senior high schools in Garut has a very strong correlation value. Based on the results of the study, submitted suggestions that teachers Aliyah madrasas in Garut has a high potential in the development of teaching and learning. Thus, to obtain an increase in the need for knowledge of the authority of the government to hold trainings, workshops, etc., so that the quality of education will be more advanced.
Keywords : Level of Knowledge, Learning Media Information Technology, School and Government.
## A. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu upaya untuk menentukan perubahan terhadap peningkatan kualitas manusia dalam menanggapi kehidupannya. Di Indonesia, pendidikan diatur dalam Undang-undang No 20 Tahun 2003 BAB I pasal 1 ayat 1 Pencapaian tujuan pendidikan tersebut perlu adanya komponen-komponen yang terpenuhi, seperti peserta didik, tenaga kependidikan, pendidik, proses pembelajaran dan lain-lain yang tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003 BAB I pasal 1. Salah satu komponen yang harus dilaksanakan selain ada objek dan subjek pendidikan yaitu ada proses pendidikan. Proses pendidikan berhubungan dengan proses pembelajaran. Proses pembelajaran menurut UU No 20 Tahun 2003 BAB I Pasal 1 ayat 20 yaitu “pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.
Berdasarkan definisi tersebut di atas, lingkungan belajar dapat ditafsirkan segala sesuatu guna terciptanya pembelajaran. Untuk menciptakan pembelajaran tersebut, pendidikan tidak lepas dari media pembelajaran untuk mencapai perubahan dari peserta didik. Oleh karena itu, teknologi pembelajaran merupakan unsur pendukung dalam pembelajaran.
Awal berkembangnya teknologi pendidikan tidak lepas dari teknologi informasi.Seperti yang diungkapkan oleh Pramudia (2011: 5-6), bahwa teknologi pendidikan dalam
perkembangannya
tidak asli
dikembangkan oleh dunia pendidikan, namun banyak sekali pengadopsian
istilah baik dari militer maupun dunia industri pada saat itu. Misalnya dapat dicontohkan pada tahun 1940, perang dunia II terjadi banyak sekali media yang dikembangkan oleh militer sebagai upaya memberikan pelatihan kepada warga yang ingin bekerja membantu pemerintah melawan penjajah. Hal ini mengilhami dunia pendidikan dengan berasumsi bahwa media yang dikembangkan dapat membantu memecahkan masalah dalam belajar, sehingga dapat memudahkan siswa belajar, bahkan siswa dapat belajar secara individual dengan menggunakan media tersebut Analisis AECT (1970).
Guru Madrasah Aliyah merupakan guru tingkat menengah atas yang seharusnya mengembangkan kompetensinya dalam memanfaatkan media pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Kompetensi tersebut perlu dibarengi dengan tingkat pengetahuan yang merupakan dasar bagi meningkatkan kompetensi tersebut. (Permenpan RB No 16 Tahun 2009).
Begitupun di Kabupaten Garut, guru Aliyah tersebar sejumlah 1281 orang yang mengajar di Madrasah Aliyah Negeri maupun Madrasah Aliyah Swasta dengan status baik PNS maupun non PNS. Kuantitas guru madrasah Aliyah di Kabupaten Garut belum tentu berbanding lurus dengan tingkat pengetahuan dan kompetensinya dalam memanfaatkan media pembelajaran yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Untuk mengetahui sebarapa besar tingkat pengetahuan tentang media pembelajaran dan kompetensi pemanfaatan media pembelajaran berbasis teknologi diperlukan studi survey melalui penelitian. Dengan demikian, kami tertarik untuk meneliti tingkat pengetahuan dan kompetensinya dalam memanfaatkan media pembelajaran yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi bagi guru madrasah Aliyah di Kabupaten Garut. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis mengambil masalah dalam penelitian ini yaitu: “ Bagaimanakah Tingkat Pengetahuan Guru Madrasah Aliyah di Kabupaten Garut terhadap Kompetensi
Pemanfaatan
Media
Teknologi Informasi dan Komunikasi .” Adapun masalah pokok tersebut terurai ke dalam rumusan masalah sebagai berikut ini:
1. Bagaimana tingkat pengetahuan guru Madrasah Aliyah di Kabupaten Garut dalam mengetahui pengertian media?
2. Bagaimanakah kompetensi guru Madrasah Aliyah di Kabupaten Garut dalam pemanfaatan media teknologi informasi dankomunikasi?
3. Bagaimanakah hubungan tingkat pengetahuan guru Madrasah Aliyah di Kabupaten Garut terhadap kompetensi pemanfaatan media teknologi informasi dan komunikasi? Tujuan dari penelitian ini ditujukan kepada upaya untuk menjawab masalah:
1. Tingkat pengetahuan guru Madrasah Aliyah di Kabupaten Garut dalam mengetahui pengertian media.
2. Gambaran kompetensi guru Madrasah Aliyah di Kabupaten Garut dalam pemanfaatan media teknologi informasi dan komunikasi.
3. Deskripsi dari hubungan tingkat pengetahuan guru Madrasah Aliyah di Kabupaten Garut terhadap kompetensi pemanfaatan media teknologi informasi dan komunikasi.
## B. KAJIAN LITERATUR
Selama ini guru madrasah Aliyah di Kabupaten Garut lebih mengetahui detail daripada terminologi, tahu teori tetapi mengklasifikasikan masih lemah, serta penentuan kriteria media pembelajaran masih lemah dan pengetahuan tugas- tugas kognitifpun lemah. Demikian juga dengan kompetensi dalam penguasaan Teknologi Pendidikan yang wajib terus dikembangkan
(Analisis
dari Januszewski, 2001).
Hal ini dimungkinkan oleh cara-cara penemuan pengetahuan yang lebih kepada cara coba salah ( trial and error ), sehingga menjadi pengalaman pribadi (Notoatmodjo, 2005:11-14). Hal ini dimungkinkan oleh cara-cara penemuan
pengetahuan yang lebih kepada cara coba salah ( trial and error ), sehingga menjadi pengalaman pribadi (Notoatmodjo, 2005: 11-14). Upaya uji coba dan memperbaiki ini pada dasarnya akan disesuaikan dengan sejumlah upaya yang dapat dilakukan oleh peserta didik khususnya tentang fungsi- fungsi bagian spesifik otak kiri dan otak kanan yang sama-sama memiliki kecepatan dalam mengolah informasi pembelajaran. Dalam analisis ini Darmawan sebuah penelitiannya (2017:228), dijelaskan bahwa “ The next finding deals with the phenomenon of biocommunication process occurring in the right-brain and left-brain of the students, visible on these specific parts through Alpha (α) and Beta (ß) wave records during the treatment of learning activities using information technologybased (multimedia) instruction for Social discipline students .” Dengan demikian jelaskan bahwa untuk seorang guru pun maka analisis terhadap kemampuan guru tersebut untuk mengoptimalkan kemampuan kerja otaknya harus diperhatikan, khususnya ketika mereka menggunakan sejumlah bahan ajar sebagai stimulus untuk siswa dalam bentuk ICT.
## C. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini bersifat deskriptif dalam bentuk Survey (Sugiyono, 2012) yaitu menggambarkan keterhubungan tingkat pengetahuan guru Madrasah Aliyah di Kabupaten Garut terhadap kompetensi pemanfaatan media teknologi informasi dan komunikasi. Adapun kompetensi pemanfaatan media teknologi informasi dan komunikasi tersebut yaitu melalui indikator pengetahuan guru terhadap pengertian media, pengetahuan guru terhadap pemilihan media dalam pembelajarannya, pengetahuan jenis dan karakteristik media dalam pembelajarannya, dan pengetahuan mengenai langkah-langkah membuat media pembelajaran. Dengan demikian, desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode korelasional. Alat pengumpul data berupa angket dengan jawaban singkat terstruktur. Adapun teknik
penghitungannya adalah dengan menggunakan prosentase dan korelasi atau hubungan dengan menggunakan aplikasi SPSS.
Penelitian ini dilaksanakan di seluruh Madrasah Aliyah yang berada di wilayah Kabupaten Garut, dengan waktu penelitian yaitu bulan Juli – Desember 2016. Pengambilan lokasi di wilayah Kabupaten Garut dengan rasionalitas berhubungan kedekatan lokasi dengan peneliti, serta tingkat kabupaten diambil dengan alasan karakteristik yang sama pada naungan kementerian agama tingkat Kabupaten.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru mata pelajaran Madrasah Aliyah di wilayah Kabupaten Garut. Populasi diambil dengan asumsi guru madrasah Aliyah sudah mulai meningkat dalam kompetensinya.
Sampel yang digunakan yaitu dari madrasah atau sekolah negeri. Pengambilan sampel dengan asumsi bahwa Madrasah Aliyah Negeri merupakan madrasah yang seharusnya menjadi teladan bagi madrasah swasta karena memiliki sarana dan prasarana yang menunjang.
Pada penelitian ini, uji validitas dilakukan pada guru MAN 3 Garut yang kemudian hasil jawaban pertanyaan dilakukan melalui program SPSS versi 21. Dengan menggunakan jumlah responden sebanyak 30, maka nilai r- tabel dapat diperoleh melalui df ( degree of freedom ) = n-k. k merupakan jumlah butir pertanyaan dalam suatu variable. Jadi df = 30-5 = 25, maka r-tabel = 0.396. Butir pertanyaan dikatakan valid jika nilai r-hitung yang merupakan nilai dari Corrected Item-Total Correlation > dari r-tabel .
Dari output SPSS di atas menujukan tabel Reliability Statistic pada SPSS yang terlihat pada Cronbach’s Alpha 0.632>0.60. Dapat disimpulkan bahwa konstruk pertanyaan pada item angket tersebut berkategori reliable . Suatu
Kontruk dikatakan reliable jika >0,60 (Nugroho, 2005).
## D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berikut adalah deskripsi tentang sumber data penelitian:
1. Gambaran Frekuensi Jenis Kelamin Jumlah frekuensi berdasarkan jenis kelamin pada guru Madrasah Aliyah dimaksudkan untuk mengetahui bahwa terdapat gambaran antara laki-laki dan perempuan yang menjadi guru di madrasah Aliyah di Kabupaten Garut. Adapun gambaran tersebut dapat terlihat pada tabel berikut:
## Tabel 1
## Jenis Kelamin Responden Guru Madrasah
Aliyah
Dari tabel di atas, guru madrasah
Aliyah di Kabupaten Garut sebagian besar didominasi oleh jenis kelamin laki- laki sebanya 66,0 %. Hal ini mengindikasikan bahwa guru laki-laki memiliki potensi untuk membuat media pembelajaran dengan asumsi guru laki- laki tidak terikat dengan pekerjaan rumah tangga.
2. Gambaran
Frekuensi Usia Responden Guru Madrasah Aliyah Gambaran frekuensi usia responden guru madrasah menjelaskan bahwa usia sangat berpengaruh terhadap
kinerja seseorang. Maka semakin muda seorang guru seharusnya memiliki kinerja yang lebih baik.
Dari penelitian, Guru madrasah Aliyah sebagian besar berada pada usia 26 – 35 tahun sebanyak 47 %,
dengan demikian, guru madrasah Aliyah di kabupaten Garut berpotensi dalam menggali pengetahuan dan meningkatkan kompetensi yang seharusnya dimiliki sebagai guru.
3. Gambaran Frekuensi Guru Madrasah Aliyah Dilihat dari Jenis Kelamin dan Status Kepegawaian
Gambaran frekuensi guru madrasah di Kabupaten Garut dilihat dari jenis kelamin dan tingkat pendidikan maksudkan untuk menganalisis seberapa besar jumlah guru madrasah
Aliyah yang memiliki pengetahuan dan kompetensi dalam pemanfaatan media pembelajaran berbasis TIK berdasarkan status kepegawaiannya. Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh hasil sebagai berikut:
Pada pembahasan ini akan menguraikan hasil penelitian mengenai tingkat pengetahuan guru madrasah Aliyah tentang pengertian media, kompetensi guru madrasah Aliyah dalam pemanfaatan media teknologi informasi dan komunikasi, dan hubungan tingkat pengetahuan guru madrasah aliyah di Kabupaten Garut Terhadap kompetensi pemanfaatan media teknologi informasi dan komunikasi. Adapun temuan hasil penelitian ini diantaranya, mencakup: a. Tingkat Pengetahuan Guru Madrasah Aliyah Di Kabupaten Garut Dalam Mengetahui Pengertian Media Berdasarkan hasil penelitian, tingkat pengetahuan guru madrasah
Aliyah di Kabupaten Garut dalam mengetahui pengertian media didominasi oleh pengetahuan faktual berdasarkan kepada unsur detail mengenai media sebesar 50,62 % dibandingkan dengan
terminologi sebanyak 49,38 %.
Pada pengetahuan faktual ini, guru madrasah aliyah lebih cenderung menggunakan detail- detail atau spesifik dibanding dengan harus menghapalkan mengenai definisi-definisi yang bersifat terminologi. Pada pengetahuan konseptual, guru madrasah lebih mengetahui dan memahami tentang teori atau model sebanyak 34,32 %. Sedangkan prinsip dan generalisasi sebesar 31,53 % dan pengetahuan mengenai pengklasifikasian sebesar 34,15%. Pada pengetahuan prosedural, pengetahuan metode lebih besar skornya yaitu 34,57 %. Sedangkan pengetahuan keterampilan yaitu 32,92 % dan pengetahuan kriteria dalam
media pembelajaran berbasis TIK hanya sebesar 32,51%. Pada pengetahuan meta kognitif, guru madrasah Aliyah setelah survai lebih memilih strategi dalam mengungkapkan pengetahuannya mengenai media pembelajaran berbasis TIK yaitu sebesar 34,30 %. Sedangkan tugas kognitif yang dimiliki oleh guru madrasah Aliyah di
Kabupaten Garut yaitu 32, 76 % dan pengetahuan tentang dirinya sendiri dalam memilih media pembelajaran yaitu 32,94%. Dari hasil beberapa pengetahuan di atas berdasar survey, guru madrasah Aliyah di Kabupaten Garut tidak terlepas dari cara memperoleh
pengetahuannya dan faktor- faktor yang mendukung dalam
pengetahuannya.
Dilihat dari data di atas, seperti guru madrasah Aliyah di Kabupaten Garut lebih mengetahui detail daripada terminologi, tahu teori tetapi mengklasifikasikan masih lemah, serta penentuan kriteria media pembelajaran masih lemah dan pengetahuan tugas-tugas kognitifpun lemah. Hal ini dimungkinkan oleh cara-cara penemuan pengetahuan yang lebih kepada cara coba salah ( trial and error ), sehingga menjadi pengalaman pribadi (Notoatmodjo, 2005: 11-14). Padahal, kalau melihat survai identitas dari responden sebagian besar sudah memenuhi faktor-faktor yang mumpuni yaitu berdasarkan usia yang telah dewasa yaitu diantara 26 – 35 tahun sebanyak 47%, pengalaman mengajar yaitu 6 – 10 tahun 50 %, pendidikan guru yang berstrata satu sebanyak 69 % serta status kepegawaian yaitu PNS 56%. Mengenai faktor umur, Nursalam (2001:25) mengemukakan bahwa Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja dari segi kepercayaan masyarakat yang lebih dewasa akan lebih percaya dari pada orang belum cukup tinggi kedewasaannya.
Berkaitan dengan tingkat pendidikan, guru madrasah Aliyah di Kabupaten Garut sudah cukup dan mempengaruhi pada faktor
pengetahuan yang seharusnya tinggi.Seperti yang dikemukakan oleh IB Marta (1997), makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Pendidikan tersebut diklasifikasikan menjadi: Pendidikan tinggi yaitu akademi/ PT; Pendidikan menengah yaitu SLTP/SLTA; Pendidikan dasar yaitu SD.
Pada pengalaman, guru madrasah Aliyah di Kabupaten Garut berpotensi terhadap pengetahuan yang tinggi, seperti yang dikemukakan oleh (Notoatmodjo, 2002 : 13) bahwa Pengalaman merupakan guru yang terbaik ( experience is the best teacher ), pepatah tersebut bisa diartikan bahwa pemngalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh suatu kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itupengalaman pribadi pun dapat dijadikan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan persoalan yang dihadapi pada masa lalu. Kondisi ini sesuai dengan pendapat dari
Darmawan (2011), bahwa salah satu bekal solusi pemecahan masalah pendidikan adalah menguasai Teknologi Pembelajaran. Penguasaan Teknologi Pembelajaran ini wajib dikuasai oleh para guru, terlebih guru TIK.
Dari pembahasan di atas, guru madrasah Aliyah di
Kabupaten Garut memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan
pengetahuannya.
Namun,
pengetahuan tersebut harus didorong melalui perolehan pengetahuan melalui otoritas dimana pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan baik tradisi, otoritas pemerintahan, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan (Notoatmodjo, 2005, hlm.
1114). Dalam hal ini pihak berwenang seperti kurikulum di sekolah, kebijakan lembaga pendidikan memberikan kursus-kursus untuk mengembangkan pengetahuan guru madrasah Aliyah di Kabupaten Garut.
b. Kompetensi Guru Madrasah Aliyah di Kabupaten Garut dalam Pemanfaatan Media Teknologi Informasi dan Komunikasi Hasil penelitian survai ditemukan bahwa kompetensi guru madrasah Aliyah di Kabupaten Garut dalam pemanfaatan media teknologi informasi dan komunikasi yaitu pada pemilihan media, guru madarasah Aliyah di Kabupaten garut lebih
empertimbangkan karakter siswa yaitu sebesar 34,0 %. Sedangkan untuk prinsip umum berada pada 32,95 % dan jenis karakter pada media sebesar 32,45 %. Hal ini mengindikasikan bahwa berdasarkan pengetahuannya guru madrasah Aliyah di Kabupaten Garut cenderung mempertimbangkan karakter siswa.Hal ini sejalan Menurut Hernawan (2008: 118) yang menyatakan bahwa keperluan dan karateristik siswa
merupakan hal yang pertama kali yang perlu diperhatikan dalam merancang kegiatan pembelajaran, guru harus mengetahui terlebih dahulu pengetahuan awal siswa. Hal ini terkait dengan dengan penentuan strategi, metode, dan media yang akan diterapkan dalam pembelajaran. Kemudian selain itu, Koehler & Mishra (2008) dalam Nurbono (2012) menyatakan bahwa pemanfaatan media perlu melihat dari Content knowledge (CK). Content knowledge (CK) adalah Pengetahuan tentang materi pelajaran yang akan diajarkan (misalnya, ilmu bumi,
matematika, seni bahasa, dll). Guru harus memahami pelajaran yang akan diajarkan termasuk pengetahuan tentang fakta-fakta, konsep, teori dan prosedur pada bidang tertentu, pengetahuan tentang kerangka yang bisa mengatur dan menghubungkan ide-ide dan pengetahuan tentang aturan dan juga bukti dari konten. Dalam langkah-langkah membuat media, guru madrasah Aliyah di Kabupaten Garut secara kuantitas merata yaitu sekitar 16 % - 17 % dari 100 %.Dengan demikian, mereka mampu atau kompeten dalam membuat media berdasarkan langkah-langkahnya. Pada penggunaan media berbasis TIK, guru madrasah Aliyah di Kabupaten garut lebih memilih internet untuk pembelajarannya dengan jumlah 17,76 %. Sedangkan pilihan kedua yaitu menggunakan power poin sebesar 16,91 %. Kemudian, penggunaan e-learning (16, 70 %), CD (16,66%), Video Pembelajaran (16,62 %), dan buku elektronik (15,34%).
Pembelajaran berbasis internet atau Pembelajaran berbasis web merupakan suatu pembelajaran yang bisa diakses melalui jaringan internet. Pembelajaran
berbasis web yang popular dengan sebutan web-based traning (WBT) atau kadang juga disebut web based education (WBE) dapat didefinisikan sebagai aplikasi teknologi web dalam dunia pembelajaran untuk sebuah proses pendidikan (Rusman, 2011:335).
Temuan yang ditawarkan dalam pembelajaran berbasis web adalah kecepatan dan tidak terbatasnya pada ruang dan waktu untuk mengakses informasi. Kegiatan belajar dapat dengan mudah dilakukan oleh peserta didik kapan saja dan dimana. Selama komputer saling terhubung dengan jaringan internet akan memberikan kemudahan bagi siapa saja untuk mendapatkan informasi (Rusman dan Deni Kurniawan, 2011: 286). Dengan demikian, para guru madrasah Aliyah di Kabupaten Garut memilih internet dalam pemanfaatan media pembelajaran berdasarkan pada mudahnya akses karena siswa sebagian besar
sudah memiliki smartphone atau mudahnya dijumpai warnet atau juga wifi .
c. Hubungan Tingkat Pengetahuan Guru Madrasah Aliyah di Kabupaten Garut Terhadap Kompetensi Pemanfaatan Media
Teknologi Informasi dan Komunikasi Hasil dari penghitungan korelasional Pearson didapat nilai 0,948 yang berarti signifikan yang sangat kuat. Jika dilihat dari teori yang
dikemukakan oleh Notoatmodjo,
(2005, hlm. 11-14) bahwa guru madrasah Aliyah di Kabupaten Garut telah memenuhi factor- faktor pemahaman pengetahuan yang berdasarkan usia yang telah dewasa yaitu diantara 26 – 35 tahun sebanyak 47%,
pengalaman mengajar yaitu 6 – 10 tahun 50 %, pendidikan guru yang berstrata satu sebanyak 69 % serta status kepegawaian yaitu
PNS 56%.
Dari identitas di atas,
mempengaruhi pula pada tingkat pengetahuan guru madrasah Aliyah di Kabupaten Garut terhadap kompetensi pemanfaatan media teknologi informasi dan komunikasi.
Berdasarkan identitas itu pula, pengetahuan guru madrasah Aliyah di Kabupaten Garut memperoleh melalui Cara Tradisional dan Modern.
Berdasarkan pada factor- faktor pendukung pengetahuan, seperti usia, pengalaman, status kepegawaian, dan pendidikan mereka mengambil pengetahuan melalui Cara Coba Salah ( Trial Dan Error ) Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila tidak berhasil, maka akan dicoba kemungkinan yang lain lagi sampai didapatkan hasil mencapai kebenaran. Hal ini dapat terlihat dari frekuensi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif yang seharusnya diawal, tetapi
melompat pada tahap yang lain. Sebagai contoh yaitu seharusnya pengetahuan awal adlah pengetahuan terminology, namun sebagian besar guru madrasah Aliyah di Kabupaten Garut cenderung kepada unsur- unsur detailnya. Sehingga secara ilmiah tidak berurutan dan perilaku tersebut merupakan trial and error . Selain itu, mereka lebih berdasarkan pada pengalaman pribadi, dan melalui pendapat dari Notoatmodjo (2005, hlm.11- 14). Dari keterhubungan antara pengetahuan dan kompetensi pemanfaatan media pembelajaran berbasis TIK, guru mulai berpikir dalam mengintegrasi pembelajarannya dengan menggunakan TIK. Menurut Koehler dan Mishra
(2008:18) dijelaskan bahwa: “ TPCK is an emergent form of knowledge that goes beyond all three “core” components (content, pedagogy, and technology). Technological pedagogical content knowledge is an understanding that emerges from interactions among content, pedagogy, and technology knowledge. ”
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa TPCK merupakan suatu cara pengintegrasian Teknologi yang komplek dalam pembelajaran dengan memperhatikan ketiga aspek seperti pedagogi, konten dan juga teknologi itu sendiri dalam pembelajaran yang dikembangkan oleh Guru
secara efektif. Implikasi dari Kerangka TPCK berpendapat bahwa mengajar adalah hal yang kompleks dan dinamis.
## E. SIMPULAN DAN REKOMENDASI
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagaiberikut:
1. Secara identitas, yaitu usia, pengalaman mengajar, tingkat pendidikan guru, dan status kepegawaian, guru madrasah Aliyah di Kabupaten Garut memiliki potensi yang tinggi dalam menunjang pengetahuan
dan kompetensi pemanfaatan menggunakan media
pembelajaran berbasis TIK.
2. Rata-rata penyebaran
tingkat pengetahuan telah cukup dimiliki oleh para guru madrasah Aliyah di Kabupaten Garut khususnya tentang media.
3. Rata-rata penyebaran tingkat kompetensi cukup cepat dikuasai oleh para guru madrasah Aliyah di Kabupaten Garut dalam memanfaatkan media pembelajaran berbasis TIK. Dari temuan tersebut maka dapat direkomendasikan bawah selama ini tingkat pengetahuan guru madrasah Aliyah di Kabupaten Garut terhadap kompetensi pemanfaatan media berbasis TIK sangat penting dijadikan sebagai dasar dalam meningkatkan mutu pendidikan dan pembelajaran yang lebih modern dengan dukungan sarana TIK.
## DAFTAR PUSTAKA
AECT. 1970. The Definition of Educational Technology. Washington.
Daramawan, D, Ruyadi, Juma, HUfad. 2017.
Efforts to Know the Rate at which Students Analyze and Synthesize Information in Science and Social Science Disciplines: A Multidisciplinary Bio Communication Study. Science
Publications: OnLine Journal of
Biological Sciences . 2017, 17 (3): 226.231 DOI: 10.3844/ojbsci.2017. 226.231. Darmawan, D. 2011. Teknologi Pembelajaran, Jakarta: Remaja
Rosdakarya. Januszewski, A. 2001. Educational Technology, The Development of a Concept. Englewood, Colorado. LibrariesUnlimited
Koehler, M. J., & Mishra, P. 2008.
Handbook Technological Pedagogical Content Knowledge for Educators. Routledge for the American Association
fo Colleges for Teacher Educations.
Marta, IB. 1997. Hubungan Pendidikan Dengan Informasi. Jakarta: Balai Pustaka, 1997.
Nursalam, P. 2001. Pendekatan Praktis
Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto. Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan , Jakarta,
Rieneka Cipta
Pramudia. 2011. Pengantar Teknologi Pendidikan. MPKT MODUL 1 Jakarta: Lembaga Penerbitan FEUI.
Rusman, Kurniawan. 2011. Model Pembelajaran TIK bagi Guru . Jakarta: Rajawali Press.
Sugiyono (2012) Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R &
D. Bandung: Alfabeta.
Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan
Fungsional Gurudan Angka Kreditnya. Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Sumber Website:
Pramudia, J. R. Tanpa Tahun. Teknologi Pembelajaran PLS [online] tersedia di http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR ._PEND._LUAR_SEKOLAH/1971 06 141998031JONI_RAHMAT_PRA MUDIA/Teknologi_Pembelajaran_ PLS-HO.pdf. Diakses tanggal 5 Agustus2015.
|
80335076-15a8-4144-8dba-eed247944ba6 | https://online-journal.unja.ac.id/pena/article/download/4764/8760 | Korespondensi berkenaan dengan artikel ini dialamatkan ke e-mail: priyantopbsi@gmail.com
## PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS KARAKTERISTIK PENILAIAN AUTENTIK SEBAGAI ALAT EVALUASI PADA MATERI TEKS EKSPOSISI DI KELAS X SMAN 1 KOTA JAMBI
Albertus Sinaga, Liza Septa Wilyanti, Priyanto*
## FKIP Universitas Jambi
## ABSTRACT
The purpose of this study is to Research and Development research or research and development. This research produces an assessment instrument based on authentic assessment characteristics as an evaluation tool on exposition text material in grade X SMA N 1 Kota Jambi. Through this research, it is expected that the assessment instrument based on authentic assessment characteristic used as an evaluation tool on exposition text material in grade X SMA N 1 Kota Jambi becomes more qualified and effective in order to achieve the objectives of the learning itself. From the results of the current study, the assessment instrument used by teachers in Class X SMA N 1 Kota Jambi is in the category of eligibility and suitability of 60.00% (quite appropriate). Therefore, the analysis of the shortage of instruments to be further developed. The development of the instrument is carried out to improve the quality and effectiveness expected to increase the chances of achieving the maximum learning objectives.
Keywords: assessment instrument, authentic assessment, exposition texts
## PENDAHULUAN
Terdapat beberapa dimensi yang saling terkait dan juga sangat diperlukan demi tercapainya tujuan pendidikan. Dimensi-dimensi tersebut ialah kurikulum, proses pembelajaran, dan penilaian. Sebagaimana diungkapkan oleh Kunandar (2013:28), bahwa “Kurikulum, proses pembelajaran, dan penilaian merupakan hal yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya dan sangat utama d alam suatu sistem pendidikan”.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013 kebijakan penilaian mencakup beberapa hal penting, yaitu (1) standar isi, (2) standar kompetensi lulusan, (3) standar proses, dan (4) standar penilaian. Keempat standar tersebut merupakan bagian integral dan saling terkait. Penilaian pendidikan
sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: penilaian autentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah / madrasah.
Dalam kurikulum 2013, sasaran utama sebuah pembelajaran tidak lagi dipadatkan pada aspek kognitif, melainkan pada pembentukan karakter (pembentukan sikap). Sayangnya, metode penilaian yang dilakukan oleh sebagian guru untuk mengevaluasi hasil belajar siswanya masih menggunakan metode penilaian dengan teknik tes (tradisonal). Menurut Sudjana (2009:4), “Metode penilaian dengan teknik tes kurang mampu menggambarkan prestasi sebenarnya dari siswa. Selain itu tes juga tidak mampu mengukur semua aspek dalam belajar karena tes pada umumnya hanya dapat mengungkapkan kemampuan siswa pada aspek kognitif saja ”.
Menyadari adanya kekurangan dengan teknik tes tersebut maka perlu dicari cara dan alat penilaian yang tepat dan sesuai dengan metode pembelajaran kurikulum 2013. Hal tersebut perlu dilakukan agar mampu mengukur kemampuan siswa, baik dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Cara atau alat tersebut tertuang dan dibahas dalam suatu konsep yang lebih umum, yaitu asesmen autentik (penilaian autentik). autentik). Menurut Abidin (2014:81) “Penilaian autentik adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa ”.
Sayangnya, keunggulan penilaian autentik yang mampu menggambarkan kemampuan siswa yang sebenarnya tersebut di satu sisi dianggap sebagai beban berat bagi sebagian guru. Hal tersebut dikarenakan ketidakpahaman guru dengan konsep peniaian autentik. Guru juga beralasan bahwa pelaksanaan penilaian autentik ini terlalu repot dan menyita banyak
waktu untuk dilaksanakan, apalagi dengan kondisi kelas yang jumlah siswanya relatif banyak. Tak jarang, sebagian guru lebih memilih penilaian secara konvensional ketimbang penilaian autentik dalam proses evaluasi.
Sistem penilaian autentik sebenarnya bukanlah sebuah judul baru dalam dunia pendidikan. Namun, kenyataannya masih banyak tenaga pendidik yang belum paham dan belum menguasai penilaiana autentik sehingga pada saat evaluasi instrumen penilaian yang digunakan masih cendrung bersifat konvensional. Berdasarkan observasi peneliti di SMAN 1 Kota Jambi yang telah menerapkan penilaian autentik, sebagian dari instrumen yang dikembangkan belum seutuhnya sesuai dengan karakteristik penilaian autentik. Ketidaksesuaian tersebut terutama pada aspek kognitif. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, Peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Instrumen Penilaian Berbasis Karakteristik Penilaian Autentik sebagai Alat Evaluasi pada Materi Teks Eksposisi di Kelas X SMA N 1 Kota Jambi”.
## KAJIAN PUSTAKA
## Penilaian dalam Pendidikan
Penilaian atau asesmen merupakan istilah umum yang mencakup semua metode yang biasa digunakan untuk menilai unjuk kerja individu p eserta didik atau kelompok. “Penilaian adalah mengubah skor menjadi nilai menggunakan skala dan acuan tertentu. Oleh karena itu, proses penilaian hanya dapat dijalankan apabila telah jelas skala yang digunakan dan acuan yang dianutnya” (Purwanto, 2010:205). Menurut Muslisch (2011:25), prinsip- prinsip umum yang harus dipenuhi dalam penilaian pendidikan adalah sebagai berikut.
1) Valid, penilaian pendidikan harus mengukur apa yang seharusnya diukur dengan menggunakan alat yang dapat dipercaya, tepat atau sahih.
2) Mendidik, penilaian harus memberi sumbangan positif terhadap pencapaian hasil belajar peserta didik.
3) Berorientasi pada kompetensi, penilaian harus menilai pencapaian hasil belajar peserta didik.
4) Adil dan objektif.
5) Terbuka, kriteria penilaian hendaknya terbuka bagi berbagai kalangan sehingga keputusan tentang keberhasilan peserta didik jelas bagi pihak- pihak yang berkepentingan.
6) Berkesinambungan, penilaian dilakukan secara berencana, bertahap, teratur, terus-menerus, dan berkesinambungan.
7) Menyeluruh, penilaian harus dilaksanakan menyeluruh, utuh, dan tuntas mencakup aspek kognitif, psikomotor, dan afektif.
## 2. Penilaian (Asesmen) Autentik
Penilaian (asesmen) autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Istilah asesmen merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel. Dalam kehidupan akademik keseharian, frasa asesmen autentik dan penilaian autentik sering dipertukarkan. Akan tetapi, frasa pengukuran atau pengujian autentik, tidak lazim digunakan.
Menurut istilah Margareth Pucket dan Janet K.Black (dalam Arikunto, 2013:240), “A uthentic asessment adalah penilaian terarah pada semua kejadian yang terdapat pada diri siswa dan lingkungannya secara rill”.
Pendapat ini sejalan dengan apa yang disampaiakn oleh Pusat Kurikulum (Majid, 2015) bahwa penilaian autentik (a uthentic assessment) adalah suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan
berkelanjutan, bukti-bukti autentik, akura, dan konsisten sebagai akuntabilitas publik.
## Karakteristik Penilaian Autentik
Karakteristik penilaian autentik menurut Basuki dan Hariyanto (2014:171) adalah sebagai sebagai berikut.
1) Penilaian sejalan dengan kompetensi pembelajaran.
Untuk mengetahui seberapa jauh peserta didik telah memiliki kompetensi dasar, penyusunan instrumen penilaian haruslah dikembangkan sejalan dengan indikator dan tujuan pembelajaran.
2) Melibatkan pengalaman nyata.
Pengalaman nyata dapat diterapkan pada peserta didik melalui tugas yang dirancang untuk menilai kecakapan peserta didik dalam menerapkan prinsip pengetahuan yang baku dan keterampilan dalam menghadapi tantangan dunia nyata.
3) Penilaian merupakan bagian dari proses pembelajaran.
Penilaian dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung (menilai persiapan, pelaksanaan, dan hasil)
4) Mencakup penilaian pribadi ( self assessment ) dan refleksi.
Penilaian diri atau penilaian pribadi merupakan cara evaluasi dengan melibatkan peserta didik itu sendiri untuk menentukan kekuatan dan kelemahannya dan merefleksikan apa yang harus diperbaiki.
5) Mengukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta. Penilaian performansi didefenisikan sebagai pengamatan yang dilakukan secara sistematis dan langsung terhadap kinerja/unjuk kerja/perbuatan peserta didik yang sebenarnya (mencakup proses/produk). Penilaian ini dapat diterapkan pada peserta didik yang bekerja secara individu maupun secara kelompok.
6) Kriteria keberhasilan dan kegagalan diketahui siswa dengan jelas.
Penting bagi peserta didik untuk dapat mengetahui keberhasilan dan kegagalannya dalam belajar. Hal tersebut agar dapat dijadikan motivasi untuk lebih baik. Adapun kriteria keberhasilan dapat diketahui peserta didik melalui skala penilaian dari guru (rubrik).
7) Menggunakan bermacam-macam instrumen, pengukuran, dan metode yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar. Penilaian autentik terdiri dari beberapa jenis, yaitu penilaian observasi, penilaian diri, penilaian teman sejawat, portofolio, jurnal, proyek, unjuk kerja, praktik.
8) Bersifat komprehensif dan holistik yang mencakup semua aspek dan tujuan pembelajaran.
## Bentuk Penilaian Autentik
Dalam sistem pendidikan nasional, rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Hasil belajar yang dilakukan lewat penilaian perlu dilakukan secara seimbang antara pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor).
## a) Penilaian Kompetensi Pengetahuan (Ranah Kognitif)
Menurut Muslich (2011:40), “Hasil belajar kognitif terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan (ingatan), pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi”. Aspek pertama (pengetahuan dan pemahaman) disebut kognitif tingkat rendah. Keempat aspek berikutnya (aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi) disebut kognitif tingkat tinggi. Adapaun bentuk instrumen penilaian autentik kompetensi pengetahuan adalah sebagai berikut ini.
1) Tes Tertulis
Menurut Kunandar (2013:167), “Tes tertulis merupakan tes di mana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik berbentuk tulisan”. Tes
tertulis terdiri dari: (1) soal pilihan ganda, (2) isian, (3) jawaban singkat (pendek), (4) benar-salah, (5) menjodohkan, (6) uraian.
2) Tes Lisan
Menurut Kunandar (2013:219), “Tes bentuk lisan adalah tes yang dipergunakan untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi, terutama pengetahuan (kognitif), di mana guru memberikan pertanyaan langsung kepada peserta didik secara verbal dan ditanggapi oleh peserta didik dengan secara langsung juga dengan menggunakan bahasa verbal.
## b) Penilaian Kompetensi Keterampilan (Ranah Psikomotor)
Bentuk-bentuk instrumen penilaian ranah psikomotor itu sendiri adalah sebagai berikut.
1) Penilaian Unjuk Kerja
Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu seperti: praktik di laboratorium, praktik sholat, praktik olahraga, bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca puisi/ deklamasi (Kemendikbud, Buku Panduan PLPG 2012). Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek ( check list ), skala penilaian ( rating scale ). Arikunto (2012:43 ) mengemukakan bahwa “Yang dimaksud dengan daftar cek/cocok adalah deretan pernyataan yang responden membubuhkan tanda cocok ( )”. Daftar cek ( check list ) digunakan untuk mengetahui muncul atau tidaknya unsur-unsur tertentu dari indikator atau subindikator yang muncul dalam sebuah peristiwa atau tindakan.
2) Penilaian Proyek
Kunandar (2013:279) mengemukakan bahwa “Penilaian terhadap suatu tugas meliputi pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, dan penyajian data”. Tugas tersebut dapat berupa investigasi yang dilakukan oleh
peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data. Dengan demikian, penilaian proyek bersentuhan dengan aspek pemahaman, mengaplikasikan, penyelidikan. Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil akhir proyek.
## 3) Penilaian Portofolio
Menurut Popham (dalam Kunandar, 2013:286), “Portofolio adalah sekumpulan sistemik tentang pekerjaan seseorang dalam hal ini adalah peserta didik”. Penilaian portofolio merupakan penilaian yang menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil pekerjaan peserta didik yang dapat menunjukkan kepada mereka atas usaha, kemajuan, dan pencapaian dalam mata pelajaran tertentu.
4) Penilaian Produk
“Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk. Penilaian produk dilakukan untuk menilai hasil pengamatan, percobaan, maupun tugas proyek tertentu dengan menggunakan kriteria penilaian ” (Kunandar, 2013:299). Pengembangan penilaian produk meliputi 3 (tiga) tahap. Setiap tahap perlu diadakan penilaian. Tahap pertama ialah tahap persiapan, meliputi penilaian kemampuan peserta didik dalam merencanakan, menggali, mengembangkan gagasan, dan mendesain produk. Tahap kedua adalah tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik. Tahap terakhir adalah tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan.
## c) Penilaian Kompetensi Sikap (Ranah Afektif)
Ada 5 (lima) tipe karakteristik afektif yang penting, yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral (Muslich,2011:166).
1) Sikap
Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya. 2) Minat
Menurut Getzel (dalam Muslich, 2011:167), “Minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tuj uan perhatian atau pencapaian”.
3) Konsep diri
Menurut Smith (dalam Muslich, 2011:167), “Konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki”. Arah konsep diri bisa positif atau negatif, dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerah kontinum, yaitu mulai dari rendah sampai tinggi. Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik. Dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, dapat dipilih alternatif karir yang tepat bagi peserta didik. Selain itu, informasi konsep diri penting bagi sekolah untuk memberikan motivasi belajar peserta didik dengan tepat. Penilaian konsep diri dapat dilakukan dengan lembar observasi penilaian diri.
## 4) Nilai
Nilai merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan buruk. Selanjutnya, dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi, sedangkan nilai mengacu pada keyakinan.
## 5) Moral
Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan sendiri. Moral juga sering dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang, yaitu keyakinan akan perbuatan yang berdosa dan berpahala. Jadi, moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang.
Bentuk penilaian ranah afektif adalah sebagai berikut.
1) Observasi
Menurut Kunandar (2013:117), “Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indra, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman atau lembar observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku atau aspek yang diamati”.
## 2) Penilaian Diri
Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian dimana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses, dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya. Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotor.
## 3) Penilaian Antarpeserta Didik (Penilaian Antarteman)
Penilaian antarpeserta didik merupakan teknik penilaian yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi sikap, baik sikap spiritual maupun sikap sosial. Penilaian antarpeserta dapat dilakukan dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai satu sama lain. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antarpeserta didik dalam bentuk angket atau kuesioner..
4) Jurnal
Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku. Guru hendaknya memiliki catatan-catatan khusus tentang sikap spiritual dan sikap sosial.
## Pengertian Teks Eksposisi
Menurut Tarigan (1987:14), “Teks adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir yang nyata disampaikan secara tertulis maup un lisan”. Sedangkan, menurut Halliday dan Hasan (1992:14), “Teks merupakan suatu produk, dalam arti bahwa teks merupakan keluaran (output), sesuatu yang dapat diungkapkan dengan peristilahan yang sistematik”. Lebih lanjut Kosasih dan Restuti (2013:86), “Teks eksposisi adalah karangan yang menyajikan sejumlah pengetahuan atau informasi yang di dalamnya terdapat argumen- argumen untuk memperkuat sebuah pendapat tersebut”. Teks eksposisi berupa pendapat/tesis yang dikuatkan dengan argumen-argumen yang logis dan fakta untuk memperkuat sebuah pendapat.
Salah satu materi pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Kelas X semester ganjil sesuai dengan kurikulum 2013 adalah menulis teks eksposisi. Sesuai dengan tujuan komunikasi yang beraneka ragam, teks pun memiliki bentuk dan struktur yang berbeda-beda, seperti narasi, eksposisi, deskripsi, prosedur, laporan, dan eksplanasi.
## METODE PENELITIAN
## Jenis Penelitian
Penelitian pengembangan instrumen penilaian berbasis karakteristik penilaian autentik ini termasuk ke dalam jenis penelitian Research and Development atau penelitian dan pengembangan. Dalam penelitian ini, produk yang dihasilkan tergolong dalam pengembangan produk pendidikan.
Sesuai dengan pendapat Sugiyono (2010: 409), langkah yang ditempuh dalam penelitian R&D , yaitu indentifikasi kebutuhan, eksplorasi kebutuhan, produksi instrumen penilaian, validasi oleh validator, dan revisi instrumen penilaian. Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah instrumen penilaian berbasis karakteristik penilaian autentik sebagai alat evaluasi pada materi teks eksposisi di kelas X.
## Subjek, Data, dan Sumber Data Penelitian
Subjek penelitian ini adalah produk pengembangan berupa instrumen penilaian berbasis karakteristik penilaian autentik pada materi teks eksposisi di Kelas X SMA Negeri 1 Kota Jambi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kesesuaian instrumen penilaian pada materi teks eksposisi di kelas X SMAN 1 Kota Jambi dengan karakteristik penilaian autentik. Data tersebut didapatkan dari sumber data penelitian, yaitu berupa rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan keseluruhan instrumen (alat) penilaian yang dimiliki oleh dua orang Guru Bidang Studi bahasa Indonesia yang mengajar di Kelas X SMA Negeri 1 Kota Jambi.
## Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan teknik kepustakaan berupa rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan instrumen penilaian yang digunakan pada materi teks eksposisi di kelas X SMAN 1 Kota. Selain itu, pengumpulan data juga dilakukan melalui angket respon guru dan angket validasi ahli.
## Instrumen Penelitian
Untuk mempermudah jalannya penelitian ini, dibutuhkan alat bantu dalam hal pengumpulan data maupun penganalisisan data. Adapun instrumen yang digunakan, yaitu berupa tabel rekapitulasi instrumen penilaian yang digunakan di Kelas X SMA N 1 Kota Jambi. Tabel tersebut
Pengembangan Instrumen Penilaian Berbasis Karakteristik Penilaian Autentik Sebagai Alat Evaluasi Pada Materi Teks Eksposisi Di Kelas X Sman 1 Kota Jambi
akan digunakan saat mengumpulkan data dan menganalisis kesesuan instrumen penilaian dengan karakteristik penilaian autentik.
## Tabel 1. Identifikasi Pertimbangan Kesesuaian Instrumen Penilaian dengan Karakteristik Penilaian Autentik
## Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui kesesuaian instrumen penilaian pada materi teks eksposisi di kelas X SMA N 1 Kota Jambi dengan karakteristik penilaian autentik, peneliti melakukan analisis data dengan beberapa langkah berikut. 1) Pengecekan kelengkapan data.
2) Penyeleksian data untuk mendapatkan data yang relevan dengan fokus penelitian.
3) Pengeliminasian data yang tidak diperlukan.
4) Penyajian data dalam bentuk tabel.
5) Pengidentifikasian kesesuaian instrumen penilaian dengan karakteristik penilaian autentik dengan bantuan tabel. Pada tahapan ini, akan
Aspek yang Dinilai Karakteristik Penilaian Autentik Kesesuaian Materi Pokok 1 Materi Pokok 2 Materi Pokok 3 Materi Pokok 4 Materi Pokok 5 Kesesuaian Instrumen Penilaian pada Materi Teks Eksposisi Kelas X SMAN 1 Kota Jambi dengan Karakteristik Penilaian Autentik 1) Penilaian sejalan dengan KI, KD, dan Indikator mata pelajaran. 2) Penilaian merupakan bagian dari proses pembelajaran.
Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung (menilai persiapan, pelaksanaan dan hasil)
3) Penilaian mencerminkan hasil proses belajar pada kehidupan nyata.
4) Menggunakan bermacam-macam instrumen, pengukuran, dan metode yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar.
5) Penilaian bersifat komprehensif dan holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran.
6) Mencakuppenilaian pribadi (self assessment) dan refleksi
7) Mengukur keterampilan danperformansi, bukan mengingat fakta
8) Kriteria keberhasilan dan kegagalan diketahui siswa dengan jelas.
dilakukan pertimbangan kesesuaian antara instrumen penilaian dengan karakteristik penilaian autentik. Pertimbangan kesesuaian antara instrumen penilaian dengan karakteristik penilaian autentik dilakukan dengan melihat kelengkapan komponen instrumen dan kesesuaian butir tes dengan karakteristik penilaian autentik pada table.
6) Memberikan skor terhadap instrumen yang sesuai dengan karakteristik penilaian autentik. Artinya, instrumen yang memiliki kesesuaian dengan butir karakteristik penilaian autentik akan diberi skor 2, sedangkan untuk instrumen yang kesesuaiannya hanya sebagian (cukup sesuai) dengan butir karakteristik penilaian autentik akan diberiskor 1. Selanjutnya untuk instrumen yang tidak sesuai dengan butir karakteristik penilaian autentik, akan diberi skor 0.
7) Penyajian persentase kesesuaian instrumen penilaian dengan karakteristik penilaian autentik dengan rumus:
P = 𝑛 𝑁 𝑥 100%
Keterangan:
P = Persentase kesesuaian instrumen dengan karakteristik penilaian autentik
n = Jumlah skor total yang sesuai
N = Jumlah skor keseluruhan (maksimum)
Berdasarkan hasil persentase yang diperoleh, langkah selanjutnya adalah menetapkan kriteria kualitas kesesuaian dengan berpedoman pada Nurgiyantoro (2013:101) yang menentukan kriteria sebagai berikut.
Setelah didapatkan hasil atau presentase kesesuaian dilanjutkan tahap kedua, yaitu pengembangan instrumen penelitian. Kualitas produk instrumen penelitian yang akan dikembangkan akan diuji dengan uji validitas.
## Tabel 4.4 Kriteria Pengukuran Kesesuaian Instrumen dengan Karakteristik Penilaian Autentik
Persentase KategoriKesesuaianInstrumen 80% - 100% Sangat Sesuai
Pengembangan Instrumen Penilaian Berbasis Karakteristik Penilaian Autentik Sebagai Alat Evaluasi Pada Materi Teks Eksposisi Di Kelas X Sman 1 Kota Jambi
60% - <80% 40% - <60% 20% - <40% 0% - <20% Sesuai Cukup Sesuai Kurang Sesuai Tidak Sesuai
8) Penarikan kesimpulan.
## HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI
Hasil penelitian tentang kesesuaian instrumen penilaian pada materi teks eksposisi di kelas X SMA Negeri 1 Kota Jambi dengan karakteristik penilaian autentik. Hasil kesesuaian yang diperoleh dijabarkan menggunakan tabel yang merupakan instrumen dalam penelitian ini. Tabel tersebut dipergunakan untuk mempermudah menganalisis dan melihat kesesuaian antara instrumen penilaian dengan karakteristik penilaian autentik. Setelah didaptakan hasil analisis kesesuaian yang bernilai Cukup Sesuai dengan skor 60%, penelitian dilanjutkan dengan tahap pengembangan produk instrument penilaian berbasis karakteristik penilaian autentik sebagai alat evaluasi pada materi teks eksposisi di KelasX SMA Negeri 1 Kota Jambi.
## Hasil Analisis Kesesuian Instrumen Penilaian pada Materi Teks Eksposisi di Kelas X SMA Negeri 1 Kota Jambi
Instrumen penilaian aspek afektif pada instrumen penilaian yang digunakan menggunakan instrumen yang sama di setiap pokok pembelajarannya. Hal tersebut disebabkan penilaian pada aspek/ranah afektif ini dikembangkan dari kompetensi dasar (KD) 1 dan 2, yaitu sikap sosial dan sikap religius. KD 1 dan 2 digunakan sama pada setiap materi pelajaran bahasa Indonesia. Untuk penilaian asek kognitif dan aspek psikomotor, lembar instrumennya disatukan karena penilaian aspek kognitif sejalan dengan penilaian aspek psikomotor. Kelengkapan semua komponen penilaian pada instrumen penilaian yang digunakan di materi teks eksposisi baik itu pada instrumen secara fisik telah memenuhi komponen penilaian autentik yaitu menilai ketiga aspek/ranah penilaian (kognitif, afektif,
psikomotor). Instrumen-instrumen tersebut juga menggunakan teknik penilaian yang beragam, yaitu secara tes dan non tes. Selain itu, jenis instrumen penilaian disesuaikan dengan karakteristik peserta didik, seperti lembar observasi dan peniaian diri untuk instrumen penilaian aspek afekif, penilain tetulis dan lisan untuk ranah kognitif, dan penilaian unjuk kerja, proyek, dan portofolio untuk penilaian aspek psikomotor. Secara fisik menurut teori hal tersebut sudah mencerminkan penilaian autentik.
## Rekapitulasi Unsur Pembangun Penilaian Autentik
Instrumen penilaian yang digunakan pada materi teks eksposisi di kelas X SMA Negeri 1 Kota Jambi terdiri dari beberapa jenis instrumen pada tiap materi pokoknya. Khusus untuk materi teks eksposisi ini terdapat 5 buah rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dibagi berdasarkan materi pokoknya. Berdasarkan rekapitulasi dari unsur pembangun penilaian autentik, bahwa instrumen penilaian yang dikelompokkan dalam 5 kelompok tersebut memenuhi komponen pembangun penilaian autentik secara umum. Adapun komponen tersebut yaitu rubrik penilaian, kriteria penilaian, dan waktu pelaksanaan penilaian. Hal tersebut sesuai dengan ciri khas penilaian autentik , yaitu menilai proses dan hasil pembelajaran. Artinya, penilaian bukan hanya dilaksanakan pada akhir (hasil) tetapi juga pada proses pembelajaran. Berbeda dengan penilaian tradisional yang hanya melakukan penilaian pada akhir pembelajaran tanpa menilai pelaksanaan (prosesnya).
## Analisis Kesesuaian Butir Instrumen dengan Kompetensi Pembelajaran
Kesesuaian butir instrumen perlu dilakukan untuk mengetahui kesejalanan antara penilaian dengan kompetensi pembelajaran, baik itu kompetensi dasar maupun indikator pembelajaran sebagaimana yang menjadi karakteristik penilaian autentik 1 (KPA1). Di samping itu, melalui analisis kesesuaian butir instrumen dengan kompetensi pembelajaran dapat dilihat pemetaan kompetensi pembelajaran (KD dan indikator) dalam butir instrumen sehingga bisa menentukan kekomprehensifan dan keholistikan
instrumen penilaian sebagaimana yang menjadi karakteristik penilaian autentik yang ke 8 (KPA8). Hasil analisis terhadap 41 butir soal yang terdapat pada 5 instrumen yang ada menunjukkan masih terdapatnya ketidaksesuaian antara butir soal yang dibuat dengan kompetensi pembelajaran dan indikator yang diinginkan. Terdapat pula soal yang tidak sesuai dengan KD atau indiktaornya saja. Selain itu, terdapat pula soal yang agak rancu dalam penggunaan bahasanya.
## Analisis Kesesuaian Instrumen Penilaian dengan Karakteristik Penilaian Autentik
Analisis instrumen penilaian pada materi teks eksposisi di SMA Negeri 1 Kota Jambi dengan karakteristik penilaian autentik menunjukkan kesesuaian dengan persentase 60,00% yaitu kategori Cukup Sesuai. Kesesuaian tersebut diperoleh dengan cara membandingkan keseluruhan instrumen penilaian yang digunakan pada materi teks eksposisi di SMA Negeri 1 Kota Jambi dengan 8 karakteristik penilaian autentik. Adapun perolehan persentase tersebut adalah sebagai berikut.
Persentase kesesuaian= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑎𝑖 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 X 100
= 48 80 X 100
= 60,00% (Cukup Sesuai)
Dari hasil analisis yang masih berada pada tingkat cukup sesuai atau sebesar 60,00 % ini, peneliti memutuskan untuk melakukan pengembangan instrumen penilaian yang bertujuan untuk menaikkan atau memperbaiki persentase kesesuaian instrumen penilaian yang digunakan oleh guru di Kelas X SMA Negeri 1 Kota Jambi.
Pengembangan Instrumen Penilaian Berbasis Karakteristik Penilaian Autentik pada Materi Teks Eksposisi di Kelas X SMA Negeri 1 Kota Jambi
Dari hasil analisis yang telah didaptkan pada tahap awal, tim peneliti melakukan penyusunan pengembangan instrumen penilaian yang dapat digunakan sebagai alat evaluasi pada materi teks eksposisi di Kelas X SMA Negeri 1 Kota Jambi. Alat evaluasi yang dikembangkan berbasis pada karakteristik penilaian autentik yang digunakan pada kurikulum 2013. Alat evaluasi yang dikembangkan mencakup tiga ranah penilaian, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.
## SIMPULAN
Dari hasil penelitian, didapatkan beberapa kesimpulan berikut.
a. Kualitas instrumen penilaian berbasis karakteristik penilaian autentik sebagai alat evaluasi pada materi teks eksposisi di kelas X SMA N 1 Kota Jambi dikategorikan cukup sesuai dengan persentase 60,00%.
b. Keefektifan Kualitas instrumen penilaian berbasis karakteristik penilaian autentik sebagai alat evaluasi pada materi teks eksposisi di kelas X SMA N 1 Kota Jambi belum maksimal karena kurang sesuainya instrument penilaian yang digunakan dengan tiga ranah penilaian, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.
c. Produk berupa instrumen penilaian yang mencakup tiga ranah penilaian pada materi teks eksposisi di kelas X SMA Negeri Kota Jambi telah divalidasi dan dianggap sesuai untuk digunakan sebagai alat evaluasi.
## DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Y. 2014. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013 . Bandung: Radika Aditama.
Arikunto, S. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan . Jakarta: PT Bumi Aksara.
Kunandar. 2013. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013) . Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Majid, A. 2015. Penilaian Autentik: Proses dan Hasil Belajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muslich, M. 2011. Authentic Assessment: Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi . Jakarta: Rafika Aditama.
Nurgiyantoro, B. 2013. Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Bahasa . Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Permendikbud, 2013. Jurnal Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 66 Tahun 2013 Tentang Standar Penilaian Pendidikan.
Purwanto, 2010. Evaluasi Hasil Belajar . Surakarta: Pustaka Pelajar.
Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar . Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D . Bandung: Alfabeta.
|
14d1d33e-ac8d-44af-b642-f80c0384d5f0 | https://jurnal.uns.ac.id/agrosains/article/download/18680/14790 |
## Pengaruh Abu Vulkanik Kelud dan Pupuk Kandang terhadap Ketersediaan dan Serapan Kalium pada
Jagung di Tanah Alfisol
Effect of Kelud Volcanic Ash And Manure to The Availability and Corn Uptake of Potassium in The Alfisols
Suntoro 1) , Sudadi 1) , Hery Widijanto 1) , Galuh Novikah Widy Utami 2)
## ABSTRACT
Kelud volcanic ash has high source of minerals, which is potassium. This study aims to determine the effect and find the best composition of Kelud volcanic ash and manure to the availability and corn uptake of potassium in the Alfisols.This research is expected to provide information on the composition of volcanic ash Kelud and proper manure for agriculture. This research was conducted in the greenhouse, in the Laboratory of Ecology and Management of Crop Production, and soil chemistry laboratory of the Faculty of Agriculture, Sebelas Maret University in June 2014 - January 2015. Research using completely randomized design which consists of two factors, there are the thickness of Kelud volcanic ash which consists of four levels A0 (0 cm), A1 (2 cm), A2 (4 cm), and A3 (6 cm) and the dose of manure were P0 (0 ton/ha), P1 (2,5 ton/ha), and P2 (5 ton/ha). Each combination treatment was repeated 3 times. The data were then analyzed using the F test and continued with Duncan Multiple Range Test Test (DMRT) level of 95%. The results showed that the interaction between the two treatments were no significant different. Availability Potassium gradually decreased with an increase in the dose of volcanic ash Kelud, allegedly because of the low value of the total potassium Kelud volcanic ash. The results of measurements of plant potassium uptake increased with increasing dose Kelud volcanic ash and manure.
Key words : Kelud volcanic ash, potassium, manure
## PENDAHULUAN
Gunung Kelud merupakan salah satu gunung api di Indonesia. Aktivitas gunung ini terbilang cukup aktif. Erupsi Kelud berupa awan hitam dan abu vulkanik yang terakhir terjadi pada 13 Februari 2014. Abu vulkanik merupakan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara saat letusan. Abu vulkanik terdiri dari batuan berukuran besar sampai berukuran halus, yang berukuran besar biasanya jatuh disekitar sampai radius 5-7 km dari kawah, sedangkan yang berukuran halus dapat jatuh pada jarak mencapai ratusan hingga ribuan kilometer (Sudaryo dan Sucipto 2009). Dalam sehari, debu vulkanik Kelud menyebar hingga wilayah Jawa Barat. Karakteristik abu vulkanik Kelud yang cenderung halus, memiliki kemungkinan merusak tanaman atau perakaran lebih rendah.
Menurut Zuarida (1999), abu vulkanik Gunung Kelud Jawa Timur mengandung 45,9% SiO 2 dan mineral yang dominan adalah plagioklas intermedier. Abu vulkanik Gunung Kelud sendiri dapat meningkatkan pH tanah, meningkatkan tinggi tanaman, berat kering tanaman dan akar jagung. Sehingga, dapat dikatakan material vulkanik ini merupakan bahan yang kaya akan unsur hara. Namun, timbunan material vulkanik dalam jumlah banyak dapat menghambat pertumbuhan tanaman
1) Lecturer staff of Study Program of Agrotechnology, Faculty of Agriculture, Sebelas Maret University (UNS) in Surakarta.
2) Undergraduate Student of Study Program of Agrotechnology, Faculty of Agriculture, Sebelas Maret University (UNS) in Surakarta.
Contact Author: galuhnovikah.gn@gmail.com
dan berdampak negatif pada tanah sebagai media tanamnya (Shoji dan Takahashi 2002).
Tindakan pemanfaatan abu vulkanik Kelud sebagai media tanam perlu dilakukan mengingat material ini mengandung unsur hara dalam jumlah yang besar, seperti Kalium. Kalium dalam tanaman berperan penting pada osmoregulasi, aktivasi enzim, dan pengaturan pH sel. Kalium juga mempunyai pengaruh yang mengimbangi akibat kelebihan nitrogen, hal ini menambah sintesa dan translokasi karbohidrat, dan mempercepat ketebalan dinding sel, dan kekuatan tangkai (Supardi dan Adiningsih 1986). Salah satu cara pemanfaatan abu vulkanik Kelud yang dapat dilakukan adalah dengan menambahkan media tanam lain seperti pupuk kandang dan tanah.
Pupuk kandang sebagai sumber Bahan Organik (BO) berfungsi untuk memperbaiki daya simpan air dan struktur media, dalam hal ini material vulkanik dan tanah, meningkatkan KTK dan daya ikat hara, serta sebagai sumber karbon, mineral, dan energi bagi mikroba. Ameliorasi dengan BO merupakan salah satu alternatif yang mampu meminimalisasi dampak negatif dari kandungan unsur kimia berlebih pada media.
## METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di rumah kaca, Laboratorium Ekologi dan Manajemen Produksi Tanaman (EMPT), Laboratorium Kimia Tanah dan Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta mulai bulan Juni 2014 sampai dengan bulan Januari 2015.
Alat yang digunakan untuk penelitian mulai dari penanaman, panen, hingga analisis laboratorium yaitu
polybag ukuran 45 cm x 45 cm, cetok, timbangan analitik, meteran, dan alat laboratorium. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi abu vulkanik Gunung Kelud, pupuk kandang, benih jagung, tanah Alfisol, dan kemikalia (KCl 1N, K 2 Cr 2 O 7 1N, H 2 SO 4 pekat, FeSO 4 0,5 N, H 3 PO 4 85%, Alkohol 95%, NaOH 30%, H 3 BO 3 2%, Amonium Asetat 1 N, indikator DPA, indikator campuran, campuran garam Selenium, pengekstrak Bray I, Butir Zn, dan aquadest).
Penelitian ini menggunakan rancangan perlakuan faktorial yang disusun dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari dua faktor perlakuan yaitu ketebalan abu vulkanik Kelud ketebalan 0 cm (A0); ketebalan 2 cm (A1); ketebalan 4 cm (A2); ketebalan 6 cm (A3), dan dosis pupuk kandang 0 ton ha -1 (P0); 2,5 ton ha -1 ; dan 5 ton ha -1 . Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali.
Pelaksanaan penelitian meliputi analisis awal media, persiapan media tanam, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, dan analisis laboratorium. Pengamatan peubah utama meliputi kalium terlarut tanah dan serapan kalium jagung, ditunjang dengan sifat kimia tanah meliputi bahan organik tanah; kapasitas tukar kation; dan pH tanah serta pertumbuhan jagung meliputi tinggi tanaman; berat segar brangkasan; berat kering brangkasan; dan tingkat hijau daun (kadar klorofil). Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji F taraf kepercayaan 95%, dan apabila perlakuan berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan taraf kepercayaan 95%.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
## Karakteristik Tanah, Abu Vulkanik dan Pupuk Kandang Awal
Hasil analisis tanah awal penting dilakukan untuk mengetahui karakteristik tanah yang digunakan dalam penelitian. Berdasarkan hasil analisis tanah awal menunjukkan bahwa Alfisols sebelum digunakan penelitian memiliki nilai bahan organic sangat rendah yaitu 0,18% dan pH agak masam yaitu 5,78.
Kapasitas Tukar Kation (KTK) dari tanah Alfisol yaitu sedang 24,80 cmol(+)/kg, sedangkan Kalium tertukar tanah Alfisol sedang yaitu 0,49 me/100g. Hasil analisis tersebut sesuai dengan pernyataan Munir (1992) bahwa pada umumnya tanah alfisol memiliki kandungan bahan organik dari sedang hingga rendah, pH tanah yang agak masam hingga netral, dan kapasitas tukar kation yang rendah hingga tinggi. Menurut Minardi (2002) tanah alfisol mempunyai K tersedia yang sedang sampai tinggi, N total rendah, dan P tersedia sangat rendah. Secara kimiawi tanah alfisol memiliki kesuburan tanah yang rendah. Masukan hara yang tinggi dari pupuk organik maupun anorganik serta dari abu vulkanik dibutuhkan untuk meningkatkan hara tanah alfisol dan mempertahankan pertumbuhan tanaman yang optimal.
Letusan Gunung Kelud 2014 lalu mengeluarkan limpahan vulkanik yang tersebar tidak hanya di sekitar Gunung Kelud, namun juga di beberapa wilayah Jawa. Karakteristik Abu Vulkanik Kelud juga penting diketahui sebelum dilakukannya penelitian. Abu vulkanik Kelud memiliki pH cenderung netral yaitu 6,58 dan Kalium total abu sebesar 1,03 me/100g atau 0,04%. Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa kandungan hara cenderung rendah karena material vulkanik merupakan bahan baru ( recent material ) yang relatif belum dapat menyumbangkan unsur hara bagi tanaman karena belum mengalami pelapukan yang sempurna.
Pupuk kandang banyak digunakan dalam kegiatan pertanian karena dapat menyediakan unsur hara yang diperlukan tanaman. Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002), pupuk kandang relatif lebih kaya hara dan mikroba daripada limbah pertanian. Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil analisis yang menunjukkan nilai K total pupuk kandang sebesar 1,07% lebih besar dari abu vulkanik Kelud.
## K tertukar tanah
Berdasarkan uji F taraf kepercayaan 95%, diketahui bahwa aplikasi ketebalan abu vulkanik Kelud dan takaran pupuk kandang memberikan pengaruh sangat nyata ( p<0,01 ) terhadap K tertukar dalam tanah, akan tetapi keduanya tidak saling berinteraksi.
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada item yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji DMRT taraf 95%
Gambar 1. Pengaruh ketebalan abu vulkanik Kelud dan takaran pupuk kandang terhadap K tertukar tanah alfisol
0.31c 0.32c
0.28b 0.23a 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0 2 4 6 K a d a r K ( cm o l( + )/g Ketebalan Abu (cm) 0.28a 0.27a 0.3b 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0 2.5 5 K a d a r K ( cm o l( + )/g Dosis Pupuk Kandang (ton ha -1 )
Abu vulkanik Kelud merupakan bahan baru berukuran kecil yang belum melapuk sempurna sehingga belum banyak memiliki muatan negatif yang dapat menjerap hara Kalium. Gambar 1 menunjukkan bahwa semakin tebal abu vulkanik Kelud yang ditambahkan maka K tertukar menurun. Hal ini dikarenakan penambahan abu vulkanik Kelud dalam satuan berat tanah yang sama dapat menurunkan persentase muatan negatif tanah sebelumnya, sehingga nilai Kalium yang tertukar akan menurun. Gambar 1 juga menjelaskan bahwa penambahan dosis pupuk kandang cenderung meningkatkan Kalium tertukar tanah. Pupuk kandang memiliki daya ikat ion yang tinggi, sehingga meningkatkan aktivitas penjerapan Kalium.
## Serapan K jagung
Berdasarkan uji F taraf kepercayaan 95%, diketahui bahwa aplikasi ketebalan abu vulkanik Kelud dan takaran pupuk kandang tidak saling berinteraksi, namun memberikan pengaruh sangat nyata ( p<0,01 ) terhadap serapan K jagung.
Berdasarkan gambar 2. dapat diketahui bahwa serapan K tertinggi terjadi pada perlakuan ketebalan abu vulkanik Kelud 6 cm dan takaran pupuk kandang 5 ton ha -1 . Diduga serapan Kalium meningkat akibat adanya pengaruh dari pertumbuhan jagung. Tanah Alfisol memiliki tekstur yang dominan lempung dengan porositas yang rendah, selain itu strukturnya padat sehingga sulit ditembus akar. Penambahan abu vulkanik Kelud dapat meningkatkan porositas tanah Alfisol. Semakin banyak abu vulkanik Kelud yang ditambahkan maka pori mikro semakin porus, sehingga pertumbuhan akar akan meningkat. Akar yang menembus tanah kemudian menyerap Kalium dalam bentuk K + dan ditranslokasikan dari jaringan tua menuju bagian-bagian yang lebih muda (Tisdale et al. 1985). Kalium berperan sebagai pengatur proses fisiologi tanaman, pembentukan protein, mengatur distribusi air dalam jaringan sel, memperbesar batang sehingga dapat meningkatkan berat segar dan berat kering tanaman.
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada item yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji DMRT taraf 95%.
Gambar 2. Pengaruh ketebalan abu vulkanik Kelud dan takaran pupuk kandang terhadap serapan K jagung
## Tinggi tanaman
Berdasarkan uji F taraf kepercayaan 95%, diketahui bahwa aplikasi ketebalan abu vulkanik Kelud dan takaran pupuk kandang tidak saling berinteraksi dan penambahan dosis pupuk kandang memberikan pengaruh nyata ( p<0,05 ) terhadap serapan tinggi jagung. Berdasarkan uji F taraf kepercayaan 95% perlakuan takaran pupuk kandang memberikan pengaruh nyata ( p<0,05 ) terhadap tinggi tanaman jagung. Pertumbuhan jagung sangat dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara terutama unsur hara makro. Menurut Soepardi (1983), pupuk kandang merupakan sumber hara makro yang memberikan pengaruh paling cepat dan menyolok pada pertumbuhan tanaman, serta dapat meningkatkan jumlah hara tersedia dan menaikkan hasil tanaman, serta dapat mempertahankan bahan organik tanah. Pupuk kandang juga mengandung sejumlah unsur hara makro yang dibutuhkan oleh
tanaman. Kandungan unsur hara yang terdapat pada pupuk kandang dan tanah akan ditranslokasikan pada bagian-bagian vegetatif tanaman, sehingga mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman seperti tinggi tanaman.
## KESIMPULAN DAN SARAN
## Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulan yang dapat diambil untuk menjawab tujuan dan masalah penelitian adalah sebagai berikut :
1. Interaksi antara abu vulkanik Kelud dan pupuk kandang tidak berpengaruh nyata terhadap semua aspek yang diuji.
2. Nilai Kalium tertukar terendah terjadi pada perlakuan ketebalan abu vulkanik Kelud 6 cm yaitu 0,23 cmol(+)/gram, sedangkan penambahan dosis
0.056a 0.062a 0.072b 0.083c 0.040 0.050 0.060 0.070 0.080 0.090 0.100 0 2 4 6 S e ra p a n K ( g /t a n a m a n ) Ketebalan Abu (cm) 0.058a 0.073b 0.074b 0.040 0.050 0.060 0.070 0.080 0.090 0.100 0 2.5 5 S e ra p a n K ( g /t a n a m a n ) Dosis Pupuk Kandang (ton ha -1 )
pupuk kandang 5 ton ha -1 menghasilkan Kalium tertukar tertinggi yaitu 0,3 cmol(+)/gram.
3. Penambahan abu vulkanik Kelud pada media tanam berpengaruh sangat nyata terhadap K tertukar dalam tanah yaitu semakin tebal abu vulkanik Kelud maka K tertukar tanah akan semakin rendah, hal ini dikarenakan abu vulkanik Kelud belum melapuk sempurna sehingga belum banyak memiliki muatan negatif yang dapat menjerap hara Kalium.
4. Perlakuan penambahan abu vulkanik Kelud 6 cm menghasilkan serapan Kalium tertinggi yaitu 0,083 gram/tanaman, sedangkan nilai serapan Kalium tertinggi pada penambahan pupuk kandang terjadi pada dosis 5 ton ha -1 yaitu 0,074 gram/tanaman.
5. Serapan Kalium meningkat dengan penambahan abu vulkanik Kelud, hal ini abu vulkanik Kelud meningkatkan porositas tanah sehingga meningkatkan pertumbuhan akar untuk menyerap Kalium.
## Saran
Berdasarkan penelitian ini, perlu adanya penelitian lanjutan untuk mengetahui kombinasi takaran pupuk kandang dan tebal abu vulkanik terhadap ketersediaan dan serapan hara serta produktivitas tanaman setelah melalui proses dekomposisi, sehingga dapat menjadi rekomendasi bagi petani.
## DAFTAR PUSTAKA
Minardi S. 2002. Kajian komposisi pupuk NPK terhadap hasil beberapa varietas tanaman buncis tegak di tanah alfisol. Sains Tanah 2(1).
Rosmarkam A, Yuwono NW. 2002. Ilmu kesuburan tanah. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Shoji S, Takahashi. 2002. Environmental and agricultural significance of volcanic ash soils. J Soil Sci Plant Nutr 73: 113-135.
Soepardi G. 1983. Sifat dan ciri tanah. Bogor (ID):
Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian IPB.
Sudaryo, Sucipto. 2009. Identifikasi dan penentuan logam berat pada tanah vulkanik di daerah cangkringan, Kabupaten Sleman dengan metode analisis aktivasi neutron cepat. Yogyakarta. Seminar Nasional V SDM Teknologi 5 November 2009.
Supardi S, Sri AJ. 1982. Korelasi antara kalium terestrak dengan bahan kering dan kalium diserap tanaman. Prosiding pertemuan teknis penelitian tanah. Cipayung 13-15 Desember 1982. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.
Tisdale SL, Nelson WL, Beaton JD. 1985. Soil fertility and fertilizer. New York (NY): Macmillan Publishing Company.
Zuraida. 1999. Penggunaan abu volkan sebagai amelioran pada tanah gambut dan pengaruhnya terhadap sifat kimia tanah dan pertumbuhan jagung. Thesis. Bogor. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada item yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji DMRT taraf 95%. 177,97a 198,8b 191,91ab 0 50 100 150 200 250 0 2.5 5 T in g g i T an aman (cm) Dosis Pupuk Kandang (ton ha -1 )
Gambar 3. Pengaruh takaran pupuk kandang terhadap tinggi tanaman jagung
|
a5704c5e-c4eb-4188-be11-169568ae42a1 | https://journal.eng.unila.ac.id/index.php/jitet/article/download/3194/1438 |
## PENERAPAN
DATA
## MINING UNTUK PREDIKSI PERILAKU PELANGGAN MENGGUNAKAN MULTIPLE LINEAR REGRESSION
Nurrika Riskya 1* , Selvira Yuliana 2
1,2 Teknik Informatika, Universitas Nurul Jadid; Karanganyar, Paiton, Probolinggo,Jawa Timur, 67291; telp:0888 30 77077
Riwayat artikel: Received:19 Juni 2023 Accepted: 10 Juli 2023 Published: 1 Agustus 2023
## Keywords:
Prediksi; Pelanggan; Data mining; Multiple linear regression.
Corespondent Email: nurrikariskya@gmail.com
© 2023 JITET (Jurnal Informatika dan Teknik Elektro Terapan). This article is an open-access article distributed under the terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY NC)
Abstrak. Banyaknya persaingan dalam industri perdagangan khususnya dalam bidang Fashion. Di Indonesia bahkan diluar negeri kini semakin berkembang menegikuti arus tren modernisasi, keberadaan Abaya sangat mendukung penampilan dan membuat mereka lebih menarik serta trand di kalangan masyarakat. Selain itu, pendapatan abaya lebih meningkat saat mendekati hari-hari raya serta hari besar lainnya. Namun dengan adanya perkembangan membuat masyarakat sangat selektif dalam menantukan gaya hidup mereka. Hal tersebut seolah mengharuskan perusahaan untuk lebih baik lagi dalam mengatur strategi penjualannya, terutama dalam memahami serta memprediksi perilaku palanggan terhadap produsen. Dengan adanya Data Mining diupayakan untuk dapat memprediksi perilaku pelanggan dengan adanya Produk Abaya yang diinginkan baik dari Model, Jenis Kelamin, Berat Badan, SKU, PB, LD, dan Harga. Hasil dari penelitian ini dapat ditentukan menggunakan Algoritma Linier Regresi Berganda dengan nilai akurasi 100 %
Abstract. There is a lot of competition in the trade industry, especially in the field of fashion. In Indonesia and even abroad, it is now growing following the trend of modernization, the existence of Abayas really supports appearance and makes them more attractive and trendy among the people. In addition, abaya income increases more when approaching holidays and other holidays. However, with the existence of developments, people are very selective in determining their lifestyle. This seems to require companies to be better at managing their sales strategy, especially in understanding and predicting customer behavior towards producers. With Data Mining, efforts are made to be able to predict customer behavior with the desired Abaya product from Model, Gender, Weight, SKU, PB, LD, and Price. The results of this study can be determined using the Multiple Regression Linear Algorithm with an accuracy value of 100 %.
JITET (Jurnal Informatika dan Teknik Elektro Terapan) pISSN: 2303-0577 eISSN: 2830-7062 Nurrika et al
## 1. PENDAHULUAN
Pemahaman pelanggan yang baik adalah investasi bagi perusahaan, tetapi masalahnya adalah bagaimana perusahaan dapat menganalisis dan mengidentifikasi pelanggan mereka. Pelanggan adalah kelompok atau individu yang membeli produk atau jasa sesuai dengan pilihan mereka sendiri, dengan mempertimbangkan utilitas dan harga dari setiap produk atau jasa [1]. Sebuah bisnis atau industri harus dapat mengantisipasi dan mengetahui bagaimana tanggapan pelanggan terhadap bisnis yang akan dibutuhkan, karena pelanggan biasanya cenderung kembali untuk membeli tambahan. Bisnis harus berusaha untuk meningkatkan penjualan produk dan menerima umpan balik yang baik dari pelanggan atau klien.
Keberadaan toko modern dan toko online menjadi pesaing berat bagi toko atau kios di pasar tradisional. Walaupun perdagangan semakin banyak dilakukan dengan sistem atau teknologi modern, keberadaan pasar tradisional masih menjadi pilihan, adanya sistem perdagangan merupakan keunggulan pasar tradisional yang tidak terdapat pada pasar modern. Kebutuhan pokok seperti beras, sayur, pakaian dan peralatan dapur dapat dipenuhi di pasar tradisional [2]. Saat ini, ketika persaingan industri di bidang fashion sangat ketat, terutama di industri pakaian, perusahaan berlomba- lomba menawarkan barang dengan cara yang berbeda untuk menarik pelanggan pada bahan yang dijual [3]. Banyak perusahaan mencoba menawarkan model-model terbaru yang menggunakan bahan berkualitas tinggi, memproduksi model yang dirancang toko dan bahkan menawarkan harga yang ramah kantong (murah). Sekarang Indonesia bahkan negara- negara lain memiliki program yang relatif besar yang menyebar ke desa-desa terpencil di seluruh dunia. Media aplikasi antara lain Shoope, Tik Tok, Lazada, Pedia Store dan sebagainya. Tapi itu semua tergantung pilihan pelanggan, dia memilih pakaian yang relatif mahal atau terjangkau. Jika diamati lebih dekat, pembelian hanyalah satu langkah dalam keseluruhan proses keputusan pembelian konsumen. Proses keputusan pembelian konsumen meliputi tahapan identifikasi masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan evaluasi proses pembelian. Namun, konsumen tidak selalu
melalui atau menyelesaikan semua langkah tersebut. Keseluruhan proses tersebut biasanya dilakukan hanya dalam situasi tertentu, misalnya sehubungan dengan pembelian pertama dan/atau pada saat membeli barang dengan harga atau nilai yang relatif tinggi. Secara umum, konsumen lebih mudah mengambil keputusan pembelian berulang atau terus menerus untuk produk yang sama [4]. Oleh karena itu, berdasarkan apa yang terjadi, perusahaan harus berusaha mengantisipasi pelanggan baik dari segi keputusan pelanggan maupun reaksi atau perilaku pelanggan. Tentunya dalam melakukan prediksi tersebut diperlukan beberapa variabel untuk mengumpulkan data guna memprediksi nilai variabel yang belum diketahui.
Dalam proses data mining, data mining dapat melakukan proses membagi dan mengekstraksi informasi dari data yang berjumlah besar untuk menemukan suatu pola. Penambangan data adalah serangkaian proses untuk mengekstraksi nilai dari kumpulan data dalam bentuk informasi yang tidak diketahui secara manual [5]. Beberapa metode atau algoritma dapat digunakan dalam data mining, algoritma yang digunakan dalam penelitian ini adalah algoritma multiple linear regression untuk memprediksi perilaku pelanggan. Multiple linear regression adalah model statistik yang digunakan untuk memprediksi hubungan linier antara variabel yang diprediksi dan beberapa variabel [6]. Multiple Linear Regression merupakan metode yang sering digunakan dalam pengambilan keputusan bisnis. Dengan metode ini, perusahaan lebih mudah memprediksi pelanggannya.
Berdasarkan pembahasan di atas, kami mengusulkan sebuah studi yang berkaitan dengan penerapan data mining untuk memprediksi perilaku pelanggan dengan menggunakan Multiple Linear Regression.
Algoritma Multiple Liner Regression dibagi menjadi dua bagian yaitu regresi linier sederhana dan regresi linier berganda. Hubungan antara satu variabel terikat dengan satu variabel bebas disebut regresi linier sederhana, sedangkan hubungan antara satu variabel terikat dengan dua atau lebih variabel bebas disebut regresi berganda.Identifikasi dengan rumusan masalah yang menjadi pokok penelitian. Belanja online dan penjualan online mengakibatkan konsumen mengajukan
JITET (Jurnal Informatika dan Teknik Elektro Terapan) pISSN: 2303-0577 eISSN: 2830-7062
permintaan retur dengan berbagai alasan, yang tujuannya bukan untuk bertanggung jawab atas pembeliannya. Tujuan dari penelitian ini adalah membangun sebuah aplikasi data mining untuk memprediksi perilaku pelanggan dengan menggunakan regresi linier berganda.
## 2. TINJAUAN PUSTAKA
1. Data Mining Data mining merupakan suatu metode pengolahan pada data untuk menemukan pola yang tersembunyi dari sebuah data dan hasil dari pengolahan data dengan metode data mining dapat digunakan dalam pengambilan keputusan di masa depan [7]. Data mining juga merupakan metode untuk menemukan informasi baru yang berguna dari kumpulan data yang besar dan dapat membantu
dalam pengambilan suatu keputusan [8].
2. Multiple Linear Regression Multiple Linear Regression adalah suatu model regresi linear yang melibatkan lebih dari satu variable bebas atau predictor [9]. Multiple linear regression memiliki tingkat akurasi yang tinggi Algoritma multiple linear regression cocok digunakan pada penelitian yang memiliki variable independen lebih dari satu [10]. 3. Prediksi
Prediksi adalah sebuah peramalan atau pemikiran dalam mengatasi sesuatu yang akan terjadi secara pola pikir dalam diri manusia. Suatu prediksi akan terjadi jika didasari oleh informasi pada masa sebelum terjadi prediksi, tujuan dari prediksi adalah melakukan tindakan yang diperlukan untuk bersiap menghadapi sesuatu yang akan terjadi [11].
4. Pelanggan Pelanggan merupakan salah satu dari sekian banyak sumber keuntungan untuk
perusahaan, pelanggan memegang peranan penting dalam proses strategi bisnis. Dimasa persaingan industri yang semakin ketat saat ini mengharuskan setiap perusahaan harus jeli dalam mengenali pelanggan , baik dalam melakukan analisis pasar ataupun pemberian reward untuk dapat
menciptakan hubungan baik antara pelanggan dan perusahaan serta dapat meningkatkan loyalitas dari pelanggan [3].
## 3. METODE PENELITIAN
2.1 Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan hal terpenting demi keberhasilan penelitian, dalam penelitian data yang dikumpulkan digunakan untuk pemecahan masalah yang ada, sehingga data-data tersebut harus benar-benar dapat dipercaya dan akurat [12]. Untuk penelitian makalah ini, penulis mengambil kumpulan data dari Toko Abaya Navi-Navi. yang berisi banyak atribut yang diperlukan, yaitu data untuk memprediksi perilaku pelanggan di desa Banjarsari. Kemudian proses selanjutnya adalah meneliti dan mengumpulkan literatur yang erat kaitannya dengan regresi linier berganda yang sumbernya dapat diperoleh dari internet dan buku-buku tambahan.
2.2 Pengolahan Data
Data prediksi perilaku pelanggan yang telah didapatkan dari Toko Abaya Navi Navi desa Banjarsari yang terdiri dari atribut Id Produk, Gender, Age, Weight, SKU, PB, LD dan Price selanjutnya data tersebut masuk kedalam pre-processing data atau dimana data yang belum lengkap atau yang masih berisikan NaN ataupun data yang tidak stabil akan diseleksi dan dihapus. Dalam penelitian ini tidak ada atribut yang dihapus karena semua atribut yang dimiliki sudah relevan untuk dapat digunakan,karena pada algoritma multiple linear regession variabel X yang diperlukn harus ada 7 dan variabel Y yang diperlukan ada 1. Pada bagian gender seharusnya merupakan atribut yang tidak diperlukan,karena pada datanya hanya berisikan 1 jenis saja namun atribut atau variabel tersebut tidak bisa di hapus karena data yang dimiliki atau yang didapatkan hanya ada 8 variabel dan sedangkan pada pengujian algoritma ini dta yang dimiliki harus ada 8 variabel.
JITET (Jurnal Informatika dan Teknik Elektro Terapan) pISSN: 2303-0577 eISSN: 2830-7062 Nurrika et al
Pada gambar di atas, penelitian terlebih dahulu diawali dengan studi pustaka, artinya kita mencari referensi dan metode terdekat sesuai dengan penelitian kita yang fokus untuk memprediksi perilaku pelanggan.
Kemudian, ketika kami mengumpulkan data, kami meminta data dari Toko Abaya Navi-Navi dan memproses data terlebih dahulu untuk membersihkan data. Data tersebut dilanjutkan ke dalam proses perhitungan dengan
menggunakan metode multiple linear regression dimana data terlebih dahulu dibagi menjadi dua yaitu data uji atau data uji dan data latih atau data latih. Hanya dengan begitu perilaku pelanggan dapat diprediksi dengan akurasi dan spesifikasi yang tersedia [13].
## 2.3 Pengujian Metode
Hubungan antara satu variabel dependen dan independen disebut dengan simple regresi linear, sedangkan multiple linear regression merupakan hubungan antara datu variabel dependen dengan dua atau lebih variabel independen [14]. Algoritma Multiple
Linear Regression merupakan algoritma yang memiliki variabel lebih dari satu
[15].
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
## 3.1 Pengumpulan Data
Pada langkah ini terdapat sekitar 268 data dengan 8 variabel yang kita dapatkan dari tempat penelitian yakni Toko Abaya Navi – Navi desa Banjar Sari
Probolinggo dengan Atribut pada table dataset berikut: Tabel 1 Data Produk Penjelasan setiap kolom : 1. Id Produk : Model perbaju 2. Gender : Jenis kelamin 3. Age : Usia dewasa dan kids 4. Weght : Berat badan 5. SKU : Kode angka (ukuran) 6. PB : Panjang badan 7. LD : Lebad dada 8. Price : Harga setiap model
Pada table diatas tergdapat 268 baris data dan 8 kolom yang mencantumkan ukuran produk berdasarkan umur, berat, SKU, PB, LD dan harga. Kemudian, bahan jet black Arab Saudi digunakan sebagai bahan produk, yang lembut, buram, hitam pekat dan sangat nyaman dipakai. Untuk kualitas bordir, bordir langsung dijahit ke bahan dengan rangka komputer dan disemprot mata-mata (bordir asli/tidak dilem). Kemudian dibuat applique menggunakan bahan
berkualitas, lace, tile brokat impor dan lokal serta jahitan berkualitas.
df = pd.read_csv('datasetabaya.csv', usecols = ['ID PRODUK', 'GENDER', 'AGE', 'WEGHT', 'SKU', 'PB', 'LD', 'PRICE'])
Pada input data terdapat variable df yang berisi data dari datasetabaya.csv
▪ Nama data yang di load adalah df
▪ Data aslinya bernama pd.read_csv dan memiliki banyak kolom (features) Mulai Studi
Pustaka Pengumpula n Data Pengolahan Data Pengujian Metode
Selesai Hasil Gambar 1 Bagan Alur
JITET (Jurnal Informatika dan Teknik Elektro Terapan) pISSN: 2303-0577 eISSN: 2830-7062
▪ Data ini menggunakan beberapa fitur saja yaitu id produk, gender, age, weght, sku, pb, ld, dan price.
Dari data yang telah didapatkan kemudian diproses untuk mencari missing value pada data. Dan ternyata pada data set ini sudah tidak ada Missing Valuenya.
Exploratory data analisis untuk mengenal data lebih jauh
Gambar 2 Id Produk Gambar 3 Age Gambar 5 SKU Gambar 6 PB Gambar 7 LD
Pada gambar diatas mengetahui tentang distribusi dari tokotersebut dari Id Produk, Age, Sku, PB, hingga LD.
Berikut ini penjelasan tentang gambar diatas : Gambar 4 Weght
JITET (Jurnal Informatika dan Teknik Elektro Terapan) pISSN: 2303-0577 eISSN: 2830-7062
1. ID PRODUK : Produk merupakan barang yang di tawarkan pada konsumen agar di beli, dikonsumsi, atau digunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka 2. AGE : Menjelaskan tentang usia antara baju dewasa dan anak. 3. WEGHT : Berat badan 4. SKU : Solusi mudah untuk custamer yang menentukan ukuran pakainnya. 5. PB : Panjang badan 6. LD : Lebar dada
Pada Gamabar diatas mengetahui tentang distribusi dari analisis price (harga). Harga merupakan suatu unsur yang disampaikan kepada
konsumen
mengenai nilai suatu produk dan dinyatakan dengan uang [16]. Dengan kata lain harga dapat didefinisikan sejumlah uang yang harus di berikan konsumen kepada penjual sebagai balasan apa yang beli konsumen.Penentuan harga ini tidak hanya tentang murah ataupun mahal,namun di artikan sebagai harga yang tepat,dimana hal ini tergantung pada beberapa faktor
seperti
kualitas,harga dari suplier,daya beli,kondisi pesaingan,dsb [17]. 3.2 Pengolahan Data Teknik pegumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui tekhnik pengumpulan data,maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.
#pengolahan data (preprosessing) x = df.drop(columns='ID PRODUK') y = df['PRICE']
#split data training dan testing from sklearn.model_selection import train_test_split x_train, x_test, y_train, y_test = train_test_split(x, y, test_size=0.2, random_state=4) #cek shape print(x_train.shape) print(y_train.shape) print(x_test.shape) print(y_test.shape)
Pada Preprosessing terdapat ID PRODUK sebagai variabel x dan PRICE sebagai variabel y. kemudian split data menjadi training and testing dengan porsi 80:20 dan cek shape dari data training dan testing.
## 3.3 Pengujian Metode
Secara matematis, persamaan multiple linear regression / linear regresi berganda adalah sebagai berikut :
y = b + e + ml*xl + m2*x2 + . . . + mn*xn
y = Variabel dependen mn = Koefisien dari persamaan xn = Variabel independen b = intersep e = error
Perbedaan dengan Regresi Linier Sederhana adalah jumlah variabel bebas (x) di Regresi Linier Berganda lebih dari 1. Tujuan dari kedua metode tersebut adalah sama yaitu untuk memprediksi nilai dari Y.
1. Membuat objek linear regresi
2. Train model menggunakan data pelatihan yang sudah dipisah
Gambar 8 Univariate Analisis Price
JITET (Jurnal Informatika dan Teknik Elektro Terapan) pISSN: 2303-0577 eISSN: 2830-7062
3. Mencari tau accuracy score dari model kita menggunakan testing data yang sudah displit.
4. Hasil prediksi perilaku pelanggan
## 5. Evaluasi hasil
Dari hasil pengujian diatas Model Mchine learning mendapatkan skor akurasi sebesar 100 %. Sudah sangat baik dalam memprediksi perilaku pelanggan yang berdasarkan atribut atau variable yang ada.
Pada pemodelan Multiple Linear Regression data dipisah menjadi data latih dan data uji, terdapat 268 data latih dan terdapat 8 data uji. Ada 7 variabel dependen yang digunakan ID PRODUK,
GENDER (Jenis Kelamin), AGE (Umur
/ Usia), WEGHT (Berat badan), SKU (Ukuran Baju), PB (Panjang Badan), LD (lebar Dana). Variabel independen atau target variable yakni adalah PRICE (Harga) pada Abaya. Data traning 268 data digunakan dalam membuat model Multiple Linear regression, dan data
testing dipakai untuk mengetahui akurasi pengujian algoritma yang digunakan.
## 5. KESIMPULAN
a. Prediksi perilaku pelanggan ini sangat dipengaruhi oleh proses transaksi dan kepercayaan.Untuk mencari prediksi
perilaku pelanggan ini,maka perlu suatu metode yang mendukung hal tersebut, dan itu bisa didapat dari metode multiple linear regression.Prediksi bisa di dapat dari berbagai macam factor dan variabel.Faktor tersebut haruslah dibiplih sesuai kriteria agar akurat dalam melakukan prediksi.Skor akurasi dari model data ini menggunakan testing data yang sudah displit,lalu dari data tersebut di cari akurasi model Multiple linear regression yang menghasilkan akurasi 100%. b. Dalam penelitian tentunya masih kurang sempurna atau masih terdapat kekurangan,oleh karena itu penulis ingin menyampaikan saran,dalam penelitian ini masih terdapat banyak metode lainnya dan perlu ada masukkan beberapa variable agar akurasi bisa lebih akurat.
## DAFTAR PUSTAKA
[1] C. W. R. R. Putra, “Implementasi Data Mining Pemilihan Pelanggan Potensial Menggunakan Algoritma K-Means Implementation,” Intecoms J. Inf. Technol. Comput. Sci , vol. 1, no. 1, pp. 227–249, 2018.
[2] R. Rusham, “Analisis Dampak Pertumbuhan Pasar Moderen,” ” Ilm. Ekon. Manaj. Dan Kewirausahaan “Optimal,” vol. 10, no. 2, pp. 153–166, 2016.
[3] M. A. Jihad, “Pemanfaatan Metode Technique for Order Preference By Similiarity To Ideal Solution (Topsis) Untuk Menentukan
Pelanggan Terbaik,”,” J. Inf. dan Komput., vol. 7, no. 1, pp. 1-6, 2019.
[4] F. Fitriany and L. O. A. Kamaluddin, “Pengaruh Perilaku Konsumen Terhadap Pembelian Produk KFC di Makassar,” Jesya , vol. 5, no. 2, pp. 2762–2775, Aug. 2022, doi: 10.36778/jesya.v5i2.898.
[5] P. S. R. J. T. Samudra, B. H. Hayadi, “Komparasi 3 Metode Algoritma Klasifikasi Data Mining Pada Prediksi Kenaikan Jabatan,”,” J-SISKO TECH (Jurnal Teknol. Sist. Inf. dan Sist. Komput. TGD) , vol. 5, no. 2,
p. hal. 127, 2022.
JITET (Jurnal Informatika dan Teknik Elektro Terapan) pISSN: 2303-0577 eISSN: 2830-7062 Nurrika et al
[6] L. Prasetyo, V. R., Lazuardi, H., Mulyono, A. A., C., “Penerapan Aplikasi RapidMiner Untuk Prediksi Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar Dengan Metode Regresi Linier.,” Jurnal Nasional Teknologi Dan Sistem Informasi, 7(1), 2021, [Online]. Available: https://doi.org/10.25077/teknosi.v7i1.2021.8- 17
[7] N. N. Y. Syahra, dan E. Elfitriani, “Penerapan Metode Fp-Growth Untuk Penjualan Produk
Seni Ukir Pada Buulolo Galery,” J-SISKO TECH (Jurnal Teknol. Sist. Inf. dan Sist.
Komput. TGD) , vol. 5, no. 1, p. 45, 2022, doi:
10.53513/jsk.v5i1.4770.
[8] J. H. F. Sonata, “Penerapan Metode K-Means Untuk Menganalisis Minat Nasabah Asuransi,”
J. MEDIA Inform. BUDIDARMA , vol. 5, no. 3, pp.
1187–1194, 2021,
doi: 10.30865/mib.v5i3.3113.
[9] A. L. A. Febriyanto, H. Lestiawan, and W. Wicaksono, “Analisa Prakiraan Cuaca dengan Parameter Suhu, Kelembaban, Tekanan Udara, dan Kecepatan Angin Menggunakan Regresi Linear Berganda,” JOINS (Journal of Information System) , vol. 5, no. 1, pp. 10–17, 2020.
[10] Y. R. N. S. Utomo, and Sartikha, “Prediksi Kelayakan Operasional Mesin Rivet
Menggunakan Regresi Linear Berganda,” Jurnal Sustainable: Jurnal Hasil Penelitian dan Industri Terapan , vol. 10, no. 01, pp. 10– 15, 2021.
[11] S. G., Shivam, P, “Disease Prediction Using Machine Learning,” IRE Journals , no. 10 April 2020, p. vol.3, 2021.
[12] Sugiyono, “Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D.,” Bdg. CV Alvabeta , p. 142, 2018.
[13] F. Ayuni, G. N., D., “Penerapan Metode Regresi Linear Untuk Prediksi Penjualan Properti pada PT XYZ.,” Jurnal Telematika ,
vol. 14(2), pp. 79–86, 2019.
[14] H. W. Herwanto Widiyaningtyas, T. ,. &. Indriana, P., “Penerapan Algoritme Linear Regression untuk Prediksi Hasil Panen Tanaman Padi,” Jurnal Nasional Teknik Elektro Dan Teknologi Informasi (JNTETI) , p. 364, 2019.
[15] I. L. L. Gaol Sinurat, S. ,. &. Siagian, E. R., “Implementasi Data Mining Dengan Metode Regresi Linear Berganda Untuk Memprediksi Data Persediaan Buku Pada Pt. Yudhistira
Ghalia Indonesia Area Sumatera Utara,” KOMIK (Konferensi Nasional Teknologi Informasi Dan Komputer) , pp. 130–133, 2019.
[16] D. Suhendro, “The Influence of Marketing Mix ( 4P ) on Consumer Loyalty on Indomaret and Alfamart Mini market in Pematangsiantar
City,” J. Konsep Bisnis Dan Manaj , vol. 5, no. 2, pp. 206–220, 2019.
[17] D. R. R. D. Handayani, and W. Fauzzia, “Pengembahang Pemasaran Produk Roti dan Pastry dengan Bauran Pemasaran 4P di Sari Good Bakery,” J. Abdimas BSI J. Pengabdi.
Kpd. Masy , vol. 2, no. 1, pp. 233–243, 2019.
|
5e5459d1-3ca4-4afa-b15b-9759a9e62a1a | https://jurnal.politanikoe.ac.id/index.php/jp/article/download/7104/532 |
## REVIEW: RABIES VIRUS (RABV) DAN PATOGENESISNYA
Maria Aega Gelolodo 1)* , Elisabet Tangkonda 2) , Diana A. Wuri 3) ,
Maxs U. E. Sanam 1)
1*,2) Bagian Mikrobiologi, Departemen Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Program Studi Kedokteran Hewan, Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Hewan,
Universitas Nusa Cendana, NTT
3) Bagian Kesmavet dan Epidemiologi, Departemen Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Program Studi Kedokteran Hewan, Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Hewan, Universitas Nusa Cendana, NTT Jl. Adisucipto, Penfui, Kota Kupang 85001
* Email Korespondensi: gelolodo.m@staf.undana.ac.id
## ABSTRACT
Rabies, caused by the rabies virus, is a zoonotic infection with a potentially deadly consequence. Both humans and animals are susceptible to this neurotropic virus. The rabies virus is typically present in infected animals' saliva and cerebral tissue, primarily canines, and transmits via bite wounds. Dogs are responsible for most human rabies transmissions, accounting for up to 99% of cases and consequently serving as the predominant contributor to human rabies mortality. This global threat kills approximately 59,000 people a year, with a death rate of nearly 100% in humans and animals. Fever, vomiting, anorexia, and lethargy are some of the non-specific early signs of rabies. Within days, symptoms escalate to deviant behaviour, brain dysfunction, paralysis, convulsions, hypersalivation, respiratory distress, and impaired swallowing. According to its immunological response, it proves that RABV can evade the initial immune defence. Hence, investigating the pathogenesis of RABV infection presents an intriguing study area.
Key Words: Rabies, rabies virus, RABV, canine rabies, dog, pathogenesis, immunopathogenesis
## PENDAHULUAN
Rabies pada anjing ( Canine rabies ) adalah penyakit zoonosis penting yang menyebabkan encephalithis akut pada manusia maupun hewan. Penyakit yang disebabkan oleh sebuah virus neurotropik yang berasal dari famili Rhabdoviridae ini memiliki tingkat fatalitas hampir 100% begitu gejala klinis saraf muncul (Walker et al ., 2021). Penyakit ini telah menginfeksi lebih dari 59.000 manusia secara global dan terus dilaporkan terjadi tiap tahunnya di seluruh dunia dengan kasus terbanyak dilaporkan dari Asia dan Afrika (WOAH, 2023).
Salah satu ciri imunopatologi utama dari infeksi RABV ini adalah pada minimnya bahkan ketiadaan respon inflamasi dari sistem saraf yang dikarakteristikan dengan perivascular cuffing dari sel mononuklear, gliosis lokal dan neuronofagia (Consales, 2014). Sebagai salah satu virus yang masuk melalui kulit yang terbuka, infeksi RABV berbeda dengan infeksi virus lainnya yang juga
masuk melalui kulit. Berdasarkan respon imun pasca infeksi RABV diketahui bahwa RABV memiliki kemampuan untuk menghindari respon imun awal ( innate immunity ) yang biasanya dicirikan dengan reaksi inflamasi (Lafon, 2008). Hal inilah yang menyebabkan infeksi RABV baru menunjukan gejala klinis saat virus sudah melewati BBB ( Blood Brain Barier ) dan infeksi sudah menyebar di sistem saraf pusat yang pada akhirnya berakibat dengan kematian (Lafon, 2011). Oleh karena mekanisme penghindaran imunitas inilah yang menyebabkan imunopatogenesis dari infeksi RABV menjadi suatu topik yang menarik untuk ditelusuri. Pada tulisan ini, penulis akan membahas mengenai infeksi RABV pada rabies anjing ( canine rabies ) mulai dari etiologi, inang dan transmisi, patogenesis, gejala klinis sampai dengan teknik diagnostiknya. Adapun tujuan dari tulisan ini adalah untuk memberikan informasi mengenai rabies yaitu virus penyebabnya dan menitikberatkan pada patogenesis maupun imunopatogenesis dari infeksi virus rabies dari sudut pandang molekuler.
## PEMECAHAN MASALAH
## Etiologi
Rabies pada anjing ( canine rabies ) disebabkan oleh rabies virus (RABV), sebuah virus neurotropik yang berasal dari ordo Mononegavirales , famili Rhabdoviridae , genus Lyssavirus (Walker et al ., 2021). Berdasarkan sifat antigenik dan hubungan filogenetiknya, virus dalam genus ini dibagi dalam dua filogrup. Filogrup I termasuk RABV , Gannoruwa bat lyssavirus (GBLV), Australian bat lyssavirus (ABLV), Taiwan bat lyssavirus (TWBLV), Duvenhage virus (DUVV), Irkut virus (IRKV), European bat lyssavirus 1 (EBLV-1), Bokeloh bat lyssavirus (BBLV), European bat lyssavirus 2 (EBLV-2), Khujand virus (KHUV), dan Aravan virus (ARAV),; filogrup II termasuk Shimoni bat virus (SHIBV), Lagos bat virus (LBV) dan Mokola virus (MOKV) (Badrane et al ., 2001, Fooks 2004, Gunawardena et al ., 2016). Diantara berbagai spesies virus pada genus tersebut Ikoma lyssavirus (IKOV), Lleida bat lyssavirus (LLBV) dan West Caucasian bat virus (WCBV) adalah 3 spesies virus yang paling berbeda dan bukan merupakan anggota dari salah satu dari filogrup yang ada (Weyer et al ., 2008, Horton et al ., 2014, Marston et al ., 2017).
Rabies virus memiliki virion berbentuk menyerupai peluru dengan diameter 45-100 nm dan panjang 100-430 nm. Virus RABV ini memiliki nukleokapsid berbentuk silindris helikal yang diselubungi oleh amplop dan spikes glikoprotein
(MacLachlan et al ., 2011). Genom dari RABV memiliki panjang panjang 12kb yang terdiri dari untai tunggal RNA dengan polaritas negatif yang tidak bersegmen. Genom virus ini mengkodekan pembentukan 5 protein struktural yaitu; phosphoprotein (P), nukleoprotein (N), RNA polymerase (L), matrik protein (M) dan glikoprotein (G). Protein G adalah pembentuk spikes pada amplop yang berperan dalam perlekatan virus dan sel host pada awal infeksi (Dietzschold et al ., 2009). Glikoprotein merupakan target utama dari antibodi netralisasi virus. N adalah komponen utama nukleokapsid, P adalah kofaktor dari polimerase virus yang tidak saja penting untuk transkriptase dan replikasi namun juga berperan dalam interaksi antara komponen protein selular selama transport aksoplasmik, M adalah protein pengisi bagian dalam virion yang memfasilitasi budding virus dengan melekat pada nukleokapsid dan domain sitoplasmik dari glikoprotein, L adalah RNA-dependent polymerase yang berfungsi dalam transkripsi dan replikasi RNA. Protein N, P dan L akan bergabung bersama dengan RNA genomik untuk membentuk kompleks ribonucleoprotein (RNP) (MacLachlan et al ., 2011).
Virus-virus dalam famili Rhabdoviridae pada umumnya relatif stabil di lingkungan terutama pada pH alkalin, namun bersifat thermolabil dan sensitif terhadap radiasi ultraviolet (UV) yang berasal dari matahari. RABV dapat diinkativasi dengan menggunakan desinfekstan yang berbahan dasar detergen dan preparat yang mengandung iodine (MacLachlan et al ., 2011; Wu et al ., 2017).
## Inang dan transmisi
Inang utama dari RABV adalah mesokarnivora seperti anjing, serigala, rakun, musang dan sigung. RABV merupakan penyebab utama canine rabies di seluruh dunia. Jalur transmisi utama dari penularan canine rabies ke hewan rentan maupun manusia adalah melalui gigitan hewan penular rabies (HPR). Manusia adalah dead end host dalam penularan RABV di alam (Fooks et al ., 2014).
## Patogenesis umum
Gigitan anjing rabies pada umumnya mampu membawa RABV sampai ke bagian dalam otot dan jaringan konektif (Chopy et al ., 2011). Replikasi awal virus akan terjadi pada miosit dari jaringan otot bergaris atau jaringan subepitel dimana virus akan bereplikasi hingga pada konsentrasi dimana virus mampu mencapai saraf perifer (Rieder et al ., 2011). Virus menyerang sistem saraf perifer melalui ujung saraf sensoris dan motoris. Virus selanjutnya virus akan berikatan secara
spesifik dengan reseptor acetylcholine dari neurotransmitter pada persambungan neuromuskular (Dietzschold et al ., 2009). Infeksi saraf dan pergerakan sentripetal pasif dari virus pada akson, pada akhirnya akan menyebabkan infeksi virus pada sistem saraf pusat (Hooper, 2005). Ascending wave dari infeksi saraf dan disfungsi sarafpun terjadi. Selanjutnya virus mencapai sistem limbik dari otak dimana virus akan bereplikasi secara ekstensif sehingga menyebabkan munculnya gejala klinis berupa perubahan tingkah laku (Lafon, 2008). Penyebaran virus yang progresif pada sistem saraf pusat inilah yang merubah gambaran klinis dari rabies menjadi bentuk tenang atau paralitik. Depresi, koma dan kematian akibat kegagalan sistem respirasi merupakan tahapan terminal dari perjalanan penyakit rabies (Weiland et al ., 1992).
Gambar 1. Patogenesis lengkap dari RABV mulai dari lokasi gigitan pada otot sampai pada replikasi virus di saraf (Schnell et al ., 2010).
Pada tahap akhir dari infeksi virus ini pula, virus menyebar secara sentrifugal dari sistem saraf pusat melalui saraf perifer ke berbagai organ termasuk korteks adrenal, pankreas dan terutama pada glandula salivarius (Schnell et al ., 2010). Pada sistem saraf, sebagian besar virus akan dibentuk dari budding pada membran sitoplasma sedangkan pada glandula salivarius, virion akan membentuk budding pada membran plasma dan dikelurkan ke saliva pada konsentrasi virus yang tinggi
(Johnson et al ., 2010). Oleh sebab itulah pada saat virus bereplikasi pada sistem saraf pusat, saliva menjadi sangat infeksius dan menyebabkan hewan akan menjadi ganas dan cendrung menggigit secara brutal (Singh et al ., 2017).
## Imunopatogenesis
Setelah RABV masuk ke dalam tubuh host melalui otot maka respon imun lokal seperti limfonodus lokal dan respon imun sistemik seperti pada limpa mulai berkembang. Pada limfonodus, darah dan limpa, infeksi RABV akan menginduksi munculnya limfosit yang teraktivasi (CD69+) yang segera mensekresi sitokin dan mengekspresikan Collapsin Response Mediator Protein 2 (CRMP2), penanda dari polarisasi dan migrasi sel. Injeksi virus pada daerah perifer akan menstimuli produksi respon imun awal ( Innate immune response ) (Monique Lafon, 2011).
Namun akibat infeksi yang progresif dari RABV maka mekanisme penghindaran yang dilakukan oleh RABV terhadap respon imun baru terjadi saat virus sudah meninggalkan lokasi gigitan pada daerah perifer dan berada pada sistem saraf (Chopy et al ., 2011).
Sehubungan dengan aktivasi innate immunity , banyak peneliti telah membuktikan bahwa innate immunity merupakan respon pertahan awal dari inang yang ditandakan dengan adanya sekresi interferon (IFN) khususnya IFN tipe I (IFNα dan IFNβ) (Schnell et al ., 2011). Selanjutnya Wang (2005) dalam penelitiannya menemukan bahwa pasca injeksi RABV di mencit terjadi sekresi IFN I dan IFN II (Rieder et al ., 2011). Selama infeksi rabies terjadi RIG-I ( Retinoic acid-inducible gene I) atau yang dikenal dengan DDX58 berperan sebagai aktivator potensial dari IFN 1. Produksi RIG-I-mediated IFN I IFN membutuhkan adanya 5’ triphosphate-ended RNA tapi tidak membutuhkan replikasi virus. Sampai saat ini peran dari TLR untuk induksi IFN pasca infeksi rabies masih belum jelas (Schnell et al ., 2010). Sebuah studi sebelumnya menunjukan peran TLR3 dalam menyebabkan encephalitis pada infeksi rabies dan perannya dalam membentuk Negri bodies (Menager, et al., 2009). Namun sampai saat ini peran TLR3 dalam menginduksi respon proinflamasi begitu juga peran TLR4, TLR4, TLR7 dan TLR9 dalam infeksi rabies masih belum dapat dipastikan (Schnell et al ., 2010).
Diantara sekresi IFN I, ekspresi IFNβ diketahui dapat menurunkan patogenesis dan replikasi dari virus rabies tapi tidak mampu menurunkan imunogenisitasnya (Mebatsion et al ., 1999), oleh karena itulah virus rabies diduga mampu menekan
respon imun inangnya. Secara umum, penghambatan respon IFN I dan IFN II juga dibantu oleh Rabiae Virus Phosphoprotenin (RVP) yaitu dengan mencegah respon sel inang terhadap Pathogen-Associated Molecular Patterns (PAMP) dan sinyal IFN I dan II sehingga tidak terjadi phosporilasi dari IRF 3 (IFN regulatory factor 3 ) oleh TANK-binding kinase 1. Penghambatan ini terjadi saat 5′triphosphate-ended RNA dari virus rabies di deteksi oleh RIG-I, yang meneruskan sinyal melalui kompleks TANK dan TBK1 (TANK-binding kinase 1– IKKε (IκB kinase ε) untuk menginduksi fosforisasi dari IFN regulatory factor 3 (IRF3). Adanya RVP membantu sehingga IRF3 tidak terfosforisasi dan selanjutnya tidak mengalami dimerisasi untuk ditransportasikan ke nukleus sehingga dapat menginduksi transkripsi dari IFNB dalam konjungsinya dengan activating transcription factor 2 (ATF2) dan nuclear factor -κB (NF-κB). Dalam sebuah studi lain ditunjukan bahwa induksi IFNβ setelah adanya sinyal dari TLR3. Namun fungsi TLR ini masih belum pasti dalam infeksi rabies. RVP menghambat induksi IFNβ dengan mencegah fosforisasi oleh IRF3, sehingga IRF3 tetap tinggal dalam sitosol. Level ekspresi dari virus phosphoprotein ini sangat krusial dalam mencegah respon IFN 1, hal ini dibuktikan dengan tidak terjadinya penekanan produksi IFNβ pada RABV rekombinan yang memiliki level phosphoprotein yang rendah (Schnell et al ., 2010).
Selanjutnya RVP juga dapat menghambat jalur transduksi IFN tipe I (IFNα dan IFNβ) dan tipe II (IFNγ). Inhibisi oleh phosphoprotein terhadap IFN terjadi setelah induksi terhadap reseptor IFN tipe I dan tipe II IFN (IFNR), STAT1 ( Signal Transducer and Activator of Transcription 1) di fosforisasi oleh JAK (Janus kinase). RABV akan berikatan dengan STAT1 yang sudah difosforisasi tersebut sehingga mencegah translokasinya ke nukleus dan mencegah transkripsi dari respon antiviral. Pada nukleus, bentuk pendek dari protein RABV akan berikatan dengan kompleks heterodimer STAT1 dan STAT2 dan IRF9 yang membentuk kompleks ISFG3 (IFN- stimulated growth factor 3) serta homodimer STAT1. Mekanisme ini akan mencegah aktivasi transkripsi dari ISRE (IFN- stimulated response element ) dan GAS (γ- activated sequence ) serta pada akhirnya mencegah respon imun tipe I dan tipe II dari IFN- dependent immune response . Mekanisme penghindaran RABV terhadap respon imun awal ( Innate immunity ) ini merupakan mekanisme penting dalam infeksi RABV yang selanjutnya (Schnell et al ., 2010).
Gambar 2. Skema mekanisme penghindaran RABV dari Innate immunity melalui penghambatan aktivasi IFN pathway (Schnell et al ., 2010).
Selain aktivasi IFN pathway (Niu et al ., 2011; Wang et al ., 2005), RABV juga diketahui dapat menginduksi ekspresi gen yang mengkodekan molekul inflamatori seperti kemokin, sitokin dan komponen komplemen. Sitokin IL-1 dan IL-6, kemokin famili C-C (khusunya CCL5) dan C-X-C (CXCL10) serta komponen komplemen banyak dijumpai pada sistem saraf. Pada mencit yang disuntikan dengan dosis RABV yang kecil, respon imun awal ini terbukti berhasil meginduksi apoptosis serta meningkatkan permeabilitas Blood–Brain Barrier (BBB) sehingga pada akhirnya RABV dapat dibersihkan dari sistem saraf (Rieder et al ., 2011). Namun pada injeksi RABV dengan dosis besar, yang pada umumnya terjadi pada kasus gigitan HPR ( street RABV), respon imun awal ( innate immunity ) terbukti tidak dapat mengatasi dan membersihkan RABV dari sistem saraf. RABV diketahui memiliki mekanisme khusus untuk menghindari dan menghambat respon imun awal ( innate immune respon ) dari tubuh inangnya terutama dari IFN pathway yaitu dengan mencegah pengenalan PAMP oleh TLR terutama TLR-3 (Lafon, 2011).
## Gejala klinis
Masa inkubasi dari RABV pada hewan biasanya berkisar antara 14-90 hari sedangkan pada manusia bias berlangsung lebih lama yaitu sekitar 2-7 tahun sebelum munculnya gejala klinis. Secara umum rabies memiliki manifestasi klinis yang hampir sama pada semua spesies rentannya namun pada individu yang terinfeksi rabies sering tampak adanya variasi- variasi klinis (Singh et al. , 2017).
Gejala klinis rabies dibagi dalam tiga fase atau stadium yaitu:
1) Fase prodromal
Fase ini berlangsung selama 2-3 hari. Hewan mengasingkan diri ditempat gelap dan dingin. Hewan menyalak parau, suhu badan sedikit naik, dilatasi pupil, refleks kornea berkurang dan menjadi agresif. Manifestasi klinis utama yang muncul dalam fase ini adalah perubahan tingkah laku dari hewan yang terinfeksi.
2) Fase eksitasi
Fase ini berlangsung 3-7 hari. Hewan semakin peka, gelisah, lesu, nervous , takut pada sinar dan suara. Hewan cenderung bergerak dan mengembara, memakan makanan yang lain dari biasanya, serta menggigit semua yang ditemuinya. Kalau hewan ini dikurung maka akan terus menyalak dengan suara parau akibat paralisa otot laring. Paralisa otot menyebabkan hipersalivasi, napas cepat dan berat, terjadi konvulasi dan inkoordinasi.
3) Fase paralitik
Fase ini berlangsung selama 10-12 hari dimulai dari fase prodromal. Hewan akan mengalami inkoordinasi, kemudian paralisis pada seluruh tubuh, koma dan akhirnya mati.
Berdasarkan bentuk klinisnya maka rabies teridentifikasi memiliki 2 bentuk gejala klinis yaitu (1) Bentuk ganas ( furious ) dan (2) Bentuk tenang atau paralitik ( dumb ). Pada bentuk ganas hewan tampak menujukan gejala klinis berupa perubahan tingkah laku yang menyebabkan hewan tampak sangat aktif dan agresif, gelisah dan akan menjadi sangat berbahaya bila menjadi berani dengan manusia dan menggigit apapun yang menarik perhatiannya (MacLachlan et al ., 2011). Hewan yang terinfeksi rabies juga umumnya menunjukan gejala hidrofobia akibat paralis faringeal, hipersalivasi, hipersensitif terhadap cahaya dan suara dan terjadi hyperesthesia. Seiring dengan berkembangnya encephalitis maka gejala terjadinya paralisa pun semakin terlihat. Pada kondisi terminal dari rabies maka konvulsi, seizures, koma, dan kegagalan respirasi pun terjadi yang diakhiri dengan terjadinya
kematian 2-14 hari setelah munculnya gejala klinis. Berbeda denga bentuk ganas yang memeiliki waktu eksitasi yang panjang, bentuk tenang memiliki masa eksitasi yang angat singkat dimana hewan yang terinfeksi rabies hanya menunjukan gejala klinis saat sudah mencapai tahap akhir infeksi dengan gejala utama berupa paralisis otot yang dicirikan dengan terjadinya “ dropped jaw ”. Kematian pada bentuk tenang ini biasanya terjadi kurang dari 48 jam sejak gejala klinis terlihat (MacLachlan et al ., 2011; WOAH, 2023).
Temuan patohistologi penting yang dapat ditemukan pada hewan terinfeksi RABV adalah adanya badan inklusi eosinofilik intrasitoplasmik ( Negri bodies ) pada neuron terutama pada hippocampus dan sel Purkinje dari serebellum. Ganglioneuritis terutama pada Gasserian ganglion juga dapat ditemukan ada beberapa kasus infeksi RABV (WOAH, 2023).
## Teknik Diagnostik
Meskipun observasi klinis dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan diagnosa sementara untuk menentukan hewan tersangka rabies namun untuk menentukan diagnosa pasti dari rabies maka diagnosis harus dibuktikan dengan pemeriksaan diagnostik laboratorik. Sampel utama alam pemeriksaan laboratorik rabies adalah otak terutama bagian talamus, pons dan medulla. Meskipun demikian sampel dari organ lain seperti glandula salivarius juga dapat digunakan dalam identifikasi virus. Sedangkan untuk uji serologis terutama untuk tujuan sero-surveilens dapat menggunakan serum hewan penular rabies (WOAH, 2023).
Teknik diagnostik yang menjadi gold standard dalam identifikasi RABV dan menjadi rekomendasi dari OIE dan WHO adalah Fluorescent Antibody Test (FAT) karena sensitivitas dan spesifitas serta aplikasinya yang murah dan cepat. Selain FAT, teknik diagnostik identifikasi virus RABV yang dapat digunakan adalah Immunoperoxidase , ELISA ( Enzyme-Linked Immunosorbent Assay ) capture antigen dan RIDT ( Rapid Immunodiagnostic Test ) untuk test cepat yang murah dan mudah untuk diaplikasikan pada negara-negara sedang berkembang. Untuk teknik diagnostik molekular dari RABV dapat digunakan teknik deteksi RNA virus dengan menggunakan PCR-ELISA, reverse transcription PCR, real-time PCR dan hybridisation in situ yang sensitif serta dapat dilakukan dengan cepat (MacLachlan et al ., 2011; WOAH, 2023).
## SIMPULAN
1) Rabies pada anjing ( canine rabies ) disebabkan oleh rabies virus (RABV), virus neurotropik yang berasal dari ordo Mononegavirales , famili Rhabdoviridae , genus Lyssavirus .
2) Gigitan anjing rabies pada umumnya mampu membawa RABV sampai ke bagian dalam otot dan jaringan konektif dimana replikasi awal virus akan terjadi pada miosit dari jaringan otot bergaris atau jaringan subepitel. Virus selanjutnya berjalan menuju sistem saraf perifer hingga mencapai sistem saraf pusat.
3) Kemampuan menghindari respon imun awal ( innate immunity ) merupakan mekanisme imunopatogenesis utama yang digunakan oleh RABV sehingga mampu menginfeksi sistem saraf pusat. Mekanisme utama yang digunakan oleh RABV dalam menghindari respon imun tubuh terutama respon imun awal adalah dengan mencegah aktivasi IFN pathway yang pada akhirnya mencegah terjadi reaksi inflamasi dari respon imun tubuh.
## DAFTAR PUSTAKA
Albertini, A. A. V, Ruigrok, R. W. H., & Blondel, D. 2011. Chapter 1 - Rabies Virus Transcription and Replication. In A. C. Jackson (Ed.), Research Advances in Rabies (Vol. 79, pp. 1–22). Academic Press. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/B978-0-12-387040-7.00001-9 Badrane, H., Bahloul, C., Perrin, P., & Tordo, N. 2001. Evidence of two Lyssavirus phylogroups with distinct pathogenicity and immunogenicity. Journal of virology,
75(7), 3268–3276.
https://doi.org/10.1128/JVI.75.7.3268-3276.2001
Begeman, L., GeurtsvanKessel, C., Finke, S., Freuling, C. M., Koopmans, M., Müller, T., … Kuiken, T. 2018. Comparative pathogenesis of rabies in bats and carnivores, and implications for spillover to humans. The Lancet Infectious Diseases , 18 (4), e147–e159. https://doi.org/10.1016/S1473-3099(17)30574-1
Chopy, D., Pothlichet, J., Lafage, M., Megret, F., Fiette, L., Si-Tahar, M., & Lafon, M. 2011. Ambivalent Role of the Innate Immune Response in Rabies Virus Pathogenesis.
Journal of Virology , 85 (13), 6657–6668.
https://doi.org/10.1128/JVI.00302-11
Consales, C. A. 2014. Rabies review : Immunopathology , clinical aspects and treatment, (June). https://doi.org/10.1590/S1678-91992007000100002
Dietzschold, B., & Schnell, M. 2009. Concepts in the pathogenesis of rabies, 3 (5), 481–490. https://doi.org/10.2217/17460794.3.5.481.Concepts
Fooks A. 2004. The challenge of new and emerging lyssaviruses. Expert review of vaccines, 3(4), 333–336. https://doi.org/10.1586/14760584.3.4.333
Fooks, A. R., Banyard, A. C., Horton, D. L., Johnson, N., McElhinney, L. M., & Jackson, A. C. 2014. Current status of rabies and prospects for elimination. The Lancet , 384 (9951), 1389–1399.
https://doi.org/10.1016/S0140-6736(13)62707-5
Fooks, A. R., Cliquet, F., Finke, S., Freuling, C., Hemachudha, T., Mani, R. S., … Banyard, A. C. 2017. Rabies. Nature Reviews Disease Primers , 3 . https://doi.org/10.1038/nrdp.2017.91
Gunawardena, P. S., Marston, D. A., Ellis, R. J., Wise, E. L., Karawita, A. C., Breed, A. C., McElhinney, L. M., Johnson, N., Banyard, A. C., & Fooks, A. R. 2016. Lyssavirus in Indian Flying Foxes, Sri Lanka. Emerging infectious diseases, 22(8), 1456–1459. https://doi.org/10.3201/eid2208.151986
Hooper, D. C. 2005. The role of immune responses in the pathogenesis of rabies, 88–92. https://doi.org/10.1080/13550280590900418
Horton, D. L., Banyard, A. C., Marston, D. A., Wise, E., Selden, D., Nunez, A., Hicks, D., Lembo, T., Cleaveland, S., Peel, A. J., Kuzmin, I. V., Rupprecht, C. E., & Fooks, A. R. 2014. Antigenic and genetic characterization of a divergent African virus, Ikoma lyssavirus. The Journal of general virology , 95 (Pt 5), 1025–1032. https://doi.org/10.1099/vir.0.061952-0
Johnson, N., Agency, P. H., Cunningham, A. F., Fooks, A. R., & Affairs, R. 2010. The immune response to rabies virus infection and vaccination, (April 2018). https://doi.org/10.1016/j.vaccine.2010.03.039
Koyuncu, O., Hogue, I., & Enquist, L. 2013. Virus Infections in the Nervous System . Cell host & microbe (Vol. 13). https://doi.org/10.1016/j.chom.2013.03.010
Lafon, M. 2008. Immune evasion, a critical strategy for rabies virus. Developments in Biologicals , 131 (August), 413–419.
Lafon, M. 2011. Evasive Strategies in Rabies Virus Infection . Advances in Virus Research (1st ed., Vol. 79). Elsevier Inc. https://doi.org/10.1016/B978-0-12-387040-7.00003-2
MacLachlan, N. J., & Dubovi, E. J. (Eds.). 2011. Rabdhoviridae. In Fenner’s Veterinary Virology (Fourth Edition) (4th ed., pp. 179–201). Tokyo: Academic Press.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/B978-0-12-375158-4.00009-2
Marston, D. A., Ellis, R. J., Wise, E. L., Aréchiga-Ceballos, N., Freuling, C. M., Banyard, A. C., McElhinney, L. M., de Lamballerie, X., Müller, T., Fooks, A. R., & Echevarría, J. E. 2017. Complete Genome Sequence of Lleida Bat Lyssavirus.
Genome announcements, 5(2), e01427-16.
https://doi.org/10.1128/genomeA.01427-16
Mebatsion, T., Weiland, F. & Conzelmann, K. K. 1999. Matrix protein of rabies virus is responsible for the assembly and budding of bullet-shaped particles and
interacts with the transmembrane spike glycoprotein G. J. Virol. 73 , 242–250
Menager, P. et al. . 2009. Toll-like receptor 3 (TLR3) plays a major role in the formation of rabies virus Negri bodies . PLoS Pathog. 5 , e1000315
Niu, X., Wang, H., & Fu, Z. F. 2011. Role of Chemokines in Rabies Pathogenesis and Protection . Advances in Virus Research (1st ed., Vol. 79). Elsevier Inc. https://doi.org/10.1016/B978-0-12-387040-7.00005-6
Rieder, M., & Conzelmann, K. K. 2011. Interferon in Rabies Virus Infection . Advances in Virus Research (1st ed., Vol. 79). Elsevier Inc.
https://doi.org/10.1016/B978-0-12-387040-7.00006-8
Schnell, M. J., McGettigan, J. P., Wirblich, C., & Papaneri, A. 2010. The cell biology of rabies virus: Using stealth to reach the brain. Nature Reviews Microbiology ,
8 (1), 51–61. https://doi.org/10.1038/nrmicro2260
Singh, R., Singh, K. P., Cherian, S., Saminathan, M., Kapoor, S., Reddy, G. B. M., … Dhama, K. 2017. Rabies – epidemiology , pathogenesis , public health concerns and advances in diagnosis and control : a comprehensive review, (June). https://doi.org/10.1080/01652176.2017.1343516
Walker P.J., Freitas-Astúa J., Bejerman N., Blasdell K.R., Breyta R., Dietzgen R.G., Fooks A.R., Kondo H., Kurath G., Kuzmin I.V., Ramos-González P.L., Shi M., Stone D.M., Tesh R.B., Tordo N., Vasilakis N., Whitfield A.E. & ICTV Report, Consortium .2023. ICTV Virus Taxonomy Profile: Rhabdoviridae 2022. J. Gen. Virol., 103. https://doi.org/10.1099/jgv.0.001689.
Wallace, RM, Blanton,J. 2020. Chapter 4 - Epidemiology. In 'Rabies (Fourth Edition).' (Eds AR Fooks, AC Jackson.) pp. 103-142. (Academic Press: Boston)
Wang, Z. W., Sarmento, L., Wang, Y., Li, X., Dhingra, V., Tseggai, T., … Fu, Z. F. 2005. Attenuated Rabies Virus Activates , while Pathogenic Rabies Virus Evades , the Host Innate Immune Responses in the Central Nervous System Attenuated Rabies Virus Activates , while Pathogenic Rabies Virus Evades , the Host Innate Immune Responses in the Ce. Society , 79 (19), 12554–12565. https://doi.org/10.1128/JVI.79.19.12554
WOAH. 2023. Classical Rabies Virus . WOAH Terresterial Manual . Retrieved from http://www.oie.int/fileadmin/Home/eng/Health_standards/tahm/2.08.03_C SF.pdf
Weiland, F., Cox, J. H., Meyer, S., Dahme, E., & Reddehase, M. J. 1992. Rabies Virus Neuritic Paralysis : Immunopathogenesis of Nonfatal Paralytic Rabies,
66 (8), 5096–5099.
Weyer, J., Kuzmin, I. V., Rupprecht, C. E., & Nel, L. H. 2008. Cross-protective and cross-reactive immune responses to recombinant vaccinia viruses expressing full-length lyssavirus glycoprotein genes. Epidemiology and infection , 136 (5),
670–678. https://doi.org/10.1017/S0950268807008965
Wu, G, Selden, D, Fooks, AR, Banyard, A .2017. Inactivation of rabies virus. Journal of Virological Methods 243, 109-112.
|
9cab06df-0226-46aa-b836-ba1aa8797d7e | https://journal.trunojoyo.ac.id/rekayasa/article/download/5920/4246 | Journal of Science and Technology https://journal.trunojoyo.ac.id/rekayasa Rekayasa. 2020; 13(1): 45-48 ISSN: 0216-9495 (Cetak) ISSN: 2502-5325 (Online)
Article History:
Received: August, 27 th 2019; Accepted: January, 12 th 2020 ISSN: 2502-5325 (Online) Terakreditasi Peringkat 3 oleh Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi ( ARJUNA), berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan No: 23/E/KPT/2019 tanggal 8 Agustus 2019
Cite this as: Fitria, L., Desmaian, H., Marcelina, M., Syafrianto, K., & Khairi, S. (2020). Status Mutu Air pada Lahan Gambut di Sungai Putat Kota Pontianak Kalimantan Barat. Rekayasa, 13(1), 45-48. doi: https://doi.org/10.21107/rekayasa.v13i1.5920 © 2020 Author(s)
## Status Mutu Air pada Lahan Gambut di Sungai Putat Kota Pontianak Kalimantan Barat
Laili Fitria 1*) , Herda Desmaiani 2) Marcelina 3) M. Khalid Syafrianto 4) Syahrul Khairi 5) 1,2, Teknik Lingkungan, 3,5 Teknik Kimia, 4 Teknik Pertambangan Universitas Tanjungpura 1 fitria.laili@gmail.com
DOI: https://doi.org/10.21107/rekayasa.v13i1.5920
ABSTRAK Keberadaan sungai sebagai air permukaan sangat diperlukan bagi kelangsungan kehidupan manusia, antara lain se - bagai air baku minum, air baku irigasi pertanian, peternakan, pembangkit listrik, rekreasi, dan sebagainya. Diketahui juga bahwa PDAM Tirta Khatulistiwa Kota Pontianak belum melayani seluruh penduduk Kota Pontianak. Sehingga ma - sih ada masyarakat yang memenuhi keperluan air bersih menggunakan air sungai/parit yang ada di Kota Pontianak. Di Sungai Putat yang termasuk kawasan gambut, masyarakat masih menggunakan air sungai tersebut sebagai sumber air bersih. Kualitas perairan sungai merupakan suatu cara yang dapat menduga dan mengevaluasi adanya perubahan lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui status mutu air pada lahan gambut, tepatnya di Sungai Putat. Stan - dar status mutu air yang digunakan adalah air kelas II berdasarkan PP 82 tahun 2001. Pengambilan sample air menggu - nakan purposive sampling di 3 titik pada Sungai Putat. Analisis status mutu menggunakan metode STORET. Diketahui bahwa status mutu Sungai Putat Kota Pontianak tercemar sedang. Sehingga dibutuhkan pengendalian pencemaran air terhadap Sungai Putat.
Kata Kunci : Gambut, Status Mutu, Sungai.
## PENDAHULUAN
Keberadaan sungai sebagai air permukaan sangat diperlukan bagi kelangsungan kehidupan manu- sia, antara lain sebagai air baku minum, air baku irigasi pertanian, peternakan, pembangkit listrik, rekreasi, dan sebagainya. Oleh karena itu sudah selayaknya diberikan perhatian yang cukup besar terhadap sungai, khususnya dalam menjaga kual- itasnya agar tetap dapat digunakan secara layak dan berkelanjutan (Liu, Zhi Jun, Wller, Donald E., Jordan, Thomas E., Correll, David L., Boomer, 2008). Namun demikian, banyak sungai besar di dunia yang telah tercemar akibat aktivitas manusia (an- thropogenic) (Hendrawan, 2005).
Berdasarkan Keputusan Walikota Pontianak No- mor 398/D-CKTRP/Tahun 2015 tentang Peneta- pan Lokasi Perumahan Kumuh dan Pemukiman Kumuh di Kota Pontianak, Kelurahan Siantan Hilir merupakan salah satu Kelurahan yang termasuk pemukiman kumuh. Melalui observasi lapangan diketahui bahwa di Sungai Putat tidak pernah dilakukan pemeliharaan oleh Dinas PU sehingga ada sedimentasi di beberapa titik. Namun Sungai Putat tetap dijadikan sebagai sumber air bersih bagi masyarakat tepian Sungai Putat.
Tindakan sederhana yang bisa dilakukan untuk
mengendalikan tingkat pencemaran sungai adalah melakukan monitoring secara kontinu. Monitoring kualitas air yang dilakukan secara konsisten dapat memberikan informasi status mutu dan menjaga ke¬berlanjutannya bagi ekosistem setempat (Fula- zzaky, M.A,, Seong, T.W., dan Masirin, 2010).
Beberapa metode monitoring telah banyak dikem- bangkan di berbagai dunia untuk mengetahui status mutu (kualitas) suatu sumber air. Salah satu metode yang dikembangkan adalah meng- gunakan pendeka¬tan metode STORET. Metoda STORET merupakan salah satu metoda untuk me- nentukan status mutu air yang umum digunakan. Dengan metoda STORET ini dapat diketahui pa- rameter-parameter yang telah memenuhi atau melampaui baku mutu air. Cara untuk menentu- kan status mutu air adalah dengan menggunakan sistem nilai dari “US-EPA (Environmental Protec- tion Agency)” (Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia, 2003).
Kualitas perairan sungai merupakan suatu alat yang dapat menduga dan mengevaluasi terjadin- ya perubahan lingkungan. Kualitas air dari suatu perairan dapat dinyatakan baik apabila telah me- menuhi persyaratan yang telah ditentukan sesuai dengan peruntukannya, seperti bahan baku air minum, prasarana/sarana rekreasi, industri, peri-
kanan, peternakan dan pertanian. Suatu perairan dikatakan telah tercemar apabila beban pence- marnya telah melampaui kriteria baku mutu air yang ditentukan dalam Peraturan Pemerintah No- mor 82 Tahun 2001. Kondisi ini bila tidak dikelola dengan baik akan segera menimbulkan dampak yang negatif terhadap masyarakat Kota Pontianak (Yulistiana, 2007), khususnya di Sungai Putat.
Sehingga perlu dilakukan penelitian terhadap Sta- tus Mutu Air Sungai di Sungai Putat Kota Ponti- anak untuk mengevaluasi terjadinya perubahan lingkungan. Pada penilaian status mutu ini, standar yang digunakan adalah mutu air bersih (air kelas II sesuai PP 82 tahun 2001). Dengan mengetahui sta- tus mutu air, bisa digunakan sebagai early warning system terhadap kualitas air bersih.
## METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Sungai Putat yang bera- da di Kelurahan Siantan Hilir Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat. Pengambilan sample air sungai dilaksanakan pada bulan Mei 2017. Teknik pengambilan sampel air mengacu pada SNI 6989.57 Tahun 2008 Tentang Metoda Pengambilan Contoh Air Permukaan. Uji kualitas air mengacu pada PP Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pen- gendalian Pencemaran Air. Standar yang dipilih adalah Kelas II sesuai dengan peruntukan air sun- gai di Sungai Putat, yakni sebagai air bersih.
Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu bak ukur untuk mengukur kedalaman parit, GPS (Global Positioning System) untuk mengeta- hui koordinat titik lokasi pengambilan sampel air sungai, pita ukur untuk mengukur lebar Sungai Putat. Untuk perhitungan debit dilakukan secara manual yakni dengan menggunakan kecepatan bola/pelampung. Selain itu juga dibutuhkan stop-
watch untuk mengukur waktu, botol sample air se- bagai wadah sample air, termometer untuk men- gukur suhu pada sample air, pelampung untuk mengukur kecepatan arus air, cooling box sebagai wadah pengawetan sampel, serta alat tulis untuk mencatat data di lapangan.
Pengambilan sampel pada air di saluran primer diambil dengan cara pengambilan sampel sesaat (grab sampling) sesuai dengan SNI 06-2412-1991. Sampel sesaat atau grab sampling yaitu sampel yang diambil secara langsung dari badan air yang sedang dipantau kualitasnya. Sampel ini hanya menggambarkan karakteristik kualitas air pada saat pengambilan sampel air tersebut (Effendi, 2003). Pengambilan sampel dilakukan di beberapa titik. Debit sungai diukur terlebih dahulu kemudian ditentukan jumlah titik pengambilan sampel.
Di sepanjang aliran Sungai Putat terdapat aktivitas masyarakat yang menghasilkan limbah dan men- galir ke Sungai Putat, antara lain terdapat lokasi tempat pencucian motor, area pertanian, perkebu- nan, bengkel serta mandi cuci kakus (MCK). Titik pengambilan sample air yaitu bagian hulu, tengah dan hilir dari Sungai Putat.
Kondisi bagian hulu Sungai Putat merupakan la- han gambut yang masih semak dan sebagian di- gunakan untuk pertanian. Bagian tengah terletak di tengah pemukiman penduduk, selain itu lahan digunakan untuk aktivitas pemukiman dan perta- nian. Kondisi existing pada bagian hilir, lahan di- gunakan untuk pemukiman dan terdapat pemaka- man umum.
Uji kualitas air sungai berguna untuk mengetahui kadar pencemar di perairan tersebut. Parameter yang diuji adalah pH, oksigen terlarut (Dissolved Oxygen), residu tersuspensi, BOD5, COD, total fos- fat, nitrat, nitrit, amoniak dan total coliform.
## Gambar 1. Lokasi Titik Pengambilan Sample Air
Analisis data meliputi kualitas air, perhitungan debit air di saluran primer, analisis status mutu air. Berikut merupakan beberapa persamaan yang di- gunakan untuk mendukung analisis sampel : Perhitungan debit menggunakan persamaan :
Q=A.v …................…………….………………………….(1) dengan, Q : Debit (m3/dtk) A : Luas penampang basah saluran (m2) v : Kecepatan arus (m/dtk) Penentuan status mutu air sungai Putat dilakukan dengan metode STORET. Secara prinsip metode STORET adalah membandingkan antara data kual- itas air dengan baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya guna menentukan status mutu air. Cara untuk menentukan status mutu air adalah dengan menggunakan sistem nilai dari “US-EPA (Environmental Protection Agency)” den- gan mengklasifikasikan mutu air dalam empat ke - las, yaitu :
1. Kelas A : baik sekali, skor = 0 → memenuhi baku mutu
2. Kelas B : baik, skor = -1 s/d -10 → cemar ringan
3. Kelas C : sedang, skor = -11 s/d -30 → cemar sedang
4. Kelas D : buruk, skor ≥ -31 → cemar berat Penentuan status mutu air dengan menggunakan metoda STORET dilakukan dengan langkah se- bagai berikut : (1) Lakukan pengumpulan data kualitas air dan debit air secara periodik sehingga membentuk data dari waktu ke waktu ( time series data ). (2) Bandingkan data hasil pengukuran dari masing-masing parameter air dengan nilai baku mutu yang sesuai dengan kelas air. (3) Jika hasil pengukuran memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran < baku mutu) maka diberi skor 0. (4) Jika hasil pengukuran tidak memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran > baku mutu), maka diberi skor seperti pada Tabel 1. (5) Jumlah nega- tif dari seluruh parameter dihitung dan ditentu- kan status mutunya dari jumlah skor yang didapat dengan menggunakan sistem nilai.
Tabel 1. Penentuan sistem nilai untuk menentukan status mutu air (Menteri Negara Lingkungan Hid- up Republik Indonesia, 2003)
Jumlah Contoh* Nilai Parameter Fisika Kimia Biologi <10 Maksimum -1 -2 -3 Minimum -1 -2 -3 Rata-rata -3 -6 -9 ≥10 Maksimum -2 -4 -6 Minimum -2 -4 -6 Rata-rata -6 -12 -18
keterangan: *) jumlah parameter yang digunakan untuk penentuan status mutu air
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pen- gendalian Pencemaran Air, air Sungai Putat terma- suk air klasifikasi mutu air kelas 2, hal ini dikare - nakan air dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peter- nakan, untuk mengairi pertanaman, dan peruntuk- kan lainnya. Sehingga hasil uji kualitas air Sungai Putat dapat dibandingkan dengan baku mutu air kelas II yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Berdasarkan tabel 2, maka dapat diketahui bahwa parameter pH titik 1 dan titik 2 tidak memenuhi kriteria mutu air kelas II. Keasaman gambut terja- di karena adanya senyawa fenolat dan karboksi- lat dari proses dekomposisi bahan organik pada lahan gambut. Kemasaman tanah gambut tropika umumnya tinggi (pH 3-5), disebabkan oleh bu- ruknya kondisi pengatusan dan hidrolisis asam- asam organik, yang didominasi oleh asam fulvat dan humat (Widjaja-Adhi, 1988; Rachim, 1995 da- lam Dariah, Maftuah, & Maswar, 2013). Sehingga pada parameter pH, nilai yang dihasilkan bersifat asam. Derajat keasaman yang rendah ini dikare- nakan pada titik 1 (Hulu) dan titik 2 (tengah), je- nis tanah di lokasi tersebut adalah tanah gambut. Tanah gambut mempengaruhi pH dalam suatu perairan menjadi rendah atau cenderung asam.
Parameter COD dan total fosfat sebagai P pada titik 1, titik 2 dan titik 3 tidak memenuhi kriteria mutu air kelas II. Hal ini dikarenakan adanya lim- bah domestik atau pembuangan hasil toilet, lim- bah rumah tangga dan industri yang terdapat di Tabel 2. Perbandingan Hasil Uji dengan Baku Mutu Air Kelas II
No. Parameter Uji Satu- an Hasil Uji Kriteria Mutu Air Kelas II (PP No.82 Tahun 2001) Titik 1 (Hulu) Titik 2 (Tengah) Titik 3 (Hilir) 1 pH - 4,0 5,2 6,3 6 – 9 2 DO mg/L 4,9 7,5 7,6 Min. 4 3 Residu Tersuspensi mg/L 0,4 11,2 8 Maks. 50 4 BOD 5 mg/L 0,4 0,65 2,63 Maks. 3 5 COD mg/L 91,2 90,3 92,1 Maks. 25 6 Total fosfat sebagai P mg/L 0,999 1,43 1,17 Maks. 0,2 7 Nitrat sebagai NO 3 -N mg/L 3,47 2,16 1,89 Maks. 10 8 Nitrit sebagai NO 2 -N mg/L 0,019 0,024 0,038 Maks. 0,06 9 Amoniak sebagai NH 3 -N mg/L 0,003 0,102 1,74 - 10 Total Coli- form Koloni/ 100mL 610 140 70 Maks. 5000
48 | Fitria, L., dkk, Status Mutu Air pada Lahan Gambut di Sungai Putat ..
sepanjang tepian Sungai Putat. Limbah yang di- hasilkan akan mempengaruhi kadar COD suatu perairan. Kadar COD dipengaruhi oleh reaksi oksi- dasi yang terjadi di dalam air. Reaksi ini merupakan penambahan atau pengikatan oksigen oleh suatu unsur atau senyawa. Secara umum faktor lingkun- gan yang mempengaruhi konsentrasi COD pada air tanah dapat dikategorikan sebagai sumber kontaminan langsung dan tidak langsung. Sumber langsung meliputi efluen yang keluar dari indus - tri, dan sebagainya. Sumber tidak langsung yaitu kontaminan yang memasuki badan air dari tanah, air tanah, atau atmosfer berupa hujan. Tanah dan air tanah mengandung sisa dari aktivitas pertani- an seperti pupuk dan pestisida. Kontaminan dari atmosfer juga berasal dari aktivitas manusia yaitu pencemaran udara yang menghasilkan hujan asam. Hasil penelitian serupa juga menunjukkan hal yang sama, yakni nilai COD bernilai tinggi akibat adanya buangan limbah domestik akibat pemukiman. Se- mentara, nilai COD melebihi standar baku mutu di bagian hulu, akibat proses eutrofikasi (Pramaning - sih, Suprayogi, & Setyawan Purnama, 2017).
Parameter Total Fosfat pada titik 1, titik 2 dan tit- ik 3 tidak memenuhi kriteria mutu air kelas II. Hal ini dikarenakan terdapat aktivitas pertanian pada bagai hulu dan pertengahan sekitar Sungai Putat. Penggunaan pupuk oleh petani setempat mem- pengaruhi Total Fosfat yang terdapat di perairan tersebut. Penggunaan detergen hasil dari limbah rumah tangga juga mempengaruhi kadar Total Fosfat menjadi tinggi.
Penentuan status mutu air sungai menggunakan metode STORET. Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air, prinsip dari metode STORET adalah memband- ingkan antara data kualitas air dengan baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya guna menentukan status mutu air. Cara untuk menentu- kan status mutu air adalah dengan menggunakan sistem nilai dari “US-EPA (Environmental Protec- tion Agency)” dengan mengklasifikasikan mutu air dalam empat kelas. Berdasarkan perhitungan menggunakan metode STORET, perairan Sungai Putat memiliki skor -28. Hasil skor tersebut dapat dikatakan bahwa Sungai Putat tercemar sedang.
## KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa status mutu Sungai Putat menggunakan metode STORET memiliki skor -28. Hasil skor tersebut dapat dikatakan bahwa Sungai Putat tercemar se- dang. Parameter yang melebihi baku mutu, antara lain pH, COD, dan total Fosfat sebagai P. Diperlu- kan penelitian lanjutan mengenai status mutu sun- gai di Kawasan gambut lainnya, serta adanya pen- gambilan sample air dengan waktu berkala. Selain itu, juga bisa dilakukan perhitungan status mutu air dengan metode lainnya sebagai pembanding.
## DAFTAR PUSTAKA
Dariah, A., Maftuah, E., & Maswar. (2013). Karakter- istik Lahan Gambut. Panduan Pengelolaan Berkelanjutan Lahan Gambut Terdegradasi , 16–29.
Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air: Bagi Penge- lolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Perairan . Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Fulazzaky, M.A,, Seong, T.W., dan Masirin, M. I. M. (2010). Assessment of Water Quality Status for The Selangor River in Malaysia. Water Air Soil Pollution , 205 , 63–77.
Hendrawan, D. (2005). Kualitas Air Sungai dan Situ di DKI Jakarta. MAKARA , 9 (1), 13–19.
Liu, Zhi Jun, Wller, Donald E., Jordan, Thomas E., Correll, David L., Boomer, K. B. (2008). In- tegrated Modular Modeling of Water and Nutrients from Point and Nonpoint Sourc- es in The Patuxent River Watershed. Journal of American Water Resources Association ,
44 (3), 700–723.
Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik In- donesia. (2003). Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 115 tahun 2003 ten- tang Pedoman Penentuan Status Mutu Air .
Pramaningsih, V., Suprayogi, S., & Setyawan Pur- nama, I. L. (2017). Kajian Persebaran Spasial Kualitas Air Sungai Karang Mumus, Sama- rinda, Kalimantan Timur. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan (Jour- nal of Natural Resources and Environmental Management) , 7 (3), 211–218. https://doi. org/10.29244/jpsl.7.3.211-218
Yulistiana, L. (2007). Penentuan Kualitas Air dan Kajian Daya Tampung Sungai Kapuas, Kota Pontianak . IPB.
|
6fabd70e-d9f6-4248-aea5-1137d96bdf6a | https://jurnal.stie-aas.ac.id/index.php/JAIM/article/download/1010/522 |
## IbM STRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM DIVERSIFIKASI PRODUK DAN DIGITAL MARKETING PADA ANGGOTA AISYIYAH RANTING BOJANEGARA KECAMATAN SIGALUH KABUPATEN BANJARNEGARA
## Fatmah Bagis, Bima Cinintya Pratama, Mastur Mujib Ikhsani, Akhmad Darmawan
Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Email : fatmahbagis2014@gmail.com
Abstrak : Perubahan selera konsumen produk makanan, cenderung berlangsung cepat. Produk yang saat ini jadi primadona boleh jadi satu atau dua bulan ke depan bakal tersungkur. Berbagai jenis produk kian bervariasi, muncul silih berganti. Seberapapun larisnya suatu produk suatu ketika akan menyentuh titik jenuh. Buah salak banyak dihasilkan di desa Bojanegara Kecamatan Sigaluh Kabupaten Banjarnegara. Selama ini petani salak menjual hasil panennya langsung ke pasar. Meskipun ada satu dua petani yang mengolah salak tersebut menjadi kerupuk salak. Padahal banyak sekali olahan dan kreasi lain yang dapat dihasilkan dari buah salak tersebut. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pendapatan masyarakat Anggota Aisyiyah Ranting Bojanegara Kecamatan Sigaluh Kabupaten Banjarnegara dengan melakukan diversifikasi produk dari buah salak dan mengaplikasikan digital marketing sebagai media pemasaran. Kegiatan ini dilakukan selama 1 hari dengan jumlah peserta sebanyak 38 orang peserta. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah metode ceramah, tanya jawab, dan diskusi. Adapun hasil dari kegiatan ini adalah bertambahnya pengetahuan peserta dengan keaktifan dan keinginan mereka untuk dapat meningkatkan pendapatan melalui diversfikasi produk dan penerapan digital marketing sebagai media promosi produk yang dihasilkan. Peserta langsung mempraktekkan berbagai macam olahan yang dapat dihasilkan dari buah salak serta mengaplikasikan media sosial sebagai sarana promosinya.
Kata kunci : pelatihan, salak, digital marketing , Aisyiyah Ranting Bojanegara
Abstract : Changes in consumer tastes of food products, tend to take place quickly. Products that are currently excellent can be one or two months down. Various types of products are increasingly varied, one after another. No matter how bestselling a compilation product will meet the saturation point. Thorny palm fruit is widely produced in the village of Bojanegara, Sigaluh District, Banjarnegara Regency. So far, thorny palm farmers sell their crops directly to the market. Although there are one or two farmers who process thorny palm into thorny palm crackers. Previously, there were many preparations and other creations that could be produced from the thorny palm fruit. The purpose of this activity was to increase the income of the community members of Aisyiyah Branch Bojanegara, Sigaluh Subdistrict, Banjarnegara District, by diversifying products from thorny palm fruit and using digital marketing as marketing media. This activity was carried out for 1 day with a total of 38 participants. The method used in this activity is the lecture, question and answer, and discussion methods. The results of this activity add to the knowledge participants with their activeness and demand to be able to increase revenue through product diversification and the application of digital marketing as a media product promotion. Participants immediately practiced various kinds of preparations that could be produced from thorny palm fruit and applied social media as a means of promotion.
Keywords : training, thorny palm, digital marketing, Aisyiyah Ranting Bojanegara
## 1. PENDAHULUAN
Perubahan selera konsumen produk makanan, cenderung berlangsung cepat. Produk yang saat ini jadi primadona boleh jadi satu atau dua bulan ke depan bakal tersungkur. Berbagai jenis produk kian bervariasi, muncul silih berganti. Akibatnya sebuah produk meskipun sempat menjadi favorit konsumen, bisa jadi mencapai titik jenuh karena konsumen beralih ke produk baru yang menurut mereka lebih menarik. Agar bisa tetap bertahan bahkan berada di jalur perkembangan, maka pengusaha perlu mempertimbangkan usaha untuk melakukan diversifikasi produk.
Tjiptono (2001:132) mengemukakan definisi dari diversifikasi produk yaitu upaya mencari dan mengembangkan produk atau pasar baru, atau keduanya, dalam rangka mengejar pertumbuhan, peningkatan penjualan, profitabilitas dan fleksibilitas. Kotler (2001:69) menyatakan konsep diversifikasi produk merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kinerja bisnis yang ada dengan jalan mengidentifikasi peluang untuk menambah bisnis menarik yang tidak berkaitan dengan bisnis perusahaan saat ini. Effendi (1996:109) mengemukakan bahwa diversifikasi produk didefinisikan sebagai suatu perluasan pemilihan barang dan jasa yang dijual oleh perusahaan dengan jalan menambah produk baru atau jasa ataupun memperbaiki tipe, warna, mode ukuran, jenis dari produk yang sudah ada dalam rangka memperoleh laba maksimal. Dari ketiga pendapat tersebut terdapat kesamaan makna diversifikasi produk yaitu memperluas atau menambah terhadap barang atau jasa untuk meningkatkan keuntungan.
Disamping menyiasati perubahan selera konsumen dengan melakukan diversifikasi produk, pengusaha juga harus memperhatikan perkembangan teknologi yang ada, termasuk teknologi di bidang pemasaran yang bernama “ Digital Marketing ”. Keberadaan digital marketing adalah menjawab perubahan perilaku konsumen, yang cenderung ingin dimudahkan, praktis dan cepat. Secara sederhana Digital Marketing adalah segala upaya untuk memasarkan suatu produk atau jasa secara digital melalui internet. Pemasaran yang dimaksud tidak hanya meningkatkan penjualan, tapi juga promosi produk, jasa baru, merek atau bahkan membina hubungan dengan para pelanggan.
Desa Bojanegara Kecamatan Sigaluh Kabupaten Banjarnegara merupakan salah satu desa yang memiliki potensi sumber daya alam yang dapat dikembangkan yaitu buah salak. Saat ini para petani hanya menjual hasil panennya ke tengkulak atau ke pasar langsung, meskipun ada beberapa petani yang mengolah salak menjadi hasil olahan yaitu berupa kerupuk salak. Hal tersebut yang mendasari tim IbM kami untuk memberikan sosialisasi dan pendampingan terhadap masyarakat petani salak yang merupakan Anggota Aisyiyah Desa Bojanegara Kecamatan Sigaluh Kabupaten Banjarnegara untuk melakukan diversifikasi produk dan menerapkan digital marketing dalam upaya meningkatkan pendapatan.
Desa Bojanegara memiliki potensi fisik dan non fisik yang beragam berupa sumberdaya alam maupun sumber daya manusia. Salah satu potensi fisik berupa tanah dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. Sektor pertanian tersebut menjadi mata pencaharian utama bagi penduduk desa Bojanegara. Selain pertanian sebagian lahan juga dipergunakan untuk perkebunan. Dari komoditi perkebunan menghasilkan cabai, singkong, wortel, tomat jagung dan satu lagi komoditi terbesar yang dihasilkan yaitu buah salak.
Hasil perkebunan terutama salak sebagian dijual langsung ke pasar dan sebagian sedikit
diolah menjadi hasil olahan seperti kerupuk. Hal tersebut membuat kami sedikit tercengang, dengan potensi fisik dan nonfisik yang dimiliki, masyarakat belum memanfaatkan dan mengolah komoditi utama di desa Bojanegara.
Permasalahan yang akan diselesaikan tim IbM terhadap Masyarakat Anggota Aisyiyah Desa Bojanegara Kecamatan Sigaluh Kabupaten Banjarnegara adalah:
1) Meningkatkan pendapatan masyarakat Anggota PCA di Desa Bojanegara Kecamatan Sigaluh Kabupaten Banjarnegara melalui program diversifikasi produk dari buah salak.
2) Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan Anggota PCA di Desa Bojanegara Kecamatan Sigaluh Kabupaten Banjarnegara dalam mengunakan Digital Marketing sebagai media promosi.
Berdasarkan analisis situasi dan permasalahan mitra di atas, maka tujuan dilakukannya kegiatan ini adalah adalah memberikan pengarahan kepada kelompok mitra agar dapat meningkatkan pendapatan masyarakat Anggota PCA di Desa Bojanegara Kecamatan Sigaluh Kabupaten Banjarnegara melalui program diversifikasi produk dari buah salak, serta meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan Anggota PCA di Desa Bojanegara Kecamatan Sigaluh Kabupaten Banjarnegara dalam mengunakan Digital Marketing sebagai media promosi.
## 2. METODE PENGABDIAN PADA MASYARAKAT
Dalam pelaksanaan program pengabdian masyarakat ini, metode yang digunakan antara lain :
1) Menggunakan metode ceramah, terkait makna diversifikasi produk, jenis-jenis produk yang dapat dihasilkan dengan bahan baku buah salak,
2) Praktek langsung pembuatan produk tersebut.
3) Pemberikan materi digital marketi ng serta praktek langsung pembuatan media sosial. Sehingga seluruh peserta langsung dapat menerapkan media sosial untuk mempromosikan produk yang dihasilkannya.
Gambar 1. Pelaksanaan Pengabdian
## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan kegiatan IbM dengan judul “Strategi Peningkatan Pendapatan Masyarakat Melalui Program Diversifikasi Produk dan Digital Marketing pada Anggota Aisyiyah Ranting Bojanegara Kecamatan Sigaluh Kabupaten Banjarnegara” telah selesai dilakukan pada tanggal 25 Januari 2020. Para peserta sangat antusias mengikuti program pengabdian ini dan mengikuti acara setiap kegiatan hingga seelesai. Terdapat ketertarikan dari peserta untuk dilakukan pendampingan lebih lanjut terkait rencana pengembangan produk dan penerapan digital marketing sebagai media promosi.
Kegiatan IbM dapat terselenggara dengan sukses dikarenakan banyak faktor yang mendukung antara lain dari pihak mitra Aisyiyah Desa Bojanegara Kecamatan Sigaluh Kabupaten Banjarnegara yang begitu kooperatif memberikan dukungan penuh serta kooperatif dalam membantu kelancaran kegiatan ini. Peserta juga mengikuti kegiatan dengan sangat bersemangat, meskipun kegiatan ini sedikit mengganggu rutinitas keseharian mereka. Peserta kegiatan yang tadinya awam dengan dunia media sosial, dari mulai membuat media sosial hingga dapat langsung praktek mempromosikan produk di media sosial. Setelah diberikan materi dan penjelasan, mereka tambah optimis untuk lebih mengetahui dan lebih antusias untuk mengikuti kegiatan IbM ini.
Melalui pelaksanaan program Iptek Bagi Masyarakat ini diperoleh outcome sebagai berikut:
Tabel 1. Outcome Program Iptek Bagi Masyarakat No Item Sebelum Sesudah 1 Produk yang dihasilkan Salak dijual langsung ke pasar Mengolah salak menjadi berbagai macam produk seperti : - Kerupuk salak - Selai buah salak - Nastar - Sirup buah Salak - Hiasan dari kulit buah salak 2 Cakupan Promosi Lokal dan terbatas Lebih luas dan tahan lama 3 Sistem pemasaran Tradisional dengan media konvensial Modern, promosi menggunakan media online 4 Volume Penjualan Stagnan & kecil Dinamis dan lebih besar 5 Biaya Promosi Besar dan tidak efisien Relatif Efisien 6 Aspek Teknis Perusahaan Relatif rumit dan tidak praktis Lebih sederhana dan praktis
## 4. KESIMPULAN DAN SARAN
Kegiatan Pengabdian Program Ipteks bagi Masyarakat dengan judul “Strategi Peningkatan Pendapatan Masyarakat Melalui Program Diversifikasi Produk dan Digital Marketing pada Anggota Aisyiyah Ranting Bojanegara Kecamatan Sigaluh Kabupaten Banjarnegara”, telah dilaksanakan secara lancar dan baik. Para peserta pelatihan dapat menerima pelatihan dan sosialisasi yang disampaikan dengan baik dan sesuai harapan. Adanya rasa ingin tahu peserta
yang tinggi diharapkan akan meningkatkan kemampuan peserta dalam menciptakan produk baru dan pemanfaatan media sosial untuk promosi.
Materi pelatihan dan sosialisasi yang diberikan adalah diversifikasi produk dan digital marketing . Luaran dari kegiatan ini adalah meningkatkan pemahaman kelompok mitra pentingnya diversifikasi produk dalam rangka meningkatkan pendapatan mitra., meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kelompok mitra dalam mengolah dan memanfaatkan buah salak, menciptakan berbagai macam produk baru berbahan dasar buah salak menjadi produk olahan untuk dijual maupun dikonsumsi sendiri serta Menerapkan digital marketing (melalui media sosial) sebagai media promosi produk yang dihasilkan.
Adapun saran untuk kegiatan selanjutnya dan tindak lanjut dari kegiatan pengabdian ini antara lain perlu dilakukan kegiatan sejenis yang lebih luas pesertanya agar tercakup skala yang lebih besar serta Perlu dilakukan suatu pelatihan yang lebih mendalam untuk meningkatan peran perempuan dalam berwirausaha dengan perluasan jaringan bisnis menggunakan model MLM secara Islami
## DAFTAR PUSTAKA
Effendi, Tadjuddin Noer, 1993, Sumber Daya Manusia Peluang Kerja dan Kemiskinan, Yogyakarta, Tiara Wacana.
Kotler, Philip. 2001. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol. Jakarta: PT. Prehallindo.
Kotler, Philip. 2009. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Erlangga
Kotler, Philip dan Gary Armstrong, 2001, 2008. Prinsip-prinsip Pemasaran, Jilid 1,2 Edisi Kedelapan,Jakarta,Erlangga.
Tjiptono. 2001. Manajemen Pemasaran dan Analisa Perilaku Konsumen, Yogyakarta: BPFE.
|
4ee761f1-cc1d-4feb-b6aa-89ab1e0a96de | https://ejurnal.undana.ac.id/index.php/FISA/article/download/540/475 | ANALISIS SPEKTRAL DAN PENENTUAN HIPOSENTER GEMPA GUNUNG LEWOTOBI DAN EGON SERTA KONDISI SEISMOTEKTONIK DAERAH SEKITARNYA
Stefanus Spulo Sogen 1 , Hery L. Sianturi 1 Jehunias L. Tanesib 1 dan Devy K. Shyabana 2
1) Fisika, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, Jl. Adisucipto Penfui Kupag NTT
2) Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Bandung Email: sogenstefanus07@gmail.com
## Abstrak
Telah dilakukan penelitian tentang analisis spektral dan penentuan hiposenter gempa gunung Lewotobi dan gunung Egon serta hubungannya dengan gempabumi tektonik di daerah sekitarnya. Tujuan penelitian adalah menentukan karakteristik spektral, hiposenter gempa, b-value , serta menyelidiki hubungan antara gempa vulkanik dan gempa tektonik yang terjadi di daerah sekitar. Data kegempaan vulkanik diperoleh dari Pos PGA Lewotobi dan Pos PGA Egon dari tanggal 1 Januari sampai 31 januari 2016. Untuk data kegempaan tektonik diperoleh dari katalog international seismology center (ISC) dan U.S. Geological Survey National Earquake Information Center (USGS/NEIC) dari tahun 1965-2016. Analisis spektral dari gempa yang terekam di seismograf pos PGA digunakan untuk mendapatkan frekuensi dominan, untuk gempa vulkanik dalam, vulkanik dangkal dan tektonik lokal pada gunung Lewotobi digunakan untuk menentukan hiposenter gempa gunung Lewotobi. Untuk data gempabumi tektonik dilakukan analisis b-value . Hasil menunjukan bahwa frekuensi dominan setiap gempa yang terjadi pada gunung Lewotobi: gempa vulkanik dalam 10-13 Hz, vukanik dangkal 4,87-13,6 Hz, tornillo 1,69-16,8 hz , tremor harmonik 1,72-2 Hz, tektonik jauh1,041 – 5,282 Hz, tektonik lokal 1,80-2,79 Hz, hembusan 2,54- 7,53 hz, low frekuensi 0,72-1,97 hz. Untuk gempa yang terjadi di gunung Egon: gempa vulkanik dalam 10-13,0 Hz, vulkanik dangkal 10-12,1 Hz, tremor harmonik 11-20,9 Hz, swarm 11-12,3 Hz, tektonik lokal 11,9-12,6 Hz, tektonik jauh 2,62-12,6 Hz, hembusan 4,88-12,8 Hz, low frekuensi 0,47-3,17 Hz, tornillo 12-12,6 Hz. Hiposenter gempa vulkanik banyak terjadi di gunung Lewotobi laki-laki dan tektonik lokal di baratdaya gunung Lewotobi. Nilai b-value yang diperoleh 1,12 ± 0,18. Dari hasil analisis tidak ditemukan korelasi langsung antara aktivitas vulkanik dan tektonik Katakunci: Lewotobi, Egon, Vulkanik, Tektonik, b-Value .
## Abstract
Has done research on spectral analysis and determination of hypocenter Lewotobi and Egon and its relation to tectonic earthquakes in the surrounding area. The puporse of the research was to determine the spectral characteristics, hypocenter, b-value, as well as investigating the relationship between volcanic earthquake and tectonic earthquake that occurred in the area around. The data of volcanic seismicity obtained from the Lewotobi and Egon PGA Post on January 1 st until January 31 st 2016. And the data of tectonic seismicity obtained from International Seismicity Center (ISC) catalog and U.S. Geological Survey National Earthquake Information Center (USGS/NEIC) on 1965-2016. Spectral analysis of earthquake that recorded on a seismograph in PGA post used to get dominant frequency, the deep volcanic earthquake, shallow volcanic earthquake, and local tectonic on Lewotobi used to determine hypocenter of earthquake of Lewotobi mount. For the data of tectonic earthquake obtained by doing analysis b-value. The results show that dominant frequency each earthquake that occurred on Lewotobi: deep volcanic earthquake 10-13 Hz, shallow volcanic 4,87-13,6 Hz, tornillo 1,69-16,8 Hz, harmonic tremor 1,72- 2 Hz, far tectonic 1,041-5,282 Hz, local tectonic 1,80-2,79 Hz, blowing 2,54-7,53 Hz, low frequency 0,72-1,97 Hz. For earthquake on Egon: deep volcanic earthquake 10-13,0 Hz, shallow volcanic 10-12,1 Hz,9 harmonic tremor 11-20,9 Hz, swarm 11-12,3 Hz, local tectonic 11,9-12,6 Hz, far tectonic 2,62-12,6 Hz, blowing 4,88-12,8 Hz, low frequency 0,47-3,17 Hz, tornillo 12-12,6 Hz. Volcanic hypocenter erthquakemostly occurred in Lewotobilaki-laki and local tectonic occurred on southwest of mount Lewotobi. The value of b-value obtained was 1,12 ± 0,18. From the result of analysis not founded a direct correlation of volcanic and tectonic activity. Keywords: Lewotobi, Egon, Volcanic, Tectonic, b-value
## PENDAHULUAN
Lempeng tektonik merupakan sebuah siklus batuan di bumi yang terjadi dalam skala waktu geologi. Siklus batuan tersebut terjadi dari pergerakan lempeng bumi yang bersifat dinamis. Pergerakan lempeng tektonik yang terjadi mampu membentuk muka bumi serta menimbulkan gejala-gejala atau kejadian- kejadian alam seperti gempa tektonik, letusan gunungapi, dan tsunami.
Indonesia sendiri dilalui oleh tiga lempeng utama yang menyebabkan indonesia memiliki banyak gunungapi dan sering terjadi gempa bumi. Salah satu daerah yang masuk dalam penyebaran gunungapi di Indonesia adalah Nusa Tenggara Timur dimana terdapat 25 gunungapi aktif, diantaranya adalah gunung Lewotobi yang berada di kecamatan Wulanggitang Kabupaten Flores Timur dan gunung Egon yang berada di kecamatan Waigete Kabupaten Sikka Gunungapi Lewotobi dan Egon merupakan gunungapi aktif yang sering melakukan aktivitas vulkanik yang menimbulkan suatu letusan, serta daerah sekitar gunungapi Lewotobi dan Egon merupakan daerah yang aktif akan aktivitas tektonik yaitu gempabumi. Hal ini justru sangat berisiko akan terjadinya suatu bencana alam berupa letusan gunungapi dan gempabumi.
Salah satu metode geofisika yang paling baik dalam mitigasi bencana gunungapi dan gempa bumi yaitu metode seismik, sehingga peneliti melakukan penelitian dengan menganalisis spektral dan penentuan hiposenter gempa gunung Lewotobi dan Egon serta kondisi seismotektonik daerah sekitar gunung Lewotobi dan Egon.
Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah kondisi seismo-vulkanik gunung Lewotobi dan Egon, berdasarkan karakteristik spektral dan hiposenter gempa, kondisi seismo- tektonik daerah sekitar gunung Lewotobi dan gunung Egon berdasakan analisis nilai-b. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui karakteristik spektral dan
sebaran hiposenter gempa gunungapi Lewotobi dan Egon
2. Mengetahui kondisi tektonik daerah sekitar gunungapi Lewotobi dan Egon
3. Menyelidiki hubungan antara gempa bumi tektonik daerah sekitar dengan gempa vulkanik yang terjadi, berdasarkan hasil dari analisis spektral, hiposenter gempa vulkanik dan tektonik lokal dan nilai-b
## TINJAUAN PUSTAKA
Gempabumi tektonik, gempabumi ini disebabkan oleh aktivitas tektonik, yang ditandai dengan adanya pergerakan lempeng- lempeng tektonik dengan arah dan kecepatan yang berbeda-beda. Gempa bumi ini banyak menimbulkan kerusakan. Getaran gempabumi yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian bumi.
Gempabumi vulkanik, aktivitas gempa vulkanik pada gunungapi umumnya dibedakan menjadi dua, yaitu aktivitas di luar gunungapi berupa gugurnya lava, keluarnya uap, aliran lava dan awan panas (fuyroclastic flow) dan aliran lahar. Aktivitas internal yaitu adanya kegempan yang disebabkan oleh bermacam- macam mekanisme seperti gesekan bidang rekahan batuan tubuh gunungapi dan kerusakan geser (shear failure ) akibat dari tekanan geser atau kompresi, traction pada dinding reservoir magma (magma chamber) . Berdasarkan sumber dan perilakunya (Minakami, 1974) gempa vulkanik dibagi menjadi 5 macam, yaitu:
a. Gempa vulkanik tipe A atau gempa dalam. Terjadi pada kedalaman 1 hingga 2 km. gempa ini mempunyai frekuensi tinggi, yaitu antara 5-8 Hz. Impuls pertama cukup jelas. Jenis gempa ini dibedakan fase gelombang P dan S terpisah cukup jelas, S-P time lebih besar dari 0,5 detik.
b. Gempa vulkanik tipe B, terjadi pada kedalaman gempa kurang dari 2 km, dengan impuls pertama cukup jelas walaupun kadang- kadang ‘ emergen ’. Frekuensi gempa sekitar 4-7 Hz, dengan fase gelombang P dan S terpisah secara jelas.
c. Tremor vulkanik, gempa yang disebabkan oleh aktivitas fluida magma. Bentuk
gelombang dari tremor adalah impulsif dan merupakan gelombang stasioner.
d. Gempa hybrid , gempa yang sejenis dengan gempa tipe B, mempunyai amplitudo yang pendek dan saling susul menyusul.
e. Guguran kuba lava atau muncul aliran awan panas (piroklastik mempunyai amplitudo yang tinggi dan turun secara trasien).
Suatu parameter fisis yang berkaitan erat dengan fenomena geofisika adalah frekuensi. Parameter inilah yang menjadi pusat informasi dalam analisis karakteristik sinyal seismik suatu gunungapi.
Oleh karena itu untuk mempermudah analisis sinyal tersebut diperlukan suatu metode yang berfungsi mengubah domain waktu ke dalam domain frekuensi yaitu Transformasi Fourier.
𝑓(𝑡) = 1 2𝜋 ∫ 𝐹(𝜔)𝑒 𝑖𝜔𝑡 𝑑𝜔 ~ −~ (1)
𝐹(𝜔) = |𝐴(𝜔)|𝑒 𝑖𝜔(𝜑) = ∫ 𝑓(𝑡)𝑒 𝑖𝜔𝑡 𝑑𝑡 ~ −~ (2)
𝐹(𝜔) = ∫ 𝑓(𝑡)𝑐𝑜𝑠(𝜔𝑡) ~ −~ 𝑑𝑡
−𝑖 ∫ 𝑓(𝑡)𝑠𝑖𝑛(𝜔𝑡) ~ −~ 𝑑𝑡
= 𝑅𝑒[𝐹(𝜔)] − 𝑖𝐼𝑚[𝐹(𝜔)]
= [𝐹(𝜔)]𝑒 𝑖𝜑(𝜔) (3)
[𝐹(𝜔)] = √𝑅𝑒[𝐹(𝜔)] 2 + 𝐼𝑚[𝐹(𝜔)] 2 (4)
dimana
𝜔 = 𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡
𝐴(𝜔) = 𝑎𝑚𝑝𝑙𝑖𝑡𝑢𝑑𝑜
𝜑(𝜔) = 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡𝑓𝑎𝑠𝑎
𝑅𝑒 = 𝑏𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛𝑟𝑒𝑎𝑙
## 𝐼𝑚 = 𝑏𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛𝐼𝑚𝑎𝑗𝑖𝑛𝑒𝑟
Penentuan hiposenter multi stasiun minimal menggunakan tiga stasiun, tiap stasiun dapat lebih satu komponen. Perhitungan sumber dan pusat gempa dapat menggunakan metode stereografis maupun matematik.
(𝑋 − 𝑋 𝑖 ) 2 + (𝑌 − 𝑌 𝑖 ) 2 + (𝑍 − 𝑍 𝑖 ) 2 = (𝑡 𝑖 − 𝑡 0 ) 2 𝑉 𝑃 2 (5) (𝑡 𝑖 − 𝑡 0 )𝑉 𝑃 = (𝑆 − 𝑃) 𝑖 𝑘 (6)
Di mana: i = 1,2,3, … X, Y, dan Z koordinat sumber gempa yang tidak diketahui X i , Y i , dan Z i koordinat stasiun seismograf Metode ini sebelumnya harus menentukan dulu koordinat masing-masing stasiun
Untuk kondisi seismotektoni nilai b ubungan frekuensi dengan magnitude gempa bumi pertama kali dinyatakan oleh persamaan empiris Guttenberg-Ritcher pada tahun 1945, sebagai berikut:
log 𝑁(≥ 𝑀) = 𝑎 − 𝑏𝑀 (7)
dengan:
𝑁(≥ 𝑀) : jumlah gempa yang memiliki magnitude lebih besar atau sama dengan M
a : suatu tetapan yang menggambarkan seismisitas daerah kejadian gempa bumi.
b : parameter seismotektonik yang menggambarkan karakteristik tektonik dari setiap kejadian gempabumi
M : magnitude (SR)
N adalah jumlah kumulatif gempa bumi pada wilayah kajian dengan magnitudo ≥ 𝑀 . Nilai b pada hubungan frekuensi-magnitudo gempa, biasa disebut b-value . Nilai b ini bergantung pada kondisi geologi setempat dan erat kaitannya dengan keadaan tektonik dari setiap kejadian gempabumi. Makin besar nilai b menggambarkan struktur semakin tidak homogen. Secara umum, nilai b berkisar antara 0.67-1.0 dan tidak memperlihatkan adanya variasi pada beberapa tempat. Menurut Guttenberg dan Ritcher, nilai b untuk gempa dangkal antara 0.45-1.4
## METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Lab Fisika FST UNDANA dan kantor Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Bandung (PVMBG), data diperoleh dari pos pengamatan gunungapi Lewotobi dan Egon berupa data rekaman seismik yang digunakan untuk menganalisis spektal serta penentuan hiposenter gempa dan
untuk data seismotektonik diperoleh dari katalog ISC dan USGS/NEIC untuk penentuan nilai b.
a. Analisis spectral
Data seismik yang diperoleh untuk gunung Lewotobi dalam format SEISAN dan SAC sehingga harus dikonversi ke MSEED dengan menggunakan software MAGMA-CAT, untuk dibuka di software SWARM, setelah itu dilakukang picking gempa dan klasifikasi gempa dengan software SWARM dan
menentukan frekuensi dominan dengan Software MAGMA-CAT, untuk frekuensi dominan setiap gempa dilakukan cutting signal terlebih dahulu kemudian dilakukan plottfr. Sedangkan frekuensi dominan timeseries dilakukan deteksi sinyal perstasiun kemudian di plotfreqtimeseries . b. Penentuan hiposenter gempa Penentuan hiposenter gempa pada gunung Lewotobi menggunakan software GAD karena memiliki lebi dari tiga stasiun, sedangkan gunung Egon dilakukan perhitungan manual karena hanya memiliki dua stasiun sehingga tidak ditentukan hiposenter gempanya. Gempa yang digunakan dalam penentuan hiposenter gempa ini adalah gempa tektonik lokal dan gempa vulkanik (vulkanik dalam dan dangkal). Gempa vulkanik dan tektonik lokal yang telah dipicking untuk mendapatkan waktu tiba gelombang P dan S, disimpan dalam format arrival.dat. Untuk memperoleh data hiposenter maka harus dilakukan ranning GAD dengan input data yang harus dimasukan yaitu arrival.dat, station.dat, velocity.dat dan output yang diperoleh berupa resul.dat yang didalamnya terdiri dari X (lintang), Y (bujur) dan Z (kedalaman).
Data hiposenter ini diplot pada script python yang dibuat untuk menampilkan peta hiposenter dan episenter dengan memanfaatkan bahasa pemograman phyton 2.7.
c. Penentuan nilai b
Data yang diperoleh dari katalog ISC dan USGS NEIC digabungkan dan difilter untuk membuang data yang sama. data ini diolah dengan software ZMAP 6.0 dengan menggunakan decluster gutten and reisenberg
untuk memperoleh gempa utama yang akan digunakan dalam penentuan nilai b.
Untuk data gempa yang digunakan untuk menganalisi spektral dan penentuan hiposenter gempa data hasil rekaman yang digunakan dari tanggal 1januari 2016 hingga 31 januari 2016, sedangkan untuk nilai b data yang diambil dari tahun 1967 hingga tahun 2016.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Secarah menyeluruh berdasarkan pengamatan seismik pada gunung Lewotobi dan gunung Egon pada periode 1 Januari hingga 31 Januari 2016, dapat diperoleh informasi bahwa (gambar 1a) gunung Lewotobi pada periode ini didominasi oleh gempa tektonik dan hanya sedikit gempa vulkanik sehingga status gunung lewotobi adalah normal, sedangkan untuk gunung Egon (gambar 1b) diperoleh informasi bahwa terjadi peningkatan aktivitas vulkanik sekitar tanggal 13 januari yang membuat status gunung dinaikan dari level siaga ke waspada.
1. Analisis spektral
a. Analisis pergempa Dalam menganalisis spektral peneliti menggunakan stasiun utama sebab berada tepa di kawah gunung dan hasil rekamannya lebih peka. Untuk gunung lewotobi stasiun yang di pakai adalah WLR dan gunung Egon HBGA.
Gunung Lewotobi memiliki beberapa jenis gempa yang terekam yaitu gempa vulkanik dalam dengan frekuensi dominan berkisar antara 10-13 Hz, gempa vulkanik dangkal 14,87-13,6 Hz, gempa tornillo 1,69-16,8 Hz, gempa tremor harmonik 1,72-2 Hz, gempa tektonik jauh 1,041-5,282 Hz, gempa tektonik lokal 1,80-2,79 Hz, gempa hembusan 2,54-7,53 Hz, gempa low frekuensi 0,72-1,97 Hz. Sedangkan gunung Egon jenis gempa yang terekam yaitu gempa vulkanik dalam dengan frekuensi dominan berkisar antara 10-13,0 Hz, gempa vulkanik dangkal 10-12,1 hz, gempa tremor harmonik 11-20,9, gempa swarm 11- 12,3 Hz, gempa tektonik lokal 11,9-12,6 Hz, gempa tektonik jauh 2,62-12,6 Hz, gempa hembusan 4,88-12,8 Hz, gempa low frekuensi 0,47-3,17 Hz, gempa tornillo 12,0-12,6 Hz.
Gambar 1. Gravik gempa harian gunung Lewotobi dan Egon periode 1-31 januari 2016
b. Analisis temporal Analisis secara temporal memperlihat kan bahwa frekuensi dominan yang terjadi untuk gunung Lewotobi (gambar 3a) lebih banyak dibawah 4 Hz dan hanya beberapa yang berada diatas 10 hz, gunung Egon (gambar 3b) frekuensi dominan lebih banyak diatas 10 Hz.
Perbandingan frekuensi dominan dari kedua gunungapi diatas yaitu untuk gunung lewotobi gempa tektonik memiliki frekuensi dominan yang rendah yaitu dibawa 5 Hz, dan gunung Egon frekuensi dominan baik gempa vulkanik maupun tektonik diatas 10 Hz. Secara fisis aktivitas vulkanik dengan konten frekuensi tinggi mengindikasikan peretakan batuan ( fracturing ) didalam tubuh gunungapi akibat meningkatnya tekanan magmatik/hidrotermal.
2. Penentuan hiposenter dan episenter
a. Gunung Lewotobi
Hasil penentuan hiposenter yang ditunjukan pada gambar 4 memperlihatkan bahwa gempa vulkanik terjadi didalam badan gunung dan estimasi episenter memperlihatkan bahwa gempa vulkanik lebih banyak terjadi pada gunung lewotobi laki-laki yang membentuk kelurusan kearah timurlaut dan baratdaya. Gempa tektonik lokal terjadi pada kedalaman 2,628 km hingga 13,117 km, dicurigai adanya sesar lokal yang membentuk sona subduksi
yang menyebabkan pergerakan magma lebih sering terjadi pada gunung Lewotobi laki-laki tetapi pernyataan ini belum cukup kuat karena hanya 4 event yang ditentukan hiposenternya.
Gambar 2. a. event gempa tornillo pada gunung Lewotobi tanggal 4 januari 2016. b. event gempa vulkanik dalam pada gunung Egon tanggal 12 januari 2016.
Gambar 3. a. merupakan grafik frekuensi dominan temporal pada gunung Lewotobi. b. gravik frekuensi dominan temporal pada gunung Egon.
a. Gunung Egon
Penentuan hiposenter gempa gunung Egon dilakukan secara manual hal ini dikarenakan gunung Egon pada pada periode 1 januari hingga 31 januari 2016 hanya memiliki dua stasiun yaitu stasiun HBGA dan ROTA. Dari hasil perhitungan diperoleh sebaran
hiposenter jika diukur dari pusat gempa ke stasiun maka untuk stasiun HBGA jaraknya berkisar antara 2,66 - 3,82 Km dan stasiun ROTA jaraknya berkisar antara 0,28 - 4,03 Km, serta untuk kedalaman hiposenter jika diukur dari puncak gunung Egon ke pusat gempa untuk stasiun HBGA kedalaman hiposenter berkisar antara 0,204 – 2,754 Km di bawah puncak dan Stasiun ROTA kedalaman hiposenter berkisar antara 0,495 – 4,495 Km di bawah puncak.
## Gambar 5. Estimasi hiposenter dan episenter gunung Lewotobi
Hasil yang diperoleh mengindikasikan bahwa sebaran hiposenter berbentuk kolom vertikal yang mengerucut keatas dan berada tepat di bawah kawah. Namun hal ini masih berupa perkiraan karena hanya dilakukan secarah manual terhadap kedua stasiun tersebut. Karena hiposenter bisa dikatakan akurat apabilah memiliki lebih dari tiga stasiun, hal ini diakibatkan karena medium yang dilalui gelombang kemungkinan memiliki perbedaan yang menyababkan bedanya waktu tiba gelombang yang ditangkap masing-masing stasiun.
3. Kondisi seismotektonik daerah sekitar gunung Lewotobi dan Egon
a. Distribusi frekuensi dan magnitudo Gempa bumi yang terjadi didaerah sekitar gunung Lewotobi dan Egon pada umumnya didominasi oleh gempa dalam (>70 km) dan gempa sedang (31< h < 70 km) (gambar 6).
Data gempa yang didapat dari katalog ISC dan USGS/NEIC dengan batas wilayah 8 0
LS – 9 0 LS dan 121.50 0 BT – 123.50 0 BT dilakukan perhitungan nilai-b dangan menggunakan program zmap, diperoleh nilai
MC adalah 4.9 dan b-value 1.12 serta nilai-a 7.89 (gambar 7). Berdasarkan nilai-b daerah penelitian merupakan daerah creeping yaitu sesar aktif yang tidak mengakumulasi stress dan merupakan daerah dengan dengan tingkat heterogenitas yang tinggi hal ini dibuktikan juga dengan terdapatnya beberapa gunungapi aktif termasuk gunung Lewotobi dan gunung Egon, yang menyebabkan meningkatnya kepadatan retak dan atau tekanan pori yang besar yang mengakibatkan intrusi magma aktif. Tingkat keaktifan gempa bumi daerah penelitian bisa dikatan tinggi karena memiliki nilai-a besar yaitu 7.89.
Gambar 6. Peta seismisitas daerah sekitar gunung Lewotobi dan Egon
Gambar 7. Estimasi maksimum Likelihood
b. Analisis variasi spasial dan temporal nilai-b Nilai-b spasial (gambar 8a) dari peta tersebut menunjukan bahwa nilai b berada antara 1-1,2 terdapat tepat di kedua gunung tersebut, nilai b diatas 1,2 berada dibagian timur kedua gunung dan dibagian barat untuk nilai-b dibawa 1. Secara temporal nilai-b terjadi penurunan diantara (gambar 8b) tahun 1990-1995 dan tahun 2005-2010.
4. Hubungan antara aktivitas kegempaan, analisis spektral, hiposenter gempa gunung Lewotobi dan Egon dengan kondisi seismotektonik daerah sekitar.
Hasil analisis yang didapat baik itu untuk aktivitas seismo-vulkanik maupun seismo- tektonik tida ada hasil yang mengindikasikan bahwa ada hubungan antara aktivitas vulkanik dan aktivitas tektonik, hanya jika dilihat dari hasil nilai-b temporal pada gambar 4.26, penurunan nilai-b pada periode antara tahun 1990 hingga 1995 hal ini diikutu dengan terjadinya gempa tektonik yang besar pada tahun 1992 dan penurunan nilai-b juga terjadi pada periode antara tahun 2005 hingga 2010 yang pada periode ini juga gunung Egon dan gunung Lewotobi menunjukan peningkatan aktivitas dan pada tahun 2008 terjadi letusan gunung Egon dan gunung Lewotobi Laki-laki.
Gambar 8. Estimasi nilai-b spasial dan temporal.
## Kesimpulan
Dari penelitian “Analisis Spektral dan Penentuan Hiposenter Gempa Gunung
Lewotobi dan Gunung Egon Serta Kondisi Seismotektonik Daerah Sekitarnya” diperoleh kesimpilan sebagai berikut:
1. Gunung Lewotobi memiliki frekuensi dominan untuk gempa yang disebabkan oleh aktivitas Vulkanik seperti VA dan VB lebih dominan terjadi pada 11-12 Hz, Tremor Harmonik frekuensi dominannya berkisar
1,72 - 2,0 Hz, Tornillo frekuensi dominannya berkisar antara 1-20 Hz dan
Low Frekuensi lebi dominan terjadi pada 1- 2 Hz, sedangkan gempa yang disebabkan oleh aktivitas tektonik frekuensi dominan 1-
4 hz. Gunung Egon mempunyai karakteristik frekuensi untuk setiap gempa baik itu aktivitas vulkanik maupun tektonik semuanya memiliki frekuensi yang tinggi yang dominan terjadi pada 10-13 hz. Hiposenter gempa yang terdapat pada gunung Lewotobi lebih banyak berpusat di gunung Lewotobi Laki-laki dan sebagian berada di antara gunung Lewotobi Laki-laki dan Perempuan.
2. Kondisi seismotektonik daerah sekitar gunung Lewotobi dan Egon berdasarkan analisis nilai-b, nilai-b yang diperoleh adalah 1,12
3. Dari hasil penelitian tidak ditemukan keterkaitan antara aktivitas vulkanik dan kondisi seismotektonik daerah sekitar namun aktivitas tektonik hanya mampu memberikan jalan bagi magma.
## Saran
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam penelitian selanjutnya adalah:
a. Analisis frekuensi kompleks agar dapat diketahui jenis fluida pada gunungapi
b. Mencari nilai kecepatan gelombang yang ada di NTT sebagai dasar penentuan hiposenter gempa agar hasilnya lebih akurat
c. Menentukan struktur lapisan bawah
permukaan gunungapi
## DAFTAR PUSTAKA
• Minakami, T, 1974. Seismology of Volcanoes in Japan . Earthquake Research Institute, University of Tokyo. Tokyo.
• Romsiyatin., Basid, A, 2012.
Penentuan Sebaran Hiposenter Gunung
Api Merapi Berdasarkan Data Gempa Vulkanik Tahun 2006 , Jurnal Neutrino
Vol. 4. NO 2. April 2012 • Sianturi, H.L, 2010. PengantarSeismologi . Departemen
Pendidikan Nasional. Undana. Kupang
• Siswowidjojo, S, 1981. Seismologi Gunungapi . SUB
Direktorat Pengamatan Gunungapi Direktorat Vulkanologi
• Syhara, V, 2016. Analisis Spektral dan Distribusi Hiposenter Gempa Vulkanik
A dan Vulkanik B Gunungapi Ijen Jawa Timur. Jurnal , Jurusan Fisika,
Universitas Brawijaya, Malang
• www.esdm.VSI.go.id . Diakses
september 2015
|
2e4aaaf4-e1ff-4eb9-9f07-446e166cf28f | https://online-journal.unja.ac.id/edusains/article/download/2531/7887 | Analisis Pedagogical Content Knowledge (PCK) Guru MIPA di SMA Negeri 11 Kota Jambi
## Analysis Pedagogical Content Knowledge Mathematic of science’s teachers SMA Negeri 11
Kota Jambi
Yohafrinal 1)* , Damris 2) , Risnita 3)
1) Mahasiswa Program Magister Pendidikan IPA Universitas Jambi 2) Staf Pengajar di Program Magister Pendidikan IPA Universitas Jambi
* Corresponding author :iyohafrinal@yahoo.co.id
## Abstract
This research is descriptive qualitative research. the purpose of this research is to analyse the pedagogical content knowledge of science’s teachers SMA Negeri 11 Kota Jambi, by using purposive sampling technique consist of nine teachers, they are two chemistry teachers, three biology teachers, three mathematics teachers and one physic teacher ware taken as a research subject are categorized as experienced, teachers who are competent in their field base on their educational background. Data collection was conducted a questionnaires reseach instruments by using a Likert scale measurement, then followed by interviews to a mathematics teacher, a physic teacher, a biology teacher and a chemistry teacher which is reinforced by chech of documents and field observations. The result showed that teacher’s knowledge of pedagogical content knowledge still low, it can be seen from the seven aspects of PCK teachers only four aspects that can be mastered by the teacher, they are knowledge learning strategies, knowledge of the subject matter and education learning, knowledge of communication with learners and knowledge of assessment and evaluation. three of PCK teachers who still don’t understand yet are knowledge of learners and their characteristics, knowledge of curriculum development and knowledge of potential learners development.
Keyword: Pedagogical Content Knowledge (PCK), Analysis.
## Abstrak
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif untuk menganalisis Pedagogical Content Knowledge (PCK) guru MIPA SMA Negeri 11 Kota Jambi, dengan menggunakan teknik purposive sampling 9 (sembilan) orang guru, yaitu 2 (dua) orang guru kimia, 3 (tiga) orang guru biologi, 3 (tiga) orang guru matematika dan 1 (satu) orang guru fisika diambil sebagai subjek penelitian dikategorikan sebagai guru berpengalaman dan guru yang kompeten dibidangnya dengan bidang tugas sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Pengumpulan data awal dilakukan melalui instrumen penelitian berupa angket dangan menggunakan skala pengukuran Likert, kemudian dilanjutkan wawancara terhadap masing-masing 1 (satu) orang guru MIPA (Matematika, Fisika, Biologi dan Kimia), yang diperkuat dengan pemeriksaan dokumen dan observasi lapangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengetahuan guru tentang Pedagogical Content Knowledge masih rendah, ini terbukti bahwa dari tujuh aspek PCK guru hanya ada empat aspek yang bisa dikuasai oleh guru yaitu pengetahuan tentang strategi pembelajaran, pengetahuan materi pelajaran dan pembelajaran yang mendidik, pengetahuan komunikasi dengan peserta didik dan pengetahuan penilaian dan evaluasi, Serta tiga aspek PCK guru yang belum difahami, meliputi pengetahuan tentang peserta didik dan karakteristiknya, pengetahuan tentang pengembangan kurikulum dan pengetahuan tentang pengembangan potensi peserta didik.
Kata Kunci : Pedagogical Content Knowledge (PCK), Analisis.
## PENDAHULUAN
Guru adalah suatu jabatan yang harus dilakukan secara profesional, yaitu bidang pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus yang didapat melalui pendidikan dan pelatihan khusus, tentu saja tidak mungkin bisa dilakukan oleh sembarangan orang di luar bidang pendidikan, walaupun kenyataannya yang terjadi pada lembaga pendidikan baik formal maupun non formal masih terdapat guru berasal dari latar belakang pendidikan diluar bidangnya, bahkan ada yang sukses, juga tidak sedikit gagal melakukan tugasnya sebagai seorang guru. Menurut Hamzah (2008: 64)
kompetensi profesional juga dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar dan lamanya mengajar. Sehingga kompetensi profesional diduga dapat mempengaruhi proses pendidikan yang akan melahirkan keluaran pendidikan yang bermutu. Selain itu untuk meningkatkan profesionalitas dibutuhkan komitmen yang tinggi terhadap profesionalitas seorang guru, Hamzah (2008: 65) menyatakan bahwa ciri- ciri guru yang mempunyai komitmen tinggi adalah memberikan perhatian lebih besar kepada peserta didik, meluangkan waktu dan tenaga yang banyak untuk melaksanakan tugasnya dan bekerja untuk kepentingan orang lain.
Sementara itu Siregar (1998) seorang guru yang profesional sudah seharusnya dapat menguasai konten (materi subjek) dan ilmu mengajar (pedagogik). Konten merupakan pengetahuan yang semestinya dikuasai oleh pendidik mencakup fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori, serta penguasaan materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran dan mengembangkannya melalui tindakan reflektif serta konsisten, aspek tersebut sangat penting dikuasai oleh seorang guru. Pedagogik berarti cara-cara yang dapat dilakukan untuk membantu siswa belajar dan memecahkan problem-problem pembelajaran. Pengetahuan pedagogik tersebut meliputi pengenalan dan pemahaman tentang
karakteristik dan potensi peserta didik, menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang efektif, merencanakan dan mengembangkan kurikulum, melaksanakan pembelajaran yang efektif dan menilai serta melakukan evaluasi pembelajaran.
Menguasai konten bahan ajar dengan baik tidak berarti guru dengan sendirinya akan berhasil mengajar, demikian juga sebaliknya guru yang mempunyai pedagogik yang baik juga belum tentu berhasil dalam mengajar, bahkan guru yang menguasai keduanya konten dan pedagogik dengan baik tidak menjamin akan berhasil membelajarkan peserta didik. Keberhasilan pembelajaran dipengaruhi oleh banyak faktor, disamping menguasai konten dan pedagogik, tetapi juga ketersediaan sarana dan prasarana penunjang pendidikan, seorang guru juga mempunyai tanggung jawab terhadap lingkungannya, maka diperlukan tambahan seperangkat ilmu dan keterampilan, hubungan antara ilmu dan keterampilan inilah yang dapat membuat seorang guru menjadi inovator. Menurut Mukhtar (2001 : 47) guru yang inovator cendrung cerdik, cerdas dan proaktif atau dengan kata lain siap menjemput bola untuk memanfaatkan peluang perubahan yang ada dalam memperoleh sesuatu yang baru.
Menurut Loughran Berry & Mulhall (2006) bahwa PCK (pedagogik content knowledge) adalah gagasan akademik yang menyajikan tentang ide yang berakar dari keyakinan bahwa mengajar memerlukan lebih dari sekedar pemberian pengetahuan muatan subjek kepada peserta didik dan belajar tidak sekedar hanya menyerap informasi tetapi lebih dari penerapannya. PCK bukan bentuk tunggal yang sama untuk semua guru yang mengajar area subjek yang sama, melainkan keahlian khusus dengan keistimewaan individu dan dipengaruhi oleh konteks/suasana
mengajar, isi dan pengalaman. Sehingga PCK bisa sama untuk beberapa guru dan berbeda untuk guru yang lain, tetapi paling tidak merupakan titik temu pengetahuan profesional guru dan keahlian guru.
Untuk itu penelitian dilakukan pada guru MIPA (Fisika, Biologi,
Kimia dan Matematika) di SMA Negeri 11 Kota Jambi, yang terdiri dari 2 (dua) orang guru kimia, 3 (tiga) orang guru biologi, 3 (tiga) orang guru matematika dan 1 (satu) orang guru fisika, karena berdasarkan survey, guru di SMA Negeri 11 Kota Jambi mempunyai latar belakang pendidikan yang bervariasi ada yang lulusan lembaga pendidikan dan kependidikan (LPTK) dan lulusan non LPTK serta dengan masa tugas yang cukup panjang sehingga dapat dikategorikan sebagai guru berpengalaman, dengan demikian cukup baik untuk dilakukan penelitian.
## METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah kualitatif dengan Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif, merupakan metode yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan apa adanya, dimana peneliti ikut berpartisipasi lama di lapangan mencatat secara hati-hati apa yang terjadi, melakukan analisis reflektif terhadap berbagai dokumen yang ditemukan di lapangan dan membuat laporan penelitian secara detail
Teknik yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu teknik mengambil sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu misalnya orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang ditanyakan atau seorang penguasa sehingga akan memudahkan dalam penelitian, oleh karena itu diambil subjek penelitian guru MIPA (Fisika, Biologi, Kimia dan Matematika) di SMA Negeri 11 Kota Jambi, yang terdiri dari 2 (dua) orang guru kimia, 3 (tiga) orang guru biologi, 3 (tiga)
orang guru matematika dan 1 (satu) orang guru fisika, sehingga total subjek penelitian 9 (sembilan) orang yang mewakili guru MIPA.
Penelitian ini dibantu dengan menggunakan instrumen penelitian berupa angket dengan menggunakan skala pengukuran. Menurut Sugiyono (2011: 92) Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang dan pendeknya interval yang ada dalam alat ukur. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert, karena skala ini dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Selanjutnya skor yang didapat dari hasil penelitian dengan menggunakan observasi (angket) tersebut, dipersentasekan sesuai dengan hasil setiap butir soal pertanyaan, nilai persentase tersebut digunakan untuk mendeskripsikan data dari sampel yang diambil.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner dengan instrumen berbentuk angket, serta teknik wawancara menggunakan lembar wawancara yang berisi lembar penyataan dan pertanyaan tentang pedagogical content knowledge guru MIPA di SMA Negeri 11 Kota Jambi.
Titik tolak dari penyusunan instrumen adalah dimensi penelitian yang ditetapkan untuk diteliti. Dari dimensi diberikan difenisi operasionalnya dan selanjutnya ditentukan indikator yang akan diukur dari indikator ini dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan, untuk memudahkan penyusunan instrumen, maka perlu digunakan kisi-kisi intrumen.
Tabel. 1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian tentang Pedagogical Content Knowledge (PCK) guru
No Dimensi (Kode) Indikator Kode 1 Pengetahuan tentang peserta didik dan karakteristiknya (dimensi A) 1. Identifikasi karakteristik belajar peserta didik 2. Memastikan bahwa peserta didik mendapat kesempatan yang sama dalam kegiatan pembelajaran 3. Mengatur kelas untuk memberikan kesempatan belajar yang sama pada semua peserta didik A1 A2 A3
No Dimensi (Kode) Indikator Kode 4. Mendata penyebab penyimpangan prilaku 5. Membantu mengembangkan potensi peserta didik 6. Memperhatikan kelemahan fisik dalam mengikuti aktifitas pembelajaran, sehingga peserta didik tidak termarjinalkan. A4 A5 A6 2 Pengetahuan tentang materi pelajaran dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik (dimensi B) 1. Melakukan analisis materi pelajaran untuk memetakan tingkat kesulitannya
2. Memastikan tingkat pemahaman peserta didik thd materi pembelajaran tertentu.
3. Mejelaskan alasan pelaksanaan kegiatan/aktifitas yang dilakukan 4. Menggunakan berbagai teknik untuk memotivasi kemauan belajar peserta didik 5. Merencanakan kegiatan pembelajaran yang saling terkait satu sama lain dengan memperhatikan tujuan pembelajaran dan proses belajar 6. Memperhatikan respon peserta didik yang belum/kurang memahami materi pembelajaran. B1 B2 B3 B4 B5 B6 3 Pengetahuan tentan pengembangan kurikulum (dimensi C) 1. Dapat menyusun silabus sesuai dengan kurikulum 2. Merancang rencana pembelajaran yang sesuai dengan silabus
3. Mengikuti urutan materi pembelajaran dan memperhatikan tujuan pembelajaran 4. Memilih materi pembelajaran yang relevan dengan situasi C1 C2 C3 C4 4 Pengetahuan tentang strategi pembelajaran (dimensi D) 1. Melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rancangan yang telah disusun secara lengkap 2. Melaksanakan aktivitas pembelajaran yang bertujuan untuk membantu proses belajar peserta didik 3. Mengkomunikasikan informasi baru sesuai dengan tingkat kemampuan belajar peserta didik 4. Menyikapi kesalahan peserta didik sebagai tahapan proses pembelajaran 5. Melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai kurikulum dan mengkaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari 6. Melakukan aktifitas pembelajaran secara bervariasi 7. Mengelola kelas dengan efektif 8. Mampu menggunakan Audio Visual (termasuk IT) untuk memotivasi 9. Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk bertanya 10. Mempraktekan dan berinteraksi dengan peserta didik 11. Mengatur pelaksanaan aktifitas pembelajaran secara sistimatis
12. Menggunakan alat bantu mengajar D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 D8 D9 D10 D11 D12 5 Pengetahuan tentang pengembangan potensi peserta didik (dimensi E) 1. Menganalisis hasil belajar 2. Mendorong peserta didik untuk belajar sesuai dengan kecakapan dan pola belajar masing-masing 3. Memunculkan daya kreativitas dan kemampuan berfikir kritis 4. Membantu dalam proses pembelajaran dengan memberikan perhatian kepada setiap individu 5. Mengidentifikasi dengan benar tentang bakat, minat, potensi dan kesulitan belajar masing-masing peserta didik 6. Memberikan kesempatan belajar pada peserta didik sesuai E1 E2 E3 E4 E5
No Dimensi (Kode) Indikator Kode dengan cara belajar mereka masing-masing 7. Memusatkan perhatian pada interaksi dengan peserta didik dan mendorongnya untuk memahami dan menggunakan informasi yang disampaikan E6 E7 6 Pengetahuan tentang komunikasi dengan peserta didik (dimensi F) 1. Menggunakan pertanyaan untuk mengetahui pemahaman dan menjaga partisipasi peserta didik 2. Memberikan perhatian dan mendengarkan semua pertanyaan dan tanggapan peserta didik
3. Menanggapi pertanyaan peserta didik secara tepat, benar dan muthahir sesuai dengan tujuan dan isi kurikulum 4. Menyajikan kegiatan pembelajaran yang dapat menumbuhkan kerjasama yang baik antar peserta didik 5. Mendengarkan dan memberikan perhatian terhadap semua jawaban peserta didik baik yang benar maupun yang salah. 6. Memberikan perhatian terhadap pertanyaan peserta didik dan meresponnya secara lengkap dan relevan untuk menghilangkan kebingungan pada peserta didik. F1 F2 F3 F4 F5 F6 7 Pengetahuan tentang penilaian dan evaluasi (dimensi G) 1. Menyusun alat penilaian yang sesuai dengan tujuan pembalajaran 2. Melaksanakan penilaian dengan berbagai teknik dan jenis penilaian
3. Menganalisis hasil penilaian untuk identifikasi/kompetensi dasar yang sulit 4. Memanfaatkan masukan dari peserta didik dan merefleksikannya untuk meningkatkan pembelajaran selanjutnya 5. Memanfaatkan hasil penilaian sebagai bahan penyusunan rancangan yang akan dilakukan selanjutnya.
G1
G2 G3 G4 G5
## Sumber (Ahmad Sudrajat.wordpress)
Prosedur pengumpulan data dilakukan melalui instrumen penelitian (angket) tentang pedagogical content knowledge (PCK) terhadap guru MIPA di SMA Negeri 11 Kota Jambi. Pada tahap pertama, penelitian dilakukan melalui instrumen penelitian, dilanjutkan dengan sesi wawancara
berdasarkan instrumen penelitian tersebut untuk melihat alasan kenapa memberikan jawaban seperti yang sudah dijawab dalam instrumen secara tertulis (Cross Cek). Adapun proses pengumpulan data dilakukan dengan mengikuti prosedur seperti bagan berikut:
## Bagan 1 : Alur Pengumpulan Data
Pengumpulan data I Subjek baca lembar informasi Informasi berdasarkan angket Data hasil angket Data hasil angket Data 1 Pengumpulan data berikutnya Subjek baca lembar informasi Informasi berdasarkan Wawancara Data hasil Wawancara Data hasil Wawancara Data 2 Data yang valid dan reliabel Data dianalisis Deskripsi Profil Cocok Ya Tidak/belum Keterangan : Urutan : Siklus jika diperlukan
: Kegiatan yg dilakukan
: hasil yang diperoleh
Setelah semua data terkumpul selanjutnya dilakukan pengecekan keabsahan data dengan triangulasi teknik, peneliti melakukan validasi terhadap data yang diperoleh melalui angket pada penelitian pertama dan wawancara pada penelitian kedua, apabila data pertama dan kedua memiliki kesamaan, maka kedua data tersebut dikatakan valid dan reliabel, sehingga dapat dijadikan sebagai alat untuk memperoleh data tentang Pedagogical Content Knowledge (PCK). Namum jika sebaliknya kedua data tidak valid, maka peneliti harus mengulang kembali penelitian sampai datanya valid dan reliabel, yaitu dengan melakukan penelitian melalaui observasi lapangan dan observasi dokumentasi yang dimiliki oleh subjek penelitian, sampai datanya jenuh.
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik analisis yang mengacu pada model Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2011: 246) yang meliputi aktifitas dalam analisis data yaitu data reduction (Reduksi data), data display (Penyajian Data) dan Conclution Drawing/ Verifikasion (Penarikan Kesimpulan).
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari sembilan subjek penelitian tersebut delapan orang guru dengan latar belakang pendidikan keguruan (lulusan LPTK) serta mengajar sesuai dengan latar belakang pendidikan yang dimilikinya, sementara itu satu orang guru berasal dari latar belakang pendidikan non keguruan dengan bidang studi tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya.
Berdasarkan pengalaman mengajar masa tugas subjek penelitian, satu orang dibawah 5 tahun, dua orang diantara 5 sampai 10 tahun, tiga orang antara 10 sampai 20 tahun dan 3 orang dengan masa tugas diatas 20 tahun. Kemudian jumlah peserta didik tiap kelas lebih kurang 40 orang dengan luas ruang 8 x 9 meter dan masing masing guru mengajar tiga sampai 7 kelas perminggu.
Hasil penelitian menggunakan kuesioner dengan intrumen berbentuk angket terhadap PCK guru MIPA di SMA Negeri 11 Kota Jambi meliputi 7 dimensi penelitian sebagai berikut:
## Tabel 2. Rekapitulasi hasil penelitian dari kuesioner PCK guru MIPA di SMA Negeri 11 Kota Jambi
No Dimensi Responden Rata* T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 1 A 3.50 3.00 2.83 2.83 2.83 3.50 2.50 2.67 2.67 2.93 2 B 3.83 3.83 3.67 2.83 3.83 3.67 3.67 3.17 3.50 3.56 3 C 3.25 3.50 3.50 3.75 3.50 3.75 3.75 3.75 3.50 3.58 4 D 3.27 3.45 3.09 3.36 3.36 3.45 3.36 3.18 3.73 3.36 5 E 3.14 3.43 3.00 2.86 3.29 3.71 3.14 3.00 3.14 3.19 6 F 3.50 3.33 3.00 3.67 4.00 3.83 4.00 3.33 4.00 3.63 7 G 3.00 3.20 3.20 3.00 3.40 3.20 3.00 3.20 2.80 3.11 Rata-rata 3.36 3.39 3.18 3.19 3.46 3.59 3.35 3.19 3.33 3.34
Keterangan:
A = Pengetahuan tentang peserta didik dan karakteristiknya B = Pengetahuan tentang materi pelajaran dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik C = Pengetahuan tentang pengembangan kurikulum D = Pengetahuan tentang strategi pembelajaran E = Pengetahuan tentang pengembangan potensi peserta didik
F = Pegentahuan tentang Komuniasi dengan peserta didik
G = Pengetahuan tentang penilaian dan evaluasi
Mengamati dari latar belakang pendidikan dan masa tugas yang dimiliki oleh guru MIPA di SMA Negeri 11 Kota Jambi sebagai subjek penelitian delapan orang merasal dari latar belakang kependidikan (lulusan LPTK) dan satu orang berasal dari non LPTK, kemudian delapan orang guru dikategorikan sebagai guru berpengalaman karena sudah mengajar diatas 5 tahun, hanya satu orang guru belum berpengalaman yaitu guru biologi masa tugas masih dibawah 5 tahun, seperti pendapat Hamzah (2008: 64) kompetensi professional juga dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar dan lamanya mengajar.
Tetapi data yang diambil dengan menggunakan kuesioner tidak dapat dijadikan pedoman untuk mengatahui PCK guru MIPA di SMA Negeri 11 Kota Jambi, berdasarkan analisa terhadap kuesioner yang diisi oleh guru teridikasi bahwa jawaban yang muncul adalah jawab ideal PCK guru, dan berbeda dengan kondisi yang diamati di lapangan, namun berdasarkan hasil wawancara terhadap empat sabjek penelitian yang didukung data hasil observasi lapangan dan observasi dokumen jauh berbeda dari hasil kuesioner, dimana semua subjek penelitian lebih terbuka dan informasi yang disampaikan sesuai dengan data dan kondisi yang ditemui di lapangan.
Pengetahuan guru terhadap karakteristik peserta didik dalam upaya membantu proses pembelajaran yang meliputi aspek fisik, intelektual, sosial, emosional dan latar belakang sosial budaya sejauh ini belum difahami dengan baik, hal tersebut disebabkan keterbatasan yang dimiliki guru untuk melaksanakannya, karena guru tidak mempunyai waktu, jumlah peserta didik yang cukup besar, kemudian
kurangnya pengetahuan guru tentang
cara mengidentifikasi karakteristik peserta didik dengan baik, sehingga pengetahuan guru tentang peserta didik dan karakteristiknya
sangat sedikit, akibatnya hubungan guru dengan peserta didik meliputi aspek sosial, intelektual, emosional, moral dan latar belakang sosial budaya tidak terbina dengan baik, sehingga tidak tercipta kegiatan pembelajaran lebih bermakna dan menyenangkan dengan mengetahui kelebihan dan kelemahan setiap peserta didik yang ada di kelasnya, tapi khusus untuk aspek fisik keterbatasan yang dimiliki peserta didik sudah menjadi parhatian dalam upaya agar peserta didik tidak termarjinalkan (tersisih/diolok- olok) oleh teman-temannya. Menurut Mukhtar (2001: 6) guru yang baik seyogyanya mengenali setiap siswa dikelasnya secara individu dengan segala keunikannya, melalui pengamatan yang cermat, sehingga bisa memahami kekurangan dan kelebihan masing-masing peserta didik.
Guru yang berkualitas dan profesional, artinya bahwa guru tersebut mempunyai latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang ajar yang diampunya dan dapat menggunakan sumber belajar dengan baik, sehingga untuk menjadi guru yang professional senantiasa meningkatkan kualitasnya, menurut Sagala, S (2009: 14) guru harus memahami, menguasai dan terampil menggunakan sumber-sumber belajar baru didirinya. Pada dasarnya guru mengerti dan faham betul tentang materi yang akan disampaikan pada peserta didik, menurut Hamzah (2008: 18) profesional seorang guru adalah seperangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru agar ia dapat melaksanakan tugas mengajarnya dengan berhasil, dari penelitian ini terbukti ketika guru akan melaksanakan kegiatan pengajaran di kelas tidak melakukan analisis dan memetakan materi ajar berdasarkan tingkat kesulitanya, baik ketika merancang materi ajar maupun ketika melakukan refleksi materi ajar setelah kegiatan pembelajaran melalui identifikasi kesulitan belajar terhadap suatu materi oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, tetapi dalam menetapkan berbagai pendekatan, dan teknik pembelajaran
sudah dilakukan dengan baik melalui pembelajaran yang mendidik secara kreatif berdasarkan pengalaman mengajar yang dimilikinya.
Dalam menyusun silabus, RPP dan menata materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik belum memadai, dari observasi dokumentasi pada minggu pertama bulan Mei memperlihatkan bahwa silabus dan RPP yang digunakan adalah hasil adopsi dan direvisi seperlunya saja untuk memenuhi kewajiban tagihan melengkapi perangkat pembelajaran dari atasan, dan perangkat tersebut jarang dipedomani ketika kegiatan pembelajaran. Menurut Hamzah (2008: 27) seorang guru harus menganggap bahwa kurikulum sebagai program pembelajaran yang harus diberikan pada peserta didik bukan sebagai barang mati, sehingga apa yang terdapat dalam kurikulum dapat dijabarkan oleh guru menjadi suatu materi yang menarik untuk disajikan pada peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung.
Guru sudah mengetahui dan mampu merancang dan melaksanakan strategi pembelajaran secara baik dengan
pembelajaran yang mendidik sesuai
kebutuhan peserta didik, mampu menyusun dan menggunakan berbagai materi pembelajaran dan sumber belajar sesuai dengan karakteristik peserta didik, mampu memanfaat teknologi informasi komunikasi (IT) untuk kepentingan pembelajaran sehingga peserta didik lebih termotivasi untuk meningkatkan kreatifitas dalam setiap kegiatan pembelajaran. Hanya saja berdasarkan survey lapangan ternyata IT tidak maksimal bisa digunakan karena keterbatasan sarana dan prasarana pendukung pendidikan di sekolah. Menurut Sanjaya,W (2009: 126) stategi dalam dunia pendidikan diartikan sebagai a plan, method, or series of actifities designed to achived a particular educational goal artinya bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didisain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Guru belum mampu menganalisis potensi pembelajaran setiap peserta didik dan mengidentifikasi minat, bakat dan potensi yang dimilikinya, sehingga guru mengalami kesulitan dalam merancang dan mengembangkan aktifitas pembelajaran yang dapat meningkatkan minat, bakat, dan potensi yang dimiliki peserta didik, yang diharapkan dapat memunculkan daya kreatifitas dan kemampuan berfikir kritis peserta didik. Seperti yang disampaikan oleh Sternberg pakar psikologi dari Yale University dalam Shaffat, I (2009: 30) bahwa bakat dan kemampuan manusia (potensi) bukanlah sesuatu yang sifatnya sudah baku pada satu bentuk tertentu (not fixed ability), tetapi kemampuan yang sifatnya terus berkembang (developing abilitity). Sehingga dituntut peran guru untuk dapat mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik agar dapat berkembang dengan baik, sering bakat disandingkan dengan pintar, keduanya memang mempunyai hubungan tetapi berbeda, bakat diperoleh dari potensi yang ada di dalam diri, sedangkan pintar bisa didapat dari ketekunan dalam mempelajari sesuatu.
Pengetahuan guru dalam berkomunikasi dengan peserta didik sudah sangat baik, guru sudah mampu berkomunikasi secara efektif dan santun dan bersikap positif dalam menanggapi setiap pertanyaan yang muncul dari peserta didik, ini juga diperkuat dari hasil observasi lapangan yang dilakukan ketika guru melaksanakan interaksi dalam proses pembelajaran di kelas, apa yang ditanyakan kemudian ditanggapi oleh guru membuat peserta didik puas, guru juga merespon pertanyaan dari siswa dengan lengkap dan relevan terhadap apa yang sedang dipelajari. Seperti pendapat Sumiati (2007: 64) bahwa guru seharusnya mengenali siswanya dengan baik melalui interaksi dan komunikasi yang lebih baik, sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuannya. Seperti siswa merasa mampu mengembangkan rasa percaya diri, rasa bisa melakukan sesuatu, rasa berguna, rasa memilliki dan rasa berdaya.
Kemudian Shaffat, I (2009: 61)
menambahkan bahwa interaksi belajar merupakan komunikasi timbal balik antara pengajar dan peserta didik dengan maksud untuk mencapai tujuan pembelajaran, sehingga interaksi komunikasi adalah ciri keberlangsungan pembelajaran bahkan dapat memprediksi perolehan hasil belajar.
Pengetahuan guru dalam penilaian dan evaluasi sangat baik, guru sudah mampu menyelenggarakan penilaian dan melakukan penilaian secara berkesinambungan, dan guru telah mampu melakukan evaluasi atas efektifitas proses dan hasil belajar dan menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan pengayaan, dan menggunakan analisis hasil penilaian dan evaluasi sebagai bahan pertimbangan untuk kegiatan pembelajaran selanjutnya, hanya saja tidak ditemukan data/dokumen hasil analisis penilaian yang digunakan sebagai acuan dalam memberikan remedial dan pengayaan dan perbaikan pada proses pembelajaran selanjutnya pada peserta didik. Menurut Hamzah (2008: 16) mengatakan bahwa guru harus dapat melaksanakan evaluasi yang efektif serta menggunakan hasilnya untuk mengetahui prestasi dan kemajuan siswa serta dapat melakukan perbaikan dan pengembangan.
## KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian terhadap tujuh dimensi penelitian tentang PCK guru dapat disimpulkan bahwa ada empat dimensi sudah dikuasai oleh guru yaitu pengetahuan tentang strategi pembelajaran, pengetahuan materi pembelajaran dan pembelajaran yang mendidik, pengetahuan komunikasi dengan peserta didik dan pengetahuan penilaian dan evaluasi. Dari empat dimensi ini dapat dikuasai oleh guru karena merupakan pengetahuan yang mendasar yang harus dikuasai oleh seorang guru, faktor ini dapat diperoleh melalui pengalaman mengajar guru karena subjek penelitian merupakan guru yang berpengalaman yang sudah mengajar lebih dari 5 tahun dan juga guru profesional yaitu guru yang mengajar dengan latar
belakang pendidikan yang sama dengan bidang ajarnya.
Sementara tiga dimensi penelitian tetang PCK guru belum dapat dikuasai dan difahami guru yaitu pengetahuan tentang peserta didik dan karakteristiknya, pengetahuan tentang pengembangan kurikulum dan pengetahuan tentang pengembanagan potensi peserta didik.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa tiga dimensi ini belum dikuasai karena keterbatasan pengetahuan dan keterampilan guru untuk melaksanakannya, jumlah siswa yang cukup besar rata-rata 40 orang per kelas, beban mengajar yang banyak meliputi 24 jam tatap muka dalam seminggu sehingga guru tidak punya waktu lagi untuk memberikan perhatian pada peserta didik.
## DAFTAR PUSTAKA
Hamzah, (2008). Profesi Kependidikan Problem, Solusi, dan Reformasi
Pendidikan di Indonesia . Jakarta:
Bumi Aksara.
Mukhtar, dkk, (2001). Mengukir Prestasi Panduan Menjadi Guru Profesional . Jakarta: Misaka Galiza.
Sagala, S., (2009). Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan .
Bandung: Alfabeta.
Shaffat, I., (2009). Optimized Learning Strategy . Jakarta: Prestasi Pustaka.
Sanjaya, W., (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kecana Prenada Media Group. Sugyono, (2011). Metode Penelitian Kuantitatif kualitatid dan R&D . Jakarta: Alfabeta.
Sumiati, (2007). Metode Pembelajaran . Bandung: Wacana Prima.
|
cab34bd9-cfd8-437b-9133-76714f8cd4d4 | https://jurnal.uns.ac.id/SHES/article/download/78052/41670 | Improving Natural Science Learning Outcomes Through Problem Based Learning To Fourth Grade Student Of Sdn Blagung
Diyah Hayu Setianingsih
SD Negeri Blagung diyahhayu99@gmail.com
Article History accepted 1/11/2022 approved 15/11/2022 published 30/11/2022
## Abstract
This study aims to determine whether the application of the Problem Based Learning (PBL) learning model can improve science learning outcomes for fourth grade students at SD Negeri Blagung. This research type is a Classroom Action Research which is carried out in 2 cycles. The research subjects were 19 students in grade IV at SDN Blagung, consisting of 9 male students and 10 female students. Data collection techniques using observation, test, and documentation. The results of the research show that the implementation of Problem Based Learning (PBL) model can improve the science learning outcomes of fourth grade students at SDN Blagung. The results showed that there were 5 students (26%) who completed the pre- class, increased to 12 students (63%) in cycle I and increased to 18 students (95%) in cycle II. From the results of this study, it can be concluded that the application of Problem Based Learning (PBL) model can improve learning outcomes in natural science dealing with objects transformation material.
Keywords: Problem Based Learning, Learning Outcomes, Natural Science
## Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Blagung. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Subyek penelitian adalah siswa kelas IV SDN Blagung sebanyak 19 siswa, terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, tes dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV di SDN Blagung. Hasil belajar siswa yang tuntas pada pra sikus ada 5 siswa (26%), mengalami peningkatan menjadi 12 siswa (63%) pada siklus I dan meningkat menjadi 18 siswa (95%) pada sikus II. Dari hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi perubahan wujud benda. Kata kunci: Problem Based Learning (PBL), Hasil Belajar, IPA
Social, Humanities, and Education Studies (SHEs): Conference Series https://jurnal.uns.ac.id/shes
p-ISSN 2620-9284 e-ISSN 2620-9292
## PENDAHULUAN
Sebuah proses pembelajaran yang berlangsung akan berpengaruh pada tercapainya tujuan belajar itu sendiri. Keberhasilan pencapaian kompetensi suatu mata pelajaran ditentukan oleh beberapa aspek antara lain yaitu siswa, guru, mata pelajaran, metode pengajaran, model pembelajaran, kurikulum, sarana dan prasarana. Salah satu aspek yang paling mempengaruhi berhasil atau tidaknya pencapaian suatu kompetensi adalah guru. Guru merupakan aktor utama dalam proses belajar mengajar di dalam suatu kelas karena guru adalah orang yang terlibat secara langsung dalam usaha meningkatkan kemampuan peserta didik menjadi individu yang lebih berkarakter.
Faktor lain yang mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran adalah penggunaan metode guru dalam menyampaikan informasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa kecenderungan yang terjadi pada proses kegiatan belajar mengajar di Indonesia adalah proses pembelajaran dikelas masih berpusat pada guru (teacher centered) yaitu guru lebih banyak bercerita atau berceramah dan siswa hanya sekedar menyimak dan mendengarkan sehingga siswa tidak banyak aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Selain metode pembelajaran yang tepat, pemilihan model pembelajaran juga menjadi salah satu faktor penting yang menjadi penentu ketercapaian penyampaian konsep dasar suatu mata pelajaran kepada peserta didik.
Kurikulum terbaru yang saat ini digunakan adalah Kurikulum Merdeka, yang merupakan kurikulum wujud dari Upaya pemerintah melakukan pemulihan pembelajaran pasca pandemi Covid-19. Konsep kurikulum merdeka merupakan terbentuknya kemerdekaan dalam berpikir. Kemerdekaan berpikir ditentukan oleh guru. Artinya guru menjadi tonggak utama dalam menunjang keberhasilan dalam Pendidikan (Burhana dkk, 2021). Guru dituntut untuk dapat lebih berperan proses pembelajaran dengan menciptakan suasana yang menyenangkan dan lebih interaktif. Guru harus mampu menerapkan strategi, model dan metode pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik sehingga pembelajaran yang bermakna dapat tercapai. Salah satu model pembelajaran yang dapat diaplikasikan guru dalam kurikulum merdeka adalah model Problem Based Learning.
Model Problem Based Learning (PBL) adalah pembelajaran yang dimulai dengan masalah autentik (nyata) yang sesuai dengan materi pelajaran sehingga dapat melatih siswa untuk berfikir secara kritis dalam memecahkan suatu permasalahan, serta dapat memupuk keterampilan siswa dalam memecahkan suatu permasalahan (Nofziarni dkk, 2019). Menurut Riyanto (2010:285) Pembelajaran berdasarkan masalah adalah suatu model pembelajaran yang dirancang dan dikembangkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik memecahkan masalah. PBL menggunakan masalah nyata yang ditemui di lingkungan sekitar sebagai dasar untuk memperoleh pengetahuan dan konsep melalui keterampilan berpikir kritis dan memecahkan sebuah masalah. (Supriyono dkk, 2022). Masalah yang disajikan dalam model pembelajaran Problem Based Learning dapat disesuaikan dengan jenjang pendidikan peserta didik. Bagi peserta didik tingkat sekolah dasar, guru dapat memberikan masalah yang masih sederhana dengan tingkat pemikiran yang tidak terlalu rumit.
Tujuan model pembelajaran Problem Based Learning adalah (1) untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik; (2) melatih peserta didik untuk menyelesaikan suatu permasalahan secara sistematis; (3) membantu peserta didik dalam memahami peran orang dewasa di kehidupan nyata; (4) mendorong peserta didik untuk menjadi individu yang mandiri dan bertanggung jawab. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Hosnan (2014:298) tujuan Problem Based Learning adalah membantu siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan mengubah tingkah laku siswa, baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Dalam kurikulum merdeka, mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dilebur menjadi satu kesatuan dengan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial menjadi IPAS
(Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial). Tujuan penggabungan ini untuk menguatkan kesadaran peserta didik terhadap lingkungan sekitar, baik dari aspek alam maupun sosial. Senada dengan pernyataan Agustina, dkk (2022) pada kurikulum merdeka ilmu pengetahuan alam diintegrasikan dengan ilmu pengetahuan sosial menjadi IPA. Tujuan pembelajaran IPA pada kurikulum ini yaitu mengembangkan ketertarikan serta rasa ingin tahu, berperan aktif, mengembangkan keterampilan inkuiri, mengerti diri sendiri dan lingkungannya, dan mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep IPA. Dalam penelitian ini, penulis fokus menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam khususnya pada materi perubahan wujud benda.
Materi perubahan wujud benda meruapakan materi yang menarik untuk dipelajari apabila disampaikan melalui proses pembelajaran yang benar. Akan tetapi, ketidaksesuaian model pembelajaran yang digunakan guru mengakibatkan peserta didik sering mengalami miskonsepsi tentang bentuk-bentuk perubahan wujud benda, seperti mencair, membeku, menguap, mengembun, menyublim dan mengkristal. Selama ini guru hanya menjelaskan bentu-bentuk perubahan wujud benda dan peserta didik diminta untuk menyimak penjelasan guru. Setelah dirasa paham, guru memberikan latihan soal dan siswa mengerjakannya secara mandiri.
Hal ini menyebabkan sebagian siswa mengalami kesulitan dalam mengidentifkasi bentuk-bentuk perubahan wujud benda. Peserta didik sering terbolak balik dalam menjelaskan konsep antara mencair dan membeku atau menyublim dan mengkristal. Selain itu, guru belum berusaha mengaitkan materi yang dipelajari dengan permasalahan sehari-hari, guru langsung menjelaskan materi pelajaran tanpa memberikan ruang atau kesempatan kepada peserta didik untuk membuktikan atau membangun sendiri konsep dalam pikiran peserta didik. Pembelajaran yang lebih banyak didominasi oleh guru ini menyebabkan siswa kurang tertarik untuk mengikuti pelajaran, yang berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa.
Seperti diketahui, Siswa Sekolah Dasar merupakan anak-anak yang berumur antara 6-12 tahun. Menurut Piaget (dalam Sumantri. 2014: 1.16), siswa SD berada dalam tahap operasional konkrit. Pada tahap ini permasalahan yang dihadapi anak adalah permasalahan yang konkrit. Anak akan menemui kesulitan jika dihadapkan dengan permasalahan yang bersifat abstrak. Oleh karena itu, jika dalam proses pembelajaran, guru hanya menggunakan metode ceramah saja tanpa disertai dengan media pembelajaran dan model pembelajaran yang tepat, peserta didik akan kesulitan dalam menyerap materi pelajaran yang telah disampaikan.
Berdasarkan uraian permasalahan diatas, tujuan penelitian ini adalah Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Perubahan Wujud Benda Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning Siswa Kelas IV SD Negeri Blagung.
## METODE
Metode penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk kajian atau kegiatan ilmiah dan bermetode yang dilakukan oleh guru/peneliti didalam kelas dengan menggunakan tindakan-tindakan untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran (Azizah, 2020). Jenis Penelitian ini adalah penelitian Kuantitatif. Menurut Adnan dan Latief (2020) penelitian kuantitatif merupakan pendekatan untuk menguji teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antar variabel. Variabel-variabel ini diukur biasanya dengan instrument penelitian seperti, test, angket, wawancara terstruktur sehingga data yang terdiri dari angka-angka dapat dianalisis berdasarkan perhitungan statistik. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data kuantitatif yaitu berupa hasil tes. Penelitian ini dilaksanakan dengan 2 siklus. Teknik pengumpulan data (Data Collection) yang dilakukan oleh peneliti yaitu menggunakan tes formatif di lakukan saat mengakhiri pembelajarannya untuk mengukur tercapainya pembelajaran dari peserta
didik pada mata pembelajaran IPA pada materi perubahan wujud benda meningkat atau tidak dengan menggunakan model PBL dan mencapai tujuan pembelajaran.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada tahap prasiklus didapatkan hasil bahwa dari 19 siswa, hanya terdapat 5 peserta didik dengan presentase ketuntasan sebesar 26% yang memahami materi tentang bentuk perubahan wujud benda yang ditelah dijelaskan oleh guru dan presentase ketidaktuntasan sebesar 74%. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain guru masih menggunakan metode pembelajaran yang masih konvensional berupa ceramah (teacher-centered) dan sumber belajar yang digunakan sangat terbatas hanya berupa buku guru dan LKS. Selain itu, guru juga kurang mengikutsertakan peserta didik dalam proses pembelajaran mengakibatkan peserta didik kurang memiliki motivasi untuk belajar. Faktor lain adalah dalam menjelaskan bentuk perubahan wujud benda guru tidak menggunakan alat peraga konkrit yang relevan dengan permasalahan kehidupan sehari-hari sehingga hal ini menyebabkan peserta didik belum memahami sepenuhnya materi yang telah dipelajari. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka diperlukan perubahan pada proses pembelajaran sebagai alternatif solusi dari ketidakaktifan dan rendahnya hasil belajar peserta didik. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Dalam PBL, pembelajar diberikan kesempatan untuk menemukan pengetahuan untuk dirinya sendiri dan berinteraksi dengan pembelajar lain, kemudian pembelajar menyempurnakan dan membuat struktur baru mengenai pengetahuan yang dimiliki berdasarkan pengetahuan sebelumnya, pengetahuan baru, dan pengalaman (Sari, 2015). Dengan model PBL ini diharapkan mampu meningkatkan keaktifan dan pemahaman peserta didik terkait materi bentuk-bentuk perubahan wujud benda.
Setelah pelaksanaan pembelajaran siklus I, terdapat 12 dari 19 peserta didik yang memahami materi bentuk perubahan wujud benda dengan baik dan mencapai kategori tuntas. Tetapi masih ada 7 peserta didik yang belum mencapai nilai KKM yang ditetapkan yaitu 70. Kegiatan pembelajaran pada siklus I masih cenderung didominasi oleh guru. Setelah merumuskan masalah, guru memberikan penjelasan materi dengan menggunakan metode demostrasi, dimana dalam memperagakan bentuk-bentuk perubahan wujud benda tersebut di lakukan sendiri oleh guru dan peserta didik hanya diminta untuk mengamati. Selanjutnya peserta didik secara berkelompok diminta mendiskusikan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan pada lembar kerja peserta didik berdasarkan pengamatan saat guru melakukan demonstrasi bentuk perubahan wujud benda. Meskipun pada siklus I hasil belajar peserta didik sudah mengalami peningkatan, tetapi presentase ketuntasannya belum mencapai target yaitu 80%. Oleh karena itu, setelah melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran pada siklus I, penulis merasa perlu melakukan perbaikan pembelajaran pada sikus II.
Pada siklus II, peserta didik lebih berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Siklus II dimulai dengan peserta didik disajikan sebuah permasalahan terkait perubahan wujud benda yang ditampilkan guru melalui media canva. Peserta didik dibagi menjadi 4 kelompok dengan 4-5 orang anggota disetiap kelompoknya. Selanjutnya masing-masing kelompok melakukan kegiatan demonstrasi bentuk-bentuk perubahan wujud benda, dan pada siklus II ini guru hanya berperan sebagai fasilitator yang memfasilitasi dan membimbing proses pembelajaran. Peserta didik secara aktif mendiskusikan hasil demonstrasi yang telah dilakukan dan menyampaikan ide-ide mereka terkait bentuk-bentuk perubahan wujud benda yang sering mereka temui dalam kehidupan sehari-hari. Setiap kelompok diminta menyajikan hasil diskusi kepada seluruh kelas. Dalam kegiatan presentasi ini siswa saling memberikan tanggapan terhadap hasil diskusi yang telah disajikan.
Berdasarkan data yang didapat oleh peneliti terlihat bahwa sebelum penerapan model pembelajaran Problem Based Learning, jumlah peserta didik kelas IV yang mencapai nilai KKM hanya 26% dari 19 siswa, presentase ketuntasan ini masih sangat jauh dari ketuntasan klasikal yang diharapkan yaitu sebesar 80%. Rendahnya kentuntasan peserta didik disebabkan karena peserta didik kurang aktif bertanya kepada guru tentang materi yang belum dipahami dan peserta didik kurang antusias saat proses pembelajaran. Setelah mengimplementasikan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam kegiatan belajar mengajar, terlihat peningkatan terhadap hasil belajar peserta didik. Hal ini terbukti pada sikus I, jumlah peserta didik yang mencapai KKM meningkat menjadi 63% dari 19 siswa. Ini menunjukkan bahwa siswa lebih memahami materi yang disampaikan ketika guru menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning. Setelah dilaksanakan pembelajaran siklus II terjadi peningkatan yang signifikan dari siklus I ke siklus II. Dalam siklus II peserta didik sudah memahami sepenuhnya konsep bentuk-bentuk perubahan wujud benda. Adapun besar kategori ketuntasan siklus II sebesar 95% sedangkan presentase ketidaktuntasan sebesar 5% dengan jumlah peserta didik yang tuntas sebanyak 18 siswa dan yang tidak tuntas sebanyak 1 siswa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa di siklus II ini, pemahaman siswa mengalami peningkatan.
Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) di kelas IV SDN Blagung Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali mampu membuat peserta didik lebih mudah memahami materi yang disajikan oleh guru. Jika dibandingkan dengan metode pembelajaran sebelumnya, terlihat jelas perbedaan tingkat keaktifan peserta didik. Sebelumnya guru hanya menggunakan metode ceramah, peserta didik diminta mendengarkan penjelasan yang disampaikan, mencatatnya dan mengerjakan tugas. Dalam proses pembelajaran Problem Based Learning, peserta didik disajikan sebuah permasalahan, kemudian peserta didik berdiskusi dengan bertukar pikiran dalam kelompoknya, bekerjasama dan saling membantu dengan timnya agar semua anggota kelompoknya memahami materi yang disampaikan guru dan bisa mengerjakan tugas- tugas yang diberikan oleh guru. Selanjutnya peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas dan kelompok lainnya diminta untuk menanggapi atau memberi pendapat terhadap hasil kerja temannya. Sehingga suasana pembelajaran terlihat lebih hidup karena peserta didik aktif berperan serta dalam proses pembelajaran. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Rahmadani dan Anugraheni (2017) dimana melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan keaktifan siswa. Selain itu, penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata Pelajaran IPA materi bentuk perubahan wujud benda.
. Ketuntasan belajar peserta didik pada setiap siklus dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 1. Perbandingan presentase ketuntasan siswa dalam penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Pencapaian Nilai Prasiklus Siklus I Siklus II Nilai Terendah 20 60 65 Nilai Tertinggi 70 90 100 Rata-Rata Nilai 50,00 85,6 93,00 Siswa Belajar Tuntas 26% 63% 95%
0 20 40 60 80 100 120 Nilai Terendah
Nilai Tertinggi Rata-Rata Nilai Siswa Belajar Tuntas Prasiklus Siklus I Siklus II
## Gambar 1. Grafik perbandingan antarsiklus
## SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, dapat diambil disimpulkan bahwa dari penerapan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) pada pembelajaran IPA konsep perubahan wujud benda peserta didik kelas IV SDN Blagung memberikan dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa, ditunjukkan dengan adanya peningkatan presentase ketuntasan pada tiap siklusnya, yaitu dengan kondisi prasiklus dengan prsentase ketuntasan sebesar 26% meningkat menjadi 63% pada siklus I dan pada siklus II presentase ketuntasan mencapai 95%. Dalam penelitian Tindakan kelas ini ditemukan bahwa dengan menggunakan PBL, siswa dapat mengalami langsung bagaimana benda-benda di sekitar mereka dapat mengalami perubahan wujud. Melalui pengalaman dan eksperimen, siswa dapat melihat dan memahami secara konkrit bagaimana bentuk perubahan mencair, membeku, menguap, mengembun, menyublim, dan mengkristal. Kegiatan diskusi berkelompok juga meningkatkan keterampilan sosial siswa serta memperluas perspektif mereka dalam memahami konsep bentuk-bentuk perubahan wujud benda.
## DAFTAR PUSTAKA
Adnan, G., & Latief, M. A. (2020). Metode Penelitian Pendidikan: Penelitian Kuantitatif, Penelitian Kualitatif, Penelitian Tindakan Kelas . Yogyakarta: Erhaka Utama Agustina, N. S., Robandi, B., Rosmiati, I., & Maulana, Y. (2022). Analisis Pedagogical Content Knowledge terhadap Buku Guru IPAS pada Muatan IPA Sekolah Dasar Kurikulum Merdeka. Jurnal Basicedu , 6 (5), 9180-9187.
Azizah, A. (2021). Pentingnya penelitian tindakan kelas bagi guru dalam pembelajaran. Auladuna: Jurnal Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah , 3 (1), 15-22.
Burhana, A., Octavianti, D., Anggraheni, L. M. R., Ashariyanti, N. D., & Mardani, P. A. A. (2021). Model Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Cara Berpikir Kritis Siswa di Sekolah Dasar. SNHRP , 302-307.
Hosnan, M. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21 . Bogor: Ghalia Indonesia
Nofziarni, A., Hadiyanto, H., Fitria, Y., & Bentri, A. (2019). Pengaruh Penggunaan Model Problem Based Learning (Pbl) Terhadap Hasil Belajar Siswa Di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu , 3 (4), 2016-2024.
Rahmadani, N., & Anugraheni, I. (2017). Peningkatan Aktivitas Belajar Matematika melalui Pendekatan Problem Based Learning bagi Siswa Kelas 4 SD. Scholaria: Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan , 7 (3), 241-250.
Riyanto, Yatim. (2010). Paradigma Baru Pembelajaran sebagai Referensi bagi Guru/Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Sari, N. H. M. (2015). Keunggulan Problem-based Learning Berbasis Open-ended Problem. In Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika . Yogyakarta (pp. 645-650).
Sumantri, Mulyani. (2014). Perkembangan Peserta Didik . Banten: Universitas Terbuka.
Supriyono, Y., Siswanto, J., & Purnamasari, I. (2022). Keefektifan Model Problem Based Learning dengan Video Perubahan Wujud Benda untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis. Jurnal Kualita Pendidikan , 3(2), 109-116..
|
aac1e737-a10d-405a-9e49-193c015fe71a | https://ojs.unsiq.ac.id/index.php/jematech/article/download/1983/1890 | Vol. 5, No. 2, Agustus 2022 p-ISSN : 2622-8394 | e-ISSN : 2622-8122 https://ojs.unsiq.ac.id/index.php/jematech DOI: https://doi.org/10.32500/jematech.v5i2.1983
## Praktik Manajemen Laba Riil Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2017-2019
Safira Samsiah 1) , Lidya Primta Surbakti 2) , Subur 3)
1) 2) 3) Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, Indonesia
1) safira.samsiah@upnvj.ac.id
2) lidyaprimtasurbakti@gmail.com
3) Subur@upnvj.ac.id
## Abstrak
Isu manajemen laba sebagai skandal keuangan telah menjadi perhatian publik, khususnya pada tata kelola perusahaan sebagai mekanisme pengendalian internal untuk memastikan kualitas pelaporan keuangan. Penelitian ini betujuan untuk mengetahui hubungan karakteritistik komite audit dan proporsi dewan komisaris wanita untuk menetapkan hubungan antara mekanisme pengendalian internal terhadap manajemen laba riil pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2019. Menggunakan regresi linear berganda untuk menguji hipotesis merupakan penelitian kuantitatif dan data sekunder pada 131 perusahaan sampel. Peneliti mendeteksi manajemen laba riil dengan model Cohen dan Zarowin (2010), karakteristik komite audit dilihat berdasarkan ukuran komite audit, komite audit tenure , dan keahlian komite audit berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.55/PJOK.04/2015. Hasil yang ditemukan adalah ukuran komite audit memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba riil, namun tidak ditemukan pengaruh yang signifikan antara komite audit tenure dan keahlian komite audit terhadap manajemen laba riil. Selain itu, terdapat pengaruh signifikan proporsi dewan komisaris wanita terhadap manajemen laba riil.
Kata kunci: Ukuran Komite Audit, Komite Audit Tenure , Keahlian Komite Audit, Dewan Komisaris Wanita, Manajemen Laba Riil.
## Abstract
The issue of earnings management as a financial scandal has become a public concern, especially on corporate governance as an internal control mechanism to ensure the quality of financial reporting. This study aims to determine the relationship between the characteristics of the audit committee and the proportion of female commissioners to determine the relationship between internal control mechanisms and real earnings management in manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2017-2019. Using multiple linear regression to test the hypothesis is a quantitative study and secondary data on 131 sample companies. The researcher detects real earnings management using the Cohen and Zarowin (2010) model, the characteristics of the audit committee are seen based on the size of the audit committee, audit committee tenure, and audit committee expertise based on the Financial Services Authority Regulation No.55/PJOK.04/2015. The results found are that the size of the audit committee has a significant effect on real earnings management, but there is no significant effect between audit committee tenure and audit committee expertise on real earnings management. In addition, there is a significant effect of the proportion of female commissioners on real earnings management.
Keyword: Audit Committee Size, Audit Committee Tenure, Audit Committee Expertise, Female Board of Commissioners, Real Earnings Management.
## 1. PENDAHULUAN
Setiap perusahaan selalu ingin menampilkan kinerja yang terbaik melalui nilai laba yang disajikan pada laporan keuangannya untuk menarik minat para investor dan kreditor. Maka dari itu, laba begitu penting sebagai instrumen dalam menilai kinerja manajemen maupun dalam menghadapi risiko atas ketidakpastian.
Vol. 5, No. 2, Agustus 2022 p-ISSN : 2622-8394 | e-ISSN : 2622-8122 https://ojs.unsiq.ac.id/index.php/jematech DOI: https://doi.org/10.32500/jematech.v5i2.1983
Pentingnya infromasi laba, maka seringkali informasi terkait laba ini dijadikan sasaran rekayasa sikap oportunis manajemen dalam mengoptimalkan kepentingan pribadinya, sehingga pihak investor dan kreditor dapat dirugikan (Anzelya, 2020). Dengan adanya fleksibilitas manajemen dalam memilih metode akuntansi, dijadikan celah untuk menetapkan kebijakan dalam menaikkan atau menurunkan laba perusahaan. Tindakan perekayasaan manajemen dalam merubah informasi terkait laba perusahaan ini disebut sebagai manajemen laba ( Earnings Management) . Dalam praktiknya, manjemen laba memiliki dua pendekatan, yaitu melalui aktivitas akrual dan aktivitas riil, menurut (Sun et al., 2014) manajemen laba akrual ialah merekayasa laba yang dijalankan melalui metode akuntansi dan estimasi yang tidak mempunyai pengaruh secara langsung pada arus kas. Sementara itu, manajemen laba riil ialah merekayasa laba melalui aktivitas operasional yang memengaruhi arus kas perusahaan secara langsung.
Roychowdhury (2006) di dalam penelitiannya memberikan bukti bahwa perusahaan memanfaatkan beberapa metode manjemen laba riil untuk pelaporan keuangannya dalam menghindari pelaporan kerugian tahunan. Dalam hal ini manajer dapat melakukannya dengan cara mengusulkan potongan harga untuk meningkatkan penjualan, membuat produksi secara berlebihan untuk menurunkan harga pokok penjualan, dan menekan pengeluaran diskresioner untuk mendapatkan margin yang di laporkan. Graham et al., (2005) dalam penelitiannya juga merekomendasikan bukti bahwa manajemen cenderung memilih manajemen laba riil ketimbang manajemen laba berbasis akrual. Hal ini dikarenakan aktivitas riil cenderung tidak diteliti oleh auditor dan regulator, dengan demikian berpotensi memiliki kemungkinan lebih besar untuk tidak terdeteksi meskipun konsekuensi dari aktivitas tersebut sangat berpengaruh pada ekonomi perusahaan kedepannya. Sejumlah skandal perusahaan terkenal seperti kasus Enron, Xerox Corporation, WorldCom mengangkat keprihatinan umum atas etika praktik akuntansi di perusahaan, integritas informasi akuntansi yang diterbitkan di pasar modal, dan pelaporan keuangannya. Menurut penelitian Surbakti & Samosir (2019) laporan yang dikeluarkan oleh Asian Corporate Governance Association pada tahun 2014, Indonesia memiliki indeks tata kelola perusahaan yang rendah sebesar 39 dibandingkan dengan indeks rata-rata sepuluh negara Asia sebesar 52,8 (Hong Kong, Malaysia, Singapura, Jepang, Thailand, Taiwan, China, India, dan Korea), adanya kasus- kasus tersebut telah menurunkan kepercayaan investor terhadap integritas laporan keuangan. Faktanya, manajemen laba adalah landasan adanya skandal ini (Ghaleb et al., 2021). Manajemen laba dianggap sebagai bentuk asimetri informasi dan masalah keagenan antara manajer dengan pemilik modal (Ghaleb et al., 2020). Berkaitan dengan praktik manajemen laba riil tersebut maka diperlukan mekanisme pengawasan internal dalam menekan perilaku oportunis manajer, seperti penelitian yang dilaksanakan oleh Inaam dan Khamoussi, (2016) mengkaji secara meta analisis terhadap banyak literatur dan hasilnya menunujukkan terdapat banyak faktor yang memiliki pengaruh signifikan terkait evektivitas komite audit seperti komite audit independen, ukuran komite audit, dan keahlian komite audit ikut serta dalam menekan manajemen laba. Dan penelitian yang dilaksanakan oleh Surbakti & Samosir (2019) yang meneliti pengaruh ukuran komite audit, keahlian komite audit dan komite audit tenure terhadap manajemen laba dengan sampel perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Manajemen laba diukur menggunakan Discretionary Accrruals . Adapun kebaruan penelitian ini jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya ialah, pada penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti secara empiris mengenai pengaruh karakteristik komite audit berdasarkan ukuran komite audit, keahlian komite audit serta komite audit tenure yang masih jarang ditemui pada peneliti-peneliti sebelumnya, serta menambahkan variabel proporsi dewan komisaris wanita terhadap praktik manajemen laba riil, dan memfokuskan praktik manajemen laba menggunakan Real Earnings Management model (Cohen dan Zarowin, 2010), dimana pada umumnya peneliti sebelumnya baik di dalam maupun di luar negeri masih berfokus dengan manajemen laba akrual. Menambahkan variabel proporsi dewan komisaris wanita pada penelitian ini didasarkan atas pentingnya penerapan good corporate goernance perusahaan dengan adanya monitoring dari dewan komisaris yang dibantu oleh komite audit, khususnya pada dewan komisaris wanita yang mana menurut Muhammad dan Pribadi 2020 dalam beberapa dekade terakhir mulai bertambah wanita yang memiliki kedudukan penting di dalam perusahaan, baik perusahaan publik maupun pemerintahan hal ini menunjukkan bahwa semakin dipercayanya kinerja mereka. terdapat juga beberapa penelitian yang berkaitan dengan keragaman gender dewan dalam menurunkan praktik manajemen laba khususnya pada dewan komisaris yang di pimpin oleh wanita. Menurut Ghaleb et al., 2021 komisaris wanita mungkin lebih meningkatkan efektivitas pemantauan dibandingkan dengan pimpinan pria, pemantauan atas kualitas praktik pelaporan, menghalangi praktik manjemen laba oportunistik, meningkatkan perilaku etis dewan dan meningkatkan kualitas pendapatan.
Vol. 5, No. 2, Agustus 2022 p-ISSN : 2622-8394 | e-ISSN : 2622-8122 https://ojs.unsiq.ac.id/index.php/jematech DOI: https://doi.org/10.32500/jematech.v5i2.1983
## 2. KAJIAN PUSTAKA
## Teori Agensi
Kendali dalam mengelola operasional perusahaan berada pada manajemen, hal ini adalah amanat dari pemilik selaku prinsipal, keterkaitan ini dibahas didalam teori keagenan. Hubungan keagenan ini bagai kontrak diantara satu orang atau lebih (prinsipal) yang menyertakan orang lain (agen) dalam melaksanakan beberapa pengelolaan atas nama prinsipal dalam melibatkan pelimpahan wewenang beberapa otoritas termasuk saat pengambilan keputusan kepada agen (Jensen & Meckling, 1976). Pihak agen memiliki informasi lebih lengkap dan aktual terkait dengan prospek perusahaan dibandingkan dengan prinsipal, kesenjangan informasi ini disebut dengan Asimetri Informasi. Prinsipal dapat menghalangi perbedaan informasi dan kepentingannya dengan memberi insentif yang sesuai untuk agen dan hal ini akan menimbulkan biaya keagenan atau agency cost , pemantauan dianggap selaras dengan kepentingan prinsipal dan agen dapat mengurangi pertentangan kepentingan dan tindakan oportunis yang berasal darinya, dengan cara peningkatan sistem pengendalian internal, yang akan mendukung peningkatkan hasil informasi keuangan yang baik ( Jensen & Meckling, 1976). Menurut teori keagenan peneliti sebelumnya telah menyarankan bahwa mekanisme tata kelola perusahaan, misalnya dewan komisaris, kepemilikan komite audit dapat mengurangi masalah keagenan dan manjemen laba (Al-Absy et al., 2019).
## Manajemen Laba Riil
Manajemen laba riil ialah teknik manajemen laba dengan merekayasa aktivitas riil operasional perusahaan yang secara langsung berdampak pada arus kas dengan menaikkan (increasing) atau menurunkan (decreasing) laba. Manajemen laba riil didefinisikan oleh (Roychowdhury, 2006) ialah perilaku manajemen yang menyalahi dari praktik bisnis normal perusahaan yang bertujuan untuk memperoleh target laba yang telah ditentukan. Terdapat tiga cara yang dilakukan oleh pihak manajemen dalam melakukan manajemen laba riil, menurutnya yaitu: Manipulasi Penjualan adalah aktivitas manajemen laba yang dilakukan dengan merekayasa penjualan dapat dilakukan oleh manajer dengan cara mempersingkat waktu penjualan atau menghasilkan penjualan tambahan yang tidak berkelanjutan melalui potongan harga yang ditawarkan, atau dengan memberikan kualifikasi kredit yang lunak. Cara ini mampu mengoptimalkan penjualan yang secara tidak langsung akan meningkatkan arus kas pada periode berjalan. Selanjutnya yaitu dengan Memproduksi secara berlebihan dalam menaikkan laba, manajer mampu melakukan produksi yang berlebihan daripada yang di perlukan karena dengan demikian akan membuat biaya tetap ( fixed cost ) per unit produk akan lebih rendah sehingga akan menurunkan harga pokok penjualan dan akan meningkatkan laba perusahaan. Yang ketiga yaitu dengan mengurangi biaya-biaya diskresioner dengan mengurangi, biaya administrasi dan umum, biaya iklan, biaya penelitian dan pengembangan, terutama pada periode saat pengeluaran tersebut tidak secara langsung membawa dampak pada pendapatan dan laba. Cara ini akan meningkatkan laba dan aliran kas periode berjalan tetapi juga memiliki pengaruh positif pada arus kas. Dengan cara-cara berikut Cohen & Zarowin (2010) menggabungkan 3 cara tersebut menjadi 2 perhitungan komprehensif dalam mendeteksi manajemen laba riil.
## Corporate Governance
Mekanisme Corporate Governance menjadi sebuah instrumen yang fundamental dalam menjalankan praktik bisnis didalam suatu perusahaan. Satu perangkat tata kelola tingkat tinggi yang telah diamanatkan untuk memastikan kualitas pelaporan keuangan adalah dengan adanya komite audit (Hassan & Ibrahim, 2014). Di Indonesia, struktur Corporate Governance tertuang pada Undang-Undang PT No.40 Tahun 2007 yang mengatakan dengan cara umum perusahaan di Indonesia memakai struktur tata kelola model two tier system. Interaksi antar pelaku corporate governance sangat penting terkait kualitas pelaporan keuangan dalam memberikan informasi keuangan perusahaan (Agyei-Mensah & Yeboah, 2019). Dengan demikian, kehadiran komite audit adalah mekanisme penting dari corporate governance dalam melindungi pemangku kepentingan (Al-Absy et al., 2019), Dewan memiliki peran dalam corporate governance khsusunya dewan komisaris wanita yang cenderung meningkatkan efektivitas pemantauan atas kualitas praktik pelaporan keuangan sehingga mencegah praktik manipulasi (Ghaleb et al., 2021). Fungsi utama mekanisme pemantauan internal adalah untuk memantau kemungkinan manipulasi pendapatan oleh manajer dan untuk mengelola proses pelaporan keuangan. Dalam pelaporan keuangan, tujuan utama dari struktur tata kelola perusahaan adalah
Vol. 5, No. 2, Agustus 2022 p-ISSN : 2622-8394 | e-ISSN : 2622-8122 https://ojs.unsiq.ac.id/index.php/jematech DOI: https://doi.org/10.32500/jematech.v5i2.1983
memastikan bahwa laporan memenuhi standar sistem pelaporan akuntansi keuangan sehingga kredibilitas laporan keuangan dapat terjamin. Komite Audit adalah sosok fundamental dari tata kelola perusahaan yang bertujuan untuk membuat pelaporan keuangan berkualitas melalui komunikasi informasi yang transparan dan jujur terkait dengan informasi keuangan dan non keuangan. Komite audit juga mampu meningkatkan hubungan baik dengan direktur perusahaan, auditor internal maupun auditor eksternal (Alhassan et al., 2019). Komite Audit dan Dewan Komisaris memiliki tugas dalam melaksanakan pengawasan terhadap aktivitas perusahaan yang diatur oleh Peraturan Otoritas Jasa Keuangan.
## Pengembangan Hipotesis Ukuran Komite Audit terhadap manajemen laba riil
Ukuran komite audit menggambarkan berapa banyak personil yang tergabung di dalam komite audit. Berdasarkan teori agensi, menyatakan bahwa hubungan agen sering kali memiliki konflik dengan prinsipal. Menurut Agyei-Mensah & Yeboah, 2019 Teori agensi menyarankan bahwa dengan adanya peningkatan pengawasan dewan melalui ukuran komite audit akan mengurangi biaya agensi, untuk itu memperbaiki performa perusahaan dan meningkatkan kualitas pemantauan yang diperankan oleh komite audit, maka ukurannya harus cukup untuk semua tugas yang diperlukan. Sehingga, ukuran komite audit memberikan dampak pada jangkauan nya terhadap pengawasan internal perusahaan.
Susanto & Pradipta (2016) dan Prabowo (2014) tidak menemukan keterkaitan diantara ukuran komite audit dengan praktik manajemen laba namun sebagian besar peneliti terdahulu menyatakan adanya hubungan negatif dan signifikan diantara ukuran komite audit dengan praktik manajemen laba riil. Dalam hal ini menyiratkan bahwa anggota komite audit yang lebih besar yang berarti mempunyai anggota komite audit yang cukup akan lebih efektif dalam memantau aktivitas manajemen dan komite audit menjadi lebih terarah dalam menjaga kualitas proses pelaporan keuangan (Ghaleb et al., 2020; Agyei dan Yeboah, 2019; Dwidayanti dan Astriena, 2018; Inaam Khamoussi, 2016). Dengan demikian hipotesis pertama ialah:
## H1: Ukuran Komite Audit berpengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba riil
## Komite Audit Tenure terhadap manajemen laba riil
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.55/PJOK.04/2015 Komite Audit dapat melakukan penugasan selama 2 periode. Dengan adanya batasan masa jabatan ini diharapkan komite audit akan lebih mandiri dalam menjalankan tugasnya (Surbakti & Shaari, 2018). ketika komite audit bertahan dalam jangka waktu yang lebih lama, kemungkinan mereka akan membangun hubungan yang kuat dengan manajemen yang dapat melemahkan tingkat independensi mereka yang pada akhirnya akan membahayakan kualitas pelaporan keuangan dan menghasilkan manajemen laba.
Sun et al., (2014) dalam hasil penelitiannya yang menerangkan tidak adanya hubungan yang signifikan masa kerja komite audit terhadap manajemen laba. Di sisi lain (Vafeas, 2003) berpendapat bahwa komite audit dengan masa kerja yang lama cenderung menciptakan kompromi karena hubungan persahabatan yang sudah terbangun. Dengan demikian, semakin lama masa jabatan komite audit maka semakin terekspos komite tersebut dalam menjalin kompromi yang pada akhirnya akan menurunkan efektivitas pemantauan pelaporan keuangan. Dhaliwal et al., (2010) dan Vafeas (2005) menemukan adanya pengaruh yang positif dan signifikan masa jabatan komite audit terhadap manajemen laba. Dengan demikian hipotesis ketiga ialah:
## H2: Komite Audit Tenure berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba riil
## Keahlian Komite Audit
Komite audit yang paling efektif adalah ketika perusahaan memiliki kombinasi anggota komite audit yang ahli pada bidang keuangan dan mempunyai pelatihan di bidang akuntansi (Dhaliwal et al., 2010). Sesuai Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.55/PJOK.04/2015 yang menegaskan paling sedikit komite audit memiliki seorang anggota yang ahli pada bidang keuangan dan akuntansi. Selain untuk kepentingan regulasi didasarkan oleh teori agensi komite audit yang mempunyai keterampilan pada bidang akuntansi keuangan maka akan lebih mudah mendeteksi tindakan oportunis manajemen dan meningkatkan pemantauan pelaporan keuangan (Dhaliwal et al., 2010).
Ghaleb et al., (2020) dan Surbakti & Shaari (2018) menemukan bahwa tidak adanya pengaruh keahlian komite audit dalam mengurangi praktik manajemen laba. namun sebagian besar peneliti menyatakan adanya pengaruh negatif dan signifikan apabila ada anggota komite audit yang mempunyai keahlian akuntansi dan
Vol. 5, No. 2, Agustus 2022 p-ISSN : 2622-8394 | e-ISSN : 2622-8122 https://ojs.unsiq.ac.id/index.php/jematech DOI: https://doi.org/10.32500/jematech.v5i2.1983
keuangan dalam mengembangkan pemantauan manajemen terhadap proses pelaporan keuangannya. Penelitian meta analisis yang dilaksanakan oleh Inaam dan Khamoussi (2016) menyimpulkan bahwa terdapat banyak penelitian yang menghasilkan hubungan signifikan dan negatif pada keahlian keuangan komite audit di suatu perusahaan dalam menekan praktik manajemen laba, dalam hal ini didukung oleh penelitian yang dilaksanakan oleh (Dwiyanti & Astriena, 2018; Sharma & Kuang, 2014; Hassan & Ibrahim, 2014) yang menyatakan bahwa anggota komite audit yang ahli pada bidang akuntansi akan lebih kompeten dalam mendeteksi praktik manajemen laba perusahaan. Dengan demikian hipotesis keempat ialah:
## H3: Keahlian Komite Audit berpengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba riil
## Proporsi Dewan Komisaris Wanita terhadap manajemen laba riil
Jumlah wanita yang menempati posisi penting dalam suatu perusahaan cenderung sedikit dibandingkan pria, tetapi tiap tahunnya jumlah ini kian meningkat. Berdasarkan teori agensi adanya kepercayaan pemegang saham dengan pengangkatan wanita untuk menduduki jabatan tinggi di perusahaan sebagai upaya dalam meningkatkan kemakmuran pemegang saham, dengan harapan mereka menghasilkan banyak keuntungan dan melakukan lebih sedikit manipulasi pada laporan keuangan (Muhammad & Pribadi, 2020). Sejalan dengan pendapat (Ghaleb et al., 2021) yang mengungkapkan bahwa dewan wanita akan lebih meningkatkan efektivitas pemantauan dewan perusahaan atas kualitas laba dan mampu menghalangi praktik manajemen laba oportunistik dibandingkan dewan pria.
Penelitian yang dilaksanakan oleh Manurung & Syafruddin (2020); Ghaleb et al., (2021); Lakhal et al., (2015) menemukan bahwa terdapat hubungan signifikan dan negatif dewan wanita dalam menekan manajemen laba di perusahaan temuan ini menunjukkan bahwa wanita memiliki cara yang berbeda dalam menjalankan kekuasaan, mereka cenderung menunjukkan perhatian yang lebih besar terhadap hubungan antar pribadi dan menjunjung tinggi keadilan dibandingkan pria. Sementara itu, penelitian yang dilaksanakan oleh Setiawan (2018) memberikan hasil bahwa tidak adanya pengaruh signifikan proporsi dewan komisaris wanita terhadap praktik manajemen laba. Dengan demikian hipotesis kelima ialah:
H4: Proporsi Dewan Komisaris Wanita berpengaruh signifikan dan negatif terhadap manajemen laba riil
## 3. METODOLOGI PENELITIAN Definisi Operasional Variabel
Pada penelitian ini terdiri atas 3 variabel, yaitu variabel dependen manajemen laba riil oleh Cohen & Zarowin (2010), variabel independen yang terdiri atas ukuran komite audit, komite audit tenure , keahlian komite audit, proporsi dewan komisaris wanita. Serta variabel kontrol yang terdiri atas ukuran perusahaan, leverage dan profitabilitas.
## Pengukuran Variabel
Manajemen laba riil dengan proksi Roychowdhury (2006) yang dikembangkan oleh Cohen & Zarowin (2010), untuk mendapatkan nilai manajemen laba riil dilakukan dengan menghitung langkah-langkah berikut:
1. Arus Kas Operasi Abnormal ( CFO t )
𝐶𝐹𝑂 𝑖𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑖,𝑡−1 = 𝑘 1 1 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑖,𝑡−1 + 𝑘 2 𝑆𝐴𝐿𝐸𝑆 𝑖𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑖,𝑡−1 + 𝑘 3 ∆𝑆𝐴𝐿𝐸𝑆 𝑖𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑖,𝑡−1 + 𝜀 𝑖𝑡 … … … … … … … . . (1)
2. Biaya Kegiatan Produksi Abnormal (PROD t )
𝑃𝑅𝑂𝐷 𝑖𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑖,𝑡−1 = 𝑘 1 1 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑖,𝑡−1 + 𝑘 2 𝑆𝐴𝐿𝐸𝑆 𝑖𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑖,𝑡−1 + 𝑘 3 ∆𝑆𝐴𝐿𝐸𝑆 𝑖𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑖,𝑡−1 + 𝑘 4 ∆𝑆𝐴𝐿𝐸𝑆 𝑖,𝑡−1 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑖,𝑡−1 + 𝜀 𝑖𝑡…… (2)
Vol. 5, No. 2, Agustus 2022 p-ISSN : 2622-8394 | e-ISSN : 2622-8122 https://ojs.unsiq.ac.id/index.php/jematech DOI: https://doi.org/10.32500/jematech.v5i2.1983
3. Biaya Diskresioner Abnormal (DISX t )
𝐷𝐼𝑆𝑋 𝑖𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑖,𝑡−1 = 𝑘 1 1 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑖,𝑡−1 + 𝑘 2 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 𝑖,𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑖,𝑡−1 + ⋯ … … … … … … . (3)
## 4. Manajemen Laba Riil
𝑅𝑀1 = 𝑃𝑅𝑂𝐷 𝑡 + (−𝐷𝐼𝑆𝑋 𝑡 ) … … … … … … … … … … . . (4)
𝑅𝑀2 = (−𝐶𝐹𝑂 𝑡 ) + (−𝐷𝐼𝑆𝑋 𝑡 ) … … … … … … … … … . . (5)
Keterangan:
CFO t
= Arus kas operasi diambil dari laporan arus kas perusahaan pada tahun t
PROD t = Harga pokok penjualan ditambah perubahan Persediaan
DISX t = Beban diskresioner dalam periode t. Termasuk didalamnya adalah beban penjualan, beban administrasi dan umum, seperti beban periklanan, pengembangan dan penelitian bagi perusahaaan selama tahun t RM1 = Total perhitungan variabel standar RM2 = Total perhitungan variabel standar Assets i,t-1 = Total aset perusahaan pada akhir tahun t-1
Sales it = Penjualan perusahaan pada akhir tahun t ∆Sales it
= Perubahan penjualan pada tahun t dibandingkan dengan penjualan pada akhir
tahun t-1 ∆Sales it-1 = Perubahan penjualan perusahaan pada tahun t-1
dibandingkan dengan penjualan pada akhir tahun t-2
ε t = Error
## Tabel 1. Ringkasan Pengukuran Variabel
Variabel Akronim Pengukuran Sumber Variabel Dependen Manajemen Laba Riil RM1 dan RM2 𝑅𝑀1 = 𝑃𝑅𝑂𝐷 𝑡 + (−𝐷𝐼𝑆𝑋 𝑡 ) … … … … … … … … … … . . (4)
𝑅𝑀2 = (−𝐶𝐹𝑂 𝑡 ) + (−𝐷𝐼𝑆𝑋 𝑡 ) … … … … … … … … … . . (5)
Cohen & Zarowin (2010) Variabel Independen Ukuran Komite Audit ACSIZE 𝑈𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝐾𝑜𝑚𝑖𝑡𝑒 𝐴𝑢𝑑𝑖𝑡 = Ʃ 𝑃𝑒𝑠𝑜𝑛𝑖𝑙 𝐾𝑜𝑚𝑖𝑡𝑒 𝐴𝑢𝑑𝑖𝑡 Surbakti & Samosir (2021)
Vol. 5, No. 2, Agustus 2022 p-ISSN : 2622-8394 | e-ISSN : 2622-8122 https://ojs.unsiq.ac.id/index.php/jematech DOI: https://doi.org/10.32500/jematech.v5i2.1983
Komite Audit Tenure ACTEN 𝐾𝑜𝑚𝑖𝑡𝑒 𝐴𝑢𝑑𝑖𝑡 𝑇𝑒𝑛𝑢𝑟𝑒 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑏𝑎𝑡 Ʃ 𝐾𝑜𝑚𝑖𝑡𝑒 𝐴𝑢𝑑𝑖𝑡 Surbakti & Samosir (2021) Keahlian Komite Audit ACEXPT 𝐾𝑒𝑎ℎ𝑙𝑖𝑎𝑛 𝐾𝑜𝑚𝑖𝑡𝑒 𝐴𝑢𝑑𝑖𝑡 =
𝐾𝑜𝑚𝑖𝑡𝑒 𝐴𝑢𝑑𝑖𝑡 𝑏𝑒𝑟𝑙𝑎𝑡𝑎𝑟 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑘𝑢𝑛𝑡𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑑𝑖 𝑏𝑖𝑑𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑒𝑢𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑛𝑔𝑔𝑜𝑡𝑎 𝑘𝑜𝑚𝑖𝑡𝑒 𝑎𝑢𝑑𝑖𝑡 Surbakti & Samosir (2021) Dewan Komisaris Wanita BOCGEND 𝑃𝑟𝑜𝑝𝑜𝑟𝑠𝑖 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑛 𝐾𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑊𝑎𝑛𝑖𝑡𝑎
= 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑒𝑤𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑤𝑎𝑛𝑖𝑡𝑎 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑑𝑒𝑤𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑠 Manurung & Syafruddin(2020) Variabel Kontrol Ukuran Perusahaan FSIZE Ukuran Perusahaan = Ln (Total aktiva perusahaan) Agustia & Suryani (2018) Leverage LEV 𝐷𝐴𝑅 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 Utang 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 (Lakhal et al., 2015) Profitabilitas ROA 𝑅𝑂𝐴 = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 Sharma & Kuang (2014)
## Sampel Penelitian
Pada penelian ini menggunakan data skunder yang diperoleh dari website resmi idx.co.id dan website resmi perusahaan dengan populasi seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2019. Adapun kriteria sampel penelitian sebagai berikut:
Tabel 2. Kriteria Sampel Penelitian
Kriteria Jumlah Perusahaan Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2017-2019 194 Perusahaan yang melaksanakan Initial Public Offering (IPO) sebelum penerbitan laporan tahunan 2017 (39) Perusahaan manufaktur yang delisting dan tidak menerbitkan laporan keuangan secara lengkap dan berturut-turut selama tahun 2017-2019 (24) Jumlah perusahaan yang menjadi sampel penelitian 131 Periode penelitian 3 Jumlah sampel penelitian 393
Sumber: www.idx.co.id (2021)
## Metode Analisis Data
Teknik kuantitatif yang dipakai pada penelitian ini dilaksanakan dengan menganalisis seluruh data yang telah dihimpun kemudian selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Adapun proses analisisnya dengan data panel dan uji hipotesis menggunakan regresi linear dengan menggunakan program computer yaitu STATA
Vol. 5, No. 2, Agustus 2022 p-ISSN : 2622-8394 | e-ISSN : 2622-8122 https://ojs.unsiq.ac.id/index.php/jematech DOI: https://doi.org/10.32500/jematech.v5i2.1983
versi 14 (Software for Statistics and Data Science) . Model regresi yang dikembangkan untuk menguji hipotesis-hipotesis yang telah dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
RM1 it = β 0 + β 1 ACSIZE it + β 2 ACTEN it + β 3 ACEXP it + β 4 BOCGEND it +β 5 FSIZE it + β 6 LEV it + β 7 ROA it + ε it RM2 it = β 0 + β 1 ACSIZE it + β 2 ACTEN it + β 3 ACEXP it + β 4 BOCGEND it + β 5 FSIZE it + β 6 LEV it + β 7 ROA it + ε i
## 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
## Tabel 3. Tabel Data Statistik Deskriptif
Variable Obs Mean Std. Deviasi Min Max
RM1_w RM2_w ACSIZE_w ACTEN ACEXP BOCGEND FSIZE LEV_w ROA_w 393 393 393 393 393 393 393 393 393 -0.0007611 0.0039623 3.025445 4.394173 0.8345632 0.1168605 1.17e+13 0.4884621 0.044202 0.2796966 0.1692489 0.275466 3.259466 0.2130168 0.1784207 3.38e+13 0.2804236 0.0908243 -0.8368582 -0.5516949 2 0.1 0.25 0 1.84e+10 0.0903798 -0.1549663 0.5004713 0.28653 4 19.33333 1 0.75 3.52e+14 1.73427 0.4163203
Dimana: RM1_w = Manajemen laba riil melalui abnormal produksi dan abnormal diskresioner, RM2_w = Manajemen laba riil melalui arus kas abnormal dan abnormal diskresioner ACSIZE_W = Ukuran Komite Audit, ACTEN = Komite audit tenure , ACEXP = Keahlian Komite Audit, BOCGEND = Dewan Komisaris Wanita, FSIZE = Ukuran Perusahaan, LEV = Leverage , ROA = Profitabilitas Sumber: Output STATA v.14, hasil olah peneliti (2021)
Berdasarkan hasil yang disajikan oleh tabel 3 dengan observasi sebanyak 393 perusahaan menggambarkan nilai rata-rata (mean) dari variabel manajemen laba riil yang diukur dengan RM1 melalui abnormal produksi dan abnormal diskresioner adalah sebesar -0.0007611 Nilai rata-rata ini kecenderungannya menunjukkan manajemen laba riil pada perusahaan manufaktur dengan income decreasing. manajemen laba riil yang diukur dengan RM2 melalui arus kas abnormal dan abnormal diskresioner adalah sebesar 0.0039632 nilai rata-rata ini menunjukkan kecenderungan perusahaan sektor manufaktur melakukan manajemen laba riil dengan income increasing . Nilai rata-rata variabel ukuran komite audit sebesar 3.025445 dalam hal ini memperlihatkan bahwa rata-rata perusahaan manufaktur telah menaati peraturan OJK tahun (2015) yang mensyaratkan sekurang-kurangnya ada 3 orang anggota komite audit di dalam perusahaan terdapat 97.45% perusahaan sektor manufaktur yang memiliki minimal 3 orang personil dalam komite auditnya, nilai rata-rata (mean) pada variabel komite audit tenure sebesar 4.394173 dalam hal ini dapat dilihat bahwa rata-rata masa jabatan komite audit di perusahaan menjabat selama 4,3 tahun yang menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan manufaktur telah menaati peraturan OJK tahun (2015) yang mensyaratkan periode masa jabatan komite audit paling lama adalah selama 10 tahun. nilai rata-rata (mean) dari variabel keahlian komite audit sebesar 0.8345632 dalam hal ini memperlihatkan bahwa rata-rata perusahaan manufaktur memiliki proporsi anggota komite audit yang mempunyai keahlian akuntansi dan keuangan setidaknya satu orang didalam komite audit sebesar 83.45%. nilai rata-rata (mean) pada variabel proporsi dewan komisaris wanita sebesar 0.1168605 dalam hal ini menunjukkan bahwa rata-rata proporsi dewan komisaris wanita yang ada di perusahaan manufaktur masih terbilang rendah yaitu sebesar 11.68%.
Nilai rata-rata (mean) pada variabel ukuran perusahaan adalah sebesar 11.700.000.000.000 Nilai ukuran perusahaan dengan total asset tertinggi sebesar Rp 352.000.000.000.000, nilai rata-rata (mean) pada variabel Leverage adalah sebesar 0.4884621 menunjukkan bahwa 48.84% perusahaan manufaktur mengalami ketergantungan terhadap kreditor untuk membiayai asset perusahaannya dengan hutang, nilai rata-rata (mean) pada variabel profitabilitas 0.044202. Nilai profitabilitas sebesar 4.420% tergolong rendah, yang mana dalam
Vol. 5, No. 2, Agustus 2022 p-ISSN : 2622-8394 | e-ISSN : 2622-8122 https://ojs.unsiq.ac.id/index.php/jematech DOI: https://doi.org/10.32500/jematech.v5i2.1983
hal ini mencerminkan bahwa rata-rata perusahaan manufaktur yang menjadi sampel penelitian tidak cukup mampu dalam mengelola asetnya untuk memperoleh laba.
## Hausman Test
Pada tahapan ini akan dilakukan pengujian model mana yang paling tepat untuk dipakai pada penelitian ini. Terdapat tiga opsi model yang dapat digunakan yakni Common Effect Model, Fixed Effect Model, Random Effect Model . Pengujian hausman test akan membandingkan model yang lebih tepat antara model Fixed Effect dan Random Effect
Tabel 4. Hasil Hausman Test Model Chi 2 (7) Prob > Chi 2 RM1 39.80 0.0000 RM2 46.46 0.0000
RM1 = Manajemen laba riil melalui abnormal produksi dan abnormal diskresioner, RM2 =Manajemen laba riil melalui arus kas abnormal dan abnormal diskresioner Sumber: Output STATA v. 14, hasil olah peneliti (2021)
Pada penelitian ini model yang tepat untuk manajemen laba riil RM1 dan RM2 ialah fixed effect model karena angka statistik hausman lebih besar dari nilai kritis (0.05 > prob chi 2 ).
## Uji Normalitas
Gambar. 1 Distribusi Grafik Normalitas RM1 Gambar. 2 Distribusi Grafik Normalitas RM2
Vol. 5, No. 2, Agustus 2022 p-ISSN : 2622-8394 | e-ISSN : 2622-8122 https://ojs.unsiq.ac.id/index.php/jematech DOI: https://doi.org/10.32500/jematech.v5i2.1983
## Tabel 5. Multiple Regression Result
RM1 RM2 Variabel Predict Drisc-Kraay Drisc-Kraay Sign Coef. P>|t| Coef. P>|t|
_Cons +/- 0.5451 0.259 0.8924 0.000 ACSIZE - -0.0648 0.000** 0.0243 0.000** ACTEN + 0.0000 0.963 -0.0003 0.769 ACEXP - 0.0248 0.193 -0.0129 0.597 BOCGEND - -0.0295 0.405 0.0533 0.000** FSIZE -0.0125 0.374 -0.0627 0.000** LEV -0.0019 0.976 -0.1749 0.140 ROA -0.1701 0.000** -0.1748 0.057* F-value 0.39 2.02 Sig 0.9049 0.0576 R-Square 0.0139 0.0428 n 393 393
Tingkat signifikansi **5%.*10% Hasil regresi Driscoll-Kraay, Real Earnings Management oleh Cohen & Zarowin (2010) melalui RM1 dan RM2, ACSIZE=ukuran komite audit, ACTEN=komite audit tenure, ACEXP=keahlian komite audit, BOCGEND=proporsi dewan komisaris wanita, FSIZE=ukuran perusahaan, LEV= leverage , ROA=profitabilitas Sumber: Ouput STATA v.14, olah data peneliti (2021)
## Pembahasan Ukuran Komite Audit terhadap manajemen laba riil
Ukuran komite audit (ACSIZE) mempunyai nilai coef sebesar -0.0648 dan nilai signifikansi sebesar 0.000 dengan ini lebih kecil dibandingkan dengan tingkat signifikansi yang ditetapkan dalam 0.05 atau 5% terhadap RM1 sehingga menandakan bahwa terdapat pengaruh yang negatif dan signifikan antara ukuran komite audit dengan manajemen laba riil RM1. Sehingga dapat diinterpretasikan semakin besarnya ukuran komite audit maka semakin menurunkan praktik manajemen laba riil melalui abnormal produksi dan abnormal diskresioner, pada hasil ini diketahui bahwa hipotesis pertama (H 1 ) pada penelitian ini diterima dan mendukung teori agensi menerangkan kepentingan manajemen dan pemegang saham harus sejalan sehingga mekanisme pemantauan untuk menurunkan konflik kepentingan dan akibat dari perilaku oportunistik lainnya, besarnya ukuran komite audit memberikan dampak pada jangkauan nya terhadap pengawasan internal perusahaan dalam menekan praktik manajemen laba. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian terdahulu seperti Agyei- Mensah & Yeboah (2019) Inaam & Khamoussi (2016) Chandra (2015) yang membuktikan bahwa ukuran komite audit memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba, yang mengisyaratkan adanya ukuran komite audit yang besar lebih efektif dalam memantau aktivitas manajemen, dalam menjaga kualitas proses pelaporan keuangan.
Sementara itu, ukuran komite audit dinyatakan mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap manajemen laba riil RM2 dengan nilai signifikansi 0.000 tersebut lebih kecil dari 0.05 atau 5%. Berdasarkan hasil ini diindikasikan bahwa semakin besar ukuran komite audit maka semakin meningkatkan praktik manajemen laba riil melalui arus kas abnormal dan abnormal diskresioner. Hal ini sejalan dengan penelitian terdahulu, Supriyaningsih (2016) yang menyatakan bahwa meskipun rata-rata perusahaan sudah menerapkan peraturan OJK, namun masih belum mampu mengurangi aktivitas manajemen laba riil karena jumlah anggota yang terlalu sedikit dapat menimbulkan masalah karena kurangnya pembagian tugas anggota. Ukuran komite audit yang besar meningkatkan praktik manajemen laba riil dengan arus kas abnormal dan diskresioner abnormal dimana hal ini dinilai bahwa anggota komite audit yang lebih banyak akan mengurangi pengawasan terhadap aliran arus kas dan pembebanan biaya diskresioner perusahaan.
## Komite Audit Tenure terhadap manajemen laba riil
Komite audit tenure (ACTEN) mempunyai nilai coef positif sebesar 0.0000 dan nilai signifikansi sebesar 0.963 terhadap manajemen laba riil RM1 melalui produksi abnormal dan diskresioner abnormal. Dan
Vol. 5, No. 2, Agustus 2022 p-ISSN : 2622-8394 | e-ISSN : 2622-8122 https://ojs.unsiq.ac.id/index.php/jematech DOI: https://doi.org/10.32500/jematech.v5i2.1983
mempunyai nilai coef negatif sebesar -0.0003 dan nilai signifikansi sebesar 0.796 terhadap manajemen laba riil RM2 melalui arus kas abnormal dan diskresioner abnormal. Nilai signifikansi ini lebih besar dibandingkan degan tingkat signifikansi yang ditentukan dalam 0.05 atau 5%. Dalam hal ini dapat di interpretasikan bahwa komite audit tenure tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba riil RM1 melalui abnormal produksi dan abnormal diskresioner dan RM2 melalui arus kas abnormal dan abnormal diskresioner. Sehingga hipotesis kedua pada penelitian ini (H 2 ) yang menyatakan komite audit tenure berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba riil ditolak. Yang artinya, semakin lama atau tidaknya masa jabatan komite audit tidak memengaruhi praktik manajemen laba riil. Hasil ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang tidak menemukan bukti bahwa komite audit tenure mampu memengaruhi manajemen laba seperti pada penelitian Sun et al., (2014), Supriyaningsih, (2016) dalam ungkapan lain, terdapat kondisi yang menyebabkan masa jabatan komite audit tidak mempunyai pengaruh terhadap manajemen laba riil melalui kegiatan abnormal produksi, arus kas abnormal dan abnormal diskresioner karena menurunnya kinerja komite audit yang dapat membuat komite audit tidak lagi efektif ketika mengawasi manajemen hingga proses pelaporan keuangan (Supriyaningsih, 2016).
Meskipun terdapat 92,36% perusahaan manufaktur yang telah mengikuti pedoman dalam melaksanaan kerja komite audit yang menjabat sebagai komite audit kurang dari 10 tahun tetapi belum mampu memberikan bukti bahwa masa jabatan komite audit mampu memengaruhi manajemen laba riil.
## Keahlian Komite Audit terhadap manajemen laba riil
Keahlian komite audit (ACEXP) mempunyai nilai coef positif sebesar 0.0248 dan nilai signifikansi sebesar 0.193 terhadap manajemen laba riil RM1 melalui abnormal produksi dan abnormal diskresioner dan mempunyai nilai coef negatif sebesar -0.0129 dengan nilai signifikansi sebesar 0.597 terhadap RM2 melalui arus kas abnormal dan abnormal diskresioner. Nilai signifikansi ini lebih besar dibandingkan dengan tingkat signifikansi yang ditentukan dalam 0.05 atau 5% sehingga menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan antara keahlian komite audit dengan manajemen laba riil. Dengan demikian, hipotesis ketiga pada penelitian ini (H 3 ) yang menyatakan bahwa keahlian komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba riil ditolak. Penelitian ini membuktikan hasil yang sejalan dengan penelitian yang dilaksanakan oleh Ghaleb et al., (2020), Santioso et al., (2020), Sun et al., (2014) yang memberikan bukti bahwa proporsi komite audit yang memiliki keahlian di dalam suatu perusahaan tidak mampu menurunkan praktik manajemen laba. Berdasarkan peraturan OJK No.55/PJOK.04/2015 menyatakan bahwa sekurang-kurangnya perusahaan harus mempunyai seseorang anggota komite audit yang ahli di bidang keuangan, meskipun seluruh perusahaan manufaktur yang menjadi sampel penelitian telah mengimplementasikan peraturan tersebut namun belum mampu mengurangi praktik manajemen laba riil. yang maknanya, ada atau tidaknya orang yang ahli didalam komite audit tidak mampu memastikan bahwa praktik mananjemen laba riil akan terjadi.
Keahlian komite audit tidak mampu memengaruhi praktik manajemen laba riil karena pada kenyataannya perusahaan dalam pembentukan komite audit yang mempunyai pendidikan maupun pengalaman di bidang akuntansi dan keuangan berdasarkan pada peraturan OJK (2015) saja sehingga tidak begitu berperan dalam mengembangkan kompetensi komite audit untuk mendeteksi praktik manajemen laba riil di perusahaan (Sari, 2017)
## Proporsi Dewan Komisaris Wanita terhadap manajemen laba riil
Proporsi dewan komisaris wanita (BOCGEND) mempunyai nilai coef sebesar -0.0295 dan nilai signifikansi sebesar 0.405 dengan ini lebih besar dibandingkan dengan tingkat signifikansi yang ditentukan dalam 0.05 atau 5% terhadap manajemen laba riil RM1 sehingga menunjukkan bahwa Tidak terdapat pengaruh proporsi dewan komisaris wanita terhadap praktik manajemen laba riil melalui abnormal produksi dan abnormal diskresioner. Hasil ini didukung oleh Setiawan (2018) dengan kata lain, antara pria dan wanita tidak ada perbedaan yang signifikan dalam menekan praktik manajemen laba.Dan mempunyai nilai coef positif sebesar 0.0533 dan nilai signifikansi sebesar 0.000 dengan ini lebih kecil dibandingkan dengan tingkat signifikansi yang ditetapkan dalam 0.05 atau 5% Terhadap RM2. Sehingga menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan pada proporsi dewan komisaris wanita terhadap manajemen laba riil melalui arus kas abnormal dan abnormal diskresioner. Penelitian ini memberikan hasil yang sejalan dengan penelitian Putri & NR (2019) yang membuktikan bahwa proporsi dewan komisaris wanita berhubungan positif terhadap manajemen laba.
Vol. 5, No. 2, Agustus 2022 p-ISSN : 2622-8394 | e-ISSN : 2622-8122 https://ojs.unsiq.ac.id/index.php/jematech DOI: https://doi.org/10.32500/jematech.v5i2.1983
Dengan demikian, hipotesis keempat pada penelitian ini (H 4 ) yang menyatakan bahwa proporsi dewan komisaris wanita berpengaruh negatif terhadap manajemen laba riil ditolak. Proporsi wanita yang menduduki dewan komisaris wanita masih tergolong rendah, terdapat 64.37% perusahaan manufaktur tidak memiliki wanita dalam posisi dewan komisarisnya yang dapat diartikan bahwa pria lebih mendominasi dalam menduduki posisi dewan komisaris. Komisaris wanita di Indonesia masih belum memberikan pengawasan yang ketat, sehingga perusahaan masih dapat melakukan manajemen laba.
## Variabel Kontrol terhadap manajemen laba riil
Variabel ukuran perusahaan mempunyai pengaruh signifikan dan negatif terhadap manajemen laba riil RM2 melalui abnormal produksi dan abnormal diskresioner dengan nilai signifikansi sebesar 0.000 nilai ini lebih kecil dari 0.05 atau 5%. Dalam hal ni mengindikasikan bahwa besarnya ukuran perusahaan yang menjadi sampel penelitian mempunyai pengaruh dalam menekan praktik manajemen laba riil, yang memiliki makna, semakin besar perusahaan maka semakin menurunkan praktik manajemen laba riil, sejalan dengan penelitian yang dilaksanakan oleh Sharma & Kuang (2014), Agyei-Mensah & Yeboah ( 2019) Al-Rassas & Kamardin (2016) yang memberikan pernyataan bahwa perusahaan yang tergolong besar berupaya untuk meningkatkan kualitas laba karena mereka diawasi ketat pada proses pelaporan keuangannya.
Tingkat Leverage pada penelitian ini memiliki coef negatif dan nilai signfikansi pada RM1 dan RM2 masing-masing sebesar 0.976 dan 0.140 nilai ini lebih besar dari 0.05 atau 5%. Hal ini berarti tingkat leverage yang dimiliki perusahaan tidak memberikan pengaruh terhadap manajemen laba riil, didukung oleh penelitian yang dilaksanakan oleh Surbakti & Samosir, (2019) Agyei Mensah & Yeboah (2019) yang menyatakan tidak adanya pengaruh tingkat liabilitas yang tinggi untuk pembiayaan asset perusahaan terhadap perilaku manajemen dalam melakukan manajemen laba riil melalu kegiatan abnormal produksi, arus kas abnormal maupun abnormal diskresioner.
Profitabiliitas yang diukur dari laba bersih setelah pajak dengan total asetnya untuk melihat kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan. Variabel ini memiliki koefisien negatif dengan nilai signifikansi 0.000 terhadap manajemen laba riil RM1 nilai ini lebih kecil dari 0.05 atau 5%, adapun koefisien negatif dengan nilai signifikansi 0.057 nilai ini lebih kecil dari 0.1 atau 10%. Hal ini mengindikasikan bahwa profitablitas perusahaan yang meningkat maka semakin menurunkan praktik manajemen laba riil melalui abnormal produksi, arus kas abnormal maupun abnormal diskresioner. Dalam hal ini, profitabilitas perusahaan yang tinggi akan membuat perusahaan semakin bertanggung jawab atas pelaporan keuangannya, dan menghindari praktik manajemen laba riil. Pada hasil ini di dukung oleh penelitian yang dilaksanakan oleh Ghaleb et al. (2021), Al-Rassas & Kamardin, (2016).
## 5. PENUTUP
Didasarkan hasil uji dan analisis yang telah dilaksanakan dalam penelitian ini, hasil penelitian karakteristik komite audit dan proporsi dewan komisaris wanita terhadap praktik manajemen laba riil pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2017 sampai 2019. maka dapat diberi kesimpulan pada hasil uji hipotesis pertama, pada manajemen laba riil RM1 melalui abnormal produksi dan abnormal diskresioner adanya pengaruh negatif dan signifikan ukuran komite audit terhadap praktik manajemen laba riil dalam hal ini hipotesis pertama diterima, artinya ukuran komite audit yang besar dapat menurunkan praktik manajemen laba riil karena besarnya pemantauan yang diberikan, namun ukuran komite audit berhubungan positif dan signifikan terhadap manajemen laba riil RM2. Dalam hal ini, ukuran komite audit yang besar membuat praktik manajemen laba riil yang tinggi melalui arus kas abnormal dan abnormal pembebanan diskresioner. Hasil pengujian hipotesis kedua yaitu, komite audit tenure berdasarkan lamanya masa jabatan komite audit tidak memiliki pengaruh signifikan positif terhadap manajemen laba riil RM1 melalui abnormal produksi dan abnormal diskresioner dan RM2 melalui arus kas abnormal dan abnormal diskresioner. Yang artinya, lama nya komite audit menjabat tidak dapat memengaruhi naiknya manajemen laba riil. Hasil uji hipotesis ketiga, keahlian komite audit berdasarkan pendidikan dibidang akuntansi dan keuangan komite audit tidak memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap manajemen laba riil RM1 melalui abnormal produksi dan abnormal diskresioner dan RM2 melalui arus kas abnormal dan abnormal diskresioner.
Vol. 5, No. 2, Agustus 2022 p-ISSN : 2622-8394 | e-ISSN : 2622-8122 https://ojs.unsiq.ac.id/index.php/jematech DOI: https://doi.org/10.32500/jematech.v5i2.1983
Yang artinya, banyaknya proporsi komite audit yang memiliki keahlian tidak dapat memengaruhi dalam menekan manajemen laba riil.
Hasil pengujian hipotesis keempat, proporsi dewan komisaris wanita berpengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba riil ditolak, hasil pengujian ini memberikan bukti proporsi dewan komisaris wanita tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba RM1 melalui abnormal produksi dan abnormal diskresioner dan memiliki pengaruh positif terhadap manajemen laba riil dengan RM2, yang dapat diartikan bahwa proporsi dewan komisaris wanita yang meningkat maka akan meningkatkan praktik manajemen laba riil melalui arus kas dan pembebanan diskresioner. Hasil pengujian terakhir pada variabel kontrol membuktikan bahwa ukuran perusahaan memiliki pepengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba riil RM2 melalui arus kas abnormal dan abnormal diskresioner serta profitabilitas memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap praktik manajemen laba riil melalui RM1 dan RM2. Penelitian ini dapat menjadi gambaran untuk melihat implementasi yang berkaitan dengan pelaksanaan kerja komite audit di perusahaan sesuai dengan peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 55/PJOK.04/2015. Adapun keterbatasan pada penelitian ini yaitu; terdapat beberapa perusahaan yang tidak menjelaskan lamanya masa jabatan anggota komite audit di dalam laporan tahunannya, penelitian hanya mencakup sektor manufaktur yang terdaftar di BEI pada periode 2017-2019. Bagi peneliti selanjutnya dapat menambahkan sektor lain seperti sektor non keuangan lainnya, atau menggunakan sektor keuangan, Pengukuran manajemen laba selanjutnya dapat menggunakan manajemen laba riil di samping manajemen laba akrual untuk melihat perbandingan pada dua pengukuran tersebut.
## DAFTAR PUSTAKA
Agustia, P. A. & Suryani, E. (2018). P engaruh Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Leverage, Dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba (Studi Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2016). Jurnal ASET (Akuntansi Riset), 10(1), 71–82.
Agyei-Mensah, B. K., & Yeboah, M. (2019). Effective audit committee, audit quality and earnings management: Evidence from the Ghana Stock Exchange. International Journal of Managerial and Financial Accounting , 11 (2), 93–112. https://doi.org/10.1504/IJMFA.2019.099765 Al-Absy, M. S. M., Ku Ismail, K. N. I., & Chandren, S. (2019). Audit committee chairman characteristics and earnings management: The influence of family chairman. In Asia-Pacific Journal of Business Administration (Vol. 11, Issue 4). https://doi.org/10.1108/APJBA-10-2018-0188 Al-Rassas, A. H., & Kamardin, H. (2016). Earnings quality and audit attributes in high concentrated ownership market. Corporate Governance (Bingley) , 16 (2), 377–399. https://doi.org/10.1108/CG-08-2015-0110 Alhassan, I., State, G., Gololo, I. A., & Islam, K. M. A. (2019). Audit Committee and Earnings Management in Quoted Manufacturing Firms in Nigeria . 4 (1), 45–55.
Andreas Bambang Daryatno, L. S. E. J. (2020). Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Real Earnings Management Pada Perusahaan Manufaktur di BEI. Jurnal Ekonomi , 25 (2), 163. https://doi.org/10.24912/je.v25i2.650
Anzelya, Y. (2020). Pengaruh Efektivitas Komite Audit , Kualitas Internal dan Eksternal Audit terhadap Manajemen Laba Riil. Jurnal Online Insan Akuntan, 05 (01), 99–112. http://ejournal- binainsani.ac.id/index.php/JOIA/article/download/1325/1109/
Chandra, A. H. (2015). Hubungan Antara Karakteristik Komite Audit dengan Real Earnings Management pada Perusahaan Sektor Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya , 4 (2), 1–25.
Cohen, D. A., & Zarowin, P. (2010). Accrual-based and real earnings management activities around seasoned equity offerings. Journal of Accounting and Economics , 50 (1), 2–19. https://doi.org/10.1016/j.jacceco.2010.01.002 Dhaliwal, D., Naiker, V., & Navissi, F. (2010). The association between accruals quality and the characteristics of accounting experts and mix of expertise on audit committees. Contemporary Accounting Research , 27 (3), 787–827. https://doi.org/10.1111/j.1911-3846.2010.01027.x
Ghaleb, B. A. A., Kamardin, H., & Al-Qadasi, A. A. (2020). Internal audit function and real earnings management practices in an emerging market. Meditari Accountancy Research , 28 (6), 1209–1230. https://doi.org/10.1108/MEDAR-02-2020-0713
Vol. 5, No. 2, Agustus 2022 p-ISSN : 2622-8394 | e-ISSN : 2622-8122 https://ojs.unsiq.ac.id/index.php/jematech DOI: https://doi.org/10.32500/jematech.v5i2.1983
Ghaleb, B. A. A., Qaderi, S. A., Almashaqbeh, A., & Qasem, A. (2021). Corporate social responsibility, board gender diversity and real earnings management: The case of Jordan. Cogent Business and Management ,
8 (1), 1883222. https://doi.org/10.1080/23311975.2021.1883222 Graham, J. R., Harvey, C. R., & Rajgopal, S. (2005). The economic implications of corporate financial reporting.
Journal
of
Accounting and Economics , 40 (1–3), 3–73.
https://doi.org/10.1016/j.jacceco.2005.01.002 Hassan, S. U., & Ibrahim, G. (2014). Governance attributes and real activities manipulation of listed manufacturing firms in Nigeria. International Journal of Accounting and Taxation , 2 (1), 37–62. Inaam, Z., & Khamoussi, H. (2016). Audit committee effectiveness, audit quality and earnings management: a meta-analysis. International Journal of Law and Management , 58 (2), 179–196. https://doi.org/10.1108/IJLMA-01-2015-0006 Jensen M. C, & Meckling W. H. (1976). Theory of the firm: managerial behavior, Agency Cost and Ownership Structure . Journal of Financial Economics.
Lakhal, F., Aguir, A., Lakhal, N., & Malek, A. (2015). Do women on boards and in top management reduce earnings management? Evidence in France. Journal of Applied Business Research , 31 (3), 1107–1118. https://doi.org/10.19030/jabr.v31i3.9236
Manurung, R. V., & Syafruddin, M. (2020). Manajemen Laba Akrual. Diponegoro Journal of Accounting , 9 (2), 1–9.
Muhammad, R., & Pribadi, P. (2020). Pengaruh Kompensasi Bonus, Pendidikan dan Komposisi Gender Dewan Direksi Terhadap Manajamen Laba pada Bank Syariah di Indonesia. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam , 6 (1), 53–69. https://doi.org/10.29040/jiei.v6i1.601 Prabowo, D. A. (2014). Accounting Analysis Journal. Accounting Analysis Journal , 3 (4), 457–465. Putri, N. G., & NR, E. (2019). Pengaruh Keahlian Akuntansi Komite Audit Dan Dewan Komisaris Wanita Terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-2017). Jurnal Eksplorasi Akuntansi , 1 (3), 1051–1067. Roychowdhury, S. (2006). Earnings management through real activities manipulation. Journal of Accounting and Economics , 42 (3), 335–370. https://doi.org/10.1016/j.jacceco.2006.01.002 Sari, A. L. (2017). Karakteristik Perusahaan, Tata Kelola Perusahaan Dan Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi Bisnis , 15 (2), 229. https://doi.org/10.24167/jab.v16i1.1364 Setiawan, D. (2018). Karakteristik dewan komisaris dan manajemen laba: bukti pada peristiwa penawaran saham perdana. Jurnal Siasat Bisnis , 22 (2), 164–181. https://doi.org/10.20885/jsb.vol22.iss2.art4 Sharma, V. D., & Kuang, C. (2014). Voluntary audit committee characteristics, incentives, and aggressive earnings management: Evidence from New Zealand. International Journal of Auditing , 18 (1), 76–89. https://doi.org/10.1111/ijau.12013
Sun, J., Lan, G., & Liu, G. (2014). Independent audit committee characteristics and real earnings management.
Managerial Auditing Journal , 29 (2), 153–172. https://doi.org/10.1108/MAJ-05-2013-0865
Supriyaningsih, F. (2016). the Influence of Audit Committee Characteristics on Real Earnings Management.
Jurnal Akuntansi Dan Auditing , 13 (1), 61–79. https://doi.org/10.14710/jaa.v13i1.13868
Surbakti, L. P., & Samosir H. E. S. (2021). The Effect of Audit Committee Effectiveness and Audit Quality on Earnings Management . Elementary Education Online, 5 (2), 4290–4298.
Surbakti, L. P., & Samosir, H. E. S. (2019). Earnings Quality and the Effect of Internal Monitoring Corporate Governance : Evidence from Indonesia. Proceedings of the 19th Asian Academic Accounting Association (Four A) Annual Conference 2019 , 2006 , 10. Surbakti, L. P., & Shaari, H. B. (2018). The Impact of Internal Monitoring Mechanism and External Audit on Earnings Quality Evidence from Indonesia . 20 (12), 62–69. https://doi.org/10.9790/487X-2012026269 Susanto, Y. K., & Pradipta, A. (2016). Corporate Governance and Real Earnings Management. International Journal of
Business,
Economics and Law , 9 (1), 17–23. http://ijbel.com/wp-
content/uploads/2016/05/K9_82.pdf
Vafeas, N. (2003). Length of board tenure and outside director independence. Journal of Business Finance and Accounting , 30 (7–8), 1043–1064. https://doi.org/10.1111/1468-5957.05525
|
6485d98d-c93f-4233-99d3-0a0adeb0811b | https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/jkp/article/download/28418/27787 | Journal Keperawatan(JKp) Volume 8 Nomor 1, [Februari 2020], 106-112 ISSN:2302-1152
## STUDY CROSS SECTIONAL : DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN HEMODIALISA PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS
Chauverim Jeremi Gotlieb Paath 1, Gresty Masi 2, Franly Onibala 3
1. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Sam Ratulangi, Indonesia
2. Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Sam Ratulangi, Indonesia
3. Akademi Keperawatan Matuari Waya, Manado, Sulawesi Utara, Indonesia
4. Email : chauverim.paath@gmail.com
Abstract: Chronic Kidney Disease is progressive and irreversible kidney dysfunction where the body fails to maintain metabolim and fluid and electrolyte balance. Hemodialysis therapy is one of managements of CKD. Disobedience may causing failure of the therapy so it can increase mortality and morbidity numbers. Purpose: The purpose of this research is to find out the correlation beetween family support and hemodialysis adherence of patients with CKD. Method: this study used descriptive Analytic with Cross Sectional Study approach. This study involved 50 respondents with Chronic Kidney Disease using the total sampling technique. Data collection was done through the questionnaire about family’s support and hemodialysis therapy adherence of patient of CKD. The result of this study showed a significant correlation with p value=0,000 (α<0,05). Conclusion: There is a significant correlation beetween family support and hemodialysis therapy adherence of patients with CKD. Further studies are suggested to do other research about specification of family’s support with the example instrumental support.
Key Words: Chronic Kidney Disease, Family Support, Hemodialysis Therapy Adherence.
Abstrak: Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan ireversibel dimana tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit. Terapi hemodialisa adalah salah satu penanganan gagal ginjal kronis. Ketidakpatuhan dapat menyebabkan kegagalan terapi sehingga meningkatkan angka mortalitas dan morbiditas. Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor penting dalam meningkatkan kepatuhan terapi. Tujuan: ujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan terapi hemodialisa pada pasien GGK. Desain Penelitian: Penelitian ini menggunakan Deskriptif Analitik dengan pendekatan cross-sectional Study. penelitian ini menggunakan 50 responden dengan menggunakan teknik total sampling . Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner tentang dukungan keluarga dan kepatuhan menjalani terapi hemodialysis pada pasien CKD. Hasil dari penelitian ini menunjukan hubungan yang signifikan dengan nilai p=0,000 yang berarti nilai p<α=0,05. Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan kepatuhan hemodialisa pada pasien GGK. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian tentang dukungan keluarga yang lebih spesifik contohnya dukungan instrumental.
Kata Kunci: Gagal Ginjal Kronis, Dukungan Keluarga, Kepatuhan Hemodialisa
## PENDAHULUAN
Gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan ireversibel dimana tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan eleketrolit, menyebabkan retensi urin dan sampah nitrogen lain dalam darah. (Muttaqin & Kumala, 2011 dalam Erikka M. Panjaitan, 2014) Prevalensi gagal ginjal kronik menurut
World Heath Organization (2018) merupakan salah satu masalah
kesehatan utama di dunia, secara global sekitar 1 dari 10 populasi dunia teridentifikasi penyakit ginjal kronis (Wilyanarti, 2019). Hasil Riskesdas (2013) mengatakan bahwa jumlah penderita di Indonesia sendiri
mencapai 3,8 % dari jumlah penduduk Indonesia, hanya 19,3 % dari pasien gagal ginjal kronis tersebut yang menjalani terapi dialisis. Sulawesi Utara menjadi provinsi dengan prevalensi terbanyak ketiga di bawah provinsi Kalimantan Utara dan Maluku Utara (Riskesdas, 2018).
Bagi penderita gagal ginjal kronik, hemodialisa akan mencegah kematian. Hemodaliss yang dijalani oleh pasien dapat mempertahankan kelangsungan hidup sekaligus merubah pola hidup pasien (Mailani, 2015).
Menurut Sunarni (2009), dukungan keluarga merupakan salah satu faktor ketidakpatuhan dalam perawatan hemodialisa. Ketidakpatuhan dapat menyebabkan kegagalan terapi sehingga meningkatkan angka
mortalitas dan morbiditas (Fauziah, 2016). Jika ketidakpatuhan terjadi maka akan sangat merugikan diri pasien, mulai dari jadwal terapi yang akan berubah menjadi lebih sering yang diakibatkan karena komplikasi yang ditimbulkan oleh edema, juga
akan memperberat biaya terapi dari biasanya (Almatsier, 2008). Sehingga kepatuhan menjadi salah satu permasalahan pada pasien hemodialisa yang mengalami penyakit ginjal kronis, karena dapat berdampak pada perawatan pasien, termasuk konsistensi kunjungan, pengobatan serta diit dan cairan (Syamsah, 2011).
## METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan menggunakan rancangan cross sectional study (studi potong lintang). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober -November 2019 di ruang Hemodialisa RSU GMIM Bethesda Tomohon.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien yang menjalani hemodialisa di ruang hemodialisa RSU GMIM Bethesda Tomohon yang berjumlah 50 orang dan Sampel diambil dengan menggunakan total sampling. Instrumen pada penelitian ini menggunakan lembar kuesioner yang terdiri dari pernyataan yang berkaitan dengan dukungan keluarga dan kepatuhan hemodialisa pada pasien gagal ginjal kronik. Dalam pengumpulan data untuk dukungan keluarga, peneliti menggunakan
kuesioner yang pernah digunakan dari penelitian sebelumnya oleh Syamsiah (2011). Yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Berdasarkan hasil uji validitas didaptkan r hasil dari semua pernyataan lebih besar dari r tabel, sehingga dapat dikatakan seluruh pernyataan tersebut dinyatakan valid. Adapun untuk uji reliabilitas, didaptkan r alpha lebih besar dari r tabel (0,907 > 0,423), maka seluruh pernyataan dinyatakan reliabel.
## HASIL
A. Analisis Univariat
Tabel 1 : Karakteristik Responden berdasarkan data demografi
Sumber : Data Primer 2019
Berdasarkan data diatas didapati sebagian besar responden berusia diatas
50 tahun dengan frekuensi 72%, dan
paling banyak penderita CKD berjenis kelamin perempuan dengan frekuensi 52% dengan tingkat pendidikan terbanyak lulusan SMA dengan frekuensi 44%.
## B. Analisa Bivariat
Tabel 2 : Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Hemodialisa Pada Pasien Gagal
Ginjal Kronik
Dukungan Keluarga Kepatuhan Terapi Hemodialisa Total P-value Patuh % Tidak Patuh % 0.000 Kurang 1 2.2% 4 100% 5 Baik 45 97.8% 0 0% 45 Total 46 100% 4 100% 50 Sumber : Data Primer 2019 Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa 45 responden mendapatkan dukungan keluarga baik dan patuh menjalani terapi hemodialisa, tidak ada responden yang mendapat
dukungan keluarga baik dan tidak patuh, 1 responden mendapatkan dukungan keluaga yang kurang dan patuh, dan 4 responden mendapatkan dukungan keluarga yang kurang dan tidak patuh. Kategori Frekuensi % Usia: ≤ 50 tahun > 50 tahun Total 14 36 50 28% 72% 100% Jenis Kelamin: Perempuan Laki-laki Total 26 24 50 52% 48% 100% Pendidikan: SD SMP SMA Perguruan Tinggi Lain-lain Total 12 3 22
10 3 50
24%
6% 44% 20% 6% 100%
Hasil uji statistik didapatkan bahwa nilai p-value (0.000) < ɑ 0,05. dengan demikian, H ₒ ditolak yang berarti ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan hemodialisa pasien GGK.
## PEMBAHASAN A. Karakteristik responden
Hasil uji berdasarkan usia, dari 50 responden diperoleh paling banyak responden berusia > 50 tahun sebesar 36 orang (72%). Hasil ini sejalan dengan penelitian Utami (2015) di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dengan sampel sebanyak 105 responden menyimpulkan bahwa responden atau pasien gagal ginjal sebagian besar berusia di atas 50 tahun, sebesar 68,6 %. Data Kemenkes didapati bahwa pada tahun 2016, usia pasien GGK yang menjalani hemodialisis paling berada di atas 50 tahun. Gagal ginjal terjadi pada semua rentang usia dan mempunyai penyebab yang berbeda-beda (Groer, 2001). Sesuai denga teori Smeltzer & Bare (2002) bahwa sesudah usia 40 tahun akan terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) secara progresif hingga usia 70 tahun, fungsi tubulus termasuk kemampuan reabsorpsi dan pemekatan juga berkurang. Hal
tersebut menyebabkan terjadinya penyakit gagal ginjal. Itulah yang menyebabkan banyak pasien teridentifikasi menderita gagal ginjal saat mulai memasuki usia 50 tahun. (Anita, 2015)
Hasil uji berdasarkan jenis kelamin, diperoleh data perempuan sebesar 26 responden (52%) dan laki-laki 24 responden (48%). Hasil ini menunjukkan bahwa prevalensi penderita penyakit GGK hampir seimbang. Hasil ini sejalan dengan penelitian Anita (2015) di RS PKU Muhammaditah Gamping
Yoyakarta dengan sampel sebanyak 60
responden menyimpulkan bahwa
sebagian responden berjenis kelamin perempuan sebesar 55 %. Data ini didukung data Kemenkes, yaitu prevalensi penderita penyakit ginjal kronik hampir berimbang dimana prevalensi penderita GGK berjenis kelamin perempuan sebesar 55% dan laki-laki sebesar 45% (Kemenkes RI, 2018). Berdasarkan pendidikan, diperoleh hasil dari 50 responden jumlah responden paling banyak mempunyai jenjang pendidikan SMA yaitu 22 orang (44%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Nita Syamsiah (2011) di RSAU Dr. Esnawan Antariksa Halim Perdana Kusuma Jakarta Selatan denga besar sampel 158 responden
menyimpulkan bahwa lebih banyak responden berlatar belakang pendidikan menengah (SMA) yaitu berjumlah 78 orang (49,7%). Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Tindakan seseorang. Tindakan yang didasari dengan pengetahuan akan lebih baik daripada tindakan yang tidak didasari oleh pengetahuan. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan tinggi seharusnya memiliki perilaku yang lebih baik dalam menjaga kesehatan, termasuk dalam mematuhi terapi hemodialisis (Anita, 2015)
## B. Analisa Univariat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga berada dalam kategori baik, yaitu sebesar 90%. Dukungan keluarga menurut Murniasih (2007) adalah sikap, tindakan penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya. Anggota keluarga
dipandang sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam lingkungan keluarga.
Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Dukungan keluarga yang diberikan berupa membantu mencari informasi tentang bagaimana proses terapi hemodialisa, serta manfaat menjalani terapi hemodialisa. Keluarga saling berkomunikasi dengan pasien tentang kesulitan yang dialaminya selama menjalani terapi. Keluarga memberikan perhatian, semangat, dan menghibur agar pasien terus menjalani
terapi hemodialisa. Keluarga juga dalam
tugasnya untuk merawat anggota keluarga yang sakit berperan dalam membiayai proses perawatan, dan menyediakan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan pasien. Kepatuhan pasien dalam
menjalankan terapi HD dalam penelitian ini didapati sangatlah baik, hal ini dikarenakan adanya dukungan keluarga sangat membantu responden dalam menjalani setiap proses terapi. Bisaroh (2013) menyampaikan hasil penelitian serupa bahwa upaya keluarga untuk meningkatkan kepatuhan dalam melakukan terapi hemodialisa dapat dilakukan bermacam-macam, yaitu dengan cara membantu membuat jadwal sederhana terapi HD sehingga memudahkan pasien mengingat untuk melakukan terapi, selain itu membantu transportasi pasien ke tempat terapi HD agar pasien tdak mengalami kesulitan dalam menjalankan terapi.
C. Analisa Bivariat
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa 45 responden mendapatkan
dukungan keluarga yang baik dan patuh menjalani terapi hemodialisa. Hasil uji menggunakan uji Chi-Square pada penelitian ini diproleh hasil yang
signifikan (p=0.000) yang berarti p-value <0,05 menunjukkan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dan kepatuhan hemodalisa pasien GGK.
Padilla (2012) mengatakan bahwa salah satu tugas keluarga adalah untuk melakukan perawatan atau pemeliharaan kesehatan, yaitu untuk mempetahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktifitas tinggi. Jika pasien tidak mendapatka dukungan keluarga yang baik maka pasien akan merasa tertekan bahwa tidak ada yang memperhatikan kondisinya dan hal ini dapat mempengaruhi
kesehatan tubuhnya. Jadi, keluarga diharapkan dapat memenuhi semua kebutuhan kesehatan guna meningkatkan kesehatan guna meningkatkan kualitas hidup dan mencegah penyakit.
Penelitian yang dilakukan oleh
Kamaludin (2009) di RSUD Prof. dr. Margono Soekardjo Purwokerto menunjukkan bahwa semakin baik dukungan keluarga, maka semakin tinggi pula kepatuhan seseorang khususnya pasien gagal ginjal kronis dalam menjalankan terapi hemodialisis. Dijelaskan bahwa kepatuhan dalam menjalankan terapi HD dipengaruhi oleh besarnya dukungan keluarga yang diterima, selain itu keluarga selalu mengingatkan jadwal terapi HD pada pasien. Kepatuhan pasien juga berasal dari dukungan biaya oleh keluarga sehingga pasien tidak khawatir akan pengobatannya.
Hasil penelitian dan teori di atas sejalan dengan hasil peneltian yang diperoleh peneliti, dimana hasil penelitian dan teori tersebut semakin menguatkan pendapat peneliti bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga dan kepatuhan hemodialisa pada pasien GGK.
## SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis didapatkan sebagian besar responden mendapatkan dukungan keluarga pada pasien gagal ginjal kronik yang baik dan patuh dalam menjalani terapi hemodialisa dan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Hemodialisa Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis di RSU GMIM Bethesda Tomohon. Dan diharapkan bagi tenaga keperawatan agar dapat memberikan penyuluhan kesehatan secara berkesinambungan tentang penyakit gagal ginjal kronik dan terapi hemodialisa, dan bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian tentang dukungan keluarga yang lebih spesifik contohnya dukungan instrumental.
## DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. (2008). Penuntun Diet.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Amri Fauziah. (2015). Hubungan Antara
Kepatuhan Menjalani Terapi Hemodialisa Dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Di Ruang Hemodialisa
RSUD Dr. Soedirman Kebumen.
Diyah C.A., Dwi Novitasari. (2015).
Kepatuhan Pembatasan Asupan Cairan Terhadap Lama Menjalani Hemodialisa di RSU PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta. Fitri Maliani. (2015). Kualitas Hidup
Pasien Penyakit Ginjal Kronik
Yang Menjalani Hemodialisis: Systematic Review.
Groer, M. W. (2001). Advanced
Pathophysiology, Application to Clinical Practice. Philadelphia:
Lippincot. Kamaludin, R .(2009). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Asupan Cairan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Dengan Hemodialisa Di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwekerto. Kemenkes RI. (2018). Air Bagi Kesehatan: Upaya Peningkatan Promotif Preventif Kesehatan Ginjal Di Indonesia. Murniasih. (2007). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Akibat Hospitalisasi Pada Anak. Muttaqin, Arif & Sari, Kumala. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta:
Salemba Medika. Padilla. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha
Medika. Riset Kesehatan Dasar. (2018). Badan
Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Syamsiah, N. (2011). Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Pasien CKD Menjalani Hemodialisa.
World Health Organization. (2018 ). The
World Health Organization;
Quality of Life.
|
3102bedb-588b-4722-bdb5-a2b14c65b65b | https://jurnal-id.com/index.php/jupin/article/download/366/232 | DOI: https://doi.org/10.54082/jupin.366 Vol. 4, No. 2, Mei 2024, Hal. 593-600 p-ISSN: 2808-148X https://jurnal-id.com/index.php/jupin e-ISSN: 2808-1366
## Pengaruh Pemberian Pisang Ambon dan Fe terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Trimester III dengan Anemia Ringan di PMB N Bogor
Lismaya Puspita Dewi *1 , Salfia Darmi 2 , Ageng Septa Rini 3
1,2,3 Pendidikan Profesi Bidan, Program Profesi, Fakultas Vokasi, Universitas Indonesia Maju, Indonesia
Email: 1 maya.sujindono@gmail.com
## Abstrak
Anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana jumlah dan ukuran sel darah merah atau kadar hemoglobin (Hb) lebih rendah dari normal, yang akan mengakibatkan terganggunya distribusi oksigen oleh darah ke seluruh tubuh. Salah satu penyebab anemia bisa karena kurangnya zat besi, vitamin B12, dan asam folat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh pemberian pisang ambon dan Fe terhadap peningkatan kadar hemoglobin ibu hamil Trimester III dengan anemia ringan di PMB Nurhayati Bogor Tahun 2023. Metode penelitian ini yaitu Study Case Literatur Review (SCLR). Hasil asuhan kebidanan bahwa pada responden 1 yang di berikan intervensi Fe dan pisang ambon Hb awal 10,6 gr% (anemia ringan), pada hari ke-7 setelah intervensi kadar Hb mmeningkat jadi 11 gr% (tidak anemia) dan pada hari ke-14 kadar Hb menjadi 11,4gr% (tidak anemia). Responden ke 2 yang hanya diberikan intervensi Fe, Hb awal 10,5 gr% (anemia ringan), hari ke-7 Hb meningkat jadi 10,8 gr% (anemia ringan) dan hari ke-14 mengalami peningkatan lagi menjadi 11,1 gr% (tidak anemia). Ada perbedaan waktu kenaikan kadar Hb antara yang dilakukan intervensi Fe dan pisang ambon dengan yang hanya diberikan Fe. Dengan demikian ibu hamil yang mengalami anemia ringan memiliki wawasan tentang pentingnya pemberian pisang ambon sebagai terapi tambahan pada ibu hamil dengan anemia dan dapat mengimplementasikannya di rumah. Manfaat bagi bidan dapat mengembangkan variasi menu pemberian pisang ambon dalam pencegahan anemia pada ibu hamil.
Kata kunci: Anemia, Ibu Hamil, Pisang Ambon
## Abstract
Anemia is a body condition where the number and size of red blood cells or hemoglobin (Hb) levels are lower than normal, which will result in disruption of the distribution of oxygen by the blood throughout the body. One cause of anemia could be a lack of iron, vitamin B12 and folic acid. The aim of this research is to determine the effect of giving Ambon bananas and Fe on increasing hemoglobin levels in third trimester pregnant women with mild anemia at PMB Nurhayati Bogor in 2023. The research method is Study Case Literature Review (SCLR). The results of midwifery care were that in respondent 1 who was given the Fe and Ambon banana intervention, the initial Hb was 10.6 gr% (mild anemia), on the 7th day after the intervention the Hb level increased to 11 gr% (no anemia) and on the 7th day 14 Hb levels became 11.4gr% (no anemia). The second respondent was only given Fe intervention, the initial Hb was 10.5 gr% (mild anemia), on the 7th day the Hb increased to 10.8 gr% (mild anemia) and on the 14th day it increased again to 11.1 gr % (not anemic). There was a difference in the time of increase in Hb levels between those who received Fe intervention and Ambon bananas and those who only received Fe. Thus, pregnant women who experience mild anemia have insight into the importance of giving Ambon bananas as additional therapy to pregnant women with anemia and can implement it at home. The benefits for midwives can be to develop menu variations for giving Ambon bananas to prevent anemia in pregnant women.
## Keywords: Pregnant women, Anemia, Ambonese bananas
DOI: https://doi.org/10.54082/jupin.366 Vol. 4, No. 2, Mei 2024, Hal. 593-600 p-ISSN: 2808-148X https://jurnal-id.com/index.php/jupin e-ISSN: 2808-1366
## 1. PENDAHULUAN
Anemia pada ibu hamil merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana jumlah dan ukuran sel darah merah atau kadar hemoglobin (Hb) lebih rendah dari normal, yang akan mengakibatkan terganggunya distribusi oksigen oleh darah ke seluruh tubuh. Anemia pada ibu hamil dapat menyebabkan berbagai komplikasi pada ibu dan janin. Anemia berbahaya pada janin karena dapat mengurangi kemampuan metabolisme tubuh sehingga menganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Dampak anemia terhadap janin diantaranya adalah Intra Uterine Growth Retardation (IUGR), bayi lahir prematur, bayi dengan cacat bawaan, Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) dan peningkatan risiko kematian janin dalam kandungan. Dampak anemia pada ibu hamil adalah sesak napas, kelelahan, palpitasi, hipertensi, gangguan tidur, preklamsia, abortus dan meningkatkan risiko perdarahan sebelum dan saat persalinan bahkan sampai pada kematian ibu. (ACOG, 2018). Menurut data WHO, kejadian anemia di Dunia menduduki urutan ketiga dengan angka prevalensi anemia pada ibu hamil di seluruh dunia adalah 43,9%. Prevelensi anemia pada ibu hamil diperkirakan di Asia sebesar 49,4%, Afrika 59,1%, Amerika 28,2% dan Eropa 26,1%. Di negara-negara berkembang ada sekitar 40% kematian ibu berkaitan dengan anemia dalam kehamilan. (WHO, 2018)
Di Indonesia, prevalensi anemia pada ibu hamil cukup tinggi. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia sebesar 36,3%. Pada tahun 2020 kejadian anemia atau kekurangan darah pada ibu hamil di Indonesia yaitu sebanyak 48,9% (Kemenkes, 2019). Kondisi ini mengatakan bahwa anemia cukup tinggi di Indonesia dan menunjukkan angka mendekati masalah kesehatan masyarakat berat (severe public health problem) dengan batas prevalensi anemia lebih dari 40%. (Kemenkes, 2023). Sementara itu, menurut data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2020, prevalensi anemia pada ibu hamil di Jawa Barat sebesar 32,5% atau sebanyak 63.246 orang. Khususnya di Kabupaten Bogor sendiri, prevalensi anemia pada ibu hamil juga masih cukup tinggi yaitu sebesar 32,5% atau sekitar 4.968 orang. (Dinkes Jabar, 2023).
Anemia dalam kehamilan sebagian besar disebabkan oleh kekurangan zat besi. Kekurangan zat besi, dapat dilakukan dengan pengobatan secara mudah dan murah. Salah satu terapi untuk meningkatkan kadar Hb bagi ibu hamil trimester III anemia dengan pemberian buah pisang yang merupakan makanan terbaik karena mengandung vitamin yang diperlukan oleh ibu hamil. Buah pisang cukup memenuhi asupan zat besi pasien anemia dan juga untuk menambah energi. (Nancy, 2019) Pisang Ambon mengandung Vitamin B6 yang terdapat pada buah pisang mampu menetralkan asam lambung dan meningkatkan pencernaan. Dalam buah pisang terkandung 467 mg kalium, dan setiap harinya ibu hamil memerlukan 2000 mg kalium. Kram kaki merupakan salah satu gejala yang tidak menyenangkan selama kehamilan sehingga perlu meningkatkan asupan kalium. Mengonsumsi 2 buah pisang ambon tiap hari sangat bermanfaat bagi ibu hamil, gunanya untuk membantu mengatasi anemia. (Luthbis, 2020).
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian tentang “Pengaruh Pemberian Pisang Ambon dan FE Terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Trimester III di PMB Nurhayati Bogor Tahun 2023” karena pisang ambon memiliki banyak kandungan vitamin, zat besi dan vitamin C yang dapat meningkatkan reabsorpsi zat besi pada tablet tambah darah (tablet FE) sehingga dapat terabsorpsi oleh tubuh dengan baik.
## 2. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan studi kasus. Penelusuran rujukan ilmiah untuk memperoleh konsep teori asuhan kebidanan berdasarkan hasil penelitian terdahulu dan studi kasus yaitu studi langsung penerapan kebidanan berdasarkan Evidance Based. Studi kasus secara sederhana diartikan sebagai proses penyelidikan atau pemeriksaan secara mendalam, terperinci dan detail pada suatu peristiwa tertentu yang terjadi. (Sugiyono, 2019). Penelitian ini telah lolos Uji plagiat dengan similarity Indeks 27 %.
DOI: https://doi.org/10.54082/jupin.366 Vol. 4, No. 2, Mei 2024, Hal. 593-600 p-ISSN: 2808-148X https://jurnal-id.com/index.php/jupin e-ISSN: 2808-1366
## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
## 3.1. Hasil
Hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa terdapat perbedaan kenaikan HB sebelum dan sesudah diberikan intervensi pisang ambon dan tablet fe pada ibu hamil Trimester III.
## 3.1.1. Distribusi Karaktristik Responden
Tabel 1. Karakteristik Responden No Nama Usia Pekerjaan Pendidikan Terakhir Paritas Usia Kehamilan 1. Ny. K 24 Th IRT Sarjana G 1 P 0 A0 33 Minggu 2. Ny. A 23 Th IRT Sarjana G 1 P 0 A 0 34 Minggu
Pada Tabel 1 Responden 1 yaitu ibu hamil bernama Ny. K Usia 24 Tahun, pekerjaan ibu rumah tangga, pendidikan terakhir Sarjana dan ini merupakan kehamilan pertama belum pernah melahirkan, dan tidak pernah keguguran, usia kehamilanya saat pertama kunjungan adalah 33 minggu. Untuk responden 2 yaitu Ny. A Usia 23 Tahun, pekerjaan ibu rumah tangga, pendidikan terakhir Sarjana, ini merupakan kehamilan pertama, belum pernah melahirkan dan belum pernah keguguran dengan usia kehamilannya saat pertama kunjungan adalah 34 minggu.
## 3.1.2. Hasil Intervensi Pemberian Pisang Ambon dan Fe
Tabel 2. Hasil Observasi Pemberian Pisang Ambon dan Fe
Responden 1 Intervensi Kunjungan (Hasil HB) Observasi Ke 1 Observasi ke 2 Observasi ke 3 Ny. K Pemberian pisang ambon 100 gr/buah dosis 2x1 dan Fe 2x1 10,6 gr/dl (Anemia Ringan) 11 gr/dl (Normal) 11,4 gr/dl (Normal)
Pada Tabel 2 Responden pertama yaitu Ny. K diberikan intervensi pisang ambon 100 gr/buah dosis 2x1 dan fe juga 2x1. setelah dilakukan observasi selama 14 hari kadar HB Ny. K mengalami kenaikan, Ny. K pada kunjungan 1 mengalami anemia ringan dengan Kadar HB 10,6 gr/dl, kunjungan ke 2 sudah normal dengan kadar HB 11 gr/dl dan kunjungan ke 3 kadar HB naik lagi menjadi 11,4 gr/dl.
Tabel 3. Hasil Observasi Pemberian Fe Responden 2 Intervensi Kunjungan (Hasil HB) Observasi ke 1 Observasi ke 2 Observasi ke 3 Ny. A Pemberian tablet Fe dosis 2x1 10,5 gr/dl (Anemia Ringan) 10,8 gr/dl (Anemia ringan) 11,1 gr/dl (Normal)
Pada Tabel 3 Responden ke dua yaitu Ny. A diberikan tablet Fe saja, dengan dosis 2x1. Setelah dilakukan observasi selama 14 hari kadar HB Ny. A mengalami kenaikan, Ny. A pada kunjungan 1 mengalami anemia ringan dengan Kadar HB 10,5 gr/dl, kunjungan ke 2 masih anemia dengan kadar HB 10,8 gr/dl dan kunjungan ke 3 kadar HB naik lagi menjadi 11.1 gr/dl.
## 3.2. Pembahasan
Jumlah kunjungan pada responden 1 yang diberikan intervensi tablet Fe dan pisang ambon dan responden 2 yang hanya diberikan intervensi tablet Fe yaitu sebanyak 3 kali kunjungan. Responden 1 yang diberikan intervensi tablet Fe dan pisang ambon pada kunjungan pertama kadar Hb 10,6 gr%
DOI: https://doi.org/10.54082/jupin.366 Vol. 4, No. 2, Mei 2024, Hal. 593-600 p-ISSN: 2808-148X https://jurnal-id.com/index.php/jupin e-ISSN: 2808-1366
(anemia ringan) kemudaian pada kunjungan ke 2 hari ke-7 dengan hasil kadar Hb 11 gr% (tidak anemia) dan pada kunjungan ke 3 hari ke-14 pemeriksan kadar Hb meningkat lagi menjadi 11,4 gr% (tidak anemia). Sedangkan responden 2 yang hanya diberikan intervensi tablet Fe, pada kunjungan awal kadar Hb 10,5gr% (anemia ringan) kemudian pada kunjungan ke 2 hari ke-7 kadar Hb 10,8 gr% (anemia ringan) selanjutnya kunjungan ke 3 hari ke-14 kadar Hb 11,1 gr% (tidak anemia). Ada perbedaaan waktu kenaikan Hb antara responden 1 yang diberikan intervensi tablet Fe dan pisang ambon dengan responden 2 yang hanya diberikan intervensi tablet Fe.
## 3.2.1. Pengaruh Pemberian Pisang Ambon dan Tablet Fe
Penelitian studi kasus dengan asuhan kebidanan pada ibu hamil trimester III dengan anemia ringan juga membuktikan adanya perbedaan lamanya kenaikan kadar hemoglobin pada ibu hamil trimester III dengan anemia ringan yang di berikan intervensi pemberian tablet Fe dan pisang ambon dengan ibu hamil yang hanya diberikan intervensi tablet Fe saja. Pada responden 1 yang di berikan intervensi pemberian tablet Fe dan pisang ambon terdapat kenaikan Hb dari 10.6 gr% menjadi 11,4 gr% sehingga ibu sudah tidak lagi mengalami anemia ringan setelah dilakukan observasi selama 7 hari. Sedangkan responden yang hanya diberikan intervensi tablet Fe mengalami perlambatan proses kenaikan Hb setelah 7 hari dilakukan observasi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Enny Widayati tahun 2021 tentang “Pemberian Pisang Ambon Untuk Meningkatkan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil Trimester III Dengan Anemia” dengan metode deskriptip penerapan Evidence Based Nursing (EBN). Diperoleh hasil studi kasus ini mengalami kenaikan kadar Hb, pasien I Hb semula 9,7 g/dl menjadi 11,3 g/dl dan pasien II Hb semula 8,8 g/dl menjadi 9,9 g/dl. Pemberian buah pisang ambon 2 kali sehari pagi dan sore selama 7 hari bersamaan dengan mengkonsumsi tablet Fe mampu menaikkan kadar Hb ibu hamil trimester III.
Kenaikan kadar Hb antara responden yang diberikan perlakuan pisang ambon dengan reponden yang diberikan tablet Fe saja mengalami perbedaan percepatan kenaikan Hb. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hardiani tahun 2020 tentang “Pengaruh Pisang Ambon Terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil di Klinik FS Munggaran Kabupaten Garut” dengan metode penelitian quasy eksperimental dengan desain two group pretest posttest control. Hasil sebelum diberikan pisang ambon pada kelompok kontrol 9,240 gr/dl, sedangkan pada kelompok eksperimen 9,193 gr/dl. Rata-rata kadar hemoglobin setelah diberikan pemberian pisang ambon pada kelompok kontrol 10,14 gr/dl, sedangkan pada kelompok eksperimen 11,56 gr/dl. Hasil Analis bivariat uji T independen menghasilkan nilai P = 0,000 (P<0,05), ada perbedaan kenaikan kadar hemoglobin antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol di Klinik FS Munggaran dimana kelompok yang diberikan perlakuan pisang ambon mengalami kenaikan hemoglobin yang lebih signifikan. Sehingga antara hasil penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya ada kesesuaian hasil yang di dapat setelah dilakukan intervensi.
Sejalan dengan penelitian Masmuni Wahda Aisya tahun 2019 yang berjudul “Pengaruh Konsumsi Buah Pisang Ambon Terhadap Peningkatan Kadar Haemoglobin Pada Ibu Hamil Anemia di Wilayah Kerja Puskesmas Limboto” menggunakan metode Quasy Eksperimen dengan Pretest post-test with control group design. Hasil penelitian terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar hemoglobin sebelum dan sesudah pemberian buah pisang ambon terhadap ibu hamil pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi dengan nilai p value = 0.0006. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan sekarang, bahwa ada perbedaan kadar Hb sebelum responden diberikan intervensi tablet Fe dan pisang ambon dengan sesudah diberikan intervensi tersebut.
Menurut penelitian Ressi Novita Sari tahun 2022 yang berjudul “Pengaruh Kombinasi Tablet Fe dan Pisang Ambon Terhadap Kadar Hb Ibu Hamil Trimester II Dengan Anemia di Wilayah Kerja Puskesmas Curup Timur” dengan desain quasi eksperimental dengan Pretest and Post-test Two Group Design. Rata-rata kadar Hb pada ibu hamil TM II dengan anemia pada kelompok kontrol sebelum diberikan perlakuan yaitu 9.8 dan setelah diberikan perlakuan yaitu 10.0. Ada perbedaan rata-rata kadar Hb pada ibu hamil trimester II dengan anemia sebelum dan sesudah diberikan perlakuan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sejalan dengan observasi asuhan kebidanan diatas dimana terdapat
DOI: https://doi.org/10.54082/jupin.366 Vol. 4, No. 2, Mei 2024, Hal. 593-600 p-ISSN: 2808-148X https://jurnal-id.com/index.php/jupin e-ISSN: 2808-1366
perbedaan rata – rata kadar Hb sebelum dan sesudah dilakukan intervensi pemberian tablet Fe dan pisang ambon dengan intervensi pemberian tablet Fe saja.
## 3.2.2. Pengaruh Pemberian Tablet Fe
Berdasarkan hasil penelitian Sjeny pada tahun 2022 yang berjudul “Efektivitas Pisang Ambon dan Tablet Fe, Kadar HB Ibu Hamil Trimester III” mengunakan desain Quasi eksperimen dengan pendekatan non equivalent control group design. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kadar hemoglobin yang signifikan dengan p value 0,001 < 0,05 pada kelompok perlakuan pemberian tablet Fe. Hal ini menunjukkan bahwa kadar hemoglobin mengalami peningkatan dari anemia ringan menjadi anemia normal yang menunjukan bahwa kelompok tersebut terdapat perbedaan antara kadar hemoglobin sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Selain itu hasil penelitian kelompok yang diberikan tablet Fe nilai mean 10,51 pre tes dan 10,99 post tes. Uji Wilcoxon dengan nilai p value 0,001 < 0,005, terdapat pengaruh pemberian tablet Fe terhadap kadar hemoglobin pada ibu hamil. Hasil penelitian terdahulu sejalan dengan penatalaksanaan yang diberikan pada penelitian sekarang bahwa pada ibu hamil yang diberikan intervensi pemberian tablet Fe diperoleh hasil yang sama yaitu terdapat pengaruh pemberian tablet Fe terhadap kenaikan Hb pada ibu hamil trimester III dengan anemia ringan.
## 3.2.3. Perbandingan Pengaruh Pemberian Tablet Fe dan Pisang Ambon Dengan Tablet Fe
Tabel 4. Perbandingan Hasil Asuhan Kebidanan antara Kasus 1 dan kasus 2
Kunjungan Awal 10-01-2024 Evaluasi hari ke-7 17-01-2024 Evaluasi hari ke-14 24-01-2024 Kadar Hb Klasifikasi Anemia Kadar Hb Klasifikasi Anemia Kadar Hb Klasifikasi Anemia Responden 1 (Diberikan Intervensi Tablet Fe dan Pisang Ambon) 10,6 gr% Anemia Ringan 11 gr% Tidak Anemia 11,4 gr % Tidak Anemia Responden 2 (Diberikan intervensi Tablet Fe) 10,5 gr% Anemia Ringan 10,8 gr % Anemia Ringan 11,1 gr % Tidak Anemia
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan hasil asuhan kebidanan pada ibu hamil yang di berikan intervensi tablet Fe dan pisang ambon dengan ibu hamil yang hanya diberikan intervensi tablet Fe.
Pada Responden 1 yang di berikan intervensi tablet Fe dan pisang ambon terdapat kenaikan pada kadar Hb ibu, pada saat kunjungan awal kadar Hb 10,6 gr% (anemia ringan), pada hari ke-7 setelah intervensi kadar Hb meningkat menjadi 11 gr% yang artinya sudah tidak anemia lagi dan pada hari ke- 14 kadar Hb mengalami peningkatan menjadi 11,4 gr% dan ibu sudah tidak termasuk dalam kategori anemia.
Sedangkan untuk Responden ke 2 yang hanya diberikan intervensi tablet Fe, setelah dilakukan evaluasi pada hari ke-7 mengalami peningkatan kadar Hb yaitu dari sebelumnya 10,5 gr% (kriteria anemia ringan) menjadi 10,8 gr% (masih kriteria anemia ringan) dan pada saat evaluasi hari ke-14 mengalami peningkatan Hb menjadi 11,1 gr% sehingga sudah tidak termasuk dalam kategori anemia.
Ibu hamil yang diberikan intervensi tablet Fe dan pisang ambon sudah tidak termasuk kategori anemia pada hari ke-7, sedangkan pada ibu yang hanya diberikan intervensi pemberian tablet Fe di hari ke-7 masih mengalami anemia ringan namun pada hari ke-14 sudah tidak termasuk kedalam kategori anemia. Ada perbedaan waktu proses kenaikan Hb antara ibu hamil yang di berikan intervensi tablet Fe dan pisang ambon dengan ibu hamil yang hanya diberikan intervensi tablet Fe saja.
DOI: https://doi.org/10.54082/jupin.366 Vol. 4, No. 2, Mei 2024, Hal. 593-600 p-ISSN: 2808-148X https://jurnal-id.com/index.php/jupin e-ISSN: 2808-1366
## 4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian di peroleh kesimpulan bahwa Intervensi tablet Fe dan pisang ambon pada ibu hamil trimester III meningkatkan kadar Hb sebesar 0,4 gr% dalam 7 hari, mengatasi anemia, dan mencapai 11,4 gr% pada hari ke-14. Tablet Fe meningkatkan kadar Hb ibu hamil trimester III sebesar 0,3 gr% dalam 7 hari, mencapai 10,8 gr% (anemia ringan), dan naik lagi menjadi 11,1 gr% pada hari ke-14, mengatasi anemia. Pisang ambon mempercepat pemulihan Hb dan mengatasi anemia dalam 7 hari, sedangkan tanpa pisang ambon, pemulihan membutuhkan 14 hari.
## DAFTAR PUSTAKA
American College of Obstetricians and Gynecologists. (2018). Anemia in Pregnancy. https://www.acog.org/womens-health/faqs/anemia-in-pregnancy
Astutik, R., Y. (2018). Anemia dalam Kehamilan. Jawa Timur: Pustaka Abadi.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. (2023). Jumlah Ibu Hamil yang Mengidap Anemia Berdasarkan Kabupaten Kota di Jawa Barat. https://opendata.jabarprov.go.id/id/dataset/jumlah-ibu-hamil- yang-mengidap-anemia-berdasarkan-kabupaten-kota-di-jawa-barat
Enny W., Siti A. (2021). Pemberian Pisang Ambon Untuk Meningkatkan Kadar Hemoglobin Pada Ibu
Hamil Trimester III Dengan Anemia. Jurnal Ners Muda; 2
(2).https://www.researchgate.net/publication/353634156_Pemberian_Pisang_Ambon_Untuk_Me ningkatkan_Kadar_Hemoglobin_Pada_Ibu_Hamil_Trimester_III_Dengan_Anemia
Hardiani, Rizza C., Andi J.R. (2020). Pengaruh Pisang Ambon Terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil di Klinik FS Munggaran Kabupaten Garut. Jurnal Ilmiah Kesehatan.; 12 (2): 149 – 158. http://journal.thamrin.ac.id/index.php/jikmht/article/view/252/366
Ikatan Bidan Indonesia (IBI). (2021). Modul Pelatihan Midwifery Update. Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia IBI Provinsi Banten.
Kemenkes. (2018). Pentingnya Konsumsi Tablet Fe Bagi Ibu Hamil. https://ayosehat.kemkes.go.id/pentingnya-konsumsi-tablet-fe-bagi-ibu-hamil Kementerian Kesehatan RI. (2018). Riset Kesehatan Dasar. https://www.kemkes.go.id/resources/download/info-terkini/hasil-riskesdas-2018.pdf Kementerian Kesehatan RI. (2023) Anemia Dalam Kehamilan.
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1132/anemia-dalam-kehamilan
Luthbis, A. (2020). Pengaruh Komsumsi Pisang Ambon Terhadap Peningkatan Kadar Hb Ibu Hamil.
Jurnal Kesehatan; 9(1). https://doi.org/10.37048
Masmuni, W.,A. Susanti, P. Tria, T. (2019). Pengaruh Konsumsi Buah Pisang Ambon Terhadap Peningkatan Kadar Haemoglobin Pada Ibu Hamil Anemia Di Wilayah Kerja Puskesmas Limboto. Jurnal Kesehatan Madu.; 8(2). https://journal.umgo.ac.id/index.php/Madu/article/view/742
Nancy Olii. (2019). Pisang Ambon Dan Agar-Agar Rumput Laut Terhadap Hemoglobin Ibu Hamil.
Jambura Health and Sport Journal.; 1(2). https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jhsj/article/view/2537
Praktik Bidan Mandiri Nurhayati. (2023). Register Ibu Hamil. Bogor.
Resi N.S.(2022). Pengaruh Kombinasi Tablet Fe dan Pisang Ambon Terhadap Kadar Hb Ibu Hamil Trimester II Dengan Anemia di Wilayah Kerja Puskesmas Curup Timur. Journal of Midwifery.; 10(2). https://jurnal.unived.ac.id/index.php/JM/article/view/3247
Sjenny, O. T, Kusmyati, Yasmari N.K. Anita, L. Fredrika, N.L. (2022). Efektivitas Pisang Ambon dan Tablet FE, Kadar HB Ibu Hamil Trimester III. Jurnal Poltekkes Kemenkes Manado.; 1(2), 74 – 85. https://ejurnal.poltekkes-manado.ac.id/index.php/eprosiding2022/article/view/1684/1034
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R &D.
Bandung: Alfabeta.
Suryani, I. S. (2021). Pencegahan Anemia Dengan Makanan Tambahan Menuju Ibu Hamil Sehat Dan Kreatif. Tasikmalaya: EDU Publisher.
DOI: https://doi.org/10.54082/jupin.366 Vol. 4, No. 2, Mei 2024, Hal. 593-600 p-ISSN: 2808-148X https://jurnal-id.com/index.php/jupin e-ISSN: 2808-1366
World health organization. (2018). Prevalence Of Anaemia In Women Aged, By Pregnancy Status. Ganeva: WHO. https://www.who.int/data/gho/data/indicators/indicator-details/GHO/prevalence- of-anaemia-in-pregnant-women-(-)
DOI: https://doi.org/10.54082/jupin.366 Vol. 4, No. 2, Mei 2024, Hal. 593-600 p-ISSN: 2808-148X https://jurnal-id.com/index.php/jupin e-ISSN: 2808-1366
## Halaman Ini Dikosongkan
|
d782f72e-8dc9-441f-b118-49189688f8b5 | https://journal.uc.ac.id/index.php/performa/article/download/1824/1446 | PERFORMA: Jurnal Manajemen dan Start-Up Bisnis Volume 5, Nomor 6, Februari 2021
## PENGARUH Penggunaan Media Sosial DAN DIVERSIFIKASI PRODUK TERHADAP PENINGKATAN PENJUALAN UMKM MAKANAN DAN MINUMAN DI SIDOARJO
Daniel Hans Indrata 1 dan Alexander Wahyudi Henky S 2 Jurusan Manajemen, Fakultas Manajemen Bisnis, Universitas Ciputra E-mail: deuncanny@gmail.com
ABSTRAK: Perkembangan teknologi komunikasi sudah berkembang dengan pesat sehingga membuat banyak pemilik bisnis harus beradaptasi dengan perkembangan jaman dan kemajuan teknologi yang terjadi, dimana mayoritas masyarakat sudah terbiasa dengan menggunakan media sosial yang menyebabkan pergeseran secara besar-besaran dalam memperkenalkan produk ke masyarakat yang dahulu berfokus menggunakan media Offline seperti iklan koran, iklan spanduk,dan lain-lain sekarang dapat digantikan dengan penggunaan media sosial seperti Instagram, Whatsapp, dan lain-lain. Ditambah lagi dengan permasalahan baru yaitu Pandemi Covid-19 yang sangat berdampak ke tempat- tempat berjualan Offline . Penulis yakin bahwa melalui permasalahan ini ada peluang untuk membiasakan diri dan beralih ke penggunaan media sosial sebagai sarana untuk memperkenalkan produk dan berjualan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penggunaan media sosial dan diversifikasi produk benar-benar berdampak pada peningkatan penjualan UMKM di daerah Sidoarjo. Data diperoleh dengan melakukan survey ke 100 responden dimana populasinya adalah pelaku bisnis UMKM makanan dan minuman di Sidoarjo dengan menggunakan purposive sampling dengan menyebarkan kuisioner ke orang yang memiliki karakteristik sesuai dengan kriteria yang dicari Software statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah SPSS versi 23 hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa penggunaan media sosial dan diversifikasi produk berpengaruh signifikan terhadap peningkatan penjualan UMKM makanan dan minuman di Sidoarjo.
Kata kunci: Pengaruh Penggunaan Media Sosial, Pengaruh Diversifikasi Produk , Peningkatan Penjualan, UMKM , adaptasi perkembangan teknologi
ABSTRACT: The development of communication technology has developed rapidly because of this many business owners have to adapt in the current technological advances, with the majority of people are accustomed to using social media which has caused a massive shift in introducing products to people who previously focused on using offline media such as newspaper advertisements, banner ads, and others can now be replaced with the use of social media such as Instagram, Whatsapp, and others. Coupled with a new problem, namely the Covid-19 Pandemic which greatly affects offline stores. The author believes that through this problem there is an opportunity to get used to and turn to the use of social media as a means of introducing products and selling. The purpose of this study was to determine whether the use of social media and product diversification had an impact on increasing MSME sales in the Sidoarjo area. The data were obtained by conducting a survey of 100 respondents where the population was businessmen of MSME food and beverage in Sidoarjo by using purposive sampling and distributing questionnaires to people who have characteristics that match the criteria sought. The statistical software used in this study is SPSS version 23 of the results of the study. This states that the use of social media and product diversification has a significant effect on increasing the sales of MSME food and beverages in Sidoarjo.
Keywords: The Impact of Social Media, Product Diversification , Increased sales, MSME , Adapting to technologies
## PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi komunikasi sudah berkembang dengan pesat sehingga membuat banyak pemilik bisnis harus beradaptasi dengan perkembangan jaman dan kemajuan teknologi yang terjadi, dimana mayoritas masyarakat sudah terbiasa dengan menggunakan media sosial yang menyebabkan pergeseran secara besar-besaran dalam memperkenalkan produk ke masyarakat yang dahulu berfokus menggunakan media Offline seperti iklan koran, iklan spanduk,dan lain-lain sekarang dapat digantikan dengan penggunaan media sosial seperti Instagram, Whatsapp, dan lain-lain.
Pandemi Covid juga berdampak ke mayoritas UMKM di Indonesia, Berdasarkan data yang diolah Pusat Penelitian Ekonomi (P2E) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), karena terjadi lockdown dimana-mana sehingga berdampak ke penurunan pariwisata hal ini juga berdampak ke UMKM yang bergerak dalam usaha makanan dan minuman berskala mikro mencapai 27%. Sedangkan dampak terhadap usaha kecil makanan dan minuman sebesar 1,77%, dan usaha menengah di angka 0,07%. Ini menunjukkan bahwa performa dari UMKM makanan dan minuman di Indonesia sangat terdampak. Untuk itu UMKM harus beradaptasi dengan semua keunggulan yang bisa dipakai, salah satu caranya adalah dengan menggunakan strategi diversifikasi produk yaitu strategi yang memberikan differensiasi dan variansi produk sehingga memberikan lebih banyak pilihan untuk pelanggan yang dapat meningkatkan penjualan UMKM.
Data dari hootsuite.com menunjukan total pengguna internet di Indonesia 175,4 juta jiwa dan pengguna aktif media sosial nya 160 juta jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa jangkauan target audience yang bisa dicapai dengan memanfaatkan media sosial adalah 59% dari total populasi masyarakat Indonesia. Untuk itu sangat baik untuk beradaptasi dengan menggunakan media sosial untuk meningkatkan penjualan UMKM.
## KAJIAN PUSTAKA
## Penggunaan Media Sosial
Menurut Marjorie Clayman(2020) media sosial adalah sarana yang membantu kita untuk lebih memahami pelanggan dan calon pelanggan dengan cara yang sebelumnya tidak mungkin. Indikator Penggunaan Media Sosial Berdasarkan jurnal “ Social Media Strategies for Increasing Sales ” oleh (Loretta Ezeife, 2017) ada 5 indikator strategi penggunaan media social yang bertujuan untuk meningkatkan penjualan:
1. Audience Knowledge /pengetahuan pelanggan: Yaitu meenggunakan media sosial untuk mengetahui siapa pelanggan kita, dan karakteristik mayoritas pelanggan
2. Customer Roadmap: yaitu menggunakan media sosial untuk menggiring pelanggan dari fase ingin membeli produk kita dan menstimulasi pembelian.
3. Customer Relationship Management : menggunakan media sosial untuk meningkatkan hubungan dengan pelanggan.
4. Marketing And Sales Alignment: menggunakan media sosial untuk melakukan marketing dan sarana tempat penjualan.
5. Feedback And Review: menggunakan media sosial untuk mendapatkan umpan balik dari pelanggan dan ulasan
## Indikator Diversifikasi Produk:
Menurut pakar Tjiptono (2007), diversifikasi produk adalah strategi untuk mencari dan mengembangkan produk atau pasar yang baru, atau keduanya, dengan tujuan untuk mencapai pertumbuhan UMKM Menurut jurnal yang berjudul "Implementing Product Diversification Strategies for Small and Medium Retail Businesses'Sustainability" karya (Justin Daniel Vogl,2018). Ada 4 indikator diversifikasi produk untuk efisiensi perusahaan:
1. Customer Centric decision making (pengambilan keputusan terfokus pelanggan): yaitu menggunakan fokus terhadap customer dengan mendapatkan feedback, saran dan referensi untuk mengambil keputusan produk diversifikasi.
2. Market Trend Orientation (orientasi tren pasar): yaitu membuat strategi diversifikasi produk yang berdasarkan trend baru, inovasi, dan intelligence gathering untuk mengambil keputusan (dari market response) dan mendapatkan intel sebanyak banyaknya
3. Resource orientation (orientasi sumber daya): dimana pembuatan strategi fokus nya terhadap orientasi sumber daya. jadi dari sumber daya yang kita miliki
4. Complementary product and services (produk dan jasa yang saling berkaitan) : pembuatan strategi diversifikasi produk berdasarkan kebutuhan produk yang saling berhubungan dan membutuhkan contohnya (tinta dan bolpen) dimana bila tidak ada tinta bolpen tidak bisa bekerja.
## Peningkatan Penjualan
## Indikator Peningkatan Penjualan
Menurut Kotler dalam Swasta dan Irwan (2014:423), ada beberapa indikator dari volume penjualan adalah sebagai berikut:
1. Mencapai volume penjualan
2. Mendapatkan laba
3. Menunjang pertumbuhan perusahaan
## Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu selanjutnya berjudul “Pengaruh Penggunaan Media Sosial Terhadap Orientasi Kewirausahaan (Studi Kasus Pada UMKM Kuliner Jakarta Barat) oleh Oktafalia Marisa (2018) kesamaan dari makalah ini dengan yang diteliti sama-sama menganalisa pengaruh penggunaan media sosial terhadap UMKM sehingga UMKM di Indonesia dapat berkembang. Metode penelitian dari makalah ini menggunakan pengambilan data Kuantitatif dan Teknik analisis data menggunakan Analisis Regresi Linier Sederhana IBM SPSS versi 16. Hasil dari makalah ini menunjukkan bahwa pengaruh penggunaan media sosial berpengaruh signifikan terhadap orientasi UMKM.
Penelitian terdahulu jurnal Internasional yang peneliti akan bahas selanjutnya berjudul “Why do small and medium enterprises use social media marketing and what is the impact: Empirical insights from India” yang dibuat oleh Sheshadri Chatterjee, Arpan Kumar Kar(2020 ) Kesamaan antara Jurnal ini dengan tema skripsi yang peneliti bahas adalah sama-sama membandingkan dampak media sosial terhadap UMKM.
Penelitian terdahulu selanjutnya berjudul “PENGEMBANGAN PRODUK MELALUI DIVERSIFIKASI DALAM UPAYA MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN” oleh (Puji Cahyo Astik, 2017). Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan sifat penelitian deskriptit, Teknik analisis penelitian menggunakan kualitatif dan metode berpikir secara induktif Hasil temuan dari makalah yang meneliti pabrik roti tersebut masih belum menemukan dampak yang signifikan dengan volume penjualan.
Penelitian terdahulu yang berjudul “Peningkatan Omset Penjualan Melalui Diversifikasi Produk dan Strategi Promosi Pada UMKM Kerajinan Souvenir Khas Palembang” Metode kegiatan dilakukan dengan cara pembinaan, pemberdayaan dan pendampingan melalui pemberian pelatihan-pelatihan, seminar, serta bantuan alat produksi dan promosi, dan Hasilnya terjadi peningkatan kapasitas produksi hingga mencapai 100%, peningkatan jenis dan kualitas souvenir yang dihasilkan serta meningkatnya omset penjualan sebesar 80%.
## METODOLOGI PENELITIAN
Menurut Sugiyono (2017:8) penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Metode penelitianya menggunakan Regresi berganda. Peneliti menganalisis dengan menggunakan pendekatan deskriptif dengan cara menggambarkan dan mendeifinisikan objek melalui data yang ada. (Sugiyono, 2017:6).
## Populasi, Sampel dan Metode Pengumpulan data
Populasi adalah lingkungan yang telah ditentukan oleh peneliti dengan objek yang memiliki karakter yang spesifik dan ditetapkan oleh peneliti untuk menganalisis dan membuat kesimpulan (Sugiyono, 2015:117). Populasi yang diteliti adalah semua UMKM yang menggunakan media sosial dan melakukan penerapan strategi diversifikasi produk. Data dari menunjukan UMKM yang bergerak di industry pengolahan makanan dan minuman di Sidoarjo sekitar 9.008 UMKM itu menjadi populasi.
Metode pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuisioner yang berisikan pertanyaan dari variabel dalam
penelitian ini kepada responden yang telah dipilih oleh peneliti. Pengumpulan data primer menurut Sugiyono (2017: 142), dapat dilakukan dengan memberikan kuisioner (angket). Data yang sudah dikumpulkan diolah dengan menggunakan sistem SPSS statistical software . Jenis kuesioner yang akan digunakan dalam penelitian adalah kuesioner dengan menggunakan skala likert.
Peneliti menggunakan probability sampling karena populasi UMKM di Sidoarjo yang industry pengolahan makanan dan minuman populasinya sebanyak 9.008 UMKM
Pengaruh Penggunaan media sosial terhadap Peningkatan Penjualan Salah satu jurnal penelitian terdahulu yang membahas keterkaitan antar variabel ini “Why do small and medium enterprises use social media marketing and what is the impact: Empirical insights from India” yang dibuat oleh Sheshadri Chatterjee, Arpan Kumar Kar(2020). Kesimpulanya penggunaan media sosial berdampak signifikan terhadap performa perusahaan.
## Pengaruh Diversifikasi Produk terhadap Peningkatan Penjualan.
Hasil penelitian dengan melakukan diversifikasi produk dapat meningkatkan tingkat persaingan perusahaan di jaman modern ini. Salah satu jurnal penelitian terdahulu yang membahas keterkaitan antara strategi diversifikasi produk dan peningkatan penjuaan adalah “Pengembangan Produk Melalui Diversifikasi Dalam Upaya Meningkatkan Volume Penjualan” oleh (Puji Cahyo Astik, 2017).
## Variabel dan Definisi Operasional
Variabel independent yang terdapat dalam penelitian ini adalah:
1. Penggunaan Media Sosial
2. Diversifikasi Produk Variabel dependent yang terdapat dalam penelitian ini adalah:
1. Peningkatan Penjualan
## Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis linier berganda dan program software yang digunakan adalah SPSS. Menurut Priyatno (2014;148) analisis linier berganda diimplikasikan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Rumus regresi linier berganda menurut Sugiyono (2017:275) adalah sebagai berikut:
Y = α + β1X1+ β2 X2 + ε Keterangan: Y: Variabel Peningkatan Penjualan α: Konstanta X1: Variabel Peningkatan Penjualan β1: Koefisien regresi variabel Peningkatan Penjualan X2: Variabel Diversifikasi Produk β2: Koefisien regresi variabel Diversifikasi Produk ε: Residual
## HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
## Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil tabel 4.1 bahwa nilai rata-rata hasil jawaban responden terhadap variabel X1 (penggunaan media sosial) adalah 4.15. Hal ini memperlihatkan bahwa penjual UMKM setuju dengan pernyataan variabel penggunaan media sosial. yaitu perusahaan saya menggunakan media sosial sebagai sarana memperkenalkan produk dengan nilai sebesar 3,87.
Rata-rata standar deviasi pada variabel penggunaan media sosial adalah sebesar 0,84 Semakin tinggi nilai standar deviasi mencerminkan distibusi yang semakin beragam, artinya semakin besar jawaban yang dinyatakan responden. Semakin rendah standar deviasinya mencerminkan semakin kecil pula keragaman jawaban yang disampaikan responden.
Nilai rata-rata hasil jawaban responden terhadap variabel X2 (diversifikasi produk) adalah 3,84. Hal ini memperlihatkan bahwa penjual UMKM setuju dengan pernyataan variabel diversifikasi produk. Nilai rata-rata hasil jawaban responden terhadap variabel Y (penjualan UMKM) adalah 4,29. Hal ini memperlihatkan bahwa
penjual UMKM setuju dengan pernyataan variabel penggunaan media sosial. Nilai tertinggi didapatkan pada Y.13, yaitu media sosial menunjang pertumbuhan bisnis perusahaan dengan nilai sebesar 4,43. Nilai terendah didapatkan pada item Y.15, yaitu menggunakan strategi diversifikasi produk perusahaan untuk mendapatkan laba dengan nilai sebesar 4,19. Rata-rata standar deviasi pada variabel penjualan UMKM adalah sebesar 0,71.
## Uji Validitas dan Reliabilitas
Seluruh item pertanyaan per masing-masing variabel yakni X1 (penggunaan media sosial), X2 (strategi diversifikasi produk) dan Y (penjualan UMKM). Semua item pertanyaan menunjukkan nilai sig. <0.05 maka dapat disimpulkan instrument dianggap valid. Terhadap intrumen kuesioner dilakukan uji reliabilitas. Keseluruhan variabel kuesioner disimpukan reliabel dengan nilai cronbach’s alpha >0,6. Dari kedua uji tersebut dapat disimpulkan bahwa seluruh instrument telah berhasil memenuhi syarat dapat dipakai dalam penelitian ini.
## Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas: yang digunakan adalah menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Metode regresi berganda membutuhkan data dapat berdistribusi secara normal. Cara untuk menginterpretasikan adalah dengan lihat tingkat signifikansinya, bila signifikansi > 5% maka data penelitian dikatakan berdistribusi normal.
## Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas:digunakan sebagai prasyarat uji asumsi klasik untuk model regresi berganda. Tujuan uji multikolinearitas untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi yang kuat antar variabel bebas. Model regresi berganda yang baik harus menghindari terjadinya hubungan antara variabel bebasnya. Cara menyimpulkan apakah terjadi hubungan antara variabel bebas dengan melihat nilai VIF (Variance Inflating Factor). Jika nilai VIF < 10 atau nilai tolerance > 0,1 maka tidak terjadi multikolinearitas dalam model regresi.
## Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas: Cara menyimpulkannya adalah menggunakan uji Glejser, jika hasil nilai signifikansi > 0,05 maka tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. Pada tabel uji heteroskedastisitas, nilai signifikansi X1 sebesar 0,147 > 0,05 dan nilai signifikansi X2 sebesar 0,194 > 0,05. Hal ini menunjukkan model regresi berganda yang dibuat sudah bebas dari gejala heteroskedastisitasan.
Analisis Regresi Linier Berganda Hasil persamaan regresi:
## Tabel 1.
Nilai konstanta bernilai 7,845, nilai koefisien X1 adalah bernilai 0,328, nilai koefisien X2. Hasil signifikansi level menunjukkan dibawah 5% yang menunjukkan bahwa variabel X1 dan variabel X2 dapat menjelaskan hubungan antara penggunaan media sosial dan strategi diversifikasi produk terhadap peningkatan penjualan UMKM. Persamaan regresi berganda yang terbentuk adalah Y = 7,845 + 0,328 X1 + 0,631 X2. Artinya jika X1 dan X2 adalah nol, maka akan terjadi peningkatan penjualan sebesar 7,845. Apabila terjadi kenaikan X1 sebesar 1 unit maka akan terjadi peningkatan Y sebesar 0,328. Sedangkan bila terjadi kenaikan X2 sebesar 1 unit maka akan terjadi peningkatan Y sebesar 0,631.
## Uji t
Hasil uji T, nilai signifikansi variabel X1 (penggunaan media sosial) sebesar 0.000 dibawah 5%. Hal ini menunjukkan bahwa X1 berpengaruh signifikan terhadap Y (peningkatan penjualan UMKM). Pada tabel 4.9 Hasil Regresi Berganda, nilai signifikansi X2 sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa X2 (strategi diversifikasi produk) berpengaruh secara signifikan terhadap Y (peningkatan penjualan UMKM).
Hasil regresi berganda, t hitung X1 sebesar 4,524 > 1,984467. Hal ini menunjukkan X1 berhubungan secara signifikan terhadap Y. Tabel 4.9 hasil regresi berganda, t hitung X2 sebesar 6,336 > 1,984467. Hal ini menunjukkan X1 berhubungan secara signifikan terhadap Y.
Tabel 4.11 Hasil Uji Regresi Berganda Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T
Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 7.845 1.727 4.542 .000 X1 .328 .073 .355 4.524 .000 X2 .631 .100 .497 6.336 .000 a. Dependent Variable: Y
## Uji F
Hasil ANOVA, nilai signifikansi adalah 0,000 < dari 5%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas X1 dan X2 secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel Y. Tabel 4.8 hasil ANOVA, nilai F sebesar 57,889 > F tabel (3,090187) menunjukkan bahwa kedua variabel bebas penggunaan media sosial (X1) dan strategi diversifikasi (X2) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel penjualan UMKM (Y).
Uji Koefisien Korelasi (R) dan Koefisien Determinasi (R2) Tabel 4.10 hasil R-Square, nilai R-Square sebesar 0,544 atau 54,4% yang berarti bahwa kemampuan variabel bebas X1 dan X2 secara bersama-sama dalam menjelaskan variabel Y. Tabel 4.10 hasil R-Square, nilai adjusted R-Square sebesar 0,535 atau 53,5% yang berarti bahwa kemampuan variabel bebas X1 dan X2 secara bersama- sama dalam menjelaskan variabel Y. Nilai R pada tabel 4.10 sebesar 0,738 atau 73,8% menjelaskan bahwa korelasi bergandanya adalah tinggi. Artinya ada hubungan yang kuat antara X1 dan X2 terhadap Y. Demikian pula dapat dilihat nilai error yang dihasilkan sebesar 0,465 (1-0,535) atau 46,5%. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 46,5% merupakan variabel-variabel bebas lain yang berpengaruh terhadap Y.
## Pembahasan
## Pengaruh Penggunaan Media Sosial terhadap Peningkatan Penjualan:
Hasil uji regresi berganda pada variabel penggunaan media sosial menunjukkan nilai sebesar 0,328 sehingga dapat disimpulkan bawah variabel penggunaan media sosial memiliki pengaruh positif terhadap penjualan makanan dan minuman UMKM di Sidoarjo. Hasil uji T juga menunjukkan nilai signifikansi 0,000 berarti penggunaan media sosial berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat penjualan makanan dan minuman UMKM di Sidoarjo. Dari hipotesis H1 yang diajukan penulis bahwa memang ada hubungan yang sangat signifikan antara variabel bebas penggunaan media sosial dan penjualan makanan dan minuman di Sidoarjo.
## Pengaruh Diversifikasi Produk terhadap Peningkatan Penjualan
Hasil uji regresi berganda pada variabel penggunaan strategi diversifikasi menunjukkan nilai sebesar 0,631 sehingga dapat disimpulkan bawah variabel penggunaan strategi diversifikasi memiliki pengaruh positif terhadap penjualan makanan dan minuman UMKM di Sidoarjo. Hasil uji T juga menunjukkan nilai signifikansi 0,000 berarti penggunaan strategi diversifikasi berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat penjualan makanan dan minuman UMKM di Sidoarjo. Dari hipotesis H2 yang diajukan penulis bahwa memang ada hubungan yang sangat signifikan antara variabel bebas strategi diversifikasi produk dan penjualan makanan dan minuman di Sidoarjo.
## SIMPULAN DAN SARAN
## Simpulan
Kesimpulan dari penelitian ini menyatakan bahwa variabel penggunaan media sosial berpengaruh secara signifikan positif terhadap peningkatan penjualan makanan dan minuman di Sidoarjo. Selain itu, variabel penggunaan strategi diversifikasi produk juga berpengaruh secara signifikan positif terhadap peningkatan penjualan makanan dan minuman di Sidoarjo. Model regresi berganda yang dihasilkan dengan fungsi Y = 7,845 + 0,328X1 + 0,631X2
Saran
1. Bagi pembaca
Melalui penelitian ini, diharapkan perusahaan dapat memperhatikan faktor penggunaan media sosial dan penggunaan strategi diversifikasi produk dalam upaya untuk meningkatakan penjualan khususnya makanan dan minuman.
2. Bagi penelitian selanjutnya
Penelitan selanjutnya dapat dilakukan dengan menambahkan variabel bebas lain, seperti kualitas produk, penentuan strategi harga jual produk, distribusi produk, promosi, besar kecilnya modal, jenis media sosial, kebiasaan masyarakat setempat dalam bertransaksi dan kondisi pasar. Demikian pula dapat dikembangkan untuk penelitian dengan jenis industri yang berbeda.
## REFERENSI
Ambar (2017,Juni 08) 20 Pengertian Media Sosial Menurut Para Ahli diambil dari https://pakarkomunikasi.com/pengertian-media-sosial-menurut-para- ahli#:~:text=Pengertian%20Media%20Sosial%20Menurut%20Para%20Ahli%20Komunikasi&text=Varinde r%20Taprial%20dan%20Priya%20Kanwar,lain%2Dlain%20dengan%20orang%20lain . Putri,A,S. (2019,Desember 20) "Peran UMKM dalam Perekonomian Indonesia" diambil dari https://www.kompas.com/skola/read/2019/12/20/120000469/peran-umkm-dalam-perekonomian- indonesia?page=all .
Widowati,H (2020,Maret 02) “Efek Domino Virus Corona ke Industri Penunjang Pariwisata” diambil dari https://katadata.co.id/hariwidowati/berita/5e9a470e04ad6/efek-domino-virus-corona-ke-industri-penunjang- pariwisata
Chatterjee, S., & Kar, A. (2020). Why do small and medium enterprises use social media marketing and what is the impact: Empirical insights from India. Int. J. Inf. Manag., 53, 102103.
Ezeife, Loretta N., "Social Media Strategies for Increasing Sales" (2017). Walden Dissertations and Doctoral Studies. 4282.
Khairani, Siti, and Raisa Pratiwi. "Peningkatan Omset Penjualan melalui Diversifikasi Produk dan Strategi Promosi pada UMKM Kerajinan Souvenir Khas Palembang." Caradde, vol. 1, no. 1, 16 Aug. 2018, pp. 36-43, doi:10.31960/caradde.v1i1.18.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Vogl, Justin Daniel, "Implementing Product Diversification Strategies for Small and Medium Retail Businesses' Sustainability" (2018). Walden Dissertations and Doctoral Studies. 5144.
Wardati, N. K., & Er, M. (2019). The impact of social media usage on the sales process in small and medium enterprises (SMEs): A systematic literature review. Procedia Computer Science, 161, 97
|
ba23ea40-59b3-40bf-adfb-c025ce932771 | https://iptek.its.ac.id/index.php/limits/article/download/3390/2831 | J. Math. and Its Appl. E-ISSN: 2579-8936 P-ISSN: 1829-605X Vol. 15, No. 1, Maret 2018, 41-54
## Analisis Hubungan Antara Financial Distress dan
Keputusan Kebijakan Dividen Omisi
## Perusahaan Manufaktur
Dwi Putri Antika 1 , Mohamat Fatekurohman 2 , Dian Anggraeni 3
1,2,3 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Jember Jl. Kalimantan No. 37, Kampus Tegalboto, Sumbersari, Jember, Jawa Timur 68121 dwiantika1804@gmail.com
## Abstrak
Financial distress adalah kondisi dimana perusahaan mengalami kerugian atau kehilangan, namun belum sampai dikatakan bangkrut. Kondisi yang paling mudah dilihat dari perusahaan yang mengalami financial distress adalah dari keputusan dividen omisi perusahaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari rasio keuangan seperti likuiditas, leverage, profitabilitas, free cash flow, dan size terhadap durasi waktu antara perusahaan mengalami financial distress dan kemunculan dividen omisi dengan model Cox extended yang diinteraksikan dengan fungsi waktu dan dungsi Heaviside dan untuk mengetahui keberlangsungan perusahaan untuk membagikan dividen . Pada penelitian ini data yang digunakan adalah data rasio keuangan perusahaan manufaktur periode 2016 yang terdaftar di BEI yang telah membagikan dividen selama minimal tiga tahun berturut-turut. Data yang diperoleh dianalisis dengan mendeskripsikan karakteristik setiap variabel, estimasi fungsi survival menggunakan plot Kaplan-Meier, uji perbedaan kurva survival dengan uji Log-Rank , pembentukan model Cox extended dengan fungsi waktu dan fungsi heaviside dan dipilih model terbaik dengan melihat nilai AIC. Hasil dari penelitian ini adalah diperoleh model terbaik Cox extended dengan fungsi heaviside . Variabel yang signifikan adalah profitabilitas ( Return on Asset ), dan perusahaan yang memiliki profitabilitas yang lebih besar dari 5,98% memiliki risiko mengalami omitted dividend 21% kali lebih kecil daripada perusahaan dengan profitabilitas rendah.
Kata Kunci : Cox Extended, Dividen Omisi, Financial Distress, Rasio Keuangan
## Abstract
Financial distress is a condition which the company declared to lose but has not been bankrupt yet. The easiest visible condition of companies experiencing financial distress is the decision of omitted dividend. The purpose of this research are to find out time survival of companies to omit dividend payments later and the influence of liquidity, leverage, profitability, free cash flow, and size on the duration of time between companies experiencing financial distress and the decision of omitted dividend with Cox extended model interacted with the function of time and heaviside function. In this study the data used is the financial ratios of manufacturing companies in the period 2016 listed on the IDX that has been distributing dividends for at least three years in a row. The data obtained were analyzed by describing the characteristics of each variable, estimating survival function
using the Kaplan-Meier plot, testing the survival curve difference with Log-Rank test, forming the extended Cox model with the function of time and heaviside function and selected the best model by looking at the AIC value. The result of this research shows that the best model with heaviside function. A significant variable is profitability (Return on Asset). It means risk of companies with high profitability having omitted dividends 21% less than low profitability.
Keywords: Cox Extended, Omitted Dividend, Financial Distress, Finance Ratio
## 1 Pendahuluan
Suatu perusahaan memerlukan modal untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Investor sebagai calon pemberi modal juga mengharapkan keuntugan dengan melakukan call option yakni saat harga saham mencapai maksimum [3]. Salah satu kebijakan penting perusahaan yang dapat mempengaruhi investor adalah kebijakan dividen. Kebijakan dividen merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau ditahan dalam bentuk laba untuk pembiayaan investasi dimasa mendatang. Perusahaan mungkin saja dapat melaksanakan pembayaran dividen sesuai kebijakan awal atau memutuskan untuk memotong bahkan menghapuskan pembayaran dividen tunai untuk pertama kalinya (dividen omisi) [8]. Persoalan yang terkait dengan penurunan dan penghapusan dividen berada dalam kasus financial distress [6] . Kondisi yang paling mudah untuk dilihat apakah perusahaan dalam kondisi financial distress adalah perusahaan melakukan penghapusan pembayaran dividen [1]. Keputusan perusahaan untuk melakukan dividen omisi dapat disebabkan berbagai faktor.
Adapun dalam ilmu statistika, durasi waktu antara perusahaan mengalami financial distress hingga mengalami kejadian ( omit ) dapat diprediksi menggunakan analisis survival . Model analisis survival adalah model yang berkaitan dengan menguji panjang interval waktu antara masa transisi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Cox nonproportional hazard. Kelebihan model ini adalah tidak harus memiliki fungsi dari distribusi parametrik dan untuk mengatasi adanya variabel yang tidak memenuhi asumsi proportional hazard. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Leclere (2000), berdasarkan hasil penelitiannya, data keuangan 652 perusahaan dari sektor manufaktur, ritel, tambang, dan nonfinansial dengan prediktor yang diduga penting antara lain likuiditas, free cash flow, leverage, profitabilitas, dan size. Hasil yang didapatkan, variabel-variabel yang signifikan yaitu profitabilitas dan size perusahaan.
Penelitian terkait kasus financial distress dengan dividen omisi juga perlu dilakukan di negara berkembang seperti di Indonesia. Hal ini dikarenakan permasalahan terkait dengan kebijakan dividen dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan kebijakan tersebut menjadi
lingkup bahasan yang penting di bidang keuangan. Adapun pada penelitian ini bertujuan untuk memodelkan durasi waktu antara perusahaan mengalami financial distress dan kemunculan dividen omisi ( event ) menggunakan model Cox extended dengan fungsi waktu dan fungsi heaviside untuk menentukan hubungan keeratan (kesignifikansian) antara variabel dependen dan variabel independen.
Penelitian dilakukan pada perusahaan yang berasal dari sektor manufaktur, sebanyak 144 perusahaan dari sektor manufaktur 2016 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sektor manufaktur dipilih karena memiliki banyak sub sektor dan karakter yang sama yakni bergerak dalam hal produksi. Pengamatan dilakukan selama 7 tahun mulai 2010 sampai 2016. Prediktor yang diduga berpengaruh antara lain likuiditas, leverage, profitabilitas, free cash flow, dan size.
## 2 Metode Penelitian
## 2.1 Data dan Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diunduh melalui website www.idx.co.id dan www.sahamok.com . Data yang diperoleh sudah diolah oleh pihak pengumpul data primer serta melalui studi pustaka yang ada hubungannya dengan masalah yang dihadapi dan dianalisis, disajikan dalam bentuk informasi. Data sekunder yang diperlukan antara lain sebagai berikut:
a. Laporan keuangan perusahaan / laporan tahunan perusahaan
b. Tanggal pengumuman pembagian dividen
Pada kasus ini variabel terikat ( ) adalah lamanya waktu keberlangsungan perusahaan yang mengalami financial distress hingga melakukan perubahan kebijakan dividen yakni omisi pembayaran dividen tunai. Sedangkan variabel bebas ( ) yang digunakan adalah:
1. Likuiditas ( )
Likuiditas adalah current ratio/current asset to current liabilities yang meupakan kemampuan perusahaan memenuhi hutang jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancarnya [4].
2. Leverage ( )
Leverage dapat diproksikan sebagai total total liabilitas jangka panjang terhadap total ekuitas [4] .
## 3. Profitabilitas ( )
Rasio pendapatan adalah rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntugan. Rasio pendapatan dicari dengan menggunakan ROA ( Return on Asset ) [4].
## 4. Free Cash Flow ( )
Dinyatakan sebagai rasio free cash flow dibagi dengan total aktiva. Menurut Kasmir (2014), Free cash flow dihitung dengan rumus:
5. Ukuran Perusahaan ( size ) ( )
Besarnya nilai aset yang digunakan sebagai tolak ukur, harus disederhanakan dengan transformasi ke dalam bentuk logaritma natural [7].
(5)
2.2 Langkah-langkah Penelitian
1. Metode Dokumenter
Mengumpulkan seluruh data sekunder. Pengumpulan data dilakukan pada perusahaan manufaktur yang tidak delisting dan telah membagikan dividen selama 3-5 tahun berturut- turut. Data diperoleh dari web Bursa Efek Indonesia dan berupa data rasio keuangan yang diperoleh dari laporan keuangan atau tahunan perusahaan selaman periode 2010-2016. Data rasio keuangan yang digunakan seperti likuiditas ( current ratio ), leverage ( long-term debt to equity ), profitabilitas ( return on asset ), free cash flow, dan size ( )).
## 2. Analisis Deskriptif Karakteristik
Menganalisis karakteristik variabel-variabel yang mempengaruhi perubahan kebijakan pembayaran dividen perusahaan yaitu menunjukan subjek (perusahaan) yang tersensor dan tidak tersensor. Perusahaan dikatakan tersensor jika perusahaan tetap membagikan dividen sampai waktu pengamatan berakhir yakni sampai tahun 2016. Perusahaan dikatakan tidak tersensor jika perusahaan mengalami event yakni melakukan dividen omisi.
3. Membuat Plot Fungsi Survival setiap Variabel dan Uji Log-Rank Menggunakan Program R Estimasi fungsi survival dilakukan pada semua variabel dengan menggunakan metode Kaplan-Meier. Selanjutnya dilakukan uji Log-Rank untuk menguatkan kesimpulan dari hasil plot tentang ada tidaknya perbedaan survival antar kelompok pada setiap variabel. 4. Melakukan Uji Asumsi Proportional Hazard Menggunakan Uji Goodnes of fit (GOF) dan Time-Dependent Variable
Pada tahap ini, menggunakan variabel waktu saling bebas dalam model Cox extended dengan membuat interaksi antar variabel bebas dengan waktu survival kemudian lihat nilai signifikansinya. Asumsi proporsional terpenuhi bila nilai
. Uji asumsi juga menggunakan goodness of fit test , caranya adalah dengan melihat nilai p (Chi-square). Jika nilai maka asumsi proporsional terpenuhi [5].
5. Memodelkan Waktu Ketahanan Perusahaan dan Memilih Model Terbaik
Pada tahap ini dibentuk model Cox extended dengan fungsi waktu dan fungsi heaviside. Variabel bebas yang tidak memenuhi asumsi proportional hazard diinteraksikan dengan fungsi waktu dan fungsi heaviside. Variabel yang signifikan akan dimasukkan kedalam model. Uji kesignifikanan dilakukan dengan uji serentak ( Likelihood ratio ) dan uji parsial (Uji Wald Chi-square ). Selanjutnya, dilakukan pemilihan model terbaik dengan membandingkan nilai AIC. Model terbaik ialah model dengan nilai AIC terkecil [2] .
## 3 Hasil dan Pembahasan
Dari 144 perusahaan dari sektor manufaktur 2016, diperoleh sebanyak 62 perusahaan yang masuk pengamatan (telah membayarkan dividen selama minimal 3 tahun berturut-turut). Tipe penyensoran yang digunakan adalah penyensoran tipe III dimana objek masuk ke dalam pengamatan dalam waktu yang berbeda-beda.
## 3.1 Analisis Deskriptif
Perusahaan dikatakan tersensor karena perusahaan bertahan membayarkan dividen hingga waktu pengamatan berakhir sedangkan perusahaan dikatakan tidak tersensor karena perusahaan melakukan dividen omisi. Setelah diamati diperoleh 21 perusahaan memutuskan melakukan dividen omisi dan 41 perusahaan memutuskan untuk tetap membagikan dividen. Berikut analisis deskriptif untuk data kontinyu yang ditunjukkan pada Tabel 1.
## Tabel 1. Analisis Deskriptif Data Kontinyu
Prediktor Varians (tahun) Mean (tahun) Min (tahun) Max (tahun) Waktu Ketahanan Perusahaan 6,221 4,484 1 7
Berdasarkan Tabel 1 didapatkan informasi bahwa rata-rata perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 2016 dan sebelumnya telah membayarkan dividen 3 tahun berturut-turut memiliki waktu ketahanan untuk tetap membayarkan dividen selama 5 tahun, waktu ketahanan yang paling singkat adalah 1 tahun, dan waktu maksimal perusahaan bertahan selama 7 tahun. Adapun analisis karakteristik semua variabel ditunjukkan Tabel 2.
Tabel 2. Analisis Karakteristik Setiap Variabel
Prediktor Kategori Status Presentase 0 1 Likuiditas <200 % (1) >200% (2) 16 25 15 6 50% 50% Leverage >90% (1) <90% (2) 3 38 3 18 9,68% 90,32% Profitabilitas <5.98% (1) >5.98% (2) 13 28 16 5 46,77% 53,23% FCF negatif (1) positif (2) 15 26 8 13 37,10% 62,90% Size 25 – 27 (1) 28 – 30 (2) 31 – 33 (3) 9 20 12 3 16 2 19,36% 58,06% 22,58%
Berdasarkan Tabel 2, mayoritas perusahaan memiliki size diantara 28-30. Presentase perusahaan dengan likuiditas ( current ratio ) yang kurang (<200%) sama dengan presentase perusahaan berlikuiditas tinggi (>200%). Perusahaan dengan profitabilitas ( return on asset ) bernilai rendah (<5,98%) dan tinggi (>5,98%) tidak berbeda jauh. Presentasi FCF ( Free Cash Flow ), menunjukkan arus kas masuk (arus kas hasil operasi) lebih besar daripada arus kas keluar pembelian asset tetap) sebesar 62,90%. Selain itu, sebagian besar perusahaan tersebut memiliki memiliki ekuitas yang lebih besar daripada hutang jangka panjang atau hutang tidak lancar yang ditunjukkan oleh variabel leverage .
## 3.2 Plot Fungsi survival dan Uji Log-Rank
Plot kurva fungsi survival digunakan untuk mengestimasi fungsi ketahanan dari masing- masing variabel. Estimasi kurva fungsi survival ditunjukkan pada
(a) (b) (c) (c) (d) (e) Gambar 1 Plot Fungsi Survival Setiap Variabel
Berdasarkan Gambar 2 dapat diketahui bahwa (a) dan (c) dengan kategori tinggi memiliki kurva survival yang cenderung konstan berada di atas. Sedangkan untuk (b) dan (e) memiliki kurva survival yang tidak konstan berada di atas atau di bawah sedangkan (d) terlihat berimpit. Selanjutnya, untuk mengetahui perbedaan yang signifikan pada kurva survival antar kelompok pada masing-masing variabel dilakukan uji Log-Rank. Berikut hasil uji Log-Rank dari setiap variabel.
Likuiditas Leverage
Free Cash Flow Size Profitabilitas
Tabel 3. Uji Log Rank Variabel Log- Rank df p-value Likuiditas 6,6 1 0,01 Leverage 0,7 1 0,397 Profitabilitas 13,1 1 0,00029 FCF 0 1 0,975 Size 4,9 2 0,0867
Berdasarkan hasil uji Log-Rank pada Tabel 3 diperoleh bahwa p-value dari leverage, FCF, dan size lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kurva survival antar kelompok dalam variabel tersebut, artinya peluang survivalnya cenderung sama untuk masing-masing kategori. Sementara itu, variabel likuiditas dan profitabilitas terdapat perbedaan yang signifikan antara kurva survival , sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel likuiditas dan profitabilitas memiliki peluang survival yang berbeda antar setiap kelompok atau kategori. Hal ini dapat diartikan bahwa perusahaan perusahaan yang memiliki likuiditas dan profitabilitas tinggi dapat kontinyu untuk membagikan dividen.
## 3.3 Pengujian Asumsi Proportional Hazard
Pengujian asumsi proportional hazard bertujuan untuk mengetahui variabel mana saja yang memenuhi asumsi proportional hazard . Berikut ini adalah hasil uji asumsi menggunakan dua metode tersebut pada setiap variabel dengan menggunakan program R dan SAS:
3.3.1 Uji Asumsi Proportional Hazard Menggunakan Goodness of Fit (GOF)
Pengujian asumsi dilakukan dengan program R. Metode ini menghasilkan p-value untuk setiap faktor. Berikut output uji asumsi untuk setiap variabel:
Tabel 4. Pengujian Asumsi Proportional Hazard dengan GOF
Variabel Korelasi p-value Keputusan Likuiditas 2 0,1686 0,4849 Terima Leverage 2 -0,4191 0,1202 Terima Profitabilitas 2 -0,5402 0,0239 Tolak FCF 2 0,0879 0,6831 Terima size 2 -0,2447 0,2508 Terima size 3 -0,1547 0,5239 Terima
Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa variabel profitabilitas diduga tidak memenuhi asumsi proportional hazard karena p-value 0,0239 kurang dari =0,05 sehingga diperoleh keputusan tolak .
3.3.2 Uji Asumsi Proportional Hazard Menggunakan Time-Dependent Variable
Uji asumsi PH menggunakan time-dependent variable digunakan untuk menguatkan keputusan tersebut, akan dilakukan. Berikut tabel hasil uji asumsi dengan time-dependent variable menggunakan program SAS:
Tabel 5. Pengujian Asumsi Proportional Hazard dengan Time Dependent Variable Variabel Chi-Square p-value Keputusan 0,0616 0,8040 Terima 2,6852 0,1013 Terima 3,5991 0,0578 Tolak 0,0650 0,7988 Terima 0,1377 0,7105 Terima
Sesuai Tabel 5 diperoleh keputusan yang sama dengan uji GOF dimana hanya variabel profitabilitas yang tidak memenuhi asumsi proportional hazard dengan sebesar 0,1.
Berdasarkan kedua uji asumsi diperoleh kesimpulan bahwa variabel likuiditas, leverage, FCF, dan size memenuhi asumsi proportional hazard sedangkan variabel profitabilitas tidak memenuhi asumsi proportional hazard. Oleh karena itu akan digunakan model Cox nonproportional yakni model Cox proportional hazard dengan time-dependent variable atau biasa disebut dengan Cox extended .
3.4 Pembentukan Model Cox Extended
Model Cox dengan time-dependent variable adalah perluasan dari model Cox proportional hazard ketika terdapat variabel yang tidak memenuhi asumsi proportional hazard. Variabel yang tidak memenuhi asumsi proportional hazard yaitu variabel profitabilitas, sehingga variabel profitabilitas diinteraksikan dengan fungsi waktu dan fungsi heaviside. Berikut hasil estimasi parameter model Cox dengan time-dependent variable dengan fungsi waktu dan fungsi heaviside .
3.4.1 Estimasi Parameter Model Cox Extended dengan Fungsi Waktu
Mencari estimasi parameter model Cox extended menggunakan Maximum Partial Likelihood Estimation (MPLE). Berikut hasil estimasi parameter model Cox extended dengan program SAS:
Tabel 6. Estimasi Parameter Model Cox Extended dengan Fungsi Waktu Variabel Estimasi Parameter Chi-Square p-value Likuiditas (2) -0,52094 0,6986 0,4033 Leverage (2) -0,68730 0,9782 0,3226 Profitabilitas (2) -0,29786 0,1659 0,6838 FCF(2) 0,12289 0,0708 0,7902
size (2) 0,31460 0,2023 0,6529 size (3) -1,32530 1,6704 0,1962 Profitabilitas (2) -0,80705 3,5991 0,0578 Likelihood Ratio 22,9330 0,0018
Berdasarkan Tabel 6 diperoleh bentuk model Cox extended dengan menggunakan fungsi waktu yakni sebagai berikut.
Model Cox extended :
dengan, = lama perusahaan bertahan membagikan dividen Selanjutnya, dengan pengujian serentak menggunakan likelihood ratio diperoleh p-value sebesar 0,0018. Digunakan sebesar 0,05 dan didapatkan keputusan tolak yang artinya terdapat minimal satu variabel yang yang signifikan mempengaruhi durasi waktu antara perusahaan mengalami financial distress dan kemunculan omisi pembayaran dividen. Kemudian, dilakukan uji parsial unuk mengetahui variabel yang signifikan. Berdasarkan uji chi-square, diperoleh variabel profitabilitas (2) signifikan mempengaruhi durasi waktu antara perusahaan mengalami financial distress dan kemunculan omisi pembayaran dividen. Selanjutnya mengestimasi parameter untuk variabel signifikan yakni profitabilitas (2) sebagai berikut
Tabel 7. Estimasi Parameter Model Cox Extended Signifikan Fungsi Waktu Variabel Estimasi Parameter Chi-Square p-value Profitabilitas (2) -1,01921 8,1990 0,0042
Model baru Cox extended untuk variabel yang signifikan dengan fungsi waktu:
3.4.2 Estimasi Parameter Model Cox Extended dengan Fungsi Heaviside
Jika dilihat dari kurva Kaplan-Meier untuk variabel profitabilitas pada Gambar 2, kurva survival Kaplan-Meier pada kelompok profitabilitas >5,98% turun paling besar pada tahun ke 1 dan kemudian konstan sampai tahun ke 6. Sehingga fungsi heaviside yang digunakan sebagai berikut
Berikut ini estimasi parameter model Cox extended dengan menggunakan fungsi heaviside.
Tabel 8. Estimasi Parameter Model Cox Extended dengan Fungsi Heaviside Variabel Estimasi Parameter Chi-Square p-value Likuiditas (2) -0,54280 0,7562 0,3845 Leverage (2) -0,66782 0,9226 0,3368 Profitabilitas (2) -0,04319 0,0034 0,9535 FCF (2) 0,11509 0,0619 0,8036 Size (2) 0,29022 0,1718 0,6785 Size (3) -1,35021 1,7315 0,1882 0 - - -1,40873 5,0737 0,0243 Likelihood Ratio 24,9155 0,0008
Sehingga model Cox extended dengan fungsi heaviside adalah:
Hasil dari pengujian serentak menggunakan likelihood ratio , diperoleh p-value sebesar 0,0008. Digunakan sebesar 0,05 dan didapatkan keputusan tolak yang artinya terdapat minimal satu variabel yang yang signifikan mempengaruhi durasi waktu antara perusahaan mengalami financial distress dan kemunculan omisi pembayaran dividen. Kemudian, dilakukan uji parsial unuk mengetahui variabel yang signifikan. Berdasarkan uji chi-square, dengan menggunakan sebesar 0,05 didapat variabel yang signifikan yaitu variabel . Berikut estimasi parameter dari variabel yang signifikan fungsi heaviside.
Tabel 9. Estimasi Parameter Model Cox Extended Signifikan Fungsi Heaviside
Variabel Estimasi Parameter Chi-Square p-value -1,55972 8,8184 0,0030 Model Cox extended yang terbentuk:
3.5 Pemilihan Model Cox Extended Terbaik
Pemilihan model Cox extended terbaik dilakukan dengan cara membandingkan nilai AIC pada masing-masing variabel signifikan fungsi waktu dan fungsi heaviside. Model terbaik ialah model yang memiliki nilai AIC terkecil.
Tabel 10. Perbandingan Akurasi Model Cox Extended Model Cox Extended Nilai AIC Fungsi Waktu 148,310 Fungsi Heaviside 145,750
Berdasarkan Tabel 10, nilai AIC model Cox extended dengan fungsi heaviside lebih kecil daripada fungsi waktu, sehingga model Cox extended terbaik adalah model Cox extended dengan fungsi Heaviside.
## 3.6 Pembahasan Hasil Penelitian
Sebanyak 62 perusahaan yang diambil data rasio keuangannya berupa likuiditas ( current ratio ), leverage ( long-term debt to equity ), profitabilitas ( return on asset ), free cash flow, dan size dengan faktor yang diduga tersebut, diperoleh bentuk model Cox extended sebagai berikut. Model Cox extended dengan fungsi waktu :
Kemudian dilakukan pengujian pada setiap variabel dengan uji serentak yang ditunjukkan pada Tabel 6 untuk mengetahui variabel mana yang berpengaruh signifikan dalam model Cox extended dengan fungsi waktu
. Diperoleh kesimpulan bahwa hanya variabel profitabilitas (2) yang berpengaruh signifikan terhadap model. Selanjutnya, variabel yang tidak berpengaruh signifikan dikeluarkan dari model.
Model baru Cox extended untuk variabel yang signifikan dengan fungsi waktu:
Model Cox extended dengan fungsi Heaviside :
Model Cox extended dengan fungsi heaviside adalah
Selanjutnya, dilakukan uji parsial unuk mengetahui variabel yang signifikan. Berdasarkan uji chi-square, dengan menggunakan sebesar 0,05 didapat variabel yang signifikan yaitu variabel profitabilitas . Dari Tabel 8 diperoleh Model Cox extended yang terbentuk:
profitabilitas (2)
Setelah diperoleh model, dilakukan pemilihan model terbaik dari dua model yang signifikan dengan menggunakan nilai AIC. Berdasarkan Tabel 10 diperoleh model terbaik adalah
model Cox extended yang signifikan dengan fungsi heaviside. Nilai interpretasi dari model yang dipilih adalah untuk setiap perusahaan dengan tingkat profitabilitas tinggi (>5,98%), memiliki risiko mengalami dividen omisi sebesar
. Sehingga setiap perusahaan dengan rasio profitabilitas tinggi memiliki risiko menghapuskan pembagian dividen sebesar 21% lebih kecil daripada perusahaan dengan rasio profitabilitas kecil.
## 4 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data pada variabel-variabel yang mempengaruhi durasi waktu antara perusahaan mengalami financial distress dan kemunculan dividen omisi pada perusahaan manufaktur 2016 adalah variabel likuiditas dan profitabilitas. Model terbaik dari durasi waktu antara perusahaan mengalami financial distress hingga muncul omisi pembayaran dividen adalah model time-dependent variable dengan fungsi heaviside. Model terbaik dengan variabel yang signifikan:
profitabilitas (2)
dimana perusahaan dengan rasio profitabilitas tinggi dalam waktu 7 tahun memiliki risiko mengalami dividen omisi sebesar 21% lebih kecil daripada perusahaan dengan rasio profitabilitas rendah.
## 5 Daftar Pustaka
[1] Emrinaldi, "Analisis pengaruh praktek tata kelola perusahaan (corporate governance) terhadap kesulitan keuangan perusahaan (financial distress)," Jurnal Bisnis dan Akuntansi , 9, 1, 2007.
[2] Fathurrahman, M., "Pemilihan model regresi terbaik menggunakan metode akaike's information criterion dan schwart information criterion," Jurnal Informatika Mulawarman, 4, 3, 37-41, 2009.
[3] Hanafi, L., M.P. Endah R., dan Puspita, G. M., "Penyelesaian numerik untuk menentukan nilai optimal pada american option dengan metode beda hingga fully implisit dan crank- nicolson", Limits , 7, 2, 1-12, 2010.
[4] Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, PT. Rajawali, Jakarta, 2014.
[5] Kleinbaum, D.G dan Klein, M., Survival Analysis a Self-Learning Text , Third Edition, Springer, New York, 2011.
[6] LeClere, M. J., "The occurance and timing of events : aplikasi analisis survival pada studi financial distress," Jurnal Akuntansi , 19, 89-158, 2000.
[7] Murhadi, W.R., Analisis Laporan Keuangan Proyeksi dan Valuasi Saham, Salemba
Empat, Jakarta, 2013.
[8] Sielvia, A. Z., "Pengaruh dividen inisiasi dan dividen omisi terhadap return saham di Bursa Efek Indonesia, " Jurnal Siasat Bisnis , 13, 2, 113-128, 2009.
|
49dc7d40-b498-4ac1-91f4-bd0965d14dbb | https://journals.stikim.ac.id/index.php/jiiki/article/download/128/109 |
## Pengaruh Empat Variabel Terhadap Kualitas Hidup Lansia Penderita Diabetes Melitus Tipe II
Saiful Gunardi, 1 Catur Septiawan 2
1,2 Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju Jln. Harapan Nomor 50, Lenteng Agung – Jakarta Selatan 12610 Telp: (021) 78894045 Email: 1 saiful.gunardi@gmail.com , 2 uima.penjaminmutu@gmail.com
## Abstrak
Angka kejadian PTM yaitu kondisi DM lebih tinggi pada lansia dari pada usia muda, dimana Indonesia menempati urutan ketujuh di dunia dan sudah menjadi penyakit pembunuh nomor tiga dan diperkirakan sekitar 20% lansia mengalami DM, dan sebagian besar lansia tidak menyadari adanya penyakit DM tersebut, yang berdampak dapat menurunkan kualitas hidup lansia.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh langsung atau tidak langsung pengaruh peran petugas kesehatan, fungsi keluarga, motivasi diri, gaya hidup terhadap kualitas hidup lansia penderita DM tipe 2 di wilayah Puskesmas Ciracas. Metode penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional . Jumlah sampel 94 penderita diabetes melitus. Metode analisis dengan Structural Equation Model ( SEM ) mengunakan SmartPLS 2.0. Hasil penelitian menghasilkan temuan bahwa kualitas hidup lansia penderita DM tipe 2 dipengaruhi oleh peran petugas kesehatan (9,33%), fungsi keluarga (35,97%), motivasi diri (16,47%) dan gaya hidup (26,43%). Total besaran pengaruh langsung terhadap kualitas hidup lansia penderita DM tipe 2 sebesar 88,21% dan pengaruh tidak langsung sebesar 3,48%. Fungsi keluarga dan gaya hidup merupakan faktor yang dominan mempengaruhi kualitas hidup lansia penderita diabetes mellitus. Model hasil analisis dapat menjelaskan (99,97%) keragaman data dan mampu mengkaji fenomena yang dipakai dalam penelitian, sedangkan (0,03%) dijelaskan komponen lain yang tidak ada dalam penelitian ini. Saran penelitian adalah petugas kesehatan meningkatkan perannya untuk meningkatkan kualitas hidup lansia pada penderita DM tipe 2.
Kata Kunci : Kualitas Hidup Lansia, Fungsi Keluarga, Gaya Hidup, Motivasi Diri, Peran Petugas Kesehatan
## Abstract
The incidence of PTM is that the condition of DM is higher in the elderly than in young age, where Indonesia ranks seventh in the world and has become the third killer disease and it is estimated that about 20% of elderly have DM, and most elderly are not aware of this diseas, the impact can decrease quality of life of elderly. The purpose of this study was to determine the effect of the direct or indirect influence of the role of health care workers, family functioning, self-motivation, lifestyle of the quality of life of elderly patients with DM type 2 in Puskesmas Ciracas. This research method was quantitative approach by cross-sectional design. Total sample was as 94 patients with DM. The method of analysis was Structural Equation Model (SEM) using SmartPLS 2.0. The test results of this research findings variables quality of life of elderly patients with DM type 2 is influenced by the role of health workers (9.33%), family functioning (35.97%), self-motivation (16.47%) and lifestyle (26.43%). The total amount of direct influence on the quality of life of elderly patients with DM type 2 as 88.21% and the indirect effect as 3.48%. A family function and lifestyle is the dominant factor affecting the quality of life of elderly patients with DM. Model analysis results can be explained as 99.97% diversity data and capable of studying the phenomenon of the used in the study, whereas as 0.03% described another component that does not exist in this study. Suggestion research health personal should increase the role to increase the quality of life of the elderly in patients with DM type 2.
Keywords : Quality of Life of Elderly, Family Function, Lifestyle, Personal Motivation, Role of Health Personnel
## Pendahuluan
Struktur ageing population merupakan cerminan dari semakin tingginya rata-rata Usia Harapan Hidup (UHH) penduduk Indonesia. Tingginya UHH
merupakan salah satu indikator keberhasilan pencapaian pembangunan nasional terutama di bidang kesehatan. Hasil proyeksi penduduk 2010-2035, Indonesia akan memasuki periode lansia ( ageing) , dimana 10% penduduk akan berusia 60 tahun ke atas, di tahun 2020. 1
Dengan bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses penuaan sehingga penyakit tidak menular banyak muncul pada lanjut usia. Selain itu masalah degeneratif menurunkan daya tahan tubuh sehingga rentan terkena infeksi penyakit menular. Hasil Riskesdas 2013, penyakit terbanyak pada lanjut usia adalah Penyakit Tidak Menular (PTM) antara lain hipertensi, artritis, stroke, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dan Diabetes Mellitus (DM), dimana prevalensi masalah kesehatan DM pada lansia dengan usia 65 - 74 tahun sebesar 4,8 %. 2
Hasil laporan statistik International Diabetic Federation (IDF) menyatakan bahwa terdapat 3,2 juta kasus kematian akibat penyakit diabetes mellitus tipe 2 setiap tahun. 3 WHO menyatakan jumlah orang dewasa yang terserang diabetes telah hampir empat kali lipat di seluruh dunia sejak 1980 menjadi 422 juta, terutama di negara berkembang . 4 Data International Diabetic Federation (IDF) 2015 menyebutkan jumlah penderita diabetes sebanyak 415 juta dan diperkirakan akan terus meningkat pada tahun 2040 sekitar 642 juta (55%). Sedangkan di Indonesia menempati urutan ketujuh sebagai penderita terbesar di dunia, jumlah penderita Diabetes Melitus di Indonesia diperkirakan 10 juta orang. 5
Diabetes Melitus diungkapkan oleh Sample Regisration Survey 2014 di Indonesia sudah menjadi penyakit pembunuh nomor tiga. 6
Kondisi kesehatan/status disabilitas penduduk dipengaruhi oleh faktor perorangan dan faktor lingkungan. Konsep ini memberikan pandangan yang lebih komprehensif, bahwa kedua faktor tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya dalam mempengaruhi kualitas hidup seseorang atau sekelompok orang. Berdasarkan hasil penelitian penduduk yang tidak menderita penyakit tidak menular hampir 1,5 kali mempunyai kualitas hidup baik
(79,0%) dibandingkan dengan penduduk yang menderita penyakit tidak menular (49,4%) dan penduduk dengan kelompok umur lebih dari 64 tahun berisiko 5 kali memiliki kualitas hidup kurang dibandingkan kelompok umur 64 tahun atau kurang, penduduk menderita penyakit tidak menular berisiko 2,6 kali dibandingkan dengan yang tidak menderita penyakit tidak menular. 7 Bila melihat hasil penelitian tersebut maka lansia dengan diabetes mellitus pun kemungkinan akan memiliki resiko memiliki kualitas hidup yang kurang.
Kualitas hidup lansia tidak dapat terlepas dari banyak faktor antara lain yaitu keluarga. Dukungan keluarga dapat meliputi dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan informasi dan dukungan instrumental. Penelitian tentang hubungan fungsi keluarga dengan kualitas hidup lansia menunjukan hasil bahwa lansia yang berasal dari keluarga dengan fungsi keluarga sehat memiliki kemungkinan untuk berkualitas hidup baik 25 kali lebih besar daripada lansia dengan fungsi keluarga tidak sehat dan terdapat hubungan yang signifikan antara fungsi keluarga dengan kualitas hidup pada lansia (OR=24,45; p=0,040; CI 95% 1,16 hingga 533,04). 8
Faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia adalah gaya hidup. Gaya hidup merupakan suatu cara atau metode bertindak atau berpenampilan yang diatur oleh standar kesehatan tertentu. Standar kesehatan ini meliputi makan dan minum, kerja (termasuk belajar) dan istirahat, olahraga atau latihan, hubungan sosial, keseimbangan emosi atau mental, spiritual, okupasional dan sesuai dengan norma-norma sosial budaya daerah atau nasional. 9 Penelitian terkait hubungan gaya hidup dengan kualitas hidup lansia telah dilakukan di Iran, menunjukan hasil kualitas hidup dan gaya hidup memiliki hubungan signifikan secara statistik dengan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan, status pensiun, memiliki pekerjaan, sumber pendapatan, masalah pencernaan, depresi, nyeri sendi, osteoporosis, hipertensi, jatuh dan gangguan tidur. Ada juga hubungan langsung antara gaya hidup dan kualitas hidup. 10
Faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia adalah motivasi diri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok yang paling ditentukan
sendiri melaporkan nilai lebih tinggi secara signifikan dalam empat domain dari HRQOL, yaitu keterbatasan peran karena kesehatan fisik, nyeri tubuh, fungsi sosial dan keterbatasan peran karena kesehatan emosional (p= 0,01). Data ini menunjukkan pentingnya mempertimbangkan perspektif motivasi dan pemeliharaan olahraga di kalangan orang dewasa yang lebih tua sebagai tantangan kesehatan masyarakat yang penting. 11
Kualitas hidup lansia juga tidak bisa terlepas dari peran petugas kesehatan. Peran petugas kesehatan meliputi peran sebagai scenner, komunikator, motivator, konselor, dan fasilitator. 12 Penelitian yang terkait menunjukan hasil p eran pendampingan spiritual berhubungan dengan motivasi kesembuhan pada pasien lanjut usia di Instalasi Rawat Inap Dewasa Rumah Sakit Baptis Kediri. Motivasi pasien lansia yang kuat untuk sembuh akan mendukung asuhan keperawatan yang diberikan, sehingga upaya penyembuhan atau peningkatan kesehatan pasien akan lebih mudah dicapai. Peran pendampingan spiritual sebenarnya merupakan kompetensi dari profesi keperawatan. Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien secara holistik meliputi biologi, psikologis dan spiritual. 13
Berdasarkan studi pendahuluan di Puskesmas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur diperoleh data penderita DM tipe 2 sebanyak 101 orang. Berdasarkan hasil wawancara peneliti menemukan data bahwa ditemukan satu lansia dengan diabetes mellitus yang harus diamputasi, karena kurang pengetahuan terkait penyakitnya, selain itu terdapat 9,9 % lansia mengeluh tentang kehidupannya di masa tua yang sangat susah, merasa terbatas aktivitasnya, sering sakit-sakitan, lingkungan kurang bersahabat, dan kurang percaya diri dengan penampilan fisiknya sekarang, hal ini menunjukan tanda rendahnya kualitas hidup yang dimiliki oleh lansia. Untuk perbandingan besarnya jumlah lansia penderita DM tipe 2 di daerah lain seperti di Puskesmas Rangkapan Jaya Baru kecamatan Pancoran Mas Depok pada bulan Januari 2017 berjumlah 28 orang. Dengan demikian perbandingan jumlah lansia penderita DM tipe 2 di wilayah Puskesmas Ciracas lebih besar dibandingkan daerah lain. Berdasarkan paparan di atas maka peneliti ingin mengetahui Pengaruh Peran Petugas Kesehatan, Fungsi Keluarga, Motivasi Diri dan Gaya Hidup Terhadap Kualitas Hidup Lansia Penderita DM tipe 2.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh langsung atau tidak langsung pengaruh peran petugas kesehatan, fungsi keluarga, motivasi diri, gaya hidup, terhadap kualitas hidup lansia penderita DM tipe 2.
## Metode
Metode penelitian ini kuantitatif dengan desain cross sectional yang gunanya untuk menganalisis hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis yaitu untuk menganalisis pengaruh langsung dan tidak langsung serta besarannya antara peran petugas kesehatan, fungsi keluarga, motivasi diri, gaya hidup terhadap kualitas hidup lansia penderita DM tipe 2. Lokasi Penelitian ini dilakukan di Wilayah Puskesmas Ciracas Jakarta Timur. Adapun waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - Februari 2017.
Populasi dalam penelitian ini adalah lansia penderita DM tipe 2 yang berjumlah 101 orang, sedangkan teknik pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling , yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria. Kriteria inklusi yaitu lansia penderita Diabetes Melitus tipe 2 di wilayah Puskesmas Ciracas yang aktif berkunjung ke Puskesmas. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah lansia penderita DM tipe 2 di wilayah Puskesmas Ciracas yang menolak ikut serta dalam penelitian.
Jumlah sampel yang diambil sesuai dengan kaidah jumlah sampel pada pedoman PLS (Partial Least Squares) dengan rumusan, dimana besaran sampel (Sample size) yang diambil adalah 5 hingga 10 kelipatan dari jumlah indikator yang akan diteliti. 14 Sehingga dalam hal ini besaran sampel yang diambil adalah berkisar 75 hingga 150 yaitu sebesar 94 responden.
Instrumen penelitian ini menggunakan kuisioner yang dibuat dari masing- masing variabel. Variabel kualitas hidup lansia berjumlah 24 soal, sedangkan variabel yang lain yaitu peran petugas kesehatan, motivasi diri, fungsi keluarga dan gaya hidup masing- masing berjumlah 15 butir soal, sehingga keseluruhan instrumen penelitian ini berjumlah 84 butir soal. Untuk menjaga agar kuisioner valid dan reliable maka kuisioner tersebut diuji dengan menggunakan Structural Equation Model ( SEM ).
Pengolahan data penelitian ini menggunakan SPSS 18 untuk mengolah statistik deskriptif.
Sedangkan untuk mengetahui pengaruh antar variable
menggunakan SmartPLS 2.0. Pengolahan data dilakukan dengan editing, coding , processing, cleaning dan transforming.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat, analisa bivariat dan multivariat. Analisis univariat dilakukan untuk satu variabel atau per variabel. Variabel-variabel yang digambarkan secara tunggal dalam independen yaitu (peran petugas kesehatan, fungsi keluarga, gaya hidup dan motivasi diri), sedangkan variabel dependennya yaitu (kualitas hidup lansia). Analisis bivariat menggunakan uji chi square. Uji chi square dalam penelitian ini digunakan untuk melihat variasi total jawaban responden per variabel terhadap karakteristik responden penelitian. Karakteristik responden dalam penelitian ini antara lain: umur, pendidikan, jenis kelamin dan status perkawinan. Nilai chi square signifikan bila P value kurang dari 0,05, dengan α = 5%. 14
Analisis penelitian ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh peran petugas kesehatan, fungsi keluarga, motivasi diri dan gaya hidup terhadap kualitas hidup lansia penderita DM tipe 2. Sedangkan analisa multivariat penelitian ini digunakan untuk pengujian hipotesis yang akan dilakukan dengan menggunakan SEM . Alasan menggunakan alat analisis ini dikarenakan adanya beberapa hubungan yang komplek dari beberapa variabel yang diuji dalam penelitian ini, sehingga penggunaan teknik multivariat yang lainnya tidak memadai untuk digunakan.
Penyajian data frekuensi responden dari sampel penelitian disajikan berupa gambaran atau deskripsi mengenai sampel, dimana penjelasan juga disertai ringkasan berupa tabel dari deskripsi yang utama. Hal ini dilakukan untuk membantu pembaca lebih mengenal karakteristik dari respondan dimana data penelitian tersebut diperoleh. Penyajian analisa SEM dari pengolahan data output menggunakan bantuan SmartPLS 2.0, disajikan dalam diagram dan tabel. Penyajian tabel outer model terdiri dari :
a. Cross loading (discriminant validity)
Nilai Cross loading (discriminant validity) dapat mengevaluasi validitas terhadap indikator. Suatu indikator reflektif dapat dinyatakan valid jika mempunyai loading
factor diatas 0,5 terhadap konstruk yang dituju berdasarkan pada substantive content- nya dengan melihat signifikansi dari weight (t = 1,96). 15
b. Square root of avarage variance extracted
(AVE)
AVE cara lain yang digunakan untuk menguji discriminant validity, variabel dapat dinyatakan valid bila nilai AVE diatas 0,5. 15 c. Cronbach’s Alpha dan Composite reliability
Nilai Cronbach’s Alpha dan Composite reliability diatas 0,70 menunjukkan bahwa semua variabel dinyatakan reliable. 15
Penyajian tabel inner model terdiri dari :
a. Nilai R- Square R-Square merupakan Uji Goodness-fit model dengan cara melakukan uji inner model terhadap model structural. 15 b. Nilai T- Statistic
Nilai T-S tatistic merefleksikan terhadap variabel signifikan bila > 1,96. 15 c. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dapat dilihat dari nilai Path Coefficients dan T-Statistic dimana bila variabel memiliki nilai T-Statistic lebih besar dari 1,96 dinyatakan ada pengaruh positif dan signifikan. 15
d. Pengaruh Variabel Langsung ( Direct ) dan Tidak Langsung ( Indirect ) Variabel Direct dan variabel indirect menyatakan besarnya pengaruh langsung dan tidak langsung variable-variabel terhadap kualitas hidup lansia penderita DM tipe 2.
## Hasil
Hasil penelitian tentang karakteristik responden yaitu semua responden adalah lansia yang paling banyak berumur 60-74 berjumlah 69 orang sebanyak 73%. Selain itu pendidikan terbanyak adalah tingkat SLTA/sederajat dengan jumlah 40 responden sebesar 42,6%, jenis kelamin responden terbanyak adalah wanita berjumlah 60 responden sebesar 63,8%, sedangkan status perkawinan yang terbanyak adalah menikah berjumlah 90 responden atau 95,7%.
Hasil gambaran tentang tanggapan responden mengenai variabel-variabel penelitian adalah jawaban minimal terdapat pada variabel fungsi keluarga yaitu dengan nilai 30, dan yang mempunyai nilai terbesar adalah pada variabel kualitas hidup lansia dan yaitu dengan nilai 88. Sedangkan nilai rata-rata terendah terdapat pada variabel motivasi diri
dengan nilai 61,27, dan nilai rata-rata tertinggi terdapat pada variabel kualitas hidup lansia dengan nilai 77,35. Nilai median terendah adalah pada variabel peran petugas kesehatan, sedangkan nilai median tertinggi terdapat pada variabel kualitas hidup lansia dengan nilai 78. Untuk nilai mode, nilai terendah ada pada variabel peran petugas kesehatan dengan nilai 63, sedangkan pada variabel kualitas hidup lansia yang mempunyai nilai mode tertinggi yaitu dengan nilai 80.
Hasil data mengenai kisaran jawaban responden juga dinyatakan dalam beberapa kategori dengan perhitungan nilai mean (rata- rata), range (kisaran) dan standar deviasi (penyimpangan). Pada variabel Peran Petugas Kesehatan, kisaran jawaban responden antara (33-74) mendekati kisaran teoritisnya (15-75) dengan nilai rata-rata 53,5 dan standar deviasi 10,45. Hal ini mengindikasikan bahwa responden cenderung menganggap penting peran petugas kesehatan Puskesmas Ciracas. Pada variabel fungsi keluarga, kisaran jawaban responden (30-71) mendekati kisaran teoritisnya (15-75) dengan nilai rata-rata 50,5 dan standar deviasi 10.99. Hal ini mengindikasikan persepsi
responden cenderung mengganggap penting fungsi
keluarga. Pada variabel motivasi diri kisaran jawaban responden antara (32-71) mendekati kisaran teoritisnya pada nilai tertinggi (15-75) dengan nilai rata-rata 62,36 dan standar deviasi 10,72. Hal ini mengindikasikan persepsi responden cenderung mengganggap penting variabel motivasi diri dari penderita itu sendiri. Pada variabel gaya hidup kisaran jawaban responden antara (39-74) mendekati kisaran teoritisnya (15-75) dengan nilai rata-rata 53 dan standar deviasi 9,11. Hal ini mengindikasikan bahwa responden cenderung mengangap penting gaya hidup. Dan pada variabel kualitas hidup lansia kisaran jawaban responden dengan nilai antara (64-88) mendekati kisaran teoritisnya (24-120) dengan nilai rata-rata 69 dan standar deviasi 5,27. Hal ini mengindikasikan bahwa responden cenderung mengangap penting kualitas hidup lansia pada penderita DM tipe 2.
Berdasarkan gambar 1 dapat terlihat bahwa nilai faktor loading telah memenuhi persyaratan yaitu nilai loading factors diatas 0,5. Suatu indikator reflektif dapat dinyatakan valid jika mempunyai loading factor diatas 0,5 terhadap konstruk yang dituju berdasarkan pada substantive content- nya dengan melihat signifikansi dari weight (t = 1,96). 15
Gambar 1. Output PLS ( Loading Factors )
Berdasarkan gambar 1 dapat terlihat bahwa konstruk yang digunakan untuk
membentuk sebuah model penelitian, pada proses analisis faktor konfirmatori telah memenuhi kriteria dengan nilai diatas batas
signifikansi yaitu 0,05. Gambar 1 juga dapat memperlihatkan bahwa setiap indikator atau dimensi pembentuk variabel laten menunjukkan hasil yang baik, yaitu dengan nilai loading factor yang tinggi dimana masing-masing indikator lebih besar dari 0,5. Dengan hasil tersebut bahwa pada indikator pembentuk variabel laten konstruk peran petugas kesehatan, fungsi keluarga, motivasi diri, gaya hidup dan kualitas hidup lansia penderita DM tipe 2 sudah menunjukkan hasil yang baik .
Hasil uji validitas untuk masing- masing variabel dengan mengevaluasi nilai AVE sebagai berikut : fungsi keluarga 0,84, gaya hidup 0, 69, motivasi diri 0,76, peran petugas kesehatan 0,82, kualitas hidup lansia 1,0. Dapat dilihat nilai semua variabel dapat dinyatakan valid karena memberikan nilai AVE diatas 0,5. Sehingga dapat disimpulkan bahwa evaluasi pengukuran model memiliki diskriminan validity yang baik atau valid. Setelah dilakukan uji validitas dan telah dinyatakan valid variabel dan indikatornya untuk selanjutnya dilakukan uji reliabilitas. Uji reliabilitas ini dilakukan dengan melihat nilai outer model Cronbach’s Alpha dan composite
reliability. Nilai Cronbach’s Alpha variabel fungsi keluarga 0,90, gaya hidup 0,78, motivasi diri 0,84, peran petugas kesehatan 0,89 dan kualitas hidup lansia 1,00. Dengan demikian semua variabel memiliki nilai diatas 0,70, sehingga dapat dikatakan bahwa kontruk memiliki reliabilitas yang baik.
Tabel 1. Evaluasi nilai R Square Model Pengaruh Peran Petugas Kesehatan,Fungsi Keluarga, Motivasi Diri, Gaya Hidup dan Kualitas Hidup Lansia Diabetes Melitus Tipe 2
Variabel R Square Fungsi Keluarga 0,88 Gaya Hidup 0,87 Kualitas Hidup Lansia 0,88 Motivasi Diri 0,82 Peran Petugas Kesehatan Sumber: SmartPLS 2.0 report, 2017
Gambar 2 menyatakan nilai T-s tatistic direfleksikan terhadap variabelnya sebagian besar > 1,96, sehingga menunjukkan blok indikator berpengaruh positif dan signifikan untuk
merefleksikan variabelnya.
Gambar 2. Inner Model (T- Statistic)
Tabel 2 . Hasil Pengukuran Path Coefficients dan T Statistiknya
Hubungan antar variabel pada Structural Model Hubungan Antar Variabel Original Sampel (Rho) Nilai T (>1,96) H o Kesimpulan Fungsi Keluarga Gaya Hidup 0,57 12,48 Ditolak Ada pengaruh Positif dan Signifikan Fungsi Keluarga Kualitas hidup Lansia 0,39 10,07 Ditolak Ada pengaruh Positif dan Signifikan Fungsi Keluarga Motivasi Diri 0,45 7,69 Ditolak Ada pengaruh Positif dan Signifikan Gaya Hidup Kualitas Hidup Lansia 0,29 10,99 Ditolak Ada pengaruh Positif dan Signifikan Motivasi Diri Gaya Hidup 0,27 5,55 Ditolak Ada pengaruh Positif dan Signifikan Motivasi Diri Kualitas Hidup Lansia 0,18 4,83 Ditolak Ada pengaruh Positif dan Signifikan Peran Petugas Kesehatan Fungsi Keluarga 0,93 163,29 Ditolak Ada pengaruh Positif dan Signifikan Peran Petugas Kesehatan Gaya Hidup 0,11 1,99 Ditolak Ada pengaruh Positif dan Signifikan Peran Petugas Kesehatan Kualitas Hidup Lansia 0,10 2,91 Ditolak Ada pengaruh Positif dan Signifikan Peran Petugas Kesehatan Motivasi Diri 0,46 6,93 Ditolak Ada pengaruh Positif dan Signifikan Sumber: Diolah dari SmartPLS 2.0 report, 2017
Tabel 2 memperlihatkan bahwa semua variabel memiliki nilai T-s tatistic lebih besar dari 1,96% yaitu variabel fungsi keluarga terhadap gaya hidup 12,48, fungsi keluarga terhadap kualitas hidup lansia 10,07, fungsi keluarga terhadap motivasi diri 7,69, gaya hidup terhadap kualitas hidup lansia 10,99, motivasi diri terhadap gaya hidup 5,55, motivasi diri terhadap kualitas hidup lansia
4,83, peran petugas kesehatan terhadap fungsi keluarga 163,29, peran petugas kesehatan terhadap gaya hidup 1,99, peran petugas kesehatan terhadap kualitas hidup lansia 2,91, peran petugas kesehatan terhadap motivasi diri 6,93, sehingga H0 ditolak karena nilai T- s tatistic tersebut berada jauh diatas nilai kritis (1,96) sehingga signifikan pada 5%.
Tabel 3. Persentase Pengaruh Antar Variabel Terhadap Variabel Kualitas Hidup Lansia Sumber LV Correlation Direct Path Indirect Path Total Direct % Indirect % Total % Peran Petugas Kesehatan 0,89 0,46 0,77 0,88 9,33 1,65 43,71 Fungsi Keluarga 0,92 0,39 0,29 0,68 35,97 0,76 42,95 Motivasi Diri 0,88 0,18 0,05 0,24 16,47 0,23 24,14 Gaya Hidup 0,91 0,29 0,29 26,43 26,43 Total 88,21 2,64 90,85 Sumber: Diolah dari SmartPLS 2.0 report, 2017 Tabel 3 menyatakan besarnya pengaruh langsung dan tidak langsung
variabel-variabel terhadap kualitas hidup lansia penderita DM tipe 2. Hasil uji koefisien
parameter antara peran petugas kesehatan terhadap kualitas hidup lansia menunjukkan terdapat pengaruh langsung sebesar 9,33%, fungsi keluarga terhadap kualitas hidup lansia menunjukkan terdapat pengaruh langsung sebesar 35,97%, motivasi diri terhadap kualitas hidup lansia menujukan terdapat pengaruh langsung sebesar 16,47% dan gaya hidup terhadap kualitas hidup lansia menujukan terdapat pengaruh langsung sebesar 26,43%. Sedangkan untuk pengaruh tidak langsung antara peran petugas kesehatan terhadap kualitas hidup lansia menunjukkan terdapat pengaruh langsung sebesar 1,65%, fungsi keluarga terhadap kualitas hidup lansia menunjukkan terdapat pengaruh langsung sebesar 0,76%, motivasi diri terhadap kualitas hidup lansia menujukan terdapat pengaruh langsung sebesar 0,23%.
Secara matematis bentuk persamaan struktural dari model penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. ε1 = ξ1γ1 + 3. β3+ δ1
Motivasi diri = 0,46 peran petugas kesehatan + 0,46 fungsi keluarga + 0,18 faktor lain.
b. ε2 = ξ1γ2 + ε1.β1 + 3. .β6+ δ2
Gaya hidup = 0,12 peran petugas kesehatan + 0,27 motivasi diri + 0,57 fungsi keluarga + 0,13 faktor lain.
c. ε3 = ξ 1 γ3 + δ3 Fungsi keluarga = 0,94 peran petugas kesehatan + 0,13 faktor lain.
d. 4=ξ 1 γ4+ ε3.β5 + ε1.β4+ε2.β2 + δ4 Kualitas hidup lansia = 0,10 peran petugas kesehatan + 0,39 fungsi keluarga + 0,186 motivasi diri + 0,29 gaya hidup + 0,12 faktor lain.
Nilai Q-Square berfungsi untuk menilai besaran keragaman atau variasi data penelitian terhadap fenomena yang sedang dikaji dan hasilnya sebagai berikut:
Q 2 = 1- (1-R 1 2 ) (1-R 2 2 ) (1-R 3 2
) (1-R 3 2 ) (1-R 4 2 ) = 1-(1-0,766)(1-0,668)(1-0,759)(1-0,778) = 0,99 atau 99,97%
Galat Model = 100% - 99,97% = 0,03%
Hasil tersebut menunjukkan model hasil analisis yang dapat menjelaskan 99,97% keragaman data dan mampu mengkaji
fenomena yang dipakai dalam penelitian, sedangkan 0,03% menjelaskan komponen lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini.
Hasil pengukuran path coefficients dan T- statistic hubungan antar variabel pada structural model memperlihatkan bahwa semua variabel memiliki nilai T-s tatistic lebih besar dari 1,96% yaitu variabel fungsi keluarga terhadap gaya hidup 12,47, fungsi keluarga terhadap kualitas hidup lansia 10,07, fungsi keluarga terhadap motivasi diri 7,68, gaya hidup terhadap kualitas hidup lansia 10,99, motivasi diri terhadap gaya hidup 5,54, motivasi diri terhadap kualitas hidup lansia 4,83, peran petugas kesehatan terhadap fungsi keluarga 163,28, peran petugas kesehatan terhadap gaya hidup 1,98, peran petugas kesehatan terhadap kualitas hidup lansia 2,90, peran petugas kesehatan terhadap motivasi diri 6,92, sehingga H0 ditolak karena nilai T- statistic tersebut berada jauh diatas nilai kritis (1,96) sehingga signifikan pada 5%.
## Pembahasan
Pengaruh Peran Petugas Kesehatan Terhadap Kualitas Hidup Lansia Penderita
## DM Tipe 2
Hasil uji terhadap koefisien parameter antara peran petugas kesehatan terhadap kualitas hidup lansia penderita DM tipe 2 menunjukkan terdapat pengaruh langsung sebesar 9,33%, sedangkan untuk pengaruh tidak langsung peran petugas kesehatan terhadap kualitas hidup lansia penderita DM tipe 2 melalui fungsi keluarga, motivasi diri dan gaya hidup sebesar 2,59%. Nilai T- Statistic sebesar 2,905 dan signifikan pada α=5%. Nilai T- Statistic tersebut berada jauh diatas nilai kritis (1,96).
Maka dari itu berdasarkan hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa pengaruh langsung peran petugas kesehatan lebih besar nilainya dibandingkan dengan pengaruh tidak langsung dan signifikan, kemudian ada pengaruh yang positif dari kedua variabel tersebut. Nilai T- Statistic menunjukkan, bahwa ada pengaruh langsung dan tidak langsung antara peran petugas kesehatan terhadap kualitas hidup lansia penderita DM tipe 2.
Indikator peran petugas kesehatan memiliki nilai yang cukup tinggi dibandingkan dengan indikator-indikator pada variabel yang lain. Nilai indikator peran petugas kesehatan
sebagai konselor memiliki tingkat signifikan yang paling tinggi dibandingkan indikator lainya pada peran petugas kesehatan, sehingga patut mendapatkan intervensi sesuai harapan lansia untuk meningkatkan kualitas hidup lansia penderita DM tipe 2. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya di Taiwan menyatakan bahwa peran petugas kesehatan sebagai perawatan pemberdayaan adalah prediktor yang paling penting dari kualitas hidup. 16
Peran petugas kesehatan adalah suatu kegiatan yang diharapkan dari seorang petugas kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. 17
Peran petugas kesehatan dapat dideskripsikan sebagai informasi atau nasehat verbal maupun non verbal, bantuan nyata atau tindakan yang didapatkan karena kehadiran petugas kesehatan dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima, khususnya yang berhubungan dengan kesehatan raction with other people ”. 18
Menurut asumsi peneliti petugas kesehatan harus dapat berperan sebagai edukator, screener dan konselor bagi klien untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Peran petugas kesehatan sebagai konselor merupakan tempat bertanya bagi masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan. Petugas kesehatan harus membuka layanan konsultasi, membentuk kelompok kerja di fasilitas kesehatan dan menyediakan fasilitas seperti pemeriksaan gula darah, tanda- tanda vital bagi penderita DM tipe 2.
Pengaruh Fungsi Keluarga Terhadap Kualitas Hidup Lansia Penderita DM Tipe 2
Hasil uji terhadap koefisien parameter antara fungsi keluarga terhadap kualitas hidup lansia penderita DM tipe 2 di Puskesmas Ciracas menunjukkan terdapat pengaruh langsung sebesar 35,97%, sedangkan untuk pengaruh tidak langsung fungsi keluarga terhadap kualitas hidup lansia penderita DM tipe 2 melalui motivasi diri sebesar 0,81%. Nilai T-s tatistic sebesar 21,57 dan signifikan pada α=5%. Nilai T-s tatistic tersebut berada jauh diatas nilai kritis (1,96).
Maka dari itu berdasarkan hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa pengaruh langsung fungsi keluarga lebih besar nilainya dibandingkan dengan pengaruh tidak langsung dan signifikan serta ada pengaruh yang positif
dari kedua variabel tersebut. Nilai T-s tatistic menunjukan, bahwa ada pengaruh langsung dan tidak langsung antara fungsi keluarga terhadap kualitas hidup lansia penderita DM tipe 2.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan, terdapat pengaruh yang positif dari fungsi keluarga terhadap kualitas hidup lansia penderita DM tipe 2. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian sebelumnya dengan menggunakan SmartPLS 2,0 output hasilnya menyatakan fungsi keluarga mendapatkan nilai T-s tatistic 2,81 > 1,96 yang artinya fungsi keluarga mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas hidup. 19
Fungsi keluarga apabila ditingkatkan maka akan dapat meningkatkan pula kualitas hidup lansia pada penderita diabetes mellitus yang lebih baik, secara langsung maupun secara tidak langsung melalui motivasi diri dan gaya hidup, begitu juga sebaliknya apabila fungsi keluarga menurun atau tidak diperhatikan dapat menurunkan kualitas hidup lansia penderita DM tipe 2 secara langsung dan tidak langsung. Indikator perawatan kesehatan memiliki tingkat signifikan yang paling tinggi dibandingkan indikator lainya pada fungsi keluarga, sehingga sangat perlu mendapatkan intervensi sesuai harapan lansia untuk meningkatkan motivasi keluarga terhadap kualitas hidup lansia penderita DM tipe 2.
Berdasarkan indikator yang diukur pada variabel fungsi keluarga, semua indikator rmampu menjelaskan variabel fungsi keluarga yaitu fungsi perhatian dan kasih sayang, sosialisasi serta perawatan kesehatan, hal ini membuktikan teori bahwa peningkatan kesehatan dapat dianggap berperan penting dalam fungsi keluarga untuk memperbaiki fungsi total dari anggota keluarga sehingga didapatkan kualitas hidup yang baik dalam setiap anggota keluarganya. 20
Keluarga memegang peranan terbesar dan terlama dalam pembentukan sikap dan perilaku individu. Hal ini karena pola asuh orang tua akan membentuk kebiasaan anak yang secara tidak langsung mempengaruhi pola hidupnya. 21 Keluarga merupakan konteks sosial primer untuk promosi kesehatan dan pencegahan penyakit. Kepercayaan nilai dan praktik dalam keluarga sangat mempengaruhi tingkah laku promotif bagi kesehatan anggotanya. Dengan hal ini status kesehatan keluarga akan mempengaruhi fungsi unit
keluarga dan kemampuannya memcapai tujuan. Jika mereka dapat berfungsi dan memenuhi tujuannya dengan memuaskan, anggota keluarga akan berfikir positif mengenai dirinya dan keluarganya, sebaliknya jika kebutuhan tidak terpenuhi, keluarga akan memandang dirinya sebagai keluarga yang tidak efektif. 22
Di zaman modern seperti sekarang ini, peran keluarga sangat penting bagi tercapainya kualitas hidup lansia, apalagi kondisi fisik lansia yang semakin bertambahnya usia maka semakin menurun kondisi fisiknya, sehingga diperlukan dukungan keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidup dan mempertahankan derajat kesehatan. Peran anggota keluarga terhadap lansia sebagai upaya rehabilitatif dan kuratif antaralain: membantu mencukupi kebutuhannya, membantu memenuhi sumber-sumber keuangan, mengupayakan sarana transportasi untuk kegiatan mereka termasuk rekreasi, dll. 23
Menurut analisa peneliti keluarga merupakan satu unit kesatuan yang tidak terpisahkan. Lansia dengan penderita Diabetes Melitus di wilayah Puskesmas Ciracas lebih banyak tinggal dengan keluarganya dan mendapatkan perawatan, perhatian dan kasih sayang langsung dari keluarga. Oleh karena itu fungsi keluarga memiliki pengaruh positif terhadap kualitas hidup lansia pederita DM tipe 2.
## Pengaruh Motivasi Diri Terhadap Kualitas Hidup Lansia Penderita DM Tipe 2
Hasil uji terhadap koefisien parameter antara motivasi diri terhadap kualitas hidup lansia penderita DM tipe 2 menunjukkan terdapat pengaruh langsung sebesar 16,47%, sedangkan untuk pengaruh tidak langsung motivasi diri terhadap kualitas hidup lansia penderita DM tipe 2 melalui gaya hidup penderita DM tipe 2 sebesar 0,09%. Nilai T- s tatistic sebesar 5,55 dan signifikan pada α=5%. Nilai T-s tatistic tersebutberada jauh diatas nilai kritis (1,96).
Maka berdasarkan hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa pengaruh langsung motivasi diri lebih besar nilainya dibandingkan dengan pengaruh tidak langsung dan signifikan serta ada pengaruh yang positif dari kedua variabel tersebut.
Nilai
T-s tatistic menunjukkan, bahwa ada pengaruh langsung
dan tidak langsung antara motivasi diri terhadap kualitas hidup lansia penderita DM tipe 2. Hasil penelitian tersebut menunjukkan, terdapat pengaruh yang positif dari motivasi diri terhadap kualitas hidup lansia penderita DM tipe 2. Apabila motivasi diri tinggi maka kualitas hidup lansia akan berubah. Hal ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa seberapa kuat motivasi diri yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas hidupnya. 24
Berdasarkan indikator yang diukur pada variabel motivasi diri, semua indikator rmampu menjelaskan variabel motivasi diri yaitu kebutuhan, tujuan dan harapan. Dari ketiga indikator tersebut yang memiliki nilai paling tinggi adalah indikator tujuan. Hal ini membuktikan pendapat menurut Robbins sangat tepat, yang mengatakan motivasi adalah kejelasan proses dalam intensitas, arah dan ketekunan pada usaha mencapai tujuan. 25
Menurut asumsi peneliti motivasi diri dapat merubah prilaku seseorang. Lansia penderita diabetes mellitus di wilayah Puskesmas Ciracas memiliki motivasi diri untuk sembuh yang cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat pada jadwal control yang rutin dilakukan. Dengan demikian motivasi diri lansia penderita diabetes mellitus di Ciracas dapat merubah prilaku hidup sehat sehingga meningkatkan kualitas hidup.
## Pengaruh Gaya Hidup Terhadap Kualitas Hidup Lansia Penderita DM Tipe 2
Hasil uji terhadap koefisien parameter antara gaya hidup terhadap kualitas hidup lansia penderita DM tipe 2 di Puskesmas Ciracas menunjukkan terdapat pengaruh langsung sebesar 26,43%, sedangkan untuk pengaruh tidak langsung gaya hidup terhadap kualitas hidup lansia penderita DM tipe 2 di Puskesmas Ciracas tidak ada yang mempengaruhinya. Gaya hidup berpengaruh positif terhadap kualitas hidup lansia penderita DM tipe 2 di Puskesmas Ciracas. Hasil uji terhadap koefisien parameter antara gaya hidup terhadap kualitas hidup lansia penderita DM tipe 2 di Puskesmas Ciracas menunjukkan ada pengaruh positif, dan nilai T-s tatistic signifikan sebesar 10,99 pada α=5%. Nilai T- s tatistic tersebut berada jauh diatas nilai kritis
(1,96). Hasil penelitian tersebut menunjukkan, terdapat pengaruh langsung yang positif dari gaya hidup terhadap kualitas hidup lansia
penderita DM tipe 2. Apabila gaya hidup baik maka kualitas hidup lansia akan berubah baik pula.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian di Iran yang menyatakan bahwa ada hubungan langsung antara gaya hidup dan kualitas hidup. Skor rata-rata (mean) kualitas hidup adalah 69,06 ± 20,97 (kisaran 0-100) dan nilai rata-rata (mean) dari gaya hidup adalah 161,91 ± 13,95 (kisaran 42-211) 10
Penelitian lain juga menunjukan bahwa gaya hidup berpengaruh positif terhadap kualitas hidup lansia. Hasil uji terhadap koefisien parameter antara gaya hidup terhadap kualitas hidup lansia menunjukkan ada pengaruh positif 0,59, sedangkan nilai T-s tatistic sebesar 25,49 dan signifikan pada α=5%. Nilai T-s tatistic tersebut berada jauh diatas nilai kritis (1,96) 18
Memiliki gaya hidup yang sehat memiliki keuntungan akan merasa tentram, aman dan nyaman, memiliki rasa percaya diri, hidup seimbang, tidur nyenyak, penampilan lebih sehat dan ceria, bisa lebih sukses dalam pekerjaan, bisa menikmati kehidupan sosial di lingkungan keluarga, saudara dan tetangga. 26
Menurut analisa peneliti gaya hidup lansia penderita diabetes mellitus tipe 2 di wilayah Puskesmas Ciracas
rutin meluangkan waktunya dipagi hari untuk melakukan aktifitas olahraga ringan. Selain itu mereka juga mampu menjaga konsumsi makanan rendah gula. Dengan rutin melakukan aktifitas olahraga dan menjaga pola konsumsi dapat menjaga status kesehatan sehingga meningkatkan kualitas hidup lansia.
## Kesimpulan
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh langsung antara peran petugas kesehatan, fungsi keluarga, motivasi diri dan gaya hidup terhadap kualitas hidup lansia dengan DM tipe 2 di Puskesmas Ciracas. Peran petugas kesehatan dan fungsi keluarga dari lansia dengan DM tipe 2 merupakan faktor yang dominan yang sangat mempengaruhi kualitas hidup lansia dengan DM tipe 2 di Puskesmas Ciracas.
Saran dalam penelitian ini adalah: 1) Instansi Puskesmas sebaiknya dapat mempertahankan dan meningkatkan peran petugas kesehatan dalam kegiatan konsultasi terhadap lansia penderita DM tipe 2 sehingga dapat mendeteksi kualitas hidup lansia diawal
yang akan mempengaruhi intervensi yang akan diberikan. 2). Keluarga sebaiknya dapat meningkatkan fungsi keluarga agar lansia memiliki kualitas hidup yang baik, dengan cara lebih memperhatikan kebutuhan dan meningkatkan kasih sayang pada lansia.
## Daftar Pustaka
1. Pusat data dan informasi Kemenkes. Situasi Lanjut Usia (Lansia) Di Indonesia. Kemenkes: Infodatin; 2016.
2. Balitbangkes Kemekes RI. Riset kesehatan dasar. RISKESDAS. Jakarta: Kemenkes RI; 2013.
3. Dewi, Rifka Kumala. Diabetes bukan untuk ditakuti. Jakarta: FMedia; 2014.
4. Indriani, Ririn. WHO: Penderita diabetes di dunia capai 422 juta orang. Diakses dari http://www.suara.com/health/2016/04/07/0829 12/who-422-juta-orang-dewasa-menderita- diabetes. (7 April 2016)
5. Hanum Atiqa. Jumlah penderita diabetes Indonesia Peringkat ke-7 di Dunia; 2016 Diakses http://www.harianjogja.com/baca /2016/08/31/jumlah-penderita-diabetes- indonesia-peringkat-ke-7-di-dunia-749111 (31 Agustus 2016).
6. Rafikasari Diana. Penderita diabetes di Indonesia ke tujuh terbesar di dunia; 2014.
Diakses dari http://lifestyle.sindonews.com /read/ 1101939/155/ penderita-diabetes-di- indonesia-ketujuh-terbesar-di-dunia- 1460963840.(18 April 2016).
7. Pradono J, Hapsari D, dan Sari P,.
Classification Of functioning, disability and health (ICF) dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. (analisis lanjut data riskesdas 2007). Bul. Penelit. Kesehat., Supplement 2009
8. Sutikno, E. Hubungan fungsi keluarga dengan kualitas hidup lansia (Doctoral dissertation, Universitas Sebelas Maret); 2011.
9. Kusmaedi, N. Pembelajaran gaya hidup sehat menuju tingkat sehat prima terpadu sepanjang hayat. Jurnal Cakrawala Pendidikan, 5(2) ; 2013.
10. Rezaeipandari, et al. Relationship between lifestyle and quality of life in older adults – Yazd City, Iran. Diakses dari Elderly Health Journal 2015;1(2): 91-97 . Shahid Sadoughi University of Medical Sciences, Yazd, Iran. Journal Website : http://ehj.ssu.ac.ir
11. Ferrand, C., Martinent, G., Bonnefoy, M. Exploring motivation for exercise and its relationship with health-related quality of life in adults aged 70 years and older. Jurnal Cambridge University Press. Ageing and Society / FirstView Article / October 2012, pp 1 17 DOI: 10.1017/S0144686X12001092
12. Notoatmodjo. Buku ajar fundamental
keperawatan. Jakarta : Salemba Medika; 2012.
13. Kinasih, K. D, dkk. Peran pendampingan spiritual terhadap motivasi kesembuhan pada pasien lanjut usia. Diakses dari Jurnal STIKES Volume 5, No.1, Juli 2012
14. Hastono, Sutanto P. Analisis data kesehatan. Depok: FKM UI; 2007.
15. Latan H. Structural equation modeling konsep dan aplikasi menggunakan program SmartPLS 2.0. Bandung: Alfabeta; 2012.
16. YCTu, RHWang, SHYeh. Relationship between perceived empowerment care and quality of life among elderly residents within nursing homes in Taiwan: a questionnaire survey.Int J Nurs Stud. 2006 Aug;43(6):673- 80. Epub 2005 Nov 28
17. Setiadi. Keperawatan keluarga . Jakarta : EGC;
2008.
18. Trismiati. Psikologi keperawatan dan kecemasan. Jakarta: EGC; 2006.
19. Novianti K. Pengaruh fungsi keluarga dan gaya hidup terhadap kualitas hidup pada lansia di puskesmas tegal gundil bogor utara. Thesis. Jakarta: FKM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju; 2014.
|
1bbe398f-b241-44eb-9641-8fc9fc321f1a | https://jim.usk.ac.id/CES/article/download/9007/6636 |
## HARGA KOMPONEN STRUKTUR PLAT LANTAI BANGUNAN TIDAK SEDERHANA 6 LANTAI DI KABUPATEN ACEH JAYA PROVINSI ACEH
M. Farid Akbar Elzam 1 Tripoli 2 Mubarak 3
1 Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 23111, Indonesia
2,3 Dosen, jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 23111, Indonesia. Email: faridakbar25@gmail.com
## Abstract
Floor plate is an important component in building construction. Floor plate is a floor that is not located directly above the ground which includes a level floor between the level of one and the other level. The price of the floor plate structure component is needed for every building construction project. The construction of the building used in this study is a 6-storey simple building with an earthquake priority factor of 1.50. The floor area of the building is 2,640 m 2 consisting of floor area in the X direction of 40.00 m and the direction of Y of 11.00 m. Floor plate components consist of 4x3 meter floor plates and 4x4 meters with a thickness of 12 cm. The chosen earthquake zoning is zone 15, namely Aceh Jaya District. The purpose of this study was to determine the price of the components of the floor plate structure in a non-simple 6-story building in Aceh Jaya District of Province of Aceh. The results obtained in the form of the price of the floor plate structure components in Aceh Jaya District with a total price of IDR 1.968.533.260,00 .
Keyword: Floor plate structure, component price, earthquake building, Aceh Jaya District
## Abstrak
Plat lantai adalah salah satu komponen penting dalam pembangunan konstruksi gedung. Plat lantai merupakan lantai yang tidak terletak diatas tanah langsung yang termasuk lantai tingkat pembatas antara tingkat satu dengan tingkat lainnya. Harga komponen struktur plat lantai sangat dibutuhkan untuk setiap proyek pembangunan konstruksi gedung. Konstruksi gedung yang digunakan dalam penelitian ini adalah bangunan gedung tidak sederhana 6 lantai dengan faktor keutamaan gempa sebesar 1,00. Luas lantai bangunan sebesar 2.640 m 2 terdiri dari luas lantai arah X sebesar 40,00 m dan arah Y sebesar 11,00 m. Komponen plat lantai terdiri dari plat lantai 4x3 meter dan 4x4 meter dengan ketebalan 12 cm. Zonasi gempa yang dipilih adalah zona 15 yaitu Kabupaten Aceh Jaya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui harga komponen struktur plat lantai pada bangunan tidak sederhana 6 lantai di Kabupaten Aceh Jaya Provinsi Aceh. Hasil yang diperoleh berupa harga komponen struktur plat lantai pada Kabupaten Aceh Jaya dengan total harga senilai 1.968.533.260,00.
Kata Kunci: Struktur plat lantai, harga komponen, bangunan tahan gempa, Kabupaten Aceh Jaya
## 1. PENDAHULUAN
Bencana Gempa Bumi merupakan sebuah ancaman bagi penduduk pantai kawasan Pasifik dan lautan-lautan lainnya di dunia. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang mempunyai tingkat gempa yang sangat tinggi, hal ini dikarenakan indonesia terletak diantara tiga lempeng aktif dunia, yaitu lempeng Eurasia, Indo- Australia dan Pasifik. Konsekuensi tumbukan lempeng tersebut mengakibatkan negara Indonesia rawan bencana geologi salah satunya yaitu Gempa Bumi. Dalam waktu 15 tahun terakhir, Banda Aceh mengalami gempa bumi dahsyat dengan kekuatan 8,9 Skala Richter yang menyebabkan terjadinya Tsunami pada 26 Desember 2004. Bencana Alam tersebut menyebabkan kerusakan infrastruktur serta kerugian materi dan jiwa. Oleh karena itu diperlukan kewaspadaan untuk menghadapi gempa terutama dari sisi ketahan bangunan dan infrastruktur .
Struktur bangunan tahan gempa direncanakan berdasarkan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan dalam SNI 1726:2012 tentang “Tata Cara Perencanaan
Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung dan Non Gedung”. Terkait dengan perencanaan bangunan tahan gempa tersebut, perencanaan anggaran biaya untuk proyek konstruksi tahan gempa sangat dinilai penting untuk sebuah rencana pembangunan. Secara umum anggaran yang disediakan untuk sebuah bangunan konstruksi gedung tidak terlepas dari hasil estimasi yang dibuat oleh konsultan perencana. Hasil estimasi anggaran biaya biaya tersebut harus dapat disesuaikan dengan zonasi dimana sebuah bangunan akan dibangun khususnya di daerah Aceh. Provinsi Aceh terbagi menjadi 8 zonasi gempa yang terdiri dari 23 Kabupaten dan Kota di Provinsi Aceh, termasuk Kabupaten Aceh Jaya pada zona 15 yang akan diteliti dalam penelitian ini dengan respon spektrum (SS = 1,487). Bangunan yang
akan diteliti yaitu bangunan tidak sederhana 6 lantai dengan faktor keutamaan gempa 1,00. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui harga komponen struktur plat lantai pada bangunan tidak sederhana 6 lantai di Kabupaten Aceh Jaya Provinsi Aceh.
## 2. TINJAUAN KEPUSTAKAN
Bab ini menyajikan teori-teori dan konsep dasar dalam menentukan metode untuk pemecahan masalah pada penelitian yang dilakukan. Teori-teori tersebut berisi tentang peraturan-peraturan, pendapat para ahli dan cara-cara perhitungan yang dianalisis pada penelitian ini.
## 2.1 Gempa Bumi
Menurut Irwansyah[1], gempa bumi adalah berguncangnya bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif aktivitas gunung api atau runtuhan batuan. Lempeng samudera yang rapat massanya lebih besar ketika bertumbukkan dengan lempeng benua akan mengalami perlambatan gerak menyebabkan penumpukkan energi di zona penunjaman. Pada kondisi batas elastisitas lempeng terlampaui, maka terjadilah patahan batuan yang diikuti oleh lepasnya energi secara tiba-tiba yang menimbukan getaran partikel ke segala arah.
## 2.2 Zonasi Gempa dan Respons Spektrum
Zonasi Gempa adalah tingkat kerawanan suatu wilayah atau zona terhadap gempa bumi berdasarkan frekuensi dan intensitas gempa. Zonasi gempa di Provinsi Aceh di tentukan berdasarkan respons spectrum . Berdasarkan SNI 1726:2012[2] dapat disimpulkan bahwa respons spectrum merupakan parameter percepatan pergerakan tanah saat gempa. Nilai parameter Ss dan S 1 mempengaruhi perubahan beban gempa maka dari itu nilai respons spectrum digunakan berdasarka nilai parameter Ss dan S 1 yang tertinggi. Parameter Ss adalah percepatan batuan dasar pada periode pendek dan S 1 adalah percepatan batuan dasar pada periode 1 detik.
## 2.3 Klasifikasi Bangunan
Menurut Permen PU No : 29/PRT/M/2006[3], klasifikasi bangunan gedung adalah klasifikasi dari fungsi bangunan gedung berdasarkan pemenuhan tingkat persyaratan administratif dan persyaratan teknisnya, bangunan gedung diklasifikasikan berdasarkan tingkat kompleksitas, tingkat permanensi, tingkat risiko kebakaran, zonasi gempa, lokasi, ketinggian, dan/atau kepemilikan terbagi dua yaitu bangunan sederhana dan bangunan tidak sederhana.
2.4 Kategori Risiko Bangunan dan Faktor Keutamaan Gempa
SNI 1726:2012[2] menyebutkan, kategori risiko bangunan merupakan pengelompokan jenis bangunan berdasarkan spesifikasi yang sama. Sedangkan faktor keutamaan gempa adalah angka faktor gempa berdasarkan jenis kategori resiko bangunan.
## 2.5 Pembebanan Struktur Bangunan
Pembebanan pada struktur bangunan merupakan hal yang sangat penting dengan memperhatikan penggunaan beban-beban yang direncanakan. Pada SNI 1727:2013[4], kombinasi pembebanan yang sesuai telah dikembangkan dan harus digunakan bersama, baik untuk perancangan dengan metode kekuatan ataupun perancangan dengan metode tegangan izin. Standar ini memuat beberapa jenis beban diantaranya beban mati, hidup, tanah, angin, hujan, banjir dan gempa.
## 2.6 Struktur Bangunan Gedung
Struktur banguan pada umumnya terdiri dari struktur bangunan bawah ( lower structure ) dan struktur bangunan atas ( upper structure ). Struktur bangunan bawah (sub structure) merupakan bagian bangunan yang letaknya di bawah lantai yang berfungsi untuk menahan seluruh berat bangunan di atasnya, seperti pondasi dan sloof . Sedangkan struktur bangunan atas ( upper structure ) adalah bagian yang letaknya di atas lantai seperti kolom, balok, plat lantai dan ring balok. Komponen yang menjadi tinjauan pada penelitian ini adalah plat lantai.
## 2.6.1 Komponen struktur plat lantai
Ningrum[5] menyebutkan, pelat lantai adalah lantai yang tidak terletak diatas tanah langsung, plat lantai merupakan lantai tingkat pembatas antara tingkat yang satu dengan tingkat yang lain. Fungsi utama dari plat lantai yaitu sebagai pemisah antar ruang bawah dan ruang atas, sebagai tempat berpijak penghuni di lantai atas, meredam suara dari ruang atas maupun ruang bawah, dan menambah kekakuan bangunan pada arah horizontal.
## 2.7 Estimasi Biaya
Menurut Ervianto[6], perkiraan biaya adalah seni memperkirakan (the art of approximating) kemungkinan jumlah biaya yang diperlukan untuk suatu kegiatan yang didasarkan atas informasi yang tersedia pada saat itu. Kegiatan estimasi adalah suatu proses utama dalam proyek konstruksi untuk menjawab pertanyaan berapa besar dana yang harus disediakan untuk sebuah bangunan.
## 2.8 Analisa Harga Satuan Pekerjaan (AHSP)
Harga satuan pekerjaan (HSP) merupakan perhitungan harga yang dihitung berdasarkan analisa
harga bahan/material, tenaga kerja, serta alat yang digunakan, dikalikan dengan angka koefisien material/barang, tenaga kerja, dan alat. Harga satuan pekerjaan merupakan acuan dasar dalam memperhitungkan harga suatu konstruksi bangunan. Harga Satuan Pekerjaan (HSP) dapat dihitung menggunakan standar nasional Permen PUPR No. 28/PRT/M/2016[7].
## 3. METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini metode penelitian akan dijabarkan dalam setiap langkah-langkah penelitian. Tahap penelitian akan dimulai dengan penentuan objek penelitian, penentuan zonasi penelitian, pengumpulan data berupa perencanaan struktur bangunan, pengolahan data, perencanaan model bangunan, analisa harga satuan dan penentuan harga satuan bangunan.
## 3.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini terletak pada wilayah Aceh zona 15 yaitu di Kabupaten Aceh Jaya dengan nilai SS = 1,487 dan nilai S1 = 0,600. Data respon spektrum diperoleh dari Pusat Pengembangan Pemukiman (Puskim)[8]. Data respon spektrum untuk daerah Kabupaten Aceh Jaya dapat dilihat pada Gambar 1.
## Gambar 1. Data respons spektrum daerah Kabupaten Aceh Jaya
Sumber : Pusat Pengembangan Pemukiman (Puskim)
## 3.2 Objek Penelitian
Bangunan yang akan dijadikan sebagai objek penelitian ini berupa bangunan gedung dengan kategori bangunan tidak sederhana 6 lantai yang didasarkan pada masing-masing faktor keutamaan gempa dan wilayah zonasi gempa.
## 3.3 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data sekunder sebagai rujukan dalam kegiatan penelitian. Data tersebut diperoleh dari beberapa sumber seperti dari pengelola
teknis bangunan pada instansi terkait. Data yang akan dikumpulkan yaitu:
1. Desain model bangunan 6 lantai
2. Peta zonasi gempa Provinsi Aceh, kekuatan gempa dan respons spektrum di zona 15 yang diperoleh dari laman www.puskim.ac.id . 3. Tabel kategori risiko bangunan gedung dan non gedung untuk beban gempa dan tabel faktor keutamaan gempa berdasarkan SNI 1726 : 2012.
4. Standar satuan harga barang bahan bangunan / jasa tahun 2018 untuk Kabupaten Aceh Jaya berdasarkan keputusan Gubernur Aceh.
## 3.4 Pengolahan Data
1. Klasifikasi Bangunan Bangunan gedung yang akan menjadi model kajian harga satuan bangunan sesuai dengan Peraturan Menteri PU No. 45/2007[9] yaitu bangunan tidak sederhana (BTS). Pada penelitian ini digunakan desain gedung kantor yang sudah ada desain prototipenya, kantor 6 lantai dengan luas kantor >500m 2 .
2. Struktur bangunan yang ditinjau yaitu plat lantai yang terdiri dari plat lantai 4x3 meter dan 4x4 meter dengan ketebalan 12 cm..
3. Struktural bangunan simetris dengan luas total lantai bangunan sebesar 2.640 m 2 terdiri dari luas lantai arah X sebesar 40,00 m dan arah Y sebesar 11,00 m.
4. Faktor Keutamaan Gempa (FUG) yang digunakan adalah 1,00.
5. Zonasi gempan yang dipilih adalah zona 15 (Kabupaten Aceh Jaya).
6. Harga satuan yang digunakan adalah harga satuan Kabupaten Aceh Jaya.
Desain yang telah di rencanakan maka akan di uji beban gempa dengan respon spektrum pada software SAP 2000 v.20 academic ultimate , dimana besaran nilai spektra gempa yang telah tersedia pada web pemerintah www.puskim.go.id . Beban yang akan di input dalam SAP terdiri dari beban mati, beban hidup, beban angin dan beban gempa.
## 3.5 Perencanaan Struktur Bangunan Gedung
Struktur bangunan akan dimodelkan sesuai dengan kriteria serta template yang telah direncankan. Modeling bangunan yang direncanakan menggunakan struktur beton bertulang dengan mutu bahan sebagai berikut : Mutu baja ( fy ) : 3900 kg/cm 2 Modulus elastisitas baja : 200.000 MPa Berat jenis Baja : 7.850 kg/cm 2
Mutu beton ( f’c ) : 25 MPa Modulus elastisitas beton : 235.000 N/mm 2
Berat jenis beton bertulang
: 2.400 kg/cm 2
## 3.6 Pendimensian Struktur Plat Lantai
Komponen plat lantai terdiri dari 2 ukuran plat yang berbeda yaitu plat lantai 4x3 meter dan 4x4 meter dengan ketebalan dimensi 12 cm.
Tabel 1. Dimensi pada bangunan sederhana 6 lantai (1/2)
Komponen Struktural P (m) L (m) T (m) Plat Lantai 3x4 m (L2) 3,70 2,70 0,12 Plat Lantai 4x4 m (L2) 3,70 3,70 0,12 Plat Lantai 3x4 m (L3) 3,70 2,70 0,12 Plat Lantai 4x4 m (L3) 3,70 3,70 0,12
Tabel 1. Dimensi pada bangunan sederhana 6 lantai (2/2)
Komponen Struktural P (m) L (m) T (m) Plat Lantai 3x4 m (L4) 3,70 2,70 0,12 Plat Lantai 4x4 m (L4) 3,70 3,70 0,12 Plat Lantai 3x4 m (L5) 3,70 2,70 0,12 Plat Lantai 4x4 m (L5) 3,70 3,70 0,12 Plat Lantai 3x4 m (L6) 3,70 2,70 0,12 Plat Lantai 4x4 m (L6) 3,70 3,70 0,12 Sumber: Anonim
## 3.7 Analisis Volume Pekerjaan
Volume pekerjaan adalah hasil perkalian dimensi suatu komponen pekerjaan (panjang, lebar, tinggi) yang menghasilkan satuan dalam panjang, luas, dan volume. Pada penelitian ini volume yang diperhitungkan adalah pekerjaan beton (m 3 ), pembesian yang dibedakan menjadi pembesian ulir (kg) dan pembesian polos (kg), dan bekisting (m 2 ).
## 3.8 Analisis Harga Komponen struktur
Permen PUPR No.
28/PRT/M/2016[10]
menyebutkan bahwa harga komponen struktur bangunan diperoleh dari jumlah total komponen struktur plat lantai terhadap satuan volume beton (m 3 ), tulangan (kg), dan bekisting (m 2 ) dikalikan dengan harga satuan pekerjaan (HSP). Sehingga dapat dipredikisikan harga komponen struktur yang diperlukan pada wilayah Kabupaten Aceh Jaya (zona 15).
## 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
## 4.1 Hasil Analisis Dimensi Struktur
Analisis dimensi struktural dengan menggunakan aplikasi analisis struktur memberikan informasi
kebutuhan pada komponen plat lantai berupa momen ultimit ( Mu ) yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil analisis struktur komponen
Momen Arah X Arah Y Mu (kN.m) 21,52 21,52
## 4.2 Analisis Volume
Perhitungan volume didapatkan berdasarkan perkalian dimensi seluruh komponen struktural gedung dengan jumlah komponennya. Volume yang dihitung yaitu volume beton, bekisting, dan pembesian. Untuk perhitungan volume pembesian diameter tulangan dan jarak antar tulangan yang digunakan adalah D13-150 dengan jumlah batang sebanyak 26 batang. Hasil perhitungan volume dapat dilihat pada Table 3 sampai Tabel 5.
Tabel 3. Hasil volume beton bangunan tidak sederhana 6
Komponen Struktural Volume (m ³) Plat Lantai 3x4 m (L2) 11,99 Plat Lantai 4x4 m (L2) 32,86 Plat Lantai 3x4 m (L3) 11,99 Plat Lantai 4x4 m (L3) 32,86 Plat Lantai 3x4 m (L4) 11,99 Plat Lantai 4x4 m (L4) 32,86 Plat Lantai 3x4 m (L5) 11,99 Plat Lantai 4x4 m (L5) 32,86 Plat Lantai 3x4 m (L6) 11,99 Plat Lantai 4x4 m (L6) 32,86 Sumber : Anonim Tabel 4. Hasil volume bekisting bangunan tidak sederhana 6 Komponen Struktural Volume (m ³) Plat Lantai 3x4 m (L2) 123,88 Plat Lantai 4x4 m (L2) 339,51 Plat Lantai 3x4 m (L3) 123,88 Plat Lantai 4x4 m (L3) 339,51 Plat Lantai 3x4 m (L4) 123,88 Plat Lantai 4x4 m (L4) 339,51 Plat Lantai 3x4 m (L5) 123,88 Plat Lantai 4x4 m (L5) 339,51 Plat Lantai 3x4 m (L6) 123,88 Plat Lantai 4x4 m (L6) 339,51 Sumber : Anonim
Tabel 5. Hasil volume pembesian bangunan tidak sederhana 6
Plat Lantai Arah X (m³) Arah Y (m³) Plat Lantai 2 5.201,55 5.364,38 5.169,37 5.320,34 5.169,37 5.320,34 Plat Lantai 3 5.201,55 5.364,38 5.169,37 5.320,34 5.169,37 5.320,34 Plat Lantai 4 5.201,55 5.364,38 5.169,37 5.320,34 5.169,37 5.320,34 Plat Lantai 5 5.201,55 5.364,38 5.118,76 5.250,03 5.118,76 5.296,56 Plat Lantai 6 5.201,55 5.364,38 5.118,76 5.250,03 5.118,76 5.296,56 Sumber : Anonim
## 4.4 Analisa Harga Satuan Pekerjaan
AHSP yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari 3 item pekerjaan, yiatu pekerjaan beton, pekerjaan pembesian, dan pekerjaan bekisting. Ketiga item tersebut digunakan sebagai metode dalam menghitung harga komponen struktural konstruksi gedung pada masing- masing zona gempa. Pada penelitian ini harga satuan yang digunakan adalah harga satuan Kabupaten Aceh Jaya tahun 2018.
Harga satuan tersebut untuk menganalisis komponen harga struktural setiap zonasi yang ditinjau agar harga yang dibandingkan sama, yang membedakan hanya perbedaan dimensi struktur akibat nilai respon spectra . Untuk lebih jelasnya rekapitulasi AHSP dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Rekapitulasi AHSP (Analisa Harga Satuan Pekerjaan) Komponen Plat Lantai
No Pekerjaan HSP 1 Beton mutu f’c = 26,4 MPa Rp 1.188.364 2 Pembesian 1 kg dengan besi ulir Rp 19.277 4 Pemasangan 1 m² Bekisting untuk plat Lantai Rp 295.079
## 4.5 Analisis Harga Plat Lantai
Analisis harga plat lantai diperoleh dari perkalian antara volume dan harga satuan pekerjaan yang dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Jumlah harga komponen bangunan tidak sederhana 6 lantai
Komponen Plat Lantai Harga Plat Lantai 3x4 (2) Rp 151.069.682 Plat Lantai 4x4 (2) Rp 242.636.970 Plat Lantai 3x4 (3) Rp 151.069.682 Plat Lantai 4x4 (3) Rp 242.636.970 Plat Lantai 3x4 (4) Rp 151.069.682 Plat Lantai 4x4 (4) Rp 242.636.970 Plat Lantai 3x4 (5) Rp 151.069.682 Plat Lantai 4x4 (5) Rp 242.636.970 Plat Lantai 3x4 (6) Rp 151.069.682 Plat Lantai 4x4 (6) Rp 242.636.970 Total Harga Rp 1.968.533.260
Harga komponen struktur plat lantai pada daerah Kabupaten Aceh Jaya memiliki total harga plat lantai senilai Rp 1.968.533.260,00.
## 5. KESIMPULAN DAN SARAN
## 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari analisis yang telah dilakukan, maka penulis mendapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Harga komponen struktur plat lantai tertinggi pada Kabupaten Aceh Jaya yaitu sebesar Rp. 242.636.970 sedangkan harga komponen struktur plat lantai terendah yaitu sebesar Rp. 181.069.382.
2. Total harga bangunan struktur plat lantai adalah senilai Rp 1.968.533.260,00 (Satu Miliyar Sembilan Ratus Enam puluh Delapan Juta Lima Ratus Tiga Puluh Tiga Ribu Tiga Ratus Delapan Puluh Dua Rupiah).
3. Analisis harga komponen struktur plat lantai terjadi perubahan pada setiap lantai diakibatkan oleh perubahan dimensi pada setiap lantainya.
## 5.2 Saran
Adapun saran untuk analisis selanjutnya adalah :
1. Dapat dilakukan perbandingan harga komponen struktur pondasi untuk daerah zonasi lainnya sehingga memiliki keakuratan yang lebih untuk bangunan gempa.
2. Melakukan perbandingan lebih lanjut dengan jenis bangunan yang lebih komplit misalnya pada bangunan bertingkat lainnya.
3. Melakukan perbandingan lebih lanjut dengan komponen struktur yang lebih komplit misalnya pada komponen kolom balok dan lainnya.
4. Melakukan analisis dengan menggunakan harga satuan daerah lain dengan kemudahan material yang membuat pekerjaan dilapangan lebih mudah.
5. Menggunakan Sofware lain dalam pemodelan atau pengujian terhadap bangunan dengan perencanaan, beban, dan luas bangunan yang sama.
6. Ketelitian terhadap input data dalam sofware sangat berpengaruh karena apa yang akan dimasukan itulah yang akan keluar.
## 6. DAFTAR PUSTAKA
[1] Irwansyah, E, dkk. 2012, Pengembangan Aplikasi Sistem Informasi Geografis Untuk Monitoring Gempa Bumi. Jakarta.
[2] SNI. 2012. Standar Nasional Indonesia 1726:2012
: Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur Lain. Badan Standarisasi
Nasional. Jakarta
[3] Peraturan Menteri, 2006. Pedoman Persyaratan
Teknis Bangunan Gedung No : 29/PRT/M/2006 . Peraturan Mentri Pekerjaan Umum.
[4] SNI. 2013. Standar Nasional Indonesia 1727:2013
: Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur Lain. Badan Standarisasi
Nasional. Jakarta
[5] Ningrum, D. N. K. 2014. Analisa Perbandingan Produktivitas Pemasangan Dinding M-PANEL dan
Dinding Konvensional Batu Bata (Studi Kasus:
Proyek Pembangunan Ruko Modern Arcade di
Tangerang). Jakarta.
[6] Ervianto, W. I. 2002. Teori-Aplikasi Manajemen Proyek Konstruksi Jilid 2. Yogyakarta.
[7] Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2016, No : 28/PRT/M/, Tentang Pedoman Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum. Jakarta.
[8] Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman PU,2010, Data Respon Spektrum, tersedia pada http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_ind onesia_2011/.
[9] Peraturan Mentri, 2007, Pedoman Teknis
Pembangunan Bangunan Gedung Negara No :
45/PRT/M/2007, Peraturan Mentri Pekerjaan Umum. [10] Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2016, No : 28/PRT/M/, Tentang Pedoman Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum. Jakarta.
|
9df1e1ed-26af-47a8-876e-b6c6b82f0519 | https://ibn.e-journal.id/index.php/KOMPUTASI/article/download/871/587 |
## Sistem Inventori Berbasis Web Menggunakan Sistem Keamanan OTP pada BPJS Ketenagakerjaan Divisi Kepesertaan Cabang Kebon Sirih
Ratih Wahyuningrum 1 , Vincentius Richo Jaka Gana 2
Jurusan Sistem Informasi Fakultas Komputer, Institut Bisnis Nusantara Jl. Pulomas Timur 3A Blok A No. 2 Pulo Gadung Jaktim INDONESIA ratihfath33@gmail.com 1 , vincentiusricho25@gmail.com 2
Intisari — Teknologi informasi dan komunikasi kini tidak dapat dipungkiri sebagai media yang memfasilitasi berbagai aktivitas di berbagai perusahaan. Begitu juga dengan BPJS Ketenagakerjaan yang meruapakan perusahaan asuransi yang menyimpan banyak data baik dalam bentuk arsip hardcopy maupun file elektronik, dimana sering terjadi masalah pencatatan data. Tujuan dibangun sistem ini yaitu untuk mempermudah sistem penyimpanan berkas arsip digital sekaligus mengatur penyimpanan stok ATK pada BPJS Ketenagakerjaan, sehingga dapat mengatasi masalah kehilangan data tersebut. Untuk membangun sistem inventori berbasis web ini menggunakan metode penelitian action research dengan pendekatan kualitatif, dengan model pengembangan waterfall. Serta menggunakan bahasa pemrograman PHP, HTML, CSS dan Javascript, serta menggunakan framework Bootstrap 4.0. Hasil penelitian ini adalah sebuah sistem inventori berbasis web yang dapat membantu mempermudah pengguna dalam melakukan arsip digital dan mengatur penyimpanan stok barang serta laporannya.
Kata kunci — Action Research, Waterfall, Website, Sistem Inventori, OTP.
Abstract— Information and communication technology cannot now be denied as a medium that facilitates various activities in various companies. Likewise with BPJS Employment, which is an insurance company that stores a lot of data, both in the form of hardcopy archives and electronic files, where data recording problems often occur. The aim of building this system is to simplify the digital archive file storage system as well as manage the storage of ATK stock at BPJS Employment, so that it can overcome the problem of data loss. To build this web-based inventory system using action research research methods with a qualitative approach, with a waterfall development model. And uses the PHP, HTML, CSS and Javascript programming languages, and uses the Bootstrap 4.0 framework. The result of this research is a web-based inventory system that can help make it easier for users to carry out digital archives and manage stock storage and reports.
Keywords — Action Research, Waterfall, Website, Inventory System, OTP.
## I. P ENDAHULUAN
Seiring dengan kemajuan teknologi tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat di Indonesia dari masa ke masa di berbagai sektor kehidupan hingga telah menjadi konsumsi sehari-hari. Pengolahan data dan informasi yang cepat dan efisien dibutuhkan bagi setiap perusahaan untuk dapat meningkatkan produktivitas pekerjaannya. Perusahaan yang mampu mengelola persediaan ( inventory ) dengan baik akan dapat memenuhi kebutuhan serta menjaga kelangsungan bisnisnya dalam dunia industri saat ini. Inventory barang menjadi hal yang sangat penting dalam perusahaan karena dapat mengelola barang digudang. Rahmawati, 2017[1]
BPJS Ketenagakerjaan sebagai perusahaan asuransi yang menyimpan berbagai data dalam bentuk arsip baik berkas hardcopy maupun file elektronik. Selama ini masih menggunakan pengolahan persediaan barang ATK dan data peserta asuransi yang dilakukan secara manual yaitu untuk pendataan barang masuk dan keluar menggunakan buku besar sesuai dengan kwitansi yang ada. Serta data yang disimpan masih dalam bentuk kertas, sehingga sering terjadi kesalahan dalam perhitungan barang, kesulitan dalam pencatatan dan
pembuatan laporan barang masuk dan keluar, serta sulitnya mencari kembali data peserta yang diperlukan karena penumpukan berkas yang banyak. Agus dan Fatoni, 2019[2]
## II. B ACKGROUND
## A. Sistem Informasi
Sistem informasi ialah komponen-komponen yang berkaitan pengumpulan, penerimaan, pengelolaan, penyimpanan, serta pendistribusian informasi untuk mendukung pengambilan keputusan dalam organisasi. Adapun sistem informasi yang dapat membantu menganalisis sebuah masalah, dapat menggambarkan situasi yang kompleks, serta mampu menciptakan produk atau layanan baru. Steven Sentinuwo, 2016[3]
## B. Inventory
Inventory ialah segala jenis barang yang dimiliki oleh perusahaan serta disimpan untuk tujuan tertentu yang digunakan dalam sebuah organisasi untuk mendukung proses bisnisnya. Rahmawati,2017[1]
C. Alat Tulis Kantor (ATK)
Alat tulis kantor adalah benda atau barang yang dalam pelaksanaan kegiatannya dipakai habis, dan digunakan oleh pegawai perusahaan untuk kepentingan pekerjaan. M. Ramaddan Julianti, 2019[4]
Akan tetapi, kini Alat Tulis Kantor bukan hanya benda atau barang saja. Beberapa dokumen perusahaan seperti arsip juga dapat dikategorikan sebagai ATK. Eka Safitri, 2018[5]
## D. One Time Password (OTP)
OTP merupakan kode keamanan numerik yang dikemas secara unik dan acak selama aktivitas tertentu. Berfungsi sebagai lapisan tambahan keamanan yaitu berbentuk kumpulan digit baru setiap kali percobaan autentikasi serta kualitas yang tidak dapat diprediksi untuk pembuatan sesi berikutnya. Muhammad Adi Nugraha, 2021[6]
## E. Website
Website adalah halaman-halaman web yang dapat ditampilkan pada beberapa nama domain tertentu atau subdomain dalam World Wide Web serta digunakan untuk mempublikasikan informasi seperti teks, gambar, suara, dsb. Baik bersifat statis maupun dinamis yang saling terkait antara halaman satu dengan halaman lainnya ( hyperlink ). Theresia Prabawati, 2009[7]
Domain merupakan alamat untuk
mengidentifikasikan nama server di internet yang dapat memudahkan pengguna untuk mengakses server daripada menggunakan IP. Ratih Wahyuningrum, 2018[8]
F. Model Waterfall Model Waterfall yaitu model pengembangan perangkat lunak yang sering dikenal sebagai Software Development Life Cycle (SDLC) untuk mengembangkan sistem atau perangkat lunak. Dalam model waterfall memiliki beberapa tahapan, antara lain : Rosa, 2011[10]
a. Analisis ( Analysis ) : proses mengumpulkan kebutuhan dalam melakukan spesifikasi kebutuhan perangkat lunak secara insentif agar dapat memahami perangkat lunak seperti apa yang dibutuhkan oleh pengguna.
b. Desain ( Design ) : proses yang berfokus pada pembuatan desain perangkat lunak, termasuk struktur data, arsitektur perangkat lunak, representasi antarmuka serta prosedur pengkodean.
c. Pengkodean ( Coding ) : proses untuk mengubah desain ke dalam kode program perangkat lunak.
d. Pengujian ( Testing ) : proses pengujian secara logic dan fungsional pada seluruh program perangkat lunak. Pengujian dilakukan untuk meminimalisir
terjadi kesalahan ( error ) serta memastikan program berjalan lancar dan sesuai dengan yang diinginkan.
e. Pemeliharaan ( Maintenance ) : perangkat Lunak yang telah selesai juga bisa mengalami perubahan yang terjadi karena kesalahan yang tidak terdeteksi saat proses pengujian, atau bisa juga karena adaptasi dengan lingkungan baru. Maka dibutuhkan proses pemeliharaan
untuk dapat melakukan pengembangan kembali pada program yang telah selesai.
## G. Unified Modeling Language (UML)
UML merupakan skema grafis untuk pemodelan sistem berorientasi objek. UML juga merupakan bahasa standar untuk visualisasi, merancang, serta mendokumentasikan sistem perangkat lunak dalam sebuah industri. Yuni Sugiatri, 2018[11]
UML terdiri dari diagram - diagram, dimana diagram di dalam UML memperlihatkan sistem dari berbagai sudut pandang yang berbeda.
a. Use Case Diagram : rangkaian yang membentuk sistem agar teratur yang dilakukan atau diawasi oleh aktor serta digunakan untuk menggambarkan fungsionalitas dari sebuah sistem yang merepresentasikan interaksi antara aktor dengan sistem. Hamim Tohari, 2014[12]
b. Entity Relationship Diagram : alat pemodelan utama dalam membantu pengorganisasian data pada suatu project ke dalam entitas serta menentukan hubungan antar entitas. Diagram ini juga menunjukan informasi dibuat, disimpan, dan digunakan dalam sistem bisnis. Awaludin Aziz, 2018[13]
c. Activity Diagram : pemodelan gambar workflow dan urutan aktivitas dari sebuah proses, juga untuk menggambarkan interaksi antara beberapa use case .
Hamim Tohari, 2014[12]
## H. Penelitian Sejenis
Penelitian sejenis ini merupakan sumber/bahan referensi yang digunakan penulis dari penelitian sebelumnya. Adapun penelitian yang sejenis dengan penelitian penulis dapat dilihat pada tabel 1 berikut.
T ABEL I. P ENELITIAN S EJENIS
No. Judul Ringkasan Penelitian Hasil Penelitian 1. Sistem Informasi Inventory Stok Barang pada CV. Artha Palembang oleh Rahmawati [1] Sistem informasi inventory dapat mendata transaksi pesanan, pengiriman, barang masuk dan keluar dan transaksi pembayaran yang sudah terkomputerisasi dan dengan adanya laporan dan grafik sehingga dapat mengetahui dan memberikan informasi yang cepat, tepat dan akurat setiap harinya. Sistem informasi inventory 2. Sistem Informasi Inventory Barang Berbasis Web (Studi Kasus : Koperasi Kasongan Usaha Bersama Bantul) oleh Agus Sujarwadi dan Fatoni [2] Aplikasi inventory barang ini memiliki beberapa menu yang dapat digunakan oleh admin atau karyawan untuk mengelola data barang secara terkomputerisasi. Menu-menu yang ada meliputi data master, transaksi, dan menu laporan. Aplikasi ini tidak membahas mengenai keamanan sistem. Aplikasi inventory barang 3. Sistem Inventori Berbasis Web Menggunakan Sistem Keamanan Captcha pada Perpustakaan Nasional Divisi Transformasi Digital oleh Siti Nurul Atika Sari [13] Sistem melakukan pendataan untuk ATK, pangkalan data elektronik, serta sebagai penyimpanan file koleksi digital lainya, sistem juga mampu melakukan transaksi peminjaman serta permohonan aset karyawan dengan menggunakan sistem keamanan login berupa captcha. Sistem inventori menggunakan sistem keamanan captcha 4. Rancang Bangun Sistem Informasi Permintaan Alat Tulis Kantor (ATK) Berbasis Web Pada Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar oleh Nurjannah Ekasafitri [5] Sistem dapat menampilkan stok data ATK yang tersedia, serta memiliki menu untuk melakukan permintaan ATK oleh user. Sistem permintaan ATK berbasis web 5. Pengamanan Website E-Commerce menggunakan Multi-factor
Authentication oleh Muhammad Adi Nugraha, Desi Arisandi, Novario Jaya Perdana [6] Aplikasi Login Multi-Factor Authentication Ini sudah berfungsi. Kata sandi di enkripsi menggunakan algoritma blowfish dan OTP yang dikirimkan ke email pengguna, dan hanya diberikan secara terbatas maksimal 3 kali pengiriman. Aplikasi login menggunakan Multi-
## Factor Authentication III. M ETODOLOGI P ENELITIAN
## A. Metode Pengumpulan Data
Berikut adalah cara yang dilakukan penulis dalam melakukan pengumpulan data :
a. Observasi : Pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap objek yang diteliti dalam memperoleh data-data yang diperlukan untuk penelitian tanpa adanya pengajuan pertanyaan kepada subjek. Dengan mengamati pada alur sistem penyimpanan arsip kepesertaan yang akan menjadi bahan pembuatan sistem inventory .
b. Wawancara : Melakukan pengajuan beberapa pertanyaan langsung terkait dengan pengumpulan data kepada kepala divisi dan juga beberapa staff divisi kepesertaan, khususnya mengenai belum
adanya sistem yang mampu mengelola penyimpanan arsip kepesertaan.
c. Studi Pustaka : Tahap untuk mengumpulkan data- data dengan mengandalkan teori-teori yang mendukung perancangan sistem ini dengan sumber jurnal-jurnal, paper, buku, karya ilmiah, atau artikel- artikel yang berkaitan dengan rancangan penelitian sistem inventory ini.
## B. Model Pengembangan Sistem
Model pengembangan sistem yang penulis gunakan yaitu model Waterfall . Adapun tahap-tahapnya sebagai berikut :
Gambar 1. Model Waterfall
a. Analisa Kebutuhan: analisa yang dilakukan menyangkut beberapa kebutuhan seperti kebutuhan fungsional dan non fungsional, kebutuhan perangkat lunak dan perangkat keras, serta analisa proses berjalan.
b. Desain Sistem: perancangan desain yang dimaksud yaitu dengan membuat Entity Relationship Diagram (ERD), perancangan antarmuka ( interface ) menggunakan mockup , perancangan UML yaitu Use Case Diagram dan Activity Diagram , serta perancangan basis data menggunakan XAMPP dan MySQL.
c. Penulisan Kode Program : pengkodean dilakukan dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP, HTML, CSS, dan Javascript, serta framework Bootstrap 4.0 .
d. Pengujian Program : pengujian menggunakan metode black box testing . Dimana berfokus pada pengujian fungsional dengan menyesuaikan desain pemodelan yang digunakan sehingga semua fungsi dapat digunakan dengan sesuai.
e. Penerapan Program dan Pemeliharaan : sistem yang telah selesai perlu dilakukan perawatan untuk menghindari beberapa gangguan yang dapat menyebabkan kerusakan pada sistem inventory yang telah dibuat.
## IV. H ASIL DAN P EMBAHASAN
## A. Analisa Proses Sistem Usulan
Berdasarkan hasil evaluasi pertimbangan permasalahan dan sistem kerja yang ada khususnya dalam membengun sistem inventory, usulan yang akan diberikan adalah menyediakan sistem inventory yang sekaligus dapat melakukan penyimpanan data peserta BPJS Ketenagakerjaan yang akan memberikan banyak keuntungan bagi pegawai, berikut penjelasan prosesnya :
1. Pengguna baru yang belum memiliki akun dapat melakukan registrasi dengan menekan link registrasi pada halaman login.
2. Setelah registrasi pengguna akan di arahkan ke halaman login untuk masuk menggunakan akun
yang telah di buat. Setelah berhasil pengguna akan diarahkan ke halaman Dashboard .
3. Pengguna dapat menambahkan data peserta, mengubah, serta menghapus data peserta yang ada pada tabel.
4. Pengguna dapat menambahkan data user , mengubah, serta menghapus data user yang ada pada tabel.
5. Pengguna dapat menambahkan data perusahaan, mengubah, serta menghapus data perusahaan yang ada pada tabel.
6. Pengguna dapat menambahkan data program, mengubah, serta menghapus data program yang ada pada tabel.
7. Pengguna dapat menambahkan data ATK, mengubah, serta menghapus data ATK yang ada pada tabel.
8. Pengguna dapat melakukan pengajuan barang ATK yang ada pada list ATK. Setelah mengisi form pengajuan, pengguna akan diberikan laporan (kwitansi) yang dapat langsung dicetak untuk melanjutkan birokrasi pengajuan.
9. Pengguna dapat melihat dan mencetak laporan keluar masuk barang ATK yang ada sesuai dengan tanggal, status, dan jenis nya. Kemudian laporan akan tercetak dalam bentuk softfile ( file excel ).
10. Pengguna dapat melakukan logout melalui menu profil. Selain itu pengguna juga melakukan ubah profil dan mengaktifkan autentikasi 2FA pada halaman profil, agar dapat melakukan login menggunakan kode OTP nantinya.
## B. Analisa Kebutuhan Fungsional
Analisa kebutuhan fungsional sistem dari sisi pengguna sistem inventory, sebagai berikut :
T ABEL II. K EBUTUHAN F UNGSIONAL
Nama Fungsi Deskripsi Login Digunakan untuk masuk ke halaman dashboard sistem. OTP Digunakan sebagai keamanan sistem agar tidak sembarang pengguna bisa masuk menggunakan akun pengguna lain. Registrasi Digunakan apabila pegawai belum memiliki akun untuk mengakses sistem, setelah pegawai berhasil registrasi maka sistem akan beralih kembali ke halaman login .
Dashboard
Digunakan sebagai halaman awal untuk
melihat perkembangan dari fitur sistem yang ada ( chart diagram ) serta memilih menu mana yang akan digunakan.
Pengolahan Data Peserta Digunakan untuk mengelola data peserta BPJS Ketenagakerjaan. Pengolahan Data User Digunakan untuk mengelola data pengguna sistem inventory. Pengolahan Data Perusahaan Digunakan untuk mengelola data perusahaan yang terdaftar sebagai rekanan atau client dari BPJS
Ketenagakerjaan. Pengolahan Data Program Digunakan untuk mengelola data program yang dimiliki oleh BPJS Ketenagakerjaan. Pengolahan Data ATK Digunakan untuk mengelola data ATK yang ada pada BPJS Ketenagakerjaan divisi Kepesertaan. Pengajuan Digunakan untuk mengajukan permintaan barang ATK pada pihak pengelola gudang. Laporan Digunakan untuk mengelola laporan keluar masuk barang ATK yang ada pada BPJS Ketenagakerjaan divisi Kepesertaan. Profil Digunakan untuk mengubah detail profil serta mengaktifkan autentikasi 2FA saat login . Logout Digunakan apabila pengguna telah selesai mengakses sistem dan bisa juga digunakan apabila pengguna telah mengaktifkan autentikasi 2FA untuk pengecekan OTP saat login kembali ke sistem.
## C. Analisa Kebutuhan Non Fungsional
Berikut adalah spesifikasi perangkat keras dan perangkat lunak untuk perancangan sistem inventory :
1. Kebutuhan Perangkat Keras ( hardware ) :
Perangkat keras yang dibutuhkan untuk tahap perancangan sistem inventory ini adalah komputer dengan spesifikasi berikut :
a. Processor Intel Inside
b. Harddisk, 1 TB
c. RAM/ Memory , DDR4 4GB
d. VGA
2. Kebutuhan Perangkat Lunak ( software ) :
a. Sistem operasi menggunakan Windows 10 32 bit.
b. Aplikasi web server menggunakan XAMPP.
c. Pembuatan desain menggunakan Microsoft Visio.
d. Penulisan code menggunakan Visual Studi Code.
e. Google chrome sebagai browser untuk menjalankan sistem.
## D. Desain Sistem
Pada tahap ini adalah dimana peneliti merancang sistem yang akan diterapkan.
1. Use Case Diagram
Gambar 2. Use Case Diagram
2. Entity Relationship Diagram
Gambar 3. Entity Relationship Diagram
E. Tahap Desain
Untuk mempermudah dalam pengembangan sistem inventory, maka dilakukan perancangan antarmuka ( interface ). Berikut beberapa perancangan sistem menggunakan app.moqups :
Gambar 4. Mockup Halaman Pengajuan Gambar 5. Mockup Halaman Laporan F. Pengujian Program
Merupakan tahap untuk proses implementasi sistem inventory, dengan menggunakan sistem operasi serta perangkat lunak lainya. Implementasi menggunakan Visual Studio Code sebagai editor pemrograman. Bahasa pemrograman yang digunakan yaitu HTML, PHP, CSS, Javascript , untuk front end menggunakan tamplate dari framework bootstrap 4.0 , serta untuk database menggunakan MySQL dari web server XAMPP.
## G. Tahap Pengujian
Pengujian pada sistem inventori ini menggunakan metode pengujian Black-box. Dimana pengujian yang berfokus pada Fungsional sistem, dengan tujuan menemukan kesalahan dan kekurangan (bug) pada aplikasi yang diuji.
1. Hasil Pengujian Fungsi Login
Gambar 6. Hasil Pengujian Fungsi Login
## 2. Hasil Pengujian Fungsi Registrasi
Gambar 7. Hasil Pengujian Registrasi
## 3. Hasil Pengujian Tambah Data ATK
Gambar 8. Hasil Tambah ATK
## H. Penerapan Program dan Pemeliharan
1. Alat untuk Pemeliharaan
1) Hardware yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan sistem
2) Software yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan sistem
2. Mengatur Pemeliharaan Sistem
1) Mengatur jadwal maintenance pada sistem
2) Mengupdate software yang compatible terhadap sistem
## V. K ESIMPULAN
Dengan adanya sistem ini, pegawai BPJS
Ketenagakerjaan khususnya divisi kepesertaan dapat melakukan pengajuan permohonan ATK serta dapat melihat laporan keluar masuk data ATK yang ada. Juga dapat mempermudah pegawai BPJS Ketenagakerjaan divisi kepesertaan dalam menyimpan data peserta BPJS Ketenagakerjaan yang telah terdaftar dalam program BPJS Ketenagakerjaan.
Dengan menerapkan keamanan OTP ( One Time Password ) pada sistem inventory ini, keamanan data pengguna lebih terjamin. Pengguna/pegawai dapat melakukan aktivasi OTP untuk akunnya menggunakan bantuan aplikasi google authenticator dengan cara menekan button aktivasi autentikasi 2FA pada menu profil.
U
## CAPAN T ERIMA K ASIH
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan paper ini tepat waktu. Sholawat dan salam selalu tercurah untuk baginda Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.
Paper ini tidak akan selesai tanpa adanya kesempatan yang diberikan kepada penulis. Oleh sebab itu ucapan terima kasih yang sebesar-besar saya berikan kepada Bapak Edy Wibowo S.Sos., MM. dan Bapak Novan Yurindera, S.Kom, MM. yang sudah memberikan kesempatan kepada saya untuk menyelesaikan paper ini, ucapan terima kasih juga untuk Vincentius Richo Jaka Gana selaku penulis kedua, dan terutama untuk suami tersayang yang selalu mendukung dalam segala hal sehingga paper ini dapat selesai.
## REFERENSI
[1] Rahmawati, Sistem Informasi Inventory Stok Barang Pada CV. Artha Palembang, Palembang. Skripsi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang. 2017.
[2] Agus Sujarwadi, Fatoni, Sistem Informasi Inventori Barang Berbasis Web (Studi Kasus Koperasi Kasongan Usaha Bersama Bantul). Jurnal STMIK Palangka Raya, Informatika, Universitas Teknologi Yogyakarta. 2019.
[3] Sentinuwo, S. R., Sistem Informasi. Bandung : CV. Patra Media Grafindo Bandung. 2016.
[4] M. Ramaddan Julianti, Muhammad Iqbal Dzullhaq, Ahmad Subroto, Sistem Informasi Pendataan Alat Tulis Kantor Berbasis Web Pada PT. Astari Niaga Internasional. Jurnal Sisfotek Global. Dosen STMIK Bina Sarana Global dan Mahasiswa STMIK Bina Sarana Global. Vol. 9 No. 2, September 2019.
[5] Nurjannah Ekasafitri, Rancangan Bangun Sistem Informasi Permintaan Alat Tulis Kantor (ATK) Berbasis Web Pada Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Skripsi. Fakultas Saintek, Universitas Negeri Islam
Alauddin Makassar. 2018. [6] Muhammad Adi Nugraha, Desi Arisandi, & Novario Jaya Perdana, Pengamanan Website E-Commerce Menggunakan Multi-factor Authentication”. Jurnal Ilmu Komputer dan Sistem Informasi. Teknik Informatika, Universitas Tarumanegara. 2021.
[7] Theresia Prabawati, Langsung Bisa Menggunakan Website Profesional Dengan Adobe CS4, PHP, & MySQL. Yogyakarta : Andi. 2009.
[8] Ratih Wahyuningrum, Aditio, Perancangan Aplikasi M- Commerce Berbasis Web (Studi Kasus : Toko Warung Kaos). Jurnal Esensi Infokom. Jurusan Sistem Informasi Fakultas Ilmu Komputer. 2018
[9] Sudaryono, Metodologi Penelitian. Jakarta : Rajawali Pers. 2017.
[10] Rosa, M. Salahuddin, Modul Pembelajaran Rekayasa Perangkat Lunak (Terstruktur dan Berorientasi Objek. Bandung : Modula. 2011.
[11] Yuni Sugiatri, Dasar-Dasar Pemrograman Netbeans. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 2018.
[12] Hamim Tohari, Astah-Analisis Serta Perancangan Sistem Informasi Melalui Pendekatan UML. Yogyakarta : Andi. 2014.
[13] Siti Nurul Atika Sari, Sistem Inventori Berbasis Website Menggunakan Captcha Pada Perpustakaan Nasional Bidang Transformasi Digital. Skripsi, Fakultas Komputer, Institut Bisnis Nusantara Jakarta. 2021.
|
67785010-a9ec-44bc-8211-d7107e30d491 | https://jurnal.poltekkespalu.ac.id/index.php/JBC/article/download/1164/526 | Jurnal Bidan Cerdas
e-ISSN: 2654-9352 dan p-ISSN: 2715-9965 Volume 4 Nomor 3, 2022, Halaman 152-162 DOI: 10.33860/jbc.v4i3.1164 Website: https://jurnal.poltekkespalu.ac.id/index.php/JBC Penerbit: Poltekkes Kemenkes Palu
## Pengaruh Pemberian Buku Saku terhadap Motivasi dan Kepatuhan Ibu Melakukan Senam Hamil
Ni Nengah Arini Murni , I Gusti Ayu Putu Sri Wahyuni , Ni Putu Dian Ayu
Anggraeni
Jurusan Kebidanan, Poltekkes Kemenkes Mataram, Mataram, Indonesia
Email Korespondensi : niputudianayu@gmail.com
## ARTICLE INFO ABSTRAK
Pendahuluan : Senam hamil bertujuan untuk persiapan fisik maupun mental untuk menghadapi dan mempersiapkan persalinan. Motivasi masih sangat dibutuhkan untuk melakukan senam hamil. Pemilihan metode saat memberikan pendidikan kesehatan sangatlah penting untuk memahami isi dari materi. Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh pemberian pocket book terhadap motivasi dan kepatuhan ibu hamil melakukan senam hamil. Metode: Desain quasi experiment - group pre and post test design with control group . Sampel penelitian ibu hamil secara purposive sampling dengan masing-masing kelompok 30 responden. Pengukuran variabel motivasi dan kepatuhan sebelum dan setelah intervensi dengan kuesioner melalui hasil observasi dan kartu pantau. Data di analisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji Chi square . Hasil penelitian: Pada kelompok intervensi terdapat perbedaan yang bermakna motivasi ibu ( p-value = 0,001) dan kepatuhan ibu hamil melakukan senam hamil ( p-value = 0,042). Sedangkan pada kelompok kontrol tidak ada perbedaan motivasi ibu ( p-value = 0,214), tetapi terdapat perbedaan yang bermakna kepatuhan ibu hamil melakukan senam hamil ( p-value =0,000). Simpulan: Pemberian pocket book efektif dalam meningkatkan motivasi dan kepatuhan ibu dalam melakukan senam hamil. Penelitian selanjutnya dapat merancang alat bantu yang lebih praktis dan efektif untuk memantau kepatuhan dan mengevaluasi efektifitas senam hamil terhadap proses persalinan.
Article History:
Received: 2022-05-11 Accepted: 2022-09-27 Published: 2022-09-30
Kata kunci:
pocket book ; motivasi; kepatuhan; senam hamil.
## Keywords:
pocket book; motivation;
compliance; pregnancy exercise;
## ABSTRACT
Introduction: Pregnancy exercise aims to prepare physically and mentally to face and prepare for childbirth. Motivation is still needed to do pregnancy exercise. The choice of method when providing health education is very important to understand the content of the material. Objective: To determine the effect of giving a pocket book on the motivation and compliance of pregnant women doing pregnancy exercise. Methods: Quasi-experimental-group pre and post-test design with control group. The research sample was pregnant women by purposive sampling with each group of 30 respondents. Measurement of motivation and compliance variables before and after the intervention with a questionnaire through the results of observations and monitoring cards. Data were analyzed by univariate and bivariate using Chi square test. Results: In the intervention group, there was a significant difference in maternal motivation (p-value=0.001) and pregnant women's adherence to exercise during pregnancy (p-value=0.042). While in the control group there was no difference in maternal motivation (p value = 0.214), but there was a significant difference in the compliance of pregnant women in doing pregnancy exercise (p- value=0.000). Conclusion: Provision of pocket books is effective in increasing the motivation and compliance of mothers in doing pregnancy exercise. Future research can design tools that are more practical and effective to monitor compliance and evaluate the effectiveness of pregnancy exercise on the delivery process.
© 2022 by the authors. Submitted for possible open access publication under the terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA) license ( https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/ ).
## PENDAHULUAN
Menurut World Health Organization (WHO), kematian ibu mengalami penurunan, di tahun 2017 sebanyak 295.000 wanita meninggal selama proses kehamilan dan persalinan. Asia menyumbang sekitar 86% dari semua kematian ibu di seluruh dunia, dengan rasio kematian ibu di pada tahun 2020 adalah 211 per 100.000 kelahiran hidup ( World Health Organizazion, 2020 ) . Sejak tahun 2000, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia menunjukkan tren menurun. Data Bank Dunia mencatat rasio AKI di Indonesia sebesar 177 kematian per 100 ribu kelahiran pada 2017. Angka ini turun 35 persen dibandingkan pada 2000 sebanyak 272 kematian per 100 ribu kelahiran. Masih jauh dari target SDGS 2030 sebesar 70 kematian per 100 ribu kelahiran ( Kemenkes RI, 2017 ) . Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat mencatat jumlah kematian ibu selama tahun 2019 adalah 97 kasus kematian ibu. 23% disebabkan karena perdarahan, 40% hipertensi dalam kehamilan, 6% Infeksi, 12% gangguan metabolic, 19% karena factor lain ( Dinas Kesehatan NTB, 2020 ) . Di Indonesia tiga faktor utama kematian Ibu yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK) dan infeksi. Sebagian besar kematian ibu dapat dicegah melalui manajemen yang tepat dari kehamilan dan perawatan saat lahir, termasuk perawatan antenatal, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih, dan perawatan serta dukungan setelah melahirkan ( World Health Organizazion, 2020 ).
Senam hamil merupakan salah satu kegiatan antenatal care yang dapat menurunkan risiko kematian ibu. Hal ini karena senam hamil telah terbukti dapat meningkatkan kesehatan ibu hamil, dengan menjaga kebugaran fisik dari calon ibu serta bisa membantu kelancaran proses persalinan. Senam hamil merupakan salah satu olah raga khusus yang dilakukan oleh ibu hamil, gerakan-gerakan dari senam hamil telah disesuaikan untuk kenyamanan dan keamanan ibu hamil, sehingga tidak berisiko menimbulkan masalah pada ibu maupun calon bayi di dalam kandungan ( Kushartanti Wara ; Endang Rini Soekamti; Fajar Sriwahyuniati, 2005 ). Untuk melakukan senam hamil dibutuhkan sebuah motivasi. Karena dengan adanya motivasi manusia akan memiliki dorongan, keinginan dan tenaga yang berasal dari dalam diri untuk melakukan sesuatu. Motivasi ibu hamil masih rendah dalam melakukan senam hamil. Penelitian yang dilakukan oleh, Anissa Auwalia Hakim (2014) menunjukkan bahwa dari 70 ibu hamil sebagian besar (61%) memiliki motivasi yang rendah dalam melakukan senam hamil ( Hakim, 2014 ). Wanita yang sedang hamil menjadi kurang aktif dibandingkan wanita tidak hamil, karena kehamilan menyebabkan penurunan aktivitas fisik sehingga dibutuhkan teori dalam mengembangkan intervensi untuk meningkatkan aktivitas fisik pada wanita hamil ( Gaston & Cramp, 2011) Puskesmas Ubung merupakan salah satu puskesmas yang ada dikabupaten Lombok Tengah yang aktif melaksanakan kelas ibu. Berdasarkan survey awal peneliti mendapatkan informasi hasil wawancara singkat dengan beberapa bidan di Puskesmas Ubung, bahwa sebagian besar ibu hamil yang mengikuti kelas ibu tahu tentang senam hamil tetapi jarang melakukan senam hamil karena alasan lupa gerakannya. Upaya yang sudah dilakukan puskesmas dalam hal meningkatkan pengetahuan ibu dalam perawatan kehamilan termasuk senam hamil yaitu program kelas ibu hamil. Kelas ibu hamil bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan prilaku ibu hamil tentang kehamilan, persalinan, perawatan nifas dan perawatan bayi baru lahir, termasuk adalah latihan fisik atau senam hamil yang terdiri dari 10 ibu hamil dan satu atau beberapa fasilitator (pengajar) yang menjadi pembimbing dalam melakukan aktifitas belajar dengan menggunakan buku KIA sebagai alat pembelajaran ( Kemenkes RI, 2014 )
Pelaksanaan senam hamil pada saat kegiatan kelas ibu hamil sering terkendala faktor sarana dan prasarana (fasilitas) seperti keterbatasan waktu serta lingkungan kurang nyaman membuat ibu hamil kurang semangat mengikuti senam hamil juga masih terbatasnya penggunaan media saat pembelajaran. Saat memberikan pendidikan kesehatan penggunaan metode sangatlah penting untuk dalam menyampaikan isi dari materi. Pada kelas ibu hamil, penyampaian materi senam hamil, sebagian besar menggunakan metode ceramah, diskusi, tanya jawab, dan demontrasi menggunakan alat bantu lembar balik. Menurut hasil penelitian BAVA di Amerika seorang pendidik menggunakan metode multimedia 64-84% materi dapat diserap dan bertahan lebih lama dibandingkan bila menggunakan ceramah hanya 13% materi yang diserap dan sifatnya sementara atau tidak bertahan lama ( Rusman, 2012 ). Hal ini membuktikan bahwa penggunaan media memiliki dampak yang besar dalam meningkatkan kualitas pembelajaran serta mampu meningkatkan motivasi dan perhatian dari peserta didik. Salah satu media pendidikan kesehatan yang ditawarkan oleh peneliti adalah buku saku atau pocket book . Pocket book adalah buku dengan ukuran kecil dan praktis dibawa kemana-mana, akan memudahkan seseorang saat membaca atau belajar kapanpun dan dimana saja. Namun berdasarkan pengamatan peneliti sampai saat ini media pocket book belum digunakan sebagai sarana untuk membantu ibu hamil untuk menghafal dan mendalami gerak-gerakan dalam latihan senam hamil. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian Pocket Booklet terhadap motivasi dan kepatuhan ibu hamil dalam melakukan senam hamil.
## METODE PENELITIAN
Desain penelitian quasi experiment dengan pendekatan group pre and post test desaign with control group . Subjek penelitiannya adalah ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Ubung Kabupaten Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) pada bulan Oktober 2019 yang ditetapkan peneliti berdasarkan variabel pengganggu ( counfonding ) yang dihomogenkan dengan kriteria: usia kehamilan 28-32 minggu, mengikuti kegiatan kelas ibu dan bersedia menjadi responden, usia 20-35 tahun, Pendidikan minimal tamat SMP.
Melibatkan 60 ibu hamil yang terbagi dalam 2 kelompok yaitu 30 kelompok intervensi dan 30 kelompok kontrol, yang diambil secara purposive sampling. Variabel penelitiannya adalah variabel terikat motivasi dan kepatuhan, variabel bebas pendidikan kesehatan dengan pemberian pocket book . Motivasi diukur sebelum dan setelah intervensi. Motivasi diukur menggunakan alat bantu kuesioner. Data kepatuhan dikumpulkan dengan menggunakan alat bantu kartu pantau dan diberikan skor sesuai berdasarkan kriteria penilaian yang meliputi aspek Frekuensi dan jadwal senam, tahapan atau langkah – langkah senam serta jumlah gerakan setiap latihan, diperoleh total skor kepatuhan antara 6 –11, dengan rerata 9,8 (SD±1,30). Data kemudian diolah menjadi 2 kategori yaitu pat uh jika skornya ≤ 10 (≤ x) dan kurang patuh jika skornya < 10 (< x).
Penelitian dilaksanakan di kelas ibu dengan melibatkan bidan desa setempat terutama untuk kegiatan kelas ibu dan senam hamil pada kelompok kontrol. Ibu hamil dikumpulkan menjadi 3 kelas pada kelompok intervensi sedangkan pada kelompok kontrol responden diambil dari kelas ibu yang kegiatannya berlangsung pada saat dilakukan penelitian.
Kepatuhan dan motivasi diukur sebelum dan setelah intervensi. Motivasi diukur menggunakan alat bantu kuesioner sedangkan kepatuhan menggunakan kuesioner dan kartu pantau. Variabel. Tahap analisis meliputi uji Mann-Withney Test
dan uji Chi squre, untuk mengetahui perbandingan karakteristik umur, usia kehamilan dan proporsi tingkat pendidikan dan pekerjaan antar dua kelompok, untuk mengetahui perbedaan variable motivasi dan kepatuhan sebelum dan setelah perlakuan pada kedua kelompok dilakukan analisis uji Chi squre, terakhir dilakukan uji Chi squre untuk membandingkan perbedaan motivasi dan kepatuhan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Penelitian ini telah dinyatakan layak etik oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan Universitas Mataram nomor 274/UN18.F7/Etik/2019.
## HASIL PENELITIAN
Perbandingan karakteristik responden yang meliputi umur ibu, usia kehamilan, pendidikan, pekerjaan dan paritas ibu dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini:
Tabel 1. Perbandingan Karakteristik Responden Antar Kelompok
Variabel Kelompok P Value Intervensi (n=30) Kontrol (n=30) Umur (tahun) 0,613 a Mean±SD 28,6 ±5,23 29,4±4,04 Minimal-Maksimal 20 – 35 22 – 35 Usia Kehamilan (minggu) 0,533 a Mean±SD 25,9±4,99 25,6±4,78 Minimal-Maksimal 20 – 32 20 – 32 Tingkat Pendidikan 0,203 b Rendah (SD) 4 13,3% 9 30,0% Dasar (SMP) 14 46,7% 8 26,7% Menengah (SMA) 11 36,7% 10 33,3% Tinggi (Sarjana) 1 3,3% 3 19,0% Pekerjaan 0,640 b Tidak Bekerja (IRT) 28 93,3% 27 90,0% Bekerja 2 6,7% 3 10,0% Paritas 0,290 b Primipara 9 30,0% 4 13,3% Multipara 25 83,3% 20 66,7% Grande Multipara 1 3,3% 1 3,3% Paparan senam hamil 0,602 b Pernah 15 50,0% 15 50,0% Tidak Pernah 15 50,0% 15 50,0% Informasi senam hamil 0,080 b Media masa 2 13,3% 6 40,0% Tenaga kesehatan 10 66,7% 9 60,0% Orang lain 3 2,0% 0 0,0% Aktifitas senam hamil 0,357 b Belum pernah 10 66,7% 13 86,7% < 3 kali seminggu 4 26,6% 2 13,3% 3 kali atau lebih 1 0,6% 0 0%
a )Mann-Whitney Test b ) Chi-square
Tabel 1 menunjukkan kedua kelompok memiliki rerata umur dan rerata usia kehamilan yang sama. Tingkat pendidikan kelompok kontrol sebagian besar (33,3%) menengah atau SMA dan pada kelompok intervensi lebih banyak (46,7%) yang berpendidikan dasar (SMP), namun secara uji statistic tidak ada perbedaan. Sebagian besar pekerjaan responden baik pada kelompok kontrol (90,0%) maupun kelompok intervensi (93,3%) adalah ibu rumah tangga atau tidak bekerja. Proporsi tingkat pendidikan responden antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol tidak berbeda secara bermakna. Paritas atau Frekuensi kehamilan responden sebagian besar multigravida (hamil ke 2 sampai ke 4) baik pada kelompok kontrol (83,3%) maupun kelompok intervensi (66,7%) dan tidak berbeda secara bermakna.
Paparan responden tentang senam hamil pada kedua kelompok sebagian responden pernah mendengarkan atau mendapatkan informasi tentang senam hamil yaitu 50% dan sebagian lagi belum pernah (50%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 responden yang pernah mendengar tentang senam hamil sebagian besar atau 63,3%.mendapatkan informasi tersebut dari tenaga kesehatan. Pada kedua kelompok sebelum diberikan pendidikan kesehatan responden yang sudah mendapatkan informasi tentang senam hamil sebagian besar atau 23 responden (76,7%) belum pernah melakukan senam hamil.
## Tabel 2. Perbandingan Motivasi Responden Sebelum dan Setelah Perlakuan
Variabel Motivasi Kelompok P Value Intervensi (n=30) Kontrol (n=30) Sebelum Perlakuan (Pre) 0,175 b Tinggi 0 0,0% 1 3,3% Sedang 28 93,3% 23 76,7% Rendah 2 6,7% 6 20,0% Setelah Perlakuan (Post) 0,042 b Tinggi 10 33,3% 3 10,0% Sedang 20 66,7% 25 83,3% Rendah 0 0,0% 2 6,7 Perbandingan motivasi sebelum dan setelah perlakuan P value 0,001 b 0, 214 b
b Chi-square
Tingkat motivasi responden sebelum perlakuan pada kedua kelompok sama dalam kategori sedang, setelah perlakuan terjadi peningkatan proporsi tingkat motivasi untuk kategori tinggi yaitu pada kelompok intervensi atau yang diberikan pocket book yaitu 10 orang (33,3%) dan pada kelompok kontrol yaitu 2 (10,0%). Untuk melihat efektifitas dari perlakuan yang diberikan dalam meningkatkan motivasi ibu melakukan senam hamil dilakukan analisis perbandingan motivasi dilakukan sebelum dan setelah perlakuan pada kedua kelompok. Hasil uji beda pada kelompok intervensi diperoleh nilai signifikansi < 0,001, artinya ada perbedaan yang bermakna motivasi sebelum dan setelah pemberian pocket book pada kegiatan kelas ibu hamil. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan motivasi sebelum dan setelah perlakuan dengan nilai p value 0,214, jadi pada pemberian pocket book pada kelas ibu tentang latihan senam hamil efektif meningkat motivasi ibu melakukan senam hamil. Untuk melihat pengaruh pemberian pocket book terhadap motivasi dilihat dari hasil uji
statistik menunjukkan ada perbedaan bermakna tingkat motivasi antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol dengan nilai p value 0,042 atau p value < dari 0,05 setelah diberikan perlakuan.
Untuk variabel kepatuhan berdasarkan Frekuensi melakukan senam hamil dinilai sesuai hasil jawaban responden pada kuisienor yaitu jika melakukan senam hamil 3 kali atau lebih dalam seminggu dikategorikan patuh dan jika tidak dikategorikan kurang patuh. Berikut gambaran kepatuhan responden dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. Kepatuhan Ibu Berdasarkan Frekuensi Melakukan Senam Hamil
Kepatuhan Kelompok P Value Intervensi (n=30) Kontrol (n=30) Kepatuhan sebelum perlakuan (Pre) 0,500 b Patuh 1 1,7% 0 0% Kurang Patuh 29 48,3% 30 50,0% Kepatuhan setelah perlakuan (post) 0,026 b Patuh 29 48,3% 23 38,3% Kurang Patuh 1 1,7% 7 11,7% Perbandingan Sebelum dan Setelah Perlakuan P Value 0,000 b 0,000 b
b Chi-square
Pada kedua kelompok sebelum diberikan pendidikan kesehatan sebagian besar atau 59 responden (98,3%) kurang patuh melakukan senam hamil atau Frekuensi melakukan senam hamil kurang 3 kali seminggu bahkan ada yang tidak pernah melakukan senam hamil. Proporsi kepatuhan responden melakukan senam hamil antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol tidak berbeda secara bermakna yang ditunjukkan dengan nilai p value > 0,05. ( p value 0,500).
Hasil penelitian menunjukkan setelah diberikan perlakuan sebagian besar atau 52 responden (86,6%) menjadi patuh melakukan senam hamil atau Frekuensi melakukan senam hamil 3 kali seminggu. Perbandingan juga dilakukan terhadap kepatuhan sebelum dan setelah perlakuan pada kedua kelompok untuk melihat efektifitas perlakuan yang diberikan. Pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol hasil uji menunjukan nilai signifikansi 0,000 artinya ada perbedaan yang bermakna tingkat motivasi responden sebelum dan setelah perlakuan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan dengan pemberian pocket book pada kelompok intervensi dan tanpa pemberian pocket book pada kelompok kontrol pada kelas ibu terbukti efektif meningkatkan Frekuensi ibu melakukan senam hamil.
Hasil uji stastik menunjukkan ada perbedaan yang bermakna kepatuhan responden melakukan senam hamil antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol yang ditunjukkan dengan nilai p value > 0,05. ( p value 0,026). Pada penelitian ini kepatuhan responden juga dinilai berdasarkan 6 indikator penilaian kepatuhan sesuai standar latihan senam hamil yang meliputi Frekuensi, waktu, kegiatan pemanasan sebelum latihan, jumlah variasi gerakkan inti, kegiatan pendinginan setelah latihan dan jumlah gerakan. Berikut gambaran kepatuhan ibu melakukan senam sesuai standar latihan hamil setelah perlakuan
## Tabel 4. Kepatuhan Ibu Melakukan Senam Sesuai Standar Latihan Senam
Hamil Setelah Perlakuan
Variabel Kelompok P Value Intervensi (n=30) Kontrol (n=30) Frekuensi melakukan senam hamil dalam seminggu 0,500 b ≥ 3 kali 29 (96,7%) 23 (76,7%) Kurang 3 kali 1 (3,3%) 7 (23,3%) Senam dilakukan selang sehari 0,500 b Ya 29 (96,7%) 21 (70,0%) Tidak 1 (3,3%) 9 (30,0%) Melakukan pemanasan sebelum senam 0,011 b Ya 28 (93,3%) 20 (66,7%) Tidak 2 (6,7%) 10 (33,3%) Melakukan 8 gerakan inti Ya 0 (0,0%) 0 (0,0%) Tidak 30 (100,0%) 30 (100,0%) Melakukan pendinginan setelah senam 0,000 b Ya 26 (86,7%) 12 (40,0%) Tidak 4 (13,3%) 18 (60,0%) Setiap gerakkan dilakukan 8-10 kali 0,000 b Ya 26 (86,7%) 13 (43,3%) Tidak 4 (13,3%) 17 (56,7%)
b Chi-square
Berdasarkan tabel 7 diatas hasil penelitian menunjukkan dari 5 item indikator penilaian kepatuhan sesuai standar latihan senam hamil berdasarkan kartu pantau pada kelompok intervensi atau yang diberikan pocket book sebagian besar sesuai atau melakukan langkah - langkah senam hamil dibandingkan dengan kelompok kontrol. Namun pada point pernyataan tentang melakukan 8 gerakan inti dalam senam hamil seluruh responden atau 100% tidak lengkap melakukan 8 gerakkan tersebut baik pada kelompok yang mendapatkan pocket book maupun yang tidak mendapatkan. Untuk menganalisis pengaruh pemberian pocket book terhadap kepatuhan dilakukan perbandingan proporsi tingkat kepatuhan ibu melakukan senam hamil antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi setelah perlakuan. Dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini:
Tabel 5. Pengaruh Pemberian Pocket Book Terhadap Kepatuhan Ibu Melakukan Senam Hamil Tingkat Kepatuhan Kelompok P Value Intervensi (n=30) Kontrol (n=30) Patuh 28 (93,3%) 8 (26,7%) 0,000 b Kurang patuh 2 (6,7%) 22 (73,3%)
b Chi-square
Hasil penelitian menunjukkan pada kelompok intervensi atau yang diberikan pocket book sebagian besar patuh melakukan senam hamil yaitu 28 responden (93,3%) sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar 22 (73,3%) tidak patuh
melakukan senam hamil. Hasil uji beda statistik Chi Square menunjukkan ada perbedaan kepatuhan antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol dengan nilai p value 0,000 atau p value < dari 0,05 atau ada pengaruh pemberian pocket book terhadap kepatuhan ibu melakukan senam hamil.
## PEMBAHASAN
Sebelum perlakuan kedua kelompok memiliki tingkat motivasi yang sama atau tidak berbeda (nilai p value 0, 0,175), yaitu kategori sedang. Artinya subjek dalam penelitian ini sudah homogen, pada penelitian eksperimen kondisi subjek penelitian sudah dapat dikendalikan sehingga kondisi ini tidak akan mempengaruhi hasil intervensi yang akan diberikan. Setelah diberikan intervensi motivasi pada kedua kelompok mengalami perubahan yaitu peningkatan motivasi dimana pada kelompok intervensi sebelum perlakuan tidak ada responden yang memiliki motivasi yang tinggi melakukan senam hamil, tetapi setelah diberikan perlakuan terdapat 33,3% responden memiliki motivasi yang tinggi sedangkan pada kelompok kontrol sebelumnya hanya 3,3% meningkat menjadi 10%. Meningkatnya motivasi ibu pada kedua kelompok disebabkan karena pada kegiatan kelas ibu, terdapat pendidikan kesehatan tentang perawatan kehamilan, persalinan dan latihan fisik atau senam ibu hamil. Dimana secara teori tujuan dari pendidikan kesehatan adalah untuk mencapai kesehatan secara optimal melalui upaya proses membantu seseorang dalam meningkatkan kemampuan atau prilaku kesehatan ( Windi Chusniah Rachmawati, 2019 ) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian pocket book pada kelompok intervensi terbukti efektif meningkatkan motivasi ibu melakukan senam hamil, karena hasil uji membuktikan ada perbedaan yang bermakna motivasi sebelum dan setelah perlakuan pada kelompok intervensi sedangkan pada kelompok kontrol tidak ada perbedaan. Pemberian dukungan berupa pengunaan berbagai metode dalam pelaksanaan pendidikan oleh pendidik, akan menimbulkan motivasi ekstrinsik ( Uno, 2021 ). Pocket book merupakan salah satu media sebagai untuk membantu meneruskan materi berupa pesan-pesan kesehatan, sesuai dengan konsep teori yang mengatakan bahwa media memiliki fungsi dan tujuan mendorong keinginan orang untuk mengetahui, dan memahami suatu hal dengan yang lebih baik, menanamkan pengetahuan, pendapat dan konsep – konsep, menanamkan perilaku/kebiasaan yang baru serta mengubah sikap dan persepsi ( Windi Chusniah Rachmawati, 2019 ).
Hal ini dibuktikan oleh hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rosidah (2019) bahwa ibu yang diberikan pendidikan kesehatan mempunyai motivasi yang baik dalam melakukan senam nifas ( Rosidah, Handayani, 2019 ) dan diperkuat lagi dengan hasil penelitian mengenai motivasi ibu melakukan inisiasi menyusui dini (IMD) dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang memiliki pengetahuan yang baik akan mempunyai motivasi yang baik untuk melakukan IMD ( Artanti & Widyaningsih, 2016 ). Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa pemberian pocket book dapat meningkatan motivasi ibu dalam melakukan senam hamil. Penggunaan media berpengaruh kuat terhadap meningkatnya perhatian, motivasi, dan kualitas pembelajaran. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan pada ibu hamil trimester II di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang tentang adanya pengaruh penggunaan buku saku oleh motivator terhadap pengetahuan dan keterampilan motivator dalam mengatasi permasalahan pemberian ASI (P value 0,001) ( Rahmawati et al., 2015 ). Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian BAVA di Amerika seorang pendidik yang menggunakan metode multimedia 64-84% materi dapat diserap dan bertahan lebih lama dibandingkan bila menggunakan ceramah hanya 13% materi yang dapat diserap dan sifatnya sementara atau tidak bertahan lama ( Rusman, 2012 ).
Peningkatan kepatuhan baik pada kelompok kontrol maupun intervensi disebabkan karena telah diberikan pendidikan kesehatan. Sesuai dengan konsep teori pendidikan kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan (prilaku) individu, kelompok dan masyarakat untuk mencapai kesehatan secara optimal ( Notoatmodjo, 2012 ). Pada penelitian ini kepatuhan responden juga dinilai berdasarkan 6 indikator penilaian kepatuhan sesuai standar latihan senam hamil yang meliputi Frekuensi, waktu, kegiatan pemanasan sebelum latihan, jumlah variasi gerakkan inti, kegiatan pendinginan setelah latihan dan jumlah gerakan. Peningkatan kepatuhan disebabkan karena pengetahuan ibu hamil bertambah setelah diberikan edukasi dengan buku saku. Sesuai dengan tujuannya buku saku sebagai media pembelajaran berfungsi sebagai penyalur informasi sehingga lebih mudah memahami isi pesan yang akan disampaikan. Kondisi ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa materi dan media edukasi, menjadi factor penting dalam pemberian pendidikan kesehatan hal ini dibuktikan dengan responden lebih mudah menerima informasi yang disampaikan karena dengan materi yang disampaikan cukup menarik ( Manalu & Sukana, 2011 ).
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh pemberian pocket book terhadap kepatuhan ibu melakukan senam hamil. Hal ini disebabkan karena adanya faktor pengetahuan tentang senam hamil yang diperoleh responden setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan media buku saku atau pocket book . Pocket book adalah buku yang berukuran kecil dan mudah dibawa kemana-mana, hal ini akan memudahkan seseorang untuk belajar dimanapun dan kapapun juga. Sehingga media pocket book digunakan sebagai sarana untuk membantu ibu hamil untuk menghafal dan mendalami gerak-gerakan dalam latihan senam hamil yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan. Sejalan dengan teori yang mengatakan bahwa pengetahuan merupakan faktor predisposisi terbentuknya perilaku kesehatan. Terbentuknya perubahan praktik dimulai dari domain pengetahuan dimana seseorang tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang didapatkan yaitu berupa materi edukasi sehingga muncul pengetahuan baru yang selanjutnya menimbulkan respon dalam bentuk sikap yang akan memunculkan praktik yang baru ( Notoatmodjo, 2012 ).
Hasil penelitian ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Aqilatul Munawaroh (2019) dimana hasil penelitian menunjukan adanya perbedaan kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet tambah darah antara sebelum dan sesudah edukasi dengan menggunakan media buku saku, dengan rerata tingkat kepatuhan konsumsi tablet tambah darah mengalami peningkatan dari 72,6% menjadi 85,0% ( Munawaroh et al., 2019 ). Penelitian ini juga didukung dengan penelitian sebelumnya yang juga menggunakan media buku saku. Hasil penelitian tersebut menunjukkan kemampuan buku saku dalam meningkatkan tingkat kecukupan gizi remaja namun belum bisa mencapai 100% AKG (Hapsari et al, 2015). Penelitian sebelumnya juga menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara pengetahuan, kepatuhan diet dan kadar glukosa darah sebelum dan sesudah konseling gizi metode buku saku diet pada pasien DM Tipe II ( Christiana, 2018 ).
## SIMPULAN DAN SARAN
Pendidikan kesehatan dengan menggunakan pocket book pada kegiatan kelas ibu hamil efektif meningkatkan motivasi dan kepatuhan ibu melakukan senam hamil. Kepada petugas kesehatan tetap mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil. Pada pelaksanaan kegiatan kelas ibu hamil khususnya tentang materi aktifitas fisik agar lebih efektif disarankan untuk menggunakan tambahan media buku saku latihan senam ibu hamil dalam rangka
meningkat motivasi dan kepatuhan ibu melakukan senam hamil. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya adalah merancang alat bantu yang lebih praktis dan efektif untuk memantau kepatuhan melakukan senam hamil dan mengevaluasi efektifitas senam hamil dengan buku saku latihan senam hamil terhadap proses persalinan.
## UCAPAN TERIMA KASIH
Peneliti menyampaikan terima kasih kepada pihak yang telah berkontribusi dan memberikan dukungan untuk terlaksananya kegiatan penelitian ini, antara lain 1) Direktur Poltekkes Kemenkes Mataram 2) UPT Puskesmas Ubung Lombok Tengah.
## DAFTAR PUSTAKA
Artanti, Z. H. W., & Widyaningsih, H. (2016). Hubungan Pengetahuan dengan Motivasi Ibu Hamil untuk Melakukan Senam Hamil di Desa Tanjungrejo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus. Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan Masyarakat Cendekia Utama , 5 (1). https://jurnal.stikescendekiautamakudus.ac.id/index.php/stikes/article/view/101 Christiana, N. W. (2018). Perbedaan Pengetahuan, Kepatuhan Diet Dan Kadar Glukosa Darah Sebelum dan Sesudah Pemberian Konseling Gizi Metode Buku Saku Diet Pada Pasieb Diabetes Mellitus Tipe II Di Poli Rawat Jalan Rumah Sakit Qim Batang . Universitas Muhammadiyah Semarang. http://repository.unimus.ac.id/2005/
Dinas Kesehatan NTB. (2020). Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2019. In Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2019 . https://cb.run/0e9Q
Gaston, A., & Cramp, A. (2011). Exercise during pregnancy: A review of patterns and determinants. Journal of Science and Medicine in Sport , 14 (4), 299 –305. https://doi.org/10.1016/j.jsams.2011.02.006
Hakim, A. A. (2014). Motivasi Ibu Hamil Dalam Melakukan Senam Hamil Di Rb Anugrah Surabaya . UNKNOWN. http://repository.unusa.ac.id/1445/
Hapsari, B. amalia, Yuniarti, Y., & Sulistyowati, E. (2015). Efektivitas Konseling Gizi dengan Media Buku Saku terhadap Pengetahuan, Sikap Mengenai Pencegahan Hipertensi, dan Kebiasaan Makan Natrium dan Serat pada Remaja di SMAN 15 Semarang. Jurnal Riset Gizi, 3(1),
46 –52. Retrieved from https://ejournal.poltekkes- smg.ac.id/ojs/index.php/jrg/article/view/4329 Kemenkes RI. (2014). Buku Pegangan Fasilitator Kelas Ibu Hamil (pp. 1 –102). Jakarta:
Kementerian Kesehatan R.I. https://libportal.jica.go.jp/library/Archive/Indonesia/232i.pdf Kemenkes RI. (2017). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017 . Jakarta: Kementerian Kesehatan R.I. https://www.kemkes.go.id/downloads/resources/download/pusdatin/profil- kesehatan-indonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-tahun-2017.pdf
Ku shartanti Wara ; Endang Rini Soekamti; Fajar Sriwahyuniati. (2005). Senam hamil Menyamankan Kehamilan Mempermudah Persalinan . Yogyakarta: Lintang Pustaka. https://kink.onesearch.id/Record/IOS3737.SULUT000000000000552/Description Manalu, H. S. P., & Sukana, B. (2011). Aspek pengetahuan sikap dan perilaku masyarakat kaitannya dengan penyakit TB paru. Media Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan , 21 (1), 150706. http://r2kn.litbang.kemkes.go.id:8080/handle/123456789/79798
Munawaroh, A., Nugraheni, S. A., & Rahfiluddin, M. Z. (2019). Pengaruh Edukasi Buku Saku Terhadap Perilaku Asupan Zat Besi Ibu Hamil Terkait Pencegahan Anemia Defisiensi Besi (Studi pada Ibu Hamil Trimester II Akhir di Wilayah Kerja Puskesmas Bangetayu Kota Semarang). Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip) , 7 (4), 411 –419. https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm/article/view/24806
Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Edisi Revisi . Jakarta: Rineka Cipta. https://kink.onesearch.id/Record/IOS3409.slims-1574/TOC
Rahmawati, N. I., Nugraheni, S. A., & Mawarni, A. (2015). Pengaruh Penggunaan Buku Saku oleh Motivator Terhadap Pengetahuan dan Ketrampilan Motivator dalam Mengatasi Permasalahan Pemberian ASI (di Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul). Jurnal Ners Dan Kebidanan Indonesia , 3 (2), 64 –70.
https://ejournal.almaata.ac.id/index.php/JNKI/article/view/158
Rosidah, Handayani, W. (2019). Perbedaan Motivasi Untuk Melakukan Senam Nifas Pada Ibu Postpartum Yang diberikan Pendidikan Kesehatan dengn Yang Tidak diberikan Pendidikan Kesehatan. Jurnal Ilmiah Punmed. 8(3). http://ojs.poltekkes- medan.ac.id/index.php/pannmed/article/view/375 Rusman. (2012). Manajemen Pengembangan Kurikulum (1st ed.). Jakarta: PT RajaGravindo Persada. https://inlislite.uin-suska.ac.id/opac/detail-opac?id=23319
Uno, H. B. (2021). Teori motivasi dan pengukurannya: Analisis di bidang pendidikan . Jakarta:
Bumi Aksara.
https://books.google.co.id/books/about/Teori_Motivasi_Pengukurannya_Kajian_Anal.ht ml?hl=id&id=8o5_tQEACAAJ
Windi Chusniah Rachmawati. (2019). Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku . Malang: Penerbit Wineka Media. https://fik.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/10/2.-PROMOSI- KESEHATAN-DAN-ILMU-PERILAKU.pdf
World Health Organizazion. (2020). monitoring health for the SDGs, sustainable development goals . Retrieved 25 March 2022, from https://apps.who.int/iris/handle/10665/332070
|
286ed833-b19b-4025-90d8-54f6d36dbb4d | https://jurnal.ubs-usg.ac.id/index.php/joeb/article/download/845/997 |
## PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN BELANJA MODAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA SEMARANG
## Evieana R Saputri
Akuntansi, Politeknik YKPN Yogyakarta, Indonesia Email: evieanars4@gmail.com
## Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui apakah pendapatan asli daerah dan belanja modal mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di kota Semarang. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari laporan realisasi APBD Pemerintah Kota Semarang. Uji yang dilakukan menggunakan uji F dan Uji T. Hasil pengujian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pendapatan asli daerah dan belanja modal berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Selain itu juga pendapatan asli daerah yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
Kata kunci : Pendapatan Asli Daerah; Belanja Modal; APBD; Pertumbuhan Ekonomi
## Abstract
The purpose of this study is to determine whether local revenue and capital expenditure influence economic growth in the city of Semarang. This study relies on secondary data from the Semarang City Government's APBD realization report. The F and T tests were used in the experiments. According to the results of the tests, local revenue and capital expenditure have an impact on economic growth. Aside from that, regional original income influences economic growth.
## Keywords: Locally-generated revenue; Capital Expenditure; APBD; Economic growth
## Pendahuluan
Menurut Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Buleleng, pembangunan nasional merupakan upaya untuk meningkatkan seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara sekaligus merupakan proses pembangunan keseluruhan sistem penyelenggaraan negara untuk mewujudkan tujuan nasional. Pelaksanaan pembangunan mewujudkan perspektif kehidupan bangsa, yaitu perspektif ekonomi, politik sosial budaya dan pertahanan keamanan secara berencana, ekstensif, nasional dalam rangka menghasilkan kehidupan yang sepadan serta setara dengan bangsa lain yang lebih maju. Pada umumnya, pembangunan nasional akan berjalan selaras dengan pembangunan ekonomi (Yorisca, 2020).
Menurut (Lamintang & Lamintang, 2010) para pemimpin Indonesia yang menyusun Undang-Undang Dasar 1945 mempunyai kepercayaan, bahwa cita-cita keadilan sosial dalam bidang ekonomi dapat mencapai kemakmuran yang merata, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Oleh karena itu, dibentuklah dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 yang berada dalam Bab XIV dengan judul “Kesejahteraan Sosial”. Maksudnya, Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 adalah suatu
sistem ekonomi yang pada cita-citanya bertujuan mencapai kesejahteraan sosial. Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 itu adalah sendi utama bagi politik perekonomian dan politik sosial Republik Indonesia. Pertumbuhan ekonomi yang baik akan menghasilkan kinerja yang baik pula. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di tingkat nasional maupun daerah diharapkan mampu untuk mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan sekaligus dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Menurut (Fikri, 2017) pembangunan ekonomi suatu daerah pada hakekatnya merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara sadar dan terus menerus untuk mewujudkan keadaan yang lebih baik secara bersama-sama dan berkesinambungan. Daulay juga mengungkapkan bahwa, pembangunan daerah menjadi bagian integral dari pembangunan nasional yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu. Karena salah satu tujuan dari pembangunan ekonomi adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka pembangunan ekonomi harus dilakukan dengan tetap mempertimbangkan hal-hal yang berkaitan dengan pembangunan tersebut. Salah satunya adalah memperhatikan pemerataan pendapatan antar daerah (PAD). Karena pembangunan ekonomi suatu pemerintahan berkaitan erat dengan potensi ekonomi yang dimiliki, maka proses pembangunan ekonomi harus melalui perencanaan yang baik dan menggunakan prosedur yang benar. Agar tuj
Laju Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Modal Kota Semarang Tahun 2017-2020 dapat dilihat melalui grafik berikut ini.
Grafik 1 Pendapatan Asli Daerah Kota Semarang
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Semarang
## Grafik 2 Belanja Modal Kota Semarang
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Semarang
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Semarang
Grafik 3 Laju Pertumbuhan Ekonomi Semarang
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Semarang
Berdasarkan data pada grafik di atas, terlihat bahwa laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2020 persentasenya menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Begitu juga dengan Belanja Modal yang dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Namun, sebaliknya pada Pendapatan Asli Daerah terjadi peningkatan. Hal ini dapat terjadi karena tingkat belanja pada daerah di tahun tersebut sedang mengalami penurunan yang akhirnya membuat pendapatannya tetap atau dapat mengalami kenaikan. Dari sisi pendapatan, dapat dilihat bahwa komponen yang paling banyak berkontribusi yaitu, pajak daerah. Artinya, pemerintah daerah mendapatkan kontribusi wajib yang diperoleh dari orang pribadi atau suatu badan yang pemanfaatannya dikembalikan lagi ke masyarakat guna mendukung kemakmuran rakyat. Sedangkan Belanja Modal merupakan pengeluaran untuk memperoleh aset tetap maupun aset lainnya yang dapat memberikan manfaat. Maka, dapat disimpulkan bahwa Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Modal merupakan hal yang penting untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang terarah, teratur dan baik (Marseno & Mulyani, 2020).
Penelitian yang dilakukan oleh (Dewi & Suputra, 2017) terkait pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Belanja Modal dan Investasi Swasta terhadap pertumbuhan ekonomi daerah Bali, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat menghasilkan bahwa secara simultan, Pendapatan Asli Daerah, Belanja Modal dan Investasi Swasta berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi daerah Bali, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat.
(Saraswati, 2018) juga melakukan penelitian terhadap pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Belanja Modal terhadap pertumbuhan ekonomi dan dana perimbangan sebagai pemoderasi di kabupaten/kota Sumatera Utara. Berdasarkan hasil penelitian secara simultan dan parsial, Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Modal berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi kota/kabupaten di Provinsi Sumatera Utara.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh (Manek & Badrudin, 2017) didapatkan hasil bahwa pendapatan asli daerah tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian berupa nilai koefisien sebesar -0,43 dengan tingkat signifikansi 0,01<0,05.
(Tuwo, Rotinsulu, & Kawung, 2021) juga melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Modal terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Minahasa. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder time series , yang bersumber dari BPS Kabupaten Minahasa. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mendapatkan hasil bahwa, secara simultan Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Modal secara bersama-sama berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Minahasa. Namun, jika dilakukan pengujian secara mandiri terhadap Pendapatan Asli Daerah, hasilnya menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah tidak berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Tahar & Zakhiya, 2011).
Berdasarkan latar belakang masalah dan penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan terdapat inkonsistensi hasil, maka dari itu peneliti ingin mengkonfirmasi pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Semarang.
Menurut (Samsubar Saleh 2003), Pendapatan Asli Daerah merupakan suatu komponen yang sangat menentukan berhasil tidaknya kemandirian pemerintah Kabupaten atau Kota dalam rangka otonomi daerah saat ini. Salah satu komponen yang sangat diperhatikan dalam menentukan tingkat kemandirian daerah dalam rangka otonomi daerah adalah sektor Pendapatan Asli Daerah. Menurut data yang berada di situs Kementerian Keuangan, Pendapatan Asli Daerah yaitu pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Pendapatan Asli Daerah bertujuan memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai perwujudan desentralisasi. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Pendapatan Asli Daerah merupakan hak pemerintah daerah yang dapat dianggap sebagai kekayaan pemerintah daerah yang diperoleh dari Pajak Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, Retribusi Daerah dan
## Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Semarang
Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah. Pendapatan Asli Daerah merupakan faktor paling penting dalam suatu pemerintah daerah karena dapat digunakan untuk menilai kemampuan suatu pemerintah daerah dalam membiayai kegiatan pembangunan dan pemerintah daerah (Pramono, 2014).
Hasil ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Adyatma & Oktaviani, 2015), yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Modal terhadap pertumbuhan ekonomi. Terdapat hubungan yang positif antara masing-masing variabel. Ini memiliki makna bahwa semakin tinggi tingkat penerimaan pendapatan asli daerah, akan meningkatkan alokasi belanja modal, akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di suatu daerah
## Metode
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laporan Realisasi APBD di Kota Semarang pada tahun 2017-2020. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah metode sekunder. Data sekunder yang diambil dari Laporan APBD yang diperoleh dari data Pemerintah Kota Semarang. Dari Laporan Realisasi APBD dapat diperoleh data berupa jumlah realisasi anggaran Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Modal. Sedangkan untuk pertumbuhan ekonomi, diambil dari website www.bps.go.id . Analisis yang digunakan ini merupakan model regresi yang melibatkan lebih dari satu variabel independent, persamaan regresi dalam penelitian ini adalah:
## Y = α + β1PAD + β2BM + β3PAD*BM + e
Keterangan :
Y = Pertumbuhan Ekonomi α = Konstanta β = Koefisien regresi PAD = Pendapatan Asli Daerah BM = Belanja Modal e = error
Pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji F dan uji T. Dengan kriteria jika nilai signifikan uji t < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya, terdapat pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. Sebaliknya jika nilai signifikan uji t > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya, tidak ada pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. Kemudian pengujian koefisien determinasipun dilakukan agar mengetahui seberapa jauh data dependen dapat dijelaskan oleh data independen. Koefisien determinasi bernilai antara 0-1. Jika mendekati angka satu artinya semakin baik variabel bebasnya. Sebaliknya, jika mendekati 0 maka semakin lemah variabel bebas untuk menjelaskan variabel terikatnya (Ghozali, 2016).
## Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian ini telah dilakukan oleh peneliti tentang Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Semarang sebagai berikut :
## Analisis Regresi Linier Berganda
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan program SPSS diperoleh koefisien regresi seperti dalam tabel berikut:
## Tabel 1 Koefisien Regresi Linier Berganda
Model Unstandardized Coefficients Standardi zed Coefficien ts t Sig B Std.Error Beta 1 (constant) 289.671 152.890 .761 .023 PAD .7692 .785 .290 .142 .0021 BM 2.281 2.981 2.192 .261 .210 Sumber: Data diolah, 2023
Dari hasil penelitian tersebut didapat persamaan regresi sebagai berikut : Y = 289,671 + 0,7692PAD + 2,281BM + e Berdasarkan persamaan tersebut, dapat diperoleh hasil yaitu nilai konstanta sebesar 289,671, menunjukkan bahwa hubungan antar variabel tersebut bersifat positif. Dilihat dari Pendapatan Asli Daerah, mempunyai koefisien regresi bertanda positif yaitu sebesar 0,7692. Lalu dilihat dari Belanja Modal mempunyai koefisien regresi bertanda positif sebesar 2,28.
## Uji Simultan (F)
Pengujian secara simultan dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen secara bersama-sama. Jika nilai signifikansi menghasilkan angka sig < 0,05, maka Ho ditolak dan menghasilkan kesimpulan bahwa terdapat pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependennya. Untuk mengetahui pengaruh dari Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Modal terhadap Pertumbuhan Ekonomi, perlu dilakukan pengujian secara simultan terhadap variabel- variabel yang dapat dilihat pada tabel berikut.
## Tabel 2 Uji Simultan ANOVA
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 2,96E+25 3 1,52904E+25 54 .002 Residual 1926584917 0 . .521 Total 3,39E+25 3 Sumber: Data diolah, 2023
Berdasarkan tabel ANOVA di atas, didapatkan nilai signifikansi uji F sebesar 0,002 maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan terdapat pengaruh secara simultan dari Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Modal terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Semarang.
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Semarang
## Uji Parsial (T)
Pengujian secara parsial dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependennya. Nilai uji t dilihat dari tingkat signifikansi dari masing-masing variabel. Jika nilai signifikansi di bawah 0,05, maka variabel independen tersebut berpengaruh terhadap variabel dependen. Hasil dari pengujian hipotesis dari masing-masing variabel dapat dilihat melalui tabel berikut.
Tabel 3 Uji Parsial Model Unstandardized Coefficients Standardi zed Coefficien ts t Sig B Std.Error Beta 1 (constant) 289.671 152.890 .761 .023 PAD .7692 .785 .290 .142 .0021 BM 2.281 2.981 2.192 .261 .210
## Sumber: Data diolah, 2023
Berdasarkan tabel uji parsial di atas, untuk variabel Pendapatan Asli Daerah menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,0021. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat pengaruh secara parsial antara Pendapatan Asli Daerah dengan Pertumbuhan Ekonomi di Kota Semarang. Selanjutnya angka signifikansi dari variabel Belanja Modal sebesar 0,21. Karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, maka diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat pengaruh secara parsial antara Belanja Modal dengan Pertumbuhan Ekonomi di Kota Semarang.
Analisis koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen.
Tabel 4 Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .521 .6120 .2891 28937156389
## Sumber: Data diolah, 2023
Berdasarkan hasil olah data di atas, menunjukkan bahwa nilai R-square atau koefisien determinasi sebesar 0,6120 yang memiliki makna bahwa Pertumbuhan Ekonomi mampu menjelaskan variabel Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Modal sebesar 61,20% sedangkan 38,80% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.
## Pembahasan
Pendapatan Asli Daerah merupakan penerimaan yang diperoleh dari daerah yang dipungut berdasarkan peraturan perundang-undangan. Karena penerimaannya berasal dari daerah itu sendiri, maka perolehan Pendapatan Asli Daerah harus terus ditingkatkan karena dapat berpengaruh terhadap kegiatan-kegiatan di dalamnya termasuk kegiatan ekonominya. Pendapatan Asli Daerah yang dimiliki menentukan kemampuan suatu daerah dalam menjalankan fungsi pemerintahannya, maka hal tersebut juga berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonominya. Peningkatan pendapatan asli daerah sangat penting karena dapat membantu suatu daerah dalam melakukan pembangunan dan memperlancar jalannya perekonomian di daerah tersebut. Jika pendapatan asli daerah mengalami kenaikan, maka dapat dikatakan daerah tersebut telah mampu untuk menjalankan perekonomian dengan baik dan stabil. Dari penelitian yang dilakukan, disimpulkan bahwa pendapatan asli daerah berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, hasil ini didukung penelitian yang dilakukan oleh penelitian yang telah dilakukan sebelumnya (Dewi & Suputra, 2017) dan (Tuwo et al., 2021)
Perencanaan anggaran sangat penting dilakukan karena akan berpengaruh terhadap kegiatan-kegiatan yang ada di daerah tersebut, termasuk kegiatan ekonominya. Ketika perencanaan anggaran dapat dialokasikan dengan tepat, akan berakibat pada kesejahteraan masyarakat. Jika kesejahteraan masyarakat tercapai, maka kegiatan ekonominya pun dapat berjalan dengan lancar. Selain itu, pertumbuhan ekonomi yang dari tahun ke tahun dapat tercapai pada suatu daerah akan berpengaruh juga kepada pembangunan dan infrastruktur di daerah tersebut. Semakin tinggi tingkat belanja modal. Maka semakin besar pula kesempatan suatu daerah untuk memiliki pertumbuhan ekonomi yang baik. Hasil penelitan yang dilakukan adalah Belanja modal tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh (Dewi & Suputra, 2017) yang menghasilkan bahwa Belanja Modal tidak berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi juga.
Pada pengujian secara simultan Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Modal berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Semarang dengan nilai signifikansi 0,002. Karena nilai signifikansinya di bawah 0,05, maka menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Modal berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Hal ini didukung oleh penelitian dari (Utami & Indrajaya, 2019) dan (Saraswati, 2018)
## Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa Secara parsial hanya Pendapatan Asli Daerah yang berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan juga Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Modal secara simultan mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi. Berdasarkan kesimpulan tersebut, bebrapa saran bisa dilakukan dalam penelitian yang akan datan yaitu diharapkan dapat melakukan penelitian dengan menggunakan variabel yang lebih banyak. Selain itu peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan tahun yang berbeda dari tahun yang digunakan saat ini dan juga objek penelitian bisa diperluas tidak hanya 1 kota/kabupaten/provinsi saja.
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Semarang
## DAFTAR PUSTAKA
Adyatma, Erdi, & Oktaviani, Rachmawati Meita. (2015). Pengaruh pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum terhadap belanja modal dengan pertumbuhan ekonomi sebagai pemoderasi. Dinamika Akuntansi Keuangan Dan Perbankan , 4 (2).
Dewi, Ni Wayan Ratna, & Suputra, IDGD. (2017). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dan Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana , 18 (3), 1745– 1773.
Fikri, Rijalul Ahmad. (2017). Pengaruh Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumatera Utara . Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
Ghozali, I. (2016). Aplikasi analisis multivariate dengan program IBM SPSS 23 . Semarang: BPFE Universitas Diponegoro.
Lamintang, P. A. F., & Lamintang, Theo. (2010). Pembahasan KUHAP menurut ilmu pengetahuan hukum pidana & yurisprudensi . Sinar Grafika.
Manek, Marianus, & Badrudin, Rudi. (2017). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Telaah Bisnis , 17 (2).
Marseno, Bintang, & Mulyani, Erly. (2020). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), Jumlah Penduduk Dan Luas Wilayah Terhadap Belanja Modal Pemerintah Daerah. Jurnal Eksplorasi Akuntansi , 2 (4), 3452–3467.
Pramono, Joko. (2014). Analisis rasio keuangan untuk menilai kinerja keuangan pemerintah daerah (Studi Kasus pada pemerintah Kota Surakarta). Among Makarti ,
7 (1).
Saraswati, Dwi. (2018). Pengaruh pendapatan asli daerah, belanja modal terhadap pertumbuhan ekonomi dan dana perimbangan sebagai pemoderasi di Kabupaten/Kota Sumatera Utara. Jurnal Akuntansi Bisnis Dan Publik , 8 (2), 54–68.
Tahar, Afrizal, & Zakhiya, Maulida. (2011). Pengaruh pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum terhadap kemandirian daerah dan pertumbuhan ekonomi daerah. Journal of Accounting and Investment , 12 (1), 88–99.
Tuwo, Romi Daniel, Rotinsulu, Debby Christina, & Kawung, George M. V. (2021). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Minahasa. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi , 21 (4).
Utami, Desak Nyoman, & Indrajaya, I. Gusti Bagus. (2019). Pengaruh Pad Dan Belanja
Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan Kesejahteraan Masyarakat Di Provinsi Bali. E-Jurnal Ep Unud , 8 (10), 2195–2225.
Yorisca, Yenny. (2020). Pembangunan Hukum Yang Berkelanjutan: Langkah Penjaminan Hukum Dalam Mencapai Pembangunan Nasional Yang Berkelanjutan. Jurnal Legislasi Indonesia , 17 (1), 98–111.
|
c68ddfeb-38d1-4283-b9ca-8f6944d121ab | https://jurnal.umsb.ac.id/index.php/pagaruyuang/article/download/4086/2963 |
## Volume 6 No. 2, Januari 2023
P-ISSN: 2580-4227, E-ISSN: 2580-698X
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License. PLaJ. Faculty of law Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat, Indonesia. Open Acces at: https://jurnal.umsb.ac.id/index.php/pagaruyuang
## PEMBLOKIRAN SERTIPIKAT HAK ATAS TANAH YANG MENGALAMI SENGKETA UNTUK TERTIB ADMINISTRASI PERTANAHAN PADA KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN PADANG PARIAMAN
Syuryani, SH, MH. Yozi Ardian, SH, MH Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat Fakultas Hukum Universitas Andalas
Syuryani877@gmail.com Yoziardian98@gmail.com
## ABSTRAK
. Kegiatan pemblokiran diakomodir dengan Peraturan Menteri Agraria Nomor 13 Tahun 2017. Penulisan ini menguraikan proses pemblokiran sertipikat hak atas tanah apakah sudah mampu menciptakan tertib administrasi pertanahan serta apakah sudah dapat memberikan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas tanah dengan metode penulisan yuridis empiris. Hasil penelitian yang ditemukan pada Kantah Kab.Padang Pariaman pemblokiran sertipikat sendiri disebabkan karena adanya sengketa kepentingan terhadap tanah terutama pada tanah yang penguasaanya secara bersama, serta pada tanah yang pembagian warisnya belum selesai, tujuan dari dilakukannya blokir adalah untuk melindungi kepentingan pemegang hak lainnya.
Kata Kunci : Pemblokiran, Sertipikat, Hak Atas Tanah
## ABSTRACT
Blocking activities are accommodated by the Regulation of the Minister of Agrarian Affairs Number 13 of 2017. This writing describes the process of blocking certificates of land rights whether it has been able to create orderly land administration and whether it has been able to provide legal protection to holders of land rights using an empirical juridical writing method. The results of the research found in Kantah, Padang Pariaman Regency, the blocking of the certificate itself was due to a dispute over interests in land, especially in land that is jointly owned, as well as in land whose inheritance distribution has not been completed. The purpose of blocking is to protect the interests of other rights holders.
Keywords: Blocking, Certificate, Rights Of Land
## A. PENDAHULUAN
Undang-Undang Pokok Agraria yang selanjutnya disebut UUPA sebagai dasar bagi hukum agraria nasional sebetulnya hadir dan menciptakan suatu konsep baru bagi eksistensi keberagaman hukum pada bidang agrarian di Indonesia, yang dimana menjadikan hukum adat
juga sebagai sumber utama pembangunannya. 1 Dengan diundangkannya UUPA terhitung sejak tanggal ditetapkannya dan diberlaku-kannya maka ketentuan menyangkut tanah di Indonesia berpedoman kepada UUPA pada khususnya. 2
Untuk menindaklanjuti amanat UUPA salah satunya dalam rangka mewujudkan jaminan kepastian hukum bagi para pemilik tanah, maka pemerintah melaksanakan kegiatan pendaftaran tanah sebagaimana yang diatur dalam pasal 19 ayat (1) dan ayat (2
Peraturan mengenai pendaftaran tanah selain diatur dalam UUPA juga diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah (seterusnya akan penulis sebut dengan PP No.24 Tahun 1997). Sertipikat tanah merupakan produk dari penyelenggaraan kegiatan pendaftaran tanah. Selain diatur dalam PP Nomor 24 Tahun 1997 ketentuan mengenai sertipikat juga diatur dalam pasal 69 dan pasal 91 Peraturan Menteri Agraria Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah (seterusnya akan penulis sebut dengan Permen Agraria No.3 Tahun 1997). Keberadaan sertipikat tanah bagi pemegang hak atas tanah merupakan sesuatu yang sangat penting, hal ini dikarenakan sertipikat dijadikan sebagai alat bukti dan jaminan kepastian hukum bagi si pemegang hak itu sendiri. Penerbitan sertipikat ini memberikan perasaan tenang dan tentram karena dilindungi dari tindakan sewenang-wenang dari siapapun. Kedua, dengan pemilikan sertipikat pemilik tanah dapat melakukan perbuatan hukum apa saja sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum, dan kesusilaan. 3
Sertipikat hak atas tanah hanya sebagai suatu bukti permulaan saja, belum menjadi sebagai suatu yang final sebagai bukti hak atas tanahnya, atau dengan kata lain, bahwa sertipikat itu adalah sebagai salah satu alat pembuktian yang kuat, sehingga setiap orang masih dapat menggugat atas pendaftaran tanah pada
Kantor Pertanahan apabila mempunyai bukti yang kuat atas tanah tersebut. Oleh karena itu, Kantor Pertanahan atas dasar permohonan para pihak dapat melakukan pemblokiran sertifikat hak atas tanah. 4
Dalam perkembangannya konflik atas tanah dapat menimbulkan gugatan ke Pengadilan, ataupun pengajuan permohonan blokir sertipikat ke kantor pertanahan. Pencatatan Blokir sendiri merupakan tindakan administrative yang dilakukan oleh Kepala Kantor Pertanahan berdasarkan permohonan yang diajukan. Mengenai Pencatatan blokir sebelumnya masih tersebar di beberapa peraturan, belum lengkap, tidak seragam, dan masih dalam keadaan yang tersirat keberadaan normanya, sehingga berpotensi menjadi penghambat tercapainya tertib administrasi pertanahan. Hambatan tersebut oleh pemerintah diupayakan penyelesaiannya melalui pembentukan peraturan khusus mengenai blokir dan sita, dengan diterbitkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Nomor 13 Tahun 2017 Tentang Tata Cara Blokir dan Sita (Seterusnya akan penulis sebut dengan Permen Agraria No.13 Tahun 2017). Dalam Pasal 1 butir 1 Permen Agraria No 13 Tahun 2017 ini, menyatakan bahwa;
“Pencatatan blokir adalah tindakan administrasi Kepala Kantor Pertanahan atau pejabat yang ditunjuk untuk menetapkan keadaan status quo (pembekuan) pada hak atas
1 Kurnia Warman, 2010, Hukum Agraria Dalam Masyarakat Majemuk (Dinamika Interaksi Hukum adat dan Hukum Negara di Sumatera Barat), HuMa, Jakarta. Hlm.63 2 Imam Soetikno, 1987, “ Proses Terjadinya UUPA ”, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, hlm.59.
3 Uraian dari paragraf tersebut adalah kesimpulan Penulis dari membaca Buku Adi Kusnadi, 1988 Laporan Teknis Intern tentang Masalah Hukum Perubahan Status , Jakarta hlm 57-58 4 Masnita Dewi, 2010, Thesis; Tinjauan Yuridis Terhadap Pemblokiran
Sertifikat Di Kantor Pertanahan Deli Serdang , Universitas Sumatera Utara, Medan. Hlm 77
tanah yang bersifat sementara terhadap perbuatan hukum dan peristiwa hukum atas tanah tersebut”
Hadirnya Permen Agraria No.13 Tahun 2017 ini bertujuan untuk pedoman bagi Kementerian ATR/BPN, Kanwil BPN dan Kantor Pertanahan tingkat kabupaten dan kota dalam melaksanakan pencatatan atau penghapusan blokir dan sita atau adanya sengketa dan perkara mengenai hak atas tanah. Dan Permen Agraria ini bertujuan untuk mewujudkan keseragaman, standarisasi dan tertib administrasi dalam pelaksanaan pencatatan serta penghapusan catatan blokir dan sita atau adanya sengketa dan perkara mengenai hak atas tanah.
Pencatatan blokir dilakukan terhadap hak atas tanah atas perbuatan ataupun peristiwa hukum, atau karena adanya sengketa atau konflik pertanahan. Pengajuan pencatatan blokir untuk upaya perlindungan hukum terhadap kepentingan atas tanah yang dimohon blokir paling banyak satu kali pada satu objek tanah yang sama. Permohonan pencatatan blokir ini dapat diajukan oleh perorangan, (baik itu kepemilikan pribadi, ataupun kepemilikan bersama hak atas tanah), badan hukum, dan juga oleh penegak hukum seperti penyidik, dan atau jaksa dalam perkara pidana, serta pencatatan blokir juga dapat dilaksanakan berdasarkan inisiatif dari kementerian ATR/BPN itu sendiri, terkait pengajuan pencatatan blokir ini pun memiliki mekanisme yang berbeda antara pengajuan yang dilakukan oleh orang perorangan, badan hukum, penegak hukum dan ataupun atas inisiatif kementerian ATR/BPN. Terkait Permohonan Pencatatan blokir yang diajukan oleh orang perorangan ini harus mencantumkan alasan yang jelas dan bersedia dilakukan pemeriksaan atas permohonan yang dimaksud. Pada pasal 13 Permen Agraria No.13 tahun 2017 mengatur mengenai jangka waktu pencatatan blokir yang diajukan perorangan atau badan hukum berlaku selama 30 (tigapuluh) hari, sehingga pada rentang waktu 30 hari ini adalah bentuk tindak lanjut upaya apa yang akan dilakukan oleh sipemohon pencatatan blokir, apakah akan menyelesaikan sengketa yang terjadi secara mandiri atau akan melanjutkan perkara ke Pengadilan.
Dalam berbagai kasus, sengketa tanah sering diikuti dengan pemblokiran sertipikat oleh pihak berkepentingan, baik oleh perorangan, badan hukum, maupun pemerintah. Tujuan dari pemblokiran sertipikat tanah ini sendiri adalah untuk pembekuan status tanah agar tidak dapat beralih atau dialihkan sampai sengketa berakhir dan penguasaan atas tanah menjadi jelas tentang siapa pemegang hak atas tanah yang lebih jelas. Pemblokiran dilakukan dengan pertimbangan agar kepentingan orang atau badan hukum yang berhak atas tanah yang disengketakan mendapat perlindungan hukum. 5
Dalam rangka
tertib administrasi pertanahan, melakukan pencatatan blokir, sita atau adanya sengketa dan perkara mengenai hak atas tanah perlu dilakukan kegiatan pemeliharaan data pendaftaran tanah berupa pencatatan pada buku tanah dan surat ukur. Kegiatan pemeliharaan data pendaftaran tanah dilakukan apabila terjadi perubahan pada data fisik atau data yuridis obyek pendaftaran tanah pihak yang merasa dirugikan wajib mendaftarkan perubahan yang terjadi kepada kantor pertanahan sehingga data yang ada di kantor pertanahan sesuai dengan keadaan di lapangan. 6 Berdasarkan uraian diatas Latar penulis membahas dan menguraikan “Pemblokiran Sertifikat Hak Atas Tanah Serta Pengaruhnya Bagi Tertib Administrasi Pertanahan Yang Mengalami Sengketa Pada Kantor Pertanahan Kabupaten Padang Pariaman”
5 Ali Achmad Chomzah, Op.cit ¸ hlm 19
6 Pasal 36 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah
## B. METODE PENELITIAN
Dalam _ penulisan ini, penulis menggunakan metode penelitian yuridis empiris . Pendekatan yuridis yang dimaksudkan adalah hukum dilihat sebagai norma atau das sollen , karena dalam melaksanakan pembahasan terhadap pemblokir sertifikat hak atas tanah dan upaya untuk mentertibkan Administrasi Pertanahan yang mengalami sengketa pada kantor Pertanahan Kabupaten Padang Pariaman.
## C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. P e nyebab Pemblokiran Sertipikat Hak Atas Tanah pada Kantor Pertanahan Kabupaten
## Padang Pariaman dan Proses Pemblokiran Itu Dilakukan Dalam Rangka Tertib Administrasi Pertanahan
Sertipikat sebagai produk terakhir dari pendaftaran tanah merupakan surat tanda bukti hak yang berisi salinan dari buku tanah yang dilengkapi Surat Ukur berisi data yuridis dan data fisik bidang tanah, berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat, mengandung pengertian bahwa selama tidak dapat dibuktikan sebaliknya, data fisik dan data yuridis yang tercantum di dalamnya harus diterima sebagai data yang benar. Namun terkadang dalam penerbitan suatu sertipikat hak masih saja menjadi suatu polemik bagi pihak lain yang juga merasa memiliki hak atas tanah tersebuT. Perorangan atau badan hukum yang merasa kepentingannya dirugikan terhadap diterbitkannya sertipikat hak atas tanah tersebut, berhak mengajukan gugatan ke Pengadilan. 7
Pada pedoman prosedural, Pasal 1 angka 1 Permenag 13 Tahun 2017 tentang Sita dan Blokir menetapkan bahwa pemblokiran tanah hanya diperkenankan untuk dilakukan oleh Kepala Badan Pertanahan ataupun pejabat yang memiliki otoritas agar dapat menentukan status quo atas sebidang tanah. Status quo sendiri bertujuan untuk membekukan hak atas tanah yang bersifat sementara terhadap perbuatan hukum dan peristiwa hukum atas tanah tersebut.
Dalam beberapa praktik yang terjadi pelaksanaan pemblokiran sertipikat sering terjadi karena adanya suatu sengketa atau sanggahan. Pada Badan Pertanahan Nasional atau Kantah Kab. Padang Pariaman, sengketa pertanahan seringkali disebabkan karena adanya konflik kepentingan atas penguasaan bidang tanah pada saat proses penerbitan sertipikat ataupun pendaftaran peralihan hak atas tanah.
Setelah diberlakukannya Peraturan Menteri Agraria No. 13 Tahun 2017 tentang tata cara sita dan blokir, maka setiap kantor pertanahan sudah mempunyai tata cara blokir dan sita yang memuat ketentuan umum, maksud dan tujuan pemblokiran, permohonan persyaratan, penerimaan permohonan dan pemeriksaat, pengkajian, tatacara pencatatan, jangka waktu blokir serta hapusnya catatan blokir, hal ini ditujukan untuk mewujudkan keseragaman, standarisasi prosedur pelayanan dan untuk tertib administrasi dalam pelaksanaan pencatatan dan penghapusan catatan blokir.
Terkait dengan pencatatan blokir yang berlaku dalam Permen No.13 Tahun 2017 ini terdapat 4 mekanisme berbeda dalam pengajuannya, yakni pengajuan blokir yang dimohonkan oleh orang perorangan, badan hukum, aparat penegak hukum atau inisiatif kementerian ATR sendiri. Untuk blokir yang diajukan oleh orang perorangan atau badan hukum permohonan pengajuan blokirnya hamper memerlukan syarat yang sama yang membedakan hanya pada badan hukum harus melampirkan fotocopy akta pendirian dari badan hukum yang bersangkutan
7 Syuryani, Nessa Fajriyana, 2021, Pemblokiran Sertipikat Tanah Dikantor Pertanahan Kabupaten Lima Puluh Kota Berdasarkan Peraturan Menteri Agraria Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Nomor 13 Tahun 2017 Tentang Tata Cara Blokir Dan Sita , Jurnal Menara Ilmu, Volume Xv No. 02 Oktober 2021. Hlm 72
tersebut, dalam hal ini masa blokir paling lama yang diberikan adalah 30 hari, dalam masa 30 hari ini para pihak yang berkepentingan atas tanah diberikan kesempatan untuk menyelesaikan perkara mereka atau melanjutkan perkara kepengadilan sampai dengan adanya penetapan ataupun putusan untuk memperpanjang masa blokir.
Sedangkan untuk pengajuan blokir yang dimohonkan oleh aparat penegak hukum seperti kejaksaan, dalam hal ini harus adanya surat perintah penyidikan pada kasus pidana, dan surat permintaan pemblokiran dari instansi penegak hukum tersebut, terkait masa blokir pada kasus seperti ini, catatan blokirnya akan hapus apabila kasus yang diselidiki atau dalam masa tuntutan telah selesai, ataupun penyidik mencabut blokir yang telah diajukan. Adapun blokir berdasarkan inisiatif Kementrian ATR sendiri, berlaku ketentuan Mutantis Mutandis (perubahan prosedur pada hal-hal yang diperlukan atau penting sesuai dengan kondisi yang mendesak).
Permohonan pencatatan blokir sertipikat pada Kantah Kab. Padang Pariaman sendiri dilaksanakan berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Agraria No.13 Tahun 2017 Tentang Tata Cara Sita dan Blokir. Pemberlakuan pencatatan blokir merujuk kepada Pasal 3 Peraturan Menteri Agraria No.13 Tahun 2017 yang dimana pencatatan blokir dilakukan terhadap hak atas tanah terhadap perbuatan atau peristiwa hukum, atau karena adanya sengketa atau konflik pertanahan. Namun berdasarkan Keterangan yang penulis peroleh dari responden selaku Kapala Subseksi Penanganan Sengketa Pertanahan Kantah Kab Padang Pariaman menyatakan untuk kategori blokir sendiri bukanlah masuk dalam kategori sengketa, melainkan sanggahan. Sengketa pertanahan sering terjadi dalam proses pendaftaran tanah sebelum penerbitan suatu sertipikat hak, sedangkan sanggahan terjadi setelah diterbitkannya suatu sertipikat. Namun pada praktiknya blokir sendiri timbul dikarenakan adanya suatu konflik kepentingan atau yang disebut juga dengan sengketa. 8
Berdasarkan pengamatan penulis bahwa sengketa pertanahan sering terjadi sebelum diterbitkannya suatu sertipikat hak atas tanah, setelah dilakukan pengkajian dan pengkuran lapangan, tahap selanjutnya adalah tahap pengumuman nama pemegang hak atas tanah pada wilayah kenagarian setempat 9 , dimana diberikan waktu 60 hari pengumuman sebelum diterbitkannya suatu sertipikat, hal ini dikaitkan dengan kesempatan yang dimana apabila ada kesempatan bagi pihak lain yang juga merasa memiliki hak atas tanah yang didaftarkan memiliki kesempatan untuk mengajukan keberatannya atas pendaftaran tanah yang dilakukan. Keberatan ini dapat diajukan kekantor pertanahan langsung ataupun melalui mekanisme pengadilan.
Berdasarkan data pemblokiran yang terjadi di Kantor Pertanahan Kab.Padang Pariaman, ditemukan selama tahun 2018-2021 ditemukan beberapa kasus pengajuan blokir. Dari total kasus blokir yang terjadi di Kantah Kab. Padang Pariaman sudah tercatat total sebanyak 29 pencatatan blokir yang pernah terdaftar dan pada tahun 2022 ini masih ditemukan beberapa kali terjadi permohonan pencatatan blokir sertipikat tanah yang diajukan kepada pihak Kantah dan didaftarkan melalui loket pelayanan. Berdasarkan keterangan yang penulis peroleh dari responden selaku Kepala Subseksi bagian Penetapan Hak pada Kantah Kab. Padang Pariaman, Pemblokiran sertipikat yang diajukan pada Kantah Kab. Padang Pariaman seringkali terjadi pada tanah adat dalam hal ini berupa tanah bersama milik kaum. Hal ini disebabkan karena tidak termuatnya nama pemegang lain dalam sertipikat, peralihan hak atas tanah secara sepihak,
8 Hasil dari Keterangan yang diperoleh dari Bapak Aulia Zikrillah S.H Selaku Kepala Subseksi Penangan Sengketa Pertanahan Pada Kantor Pertanahan Kabupaten Padang Pariaman pada hari Senin, 16 Mei 2022 Pukul 10.15 WIB.
9 Hasil dari Keterangan yang diperoleh dari Bapak Aulia Zikrillah S.H Selaku Kepala Subseksi Penangan Sengketa Pertanahan Pada Kantor Pertanahan Kabupaten Padang Pariaman pada hari Senin, 16 Mei 2022 Pukul 10.25 WIB.
pembagian harta waris yang belum diselesaikan dalam keluarga, dan karena adanya piutang atas jual beli tanah yang belum dilunasi sehingga dimohonkan blokir oleh pihak ketiga yang berkepentingan atas tanah. 10
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan responden Selaku Kasubsi Penetapan Hak pada Kantor Pertanahan Kab. Padang Pariaman, untuk kasus pemblokiran yang terjadi hanya berlaku pada tanah yang telah diterbitkan sertipikatnya, untuk proses penerbitan sertipikat tanah pada umumnya mengikuti ketentuan formal yang ada dan khusus untuk kategori tanah Bersama milik kaum atau suku ini diperlukan beberapa persyaratan formil yang dibutuhkan yaitu salah satunya adalah keterangan ranji keturunan yang ditanda tangani oleh seluruh kaum dan diketahui oleh perangkat adat kenagarian setempat. Meskipun syarat formil dari pendaftaran tanah terpenuhi, namun masih dijumpai beberapa kasus bagi si pemegang hak atas tanah ini khususnya untuk penerbitan sertipikat tanah milik kaum, hal ini dikarenakan tidak adanya kesepakatan bulat dari keseluruhan anggota dalam kaum tersebut untuk mendaftarkan tanahnya, ataupun salah satu anggota dalam kaum tersebut memiliki kepentingan lain atas tanah milik bersama ini, salah satunya untuk dialihkan ataupun dibebani hak tanggungan, Selain dari pada itu ditemukan juga salah satu penyebab pencatatan blokir yang terjadi dikarenakan adanya kepentingan untuk melindungi pihak yang memiliki kepentingan dalam jual beli tanah, dimana salah satu pihak memohonkan blokir karena keadaan karena masih dalam keadaan berutang, dan perkara pewarisan yang belum diselesaikan pembagiannya. 11
Keberadaan blokir dan sita terhadap sertipikat tanah yang melekat pada tanah yang bermasalah mengakibatkan ditangguhkannya hak atas tanah untuk sementara waktu. Blokir dan sita memiliki dampak yang berbeda namun secara serentak akan membekukan hak milik atas tanah. Keberadaan blokir dan sita tanah juga mempengaruhi kecakapan dari seorang subyek hukum untuk melakukan sebuah prestasi jual-beli atas tanah yang diawali dengan sebuah perjanjian sebagaimana dikodifikasikan dalam Pasal 1320 ayat (1) KUHPerdata. 12
Dalam beberapa kasus terkadang sengketa atau sanggahan pada penerbitan sertipikat dapat saja untuk dimohonkan untuk dilakukan pencatatan blokirnya pada kantor pertanahan, baik itu dilakukan oleh pemohon yang memiliki hubungan hukum atas tanah tersebut secara lansung ke kantor pertanahan ataupun pada sengketa pertanahan yang sudah menempuh jalur litigasi dapat dimintakan dalam gugatannya untuk memohonkan sita dan blokir melalui hakim sampai adanya putusan yang berkekuatan hukum tetap. Adapun perbedaan terkait berlakunya jangka waktu blokir ini, apabila permohonan diajukan pada kantor pertanahan oleh pihak yang berkepentingan maka blokir hanya akan berlaku selama 30 hari dan ini hanya berlaku untuk satu kali pengajuan, sedangkan pada blokir yang dilakukan dengan suatu putusan sela, sita dan blokir ini akan berlangsung sampai adanya suatu putusan yang inkracht dari hakim di pengadilan.
Adapun hal menarik yang dapat dilihat dengan kehadiran Permen ATR No.13 tahun 2017 ini yakni jika ditinjau pada pasal 4 ayat (1) yang turut menentukan subjek yang memiliki kualifikasi untuk dapat mengajukan permohonan blokir, sedangkan sita pada pada pasal 27 subjeknya yakni juru sita pengadilan dan pihak yang berkepentingan, seperti kementerian ATR sendiri ataupun pihak kejaksaan dalam menangani kasus pidana maupun perdata.
10 Hasil dari Keterangan yang diperoleh dari Bapak Deri Artoni S. AP Selaku Kepala Subseksi Penetapan Hak Pada Kantor Pertanahan Kabupaten Padang Pariaman pada hari Rabu, 18 Mei 2022 Pukul 09.00 WIB.
11 Hasil dari Keterangan yang diperoleh dari Bapak Deri Artoni S. AP Selaku Kepala Subseksi Penetapan Hak Pada Kantor Pertanahan Kabupaten Padang Pariaman pada hari Rabu, 18 Mei 2022 Pukul 09.05 WIB.
12 Yulia Kumalasari. 2016. “ Perlindungan Hukum Terhadap Pihak Pembeli Beritikad Baik Dalam Jual Beli Tanah Bengkok ”. Jurnal Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang. Hlm 11
Berdasarkan keterangan yang penulis peroleh dari responden. selaku kepala subseksi Penetapan Hak Kantah Kab. Padang Pariaman, untuk pemblokiran yang dimohonkan langsung ke Kantah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Permen ATR/BPN No.13 Tahun 2017.
## 2. Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Sertipikat Tanah Yang Mengalami Pemblokiran
Berdasarkan Pasal 3 Permen ATR No. 13 Tahun 2017 tentang Blokir dan Sita yang menyatakan bahwa, pencatatan blokir dilakukan terhadap hak atas tanah atas perbuatan hukum atau peristiwa hukum, atau karena adanya sengketa atau konflik pertanahan maka salah satu upaya melindungi kepentingan pemegang hak atas tanah maka dilakukan upaya pemblokiran sertipikat.
Berdasarkan pengamatan penulis, pada kasus pencatatan blokir yang terjadi di Kantor Pertanahan Kab. Padang Pariaman pemblokiran yang terjadi di kantah sering diajukan oleh pemegang hak atas tanah yang berstatus milik bersama seperti tanah kaum dan suku, ataupun tanah waris yang belum dilakukan pemeliharaan data pendaftarannya. Pada kasus tanah milik bersama perlindungan hukum yang diberikan untuk pemegang hak atas tanah ini yaitu dengan melakukan pemblokiran guna membekukan status tanah agar tidak dapat dialihkan kepada pihak manapun, namun dengan jangka waktu blokir yang hanya berlaku selama 30 hari dan hanya berlaku untuk satu kali pengajuan untuk setiap pemohon, maka dalam rentang waktu 30 hari ini, para pihak pemegang hak atas tanah harus sesegera mungkin menyelesaikan konflik diantara mereka, hal ini dikarenakan status blokir sendiri hanyalah upaya atau tindakan administrative yang diberikan kepada Kantor pertanahan untuk pemegang hak atas tanah untuk melindungi hak dari pemegang hak atas tanah tersebut dengan jangka waktu tertentu dan dapat dicabut kembali oleh sipemohon dan konteks untuk blokirpun bukanlah mengakhiri si pemegang hak atas objek tanah yang dimilikinya. 13 Selain itu sebelumnya upaya perlindungan hukum bagi pemegang hak atas tanah telah diakomodir juga pada PP No.24 Tahun 1997.
Dengan hadirnya PP No.24 tahun 1997 tetap mempertahankan tujuan dan sistem yang digunakan dalam Pasal 19 UUPA jo PP No. 10 tahun 1961. Pemberlakuan PP No.24 Tahun 1997 ini adalah upaya penyempurnaan sehingga terdapat banyak tambahan, hal ini dapat dilihat dari penambahan jumlah Pasal lebih banyak dan isi Peraturan tersebut yang lebih memberikan jaminan kepastian hukum dalam hal kepemilikan tanah. 14 Pada 32 ayat (1) Pasal ini mengandung makna bahwa sertipikat merupakan alat pembuktian yang kuat dan selama tidak dapat dibuktikan sebaliknya maka data fisik dan data yuridis yang tercantum dalam sertipikat harus diterima sebagai data yang benar. 15 Sedangkan ayat (2) Pasal ini lebih menegaskan lagi jaminan kepastian dan perlindungan hukum bagi pemegang sertipikat tanah. Kadar kepastian hukum sertifikat sebagai tanda bukti hak yang kuat, tidak hanya ditentukan oleh terpenuhinya aturan hukum secara formal, tetapi lebih penting adalah sejauh mana penerapan aturan-aturan secara benar sehingga substansi hukum terpenuhi. 16
Dikarenakan sistem pendaftaran tanah di Indonesia menganut sistem publikasi negative yang bertendens positif, maka digunakan pendaftaran hak yang dimana bermaksud data fisik dan data yuridis atas tanah tersebut dianggap benar sepanjang tidak ada yang menyanggah atas suatu kebenaran data tersebut, berdasarkan keterangan yang diperoleh dari Bapak Deri, untuk
13 Hasil dari Keterangan yang diperoleh dari Bapak Deri Artoni S. AP Selaku Kepala Subseksi Penetapan Hak Pada Kantor Pertanahan Kabupaten Padang Pariaman pada hari Rabu, 18 Mei 2022 Pukul 09.45 WIB.
14 Helena Sumiati, Loc.it 15 A.P. Parlindungan, 1993, Kumpulan Tulisan Tentang Hukum Tanah , Cetakan I, Bandung, Alumni, Hal. 35.
16 Azmi Fendri, Yussy A. Mannas, 2020, Op.cit , Hlm 156.
pendaftaran tanah yang diajukan oleh pemegang hak atas tanah sampai dikeluarkannya sertipikat tanah, Kantor Pertanahan selaku instansi yang berwenang dan ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan tersebut hanya mengakomodir pemegang hak untuk memperoleh kepastian dan perlindungan hukum untuk pemegang hak tersebut, dalam kegiatan pendaftaran tanahpun kantor pertanahan dalam tugasnya hanya memperoleh kewenangan secara formil bukan materil, hal ini diartikan kewenangan kantor pertanahan sendiri dalam rangka tertib administrasi pertanahan hanya sebatas memeriksa kelengkapan dan berkas-berkas persyaratan pendaftaran tanah selama terpenuhi dan dirasa cukup sesuai dengan prosedur maka Kantor Pertanahan wajib untuk memfasilitasi pemegang hak tanah tersebut dan tidak boleh menolak pengajuan permohonan dari pemegang hak yang ingin mendaftarkan hak tanahnya. Namun apabila ada kekeliruan dan menimbulkan kerugian bagi pihak lain atas penerbitan suatu sertipikat yang dilakukan oleh kantor pertanahan, maka pasal 32 ayat (2) PP No.24 tahun 1997 pun juga telah mengakomodir bagi pihak yang merasa keberatan tersebut untuk mengajukan gugatan atau keberatan baik itu ke Kantor Pertanahan maupun ke Pengadilan namun keberatan ini juga memiliki masa waktu selama lima tahun setelah diterbitkannya suatu sertipikat. 17
Pasal 32 ayat (2) pada PP No.24 tahun 1997 ini dikenal dengan kelembagaan rechtsverwerking , yaitu lembaga dalam hukum adat yang namanya kehilangan hak menuntut atau rechtsverweking yang intinya apabila seorang yang mempunyai tanah, tetapi selama jangka waktu tertentu membiarkan tanahnya tidak terurus, dan tanah tersebut digunakan oleh orang lain dengan itikad baik, pemilik tanah tersebut tidak dapat lagi menuntut pengembalian tanah tersebut kepada orang yang menguasai nya. 18 Prinsip inilah yang dituangkan dalam pasal 32 ayat (2) PP No.24 tahun 1997. Namun keberadaan dari pasal kelembagaan rechtsverwarking kurang efektif dan juga bertentangan dengan ketentuan pasal 19 ayat (2) huruf c yang berbunyi pemberian surat surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat. Dimana pada Kalimat “sebagai alat pembuktian yang kuat” menegaskan bahwa sistem pendaftaran tanah menganut sistem publisitas negatif, yang mana subjek hak yang namanya sudah terdaftar, masih dimungkinkan diajukan keberatan-keberatan oleh pihak-pihak yang merasa haknya diambil. Sehingga dapat dikatakan kelembagaan rechtsverweking ini tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya karena bertentangan dengan Pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA yang menjamin kepastian hukum terhadap hak atas tanah.
Jika dilihat dari pelaksanaan pemblokiran yang terjadi pada kantor pertanahan Kabupaten Padang Pariaman, pada praktik yang terjadi dari tahun 2018 sampai pertengahan tahun 2022 saat hari ini, blokir yang terjadi pada umumnya ditujukan untuk melindungi hak kepentingan para pemegang hak, terutama dalam konteks tanah milik bersama yang masih dominan di kabupaten Padang Pariaman, dari total pemblokiran yang diajukan melalui permohonan langsung kepada pihak kantor pertanahan Kab. Padang Pariaman sudah terjadi sebanyak 38 permohonan, dan berdasarkan keterangan reasponden selaku Kasubsi Penetapan Hak Kantah Kab. Padang Pariaman lebih dari setengahnya adalah permohonan yang diajukan oleh pemegang hak terkait melindungi hak tanah milik bersamanya didalam kaum guna menghindari peralihan hak sepihak dari salah satu anggota kaum yang juga termasuk sebagai pemegang hak bersama atas suatu bidang tanah, sehingga dimohonkan oleh pemegang hak yang lain agar dibekukan status hak tanahnya untuk menghindari sengketa dalam kaum yang bersangkutan sampai permasalahannya selesai. Selebihnya dari kasus yang terjadi melindungi kepentingan penerima hak waris yang
17 Hasil dari Keterangan yang diperoleh dari Bapak Deri Artoni S. AP Selaku Kepala Subseksi Penetapan Hak Pada Kantor Pertanahan Kabupaten Padang Pariaman pada hari Rabu, 18 Mei 2022 Pukul 10.00 WIB.
18 Urip Santoso, Pendaftaran Dan Peralihan Hak Atas Tanah (Jakarta: Prenadamedia Group, 2010).
masih belum selesai atas pembagian warisnya, serta mengenai pemblokiran yang dilakukan dalam bentuk sita jaminan utang.
## 3. Proses Penghapusan Catatan Blokir Terhadap Tanah Yang Mengalami Sengketa Pada Kantor Pertanahan Kabupaten Padang Pariaman
Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari responden selaku Kepala Subseksi Penetapan Hak pada kantah Kab. Padang Pariaman, untuk ketentuan penghapusan catatan blokir dilaksanakan sesuai dengan ketentuan pada pasal 15 Permen ATR No. 13 Tahun 2017 tentang Sita dan Blokir. untuk blokir yang dimohonkan oleh pihak yang memiliki hubungan hukum akan hapus apabila :
a. jangka waktu blokir berakhir dan tidak diperpanjang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, pencatatan blokir yang terjadi karena masa waktu blokir yang hanya 30 (tigapuluh) hari telah lewat sejak permohonan blokir nya diajukan, yang dimana norma ini berlaku secara demi hukum, hapus dengan sendirinya tanpa perlu dimohonkan.
b. pihak yang memohon pencatatan telah mencabut permintaannya sebelum jangka waktu berakhir, untuk hal ini pemohon yang mengajukan permohonan dapat mencabut permohonanannya dikarenakan sengketa perkara atas tanah yang dimohonkannya telah selesai sebelumnya melalui penyelesaian musyawarah atau mediasi.
c. Kepala Kantor menghapus blokir sebelum jangka waktunya berakhir, hal ini terjadi setelah adanya pertimbangan-pertimbangan tertentu yang dilakukan oleh kepala kantor pertanahan atas permohonan blokir yang diajukan. atau
d. ada perintah pengadilan berupa putusan atau penetapan, hal ini berlaku setelah adanya putusan atau penetepan pengadilan apabila dalam hal ini kasus yang terjadi apabila sengketa tanah telah dilakukan dalam persidangan di pengadilan.
Sedangkan untuk blokir yang diajukan oleh aparat penegak hukum sesuai dengan pasal 16 Permen ATR No.13 Tahun 2017 ini berakhir apabila kasus pidana yang sedang dalam penyidikan atau penuntutan telah dihentikan ataupun penyidik kejaksaan telah memohonkan untuk dihapus catatan blokirnya.
Berdasarkan keterangan reponden, untuk pelaksanaan penghapusan blokir sendiri masih memiliki kelemahan salah satunya terkait penghapusan blokir melalui elektronik, yang dimana untuk hal ini pada sistem komputerisasi kantor pertanahan atau KKP-Web masih belum mengakomodir secara otomatis terhadap catatan blokir yang pernah diajukan. Apabila jangka waktu blokir telah melewati batas masa blokir selama 30 (tigapuluh) hari, dalam sistem aplikasi KKP-Web nomor sertipikat hak tersebut masih tetap terblokir pada sistem, sehingga pemegang hak atas tanah yang diblokir terkadang harus melakukan permohonan kembali agar dihapuskan melalui loket pelayanan di Kantor Pertanahan Kab. Padang Pariaman. Hal ini dikarenakan permohonan pemblokiran dijalankan dengan sistem KKP web yang langsung terhubung dengan Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) BPN RI. 19
## D. PENUTUP
Pemblokiran terhadap sertipikat juga salah satu bentuk upaya perlindungan yang difasilitasi oleh Undang-Undang guna melindungi setiap kepentingan pihak lain terhadap tanah yang bersangkutan sehingga menciptakan rasa aman kepada setiap pemegang hak atas tanah. Penghapusan catatan blokir ini dapat hapus demi hukum apabila masa waktu blokir telah habis dan tidak dilakukan perpanjangan dengan penetapan atau putusan sita dari pengadilan, ataupun
19 Hasil dari Keterangan yang diperoleh dari Bapak Deri Artoni S. AP Selaku Kepala Subseksi Penetapan Hak Pada Kantor Pertanahan Kabupaten Padang Pariaman pada hari Rabu, 18 Mei 2022 Pukul 10.15 WIB.
dengan pemohon mencabut blokir dengan mengajukan permohonan pencabutan blokir pada kantor pertanahan Kabupaten Padang Pariaman. Namun untuk penghapusan blokir secara otomatis yang sudah lewat jangka waktunya masih terkendala penghapusannya pada sistem komputerisasi kantor pertanahan sehingga pemegang hak harus tetap melaporkan kembali untuk penghapusannya pada kantor pertanahan.
## DAFTAR PUSTAKA
## A. Buku dan Jurnal
A.P.Parlindungan, 1999, Pendaftaran Tanah di Indonesia (Berdasarkan PP 24 Tahun 1997) , Mandar Maju, Bandung.
Aanje Tehupeiory, 2012, “ Pentingnya Pendaftaran Tanah di Indonesia”, Raih Asa Sukses, Jakarta
Abdul Mutalib Sarani, 2022, Tinjauan Hukum Tentang Pembuktian Sertifikat Dalam Penyelesaian Sengketa Tanah , Sibatik Journal, Volume 1 No.3, Februari 2022.
Achmad Ali. 2012. Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori peradilan (Judicial Prudence). Kencana. Jakarta
Adrian Sutedi, 2011, Sertipikat Hak Atas Tanah , Sinar Grafika, Jakarta.
___________, 2010, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya , Sinar Grafika, Jakarta.
___________, 2014, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya , Sinar Grafika, Jakarta.
Ali Achmad Chomzah, 2003, Hukum Pertanahan Seri Hukum Pertanahan III – Penyelesaian Sengketa Hak Atas Tanah dan Seri Hukum Pertanahan IV – Pengadaan Tanah Instansi Pemerintah , Prestasi Pustaka, Jakarta
Amiruddin dan Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
A.P. Parlindungan, 1993, Kumpulan Tulisan Tentang Hukum Tanah , Cetakan I, Bandung, Alumni.
Arie S. Hutagalung, 2005, Tebaran Pemikiran Seputar Masalah Hukum Tanah . Lembaga Pemberdayaan Hukum Indonesia. Jakarta .
Azmi Fendri, Yussy A. Mannas, 2020 Kepastian Hukum Pemegang Sertifikat Hak Milik Ditinjau dari Keberadaan Lembaga Rechtsverwerking (Studi Beberapa Sengketa Hak Milik di Kota Padang) , Jurnal Adhaper Vol 6, No.2, Juli-Desember 2020.
Bachtiar Effendi, 1993, Pendaftaran Tanah Di Indonesia Dan Peraturan Pelaksanaan nya. : Alumni, Bandung
Bambang Waluyo, 2002, Penelitian Hukum dalam Praktek , Sinar Rafika, Jakarta
Beni Bosu, 1997, Perkembangan Terbaru Sertipikat (Tanah, Tanggungan dan Condominium) , Mediatama Saptakarya, Jakarta.
Boedi Harsono, 1971, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan UUPA, Isi, dan Pelaksanaannya , Djambatan, Jakarta.
Dessy Anwar. 2001. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Karya Abdi Tama. Surabaya
Donald Albert Rumokoy dan Frans Maramis. 2016. Pengantar Ilmu Hukum . Rajawali Pers. Jakarta
Effendi Perangin, 1989, Hukum Agraria di Indonesia Suatu Telaah dari Sudut Pandang Praktisi Hukum , Rajawali Grafindo, Jakarta.
Eli Wuria Dewi, 2014, Mudahnya Mengurus Sertipikat Tanah dan Segala Perizinannya,Cetakan I, Buku Pintar, Yogyakarta.
Ferry Ardi Wirathama, 2021, Pemblokiran Sertifikat Hak Milik Yang Telah Dibebani Hak Tanggungan di Kantor Pertanahan Kota Padang , Thesis, Fakultas Hukum, Univ. Andalas.
Ghomzah, A. A. (2003). Hukum Pertanahan Seri Hukum Pertanahan III Penyelesaian Sengketa Hak Atas Tanah;Seri Hukum Pertanahan IV Pengadaan Tanah Instansi Pemerintah (III ed.). Jakarta: Prestasi Pustaka.
Hambali Thalib, 2009, Sanksi Pemidanaan dalam Konflik Pertanahan (Kebijakan Alternatif Penyelesaian Konflik Pertanahan di Luar Kodifikasi Hukum Pidana), Cetakan Kedua, Kencana Prenada Media Group, Jakarta
Hans Kelsen. 2008. Teori Hukum Murni Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif (Diterjemahkan Oleh Raisul Muttaqien) . Nusa Media. Bandung
Helena Sumiati , Ardiansah, Dkk, 2021, Kepastian Hukum Sertifikat Hak Milik Atas Tanah Dalam Hukum Pertanahan Indonesia , Yustisia Merdeka, Volume 7 Nomor 2 September 2021.
Imam Soetikno, 1987, “ Proses Terjadinya UUPA ”, Gajah Mada University Press, Yogyakarta
Jayadi Setiabudi, 2013, Panduan Lengkap Mengurus Tanah serta Segala Perizinannya , Buku Pintar, Yogyakarta
Kurnia Warman, 2010, Hukum Agraria Dalam Masyarakat Majemuk (Dinamika Interaksi Hukum adat dan Hukum Negara di Sumatera Barat), HuMa, Jakarta
Lexi J. Moleong, 1991, Metodologi Penelitian Kualitatif , Rosyda Karya, Bandung
Manggala, H.B.Ndan Sarjita, 2005, Pembatalan dan Kebatalan Hak Atas Tanah , Tugu Jogja Pustaka, Yogyakarta
Moh.Yamin Lubis, Abd.Rahim Lubis, 2008 , Hukum Pendaftaran Tanah , Mandar Maju, Bandung.
Muchtar Wahid, 2008, “ Memaknai Kepastian Hukum Hak Milik Atas Tanah”, Republika, Jakarta
Muhammad Yusuf Yusrie Dkk, 2020, Perlindungan Hukum Atas Terbitnya Dua Sertipikat Hak Atas Tanah Dengan Objek Yang Sama , Media Iuris Vol. 3 No.1 Februari 2020.
Mukti Fajar ND, Yulianto Achmad, 2009, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Nia Kurniati, 2016, Hukum Agraria Sengketa Pertahanan Penyelesaiannya Melalui Arbitrase Dalam Teori dan Praktik , PT Refika Aditama, Bandung
Nurhasan Ismail, 2007, Perkembangan Hukum Pertanahanan Pendekatan Ekonomi Politik , HuMa dan Magister Hukum UGM, Yogyakarta
Otje Salman. 2004 . Teori Hukum : Mengingat, Mengumpulkan, dan Membuka Kembali. Rafika Aditama. Jakarta
Peter Muhammad Marzuki, 2008, Pengantar Ilmu Hukum , Kencana Prenada Media Group, Jakarta
___________________, 2005, Penelitian Hukum , Prenada Media, Jakarta
Phillipus M.Hadjon, 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia , Bina Ilmu, Surabaya
Riduan Syahrani, 1999, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum , Penerbit Citra Aditya Bakti, Bandung Satijipto Raharjo, 2000, Ilmu Hukum , PT Citra Aditya Bakti, Bandung
Soerjono Soekanto, 2006, “ Pengantar Penelitian Hukum ”, Penerbit Universitas Indonesia (UI Press), Jakarta
_______________, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta
Sudikno Mertokusumo, 2014, Teori Hukum Edisi Revisi , Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta __________________, 2011. Teori Hukum . Cahaya Atma Pustaka. Yogyakarta
__________________, 1988, Hukum dan Politik Agraria , Karunika Universitas Terbuka, Jakarta.
Sudirman Saad, 1997, Memahami Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah ” Majalah Era Hukum No,14 Tahun IV, Fakultas Hukum Univ. Tarumanegara, Jakarta, Oktober 1997, Oktober 1997.
Sumardji, 2001, Sertifikat Sebagai Alat Bukti Hak atas Tanah ”, Majalah Yuridika, Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Volumen Januari.. Surabaya.
Suhatril, 1982, “ Buku Tuntunan Bagi Pejabat Pembuat Akta Tanah”, Yayasan Hudaya Bina Sejahtera, Jakarta
Sunarjati Hartono, 1978, “ Beberapa Pemikiran Kearah Pembaharuan Hukum Tanah”, Alumni, Bandung
Syuryani, Nessa Fajriyana, 2021, Pemblokiran Sertipikat Tanah Dikantor Pertanahan Kabupaten Lima Puluh Kota Berdasarkan Peraturan Menteri Agraria Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Nomor 13 Tahun 2017 Tentang Tata Cara Blokir Dan Sita , Jurnal Menara Ilmu, Volume Xv No. 02 Oktober 2021.
Terry Hutchinson, 2002, Researching and Writing in Law , Lawbook Co, Sydney
Urip Santoso, 2010, Pendaftaran dan Peralihan Hak atas Tanah , Kencana Prenanda Group, Jakarta.
Winahyu Erwiningsih dan Fakhrisya Zalili Sailan. 2018. Mengurai Benang Kusut Hak Ulayat .
## Inteligensia Media. Malang
Yahya Harahap, 2007, Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian dan Putusan Pengadilan , Sinar Grafika Cet Ke-VI, Jakarta.
Yudhi Setiawan, Boedi Djatmiko Hadiatmodjo, Imam Ropii, 2017, Hukum Administrasi Pemerintahan Teori dan Praktik (Dilengkapi Dengan Beberapa Kasus Pertanahan) , Rajawali Pers, Jakarta
Yulia Kumalasari. 2016. “ Perlindungan Hukum Terhadap Pihak Pembeli Beritikad Baik Dalam Jual Beli Tanah Bengkok ”. Jurnal Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang.
Zaunuddin Ali, 2001, “ Metode Penelitian Hukum” , Sinar Grafika, Jakarta
|
9b61b37f-13f5-4fae-9c49-d9547486e679 | https://ejurnal.uij.ac.id/index.php/REC/article/download/1020/911 |
## KEWENANGAN NOTARIS DALAM MEMBUAT SURAT KETERANGAN HAK WARIS BAGI ANAK YANG DILAHIRKAN PADA HUBUNGAN SEDARAH
Oleh:
Amalia Putri Vairus Email : Amelvairus7@gmail.com Fakultas Hukum Universitas Jember
Dyah Ochtorina Susanti Email : dyahochtorina.fh@unej.ac.id Fakultas Hukum Universitas Jember
Rahmadi Indra Tektona Email : rahmadiindra@unej.ac.id Fakultas Hukum Universitas Jember
## Abstrak
Kewenangan notaris secara umum terdapat dalam Pasal 15 UUJN yaitu membuat akta otentik. Terkait kewenangan notaris dalam membuat surat keterangan waris tidak diatur secara spesifik dalam Pasal tersebut yang mengakibatkan ketidakpastian hukum dalam pembuatan surat keterangan waris khususnya bagi anak yang dilahirkan pada hubungan sedarah. Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk menemukan mengenai pengaturan ke depan terhadap kewenangan notaris dalam membuat surat keterangan hak waris bagi anak yang dilahirkan pada hubungan sedarah (Anak Sumbang). Pada penelitian ini digunakan pendekatan yuridis normatif. Hasil dari penelitian ini adalah diperlukannya pengaturan kedepan mengenai kewenangan notaris dalam membuat surat keterangan waris bagi anak yang dilahirkan pada hubungan sedarah (Anak Sumbang) yang dikaji menggunakan teori kepastian hukum.
Kata Kunci: Kewenangan Notaris, Surat Keterangan Waris, Anak Sumbang
## Abstract
In general, the authority of a notary is contained in Article 15 of the UUJN, namely making an authentic deed. Regarding the authority of a notary in making an inheritance certificate, it is not specifically regulated in the article which results in legal uncertainty in making an inheritance certificate, especially for children born in blood relations. The purpose of this study is to find out about future arrangements for the authority of a notary in making a certificate of inheritance rights for children born in incest (Sumbang Children). In this study, a normative juridical approach was used. The results of this study are the need for future arrangements regarding the authority of a notary in making a certificate of inheritance for children born in incest (Children Contribute) which is studied using legal certainty theory.
Keywords: Authority of Notary, Certificate of Inheritance, Donated Child
## PENDAHULUAN
## 1.1. Latar Belakang
Ahli waris merupakan orang yang berhak dalam memperoleh harta waris. Ter- kait untuk membuktikan bahwa seseorang merupakan ahli waris yang sah, dibutuhkan adanya dokumen yang membuktikan ke- dudukan sebagai ahli waris tersebut. Doku- men tersebut dinamakan surat keterangan waris. Menurut Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, pada Pasal 111 ayat 1 dinyatakan bahwa bagi Warga Negara Indonesia (WNI) golongan Eropa, Cina atau Tionghoa, surat keterangan warisnya dibuat oleh notaris. Bagi golongan Timur Asing, surat keterangan warisnya dibuat oleh Balai Harta Peninggalan (BHP), sedangkan bagi golongan penduduk pribumi, surat ke- terangan warisnya dibuat dibawah tangan, bermaterai, diketahui oleh lurah dan camat berdasarkan tempat tinggal terakhir pewaris. 1
Pembuatan surat keterangan waris bagi golongan penduduk Eropa, Cina atau Tionghoa dan Timur Asing kecuali orang Arab yang beragama Islam oleh Notaris
1 Gede Afriliana Saputra, Dasar Hukum Notaris dalam Pembuatan Surat Keterangan Waris, Jurnal Ilmiah Prodi Magister Kenotariatan, Tahun 2015
berlangsung hingga diberlakukannya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (selanjutnya disebut UUJN). Kewenangan notaris secara umum diatur dalam Pasal 15 ayat 1 UUJN yang menyatakan:
Notaris berwenang membuat akta oten- tik mengenai semua perbuatan, perjan- jian, dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang
Kewenangan notaris dalam membuat surat keterangan waris, tidak diatur secara spesifik dalam Pasal 15 UUJN. Peraturan mengenai surat keterangan waris terdapat dalam Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan Pelak- sanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Pada Pasal 111 ayat 1 huruf c Peraturan Menteri ini menyatakan bahwa bagi warga negara Indonesia keturunan Tionghoa, akta
keterangan warisnya dibuat oleh Notaris. 2
Berdasarkan Pasal 7 ayat 1 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentu- kan Peraturan Perundang-Undangan, Pera- turan Menteri tersebut tidak termasuk dalam kategori peraturan perundang- undangan menurut UU Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Peraturan Menteri tersebut juga berlaku intern dalam arti keputusan tidak mengikat secara umum sehingga tidak dapat dijadikan dasar hukum bagi notaris dalam membuat surat ke- terangan waris. 3
Permasalahan yang sering terjadi pada masa kini yaitu mengenai hak waris anak dari perkawinan sedarah (Anak Sumbang) .
Manusia cenderung tidak lagi mentaati norma-norma yang ada di dalam ma- syarakat, baik norma agama, sosial maupun moral. Perubahan sosial terjadi seiring dengan perkembangan teknologi sehingga begitu mudahnya budaya-budaya baru atau asing masuk dan merusak budaya-budaya yang telah ada dalam masyarakat. Per- kawinan sedarah ( incest) banyak ditemui di beberapa daerah di Indonesia. Perkawinan sedarah ( incest) adalah hubungan batin yang bersifat seksual antara pasangan yang masih memiliki hubungan darah, seperti seorang ayah yang menikahi anak perempu-
2 Gede Afriliana Saputra, Dasar Hukum Notaris dalam Pembuatan Surat Keterangan Waris, Jurnal Ilmiah Prodi Magister Kenotariatan, h. 220
3 Maria Farida, Ilmu Perundang-Undangan, Dasar- Dasar dan Pembentukannya (Yogyakarta: Kanisius, 2002), h. 78
an kandungnya, ibu yang menikah dengan anak laki-laki kandungnya, dan saudara laki-laki yang menikahi saudara perempuan kandungnya. Peristiwa tersebut di negara Indonesia masih dianggap tabu dan tidak ada aturan yang membenarkan pernikahan sedarah ( incest). 4 Perkawinan sedarah di larang di Indonesia karna melanggar norma-norma yang ada dalam masyarakat, sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 28B ayat (1) Undangg-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan, “setiap orang berhak mem-bentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah”. 5 Terkait itu, terdapat ketidakpastian hukum terkait kewenangan notaris dalam pembuatan surat keterangan waris khususnya bagi anak yang lahir dari hubungan sedarah.
## 1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, sehingga kesimpulan permasalahan dalam penulisan ini yaitu, Bagaimana Pengaturan Kedepan Terhadap Kewena- ngan Notaris Dalam Membuat Surat Keterangan Hak Waris Bagi Anak Yang Dilahirkan Pada Hubungan Sedarah (Anak Sumbang).
4 Ritna Makdalena, Tinjauan Yuridis Tentang Perkawinan Sedarah Menurut UU Nomor 1 Tahun 1974, Jurnal Lex Privatum, Vol. VI, No. 2, 2018, h. 102.
5 Lihat ketentuan Pasal 28B ayat (1) Undangg- Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
Hasil penelitian ini secara teoritis harus memberikan sumbangan gagasan kepada hukum secara umum dan khususnya pada notaris dalam membuat surat keterangan waris. Adapun tujuan dalam penulisan ini yaitu untuk menemukan mengenai pengaturan ke depan terhadap kewenangan notaris dalam membuat surat keterangan hak waris bagi anak yang dilahirkan pada hubungan sedarah (Anak Sumbang).
## METODE PENELITIAN
Tipe penelitian yang digunakan dalam penulisan ini yaitu tipe penelitian yang bersifat yuridis normatif (legal research), yaitu penelitian yang difokuskan untuk mengkaji penerapan kaidah-kaidah atau norma-norma dalam hukum positif. 6 Tipe penelitian yuridis normatif dilakukan dengan cara mengkaji berbagai aturan hukum yang bersifat formil seperti undang- undang, peraturan-peraturan serta literatur yang berisi konsep-konsep teoritis yang kemudian dihubungkan dengan permasala- han yang akan di bahas dalam tesis ini yaitu mengenai pengaturan ke depan terhadap kewenangan notaris dalam membuat surat keterangan hak waris bagi anak yang dilahirkan pada hubungan sedarah (Anak Sumbang).
6 Herowati Poesoko, Diktat Mata Kuliah Metode Penulisan dan Penelitian Hukum (Fakultas Hukum Universitas Jember, 2012), h. 34-35.
## PEMBAHASAN
## 3.1.Ketidakadilan Peraturan Hukum Indonesia Terhadap Anak Sumbang
Pada waktu UU Perkawinan dirumus- kan belum terpikirkan oleh para pembentuk undang-undang bahwa orang akan bisa membuktikan asal usul keturunan terhadap anak yang lahir diluar perkawinan, terutama jika si perempuan pernah melakukan hubu- ngan seksual dengan lebih dari seorang laki-laki. Walaupun mungkin pihak pe- rempuan dapat memperkirakan siapa ayah dari anak yang dikandungnya, namun hal itu tidak dapat dijadikan bukti secara hukum yang bantuan ilmu dapat menunju- kan siapa sebenarnya ayah biologis si anak. Majelis Hakim Konstitusi memberikan pertimbangan yang cukup progresif me- nyangkut persoalan tersebut, dimana pem- buktian silsilah keturunan melalui pengeta- huan dan teknologi mulai diakomodir oleh Mahkamah Konstitusi sebagai bentuk upaya yang dapat dilakukan oleh si anak dan ibu kandungnya dalam memastikan siapa ayah biologis si anak. 7 Mengenai hal itu Majelis Konstitusi memberikan per- timbangan sebagai berikut: 8
Menimbang bahwa pokok permasala- han hukum mengenai anak yang di-
7 Witanto, Tanggung Jawab Notaris dalam Membuat Surat Keterangan Hak Waris (Jakarta: Tesis, 2008), h.232
8 Lihat putusan Mahkamah Konstitusi No. 46/PUU- VIII/2010
lahirkan di luar perkawinan adalah mengenai makna hukum (legal meaning) frasa "yang dilahirkan di luar perkawinan. Untuk memperoleh jawa- ban dalam perspektif yang lebih luas perlu dijawab pula permasalahan terkait, yaitu permasalahan tentang sahnya anak. Secara alamiah, tidaklah mungkin seorang perempuan hamil tanpa terjadinya pertemuan antara ovum dan spermatozoa baik melalui hubungan seksual (coitus) maupun melalui cara lain berdasarkan perkembangan tek- nologi yang menyebabkan terjadinya pembuahan.
Terkait itu, tidak tepat dan tidak adil manakala hukum menetapkan bahwa anak yang lahir dari suatu kehamilan karena hubungan seksual di luar perkawinan hanya memiliki hubungan dengan perempuan tersebut sebagai ibunya. Adalah tidak tepat dan tidak adil pula jika hukum mem- bebaskan laki-laki yang melakukan hubu- ngan seksual yang menyebabkan terjadinya kehamilan dan kelahiran anak tersebut dari tanggung jawabnya sebagai seorang bapak dan bersamaan dengan itu hukum me- niadakan hak-hak anak terhadap lelaki tersebut sebagai bapaknya. Lebih-lebih manakala berdasarkan perkembangan tek- nologi yang ada itu merupakan anak dari laki-laki tertentu memungkinkan dapat dibuktikan bahwa seorang anak itu merupa- kan anak dari laki-laki tertentu. Untuk
mencapai tingkat kesempurnaan sebuah aturan hukum, maka hukum harus ber- sentuhan dengan bidang-bidang ilmu yang lain, terutama dalam hal pembuktian agar persoalan hukum yang terjadi bisa lebih terang dan jelas. Bukan hal yang baru dalam proses penegakan hukum meng- gunakan peran dari bidang-bidang keilmuan lain, sehingga dalam kaitannya dengan asal usul keturunan orang dapat menggunakan ahli ilmu genetika untuk melakukan pen- cocokan DNA si anak dengan laki-laki yang ditunjuk sebagai ayah biologisnya, jika hasil pemeriksaannya menunjukan per- sesuaian, maka asal usul keturunan dapat di buktikan dihadapan hukum. Pada dunia ilmu pengetahuan forensik, test DNA memungkinkan seseorang dapat diketahui memiliki kekerabatan dengan siapa. Tes DNA dilakukan dengan cara mengambil mitokondria seseorang untuk mengiden- tifikasi apakah seseorang memiliki hubungan keluarga dengan pihak ibu atau hubungan secara maternal. Caranya adalah dengan membandingkan DNA mitokondria yang dimilikinya dengan ibu kandung, nenek atau saudara kandung dari ibu. Karena seorang ibu menurunkan secara penuh DNA mitokondria kepada anaknya. Seorang ayah akan mewariskan kromosom Y pada anak laki-lakinya (karena kromo- som Y hanya dimiliki laki-laki yang kromosom seksnya XY). Sedangkan anak
perempuan tidak memiliki kromosom Y (kromosom seks perempuan XX). 9
Setiap anak yang dilahirkan ke dunia memiliki fitrah yang sama sebagai makhluk Tuhan YME. Pasal 28 B ayat 2 UUD 1945 menyebutkan pada intinya bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskri- minasi. Konstitusi tidak memberikan pengecualian atas hak asasi yang disandang oleh setiap anak, tidak terkecuali apakah dia sebagai anak yang sah atau anak luar kawin, bahkan kalimat berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, sesung- guhnya menunjukan bahwa negara pada prinsipnya melarang adanya pengelompo- kan status terhadap seorang anak, karena dengan adanya status dan kedudukan anak yang berbeda dimata hukum sesungguhnya negara telah melakukan diskriminasi ter- hadap anak yang menjadi warganya. Sedangkan menurut ketentuan Pasal 1 angka (3) UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, bahwa yang dimaksud dengan diskriminasi adalah aetiap pem- batasan, pelecehan, atau pengucilan yang langsung ataupun tak langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, keyakinan politik, yang berakibat
9 Witanto, op. cit, h. 234
penyimpangan atau penghapusan pengaku- an, pelaksanaan atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam ke- hidupan baik individual maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi, pengu- rangan, hukum, sosial, budaya, dan aspek kehidupan lainnya. 10
Selanjutnya Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asas tentang hak asasi dalam bagian ke-sepuluh mengatur secara khusus tentang hak asasi anak, terdapat 15 pasal yang mengatur tentang hak anak baik dalam kedudukannya sebagai warga negara maupun sebagai manusia antara lain sebagai berikut: Pasal 52 (1) Setiap anak berhak atas perlindungan oleh orangtua, keluarga, masyarakat, dan negara. (2) Hak anak adalah hak asasi manusia dan untuk kepentingannya hak anak itu diakui dan dilindungi oleh hukum bahkan sejak dalam kandungan.
Jika disimak pasal diatas, maka tidak satupun menyebutkan bahwa ketentuan tersebut hanya berlaku bagi anak yang sah atau anak yang dilahirkan dari perkawinan yang sah, atau setidaknya mengandung pengertian bahwa anak diluar kawin tidak termasuk anak yang dilindungi oleh aturan- aturan di atas. Pokok persoalan tentang ketidakadilan dalam Pasal 43 ayat 1 itu bertumpu pada alasan bahwa hukum meniadakan hak-hak keperdataan si anak
10 Ibid, h. 236.
terhadap ayah biologisnya, hubungan anak dengan laki-laki sebagai ayah biologisnya tidak semata-mata karena adanya ikatan perkawinan, tetapi dapat juga didasarkan pada pembuktian adanya hubungan darah antara anak dengan ayahnya.
Terlepas dari soal prosedur administrasi perkawinannya, anak yang dilahirkan harus mendapatkan haknya yang sama dengan anak-anak pada umumnya yang dilahirkan dari suatu perkawinan yang sah. Jika hal itu tidak demikian, maka atas ketidakadilan itu, akan menimbulkan dampak bagi si anak, yang sesungguhnya tidak pernah meminta untuk dilahirkan ke dunia. Setiap anak tidak menanggung dosa atas kelahirannya, se- hingga ia juga tidak boleh menerima diskriminasi secara hukum, apalagi jika melihat fakta sosial di masyarakat anak yang dilahirkan tanpa memiliki kejelasan status ayahnya sering mendapatkan per- lakuan yang tidak adil dan stigma di masyarakat. 11
Ketentuan Pasal 43 Ayat (1) UU Perkawinan selain telah bertentangan dengan Konstitusi Pasal 28 B ayat (2) dan Pasal 28 D ayat (1) UUD 1945 juga ber- tentangan dengan ketentuan Pasal 28 C, Pasal 52 Ayat (1) dan Pasal 57 ayat (1) karena beberapa aturan tersebut mengan- dung makna yang saling bertentangan. Bukti pertentangan tersebut antara lain:
11 Ibid, h. 242.
Ketentuan Pasal 43 ayat (1) UU perkawinan menentukan bahwa seorang ayah biologis sama sekali tidak bertanggung jawab dan tidak bisa dimintakan pertanggung- jawabannya secara perdata atas anak yang lahir dari benihnya diluar perkawinan, padahal Konstitusi menghendaki bahwa setiap anak tanpa terkecuali apakah anak yang lahir dari perkawinan yang sah ataukah tidak harus mendapat perlindungan dan status secara hukum. Tidak adil jika hukum hanya melihat persoalan lahirnya anak hanya sekedar dari proses perkawinan orang tua si anak, padahal si anak tidak pernah memiliki kekuasaan apa-apa untuk memaksa orang tuanya agar melakukan perkawinan terlebih dahulu sebelum melahirkannya ke dunia. 12
Kelahiran seorang anak tidak terjadi begitu saja, seorang laki-laki dengan se- orang perempuan, lalu akan terjadi pembuahan secara biologis antara sel telur perempuan dengan sel sperma laki-laki. Peran laki-laki dan perempuan dalam proses kehamilan dan kelahiran anak memiliki porsi yang seimbang, sehingga selayaknya hukum tetap memberikan proses kehamilan dan kelahiran anak memiliki porsi yang beban dan tanggung jawab yang seimbang pula kepada Hukum saat ini telah menunjukan tindakan yang tidak adil keduanya manakala hasil dari
12 Ibid
perbuatannya itu lahir ke dunia. dimana pihak laki-laki dapat terbebas dari per- tanggungjawaban secara perdata terhadap kelahiran anak yang berasal dari benihnya. Tidak ada seorang anak pun yang meminta untuk dilahirkan dan tidak ada seorang anak pun yang akan mau untuk dilahirkan dalam kondisi yang tidak sempurna secara hukum jika sebelum ia lahir Tuhan memberikan kesempatan terlebih dahulu untuk memilih akan dilahirkan dari rahim ibu yang mana, maka tidak akan ada yang mau untuk dilahirkan dari hasil hubungan yang tidak sah. Semua terjadi atas kekuasaan Tuhan tanpa bisa memilih dan menolaknya. Ketentuan yang membedakan perlakuan antara anak yang sah dengan anak luar kawin sesungguhnya akan menciderai makna keadilan dalam konstitusi. 13
Memang harus diakui bahwa, sangat sulit untuk memberikan kedudukan yang benar-benar sama dan seimbang antara anak sah dengan anak luar kawin, karena tidak dapat dipungkiri bahwa diantara beberapa hal yang tidak mungkin dibedakan me- nyangkut fitrahnya sebagai manusia, kedua- nya tetap mengandung perbedaan, namun walaupun demikian, setidaknya perbedaan itu tidak menimbulkan rusaknya masa depan si anak, dimana kita ketahui bahwa setiap anak akan dalam beban yang berat menanggung menyongsong kehidupannya
13 Ibid, h. 243.
yang panjang baik secara ekonomi maupun sosial. Seorang anak luar kawin juga harus mendapatkan haknya untuk bisa hidup secara layak dari ayah biologisnya, seperti biaya pemeliharaan dan pendidikan yang akan menunjang kehidupannya, atau setidaknya ia mendapat bagian dari harta peninggalan jika ayah biologisnya mening- gal, walaupun bagiannya tidak sebesar bagian yang diterima oleh anak-anak yang sah, baik dengan waris, hibah, sedekah maupun wasiat. Untuk persoalan hak waris mungkin kita bisa melihat ketentuan KUH Perdata yang mengatur tentang hak bagian waris anak luar kawin yang diakui sebagaimana diatur dalam Pasal 863 KUH Perdata yang berbunyi sebagai berikut: 14
Bila yang meninggal itu meninggalkan keturunan sah menurut undang-undang atau suami isteri, maka anak-anak diluar kawin itu mewarisi sepertiga dari bagian yang sedianya mereka terima, seandainya mereka adalah anak-anak sah menurut undang-undang mereka mewarisi separuh dari harta pening- galan bila yang meninggal itu tidak meninggalkan keturunan suami atau isteri, tetapi meninggalkan keluarga sedarah dalam garis keatas atau saudara laki-laki dan perempuan atau keturunan-keturunan mereka dan tiga perempat bila hanya tinggal keluarga
14 Lihat ketentuan Pasal 863 KUH Perdata
sedarah yang masih hidup dalam derajat yang lebih jauh.
Anak dan segala kepentingannya harus dipisahkan dari setiap persengketaan yang terjadi pada kedua orang tuanya, urusan sah atau tidaknya perkawinan yang dilakukan oleh orang tuanya, atau bahkan sama sekali tidak ada perkawinan yang telah mendahuli proses kelahiran si anak, hak dan ke- dudukan si anak dimata hukum tidak boleh dirugikan, karena si anak tidak pernah terlibat atas segala kesalahan/dosa yang dilakukan oleh orang tuanya, hal tersebut dapat kita lihat dari penggalan bunyi pertimbangan Mahkamah Konstitusi se- bagai hukum harus memberi perlindungan dan kepastian hukum yang adil terhadap status seorang anak yang dilahirkan dan hak-hak yang ada padanya, termasuk terhadap anak yang dilahirkan meskipun keabsahan perkawinannya masih di- persengketakan.
Pendapat Mahkamah Konstitusi dalam pertimbangan diatas cukup memberikan makna yang signifikan bagi masa depan anak-anak yang dilahirkan diluar per- kawinan, karena pokok pikiran dari uraian pertimbangan tersebut menyiratkan maksud bahwa antara status dan kedudukan anak dipisahkan dari segala tindakan dan perbuatan yang dilakukan oleh orang tuanya, artinya negara tetap harus me- lindungi status hukum si anak meskipun kedua orang tuanya sedang terlibat dalam
sengketa tentang keabsahan perkawinannya. Penulis berpendapat bahwa hal itu akan menjadi titik awal lahirnya hukum yang benar-benar dapat memanusiakan manusia, atau dalam arti mendudukan manusia se- bagai makhluk ciptaan Tuhan yang memi- liki hak dan kedudukan yang sama di muka bumi. Anak merupakan subjek hukum yang tidak memiliki kemampuan untuk mem- pertahankan kepentingan hokumnya sen- diri, sehingga setiap tindakan hukum yang dilakukan oleh seorang anak harus diwakili oleh orang tuanya atau walinya yang sah. Terkait terjadi persengketaan perkawinan yang terjadi pada kedua orang tua si anak, maka anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan tersebut tidak boleh menjadi korban dari persengketaan itu. Pasal 28 ayat (2) UU Perkawinan menyebutkan bahwa keputusan tentang pembatalan perkawinan tidak boleh berlaku surut terhadap anak- anak yang dilahirkan dari perkawinan tersebut. 15
Terkait itu, bukan hanya berlaku bagi persengketaan menyangkut masalah pem- batalan perkawinan, namun juga harus di- artikan terhadap semua persoalan menyang- kut keabsahan perkawinan. Artinya sah dan tidaknya perkawinan tersebut tidak selayak- nya ditanggung akibatnya oleh si anak yang lahir dari hubungan tersebut. Anak yang dilahirkan tidak pernah mengerti apakah
15 Witanto, op. cit, h. 246.
kelahirannya itu diakibatkan oleh hubungan yang sah ataukah tidak. Pada sudut pandang hak asasi anak, setiap anak yang lahir dengan tidak memperdulikan cara dan bagaimana proses kelahiran itu terjadi, negara dan hukum harus memberikan perlindungan yang adil dengan cara menyediakan kesempatan yang sama bagi setiap anak untuk tumbuh dan berkembang sebagaimana anak-anak pada umumnya. Memang harus difahami lahirnya Pasal 43 ayat (1) UU Perkawinan pada saat itu mungkin belum terpikirkan bahwa seseorang bisa membuktikan secara pasti dan ilmiah tentang silsilah keturunan terhadap anak yang lahir diluar perkawinan, sehingga bukan tidak mustahil ketika si laki-laki merasa keberatan atas anak yang ada di rahim si perempuan dengan me- ngungkapkan tuduhan bahwa si perempuan telah berhubungan badan dengan laki-laki yang lain selain dirinya, maka akan sulit dipastikan benih siapa yang telah mem- buahi rahim si perempuan. 16
Terkait kemajuan jaman, tidak mustahil lagi manusia dapat membuktikan siapa ayah yang telah membenihkannya, dengan sarana teknologi yang ada saat ini orang dapat menentukan siapa penyebab keturunan seseorang, berkaitan dengan hal tersebut, maka cukup adil jika hukum memberikan ruang bagi setiap orang untuk bisa me-
16 Ibid, h. 247.
ngetahui secara pasti atau setidaknya mendekati kepastian siapa sebenarnya ayah yang telah menyebabkan kelahiran seorang anak dan hal itu bisa dijadikan dasar bagi si anak/ibu untuk meminta pertanggung- jawaban kepada si ayah untuk memberikan pemeliharaan terhadap anaknya. 17
## 3.2. Konsep Peraturan Kedepan
Terkait tidak berhaknya anak sumbang sebagai ahli waris orangtua biologisnya, kedepan perlu dipersamakan dengan anak luar kawin lainnya yaitu apabila dapat dibuktikan anak tersebut adalah anak kandung orangtua biologisnya, seharusnya anak sumbang tersebut juga berhak atas harta waris bapak dan ibu biologisnya. Terkait untuk membuktikan hubungan seseorang dengan keluarga pihak ayah bisa dilakukan dengan membandingkan kromo- som Y seorang anak dengan ayah kandung- nya atau dengan saudara kandung dari pihak ayah. Terkait karena pemeriksaan kromosom Y hanya untuk anak laki-laki, maka untuk melakukan tes DNA pada seorang anak perempuan Tes DNA di- lakukan dengan cara mengambil DNA dari kromosom somatik. Ikatan DNA pada bagian somatik hampir sama pada setiap orang karena berfungsi membentuk fungsi dan organ tubuh. Kesalahan urutan dapat menyebabkan gangguan pada manusia yang
17 Ibid
bersangkutan. Tetapi pada inti sel ini pula terdapat area yang dikenal sebagai area STR (short tandern repeats). Area ini tidak memberi kode untuk melakukan sesuatu. STR inilah yang bersifat unik karena berbeda pada setiap orang. Perbedaanya terletak pada urutan pasang basa yang dihasilkan dan urutan pengulangan STR. Urutan AGACC akan berbeda dengan seseorang yang memiliki untaian AGACT. Begitu juga dengan urutan pengulangan yang bersifat unik. Pola STR ini diwariskan dari orang tua. Cara memeriksa tes DNA dilakukan dengan cara mengambil STR dari anak.
Selanjutnya, di laboratorium akan dianalisa urutan untaian STR ini apakah urutannya sama dengan seseorang yang dijadikan pola dari seorang anak. Urutan tidak hanya satu-satunya karena pemerik- saan dilanjutkan dengan melihat nomor kromosom. Misalnya, hasil pemeriksaan seorang anak ditemukan bahwa pada kromosom nomor 3 memiliki urutan AGACT dengan pengulangan 2 kali. Bila ayah atau ibu yang mengaku orang tua kandungnya juga memiliki pengulangan sama pada nomor kromosom yang sama, maka dapat disimpulkan antara 2 orang itu memiliki hubungan keluarga. Seseorang dapat dikatakan memiliki hubungan darah jika memiliki 16 STR yang sama dengan keluarga kandungnya. Bila urutan dan pengulangan sama, maka kedua orang yang
dicek memiliki ikatan saudara kandung atau hubungan darah yang dekat. Jumlah ini cukup kecil dibandingkan dengan ke- seluruhan ikatan spiral dalam tubuh kita yang berjumlah miliaran. 18
Tes DNA dilakukan dengan mengambil sedikit bagian dari tubuh untuk di- bandingkan dengan orang lain. Bagian yang dapat diambil untuk dicek adalah rambut, air liur, urine, cairan vagina, sperma, darah, dan jaringan tubuh lainnya. Sampel ini tidak akan berubah sepanjang hidup seseorang. Penggunaan alkohol, rokok atau obat-obatan tidak akan mengubah susunan DNA. Hasil tes DNA akan dijalankan dari pasien baru dapat dilihat 2-4 minggu. Biaya yang dibutuhkan untuk tes DNA saat ini sekitar 7 hingga 8 juta rupiah. Tes DNA umumnya digunakan untuk 2 tujuan yaitu (1) tujuan pribadi seperti penentuan per- walian anak, tunjangan anak, adopsi, imigrasi, warisan atau penentuan orang tua dari anak dan (2) tujuan hukum, yang me- liputi masalah forensik seperti identifikasi korban yang telah hancur, sehingga untuk mengenali identitasnya diperlukan pencocokan antara DNA keluarga korban ataupun untuk korban dengan terduga pembuktian kejahatan semisal dalam kasus pemerkosaan atau pembunuhan.
Berdasarkan uraian di atas, maka Putusan Mahkamah Konstitusi dapat
18 Ibid
menjadi jembatan antara hukum yang ada dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, sehingga terbuka ruang bagi anak-anak yang lahir diluar perkawinan untuk mendapatkan haknya dari ayah biologisnya. 19
Pembuatan bukti ahli waris merupakan hak perdata setiap warga negara, bukan pemberian dari Notaris ataupun dari negara/pemerintah ataupun dari siapapun. Sampai saat ini, belum ada unifikasi hukum (bentuk formalitas sutay dan pejabat atau institusi yang seharusnya atau satu-satunya membuat bukti sebagai ahli waris). Indo- nesia sebagai sebuah negara yang merdeka, sudah seharusnya mengakhiri adanya distingsi dan diskriminasi mengenai bermacam-macam bentuk formalitas dan siapa yang harus membuat bukti sebagai ahli waris tersebut. Terkait untuk meng- hilangkan dan menghapus diskriminasi dalam bentuk formal dan pejabat/institusi yang membuat bukti ahli waris untuk Warga Negara dan penduduk Indonesia, maka notaris dapat berperan sebagai satu- satunya pihak yang dapat membuat bukti sebagai ahli waris tersebut. Sebagai notaris yang hidup dalam sebuah negara yang merdeka, notaris harus secara aktif ikut serta mengimplementasikan nilai-nilai ke- merdekaan dalam suatu tindakan nyata. Notaris harus siap menjadi agen pem-
19 Ibid, h. 235.
baharuan dan satu-satunya pejabat yang berwenang untuk membuat bukti ahli waris dalam bentuk formal akta pihak untuk seluruh Warga Negara Republik Indonesia, tanpa berdasarkan golongan/ etnis/suku ataupun agama. 20
Penggolongan penduduk dan hukum yang berlaku untuk setiap golongan pen- duduk seharusnya sudah tidak ada lagi, tetapi dalam kenyataannya masih di- berlakukan, antara lain telah dijadikan dasar hukum dalam pembuatan bukti sebagai ahli waris. Pemberlakuan ketentuan ini merupa- kan tindakan diskriminatif sekaligus rasialis, dan melanggar prinsip-prinsip hak asasi manusia, dengan demikian, aturan hukum dalam pembuatan bukti sebagai ahli waris yang masih harus berdasarkan etnis dan institusi yang membuatnya berbeda harus segera diakhiri, disamping itu tidak ada akibat hukum apapun dengan adanya pembedaan bukti ahli waris berdasarkan etnis. 21
Pembuatan keterangan hak waris oleh seorang notaris bagi orang-orang yang tunduk pada KUH Perdata tidak ada dasar hukumnya dalam hukum tertulis yang berlaku di Indonesia. Terkait itu, selama ini SKW untuk etnis/golongan penduduk eropa, cina, timur asing tidak mempunyai landasan hukum (berdasarkan hukum
20 Ibid, h. 34.
21 Ting Swan Tiong, Pembuktian Hak Atas Harta Peninggalan (Jakarta: Media Notariat, 1988), h. 115
positif) sama sekali, tetapi tindakan hukum tersebut hanya merupakan kebiasaan notaris sebelumnya yang kemudian diikuti notaris berikutnya apa adanya, tanpa mengkaji lebih jauh kewenangan notaris untuk membuat SKW. Bahkan tindakan notaris seperti itu dapat dikualifikasikan sebagai tindakan diluar wewenang notaris. 22
Dasar hukum bahwa notaris dapat menjadi satu-satunya pejabat institusi yang berwenang untuk membuat bukti ahli waris untuk semua masyarakat Indonesia, tidak berdasarkan etnis dan golongan, agama apapun, yaitu berdasarkan kewenangan notaris yang tersebut dalam Pasal 15 ayat 1 UUJN, yaitu membuat akta. Kehadiran UUJN tersebut sampai saat ini satu-satunya undang-undang yang mengatur notaris Indonesia yang berarti telah menjadi unifikasi hukum dalam bidang pengaturan notaris. UUJN dapat disebut sebagai penutup masa lalu dunia notaris Indonesia dan pembuka dunia notaris Indonesia masa datang. Saat ini UUJN saja yang merupakan “ rule of law” untuk dunia Notaris Indonesia.
Penjelasan umum UUJN ditegaskan bahwa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang notaris sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan dan kebutuhan hukum masyarakat Indonesia. Terkait itu, perlu diadakan pembaharuan dan
22 Ibid
pengaturan kembali secara menyeluruh dalam satu undang-undang yang mengatur tentang jabatan notaris sehingga tercipta suatu unifikasi hukum yang berlaku untuk semua penduduk di seluruh wilayah negara Republik Indonesia. Terkait rangka mewujudkan unifikasi hukum di bidang kenotariatan tersebut dibentuk undang- undang tentang jabatan notaris. 23
SKW yang selama ini dibuat oleh para notaris berdasarkan kebiasaan yang tidak ada dasar hukumnya sama sekali, dengan menggunakan ukuran sebagaimana yang tersebut dalam Pasal 38 UUJN, maka SKW tidak memenuhi syarat untuk disebut sebagai akta notaris, tapi hanya berupa pernyataan notaris berdasarkan bukti-bukti yang disodorkan kepada notaris. Menurut Tan Thong Kie, pembuatan SKW oleh para notaris tidak ada peraturan perundang- undangan yang mendasarinya. 24
SKW hanya merupakan surat dibawah tangan yang dibuat oleh notaris, yang nilai pembuktiannya tidak sempurna, dan sama nilainya dengan surat-surat lain (untuk keperluan administrasi kantor notaris) yang biasa dikeluarkan oleh notaris. Terkait itu, jika notaris mengeluarkan SKW yang seakan-akan mempunyai kekuatan pem- buktian seperti akta, hal tersebut sudah diluar wewenang notaris. Notaris sebagai
23 Ibid, h. 35.
24 Tan Thong Kie, Serba-Serbi Praktek Notaris (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), h. 362
pejabat/institusi satu-satunya yang berhak membuat bukti sebagai ahli waris tersebut, sangat tepat jika dibuat dengan akta pihak, sebagai bentuk pernyataan atau keterangan kehendak para pihak untuk menuangkan hak-hak dan susunan ahli waris dengan akta notaris dalam bentuk akta pihak. Terkait hal ini dapat dilakukan di masa depan, secara langsung dapat untuk mengembalikan jenis akta otentik yang dibuat oleh/dihadapan notaris yaitu akta pihak dan akta relaas, sehingga tidak ada jenis akta otentik lain selain dua tersebut. 25
Pada segi pembuktian, akta keterangan ahli waris mempunyai nilai bukti yang sempurna karena dibuat di hadapan pejabat yang berwenang (Notaris), tapi SKW tidak mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna, meskipun dibuat oleh notaris, karena tidak memenuhi syarat sebagai akta dan bukan wewenang notaris. Kemudian akta keterangan ahli waris jika ternyata isinya tidak benar, maka hal tersebut merupakan tanggung jawab para pihak yang menghadap notaris, dan tidak perlu melibatkan notaris dan jika akan diperbaiki, maka akta keterangan ahli waris yang sebelumnya harus dicabut oleh mereka yang membuatnya dan kemudian dibuat akta baru sesuai fakta yang sebenarnya yang diinginkan oleh para pihak.
25 Habib Adjie, Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai Pejabat Publik (Bandung: Refika Aditama, 2008), h. 40.
Sedangkan jika SKW isinya tidak benar, maka tidak mungkin notaris akan mencabut atau membatalkan SKW yang telah di- buatnya sendiri, dan sudah tentu harus ada pihak yang mengajukan permohonan kepada notaris yang membuatnya, agar SKWnya dibatalkan. Terkait notaris tidak mau mencabutnya maka pencabutannya harus dengan cara mengajukan gugatan terhadap notaris dan notaris dapat dituntut ganti rugi. 26
Akta keterangan ahli waris merupakan kehendak para pihak untuk membuktikan dirinya sebagai ahli waris, karena dinyatakan di hadapan notaris, maka sesuai dengan kewenangan notaris sebagaimana yang tersebut dalam UUJN, wajib untuk memformulasikannya dalam bentuk akta notaris. Terkait itu, kehendakan para pihak diformulasikan dalam bentuk akta keterangan ahli waris. Notaris tidak mem- punyai kehendak untuk membuat akta untuk orang lain, dan notaris tidak akan membuat akta apapun jika tidak ada permintaan atau kehendak dari para pihak, dan notaris bukan pihak dalam akta, dengan demikian notaris tidak akan pernah membuat akta keterangan ahli waris jika tidak ada permintaan dan kehendak dari para pihak. Notaris harus segera untuk berusaha menghentikan paradigma bahwa hukum Indonesia disusun dan dibuat untuk
26 Ibid, h. 41.
kepentingan etnis/golongan/suku bangsa tertentu. Bahkan dikalangan notaris sendiri seperti tidak ada upaya untuk meng- hilangkan diskriminasi dalam pembuatan bukti ahli waris tersebut, dan seakan-akan para notaris masih berada dalam kondisi yang harus dibedakan di hadapan hukum.
Berdasarkan kewenangan yang ada pada notaris sudah saatnya untuk berada selangkah di depan dalam mengantisipasi kemajuan zaman dan melakukan pem- baharuan. Jika hal tersebut mampu para notaris lakukan, maka akan merupakan kontribusi notaris untuk turut serta membangun unifikasi hukum, setidaknya sebagai institusi satu-satunya yang berhak membuat bukti formal sebagai ahli waris dalam bentuk akta pihak untuk seluruh lapisan masyarakat Indonesia. 27
Terkait tidak diaturnya kewenangan notaris dalam membuat SKW dalam UUJN membuat notaris tidak mempunyai ke- pastian hukum dalam pembuatan SKW, karena kepastian hukum merupakan salah satu tujuan hukum dan dapat dikatakan sebagai upaya mewujudkan keadilan. Kepastian adalah perihal (keadaan) yang pasti. Hukum secara hakiki harus pasti dan adil. Kepastian hukum merupakan pertanyaan yang hanya bisa dijawab secara normatif bukan sosiologi. Kepastian hukum secara normatif adalah ketika suatu
27 Ibid, h. 42.
peraturan dibuat dan diundangkan secara pasti karena mengatur secara pasti dan logis. 28 Sedangkan, terkait kewenangan notaris dalam membuat SKW tidak terdapat dalam UUJN atau peraturan perundang- undangan lainnya.
Kepastian hukum sebagai salah satu tujuan hukum dan dapat dikatakan upaya mewujudkan keadilan. Bentuk nyata dari kepastian hukum adalah pelaksanaan dan penegakan hukum terhadap suatu tindakan tanpa memandang siapa yang melakukan. Adanya kepastian hukum setiap orang dapat memperkirakan apa yang akan terjadi jika melakukan tindakan hukum itu. Kepastian sangat diperlukan untuk mewujudkan keadilan. Kepastian salah satu ciri yang tidak dapat dipisahkan dari hukum, teru- tama untuk norma hukum tertulis. Hukum tanpa nilai kepastian akan kehilangan makna karena tidak dapat di gunakan sebagai pedoman perilaku bagi setiap orang. Kepastian merupakan ciri yang tidak dapat dipisahkan dari hukum, terutama untuk norma hukum tertulis. kepastian sendiri disebut sebagai salah satu tujuan dari hukum. Peringkat analisis yang fundamental untuk menentukan baik buruknya aturan hukum atau sistem hukum adalah peringkat analisis moral. 29
28 C.S.T Kansil, Kamus Istilah Hukum (Jakarta: Gramedia Pustaka, 2009), h. 385
29 Ibid, h. 270
## KESIMPULAN
Konsep kedepan terhadap kewenangan notaris dalam membuat surat keterangan hak waris bagi anak yang dilahirkan pada hubungan sedarah (anak Sumbang) adalah dengan membuat peraturan terkait siapa yang berhak membuat atau mengesahkan surat keterangan waris, yaitu notaris yang mempunyai kewenangan berdasarkan Pasal 15 UUJN dalam membuat akta otentik dan mengesahkan akta dibawah tangan, mengingat selama ini belum ada peraturan yang berkepastian hukum terkait siapa yang berhak dalam membuat surat keterangan waris.
## DAFTAR PUSTAKA
## Buku
Gede Afriliana Saputra, Dasar Hukum Notaris dalam Pembuatan Surat Keterangan Waris , Jurnal Ilmiah
Prodi Magister Kenotariatan.
Habib Adjie. 2008. Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap
Notaris
Sebagai Pejabat Publik. Bandung: Refika Aditama.
Herowati Poesoko, Diktat Mata Kuliah Metode Penulisan dan Penelitian
Hukum, Fakultas Hukum Universitas
Jember, 2012.
Maria Farida. 2002. Ilmu Perundang-
Undangan, Dasar-Dasar
dan
Pembentukannya. Yogyakarta: Kanisius.
Ritna Makdalena. Tinjauan Yuridis Tentang Perkawinan Sedarah Menurut UU Nomor 1 Tahun 1974, Jurnal Lex Privatum, Vol. VI, No. 2, 2018
Tan Thong Kie. 1994. Serba-Serbi Praktek Notaris. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve.
Ting Swan Tiong. 1988. Pembuktian Hak Atas Harta Peninggalan. Jakarta:
Media Notariat.
Witanto. 2008. Tanggung Jawab Notaris dalam Membuat Surat Keterangan Hak Waris. Jakarta: Tesis,
## Peraturan Perundang-undangan
Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris
## BIODATA SINGKAT PENULIS
Amalia Putri Vairus adalah mahasiswa Program Studi Magister Kenotariatan di Fakultas Hukum Universitas Jember
|
4f4fa48c-5cb4-4032-bebd-00e86b7aedb0 | https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/insert/article/download/58275/26412 |
## DASHBOARD MONITORING ALUMNI DENGAN TEKNOLOGI BUSINESS INTELLIGENCE PADA SISTEM TRACER STUDY UNDIKSHA
Made Diah Arista Devi 1,* , I Gusti Ayu Agung Diatri Indradewi 2, , I Ketut Resika Arthana 3
1,2 Prodi Sistem Informasi Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik dan Kejuruan Universitas Pendidikan Ganesha, Jln. Udayana No. 11 Singaraja 81116 INDONESIA 3 Prodi Ilmu Komputer Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik dan Kejuruan Universitas Pendidikan Ganesha, Jln. Udayana No. 11 Singaraja 81116 INDONESIA
## Abstrak
Universitas Pendidikan Ganesha telah mengembangkan sistem survei penilaian diri untuk alumni semua program studi dan tingkat pascasarjana berupa sistem informasi tracer study . Sistem ini dikelola oleh UPT PKKM Undiksha pada Divisi Tracer Study. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan dashboard monitoring yang mampu menyampaikan informasi tentang hasil survei alumni melalui teknologi business intelligence . Dashboard monitoring ini, nantinya mampu menampilkan visualisasi data secara singkat, mudah dipahami dan lebih menarik bagi pengguna. Metode BI Roadmap dan software Microsoft Power BI Desktop digunakan untuk tahapan pengembangan dashboard monitoring ini. Dalam proses pengujian sistem menggunakan metode UAT ( User Acceptance Testing ) jenis Black Box Testing sebagai cara bagi pengguna untuk berinteraksi langsung dengan dashboard monitoring. Data yang digunakan adalah hasil survei mahasiswa yang lulus tahun 2019-2021. Hasil dari penelitian ini adalah sistem dashboard monitoring alumni berdasarkan hasil survei alumni pada sistem tracer study Undiksha. Dashboard monitoring ini akan menampilkan beragam grafik informasi dengan 4 halaman dashboard, yaitu halaman Utama, Pekerjaan, Persebaran Alumni dan Sumber Dana. Pada proses pengujian sistem menggunakan 4 penguji, yaitu Ketua Divisi Tracer Study, Koordinator Program Studi Pendidikan Teknik Informatika, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kerjasama serta Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Hubungan Masyarakat dan Alumni. Hasil pengujian dashboard monitorin g ini menyatakan bahwa dashboard monitorin g alumni mampu bekerja dengan baik dan dapat menampilkan informasi tracer study yang dibutuhkan kepada pengguna.
## Abstract
Ganesha University of Education has developed a self-assessment survey system for alumni of all study programs and postgraduate levels in the form of a tracer study information system. This system is managed by UPT PKKM Undiksha in the Tracer Study Division. The purpose of this research is to develop a monitoring dashboard that is able to convey information about alumni survey results through business intelligence technology. This monitoring dashboard will be able to display data visualizations in a short, easy to understand and more attractive way for users. The BI Roadmap method and the Microsoft Power BI Desktop software are used for the development stages of this monitoring dashboard. In the system testing process using the UAT (User Acceptance Testing) method, the Black Box Testing type as a way for users to interact directly with the monitoring dashboard. The data used is the results of a survey of students who graduated in 2019-2021. The results of this study are an alumni monitoring dashboard system based on the results of an alumni survey on the Undiksha tracer study system. This monitoring dashboard will display a variety of information graphics with 4 dashboard pages, namely the main page, jobs, distribution of alumni and sources of funds. In the system testing process, 4 testers were used, that is the Head of the Tracer Study Division,
Kata Kunci: Tracer Study , Business Intelligence , BI Roadmap , User Acceptance Testing (UAT)
Keywords: Tracer Study, Business Intelligence,
BI Roadmap, User Acceptance Testing (UAT)
* Korespondensi E-mail: diah.arista@undiksha.ac.id
the Coordinator of the Informatics Engineering Education Study Program, the Deputy Chancellor for Academic and Cooperation Affairs and the Deputy Chancellor for Student Affairs, Public Relations and Alumni. The results of this monitoring dashboard test state that the alumni monitoring dashboard is able to work properly and can display the required tracer study information to users.
## 1. PENDAHULUAN
Universitas adalah institusi pendidikan tinggi yang melaksanakan pembelajaran akademik dan profesi dalam beragam ilmu pengetahuan dan teknologi. Suatu universitas memiliki banyak fakultas dan program studi yang harus selalu dipantau untuk memberikan informasi terkait kinerja mahasiswa. Tujuan utama pendidikan di perguruan tinggi adalah menghasilkan lulusan berkualitas dan hal tersebut dapat diukur melalui perfoma mahasiswanya. Perguruan tinggi di Indonesia memakai metode tracer study untuk memantau perkembangan informasi dari alumni sebagai tolak ukur tingkat kualitas universitas tersebut. Dengan tracer study dapat menjelaskan hubungan antara pendidikan tinggi dan dunia profesional, menilai hubungan pendidikan tinggi, menginformasikan stakeholder, melengkapi persyaratan akreditasi institusi pendidikan tinggi dan mendukung pengembangan kurikulum baru. Universitas Pendidikan Ganesha adalah salah satu institusi yang mengembangkan sistem survei penilaian diri berupa sistem informasi tracer study Undiksha. Sistem ini bertujuan untuk melacak riwayat alumni semua program studi dan tingkat pascasarjana. Sistem ini memiliki dashboard berbasis web yang secara instan menampilkan grafik data alumni berdasarkan fakultas, jurusan, program studi dan tahun lulus. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara diperoleh beberapa permasalahan, yaitu pimpinan masih perlu lebih memahami informasi dan penjelasan detail terkait informasi tracer study pada laporan, tampilan sistem tracer study masih kurang detail terkait pekerjaan alumni serta tampilan visualisasi data kurang beragam. Sehingga dibutuhkan teknologi informasi yang dapat menyediakan beragam visualisasi data secara singkat, mudah dipahami dan menarik dalam bentuk dashboard monitoring. Penerapan teknologi BI ( Business Intelligence ) dapat memudahkan para pimpinan untuk melihat perkembangan dan menganalisis data tracer study secara akurat. Teknologi BI dapat menyajiakan dan mengolah data menjadi informasi yang membantu pimpinan mengambil tindakan dan mendukung pengambilan keputusan yang tepat. Teknologi BI juga memiliki visualisasi data yang beragam sehingga penyajian data kompleks tracer study lebih mudah dipahami dan penyampaian informasi kepada pengguna lebih jelas dan efektif. Adapun beberapa penelitian terkait teknologi business intelligence , yaitu penelitian yang menghasilkan dashboard visualisasi data yang menggambarkan pengaruh aktivitas keseharian dan usia mahasiswa terhadap perolehan IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) dalam bentuk visual grafik menggunakan data lulusan STMIK Sentra Pendidikan Bisnis Samarinda (Mirwansyah et al., 2019). Penelitian yang menghasilkan dashboard business intelligence untuk mendukung pengambilan keputusan serta sistem monitoring mahasiswa dan lulusan, dimana laporan atau penyajian informasi data dalam bentuk grafik (Handho & Purnamasari, 2020). Penelitian yang menghasilkan dashboard visualisasi data yang dapat menampilkan informasi yang dibutuhkan oleh stakeholder pada departemen marketing untuk membantu dalam pengambilan keputusan di PT. Suryaplas Intitama (Steven et al., 2021). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan dashboard monitoring yang mampu menyampaikan informasi tentang hasil survei alumni melalui teknologi business intelligence. Dashboard ini, nantinya mampu menampilkan visualisasi data secara singkat, mudah dipahami dan lebih menarik bagi pengguna. Proses perancangan dashboard ini menerapkan metode BI Roadmap menggunakan data arsitektur Nine-Step Ralph Kimball . Dalam proses ini, metode OLAP ( Online Analytical Processing ) digunakan sebagai analisis data di database memaikai pemodelan data berupa star schema sehingga lebih mudah dipakai dan dimengerti bagi pengguna. Pada pengujian dashboard ini menerapkan metode UAT ( User Acceptance Testing) jenis Black Box Testing . Pengujian ini merupakan proses verifikasi terkait penanganan yang diberikan dan melihat hasil kinerja dashboard berdasarkan data uji, mengecek fungsionalitas serta keandalan dashboard monitoring ini.
## 2. METODE
Penelitian ini bersifat kualitatif. Data utama penelitian adalah hasil kuesioner online yang telah diisi oleh para lulusan tahun 2019 – 2021 yang menjadi target responden pada sistem tracer study . Data-data yang dikumpulkan terkait informasi tentang dashboard monitoring menggunakan teknologi informasi business intelligence dari buku, jurnal, e-book situs-situs internet dan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini.
Gambar 1. Business Intelligence Roadmap (Moss & Atre,2003)
Penelitian ini menggunakan metode BI Roadmap oleh Moss & Atre (2003) sebagai proses pengembangan sistem dashboard moniotoring ini yang dibagi menjadi enam tahapan sebagai berikut;
1) Justification adalah tahapan awal dalam merancang sebuah aplikasi BI untuk mengukur kebutuhan bisnis yang menimbulkan proyek pengembangan baru. Dalam tahapan ini memiliki satu kegiatan utama, yaitu Business Case Assessment sebagai berikut;
a. Business Case Assessment tentang permasalahan bisnis atau peluang bisnis dan penanganan BI yang direkomendasikan. Dalam kegiatan ini meliputi menentukan data, mendefinisikan masalah, mengajukan solusi, pemeriksaan data, mengumpulkan informasi penting seperti strategi, tujuan, dan sasaran organisasi.
2) Planning adalah tahapan ini bertujuan untuk mengevaluasi infrastruktur perencanaan awal, yaitu teknologi informasi yang dibutuhkan, waktu penelitian dan pemilihan sumber data. Dalam tahapan ini memiliki dua kegiatan utama, yaitu Enterprise Infrastructure Evaluation dan Project Planning sebagai berikut;
a. Technical Infrastructure Evaluation yaitu Infrastruktur bisnis harus mendukung aplikasi BI yang dihasilkan. Dengan tujuan aplikasi BI dapat berfungsi dengan baik sesuai kebutuhan bisnis.
b. Non - Technical Infrastructure Evaluation yaitu Perencanaan proyek harus didefinisikan sedetail mungkin dan proses perkembangan harus diawasi dan dilaporkan, sehingga perancangan aplikasi BI dapat diselesaikan tepat waktu.
3) Business Analysis adalah tahap ini dilakukan analisis sumber data, menunjukkan analisis detail masalah bisnis dan kebutuhan informasi yang menentukan data apa yang akan dimasukkan dalam proses ETL, termasuk analisis kualitas data. Tahapan ini bertujuan untuk memperoleh gambaran dari kebutuhan bisnis sebagai solusi yang potensial. Dalam tahapan ini memiliki empat kegiatan utama, yaitu Project Requirement Definition, Data Analysis, Application Prototyping, Metadata Repository Analysis sebagai berikut;
a. Project Requirement Definition yaitu memeriksa infrastruktur yang ada terhadap infrastruktur yang dibutuhkan, baik teknis maupun non teknis sehingga dapat dilakukan implementasi berdasarkan aplikasi BI
b. Data Analysis yaitu memeriksa kualitas atau analisa data baik atau tidak. Sumber data pada aplikasi BI adalah data warehouse dan kemudian melalui proses ETL untuk melakukan proses ekstraksi data, transform dan load ke data warehouse . Selanjutnya proses pembersihan data untuk menentukan data-data yang bernilai noise kemudian di cleansing .
c. Application Prototyping yaitu aktivitas untuk merancang fitur, mendefinisikan gambaran aplikasi, laporan dan query yang akan dibuat berdasarkan kebutuhan bisnis dan disepakati sebagai prototype .
d. Metadata Repository Analysis yaitu kegiatan menghasilkan analisis metadata yang diperlukan untuk mengubah bentuk data menjadi informasi terkait data yang akan digunakan, seperti informasi detail dari metadata serta struktur dan fungsi data yang ada.
4) Design adalah tahapan ini aplikasi BI telah merancang data warehouse , merancang database dan ETL design . Tahapan ini bertujuan untuk memahami aplikasi yang dapat menyelesaikan masalah bisnis. Dalam tahapan ini memiliki empat kegiatan utama, yaitu Database Design, ETL Design dan Metadata Repository Design sebagai berikut;
a. Database Design yaitu perancangan database ini sebagai pendukung aplikasi yang akan dibangun dengan schema star atau snowflake .
b. ETL Design yaitu perancangan ETL design dilakukan bila kualitas data kurang baik, namun bila data sudah baik maka proses ini tidak diperlukan.
c. Metadata Repository Design yaitu perancangan metadata repository ini dilakukan untuk menggambarkan database sumber yang digunakan. Proses ini akan memberikan informasi field terkait jenis field , dan ukuran field dari tabel dimensi dan tabel fakta.
5) Construction adalah tahapan ini, melakukan pembangunan aplikasi BI menyediakan sebuah return of investment berdasarkan tenggat waktu yang ditetapkan. Tahapan ini bertujuan untuk melakukan pembangunan data warehouse, pembangunan dashboard menggunakan tools BI dan melakukan proses eksekusi data ETL. Dalam tahapan ini memiliki tiga kegiatan utama, yaitu ETL Development, Application Development dan Metadata repository Development sebagai berikut;
a. ETL Development yaitu proses ekstraksi data dilakukan dalam pembuatan BI dashboard dan dilakukan cleaning untuk mengurangi noise pada data agar tidak terjadi error saat loading ke dalam data warehouse . Proses transform akan mengubah bentuk data sesuai kebutuhan. Proses ini dilakukan bila kualitas data buruk, namun bila kualitas data tersebut baik maka proses ini tidak diperlukan.
b. Application Development yaitu proses membuat dashboard BI dan hasil gambaran aplikasi BI yang dibangun.
c. Metadata Repository Development yaitu menampilkan hasil dari setiap penyimpanan metadata yang dibangun sesuai informasi yang akan dibuat, dimana penyimpanan metadata tersebut berisi data OLAP.
6) Deployment adalah tahapan ini, melakukan implementasi sistem business intelligence dengan penyesuaian terhadap pengguna yang akan menggunakan sistem. Dalam tahapan ini memiliki dua kegiatan utama, yaitu Implementation dan Release Evaluation sebagai berikut;
a. Implementation yaitu proses penyesuaian dan percobaan pada sistem business intelligence sebelum benar – benar digunakan, termasuk media yang akan digunakan oleh sistem dan pengguna yang telah terlibat dalam pembuatan sistem serta pengguna yang akan menggunakan sistem business intelligence . Dalam penelitian ini, menerapkan pengujian metode UAT ( User Acceptance Testing ) jenis Black Box Testing untuk pengujian fungsional sistem.
b. Release Evaluation yaitu proses evaluasi penggunaan sistem business intelligence kepada para pengguna, seperti proses wawancara terhadap pengguna sistem. Berikut beberapa pertanyaan wawancara dengan setiap pengguna sebagai berikut;
Table 1. Pertanyaan Evaluation
No. Pertanyaan 1 Pada tampilan informasi dashboard monitoring perkembangan alumni Undiksha ini, apakah ada informasi instrumen lain yang ingin di tampilkan atau sudah cukup untuk saat ini?
2 Apakah anda kesulitan dalam menggunakan sistem dashboard monitoring perkembangan alumni Undiksha dengan tools business intelligence ?
3 Dengan menggunakan tools business intelligence pada dashboard monitoring ini, informasi perkembangan alumni undiksha menjadi mudah dipahami?
4 Apakah anda setuju bahwa sistem Business Intelligence ini dapat mempercepat pemahaman anda dalam penyederhanaan data yang kompleks?
5 Menurut anda, apakah informasi yang dihasilkan oleh sistem Business Intelligence ini sudah optimal?
6 Menurut anda, lebih mudah mana dalam memahami informasi perkembangan alumni pada sistem tracer study saat ini atau dengan sistem Business Intelligence?
## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menghasilkan sistem dashboard monitoring tentang informasi perkembangan alumni Undiksha berdasarkan hasil survei kuesioner tracer study . Dashboard monitoring ini terdiri dari 3 seacrh bar , 1 navigator dan 13 grafik informasi. Search bar untuk mencari/memfilter tampilan grafik berdasarkan Fakultas, Program Studi dan Tahun Ajaran. Navigator untuk berpindah antar halaman pada dashboard monitoring berdasarkan Kategori Pilihan yang terdiri dari halaman Umum, Pekerjaan, Persebaran Alumni dan Sumber Dana. Grafik untuk mempermudah pengguna membaca dan memahami penyajian data berdasarkan instrumen tracer study sebagai berikut;
Gambar 2. Business Intelligence Dashboard Halaman Utama
Pada Gambar 2 merupakan rancangan halaman utama dari dashboard monitoring Tracer Study Undiksha yang terdiri dari 3 search bar, 1 navigator dan 4 grafik informasi sebagai berikut.
1) Grafik Pencapaian Status Alumni menggunakan grafik treemap untuk menampilkan status lulusan, meliputi Bekerja, Belum memungkinkan bekerja, Tidak kerja tetapi sedang mencari pekerjaan, Saya melanjutkan pendidikan dan Wiraswasta/ perusahaan sendiri dalam bentuk persegi panjang berwarna.
2) Grafik Jenis Kelamin menggunakan grafik Pie untuk menampilkan total persentase jenis kelamin lulusan, meliputi Laki-laki dan Perempuan dalam bentuk lingkaran.
3) Grafik Kesesuaian Tingkat Pendidikan menggunakan grafik Clustered Bar untuk menampilkan setiap tingkat kesesuain pendidikan lulusan, meliputi Tidak perlu Pendidikan tinggi, Setingkat lebih rendah, Tingkat yang sama dan Setingkat lebih tinggi dalam bentuk batang horizontal.
4) Grafik Relevansi Pendidikan menggunakan grafik Clustered Column untuk menampilkan setiap hubungan Pendidikan antara pekerjaan lulusan, meliputi Sangat erat, Cukup erat, Erat, Kurang erat dan Tidak sama sekali dalam bentuk batang vertikal.
Gambar 3. Business Intelligence Dashboard Halaman Pekerjaan
Pada Gambar 3 merupakan rancangan Halaman Pekerjaan dari dashboard monitoring Tracer Study Undiksha yang terdiri dari 3 search bar, 1 navigator dan 5 grafik informasi sebagai berikut.
1) Grafik Per Jenis Perusahaan menggunakan grafik Clustered Bar untuk menampilkan setiap jenis perusahaan dari lulusan, meliputi BUMN/BUMD, Instansi Pemerintah, Institusi/ Organisasi Multilateral, Organisasi Non-Profit/ Lembaga Swadaya Masyarakat, Perusahaan Swasta, Wiraswasta/ Perusahaan Sendiri dan Lainnya dalam bentuk batang horizontal.
2) Grafik Kisaran Gaji menggunakan grafik doughnut untuk menunjukkan nilai persentase pembagian kisaran gaji dari lulusan dalam bentuk kue donat atau lingkaran.
3) Grafik Per Waktu Tunggu Kerja menggunakan grafik Line untuk menampilkan beberapa kategori waktu tunggu lulusan mendapatkan pekerjaan, mulai dari 0 bulan sampai 12 bulan dalam bentuk seperti diagram garis dengan tingkatan tertentu.
4) Grafik Tingkat Tempat Kerja menggunakan grafik Clustered Column untuk menampilkan tingkatan tempat kerja dari lulusan, meliputi Badan Usaha Tingkat Multi Nasional/Internasional, Badan Usaha Tingkat Nasional, Badan Usaha Tingkat Wilayah/Lokal, Berwirausaha Yang Berizin Dan Berwirausaha Tidak Berizin dalam bentuk batang vertikal.
5) Grafik Status Kerja menggunakan grafik Clustered Bar untuk menampilkan status kerja dari lulusan, meliputi Ya dan Tidak dalam bentuk batang horizontal.
Gambar 4. Business Intelligence Dashboard Halaman Persebaran Alumni Pada Gambar 4 merupakan rancangan Halaman Persebaran Tempat Kerja Alumni dari dashboard monitoring Tracer Study Undiksha yang terdiri dari 3 search bar, 1 navigator dan 2 grafik informasi sebagai berikut.
1) Grafik Persebaran Tempat Kerja Alumni menggunakan grafik Map untuk menampilkan letak geografis dari wilayah asal tempat kerja alumni dalam bentuk peta.
2) Grafik Perolehan IPK Per Tahun menggunakan grafik Clustered Bar untuk menunjukkan perubahan nilai IPK dari lulusan setiap tahun, mulai dari 0.00 sampai 4.00 dalam bentuk batang horizontal.
Gambar 5. Business Intelligence Dashboard Halaman Sumber Dana
Pada Gambar 5 merupakan rancangan Halaman Sumber Dana dari dashboard monitoring Tracer Study Undiksha yang terdiri dari 3 search bar, 1 navigator dan 2 grafik informasi sebagai berikut.
1) Grafik Sumber Dana Studi S1/D3 menggunakan grafik Stacked Area untuk menampilkan setiap jenis sumber dana lulusan selama kuliah, meliputi Biaya Sendiri, Beasiswa BIDIKMISI, Beasiswa PPA, Beasiswa AFIRMASI, Beasiswa ADIK, Beasiswa Perusahaan/ Swasta dan Lainnya.
2) Grafik Sumber Dana Studi Lanjut menggunakan grafik Clustered Bar untuk menampilkan sumber dana studi lanjut lulusan selama kuliah, yaitu Biaya Sendiri.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh dalam bentuk grafik dashboard monitoring, selanjutnya penjelasan mengenai hasil pengujian sistem business intelligence dari masing-masing pengguna sebagai berikut;
Tabel 1. Hasil UAT Dashboard Monitoring Perkembangan Alumni Undiksha
Hasil Uji UAT No. Use Case / Proses*) Berhasil / Gagal Diuji oleh**) Tanggal Test 1 Nama Uji : Search Fakultas Deskripsi Pengujian: Verifikasi pencarian nama fakultas alumni Kasus Uji: Menampilkan pencarian nama fakultas Hasil yang diharapkan: Dashboard business intelligence dapat menampilkan grafik berdasarkan pencarian nama fakultas alumni Berhasil Ketua Divisi Tracer Study 25/11/2022 Berhasil Kaprodi Pendidikan Teknik Informatika 02/12/2022 Berhasil Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Hubungan Masyarakat dan Alumni 23/11/2022 Berhasil Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kerjasama 09/01/2023 2 Nama Uji: Search Program Studi Deskripsi Pengujian: Verifikasi pencarian nama program studi alumni Kasus Uji: Menampilkan pencarian nama program studi Hasil yang diharapkan: Dashboard business intelligence dapat menampilkan grafik berdasarkan pencarian nama program studi alumni Berhasil Ketua Divisi Tracer Study 25/11/2022 Berhasil Kaprodi Pendidikan Teknik Informatika 02/12/2022 Berhasil Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Hubungan Masyarakat dan Alumni 23/11/2022 Berhasil Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kerjasama 09/01/2023 3 Nama Uji: Search Tahun Ajaran Deskripsi Pengujian: Verifikasi pencarian tahun ajaran alumni Kasus Uji: Menampilkan pencarian tahun ajaran Hasil yang diharapkan: Dashboard business intelligence dapat menampilkan grafik berdasarkan pencarian tahun ajaran alumni Berhasil Ketua Divisi Tracer Study 25/11/2022 Berhasil Kaprodi Pendidikan Teknik Informatika 02/12/2022 Berhasil Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Hubungan Masyarakat dan Alumni 23/11/2022 Berhasil Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kerjasama 09/01/2023 4 Nama Uji: Menu Kategori Pilihan Deskripsi Pengujian:
Verifikasi pilihan halaman pada dashboard Kasus Uji: Menampilkan halaman dashboard berdasarkan kategori pilihan Hasil yang diharapkan:
Dashboard business intelligence dapat menampilkan halaman dashboard berdasarkan kategori pilihan yang telah ditentukan Berhasil Ketua Divisi Tracer Study 25/11/2022 Berhasil Kaprodi Pendidikan Teknik Informatika 02/12/2022 Berhasil Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Hubungan Masyarakat dan Alumni 23/11/2022 Berhasil Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kerjasama 09/01/2023 5 Nama Uji: Monitoring Status Alumni Deskripsi Pengujian: Berhasil Ketua Divisi Tracer Study 25/11/2022
Hasil Uji UAT No. Use Case / Proses*) Berhasil / Gagal Diuji oleh**) Tanggal Test Verifikasi penyajian grafik informasi status alumni Kasus Uji: Menampilkan grafik berdasarkan alumni
Hasil yang diharapkan:
Dashboard business intelligence dapat menampilkan grafik informasi berdasarkan status alumni Berhasil Kaprodi Pendidikan Teknik Informatika 02/12/2022 Berhasil Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Hubungan Masyarakat dan Alumni 23/11/2022 Berhasil Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kerjasama 09/01/2023 6 Nama Uji: Monitoring Jenis Kelamin Deskripsi Pengujian:
Verifikasi penyajian grafik informasi jenis kelamin alumni Kasus Uji:
Menampilkan grafik berdasarkan jenis kelamin Hasil yang diharapkan: Dashboard business intelligence dapat menampilkan grafik informasi berdasarkan jenis kelamin alumni Berhasil Ketua Divisi Tracer Study 25/11/2022 Berhasil Kaprodi Pendidikan Teknik Informatika 02/12/2022 Berhasil Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Hubungan Masyarakat dan Alumni 23/11/2022 Berhasil Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kerjasama 09/01/2023 7 Nama Uji: Monitoring IPK Per Tahun Deskripsi Pengujian: Verifikasi penyajian grafik informasi IPK per tahun alumni
Kasus Uji:
Menampilkan grafik berdasarkan IPK Hasil yang diharapkan:
Dashboard business intelligence dapat menampilkan grafik informasi berdasarkan IPK per tahun alumni Berhasil Ketua Divisi Tracer Study 25/11/2022 Berhasil Kaprodi Pendidikan Teknik Informatika 02/12/2022 Berhasil Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Hubungan Masyarakat dan Alumni 23/11/2022 Berhasil Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kerjasama 09/01/2023 8 Nama Uji: Monitoring Kesesuaian Tingkat Pendidikan Deskripsi Pengujian: Verifikasi penyajian grafik informasi kesesuaian tingkat pendidikan alumni Kasus Uji: Menampilkan grafik berdasarkan tingkat kesesuaian pendidikan Hasil yang diharapkan : Dashboard business intelligence dapat menampilkan grafik informasi berdasarkan tingkat kesesuaian pendidikan alumni Berhasil Ketua Divisi Tracer Study 25/11/2022 Berhasil Kaprodi Pendidikan Teknik Informatika 02/12/2022 Berhasil Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Hubungan Masyarakat dan Alumni 23/11/2022 Berhasil Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kerjasama 09/01/2023 9 Nama Uji: Monitoring Relevansi Pendidikan Deskripsi Pengujian: Verifikasi penyajian grafik informasi relevansi Pendidikan alumni Kasus Uji: Berhasil Ketua Divisi Tracer Study 25/11/2022 Berhasil Kaprodi Pendidikan Teknik Informatika 02/12/2022 Berhasil Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Hubungan Masyarakat dan Alumni 23/11/2022
Hasil Uji UAT No. Use Case / Proses*) Berhasil / Gagal Diuji oleh**) Tanggal Test Menampilkan grafik berdasarkan relevansi pendidikan Hasil yang diharapkan: Dashboard business intelligence dapat menampilkan grafik informasi berdasarkan relevansi pendidikan alumni Berhasil Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kerjasama 09/01/2023 10 Nama Uji: Monitoring Per Jenis Perusahaan Deskripsi Pengujian: Verifikasi penyajian grafik informasi per jenis perusahaan alumni Kasus Uji: Menampilkan grafik berdasarkan per jenis perusahaan
Hasil yang diharapkan:
Dashboard business intelligence dapat menampilkan grafik informasi berdasarkan per jenis perusahaan alumni Berhasil Ketua Divisi Tracer Study 25/11/2022 Berhasil Kaprodi Pendidikan Teknik Informatika 02/12/2022 Berhasil Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Hubungan Masyarakat dan Alumni 23/11/2022 Berhasil Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kerjasama 09/01/2023 11 Nama Uji: Monitoring Kisaran Gaji Deskripsi Pengujian: Verifikasi penyajian grafik informasi kisaran gaji alumni
Kasus Uji: Menampilkan grafik berdasarkan kisaran gaji Hasil yang diharapkan: Dashboard business intelligence dapat menampilkan grafik informasi berdasarkan kisaran gaji alumni Berhasil Ketua Divisi Tracer Study 25/11/2022 Berhasil Kaprodi Pendidikan Teknik Informatika 02/12/2022 Berhasil Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Hubungan Masyarakat dan Alumni 23/11/2022 Berhasil Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kerjasama 09/01/2023 12 Nama Uji: Monitoring Per Waktu Tunggu Kerja Deskripsi Pengujian: Verifikasi penyajian grafik jumlah alumni per waktu tunggu kerja Kasus Uji:
Menampilkan grafik berdasarkan per waktu tunggu kerja
Hasil yang diharapkan :
Dashboard business intelligence dapat menampilkan grafik informasi berdasarkan per waktu tunggu kerja alumni Berhasil Ketua Divisi Tracer Study 25/11/2022 Berhasil Kaprodi Pendidikan Teknik Informatika 02/12/2022 Berhasil Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Hubungan Masyarakat dan Alumni 23/11/2022 Berhasil Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kerjasama 09/01/2023 13 Nama Uji: Monitoring Tingkat Tempat Kerja Deskripsi Pengujian: Verifikasi penyajian grafik informasi tingkat tempat kerja alumni Kasus Uji: Berhasil Ketua Divisi Tracer Study 25/11/2022 Berhasil Kaprodi Pendidikan Teknik Informatika 02/12/2022 Berhasil Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Hubungan Masyarakat dan Alumni 23/11/2022
Hasil Uji UAT No. Use Case / Proses*) Berhasil / Gagal Diuji oleh**) Tanggal Test Menampilkan grafik berdasarkan tingkat tempat kerja Hasil yang diharapkan : Dashboard business intelligence dapat menampilkan grafik informasi berdasarkan tingkat tempat kerja alumni Berhasil Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kerjasama 09/01/2023 14 Nama Uji: Monitoring Status Kerja Deskripsi Pengujian:
Verifikasi penyajian grafik informasi status kerja alumni Kasus Uji:
Menampilkan grafik berdasarkan status kerja Hasil yang diharapkan : Dashboard business intelligence dapat menampilkan grafik informasi berdasarkan status kerja alumni Berhasil Ketua Divisi Tracer Study 25/11/2022 Berhasil Kaprodi Pendidikan Teknik Informatika 02/12/2022 Berhasil Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Hubungan Masyarakat dan Alumni 23/11/2022 Berhasil Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kerjasama 09/01/2023 15 Nama Uji: Monitoring Persebaran Tempat Kerja Alumni
Deskripsi Pengujian:
Verifikasi penyajian grafik informasi persebaran tempat kerja alumni Kasus Uji:
Menampilkan grafik berdasarkan persebaran tempat kerja alumni Hasil yang diharapkan : Dashboard business intelligence dapat menampilkan grafik informasi berdasarkan persebaran tempat kerja alumni Berhasil Ketua Divisi Tracer Study 25/11/2022 Berhasil Kaprodi Pendidikan Teknik Informatika 02/12/2022 Berhasil Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Hubungan Masyarakat dan Alumni 23/11/2022 Berhasil Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kerjasama 09/01/2023 16 Nama Uji : Monitoring Sumber Dana Studi S1/D3 Deskripsi Pengujian : Verifikasi penyajian grafik informasi jenis sumber dana alumni selama kuliah studi S1/D3
Kasus Uji :
Menampilkan grafik berdasarkan jenis sumber dana alumni studi
S1/D3 Hasil yang diharapkan :
Dashboard business intelligence dapat menampilkan grafik informasi berdasarkan jenis sumber dana studi S1/D3 alumni Berhasil Ketua Divisi Tracer Study 25/11/2022 Berhasil Kaprodi Pendidikan Teknik Informatika 02/12/2022 Berhasil Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Hubungan Masyarakat dan Alumni 23/11/2022 Berhasil Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kerjasama 09/01/2023 17 Nama Uji : Monitoring Sumber Dana Studi Lanjut Deskripsi Pengujian : Verifikasi penyajian grafik informasi jenis sumber dana alumni selama kuliah studi lanjut Kasus Uji : Berhasil Ketua Divisi Tracer Study 25/11/2022 Berhasil Kaprodi Pendidikan Teknik Informatika 02/12/2022 Berhasil Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Hubungan Masyarakat dan Alumni 23/11/2022
Hasil Uji UAT No. Use Case / Proses*) Berhasil / Gagal Diuji oleh**) Tanggal Test Menampilkan grafik berdasarkan jenis sumber dana alumni studi lanjut Hasil yang diharapkan :
Dashboard business intelligence dapat menampilkan grafik informasi berdasarkan jenis sumber dana studi lanjut alumni Berhasil Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kerjasama 09/01/2023
Berdasarkan hasil pengujian sistem business intelligence dengan menguji fungsionalitas setiap menu pada dashboard monitoring perkembangan alumni yang terdiri dari 3 search bar, 1 navigator dan 13 grafik informasi terkait instrumen tracer study menunjukkan bahwa tidak ada kesalahan proses dalam sistem dan dari segi fungsional sudah memberikan hasil yang diharapkan.
Berdasarkan hasil wawancara terkait informasi pada sistem dashboard monitoring perkembangan alumni dari setiap pengguna adalah informasi yang ditampilkan pada sistem business intelligence sudah cukup bagus dan mewakili indikator tracer study , semua pengguna tidak mengalami kesulitan dalam menggunakan sistem dashboard monitoring ini, semua pengguna mudah memahami informasi perkembangan alumni pada sistem dashboard monitoring ini, semua pengguna setuju bahwa sistem dashboard monitoring ini dapat mempercepat pemahaman dalam penyederhanaan data yang kompleks, semua pengguna menyatakan bahwa informasi yang dihasilkan sistem dashboard monitoring ini sudah optimal dan semua pengguna menyatakan bahwa informasi pada sistem dashboard monitoring ini lebih mudah dipahami daripada sistem tracer study saat ini.
## 4. SIMPULAN DAN SARAN
Penelitian ini telah menghasilkan sistem yang dapat dapat menyajikan informasi hasil survei alumni pada sistem tracer study Undiksha dengan teknologi business intelligence . Dashboard monitoring ini dapat memberikan beragam visualisasi data secara singkat, mudah dipahami dan informasi detail terkait pekerjaan alumni. Selain itu, tampilan dashboard monitoring yang ringkas memudahkan pimpinan dalam melihat perkembangan alumni dan menganalisis masalah yang sering terjadi sehingga dapat segera menerapkan penanganan yang tepat. Berdasarkan hasil pengujian sistem dan hasil wawancara dari setiap pengguna adalah sistem dashboard monitoring perkembangan alumni Undiksha ini sudah berfungsi dengan baik, tidak ada kesalahan proses dalam sistem dan dari segi fungsional sudah memberikan hasil yang diharapkan. Berdasarkan analisis hasil penelitian ini, diperlukan beberapa penambahan data untuk meningkatkan informasi pada sistem dashboard monitoring ini yakni memperbaiki database tracer study pada instansi, menambahkan data lokasi tempat tinggal alumni setiap kabupaten dan provinsi di seluruh Indonesia maupun di luar Indonesia, menambahkan detail nama negara pada data lokasi tempat kerja alumni dan menambahkan instrumen lanjutan tracer study tentang informasi alumni beberapa tahun setelah lulus dari universitas.
## Ucapan Terima Kasih
Dalam penelitian ini, penulis banyak mendapatkan bantuan baik berupa moral maupun material dari berbagai pihak demi menyelesaikan penelitian ini. Penulis ucapkan terima kasih kepada dosen-dosen atas segala ilmu, bantuan dan bimbingan selama proses penelitian ini. Penulis juga berterima kasih kepada pihak UPT PPKM Undiksha dan UPT TIK Undiksha telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan penelitian di sana.
## Daftar Pustaka
Alviana, S., & Kurniawan, B. (2019). Analisis Data Penerimaan Mahasiswa Baru Untuk Meningkatkan Potensi Pemasaran Universitas Menggunakan Business Intelligence (Studi Kasus Universitas XYZ). Infotronik: Jurnal Teknologi Informasi dan Elektronika, 4(1), 10-15.
Dharma Lesmono, J., Pawitan, G., Dewiyani, Fransiscus, H., & Tan, A. (2020). TRACER STUDY UNPAR Tahun
2020. Universitas Katolik
Parahyangan. https://drive.google.com/file/d/1VBzB9p-
H33s0OAVcadurh9Gx2MWBmWK7/view
Handho, L. P., & Purnamasari, S. D. (2020). Dashboard Monitoring Mahasiswa Dan Lulusan Untuk Meningkatkan Potensi Penerimaan Mahasiswa Baru Serta Strategi Pemasaran. In Bina Darma Conference on Computer Science (BDCCS) (Vol. 2, No. 3, pp. 262-268).
Hariyanto, S., Arijanto, R., & Wijaya, A. H. (2021). PENERAPAN BUSINESS INTELLIGENCE UNTUK MENGANALISIS DATA PADA PT. SURYAPLAS INTITAMA MENGGUNAKAN MICROSOFT POWER BI. ALGOR, 2(2), 41-50.
Hindrayani, K. M. (2020). Business Intelligence for Educational Institution: A Literature Review. IJCONSIST JOURNALS, 2(1), 22-25.
Kimball, R., & Ross, M. (2013). The Data Warehouse Toolkit: The Definitive Guide to Dimensional Modeling.
John Wiley & Sons, Inc.
Lesmono, J. D., Pawitan, G., & Fransiscus, H. (2020). Tracer study: survey rekam jejak alumni lulusan tahun 2017.
Lestari, M. A., Tabrani, M., & Ayumida, S. (2018). SISTEM INFORMASI PENGOLAHAN DATA ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN PADA KANTOR DESA PUCUNG KARAWANG. Jurnal Interkom, 13(3), 14 – 21. Megasari, D., Fatika Suci, C., Mawarni, Z., Yusuf, M., Dinata, H. S., & Lawita, N. F. (2021). PENERAPAN BASIS DATA DALAM MENDUKUNG PEMBELAJARAN JARAK JAUH (STUDI KASUS PENERAPAN SIKULI DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU). Pendidikan Tambusai, 5(2), 3165 – 3172.
Merriam, S. B., & Tisdell, E. J. (2016). Qualitative Research: A Guide toDesign and Implementation - Fourth
Edition (Fourth Edition). Jossey-Bass. https://download.e-
bookshelf.de/download/0003/7195/84/L-G-0003719584-0007575839.pdf
Microsoft. (2019, September 10). Microsoft Power BI Desktop. Microsoft. https://www.microsoft.com/id- id/download/details.aspx?id=45331
Mirwansyah, D., & Sari, N. W. W. (2019, May). PENERAPAN BUSINESS INTELLIGENCE PADA DATA LULUSAN STMIK SENTRA PENDIDIKAN BISNIS SAMARINDA. In Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Statistika (pp. 192-198).
Moss, L. T., & Atre, S. (2003). Business intelligence roadmap: the complete project lifecycle for decision- support applications. Addison-Wesley Professional
Novembri, D., & Tania, K. (2019, May). Penerapan Business Intelligence Pada Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Selatan. In Annual Research Seminar (ARS) (Vol. 4, No. 1, pp. 118-125).
Purwati, E., & Gunawan, S. (2018). Data Warehouse Design Acceptance of Goods In PT Transmart Using Tools Pentaho and Tableau. SIMADA (Jurnal Sistem Informasi dan Manajemen Basis Data), 1(2), 81- 92.
Rafsanjani, H., Kumaladewi, N., & Hulliyah, K. (2013). Pengembangan aplikasi business intelligence untuk bagian operasional dan keuangan pada perusahaan gerbang multindo nusantara. STUDIA INFORMATIKA: JURNAL SISTEM INFORMASI, 6(2).
Saputra, E. A., & Agushinta, D. (2021) The Implementation of Business Intelligence on Smart Sales Dashboard Using Tableau (Study Case: PT. Derma Konsep Estetika). Volume 6, Issue 1, pp. 223-226.
Sherman, R. (2014). Business intelligence guidebook : from data integration to analytics. Elsevier Inc.
Suparto, D., Sigit, W. S., & Setiady, W. (2010). Business intelligence: konsep dan metode. Jurnal CommIT, 4(1), 63-67.
Susanti, M. D. E., & Wibawa, R. P. (2021). Analisis Tracer Study Untuk Mengkaji Profil Alumni Lulusan Program Studi S1 Teknik Informatika Unesa. Journal of Emerging Information System and Business Intelligence (JEISBI), 2(4), 43-48.
Widyastuti, R., & Indrarti, W. (2019). PERANCANGAN SISTEM INFORMASI BIMBEL BERBASIS WEB STUDI
KASUS DI BIMBEL DELTA. PROSISKO, 6(2), 102 – 108. http://codebetter.com/raymondlewallen/2005/07/13/s
WIJAYA, C., & Purnamasari, S. D. (2020). DASHBOARD BUSINESS INTELLIGENCE UNTUK MENDUKUNG STRATEGI PEMASARAN VITAMIN KARET DAN SAWIT. In Bina Darma Conference on Computer Science (BDCCS) (Vol. 2, No. 4, pp. 393-399).
Wijaya, G. (2017). Perancangan Data Warehouse Nilai Mahasiswa Dengan Kimball Nine-Step Methodology. Jurnal Informatika, 4(1).
Yap, B., & Giap, Y. C. (2020). PENERAPAN BUSINESS INTELLIGENCE PADA CV. TANGGAMAS CHEMICHAL DENGAN METODE OLAP. ALGOR, 2(1), 57-65.
Yusanti, J., & Riyadi, S. (2019, February). Dashboard-based Alumni Tracer Study Report Using Normalized
Data Store Architecture. In Proceedings of the 2019 8th International Conference on Software and Computer Applications (pp. 70-74).
(2022, April 22). Retrieved from http://uptpkkm.undiksha.ac.id: http://uptpkkm.undiksha.ac.id/profile- upt-pkkm-undiksha/
|
d93192d4-dc42-4411-8a2f-499175e6e412 | https://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jpeb/article/download/1943/1533 |
## DOI: https://doi.org/10.21009/JPEB.004.2.6
## PERILAKU SUKU BUNGA PERBANKAN DI INDONESIA
## Ratu Nabila Saras Putri
Staff Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Jakarta ratunabilasarasputri@gmail.com
## ABSTRACK
The purpose of this paper is to know the pass through rate of changes in the benchmark interest rate, to see bank efficiency and to observe the symmetric or asymmetric banking behavior of the benchmark interest rate. The main motivation behind this research is the degree of pass through and efficiency, as well as the banking behavior at a resposive reference rate can support sustainability between the monetary sector and the real sector. To test the hypothesis, we used monthly data over the period 2005 (7) - 2015 (12). This research uses OLS (Ordinary Least Square) and ARDL model (Auto Regressive Distributed Lag). The results show that the interest rate pass-through on loan interest rates and bank group savings does not respond to the policy in full. The lending rates of Regional Government Banks show a low level of efficiency. The rate of adjustment to changes in the BI Rate of interest rates on lending by Local Government Banks has a high degree of flexibility. Lending rates of Bank Persero, Regional Government Banks, National Private Banks, Foreign and Mixed Banks, and Commercial Banks have symmetrical behavior while for savings interest rates in bank groups only Regional Government Banks and Commercial Banks have symmetry behavior. Based on the findings, we suggest changes to the structure of the banking market. Banking behavior capable of forecasting and the mechanism of policy transmission will be achieved if there is good coordination between fiscal and monetary policy.
Keywords: Interest rate, Bank interest rate, Efficiency, Symmetry, Adjustment.
## ABSTRAK
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui derajad pass through pada perubahan suku bunga acuan, melihat efisiensi perbankan dan mengamati perilaku perbankan simetris atau asymetris terhadap suku bunga acuan. Motivasi utama di balik penelitian ini adalah derajat pass through dan efisiensi, serta perilaku perbankan pada suku bunga acuan yang respossif maka dapat mendukung kesinambungan antara sektor moneter dan sektor riil. Untuk menguji hipotesis, kami menggunakan data bulanan selama periode 2005(7) – 2015(12). Penelitian ini menggunakan OLS ( Ordinary Least Square ) dan model
ARDL ( Auto Regressive Distributed Lag ). Hasil menunjukkan Interest rate pass- through pada suku bunga pinjaman dan simpanan kelompok perbankan tidak merespon kebijakan secara penuh.Suku bunga pinjaman Bank Pemerintah Daerah menunjukkan tingkat efisiensi yang rendah.Tingkat penyesuaian pada perubahan Bi rate suku bunga pinjaman Bank Pemerintah Daerah memiliki tingkat flexsibilitas yang baik. Suku bunga pinjaman Bank Persero, Bank Pemerintah Daerah, Bank Swasta Nasional, Bank Asing dan Campuran, serta Bank Umum memilki perilaku simetris sedangkan untuk suku bunga simpanan pada kelompok bank hanya Bank Pemerintah Daerah dan Bank Umum yang memiliki perilaku simetri. Berdasarkan temuan,kami menyarankan perubahan pada struktur pasar perbankan. Perilaku perbankan yang mampu melakukan forecasting serta mekanisme transmisi kebijakan akan tercapai bila adanya kordinasi yang baik antara kebijakan fiskal dan moneter.
Kata Kunci: Suku bunga acuan, Suku bunga perbankan, Efisiensi,
Simetri,Penyesuaian.
## PENDAHULUAN
Tujuan akhir kebijakan moneter adalah menjaga dan
memelihara kestabilan nilai rupiah yang salah satunya tercermin dari tingkat inflasi yang rendah dan stabil. Untuk mencapai tujuan itu Bank Indonesia menetapkan suku bunga kebijakan BI rate sebagai instrumen kebijakan utama untuk mempengaruhi aktivitas kegiatan perekonomian dengan tujuan akhir pencapaian inflasi. BI rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap kebijakan moneter yang ditetapkan oleh BI dan diumumkan kepada publik. Secara operasional, sikap kebijakan moneter ini dicerminkan oleh penetapan BI Rate yang diharapkan akan memengaruhi suku bunga pasar uang, suku bunga deposito, dan suku bunga kredit perbankan. Perubahan suku bunga ini akan memengaruhi defisit transaksi berjalan, nilai rupiah, tingkat inflasi, pasar modal, dan investasi.
Namun jalur atau transmisi dari keputusan BI rate sampai dengan pencapaian sasaran inflasi tersebut sangat kompleks dan memerlukan waktu ( time lag ).Jalur atau transmisi dari keputusan inilah berpengaruh pada aspek makro dan khsusunya sektor keuangan dan perbankan.Sektor keuangan dan perbankan memiliki pengaruh
apabila melihat risiko perekonomian cukup tinggi, respon perbankan terhadap penurunan suku bunga BI rate biasanya sangat lambat. Apabila perbankan sedang melakukan konsolidasi untuk memperbaiki permodalan, penurunan suku bunga kredit dan meningkatnya permintaan kredit belum tentu direspon dengan menaikkan penyaluran kredit. Di sisi permintaan, penurunan suku bunga kredit perbankan juga belum tentu direspon oleh meningkatnya permintaan kredit dari masyarakat apabila prospek perekonomian sedang lesu (Bank Indonesia, 2015).
Pada jalur suku bunga, perubahan BI rate memengaruhi suku bunga deposito dan suku bunga kredit perbankan.Apabila perekonomian sedang mengalami kelesuan, BI dapat menggunakan kebijakan moneter yang ekspansif melalui penurunan suku bunga untuk mendorong aktivitas ekonomi. Penurunan BI rate menurunkan suku bunga kredit sehingga permintaan akan kredit dari
perusahaan dan rumah tangga akan meningkat. Penurunan suku bunga kredit juga akan menurunkan biaya modal perusahaan untuk melakukan investasi. Ini akan meningkatkan aktivitas konsumsi dan investasi sehingga aktivitas perekonomiansemakin bergairah. Selama hampir setahun berakhir sudah. Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan (BI rate ) sebesar 25 basis poin, dari 7,5% (sejak Februari 2015) menjadi 7,25%. Era pelonggaran moneter telah dimulai dan secara konsisten BI rate akan diturunkan perlahan pada bulan-bulan
berikutnya.
Sebenarnya suku bunga acuan kali ini masih terlalu tinggi jika dibandingkan dengan Negara
negara lain, khususnya Negara ASEAN. Saat ini, suku bunga acuan di Amerika Serikat hanya 0,25%, Eropa 0,05%, serta Jepang sebesar 0,1%. Di lingkup ASEAN, suku bunga acuan di Singapura ditetapkan sebesar 0,39%, Thailand 2%, dan Malaysia 3,25%. Sedangkan untuk suku bunga kredit perbankan nasional, berdasarkan data BI, ratarata suku bunga kredit investasi sepanjang 2014 mencapai
12,21% dan kredit modal kerja sebesar 12,61%.
Pada kebijakan pemerintah terbaru yaitu Bank Indonesia mereformulasi suku bunga kebijakan, dari BI Rate menjadi BI 7-day ( Reverse ) Repo Rate .Hal ini dilakukan untuk meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter.Lebih lanjut penguatan operasi moneter ini tidak mengubah sikap ( stance ) kebijakan moneter yang sedang diterapkan.Perubahan suku bunga kebijakan ini berlaku efektif sejak 19 Agustus 2016. Dalam masa transisi sampai dengan sebelum 19 Agustus 2016, Bank Indonesia akan tetap menggunakan BI Rate sebagai suku bunga kebijakan. Dalam periode yang sama, BI akan mulai mengumumkan BI 7-day Repo Rate sebagai bagian dari suku bunga operasi moneter (Bank Indonesia, 2016).
Penguatan kerangka operasi moneter tersebut memiliki tiga tujuan utama.Pertama, memperkuat sinyal kebijakan moneter dengan suku bunga ( Reverse ) Repo Rate 7 hari sebagai acuan utama di pasar keuangan.Kedua,
memperkuat efektivitas transmisi kebijakan moneter melalui pengaruhnya pada pergerakan suku bunga pasar uang dan suku bunga perbankan. Ketiga, mendorong pendalaman pasar keuangan, khususnya transaksi dan pembentukan struktur suku bunga di pasar uang antarbank (PUAB) untuk tenor 3 bulan hingga 12 bulan.Pada tingkat Tingkat bunga acuan Repo saat ini di angka 5,5 persen, sedangkan BI rate turun 6,75 persen dibandingkan tahun lalu.
Penurunan BI rate dalam statusnya sebagai suku bunga
acuan memang akan menjadi rujukan dalam penentuan suku bunga perbankan. Namun,
efektivitas penurunan BI rate dalam menekan suku bunga perbankan amat tergantung pada derajad pass- through suku
bunga. Dalam
berbagai literatur, Interest rate pass- through diartikan sebagai perubahan suku bunga official bank sentral yang ditransmisikan pada suku bunga pasar uang dan suku bunga perbankan.Mekanisme pass- through memainkan peran yang sangat penting dalam kebijakan moneter.Kesehatan perbankan pada gilirannya menjadi syarat mutlak bagi keberlangsungan kebijakan moneter dan perekonomian di suatu negara. Derajad pass-through suku bunga mengukur seberapa responsif perbankan dalam memasang suku bunganya. Dalam kasus derajad pass-through lengkap
(atau sempurna), penurunan BI rate akan diimbangi dengan penurunan suku bunga perbankan dengan besaran penurunan proporsional terhadap penurunan BI
rate . Dengan kata lain, kecepatan dan kepenuhan pass-through dari suku bunga official menuju pasar uang dan perbankan menjadi kekuatan transmisi
kebijakan moneter (De Bondt, 2002). Namun mekanisme pass- through dapat
berbeda-beda antarnegara,
tergantung pada
kebijakan ekonomi dan derajat pengendalian pemerintah ( control power ).Banyak faktor yang
mempengaruhi jalannya mekanisme
pass-through
seperti, siklus
ekonomi, informasi yang tidak sempurna, kondisi internal perbankan, maupun risiko volatilitas yang menyebabkan perbankan tidak dapat merespon segera kebijakan ini.Inilah yang disebut asymmetric pass-through (Kuan M., Binh N.T.T., dan Hui W.S, 2008).
Menilik data perbankan
nasional selama beberapa tahun terakhir ini, derajat pass-through masih rendah, perubahan (naik atau turunnya) BI rate tidak direspons sebanding oleh perubahan suku bunga perbankan.Artinya, masih terjadi ketegaran ( rigidity ) suku bunga pada perbankan. Aspek ketegaran ini selanjutnya akan membedakan karakteristik perilaku perbankan apakah simetri ataukah asimetri dalam menanggapi perubahan BI rate . Perilaku perbankan mematok suku bunganya sebagai respon atas kenaikan suku bunga acuan sering kali berbeda ketika berhadapan dengan penurunan bunga acuan. Mekanisme pass-through dikatakan symmetric apabila
perbankan dapat merespon dengan sempurna atau sejalan dengan kebijakan bank sentral. Misalnya diasumsikan jika bank sentral menaikkan suku bunga dalam rangka koreksi kebijakan, maka perbankan juga akan merespon dengan turut menaikkan suku bunganya meskipun tidak secara penuh. Mekanisme pass-through dikatakan asymmetric apabila perbankan merespon tidak sejalan dengan kebijakan bank sentral.Misalnya diasumsikan jika
bank sentral menurunkan suku bunga untuk menggerakkan sektor riil, maka perbankan tidak segera merespon dengan menurunkan suku bunganya. Hal ini karena adanya selang waktu ( time lag ) untuk melakukan berbagai penyesuaian internal dan eksternal sebelum perbankan menentukan tingkat bunga yang akan diberikan kepada masyarakat.
Perilaku simetris ini sangat dibutuhkan eksistensinya dalam perbankan, hal ini penting dan harus melekat pada perbankan itu sendiri karena apabila perilaku simetris pada diri perbankan belum melekat maka bisa dipastikan ada ketidakharmonisan antara sektor moneter dengan sektor riil yang pada akhirnya tidak menunjukkan sinkron di antara keduanya.Dengan melihat derajad pass-through tersebut juga bisa melihat efisiensi perbankan dalam menetapkan suku bunga baik pinjaman dan simpanan.Efisiensi perbankan diperlukan karena efisiensi terkait dengan ketetapan bank dalam menetapka suku bunga guna melihat efisiensi perbankan dengan suku bunga acuan.
Penelitian mengenai suku bunga pass-through dan efisiensi perbankan penting untuk diteliti karena dapat mengetahui efisiensi perbankan dan derajad pass- through pada suku bunga pinjaman dan simpanan.Penelitian ini memiliki tujuan mengamati perbankan yang memiliki perilaku simetris atau asymetris terhadap suku bunga acuan dan melihat efisiensi dari masing-masing kelompok bank pada jenis suku bunga pinjaman
dan simpanan. Dengan informasi mengenai derajat pass through dan efisiensi perbankan maka akan memberikan sinyal kepada pemerintah dalam mengambil kebijakan moneter yang dapat respossif dalam dunia perbankan yang dapat mendukung transmisi kebijakan moneter yang salah satu tujuannya adalah kesinambungan antara sektor moneter dan sektor riil.
Penelitian ini mengkaji tentang derajat pass-through , efisiensi dan perilakuperbankan dengan fokus pada suku bunga pinjaman dan simpanan pada kelompok bank di Indonesia.
Penelitian ini disusun sebagai berikut.Bagian 2 membahasa tinjauan pustaka, metode dan data disajikan dalam bagian 3.Hasil empiris dibahas pada bagian 4 dan bagian terakhir memberikan kesimpulan.
## KAJIAN TEORITIK
Beberapa studi antar Negara di Eropa dan Negara OECD sejak era 1990 menemukan bahwa interest rate pas through dari tingkat suku bunga pasar uang ke tingkat suku bunga kredit perbankan kepada perusahaan tidak sempurna (dengan tenggang waktu 3 bulan), tetapi pass-throgh jangka panjang lebih mendekati sempurna (Borio, 1995). Selan-jutnya strudi empiris menunjukkan bahwa pass-through jangka pendek masih jauh dari sempurna dengan tingkat tertinggi pada 50% dan pass through jangka pendek mendekati 100% (De Bondt, 2002).
Reaksi suku bunga antar
bank untuk variasi yang dibuat oleh
Bank Nasional Rumania yang lamban selama periode Mei 2003 - September 2008, tetapi “cepat” dalam periode setelah Oktober 2008 (Marius). Penelitian yang mengukur seberapa responsive antara suku bunga pinjaman dan simpanan juga pernah di kaji, hasil menujukkan bahwa tarif bank ritel di Jerman untuk periode Januari 2003 sampai Desember 2006 ketidaklengkapan pass-through baik dalam jangka pendek dan jangka panjang dan adanya heterogenitas yang cukup di seluruh produk ritel dan bank. Kelompok perbankan menyesuai- kan tarif pinjaman tidak secara seragam dan cenderung respon- sive dibandingkan dengan suku bunga tabungan.
Persaingan pasar pinjaman lebih kuat dengan mengamati
spread bank yang lebih besar (atau: suku bunga perbankan yang lebih rendah) pada account dan deposito saat ini. Lebih rendah tingkat deposito
berjangka
yang dikonfirmasi oleh perkiraan ECM.
Rupanya, tekanan kompetitif lebih berat di pasar kredit daripada di pasar deposito, sehingga bank-bank di bawah kompetisi mengkompensasi penurunan
mereka pada pendapatan dari suku bunga kredit dengan menurunkan suku bunga deposito mereka.Kami mengamati juga bahwa suku bunga perbankan di pasar merespon lebih kuat dan (untuk pinjaman jangka pendek untuk perusahaan) lebih cepat untuk perubahan tingkat suku bunga pasar (Leuven, 2006).
De Bondt (2002) yang juga menguji interest rate pass-through dengan menggunakan data beberapa negara di euro area.
Penelitiannya menemukan bahwa proporsi pass-through atas peru- bahan suku bunga official terhadap suku bunga perbankan dalam satu bulan paling tinggi hanya sekitar 50 persen. Pass-through akan lebih tinggi dalam jangka panjang,
terlebih pada suku bunga kredit yang hampir mendekati 100 persen. Sama dengan hasil penelitian Burgstaller (2003) bahwa sejak pemberlakuan euro proses pass- through berjalan lebih cepat. Illes et al. (2015) menggunakan biaya rata-rata tertimbang dari dana sebagai proxy untuk harga pasar Eropa dan menemukan bahwa mekanisme pass-through tetap stabil sepanjang krisis. Selain itu, Rocha (2012)
menganalisis pass-through untuk suku bunga deposito di Portugal dan menunjukkan
passthrough jangka panjang tidak lengkap. Asimetris penyesuaian suku bunga pinjaman bank relatif terhadap tingkat referensi (seperti kebijakan moneter rate ) didokumentasikan
dengan baik (Lim (2001); Fuertes dan Heffernan,
2006): bank cenderung untuk meningkatkan
minat suku bunga pinjaman pada kira-kira kecepatan yang sama dengan suku bunga acuan, tapi menurunkan tarif mereka pada kecepatan yang lebih lambat. Selain itu, pass-through sering tampaknya kurang lengkap selama periode tingkat jatuh relatif terhadap meningkatnya periode tingkat. Dalam tulisan ini, saya menjelaskan
asimetri suku bunga pass-through dengan cara modal dan persyaratan likuiditas dikenakan pada bank oleh regulator.
Model mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui suku bunga (interest rate pass through) sudah banyak diteliti di berbagai negara diantaranya penelitian yang dilakukan Rousseas(Rousseas, 1985)yang disebut model marginal cost pricing yang menyatakan bahwa perubahan suku bunga cost of fund bank akan diteruskan dalam bentuk perubahan suku bunga bank kepada nasabahnya, karena hal ini mencerminkan perubahan marginal cost dari bank. Model ini masih dianggap sebagai model terbaik untuk menjelaskan interest rate
pass through dari suku bunga kebijakan ke suku bunga perbankan Egert el al(Nikoloz
Gigineishvili,2011).
Menurut penelitian terbaru oleh Wang dan Lee (Wang, 2009), hanya ekonomi AS telah mencapai pass trough dalam tingkat deposito. Jika bank sentral dapat mentransfer bagian dari biaya untuktarif ritel maka ini dianggap tidak lengkap pass trough dan jika mereka mentransfer lebih daribiaya maka dianggap lebih melewatinya. Kwapil dan Scharler (2010) menunjukkan bahwa jika tingkat bunga pass trough tidak lengkap tidak ada keseimbangan dijamin di bawah standar aturan Taylor. Cottarelli dan
Kourelis (1994) berpendapat bahwa keuntungan
memaksimalkan lembaga sepertibank komersial hanya akan mengubah suku bunga pinjaman atau meminjam tingkat jika biaya untuk melakukannya
adalahkurang dari biaya penyesuaian terkait dengan perubahan. Jika lebih murah untuk menjaga saat inisuku bunga tetap bahkan ketika tingkat pasar uang telah berubah maka ini adalah tindakan yang akandiambil.Moneter hanya efektif jika ada hubungan jangka panjang antara suku bunga bank sentral dan suku bunga ritel.
Jika penyesuaian terhadap keseimba-ngan jangka panjang adalah sama antara kenaikan dan penurunan suku bunga maka lulus melalui simetris. Menurut Ausubel (1991)
menangani masalah suku bunga kartu kredit. Teori ini menyiratkan bahwa menguntungkan bagi bank untuk bersaing dengan mengu-rangi tarif kartu kredit karena mereka lebih akan menarik orang-orang yang ‘sepenuhnya berniat untuk
meminjam’ yaitu berisiko tinggi pemegang kartu kredit. Mamingi Boamah dan Jackman (2008) memberikan sedikit bukti suku bunga di Karibia. Mereka menganalisis dampak dari bank sentral suku bunga deposito minimum padabank komersial suku bunga pinjaman di Barbados 1980- 2007 menggunakan kesalahan penyesuaian parsial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pergerakan suku bunga pinjaman yang kaku dalam jangka pendek namun berbeda dalam jangka panjang. Moujan (2000) dan Ehrmann et al. (2003) berpendapat bahwa persaingan di pasar keuangan antara bank dan
ataulembaga keuangan dan peningkatan volatilitas suku bunga memiliki dampak yang besar pada
kecepatan dantingkat suku bunga pass trough .
Banyak penelitian di dunia yang telah meneliti mengenai interest pass-through seperti Borio & Fritz (Borio, 1995), Cottarelli & Kourelis (1994), Mozzani (1999), Mojon (Mojon, 2000), de Bondt
(2002) dan Espinosa-Vega dan
Rebucci (2003) yang meneliti mengenai kecepatan penyesuaian suku bunga perbankan dengan perubahan suku bunga pasar uang secara incomplete di
mana perubahan suku bunga perbankan tidak sebanding dengan perubahan suku bunga pasar uang (<|1|) dengan kata lain perbankan tidak merespon kebijakan secara penuh. Tai, Sek, & Har (2012) melakukan penelitian mengenai interest rate pass-through
dan transmisi kebijakan moneter di Asia sebelum dan sesudah terjadinya krisis pada tahun 1997, salah satu objek penelitiannya yaitu Negara
Indonesia.
Menurut Tai, Sek, & Har(Tai N, 2012) lebih lanjut bahwa secara garis besar di Negara Indonesia, transmisi kebijakan dari suku bunga pasar uangke suku bunga kredit dan deposito membutuhkan waktu yang relatif lama serta memiliki size of
pass-through yang kecil jika di bandingkan dengan
negara Malaysia dan Singapura. Hal ini menunjukan bahwa otoritas moneter di Negara Indonesia tidak dapat secara efektif mengontrol suku bunga pasarmelalui suku bunga official (suku bunga kebijakan) dalam mencapai sasaran kebijakan yang telah ditargetkan, serta adanya pasar keuangan yang tidak
sempurna ditandai dengan kurangnya integrasi dalam pasar keuangan. Menurut Pohan (Pohan, 2008) studi empiris di banyak negara menunjukkan bahwa jalur agregat moneter semakin tidak efektif dalam memengaruhi sasaran akhir kebijakan moneter (inflasi).Tidak stabilnya money multiplier dan income velocity sebagai akibat dari semakin berkembangnya financial innovation dan terintegrasi pasar keuangan merupakan beberapa alasan yang mendasari tidak efektifnya jalur agregat moneter.Oleh karena itu, sebagian besar negara (negara industri dan negara berkembang) mulai mendasarkan prosedur operasional kebijakan moneter mereka pada jalur transmisi suku bunga. Hal yang sama juga terjadi pada negara-negara yang menggunakan inflation targeting sebagai kerangka kebijakan moneternya seperti Negara Indonesia. Berdasarkan penga- laman di sejumlah negara yang menerapkan inflation targeting,
ditemukan bahwa instrumen kebijakan moneter yang digunakan sebagai target operasional adalah suku bunga. Menurut Pohan (2008) studi empiris di banyak negara menunjukkan bahwa jalur agregat moneter semakin tidak efektif dalam memengaruhi sasaran akhir kebijakan moneter (inflasi).Tidak stabilnya money multiplier dan income velocity sebagai akibat dari semakin berkembangnya financial innovation dan terintegrasi pasar keuangan merupakan beberapa
alasan yang mendasari tidak efektifnya jalur agregat moneter.Oleh karena itu, sebagian besar negara (negara industri dan negara berkembang) mulai mendasarkan prosedur operasional kebijakan moneter mereka pada jalur transmisi suku bunga.
Hal yang sama juga terjadi pada negara-negara yang meng- gunakan inflation targeting sebagai kerangka kebijakan moneternya seperti Negara Indonesia. Berda- sarkan pengalaman di sejumlah negara yang menerapkan inflation targeting, ditemukan bahwa instrumen kebijakan moneter yang digunakan sebagai target operasional adalah suku bunga. Pada penelitian sebelumnya tingkat bunga pass-through cenderung penuh dalam jangka pendek.Sebagai contoh,Crespo- Cuaresma et al. (2004) menerapkan Autoregressive Distri-buted Lag Model (ARDL) untuk memperkirakan pass-through dari tingkat kebijakan suku bunga kredit. Hal ini ditemukan bahwa transmisi cenderung penuh dalam jangka pendek.Suku bunga deposito pass- through cenderung lengket dalam jangka pendek dan jangka
panjang.Selain itu, tidak ada
perilaku asimetrispada kecepatan
pass-through , tergantung pada apakah kenaikan suku bunga kebijakan atau
menurun.Oleh karena kami mencoba melakukan estimasi pada bagian metode dan data.
## METODOLOGI PENELITIAN
Studi yang ada memperhitungkan berbagai produk
bank, memisahkan kredit korporasi dari rumah tangga pinjaman
(Hansen, 2011)dan membedakan antara jumlah pinjaman dari kredit korporasi dan antara hipotek dan kredit konsumsi (Hristov et al., 2014).Dalam penelitian ini menggunakan suku bungapinjaman katagori konsumsi rumah tangga dan suku bunga simpanan. Interest rate pass-through dihitung dengan melihat β sebagai representasi dari nilai interest rate pass- through sedangkan untuk tingkat suku bunga dasar yaituα untuk dapat melihat efisiensi dari setiap kelompok bank, maka dapat dibuat model sebagai berikut:
R = α + βi ……………………...… (1)
Pada suku perbankan di Indonesia yang memiliki karakteristik berbeda pada setiap perubahan suku bunga acuan ditunjukkan dengan menakar fleksibilitas dari perilaku perbankan dengan mengetahui tingkat penyesuaian perbankan saat suku bunga acuan mengalami perubahan. Untuk mengetahui
tingkat persistensi dengan 0 <γ<1 kami menggunakan model dengan menggunakan lag sehingga: R = α + βi + γ Rt -1 ……...…………
(2)
Mekanisme pass-through dapat dikatakan symmetric dan asymmetric. Mekanisme pass- through symmetric adalahperbankan dapat merespon dengan sempurna atau sejalan dengan kebijakan bank sentral .Sedangkan mekanisme pass-
through asymmetric adalah perban- kan merespon tidak sejalan dengan
kebijakan bank sentral. Kemudian untuk mengetahui perilaku tersebut kami menggunakan variable dummy dengan memberikan skor 1 apabila suku bunga acuan (BI rate ) lebih besar dari suku bunga acuan sebelumnya ( t-1) dan memberikan skor 0 untuk suku bunga acuan kurang atau sama dengan suku bunga acuan sebelumnya (t-1) : R = α + βi + γ Rt -1 + Dummy ……… (2) Dalam penelitian ini menggunakan metode Uji Analisis
Regresi Berganda ( Ordinary Least Square ) serta menggunakan model ARDL ( Auto Regressive Distributed Lag ). Data yang digunakan adalah data suku bunga acuan (BI rate ) dan
suku bunga pinjaman serta
simpanan dari kelompok Bank Persero, Bank Pemerintah Daerah, Bank Swasta Nasional, Bank Asing dan Campuran, Bank Umum. Untuk data suku bunga pinjaman yang digunakan adalah kategori pinjaman konsumsi.
Periode sampel yang dipilih untuk penelitian ini dari tahun 2005(7) sampai 2015(12). Total pengamatan secara operasional adalah 126 titik sampel. Data yang digunakan adalah
data
bulanan.Data diambil dari Bank Indonesia (www.bi.go.id).Sebagian besar hasil dihitung dalam program ekonometrik Eviews 8.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Kenaikan BI rate juga akan sangat berpengaruh terhadap sektor keuangan, khususnya perbankan. Berdasarkan
beberapa
hasil penelitian, kenaikan BI rate (25 bps)
di atas steady state akan
menyebabkan kenaikan bunga pinjaman sebesar 20 bps di atas steadystate dan secara bertahap kembali ke keadaan steady state .Namun demikian, beberapa kalangan perbankan menilai peningkatan BI rate kali ini tidak akanberpengaruh secara signifikan terhadap suku bunga kredit dan simpanan karena kedua suku bunga tersebut telah mengalami penyesuaian yang signifikan sepanjang tahun ini. Namun demikian, jika kita melihat pengalaman kenaikan BI rate di awal bulan November 2013,
beberapa bank langsung merespon kenaikan BI rate terhadap suku bunga dasar kreditnya. Pada gambar 1 memrepresentasikan fluktuatif yng berarti pada BI rate .Tahun 2005 terdapat peristiwa yang menyebabkan suku bunga acuan begitu tinggi ini disebabkan karena fenomomena harga BBM yang merangkak naik.Bank Indonesia selaku pengatur stabilitas ekonomi makro pada tahun 2006 mengambil kebijakan moneter ketat, seiring masih tingginya angka inflasi. Kebijakan moneter yang ketat masih akan diberlakukan. Kenaikan BI rate hingga 12.25 persen itu untuk menjaga inflasi.Sejak triwulan II tahun 2005, stabilitas moneter di dalam negeri mengalami tekanan eksternal berupa kenaikan suku bunga internasional dan meningkatnya harga minyak dunia.
Suku bunga Fed Funds meningkat secara bertahap hingga mencapai 4.25 persen pada pertengahan bulan Desember 2005. Sementara itu harga minyak terus meningkat
didorong oleh permintaan minyak dunia terutama dari AS, China, dan India; kerusakan kilang di kawasan AS, serta berbagai unsur spekulasi yang menyertainya. Meningkatnya tekanan eksternal ini memberi pengaruh pada nilai tukar mata uang dunia termasuk rupiah, meningkatnya kebutuhan subsidi BBM di dalam negeri, dan dorongan inflasi. Pada akhir Agustus 2005 ditempuh kebijakan moneter yang ketat untuk meredam laju inflasi akibat disesuaikannya harga BBM di dalam negeri. Tahun 2008 terdapat fenomenan crisis financial tahun
secara global hal ini ditandai dengan krisis yang terjadi di
Amerika.Indonesia mengalami
imbas dari crisis financial tahun
2008.Hal ini ditandai dengan terjadi inflasi. Langkah yang ditempuh untuk mengendalikan inflasi, Bank
Indonesia mengambil kebijakan pengetatan moneter dengan menaikkan BI Rate sebesar 75 bps selama triwulan III-2008 serta mengoptimalkan seluruh instrumen kebijakan moneter yang tersedia. Tahun 2014 sampai tahun 2015 terjadi fenomena yang meberikan dampak pada Indonesia khususnya stabilitas suku bunga.The Federal Reserve/the Fed akhirnya
menaikkan suku bunga acuannya 0.25 persen-0.50 persen.Kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS itu dinilai juga berdampak untuk kenaikan suku bunga di Indonesia.
5 6 7 8 9 10 11 12 13 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 B IR A T E
Gambar 1. BI Rate Tahun 2005 – 2015
11 12 13 14 15 16 10 15 20 25 30 35 40 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 B P B ORROW ING B P DB ORROW ING B S NB ORROW ING B A CB ORROW ING B UB ORROW ING
Gambar 2. Suku Bunga Pinjaman menurut Kelompok Bank
1 2 3 4 5 6 0 1 2 3 4 5 6 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 B P S A V ING B P DS A V ING B S NS A V ING B A CS A V ING B US A V ING
Gambar 3. Suku Bunga Simpanan menurut Kelompok Bank
Tabel 1 menyajikan statistik dasar meliputi mean , median, dan nilai-nilai ekstrim (maksimum dan minimum) untuk variabel yang menarik. Nilai rata-rata suku bunga pinjaman antar kelompok bank dengan BI rate tidak dekat satu dengan yang lain. Setiap nilai median cukup dekat dengan rata- rata masing-masing.Distribusi simetris dari enam variabel
dikonfirmasi oleh nilai moderat Skewness. Skewness mengukur distribusi simetris atau normal yang nilainya diperkirakan menjadi nol. Nilai-nilai kemiringan untuk variabel Bank Pemerintah Daerah dan Bank Asing dan Campuran yang sedikit lebih rendah dari 0 menunjukkan bahwa seri miring ke kiri.
Sebaliknya, nilai kemiringan untukBI rate, Bank Persero, Bank Swasta Nasional, dan Bank Umum yang
lebih besar dari 0 menujukkan seri yang sesuai miring ke kanan, ekor atas distribusi lebih tebal dari ekor yang lebih rendah.
Selain itu, Bank Pemerintah Daerahmemiliki nilai terbesar dari kurtosis. Kurtosis mengukur peak- edness kerataan distribusi dengan nilai yang diharapkan dari 3.0.nilai kurtosis yaitu BI rate dan Bank Pemerintah Daerahlebih dari 3.
Sebagian besar kurang dari 3 yaitu Bank Persero, Bank Swasta Nasional, Bank Asing dan Campuran, serta Bank Umum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bank Persero, Bank Swasta Nasional, Bank Asing dan Campuran serta Bank Umum memiliki nilai kurtosis kurang dari 3 yang artinya tidak berdistribusi normal.
## Tabel 1. Hasil Statistik Deskriptif Suku Bunga Pinjaman Menurut Kelompok Bank
Bi rate Bank Persero Bank Pemerintah Daerah Bank Swasta Nasional Bank Asing dan Campuran BANK UMUM Mean 7.80 13.47 13.86 14.61 32.10 15.13 Median 7.50 13.51 13.97 14.08 31.81 14.82 Maximum 12.75 15.67 14.35 17.65 36.81 17.88 Minimum 5.75 11.76 11.14 12.72 27.23 13.03 Std. Dev. 1.84 1.11 0.41 1.47 3.16 1.54 Skewness 1.30 0.29 -2.51 0.58 -0.10 0.23 Kurtosis 4.14 2.13 16.09 1.99 1.53 1.65 Jarque-Bera 41.99 5.74 1032.50 12.57 11.52 10.70 Probability 0.00 0.05 0.00 0.00 0.00 0.00 Sum 983.00 1696.69 1745.77 1840.63 4044.68 1906.49 Sum Sq. Dev. 421.66 153.14 21.17 268.52 1244.72 297.21 Observations 126 126 126 126 126 126 Tabel 2 menyajikan statistik dasar meliputi mean, median, dan nilai-nilai ekstrim (maksimum dan minimum) untuk variabel yang menarik. Nilai rata-rata suku bunga simpanan antar kelompok bank
dengan BI rate tidak dekat satu dengan yang lain. Setiap nilai median cukup dekat dengan rata- rata masing-masing, kecuali Bank Asing dan Campuran.Distribusi simetris dari enam variabel
Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Vol. 4 No. 2 Oktober 2016
dikonfirmasi oleh nilai moderat Skewness.Skewness
mengukur
distribusi simetris atau normal yang nilainya diperkirakan menjadi nol. Nilai-nilai kemiringan untuk variabel antar kelompok bank menunjukkan nilai kemiringan lebih besar dari 0.Hal ini mengindikasi seri yang sesuai miring ke kanan, ekor atas distribusi lebih tebal dari ekor yang lebih rendah.Selain itu, BI rate memiliki nilai terbesar dari kurtosis.Kurtosis mengukur peakedness kerataan distribusi dengan nilai yang diharapkan dari 3.0.Nilai kurtosis BI rate lebih dari 3.Suku bunga antar kelompok bank menunjukkan kurtosis kurang dari 3, hal ini mengindikasi bahwa suku bunga antar kelompok bank tidak berdistribusi normal.
## Tabel 2. Hasil Statistik Deskriptif Suku Bunga Simpanan Menurut
Kelompok Bank Bi rate Bank Persero Bank Pemerintah Daerah Bank Swasta Nasional Bank Asing dan Campuran Bank Umum Mean 7.80 2.60 3.42 3.05 2.66 2.87 Median 7.50 2.63 3.62 3.03 3.08 2.91 Maximum 12.75 4.67 5.03 5.13 5.95 4.90 Minimum 5.75 1.38 2.06 1.85 0.74 1.69 Std. Dev. 1.84 1.05 0.97 0.96 1.58 1.01 Skewness 1.29 0.54 0.11 0.69 0.15 0.52 Kurtosis 4.14 2.19 1.75 2.49 1.48 2.17 Jarque-Bera 41.99 9.51 8.43 11.46 12.61 9.42 Probability 0.00 0.01 0.01 0.00 0.00 0.01 Sum 983.00 327.15 431.44 384.35 334.66 361.00 Sum Sq. Dev. 421.66 138.81 117.63 114.45 312.15 127.72 Observations 126 126 126 126 126 126 Tabel 3 melaporkan hasil estimasi dengan meggunakan model ARDL ( Auto Regressive Distributed Lag ) pada variabel BI rate hal ini untuk melihat tingkat penyesuaian kelompok perbankan Indonesia terhadap suku bunga
acuan. Dalam estimasi penelitian ini juga memasukkan variable Dummy untuk mengetahui perilaku kelompok perbankan Indonesia terhadap BI rate dengan
memberikan skor 1 apabila suku bunga acuan (BI rate ) lebih besar dari suku bunga acuan sebelumnya ( t-1) dan memberikan skor 0 untuk suku bunga acuan kurang atau sama dengan suku bunga acuan sebelumnya (t-1). Hasil estimasi sebagai berikut:
Tabel 3. Hasil Estimasi BI Rate dan Suku Bunga Pinjaman Perbankan Indonesia
Hasil estimasi menggunakan model Auto Regressive Distributed Lag (ARDL) menghasilkan bahwa model BI rate untuk suku bunga pinjaman kelompok Bank Persero, Bank Swasta Nasional, Bank Asing dan Campuran serta Bank Umum menunjukkan hasil yang signifikan karena probabilitasnya lebih besar dari alfa yang ditetapkan yaitu 5%. Hal ini menyiratkan bahwa pada kelompok bank tersebut terjadi IRPT terhadap suku bunga acuan (BI Rate ).Sayangnya pada suku bunga pinjaman Bank Pemerintah Daerah signifikansi IRPT rendah yakni lebih besar dari alfa 5 %.IRPT pada kelompok perbankan rata-rata menunjukkan hasil koefisien yang < 1 dengan kata lain perbankan tidak merespon kebijakan secara penuh sejalan dengan penelitian telah meneliti mengenai interest pass- through seperti Borio & Fritz (Borio,
1995), Cottarelli & Kourelis (Cottarelli, 1994), Mozzani (Moazzami, 1999), Mojon (Mojon, 2000), de Bondt(De Bondt, 2002)
dan Espinosa-Vega dan Rebucci
(Espinosa-Vega M.A., 2003)yang meneliti mengenai kecepatan penyesuaian suku bunga perbankan dengan perubahan suku bunga pasar uang secara incomplete dimana perubahan suku bunga perbankan tidak sebanding dengan perubahan suku bunga pasar uang (<|1|).
Melihat tingkat efisiensi suku bunga pinjaman antar kelompok bank menunjukkan hasil bahwa suku bunga pinjaman Bank
Pemerintah Daerah memiliki tingkat efisiensi yang lebih rendah hal ini ditunjukkan dengan nilai konstanta yang besar dan significant yaitu sebesar 5.69 dibandingkan dengan Bank Persero, Bank Umum.Hal ini amat disayangkan karena efisiensi perbankan
sangat penting mengingat Bank Pemerintah Daerah adalah Bank yang vital di antar regional. Hasil estimasi pada penggunakan Lag (-1) pada BI rate menunjukkan hasil bahwa tingkat persistensi antar kelompok Bank terutama pada kelompok Bank
Persero, Bank Swasta Nasional, Bank Asing dan Campuran, serta Bank Umum sangat tinggi. Hal ini menyiratkan bahwa perbankan
tersebut memiliki rigidity (ketegaran) dalam mempertahankan suku bunga dan memiliki tingkat penyesuaian yang rendah terhadap perubahan suku bunga acuan. Temuan ini berbeda dengan kelompok Bank Pemerintah Daerah yang menunjukkan tingkat persistensi yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok bank lain. Temuan menyiratkan bahwa Bank Pemerintah daerah lebih bisa menyesuaikan dengan suku bunga acuan dan memiliki tingkat flexsibilitas yang baik pada perubahan suku bunga acuan.
Hasil Estimasi dengan menggunakan variabel dummy menyiratkan perilaku simetri atau asimetri pada suku bunga pinjaman kelompok perbankan di Indonesia. Perilaku pass through sempurna yang simetris akan menjamin
mekanisme transmisi kebijakan
moneter terhadap sektor riil.
Perilaku simetri/asimetri pada diri perbankan dalam menanggapi perubahan BI rate harus dideteksi. Hal ini penting karena akan menimbulkan sektor riil terisolasi jika eksistensi perilaku simetris perbankan belum melekat. Hasil estimasi menunjukkan bahwa suku bunga pinjaman Bank Persero, Bank Pemerintah Daerah, Bank Swasta Nasional, Bank Asing dan Campuran, serta Bank Umum memilki perilaku simetris hal ini ditunjukkan dengan nilai probabilitas yang lebih besar dari alfa yang ditetapkan yang berarti tidak
signifikan. Hasil ini menyiratkan temuan bahwa perilaku simetri yang memiliki arti bahwa setiap kenaikan BI rate maka sejalan dengan kenaikan pula pada Interest rate pass-through dari kelompok bank tersebut.Hal ini meyiratkan bahwa perilaku perbankan di Indonesia masih bersifat agresif pada saat suku bunga acuan meningkat maka respon perbankan untuk segera menaikkan suku bunga pinjaman cukup cepat.
Berdasarkan Uji t- test untuk Interest rate pass- through menunjukkan hasil bahwa Interest rate pass-through untuk suku bunga pinjaman pada kelompok bank tidak sempurna.Ini mengaskan bahwa Interest rate pass-through dalam perbankan Indonesia kurang responsive dalam menyesuaikan perubahan suku bunga acuan BI rate .Sejalan dengan penelitian sebelumnya dimana kelompok perbankan menyesuaikan tarif pinjaman tidak secara seragam dan cenderung responsive dibandingkan dengan suku bunga tabungan
(Muller).Mendukung penelitian Tai, Sek, & Har(Tai N, 2012)lebih lanjut bahwa secara garis besar di Negara Indonesia, transmisi kebijakan dari suku bunga pasar uang ke suku bunga kredit dan deposito membutuhkan waktu yang relatif lama serta memiliki size of pass- through yang kecil jika di bandingkan dengan negara
Malaysia dan Singapura. Hal ini menunjukan bahwa otoritas moneter di Negara Indonesia tidak dapat secara efektif mengontrol suku bunga pasarmelalui suku bunga
official (suku bunga kebijakan) dalam mencapai sasaran kebijakan yang telah ditargetkan, serta adanya pasar keuangan yang tidak sempurna ditandai dengan kurangnya integrasi dalam pasar keuangan. Hasil uji estimasi menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2) pada suku bunga pinjaman antar kelompok bank rata rata sebesar 90 %. Hal ini mengungkap bahwa baik BI rate
sekarang dan lag sebelumnya mampu menjelaskan variasi dari perubaha suku bunga pinjaman antar kelompok Bank, tetapi ini tidak berlaku bagi Bank Pemerintah Daerah yang hanya memiliki nilai koefisien sebesar 39%. Dari Uji F menunjukkan nilai probabilitas F- hitung (F-statistik) yang lebih kecil dari 0.05 maka secara keseluruhan
variabel independen, yaitu Bi rate dapat menjelaskan suku bunga pinjaman antar kelompok bank.
Tabel 4 melaporkan hasil estimasi dengan meggunakan model ARDL ( Auto Regressive Distributed Lag ) pada variabel BI rate hal ini untuk melihat tingkat penyesuaian suku bunga simpanan kelompok perbankan Indonesia terhadap suku bunga acuan. Dalam estimasi penelitian ini juga memasukkan variable Dummy untuk mengetahui perilaku kelompok perbankan Indonesia terhadap BI rate dengan memberikan skor 1 apabila suku bunga acuan (BI rate ) lebih besar dari suku bunga acuan sebelumnya ( t-1) dan memberikan skor 0 untuk suku bunga acuan kurang atau sama dengan suku bunga acuan sebelumnya (t-1). Hasil estimasi sebagai berikut.
Tabel 4. Hasil Estimasi BI Rate dan Suku Bunga Simpanan Perbankan
Indonesia
Hasil estimasi menggunakan model Auto Regressive Distributed Lag (ARDL) menghasilkan bahwa model BI rate untuk suku simpanan
kelompok Bank Swasta Nasional, Bank Asing dan Campuran serta
Bank Umum menunjukkan hasil yang signifikan karena probabilitasnya lebih besar dari alfa yang ditetapkan yaitu 5%. Hal ini menyiratkan bahwa pada kelompok bank tersebut terjadi Interest rate pass-through terhadap suku bunga acuan (BI Rate ).Untuk suku bunga Bank Pemerintah Daerah menunjukkan tingkat probabilitas 0.08 yang lolos jika alfa yang ditetapkan 10 %.Sayangnya pada suku bunga Bank Persero signifikansi Interest rate pass- through rendah yakni lebih besar dari alfa 5 %. Interest rate pass- through pada kelompok perbankan rata-rata menunjukkan hasil koefisien yang < 1 dengan kata lain perbankan tidak merespon kebijakan secara penuh.
Hasil estimasi menunjukkan bahwa hanya suku bunga simpanan Bank Asing dan Campuran yang significant .Melihat tingkat efisiensi suku bunga simpanan Bank Asing dan Campuran menunjukkan nilai konstanta yang negative yakni -0.27 hal ini menarik karena pada Bank Asing dan Campuran memiliki tingkat efisiensi tetapi negative . Faktor-faktor yang dominan mempengaruh itu salah satu nya karena Bank Asing dan Campuran memiliki keterkaitan dengan mata uang Negara lain yang menyebabkan efisiensinya bernilai negative . Hasil estimasi pada penggunakan Lag (-1) pada BI rate menunjukkan hasil bahwa tingkat persistensi antar kelompok Bank yaitu pada kelompok Bank Persero,
Bank Pemerintah Daerah,Bank Swasta Nasional, Bank Asing dan Campuran, serta Bank Umum sangat tinggi. Hal ini menyiratkan bahwa suku bunga tabungan perbankan tersebut memiliki rigidity (ketegaran) dalam mempertahankan suku bunga dan memiliki tingkat penyesuaian yang rendah terhadap perubahan suku bunga acuan.
Hasil estimasi menunjukkan bahwa suku bunga simpanan Bank
Pemerintah Daerah dan Bank Umum memiliki perilaku simetri hal ini ditunjukkan dengan nilai probabilitas yang lebih besar dari alfa yang ditetapkan yang berarti tidak signifikan. Hasil ini mnyiratkan temuan bahwa perilaku simetri yang
memiliki arti bahwa setiap kenaikan
BI rate maka sejalan dengan kenaikan pula pada Interest rate pass-through dari kelompok bank tersebut.Hal ini menyiratkan bahwa kenaikan BI rate sejalan dengan kenaikan Interest rate pass-through . Berbeda dengan suku bunga simpanan Bank Persero, Bank Swasta Nasional serta Bank Asing dan Campuran yang memiliki perilaku asimetri terhadap suku bunga acuan. Hal ini mengindikasi bahwa suku bunga simpanan pada kelompok bank ini memiliki sikap yang berbeda. Dalam keadaan BI rate naik maka derajat pass trough nya juga naik, tetapi pada saat keadaan suku bunga acuan turun suku bunga simpanan perbankan tidak segera merespon dengan menurunkan suku bunganya. Hal ini karena adanya selang waktu ( time lag ) untuk melakukan berbagai
penyesuaian internal dan eksternal sebelum perbankan menentukan tingkat bunga yang akan diberikan kepada masyarakat.
Berdasarkan Uji t- test untuk Interest rate pass- through menunjukkan hasil bahwa
Interest rate pass-through untuk suku bunga simpanan pada kelompok bank tidak sempurna.Ini mengaskan bahwa Interest rate pass-through dalam perbankan Indonesia kurang responsive dalam
menyesuaikan perubahan suku bunga acuan BI rate .Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Illes et al.(Illes, 2015)dengan menggunakan biaya
rata-rata tertimbang dari dana sebagai proxy untuk harga pasar Eropa dan menemukan bahwa mekanisme pass-through tetap stabil sepanjang krisis. Selain itu, Rocha (2012) menganalisis pass-through untuk suku bunga deposito di Portugal dan menunjukkan passthrough jangka panjang tidak sempurna. Hasil uji estimasi menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2) pada suku bunga simpna antar kelompok bank rata rata sebesar 90 %. Hal ini mengungkap bahwa baik BI rate sekarang dan lag sebelumnya mampu menjelaskan variasi dari perubahan suku bunga simpanan antar kelompok Bank. Dari Uji F menunjukkan nilai probabilitas F- hitung (F-statistik) yang lebih kecil dari 0.05 maka secara keseluruhan variabel independen, yaitu Bi rate dapat menjelaskan suku bunga simpanan antar kelompok bank.
## KESIMPULAN DAN SARAN
Model BI rate untuk suku simpanan kelompok Bank Swasta Nasional, Bank Asing dan Campuran serta Bank Umum terjadi Interest rate pass-through terhadap suku bunga acuan (BI Rate ). Interest rate pass-through pada suku bunga pinjaman dan simpanan kelompok perbankan rata-rata menunjukkan hasil koefisien yang < 1 dengan kata lain perbankan tidak merespon kebijakan secara penuh.
Melihat tingkat efisiensi suku bunga pinjaman antar kelompok bank menunjukkan hasil bahwa suku bunga pinjaman Bank Pemerintah Daerah memiliki tingkat efisiensi yang lebih rendah. Mengingat hal demikian bahwa Bank Pemerintah Daerah adalah bank pemerintah yang sangat membutuhkan tingkat efisiensi yang baik karena Bank Pemerintah Daerah sebagai jembatan antara pemerintah dan masyarakat serta sebagai pengelola dana untuk kegaiatan pembangunan di daerah. Kemudian suku bunga simpanan Bank Asing dan Campuran menunjukkan tingkat efisiensi tetapi bernilai negative .
Tingkat penyesuaian pada perubahan Bi rate suku bunga pinjaman Bank Pemerintah Daerah lebih bisa menyesuaikan dengan suku bunga acuan dan memiliki tingkatflexsibilitas yang baik,
berbeda pada suku bunga simpanan pada semua kelompok bank menunjukkan tingkat persistensi yang sangat tinggi. Hasil statistic kami menunjukkan suku bunga pinjaman Bank Persero, Bank Pemerintah
Daerah, Bank Swasta Nasional, Bank Asing dan Campuran, serta
Bank Umum memilki perilaku simetris sedangkan untuk suku
bunga simpanan pada kelompok bank hanya Bank Pemerintah
Daerah dan Bank Umum yang memiliki perilaku simetri.
Berdasarkan Uji t- test untuk
Interest rate pass-through suku bunga pinjamanmenunjukkan hasil bahwa Interest rate pass- through untuk suku bunga pinjaman dan simpanan pada kelompok bank tidak sempurna.Ini menegas-kan bahwa Interest rate pass- through dalam perbankan Indo-nesia kurang responsive dalam menyesuaikan perubahan suku bunga acuan BI rate .
Berdasarkan temuan kami menyarankan, tingkat efisiensi pada diri perbankan akan tercapai apabila struktur pasar pada perbankan adalah pasar monopolistic atau
pasar persai-ngan sempurna. Melihat struktur pasar perbankan adalah oligopoli, hal ini
menunjukkan bahwa bank kecil mengambil keputusan berdasarkan bank besar, mengingat di Indonesia bank besar masih menjadi kiblat dari bank kecil.Flexsibilitas
perbankan Indonesia terhadap suku bunga acuan (BI- rate ) yang masih persisten membuat perbankan Indonesia tidak dinamis dalam penetapan suku bunga. Perilaku yang sangat dibutuhkan perbankan Indonesia agar menjadi perbankan yang memiliki flexibilitas adalah dengan mampu melakukan forecasting dan tidak lagi berkaca pada lag
waktu sebelumnya.
Transmisi kebijakan dapat tercapai
bila terjadi koordinasi yang baik antara kebijakan fiskal dan kebijakan moneter.
## DAFTAR PUSTAKA
Ausubel, L. (1991). The Failure of Competition in the Credit Card Market. American Economic Review, 81 , 50-81. Borio, C. d. (1995). The Response of Short-Term Bank Lending
Rates to Policy Rates: a Cross-Country Perspective. BIS Working Papers .
Burgsteller, L. (2003). Interest Rate Transmission to Commercial Rates in Austria. Johannes Kelper University of Linz
Working Paper 0306 . Cottarelli, C. d. (1994). Financial Strukture, Bank Lending Rates, and the Transmission Mechanism of Monetary Policy. IMF Staff Papers, Vol.
41 .
Crespo-Cuaresma, J. É. (2004).
Interest rate pass through in New EU Member States:
TheCase of the Czech Republic, Hungary and Poland. Working Paper No
671 .
De Bondt, G. (2002). Retail Bank Interest Rate Pass-Through: New Evidence at the Euro Level. ECB Working Paper . Espinosa-Vega M.A., d. R. (2003).
Retail Bank Interest Rate Pass-Through and Differences in the Transmission of a Single EMU Monetary Policy. Hansen, N. d. (2011). Interest Rate Pass-through during the
Global Financial Crisis: The Case of Sweden. OECD Economics Department Working Papers 855 . Illes, A. M. (2015). Why did Bank Lending Rates Diverge from Policy Rates after the Financial Crisis? BIS Working Papers 486, Bank for International Settlements . Kwapil, C. S. (2010). Interest Rate Pass-Through Monetary Policy Rules and Macroeconomic Stability. Journal of International Money and Finance, 29 , 236- 251. Lim, G. C. (2001). Bank Interest rate Adjustments: Are They Asymmetric? Economic Record, Vol. 77(237) , 135- 147. Moazzami, B. (1999). Lending Rate Stickiness and Monetary Transmission Mechanism: the Case of Canada and the United State. Applied Financial Economics, Vol. 9 (6) .
Mojon,
B. (2000). Financial Structure and the Interest Rate Channel of ECB Monetary Policy. European Central Bank Working Paper . Pohan, A. (2008). Kerangka Kebijakan Moneter dan Implementasi di Indonesia. Jakarta: Rajawali Press.
Rocha, D. M. (2012). Interest Rate
Pass-Through in Portugal;
Interactions, Asymmetries
and Heterogeities. Journal of
Policy Modeling, Vol 34, 64- 80 .
Rousseas, S. (1985). A Markup Theory of Bank Loan Rates. Journal of Post Keynesian Economics . Tai N, S. K. (2012). Interest Pass- Through and Monetary Transmission in Asia. International Journal of Economics and Finance, Vol.4 (2) .
Wang, K. d. (2009). Market volatility and retail interest rate pass through. Economic Modelling,
26 , 1270-1282.
|
5afa9fb6-7fa8-444d-961a-5017c84e42c6 | https://journal.isi.ac.id/index.php/rekam/article/download/6033/2376 |
## REKONSTRUKSI 3D LANDMARK MEMVISUALISASIKAN PERKAMPUNGAN PERADABAN KUNO SITUS LIYANGAN TEMUAN BALAI ARKEOLOGI YOGYAKARTA
Agnes Karina Pritha Atmani No.Tlp.: +62813-80915096, E-mail: agneskarina@isi.ac.id Mohammad Arifian Rohman No. Tlp.: +6287823395707, E-mail: arifian@isi.ac.id Program Stud D-3 Animasi, Fakultas Seni Media Rekam Institut Seni Indonesia Yogyakarta Jalan Parangtritis Km, 6,5 Sewon, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55188
## ABSTRAK
Artefak fisik dan hasil temuan arkeologis dapat dipindai secara 3D menggunakan perangkat pemindai, yaitu 3D Terrestrial Laser Scanning (TLS), berbasis foto dengan teknik photogrammetry. Sistem kerjanya sebatas memindai kondisi situs saat itu dan harganya masih mahal. Balai Arkeologi menghadirkan kondisi situs pada zaman situs sebagai bangunan yang sakral atau dilihat dari aspek fungsinya. Tujuan penelitian adalah menghadirkan kembali kondisi situs seperti pada masa kejayaannya dengan menggunakan metode visualisasi 3D. Objek penciptaan dan proses rekonstruksi 3D landmark dari data arkeologis Balai Arkeologi DIY dan Situs Liyangan, Temanggung, Jawa Tengah. Proses rekonstruksi 3D dibantu peneliti Balai Arkeologi DIY supaya objektivitas dan validitas data terjaga secara keilmuan. Proses penciptaan dengan permodelan aset, tekstur, dan perancangan tata letak. Produksi rekonstruksi 3 D menggunakan perangkat lunak 3Ds Max dan mesin game Unreal sebagai penyaji antarmuka akses bagi pengguna berikut interaksinya, kemudian dilakukan evaluasi pengujian berdasarkan sisi persepsi arkeologi. Hasil evaluasi, situs liyangan dinyatakan lebih tua daripada situs yang ada di sekitarnya, terbukti adanya situs yang mendampingi pada era yang sama, antara lain Candi Dharmasala di kompleks Candi Dieng yang belum menerapkan sistem relief seperti Candi Dieng. Hasil pengumpulan data dari buku referensi di Balai Arkeologi dan pengamatan di lapangan, proses rekonstruksi Situs Liyangan dinyatakan berhasil sesuai dengan bukti persepsi arkeologis tersebut. Dengan demikian, hasil akhir yang didapat berupa tercapainya purwarupa rekonstruksi 3D landmark Situs Liyangan.
Kata Kunci: rekonstruksi, 3D Landmark , Situs Liyangan
## ABSTRACT
Physical artifacts and archaeological findings can be scanned 3D using a scanner device, namely 3D Terrestrial Laser Scanning (TLS), based on photos with photogrammetry techniques. The system worked as limited as scanning the condition of the site at that time, and it was still expensive. The Archaeological Hall presents the condition of the site in the era of the site as a sacred building or seen from the aspect of its function. The purpose of the research is to bring back the condition of the site as in its heyday by using 3D visualization methods . Objects of creation and the process of 3D reconstruction of landmarks from archaeological data of diy archaeological hall and liyangan site, Temanggung, Central Java. The process of 3D reconstruction is assisted by diy archaeological researchers, so that the objectivity and validity of the data are maintained scientifically. The process of creation by modeling assets, textures, and layout design. The production of 3D reconstruction uses 3Ds Max software and unreal game engine as presenters of access interfaces for users and their interactions, then conducted testing evaluations based on archaeological perception. The results of the evaluation, liyangan site is declared older than the site in the vicinity, proven the existence of sites that accompany in the same era, among others Dharmasala temple in dieng temple complex that has not implemented a relief system such as Dieng temple. The results of data collection from reference books in the Archaeological Hall and observations in the field, the liyangan site reconstruction process was declared successful according to the evidence of archaeological perception, so that the final results obtained in the form of prototypes of 3D reconstruction of liyangan site landmarks were achieved.
Keywords : Reconstruction, 3D Landmarks, Liyangan Sites
## Agnes Karina Pritha Atmani, Rekonstruksi 3D Landmark
## PENDAHULUAN
Kondisi pandemi COVID-19 yang melanda dunia sejak tahun 2020 sampai saat ini belum juga usai. Tempat edukasi publik seperti halnya perpustakaan umum dan museum memiliki keterbatasan akses baik dalam jumlah pengunjung maupun akses dokumen tertentu. Para pustakawan mulai berinovasi dengan melakukan alih media buku-buku fisik menjadi dokumen digital baik dengan cara yang sederhana seperti melakukan pemindaian digital, transliterasi dokumen berbahasa asing, dan dokumen kuno, bahkan ada yang melakukan alih media teks menjadi audio dengan berbantukan perangkat lunak tertentu.
Data berwujud artefak di museum atau masih berada di area situs purbakala, seperti candi dan situs-situs arkeologi lainnya, membutuhkan keahlian tambahan atau bantuan pihak lain sebagai pengalih media benda-benda tersebut menjadi digital. Hal ini supaya dapat dinikmati secara maya oleh para pelajar selama melakukan pembelajaran daring.
Artefak fisik dan hasil temuan arkeologis lainnya dapat dipindai secara tiga dimensi dengan menggunakan perangkat pemindai 3D, baik yang berbasis foto dengan teknik photogrammetry maupun perangkat pindai laser seperti 3D Terrestrial Laser Scanning (TLS). Namun, alat pindai 3D berbasis laser masih sangat mahal sehingga tidak semua Balai Arkeologi di Indonesia memilikinya dan alat tersebut hanya sebatas memindai kondisi situs pada saat itu atau kondisi yang dijumpai masa sekarang, kemudian bagaimana menghadirkan kondisi situs pada masa lalu seperti sedia kala yang terjadi pada zaman situs tersebut menjadi bangunan yang sakral atau dilihat dari aspek fungsinya. Balai Arkeologi masih mengandalkan data foto berikut deskripsinya untuk menunjukkan dimensi, lokasi, dan keadaan artefak tersebut dari waktu ditemukan sampai pada saat dipajang di museum. Data tersebut masih sangat terbatas dan hanya dapat disaksikan jika pengunjung secara langsung berada di lokasi.
Perkembangan perangkat lunak permodelan tiga dimensi sudah berkembang dengan hasil yang
sangat realistis. Rekonstruksi sebuah benda maya dapat disajikan seolah-olah nyata secara fisik. Realitas maya ini mampu menjadi jembatan bagi para ahli rekonstruksi realitas maya untuk berperan di industri hiburan ataupun bidang keilmuan lain yang membutuhkannya khususnya di bidang keilmuan Arkeologi. Seperti halnya permasalahan dalam keterbatasan info dan penyajian artefak secara digital, para rekonstruktor maya mampu menjadi pembangkit data digital tiga dimensi dari artefak yang telah ditemukan berdasarkan info dari arkeolog. Data temuan saintifik secara arkeologis dapat dibangkitkan dalam realitas maya dengan lebih nyata dan informatif.
Tujuan sebuah penelitian penciptaan realitas maya secara tiga dimensi dengan memperhitungkan data hasil temuan arkeologis dari Balai Arkeologi Yogyakarta. Studi kasus yang menjadi dasar penciptaan adalah Situs Liyangan di Temanggung, Jawa Tengah. Balai Arkeologi Yogyakarta memiliki area penelitian di wilayah Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur.
Keunikan dari penelitian ini adalah untuk menghadirkan kondisi situs pada masa lalu seperti sedia kala yang terjadi pada zaman situs tersebut menjadi bangunan yang sakral atau dilihat dari aspek fungsinya, proses penciptaan seni terkait ambiance yang dihadirkan dari masa lalu hanya dapat diproduksi dengan melalui tahap penciptaan visual 3D (tiga dimensi).
Rekonstruksi tiga dimensi yang dihasilkan memiliki nilai urgensi yang sangat tinggi sebagai sumbangsih karya cipta bidang animasi dalam hubungannya secara interdisipliner dengan bidang arkeologi yang diwakili oleh Balai Arkeologi Yogyakarta selaku mitra stakeholder Program Studi Animasi, FSMR, ISI Yogyakarta dan karya cipta penelitian ini dapat mendukung Mata Kuliah Permodelan dan Tekstur 3D pada Program Studi Animasi, FSMR, ISI Yogyakarta. Karya cipta ini diharapkan juga dapat mewujudkan kemudahan akses informasi tentang budaya peradaban kuno peninggalan leluhur bangsa Indonesia di Situs Liyangan, Temanggung, Jawa Tengah sebelum
Rekam: Jurnal Fotografi, Televisi, Animasi, Vol. 17 No. 2 - Oktober 2021
terjadinya bencana letusan gunung berapi Sindoro. Rekonstruksi 3D dapat dilihat citra relief gajah bisa menghasilkan permukaan 3D yang lebih baik. Bentuk reliefnya lebih sederhana dengan sebaran gelap terang yang lebih merata, kedalaman relief yang relatif dekat, dan tidak mempunyai lekukan rumit dari permukaan hingga ke dasar relief. Hasil dari penambahan tekstur citra candi ke atas objek rekonstruksi mempunyai sedikit lubang dihasilkan citra relief gajah. Terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan dari metode rekonstruksi 3D yang digunakan ini untuk objek relief candi. Beberapa kelebihannya adalah komputasi lebih sederhana dan cukup menggunakan satu sumber citra 2D. Selain itu, juga mempunyai beberapa kekurangan, seperti metode belum dikemas dalam satu aplikasi yang mudah dalam pengoperasiannya dan asumsi kedalaman belum tepat saat diterapkan pada relief candi yang mempunyai lekukan permukaan yang sangat bervariasi. Selain itu, relief yang dapat direkonstruksi menjadi 3D terbatas pada jenis relief yang mempunyai lekukan permukaan yang hampir seragam dan warna tekstur tidak banyak berbeda (Tiga et al., 2010)
Kehadiran dunia maya mengubah perilaku pencarian dan akses informasi. Repositori data digital menjadi solusi pelestarian data fisik atau material kuno dan sekaligus sebagai wahana penyimpanan data yang tepercaya dalam jangka waktu yang lama. Kemudahan akses informasi khusus tentang pelestarian budaya juga sudah menjadi perhatian khusus UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization) sejak 17 Oktober 2003 dalam sebuah piagam perjanjian khusus tentang pelestarian data budaya secara digital yang masih digunakan sampai saat ini. UNESCO berpendapat tentang pentingnya pelestarian budaya dan digitalisasi dokumen kuno demi generasi masa depan terlebih jika disinyalisasi masyarakat budaya tersebut sudah akan punah. Piagam UNESCO mendefinisikan warisan digital melingkupi budaya, pengajaran, sumber daya ilmiah, dan administrasi seperti teknis, medis, dan informasi lainnya yang dibuat secara digital atau
yang diubah dari analog menjadi digital dalam bentuk teks, basis data, foto, video, audio, grafik, perangkat lunak, dan halaman web (Lusenet, 2007). Definisi ini melibatkan material warisan tak benda ke dalamnya yang sebelumnya tidak ada sehingga sangat penting dijadikan dasar untuk melakukan revolusi digital dalam kegiatan pelestarian warisan budaya di Indonesia.
Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Arkenas) menjadi garis depan lembaga pemerintah yang khusus mengelola penelitian dan informasi berkaitan dengan temuan arkeologi di Indonesia. Arkenas memiliki potensi menjadi salah satu lembaga strategis dan tepercaya sebagai sumber penyaji informasi yang valid mengenai temuan dan pengetahuan arkeologi di Indonesia. Dengan demikian, informasi yang dikeluarkan oleh Arkenas dibantu Balai Arkeologi (Balar) yang tersebar di 10 wilayah Indonesia akan menjadi rujukan utama pengetahuan arkeologi Indonesia. Peran penting ini selama ini telah direspons baik oleh Arkenas dengan rencana strategis (renstra) yang dikembangkan selama periode lima tahunan. Pada periode 2020- 2024 Rencana Strategis Pusat Penelitian Arkeologi Nasional memiliki kebijakan publik berbasis riset yang dijabarkan dalam Gambar 1 (Nasional, 2020).
Gambar 1 Kebijakan publik berbasis riset pada rencana strategis Arkenas 2020-2024 (Sumber: Dokumen Rencana Strategis Pusat Penelitian Arkeologi Nasional 2020-2024, 2020).
Strategi literasi digital dipandang sebagai sebuah salah satu cara alih wahana informasi bagi abad ini. Era revolusi industri 4 turut membawa perubahan perilaku manusia dalam mencari, mengolah, dan menyebarkan informasi. Generasi
Agnes Karina Pritha Atmani, Rekonstruksi 3D Landmark
saat ini lebih menyukai mengonsumsi informasi secara digital dibandingkan dengan membaca buku. Informasi visual menjadi penting saat pilihan alih wahana media informasi dilakukan. Dengan demikian, ragam penyajian informasi secara digital berdasarkan fungsi dan perannya dapat disusun sebagai sebuah ekosistem baru literasi arkeologi Indonesia pada kemudian hari.
Rekonstruksi identitas ke”tionghoa’- an dalam film indie Pasca-Suharto memberikan gambaran yang kompleks dan membantu dalam menafsirkan makna-makna yang terkandung dalam karya film indie sebagai suatu hasil produksi dan reproduksi dari gambaran kehidupan masyarakat Tionghoa sebenarnya. Sebuah rekonstruksi mampu memberikan gambaran kehidupan pada masanya (Rokhani et al., 2016).
Rekonstruksi visual lainnya yang mampu menginspirasi penelitian ini adalah penggunaan perekaman fotografi, untuk mendukung pola rekonstruksi visual Sarip Tambak Oso. Sebuah rekonstruksi tahapan cerita rakyat yang hilang, yang kemudian dimunculkan dalam bentuk serial fotografi yang saling berurutan. Kegunaan rekonstruksi fotografi ini untuk memudahkan dalam membaca atau mengembangkan cerita rakyat sebagai satu kesatuan yang dapat dilihat secara saksama (Wibisono et al., 2021).
Inspirasi lainnya berasal dari proyek Gabii di Italia yang merupakan proyek arkeologi internasional yang diinisiasi oleh Nicola Terrenato, University of Michigan. Penelitian ini mampu menyinergikan temuan lapangan eskavasi di situs Gabii dengan perekaman digital tiga dimensi dengan bantuan informasi georeferensi GIS sehingga dapat dibangun sebuah basis data visual dengan bentuk visual tiga dimensi (3D) yang interaktif (Rachel Opitz, 2018) (R. Opitz et al., 2018).
Salah satu contoh pembangunan basis data digital sebagai sebuah strategi konservasi budaya dan arkeologi dapat dilihat pada proyek Cultural Repositories and Information Systems (CURIOS) yang merupakan proyek pembangunan basis data budaya yang bekerja sama dengan komunitas
pelestari budaya setempat dalam sebuah ekosistem digital yang dibangun bersama di daerah pedesaan Scotlandia (D. Beel et al., 2015) (D. E. Beel et al., 2017).
Gambar 2 Tampilan data visual 3D proyek Gabii (Sumber: Aplikasi virtual di https://www.fulcrum.org/ concern/monographs/n009w229r#webgl, diakses pada
14 November 2020)
Kota Amsterdam juga turut akan dibuat versi digitalnya dengan digitalisasi kota beserta segala bentuk bangunan heritage yang menyertainya agar jika dibutuhkan rekonstruksi ulang dapat dihasilkan ukuran dan bentuk replika yang serupa dengan aslinya. Proyek ini sudah mulai dirancang dengan memulainya secara parsial untuk membangun data digital yang dinamis dengan target akhir produk kota Amsterdam digital yang memiliki perbandingan data yang serupa dengan aslinya (Alberts et al., 2017).
Proyek pemetaan budaya juga telah dilakukan oleh Malaysia dengan Centre for Knowledge and Understanding of Tropical Architecture and Interior (KUTAI) yang mulai membuat beberapa program pembangunan basis data arsitektur bangunan kuno seperti rumah adat di Malaysia dari bentuk pemeleh dengan atap sebagai elemen unik rumah tradisional sampai dengan pendataan dan digitalisasi motif-motif yang ada di arsitektur bangunan kuno (Rashid, 2015). Rumah adat Batak Toba juga pernah dilakukan pemetaan budaya secara digital dengan bantuan teknik fotogrametri close-range dengan hasil data yang beragam, dari gambar foto 2D, titik awan padat
3D, geometri objek, sampai dengan model 3D solid (Hanan et al., 2015).
Pengalaman realitas maya yang dibangkitkan dari sumber data arkeologi memiliki kesan estetis tersendiri bagi pengakses. Personalisasi yang dialami setiap pengguna akan berbeda dan memberikan aspek pembelajaran mandiri yang termotivasi secara internal. Rasa ingin tahu terbangkitkan dengan setiap interaksi yang dialami. Transmedia objek fisik menjadi maya dengan realitasnya secara multimodal sering menggugah para peneliti arkeologi untuk mewujudkan “kondisi sediakala” saat bangunan kuno ini utuh atau membangkitkan “kesan” seolah-olah mengalami peradaban kuno yang dibangun Kembali (Galani & Kidd, 2019) (Ioannides & Quak, 2014) (Agosti et al., 2014).
Dokumentasi yang tepat tentang informasi dan bentuk warisan budaya sangat penting untuk perlindungan dan studi ilmiahnya. Hal ini telah disosialisasikan Balai Arkeologi di Indonesia sesuai wilayah masing-masing, tetapi pembangkitannya secara digital yang mampu dieksplorasi oleh pengunjung secara maya masih belum dijumpai. Dengan demikian, melalui rekonstruksi model 3D yang dihasilkan melalui penelitian ini dapat digunakan untuk dokumentasi digital dan untuk melakukan analisis kemungkinan restorasi virtual sebuah peradaban, peradaban kuno Situs Liyangan seperti halnya yang dibangun oleh Calin di penelitiannya tentang kebudayaan Rumania (Calin et al., 2015). Oleh karena itu, penelitian penciptaan ini akan dilakukan dengan pemetaan alur penelitian seperti pada Gambar 3.
Gambar 3. Pemetaan alur penelitian penciptaan rekonstruksi 3D landmark Situs Liyangan
## Agnes Karina Pritha Atmani, Rekonstruksi 3D Landmark
Pemetaan alur penelitian tersebut merupakan struktur tahapan pola produksi yang tersusun dari proses pengumpulan data, praproduksi, produksi, pascaproduksi hingga analisis data yang merupakan unsur penguat dari penciptaan rekonstruksi 3D. Berikut adalah posisi penelitian yang tercantum dalam peta jalan penelitian ( road map ) dari penulis pada Gambar 4.
Relevansi dari artikel kajian pustaka tersebut memiliki kemiripan pola berpikir dan mengalami perbedaan pada tujuan yang dicapai serta tahapan produksi dari rekonstruksi situs. Dengan demikian, hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu ranting dalam pemetaan alur penelitian. “Berdasarkan tinjauan pustaka tersebut, ternyata topik penelitian ini berbeda sehingga penelitian “Rekonstruksi 3D Landmark Perkampungan Kebudayaan Kuno Situs Liyangan Temanggung Berdasarkan Temuan Arkeologis Balai Arkeologi Yogyakarta” ini layak diteruskan.
## METODOLOGI PENELITIAN
Proses penciptaan diawali dengan observasi data arkeologis yang telah diadministrasi oleh Balai Arkeologi Yogyakarta dan kunjungan lapangan di Situs Liyangan, Temanggung, Jawa Tengah. Eksplorasi suasana, kontur tanah, tekstur warna, dan lokasi geografis landmark di Situs Liyangan dilakukan di lokasi temuan arkeologi guna mendapatkan contoh data primer langsung dari kondisi terakhir di lokasi dan mencocokkannya dengan data tertulis yang ada sebagai sebuah bentuk pemutakhiran nuansa rekonstruksi yang akan dibangkitkan secara realitas maya nantinya. Serangkaian proses ini dinamakan sebagai proses pengumpulan data yang tampak pada Gambar 5.
Gambar 5 Metode penelitian penciptaan rekonstruksi 3D landmark peradaban kuno Situs Liyangan
Proses pengambilan data dilakukan dengan pengambilan gambar berupa foto dari situs-situs yang telah ditemukan oleh pihak Balai Arkeologi Yogyakarta di Situs Liyangan. Foto dari situs tersebut akan dipergunakan sebagai acuan dalam proses penciptaan model 3D dan sebagai bahan material yang akan diolah dalam tekstur dan pewarnaan pada objek 3D model situs Liyangan. Hasil dari beberapa foto tersebut dapat dilihat pada Gambar 6 dan Gambar 7.
Setelah proses pengumpulan data, kemudian dilakukan eksplorasi ide awal dalam persiapan awal produksi (praproduksi) yang meliputi pembuatan sketsa kasar ( rough ), pembuatan file tekstur, pembuatan daftar aset visual, dan pemetaan landmark maya dengan perbandingan 1:1. Persiapan ini dilakukan untuk melakukan verifikasi data yang diperoleh pada proses pengumpulan data sebelum nantinya digunakan dalam proses produksi model 3D. Persiapan ini akan mempercepat proses produksi dan memastikan produksi berjalan lancar dengan minimum revisi di hasil akhirnya nanti. Proses pembuatan aset visual seperti Gambar 8 sampai dengan Gambar 10.
Gambar 6 Situs utama merupakan bangunan candi dalam fungsi peribadatan
Gambar 7 Kompleks area peribadatan Situs Liyangan
Gambar 8 Pengolahan visual eksplorasi ide awal di area peribadatan di Situs Liyangan Gambar 9 Pengolahan visual eksplorasi ide awal di area peribadatan di Situs Liyangan
Gambar 10 Pengolahan visual di area peribadatan di Situs Liyangan
Proses produksi meliputi proses pembangunan model tiga dimensi dengan perbandingan 1:1 dan penteksturan. Setelah semua aset yang telah dibangun di realitas maya menggunakan bantuan perangkat lunak game engine Unreal, pengaturan cahaya dan ambien dilakukan secara virtual untuk membangun suasana yang semirip mungkin dengan persepsi visual para arkeolog berdasarkan hasil temuan arkeologi yang didapatkan Balai Arkeologi Yogyakarta. Proses akhir pada tahapan penciptaan seni adalah proses pascaproduksi yang merupakan proses penambahan detail dari hasil rekonstruksi 3D landmark, yaitu dengan penambahan suara dan kontrol kendali interaksi pengguna realitas maya. Hasil akhir dapat dinikmati secara maya dengan bantuan game engine Unreal sebagai media perantara eksplorasi virtual. Tahap awal dalam proses 3D model pada Gambar 11 dan Gambar 12.
## Gambar 11 Proses 3D model pada bangunan peribadatan Situs Liyangan
Setelah karya cipta dihasilkan, lalu masuk pada tahap analisis data dengan pengujian produk baik secara visual, kinerja, maupun validasi data aset 3D yang dibangkitkan secara virtual dipandang dari hasil temuan fisik secara arkeologis. Jika semua data sudah tervalidasi oleh arkeolog dan pengujian dinyatakan berhasil, dilakukan publikasi karya dalam wujud artikel ilmiah di jurnal nasional dan pendaftaran kekayaan intelektual dari produk yang dihasilkan.
## Agnes Karina Pritha Atmani, Rekonstruksi 3D Landmark
Gambar 12 Proses percobaan layout pada game engine Unreal pada bangunan peribadatan Situs Liyangan
## PEMBAHASAN
Proses perwujudan rekonstruksi 3D Situs Liyangan merupakan tahapan yang cukup rumit dikarenakan hanya terdapat struktur pondasi dari punden peribadatan dan punden pendamping. Berbeda halnya dengan bangunan petirtaan yang telah ditemukan bagian atas dari petirtaan sehingga dapat terlihat wujud dari bangunan tersebut. Struktur rekonstruksi yang terdapat di Situs Liyangan memiliki pola tatanan fisik yang mengandung unsur spiritual terhadap dunia dan lingkungan sekitarnya (Tanudirjo et al., 2019). Situs Liyangan memiliki struktur dan pola yang serupa dengan Situs Dharmasala yang berada di Dieng. Keduanya memiliki struktur fondasi Punden yang berjajar yang berbahan batu, sedangkan di bagian atas merupakan konstruksi kayu dari tiang atau pilar hingga struktur atap serta berdasarkan data atap menggunakan ijuk tebal. Faktor kemiripan struktur dan pola di Situs Liyangan adalah Situs Dharmasala memiliki struktur bangunan dengan terdapatnya umpak batu sehingga bangunan tersebut didominasi oleh unsur kayu. Unsur tersebut menjadi landasan pola berpikir desain dalam rekonstruksi 3D Situs Liyangan.
Gambar 13 Situs Dharmasala Dieng, Jawa Tengah
Berbeda dengan komplek percandian corak Hindu di sekitar Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali yang memiliki atap tingkatan dari pola ganjil tiga, lima, tujuh terutama di bangunan atap peribadatan candi, Situs Liyangan merupakan kompleks spiritual dengan pemujaan Dewa Siwa. Unsur spiritual tersebut dibuktikan dari banyaknya temuan artefak berupa yoni di area sekitar kompleks peribadatan Situs Liyangan baik itu berada di daerah pemukiman maupun di beberapa titik area pertanian. Diasumsikan bahwa bangunan Situs Liyangan di Punden Utama merupakan area yang terbuka karena terdapat yoni yang memiliki ukuran yang panjang serta memiliki tiga lubang yang berfungsi penempatan dari lingga (Tanudirjo et al., 2019).
Temuan-temuan artefak yang menjadi kunci material terhadap rekonstruksi adalah ditemukannya ayaman bambu dan ijuk di sekitar punden dan umpak yang memberikan gambaran bahwa material tersebut digunakan sebagai dinding dan atap. Fakta atas temuan-temuan arkeologi yang dilakukan oleh Balai Arkeologi Yogyakarta menjadi dasar pemikiran akan pola bentuk serta ruang rekonstruksi yang terwujud dalam 3D.
Gambar 14 Anyaman bilah bambu dan tumpukan ijuk yang tersegel oleh material vulkanis
Gambar 15 Terdapat yoni yang memiliki tiga buah lubang penempatan lingga di atas punden utama peribadatan Situs Liyangan
Gambar 16 Sketsa awal pola rekonstruksi punden utama peribadatan Situs Liyangan
Gambar 17 Rekonstruksi punden utama dan pendamping atau batur peribadatan Situs Liyangan
Gambar 18 Rekonstruksi bangunan punden utama dan punden pendamping dengan dinding anyam bamboo ( gedeg )
Gambar 19 Bangunan peribadatan terlihat dari pagar kompleks Situs Liyangan
Kompleks Situs Liyangan tidak hanya terdapat area peribadatan, tetapi terdapat pula area pertanian dan area pemukiman. Pemukiman tersebut merupakan pemukiman elit yang diperuntukkan khusus bagi para resi dan orang yang merawat area peribadatan. Pemukiman tersebut terbuat dari struktur kayu bambu dan ijuk sebgai bahan material bangunan. Hal ini diperkuat dalam temuan artefak di sekitar area pertanian yang merupakan bongkahan susunan kayu dalam struktur bangunan rumah.
## Gambar 20 Temuan artefak kayu, bamboo, dan ijuk
Berdasarkan temuan tersebut dipastikan bahwa struktur hunian di pilar dan dinding menggunakan kayu balok dan papan kayu dengan susunan pengunci (dowel) serta tumpukan ijuk sebagai atap hunian. Hunian ini merupakan hunian yang memiliki pola atap yang sederhana dan tidak menerapkan atap joglo meskipun berada diwilayah Jawa, hunian ini telah diperhitungkan dari bobot konstruksi atap yang ringan.
Gambar 21 Gambar hunian kuno area pemukiman Situs Liyangan
Proses pemvisualan gambar awal dari hunian tersebut menjadi acuan dalam permodelan 3D. Dengan demikian, dapat mengukur unsur material yang digunakan serta jumlah poligonal yang digunakan dalam topologi 3D.
Gambar 23 Hasil rendering dari
area pemukiman Situs Liyangan
Gambar 24 Proses rendering dari area pemukiman Situs Liyangan
Seluruh proses pemvisualan rekonstruksi hunian kuno dan peribadatan tercapai berdasarkan hasil evaluasi arkeologis dari para arkeolog di Balai Arkeologi DIY. Visualisasi bangunan peribadatan dan hunian di Liyangan dinyatakan lebih tua daripada situs yang ada di sekitarnya, yaitu Candi Dharmasala yang berada di kompleks Candi Dieng. Kemiripan Situs Liyangan dengan Candi Dharmasala adalah temuan elemen batu, kayu, dan ijuk dari keduanya. Akan tetapi, di Situs Liyangan ada tambahan elemen temuan, yaitu bambu yang ditemukan di sekitar petirtaan. Situs Liyangan dinyatakan lebih tua daripada Candi Dharmasala karena di Situs Liyangan tidak ditemukan adanya sistem relief seperti candi-candi di kompleks Candi Dieng.
## SIMPULAN
Proses penciptaan rekonstruksi 3D landmark Situs Liyangan dilakukan dengan kerangka kerja proses pengumpulan data arkeologis di Balai Arkeologi DIY dan di Situs Liyangan. Proses pengerjaan rekonstruksi visualisasi menggunakan
software 3DMax. Pemvisualan rekonstruksi terukur dan berhasil berdasarkan dari sisi persepsi arkeologi, dengan bukti bukti situs-situs yang mendampingi pada era yang sama dengan di Candi Dieng. Situs Liyangan dinyatakan lebih tua daripada situs yang ada di sekitarnya, yaitu Candi Dharmasala yang berada di kompleks Candi Dieng. Disimpulkan bahwa Candi Liyangan lebih tua daripada Candi Dharmasala karena belum menerapkan sistem relief seperti Candi Dieng. Hasil pengumpulan data dari buku referensi di Balai Arkeologi dan pengamatan di lapangan, proses rekonstruksi Situs Liyangan dinyatakan berhasil sesuai bukti persepsi arkeologi tersebut.
## KEPUSTAKAAN
Agosti, M., Ferro, N., Orio, N., & Ponchia, C. (2014). CULTURA outcomes for improving the user’s engagement with cultural heritage collections. Procedia Computer Science , 38 (C), 34–39. https://doi.org/10.1016/j.procs.2014.10.007
Alberts, G., Went, M., & Jansma, R. (2017). Archaeology of the Amsterdam digital city; why digital data are dynamic and should be treated accordingly. Internet Histories , 1 (1–2), 146–159. https://doi.org/10.1080/24701475.2 017.1309852
Beel, D. E., Wallace, C. D., Webster, G., Nguyen, H., Tait, E., Macleod, M., & Mellish, C. (2017). Cultural resilience: The production of rural community heritage, digital archives and the role of volunteers. Journal of Rural Studies , 54 , 459–468. https://doi.org/10.1016/j. jrurstud.2015.05.002
Beel, D., Wallace, C., Webster, G., & Nguyen, H. (2015). The Geographies of Community History Digital Archives in Rural Scotland. Scottish Geographical Journal , 131 (3–4), 201–211. https://doi.org/10.1080/14702541.2 014.980839
Calin, M., Damian, G., Popescu, T., Manea, R., Erghelegiu, B., & Salagean, T. (2015). 3D Modeling for Digital Preservation of Romanian Heritage Monuments. Agriculture and Agricultural Science Procedia , 6 , 421–428. https://doi.org/10.1016/j.aaspro.2015.08.111
Galani, A., & Kidd, J. (2019). Evaluating Digital
Agnes Karina Pritha Atmani, Rekonstruksi 3D Landmark
Cultural Heritage “In the wild” : the Case For Reflexivity. Journal on Computing and Cultural Heritage , 12 (1), 138–155.
Hanan, H., Suwardhi, D., Nurhasanah, T., & Bukit, E. S. (2015). Batak Toba Cultural Heritage and Close-range Photogrammetry. Procedia - Social and Behavioral Sciences , 184 (August 2014), 187–195. https://doi.org/10.1016/j. sbspro.2015.05.079
Ioannides, M., & Quak, E. (2014). 3D Research Challenges in Cultural Heritage - A Roadmap in Digital Heritage Preservation, Lecture Notes in Computer Science 8355 . Springer. https://doi.org/10.1007/978-3-662-44630-0
Lusenet, Y. De. (2007). Tending the garden or harvesting the fields: Digital preservation and the UNESCO Charter on the preservation of digital. Library Trends , 56 (1), 164–182.
Nasional, P. P. A. (2020). Rencana Strategis Pusat Penelitian Arkeologi Nasional 2020-2024 .
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Opitz, R., Mogetta, M., & Terrenato, N. (2018). A Mid-Republican House from Gabii . University of Michigan Press. https://doi.org/http:// dx.doi.org/10.3998/mpub.9231782
Opitz, Rachel. (2018). Publishing Archaeological Excavations at the Digital Turn. Journal of Field Archaeology , 43 (sup1), S68–S82. https://doi.org/10.1080/00934690.2018.1505 409
Rashid, M. S. A. (2015). Understanding the Past for a Sustainable Future: Cultural Mapping of Malay Heritage. Procedia - Social and Behavioral Sciences , 170 , 10–17. https://doi. org/10.1016/j.sbspro.2015.01.007
Rokhani, U., Salam, A., & Rochani-Adi, I. (2016). Rekonstruksi Identitas Ke-“Tionghoa”-an dalam Film Indie Pasca-Suharto. REKAM: Jurnal Fotografi, Televisi, dan Animasi ,
12 (1), 55. https://doi.org/10.24821/rekam. v12i1.1380
Tanudirjo, D. A., Yuwono, J. S. E., & Wardoyo Adi, A. M. (2019). Lanskap Spiritual Situs Liyangan. Berkala Arkeologi , 39 (2), 97–120. https://doi.org/10.30883/jba.v39i2.474
Tiga, R., Relief, D., Prasetya, D. A., Soesanti, I., & Hartanto, R. (2010). Menggunakan Segmentasi Grayscale Citra Dua Dimensi . 128–135.
Wibisono, A. B., Artanto, A. T., & Ayuswantana,
A. C. (2021). Fotografi sebagai Rekonstruksi Visual dalam Seni Bercerita Rakyat Studi Kasus “Sarip Tambak Oso.” Rekam , 17 (1), 1–12. https://doi.org/10.24821/rekam. v17i1.4940
|
9445bcbb-794b-40ab-8b69-3af84e82f64e | https://ejournal.nusantaraglobal.or.id/index.php/nusra/article/download/1794/1788 |
## NUSRA: Jurnal Penelitian dan Ilmu Pendidikan
Volume 4, Issue 4, November 2023 DOI : https://doi.org/10.55681/nusra.v4i4.1794 Homepage: ejournal.nusantaraglobal.ac.id/index.php/nusra
p-ISSN: 2715-114X e-ISSN: 2723-4649
## MEMBANGUN PERILAKU SANTUN SISWA DALAM TINDAK TUTUR ASERTIF PADA SISWA DI SEKOLAH
Qikka Anisya Ade Putri 1 , Eli Rustinar 2 , Mahdijaya 3 , Reni Kusmiarti 4 , Dewi Kusumaningsih 5
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Bengkulu, Bengkulu, 38119, Indonesia 1-4
Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo, 57514, Indonesia 5
Corresponding author email: qikka20017@gmail.com
## ABSTRACT Article History
This research aims to strengthen the renewal of the concept of polite behaviour for students in class 7 Indonesian language learning at SMPN 17 Bengkulu City. Thus, the aim of this research is to describe the types of polite behaviour of students in learning Indonesian, along with the continuity of these speech acts. The problems in this research are: 1) what are the teacher's assertive speech acts in the 7th grade Indonesian language learning process at SMP Negeri 17 Bengkulu City, 2) what are the uses of assertive speech acts carried out at school, and 3) is there any use of assertive speech acts in behaviour? polite students at SMPN 17 Bengkulu City. This research was carried out from 28 August 2023 to 29 August 2023. The data sources in this research were informants, namely teachers and students and incidents of polite behaviour in class 7 when learning Indonesian. This research uses data collection techniques. The data collection used in this research is a study of research information or data obtained from photos, sound recordings and videos. Based on the research results, it can be concluded that polite behaviour in learning is very important to improve teachers' polite behaviour in assertive speech acts among students at school
Keywords: Polite Behaviour, Speech Acts, Assertiveness
Received : 11 November 2023 Revised : 19 November 2023 Published: 30 November 2023
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
## LATAR BELAKANG
Perilaku santun adalah dasar yang ada di dalam diri seseorang kehidupan sehari sehari masyarakat dalam berkomunikasi satu sama lain seperti berbicara dengan yang lebih tua dapat diapresiasik dan disayangi oleh banyak orang sehingga aspek sopan santun yang harus di hormati. mengatakan bahwa sopan santun adalah perilaku akhlak yang baik yang diridhai allah,rasulnya dan orang orang yang bertakwa.(Utomo et al., 2021) wujud dari sikap santun tersebut adalah Tindakan menghormati orang lain melalui komunikasi dengan menggunakan Bahasa yang tidak merendahkan atau merendahkan orang lain.(Faizah et al., 2021) remaja masa kini belum menerapkan nilai nilai sopan santun dalam penggunaan komunikasih bahasa, sehingga siswa cenderung menggunakan bahasa yang kasar,tidak ramah,tidak bersahabat,terkesan angkuh atau mementingkan diri sendiri,patuh ,sombong bahkan menyindir.(Sitorus, 2021) kecerdasan personal ini mempunyai kemampuan dalam menanamkan kepribadian santun pada siswa (Setyarum et al., 2022) sifat sifat baik yang ada pada diri siswa perlu kita perhatikan agar tidak ada siswa terlibat dalam tindakan yang mengurangi kesopanan dan menjadi faktor penting keberhasilan siswa.(Ula Azizah et al., 2021). Tindak tutur adalah tindakan yang dilakukan melalui perkataan atau ujaran seseorang yang dimaksud agar pembicara atau pendengarnya melakukan sesuatu.perilaku verbal ekspresif adalah prilaku verbal yang bertujuan untuk menyatakan keadaan ujaran
penutur,mengungkapkan psikologi
penutur,menyiratkan emosi dan sikap,serta berfungsi
mengungkapkan dan mengungkapkan sikap psikologis penutur kepada lawan bicara.(Indonesia et al.,
2022). tindak tutur merupakan produk atau hasil kalimat dalam keadaan tertentu dan merupakan satu terkecil
komunikasilingkuistik yang dapat berupa pernyataan,pertanyaan ,perintah,atau yang lainnya.(Muliawan, 2021). berdasarkan pemaparan tersebut,penulis tertarik untuk menganalisis tindak tutur menurut tuturan yang disertai dengan beberapa jenis aspek. (Sihombing, 2022). tindak tutur adalah tindakan yang dilakukan melalui perkataan atau ujaran seseorang yang dimaksud agar pembicara atau pendengarnya melakukan sesuatu.(Ningsih & Muristyani, 2021). tindak tutur adalah tindakan yang dilakukan melalui perkataan atau ujaran seseorang yang dimaksud agar pembicara atau pendengarnya melakukan sesuatu.(Ningsih & Muristyani, 2021).
Perilaku asertif adalah kemampuan mengungkapkan perasaan dan pikiran dengan cara yang baik dan dapat di terima secara social,digambarkan sebagai kemampuan mengungkapkan
pendapat,kebutuhan,dan keinginan,serta mempertimbangkan dan menghormati orang lain. peran penting perilaku asertif ini terutama diperlukan bagi remaja untuk mengatasi meningkatnya tuntunan sosial yang dibebankan kepada mereka, baik dari orang dewasa maupun teman sebayanya.(Husnah et al., 2022) data kedua beruba kalimat kalimat di luar tindak tutur asertif yang di sebut konteks sebagai sesuatu yang di acuh atau diungkapkan dengan kata keterangan konnani,sonnani dan annani.(Nugroho, 2022) keterampilan berperilaku asertif subjek perlu di tingkatkan untuk mengurangi ketidak mampuannya menolak ajakan orang lain untuk melakukan hal hal yang mungkin melanggar aturan, misalnya merokok di lingkungan sekolah.(Rinanda, 2021)
penelitian ini bertuju untuk lebih memahami kemampuan pasien skizofrenia dalam melakukan tindak asertif dalam mengekspresikan kemarahan.(Ningsih & Muristyani, 2021) perilaku asertif akan memberikan ketahanan dalam menghadap pengaruh negatif teman sebaya yang memberikan tekanan yang sangat besar disekitarnya.(Muliati, 2022) .
## METODE PENELITIAN
Dilihat dari hasil yang didapat maka penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan menggunakan metode kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan dan menghubungkan dengan variabel lain. Menurut Indriantoro dan Supono (2012:26) mendefinisikan penelitian deskriptif adalah penelitian terhadap masalah-masalah berupa fakta- fakta saat ini dari suatu popularisasi.
Menurut Moleong (2017:6)
penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Penelitian kualitatif menurut Hendryadi, et. al, (2019:218) merupakan proses penyelidikan naturalistik yang mencari pemahaman mendalam tentang fenomena sosial secara alami.
## Metode dasar
Metode dasar penelitian bertujuan untuk mengembangkan perilaku santun dalam tindak tutur asertif siswa di sekolah dapat mencakup metode dan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
adalah suatu proses penyelidikan dan pemahaman berdasarkan metode mempelajari fenomena sosial dan masalah ,masalah manusia dalam penelitian ini, peneliti membuat gambaran kompeleks, memeriksa kata-kata, melaporkan rincian dari sudut pandang responden dan melakukan penelitian dalam situasi naturalistik. Selain itu menetapkan keandalan data juga merupakan aspek penting dalam penelitian kualitatif hasil penelitian akan berharga jika peneliti dapat menetapkan keandalan data dan data yang dapat diandalkan akan menghasilkan keberhasilan penelitian. Selain untuk mengembangkan perilaku santun siswa peneliti juga dapat menggunakan teori dalam penelitian. Teori mempunyai tiga fungsi: deskripsi,prediksidan penjelasan yang dapat membantu peneliti menganalisis,memberi ringkasan, dan memberi saran dalam kontek ini mengembangkan perilaku santun siswa dalam tindak tutur asertif mungkin melibatkan peneparan teori untuk mendeskripsikan,memprediksi dan menjelaskan perilaku tersebut.
Dengan tujuan untuk mengembangkan perilaku santun dikalangan siswa hal ini dapat membantu siswa mengetshui dan menyadari manfaat penelitian serta memiliki kemampuan dalam melakukan penelitian sehinggga mereka dapat tertarik dan menyukai penelitian. Metode penelitian dasar yang mengembangkan perilaku santun siswa dalam perilaku asertif dikalangan siswa di sekolah .
## Respondent
Penelitian ini berjudul” membangun perilaku santun gdalam tindak tutur asertif pada siswa di sekolah”. Pada penelitian tersebut yang menjadi objek penelitian adalah guru dan siswa sedangkan untuk variable nya adalah perilaku santun di
dalam kelas. Maka yang terjadi responden adalah konsep penggunaan perilaku santun di dalam komunikasih guru dan murid.
Instrument Instrument yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi (pengamatan), dokumentasi dan interview (wawancara). Wawancara pada alat pengumpulan data memberi pertanyaan kepada siswa. Penelitian ini menggunakan handphone dan rekam suara dapat membantu dalam kelancaran proses wawancara. Wawancara mendalam merupakan cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan, dengan maksud mendapatkan gambaran lengkap tentang yang diteliti. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data dan informasi mengenai “membangun perilaku santun siswa dalam tindak tutur asertif pada siswa di sekolah”di SMPN 17 Kota Bengkulu terletak di jl.WR. Supratman No.3, Pematang Gubernur, Kec. Muara Bangka Hulu, Kota Bengkulu, Bengkulu 38119.obseravi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi terus terang atau tersamar. Penelitian yang harus berterus terang kepada sumber data bahwa sedang melakukan penelitian sehingga para informan mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas dari penelitian. Dokumentasi dalam penelitian ini menggunakan Teknik rekam suara, video, gambar dan teknik catat. Studi dokumentasi merupakan salah satu cara di mana peneliti kualitatif dapat menvisualisasikan prespektif subjek melalui materi tertulis atau dokumen lain yang dihasilkan langsung oleh orang orang yang terlibat.
## Procedure
Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1) Menentukan lokasi dan subjek penelitian.
Tempat penelitian dalah suatu tempat yang berkaitan dengan objek atau permasalahan penelitian, dan juga merupakan salah satu sumber informasi yang dapat digunakan oleh penelitian. Penelitian ini mengambil lokasi di SMPN 17 kota Bengkulu terletak di jl.WR. Supratman No.3, Pematang Gubernur, Kec. Muara Bangka Hulu, Kota Bengkulu, Bengkulu 38119.
Karena, lokasi tersebut tempat PLP 1sebelumnya. Sehingga dilakukan mengambil penelitian sesuai dengan tempat PLP1 masing-masing.
2) Pengumpulan data Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif ini dilakukan dengan berbagai macam cara,yaitu peneliti terjun langsung ke lapangan. Hal ini dilakukan melalui observasi dengan dating langsung ke sekolah tersebut SMPN 17 Kota Bengkulu, melakukan wawancara secara mendalam dengan subjek survey yaitu guru yang telah di tunjuk dan survey documenter berupa dokumentasi foto atau video.
3) Reduksi dan klasifikasih data Langkah ini digunakan untuk menyaring data yang masih mentah.penelitian memilih data yang paling relevan untuk digunakan dalam mendukung penelitian yang dilakukan. Data kualitatif bisah diperoleh melalui hasil wawancara serta observasi. Maka dari itu,pengurutan perlu dilakukan untuk memudahkan dalam klasifikasi data. Jadi data yang akan disaring, nantinya dikatagorikan sesuai dengan kebutuhan. Sesuai dengan survei,data dikategorikan berdasarkan kepada informan atau kategori lokasi survei yang telah dilakukan.
4) Tampilan data
Pada saat penelitian mereduksi dan mengklasifikasikan data, berpindah ketampilan data. Dalam fase proses ini , penelitian meracang barisdan kolom data kualitatif dan menentukan format data serta jenis data yang akan dimasukkan kedalam table. Misalnya saja, data yang akan ditampilkan dalam bentuk deskripsi, bagan, dan sebagainya.
Penelitian dalam hal ini mengatur data supaya mudah dibaca.
5) Penelitian kesimpulan Penelitian melalui beberapa proses diatas, langkah terakhir yang dilakukan peneliti adalah menarik kesimpulan. Isi kesimpulan harus mencakup berbagai informasi yang relevan yang ditemukan di dalam penelitian kualitatif.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Tindakan tutur asertif guru dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia kelas 7 SMPN 17 Kota Bengkulu merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengendalikan siswa dalam proses mengajar.
Tindak tutur asertif merupakan tindakan tutur yang digunakan untuk menyampaikan sesuatu mengenai kebenaran proposisi atau pernyataan yang diungkapkan.berikut beberapa cara penggunakan tindak tutur asertif di sekolah:
Guru:baik itulah pembelajaran kita pada hari ini ibu ucapkan assalamualaikum wr.wb
Siswa:waalaikumsalam wr.wb
mengucapkan: tindak tutur asertif digunakan untuk mengatakan sesuatu yang diinginkan penutur.
## Guru:kita absen terlebih dahulu ya,enjel
Siswa:hadir bu.(7A)
Berbicara:tindak tutur berbicara asertif penutur memberikan informasi kepada lawan bicara sesuai dengan tanda-tanda tindak tutur asertif berbicara
Guru:mana buku cetak kalian ,tolong keluarkan buku cetaknya
## Siswa:baik bu.
Petunjuk:tindak tutur asertif melalui tuturan tersebut penutur memberikan nasehat kepada lawan bicaranya dengan maksud agar Ketika pekerjaan rumah diberikan,tidak ada lagi alasan untuk melewatkan buku latihan, karena pekerjaan rumah dan buku latihan gigabungkan untuk meminimalisirkan kelupaan siswa.
Guru :ternyata anak di kelas 7 1 ini pintar semua ya
## Siswa :terimakasih bu
Kebanggaan :Tindakan bebricara asertif dengan rasa bangga terlihat pada melalui tuturan ini penutur menunjukan rasa bangga terhadap siswa atas apa yang telah dilakukannya terhadap resiko tidak berhati- hati saat menjelaskan materi kepada mereka, sehingga menyebabkan dia melakukan tugas dengan buruk karena dia tidak memahaminya.
Guru:kan sudah ibu bilang ,kalau setiap jam Pelajaran ibu itu tidak ada yang boleh keluar masuk apalagi alasan mau buang sampah
Siswa:iya bu.
permintaan: tindak tutur asertif pembicaraan meminta dan berusaha memahami keinginannya yaitu agar siswamengerjakan pekerjaan rumahnya.
Guru:ibu memberikan tugas ke kalian ,kalian kerjakan di rumah
Siswa:besok berarti di kumpulkan bu
Guru :lah iya kan besok jam pertama masuk dengan ibu
## Siswa:baik buk
Menuntut: tindak tutur asertif signifikan secara statistik, guru hanya bebricara dan bergegas keluar kelas tanpa menunggu lawan bica memberikan tanggapan terhadap perkataannya. Pidato ini menandakan bahwa sekolah telah usai dan pelajar hari itu hanya sebatas itu
Guru:apa perbedaan syair dengan pantun
Siswa:syair itu aaaa kalau pantun itu ab ab ab bu.
Penjelasan: tindak tutur asertif menjelaskan dengan tegas karena dalam suatu percakapan penutur dengan jelas menjelas apa yang akan dikomunikasihkan dalam pertemuan itu dan terdapat tanda-tanda yang menunjukkan suatu definisi dalam paragraf percakapan tersebut.
Fungsi perilaku verbal asertif antara lain menyampaikan informasi,mengubahsikap dan keyakinan,mengubah perilaku,serta mendorong dan mendorong siswa untuk melakukan suatu Tindakan sebagai respons terhadap tindak verbal guru.
Penggunaan perilaku verbal asertif dalam perilaku santun siswa SMPN 17 Kota Bengkulu .
Hasil penelitian membahas berbagai aspek perilaku bertutur, seperti perilaku ilokasi, perilaku ilokasi dan perilaku verbal, serta kesantunan dalam penggunaan bahasa remaja dalam berbagai konteks.
Namun belum ada hasil Pendidikan yang memberikan informasi mengenai
penggunaan perilaku tutur asertif dalam perilaku santun siswa SMPN 17 Kota Bengkulu.
## KESIMPULAN
Pada tujuan penelitian ini guru merupakan sosok teladan yang mempunyai peranan yang sangat penting dan patut diteladani dalam dunia pendidikan. Dimana guru hendaknya mengembangkan kepribadian siswa agar dapat berprilaku asertif, karena perilaku asertif tidak hanya penting di sekolah tetapi juga di luar sekolah. Siswa harus mampu berperilaku percaya diri, seperti berbicara sopan mengungkapkan diri secara jujur dan terbuka, mengungkapkan emosi seperti suka atau tidak suka, merasa nyaman atau tidak nyaman, merasa senang atau tidak bahagia, perlu dan berani mengungkapkan pikiran. Misalnya menerima gagasan dan argumentasi sesua sifat aslinya serta berani mengungkapkan apa yang pantas bagi siswa. Dan jika siswa tidak setuju dengan suatu hal, ungkapkan ketidak setujuan siswa dengan cara yang pantas dan tidak menyakiti perasaan orang lain.semua itu dapat dilengkapi dengan peranan motivasi guru dalan dunia pendidikan, karena dengan motivasi yang baik dari pihak guru akan memantu perilaku karakter percaya diri pada siswa
## DAFTAR PUSTAKA
Faizah, R. N., Fajrie, N., & Rahayu, R.
(2021). Sikap Sopan Santun Anak Dilihat Dari Pola Asuh Orang Tua Tunggal.
Husnah, S., Wahyuni, E., & Fridani, L.
(2022). Gambaran Perilaku Asertif Siswa Sekolah Menengah Atas.
## Edukatif
Indonesia, P. B., Keguruan, F., Pendidikan, I., & Peradaban, U. (2022). Analisis tindak tutur ekspresif
dalam transaksi jual beli sayur di pasar wangon . Muliati, R. (2022). Kontribusi Kecenderungan Pola Asuh Demokratis (Authoritative) dan Kecerdasan Emosi Terhadap Perilaku Asertif Pada Remaja
Awal. Psyche 165 Journal , 15 (2), 56–61.
Muliawan, P. (2021). Tindak Tutur Ilokusi dalam Sinetron Tukang Ojek Pengkolan di Stasiun Televisi RCTI.
Ningsih, L. W., & Muristyani, S. (2021).
Analisis Tindak Tutur Ilokusi Dalam Film Ada Cinta Di Sma Sutradara Patrick Effendy. Tabasa: Jurnal Bahasa, Sastra Indonesia, Dan Pengajarannya , 2 (2), 131–
156. Nugroho, R. D. (2022). Tindak Tutur Asertif Tokoh Botchan Berpemarkah Adverbia Konnani, Sonnani, Dan Annani Dengan Fungsi Ilokusi Kolaboratif. Lingua: Jurnal Bahasa Dan Sastra , 18 (2), 171–187.
Pribadi, Y. (2022). Polite Citizenship
Everyday Informal Claims-Making in Rural West Java, Indonesia. Bijdragen Tot de Taal-, Land- En Volkenkunde , 178 (1), 90–118.
Rinanda, N. (2021). Pelatihan asertif pada
kelompok remaja
perokok.
Procedia : Studi Kasus Dan
Intervensi Psikologi , 8 (4), 178–
188.
Sahara, A. I., & Yuhdi, A. (2022). Analisis Tindak Tutur Ilokusi dalam Novel Kami (Bukan) Sarjana Kertas Karya J.S. Khairen. UNDAS:
Jurnal Hasil Penelitian Bahasa Dan Sastra , 18 (1), 1.
Setyarum, A., Aulia, H. R., Nurmalisa, D., & Dewi, D. P. (2022). Pelatihan
Metode Role Playing dalam Pengembangan Karakter Sopan Santun pada Anak Usia Dini bagi Guru PAUD POS Melati Kuripan
Lor. Jurnal Abdi Masyarakat
Indonesia , 2 (3), 863–870.
Sihombing, R. M. (2022). Tindak Tutur
Ilokusi dalam Novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin Karya Tere Liye. EUNOIA (Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia) , 1 (1), 9.
Singh, K. K. M., Vijayarajoo, A. R., Colaco, L., & Gobil, A. R. bin M. (2022). ‘WAIT’ … A Mobile App to Navigate and Assist Towards
Polite and Effective Online Communication. International Journal of Interactive Mobile Technologies , 16 (9), 4–27.
Sitorus, R. (2021). Upaya Meningkatkan Sikap Sopan Santun Siswa Melalui Layanan Bimbingan Kelompok.
Journal of Education Action Research , 5 (1), 10–16.
Ula Azizah, Andrianie, S., & Arofah, L.
(2021). Validitas Dan Reliabilitas Skala Karakter Sopan Santun Pada Siswa SMA Kelas X Di Nganjuk. Efektor , 8 (2), 167–175.
Utomo, D. P., Masturi, M., & Mahardika,
N. (2021). Meningkatkan Perilaku Sopan Santun Menggunakan Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Sosiodrama. Jurnal Prakarsa Paedagogia , 4 (1).
|
a4d7d8aa-875d-47ab-ac23-a1c82a20c654 | http://ejournal.iainpalopo.ac.id/index.php/palita/article/download/191/170 | PALITA: Journal of Social-Religion Research
April-2018, Vol.3, No.1, hal.13-34 ISSN(P): 2527-3744; ISSN(E):2527-3752 ©2018 LP2M IAIN Palopo. http://ejournal-iainpalopo.ac.id/palita
## IMPLIKASI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA BERBASIS NILAI NILAI ISLAMI (STUDI PADA BANK MUAMALAT PALOPO)
1 Muzayyanah Jabani 2 Tadjuddin 1,2 Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palopo E-mail: muzayyanah_jabani@iainpalopo.ac. id
## Abstract
This research analyzes the implication of human resourcrces management based on Islamic values in Bank Muamalat Palopo. The kind of the research is qualitative study. Based on the result of the research, the implication of human resourcrces management based on Islamic values in Bank Muamalat Palopo has involved the Islamic values. It is applied through: a. the recruitment and selection done by considering the result of syariah selection; b. the development of officers is always done by the management of Bank Muamalat and realized in the form of training/workshop; c. the application of working assessment and officers’ compensation which usually given in the form of reward to the officer who achieves a particular target can improve the officers’ motivation; d. industrial relation is managed directly by Bank Muamalat central.
Keywords : implication, human resources management, Islamic values
## Abstrak
Penelitian ini menganalisis mengenai implikasi konsep Manajemen Sumberdaya Manusia (MSDM) berbasis nilai-nilai Islami pada perusahaan perbankan syariah dalam hal ini Bank Muamalat Palopo. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau dengan menggunakan cara kuantifikasi. Berdasarkan hasil yang diperoleh, implikasi MSDM Islami pada Bank Muamalat khususnya di kota Palopo telah melakukan atau melibatkan manajemen sumberdaya yang bernilai Islami atau yang sesuai dengan nilai-nilai Islami. Hal itu diterapkan pada: a. perekrutan dan seleksi yang dilakukan oleh Bank Muamalat Palopo dilakukan dengan mempertimbangkan hasil seleksi syariah; b. pengembangan karyawan selalu dilakukan oleh pihak manajemen Bank Muamalat dan diwujudkan dengan memberikan training/pelatihan kepada para karyawan; c. penerapan penilaian kinerja dan kompensasi karyawan merupakan hal yang dapat meningkatkan motivasi bagi karyawan, hal tersebut biasa berbentuk pemberian reward atau penghargaan kepada karyawan yang mencapai target tertentu; d. hubungan industrial diatur secara langsung oleh pihak Pusat Bank Muamalat.
Kata Kunci ,: implikasi, manajemen sumber daya manusia, nilai-nilai Islami
## PENDAHULUAN
Organisasi adalah sekumpulan orang yang memiliki tujuan bersama dan bekerja sama untuk mencapai tujuan tersebut. Organisasi merupakan sebuah sistem dimana terjadi saling mempengaruhi antara orang dalam kelompok yang bekerjasama untuk sebuah tujuan tertentu. Timbulnya sebuah organisasi bisa dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain, karena adanya beberapa
orang, kerja sama, dan tujuan. Hal-hal tersebutlah yang saling terkait satu sama lain sehingga terjadi saling ketergantungan, saling membutuhkan satu sama lain dan tidak bisa lepas dan berdiri sendiri tanpa adanya faktor lain yang mendukung. Keberlangsungan sebuah organisasi tidak terlepas dari peran manajemen untuk mengatur seluruh kegiatan yang telah direncanakan dengan tepat. Organisasi apapun namanya dan jenisnya senantiasa membutuhkan manajemen. Suatu organisasi akan berjalan dengan baik apabila di kelola ( manage ) dengan baik pula, ini disebabkan karena manajemen dan organisasi adalah satu kesatuan yang saling melengkapi. Seperti yang dikemukakan oleh Hasibuan (2001) bahwa dalam suatu organisasi atau perusahaan, organisasi merupakan alat atau wadah, tempat untuk mengatur 6 M ( men,money, methodes, materials, machines, and market ) dan semua aktivitas proses manajemen dalam mencapai tujuannya. Tegasnya pengaturan hanya dapat dilakukan didalam suatu organisasi (wadah/tempat). Sebab dalam wadah inilah tempat kerja sama, proses manajemen, pembagian kerja, koordinasi, dan integrasi dilakukan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. 1
Manajemen merupakan salah satu cabang dari ilmu ekonomi yang memegang peranan penting dalam keberhasilan pengelolaan suatu organisasi maupun perusahaan. Penerapan manajemen pada perusahaan dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi sumberdaya-sumberdaya perusahaan/organisasi sehingga mencapai hasil yang maksimal. Dalam prakteknya manajemen berperan langsung untuk mencapai suatu tujuan bersama. Dengan kata lain bahwa manajemen ada untuk mengatur semua yang dilakukan ataupun yang akan dilakukan dengan baik, tepat, rapih, dan terarah. Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Andrew F.Skila dalam Hasibuan bahwa management in general refers to planning, organizing, controlling, staffing, leadering, motivating, communicating, and decision making activities performed by any organization in order to coordinate the varied resources of the enterprise so as to bring an efficient creation of some product or service . 2
Artinya bahwa manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas- aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan, pemotivasian, komunikasi, dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa secara efisien.
Disisi lain penyebaran konsep-konsep manajemen di berbagai negara dipengaruhi oleh budaya yang berkembang di masing-masing negara yang disebut sebagai budaya nasional. Budaya nasional memberikan bentuk dan pengaruh terhadap semua proses-proses yang berkembang didalamnya tak terkecuali dalam manajemen. Budaya nasional merupakan sekumpulan nilai, sikap dan perilaku, termasuk didalamnya yang berhubungan dengan pekerjaan dan organisasi. Budaya nasional inilah yang terbawa dalam dunia
1 Malayu hasibuan, manajemen, dasar, pengertian dan masalah, edisi revisi, Jakarta, Bumi Aksara, 2001, hal.1
2 Malayu, Ibid, h. 2
kerja, sebagai bagian dari kumpulan budaya pekerja yang akhirnya melahirkan budaya kerja. Pekerjaan yang berhubungan dengan nilai dan sikap, seperti jarak kekuasaan, toleransi untuk perbedaan, kejujuran, mencapai tujuan kelompok atau individu, etika dalam bekerja, dan semangat enterpreneur telah diperdebatkan untuk menjadi identitas budaya nasional. Lebih dari itu masyarakat dalam jumlah besar memiliki harapan yang pasti dari organisasi dan menggunakan pengaruhnya terhadap organisasi, melalui berbagai bidang formal maupun nonformal. Institusi politik, sosial dan ekonomi, seperti struktur ekonomi, serikat perdagangan, sistem pendidikan, dan tekanan kelompok, semuanya dapat digunakan sebagai pengaruh dalam organisasi. Dari beberapa hal yang dapat mempengaruhi masyarakat, agama adalah merupakan salah satu hal yang memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan dalam masyarakat, terutama yang menyangkut persoalan budaya dan nilai-nilai sosial didalamnya.
Pengaruh dari nilai-nilai yang ada di masyarakat merupakan keyakinan-keyakinan dan nilai-nilai yang dominan dari kondisi eksternal masyarakat. Nilai-nilai yang menjadi kebiasaan dari masyarakat itu diantaranya kebebasan individu, kolektivisme, kesopansantunan, keberhasilan, dan lain sebagainya. Hal ini memberikan warna terhadap budaya nasional satu bangsa, yang pada akhirnya memasuki aspek-aspek sosial dalam masyarakat. Dimana masyarakat Indonesia pada umumnya dikenal sebagai masyarakat yang beragam. Keberagaman dalam masyarakat Indonesia bisa ditinjau dari segi adat sampai kepada segi agama. Olehnya itu segala bentuk perbuatan dan tindakan harus mencerminkan nilai-nilai agama. Agama Islami merupakan agama yang dipeluk oleh sebagian besar masyarakat di Indonesia dan dianggap sebagai agama mayoritas. Sebagai sebuah agama , Islami memberikan corak kepada setiap aspek kehidupan pemeluknya. Dimulai dari segi ibadah, politik, sampai kepada sosial dan ekonomi meskipun Indonesia tidak menggunakan agama sebagai dasar negara. Konsep-konsep ajaran agama ini dijalankan secara individual oleh pemeluknya. Masyarakat muslim percaya apabila keselamatan dan keberuntungan akan dicapai maka seharusnya kaum muslim mengamalkan dan menerapkan ajaran agama dalam segala aspek kehidupannya. Dengan kata lain bahwa ketika kita ingin mencapai tingkat keunggulan itu harus dimulai dengan menerapkan nilai-nilai agama didalam segala aspek kehidupan kita, apakah itu yang berhubungan langsung dengan Tuhan Allah SWT maupun dengan sesama makhluk. Termasuk dalam hal konsep manajemen, sebagaimana yang akan dibahas dalam penelitian ini.
Dalam perkembangannya, walaupun manajemen ditemukan oleh dunia barat, tetapi seiring dengan penyebaran dunia industri, manajemen dikenal dan diterapkan oleh hampir seluruh perusahaan/organisasi di seluruh dunia. Sebagai ilmu, manajemen bukanlah sesuatu yang bebas nilai. Manajemen sebagai produk peradaban manusia bukanlah sains yang bebas nilai (value free science). 2 Manajemen yang dikembangkan oleh para ahli dari barat
3 Larasati Oktina, Drs. Fuad Mas’ud , Praktek Penerapan Manajamen berbasis Islami pada Perusahaan,jurnal ekonomi manajemen h. 3
seperti Amerika Serikat,sudah tentu dilandasi oleh pandangan / pemikiran dunia barat, dan sudah pasti mengandung nilai-nilai yang diyakini dan dianut oleh para ahli yang mengembangkannya. Sebagai salah satu contoh bahwa didalam peradaban barat, Eropa dan Amerika, ilmu/sains dipisahkan dari Agama. Hal ini merupakan warisan pertentangan antara kekristenan yang dilembagakan dengan ilmu manajemen, olehnya itu penelitian ini akan membahas mengenai seberapa besar nilai-nilai agama Islami berperan dalam penerapan ilmu manajemen pada organisasi/perusahaan. Konsep manajemen difokuskan kepada manajemen sumberdaya manusia.
Manajemen sumberdaya manusia (MSDM) bukanlah sesuatu yang baru di lingkungan suatu organisasi, khususnya di bidang bisnis yang dikenal dengan sebutan perusahaan. Usaha manusia untuk bekerjasama secara sistematik dalam arti sengaja, berencana dan terarah pada suatu/beberapa tujuan, yang disebut organisasi, sulit ditelusuri sejak kapan mulai dilakukan. Bersamaan dengan kecenderungan manusia untuk bekerjasama didalam organisasi itu, telah berlangsung juga perilaku manusia untuk memanfaatkan atau mendayagunakan manusia dalam rangka mencapai suatu tujuan. 4 Disinilah peran Manajer dibutuhkan dalam keberlangsungan penerapan manajemen, khususnya manajemen sumberdaya manusia. Seperti yang diungkapkan oleh Nawawi bahwa manajemen sumberdaya manusia adalah proses mendayagunakan manusia sebagai tenaga kerja secara manusiawi, agar potensi fisik dan psikis yang dimilikinya berfungsi secara maksimal bagi pencapaian tujuan organisasi/perusahaan. 5
Begitupun dengan keberhasilan penerapan manajemen dalam organisasi akan tergantung dari peran-peran yang ada didalamnya, seperti manajer, karyawan, dan variabel – variabel lain yang menunjang. Namun dengan adanya perbedaan – perbedaan peran tersebut akan mempengaruhi penerapan manajemen yang berbeda pula, terutama peran seorang manajer atau pimpinan yang berperan langsung terhadap proses manajemen. Walaupun mungkin diterapkan secara berbeda oleh manajer-manajer yang berbeda pula, dalam hal ini tergantung pada variabel-variabel seperti tipe organisasi, kebudayaan dan tipe karyawan. Disinilah peran manajer dibutuhkan dalam keberlangsungan penerapan manajemen, khususnya manajemen sumberdaya manusia karena sumberdaya yang paling penting dari suatu organisasi adalah sumberdaya manusia.
Sebagai aspek terpenting dalam berlangsungnya aktivitas usaha sebuah organisasi Manajemen SDM memiliki fungsi-fungsi yang utama, dijelaskan oleh Flippo dalam Handoko bahwa manajemen sumberdaya manusia adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan kegiatan-kegiatan pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pelepasan sumberdaya manusia agar tercapai berbagai tujuan hidup individu, organisasi dan masyarakat. 6
4 Hadari Nawawi, Manajemen Sumberdaya Manusia Untuk Bisnis Yang Kompetitif, Yogyakarta, Gadjahmada University Press, 2000, h. 1
5 Hadari Nawawi, Ibid, h. 42 6 Hani Handoko, Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia, Yogyakarta, BPFE, 1994, h.3
Perkembangan dan penerapan manajemen khususnya manajemen sumberdaya manusia dalam suatu organisasi tidak lepas dari budaya yang berkembang di wilayah dimana organisasi tersebut berada. Sebagai sebuah kenyataan bahwa sejarah, agama, dan kebudayaan dapat saling mempengaruhi karena ketiganya mengandung nilai dan simbol. Secara tidak langsung, keberadaan agama dalam masyarakat akan mempengaruhi perkembangan budaya dan nilai-nilai sosial bahkan ekonomi, sehingga pola pikir baik individu ataupun masyarakat sehari-hari akan berdasarkan pada aturan agama.
Al Qur’an menegaskan kepada setiap muslim untuk senantiasa terkait dengan aturan-aturan Allah SWT dalam setiap aspek kehidupan yang dijalankannya, termasuk dalam hal konsep manajemen. Penelitian ini akan menginvestigasi seberapa besar pengaruh/peran nilai-nilai yang ada dalam agama Islami dalam penerapan konsep manajemen khususnya Manajemen SDM pada suatu organisasi/perusahaan. Manajamen SDM digunakan sebagai salah satu kunci utama dalam pencapaian tujuan, baik individu maupun organisasi. Penerapan fungsi-fungsi manajemen terutama Manajemen SDM bertujuan sebagai pengefektifan manusia-manusia yang ada dalam melakukan suatu aktivitas tertentu yang mengarah pada tujuan utama yaitu keuntungan yang maksimal
Aktivitas dan perilaku ekonomi tidak terlepas dari karakteristik manusianya, seperti dalam hal sistem perbankan yang mempengaruhi perekonomian masyarakat. Masyarakat yang mayoritas beragama Islami juga memerlukan adanya sistem perbankan yang menggunakan prinsip sesuai syariah. Perkembangan perbankan syariah yang tumbuh cukup pesat dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan minat masyarakat mengenai ekonomi syariah semakin bertambah. Dalam perkembangan yang sangat menggembirakan ini disadari oleh banyak pihak bahwa kebutuhan kepada SDM berbasis Syariah merupakan suatu keniscayaan. Kebutuhan adanya SDM yang handal sebagai pondasi berkembangnya ekonomi syariah dalam lembaga keuangan dan perbankan syariah merupakan tantangan yang sekaligus dapat dijadikan sebagai peluang. Sebagaimana dimaklumi melalui berbagai media dan informasi, Bank Indonesia memprediksi industri perbankan syariah membutuhkan SDM sekitar 50 ribu sampai 60 ribu hingga tahun 2011. Hal te rsebut ditetapkan nampaknya, di samping semakin bertambahnya “pemain - pemain baru” lembaga keuangan dan perbankan syariah, sekaligus juga untuk mendorong berkembangnya aset perbankan syariah di Indonesia agar tumbuh sebagaimana yang diharapkan.Kegiatan usaha perbankan syariah pada dasarnya merupakan perluasan jasa perbankan bagi masyarakat yang membutuhkan dan menghendaki pembayaran imbalan yang tidak didasarkan pada sistem bunga, melainkan atas dasar prinsip syariah sebagaiman yang digariskan oleh syariah (hukum) Islami.
Keberadaan sistem perbankan syariah dapat memenuhi kebutuhan sabagian masyarakat yang tidak bersedia memanfaatkan jasa-jasa bank konvensional karena prinsip keyakinan atau kepercayaan. Pada dasarnya, produk perbankan syariah bersifat universal, tidak hanya dikhususkan untuk suatu kelompok masyarakat tertentu, meskipun prinsip operasi bank syariah
18 | Muzayyanah Jabani, ST.MM., 2 Tadjuddin, SE, Msi, Ak, CA
ini didasarkan pada syariah Islami , yaitu Al Qur’an dan Al Hadits. Keberadaan Sumber Daya Manusia (SDM), baik pada aspek kualitas maupun kuantitas memang sangat menentukan kinerja, produktifitas dan keberhasilan suatu institusi. Bagi perbankan syariah sebagai institusi bisnis yang berbasis nilai- nilai dan prinsip-prinsip syariah, kualifikasi dan kualitas SDM jelas lebih dituntut adanya keterpaduan an tara “ knowledge, skill dan ability” (KSA) dengan komitmen moral dan integritas pribadi. Penekanan pada aspek moralitas, yang dewasa ini diyakini sebagai “ key success factor ” seperti yang diungkapkan oleh Hermawan Kartajaya dan Syakir Sula yang menjelaskan bahwa dalam pengelolaan bisnis, lembaga keuangan dan perbankan syariah, yaitu “shiddiq (benar dan jujur), amanah (terpercaya, kredibel), tabligh (komunikatif) dan fathanah (cerdas) ” sama pentingnya dengan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan. SDM Syariah yang bekerja di lembaga-lembaga keuangan dan perbankan syariah dewasa ini dianggap sebahagian besar hanya SDM “dadakan” dan “karbitan” memenuhi kebutuhan yang mendesak, yang memperoleh ilmu kesyariahannya dalam waktu yang sangat terbatas. 7
Dari alasan-alasan tersebut yang telah diuraikan di atas peneliti bermaksud menganalisis mengenai implikasi konsep Manajemen Sumberdaya Manusia berbasis nilai-nilai Islami pada perusahaan perbankan syariah dalam hal ini Bank Muamalat Palopo. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana implikasi MSDM pada proses perekrutan, seleksi, kontrak kerja, pendidikan, pengembangan dan kompensasi apakah sudah sesuai dengan nilai-nilai Islami
2. Bagaimana pemahaman karyawan mengenai manajemen sumberdaya manusia yang berbasis nilai-nilai Islami
3. Bagaimana bentuk-bentuk implikasi manajemen sumberdaya manusia berbasis nilai-nilai Islami pada Bank Muamalat Palopo Sedangkan kegunaan dari penelitian ini adalah:
1. Kegunaan teoritis, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan bagi ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan bidang manajemen khususnya manajemen sumberdaya manusia lebih khusus lagi yang bernilai Islami.
2. Kegunaan praktisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak yang terkait dalam mengatur sumberdaya manusia yang dilandasi oleh nilai-nilai Islami, atau dapat menjadi bahan acuan bagi penelitian selanjutnya.
## METODE
Untuk menghasilkan penelitian yang akurat, penulis menggunakan beberapa pendekatan, yaitu:
1. Pendekatan normatif, yakni pendekatan yang berpegang teguh kepada norma atau kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku yang sesuai dengan nilai-nilai Islami
7 Hermawan Kartajaya,Muhammad Syakir Sula, 2006, Syariah Marketing , Mizan Media Utama, Bandung. h.120
2. Pendekatan psikologis yaitu suatu bentuk pemecahan masalah dengan melihat gejala-gejala kejiwaan dari suatu tingkah laku.
3. Pendekatan sosiologis yaitu pendekatan yang digunakan untuk mengetahui apakah konsep yang ditawarkan sesuai dengan kondisi lingkungan perusahaan baik internal maupun eksternal.
Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau dengan menggunakan cara kuantifikasi.
Lokasi penelitian ini berada dalam wilayah kota Palopo dengan alasan bahwa Bank Muamalat sebagai Bank Syariah pertama di Indonesia yang murni syariah telah membuka kantor cabang di Palopo, sehingga dapat memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian.
Populasi dalam penelitian adalah seluruh jajaran dari Bank Muamalat cab. Palopo, mulai dari bawah sampai kepada level pimpinan. Sampel adalah sebagian dari populasi yang ditentukan sebelumnya. Untuk penentuan sampel pada Bank Muamalat digunakan tekhnik purfpsive sampling yaitu memilih pihak-pihak yang dianggap berkompetensi dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka dalam peneetuan sampel dipilih bagian HRD yang pada Bank Muamalat Palopo Bagian HRD di gabung dalam Bagian Operasional.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu:
1. Data primer, merupakan data yang diperoleh secara langsung dari responden melalui wawancara dan observasi langsung ke lapangan. Responden adalah orang yang dikategorikan sebagai subyek dalam penelitian yang merespon pertanyaan-pertanyaan peneliti.
2. Data sekunder merupakan jenis data yang diperoleh secara tidak langsung melalui publikasi dan informasi yang dikeluarkan diberbagai perusahaan, misalnya data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang umumnya berupa bukti catatan/laporan historis yang telah tersusun dalam arsip menyangkut profil Bank Muamalat Cab. Palopo.
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini teknik pengumpulan data menggunakan instrumen pertanyaan yaitu memberikan pertanyaan kepada bagian HRD/Operasional. Dalam lembaran pertanyaan itu tidak disediakan pilihan jawaban tetapi lebih kepada pihak Bank Muamalat memberikan jawaban baik lisan maupun tertulis.
Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
1. Observasi yaitu pengamatan langsung di lapangan terhadap implikasi MSDM pada beberapa aspek MSDM antara lain, perekrutan, seleksi, pengembangan, pemberian kompensasi, penilaian kinerja.
2. Interview/wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Teknik wawancara ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana pihak perusahaan menerapkan MSDM yang berbasis nilai-nilai Islami
3. Dokumentasi yaitu dokumen-dokumen berupa aturan-aturan yang dibuat oleh perusaahaan berkaitan dengan MSDM
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif. Untuk kepentingan tersebut, penulis hanya menyajikan data lapangan sebagaimana adanya, lalu selalu menggunakan analisis deskriptif.
Dalam mengelolah dan menganalisis data dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif adalah metode yang digunakan untuk mengkategorikan data menurut gambaran kualitas objek yang diteliti, sehingga data yang diperoleh dibuatkan kategori-kategori sesuai dengan kualitas data yag diperoleh. Metode kualitatif tersebut menyangkut:
1. Metode induktif, yaitu suatu proses berpikir yang bertolak dari suatu atau sejumlah data spesifik untuk menurunkan suatu kesimpulan dengan cara generalisasi atau analogi, atau hubungan kausal. Metode ini dipergunakan untuk mengkaji beberapa hal yang dijadikan objek penelitian. Kemudian dari hal yang dianalisis dapat di tarik kesimpulan, kesimpulan-kesimpulan dari beberapa hal tadi kemudian dijadikan sebagai suatu kesimpulan makro dari penelitian ini.
2. Metode deduktif, yaitu suatu proses berpikir yang bertitik tolak dari suatu proposisi yang telah ada, untuk memperoleh suatu proposal baru sebagai kesimpulan. Metode ini dipakai dalam rangka menganalisa beberapa rumusan cara berpikir yang telah ditetapkan. Kemudian melihat penerapan-penerapannya pada kasus-kasus yang terjadi pada objek penelitian.
Kedua metode ini digunakan untuk menganalisis mengenai Implikasi Manajemen Sumber Daya Manusa yang berbasis nilai-nilai Islam pada Bank Muamalat cab. Palopo. Dengan menggunakan beberapa methode di atas penulis berharap dapat membuat suatu kesimpulan yang komprehensif.
## IMPLIKASI MANAJEMEN SDM BERBASIS NILAI-NILAI ISLAMI PADA BANK MUAMALAT PALOPO
Sumber daya manusia merupakan jantung operasional bagi perusahaan. Menyadari hal tersebut, Bank Muamalat menempatkan Sumber Daya manusia atau sumberdaya Insani sebagai suatu modal penting dalam mencapai tujuan Perseroan. Untuk meningkatkan profesionalisme dan kinerja usaha secara berkelanjutan, telah dicanangkan program pengembangan kualitas sumber daya manusia profesional secara konsisten melalui sistem pengelolaan sumber daya manusia secara terpadu. Untuk itu pemakaian Human Capital Information System (HCIS) atau yang dikenal sebagai Muamalat Human Power (MHP) menjadi penting karena didalam aplikasi tersebut terdapat fungsi administrasi kepegawaian, online training dan media sosialisasi terkait peraturan baik internal maupun eksternal yang dapat dilakukan secara langsung di komputer kerja karyawan masing-masing. 3
Pemenuhan kebutuhan akan Sumber Daya Insani merupakan salah satu fokus utama manajemen Bank Muamalat seiring pesatnya pertumbuhan
3 Data Laporan Bank Muamalat, h. 314
volume bisnis dalam beberapa tahun terakhir ini. 2 Setelah melakukan serangkaian penelitian dan pengkajian yang sistematis terhadap penerapan manajemen sumberdaya manusia yang berbasis nilai-nilai Islami atau lebih dikenal dengan manajemen sumberdaya manusia syariah yang diterapkan pada Bank Muamalat Palopo sebagai salah satu Bank syariah dan sebagai Bank pelopor munculnya perbankan syariah di Indonesia maka pada akhirnya diperoleh data-data dari hasil penelitian yang lengkap, valid dan akurat. Berdasarkan data-data dari hasil penelitian yang diperoleh dari wawancara, dan lain-lain, maka dari hasil perolehan tersebut akan diuraikan secara jelas pada bab ini, sebagai berikut:
A. Implikasi MSDM terhadap budaya perusahaan
Keberhasilan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh kemampuan sumber daya manusianya, keunggulan produk atau jasa yang dijual, jaringan, dan teknologi yang unggul guna mendukung operational excellence . Komponen tersebut bukanlah penentu yang menjadi kunci keberhasilan suatu bisnis. Faktor pendorong yang sesungguhnya terletak pada kekuatan visi dan misi serta nilai-nilai yang menjadi sumber inspirasi dan energi budaya kerja perusahaan.
Hal ini dibuktikan oleh Bank Muamalat yang memiliki visi menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spritual, dikagumi di pasar rasional dengan misi menjadi role model lembaga keuangan syariah dunia yang penekanannya pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen dan orientasi investasi yang inovatif untuk memaksimumkan nilai kepada stakeholders . 3
Pencapaian visi dan misi tersebut sangat didukung oleh nilai-nilai yang tertanam dan ditumbuhkembangkan oleh individual serta positioning Perseroan sebagai lembaga keuangan syariah, sehingga harus digerakkan dengan sistem, akhlak, dan akidah sesuai prinsip syariah. Bank Muamalat menjunjung praktik kejujuran sejak awal rekrutmen, serta larangan menerima imbalan dalam bentuk apapun dari para nasabah dan mitra kerja. Selain itu Bank Muamalat juga sangat tegas dalam menyikapi risiko reputasi yang ditimbulkan karyawan akibat perilaku yang tidak sesuai dengan tatanan budaya, etika, dan hukum.
Penilaian kinerja terhadap karyawan mengacu kepada scoreboard berdasarkan aspek-aspek finansial dan kepatuhan. Pengangkatan staf dan pejabat yang akan memangku jabatan harus melalui prosesi sumpah jabatan secara lisan dan tertulis tentang pernyataan tujuh perilaku sebagai pedoman perilaku ( code of conduct ) yang harus dipertanggungjawabkan dengan janji untuk:
1. Mentaati peraturan perundang-undangan dan ketentuanperusahaan
2. Memegang teguh rahasia bank dan perusahaan
3. Tidak menerima hadiah dalam bentuk apapun terkait
4. Tugas dan jabatan
2 Data Laporan Bank Muamalat, h.100
3 ibid Data Laporan Bank Muamalat, h.23
5. Menjunjung kehormatan perusahaan dan karyawan
6. Bekerja sesuai dengan prinsip syariah
7. Berpegang teguh pada akhlak Islam dalam menjalani kehidupan sehari-hari
8. Bertanggung jawab terhadap kesalahan dan pelanggaran yang dilakukan Bank Muamalat, senantiasa menjunjung tinggi etika bisnis yangberorientasi kepada kemaslahatan, khususnya kepuasan nasabah dan segenap pemangku kepentingan. 3
Melihat kebiasaan kebiasan yang berlaku pada Bank Muamalat akan lebih memperjelas bahwa penerapan manajemen sumberdaya manusia/insani yang bernilai Islami memang telah menjadi tekad dan tujuan dari Bank Muamalat. Aturan, kode etik, janji yang harus dipatuhi oleh karyawan yang akan memangku suatu jabatan lebih mempertegas bahwa budaya perusahaan merupakan suatu bagian dari manajemen sumberdaya insani.
Pada Bank Muamalat Palopo budaya atau kebiasaan yang diterapkan oleh perusahaan adalah setiap hari sebelum memulai pekerjaan dilakukan breaving untuk membicarakan hasil dan kendala yang terjadi pada hari kemarin, sehingga segala permasalahan yang kadang timbul dapat diatasi dengan cepat. Kebiasaan breaving adalah merupakan anjuran dalam agama yaitu untuk selalu bermusyawarah apabila terjadi perbedaan-perbedaan pendapat atas sesuatu untuk melahirkan kebaikan dan kebenaran didalamnya.. Disamping itu ada beberapa kegiatan yang dilakukan dan menjadi kegiatan rutin dalam setiap minggunya, seperti silaturrahim sesama karyawan dan silaturrahim antara karyawan dan keluarga karyawan baik dalam bentuk pengajian maupun dalam bentuk family gatering, family day yang dilakukan pada setiap awal tahun. Kebiasaan-kebiasaan ini sudah menjadi budaya yang diterapkan di Bank Muamalat Palopo.
B. Implikasi MSDM terhadap proses perekrutan dan seleksi
Transformasi Sumber Daya Insani (SDI) Bank Muamalat dalam aspek kuantitas maupun kualitas terus berlangsung sebagai bagian dari proses transformasi Bank Muamalat sejak tahun 2009. Pada tahun 2013, Bank Muamalat memberikan prioritas pada program zero gap manpower need , untuk terus mengejar pemenuhan kebutuhan SDI dari sisi kuantitas. sejalan dengan pesatnya Seiring dengan pertumbuhan bisnis dari tahun ke tahun jumlah SDI Bank Muamalat pertumbuhan usaha di beberapa tahun sebelumnya, serta dari sisi kualitas melakukan penyelarasan kompetensi- kompetensi yang dibutuhkan terutama guna menunjang implementasi strategi line of business ke depan. Keseluruhan upaya pengembangan tersebut dilakukan secara konsisten untuk membentuk Sumber Daya Insani Bank Muamalat yang Islami, Modern dan Profesional. juga terus bertambah dari 2.732 karyawan pada tahun 2010, 3.556 karyawan di tahun 2011, 4.933 karyawan di tahun 2012, dan pada akhir tahun 2013 jumlah tersebut telah mencapai sebanyak 6.020 karyawan. 2
3 ibid laporan Tahunan Bank Muamalat, h. 24
2 Ibid. Data Laporan Bank Muamalat, h.101
Pada tahun 2013, Bank Muamalat merekrut 1.487 karyawan baru untuk mengisi kekosongan atau kekurangan tenaga kerja di beberapa fungsi yang telah terjadi sejak beberapa tahun terakhir, serta untuk memenuhi kebutuhan penambahan karyawan yang diantisipasi sesuai pengembangan bisnis yang dilakukan. Tingkat turnover karyawan pada tahun 2013 sementara itu adalah sebesar 9,23%, dibandingkan 4,7% ditahun 2012. Proses rekrutmen dilakukan melalui berbagai jalur atau pendekatan, termasuk proses perekrutan dan seleksi online berbasis web , direct sourcing ke perguruan- perguruan tinggi yang accredited , keikutsertaan pada job fairs , iklan di media serta personal referral . Salah satu perkembangan yang menarik adalah kenyataan bahwa proses pencarian tenaga kerja pada tahun 2013 telah menjadi lebih mudah dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Kondisi ini seiring dengan semakin meningkatnya citra brand Bank Muamalat di masyarakat, termasuk di pasar tenaga kerja, sehingga Bank Muamalat semakin diminati oleh para lulusan S1 perguruan perguruan tinggi terkemuka yang berminat berkarir di dunia perbankan. 3
Pada kegiatan rekrutmen dan seleksi berkaitan dengan implikasi MSDM bernilai Islami yang diterapkan oleh Bank Muamalat adalah jelas bahwa perekrutan dan seleksi yang dilakukan oleh Bank Muamalat selama ini adalah berdasarkan kekosongan atau kekurangan tenaga kerja di beberapa fungsi serta untuk memenuhi kebutuhan penambahan karyawan yang diantisipasi sesuai pengembangan bisnis yang dilakukan. Proses rekrutmen dilakukan melalui berbagai jalur atau pendekatan, termasuk proses perekrutan dan seleksi online berbasis web , direct sourcing ke perguruan-perguruan tinggi yang accredited , keikutsertaan pada job fairs , iklan di media serta personal referral.
Untuk Bank Muamalat Palopo proses rekrutmen dan seleksi dilakukan dengan membuka lowongan kerja dengan persetujuan kantor cabang Makassar, kemudian seluruh berkas akan diseleksi pada kantor Bank Muamalat Palopo, adapun proses perekrutannya persyaratan yang dibutuhkan adalah persyaratan yang umum diberlakukan disetiap perusahaan, sedangkan untuk persyaratan seleksi secara khusus adalah yang menguasai masalah perbankan khususnya perbankan syariah, dan mampu membaca Al Qur’an. Hasil seleksi berkas selanjutnya akan dilanjutkan ke Bank Muamalat Makassar untuk diseleksi ulang, kemudian hasil dari seleksi itu akan dkembalikan ke kantor penyelenggara, dan penempatan akan ditetapkan oleh pihak Bank Muamalat Makassar. Dari penjelasan tersebut sehingga dalam pelaksanaan perekrutan dan seleksi pada Bank Muamalat dapat dikatakan sesuai dengan syariah atau bernilai Islami, ini tercantum dalam budaya perusahaan yang dianut oleh Bank muamalat indonesia yakni berpegang teguh pada akhlak Islam dalam menjalani kehidupan sehari-hari, termasuk pada proses rekrutmen dan seleksi karyawan.
C. Implikasi MSDM terhadap pengembangan potensi karyawan Bank Muamalat
3 Ibid. Data Laporan Bank Muamalat, h.101
24 | Muzayyanah Jabani, ST.MM., 2 Tadjuddin, SE, Msi, Ak, CA
Bank Muamalat terus melakukan upaya peningkatan produktivitas karyawan melalui berbagai program pelatihan dan pendidikan, yang dirancang untuk mendukung implementasi strategi line of business melalui peningkatan kompetensi-kompetensi yang berdampak langsung pada peningkatan pendapatan ataupun pencapaian sasaran-sasaran bisnis lainnya. Selain itu, pemberian pelatihan dan pendidikan juga merupakan bagian dari imbalan atas prestasi kerja karyawan, untuk memenuhi persyaratan kompetensi jabatan dalam rangka promosi jabatan atau kelanjutan jenjang karir karyawan.
Muamalat Human Power merupakan pola pendekatan dalam membangun suatu sistem manajemen sumber daya insani yang unggul dengan kompetensi sebagai titik sentralnya. Hal ini dimaksudkan agar perusahaan dapat meningkatkan efektivitas dan konsisten dalam menerapkan sistem promosi, kompensasi, penilaian kinerja, pendidikan dan pelatihan, perencanaan karir, manajemen kinerja, maupun perencanaan strategis di bidang sumber daya manusia ke titik yang paling optimum. Model Kompetensi Bank Muamalat meliputi Rumpun Jabatan, Jenis/Tipe Kompetensi serta proses pemetaan Profil Kompetensi dilakukan pembaharuan secara berkesinambungan agar tetap sejalan dengan arah strategi bisnis perusahaan. Adapun urgensi dari penggunaan Model Kompetensi adalah untuk proses rekrutmen pegawai baru, proses rotasi,mutasi dan promosi pegawai, serta sebagai salah satu indikator dalam pencapaian kinerja pegawai dalam perusahaan. Dibawah ini adalah gambar dari aplikasi Muamalat Human Power. Secara garis besar, program-program pengembangan kompetensi karyawan didasarkan pada 4 matrix pengembangan karyawan, yaitu (i) Initial Development Program seperti program pengenalan awal Muamalat Ways ; (ii) Regular Development Program seperti Front Liner Academy dan Consumer Academy Program ; (iii) Strategic Development Program seperti Muamalat Officer Development Program (MODP) dan Branch Manager Academy , serta (iv) Strategy Related Program seperti high-level seminar/lokakarya. Bank Muamalat memberikan kesempatan belajar bagi pegawainya, baik pegawai yang sudah lama bekerja di Bank Muamalat maupun yang baru bergabung. Hal ini untuk mendukung pekerjaan mereka, menjadi yang terbaik dalam pekerjaannya serta terus mengembangkan karirnya. Kategori training ini dibagi menjadi 5 (lima) program, yaitu:
1) Core Banking Program yaitu training yang wajib diikuti oleh seluruh karyawan disemua level.
2) Leadership & Management Program yaitu training soft skill yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan leadership dan manajerial karyawan.
3) Bussiness Program yaitu training yang berkaitan dengan kegiatan bisnis perusahaan, khususnya pembiayaan.
4) Operation Program yaitu training yang berkaitan dengan bidang operasional perusahaan.
5) Supporting Program yaitu training yang berkaitan dengan fungsi supporting dalam rangka memperlancar kegiatan bisnis di cabang yang meliputi bagian atau divisi.
Dari ke 5 (lima) kategori tersebut dibagi ke dalam 2 (dua) jenis training, yaitu sebagai berikut:
1) Training internal yaitu training yang dilakukan secara inhouse oleh Muamalat Institute maupun diselenggarakan sendiri oleh Bank Muamalat yang dikoordinir langsung oleh Human Capital .
• Classical training yaitu kegiatan training yang dilakukan secara tatap muka langsung dalam suatu ruangan / kelas.
• E-Learning yaitu kegiatan training melalui media elektronik (internet dan intranet). Untuk beberapa program E-learning ini sedang dikembangkan oleh Human Capital dan akan diimplementasikan dengan menggunakan media Muamalat Human Power (MHP).
2) Training Eksternal yaitu training yang penyelenggaranya bukan dari Muamalat Institute maupun yang dikoordinir langsung oleh Human Capital. Training eksternal ini biasanya dilakukan secara individu (tidak masal) sesuai dengan kebutuhan masing-masing karyawan dalam meningkatkan kompetensi.
Pelatihan yang telah dilakukan oleh Bank Muamalat, diantaranya sebagai berikut:
1) Pelatihan Aspek Hukum Fraud ; 2) Pelatihan Investigasi Berbasis Fraud
3) Front Liner Academy ; 4) Pelatihan Basic Sharia Banking ; 5) Pelatihan Basic Sharia Financing ;
6) Legal Training ; 7) Pelatihan Negotiation Skill ; 8) Pelatihan Taksasi, Legal, dan Asuransi;
9) Pelatihan Trade Finance;
## 10) Pelatihan LOB Palm Oil & LOB Property; 11) Workshop IT Governance-Reflections on Risk And Value
Pesatnya pertumbuhan jumlah karyawan Bank Muamalat memberikan tantangan tersendiri terhadap upaya mempersiapkan para lulusan perguruan tinggi yang baru direkrut menjadi tenaga officer bank yang handalmelalui penyelenggaraan MODP, yang pada tahun 2013 telah dilakukan sebanyak 14 angkatan dengan total 349 partisipan. Ini merupakan peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan 8 angkatan MODP dengan 211 peserta pada tahun sebelumnya. Selain program MODP yang bersifat generalis dengan lama pendidikan 10 bulan, Bank Muamalat juga menyelenggarakan MODP spesialis dengan durasi 4 bulan untuk fungsi-fungsi Auditor, Funding, Operations dan Consumer Financing. Pada tahun 2013, program MODP spesialis tercatat terselenggara sebanyak 7 angkatan dengan 165 peserta. 4
Salah satu perkembangan penting di tahun 2013 adalah diresmikannya fasilitas Muamalat Training Resort yang berlokasi di kawasan Gunung Geulis, Bogor, Jawa Barat. Fasilitas ini memiliki arti yang strategis mengingat bahwa dalam rangka mendukung pertumbuhan bisnis ke depan, dibutuhkan setidaknya 50 ribu jam pelatihan karyawan per tahun, atau setara dengan
4 Laporan Tahunan Bank Muamalat. Ibid. h. 106
26 | Muzayyanah Jabani, ST.MM., 2 Tadjuddin, SE, Msi, Ak, CA
penyelenggaraan 20 ruang kelas pelatihan sehari untuk 200 hari kerja dalam setahun. Pemusatan pelatihan di Muamalat Training Resort dengan demikian akan dapat mengatasi masalah kerumitan penjadwalan pelatihan yang selama ini dilakukan di berbagai hotel atau fasilitas sejenis yang berbeda-beda sehingga dapat lebih efisien. Selain itu, penyelenggaraan pelatihan juga sekaligus diharapkan dapat lebih efektif karena para peserta dapat berkonsentrasi mengikuti sesi-sesi pembelajaran di lingkungan yang dirancang khusus untuk belajar dan sekaligus nyaman. 5 Pada Bank Muamalat Palopo proses pengembangan karyawan dilakukan dengan berbagai cara, misalnya diadakan pelatihan bagi karyawan yang berkaitan dengan perbankan syariah, kegiatan ini ditangani oleh Bank Muamalat Makassar bekerja sama dengan Manajemen Bank Muamalat Pusat. Dalam hal peningkatan kompetensi karyawan atau lebih dikenal dengan pengembangan karyawan Bank Muamalat Indonesia telah melakukan hal yang sangat positif. Jika ditinjau dari nilai Islami pengembangan atau peningkatan kompetensi karyawan adalah hal yang penting yang bertujuan untuk lebih meningkatkan kemampuan karyawan sehingga karyawan dapat lebih berkualitas. Ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam Al Qur’an Surah Ar - ra’d ayat 11 yang artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib / keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka. (QS. Ar- ra’d :11)
Untuk itulah pengembangan karyawan yang dilakukan oleh Bank Muamalat dalam rangka merubah atau lebih meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dengan beberapa kegiatan adalah telah sesuai dengan apa yang dijelaskan dalam Al Qur’an, karena dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan bagi karyawan itu akan menjadikan karyawan bisa lebih berkembang.
D. Implikasi terhadap Penilaian Kinerja dan Kompensasi Karyawan
Sis tem penilaian kinerja karyawan serta strategi remunerasi karyawan merupakan dua aspek yang saling terkait dan sangat penting agar karyawan dapat berkontribusi secara optimal terhadap peningkatan kinerja Bank Muamalat. sampai dengan tahun 2013, sistem penilaian kinerja karyawan dilakukan dengan 2 (dua) parameter pengukuran, yaitu pencapaian Key Performance Indicator (KPI) serta penilaian aspek hasil kerja, cara kerja dan sifat individu. 6 Kedua parameter tersebut kemudian digabungkan dan menghasilkan satu nilai total.
Sejalan dengan penerapan strategi pengelolaan sumber daya manusia yang berbasis prestasi dan kompetensi, Bank Muamalat telah mulai mengembangkan konsep Sistem Pengelolaan Kinerja ( Performance Management System / PMS), dimana kinerja karyawan akan dinilai berdasarkan parameter pencapaian KPI serta penguasaan 7 (tujuh) bidang kompetensi meliputi kompetensi umum maupunkompetensi inti. Konsep PMS telah diterapkan mulai tahun 2014, dan dalam teknis pelaksanaannya akan diintegrasikan ke dalam sistem Muamalat Human Power .
5 laporan Tahunan Bank Muamalat ibid, h. 107
6 laporan Tahunan Bank Muamalat ibid, h. 109
Sementara itu, strategi remunerasi karyawan tetap didasarkan pada prinsip pay for performance dan dengan mengacu kepada standar yang berlaku di industri khususnya di kelompok peer banks . Paket remunerasi karyawan berupa gaji dan tunjangan juga ditinjau dari waktu ke waktu dan disesuaikan terhadap faktor kenaikan biaya hidup (inflasi) maupun peningkatan pada kemampuan finansial Bank Muamalat. Secara keseluruhan, strategi remunerasi karyawan dirancang untuk dapat memotivasi peningkatan kinerja karyawan, mempertahankan karyawan yang berkinerja tinggi, dan menjadi daya tarik bagi calon karyawan untuk bergabung dengan Bank Muamalat.
Pada Bank Muamalat Palopo penerapan penilaian kinerja dan kompensasi karyawan merupakan hal yang dapat meningkatkan motivasi bagi karyawan, hal tersebut biasa berbentuk pemberian reward atau penghargaan kepada karyawan yang mencapai target tertentu. Reward paling tertinggi yang diberikan oleh Bank Muamalat kepada karyawan yang telah mencapai target adalah dengan memberangkatkan umrah bagi karyawan, disamping reward- reward yang lain, misalnya dengan memberikan bonus berupa uang yang langsung masuk ke rekening karyawan apabila karyawan tersebut dapat mencapai target yang ditentukan. Dari keterangan tersebut dapatlah dikatakan bahwa penerapan MSDM terhadap penilaian kinerja dan pemberian kompensasi karyawan telah sesuai dengan nilai nilai Islami, sebab dalam ajaran islam telah dijelaskan dalam hadits Nabi saw yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dalam Abu Fahmi, yang artinya :
Mereka (para budak dan pelayanmu)adalah saudaramu, Allah menempatkan mereka dibaah asuhanmu, sehingga barang siapa mempunyai saudara di bawah asuhannya maka harus diberinya makan seperti apa yang dimaknnya (sendiri); dan tidak membebankan pada mereka dengan tugas yang sangat berat, dan jika kamu membebankannya dengan tugas seperti itu, maka hendaklah membantu mereka (mengerjakannya) 7
## E. Implikasi MSDM terhadap Hubungan Industrial
Membahas mengenai hubungan industrial atau hubungan antara karyawan dan manajemen, terkadang bahkan sering kali ada pada suatu kondisi yang mengakibatkan para karyawan tidak merasa puas. Hal tersebut mendorong mereka untuk berkumpul dan membentuk organisasi dalam perusahaan. Di Indonesia organisasi karyawan lebih dikenal dengan sebutan serikat pekerja. Tidak dipungkiri lagi bahwasanya hubungan serikat pekerja dengan pihak manajemen sering kali tidak harmonis dan seia kekata. Kadang kala timbul gejolak yang pada akhirnya dapat merugikan eksistensi kedua belah pihak. Hal-hal yang paling sering menjadi perdebatan diantara keduanya adalah masalah penetapan upah atau gaji dan status hubungan kerja.
Pengelo laan hubungan industrial di Bank Muamalat didasarkan pada prinsip kesetaraan dan kewajaran/keadilan dalam penyelesaian masalah- masalah hubungan industrial antara manajemen Bank Muamalat dan
7 Abu Fahmi, HRD Syariah, Teori dan Implementasi, Jakarta; PT. Gramedia Pusaka Utama, 2014, h.186
28 | Muzayyanah Jabani, ST.MM., 2 Tadjuddin, SE, Msi, Ak, CA
karyawan, serta niat untuk menjaga hubungan yang baik dan bermanfaat dengan seluruh karyawan 8 . Dalam peranannya MSDM bernilai Islami diwujudkan melalui kesepakatan antara manajemen dengan karyawan, yang diwakili oleh Serikat Pekerja Bank Muamalat, dan dituangkan dalam bentuk dokumen Perjanjian Kerja bersama (PKB) yang diperbaharui setiap 2 (dua) tahun sekali.
Berkaitan dengan konsep syariah, hubungan manusia dalam pekerjaan sering disebut sebagai bentuk muamalah dalam kerja sama seluruh aktivitas, baik sektor industri, pertanian, pemerintahan, pendidikan, maupun sosial. 8 jika dikaitkan dengan peranan MSDM yang bernilai Islami maka Bank Muamalat telah menerapkan konsep Islami pada hubungan industrialnya dengan diwujudkannya kesepakatan antara pihak manajemen dengan karyawan, sehingga terjalin tali silaturrahmi antara keduanya, hal itu dituangkan dengan bentuk perjanjian yang berjangka waktu 2 tahun, sehingga hal-hal yang mungkin terjadi itu dapat diatasi dalam jangka waktu yang disepakati. Hal yang demikian itulah yang dilakukan dalam islam yang selalu melihat dari sistem kerja yang saling menguntungkan dan memuaskan secara ekonomis, psikis, maupun sosial. Secara singkat bahwa konsep dasar dari hubungan industrial tersebut telah dirumuskan oleh Islam sebagai pola prilaku manajemen yang didasarkan pada penghormatan setiap individu sebagai potensi kapabilitas, pengalaman, hak dan kewajiban masing-masing.
Hubungan industrial atau hubungan kerjasama harus dilakukan secara amanah dan profesional sebagaimana di tegaskan dalam AlQur’an Surah Al Maidah :
Artinya .....Dan bekerjasamalah kamu dalam kebaikan dan takwa, dan janganlah bekerjasama dalam dosa dan pelanggaran (QS. Almaidah:2)
Islam menggariskan aturan berupa sistem perlindungan kerja agar tidak ada praktik pelanggaran hak dan ketidakadilan yang kemungkinan akan terjadi. Untuk hubungan industrial yang berlaku pada Bank Muamalat diatur oleh Pusat Bank Muamalat
## PENUTUP
Dari keseluruhan pembahasan terdapat beberapa hal yang bisa dijadikan sebagai kesimpulan dari hasil penelitian ini, antara lain:
1. Yang dimaksud dengan implikasi atau keterlibatan MSDM yang benilai Islami pada:
a. proses perekrutan yang bernilai Islami atau rekrutmen dan seleksi syariah adalah segala kegiatan rekrutmen dan seleksi yang dilakukan harus sesuai dengan kriteria syariah. Kriteria syariah yang dimaksud adalah kriteria khusus yang disepakati oleh manajemen berdasarkan nilai-nilai dan budaya yang diterapkan oleh perusahaan. Kriteria syariah yang dimaksud misalnya muslim/muslimah, tidak merokok, berbusana muslimah, dan lain-lain. Kriteria syariah ini dapat menjadi kriteria yang
8 Data laporan Bank Muamalat 2013
8 Ibid. Abu Fahmi, HRD Syariah, Gramedia, Jakarta, 2014, h. 218
wajib atau mutlak tergantung dari visi dan misi serta nilai-nilai yang akan dibangun oleh perusahaan
b. pada seleksi syariah terdapat proses atau tahapan yang disebut sebagai tahapan seleksi syariah, seleksi syariah ini dapat dilakukan pada awal tahapan seleksi jika perusahaan benar-benar memiliki kebijakan bahwa test syariah adalah kriteria wajib.biasanya seleksi syariah ini berupa tes baca tulis Al Qur’an, test kemampuan keagamaan yang berhubungan dengan ibadah dan keimanan, dan lain-lain yang berkaitan dengan nilai- nilai Islami.
c. Pengembangan karyawan diwujudkan dengan training, training didahului dengan perencanaan selanjutnya proses pelaksanaan training itu sendiri. Pada manajemen training syariah disamping soft skill dan hard skill juga terdapat satu faktor penting yang perlu terus dijaga dan dikembangkan, yaitu syariah skill atau dapat dipahami sebagai syariah competence . Hal-hal yang berkaitan dengan syariah competence antara lain akidah, syariah dan muamalah.
d. Penilaian kinerja syariah pada prinsipnya adalah merencanakan, memantau serta mengevaluasi kompetensi syariah para karyawan. Kompetensi syariah perlu dievaluasi dan dikembangkan sejalan dengan tujuan perusahaan, yaitu bisnis dan mardhatillah .
e. Pemberian kompensasi secara Islami atau bernilai Islami disini adalah pemberian kompensasi berupa gaji atau insentif yang dapat dinilai dengan uang, dan pemberian kompensasi yang dapat berupa hadiah atau reward yang dapat memotivasi karyawan.
2. Implikasi MSDM Islami pada Bank Muamalat khususnya di kota Palopo telah melakukan atau melibatkan manajemen sumberdaya yang bernilai Islami atau yang sesuai dengan nilai-nilai Islami. Hal itu diterapkan pada:
a. Perekrutan dan seleksi yang dilakukan oleh Bank Muamalat Palopo dilakukan dengan mempertimbangkan hasil seleksi syariah, antara lain kemampuan calon karyawan dalam hal dapat membaca Al Qur’an dan menguasai perbankan syariah disamping pengalaman yang telah dimiliki oleh calon karyawan.
b. Pengembangan karyawan selalu dilakukan oleh pihak manajemen Bank Muamalat, dan diwujudkan dengan memberikan training/pelatihan kepada para karyawan.
c. Pada Bank Muamalat Palopo penerapan penilaian kinerja dan kompensasi karyawan merupakan hal yang dapat meningkatkan motivasi bagi karyawan, hal tersebut biasa berbentuk pemberian reward atau penghargaan kepada karyawan yang mencapai target tertentu. Reward paling tertinggi yang diberikan oleh Bank Muamalat kepada karyawan yang telah mencapai target adalah dengan memberangkatkan umrah bagi karyawan, disamping reward-reward yang lain, misalnya dengan memberikan bonus berupa uang yang langsung masuk ke rekening karyawan apabila karyawan tersebut dapat mencapai target yang ditentukan.
d. Hubungan industrial diatur secara langsung oleh pihak Pusat Bank Muamalat.
## DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku: Al-Quran al-Karim Arifin, Zainul, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah , Alfabet, Jakarta, 2003. Bangun, Wilson, Manajemen Sumber Daya Manusia , Erlangga, Jakarta, 2012. Daft L Richard, Managemen-manajemen , Jakarta: Salemba Empat, 2008.
Fahmi, Abu, dkk, HRD Syariah Teori dan Implementasi , Jakarta, PT. Gramedia, 2014.
Gomes, Foustino C. Manajemen Sumberdaya Manusia , Yogyakarta, Andi Offset, 2003.
Handoko, Hani, T, Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia , Yogyakarta, BPFE, 1994.
Handoko, Hani, T, manajemen Personalia dan SDM , Yogyakarta. UGM, 2000. Hasibuan, Malayu, Manajemen Dasar, pengertian dan masalah , edisi revisi, Jakarta, Bumi Aksara, 2001.
Hasibuan, Malayu, SP, Manajemen Sumberdaya Manusia , edisi revisi, Jakarta, PT, Bumi Aksara, 2010.
Husain Umar, Riset SDM dalam organisasi , Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1998.
Ibrahim Ahmad, Abu Sinn, Manajemen Syariah, Sebuah kajian historis dan kontemporer, PT, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008.
Indiastuti, Skripsi, Analisis Penerapan Manajemen Sumberdaya Manusia Berbasis Syariah , UIN Walisongo Semarang, 2015. Jackson, scurler, dan Werner, pengelolaan sumber daya manusia, buku I, Ed.I; Jakarta: Salemba Empat, 2010.
Jimmy, L.Gaoll, CHR, A to Z Human Capital, Manajemen Sumberdaya Manusia, Jakarta, Grasindo, 2014.
Kartajaya, Hermawan, Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing , Bandung, Mizan Media Utama, 2006.
Managing The Challenge of Growth, Laporan Tahunan Annual Report , Bank Muamalat Indonesia, 2013.
Mangkunegaran, Anwar Prabu, Manajemen Sumber daya Manusia Perusahaan , Cetakan kelima, PT, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001. Marwansyah, Manajemen sumberdaya manusia , edisi kedua, Bandung, Alphabeta, 2008.
Mathis,Robert,L, John H. Jackson, MSDM , Salemba Empat, Jakarta, 2001. Nawawi, Hadari , Manajemen Sumberdaya Manusia Untuk Bisnis Yang Kompetitif, Yogyakarta, Gadjahmada University Press, 2000.
Rahmatika, Fadhilah, Skripsi , UNDIP, Semarang, 2014.
Robbins Stepen P. dan Coulter Mary, Manajemen , Ed.VIII; DKI: PT. Macanan, 2007
Siswanto, Pengantar Manajemen , Cet I; Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005. Sondang , Fungsi-fungsi Manajerial , Cet.III; Jakarta: PT Bumi Aksara, 1996. Sutanto, A.B, Dr, Budaya Perusahaan , Elex Media Competindo, Jakarta, 1997. Tim Penulis P3EI, Ekonomi Islam , Raja Grafindo, Jakarta, 2004.
|
2500d7ea-881f-488e-a0b0-2ef486d5e801 | https://journals.stie-yai.ac.id/index.php/JUMPA/article/download/459/368 | Pengaruh Kualitas Produk dan Store Atmosphere Terhadap Keputusan Pembelian dengan Minat Beli Sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus Pada Kedai Kopi Lain Hati di Grand Galaxy City Bekasi)
The Effect of Product Quality and Store Atmosphere on Purchase Decisions with Purchase Intention as an Intervening Variable (Case Study at Kedai Kopi Lain Hati in Grand Galaxy City Bekasi)
Tri Lestari 1 ; Suharyanto 2 1,2 Institut Keuangan Perbankan dan Informatika Asia (IKPIA) Perbanas anto@perbanas.id
Abstrak -Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kualitas produk dan store atmosphere terhadap keputusan pembelian pada kopi lain hati di Grand Galaxy City, Bekasi. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan kuesioner. Populasi penelitian adalah semua pelanggan di kedai Kopi Lain Hati cabang Grand Galaxy City, Bekasi; sedangkan penentuan jumlah sampel menggunakan cara yang dikemukakan oleh Malhotra. Data penelitian yang digunakan adalah data primer, yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada sampel atau responden sebanyak 100 orang responden dengan menggunakan teknik accidental sampling. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Partial Least Square (PLS) dengan menggunakan Software SmartPLS 3.0 for Mac OS X. Instrumen pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menyimpulkan bahwa kualitas produk dan store atmosphere berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli. Kemudian kualitas produk, store atmosphere dan minat beli berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Dari hasil pengujian analisis jalur menunjukkan bahwa minat beli sebagai variabel intervening dapat memediasi hubungan antara kualitas produk dan store atmosphere dengan keputusan pembelian.
Kata kunci : Kualitas Produk, Store Atmosphere, Minat Beli, Keputusan Pembelian
Abstract- This study aims to analyze the effect of product quality and store atmosphere on purchasing decisions for other coffees in Grand Galaxy City, Bekasi. The type of research conducted is descriptive quantitative research using a questionnaire. The study population was all customers at the Lain Hati Coffee shop, Grand Galaxy City branch, Bekasi; while determining the number of samples using the method proposed by Malhotra. The research data used is primary data, obtained through distributing questionnaires to a sample or respondents of 100 respondents using accidental sampling technique. The data analysis method used in this study is Partial Least Square (PLS) using SmartPLS 3.0 software for Mac OS X. The data collection instrument used in this study was a questionnaire. The results obtained from this study concluded that product quality and store atmosphere had a positive and significant effect on buying interest. Then product quality, store atmosphere and buying interest have a positive and significant effect on purchasing decisions. From the results of the path analysis test, it shows that buying interest as an intervening variable can mediate the relationship between product quality and store atmosphere with purchasing decisions.
Keywords : Product Quality, Store Atmosphere, Purchase Intention, Purchase Decision
## PENDAHULUAN
Perkembangan Industri produk kopi di Indonesia mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil analisis pusat data dan sistem informasi pertanian sekretariat jendral yang dipublikasikan oleh Kementrian Pertanian yang menyatakan bahwa produktivitas kopi di Indonesia terlihat berfluktuasi pada periode 1984-2020, namun secara rata- rata cenderung mengalami peningkatan, dengan rata-rata pertumbuhan 1,43% per tahun. Secara umum peningkatan produktivitas kopi cukup signifikan pada kopi yang diusahakan oleh perkebunan negara terutama pada kondisi 10 tahun terakhir dengan rata-rata pertumbuhan 7,35% per tahun, sebaliknya trend pertumbuhan produktivitas kopi rakyat hanya meningkat 1,56% per tahun.
Kopi Indonesia 95,45% didominasi oleh kopi yang diusahakan di perkebunan rakyat. Kopi robusa di Indonesia terdapat di lima provinsi sentra dengan total share mencapai 88.93% yaitu Provinsi Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Untuk Kopi Arabika terdapat di 4 provinsi dengan total share 79.61% yaitu Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, dan Sumatera Barat. Indonesia adalah produsen dan eksportir kopi terbesar keempat di dunia dengan share produksi 7,13% dan share ekspor 6,40%. Setelah Brasilia dan Vietnam.
Pada tahun 2020 produktivitas kopi Indonesia diperkirakan akan sebesar 799,78 kg/ha. Tahun 2021 menjadi 810,64 kg/ha atau meningkat sebesar 1,36%. Sampai tahun 2024 diperkirakan produktivitas kopi masih terus meningkat dan diperkirakan sebesar 848,62 kg/ha atau naik sebesar 1,61% dari tahun sebelumnya. Perkembangan produktivitas kopi tahun 2020 sampai 2024 diperkirakan akan meningkat rata-tara sebesar 1,49% per tahun. Tertera pada tabel 1. Tabel 1 Estimasi Produktivitas Kopi di Indonesia, Tahun 2020-2024
Tahun Produktivitas Kg/Ha Pertum. (%) 2020 799.78 2021 810,64 1,36 2022 822,48 1,46 2023 835,18 1,54 2024 848,62 1,61 Rata-rata 823,34 1,49
Sumber: Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jendral –Kementrian Pertanian 2020 Kemudian pada tahun 2021 produksi kopi Indonesia diperkirakan akan mengalami peningkatan sebesar 2,60% atau mengalami peningkatan 19,58 ribu ton, dari 752,33 ribu ton tahun 2020. Hingga tahun 2024 produksi masih akan terus meningkat dikarenakan produktivitas kopi yang diperkirakan terus mengalami peningkatan rata-rata sebesar 1,36% per tahun. Rata-rata pertumbuhan produksi hasil estimasi produksi kopi tahun 2020 hingga 2024 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Estimasi Produksi Kopi di Indonesia Tahun 2020-2024
Tahun LTM (Ha) Pertumb (%) Produktivitas Produksi (Ton) Pertumb (%) 2020 940.676 799,78 752.332 2021 952.220 1,23 810,64 771.910 2,60 2022 951.464 -0,08 822,48 782.568 1,38 2023 943.286 -0,86 835,18 787.811 0,67 2024 935.664 -0,81 848,62 794.025 0,79 Rata-rata 944.663 -0,13 823,34 777.729 1,36
Sumber: Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jendral –Kementrian Pertanian 2020 Bedasarkan data perkembangan konsumsi kopi di Indonesia, dengan luas tanaman menghasilkan (LTM) kopi dari tahun 2020 hingga 2024 diperkirakan terus mengalami penurunan, rata-rata sebesar 0,13% per tahun, namun produktivitas kopi diperkitakan akan terus meningkat sebesar 1,49% per tahun dan produksi kopi juga mengalami peningkatan sebesar 1,36% per tahun.
Kemudian estimasi konsumsi kopi dalam negeri yang didapatkan dari perhitungan dari produksi kopi dikurangi dengan net ekspor. Estimasi konsumsi kopi negeri dari tahun 2020-2024 diperkirakan akan mengalami peningkatan rata-rata sebesar 3,07% per tahun. Data lebih rinci disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Konsumsi Kopi Tahun 2020-2024.
Tahun Produksi (Ton) Net ekspor (Ton) Konsumsi (Ton) Pertumbuhan (%) 2020 752.332 378.335 373.998 2021 771.910 377.143 394.766 5,55 2022 782.568 375.722 406.847 3,06 2023 787.811 374.064 413.741 1,69 2024 794.025 372.187 421.839 1,96 Rata-rata 777.729 375.491 402.238 3,07
Sumber: Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jendral – Kementrian Pertanian 2020 Dengan minat masyarakat Indonesia dalam mengkonsumsi produk kopi dapat menjadi peluang bagi banyak pengusaha untuk membuka kedai yang saat ini trand di kalangan masyarakat. Persaingan kedai kopi atau yang lebih dikenal Coffee Shop menjadi semakin ketat, setiap coffe shop memberikan produk kopi yang berkualitas tinggi dan juga berusaha menyediakan fasilitas yang lebih menarik dari pesaingnya seperti tempat yang nyaman, suasana asri, fasilitas lengkap seperti Wi-Fi, AC, dan dengan desain interior yang unik. Menurut Syarifudin ketua dari Speciality Coffee Association of Indonesia (SCAI) dalam ekonomi.bisnis.com, perilaku minum kopi dikarenakan peminum kopi di Indonesia lebih senang meminum kopi di kedai kopi dengan melakukan kegiatan lain dibandingkan mereka meminum kopi instan. Hal ini menjadi potensi meningkatnya bisnis kuliner. Bekasi merupakan pusat bisnis, perdagangan, industri dan pendidikan. Coffee Shop menjadi salah satu bisnis yang juga sangat berkembang di kota Bekasi, ditandai dengan banyaknya kedai kopi yang telah berjamur di berbagai sudut kota Bekasi.
Hal ini membuat konsumen memilik banyak pilihan tempat kedai kopi seperti Kopi Lain Hati, Kopi Kenangan, Kopi Janji Jiwa, Kopi Janjian, dan merek lainnya untuk dapat di nikmati. Salah satu kedai kopi lokal pendatang baru yang bisa diperhitungkan dalam dunia perkopian yaitu Kopi Lain Hati. Kedai kopi lain hati ingin memberikan warna baru kepada pecinta kopi, dengan menawarkan beragam minuman jenis kopi susu dan non coffee dengan produk andalannya, yaitu kopi main hati dan es coklat Pak Muh. Merek kopi yang terkenal dengan tagline #pindahkelainhati ini sudah memiliki 500 cabang di seluruh kota besar Indonesia,semenjak berdiri pada tahun 2018 kopi lain hati dapat mendirikan 222 cabang hanya dalam waktu tujuh bulan berdasarkan hasil wawancara Ririn Ekawati di Kemang, November 2019. Kopi Lain Hati merupakan bisnis retail kuliner yang tergabung dalam Nikmat Group. Kopi Lain Hati membuat strategi pemasaran untuk memenangkan hati konsumen dengan exposure yang deras di media digital hingga berkolaborasi dengan produk makanan/minuman atau dengan public figure. Peneliti melakukan survei di gerai Kopi Lain Hati di Grand Galaxy City Bekasi. Lokasi gerai Kopi Lain Hati yang berdekatan dengan Janji Jiwa dan Kopi Kenangan serta berada di salah satu pusat kota Bekasi yaitu di Galaxy, merupakan hal yang menarik untuk mengetahui keputusan konsumen dalam memilih gerai kopi yang ingin dikunjungi. Maka dari itu peneliti melalukan kunjungan langsung ke lapangan untuk mengetahui peminat yang berada di kawasan tersebut, berikut data yang didapatkan dari hasil wawancara.
Tabel 4 Penjualan Kopi Perhari
Indikator Rata-rata Penjualan Kopi Perhari Weekdays Weekends Kopi Kenangan 250 gelas 380 gelas Janji Jiwa 200 gelas 400 gelas Lain Hati 130 gelas 90 gelas Sumber: Survei lapangan (Maret,2021)
Gambar 1 Rata-rata Penjualan Kopi Perbulan Sumber: Survei lapangan, (Maret, 2021)
Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa kopi kenangan menjadi pilihan pertama kemudian diposisi kedua yaitu kopi janji jiwa, sedangkan kopi lain hati diposisi ketiga. Dalam persaingan ini konsumen menunjukkan minat yang rendah terhadap kedai Kopi Lain Hati, dan lebih memilih memutuskan pembelian produk kopi di kedai lain. Dengan adanya persaingan produk-produk kopi lokal ini dapat membentuk perilaku konsumen dalam mengambil keputusan pembelian. Keputusa n pembelian merupakan tahap proses dimana konsumen secara aktual melakukan pembelian produk (Kotler & Armstrong, 2017). Keputusan pembelian merupakan tahap dimana pembelian telah menentukan pilihannya dan melakukan pembelian produk serta mengkonsumsinya, pembelian sendiri secara fisik bisa dilakukan oleh konsumen namun bisa juga pilihan orang lain (Immanuel, D.M dan Christian, Sonata 2018:93). Faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian, mulai dari persaingan dari perusahaan sejenis, gaya hidup, faktor ekonomi dan faktor sosial.
Disamping itu faktor internal juga sangat dominan mempengaruhi variabel minat beli, variabel kualitas produk dan variabel store atmosphere. Minat beli tidak dapat dipisahkan dari teori keputusan pembelian konsumen, karena minat merupakan salah satu dari proses keputusan pembelian. Minat beli yaitu sesuatu yang timbul dengan sendirinya setelah menerima rangsangan dari produk yang dilihatnya, dari sana timbul ketertarikan untuk membelinya (Febriani & Dewi, 2018). Pada pembelian minuman kopi minat pembelian merupakan prediktor penting dari perilaku pembelian aktual yang mengacu pada hasil penilaian konsumen mengenai pencarian informasi, kualitas produk, dan evaluasi produk yang selanjutnya akan menghasilkan peningkatan minat pembelian dan memungkinkan untuk mendorong suatu keputusan pembelian suatu produk (Zeng dan Yuen, 2015). Untuk menarik keputusan pembelian konsumen membeli produk yang ditawarkan maka dibutuhkan adanya kualitas produk yang bermutu agar mampu memberikan kepuasan kepada pelangan. Kualitas produk merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan karena kualitas produk mempunyai dampak langsung pada kinerja produk atau jasa, oleh karena itu kualitas produk memiliki karakteris produk atau jasa yang bergantung pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan pelanggan yang dinyatakan atau tersirat (Kotler dan Armstrong, 2017). kualitas produk juga dapat menjadi pernyataan tingkat kemampuan dari suatu merek atau produk dalam melaksanakan fungsi yang diharapkan (Sofjan Assauri, 2015). Kualitas produk yang baik ini akan memberikan kepercayaan kepada konsumen dalam penggunaannya yang kemudian menjadi motivasi konsumen untuk membeli atau menikmati produk tersebut. Selain kualitas produk, store atmosphere atau suasana toko merupakan faktor yang sangat penting bagi konsumen untuk melakukan keputusan pembelian. Saat ini penilaian public pada kafe bukan hanya sekedar cita rasa, tetapi juga konsep yang unik dari sebuah kafe tersebut yang membuat para konsumen
8540 7600 3580 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 Kopi Kenangan Janji Jiwa Kopi Lain Hati Rata-rata Penjualan Kopi Perbulan
(Dalam Gelas)
akhirnya memilih dan melakukan pembelian. Store atmosphere bisa menjadi alasan lebih bagi konsumen untuk tertarik dan memilih dimana ia akan berkunjung dan membeli. Store atmosphere meliputi berbagai tampilan interior, eksterior, tata letak, kenyamanan, udara, layanan musik, aroma, fasilitas, dan interior desain. Karakteristik fisik tersebut digunakan untuk membangun kesan dan untuk menarik pelanggan (Berman dan Evan, 2018). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dede Sholihin (2020) dengan penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Kepercayaan Pelanggan dan Promosi Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Online Shop Mikaylaku Dengan Mina t Beli sebagai Variabel Intervening” menyatakan bahwa kepercayaan pelanggan dan promosi berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli,serta minat beli memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Sedangkan menurut Agustini Tanjung (2020) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Store Atmosphere, Lokasi Dan Promosi Terhadap Keputusan Pembelian” menyatakan bahwa variabel store atmosphere dikatakan secara persial tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Dengan banyaknya masalah yang dijelaskan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat penelitian ini dengan judul “Pengaruh Kualitas dan Store Atmosphere Terhadap Keputusan Pembelian dengan Minat Beli Sebagai Variable Intervening (Studi Kasus Pada Kopi Lain Hati Di Grand Galaxy City Bekasi ”.
## TINJAUAN PUSTAKA Keputusan Pembelian
Menurut Kotler dan Armstrong (2017:179) menyatakan bahwa, proses keputusan pembelian terdiri dari lima tahapan: pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian. Keputusan pembelian merupakan proses keputusan dimana konsumen benar-bener membeli salah satu produk diantara berbagai macam pilihan.
## Minat Beli
Menurut Kotler dalam Annisa (2017), minat beli adalah sesuatu yang timbul dengan sendirinya setelah menerima rangsangan dari produk yang dilihatnya, dari sana timbul ketertarikan untuk mencoba produk tersebut sampai pada akhirnya timbul keinginan untuk membeli agar dapat memilikinya.
## Kualitas Produk
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk daya tarik, akuisisi, penggunaan, atau konsumsi yang bisa memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan dari konsumen. Produk mencakup lebih dari sekedar barang-barang yang berwujud (tangible), dalam arti luas produk meliputi objek-objek fisik, jasa, acara, orang, tempat, organisasi, ide atau bauran entitas-entitas dari sebuah perusahaan (Kotler dan Armstrong 2017:266)
## Store Atmosphere
Store atmosphere atau suasana toko merupakan hal yang penting dalam menciptakan keputusan pemelian. Suasana toko yang nyaman dapat membangkitkan minat beli konsumen terhadap produk atau jasa yang ditawarkan. Sehingga pada akhirnya konsumen dapat melakukan pembelian. Suasana toko yang 20 baik dapat menciptakan merek perusahaan di daldam benak konsumen. Penataan interior yang tertata rapi dan apik dapat mempengaruhi emosi konsumen sekaligus timbul minat untuk membeli.
## Kerangka Pemikiran
Penelitian ini menguji pengaruh kualitas produk, dan Store Atmosphere terhadap keputusan pembelian dengan minat beli sebagai variabel intervening. Berdasarkan judul yang diambil, dapat dilihat bahwa terdapat 2 variable yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel dependen (terkait) dan variabel independen (bebas). Masing-masing variabel memiliki variabel tersendiri, dalam penelitian ini disajikan 4 variabel yaitu 2 variabel bebas, 1 variable intervening dan 1 variabel terkait.
Untuk variabel bebas terdiri dari pengaruh Kualitas Produk sebagai (X1) dan Store Atmosphere sebagai (X2), sedangkan untuk variabel terikat terdiri dari Keputusan Pembelian sebagai (Y) dan variabel intervening terdiri dari Minat Beli (Z).
## Gambar 2 Kerangka Pemikiran
## Hipotesis Penelitian
H1: Kualitas produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian pada konsumen Kopi Lain Hati di Grand Galaxy City Bekasi.
H2: Kualitas produk berpengaruh terhadap minat beli pada konsumen Kopi Lain Hati di Grand Galaxy City Bekasi
H3: Store Atmosphere berpengaruh terhadap keputusan pembelian pada konsumen Kopi Lain Hati di Grand Galaxy City Bekasi
H4: Store Atmosphere berpengaruh terhadap keputusan pembelian pada konsumen Kopi Lain Hati di Grand Galaxy City Bekasi
H5: Minat beli berpengaruh terhadap keputusan pembelian pada Kopi Lain Hati di Grand Galaxy City Bekasi
H6: Kualitas produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian pada Kopi Lain Hati di Grand Galaxy City Bekasi melalui minat beli.
H7: Store atmosphere berpengaruh terhadap keputusan pembelian pada Kopi Lain Hati di Grand Galaxy City Bekasi melalui minat beli
## METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme. Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu berupa opini/penilaian para konsumen Kopi Lain Hati di Grand Galaxy City Bekasi. Dalam penelitian ini variabel terikat adalah keputusan pembelian (Y) sebagai variabel yang dipengaruhi dan variabel Minat Beli (Z) sebagai variabel Intervening. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Kualitas Produk (X1), Store Atmosphere (X2).
Populasi pada penelitian adalah pelanggan Kopi Lain Hati yang jumlahnya tidak dapat diketahui oleh peneliti karena jumlah pelanggan yang tidak pasti dan selalu mengalami perubahan setiap harinya. Sehingga penentuan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Malhotra (2010) dengan jumlah indikator yang menjadi dasar penentuan jumlah sampel yang digunakan. Jumlah indikator dalam penelitian ini terdapat 20, maka sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini berjumlah 100 orang.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Partial Least Square (PLS) dengan menggunakan Software SmartPLS 3.0 for Mac OS X. T ujuan pengembangan PLS
merupakan untuk menguji teori dan data informasi yang lemah misalnya yaitu ukuran sampel kecil ataupun permasalahan normalitas suatu data (Wold dalam Ghozali, 2020) Adapun rincian operasionalisasi variabel dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5 Operasionalisasi Variabel No. Variabel Konsep Variabel Indikator Skala 1. Keputusan Pembelian (Y) “Keputusan pembelian merupakan proses keputusan dimana konsumen benar-benar memutuskan untuk membeli salah satu produk diantara berbagai macam pilihan” Kotler dan Amstrong(2016:129) 1. Pengenalan masalah 2. Pencarian informasi
3. Evaluasi alternatif
4. Keputusan pembelian 5. Perilaku pasca pembelian Likert 2. Kualiats Produk (X1) “Kualitas produk ialah kondisi dinamis dimana kualitas tersebut mencakup produk, layanan, manusia, proses dan lingkungan dalam usaha untuk memenuhi atau melebihi harapan”. Goetsch & Davis dalam Tjiptono & Chandra (2016) 1. Perfomance 2. Features
3. Reliability
4. Conformance to
Specifications
5. Durability
6. Serviceability
7. Asthetics 8. Perceived Quality Likert 3. Store Atmosphere (X2) “Atmosfir mengacu kepada karakteristik fisik toko yang digunakan untuk membangun kesan dan untuk menarik pelanggan”. Berman dan Evan (2018:464) 1. Exterior 2. General Interior 3. Layout Likert 4. Minat Beli (Z) Minat beli adalah suatu yang timbul setelah menerima rangsangan dari produk yang dilihatnya, lalu muncul keinginan untuk membeli dan memilikinya. Kotler dan Armstrong (2012) 1) Minat transaksional 2) Minat referensial 3) Minat preferensial 4) Minat eksploratif Likert
Sumber : Data diolah Peneliti (2021)
## HASIL DAN PEMBAHASAN Evaluasi Measurement Model (Model Pengukuran) Uji Validitas (Convergent Validity)
Validitas konvergen bertujuan untuk menentukan validitas setiap hubungan antara suatu indikator dengan konstruk atau variabel laten. Batas loading factor sebesar 0,70 yang digunakan dalam penelitian ini. hasil uji Validitas konvergen dengan tiap indikator yang sepenuhnya belum menunjukkan nilai loading factor diatas 0,7 sehingga validitas konvergen belum (valid) terpenuhi. Berdasarkan outer loading menunjukkan hasil uji validitas konvergen setelah estimasi ulang perhitungan kembali, dapat disimpulkan setiap indikator variabel penelitian mempunyai nilai outer loading lebih besar dari 0,7. Oleh karena itu semua indikator telah memenuhi syarat validitas konvergen serta dinyatakan valid sesuai dengan persyaratan yang berdasarkan rule of thumb.
Gambar 3 Penghitungan Kembali Outer Model – Tampilan Hasil PLS Algorithm Langkah selanjutnya adalah melihat skor atau nilai dari Average Variance Extracted (AVE) ada pada tabel berikut:
Tabel 6 Average Variance Extracted (AVE)
Variabel AVE Kualitas Produk 0,579 Store Atmosphere 0,609 Keputusan Pembelian 0,661 Minat Beli 0,631
Sumber: Output SmartPLS, Data diolah oleh peneliti (2021)
## Discriminant Validity
Validitas Discriminant dikaitkan dengan prinsip bahwa pengukur (variabel manifest) konstruk yang beda tidak boleh berkolerasi tinggi atau korelasi antara variabel-dengan-variabel-itu- senditi harus lebih tinggi dengan korelasi variabel lainnya.
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa setiap korelasi antara variabeldengan-variabel- itu-sendiri lebih besar dibandingkan dengan korelasi variabltersebut-dengan-variabel lain. Sebagai contoh, korelasi kualiats produk dengan kualitas produk sebesar 0,761 lebih besar dengan korelasi kualitas produk dengn store atmosphere 0,673, kualitas produk dengan keputusan pembelian sebesar 0,719, dan kualitas produk dengan minat beli 0,606. Begitu pula korelasi variabel selanjutnya, maka berdasarkan tabel diatas semua variabel dapat dikatakan validitas deskriminan yang baik. hasil output cross loading yang di blok berwarna hijau dan bertuliskan tebal di setiap nilai indikator memiliki nilai loading lebih tinggi dengan nilai diatas 0,70 dibandingkan dengan nilai loading indikator 74 untuk variabel lainnya. Dapat disimpulkan indikator-indikator pada penelitian memiliki validitas discriminant baik (Indiriani & Bangun, 2019).
## Tabel 7 Fornell-Larcker Criterion
Variabel Kualitas Produk (X1) Store atmosphere (X2) Keputusan Pembelian (Y) Minat Beli (Z) Kualitas Produk (X1) 0,761 Store atmosphere (X2) 0,673 0,781 Keputusan Pembelian (Y) 0,719 0,748 0,813 Minat Beli (Z) 0,606 0,548 0,626 0,795
Sumber: Output SmartPLS, Data diolah oleh peneliti (2021)
## Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas merupakan analisa selanjutnya yang dilakukan dalam mengukur konstruk untuk menunjukkan keakuratan, ketepatan dan konsistensi instrumen. Terdapat dua metode dalam mengukur reliabilitas suatu konstruk dengan indikator refleksi yaitu Cronbach ’s Alpha dan Composite Reliability. Jika nilai composite reliability variabel > 0,7 maka variabel tersebut dapat dinyatakan memenuhi composite reliability. Dapat dikatakan reliabel jika suatu konstruk apabila nilai dari cornbach’s alpha > 0,60.
Hasil output menunjukkan bahwa semua variabel untuk Composite Realiability dalam penelitian ini memiliki nilai >0,70 dan semua variabel untuk Cronbach’s Alpha dalam penelitian ini memiliki nilai >0,60. Dapat disimpulkan hasil tersebut dinyatakan valid dan memiliki reliabilitas yang tinggi.
Tabel 8 Composite Reliability dan Cronbach’s Alpha
Variabel Composite Reliability Cronbach’s Alpha Kualitas Produk 0,932 0,919 Store Atmosphere 0,862 0,788 Keputusan Pembelian 0,907 0,871 Minat Beli 0,872 0,803
Sumber: Output SmartPLS, Data diolah oleh peneliti (2021)
## Evaluasi Model Struktural (Inner Model)
R-Square (R2)
Model Strutural dinilai menggunakan PLS dengan mempertimbangkan nilai R2 pada tiap variabel laten endogen sebagai kekuatan prediksi model struktural. Perubahan nilai R2 digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel laten oksigen tertentu terhadap variabel laten endogen, apakah memiliki pengaruh yang substantive. Nilai R2 dijelaskan model kuat 0,75, model moderate 0,50, model lemah 0,25. Hasil PLS dari R2 mempresentasi jumlah varians dari konstruk yang dipaparkan oleh model (Chin et al, 1998 dalam Ghozali dan Latan, 2020). Dalam penelitian ini hasil R2 ditunjukkan pada Tabel 9 sebagai berikut:
Tabel 9 R 2 (R-Square)
Variabel R 2 Keputusan Pembelian 0,670 Minat Beli 0,403
Sumber: Output SmartPLS, Data diolah oleh peneliti (2021) Berdasarkan hasil output pada Tabel 9 terdapat nilai R 2 variabel keputusan pembelian sebesar 0,670 masuk dalam kategori moderate, sedangkan R 2 variabel minat beli hanya sebesar 0,403 termasuk dalam kategori lemah. Perolehan nilai tersebut menjelaskan bahwa variabel kualitas produk dan store atmosphere berpengaruh terhadap variabel keputusan pembelian sebesar 67%, dan kemudian sisanya 33% dipengaruhi oleh variabel diluar variabel penelitian ini. Begitu juga dengan minat beli sebesar 40,3% yang termasuk dalam kategori lemah dan kemudian sisanya 59,7% dipengaruhi variabel lain diluar variabel penelitian ini.
## Uji Path Coefficient
Pengujian ini dilakukan untuk melihat arah pengaruh dari variabel eksogen terhadap variabel endogen, apakah hasilnya menunjukkan angka yang positif atau menunjukkan angka yang negatif. Penilaian pengaruh positif atau negatif ini dapat dilihat dari nilai Path Coefficient yang ada pada SmartPLS. Juliandi (2018) menjelaskan sebagai berikut:
1. Jika nilai path coefficient menunjukkan angka positif, maka pengaruh suatu variabel adalah searah, jika nilai suatu variabel eksogen meningkat/naik, maka nilai variabel endogen juga meningkat/naik.
2. Jika nilai path coefficient menunjukkan angka negatif, maka pengaruh suatu variabel adalah berlawan arah, jika nilai suatu variabel eksogen meningkat/naik, maka nilai variabel endogen menurun.
Jalur koefisien (path coefficient) antara variabel eksogen terhadap variabel endogen. Berdasarkan tabel diatas, variabel eksogen kualitas produk, dan store atmosphere terhadap variabel endogen keputusan pembelian menunjukkan nilai path coefficient positif. Begitu juga dengan pengaruh variabel keputusan pembelian terhadap minat beli, menunjukkan nilai yang positif. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pengaruh seriap variabel eksogen terhadap variabel endogennya menunjukkan niali positif. Sehingga mengindikasikan pengaruh yang searah, jika kualitas produk dan store atmosphere meningkat maka variabel keputusan pembelian juga meningkat, begitu pula jika variabel keputusan pembelian meningkat maka variabel minat beli juga meningkat, berlaku searah pula untuk sebaliknya.
## Uji Hipotesis (Uji T)
Setelah mengetahui pengaruh negatif dan positif dari nilai path coefficient awal, selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis dengan melihat nilai signifikansi untuk mengetahui pengaruh antar variabel melalui prosedur bootstrapping dalam SmartPLS. Prosedur bootstap menggunakan seluruh sampel asli untuk melakukkan re-sampling kembali, kemudian dianalisa dengan melihat nilai t-statistik pada path coefficient yang sudah di-bootstrap. T-statistik dalam path coefficient yang baru menunjukkan tingkat signifikansi dalam pengujian hipotesis. Kriteria penilaian tstatistik ini bisa dilihat apabila t-statistik > 1,96 pada tingkat signifikansi p-value 0,05 (Hair et al).
Hasil pengujian hipotesis dari metode bootstrapping dalam SmartPLS pada penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 10 berikut:
Tabel 10 Path Coefficient Variabel Original Sample (O) Sample Mean (M) Standard Deviation (STDEV) T Statistics (|O/STDEV|) P Values Kualitas Produk Keputusan Pebelian 0,305 0,307 0,093 3,295 0,001 Store Atmosphere Keputusan Pembelian 0,430 0,431 0,085 5,073 0,000 Minat Beli Keputusan Pembelian 0,206 0,202 0,067 3,076 0,002 Kualitas Produk Minat Beli 0,435 0,436 0,104 4,182 0,000 Store Atmosphere Minat Beli 0,255 0,260 0,103 2,470 0,014
Sumber: Output SmartPLS,
Data diolah oleh peneliti (2021) Dalam uji path coefficient sebelumnya sudah didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa pengaruh setiap variabel eksogen terhadap endogen menunjukkan pengaruh yang positif dalam tabel path coefficient yang baru ini ditampilkan dalam kolom Original Sampel. Selanjutnya berdasarkan Tabel diatas dapat dilakukan pengujian hipotesa yang menunjukkan pengaruh signifikansi antara variabel eksogen dengan variabel endogen. Penentuan dari hipotesis diterima atau ditolak.
## Uji Efek Intervening
Selanjutnya dilakukan uji Uji Efek Intervening (moderasi), efek moderasi menunjukkan interaksi antara variabel moderator dengan variabel eksogen dalam mempengaruhi variabel endogen. Besarnya pengaruh antar konstruk dan efek interaksi (intervening) di ukur dengan nilai koefisien jalur (path coefficient). Efek moderasi ini dapat dilihat di dalam menu Specific Indirect Effects pada SmartPLS setelah melakukan bootstrap.
Tabel 11 Specific Indirect Effects Variabel Original Sample (O) Sample Mean (M) Standard Deviation (STDEV) T Statistics (|O/STDEV|) P Values Kualitas Produk Minat Beli Keputusan Pebelian 0,090 0,088 0,036 2,459 0,014 Store Atmosphere Minat Beli Keputusan Pembelian 0,053 0,052 0,026 2,058 0,040
Sumber: Output SmartPLS, Data diolah oleh peneliti (2021)
Dalam penelitian ini terjadi pengaruh mediasi secara parsial karena pengaruh variabel pemediasi terhadap variabel kualitas produk terhadap keputusan pembelian siginifikan dengan nilai signifikan 0,014 < 0,05, dan variabel store atmosphere terhapad keputusan pembelian juga signifikan 0,00 < 0,05. Menurut Baron dan Kenny (1986) menyebut suatu variabel disebut mediator jika variabel tersebut ikut mempengaruhi hubungan antara variabel prediktor (independen) dan kriterion (dependen). Model mediasi memiliki hipotesis bahwa variabel independen mempengaruhi variabel mediator, yang pada gilirannya mempengaruhi variabel dependen. Mediasi sempurna (perfect mediation) terjadi ketika tidak adanya efek variabel independen ke dependen ketika variabel mediator dimasukan dalam persamaan. Namun jika efek variabel independen ke dependen menurun namun tidak sama dengan nol dengan memasukan mediator, maka terjadi mediasi parsial.
## Pembahasan
## Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian
Hasil dari uji hipotesis sebelumnya menyatakan bahwa kualitas produk berpengaruh positif dan siginifikan terhadap keputusan pembelian terbukti dengan nilai original sampel yang menunjukkan angka positif dan nilai t-statistik 3,295 > 1,96 dan P-Value 0,001 < 0,05 yang berarti H1 diterima. Dengan demikian ditarik kesimpulan variabel kualitas produk (X1) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian pada produk minuman Kopi Lain Hati. Artinya semakin tinggi atau baik kualitas produk maka akan meningkatkan pula keputusan pembelian. Data tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sandro Christian (2018) dengan judul “Pengaruh Kualitas Produk Dan Harga Terhadap Keputusan : Peran Minat Beli Sebagai Variabel Moderating” menyatakan kualitas produk memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Adanya hasil hipotesi diperkuat juga oleh penelitian Rahayu Wahyuningtias (2017) denganjudul “Pengaruh Kualitas Produk, Harga dan Store Atmosphere Terhadap Keputusan Pe mbelian” menyatakan secara parsial kualitas produk berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian pada Garlick Store Surabaya. Oleh karena itu, peneliti mengambil kesimpulan bahwa variabel kualitas produk mempengaruhi terjadinya keputusan pembelian pada kedai Kopi Lain Hati. Kinerja (performance) dimana kualitas produk yang ditawarkan sudah sesuai dengan yang diinginkan dan diterima oleh responden saat mengambil keputusan pembelian di kedai kopi lain hati. Tapi tidak menutup kemungkinan adanya 1% responden 84 berpendapat tidak setuju bahwa kualitas produk yang ditawarkan sudah sesuai dengan keinginan konsumen.
Namun ada hal lainnya dari segi keistimewaan yaitu pada segi feature, durability, serviceability, aesthetics dan perceived quality. Pada segi fitur (feature) dimana pada varian rasa dan inovasi yang dikembangkan oleh kopi lain hati beragam dan sesuai dengan yang responden butuhkan. Kemudian pada segi daya tahan (durability) produk yang ditawarkan yaitu tidak mudah rusak dan tetap terjaga kualitasnya, serta adanya kemampuan melayani (serviceability) dengan pelayanan yang mampu menangani keluhan dari responden atau memberikan garansi pada produk yang tidak sesuai pesanan dapat mendorong responden memberikan kesan yang baik terhadap kedai kopi lain hati. Keindahan (aesthetics) dalam penyajian produk dapat menarik
perhatian responden dan adanya perceived quality yaitu dari penilaian reputasi perusahaan yang baik dan kemampuan kedai kopi lain hati untuk dapat memberikan manfaat kepada responden dapat mendorong peningkatan keputusan pembelian. Walaupun dari segi reliability, dan Conformance to Specifications pada penelitian ini tidak begitu berpengaruh dan beberapa responden menjawab tidak setuju tidak menutup kemungkinan bahwa indikator tersebut membuat responden lainnya mengambil keputusan pembelian di kedai kopi lain hati.
## Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Keputusan Pembelian
Didasarkan dari hasil uji statistik diketahui store atmosphere berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepurusan pembelian. Hal tersebut dapat dikatakan dan dibuktikan bahwa store atmosphere memiliki nilai t-statistik 5,073 > 1,96 dan PValue 0,000 < 0,05 serta nilai original sample adalah positif sebesar 0,430, oleh 85 karena itu hipotesis H2 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel store atmosphere (X2) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian pada kedai Kopi Lain Hati. Artinya semakin baik store atmosphere maka akan meningkatkan keputusan pembelian. Sejalan dengan hasil penelitian yang d ilakukan oleh Muhammad Fiyan Afifi (2019) yang berjudul “Pengaruh Store Atmosphere dan Word of Mouth Terhadap Keputusan Pembelian Melalui Minat Beli” menyatakan store atmosphere memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Adanya hasil hipotesi juga diperkuat oleh penelitian Arnis Risanti dengan judul penelitian ”Pengaruh Kualitas Layanan, Kualitas Produk, dan Store Atmosphere Terhadap Keputusan Pembelian” dengan hasil uji t sebesar 0,032 menunjukkan bahwa variabel store atmosphere berpengaruh signifikan dan positif terhadap keputusan pembelian. Dari hal tersebut, peneliti mengambil kesimpulan bahwa store atmosphere juga berpengaruh terhadapa keputusan pembelian pada kedai kopi lain hati. Pada faktor tampilan bagian luar toko (exterior) dan bagian dalam toko (general interior) dan layout sudah sesuai dan mendorong responden untuk mengunjungi kedai kopi lain hati dan memutuskan untuk membeli produk yang ditawarkan.
## Pengaruh Minat Beli Terhadap Keputusan Pembelian
Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa minat beli berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian pada kedai kopi lain hati. Terbukti dengan nilai original sampel yang menunjukkan angka positif sebesar 0,206 dan 86 nilai t-statistik 3,076 > 1,96 dan P-Value 0,002 < 0,05 yang berarti H3 diterima. Jika minat beli meningkat maka keputusan pembelian juga akan meningkat, begitu pula sebaliknya. Hasil hipotesis tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aisyah Dewi Puspitasari (2016) yang berjudu l “Pengaruh Store Atmosphere Dan Promotion Terhadap Keputusan Pembelian Melalui Minat Beli” menyatakan minat beli berpengaruh signifikan dan positif terhadap keputusan pembelian. Diperkuat juga oleh Ipan Hilmawan (2019) dengan penelitian yang berjudul “Pengaruh Kualitas Produk Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Dengan Minat Beli Sebagai Variabel Intervening” yang menyatakan bahwa minat beli berpengaruh signifikan dan positif terhadap keputusan pembelian. Dari hal tersebut, peneliti mengambil kesimpulan bahwa dalam indikator dari minat beli yaitu, minat transaksional, minat referensial, minat preferensial dan minat eksploratif dapat menunjukkan tingkat pengaruh minat beli terdahap keputusan pembelian itu sendiri. Dapat dilihat dari segi minat transaksiona dimana responden cenderung untuk membeli produk kopi lain hati dibandingkan produk kopi lainnya. Kemudian pada minat preferensial yang artinya kopi lain hati menjadi pilihan utama bagi para responden untuk memenuhi kebutuhan konsumsi minuman kopi.
## Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Minat Beli
Berdasarkan hasil uji ststistik diketahui bahwa kualitas produk berpengaruh positif dan siginifikan terhadap minat beli pada kedai kopi lain hati, Grand Galaxy City, Bekasi. Terbukti dengan nilai orginal sample sebesar yaitu 0,255 kemudian nilai t-statistik 2.470 > 1,96 dan P- Value 0,014 < 0,05, dengan demikian hipotesis H4 ini dinyatakan diterima. Artinya semakin baik kualitas produk maka semakin meningkatkan minat beli responden terhadap produk tersebut.
Peneli tian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ipan Hilmawan (2019) “Pengaruh Kualitas Produk Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Dengan Minat Beli Sebagai Variabel Intervening” yang menyatakan bahwa kualitas produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli. Namun tidak sejalan dengan penelian yang dilakukan oleh Ike Wulandari (2016) yang berjudul “Pengaruh Kualitas Pelayanan, Kelengkapan Produk Dan Kualitas Produk Terhadap Minat Beli Konsumen Supermarket Top Bangunan Kediri” yang menyatakan bahwa kualitas produk berpengaruh negatif namun signifikan terhadap minat beli. Dari hal tersebut, peneliti mengambil kesimpulan bahwa indikator yang berpengaruh dan mendorong respondon untuk melakukan keputusan pembelian seperti indikator performance, feature, durability, serviceability, aesthetics dan perceived quality belum dapat seutuhnya menarik minat beli dari responden. Apabila di lengkapi dengan indikator reliability, dan Conformance to Specifications yaitu pada segi keandalan (reliability) dimana produk yang ditawarkan adalah konsistensi kualitas atau rasa yang tetap terjaga kualitasnya mendorong terjadinya keputusan pembelian di kedai kopi lain hati. Kemudian kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specifications) yaitu kesesuaian penyajian dan tekstur minuman dengan informasi yang tertera, dapat menarik minat beli yang dilakukan oleh responden.
## Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Minat Beli
Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa store atmosphere berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli. Dapat dibuktikan dengan diperoleh nilai original sampel menunjukkan angka positif yaitu 0,255 kemudian nilai t-statistik 2.470 > 1,96 dan P-Value 0,014 < 0,05. Artinya hipotesis ini dapat diterima jadi semakin tinggi atau semakin baik store atmosphere yang disajikan oleh kedai kopi lain hati di Grand Galaxy City, Bekasi maka akan meningkatkan minat beli konsumen. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Fiyan Afifi yang berjudul “Pengaruh Store Atmosphere dan Word Of Mouth Terhadap Keputusan Pembelian Melalui Minat Beli” yang menunjukkan bahwa store atmosphere berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli. Serta diperkuat juga oleh penelitian dari Aisyah Dewi Puspitasari berjudul “Pengaruh Store Atmosphere dan Promotion Terhadap Keputusan Pembelian Melalui Minat Beli” menyatakan bahwa store atmosphere berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli. Hal ini menunjukkan bahwa store atmosphere merupakan suatu karakteristik yang sangat fisik dan penting bagi setiap bisnis terutama toko, hal ini berperan bagi setiap penciptaan suasana yang nyaman untuk konsumen dan membuat konsumen ingin berlama-lama berada didalam toko sehingga secara tidak langsung merangsang minat beli konsumen untuk melakukan pembelian.
## Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Melalui Minat Beli
Hasil dari uji efek intervening sebelumnya menyatakan bahwa kualitas produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian melalui moderasi minat beli. Berdasarkan hasil pengujian menggunakan software SmartPLS, menunjukkan nilai t-statistik tidak langsung atau indirect effet tidak signifikan, terbukti dari nilai t- statistik sebesar 2,459 ≥ 1.96 dan P-value 0,014 atau ≤ 0.05 yang artinya hipotesis ini diterima. Hal ini menunjukkan bahwa minat beli dapat menjadi perantara (moderasi) antara hubungan variabel kualitas produk terhadap keputusan pembelian di kedai kopi lain hati, Grand Galaxy City, Bekasi.
## Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Keputusan Pembelian Melalui Minat Beli
Hasil dari uji efek intervening menyatakan bahwa store atmosphere berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian melalu moderasi minat beli. Berdasarkan hasil pengujian menggunakan software SmartPLS, menunjukkan nilai t-statistik tidak langsung atau indirect effet signifikan, terbukti dari nilai t- statistik sebesar 2,058 ≥ 1.96 dan P-value 0,040 ≤ 0.05 maka hasil hipotosis ini diterima. Hal ini menunjukkan bahwa minat beli dapat menjadi perantara (moderasi) antara hubungan variabel store atmosphere terhadap keputusan pembelian di kedai kopi lain hati, Grand Galaxy City, Bekasi
## KESIMPULAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kualitas produk dan store atmosphere berpengaruh terhadap keputusan pembelian melalui variabel intervening minat beli di kopi lain hati, Grand Galaxy City Bekasi. Berdasarkan temuan dan pembahasan penelitian yang penulis jelaskan, penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan.
Kualitas produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian, nilai original sampel menunjukkan angka yang positif artinya pengaruh variabel tersebut searah, jika kualitas produk meningkat maka keputusan pembelian akan meningkat, begitu pula sebaliknya. Store atmosphere berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian terbukti dengan nilai original yang menunjukkan angka positif artinya pengaruh variabel tersebut searah, jika store atmosphere baik dan meningkat maka keputusan pembelian akan meningkat, begitu pula sebaliknya.
Adapun minat beli berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian, nilai original sampel menunjukkan angka yang positif artinya pengaruh varuabel tersebut searah, jika variabel minat beli meningkat maka keputusan pembelian pada kedai kopi lain hati akan meningkat, begitu pula sebaliknya. Selain itu kualitas produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli, nilai original sampel menunjukkan angka yang positif artinya pengaruh antara 91 variabel tersebut searah, jika kualitas produk meningkat maka minat beli pada kedai kopi lain hati akan meningkat, begitu juga sebaliknya.
Kemudian store atmosphere berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli terbukti dengan nilai original yang menunjukkan angka positif artinya pengaruh variabel tersebut searah, jika store atmosphere baik dan meningkat maka minat beli akan meningkat, begitu pula sebaliknya. Minat beli secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas produk pada keputusan pembelian melalui moderasi minat beli. Hal ini menunjukkan bahwa minat beli menjadi perantara (moderasi) antara hubungan variabel kualitas produk terhadap keputusan pembelian. Selanjutnya minat beli secara persial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Store atmosphere pada keputusan pembelian melalui moderasi minat beli. Hal ini menunjukkan bahwa minat beli menjadi perantara (moderasi) antara hubungan variabel store atmosphere terhadap keputusan pembelian.
Diterimanya hipotesis diatas menandakan responden melakukan keputusan pembelian pada kedai kopi lain hati sudah sesuai dengan indikator dari variabelvariabel yang diberikan dalam bentuk pertanyaan dan dijawab oleh responden itu sendiri.
## DAFTAR PUSTAKA
Afifi, & Fiyan, M. (2019). Pengaruh Store Atmosphere Dan Word of Mouth Terhadap Keputusan Pembelian Melalui Minat Beli. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (Stiesia)Surabaya,http://jurnalmahasiswa.stiesia.ac.id/index.php/jirm/article/view/1228 .
Assauri. (2015). Manajemen Pemasaran . Depok: PT Rajagrafindo Persada.
Berman, & dkk. (2018). Retail Managament a Strategic Approach, Edisi 13, Global Edition. UK: Pearson.
Chirstian, & Sandro. (2018). Pengaruh kualitas produk dan harga terhadap keputusan pembelian:peranminatbelisebagaivariabelmoderating. Manajemen,FakultasBisnisInstitut e Teknologi dan Bisnis Kalbis, Jakarta, Indonesia,https://ejournal.imperiuminstitut .
Ghozali, Imam, & Latan, H. (2020). Partial Least Squares Konsep, Teknik, dan Aplikasi Menggunakan Program SmartPLS 3.0. Edisi 2. Semarang: Universitas Dipenogoro.
Hilmawan, & Ipan. (2019). Pengaruh Kualitas Produk Dan Harga Terhadap Keputusan PembelianDenganMinatBeliSebagaiVariabelIntervening.FakultasEkonomidanBisnisJuru sanManajemen. UniversitasSultanAgengTirtayasa,https://ojs.jurnalrekaman.com/index.p .
Juliandi, A. (2018). Structural equation model based partial least square (SEM- PLS): Menggunakan SmartPLS. Pelatihan SEM-PLS, Universitas Batam .
Kotler, & Philip. (2015). Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Kontrol. Jilid 1. Edisi Bahasa Indonesia dari Principles of Marketing 9e. Jakarta: PT.
Prenhalindo.
Kotler, Armstrong, P., & Gery. (2017). Prinsip-prinsip Pemasaran. Edisi Keduabelas. Jilid Satu. Edisi Bahasa Indonesia. . Jakarta: Penerbit Erlangga PT. Delora Aksara Pratara.
Malhotra, N. (2010). Riset Pemasaran Pendekatan Terapan. Edisi keempat, Jilid 2. Jakarta: PT Indeks.
Pertanian, P. D. (2020). Outlook Komoditas Perkebunan Kopi. Jakarta: Kementerian Pertanian.
Puspitasari, & Dewi, A. (2016). Pengaruh Store Atmosphere Dan Promotion Terhadap Keputusan Pembelian Melalui Minat Beli. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (Stiesia)Surabaya,http://jurnalmahasiswa.stiesia.ac.id/index.php/jirm/article/view/398/40 5 .
Risanti, & Arnis. (2017). Pengaruh Kualitas Layanan, Kualitas Produk, Dan Store Atmosphere Terhadap Keputusan Pembelian. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (Stiesia),
http://jurnalmahasiswa.stiesia.ac.id/index.php/jirm/article/view/1439/1455. , -.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R & D. Bandung: IKAPI.
Tanjung, & Agustini. (2020). Pengaruh Store Atmosphere, Lokasi Dan Promosi Terhadap KeputusanPembelian. DosenUniversitasPelitaBangsa,https://www.jurnal.pelitabangsa.a c.id/index.php/jmpb/article/view/322/214 , -.
Wahyuningtias, & Rahayu. (2017). Pengaruh Kualitas Produk, Harga Dan Store Atmosphere Terhadap Keputusan Pembelian. . Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya , -.
|
88ef42e5-a805-48c5-adde-eb3be14ae1c0 | https://djournals.com/klik/article/download/665/476 | ISSN 2723-3898 (Media Online) Vol 3, No 5, April 2023 Hal 400-408 https://djournals.com/klik
Copyright © 2023, Rana Putra Sawindo. This is an open access article distributed under the Creative Commons Attribution License, which permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited.
## Pengolahan Data Pembayaran Upah Karyawan Berbasis Web
Rana Putra Sawindo * , Megawaty
Fakultas Ilmu Komputer, Program Studi Sistem Informasi, Universitas Bina Darma, Palembang, Indonesia Email : 1,* rana.sawindo@gmail.com, 2 megawaty@binadarma.ac.id Email Penulis Korespondensi: rana.sawindo@gmail.com
Abstrak− Kendala yang dijumpai dalam proses pengelolaan data upah dan gaji karyawan di PT. Agung Cempaka Guna yakni mulai dari pencatatan jumlah Karyawan, proses penghitungan upah dan gaji, serta penghitungan komisi penjualan oleh marketing yang dikerjakan dengan cara sederhana atau manual, mengakibatkan seringkali terjadi kesalahan dalam proses perhitungan serta dalam rekap total upah dan gaji. Selain itu proses pendataan yang dilakukan baik dengan catatan pada buku serta input data dalam file excel masih terpisah-pisah dan belum terintegrasi, sehingga menyulitkan dalam proses pembuatan laporan dan juga menyebabkan pemborosan kertas dan tinta. Penelitian ini bertujuan untuk membangun sebuah aplikasi pengolahan data upah karyawan agar mempermudah dalam proses pengelolaan data upah dan gaji karyawan serta memudahkan dalam proses penyusunan laporan gaji karyawan. Aplikasi pengolahan data upah karyawan ini dibuat dalam bentuk web menggunakan pemrograman PHP dan MySQL sebagai database, serta menerapkan pemodelan Unified Modeling Language (UML).
Kata Kunci : Karyawan; Pembayaran; Pengolahan Data; Upah; Web
Abstract− Constraints encountered in the process of managing data on employee wages and salaries at PT. Agung Cempaka Guna, namely starting from recording the number of employees, the process of calculating wages and salaries, and calculating sales commissions by marketing is still done manually, so errors often occur both in the calculation process and in the recap of total wages and salaries. In addition, the data collection process, which was carried out both with notes in books and input data in excel files, was still separated and not yet integrated, making it difficult for the process of making reports and also causing wastage of paper and ink. This study aims to build an employee wage data processing application in order to facilitate the process of managing employee wage and salary data and to facilitate the process of compiling employee salary reports. This application is built on a web basis with the PHP programming language and uses the MySQL database, and uses the Unified Modeling Language (UML).
Keywords: Data Processing; Employees; Payment; Wages; Web
## 1. PENDAHULUAN
Perkembangan dan luasnya cakupan teknologi informasi saat ini sudah menjangkau seluruh elemen yang berhubungan dalam proses menyimpan, mengambil, memproses serta manipulasi, mengirimkan dan menerima informasi melalui media elektronik berbentuk digital atau sejenisnya yang berkaitan pada transfer informasi secara elektronik [1]. Aplikasi dan penerapan teknologi informasi memunculkan istilah baru ditandai dengan awalan abjad “e” yang merupakan singkatan dari “ electronic ”, misalnya dalam istilah e-gorvernment (dalam bidang pemerintahan), e-banking (dalam bidang perbankan), e-gorvernment (dalam bidang pemerintahan) serta banyak diterapkan pada bidang lainnya [2]. Upah atau gaji adalah merupakan balas jasa yang dibayar kepada karyawan atau pekerja secara berkala sebagai ganjaran atas pengorbanan tenaga dan waktu yang diberikan guna mencapai tujuan bersama [3]. Dalam peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1981, Upah dimaknai sebagai suatu penerimaan dan imbalan dari perusahaan kepada buruh terhadap suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan, dinyatakan dan dinilai dengan bentuk nilai uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan atau peraturan perundang-undangan dan dibayarkan atas dasar perjanjian kerja [4]. Bonus atau Komisi adalah merupakan tambahan imbalan yang diberikan perusahaan karena berhasil melampaui target penjualan yang ditetapkan [5]. Salah satu faktor yang menjadi penentu dalam kinerja sebuah perusahaan yang merupakan sarana dan alat dalam menunjang tujuan perusahaan ialah mengenai sumber daya manusia khususnya dalam hal penggajian atau pengupahan karyawan. Maka dari itu, SDM yang baik berhak untuk mendapatkan gaji dan upah yang sesuai dengan kualitasnya [6].
Dalam proses pengelolaan data upah dan gaji karyawan pada PT. Agung Cempaka Guna masih terdapat kendala, mulai dari pencatatan jumlah Karyawan, proses penghitungan upah dan gaji, serta penghitungan komisi penjualan oleh marketing yang dikerjakan dengan cara manual, yang seringkali ditemukan kesalahan ketika menghitung atau dalam rekap total upah dan gaji. Hal ini sangat mempengaruhi bahkan bisa merugikan baik perusahaan maupun karyawan. Selain itu proses pendataan yang dilakukan baik dengan catatan pada buku serta input data dalam file excel masih terpisah-pisah dan belum terintegrasi, sehingga menyulitkan dalam proses pembuatan laporan dan juga menyebabkan pemborosan kertas dan tinta.
Dari jurnal penelitian dengan judul “Perancangan Aplikasi Gaji Karyawan Pada PT. PP London Sumatra Indonesia TBK. Gunung Malayu Estate - Kabupaten Asahan”, diterangkan bahwa dengan memanfaatkan aplikasi pada proses perancangan aplikasi gaji akan dapat mengatasi masalah-masalah khususnya dalam meminimalisir kesalahan perhitungan dan bisa mempercepat waktu dalam mengelola data upah dan gaji ketika menyusun laporan upah dan gaji karyawan [7]. Juga menurut jurnal penelitian dengan judul “Perancangan Aplikasi Penggajian Karyawan Berbasis Web Menggunakan Framework Codeigniter Pada Po Arista Tehnik Jakarta”, yang menerangkan bahwa sistem penggajian yang biasa dipakai secara manual seringkali menyebabkan terjadi kesalahan dalam perhitungan gaji, sehingga dengan memanfaatkan aplikasi pada pengelolaan gaji, akan sangat membantu meminimalisir kesalahan perhitungan gaji, serta memangkas waktu pada proses rekap laporan [8].
Berdasarkan jurnal penelitian dengan judul “Pembangunan Sistem Informasi Penggajian Karyawan Dengan Menggunakan Model Rapid Application Development” diuraikan bahwa proses pengelolaan gaji dan upah dapat meningkatkan efisiensi dan menghindari terjadinya kesalahan perhitungan rekap gaji dan upah yang sering terjadi apabila dilakukan dengan cara manual [9].
Dari jurnal penelitian dengan judul “Perancangan Sistem Informasi Perhitungan Komisi Dan Penyimpanan Data Property Pada MAz 23 Property”, menjelaskan bahwa penerapan pengelolaan data gaji dan upah secara digital akan mempermudah dalam proses penyusunan laporan karena dapat menghemat waktu dimana sistem dapat menghitung seluruh laporan secara lebih mudah dan cepat [10]. Juga pada jurnal dengan judul “Sistem Informasi Aplikasi Penggajian Karyawan Berbasis Web Pada PT Panca Cipta Abadi”, menyimpulkan bahwa pemanfaatan aplikasi dapat mempermudah proses penggajian karyawan dengan cepat dan akurat, sehingga mempermudah untuk tahap perhitungan gaji, meliputi perhitungan hari kerja, perhitungan lembur dan insentif-insentif yang biasa diterima serta pembuatan slip gaji secara otomatis, sehingga menghasilkan informasi yang lebih efektif dan efisien [11].
Dari jurnal penelitian dengan judul “Sistem Pengelolaan Kehadiran Dan Penggajian Menggunakan Payment Gateway Pada Perusahaan Jasa Konsultan IT”, menjelaskan bahwa dengan memanfaatkan sistem pengelolaan kehadiran serta pengelolaan data penggajian dapat membantu bagian HRD dalam menghitung jumlah kehadiran secara akurat, sehingga dapat meningkatkan keakuratan dalam penghitungan uang makan dan denda keterlambatan secara tepat [12].
Berdasarkan beberapa referensi jurnal penelitian yang berkaitan dengan pengupahan dan penggajian tersebut, penulis merangkum bahwa pemanfaatan aplikasi dalam pengelolaan data upah dan gaji karyawan dapat membantu dalam mempermudah proses pengelolaan data serta meminimalisir human error , khususnya dalam perhitungan total gaji yang mana selama ini pada PT. Agung Cempaka Guna masih dilakukan secara manual, untuk dapat dikonversi dengan menerapkan aplikasi terkomputerisasi sehingga meningkatkan efektivitas dan efisiensi sehingga memangkas waktu dalam proses pengelolaan data upah karyawan khususnya pada pengelolaan komisi penjualan rumah.
## 2. METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Waterfall yang disebut juga dengan classic life cycle yakni metode pengembangan sistem yang menggunakan beberapa tahapan secara sekuensial, dengan tahapan-tahapan penelitian berupa; Communication, Planning, Modeling, Construction dan Deployment [13].
Gambar 1. Metode Waterfall (Pressman)
## a. Communication
Pada tahapan ini dilakukan proses komunikasi dengan objek penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi dan data yang dibutuhkan dalam penelitian, baik dalam bentuk diskusi dan wawancara serta observasi kepada pihak manajemen PT. Agung Cempaka Guna. Hal-hal yang ditanyakan atau didiskusikan yakni meliputi profil perusahaan, permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi, serta solusi apa yang bisa dilakukan untuk membantu dalam mengelola proses pengupahan atau penggajian di PT. Agung Cempaka Guna.
## b. Planning
Dalam tahap ini dilakukan penjadwalan dan perencanaan pengembangan perangkat lunak atau aplikasi yang akan dibangun, mulai dari waktu pengerjaan serta apa saja yang akan dikerjakan. Dalam tahapan ini juga melakukan proses analisa dari tahapan communication yang dilakukan pada tahapan sebelumnya.
## c. Modeling
Dari hasil analisis pada tahapan sebelumnya, kemudian penulis membuat pemodelan untuk sistem yang akan dibangun, dengan menggunakan diagram Usecase dan Activity Diagram dalam menggambarkan rancangan sistem yang akan dibangun. Juga dibuat rancangan tampilan yang akan digunakan sebagai acuan dalam membangun sistem.
d. Construction
Melakukan proses implementasi atau tahapan pengkodean ( coding ) dengan menerjemahkan rancangan yang sudah dibuat menjadi aplikasi yang dapat digunakan sesuai kebutuhan. Pada aplikasi ini dibangun dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP dan menggunakan database MySQL .
e. Deployment
Melakukan tahapan pengujian dan ujicoba kepada pengguna yakni pihak PT. Agung Cempaka Guna untuk melihat apakah aplikasi sudah sesuai dengan kebutuhan, serta sangat memungkinkan terjadinya perbaikan atau penambahan fitur menu jika diperlukan.
## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
## 3.1 Rancangan Aplikasi
Secara umum Unified Modelling Language (UML) dimaknai sebagai sebuah metode pemodelan visual yang dipakai dalam membangun sistem dan aplikasi yang berorientasi objek. UML ialah suatu standar visualisasi, perancangan, serta dokumentasi pada sistem atau software. Dengan pemodelan ini bisa mempermudah dalam pengembangan dan pembuatan sebuah aplikasi atau software dengan mempertimbangkan faktor-faktor scalability , robustness , security , dan sebagainya [14].
## 3.2 Usecase Diagram
Usecase Diagram ialah merupakan bagian dari UML yang digunakan dalam menjelaskan hubungan interaksi antar aktor didalam sistem atau aplikasi [15].
Gambar 2. Diagram Usecase Admin
Gambar 2 menunjukkan usecase diagram aktor admin, diawali dengan melakukan proses login untuk masuk ke dalam aplikasi, lalu kemudian admin memiliki hak akses berupa kelola user, kelola data jabatan, kelola data karyawan, kelola data marketing freelance dan kelola daftar absensi. Selain itu karyawan bisa melakukan proses input absensi.
Gambar 3 menjelaskan mengenai akses ke dalam aplikasi oleh aktor atau user bagian keuangan, yang berperan melakukan proses pengelolaan data komisi, pengelolaan data pinjaman, pengelolaan data gaji, serta melihat dan mencetak laporan.
## 3.3 Activity Diagram
Secara spesifik Activity diagram ialah merupakan bagian dari UML yang digunakan dalam menjelaskan elemen-elemen atau aspek dinamis pada aplikasi atau sistem berbentuk model aliran serta kontrol antar aktivitas dalam sistem. Activity Diagram tidak menjelaskan sifat aktor, namun hanya memperlihatkan alur dan aktivitas dalam sistem saja [16].
Gambar 4. Activity Diagram Proses Login
Pada gambar 4 dijelaskan mengenai proses yang berlangsung ketika admin melakukan login dengan menginput username dan password .
Gambar 5. Activity Diagram Mengelola User
Pada gambar 5 dijelaskan mengenai proses yang dapat diakses oleh admin untuk mengelola daftar user atau pengguna yang bisa masuk ke dalam aplikasi.
Gambar 6. Activity Diagram Mengelola Jabatan
Pada gambar 6 dijelaskan mengenai proses mengelola data jabatan oleh admin yakni input data, edit data serta hapus data jabatan.
Gambar 7. Activity Diagram Mengelola Karyawan
Pada gambar 7 dijelaskan mengenai proses mengelola data karyawan oleh admin yakni input data, edit data serta hapus data karyawan.
Gambar 8. Activity Diagram Mengelola Marketing
Pada gambar 8 dijelaskan mengenai proses pengelolaan data marketing freelance yang akan dikelola oleh admin di dalam sistem.
Gambar 9. Activity Diagram Mengelola Absensi
Pada gambar 9 dijelaskan mengenai proses karyawan melakukan absensi, yang disimpan ke dalam database dan dapat dilihat oleh admin.
Gambar 10. Activity Diagram Mengelola Komisi
Pada gambar 10 dijelaskan mengenai proses mengelola data komisi yang dilakukan oleh bagian keuangan yang berkaitan dengan komisi penjualan rumah.
Gambar 11. Activity Diagram Mengelola Pinjaman
Pada gambar 11 dijelaskan mengenai proses pengelolaan data pinjaman yang dilakukan oleh bagian keuangan untuk masing-masing karyawan.
Gambar 12. Activity Diagram Rekap Gaji
Pada gambar 12 dijelaskan mengenai proses rekap gaji dengan memanggil semua komponen data dari sistem lalu menampilkan total gaji karyawan.
Gambar 13. Activity Diagram Laporan
Pada gambar 13 dijelaskan mengenai akses pimpinan dan bagian keuangan untuk dapat melihat dan mencetak laporan secara berkala.
## Rana Putra Sawindo, Pengolahan Data Pembayaran Upah Karyawan Berbasis Web
## 3.4 Hasil
Setelah melakukan pengumpulan informasi dan data lalu dilanjutkan dengan perancangan dan kemudian dilanjutkan dengan pembuatan coding sehingga membentuk sebuah aplikasi yang dapat digunakan oleh pengguna yakni admin, karyawan, marketing freelance , serta bagian keuangan dalam proses pengelolaan data upah karyawan di PT. Agung Cempaka Guna.
Gambar 14. Screenshot Input absensi
Pada Gambar 14 merupakan hasil tampilan screenshot dari halaman menu input absensi yang digunakan oleh karyawan untuk melakukan absensi.
Gambar 15. Screenshot Login
Pada Gambar 15 merupakan hasil tampilan screenshot dari halaman login yang digunakan untuk masuk dalam aplikasi dengan menginput username dan password.
Gambar 16. Screenshot Kelola Jabatan
Pada Gambar 16 merupakan hasil tampilan screenshot dari halaman kelola jabatan yang digunakan oleh admin untuk mengelola data jabatan.
Gambar 17. Screenshot Kelola Karyawan
Pada Gambar 17 merupakan hasil tampilan screenshot dari halaman kelola karyawan yang digunakan oleh admin untuk mengelola data karyawan.
Gambar 18. Screenshot Kelola Marketing
Pada Gambar 18 merupakan hasil tampilan screenshot dari halaman yang digunakan oleh bagian keuangan untuk mengelola data marketing freelance .
Gambar 19. Screenshot Kelola Absensi
Pada Gambar 19 merupakan hasil tampilan screenshot dari halaman yang digunakan oleh admin untuk melihat daftar absensi karyawan.
Gambar 20. Screenshot Kelola Komisi
Pada Gambar 20 merupakan hasil tampilan screenshot dari halaman yang digunakan oleh bagian keuangan untuk mengelola data komisi.
Gambar 21. Screenshot Kelola Pinjaman
Pada Gambar 21 merupakan hasil tampilan screenshot dari halaman yang digunakan oleh bagian keuangan untuk mengelola data pinjaman.
Gambar 22. Screenshot Rekap Gaji
Pada Gambar 22 merupakan hasil tampilan screenshot dari halaman yang digunakan oleh bagian keuangan untuk melihat rekap gaji karyawan.
Gambar 23. Screenshot Laporan Absensi
Pada Gambar 23 merupakan hasil tampilan screenshot dari halaman laporan absensi yang dapat dicetak sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Gambar 24. Screenshot Laporan Gaji
Pada Gambar 24 merupakan hasil tampilan screenshot dari halaman laporan gaji yang dapat dicetak sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Gambar 25. Screenshot Laporan Komisi
Pada Gambar 25 merupakan hasil tampilan screenshot dari halaman laporan komisi yang dapat dicetak sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
3.5 Pengujian
## 3.6 Sistem
Dari aplikasi yang telah dibangun kemudian dilakukan pengujian dengan menggunakan metode blackbox , memandang perangkat lunak sebagai “kotak hitam” yang tidak penting dilihat sisinya, namun cukup diuji atau dilakukan proses testing pada bagian luar [17]. Dengan melihat apakah sudah sesuai dengan tampilan dan fungsi-fungsi yang diharapkan, serta melakukan perbaikan jika mengalami error dan kendala teknis, pengujian dilakukan dengan mengecek fungsi input-output yang dilakukan pada masing-masing halaman menu yang sudah dibuat di dalam aplikasi serta melihat apakah sudah sesuai dengan rancangan yang dibuat sebelumnya.
Tabel 1. Hasil Pengujian Menu Admin
Halaman Input Output Hasil Login username dan password benar Melanjutkan ke halaman utama Sesuai username dan password salah Menampilkan peringatan login gagal Sesuai Mengelola Daftar User Tambah data, edit data, hapus data user Menyimpan data dan menampilkan daftar user Sesuai Mengelola Daftar Jabatan Tambah data, edit data, hapus data Jabatan Menyimpan data dan menampilkan daftar Jabatan Sesuai Mengelola Daftar karyawan Tambah data, edit data, hapus data karyawan Menyimpan data dan menampilkan daftar karyawan Sesuai Logout Tekan tombol Keluar dan menampilkan halaman awal Sesuai Tabel 2. Hasil Pengujian Bagian Keuangan Halaman Input Output Hasil Login username password benar Lanjut ke halaman utama Sesuai username dan password salah Menampilkan peringatan login gagal Sesuai Komisi Tambah data, edit data, hapus data komisi Menyimpan data dan menampilkan daftar komisi Sesuai Pinjaman Tambah data, edit data, hapus data pinjaman Menyimpan data dan menampilkan daftar pinjaman Sesuai Rekap gaji Klik tombol rekap gaji Menampilkan data rekap gaji karyawan Sesuai Logout Tekan tombol Keluar dan menampilkan halaman awal Sesuai Tabel 3. Hasil Pengujian Pimpinan Halaman Input Output Hasil Login username dan password benar Melanjutkan ke halaman utama Sesuai username dan password salah Menampilkan peringatan login gagal Sesuai Cetak laporan Tekan tombol cetak Menampilkan screeshot laporan Sesuai Kolom Filter periode Menampilkan data berdasarkan bulan dan tahun pencarian Sesuai Logout Tekan tombol Keluar dan menampilkan halaman awal Sesuai
## 3.7 Pembahasan
Setelah melakukan proses analisis dan menerapkan rancangan sehingga menghasilkan output berupa aplikasi yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam mengelola data upah karyawan agar lebih mudah dan lebih efisien sehingga dapat menampilkan laporan gaji dan upah karyawan secara cepat dan mudah. Selain itu, aplikasi yang dibangun ini dapat meminimalisir kesalahan-kesalahan dalam perhitungan serta kekeliruan dalam pendataan komponen-komponen penggajian, diantaranya; gaji pokok berdasarkan jabatan, potongan pinjaman, serta komisi dari hasil penjualan unit rumah. Dan hasil pengujian menunjukkan bahwa aplikasi telah berjalan dengan baik dan sesuai dengan rancangan yang dibuat serta sesuai dengan kebutuhan pengguna.
## 4. KESIMPULAN
Dari keseluruhan tahapan yang sudah dilakukan yang menghasilkan sebuah aplikasi, yang dapat memudahkan bagi Staff Keuangan untuk proses pengelolaan data-data upah karyawan dan sekaligus mempermudah ketika penyusunan laporan upah karyawan, serta meningkatkan keakuratan laporan upah karyawan dan menghindari kesalahan dalam proses perhitungan. Dimasa yang akan datang, aplikasi ini bisa dikembangkan lebih lanjut dengan mengintegrasikan dengan sistem pembayaran atau transfer langsung ke bank maupun akun keuangan lainnya sehingga lebih mempermudah proses pembayaran upah, serta dapat dikembangkan pada aplikasi berbasis android/IOS, sehingga lebih mempermudah dalam hal mobilitas dan karyawan dapat melakukan absensi online.
## REFERENCES
[1] Bagaskoro, Pengantar Teknologi Informastika dan Komunikasi Data. Yogyakarta: Deepublish, 2019.
[2] Leon A Abdillah et al., Aplikasi Tekonologi Informasi Konsep dan Penerapan. Medan: Yayasan Kita Menulis, 2020.
[3] Tiromsi Sitanggang, Kepastian Hukum Menyangkut Gaji dan Harga Terhadap Pendapatan PT. Inovasi Sinar Terang Medan. Medan: Yayasan Kita Menulis, 2021.
[4] Ruslan Abdul Ghofur, Konsep Upah Dalam Ekonomi Islam. Bandar Lampung: Arjasa Pratama, 2020.
[5] H Asyura, Leni Masnidar Nasution, and Imam Muhardinata, Multilevel Marketing Syariah Di Indonesia dalam Perspektif Maqashid Syariah. Yogyakarta: Deepublish, 2021.
[6] Andreina Kaengke, "Analisis Sistem Penggajian Pada Perusahaan PT. Multi Prima Agung," Jurnal EMBA, pp. 607- 614, 2021.
[7] Adi Widarma and Sri Rahayu, "PERANCANGAN APLIKASI GAJI KARYAWAN PADA PT. PP LONDON SUMATRA INDONESIA Tbk. GUNUNG MALAYU ESTATE - KABUPATEN ASAHAN," Jurti (Jurnal Teknologi Informasi) Vol.1 No.2, pp. 166-173, 2017.
[8] Reza Fahlevi, Zulhalim, and Asih Septia Rini, "Perancangan Aplikasi Penggajian Karyawan Berbasis Web Menggunakan Framework Codeigniter Pada Po Arista Tehnik Jakarta," Jurnal Manajemen Informatika Jayakarta, pp. 96-104, 2021.
[9] Nur Hidayat, "Pembangunan Sistem Informasi Penggajian Karyawan Dengan Menggunakan Model Rapid Application Development," J-Sakti (Jurnal Sains Komputer dan Informatika), pp. 350-363, 2021.
[10] Romli Hasan Basri, "Perancangan Sistem Informasi Perhitungan Komsi Dan Penyimpanan Data Property Pada MAz 23 Property," Digital library - Perpustakaan Pusat Unikom, 2018.
[11] Sri Mulyani, Achmad Sidik, and Atika Sari, "Sistem Informasi Aplikasi Penggajian Karyawan Berbasis Web Pada PT Panca Cipta Abadi," Jurnal Sisfotek Global, 2020.
[12] Deasty Kartika Sari, Greenda Soundi Rabia, and Inge Handriani, "SISTEM PENGELOLAAN KEHADIRAN DAN PENGGAJIAN MENGGUNAKAN PAYMENT GATEWAY PADA PERUSAHAAN JASA KONSULTAN IT," Jukomika (Jurnal Ilmu Komputer dan Iformatika), pp. 437-455, 2020.
[13] M Gilvy Langgawan Putra, Sri Rahayu Natasia, Yuyun Tri WIranti, Hemy Octantia, and Sadriansyah, Media Pembelajaran Dengan Metode Gamification Untuk Meningkatkan Motivasi Pembelajaran Pada Perguruan Tinggi di masa Covid-19. Malang: Media Nusa Creative, 2020.
[14] Muhamad Muslihudin and Oktafianto, Analisis dan Perancangan Sistem Informasi menggunakan Model Terstruktur dan UML. Yogyakarta: CV Andi Offset, 2016.
[15] Rachmat Destriana, Syepri Maulana Husain, Nurdiana Handayani, and Aditya Tegar Prahara Siswanto, Diagram UML dalam Membuat Aplikasi Android Firebase “Studi Kasus Aplikasi Bank Sampah". Yogyakarta: Deepublish, 2021.
[16] Adi Nugroho, Rekayasa Perangkat Lunak Berorientasi Objek dengan metode USDP. Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2010.
[17] Uus Rusmawan, Teknik Penulisan Tugas Akhir dan Skripsi Pemrograman. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2019.
|
462ac3f2-1469-4a62-b30b-f9f6d747b31b | https://ejurnal.polnes.ac.id/index.php/ETAM/article/download/424/370 |
## ETAM: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat
## PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MELAKSANAKAN KURIKULUM BERBASIS LINGKUNGAN DENGAN KEARIFAN LOKAL MELALUI READING WORKSHEET
## IMPROVING TEACHERS ’ ABILITY TO IMPLEMENT ENVIRONMENT-BASED CURRICULUM WITH LOCAL WISDOM THROUGH READING WORKSHEET
Puji Astuti Amalia 1 , Zainal Abidin 2 , Feti Fahmimroah 3 , Herdi Syam 4 1,2,4 Jurusan Kemaritiman, Politeknik Negeri Samarinda, Samarinda
3 Jurusan Administrasi Bisnis, Politeknik Negeri Samarinda, Samarinda
E-mail correspondence: pujiastutiamalia@polnes.ac.id 1
## Article History:
Received: 29.09.2023 Revised: 05.10.2023
Accepted: 06.10.2023
Abstrak: Peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan kurikulum berbasis lingkungan dengan kearifan lokal melalui reading worksheet di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 008 Samarinda Ilir adalah kegiatan yang dilakasanakan oleh tim penulis yang hadir sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapi oleh SDN 008 Samarinda Ilir yang membutuhkan penguatan terhadap implementasi kurikulum berdasarkan pada pelestarian lingkungan dan berkearifan lokal. Adapun untuk menjawab permasalahan terhadap penguatan implementasi kurikulum tersebut dapat dilakukan dengan menyusun bahan ajar yang sesuai. Salah satu bahan ajar adalah worksheet . Lebih lanjut lagi worksheet yang disusun berfokus pada kegiatan membaca untuk membantu guru meningkatkan minat baca dan melatih kemampuan membaca siswa. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk merancang reading worksheet berdasarkan pada pelestarian lingkungan dan berkearifan lokal dan melatih guru untuk menggunakannya. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah metode ceramah dan demonstrasi. Hasil dari kegiatan ini adalah prototipe reading worksheet berdasarkan pada pelestarian lingkungan dan berkearifan lokal, peningkatan kemampuan 25 guru SDN 008 Samarinda Ilir.
Kata Kunci: Kurikulum berbasis lingkungan, Kearifan lokal
Abstract: Improving the ability of teachers to implement an environment-based curriculum with local wisdom through reading worksheets at Public Elementary School 008 Samarinda Ilir is an activity carried out by the writer who give a solution to the problems faced by SDN 008 Samarinda Ilir. SDN 008 Samarinda Ilir requires strengthening of curriculum implementation based on environmental preservation and local wisdom. Strengthening the implementation of the curriculum can be done by compiling appropriate teaching materials. One of the teaching materials is a worksheet. Furthermore, the worksheet prepared focus on reading activities to help teachers increase students’ interest in reading and train students' reading skills. Therefore, the purpose of this activity is to design a reading worksheet based on environmental preservation and local wisdom and train teachers to use it. The method used in this activity is the lecturing and demonstration method. The result of this activity is a prototype reading worksheet based on environmental preservation and local wisdom, and the improvement of 25 teachers’ ability at SDN 008 Samarinda Ilir in implementing curriculum implementation based on environmental preservation and local wisdom through worksheet.
## ETAM: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat
Keywords : Curriculum, Environment based, Local wisdom
## PENDAHULUAN
## Analisis Situasi
Implementasi kurikulum berbasis lingkungan membantu siswa Sekolah Dasar untuk mengembangkan pemahaman yang menyeluruh mengenai masalah lingkungan dan memotivasi siswa untuk mengambil Tindakan sebagai bentuk tanggung jawab terhadap kerusakan lingkungan di sekitar mereka. Selain itu nilai kearifan lokal juga penting untuk diintegrasikan di dalam kurikulum berbasis lingkungan. Kurikulum berbasis lingkungan dengan nilai kearifan lokal mengandung nilai budaya, moral dan kearifan tradisional di daerah setempat.
Melalui kurikulum ini guru memfasilitasi siswa dengan pembelajaran dimana siswa dapat mengenal budaya, moral, dan kearifan tradisional atau tradisi di lingkungan mereka berada. Sehingga siswa dapat menghargai nilai-nilai budaya, moral dan tradisi yang berkaitan dengan lingkungan tersebut. Selain itu siswa dapat memperkuat identitas dan meningkatkan rasa memiliki mereka terhadap komunitas dan lingkungan tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan dengan kearifan lokal memberikan dampak positif kepada siswa seperti siswa dapat mengembangkan pengetahuan mengenai lingkungan, meningkatkan motivasi siswa untuk memberikan aksi signifikan terhadap isu lingkungan yang terjadi di sekitar siswa.
## Permasalahan Mitra
Selain nilai lingkungan dan kearifan lokal, kemampuan membaca atau reading skill yang dimiliki oleh siswa juga merupakan isu yang mendesak. Data menunjukan bahwa prestasi membaca siswa Indonesia berada pada urutan ke-45 dari 49 negara yang diteliti. Studi juga menunjukan bahwa siswa Indonesia hanya dapat memahami 30% dari materi reading (Ratri, 2016). Adapun membaca adalah kemampuan yang sangat penting dan harus dikuasai oleh siswa. Membaca adalah kemampuan dasar yang dapat menentukan kesuksesan siswa (Amalia & Arditiya, 2021).
## Solusi dan Target
Berdasarkan pada pentingnya kurikulum berbasis lingkungan dengan kearifan lokal dan urgensi upaya peningkatan kemampuan aspek membaca pada siswa penulis Menyusun
## ETAM: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat
reading worksheet . Reading worksheet ini berfokus pada kemampuan membaca teks berbahasa inggris dengan tema peduli lingkungan dengan nilai kearifan lokal khususnya sungai Mahakam. Sehingga reading worksheet tersebut diharapkan dapat membantu meningkatkan motivasi dan kemampuan siswa dalam membaca teks berbahasa inggris dan juga dapat memotivasi siswa untuk menjaga kebersihan lingkungan. Selanjutnya guru sekolah SDN 008 akan diberikan pelatihan untuk dapat menggunakan reading worksheet tersebut .
## METODE PELAKSANAAN KEGIATAN
Kegiatan ini dilaksanakan dengan dua tahap. Tahap pertama adalah penulis menyusun reading worksheet yang sesuai dengan kebutuhan guru dan siswa. Tahap kedua adalah penulis melakukan pelatihan atau penyuluhan untuk guru. Adapun penyuluhan dilakukan dengan pendekatan androgogi yang merupakan pendekatan pembelajaran untuk orang dewasa (Yamin et al., 2019). Kegiatan terbagi menjadi presentasi, diskusi dan kegiatan demonstrasi.
Adapun kegiatan ini melibatkan penulis sebagai narasumber dan guru-guru SDN 008 Samarinda Ilir. Kegiatan berlangsung pada 07 dan 08 Agustus 2023 di ruang guru SDN 008 Samarinda Ilir. Adapun alat yang digunakan adalah reading worksheet yang telah disusun oleh penulis. Adapun setelah pelatihan dilaksanakan, guru mengisi kuesionair untuk memberikan feedback terhadap reading worksheet yang disusun. Adapun kuesionair akan direspon menggunakan likert scale.
Berikut adalah beberapa pernyataan yang mengukur kuesionair dan keberhasilan pelatihan kurikulum untuk guru yang akan dijawab guru menggunakan likert scale 1-5.
Tabel 1. Pernyataan untuk kuesionair feedback reading worksheet
No Pernyataan
1 Worksheet mengandung gambar yang menarik untuk siswa
2 Worksheet mengandung pertanyaan yang menguji pemahaman siswa dalam membaca
3 Worksheet mengandung nilai kearifan lokal
4 Worksheet bertema kebersihan lingkungan
5 Worksheet mudah dipahami siswa
## ETAM: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat
Tabel 2 Pernyataan untuk kuesionair feedback pelatihan kurikulum
No Pernyataan
1 Guru memahami informasi yang disampaikan oleh narasumber
2 Guru dapat menggunakan reading worksheet bersama siswa
3 Demonstrasi penggunaan reading worksheet memudahkan guru untuk menggunakannya
4 Metode ceramah yang disampaikan menarik
5 Metode demonstrasi menggunakan reading worksheet menarik
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan telah berhasil dilaksanakan pada 07 dan 08 Agustus 2023 di ruang guru SDN 008. Adapun jumlah peserta adalah 25 guru SDN 008 Samarinda Ilir. Kegiatan dilaksanakan dengan dua tahapan yaitu tahap pertama adalah Menyusun reading worksheet . Adapun reading worksheet dapat dilihat pada Gambar 1 dan dan Gambar 2.
.
Gambar 1 Reading worksheet fokus pada kosa kata
## ETAM: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat
Gambar 2 Reading worksheet fokus pemahaman membaca
Tahap kedua adalah pelatihan penggunaan reading worksheet. Tahap pelatihan terbagi menjadi 3 sesi yaitu ceramah, tanya jawab dan demonstrasi. Kegiatan berlanhgsung dengan lancar dan mendapat antusias tinggi dari peserta seperti yang dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Pelatihan membuat reading worksheet
Setelah kegiatan dilaksanakan, selanjutnya penulis mengumpulkan feedback dari peserta untuk mengukur sejauh mana keberhasilan program yang diberikan. Adapun feedback dari guru mengenai reading worksheet dan kegiatan pelatihan adalah sebagai berikut yang dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.
## ETAM: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat
Tabel 3 Hasil feedback reading worksheet Kode Keterangan Jumlah 1 Worksheet mengandung gambar yang menarik untuk siswa 100 2 Worksheet mengandung pertanyaan yang menguji pemahaman siswa dalam membaca 85 3 Worksheet mengandung nilai kearifan lokal 80 4 Worksheet bertema kebersihan lingkungan 115 5 Worksheet mudah dipahami siswa Tabel 4 Hasil feedback pelatihan Kode Keterangan Jumlah 1 Guru memahami informasi yang disampaikan oleh narasumber 80 2 Guru dapat menggunakan reading worksheet bersama siswa 85 3 Demonstrasi penggunaan reading worksheet memudahkan guru untuk menggunakannya 90 4 Metode ceramah yang disampaikan menarik 100 5 Metode demonstrasi menggunakan reading worksheet menarik
## SIMPULAN
Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan dengan hasil penyusunan reading worksheet yang dapat digunakan oleh guru dan siswa dalam kegiatan membaca di kelas atau di luar kelas. Selain menyusun reading worksheet kegiatan juga dilaksanakan dengan memberikan pelatihan kepada guru-guru di SDN 008 Samarinda Ilir. Adapun kegiatan diikuti oleh 25 peserta yang merupakan guru dan tenaga kependidikan di ruang pertemuan SDN 008
## ETAM: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat
Samarinda Ilir pada 07 dan 08 Agustus 2023. Peserta memberikan feedback yang positif dan antusias yang tinggi terhadap kegiatan yang berlangsung. Kegiatan selanjutnya diharapkan dapat melakukan validitas terhadap reading worksheet yang disusun oleh penulis.
## UCAPAN TERIMA KASIH
Kegiatan ini mendapatkan bantuan dana pelaksanaan dari Politeknik Negeri Samarinda melalui hibah pengabdian kompetisi internal.
## DAFTAR PUSTAKA
Amalia, P. A., & Arditiya, A. (2021). Pendidikan Karakter Anak dan Persepsi Guru Terhadap Implementasi Dialogic Reading Dengan Tema Kearifan Lokal . Literasi Nusantara Abadi.
Ratri, S. Y. (2016). School Factors Influencing Indonesian Student Reading Literacy based on PIRLS Data 2006 and 2011. PROSIDING ICTTE FKIP UNS 2015 , 1 (1), 967 –981.
Yamin, M., Jamaluddin, Syukur, A., & Khairuddin. (2019). Meningkatkan Kemapuan Guru Menerapkan Kurikulum Berbasis Komptensi Di Pondok Pesantren Al-Aziziah Gunungsari Lombok Barat. Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA , 1 (2), 107 – 110.
|
42330b7b-e0c9-42ba-b8ab-dd374abf75bc | http://ji.unbari.ac.id/index.php/ilmiah/article/download/2358/1242 |
## JIUBJ
## Penerapan Produksi Bersih pada Kelompok Tani Tunas Muda Di Desa Pudak Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muaro Jambi
## Jalius, Fachroerozi Hoesni*, Firmansyah
Fakultas Peternakan, Universitas Jambi *Correspondence email: rozi.hoesni@gmail.com
Abstrak. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kelompok Tani Tunas Muda menerapkan produksi bersih. Objek penelitian adalah anggota kelompok Tani Tunas Muda yang memelihara ternak sapi potong di Desa Pudak Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muaro Jambi. Metode penelitian adalah survey, pengambilan data secara sensus, wawancara, dan pengamatan langsung. Data sekunder diperoleh dari kantor kepala Desa Pudak, kantor Camat Kumpeh Ulu, dan Dinas Peternakan Muaro Jambi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok Tani Tunas Muda di Desa Pudak Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muaro Jambi telah memanfaatkan limbah ternak (produksi bersih), meliputi limbah untuk penggunaan biogas 0,5% dan 100% limbah dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Dari 20 anggota hanya 1 anggota (5%) yang mengolah feces ternak menjadi biogas dan pupuk organik. Rata-rata produksi peces segar 842 kg per hari dan rata-rata produksi pupuk organik 587,9 kg per hari. Kesimpulan bahwa kelompok Tani Tunas Muda belum optimal menerapkan produksi bersih yaitu pembuatan biogas dan pupuk organik. Keuntungan mengurangi pencemaran lingkungan, dapat menambah penghasilan dan memudahkan petani mendapatkan pupuk organik.
Kata Kunci : Penerapan; Produksi Bersih; Kelompok Tani
Abstract. The purpose of the study was to find out the Tunas Muda farmer group applied clean production. The object of research is a member of the Tunas Muda farmer group who raises beef cattle in Pudak Village, Kumpeh Ulu District, Muaro Jambi Regency. The research method is a survey, census data collection, interviews, and direct observation. Secondary data were obtained from the Pudak village head office, the Kumpeh Ulu sub-district office, and the Muaro Jambi Livestock Service. The results showed that the Tunas Muda farmer group in Pudak Village, Kumpeh Ulu District, Muaro Jambi Regency had utilized livestock waste (clean production), including 0.5% biogas waste and 100% of the waste was used as organic fertilizer. Of the 20 members, only 1 member (5%) processes livestock manure into biogas and organic fertilizer. The average production of fresh peces is 842 kg per day and the average production of organic fertilizer is 587.9 kg per day. The conclusion is that the Tunas Muda farmer group has not optimally applied clean production, namely the manufacture of biogas and organic fertilizer. The advantage of reducing environmental pollution, can increase income and make it easier for farmers to get organic fertilizer.
## Keywords: Application; Clean Production; Farmers
## PENDAHULUAN
Produksi bersih merupakan suatu strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu yang perlu diterapkan secara terus menerus pada proses praproduksi dan produksi, sehingga mengurangi risiko terhadap manusia dan lingkungan. Produksi bersih tidak hanya menyangkut proses produksi, tetapi juga menyangkut pengelolaan seluruh daur hidup produksi, yang dimulai dari pengadaan bahan baku dan pendukung, proses dan operasi, hasil produksi dan limbahnya sampai ke distribusi serta konsumsi (Bapedal, 1998). Limbah peternakan umumnya meliputi semua kotoran yang dihasilkan dari suatu kegiatan usaha peternakan, baik berupa limbah padat dan cairan, gas, ataupun sisa pakan. Limbah peternakan adalah semua buangan dari usaha peternakan yang bersifat padat, cair dan gas. Limbah padat merupakan semua limbah yang berbentuk padatan atau dalam fase padat yaitu kotoran ternak, ternak yang mati atau isi perut dari pemotongan ternak. Limbah cair adalah semua limbah yang berbentuk cairan atau berada dalam fase cair yaitu air seni atau urin, dan air pencucian alat-alat. Sedangkan
limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas atau berada dalam fase gas (Soehadji, 1992)
Ternak sapi akan menghasilkan feses dan urine dari proses pencernaan. Feces ternak ruminansia menimbulkan gas metan (CH 4 ) yang cukup tinggi, gas metan ini adalah salah satu gas yang bertanggung jawab terhadap pemanasan global dan perusakan ozon, dengan laju 1% per tahun dan terus meningkat. Apabila gas tersebut di manfaatkan sebagai energi dapat dihindari perusakan lapisan ozon dan pemanasan globa. Berdasarkan kebutuhan rumah tangga peternakan untuk keperluan memasak di dapur dengan asumsi rataan kebutuhan per hari rumah tangga sebesar 1,23 liter minyak tanah, maka jumlah ternak yang harus dikelola 2 ekor. Selain itu pengolahan kotoran ternak juga bisa menghasilkan pupuk organik padat dan pupuk organik cair dan yang lebih penting lagi adalah mengurangi ketergantungan terhadap pemakaian bahan bakar minyak bumi yang tidak bisa diperbaharui. Desa Pudak mempunyai luas 1.400 Ha, dengan jumlah penduduk 4612 jiwa dan Jumlah RT sebanyak 20. Jumlah tenaga produktif usia 19-50 thn sekitar 39,41%, namun jumlah
Jalius et al., Penerapan Produksi Bersih pada Kelompok Tani Tunas Muda Di Desa Pudak Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muaro Jambi
ini akan lebih besar lagi bila dimasukan kelompok anak usia 15- 18 tahun yang masih menganggur dan juga jika dimasuki usia masih produktif umur 50-55 tahun. Mata pencaharian penduduk sebagaian besar bertumpu pada sektor peternakan 81,48% dan sebagian kecil sektor pertanian. Usaha pertanian yang dilakukan adalah padi sawah, kebun karet/sawit, palawija sekitar 8,52%.
Salah satunya kelompok peternak Sapi Tunas Muda yang terletak di RT 08 Desa Pudak Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muaro Jambi, kelompok ini berada dibawah binaan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Muaro Jambi. Kelompok ini ber anggota kan 20 kk. Kelompok peternak ini mengembangkan ternak sapi bali atau sapi potong. Keadaan ini didukung oleh strategisnya letak Desa Pudak Kecamatan Kumpeh Ulu ini dekat ke pusat pemasaran hasil perternakan yaitu ibu kota Propinsi Jambi dan masalah transportasi nyaris tidak ada kendala. Kelompok ini telah mandiri dan telah melakukan pertanian terpadu, memiliki gudang pengolahan pakan ternak, dan pengolahan limbah ternak menjadi pupuk organik dan memanfaatkan biogas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan produksi bersih di kolompok peternak sapi Tunas Muda.
## METODE
Penelitian dilaksanakan di kelompok peternak sapi Tunas Muda di RT 08 Desa Pudak Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muaro Jambi selama 1 bulan. Bahan yang di gunakan dalam penelitian adalah kelompok peternak Tunas Muda. Alat yang di gunakan adalah daftar kuisioner (daftar pertanyaan), alat tulis, buku tulis, dan dokumentasi. Objek yang di amati adalah peternak yang memelihara ternak sapi potong yaitu kelompok peternak sapi Tunas Muda. Penelitian merupakan metode survey dan data dihimpun secara sensus , sehingga pengambilan data di lakukan pada semua anggota kelompok peternak dengan cara wawancara langsung dan kuisioner (daftar pertanyaan) kepada responden pada saat penelitian berlangsung, selain itu data juga diperoleh dari observasi atau pengamatan langsung di lapangan dengan melihat, mengamati, dan mencatat hasil yang diproleh. Data yang di himpun meliputi data primer dan data sekunder. Data primer di proleh langsung dari peternak sapi potong melalui wawancara langsung dan kuisioner meliputi data identitas peternak, jumlah sapi potong, pengetahuan beternak, produksi limbah, pemanfaatan limbah, pengelolaan limbah, dan jumlah limbah, pendapatan dan pengeluaran. Sedangkan data sekunder di proleh dari kantor kepala Desa Pudak, Kantor Camat Kumpeh Ulu, Dinas Peternakan Muaro Jambi, dan sumber-sumber lainnya yang dapat menunjang penelitian ini meliputi yaitu data monografi desa, jumlah kelompok peternak, jumlah anggota kelompok peternak, populasi ternak, dan dana bantuan dalam pengembangan produksi bersih.
Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan menggunakan statistik sederhana dan dibuat dalam bentuk narasi sehingga menunjukan kualitas atau fenomena yang menjadi objek penelitian.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Kelompok Tani Tunas Muda mulai berdiri pada tahun 2002 sampai sekarang, kelompok ini merupan kelompok peternak yang mengusahkan pengemukan sapi potong, sehingga peternak tidak memelihara dari kecil, pembelian bibit ternak sapi dilakukan pada umur 1 Tahun 6 bulan kepada tengkulak yang ada di Jambi, penggemukan dilakukan selama 6 bulah sehingga pembelian bibit dilakukan pada bulan Januari sampai maret dan dijual lagi pada bulan Oktober sampai Desember ternak telah mencapai umur 2 Tahun. Bangsa sapi yang dipelihara adalah sapi Bali, yang mempunyai bentuk dan tanda-tanda yang hampir sama dengan banteng. Warna anak sapi Bali adalah merah bata, setelah dewasa warna itu tetap untuk betina dan kehitam- hitaman pada sapi Bali Jantan, pada pantat dan keempat kakinya mulai dari tersus dan korpus terdapat warna putih. Tanduk ternak jantan lebih besar dari pada sapi bali betina serta kesamping lalu ke atas dan meruncing (Reksohadiprodjo, 1984).
## Sistem Pemeliharaan
Usaha peternakan yang dilakukan oleh anggota kelomok Tani Tunas Muda berdasarakan hasil penelitian adalah usaha gaduhan sapi potong yang menggunakan sistem depok atau kreman. Sapi yang dikandangkan yaitu sapi jantan dan betina yang dipelihara dalam kandang tertentu, tidak dipekerjakan tetapi hanya diberikan makan untuk menaikkan bobot badan sapi tersebut untuk dijual. Kandang berlokasi disamping rumah anggota kelompok dengan jarak 4-6 meter, ukuran masing-masing kandang yaitu panjang 2 Meter dengan lebar 1 Meter, dengan ketinggian atap 5 Meter, lantai terbuat dari beton dengan kemiringan 3 derajat dari lahan sekitar, lebar saluran pembuangan 25 cm, tempat pakan terbuat dari beton dengan lebar 50 cm x 50 cm, dinding kandang pada kedua sisi kandang terbuat dari kayu, sedangkan atap kandang terbuat dari seng. 10- 15 % ditumbuhi tanaman multikultural seperti pohon sukun, jambu biji, pohon kelapa, dan pohon kelapa sawit. Menurut Teuku (1991), bahwa lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah di capai oleh kendaraan, kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang serta dekat dengan lahan pertanian.
Pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari yaitu pada pagi hari, siang hari dan sore hari. Pakan yang diberikan berupa hijauan yang terdiri dari berbagai jenis. Umumnya berupa rumput raja, rumput gajah, rumput
Jalius et al., Penerapan Produksi Bersih pada Kelompok Tani Tunas Muda Di Desa Pudak Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muaro Jambi
pahitan dan rumput kumpeh, serta rumput lapangan lainnya yang banyak di daerah tersebut, disini tidak ada diberikan kosentrat. Akan tetapi dalam penyediaan pakan peternak belum memperhatikan kualitas dan kuantitas pakan untuk ternak, selain itu peternak juga memberikan garam yang dicampur dalam air minum, hal ini dilakukan peternak untuk merangsang nafsu makan dan mencukupi kebutuhan mineral bagi ternak. Suharno (1994) menyatakan bahwa salah satu komponen yang sangat penting dari suatu Usaha Peternakan adalah pakan. Dimana pemilihan jenis pakan dan tatalakasana pemberian pakan sangat mempengaruhi keberhasilan suatu peternakan. Memandikan ternak dilakukan satu kali sehari yaitu pada pagi hari. Menurut Siregar (2000) Sedapat mungkin diupayakan ternak dimandikan minimal satu kali sehari atau dua kali sehari apabila tersedia air, sapi sangat perlu dimandikan pada pagi hari karena biasanya pada malam hari telah penuh dengan kotoran yang menempel pada tubuhnya.
Pembersihkan kandang dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Menurut Bandini (1999), Kebersihan kandang dan ternak harus selalu diperhatikan demikian juga dengan peralatan yang digunakan seperti sekop, ember, serung tangan dan peralatan lainnya agar tidak terserang penyakit. Didukung oleh pendapat Siregar, (2000), bahwa kebersihan harus selalu dijaga kotoran sapi harus selalu dibuang pada tempat yang telah disediakan, genangan air dalam kandang harus dikeringkan untuk menghindari berkembang biaknya kuman, bakteri maupun jamur dan diupayakan tidak ada lalat atau serangga lain yang dapat menggangu ternak dikandang. Pengerukan tempat pengendapan limbah dan membersihkan selokan di lakukan 1 hari dua sekali yaitu pada pagi hari dan sore hari, sehingga pencemaran dari peternakan minim sekali. Hal ini juga ditegaskan oleh Dinas Lingkungan Hidup bahwa peternakan telah melakukan upaya pencegahan pencemaran lingkungan dengan baik dengan cara menambah tempat penampungan limbah yang semula hanya 2 tempat sekarang menjadi 6 tempat (KLH 2003).
## Produksi Limbah
Tabel 1. Kegiatan Pemeliharaan dan limbah yang ditimbulkan
Peternakan Kelompok Tani Tunas Muda Jam Kegiatan Limbah 06.00 Pembersihan Kandang Ternak, Pembersihan Ternak, Pemberian Pakan Rumput Feces, Urin, Air, Sisa Pakan Air 12.00 Pemberian Pakan Rumput
15.00 Pembersihan Lingkungan, Pembersihan Kandang Ternak Feces, Urin, Air, Sisa pakan 17.00 Pemberian Pakan Rumput
Sumber: data olahan
Tabel 1. Limbah yang yang di proleh dari kegiatan pemeliharaan yaitu limbah padat dan limbah cair.
Limbah padat berupa feces dan sisa pakan sedangkan limbah cair berupa urin dan air. Sesuai dengan Soehadji (1992), limbah peternakan adalah semua buangan dari usaha peternakan yang bersifat padat, cair dan Gas. Limbah padat merupakan semua limbah yang berbentuk padatan atau dalam fase padat (kotoran ternak, ternak yang mati atau isi perut dari pemotongan ternak). Limbah cair adalah semua limbah yang berbentuk cairn atau berada dalam fase cair (air seni atau urine, air pencaucian alat-alat).
Tabel 2. Jumlah Limbah Padat yang di hasilkan ternak/ekor/hari (kg) No. Ternak Sapi Jantan Produksi Feces (Kg) 1 Jantan Dewasa 12 2 Betina Dewasa 10 3 Jantan Remaja 10 4 Betina Dara 8 Sumber: data olahan
Tabel 2 Ternak jantan dewasa memiliki limbah padat terbanyak yaitu 12 kilogram per hari dan betina dara memiliki feces terendah yaitu 8 kilogram per hari. Jumlah feces yang dikeluarkan oleh seekor ternak sapi 8 sampai 12 kilogram/ekor/harinya. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Sihombing (2000). Menyatakan rata- rata feses yang diekskresikan oleh ternak sapi potong sebesar 10 kilogram/ekor/hari dan air kencing yang dikeluarkan oleh seekor sapi rata-rata 8 liter/hari. Kadar air feses segar sekitar 70%, untuk diolah menjadi pupuk organik maka kadar air feses diturunkan hingga 50 – 60%. Penyusutan selama proses dekomposisi sebesar 30 – 40% sehingga rata- rata setiap induk ternak sapi potong menghasilkan pupuk organik sebanyak 11,36 kg/hari atau 4.145 kg/ekor/tahun, dengan demikian potensi pupuk organik yang dihasilkan oleh peternak.
## Potensi Pemanfaatan Kotoran Ternak
Hasil penelitian, semua anggota kelompok Tani Tunas Muda telah memanfaatkan feces ternak (Produksi Bersih). Ada yang memanfaatkan sendiri untuk pupuk ladang pertanian dan dijual. Harga jual feces segar Rp 120 per kilogram, dan telah menjadi pupuk organik di jual dengan harga Rp 1.000 per kilogram. Jumlah ternak yang dimiliki sebanyak 79 ekor menghasilkan feces segar selama sebulan 25.260 kg dan menghasilkan pupuk organik sebanyak 17.639 kg. Pencegahan pencemaran merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan strategi dan teknologi produksi bersih yang tujuannya penghilangan atau pengurangan jumlah limbah. Menurut Bapedal (1998), ada beberapa manfaat dari penerapan produksi bersih, meningkatkan efisiensi dan efektifitas penggunaan bahan baku, energi dan sumber daya lainnya, meningkatkan efisiensi dalam proses produksi sehingga dapat mengurangi biaya pengolahan limbah, mengurangi bahaya terhadap
Jalius et al., Penerapan Produksi Bersih pada Kelompok Tani Tunas Muda Di Desa Pudak Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muaro Jambi
kesehatan dan keselamatan kerja, mengurangi dampak pada keseluruhan siklus hidup produk mulai dari pengambilan bahan baku sampai pembuangan akhir setelah produk tersebut digunakan, meningkatkan daya saing produk di pasaran dan mampu meningkatkan image yang baik bagi perusahaan, menghindari biaya pemulihan lingkungan, mendorong dikembangkanya
teknologi pengurangan limbah pada sumbernya dan produk ramah lingkungan. Pengolahan limbah ternak yang dilakukan oleh kelompok Tani Tunas muda yaitu memanfaatkan limbah menjadi biogas 0,5% dan pupuk organik 100%. Kegiatan pemanfaatan kotoran ternak sangat berpengaruh dalam penerapan produksi bersih di usaha peternakan.
Tabel 3. Kegiatan Pemanfaat Pengolahan Limbah No. Kegiatan Manfaat Ekonomi Lingkungan 1 Pemanfaatan limbah menjadi Biogas Mengurangi biaya untuk memasak Mengurangi pencemaran lingkungan
2 Pemanfaatan limbah menjadi pupuk organik Menambah pendapatan peternak Mengurangi pencemaran lingkungan 3 Mengaliri sisa limbah dari pengolahan limbah ke usaha pertanian Menambah pendapatan petani Mengurangi pencemaran lingkungan Sumber: data olahan
Tabel 3 menunjukkan bahwa dari kegiatan pengolahan limbah dapat bermanfaatkan bagi ekonomi dan lingkungan.
## Pengolahan Limbah Menjadi Biogas
Jumlah 20 anggota kelompok Tani Tunas Muda hanya satu anggota (5 %) yang mengelola feces menjadi biogas karena anggota lain masih mengunakan gas elpiji, kayu bakar dan minyak tanah untuk memasak. Peternakan yang mengelola feces menjadi biogas adalah hanya ketua kelompok. Mulai menggunakan biogas dari tahun 2010 hingga sekarang dengan bantuan satu set alat pembuatan biogas dari LIPI melewati pengabdian dosen. Volume biodigester yang di miliki sebesar 2 m3. Keuntungan yang di dapat yaitu tidak mengeluarkan lagi biaya untuk memasak. Sebelum menggunakan biogas dalam satu hari menghabiskan 1,23 liter minyak tanah dengan harga sekarang Rp 12.230,- .Menurut Direktorat Jenderal Peternakan (2013), bahwa berdasarkan kebutuhan rumah tangga peternakan untuk keperluan memasak di dapur dengan asumsi rataan kebutuhan per hari rumah tangga sebesar 1,23 liter minyak tanah, maka jumlah ternak yang harus dikelola berdasarkan Kotoran Ternak Segar (KTS) yang dihasilkan. Dari perhitungan potensi KTS yang dihasilkan per hari, maka volume biodigester yang diperlukan adalah sebesar 2 m3, dengan demikian 1 rumah tangga peternak apabila mempunyai 2 ekor sapi cukup untuk menghasilkan biogas yang setara dengan 1,23 liter minyak tanah.
Limbah ternak yang digunakan dalam mengelola biogas yaitu limbah cair dan limbah padat. Limbah padat yang digunakan untuk satu kali produksi biogas yaitu 5 kilogram dan limbah cair 3 liter. Gas yang dihasilkan oleh feces ternak merupakan gas campuran metan (CH 4 ) , karbon dioksida (CH 2 ), dan sejumlah kecil nitrogen, amonia, sulfur dioksida, hidrogen sulfida dan hydrogen melewati proses pencernaan anaerobik, Proses anaerobik yaitu proses pencernaan bahan organik oleh aktivitas bakteri metagonetik dan bakteri asidogenetik pada kondisi tanpa udara. Bakteri ini secara alami terdapat
dalam limbah yang mengandung bahan organik. Proses anaerobik dapat berlangsung di bawah kondisi lingkungan yang luas meskipun proses yang optimal hanya terjadi pada kondisi yang terbatas. Terbuatnya biogas melalui tiga tahap proses yaitu (a) Hidrolisis, pada tahap ini terjadi penguraian bahan-bahan organik mudah larut dan pencernaan bahan organik yang komplek menjadi sederhana, perubahan struktur bentuk polimer menjadi bentuk monomer, (b) pengemasan, pada tahap pengemasan komponen monomer (gula sederhana) yang terbentuk pada tahab hidrolisis akan menjadi bahan makanan bagi bakteri pembentuk asam. Produk akhir dari perombakan gula-gula sederhana yaitu asam asetat, propionate, format, laktat, alkoho, dan sedikit butirat, gas karbondioksida, hidrogen dan ammonia. (c) metanogenetik, pada tahap ini terjadi proses pembentukan gas metan (Ghose, 1980). Prosedur dalam pembuatan biogas di dapat peternak melalui penyuluhan dan pengalaman. Berdasarkan penglihatan langsung di lapangan cara mengolah feces menjadi biogas yaitu Feces segar di masukkan ke dalam ember tempat pengadukan sementara. Kemudian di campur dengan urin dengan perbandingan 5 kg feces 3 liter urin, penambahan ini dilakukan rutin setiap hari. Seterusnya di aduk hingga rata sampai menjadi seperti lumpur. Bahan tersebut di masuk ke dalam digester melalui lubang pemasukan.
Pada pengisian pertama kran gas yang ada di atas digester dibuka agar pemasukan lebih mudah dan udara yang ada di dalam digester terdesak keluar. Pada pengisian pertama ini dibutuhkan lumpur kotoran sapi dalam jumlah yang banyak sampai digester penuh. Setelah digester penuh, kran gas ditutup supaya terjadi proses fermentasi. Membuang gas yang pertama dihasilkan pada hari ke-1 sampai ke-8 karena yang terbentuk adalah gas CO2. Sedangkan pada hari ke-10 sampai hari ke-14 baru terbentuk gas metan (CH4) dan CO2 mulai menurun. Pada komposisi CH4 54% dan CO2 27% maka biogas akan menyala. Pada hari ke-14 gas yang terbentuk dapat digunakan untuk menyalakan
Jalius et al., Penerapan Produksi Bersih pada Kelompok Tani Tunas Muda Di Desa Pudak Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muaro Jambi
api pada kompor gas atau kebutuhan lainnya. Mulai hari ke-14 sudah bisa menghasilkan energi biogas yang selalu terbarukan. Biogas ini tidak berbau seperti kotoran sapi. Selanjutnya, degister terus diisi lumpur kotoran sapi secara kontinyu sehingga dihasilkan biogas yang optimal (Juheini, 1999). Cara menggunakan kompor biogas yaitu buka kran gas yang mengalir ke kompor dengan perlahan, nyalakan api dengan korek api sampai menyala normal, aturlah nyala api sesuai dengan kebutuhan - matikan kran gas jika sudah selesai masak, pastikan kran gas sudah tertutup dan aman. Di samping keunggulan teknologi biogas, terdapat juga kendala- kendala dalam penerapannya dilapangan antara lain: (a) biaya pembuatan digester yang relatif mahal, (b) dari segi operasional perlu penanganan dan perawatan yang intensif, dan (c) belum semua peternak menguasai teknologi pembuatan dan pengoperasian biogas secara baik dan benar.
## Pengolahan Limbah Ternak Menjadi Kompos
Berdasarkan penglihatan langsung di lapangan dari 20 anggota kelompok Tani Tunas Muda hanya satu anggota (5%) yang menggelola feces menjadi kompos yaitu ketua kelompok di dalam pembuatan pupuk organik tidak ada dimanfaatkan urin. Tata cara pembuatan pupuk organik di dapat peternak melalui penyuluhan yang diadakan Dinas Peternakan Muaro Jambi dalam rangka meningkatkan produktifitas peternak. Cara pembuatan feces menjadi pupuk organik yaitu: Terlebih dahulu feces di lakukan pengeringan dengan menjemur feces pada tempat yang telah di sediakan dan di bawah sinar matahairi kurang lebih 5 hari, sambil di bolak balik. Setelah feces kering di bawa ke tempat penggilingan dan di lakukan penggilingan. Setelah feces di giling di lakukan pencampuran dengan skam padi (10 : 1) dan serbuk gargaji ( 10 : 1 ) seterunya di samprot dengan tricodarma (10 : 0,5 ), di campur samapi rata. Pupuk kompos siap dipasarkan. Penelitian dapat data yaitu rata-rata produksi feces segar yaitu 842 kg/ hari, pembuatan pupuk organi dilakukan penjemuran selama kurang lebih 5 hari. Menurut Sihombing (2000), bahwa kadar air feces segar sekitar 70%, untuk diolah menjadi pupuk organik maka kadar air feces di turunkan hingga 50 – 60%. Penyusutan selama proses dekomposisi sebesar 30 – 40%. Dari penelitian rata-rata produksi pupuk organik sebanyak 587,9 Kg/hari. Analisis usaha pengolahan limbah ternak menjadi pupuk organik Selama ini dapat dihitungn berdasarkan rasio perbandingan Benefit dan biaya yang dikeluarkan (C). B/C rasio menunjukkan bahwa kegiatan pengolahan limbah ternak ini layak untuk direalisasikan, karena B/C RATIO = 1,2 artinya bahwa setiap Rp. 1.000 yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan sebesar Rp. 1.200. Break Even Point (BEP), BEP = Total Biaya Produksi : Total Produksi Pupuk Organik = Rp. 13.981.200 : 17637 Kg = Rp. 793 / Kg. BEP
Produksi = Total biaya produksi : Harga jual = Rp.13.981.200 : Rp.1.000 / Kg = 13.981 Kg. Hal ini menunjukan bahwa usaha pengolahan limbah ini akan mencapai titik impas, jika total produksi mencapai berat 13.981 kg atau harga jual pupuk organik Rp. 793 /kg.
## SIMPULAN
Kelompok Tani Tunas Muda telah menerapkan produksi bersih meliputi limbah untuk penggunaan biogas 0,5% dan 100% limbah dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Keuntungan yang diproleh dalam menggelola feces menjadi pupuk organik yaitu dapat menambah penghasilan, pencemaran lingkungan dapat diatasi, produk yang dihasilkan jauh dari pencemaran lingkungan dan laris dipasaran, dan memudahkan petani mendapatkan pupuk organik.
## DAFTAR PUSTAKAN
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal). 1998. Produksi Bersih di Indonesia. Laporan Tahunan . Jakarta.
Bandini, Y. 1999. Sapi Bali . Cetakan ke II. Penebar Swadaya, Jakarta.
Dirjen Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). 2003.
Kebijakan Nasional Produksi Bersih . Jakarta. www.Menlh.go.id. Diakses 16 Januari 2013.
Ghose. 1980. Alternatif Pengelolaan Limbah Cair dan Padat RPH. Prosiding , Workshop Teknologi Lingkungan. BPPT. Jakarta.
Hadiyarto, A. 2004. Pencegahan Pencemaran
Lingkungan. Jurnal Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro , 2, 7-11.
Juheini, N dan Sakryanu, KD. 1998. Perencanaan Sistem
Usaha Tani Terpadu dalam Menunjang Pembangunan Peternakan yang berkelanjutan : Kusus Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Jurnal Agro Ekonomi (JAE), 17(1). Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Balitbangtan. Deptan. Jakarta.
Reksohadiprodjo. 1984. Ternak Potong dan Kerja . CV. Yasaguna. Jakarta.
Sihombing. 2000. Sapi Potong . Penebar Swadaya, Jakarta.
Siregar, S. B. 2000. Sapi Potong . Penebar Swadaya, Jakarta.
Soehadji. 1992. Kebijaksanaan Pemerintah dalam Pengembangan Industri Peternakan dan Penanganan Limbah Petemakan. Makalah Seminar . Direktorat Jenderal Peternakan.
Departemen Pertanian. Jakarta. Suharno. 1994. Agribisnis Berbasis Peternakan . Lembaga Penelitian IPB. Bogor.
Teuku Nursyirwan Jacoeb dan Sayid Munandar. 1991.
Petunjuk Teknis Pemeliharaan Sapi Potong . Direktorat Bina Produksi Peternakan.
|
eb740821-28a3-463f-a1b9-71b35ce96285 | https://e-journal.unair.ac.id/JHPR/article/download/32059/16630 |
## INOVASI FOOD PACKAGING ANTI MIKROBA DARI LIMBAH KULIT PISANG DAN BIJI DURIAN
ANTI-MICROBIC FOOD PACKAGING INNOVATION FROM WASTE BANANA SKIN AND DURIAN SEEDS
Received: 10/10/2020; Revised: 10/11/2020; Accepted: 25/03/2021; Published: 30/05/2021
Reno Susanto*, W. Revika, Irdoni
Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik,Universitas Riau Jl. Bina Widya, Pekabaru 28293
*Corresponding author: renosusanto2345@gmail.com
## ABSTRAK
Edible film merupakan pengemas yang memiliki kelebihan untuk mudah didegradasi sehingga tidak menimbulkan permasalahan lingkungan seperti sampah plastik yang dapat mencemari lingkungan. Edible film dinilai memiliki prospek yang baik untuk diaplikasikan pada daging, dikarenakan daging mempunyai keterbatasan umur simpan. Penambahan bahan antimikroba pada edible film berupa minyak atsiri daun kemangi berguna untuk mengurangi pertumbuhan mikroba. Tujuan penelitian ini adalah membuat edible film untuk memperpanjang umur simpan daging beku, memanfaatkan limbah kulit pisang dan biji durian sebagai bahan utama pembuatan edible film serta menggunakan minyak atsiri daun kemangi sebagai bahan antimikroba. Tahapan kegiatan yang dilakukan pada penelitian ini mencakup persiapan bahan baku limbah kulit pisang, biji durian, dan daun kemangi. Tahapan ini meliputi proses ekstraksi masing-masing bahan yang menghasilkan pektin dari kulit pisang, pati dari biji durian, dan minyak atsiri dari daun kemangi. Selanjutnya pembuatan edible film dari bahan baku tersebut divariasikan rasio antara massa pektin dan pati. Edible film yang terbentuk dianalisa menggunakan FTIR, uji daya tarik, serta uji pertumbuhan mikroba dengan membandingkan daging yang dilapisi dengan edible film dan daging yang tidak dilapisi edible film. Karakteristik edible film yang dihasilkan yaitu memiliki ketebalan sebesar 0.1 mm dengan nilai kuat tarik sebesar 64.65 MPa - 75.34 MPa dan nilai persen elongasi 0.318 % - 0.36 %. Edible film terbaik dihasilkan pada perbandingan 4:1 (pektin:pati) dengan penambahan antimikroba yang memiliki ketebalan film 0.1 mm dengan nilai kuat tarik sebesar 75.34 MPa dan persen elongasi 0.35%.
Kata kunci: Anti Microbial, Edible Film, Minyak Atsiri, Pektin, Pati.
## ABSTRACT
Edible film is a packaging that has the advantage of being easily degraded so that it does not cause environmental problems such as plastic waste which can pollute the environment. Edible film is considered to have good prospects for application in food ingredients, one of which is meat, because meat has a limited shelf life. The addition of antimicrobial ingredients to the edible film in the form of essential oil of basil leaves is useful for reducing microbial growth. The purpose of this study was to make edible films to extend the shelf life of frozen meat, utilize banana peels and durian seeds as the main ingredients for making edible films and use basil essential oil as an antimicrobial agent. The stages of activities carried out in this study included the preparation of raw materials for waste banana peels, durian seeds, and basil leaves. This stage includes the extraction process of each ingredient that produces pectin from banana peels, starch from durian seeds, and essential oil from basil leaves. Furthermore, the making of edible films from these raw materials varied the ratio between the mass of pectin and starch. The formed edible films were analyzed using FTIR, attractiveness test, and microbial growth testing by comparing meat coated with edible film and meat not coated with edible film. The characteristics of the
Journal of Halal Product and Research (JHPR) e-ISSN: 2654-9778; p-ISSN: 2654-9409
edible film produced are 0.1 mm thick with a tensile strength value of 64.65 MPa - 75.34 MPa and a percent elongation value of 0.318% - 0.36%. The best edible film was produced at a ratio of 4: 1 (pectin: starch) with the addition of antimicrobials which had a film thickness of 0.1 mm with a tensile strength value of 75.34 MPa and 0.35% elongation percent.
Keyword: Anti Microbial, Edible Film, Essential Oil, Pectin, Starch
How to cite: Reno S, Revika W, Irdoni. 2021. Anti-Microbic Food Packaging Innovation from Waste Banana Skin and Durian Seeds. Journal of Halal Product and Research . 4(1), 43-49, https://dx.doi.org/10.20473/jhpr.vol.4-issue.1.43-49.
## PENDAHULUAN
Bahan pengemas makanan yanng saat ini banyak digunakan seperti plastik dan sterofoam sangat berbahaya untuk makanan dan tidak ramah lingkungan serta mengakibatkan banyaknya sampah yang dihasilkan. Untuk itu diperlukan sebuah inovasi untuk mengatasi permasalahan ini salah satunya dengan membuat edible film. Edible film merupakan pengemas yang memiliki kelebihan untuk mudah didegradasi sehingga tidak menimbulkan permasalahan lingkungan seperti sampah plastik yang dapat mencemari lingkungan (Lestari dan Yohana, 2008). Penggunaaan edible film yang mengandung bahan antimikroba dapat lebih efisien dalam mengatur proses migrasi bahan aktif ke dalam produk pangan dibandingkan dengan penyemprotan maupun pencelupan.
Pencelupan dapat berakibat pada berkurangnya aktivitas antimikroba karena larut dalam matriks makanan ataupun bereaksi dengan komponen pangan seperti protein dan lemak. Permukaan daging yang dikemas dengan lapisan film antimikroba akan senantiasa dilindungi oleh bahan antimikroba sehingga kontaminasi dapat dikurangi untuk memperpanjang umur simpan daging segar (Mauriello et al., 2005). Pemilihan bahan kulit pisang di kombinasikan dengan biji durian disebabkan karena tingginya tingkat produksi limbah kulit pisang dan biji durian di Provinsi Riau , biji durian kaya akan karbohidrat terutama patinya yang cukup tinggi sekitar 42,1 % dibanding dengan pati ubi jalar 27,9% atau singkong 34,7% (Afif, 2009). Menurut FAO (2003) limbah kulit pisang berjumlah 40% dari total jumlah berat buah pisang. Limbah kulit pisang selama ini hanya dibuang sebagai pakan ternak, padahal mengandung komponen berupa pektin. Jumlah produksi buah pisang menurut BPS Provinsi Riau pada tahun 2013 mencapai 19.685. Adapun produksi limbah kulit buah pisang kepok segar maupun kering masing-masing sebesar 15247,5 gr dan 110,2 gr per hari.
Dengan penelitian ini, kami memanfaatkan limbah kulit pisang yang dimodifikasi dengan biji durian sebagai bahan utama edible film serta minyak daun kemangi sebagai antimicrobial agent, sehingga diharapkan menghasilkan edible film yang tahan lama dan anti terhadap mikroba, yang diaplikasikan ke daging sehingga dapat memperpanjang umur simpan daging beku. Penelitian ini diharapkan kualitas produk yang dihasilkan lebih baik secara kualitas dibandingkan dengan edible film dari bahan baku lain.
## METODE PENELITIAN
## Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah pektin dari kulit pisang,pati biji durian, minyak atsiri daun kemangi, HCl 0,05 N, etanol 96%, kapur sirih, gliserol, kertas saring dan akuades. Adapun peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau, blender, neraca analitik, ayakan 100 mesh, termometer, gelas ukur, gelas kimia, oven, heater, mechanical stirrer, kaca, dan refrigerator.
## Ekstraksi Pati Biji Durian
Proses ekstraksi pati biji durian dilakukan berdasarkan metode yang digunakan oleh Hutapea (2010). Proses ekstraksi dimulai dengan memisahkan biji durian dari kulit bijinya lalu direndam dalam larutan kapur sirihh selama 12 jam. Biji durian kemudian dibersihkan dari lendir menggunakan air bersih. Selanjutnya dengan air perbandingan 1:10, biji durian dihaluskan dengan blender kemudian disaring dengan saringan untuk memisahkan pati dari komponen yang tidak larut air. Filtrat yang diperoleh kemudian diendapkan selama 24 jam dan dilakukan dekantasi. Endapan yang didapat kemudian dicuci menggunakan akuades dan diendapkan kembali selama 24 jam. Endapan yang dihasilkan diletakkan di dalam wadah. Lalu endapan pati dikeringkan dalam oven dengan suhu 500C selama 24 jam. Endapan
Journal of Halal Product and Research (JHPR) e-ISSN: 2654-9778; p-ISSN: 2654-9409
pati yang telah kering dihaluskan menggunkan blender kering dan diayak menggunakan ayakan 100 mesh. Pati yang dihasilkan digunakan untuk pembuatan edible film dan dilakukan analisis FTIR.
## Ekstraksi Pektin Kulit Pisang
Bahan yang dipakai adalah kulit pisang kepok, dicuci bersih dengan air kemudian dipotong kecil- kecil, dan dikeringkan dibawah sinar matahari langsung. Kulit pisang yang sudah kering lalu dihancurkan dengan menggunakan blender hingga menjadi serbuk, setelah itu diayak dengan ayakan 100 mesh (Ahda dan Berry, 2008). Bubuk kulit pisang ini yang kemudian digunakan untuk proses ekstraksi. Sebanyak 6 gram serbuk kulit pisang kepok yang sudah diayak dimasukkan ke dalam labu, sebagai pelarut digunakan asam klorida 0,05 N 200 ml. Pemanas listrik dihidupkan dengan suhu 70 ºC lalu pengaduk magnetik dijalankan. Waktu ekstraksi selama 120 menit. Setelah diekstraksi, bahan disaring dengan kertas saring dalam keadaan panas. Filtrat dari hasil penyaringan ditambah dengan etanol 96% dengan perbandingan volume 1:1 sambil diaduk-aduk sehingga terbentuk endapan. Presipitat dipisahkan dari larutannya dengan cara disaring dengan menggunakan kertas saring. Pemurnian presipitat dilakukan dengan menggunakan etanol secara berulang-ulang. Setelah itu keringkan dibawah sinar matahari langsung sampai diperoleh berat yang konstan. Kemudian diayak dengan ayakan 100 mesh. Selama proses ekstraksi dilakukan pengadukan dengan mechanical stirrer. Hasil optimum rendeman pektin kering digunakan untuk pembuatan edible film dan dilakukan analisis FTIR (Ahda dan Berry, 2008).
## Ekstraksi minyak atsiri daun kemangi
Ekstraksi minyak atsiri daun kemangi dilakukan dengan metode destilasi uap air. Minyak atsiri daun kemangi yang dihasilkan kemudian dianalisa dengan FTIR.
## Pembuatan Edible Film
Dua jenis larutan awalnya disiapkan terlebih dahulu, yaitu larutan pektin kulit pisang dan pati biji durian. Pektin kulit pisang dilarutkan dengan akuades 150 ml kemudian dipanaskan pada selama 30 detik suhu 75ºC dengan mechanical stirrer sampai terbentuk larutan pektin yang homogen. Selanjutnya membuat larutan pati biji durian. Pertama, larutkan pati sagu dengan 150 ml akuades ke dalam gelas piala kemudian diaduk sampai terbentuk larutan homogen. Setelah kedua larutan yang telah dipersiapkan selesai, kemudian dilakukan pencampuran di dalam gelas piala pada suhu 75ºC selama 15 menit sampai terbentuk larutan homogen. Selanjutnya ditambahkan gliserol sebanyak 1 ml, kemudian diaduk dan dipanaskan hingga homogen. Setelah itu, larutan dituang ke dalam cetakan dan dikeringkan pada suhu ruang selama 2 hari . Film yang terbentuk kemudian dilepas dari cetakan kaca dengan cara mengangkat lembaran tipis dari salah satu sisi ke arah horizontal secara pelan-pelan hingga seluruh permukaan film terlepas dari cetakan dan dapat diuji karakteristik dan sifat mekaniknya. Prosedur pembuatan edible film dapat dilakukan dengan variasi massa pektin: pati (4:1 dan 1:4).
## HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa Gugus Fungsi Menggunakan FT-IR
Pengujian gugus fungsional pektin, pati, minyak atsiri, edible film, dilakukan dengan spektrofotometer infra merah (FT-IR). Analisa ini bertujuan untuk mengetahui perubahan gugus fungsi dari suatu bahan atau matriks yang dihasilkan. Pengujian ini dilakukan pada pektin, pati, minyak atsiri daun kemangi dan sample edible film. Spektrum hasil analisa FT-IR sampel pektin, pati, minyak atsiri daun kemangi dapat dilihat pada Gambar 1 dan hasil analisa FT-IR edible film dapat dilihat pada Gambar 2. Spektrum FT-IR menunjukkan bahwa pektin mengandung gugus O-H, C-H alifatik, C=O karbonil dan C-O. Pada spektrum inframerah dari pati diperoleh pita serapan pada 932,89 cm-1 menunjukkan adanya ikatan C-H Alkana merupakan vibrasi ulur C-H alifatik, pita serapan 1643,42 cm-1 menunjukkan adanya ikatan C=C, pita serapan 1150,59 cm-1 menunjukkan adanya ikatan C-O dengan pita serapan yang tajam dan menunjukkan adanya gugus fungsi pati, pita serapan 862,22 cm-1 menunjukkan adanya ikatan C-C, pita serapan 3198,11-3129,64 cm-1 dan 3468,16 cm-1 menunjukkan adanya ikatan O-H dan juga terdapat pati.
Spektrum FT-IR menunjukkan bahwa pati mengandung gugus fungsi hidroksil (O-H) yang berikatan dengan hidrogen, alkana (C-H), aldehida (C-H), Karboksil (C-O) serta alkena (C=C). Pada spektrum inframerah dari minyak atsiri daun kemangi diperoleh pita serapan 3078,52 cm-1 menunjukkan adanya ikatan O-H, pita serapan 2835,48 cm-1 menunjukkan adanya ikatan C-H, pita serapan 1639,56
Journal of Halal Product and Research (JHPR) e-ISSN: 2654-9778; p-ISSN: 2654-9409
cm-1 menunjukkan adanya ikatan C=C, pita serapan 1175,66 cm-1 menunjukkan adanya ikatan C-O. Minyak atsiri daun kemangi mengandung eugenol yang merupakan turunan senyawa fenol yang memiliki efek antimikroba.
Gambar 1. Spektrum FT-IR (a) Minyak Atsiri Daun Kemangi, (b) Pati Biji Durian, (c) Pektin Kulit Pisang
Gambar 2. Spektrum FT-IR Edible Film
## Uji Sifat Fisik-Mekanik Edible film
Komponen penyusun edible film sangat berpengaruh terhadap sifat mekanik edible film yang dihasilkan. Edible film yang dihasilkan pada penelitian ini memiliki ketebalan rata-rata 0,1 mm. Sifat mekanik edible film dipengaruhi oleh tiga parameter yaitu kuat tarik, elongasi, dan modulus young. Tabel 1 merupakan tabel sifat mekanik edible film yang dihasilkan. Berikut ini table dan grafik hasil uji analisis sifat mekanik edible film :
Tabel 1. Sifat mekanik edible film No. Perbandingan (Pektin:Pati) (g/g) Kuat Tarik (Mpa) Elongasi (%) Modulus Young (MPa) 1. 4:1 73,07 0,36 20.309,65 2. 4:1 (Antimikroba) 75,34 0,35 21.452,50 3. 1:4 68,39 0,32 21.031,70 4. 1:4 (Antimikroba) 64,65 0,318 20.297,48
Dari Gambar 3 dan Gambar 4 dapat diketahui bahwa kuat tarik berbanding lurus dengan modulus young dan berbanding terbalik dengan elongasi. Dari gambar tersebut menunjukkan bahwa kuat tarik yang optimum pada perbandingan pektin-pati 4:1 dengan penambahan minyak atsiri daun kemangi dengan nilai kuat tarik sebesar 75,34 MPa, elongasi terbaik pada perbandingan pektin-pati 4:1 tanpa penambahan minyak atsiri daun kemangi. Menurut Manuhara (2003) dalam Rachmawati (2009), biasanya sifat mekanik film tergantung pada kekuatan bahan yang digunakan dalam pembuatan film,
Journal of Halal Product and Research (JHPR) e-ISSN: 2654-9778; p-ISSN: 2654-9409
untuk membentuk ikatan molekuler dalam jumlah yang banyak dan kuat. Sama halnya dengan bahan pengemas sintesis yang terbuat dari bahan lain, edible film tersebut diharapkan mempunyai kemampuan untuk melindungi makanan dengan baik, yaitu dapat berfungsi sebagai pelindung makanan terhadap pengaruh mekanik dari lingkungan.
Gambar 3. Grafik Tensile Strength (Kuat Tarik)
Gambar 4. Elongasi Edible Film
## Uji Pertumbuhan Mikroba
Uji coba aplikasi edible film anti mikroba terlihat pada Gambar 4.4 menunjukkan bahwa uji coba aplikasi edible film anti mikroba dengan penambahan pektin dan pati serta minyak atsiri daun kemangi mampu mempertahankan warna daging dibandingkan dengan daging yang tidak di aplikasikan edible film anti mikroba, dan edible film ini berpotensi digunakan sebagai pelapis bahan pangan khususnya daging segar maupun daging beku.
Tabel 2. Uji Aplikasi Edible Film Antimikroba terhadap Daging
No Aplikasi Suhu (°C) Keterangan 1 Daging beku yang dilapisi dengan edible film anti mikroba
-20 Daging yang dilapisi dengan edible film anti mikroba memiliki warna yang masih segar seperti daging pertama kali dibeli di pasar.
2 Daging beku yang dilapisi dengan
edible film tanpa anti mikroba -20
Daging yang dilapisi dengan edible film tanpa anti mikroba mengalam perubahan warna menjadi kecoklatan. 3 Daging beku yang tidak dilapisi edible film -20 Daging yang tidak dilapisi edible film mengalami perubahan warna menjadi lebih gelap.
Journal of Halal Product and Research (JHPR) e-ISSN: 2654-9778; p-ISSN: 2654-9409
Gambar 5 . Daging Sebelum Dilapisi Edible Film dan Daging Sesudah Dilapisi Edible Film
## KESIMPULAN
Antimicrobial edible film dapat disintesis dari pektin kulit pisang dan pati biji durian dengan plasticizer gliserol dan penambahan minyak atsiri daun kemangi sebagai antimicrobial agent dengn karakteristik yang dihasilkan yaitu memiliki ketebalan sebesar 0,1 mm dengan nilai kuat tarik sebesar 64,65 Mpa - 75,34 Mpa dan nilai persen elongasi 0,318-0,36 %. Edible film terbaik dihasilkan pada perbandingan 4:1 pektin : pati dengan penambahan zat anti mikroba yang memiliki ketebalan 0,1 mm, nilai kuat tarik 75,34 MPa serta persen elongasi 0,35%.
## DAFTAR PUSTAKA
Afif, Muhammad. 2009. Pembuatan Jenang dengan Tepung Biji Durian . Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Semarang Ahda, Y. dan Berry, S.H. 2008. Pengolahan Limbah Kulit Pisang Menjadi Pektin Dengan Metode Ekstraksi. J.Teknik Kimia. Universitas Diponegoro.
Amalya, dkk. 2014. Karakterisasi Edible Film Pati Jagung. Jurnal Pangan dan Agroindustri 2 (3): 43- 53. Dewati, R. 2008. Limbah Kulit Pisang Kepok Sebagai Bahan Baku Pembuatan Etanol. UPN Press. Surabaya.
[FAO] Food and Agriculture Organization of the United Nations. 2003. FAOSTAT Statistics Database, Agriculture. Rome, Italy . Food Chemical Codex . 1996. Pektins. Harris, H. 1999. Kajian teknik formulasi terhadap karakteristik edible film dari pati ubi kayu, aren, dan sagu untuk pengemas produk pangan semibasah. Disertasi Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hutapea, P. 2010. Pembuatan tepung biji durian (Durio Zibethinus Murr) dengan variasi perendaman dalam air kapur dan uji Pemanfaatan Pati Biji Durian Melanie Cornelia dkk 29 mutunya. Tesis. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Jufri, M., R. Dewi, A. Ridwan, dan Firli. 2006. Studi kemampuan pati biji durian sebagai bahan pengikat dalam tablet ketoprofen secara granulasi basah. Majalah Ilmu Kefarmasian 3(2): 78-86. Lestari, Retno Budi dan Yohana S. K.Dewi. 2008. Teknologi Produksi Biodegradable Film dari Aloe Vera dan Aplikasinya Sebagai Pengemas Ramah Lingkungan Pada Buah Duku. Jurnal Penelitian Universitas Tanjungpura 10 (2).
Mauriello, G. D. L., A. La Storia, F. Villani and D. Ercolini. 2005. Antimicrobial activity of a nisin- activated plastic film for food packaging. Lett. Appl. Microbiol . 41: 464-469.
Newton, K. G., J. C. L. Harrison and A. M. Wauters. 1978. Sources of psychrotrophic bacteria on meat at the abattoir. J. Appl. Bacteriol (45) : 75-82. Piyo, A., J. Udomsilp, P. Khang-Khun, dan P. Thobunluepop. 2009. Antifungal Activity of Essential Oils from Basil (Ocimum basilicum Linn.) and Sweet Fennel (Ocimum gratissimum Linn): Alternative Strategies to Control Pathogenic Fungi in Organic Rice. As.J.Food Ag-Ind . Special Issue, S2-S9.
Journal of Halal Product and Research (JHPR) e-ISSN: 2654-9778; p-ISSN: 2654-9409
Utomo, P. 2009. Penggunaan minyak atsiri kemangi untuk kemasan edible film antimikroba dan aplikasinya pada dodol lidah buaya . Jurnal Biopropal Industri 4 (2): 73-79.
Rao, D. N. and B. S. Ramesh. 1992. The microbiology of sheep carcasses processed in modern Indian abattoir. Meat Sci . 32: 425-436.
Rukmana,R., 1996. Durian Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius. Jakarta.
Sabrina, T. I., Sudarno, dan Suprapto, H. 2014. Uji Aktivitas Antifungi Perasan Daun Kemangi (Ocimum sanctum Linn.) Terhadap Aspergillus terreu s secara In Vitro. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan 6 (2) : 176.
Subowo, W. S. dan S. Pujiastuti. 2003. Plastik yang terdegradasi secara alami (biodegradable) terbuat dari LDPE dan pati jagung terlapis. Journal of Applied Polymer Science (42): 2691-2701. Tapia, M. S., M. A. Rojas-Grau, E. J. Rodriguez, J. Ramirez, A. Carmona and O. M. Belloso. 2007. Alginate and Gellan Based Edible Films for Probiotic Coatings on Fresh-Cut Fruits . J. Food Sci (72) : 190-196.
Tarigan, dkk. 2012. Ekstraksi Pektin dari Kulit Buah Pisang Kepok (Musa paradisiaca). Jurnal Teknik Kimia USU , Article in Press 2012. Zhou, G. H., X. L. Xu and Y. Liu. 2010. Preservation technologies for Fresh Meat-A Review. Meat Sci . 86: 119-129.
|