[ { "id": 21, "content": "Makalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik\n\nPemetaan Kerawanan Bencana Banjir dengan\nPenginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis\nStudi Kasus: Kota Kendari, Sulawesi Tenggara\nM. Ramadhan Putra Fajar (221911249, 4SI2)\n\nDosen Pembimbing: Dr. Drs. Waris Marsisno, M.Stat.\n\ndan metode\n\nRingkasan— Kota Kendari, yang terletak di Pulau Sulawesi,\nsering mengalami banjir saat musim hujan. Tingginya frekuensi\nbanjir di kota ini mendorong perlunya kesiapsiagaan terhadap\nbencana banjir. Oleh karena itu,\ntujuan dari penelitian ini\nadalah untuk membuat peta daerah yang rentan terhadap banjir\nberdasarkan data dari penginderaan jauh dan sistem informasi\ngeografis. Penelitian ini juga bertujuan untuk membandingkan\nhasil pemetaan daerah yang rawan banjir menggunakan metode\nranking\ndengan\nmenggunakan data kerawanan yang disediakan oleh BNPB.\nDalam penelitian ini, parameter yang digunakan meliputi curah\nhujan, ketinggian lahan, kemiringan lereng, penggunaan lahan,\ngeologi, dan sungai. Dari hasil perhitungan menggunakan\nmetode jumlah ranking, metode ketergantungan ranking, dan\nmetode perbandingan pasangan (AHP),\nterdapat perbedaan\ndalam jumlah kelurahan pada setiap kategori kerawanan. Dalam\nhal akurasi, metode ketergantungan ranking menghasilkan hasil\nyang lebih baik daripada metode jumlah ranking dan AHP,\ndengan akurasi keseluruhan sebesar 83,08% dan akurasi kappa\nsebesar 68,63%.\n\nperbandingan\n\npasangan\n\nKata Kunci— Banjir, Kerawanan, Pemetaan, Penginderaan\n\nJauh, Sistem Informasi Geografis.\n\nsungai\n\npalung\n\nnormal,\n\nsehingga melewati\n\nI. LATAR BELAKANG\nBanjir merupakan limpasan air yang melebihi tinggi muka\nair\nyang\nmenyebabkan adanya genangan pada lahan rendah di sisi\nsungai. Pada umumnya banjir disebabkan oleh curah hujan\nyang tinggi di atas normal sehingga sistem pengaliran air yang\nterdiri dari sungai dan anak sungai alamiah serta sistem\ndrainase dangkal penampung banjir buatan yang ada tidak\nmampu menampung akumulasi air hujan tersebut sehingga\nmeluap [1]. Berdasarkan data dari Podes 2021,\njumlah\nkejadian bencana banjir di Indonesia merupakan salah satu\nbencana yang tertinggi diantara jumlah kejadian bencana\nlainnya yaitu terdapat sebanyak 15.366 desa dalam tiga tahun\nterakhir [2].\n\nKemudian pada data Potensi desa yang diperoleh dari BPS\nterkait jumlah peristiwa banjir di Provinsi Sulawesi Tenggara\npada tahun 2015-2021 menunjukkan angka yang cukup tinggi\nyaitu 863 kejadian banjir. Sedangkan peristiwa banjir yang\ntelah terjadi dalam selang tahun 2015-2021 di Kota Kendari\nmenurut data Potensi desa yang dipublikasi BPS Sulawesi\nTenggara adalah 67 kejadian banjir.\n\nSumber: Data Informasi Bencana Indonesia, diolah\nGambar 1. Jumlah kejadian banjir di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun\n\n2010-2022\n\nKepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Provinsi\nSulawesi Tenggara, menjelaskan bahwa daerah yang rawan\nterjadi banjir di Sulawesi Tenggara saat memasuki musim\npenghujan yaitu Kota Kendari, Kabupaten Konawe dan\nKonawe Utara [3]. Dengan frekuensi banjir yang cukup tinggi\ndi Kota Kendari, penting untuk meningkatkan kesiapsiagaan\nterhadap bencana banjir. Salah satu opsi yang dapat digunakan\noleh masyarakat dan pemerintah adalah melakukan pemetaan\natau evaluasi terhadap risiko banjir. Hal ini akan menjadi\npedoman atau perkiraan dalam upaya pencegahan dan\npenanggulangan bencana banjir. Seperti penelitian yang telah\ndilakukan oleh Sudarmadi [4] dan R. Heryani [5]. Namun,\nkedua penelitian tersebut belum dapat secara menyeluruh\nmenggambarkan kerawanan banjir karena belum melibatkan\npenggunaan sistem penginderaan jauh untuk memperoleh\ndata.\n\nDalam penelitian ini, akan dilakukan pengembangan\ndengan menggunakan sistem penginderaan jauh untuk\nmengumpulkan data yang diperlukan. Data tersebut dapat\ndiperoleh melalui citra satelit yang tersedia secara gratis dan\nmudah diakses. Penelitian ini akan menggunakan dua metode,\nyaitu metode ranking (jumlah ranking dan ketergantungan\nranking) dan metode perbandingan pasangan (AHP). Metode\nranking memiliki\nsedangkan metode\nperbandingan pasangan lebih objektif dan bergantung pada\npenilaian individu yang memahami masalah atau ahli dalam\nmenentukan prioritas.\n\nsubjektif,\n\nsifat\n\n1 \/ 8\n\n\fMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik\n\nwilayah Kabupaten Sidoarjo merupakan daerah rentan banjir,\nyaitu sebesar 49,41% dari luas wilayahnya. Wilayah rentan\nbanjir di Kabupaten Sidoarjo di antaranya meliputi Kecamatan\nJabon, Porong, Taman, dan Kecamatan Waru.\n\nIV. METODE PENELITIAN\n\nCakupan pada penelitian ini adalah Kota Kendari, Sulawesi\nTenggara dengan 65 kelurahan perekaman data dari periode 1\nJuli 2021 sampai dengan 30 juni 2022. Parameter yang akan\ndigunakan dalam penelitian ini yaitu Curah Hujan (CH),\n(KL),\nKetinggian\nPenggunaan Lahan (PL), Geologi\n(S)\n(Gambar 2).\n\n(KT), Kemiringan\n\n(G), dan Sungai\n\nLereng\n\nLahan\n\nII. TUJUAN PENELITIAN\n\nAdapun tujuan dari penelitian ini antara lain:\n1. Membuat peta daerah rawan banjir di Kota Kendari per\nkelurahan berdasarkan data penginderaan jauh dan sistem\ninformasi geografis.\n\n2. Membandingkan hasil dari pemetaan daerah rawan banjir\nranking, metode\nantara metode\nketergantungan ranking), dengan metode perbandingan\npasangan (AHP) menggunakan data kerawanan BNPB.\n\n(jumlah\n\nranking\n\nIII. PENELITIAN TERKAIT\nSudarmadi [4] melakukan penelitian “Analisis Kerawanan\nIntegrasi Fuzzy Logic dan\nBanjir Menggunakan Model\nAnalytical Hierarchy Process\nini\n(AHP)”. Penelitian\nmenggunakan model yang mengintegrasikan Fuzzy Logic dan\nAHP. Parameter yang digunakan dalam penelitian adalah\ncurah hujan, kemiringan lereng,\ntanah,\npenggunaan lahan, dan sungai. Hasil dari penelitian ini\ndidapatkan persentase terluas setiap kerawanan banjir. Dimana\nkelas sangat rawan adalah Kecamatan Maros Baru seluas\n33,04 km2 (79% dari luasan daerah penelitian).\n\nelevasi,\n\njenis\n\nR. Heryani, [5] melakukan penelitian “Analisis Kerawanan\nBanjir Berbasis Spasial Menggunakan Analytical Hierarchy\n(AHP) Kabupaten Maros”. Pada penelitian ini\nProcess\nmenggunakan metode AHP. Dimana\nparameter yang\ndigunakan dalam penelitian ini adalah kemiringan lereng,\nelevasi, penggunaan lahan, curah hujan, dan jenis tanah. Hasil\ndari penelitian ini didapatkan bobot parameter kemiringan\njenis tanah, penggunaan lahan, dan\nlereng, curah hujan,\nelevasi secara berurutan nilainya adalah 38, 22, 16, 14, 10.\n\nA. R. Setiawan, E. Sutriyono, dan S. N. Jati [6] melakukan\npenelitian “Analisis Zona Rawan Bahaya Banjir dengan\nMetode AHP Daerah Pagar Bukit dan Sekitarnya, Kecamatan\nBengkunat, Kabupaten Pesisir Barat”. Pada penelitian ini\nmenggunakan metode overlay dan metode AHP untuk\nmelakukan perbandingan berpasangan. Dimana parameter\nyang digunakan dalam penelitian ini adalah jarak sungai,\ncurah hujan, elevasi kemiringan lereng, penggunaan lahan,\ndan infiltrasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa\nparameter jarak sungai merupakan parameter yang paling\nberpengaruh dengan bobot 24%.\n\nY. K. S. Ariyora [7] melakukan penelitian “Pemanfaatan\nData Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis\nUntuk Analisa Banjir (Studi Kasus: Banjir Provinsi DKI\nJakarta)”. Pada penelitian ini menggunakan metode skoring,\npembobotan, dan overlay. Parameter yang digunakan adalah\npenggunaan lahan, curah hujan, tekstur tanah, kemiringan\nlereng, ketinggian, dan buffer sungai. Hasil dari penelitian ini\nadalah bahaya banjir pada Provinsi DKI Jakarta berkisar\nantara 3-9.\n\nH. S. Purnawali\n\n[8] melakukan penelitian “Analisis\nKerentanan Bencana Banjir di Kabupaten Sidoarjo dengan\nMenggunakan Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan\nJauh”. Pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif\nanalitik. Dimana parameter yang digunakan dalam penelitian\nini adalah kelerengan, curah hujan, tutupan lahan, densitas\ndrainase, penurunan muka tanah, pasang surut, dan kenaikan\nlaut. Hasil dari penelitian ini adalah Sebagian\nmuka air\n\nGambar 2. Diagram Alir Metode Analisis\n\nSelanjutnya peneliti melakukan pengumpulan data terkait\nparameter yang akan digunakan melalui penginderaan jauh\nyaitu citra satelit Landsat 8, citra satelit CHIRPS, dan DEM\nSRTM, serta data kerawanan BNPB 2019 untuk pengecekan\nakurasi. Citra Satelit Landsat 8 akan digunakan untuk\nmemperoleh\npeta Penggunaan Lahan. Dimana dalam\nmenentukan klasifikasi dari penggunaan lahan menggunakan\nmetode supervised classification dan kemudian dilakukan\npengecekan keakurasian peta dengan menggunakan metode\nconfusion matrix pada Tabel I (pers 1 dan pers 2). Citra satelit\n\n2 \/ 8\n\n\fCHIRPS akan menghasilkan peta Curah Hujan. DEM SRTM\nakan menghasilkan peta Kemiringan Lereng dan Ketinggian\nLahan. Dimana untuk semua pengolahan Citra satelit akan\ndilakukan pada Google Earth Engine. Sedangkan peta Geologi\ndiperoleh dari Website yang datanya bersumber dari Pusat\nPenelitian Pengembangan Geologi dan Peta Jarak Sungai\nmenggunakan OpenStreetMap untuk pengumpulan datanya. .\n\ndilakukan\n\nAnalisis dimulai dengan melakukan pembobotan pada\nsemua peta yang akan digunakan dengan menggunakan\nmetode Ranking (Metode Jumlah Ranking (pers 3) dan\nMetode Ketergantungan Ranking (pers 4)) dan Metode\nPerbandingan Pasangan (AHP). Kemudian dari hasil tersebut\nakan\nkelas\nkerawanan yaitu rendah. sedang, dan tinggi berdasarkan Tabel\nII\nuntuk\nmembandingkan metode mana yang lebih baik dari ketiga\nmetode tersebut maka akan dicek keakurasiannya dengan\nmenggunakan metode confusion matrix Tabel I (pers 1 dan\npers 2).\n\npengklasifikasian menjadi\n\n5. Selanjutnya\n\ndiperoleh\n\nyang\n\npers\n\ndari\n\ntiga\n\nTABEL I\nTABEL CONFUSION MATRIX\nDikelaskan ke Kelas\n\nA\n\nnAA\n\nnBA\n\nnCA\n\nnDA\n\nn+A\n\nB\n\nnAB\n\nnBB\n\nnCB\n\nnDB\n\nn+B\n\nC\n\nnAC\n\nnBC\n\nnCC\n\nnDC\n\nn+C\n\nD\n\nnAD\n\nnBD\n\nnCD\n\nnDD\n\nn+D\n\nJumlah\nPiksel\n\nnA+\n\nnB+\n\nnC+\n\nnD+\n\nN\n\nKelas\nReferensi\n\nA\n\nB\n\nC\n\nD\n\nTotal\nPiksel\n\nSumber: G. M. Foody [9].\n\nPersamaan akurasi yang digunakan adalah:\n\n)\n\n𝑘𝑘\n\n(\n\n𝑞\n∑ 𝑛\n𝑘=1\n𝑛\n\n𝐴𝑘𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐾𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 =\n\n⎛\n\n⎞\n\n×100%\n\n(1)\n\n𝐾𝑎𝑝𝑝𝑎 𝐴𝑐𝑐𝑢𝑟𝑎𝑐𝑦 =\n\n⎡\n⎢\n⎢\n⎢\n⎣\n\n⎝\n\n(\n\n𝑛\n\n𝑞\n∑ 𝑛\n𝑘=1\n\n−\n\n𝑘𝑘\n\n𝑞\n∑ 𝑛\n𝑘=1\n\n⎠\n\n)\n\n𝑛\n\n𝑘+\n\n+𝑘\n\n(\n\n2\n−\n𝑛\n\n𝑞\n∑ 𝑛\n𝑘=1\n\n𝑛\n\n𝑘+\n\n+𝑘\n\n)\n\n⎤\n⎥\n⎥\n⎥\n⎦\n\n(2)\n\nDimana:\n= Banyaknya piksel dalam contoh\nn\nnk+ = Jumlah piksel dalam baris ke-k\nn+k = Jumlah piksel dalam kolom baris ke-k\nnkk = Nilai diagonal dari matriks kontingensi baris ke-k dan\nkolom ke-k\n\nMetode Pembobotan Ranking:\n\n𝑤\n𝑗\n\n= (𝑛 − 𝑟\n𝑗\n\n+ 1)\/Σ(𝑛 − 𝑟\n𝑝\n\n+ 1)\n\n𝑤\n𝑗\n\n)\n)\/Σ(1\/𝑟\n= (1\/𝑟\n𝑘\n𝑗\n\n(3)\n\n(4)\n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik\n\nTABEL II\nTABEL KLASIFIKASI TINGKAT KERAWANAN\n\nTotal Skoring\n\nKlasifikasi Tingkat Kerawanan Warna\n\n𝑆min – (𝑆min+X)\n\nRendah\n\n(𝑆min+X) – (𝑆min+2X)\n\nSedang\n\n(𝑆min+2X) – 𝑆𝑚𝑎𝑘s\n\nTinggi\n\nPersamaan Klasifikasi Tingkat Kerawanan:\n\n𝑋 =\n\n(𝑆\n\n−𝑆\n\n)\n𝑚𝑖𝑛\n\n𝑚𝑎𝑘𝑠\n3\n\nHijau\n\nKuning\n\nMerah\n\n(5)\n\nV. KERANGKA PIKIR\n\nGambar 3. Kerangka pikir\n\nini\n\nrawan\n\nterhadap\n\nPenelitian\n\nPenelitian ini didasarkan pada fakta bahwa kurangnya\ninformasi dan perbedaan dalam informasi, serta kekurangan\nkesadaran dan perhatian masyarakat terhadap bencana banjir.\nOleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengkaji\nkerawanan banjir menggunakan teknologi Sistem Informasi\nGeografis dan Penginderaan Jauh, dengan tujuan mengurangi\nwaktu dan biaya dalam memperoleh informasi tentang daerah\nyang\nakan\nbanjir.\nmengkombinasikan parameter-parameter dari berbagai sumber\nberdasarkan ketersediaan datanya. Sehingga parameter yang\nakan digunakan dalam penelitian ini adalah curah hujan,\nkemiringan lereng, ketinggian lahan, penggunaan lahan, dan\ngeologi. Selanjutnya untuk mendapatkan pemetaan kerawanan\nbanjir akan menggunakan metode pembobotan yaitu metode\nranking (metode jumlah ranking dan metode ketergantungan\nranking)\nperbandingan pasangan (AHP).\nKemudian penelitian ini memiliki dua tujuan yaitu memetakan\ndaerah rawan banjir per kelurahan dan membandingkan\npemetaan dari hasil metode\njumlah ranking, metode\nketergantungan ranking, dan metode AHP. Dari dua tujuan\ntersebut akan menghasilkan output\/keluaran berupa peta\ndaerah rawan banjir per kelurahan dari metode-metode\ntersebut dan perbandingan hasil dari metode-metode tersebut.\n\ndan metode\n\n3 \/ 8\n\n\fVI. HASIL DAN PEMBAHASAN\n\nA. Peta Parameter yang Dihasilkan\n\n1. Curah Hujan\n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik\n\nBerdasarkan Gambar 5 diperoleh hasil bahwa\nkemiringan lereng di Kota Kendari jika dilihat dari\npersentase luasannya, mayoritas kemiringan lereng di\nKota Kendari 42,33% adalah datar atau memiliki\nkemiringan sekitar 0%-8%. Sedangkan kemiringan\nlereng yang paling sedikit luasannya di Kota Kendari\nyaitu kemiringan lereng yang sangat curam, dimana\nkemiringan ini sebesar >40% dari lereng.\n\n3. Ketinggian Lahan\n\nSkor\n\nlereng\n\nkemiringan\n\nberdasarkan\n\n[11]\nmemiliki skor 1-5. Dimana untuk ketinggian lahan\n<10m diberi skor 1, 10-50 m diberi skor 2, 50-100 m\ndiberi skor 3, 100-200 m diberi skor 4, dan >200m\ndiberi skor 5. Hasil pemetaan berdasarkan skor dapat\ndilihat pada Gambar 6.\n\nGambar 4. Peta Curah Hujan Kota Kendari\n\nSkor curah hujan berdasarkan [10] memiliki skor\n1-5. Dimana untuk curah hujan <3000 mm\/tahun\ndiberi skor 1, 3000-3250 mm\/tahun diberi skor 2,\n3250-3500 mm\/tahun diberi skor 3, 3500-3750\nmm\/tahun diberi skor 4, dan >3750 diberi skor 5.\nHasil pemetaan berdasarkan skor dapat dilihat pada\nGambar 4. Berdasarkan Gambar 4 diperoleh hasil\nbahwa\ncurah hujan di Kota Kendari dengan\nperekaman data dari tanggal 1 Juli 2021—30 Juni\n2022 jika dilihat dari persentase luasannya, curah\nhujan di Kota Kendari 4.56% masuk ke kategori\nsedang (3000-3250 mm\/tahun), 64.59% masuk ke\nkategori agak basah (3250-3500 mm\/tahun) dan\n30,85% masuk ke kategori basah (3500-3750\nmm\/tahun).\n\n2. Kemiringan Lereng\n\nSkor\n\nlereng\n\nkemiringan\n\nberdasarkan\n\n[11]\nmemiliki skor 1-5. Dimana untuk kemiringan lereng,\ndatar diberi skor 5, landai diberi skor 4, agak curam\ndiberi skor 3, curam diberi skor 2, dan sangat curam\ndiberi skor 1. Hasil pemetaan berdasarkan skor dapat\ndilihat pada Gambar 5.\n\nGambar 5. Peta Kemiringan Lereng Kota Kendari\n\nGambar 6. Peta Ketinggian Lahan Kota Kendari\n\nBerdasarkan gambar 6. menjelaskan bahwa\nketinggian lahan di Kota Kendari jika dilihat dari\npersentase luasannya, mayoritas ketinggian lahan di\nKota Kendari 47,49% berada pada ketinggian\n10-50m di atas permukaan air\nlaut. Sedangkan\nketinggian lahan yang paling sedikit luasannya di\nKota Kendari adalah ketinggian lahan yang berada\n>200m di atas permukaan air laut.\n\n4. Penggunaan Lahan\n\nTABEL III\nKLASIFIKASI PENUTUPAN LAHAN\n\nTipe Penutupan Lahan\nHutan\nSemak Belukar\nLadang\/Tegalan\/Kebun\nSawah\/Tambak\nPermukiman\n\nNo\n1\n2\n3\n4\n5\nSumber: Theml, S. 2008 dalam [11]\n\nSkor\n1\n2\n3\n4\n5\n\nSebelum peta penggunaan lahan diberi skor\nseperti pada Tabel III,\nterlebih dahulu dilakukan\npengecekan akurasi peta dengan menggunakan\nmetode confusion matrix. Dari metode confusion\nmatrix tersebut, diperoleh nilai akurasi keseluruhan\nuntuk penggunaan lahan di Kota Kendari adalah\nuntuk\nsebesar\n\nakurasi Kappa\n\n97.73% dan\n\n4 \/ 8\n\n\fMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik\n\npenggunaan lahan di Kota Kendari sebesar 81.39%.\nHasil pemetaan berdasarkan skor dapat dilihat pada\nGambar 7.\n\n6. Buffer Sungai\n\nGambar 7. Peta Penggunaan Lahan Kota Kendari\n\nBerdasarkan Gambar 7 diperoleh hasil bahwa\npersebaran penggunaan lahan di Kota kendari dengan\nperekaman data dari tanggal 1 Januari 2021—30 Juni\n2022, yaitu terdapat 52.31% kawasan hutan, 8.57%\nkawasan semak belukar, 16.98% kawasan ladang,\ntegalan, dan kebun, 0.87% kawasan sawah dan\ntambak, dan 21.27% kawasan permukiman.\n\n5. Geologi\n\nGambar 9. Peta Buffer Sungai Kota Kendari\n\nDari hasil pengelompokkan buffer sungai [6],\ndapat dilihat bahwa 85,42% daerah di Kota Kendari\ntidak dilalui dengan aliran sungai, sedangkan 2,77%\ndan 0,46% luasan daerah di Kota Kendari memiliki\npeluang yang tinggi untuk terjadi banjir karena\nberdekatan dengan daerah aliran sungai.\n\nB. Pemetaan daerah rawan banjir di Kota Kendari\n\n1. Metode Ranking\n\na. Metode Jumlah Ranking\n\nMenggunakan\n\npembobotan\n\ndengan metode\n\njumlah ranking menghasilkan persamaan.\n\nSkor kerawanan = Curah Hujan x 0,143\n+ Kemiringan Lereng x 0,190 +\n+\nKetinggian\nPenggunaan Lahan x 0,238 + Geologi\n0,286\nx 0,048 + Buffer Sungai x\n\nLahan\n\n0,095\n\nx\n\n(6)\n\nGambar 8. Peta Geologi Kota Kendari\n\nBerdasarkan [11]. Dimana untuk kategori aluvial\ndiberi skor 1, sedimen diberi skor 2, dan metamorf\ndiberi skor 3. Hasil pemetaan berdasarkan skor dapat\ndilihat pada Gambar 8. Berdasarkan Gambar 8\ndiperoleh hasil bahwa persebaran geologi di Kota\nKendari\njika dilihat dari persentase luasannya,\nmayoritas geologi di Kota Kendari 62.94% adalah\nbatuan metamorf. Sedangkan jenis batuan yang\npaling sedikit di Kota Kendari yaitu batuan aluvial\ndengan persentase 15.93%.\n\nDengan menggunakan metode pembobotan\njumlah ranking, didapatkan tiga kelas kerawanan\nbanjir melalui persamaan (6). Dari 65 kelurahan\nterdapat 19 kelurahan yang masuk ke kelas\nkerawanan rendah, 33 kelurahan masuk ke kelas\nkerawanan sedang, dan 16 kelurahan masuk ke kelas\nkerawanan tinggi.\n\nGambar 10. Peta Kerawanan Banjir dengan Metode Jumlah\n\nRanking\n\n5 \/ 8\n\n\fb. Metode Ketergantungan Ranking\n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik\n\nMenggunakan pembobotan dengan metode\nmenghasilkan\n\nranking\n\nketergantungan\npersamaan:\n\nSkor kerawanan = Curah Hujan x 0,102\n+ Kemiringan Lereng x 0,135 +\nKetinggian\n+\nPenggunaan Lahan x 0,204 + Geologi\nx 0,068 + Buffer Sungai x 0,409\n\nLahan\n\n0,082\n\nx\n\n(7)\n\nGambar 12. Peta Kerawanan Banjir dengan Metode Perbandingan\n\nBerpasangan (AHP)\n\nDengan\n\nmenggunakan\n\npembobotan\nketergantungan ranking, didapatkan dua kelas kerawanan\nbanjir melalui persamaan (8). Dari 65 kelurahan terdapat\n44 kelurahan yang masuk ke kelas kerawanan sedang, dan\n21 kelurahan masuk ke kelas kerawanan tinggi.\n\nmetode\n\n3. Data Kerawanan Banjir BNPB\n\nGambar\n\n11.\n\nPeta Kerawanan Banjir\nKetergantungan Ranking\n\ndengan Metode\n\nDengan menggunakan metode pembobotan\nketergantungan ranking, didapatkan tiga kelas\nkerawanan banjir melalui persamaan (7). Dari 65\nkelurahan terdapat 26 kelurahan yang masuk ke\nkelas kerawanan rendah, 34 kelurahan masuk ke\nkelas kerawanan sedang, dan 5 kelurahan 56\nmasuk ke kelas kerawanan tinggi.\n\n2. Metode Perbandingan Berpasangan (AHP)\n\nPada metode AHP, untuk mendapatkan pembobotan\ntiap-tiap parameter perlu dilakukan studi dokumen\nterlebih dahulu. Setelah itu dilakukan perhitungan untuk\nmendapatkan pembobotan tiap-tiap parameter.\n\nTiga\n\ntahapan untuk mendapatkan pembobotan\ndengan menggunakan metode Analytical Hierarchy\nProcess (AHP), yaitu.\nTahap 1: Membuat Matriks Perbandingan Pasangan\nTahap 2: Menghitung bobot parameter\nTahap 3: Estimasi rasio konsistensi\nKemudian setelah mendapatkan estimasi rasio konsistensi\ndari ke-5 hasil kuesioner tersebut. Maka akan dipilih rasio\nkonsistensi (CR) < 0.10 dan yang memiliki CR paling\nkecil diantara ke-5 CR tersebut.\n\nDari hasil\n\ntahapan tersebut, pembobotan dengan\n\nmenggunakan metode AHP menghasilkan persamaan:\n\nGambar 13. Peta kerawanan banjir data BNPB\n\nPada buku katalog desa\/kelurahan banjir BNPB\n(2019), Kota Kendari memiliki tiga kelas kerawanan yaitu\nrendah, sedang, dan tinggi. Namun tiap-tiap kelurahan di\nKota Kendari hanya termasuk ke dalam dua kelas\nkerawanan, yaitu rendah dan sedang. Dimana dari 65\nkelurahan, 33 kelurahan masuk ke kelas kerawanan\nsedang, dan 32 kelurahan masuk ke kelas kerawanan\ntinggi.\n\nC. Pemetaan daerah rawan banjir di Kota Kendari\n\n1. Metode Ranking\n\na. Metode Jumlah Ranking\n\nTABEL IV\nCONFUSION MATRIX METODE JUMLAH RANKING\n\nSkor kerawanan = Curah Hujan x 0,301\n+ Kemiringan Lereng x 0,120 +\n+\nKetinggian\nPenggunaan Lahan x 0,085 + Geologi\nx 0,059 + Buffer Sungai x 0,179\n\nLahan\n\n0,256\n\nx\n\n(8)\n\nKelas\nReferensi\n\nRendah\nSedang\nTinggi\nTotal\n\nTipe Penutupan Lahan\nSedang\n\nRendah\n\nTinggi\n\n19\n0\n0\n19\n\n7\n23\n0\n30\n\n7\n9\n0\n16\n\nTotal\n\n33\n32\n0\n65\n\n6 \/ 8\n\n\fkappa\n\nsebesar\n\nBerdasarkan Tabel\n\nIV, dengan menerapkan\nmetode jumlah ranking, ditemukan bahwa tingkat\nakurasi keseluruhan sebesar 64,62% dan tingkat\nakurasi\nini\nmenunjukkan bahwa dengan menggunakan metode\nketergantungan ranking,\nterdapat 19 dari total 33\nkelurahan yang diklasifikasikan secara akurat sebagai\nkelas kerawanan 62 rendah, sedangkan untuk kelas\nkerawanan sedang terdapat 23 dari total 32 kelurahan\nyang diklasifikasikan secara akurat.\n\n43,33%. Hasil\n\nb. Metode Ketergantungan Ranking\n\nTABEL V\nCONFUSION MATRIX METODE KETERGANTUNGAN\nRANKING\n\nKelas\nReferensi\n\nRendah\nSedang\nTinggi\nTotal\n\nTipe Penutupan Lahan\nSedang\n\nRendah\n\nTinggi\n\n26\n0\n0\n26\n\n6\n28\n0\n34\n\n1\n4\n0\n5\n\nTotal\n\n33\n32\n0\n65\n\nBerdasarkan Tabel V, dengan menerapkan\nmetode ketergantungan ranking, ditemukan bahwa\ntingkat akurasi keseluruhan sebesar 70,03% dan\ntingkat akurasi kappa sebesar 68,63%. Hasil\nini\nmenunjukkan bahwa dengan menggunakan metode\nketergantungan ranking,\nterdapat 26 dari total 33\nkelurahan yang diklasifikasikan secara akurat sebagai\nkelas kerawanan rendah, sedangkan untuk kelas\nkerawanan sedang terdapat 28 dari total 32 kelurahan\nyang diklasifikasikan secara akurat.\n\n2. Metode Perbandingan Berpasangan (AHP)\n\nTABEL VI\nCONFUSION MATRIX METODE AHP\n\nKelas\nReferensi\n\nRendah\nSedang\nTinggi\nTotal\n\n0\n0\n0\n0\n\nTipe Penutupan Lahan\nSedang\n\nRendah\n\nTinggi\n\n21\n23\n0\n44\n\n12\n9\n0\n21\n\nTotal\n\n33\n32\n0\n65\n\nTabel VI menunjukkan bahwa dengan menerapkan\nmetode AHP, diperoleh tingkat akurasi keseluruhan\nsebesar 35,38% dan tingkat akurasi kappa sebesar 3,09%.\nHasil tersebut menunjukkan bahwa dengan menggunakan\nmetode AHP, hanya terdapat 23 dari total 32 kelurahan\nyang diklasifikasikan secara\nsebagai kelas\nkerawanan sedang.\n\nakurat\n\nVII.\n\nPENUTUP\n\nA. Kesimpulan\n\nBerdasarkan hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan\nbahwa dengan menerapkan metode jumlah ranking, terdapat\n19 kelurahan yang termasuk dalam kelas kerawanan rendah,\n30 kelurahan termasuk dalam kelas kerawanan sedang, dan 16\n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik\n\nkelurahan termasuk dalam kelas kerawanan tinggi. Sementara\nitu, dengan menggunakan metode ketergantungan ranking,\nterdapat 26 kelurahan yang masuk ke dalam kelas kerawanan\nrendah, 34 kelurahan masuk ke dalam kelas kerawanan\nsedang, dan 5 kelurahan masuk ke dalam kelas kerawanan\ntinggi. Penerapan metode AHP menunjukkan bahwa 44\nkelurahan termasuk dalam kelas kerawanan sedang, dan 21\nkelurahan termasuk dalam kelas kerawanan tinggi.\n\nDari hasil akurasi ketiga metode yang digunakan, dapat\ndisimpulkan bahwa metode ketergantungan ranking lebih baik\ndari metode jumlah ranking dan metode AHP dalam kasus\npenelitian ini. Karena metode ketergantungan ranking\nmemiliki akurasi yang lebih tinggi dari kedua metode tersebut\nyaitu 83,08% untuk akurasi keseluruhan dan 68,63% untuk\nakurasi kappa. Sedangkan metode jumlah ranking dan metode\nAHP memiliki nilai akurasi berturut-turut adalah sebesar\n64,62% dan 35,38% untuk akurasi keseluruhan serta 43,44%\ndan 3,09% untuk akurasi kappa.\n\nB. Saran\n\nSaran yang dapat disampaikan dari penelitian ini adalah\nperlunya penelitian lanjutan yang fokus pada upaya mitigasi\nbencana banjir guna mengurangi dampak yang mungkin\ntimbul. Penelitian selanjutnya juga dapat mempertimbangkan\ndengan\npenggunaan\nparameter yang digunakan oleh BNPB agar hasilnya lebih\nakurat. Serta dapat menggunakan metode pembobotan yang\ntelah dilakukan pengembangan\n\nparameter-parameter\n\nsejalan\n\nyang\n\nDAFTAR PUSTAKA\n\n[1] BNPB, Indeks Rawan Bencana Indonesia, 2011.\n[2] BPS. (2021) Banyaknya Desa\/Kelurahan Menurut Jenis Bencana Alam\ndalam Tiga Tahun Terakhir\n[Online]. Available:\nhttps:\/\/www.bps.go.id\/indicator\/168\/954\/1\/banyaknya-desa-kelurahan-me\nnurut-jenis-bencana-alam-dalam-tiga-tahun-terakhir.html\n\n(Desa), 2021.\n\n[3] sultra.tribunnews.com. (2022, 7) BPBD Sultra Petakan Daerah Rawan\nBanjir dan Tanah Longsor di Kendari, Konawe dan Konawe Utara.\n[Online]. Available: https:\/\/sultra.tribunnews.com\/2022\/07\/12\/bpbd-sultra\n-petakan-daerah-rawan-banjir-dan-tanah-longsor-di-kendari-konawe-dan-\nkonawe-utara\n\n[4] Sudarmadi, “Analisis Kerawanan Banjir Menggunakan Model Integrasi\n(AHP)”, Skripsi,\n\nFuzzy Logic dan Analytical Hierarchy Process\nMakassar: Universitas Hasanuddin, 2017.\n\n[5] R. Heryani, “Analisis Kerawanan Banjir Berbasis Spasial Menggunakan\n(AHP) Kabupaten Maros”, Skripsi\n\nAnalytical Hierarchy Process\nGeofisika, Makassar: Universitas Hasanuddin, 2014.\n\n[6] A. R. Setiawan, E. Sutriyono, dan S. N. Jati, “Analisa Zona Rawan\nBahaya Banjir dengan Metode AHP Daerah Pagar Bukit dan Sekitarnya,\nKecamatan Bengkunat, Kabupaten Pesisir Barat”, Seminar Nasional\nAVoER XI 2019, Oktober 2019.\n\n[7] Y. K. S. Ariyora, “Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh dan Sistem\nInformasi Geografis Untuk Analisa Banjir (Studi Kasus: Banjir Provinsi\nDKI Jakarta)”, Skripsi, Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember,\n2015.\n\n[8] H. S. Purnawali, “Analisis Kerentanan Bencana Banjir di Kabupaten\nSidoarjo dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis dan\nPenginderaan Jauh”, Skripsi, Surabaya:\nInstitut Teknologi Sepuluh\nNopember, 2018.\n[9] G. M. Foody,\n\n“Status of Land Cover Classification Accuracy\n\nAssessment,” Remote Sensing of Environment 80, pp. 185-201, 2001.\n[10]Aldimasqie, A. M., Saputra, A.H., dan Oktarina, S., “Pemetaan Zona\nRawan Banjir di Jakarta Menggunakan Analytic Hierarchy Process\n(AHP)”, Jurnal Environmental Science, vol. 5, no. 1, Oktober 2022.\n\n7 \/ 8\n\n\f[11]Darmawan, K., Hani’ah, dan Supryongi, A.,\n\n“Analisis Tingkat\nKerawanan Banjir di Kabupaten Sampang Menggunakan Metode Overlay\ndengan Scoring Berbasis Sistem Informasi Geografis”, Jurnal Geodesi\nUndip, vol. 6, no. 1, 2017.\n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik\n\n8 \/ 8\n\n\f", "label": [ { "start": 1039, "end": 1131, "text": "metode jumlah ranking, metode ketergantungan ranking, dan\\nmetode perbandingan pasangan (AHP)", "labels": [ "METODE" ] }, { "start": 1226, "end": 1405, "text": "metode ketergantungan ranking menghasilkan hasil\\nyang lebih baik daripada metode jumlah ranking dan AHP,\\ndengan akurasi keseluruhan sebesar 83,08% dan akurasi kappa\\nsebesar 68,63%", "labels": [ "TEMUAN" ] }, { "start": 717, "end": 770, "text": "membandingkan\\nhasil pemetaan daerah yang rawan banjir", "labels": [ "TUJUAN" ] }, { "start": 3881, "end": 3895, "text": "metode ranking", "labels": [ "METODE" ] }, { "start": 3944, "end": 3978, "text": "metode perbandingan pasangan (AHP)", "labels": [ "METODE" ] }, { "start": 22151, "end": 22234, "text": " metode ketergantungan ranking lebih baik\\ndari metode jumlah ranking dan metode AHP", "labels": [ "TEMUAN" ] }, { "start": 22270, "end": 22411, "text": "metode ketergantungan ranking\\nmemiliki akurasi yang lebih tinggi dari kedua metode tersebut\\nyaitu 83,08% untuk akurasi keseluruhan dan 68,63%", "labels": [ "TEMUAN" ] } ], "annotator": 1, "annotation_id": 2, "created_at": "2023-12-27T03:46:08.056039Z", "updated_at": "2023-12-27T03:47:10.418566Z", "lead_time": 484.958 }, { "id": 22, "content": "Makalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nPengembangan Website BPS Fitur Tabel Statistik, \nInfografis, dan Berita \n\nTeungku Muhammad Siddiq (221911245, 4SI1) \n\nDosen Pembimbing: Nori Wilantika , S.S.T., M.T.I \n\nRingkasan— BPS merupakan penyedia data statistik yang \nditunjuk secara resmi oleh pemerintah. Salah satu cara BPS \ndalam melakukan penyediaan data adalah dengan publikasi \nmelalui website. Seiring berjalannya waktu, kategori-kategori \ndata yang disediakan oleh BPS semakin banyak. Hal ini \nmenyebabkan tampilan antarmuka BPS menjadi tidak beraturan. \nHal tersebut menyebabkan daya Tarik website BPS sebagai \npenyedia data berkurang. Terdapat penelitian terdahulu yang \ntelah melakukan rancangan redesain website BPS dan \nmemperoleh hasil yang masuk dalam kategori baik. Penelitian ini \nbertujuan untuk mengimplementasikan rancagan yang telah \ndibuat oleh peneliti tersebut. Pada penelitian \nini penulis \nmenggunakan Next Js dan Waterfall sebagai metode dalam \npengembangan \nini adalah \nberhasilnya implementasi sistem dari rancangan penelitian \nsebelumnya pada halaman infografis, tabel statistik dan berita. \nHasil evaluasi dengan metode blackbox testing didapat lolos uji \nuntuk semua aspek. Sedangkan evaluasi dengan metode SUS \nmendapatkan nilai 81,049 yang berarti masuk dalam kategori \nGOOD. Tingkat kepuasan pengguna website juga meningkat dari \nevaluasi penelitian sebelumnya. \n\nsistem. Hasil dari penelitian \n\nKata Kunci— Website, Next Js, Waterfall, Infografis, Berita, \n\nTabel Statistik \n\nI. LATAR BELAKANG \n\ndan \n\ndihasilkan, \n\ndipublikasikan \n\n Official statistik atau statistik resmi adalah statistik yang \ndikumpulkan, \natau \ndiinseminasikan oleh lembaga\/instansi pemerintah [1]. Ketika \nsuatu lembaga ingin melakukan publikasi data statistik, \nlembaga tersebut perlu mengikuti aturan-aturan baku yang \nsesuai dengan standar internasional. Aturan-aturan yang \ndimaksud yaitu proses sebelum menyajikan data statistik. \nProses ini biasa disebut dengan General Statistik Business \nProcess model atau GSBPM. \nGSBPM merupakan \n\naturan untuk \nsebuah \nmenjelaskan proses statistik pada organisasi statistik secara \numum. Ada 9 tahapan dalam proses bisnis GSBPM yaitu \nspecify needs, design, build, collect, process, analyze, \ndisseminate, archieve, evaluate. Tiap proses ini merupakan \nstandar baku dalam menyelenggarakan data statistik. Pada \ntahap disseminate, diseminasi data dapat dilakukan secara \noffline dan online. Contoh dari diseminasi data secara offline \nadalah dengan membuat buku seperti katalog publikasi dan \nIndonesia dalam data. Sedangkan untuk diseminasi data lewat \nonline contohnya adalah melalui website. \n\nstandar \n\nWebsite merupakan kumpulan halaman yang \n\n berisi \ninformasi tertentu dan dapat diakses dengan mudah oleh \nsiapapun, kapan pun, dan dimanapun melalui internet. Website \nmerupakan metode untuk menampilkan konten dan informasi, \n\nberupa teks, gambar, suara, maupun video, dengan kemampuan \nuntuk menghubungkan satu dokumen dengan dokumen \nlainnya yang dapat diakses melalui browser[2]. Website yang \nbaik merupakan website yang sesuai dengan tujuan dan \nmemenuhi ekspektasi pengguna\/ subject matter. Ciri-ciri \nwebsite yang baik adalah : usability\/ketergunaan, sistem \nnavigasi, desain visual, loading time, konten, kemudahan \ndalam mengakses, dan interaktif [3]. Dalam bukunya Bill Scott \nyang berjudul “Designing Web Interfaces” juga menjelaskan 6 \nprinsip dasar yang harus dilakukan Ketika membuat website \nyaitu make it direct, keep it lightweight, stay on the page, \nprovide an invitation, use transition, and react immediately [4]. \nBadan Pusat Statistik (BPS) merupakan Lembaga resmi \nyang ditunjuk oleh pemerintah untuk melakukan kegiatan \nofficial statistik. sebagai Lembaga official statistik yang \nditunjuk pemerintah, BPS memerlukan sebuah wadah dalam \nmelakukan diseminasi data statistik. Salah satu metode yang \ndigunakan BPS adalah diseminasi data melalui website. Saat ini \nwebsite yang digunakan BPS memiliki banyak fitur yang \nbermanfaat seperti publikasi, info grafis, tabel statistik, dan \nberita resmi statistik. Selain hal tersebut pada website BPS juga \ntersedia aplikasi statistik lainnya yang terhubung lewat API. \nAPI merupakan sebuah program aplikasi antarmuka yang \ntersedia untuk para pengembang dengan program yang \nterhubung dengan aplikasi lainnya[5]. \n\n Untuk meningkatkan kualitas dan kepuasan masyarakat \nterhadap website BPS, BPS menyelenggarakan Survei \nKepuasan Pengguna Website (SKPW) selama 1-30 September \n2021. Tujuan survei ini adalah untuk mengetahui persepsi dan \npengalaman pengguna saat mengakses website BPS, yang \nkemudian akan dijadikan bahan evaluasi untuk meningkatkan \nkualitas layanan yang ada di website BPS [6]. \n\nHasil evaluasi SKPW 2021 menunjukkan bahwa empat dari \nlima belas kategori yang diuji masuk dalam kuadran B yaitu \npertahankan kinerja. Kategori tersebut adalah kemutakhiran \nproduk pada website BPS, kemudahan dalam mencari produk \npada website dalam format yang mudah diolah, ketepatan \nwaktu penayangan, dan kemudahan mengunduh produk BPS. \nKuadran A menunjukkan bahwa tingkat kepentingan tinggi \nnamun tingkat kepuasan rendah. Ada 5 (lima) kategori yang \nmasuk dalam kuadran \nini yaitu kelengkapan metadata, \nkemudahan navigasi, kemudahan dalam mencari produk yang \ndibutuhkan, keandalan fungsi, dan kesesuaian produk yang ada \ndengan kebutuhan. Kuadran D menjelaskan bahwa tingkat \nkepentingan rendah namun tingkat kepuasan tinggi. Ada 2 (dua) \nkategori yang masuk dalam kuadran ini yaitu kelengkapan \nproduk menurut waktu dan wilayah dan kemudahan mendapat \ninformasi jadwal rilis. Kuadran yang keempat adalah kuadran \n\n 2 \/ 9 \n\n \n \n \n \n \n\fC atau kuadran dengan prioritas rendah. kuadran ini merupakan \nkuadran yang berisi kategori dengan tingkat kepuasan rendah \ndan tingkat kepentingan rendah. Ada 4 (empat) kategori yang \nmasuk ke dalam ini yaitu keatraktifan website, ketepatan tata \nletak, dua Bahasa, pedoman atau panduan. [6] \n\nDari hasil SKPW tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa \ndiperlukan adanya sebuah pembangunan ulang website BPS \nyang dapat memenuhi ekspektasi pengguna. Peneliti \nsebelumnya yaitu Chairunnisa [7], membuat sebuah rancangan \nantarmuka website dengan metode user centered design. \nSetelah rancangan berhasil dibuat, Chairunnisa melakukan \nsebuah survei terhadap tampilan website BPS yang baru. Hasil \nyang didapat adalah adanya peningkatan tingkat kepuasan di \nseluruh aspek yang menjadi cakupan penelitian dibandingkan \ndengan SKPW 2021. Rancangan antarmuka website yang \ndibuat oleh Chairunnisa [7] diimplementasikan kedalam \npengembangan website BPS ini. Agar pembangunan ulang \nwebsite ini dapat fokus sesuai tujuan, peneliti membatasi fitur \nyang akan dibangun pada tampilan antarmuka yaitu pada fitur \ntabel statistik, infografis, dan berita. Peneliti menggunakan \nmetode waterfall \nsebagai metode dalam melakukan \npengembangan sistem . \n\nII. TUJUAN PENELITIAN \n\nBerdasarkan latar belakang, tujuan penelitian ini adalah: \nPembangunan \ndengan \nBPS \nmengimplementasikan desain rancangan antarmuka yang telah \nada terutama pada fitur tabel statistik, info grafis, dan berita. \n\nwebsite \n\nyang \n\nbaru \n\nIII. PENELITIAN TERKAIT \n\nTerdapat enam penelitian yang terkait dengan penelitian ini. \nPenelitian pertama [8] bertujuan untuk membuat sebuah \nwebsite vaccine booking sistem yang dapat mempermudah \nmasyarakat mendapatkan vaksinasi dan menemukan tempat \nvaksin terdekat. Perancangan website ini menggunakan Bahasa \npemrograman react js untuk tampilan antarmuka dan Bahasa \npemrograman golang untuk keamanan backend. Alasan \npenggunaan react js pada penelitian ini adalah karena react js \ndapat mengurusi semua hal yang berkaitan dengan tampilan \ndan logika serta juga dapat mendesain tampilan sederhana \nuntuk semua level dalam aplikasi sehingga dapat digunakan \nuntuk pengembangan aplikasi berbasis web. Karena \nkemudahan dan keefisienan react js pengembangan sistem \nwebsite BPS menggunakan Bahasa react js sebagai Bahasa \npemrogramannya. \n\nini adalah waterfall. Penelitian \n\nPenelitian [9] bertujuan untuk mempertemukan antara \npencari kerja dengan pemberi kerja. Metode yang digunakan \ndalam penelitian \nini \nmenggunakan Bahasa pemrograman PHP dan framework \nLaravel dalam membangun website aplikasi penyedia jasa \nfreelance \nserta mengimplementasikan PWA. Alasan \npenggunaan PWA pada penelitian ini adalah PWA dapat \nmemberikan pengalaman pengguna lebih baik. PWA dapat \nmengubah aplikasi website biasa yang hanya bisa diakses lewat \nbrowser menjadi hybrid selain itu pada saat ini PWA dapat \ndibuat lebih mudah dengan bantuan workbox dan google. \nDengan alasan yang telah disebutkan sebelumnya peneliti \n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nberencana untuk menggunakan PWA dalam membangun \nwebsite BPS. Penelitian \nrujukan karena \npenggunaan PWA dan metode waterfall dalam membangun \nwebsite. \n\nini dijadikan \n\nPenelitian [10] ini bertujuan untuk mengimplementasikan \nteknologi Progressive Web Apps (PWA) pada website \nGetHelp menggunakan framework Next.js sehingga website \ndapat diakses melalui home screen smartphone seperti aplikasi \nandroid dan dapat dijalankan secara offline. Alasan \npenggunaan Next.js adalah karena Next.js \n merupakan \nkerangka kerja fleksibel yang dapat digunakan untuk \nmembuat aplikasi web dengan cepat. Implementasi PWA \npada website GetHelp menggunakan framework Next.js \ndengan pertimbangan beberapa hal, seperti proses rendering \nwebsite dilakukan di sisi server (server side rendering) \nsehingga halaman website lebih cepat ditampilkan di \nbrowser, lebih seo friendly, performa website lebih baik, \nsetup dan deploy project mudah dilakukan. Dengan \nkelebihan yang telah disebutkan peneliti memutuskan untuk \nmenggunakan Next.Js sebagai Bahasa pemrograman utama \ndalam pengembangan website BPS. \n\nPada penelitian [11], Zidan dkk melakukan pengujian \nterhadap aplikasi Single Sign On (SSO) di diskominfostandi \nmenggunakan Black Box testing dengan Teknik Equivalence \nPartitions. Pengujian yang dilakukan adalah fungsionalitas \nterhadap halaman login, register, dashboard utama pada user \ndan admin. Hasil dari pengujian tersebut didapat tingkat \nkeberhasilan SSO adalah 78,95% atau masuk dalam kategori \nbaik \n\nPenelitian [12] berfokus tentang pengujian sistem dengan \nUsability testing website menggunakan Sistem usability scale \n(SUS). Alasan penggunaan Sistem usability scale (SUS) pada \npenelitian ini adalah SUS tidak memerlukan jumlah sampel \nyang banyak sehingga dapat menghemat biaya. Hasil dari \npenelitian Welda dkk didapat nilai 67.08 sebagai total skor SUS \nterhadap website STIKI Indonesia dengan SUS skor presentil \nberada pada kategori D. Hal tersebut berarti website masih \nperlu dievaluasi dan dikembangkan lebih lanjut agar dapat lebih \noptimal penggunaannya. Dengan alasan tersebut peneliti \nmenggunakan metode SUS dalam pengembangan website ini. \nPenelitian [13] bertujuan untuk membuat sebuah sistem \nmanajemen akuntansi keuangan perusahaan untuk TOKO \nROTI AMAYA. Metode \ndalam \npengembangan website ini adalah SDLC waterfall dengan \nmengimplementasikan library react js dan restfull API serta \njuga menggunakan Mysql sebagai database. Pengembangan \nwebsite ini juga menerapkan react hooks dan stateless \ncomponent untuk manajemen react js. Untuk melakukan \npengujian sistem digunakanlah kotak putih dan kotak hitam \nsebagai metode pengujian. Penggunaan kotak hitam sebagai \nmetode pengujian adalah untuk melihat apakah sistem yang \ndibuat sudah sesuai dengan kebutuhan subject matter. Dengan \nkelebihan yang \ntersebut peneliti menggunakan metode \nBlackbox\/kotak hitam sebagai metode pengujian sistem \n\ndigunakan \n\nyang \n\n 3 \/ 9 \n\n \n \n \n \n \n\fIV. METODE PENELITIAN \n\nA. Ruang Lingkup Penelitian \n\nBPS. \n\nantarmuka \n\nRancangan \n\nPeneliti Chairunnisa [7] melakukan rancangan antarmuka \nwebsite \ntersebut \ndiimplementasikan dalam pembangunan website BPS yang \nbaru. Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada tampilan fitur \nyang telah dibahas dalam tujuan penelitian yaitu tampilan fitur \ntabel statistik, info grafis dan berita. Pengembangan sistem ini \njuga terbatas hanya pada BPS Pusat. Selain itu API yang \ndigunakan hanya API yang disediakan oleh website API BPS. \nPengujian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan \nBlackbox testing dan SUS (Sistem usability scale). \nB. Metode Pengembangan Sistem \n\nMetode yang digunakan dalam pengembangan sistem ini \nadalah metode waterfall. Metode waterfall menyarankan \nsistematik, untuk pengembangan \nsebuah pendekatan \nperangkat lunak dimulai dengan spesifikasi kebutuhan \npelanggan dan berkembang melalui perencanaan, pemodelan, \nkonstruksi, dan penyebaran, yang berakhir pada dukungan \nberkelanjutan dari perangkat lunak yang telah selesai [14] \nMetode waterfall digunakan karena keteraturan dalam \npengorganisasian alur pengembangan website selain itu \nmetode waterfall banyak digunakan dalam pengembangan \nwebsite sehingga kolaborasi antar tim dapat berjalan lebih \nlancar. Alur metode waterfall dapat dilihat di bawah pada \ngambar di bawah ini \n\nGambar 1: Alur metode waterfall \n\n Berikut Langkah Langkah yang digunakan dalam \n\npengembangan sistem metode waterfall pada penelitian ini: \n1. Pengumpulan Kebutuhan. Peneliti melakukan komunikasi \ndengan subject matter dimana subject matter pada \npengembangan sistem ini adalah Tim pengembangan \n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nwebsite BPS, Direktorat Sistem Informasi Statistik. Dari \nkomunikasi ini diidentifikasi masalah-masalah yang ada \ndan informasi lain yang diperlukan dalam pengembangan \nsistem. Pada tahap ini peneliti juga melakukan kegiatan \nperencanaan dalam membangun website bersama subject \nmatter seperti penentuan sumber daya, spesifikasi untuk \npengembangan berdasarkan kebutuhan sistem, dan tujuan \nberdasarkan hasil komunikasi yang dilakukan agar \npengembangan sistem ini dapat sesuai dengan yang \ndiharapkan. \n\nwebsite \n\npengerjaan \n\npengembangan \n\n2. Perancangan. Pada tahap ini peneliti bersama subject matter \nmenentukan rencana waktu pengerjaan. Hal ini dilakukan \nagar \ntidak \nmembutuhkan waktu yang sangat lama. Selain itu peneliti \nmelakukan pembuatan unified modelling diagram seperti \nusecase, activity diagram, dan sequence diagram agar \nsystem yang akan dibuat sesuai dengan tujuan. Selanjutnya \nUML yang telah dibuat dievaluasi oleh subject matter. \n3. Pengkodean Sistem. Pada tahap ini peneliti melakukan \npengkodean berdasarkan kebutuhan yang telah disetujui \nsebelumnya. Peneliti menggunakan Bahasa pemrograman \nNext js sebagai bahasa utama. Peneliti juga menggunakan \nTailwind CSS yang berguna untuk memperindah tampilan \nwebsite \n\n4. Pengujian Sistem. Sistem yang telah dibuat akan diuji \nterlebih dahulu menggunakan Blackbox testing. Hal ini \nbertujuan untuk memastikan bahwa sistem yang dibuat \ntelah sesuai dengan kebutuhan subject matter. Pada website \nini tester (staf Direktorat Diseminasi Statistik) nantinya \nakan melakukan uji coba semua fitur yang ada pada website \nyang dibangun. Fitur yang akan diuji adalah pada menu \ninfografis fitur download, filter, dan lihat infografis. Pada \nmenu berita fitur yang akan di uji coba adalah fitur lihat \nberita dan filter berita berdasarkan tahun, bulan kategori \ndan kata kunci. Pada menu tabel statistik dan dinamis fitur \nyang akan diuji adalah fitur list tabel statistik, filter tabel \nstatistik, filter tabel dinamis, download tabel statistik, dan \ndownload tabel dinamis. Apabila sistem telah berhasil \nmelewati Blackbox \ntesting maka akan dilakukan \npenyerahan sistem kepada subject matter. \n\nPengujian selanjutnya adalah dengan menggunakan \nkuesioner Sistem usability scale atau biasa disingkat SUS. \nMetode ini nantinya akan diuji pada pengunjung website BPS. \nMetode ini menggunakan 10 pertanyaan kuesioner. sebagai \nbentuk tanggapan berupa skala likert dengan 5 skor jawaban \ndimana angka 1 (satu) menyatakan sangat tidak setuju dan \nangkat 5 (lima) menyatakan sangat setuju \n\nV. KERANGKA PIKIR \n\nPada penelitian ini kerangka pikir yang digunakan diawali \ntingkat kepentingan dan \ndengan permasalahan bahwa \nkemudahan dalam mengakses data pada website BPS tidak \nsesuai. Dari permasalahan yang diidentifikasi penelitian ini \ndiusulkanlah solusi untuk melakukan pengembangan website \nBPS. Dalam penelitian ini Survei kebutuhan data dan survei \nkepuasan pengguna dijadikan dasar dalam pembentukan ulang \ntampilan antarmuka website BPS. Dalam melakukan \npengembangan website, peneliti menggunakan Bahasa \n\n 4 \/ 9 \n\n \n \n \n \n \n \n\futama. Untuk memperindah \n\njs dan Next Js sebagai Bahasa \npemrograman React \npemrograman \ntampilan \ndigunakan tailwind css. Kemudian sistem yang telah dibuat \nakan dilakukan uji coba atau testing apakah sudah sesuai \ndengan kebutuhan subject matter \n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nmemiliki internet dan device dapat mengakses website ini. \nTidak ada Batasan usia, Pendidikan atau pekerjaan Ketika \nmengakses website BPS. Namun diperlukan pemahaman \ndasar atas browser terlebih dahulu. Sistem yang akan \ndibangun digunakan oleh dua jenis user. Untuk lebih \njelasnya dapat dilihat pada tabel 1. \n\nTABEL I. \n\nTABEL IDENTIFIKASI PENGUNJUNG WEBSITE \n\nUser \n\nHak akses \n\nPengunjung Melihat \n\ndan \nmengunduh \ndata \n\nTingkat \nketerampilan \nBisa \nmengikuti \npetunjuk \nyang \npada sistem \n\nada \n\nPengalaman \n\nMampu \nmengoperasikan \nkomputer \ndan \nbisa \nmenggunakan \nbrowser \n\n2. Analisis kebutuhan non fungsional \n\nAnalisis kebutuhan non-fungsional adalah proses untuk \nmengidentifikasi dan mengevaluasi kebutuhan sistem yang \nberfokus pada kualitas atau sifat sistem itu sendiri. Hasil dari \ndiskusi yang dilakukan dengan subject matter dari BPS \ndidapat beberapa kebutuhan non fungsional pada website \nBPS yaitu : \n\na. Sistem mudah untuk dipelajari. \nb. Sistem memiliki keandalan yang tinggi \nc. Tampilan sistem mendapatkan \n\nfeedback \n\npositive dari hasil SKPW. \n\nd. Sistem yang dibuat memiliki dokumentasi \n\nyang jelas \n\nGambar 2. Kerangka Pikir Penelitian \n\nB. Perancangan Sistem \n\nUntuk menguji kesesuaian sistem yang dibuat dengan \nkebutuhan akan dilakukan Blackbox testing. Selain dengan \nBlackbox testing penelitian ini juga menggunakan kuesioner \nSUS (Sistem usability scale). Kuesioner ini disebar kepada \npengunjung website untuk melihat apakah tampilan dan fungsi \ndari website yang telah dibangun memberikan hasil yang positif. \n\nVI. HASIL DAN PEMBAHASAN \n\nA. Analisis Kebutuhan Sistem \n\nAnalisis sistem adalah proses untuk memecah suatu sistem \ninformasi yang utuh menjadi komponen-komponennya \ndengan tujuan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi \nmasalah, kesempatan, hambatan, dan kebutuhan agar sesuai \ndengan yang diharapkan. Analisis kebutuhan ada dua macam \nyaitu analisis kebutuhan fungsional dan analisis kebutuhan \nnon-fungsional. \n\n1. Analisis kebutuhan fungsional \n\nAnalisis kebutuhan fungsional merupakan gambaran \ndari proses proses mengenai sistem yang berjalan \nBerdasarkan diskusi ketika melakukakan pertemuan dengan \nsubject matter, ada tiga hal yang dikerjakan oleh sistem ini \nyaitu menerima masukan, mengolah masukan dan \nmengeluarkan respon hasil pengolahan. Setiap orang yang \n\nGambar 3. Use case diagram \n\nGambar 3 merupakan use case diagram dari pembangunan \nwebsite BPS. Use case tersebut dibuat bersama subject matter \nUsecase yang pertama yaitu unduh infografis. Pada usecase ini \npengunjung melakukan kegiatan penyimpanan data infografis \npada memori komputer dari server. Usecase selanjutnya adalah \nlihat infografis. Usecase ini bertujuan untuk melihat isi konten \ndari halaman infografis yang ditampilkan oleh website. Usecase \nterakhir dari halaman infografis adalah filter kategori infografis. \nPengunjung website dapat melakukan filter terhadap konten \n\n 5 \/ 9 \n\n \n \n \n \n \n \n \n \n \n\finfografis. Filter infografis berisi tentang kategori kategori \nyang dapat dipilih oleh pengunjung website seperti statistik \ndemografi dan sosial, statistik ekonomi, statistik lingkungan \nhidup dan multidomain dan terakhir lainnya \n\nUsecase selanjutnya berada pada halaman berita. Usecase \nyang tersedia yaitu lihat berita dan filter kategori berita. \nUsecase lihat berita merupakan kegiatan melihat isi berita dari \nhalaman berita yang ditampilkan oleh website. Usecase filter \nkategori berita merupakan sebuah kegiatan yang dapat \ndilakukan oleh pengunjung website yang ingin melakukan \npencarian berita secara spesifik. Filter kategori berita \nmenyediakan pilihan filter seperti berdasarkan tahun, bulan, \nkata kunci, berita statistik atau berita statistik lainnya, dan \nberdasarkan wilayah. \n\nUsecase terakhir yaitu halaman tabel statistik. Usecase \npada tabel statistik ada 3 yaitu lihat tabel statistik, unduh tabel \nstatistik, dan filter tabel statistik. Fitur lihat tabel statistik \nmerupakan sebuah kegiatan dimana pengunjung website dapat \nmelihat tabel statistik yang ditampilkan oleh website. Unduh \ntabel statistik Merupakan sebuah kegiatan untuk melakukan \npenyimpanan data tabel statistik pada memori komputer dari \nserver. pada Filter kategori tabel statistik Pengguna dapat \nmelakukan filter terhadap konten Berita yang disediakan agar \ntujuan pengguna dapat tercapai dengan lebih efisien \n\nGambar 4. Activity diagram Halaman Infografis \n\nUntuk mengakses halaman \n\ninfografis, pengunjung \nwebsite terlebih dahulu harus menekan menu produk statistik. \nMenu produk statistik akan menampilkan list halaman yang ada \nlalu menekan halaman \npada website BPS. Pengunjung \ninfografis pada submenu produk statistik. Hasil dari kegiatan \ntersebut adalah tampilan halaman infografis. Selanjutnya \npengunjung website dapat memilih infografis mana yang akan \ndilihat dengan cara mengeklik infografis tersebut \n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nGambar 5. Sequence diagram Halaman Infografis \n\nSequence diagram infografis ini menjelaskan tentang \nbagaimana cara pemanggilan API pada halaman infografis. \nPertama pengunjung website melakukan request halaman \ninfografis kepada sistem. Sistem melanjutkan request tersebut \nkepada API infografis dengan parameter title dan image. API \ninfografis mengembalikan request yang diminta oleh sistem \ndengan 3 parameter yaitu title, image, dan inf_id. Selanjutnya \nsistem mengembalikan request dari pengunjung website dalam \nbentuk halaman infografis \n\nC. Implementasi Sistem \n\nPada gambar 6 ini terlihat kalau halaman infografis \ndengan data terbaru sudah dapat ditampilkan di halaman. \nTampilan yang ada pada gambar 6 merupakan hasil dari \ndiskusi dengan subject matter. Untuk melakukan filter \nkategori pengunjung website dapat menekah salah satu \nkategori pada kotak kecil disebelah kiri halaman. Untuk \nmelihat infografis dengan lebih jelas, pengunjung website \ndapat menekan infografis yang dipilih. Nantinya infografis \ntersebut akan memunculkan sebuah gambar yang lebih besar \ndi layar pengunjung website. Tombol download juga \ntersedia dibawah infografis apabila pengunjung website \ningin mengunduh infografis \n\nGambar 6. Halaman Infografis \n\n 6 \/ 9 \n\n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n\fMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nPada gambar 7, tampilan halaman berita dengan API \nsudah dapat ditampilkan. Berdasarkan diskusi dengan \nsubject matter dari bps Terdapat 10 list berita terbaru yang \ndapat dibaca oleh pengunjung website. Pengunjung hanya \nperlu menekan salah satu berita lalu nantinya pengunjung \nakan dibawa menuju halaman baru untuk membaca berita \ndengan lebih leluasa. Apabila pengunjung website ingin \nmelakukan \nterhadap berita pengunjung dapat \nmemasukkan input\/filter pada kotak kecil disebelah kiri lalu \nmenekan tombol agar filter dapat dijalankan. \n\nfilter \n\nmenekan salah satu judul tabel statistik. Nantinya tabel \nstatistik yang dipilih akan muncul pada halaman baru. Pada \nhalaman baru tersebut jugda tersedia tombol download \ntabel statistik apabila pengunjung website ingin melakukan \nunduhan terhadap tabel statistik. Untuk pencarian yang \nlebih maksimal, pengunjung website dapat mencari tabel \nstatistik dengan kategori kategori yang tersedia pada kotak \nkecil sebelah kiri. Untuk mendapatkan tabel statistik dengan \nkategori yang sesuai pengunjung website dapat menekan \nsalah satu kategori. Nantinya list tabel akan berubah sesuai \ndengan kategori yang dipilih oleh pengunjung website \n\nGambar 8. Halaman Tabel statistic \n\nD. Evaluasi Sistem \n\nPengimplementasian system ini akan diuji menggunakan \ndua metode yaitu dengan metode Blackbox testing dan metode \nkuesioner system usability scale (SUS). Blackbox testing \ndilakukan untuk menguji fitur fitur yang telah dibuat apakah \nsudah sesuai dengan \ningin dicapai pada \ntarget yang \nperancangan sistem. Sedangkan kuesioner system usability \nscale (SUS) berguna untuk mengetahui kelayakan sistem yang \ndibangun. \n\n1. Blackbox Testing \n\nPengujian blackbox testing dilakukan oleh subject \nmatter dimana subject matter pada penelitian ini adalah \npegawai BPS Direktorat Diseminasi Statistik Bapak \nYohanner Wahyu. Hasil blackbox testing tersebut dapat \ndilihat pada tabel II, III, IV. \n\n 7 \/ 9 \n\nGambar 7. Halaman berita \n\nPada gambar 8, halaman tabel statistik telah dapat \nditampilkan sesuai dengan kebutuhan subject matter. Untuk \nmelihat tabel statistik, pengunjung website hanya perlu \n\n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n\fMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nTABEL II. \n\nTABEL IV. \n\nTABEL BLACKBOX TESTING HALAMAN BERITA \n\nTABEL BLACKBOX TESTING HALAMAN TABEL STATISTIK \n\n1 \n\nNo Skenario \nPengujian \nMengakses \nhalaman \nberita \nMenampilkan \ndaftar berita \n\n2 \n\nMenampilkan \ndetail berita \nberita \ndan \nterkait \n\nMengakses \nfitur filter \nberita \n\nKesimpulan \n\nBerhasil \n\nBerhasil \n\nBerhasil \n\nBerhasil \n\nyang \n\nHasil \ndiharapkan \nBerhasil \nmenampilkan \nhalaman berita \nBerhasil \nmenampilkan \ndaftar semua \nberita yang \nada \nBerhasil \nmenampilkan \ndetail berita \ntertentu dan \nberita terkait \nberita yang \ndipilih \nBerhasil \nmenampilkan \nberita \nberdasarkan \nfilter tertentu \n\nTABEL III. \n\nTABEL BLACKBOX TESTING HALAMAN INFOGRAFIS \n\nSkenario \nPengujian \nMengakses \nhalaman \ninfografis \n\nMenampilka\nn daftar \ninfografis \n\nMenampilka\nn detail \ninfografis \n\nMengakses \nfitur filter \ninfografis \n\nMendownloa\nd infografis \n\nHasil yang \ndiharapkan \nBerhasil \nmenampilkan \nhalaman \ninfografis \nBerhasil \nmenampilkan \ndaftar semua \ninfografis \nyang ada \nBerhasil \nmenampilkan \ndetail \ninfografis \nBerhasil \nmenampilkan \ninfografis \nberdasarkan \nfilter tertentu \nBerhasil \nmendownload \ninfografis \nyang dipilih \n\nKesimpulan \n\nBerhasil \n\nBerhasil \n\nBerhasil \n\nBerhasil \n\nBerhasil \n\n3 \n\n4 \n\nNo \n\n1 \n\n2 \n\n3 \n\n4 \n\n5 \n\nNo \n\n1 \n\n2 \n\n3 \n\n4 \n\n5 \n\nSkenario \nPengujian \nMengakses \nhalaman \nTabel \nstatistik \nMenampilka\nn daftar \nTabel \nstatistik \n\nMenampilka\nn detail \nTabel \nstatistik \nMengakses \nfitur filter \nTabel \nstatistik \n\nMendownloa\nTabel \nd \nstatistik \n\nHasil yang \ndiharapkan \nBerhasil \nmenampilkan \nhalaman Tabel \nstatistik \nBerhasil \nmenampilkan \ndaftar semua \nTabel statistik \nyang ada \nBerhasil \nmenampilkan \ndetail Tabel \nstatistik \nBerhasil \nmenampilkan \nTabel statistik \nberdasarkan \nfilter tertentu \nBerhasil \nmendownload \nTabel statistik \nyang dipilih \n\nKesimpulan \n\nBerhasil \n\nBerhasil \n\nBerhasil \n\nBerhasil \n\nBerhasil \n\nBerdasarkan tabel II, tabel III dan tabel IV, dapat \ndilihat bahwa pengujian menggunakan metode \nBlackbox testing telah berhasil dilakukan. Pengujian \ntersebut melakukan percobaan dengan 4 skenario untuk \nhalaman berita, 5 skenario untuk halaman infografis dan \n5 skenario untuk halaman tabel statistik telah berjalan \nsesuai dengan yang diharapkan. \n\n2. Sistem usability scale (SUS) \n\nSetelah system berhasil dibuat, peneliti melakukan \nevaluasi system dengan metode sistem usability scale \n(SUS). Peneliti menyebar kuesioner yang telah dibuat \nkepada media sosial seperti e-mail dan WhatsApp. \nResponden dari uji coba SUS pada penelitian ini yaitu \nmahasiswa, umum, dan pegawai BPS. \n\nDari pengujian dengan 81 responden didapat nilai \nSUS sebesar 81,049. Hal ini berarti sistem yang \ndibangun saat ini memiliki usability yang bagus dan \nmasuk dalam kategori GOOD. \n\nSelain dari tingkat usability sistem yang dibangun \njuga mengalami peningkatan kepuasan dari evaluasi \nsebelumnya. Hal ini terlihat pada tabel V. \n\n 8 \/ 9 \n\n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n\fMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nKulit. \nhttps:\/\/jurnal.fmipa.unila.ac.id\/komputasi\/article\/view\/1554\/1316 \n\nKomputasi, \n\nJurnal \n\n6(1), \n\n1. \n\n[6] Badan Pusat Statistik, Hasil Survei Kepuasan Pengguna Website BPS 2021. \n\nNo. Publikasi 03200.2111, No. Katalog 1103024. 2021. \n\n[7] Samu, C. F. (2021). Perancangan Kembali Antarmuka Web BPS dengan \nPendekatan User Centered Design. [Skripsi]. Politeknik Statistika STIS. \n[8] Sari, A. S., & Hidayat, R. (2022). Designing website vaccine booking \nsystem using golang programming language and framework react JS. \nJournal of Information System, Informatics and Computing Issue Period, \n6(1), 22–39. https:\/\/doi.org\/10.52362\/jisicom.v6i1.760 \n\n[9] Efendi Noor, A., & Irfan, P. (2020). Implementasi Progressive Web Apps \n(PWA) Menggunakan (Implementation of Progressive Web Apps (PWA) \nUsing Laravel and Vue.Js in Making Freelance Service Provider \nApplications). 2(3), 174–180. \n\n[10] Phie Joarno, R. J., Mohammad Fajar, & Arfan Yunus. (2022). \nImplementasi Progressive Web Apps Pada Website GetHelp \nMenggunakan \n1–15. \nKHARISMA \nhttps:\/\/doi.org\/10.55645\/kharismatech.v17i2.219 \n\nNext.js. \n\n17(2), \n\nTech, \n\n[11] Zidan, M., Nur’aini, S., Wibowo, N. C. H., & Ulinuha, M. A. (2022). Black \nBox Testing pada Aplikasi Single Sign On (SSO) di Diskominfostandi \nMenggunakan Teknik Equivalence Partitions. Walisongo Journal of \nInformation \n127–137. \nhttps:\/\/doi.org\/10.21580\/wjit.2022.4.2.12135 \n\nTechnology, \n\n4(2), \n\n[12] Welda, W., Putra, D. M. D. U., & Dirgayusari, A. M. (2020). Usability \nTesting Website Dengan Menggunakan Metode System Usability Scale \n(Sus)s. International Journal of Natural Science and Engineering, 4(3), 152. \nhttps:\/\/doi.org\/10.23887\/ijnse.v4i2.28864 \n\n[13] Hanifah Izzati, F., & Santoso, N. (2021). Pengembangan Sistem \nManajemen Akuntansi Keuangan Perusahaan untuk Toko Roti Amaya \nberbasis Website menggunakan React Js (Vol. 5, Issue 11). http:\/\/j-\nptiik.ub.ac.id \n\n[14] Pressman, R. S., Maxim, B. R. (2014). Software Engineering: A \nPractitioner's Approach. United Kingdom: McGraw-Hill Education.. \n\nTABEL V. \n\nHASIL EVALUASI TINGKAT KEPUASAN 2023 \n\nTingkat \nkepuasan \ndi \nSKPW \n2021 \n3,91 \n\nTingkat \nkepuasan \npada \niterasi ke \n1 [7] \n4,02 \n\nTingkat \nkepuasan \npada \niterasi ke \n2 [7] \n4,04 \n\nTingkat \nkepuasan \npada \npenelitian \nini \n4,36 \n\n3,91 \n\n3,98 \n\n4,00 \n\n4,25 \n\n3,90 \n\n3,87 \n\n4,10 \n\n3,79 \n\n4,13 \n\n3,96 \n\n4,33 \n\n4,26 \n\nAspek \n\nKemudahan \nnavigasi \nKemudahan \nmencari \nproduk \nKetertarikan \ntampilan \nKetepatan \npenyusunan \ntata letak \n\nHijau = tingkat kepuasan meningkat; Merah = tingkat kepuasan \nmenurun \n\nPENUTUP \nberdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh \n\nVII. \n\nkesimpulan sebagai berikut: \n\nsistem \n\ndilakukan \n\n1. Telah \n\nimplementasi \n\ndari \nperancangan user interface yang dibuat oleh peneliti \nChairunnisa sebelumnya dengan menggunakan \nmetode waterfall sebagai metode utama dalam \npengembangan website. Implementasi user interface \ntelah dilakukan pada beberapa halaman website BPS \nseperti halaman infografis, berita, dan tabel statistik. \n2. Pengimplementasian rancangan antarmuka pada \nWebsite BPS yang baru telah dilakukan dua kali \nevaluasi sistem. Hasil yang didapat dari evaluasi \ntersebut menunjukan bahwa website masuk dalam \nkategori baik dengan skor 81,049. \n\n3. Pengimplementasin rancangan antarmuka pada \nWebsite BPS yang baru mengalami peningkatan \nkepuasan pada semua aspek yang diuji. \n\n4. Dihasilkannya sebuah tampilan versi beta untuk \n\nwebsite BPS yang baru. \n\nDAFTAR PUSTAKA \n[1] Firman, F. (2020). Challenges and Roles of Official Statistiks in the Covid-\n19 Pandemic. Jurnal Matematika, Statistika Dan Komputasi, 17(1), 89–93. \nhttps:\/\/doi.org\/10.20956\/jmsk.v17i1.10922 \n\n[2] Puspita Sari, D., & Pratiwi Batubara, R. (2021). Analisis Komponen \nWebsite Desa Wisata Cimande Sebagai Media Promosi Elektronik (E-\nTourism) Component Analysis Of Cimande Tourism Website As A Media \nFor Electronic Promotion ( E-Tourism). Sosial Humaniora, 12(1). \n\n[3] Gede, I., Suryawan, T., Agung, G., Satyawati, A. A., Wayan, I., Purnama, \nA., Dwi, M., & Arsana, P. (2022). Evaluasi dan Redesign Website \nMenggunakan System Usability Scale dan Automated Software Testing. \nJurnal Sains Dan Teknologi, 11, 18–28. https:\/\/doi.org\/10.23887\/jst-\nundiksha.v11i1 \n\n[4] Bill Scott, & Theresa Neil. (2009). Designing Web Interface (M. Treseler, \n\n1st ed., Vol. 1). O’Reilly Media. \n\n[5] Pranata, B. A., Hijriani Dan, A., & Junaidi, A. (2018). Perancangan \nApplication Programming Interface (Api) Berbasis Web Menggunakan \nGaya Arsitektur Representational State Transfer \n(Rest) Untuk \nPengembangan Sistem Informasi Administrasi Pasien Klinik Perawatan \n\n 9 \/ 9 \n\n \n \n \n \n \n \n \n\f", "label": [ { "start": 894, "end": 960, "text": "mengimplementasikan rancagan yang telah\\ndibuat oleh peneliti", "labels": [ "TUJUAN" ] }, { "start": 1018, "end": 1042, "text": "Next Js dan Waterfall", "labels": [ "METODE" ] }, { "start": 1290, "end": 1323, "text": "", "labels": [ "TEMUAN" ] }, { "start": 1335, "end": 1394, "text": "", "labels": [ "TEMUAN" ] }, { "start": 33489, "end": 33544, "text": "website masuk dalam\\nkategori baik dengan skor 81,049", "labels": [ "TEMUAN" ] } ], "annotator": 1, "annotation_id": 3, "created_at": "2023-12-27T03:51:51.641891Z", "updated_at": "2023-12-27T04:58:04.958394Z", "lead_time": 4230.21 }, { "id": 23, "content": "Makalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nPrediksi Pergerakan Harga Saham dengan Analisis \nTeknikal, Fundamental, dan Sentimen Menggunakan \nModel LSTM : Studi Kasus Saham Bank Central \nAsia \n\nMuhammad Ighfar Saputra (221911241, 4SI1) \nDosen Pembimbing: Erna Nurmawati, S.ST, M.T. \n\nRingkasan— Permasalahan mengenai usaha meminimalkan \nrisiko dan memaksimalkan keuntungan adalah apa yang telah \ndicoba dipecahkan oleh pedagang di pasar saham selama \nbertahun-tahun. Harga saham umumnya memiliki sifat volatilitas \ndipengaruhi oleh berbagai faktor, sehingga diperlukan sejumlah \nbesar data dalam upaya mencari pola pergerakan harga. Melihat \nbanyaknya data yang diperlukan serta pesatnya perkembangan \nbig data dan artificial intelligence, maka pendekatan yang cocok \ndigunakan dalam adalah Deep Learning yakni model LSTM \n(Long-Short Term Memory). Variabel independen yang digunakan \nterdiri dari variabel teknikal indikator, nilai tukar mata uang, \nsuku bunga, indeks harga saham gabungan (IHSG), dan sentimen \ndata cuitan Twitter. Hasil penelitian menunjukkan analisis \nsentimen menggunakan model IndoBERT memiliki akurasi \nsebesar 0.69, serta analisis LSTM mendapatkan model dengan \neror terkecil pada kombinasi variabel 4 dan kombinasi variabel \n12 dengan masing-masing memiliki rataan eror RMSE sebesar \n1.765E-04 dan 1.978E-04. Setelah dilakukan hyperparameter \noptimization, diperoleh model terbaik yaitu kombinasi variabel 4 \ndengan eror paling minimum yakni 7.580E-05 dengan RMSE \npada pengujian data test sebesar 332.66. \n\nKata Kunci— saham, BCA, LSTM, analisis sentimen \n\nI. LATAR BELAKANG \n\nPermasalahan mengenai usaha meminimalkan risiko dan \nmemaksimalkan keuntungan melalui prediksi pergerakan harga \ndi masa depan adalah apa yang telah dicoba dipecahkan oleh \npedagang di pasar saham selama bertahun-tahun \n[1]. \nPergerakan harga saham dikenal dengan volatilitas dan non-\nliniernya sehingga peramalan harga saham yang akurat sangat \nsulit karena dipengaruhi oleh berbagai faktor. Untuk itu \nmengembangkan model yang memprediksi pergerakan harga \nsaham merupakan sebuah tantangan yang menarik. \n\nTerdapat dua teknik yang umum digunakan oleh investor \ndalam menganalisis pergerakan harga saham. Teknik pertama \nmerupakan analisis teknikal, yakni meramalkan pergerakan \nharga saham menggunakan data histori seperti harga \npembukaan dan penutupan, volume transaksi, harga saham \nrata-rata, dan sebagainya. Teknik kedua yang dikenal sebagai \nanalisis \nfundamental menggunakan data kualitatif dan \nkuantitatif berdasarkan profil perusahaan dan kondisi \nkeuangan, kondisi pasar, politik, bisnis, dan kondisi ekonomi \n[2]. Tetapi dengan perkembangan teknologi informasi dan \nsosial media, ada juga teknik ketiga yang dikenal sebagai \nanalisis sentimen [3]. \n Sentimen didefinisikan sebagai \nperspektif atau pendapat seseorang atas suatu informasi [4]. \n\n[1]. Penelitian \n\nMengingat banyak faktor yang mempengaruhi pergerakan \nharga saham, akibatnya dalam memprediksi pergerakan harga \nsaham penting untuk menggabungkan teknik analisis seperti \nanalisis teknikal dengan kedua analisis baik sentimen maupun \nfundamental \n[1] menunjukkan bahwa \npenggunaan variabel fundamental seperti nilai tukar dan indeks \nharga saham asing dapat meningkatkan akurasi prediksi. Di sisi \nlain penelitian [5] dan [6] menunjukkan bahwa penggunaan \nvariabel \nakurasi dan \nmengungkapkan bahwa penggunaan fitur sentimen memiliki \nperan penting dalam memprediksi harga penutupan saham. \nPenelitian [7] juga membuktikan bahwa penggunaan variabel \nsentimen dapat menurunkan eror RMSE sebesar 39.55% \ndimana hal ini mengindikasikan pentingnya fitur sentimen \ndalam analisis harga saham. \n\nsentimen dapat meningkatkan \n\nPenelitian ini mencoba menggabungkan tiga teknik analisis \ntersebut, sehingga diperlukan indikator untuk masing-masing \nteknik analisis. Analisis teknikal akan menggunakan indikator \nteknikal yang banyak di gunakan dalam penelitian [7] dan [8], \nnamun tidak diketahui mana indikator yang paling berpengaruh \nterhadap model sehingga perlu dilakukan feature selection. \nAnalisis fundamental akan menggunakan variabel indikator \nfundamental yang digunakan pada penelitian [1] dan [9] seperti \nindeks harga saham, suku bunga, dan nilai tukar. Sedangkan \nuntuk analisis sentimen akan menggunakan variabel sentimen \nyang dianalisis melalui sentimen Twitter seperti yang \ndilakukan pada penelitian [6]. \n\nTerdapat berbagai macam penelitian yang mencoba \nmemodelkan pergerakan harga saham dengan berbagai \npendekatan, mulai dari model berbasis statistik seperti \nAutoregressive Integrated Moving Average (ARIMA), hingga \npenggunaan machine learning dan deep learning. Dengan \npesatnya perkembangan big data dan text mining yang \nbelakangan ini juga menjadi fokus penelitian yang diterapkan \npada prediksi harga saham [5] serta banyaknya data yang \ndibutuhkan maka penerapan deep learning sangat cocok \ndigunakan. Penelitian [7] mengkaji sekitar 150 literatur \nmengenai aplikasi machine learning dalam memprediksi \npergerakan saham yang terbit antara tahun 2000 hingga 2021, \nhanya terdapat 15 literatur yang memanfaatkan analisis \nsentimen dan text mining yang berasal dari berita, email, \nmaupun media sosial dimana literatur-literatur tersebut terbit \npada tahun 2016 hingga 2021. \n\nModel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah \nmodel deep learning yakni Long-Short Term Memory (LSTM) \n\n 1 \/ 8 \n\n \n \n \n\f[10]. Selain \n\nyang merupakan perkembangan dari Recurrent Neural \nNetwork (RNN) yang digunakan untuk mempelajari data \nsekuensial serta dapat mengatasi exploding dan vanishing \ngradient pada RNN biasa \nitu, dalam \nmengembangkan model perlu dilakukan hyperparameter \noptimization, yakni mengoptimalisasi struktur dan parameter \ndari sebuah model [7] merupakan langkah penting yang dapat \nmeningkatkan performa dari suatu model [11]. Model \nkemudian akan digunakan untuk memprediksi harga saham \npaling lama 5 hari kedepan seperti yang dilakukan pada \npenelitian [6] dan [12]. \n\nSaham yang akan menjadi fokus dalam penelitian ini adalah \nsaham dari salah satu bank terbesar di Indonesia yakni Bank \nCentral Asia (BCA). Bank BCA sudah go public sejak Mei \n2000, dengan \njumlah saham yang beredar sebanyak \n123.275.050.000 lembar saham (per Desember 2021) serta \nmerupakan bank dengan kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia \nyakni sebesar 1070,92 triliun (per 5 April 2023) [13]. Dengan \nrekam jejak yang cukup lama dan kapitalisasi pasar yang besar, \nbank BCA diharapkan memiliki data histori yang panjang serta \ncuitan tentang saham BCA mudah didapatkan untuk dilakukan \nanalisis sentimen. \n\nII. TUJUAN PENELITIAN \n\nBerdasarkan latar belakang diatas, adapun tujuan dari \n\npenelitian ini adalah: \n\n1. Memformulasikan indikator teknikal serta melakukan \nfeature selection menggunakan Genetic Algorithm. \n2. Melakukan analisis sentimen data Twitter yang \n\nberkaitan dengan saham bank BCA. \n\n3. Mengembangkan model LSTM yang dapat memprediksi \n\npergerakan harga saham 5 hari kedepan. \n\n4. Memilih hyperparameter terbaik dengan menggunakan \n\nfungsi Grid Search. \n\nIII. PENELITIAN TERKAIT \n\nTABEL I \nTABEL LITERATUR PENGGABUNGAN ANALISIS \n\nReferensi \n\nData \n\nMetode \n\nHasil \n\nTeknikal \nFundamentalS\nentimen \n\nSupport \nVector \nMachine \n\nTeknikal \nSentimen \n\nCNN dan \nLSTM \n\n[1] A Prediction of \nStock Price \nMovements Using \nSupport Vector \nMachines in \nIndonesia \n\nS_I_LSTM: \n[5] \nstock \nprice \nprediction based on \ndata \nmultiple \nsources \nand \nsentiment analysis \n\nTeknikal \nSentimen \n\nLSTM \n\n[6]Development of a \nStock \nPrice \nPrediction \nFramework \nfor \nIntelligent Media \nand \nTechnical \nAnalysis \n\nakurasi \n\nHasil prediksi memiliki rata-\nrata \n65,33%. \nKeterlibatan data nilai tukar \nmata uang dan index harga \nsaham asing meningkatkan \nakurasi sebesar 11,78%. \n\nlebih mendekati \nPrediksi \nharga sebenarnya dari sumber \ndata tunggal, dan MAE rata-\nrata \nmencapai \n2.386835, yang lebih baik \ndaripada metode tradisional. \n\ndapat \n\nHasil dari 2 percobaan \nmenunjukkan akurasi 96% \ndan RMSE 0,023 yang \nmengungkapkan bahwa fitur \nsentimen dapat meningkatkan \nakurasi pada model. \n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nTABEL II \n\nTABEL LITERATUR METODE LSTM \n\nReferensi \n\nMetode \n\nHasil \n\n[14] Combining \nan \nLSTM neural network \nwith the Variance Ratio \ntime series \nTest for \nand \nprediction \noperation \nthe \nBrazilian stock market \n\non \n\nDecision Tree, \nRandom Forest, \nAdaboost, \nGradient \nBoosting, \nXGBoost ANN, \nRNN, LSTM \n\nLSTM lebih unggul dari semua \nmodel, meskipun perbedaan tidak \nterlalu besar karena data terbatas. \nlebih \nJika data memiliki sudah \nseperti 2000 hari, LSTM akan \nmenjadi pemenang dengan margin \nbesar \n\n[15]A Comprehensive \nReview on Multiple \nHybrid Deep Learning \nApproaches for Stock \nPrediction \n\nARIMA, \nLSTM, Hybrid \nLSTM, CNN, \nand \nHybrid \nCNN \n\nModel LSTM dan Hybrid LSTM \nlebih unggul dalam hal memprediksi \nharga \nsaham di masa depan, \nsementara model CNN dan Hybrid \nCNN unggul ketika digunakan hanya \nuntuk memprediksi tren saham. \n\nIV. METODE PENELITIAN \n\nAlur metode penelitian secara keseluruhan dapat dilihat \n\npada workflow berikut. \n\nGambar 1 Alur prediksi harga saham [7] \n\nA. Pengumpulan Data \n\nData yang digunakan berupa histori harga saham harian \nbank BCA dan Indeks Harga Saham Gabungan dengan rentang \nwaktu 19 Januari 2005 hingga 30 Agustus 2022 yang diperoleh \nmelalui situs Yahoo Finance [16] dengan jumlah 4361 baris. \nBerikutnya yakni data cuitan pada media sosial Twitter yang \nyang berkaitan dengan saham bank BCA Kemudian data kurs \nrupiah terhadap dollar Amerika Serikat yang diperoleh dari \nInvesting.com [17] dan data suku bunga Indonesia yang \ndiperoleh dari situs Bank Indonesia [18]. \n\nB. Pembuatan Variabel \n1. Indikator Teknikal \n\nData yang digunakan dalam perhitungan indikator \nteknikal berdasarkan data histori harga seperti harga \npembukaan, harga penutupan, harga \ntertinggi, harga \nterendah, volume transaksi, yang kemudian dihitung dengan \nmenggunakan rumus tertentu untuk menghasilkan angka \nyang menunjukkan kecenderungan ke arah pergerakan \nsuatu saham [1]. Teknikal indikator yang dipilih dalam \npenelitian ini terdiri dari 12 indikator yang paling banyak \ndipilih dalam literatur sebelumnya [7], [8] serta digunakan \ndalam beberapa penelitian terkait [1], [19]–[21]. Formula \ndari 12 indikator teknikal yang digunakan dalam penelitian \nini dijabarkan dalam tabel 3 berikut. \n\n 2 \/ 8 \n\n \n \n \n \n\fTABEL III \n\nFORMULA INDIKATOR TEKNIKAL \n\n(𝐶𝑡 + 𝐶𝑡−1 + 𝐶𝑡−2 + ⋯ + 𝐶𝑡−10\n10\n(10𝐶𝑡 + 9𝐶𝑡−1 + 8𝐶𝑡−2 + ⋯ + 𝐶𝑡−10)\n10 + 9 + ⋯ + 1\n\n(𝐶𝑡 × α) + 𝐸𝑀𝐴𝑡−1 × (1 − α) \n\nSMA (Simple 10-day M oving \nAverage) \n\nWMA (Weighted 10- day \nMoving Average) \nEMA (Exponential 10-day \nMoving Average) \n\nMomentum 10-day \n\nStoK (Stochastic K%) \n\nStoD (Stochastic D%) \n\nRSI (Relative Strength Index) \n\n100 − \n\nMACD (Moving Average \nConvergence Divergence) \n\nADO (A\/D Oscillator) \n\nCCI \n(Commodity. Channel Index) \n\nLWillR (Larry William’s R%) \n\nMFI (Money Flow Index) \n\n100 − \n\n× 100 \n\n𝐶𝑡 − 𝐶𝑡−10 \n\n𝐶𝑡 − 𝐿𝐿𝑡−14\n𝐻𝐻𝑡−14 − 𝐿𝐿𝑡−14\n2\n∑ 𝐾𝑡−𝑖%\n𝑖=0\n3\n\n100\n\n1 + (\n\n13\n0\n\n∑ 𝑈𝑝𝑡−𝑖\n14\n\n) + (\n\n13\n0\n\n∑ 𝐷𝑤𝑡−𝑖\n14\n\n)\n\n𝐸𝑀𝐴12(𝑡) − 𝐸𝑀𝐴26(𝑡) \n\n𝐻𝑡 − 𝐶𝑡−1\n𝐻𝑡 − 𝐿𝑡\n𝑀𝑡 − 𝑆𝑀𝑡\n0.015𝐷𝑡\n𝐻𝐻𝑡−14 − 𝐶𝑡\n𝐻𝐻𝑡−14 − 𝐿𝐿14\n\n100\n\n1 +\n\n14 − 𝐷𝑎𝑦 𝑃𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑣𝑒 𝑀𝐹\n14 − 𝐷𝑎𝑦 𝑁𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑣𝑒 𝑀𝐹\n\nCatatan: 𝐶𝑡 adalah harga penutupan, 𝐿𝑡 adalah harga terendah, dan 𝐻𝑡 \nadalah harga tertinggi pada waktu 𝑡. 𝐿𝐿𝑡−14 adalah harga terendah dari \n𝐿𝑡−14sampai 𝐿𝑡, 𝐻𝐻𝑡−14 adalah harga tertinggi dari 𝐻𝑡−14 sampai 𝐻𝑡. 𝛼 adalah \nsmooting faktor = 2\n; 𝐷𝑡 = \n1+𝑘\n1\n\n20\n∑ |\n𝑖=1 𝑀𝑡−𝑖+1 − 𝑆𝑀𝑡|; 𝑀𝐹 adalah money flow. 𝑀𝐹 = 𝑀𝑡 × 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 \n20\n𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑎𝑘𝑠𝑖. 𝑈𝑝𝑡 berarti perubahan harga naik dan 𝐷𝑤𝑡 berarti perubahan harga \nturun pada waktu 𝑡. \n2. Indikator Fundamental \n\n ; 𝑘 = 14. 𝑀𝑡 = Ht+Lt+Ct \n\n∑ 𝑀𝑡−𝑖+1\n20\n\n; 𝑆𝑀𝑡 = \n\n20\n𝑖=1\n\n3\n\nIndikator fundamental yang akan digunakan untuk \nmenggambarkan kondisi perekonomian yakni nilai tukar \nrupiah terhadap US Dollar, tingkat suku bunga Indonesia, \ndan indeks harga saham gabungan (IHSG). Penelitian [1] \nmembuktikan bahwa penggunaan nilai tukar dan indeks \nsaham dapat meningkatkan akurasi dari model. \n\n3. Indikator Sentimen \n\nAnalisis sentimen pada penelitian ini akan dilakukan \nmenggunakan metode yang dilakukan pada penelitian [6]. \nData dari Twitter dikumpulkan menggunakan lybrary \nsnscrape [22]. Kemudian dilakukan pembersihan data \ndiantaranya penghapusan duplikat, mengubah semua huruf \nmenjadi huruf kecil, menghapus URL, menghapus emoji, \nnama pengguna, tanggal, spasi, dan tanda tagar (#) dan \nterakhir mengubah kata-kata slang atau kata singkatan \nmenjadi kata yang baku. \n\nTahap selanjutnya yakni melakukan pelabelan data \nsecara manual, yakni memberi label pada data dengan \nketentuan memberi label “1” jika cuitannya positif, “0” jika \ncuitannya netral, dan “-1” jika cuitannya negatif. Pelabelan \ndilakukan dengan mengambil 4000 data secara acak. \n\nTahap \n\nsentimen \nterakhir yakni melatih model \nmenggunakan model bahasa pra-pelatihan Bidirections \nEncoder Representation from Transformers (BERT) [23] \n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nmenggunakan data yang telah diberi label. Model yang telah \ndilatih nantinya digunakan untuk mengklasifikasikan \nseluruh data cuitan. \n\nCuitan yang berada di hari yang sama akan dihitung \npersentase jumlah cuitan positif terhadap total jumlah cuitan \npositif dan negatif dihari tersebut. Cuitan netral tidak \ndipakai karena tidak memberikan dampak apa-apa terhadap \nharga saham. Cuitan yang berada pada hari dimana bursa \nsaham sedang tutup akan dimasukkan pada hari selanjutnya \nsaat bursa saham dibuka kembali seperti yang diterapkan \npada penelitian [1]. \n\nUntuk mengevaluasi hasil klasifikasi \n\nsentimen \ndigunakan confusion matrix untuk klasifikasi tiga kelas \ndimana tp, fp, fn, dan tn masing-masing menyatakan true \npositive (positif benar), false positive (positif salah), false \nnegative (negatif palsu), dan true negative (negatif benar). \nPrecision, recall, accuracy, dan F1-score biasanya \ndigunakan sebagai indikator untuk mengevaluasi hasil dari \nprediksi, dan rumus yang sesuai adalah sebagai berikut: \n\n𝑝𝑟𝑒𝑐𝑖𝑠𝑖𝑜𝑛 = \n\n𝑟𝑒𝑐𝑎𝑙𝑙 = \n\n𝑡𝑝\n\n,\n\n𝑡𝑝+𝑓𝑝\n𝑡𝑝\n\n,\n\n𝑡𝑝+𝑓𝑛\n\n𝑎𝑐𝑐𝑢𝑟𝑎𝑐𝑦 = \n\n𝑡𝑝+𝑡𝑛\n\n𝑡𝑝+𝑡𝑛+𝑓𝑝+𝑓𝑛\n\n,\n\n (1) \n\n𝐹1 − 𝑆𝑐𝑜𝑟𝑒 = 2∗𝑝𝑟𝑒𝑐𝑖𝑠𝑖𝑜𝑛∗𝑟𝑒𝑐𝑎𝑙𝑙\n𝑝𝑟𝑒𝑐𝑖𝑠𝑖𝑜𝑛+𝑟𝑒𝑐𝑎𝑙𝑙\n\n{\nCuitan yang berada di hari yang sama akan dihitung \npersentase jumlah cuitan positif terhadap total jumlah cuitan \npositif dan negatif dihari tersebut. Cuitan netral tidak \ndipakai karena tidak memberikan dampak apa-apa terhadap \nharga saham. Cuitan yang berada pada hari dimana bursa \nsaham sedang tutup akan dimasukkan pada hari selanjutnya \nsaat bursa saham dibuka kembali seperti yang diterapkan \npada penelitian [1]. \n\n𝑆𝑒𝑛𝑡𝑖𝑚𝑒𝑛 𝑠𝑘𝑜𝑟 ℎ𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 = \n\n𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓\n\n𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓+𝑛𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓\n\n (2) \n\nC. Feature Selection \n\nAlgoritma feature selection yang akan digunakan dalam \npenelitian ini adalah Genetic Algorithm (GA). GA adalah \nalgoritma pengoptimalan metaheuristik dan stokastik yang \nterinspirasi oleh proses alami evolusi [24]. Proses dan operator \npada GA meniru genetik alami dan prinsip evolusi, seperti \npersilangan dan mutasi [25]. \n\ndievaluasi \n\nberdasarkan \n\nDalam penelitian ini GA akan mengkombinasikan tiap \nindikator teknikal dan dievaluasi menggunakan fungsi fitness \nyang \nakan \nmengoptimalisasi nilai fitness dan memberikan ranking subset \nfitur yang terbaik diantara seluruh kombinasi indikator \nteknikal. Penelitian [26] menunjukkan bahwa model yang \nmenggunakan feature selection dengan GA memberikan \nperforma yang lebih baik daripada model biasa. \n\nRMSE. GA \n\nD. Membagi dan Standardisasi Data \n\nKeseluruhan data dipisah menjadi dua bagian yakni data \ntraining dan data testing. Data training akan digunakan untuk \nmelatih model dengan menggunakan data dari 19 Januari 2005 \nhingga 31 Agustus 2022. Data testing akan digunakan untuk \nmenguji model dengan menggunakan data dari 1 September \n\n 3 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n\fhingga 25 November 2022 (rentang data dapat berubah seiring \nberjalannya waktu penelitian). Data testing hanya akan \nselesai untuk \ndigunakan pada \nmengestimasi eror dari hasil prediksi model dan tidak boleh \ndigunakan pada saat proses pelatihan model agar tidak terjadi \nkebocoran data [27]. \n\nsaat pemodelan \n\ntelah \n\nSelanjutnya sebelum melakukan pelatihan model, seluruh \ndata akan di standardisasi menggunakan Min-Max Scaler \nterlebih dahulu. Min-Max Scaler merupakan salah satu teknik \nuntuk melakukan transformasi data, yang dalam penelitian ini \nakan mengubah rentang data tiap variabel menjadi 0 sampai 1. \n\nE. Kombinasi Teknik Analisis \n\nPenelitian [1] menyebutkan penting untuk menggabungkan \nteknik analisis seperti analisis teknikal dengan kedua analisis \nbaik sentimen maupun fundamental. Oleh karena itu penelitian \nini akan menggabungkan teknik analisis teknikal dengan \nfundamental, teknikal dengan sentimen, atau bahkan ketiganya \nyang masing-masing teknik analisis direpresentasikan sebagai \nvariabel teknikal, fundamental, dan sentimen. Sehingga, akan \ndilakukan kombinasi variabel dari masing-masing teknik \nanalisis tersebut dengan catatan harga penutupan dan indikator \nteknikal akan selalu dimasukkan dalam model. \n\nTABEL IV \n\nMENCARI KOMBINASI VARIABEL TERBAIK \n\nKombinasi \nVariabel \n\nHarga \nPenutupan \n\nKomVar1 \nKomVar2 \nKomVar3 \nKomVar4 \nKomVar5 \nKomVar6 \nKomVar7 \nKomVar8 \nKomVar9 \nKomVar10 \nKomVar11 \nKomVar12 \nKomVar13 \nKomVar14 \nKomVar15 \nKomVar16 \n\n✓ \n✓ \n✓ \n✓ \n✓ \n✓ \n✓ \n✓ \n✓ \n✓ \n✓ \n✓ \n✓ \n✓ \n✓ \n✓ \n\nTeknikal \nIndikator \nPilihan \n✓ \n✓ \n✓ \n✓ \n✓ \n✓ \n✓ \n✓ \n✓ \n✓ \n✓ \n✓ \n✓ \n✓ \n✓ \n✓ \n\nIHSG \n\nNilai \nTukar \n\nSuku \nBunga \n\nSentimen \nTwitter \n\n✓ \n× \n✓ \n✓ \n✓ \n✓ \n✓ \n✓ \n× \n× \n× \n✓ \n× \n× \n× \n× \n\n✓ \n✓ \n× \n✓ \n✓ \n✓ \n× \n× \n✓ \n✓ \n× \n× \n✓ \n× \n× \n× \n\n✓ \n✓ \n✓ \n× \n✓ \n× \n✓ \n× \n✓ \n× \n✓ \n× \n× \n✓ \n× \n× \n\n✓ \n✓ \n✓ \n✓ \n× \n× \n× \n✓ \n× \n✓ \n✓ \n× \n× \n× \n✓ \n× \n\nF. Pemodelan \n1. Model Long-Short Term Memory (LSTM) \n\nModel LSTM pertama kali dikembangkan oleh \nHochreiter dan Schmidhuber pada tahun 1997 [10]. Model \nLSTM memiliki tiga gate network, yakni input gate, forget \ngate dan output gate [28]. Input gate dapat memutuskan \nuntuk memasukkan informasi baru ke dalam sel. Forget \nGate menentukan informasi apa yang akan dibuang atau \nyang akan dipertahankan yang bertujuan untuk menghindari \nmasalah vanishing gradient. Dan terakhir output gate \nmenentukan seberapa banyak \ninformasi yang akan \ndihasilkan [5]. \n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nGambar 2 Alur Model LSTM [5] \n\n2. Validation \n\nMetode validasi yang digunakan dalam penelitian ini \nadalah Walk Forward Validation, metode ini sering \ndigunakan pada analisis data runtun waktu [7]. Prosedur \nevaluasi berjalan maju, dengan partisi berupa training, \nvalidation, dan test yang berurutan dan tumpang tindih \n[29], serta digunakan untuk mengevaluasi kinerja dari \nmodel. Evaluasi metrik yang digunakan yakni metrik \nberbasis eror yakni Root Mean Squared Error (RMSE) \nseperti yang banyak digunakan pada penelitian \nsebelumnya [7]. \n\n3. Hyprparameter Optimization \n\nkelemahan \n\nada beberapa \n\nMenurut penelitian [30], meskipun model LSTM sering \ndigunakan sebagai model yang baik dalam analisis data \nruntun waktu, \ndalam \nmenggunakan jaringan LSTM. Pertama, model neural \nnetwork termasuk LSTM, sulit untuk diinterpretasikan \nkarena memiliki proses komputasi yang sangat kompleks. \nKedua, seperti model neural network lainnya, model \nLSTM memiliki banyak parameter yang harus \ndimodifikasi peneliti, seperti jumlah layer, jumlah neuron \nper layer, time lag, dan lain-lain. Namun, keterbatasan \nwaktu dan komputasi mengakibatkan sulitnya dalam \nmencari kombinasi parameter yang memberikan performa \nterbaik, oleh karena itulah dilakukan hyperparameter \noptimization. \n\nG. Mengevaluasi Model \n\nModel yang telah di optimalisasi kemudian digunakan \nuntuk memprediksi harga saham pada data testing untuk \nmemperoleh estimasi nilai eror. \n\nV. KERANGKA PIKIR \n\nPenelitian ini dimulai dengan memformulasikan variabel \nuntuk tiap-tiap jenis analisis kemudian mengembangkan model \nLSTM yang akan memprediksi harga penutupan saham 5 hari \nkedepan hingga dilakukan hyperparameter optimization. \n\nGambar 3 Kerangka Pikir \n\n 4 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n\fVI. HASIL DAN PEMBAHASAN \n\nA. Formulasi Indikator Teknikal & Feature Selection \n\nPada \n\ntahap \n\nformulasi \n\nteknikal, peneliti \nmenggunakan library pandas_ta yang menghitung 12 teknikal \nindikator menggunakan data saham harga saham seperti harga \nopen, close, high, low dan volume. \n\nindikator \n\nTABEL V \n\nSTATISTIK DESKRIPTIF HISTORI HARGA SAHAM \n\nIndikator \n\nOpen \n\nClose \n\nHigh \n\nLow \n\nVolume \n\nJumlah Data \n\n4479 \n\n4479 \n\n4479 \n\n4479 \n\n4479 \n\nRata-rata \n\n2710.77 2710.34 2737.18 2682.20 1.09 e+08 \n\nStandar Deviasi \n\n2246.58 2235.31 2265.27 2225.59 1.33 e+08 \n\nNilai Terkecil \n\n177.50 177.50 \n\n180.00 177.50 \n\n0 \n\nKuartil Pertama (25%) 700.00 700.00 \n\n705.00 685.00 4.83 e+07 \n\nMedian (50%) \n\n2050.00 2055.00 2070.00 2030.00 7.28 e+07 \n\nKuartil Ketiga (75%) \n\n4460.00 4487.50 4530.00 4450.00 1.19 e+08 \n\nNilai Terbesar \n\n8300.00 8200.00 8300.00 8075.00 1.95 e+09 \n\nSecara umum, indikator teknikal tersebut dapat dibagi \nmenjadi dua jenis, yakni indikator tren yang mengindikasikan \ntren atau arah pergerakan dari saham dan indikator momentum \nyang mengindikasikan momentum atau \ntitik balik dari \npergerakan harga saham. \n\nGambar 4 Indikator teknikal tren \n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\n1 \n\n2 \n\n3 \n\nSMA, StoD, RSI, MACD, ADO, CCI, MFI \n\nStoK, RSI, ADO, CCI \n\nEMA, Moment, StoK, RSI, LWill R, MFI \n\n0.0067 \n\n0.0070 \n\n0.0072 \n\nDari hasil pada tabel 5 diperoleh kombinasi variabel \nteknikal yang memberikan fitness value paling optimal adalah \nkombinasi variabel SMA, StoD, RSI, MACD, ADO, CCI, MFI. \nSelanjutnya variabel-variabel teknikal tersebut digunakan untuk \ndikombinasikan dengan variabel dari teknik analisis lain yakni \nfundamental dan sentimen. \nB. Analisis Sentimen \n\nPengumpulan data sentimen pada media sosial Twitter \ndilakukan dengan scraping menggunakan library snscrape. \nScraping dilakukan dengan mengumpulkan seluruh cuitan \nTwitter yang terdapat kata “saham BCA” dan “BBCA” (kode \nsaham bank BCA) yang diposting sebelum tanggal 31 Agustus \n2022. Kata kunci “saham BCA” dan “BBCA” tersebut dipilih \nkarena berhubungan langsung dengan saham bank BCA, \nsehingga diharapkan cuitan yang diperoleh membahas tentang \nsaham. Dari dua kata kunci tersebut diperoleh 70,225 cuitan \nTwitter. \n\nTABEL VII \n\nJUMLAH CUITAN HASIL SCRAPING \n\nKata kunci \n\nSaham BCA \nBBCA \nTotal \n\nJumlah Cuitan \n\n19,040 \n51,185 \n70,225 \n\nSelanjutnya adalah tahap preprocessing dimana tahap \npreprocessing adalah menghapus duplikat, membersihkan \nkalimat, serta melabeli data secara manual yang akan \ndigunakan sebagai input pelatihan model. Pembersihan yang \ndilakukan diantaranya mengubah semua huruf menjadi huruf \nkecil, menghapus URL, menghapus emoji, nama pengguna, \ntanggal, spasi, dan tanda tagar (#). Hal ini bertujuan menghapus \nkarakter-karakter tidak bermakna yang akan dimasukkan \nkedalam input model. \n\nModel IndoBERT kemudian dikembangkan lalu dilatih \nmenggunakan 4,000 data yang telah diberi label secara manual. \nData terlebih dahulu dibagi dengan proporsi 70% data latih \ndan 30% data tes. Setelah dilakukan pelatihan, model diuji \nmenggunakan data tes untuk mengklasifikasikan cuitan, \nklasifikasi sentimen ini menghasilkan confusion matrix berikut. \n\nTABEL VIII \n\nGambar 5 Indikator teknikal momentum \n\nCONFUSION MATRIX HASIL KLASIFIKASI SENTIMEN \n\nKemudian dilakukan feature selection variabel teknikal \nmenggunakan kombinasi \nalgoritma LSTM-GA untuk \nmengurutkan kombinasi variabel teknikal dengan eror paling \nkecil sehingga diperoleh hasil kombinasi variabel teknikal \nterbaik. Berikut merupakan 3 hasil teratas kombinasi variabel \nteknikal yang memiliki eror paling kecil: \n\nTABEL VI \n\nRANKING FEATURE SELECTION VARIABEL TEKNIKAL \n\nRanking \n\nVariabel Teknikal \n\nFitness Value \n\nNegative \n\nNeutral \n\nPositive \n\n91 \n\n15 \n\n32 \n\n20 \n\n238 \n\n88 \n\n20 \n\n77 \n\n223 \n\nTrue \nSentiment \n\nNegative Neutral Positive \n\nPredicted Sentiment \n\nBerdasarkan confusion matrix \n\ntersebut kinerja model \nanalisis sentimen dapat dilihat melalui nilai accuracy, recall, \nprecision serta F1-Score yang disajikan pada tabel berikut: \n\n 5 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n \n \n\fMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nTABEL IX \n\nTABEL XI \n\nPRECISION, RECALL, F1-SCORE, SUPPORT \n\nRMSE 10-FOLD WALK FORWARD VALIDATION (DALAM E-04) \n\nPrecision \n\nRecall \n\nPositive \n\nNeutral \n\nNegative \n\nAccuracy \n\n0.66 \n\n0.69 \n\n0.70 \n\n0.69 \n\n0.72 \n\n0.65 \n\n0.69 \n\nF1-\nScore \n0.68 \n\n0.70 \n\n0.67 \n\nSupport \n\n131 \n\n330 \n\n343 \n\n804 \n\nSelanjutnya menghitung sentimen skor harian dengan \nsentimen cuitan yang berada di hari yang sama akan dihitung \npersentase jumlah cuitan positif terhadap total jumlah cuitan \npoaitif dan negatif dihari tersebut. \n\nTABEL X \n\nHASIL PENGHITUNGAN SENTIMEN HARIAN \n\nTanggal \n\n2022-08-24 \n\n2022-08-25 \n\n2022-08-26 \n\n2022-08-29 \n\n2022-08-30 \n\nPersentase \n\n0.785714 \n\n1 \n\n0.636364 \n\n0.636364 \n\n0.857143 \n\nPenghitungan skor sentimen harian ini menggunakan rumus \n(2) dimana apabila nilai skor makin mendekati 1, maka \nperbandingan jumlah cuitan positif sangat besar terhadap total \ncuitan positif dan negatif. Sebaliknya apabila nilai skor makin \njumlah cuitan positif sangat kecil \nmendekati 0, maka \ndibandingkan total jumlah cuitan positif dan negatif. Skor akan \nbernilai 0.5 apabila jumlah cuitan positif dan negatif sama atau \ntidak ada cuitan sama sekali dihari tersebut. Berikut disajikan \nhistogram sebaran sentimen skor harian: \n\nKombinasi \nVariabel \n\nKomVar1 \n\nKomVar2 \n\nKomVar3 \n\nKomVar4 \n\nKomVar5 \n\nKomVar6 \n\nKomVar7 \n\nKomVar8 \n\nKomVar9 \n\nKomVar10 \n\nKomVar11 \n\nKomVar12 \n\nKomVar13 \n\nKomVar14 \n\nKomVar15 \n\nKomVar16 \n\nEror RMSE \n\nMin \n\nRataan \n\nMax \n\nRentang \n\n1.066 \n\n0.608 \n\n0.750 \n\n0.280 \n\n0.423 \n\n1.030 \n\n0.535 \n\n0.641 \n\n0.783 \n\n0.596 \n\n0.597 \n\n0.505 \n\n0.460 \n\n0.910 \n\n0.458 \n\n0.453 \n\n2.617 \n\n2.545 \n\n2.453 \n\n1.978 \n\n2.147 \n\n2.397 \n\n2.454 \n\n2.036 \n\n2.805 \n\n3.051 \n\n2.106 \n\n1.765 \n\n2.740 \n\n2.342 \n\n2.369 \n\n1.864 \n\n5.004 \n\n6.796 \n\n4.579 \n\n3.739 \n\n5.310 \n\n6.719 \n\n6.809 \n\n3.950 \n\n7.238 \n\n5.938 \n\n4.348 \n\n3.519 \n\n6.391 \n\n6.192 \n\n4.619 \n\n5.456 \n\n3.035 ± 1.969 \n\n3.702 ± 3.094 \n\n2.665 ± 1.915 \n\n2.010 ± 1.729 \n\n2.867 ± 2.443 \n\n3.875 ± 2.844 \n\n3.672 ± 3.137 \n\n2.296 ± 1.654 \n\n4.011 ± 3.227 \n\n3.267 ± 2.671 \n\n2.473 ± 1.875 \n\n2.012 ± 1.507 \n\n3.426 ± 2.965 \n\n3.551 ± 2.641 \n\n2.539 ± 2.080 \n\n2.955 ± 2.502 \n\nDari tabel 7 terlihat bahwa dari 10-fold walk forward \nvalidation, terdapat dua kombinasi variabel terbaik yakni \nKomVar4 dan KomVar12. Kombinasi variabel 4 menghasilkan \nminimal RMSE serta nilai tengah paling kecil dibanding \nkombinasi variabel lainnya. Disisi lain, Kombinasi variabel 12 \nmemiliki rataan eror RMSE paling kecil serta rentang yang \nkecil, sehingga kombinasi variabel 12 terbilang stabil. \n\nSetelah model selesai dilatih, model KomVar4 dan \nKomVar12 digunakan untuk melakukan prediksi harga saham \n5 hari kedepan menggunakan data test, hasilnya dapat dilihat \npada gambar berikut. \n\nGambar 6 Histogram sentimen skor harian \n\nDari histogram tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar \ndata skor sentimen yakni 73.74% skor harian menuju kearah \ntren positif (lebih besar dari 0.5). \nC. Pemodelan dan Kombinasi Teknik Analisis \n\nPemodelan kemudian dilakukan untuk setiap kombinasi \nvariabel teknikal, fundamental, dan sentimen. Model LSTM \nmenggunakan hyperparameter berdasarkan penelitian [9] \ndengan 150 unit dalam hidden layer, fungsi aktivasi tanh, \noptimizer Adam, dan 5 unit dalam output layer dimana untuk \nsetiap kombinasi variabel dijalankan dengan 10-fold walk \nforward validation. \n\nGambar 7 Hasil Prediksi Harga Saham 5 Hari Kedepan (Komvar 4 kiri, \n\nKomvar 12 kanan) \n\nBerdasarkan gambar diatas, hasil prediksi hari kelima dari \nmodel KomVar4 sangat fluktuatif dan kurang mendekati nilai \nsebenarnya. Untuk mengevaluasi model berdasarkan nilai \nRMSE, prediksi diulangi sebanyak 10 kali untuk mendapatkan \nnilai rata-rata dari RMSE, hasilnya model KomVar4 mendapat \nnilai 390.85. \n\nBerdasarkan gambar diatas, hasil prediksi hari kelima dari \nmodel KomVar12 fluktuatif dan kurang mendekati nilai \ntidak sefluktuatif KomVar4. Untuk \nsebenarnya namun \nmengevaluasi model berdasarkan nilai RMSE, prediksi \ndiulangi sebanyak 10 kali untuk mendapatkan nilai rata-rata \n\n 6 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n \n \n \n\fMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nE. Evaluasi Model \n\nSetelah kombinasi hyperparameter terbaik dari masing-\nmasing model diperoleh, kemudian model digunakan untuk \nmemprediksi kembali harga saham menggunakan data test. \nKombinasi hyperparameter yang dipilih adalah kombinasi \nnomor urut satu atau dengan kata lain kombinasi variabel \ndengan eror paling kecil dari masing-masing model. \n\nModel KomVar4 kemudian dibuat kembali dengan \nmenggunakan hyperparameter jumlah unit LSTM 100, dropout \nrate 0.3, learning rate 0.001, optimizer Adam, timestamps 10 \ndan batch size 32. Begitu juga dengan model KomVar12 \ndengan menggunakan hyperparameter jumlah unit LSTM 150, \ndropout rate 0.1, learning rate 0.001, optimizer Adam, \ntimestamps 10 dan batch size 32. Kedua model tersebut \nkemudian digunakan untuk melakukan prediksi harga saham 5 \nhari kedepan menggunakan data test, hasilnya dapat dilihat \npada gambar berikut. \n\ndari RMSE, hasilnya model KomVar4 mendapat nilai 366.53, \nnilai ini lebih kecil daripada KomVar4. \nD. Hyperparameter Optimization \n\nUntuk dua kombinasi variabel terbaik yakni kombinasi \nvariabel 4 dan kombinasi variabel 12, akan dijalankan \nHyperparameter Optimization dengan Grid Search untuk \nmencari hyperparameter terbaik. Hyperparameter yang akan \ndipilih dapat dilihat pada tabel berikut: \n\nTABEL XII \n\nHYPERPARAMETER YANG AKAN DIKOMBINASIKAN \n\nHyperparameter \n\nInterval \n\nJumlah unit layer \n\n100, 150, 200, 300 \n\nDropout Rate \n\n0, 0.1, 0.3, 0.5 \n\nLearning Rate \n\n0.1, 0.01, 0.0001 \n\nUkuran batch \n\n8, 16, 32, 64 \n\nOptimizer \n\nAdam, RMSprop \n\nTimestamps \n\n10, 20, 30 \n\nKarena ada 1152 kombinasi hyperparameter dan 2 \nkombinasi variabel yang akan dijalankan menggunakan 5 fold \nwalk forward validation, maka akan ada 11520 model yang \nsearch. Berikut 10 \nakan dilatih menggunakan grid \nhyperparameter terbaik dengan RMSE terkecil dari masing-\nmasing kombinasi variabel: \n\nTABEL XIII \n\nHYPERPARAMETER TERBAIK KomVar4 \n\nGambar 8 Hasil Prediksi Harga Saham 5 Hari Kedepan Setelah \nHyperparameter Optimization (Komvar 4 kiri, Komvar 12 kanan) \n\nHyperparameter \n\nRMSE \n\nUrut \n\nJumlah \nunit \n\nDropout \nRate \n\nLearning \nRate \n\nUkuran \nbatch \n\nOptimizer \n\nTime \n\nstamps \n\n1 \n\n2 \n\n3 \n\n4 \n\n5 \n\n100 \n\n100 \n\n100 \n\n150 \n\n150 \n\n0.3 \n\n0.1 \n\n0.5 \n\n0.5 \n\n0.3 \n\n0.001 \n\n0.001 \n\n0.001 \n\n0.001 \n\n0.001 \n\n32 \n\n32 \n\n32 \n\n32 \n\n32 \n\nAdam \n\nAdam \n\nAdam \n\nAdam \n\nAdam \n\n10 \n\n10 \n\n30 \n\n10 \n\n10 \n\n0.000758 \n\n0.000771 \n\n0.000840 \n\n0.000880 \n\n0.000924 \n\nTABEL XIV \n\nHYPERPARAMETER TERBAIK KomVar12 \n\nHyperparameter \n\nRMSE \n\nUrut \n\n1 \n\n2 \n\n3 \n\n4 \n\n5 \n\nJumlah \nunit \n\nDropout \nRate \n\nLearning \nRate \n\nUkuran \nbatch \n\nOptimizer \n\nTime \n\nstamps \n\n150 \n\n0.1 \n\n0.001 \n\n200 \n\n200 \n\n100 \n\n300 \n\n0 \n\n0 \n\n0 \n\n0 \n\n0.001 \n\n0.001 \n\n0.001 \n\n0.001 \n\n32 \n\n32 \n\n32 \n\n32 \n\n32 \n\nAdam \n\nAdam \n\nAdam \n\nAdam \n\nAdam \n\n10 \n\n30 \n\n10 \n\n10 \n\n10 \n\n0.000804 \n\n0.000863 \n\n0.000899 \n\n0.00092 \n\n0.000943 \n\nBerdasarkan gambar diatas, jika dibandingkan dengan \nsebelum dilakukan hyperparameter optimization, hasil prediksi \nhari kelima dari model KomVar4 sudah lebih baik dan \nmendekati nilai sebenarnya. Untuk mengevaluasi model \nberdasarkan nilai RMSE, prediksi diulangi sebanyak 10 kali \nuntuk mendapatkan nilai rata-rata dari RMSE sebesar 332.66, \nhasil ini jauh lebih baik dibanding sebelum dilakukan \nlain, \nhyperparameter optimization yakni 390.85. Disisi \nsayangnya setelah dilakukan hyperparameter optimization, \nhasil prediksi model KomVar12 justru makin jauh dari nilai \nsebenarnya dan evaluasi model berdasarkan nilai RMSE yang \ndiulangi sebanyak 10 kali untuk mendapatkan nilai rata-rata \ndari RMSE sebesar 790.85, hasil ini jauh lebih baik buruk \nsebelum dilakukan hyperparameter optimization yakni 366.53. \n\nVII. \n\nPENUTUP \n\nDari 12 indikator teknikal yang diformulasikan, setelah \nmelalui proses feature selection hanya 7 indikator yang \ndigunakan kedalam model yakni SMA, StoD, RSI, MACD, \nADO, CCI, MFI. Kombinasi indikator tersebut dipilih karena \nmemiliki fitness value yang paling optimal terhadap model. \n\nAnalisis sentimen \n\ntelah berhasil dilakukan dengan \nmenggunakan model IndoBERT serta memiliki akurasi sebesar \n69%. Angka ini belum terbilang cukup baik mengingat analisis \nsentimen merupakan hal yang rumit. Penghitungan sentimen \nskor harian menunjukkan 73.74% skor harian menuju kearah \ntren positif (lebih dari 0.5). \n\n 7 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n \n \n\fBerdasarkan hasil 10 kali walk forward validation, didapat \ndua model LSTM dengan kombinasi variabel terbaik yakni \nkombinasi variabel 4 dan kombinasi variabel 12 dengan rataan \nRMSE masing-masing 1.978 dan 1.765. \n\nUntuk mendapatkan performa model yang lebih baik, \ndilakukan hyperparameter optimization untuk kedua jenis \nmodel kombinasi variabel, dan diperoleh RMSE masing-\nmasing model yakni KomVar4 0.000758 dan KomVar12 \n0.000804. Model tersebut kemudian dievaluasi menggunakan \ndata test dimana model KomVar4 jauh mengungguli model \nKomVar12 dengan RMSE 332.66 dibanding 790.85.minimal. \n\nDAFTAR PUSTAKA \n\n[1] \n\n[2] \n\n[3] \n\n[4] \n\n[5] \n\n[6] \n\n[7] \n\n[8] \n\n[9] \n\n[10] \n\n[11] \n\n[12] \n\n[13] \n\nA. E. Irzky and H. Sari, “A Prediction of Stock Price Movements \nUsing Support Vector Machines in Indonesia,” Journal of Asian \nFinance, \ndoi: \n10.13106\/jafeb.2021.vol8.no8.0399. \n\n399–0407, \n\n2021, \n\nvol. \n\nno. \n\npp. \n\n8, \n\n8, \n\nJ. Hur, M. Raj, and Y. E. Riyanto, “Finance and trade: A cross-\ncountry empirical analysis on the impact of financial development \nand asset tangibility on international trade,” World Dev, vol. 34, no. \n10, pp. 1728–1741, Oct. 2006, doi: 10.1016\/j.worlddev.2006.02.003. \n\nA. Derakhshan and H. Beigy, “Sentiment analysis on stock social \nmedia for stock price movement prediction,” Eng Appl Artif Intell, \nvol. \ndoi: \n10.1016\/j.engappai.2019.07.002. \n\n569–578, \n\n2019, \n\nOct. \n\n85, \n\npp. \n\nN. Hu, I. Bose, N. S. Koh, and L. Liu, “Manipulation of online \nreviews: An analysis of ratings, readability, and sentiments,” Decis \nSupport Syst, vol. 52, no. 3, pp. 674–684, 2012, doi: \n10.1016\/j.dss.2011.11.002. \n\nS. Wu, Y. Liu, Z. Zou, and T. H. Weng, “S_I_LSTM: stock price \nprediction based on multiple data sources and sentiment analysis,” \nConn Sci, vol. 34, no. 1, pp. 44–62, 2022, doi: \n10.1080\/09540091.2021.1940101. \n\nS. T. Mndawe, B. S. Paul, and W. Doorsamy, “Development of a \nStock Price Prediction Framework for Intelligent Media and \nTechnical Analysis,” Applied Sciences (Switzerland), vol. 12, no. 2, \nJan. 2022, doi: 10.3390\/app12020719. \n\nE. P. Wahyuddin, \n“Pemodelan Prediksi Harga Saham \nMenggunakan Long-Short Term Memory: Studi Empiris \npada Saham Bank Rakyat Indonesia,” 2022. \n\nM. M. Kumbure, C. Lohrmann, P. Luukka, and J. Porras, “Machine \nlearning techniques and data for stock market forecasting: A \nliterature review,” Expert Systems with Applications, vol. 197. \nElsevier Ltd, Jul. 01, 2022. doi: 10.1016\/j.eswa.2022.116659. \n\nY. Peng, P. H. M. Albuquerque, H. Kimura, and C. A. P. B. Saavedra, \n“Feature selection and deep neural networks for stock price direction \nforecasting using technical analysis indicators,” Machine Learning \nwith Applications, vol. 5, p. 100060, Sep. 2021, doi: \n10.1016\/j.mlwa.2021.100060. \n\nH. N. Bhandari, B. Rimal, N. R. Pokhrel, R. Rimal, K. R. Dahal, and \nR. K. C. Khatri, “Predicting stock market index using LSTM,” \nMachine Learning with Applications, vol. 9, p. 100320, Sep. 2022, \ndoi: 10.1016\/j.mlwa.2022.100320. \n\nS. Hochreiter and J. Schmidhuber, “Long Short-Term Memory,” \nNeural Comput, vol. 9, no. 8, pp. 1735–1780, Nov. 1997, doi: \n10.1162\/neco.1997.9.8.1735. \n\nH. Chung and K. S. Shin, “Genetic algorithm-optimized long short-\nterm memory network for stock market prediction,” Sustainability \n(Switzerland), vol. 10, no. 10, Oct. 2018, doi: 10.3390\/su10103765. \n\nG. Attanasio, L. Cagliero, P. Garza, and E. Baralis, “Combining news \nsentiment and technical analysis to predict stock trend reversal,” in \nIEEE International Conference on Data Mining Workshops, \n\n[14] \n\n[15] \n\n[16] \n\n[17] \n\n[18] \n\n[19] \n\n[20] \n\n[21] \n\n[22] \n\n[23] \n\n[24] \n\n[25] \n\n[26] \n\n[27] \n\n[28] \n\n[29] \n\n[30] \n\n[31] \n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nICDMW, IEEE Computer Society, Nov. 2019, pp. 514–521. doi: \n10.1109\/ICDMW.2019.00079. \n\nCentral \n\nAsia, \nBank \nhttps:\/\/www.bca.co.id\/id\/tentang-bca\/Hubungan-\nInvestor\/Informasi-Saham\/Kepemilikan-Saham-BCA, Nov. 19, 2022. \n\n“Kepemilikan \n\nBCA,” \n\nSaham \n\nC. M. Mesquita, R. A. de Oliveira, and A. C. M. Pereira, “Combining \nan LSTM neural network with the Variance Ratio Test for time series \nprediction and operation on the Brazilian stock market,” in 2020 \nInternational Joint Conference on Neural Networks (IJCNN), 2020, \npp. 1–8. doi: 10.1109\/IJCNN48605.2020.9207408. \n\nJ. Shah, D. Vaidya, and M. Shah, “A comprehensive review on \nmultiple hybrid deep learning approaches for stock prediction,” \nIntelligent Systems with Applications, vol. 16. Elsevier B.V., Nov. \n01, 2022. doi: 10.1016\/j.iswa.2022.200111. \n\nYahoo, “Yahoo Finance - Stock Market Live, Quotes, Business & \nFinance \nNews,” \nhttps:\/\/finance.yahoo.com\/quote\/BBCA.JK\/history?p=BBCA.JK, \nNov. 19, 2022. \n\nInvesting.com, \nData,” \nhttps:\/\/www.investing.com\/currencies\/usd-idr-historical-data, Nov. \n19, 2022. \n\nHistorical \n\n“USD \n\nIDR \n\nIndonesia, \n\nBank \nBunga,” \n“Data \nhttps:\/\/www.bi.go.id\/en\/statistik\/indikator\/bi-7day-rr.aspx, Nov. 19, \n2022. \n\nSuku \n\nY. Kara, M. Acar Boyacioglu, and Ö. K. Baykan, “Predicting \ndirection of stock price index movement using artificial neural \nnetworks and support vector machines: The sample of the Istanbul \nStock Exchange,” Expert Syst Appl, vol. 38, no. 5, pp. 5311–5319, \nMay 2011, doi: 10.1016\/j.eswa.2010.10.027. \n\nC. Yang, J. Zhai, G. Tao, and P. Haajek, “Deep Learning for Price \nMovement Prediction Using Convolutional Neural Network and \nLong Short-Term Memory,” Math Probl Eng, vol. 2020, 2020, doi: \n10.1155\/2020\/2746845. \n\nS. Ambaprasad Sivapurapu, “Comparitive Study of Time Series and \nDeep Learning Algorithms for Stock Price Prediction,” 2020. \n[Online]. Available: www.ijacsa.thesai.org \n\npypi, “Snscrape python project,” https:\/\/pypi.org\/project\/snscrape\/, \nMar. 31, 2023. \n\nJ. Devlin, M.-W. Chang, K. Lee, and K. Toutanova, “BERT: Pre-\ntraining of Deep Bidirectional Transformers \nfor Language \nUnderstanding,” ArXiv, vol. abs\/1810.04805, 2019. \n\nJ. H. Holland, Adaptation in Natural and Artificial Systems: An \nIntroductory Analysis with Applications to Biology, Control, and \nArtificial \ndoi: \nThe MIT \n10.7551\/mitpress\/1090.001.0001. \n\nIntelligence. \n\nPress, \n\n1992. \n\nG. Armano, M. Marchesi, and A. Murru, “A hybrid genetic-neural \narchitecture for stock indexes forecasting,” Inf Sci (N Y), vol. 170, \nno. 1, pp. 3–33, Feb. 2005, doi: 10.1016\/j.ins.2003.03.023. \n\nM. Gamarra, “Using genetic algorithm feature selection in neural \nclassification systems for image pattern recognition,” Ingenieria e \nInvestigación, vol. 33, no. 1, pp. 52–58, 2014, [Online]. Available: \nhttps:\/\/www.researchgate.net\/publication\/262722633 \n\nA. Zheng and A. Casari, Feature Engineering for Machine Learning \nPRINCIPLES AND TECHNIQUES FOR DATA SCIENTISTS, First \nEdition. Beijing: O’Reilly. \n\nM. Sundermeyer, R. Schlüter, and H. Ney, “LSTM Neural Networks \nfor Language Modeling,” in Interspeech, 2012. \n\nL. Luo and X. Chen, “Integrating piecewise linear representation and \nweighted support vector machine for stock trading signal prediction,” \nApplied Soft Computing Journal, vol. 13, no. 2, pp. 806–816, 2013, \ndoi: 10.1016\/j.asoc.2012.10.026. \n\nH. Chung and K. S. Shin, “Genetic algorithm-optimized long short-\nterm memory network for stock market prediction,” Sustainability \n(Switzerland), vol. 10, no. 10, Oct. 2018, doi: 10.3390\/su10103765. \n\n 8 \/ 8 \n\n \n \n \n \n\f", "label": [ { "start": 1506, "end": 1631, "text": " kombinasi variabel 4\\ndengan eror paling minimum yakni 7.580E-05 dengan RMSE\\npada pengujian data test sebesar 332.66", "labels": [ "TEMUAN" ] }, { "start": 7382, "end": 7433, "text": "memprediksi\\n\\npergerakan harga saham 5 hari kedepan", "labels": [ "TUJUAN" ] }, { "start": 2162, "end": 2199, "text": "memprediksi pergerakan harga\\nsaham", "labels": [ "METODE" ] } ], "annotator": 1, "annotation_id": 4, "created_at": "2023-12-27T05:09:17.786815Z", "updated_at": "2023-12-27T05:09:17.786815Z", "lead_time": 665.958 }, { "id": 24, "content": "Makalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nPembangunan Sistem Informasi UKM KSR PMI \nUnit Politeknik Statistika STIS \n\nAnlin Pradana (221911212, 4SI1) \nDosen Pembimbing: Firdaus, M.B.A. \n\nRingkasan— UKM KSR PMI Unit Polstat STIS adalah UKM \nyang bergerak di bidang pertolongan pertama dan kemanusiaan. \nDalam pengelolaan organisasinya, terdapat beberapa aktivitas \nyang masih belum efektif. Beberapa di antaranya adalah \npengelolaan data yang masih berbasis fail, pencatatan data \npresensi rapat dan jaga klinik yang masih dilakukan secara \nmanual, pembagian jadwal jaga klinik yang belum merata serta \ncalon peminjam tidak memiliki akses langsung untuk melihat \nketersediaan inventaris. Melihat permasalahan tadi, diperlukan \nimplementasi \nyang mampu \nmeningkatkan efektivitas kegiatan KSR. Sistem informasi ini \ndibuat dengan menggunakan metode System Development Life \nCycle (SDLC) model waterfall. Setelah sistem selesai dibangun, \ndilakukan uji coba menggunakan Black Box Testing untuk \nmengevaluasi kesesuaian fitur-fitur sistem informasi yang telah \ndibangun dan System Usability Scale (SUS) untuk mengukur \ntingkat usability sebuah sistem. Berdasarkan hasil dari Black Box \nTesting, didapatkan bahwa sistem sudah berjalan sesuai dengan \nfungsinya dan dari hasil pengujian SUS, didapatkan hasil bahwa \npengguna sudah merasa puas dengan sistem yang dibangun. \n\ninformasi \n\nsebuah \n\nsistem \n\nKata Kunci—Sistem informasi. UKM, KSR, Waterfall, Polstat \n\nSTIS. \n\nI. LATAR BELAKANG \n\nPoliteknik Statistika STIS (Polstat STIS) adalah perguruan \ntinggi kedinasan di lingkungan Badan Pusat Statistika (BPS) \n[1]. Polstat STIS memiliki 3 program studi, yaitu D-III \nStatistika, D-IV Statistika, dan D-IV Komputasi Statistik. \nSelain itu, Polstat STIS juga memiliki unit kegiatan mahasiswa \n(UKM) yang merupakan salah satu organisasi di dalam \nlingkungan perguruan tinggi yang memegang peranan penting \nsebagai wahana mahasiswa untuk menyalurkan minat dan \nbakatnya untuk kegiatan yang bersifat ekstrakulikuler [2]. \nSalah satu UKM yang terdapat di Polstat STIS adalah UKM \nKorps Sukarela Palang Merah Indonesia Unit Polstat STIS \n(Selanjutnya disebut KSR). \n\nKSR adalah UKM yang bergerak di bidang pertolongan \npertama dan kemanusiaan. Tujuan dibentuknya KSR yaitu \nuntuk menyiapkan dan memenuhi sumber daya yang memiliki \nkemampuan pertolongan pertama di lingkungan Polstat STIS \n[3]. Untuk mencapai tujuan tersebut, anggota KSR dilengkapi \ndengan pengetahuan dasar-dasar pertolongan pertama serta \nmempelajari hal-hal yang berkaitan dengan PMI. KSR \nmemiliki struktur kepengurusan yang terdiri dari Badan \nPengurus Harian (BPH), Unit Penelitian dan Pengembangan \n(Litbang), Divisi Logistik dan Pengurus Harian Markas \n(LPHM), Divisi Pendidikan dan Latihan (Diklat), Divisi \nHubungan Masyarakat (Humas), Divisi Kemanusiaan dan \n\nPengabdian pada Masyarakat (KPM), serta Divisi Dana dan \nUsaha (Danus). \n\nSetiap tahun, KSR merekrut anggota baru yang terdiri dari \nmahasiswa tingkat I dan mahasiswa tingkat II melalui proses \nseleksi. Mahasiswa yang berhasil lolos dari proses seleksi dan \nterpilih sebagai anggota baru KSR akan diminta untuk mengisi \nformulir data diri untuk memperbaharui database anggota. \nFormulir data diri dibuat menggunakan Google Forms. Setelah \nsemua anggota baru selesai mengisi formulir, sekretaris KSR \nterkumpul untuk \nakan melakukan verifikasi data yang \nmemastikan kesesuaian data yang diminta. \n\nKSR memiliki beberapa program kerja (proker) seperti \nDonor Darah, Mini Klinik, dan Bakti Sosial. KSR membentuk \npanitia yang bertanggung jawab atas realisasi proker tersebut. \nSetelah panitia terbentuk, panitia tersebut akan mengadakan \nrapat untuk merancang proker tersebut agar dapat berjalan \ndengan baik. Dalam setiap rapat terdapat presensi yang \ndigunakan sebagai bagian dari administrasi. Presensi tersebut \nbisa berupa media kertas saat rapat dilakukan secara luring atau \nmenggunakan Google Forms saat rapat dilakukan secara daring. \nSalah satu proker yang dikerjakan KSR adalah menjaga klinik. \nDivisi LPHM bertanggung jawab untuk mengatur jadwal jaga \nklinik. Divisi LPHM akan meminta setiap sekben divisi untuk \nmengumpulkan jadwal kuliah dari semua anggota divisinya \nkemudian Divisi LPHM akan menyusun jadwal jaga klinik agar \ntidak bentrok dengan jadwal kuliah mereka. \n\nDalam melaksanakan proker yang diadakan oleh KSR, \nterkadang diperlukan dana yang dianggarkan sebelumnya. \nSumber dana KSR terdiri dari iuran anggota aktif yang \ndibayarkan setiap bulan dan dana usaha yang diperoleh dari \nkegiatan-kegiatan yang diadakan oleh KSR. Dalam \npengelolaan kas, KSR menggunakan Excel sebagai alat bantu \nuntuk mencatat laporan pemasukan dan pengeluaran kas \nselama satu tahun kepengurusan. \n\npeminjaman \n\nKSR memiliki inventaris yang terdiri dari peralatan seperti \ntas pertolongan pertama, tandu, timbangan, dan lain-lain. \nBeberapa inventaris tersebut kadang dipinjam oleh pihak \neksternal untuk keperluan seperti untuk kegiatan ukm lain, \nlomba dan sosialisasi. Peminjam harus mengajukan surat \npermohonan \noleh \npenanggung jawab peminjam dan ditujukan kepada ketua KSR. \nKSR menggunakan fail Excel untuk mengelola data \nanggotanya. Setiap ada anggota baru, pengurus KSR akan \nmembuat fail Excel baru untuk menyimpan data anggota baru \nyang diperoleh melalui Google Forms. Sehingga, KSR \nmemiliki banyak fail Excel untuk menyimpan data anggota. \nSistem pengelolaan presensi KSR saat ini menggunakan media \nkertas dan Google Forms dan perekapan data presensi \n\nditandatangani \n\nyang \n\n 1 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n\fMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\ndilakukan secara manual. Dalam menyusun jadwal jaga klinik, \nLPHM tidak mempertimbangkan jumlah jaga klinik yang telah \ndilakukan oleh masing-masing anggota, sehingga pembagian \njadwal jaga klinik tidak merata. Dalam pengelolaan kas KSR, \nsetiap pergantian Bendahara KSR, akan dibuat fail Excel baru \nuntuk mencatat keuangan kepengurusan yang baru. Dalam \npengelolaan inventaris KSR, pencatatan daftar inventaris dan \npeminjaman inventaris dilakukan dengan menggunakan fail \nExcel. Namun, pada saat proses peminjaman inventaris, calon \npeminjam tidak memiliki akses langsung untuk melihat apakah \nbarang yang ingin dipinjam tersedia dan dalam kondisi baik. \nCalon peminjam harus menghubungi pengurus KSR untuk \nmengetahui ketersediaan dan kondisi barang tersebut. \n\nBerdasarkan keadaan yang sudah dijelaskan sebelumnya dan \nmelihat peluang untuk membantu dan memudahkan proses \nkegiatan KSR maka diperlukan sistem informasi yang dapat \nmenampung data anggota, proker, rapat, presensi, jadwal jaga \nklinik, kas dan inventaris. Sistem informasi adalah sekumpulan \nsubsistem yang terintegrasi dan kolaboratif yang bertujuan \nuntuk memecahkan masalah tertentu dengan menggunakan \nkomputer untuk mengolah data agar dapat memberikan nilai \ntambah dan manfaat bagi pengguna [4]. Referensi [5] \nmengungkapkan \ninformasi manajemen \nsistem \nberpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai. \nAgar sistem informasi dapat dengan mudah diakses di mana \nsaja, maka sistem informasi dibuat berbasis web. Teknologi \nberbasis web adalah teknologi yang mudah diakses oleh semua \nkalangan pada zaman ini karena bersifat multi-platform atau \ndapat digunakan dari semua gawai [6]. Diharapkan dengan \nsistem informasi ini dapat digunakan KSR dalam mengelola \norganisasinya secara lebih efektif dan efisien. \n\nbahwa \n\nII. TUJUAN PENELITIAN \n\nBerdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang \ndipaparkan sebelumnya. Tujuan penelitian ini secara umum \nyaitu membangun sistem informasi UKM KSR PMI Unit \nPolstat STIS. Adapun tujuan khususnya adalah membangun \nsistem informasi yang dapat : \n1. Mengelola data anggota KSR. \n2. Mengelola proker, rapat dan presensi KSR. \n3. Mengelola jadwal jaga klinik anggota KSR. \n4. Mengelola laporan kas KSR. \n5. Mengelola inventaris milik KSR. \n\nIII. PENELITIAN TERKAIT \n\n(2019) yang berjudul “Sistem Informasi Unit Kegiatan \nMahasiswa Marching Band Universitas Muhammadiyah \nSurakarta Berbasis Web”. Dalam penelitian tersebut, dijelaskan \nbahwa Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Marching Band UMS \nmemerlukan sebuah media informasi untuk mempublikasikan \nberbagai informasi terkait UKM tersebut, seperti informasi \nmengenai kepengurusan dan keanggotaan. Oleh karena itu, \nsistem ini dibuat dengan tujuan membantu seluruh anggota \ndalam memperoleh \ninformasi mengenai UKM dan \nmempermudah pengelolaan data yang dapat diakses melalui \nweb. Adanya sistem informasi berbasis web ini memberikan \nmanfaat dalam mempermudah proses administratif dan \nmeningkatkan efisiensi waktu bagi UKM Marching Band UMS. \n\nIV. METODE PENELITIAN \n\nPada penelitian \n\nini, metode yang digunakan untuk \nmembangun sistem adalah metode System Development Life \nCycle (SDLC) model waterfall. Pengembangan waterfall \ndilakukan secara berurutan dari satu fase ke fase berikutnya. \nDimulai dari tahap perencanaan hingga tahap uji coba dan \nevaluasi, sehingga diharapkan dapat menghasilkan sistem yang \nlebih baik dan terukur [9]. Tahapan dari penelitian ini adalah \nsebagai berikut: \n1. Perencanaan \n\nDalam penelitian ini, tahap perencanaan bertujuan \nuntuk mengumpulkan data terkait sistem yang akan \ndibangun. Untuk mencapai tujuan tersebut, beberapa \nkegiatan dilakukan, di antaranya wawancara dengan \nsubject matter, yaitu ketua dan mantan ketua KSR, untuk \nmemperoleh gambaran proses bisnis dan mengidentifikasi \nmasalah yang terkait. Selain itu, studi literatur dilakukan \nuntuk meningkatkan pemahaman tentang topik penelitian. \nAnalisis fail arsip yang tersimpan di Drive KSR juga \ndilakukan untuk memahami cara pengelolaan data di \norganisasi tersebut. \n\n2. Analisis \n\nSetelah \n\ntahap perencanaan selesai, data yang \nterkumpul akan dianalisis dengan melakukan analisis \nsistem yang berjalan, analisis permasalahan, dan analisis \nkebutuhan pengguna. Masalah yang teridentifikasi akan \ndipecahkan menggunakan solusi yang sesuai. Analisis \nmasalah pada sistem yang sedang berjalan akan dijelaskan \nmelalui diagram Ishikawa atau sering disebut juga fishbone \ndiagram. \n\n3. Desain \n\nTerdapat beberapa penelitian yang memiliki kesamaan topik \ndengan penelitian ini yaitu pembangunan sistem informasi unit \nkegiatan mahasiswa. Salah satunya adalah penelitian yang \ndilakukan oleh Siregar (2022) yang berjudul “Pembangunan \nSistem Informasi UKM Rohkris Politeknik Statistika STIS”. \nPenelitian tersebut bertujuan untuk membangun sebuah sistem \ninformasi manajemen UKM Rohkris berbasis web yang dapat \nmeningkatkan kinerja UKM Rohkris. Hasil dari penelitian \ntersebut adalah sebuah sistem UKM Rohkris yang dapat \nmengelola data anggota, kegiatan, catatan keuangan, \npengumuman, dan presensi kegiatan. \n\nPenelitian lain yang relevan dengan penelitian ini yaitu \npenelitian yang dilakukan oleh Pramitasari dan Nurgiyatna \n\nTahap desain bertujuan untuk merancang sistem yang \nsesuai dengan kebutuhan yang telah dianalisis sebelumnya. \nPada tahap ini, terdapat beberapa kegiatan, antara lain \nperancangan proses bisnis, perancangan antarmuka, \nrancangan proses dan aktivitas sistem, serta perancangan \nbasis data. \n4. Implementasi \n\nPada tahap implementasi, desain sistem yang telah \ndirancang akan diimplementasikan dengan menggunakan \nbahasa pemrograman PHP menggunakan Framework \nLaravel untuk bagian backend dan Framework Bootstrap \nuntuk \ndikelola \nantarmukanya. Database \nmenggunakan aplikasi phpMyAdmin. \n\nakan \n\n 2 \/ 8 \n\n \n \n\fMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nmengekspor data yang terkumpul dari Google Forms ke dalam \nformat fail Excel dan menyimpannya di Google Drive. \n\n5. Uji coba dan Evaluasi \n\nPenelitian ini menggunakan Black Box Testing untuk \nmenguji coba sistem yang dibangun dan metode System \nUsability Scale (SUS) untuk melakukan evaluasi terhadap \nsistem tersebut. Black Box Testing dilakukan dengan \nmenyusun daftar skenario, kemudian anggota KSR yang \nterpilih akan mencoba skenario tersebut. Setelah uji coba, \nanggota KSR diminta mengisi survei dengan kuesioner \nSUS. \n\nV. KERANGKA PIKIR \n\nGambar 2. Flowchart pendataan anggota \n\n2) Pencatatan Presensi Rapat\/Kegiatan \n\nGambar 1. Kerangka pikir \n\nDalam penelitian ini, dibangun sebuah sistem berdasarkan \nbeberapa permasalahan yang dijelaskan pada Gambar 1, yaitu \npendataan anggota, pengelolaan presensi, penyusunan jadwal \njaga klinik, pengelolaan kas, dan peminjaman inventaris. Untuk \nmengatasi permasalahan tersebut, diciptakan sebuah solusi \nberupa Sistem Informasi UKM KSR PMI Unit Politeknik \nStatistika STIS yang dibangun menggunakan metode System \nDevelopment Life Cycle (SDLC) model waterfall. Evaluasi \nsolusi tersebut dilakukan melalui dua metode, yaitu Black Box \nTesting dan System Usability Scale (SUS) untuk memastikan \nkelayakan penggunaannya. Jika hasil evaluasi memenuhi \npersyaratan, maka sistem informasi tersebut dapat digunakan. \nHasil penelitian ini adalah Sistem Informasi UKM KSR PMI \nUnit Politeknik Statistika STIS berbasis web. \n\nVI. HASIL DAN PEMBAHASAN \n\nA. Analisis Sistem Berjalan \n1) Pendataan Anggota \n\nPendataan anggota KSR dilakukan dengan menggunakan \nGoogle Forms. Setiap anggota baru KSR akan diminta untuk \nmengisi formulir Google Forms yang telah disediakan oleh \npengurus KSR. Setelah seluruh anggota baru berhasil \nmenyelesaikan pengisian formulir, pengurus KSR akan \n\nGambar 3. Flowchart pencatatan presensi rapat\/kegiatan \n\nPanitia rapat\/kegiatan akan mengatur jadwal rapat\/kegiatan \nkemudian mengumumkan jadwal rapat\/kegiatan ke anggota \nKSR. Pencatatan presensi dilakukan oleh panitia rapat atau \nkegiatan dengan cara membuat presensi yang dapat berupa \nmedia kertas atau Google Forms. Saat rapat atau kegiatan \nberlangsung, panitia akan membagikan presensi kepada peserta \ndan mengumpulkan presensi yang telah diisi oleh peserta. \nSetelah itu, panitia akan menyimpan presensi yang terkumpul. \n3) Plotting Jadwal Jaga Klinik \n\nDivisi Logistik dan Pengurus Harian Markas (LPHM) \nbertanggung jawab dalam mengatur jadwal jaga klinik. Plotting \njadwal jaga klinik ini dimulai dengan pengumpulan jadwal \nperkuliahan anggota berupa screenshot jadwal perkuliahan di \nSIPADU. Kemudian, divisi LPHM akan memproses data \n\n 3 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n\fMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\njadwal tersebut untuk menyusun jadwal jaga klinik untuk \nmenghindari bentrok jadwal. LPHM mengolah jadwal jaga \nklinik menggunakan Excel. Setelah jadwal jaga klinik dibuat, \njadwal tersebut akan disebarkan kepada anggota dan anggota \nakan melaksanakan jaga klinik sesuai dengan jadwal yang telah \nditetapkan. Saat ini absensi jaga klinik menggunakan Google \nForms. \n\nSekretaris Bendahara (Sekben) unit\/divisi bertanggung \njawab untuk mengumpulkan iuran kas dari anggota masing-\nmasing unit\/divisi. Ketika menerima iuran kas dari anggota, \nsekben akan mencatat nama dan nominal iuran yang dibayarkan \noleh anggota serta meminta anggota untuk melampirkan bukti \npembayaran. Pada waktu yang ditentukan, Sekben akan \nmengirimkan iuran yang telah dikumpulkan ke Bendahara, \nyang kemudian mencatatnya dalam laporan keuangan. \n\n5) Peminjaman Inventaris \n\nGambar 4. Flowchart plotting jadwal jaga klinik \n\n4) Pencatatan Kas \n\nGambar 5. Flowchart pencatatan kas \n\nBendahara melakukan pencatatan kas dengan menerima \nlaporan pemasukan atau pengeluaran dari anggota, lalu \nmencatatnya dalam fail Excel. Saat \nterjadi pergantian \nkepengurusan, bendahara akan membuat fail Excel baru untuk \nmencatat pemasukan dan pengeluaran kas selama tahun \njabatannya. \n\nGambar 7. Flowchart peminjaman inventaris \n\nSebelum calon peminjam mengajukan surat permohonan \npeminjaman inventaris, mereka akan menghubungi anggota \ndivisi LPHM untuk menanyakan ketersediaan dan kondisi \nbarang inventaris. Anggota divisi LPHM kemudian akan \nmelakukan pengecekan terhadap ketersediaan dan kondisi \nbarang yang diminta oleh calon peminjam. Jika barang yang \ningin dipinjam tidak tersedia atau kondisinya tidak layak pakai, \nanggota divisi LPHM akan memberitahukan hal tersebut \nkepada calon peminjam. Namun, jika barang tersebut tersedia \ndan dalam kondisi yang layak pakai, calon peminjam dapat \nmelanjutkan proses dengan mengajukan surat permohonan \npeminjaman inventaris. Setelah surat permohonan peminjaman \ninventaris disetujui, langkah selanjutnya adalah peminjam \nmelakukan koordinasi dengan salah satu anggota divisi LPHM \nuntuk mengambil inventaris yang dipinjam. Setelah itu, \npeminjam mengisi formulir peminjaman inventaris yang akan \ndiberikan oleh anggota divisi LPHM. \n\nB. Analisis Masalah \n\nGambar 6. Flowchart pembayaran iuran kas \n\nGambar 8. Diagram fishbone \n\n 4 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n\fBerdasarkan analisis sistem berjalan, sumber permasalahan \nyang terjadi dapat dijelaskan melalui penggunaan fishbone \ndiagram yang terbagi menjadi empat kategori, yaitu sistem, \nmanusia, material, dan metode. \n\nC. Analisis Kebutuhan Pengguna \n\nAnalisis kebutuhan digunakan untuk menyesuaikan solusi \nterhadap permasalahan berdasarkan hasil identifikasi masalah \nyang telah dilakukan sebelumnya. Dalam proses ini, kebutuhan \nsistem dibagi menjadi dua bagian, yaitu kebutuhan fungsional \ndan kebutuhan non fungsional. \n1) Kebutuhan Fungsional \n\n Sistem dapat mengelola data anggota KSR: Melakukan \npenambahan, penyimpanan, dan pembaruan data \nanggota KSR dengan validasi untuk menghindari \nduplikasi. \n\n Sistem dapat mengelola proker, rapat, dan presensi KSR: \nMencatat proker, membuat jadwal rapat, merekap \npresensi anggota, dan memantau kehadiran untuk \nlaporan keaktifan. \n\n Sistem dapat mengelola jadwal jaga klinik anggota KSR: \nMenyusun jadwal jaga klinik, memberikan akses anggota \nuntuk mengirimkan jadwal kosong kuliah dan melihat \njadwal jaga mereka, serta mencatat dan merekap presensi \njaga klinik. \n\n Sistem dapat mengelola laporan kas KSR: Mencatat \nalokasi dana, pengeluaran, dan pemasukan kas KSR, \nmenghitung jumlah pengeluaran dan pemasukan per \nbulan, serta mengelola iuran anggota. \n\n Sistem dapat mengelola inventaris KSR: Mencatat \ninventaris yang layak pakai dan tidak layak pakai, \nsumber dana pembelian inventaris, dan memberikan \nakses calon peminjam untuk melihat ketersediaan dan \nkondisi barang. \n\nanalisis kebutuhan non \n\n2) Kebutuhan non Fungsional \nUntuk \nfungsional dipetakan \nmenggunakan Framework PIECES yang terdiri dari komponen \nperformance, information, economy, control, efficiency dan \nservice. Hasil analisis kebutuhan non fungsional dapat dilihat \npada tabel 1. \n\nAspek \nPerformance \n\nInformation \n\nTABEL I \nKEBUTUHAN NON FUNGSIONAL \nKebutuhan \n\n- Sistem dapat merekap data presensi rapat\/kegiatan \ndan data presensi jaga klinik anggota dengan cepat \n\n- Sistem dibuat berbasis web, sehingga pengguna \ndapat mengakses informasi di mana saja dengan \nmudah \n\nEconomy \n\n- Dapat meminimalkan penggunaan kertas untuk \n\npresensi rapat atau kegiatan \n\nControl \n\n- Pengguna hanya dapat mengelola data dan \n\nEfficency \n\nmengakses informasi tertentu sesuai dengan role-nya \n\n- Data anggota, proker, rapat, presensi, jadwal jaga \nklinik, kas dan inventaris tersimpan dalam satu \ntempat \n\n- Dapat meminimalkan terjadinya duplikasi saat \n\npendataan anggota \n\n- Dapat mempermudah penyusunan jadwal jaga klinik \ndengan mempertimbangkan jumlah jaga klinik yang \ntelah dilakukan oleh masing-masing anggota \n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nService \n\n- Sistem dapat mempermudah pengurus KSR untuk \n\nmengelolah data \n\nD. Rancangan Proses Bisnis Usulan \n1) Pendataan Anggota \n\nGambar 9. Flowchart pendataan anggota sistem usulan \n\nDalam proses bisnis sistem usulan pendataan anggota, \ntelah berjalan. \nterdapat perbedaan dengan sistem yang \nPerbedaannya \nterletak pada penggunaan media untuk \nmenginput dan menyimpan data anggota, serta adanya akses \nbagi anggota untuk memperbarui data mereka. Sekretaris \nbertanggung jawab dalam pembuatan akun untuk anggota baru. \nSekretaris akan memasukkan NIM dan nama lengkap anggota \nbaru ke dalam sistem yang telah dibangun. Setelah akun \nanggota baru berhasil dibuat, anggota baru dapat login ke \nsistem menggunakan akun Google STIS. Setelah berhasil login, \nanggota baru akan memiliki akses ke fitur melengkapi profil \ndata diri. Mereka dapat mengisi informasi tambahan seperti \nnama panggilan, tanggal lahir, kelas, alamat kos dan informasi \nlainnya yang relevan. Dengan melengkapi profil data diri, \ninformasi anggota akan tercatat dengan lengkap dalam sistem. \nSelain melengkapi profil saat pertama kali login, anggota \njuga memiliki akses untuk memperbarui profil mereka di masa \nmendatang. Jika ada perubahan pada data pribadi, anggota \ndapat memperbarui informasi tersebut melalui sistem yang \ntelah dibangun. Hal ini memastikan bahwa data anggota tetap \nakurat dan terkini. \n\n2) Pencatatan Presensi Rapat\/Kegiatan \n\nDalam proses bisnis sistem usulan pencatatan presensi \nrapat\/kegiatan, terdapat perbedaan dengan sistem yang telah \nberjalan sebelumnya. Perbedaannya terletak pada penggunaan \npresensi fisik seperti kertas atau Google Forms yang biasanya \ndisiapkan oleh panitia. Dalam sistem usulan ini, panitia hanya \nperlu mengatur jadwal rapat\/kegiatan, dan sistem akan secara \notomatis membuat presensi saat panitia mengatur jadwal \ntersebut. Setelah jadwal rapat\/kegiatan ditetapkan, panitia akan \nrapat\/kegiatan \nmengumumkannya kepada peserta. Saat \nberlangsung, panitia akan memberikan presensi dalam bentuk \nsebuah kode, QR Code, atau link kepada peserta yang hadir. \nPeserta rapat\/kegiatan dapat menggunakan presensi tersebut \nuntuk melakukan pencatatan kehadiran melalui sistem yang \ntelah dibangun. Data presensi rapat\/kegiatan akan tersimpan \nsecara otomatis di dalam sistem, memudahkan panitia dalam \nmengelola dan memantau kehadiran peserta pada setiap \nrapat\/kegiatan. Semua data presensi dapat diakses dan dikelola \n\n 5 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n \n\fdengan mudah melalui sistem, memberikan kemudahan dan \nefisiensi dalam pencatatan kehadiran rapat\/kegiatan. \n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nkeuangan juga berbeda dengan sistem berjalan. Dalam sistem \nusulan, laporan pengeluaran atau pemasukan yang diterima dari \nanggota akan dicatat langsung ke dalam sistem oleh bendahara. \nPencatatan laporan keuangan tersimpan dalam satu database \nsehingga dapat mempermudah pencarian dan pengelolaan \nlaporan keuangan. \n\nGambar 10. Flowchart pencatatan presensi rapat\/kegiatan sistem usulan \n\n3) Plotting Jadwal Jaga Klinik \n\nGambar 12. Flowchart pencatatan kas sistem usulan \n\nPada proses pembayaran iuran, perbedaannya terletak pada \nperan orang yang menginput laporan pembayaran iuran. Dalam \nsistem usulan ini, anggota memiliki tanggung jawab untuk \nmenginput laporan pembayaran iuran mereka sendiri. Namun, \nlaporan tersebut masih harus melewati proses verifikasi oleh \nBendahara atau Sekben Unit\/Divisi masing-masing sebelum \ndianggap sah. Dengan peran anggota dalam menginput laporan \npembayaran iuran, sistem ini dapat mengurangi beban kerja \nBendahara dan Sekben Unit\/Divisi. Selain itu, sistem ini juga \nmempermudah Bendahara dan Sekben Unit\/Divisi untuk \nmelihat anggota yang belum melakukan pembayaran iuran. \n\nGambar 11. Flowchart plotting jadwal jaga klinik sistem usulan \n\nProses bisnis sistem usulan plotting jadwal jaga klinik \nmemiliki alur yang mirip dengan sistem yang telah berjalan \nsebelumnya. Namun, terdapat perbedaan pada alat yang \ndigunakan. Dalam sistem usulan ini, Divisi LPHM memiliki \nakses untuk melihat jumlah jaga klinik yang telah dilakukan \noleh anggota saat menyusun jadwal jaga klinik. Dengan adanya \ninformasi ini, Divisi LPHM dapat mempertimbangkan jumlah \njaga klinik yang telah dilakukan oleh masing-masing anggota \ndan membuat pembagian jadwal jaga klinik yang lebih merata. \nSelain itu, Divisi LPHM dapat lebih mudah melihat siapa saja \nyang belum mengirimkan jadwal perkuliahan. \n\n4) Pencatatan Kas \n\nDalam proses bisnis sistem usulan pencatatan kas, terdapat \nperbedaan dibandingkan dengan sistem yang telah berjalan \nsebelumnya. Perbedaannya terletak pada akses anggota untuk \nmelihat laporan keuangan dan media yang digunakan untuk \nmencatat laporan tersebut. \n\nDalam sistem usulan ini, anggota memiliki akses untuk \nmelihat laporan keuangan yang terkait dengan pengeluaran dan \npemasukan. Media yang digunakan untuk mencatat laporan \n\nGambar 13. Flowchart pembayaran iuran kas sistem usulan \n\n5) Peminjaman Inventaris \n\nGambar 14. Flowchart peminjaman inventaris sistem usulan \n\n 6 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n\fMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nDalam proses bisnis sistem usulan peminjaman inventaris, \nterdapat perbedaan dibandingkan dengan sistem yang telah \nberjalan sebelumnya. Perbedaannya terletak pada akses yang \ndiberikan kepada calon peminjam terkait ketersediaan barang \ninventaris. Dalam sistem usulan ini, calon peminjam memiliki \nakses untuk mengecek ketersediaan barang inventaris yang \nmereka ingin pinjam. Mereka tidak perlu lagi menanyakan \nkepada anggota divisi LPHM mengenai ketersediaan barang \ninventaris. Melalui sistem usulan ini, calon peminjam dapat \ndengan mudah mengakses informasi mengenai ketersediaan \nbarang inventaris. \n\njadwal jaga dan mengelola inventaris. Divisi Humas memiliki \nakses untuk mengelola pengumuman oprec. Pengunjung Web \nmemiliki akses untuk melihat daftar inventaris, melihat artikel \ndan melihat pengumuman oprec. \n\nF. Rancangan Database \n\nProses perancangan database dimulai dari peracangan \nkonseptual, kemudian peracangan logis, dan yang terakhir \nperancangan \nrancangan database \nfisik. Penggambaran \nmenggunakan Entity Relationship Diagram (ERD). \n\nE. Diagram Use Case \n\nGambar 15. Use case diagram \n\nterbatas pada \n\nPada use case diagram sistem usulan, terdapat sepuluh \naktor yang memiliki hak akses masing-masing. Anggota \nmemiliki akses untuk melihat data anggota, mengedit profil \nakun, mengganti password akun, melihat proker, mengelola \nrapat\/kegiatan, mengelola presensi rapat, melihat laporan \nkeuangan, melakukan pembayaran iuran, mengirim jadwal \nkosong kuliah, melihat jadwal jaga, mengelola pengumuman, \nmengelola artikel, mengisi form plotting dan melihat daftar \ninventaris. Anggota dapat mengelola rapat, presensi rapat, \npengumuman dan artikel hanya \nrapat, \npengumuman dan artikel yang mereka buat. Semua hak akses \nyang dimiliki anggota bisa diakses juga oleh Ketua, Sekretaris, \nBendahara, Koor Unit\/Divisi, Sekben Unit\/Divisi, Divisi \nLPHM dan Divisi Humas. Ketua memiliki akses untuk \nmengelola jabatan anggota dan melihat respond form plotting. \nSekretaris memiliki akses untuk mengelola data anggota. \nBendahara memiliki akses untuk mengelola laporan keuangan \ndan memverifikasi pembayaran \niuran. Koor Unit\/Divisi \nmemiliki akses untuk mengelola proker dan memilih Sekben \nunit\/divisinya. Koor LPHM memiliki hak akses yang sama \ndengan Koor Unit\/Divisi, namun ditambah dengan akses untuk \nmengelola blok perkuliahan. Sekben Unit\/Divisi memiliki \nakses untuk memverifikasi pembayaran \niuran anggota \nunit\/divisinya. Divisi LPHM memiliki akses untuk mengelola \n\nGambar 16. Rancangan database fisik \n\nG. Implementasi \n\nBerikut ini beberapa contoh tampilan sistem yang telah \n\ndiimplementasikan \n1) Halaman Daftar Anggota \n\nGambar 17. Tampilan Halaman Daftar Anggota \n\n2) Halaman Dashboard Rapat\/Kegiatan \n\nGambar 18. Tampilan Dashboard Rapat\/Kegiatan \n\n3) Halaman Laporan Keuangan \n\n 7 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n \n \n \n\fGambar 19. Tampilan Halaman Laporan Keuangan \n\n4) Halaman Kelola Inventaris \n\nGambar 20. Tampilan Halaman Kelola Inventaris \n\n5) Halaman Dashboard Jadwal Jaga Klinik \n\nGambar 21. Tampilan Dashboard Jadwal Jaga Klinik \n\nH. Evaluasi Sistem \n\nDalam penelitian ini, evaluasi sistem menggunakan Black \nBox Testing dan kuesioner SUS. Black Box Testing dilakukan \noleh pengurus dan anggota KSR. Hasil dari Black Box Testing \nmenunjukkan bahwa setiap fungsi yang diuji telah berjalan \ndengan baik sesuai dengan hasil yang diharapkan. \n\nPengujian dengan menggunakan kuesioner SUS dilakukan \nuntuk mengevaluasi tingkat kelayakan suatu sistem. Dalam \npengujian ini, sebanyak 10 responden yang merupakan anggota \ndari KSR dilibatkan untuk menilai sistem tersebut. Skor rata-\nrata yang diperoleh pada situs web adalah 68 [10]. Ketika skor \nmelebihi 68, hal ini menunjukkan bahwa pengguna merasa \npuas. Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh skor rata-rata \nSUS sebesar 73,25. Skor ini menunjukkan bahwa pengguna \nsudah merasa puas dengan sistem yang dievaluasi. \n\nVII. \n\nPENUTUP \n\nBerdasarkan hasil penelitian, berikut adalah beberapa hal \n\nyang dapat disimpulkan: \n1. Pengembangan Sistem Informasi UKM KSR PMI Unit \n\nPolstat STIS telah berhasil dilakukan. \n\n2. Sistem yang dibangun telah dapat mengelola data anggota, \nproker, rapat, jadwal jaga klinik, laporan kas, inventaris \ndan presensi rapat dan jaga klinik. \n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\n3. Berdasarkan hasil pengujian dari Black Box Testing, \ndidapatkan bahwa secara keseluruhan fungsi-fungsi yang \nterdapat di sistem sudah berjalan sesuai dengan harapan \n4. Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh skor rata-rata SUS \nsebesar 73,25. Skor ini menunjukkan bahwa pengguna \nsudah merasa puas dengan sistem yang dievaluasi. \n\nAdapun saran yang dapat peneliti berikan untuk penelitian \n\nselanjutnya adalah sebagai berikut. \n1. Mengembangkan fitur notifikasi untuk mengingatkan \npengguna yang lupa mengisi presensi rapat atau jaga klinik. \n2. Berdasarkan hasil dari System Usability Scale (SUS), \nterdapat skor yang rendah pada pertanyaan nomor 9 dan 10, \nyang menunjukkan bahwa responden mengalami hambatan \ndalam menggunakan sistem dan membutuhkan waktu \nuntuk beradaptasi dengan sistem tersebut. Oleh karena itu, \ndiperlukan perbaikan pada desain antarmuka agar menjadi \nlebih mudah dipahami dan responsif, sehingga pengguna \ntidak merasa terhambat saat menggunakannya dan dapat \nberadaptasi dengan cepat. \n\nDAFTAR PUSTAKA \n[1] Politeknik Statistika STIS. Sejarah Singkat [Online]. Available : \n\nstis.ac.id\/hal\/16\/sejarah-singkat \n\n[2] S. Widjaja and N. Nikolas, “Perancangan Sistem Informasi Unit Kegiatan \nMahasiswa Universitas Nasional Karangturi Berbasis Web,” vol. 2, no. 1, \npp. 31-37, Jan. 2022 \n\n[3] Senat \n\nMahasiswa, \n\nPMKL \n\n[Online]. \n\nAvailable: \n\nhttps:\/\/sema.stis.ac.id\/info\/ukm\/7 \n\n[4] Suhari Suhari, Akhmad Faqih, and Fadhil Muhammad Basysyar, “Sistem \nInformasi Kepegawaian Mengunakan Metode Agile Development di CV. \nAngkasa Raya,” vol. 12, no. 1, pp. 30–45, Mar. 2022. \n\n[5] R. Nurul Ichsan, “Pengaruh Sistem Informasi Manajemen Terhadap \nKinerja Pegawai Bpjs Ketenagakerjaan Cabang Medan,” Jurnal Ilmiah \nMETADATA, vol. 2, no. 2, pp. 128–136, Aug. 2020. \n\n[6] A. C. Hutauruk and A. F. Pakpahan, “Perancangan Sistem Informasi \nOrganisasi Kemahasiswaan Berbasis Web pada Universitas Advent \nIndonesia Menggunakan Metode Agile Development (Studi Kasus: \nUniversitas Advent Indonesia),” CogITo Smart Journal, vol. 7, no. 2, pp. \n315–328, Dec. 2021. \n\n[7] J. P. A. Siregar, Pengembangan Sistem Informasi UKM Rohkris Politeknik \n\nStatistika STIS. Jakarta: Politeknik Statistika STIS, 2021 \n\n[8] B. Pramitasari and N. Nurgiyatna, “Sistem Informasi Unit Kegiatan \nMahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarata Berbasis Web,” \nEmitor: Jurnal Teknik Elektro, vol. 19, no. 2, pp. 59–65, Sep. 2019 \n[9] A. Dennis, Barbara Haley Wixom, and R. M. Roth, Systems analysis and \n\ndesign. Hoboken, Nj: Wiley, 2015. \n\n[10] T. Wahyuningrum, Buku Referensi Mengukur Usability Perangkat Lunak. \n\nDeepublish, 2021. \n\n 8 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n \n \n \n \n\f", "label": [ { "start": 789, "end": 856, "text": "implementasi\\nyang mampu\\nmeningkatkan efektivitas kegiatan KSR", "labels": [ "TUJUAN" ] }, { "start": 920, "end": 978, "text": "System Development Life\\nCycle (SDLC) model waterfall", "labels": [ "METODE" ] }, { "start": 1310, "end": 1356, "text": "sistem sudah berjalan sesuai dengan\\nfungsinya", "labels": [ "TEMUAN" ] }, { "start": 1411, "end": 1465, "text": "pengguna sudah merasa puas dengan sistem yang dibangun", "labels": [ "TEMUAN" ] }, { "start": 8085, "end": 8149, "text": "membangun sistem informasi UKM KSR PMI Unit\\nPolstat STIS", "labels": [ "TUJUAN" ] }, { "start": 9349, "end": 9407, "text": "System Development Life\\nCycle (SDLC) model waterfall", "labels": [ "METODE" ] }, { "start": 30676, "end": 30752, "text": "fungsi-fungsi yang\\nterdapat di sistem sudah berjalan sesuai dengan harapan", "labels": [ "TEMUAN" ] }, { "start": 30797, "end": 30831, "text": "skor rata-rata SUS\\nsebesar 73,25", "labels": [ "TEMUAN" ] } ], "annotator": 1, "annotation_id": 5, "created_at": "2023-12-27T05:26:32.574451Z", "updated_at": "2023-12-27T05:26:32.574451Z", "lead_time": 988.783 }, { "id": 25, "content": "Makalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nKajian Implementasi Graph Database Pada Tabel \nDinamis Website BPS \n\nAndi Muhammad Rosyidin Hidayat (221911210, 4SI1) \nDosen Pembimbing: Farid Ridho, S.S.T., M.T. \n\nRingkasan— BPS adalah \n\nlembaga pemerintah yang \nmenyediakan data statistik berkualitas untuk Indonesia. Salah \nsatu proses dalam penyediaan data statistik adalah proses \ndiseminasi data statistik yang dilakukan BPS kepada publik. \nProses diseminasi data dilakukan melalui website BPS, salah \nsatunya melalui fitur tabel dinamis. Fitur ini membutuhkan \nkinerja database yang tinggi untuk menangani volume data besar. \nKebutuhan akan kinerja yang tinggi pada database dijawab \ndengan penggunaan jenis database NoSQL (Not Only SQL). Graph \ndatabase dipilih sebagai teknologi penyimpanan data non-\nrelasional atau NoSQL yang dikaji untuk diimplementasikan \nsebagai teknologi penyimpanan data tabel dinamis website BPS. \nKajian dilakukan dengan mengimplementasikan graph database \nlalu mengukur performanya terhadap sistem berjalan dengan \nmembandingkan lama waktu eksekusi suatu query. Implementasi \ngraph database pada tabel dinamis berhasil dilakukan dengan \nmenggunakan Neo4j sebagai graph DBMS. Hasil pengukuran \nperforma menunjukkan Neo4j dapat lebih cepat 1,19 hingga 30,26 \nkali dibandingkan sistem berjalan pada kondisi tertentu. Hal ini \nmenunjukkan bahwa graph database memiliki performa yang \nlebih baik. \n\nKata Kunci— Graph database, Neo4j, Tabel dinamis BPS. \n\nI. LATAR BELAKANG \n\npemerintah \n\n(BPS) merupakan \n\nBadan Pusat Statistik \n\nlembaga \npemerintahan nonkementerian yang bertanggung \njawab \nlangsung kepada presiden dan bertugas untuk menyediakan \ndata statistik berkualitas untuk kemajuan Indonesia. Data \nstatistik yang dihasilkan oleh BPS akan menjadi dasar \npertimbangan \ndalam merancang maupun \nmenetapkan kebijakan dan pembangunan diberbagai sektor \npemerintahan. Selain pemerintah, data statistik juga digunakan \noleh masyarakat umum, peneliti, dan swasta. Untuk \nmenghasilkan data statistik BPS memiliki berbagai kegiatan \natau proses di dalamnya diantaranya adalah pengumpulan data, \npengolahan data, tabulasi data, analisis data, pembuatan \npublikasi, dan diseminasi data [1]. Salah satu kegiatan yang \nakan menjadi perhatian pengguna data BPS adalah proses \ndiseminasi data statistik. Diseminasi statistik adalah perilisan \natau penyebarluasan data statistik secara resmi kepada publik \n[2]. Diseminasi merupakan tahapan dari proses statistik yang \nmana data yang telah dikumpulkan dan dikompilasi oleh \nlembaga statistik resmi negara disajikan secara resmi kepada \npublik [3]. Sederhananya diseminasi merupakan kegiatan \ndimana data statistik BPS akan dirilis dan disebarkan kepada \npublik atau para pengguna data. Penyebaran informasi kepada \npublik tentunya memerlukan media perantara, baik berupa \ncetak maupun elektronik. Salah satu media diseminasi statistik \n\nyang digunakan oleh BPS adalah media elektronik melalui \naplikasi web resmi BPS pada www.bps.go.id. \n\nAplikasi web atau website menjadi sangat populer digunakan \nuntuk menyebarkan informasi saat ini. Hal ini dapat dilihat dari \nterdapatnya website dari setiap instansi pemerintahan dan \nLembaga swasta. Website merupakan ruang digital yang terdiri \ndari berbagai perangkat komunikasi yang saling terhubung \nmelalui internet dan memuat sejumlah data dalam format \ndigital [1]. Data merupakan salah satu komponen dari aplikasi \nweb. Data pada aplikasi web tentunya perlu disimpan dan \ndiorganisir dengan baik. Data tersebut akan disimpan pada \ndatabase yang nantinya akan diproses oleh suatu halaman \nwebsite. Basis data atau database sendiri adalah suatu tempat \ndimana data disimpan agar dapat mempermudah dan \nmempercepat pemanggilan atau pemanfaatan kembali data [4]. \nSehingga pemrosesan data yang mudah dan cepat tentunya \nmenjadi tujuan digunakannya database pada suatu website. \n\nPada umumnya aplikasi web saat ini menggunakan database \nrelasional dalam mengelola datanya tak terkecuali website BPS \nyang menggunakan PostgreSQL. Relasional database \nmenyimpan data secara terstruktur pada tabel-tabel yang saling \nmemiliki relasi atau hubungan. Contoh kasus yang didapatkan \ndari hasil diskusi dengan pengelola website BPS bahwa kinerja \ndatabase relasional yang digunakan akan melambat jika data \ndiambil dengan volume yang besar semisal untuk mengambil \nsuatu series data tahunan sekaligus. Kinerja database menjadi \npenting di beberapa bagian website BPS seperti halnya pada \nfitur tabel dinamis. \n\nTabel dinamis merupakan salah satu fitur pada website BPS \nyang berfungsi untuk menampilkan nilai dari suatu indikator \natau data statistik yang dicari oleh pengunjung website. Tabel \ndinamis akan mencari data pada database lalu akan ditampilkan \npada website sesuai dengan keinginan pengunjung. Tabel \ndinamis menyediakan beragam indikator maupun data statistik \nmulai dari sosial, ekonomi, maupun pertanian, baik \nberdasarkan tahun, triwulan, bulan, dan provinsi. Pencarian \ndata atau indikator yang beragam tentunya membutuhkan \nperforma kinerja yang lebih pada database karena menangani \nvolume data yang makin besar. Selain itu nilai dari data \nmaupun indikator yang ditampilkan pada tabel dinamis \nmerupakan join atau penggabungan dari banyak tabel pada \ndatabase. Penggabungan atau join dari banyak tabel pada \ndatabase jenis relasional akan menghasilkan query yang \npanjang dan rumit. Query rumit didefinisikan sebagai query \nyang mengumpulkan data dari beberapa tabel [5]. Query yang \nrumit dan panjang serta volume data akan berimbas pada lama \nwaktu eksekusi perintah pada database. \n\n 1 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n\fPenerapan \n\npenyimpanan \n\nKebutuhan akan kinerja yang tinggi pada database coba \ndijawab dengan penggunaan jenis database NoSQL (Not Only \nSQL). NoSQL merupakan jenis lain dari sistem penyimpanan \ndata yang tidak menggunakan model relasional [6]. NoSQL \ndigunakan dengan harapan memiliki performa yang lebih baik \ndari \nteknologi \nrelasional. \npenyimpanan NoSQL terkhusus di BPS masih terbilang minim \ndan masih terus dikaji untuk menemukan teknologi yang paling \ncocok. Teknologi Penyimpanan data non-relational atau \ndatabase NoSQL yang ingin coba dikaji pada penelitian ini \nuntuk diimplementasikan sebagai teknologi penyimpanan data \ntabel dinamis website BPS adalah graph database. \ndikarenakan \n\nmampu \ndipilih \nmenggambarkan hubungan dari suatu data dan menangani \ninformasi yang terhubung dengan efektif. Database relasional \ntidak dibuat untuk menangani informasi yang terhubung, selain \nitu akan membutuhkan query yang panjang untuk \nmenghubungkan data seperti halnya melakukan join pada \nbanyak tabel. Query yang panjang ini akan menimbulkan beban \ndalam hal komputasi dan memori karena ukuran maupun \nkompleksitas akan meningkat secara eksponensial [7]. Run-\ntime yang lama dan memungkinkan terjadi hang. \n\ndatabase \n\nGraph \n\nII. TUJUAN PENELITIAN \n\nBerdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah \n\ndiuraikan, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: \n\n1. Menerapkan graph database \n\nsebagai \n\nteknologi \n\npenyimpanan data pada tabel dinamis website BPS. \n2. Merancang query pengujian pada graph database dan \n\nrelasional database. \n\n3. Mengukur performa kinerja graph database sebagai \nteknologi penyimpanan data pada tabel dinamis website \nBPS. \n\nIII. PENELITIAN TERKAIT \n\nRelasional database atau SQL database dan graph database \nkhususnya Neo4j telah dibandingkan oleh beberapa penelitian \nterdahulu. Penelitian pertama [8] yang membandingkan Neo4j \ndan relasional database dilakukan pada tahun 2010. Penelitian \nini membandingkan MySQL Community Server versi 5.1.42 \ndan Neo4j versi 1.0-b11. Penelitian yang serupa [9] pada tahun \n2019 dengan membandingkan Oracle 11g yang telah disetel \ndan Neo4j 3.03 Community Edition. Penelitian ini mengukur \nperforma database menggunakan sepuluh jenis query yang \nberbeda. Penelitian yang sama [10] dengan membandingkan \nlama waktu eksekusi query antara Neo4j Community Edition \nversi 1.6 dan MySQL versi 5.1.41. Penelitian ini dilakukan \npada tahun 2012 dan menunjukkan hasil bahwa lama waktu \neksekusi query Neo4j 2-5 kali lebih cepat dibandingkan \nMySQL untuk 100 objek sedangkan untuk 500 objek, 15-30 \nkali lebih cepat. \n\nNeo4j sendiri sebagai graph database telah dilakukan \nperbandingan dengan graph database lainnya diberbagai \npenelitian. Pada penelitian lain [11] melakukan analisis \nkomparatif pada graph database populer digunakan yang \nmencakup Allegro Graph, ArangoDB, OrientDB, Infinite \nGraph Neo4j, Titan, FlockDB, Bitsy, StarDog, dan MongoDB. \nMeskipun fungsionalitas tidak jauh berbeda namun performa \n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nyang terbaik yang dihasilkan pada penelitian ini ada pada Neo4j \ndan ArangoDB. Namun Neo4j lebih baik dari sisi penerimaan \ndikarenakan memiliki bahasa query yang lebih powerfull yaitu \ncypher, lebih sederhana, dan skema yang fleksibel. \nPenelitian terkait digambarkan pada Gambar 1. \n\nGambar 1. Peta literatur \n\nIV. METODE PENELITIAN \nMetode penelitian yang digunakan adalah Design Science \nResearch Methodology (DSRM) [12] [17]. Metode ini terdiri \ndari enam alur proses yakni sebagai berikut. \nA. Identifikasi Masalah dan Motivasi \n\nIdentifikasi dilakukan dengan melakukan kunjungan \nke Direktorat Diseminasi Statistik Badan Pusat Statistik \n(BPS) dan studi literatur melalui penelitian-penelitian \nsebelumnya. Studi literatur difokuskan pada beberapa hal, \nyakni penelitian yang mencakup graph database, Neo4j, \ndan relasional database. \n\nB. Menentukan Tujuan \n\nBerdasarkan identifikasi masalah, maka ditentukan \ntujuan dari penelitian. Tujuan diperoleh dari masalah yang \nmuncul pada sistem yang sedang berjalan dan diselesaikan \ndengan solusi yang ditawarkan. \nC. Perancangan dan Pengembangan \n\nPada \n\ntahapan \n\nini dilakukan perancangan dan \npengembangan sistem yang akan dibuat. Graph database \ndirancang berdasarkan database yang sedang berjalan [16]. \nSaat ini tabel dinamis website BPS menggunakan database \nrelasional PostgreSQL. Entity Relationship Diagram (ERD) \npada database relasional akan menjadi acuan di dalam \nperancangan skema dari graph database. Hal ini dipilih \nberdasarkan studi \nterdahulu dan \nmenjadi metode yang umum digunakan saat penelitian ini \ndilakukan. Selain itu, proses perancangan menjadi lebih \nmudah dan cepat. \n\nterhadap penelitian \n\nModel graph database didasari oleh prinsip-prinsip \npada graph database disertai dokumentasi pada Neo4j. \nPada skema graph, data akan disimpan dengan tiga bentuk \nutama yaitu node, relationship, dan property atau atribut. \nHal ini tentu saja berbeda dengan relasional database yang \nmenyimpan data ke dalam tabel yang saling berhubungan. \nNode pada graph merepresentasikan entitas sedangkan \nrelationship merepresentasikan hubungan antar entitas. \nyang \nSetiap \ndapat memiliki \nmerepresentasikan karakteristik dari entitas \ntersebut. \nRelationship antar node juga dapat memiliki property yang \nmenyatakan sifat dari hubungan tersebut. Selain itu, \nrelationship antar entitas dapat memiliki arah yang \nmenunjukkan arah hubungan “dari” dan “ke” dari dua buah \n\nproperty \n\nnode \n\n 2 \/ 8 \n\n \n \n \n\fnode. Arah hubungan memungkinkan representasi yang \nlebih akurat dan lengkap dari hubungan. \n\nPerancangan skema graph yang didasari ERD \ndatabase relasional mengikuti beberapa ketentuan dimana \ndata akan direpresentasikan sebagai node pada skema graph, \nsedangkan tabel direpresentasikan sebagai label pada node. \nKolom pada tabel menjadi property pada node dan \nhubungan antar tabel direpresentasikan sebagai relationship \nantar node. Primary key teknis dihapus dan hanya primary \nkey yang berpengaruh pada bisnis proses yang \ndipertahankan. Property yang menjadi bisnis primary key \ndiberikan constraint unik, sementara property yang sering \ndicari diberikan indeks. \n\nSelain perancangan terhadap skema graph, pada \ntahapan ini juga dilakukan perancangan terhadap query \npengujian yang dimana graph database akan menggunakan \nCypher Query Language dan Structure Query Language \n(SQL) untuk relasional database. Cypher Query Language \nmenjadi bahasa yang digunakan pada query pengujian \ndikarenakan Neo4j menggunakan bahasa tersebut. \n\nDalam penelitian ini, akan dirancang query pengujian \nuntuk operasi dasar, yaitu operasi read, yang akan dilakukan \npada database. Operasi read dipilih karena merupakan \noperasi dasar yang dilakukan oleh fitur tabel dinamis \nwebsite BPS. Operasi dasar lainnya, yaitu operasi write, \ndelete dan update tidak termasuk dalam cakupan penelitian \nini. Hal ini disebabkan karena operasi-operasi tersebut tidak \ndapat dilakukan dan tidak melalui fitur tabel dinamis \nwebsite BPS. Selain itu, operasi-operasi tersebut memiliki \nfrekuensi yang rendah karena penambahan data jarang \ndilakukan, ukurannya kecil, dan data yang \ntelah \ndimasukkan ke dalam database sudah bersih dan final. Oleh \nkarena itu, penelitian ini difokuskan pada operasi read saja, \nyang lebih relevan dengan penggunaan fitur tabel dinamis \npada website BPS. \n\nPada operasi read, akan dibuat empat jenis query \npengujian yang merepresentasikan query yang dilakukan \npada empat jenis tabel dinamis website BPS. Hal ini \nbertujuan untuk menguji kinerja database dalam menangani \nquery-query \ntersebut \ntentunya memiliki tingkat kompleksitas yang berbeda. \nSelain itu, masing-masing jenis query pengujian akan \nmenggunakan suatu indikator atau variabel dengan jumlah \nrecord terbanyak di masing-masing jenis tabel dinamis \nsebagai sampel yang akan digunakan pada penelitian ini. \n\ntersebut. Keempat \n\njenis query \n\nData yang digunakan dalam penelitian ini adalah \ndatabase tabel dinamis website BPS secara keseluruhan. \nDatabase ini diperoleh dari Direktorat Diseminasi Statistik \nBPS dalam bentuk file SQL. Database ini merupakan versi \nDesember 2022 dan merupakan data asli dari tabel dinamis \nwebsite BPS, bukan data dummy atau buatan. Database ini \nmencakup seluruh subjek dan indikator yang dimuat pada \ntabel dinamis website BPS \nseperti Sosial dan \nKependudukan, Ekonomi dan Perdagangan, Pertanian dan \nPertambangan. \n\nD. Implementasi \n\nPada tahapan ini, dilakukan implementasi relasional \ntelah dirancang \n\ndatabase dan graph database yang \n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nDatabase \n\nsebelumnya ke dalam lingkungan atau sistem yang sama, \nyaitu pada suatu komputer pengujian yang digunakan dalam \npenelitian ini. Relasional database yang diimplementasikan \nadalah database \ntabel dinamis website BPS secara \nkeseluruhan, yang menyimpan seluruh data indikator tabel \ndinamis. Database ini merupakan versi Desember 2022, \nyang digunakan sebagai data dalam penelitian ini. \ntabel dinamis website BPS \n\nakan \ndiimplementasikan pada komputer pengujian menggunakan \nDBMS PostgreSQL. Pemilihan DBMS PostgreSQL \ndilakukan untuk menyesuaikan dengan DBMS yang \ntabel dinamis BPS saat penelitian \ndigunakan pada \ndilakukan. Implementasi database ini akan dilakukan \ndengan menggunakan metode import SQL file melalui \npgAdmin untuk tabel berukuran kecil, sedangkan untuk \nimplementasi akan dilakukan \ntabel berukuran besar, \nmelalui SQL Shell. \n\nGraph database akan diimplementasikan juga pada \nkomputer pengujian menggunakan graph DBMS Neo4j, \ndan akan menyimpan data yang sama seperti PostgreSQL, \nyaitu database tabel dinamis website BPS. Neo4j dipilih \nsebagai graph DBMS dalam penelitian ini karena terbaik \ndari sisi performa dan penerimaan dibandingkan dengan \ngraph DBMS lainnya [11]. Skema graph database yang \nakan \ntelah \ndiimplementasikan pada Neo4j menggunakan Cypher \nQuery dengan metode load csv file. Metode ini dipilih \nkarena mudah dipelajari dan diklaim sebagai metode \ntercepat untuk menambahkan data pada Neo4j. Csv file \npada metode ini diperoleh dari database relasional yang \ntelah diimplementasikan sebelumnya \ntabel \ndilakukan ekspor ke bentuk file csv. \n\nsebelumnya \n\ndibuat \n\ntahap \n\npada \n\ntiap \n\nlalu \n\nPada komputer pengujian akan diinstal juga alat \nbernama Apache Jmeter. Alat ini akan digunakan untuk \nmelakukan pengujian performa terhadap PostgreSQL dan \nNeo4j. \nE. Evaluasi \n\nPada tahapan evaluasi dilakukan evaluasi terhadap \nfungsionalitas graph database yang telah dihasilkan, query \npengujian yang telah dirancang dan performa graph \ndatabase. \n1. Evaluasi terhadap fungsionalitas graph database akan \ndilakukan sekaligus dengan menggunakan query \npengujian yang telah dirancang. Query dijalankan pada \nNeo4j terhadap suatu indikator pada tabel dinamis dan \nmencocokkan hasilnya dengan tabel dinamis website \nBPS \nquery \ndengan melihat \nmengembalikan informasi yang sama. \n\nkeberhasilan \n\n2. Evaluasi \n\nterhadap performa dilakukan dengan \nmenjalankan keempat query pengujian di kedua \ndatabase, dan lama waktu eksekusinya akan dicatat. \nQuery akan dijalankan dalam dua kondisi, yaitu saat \nterdapat satu pengguna (single user) dan saat terdapat \n30 pengguna yang melakukan permintaan secara \nbersamaan (concurrent users). Waktu eksekusi, jumlah \npengguna, dan kompleksitas query menjadi variabel \nyang diperhatikan dalam mengevaluasi performa kedua \ndatabase pada penelitian ini. \n\n 3 \/ 8 \n\n \n \n\fEvaluasi performa kedua database \nakan \ndilakukan menggunakan Apache JMeter. Hasil yang \ndicatat oleh Jmeter untuk kedua database akan \ndianalisis secara deskriptif dan diuji menggunakan uji \nstatistik Mann Whitney. Uji ini akan menguji ada atau \ntidaknya perbedaan dari dua sampel yang independen \ndan digunakan ketika data tidak berdistribusi normal. \nNilai α yang digunakan adalah 5% (0,05). Hipotesis \nsatu arah uji statistik Mann Whitney yang dipakai \ndalam penelitian ini sebagai berikut: \n• H0: Lama waktu eksekusi query Neo4j lebih \n\nlambat atau sama dengan PostgreSQL \n\n• H1: Lama waktu eksekusi query Neo4j lebih \n\ncepat dibanding PostgreSQL \nHipotesis \ntersebut \nnilai \nmenggunakan \nmenggunakan perangkat lunak RStudio. \n\np-value \n\nakan \n\nyang \n\ndiuji \n\ndengan \ndiperoleh \n\nF. Komunikasi \n\nKomunikasi dilakukan dengan menuangkan hasil penelitian \nke dalam bentuk tulisan berupa buku skripsi. \n\nV. KERANGKA PIKIR \n\nKerangka pikir pada penelitian ini menunjukkan alur \npenelitian secara umum seperti yang tergambar pada Gambar 2. \nKerangka pikir penelitian ini dimulai dari identifikasi masalah, \nlalu penentuan metode yang digunakan, tujuan penelitian, \nhingga pengukuran hasil. \n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nkelompoknya, satuan, dan variabel vertikal pada tabel \ndan kelompoknya. \nTabel dinamis sendiri merupakan salah satu fitur yang \ntersedia di website Badan Pusat Statistik (BPS). Fitur \nini akan menampilkan variabel atau indikator yang \ndiminta oleh pengguna. Pengguna dapat memilih \nvariabel atau indikator yang tersedia untuk ditampilkan \nke dalam bentuk tabel. Komponen-komponen dari \ntabel dinamis secara lengkap terdiri dari kelompok \nvertical variabel, daftar vertical variabel, variabel, \nturunan variabel (karakteristik), tahun, turunan tahun, \ndan angka indikator. Komponen-komponen tersebut \nyang akan menyusun tabel dinamis seperti yang terlihat \npada Gambar 3. Tabel dinamis dapat dibagi menjadi \nempat jenis jika dilihat dari ada tidaknya karakteristik \ndan turunan tahun dari suatu variabel. \nDatabase relasional terdiri dari tabel-tabel yang saling \nterhubung. Skema database relasional tabel dinamis \nwebsite BPS ditunjukkan pada Gambar 4 dengan Entity \ntersebut \nRelationship Diagram \nmengilustrasikan hubungan antar tabel dengan panah \nyang menghubungkannya. Tabel _variabel merupakan \ntabel yang memiliki relasi\/hubungan terbanyak yaitu \ntujuh hubungan dengan tabel lainnya. \n\n(ERD). Gambar \n\nGambar 2. Kerangka pikir penelitian \n\nVI. HASIL DAN PEMBAHASAN \n\nA. Perancangan dan Pengembangan \n\n1. Database Tabel Dinamis Website BPS \n\nTabel \ndinamis website BPS menggunakan \nPostgreSQL sebagai database untuk menyimpan dan \nmengelola data indikator yang dipublikasikan di \nwww.bps.go.id. Database ini terdiri dari 15 tabel yang \nmenyimpan informasi tentang angka indikator, tahun \ndan turunannya, variabel dan turunannya, kelompok \ntahun dan variabel, subjek dan \ndari \n\nturunan \n\nGambar 4. ERD tabel dinamis \n\n2. Rancangan Graph Database Pada Tabel Dinamis \n\nWebsite BPS \ntabel \nBerdasarkan struktur \nrelasional database \ndinamis dihasilkan skema graph database \ntabel \ndinamis website BPS seperti yang ditunjukkan pada \nGambar 5. Skema graph database tabel dinamis \nwebsite BPS tersebut terdiri dari 14 jenis label node \nyang digunakan untuk mengklasifikasikan node \nberdasarkan karakteristik tertentu.\n\nGambar 3. Komponen tabel dinamis\n\n 4 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n \n \n\fMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nSedangkan \nrelationship antara node. \n\nforeign key \n\ntelah diwakili sebagai \n\nGambar 6. Ilustrasi foreign key menjadi relationship \n\n3. Query Pengujian \n\nQuery pengujian terdiri dari empat jenis query yang \ndiimplementasikan pada dua bahasa yaitu Structure \nQuery Language (SQL) dan Cypher Query Language. \nCypher merupakan bahasa yang dirancang khusus \nuntuk mengelola dan mengakses data pada Neo4j. \nSelain penggunaan dan sintaks yang tentu saja berbeda \nantara SQL dan Cypher terdapat juga perbedaan pada \ncara kerja kedua query tersebut. Cypher bekerja dengan \nfokus menganalisis hubungan dan keterkaitan antar \nentitas dalam graph. Sedangkan SQL bekerja dengan \nfokus melakukan operasi dan manipulasi data dalam \ntabel tanpa memperhatikan struktur hubungan antar \nentitas. \nQuery pengujian difokuskan pada operasi read dan \ndirancang untuk menguji empat jenis tabel dinamis \nwebsite BPS ke database. Query akan meminta \ninformasi terkait variabel atau indikator yang ada di \ntabel dinamis dengan menggunakan variabel dengan \nrecord terbanyak di tiap jenis tabel dinamis. Jenis tabel \ndinamis suatu indikator ditentukan oleh keberadaan \nturunan tahun dan turunan variabel. Deskripsi jenis \ntabel dinamis dan query pengujiannya dijelaskan lebih \nlanjut. \na. Tabel dinamis jenis pertama \n\nJenis pertama tabel dinamis tidak memiliki \nturunan tahun dan turunan variabel, dan query \npengujian pertama dirancang untuk jenis tabel ini. \nQuery \nIndeks \nPembangunan Gender (IPG) sebagai sampel \npengujian dengan jumlah record sebanyak 10359, \ndan dapat dilihat pada Gambar 7. \n\nmenggunakan \n\ntersebut \n\nb. Tabel dinamis jenis kedua \n\nJenis kedua tabel dinamis memiliki turunan \ntahun namun tidak memiliki turunan variabel, dan \nquery pengujian kedua dirancang untuk jenis \ntabel ini. Indikator yang digunakan dalam query \nini adalah Inflasi (Umum) dengan jumlah record \nsebanyak 23587. Query tersebut dapat dilihat \npada Gambar 8. \n\n 5 \/ 8 \n\nGambar 5. Skema graph database tabel dinamis \n\nrelasional adalah bahwa \n\nSetiap node dalam skema ini hanya akan memiliki satu \njenis label. Perbedaan mendasar antara label dan tabel \ndalam database \ntabel \nmenyimpan data yang sejenis, sedangkan label pada \nnode hanya memberikan penanda pada node yang \nsejenis tanpa menyimpan node itu sendiri. Label \n\"Datum\" akan memiliki jumlah node yang paling \nbanyak dikarenakan akan menyimpan angka-angka \nindikator dalam database. \nSelain label, terdapat juga 15 jenis relationship pada \nskema graph database tabel dinamis website BPS. \nRelationship digunakan untuk menghubungkan dua \nbuah node dan menjelaskan keterkaitan antara \nkeduanya. Relationship ini ditentukan oleh arah dan \njenis relationship yang menggambarkan hubungan \nantara dua node. \nArah \nrelationship menunjukkan ketergantungan \nantara dua node, yaitu \"dari\" dan \"ke\". Misalnya, jika \nterdapat relationship dari node A ke node B, maka A \nbergantung pada B atau memiliki keterkaitan dengan B. \nJenis relationship menunjukkan sifat koneksi antara \nnode. Misalnya, pada skema graph, node Variabel \nmemiliki relationship dengan node SubyekCsa dengan \njenis relationship \"SUBJEK\" dan arah dari Variabel ke \nSubyekCsa. Hal ini mengartikan bahwa node Variabel \nmemiliki Subjek berupa node SubyekCsa. \nSetiap node dapat memiliki beberapa relationship \ndengan node lainnya. Dalam skema ini, label Variabel \nmemiliki tujuh relationship dengan label node berbeda. \nIni menunjukkan kompleksitas keterkaitan dan \nhubungan antara Variabel dengan node lainnya dalam \nskema graph database tabel dinamis website BPS. \nRelationship juga telah mewakili foreign key pada \ntabel relasional sehingga pada graph database tidak \nada lagi attribut yang merepresentasikan foreign key \npada node seperti ilustrasi pada Gambar 6. \nSetiap node dengan label yang sama akan memiliki \nproperti yang sesuai dengan kolom-kolom yang ada \npada tabel database relasional, kecuali untuk primary \nkey dan foreign key. Hal \nini dilakukan untuk \nmemastikan tidak ada data yang tertinggal dalam \nkonversi ke skema graph. Primary key pada tabel \nrelasional akan direpresentasikan sebagai sebuah \njenis label. \nproperti yang unik di dalam suatu \n\n \n \n \n \n \n \n \n\fMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nberbeda dan semakin kompleks querynya, semakin \nbanyak jumlah recordnya. \n\nGambar 7. Query pertama \n\nGambar 9. Query ketiga \n\nGambar 8. Query kedua \n\nc. Tabel dinamis jenis ketiga \n\nJenis ketiga tabel dinamis memiliki turunan \nvariabel namun tidak memiliki turunan tahun, dan \nquery pengujian ketiga dirancang untuk jenis \ntabel ini. Indikator yang digunakan dalam query \nini adalah Rata-rata Konsumsi Per Kapita \nSeminggu Menurut Kelompok \nIkan Per \nKabupaten\/Kota, dengan jumlah record 68401. \nQuery tersebut dapat dilihat pada Gambar 9. \n\nd. Tabel dinamis jenis keempat \n\nindikator \n\njenis \nInflasi \n\nPada tabel dinamis jenis keempat, terdapat \nturunan tahun dan variabel. Query pengujian \nini dengan \nkeempat dirancang untuk \nmenggunakan \n(2012=100) \nMenurut Kelompok 01 Bahan Makanan sebagai \nsampel pengujian dengan jumlah record 71712. \nQuery keempat dapat dilihat pada Gambar 10. \nKeempat query memiliki kompleksitas yang berbeda. \nQuery pertama melakukan join pada empat tabel, \nsementara query kedua dan ketiga melakukan join pada \ntabel. Query keempat adalah yang paling \nlima \nkompleks karena melakukan join pada enam tabel. \nSelain itu, jumlah record pada setiap query juga \n\nGambar 10. Query keempat \n\nB. Implementasi \n\nDatabase \n\ntabel dinamis website BPS \n\nakan \ndiimplementasikan di komputer yang sama dengan \nspesifikasi sebagai berikut: Windows 11 Enterprise 64-bit, \nIntel(R) Core(TM) i7-10700 CPU @ 2.90GHz (16 CPUs), \n16GB RAM, dan NVIDIA GeForce GTX 1650. Ini \ndilakukan agar pengujian dapat dilakukan secara setara \nantara graph database dan relasional database. Lingkungan \npengujian ditunjukkan pada Gambar 11. \n\nPostgreSQL dan Neo4j akan diinstal pada komputer \npengujian sebagai DBMS relasional dan DBMS grafik. \nPostgreSQL yang digunakan adalah versi 8.4 yang \ndilengkapi dengan pgAdmin III dan SQL Shell, sementara \nNeo4j yang digunakan adalah Neo4j Desktop versi 1.5.7 \ndengan graph DBMS edisi enterprise versi 5.3.0. \nPostgreSQL versi 8.4 dipilih untuk menyamakan kondisi \ndengan sistem yang saat ini digunakan di BPS. Sementara \nitu, Neo4j Desktop versi 1.57 merupakan versi terbaru saat \npenelitian ini dilakukan. Penggunaan Neo4j Desktop pada \n\n 6 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n\fkomputer lokal memungkinkan penggunaan edisi enterprise \nNeo4j. Salah satu keuntungan dari edisi enterprise Neo4j \nadalah tidak adanya batasan pada jumlah node yang dapat \ndisimpan. \n\nDatabase \n\nGambar 11. Lingkungan pengujian \ntabel dinamis BPS yang didapatkan \nberbentuk SQL File. Implementasi database tersebut \ndilakukan pada komputer pengujian menggunakan \npgAdmin III untuk beberapa tabel dengan ukuran kecil. \nSedangkan untuk tabel dengan ukuran besar seperti tabel \n_data, implementasi dilakukan melalui import SQL file \npada SQL shell. Struktur, indeks dan constraint pada \ndatabase komputer pengujian tidak ada yang dibedakan \ndengan sumber aslinya. \n\nSkema graph database tabel dinamis website BPS \ndiimplementasikan \nsecara keseluruhan pada Neo4j \nmenggunakan Cypher Query dengan metode load csv file. \nFile csv diperoleh dari data pada tabel PostgreSQL yang di \nekspor menjadi file csv. Data dalam file csv akan diolah ke \ndalam bentuk graph berupa node, relationship, dan \nproperty pada Neo4j melalui query cypher. \n\nImplementasi Neo4j menghasilkan struktur atau \nskema grafik yang terdiri dari 3.365.778 node yang \ndikelompokkan ke dalam 14 label node dan 16.810.408 \nrelasi yang terdiri dari 15 jenis relasi. Skema grafik yang \nterbentuk ini sesuai dengan desain skema grafik yang telah \ndirencanakan sebelumnya. \n\nIndeks dan constraint pada Neo4j diberikan untuk \nmeningkatkan performa database dalam melakukan query \ndata. Constraint dan indeks tidak dapat dipisahkan pada \nNeo4j karena ketika constraint diberikan pada property, \nnilai \nterindeks. Jenis \nconstraint yang digunakan pada Neo4j adalah uniqueness, \nyang memastikan nilai property unik untuk semua node \ndengan label yang sama. \n\ntersebut akan secara otomatis \n\nSelain PostgreSQL dan Neo4j terdapat perangkat \nlunak lain yang diinstal pada komputer pengujian adalah \nApache JMeter versi 5.5. Apache Jmeter merupakan alat \nyang digunakan untuk melakukan pengujian kinerja kepada \nkedua database. Aplikasi ini bersifat open-source dan \nmemungkinkan pengguna untuk mensimulasikan beban \npengguna, mengukur waktu respon, dan menganalisis \nperforma suatu database. \n\nC. Evaluasi \n\n1. Fungsionalitas Graph Database \n\nEvaluasi fungsionalitas graph database tabel dinamis \ndilakukan dengan menjalankan query pengujian ke \n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nindikator \n\ndatabase terhadap indikator dan membandingkan \nhasilnya dengan tabel dinamis website BPS. Evaluasi \nJumlah dan Persentase \nmenggunakan \nPenduduk Bekerja dan Pengangguran Tahun 2019-\n2020 yang terdiri dari 16 angka indikator dalam tabel \ndinamis. Tabel dapat dilihat pada Gambar 2. Query \npada Neo4j mengembalikan 16 record dengan angka \nindikator yang sama seperti di tabel dinamis. \nBerdasarkan \ndengan \nsimulasi \nmenggunakan variabel sampel dan memeriksa jumlah \nrecord dan data yang tersimpan, dapat disimpulkan \nbahwa graph database yang dibangun berfungsi \ndengan baik dan sesuai dengan harapan. Selain itu, \nkarena evaluasi menggunakan query pengujian, maka \ndapat dianggap bahwa query tersebut valid dalam \nmelakukan query ke database. \n\npengujian \n\n2. Performa Graph Database \n\nUntuk mengevaluasi performa graph database, \ndilakukan pengujian dengan mengukur waktu eksekusi \nquery pengujian yang telah dirancang sebelumnya. \nHasil pengukuran kemudian dibandingkan dengan \nperforma \nrelasional database BPS yang sudah \ndigunakan. Pengujian dilakukan dengan menggunakan \n30 sampel untuk setiap simulasi pengujian operasi read. \nDalam konteks ini, satu sampel mengacu pada waktu \neksekusi query dari satu user. Sampel dan waktu \neksekusi akan diambil menggunakan Apache Jmeter. \nRancangan pengujian performa database dapat dilihat \npada Gambar 12. \n\nyang \n\nkedua \n\ngambar \n\nperforma \n\nGambar 12. Rancangan pengujian performa \nSetelah dilakukan pengukuran lama waktu eksekusi \npada satu user dan dihitung rata-ratanya, hasilnya \nterlihat pada Gambar 13. Sedangkan untuk 30 user, \nhasil pengukuran dapat dilihat pada Gambar 14. \ntersebut, Neo4j \nBerdasarkan \nmenunjukkan \nunggul \ndibandingkan dengan PostgreSQL dalam semua jenis \nquery tabel dinamis, dengan waktu eksekusi yang lebih \ncepat sekitar 1.19 hingga 7.87 kali pada satu user dan \n1.70 hingga 30.26 kali pada 30 concurrent user. \nPerbedaan performa semakin terlihat ketika jumlah \ndata semakin besar, jumlah user semakin banyak, dan \nkompleksitas query semakin tinggi. Hasil uji statistik \nmenggunakan uji Mann Whitney pada \ntingkat \nsignifikansi 5% juga mendukung temuan ini, seperti \nyang ditunjukkan dalam Tabel 1. \n\nlebih \n\n 7 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n\fGambar 13. Lama waktu eksekusi query read pada satu user \n\nGambar 14. Lama waktu eksekusi query read pada 30 user \nHasil pengujian pada Tabel 1 menunjukkan bahwa \nterdapat cukup bukti untuk menolak H0 (p-value < 0,05) \nuntuk semua jenis query dan jumlah user. Oleh karena \nitu, dapat disimpulkan dengan tingkat signifikansi 5% \nbahwa waktu eksekusi query Neo4j lebih cepat dari \nPostgreSQL untuk semua jenis query dan jumlah user. \n\nTABEL I \nHASIL UJI MANN WHITNEY \n\n1 User \n\n30 User \n\nP-value \n\nKeputusan \n\nP-value \n\nKeputusan \n\n1,038 x 10-8 \n2,045 x 10-10 \n\nTolak H0\nTolak H0\n\n1,627 x 10-4 \n1,34 x 10-11 \n\nTolak H0 \nTolak H0 \n\n1,313 x 10-11 \n\nTolak H0 \n\n1,141 x 10-11 \n\nTolak H0 \n\n2,695 x 10-10 \n\nTolak H0 \n\n1,331 x 10-11 \n\nTolak H0 \n\nJenis query \ntabel \ndinamis \n\nQuery 1 \n\nQuery 2 \n\nQuery 3 \n\nQuery 4 \n\nVII. \n\nPENUTUP \n\nBerdasarkan penelitian yang telah dilakukan, implementasi \ngraph database dengan menggunakan Neo4j sebagai graph \nDBMS pada tabel dinamis website BPS menghasilkan skema \ngraph dengan total 3.365.778 node yang terbagi menjadi 14 \nlabel node dan 16.810.408 relationship yang terbagi menjadi 15 \njenis relationship. Empat jenis query pengujian berhasil dibuat \ndengan kompleksitas, jumlah data, dan jumlah user berbeda \nmenggunakan Structure Query Language (SQL) dan Cypher \nQuery Language. Hasil pengukuran performa menggunakan \nempat jenis query pengujian tersebut menunjukkan bahwa \nNeo4j lebih cepat sekitar 1,19 hingga 7,87 kali pada satu user \ndan 1,70 hingga 30,26 kali pada 30 concurrent user \ndibandingkan dengan PostgreSQL. Sehingga penggunaan \ngraph database sebagai teknologi penyimpanan data non-\nrelasional pada tabel dinamis website BPS dapat meningkatkan \nperforma kinerja database secara signifikan, terutama dalam \nmenangani volume data yang lebih besar. \n\nSaran yang dapat diajukan untuk penelitian selanjutnya atau \npengembangan topik ini, yaitu mencoba skema graph lain yang \n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nmungkin saja dapat menghasilkan performa yang lebih baik, \nmengevaluasi performa graph database dengan variabel lain \nyang belum tercakup dalam penelitian ini seperti halnya \nmemori, membuat web Application Programming Interface \n(API) graph database tabel dinamis website BPS, dan membuat \nExtract, Transform, Load (ETL) graph database tabel dinamis \ncy BPS. \n\nDAFTAR PUSTAKA \n[1] Takdir dan F. Ridho. Politeknik Statistika STIS, Studi Penerapan Linked \nOpen Data Untuk Diseminasi Data Official Statistics. Jakarta: Pusat \nPenelitian dan Pengabdian Masyarakat Politeknik Statistika STIS, 2018. \n[2] S. Hafifah dan W. Marsisno, “Permasalahan dan Potensi dalam Diseminasi \nOfficial Statistics pada Badan Pusat Statistik,” dalam Seminar Nasional \nOfficial Statistics 2022. Jakarta Timur, Indonesia: Politeknik Statistika \nSTIS, Nov 2022, pp. 323–332. \n\n[3] T. Ambarsari, T. Rachmaningsih, dan H. Suryono, “Mengembangkan \nDiseminasi Official Statistics: Peluang dan Tantangan dalam Inovasi \nLayanan Statistik,” dalam Seminar Nasional Official Statistics 2021. \nJakarta Timur, Indonesia: Politeknik Statistika STIS, Nov 2021, pp. 1–10. \n\n[4] A. Lubis. Basis Data Dasar. Yogyakarta: Deepublish, 2016. \n[5] P. Kotiranta, M. Junkkari, dan J. Nummenmaa, “Performance of Graph and \nRelational Databases in Complex Queries,” Applied Sciences, vol. 12, no. \n13, p. 6490, Jun 2022. \n\n[6] C. A. Győrödi, D. V. Dumşe-Burescu, D. R. Zmaranda, R. Ş. Győrödi, G. \nA. Gabor, dan G. D. Pecherle, “Performance Analysis of NoSQL and \nRelational Databases with CouchDB and MySQL for Application’s Data \nStorage,” Applied Sciences, vol. 10, no. 23, p. 8524, Nov. 2020. \n\n[7] N. Mathur. Rethink Your Master Data. \n\n[Online]. Available: \n\nhttps:\/\/go.neo4j.com\/rs\/710-RRC-335\/images\/Neo4j-Master-Data-\nManagement-white-paper-EN-\nUS.pdf?_ga=2.258500554.1741911979.1594734768-\n1093211168.1593430183 \n\n[8] C. Vicknair, M. Macias, Z. Zhao, X. Nan, Y. Chen, dan D. Wilkins, “A \nComparison of a Graph Database and a Relational Database”, in \nProceedings of the 48th Annual Southeast Regional Conference, Oxford, \nUSA, April 2010, pp. 1-6. \n\n[9] W. Khan, W. Ahmad, B. Luo dan E. Ahmed, \"SQL Database with physical \ndatabase tuning technique and NoSQL graph database comparisons,\" 2019 \nIEEE 3rd \nInformation Technology, Networking, Electronic and \nAutomation Control Conference (ITNEC), Chengdu, China, 2019, pp. 110-\n116. \n\n[10] S. Batra, C. Tyagi, “Comparative analysis of relational and graph \ndatabases,” International Journal of Soft Computing and Engineering \n(IJSCE), vol. 2, no. 2, pp. 509-512, 2012. \n\n[11] A. Das, A. Mitra, S. N. Bhagat, and S. Paul, “Issues and Concepts of Graph \nDatabase and a Comparative Analysis on list of Graph Database tools,” in \n2020 International Conference on Computer Communication and \nInformatics (ICCCI), Coimbatore, INDIA: IEEE, Jan 2020, pp. 1-6. \n[12] K. Peffers, T. Tuunanen, M. A. Rothenberger, & S. Chatterjee, “A Design \nScience Research Methodology for Information Systems Research,” \nJournal of Management Information Systems, vol. 24, pp. 45-78, Aug 2007. \n[13] W. Khan, E. Ahmed dan W. Shahzad, “Predictive Performance \nComparison Analysis of Relational & NoSQL Graph Databases,” \nInternational Journal of Advanced Computer Science and Applications \n(IJACSA), vol. 8, no. 5, pp. 523-530, 2017. \n\n[14] F. Holzschuher and R. Peinl, “Performance of graph query languages: \ncomparison of cypher, gremlin and native access in Neo4j,” in \nEDBT\/ICDT Workshops, 2013, pp. 195–204. \n\n[15] L. Stanescu, “A Comparison between a Relational and a Graph Database \nin the Context of a Recommendation System,” in FedCSIS (Position \nPapers), 2021, pp. 133–139. \n\n[16] N. Roy-Hubara, L. Rokach, B. Shapira dan P. Shoval, \"Evaluation of a \nDesign Method for Graph Database,\" in BPMDS 2018, EMMSAD 2018: \nEnterprise, Business-Process and Information Systems Modeling, Tallinn, \nEstonia, June 2018, pp. 291–303. \n\n[17] C. Blankenberg, B. Gebel-Sauer, P. Schubert, “Using a graph database for \nthe ontology-based information integration of business objects from \nheterogenous Business Information Systems,” Procedia Computer Science, \nvol. 196, pp. 314-323, 2022. \n\n 8 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n \n\f", "label": [ { "start": 1353, "end": 1452, "text": "Neo4j dapat lebih cepat 1,19 hingga 30,26\\nkali dibandingkan sistem berjalan pada kondisi tertentu.", "labels": [ "TEMUAN" ] }, { "start": 7647, "end": 7691, "text": "Mengukur performa kinerja graph database", "labels": [ "TUJUAN" ] }, { "start": 34459, "end": 34517, "text": "implementasi\\ngraph database dengan menggunakan Neo4j ", "labels": [ "METODE" ] } ], "annotator": 1, "annotation_id": 6, "created_at": "2023-12-27T09:21:06.920202Z", "updated_at": "2023-12-27T09:21:06.920202Z", "lead_time": 14070.909 }, { "id": 26, "content": "Makalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nAnalisis Angka Kriminalitas Melalui Konten Situs \nBerita Online \n(Studi Kasus: Situs Berita detik.com) \n\nNadhira Annisa Dwi Dharviyanti (221911206, 4SI2) \nDosen Pembimbing: Nori Wilantika, S.S.T., M.T.I \n\nRingkasan—Mencegah tindak kejahatan menjadi salah satu \ntarget dari tujuan SDGs ke-16. Untuk mencapai target tersebut, \ndiperlukan pengetahuan mengenai angka kriminalitas. Di \nIndonesia, Pusiknas Polri dan Badan Pusat Stastistik merilis \npublikasi tahunan yang memuat angka kriminalitas untuk \nmenilai kondisi keamanan di Indonesia. Namun, publikasi \ntahunan tersebut memiliki keterbatasan dalam menyajikan data \nstatistik yang aktual. Oleh karena itu, penelitian ini meneliti \npotensi situs berita online sebagai sumber informasi untuk \nmemperoleh gambaran angka kriminalitas di Indonesia secara \naktual. Pada penelitian ini, model NER rule-based digunakan \nuntuk mengekstrak informasi dari konten berita online. Model \nNER secara otomatis mengidentifikasi \ninformasi-informasi \nterkait kriminalitas yang dimuat dalam berita. Informasi yang \nberhasil diesktrak kemudian dianalisis untuk mendapatkan \ngambaran angka kriminalitas di Indonesia. Penelitian ini berhasil \nmengidentifikasi 9.386 berita kriminal. Hasil dari evaluasi \nperforma model NER yang diusulkan mendapat skor rata-rata F-\nmeasure sebesar 90,71%. Skor ini menunjukkan bahwa model \nyang diusulkan sudah cukup efektif dalam mengidentifikasi \ninformasi dengan benar pada berita kriminal dari situs berita \nonline. \n\nKata Kunci—angka kriminalitas, berita online, NER rule-based, \n\nberita kriminal \n\nI. LATAR BELAKANG \n\nsecara \n\nSalah satu target dalam tujuan ke-16 dari Sustainable \nDevelopment Goals \nsignifikan \n(SDGs) adalah \nmengurangi segala bentuk kekerasan dan tingkat kematian \nterkait di mana pun. Salah satu indikator pada target tersebut \ndidefinisikan sebagai \njumlah korban pembunuhan yang \ndisengaja per 100.000 penduduk [1]. Oleh karena itu, untuk \nmencapai target tersebut, diperlukan pengetahuan mengenai \nangka kriminalitas. Angka kriminalitas digunakan untuk \nmengukur dan menganalisis prevalensi dan frekuensi kejahatan \ndalam suatu wilayah geografis tertentu. Dengan pengetahuan \nmengenai angka kriminalitas, langkah-langkah yang tepat \ndapat diambil untuk mengurangi kekerasan dan meningkatkan \nkeamanan masyarakat. \n\nAngka kriminalitas dapat diukur melalui beberapa indikator, \nyaitu jumlah kejahatan (crime total), angka kejahatan per \n100.000 penduduk (crime rate), dan selang waktu terjadinya \nsuatu tindak kejahatan (crime clock) [2]. Di Indonesia, Pusat \nInformasi Kriminal Nasional Kepolisian Negara Republik \nIndonesia (Pusiknas Polri) mempublikasikan data kriminalitas \ndalam bentuk jurnal [3] dan sistem informasi kriminal nasional \nyang disajikan dalam bentuk dashboard [4]. Di samping itu, \nBadan Pusat Statistik (BPS) juga mempublikasikan statistik \nresmi (official statistics) terkait angka kriminalitas dalam \npublikasi Statistik Kriminal yang dirilis setiap akhir tahun [2]. \nPublikasi Statistik Kriminal menyajikan data yang berasal \ndari tiga sumber, yaitu data registrasi Kepolisian Republik \n\nIndonesia (Polri), data Survei Sosial Ekonomi Nasional \n(Susenas), dan Pendataan Potensi Desa (Podes). Publikasi ini \nmemberi gambaran mengenai situasi dan kondisi keamanan \nserta perkembangannya secara makro pada tiga tahun terakhir. \nSebagai gambaran, Statistik Kriminal 2022 menyajikan \ngambaran kondisi kejahatan pada \ntahun 2021 dan \nperkembangannya secara makro dari tahun 2019 hingga tahun \n2021 [2]. \n\nDalam hal penyajian data statistik, diperlukan proses \npengendalian kualitas statistik, dimana salah satu dimensi \nkualitasnya adalah aktualitas dan tepat waktu [5]. Berkaitan \ndengan hal \nini, publikasi Statistik Kriminal memiliki \nketerbatasan, dimana pada saat publikasi Statistik Kriminal \ndirilis, pengguna data belum bisa mengetahui informasi \nmengenai kondisi keamanan pada tahun tersebut. Dengan \ndemikian, untuk memperoleh data statistik kriminal pada tahun \ntersebut, pengguna data harus menunggu publikasi Statistik \nKriminal pada tahun berikutnya. \n\ndan \n\nPesatnya \n\nteknologi \n\nperkembangan \n\ninternet \ninternet dalam berbagi dan \nmemudahkan pengguna \nmendapatkan \ninformasi. Berdasarkan hasil survei Profil \nInternet Indonesia oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet \nIndonesia (APJII), situs berita online termasuk dalam lima \nbesar konten internet yang sering diakses oleh pengguna [6]. \nDalam hal ini, berita online mampu menyajikan informasi \naktual atas kejadian-kejadian yang terjadi di lingkungan \nmasyarakat, begitu juga dengan kejadian kriminal [7]. \n\nPenelitian [8] menunjukkan bahwa kumpulan data dari berita \nonline dapat digunakan untuk menyediakan data kriminalitas \nsecara real-time dengan pendekatan machine learning. Begitu \njuga dengan penelitian [9], penelitian tersebut mengidentifikasi \ndaerah-daerah rawan kejahatan tinggi di Bengali melalui text \nmining dari situs berita online. Hal ini menunjukkan bahwa \nsitus berita online berpotensi sebagai salah satu sumber \ninformasi yang dapat memberikan gambaran kasus kriminal di \nIndonesia. \n\nPenelitian tentang analisis kriminalitas di Indonesia yang \nmenggunakan konten berita masih \nterbatas. Beberapa \npenelitian terdahulu lebih fokus kepada pemilihan model \nterbaik untuk identifikasi berita kriminal seperti yang dilakukan \npada penelitian [8], [9], dan [10]. Sedangkan penelitian ini \nbermaksud untuk mengeksplorasi informasi kriminalitas apa \nsaja yang terkandung dalam konten berita. Penelitian ini \ndiharapkan dapat memberikan manfaat untuk memahami \npotensi pemanfaatan berita online, khususnya dalam \npenyediaan informasi kasus kriminal di Indonesia yang lebih \ntepat waktu dan relevan dengan situasi terkini. \n\n 1 \/ 8 \n\n \n \n \n \n\fII. TUJUAN PENELITIAN \n\nBerdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan, maka \n\npenelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut: \n\n1. Mengidentifikasi berita kriminal yang relevan dari \n\nkonten situs berita online. \n\n2. Menganalisis \n\ninformasi kriminalitas yang dapat \n\ndiperoleh dari konten situs berita online. \n\nIII. KAJIAN LITERATUR \n\nKonten berita adalah suatu dokumen teks yang dibuat \ndengan tujuan untuk dibaca oleh manusia, sehingga mudah bagi \nmanusia untuk memahami isi dari konten berita tersebut. \nNamun membutuhkan waktu yang sangat lama bagi manusia \nuntuk memahami konten berita dalam jumlah yang besar. Oleh \nkarena itu, dibutuhkan proses otomatis yang dikenal dengan \nistilah Information Extraction (IE). IE digunakan untuk \nmengekstrak informasi dari suatu dokumen teks sehingga \ndiperoleh informasi yang lebih berguna. Salah satu sub-tugas \ndari IE adalah membantu mengidentifikasi dan mengekstrak \ninformasi yang disebut dengan Named Entity Recognition \n(NER) [11]. \n\nNER atau \n\nIdentifikasi Entitas Bernama melibatkan \npemrosesan terhadap dokumen terstruktur dan tidak terstruktur \nuntuk mengidentifikasi nama-nama yang merujuk pada orang, \ntempat, organisasi, dan lain-lain [11]. Proses NER terdiri dari \ndua tugas utama, yaitu mengidentifikasi nama-nama yang tepat \ndalam suatu teks dan mengklasifikasikan nama-nama tersebut \nke dalam kategori-kategori yang telah ditetapkan sebelumnya, \nseperti nama orang, tempat, organisasi dan ekspresi waktu [12]. \nTerdapat tiga jenis pendekatan algoritma NER, yaitu berbasis \naturan (rule-based), machine learning, dan hybrid. \n\ntertentu. Aturan-aturan \n\nPendekatan algoritma NER rule-based menggunakan \nsekumpulan aturan yang ditentukan secara manual untuk \nmengekstrak pola \nini dibentuk \nberdasarkan pola untuk mengidentifikasi nama-nama entitas, \nyang sebagian besar terdiri dari fitur tata bahasa, sintaksis, dan \nortografi [11]. NER rule-based digunakan pada penelitian [13] \nuntuk mengekstrak entitas pada konten berita yang diperoleh \ndari situs berita online Indonesia. Begitu juga dengan penelitian \n[11] yang menggunakan NER rule-based pada konten berita \nyang diperoleh dari situs berita online Malaysia. Untuk \nmengevaluasi keefektifan algoritma NER rule-based yang \ndigunakan, penelitian [11] dan [13] menggunakan tiga ukuran \nmetrik yang diusulkan oleh Message Understanding \nConference (MUC), yaitu Recall, Precision, dan F-measure. \n\nSelanjutnya, algoritma NER berbasis machine learning \nsecara umum mengubah proses identifikasi menjadi proses \nklasifikasi dengan melibatkan penggunaan teknik machine \nlearning [12]. NER berbasis machine learning digunakan pada \npenelitian [9] dan [14] untuk mengekstrak informasi dari \nkonten berita yang diperoleh dari situs berita online. Algoritma \nyang digunakan pada penelitian [9] adalah Conditional \nRandom Fields \n[14] \nmenggunakan Hybrid CRF dan K-Means. Penelitian [14] \nmelabeli sejumlah 30.407 kalimat yang kemudian dilakukan \nbeberapa skenario persentase split data latih dan uji untuk \nmenemukan model NER dengan hasil terbaik. \n\nsedangkan \n\npenelitian \n\n(CRF), \n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nTerakhir, algoritma NER berbasis hybrid menggabungkan \npendekatan machine learning dan rule-based. Alur algoritma \nNER berbasis hybrid dapat dimulai dari pendekatan rule-based \nke machine learning, atau sebaliknya. Seperti yang dilakukan \noleh penelitian [15], dimana penelitian ini menggunakan \ngabungan algoritma machine learning dan rule-based untuk \nmengidentifikasi entitas bernama berbahasa Arab. Begitu juga \ndengan penelitian [16] yang menggabungkan teknik klastering, \nmachine learning dan rule-based untuk mengekstrak entitas \nbernama berbahasa Inggris. \n\nBerdasarkan dari tiga jenis pendekatan algoritma NER \ntersebut, identifikasi entitas bernama (named-entity) dari \nkonten berita pada penelitian ini menggunakan algoritma NER \nrule-based. Menerapkan pendekatan NER berbasis machine \nlearning membutuhkan usaha yang besar dalam pelabelan data \nberita dalam jumlah besar untuk keperluan data latih. Oleh \nkarena itu, dipilih pendekatan rule-based yang melibatkan \npembuatan sejumlah aturan berbasis pola yang bersesuaian \ndengan entitas. Selain itu, penggunaan daftar kamus juga \ndigunakan untuk mempercepat proses identifikasi [11]. \n\nIV. METODE PENELITIAN \n\nA. Ruang Lingkup Penelitian \n\nPenelitian ini hanya meneliti kasus kriminal yang terjadi di \nIndonesia yang dimuat dalam situs berita online detik.com. \nBerdasarkan situs similarweb, detik.com menjadi situs berita \nonline yang paling banyak dikunjungi dan terpopuler di \nIndonesia pada bulan Oktober 2022 [17]. Periode waktu yang \ndigunakan adalah 1 Januari 2021 sampai dengan 31 Desember \n2022. \n\nJenis kejahatan yang digunakan pada penelitian ini merujuk \nkepada pengelompokan kejahatan sesuai dengan Kitab \njenis \nUndang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Berikut \nkejahatan yang menjadi fokus pada penelitian ini: \n• Kejahatan terhadap Nyawa: Pembunuhan \n• Kejahatan terhadap Fisik\/ Badan: Penganiayaan \n• Kejahatan \n\nterhadap Kesusilaan: \n\nPemerkosaan, \n\nPencabulan \n\n• Kejahatan terhadap Kemerdekaan Orang: Penculikan \n• Kejahatan terhadap Hak Milik\/ Barang: Pencurian, \n\nPerampokan \n\n• Kejahatan terkait Narkotika: Narkoba \n• Kejahatan terkait Penipuan: Penipuan \nSelanjutnya, jenis kejahatan tersebut digunakan sebagai kata \nkunci dalam pencarian berita di situs berita detik.com. Tiap \nkata kunci kejahatan digunakan untuk mewakili masing-\nmasing kelompok kejahatan. \n\nB. Tahapan Penelitian \n\nPada penelitian ini terdapat 4 tahapan utama, yaitu tahapan \npengumpulan data, identifikasi berita kriminal, reduksi berita \ndengan kesamaan konten, dan analisis. Tahapan penelitian \nsecara umum ditunjukkan pada Gambar 1. \n\n 2 \/ 8 \n\n \n \n\fGambar 1. Diagram Alur Penelitian \n\nTahapan Pengumpulan Data \n\nPengumpulan data kasus kriminal dilakukan dengan teknik \nweb scraping menggunakan bahasa pemrograman Python \nberbasis Google Colaboratory. Pengumpulan data dimulai dari \nmenentukan kata kunci serta selang waktu yang digunakan. \nKata kunci dan selang waktu tersebut digunakan pada Uniform \nResource Locator (URL) pencarian berita di situs detik.com. \nSetelah dilakukan permintaan untuk mengakses laman tersebut, \nsistem secara otomatis mengumpulkan URL artikel berita yang \nsesuai dengan kata kunci dan selang waktu yang ditentukan. \n\nSetelah itu, dilakukan penyaringan pada URL yang telah \ndikumpulkan. Tahapan penyaringan ini dilakukan dengan \nmelihat tags yang terdapat pada URL berita, sehingga dapat \nmemisahkan berita kriminal dengan berita lainnya yang tidak \nsesuai. Kemudian dari URL yang telah tersaring tersebut, \ndilakukan scrape konten, yaitu mengekstrak judul, link, tanggal \nrilis, lokasi pemberitaan, dan isi dari berita tersebut. \n\nTahapan Identifikasi Berita Kriminal \n\nTahapan \n\nidentifikasi berita kriminal diawali dengan \nsubproses dalam \npreprocessing data. Terdapat dua \npreprocessing data, yaitu pembersihan data dan pemformatan \natribut waktu. Pembersihan data yang dilakukan meliputi \npenghapusan berita tanpa konten, penghapusan teks-teks \ntambahan yang tidak diperlukan, penghapusan karakter non-\nASCII, dan penghapusan berita yang memuat lebih dari satu \nperistiwa. Pemformatan atribut waktu dilakukan dengan \nmemisahkan hari, tanggal, serta waktu pemberitaan ke dalam \nkolom-kolom yang berbeda. \n\nPada penelitian ini algoritma NER rule-based digunakan \nuntuk mengidentifikasi entitas bernama dari konten berita. \nPeneliti mengusulkan empat macam entitas yang dapat \nmenandakan bahwa suatu berita adalah berita kriminal yang \nrelevan, yaitu adanya entitas tanggal, kejahatan, lokasi, dan \npersons pada berita tersebut. Entitas persons digunakan untuk \nmerujuk pada nama-nama orang yang dimuat pada suatu berita. \nKeempat entitas ini kemudian diidentifikasi pada proses \nekstraksi entitas menggunakan NER rule-based. \n\nUntuk dapat mengetahui seberapa baik proses ekstraksi \nentitas dalam mengidentifikasi berita relevan, dilakukan \npelabelan manual terhadap beberapa sampel yang dipilih secara \nacak dari seluruh total berita. Dari setiap konten sampel berita \nyang terpilih, dilakukan pengecekan pada keempat entitasnya. \nJika entitas teridentifikasi maka diberi label “1” dan label “0” \ndiberikan ketika entitas tidak ditemukan. Hasil pelabelan oleh \n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nmanusia (dalam hal ini dilakukan oleh peneliti sendiri) \nkemudian dibandingkan dengan hasil ekstraksi entitas \nmenggunakan model NER. \n\nBerikut adalah rumus ukuran sampel yang digunakan [18]: \n𝑁\n(1) \n1+(𝑁×𝑒2)\n\n𝑛 = \n\nKeterangan: \n\n𝑁 \ne \n𝑛 \n\n: Jumlah berita \n: Level of Precision (penelitian ini menggunakan 0.05) \n: Ukuran sampel \n\nSetelah dilakukan ekstraksi entitas, selanjutnya adalah \nproses reduksi berita yang tidak relevan. Berita yang tidak \nmemuat salah satu dari keempat entitas dikategorikan sebagai \nberita yang tidak relevan. Selain itu, dilakukan pengecekan \npada entitas tanggal. Berita yang memuat entitas tanggal di luar \ndari tahun 2021 dan 2022 dianggap sebagai berita tidak relevan, \nkarena di luar dari batasan penelitian yang telah ditentukan. \n\nSelanjutnya, proses evaluasi performa model dilakukan \nuntuk melihat seberapa efektif model ekstraksi entitas yang \ndiusulkan dalam mengidentifikasi tiap entitas dengan benar \ndari konten berita online. Evaluasi diukur menggunakan \npengukuran metrik yang diusulkan oleh MUC dengan tiga \nukuran metrik, yaitu Recall, Precision, dan F-measure [19]. \n\nEvaluasi dilakukan pada sekumpulan sampel yang dipilih \nsecara acak dari sekumpulan berita kriminal yang relevan. \nRumus ukuran sampel yang digunakan pada proses evaluasi \njuga diukur menggunakan rumus (1). Dari seluruh sampel yang \ndipilih secara acak dilakukan identifikasi secara manual untuk \nmenentukan apakah entitas yang diperoleh benar, sebagian \nbenar, atau salah. \n\nTahapan Reduksi Berita dengan Kesamaan Konten \n\nTahapan ini dilakukan menggunakan dua cara, yaitu melalui \nhasil ekstraksi entitas dan melalui pengukuran Cosine \nSimilarity antar konten. Sebelum masuk ke proses pengukuran \ncosine similarity, perlu dilakukan text preprocessing pada \nkonten berita. Preprocessing tersebut meliputi case folding, \ntokenisasi, penghapusan stopwords, dan stemming pada tiap-\ntiap konten berita. Selanjutnya dokumen berita diubah bentuk \nmenjadi vektor yang digunakan untuk mengukur cosine \nsimilarity. \n\nCosine similarity mengukur kesamaan antara dua konten \nberita melalui sudut kosinus dua vektor [20]. Hasil cosine \nsimilarity kemudian digunakan sebagai dasar penghapusan \nberita-berita dengan konten yang mirip. Dalam pengukuran \ncosine similarity, peneliti menggunakan batas 0,6 sebagai \nambang batas. Dua berita dianggap mirip ketika nilai cosine \nsimilarity antara dua konten berita tersebut melebihi ambang \nbatas yang ditentukan [21]. \n\nTahapan Analisis Data \n\nSetelah didapatkan sekumpulan data berita kriminal relevan, \nmaka dilanjutkan dengan proses tabulasi. Tabulasi tersebut \nmenyajikan jumlah berita kriminal yang diperoleh berdasarkan \nwaktu, lokasi, dan jenis kejahatannya. Hasil tabulasi tersebut \njuga hasilnya dengan angka \nkemudian dibandingkan \n\n 3 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n \n\fkriminalitas yang telah dipublikasikan oleh Pusiknas Polri dan \nBadan Pusat Statistik, yaitu angka kriminalitas di tahun 2021. \nKemudian dari tabulasi tersebut, dilanjutkan dengan analisis \ndeskriptif dari \njumlah berita kriminal yang diperoleh \nberdasarkan waktu, lokasi, dan jenis kejahatannya. Hasil dari \ntabulasi yang diperoleh divisualisasikan dalam bentuk \ninteraktif dan menarik. \nlebih \ndashboard agar \nDashboard dibangun dengan menggunakan aplikasi Google \nData Studio. \n\nterlihat \n\nV. KERANGKA PIKIR \n\nperlu meningkatkan \n\nLatar belakang dari dilakukannya penelitian ini adalah \npemenuhan salah satu target dari tujuan SDGs ke-16 mengenai \ntindak pencegahan kejahatan. Untuk memenuhi target ini, \nmasyarakat \nserta \ntindak kejahatan dan kondisi \nkewaspadaannya \nkeamanan di sekitarnya. Sebagai acuan dalam menilai kondisi \nkeamanan di Indonesia, Pusiknas Polri dan Badan Pusat \nStatistik telah mempublikasikan angka kriminalitas setiap \ntahunnya. \n\nkesadaran \n\nterhadap \n\nNamun, publikasi tahunan tersebut memiliki keterbatasan \ndalam menyajikan data statistik yang aktual. Oleh karena itu, \npenelitian ini meneliti potensi situs berita online sebagai \nsumber informasi untuk memperoleh gambaran kasus kriminal \ndi Indonesia secara aktual. Penggunaan model NER berbasis \naturan digunakan untuk mengekstrak informasi dari konten \nsitus berita online. Hasil dari ekstraksi informasi tersebut \nkemudian dianalisis untuk memperoleh gambaran angka \nkriminalitas di Indonesia melalui konten situs berita online. \nAdapun hasil yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu mampu \nmengidentifikasi berita kriminal yang relevan dan meninjau \npotensi pemanfaatan berita kriminal dalam menggambarkan \nangka kriminalitas di Indonesia. \n\nGambar 2. Kerangka Pikir Penelitian \n\nVI. HASIL DAN PEMBAHASAN \n\nA. Hasil Pengumpulan Data \n\nURL berita dikumpulkan dengan melakukan scraping URL \npada situs detik.com. Total URL yang terkumpulkan adalah \n53.336 URL berita. URL yang terkumpulkan tersebut masih \nmemuat berita-berita yang \ntidak sesuai, seperti berita \ninternasional, lifestyle, edukasi, dan lain-lain. Jenis berita dapat \ndilihat dari \ntags pada URL-nya, sehingga dilakukan \npenyaringan berita dengan melihat tags yang terdapat pada \nURL berita dan menyisakan berita dengan tags yang sesuai. \n\nProses penyaringan URL berita berhasil mereduksi sekitar \n10,9% atau 5.827 URL berita, sehingga menyisakan 47.509 \nURL berita. Kemudian dari 47.509 URL berita tersebut, \ndilakukan scrape konten berita. \n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nGrafik pada Gambar 3 menunjukkan jumlah berita kasus \nkriminal yang diperoleh berdasarkan kata kuncinya. Dari grafik \ntersebut dapat dilihat bahwa berita dengan kata kunci \n“Pembunuhan”, berjumlah paling banyak bila dibandingkan \ndengan kata kunci lainnya. \n\nPembunuhan\nPenganiayaan\nPemerkosaan\nPencabulan\nPenculikan\nPencurian\nPerampokan\nNarkoba\nPenipuan\n\n14975 (7,93%)\n\n7449 (14,48%)\n\n3516 (2,77%)\n3272 (11,92%)\n\n677 (1,42%)\n\n5661 (6,89%)\n\n1315 (7,40%)\n\n6877 (15,68%)\n\n3767 (31,52%)\n\n0\n\n5000\n\n10000\n\n15000\n\n20000\n\nGambar 3. Jumlah berita hasil scraping kasus kriminal sesuai kata kunci \n\nB. Hasil Identifikasi Berita Kriminal \n\nDari 47.509 berita yang berhasil diperoleh pada tahapan \nsebelumnya, dilakukan tahapan identifikasi berita kriminal \nuntuk mendapatkan sekumpulan berita yang benar-benar \nmerupakan berita kriminal. Tahapan identifikasi berita kriminal \nterdiri dari berbagai macam proses. \n\nTahapan ini dimulai dengan preprocessing data yang \nmeliputi penghapusan berita tanpa konten dan berita yang \nmemuat lebih dari satu peristiwa. Berita yang memuat lebih \ndari satu peristiwa adalah berita yang memuat rangkuman dari \nbeberapa kejadian, seperti berita yang memuat rangkuman \nkejadian yang terjadi di Jawa Barat dalam suatu periode \ntertentu. \n\n Pada proses reduksi ini, data berkurang sebanyak 565 berita, \nsehingga total data berita menjadi 46.944 berita. Selanjutnya, \ntotal data berita tersebut masih berupa penjumlahan dari \nseluruh berita yang diperoleh berdasarkan kata kunci. Dalam \nproses ekstraksi entitas, data berita yang diperoleh pada lebih \ndari satu kata kunci digabung untuk menghilangkan redundansi \ndata. Tahapan penggabungan ini menurunkan jumlah berita \nsebanyak 4.944 berita menjadi 42.000 berita. \n\nGambar 4 menunjukkan contoh berita dengan entitas \nbernama yang dimuat dan Tabel 1 menunjukkan hasil ekstraksi \nentitas yang diperoleh dari beberapa berita. Dari model NER \nyang diusulkan, tiap berita dapat memuat lebih dari satu entitas \nkejahatan, lokasi, dan persons, dan hanya dapat memuat satu \nentitas tanggal. \n\nGambar 4. Contoh berita kasus pencabulan di Bekasi, Jawa Barat \n\n 4 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n \n \n \n\fTABEL 1 \nCONTOH HASIL EKSTRAKSI ENTITAS \n\nNo \n\nTanggal \n\n1\/5\/2021 \n\n1\/5\/2021 \n\n1 \n\n2 \n\n3 \n\nKejahatan \npembunuhan, \npenganiayaan \npenipuan, \npenganiayaan \n\n29\/12\/2021 \n\npencabulan \n\nLokasi \nMedan, Binjai, \nLabuhanbatu \n\nJakarta Pusat \n\nBekasi, Jawa \nBarat \n\nPersons \n\nWD, F, IM \n\nSulaeman \n(39), P (31) \n\nM (40) \n\nDari 42.000 berita, diambil 396 sampel berita secara acak. \nSetelah dilakukan pelabelan manual terhadap 396 sampel berita, \nproses dilanjutkan dengan membandingkan hasil pelabelan \nmanual dan hasil ekstraksi entitas yang diperoleh melalui \nmodel NER rule-based. \n\nGambar 5. Perbandingan persentase hasil entitas yang diperoleh dari \npelabelan manual dan melalui model NER \n\nGrafik batang pada Gambar 5 menunjukkan perbandingan \npersentase hasil entitas yang diidentifikasi secara manual \ndengan entitas yang diperoleh melalui model NER. Persentase \nberita yang memuat keempat entitas ditunjukkan oleh batang \npaling kanan, yaitu persentase jumlah berita yang memuat \nentitas lokasi, kejahatan, tanggal, dan persons. \n\nBerdasarkan dari grafik pada Gambar 5, dapat dilihat bahwa \nkedua hasil menunjukkan perolehan entitas yang tidak jauh \nberbeda. Untuk berita yang memuat keempat entitas, perbedaan \nantara hasil pelabelan manual dengan hasil model NER hanya \nsebesar 2,57%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa identifikasi \nentitas menggunakan NER sudah cukup sesuai dengan \nidentifikasi entitas melalui pelabelan manual oleh manusia. \n\nDari Gambar 5, dapat dilihat bahwa hasil ekstraksi entitas \nyang diperoleh menggunakan model NER, mengidentifikasi \nsekitar 46,42% berita yang memuat keempat entitas. Maka dari \nitu, dilakukan penghapusan terhadap 53,58% berita lainnya \nyang dianggap sebagai berita yang tidak relevan, sehingga \ntersisa 19.498 berita. \n\nSelain itu, reduksi berita kriminal yang tidak relevan juga \nmencakup penghapusan berita kriminal yang terjadi di luar \nlingkup penelitian. Meskipun proses scraping telah dilakukan \ndengan mengatur rentang waktu, nyatanya setelah dilakukan \nekstraksi entitas, ditemukan beberapa berita yang terjadi di luar \ntahun 2021 dan 2022. Pada tahapan ini, jumlah berita berkurang \nsebesar 833 berita, sehingga tersisa 18.665 berita. \n\nSelanjutnya, proses evaluasi performa model diukur melalui \nhasil identifikasi entitas untuk melihat seberapa efektif model \nekstraksi entitas yang diusulkan. Dari total 18.665 berita, \n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\ndidapatkan skor evaluasi dari 391 sampel berita yang terpilih \nsecara acak sebagai berikut: \n\nTABEL 2 \nHASIL PENGUKURAN SKOR EVALUASI \n\nModel \n\nRecall \n\nPrecision \n\nF-measure \n\nNER Rule-Based \n\n90,44% \n\n92,33% \n\n90,71% \n\nTabel 2 menunjukkan skor evaluasi dari performa model \nNER Rule-Based. Besarnya angka dari ketiga skor yang \ndiperoleh menunjukkan bahwa model yang diusulkan sudah \ncukup baik dalam mengidentifikasi empat macam entitas pada \nberita kriminal. \n\nC. Hasil Reduksi Berita dengan Kesamaan Konten \n\nPengecekan duplikasi berita dilakukan berdasarkan entitas \npersons dan tanggal yang telah diekstrak sebelumnya. Apabila \nditemukan lebih dari satu berita yang memuat entitas persons \ndan tanggal yang sama, maka berita tersebut dianggap sebagai \nduplikat dan dihapus sehingga menyisakan berita dengan \nentitas tanggal yang lebih awal. Setelah dilakukan pemeriksaan, \nterdapat 3.816 berita duplikat, sehingga setelah dilakukan \npenghapusan, tersisa 14.849 berita. \n\nTahapan reduksi berita dengan kesamaan konten juga \ndilakukan melalui pengukuran cosine similarity. Pada \npengukuran cosine similarity, diperoleh 5.463 berita yang \nmelebih ambang batas 0.6, sehingga menyisakan 9.386 berita. \n\nD. Hasil Analisis Data \n\nDari total 9.386 berita kriminal yang diperoleh, dilakukan \nproses tabulasi dengan mengelompokkan data yang diperoleh \nberdasarkan waktu, lokasi, dan jenis kejahatannya. Dari proses \ntabulasi tersebut didapatkan sejumlah 9.386 berita berdasarkan \nwaktu, 14.933 berita berdasarkan lokasinya, dan 10.996 berita \nberdasarkan jenis kejahatannya. Perbedaan jumlah berita dapat \nterjadi dikarenakan satu berita dapat memuat lebih dari satu \njenis kejahatan dan lokasi kejadian. \n\nDari hasil tabulasi tersebut kemudian diukur dua indikator \nangka kriminalitas, yaitu crime total dan crime rate. Pada \npenelitian tidak ada informasi waktu kejadian yang di ekstrak \ndari konten berita, sehingga crime clock tidak diukur. \nSelanjutnya angka kriminalitas yang diperoleh dibandingkan \ndengan angka kriminalitas pada tahun 2021 yang telah \ndipubliksikan oleh Pusiknas Polri (Jurnal Tahunan edisi 2021) \ndan Badan Pusat Statistik (publikasi Statistik Kriminal 2022). \nBerdasarkan jumlah kejahatan menurut lokasi kejadiannya \ndi tahun 2021, tercatat crime total sebesar 274.988 kejadian \nkriminal pada Jurnal Tahunan Pusiknas Polri dan sebesar \n239.481 kejadian kriminal pada publikasi Statistik Kriminal. \nNamun, dari hasil penelitian ini, hanya diperoleh sebesar 6.521 \nkejadian kriminal di tahun 2021. Dari angka tersebut dapat \ndilihat bahwa terdapat perbedaan yang sangat jauh antara angka \ncrime total yang diperoleh dibandingkan dengan angka crime \ntotal yang sebenarnya. \n\nBegitu juga dengan crime rate, dimana angka crime total \nyang kecil akan menghasilkan crime rate yang kecil juga. \nCrime rate diukur menggunakan jumlah penduduk dari data \nkependudukan BPS, yaitu jumlah penduduk pertengahan tahun \n\n 5 \/ 8 \n\n \n \n \n \n\fMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\ngambar tersebut dapat dilihat bahwa kasus pencurian masih \nmenjadi kasus kriminal dengan persentase crime total terbesar \ndan kasus penculikan masih menjadi kasus kriminal dengan \npersentase crime total terkecil, sama seperti tahun 2021 \nsebelumnya. Namun, persentase crime total di tahun 2022 ini \nbelum dapat dibandingkan dengan hasil publikasi Statistik \nKriminal dan Jurnal Tahunan Pusiknas karena dua sumber \nresmi tersebut baru akan mempublikasikan angka kriminalitas \ntahun 2022 di akhir tahun 2023 yang akan datang. \n\npada tahun 2021 sebesar 272.682,5 ribu penduduk dan pada \ntahun 2022 sebesar 275.773,8 ribu penduduk [22]. Tercatat \ncrime rate per 100.000 penduduk sebesar 101 kasus pada Jurnal \nTahunan Pusiknas Polri, 88 kasus pada publikasi Statitistik \nKriminal, dan hanya 3 kasus dari identifikasi berita kriminal. \n\nCrime total dan crime rate yang diperoleh secara signifikan \nberbeda dari angka kriminalitas yang telah dipublikasikan \nsecara resmi. Hal ini disebabkan karena tidak semua kasus \nkriminal yang terjadi diberitakan melalui berita online. Oleh \nkarena itu crime total dan crime rate yang dihasilkan dari \npenelitian ini belum dapat digunakan untuk menggambarkan \nangka kriminalitas yang sebenarnya. \n\nSelanjutnya dilakukan analisis melalui pola atau persebaran \nkasus kriminal berdasarkan dari hasil entitas yang diperoleh, \nyaitu menurut jenis kejahatan, lokasi, dan tanggal kejadian. \n\nGambar 8. Perbandingan persentase crime total menurut pulau pada tahun \n2021 \n\nSelanjutnya, Gambar 8 menunjukkan perbandingan \npersentase crime total dari tiga sumber data. Dari grafik \ntersebut dapat dilihat bahwa pola persentase crime total yang \ndiperoleh dari identifikasi berita kriminal tidak begitu berbeda \ndengan pola persentase crime total yang dihasilkan oleh \npublikasi Statistik Kriminal dan Jurnal Tahunan Pusiknas Polri. \nPola tersebut menunjukkan bahwa Pulau Jawa dan Pulau \nSumatra adalah dua pulau dengan persentase crime total \nterbesar, dan Kepulauan Maluku memiliki persentase crime \ntotal terkecil. \n\nGambar 6. Perbandingan persentase crime total menurut jenis kejahatan di \ntahun 2021 \n\nGambar 6 menunjukkan perbandingan persentase crime total \nmenurut jenis kejahatan dari tiga sumber data (berita kriminal, \npublikasi BPS, dan Jurnal Pusiknas). Grafik pada gambar \ntersebut tidak menampilkan persentase crime total untuk jenis \nkejahatan pencabulan dari sumber data Jurnal Tahunan \nPusiknas Polri, dikarenakan jurnal tersebut tidak menghasilkan \ncrime total untuk jenis kejahatan pencabulan. Berdasarkan \ngrafik tersebut, ketiga sumber data sama-sama menunjukkan \nbahwa jenis kejahatan dengan crime total terbesar adalah \npencurian dan jenis kejahatan dengan crime total terkecil \nadalah penculikan. \n\nGambar 7. Persentase crime total menurut jenis kejahtaan di tahun 2022 \n\nGambar 7 menunjukkan persentase crime total di tahun 2022 \nyang diperoleh dari konten berita kriminal detik.com. Dari \n\nGambar 9. Persentase crime total menurut pulau di tahun 2022 \n\nPersentase crime total menurut pulau di tahun 2022 yang \ndiperoleh dari konten berita kriminal detik.com disajikan pada \nGambar 9. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa Pulau \nJawa dan Pulau Sumatra masih menjadi pulau dengan \nterbesar dan Kepulauan Maluku \npersentase crime total \nmemiliki persentase crime total terkecil. Hasil tersebut \nmenunjukkan bahwa lokasi crime total yang diperoleh dari \n\n 6 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n \n\fMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\npada keempat bulan tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa \npola arah pergerakan crime total yang diperoleh dari berita \nkriminal detik.com belum dapat dijadikan sebagai acuan \ngambaran pola arah pergerakan crime total yang sebenarnya. \n\nBerdasarkan dari perbandingan angka kriminalitas yang \ndiperoleh melalui konten situs berita online dengan sumber data \npublikasi Statistik Kriminal dan Jurnal Tahunan Pusiknas Polri, \ndapat dikatakan bahwa angka kriminalitas yang diperoleh \nmelalui identifikasi berita kriminal belum bisa menggambarkan \nangka yang sebenarnya, namun pola persebaran kriminalitas \nmenurut jenis kejahatan dan lokasi kejadian tersebut dapat \ndijadikan sebagai gambaran dari pola persebaran kriminalitas \nyang sebenarnya. \n\nSelain itu, melalui berita online, dapat diamati pola sebaran \nkriminalitas menurut jenis kejahatan dan lokasi kejadian untuk \ntahun berjalan. Dimana, dari hasil identifikasi berita kriminal \ndi penelitian ini, sudah dapat dilihat pola sebaran kriminalitas \nberdasarkan jenis kejahatan dan lokasi kejadian untuk tahun \n2022. Sementara itu, publikasi Statistik Kriminal dan Jurnal \nTahunan Pusiknas baru akan mempublikasikan angka \nkriminalitas untuk tahun 2022 pada akhir tahun 2023. Dengan \ntersebut, pengguna data dapat \nmemanfaatkan \nmemperoleh gambaran \nsebaran \nlebih awal mengenai \nkriminalitas yang terjadi pada tahun berjalan. \n\ninformasi \n\nidentifikasi berita kriminal didominasi oleh Pulau Jawa di tahun \n2021 dan 2022. Namun, hasil tersebut juga belum dapat \ndibandingkan dengan hasil publikasi Statistik Kriminal dan \nJurnal Tahunan Pusiknas. \n\nGambar 10. Perbandingan crime rate menurut pulau pada tahun 2021 \n\nSelanjutnya perbandingan crime rate menurut pulau dapat \ndilihat pada Gambar 10. Gambar tersebut menunjukkan bahwa \nangka crime rate yang diperoleh dari identifikasi berita \nkriminal memiliki perbedaan yang cukup signifikan dengan \nangka crime rate yang dihasilkan oleh publikasi Statistik \nKriminal dan Jurnal Tahunan Pusiknas Polri. Berdasarkan \npublikasi resmi, dapat dilihat bahwa Pulau Jawa adalah pulau \ndengan crime rate terkecil, namun hasil identifikasi berita \nkriminal menunjukkan bahwa Pulau Kalimantan memiliki \ncrime rate terkecil. Namun di sisi lain, hasil identifikasi berita \nkriminal menunjukkan bahwa Pulau Papua menjadi pulau \ndengan crime rate terbesar yang mana sesuai dengan yang \ntercatat di publikasi Statistik Kriminal. \n\nGambar 11. Perbandingan pergerakan crime total menurut bulan pada tahun \n2021 \n\nSelanjutnya, Gambar 11 menunjukkan bahwa terdapat \nperbedaan pergerakan angka crime total menurut bulan dari \nketiga sumber data. Pada beberapa bulan, terdapat perbedaan \narah pergerakan crime total yang diperoleh dari berita kriminal, \nlainnya \nbila dibandingkan dengan kedua sumber data \n(ditunjukkan oleh lingkaran pada gambar). \n\nJika berfokus pada keempat bulan tersebut, dapat dilihat \nbahwa berdasarkan publikasi Statistik Kriminal dan Jurnal \nTahunan Pusiknas Polri, terjadi penurunan jumlah kejahatan di \nbulan Mei dan November 2021 dan terjadi peningkatan jumlah \nkejahatan di bulan Juni dan Oktober. Namun hasil identifikasi \nberita kriminal menunjukkan arah pergerakan yang sebaliknya \n\nGambar 12. Peta persebaran kriminalitas dengan indikator crime total pada \ntahun 2022 \n\nGambar 12 menunjukkan peta persebaran crime total tahun \n2022 yang diperoleh dari konten berita kriminal. Semakin besar \nangka crime total di suatu wilayah, maka semakin pekat warna \ndi wilayah tersebut. Dalam hal ini, dapat dilihat bahwa Pulau \nJawa memiliki warna terpekat yang menunjukkan bahwa Pulau \nJawa adalah pulau dengan jumlah kejahatan paling banyak dan \nKepulauan Maluku memiliki warna \nyang \nmenunjukkan bahwa Kepulauan Maluku adalah kepulauan \ndengan jumlah kejahatan paling sedikit. \n\ntermuda \n\nHasil dari identifikasi berita kriminal yang diperoleh \ndisajikan dalam bentuk dashboard yang dibangun dengan \nmenggunakan aplikasi Google Data Studio. Dashboard ini \nmemuat dua macam halaman yang berisi hasil perbandingan \nangka kriminalitas tahun 2021 yang dapat diakses melalui \nhttps:\/\/s.stis.ac.id\/Hasil1_221911206 dan gambaran angka \nkriminalitas yang diperoleh dari konten berita online dapat \ndiakses melalui https:\/\/s.stis.ac.id\/Hasil2_221911206. Pada \n\n 7 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n\fMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nS. S. Wijaya, M. Anugerah Ayu, and T. Mantoro, “Providing Real-\ntime Crime Statistics in Indonesia Using Data Mining Approach,” \nin 2019 5th International Conference on Computing Engineering \nand Design (ICCED), Apr. 2019, pp. 1–5. doi: \n10.1109\/ICCED46541.2019.9161096. \nS. Mukherjee and K. Sarkar, “Analyzing Large News Corpus Using \nText Mining Techniques for Recognizing High Crime Prone \nAreas,” 2020 IEEE Calcutta Conf. CALCON, pp. 444–450, Feb. \n2020, doi: 10.1109\/CALCON49167.2020.9106554. \nM. Asharef, N. Omar, and M. Albared, “ARABIC NAMED \nENTITY RECOGNITION IN CRIME DOCUMENTS,” J. Theor. \nAppl. Inf. Technol., vol. 15, no. 1, 2012, Accessed: Jun. 19, 2023. \n[Online]. Available: www.jatit.org \nR. Alfred, L. C. Leong, C. K. On, and P. Anthony, “Malay Named \nEntity Recognition Based on Rule-Based Approach,” Int. J. Mach. \nLearn. Comput., vol. 4, no. 3, pp. 300–306, 2014, doi: \n10.7763\/ijmlc.2014.v4.428. \nA. Mansouri, L. S. Affendey, and A. Mamat, “Named Entity \nRecognition Approaches,” IJCSNS Int. J. Comput. Sci. Netw. \nSecur., vol. 8, no. 2, p. 339, 2008. \nI. Budi, S. Bressan, G. Wahyudi, Z. A. Hasibuan, and B. A. A. \nNazief, “Named Entity Recognition for the Indonesian language: \nCombining contextual, morphological and part-of-speech features \ninto a knowledge engineering approach,” in Discovery Science, \n2005, vol. 3735 LNAI, pp. 57–69. doi: \n10.1007\/11563983_7\/COVER. \nJ. Santoso, E. I. Setiawan, E. M. Yuniarno, M. Hariadi, and M. H. \nPurnomo, “Hybrid conditional random fields and k-means for \nnamed entity recognition on indonesian news documents,” Int. J. \nIntell. Eng. Syst., vol. 13, no. 3, pp. 233–245, 2020, doi: \n10.22266\/IJIES2020.0630.22. \nK. Shaalan and M. Oudah, “A hybrid approach to Arabic named \nentity recognition,” J. Inf. Sci., vol. 40, no. 1, pp. 67–87, Oct. 2013, \ndoi: 10.1177\/0165551513502417. \nA. Thomas and S. Sangeetha, “An innovative hybrid approach for \nextracting named entities from unstructured text data,” Comput. \nIntell., vol. 35, no. 4, pp. 799–826, Nov. 2019, doi: \n10.1111\/COIN.12214. \nsimilarweb, “Top News And Media Websites Ranking in Indonesia \nin October 2022 | Similarweb.” https:\/\/www.similarweb.com\/top-\nwebsites\/indonesia\/category\/news-and-media\/ (accessed Nov. 19, \n2022). \nG. D. Israel, “Determining Sample Size,” IFAS Extension. \nUniversity of Florida, Nov. 1992. Accessed: Jun. 18, 2023. \n[Online]. Available: \nhttps:\/\/www.tarleton.edu\/academicassessment\/wp-\ncontent\/uploads\/sites\/119\/2022\/05\/Samplesize.pdf \nA. Douthat, “The Message Understanding Conference Scoring \nSoftware User’s Manual,” in Seventh Message Understanding \nConference (MUC-7), May 1998. Accessed: Mar. 17, 2023. \n[Online]. Available: https:\/\/aclanthology.org\/M98-1030 \nJ. Han, M. Kamber, and J. Pei, Data Mining: Concepts and \nTechniques, 3rd ed. Elsevier, 2012. doi: 10.1016\/C2009-0-61819-5. \nC. Arya, M. Diwakar, P. Singh, V. Singh, S. Kadry, and J. Kim, \n“Multi-Document News Web Page Summarization Using Content \nExtraction and Lexical Chain Based Key Phrase Extraction,” Math. \n2023, Vol. 11, Page 1762, vol. 11, no. 8, p. 1762, Apr. 2023, doi: \n10.3390\/MATH11081762. \nBadan Pusat Statistik, “Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun (Ribu \nJiwa), 2020-2022,” Jul. 2022. \nhttps:\/\/www.bps.go.id\/indicator\/12\/1975\/1\/jumlah-penduduk-\npertengahan-tahun.html (accessed Mar. 21, 2023). \n\n[8] \n\n[9] \n\n[10] \n\n[11] \n\n[12] \n\n[13] \n\n[14] \n\n[15] \n\n[16] \n\n[17] \n\n[18] \n\n[19] \n\n[20] \n\n[21] \n\n[22] \n\ndashboard tersebut, pengunjung dapat melihat hasil dari \npenelitian yang dilakukan dan mengatur control dari tiap grafik \nyang disajikan. \n\nVII. \n\nPENUTUP \n\nBerdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil \n\nbeberapa kesimpulan sebagai berikut: \n1. Metode untuk mengidentifikasi berita kriminal dari berita-\nberita online lainnya adalah dengan mengidentifikasi empat \ninformasi, yaitu informasi mengenai tanggal, lokasi, jenis \nkejahatan, dan orang-orang yang terlibat dalam kasus \nkriminal tersebut. Metode ini dibuktikan dengan hasil \nevaluasi performa model NER rule-based yang diusulkan \nmemperoleh skor rata-rata F-measure sebesar 90,71%, \nyang menunjukkan bahwa model NER rule-based yang \ndiusulkan sudah cukup efektif dalam mengidentifikasi \ninformasi dengan benar pada berita kriminal dari situs berita \nonline. \n\n2. Informasi kriminalitas yang dapat diperoleh dari berita \nonline, yaitu: (1) Jenis kejahatan yang sedang marak terjadi \ndi masyarakat, (2) Sebaran lokasi kejadian kriminal. Dalam \nhal ini, berita online mampu menyajikan pola sebaran \nkriminalitas menurut jenis kejahatan dan lokasi kejadian \nuntuk tahun berjalan. \n\n3. Berita online belum bisa menghasilkan angka crime total \ndan crime rate yang relevan. Hal ini dikarenakan jumlah \nkejadian kriminal yang diberitakan melalui situs berita \nonline tidak sebanyak laporan kejadian kriminal yang \ntercatat di Pusiknas Polri, sehingga angka yang didapatkan \ndari berita online jauh lebih kecil dibandingkan dengan \nkejadian kriminal yang sebenarnya terjadi. \nBerdasarkan dari kesimpulan tersebut, penelitian selanjutnya \ndapat mengkaji kembali terkait pertumbuhan crime total per \nbulan karena belum dapat dibuktikan di penelitian ini. Selain \nitu, penelitian selanjutnya dapat mengkaji terkait potensi berita \nkriminal dalam menggambarkan selang waktu terjadinya suatu \ntindak kejahatan (crime clock). \n\n[1] \n\n[2] \n\n[3] \n\n[4] \n\n[5] \n\n[6] \n\n[7] \n\nDAFTAR PUSTAKA \n\nUnited Nations, The 2030 Agenda and the Sustainable Development \nGoals: An opportunity for Latin America and the Caribbean. \nSantiago: ECLAC, 2018. [Online]. Available: \nhttps:\/\/repositorio.cepal.org\/bitstream\/handle\/11362\/40156\/25\/S180\n1140_en.pdf \nBadan Pusat Statistik, Statistik Kriminal 2022. Badan Pusat \nStatistik, 2022. \nPusiknas Bareskrim Polri, “Jurnal Data Pusat Informasi Kriminal \nNasional Bareskrim Polri Tahun 2021,” Pusiknas Bareskrim Polri, \n2021, [Online]. Available: \nhttps:\/\/pusiknas.polri.go.id\/web_pusiknas\/laporan\/1649645185073.\npdf \nPusiknas Bareskrim Polri, “Data Kejahatan.” \nhttps:\/\/pusiknas.polri.go.id\/data_kejahatan (accessed Jun. 09, 2023). \nP. P. Biemer and L. E. Lyberg, Introduction to Survey Quality. John \nWiley & Sons, Inc., 2003. doi: 10.1002\/0471458740. \nAsosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia, “Profil Internet \nIndonesia 2022,” 2022. [Online]. Available: apji.or.id \nF. Visara, “IDENTIFIKASI KASUS KEKERASAN SEKSUAL \nTERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK BERDASARKAN \nTEKS BERITA ONLINE BERBAHASA INDONESIA (Studi \nKasus: Berita Okezone.com dan Detik.com),” Politeknik Statistika \nSTIS, 2022. \n\n 8 \/ 8 \n\n \n \n \n\f", "label": [ { "start": 786, "end": 909, "text": "potensi situs berita online sebagai sumber informasi untuk\\nmemperoleh gambaran angka kriminalitas di Indonesia", "labels": [ "TUJUAN" ] }, { "start": 1428, "end": 1470, "text": "skor rata-rata F-\\nmeasure sebesar 90,71%", "labels": [ "TEMUAN" ] }, { "start": 1504, "end": 1623, "text": "model\\nyang diusulkan sudah cukup efektif dalam mengidentifikasi\\ninformasi dengan benar pada berita krimina", "labels": [ "TEMUAN" ] }, { "start": 959, "end": 974, "text": "NER rule-based", "labels": [ "METODE" ] }, { "start": 41097, "end": 41140, "text": "skor rata-rata F-measure sebesar 90,71%", "labels": [ "TEMUAN" ] }, { "start": 41169, "end": 41301, "text": "model NER rule-based yang\\ndiusulkan sudah cukup efektif dalam mengidentifikasi\\ninformasi dengan benar pada berita kriminal", "labels": [ "TEMUAN" ] } ], "annotator": 1, "annotation_id": 7, "created_at": "2023-12-27T09:26:26.680676Z", "updated_at": "2023-12-27T09:26:26.680676Z", "lead_time": 303.293 }, { "id": 27, "content": "Makalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nAnalisis Kualitas Website Warkop Pusdiklat BPS \ndengan Metode Webqual 4.0 \n\nPutri Fitrah Insani (221911205, 4SI1) \nDosen Pembimbing: Dr. Drs. Waris Marsisno, M.Stat \n\nRingkasan— Website Warung Kompetensi Pegawai Pusdiklat \nBPS digunakan sebagai sarana menyelenggarakan berbagai \ndiklat untuk pegawai BPS. Berdasarkan hasil analisis dari \nsitechecker masih terdapat beberapa halaman pada website yang \nmengalami masalah. Selain itu, dengan banyaknya jumlah \npengguna website serta peran penting website dalam membangun \ndan meningkatkan kualitas sumber daya manusia di BPS maka \nperlu untuk mengukur kualitas dari website untuk memastikan \nperan website dan Pusdiklat BPS terlaksana secara maksimal. \nSehingga pada penelitian ini dilakukan analisis kualitas website \npada Warkop Pusdiklat BPS. Penelitian ini menggunakan metode \nWebqual 4.0 dengan tiga fokus yaitu Usability, Information \nQuality, dan Service Interaction yang dinilai berdasarkan persepsi \npengguna. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa kualitas \nwebsite secara keseluruhan adalah sangat baik, tetapi belum ada \nindikator penilaian kualitas yang mencapai harapan \ndari \npengguna website. Serta terdapat tiga indikator pada website \nyang menjadi prioritas dalam peningkatan kualitas website yaitu \ndetail informasi, interaksi website, dan ketepatan janji. \n\nKata Kunci— Kualitas, Website, Warkop Pusdiklat BPS, \n\nWebqual 4.0. \n\nI. LATAR BELAKANG \n\nSeiring dengan perkembangan zaman, teknologi informasi \ntelah menjadi bagian yang tidak dapat dilepaskan dari \nkehidupan manusia sehari-hari. Pengguna internet pada Januari \n2022 mencapai lebih dari 60% penduduk dunia [5]. Hal ini \nmerupakan dampak dari kebutuhan manusia terhadap informasi \nyang semakin meningkat. Hadirnya teknologi informasi juga \nmemberikan dampak yang signifikan pada kemajuan institusi \natau organisasi. Melalui teknologi informasi, terciptalah \nbeberapa produk atau layanan yang memberikan kemudahan \ndengan \nbagi \npenggunanya seperti aplikasi atau website. \n\ninstitusi\/organisasi \n\nberinteraksi \n\nuntuk \n\nWebsite adalah kumpulan halaman yang saling terhubung \nyang di dalamnya terdapat beberapa item seperti dokumen dan \ngambar yang tersimpan di dalam web server [7]. Saat ini, \nlayanan website telah banyak digunakan oleh berbagai institusi \natau organisasi. Dalam peranannya, website memberikan \nkontribusi yang besar sebagai penerima umpan balik dan \nsebagai sarana penghubung serta berinteraksi antara pengguna \ndengan pihak institusi\/organisasi [9]. Salah satu institusi yang \njuga menggunakan website dalam pemberian layanan kepada \npenggunanya adalah Badan Pusat Statistik dengan salah satu \nalamatnya yaitu pusdiklat.bps.go.id\/warkop\/. \n\nWarkop Pusdiklat merupakan salah satu website Badan \nPusat Statistik dengan \ntujuan utama melaksanakan \npenyelenggaraan pendidikan dan pelatihan prajabatan dan \nkepemimpinan serta teknis dan fungsional kepada pegawai \n\nBadan Pusat Statistik [13]. Singkatnya, Warkop Pusdiklat \nmenjadi sarana untuk melaksanakan Diklat (Pendidikan dan \nPelatihan) bagi pegawai BPS. Diklat adalah proses \npenyelenggaraan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan \nkemampuan pengetahuan, wawasan sikap dan moral pegawai \n[3]. \n\ntindakan \n\njumlah penggunanya. Selain \n\nBerdasarkan data yang diperoleh, jumlah pengguna website \nWarkop Pusdiklat selama tahun 2022 lebih dari 4000 pengguna. \nDengan banyaknya jumlah pengguna pada website, perlu untuk \nmengukur kualitas dari website agar dapat mempertahankan \natau meningkatkan \nitu, \nberdasarkan hasil analisis dari sitechecker, masih ditemukan \nbeberapa halaman dari website yang berstatus 3xx. Kode \nHTTP 3xx menunjukkan kondisi bahwa pengguna harus \nmengambil \ntambahan untuk menyelesaikan \npermintaan [18]. Pada kasus website Warkop Pusdiklat BPS \nterjadi kode status 303 yang menandakan sumber daya yang \ndiminta pengguna telah dipindahkan permanen ke lokasi url \nyang baru sehingga ketika pengguna mencoba mengakses url \nyang lama url tersebut hanya akan membawa pengguna pada \nhalaman yang sama. Kondisi ini akan menyulitkan pengguna \nuntuk menemukan informasi yang dibutuhkan. Terdapat \nbeberapa kasus serupa yang terjadi pada website Warkop \nPusdiklat BPS sehingga dapat mempengaruhi efisiensi \npenggunaan website serta fungsi dan tujuan website yang tidak \ntercapai secara maksimal. \n\nBerdasarkan uraian tersebut, peneliti bermaksud melakukan \nanalisis pada kualitas website Warkop Pusdiklat Badan Pusat \nStatistik dalam rangka mendukung perbaikan dan peningkatan \nperforma layanan Warkop Pusdiklat Badan Pusat Statistik serta \nmenunjang peningkatan kualitas sumber daya manusia pada \nBadan Pusat Statistik. \n\nII. TUJUAN PENELITIAN \n\n1. Mengukur kualitas Website Warkop Pusdiklat BPS \n\ndengan pendekatan Webqual 4.0. \n\n2. Mengetahui kesenjangan antara kinerja dan kepentingan \n\nberdasarkan indikator-indikator Webqual 4.0 \n\n3. Mengidentifikasi hal hal yang perlu diprioritaskan \ndalam perbaikan Website Warkop Pusdiklat BPS \nberdasarkan indikator-indikator Webqual 4.0. \n\n 1 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n \n \n\fIII. PENELITIAN TERKAIT \nTABEL 1 \nRINGKASAN PENELITIAN TERKAIT \n\nPenulis, \nPublikasi \nMonika \nMS \n\nDonovan \nHutapea \n\nFani \nSetyaning\nsih \n\nNo \n\nJudul \n\n1 Analisis \nKualitas \nSistem \nInformasi \nAkademik \n(SIAKAD) \nUIN Ar-\nRaniry \nMenggunak\nan Metode \nWebqual \n4.0 \n2 Analisis \nKualitas \nWebsite \nPoliteknik \nStatistika \nSTIS \ndengan \nPendekatan \nWebqual \n4.0. \n\n3 Analisis \nKualitas \nWebsite E-\nPJLP di \nDKI \nJakarta \ndengan \nWebqual \ndan IPA \n\nTertulis \n\nKomentar \n\nTarget responden \npada penelitian \nini tidak hanya \nmahasiswa (i) \nUIN Ar-Raniry \ntetapi juga \nmahasiswa (i) \ndari perguruan \ntinggi lain \n\nPada halaman 37 \ndisebutkan hasil \nGap Analysis \npada website \nPoliteknik \nStatistika STIS \nbernilai negatif \nyang berarti \nkualitas website \nmasih belum \nmemenuhi \nharapan \npenggunanya. \nPada penelitian \nini, peneliti \nmenambahkan \nuji Paired \nSample t-Test \npada nilai rata-\nrata performa \ndan ekspektasi \n\nDari penelitian \nini peneliti juga \nakan \nmenargetkan \nresponden yang \ntidak hanya \nberasal dari \ninternal BPS \ntetapi juga dari \npihak eksternal \nBPS \n\nBerkaca pada \npenelitian ini, \npeneliti akan \nmenggunakan \nmetode Webqual \nsebagai \npendekatan \nutama dengan \nanalisis IPA \nsebagai \npendukung. \n\nPada penelitian \nini peneliti juga \nakan \nmenambahkan \nuji Paired \nSample t-Test \nuntuk \nmendeteksi \nadanya \nperbedaan \nsignifikan pada \nnilai rata-rata \nperforma dan \nekspektasi \n\nBerdasarkan penelitian terdahulu, peneliti akan menargetkan \nresponden yang tidak hanya berasal dari internal BPS tetapi \njuga dari pihak eksternal BPS, dengan metode Webqual 4.0 \nsebagai pendekatan utama dan analisis IPA sebagai pendukung, \nserta uji Paired Sample t-Test untuk identifikasi perbedaan \nsignifikan antara nilai rata-rata performa dan ekspektasi. \n\nIV. METODE PENELITIAN \n\nPenelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Penelitian \nkuantitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan \npada filsafat positivistic atau berupa data konkrit dan data \nberupa angka-angka yang diukur menggunakan statistik serta \ndigunakan pada suatu sampel atau populasi yang berkaitan \nuntuk menghasilkan kesimpulan akhir [17]. \nA. Metode Pengumpulan Data \n\nData yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan \ndata primer yang diperoleh dari kuesioner. Kuesioner \nmerupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan \ncara memberi seperangkat pertanyaan ataupun pernyataan \n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\ntertulis kepada responden untuk dijawab [17]. Kuesioner dalam \nbentuk Google Form kemudian disebar secara online melalui \nmedia sosial dan Email. \n\nAdapun kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini \nadalah kuesioner Webqual 4.0 yang dilandaskan pada tiga \nkriteria penilaian yaitu kegunaan (Usability), kualitas informasi \n(Service \n(Information Quality) dan kualitas \nInteraction) dengan setiap pernyataan akan dijawab dengan \nskala likert dalam bentuk lima poin, yaitu “sangat tidak setuju”, \n“tidak setuju”, “netral”, “setuju” dan “sangat setuju. \nB. Metode Analisis \n\ninteraksi \n\nData yang diperoleh kemudian akan diolah menggunakan \n\nSPSS dan Microsoft Excel sebagai berikut: \n\n1. Uji Validitas \n\nUji validitas adalah uji yang menyangkut suatu \npeubah untuk mengukur apa yang seharusnya diukur \natau disebut juga ketepatan dan kecermatan suatu alat \nukur dalam melakukan fungsi ukurannya [16]. \nSuatu instrumen penelitian akan dianggap valid \napabila nilai rhitung > rtabel, dan apabila nilai rhitung \n< rtabel maka instrumen penelitian dianggap tidak \nvalid dengan penentuan taraf signifikansi 0.05 [17]. \n\n2. Uji Reliabilitas \n\nUji reliabiltas atau keajegan pengukuran adalah \npetunjuk bahwa instrumen yang digunakan dalam \npenelitian dapat dipercaya sebagai alat pengumpul \ndata dan mampu mengungkapkan data yang \nsebenarnya dilapangan [16]. \nInstrumen penelitian akan dinyatakan handal apabila \nnilai Cronbach alpha > 0,6 dan instrumen penelitian \ndinyatakan tidak handal apabila Cronbach Alpha < 0,6 \n[17] \n\n3. Paired Sample t-Test \n\nsesudah perlakuan \n\nUji T berpasangan adalah metode pengujian yang \ndigunakan untuk mengkaji keefektifan perlakuan \ndengan ditandai adanya perbedaan rata-rata sebelum \ndan \n[6]. Sehingga dapat \ndisimpulkan bahwa uji t berpasangan adalah metode \nstatistik yang digunakan untuk membandingkan dua \nsampel data berpasangan yang dianggap sebagai satu \nunit pengamatan dengan tujuan mengetahui adanya \nperbedaan signifikan antara kedua sampel. \nAdapun \nrata-rata yang \ndidapatkan > 0.05 dapat disimpulkan bahwa tidak \nterdapat perbedaan signifikan apabila < 0.05 dapat \ndisimpulkan bahwa terdapat perbedaan signifikan [15]. \n\njika nilai perbedaan \n\n4. Webqual Index \n\nWebqual Index (WQI) merupakan angka yang \ndigunakan untuk mengukur kualitas suatu website. \nDengan menggunakan WQI, kualitas sistem diukur \nberdasarkan tingkat kepentingan dan kinerja sistem \nyang berdasarkan penilaian responden [2]. WQI \ndiperoleh dari hasil bagi antara weighted score dengan \nmaximum score [15]. \n\nWQI = ∑ 𝑊𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡𝑒𝑑 𝑆𝑐𝑜𝑟𝑒\n𝑀𝑎𝑥𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑆𝑐𝑜𝑟𝑒\nGambar 1. Rumus Webqual Index \nSelanjutnya dari hasil perhitungan WQI dapat dilihat \ndalam tabel di bawah ini untuk menentukan tingkat \n\n 2 \/ 8 \n\n \n \n \n\fkualitas dari sebuah website dengan skala interval \nberikut [19]. \n\nTABEL 2 \nINTERPRETASI WEBQUAL INDEX \n\nNo. \n\nInterval Koefisien \n\nTingkat Kualitas \n\n1 \n\n2 \n\n3 \n\n4 \n\n5 \n\n0.8 – 1.0 \n\n0.6 – 0.79 \n\n0.4 – 0.59 \n\n0.2 – 0.39 \n\n0.00 – 0.19 \n\nSangat Baik \n\nBaik \n\nCukup Baik \n\nKurang Baik \n\nSangat Kurang Baik \n\n5. \n\nImportance-Performance Analysis (IPA) \nMetode Importance-Performance Analysis (IPA) \nbertujuan untuk mengukur hubungan antara performa \nsistem dengan prioritas peningkatan kualitas produk \natau jasa [11]. Pada analisis Importance-Performance \nAnalysis (IPA) dilakukan pemetaan menjadi 4 kuadran \ndengan sumbu X mewakili indikator performance dan \nsumbu Y mewakili indikator importance. [10]: \n\nGambar 2 Kuadran Importance-Performance Analysis (IPA) \n\na) Kuadran I (Pertahankan) \n\nKuadran ini berisi indikator atau atribut yang \nmemiliki tingkat harapan (importance) dan kinerja \n(performance) yang \ntinggi. dengan harapan \npengguna. \n\nb) Kuadran II (Prioritas Utama) \n\nKuadran ini memuat indikator atau atribut yang \ndianggap memiliki kepentingan (importance) \nyang dinilai tinggi oleh pengguna tetapi masih \nmemiliki kinerja (performance) yang belum sesuai \ndengan harapan pengguna \nc) Kuadran III (Prioritas Rendah) \n\nIndikator atau atribut pada kuadran ini dianggap \nkurang memiliki kepentingan (importance) oleh \npengguna \nkinerja \ndan \n(performance) yang biasa saja. \n\njuga memiliki \n\nd) Kuadran IV (Berlebihan) \n\nKuadran ini mengandung indikator atau atribut \nyang memiliki tingkat kepentingan (importance) \nyang \nkinerja \n(performance) yang tinggi atau berlebihan. \n\nnamun memiliki \n\nrendah \n\n6. Analisis Kesenjangan (Gap Analysis) \n\ndapat \n\nsebagai \nAnalisis Gap \nperbandingan kinerja saat ini atau performa dengan \nkinerja yang diharapkan atau ekspektasi. Analisis Gap \ndiperoleh dari hasil perhitungan rata-rata nilai \n\ndidefinisikan \n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nperforma dengan nilai ekspektasi. Rumus perhitungan \ndibawah ini, Q mewakili kesenjangan, P mewakili \nperforma dan E mewakili ekspektasi [1]. \n\nQ = P-E \n\nGambar 3. Rumus Analisis Kesenjangan \n\nApabila nilai kesenjangan bernilai 0, artinya kualitas \nwebsite sudah sesuai dengan ekspektasi penggunanya. \nJika nilai kesenjangan bernilai positif, maka kualitas \nwebsite telah melampaui ekspektasi pengguna. Dan \nJika nilai kesenjangan bernilai negatif maka kualitas \nwebsite masih kurang atau berada dibawah ekspektasi \npengguna[1]. \n\nC. Webqual 4.0 \n\nWebqual adalah salah satu metode atau teknik pengukuran \nkualitas website yang berdasarkan performa pengguna terakhir \n[12]. Pendapat \nlain menyebutkan bahwa Webqual 4.0 \nditerapkan untuk mengukur kualitas website serta membantu \nuntuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap \nkepuasan pengguna akhir website [14]. \n\nMetode Webqual pertama kali dikembangkan pada tahun \n1998 oleh Barnes dan Vidgen dan telah digunakan pada \nberbagai website. Versi pertama dari Webqual yaitu Webqual \n1.0 yang dikembangkan pada domain sekolah bisnis di Inggris \ndengan fokus pada “voice of customer” atau seperti apa yang \npengguna inginkan dari website. Versi kedua, yaitu Webqual \n2.0 diterapkan pada website B2C (Business to Consumer) \ndengan lebih menekankan pada kualitas interaksi atau layanan \npada penggunanya dengan menggunakan konsep dasar \nServqual. Sedangkan pada Webqual 3.0 yang merupakan versi \nketiga, dilakukan pada website lelang dengan peninjauan lebih \ndalam sehingga ditemukan fokus baru, yaitu fungsi atau \nkegunaan dari website. Hasil analisis dari Webqual 3.0 \nmelengkapi dimensi penilaian dari dua versi sebelumnya, \nsehingga terciptalah Webqual 4.0 dengan fokus pada tiga \ndimensi utama yaitu: kualitas informasi, kualitas interaksi atau \nlayanan, dan kegunaan. \n\nV. KERANGKA PIKIR \n\nKerangka pikir penelitian ini diawali dengan ditemukannya \nmasalah awal berupa beberapa halaman yang masih error pada \nwebsite Warkop Pusdiklat BPS, serta untuk memaksimalkan \nfungsi dari website yaitu menunjang peningkatan sumber daya \nmanusia di BPS melalui berbagai diklat. Setelah itu dilakukan \npencarian solusi dengan mengumpulkan berbagai literatur \nterkait kualitas website dan pengumpulan data untuk \nmengumpulkan data yang diperlukan dalam mendukung \npenelitian. Terakhir adalah melakukan dokumentasi terkait \nlaporan serta hasil yang diperoleh dari penelitian dalam bentuk \nskripsi. \n\n 3 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n\fGambar 4. Kerangka Pikir \n\nVI. HASIL DAN PEMBAHASAN \n\nA. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas \n\nUji Validitas dan Reliabilitas pada penelitian ini dilakukan \npada 30 responden yang terbagi menjadi dua bagian yaitu \nperforma dan ekspektasi. \n\n1. Hasil Uji Validitas \n\nPenelitian ini menggunakan taraf signifikansi sebesar \n0.05 dengan responden sebanyak 30 maka diperoleh \nnilai r tabel sebesar 0.361 \n\nGambar 5. Hasil Uji Validitas Performa \n\nGambar 6. Hasil Uji Validitas Ekspektasi \nBerdasarkan hasil pengujian pada gambar 5 dan \ngambar 6 diperoleh hasil bahwa semua instrumen \npenelitian yang digunakan adalah valid. Hal ini \ndibuktikan dengan nilai semua rhitung pada kolom \nCorrected Item-Total Correlation lebih besar dari \nnilai r tabel 0.361. \n2. Hasil Uji Reliabilitas \n\nGambar 7. Hasil Uji Reliabilitas Performa \n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nGambar 8. Hasil Uji Reliabilitas Ekspektasi \nBerdasarkan hasil uji pada gambar diperoleh nilai \nCronbach’s Alpha Based on Standardized Items \nsebesar 0.989 untuk performa dan 0.992 untuk \nekspektasi yang semuanya bernilai > 0.6 sehingga \ndisimpulkan bahwa seluruh instrumen penelitian yang \ndigunakan terbukti reliabilitasnya. \n\nB. Karakteristik Responden \n\nHasil pada bagian ini diperoleh dari penyebaran kuesioner \nyang dilakukan oleh peneliti dengan periode 7 Februari 2023 \nhingga 21 Maret 2023 dan diperoleh sebanyak 388 responden. \n\n1. Jenis Kelamin \n\nPerempuan\nLaki-laki\n\n42%\n\n58%\n\nGambar 9. Diagram Lingkaran Jenis Kelamin \nPada gambar diperoleh hasil bahwa sebanyak 388 \nresponden pengguna website Warkop Pusdiklat, \nterdiri dari 58% laki-laki dan 42% perempuan. \n\n2. Usia \n\n21-30 tahun\n31-40 tahun\n≥ 40 tahun\n\n40%\n\n31%\n\n29%\n\nGambar 10. Diagram Lingkaran Usia \nPada gambar diperoleh hasil sebanyak 388 responden \npengguna website Warkop Pusdiklat, lebih banyak \ndigunakan oleh pengguna dengan umur 40 tahun ke \natas dengan persentase sebanyak 40% pengguna \ndengan rentang umur 21-30 tahun dengan persentase \n31% pengguna dengan rentang umur 31-40 tahun \ndengan persentase 29%. \n\n3. Asal Institusi \n\n26%\n\n74%\n\nPegawai BPS\n\nPegawai Non-\nBPS\n\nGambar 11. Diagram Lingkaran Asal Institusi \nPada gambar diperoleh hasil bahwa 26% responden \nberasal dari institusi di luar BPS dan 74% responden \nlainnya berasal dari BPS. \n4. Frekuensi Penggunaan Website \n\n 4 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n\fGambar 12. Diagram Lingkaran Frekuensi Penggunaan Website \nPada Gambar diperoleh hasil frekuensi kunjungan \nlebih didominasi oleh kelompok \nwebsite yang \npengguna yang mengunjungi website hanya jika \ndiperlukan dengan persentase 68% kelompok \npengguna yang mengunjungi website setiap hari \ndengan persentase 26% kelompok pengguna yang \nmengunjungi website seminggu sekali sebanyak 5%, \nkemudian kelompok pengguna yang mengunjungi \nwebsite sebulan sekali dengan persentase 1%. \n\nC. Deskripsi Hasil \n\nTABEL 7 \nRINGKASAN HASIL MENURUT DIMENSI PERFORMA \n\nPerforma \n\nN Min Max \n\nMean \n\nUsability \n\nInformation \nQuality \n\nService \nInteraction \n\n388 \n\n388 \n\n388 \n\n8 \n\n8 \n\n9 \n\nSt. \nDev \n5.1 \n\n40 \n\n30.61 \n\n40 \n\n40 \n\n30.7 \n\n4.94 \n\n30.98 \n\n4.76 \n\nTABEL 8 \nRINGKASAN HASIL MENURUT DIMENSI EKSPEKTASI \n\nEkspektasi \n\nN Min Max \n\nMean \n\n10 \n\n40 \n\n31.11 \n\n10 \n\n40 \n\n31.22 \n\nSt. \nDev \n4.63 \n\n4.61 \n\n9 \n\n40 \n\n31.54 \n\n4.61 \n\nUsability \n\nInformation \nQuality \n\nService \nInteraction \n\n388 \n\n388 \n\n388 \n\nBerikut merupakan ringkasan hasil yang diperoleh dari 388 \nresponden yang terbagi menjadi dua bagian yaitu performa dan \nekspektasi dengan masing-masing terdiri dari tiga variabel \nyaitu Usability, Information Quality dan Service Interaction. \nTerdapat perbedaan nilai minimum pada bagian performa dan \nekspektasi namun pada bagian maksimum memiliki nilai yang \nsama. setelah ditelusuri lebih lanjut terdapat seorang responden \nyang memberikan nilai maksimum untuk setiap pertanyaan \nkuesioner yang menyebabkan baik nilai maksimum pada \nperforma ataupun nilai maksimum pada ekspektasi bernilai 40. \nTerdapat pula perbedaan rata-rata dari performa dan ekspektasi \nyang di mana nilai rata-rata ekspektasi sedikit lebih tinggi \ndaripada nilai rata-rata performa. Hal ini merupakan gambaran \nawal yang dapat kita peroleh terkait adanya perbedaan antara \nnilai performa dan ekspektasi pengguna. Sedangkan pada nilai \nstandar deviasi nilai performa memiliki standar deviasi yang \n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\ncenderung lebih tinggi dibandingkan nilai standar deviasi dari \nekspektasi. Hal ini memberikan gambaran bahwa data untuk \nvariabel performa cenderung sedikit lebih tinggi persebarannya \ndibanding data variabel ekspektasi. \n\n Gambar 13. Performa dan Ekspektasi Menurut Atribut \n\nHasil berikut menggambarkan nilai maksimum, minimum \ndan rata-rata untuk setiap atribut pada masing-masing dimensi. \nPada bagian performa untuk dimensi Usability atribut yang \nmemiliki nilai paling tinggi terdapat pada ”website mudah \nuntuk dipelajari dan dioperasikan” dan atribut yang memiliki \nnilai paling rendah adalah ”website memiliki tampilan yang \nmenarik”. Hal ini berarti pengguna website lebih cenderung \nsetuju bahwa website mudah untuk dipelajari dan dioperasikan \ndan menganggap bahwa tampilan website saat ini masih kurang \nmenarik. Pada dimensi Information Quality atribut yang \nmemiliki nilai paling tinggi adalah ”website menyediakan \ninformasi yang dapat dipercaya” dan yang memiliki nilai paling \nrendah ”website menyediakan informasi dengan detail yang \ntepat” hal ini berarti pengguna website lebih cenderung setuju \nbahwa website menyediakan informasi yang dapat dipercaya \ndan menganggap bahwa informasi yang disajikan dalam \nwebsite saat ini masih belum cukup detail. Pada dimensi \nService Interaction atribut yang memiliki nilai paling tinggi \nadalah “website memiliki reputasi yang baik” dan yang \nmemiliki nilai paling rendah adalah atribut ”pengguna dapat \ndengan mudah berkomunikasi dengan perusahaan” hal ini \nberarti pengguna cenderung setuju bahwa website memiliki \nreputasi yang baik \ntetapi masih merasa sulit untuk \nberkomunikasi dengan perusahaan dalam yaitu hal ini pihak \nPusdiklat BPS. \n\nSama halnya pada kelompok kolom ekspektasi, pada \ndimensi Usability atribut yang memiliki nilai paling tinggi \nadalah ”website mudah untuk dipelajari dan dioperasikan” dan \natribut yang memiliki nilai paling rendah adalah ”website \nmemiliki tampilan yang menarik” hal ini dapat diartikan bahwa \npengguna website cenderung lebih berharap bahwa website \nakan mudah untuk dipelajari dan dioperasikan daripada \nberharap website memiliki tampilan yang menarik. Pada \ndimensi Information Quality atribut yang memiliki nilai paling \ntinggi adalah ”website menyediakan informasi yang dapat \ndipercaya” dan yang memiliki nilai paling rendah ”website \nmenyediakan informasi dalam format yang tepat” hal ini berarti \npengguna website cenderung lebih berharap bahwa website \nakan menyediakan informasi yang dapat dipercaya daripada \nberharap website menyajikan informasi dalam format yang \n\n 5 \/ 8 \n\nMinMaxMeanMinMaxMean US013.933.934.394.39 US023.854.35 US033.774.33 US043.934.38 US053.623.624.204.20 US063.724.24 US073.884.28 US083.924.293.834.31 IQ014.024.42 IQ024.134.134.444.44 IQ033.894.38 IQ044.044.39 IQ053.944.38 IQ063.863.864.37 IQ073.904.334.333.974.39 SI013.933.934.33 SI023.934.33 SI033.874.354.35 SI043.874.35 SI053.643.644.21 SI063.684.184.18 SI073.784.333.814.30DimensiAtributInformation QualityWebsite menyediakan informasi yang akuratWebsite menyediakan informasi yang dapat dipercayaWebsite memberikan informasi yang tepat waktuWebsite menyediakan informasi yang relevanWebsite menyediakan informasi yang mudah dimengertiKodeRata-Rata Nilai Variabel Service InteractionWebsite memiliki tampilan yang menarikUsabilityWebsite mudah untuk dipelajar dan dioperasikanInteraksi dengan website jelas dan mudah dimengertiMudah untuk menemukan menu-menu didalam websiteWebsite mudah untuk digunakanWebsite memiliki desain yang cocok dan sesuai dengan jenis Website memiliki kompetensiWebsite menciptakan pengalaman positif bagi penggunaPersepsiEkspektasiService InteractionWebsite memiliki reputasi yang baikPengguna merasa aman dalam bertransaksi menggunakan Rata-Rata Nilai Variabel UsabilityRata-Rata Nilai Variabel Information QualityWebsite menyediakan informasi dengan detail yang tepatWebste menyajikan informasi dalam format yang tepatPengguna dapat dengan mudah berkomunikasi dengan Website menyampaikan rasa bermasyarakat atau Website memberikan produk atau layanan sesuai dengan Pengguna merasa aman dengan data pribadi penggunaWebsite menciptakan rasa personal atau terjaminnya privasi \n \n \n \n \n \n \n\ftepat. Pada dimensi Service Interaction atribut yang memiliki \nnilai paling tinggi adalah “pengguna merasa aman dengan data \npribadi pengguna” dan yang memiliki nilai paling rendah \nadalah atribut ”website menyampaikan rasa bermasyarakat atau \nbersosial” hal ini berarti pengguna cenderung lebih berharap \nbahwa website akan dapat dipercaya dalam menyimpan data \npribadi penggunanya daripada berharap website akan dapat \nmenyampaikan rasa bermasyarakat dan bersosial. \nD. Hasil Analisis \n\n1. Paired Sample T-Test \n\nGambar 14. Hasil Uji Paired Sample T-Test \nPada tabel diperlihatkan hasil uji Paired Sample T-\nTest dengan nilai signifikansi 0.00 yang lebih kecil \ndari 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat \nperbedaan yang signifikan pada seluruh pasangan \nvariabel yang diuji. \n\n2. Webqual Index \n\n4. \n\n(87%) \n\nadalah 0.87 \n\nGambar 15. Hasil Webqual Index \nNilai keseluruhan WQI untuk perhitungan kualitas \nwebsite \nsehingga dapat \ndisimpulkan bahwa secara keseluruhan kualitas \nwebsite adalah sangat baik. Berdasarkan data pada \ntabel juga dapat diketahui bahwa dimensi information \nquality adalah dimensi yang memiliki nilai WQI \npaling tinggi jika dibandingkan dengan dimensi \nlainnya. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kualitas \nwebsite cukup berhasil pada aspek dimensi tersebut. \n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nGambar 16. Hasil Analisis Kesenjangan \n\nekspektasi \n\nyang memenuhi \n\nDari hasil analisis kesenjangan diperoleh nilai \nsemua atribut bernilai negatif sehingga dapat \ndisimpulkan bahwa dari setiap atribut penilaian belum \nada \npengguna. \nKesenjangan terbesar terdapat pada atribut “website \nmemiliki tampilan yang menarik” pada dimensi \nUsability, artinya pengguna website menilai bahwa \ntampilan website saat ini belum sesuai dengan apa \nyang diharapkan dan berharap tampilan website dapat \ndibuat lebih menarik lagi. Kesenjangan terbesar \nselanjutnya terdapat pada atribut “pengguna dapat \ndengan mudah berkomunikasi dengan perusahaan” \npada dimensi Service Interaction, artinya pengguna \nwebsite saat ini masih merasa sulit untuk mendapat \nataupun berkomunikasi dengan pihak \nrespon \nperusahaan dan berharap akan disediakan akses lebih \nmudah \nataupun \nberkomunikasi dengan perusahaan. Selanjutnya \nkesenjangan terbesar yang lain berada pada atribut \n“mudah untuk menemukan menu-menu dalam \nwebsite” pada dimensi Usability, artinya pengguna \nwebsite masih merasa sulit untuk untuk menemukan \nmenu-menu atau fitur-fitur yang terdapat pada website. \nImportance-Performance Analysis (IPA) \nPada analisis Importance-Performance Analysis (IPA) \ndilakukan pemetaan menjadi 4 kuadran dengan sumbu \nX mewakili indikator performance dan sumbu Y \nterhadap seluruh \nmewakili \nvariabel yang diduga mempengaruhi kualitas website. \n\nindikator importance \n\nuntuk mendapat \n\nrespon \n\n3. Analisis Kesenjangan (Gap Analysis) \n\nGambar 17. Hasil Analisis IPA \n\n 6 \/ 8 \n\nRata-RataRata-RataRata-RataPersepsiEkspektasi Gap US013.934.39-0.47 US023.854.35-0.50 US033.774.33-0.56 US043.934.38-0.45 US053.624.20-0.58 US063.724.24-0.52 US073.884.28-0.40 US083.924.29-0.373.834.31-0.48 IQ014.024.42-0.40 IQ024.134.44-0.31 IQ033.894.38-0.49 IQ044.044.39-0.35 IQ053.944.38-0.44 IQ063.864.37-0.51 IQ073.904.33-0.433.974.39-0.42 SI013.934.33-0.40 SI023.934.33-0.40 SI033.874.35-0.48 SI043.874.35-0.48 SI053.644.21-0.57 SI063.684.18-0.50 SI073.784.33-0.553.814.30-0.48Pengguna dapat dengan mudah berkomunikasi dengan Website menyampaikan rasa bermasyarakat atau bersosialWebsite memberikan produk atau layanan sesuai dengan Website memiliki desain yang cocok dan sesuai dengan jenis Website memiliki kompetensiWebsite menciptakan pengalaman positif bagi penggunaPengguna merasa aman dengan data pribadi penggunaWebsite menciptakan rasa personal atau terjaminnya privasi Service InteractionWebsite memiliki reputasi yang baikPengguna merasa aman dalam bertransaksi menggunakan Rata-Rata Nilai Variabel UsabilityRata-Rata Nilai Variabel Information QualityWebsite menyediakan informasi dengan detail yang tepatWebste menyajikan informasi dalam format yang tepatWebsite memiliki tampilan yang menarikUsabilityWebsite mudah untuk dipelajar dan dioperasikanInteraksi dengan website jelas dan mudah dimengertiMudah untuk menemukan menu-menu didalam websiteWebsite mudah untuk digunakanDimensiAtributInformation QualityWebsite menyediakan informasi yang akuratWebsite menyediakan informasi yang dapat dipercayaWebsite memberikan informasi yang tepat waktuWebsite menyediakan informasi yang relevanWebsite menyediakan informasi yang mudah dimengertiKodeRata-Rata Nilai Variabel Service Interaction \n \n \n \n \n \n \n \n\fkualitasnya \n\nBerdasarkan gambar, hasil analisis yang diperoleh \nsebagai berikut: \na) Kuadran I (Pertahankan) terletak di kanan atas dan \nterdapat 12 indikator. Atribut yang terdapat pada \nini merupakan atribut yang perlu \nkuadran \ndipertahankan \nkarena menurut \npengguna atribut tersebut dianggap penting dan \nkinerjanya telah sesuai dengan harapan pengguna. \nAdapun atribut yang terdapat pada Kuadran I yaitu \natribut nomor 10 (informasi yang terpercaya), \natribut nomor 9 (keakuratan informasi), atribut \nnomor 12 (informasi yang relevan), atribut nomor \n1 (pengoperasian mudah), atribut nomor 13 \n(informasi mudah dimengerti), atribut nomor 11 \ntepat waktu), atribut nomor 4 \n(informasi \n19 \natribut \n(penggunaan mudah), \n(terjaminnya privasi), atribut nomor 18 (keamanan \ndata), atribut nomor 15 (format informasi tepat), \natribut nomor 17 (keamanan transaksi dalam \nwebsite), 16 (reputasi baik). \n\nnomor \n\nb) Kuadran II (Prioritas Utama) terletak pada bagian \nkiri atas dan terdapat 3 indikator. Kuadran ini \nberisi atribut yang menurut pengguna memiliki \nkepentingan yang tinggi tetapi belum memiliki \nkinerja yang sesuai dengan harapan. Oleh karena \nitu pihak developer website perlu lebih fokus \ndengan atribut-atribut pada Kuadran II agar dapat \nditingkatkan. Adapun atribut yang terdapat pada \nKuadran II yaitu atribut nomor 14 (detail \ninformasi), atribut nomor 2 (kemudahan interaksi) \ndan atribut nomor 22 (pemberian pelayanan sesuai \njanji). \n\nc) Kuadran III (Prioritas rendah) terletak pada bagian \nkiri bawah dan terdapat 5 indikator. Kuadran ini \nberisi atribut yang dianggap kurang penting oleh \npengguna serta memiliki kinerja yang biasa saja. \nSehingga perbaikan terhadap atribut pada kuadran \nini tidak terlalu diperlukan dan tidak perlu \ndiprioritaskan. Adapun atribut yang terdapat pada \nKuadran III ini yaitu atribut nomor 3 (kemudahan \nmenemukan fitur dalam website), atribut nomor 6 \n(kesesuaian desain website), atribut nomor 20 \n(kemudahan komunikasi dengan pihak website), \natribut nomor 5 (tampilan website yang menarik) \ndan atribut nomor 21 (rasa bersosialisasi melalui \nwebsite). \n\nd) Kuadran IV (Berlebihan) terletak pada bagian \nkanan bawah dan terdapat 2 indikator. berisi \natribut yang menurut pengguna memiliki tingkat \nkepentingan yang rendah namun memiliki kinerja \nyang tinggi sehingga dikatakan berlebihan. Oleh \nkarena itu pihak developer website diharapkan \ndapat lebih fokus pada atribut kuadran lain. \nAdapun atribut yang terdapat pada Kuadran IV \nyaitu atribut nomor 8 (kompetensi website) dan \natribut nomor 7 (pengalaman positif pengguna). \n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nVII. \n\nPENUTUP \n\nBerdasarkan hasil penelitian mengukur kualitas website \nWarkop Pusdiklat BPS dengan menggunakan metode Webqual \n4.0 diperoleh beberapa kesimpulan: \n\n1. Pada hasil analisis Webqual Index, kualitas website \nWarkop Pusdiklat BPS mencapai 87% sehingga \nkualitas website dapat digolongkan pada kategori \nsangat baik. \n\n2. Berdasarkan hasil analisis kesenjangan, kualitas \nwebsite Warkop Pusdiklat BPS masih belum \nmemenuhi harapan penggunanya. Kesenjangan \nterbesar terdapat pada atribut tampilan website, \nkomunikasi dengan pengguna, dan kemudahan \nmenemukan fitur-fitur dalam website \n\n3. Untuk hasil analisis IPA (importance-performance \nanalysis) terdapat tiga atribut pada website Warkop \nPusdiklat BPS yang menjadi prioritas perbaikan yaitu \ndetail informasi, interaksi website, dan ketepatan janji. \nSedangkan untuk atribut dengan performa cukup baik \nyang perlu dipertahankan adalah atribut nomor 10 \n(informasi yang \nterpercaya), atribut nomor 9 \n(keakuratan informasi), atribut nomor 12 (informasi \nyang relevan), atribut nomor 1 (pengoperasian mudah), \natribut nomor 13 (informasi mudah dimengerti), \natribut nomor 11 (informasi tepat waktu), atribut \nnomor 4 (penggunaan mudah), atribut nomor 19 \n(terjaminnya privasi), atribut nomor 18 (keamanan \ndata), atribut nomor 15 (format informasi tepat), \natribut nomor 17 (keamanan transaksi dalam website), \n16 (reputasi baik). Dan atribut lain dengan prioritas \nperbaikan rendah yaitu atribut nomor 3 (kemudahan \nmenemukan fitur dalam website), atribut nomor 6 \n(kesesuaian desain website), atribut nomor 20 \n(kemudahan komunikasi dengan pihak website), \natribut nomor 5 (tampilan website yang menarik) dan \natribut nomor 21 (rasa bersosialisasi melalui website). \nSerta atribut yang menjadi prioritas terakhir dalam \nperbaikan website yaitu atribut nomor 8 (kompetensi \nwebsite) dan atribut nomor 7 (pengalaman positif \npengguna). hasil analisis Webqual Index, kualitas \nwebsite Warkop Pusdiklat BPS dapat digolongkan \npada kategori sangat baik. Kualitas website Warkop \nPusdiklat BPS secara keseluruhan berdasarkan hasil \nanalisis kesenjangan masih belum memenuhi harapan \npenggunanya. Untuk hasil analisis IPA (importance-\nperformance analysis) terdapat tiga indikator atau \natribut pada website Warkop Pusdiklat BPS yang \nperlu ditingkatkan agar dapat sesuai dengan harapan \npengguna yaitu detail informasi, interaksi website, dan \nketepatan janji. \n\nBerdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah \n\ndisebutkan, terdapat beberapa saran yaitu: \n\n1. Tetap menjaga dan meningkatkan kualitas website, \npihak pengembang website perlu memastikan bahwa \nwebsite tetap terus diperbarui secara berkala. Seperti \nmemperbaiki tautan yang rusak atau mengganti \ngambar yang usang pada website. \n\n 7 \/ 8 \n\n \n \n\fMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\n2. Meminimalkan kesenjangan yang \n\nterjadi antara \nperforma website saat \nini dan performa yang \ndiharapkan pengguna website. Pihak pengembang \nwebsite dapat melakukan evaluasi dimulai dari atribut \ntinggi serta \nyang memiliki kesenjangan paling \nmencari \nnilai \ntahu \nkesenjangan atribut tersebut. \n\nbagaimana mengurangi \n\n3. Memprioritaskan perbaikan website pada atribut \ndetail informasi, interaksi website, dan ketepatan janji. \nKarena ketiga atribut tersebut dianggap penting oleh \npengguna website namun performanya masih belum \nsesuai harapan pengguna. \n\nDAFTAR PUSTAKA \n[1] A.Shahin, dan M. Samea, Developing the Models of Service Quality Gaps: \n\nA Critical Discussion. vol.1, no.1, pp.2[167-6068, 2010 \n\n[2] Barnes dan Vidgen, Webqual: An Exploration of Web-Site Quality, Jan \n\n2000 \n[3] BKPSDM. \n\n(2022). Diklat \n\ndan Ujian \n\nhttps:\/\/bkpsdm.kuningankab.go.id\/diklat-dan-ujian\/ \n\n[Online]. Avaliable: \n\n[4] D. Hutapea, Analisis Kualitas Website Politeknik Statistika STIS dengan \nPendekatan Webqual 4.0. Jakarta: Politeknik Statistika STIS, 2021. \n[5] DataIndonesia.id. (2023, 1). Jumlah Pengguna Internet di Dunia Mencapai \n\n5,3 Miliar pada 2022 [Online]. Available: \nhttps:\/\/dataindonesia.id\/digital\/detail\/jumlah-pengguna-internet-di-dunia-\nmencapai-53-miliar-pada-2022 \n\n[6] H. Sulastri dan Z. Mubarak, Analisis Pengaruh Jalan Bypass Mataram—\nGerung Terhadap Nilai Tanah di Lombok Barat, vol.1, no.1, Juni 2021. \n[7] M. Vermaat, Discovering Computers 2018: Digital Technology, Data and \n\nDevices. Singapore: Cengage, 2018. \n\n[8] MS. Monika, Analisis Kualitas Sistem Informasi Akademik (SIAKAD) \nUIN Ar-Raniry Menggunakan Metode Webqual 4.0. Aceh: UIN Ar-Raniry, \n2020. \n\n[9] Muslikhah. (20[17, 3). Alasan Mengapa Pengunjung Datang ke Situs Anda \n\n[Online]. Available: \nhttps:\/\/anifatulmuslikhah.wordpress.com\/20[17\/03\/30\/alasan-mengapa-\npengunjung-datang-ke-situs-anda\/ \n\n[10] N. Alifah, A. Rusgiyono, dan A. Prahutama, Metode Servqual, Kuadran \nIPA dan Index PGCV untuk Menganalisis Kualitas Pelayanan Rumah \nSakit X, vol.8, no.2, pp. 2930, Nov 2020. \n\n[11] N. Wahyuni. \n\n(2014). Gap \nhttps:\/\/qmc.binus.ac.id\/2014\/09\/28\/g-a-p-a-n-a-l-y-s-i-s\/ \n\nAnalysis. \n\n[Online]. Avaliable: \n\n[12] P. S. Rosita, R. Eva, dan A. Bima, Benchmarking Website E-Commerce \n\nMenggunakan Pengukuran Webqual, pp. 2089-9813, Mar 2014. \n\n[13] Pusdiklat BPS. (2020). Tugas dan Fungsi Pusdiklat BPS. [Online]. \n\nAvailable: https:\/\/pusdiklat.bps.go.id\/web\/tugasfungsi \n\n[14] Rohman dan Kurniawan, Pengukuran Kualitas Website Badan \nPenanggulangan Bencana Menggunakan Metode Webqual 4.0, vol.3 no.2, \npp.2527, Agu 2017. \n\n[15] Setyaningsih, Analisis Kualitas Website E-PLJP di DKI Jakarta dengan \nPendekatan Webqual 4.0 dan Importance Performance Analysis (IPA). \nJakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2019 \n\n[16] Sitinjak, Tumpal, dan Sugiarto, Lisrel. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006 \n[17] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: \n\nAlfabeta, 20[17. \n\n[18] Wikipedia. (2022, 12). Daftar kode status HTTP [Online]. Avaliable: \n\nhttps:\/\/id.wikipedia.org\/wiki\/Daftar_kode_status_HTTP \n\n[19] Winardi, Pramiyati dan Wadu, Analisis Penilaian Pengguna Terhadap \nKualitas Layanan Website Yayasan Beasiswa Jakarta Menggunakan \nMetode Webqual 4.0, Apr 2021. \n\n 8 \/ 8 \n\n \n \n \n \n\f", "label": [ { "start": 933, "end": 945, "text": "Webqual 4.0", "labels": [ "METODE" ] }, { "start": 675, "end": 709, "text": " mengukur kualitas dari website", "labels": [ "TUJUAN" ] }, { "start": 1122, "end": 1254, "text": " kualitas\\nwebsite secara keseluruhan adalah sangat baik, tetapi belum ada\\nindikator penilaian kualitas yang mencapai harapan", "labels": [ "TEMUAN" ] }, { "start": 5040, "end": 5091, "text": "Mengukur kualitas Website Warkop Pusdiklat BPS", "labels": [ "TUJUAN" ] }, { "start": 32335, "end": 32393, "text": " kualitas website\\nWarkop Pusdiklat BPS mencapai 87%", "labels": [ "TEMUAN" ] }, { "start": 32405, "end": 32471, "text": "kualitas website dapat digolongkan pada kategori\\nsangat baik", "labels": [ "TEMUAN" ] } ], "annotator": 1, "annotation_id": 8, "created_at": "2023-12-27T10:55:11.392474Z", "updated_at": "2023-12-27T10:55:11.392474Z", "lead_time": 164.959 }, { "id": 28, "content": "Makalah Seminar Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nKajian Perbandingan Algoritma Machine Learning \nDalam Klasifikasi Zero-Day Malware Dengan \nReduksi Dimensi \n\nMuhammad Sabri Ekie (221911200, 4SI2) \nDosen Pembimbing: Farid Ridho, S.S.T., M.T. \n\nRingkasan— Malware atau malicious software adalah suatu \nprogram jahat. Penyerangan malware dapat dilakukan dengan \nbanyak cara, \ntetapi yang paling umum adalah dengan \nmenargetkan aplikasi atau file tertentu. Pendeteksian malware \ntetap menjadi masalah karena varian malware yang terus \nberkembang. Salah satu fungsi dari machine learning yaitu \nmelakukan klasifikasi. Beberapa algoritma yang \nsering \ndigunakan yaitu support vector machine, dan random forest. \nDimana klasifikasi berfokus pada legitimate dan non legitimate \ndengan menggunakan dataset dari mitra keamanan malware di \nMeraz'18 dari Annual Techno-Cultural fest of IITBhilai. Selain \nitu pada penelitian ini metode feature selection dan PCA sebagai \ndimensionality reduction yaitu untuk mengurangi dimensi data \nyang tinggi menjadi dimensi data yang lebih rendah. Hasil yang \ndiperoleh bahwa klasifikasi zero-day malware menggunakan \nmachine learning berhasil dilakukan dengan memberikan akurasi \nsebesar 99.23% untuk algoritma random forest dan 99.28% untuk \nalgoritma SVM. Untuk penerapan metode reduksi dimensi \nmenggunakan feature selection memberikan 28 atribut relevan \ndengan memberikan nilai akurasi sebesar 99.20% untuk \nalgoritma random forest dan 99.19% untuk algoritma SVM. \nSedangkan untuk metode reduksi dimensi menggunakan \nprincipal component analysis memberikan 26 atribut relevan \ndengan memberikan nilai akurasi sebesar 98.83% untuk \nalgoritma random forest dan 99.13% untuk algoritma SVM. \n\nKata Kunci— zero-day malware, machine learning, feature \n\nselection, pca. \n\nI. LATAR BELAKANG \n\nPada masa pandemi covid-19 hampir seluruh dunia \nmemerintahkan agar masyarakatnya untuk tetap dirumah, hal \nini memicu para usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) \nuntuk mengarahkan bisnisnya ke teknologi agar dapat bertahan \nhidup. Dengan beralihnya ke teknologi semakin banyak juga \nserangan malware yang dapat terjadi. Serangan malware tidak \nhanya menyerang UMKM saja, serangan malware dapat \nmenyerang perusahaan-perusahaan besar. Salah satunya yaitu \nBank Indonesia. Alfons Tanujaya mengatakan kebocoran data \nakibat serangan malware yang menyerang Bank Indonesia \nterjadi di 20 lebih cabang BI di seluruh Indonesia. \n\nTahun 2021 Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) \nmemublikasikan laporan dengan judul monitoring keamanan \nsiber dimana pada laporan tersebut terdapat sekitar 1,6 milyar \nanomali trafik atau cyber attack yang terjadi di seluruh wilayah \nIndonesia di sepanjang tahun 2021. BSSN juga melaporkan \nterdapat 10 jenis anomali yang paling banyak terjadi di \nterbanyak yaitu \nsepanjang \n\ntahun 2021. Dimana kasus \n\nmerupakan salah satu dari jenis malware yaitu botnet dengan \nbanyak serangan sebesar 730.946.448 serangan. \n\nIndonesia sendiri pernah diserang oleh salah satu dari jenis \nmalware yaitu ransomware dan menempati posisi pertama \ndengan kasus terbanyak di Asia Tenggara. Ransomware adalah \nserangan malware yang dikirim oleh peretas untuk mengunci \ndan mengenkripsi perangkat komputer korban, dengan tujuan \nmemonetisasi korban dalam bentuk uang. \n\nGambar. 1 Kasus serangan ransomware di Asia Tenggara \n(Januari-September 2020) \n\njawab untuk menyerang \n\nMalware atau malicious software sendiri adalah suatu \ntidak \njahat yang dirancang oleh pihak yang \nprogram \nbertanggung \ntertentu. \nPenyerangan malware dapat dilakukan dengan banyak cara, \ntetapi yang paling umum adalah dengan menargetkan aplikasi \natau file tertentu. Malware terdiri dari beberapa jenis yaitu \nbotnet, downloader, information-stealing malware ,backdoor, \nlauncher, \nspam-sending malware, \nworm\/virus [1]. \n\nscareware, \n\nrootkit, \n\ntarget \n\nMalware mampu menyebar dengan cepat ke seluruh \njaringan tanpa campur tangan pengguna. Kejahatan internet \nmenggunakan malware dapat memengaruhi baik itu bisnis \nmaupun individu di seluruh dunia. Terdapat banyak aktivitas \nkejahatan di web jenis serangan baru dengan varian yang tidak \ndiketahui dari malware yang ada dimana malware dapat \nmenyamarkan perilaku sehingga sulit untuk dideteksi. Malware \nini disebut dengan zero day malware karena tidak terdapat jeda \n\n 1 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n \n \n\fwaktu antara serangan malware yang tidak diketahui dan saat \nditemukan[2]. \n\nIstilah zero day malware merupakan penanda yang \nbermanfaat dengan menunjukkan terdapat ancaman baru dan \nperlu untuk didokumentasikan dan diatasi secepat mungkin. \nOleh karena itu Pendeteksian malware tetap menjadi masalah \nkarena varian malware yang terus berkembang [1]. Salah satu \nyang dapat digunakan untuk mendeteksi malware yaitu dengan \nmenggunakan machine learning. \n\nSeiring berkembangnya teknologi akan membuat malware \nberkembang juga. Malware akan berkembang menjadi suatu \njenis malware baru, malware ini disebut dengan istilah zero-day \nmalware. Sistem keamanan tradisional seperti Sistem Deteksi \nIntrusi\/Sistem Pencegahan Intrusi dan perangkat lunak Anti-\nVirus (AV) tidak dapat mendeteksi malware yang tidak dikenal \nkarena menggunakan metode berbasis signature. Berdasarkan \npenelitian [7], salah satu cara untuk mendeteksi zero-day \nmalware yaitu melakukan klasifikasi menggunakan machine \nlearning. \n\nDalam penelitian ilmu komputer, machine learning adalah \nsalah satu topik hangat utama saat ini [3]. Salah satu fungsi dari \nmachine \nlearning yaitu melakukan klasifikasi. Terdapat \nbeberapa algoritma yang dapat digunakan untuk klasifikasi \nmalware yaitu, support vector machine[4] dan random forest \n[4][5]. Jika model machine learning dapat menggeneralisasi \ndata terkait serangan malware yang terjadi saat ini dan \nmempelajarinya dengan baik untuk digunakan dalam \nmemprediksi malware di masa mendatang, maka model \nmachine learning bagus digunakan untuk mengidentifikasi \nserangan zero-day malware \n\nSalah \n\nsatu masalah dalam melakukan klasifikasi \nmenggunakan machine learning yaitu adanya fenomena curse \nof dimensionality atau dataset yang memiliki banyak atribut. \nDengan banyaknya atribut, \ntentunya dapat memberikan \nkarakterisasi pada model klasifikasi dan dapat melakukan \npembelajaran dengan baik. Namun, dengan lebih banyak \natribut yang dimiliki dapat mengakibatkan masalah berupa \nredundansi dan noise. Fitur atau atribut yang tidak relevan dan \nberlebihan dapat menyebabkan klasifikasi memiliki performa \nyang buruk [6], sehingga perlu dilakukan pengurangan atribut \natau biasa dikenal dengan reduksi dimensi. \n\nPada penelitian ini akan melakukan klasifikasi malware \nmenggunakan algoritma support vector machine dan random \nforest dengan menerapkan reduksi dimensi atau pengurangan \nvariabel dengan menggunakan feature selection dan principal \ncomponent analysis. \n\nII. TUJUAN PENELITIAN \n\nTujuan dari dilakukannya penelitian ini yaitu sebagai \n\nberikut : \n1. Menerapkan dan menganalisa hasil klasifikasi zero-day \nmalware menggunakan algoritma machine learning. \n2. Menerapkan metode feature selection dan principal \nserta \n\nreduksi dimensi \n\ncomponent analysis untuk \nmenganalisa hasil klasifikasi \n\n3. Membandingkan hasil klasifikasi malware menggunakan \nmachine learning dengan menerapkan reduksi dimensi \n\nMakalah Seminar Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nmenggunakan feature selection dan principal component \nanalysis berdasarkan nilai akurasi. \n\nIII. PENELITIAN TERKAIT \n\nBeberapa penelitian terkait klasifikasi malware dengan \nmenggunakan algoritma machine learning diantaranya adalah : \n\nPenelitian yang dilakukan oleh Abri, F., dkk (2019) dengan \njudul “Can Machine\/Deep Learning Classifiers Detect Zero-\nDay Malware with High Accuracy?”. Pada penelitian ini \nmenggunakan 34 algoritma klasifikasi yang terdiri dari \nmachine learning dan deep learning dalam mengklasifikasi \nzero-day malware. Hasil yang diperoleh adalah dari 34 \nalgoritma machine learning dan deep learning, algoritma \nrandom forest memiliki tingkat akurasi paling baik diantara \nalgoritma lainnya. \n\nPenelitian yang dilakukan oleh Soraya, D., C. (2020) \ndengan judul “Klasifikasi android malware menggunakan \nalgoritma Principal Component Analysis (PCA) dan Random \nini \nForest”. Pendeteksian malware pada penelitian \nmenggunakan salah satu dari jenis malware yaitu mazarbot. \nPada penelitian ini menggunakan algoritma Random Forest \nuntuk melakukan klasifikasi malware. Penelitian ini juga \nmenerapkan PCA untuk reduksi dimensi\/atribut. Hasil yang \ndiperoleh dari penelitian ini yaitu nilai akurasi yang didapat \ndengan menerapkan metode Random Forest memberikan nilai \nsebesar 92.06%. Sedangkan nilai akurasi menggunakan metode \ngabungan dari Random Forest dan PCA memberikan nilai \nsebesar 82%. \n\nPenelitian yang dilakukan oleh Chemmakha, M., Habibi, \nO., & Lazaar, M. (2022) dengan judul “Improving Machine \nLearning Models for Malware Detection Using Embedded \nFeature Selection Method”. Pada penelitian ini dataset yang \ndigunakan bersumber dari kaggle yang diperoleh dari mitra \nkeamanan malware di Meraz'18 dari Annual Techno-Cultural \nfest of IITBhilai. Penelitian dilakukan dengan cara mereduksi \ndimensi menggunakan teknik embedded feature selection. \nHasil yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu fitur yang \ndigunakan sebanyak 10 fitur dengan nilai akurasi untuk \nalgoritma random forest sebesar 99.47% dan algoritma SVM \nsebesar 84.67%. \n\nBerdasarkan penelitian terkait diatas, bahwasanya belum \nterdapat penelitian yang melakukan perbandingan Teknik \nreduksi dimensi antara feature selection dan PCA. Sehingga \npeneliti akan melakukan perbandingan penerapan reduksi \ndimensi\/atribut menggunakan feature selection dan PCA dalam \nklasifikasi malware. Penelitian akan dilakukan menggunakan \nGoogle Colab sebagai IDE python dengan menggunakan \nbeberapa package yang diperlukan dalam penelitian. \n\nIV. METODE PENELITIAN \n\n1. Sumber Data \n\nDataset yang digunakan pada penelitian ini berasal dari \nwebsite www.kaggle.com dimana dataset ini diperoleh dari \nmitra keamanan malware di Meraz'18 dari Annual Techno-\nCultural fest of IITBhilai[7]. Dataset ini terdiri dari 57 \n\n 2 \/ 8 \n\n \n \n \n \n\fatribut\/variabel dan ada sebanyak 138.047 data. Dengan \nterdapat satu atribut\/variabel yang akan digunakan sebagai \nlabel yaitu atribut legitimate. \n\nMakalah Seminar Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\n2. Tahapan Penelitian \n\nPenelitian \n\nterdiri dari 5 \nmemperlihatkan diagram alir penelitian yang akan dilakukan\n\ntahapan. Gambar 5 \n\nini \n\nGambar 2. Diagram alir penelitian \n\n1) Studi literatur dan pencarian dataset \n\nPada tahap ini peneliti mencari referensi-referensi terkait \nlearning yang dapat digunakan untuk \nmetode machine \nmelakukan klasifikasi malware dan melakukan pencarian \nmengenai dataset yang akan digunakan dalam penelitian. \n\n2) Preprocessing data \nDataset yang \n\nPengecekan multikolinearitas \n\nakan dilakukan \ntelah didapatkan \npreprocessing data, dimana pada dataset terdapat data yang \ndapat dihilangkan karena tidak diperlukan. Pada tahap ini juga \nakan melakukan pengecekan missing value dan pengecekan \nakan \nmultikolinearitas. \nmenggunakan nilai VIF. Setelah melakukan pengecekan \nmissing value dan multikolinearitas, dataset akan dipisah \nmenjadi dua yakni class target yang merupakan atribut \nlegitimate dan fitur yang terdiri dari 53 atribut. Selanjutnya \nnilai dari fitur akan dibuat seragam menggunakan feature \nscaling dengan teknik standarisasi. Standarisasi fitur akan \nmenggunakan package StandardScaler(). \n\n3) Split data \n\nPada tahapan ini dataset akan dibagi menjadi dataset \ntraining dan testing. Pembagian dataset akan menggunakan \nteknik hold out dengan perbandingan 80% data training dan 20% \ndata testing. \n\n4) Reduksi dimensi \n\nPada tahap ini ini akan dilakukan seleksi fitur\/atribut, hal \nini karena atribut pada dataset dalam penelitian ini memiliki \natribut sebanyak 57 atribut dimana terdapat 2 atribut dengan \ntipe data objek yang telah dihilangkan pada tahap preprocessing \ndata, sehingga atribut menjadi 55 atribut. Jumlah atribut dari \ndata yang sangat besar akan dilakukan pengurangan atribut atau \nreduksi dimensi dengan menggunakan metode reduksi dimensi \ndan feature selection dan principal component analysis. \n\n4.1 PCA \n\n 3 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n\fPrincipal Component Analysis atau yang sering disebut \ndengan PCA merupakan salah satu metode yang sering \ndigunakan untuk melakukan reduksi dimensi. Prinsip kerja dari \nPCA sendiri ialah mengekstraksi atribut sehingga menyisakan \natribut yang bertujuan untuk memperoleh hasil yang lebih \noptimal. Metode ini terdiri dari 4 tahapan [8], yaitu : \n\n1. Mencari sejumlah data yang berdimensi m x n, dimana \nm merupakan banyaknya data dan n merupakan \nbanyaknya atribut. \n2. Mencari nilai kovarian. \n3. Menghitung nilai eigen. \n4. Menghitung persentase kontribusi kumulatif varians. \n\n4.1 Feature Selection \n\nFeature selection atau seleksi fitur merupakan salah satu \nmetode yang dapat digunakan dalam mereduksi dimensi. \nTerdapat beberapa cara untuk menyeleksi fitur salah satunya \nyaitu menggunakan information gain yang akan digunakan \npada penelitian ini. Nilai relevansi information gain yang \ndigunakan yaitu di atas dari nilai standar deviasinya[9]. \n\n5) Klasifikasi \n\nPada tahapan ini akan dilakukan klasifikasi dengan \nmenggunakan algoritma support vector machine dan random \nforest. Sebelum melakukan klasifikasi akan dilakukan \npencarian parameter terbaik untuk kedua algoritma. Setelah \nmendapatkan parameter \nterbaik untuk klasifikasi akan \ndibangun model klasifikasi menggunakan data training. Setelah \nmodel dibentuk kemudian akan dilakukan validasi dari model \nklasifikasi menggunakan k-fold cross validation. 10-fold cross \nvalidation digunakan pada training set untuk mengevaluasi \nmodel, setelah itu model diuji pada testing set dan dievaluasi \nperformanya. \n\n5.1 Random Forest \n\nMetode random forest melakukan klasifikasi dengan \npenggabungan beberapa model tree. Klasifikasi pada random \nforest dilakukan dengan cara split data sampel yang ada ke \ndalam decision tree secara acak. Setelah tree terbentuk akan \nterdapat root, internal node, dan leaf (hasil kelas)[4], yang \nkemudian akan diambil tree terbaik dengan menggunakan \nmetode random forest. Pada penelitian ini akan dilakukan \n\nMakalah Seminar Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\npencarian parameter terbaik dengan menggunakan grid search. \nModel klasifikasi dari algoritma random forest ini akan \ndivalidasi menggunakan teknik validasi yakni k-fold cross \nvalidation. \n\n5.2 Support Vector Machine \n\nMetode SVM ini digolongkan sebagai algoritma classifier \nyang berbasis supervised learning. Metode SVM ini memiliki \nkekurangan dimana membutuhkan waktu yang lama dalam \npenghitungannya. Dalam penelitian \nini menggunakan \nimplementasi dari LIBSVM. Pada saat proses pelatihan \nalgoritma akan memperoleh pengetahuan tentang kelas dengan \ncara memeriksa data training. Model klasifikasi dari algoritma \nSVM ini akan divalidasi menggunakan teknik validasi yakni k-\nfold cross validation. \n\n6) Evaluasi dan perbandingan \n\nUntuk melakukan evaluasi dan perbandingan kedua \nmetode reduksi dimensi akan dilakukan dengan membuat \nconfusion matrix dan melihat dari nilai akurasi, f-1 score, recall, \ndan presisi sesuai dengan Tabel 1 berikut : \n\nTABEL I \nPARAMETER EVALUASI KLASIFIKASI DENGAN METODE SVM & RANDOM \nFOREST \n\nParameter \n\nNilai \n\nMetode Validasi \n\nMatriks pengujian \n\nKriteria Output \ndihasilkan \n\nyang \n\nK-fold Cross \nValidation \nConfusiom \nMatrix \nAccuracy, \nprecision, \nRecall, f-1 score \n\nV. KERANGKA PIKIR \n\nPenelitian ini disusun berdasarkan latar belakang yang \ntelah disampaikan untuk mencapai tujuan yang diharapkan \ndengan menggunakan metode serta analisis terukur sehingga \ndapat diambil kesimpulan, kerangka pikir penelitian disajikan \npada bagan dibawah ini: \n\n 4 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n\fMakalah Seminar Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nGambar 3. Bagan Kerangka Pikir \n\nVI. HASIL DAN PEMBAHASAN \n\n6.1 Dataset \n\nDataset yang digunakan dalam penelitian ini memiliki 57 \natribut dengan 1 atribut target berupa atribut legitimate. Atribut \nlegitimate bernilai 0 dan 1 dimana 0 berarti non-legitimate atau \ndigolongkan malware, sedangkan 1 berarti legitimate atau \ndigolongkan bukan malware. Berikut distribusi antara \nlegitimate dan non-legitimate: \n\nGambar 4. Grafik distribusi legitimate dan non-legitimate \n\nBerdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa untuk kelas \nlegitimate atau yang bukan malware memiliki persentase \nsebesar 29.93% atau sebanyak 41.323 data, sedangkan untuk \nkelas non legitimate atau yang merupakan malware memiliki \npersentase sebesar 70.07% atau sebanyak 96.724 data. \n\n6.2 Preprocessing \n\nTahapan pertama pada preprocessing yaitu menghapus \natribut yang tidak diperlukan untuk klasifikasi. Atribut yang \ndihapus yaitu atribut Name dan md5 yang merupakan atribut \ndengan tipe objek serta atribut SizeOfOptionalHeader yang \ndimana nilainya konstan. Pada tahap berikutnya akan dilakukan \nfungsi \npengecekan missing \nisnull().sum().sum(). Dari hasil pengecekan missing value \ndiperoleh nilai 0 yang berarti tidak terdapat missing value pada \ndataset. \npengecekan \nakan \nmultikolinearitas antar atribut. Pengecekan multikolinearitas \nakan menggunakan nilai VIF, dimana nilai VIF>10 merupakan \natribut yang terjadi multikolinearitas[12]. \n\nvalue menggunakan \n\nSelanjutnya \n\ndilakukan \n\n6.3 Split Data \n\nPembagian data pada penelitian ini akan menggunakan \nteknik hold out. Untuk perbandingan data training dan data \ntesting akan menerapkan perbandingan 80% data training dan \n20% data testing. Perbandingan tersebut dipilih karena \nbanyaknya data yang berjumlah 138.047 data. Dari hasil \npembagian data diperoleh sebanyak 110.437 data yang akan \ndigunakan untuk melatih model klasifikasi. Data training \nnantinya akan digunakan untuk mereduksi dimensi. Pada \n\nreduksi dimensi menggunakan feature selection akan diperoleh \nnilai information gain yang nantinya akan menentukan \nterpilihnya suatu atribut. Sedangkan untuk reduksi dimensi \nmenggunakan PCA, data training dan testing akan di transform \npada kernel PCA. \n\n6.4 Feature Selection Menggunakan Information Gain \n\nPenentuan dari batas nilai information gain yang dipilih \npada penelitian ini menggunakan nilai standar deviasi yang \ndimana nilai standar deviasi sebesar 0.031. Tabel 2 \nmenunjukkan nilai relevansi dari masing-masing fitur yang \ndiperoleh dengan menggunakan perhitungan nilai information \ngain. \n\nTABEL II \nNILAI INFORMATION GAIN MASING-MASING FITUR YANG DIGUNAKAN \n\nNo \n\n1. \n\n2. \n\n3. \n\n… \n\n35. \n\n… \n\n53. \n\nNo \n\n1. \n\n2. \n\n3. \n\n… \n\n35. \n\nAtribut \n\nSkor \n\nResourcesMaxEntropy \n\n0.52291 \n\nResourcesMinEntropy \n\n0.505324 \n\nResourcesMeanSize \n\n0.486694 \n\n… \n\n… \n\nImportsNbDLL \n\n0.188581 \n\n… \n\n… \n\nLoaderFlags \n\n0.000035 \n\nTABEL III \nFITUR DENGAN NILAI INFORMATION GAIN > 0.17 \n\nAtribut \n\nSkor \n\nResourcesMaxEntropy \n\n0.52291 \n\nResourcesMinEntropy \n\n0.505324 \n\nResourcesMeanSize \n\n0.486694 \n\n… \n\n… \n\nImportsNbDLL \n\n0.188581 \n\nTabel 3 memperlihatkan fitur yang memiliki nilai relevansi \ninformation gain diatas 0.17. Bisa dilihat bahwa setelah \ndilakukan reduksi dimensi menggunakan information gain \ndiperoleh 35 atribut yang nilai relevansinya diatas 0.17. Untuk \nmemastikan 35 atribut tersebut relevan akan dilakukan \npengecekan multikolinearitas terhadap 35 atribut tersebut \nmenggunakan nilai VIF. Diperoleh atribut dengan nilai VIF \nlebih besar dari 10 terdapat sebanyak 7 atribut, sehingga \nterdapat 28 atribut relevan untuk reduksi dimensi menggunakan \nfeature selection. \n\n6.5 Principal Component Analysis \n\nDari hasil analisis PCA diperoleh proporsi varians dan \n\nkumulatif varians nya sebagai berikut: \n\n 5 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n\fMakalah Seminar Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\n0.1, 1. Berikut tabel parameter terbaik yang terpilih untuk \nalgoritma random forest dan SVM : \n\nTABEL V \nPARAMETER KLASIFIKASI \n\nAlgoritma \n\nRandom Forest \n\nSVM \n\nParameter \ncriterion=’entro\npy’ \nmax_depth=9 \nn_estimator=50 \nkernel=RBF \nC=10 \nGamma=0.1 \n\npencarian \n\nparameter \n\nSetelah melakukan \n\nterbaik \nselanjutnya akan membangun model klasifikasi menggunakan \nparameter tersebut. Model yang dibangun kemudian akan \ndilakukan validasi \nterhadap menggunakan k-fold cross \nvalidation. Prosedur 10-fold cross validation digunakan pada \ntraining set untuk mengevaluasi model klasifikasi, setelah itu \nmodel akan diuji pada testing set dan akan dievaluasi \nperformanya. \n\n6.7 Evaluasi \n\nfeature \n\nTahapan evaluasi ini dilakukan pada tiga kondisi yaitu \npada saat sebelum data direduksi dimensi, data direduksi \nmenggunakan \nselection, dan data direduksi \nmenggunakan PCA. Dari tiga kondisi tersebut masing-masing \nkondisi akan diterapkan dua jenis algoritma yang berbeda \nsehingga terdapat enam confusion matrix yang terbentuk. Hasil \nperhitungan confusion matrix pada setiap kondisi disajikan \npada tabel 5 di bawah ini : \n\nTABEL IV \nHASIL PROSES PCA \n\nNo \n\nProporsi \n\nKumulatif \n\nKomponen \n\n1. \n\n2. \n\n3. \n\n4. \n\n5. \n\n… \n\n26 \n\n… \n\n53 \n\n0.105423798 \n\n0.105423798 \n\n0.072969069 \n\n0.178392867 \n\n0.060739368 \n\n0.239132235 \n\n0.057455574 \n\n0.296587809 \n\n0.048891379 \n\n0.345479187 \n\n… \n\n… \n\nPC1 \n\nPC2 \n\nPC3 \n\nPC4 \n\nPC5 \n\n… \n\n0.01369033 \n\n0.850867049 \n\nPC26 \n\n… \n\n0.000000504 \n\n… \n\n1 \n\n… \n\nPC53 \n\nTabel 4 merupakan hasil dari proses PCA yang dimana \nkolom proporsi merupakan proporsi varians komponen itu \nsendiri sedangkan kolom kumulatif merupakan penjumlahan \nproporsi varians dengan komponen sebelumnya. Atribut atau \nkomponen akan dipilih berdasarkan nilai kumulatif antara \n70%-80%[11]. Dalam \nakan \nmenggunakan atribut yang memberikan 85% informasi, \nsehingga pada penelitian ini akan menggunakan 26 atribut \ndengan nilai kumulatif sebesar 85.08%. \n\npenelitian \n\npeneliti \n\nini \n\n6.6 Klasifikasi \n\nforest \n\nrandom \n\nakan menggunakan \n\nSebelum melakukan klasifikasi akan dilakukan pemilihan \nparameter terbaik terlebih dahulu. Pemilihan parameter untuk \nalgoritma \nfungsi \nGridSearchCV() dengan parameter n_estimator = 25, 50, 100, \n150, 200; criterion= gini, entropy; max_depth= 3, 6, 9. \nSedangkan untuk pemilihan parameter pada algoritma SVM \nakan dilakukan secara manual dengan memperhatikan nilai f-1 \nscore nya [13]. Parameter yang digunakan pada pada SVM \nadalah kernel=auto, rbf, linear; C=auto, 0.1, 1, 10; gamma=auto, \n\nTABEL VI. \nHASIL PERHITUNGAN CONFUSION MATRIX \n\nKondisi \n\nAlgoritma \n\nAccuracy Precision \n\nRecall \n\nF-1 Score \n\nSebelum Reduksi \nDimensi \n\nReduksi Dimensi \nMenggunakan \nFeature Selection \n\nRandom Forest \n\n99.23% \n\n98.83% \n\n98.58% \n\n98.71% \n\nSVM \n\n99.28% \n\n98.60% \n\n98.99% \n\n98.80% \n\nRandom Forest \n\n99.21% \n\n98.68% \n\n98.67% \n\n98.67% \n\nSVM \n\n99.19% \n\n98.46% \n\n98.86% \n\n98.66% \n\nReduksi Dimensi \nMenggunakan PCA \n\nRandom Forest \n\n98.86% \n\nSVM \n\n99.11% \n\n97.76% \n\n98.34% \n\n98.44% \n\n98.10% \n\n98.69% \n\n98.51% \n\nDapat dilihat dari tabel diatas bahwa pada kondisi sebelum \nreduksi dimensi algoritma Random Forest \ndilakukan \nmemberikan nilai accuracy dan f-1 score masing-masing \nsebesar 99.23% dan 98.71%. Sedangkan untuk algoritma SVM \nmemberikan nilai accuracy dan f-1 score masing-masing \nsebesar 99.28% dan 98.85%. Untuk kondisi setelah dilakukan \nreduksi dimensi menggunakan feature selection, algoritma \nRandom Forest memberikan nilai accuracy dan f-1 score \nmasing-masing sebesar 99.21% dan 98.67%. Sedangkan untuk \n\nalgoritma SVM memberikan nilai accuracy dan f-1 score \nmasing-masing sebesar 99.19% dan 98.66%. Reduksi dimensi \nmenggunakan PCA memberikan hasil untuk algoritma Random \nForest dengan nilai accuracy dan f-1 score masing-masing \nsebesar 98.86% dan 98.10%, sementara algoritma SVM \nmemberikan nilai accuracy dan f-1 score masing-masing \nsebesar 99.11% dan 98.51%. \n\n 6 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n\f6.8 Perbandingan \n\nBerdasarkan hasil penelitian perbandingan penggunaan \nmetode reduksi menggunakan feature selection dan principal \ncomponent analysis dapat dilihat pada pada visualisasi dari \nnilai akurasi dibawah ini: \n\nNilai Akurasi\n\n99.40%\n\n99.20%\n\n99.00%\n\n98.80%\n\n98.60%\n\nRandom Forest\n\nSVM\n\nKondisi Sebelum Reduksi Dimensi\n\nKondisi Reduksi Dimensi Menggunakan\nFeature Selection\n\nKondisi Reduksi Dimensi Menggunakan PCA\n\nGambar 5. Perbandingan nilai akurasi \n\nBerdasarkan hasil diatas dapat dilihat bahwa untuk reduksi \ndimensi menggunakan feature selection algoritma random \nforest memiliki performa akurasi lebih baik dibandingkan SVM. \nSedangkan untuk reduksi dimensi menggunakan principal \ncomponent analysis algoritma SVM memiliki performa akurasi \nlebih baik dibandingkan algoritma random forest. Dari gambar \njuga bisa dilihat bahwa untuk reduksi dimensi menggunakan \nfeature selection memberikan hasil yang menyerupai dengan \nsebelum direduksi. Metode reduksi dimensi menggunakan \nfeature selection memberikan hasil lebih baik dibandingkan \ndengan metode reduksi dimensi menggunakan PCA. Dengan \nhanya menggunakan 28 fitur, model klasifikasi dengan \nmenggunakan metode feature selection memberikan hasil yang \nhampir sama untuk algoritma random forest maupun algoritma \nSVM. \n\nVII. \n\nDari penelitian yang \n\nPENUTUP \ntelah dilakukan, didapatkan \n\nkesimpulan yaitu: \n1. Klasifikasi zero-day malware menggunakan machine \nlearning berhasil dilakukan dengan memberikan akurasi \nsebesar 99.23% untuk algoritma random forest dan 99.28% \nuntuk algoritma SVM. \n\n2. Metode reduksi dimensi menggunakan feature selection \nmemberikan 28 atribut relevan dengan memberikan nilai \nakurasi sebesar 99.20% untuk algoritma random forest dan \n99.19% untuk algoritma SVM. Sedangkan untuk metode \nreduksi dimensi menggunakan principal component \nanalysis memberikan 26 PC relevan dengan memberikan \nnilai akurasi sebesar 98.83% untuk algoritma random \nforest dan 99.13% untuk algoritma SVM. \n\nMakalah Seminar Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\n3. Dilihat berdasarkan nilai akurasi, metode reduksi dimensi \nmenggunakan feature selection memberikan hasil lebih \nbaik dibandingkan dengan metode reduksi dimensi \nmenggunakan PCA \n\nPenelitian ini masih jauh dari kata sempurna sehingga \nagar melakukan pengembangan \npeneliti menyarankan \nselanjutnya. Adapun yang dapat dilakukan selanjutnya antara \nlain yaitu : \n1. Pencarian parameter untuk algoritma SVM pada penelitian \nini masih secara manual dengan melihat nilai f-1 score \nterbaik sehingga untuk penelitian selanjutnya perlu \ndilakukan pencarian parameter terbaik untuk algoritma \nSVM dengan menggunakan GridSearchCV(). \n\n2. Dapat membandingkan algoritma antara machine learning \ndan deep learning dalam melakukan klasifikasi zero-day \nmalware. \n\n3. Melakukan perbandingan model klasifikasi menggunakan \n\nkurva ROC atau menggunakan TPR. \n\nDAFTAR PUSTAKA \n[1] Adenansi, R., & Novarina, L. A. (2017). Malware dynamic. JoEICT \n\n(Journal of Education And ICT), 1(1). \n\n[2] Venkatraman, S., & Alazab, M. (2018). Use of data visualisation for zero-\nday malware detection. Security and Communication Networks, 2018, 1-\n13. \n\n[3] Rachmat, A. (2019). Survei Penerapan Model Machine Learning Dalam \n\nBidang Keamanan Informasi. Jurnal Sistem Cerdas, 2(1), 47-60. \n\n[4] Sitorus, Y. W., Sukarno, P., & Mandala, S. (2021). Analisis Deteksi \nMalware Android Menggunakan Metode Support Vector Machine & \nRandom Forest. eProceedings of Engineering, 8(6). \n\n[5] Garcia, F. C. C., & Muga II, F. P. (2016). Random forest for malware \n\nclassification. arXiv preprint arXiv:1609.07770. \n\n[6] Zhang, J. (2019). Machine learning with feature selection using principal \ncomponent analysis for malware detection: a case study. arXiv preprint \narXiv:1902.03639. \n\n[7] Abri, F., Siami-Namini, S., Khanghah, M. A., Soltani, F. M., & Namin, A. \nS. (2019, December). Can machine\/deep learning classifiers detect zero-\nday malware with high accuracy?. In 2019 IEEE international conference \non big data (Big Data) (pp. 3252-3259). IEEE. \n\n[8] Sartika, D., & Saluza, I. (2022). Penerapan Metode Principal Component \nAnalysis (PCA) Pada Klasifikasi Status Kredit Nasabah Bank Sumsel \nBabel Cabang KM 12 Palembang Menggunakan Metode Decision Tree. \nGeneric, 14(2), 45-49. \n\n[9] Prasetiyowati, M. I., Maulidevi, N. U., & Surendro, K. (2021). \nDetermining threshold value on information gain feature selection to \nincrease speed and prediction accuracy of random forest. Journal of Big \nData, 8(1), 84. \n\n[10] Zailani, A. U., & Hanun, N. L. (2020). Penerapan Algoritma Klasifikasi \nRandom Forest Untuk Penentuan Kelayakan Pemberian Kredit Di \nKoperasi Mitra Sejahtera. Infotech: Journal of Technology Information, \n6(1), 7-14. \n\n[11] Suhr, D. D. (2005). Principal Component Analysis vs. Exploratory Factor \n\nAnalysis. \n\n[12] DP, R. T., & Monika, M. (2014). Pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai \nperusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek \nIndonesia. Jurnal Manajemen dan Bisnis Sriwijaya, 12(1), 1-16 \n\n[13] Rahmansyah, A., Dewi, O., Andini, P., Ningrum, T. H. P., & Suryana, M. \nE. (2018, August). Membandingkan Pengaruh Feature Selection Terhadap \nAlgoritma Naïve Bayes dan Support Vector Machine. In Seminar Nasional \nAplikasi Teknologi Informasi (SNATi). \n\n[14] Annur, Cindy Mutia.2021. \"Serangan Malware Banyak Mengintai UMKM \n\ndi Masa Pandemi\". \nhttps:\/\/databoks.katadata.co.id\/datapublish\/2021\/10\/23\/serangan-\nmalware-banyak-mengintai-umkm-di-masa-pandemi, diakses pada 26 \nOktober 2022 pukul 19.45. \n\n 7 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n \n \n \n \n\fMakalah Seminar Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\n[15] Dihni, Vika Azkiya.2022. \"Indonesia Alami Kasus Serangan Ransomware \n\nTerbanyak di Asia Tenggara\". \nhttps:\/\/databoks.katadata.co.id\/datapublish\/2022\/06\/08\/indonesia-alami-\nkasus-serangan-ransomware-terbanyak-di-asia-tenggara, diakses pada 25 \nOktober 2022 pukul 20.00. \n\n[16] Riyanto, Galuh Putri.2022. “Indonesia Hadapi 1,6 Miliar Serangan Siber \n\ndalam Setahun, Ini Malware Terbanyak”. \nhttps:\/\/tekno.kompas.com\/read\/2022\/04\/08\/06020007\/indonesia-hadapi-\n1-6-miliar-serangan-siber-dalam-setahun-ini-malware-\nterbanyak?page=all, diakses pada 17 November 2022 pukul 14:20 \n\n[17] Wardani, Agus Setyo.2022. “Makin Parah, Serangan Ransomware BI \n\nTernyata Hantam 200 Komputer di 20 Cabang”. \nhttps:\/\/www.liputan6.com\/tekno\/read\/4867855\/makin-parah-serangan-\nransomware-bi-ternyata-hantam-200-komputer-di-20-cabang, \npada 17 November 2022 pukul 15:00. \n\ndiakses \n\n 8 \/ 8 \n\n \n \n\f", "label": [ { "start": 16287, "end": 16332, "text": "melihat dari nilai akurasi, f-1 score, recall", "labels": [ "METODE" ] }, { "start": 26832, "end": 26917, "text": "akurasi\\nsebesar 99.23% untuk algoritma random forest dan 99.28%\\nuntuk algoritma SVM", "labels": [ "TEMUAN" ] }, { "start": 7664, "end": 7738, "text": "Membandingkan hasil klasifikasi malware menggunakan\\nmachine learning", "labels": [ "TUJUAN" ] } ], "annotator": 1, "annotation_id": 9, "created_at": "2023-12-27T11:02:19.098800Z", "updated_at": "2023-12-27T11:02:19.098800Z", "lead_time": 419.782 }, { "id": 29, "content": "Makalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik\n\nPembangunan Sistem Informasi Kost dan Kontrakan\ndi Sekitar Polstat STIS Berbasis Web\n\nIlman Maulana (221911194, 4SI2)\n\nDosen Pembimbing: Firdaus, MBA\n\nini\n\nRingkasan— Salah satu kebutuhan utama manusia termasuk\nmahasiswa adalah tempat tinggal. Tempat tinggal yang biasa\ndihuni oleh mahasiswa diantaranya adalah asrama, rumah\nbersama keluarga atau saudara, kost, dan kontrakan. Pada\nmahasiswa Polstat STIS, banyak mahasiswa yang tinggal di kost\ndan kontrakan selama menempuh pendidikan di Polstat STIS.\nTetapi hal\ntidak dibarengi dengan kemudahan untuk\nmendapatkan informasi mengenai kost dan kontrakan yang ada,\nterutama di sekitar kampus. Mahasiswa masih mengalami\nberbagai kendala dalam melakukan pencarian kost dan\nkontrakan. Sebagai solusi, dibangun sebuah sistem informasi\nberbasis web untuk membantu mahasiswa dalam mencari kost\ndan kontrakan di\nsekitar kampus. Sistem ini dibangun\nmenggunakan metode waterfall dan diuji dengan metode black\nbox testing serta dievaluasi menggunakan metode System\nUsability Scale (SUS). Hasil dari pengujian black box testing\nmenunjukkan fitur pada sistem sudah berjalan dengan\nsemestinya dan skor akhir\nevaluasi SUS sebesar 74,55\nmenunjukkan sistem ini telah dapat diterima oleh pengguna.\n\nKata Kunci— Sistem informasi, kos, kontrakan.\n\nI. LATAR BELAKANG\n\nManusia memiliki berbagai macam kebutuhan. Secara\numum kebutuhan manusia dapat dibedakan menjadi 3, yaitu\nkebutuhan primer, sekunder dan tersier. Kebutuhan primer\nmerupakan kebutuhan yang harus dipenuhi manusia demi\nkelangsungan hidupnya [1]. Salah satu kebutuhan primer\nadalah papan atau tempat tinggal. Tempat tinggal merupakan\nhal yang penting bagi manusia untuk bernaung dan tempat\nbersosialisasi dengan lingkungan sehingga banyak orang yang\nmenginginkan tempat tinggal yang layak [2].\n\ntidak\n\nSetiap manusia\n\nterkecuali mahasiswa\n\npasti\nmembutuhkan tempat tinggal karena mereka akan sulit untuk\nmendapatkan hidup yang normal jika tidak memiliki tempat\ntinggal [3]. Tempat tinggal sendiri ada berbagai macam, mulai\ndari rumah, apartemen, asrama, kost, kontrakan dan lain\nsebagainya. Menurut penelitian terdahulu [4] macam-macam\ntempat\nsebagian mahasiswa\ndiantaranya adalah asrama, rumah bersama keluarga maupun\nsaudara, kost, dan kontrakan.\n\ntinggal yang biasa dihuni\n\nPoliteknik Statistika STIS (Polstat STIS) adalah perguruan\ntinggi kedinasan di lingkungan Badan Pusat Statistik yang\nlokasinya berada di Jakarta Timur. Banyak mahasiswa Polstat\nSTIS berasal dari\nJabodetabek sehingga mereka\nmembutuhkan tempat tinggal sementara selama menempuh\npendidikan di Polstat STIS. Dari hasil pengamatan, tempat\ntinggal sementara yang banyak digunakan mahasiswa Polstat\nSTIS adalah kost dan kontrakan.\n\nluar\n\nvoluntary\n\nsampling atau sampel\n\nSebelumnya telah dilakukan survei terhadap mahasiswa\nPolstat STIS mengenai informasi kost dan kontrakan di sekitar\nkampus dimana survei ini menggunakan teknik pengambilan\nsampel\nsukarela dan\ndisebarkan kepada seluruh mahasiswa Polstat STIS tahun\nemail dan grup WhatsApp.\najaran 2022\/2023 melalui\nDiketahui 95,4% dari 349 mahasiswa yang mengisi survei\ntersebut pernah atau sedang tinggal di kost atau kontrakan\nselama menempuh pendidikan di Polstat STIS dan 78,8% dari\nmereka pernah melakukan pencarian informasi kost dan\nkontrakan di sekitar kampus. Dari mahasiswa yang pernah\nmelakukan pencarian informasi kost dan kontrakan tersebut,\ndidapatkan 74,4% dari mereka mengalami kendala dalam\ninformasi kost dan kontrakan di sekitar kampus.\nmencari\nBerdasarkan hasil survei tersebut, diketahui meskipun banyak\nmahasiswa Polstat STIS yang membutuhkan tempat tinggal\nsementara\nseperti kost dan kontrakan saat menempuh\npendidikan di Polstat STIS, tetapi hal ini tidak dibarengi\ndengan kemudahan untuk mendapatkan informasi mengenai\nkost dan kontrakan yang ada, terutama di sekitar kampus.\n\ndan\n\nkontrakan mereka. Beberapa\n\nSaat ini ada berbagai cara yang dilakukan oleh pemilik kost\ndan kontrakan di sekitar Polstat STIS dalam mengiklankan\ndari mereka\nkost\nmengiklankan kost dan kontrakan dengan menggunakan\nposter berupa kertas berisi informasi ketersediaan kost dan\nkontrakan kosong beserta kontak yang dapat dihubungi. Poster\ntersebut ditempel di depan kost atau kontrakan yang ingin\ndisewakan atau di pinggir jalan seperti pada tiang listrik dan\ntembok-tembok bangunan. Cara lain yang dilakukan adalah\nmeminta mahasiswa yang menyewa kost atau kontrakan milik\nmereka untuk menyebarkan informasi ketersediaan kost dan\nkontrakan kepada mahasiswa lainnya menggunakan aplikasi\nWhatsApp. Beberapa kost dan kontrakan lain juga ada yang\nmendaftarkan kost dan kontrakan mereka pada web penyedia\ninformasi kost dan kontrakan di Indonesia, contohnya pada\nwebsite mamikos.\n\nAda pula sebuah Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di\nPolstat STIS yang melakukan pendataan rutin setiap tahun\ntentang kost dan kontrakan yang ada di sekitar kampus.\nKegiatan tersebut dilakukan setahun sekali saat mendekati\ntahun ajaran baru dengan meminta mahasiswa tahun ajaran\nsebelumnya mengisi sebuah formulir online yang berisikan\nberbagai informasi mengenai kost dan kontrakan mulai dari\nharga, jumlah kamar yang tersedia, alamat, fasilitas, sampai\nkontak pemilik kost atau kontrakan. Sebelum informasi hasil\npendataan\ndahulu\ndilakukan pengecekan duplikasi data dan pengecekan\nlapangan terhadap hasil pendataan. Setelah dilakukan\n\nke mahasiswa,\n\ndisebarkan\n\nterlebih\n\n2 \/ 9\n\n\fpengecekan lapangan, barulah hasil pendataan yang berupa\nspreadsheet dibagikan baik kepada mahasiswa baru untuk\nmencari kost dan kontrakan maupun mahasiswa lama yang\ningin pindah kost atau kontrakan namun kekurangan informasi\nmengenai kost dan kontrakan yang tersedia. Pengguna data\nhasil pendataan hanya diberikan akses untuk dapat melihat\nhasil pendataan. Oleh karena itu, panitia kegiatan pendataan\nmemberikan himbauan tertulis di dalam spreadsheet kepada\npara pengguna data agar mereka melaporkan ke pihak panitia\napabila mendapati ada kost atau kontrakan yang telah penuh.\n\nkost\n\nkeadaan\n\ninformasi\n\ngambaran\n\nbagaimana\n\nBersumber dari hasil survei\n\nterhadap mahasiswa yang\nmengalami kendala saat melakukan pencarian informasi\nmengenai kost dan kontrakan di sekitar Polstat STIS tentang\nkendala yang mereka alami. Didapatkan 82,1% dari mereka\nkesulitan untuk mengakses\ntentang kost dan\nkontrakan di sekitar kampus. Ada juga 74,9% yang merasa\nbahwa informasi yang didapatkan belum cukup untuk\nmemberikan\ndan\nkontrakan. Selain itu, 81,5% mahasiswa yang melakukan\npencarian kost dan kontrakan di sekitar Polstat STIS mengaku\nmengalami kesulitan dalam memilah dan membandingkan\ninformasi antar kost atau kontrakan yang tersedia. Hasil lain\ndari survei yang telah dilakukan adalah diketahuinya ada\nsebanyak 98,5% mahasiswa yang melakukan pencarian kost\nsekitar kampus merasa perlu untuk\ndan kontrakan di\nmengetahui\nterlebih dahulu dimana letak suatu kost atau\nkontrakan pada peta sebelum mereka memutuskan untuk\nmenyewa tempat tersebut atau tidak sedangkan pada sistem\nyang ada saat ini informasi tersebut sulit untuk diketahui.\ntersedia web penyedia informasi kost dan\nMeski saat\nkontrakan di\nIndonesia, namun ditemukan ada banyak\nmahasiswa Polstat STIS yang enggan menggunakan web\ntersebut karena berbagai alasan dan permasalahan yang ada\npadanya. Mereka juga merasa lebih senang dengan informasi\ndari teman atau kakak tingkat yang pernah tinggal di suatu\nkost atau kontrakan karena menurut mereka informasi yang\ndiberikan lebih objektif. Selain itu, dari hasil observasi juga\ndiketahui bahwa informasi yang tersebar sering kali tidak\nrelevan lagi dikarenakan pengelolaan data yang kurang baik.\n\nini\n\nada\n\npada\n\nberbagai\n\nMeskipun\n\npermasalahan\n\nsistem\ninformasi penyedia kost dan kontrakan berbasis web di\nIndonesia, namun ide tentang pembangunan sistem informasi\nkost dan kontrakan berbasis web masih merupakan sesuatu hal\nyang baik dengan sebisa mungkin menghindari permasalahan\nyang terjadi pada sistem yang ada saat ini. Penggunaan sistem\ninformasi akan memberikan kemudahan dalam pengelolaan\ninformasi dan penyebarluasan informasi akan lebih efektif dan\nefisien [5]. Selain itu, pada bidang pemasaran bila sistem\ninformasi dikelola sendiri maka keamanan data yang dikelola\ndan keberlangsungan sistem akan lebih terjamin dibandingkan\ndengan memanfaatkan marketplace yang ada [5], [6].\n\nBerlandaskan pada permasalahan-permasalahan tersebut,\ndiajukan solusi berupa pembangunan sistem informasi kost\ndan kontrakan di sekitar Polstat STIS untuk membantu\nmahasiswa dalam melakukan pencarian kost dan kontrakan di\nsekitar kampus.\n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik\n\nII. TUJUAN PENELITIAN\n\nTujuan penelitian ini secara umum adalah membangun\nsistem informasi yang dapat membantu mahasiswa dalam\nmencari kost dan kontrakan di sekitar Polstat STIS. Secara\nkhusus\ntujuan penelitian ini adalah membangun sistem\ninformasi yang dapat :\n\n1. Mengelola data kost dan kontrakan di sekitar Polstat\n\nSTIS.\n\n2. Menampilkan informasi kost dan kontrakan di sekitar\n\nPolstat STIS dengan kriteria tertentu.\n\n3. Menampilkan letak suatu kost atau kontrakan di\n\nsekitar Polstat STIS pada peta.\n\nIII. PENELITIAN TERKAIT\n\nTelah banyak penelitian yang dilakukan terkait dengan\npembuatan sistem informasi kost dan kontrakan. Salah\nsatunya adalah penelitian pada tahun 2022 yang berjudul\n“Sistem Informasi Geografis Persebaran Indekos di Sekitar\nWilayah Institut Teknologi Telkom Purwokerto Berbasis Web”\n[7]. Penelitian ini menghasilkan sebuah sistem informasi\ngeografis kost berbasis web untuk mahasiswa Institut\nTeknologi Telkom Purwokerto dengan memanfaatkan layanan\nlibrary JavaScript yaitu Leaflet dan peta OpenStreetMap.\nSistem yang dibangun lalu diuji menggunakan metode SUS\nuntuk mengevaluasi tingkat usability sistem yang dihasilkan.\nPenelitian ini relevan dengan penelitian yang akan dilakukan\nkarena kemiripan topik yang diambil yaitu pembuatan sistem\ninformasi geografis untuk kost dan kesamaan layanan serta\nmetode evaluasi usability sistem yang digunakan yaitu\nmenggunakan layanan library JavaScript yaitu Leaflet dan\npeta OpenStreetMap serta menggunakan SUS sebagai evaluasi\nusability sistem.\n\nPenelitian lain tentang pembangun web pencarian kost juga\ntelah dilakukan oleh Natalia Bunga Kambuno, Wahyuni Eka\nSari dan Dawamul Arifin pada tahun 2020 [8]. Penelitian yang\nberjudul “SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN\nTEMPAT KOS DI SAMARINDA BERBASIS WEB” ini\nmengambil studi kasus di Kota Samarinda, Kalimantan Timur.\nHasil dari penelitian tersebut adalah sebuah sistem informasi\ngeografis kost berbasis web untuk mahasiswa di Kota\nSamarinda, tepatnya mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri\n(POLITANI), Politeknik Negeri Samarinda\nSamarinda\n(POLNES),\n(UNMUL).\ndan Universitas Mulawarman\nPenelitian ini relevan dengan penelitian yang akan dilakukan\nmengenai pembuatan sistem informasi geografis kost berbasis\nweb untuk mahasiswa sehingga bisa dijadikan sebagai\nreferensi karena kemiripan dari\ntujuan penelitian yang\ndilakukan, yaitu membuat sistem informasi geografis untuk\nmembantu mahasiswa dalam mencari kost di sekitar kampus\ntempat mereka menempuh pendidikan.\n\nberjudul\n\nPada tahun 2021 juga telah dilakukan penelitian mengenai\npembangunan sistem informasi kost berbasis web. Penelitian\ntersebut\n“RANCANG BANGUN SISTEM\nINFORMASI SEWA RUMAH KOST (E-KOST) BERBASIS\nWEBSITE” [9]. Dari penelitian ini dihasilkan sebuah sistem\ninformasi kost berbasis web untuk wilayah Jakarta Selatan.\nDalam pembangunan sistem informasi tersebut, metode yang\ndigunakan adalah metode waterfall sehingga penelitian ini\n\n3 \/ 9\n\n\fMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik\n\ndibutuhkannya pembuatan sistem informasi kost\ndan kontrakan di sekitar Polstat STIS. Selain itu,\njuga digunakan untuk mengevaluasi\nkuesioner\nsistem yang\ndengan menyebarkan\nkuesioner uji evaluasi System Usability Scale\n(SUS) kepada mahasiswa Polstat STIS secara\numum dan kepada panitia pendataan kost dan\nkontrakan secara khusus.\n\ndibangun\n\n4. Observasi\n\nUnit observasi pada penelitian ini adalah\nmahasiswa Polstat STIS dan web penyedia\ninformasi kost dan kontrakan di Indonesia. Pada\nmahasiswa Polstat STIS observasi dilakukan untuk\nmelihat kecenderungan mahasiswa Polstat STIS\nyang terlihat jelas tanpa harus menggali informasi\nlebih lanjut dari mereka. Hal yang diobservasi\nseperti\nbagaimana kebiasaan mahasiswa dan\nseberapa jauh kost atau kontrakan mahasiswa dari\nkampus. Adapun observasi pada web penyedia\nIndonesia\ninformasi\ndilakukan untuk mendapatkan gambaran sistem\ninformasi sejenis yang ada saat ini.\n\nkontrakan di\n\nkost\n\ndan\n\nC. Metode Pengembangan Sistem\n\nini\n\nSistem yang dibangun pada penelitian ini\nmenerapkan metode System Development Life Cycle\n(SDLC) model waterfall. Metode\ncocok\ndigunakan untuk tujuan pembangunan sistem dari\nawal yang mengumpulkan kebutuhan sistem yang\nakan dibangun sampai dengan produk diuji [10].\nini mudah dipahami dan\nSelain itu, metode\ndiimplementasikan\nterstruktur\nkarena tiap fase diproses dan diselesaikan satu per\nsatu [11]. Metode ini juga mencerminkan rekayasa\nyang praktis dan lengkap sehingga kualitas software\ntetap terjaga karena pengembangan yang terstruktur\ndan terawasi dengan baik serta proses pemeliharaan\nmudah dikarenakan dokumen yang lengkap [12].\nterdapat 5\nPada metode SDLC model waterfall\ntahapan,\ndesain,\nimplementasi, serta uji coba dan evaluasi [13].\n\nperencanaan,\n\ntahapannya\n\nanalisis,\n\nyaitu\n\nserta\n\nsejalan dengan penelitian yang akan dilakukan karena\nkesamaan topik dan metode pembangunan sistem informasi\nyang digunakan. Penelitian ini dapat menjadi salah satu\nreferensi dalam pembangunan sistem informasi kost yang\nmenggunakan metode waterfall.\n\nIV. METODE PENELITIAN\n\nA. Ruang Lingkup Penelitian\n\nFokus ruang lingkup pada penelitian ini adalah\npembuatan sistem informasi kost dan kontrakan di\nsekitar Polstat STIS, tepatnya kost dan kontrakan yang\nberada di Kelurahan Bidara Cina dan Kelurahan\nCipinang Cempedak, Jakarta Timur. Sistem informasi ini\ndibangun untuk membantu mahasiswa Polstat STIS\ndalam mencari kost dan kontrakan di sekitar kampus.\nSistem yang dibangun adalah sistem berbasis web.\n\nB. Metode Pengumpulan Data\n1. Telaah Pustaka\n\nDalam penelitian ini telaah pustaka dilakukan\nuntuk meninjauan berbagai penelitian sebelumnya\nguna memahami bagaimana penelitian tersebut\ndilakukan. Baik dari latar belakang masalahnya,\nmetode\ndigunakan, metode\nyang\npengembangan sistem, metode pengujian sistem,\ndan fitur-fitur apa saja yang mereka berikan. Hasil\ndari telaah pustaka dapat digunakan sebagai dasar\ndan panduan dalam pembangunan sistem.\n\npenelitian\n\n2. Wawancara\n\ndari\n\nlebih\n\nuntuk\n\ninformasi\n\nmahasiswa\n\nPada penelitian ini, wawancara dilakukan pada\nbeberapa\nmengetahui\npermasalahan yang mereka hadapi saat mencari\nkost dan kontrakan di sekitar kampus. Informasi\nyang didapat kemudian digunakan sebagai dasar\ndalam pembuatan kuesioner penelitian untuk\nmengumpulkan\nbanyak\nmahasiswa. Wawancara juga digunakan untuk\nmengetahui secara lebih mendalam tentang hal-hal\nyang\nkost dan\nkontrakan yang ada saat ini. Contohnya seperti dari\nsumber mana\nsaja mahasiswa memperoleh\ninformasi mengenai kost dan kontrakan di sekitar\nkampus. Selain itu, dilakukan pula wawancara\nterhadap panitia penanggung jawab kegiatan\npendataan kost dan kontrakan di sekitar Polstat\nSTIS tahun lalu untuk mengetahui bagaimana\nsistem pendataan\nkost dan kontrakan yang\ndilakukan oleh UKM di Polstat STIS berjalan.\n\ninformasi\n\nberkaitan\n\ndengan\n\n3. Kuesioner\n\nkampus. Kuesioner\n\nKuesioner pada penelitian ini dimanfaatkan\nuntuk menggali informasi pada mahasiswa Polstat\nSTIS mengenai informasi kost dan kontrakan di\ndigunakan untuk\nsekitar\nmengetahui masalah apa\nsaja yang dialami\nmahasiswa terkait usaha mereka dalam mencari\nkost dan kontrakan di\nsekitar Polstat STIS.\njuga diperlukan untuk mengetahui\nKuesioner\npendapat mahasiswa tentang urgensi\nbagaimana\n\nGambar 1. Tahapan metode waterfall\n\nD. Metode Pengujian Sistem\n\nPada penelitian ini uji coba sistem dilakukan\ndengan metode black box\ntesting dan untuk\nevaluasinya metode yang digunakan adalah System\nUsability Scale (SUS). Pengujian black box testing\n\n4 \/ 9\n\n\fMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik\n\ndigunakan untuk mengetahui apakah sistem yang\ndibangun dapat berjalan dan berfungsi dengan benar\ntanpa memperhatikan struktur atau kode internal\ndidalamnya [14]. Adapun metode evaluasi sistem,\nyaitu System Usability Scale (SUS) adalah sebuah\nteknik penilaian atau evaluasi sistem yang digunakan\nuntuk mengukur tingkat kemudahan (usability) suatu\nproduk atau sistem dengan melibatkan pengguna\n[15]. Pengujian dan evaluasi pada sistem ini\ndilakukan oleh semua aktor yang terlibat dalam\nsistem sesuai peran mereka masing-masing.\n\nV. KERANGKA PIKIR\n\nGambar 3. Diagram aktivitas sistem usulan\n\nB. Sistem usulan\n\nBila dibandingkan dengan sistem sejenis yang banyak\nberedar saat\nini, sistem yang dibangun agak sedikit\nberbeda karena tidak melibatkan pemilik kost atau\nkontrakan sebagai user khusus pada sistem yang\nbiasanya berperan sebagai user yang memasukkan dan\nmemperbaharui data kost atau kontrakan. Sebagai\ngantinya, data kost dan kontrakan dapat ditambahkan dan\ndiperbaharui oleh admin dan pengguna. Admin dapat\nsecara langsung memasukan dan memperbaharui data\npada sistem, sedangkan pengguna dalam hal ini sifatnya\nadalah memberikan pengajuan dimana pengajuan dari\npengguna nantinya akan dilakukan pengecekan terlebih\ndahulu oleh pengelola sistem informasi dan pengelola\natau menolak pengajuan tersebut.\ndapat menerima\nSemua\nberkontribusi\nserta\nmengajukan penambahan dan pembaharuan data. Sistem\ninput dan update data yang seperti ini dimaksudkan\nuntuk menjaga kualitas data yang ditampilkan pada\nsistem dan menjaga kepercayaan pencari kost dan\nkontrakan\ninformasi yang\nsistem sehingga\nditampilkan hanya informasi yang sudah terverifikasi\noleh admin dan pengelola.\n\npengguna\n\ndapat\n\npada\n\nikut\n\nTerdapat beberapa alasan yang melatarbelakangi\nditiadakannya user pemilik kost dan kontrakan secara\nkhusus lalu digantikan perannya oleh pengguna secara\numum. Salah satunya adalah dikarenakan sistem yang\ndibangun masih baru dan masih belum dikenal oleh\npemilik kost atau kontrakan, sehingga perlu memulai dan\nmemperlihatkan manfaat dari\nsistem secara nyata\nterlebih dahulu agar nantinya diharapkan pemilik kost\natau kontrakan mau mengajukan diri dan menggantikan\nmahasiswa untuk mengelola data kost atau kontrakan\nmilik mereka. Dari sisi stakeholder pun mereka juga\nmenyatakan bahwa mereka belum memiliki hubungan\ndengan pihak pemilik kost dan kontrakan, sehingga\nmelibatkan pemilik kost atau kontrakan secara khusus\ndalam sistem cukup sulit. Oleh karena itu, digunakan\nopsi\nlain yaitu menggantikan peran pemilik dengan\npengguna secara umum untuk berkontribusi dalam\nsisi\nmemasukkan data kost dan kontrakan. Dari\npengguna berdasarkan hasil survei yang dilakukan\nsebelumnya juga diketahui ada kecenderungan bahwa\nmereka lebih menyukai informasi dari mahasiswa atau\n\n5 \/ 9\n\nGambar 2. Kerangka pikir penelitian\n\nGambar di atas menjelaskan kerangka pikir dalam\npenelitian ini yaitu dimulai dengan mengumpulkan\ninformasi mengenai informasi kost dan kontrakan pada\nmahasiswa Polstat STIS menggunakan metode telaah\npustaka, kuesioner, observasi, dan wawancara. Dari\npengumpulan\nberbagai\ntadi\npermasalahan yang terjadi seperti yang tertulis pada\nkolom permasalahan gambar tersebut. Untuk mengatasi\npermasalahan\ndilakukan\nada\npembangunan sistem sebagai solusi. Sistem dibangun\nmenggunakan metode waterfall dan diuji dengan\nmetode black box testing serta dievaluasi menggunakan\nmetode system usability scale (SUS).\n\nditemukan\n\nkemudian\n\nyang\n\ndata\n\nVI. HASIL DAN PEMBAHASAN\n\nA. Rancangan Arsitektur\n\nPada penelitian ini sistem yang akan dibangun\nmerupakan sistem berbasis web. Web dapat diakses oleh\npengguna dengan cara terhubung dengan server web\nmelalui jaringan internet. Selain menyediakan tampilan\nsistem,\njuga menyimpan semua data yang\ndigunakan dalam proses bisnis sistem dalam server basis\ndata. Berikut rancangan arsitektur sistem.\n\nserver\n\n\fdengan\n\nkenalan yang pernah mendiami suatu kost atau kontrakan\ndibandingkan\ndari\npemiliknya. Selain itu, beberapa dari mereka juga\nmengeluhkan\nyang\ndimasukkan oleh pemilik kost atau kontrakan pada\nsistem sejenis yang ada saat ini.\n\ninformasi\n\nlangsung\n\ntentang\n\nadanya\n\nfiktif\n\ndata\n\nsaat\n\nTentunya sistem kerja yang diterapkan pada sistem\nusulan dan sistem kerja yang umumnya berjalan pada\nsistem sejenis\nini memiliki kelebihan dan\nkekurangan. Berdasarkan analisis yang dilakukan,\nberikut perbandingan pada pengaplikasian metode sistem\nusulan dengan sistem yang umumnya berjalan pada\nsistem sejenis saat ini.\n1. Dengan\n\ninformasi\nmengenai telah adanya sistem kepada pihak yang\nmemasukkan dan memperbaharui data lebih mudah\ndilakukan, berbeda dengan sistem sejenis dimana\nyang melakukannya hanya pemilik kost\natau\nkontrakan.\n\nsistem usulan,\n\npenyebaran\n\n2. Data yang ditampilkan pada sistem usulan cenderung\nlebih terpercaya karena data diverifikasi\nterlebih\ndahulu oleh pengelola, berbeda dengan sistem yang\nbiasanya berjalan dimana data yang dimasukkan pada\nsistem langsung akan ditampilkan.\n\n3. Pada\n\ndengan\n\nsistem usulan,\n\nketerbaruan data\n\nsangat\ntergantung\npengguna.\nSementara itu pada sistem yang umumnya berjalan\nsaat ini keterbaruan tergantung pada pemilik kost\natau kontrakan.\n\nkontribusi\n\npara\n\n4. Pada\n\nkost\n\nperubahan\nkontrakan\n\nsistem usulan,\ndan\n\npembaharuan\ninformasi\numum\ncenderung lebih lama karena harus menunggu\npersetujuan dari pengelola terlebih dahulu. Berbeda\ndengan sistem yang biasanya berjalan dimana\ndatanya langsung berubah saat pemilik melakukan\nperubahan.\n\nsecara\n\nPada sistem yang diusulkan, terdapat dua aktivitas\nutama yaitu yang pertama adalah mencari kost atau\nkontrakan dan yang kedua adalah mengelola data kost,\nkamar, dan kontrakan. Aktivitas mencari kost atau\nkontrakan dilakukan oleh pengguna dimana pengguna\nterlebih dahulu melakukan login\npada sistem dan\nselanjutnya pengguna menuju halaman Kost untuk\nmencari kost atau menuju halaman Kontrakan untuk\nmencari kontrakan. Untuk memudahkan dalam pencarian\npengguna\nyang\ndisediakan. Jika berminat pengguna dapat menghubungi\npemilik kost atau kontrakan untuk melakukan transaksi.\nSetelah\ndiharapkan\nmelakukan konfirmasi agar data kost atau kontrakan\ndiperbaharui oleh sistem. Berikut diagram aktivitas untuk\nkegiatan mencari kost atau kontrakan oleh pengguna.\n\ndapat menggunakan\n\npengguna\n\ntransaksi\n\nselesai\n\nfilter\n\nfitur\n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik\n\nGambar 4. Diagram aktivitas mencari kost atau kontrakan pada sistem\nusulan\n\ndari\n\nAktivitas utama lainnya pada sistem usulan adalah\ndata kost, kamar, dan kontrakan.\nmengelola\nPengelolaan\nmenambah,\ndata\nterdiri\nmemperbaharui, dan menghapus data. Semua aktor\ntingkatan\ndalam pengelolaan meski\nterlibat\npengelolaan dan peran mereka masing-masing berbeda.\nDalam hal pengelolaan, admin dapat menambah,\nmemperbaharui, dan menghapus data secara langsung.\nSementara itu, pengguna hanya dapat mengajukan\npenambahan dan pembaharuan data. Karena sifatnya\nhanya pengajuan maka data yang diajukan tidak\nlangsung\npencarian,\npada\nmelainkan akan dilakukan pengecekan terlebih dahulu\noleh pengelola apakah data tersebut sekiranya valid\natau tidak. Jika pengelola memiliki hal yang perlu\ndikonfirmasi\ndata\npengajuan, pengelola dapat menghubungi pengaju data\nmelalui aplikasi WhatsApp. Bila pengajuan disetujui\nmaka status pengajuan data akan diperbaharui dan data\nakan ditampilkan pada halaman pencarian. Namun,\napabila pengajuan ditolak maka data akan dihapus dari\n\nsaat melakukan\n\nditampilkan\n\npengecekan\n\nhalaman\n\n6 \/ 9\n\n\fsistem. Berikut diagram aktivitas mengelola data kost\ndan kontrakan pada sistem usulan.\n\nGambar 5. Diagram aktivitas penambahan dan pembaharuan data kost,\nkamar, dan kontrakan oleh pengguna pada sistem usulan\n\nGambar 6. Diagram aktivitas mengelola data kost, kamar, dan\nkontrakan oleh admin pada sistem usulan\n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik\n\nSistem yang sudah dibangun rencananya akan\ndikelola secara sepanjang tahun oleh sebuah UKM\nKerohanian Islam (Rohis). Namun, pada waktu tertentu\npengelolaan sistem akan berpindah tangan dalam UKM\ntersebut. Pada beberapa waktu mendekati tahun ajaran\nbaru sampai beberapa waktu setelah ajaran baru dimulai,\nsistem ini akan dikelola oleh panitia Penyambutan\nMahasiswa Baru (PMB)\ntepatnya oleh divisi Buku\nPedoman saat kegiatan penyambutan mahasiswa baru\nberlangsung. Di luar waktu tersebut sistem akan dikelola\noleh\nInformasi\n(Medkominfo) dari UKM Rohis.\n\ndivisi Media, Komunikasi\n\ndan\n\nC. Use case\n\nDiagram use\n\ncase menampilkan interaksi dan\nsistem dengan sistem\nhubungan antara pengguna\ntersebut. Pada penelitian ini sistem digunakan oleh tiga\naktor yaitu pengguna, pengelola, dan admin dengan\nperannya masing-masing. Secara umum admin adalah\naktor tertinggi dalam sistem, pengelola merupakan aktor\nyang bertugas dalam penyeleksian data kost dan\nkontrakan yang masuk, dan aktor pengguna adalah\nmereka yang dapat menjadi kost dan kontrakan serta\ndapat berkontribusi memberikan informasi terkait hal\ntersebut. Lebih jelasnya tentang use case dari setiap aktor\ndapat dilihat pada gambar berikut.\n\nGambar 7. Use case diagram sistem usulan\n\nD. Rancangan basis data\n\nyang menyimpan\n\nRancangan basis data pada penelitian ini sudah\nmelalui tahap normalisasi dan didapatkan sembilan tabel\nyang berelasi. Kesembilan tabel tersebut yaitu tabel users\ntabel\nyang menyimpan data-data pengguna sistem,\nkontrakans\ndata-data mengenai\nkontrakan di sekitar Polstat STIS yang terdaftar, tabel\nkosts yang menyimpan data kost-kost di sekitar kampus\ntabel kamars yang\nsistem,\nyang\nmenyimpan data jenis kamar pada kost yang terdaftar.\ntabel reviews yang berisi komentar dari pengguna, tabel\nratings yang berisi rating dari pengguna, tabel edit_kosts\n\nterdaftar\n\npada\n\n7 \/ 9\n\n\fMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik\n\nyang menyimpan sementara data pengajuan update kost,\ntabel edit_kontrakans yang menyimpan sementara data\npengajuan update kontrakan, dan tabel edit_kamars yang\nmenyimpan sementara data pengajuan update kamar.\nRancangan basis data digambarkan dalam Entity\nRelationship Diagram (ERD) sebagai berikut.\n\nGambar 8. ERD rancangan basis data sistem usulan\n\nE.\n\nImplementasi\n\nSistem yang dibangun telah diimplementasikan dan\ndapat diakses pada https:\/\/kostis-dev.ajaxcoding.id\/.\nBerikut beberapa tampilan dari hasil\nimplementasi\nsistem.\n\nGambar 9. Implementasi halaman dashboard admin\n\nGambar 10. Implementasi halaman kost\n\nGambar 11. Implementasi halaman detail kost bagian informasi letak\nkost pada peta\n\nF. Pengujian Sistem\n\nSistem yang dibangun juga telah melalui tahap uji\ncoba yang dalam hal ini menggunakan metode black-box\ntesting. Dari hasil uji ini diketahui fungsi dari sistem\nsudah berjalan semestinya. Berikut hasil uji coba sistem\nsecara umum.\n\nTABEL I\nHASIL PENGUJIAN SISTEM\n\nSkenario Pengujian\n\nAktor\n\nLogin\n\nAdmin, Pengelola,\nPengguna\n\nMendaftar\n\nPengguna\n\nMencari kost atau kontrakan\n\nPengguna\n\nKonfirmasi transaksi\n\nMenghubungi admin\n\nPengguna\n\nPengguna\n\nMelaporkan kost dan kontrakan\n\nPengguna\n\nMengajukan penambahan dan\npembaharuan data kost, kamar, dan\nkontrakan\n\nPengguna\n\nHasil\n\nBerhasil\n\nBerhasil\n\nBerhasil\n\nBerhasil\n\nBerhasil\n\nBerhasil\n\nBerhasil\n\nMemberi dan menghapus rating\npada kamar dan kontrakan\n\nMemberi komentar pada kamar,\nkost, dan kontrakan\n\nMenghubungi pemilik kost dan\nkontrakan\n\nPengguna\n\nBerhasil\n\nPengguna\n\nBerhasil\n\nPengguna\n\nBerhasil\n\nMelihat detail kost dan kontrakan\n\nPengguna\n\nMengedit data pengajuan\npenambahan\n\nPengelola\n\nBerhasil\n\nBerhasil\n\nMenghubungi pengaju\npenambahan dan pembaharuan\ndata\n\nMenyetujui atau menolak\npenambahan dan pembaharuan\ndata kamar, kost, atau kontrakan\n\nPengelola\n\nBerhasil\n\nPengelola\n\nBerhasil\n\n8 \/ 9\n\n\fMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik\n\nMenambahkan dan menghapus\npengelola\n\nMenghapus akun pengguna\n\nMengubah data admin\n\nMelihat detail, menambah,\nmemperbaharui, dan menghapus\ndata kamar, kost, dan kontrakan\n\nAdmin\n\nAdmin\n\nAdmin\n\nAdmin\n\nBerhasil\n\nBerhasil\n\nBerhasil\n\nBerhasil\n\nBerdasarkan skor SUS yang didapat yaitu 74,55 sistem ini\ntelah dapat diterima oleh pengguna.\n\nSaran yang dapat diberikan untuk penelitian berikutnya\nadalah mengevaluasi dan meningkatkan sistem dari segi\ntampilan karena berdasarkan hasil SUS hal\nini perlu\nditingkatkan. Selain itu, dapat dievaluasi juga peran setiap\naktornya dan fitur pada sistem setelah sistem berjalan\napakah sudah cukup atau perlu ditingkatkan lagi.\n\nG. Evaluasi Sistem\n\nSelain telah diuji coba, sistem juga telah dievaluasi\ndengan menggunakan metode System Usability Scale\n(SUS) dimana sistem ini dievaluasi oleh 67 user dengan\nrincian 2 aktor admin, 3 aktor pengelola, dan 62 aktor\npengguna.\n\nTABEL II\nHASIL EVALUASI SISTEM\n\nPernyataan\n\nSkor SUS\n\nSaya berpikir akan menggunakan sistem ini lagi\n\nSaya merasa sistem ini rumit untuk digunakan\n\nSaya merasa sistem ini mudah untuk digunakan\n\nSaya membutuhkan bantuan dari orang lain atau teknisi\ndalam menggunakan sistem ini\n\nSaya merasa fitur-fitur sistem ini berjalan dengan\nsemestinya.\n\nSaya merasa ada banyak hal yang tidak konsisten (tidak\nserasi) pada sistem ini\n\nSaya merasa orang lain akan memahami cara\nmenggunakan sistem ini dengan cepat\n\nSaya merasa sistem ini membingungkan\n\nSaya merasa tidak ada hambatan dalam menggunakan\nsistem ini\n\nSaya perlu membiasakan diri terlebih dahulu sebelum\nmenggunakan sistem ini\n\nRata-rata\n\n7,69\n\n7,50\n\n8,17\n\n7,76\n\n8,10\n\n6,75\n\n7,99\n\n7,76\n\n7,65\n\n5,19\n\n74,55\n\nSistem yang dibangun mendapat skor akhir evaluasi\nSUS sebesar 74,55. Nilai\nini berada dalam predikat\nsangat baik meski hasilnya mendekati batas bawah\npredikat tersebut. Nilai SUS ini juga telah menunjukkan\nbahwa sistem dapat diterima oleh pengguna karena telah\nmelebihi nilai 68.\n\nVII.\n\nPENUTUP\nKesimpulan pada penelitian ini adalah pembangunan\nsistem informasi kost dan kontrakan di sekitar Polstat\nSTIS yang dapat mengelola data kost dan kontrakan,\nmenampilkan kost atau kontrakan dengan kriteria tertentu,\ndan menampilkan letak suatu kost atau kontrakan pada\npeta sudah dapat diimplementasikan seluruhnya serta\nsudah melalui tahap pengujian dan evaluasi dengan baik.\n\n[1]\n\n[2]\n\n[3]\n\n[4]\n\n[5]\n\n[6]\n\n[7]\n\n[8]\n\n[9]\n\n[10]\n\n[11]\n\n[12]\n\n[13]\n\n[14]\n\n[15]\n\nDAFTAR PUSTAKA\n\nN. I. Imansari, “PRAKTIKUM MENGENAI KEBUTUHAN ATAU\nUTILITAS DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI,” vol. 5, no. 2,\n2020.\nJ. Wibowati, “PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP\nKEPUASAN PELANGGAN PADA PT MUARAKATI BARU SATU\nPALEMBANG,” J. Manaj., vol. 8, no. 2, hlm. 15–31, Mar 2021, doi:\n10.36546\/jm.v8i2.348.\nM. Kharisma dan I. F. Susilowati, “TINJAUAN YURIDIS\nTERHADAP PENGATURAN PEMANFAATAN RUMAH\nNEGARA SELAIN SEBAGAI TEMPAT TINGGAL DI\nINDONESIA,” NOVUM J. Huk., vol. 7, no. 3, hlm. 164–173, Jul\n2020.\nSumiati, “HUBUNGAN ANTARA STATUS TEMPAT TINGGAL\nDENGAN INDEKS PRESTASI KUMULATIF (IPK) MAHASISWA\nTADRIS MATEMATIKA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI\nSULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI,” Skripsi, UNIVERSITAS\nISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI, Jambi,\n2021.\nD. Zaliluddin, “PERANCANGAN SISTEM INFORMASI\nPENJUALAN BERBASIS WEB (STUDI KASUS PADA\nNEWBIESTORE),” vol. 4, hlm. 4, 2018.\nH. Purnomo dan J. Maknunah, “Sistem Informasi Pengolahan Data\nKeuangan Berbasis Web,” J M P - J. Inform. Merdeka Pasuruan, vol.\n3, no. 3, Des 2018, doi: 10.37438\/jimp.v3i3.187.\nK. C. Alexander, A. R. Ardi, dan A. Faiqoh, “Sistem Informasi\nGeografis Persebaran Indekos di Sekitar Wilayah Institut Teknologi\nTelkom Purwokerto Berbasis Web,” OPEN ACCESS, vol. 1, no. 4,\n2022.\nN. B. Kambuno, W. E. Sari, dan D. Arifin, “Sistem Informasi\nGeografis Pemetaan Tempat Kos Di Samarinda Berbasis Web,” Bul.\nPoltanesa, vol. 21, no. 1, hlm. 11–17, Jun 2020, doi:\n10.51967\/tanesa.v21i1.320.\nC. Nizar, “Rancang Bangun Sistem Informasi Sewa Rumah Kost\n(E-Kost) Berbasis Website,” J. Sist. Inf. Dan Sains Teknol., vol. 3, no.\n1, Mar 2021, doi: 10.31326\/sistek.v3i1.852.\nR. Susanto dan A. D. Andriana, “PERBANDINGAN MODEL\nWATERFALL DAN PROTOTYPING UNTUK PENGEMBANGAN\nSISTEM INFORMASI,” Maj. Ilm. UNIKOM, vol. 14, no. 1, Mei\n2016, doi: 10.34010\/miu.v14i1.174.\nA. Alshamrani dan A. Bahattab, “A Comparison Between Three\nSDLC Models Waterfall Model, Spiral Model, and\nIncremental\/Iterative Model,” IJCSI Int. J. Comput. Sci. Issues, vol.\n12, no. 1, Jan 2015.\nJ. Junaedy dan A. Munir, “RANCANG BANGUN SISTEM\nPENGELOLAAN DATA KULIAH KERJA LAPANG PLUS\nMEMANFAATKAN FRAMEWORK CODEIGNITER DENGAN\nMENGGUNAKAN METODE WATERFALL,” Ilk. J. Ilm., vol. 9, no.\n2, hlm. 203–210, Agu 2017, doi: 10.33096\/ilkom.v9i2.141.203-210.\nE. R. Hakim, U. Gunadarma, J. M. R. No, dan J. Barat,\n“STEGANOGRAFI CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE\nLEAST SIGNIFICANT BIT (LSB),” vol. 5, 2021.\nR. A. Krisdiawan, “IMPLEMENTASI MODEL PENGEMBANGAN\nSISTEM GDLC DAN ALGORITMA LINEAR CONGRUENTIAL\nGENERATOR PADA GAME PUZZLE,” J. NUANSA Inform., vol.\n12, no. 2, hlm. 1–9, Jul 2018.\nU. Ependi, T. B. Kurniawan, dan F. Panjaitan, “System usability scale\nvs heuristic evaluation: a review,” Simetris J. Tek. Mesin Elektro Dan\nIlmu Komput., vol. 10, no. 1, hlm. 65–74, 2019.\n\n9 \/ 9\n\n\f", "label": [ { "start": 810, "end": 931, "text": "dibangun sebuah sistem informasi\\nberbasis web untuk membantu mahasiswa dalam mencari kost\\ndan kontrakan di\\nsekitar kampus", "labels": [ "TUJUAN" ] }, { "start": 972, "end": 981, "text": "waterfall", "labels": [ "METODE" ] }, { "start": 1152, "end": 1191, "text": "sistem sudah berjalan dengan\\nsemestinya", "labels": [ "TEMUAN" ] }, { "start": 1196, "end": 1233, "text": "skor akhir\\nevaluasi SUS sebesar 74,55", "labels": [ "TEMUAN" ] }, { "start": 8695, "end": 8808, "text": "membangun\\nsistem informasi yang dapat membantu mahasiswa dalam\\nmencari kost dan kontrakan di sekitar Polstat STIS", "labels": [ "TUJUAN" ] }, { "start": 12657, "end": 12709, "text": "System Development Life Cycle\\n(SDLC) model waterfall", "labels": [ "METODE" ] } ], "annotator": 1, "annotation_id": 10, "created_at": "2023-12-27T12:45:37.279987Z", "updated_at": "2023-12-27T12:45:37.279987Z", "lead_time": 238.662 }, { "id": 30, "content": "Makalah Seminar Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\n Pemetaan Kualitas Lingkungan Hidup dengan \nMachine Learning Menggunakan Data Citra Satelit \nStudi Kasus: Provinsi DKI Jakarta \n\nAlfonsius Berly (221911193, 4SD1) \nDosen Pembimbing: Dr. Eng. Arie Wahyu Wijayanto, SST, MT. \n\nRingkasan— Lingkungan adalah aspek yang berpengaruh \nlangsung terhadap kesehatan dan keberlangsungan hidup \nmanusia, sehingga sangat penting untuk menemukan suatu \ninstrumen yang dapat memonitor serta mengevaluasi kualitas \nlingkungan hidup secara cepat dan akurat. Penginderan jauh \nmerupakan cara yang efektif dalam mencapai tujuan tersebut. \nPenggunaan model MCDA dan machine \nlearning dalam \nmenganalisis data citra satelit dapat memberikan pemahaman \nyang lebih baik mengenai kualitas suatu lingkungan. Penelitian \nidentifikasi, estimasi, dan \nini bertujuan untuk melakukan \npemetaan kualitas lingkungan hidup kota-kota di Provinsi DKI \nJakarta dengan menggunakan data citra satelit. Metode machine \nlearning dengan algoritma XGBoost Regressor merupakan model \nterbaik dalam mengestimasi dan memetakan IKLH pada level \ngrid 1.25 km x 1.25 km, dengan nilai MAPE sebesar 0.1665. \nEvaluasi pada level kota menghasilkan nilai korelasi pearson \nsebesar 0.9766 antara data hasil estimasi dengan data IKLH \nresmi. \n\nKata Kunci— pemetaan lingkungan hidup, IKLH, citra satelit, \n\nmachine learning, MCDA \n\nI. LATAR BELAKANG \n\nLingkungan Hidup adalah kesatuan sistem yang meliputi \nsegala benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk \nmanusia, serta interaksinya dalam satu wilayah yang berada di \natas, di bawah, dan di atas permukaan bumi, termasuk udara, \nair, dan tanah, dan lingkungan hidup buatan, termasuk \nbangunan, serta jaringan infrastruktur dan sosial ekonomi [1]. \nLingkungan hidup sangat penting karena erat kaitannya \ndengan kesehatan dan kehidupan manusia [2-4]. Oleh karena \nitu, diperlukan suatu ukuran untuk mengidentifikasi kualitas \ndari suatu lingkungan hidup [5]. Di kancah internasional, \nEnvironmental Performance Index (EPI) adalah salah satu \nindeks yang ditetapkan secara internasional untuk menilai \nserta membandingkan kualitas lingkungan hidup negara-\nnegara di dunia [5]. EPI yang merangking 180 negara \nmerupakan salah satu satu ukuran pertama dari jenisnya yang \nmasih dijadikan sebagai standar kebijakan internasional, \ntermasuk Sustainable Development Goals atau SDGs [6]. \n\nGambar 1 menunjukkan bahwa skor EPI Indonesia (28.20) \nmerupakan salah satu yang paling rendah di kawasan Asia \nTenggara. Secara keseluruhan, Indonesia berada pada posisi \nke-164 dari 180 negara di dunia [7]. \n\nDi Indonesia, kualitas lingkungan diukur dengan Indeks \nKualitas Lingkungan Hidup. IKLH adalah nilai yang \nmenggambarkan kualitas \nlingkungan hidup dalam suatu \nwilayah (provinsi, kabupaten\/kota) pada waktu tertentu, yang \nmerupakan nilai komposit dari Indeks Kualitas Air, Indeks \nKualitas Udara, Indeks Kualitas Tutupan Lahan, dan Indeks \nKualitas Air Laut [8]. IKLH merupakan salah satu instrumen \npenting yang turut mendukung pilar lingkungan SDGs, \ndiantaranya: tujuan 6 (IKA); tujuan 11 dan 13 (IKU); tujuan \n14 (IKAL); dan tujuan 15 (IKTL) [9]. Namun, kapasitas \nkemampuan pengumpulan data serta diseminasi IKLH oleh \nKLHK pada saat ini belum dapat memenuhi ekspektasi \nkebutuhan data, padahal pemutakhiran informasi ini perlu \ndilakukan secara rutin dan berkala [10-11]. Oleh karena itu, \ndiperlukan suatu instrumen penyedia data kualitas lingkungan \nhidup yang memiliki periode update lebih cepat, serta mampu \nmenjangkau lingkup area yang lebih rinci. \n\npendekatan metode machine \n\nPenginderaan jauh telah menjadi cara yang efektif untuk \nmemonitor, menilai, dan mengevaluasi lingkungan [12-13]. \nSelain itu, penggunaan machine learning dapat membantu \ndalam mengidentifikasi, menganalisis, hingga memprediksi \ntingkat polusi serta kualitas lingkungan hidup [14]. Selain \nlearning, \nmenggunakan \npeninjauan kualitas lingkungan hidup juga dapat dilakukan \ndengan menggunakan metode Multi-Criteria Decision \nAnalysis (MCDA). MCDA dapat menunjukkan bobot dari \nsetiap variabel yang digunakan. Pendekatan dengan \nmenggunakan perhitungan sederhana menyebabkan MCDA \nmemiliki akurasi yang kurang baik. Namun, penelitian \nmengenai lingkungan yang berlokasi di Indonesia mayoritas \nhanya meninjau kualitas suatu daerah secara parsial dan belum \nmempertimbangkan aspek IKLH yang merupakan standar \npenilaian lingkungan di Indonesia [15-16]. \n\nBerdasarkan kajian literatur, penelitian ini merupakan \nstudi pertama di \nIndonesia yang memetakan kualitas \nlingkungan hidup secara menyeluruh dengan machine \nlearning menggunakan data citra satelit. Wilayah studi yang \ndipilih adalah kota-kota yang berada di Provinsi DKI Jakarta. \nSelain mempertimbangkan aspek kelengkapan data, provinsi \nDKI Jakarta dipilih karena selalu menjadi provinsi dengan \nnilai IKLH terendah di Indonesia [10]. \n\nGambar 1. EPI Negara di Asia Tenggara Tahun 2022. \n\nII. TUJUAN PENELITIAN \n\nBerdasarkan latar belakang pada uraian sebelumnya, maka \n\ntujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. \n\n 1 \/ 8 \n\n \n \n \n \n\f1. Mengidentifikasi \n\nkualitas \ngambaran \nlingkungan hidup kota-kota di Provinsi DKI Jakarta \ndengan menggunakan data citra satelit. \n\numum \n\n2. Melakukan estimasi dan pemetaan IKLH dengan \nweighted sum model menggunakan data citra satelit. \n3. Melakukan pembangunan dan pemetaan model \nlearning \n\ndengan machine \n\nestimasi \nIKLH \nmenggunakan data citra satelit. \n\n4. Membangun dashboard \n\ninteraktif hasil estimasi \n\nterbaik. \n\nIII. PENELITIAN TERKAIT \n\nPenelitian mengenai lingkungan sudah pernah dilakukan \ndengan menggunakan berbagai metode. Beberapa diantaranya \nadalah penggunaan PCA untuk mengeksplorasi status ekologi \n[17] dan analisis cluster hierarkis untuk mengetahui \nkecenderungan manusia berdasarkan kualitas lingkungan. \nSelain itu, metode penginderaan jauh adalah salah satu cara \nyang efektif dan efisien dalam memonitor dan mengevaluasi \nkondisi lingkungan [2, 13, 18-19]. Pengaplikasian machine \nlearning pada data citra satelit juga dapat membantu dalam \nmemprediksi tingkat pencemaran [14], hingga pemetaan \nlingkungan dengan mengkombinasikan beberapa sumber big \ndata [20-22]. \n\nlingkungan hidup \n\nPenelitian mengenai kualitas \n\njuga \npernah dilakukan di Indonesia. Penelitian ini meninjau \nkualitas lingkungan hidup berupa tutupan lahan dan kesehatan \nudara di daerah ibu kota baru Indonesia serta daerah \nsekitarnya dengan menggunakan data citra satelit [16]. Namun, \npenelitian ini hanya terfokus pada tingkat vegetasi kota, tanpa \nmempertimbangkan aspek IKLH yang lain, seperti kualitas air \ndan kualitas udara. Berdasarkan uraian di atas, peneliti \nmelakukan pemetaan kualitas \nlingkungan hidup secara \nmenyeluruh dengan mengkombinasikan data citra satelit dan \nmachine learning dengan pertimbangan bahwa hal serupa \nbelum pernah dilakukan di Indonesia. \n\nMakalah Seminar Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nIV. METODE PENELITIAN \n\nA. Wilayah Studi \n\nWilayah penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah \nProvinsi DKI Jakarta. DKI Jakarta terdiri dari 5 kota dan 1 \nkabupaten, yaitu Kota Jakarta Pusat, Kota Jakarta Utara, Kota \nJakarta Barat, Kota Jakarta Selatan, Kota Jakarta Timur, dan \nKabupaten Kepulauan Seribu. Karena keterbatasan sumber \ndaya, peneliti hanya memilih wilayah administrasi berupa kota \nuntuk diteliti. Provinsi DKI Jakarta dipilih menjadi wilayah \nstudi karena provinsi ini selalu memperoleh nilai IKLH \nterendah di Indonesia. Nilai IKLH provinsi DKI Jakarta pada \ntahun 2021 adalah sebesar 54.43. Wilayah penelitian \nditunjukkan oleh gambar 2. \n\nGambar 2. Lokasi Wilayah Studi \n\nB. Data dan Sumber Data \n\nTabel I menunjukkan daftar dan informasi data variable \nindependent yang digunakan di dalam penelitian. Data citra \nsatelit diperoleh dari 2 sumber yang berbeda, yaitu satelit \nSentinel-2 dan satelit Sentinel-5P [23]. \n\nTABEL I \nDATA PENELITIAN \n\nAspek \n\nBobot \nIKLH \n\nKualitas \nAir \n\n0.376 \n\nIndikator \n\nKeterangan \n\nNDWI (Normalized Difference Water \nIndex) \n\nNDCI (Normalized Difference \nChlorophyll Index) \n\nMendeteksi badan air dan tingkat kekeruhannya \n\nMengetahui potensi eutrofikasi di badan air \n\nNitrogen Dioxide (L3_NO2) \n\nMenggambarkan tingkat pencemaran gas nitrogen \n\nSulfur Dioxide (L3_SO2) \n\nMenunjukkan tingkat emisi SO2 di udara \n\nSumber \nData \n\nPeriode \nUpdate \n\nLevel \nPenyajian \n\nReferensi \n\nSentinel-2 \n\n5 hari \n\n10m \n\nKualitas \nUdara \n\n0.405 \n\nUV Aerosol (L3_AER_AI) \n\nMenunjukkan adanya aerosol penyerap UV seperti debu dan asap \n\nCarbon Monoxide (L3_CO) \n\nMenunjukkan gas pencemaran hasil pembakaran tidak sempurna \n\nSentinel-\n5P \n\n16 hari 1113,2m \n\nFormaldehyde (L3_HCHO) \n\nMenunjukkan pencemaran akibat kebakaran, lalu lintas, dan sumber industri \n\nOzone (L3_O3) \n\nMenunjukkan tingkat pecemaran ozon permukaan \n\nKualitas \nTutupan \nLahan \n\n0.219 \n\nNDVI (Normalized Difference \nVegetation Index) \n\nNDBI (Normalized Difference Built-\nup Index) \n\nMengidentifikasi tingkat vegetasi \n\nMengidentifikasi area terbangun \n\nSentinel-2 \n\n5 hari \n\n10m \n\n[24] \n\n[25] \n\n[26] \n\n[27] \n\n[28] \n\n[29] \n\n[30] \n\n[31] \n\n[32] \n\n[33] \n\n 2 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n \n \n \n\fMakalah Seminar Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nC. Pengumpulan dan Persiapan Data \n\nPenelitian ini menggunakan dua sumber data. Data yang \ndigunakan untuk mengidentifikasi kualitas air dan tutupan \nlahan berasal dari satelit Sentinel-2, sedangkan data untuk \nmengidentifikasi kualitas udara diperoleh dari satelit Sentinel-\n5P. Dalam prosesnya, preparasi data dari kedua sumber yang \nberbeda dilakukan secara terpisah. Persiapan data citra satelit \ndari Sentinel-2 berupa cloud selection, cloud masking, band \ncomposting, dan median reducing. Cloud selection dan cloud \nmasking digunakan untuk mendapatkan citra yang lebih bersih \ndari tutupan awan. Band compositing digunakan untuk \nmendapatkan indeks esensial, sedangkan median reducing \nditerapkan untuk mendapatkan nilai median citra satelit yang \nmewakili karakteristik citra dalam kurun waktu tertentu. \nSelanjutnya, agar mendapatkan agregasi data citra satelit pada \nlevel grid 1.25 km x 1.25 km, nilai rata-rata band dan indeks \ndiagregasikan menggunakan fitur zonal statistics di software \nQGIS. Data-data yang sudah diubah ke bentuk peta grid \nselanjutnya akan ditransformasi menggunakan Teknik \ntransformasi YeoJohnson. \n\nSetelah nilai korelasi variabel dengan tiap aspeknya \ndiperoleh, dilakukan penghitungan WSM dengan mengalikan \nsetiap variabel dengan nilai korelasi, kemudian dijumlahkan. \nHasil WSM kemudian dinormalisasi dengan melakukan \nscaling. Data hasil scaling digunakan untuk melakukan \npemetaan. Pemetaan pada \nlevel grid dilakukan dengan \nmenggunakan bantuan aplikasi QGIS. Untuk mengetahui \nketepatan peta dalam mengestimasi kualitas lingkungan hidup, \ndilakukan evaluasi. Evaluasi peraspek dilakukan pada level \nkota dengan mempertimbangkan nilai RMSE, MAE, MAPE, \nAdj R2, dan korelasi pearson. \n\nE. Pemodelan dengan Machine Learning dan Evaluasi \n\nModel machine learning diterapkan pada dataset level \nkecamatan. Selanjutnya, dilakukan estimasi data level grid \nukuran 1.25 km x 1.25 km lewat pemilihan model terbaik. \nModel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Random \nForest Regressor (RFR), Decision Tree Regressor (DTR), \nGradient Boosting Regressor (GBR), AdaBoost Regressor \n(ADB), XGBoost Regressor (XGB), serta Multi Layer \nPerceptron (MLP). \n\ntersedia sampai \n\nlingkungan hidup hanya \n\nSelanjutnya, diketahui bahwa data resmi mengenai indeks \nlevel \nkualitas \nkabupaten\/kota. Metode small area estimation \n(SAE) \nditerapkan untuk mendapatkan nilai estimasi nilai IKLH pada \nlevel daerah yang lebih kecil, yaitu level kecamatan. Metode \nSAE yang dipilih adalah broad area rasio estimator (BARE). \nData resmi IKLH diestimasi dengan rasio jumlah penduduk \ndengan luas daerah di setiap kecamatan. Data berasal dari \npublikasi BPS. Rumus perhitungan BARE ditunjukkan oleh \nrumus (1). \n\n𝑋̂𝑖𝑗 =\n\n𝑙𝑖𝑗\n𝐿𝑖𝑗\n\n𝐿𝑗\n𝑙𝑗\n\n 𝑋𝑗 \n\ndengan: 𝑋̂𝑖𝑗 : estimasi IKLH kecamatan 𝑖 kota 𝑗 tahun 2021; \n𝑙𝑖𝑗 jumlah penduduk di kecamatan ke-i pada kota ke-j tahun \n2020; 𝐿𝑖𝑗 : luas area kecamatan ke-i pada kota ke-j; 𝑙𝑗 : jumlah \npenduduk kota ke j tahun 2020; 𝐿𝑗 : luas area kota ke-j; 𝑋𝑗 : \nIKLH kota 𝑗 tahun 2021. \n\nD. Estimasi dan Pemetaan dengan MCDA \n\nPengestimasian IKLH dengan menggunakan metode \nWSM dilakukan dengan terlebih dahulu menghitung nilai \nkorelasi masing-masing aspek berdasarkan variabel yang \ndipilih. Jenis korelasi yang digunakan dalam penghitungan ini \nadalah korelasi Pearson. \n\nakan \n\ntelah \n\nyang \n\nModel \n\ndiperoleh \n\ndievaluasi \nmenggunakan 5-Fold Cross Validation (mean), diantaranya \nadalah root mean squared error (RMSE), mean absolute \npercentage error (MAPE), dan mean absolute error (MAE). \nHasil pemetaan estimasi IKLH dengan model \nterbaik \nkemudian dievaluasi dengan membandingkannya dengan data \nresmi di level kota menggunakan korelasi pearson (r), root \nmean squared error (RMSE), mean absolute percentage error \n(MAPE), mean absolute error (MAE), R-Square, serta \nAdjusted R-Square. \n\nF. Pembangunan dashboard Hasil Estimasi Terbaik \n\nPembangunan dashboard \n\ninteraktif dilakukan dengan \nmenggunakan fitur qgis2web. Fitur ini tersedia pada aplikasi \nQGIS. Fitur ini memungkingkan hasil pemetaan dapat tersaji \ndalam bentuk halaan web. Fitur yang \nterdapat dalam \ndashboard ini antara lain adalah: menampilkan legenda peta, \nmelakukan filtrasi berdasarkan nilai variabel (IKLH, nama \nkota, nama kecamatan), mengetahui lokasi terkini di peta, \nmelakukan zoom in dan zoom out, dan melakukan identifikasi \nvisual berdasarkan layer google satellite dan hybrid yang \ntersedia. \n\nV. KERANGKA PIKIR \n\nGambar 3 menunjukkan kerangka pikir umum dari \n\n𝑟 =\n\nn\nn ∑ xiyi\ni=1\nn\n2\ni=1 − (∑ xi\n√(n ∑ xi\n\nn\nn\n− (∑ xi\n)(∑ yi\ni=1\ni=1\nn\n2\n)2)√(n ∑ yi\ni=1 − (∑ yi\n\nn\ni=1\n\nn\ni=1\n\n)\n\npenelitian ini. \n\n)2)\n\n 3 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n \n \n \n \n\fMakalah Seminar Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nGambar 3. Kerangka Pikir Penelitian \n\nVI. HASIL DAN PEMBAHASAN \n\nA. Identifikasi Gambaran Umum Kualitas Lingkungan Hidup \n\n1) Kualitas Air \n\nGambar 4 menunjukkan hasil \n\nidentifikasi mengenai \ngambaran umum kualitas air di kota-kota yang berada di \nprovinsi DKI Jakarta pada tahun 2021. Variabel yang \ndigunakan adalah NDCI dan NDWI. Baik NDCI dan NDWI, \nkeduanya diimplementasikankan untuk menilai kualitas badan \nair di dalam garis pulau. Oleh karena itu, hanya daerah badan \nair seperti sungai, danau, dan sebagainya yang menjadi fokus \npenilaian. NDCI dapat mendeteksi kadar Chlorophyll-a di \ndalam \ndapat \nmengindikasikan terjadinya eutrofikasi yang menurunkan \nkualitas air [34]. Baku mutu standar air yang baik adalah \n\nChlorophyll-a \n\nberlebih \n\nyang \n\nair. \n\nNDCI < 0,1 atau 25mg\/m3. Pada gambar 4, warna merah \nterang menunjukkan kualitas air yang lebih baik. Sedangkan, \nwarna merah gelap mengindikasikan kualitas air yang lebih \nburuk. Sungai Ciliwung yang berwarna cokelat pekat \nmemiliki nilai NDCI sebesar 0,412811 dan Danau Sunter \nBarat yang berwarna abu-abu gelap memiliki nilai NDCI \nsebesar 0,352273. \n\nSelanjutnya, selain dapat mengidentifikasi adanya badan \nair di darat, NDWI dapat digunakan untuk mendeteksi \nlebih gelap pada peta \nkekeruhan di air. Warna yang \nmengindikasikan bahwa daerah perairan tersebut memiliki air \nyang keruh. \n\nGambar 4. Hasil Identifikasi Gambaran Umum Kualitas Air berdasarkan Variabel NDCI dan NDWI \n\n 4 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n \n \n\fMakalah Seminar Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nGambar 5. Hasil Identifikasi Gambaran Umum Kualitas Udara berdasarkan Variabel UVAI, CO, HCHO, NO2, O3, dan SO2.\n\nGambar 5 menunjukkan hasil \n\nGambar 6. Hasil Identifikasi Gambaran Umum Kualitas Tutupan Lahan berdasarkan Variabel NDVI dan NDBI\n2) Kualitas Udara \ndaerah dengan kualitas udara yang baik diwakili oleh warna \nyang lebih terang, sedangkan daerah dengan kualitas udara \nburuk diwakili oleh warna yang lebih gelap. Berdasarkan \nidentifikasi visual, nilai NO2 yang tinggi terpusat di tengah \nJakarta, sedangkan daerah tepi Jakarta cenderung memiliki \nnilai NO2 yang tinggi. O3 Mendeteksi tingkat pencemaran gas \nozon. Ozon di troposfer merupakan senyawa yang berbahaya \nbagi manusia dan tumbuh-tumbuhan. Berdasarkan identifikasi \nvisual, area lapangan hijau yang berada di Kecamatan \nCilincing diwakili oleh warna yang gelap memiliki nilai ozon \nyang tinggi, yaitu sebesar 1,46453. \n\nidentifikasi mengenai \ngambaran umum kualitas udara di kota-kota yang berada di \nprovinsi DKI Jakarta pada tahun 2021. Variabel yang \ndigunakan adalah UVAI, CO, HCHO, NO2, O3, dan SO2. \nUVAI menunjukkan adanya aerosol penyerap UV seperti \ndebu dan asap. Semakin gelap warna peta, semakin tinggi \nnilai UVAI. Karbon monoksida (CO) adalah jejak gas \natmosfer yang penting untuk memahami kondisi kimia di \ntroposfer. Sumber utama CO adalah pembakaran bahan bakar \nfosil, pembakaran biomassa, oksidasi atmosfer metana dan \nhidrokarbon lainnya. Berdasarkan identifikasi visual, area \nlapangan hijau yang berada di Kecamatan Cilincing diwakili \noleh warna yang cerah memiliki nilai UVAI yang rendah, \nyaitu sebesar -1,9318. \n\nFormaldehida adalah gas perantara di hampir semua rantai \noksidasi senyawa organik. Nilai oksidasi HCHO dipancarkan \ndari vegetasi, kebakaran, lalu lintas, dan sumber industri yang \nterkait dengan perubahan suhu. Pada peta, area lapangan hijau \nyang berada di Kecamatan Cilincing diwakili oleh warna yang \ncerah memiliki nilai CO yang rendah, yaitu sebesar -1,2659. \nNO2 digunakan untuk meninjau kualitas udara. Pada peta, \n\nEmisi SO2 berdampak buruk bagi kesehatan manusia dan \nkualitas udara. Penyumbang terbesar komponen ini adalah \npembakaran batu arang, minyak bakar, gas, kayu dan \nsebagainya Berdasarkan identifikasi visual, area lapangan \nhijau yang berada di Kecamatan Cilincing diwakili oleh warna \nyang gelap dengan nilai SO2 yang tinggi, yaitu sebesar \n0,7851. \n\n3) Kualitas Tutupan Lahan \n\nGambar 6 menunjukkan hasil \n\nidentifikasi mengenai \ngambaran umum kualitas tutupan lahan kota-kota yang berada \ndi provinsi DKI Jakarta pada tahun 2021. Variabel yang \n\n 5 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n\fdigunakan adalah NDVI dan NDBI. NDVI bernilai tinggi \napabila suatu daerah memiliki tingkat vegetasi yang rapat dan \nbernilai rendah jika sebaliknya. Pada peta, daerah perkotaan di \nKecamatan Tambora berwarna cerah dengan nilai NDVI \nsebesar 0,0821. Daerah ini dikategorikan memiliki kerapatan \nvegetasi yang sangat buruk. Pada daerah sekitar Lapangan \nGolf Halim di di Kecamatan Makasar, nilai NDVI yang \ndiperoleh adalah sebesar 0,6118 dan dikategorikan memiliki \nkerapatan vegetasi yang cenderung baik. \n\nSelanjutnya, NDBI digunakan untuk mendeteksi adanya \narea terbangun. NDBI akan bernilai negatif di daerah yang \nmemiliki tutupan lahan berupa air dan hutan, serta akan \nbernilai tinggi di daerah padat bangunan. Pada peta, daerah \nperkotaan di Kecamatan Tambora berwarna gelap dengan \nnilai NDBI sebesar 0,430884. Sedangkan, daerah di sekitar \nLapangan Golf Halim di di Kecamatan Makasar, memiliki \nnilai NDBI sebesar -0,57718. \n\nB. Estimasi dan Pemetaan IKLH dengan WSM \n\nPengestimasian menggunakan metode WSM dilakukan \nperaspek. Hasil estimasi setiap aspek akan digunakan \ndalam pembentukan IKLH komposit. Pembobotan WSM \nmenggunakan korelasi pearson. \n\nTABEL II \nBOBOT MODEL WSM \n\nVariabel \n(1) \nNDCI \nNDWI \nUVAI \nCO \nHCHO \nNO2 \nO3 \nSO2 \nNDVI \nNDBI \n\nKorelasi \n(2) \n-0.734252 \n0.748905 \n-0.684387 \n0.764569 \n-0.49012 \n0.605447 \n0.817038 \n-0.862836 \n-0.106044 \n-0.009765 \n\nKeeratan \n(3) \nKuat \nKuat \nKuat \nKuat \nSedang \nKuat \nSangat Kuat \nSangat Kuat \nLemah \nLemah \n\nArah Hubunngan \n(4) \nNegatif \nPositif \nNegatif \nPositif \nNegatif \nPositif \nPositif \nNegatif \nNegatif \nNegatif \n\nMakalah Seminar Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nmetode ini adalah sebagai berikut: korelasi pearson \nbernilai -0.2393, Adj R2 bernilai 0.0000, RMSE bernilai \n3.5774, MAE bernilai 3.445, dan MAPE bernilai 0.0748. \nMetode ini tidak dapat menghasilkan estimasi IKLH \nsecara komposit dengan baik. \n\nC. Membangun Model Estimasi \n\nIKLH Menggunakan \n\nMachine Learning \n\nData estimasi IKLH pada level kecamatan dengan \npendekatan BARE digunakan sebagai variabel dependen \npada dataset pelatihan dan pengujian machine learning. \nModel machine learning yang digunakan adalah RFR, \nDTR, GBR, ADB, XGB, dan MLP. Sebanyak 70% data \nberperan sebagai data latih, sedangkan sebanyak 30% \nsisanya digunakan sebagai data pengujian. Grid search \ndigunakan untuk memilih parameter \nterbaik dengan \nevaluasi berupa 5-fold cross validation. Penentuan model \nterbaik ditinjau berdasarkan nilai root mean squared error \n(RMSE), mean absolute percentage error (MAPE), dan \nmean absolute error (MAE). \n\nTABEL IIi \nEVALUASI MODEL MACHINE LEARNING \n\nModel \n\n(1) \n\nRMSE MAPE MAE \n\n(2) \n\n(3) \n\n(4) \n\nRandom Forest Regression (RFR) \n\n10.4603 0.2308 8.7824 \n\nDecision Tree Regression (DTR) \n\n10.0412 0.1916 7.7781 \n\nGradient Boosting Regression (GBR) \n\n8.2360 0.1813 6.4466 \n\nAdaBoost Regressor (ADA) \n\n11.2525 0.2315 9.4783 \n\nXGBoost Regressor (XGB) \n\n8.9190 0.1665 6.3076 \n\nMulti Layer Perceptrons (MLP) \n\n18.0821 0.3303 14.4123 \n\nGambar 8 menunjukkan peta hasil estimasi indeks \nkualitas lingkungan hidup menggunakan model machine \nlearning terbaik, yaitu XGBoost pada level grid 1.25 km x \n1.25 km. Gambar 9 menunjukkan peta hasil estimasi yang \ntelah diagregasikan ke level kecamatan dan kota. \n\nGambar 7. Peta Estimasi IKLH pada Level Grid 1.25 km x \n1.25 km dengan WSM. \n\nPengestimasian IKLH menggunakan metode WSM \nmenghasilkan peta level grid 1,25 km. Peta tersebut \nditunjukkan oleh gambar 7. Hasil evaluasi numerik dari \n\nGambar 8. Peta Estimasi IKLH pada Level Grid 1.25 km x \n1.25 km. \n\n 6 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n \n \n \n\fGambar 9. Peta Estimasi IKLH Teragregasi pada Level \nKecamatan dan Kota. \n\nSelanjutnya, dengan mempertimbangkan ketersediaan data \nIKLH resmi, dilakukan evaluasi data estimasi pada level kota. \nPerbandingan dapat dilihat pada Gambar 10. Diperoleh hasil \nsebagai berikut: RMSE 0,7920, MAPE 0.0155, MAE 0,7030, \ndan adjusted R-square 0.766. Nilai korelasi antara hasil \nestimasi dengan data resmi IKLH adalah sebesar 0.9766. \n\nGambar 10. Perbandingan IKLH Resmi dengan Peta Hasil \nEstimasi Berdasarkan Model Terbaik \n\nD. Membangun Dashboard Hasil Estimasi Terbaik \n\n Hasil penelitian berupa peta estimasi IKLH dengan \nmenggunakan model XGBoost \ntersedia dalam bentuk \ndashboard interaktif. Dashboard interaktif dibangun dalam \nrangka mendukung \ntujuan penelitian dalam menunjang \npenyediaan data kualitas lingkungan hidup yang lebih cepat \ndan granular. Dashboard ini berbasis web sehingga dapat \ndiakses dengan bebas oleh masyarakat, \nterutama oleh \nmasyarakat DKI Jakarta yang ingin mengetahui kondisi \nlingkungan hidup di daerah masing-masing. \nkualitas \nDashboard ini memanfaatkan fitur qgis2web di aplikasi QGIS. \nGambar 11 menampilkan tampilan dashboard interaktif yang \ntelah dibangun. Dashboard dapat diakses menggunakan tautan \nberikut https:\/\/s.stis.ac.id\/IndeksKualitasLH2021. \n\nGambar 11. Tampilan Dashboard Hasil Penelitian \n\nMakalah Seminar Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nVII. \n\nPENUTUP \n\nBerdasarkan hasil dan pembahasan, aspek kualitas \nlingkungan hidup dapat diidentifkasi dan diestimasi dengan \nmenggunakan data citra satelit berupa NDCI, NDWI, UVAI, \nCO, HCHO, NO2, O3, SO2, NDVI, dan NDBI. XGBoost \nmenjadi model machine learning terbaik dalam mengestimasi \nIKLH pada level grid 1.25 km, dengan MAPE sebesar 0.1665 \nnilai korelasi antara hasil estimasi dengan data resmi IKLH \npada level kota mencapai 0.9766. \n\nPemerintah dapat mengimplementasikan hasil penelitian ini \nsebagai instrumen data updating IKLH antartahun yang dapat \ndigunakan sebagai dasar respon cepat pemerintah terhadap \nsuatu fenomena lingkungan tertentu. Adapun saran untuk \npenelitian selanjutnya adalah perlu mempertimbangkan \npenggunaan geospasial big data lainnya di dalam pemodelan \ndalam rangka mendapatkan hasil yang lebih. \n\nDAFTAR PUSTAKA \n\n[1] Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 \n\ntentang \nPerlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. \n2009. \n\n[2] Yue, H., Liu, Y., Li, Y., & Lu, Y. (2019). Eco-\nenvironmental quality assessment in China’s 35 major \ncities based on remote sensing ecological index. Ieee \nAccess, 7, 51295-51311. \n\n[3] Eisenberg, J. N., Desai, M. A., Levy, K., Bates, S. J., \nLiang, S., Naumoff, K., & Scott, J. C. (2007). \nEnvironmental determinants of infectious disease: a \nframework for tracking causal links and guiding public \nHealth \nresearch. Environmental \nhealth \nPerspectives, 115(8), 1216-1223. \n\n[4] Khraishah, H., Alahmad, B., Ostergard Jr, R. L., \nAlAshqar, A., Albaghdadi, M., Vellanki, N., ... & \nand \nRajagopalan, S. \nfor global \nimplications \ncardiovascular disease: \nhealth. Nature Reviews Cardiology, 1-15. \n\n(2022). Climate \n\nchange \n\n[5] Huang, L., Wu, J., & Yan, L. (2015). Defining and \nof \n\nmeasuring \nindicators. Landscape ecology, 30, 1175-1193. \n\nsustainability: \n\nreview \n\nurban \n\na \n\n[6] Hsu, A., & Zomer, A. \n\n(2016). Environmental \nIndex. Wiley StatsRef: Statistics \n\nPerformance \nReference Online, 1–5. \n“2022 EPI Result,” epi.yale.edu. [Online]. Available: \nhttps:\/\/epi.yale.edu\/epi-results\/2022\/component\/epi\/. \n[Accessed: 30-Dec-2022]. \n\n[7] \n\n[8] Subdirektorat Statistik Lingkungan Hidup Badan Pusat \nStatistik, Statistik Lingkungan Hidup Indonesia 2021: \nEnergi dan Lingkungan. Jakarta: Badan Pusat Statistik, \n2021. \n\n[9] Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan \nKerusakan Lingkungan, Rencana Strategis Tahun \n2020-2024. Jakarta: KLHK, 2020. \n\n[10] Subdirektorat Statistik Lingkungan Hidup Badan Pusat \nStatistik, Statistik Lingkungan Hidup Indonesia 2022. \nJakarta: Badan Pusat Statistik, 2022. \n\n 7 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n\fMakalah Seminar Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nremote estimation of chlorophyll-a concentration in \nturbid \nof \nEnvironment, 117, 394-406. \n\nproductive waters. Remote Sensing \n\n[26] Douros, J., Eskes, H., van Geffen, J., Boersma, K. F., \nCompernolle, S., Pinardi, G., ... & Veefkind, P. (2022). \nComparing Sentinel-5P TROPOMI NO 2 column \nobservations with the CAMS-regional air quality \nensemble. EGUsphere, 1-40. \n\n[27] Theys, N., et al. (2017). Sulfur dioxide retrievals from \nTROPOMI onboard Sentinel-5 Precursor: algorithm \ntheoretical \nAtmospheric Measurement \nTechniques, 10(1), 119-153. \n\nbasis. \n\n[28] Li, J., Carlson, B.E., Yung, Y.L. et al. Scattering and \nabsorbing aerosols in the climate system. Nat Rev \nEarth Environ 3, 363–379 (2022). \n\n[29] Borsdorff, T., et al. \n\n(2018). Measuring carbon \nmonoxide with TROPOMI: First results and a \ncomparison with ECMWF‐IFS \ndata. \nGeophysical Research Letters, 45(6), 2826-2832. \n[30] De Smedt, I., et al. (2018). Algorithm theoretical \nfrom S5P \nbaseline \nTROPOMI \nthe QA4ECV project. \nAtmospheric Measurement Techniques, 11(4), 2395-\n2426. \n\nformaldehyde \nfrom \n\nretrievals \n\nanalysis \n\nand \n\nfor \n\n[31] Inness, A., et al. (2019). Monitoring and assimilation \ntests with TROPOMI data in the CAMS system: near-\nreal-time total column ozone. Atmospheric Chemistry \nand Physics, 19(6), 3939-3962. \n\n[32] Rouse, J. W., Haas, R. H., Schell, J. A., & Deering, D. \nW. (1974). Monitoring vegetation systems in the Great \nPlains with ERTS. NASA Spec. Publ, 351(1), 309. \n[33] Zha, Y., Gao, J., & Ni, S. (2003). Use of normalized \ndifference built-up index in automatically mapping \nurban areas from TM imagery. International journal of \nremote sensing, 24(3), 583-594. \n\n[34] Andersen, J. H., Schlüter, L. and Ærtebjerg, G. (2006) \nCoastal eutrophication: \nin \ndefinitions and implications for monitoring strategies. J. \nPlankton Res. 28(7): 621-628. \n\nrecent developments \n\n[11] Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jakarta, IKLH DKI \n\nJakarta 2021. Jakarta: DLH, 2021. \n\n[12] Strashok, O., Ziemiańska, M., & Strashok, V. (2022). \nEvaluation and Correlation of Sentinel-2 NDVI and \nNDMI in Kyiv (2017–2021). Journal of Ecological \nEngineering, 23(9), 212-218. \n\n[13] Hu, X.S. & Xu, H.Q 2018. A new remote sensing \nindex for assessing the spatial heterogeneity in urban \necological quality: a case from Fuzhou city, China. \nEcological Indicators, 89, 11-21. \n\n[14] Hino, M., Benami, E., & Brooks, N. (2018). Machine \nenvironmental monitoring. Nature \n\nfor \n\nlearning \nSustainability, 1(10), 583-588. \n\n[15] Sharma, R., Nehren, U., Rahman, S. A., Meyer, M., \nRimal, B., Aria Seta, G., & Baral, H. (2018). Modeling \nland use and land cover changes and their effects on \nbiodiversity \nKalimantan, \nIndonesia. Land, 7(2), 57. \n\nCentral \n\nin \n\n[16] Adinugroho, W. C., Prasetyo, L. B., Kusmana, C., & \nKrisnawati, H. (2022). Tracking environmental quality \nof Indonesia’s new capital city and its surrounding area. \nIn IOP Conference Series: Earth and Environmental \nScience (Vol. 950, No. 1, p. 012077). IOP Publishing. \n\nof \n\nquality \n\necological \n\n[17] Wen, X., et al. (2019). Dynamic monitoring and \npingtan \nanalysis \ncomprehensive experimental zone, a new type of sea \nisland city, based on RSEI. Sustainability, 12(1), 21. \n[18] Weng, Q.H. 2009. Thermal infrared remote sensing for \nurban climate and environmental studies: Methods, \napplications, \nof \ntrends. \nPhotogrammetry & Remote Sensing, 64(4), 335-344. \n\nJournal \n\nIsprs \n\nand \n\nof \n\n[19] Zhou, D. C.; Zhao, S. Q.; Liu, S. G.; Zhang, L. X. & \nZhu, C. 2014. Surface urban heat island in China's 32 \nmajor cities: Spatial patterns and drivers. Remote \nSensing of Environment, 152(152), 51-61. \n\n[20] Yin, J., Dong, J., Hamm, N. A., Li, Z., Wang, J., Xing, \nH., & Fu, P. (2021). Integrating remote sensing and \ngeospatial big data for urban land use mapping: A \nreview. International \nJournal of Applied Earth \nObservation and Geoinformation, 103, 102514. \n\n[21] Bao, H., Ming, D., Guo, Y., Zhang, K., Zhou, K., & Du, \nS. (2020). DFCNN-based semantic recognition of \nurban functional zones by integrating remote sensing \ndata and POI data. Remote Sensing, 12(7), 1088. \n[22] Chang, S., Wang, Z., Mao, D., Guan, K., Jia, M., & \nChen, C. (2020). Mapping the essential urban land use \nin changchun by applying random forest and multi-\nsource geospatial data. Remote Sensing, 12(15), 2488. \n[Online]. \nhttp:\/\/www.tropomi.eu\/data-products. \n\n[23] “Tropomi Data \n\nProducts,” Tropomi. \n\nAvailable: \n[Accessed: 22-Nov-2022]. \n\n[24] McFeeters, S. K. (1996). The use of the Normalized \nDifference Water Index (NDWI) in the delineation of \nopen water features. International journal of remote \nsensing, 17(7), 1425-1432. \n\n[25] Mishra, S., & Mishra, D. R. (2012). Normalized \ndifference chlorophyll index: A novel model for \n\n 8 \/ 8 \n\n \n \n\f", "label": [ { "start": 584, "end": 603, "text": " Penginderan jauh", "labels": [ "METODE" ] }, { "start": 918, "end": 1007, "text": " melakukan\\npemetaan kualitas lingkungan hidup kota-kota di Provinsi DKI\\nJakarta", "labels": [ "TUJUAN" ] }, { "start": 5632, "end": 5731, "text": "Melakukan estimasi dan pemetaan IKLH dengan\\nweighted sum model menggunakan data citra satelit", "labels": [ "TUJUAN" ] }, { "start": 24735, "end": 24851, "text": "aspek kualitas\\nlingkungan hidup dapat diidentifkasi dan diestimasi dengan\\nmenggunakan data citra satelit", "labels": [ "TEMUAN" ] } ], "annotator": 1, "annotation_id": 11, "created_at": "2023-12-27T12:51:04.891819Z", "updated_at": "2023-12-27T12:51:04.891819Z", "lead_time": 324.363 }, { "id": 31, "content": "Makalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nPengembangan Aplikasi FASIH Badan Pusat \nStatistik dengan Framework Flutter \n\nRiofebri Prasetia (221911192, 4SI2) \nDosen Pembimbing: Lutfi Rahmatuti Maghfiroh, SST, MT \n\noleh \n\npihak \n\nketiga \n\ndilakukan \n\nRingkasan— Badan Pusat Statistik \n\n(BPS) menerapkan \nbeberapa metode pengumpulan data, salah satunya adalah \nComputer Assisted Personal Interviewing (CAPI). Saat ini, CAPI \ntahap \nBPS yang dikenal sebagai FASIH sedang dalam \npengembangan menggunakan bahasa pemrograman Kotlin. Hal \nini mengindikasikan bahwa aplikasi CAPI hanya dapat \ndioperasikan pada platform Android. Keputusan menggunakan \nbahasa Kotlin \ntanpa \nmempertimbangkan bahwa tim BPS belum familiar dengan \nbahasa Kotlin. Meskipun demikian, \nterdapat alternatif \npengembangan aplikasi multiplatform, yaitu Flutter, yang dapat \nditerapkan dalam pengembangan FASIH BPS. Akan tetapi, BPS \nbelum pernah melakukan studi terkait pengembangan aplikasi \nsehingga kekurangan dan \nFASIH menggunakan Flutter, \nkelebihan dalam penerapan \ntersebut dalam \nteknologi \npengembangan aplikasi FASIH belum diketahui. Oleh karena itu, \npenulis bertujuan untuk melakukan kajian pengembangan \naplikasi FASIH memanfaatkan teknologi Flutter. Pembangunan \naplikasi dilakukan dengan menggunakan metode Rapid \nApplication Development (RAD) Prototyping. Selanjutnya, aplikasi \nhasil pengembangan akan diuji menggunakan pengujian black \nbox dan uji performa dengan menggunakan aplikasi pihak ketiga, \nyaitu Apptim. Hasil pengujian black box menunjukkan bahwa \naplikasi sudah memenuhi kebutuhan fungsional dari pemangku \nkepentingan. Dari segi performa, versi FASIH berbasis Kotlin \nmengungguli versi FASIH berbasis Flutter. Namun, Flutter \nmemiliki keunggulan dalam waktu pengembangan cepat. Selain \nitu, dalam aspek pengembangan antarmuka pengguna, aplikasi \nFASIH dapat berjalan di beberapa platform. Akan tetapi, \nintegrasi lebih lanjut diperlukan untuk memastikan fungsi \naplikasi FASIH berjalan dengan baik. \nKata Kunci— FASIH, Flutter, Kotlin \n\nI. LATAR BELAKANG \n\nMenurut UU Nomor 16 Tahun 1997, Badan Pusat Statistik \n(BPS) bertanggung jawab dalam menyelenggarakan kegiatan \nstatistik dasar yang berskala nasional, makro dan lintas sektoral \nyang bermanfaat bagi pemerintah dan masyarakat [1]. BPS \nmemiliki proses bisnis yang tertuang dalam Statistical Business \nFramework and Architecture (SBFA) yang memiliki delapan \nfase dalam proses bisnis ini, yakni: menentukan kebutuhan, \nmerancang, membangun, mengumpulkan, mengolah, \nmenganalisis, menyebarluaskan, dan mengevaluasi. BPS \nmemiliki Corporate Statistical Infrastructure (CSI) berfungsi \nsebagai dasar untuk proses produksi baru, termasuk database \ndan gudang menudung (meta) manajemen data, pengumpulan \ndata, pemrosesan dan distribusi. Salah satu CSI yang \ndikembangkan untuk mendukung dalam proses mengumpulkan \nyaitu Integrated Collection System (ICS). ICS memiliki \nbeberapa metode dalam pengumpulan data antara \nlain: \nComputer Assisted Personal Interviewing (CAPI), Computer \nAided Personal Interviewing (CAWI), Desktop Data Entry \n\n(DDE) untuk Paper and Pencil Interviewing PAPI dan \nAcquisition External Data [2]. \n\nModul ICS dalam suatu survei dapat dibagi secara garis \nbesar lima tahapan: merancang kuesioner, membuat dan \nmengatur survei, penggunaan moda CAPI \/ CAWI \/ PAPI, \nPemeriksaan dan hasil pencacahan [2]. CAPI lebih cocok untuk \npetugas di daerah yang memiliki koneksi internet yang bagus. \nProses bisnis di setiap kabupaten bisa berbeda tergantung dari \njenis survei nya. Misalnya, jika suatu kabupaten menggunakan \nCAPI dalam suatu survei, maka bagi petugas survei harus \nmenggunakan CAPI dalam melakukan pengumpulan data. \n\ndipilih \n\nSampai Saat ini, ICS CAPI masih dikembangkan dalam \nbentuk aplikasi mobile yang hanya bisa dijalankan di sistem \noperasi Android. Berdasarkan wawancara dengan pengembang \naplikasi ICS CAPI, Pengembangan ICS CAPI awalnya \ndikembangkan oleh pihak ketiga dengan pemrograman Kotlin \ndan dalam bentuk Native. Menurut Manoorkar [3], Native \nmengacu pada aplikasi yang dibangun untuk berjalan pada \nplatform tertentu saja (hanya satu platform) atau sistem operasi \ntertentu. Bahasa pemrograman Kotlin \ntanpa \nmempertimbangkan ketersediaan pegawai BPS yang memiliki \npengetahuan tentang Kotlin. Hasil pengembangan kemudian \ndiserahkan kepada tim pengembang ICS CAPI untuk platform \nAndroid untuk pengembangan dan pemeliharaan sesuai dengan \nkebutuhan kegiatan survei BPS yang menggunakan ICS CAPI. \nDisamping itu ada alternatif lain selain Kotlin untuk \npengembangan aplikasi mobile, yaitu pengembangan aplikasi \nlintas platform yang menggunakan basis kode tunggal yang \ndapat digunakan pada beberapa sistem operasi [4]. Beberapa \nteknologi lintas platform yang populer meliputi ionic, xamarin, \nFlutter dan react-Native. Menurut penelitian Palumbo [4], \nFramework Flutter adalah pilihan yang cocok untuk dijadikan \npilihan utama membangun aplikasi seluler lintas platform \ndibandingkan dengan Framework yang lain karena hasil \npenelitiannya menunjukkan bahwa Flutter memiliki performa \nyang lebih baik dibandingkan dengan react native dalam hal \npenggunaan Central Processing Unit (CPU), Penggunaan \nmemori dan waktu eksekusi. Hasil survei Stack OverFlow \ntahun 2022 juga menyatakan bahwa Flutter adalah teknologi \nlintas platform paling populer saat ini [5]. Flutter merupakan \nFramework open source oleh Google untuk membangun \naplikasi lintas platform [6]. Dalam konteks ini, Flutter perlu \ndipertimbangkan sebagai \nteknologi untuk pengembangan \naplikasi FASIH di masa depan karena mendukung \npengembangan aplikasi lintas platform. \n\nSalah satu alasan lain untuk menggunakan Flutter adalah \nberdasarkan pangsa pasar sistem operasi mobile yang tersebar \ndi Indonesia dari tahun 2013 sampai 2022 terdapat dua sistem \noperasi yang dominan yaitu iOS dan Android [7]. Survei \n\n 1 \/ 8 \n\n \n \n \n\fDI \n\nPUBLIK \n\nPUBLIK \n\nKOMPETISI \n\npendahuluan menunjukkan bahwa sebanyak 42,86 persen dari \ntotal responden yang terlibat dalam perekrutan calon petugas \nlapangan survei menggunakan ICS CAPI menolak calon mitra \nkarena hanya memiliki smartphone non-Android dalam kurun \nwaktu satu tahun. Selain itu, ICS sebagai finalis TOP INOVASI \nPELAYANAN \nINOVASI \nPELAYANAN \nLINGKUNGAN \nKEMENTERIAN\/LEMBAGA, PEMERINTAH DAERAH, \nBUMN, DAN BUMD TAHUN 2022, menunjukkan potensi \nICS CAPI sebagai inovasi pelayanan publik yang dapat \ndigunakan oleh semua orang. Oleh karena itu, pengembangan \naplikasi FASIH dengan Framework Flutter bisa menjadi \nlangkah di masa depan untuk mengembangkan aplikasi FASIH \nyang dapat dioperasikan di berbagai platform atau sistem \noperasi. Namun dalam melakukan deploy aplikasi \niOS \nmembutuhkan Apple Developer Account dimana Account ini \nseharga US$99 \/ tahun ([8];[6]). Sehingga dalam penelitian ini, \npengembangan ICS CAPI dilakukan dengan Framework \nFlutter tanpa melakukan deploy aplikasi untuk iOS. \n\nPengembangan aplikasi FASIH menggunakan Flutter perlu \ndipertimbangkan sebagai solusi untuk menyediakan aplikasi \nFASIH yang dapat digunakan pada perangkat iOS dan Android \ndi masa depan. Hal ini memungkinkan peralihan teknologi dari \nKotlin ke Flutter karena keterbatasan jumlah programmer ICS \nCAPI yang hanya ada dua orang. Pengembangan aplikasi \nNative dapat membutuhkan anggaran yang besar dan \nmelibatkan banyak tim [9]. Namun, keuntungan teknologi \nlintas platform ini terkadang diimbangi oleh keterbatasan, \nterutama dalam hal kinerja dan integrasi [4]. Karena belum ada \nstudi sebelumnya mengenai pengembangan aplikasi FASIH \nsebagai aplikasi ICS CAPI BPS menggunakan Flutter, \npenelitian ini bertujuan untuk melakukan studi pengembangan \naplikasi FASIH dengan menggunakan Flutter. \n. \n\nII. TUJUAN PENELITIAN \n\nini bertujuan untuk melakukan kajian \nPenelitian \npengembangan \naplikasi FASIH dengan menggunakan \nFramework Flutter. Output dari penelitian ini meliputi Source \nimplementasi, dan hasil analisis \nCode, dokumentasi, \npembandingan performa berdasarkan pengujian aplikasi. \n\nIII. PENELITIAN TERKAIT \nMenurut Widiyanto [10], dalam penelitian yang berkaitan \ntiga \ndengan pengembangan sistem kepegawaian dengan \nmetode untuk membandingkan kelebihan dan kelemahan dari \nketiga metode tersebut. Metode yang dimaksud ialah Rapid \nApplication Development (RAD), Waterfall, dan Prototype. \nMetode RAD sangat efektif dalam menghasilkan sistem yang \nbisa didiskusikan langsung kepada pemangku kepentingan dan \ncocok untuk projek dengan batasan waktu yang singkat. Oleh \nkarena itu, dalam pengembangan aplikasi FASIH dengan \nFramework Flutter, dipilih metode pengembangan RAD. \n\nGrzmil [11] melakukan perbandingan performa aplikasi \ndasar yang dibangun menggunakan Android Native dan Flutter. \nPengujian menggunakan aplikasi pihak ketiga yaitu dengan \nApptim. Hasil pengujian didapat parameter pembanding, \nseperti penggunaan CPU, Memori, Power Usage dan FPS \n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nRender. Oleh karena itu, dalam penelitian ini menggunakan alat \nuntuk melakukan pengujian performa aplikasi bernama Apptim. \nSelanjutnya, menurut Arif [12], dalam beberapa tools \npengujian aplikasi yang direkomendasikan untuk aplikasi \ndengan sistem operasi Android dan iOS, terdapat opsi \npengujian menggunakan perangkat kerja nyata maupun \nemulator untuk aplikasi seluler. Ini tergantung dari alat \npengujian apa yang digunakan. Oleh karena itu pada penelitian \nini, menggunakan aplikasi Apptim dimana media pengujian \nmenggunakan emulator. \n\nSelain itu, Manoorkar [3]. Penelitian ini membandingkan \npengembangan \naplikasi menggunakan Flutter dengan \npenggunaan bahasa pemrograman native dalam membangun \naplikasi mobile. Parameter yang dijadikan perbandingan yakni \nukuran kode, kinerja CPU, waktu pengembangan dan tampilan \naplikasi. Penggunaan parameter kinerja CPU digunakan dalam \nini digunakan untuk \npenelitian \nmembandingkan berapa besar bagian CPU yang digunakan \nantara FASIH versi Flutter dengan FASIH versi Kotlin. Oleh \nkarena itu, akan diambil beberapa parameter seperti lama waktu \npengembangan dan kinerja performa yang dijadikan \npembanding antara aplikasi FASIH hasil pengembangan \ndengan Flutter dengan aplikasi FASIH hasil pengembangan \ndengan kotlin. \n\nini dimana parameter \n\nIV. METODE PENELITIAN \n\nA. Metode Pengumpulan Data \n\nBeberapa metode pengumpulan data dalam penelitian ini \n\nyakni: \n\n1. Wawancara \n\nPenelitian ini dilakukan wawancara untuk mendapatkan \ninformasi dari sistem dan masalah yang perlu diselesaikan. \nWawancara dilakukan melalui media Zoom meet, WhatsApp \ndan pertemuan dengan Pranata Komputer Ahli Madya dari \nDirektorat Sistem Informasi Statistik BPS RI. Selain itu, \njuga dilakukan wawancara dengan Anggota dari Sub \nDirektorat Sistem Informasi Statistik yang berperan sebagai \npengembang aplikasi. Tujuan wawancara adalah untuk \nmendapatkan gambaran umum tentang sistem dan informasi \nmengenai aplikasi FASIH. \n2. Studi Pustaka \n\nMetode studi pustaka mengumpulkan informasi dari \nberbagai sumber seperti ebook, skripsi, artikel, jurnal dan \nsumber-sumber lain yang menjadi basis dalam penelitian ini. \nInformasi dari sumber lainnya ini dibaca, dipelajari, dan \ndikutip sesuai kebutuhan penelitian. \n3. Observasi dan Studi Dokumentasi \n\nPada penelitian ini dilakukan pengamatan langsung \nantarmuka pengguna dan source code dari aplikasi FASIH \nuntuk meninjau lebih dalam terkait fungsi yang ada dalam \naplikasi, yang kemudian dibandingkan dengan hasil \nwawancara. \n4. Survei Pendahuluan \n\nSebelum melakukan penelitian, dilakukan \n\nsurvei \npendahuluan yang bertujuan untuk mengumpulkan \ninformasi tentang jumlah pegawai BPS dengan karakteristik \ntertentu yang pernah terlibat dalam perekrutan mitra BPS \nyang melibatkan penggunaan aplikasi ICS CAPI BPS. \n\n 2 \/ 8 \n\n \n \n\fSurvei ini juga bertujuan untuk mengetahui jumlah calon \nmitra yang ditolak karena hanya memiliki smartphone non-\nAndroid. Metode penarikan sampel yang digunakan dalam \nsurvei ini adalah metode penarikan snowball, yang diketahui \ndari Leighton [13] sebagai metode yang efektif dan efisien \ndalam penarikan sampel untuk penelitian, meskipun hanya \nmenggunakan media sosial. \n\nB. Metode Pengembangan Rapid Application Development \n\n(RAD) Prototyping \n\nGambar 1. Siklus Metode RAD Prototyping [14] \n\nMetode Rapid Application Development (RAD) Prototyping \nadalah sebuah metodologi pengembangan aplikasi yang \nmengutamakan kecepatan. RAD Prototyping merupakan \nmetodologi berbasis prototyping yang melakukan proses \nanalisis, desain dan implementasi secara bersamaan, yang \nberulang dalam satu siklus hingga sistem aplikasi diterima [14]. \nDalam penelitian ini, pengguna dari tim FASIH BPS yang akan \nmemberi umpan balik selama melakukan analisis, desain dan \nimplementasi secara bersamaan hingga sistem diterima oleh \npemangku kepentingan yaitu tim FASIH. Tahapan dari metode \nini yaitu: \n\n1. Planning \n\nTahap ini melibatkan penentuan ruang lingkup dan tujuan \nsistem yang akan dikembangkan, serta identifikasi masalah \nyang dihadapi. Identifikasi masalah dilakukan melalui \nwawancara dengan pemangku kepentingan dan studi \nterhadap source code aplikasi FASIH versi Android yang \ndikembangkan menggunakan bahasa Kotlin. \n2. Analysis \n\nTahap analisis melibatkan pengumpulan dan pemahaman \nlebih lanjut tentang kebutuhan dan persyaratan sistem yang \nakan dikembangkan. Penulis menganalisis kebutuhan \npemangku kepentingan, mengidentifikasi proses bisnis yang \nterlibat, dan mengumpulkan informasi terkait. Analisis yang \ndilakukan yakni analisis Activity diagram yang dibuat untuk \nmenggambarkan secara grafis aktivitas berurutan dari proses \nbisnis [15]. \n3. Design \n\nTahap desain melibatkan merancang struktur dan \nantarmuka sistem yang akan dikembangkan. Penulis \nmerancang \ndan \nmerencanakan arsitektur sistem. \n4. \n\nImplementation \n\nantarmuka \n\npengguna \n\ntampilan \n\nTahap implementasi melibatkan penerjemahan desain \nmenjadi kode program yang dapat dijalankan. Penulis mulai \n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\naplikasi \n\nmembangun \nrancangan yang sudah dibuat. \n5. Pembuatan System Prototype \n\ndengan mengimplementasikan \n\nini merupakan program \n\nSetelah tahapan implementasi, system prototype dibangun. \nPrototype \nsederhana yang \nmemberikan sejumlah fitur dasar yang dapat digunakan. \nFitur yang sudah jadi akan dipresentasikan penggunaannya \nkepada pemangku kepentingan untuk mendapatkan \nkomentar. Bila terdapat ketidaksesuaian maka dilakukan \nrevisi kemudian mengulang ke tahap analisis hingga system \ndapat diterima. \n6. \n\nImplementation \n\nSetelah pembuatan prototipe sistem, tahap implementasi \ndilakukan untuk mengembangkan sistem secara lebih \nlengkap berdasarkan prototipe yang telah dibangun. Penulis \nmelanjutkan pengkodean, pengujian, dan \nintegrasi \nkomponen sistem. \n7. System \nini melibatkan pengujian, penyesuaian, dan \nTahap \npenyelesaian \nsecara menyeluruh. Pengujian \ndilakukan untuk memastikan kinerja dan kesesuaian sistem \ndengan persyaratan yang telah ditetapkan. Setelah pengujian \ndan penyesuaian yang memadai, sistem dianggap dapat \nditerima oleh pemangku kepentingan. \n\nsistem \n\nC. Pengujian dan Evaluasi \n\ntelah \nSebelum dilakukan pengujian, aplikasi yang \ndibangun melalui metode pengembangan RAD \ntelah \nmenjalani pengujian black box, di mana penguji fokus pada \nmemverifikasi persyaratan yang sesuai dengan spesifikasi \nyang diinginkan [14]. Selanjutnya, dilakukan pengujian \nperforma menggunakan aplikasi pihak ketiga, yaitu Apptim, \nuntuk memperoleh parameter seperti penggunaan RAM, \nframe per detik, dan lainnya. Evaluasi dilakukan dengan \nmembandingkan performa fitur-fitur tertentu antara aplikasi \nFASIH yang dikembangkan menggunakan Flutter dengan \naplikasi FASIH yang dikembangkan menggunakan Kotlin, \nyang dijalankan pada perangkat mobile Android. Pengujian \ndilakukan pada emulator, yang memiliki kelebihan dalam \nfleksibilitas dan kemampuan pengujian yang cepat. Dalam \nbeberapa kasus, emulator merupakan opsi yang sangat cocok \nuntuk kebutuhan pengujian [16]. Setelah itu, dilakukan \nanalisis perbandingan berdasarkan hasil pengembangan dan \npengujian yang \ntelah dilakukan. Terakhir, waktu \npengembangan juga dihitung berdasarkan riwayat commit di \nversion control aplikasi FASIH. Perhitungan ini disesuaikan \ndengan konfirmasi dari pengembang aplikasi FASIH di BPS. \n\nV. KERANGKA PIKIR \n\nPenelitian ini diawali dengan pengembangan aplikasi \nFASIH menggunakan bahasa pemrograman Kotlin. Pemilihan \nKotlin sebagai bahasa pemrograman dalam aplikasi FASIH \nditentukan oleh pihak pengembang eksternal karena tidak ada \nanggota tim BPS yang memiliki keahlian dalam Kotlin. Namun, \nlain yaitu Flutter, yang \nterdapat alternatif \nmemungkinkan \naplikasi multiplatform, \nmenjadi solusi yang dapat diterapkan dalam pengembangan \naplikasi FASIH. Meskipun demikian, belum ada studi yang \n\nteknologi \npengembangan \n\n 3 \/ 8 \n\n \n \n \n \n\fMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\ndilakukan terkait pengembangan aplikasi FASIH dengan \nmenggunakan Flutter. Oleh karena itu, solusi yang diusulkan \ndalam penelitian ini adalah melakukan kajian pengembangan \naplikasi FASIH dengan menggunakan Flutter. Selanjutnya, \ndilakukan \nstudi untuk membandingkan FASIH yang \ndikembangkan dengan Flutter dengan FASIH yang \ndikembangkan dengan Kotlin. Pengembangan aplikasi FASIH \ndengan Flutter menggunakan metodologi Rapid Application \nDevelopment (RAD) Prototyping. \n\n4. Sistem \n\nharus \n\ndapat mengintegrasikan \n\ndengan \n\nFormGear, \n\n5. Sistem harus memungkinkan pengguna untuk mengisi \nkuesioner, menyimpan hasil pengisian kuesioner, dan \nmengirim hasil pengisian kuesioner. \n\nB. Software Requirement \n\nSoftware Requirement yang diperlukan dalam membangun \n\naplikasi adalah sebagai berikut: \n\nTABEL I \nSOFTWARE REQUIREMENT PENGEMBANGAN APLIKASI \nKomponen \n\nJenis \n\nSistem Operasi \n\nProgram Aplikasi \nBahasa Pemrograman \nFramework \n\nWindows 11 \nVersi Android 9 \nVisual Studio Code \nDart \nFlutter \n\nC. Analisis sistem berjalan \n\nAplikasi FASIH BPS memiliki beberapa fitur utama yakni \nsinkronisasi, unduh FormGear, Login, Logout, melihat form \nsurvei dan save form survei. Tujuan utama dari aplikasi ini agar \npengguna bisa mengisi kuesioner dengan mobile phone. Pada \npenelitian ini dibangun Aplikasi FASIH dengan Framework \nFlutter. Kemudian dilakukan beberapa perubahan yang mana \ntujuan dari perubahan ini untuk dilakukan penyesuaian dengan \nbatasan fungsi yang sudah ditetapkan pada tahap perencanaan \nserta beberapa perubahan fitur agar fitur bisa berjalan dengan \nefisien. \n\nD. Analisis Permasalahan \n\nBeberapa permasalahan pada sistem yang perlu dilakukan \n\nyakni: \n\nGambar 2. Kerangka pikir penelitian \n\nVI. HASIL DAN PEMBAHASAN \n\nA. Planning \n\nBatasan pengembangan sistem dijelaskan berdasarkan \nbatasan fungsi yang diperoleh dari observasi langsung terhadap \naplikasi FASIH BPS versi Android, yang \ntelah \ndikonfirmasi oleh tim ICS CAPI. Tim ICS CAPI menetapkan \nbatasan ini karena fitur-fitur ini dianggap penting dan harus ada \ndalam aplikasi FASIH. Berikut adalah batasan kebutuhan untuk \naplikasi yang sedang dikembangkan: \n\njuga \n\n1. Sistem harus dapat melakukan proses login dan logout \nyang terintegrasi dengan sistem SSO BPS sebagai mitra, \n\n2. Sistem harus mampu melakukan sinkronisasi data, \n3. Sistem harus mendukung fungsi download FormGear, \n\nGambar 3. Activity Diagram fitur Sinkronisasi sistem berjalan \n\nPada Gambar 3 terdapat proses dimana pengguna akan \nmemilih survei yang perlu dilakukan sinkronisasi. Pemilihan \nsurvei ini sebaiknya dihilangkan agar proses bisa berjalan \ndengan efektif tanpa perlu menekan banyak tombol hanya \nuntuk melakukan sinkronisasi. \n\n 4 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n\fMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nF. Desain Usulan \n\nProses login dimulai dengan pengguna membuka aplikasi \ndan diarahkan ke halaman selamat datang. Setelah itu, mereka \ndapat menekan tombol login yang akan mengarahkan mereka \nke menu web SSO BPS external (lihat Gambar 5). Setelah \npengguna memasukkan alamat email dan kata sandi yang benar, \nmereka akan diarahkan ke halaman beranda. Namun, jika \nalamat email dan kata sandi yang dimasukkan salah, sistem \nakan mengirimkan pesan kesalahan login. \n\nGambar 4. Activity diagram ketika melihat form survei responden terpilih \n\nPada Gambar 4, pengguna akan memilih survei, periode dan \nwilayah dalam satu tampilan. Ini akan menyulitkan pengguna \nuntuk memilih survei, periode dan wilayah yang diinginkan \ndalam satu tampilan list. \n\nE. Analisis Kebutuhan \n\nTABEL II \n\nNo \n1 \n2 \n\n3 \n4 \n\n5 \n6 \n\n7 \n\n8 \n\n9 \n10 \n11 \n\nFUNCTIONAL REQUIREMENT CAPI: FASIH DI FRAMEWORK FLUTTER \n\nRequirement \n\nSistem harus bisa melakukan Login dan Logout \nSistem harus bisa melakukan sinkronisasi data yang akan disimpan \npada database dalam satu kali tekan \nSistem harus bisa melakukan download Engine \nTerdapat fitur pencarian secara live pada daftar survei, daftar region \ndan daftar assignment \nSistem menyediakan antarmuka panduan informasi seputar aplikasi \nSistem memuat antarmuka pelayanan yang mendukung untuk \nmengirim feedback aplikasi \nSistem bisa memberikan notifikasi jika ada proses yang dilakukan \ngagal \nSistem bisa menampilkan progress dari kuesioner yang sudah \ndibuka, proses dikirim, berhasil dikirim dan gagal dikirim \nSistem bisa memberi informasi memory yang digunakan \nSistem bisa melakukan integrasi dengan form gear \nSistem bisa melakukan pengisian kuesioner, menyimpan hasil isian \nkuesioner dan mengirim hasil isian kuesioner \n\nBerdasarkan analisis permasalahan dan batasan kebutuhan \nfungsional serta dengan antarmuka FASIH yang dikembangkan, \ndidapat daftar kebutuhan sebagai solusi dari permasalahan, \nbatasan dan batasan kebutuhan fungsional bisa dilihat pada \nTabel II \n\nGambar 5. Activity diagram Ketika melakukan Login \n\nGambar 6. Design Sequence Diagram fitur sinkronisasi \n\nPada fitur sinkronisasi, pengguna membuka halaman \nPengaturan \n(lihat Gambar 6). Selanjutnya, pengguna \nmenyinkronkan data survei. Jika sinkronisasi berhasil, \npengguna akan menerima informasi terkait. Namun, jika proses \nsinkronisasi gagal, sistem akan mengirimkan pesan kesalahan \nyang mengindikasikan kegagalan sinkronisasi. Desain dari \ndatabase yang diusulkan berikut (lihat Gambar 7) \n\n 5 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n \n \n \n \n\fMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nmemiliki waktu pengembangan yang lebih cepat dibandingkan \nKotlin. Salah satu faktor yang mendukung pengembangan lebih \ncepat yakni Flutter memiliki fitur hot reload. Hot reload \nberfungsi untuk melakukan injeksi kode sumber file yang \ndiperbarui ke Dart Virtual Machine (VM) yang sedang berjalan \n[17]. \n\nTABEL IV \nPERBEDAAN WAKTU PENGEMBANAGN DALAM KASUS BEBERAPA FITUR \n\nFitur yang dikembangkan Flutter \n12 hari \nLogin dengan SSO BPS \n18 hari \nSinkronisasi \n18 hari \nDownload FormGear \n37 hari \nIntegrasi FormGear \n\nKotlin \n26 hari \n125 hari \n111 hari \n172 hari \n\nI. Pengembangan FASIH pada Platform lain \n\nGambar 7. Hasil Penyederhanaan Desain Pemodelan Data \n\nG. Hasil Pengujian Black box \n\nGambar 8. Halaman Beranda pada implementasi Antarmuka Pengguna iOS \n\nTABEL III \nHASIL PENGUJIAN BLACK BOX \n\nHasil yang diharapkan \nSistem dapat melakukan login dengan \nSSO BPS \nSistem dapat melakukan logout \n\nKelas Uji \nLogin \n\nLogout \n\nSinkronisasi \n\nSistem dapat melakukan sinkronisasi \n\nHasil \nValid \n\nValid \n\nValid \n\nDownload \nFormGear \nLive search \n\nInformasi \npanduan \nKirim feedback \nuntuk aplikasi \nNotifikasi gagal \n\nSistem dapat melakukan download engine \n\nValid \n\nSistem dapat melakukan filter survey, \nregion dan assignment \nSistem dapat menampilkan informasi \npanduan aplikasi \nSistem memiliki menu antarmuka untuk \nkirim kritik dan saran \nSistem dapat menampilkan notifikasi jika \nterdapat proses yang gagal \n\nValid \n\nValid \n\nValid \n\nValid \n\nPeriksa progress Sistem dapat menampilkan status progress \n\nValid \n\nPeriksa info \nmemori \nKuesioner \n\ndari assignment \nSistem dapat menampilkan info \npenggunaan memori \nSistem dapat melakukan pengisian \nkuesioner \n\nValid \n\nValid \n\nDari Hasil pengujian black box (pada Tabel III), secara fungsi \nsemua sudah sesuai dengan functional requirement oleh \npemangku kepentingan. \n\nH. Waktu Pengembangan \n\nWaktu pengembangan fitur-fitur dalam aplikasi FASIH dan \nKotlin diperoleh dari dokumentasi riwayat commit di gitlab \naplikasi FASIH serta melalui validasi dengan tim pengembang. \nBerdasarkan waktu pengembangan lihat Tabel IV, Flutter \n\nGambar 9. Halaman Beranda pada Implementasi Antarmuka Pengguna pada \nWeb \n\nGambar 10. Halaman Beranda pada Implementasi Antarmuka Pengguna pada \nDektop \n\nPada tahap pengembangan Antarmuka Pengguna FASIH, \nbisa dikembangkan dalam multiplatform seperti untuk Desktop, \nWeb dan iOS. Hal ini menunjukkan bahwa Flutter bisa \nmelakukan pengembangan multiplatform untuk kode tunggal. \nJika Flutter ini diterapkan pada moda ICS yang lain, maka Ini \nmemungkinkan untuk menyatukan tim pengembang lain \nseperti Computer Assisted Personal Interviewing (CAPI), \nComputer Aided Personal Interviewing (CAWI) dan Desktop \nData Entry (DDE) untuk Paper and Pencil Interviewing PAPI \ndalam satu project. Akan tetapi, perlu dilakukan integrasi lebih \nlanjut karena tidak semua package yang digunakan kompatibel \npada multiplatform. Untuk hasil implementasi Antarmuka \n\n 6 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n\fPengguna bisa dilihat pada (iOS: Gambar 8, Web: Gambar 9 \ndan Desktop Gambar 10) \n\nwaktu mulai aplikasi lebih tinggi dibanding dengan aplikasi \nFASIH versi Kotlin. \n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nJ. Hasil Pengujian Performa \n\nTABEL V \n\nGambar 11. Hasil Pengujian Penggunaan CPU (%) pada fitur sinkronisasi \n(A), download FormGear (B), login (C) dan load FormGear (D). \n\nGambar 14. Hasil Pengujian Frame per Second (FPS) pada fitur sinkronisasi \n(A), download FormGear (B), login (C) dan load FormGear (D). \n\nGambar 12. Hasil Pengujian Penggunaan Memori (MB) pada fitur \nsinkronisasi (A), download FormGear (B), login (C) dan load FormGear (D). \n\nGambar 13. Waktu Mulai (ms) pada fitur sinkronisasi (A), download \nFormGear (B), login (C) dan load FormGear (D). \n\nMenurut Stallings [18], CPU berguna untuk melakukan \npemrosesan data dan melakukan kontrol pengoperasian \nkomputer. Penggunaan CPU yang tinggi secara tidak normal \nbisa mengakibatkan aplikasi sangat lambat atau tersendat saat \ndibuka [19]. Pada (lihat Gambar 11 dan Gambar 12), \nmenunjukkan hasil pengujian didapat Aplikasi FASIH versi \nFlutter \nlebih banyak menggunakan CPU dan Memori \ndibanding dengan Aplikasi FASIH versi Kotlin. Artinya, \naplikasi FASIH versi Kotlin memiliki potensi yang rendah \nmengalami crash atau aplikasi tersendat saat dioperasikan. Hal \nini juga sejalan dengan waktu mulai aplikasi yang ditunjukkan \noleh (lihat Gambar 13), dimana FASIH versi Flutter memiliki \n\nGambar 15. Hasil Pengujian Penggunaan Daya (%) pada fitur sinkronisasi \n(A), download FormGear (B), login (C) dan load FormGear (D). \n\nPada pengujian ini didapat kecepatan rendering atau FPS. \nFPS mengacu pada seberapa banyak frekuensi gambar \nditampilkan. Semakin tinggi FPS maka semakin halus animasi \nyang dihasilkan dalam aplikasi [20]. Dilihat dari (lihat Gambar \n14), hasil pengujian menunjukkan pada fitur sinkronisasi, \naplikasi FASIH versi Flutter memiliki animasi yang jauh lebih \nhalus dibanding dengan aplikasi FASIH versi Kotlin. Pada fitur \ndownload FormGear, login dan load FormGear, aplikasi \nFASIH versi Kotlin menghasilkan animasi yang lebih halus \ndibanding FASIH versi Flutter. \n\nPada penggunaan Daya, dalam beberapa kasus fitur \nmemiliki hasil yang berbeda. Menurut Gambar 15 \nmenunjukkan pada fitur sinkronisasi dan fitur download \nFormGear, Aplikasi FASIH versi Flutter memiliki persentase \npenggunaan daya lebih tinggi dibandingkan aplikasi FASIH \nversi Kotlin. Di samping itu, pada fitur login dan fitur load \nFormGear, penggunaan daya aplikasi FASIH versi Kotlin lebih \ntinggi dibanding aplikasi FASIH versi Flutter. \n\nK. Evaluasi \n\nPengembangan Aplikasi FASIH dengan Framework Flutter \nberhasil dilakukan dengan batasan requirement dari pemangku \nkepentingan. Hal ini dibuktikan melalui uji Black box dengan \nstatus valid semua untuk semua fitur yang dikembangkan. \nPengembangan menggunakan beberapa package. Salah satu \npackage yakni package Bloc yang berguna untuk melakukan \nmanagement state. Sehingga arsitektur yang digunakan dalam \npengembangan ini yaitu Arsitektur Bloc. \n\nBerdasarkan waktu pengembangan, Flutter memiliki waktu \ndengan \nfaktor yang \n\npengembangan \npengembangan dengan Kotlin, salah satu \n\ndibandingkan \n\ncepat \n\nlebih \n\n 7 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n\fmendukung pengembangan singkat ini yakni Flutter memiliki \nfitur hot reload yang berguna untuk melakukan injeksi file kode \nke dalam Virtual Machine di tengah melakukan pengembangan \naplikasi. Kemudian pada tahap pengembangan Antarmuka \nPengguna, Aplikasi FASIH versi Flutter dapat berjalan pada \nplatform iOS, Web dan Desktop. Hal ini memungkinkan \nkolaborasi dengan tim moda ICS lain karena ini dapat berjalan \nsecara multiplatform hanya dalam satu kode tunggal. Akan \ntetapi perlu dilakukan integrasi lebih lanjut dikarenakan pada \npengembangan dalam penelitian ini terdapat package yang \ntidak kompatibel untuk multiplatform. Selain itu, berdasarkan \nperforma antara aplikasi FASIH versi Flutter dengan aplikasi \nFASIH versi Kotlin, FASIH versi Kotlin mengungguli FASIH \nversi Flutter dalam hal performa penggunaan rata-rata memori, \nCPU dan waktu mulai. \n\n[4] \n\n[5] \n\n[6] \n\n[7] \n\n[8] \n\n[9] \n\nVII. \n\nPENUTUP \n\n[10] \n\nBerdasarkan hasil penelitian, kesimpulan yang dapat diambil \nyakni pengembangan aplikasi FASIH dengan Framework \nFlutter bisa dilakukan sesuai dengan functional requirement \nyang ditetapkan oleh pemangku kepentingan. Hasil \npengembangan ini dapat dibandingkan dengan aplikasi FASIH \nversi Kotlin yang dimiliki oleh BPS melalui pengujian \nmenggunakan aplikasi pihak ketiga, Apptim. Kemudian dari \nhasil pengujian performa, Aplikasi FASIH versi Flutter masih \nbelum bisa mendekati performa dari aplikasi FASIH versi \nKotlin dalam hal penggunaan CPU, penggunaan memori dan \nwaktu mulai aplikasi. Namun, Flutter memiliki keunggulan \nyakni waktu pengembangan yang cepat dan memiliki potensi \npengembangan multiplatform. Sehingga pengembangan \naplikasi FASIH dengan Flutter bisa menjadi alternatif untuk \npengembangan aplikasi FASIH di masa depan. \n\npemrograman Kotlin \n\nPenulis sudah berusaha untuk melakukan optimisasi agar \nperforma aplikasi yang menggunakan Framework Flutter \nmendekati performa aplikasi FASIH yang menggunakan \ndengan mengusahakan \nbahasa \nmengurangi komunikasi dengan database serta menghilangkan \nwarning yang ada. Namun, hasilnya masih jauh dari harapan. \nSaran yang ingin disampaikan peneliti dalam penelitian ini \nyakni pada penelitian selanjutnya perlu dilakukan kajian lebih \nlanjut tentang performa aplikasi Flutter agar bisa dilakukan \noptimalisasi sehingga performa aplikasi FASIH versi Flutter \nmendekati performa aplikasi FASIH versi Kotlin. \n\n[1] \n\n[2] \n\n[3] \n\nDAFTAR PUSTAKA \n\nUU RI No. 16 Tahun 1997, “Presiden republik indonesia,” Peratur. \nPemerintah Republik Indones. Nomor 26 Tahun 1985 Tentang \nJalan, vol. 2003, no. 1, pp. 1–5, 2004, [Online]. Available: \nhttps:\/\/www.google.com\/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web\n&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjWxrKeif7eAhVYfysKH\ncHWAOwQFjAAegQICRAC&url=https%3A%2F%2Fwww.ojk.go\n.id%2Fid%2Fkanal%2Fpasar-modal%2Fregulasi%2Fundang-\nundang%2FDocuments%2FPages%2Fundang-undang-nomo. \n\nR. M. N. S. P. Alfatihah, B. Surya, and S. S. Indonesia, “Integrated \nCollection System ( ICS ): Modernization of Data Collection at \nStatistics Indonesia,” 2021. \n\nA. Agrawal, A. Agrawal, R. Arya, H. Jain, J. Manoorkar, and A. \nProfessor, “Comparison of Flutter with Other Development \nPlatforms,” Int. J. Creat. Res. Thoughts, vol. 9, no. 2, pp. 2320–\n2882, 2021, [Online]. Available: www.ijcrt.org. \n\n[11] \n\n[12] \n\n[13] \n\n[14] \n\n[15] \n\n[16] \n\n[17] \n\n[18] \n\n[19] \n\n[20] \n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nD. Palumbo, “The Flutter Framework: Analysis in a Mobile \nEnterprise Environment,” POLITECNICO DI TORINO, 2021. \n\nStackOverflow, “Other frameworks and libraries,” 2022. \nhttps:\/\/survey.stackoverflow.co\/2022\/#other-frameworks-and-\nlibraries (accessed Nov. 25, 2022). \n\nFlutter, “Build and release an iOS app,” 2019. \nhttps:\/\/docs.flutter.dev\/deployment\/ios (accessed Nov. 18, 2022). \n\nStatista, “Market share of mobile operating systems in Indonesia \nfrom January 2013 to May 2022, by operating system,” 2022. \nhttps:\/\/www.statista.com\/statistics\/262205\/market-share-held-by-\nmobile-operating-systems-in-indonesia\/ (accessed Nov. 25, 2022). \n\napple, “Apple Developer Program Enrollment,” 1997. \nhttps:\/\/developer.apple.com\/enroll\/purchase (accessed Nov. 18, \n2022). \n\nM. K. Khachouch, A. Korchi, Y. Lakhrissi, and A. Moumen, \n“Framework Choice Criteria for Mobile Application Development,” \n2nd Int. Conf. Electr. Commun. Comput. Eng. ICECCE 2020, no. \nJune, 2020, doi: 10.1109\/ICECCE49384.2020.9179434. \n\nW. W. Widiyanto, “Analisa Metodologi Pengembangan Sistem \nDengan Perbandingan Model Perangkat Lunak Sistem Informasi \nKepegawaian Menggunakan Waterfall Development Model, Model \nPrototype, Dan Model Rapid Application Development (Rad),” J. \nInf. Politek. Indonusa Surakarta ISSN, vol. 4, no. 1, pp. 34–40, \n2018, [Online]. Available: \nhttp:\/\/www.informa.poltekindonusa.ac.id\/index.php\/informa\/article\/\nview\/34. \n\nP. Grzmil, M. Skublewska-Paszkowska, E. Łukasik, and J. Smołka, \n“Comparative Study of Android Native and Flutter App \nDevelopment,” Informatics Control Meas. Econ. Environ. Prot., \nvol. 7, no. 2, pp. 50–53, 2021, [Online]. Available: \nhttps:\/\/www.researchgate.net\/publication\/361208165_Comparative_\nStudy_of_Android_Native_and_Flutter_App_Development. \n\nK. S. Arif and U. Ali, “Mobile application testing tools and their \nchallenges: A comparative study,” 2019 2nd Int. Conf. Comput. \nMath. Eng. Technol. iCoMET 2019, pp. 1–6, 2019, doi: \n10.1109\/ICOMET.2019.8673505. \n\nK. Leighton, S. Kardong-Edgren, T. Schneidereith, and C. Foisy-\nDoll, “Using Social Media and Snowball Sampling as an \nAlternative Recruitment Strategy for Research,” Clin. Simul. Nurs., \nvol. 55, pp. 37–42, 2021, doi: 10.1016\/j.ecns.2021.03.006. \n\nR. Eldridge, System Analysis & Design An Object-Oriented A \npproach with UML, vol. 31, no. 1. 1989. \n\nJ. L. Whitten and L. D. Bentley, Systems Analysis and Design \nMethods. 2007. \n\nAndroid Studio, “Run apps on the Android Emulator,” 2013. \nhttps:\/\/developer.android.com\/studio\/run\/emulator?hl=id (accessed \nJul. 03, 2023). \n\nFlutter, “Hot reload,” 2019. https:\/\/docs.flutter.dev\/tools\/hot-reload \n(accessed Jun. 20, 2023). \n\nW. Stallings, COMPUTER ORGANIZATION AND \nARCHITECTURE DESIGNING FOR PERFORMANCE. 2010. \nintel, “How to Fix High CPU Usage,” intel, 1968. \nhttps:\/\/www.intel.com\/content\/www\/us\/en\/gaming\/resources\/how-\nto-fix-high-cpu-usage.html (accessed Nov. 04, 2023). \n\nT. Tamasi, “What is Frame Rate and Why is it Important to PC \nGaming?,” NVIDIA Corporation, 2019. https:\/\/www.nvidia.com\/en-\nus\/geforce\/news\/what-is-fps-and-how-it-helps-you-win-games\/ \n(accessed Sep. 04, 2023). \n\n 8 \/ 8 \n\n \n \n \n\f", "label": [ { "start": 1240, "end": 1322, "text": "melakukan kajian pengembangan\\naplikasi FASIH memanfaatkan teknologi Flutter", "labels": [ "TUJUAN" ] }, { "start": 1388, "end": 1436, "text": "Rapid\\nApplication Development (RAD) Prototyping", "labels": [ "METODE" ] }, { "start": 1656, "end": 1704, "text": "aplikasi sudah memenuhi kebutuhan fungsional", "labels": [ "TEMUAN" ] }, { "start": 8267, "end": 8366, "text": "melakukan kajian\\nPenelitian\\npengembangan\\naplikasi FASIH dengan menggunakan\\nFramework Flutte", "labels": [ "TUJUAN" ] }, { "start": 8405, "end": 8492, "text": "Source\\nimplementasi, dan hasil analisis\\nCode, dokumentasi,\\npembandingan performa", "labels": [ "TEMUAN" ] } ], "annotator": 1, "annotation_id": 12, "created_at": "2023-12-27T12:53:19.469191Z", "updated_at": "2023-12-27T12:53:19.469191Z", "lead_time": 131.825 }, { "id": 32, "content": " Makalah Seminar Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nPemodelan Hierarchical Bayes Small Area Estimation \n(SAE) dengan Pemanfaatan Big Data pada Estimasi \nKemiskinan Anak di Pulau Jawa \n\nSiti Armanisa (221911180, 4SD1) \nDosen Pembimbing: Dr. Rindang Bangun Prasetyo, S.S.T., M.Si. \n\nsampai \n\nRingkasan— Kemiskinan menjadi tantangan yang dihadapi \noleh berbagai negara. Upaya pengentasan kemiskinan menjadi \nkomitmen dalam SDGs yang salah satu fokusnya adalah anak-\nanak. Anak yang tinggal pada keluarga miskin akan mengalami \ntekanan multidimensi dan rentan terhadap kekerasan, pelecehan, \ndan eksploitasi. Berdasarkan data UNICEF dan BPS, distribusi \nanak miskin terbanyak di Indonesia tahuun 2016 berada di Pulau \nJawa yaitu sebesar 47,39 persen sehingga pulau tersebut tidak \nlepas dari masalah kemiskinan anak. Tingkat kemiskinan anak \nsecara moneter diukur menggunakan garis kemiskinan. Data \nkemiskinan anak secara moneter di Indonesia bersumber dari \nSusenas dan tersedia pada level provinsi. Ketersediaan informasi \nkemiskinan \nsangat membantu \nlevel area kecil \nmenanggulangi kemiskinan anak. Salah satu metode estimasi \ntidak langsung adalah Small Area Estimation (SAE). SAE \nmerupakan salah satu solusi untuk kebutuhan estimasi survei \npada lingkup yang lebih kecil dimana jumlah sampel tidak \nmencukupi untuk estimasi \ntingkat \nkemiskinan juga memanfaatkan big data geospasial berupa citra \nsatelit dan Point of Interest (POI). Penelitian ini dilakukan untuk \nmembangun dan mengevaluasi model estimasi kemiskinan anak \nmenggunakan SAE HB Beta-logistic dan SAEA HB Lognormal \ndengan memanfaatkan big data dan melakukan pemetaan \nkemiskinan anak di Pulau Jawa pada level kabupaten\/kota. \nBerdasarkan hasil yang diperoleh, metode SAE HB Beta-logistic \nmampu menghasilkan estimasi yang lebih akurat dan presisi jika \ndibandingkan dengan estimasi langsung. \n\nlangsung. Perhitungan \n\nKata Kunci— kemiskinan anak, small area estimation, \n\nhierarchical bayes, big data. \n\nA. LATAR BELAKANG \n\nKemiskinan masih menjadi tantangan global yang dihadapi \noleh berbagai negara di dunia. Tingkat kemiskinan global \nmeningkat dari 2019 hingga 2020, yaitu dari 8,3 persen menjadi \n9,2 persen [1]. Pada tahun 2022, United Nation memperkirakan \nbahwa lebih dari 75 juta orang akan hidup dalam keadaan \nkemiskinan \nsebagai \nketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan \ndasar yang meliputi makanan dan bukan makanan yang diukur \ndari sisi pengeluaran [2]. Seseorang dikategorikan miskin \napabila pengeluaran per kapitanya selama sebulan tidak cukup \nuntuk memenuhi kebutuhan standar hidup minimum. \n\nekstrem. Kemiskinan \n\ndipandang \n\nUpaya pengentasan kemiskinan secara global menjadi suatu \nkomitmen dalam salah satu tujuan Sustainable Development \nGoals (SDGs) yang telah disepakati oleh negara di seluruh \ndunia dan disahkan sebagai target pembangunan tahun 2030. \nDalam Outcome Document Transforming Our World: The \n2030 Agenda For Sustainable Development, tujuan mengakhiri \nkemiskinan dalam segala bentuk dan dimanapun menjadi \ntujuan “utama” dari 17 tujuan dan diharapkan dapat tercapai \n\npada tahun 2030 dengan mengurangi setidaknya sebagian \njumlah penduduk miskin baik laki-laki, perempuan, maupun \nanak-anak dari segala usia. Berdasarkan tujuan tersebut, anak-\nanak merupakan salah satu fokus utama pembangunan SDGs \nkarena jumlah anak-anak mencapai hampir sepertiga dari \njumlah penduduk dunia dan keberlangsungan bangsa \ndipengaruhi oleh kondisi anak-anak bangsa itu sendiri. \n\nAnak yang tinggal pada keluarga miskin akan mengalami \ntekanan multidimensi yang berdampak buruk terhadap masa \ndepan mereka dan lebih rentan terhadap kekerasan, pelecehan, \ndiskriminasi, dan eksploitasi. Dampak kemiskinan yang \ndialami anak berbeda dengan orang dewasa. Pada orang \ndewasa, kemiskinan dapat bersifat sementara, sedangkan pada \nanak-anak, kemiskinan dapat dirasakan sepanjang hidup \nmereka [3]. Kemiskinan pada anak dapat menyebabkan \npenderitaan fisik dan mental yang terus menumpuk sepanjang \nmasa hidup anak. Kemiskinan dapat memengaruhi psikologi \nanak pada mental, fisik, emosi, dan tingkat spiritual. Anak yang \nmiskin lebih berisiko menjadi orang dewasa yang miskin dan \nmeneruskan kemiskinan itu ke generasi setelahnya [4]. \n\nData UNICEF dan Bappenas menunjukkan bahwa pada \ntahun 2015 terdapat 8,7 persen atau 7,3 juta anak-anak di \nIndonesia hidup dalam rumah tangga miskin ekstrem [5]. Jika \nmenggunakan garis kemiskinan, terdapat 13,7 persen atau \nsekitar 11,5 juta anak-anak di Indonesia yang tinggal dalam \nrumah tangga miskin. Kenaikan sedikit pada garis kemiskinan \nberdampak signifikan pada peningkatan persentase kemiskinan \nanak. Contohnya jika garis kemiskinan dinaikkan dua kali lipat \nmaka angka kemiskinan anak akan naik empat kali lipat \nmenjadi 55 persen. Data BPS tahun 2016 menunjukkan bahwa \ntingkat kemiskinan di Indonesia sebesar 10,86 persen dengan \n40,22 persen diantaranya adalah anak usia 0-17 tahun yaitu \nsekitar 11,26 juta jiwa atau sekitar 13,31 persen. Dari tahun ke \ntahun, tingkat kemiskinan pada anak selalu lebih tinggi \ndaripada tingkat kemiskinan keseluruhan penduduk. Hal ini \nmenunjukkan bahwa anak-anak lebih rentan dan berisiko \nmengalami kemiskinan [6]. Berdasarkan Susenas 2021, \npersentase anak miskin di Indonesia mencapai 12,64 persen. \nPada tahun 2016, distribusi anak miskin terbanyak berada di \nPulau Jawa dengan persentase sebesar 47,39 persen atau \nhampir sebagian anak miskin di Indonesia berada di Pulau Jawa \n[7]. Hal ini menyebabkan Pulau Jawa tidak terlepas dari \nmasalah kemiskinan, khususnya kemiskinan anak sehingga \nupaya pengentasan kemiskinan di Pulau Jawa perlu \ndiperhatikan. \n\nDalam mengukur \n\nterdapat dua \npendekatan yaitu pendekatan moneter dan pendekatan \n\ntingkat kemiskinan, \n\n 1 \/ 8 \n\n \n \n\fmultidimensi. Pengukuran secara moneter mengacu pada \nkonsep kemiskinan yang digunakan BPS, yaitu kemampuan \nuntuk memenuhi kebutuhan dasar dengan menggunakan garis \nkemiskinan makanan dan nonmakanan sebagai penentu titik \npotong yang membagi penduduk antara miskin dan tidak \nmiskin. Data kemiskinan anak secara moneter di Indonesia \nbersumber dari Susenas yang hanya tersedia pada level provinsi \nyang diperbarui setiap enam bulan. Perhitungan sederhana \nmenjadikan pendekatan moneter lebih sering digunakan, \ntermasuk dalam penelitian ini. Kebijakan yang tepat sasaran \ndalam memberantas kemiskinan anak memerlukan data \nmendetail dengan memanfaatkan data kemiskinan yang \ndiperinci hingga level kabupaten\/kota. Estimasi langsung pada \nlevel wilayah yang lebih kecil dapat dilakukan dengan \nmenambah sampel untuk mempertahankan presisi. Namun, hal \nitu dapat meningkatkan biaya, tenaga kerja, dan waktu. Data \nSusenas merupakan subsampel dari keseluruhan populasi dan \ndata kemiskinan anak menggunakan \nsubsampel dari \nkeseluruhan sampel Susenas, yaitu penduduk usia kurang dari \n18 tahun. Analisis terhadap subsampel tidak menyajikan \ninformasi lokasi semua wilayah yang tercakup dalam data \nsensus sehingga jika ingin mengestimasi langsung akan \nmengalami kekurangan sampel. Ukuran sampel yang kurang \ndapat diatasi dengan estimasi \nlangsung sehingga \nketerbatasan pada ketersediaan data kemiskinan resmi untuk \nlevel penyajian yang lebih kecil dapat dioptimalkan. Salah satu \nmetode estimasi tidak langsung adalah Small Area Estimation \n(SAE). \n\ntidak \n\nIstilah “small area” digunakan untuk menyatakan sebuah \narea geografis yang kecil. Area geografis atau subpopulation \ndikatakan kecil apabila ukuran domain specific sample area \nyang bersangkutan tidak cukup besar untuk mendukung \nestimasi langsung dengan ketelitian yang memadai [8]. Domain \ndidefinisikan sebagai area geografis (provinsi, kabupaten\/kota, \nkecamatan, desa, dan lainnya) dan kelompok sosio demografi \n(kelompok umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, suku, dan \nlainnya). Beberapa domain menarik seperti kabupaten memiliki \nkemungkinan mempunyai ukuran sampel yang kecil atau \nmungkin tidak ada sama sekali [8]. \n\ntidak \n\nSmall Area Estimation adalah metode untuk menduga \nsubkelompok dengan ukuran sampel yang kecil dan \nmemanfaatkan informasi area sekitarnya guna meningkatkan \nefektivitas ukuran sampel. Pendugaan karakteristik area kecil \ndilakukan secara \nlangsung melalui model yang \nmenghubungkan variabel penyerta area dan\/atau periode waktu \nterkait dengan karakteristik area kecil yang diteliti. SAE dapat \nmeminimalkan nilai Mean Square Error (MSE) sehingga \nestimasi yang dihasilkan lebih akurat dan presisi dibandingkan \nestimasi langsung. SAE memiliki beberapa pendekatan, yaitu \nEmpirical Best Linear Unbiased Prediction \n(EBLUP), \n(EB). \nHierarchical Bayes \nPendugaan parameter dengan metode Hierarchical Bayes \ndidasarkan pada distribusi posterior dengan parameter \ndiestimasi dengan rata-rata posterior dan akurasi dihitung \ndengan varian posterior-nya. Estimasi daerah menggunakan \nHierarchical Bayes cenderung lebih komprehensif karena \nmenggabungkan informasi dari data sampel dan informasi lain \nseperti data terdahulu dalam pembentukan model estimasinya. \nPenggunaan Hierarchical Bayes dalam pendugaan wilayah \nkecil dapat digunakan untuk memodelkan berbagai sumber \n\n(HB) dan Empirical Bayes \n\n Makalah Seminar Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nvariasi yang berbeda dan komputasinya relatif lebih mudah \ndengan adanya metode Markov Chain Monte Carlo (MCMC). \nMaka dari itu, peneliti menggunakan Small Area Estimation \ndengan pendekatan Hierarchical Bayes. \n\nPerhitungan tingkat kemiskinan juga memanfaatkan big data \nsebagai variabel penyerta (auxiliary variable) dalam model. \nBig data geospasial adalah big data yang memiliki referensi \ngeospasial yang dapat berupa citra satelit dan Point of Interest \n(POI). Citra satelit merupakan salah satu bagian dari big data \ngeospasial yang merupakan hasil pengukuran suatu objek atau \nsuatu fenomena di permukaan bumi oleh sebuah alat yang tidak \nmelakukan kontak secara fisik dengan objek yang diamati \ntersebut misalnya diukur dari satelit. Citra satelit dapat \ndimanfaatkan untuk menggambarkan kondisi sosial ekonomi di \nsuatu wilayah secara objektif berdasarkan karakteristiknya [9]. \nPOI merupakan suatu lokasi yang kemungkinan memiliki \nfungsi tersendiri yang bermanfaat bagi orang-orang yang \nberkunjung pada titik tersebut [10]. Data PoI dapat diperoleh \ndengan mengekstrak data dari Open Street Map (OSM) dan data \nWilkerstat. Big data geospasial sebagai sumber data pendukung \nmemiliki keuntungan dengan frekuensi update dalam rentang \nwaktu lebih pendek, data yang lebih granular dari segi wilayah \ndan data dapat diperoleh dengan biaya yang lebih murah \ndibandingkan pengumpulan data melalui survei atau sensus \n[11]. Hal ini membuat big data geospasial menjadi alternatif \npilihan yang potensial sebagai sumber pendukung data \nkemiskinan anak. Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu \ndilakukan penelitian mengenai kemiskinan anak pada level \nkabupaten\/kota dengan metode Small Area Estimation \npendekatan Hierarchical Bayes di Pulau Jawa. Penelitian ini \njuga menggunakan big data geospatial sebagai auxiliary \nvariable. \n\nB. TUJUAN PENELITIAN \n\nBerdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang \ntelah diuraikan, dirumuskan dua tujuan yang ingin dicapai pada \npenelitian ini. \n1. Membangun \n\nestimasi \nkemiskinan anak di Pulau Jawa menggunakan Small Area \nEstimation dengan pendekatan Hierarchical Bayes. \n2. Melakukan pemetaan kemiskinan anak di Pulau Jawa \npada level kabupaten\/kota berdasarkan hasil estimasi \nterbaik. \n\ndan mengevaluasi model \n\nC. PENELITIAN TERKAIT \nini menggunakan beberapa \n\nPenelitian \n\nliteratur yang \nberhubungan dengan \ntopik penelitian. Penelitian yang \ndilakukan oleh Nugraheni Putri Istiqomah di tahun 2022 [12] \nmenemukan bahwa estimasi HB Beta-logistic lebih mirip \ndengan estimasi langsung daripada metode SAE EBLUP. \nBerdasarkan nilai RSE\/RRMSE, metode SAE HB Beta-logistic \nmerupakan model terbaik dalam mengestimasi APK PT. \nNasiya Alifah Utami (2022) [13] menggunakan citra satelit \nmultisumber dan geospatial big data \nlainnya dalam \nmembangun model estimasi kemiskinan anak berbasis machine \nlearning. Penelitiannya menemukan bahwa indeks terbaik \ndalam membangun Indeks kemiskinan anak adalah EWS dan \nmetode machine learning terbaik untuk membentuk model \nestimasi kemiskinan anak adalah MLP. Berdasarkan penelitian \nyang dilakukan oleh Mia Mauliani, Maiyastri, Rita Diana di \n\n 2 \/ 8 \n\n \n\ftahun 2018 [14], model Small Area Estimation pendekatan \nHierarchical Bayesian (HB) Lognormal mempunyai nilai \nstandar error yang lebih kecil dibandingkan dengan estimasi \nlangsung Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Wirajaya \nKusuma pada tahun 2017 [15] mengungkapkan bahwa metode \nHierarchical Bayes menghasilkan nilai RMSE yang lebih kecil \ndibandingkan dengan metode EB dalam menduga pengeluaran \nperkapita penduduk tiap kecamatan. \n\nD. METODE PENELITIAN \n\nyang \n\n2021 \n\ndiagregasikan \n\nA. WIlayah Studi \nPulau Jawa sebagai pulau yang memiliki persentase anak \nmiskin terbanyak di Indonesia terpilih sebagai wilayah studi \npada penelitian ini. Pulau Jawa terdiri dari 6 provinsi yang di \ndalamnya terdapat 119 kabupaten dan kota. Dari total 119 \nkabupaten dan kota terbagi menjadi 85 kabupaten dan 34 kota. \nB. Data dan Sumber Data \nData yang digunakan pada penelitian ini berasal dari data \nSurvei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2021 untuk \nmenduga kemiskinan anak level kabupaten\/kota di Pulau Jawa. \nAdapun variabel penyerta berasal dari data Potensi Desa \n(PODES) \nlevel \nkabupaten\/kota, dan big data berupa data Point Of Interest \n(POI) dan citra satelit. Data citra satelit hasil penginderaan jauh \ndikumpulkan dan di-preprocessing melalui Google Earth \nEngine. Preprocessing yang dilakukan meliputi cloud coverage \nassessment untuk meminimalisir kumpulan citra tertutup awan, \nmedian reducing untuk mendapatkan nilai median yang \nmewakili citra satelit dalam satu tahun, dan komposisi band \nuntuk mendapatkan nilai citra. Selanjutnya data citra satelit \ndilakukan clipping dan diagregasi ke level kabupaten\/kota \nmenggunakan fitur Zonal Statistics di aplikasi QGis. Data Point \nof Interest (POI) berupa data point infrastruktur desa berupa \nfasilitas pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. POI density \ndiperoleh dengan menghitung \nlevel \njumlah POI pada \nkabupaten\/kota. Data \nselanjutnya diolah menggunakan \npackage saeHB pada software R. Adapun variabel yang \ndigunakan dapat dilihat pada Tabel 1 berikut. \n\nsampai \n\nTABEL I \n DAFTAR VARIABEL YANG DIGUNAKAN \n\nAspek \n\nKode \n\n(1) \n\nEkonomi \n\n(2) \n\n𝑌 \n\n𝑋1 \n\n𝑋2 \n\n𝑋3 \n\n𝑋4 \n\n𝑋5 \n\nVariabel \n\n(3) \n\nPersentase Anak Miskin \n\nSumber Data \n\n(4) \n\nSusenas \n\nRasio Industri per 1000 penduduk \n\nPODES \n\nRasio Sarana Ekonomi per 1000 penduduk \n\nPODES \n\nNighttime Light (NTL) \n\nKadar Polusi Sulfur Dioksida (SO2) \n\nKadar Polusi Karbon Monoksida (CO) \n\n𝑋6 \n\nPOI Density \n\nAir \n\nListrik \n\n𝑋7 \n\n𝑋8 \n\nNormalized Difference Water Index \n(NDWI) \n\nRasio Keluarga Pengguna Listrik per 1000 \npenduduk \n\nCitra Satelit \nVIIRS \n\nCitra Satelit \nSentinel 5-P \n\nCitra Satelit \nSentinel 5-P \n\nWilkerstat \n\nCitra Satelit \nSentinel-2 \n\nPODES \n\n Makalah Seminar Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nTempat \nTinggal \n\n𝑋9 \n\n𝑋10 \n\nRasio Keluarga di Bawah SUTET\/ \nSUTT\/SUTAS per 1000 keluarga \n\nRasio Keluarga di Permukiman Kumuh per \n1000 keluarga \n\n Pendidikan \n\n𝑋11 \n\nRasio Fasilitas Pendidikan per 1000 \npenduduk \n\nKesehatan \n\n𝑋12 \n\nRasio Fasilitas Kesehatan per 1000 \npenduduk \n\nMakanan \n\n𝑋13 \n\nRasio Warga Penderita Kekurangan Gizi \nper 1000 penduduk \n\nInformasi \n\n𝑋14 \n\nRasio Keluarga yang Berlangganan \nTelepon Kabel per 1000 keluarga \n\nPODES \n\nPODES \n\nPODES \n\nPODES \n\nPODES \n\nPODES \n\nC. Tingkat Kemiskinan Anak \nTingkat kemiskinan anak didefinisikan sebagai persentase \nanak usia 0 – 17 tahun yang tinggal di rumah tangga miskin \nyaitu rumah tangga yang rata-rata pengeluaran perkapitanya \nperbulan di bawah garis kemiskinan. Adapun perhitungan \ntingkat kemiskinan anak menggunakan rumus Foster-Greer-\nThorbecke (1984) sebagai berikut [7]. \n𝑧−𝑦𝑖\n𝑧\n\n𝑃0 =\ndimana, \nz = garis kemiskinan \nq = Banyaknya anak yang berada di bawah garis kemiskinan \nn = Jumlah anak \nyi = Rata-rata pengeluaran perkapita sebulan \n\n𝑞\n∑ [\n𝑖=1\n\n(1) \n\n0\n]\n\n=\n\n𝑛\n\n𝑛\n\n𝑞\n\n1\n\n(i=1,2,…,q), \n\nyi < z \n\nD. Small Area Estimation (SAE) \nSmall Area Estimation (SAE) merupakan metode estimasi \nparameter yang berasal dari area yang memiliki ukuran sampel \nkecil. Konsep dari Small Area Estimation adalah dengan \nmeminjam kekuatan dari area sekitarnya untuk mendapatkan \nestimasi dengan presisi yang lebih baik dibandingkan dengan \nlangsung. Berdasarkan ketersediaan variabel \nestimasi \npenyertanya, model area kecil dikelompokkan menjadi dua \nmodel dasar, yaitu model berbasis area dan model berbasis \nunit. Pada penelitian ini berfokus pada model berbasis area. \n\nparameter \n\nE. Small Area Estimation dengan Hierarchical Bayes \nEstimasi \nSmall Area Estimation \nuntuk \nmenggunakan pendekatan Hierarchical Bayes didekati \nmelalui sebaran prior 𝑓(𝜆) dan posterior 𝑓(𝜃|𝑦). Tahapan \npertama adalah dengan menentukan 𝑓(𝜆), yaitu sebaran prior \nsubjektif dari parameter model 𝜃. Tahapan selanjutnya adalah \nmemperoleh 𝑓(𝜃|𝑦), yaitu sebaran posterior dari 𝜇, parameter \narea kecil (acak) yang diamati. \nMenurut Rao & Molina (2015) dengan mengaplikasikan \nteorema bayesian didapatkan \n\n𝑓(𝜃, 𝜆|𝑦) =\n\n𝑓(𝑦,𝜃,|𝜆)𝑓(𝜆)\n𝑓1(𝑦)\n\n(2) \n\ndimana 𝑓1(𝑦) merupakan fungsi marginal dari y. \n𝑓1(𝑦) = ∫ 𝑓 (𝑦, 𝜃|𝜆) 𝑓(𝜆) 𝑑𝜃 𝑑𝜆 \n\n(3) \n\nDistribusi prior yang digunakan untuk mengestimasi \nparameter yang diamati (𝜃) adalah sebagai berikut. \n\n𝑓(𝜃|𝑦) = ∫ 𝑓 (𝜃|𝑦, 𝜆) 𝑓(𝜆|𝑦) 𝑑𝜆 \n\n(4) [16] \nParameter yang diamati, 𝜙 = ℎ(𝜃) , diestimasi dengan mean \nposterior 𝜃𝐻𝐵 = 𝐸[ℎ(𝜃)|𝑦] \n, dan varians posterior \n 𝑉[ℎ(𝜃)|𝑦] digunakan untuk mengukur presisi estimasi. \nKesulitan menghitung \n 𝐸[ℎ(𝜃)|𝑦] karena \nmelibatkan integrasi berdimensi tinggi dapat diatasi dengan \n\n 𝑓(𝜃|𝑦) dan \n\n 3 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n\fpenggunaan Markov Chain Monte Carlo. Pengukuran akurasi \nmetode HB didasarkan pada nilai RSE. \n𝐻𝐵−𝐵𝑒𝑡𝑎 = √𝑉[ℎ(𝜃)|𝑦]\n𝑅𝑆𝐸 𝜃̂\n𝑖\n\n𝑥100% \n\n(5) \n\n𝜃𝐻𝐵\n\nF. Hierarchical Bayes Beta-logistic \nData berupa proporsi dengan range 0-1 dan memiliki sebaran \nasimetris atau menceng cocok dimodelkan menggunakan \ndistribusi beta [17]. Beta-logistic model with unknown \nsampling variance dapat dituliskan sebagai berikut. \ni. Sampling model \n𝜃̂\n𝑖|𝜃, 𝛽, 𝜎𝑣\nii. Lingking model \n\n2~𝑖𝑛𝑑𝐵𝑒𝑡𝑎 (𝑎𝑖, 𝑏𝑖) 𝑖 = 1, . . . , 𝑚 \n\n(6) \n\n𝑙𝑜𝑔𝑖𝑡 (𝜃𝑖)| 𝛽, 𝜎𝑣\n\n2~𝑖𝑛𝑑𝑁 (𝑥𝑖\n\n𝑇, 𝛽, 𝜎𝑣\n\n2) 𝑖 = 1, . . , 𝑚 \n\n(7) \n\nBayes \n\nG. Hierarchical Bayes Lognormal \nPermodelan Hierarchical \ndilakukan \nmengggunakan distribusi lognormal. Hal ini disebabkan oleh \nhasil uji kesesuaian distribusi \ntingkat \nkemiskinan menggunakan uji Chi-Squared didapatkan bahwa \ndata mengikuti distribusi lognormal. \niii. Sampling model \n\nterhadap data \n\njuga \n\n𝜃̂𝑖|𝜃𝑖~𝑙𝑜𝑔𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙(𝜇𝑖, 𝜓𝑖), 𝑖 = 1, … , 𝑚 \n\niv. Lingking model \n\n𝑙𝑜𝑔𝑖𝑡(𝜃𝑖)|𝜷~𝑖𝑛𝑑𝑁( 𝒙𝒊\n\n𝑻𝜷, 𝜎𝑢\n\n2) 𝑖 = 1, … , 𝑚 \n\n(8) \n\n(9) \n\nE. KERANGKA PIKIR \n\nMetode penelitian yang digunakan pada penelitian ini dapat \ndiringkas menjadi satu kerangka penelitian yang memuat \nkeseluruhan penelitian mulai dari \n permasalahan yang \nmendasari dilakukan penelitian, solusi yang ditawarkan, \nsumber data yang digunakan dalam penelitian ini, tujuan atau \nsasaran yang ingin dicapai melalui penelitian, dan indikator \nevaluasi yang digunakan untuk mencapai tujuan. Kerangka \npenelitian dapat dijelaskan secara lebih detail dalam Gambar 1. \n\nGambar 1. Kerangka Pikir Penelitian \n\nF. HASIL DAN PEMBAHASAN \nA. Gambaran Estimasi Langsung Kemiskinan Anak Level \n\nKabupaten\/Kota di Pulau Jawa Tahun 2021 \nEstimasi langsung tingkat kemiskinan anak di Pulau Jawa \nmenggunakan data yang bersumber dari Susenas Maret 2021 \ndengan menggunakan design two stage one phase sampling. \nBerikut disajikan diagram batang untuk mengetahui gambaran \ntingkat kemiskinan anak di seluruh kabupaten\/kota di Pulau \nJawa tahun 2021. \n\n Makalah Seminar Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nGambar 2. Estimasi Langsung Kemiskinan Anak Level Kabupaten\/Kota di \nPulau Jawa Tahun 2021 \n\nBerdasarkan Gambar 2, Kabupaten Bangkalan merupakan \nkota yang memiliki tingkat kemiskinan anak tinggi di Pulau \nJawa. Kabupaten Bangkalan berada di Provinsi Jawa Timur. \nEmpat kota lain yang memiliki tingkat kemiskinan anak \ntertinggi di Pulau Jawa secara berturut-turut, yaitu Kota \nSukabumi, Kota Yogyakarta, Kabupaten Pamekasan, dan \nKabupaten Probolinggo. Sementara itu, Kabupaten Lumajang \nmerupakan kabupaten dengan tingkat kemiskinan anak paling \nrendah di Pulau Jawa. Empat kabupaten lain yang masuk dalam \nlima kabupaten dengan tingkat kemiskinan anak terendah di \nPulau Jawa secara berturut-turut, yaitu Kabupaten Kuningan, \nKabupaten Pangandaran, Kabupaten Serang, dan Kota Serang. \nEstimasi langsung tingkat kemiskinan anak pada level \nkabupaten\/kota memiliki kekurangan dari sisi akurasi dan \npresisi. Data yang digunakan untuk mengestimasi langsung \nberasal dari subsampel data Susenas yaitu penduduk usia 0-17 \ntahun. Analisis terhadap subsampel tidak menyajikan informasi \nmengenai lokasi untuk semua wilayah yang tercakup dalam \ndata sensus sehingga jika estimasi langsung akan mengalami \nkekurangan sampel. Eksplorasi data dilanjutkan dengan \nmengidentifikasi nilai RSE dari nilai estimasi langsung. \nMenurut Soedarti (2007), RSE dikatakan akurat dan bisa \ndigunakan apabila bernilai ≤ 25%, sedangkan jika berada di \nrentang 25% < 𝑅𝑆𝐸 ≤ 50%, perlu kehati-hatian jika digunakan \ndan jika RSE bernilai > 50% dianggap tidak akurat. \n\nHasil eksplorasi data menunjukkan bahwa median dan rata-\nrata RSE dari estimasi langsung bernilai ≤ 25%. Namun, sekitar \n36,13% dari total kabupaten\/kota memiliki nilai RSE lebih dari \n25%. Dari 36,13% tersebut, 40 kabupaten\/kota memiliki nilai \nestimasi langsung yang dapat dipakai tetapi dengan kehati-\nhatian (25%< RSE ≤50%). Selain itu, tiga kabupaten\/kota \nmemiliki nilai RSE yang dianggap tidak akurat (RSE >50%). \nPeningkatan akurasi pada pendugaan langsung dapat dilakukan \ndengan menambah jumlah sampel. Ukuran sampel yang kurang \ndari batas minimal jumlah sampel (area kecil) dapat diatasi \ndengan estimasi tidak langsung, salah satunya SAE. \n\nAdapun penduga langsung persentase anak miskin memiliki \nsebaran yang cenderung menceng kanan sebagaimana \nditunjukkan oleh Gambar 3. Selanjutnya dilakukan uji asumsi \nnormalitas dari penduga langsung melalui uji Jarque-Bera. \nAdapun hipotesis nol yang digunakan yaitu data hasil estimasi \nlangsung kemiskinan anak berdistribusi normal, sedangkan \nlangsung \nhipotesis alternatif adalah data hasil estimasi \nkemiskinan anak \ntidak berdistribusi normal. Dari hasil \npengolahan data diperoleh nilai statistik 𝑋2 sebesar 56,746 \ndengan nilai p-value sebesar 4,716x10-13. Karena nilai p-value \nyang lebih kecil dari 𝛼 sebesar 5 % atau 0,05 maka diambil \nkeputusan menolak hipotesis nol. Dapat disimpulkan bahwa \n\n 4 \/ 8 \n\n \n \n \n \n\fdengan tingkat signifikansi 5 persen, data hasil estimasi \nlangsung kemiskinan anak tidak berdistribusi normal.Karena \nhal tersebut, penduga EBLUP menjadi kurang tepat digunakan \nkarena EBLUP mengasumsikan variabel respon berdistribusi \nnormal. Oleh karena itu, dilakukan pemodelan menggunakan \nSAE pendekatan Hierarchical Bayes (HB). \n\nGambar 3. Sebaran Distribusi Estimasi Langsung Kemiskinan Anak \n\nB. Estimasi Tidak Langsung Kemiskinan Anak Level \n\nKabupaten\/Kota di Pulau Jawa \nTahap estimasi tidak langsung diawali dengan memilih \nauxiliary variable yang berasal dari data Podes 2021, data \nwilkerstat, dan data citra satelit yang telah diagregasi ke level \nkabupaten\/kota. Adapun data citra satelit yang dikumpulkan \ndilakukan visualisasi sebagai berikut. \n\nGambar 4. Visualisasi NTL, NDWI, 𝑆𝑂2, CO, dan POI Density \n\nKandidat variabel yang dipilih berdasarkan kajian dari \npenelitian dahulu selanjutnya dihitung korelasi antar variabel \nuntuk memastikan tidak terjadi multikolinearitas pada model \nyang ditandai dengan nilai korelasi diatas 0,8. Didapatkan hasil \nterdapat pasangan variabel penyerta yang \nbahwa \nberkorelasi lebih dari 0.8. \n\ntidak \n\nC. Estimasi Tidak Langsung dengan SAE HB Beta-logistic \n\nPemodelan estimasi tidak langsung menggunakan SAE HB \nBeta-logistic tidak mengasumsikan normalitas pada data \npenduga langsungnya. Pemilihan model SAE HB Beta-logistic \ndikarenakan data memiliki range 0-1 dan memiliki sebaran \nmenceng kanan. Metode SAE HB Beta-logistic tergolong \ndalam inferensi bayesian yang menggunakan teknik MCMC \nuntuk memperoleh distribusi posterior. Dengan menggunakan \niterasi sebanyak 75.000, burn in sebanyak 30.000, thin \nsebanyak 40, dan update sebanyak 40 kali, konvergensi \nalgoritma MCMC dapat dideteksi melalui diagnostic berikut. \n\n Makalah Seminar Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nGambar 5. Trace Plot, Density Plot, dan Autocorrelation Plot Seluruh \nParameter Model SAE HB Beta-logistic \n\nTerlihat bahwa tidak ditemukan pola periodik pada trace \nplot seluruh parameter. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh \nparameter yang dibangkitkan bersifat acak dan berada dalam \nrentang nilai yang sama. Adapun density plot seluruh parameter \nmenyerupai bell curve. Selain itu, pada autocorrelation plot \nterlihat bahwa seluruh parameter memiliki plot berbentuk cut \noff setelah lag pertama. Ketiga diagnostic plot menunjukkan \nbahwa algoritma MCMC telah konvergen sehingga dapat \ndigunakan dalam analisis posterior. Adapun estimasi koefisien \nparameter model SAE HB Beta-logistic beserta 95% credible \ninterval ditampilkan pada tabel berikut. \n\nTABEL II \n ESTIMASI KOEFISIEN PARAMETER SAE HB BETA-LOGISTIC \n\nKoefisien \nParameter \n\nMean \n\nStandar \nDeviasi \n\n2,5% \n\n97,5% \n\n(1) \n\n(2) \n\n(3) \n\n(4) \n\n(5) \n\n𝑏0 \n\n𝑏1 \n\n𝑏2 \n\n𝑏3 \n\n𝑏4 \n\n𝑏5 \n\n𝑏6 \n\n𝑏7 \n\n𝑏8 \n\n𝑏9 \n\n𝑏10 \n\n𝑏11 \n\n𝑏12 \n\n−1,010 x 10−1 \n\n1,757 x 10−2 \n\n−1,358 x 10−1 −6,661 x 10−2 \n\n1,701 x 10−2 \n\n9,606 x 10−4 \n\n1,516 x 10−2 \n\n1,900 x 10−2 \n\n−5,537 x 10−2 \n\n9,666 x 10−4 \n\n−5,740 x 10−2 −5,349 x 10−2 \n\n−8,925 x 10−2 \n\n2,067 x 10−4 \n\n−9,324 x 10−2 −8,530 x 10−2 \n\n−5,537 x 10−2 \n\n9,666 x 10−4 \n\n−5,740 x 10−2 −5,349 x 10−2 \n\n1,608 x 10−1 \n\n1,922 x 10−2 \n\n1,256 x 10−1 \n\n1,944 x 10−1 \n\n−1,607 x 10−2 \n\n2,088 x 10−4 \n\n−1,646 x 10−2 −1,563 x 10−2 \n\n−5,383 x 10−4 \n\n1,769 x 10−5 \n\n−5,716 x 10−4 −5,039 x 10−4 \n\n4,755 x 10−2 \n\n5,576 x 10−3 \n\n3,649 x 10−2 \n\n5,843 x 10−2 \n\n3,664 x 10−3 \n\n4,413 x 10−4 \n\n2,853 x 10−3 \n\n4,534 x 10−3 \n\n4,074 x 10−1 \n\n7,709 x 10−3 \n\n3,919 x 10−1 \n\n4,224 x 10−1 \n\n−4,131 x 10−3 \n\n1,318 x 10−4 \n\n−4,383 x 10−3 −3,874 x 10−3 \n\n−4,834 x 10−1 \n\n4,769 x 10−2 \n\n−5,806 x 10−1 −3,942 x 10−1 \n\n 5 \/ 8 \n\n \n \n \n \n\f𝑏13 \n\n𝑏14 \n\n2,348 x 10−3 \n\n1,895 x 10−4 \n\n1,986 x 10−3 \n\n2,705 x 10−3 \n\n1,172 x 10−4 \n\n2,970 x 10−6 \n\n1,116 x 10−4 \n\n1,228 x 10−4 \n\nBerdasarkan tabel, diketahui bahwa seluruh auxiliary \nvariable berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan \nanak karena 95% credible interval yang tidak mengandung \nangka 0. Namun, pengaruh dari seluruh auxillary variable tidak \nperlu diinterpretasikan karena penelitian ini berfokus pada \nestimasi kemiskinan anak menggunakan SAE, bukan berfokus \npada faktor yang memengaruhi kemiskinan anak. Dalam \nmetode SAE, auxillary variable dimanfaatkan sebagai \npenguhubung antarkabupaten\/kota di Puau \nJawauntuk \nmeningkatkan efektivitas ukuran sampel. \n\nD. Estimasi Tidak Langsung dengan SAE HB Lognormal \n\nℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 lebih kecil dari 𝑋2\n\nEstimasi tidak langsung juga menggunakan SAE HB \nLognormal. Adapun uji kesesuaian distribusi dilakukan \nmenggunakan uji Chi-Squared. Dari hasil uji Chi-Squared, \ndidapatkan bahwa nilai p-value yaitu 0,840 lebih besar dari \n0,05 sehingga keputusannya adalah gagal tolak H0. Adapun \nstatistik 𝑋2\n𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (2,741 <12,592) \nsehingga diambil keputusan tolak 𝐻0. Dapat disimpulkan \nbahwa dengan tingkat signifikansi 5 %, data hasil estimasi \nlangsung kemiskinan anak sesuai dengan distribusi lognormal. \nAdapun metode SAE Hierarchical Bayes yang digunakan \nadalah metode HB Lognormal berbasis level area. Proses \nestimasi tidak langsung dengan model Small Area Estimation \ndengan pendekatan HB Lognormal dilakukan menggunakan \nMCMC dengan iterasi sebanyak 75.000 kali, thin sebanyak 40, \nburn in sebanyak 30.000, dan update sebanyak 40 kali. Adapun \nkonvergensi algoritma dapat dideteksi melalui beberapa \ndiagnostic plot berikut, yaitu trace plot, density plot, dan \nautocorrelation plot. \n\nGambar 6. Trace Plot, Density Plot, dan Autocorrelation Plot Seluruh \nParameter Model SAE HB Lognormal \n\nBerdasarkan diagnostic plot, telihat bahwa seluruh \nparameter memiliki autocorrelation plot berbentuk cut off \nsetelah lag pertama dan hanya nilai autokorelasi pertama \nsampel yang tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa sampel \nsampel akhir dapat digunakan dalam analisis posterior. Adapun \n\n Makalah Seminar Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nnol \n\nautokorelasi \n\nselanjutnya mendekati \n\nnilai \nyang \nmenunjukkan bahwa iterasi satu dengan yang lainnya bersifat \nsaling bebas. Ini berarti bahwa sampel yang dibangkitkan \ndalam proses MCMC memiliki sifat yang random dan proses \nkonvergensi algoritma berlangsung secara cepat. Pada trace \nplot seluruh parameter tidak ditemukan pola periorik dan serial \nnilai sampel yang dihasilkan juga menunjukkan pola random \nyang stabil dalam suatu domain tetap. Hal ini mengindikasikan \nbahwa seluruh parameter yang dibangkitkan bersifat acak dan \nberada dalam rentang nilai yang sama. Sementara itu, density \nplot seluruh parameter terlihat smooth dan menyerupai bell \ncurve. Dari ketiga diagnostic plot tersebut, dapat disimpulkan \nbahhwa algoritma MCMC telah konvergen.Adapun estimasi \nkoefisien parameter model SAE HB Lognormal beserta 95% \ncredible interval ditampilkan pada tabel berikut. \n\nTABEL III \n ESTIMASI KOEFISIEN PARAMETER SAE HB LOGNORMAL \n\nKoefisien \nParameter \n\nMean \n\nStandar \nDeviasi \n\n2,5 % \n\n97,5 % \n\n(1) \n\n(2) \n\n(3) \n\n(4) \n\n(5) \n\n𝑏0 \n\n𝑏1 \n\n𝑏2 \n\n𝑏3 \n\n𝑏4 \n\n𝑏5 \n\n𝑏6 \n\n𝑏7 \n\n𝑏8 \n\n𝑏9 \n\n𝑏10 \n\n𝑏11 \n\n𝑏12 \n\n𝑏13 \n\n𝑏14 \n\n1,430 x 10−1 \n\n1,593 x 10−2 \n\n1,106 x 10−1 \n\n1,737 x 10−2 \n\n1,646 x 10−2 \n\n7,435 x 10−4 \n\n1,500 x 10−2 \n\n1,790 x 10−2 \n\n−5,092 x 10−2 \n\n1,037 x 10−3 −5,288 x 10−2 −4,877 x 10−2 \n\n−7,911 x 10−2 \n\n1,810 x 10−3 −8,253 x 10−2 −7,567 x 10−2 \n\n−2,603 x 100 \n\n6,895 x 10−2 −2,736 x 100 \n\n−2,471 x 100 \n\n1,512 x 10−1 \n\n1,871 x 10−2 \n\n1,146 x 10−1 \n\n1,859 x 10−1 \n\n−1,936 x 10−2 \n\n2,049 x 10−4 −1,977 x 10−2 −1,897 x 10−2 \n\n−5,701 x 10−4 \n\n1,534 x 10−5 −6,012 x 10−4 −5,416 x 10−4 \n\n4,434 x 10−2 \n\n5,406 x 10−3 \n\n3,381 x 10−2 \n\n5,517 x 10−2 \n\n3,546 x 10−3 \n\n4,000x 10−4 \n\n2,760 x 10−3 \n\n4,313 x 10−3 \n\n3,041 x 10−1 \n\n7,964 x 10−3 \n\n2,882 x 10−1 \n\n3,199 x 10−1 \n\n−3,936 x 10−3 \n\n9,792 x 10−5 −4,122 x 10−3 −3,743 x 10−3 \n\n−3,619 x 10−1 \n\n4,768 x 10−2 −4,561 x 10−1 −2,669 x 10−1 \n\n1,980 x 10−3 \n\n1,649 x 10−4 \n\n1,668 x 10−3 \n\n2,315 x 10−3 \n\n1,115 x 10−4 \n\n3,163 x 10−6 \n\n1,049 x 10−4 \n\n1,175 x 10−4 \n\nAdapun signifikansi suatu parameter dalam metode SAE \nHierarchical Bayes Lognormal dapat dilihat dari credible \ninterval yang tidak mengandung angka 0. Karena 95 % credible \ninterval untuk seluruh parameter tidak melewati angka 0, \nseluruh parameter berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan \nanak. Signifikansi seluruh parameter menunjukkan bahwa \nseluruh auxillary variable berpengaruh signifikan terhadap \nkemiskinan anak. \nE. Perbandingan Hasil Estimasi Langsung, SAE HB Beta-\n\nlogistic, dan SAE HB Lognormal \nEvaluasi model dilakukan menggunakan ukuran Mean \nSquare Error (MSE) dan Relative Standard Error (RSE). \nSemakin kecil nilai MSE dan RSE, semakin baik pula estimasi \n\n 6 \/ 8 \n\n \n \n \n \n\fyang dihasilkan. Ukuran MSE dapat menunjukkan tingkat \npresisi dari hasil estimasi, sedangkan ukuran RSE dapat \nmenunjukkan akurasi hasil estimasi. Berikut ringkasan statistik \nperbandingan MSE dari hasil estimasi kemiskinan anak. \n\nTABEL IV \n RINGKASAN STATISTIK PERBANDINGAN MSE HASIL ESTIMASI KEMISKINAN ANAK \n\nMetode \nEstimasi \n\nEstimasi \nLangsung \nSAE HB \nBeta-logistic \nSAE HB \nLognormal \n\nMinimum \n\nMedian \n\nMean \n\nMaksimum \n\n4,178 x 10-3 \n\n1,784 x 10-2 \n\n1,889 x 10-2 \n\n4,686 x 10-2 \n\n1,030 x 10-4 \n\n3,516 x 10-4 \n\n4,434 x 10-4 \n\n2,319 x 10-3 \n\n8,921 x 10-5 \n\n5,587 x 10-4 \n\n8,473 x 10-4 \n\n4,629 x 10-3 \n\nBerdasarkan ringkasan statistik diatas, terlihat bahwa nilai \nMSE dari model SAE HB Beta-logistic dan SAE HB \nLognormal jauh lebih kecil dibandingkan estimasi langsung. \nHal ini menunjukkan bahwa estimasi tidak langsung dengan \nSAE dapat menurunkan kesalahan yang dihasilkan oleh \nestimasi langsung dan meningkatkan presisi hasil estimasi. \nAdapun nilai median, rata-rata, dan maksimum MSE SAE HB \nBeta-logistic lebih kecil dibandingkan SAE HB Lognormal. \nHal ini mengindikasikan bahwa model SAE HB Beta-logistic \nlebih presisi jika dibandingkan dengan model SAE HB \nLognormal. Selain menggunakan MSE, evaluasi model juga \nmenggunakan ukuran Relative Standard Error (RSE). Berikut \nvisualisasi line chart untuk membandingkan RSE ketiga model. \n\nGambar 7. Line Chart Hasil Estimasi Kemiskinan Anak Level \n\nKabupaten\/Kota Di Pulau Jawa Tahun 2021 \n\nPada grafik di atas, terlihat bahwa model SAE HB Beta-\nlogistic mampu menurunkan nilai RSE hasil estimasi. Nilai \nRSE yang semakin kecil menyebabkan estimasi yang \ndihasilkan semakin akurat. Berikut ditampilkan ringkasan \nstatistik nilai RSE dari ketiga metode estimasi dan jumlah \nkabupaten\/kota berdasarkan kategori nilai RSE. Menurut \nSoedarti (2007), RSE dikatakan akurat dan bisa digunakan \napabila bernilai ≤ 25%, sedangkan jika berada di rentang 25% \n< 𝑅𝑆𝐸 ≤ 50%, perlu kehati-hatian jika digunakan dan jika RSE \nbernilai > 50% dianggap tidak akurat. \n\nTABEL V \n RINGKASAN STATISTIK PERBANDINGAN MSE HASIL ESTIMASI KEMISKINAN ANAK \n\nRSE (%) \n\nJumlah Kabupaten\/Kota \n\nMetode \nEstimasi \n\nMedian Mean Max \n\n𝑅𝑆𝐸\n≤ 25% \n\n25% ≤\n𝑅𝑆𝐸 ≤\n50% \n\n𝑅𝑆𝐸\n> 50% \n\n Makalah Seminar Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nEstimasi \nLangsung \n\n21,33 \n\nSAE HB Beta-\nlogistic \n\n22,11 \n\nSAE HB \nLognormal \n\n27,50 \n\n24,02 \n\n74,12 \n\n76 \n\n40 \n\n23,29 \n\n48,07 \n\n82 \n\n37 \n\n29,62 \n\n48,66 \n\n0 \n\n119 \n\n3 \n\n0 \n\n0 \n\nHasil eksplorasi data menunjukkan bahwa median dan \nrata-rata RSE dari estimasi langsung bernilai ≤ 25 persen. \nNamun, sekitar 36,13 persen dari total kabupaten\/kota memiliki \nnilai RSE lebih dari 25 persen dan memiliki maksimum RSE \n74,12 persen. Adapun model SAE HB Beta-logistic mampu \nmenurunkan rata-rata dan maksimum RSE menjadi 22,11 \npersen dan 48,07 persen. Jumlah kabupaten\/kota yang memiliki \nRSE ≤ 25% meningkat menjadi 82 kabupaten\/kota atau \nsekitar 68,90 persen. Model SAE HB Beta-logistic juga mampu \nmenurunkan jumlah kabupaten\/kota yang memiliki RSE ≥ \n25% menjadi 37 kabupaten\/kota atau sekitar 31,09 persen. Pada \nmodel SAE HB Beta-logistic, tidak terdapat kabupaten\/kota \nyang memiliki estimasi yang tidak akurat atau RSE >50%. \nSementara itu, pada model SAE HB Lognormal, seluruh \nkabupaten\/kota memiliki estimasi kemiskinan anak yang dapat \ndipakai tetapi dengan kehati-hatian atau 25%< RSE ≤50%. \nOleh karena itu, metode SAE HB-Beta-logistic dipilih karena \ndapat menghasilkan estimasi yang presisi pada seluruh \nkabupaten\/kota dan mampu menurunkan nilai RSE dari \nestimasi langsung sehingga menghasilkan estimasi yang akurat. \n\nF. PEMETAAN ESTIMASI KEMISKINAN ANAK BERDASARKAN \n\nHASIL ESTIMASI TERBAIK \nModel estimasi terpilih untuk mengestimasi kemiskinan \nanak adalah SAE HB Beta-logistic karena memiliki nilai MSE \ndan RSE terkecil jika dibandingkan dengan estimasi lainnya. \nBerikut ditampilkan visualisasi pemetaan estimasi kemiskinan \nanak berdasarkan model SAE HB-Beta-logistic. \n\nGambar 8. Pemetaan Kemiskinan Anak Hasil Estimasi Terbaik Level \n\nKabupaten\/Kota Di Pulau Jawa Tahun 2021 \n\nterjadi \n\nbahwa \n\nTerlihat \n\ntingkat kemiskinan anak yang \n\npengelompokkan \nkabupaten\/kota yang memiliki tingkat kemiskinan anak yang \ntinggi di timur laut Pulau jawa. Sementara itu, kabupaten\/kota \nyang memiliki \nrendah \nmengelompok di barat laut Pulau Jawa. Secara rata-rata, \ntingkat kemiskinan anak di kabupaten\/kota di Pulau Jawa \nsebesar 9,67 persen. Dari 119 kabupaten\/kota di Pulau Jawa, \nsekitar 39,50 persen atau 47 kabupaten\/kota memiliki tingkat \nJika menggunakan \nkemiskinan anak diatas \nrata-rata. \nterdapat 29 \nIndex, \npembanding Poverty Head Count \n\n 7 \/ 8 \n\n \n \n \n\fkabupaten\/kota yang memiliki tingkat kemiskinan anak diatas \nrata-rata tingkat kemiskinan anak tingkat provinsi. \n\nBerdasarkan hasil estimasi terbaik, kabupaten\/kota \nyang memiliki tingkat kemiskinan anak yang cenderung rendah \nberada di Kabupaten Kuningan, Kabupaten Lumajang, dan \nKabupaten Serang yang nilainya secara berturut-turut adalah \n2,655 persen, 2,843 persen, dan 3,035 persen. Sementara itu, \nkabupaten\/kota yang memiliki tingkat kemiskinan anak yang \ncenderung tinggi berada di Kabupaten Bangkalan, Kota \nSukabumi, dan Kota Yogyakarta yang nilainya secara berturut-\nturut adalah 30,587 persen, 26,386 persen, dan 26,333 persen. \nAdapun kabupaten yang memiliki tingkat kemiskinan anak \ntertinggi adalah Kabupaten Bangkalan di Provinsi Jawa Timur. \nTingginya tingkat kemiskinan anak di Kabupaten Bangkalan \ndisebabkan oleh rendahnya pendapatan penduduknya yang \ndiukur dari pengeluaran perkapita (Firdaus & Sonhaji, 2022). \nUntuk menanggulangi hal \ntersebut, pemerintah daerah \nsetempat dapat menerapkan kebijakan berupa penyaluran \nProgram Keluarga Harapan (PKH), Program Indonesia Pintar \n(PIP), dan bantuan sosial lain terkait kemiskinan anak. \n\n Makalah Seminar Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nlangsung menggunakan Small Area Estimation (SAE).\nBerdasarkan evaluasi terbaik, metode estimasi tidak \nlangsung yang terpilih adalah SAE HB Beta-logistic karena \ndapat menghasilkan estimasi yang akurat pada seluruh \nkabupaten\/kota. Hal ini ditunjukkan oleh nilai rata-rata RSE \nadalah 23,29%. Berdasarkan nilai MSE, metode SAE HB Beta-\nlogisic memiliki nilai MSE yang lebih kecil jika dibandingkan \ndengan SAE HB Lognormal dan MSE estimasi langsung. Hal \nini menunjukkan metode SAE HB Beta-logistic dapat \nmenurunkan kesalahan yang dihasilkan oleh estimasi langsung \ndan meningkatkan presisi hasil estimasi. Oleh karena itu, dapat \ndisimpulkan bahwa metode SAE HB Beta-logistic dengan \nmengkombinasikan data statistik resmi dan big data geospatial \nsebagai variabel penyerta dapat menghasilkan estimasi yang \nlebih akurat dan presisi dibandingkan estimasi langsung. \n\nDAFTAR PUSTAKA \n[1] United Nations. (2022). The Sustainable Development Goals Report 2022. \nAvailable online : https:\/\/unstats.un.org\/sdgs\/report\/2022\/ Diakses pada 02 \nOktober 2022 \n\n[2] BPS. (2022). Data dan Informasi Kemiskinan Kabupaten\/Kota Tahun \n\n2022. https:\/\/bps.go.id\/ \n\n[3] Ortiz, I., Daniels, L. M., & Engilbertsdóttir, S. (2012). Introduction. In I. \nOrtiz, L. M. Daniels, & S. Engilbertsdóttir (Eds.), Child Poverty and \nInequality-New Perspectives. New York: Division of Policy and Practice \nNew York: UNICEF. \n\n[4] Casimiro, et al. (2013). A Multidimensional Approach to Child Poverty in \n\nThe Philippines. 12th National Convention on Statistics. \n\nGambar 9. Dashboard Pemetaan Kemiskinan Anak Level Kabupaten\/Kota Di \n\nPulau Jawa Tahun 2021 \n\nPeneliti \n\njuga membangun dashboard pemetaan \nestimasi kemiskinan anak berdasarkan hasil estimasi terbaik \nagar mempermudah pemangku kepentingan dalam mengakses \nhasil penelitian dan mengambil kebijakan yang sesuai dan tepat \nsasaran. Adapun Map dashboard disajikan dalam versi dua \ndimensi (2D) dan dilengkapi dengan fitur pendukung berupa \nfitur hover, legenda, zoom dan search. \n\nG. PENUTUP \nPenelitian ini mengusulkan alternatif potensial sebagai \nsumber pendukung data kemiskinan anak untuk menyediakan \ndata estimasi kemiskinan anak yang lebih detail (sampai level \nkabupaten\/kota) dengan biaya dan waktu yang lebih efisien \nuntuk melengkapi keterbatasan data kemiskinan anak resmi \nguna mencapai target pengentasan kemiskinan di Indonesia. \nAlternatif yang dimaksud adalah pemanfaatan big data \ngeospatial berupa citra satelit multisumber dan Point of \nInterest (POI) untuk melakukan estimasi tidak langsung \ndengan menggunaka Small Area Estimation (SAE) dengan \npendekatan Hierarchical Bayes (HB). \n\nEstimasi langsung kemiskinan anak menunjukkan \nbahwa rata-rata tingkat kemiskinan anak di Pulau Jawa sebesar \n9,676 persen. Hal ini menunjukkan bahwa secara rata-rata \nterdapat 9 sampai 10 anak yang termasuk kategori miskin \nsecara moneter dari 100 anak di Pulau Jawa. Estimasi langsung \npada level kabupaten\/kota memiliki kekurangan dari sisi \nakurasi dan presisi sehingga diatasi dengan estimasi tidak \n\n[5] United Nations Children’s Fund (UNICEF) dan BAPPENAS. (2017). SDG \nBaseline Report on Children in Indonesia. Jakarta: BAPPENAS dan \nUNICEF. \n\n[6] Isdijoso, Widjajanti, Yusrina, Asri. (2013). Child Poverty and Disparities \nin Indonesia : Challenges for Inclusive Growth. Jakarta :SMERU. \n[7] BPS. (2017). Analisis Kemikinan Anak dan Deprivasi Hak-hak Dasar \n\nAnak di Indonesia. Badan Pusat Statistik : Jakarta. \n\n[8] Rao, J.N.K. (2003), Small Area Estimation, John Wiley and Sons, Inc., \n\nNew York. \n\n[9] Yao, Y., Liu, X., Li, X., Zhang, J., Liang, Z., Mai, K., & Zhang, Y. (2017). \nMapping Fine-Scale Population Distributions at The Building Level by \nIntegrating Multisource Geospatial Big Data. International Journal of \nGeographical Information Science, 31(6), 1220–1244. \n\n[10] Liu, B. (2013). Learning geographical preferences for point-of-interest \nrecommendation. Proceedings of the 19th ACM SIGKDD international \nconference on Knowledge discovery and data mining. \n\n[11] Pokhriyal, Neeti Pokhriyal, Omar Zambrano, Jennifer Linares, dan Hugo \nHernánde. (2020). Forecasting Income Poverty and Inequality in Haiti \nusing Satellite Imagery and Mobile Phone Data. Inter-American \nDevelopment Bank. Country Office in Haiti. Series IDB-MG-824. \nhttp:\/\/dx.doi.org\/10.18235\/0002466 \n\n[12] Istiqomah, Nugraheni Putri. (2022). Estimasi Angka Partisipasi Kasar \nPerguruan Tinggi Level Kabupaten\/Kota di Pulau Kalimantan Tahun 2020 \ndengan Small Area Estimation Hierarchical Bayes Beta-Logistic. Skripsi. \nTidak Diterbitkan. Politeknik Statistika STIS: Jakarta. \n\n[13] Utami, Nasiya Alifah. (2022). Integrasi Citra Satelit Multi Sumber \nBerbasis Deep Learning dan Geospatial Big Data Lainnya untuk Pemetaan \nKemiskinan Anak. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Politeknik Statistika STIS: \nJakarta. \n\n[14] M. Mauliani, Maiyastri, dan R. Diana, “Small Area Estimation dengan \nPendekatan Hierarchical Bayes ( HB ) Lognormal,” J. Mat. UNAND, vol. \nVII, no. 4, pp. 15–21, 2018 \n\n[15] Kusuma, Wijaya. (2017). Small Area Estimation Terhadap Pengeluaran \nPer Kapita Di Kabupaten Banyuwangi Dengan Menggunakan Metode \nHierarchical Bayes Dan Empirical Bayes. Tesis. Institut Teknologi \nSepuluh Nopember : Surabaya. \n\n[16] Rao, J., & Molina, I. (2015). Small Area Estimation. The United States of \n\nAmerica: John Wiley & Sons, Inc \n\n[17] Liu, B. (2009). Hierarchical Bayes Estimation and Empirical Best \nPrediction of Small-Area Proportions [Dissertation]. College Park: \nUniversity of Maryland \n\n 8 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n \n \n\f", "label": [ { "start": 1570, "end": 1627, "text": "membangun dan mengevaluasi model estimasi kemiskinan anak", "labels": [ "TUJUAN" ] }, { "start": 1671, "end": 1690, "text": "SAEA HB Lognormal", "labels": [ "METODE" ] }, { "start": 1642, "end": 1664, "text": "SAE HB Beta-logistic", "labels": [ "METODE" ] }, { "start": 1857, "end": 1981, "text": "SAE HB Beta-logistic\\nmampu menghasilkan estimasi yang lebih akurat dan presisi jika\\ndibandingkan dengan estimasi langsung", "labels": [ "TEMUAN" ] }, { "start": 40060, "end": 40284, "text": "metode SAE HB Beta-logistic dengan\\nmengkombinasikan data statistik resmi dan big data geospatial\\nsebagai variabel penyerta dapat menghasilkan estimasi yang\\nlebih akurat dan presisi dibandingkan estimasi langsung", "labels": [ "TEMUAN" ] } ], "annotator": 1, "annotation_id": 13, "created_at": "2023-12-27T13:39:34.586956Z", "updated_at": "2023-12-27T13:39:34.586956Z", "lead_time": 179.196 }, { "id": 33, "content": "Makalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nDeteksi Lahan Hutan dan Pembangunan Indeks \nKerentanan Deforestasi dengan Citra Satelit \nStudi Kasus: Kabupaten Sukamara, Kalimantan Tengah \nNora Dzulvawan (221911179, 4SD2) \n\nDosen Pembimbing: Dr. Eng. Arie Wahyu Wijayanto SST., MT.\n\nRingkasan— Indonesia merupakan salah satu negara dengan \ntingkat deforestasi hutan yang tinggi dan telah mengurangi \nhampir sebagian dari hutan Indonesia. Penelitian ini bertujuan \nuntuk mengklasifikasikan tutupan lahan hutan dan mengestimasi \nluas deforestasi hutan di Indonesia dengan memanfaatkan data \ncitra satelit dan teknologi penginderaan jarak jauh. Perubahan \ntutupan lahan hutan dapat dilihat dengan membandingkan data \ndari citra satelit Sentinel-2 pada dua titik waktu yang berbeda. \nUntuk memudahkan analisis hasil dilakukan pendeteksian \ntutupan lahan hutan dengan menggunakan algoritma supervised \nlearning dan deep learning classification. Pengecekan validasi \nakan dilakukan dengan melihat nilai accuracy, precision, recall, \ndan F1-Score untuk melihat peforma hasil pemetaan dari model \nyang telah dibangun. Model terbaik dari penelitian ini adalah \nAdaBoost dengan nilai akurasi 92,92 persen dan F1-Score 93,23 \npersen. Setelah dilakukan analisis didapatkan bahwa kasus \ndeforestasi \nyaitu \npengalihfungsian lahan hutan menjadi perkebuanan kelapa sawit \ndan total luas deforestasi hutan (forest loss) di Kabupaten \nSumakara sebesar 28.828,18 m2. \n\ndi Kabupaten \n\nSukamara \n\ntertinggi \n\nKata Kunci— klasifikasi tutupan lahan hutan, pemetaan \n\ndeforestasi, remote sensing, machine learning \n\nI. LATAR BELAKANG \n\nlainnya \n\nimplikasi signifikan \n\nHutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan \nlahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi \npepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu \ndengan \ntidak dapat dipisahkan [1]. Indonesia \nmenempati peringkat ketiga (sesudah Brazil dan Zaire) dalam \nkekayaan hutan hujan tropis dan memiliki hampir 10 persen \ndari sisa sumber daya alam di dunia [2]. Pelestarian dan \npengelolaan hutan merupakan proses yang penting dan \nkompleks, yang memiliki \nterhadap \nlingkungan (misalnya, perlindungan keanekaragaman hayati \ndan mitigasi iklim) dan ekonomi (misalnya, estimasi volume \nkayu untuk penggunaan komersial) [3]. Menurut survei dari \nBadan Pusat Statistik tahun 2021, luas tutupan hutan di \nIndonesia berturut-turut adalah Papua (32,9 juta hektar), \nKalimantan (28,5 juta hektar), Sumatera (16 juta hektar), \nSulawesi (11,6 juat hektar), Maluku (6,8 juta hektar), Bali dan \nNusa Tenggara (2,7 juta hektar), serta Jawa (2,6 juta hektar) \n[4]. Sebagai salah satu ekosistem yang memegang peran \npenting dalam keseimbangan kehidupan di bumi, pelestarian \nhutan menjadi suatu hal yang perlu diperhatikan. United Nation \ndalam Sustainable Development Goals (SDG’s) menerangkan \nbahwa dampak yang timbul akibat kehilangan hutan adalah \nhilangnya beberapa spesies hewan dan tumbuhan, pemanasan \nglobal, serta munculnya penyakit yang diakibatkan oleh virus \ndari kontaminasi hewan, seperti virus Zika, Ebola, dan SARS-\ncov. Di Indonesia sendiri, tutupan lahan hutan berubah secara \n\nfluktuatif setiap tahunnya. Salah satu penyebab berkurangnya \ntutupan lahan hutan adalah fenomena deforestasi. \n\nproses \n\npenghilangan \n\nDeforestasi merupakan \n\natau \npemusnahan hutan alam dengan cara penebangan hutan untuk \ndiambil kayunya atau mengalihfungsikan hutan menjadi non-\nhutan [8]. Data yang diambil dari Kementerian Lingkungan \nHidup dan Kehutanan mencatat bahwa pada tahun 2019 hingga \ntahun 2020 tutupan lahan hutan di Indonesia hilang hingga \n115,5 ribu hektar. Menurut data Global Forest Watch, daerah \nyang mengalami deforestasi tertinggi di Indonesia yaitu Riau \n(3,81 juta ha), Kalimantan Barat (3,46 juta ha), Kalimantan \ntengah (3,38 ha), Kalimantan Timur (3,34 ha), dan Sumatera \nSelatan (2,75 ha) [9]. Sejak tahun 2002 hingga 2016 terjadi \npeningkatan kehilangan hutan primer yang cukup signifikan di \nIndonesia dan mulai menurun pada tahun 2017 hingga 2020 \n[10]. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai aktifitas makhluk \nhidup baik secara alami maupun buatan. Kalimantan Tengah \nmerupakan salah satu provinsi dengan kasus deforestasi \ntertinggi. Kasus deforestasi di Provinsi Kalimantan Tengah \nsebagian besar disebabkan oleh kebakaran hutan dan \npembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit. \n\nDeforestasi merupakan kehilangan hutan yang menjadi \npermasalah yang cukup sulit untuk diatasi sehingga diperlukan \npengetahuan dan kerjasama yang baik antara berbagai elemen \nuntuk memecahkan permasalah [11]. Salah satu cara yang \ndapat dilakukan untuk mengatasi kejadian deforestasi adalah \ndengan menganalisis perubahan tutupan lahan dengan penentu \nterbaik karakteristik setiap tutupan lahan sehingga kejadian \ntersebut dapat diatasi lebih dini [12]. Estimasi luas deforestasi \nlahan hutan juga akan dilakukan untuk memprediksi kejadian \nkehilangan \nlangkah \npreventif untuk mencegah terjadinya deforestasi secara masif \ndapat dilakukan [13]. \n\nlahan hutan sehingga penyusunan \n\nSaat ini penyedia data utama terkait tutupan lahan hutan dan \ndeforestasi di Indonesia adalah Kementerian Lingkungan \nHidup dan Kehutanan dan Badan Pusat Statistik. Kendala \npendataan yang dihadapi saat ini adalah sulitnya pengumpulan \ndata luasan penggunaan lahan khususnya di daerah terpencil \n[5]. Data terakhir yang tersedia dan lengkap terkait peta tutupan \nlahan adalah data kehutanan tahun 2018. Penggunaan data ini \ntidak lagi relevan untuk analisis terbarukan yang ingin \ndilakukan. \n\nlahan \n\ntutupan \n\nSalah satu sumber data yang paling signifikan untuk \npemetaan \njauh \nmenggunakan citra satelit karena memiliki cakupan geografis \nyang luas dengan biaya yang efisien dan dapat memberikan \ninformasi permukaan bumi terbaru [6]. Data citra satelit dari \nberbagai jenis seperti satelit radar dan satelit optik telah \n\npenginderaan \n\nadalah \n\n 1 \/ 8 \n\n \n \n\fMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nmangrove dengan memanfaatkan data spasial dan citra satelit \n[14]. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Omo, Gregory \nmenginisiasi penelitian mengenai otomatisasi pemetaan \ndeforestasi dan degrasdasi hutan dengan menggunakan \nCLASlite [16]. \n\nPeta literatur (Literature Map) menunjukkan alur penerapan \npenelitan terdahulu dalam menyusun tujuan yang dilakukan. \nPeta literatur yang berwarna hijau mengindikasikan penelitian \ndengan menggukan remote sensing secara umum berdasarkan \nmetode klasifikasi yang digunakan. Kotak berwarna kuning \nmerupakan penelitian dengan menggunakan remote sensing \nyang terfokus pada perubahan tutupan lahan hutan dan \ndeforestasi. Sedangkan kota berwarna biru mengindikasikan \npenelitian remote sensing berdasarkan metode klasifikasi yang \ndigunakan dan tujuan penelitiannya. \n\nterbukti berhasil memetakan tutupan hutan dan menganalisis \nperistiwa deforestasi di berbagai negara [7]. Penggunaan \nmetode analisis konvensional juga dapat dioptimalkan dengan \npemanfaatan pembelajaran mesin sehingga proses analisis \nyang dilakukan menjadi lebih efisien dan aktual. Metode \npembelajaran mesin terbukti dapat melakukan analisis tutupan \nlahan dan estimasi luas deforestasi lahan hutan dengan baik. \nHal ini dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh \nBrovelli yang melakukan pemantauan terhadap tutupan lahan \nhutan di Brazil dengan memanfaatkan data citra satelit dan \npembelajaran mesin sebagai metode utama. \n\nAkan \n\ntetapi pemanfaatan data citra \n\nsatelit untuk \nmenganalisis kasus tutupan lahan hutan dan estimasi luas \ndeforestasi masih sangat jarang dilakukan di Indonesia dan \nmasih dibutuhkan pembaharuan. Sebaliknya, penelitian terkait \nsudah banyak diterapkan di berbagai negara, seperti Brazil, \nAmerika, China, Korea Selatan, dan Jepang. Berdasarkan hasil \nkajian literatur yang telah dilakukan, penelitian ini merupakan \nstudi pertama yang melakukan pendeteksian lahan hutan dan \npembangunan indeks kerentanan deforestasi di Kabupaten \nSukamara dengan memanfaatkan data Citra Satelit. \n\nII. TUJUAN PENELITIAN \n\nBerdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, secara \numum tujuan penelitian ini adalah mendeteksi tutupan lahan \nhutan dan membangun indeks kerentenan deforestasi di \nIndonesia. Tujuan ini kemudian dirumuskan tiga tujuan khusus \nyang akan dicapai pada penelitian ini, yaitu: \n1. Mengidentifikasi fitur terbaik penentuan karakteristik \ndeforestasi lahan hutan (forest loss) dengan menggunakan \ncitra satelit. \n\n2. Memilih model klasifikasi terbaik dalam mendeteksi \ndeforestasi lahan hutan (forest loss) dengan menggunakan \ncitra satelit. \n\n3. Mengestimasi luas deforestasi lahan hutan (forest loss) \n\ndengan menggunakan citra satelit. \n\nIII. PENELITIAN TERKAIT \n\nGambar 1. Peta Literatur Penelitian \n\nPenelitian terkait perubahan tutupan lahan hutan sudah \ncukup banyak dilakukan dengan membandingkan berbagai \nsumber data citra satelit dan berbagai metode klasifikasi \ndengan menggunakan machine learning dan deep learning. \nSalah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Brovelli \ndengan judul “Monitoring Forest Change in the Amazon Using \nMulti-Temporal Remote Sensing Data and Machine Learning \nClassification on Google Earth Engine” [15]. Penelitian ini \nbertujuan untuk memetakan dan memantau perubahan hutan \ndari tahun 2000 hingga tahun 2019 dan melakukan simulasi \npembangunan hutan di Kawasan hutan hujan di Para state, \nBrazil [15]. Pengklasifikasian model dibuat menggunakan \nalgoritma supervised learning yaitu Random Forest yang \ndiaplikasikan dengan dua kategori (forest dan non-forest) \ntutupan lahan [15]. Penelitian lain yang dijadikan dasar dalam \npemodelan ini adalah penelitan yang dilakukan oleh Omo \ndengan judul “Mangrove Vulnerability Modelling in Parts of \nWestern Niger Delta, Nigeria using Satellite Images, GIS \nTechniques and Spatial Multi-Criteria Analysis (SMCA)” yang \nbertujuan untuk membuat pemodelan kerentanan hutan \n\nIV. METODE PENELITIAN \n\nA. Wilayah Studi \n\nKalimantan Tengah merupakan salah satu wilayah yang \nmemiliki kawasan hutan terbesar di Indonesia. Berdasarkan \ndata Badan Pusat Statistik (2020) luas hutan produksi di \nKalimantan Tengah mencapai 9,27 juta hektar. Kabupaten \nSukamara merupakan daerah di Kalimantan Tengah yang \nmemiliki hutan yang sangat luas, sehingga kami memiliki \nKabupaten Sukamara sebagai daerah penelitian [17]. Daerah \nini terletak pada lintang 2° 41' 30\" dan bujur 111° 10' 29\". \n\nB. Sumber Data \n\nData yang digunakan dalam penelitian ini adalah data citra \nsatelit radar Sentinel-2 yang diambil dari GEE (Google Earth \nEngine). GEE merupakan salah satu platform komputasi citra \nsatelit yang menyediakan data geospasial [18]. Platform ini \nmemiliki akses ke berbagai data gambar dari satelit yang \n\n 2 \/ 8 \n\n \n \n \n \n\f80 \n\nini, \n\nDalam \n\nsebesar \n\npenelitian \n\ndiperbarui secara berkala. Fungsi GEE adalah sebagai \npenyedia gambar untuk analisis dan untuk melakukan pra-\npemrosesan gambar, termasuk pemfilteran awan dan cloud \ndilakukan \nmasking. \nCLOUD_PIXEL_PERCENTAGE \npersen. \nPengambilan data ctitra merupakan rekaman data citra satelit \npada tanggal 01 Oktober 2019 hingga 31 Oktober 2019 dan \ntanggal 1 April 2021 hingga 30 April 2021. Kedua referensi \nwaktu ini diambil setelah melakukan identifikasi tutupan lahan \ndan memilih referensi waktu yang memiliki gangguan akibat \nawan paling minimum. Selain itu kedua referensi waktu juga \ndipilih karena kedua waktu tersebut memberikan dataset citra \nSatelit Sentinel 2 MSI Level 2A yang lengkap sepanjang tahun. \nTitik sampel diambil menggunakan estimasi visual dengan \nmembandingkan citra satelit Sentinel-2 dan peta Google Earth \nsebagai panduan pemilihan dan penentuan klasifikasi. Kelas \nutama yang ingin dicapai adalah hutan dan non-hutan. \nPenentuan label mengikuti panduan yang disusun oleh \nKementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang telah \nmelakukan manual digitation dengan memanfaatkan Citra \nSatelit Landsat 7 dan Landsat 8 (Petunjuk Teknis Penafsiran \nCitra Satelit Resolusi Sedang untuk Update Data Penutupan \nLahan Nasional, 2020). Pada penelitian ini area sampel poligon \nyang diberi label dibagi ke dalam enam kelas tutupan lahan \nberbeda, yaitu kelas tutupan lahan Hutan dan Non Hutan yang \nterdiri atas Perkebunan Kelapa Sawit, Lahan Terbangun, \nBadan Air, Lahan Terbuka, dan satu kelas khusus untuk \nmenangani awan sehingga diberi nama kelas Awan. \nPembagian kelas didasarkan pada kelas tutupan lahan yang \ndibangun oleh FAO (2005) dan disesuaikan kembali dengan \ntujuan penelitian dilakukan (Gregorio, 2005). Ukuran sampel \nyang digunakan adalah 1670 sampel yang tersebar secara acak \ndi Kabupaten Sukamara. \n\nTABEL 1 \nKELAS TUTUPAN LAHAN SENTINEL 2 \n\nKelas \n\n(1) \n1 \n2 \n3 \n\n4 \n5 \n\n6 \n\n Nama Kelas Tutupan \nLahan \n(2) \n\nHutan \nArea Terbangun \nPerkebunan \nSawit \nBadan Air \nArea \nTerbuka \nAwan \n\nSeluruh \n\nKelapa \n\nLapangan \n\n Jumlah Titik \nSampel \n(3) \n300 \n300 \n300 \n\n170 \n300 \n\n300 \n1670 \n\nLuas (piksel) \n\n(4) \n2161 \n1677 \n1604 \n\n865 \n1561 \n\n1289 \n9157 \n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nC. Atribut Data \n\nFitur yang digunakan dalam analisis klasifikasi tutupan \nlahan terdiri atas pita spektral dan indeks komposit yang dipilih \nsebagai variabel prediktor. Sentinel-2 memiliki pita spektral \npada tiga resolusi spasial yang berbeda dengan jarak 10, 20, \ndan 60 meter [19]. Tingkat resolusi yang lebih baik akan secara \nefektif meningkatkan akurasi klasifikasi kelas tutupan lahan \n[20]. Dalam penelitian ini akan digunakan citra Sentinel-2 \ndengan resolusi spasial 60 meter. Berdasarkan percobaan \nsebelumnya [21][22][23] pita spektral Sentinel-2 yang \ndigunakan adalah Blue, Green, Red Edge 705 nm, Red Edge, \n749 nm, Red Edge 783 nm, NIR 842 nm, NIR 865 nm, Water \nvapor, dan SWIR-1, SWIR-2. Pada penelitian ini akan \ndigunakan semua pita spektral dari sentinel 2 dan beberapa \nindeks komposit, yaitu NDVI, NDBI, Pan NDVI, SAVI, \nMSAVI, EVI2, dan IPVI [24]. Rumus seluruh indeks komposti \nyang digunakan dalam penelitian ditunjukkan dalam tabel 2. \nTABEL 2 \nINDEKS KOMPOSIT \n\nIndeks \n\n(1) \nNDVI \n\nNDBI \n\nPan \nNDVI \nSAVI \n\nRumus \n\n(2) \n𝑁𝐼𝑅 − 𝑅𝑒𝑑\n𝑁𝐼𝑅 + 𝑅𝑒𝑑\n\n𝐺𝑟𝑒𝑒𝑛 − 𝑁𝐼𝑅\n𝐺𝑟𝑒𝑒𝑛 + 𝑁𝐼𝑅\n\n𝑁𝐼𝑅 − (𝐺𝑟𝑒𝑒𝑛 + 𝑅𝑒𝑑 + 𝐵𝑙𝑢𝑒)\n𝑁𝐼𝑅 + (𝐺𝑟𝑒𝑒𝑛 + 𝑅𝑒𝑑 + 𝐵𝑙𝑢𝑒)\n\n𝐵𝑙𝑢𝑒 − 𝑅𝑒𝑑\n𝐵𝑙𝑢𝑒 + 𝑅𝑒𝑑 + 0.5\n\n× (1 + 0.5) \n\nMSAVI \n\n2𝑁𝐼𝑅 + 1 − √(2𝑁𝐼𝑅 + 1)2 − 8(𝑁𝐼𝑅 − 𝑅𝐸𝐷)\n2\n\nEVI2 \n\nIPVI \n\n2.5 ×\n\n(𝑁𝐼𝑅 − 𝑅𝑒𝑑)\n(𝑁𝐼𝑅 + 2.4 × 𝑅𝑒𝑑 + 1)\n\n𝑁𝐼𝑅\n𝑁𝐼𝑅 + 𝑅𝐸𝐷\n2\n\n × (𝑁𝐷𝑉𝐼 + 1) \n\nResolusi \n(meter) \n(3) \n10 \n\n10 \n\n10 \n\n10 \n\n10 \n\n10 \n\n10 \n\nSumber \n\n(4) \nWijayanto, \net al., \n2020 \nKulkarni, \net al., \n2021 \nSiok, et \nal., 2018 \nStefanov, \net al., \n2001 \nStefanov, \net al., \n2001 \nZeng et \nal., 2020 \nCui, et al., \n2012 \n\nV. KERANGKA PENELITIAN \nAdapun alur penelitian ini secara keseluruhan ditunjukan \n\npada gambar 2. \n\n 3 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n \n \n \n\fMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nGambar 2. Kerangka Penelitian \n\nData citra satelit yangt telah diekstrak kemudian diolah \nmenggunakan pembelajar mesin dengan metodel supervised \nclassification algorithm: Classification and Regression Tree \n(CART), Super Vector Machine (SVM), Ensemble Bagging \nMethods, Random Forest, Extra Trees, dan Ensemble Boosting \nMethods, serta beberapa algoritma deep learning, yaitu Multi-\nLayer Perceptron dan CNN-1D [25][26][27][28][29][30][31]. \nArsitektur deep learning dengan menggunakan CNN-1D \nditunjukkan pada gambar 3. \n\n𝑅𝑒𝑐𝑎𝑙𝑙 =\n\n𝐴𝑐𝑐𝑢𝑟𝑎𝑐𝑦 =\n\n𝑇𝑟𝑢𝑒 𝑃𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑣𝑒\n\n(𝑇𝑟𝑢𝑒 𝑃𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑣𝑒 + 𝐹𝑎𝑙𝑠𝑒 𝑁𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑣𝑒)\n\n (2) \n\n(𝑇𝑟𝑢𝑒 𝑃𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑣𝑒 + 𝑇𝑟𝑢𝑒 𝑁𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑣𝑒 + 𝐹𝑎𝑙𝑠𝑒 𝑃𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑣𝑒 + 𝐹𝑎𝑙𝑠𝑒 𝑁𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑣𝑒)\n\n𝑇𝑟𝑢𝑒 𝑃𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑣𝑒 + 𝑇𝑟𝑢𝑒 𝑁𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑣𝑒\n\n (3) \n\n𝐹1 − 𝑠𝑐𝑜𝑟𝑒 = \n\n2 ∗ 𝑃𝑟𝑒𝑐𝑖𝑠𝑖𝑜𝑛 ∗𝑅𝑒𝑐𝑎𝑙𝑙\n\n(𝑃𝑟𝑒𝑐𝑖𝑠𝑖𝑜𝑛 + 𝑅𝑒𝑐𝑎𝑙𝑙)\n\n (4) \n\nUntuk True Positive, False Positive, False Negative, dan \nTrue Negative direpresentasikan melalui matriks Confusion \nMatrix berikut: \n\nTABEL 3 \nCONFUSION MATRIX \n\nGambar 3. Arsitektur CNN-1D \n\nConfusion Matrix \n\nNilaiAktual \n\nPositif \n\nNegatif \n\nPada penelitian ini digunakan K-Fold Cross Validation sebagai \nmetode validasi untuk menghindari hasil overfitting [32]. \nPenelitian ini, k = 10 digunakan untuk membagi data menjadi \ndata latih dan data uji. \n\nAlgoritma evaluasi kinerja digunakan dengan \nbeberapa matriks, seperti akurasi, presisi, recall (sensitivitas), \ndan F1-Score. Dalam penelitian ini digunakan nilai F1-Score \nuntuk menilai kinerja algoritma yang digunakan [33]. \nPerhitungan Presisi, Recall, Akurasi, dan F1-Score adalah \nsebagai berikut: \n\n𝑃𝑟𝑒𝑐𝑖𝑠𝑖𝑜𝑛 =\n\n𝑇𝑟𝑢𝑒 𝑃𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑣𝑒\n\n(𝑇𝑟𝑢𝑒 𝑃𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑣𝑒 + 𝐹𝑎𝑙𝑠𝑒 𝑃𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑣𝑒)\n\n (1) \n\nNilai \nPrediksi \n\nPositif \n\nNegatif \n\nTrue Positive \n(TP) \nFalse Negative \n(FN) \n\nFalse Positive \n(FP) \nTrue Negative \n(TN) \n\nVI. HASIL DAN PEMBAHASAN \n\nA. Eksplorasi Data \n\nPengidentifikasian fitur terbaik untuk menentukan jenis \ntutupan lahan dilihat berdasarkan perbedaan nilai yang \ndiberikan oleh setiap fitur penciri. Visualisasi dari nilai setiap \nindeks komposit dilakukan dengan \npita spektral dan \n\n 4 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n\fmenggunakan heatmap. Gambar 4 menunjukkan nilai mean \ndari setiap pita spektral dan indeks komposit yang digunakan. \n\nGambar 4. Heatmap Fitur Penciri Klasifikasi Tutupan Lahan Hutan \n\nGambar 4 menunjukkan bahwa analisis deskriptif \nmenggunakan heatmap menunjukkan pita spektral dari citra \nsatelit Sentinel-2 MSI Level 2A saja tidak cukup untuk \nmembedakan fitur penciri dari setiap kelas tutupan lahan. Oleh \nkarena itu indeks komposit yang merupakan kombinasi dari \nbeberapa pita spektral digunakan. Dengan memperhatikan \nperbedaan nilai setiap fitur yang digunakan dengan heatmat \ndapat diketahui bahwa pita spektral dan indeks tertentu dapat \nmembedakan antara kelas yang satu dengan kelas lainnya, \nmisalnya indeks NDBI dapat membedakan antara kelas Lahan \nTerbangun dan Lahan Terbuka dengan kelas lainnya, sama \nseperti indeks komposit IPVI dan SAVI. \n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nB8A berhasil membedakan kelas badan air dengan kelas lain \nsehingga lebih mudah dianalisis. Jika kita menggunakan indeks \nkomposit, Indeks NDBI dan Pan NDVI dapat membedakan \ndengan baik antara kelas luas lahan terbangun dan lahan \nterbuka. Lahan terbangun biasanya memiliki nilai NDBI dan \nPanNDVI yang lebih rendah daripada kelas lahan terbuka. \nIndeks NDVI dan EVI yang tinggi cenderung menunjukkan \nbahwa kawasan tersebut merupakan areal perkebunan kelapa \nsawit sedangkan nilai NDVI dan EVI yang lebih rendah \nmenunjukkan bahwa kawasan tersebut merupakan areal \nperkebunan kelapa sawit. Indeks komposit EVI memberikan \nhasil yang kurang dapat membedakan antara kelas hutan dan \nperkebunan kelapa sawit. NDBI dan PanNDVI juga masih \nbelum dapat membedakan dengan baik antara kelas lahan \nterbuka dan lahan terbangun. \n\nB. Evaluasi Model \n\nSemua model yang dicoba dalam penelitian ini telah \nmelalui proses grid search\/hyeperparmeter tunning untuk \nmendapatkan kombinas parameter terbaik sehingga model \nyang memberikan kinerja paling optimal dapat diketahui. \nMatriks pengukuran yang digunakan untuk mengukur kinerja \nmodel adalah Presisi, Recall, Akurasi, dan F1-Score. Tabel 4 \nmenjelaskan hasil kinerja model dengan algoritma machine \nlearning. \n\nTABEL 4 \nPERBANDINGAN PERFORMA MODEL \n\nTipe \n\nRecall \n\nPresisi \n\nAkurasi \n\n(3) \n91,95 \n\n(4) \n91,98 \n\n(5) \n91,95 \n\nF1-\nScore \n(6) \n91,93 \n\nNo \n\n(1) \n1 \n\n2 \n\n3 \n4 \n5 \n\n6 \n7 \n8 \n\n(2) \nRandom Forest \nDecision Tree \n Without \nBagging \n With Bagging \nExtra Trees \nLogistic \nRegression \nLinear SVM \nAdaBoost \nGradient \nBoosting \n\n89,06 \n\n89,35 \n\n89,05 \n\n88,98 \n\n92,34 \n91,34 \n90,88 \n\n82,23 \n93,11 \n89,07 \n\n92,25 \n91,18 \n90,91 \n\n83,74 \n93,79 \n89,14 \n\n92,20 \n91,48 \n90,89 \n\n82,23 \n92,92 \n89,07 \n\n92,25 \n91,03 \n90,89 \n\n81,87 \n93,23 \n89,00 \n\nGambar 5. Klasifikasi Tutupan Lahan oleh Pita Spektral and Indeks \nKomposit \n\nIdentifikasi awal fitur yang dapat digunakan dalam \npembangunan model klasifikasi tutupan lahan pada gambar 5 \nmenunjukkan bahwa pita spektral B1 yaitu, Ultra-Blue \n(Coastal-Aerosol) memberikan perbedaan antara kelas awan \nserta kelas hutan dan non-hutan lainnya. Pita spectral RGB dan \nB5 (VNIR) dapat memberikan perbedaan antara kelas hutan, \nperkebunan kelapa sawit, dan badan air dengan area terbangun \ndan lahan kosong. Pita spektral RGB dan B5 sebagian besar \ndiserap di kelas lahan kosong dan area terbangun, sementara \nhutan, perkebunan kelapa sawit, dan badan air cenderung \nmenyerap sejumlah kecil pita ini. Pita spektral B6, B7, B8, dan \n\nTABEL 5 \nHYPERPARAMETER\/PARAMETER MODEL ADABOOST \n\nParameter\/Hyperparameter \n(1) \n\nPenjelasan \n(2) \n\ncriterion \nsplitter \nmin samples leaf \nmin samples split \nmax features \nclass weight \nmax depth \nn estimator \nalgoritm \nlearning rate \n\ngini \nbest \n1 \n2 \nauto \nbalanced \n10 \n100 \nSAMME.R \n1.0 \n\nTabel 4 menunjukkan bahwa model dengan nilai F1-Score \ntertinggi adalah model AdaBoost, yaitu 93,23 dan nilai \n\n 5 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n\fakurasinya adalah 92,92. Nilai parameter Adaboost yang \ndigunakan dalam model ditunjukkan dalam tabel 5. Nilai \nparameter didapatkan dari hasil hyperparameter tunning yang \ndilakukan sebelum model dijalankan. Kontribusi dari tiap fitur \nyang digunakan dapat dianalisis dengan menggunakan bantuan \ndari package yellowbricks di software Python dengan rumus \npenghitungan sebagai berikut[34]: \n𝑀\n𝑓(𝒙∗) = 𝜙0 + ∑\n𝑗=1\ndimana \n𝜙𝑖 = ∑\n\n ……………………………………(5) \n\n[𝑓𝑥(𝑆 ∪ {𝑖} − 𝑓𝑥(𝑆)]\n\n ………….(6) \n\n |𝑆|!(𝑀−|𝑆|−1)!\n\n𝑆 ⊆𝑁 {𝑖}\n\n∗\n𝜙𝑗\n\n𝑀!\n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nCNN-1D diterapkan pada model dan hasil yang ditunjukkan \npada tabel 6 diperoleh. \n\nTABEL 6 \nPERBANDINGAN PERFORMA MODEL \nAkurasi \n(5) \n88,2 \n91,5 \n\nPresisi \n(4) \n88,2 \n91,5 \n\nRecall \n(3) \n85,9 \n91,1 \n\nType \n(2) \nMLP \nCNN 1D \n\nNo \n(1) \n1 \n2 \n\nF1-Score \n(6) \n87,03 \n91,30 \n\nDari perbanding kedua model didapatkan model \nAdaboost merupakan model \nterbaik untuk melakukan \nklasifiksi tutupan lahan dari data yang tersedia. Berikut \nditampilkan hasil klasifikasi tutupan lahan wilayah Kabupaten \nSukamara dengan menggunakan algoritma Adaboost. \n\nGambar 6. Faetures Important untuk Pita Multispektral dan Indeks Komposit \n\nDari gambar 6 didapatkan pita spektral paling \nberkontribusi pada model berturut-turut adalah B11, B7, B8, \nB2, dan B3 diikuti oleh pita spektral lainnya dan indeks \nkomposit yang paling berkontribusi adalah EVI, PanNDVI, \nIPVI, NDBI, NDVI, SAVI, dan MSAVI-2. \n\nSatelit Sentinel-2 yang digunakan masih belum dapat \nmengatasi gangguan awan yang dapat mempengaruhi akurasi \nyang dihasilkan oleh model. Hasil perhitungan confusion \nmatrix menggunakan model AdaBoost dapat dilihat pada \ngambar 7. \n\nGambar 8. Hasil Klasifikasi Tutupan Lahan Kabupaten Sukamara pada April \n2021 \n\nC. Analisis Kehilangan Hutan \n\nKlasifikasi tutupan lahan yang telah terbentuk pada tahun \n2019 dan tahun 2021 kemudian dibandingkan untuk melihat \nperbedaan tutupan lahan antara kedua tahun tersebut. Hasil \npemetaan tutupan lahan dengan menggunakan model Adaboost \nditunjukkan pada gambar 9. \n\nGambar 7. Confusion Matrix menggunakan Algoritma AdaBoost \n\nSelain \n\nalgoritma \n\nlearning, dalam \npenelitian ini model deep learning juga coba untuk diterapkan \nterbaik yang \ndan akan dibandingkan dengan algoritma \ndihasilkan oleh supervised learning. Algoritma MLP dan \n\nsupervised \n\n 6 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n\fMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nTABEL 7 \nLUAS PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN \n\nKelas \n(1) \nHutan → Perkebunan Kelapa Sawit \nHutan → Badan Air \nHutan → Lahan Terbangun \nHutan → Lahan Terbuka \n\nLuas (piksel) \n(2) \n\nLuas (m2) \n(3) \n\n1.038.880 \n395.860 \n227.770 \n67.180 \n\n17.314,67 \n6.597,67 \n3.796,17 \n1.119,67 \n\nTotal perubahan tutupan lahan hutan menjadi non-hutan di \nKabupaten Sukamara adalah sebesar 28.828,18 m2 dengan \nkasus deforestasi tertinggi adalah perubahan tutupan lahan \nhutan menjadi perkebunan kelapa sawit, yaitu seluas 17.314,67 \nm2. \n\nVII. \n\nPENUTUP \n\nPerubahan hutan dan pembukaan lahan merupakan salah \nsatu hal yang diperlukan untuk menganalisis ketersediaan \njumlah hutan dalam suatu kawasan. Dengan menggunakan \ncitra satelit, salah satunya Sentinel-2, deteksi tersebut dapat \ndifasilitasi dengan membangun model machine learning \nkovensional dan deep learning. Penggunaan data citra satelit \ndan pembuatan model machine learning dapat memberikan \nhasil yang akurat serta pengolahan data yang lebih efektif dan \nefisien. Pemetaan indeks kerentanan deforestasi juga menjadi \nsatu hal yang harus dilakukan untuk mengantisipasi kerugian \ndan kerusakan yang akan ditimbulkan oleh kehilangan hutan \ndari waktu ke waktu. Untuk penelitian di masa depan, \nmenambahkan indeks yang sesuai dapat membantu model \nmembedakan antara setiap kelas sehingga memberi kita akurasi \nyang lebih baik. Percobaan penghitungan indeks deforestasi \ndengan lebih detail dan menyeluruh juga akan membantu \nmeningkatkan akurasi dan ketepatan analisis yang dilakukan. \nLebih dari itu, proses persiapan data dan membangun \nlingkungan model terbaik dapat membantu model berjalan \nsecara efisien. Hasil penelitian ini dapat digunakan dalam \nmenentukan analisis dan pengambilan kebijakan lebih lanjut \nterkait tutupan lahan, khususnya lahan hutan di masa depan. \nPenelitian ini juga diharapkan dapat membantu meningkatkan \nkualitas data statistik kehutanan ke depannya. \n\nDAFTAR PUSTAKA \n[1] Peraturan Meteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor \nP.51\/Menlhk\/Setjen\/KUM.q\/6\/2016 tentang tata cara pelepasan kawasan \nhutan produksi. Diakses \ntanggal 10 November 2022 dari \nksdae.menlhk.go.id. \n\n[2] Shafitri, L. D., Prasetyo, Y., & Haniah, H. (2018). Analisis Deforestasi \nHutan di Provinsi RIAU dengan Metode Polarimetrik dalam Pengindraan \nJauh. Jurnal Geodesi Undip, 7(1), 212-222. \n\n[3] Dalponte, M., Bruzzone, L., & Gianelle, D. (2008). Fusion of \nhyperspectral and LIDAR remote sensing data for classification of \ncomplex forest areas. IEEE Transactions on Geoscience and Remote \nSensing, 46(5), 1416-1427. \n\n[4] Badan Pusat Statistik. (2022). Sistem Terintegrasi Neraca Lingkungan dan \n\nEkonomi Indonesia 2017-2022. \n\n[5] Afira, N., Wijayanto, A. W. (2022). Mono-temporal and multi-temporal \napproaches for burnt area detection using Sentinel-2 satellite imagery (a \ncase study of Rokan Hilir Regency, Indonesia), Ecological Informatics, \nvol. 69, 101677, 2022, https:\/\/doi.org\/10.1016\/j.ecoinf.2022.101677. \n[6] ] Khatami, R.; Mountrakis, G.; Stehman, S.V. (2016). A meta-analysis of \nremote sensing research on supervised pixel-based land cover image \nclassification processes: General guidelines for practitioners and future \nresearch. Remote Sens. Environ. 177, 89–100. \n\n 7 \/ 8 \n\nGambar 9. Hasil Klasifikasi Tutupan Lahan Kabupaten Sukamara pada \nOktober 2019 dan April 2021 \n\nPada gambar 9 terlihat bahwa terdapat tutupan lahan pada \nOktober 2019 dengan April 2021. Apabila dilihat secara visual, \nsulit untuk menganalisis luas perubahan tutupan lahan yang \nditunjukkan. Oleh karena itu, analisis kehilangan hutan \ndihitung menggunakan persamaan sebagai berikut. \n\n𝐴𝑅𝐶 =\n\n𝐹𝑦−𝐼𝑦\n𝐼𝑦−𝑡\n\n .........................................................................(7) \n\ndimana ARC adalah tingkat perubahan tahunan dalam kategori. \n𝐼𝑦 dan 𝐹𝑦 masing-masing luas tahun awal dan akhir dan 𝑡 \nadalah selang waktu [35]. \n\nDari hasil analisis yang dilakukan, diketahui terdapat \nperubahan tutupan lahan yang terjadi antara tahun 2019 dan \n2021. Perbedaan tutupan lahan pada kedua tahun tersebut \nditunjukkan pada gambar 10. \n\nGambar 10. Peta Perubahan Tutupan Lahan Kabupaten Sukamara \n\nLuas perubahan tutupan lahan hutan ke non-hutan \n\nditunjukkan pada tabel 7. \n\n \n \n \n \n \n \n\f[7] Gomez, C.; White, J.C.; Wulder, M.A. (2016). Optical remotely sensed \ntime series data for land cover classification: A review. Int. Soc. \nPhotogramm. 116, 55–72. \n\n[8] Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2020). Hutan dan \n\nDeforestasi Indonesia Tahun 2019. \n\n[9] Forest Watch Indonesia. (2018). Deforestasi tanpa Henti. \n[10] Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2021). Status Hutan dan \n\nKehutanan Indonesia 2020. \n\n[11] Ortega Adarme, M., Queiroz Feitosa, R., Nigri Happ, P., Aparecido De \nAlmeida, C., & Rodrigues Gomes, A. (2020). Evaluation of deep learning \ntechniques for deforestation detection in the Brazilian Amazon and \ncerrado biomes from remote sensing imagery. Remote Sensing, 12(6), \n910. \n\n[12] Lee, S. H., Han, K. J., Lee, K., Lee, K. J., Oh, K. Y., & Lee, M. J. (2020). \nClassification of landscape affected by deforestation using high-resolution \nremote sensing data and deep-learning techniques. Remote Sensing, \n12(20), 3372. \n\n[13] Barnett, J., Lambert, S., & Fry, I. (2008). The hazards of indicators: \ninsights from the environmental vulnerability index. Annals of the \nAssociation of American Geographers, 98(1), 102-119. \n\n[14] Omo-Irabor, O. O., Olobaniyi, S. B., Akunna, J., Venus, V., Maina, J. M., \n& Paradzayi, C. (2011). Mangrove vulnerability modelling in parts of \nWestern Niger Delta, Nigeria using satellite images, GIS techniques and \nSpatial Multi-Criteria Analysis (SMCA). Environmental monitoring and \nassessment, 178(1-4), 39-51. \n\n[15] Brovelli, M. A., Sun, Y., & Yordanov, V. (2020). Monitoring forest \nchange in the amazon using multi-temporal remote sensing data and \nmachine \nlearning classification on Google Earth Engine. ISPRS \nInternational Journal of Geo-Information, 9(10), 580. \n\n[16] Asner, G. P., Knapp, D. E., Balaji, A., & Páez-Acosta, G. (2009). \nAutomated mapping of tropical deforestation and forest degradation: \nCLASlite. Journal of Applied Remote Sensing, 3(1), 033543. \n[17] Badan Pusat Statistik. (2020). Kabupaten Sukamara dalam Angka. \n[18] S. R. Putri and A. W. Wijayanto, “Learning Bayesian Network for Rainfall \nPrediction Modeling in Urban Area using Remote Sensing Satellite Data \n(Case Study: Jakarta, Indonesia),” in Proceedings of The International \nConference on Data Science and Official Statistics, 2021, vol. 2021, no. 1, \npp. 77–90. \n\n[19] Wijayanto, A. W., Afira, N., & Nurkarim, W. (2022, June). Machine \nlearning approaches using satellite data for oil palm area detection in \nPekanbaru City, Riau. In 2022 IEEE International Conference on \nCybernetics and Computational Intelligence (CyberneticsCom) (pp. 84-\n89). IEEE. \n\n[20] ] Chen, Y.; Dou, P.; Yang, X. (2017). Improving land use\/cover \nclassification with multiple classifier systems using AdaBoost integration \ntechnique. Remote Sens. 9, 1055. \n\n[21] Thanh Noi, P., & Kappas, M. (2017). Comparison of random forest, k-\nnearest neighbor, and support vector machine classifiers for land cover \nclassification using Sentinel-2 imagery. Sensors, 18(1), 18. \n\n[22] Lopes, M., Frison, P. L., Crowson, M., Warren‐Thomas, E., Hariyadi, B., \nKartika, W. D., ... & Pettorelli, N. (2020). Improving the accuracy of land \ncover classification in cloud persistent areas using optical and radar \nsatellite image time series. Methods in Ecology and Evolution, 11(4), 532-\n541. \n\n[23] Tong, X. Y., Xia, G. S., Lu, Q., Shen, H., Li, S., You, S., & Zhang, L. \n(2020). Land-cover classification with high-resolution remote sensing \nimages using transferable deep models. Remote Sensing of Environment, \n237, 111322. \n\n[24] Nurmasari, Y., & Wijayanto, A. W. (2021). Oil palm plantation detection \nin Indonesia using Sentinel-2 and Landsat-8 optical satellite imagery (case \nstudy: Rokan Hulu regency, Riau Province). International Journal of \nRemote Sensing and Earth Sciences (IJReSES), 18(1), 1-18. \n\n[25] Breiman, L., Friedman, J. H., Olshen, R. A., & Stone, C. J. (1984). \n\nClassification And Regression Trees. \n\n[26] Drucker, H., Surges, C. J. C., Kaufman, L., Smola, A., & Vapnik, V. \n(1997). Support vector regression machines. Advances in Neural \nInformation Processing Systems, January, 155–161. \n\n[27] Hastie, T., Tibshirani, R., & Friedman, J. (2013). The Elements of \nStatistical Learning Data Mining, Inference, and Prediction. Encyclopedia \nof Systems Biology, 508–508. https:\/\/doi.org\/10.1007\/978-1-4419-9863-\n7_941. \n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\n[28] Breiman, L. (2001). Random forests. Machine Learning, 45, 1–122. \n\nhttps:\/\/doi.org\/10.1201\/9780429469275-8. \n\n[29] Geurts, P., Ernst, D., & Wehenkel, L. (2006). Extremely randomized trees. \nMachine Learning, 63(1), 3–42. https:\/\/doi.org\/10.1007\/s10994-006-\n6226-1. \n\n[30] Jiang, W., He, G., Long, T., Ni, Y., Liu, H., Peng, Y., Lv, K., & Wang, G. \n(2018). Multilayer perceptron neural network for surface water extraction \nin Landsat 8 OLI satellite images. Remote Sensing, 10(5), 1–22. \nhttps:\/\/doi.org\/10.3390\/rs10050755 \n\n[31] Hu, W., Huang, Y., Wei, L., Zhang, F., & Li, H. (2015). Deep \nconvolutional neural networks for hyperspectral image classification. \nJournal of Sensors, 2015. https:\/\/doi.org\/10.1155\/2015\/258619 \n\n[32] Saadi, T. D. T., & Wijayanto, A. W. (2021). Machine Learning Applied to \nSentinel-2 and Landsat-8 Multispectral and Medium-Resolution Satellite \nImagery for the Detection of Rice Production Areas in Nganjuk, East Java, \nIndonesia. International Journal of Remote Sensing and Earth Sciences \n(IJReSES), \n19–32. \nhttps:\/\/doi.org\/10.30536\/J.IJRESES.2021.V18.A3538. \n\n18(1), \n\n[33] Chen, W., Li, X., & Wang, L. (2020). Fine land cover classification in an \nopen pit mining area using optimized support vector machine and world \nview-3 \n12(1),12–14. \ndoi:10.3390\/RS12010082. \n\nimagery. \n\nSensing, \n\nRemote \n\n[34] Temenos, A., Temenos, N., Kaselimi, M., Doulamis, A., & Doulamis, N. \n(2023). Interpretable Deep Learning Framework for Land Use and Land \nCover Classification in Remote Sensing Using SHAP. IEEE Geoscience \nand Remote Sensing Letters, 20, 1-5. \n\n[35] Muhammad, R., Zhang, W., Abbas, Z., Guo, F., & Gwiazdzinski, L. \n(2022). Spatiotemporal change analysis and prediction of future land use \nand land cover changes using QGIS MOLUSCE plugin and remote \nsensing big data: a case study of Linyi, China. Land, 11(3), 419. \n\n 8 \/ 8 \n\n \n\f", "label": [ { "start": 506, "end": 601, "text": "mengklasifikasikan tutupan lahan hutan dan mengestimasi\\nluas deforestasi hutan di Indonesia", "labels": [ "TUJUAN" ] }, { "start": 663, "end": 688, "text": "penginderaan jarak jauh", "labels": [ "METODE" ] }, { "start": 1444, "end": 1537, "text": "total luas deforestasi hutan (forest loss) di Kabupaten\\nSumakara sebesar 28.828,18 m2", "labels": [ "TEMUAN" ] }, { "start": 1181, "end": 1297, "text": "Model terbaik dari penelitian ini adalah\\nAdaBoost dengan nilai akurasi 92,92 persen dan F1-Score 93,23\\npersen", "labels": [ "TEMUAN" ] } ], "annotator": 1, "annotation_id": 14, "created_at": "2023-12-27T14:05:19.051257Z", "updated_at": "2023-12-27T14:05:19.051257Z", "lead_time": 1541.364 }, { "id": 34, "content": "Makalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nPembangunan Sistem Satu Data Statistik Kriminal \nIndonesia (SDSKI) Berbasis Web \n\nKuh Latersya Tarigan (221911177, 4SI1) \nDosen Pembimbing: Firdaus, M.B.A. \n\nRingkasan— Satu Data Indonesia (SDI) merupakan kebijakan \ntata kelola data pemerintah yang bertujuan untuk menciptakan \ndata berkualitas, mudah diakses, dan dapat dibagipakaikan antar \ninstansi pusat serta daerah. Salah satu perwujudan SDI adalah \nSatu Data Statistik Kriminal Indonesia (SDSKI). SDSKI \nmerupakan gagasan Badan Pusat Statistik yang memotret \nstatistik kriminal secara komprehensif dari sisi lokasi dan waktu, \nserta informasi mengenai pelaku dan korban. Data kriminalitas \nbermanfaat sebagai dasar dalam penyusunan perencanaan \npembangunan sektoral di bidang keamanan dan hukum untuk \nmeningkatkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh. \nPenelitian ini bertujuan merancang dan membangun sistem \nSDSKI berbasis web untuk memuat data statistik kriminal \ndengan konsep, definisi, serta standar data yang sama agar \nmemenuhi prinsip SDI sehingga dapat dibagipakaikan antar \ninstansi pusat serta daerah. Pengembangan sistem pada penelitian \nini menggunakan metode System Development Life Cycle (SDLC) \ndengan model Waterfall dan evaluasi sistem menggunakan \nkuesioner System Usability Scale (SUS). Hasil penelitian ini adalah \nProduct Requirement Document (PRD), Functional Specification \nDocument (FSD), dan prototipe antarmuka sistem. \n\nKata Kunci— Satu Data Statistik Kriminal Indonesia, Statistik \n\nKriminal, Sistem. \n\nI. LATAR BELAKANG \nSatu Data Indonesia (SDI) adalah kebijakan yang mengatur \npenyelenggaraan tata kelola data yang dihasilkan oleh instansi \npusat dan instansi daerah untuk mendukung perencanaan, \npelaksanaan, evaluasi, dan pengendalian pembangunan melalui \npemenuhan prinsip-prinsip SDI yaitu standar data, metadata, \ninteroperabilitas data, serta menggunakan kode referensi dan \ndata induk. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun \n2019 Tentang Satu Data Indonesia terdapat empat tujuan SDI. \nTujuan pertama adalah memberikan acuan pelaksanaan dan \npedoman bagi instansi pusat dan daerah dalam rangka \npenyelenggaraan \ntata kelola data. Tujuan kedua yaitu \nmewujudkan ketersediaan data yang akurat, mutakhir, terpadu, \ndapat dipertanggungjawabkan, serta mudah diakses dan \ndibagipakaikan antar instansi pusat dan daerah. Tujuan ketiga \nuntuk mendorong keterbukaan dan transparansi data sehingga \ntercipta perencanaan dan perumusan kebijakan pembangunan \nyang berbasis pada data. Tujuan keempat adalah mendukung \nSistem Statistik Nasional (SSN) sesuai peraturan perundang-\nundangan. \n\nStatistik kriminal adalah data tentang kriminalitas yang \ndisusun menurut bentuk kejahatan, frekuensi kejadian dari \nmasing-masing bentuk kejahatan, wilayah kejadian, dan tahun \nkejadian (Mustofa, 2013). Statistik kriminal membantu \nmemperoleh gambaran tentang kejahatan di masyarakat terkait \n\njumlah dan corak kejahatan serta perkembangan turun naiknya. \nKetersediaan data ini juga sangat bermanfaat sebagai dasar \ndalam penyusunan perencanaan pembangunan sektoral di \nbidang keamanan dan ketertiban masyarakat serta perencanaan \npembangunan \nrangka meningkatkan \ndalam \nkesejahteraan masyarakat secara menyeluruh (Direktorat \nStatistik Ketahanan Sosial, 2022). Selain kebutuhan nasional \ndata kriminal juga dibutuhkan dalam level internasional yakni \npemenuhan \nindikator SDGs, khususnya Goal 16 dan \npemenuhan data United Nations Survey of Crime Trends and \nOperations of Criminal Justice Systems (UN-CTS). \n\nnasional \n\nInvestasi \n\nIndonesia \n\nIndeks Keamanan \n\nDalam wawancara terhadap Ibu Trophy Endah Rahayu selaku \nkoordinator tim Satu Data Statistik Kriminal Indonesia \n(SDSKI), dipaparkan bahwa SDSKI merupakan salah satu \nperwujudan dari SDI dalam mengatur penyelenggaraan tata \nkelola data untuk statistik kriminal. Terdapat dua urgensi \npenyelenggaraan SDSKI. Urgensi pertama yaitu data statistik \nkriminal akan menjadi salah satu tolok ukur dan acuan dalam \nmenilai tingkat keamanan suatu wilayah. Urgensi kedua yaitu \naspek keamanan yang menjadi salah satu faktor penting bagi \nperkembangan ekonomi dan kesejahteraan. Bappenas dalam \nLaporan \n(2016) \nmenyatakan kondisi keamanan yang baik akan menciptakan \niklim investasi yang baik (investor tertarik berinvestasi). \nSumber data SDSKI berasal dari statistik dasar (Susenas, Podes, \nSPAK), lembaga penegak hukum (Kepolisian, Kejaksaan, \ndan \nMahkamah \nkementerian\/lembaga penyedia statistik kriminal \nlainnya. \nStandar data yang digunakan pada SDSKI adalah International \nClassification of Crime for Statistical Purposes (ICCS) dan \nSustainable Development Goals (SDGs) Goal 16. ICSS adalah \nklasifikasi kejahatan yang didasarkan pada konsep, definisi, \ndan prinsip-prinsip yang disetujui secara internasional untuk \nmeningkatkan konsistensi dan perbandingan statistik kejahatan \ninternasional, serta meningkatkan kemampuan analisis pada \nlevel nasional dan internasional. SDGs Goal 16 berisi indikator \nperdamaian, keadilan dan kelembagaan yang tangguh. SDGs \nGoal 16 berupaya menguatkan masyarakat yang inklusif dan \ndamai untuk pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses \nkeadilan, dan membangun kelembagaan yang efektif, akuntabel, \ndan inklusif di semua tingkatan. \n\nKemenkumham), \n\nAgung, \n\nBappenas dalam pembahasan mengenai pentingnya SDI pada \nWebinar Menuju Satu Data Statistik Kriminal Indonesia \nmengungkapkan Satu Data mendorong integrasi data dan \nlayanan pemerintah melalui standarisasi tata kelola data dan \ninteroperabilitas, layanan pemerintah yang terintegrasi tidak \nbisa terwujud jika kondisi data masih tersebar dengan standar \nyang beragam. Terdapat standar dan klasifikasi data yang \n\n 1 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n\fberbeda pada berbagai instansi produsen data statistik kriminal. \nSelain itu, masih terdapat indikator yang belum dapat terpenuhi \n(UN-CTS dan SDGs). Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai \npembina statistik sektoral dan SDI telah berupaya menyusun \nkerangka kerja terwujudnya SDSKI. Upaya yang dilakukan \nBPS yaitu melengkapi data registrasi dengan data berbasis \nsurvei, melakukan koordinasi terkait data dan statistik kriminal \ndengan berbagai lembaga internasional, melakukan mapping \nketersediaan data dari berbagai instansi yang menjadi sumber \ndata, menambah pemenuhan indikator global SDGs Goal 16, \nserta menginisiasi framework dan roadmaps menuju SDSKI. \nMapping ketersediaan data yang dilakukan BPS terkait dengan \ndata yang sudah bisa memenuhi standar internasional. Selain \nitu BPS juga membuat tabel korespondensi antara ICCS dan \nKUHP untuk melihat pemenuhan standar internasional dari sisi \nperaturan perundang-undangan. \n\nPada framework yang dirancang oleh BPS, data-data statistik \nkriminal yang sudah bisa dibagipakaikan dengan konsep \ndefinisi yang sama akan dimuat dalam sistem SDSKI berbasis \nweb sebagai wujud nyata interoperabilitas yang menjadi salah \nsatu prinsip SDI. Interoperabilitas data merupakan kemampuan \nsistem elektronik dengan karakteristik yang berbeda untuk \nberbagi pakai data secara terintegrasi. Sistem SDSKI dirancang \nuntuk memuat data-data yang sudah memenuhi prinsip SDI, \nfitur-fitur terkait statistik kriminal yang dibutuhkan, serta \ninformasi terkait indikator-indikator yang harus dipenuhi. \n\nII. TUJUAN PENELITIAN \n\nPenelitian ini bertujuan untuk merancang dan membangun \nsistem Satu Data Statistik Kriminal Indonesia (SDSKI) \nberbasis web untuk menyajikan data dan informasi terkait \nstatistik kriminal yang tersedia. Penelitian dan pengembangan \nsistem SDSKI berbasis web ini diharapkan dapat membantu \nBPS dalam memenuhi framework SDSKI yang telah dirancang. \n\nIII. PENELITIAN TERKAIT \n\nPenelitian terkait salah satunya dilakukan oleh Purwanto, \nFuadina, & Untoro (2022) dengan judul Sistem Informasi \nDashboard Digital Badan Pusat Statistik Kota Bandar \nLampung Berbasis Website. Penelitian ini didasari oleh \npermasalahan instansi untuk memenuhi kebutuhan penyediaan \ndata statistik penting berupa dua belas indikator strategis yang \npaling banyak dicari oleh masyarakat dengan memanfaatkan \nbantuan teknologi berupa website. Metode pengujian yang \ndigunakan adalah kuesioner SUS, dimana dinyatakan kelebihan \npenggunaan SUS yaitu dapat dilakukan dengan sampel kecil \nnamun tetap dengan hasil terpercaya. \n\nIV. METODE PENELITIAN \nMetode yang digunakan pada penelitian adalah System \nDevelopment Life Cycle (SDLC) dengan model Waterfall. \nTahapan pada model yang digunakan sebagai berikut. \n\nA. Requirement \n\nTahap ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi \nterkait sistem SDSKI yang akan dibuat dengan tujuan \n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nmemahami kebutuhan dan batasan sistem tersebut. Informasi \ndikumpulkan melalui kajian pustaka dan wawancara terhadap \nsubject matter. Berdasarkan kebutuhan sistem ditemukan solusi \nyang akan digunakan untuk pengembangan sistem. Pada tahap \nini dilakukan analisis sistem berjalan untuk mengamati sistem \nyang sudah ada. Selanjutnya melakukan analisis permasalahan \nfishbone, dan analisis kebutuhan \nmenggunakan diagram \nberdasarkan permasalahan yang ditemukan \n(kebutuhan \nfungsional dan non-fungsional). \n\nB. Design \n\nProses desain atau perancangan sistem dilakukan dengan \nmerancang dan menggambarkan proses sistem sesuai dengan \nanalisis pada tahap sebelumnya. Kegiatan pada tahap ini \nmencakup perancangan proses bisnis yang didasarkan \nmenggunakan pengolahan Product Requirement Document \n(PRD) dan Functional Specification Document \n(FSD), \nperancangan arsitektur sistem, dan perancangan antarmuka \npengguna sistem menggunakan Figma. \n\nC. Implementation \n\nTahap \n\nimplementasi dilakukan dengan membangun \ntelah \ndashboard berdasarkan perancangan sistem yang \ndilakukan. \nImplementasi berupa proses coding untuk \npengolahan antarmuka sistem dan fungsi yang dibutuhkan pada \nsistem. \n\nD. Verification \n\nTahap ini dilakukan dengan menguji dan mengevaluasi \napakah sistem yang telah dikembangkan sudah sepenuhnya \natau sebagian memenuhi persyaratan sistem. Evaluasi terhadap \nsistem dilakukan dengan metode blackbox \ntesting dan \nkuesioner System Usability Scale (SUS). \n\nE. Maintenance \n\nTahap ini dilakukan dengan menjalankan sistem yang sudah \ndibangun dan melakukan pemeliharaan terhadap sistem. \nPemeliharaan dilakukan apabila terdapat pembaharuan fitur \natau memperbaiki kesalahan yang tidak ditemukan pada \nlangkah sebelumnya. \n\nV. KERANGKA PIKIR \n\nPenelitian ini dilakukan karena perlunya wadah bagi SDSKI \nuntuk menyajikan informasi dan data-data statistik kriminal di \nIndonesia. Berdasarkan framework SDSKI yang dirancang oleh \nBPS, sistem SDSKI dibuat untuk memenuhi salah satu prinsip \nSDI, yaitu interoperabilitas. Dimana sistem tersebut akan \nmemuat data-data yang telah memenuhi prinsip SDI (standar \ndata, metadata, kode referensi, dan data induk), fitur-fitur yang \ndibutuhkan, serta informasi terkait ketersediaan data indikator-\nindikator statistik kriminal, sehingga keseluruhan data dan \ninformasi tersebut dapat dibagipakaikan secara terintegrasi. \n\nPenyajian terkait statistik kriminal pada sistem mencakup \nfitur katalog data, tabel dinamis, visualisasi data, produk, acara, \ndan artikel. BPS telah berupaya mengidentifikasi indikator \nstatistik kriminal dari SDGs dan UN-CTS dan memetakan \nketersediaan data tiap indikator. Pemetaan yang dilakukan akan \n\n 2 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n\fdisajikan pada fitur monitoring dalam bentuk correspondence \ntable, mencakup daftar indikator dari SDGs dan UN-CTS, \nsumber dan cara pengumpulan data, serta status ketersediaan \ndata pada tiap indikator. Kerangka pikir yang mendasari \npembangunan sistem SDSKI ini disajikan pada Gambar 5. \n\nGambar 1. Kerangka pikir penelitian \n\nVI. HASIL DAN PEMBAHASAN \n\nA. Analisis Permasalahan \n\nAnalisis permasalahan dilakukan dengan fishbone \ninformasi yang diperoleh, \ndiagram. Berdasarkan \nditemukan permasalahan yang digambarkan sebagai \nberikut. \n\nGambar 2. Fishbone diagram analisis permasalahan \n\nPermasalahan yang ditemui berada pada faktor \nmetode, mesin, dan material. Pada faktor method \nditemukan masalah berupa proses mapping ketersediaan \n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\ndata indikator statistik kriminal yang masih menggunakan \nMs. Excel sehingga menjadi tidak efisien karena jumlah \nindikator yang tidak sedikit (24 indikator SDGs dan124 \nindikator UN-CTS). Pada faktor machine ditemukan \nmasalah berupa belum adanya sistem yang mewadahi \nkebutuhan SDSKI yaitu sistem yang memuat data-data \nstatistik kriminal yang sudah bisa dibagipakaikan dengan \nkonsep definisi yang sama wujud nyata interoperabilitas. \nPada faktor material ditemukan masalah berupa adanya \ndata dan informasi yang belum termuat pada sistem yang \nsudah ada (situs web BPS). \n\nB. Analisis Kebutuhan \n\nAnalisis kebutuhan dilakukan untuk memperoleh \ninformasi yang dibutuhkan dalam menemukan konsep \nsistem yang akan dibangun berdasarkan analisis \npermasalahan. Kebutuhan sistem terbagi menjadi dua, \nyaitu kebutuhan fungsional dan non-fungsional. Berikut \nadalah rumusan kebutuhan fungsional yang harus tersedia \npada sistem SDKSI. \n\nTabel 1. Kebutuhan Fungsional \n\nNo \n\n(1) \n\nFitur \n\n(2) \n\nKeterangan \n\n(3) \n\n1 Sign up \n\n2 Login \n\n3 Melihat katalog data \n\n4 Membuat tabel \n\ndinamis \n\n5 Melihat visualisasi \n\ndata \n\nHalaman bagi user untuk \nmendaftarkan akun. \nHalaman untuk memberikan \nakses terhadap pengguna. \nHalaman untuk melihat dan \nmencari data dari katalog data. \nHalaman untuk \nmembuat tabel dinamis \ndari data dan pengaturan \nyang ditentukan \npengguna. \n\nHalaman untuk menampilkan \nvisualisasi data. \n\n6 \n\nMengelola monitoring \nSDGs dan UN-CTS \n\nHalaman untuk mengelola tabel \nmonitoring SDGs dan UN-CTS. \n\n7 Mengajukan data \n\n8 \n\nMenyetujui\/menolak \npengajuan data \n\n9 Mengelola pengguna \n\n10 Mengelola produk \n\n11 Mengelola acara \n\n12 Mengelola artikel \n\nHalaman bagi agen untuk \nmengajukan data SDGs dan \nUN-CTS. \n\nHalaman bagi admin untuk \nmelihat dan \nmenyetujui\/menolak pengajuan \ndata SDGs dan UN-CTS dari \nagen. \nHalaman bagi admin untuk \nmengelola pengguna. \nHalaman untuk menampilkan \nproduk statistik dari agen dan \nadmin. \nHalaman untuk menampilkan \nkegiatan dari agen dan admin. \nHalaman untuk menampilkan \nartikel dari agen dan admin. \n\n 3 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n\fKebutuhan non-fungsional merupakan kebutuhan \nyang tidak terlalu berpengaruh terhadap masalah inti yang \ningin diselesaikan, namun cukup penting dalam \nmembangun sistem. Kebutuhan non-fungsional dapat \ndilihat pada Tabel 2. \n\nTabel 2. Kebutuhan Non-Fungsional \n\nAspek \n(1) \nControl \n\nKebutuhan \n(2) \n\nSistem memiliki batasan akses untuk \nmenggunakan dan mengelola beberapa fitur. \nBerikut merupakan rincian batasan akses. \n1. Tabel monitoring dan pengguna hanya dapat \n\ndikelola oleh admin; \n\n2. Produk, acara, dan artikel hanya dapat dikelola \n\nadmin dan agen; \n\n3. Fitur pengajuan data hanya dapat diakses agen \ndengan admin sebagai pihak yang dapat melihat \npengajuan \nkemudian \ndisetujui\/ditolak. \n\ntersebut \n\nuntuk \n\nC. Perancangan Arsitektur Sistem \n\nGambar 1. Rancangan Arsitektur Sistem \n\nTerdapat tiga aktor yang terlibat dalam sistem sebagai \npengguna. Aktor pertama adalah admin. Admin \nmerupakan pegawai BPS yang terlibat pada perencanaan \nSDSKI (tim SDSKI). Admin bertanggungjawab atas \npemeriksaan dan pengelolaan data yang masuk ke sistem. \nAktor kedua adalah agen. Agen merupakan sebutan untuk \nperwakilan dari institusi atau kelembagaan produsen data \nstatistik kriminal. Agen terlibat dalam pengajuan data \nuntuk pemenuhan indikator dan fitur seperti acara, artikel, \ndan produk yang dihasilkan terkait statistik kriminal. \nAktor ketiga adalah user sebagai pengguna biasa pada \nsistem. Baik admin maupun agen akan memasukkan data \nmelalui sistem, untuk kemudian langsung terhubung \ndengan database, lalu data serta informasi yang tersimpan \ndapat diakses pengguna melalui sistem SDSKI. \n\nD. Perancangan Berdasarkan Kebutuhan Fungsional Sistem \n\nUtama \nMengelola Monitoring SDGs dan UN-CTS \n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nGambar 2. Use Case Mengelola Monitoring SDGs dan \nUN-CTS \n\ntujuan memonitor \nFitur monitoring dibuat dengan \nperkembangan pemenuhan data indikator SDGs dan UN-\nCTS. Halaman monitoring menampilkan tabel hasil \nmapping ketersediaan data dari BPS. Pada halaman ini, \nuser dan agen hanya dapat melihat tabel, sedangkan \nadmin memiliki akses untuk mengedit, menambah, dan \nmenghapus data pada tabel dengan asumsi terdapat \nkesalahan kata pada \nterjemahan, \nperubahan nilai pada kolom tertentu, atau perubahan \nindikator di masa mendatang. Activity Diagram fitur \nmonitoring ditunjukkan pada gambar-gambar berikut. \n\nisian, kesalahan \n\nAdmin, Agen, User \n\nGambar 3. Activity Diagram Melihat Monitoring SDGs \ndan UN-CTS \n\nAdmin \n\nGambar 4. Activity Diagram Menambah Monitoring \nSDGs dan UN-CTS \n\n 4 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n\fAdmin \n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nRancangan \n\nantarmuka untuk halaman SDGs \nditunjukkan pada Gambar 7. Untuk mengedit atau \nmenambah indikator, admin menekan tombol “Edit” atau \n“Tambah” dan akan diarahkan pada \nform seperti \nditampilkan pada Gambar 8 dan 9. Fungsi untuk \nmenghapus data terdapat pada form menu edit. \n\nGambar 5. Activity Diagram Mengedit Monitoring SDGs \ndan UN-CTS \n\nAdmin \n\nGambar 7. Rancangan Antarmuka Melihat Monitoring \nSDGs dan UN-CTS \n\nGambar 8. Rancangan Antarmuka Mengedit Indikator \n\nGambar 9. Rancangan Antarmuka Menambah Indikator \n\n 5 \/ 8 \n\nGambar 6. Activity Diagram Menghapus Monitoring \nSDGs dan UN-CTS \n\n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n\fMengajukan Data \n\nAgen \n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nGambar 10. Use Case Mengajukan Data \n\nFitur mengajukan data digunakan oleh agen untuk \nkeperluan pemenuhan data indikator. Setelah indikator \nditerjemahkan dan data dipetakan oleh BPS, indikator \ndengan data yang belum tersedia akan terlihat pada tabel \ndari \nselaku \nmonitoring. \ninstitusi\/kelembagaan produsen data statistik kriminal \ndapat langsung mengunggah data yang tersedia dan sesuai \ndengan indikator melalui pengajuan data. Proses bisnis \npengajuan data dapat dilihat pada Gambar 11 dan form \npengajuan pada Gambar 12. \n\nperwakilan \n\nAgen \n\nAgen \n\nGambar 12. Activity Diagram Mengajukan Data \n\nSetelah mengajukan data, pengajuan akan diperiksa \nterlebih dulu oleh admin apakah sudah sesuai dengan \nindikator atau ada suatu kesalahan. Apabila terjadi \ndemikian, maka data yang ditolak akan dikembalikan ke \nagen dengan disertai catatan mengenai pengajuan tersebut. \nFitur notifikasi memuat kondisi pengajuan data yang telah \ndilakukan agen. Status disetujui atau tidaknya pengajuan \nakan tertera pada halaman notifikasi seperti ditunjukkan \npada Gambar 14. \n\nGambar 13. Rancangan Antarmuka Mengajukan Data \n\nGambar 11. Activity Diagram Mengajukan Data \n\n 6 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n\fMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nApabila data disetujui, maka data akan masuk ke \ntabel monitoring. Rancangan antarmuka untuk halaman ini \nditunjukkan pada Gambar 38. \n\nGambar 38. Rancangan Antarmuka Halaman \n\nMenyetujui\/Menolak Pengajuan \n\nE. Rancangan Basis Data \n\nRancangan database sistem usulan terdiri dari tabel \nSDGs, UN-CTS, indikator SDGs, indikator UN-CTS, \npengajuan SDGs, UN-CTS, tabel pengguna, serta tabel \nproduk, acara, dan artikel. \n\nGambar 14. Rancangan Antarmuka Notifikasi \n\nMenyetujui\/Menolak Pengajuan Data \n\nGambar 12. Use Case Menyetujui\/Menolak Pengajuan Data \n\nData yang sudah diajukan oleh agen akan masuk ke \nhalaman monitoring pada bagian pengajuan dari sisi admin. \nAdmin dapat mengunggah data dan memeriksa apakah data \nsudah tepat atau belum. Jika belum dan pengajuan ditolak, \nmaka admin harus menyertakan catatan mengenai \npermasalahan yang terdapat pada pengajuan. Gambar 37 \nmenunjukkan proses bisnis fitur penyetujuan\/penolakan \npengajuan data. \n\nGambar 13. Activity Diagram Menyetujui\/Menolak \nPengajuan Data \n\nF. Evaluasi Kuesioner SUS \n\nUji kuesioner SUS dilakukan terhadap prototipe \nsistem yang dibuat menggunakan Figma untuk melihat \napakah rancangan prototipe sistem saat ini layak diterima \natau belum. Responden terdiri dari lima orang pegawai \nBPS dari tim Satu Data Statistik Kriminal Indonesia. Hasil \nevaluasi dapat dilihat pada tabel berikut. \n\n 7 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n\fMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nTabel 3. Hasil Evaluasi System Usability Scale (SUS) \n\nterhadap prototipe sistem \nPertanyaan SUS \n\n1 2 3 4 5 6 7 8 9 \n\n4 3 4 3 3 2 4 2 4 \n4 5 4 3 4 2 4 3 4 \n4 5 4 1 4 2 4 1 4 \n5 3 4 2 3 2 4 2 4 \n5 2 5 2 5 2 5 2 5 \n\n71 \n\n1\n0 \n\n2 \n5 \n2 \n2 \n2 \n\nTota\nl \n\n27 \n22 \n29 \n29 \n29 \n\nNila\ni \nSU\nS \n68 \n55 \n73 \n73 \n88 \n\nNo \nRespond\nen \n\n1 \n2 \n3 \n4 \n5 \nNilai \nAkhir \nSUS \n\nBerdasarkan Tabel 3, diperoleh nilai akhir evaluasi \nSUS sebesar 71. Sebuah sistem atau aplikasi dikatakan \nbaik jika memiliki skor di atas 68 (Sharfina dan Santoso, \n2016). Dengan demikian, prototipe sistem layak diterima \ndan pembangunan sistem layak dilanjutkan. \n\nVII. \n\nPENUTUP \n\nSistem yang tertera pada proposal adalah dashboard. Terjadi \nperubahan menjadi sistem SDSKI karena berdasarkan \nkebutuhan sistem disimpulkan bahwa sistem bukan merupakan \ndashboard. \n\nBerdasarkan hasil dan pembahasan, didapatkan kesimpulan \n\nsebagai berikut: \n\n1. Product Requirement Document \n\ndan \nFunctional Specification Document (FSD) sistem \nSDSKI telah dibuat dan ditandatangani oleh Ibu \nTrophy Endah Rahayu selaku koordinator tim Satu \nData Statistik Kriminal Indonesia (SDSKI). \n\n(PRD) \n\n2. Prototipe antarmuka sistem telah dibuat dan dievaluasi \n\nmenggunakan kuesioner SUS dengan skor 71. \n\n3. Dengan hasil akhir berupa PRD, FSD, dan prototipe \nantarmuka sistem, penelitian belum dapat mencapai \ntujuan membangun sistem SDSKI. \n\nDAFTAR PUSTAKA \n[1] M. Mustofa, Metode Penelitian Kriminologi, ed. 3. Jakarta: PrenadaMedia \n\nGroup, 2013. \n\n[2] H. S. Flora, Fungsi Statistik Kriminal Dalam Penanggulangan Kejahatan, \n\nFiat Iustitia: Jurnal Hukum, vol. 2, no. 1, pp. 2539, Maret 2021. \n\n[3] BPS Statistics. (2021, 9) Satu Data Statistik Kriminal Indonesia [Online]. \nAvailable: https:\/\/www.youtube.com\/live\/1T7LOXsb9JQ?feature=share \n[4] A. Hartono. (2021, 9) Kolaborasi Bersama Menuju Satu Data Statistik \nAvailable: \n\n[PowerPoint \n\nIndonesia \n\nslides]. \n\nKriminal \nhttp:\/\/s.bps.go.id\/MateriSDSKI \n\n[5] Direktur Statistik Ketahanan Sosial Badan Pusat Statistik RI. (2021, 9) \nFramework dan Roadmap Menuju Satu Data Statistik Kriminal Indonesia \n[PowerPoint slides]. Available: http:\/\/s.bps.go.id\/MateriSDSKI \n\n[6] Badan Pusat Statistik. Satu Data Indonesia untuk Mewujudkan Sistem \nStatistik \nAvailable: \nhttps:\/\/satasik.tasikmalayakota.go.id\/files\/Satu%20Data%20Indonesia%2\n0-%20Satasik.pdf \n\n[Online]. \n\nNasional \n\n 8 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n \n \n\f", "label": [ { "start": 1267, "end": 1330, "text": "System Development Life Cycle (SDLC)\\ndengan model Waterfall ", "labels": [ "METODE" ] }, { "start": 947, "end": 1002, "text": "merancang dan membangun sistem\\nSDSKI berbasis web", "labels": [ "TUJUAN" ] }, { "start": 1436, "end": 1549, "text": "Product Requirement Document (PRD), Functional Specification\\nDocument (FSD), dan prototipe antarmuka sistem", "labels": [ "TEMUAN" ] }, { "start": 8845, "end": 8911, "text": "System\\nDevelopment Life Cycle (SDLC) dengan model Waterfall", "labels": [ "METODE" ] }, { "start": 7739, "end": 7840, "text": "merancang dan membangun\\nsistem Satu Data Statistik Kriminal Indonesia (SDSKI)\\nberbasis web", "labels": [ "TUJUAN" ] } ], "annotator": 1, "annotation_id": 15, "created_at": "2023-12-27T14:37:58.015718Z", "updated_at": "2023-12-27T14:37:58.015718Z", "lead_time": 1956.432 }, { "id": 35, "content": "Makalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nPenambahan Distribusi MSNBurr-IIa pada \nMultiBUGS \n\nEliana Putri Ramadani (221911174, 4SD1) \nDosen Pembimbing: Dr. Achmad Syahrul Choir, S.ST, M.Si \n\nRingkasan—Distribusi MSNBurr-IIa adalah salah satu distribusi \nneonormal yang lebih baik mengakomodasi data yang menceng \nkanan dibanding menceng kiri. MultiBUGS adalah software \nuntuk yang digunakan untuk inferensia dengan metode Bayesian, \nnamun pada program tersebut belum tersedia distribusi \nMSNBurr-IIa sehingga akan dilakukan penambahan kemudian \ndilanjutkan dengan penerapan pada dunia nyata. Laju \npertumbuhan ekonomi dan Indeks Kedalaman Kemiskinan \nadalah contoh data yang sulit digambarkan dengan distribusi \nnormal karena perbedaan tiap daerah sehingga digunakan \nsebagai penerapan distribusi MSNBurr-IIa. Metode yang \ndigunakan adalah waterfall method, estimasi Bayesian, dan regresi \nBayesian. Hasil dari penelitian menghasilkan bahwa distribusi \nMSNBurr-IIa dapat ditambahkan pada MultiBUGS dan melalui \ntiga tahap pengujian dihasilkan bahwa program dapat dijalankan \ndan memiliki hasil yang valid. Penggunaan distribusi MSNBurr-\nIIa untuk mengetahui karakteristik data laju pertumbuhan \nekonomi tahun 2017-2021 dan mengestimasi parameter regresi \nIndeks Kedalaman Kemiskinan menghasilkan bahwa distribusi \ntersebut dapat menggambarkan karakteristik data dengan baik. \nKata Kunci— distribusi neonormal, distribusi MSNBurr-IIa, \n\nMultiBUGS, Bayesian. \n\nI. LATAR BELAKANG \n\nDistribusi normal merupakan distribusi yang paling umum \ndigunakan dalam statistika karena bentuknya yang simetris \nsehingga memudahkan dalam proses inferensia dan pemodelan \ndibandingkan dengan distribusi lain. Namun, sifat distribusi \nnormal yang simetris dan mesokurtik tidak selalu sesuai dengan \ndata di dunia nyata karena ditemukan berbagai data yang \ndistribusinya menjadi kurang simetris atau lebih runcing\/landai \ndaripada distribusi normal akibat dari adanya outlier atau \nberbagai hal lainnya. Oleh karena itu, penggunaan distribusi \nnormal tentunya akan menghasilkan inferensia yang tidak \nsesuai \nkurang \nmenggambarkan karakteristik data. \n\ndigunakan \n\ndistribusi \n\nkarena \n\nyang \n\nKeterbatasan karakteristik pada distribusi normal tersebut \ndapat diatasi dengan melakukan relaksasi terhadap distribusi \nnormal yaitu dengan memodifikasi fungsi kepadatan peluang \ndari distribusi normal [12]. Relaksasi distribusi normal dapat \nmembuat sifat simetri dan kurtosisnya dapat berubah menjadi \nsesuai dengan parameter tambahan yang terkait dengan \nperubahan sifat distribusi tersebut [12]. Distribusi normal yang \ntelah direlaksasi disebut dengan distribusi neonormal. \n\nDistribusi MSNBurr-IIa merupakan salah satu distribusi \nneonormal yang merupakan pengembangan dari distribusi \nMSNBurr ketika ditemukan distribusi yang memiliki sifat \nberlawanan dengan distribusi MSNBurr. Distribusi MSNBurr-\nIIa merupakan turunan dari distribusi Burr-IIa yang lebih baik \ndalam mengakomodasi data yang menceng kanan daripada \n\nmenceng kiri [12]. MSNBurr-IIa dapat menjadi penduga untuk \ndata yang berdistribusi simetris dan data yang memiliki \ndistribusi menceng kanan [12]. Distribusi MSNBurr-IIa \nmemiliki parameter-parameter yang terkait dengan perubahan \npada distribusi \nsebagai parameter \nkemencengan, σ sebagai parameter skala, dan µ sebagai \nparameter lokasi. Nilai dari tiap parameter dari suatu data yang \nberdistribusi MSNBurr-IIa ini belum diketahui. Oleh karena itu \ndiperlukan estimasi untuk mengetahui nilai dari parameter \ntersebut. \n\ntersebut yaitu α \n\nEstimasi parameter dalam statistik dapat dilakukan dengan \ndua pendekatan yaitu frequentist dan Bayesian. Metode \nfrequentist bisa digunakan pada populasi yang karakteristik \npopulasi atau parameternya diketahui tetap nilainya tidak \ndiketahui, sehingga peluangnya selalu menginterpretasikan \nfrekuensi yang relatif jangka panjang [7]. Namun tidak semua \nkarakteristik atau parameter dari sebuah populasi diketahui \nsehingga metode yang dapat digunakan dalam kondisi ini \nadalah metode Bayesian. \n\nPendekatan Bayesian dalam statistik menggunakan teorema \nBayes untuk melakukan inferensia pada parameter yang tidak \ndiketahui sehingga dianggap sebagai variabel acak [7]. Nilai \ninferensia parameter dengan pendekatan Bayesian berdasarkan \ngabungan antara distribusi data dan informasi distribusi prior \nsehingga peluang dari parameter diinterpretasikan sebagai \ntingkat kepercayaan [7]. Namun, penghitungan teorema Bayes \nakan semakin sulit dilakukan jika terdapat banyak parameter \ndan ukuran data yang besar. Oleh karena itu digunakan sebuah \nalgoritma yang dapat menemukan distribusi posterior dengan \nlebih cepat yaitu algoritma Markov Chain Monte Carlo \n(MCMC) [7]. MCMC adalah sebuah algoritma untuk \npengambilan sampel secara acak dari kumpulan kejadian yang \ndisebut dengan rantai Markov untuk mengestimasi distribusi \npeluang atau distribusi posterior suatu kejadian [7]. \n\nPemodelan Bayesian merupakan salah satu proses statistik \nyang jika dilakukan dengan cara tradisional akan memakan \nwaktu yang lama karena perhitungan yang rumit, terlebih jika \ndata yang digunakan semakin banyak [14]. Adanya dukungan \nkemajuan \nilmu pengetahuan, pemodelan \nBayesian saat ini dapat dilakukan dengan program yang bisa \ndigunakan dengan mudah dan cepat oleh orang awam. \n\nteknologi dan \n\nBUGS, singkatan dari Bayesian Inference Using Gibbs \nSampling merupakan sebuah proyek yang memudahkan \npengguna untuk menerapkan pemodelan Bayesian dalam \nsebuah software [14]. Selain dapat melakukan pemodelan \nBayesian secara mudah, keunggulan BUGS adalah dapat \nmelakukan visualisasi pemodelan dengan grafik yang disebut \ndengan doodle sehingga lebih mudah dalam menganalisis \n\n 1 \/ 8 \n\n \n \n \n \n\fmodel, khususnya pada simulasi MCMC [15]. BUGS sudah \nmemiliki 4 versi utama yaitu ‘Classic’ BUGS program, \nWinBUGS, OpenBUGS, dan MultiBUGS. MultiBUGS \ndikembangkan untuk menyelesaikan permasalahan waktu \nkomputasi pada OpenBUGS dengan menggunakan strategi \nparalelisasi MCMC. Dengan demikian, MultiBUGS tidak \nhanya dapat melakukan pemodelan menggunakan metode \nBayesian dengan mudah, namun juga memiliki waktu yang \nlebih cepat dibandingkan dengan program-program BUGS \nsebelumnya. \n\nDistribusi yang bisa digunakan pada MultiBUGS saat ini \nhanya terbatas pada 29 distribusi teoritis seperti normal, \nbinomial, Bernoulli, Student-t, multinomial dan beberapa \ndistribusi lainnya. Namun, MultiBUGS mengizinkan pengguna \nuntuk memodifikasi distribusi pada program jika distribusi \nyang dibutuhkan tidak tersedia karena sifat MultiBUGS \nmerupakan aplikasi open-source. \n\nPenambahan sebuah distribusi dalam program tentunya \nperlu memperhatikan beberapa hal seperti komponen yang \ndiperlukan, tahapan yang dilakukan, hingga pemeriksaan \ndistribusi sesudah ditambahkan. Salah satu komponen penting \nadalah environment untuk penulisan program yang akan \nditambahkan pada MultiBUGS yaitu BlackBox Component \nBuilder. BlackBox Component Builder adalah open-source \nframework yang ditulis menggunakan bahasa \nIDE dan \npemrograman Pascal yang memberikan \nfasilitas untuk \npembuatan dokumen, kompilasi program, eksekusi modul, dan \ndesain interface. \n\nTidak tersedianya distribusi neonormal khususnya distribusi \nMSNBurr-IIa pada program MultiBUGS serta adanya fasilitas \npenambahan pada program MultiBUGS, maka akan dilakukan \npenambahan distribusi MSNBurr-IIa pada MultiBUGS. \nPenambahan ini dilakukan dengan tujuan agar estimasi \nparameter pada distribusi MSNBurr-IIa dengan pendekatan \nBayesian akan lebih mudah dilakukan dan bisa digunakan oleh \norang awam. Penerapan distribusi MSNBurr-IIa pada \nMultiBUGS juga perlu dilakukan sebagai contoh penggunaan \npada program yang sudah ditambahkan serta dapat mengkaji \nlebih jauh tentang distribusi MSNBurr-IIa dan karakteristiknya \nkhususnya penerapannya untuk mengestimasi data pada dunia \nnyata. \n\nLaju \n\npertumbuhan \n\nekonomi merupakan \n\ntingkat \nperkembangan agregat Produk Domestik Bruto (PDB)\/Produk \nDomestik Regional Bruto (PDRB) untuk masing-masing tahun \ndibandingkan tahun sebelumnya dan serta dapat memberikan \ngambaran mengenai kinerja suatu negara dan kabupaten\/kota \ndalam memanfaatkan potensi yang ada. Tinggi rendahnya laju \npertumbuhan ekonomi dapat dijadikan indikator untuk melihat \nperkembangan perekonomian di suatu negara atau daerah [20]. \nLaju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan menyebar rata \ndi seluruh daerah menunjukkan kesenjangan wilayah yang \nkecil dan pembangunan daerah yang merata di suatu negara. \nHal ini sejalan dengan salah satu target Pilar Pembangunan \nIndonesia 2045 yaitu pemerataan pembangunan dengan \npemerataan \nmempercepat \nkesempatan usaha dan pendapatan, pemerataan pembangunan \nwilayah, dan pembangunan infrastruktur yang merata dan \nterintegrasi. \n\npengentasan \n\nkemiskinan, \n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nGambar 1. Rata-rata laju pertumbuhan ekonomi kabupaten\/kota 2017-2021 \n\nsangat \n\ncepat dan \n\nBerdasarkan Gambar 1, diketahui bahwa terdapat beberapa \nkabupaten\/kota yang memiliki rata-rata laju pertumbuhan \nekonomi \njuga beberapa \nkabupaten\/kota yang memiliki rata-rata laju pertumbuhan \nekonomi yang lambat selama kurun waktu 2017 sampai 2021. \nPenyebab perbedaan ini terjadi karena perbedaan karakteristik \ndan stok faktor produksi (endowment factor) di setiap daerah. \nPerbedaan yang terjadi di setiap daerah membuat pertumbuhan \nekonomi sulit digambarkan dengan distribusi normal [12]. \n\nterdapat \n\nKemiskinan termasuk salah satu permasalahan serius dan \nkompleks yang masih dihadapi oleh berbagai negara di dunia, \ntidak terkecuali Indonesia dan dalam upaya pengentasannya, \nmembutuhkan kebijakan-kebijakan untuk pembangunan yang \ntepat dan dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan \nkesejahteraan masyarakat.[25]. Badan Pusat Statistik sebagai \npenanggung jawab statistik yang digunakan untuk membantu \npembuatan kebijakan pemerintah menggunakan beberapa \nindikator atau ukuran untuk mengukur kemiskinan dan salah \nsatu indikator tersebut adalah Indeks Kedalaman Kemiskinan. \nIndeks Kedalaman Kemiskinan atau Poverty Gap Index \nmenggambarkan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran \nmasing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan \n[6]. Pentingnya Indeks Kedalaman Kemiskinan menyebabkan \nperlu dilakukan pemodelan regresi dengan \ntujuan agar \nmengetahui pengaruh dari faktor-faktor tertentu pada Indeks \nKedalaman Kemiskinan. Referensi [5] menyatakan bahwa \nterdapat beberapa variabel yang mempengaruhi Indeks \nKedalaman Kemiskinan suatu daerah yaitu, persentase \npenduduk miskin, gini ratio, persentase rumah tangga yang \nmemiliki akses \nlayak dan \nberkelanjutan (40% bawah), dan persentase rumah tangga yang \nmenggunakan penerangan dengan sumber listrik (40% bawah). \nNamun, dalam melakukan pemodelan \nIndeks \nKedalaman Kemiskinan dengan variabel tersebut terdapat \nmasalah outlier yang menyebabkan data tidak berdistribusi \nnormal sehingga jika menggunakan estimasi dengan metode \nkuadrat terkecil akan menghasilkan model yang kurang sesuai \n[5]. Berdasarkan Gambar 2, dapat diketahui bahwa distribusi \ndata adalah data menceng kanan dan terdapat dua outlier pada \nsehingga distribusi MSNBurr-IIa dapat \ndata \ndigunakan sebagai distribusi yang menggambarkan Indeks \nKedalaman Kemiskinan dalam pemodelan regresi dengan \nmetode Bayesian. \n\nterhadap \n\ntersebut, \n\nlayanan \n\nsanitasi \n\nregresi \n\n 2 \/ 8 \n\n \n \n \n\fMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\ndengan tujuan menyelesaikan masalah. Selanjutnya adalah \ntahap design program yaitu tahap merancang proses pembuatan \nprogram dan komponen-komponen yang diperlukan. Tahap \nketiga adalah pembuatan program yaitu menuliskan kode pada \nBlackBox Component Builder sesuai dengan komponen yang \ntelah disiapkan dan melakukan penambahan program yang \nselesai dibuat ke dalam program MultiBUGS. Tahap keempat \nadalah pengujian program yaitu tahap untuk melakukan uji \ncoba dan validasi pada program untuk memastikan program \nyang sudah dibuat dapat berjalan dengan baik dan memiliki \nhasil yang benar sehingga dapat digunakan. Pengujian program \nterdiri dari uji coba program distribusi MSNBurr-IIa, validasi \nnilai peluang dengan membandingkan perhitungan antara \nMultiBUGS dengan R, dan validasi hasil estimasi parameter \ndengan data simulasi. \n\n2. Estimasi dengan metode MultiBUGS \n\nPenerapan menggunakan data laju pertumbuhan ekonomi \ndan estimasi parameter model regresi Indeks Kedalaman \nKemiskinan menggunakan distribusi MSNBurr-IIa yang telah \nditambahkan dengan melakukan estimasi parameter. Estimasi \nmenggunakan MultiBUGS dapat dilakukan dengan tahapan \nsebagai berikut. \n1.) Menuliskan sintaks model, data, dan initial value jika ada \n2.) Spesifikasikan model ke dalam MultiBUGS melalui menu \nSpesification Tool dengan block model kemudian klik \n“check model”, kemudian block list data dan klik “load \ndata” \n\n3.) Masukkan initial value jika ada, atau klik gen inits lalu \n\nklik “distribute” \n\nGambar 2. Boxplot Indeks Kedalaman Kemiskinan 2019 \n\nPentingnya indikator laju pertumbuhan ekonomi serta \nadanya kesulitan menggambarkan data laju pertumbuhan \nekonomi menggunakan distribusi normal menjadi alasan \ndigunakannya distribusi MSNBurr-IIa untuk menggambarkan \ndata laju pertumbuhan ekonomi. Selain itu penerapan pada \nmodel regresi dengan distribusi MSNBurr-IIa pada data Indeks \nKedalaman Kemiskinan juga dilakukan untuk melakukan \nregresi linear ketika terdapat masalah outlier pada data. Dengan \ndemikian, dapat diketahui karakteristik dari tiap data sekaligus \nmenjadi penerapan dari distribusi MSNBurr-IIa. \n\nII. TUJUAN PENELITIAN \n\nBerdasarkan permasalahan tersebut, penelitian ini memiliki \n\ntujuan yaitu: \n1. Menambahkan distribusi MSNBurr-IIa pada MultiBUGS \n2. Menerapkan distribusi MSNBurr-IIa pada MultiBUGS \n\nIII. PENELITIAN TERKAIT \n\nPenelitian \n\nini menggunakan beberapa referensi atau \n\npenelitian yang terkait dan disajikan pada tabel berikut. \n\nTABEL 1. PENELITIAN TERKAIT \n\n4.) Update model menggunakan menu Update Tool sesuai \n\nNo. \n(1) \n1. \n\nNama \n(2) \nChoir (2020) \n[12] \n\nMetode \n(3) \nMetode \nBayesian \n\n2. \n\nSamosir \n(2022) [23] \n\n3. Wardani, \n\nSusanti, dan \nSubanti \n(2021) [25] \n\nDesign \nscience \nresearch, \nBayesian \nInference \nRegresi \nrobust, \nOrdinary \nLeast Square \n\nHasil \n(4) \n\nDistribusi \nneonormal \nbaru dan penambahan \ndistribusi pada program \nStan \ndistribusi \nPenambahan \npada \nMSNBurr-IIa \nWinBUGS \ndan \npenerapan pada data \nreturn saham \nModel \nIndeks \nregresi \nKedalaman Kemiskinan \n\ndengan iterasi yang diinginkan. \n\n5.) Lakukan inferensia yang tersedia pada menu Inference. \n\n3. Regresi Bayesian \n\nRegresi pada metode Bayesian menggunakan teorema \nBayes dalam mengestimasi parameter dari regresi. Model dari \nregresi Bayesian jika data berdistribusi normal adalah sebagai \nberikut [21]. \n\n𝑦 = 𝛽0 + 𝐵1𝑋1 + ⋯ + 𝛽𝑛𝑋𝑛 + 𝑒, (1) \n𝑒 ~ 𝑁(0, 𝜎2), (2) \n𝑝(𝑦|𝑥, 𝐵1, … , 𝛽𝑛, 𝜎2) ~ 𝑁(𝛽1𝑋1 + ⋯ + 𝛽𝑛𝑋𝑛, 𝜎2). (3) \n\n4. Distribusi MSNBurr-IIa \n\nSuatu distribusi dikatakan berdistribusi MSNBurr-IIa jika \n\nmempunyai fungsi kepadatan peluang (fkp) yaitu \n\nIV. METODE PENELITIAN \n\nA. Metode Analisis \n1. Metode Waterfall \n\nPenelitian ini menggunakan metode waterfall yang sering \ndigunakan dalam proses pengembangan software [17]. \nTerdapat empat langkah pada metode ini yaitu analisis \nkebutuhan, design program, pembuatan program, dan \npengujian program. \n\nPenelitian dimulai dengan tahapan analisis kebutuhan yaitu \nmenganalisis masalah kemudian mengumpulkan segala \nkebutuhan yang dibutuhkan dalam pembangunan program \n\n𝑓(𝜔, µ, 𝜎, 𝛼) = \n\n𝜔\n\n𝜎\n\nexp (\n\n𝜔\n\n𝜎\n\n(𝑥 − 𝜇)) (1 +\n\nexp(\n\n𝜔\n𝜎\n\n(𝑥−𝜇)) \n\nα\n\n−(𝛼+1)\n\n)\n\n (4) \n\ndengan −∞ < 𝑥 < ∞, −∞ < 𝜇 < ∞, 𝛼 > 0, 𝜎 > 0, dan ω \n\nmengikuti persamaan 𝜔 = \n\n(1+ \n\n(𝛼+1)\n)\n\n1\n𝛼\n√2𝜋\n\n (5), dengan α adalah \n\nparameter bentuk, µ adalah parameter lokasi, dan σ adalah \nparameter skala. Distribusi MSNBurr-IIa memiliki sifat yaitu \nketika 0 < α < 1 maka distribusi menceng kanan, α = 1 maka \ndistribusi simetris, dan α > 1 maka distribusi menceng kiri [12]. \n\n 3 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n\fB. Sumber Data \n\nData yang digunakan pada penelitian ini adalah data \nsimulasi dan data sekunder yang dipublikasikan oleh Badan \nPusat Statistik. Data sekunder yang digunakan adalah data laju \npertumbuhan ekonomi kabupaten\/kota \ntahun 2017-2021, \nIndeks Kedalaman Kemiskinan provinsi 2019, persentase \npenduduk miskin provinsi 2019, gini ratio provinsi 2019, \npersentase rumah tangga yang memiliki akses sanitasi layak \ndan berkelanjutan (40% bawah) provinsi 2019, dan persentase \nrumah tangga yang menggunakan penerangan sumber listrik \n(40% bawah). \n\nV. KERANGKA PIKIR \n\nGambar 3. Kerangka Pikir \n\nMultiBUGS merupakan salah satu program penghitungan \nuntuk metode Bayesian yang unggul dalam kemudahan dan \nkecepatan waktu komputasi. Selain itu distribusi MSNBurr-IIa \nadalah salah satu distribusi yang dapat digunakan untuk \nestimasi pada data yang berdistribusi simetris dan menceng \nkanan. Namun dalam proses estimasinya, distribusi MSNBurr-\nIIa belum tersedia pada MultiBUGS. Selain itu, penerapan \ndistribusi MSNBurr-IIa pada MultiBUGS juga belum tersedia \nsedangkan penerapan dibutuhkan untuk memberikan gambaran \nbaik \njuga \nterhadap karakteristik distribusi MSNBurr-IIa \npenggunaan MultiBUGS. Berdasarkan permasalahan tersebut \nakan dilakukan penambahan distribusi MSNBurr-IIa pada \nMultiBUGS dengan menggunakan BlackBox Component \nBuilder dan menerapkan distribusi tersebut pada program \nMultiBUGS. \n\nMetode yang digunakan untuk menyelesaikan masalah ini \nadalah waterfall method. Tahap awal yang dilakukan adalah \ntahap analisis masalah yang dihadapi kemudian analisis \nkebutuhan dari program distribusi yang akan dibangun dengan \nmenyesuaikan dengan \ntersedia pada \nMultiBUGS. Pada tahap ini juga akan dilakukan percobaan \nmembandingkan waktu tiap iterasi antara MultiBUGS dan \nOpenBUGS dengan menjalankan model pada example yang \ntersedia yaitu change points dan five compartment. Percobaan \ndilakukan untuk menunjukkan keunggulan MultiBUGS yaitu \nwaktu komputasi yang lebih cepat daripada OpenBUGS. \n\nfitur-fitur yang \n\nTahap selanjutnya adalah tahap design program yaitu tahap \nmerancang program dan mempersiapkan komponen-komponen \nyang dibutuhkan sebelum menulis program seperti mengunduh \n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\ndan memasang BlackBox, Microsoft MPI, dan MultiBUGS. \nKemudian pada tahap design juga mengidentifikasi variabel \natau persamaan yang akan digunakan dalam program sesuai \nstandar yang ditetapkan oleh MultiBUGS dan melakukan \nmodifikasi persamaan sesuai dengan karakteristik distribusi \nMSNBurr-IIa. \n\nTahap ketiga adalah tahap pembuatan program yaitu kode \nprogram ditulis sesuai rancangan pada tahap sebelumnya \ndengan aturan penulisan program mengacu pada file template \n“Univariatetemp1.odc”. Kemudian program yang sudah dibuat \nakan ditambahkan pada program MultiBUGS dengan \nmengkompilasi ulang software MultiBUGS. \n\nTahap keempat adalah melakukan uji coba program dan \nvalidasi hasil dari program yang dengan tujuan untuk \nmemastikan bahwa program yang sudah dibuat dapat \ndigunakan dan memiliki hasil yang valid baik dari proses \nmaupun hasil estimasi. Uji coba dilakukan dengan mencoba \nmelakukan pemodelan distribusi MSNBurr-IIa menggunakan \ndoodle, jika doodle dapat dijalankan maka program distribusi \nMSNBurr-IIa dapat digunakan karena tidak terdapat kesalahan \nbaik dari penulisan dan proses yang dideteksi oleh MultiBUGS. \nValidasi dilakukan dengan dua cara yaitu validasi nilai peluang \nserta validasi hasil estimasi dengan data simulasi, jika terjadi \nkesesuaian antara hasil estimasi dengan karakteristik \nMSNBurr-IIa maka validasi dianggap berhasil. Validasi nilai \npeluang dilakukan dengan membandingkan perhitungan nilai \npeluang dan nilai peluang kumulatif dari 10 titik sampel acak \nantara MultiBUGS dan R. Mean absolut error antara R dan \nMultiBUGS yang kecil menunjukkan bahwa perhitungan nilai \npeluang antara dua program \ntidak \nmenunjukkan perbedaan yang berarti. Validasi hasil estimasi \nparameter data simulasi menggunakan tiga skenario data untuk \nmelihat hasil perhitungan dari program sesuai dengan \nkarakteristik dari distribusi MSNBurr-IIa yaitu ketika data \nmenceng kanan, simetri, dan menceng kiri. Selain itu skenario \ndata berdistribusi normal juga digunakan sebagai pembanding \nketika data simetris. Hasil perhitungan yang akan divalidasi \nyaitu histogram data bangkitan dari MultiBUGS, hasil estimasi, \ndan nilai DIC. \n\nrelatif sama dan \n\ndahulu \n\nterlebih \n\nekonomi \n\npertumbuhan \n\nPenerapan menggunakan data laju pertumbuhan ekonomi \nakan dilakukan setelah program berhasil ditambahkan. Data \nakan \nlaju \ndivisualisasikan dengan histogram, menguji normalitas data, \ndan menguji kemencengan data untuk melihat karakteristik \ndata sebelum dilakukan pemodelan dan estimasi. Selanjutnya \nadalah melakukan estimasi parameter dan perhitungan \nkarakteristik data distribusi MSNBurr-IIa. Penerapan model \nregresi Indeks Kedalaman Kemiskinan dilakukan dengan \nmelakukan pemodelan dalam bahasa BUGS untuk dilakukan \nestimasi menggunakan MultiBUGS. Hasil akhir dari \npemodelan diinterpretasikan. Proses terakhir adalah penarikan \nkesimpulan terkait seluruh proses penelitian untuk memenuhi \ntujuan penelitian sebagai bahan evaluasi dan perbaikan pada \npenelitian selanjutnya. \n\n 4 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n\fVI. HASIL DAN PEMBAHASAN \n\nA. Analisis kebutuhan \n\nPerhitungan estimasi menggunakan metode Bayesian akan \nmembutuhkan waktu yang lama jika harus dilakukan secara \nmanual seiring dengan banyaknya data dan rumitnya model \nyang akan dianalisis. Berdasarkan masalah tersebut maka \nestimasi \ndiperlukan \nmenggunakan metode Bayesian yang salah satu program yang \ndapat digunakan adalah MultiBUGS. \n\nadanya program \n\nstatistik untuk \n\nlebih \n\nunggul \n\nMultiBUGS merupakan software yang unggul dari segi \nwaktu komputasi dibandingkan dengan program BUGS lainnya. \nHal ini dibuktikan dari uji coba pemodelan menggunakan \nMultiBUGS dan program sebelumnya yaitu OpenBUGS yang \ndilakukan oleh Goudie [15] dan menunjukkan bahwa \nMultiBUGS \nkomputasi \ndibandingkan dengan OpenBUGS. Selain dari penelitian \nGoudie (2020), juga dilakukan perbandingan waktu komputasi \ndari MultiBUGS dan OpenBUGS. Percobaan dilakukan dengan \nkomputer dengan spesifikasi prosessor Intel Core i5-1235U \n1.30 Ghz generasi 12 dengan banyak core adalah 10. Model \nyang digunakan pada percobaan merupakan contoh pemodelan \nyang tersedia pada Example Volume IV, yaitu change points \ndan five compartment. \n\ndalam waktu \n\nTABEL 2. PERBANDINGAN WAKTU PEMODELAN MULTIBUGS DAN \nOPENBUGS (DALAM DETIK) \n\nIterasi \n\n(1) \n100 \n1.000 \n10.000 \n100.000 \n\nWaktu (detik) \n\nChange Points \n\nMulti \nBUGS \n(2) \n0,402 \n3,219 \n30,344 \n297,380 \n\nOpen \nBUGS \n(3) \n1,281 \n10,109 \n90,110 \n605,922 \n\nFive Compartment \nOpen \nMulti \nBUGS \nBUGS \n(5) \n(4) \n2,473 \n1,141 \n46,859 \n25,47 \n516,94 \n265,219 \n5.014,930 \n2.664,630 \n\nBerdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa MultiBUGS unggul \ndalam waktu komputasi pada dua model yang diuji coba. Hal \nini sesuai dengan pernyataan Goudie [15] bahwa MultiBUGS \nlebih unggul dalam waktu komputasi dibandingkan dengan \nOpenBUGS. Dengan demikian, maka MultiBUGS akan \ndigunakan sebagai program yang akan digunakan pada \npenelitian ini. \n\nPenambahan distribusi pada MultiBUGS dapat melalui \nBlackBox Component Builder dari mulai penulisan hingga \nkompilasi file program. Distribusi yang akan ditambahkan pada \nMultiBUGS haruslah memiliki kebutuhan yang sama seperti \ndistribusi lainnya pada MultiBUGS seperti nilai peluang \ndistribusi, pemodelan dengan doodle, estimasi parameter, \npembangkitan nilai, penghitungan nilai kumulatif, serta \npenghitungan deviasi untuk evaluasi model. \n\nB. Design program \n\nFungsi kepadatan peluang distribusi MSNBurr-IIa akan \ndilakukan perubahan khususnya pada parameter σ menjadi \nparameter τ, dengan 𝜏 =\n . Perubahan parameter ini dilakukan \nkarena pada program MultiBUGS, parameter yang digunakan \nadalah parameter τ untuk menunjukkan rate. Sedangkan pada \nreferensi Choir (2020), parameter σ digunakan sebagai \n\n𝜎\n\n1\n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nparameter skala. Sehingga fungsi kepadatan peluang setelah \nperubahan parameter adalah sebagai berikut. \n\n (6) \n𝑓(𝑥; 𝜔, µ, 𝜏, 𝛼) = ωτ exp(ωτ(𝑥 − 𝜇)) (1 +\nPerubahan fungsi kepadatan peluang menyebabkan perubahan \npada persamaan-persamaan yang digunakan untuk estimasi \ndistribusi MSNBurr-IIa pada MultiBUGS. \n\n)\n\n𝛼\n\nexp(ωτ(𝑥−𝜇)) \n\n−(𝛼+1)\n\nC. Pembuatan program \n\nPada tahap pembuatan program, penulisan kode program \nakan dibuat dilakukan sesuai dengan rancangan dan persamaan \nyang sudah dipersiapkan pada tahap design program. Kode \nprogram ditulis menggunakan template “Univaritetemp1.odc” \nyang tersedia dalam file MultiBUGS-master. File modul \ndistribusi MSNBurr-IIa akan ditulis pada file baru yang diberi \nnama “MSNBurr2a.odc”. Perubahan yang dilakukan pada file \ntemplate “Univariatetemp1.odc” yang disesuaikan dengan \nMSNBurr-IIa adalah \ninisiasi nama modul, penyesuaian \nparameter pada setiap prosedur dan perubahan fungsi dan \npersamaan pada beberapa prosedur yaitu, ClassifyPrior, \nDevianceUnivariate, \nDiffLogPrior, \nLogLikelihoodUnivariate, LogPrior, dan Sample. Selain \nmenyesuaikan file, juga dilakukan penambahan beberapa \nkomponen atau prosedur pada file lain yang akan digunakan \nagar file distribusi dapat digunakan. Penambahan prosedur \ndilakukan pada file “Randnum.odc” untuk menambahkan \nfungsi pembangkit nilai berdistribusi MSNBurr-IIa, file \n“External,odc” dan “Make.odc” agar file MSNBurr-IIa dapat \ndiakses dan dikompilasi, dan menambahkan doodle \nberdistribusi MSNBurr-IIa pada file “Strings.odc” dengan \nmenuliskan daftar parameter dan nilai defaultnya. Penambahan \ndilakukan dengan mengkompilkasi ulang MultiBUGS dengan \ncara mengklik logo tanda seru pada file “Make.odc” dan file \ndistribusi dapat ditambahkan. \n\nDiffLogLikelihood, \n\nD. Pengujian program \n1. Uji coba program \n\nUji coba dilakukan dengan menjalankan doodle dari \ndistribusi MSNBurr-IIa. Jika doodle dapat dijalankan dan \ndigunakan untuk pemodelan, maka program distribusi \nMSNBurr-IIa yang sudah ditambahkan dan berhasil diuji coba. \nPrior dari tiap parameter yang digunakan pada penelitian ini \nadalah normal(0;1.0E-6) untuk parameter μ, gamma(1000;1000) \nuntuk parameter τ, dan uniform(0;10) untuk parameter α. \nBerdasarkan prior tersebut, model yang digunakan akan \ndivisualisasikan dengan doodle. \n\nGambar 4. Hasil pemodelan doodle dari model uji coba \n\n 5 \/ 8 \n\n \n \n \n \n\fMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nHasil dari proses uji coba adalah program distribusi \nMSNBurr-IIa yang ditambahkan dapat digunakan dan berjalan \ndengan hasil dari visualisasi pada doodle dapat dijalankan. \n2. Validasi nilai peluang \n\nValidasi nilai peluang dilakukan dengan membandingkan \npenghitungan nilai kepadatan peluang dan nilai peluang \nkumulatif distribusi MSNBurr-IIa menggunakan MultiBUGS \ndan R. Perbandingan ini dilakukan untuk memastikan bahwa \nnilai peluang yang dihasilkan sudah benar khususnya karena \nada perubahan parameter yang digunakan pada MultiBUGS. \nTahapan dalam melakukan validasi nilai peluang adalah \n\nmenghitung nilai kepadatan peluang dan peluang kumulatif \ndari 10 titik sampel distribusi MSNBurr2a(0,1,0.1) dengan \nMultiBUGS kemudian melanjutkan perhitungan nilai \nkepadatan peluang dan nilai peluang kumulatif menggunakan \nR dengan titik sampel yang sama dengan MultiBUGS. \n\nBerdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa terdapat kesamaan \nantara perhitungan baik nilai PDF dan CDF menggunakan \nMultiBUGS dan R yang terlihat dari nilai mean absolut error \nyang kecil. Hal \nini menunjukkan bahwa perhitungan \nmenggunakan MultiBUGS sudah valid. \n\nTABEL 3. PERHITUNGAN CDF DAN PDF DENGAN MULTIBUGS DAN R \n\nX \n\n(1) \n-4,75 \n-3,137 \n-10,65 \n-4,855 \n16,34 \n-8,602 \n-4,278 \n-4,917 \n-1,452 \n11,67 \n\nPDF \n\nR \n\nAbsolut error \n\nMulti \nBUGS \n(2) \n0,03467 \n0,03750 \n0,02084 \n0,03446 \n0,01020 \n0,02574 \n0,03359 \n0,03433 \n0,03936 \n0,01857 \nMean Absolut Error \n\n(3) \n0,03467 \n0,03750 \n0,02085 \n0,03446 \n0,01020 \n0,02574 \n0,03558 \n0,03433 \n0,03936 \n0,01857 \n\n(4) \n0 \n0 \n0,00001 \n0 \n0 \n0 \n0,00001 \n0 \n0 \n0 \n0,000002 \n\nMulti \nBUGS \n(5) \n0,3191 \n0,3774 \n0,1545 \n0,3155 \n0,9314 \n0,2022 \n0,3357 \n0,3133 \n0,4423 \n0,8655 \n\nCDF \n\nR \n\n(6) \n0,3191 \n0,3774 \n0,1545 \n0,3154 \n0,9313 \n0,2022 \n0,3357 \n0,3133 \n0,4423 \n0,8656 \n\nAbsolut error \n\n(7) \n0 \n0 \n0 \n0,0001 \n0,0001 \n0 \n0 \n0 \n0 \n0,0001 \n\nMean Absolut Error \n\n0,0003 \n\n3. Validasi hasil estimasi \n\nValidasi nilai estimasi parameter pada program distribusi \nMSNBurr-IIa di MultiBUGS memiliki tahapan seperti berikut. \n1.) Bangkitkan data dari empat skenario dengan jumlah data \n(N) dan nilai parameter yang digunakan dalam empat \nskenario adalah skenario 1 untuk data menceng kanan \nadalah 𝑀𝑆𝑁𝐵𝑢𝑟𝑟2𝑎(𝑁 = 1000, 𝜇 = 0, 𝜏 = 1, 𝛼 = 0.1 . \nskenario 2 untuk data simetris adalah 𝑀𝑆𝑁𝐵𝑢𝑟𝑟2𝑎(𝑁 =\n1000, 𝜇 = 0, 𝜏 = 1, 𝛼 = 1), skenario 3 untuk data \nmenceng kiri adalah 𝑀𝑆𝑁𝐵𝑢𝑟𝑟2𝑎(𝑁 = 1000, 𝜇 = 0, 𝜏 =\n1, 𝛼 = 3), dan skenario 4 untuk data normal adalah \n𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙(𝑁 = 1000, 𝜇 = 0, 𝜏 = 1). \n2.) Pemeriksaan density plot data simulasi \n\n(a) \n\n(c) \n\n(b) \n\n(d) \n\nGambar 5. Density plot (a) skenario 1 (b) skenario 2 (c) skenario 3 (d) \nskenario 4 \n\nDensity plot skenario 1 ketika α = 0,1 sudah terlihat menceng \nkanan. Density plot skenario 2 ketika α = 1 terlihat simetris. \nDensity plot skenario 3 ketika α = 3 terlihat menceng kiri. Hal \nini sesuai dengan karakteristik distribusi MSNBurr-IIa yaitu, 0 \n< α < 1 adalah distribusi menceng kanan, α = 1 adalah distribusi \nsimetris, dan α > 1 adalah distribusi menceng kiri. Dengan \ndemikian, program distribusi MSNBurr-IIa yang ditambahkan \ndapat menggambarkan karakteristik distribusi MSNBurr-IIa \nsecara visual. \n\nPemeriksaan \n\n3.) \ndistribusi MSNBurr-IIa \nmenggunakan model uji coba dengan burn-in 1000, thin 1, \nrefresh 100, 10.000 iterasi, dan 9.000 sampel. \n\nestimasi \n\nTABEL 4. HASIL ESTIMASI PARAMETER DATA SIMULASI \n\nSkenari\no \n\nPara \nmeter \n\n(1) \n\n1 \n\n2 \n\n3 \n\n4 \n\n(2) \n𝜇 \n𝜏 \n𝛼 \n𝜇 \n𝜏 \n𝛼 \n𝜇 \n𝜏 \n𝛼 \n𝜇 \n𝜏 \n𝛼 \n\nNilai \nPara \nmeter \n(3) \n0 \n1 \n0,1 \n0 \n1 \n1 \n0 \n1 \n3 \n0 \n1 \n- \n\nEstimasi \n\n(4) \n-0,03974 \n1,005 \n0,1054 \n0,01539 \n0.9738 \n1,173 \n0,02071 \n0,9711 \n4,451 \n0,05982 \n1,045 \n1,153 \n\nBatas Interval \n\n2.5% \n\n97.5% \n\n(5) \n-0,09763 \n0,9634 \n0,1002 \n-0,1075 \n0,9359 \n0,956 \n-0,08387 \n0,9333 \n2,568 \n-0,04631 \n0,9004 \n0,8593 \n\n(6) \n0,02527 \n1,049 \n0,1185 \n0,11 \n1,013 \n1,521 \n0,1176 \n1,009 \n7,824 \n0,1628 \n1,088 \n1,533 \n\n 6 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n \n \n\fBerdasarkan Tabel 4, nilai ketiga estimasi parameter yang \nditentukan pada simulasi berada dalam 95% credible interval. \nHal ini menunjukkan bahwa program distribusi MSNBurr-IIa \nyang dibuat dapat digunakan untuk estimasi parameter dan \nmemiliki hasil estimasi yang sesuai. \n4.) \nMembandingkan nilai DIC distribusi MSNBurr-IIa \ndengan DIC distribusi normal dengan tujuan untuk melihat \nmodel mana yang paling baik untuk mengestimasi data simulasi. \nDIC dengan nilai terkecil menunjukkan bahwa model tersebut \nadalah model yang paling baik untuk mengestimasi data yang \nada. \n\nTABEL 5. NILAI DIC DATA SIMULASI \n\nSkenario \n\n(1) \n1 \n2 \n3 \n4 \n\nNilai DIC \n\nMSNBurr-IIa \n(2) \n3461.0 \n3128.0 \n3088.0 \n2882.0 \n\nNormal \n(3) \n4202.0 \n3140.0 \n3169.0 \n2858.0 \n\nKeterangan \n\n(4) \nValid \nValid \nValid \nValid \n\nBerdasarkan Tabel 5, diketahui bahwa DIC distribusi \nMSNBurr-IIa pada skenario 1, skenario 2, dan skenario 3 \nmemiliki nilai yang lebih kecil dari DIC distribusi normal. Hal \nini menunjukkan bahwa distribusi MSNBurr-IIa lebih baik \ndalam mengestimasi data simulasi. \n\nHasil uji coba dan validasi menunjukkan adanya kesesuaian \nantara karakteristik dan hasil estimasi, sehingga berdasarkan \nhasil pengujian program distribusi MSNBurr-IIa yang \nditambahkan diketahui memiliki hasil yang valid dan benar. \nSelain dari hasil uji coba dan validasi, tahap pengujian program \njuga menunjukkan bahwa proses yang berjalan juga berjalan \nsesuai dengan seharusnya karena dari mulai proses pemodelan \nhingga evaluasi model, program distribusi MSNBurr-IIa dapat \nberjalan tanpa adanya error atau pun peringatan karena terdapat \nproses yang tidak sesuai (trap). \n\nE. Penerapan distribusi MSNBurr-IIa \n\nPada tahap ini dilakukan penerapan distribusi MSNBurr-IIa \nmenggunakan program distribusi MSNBurr-IIa yang sudah \ndiuji coba dan divalidasi. Penerapan distribusi MSNBurr-IIa \nterdiri dari penerapan data laju pertumbuhan ekonomi dan \npenerapan regresi Indeks Kedalaman Kemiskinan. \n1. Penerapan data laju pertumbuhan ekonomi \n\nDari lima referensi waktu yang digunakan, dipilih tahun \n\n2017 sebagai salah satu contoh estimasi. \n\nGambar 6. Histogram data laju pertumbuhan ekonomi tahun 2017 \n\nBerdasarkan Gambar 6, histogram menunjukkan bahwa laju \npertumbuhan ekonomi tahun 2017 memiliki distribusi menceng \nkanan dan didukung oleh nilai α3 adalah 1,1409. Pengujian \ntidak \nnormalitas data \n\njuga menunjukkan bahwa data \n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nberdistribusi normal karena p-value yaitu 2,2E-16 yang lebih \nkecil dari α yaitu 0,05, sehingga data laju pertumbuhan \nekonomi 2017 dapat digunakan untuk sebagai penerapan \ndistribusi MSNBurr-IIa yang menceng kanan dan tidak \nberdistribusi normal. Kemudian estimasi parameter dilakukan \ndengan menggunakan 1000 burn-in, 1 thin, 100 refresh, 10.000 \niterasi dan 9.000 sampel serta menggunakan model estimasi \nyang ditampilkan pada tahap uji coba. \n\nTABEL 6. NILAI ESTIMASI PARAMETER DATA LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI \nTAHUN 2017 \n\nPara \nmeter \n(1) \n𝜇 \n𝜏 \n𝛼 \n\nEstimasi \n\nBatas Interval \n\n(2) \n5,452 \n0,9376 \n0,8521 \n\n2,5% \n(3) \n5,334 \n0,8924 \n0,6952 \n\n97.5% \n(4) \n5,566 \n0,9828 \n1,038 \n\nTABEL 7. KARAKTERISTIK DISTRIBUSI MSNBURR-IIA PADA DATA LAJU \nPERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2017 \n\nKarakteristik \n(1) \n\nE(x) \nVar(x) \nModus \nSkew(x) \nK(x) \n\nNilai Karakteristik \n(2) \n5,521 \n1,4424 \n5,215 \n0,2238 \n1,163 \n\nBerdasarkan nilai estimasi parameter pada Tabel 6 yang \nkemudian digunakan untuk menghitung karakteristik pada \nTabel 7, diketahui bahwa nilai kemencengan adalah 0,2238 \nyang menunjukkan bahwa distribusi data menceng kanan. Jika \ndibandingkan dengan histogram dan nilai α3 data laju \npertumbuhan ekonomi tahun 2017 yang terdapat pada Gambar \n6, keduanya menunjukkan distribusi data menceng kanan. Hal \nini menunjukkan bahwa distribusi MSNBurr-IIa dapat \nmenjelaskan karakteristik distribusi data dengan baik. \n\n2. Penerapan model regresi Indeks Kedalaman Kemiskinan \n\nPenerapan distribusi MSNBurr-IIa dalam model regresi \ndigunakan untuk memprediksi parameter-parameter pada \nmodel regresi. Model regresi linear ketika menggunakan \npendekatan Bayesian dan distribusi data yang digunakan adalah \ndistribusi MSNBurr-IIa adalah persamaan berikut. \n\n𝑌 | 𝑋1, … , 𝑋𝑛 ~ 𝑀𝑆𝑁𝐵𝑢𝑟𝑟2𝑎(𝜇(𝛽, 𝑋1, … , 𝑋𝑝), 𝜏, 𝛼) \n𝜇(𝛽, 𝑋1, … , 𝑋𝑛) = 𝛽0 + 𝛽1𝑋1 + 𝛽2𝑋2 + 𝛽3𝑍3 + 𝛽4𝑋4) \nserta masing-masing variabel Y adalah indeks kedalaman \nkemiskinan, X1 adalah persentase penduduk miskin, X2 adalah \ngini ratio, X3 adalah persentase rumah tangga yang memiliki \nakses terhadap layanan sanitasi layak dan berkelanjutan (40% \nbawah), dan X4 adalah persentase rumah tangga yang \nmenggunakan penerangan dengan sumber listrik (40% bawah). \nEstimasi parameter regresi menggunakan 1000 burn-in, 1 thin, \n100 refresh, 10.000 iterasi dan 9.000 sampel. Prior yang \ndigunakan untuk setiap parameter adalah uniform(0,1; 10) \nuntuk parameter α, gamma(1000; 1000) untuk parameter τ, dan \nnormal(0; 0,01) untuk setiap paramater regresi. Dari hasil \nestimasi parameter dan didapatkan model regresi sebagai \nberikut. \n\n 7 \/ 8 \n\n \n \n \n\f𝑌 = 3,447 + 0,2027𝑋1 + 1,915𝑋2 + 0,002761𝑋3 − 0,04758𝑋4 (7) \n\nIndeks Kedalaman Kemiskinan provinsi tahun 2019 (Y) \nadalah 3,447 persen ketika nilai variabel lainnya konstan atau \nsama dengan nol. Indeks Kedalaman Kemiskinan provinsi \ntahun 2019 (Y) akan meningkat 0,2027persen ketika terjadi \npeningkatan satu persen dari variabel persentase penduduk \nmiskin (X1) dengan asumsi variabel lainnya konstan atau sama \ndengan nol. Indeks Kedalaman Kemiskinan provinsi tahun \n2019 (Y) akan meningkat 1,915 persen ketika nilai indeks gini \nratio (X2) adalah satu dan variabel lain bernilai konstan atau \nsama dengan nol. Indeks Kedalaman Kemiskinan provinsi \ntahun 2019 (Y) akan meningkat 0,002761 persen ketika \nterdapat peningkatan satu persen dari persentase rumah tangga \nyang memiliki akses pada sanitasi layak dan berkelanjutan (40 \n% bawah) (X3) dan variabel lainnya bernilai konstan atau sama \ndengan nol. Indeks Kedalaman Kemiskinan provinsi tahun \n2019 akan berkurang 0,044758 persen ketika \nterdapat \npeningkatan persentase rumah tangga yang menggunakan \npenerangan dengan sumber listrik (40% bawah) (X4) dan \nvariabel lainnya bernilai konstan atau sama dengan nol. \n\nVII. \n\nPENUTUP \n\nPenambahan distribusi MSNBurr-IIa pada MultiBUGS \ndapat dilakukan melalui BlackBox Component Builder dengan \nmemperhatikan komponen dan ketentuan yang sudah \nditentukan oleh MultiBUGS. Program yang ditambahkan sudah \nmelalui proses uji coba dan validasi sehingga menghasilkan \nprogram distribusi MSNBurr-IIa yang dapat digunakan dan \nmemiliki hasil yang valid. Penambahan distribusi MSNBurr-IIa \npada MultiBUGS dapat mempermudah estimasi parameter \nyang ditunjukkan melalui penerapan distribusi MSNBurr-IIa \nmenggunakan data laju pertumbuhan ekonomi. Penerapan data \nlaju pertumbuhan ekonomi dan pemodelan Indeks Kedalaman \nKemiskinan \ndistribusi MSNBurr-IIa \nmenunjukkan bahwa distribusi MSNBurr-IIa dapat digunakan \nuntuk menggambarkan karakteristik data laju pertumbuhan \nekonomi dan memprediksi parameter model regresi Indeks \nKedalaman Ekonomi khususnya pada data menceng kanan. \nDiharapkan penelitian selanjutnya \nlebih dapat mengkaji \nberbagai macam distribusi neonormal dan penerapannya agar \nlebih umum digunakan. Selain itu perlu dilakukan lebih jauh \nkajian tentang MultiBUGS. \n\nmenggunakan \n\nDAFTAR PUSTAKA \n[1] Ahmad, M. & Wihastuti, L. (2008). Pertumbuhan Ekonomi \nIndonesia: Determinan dan Prospeknya. Jurnal Ekonomi & Studi \nPembangunan 9.1 : 44-45. \n\n[2] Azzalini, A. (1985). A Class of Distribution which Includes the \nNormal Ones.\", Scandinavian Journal of Statistics. Vol. 12. 171–\n178. \n\n[3] Badan Pusat Statistik. (2021). Data dan Informasi Kemiskinan \n\nKabupaten\/Kota 2021. \n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\n[6] Badan Pusat Statistik. (2021). Produk Domestik Regional Bruto \n\nKabupaten\/Kota di Indonesia. \n\n[7] Bolstad, W.M., & Curran, J.M. (2017). Introduction to Bayesian \n\nStatistics (3rd ed.). John Wiley & Sons Ltd. \n\n[8] Brooks, S., Gelman, A., Jones, G., & Meng, X.L. (2011). \n\nHandbook of Markov Chain Monte Carlo. CRC Press. \n\n[9] Brownlee, K. A. (1960, 2nd ed. 1965) Statistical Theory and \nMethodology in Science and Engineering. New York: Wiley. pp. \n491–500. \n\n[10] Carlin, B.P., & Louis, T.A. (2009). Bayesian Methods for Data \n\nAnalysis (3rd ed.). A Chapman & Hall Book. \n\n[11] Chai, T., & Draxler, R. R. (2014). Root mean square error (RMSE) \nor mean absolute error (MAE)? Arguments against avoiding \nRMSE in the literature. Geoscientific model development, 7(3), \n1247-1250. \n\n[12] Choir, A.S. \n\n(2020). Distribusi Neonormal Baru dan \nKarakteristiknya (Disertasi Doktor, Institut Teknologi Sepuluh \nNovember). \n\n[13] Congdon, P. (2006). Bayesian Statistical Modelling (2nd ed.). \n\nJohn Wiley & Sons Ltd. \n\n[14] Goudie, R.J., Turner, R.M., De Angelis, D., & Thomas, A. (2017). \nMassively Parallel MCMC for Bayesian Hierarchical Model. \nMRC Biostatistic Unit. \n\n[15] Goudie, R.J., Turner, R.M., De Angelis, D., & Thomas, A. (2020). \nMultiBUGS: a Parallel Implementatuion of The BUGS Modelling \nFramework for Faster Bayesian Inference. Journal of Statistical \nSoftware, 95. https:\/\/doi:10.18637\/jss.v095.i07. \n\n[16] Haughton, J. & Khandker S. R. (2009). Handbook on Poverty and \nInequality. The International Bank for Reconstruction and \nDevelopment\/The World Bank. 105. \n\n[17] Institute Project Management. (2022, Mei 20). Waterfall \nMethodology. https:\/\/www.projectmanagement.ie\/blog\/waterfall-\nmethodology\/ \n\n[18] Kahya, G. (1991). New Modified Anderson-Darling and Cramer-\nVon Mises Goodness-of-Fit Tests for a Normal Distribution with \nSpecified Parameters. Air force Institute of Technology Wright-\nPatterson AFB OH School of Engineering. \n\n[19] Law, A.M., & Kelton, W.D. (2007). Simulation Modelling and \n\nAnalysis (3rd ed.). McGraw Hill. \n\n[20] Litawati, E.K., & Budiantara, I.N. (2013). Pendekatan Regresi \nNonparametrik Spline Untuk Pemodelan Laju Pertumbuhan \nEkonomi (LPE) di Jawa Timur. Jurnal Sains dan Seni POMITS \nVol 2. No. 2: 123-128. \n\n[21] Minka, T. (2000). Bayesian linear regression. Technical report, \n\nMIT. \n\n[22] Sadono, S. (2003). Pengantar Teori Makro Ekonomi. PT Raja \n\nGramedia. \n\n[23] Samosir, A. D. (2022). Penambahan Distribusi MSNBurr-IIa \npada Program WinBUGS (Skripsi, Politeknik Statistika STIS). \n[24] Spiegelhalter, D., Thomas, A., Best, N., & Lunn, D. (2014). \n\nOpenBUGS User Manual. MRC Biostatistic Unit. \n\n[25] Wardani, I. W., Susanti, Y. & Subanti, S. (2021). Pemodelan \nIndeks Kedalaman Kemiskinan di Indonesia Menggunakan \nAnalisis Regresi Robust. Prosiding Seminar Nasional Aplikasi \nSains dan Teknologi (SNAST) 2021. A15- A23. \n\n[4] Badan Pusat Statistik. (2011). Jatim Dalam Angka 2011. \n[5] Badan Pusat Statistik. \n\n(2023). Konsep Kemiskinan dan \nhttps:\/\/bps.go.id\/subject\/23\/kemiskinan-dan-\n\nKetimpangan. \nketimpangan.html#subjekViewTab1 \n\n 8 \/ 8 \n\n \n \n \n\f", "label": [ { "start": 918, "end": 976, "text": "waterfall method, estimasi Bayesian, dan regresi\\nBayesian", "labels": [ "METODE" ] }, { "start": 1025, "end": 1081, "text": "distribusi\\nMSNBurr-IIa dapat ditambahkan pada MultiBUGS", "labels": [ "TEMUAN" ] }, { "start": 14512, "end": 14561, "text": "Menambahkan distribusi MSNBurr-IIa pada MultiBUGS", "labels": [ "TUJUAN" ] } ], "annotator": 1, "annotation_id": 16, "created_at": "2023-12-27T14:41:31.068273Z", "updated_at": "2023-12-27T14:41:31.068273Z", "lead_time": 210.237 }, { "id": 36, "content": "Makalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nPerancangan dan Pengembangan User Interface \nuntuk Aplikasi Analisis Sentimen Berbasis Web \ndengan Metode User-Centered Design \n\nSandya Muti Audina (221911170, 4SI1) \nDosen Pembimbing: Dr. Eng. Lya Hulliyyatus Suadaa SST,. MT. \n\nRingkasan— Analisis sentimen merupakan suatu proses yang \nbertujuan untuk menentukan pendapat yang berbentuk teks \n(dapat berupa dokumen, kalimat, paragraf, dan lain-lain) \nsehingga dapat ditentukan apakah teks tersebut bersifat positif, \nnegatif ataupun netral. Penelitian mengenai analisis sentimen \ntelah banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Di \nPoliteknik Statistika STIS, penelitian tentang analisis sentimen \njuga telah banyak dilakukan baik di kalangan mahasiswa maupun \ndosen. Model untuk analisis sentimen biasanya dibangun dengan \nbahasa pemrograman python. Terdapat beberapa masalah yang \nsering kali muncul ketika melakukan analisis sentimen dengan \nmenggunakan python. Solusi dari permasalahan tersebut adalah \ndengan membuat aplikasi analisis sentimen yang khusus untuk \nmelakukan analisis sentimen berbasis web. Dalam pembangunan \naplikasi berbasis web, terdapat beberapa hal yang harus \ndiperhatikan. Salah satunya adalah bagian front end terutama \nbagian user interface. Maka dari itu, dilakukan perancangan user \ninterface untuk aplikasi analisis sentimen berbasis web dengan \nmetode User-Centered Design dan metode evaluasi Cognitive \nWalkthrough. Hasil dari aplikasi ini berupa prototipe akhir dan \npanduan perancangan user interface untuk aplikasi analisis \nsentimen. \n\nKata Kunci— user interface, analisis sentimen, user-centered \n\ndesign, aplikasi web, cognitive walkthrough. \n\nI. LATAR BELAKANG \nAnalisis sentimen adalah suatu analisis yang dilakukan \ndengan tujuan untuk mengekstraksi informasi subjektif dari \nsuatu sumber. Analisis ini secara umum dapat menentukan \nopini dari pembicara atau penulis terhadap suatu topik ataupun \ndokumen tertentu [1]. Analisis sentimen merupakan suatu \nproses yang bertujuan untuk menentukan isi dari dataset yang \nberbentuk teks (dapat berupa dokumen, kalimat, paragraf, dan \nlain-lain) sehingga dapat ditentukan apakah teks tersebut \nbersifat positif, negatif ataupun netral [2]. \n\n Penelitian mengenai analisis sentimen ini telah banyak \ndigunakan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa hasil \npenerapan dari penelitian analisis sentimen ini antara lain \nanalisis situasi pasar (market research), umpan balik pelanggan \nsuatu bisnis \nfeedback), pemantauan brand \nawareness di masyarakat, monitoring media sosial, analisis \nkompetitor, analisis trend, dan sebagainya [3]. \n\n(customer \n\nDi Politeknik Statistika STIS, penelitian tentang analisis \nsentimen juga telah banyak dilakukan baik di kalangan \nmahasiswa maupun dosen, terutama dalam pengerjaan tugas \nakhir atau skripsi untuk mahasiswa tingkat akhir. Pada tahun \n\n2021, terdapat 6 mahasiswa dari mahasiswa Prodi Komputasi \nStatistik (5 orang dari peminatan Sains Data dan 1 orang dari \npeminatan Sistem Informasi) yang mengambil penelitian \nskripsi mengenai analisis sentimen. Sedangkan pada tahun \n2022, terdapat 16 mahasiswa dari mahasiswa Prodi Komputasi \nStatistik (14 orang dari peminatan Sains Data dan 2 orang dari \nInformasi) yang mengambil skripsi \npeminatan Sistem \nmengenai analisis sentimen. Komposisi topik skripsi tahun \n2021 dan 2022 dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2 di \nbawah ini. \n\n2021\n\n6%\n\n2022\n\n11%\n\n94%\n\n89%\n\nAnalisis Sentimen\n\nLainnya\n\nAnalisis Sentimen\n\nLainnya\n\nGambar 1. Topik Skripsi Mahasiswa Politeknik Statistika STIS Prodi \nKomputasi Statistik Tahun 2021 dan 2022 \n\nDalam pengerjaannya, sebagian besar analisis sentimen \ndilakukan dan dikembangkan dengan menggunakan python. \nNamun, terdapat beberapa masalah yang sering kali muncul \nketika melakukan analisis sentimen dengan menggunakan \npython. Beberapa diantaranya ialah sering kali setiap akan \nmelakukan analisis dengan data dan model yang berbeda, \npeneliti harus selalu menjalankan kembali kode python yang \ndigunakan satu per satu sehingga proses analisis menjadi \nkurang efisien dan memakan waktu. Masalah lain yang juga \nkerap ditemukan ialah lokasi penyimpanan dari data dan model \nsentimen yang sangat tersebar dan tidak terorganisir. Hal ini \nrentan membuat peneliti lupa dimana menyimpan data dan \nmodel sentimennya. \n\nSalah satu solusi untuk mengatasi masalah-masalah \ntersebut adalah dengan membuat suatu aplikasi yang khusus \nuntuk melakukan analisis sentimen di mana aplikasi ini dapat \nmemproses dan menyimpan data serta model sentimen dalam \nsatu aplikasi saja. Aplikasi ini dapat dibangun dengan \nmenggunakan pendekatan website, sehingga nantinya aplikasi \nyang dibangun merupakan aplikasi berbasis web. Dengan \n\n 1 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n \n \n \n\fadanya aplikasi \nmengatasi permasalahan yang \npenelitian mengenai analisis sentimen. \n\ntersebut, diharapkan dapat membantu \nterjadi ketika melakukan \n\nDalam pembangunan suatu aplikasi web, terdapat 2 hal \nyang perlu diperhatikan. Hal- hal tersebut ialah front end dan \nback end. Front end adalah salah satu bagian dari web atau \naplikasi web yang menampilkan tampilan untuk pengguna, \ntermasuk di dalamnya adalah user interface. Bagian ini \nmerupakan bagian yang berinteraksi langsung dengan para \npengguna. Pembangunannya dapat dilakukan dengan \nmenggunakan beberapa bahasa pemrograman web seperti \nHyperText Markup Language (HTTP), Cascading Style Sheet \n(CSS), Javascript, dan sebagainya. Sedangkan back end adalah \nbagian dari web atau aplikasi web yang tidak dapat dilihat \nlangsung oleh pengguna. Back end bertanggung jawab dalam \nmengatur arus data di balik layar, menyimpan, mengatur, dan \nmemastikan sisi client berjalan dengan baik (Universitas Esa \nUnggul, 2022) [4]. \n\nBerdasarkan paparan masalah di atas, pada penelitian ini \nakan dilakukan perancangan dan pengembangan user interface \nuntuk aplikasi analisis sentimen berbasis web dengan \nmenggunakan metode User Centered Design (UCD) dan \nmetode evaluasi Cognitive Walkthrough. \n\nII. TUJUAN PENELITIAN \n\nTujuan dari penelitian skripsi \n\nini adalah melakukan \nperancangan user interface untuk aplikasi analisis sentimen \nberbasis web dengan menggunakan metode desain User \nCentered Design serta membuat pedoman desain user interface \nyang hasilnya didapatkan dengan memperhatikan kebutuhan \npengguna. Sehingga, nantinya hasil dari penelitian ini akan \nmenjadi pedoman dan panduan bagi para peneliti selanjutnya \nyang akan melakukan pembangunan aplikasi analisis sentimen \nberbasis web untuk Politeknik Statistika STIS di masa yang \nakan datang nanti. Hasil akhir dari penelitian ini akan disajikan \ndalam bentuk prototipe yang dapat diakses dengan \nmenggunakan Figma. \n\nIII. PENELITIAN TERKAIT \nTerdapat 6 penelitian terkait yang menjadi acuan peneliti \ndalam penelitian ini. Penelitian pertama berjudul Penelitian \nketiga yang berjudul “Perancangan User Interface Aplikasi \nWeb e-Learning untuk Kader Kesehatan dengan Metode User \nCentered Design (UCD)” merupakan penelitian \ntentang \nperancangan antarmuka aplikasi berbasis web untuk \nmelakukan pembelajaran secara daring bagi para kader \nkesehatan. Hasil dari penelitian ini ialah suatu antarmuka yang \nsesuai dengan harapan pengguna yang dapat dilihat dari skor \nhasil evaluasi System Usability Scale (SUS) sebesar 81. \nPenelitian ini juga memiliki kesamaan topik dengan yang \ndilakukan peneliti dimana penelitian ini menggunakan metode \nperancangan user interface berupa User Centered Design untuk \nperancangan user interface untuk aplikasi yang berbasis web \n[5]. \n\nPenelitian kedua berjudul “Does Color Matter on Web User \nInterface Design?” merupakan penelitian tentang bagaimana \npenggunaan warna dapat menciptakan emotional bonding bagi \npengguna dalam perancangan user interface aplikasi web atau \n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nwebsite untuk Small Medium Enterprise (SME). Hasil dari \npenelitian ini adalah penggunaan warna yang berdasarkan ciri \nkhas suatu entitas tertentu dapat meningkatkan minat pengguna \nuntuk menggunakan aplikasi web atau website itu kembali. \nPenelitian ini menjadi salah satu landasan bagi peneliti dalam \npemilihan dan penggunaan warna ketika merancang user \ninterface analisis sentimen berbasis web ini [6]. \n\n Penelitian ketiga berjudul “Websites that Satisfy Users : A \nTheoritical Framework for Web User Interface Design \nEvaluation” merupakan materi prosiding yang membahas fitur-\nfitur user interface apa saja pada aplikasi web atau website yang \ndapat mendukung kepuasan pengguna dalam menggunakannya. \nPenelitian ini menggunakan teori Herzberg motivation-hygiene \nuntuk melakukan identifikasi fitur-fitur tersebut. Hasil dari \npenelitian ini digunakan oleh peneliti sebagai acuan untuk \nmelakukan perancangan user interface yang dapat memberi \nkepuasan dan kenyamanan bagi pengguna [7]. \n\n Penelitian keempat berjudul “Perancangan Ulang User \nInterface Websites \nPoliteknik Kesehatan Makassar \nMenggunakan Metode User-Centered Design” merupakan \npenelitian mengenai perancangan ulang suatu website milik \nPoliteknik Kesehatan Makasar. Penelitian \nini memiliki \nkesamaan topik dengan peneliti, yaitu menggunakan metode \nperancangan User-Centered Design. Meskipun begitu, metode \nevaluasi yang digunakan dalam penelitian ini berbeda dengan \npeneliti, yaitu menggunakan kuesioner USE [8]. \n\nPenelitian kelima merupakan penelitian yang berjudul \n“Enhanced Cognitive Walkthrough: Development of the \nCognitive Walkthrough Method to Better Predict, Identify, and \nPresent Usability Problems” merupakan penelitian yang \nmembahas tentang evaluasi pada sebuah website untuk anak-\nanak menggunakan metode Cognitive Walkthrough. Penelitian \nini menjadi acuan karena memiliki kesamaan dengan metode \nevaluasi yang digunakan oleh peneliti 9]. \n\npenelitian \n\nPenelitian \n\nterakhir merupakan \n\nyang \nberjudul ”Optimalisasi Design User Interface (UI) Aplikasi \nHaloprint Digital Berbasis Website Menggunakan Metode User \nCentered Design (UCD)” dimana penelitian \nini adalah \ngabungan dari perancangan antarmuka dengan metode User \nCentered Design dan metode evaluasi Cognitive Walkthrough. \nHal ini sesuai dengan topik penelitian yang dilakukan oleh \npeneliti [10]. \n\nIV. METODE PENELITIAN \nMetode yang digunakan dalam penelitian ini adalah User-\nCentered Design. Menurut Lowdermilk (2013), metode User-\nCentered Design adalah metode yang digunakan denga tujuan \nuntuk memastikan apakah produk yang dirancang atau \ndihasilkan sudah sesuai dengan kebutuhan pengguna atau tidak \n[11]. Alur metode ini dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini. \n\n 2 \/ 8 \n\n \n \n\fMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\n6. \n\n7. \n\nbagian yang masih memiliki kekurangan pada desain \nantarmuka. \nIterasi \n\nIterasi merupakan tahapan yang berulang yang \nbertujuan untuk memperbaiki kekurangan pada \ntahapan sebelumnya dan menghasilkan desain \nantarmuka yang mendekati sempurna. \nPrototipe akhir dan Panduan Perancangan User \nInterface \n\nTahapan ini adalah tahapan terakhir dari \npenelitian ini. Hasil dari tahapan ini adalah perototipe \nakhir dan pedoman perancangan yang akan digunakan \nuntuk acuan perancangan user interface dari aplikasi \nanalisis sentimen berbasis web. \n\nV. KERANGKA PIKIR \nPenelitian dalam skripsi ini dimulai dengan menemukan \npermasalahan dalam penelitian ini. Permasalahan tersebut \nadalah terdapat peluang untuk melakukan pembangunan \naplikasi analisis sentimen di Politeknik Statistika STIS \nberdasarkan masalah-masalah yang \nteridentifikasi. \nMasalah-masalah tersebut antara lain analisis sentimen yang \ntidak efisien dan memakan waktu, tempat penyimpanan model \ndan data sentimen yang tersebar, serta belum adanya aplikasi \nkhusus untuk analisis sentimen. Namun, di sisi lain belum ada \npedoman untuk melakukan pembangunan web \ntersebut, \nterutama di bagian front end khususnya user interface. Oleh \nkarena itu, dilakukan perancangan user interface untuk aplikasi \nanalisis sentimen berbasis web untuk Politeknik Statistika STIS. \nKerangka pikir dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3 \ndi bawah ini. \n\ntelah \n\nGambar 3. Kerangka Pikir Penelitian \n\n 3 \/ 8 \n\nGambar 2. Kerangka Pikir Penelitian \n\n1. \n\nStudi Literatur \n\n2. \n\n3. \n\n4. \n\n5. \n\nPada tahapan ini, penulis akan mengumpukan \ndata dan juga informasi tentang metode, topik, \ntahapan penelitian, dan sebagainya yang mendukung \npenelitian melalui berbagai buku, jurnal, artikel, dan \nlain-lain. \nSpecify the context of use \n\nPada tahapan ini, akan dilakukan identifikasi \nuser yang nantinya akan mengakses penelitian ini. \nInformasi mengenai user dari penelitian ini secara \numum akan di dapatkan melalui wawancara dengan \nsubject matter yang telah dilakukan sebelumnya dan \ninformasi tersebut akan digunakan untuk tahapan \nselanjutnya. \nSpesify User Requirements \n\nSelanjunya, pada tahapan ini akan dilakukan \nidentifikasi terhadap kebutuhan pengguna dalam \nperancangan user interface untuk aplikasi analisis \nsentimen berbasis web. \nProduce Design Solution \n\npembuatan \n\nsolution pada \nprototipe \n\nPada tahapan ini, penulis akan melakukan \npembuatan desain user interface. Pembuatan desain \npada tahapan ini didasarkan pada kebutuhan pengguna \nyang telah didapatkan pada tahapan sebelumnya. \ntahap awal \nPembuatan design \nmerupakan \nyang \nawal \npembuatannya didasarkan pada hasil analisis yang \ndidapatkan pada tahapan sebelumnya, yaitu tahapan \nSpecify User Requirement. Pembuatan prototipe awal \nini bertujuan untuk membuat desain yang dapat \ndiulang (iteratif) yang akan diujikan kepada responden \npada tahapan Iterasi. \nEvaluate Designs \nTahapan \n\ntahapan dimana \ndilakukan pengujian dan evaluasi pada prototipe \ndesain antarmuka yang telah dirancang pada tahapan \nsebelumnya. Evaluasi akan dilakukan dengan \nmenggunakan metode Cognitive Walkthrough. Proses \nevaluasi \npersentase \ntugas \nkeberhasilan responden dalam melakukan \nmencapai 100% dan tidak ada kesalahan. Namun, jika \ntahapan ini masih memiliki kekurangan, peneliti akan \nmelakukan proses iterasi dan melakukan perbaikan \n\nini merupakan \n\ndianggap \n\nberhasil \n\njika \n\n \n \n \n \n \n \n \n\fVI. HASIL DAN PEMBAHASAN \n\n3. Specify User Requirement \n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\n1. Studi Literatur \n\nPengumpulan data dan infromasi mengenai \ntopik yang berkaitan dengan penelitian menghasilkan 3 \nbuah jurnal penelitian (dari 6 penelitian terkait), dan 2 \nbuah buku yang menjadi pedoman bagi peneliti untuk \nmelakukan perancangan user interface aplikasi analisis \nsentimen berbasis web. \n2. Specify the Context of Use \n\nPada tahapan ini, dilakukan wawancara dengan \nsubject matter yang berasal dari bagian Unit Kajian \nSains Data di Politeknik Statistika STIS. Subject matter \nakan berkontribusi sebagai responden dalam penelitian \nini. Berdasarkan wawancara tersebut, didapatkan user \npersona yang akan ditampilkan pada Tabel I di bawah \nini. \n\nElemen \n(1) \n\nDemeographic \n\nSkill Level \n\nBehaviour \n\nEnvirontment \n\nTABEL I \nUSER PERSONA \n\nUser Persona \n\n(2) \n\n Mahasiswa atau Dosen \n Jenis Kelamin : Laki-laki dan \n\nPerempuan \n\n Dapat pengoperasikan komputer atau \n\nlaptop \n\n Dapat mengakses internet \n Memiliki tingkat pemahaman yang \nbaik tentang analisis sentimen \n\n Sering mengoperasikan komputer atau \n\nlaptop \n\n Sudah sering menggunakan internet \n Sudah pernah melakukan analisis \nsentimen atau yang sejenisnya \n\n Menggunakan komputer atau laptop \n\nNeeds \n\n Membutuhkan aplikasi yang dapat \n\nsekaligus melakukan analisis sentimen, \nkelola data, kelola model, dan membuat \ndahboard untuk hasil analisis sentimen \n\n Membutuhkan rancangan aplikasi \ndengan tampilan yang simpel dan \nmenarik, namun dapat melakukan \nberbagai macam tugas \n\n Membutuhkan rancangan antarmuka \nyang mudah dipahami dan mudah \ndioperasikan \n\n Membutuhkan rancangan aplikasi yang \n\ntidak membebani memori jangka \npanjang dan juga jangka pendek dari \npengguna \n\nWawancara dilakukan dengan dengan subject \nmatter pada tahapan sebelumnya. Berikut beberapa \nuser requirement yang berhasil didatatkan. \n\nTABEL II \nUSER REQUIREMENT \nUser Requirement \n\nNo. \n1. Membuat tampilan yang sederhana dan user friendly \n\nsehingga mudah digunakan \nMenggunakan referensi pewarnaan yang di dasari oleh \nwarna pada logo STIS atau BPS, seperti birudan \nsebagainya \n\nMenggunakan font tulisan yang lebih formal \n\n2. \n\n3. \n\n 4. \n\nPenggunaan ilutrasi seperti kartun dan sebagainya tidak \nterlalu diperlukan \n\n4. \n\nIterasi 1 \n\na. Produce Design Solution \n\nPerancangan prototipe awal pada \nini didasarkan pada kebutuhan \ntahapan \n\npenelitian \npengguna yang didapatkan pada \nsebelumnya. \nb. Evaluate Designs \n\npendapat \n\nresponden \n\nSetelah melakukan evaluasi dan \nmeminta \nterhadap \nprototipe awal ini, tidak terdapat masalah \ndalam melakukan tugas yang diberikan kepada \nresponden. Namun, terdapat beberapa saran \nperbaikan yang diberikan oleh reponden terkait \ntampilan user interface pada prototipe awal ini. \nDaftar tugas dan hasil evaluasi pada iterasi 1 \nmasing- masing ada pada Tabel III dan IV \nBerikut merupakan saran perbaikan tersebut. \n1) Tata letak layout masih berhimpitan \ndan memiliki jarak (space) yang \nmasih kurang konsisten. Selain itu, \nterdapat \ntampilan yang kurang \nresponsif di beberapa halaman. \n2) Tidak ada validasi tertentu untuk \nmelakukan aksi \ntertentu seperti \nlogout dan pesan error yang masih \nmuncul di halaman tertentu walau \nsudah melakukan kegiatan yang \nbenar. \n\n3) Belum ada deskripsi mengenai \ntujuan dan fungsi-fungsi aplikasi \npada halaman utama. \n\n4) Terdapat penilihan warna yang \nkurang tepat pada side bar sehingga \ntulisan seolah menyatu dengan \nbackground dan gambar logo yang \nterpotong pada side bar. Disarankan \nuntuk membuat desain side bar \nyang dapat di munculkan dan juga \ndapat di sembunyikan. \n\n5) Perlu menyesuaikan font tulisan \nantara top bar dan konten utama \n\n 4 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n\fNo. \n1. \n\n2. \n\n3. \n\n4. \n\n5. \n\n6. \n\n7. \n\n8. \n\nTABEL III \nDAFTAR TUGAS ITERASI 1 \n\nTugas \n\nTemukan tombol dan halaman registrasi \n\nTemukan tombol login dan lakukan login \n\nTemukan tombol menuju halaman kelola data sentimen \n\nTemukan tombol menuju halaman kelola model \nsentimen \n\nTemukan tombol menuju halaman project sentimen \n\nTemukan halaman untuk membuat project baru \n\nTemukan halaman untuk melihat riwayat project dan \ndashboard hasil untuk project sentimen 1 \n\nTemukan tombol logout \n\nTABEL IV \nHASIL EVALUASI ITERASI 1 \n\nNo. \n\nTugas \n\n% \nKeberhsilan \n100% \n\nJumlah \nKesalahan \n0 \n\n1. \n\n2. \n\n3. \n\n4. \n\n5. \n\n6. \n\n7. \n\n8. \n\ndan \n\nkelola \n\ntombol \n\nTemukan \nhalaman registrasi \nTemukan tombol login dan \nlakukan login \nTemukan tombol menuju \ndata \nhalaman \nsentimen \nTemukan tombol menuju \nhalaman \nkelola model \nsentimen \nTemukan tombol menuju \nhalaman project sentimen \nTemukan halaman untuk \nmembuat project baru \nTemukan halaman untuk \nmelihat riwayat project dan \ndashboard \nuntuk \nhasil \nproject sentimen 1 \n\n100% \n\n100% \n\n100% \n\n100% \n\n100% \n\n100% \n\nTemukan tombol logout \n\n100% \n\n0 \n\n0 \n\n0 \n\n0 \n\n0 \n\n0 \n\n0 \n\n5. \n\nIterasi 2 \n\na. Produce Design Solution \n\nProses iterasi 2 dilakukan berdasarkan \nsaran perbaikan pada iterasi 1. Tabel V \nmenunjukan perubahan yang \nterjadi pada \niterasi 2. \n\nb. Evaluate Designs \n\nTabel VI menampilkan hasil evaluasi \nuntuk iterasi 2. Berdasarkan hasil evaluasi \ntersebut, tahapan iterasi dianggap selesai dan \ndesain prototipe iterasi 2 menjadu prototipe \nfinal. \n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nTABEL V \nDAFTAR PERUBAHAN PADA ITERASI 2 \nPerubahan pada Iterasi 1 \n\nNo. \n\n1. \n\ndimunculkan \n\nSide bar didesain bisa di hide \ndan \nsesuai \nkebutuhan, serta perubahan \nwarna pada side bar dan top \nbar \n\n2. \n\nPenyeseuaian ukuran layout \nagar serasi disetiap halaman \n\n3. \n\nPenambahan \npenjelasan \nmanfaat dan tujuan pada \nhalaman utama \n\n4. \n\nPerubahan ukuran font pada \n(dilakukan \ntop \npenyamaran ukuran : 16dp) \n\nbar \n\n5. \n\nPenambahan pesan validasi \nketika akan mencoba logout \n\nAlasan Perubahan \nSesuai dengan saran \ndari responden serta \nmengatasi \nmasalah \ntampilan tulisan pada \nside bar yang warnanya \nseolah \nmenyatu. \nGambar 4 merupakan \nperbandingan \nantara \nside bar baru dan lama \nSesuai dengan saran \nperbaikan \ndi mana \nsetiap halaman dibuat \nmemiliki \nukuran \ntampilan yang serasi. \nDalam hal \nini batas \nkonten dengan setiap \nujung layar akan dibuat \nsama dengan rincian : \nkanan 35dp dan kiri \n35dp. \nSesuai dengan saran \nperbaikan di mana pada \nhalaman utama perlu \ndiberikan \npenjelasan \ntentang manfaat dan \ntujuan aplikasi. Gambar \nmerupakan \n5 \nantara \nperbandingan \nhalaman \ntampilan \nutama \nlama \ndengan yang baru. \nHal ini sesuai dengan \nsaran perbaikan oleh \nresponden di mana \nuntuk \nfont \nukuran \nakun \nketerangan \ndengan ukuran \nfont \nkonten utama berbeda. \nSesuai dengan saran \nresponden \nperbaikan \nuntuk menambahkan \npesan \natau \nvalidasi \npesan peringatan ketika \nakan melakukan logout. \nGambar 6 menunjukan \ntampilan pesan validasi \nketika \nmelakukan \nlogout \n\nyang \n\n 5 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n\fMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nTABEL VI \nDAFTAR TUGAS DAN HASIL EVALUASI ITERASI 2 \n\nNo. \n\n1. \n\nTugas \n\nTemukan \nmembuka side bar \n\ntombol \n\nuntuk \n\n% \nKeberhsilan \n100% \n\nJumlah \nKesalahan \n0 \n\n3. \n\n2. Mencoba untuk membuka \ndan menutup side bar \nTemukan pesan peringatan \nketika menekan login tanpa \nmengisi email dan password \nTemukan halaman untuk \nmelakukan \ntambah dan \nupload data sentimen \nTemukan pesan \nketika \nlogout \n\nvalidasi \nakan melakukan \n\n5. \n\n4. \n\n100% \n\n100% \n\n100% \n\n100% \n\n0 \n\n0 \n\n0 \n\n0 \n\n6. Prototipe Final \n\nFinal prototipe untuk penelitian ini merupakan \ndesain prototipe dari iterasi 2. Gambar 4 hingga 13 \nmerupakan desain final dari prototipe sekaligus \nperbandingannya dengan prototipe iterasi 1. Gambar 4 \nmerupakan perbandingan desain side bar hasil \nperancangan iterasi (kiri) dan iterasi 2 (kanan). Gambar \n5 merupakan perbandingan desain halaman utama hasil \nperancangan iterasi 1 (atas) dan iterasi 2 (bawah). \nSelnjutnya, Gambar 6 merupakan desain pesan \nperingatan yang akan muncul ketika melakukan logout. \nGambar 7 hingga 13 adalah desain untuk halaman baru \nhasil perancangan iterasi 2. \n\nGambar 5. Perbandingan Tampilan Halaman Utama \n\nGambar 6. Tampilan Pesan Peringatan \n\nGambar 7. Tampilan Halaman Login (Atas) dan Registrasi (Bawah) \n\nGambar 4. Perbandingan Tampilan Side Bar \n\nGambar 8. Tampilan Halaman Data Sentimen (Atas) dan Tambah Data \n(Bawah) \n\n 6 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n\fMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nGambar 9. Tampilan Halaman Model Sentimen (Atas) dan Tambah Model \n(Bawah) \n\nVII. \n\nPENUTUP \n\nBerdasarkan hasil dan pembahasan pada bagian sebelumnya, \n\nGambar 13. Tampilan Halaman Dashboard \n\nGambar 10. Tampilan Halaman Project \n\nGambar 11. Tampilan Halaman Project Baru \n\nberikut kesimpulan yang dapat diambil : \n\n1. Tahapan evaluasi pada iterasi 2 dengan menggunakan \nmetode evaluasi Cognitive Walkthrough menyatakan \nbahwa tidak terdapat masalah pada desain prototipe \nyang telah dirancang. Dengan tidak adanya responden \nyang gagal pada tahapan iterasi 2, dengan demikian \npenelitian dinyatakan selesai sampai dengan iterasi ke 2. \n2. Prototipe final merupakan desain yang telah disesuaikan \ndengan pengguna dan sudah memiliki tampilan user \ninterface yang sesuai dan friendly bagi pengguna pada \niterasi ke 2. Hal ini dikarenakan sudah tidak terdapat \nmasalah dan kesalahan dari \nresponden dalam \nmelakukan tugas. \n\n3. Panduan dalam perancangan user interface aplikasi \nanalisis sentimen berbasis web terbentuk berdasarkan \nhasil dari protitipe final. Panduan tersebut dapat \ndijadikan acuan pada perancangan user interface dan \npembangunan aplikasi analisis sentimen di masa depan. \nBerdasarkan kesimpulan tersebut, nerikut saran yang dapat \n\ndiambil dari penelitian ini : \n\n1. Metode yang digunakan pada penelitian ini merupakan \nmetode yang di mana peran pengguna merupakan hal \nyang sangat penting. Maka dari itu, untuk penelitian \nselanjutnya diharapkan responden dapat dipilih dengan \nsebaik-baiknya dan sesuai dengan cakupan penelitian \nyang diambil. \n\n2. Pada penelitian ini hanya dilakukan perancangan user \ninterface dengan hasil akhir berupa prototipe dan \npedoman perancangan user interface untuk aplikasi \nanalisis sentimen berbasis web yang prototipenya hanya \ndapat dijalankan dengan menggunakan media Laptop \natau PC saja. Pada penelitian selanjutnya, diharapkan \ndapat melanjutkan penelitian dengan merancang user \ninterface \ndan melakukan \npembangunan aplikasi analisis sentimen berbasis web \nberdasarkan pedoman pada penelitian ini. \n\nuntuk media \n\nlain \n\nGambar 12. Tampilan Halaman Riwayat Project \n\nDAFTAR PUSTAKA \n\n[1] A. E. Brouwer and W. H. Haemers, Spectra of Graphs. \n\nNew York: \n\n 7 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n \n \n\f[1] Pang, B. and L. Lee, “Opinion Mining and Sentiment Analysis,” \nFoundation and Trends in Information Retrieval, vol. 2, no. 1-2, pp. 1-135, \n2008. \n\n[2] E. Kontopoulos, C. Berberidis, T. Dergiades, and N. Bassiliades, \n“Ontologi-based Sentiment Analysis of Twitter Posts,” Expert Systems with \nApplications, vol. 40, no. 10, pp. 4065-4074, 2013. \n\n[3] Faiqotul H. (2022, 12) Analisis Sentimen adalah: Pengertian, Contoh, Tipe. \nhttps:\/\/majoo.id\/solusi\/detail\/analisis-sentimen-\n\n[Online]. Available: \nadalah \n\nApa \n\n[4] Universitas Esa Unggul. (2022, 11) Pengertian Front End dan Back End \nDeveloper, \nAvailable: \nBedanya?. \nhttps:\/\/fasilkom.esaunggul.ac.id\/pengertian-front-end-dan-back-end-\ndeveloper-apa-\nbedanya\/#:~:text=Jadi%20perbedaan%20antara%20front%20end,sebuah\n%20situs%20web%20atau%20aplikasi. \n\n[Online]. \n\n[5] Ulinuha, Z., Suakanto, S., & Alam, E. N., “Perancangan User Interface \nAplikasi Web e-Learning untuk Kader Kesehatan dengan Metode User-\nCentered Design (UCD),” Jurnal Telematika, vol. 17, no. 1, 2022. \n[6] Swasty, W., & Adriyanto, A. R, “Does color matter on web user interface \ndesign,” CommIT (Communication and Information Technology) Journal, \nvol.11, no.1, pp. 17-24, 2017. \n\n[7] Zhang, P., Small, R. V., von Dran, G. M., & Barcellos, S, Websites that \nsatisfy users: A theoretical framework for web user interface design and \nevaluation, In Proceedings of the 32nd Annual Hawaii International \nConference on Systems Sciences, 1999, (pp. 8-pp). IEEE. \n\n[8] Al Ghiffari, A., Darwiyanto, E., & Junaedi, D, “Perancangan Ulang User \nInterface Website Politeknik Kesehatan Makassar Menggunakan Metode \nUser-Centered Design,” eProceedings of Engineering, vol. 6, no. 1, pp. \n2291-2341, 01 Apr 2019. \n\n[9] Bligård, L. O., & Osvalder, A. L., “Enhanced cognitive walkthrough: \nDevelopment of the cognitive walkthrough method to better predict, \nidentify, and present usability problems,” Advances in Human-Computer \nInteraction, vol. 2013, 09 Oct 2013. \n\n[10] Tarang, M., Munir, A., Surasa, H, “OPTIMALISASI DESIGN USER \nINTERFACE (UI) APLIKASI HALOPRINT DIGITAL BERBASIS \nWEBSITE MENGGUNAKAN METODE USER CENTERED DESIGN \n(UCD),” KHARISMA Tech, vol. 17, no.2, pp. 16-29, Sep 2022 \n\n[11] T. Lowdermilk, User-centered design: a developer's guide to building user-\n\nfriendly applications.. O'Reilly Media, Inc, 2013. \n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\n 8 \/ 8 \n\n \n \n \n\f", "label": [ { "start": 1080, "end": 1180, "text": "membuat aplikasi analisis sentimen yang khusus untuk\\nmelakukan analisis sentimen berbasis web", "labels": [ "TUJUAN" ] }, { "start": 1479, "end": 1500, "text": "User-Centered Design", "labels": [ "METODE" ] }, { "start": 1580, "end": 1675, "text": "prototipe akhir dan\\npanduan perancangan user interface untuk aplikasi analisis\\nsentimen", "labels": [ "TEMUAN" ] }, { "start": 10904, "end": 10925, "text": "User-\\nCentered Design", "labels": [ "METODE" ] }, { "start": 6480, "end": 6560, "text": "perancangan user interface untuk aplikasi analisis sentimen\\nberbasis web", "labels": [ "TUJUAN" ] }, { "start": 6599, "end": 6620, "text": "User\\nCentered Design", "labels": [ "METODE" ] } ], "annotator": 1, "annotation_id": 17, "created_at": "2023-12-27T15:00:59.919759Z", "updated_at": "2023-12-27T15:00:59.919759Z", "lead_time": 961.528 }, { "id": 37, "content": "Makalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\n Pengembangan Indeks Ketahanan Pangan dengan \nCitra Satelit Multisumber dan Big Data Geospasial \nLainnya \nStudi Kasus: Provinsi Kalimantan Barat \n\nDwi Karunia Syaputri (221911164, 4SD2) \nDosen Pembimbing: Dr. Eng. Arie Wahyu Wijayanto \n\nRingkasan— Ketahanan pangan yang kuat sangat diperlukan \nsebagai upaya untuk membentuk sumber daya manusia yang \nsehat, aktif dan produktif, \nsesuai dengan Sustainable \nDevelopment Goals (SDGs), yaitu menghilangkan kelaparan (zero \nhunger) pada tahun 2030. Salah satu provinsi yang masuk dalam \nprioritas 1-3 (rentan rawan pangan) adalah Provinsi Kalimantan \nBarat. Data indeks ketahanan pangan (IKP) resmi Indonesia \ndipublikasikan oleh Kementrian Pertanian. Ketersediaan \ninformasi dari data citra satelit dan big data geospasial \nberpotensi menjadi sumber data alternatif untuk pemetaan \nestimasi IKP dengan tingkat yang lebih granular, update lebih \ncepat, serta murah. Penelitian ini akan melakukan pemetaan \nestimasi IKP. Hasil estimasi menggunakan MCDA metod \nWSM, korelasi pearson secara berturut-turut antara IKP \nresmi dengan aspek ketersediaan, keterjangkauan, dan \n-0.49, dan 0.57. \npemanfaatan pangan adalah 0.51, \nPembangunan IKP dengan hasil WSM menggunakan \nbobot resmi, didapatkan evaluasi RMSE 4.94, MAE 3.51, \nMAPE 0.05, 0.09. Hasil penelitian menunjukkan bahwa \nmodel machine learning terbaik untuk estimasi IKP adalah \nmodel random forest regression (RFR). Peta Estimasi IKP \nagregat kabupaten\/kota dengan machine learning memiliki \nkorelasi pearson 0.13 dengan data IKP resmi dari Kementrian \nPertanian. \naspek \nketersediaan pangan, keterjangkauan pangan, pemanfaatan \npangan dengan data resmi secara berturut-turut adalah 0.6, 0.4, \ndan 0.5. \n\nSedangkan \n\nestimasi \n\nkorelasi \n\nuntuk \n\nKata Kunci— IKP, citra satelit, big data geospasial, machine \n\nlearning, MCDA \n\nI. LATAR BELAKANG \n\nKetahanan pangan merupakan salah satu faktor penting \ndalam pembangunan ekonomi berkelanjutan [1]. Ketahanan \npangan selalu menjadi isu strategis dalam pembangunan baik \ndi tingkat nasional maupun global karena pemenuhan pangan \nmerupakan hak setiap warga negara yang harus dijamin \nkuantitas dan kualitasnya aman dan bergizi. Menurut UU 18 \ntahun 2012 tentang pangan, ketahanan pangan adalah kondisi \nterpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, \nyang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik \njumlah maupun mutunya aman, beragam, bergizi, merata, dan \nterjangkau, \ntidak bertentangan dengan agama., \nkeyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, \naktif, dan produktif secara berkelanjutan [2]. Berdasarkan \npengertian tersebut, target ketahanan pangan ini adalah \nperseorangan (tiap individu), bukan daerah. Hal ini sejalan \ndengan tujuan akhir dari pembangunan ketahanan pangan \nnasional oleh Food Agriculture Organization (FAO), yaitu \n\nserta \n\nmembangun manusia-manusia yang bisa hidup dengan \nkualitas hidup yang lebih baik. Ketahanan pangan yang kuat \nsangat diperlukan sebagai upaya untuk membentuk sumber \ndaya manusia yang sehat, aktif dan produktif, bahkan hal \ntersebut sejalan dengan upaya pencapaian tujuan kedua dalam \nSustainable Development Goals (SDGs) yaitu menghilangkan \nkelaparan (zero hunger) pada tahun 2030 [3]. Dalam SDGs \npoin kedua tersebut, diharapkan segala bentuk kelaparan di \ndunia dapat berakhir, sehingga \nindividu berhak \ntiap \nmendapatkan akses pangan yang layak [4]. \n\nfaktor-faktor pendukungnya \n\nUntuk mengetahui tingkat ketahanan pangan suatu wilayah \nserta \ntelah dikembangkan \nbeberapa indikator dalam bentuk indeks ketahanan pangan [5]. \nto Combat \nBerdasarkan United Nation Convention \nDesertification (UNCCD), IKP secara global atau Global \nFood Security Index (GFSI) disusun dari 113 negara. Indeks \nketahanan pangan Indonesia \ntahun 2021 sebesar 59,2. \nSedangkan, rata-rata keseluruhan skor Global Food Security \nIndex (GFSI) untuk seluruh 113 negara adalah 60,9 pada \ntahun 2021 [6]. Artinya, pada tahun 2021 skor indeks \nketahanan pangan Indonesia masih di bawah rata-rata dunia. \nHal tersebut harus menjadi perhatian bagi Indonesia dalam \npeningkatan ketahanan pangan. Di Indonesia, data resmi \nindeks ketahanan pangan dipublikasikan oleh Badan \nKetahanan Pangan (BKP), Kementrian Pertanian yang dirilis \ntiap tahun dan level terkecilnya pada kabupaten\/kota. \n\nBerdasarkan publikasi IKP tahun 2021, rata-rata IKP di \nIndonesia berdasarkan 34 provinsi sebesar 72,43. Salah satu \nprovinsi yang masuk dalam prioritas 1-3 (rentan rawan pangan) \nadalah Provinsi Kalimantan Barat, dengan IKP 71,32. Daerah \nyang masuk dalam prioritas 1-3 perlu mendapatkan perhatian \nkhusus oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah [3]. \nBeberapa kabupaten di Kalimantan Barat berbatasan langsung \ndengan Malaysia. Kawasan perbatasan identik dengan kondisi \ntingkat kesejahteraan \nwilayah yang \nmasyarakat yang rendah, serta kurangnya aksesibilitas sarana \natau prasarana dasar. Sektor pertanian di daerah perbatasan \nIndonesia khususnya yang berada di Kalimantan Barat \nmemiliki potensi di sektor pertanian untuk dikembangkan, \nterutama dalam \nnamun \naksesibilitas dan tingginya biaya pertanian. Faktanya, laporan \nBadan Pusat Statistik (2018) menyebutkan bahwa Kalimantan \nBarat memiliki potensi atas kerawanan pangan di Indonesia. \nSituasi ini berkorelasi erat dengan banyaknya alih fungsi lahan \n\nsering menghadapi \n\ntantangan \n\nterpencil, \n\nterisolir, \n\n 1 \/ 9 \n\n \n \n \n \n\fyang bermula dari tanaman pangan menjadi areal perkebunan \nkelapa sawit [26]. \n\ndari \n\nberasal \n\npangan \n\nketahanan \n\nPemerintah harus bisa mengeluarkan kebijakan yang sesuai \ndalam menangani bahkan mencegah kerentanan pangan di \nsuatu wilayah. Data indeks ketahanan pangan yang cepat dan \ngranular sangat dibutuhkan untuk membuat kebijakan sedini \nmungkin. Saat ini, data yang digunakan untuk membangun \nindeks \nberbagai \nkementrian\/lembaga, di mana data tersebut didapatkan melalui \nsurvei rumah tangga di lapangan. Pengumpulan data dengan \nmetode saat ini memiliki keterbatasan seperti pelaksanaan \nyang memakan waktu lama, mahal, serta cakupan yang \nterbatas. Ketersediaan informasi dari data citra satelit dan big \ndata geospasial berpotensi untuk melengkapi keterbatasan data \nindeks ketahanan pangan yang ada. Informasi ketahanan \npangan yang akurat, komprehensif, dan tertata dengan baik \nuntuk memberikan informasi kepada para pembuat keputusan \ndalam pembuatan program dan kebijakan tentang ketahanan \npangan [10]. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa \npemanfaatan machine learning [17] dan pemanfaatan multi-\ncriteria decision analysis (MCDA) [27] dapat digunakan \ndalam estimasi pencapaian ketahanan pangan. Berdasarkan \nhasil kajian literatur, penelitian ini merupakan studi pertama \nindeks ketahanan pangan di \nyang mengembangkan \nKalimantan Barat menggunakan citra satelit multi-sumber dan \nbig data geospasial dengan machine learning dan MCDA. \nHasil yang diperoleh diharapkan dapat mendukung data \nindeks ketahanan pangan resmi demi pemantauan dan evaluasi \nindeks ketahanan pangan di Indonesia yang lebih baik. \n\nII. TUJUAN PENELITIAN \n\nAdapun tujuan dari penelitian yang dilakukan sebagai \n\nberikut. \n\n1. Mengidentifikasi kondisi dari \n\nindikator \nketahanan pangan Provinsi Kalimantan Barat dengan \nmultisumber penginderaan \njauh dan big data \ngeospasial. \n\nsetiap \n\n2. Membangun indeks ketahanan pangan spasial di \nProvinsi Kalimantan Barat dengan Multi-Criteria \nDecision Analysis (MCDA) menggunakan citra \nsatelit multi-sumber dan big data geospasial. \n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\n3. Membangun model machine learning untuk estimasi \nIKP wilayah Kalimantan Barat menggunakan citra \nsatelit multi-sumber dan big data geospasial. \n\n4. Melakukan pemetaan estimasi IKP Kalimantan Barat \npada skala granular yang lebih detail (grid 2,5 km). \n5. Membangun dashboard interaktif hasil pemetaan \n\nestimasi IKP level grid 2,5 km. \n\nIII. PENELITIAN TERKAIT \n\nUntuk penelitian pengembangan \n\nIKP menggunakan \ngabungan citra satelit multi-sumber dan big data geospasial di \nIndonesia masih belum dilakukan. Penelitian terkait, namun \nmasih menggunakan cara konvensional pernah dilakukan oleh \nDewi Aprilia Ajeng Lestari, dkk, pada tahun 2018 [10], \ndengan skoring pembobotan menggunakan AHP (Analytical \nHierarchy Process). Selanjutnya, penelitian oleh Sahdan \nMuizzu, dkk, pada tahun 2022 [11], menggunakan metode \nprincipal component analysis (PCA). Penelitian yang sudah \nmenggunakan remote sensing dilakukan oleh Riantini Vitriana, \ndkk, pada tahun 2022, namun masih terbatas pada beberapa \naspek saja [4]. Selain itu, terdapat penelitian yang dilakukan \noleh Shuzhu Shi, et al.[1], yang bertujuan untuk evaluasi \nkomprehensif ketahanan pangan di \ntingkat nasional. \nBerdasarkan studi \nliteratur, ditemukan penelitian yang \nmemanfaatkan citra satelit dan big data geospasial untuk studi \nkasus kemiskinan [7],[12]. Dengan memanfaatkan informasi \ndari berbagai literatur, peneliti akan mengadopsi beberapa \nmetode yang sesuai dengan skripsi ini untuk dikombinasikan. \nOleh karena itu, penelitian ini merupakan studi pertama yang \nmengembangkan indeks ketahanan pangan di Kalimantan \nBarat menggunakan citra satelit multi-sumber dan big data \ngeospasial dengan machine learning dan MCDA. \n\nIV. METODE PENELITIAN \nA. Rancangan Indikator IKP dan Data Alternatif yang \n\nDiusulkan \n\nPada Tabel II dapat dilihat data resmi indikator-indikator \n\nIKP dan usulan data alternatif untuk membangun IKP. \n\nTABEL I \nDATA RESMI IKP DAN USULAN DATA IKP \n\nAspek \n\nData Resmi IKP \n\nIndikator \n\nSumber \nData \n\nSumber \nData \n\nResolusi \nSpasial \n\nUsulan Data IKP \n\nVariabel \n\nBand yang \nDigunakan \n\nReferensi \n\nKetersediaan \nPangan \n\nRasio konsumtif normatif \nper kapita terhadap produksi \nbersih padi, jagung, ubi \njalar, ubi kayu, serta stok \nberas pemerintah daerah \n\nBPS dan \nKementrian \nPertanian \n\nSentinel-2 \n\n10 m \n\nNormalized Difference \nDrought Index (NDDI) \n\nB4 (Red), B8 (NIR), \nand B11 (SWIR 1) \n\nKelembapan Tanah \n\nB4 (Red), B8 (NIR), \nand B11 (SWIR 1) \n\nNormalized Difference \nVegetation Index \n(NDVI) \n\nB4 (Red) and B8 \n(NIR) \n\n[8] \n\n[4] \n\n[4] \n\nNASA \nSRTM \n\n30m \n\nelevasi \nslopes \n\nelevation \n\n[13] \n\n 2 \/ 9 \n\n \n \n\fMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nAspek \n\nData Resmi IKP \n\nIndikator \n\nSumber \nData \n\nPersentase rumah tangga \ntanpa akses listrik \n\nSUSENAS \n- BPS \n\nSumber \nData \n\nNOAA-\nVIIRS \n\nSentinel-2 \n\nWorldPop \n\nResolusi \nSpasial \n\n750m \n\n10 m \n\n1km \n\nUsulan Data IKP \n\nVariabel \n\nNighttime Light \nIntensity (NTL) \n\nBuilt-Up Index (BUI) \n\nPopulation Density \n\nKeterjangkauan \nPangan \n\nPersentase penduduk yang \nhidup di bawah garis \nkemiskinan \nPersentase rumah tangga \ndengan proporsi \npengeluaran untuk pangan \nlebih dari 65% terhadap \ntotal pengeluaran \n\nSUSENAS \n- BPS \n\nFacebook \/ \nMeta \n\n2.4km \n\nRelative Wealth Index \n(RWI) \n\nBand yang \nDigunakan \nAverage DNB \nRadiance Values \n(avg_rad) \nB4 (Red), B8 (NIR), \nand B11 (SWIR 1) \n- \n\nThe distance from \nthe center of the grid \nis 2.5 km x 2.5 km \nto the nearest point \n\nReferensi \n\n[14] \n\n[9] \n\n[15] \n\n[16] \n\nRata-rata lama sekolah \nperempuan di atas 15 tahun \n\nSUSENAS \n- BPS \n\nWilkerstat - \nBPS \n\npoints \n\nPemanfaatan \nPangan \n\nRasio jumlah penduduk per \ntenaga kesehatan terhadap \ntingkat kepadatan penduduk \n\nPersentase balita dengan \ntinggi badan di bawah \nstandar (stunting) \n\nKementrian \nKesehatan Wilkerstat - \n\nBPS \n\npoints \n\nPOI Distance Fasilitas \nPendidikan \n\nJarak dari tengah \ngrid 2.5 km x 2.5 \nkm ke point terdekat \n\nPOI Density Fasilitas \nPendidikan \n\nJumlah point di grid \n2.5 km x 2.5 km \n\nPOI Distance Fasilitas \nKesehatan \n\nJarak dari tengah \ngrid 2.5 km x 2.5 \nkm ke point terdekat \n\n[7], [12] \n\nPOI Density Fasilitas \nKesehatan \n\nJumlah point di grid \n2.5 km x 2.5 km \n\nAngka harapan hidup pada \nsaat lahir \nPersentase rumah tangga \ntanpa akses ke air bersih \n\nSUSENAS \n- BPS \nSUSENAS \n- BPS \n\nB. Pengumpulan dan Persiapan Data \n\nPenelitian ini diawali dengan pengumpulan seluruh data \nberdasarkan sumber masing-masing seperti di Tabel I. \nPreprocessing data citra satelit Sentinel-2, dimulai dengan \ncloud pixel percentage sebesar 25%, kemudian median \nreducing untuk mendapatkan nilai median yang mewakili citra \nsatelit dalam satu tahun. Untuk data NTL, data yang \nterkumpul telah dikoreksi tutupan awan menggunakan produk \nVIIRS Cloud Mask (VCM). Dilakukan clipping data citra \nsatelit, kemudian diagregasi ke level grid 2.5 km x 2.5 km \nmenggunakan \nfitur Zonal Statistics di aplikasi QGis. \nPreprocessing big data geospasial berbeda dengan data citra \nsatelit. Data RWI dari HDE serta POI infrastruktur desa \nberupa point, dilakukan clipping serta diagregasi level grid 2.5 \nkm x 2.5 km dengan menghitung jarak euclidean titik tengah \ngrid 2.5 km x 2.5 km ke point terdekat, serta untuk POI \ndilakukan juga perhitungan POI density. Data kepadatan \npenduduk dari WorldPop berupa raster, sehingga langsung \ndilakukan clipping dan diagregasi level grid 2.5 km x 2.5 km \nmenggunakan fitur Zonal Statistics di aplikasi QGIS. \nPenelitian ini menggunakan level grid 2.5 km karena data \nusulan alternatif yang digunakan memiliki resolusi spasial \nini \npaling besar 2.4 km, oleh karena \nmenggunakan level grid 2.5 km agar seluruh data usulan \nalternatif dapat diintegrasi. Berdasarkan uraian pada latar \n\nitu, penelitian \n\n- \n\nbelakang, semain kecil level penyajian IKP maka semakin \nbaik pemerintah dapat membuat kebijakan yang sesuai. \n\nlevel \n\nData resmi IKP hanya tersedia di level kabupaten\/kota. \nUntuk mendapatkan data pada \nlebih kecil, yaitu \nkecamatan, dilakukan broad area rasio estimator (BARE). \nAuxilary variabel yang digunakan untuk aspek ketersediaan \npangan adalah rasio luas sawah terhadap jumlah penduduk \nwilayah tahun 2015 yang bersumber dari Badan Pusat Statistik \n(BPS). Dengan asumsi proporsi data resmi dan auxiliary \nvariabel sama. BARE diaplikasikan menurut formula berikut. \n\n ̂ \n\n(1) \n\nDi mana, ̂ : aspek ketersediaan pangan kecamatan \nkabupaten tahun 2021; : luas lahan sawah \nkecamatan kabupaten tahun 2015; : jumlah \npenduduk \n2015; \n : luas lahan sawah kabupaten tahun 2015; \n : jumlah penduduk kabupaten tahun 2015; : \naspek ketersediaan pangan kabupaten tahun 2021. \n\n kabupaten \n\nkecamatan \n\n tahun \n\nAspek keterjangkauan pangan menggunakan auxilary \nvariabel rasio penduduk miskin terhadap jumlah penduduk \nwilayah tersebut tahun 2015, dengan formula BARE sebagai \nberikut. \n\n 3 \/ 9 \n\n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n\f(2) \n\n ̂ \nDi mana, ̂ : aspek keterjangkauan pangan kecamatan \nkabupaten\/kota tahun 2021; : jumlah penduduk miskin \ndi kecamatan kabupaten\/kota tahun 2015 \n(PBDT \n2015); \nkabupaten\/kota tahun 2020 (SUSENAS 2020); : jumlah \npenduduk miskin kabupaten\/kota tahun 2015 (PBDT 2015); \n : jumlah penduduk kabupaten\/kota tahun 2020 \n(SUSENAS 2020); : aspek ketersediaan pangan kabupaten \n tahun 2021. \n\njumlah penduduk kecamatan \n\n : \n\n) \n\nAspek pemanfaatan menggunakan auxilary variabel \njumlah rasio total jumlah fasilitas kesehatan dan fasilitas \npendidikan (mulai dari SMP sederajat sampai dengan \nperguruan tinggi sederajat) terhadap jumlah penduduk di \nwilayah tersebut tahun 2020. \n ̂ (\nDi mana, ̂ \ni \nkabupaten\/kota j; : jumlah penduduk kecamatan \nkabupaten\/kota tahun 2020; : jumlah penduduk \nkabupaten\/kota tahun 2020; = jumlah fasilitas \nkesehatan dan fasilitas pendidikan (SMP-Universitas) di \nkecamatan i kabupaten\/kota j; = jumlah fasilitas \nkesehatan dan fasilitas pendidikan (SMP-Universitas) di \nkabupaten\/kota j; = Aspek pemanfaatan kabupaten\/kota j. \n\n = Aspek pemanfaatan kecamatan \n\n(3) \n\nSelanjutnya, untuk membangun IKP yang terdiri dari \naspek ketersediaan pangan, aspek keterjangkauan pangan, dan \naspek pemanfaatan pangan, dibangun BARE dengan formula \nsebagai berikut. \n\n ̂ (\n\n) (\n\n) (\n\n) (4) \n\nKeterangan pada formula sama seperti yang telah dijelaskan \npada BARE tiap aspek. \n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nC. Multi Criteria Decision Analysis (MCDA) \n\nPerhitungan Indeks Ketahanan Pangan dengan MCDA \nmenggunakan Weight Sum Model (WSM) dengan penimbang \nPearson Correlation Weight tiap variabel citra satelit dan \ngeospasial big data pada indikator yang bersesuaian. \n ∑ \nDengan adalah hasil indeks pada grid ke-j, adalah \npenimbang indikator ke-I, dan adalah indikator ke-i level \ngrid ke-j. Evaluasi hasil pemetaan sama seperti metode \nmachine learning. \n\n(5) \n\nD. Machine Learning dan Evaluasi \n\nPemetaan pada penelitian \n\nini dilakukan dengan \nmembangun model machine learning pada level kecamatan, \ndilanjutkan dengan pemilihan model terbaik untuk melakukan \nestimasi data level grid 2.5 km. Model yang digunakan dalam \npenelitian ini adalah Random Forest Regression (RFR) [17], \nDecision Tree Regression (DTR) [18], Support Vector \nRegression (SVR) [19], Gradient Boosting Regression (GBR) \n[20], serta Multi Layer Perceptron (MLP) [21]. Model \ndievaluasi menggunakan root mean squared error (RMSE) \n[22], mean absolute percentage error (MAPE) [23], dan mean \nabsolute error (MAE) [24]. Selanjutnya estimasi pemetaan \nIKP ini akan dievaluasi di level kabupaten\/kota menggunakan \nRMSE, MAPE, MAE, R-square [25], adjusted R-Square [25], \nserta dihitung korelas pearson hasil estimasi dengan data \nresmi IKP. \n\nV. KERANGKA PIKIR \n\nBerikut merupakan \n\nrancangan kerangka pikir dari \n\npenelitian yang akan dilakukan. \n\nGambar 1. Kerangka Pikir Penelitian \n\nVI. HASIL DAN PEMBAHASAN \n\nA. Hasil Identifikasi Variabel Citra Satelit Multi-Sumber dan \n\nBig Data Geospasial \n\nBerdasarkan hasil visualisasi \n\ntiap variabel, diambil \ntiap variabel untuk dilakukan \nbeberapa sampel area \npengecekan wilayah menggunakan google maps dan google \nearth. Citra satelit dan big data geospasial dapat dilihat \n\n 4 \/ 9 \n\n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n\ftinggi defisit pada wilayah \n\nkontribusinya pada tiap indikator dari aspek indeks ketahanan \npangan untuk diidentifikasi apakah variabel tersebut bisa \nmenjadi sumber data alternatif untuk membangun indeks \nketahanan pangan. Aspek ketersediaan pangan menggunakan \nvariabel NDVI, NDDI, kelembapan tanah, elevasi, dan slope \nyang memberikan kontribusi negatif pada indikator rasio \nkonsumtif normatif per kapita terhadap produksi bersih. \nArtinya, semakin tinggi nilai variabel tersebut, semakin \nrendah nilai indikatornya. Hal tersebut sesuai dengan teori \npada publikasi IKP oleh kementrian pertanian, semakin tinggi \nrange rasio konsumsi normatif per kapita terhadap produksi \ntersebut. \nbersih semakin \nSebaliknya, semakin rendah nilai grid artinya surplus semakin \ntinggi. NDVI digunakan untuk mengidentifikasi \ntingkat \nvegetasi di suatu daerah. Berdasarkan studi literatur, NDVI ini \nsudah terbukti dapat memprediksi produktivitas sawah sebagai \npenghasil beras, di mana keseimbangan antara produksi dan \npermintaan pangan perlu diperhatikan agar ketahanan pangan \ntercapai[8]. Pada \ntelah dibuktikan bahwa \nlain, \npenerapan NDVI dapat digunakan secara efektif untuk \nmenginformasikan peringatan dini ketahanan pangan. \nSelanjutnya, variabel NDDI dan kelembapan tanah. NDDI \ndigunakan untuk mengidentifikasi kekeringan tanah [4] Di \nIndonesia, kejadian kekeringan terjadi hampir setiap tahun \nyang menyebabkan penurunan produksi pertanian yang \nsignifikan. Selain itu, ketersediaan pangan juga dipengaruhi \nposisi geografis wilayah sehingga diperlukan variabel elevasi \n\nliteratur \n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\ndan slope, di mana pada penelitian sebelumnya dijelaskan \nbahwa lahan dengan topografi tinggi dan miring rentan \nterhadap bencana longsor. \n\n Aspek keterjangkauan pangan didekati dengan variabel \nNTL, BUI, dan population density di mana ketiga variabel \ntersebut juga memberikan kontribusi negatif pada indikator \nyang bersesuaian, serta digunakan variabel RWI untuk \nmengidentifikasi kemiskinan. NTL dapat merekam cahaya di \npermukaan bumi untuk memperkirakan akses listrik di suatu \ndaerah [14]. BUI digunakan untuk mendeteksi sebaran serta \ntingkat kepadatan bangunan di suatu wilayah [9]. \n\nAspek pemanfaatan pangan menggunakan variabel POI \ndistance dan density untuk fasilitas pendidikan dan fasilitas \nkesehatan yang memberikan kontribusi positif terhadap aspek \npemanfaatan pangan. Artinya, semakin tinggi nilai POI \ndistance dan density, maka semakin baik aksesibilitas wilayah \ntersebut ke fasiltas pendidikan dan kesehatan. \n\nB. Perhitugan IKP dengan MCDA \n\nPenghitungan IKP dengan MCDA metode weighted sum \nmodel (WSM) menggunakan hasil korelasi sebagai bobot. \nPada Tabel III disajikan hasil analisis korelasi tiap variabel \npada level kabupaten\/kota dengan indikator yang bersesuaian. \n\nAspek \n\nIndikator \n\nVariabel \n\nKorelasi Pearson \n\nKeeratan \n\nArah Hubungan \n\nTABEL II \nHASIL ANALISIS KORELASI VARIABEL DAN INDIKATOR LEVEL KABUPATEN\/KOTA \n\nNDVI \n\nNDDI \n\n-0.929544116 \n\nSangat Kuat \n\n-0.996920531 \n\nSangat Kuat \n\nKelembapan Tanah \n\n-0.922443423 \n\nSangat Kuat \n\nElevasi \n\nSlope \n\nNTL \n\nBUI \n\n-0.584077362 \n\n-0.521982506 \n\n-0.416458983 \n\nSedang \n\nSedang \n\nSedang \n\n-0.16824976 \n\nSangat Lemah \n\nPopulation Density \n\n-0.321453734 \n\n0.46248759 \n\nLemah \n\nSedang \n\nNegatif \n\nNegatif \n\nNegatif \n\nNegatif \n\nNegatif \n\nNegatif \n\nNegatif \n\nNegatif \n\nPositif \n\nKetersediaan \nPangan \n\nRasio konsumtif normatif per kapita \nterhadap produksi bersih padi, \njagung, ubi jalar, ubi kayu, serta \nstok beras pemerintah daerah \n\nKeterjangkauan \nPangan \n\nPersentase rumah tangga tanpa \nakses listrik \n\nPersentase penduduk yang hidup di \nbawah garis kemiskinan \n\nPersentase rumah tangga dengan \nproporsi pengeluaran untuk pangan \nlebih dari 65% terhadap total \npengeluaran \n\nRata-rata lama sekolah perempuan \ndi atas 15 tahun \n\nPemanfaatan \nPangan \n\nRasio jumlah penduduk per tenaga \nkesehatan terhadap tingkat \nkepadatan penduduk \n\nPersentase balita dengan tinggi \nbadan di bawah standar (stunting) \n\nRWI \n\nRWI \n\nPOI Distance Fasilitas \nPendidikan \nPOI Density Fasilitas \nPendidikan \nPOI Distance Fasilitas \nKesehatan \nPOI Density Fasilitas \nKesehatan \nPOI Distance Fasilitas \nKesehatan \nPOI Density Fasilitas \nKesehatan \n\n0.302853407 \n\nLemah \n\nPositif \n\n-0.579768162 \n\nSedang \n\nNegatif \n\n0.842503871 \n\nSangat Kuat \n\n0.82648742 \n\nSangat Kuat \n\nPositif \n\nPositif \n\n-0.679676298 \n\nKuat \n\nNegatif \n\n0.523551118 \n\n-0.610464419 \n\nSedang \n\nKuat \n\nPositif \n\nNegatif \n\n 5 \/ 9 \n\n \n \n \n\fAspek \n\nIndikator \n\nVariabel \n\nKorelasi Pearson \n\nKeeratan \n\nArah Hubungan \n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nAngka harapan hidup pada saat \nlahir \n\nPOI Distance Fasilitas \nKesehatan \nPOI Density Fasilitas \nKesehatan \n\n0.257771907 \n\n-0.253629468 \n\n- \n\nLemah \n\nLemah \n\nPositif \n\nNegatif \n\nPersentase rumah tangga tanpa \nakses ke air bersih \n Baris tabel yang di highlight dengan warna biru muda \nmerupakan variabel serta korelasi pearson yang digunakan \nsebagai bobot. Weighted-sum model akan diaplikasikan pada \nlevel grid 2.5 km. \n\nSelanjutnya, dilakukan validasi deskriptif pada hasil \npemetaan estimasi IKP tiap aspek dengan mengambil 2 titik \nacak untuk masing-masing aspek maupun IKP (komposit) \nuntuk diidentifikasi kondisi geografis serta keadaan spasial \nwilayahnya dengan bantuan Google Maps dan Google Earth. \n\n1. Aspek Ketersediaan Pangan \n\nPada gambar 9 dapat dilihat visualisasi hasil pemetaan \nestimasi IKP aspek ketersediaan pangan menggunakan \nMCDA metode WSM. \n\nGambar 2. Visualisasi IKP Aspek Ketersediaan Pangan \nMenggunakan WSM \n\nPada visualisasi, terlihat untuk aspek ketersediaan \npangan, grid dengan nilai rendah cenderung merupakan lahan \nhijau, seperti sawah, hutan, dll. Sedangkan grid dengan nilai \ntinggi cenderung merupakan bangunan rumah. Hal tersebut \nsesuai dengan teori pada publikasi IKP oleh kementrian \npertanian, semakin tinggi range rasio konsumsi normatif per \nkapita terhadap produksi bersih semakin tinggi defisit pada \nwilayah tersebut. Sebaliknya, semakin rendah nilai grid \nartinya surplus semakin tinggi. \n\n2. Aspek Keterjangkauan Pangan \n\nPada gambar 10 dapat dilihat visualisasi hasil pemeteaan \nestimasi IKP aspek keterjangkauan pangan menggunakan \nMCDA metode WSM. \n\nGambar 3. Visualisasi IKP Aspek Keterjangkauan Pangan \nMenggunakan WSM \n\nPada aspek keterjangkauan pangan, grid dengan nilai \nrendah cenderung merupakan daerah bangunan yang artinya \nketerjangkauan pangan wilayah tersebut baik. Sedangkan grid \ndengan nilai \ntinggi cenderung merupakan daerah non \npemukiman yang artinya keterjangkauan pangan buruk. \n\n3. Aspek Pemanfaatan Pangan \n\nGambar 4. Visualisasi IKP Aspek Pemanfaatan Pangan \nMenggunakan WSM \n\nPada aspek pemanfaatan pangan, semakin tinggi nilai \ngrid, semakin baik pemanfaatan pangan di wilayah tersebut, \ndan sebaliknya. \n\nIKP per aspek dengan metode weighted-sum model \ndiagregasi ke level kabupaten\/kota untuk dilakukan evaluasi \nnumerik menggunakan RMSE,MAE,MAPE, , Adjusted , \ndan korelasi pearson dengan data resmi. \n\nTABEL III \nHASIL EVALUASI NUMERIK IKP PER ASPEK DENGAN MCDA METODE WSM \nR \n(Pearson) \n\nRMSE MAE MAPE \n\nAdj \nR2 \n\nAspek \n\nR2 \n\n4.21 \n\n0.18 \n\n0.26 \n\n8.68 \n\n3.28 \n\n0.13 \n\n11.58 \n\nKetersediaan \nPangan \nKeterjangkauan \nPangan \nPemanfaatan \nPangan \nSetelah membangun indeks ketahanan pangan tiap aspek, \nsecara komposit \n\ndibangun \nmenggunakan bobot resmi IKP dari Kementrian Pertanian. \n\nindeks ketahanan pangan \n\n-0.49 \n\n0.04 \n\n0.09 \n\n0.51 \n\n0.57 \n\n0.18 \n\n0.15 \n\n4.84 \n\n0.10 \n\n0.23 \n\n6.24 \n\nTABEL IV \nBOBOT RESMI IKP \n\nAspek \n\nBobot \n\nKetersediaan Pangan \n\nKeterjangkauan Pangan \n\nPemanfaatan Pangan \n\n0.3 \n\n0.3 \n\n0.4 \n\nHasil pemetaan estimasi IKP (komposit) dapat dilihat pada \nGambar 12. \n\n 6 \/ 9 \n\n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n\fGambar 5. Visualisasi IKP (Komposit) Menggunakan WSM \n\n Berdasarkan estimasi IKP yang telah dibuat, dilakukan \nevaluasi numerik hasil pemetaan estimasi IKP tersebut di level \nkabupaten\/kota. Didapatkan hasil RMSE 4.94, MAE 3.51, \nMAPE 0.05, 0.09, dan adjusted R-square 0.01 \ndan korelasi pearson -0.3. \n\nC. Hasil Broad Area Ratio Estimator (BARE) \n\nUntuk membangun model estimasi dengan machine \nlearning, diperlukan data yang \nlebih banyak, sehingga \nvariabel independen dan variabel dependen diagregasi ke level \nkecamatan. Hasil BARE secara berturut-turut antara aspek \nketersediaan pangan, keterjangkauan pangan, pemanfaatan \npangan, serta nilai komposit indeks IKP terhadap data \nresminya masing-masing sebesar 0.75, 0.45, 0.93, dan 0.3. \nPada Gambar 6 dapat dilihat visualisasi BARE tiap aspek dan \nBARE komposit untuk IKP. \n\na) BARE Aspek Ketersediaan Pangan \n\nb) BARE Aspek Keterjangkauan Pangan \n\nc) BARE Aspek Pemanfaatan Pangan \n\nd) BARE IKP \n\nGambar 6. Peta Estimasi Aspek Ketersediaan Pangan, Aspek \nKeterjangkauan Pangan, Aspek Pemanfaatan Pangan, dan IKP \nLevel Kecamatan Menggunakan BARE \n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nD. Hasil Pembangunan Model Machine Learning \n\nPada penelitian \n\nini, model machine \n\nlearning yang \ndigunakan yaitu RFR, DTR, SVR, GBR, dan MLP. Seluruh \nproses pelatihan model menggunakan data tingkat kecamatan \ndengan total 70% data pelatihan dan 30% data pengujian. \nPemilihan parameter\/hyperparameter dalam pengembangan \nmodel machine learning menggunakan grid search dengan \nevaluasi cross-validation 10 kali lipat dan random_state = 0. \nUntuk menentukan model terbaik digunakan evaluasi RMSE, \nMAE, dan MAPE, seperti yang dijelaskan pada bagian \nmetodologi. Evaluasi masing-masing model tiap aspek dan \nIKP dapat dilihat pada Tabel III-V. \n\nTABEL V \nHASIL EVALUASI MODEL MACHINE LEARNING ASPEK KETERSEDIAAN PANGAN \n\nModel \n\nRMSE MAPE MAE \n\nRandom Forest Regression (RFR) \n\nDecision Tree Regression (DTR) \n\nSupport Vector Regression (SVR) \n\nGradient Boosting Regression (GBR) \n\nMulti Layer Perceptrons (MLP) \n\n20.60 \n\n22.01 \n\n23.04 \n\n21.76 \n\n21.15 \n\n0.69 \n\n0.74 \n\n0.69 \n\n0.72 \n\n0.75 \n\n17.07 \n\n18.18 \n\n18.89 \n\n17.91 \n\n17.37 \n\nTABEL VI \nHASIL EVALUASI MODEL MACHINE LEARNING ASPEK KETERJANGKAUAN \nPANGAN \n\nModel \n\nRMSE \n\nMAPE MAE \n\nRandom Forest Regression (RFR) \n\nDecision Tree Regression (DTR) \n\nSupport Vector Regression (SVR) \n\nGradient Boosting Regression (GBR) \n\nMulti Layer Perceptrons (MLP) \n\n22.41 \n\n22.06 \n\n20.69 \n\n24.36 \n\n29.98 \n\n1.24 \n\n1.22 \n\n1.09 \n\n1.34 \n\n0.62 \n\n17.94 \n\n17.81 \n\n17.07 \n\n19.29 \n\n23.75 \n\nTABEL VII \nHASIL EVALUASI MODEL MACHINE LEARNING ASPEK PEMANFAATAN PANGAN \n\nModel \n\nRMSE \n\nMAPE MAE \n\nRandom Forest Regression (RFR) \n\nDecision Tree Regression (DTR) \n\nSupport Vector Regression (SVR) \n\nGradient Boosting Regression (GBR) \n\nMulti Layer Perceptrons (MLP) \n\n23.54 \n\n20.79 \n\n21.62 \n\n22.95 \n\n24.82 \n\n0.31 \n\n0.27 \n\n0.27 \n\n0.29 \n\n0.32 \n\n18.29 \n\n15.65 \n\n16.33 \n\n17.51 \n\n19.08 \n\nTABEL VIII \nHASIL EVALUASI MODEL MACHINE LEARNING INDEKS KETAHANAN PANGAN \n\nModel \n\nRMSE \n\nMAPE MAE \n\nRandom Forest Regression (RFR) \n\nDecision Tree Regression (DTR) \n\nSupport Vector Regression (SVR) \n\nGradient Boosting Regression (GBR) \n\nMulti Layer Perceptrons (MLP) \n\n28.00 \n\n27.84 \n\n34.44 \n\n32.39 \n\n41.82 \n\n0.86 \n\n0.97 \n\n0.73 \n\n0.87 \n\n0.87 \n\n21.41 \n\n22.59 \n\n25.68 \n\n25.26 \n\n37.19 \n\nBerdasarkan hasil evaluasi model machine learning pada \nTabel V-VIII, baris yang diberi highlight warna merupakan \nmodel estimasi terbaik yang dipilih. \n\n 7 \/ 9 \n\n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n\fMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nE. Penyusunan Peta Estimasi Indeks Ketahanan Pangan yang \nLebih Granular Hasil Model Terbaik Machine Learning \n\nPenyusunan peta estimasi aspek ketersediaan pangan \nmenggunakan hasil model machine learning terbaik dan peta \nestimasi validasi terbaik yaitu random forest regression \n(RFR), aspek keterjangkauan pangan menggunakan multi \n\nlayer perceptron \n(MLP), aspek pemanfaatan pangan \nmenggunakan decision tree regression (DTR), serta estimasi \nIKP menggunakan model machine learning random forest \nregression (RFR). Berikut adalah peta estimasi tiap aspek \npada level grid 2.5 km x 2.5 km pada Gambar 7 dan estimasi \nIKP level grid 2.5 km x 2.5 km pada Gambar 8. \n\nGambar 7. Peta Estimasi Aspek Ketersediaan Pangan; Peta Estimasi Aspek Keterjangkauan Pangan; Peta Estimasi Aspek \nPemanfaatan Pangan Level Grid 2.5 km dengan Model Machine Learning Terbaik \n\nGambar 8. Peta Estimasi IKP Level Grid 2.5 km dengan RFR \n\nBerdasarkan estimasi IKP yang telah dibuat, dilakukan \nevaluasi numerik hasil pemetaan estimasi IKP tersebut di level \nkabupaten\/kota. Sejatinya, diperlukan evaluasi level grid 2.5 \nkm x 2.5 km. Namun, dikarenakan data resmi IKP hanya di \nlevel kabupaten\/kota, maka akan dilakukan evaluasi hasil \nestiamsi IKP yang diagregat ke \nlevel Kabupaten\/Kota. \nDidapatkan hasil evaluasi pada Tabel IX. \n\nTABEL IX \nHASIL EVALUASI ESTIMASI INDEKS KETAHANAN PANGAN \n\nModel \n\nRMSE MAPE MAE \n\nAdj \n\nAspek Ketersediaan \nPangan \nAspek \nKeterjangkauan \n\n0.93 \n\n0.11 \n\n6.96 \n\n0.52 \n\n0.47 \n\n4.18 \n\n0.04 \n\n3.11 \n\n0.19 \n\n0.11 \n\nModel \n\nPangan \n\nRMSE MAPE MAE \n\nAdj \n\nAspek Pemanfaatan \nPangan \nIKP \n\n5..43 \n\n4.73 \n\n0.08 \n\n0.05 \n\n4.13 \n\n3.44 \n\n0.42 \n\n0.05 \n\n0.36 \n\n0.05 \n\nF. Dashboard Interaktif \n\nDashboard interaktif telah dibangun untuk memudahkan \ninteraktif. \npembaca melihat hasil estimasi IKP secara \nTampilan dashboard dapat dilihat pada Gambar 9. Dashboard \ninteraktif pemetaan estimasi IKP dengan RFR di Provinsi \n\n 8 \/ 9 \n\n \n \n \n \n \n \n \n \n\fKalimantan Barat \ndikunjungi melalui \ndapat \nhttps:\/\/s.stis.ac.id\/Indeks_Ketahanan_Pangan_Kalbar . \n\ntautan \n\nGambar 9. Dashboard Interaktif Pemetaan Estimasi IKP \ndengan RFR \n\nPada dashboard, pengguna dengan mudah dapat mengetahui \nkondisi ketahanan pangan pada level yang lebih granular, \nyaitu 2,5 km. Dashboard menampilkan informasi berupa id \ngrid, nilai estimasi IKP, nilai estimasi aspek ketersediaan \npangan, estimasi aspek keterjangkauan pangan, estimasi aspek \npemanfaatan pangan, kecamatan, dan kabupaten. \n\nVII. \n\nPENUTUP \n\nBerdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan \nbawha dari tujuan 1, IKP dapat diidentifikasi dengan data \nalternatif, yaitu pada aspek ketersediaan pangan dengan data \nNDVI, NDDI, soil moiture, elevasi, dan slope. Aspek \nketerjangkauan pangan dengan NTL, BUI, population density, \ndan RWI. Serta aspek pemanfaatan pangan dengan POI \ndistance dan POI density untuk fasilitas pendidikan dan \nfasilitas kesehatan. Dari tujuan 2, telah dilakukan perhitungan \nestimasi indeks ketahanan pangan level grid 2,5 km per aspek \nmenggunakan MCDA metode WSM. \nSelanjutnya, \nberdasarkan tujuan 3, model machine learning terbaik untuk \nmelakukan estimasi pemetaan IKP level yang lebih granular \nadalah RFR, dengan RMSE 28.00, MAPE 0.86, dan MAE \n21.41. Dari tujuan 4, dibangun pemetaan estimasi IKP. Hasil \nestimasi menggunakan MCDA metode WSM, untuk aspek \nketersediaan pangan memiliki RMSE 11.58, MAE 8.68, \nMAPE 0.13, 0.26, Adj 0.18, serta korelasi pearson \n0.51. Aspek keterjangkauan pangan RMSE 4.21, MAE 3.28, \nMAPE 0.04, 0.18, Adj 0.10, serta korelasi pearson -\n0.49. Aspek pemanfaatan pangan memiliki RMSE 6.24, MAE \n4.84, MAPE 0.09, 0.23, Adj 0.15, serta korelasi pearson \n0.57. Untuk pembangunan IKP berdasarkan hasil WSM \ntersebut menggunakan bobot resmi, didapatkan RMSE 4.94, \nMAE 3.51, MAPE 0.05, 0.09, dan adjusted R-\nsquare 0.01 dan korelasi pearson -0.3. Sedangkan hasil \npemetaan estimasi IKP agregat kabupaten\/kota metode \nmachine learning memiliki evaluasi RMSE 4.73, MAE 3.44, \nMAPE 0.05, 0.05, dan adjusted R-square 0.05. \nUntuk aspek ketersediaan pangan memiliki evaluasi RMSE \n0.93, MAPE 0.11, MAE 6.96, 0.54 dan 0.47. \nAspek keterjangkauan pangan memiliki evaluasi RMSE 4.18, \n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nMAPE 0.04, MAE 3.11, 0.52, Adj 0.11. Serta, aspek \npemanfaatan pangan memiliki evaluasi RMSE 5.43, MAPE \n0.08, MAE 4.13, 0.42, dan Adj 0.36. Berdasarkan \ntujuan 5, hasil estimasi pemetaan IKP dapat ditampilkan \ndalam bentuk dashboard interaktif. \n\nBagi penelitian selanjutnya, dapat melakukan eksplorasi \nsumber data citra satelit dan big data geospasial lain yang \ndapat digunakan untuk mengestimasi IKP, serta dapat \nmengimplementasikan model pada wilayah provinsi lain di \nIndonesia. Bagi stakeholder, hasil estimasi pemetaan indeks \nketahanan pangan yang diperoleh dari penelitian \nini \nberpotensi untuk diintegrasikan dengan data resmi IKP, serta \nmodel yang dibangun berpotensi digunakan dalam pemetaan \nestimasi IKP di Kalimantan Barat di masa yang akan datang. \n\nDAFTAR PUSTAKA \n\n[1] \n\n[2] \n[3] \n[4] \n\n[5] \n\n[6] \n[7] \n\n[8] \n\n[9] \n\nShi, S., Ye, Y., & Xiao, R. (2022). Evaluation of Food Security Based on Remote Sensing Data—Taking \nEgypt as an Example. Remote Sensing, 14 (12), 2876. \n\nIndonesia. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Jakarta. \n\nKetersediaan, P., & Pangan, K. Indeks Ketahanan Pangan 2021. \n\nVirtriana, R., Riqqi, A., Anggraini, T. S., Fauzan, K. N., Ihsan, K. T. N., Mustika, F. C., ... & Wikantika, K. \n(2022). Development of Spatial Model for Food Security Prediction Using Remote Sensing Data in West Java, \nIndonesia. ISPRS International Journal of Geo-Information, 11(5), 284. \n\nZamrodah, Y. (2020). Penyusunan Indeks Ketahanan Pangan Kabupaten Probolinggo. Jurnal Ilmiah Sosio \nAgribis, 20 (2). \n\nThe Economics Group. (2021). Global Food Security Index 2021. \n\nPutri, S. R., Wijayanto, A. W., & Permana, S. (2023). Multi-source satellite imagery and point of interest data \nfor poverty mapping in East Java, Indonesia: Machine learning and deep learning approaches. Remote Sensing \nApplications: Society and Environment, 29, 100889. \n\nBerd, I., Ekaputra, E. G., Yanti, D., & Stiyanto, E. (2022, July). The use of the NDVI algorithm in predicting \nthe productivity of rice fields of Talang District of Solok Regency. In IOP Conference Series: Earth and \nEnvironmental Science (Vol. 1059, No. 1, p. 012004). IOP Publishing. \n\nSaipova, B. (2021). Using Geospatial Technologies to Detect and Monitor Changes in Land Cover and Land \nManagement. CENTRAL ASIAN JOURNAL OF MATHEMATIC THEORY AND COMPUTER SCIENCES, \n2 (11), 103-111. \n\n[10] Lestari, D. A. A., Martianto, D., & Tanziha, I. (2018). Pengembangan indeks ketahanan pangan dan gizi \ntingkat Kabupaten di Kabupaten Bandung Barat. Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis, 2(1), 62-76. \n\n[11] \n\n[12] \n\n[13] \n\nSinaga, S., Baliwati, Y. F., & Heryatno, Y. (2022). Pengembangan Indeks Ketahanan Pangan dan Gizi \nBerkelanjutan di Jawa Barat. Jurnal Ilmu Gizi dan Dietetik, 1(1), 50-57. \n\nPutri, S. R., Wijayanto, A. W., & Sakti, A. D. (2022). Developing relative spatial poverty index using \nintegrated remote sensing and geospatial big data approach: a case study of East Java, Indonesia. ISPRS \nInternational Journal of Geo-Information, 11 (5), 275. \n\nPailler, S., Naidoo, R., Burgess, N. D., Freeman, O. E., & Fisher, B. (2015). Impacts of community-based \nnatural resource management on wealth, food security and child health in Tanzania. PloS one , 10 (7), \ne0133252. \n\n[14] Afrianto, F. (2022). East Java Province GRDP Projection Model Using Night-Time Light Imagery. East Java \n\nEconomic Journal, 6 (2), 208-223. \n\n[15] Kumar, A., & Sharma, P. (2022). Impact of climate variation on agricultural productivity and food security in \n\nrural India. Available at SSRN 4144089. \n\n[16] Bahamonde, H. (2018). Aiming right at you: Group versus individual clientelistic targeting in Brazil. Journal \n\nof Politics in Latin America, 10 (2), 41-76. \n\n[17] Egbunu, C. O., Ogedengbe, M. T., Yange, T. S., Rufai, M. A., & Muhammed, H.I. (2021). Towards Food \nSecurity: the Prediction of Climatic Factors in Nigeria using the Random Forest Approach. Journal of \nComputer Science and Information Technology, 70-81. \n\n[18] Mulia, K. K., & Sahputra, I. H. (2021). Rekomendari Solusi dan Pembangunan Model Prediksi Keterlambatan \n\ndi PT. X Menggunakan Decision Tree Regression. Jurnal Titra, 9(2). \n\n[19] Awad, M., & Khanna, R. (2015). Efficient learning machines: theories, concepts, and applications for \n\nengineers and system designers (p. 268). Springer nature. \n\n[20] Otchere, D. A., Ganat, T. O. A., Ojero, J. O., Tackie-Otoo, B. N., & Taki, M. Y. (2022). Application of \ngradient boosting regression model for the evaluation of feature selection techniques in improving reservoir \ncharacterization predictions. Journal of Petroleum Science and Engineering, 208, 109244. \n\n[21] Oktavianti, I., Ermatita, E., & Rini, D. P. (2019). Analysis of Predicted Patterns of Time Series Data using \nSupport Vector Regression, Multilayer Perceptron, and Simple Linear Regression. Journal of RESTI (System \nEngineering and Information Technology), 3 (2), 282-287. \n\n[22] Umri, S. S. A. (2021). Analisis Dan Komparasi Algoritma Klasifikasi Dalam Indeks Pencemaran Udara Di Dki \n\nJakarta. JIKO (Jurnal Informatika dan Komputer), 4(2), 98-104. \n\n[23] Arumsari, M., & Dani, A. T. R. (2021). Peramalan data runtun waktu menggunakan model hybrid time series \n\nregression–autoregressive integrated moving average. Jurnal Siger Matematika, 2(1), 1-12. \n\n[24] Hidayatullah, Z. M., Nurjanah, D., & Rismala, R. (2019). Implementasi Convolutional Neural Network Dan \nProbabilistic Matrix Factorization Pada Sistem Rekomendasi Buku. eProceedings of Engineering, 6(2). \n[25] Nurmasani, A., Utami, E., & Al Fatta, H. (2017). Analisis Support Vector Machine Pada Prediksi Produksi \n\nKomoditi Padi. Informasi Interaktif, 2(1), 39-46. \n\n[26] Niko, N., & Atem, A. (2020). Persoalan kerawanan pangan pada masyarakat miskin di wilayah perbatasan \n\nEntikong (Indonesia-Malaysia) Kalimantan Barat. Jurnal Surya Masyarakat, 2(2), 94-104. \n\n[27] Aldababseh, A., Temimi, M., Maghelal, P., Branch, O., & Wulfmeyer, V. (2018). Multi-criteria evaluation of \n\nirrigated agriculture suitability to achieve food security in an arid environment. Sustainability, 10(3), 803. \n\n 9 \/ 9 \n\n \n \n \n \n\f", "label": [ { "start": 7855, "end": 7934, "text": "", "labels": [ "TUJUAN" ] }, { "start": 34347, "end": 34468, "text": "", "labels": [ "TEMUAN" ] }, { "start": 7943, "end": 7986, "text": "Multi-Criteria\\nDecision Analysis (MCDA) ", "labels": [ "METODE" ] } ], "annotator": 1, "annotation_id": 18, "created_at": "2023-12-27T15:26:14.003248Z", "updated_at": "2023-12-27T15:31:17.027188Z", "lead_time": 959.121 }, { "id": 38, "content": "Makalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik\n\nAnalisis Klasifikasi URL Berbahaya Menggunakan\nMetode Support Vector Machine (SVM) dan\nConvolutional Neural Network (CNN)\n\nRizka Julianisa Asri (221911157, 4SI2)\n\nDosen Pembimbing: Farid Ridho, MT.\n\nRingkasan—Dampak yang signifikan dirasakan masyarakat\nakibat perkembangan teknologi. Dampak negatif yang paling\nsering terjadi adalah kejahatan siber. Metode pendeteksian\nkejahatan siber masih tergolong dilakukan dengan metode\ntradisional yaitu dengan teknik signature based detection. Namun\npenggunaan teknik signature based detection tidak dapat\nmendeteksi intruksi yang tidak ada di database signature, tidak\ndapat memberikan solusi, dan banyak memerlukan resource\nyang besar. Sehingga dibutuhkan suatu metode yang modern dan\nmemberikan hasil yang baik, yaitu dengan menggunakan metode\nSVM dan metode CNN. Hasil pendeteksian menunjukkan\nmetode SVM dengan akurasi sebesar 85% dan CNN dengan\nakurasi sebesar 94.71% dan nilai loss sebesar 0.1215. Sehingga\ndapat disimpulkan bahwa metode yang terbaik yaitu metode\nCNN. Hal tersebut juga didukung dengan kecepatan performa\nmodel CNN lebih cepat daripada metode SVM.\n\nKata Kunci— Kejahatan Siber, URL, SVM, CNN.\n\nakses\n\nPerkembangan\n\nI. LATAR BELAKANG\nkepada\nteknologi memberikan\nmasyarakat untuk dapat melakukan segala sesuatu secara\nfasilitas\nmudah, cepat, dan praktis. Akibatnya, berbagai\ntersedia di dunia maya sehingga memberikan daya tarik\nkepada masyarakat untuk mencoba dan mempelajarinya tanpa\nmereka mengetahui bahwa situs atau halaman yang mereka\nakses merupakan situs yang legal maupun ilegal. Dengan\nkemudahan akses yang diberikan menimbulkan dampak\npositif dan negatif. Dampak positif terhadap perkembangan\nteknologi yaitu kemudahan memperoleh akses informasi\ndengan cepat dan mudah, mudah terhubung dengan orang\nyang jauh, dan lain sebagainya. Dampak negatif yang paling\nsering terjadi adalah kejahatan siber.\n\nKejahatan siber didefinisikan sebagai aktivitas terlarang\nyang dilakukan melalui internet oleh orang-orang yang tidak\nbertanggung jawab seperti akses ilegal, menyebarkan virus,\nphishing, malware, dan lain sebagainya. Berdasarkan NCSI\n(National Cyber Security Index),\nIndonesia berada pada\nperingkat 84 dari 160 negara dan memperoleh skor keamanan\nsebesar 38,96 dari 100 [8]. Kondisi tersebut mengindikasikan\nkondisi keamanan siber di Indonesia yang masih sangat rentan\nterhadap berbagai kejahatan siber. Berbagai kejahatan siber\nbiasa disebut dengan serangan malware. Malware merupakan\nsuatu program yang dibuat untuk mencari kelemahan software\ndan dengan tujuan tertentu [7]. Malware pada umumnya\ndiciptakan untuk merusak suatu software dengan cara\ntersembunyi. Serangan malware dapat\nmenyisipkan script\n\nPelaku-pelaku\n\nserangan malware\n\nberupa phishing, virus, serangan DDoS (Distributed Denial of\nService) dan lain sebagainya.\nkejahatan\n\nsering\ntargetnya, dimana\nmengirimkan link-link URL kepada\ntargetnya tidak menyadari mengenai\nmasyarakat sebagai\nkeamanan dan dampak yang terjadi\nterhadap URL yang\nmereka akses tersebut. Pelaku biasanya melakukan aksinya\ndengan menggunakan nama dan alamat website yang mirip\ndengan aslinya [10]. Namun jika diperhatikan dengan\nseksama,\nlink tersebut sangat berbeda dengan link yang\nsebenarnya, pelaku sering kali memodifikasi URL yang\nmereka kirim semirip mungkin dengan yang aslinya dan juga\nmembuat URL terkesan bahwa URL tersebut benar dan asli.\n\nDampak yang ditimbulkan yaitu akun email korban dapat\nterblokir, data-data pribadi dapat digunakan untuk tindakan\nyang negatif, dan menyebabkan kerugian baik material\nmaupun moral terhadap korban. Walaupun langkah-langkah\nkeamanan semakin meningkat, namun serangan malware tidak\ndapat dihindari dan korban penipuan semakin banyak.\nBeberapa metode yang paling sering digunakan masyarakat\nuntuk pencegahan yaitu dengan memasang antivirus. Dimana\nantivirus menggunakan teknik signature based detection\ndalam melakukan pendeteksian.\n\nTeknik signature based detection merupakan teknik yang\ndilakukan dengan melihat signature dalam program aplikasi\nyang disuntikkan oleh malware writer, sehingga dapat\nmengenali suatu jenis malware tertentu [15]. Mendeteksi\nmalware dalam suatu kode dengan cara mencari signature\nyang telah ada sebelumnya. Metode ini juga dikenal sebagai\nmetode sidik jari, pencocokan pola, atau pencocokan string\n[14]. Meskipun teknik ini banyak digunakan dalam melakukan\npendeteksian namun disamping itu, teknik signature based\ndetection memiliki kelebihan dan kekurangan [1],\n[4].\nKelebihannya yaitu waktu yang diperlukan untuk pemindaian\nsedikit\nlebih sedikit, mudah untuk diimplementasikan,\nmenghasilkan false-positif, dan dapat mendeteksi serangan\nyang sama di masa mendatang. Sedangkan kekurangannya\nyaitu instruksi yang tidak ada dalam database signature tidak\ntidak dapat memberikan solusi, dan\ndapat dideteksi,\nmelakukan paket analisis dengan ukuran yang besar dan\nbanyak memerlukan resource yang besar. Dengan adanya\nkekurangan tersebut, maka diperlukan metode yang lebih baik\nuntuk mendeteksi malware dengan baik dan efisien yaitu\ndengan memanfaatkan teknik Support Vector Machine (SVM)\ndan Convolutional Neural Network (CNN).\n\nSVM (Support Vector Machine) adalah salah satu jenis\nteknik klasifikasi untuk pembelajaran yang diawasi. Metode\n\n1 \/ 8\n\n\fSVM mentransformasikan data pelatihan awal ke dalam\ndimensi yang lebih tinggi menggunakan pemetaan nonlinier\n[6]. SVM merupakan salah satu metode yang mudah\ndigunakan. Cara kerja SVM dirancang untuk memperoleh\nhyperplane terbaik yang dapat mengklasifikasikan menjadi\ndua kelas pada ruang input berdasarkan pada SRM (Structural\nRisk Minimization). Berdasarkan SRM yaitu dengan memilih\nhyperline dengan margin yang besar dapat meminimalkan\nerror dalam data training.\n\nSelain pendekatan SVM (Support Vector Machine), metode\nCNN (Convolutional Neural Network)\nsemakin sering\ndigunakan dalam penelitian dan mulai menjadi perhatian.\nHasil yang paling terkenal dalam identifikasi gambar adalah\nyang dihasilkan oleh CNN, salah satu algoritma Deep\nLearning yang dibangun berdasarkan arsitektur Multi Layer\nPerceptron (MLP) [9]. CNN terdapat beberapa tahapan atau\nlapisan dalam melakukan pendeteksian, hal tersebut dapat\nmemberikan\nyang lebih akurat dan\nklasifikasi\nhasil\nmenemukan bentuk-bentuk baru.\n\nDeteksi malware dengan SVM (Support Vector Machine)\ndan CNN (Convolutional Neural Network) dapat mempelajari\nciri-ciri malware tingkat tinggi daripada menggunakan teknik\nsignature based detection yang kaku, hal ini memungkinkan\nuntuk mendeteksi variasi pada malware yang ada dan bahkan\nmalware yang sama sekali baru. Dengan kelebihan tersebut\ndapat menjadi\ninovasi yang dapat diterapkan dalam\npendeteksian dan pengklasifikasian terkait dengan serangan\nmalware.\n\nOleh karena itu, SVM (Support Vector Machine) dan CNN\n(Convolutional Neural Network) digunakan oleh peneliti\nsebagai pendekatan yang lebih mutakhir dan tepat untuk dapat\nmendeteksi URL berbahaya dengan komponen dalam URL\nsebagai variabelnya. Kemudian, dari kedua metode tersebut\ndilakukan perbandingan untuk mendapatkan metode yang\nterbaik dalam melakukan pendeteksian dengan akurat.\n\nII. TUJUAN PENELITIAN\n\nBerdasarkan penjelasan latar belakang yang telah diberikan\nsebelumnya, maka dapat ditentukan tujuan dari penelitian ini\nsebagai berikut.\n\n1. Mengevaluasi model untuk melakukan pendeteksian\nURL berbahaya dengan metode SVM berdasarkan\naspek akurasi, presisi, k-fold dan evaluation matrix.\n2. Mengevaluasi model untuk melakukan pendeteksian\nURL berbahaya dengan metode CNN berdasarkan\naspek akurasi dan nilai loss.\n\n3. Membandingkan model SVM dan CNN berdasarkan\n\naspek akurasi.\n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik\n\nDalam penelitian\n\nIII. PENELITIAN TERKAIT\npada\n[2]\nsebelumnya\npendeteksian dengan menggunakan metode machine learning.\nPada penelitian tersebut, menggunakan berbagai kombinasi\nsumber data dan beberapa rangkaian ekstraksi fitur untuk\nmelakukan pengklasifikasian. Penelitian ini menggunakan\nmetode evaluasi yaitu akurasi dan presisi.\n\nterbatas\n\nPenelitian terkait\n\nlainnya [13] menggunakan kombinasi\nlearning dan deep learning. Peneliti\nmetode machine\nmenggunakan data URL phising. Dalam penelitian tersebut,\npeneliti melakukan ekstraksi fitur pada tingkat karakter dari\nURL dan membagi data menjadi empat kombinasi data yang\nberasal dari sumber berbeda. Metode evaluasi model yang\ndigunakan dalam penelitian ini yaitu akurasi.\n\nPenelitian terkait selanjutnya [12] melakukan pendeteksian\nURL phising dengan menggunakan machine learning. Peneliti\nmenggunakan berbagai sumber data. Penelitian menggunakan\nWEKA dan ekstraksi fitur diimplementasikan dalam PHP.\nPenelitian ini menggunakan ekstraksi fitur pada tingkatan\nheuristik sebanyak 14 fitur.\n\nPenelitian terkait lainnya [5] melakukan pendeteksian URL\nphising dengan menggunakan metode machine learning.\nPenelitian ini menggunakan ekstraksi fitur pada tingkatan\nheuristik sebanyak 10 fitur. Penelitian ini menggunakan data\nyang dikumpulkan dari repositori data phishing situs web\nkaggle. Penelitian ini menggunakan metode evaluasi yaitu\nakurasi dan confusion matrix.\n\nPenelitian terkait lainnya [16] mengenai pendeteksian URL\nphising dengan menggunakan metode machine learning.\nPenelitian ini menggunakan ekstraksi fitur pada tingkatan\nheuristik. Metode evaluasi model dalam penelitian ini yaitu\nakurasi, presisi, f-1 score, grid search dan sensitivity.\n\nIV. METODE PENELITIAN\n\nDalam prosesnya penelitian ini menggunakan Personal\nComputer (PC) yang merupakan milik laboratorium komputer\nPoliteknik Statistika STIS. Spesifikasi perangkat Personal\nComputer (PC) yaitu processor Intel(R) Coreᵀᴹ i7-10700\n(2.90GHz, 16 CPUs), GPU Intel(R) UHD Graphics 630, RAM\n16GB, Disk sebesar 487GB (drive: C) + 953.9GB (drive: D)\ndan menggunakan Operating System Windows 11 Enterprise\n64-bit.\n\nMetodologi penelitian SVM (Support Vector Machine) dan\nCNN (Convolutional Neural Network), yang terdiri dari\nberbagai langkah, ditunjukkan pada Gambar 1 di bawah ini.\n\n2 \/ 8\n\n\fMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik\n\nGambar 1. Alur Metode Penelitian\n\n1. Pengumpulan Data\n\nKumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini\ndiperoleh dari tiga tempat yang berbeda. Sumber-sumber\ntersebut\nterdiri dari data web Phishtorm [25], web\nURLHaus [23], dan web Phishtank [24]. Pengumpulan\ndata dilakukan dengan cara diunduh.\n\n2. Pemilihan Sampel\n\nDalam penelitian ini, dataset yang telah dikumpulkan\ndari berbagai sumber diambil sampel berjumlah 30.000\ndata pada masing-masing sumber data. Untuk data yang\nbersumber dari Phishtorm akan diambil 60.000 data\ndengan rincian yaitu 30.000 data untuk URL baik dan\n30.000 untuk URL jahat.\n\nTeknik pengambilan sampel SRS (Simple Random\nSampling) digunakan dalam investigasi\nini. Pada\npopulasi dengan karakteristik yang umumnya homogen,\nSRS adalah pendekatan yang sederhana dan sering\ndigunakan [21].\n\n3.\n\nIntegrasi Data\n\nsampel\n\npengambilan\n\nSetelah melakukan\n\npada\nmasing-masing sumber data, proses selanjutnya yaitu\nmelakukan integrasi\nIntegrasi\ndilakukan guna mendapatkan satu set data yang akan\ndigunakan untuk tahapan selanjutnya. Proses integrasi\ndilakukan dengan menggunakan fungsi merge dataset\nmenjadi sebuah dataset.\n\nterhadap data sampel.\n\n3 \/ 8\n\n\fDalam penelitian ini, dataset yang digunakan\nmerupakan gabungan seluruh sampel dengan total data\npada dataset sebanyak 120.000 data.\n\n4. Ekstraksi Fitur\n\nekstraksi\n\nSetelah dilakukan integrasi data, langkah selanjutnya\nfitur. Fitur-fitur yang\nyaitu melakukan\ndigunakan berdasarkan fitur leksikal dan web-scrapped.\nFitur-fitur tersebut diperoleh dari komponen-komponen\npenyusun sebuah URL. Fitur-fitur tersebut berjumlah 20\nfitur. Penjelasan fitur dapat dilihat pada tabel I.\n\nTABEL I\nFITUR-FITUR PENELITIAN\n\nFitur\nuse_of_ip\n\nurl_length\ncount.\ncount-letters\ncount@\ncount_dir\n\ncount_embed_domain\ncount=\ncount?\ncount-digits\nsus_url\n\ncount%\ncount_\ncount-www\ncount-http\ncount-https\ncount-\ngoogle_index\n\nfd_length\n\ntld_length\n\nuntuk\n\npengecekan\n\nDeskripsi\nDigunakan\nkeberadaan IP dalam URL\nPanjang semua karakter penyusun URL\nJumlah karakter titik (.)\nJumlah huruf dalam URL\nJumlah karakter @\nMenentukan panjang direktori pertama\ndi URL\nJumlah domain tersemat\nJumlah karakter tanda sama dengan (=)\nJumlah karakter tanda tanya (?)\nJumlah angka dalam URL\nMenemukan\nkata-kata\nadanya\nmencurigakan seperti update, sign in,\naccount, update, free, dll.\nJumlah karakter %\nJumlah karakater underscore ( _ )\nJumlah www\nJumlah protokol http\nJumlah protokol https\nJumlah tanda hubung (-)\nMengecek apakah URL sudah terindeks\ndi google search console atau belum\nJumlah panjang direktori pertama di\nURL\nJumlah TLD\/domain tingkat atas dalam\nURL\n\n5. CNN (Convolutional Neural Network)\n\nCNN adalah teknik pertama dalam penelitian ini.\nMLP (Multi Layer Perceptron) dikembangkan menjadi\nsalah satu algoritma pembelajaran mendalam, yakni\nCNN, yang memiliki hasil\nterbaik untuk pengenalan\ngambar [9].\n\nDalam tahapan ini, perbandingan data menggunakan\n30% data testing dan 70% data training. Penggunaan\nperbandingan\npendeteksian\ndikarenakan\nmenunjukkan hasil yang terbaik jika dibandingkan\ndengan perbandingan data lainnya.\n\nhasil\n\nitu\n\nDalam metode ini, evaluasi yang digunakan yaitu\ndengan melihat akurasi, performa model serta didukung\noleh nilai cost loss.\n\n6. SVM (Support Vector Machine)\n\nDalam penelitian ini, dataset yang terbentuk akan\ndiaplikasikan dengan menggunakan SVM. Algoritma\nSVM bekerja untuk meningkatkan dimensi data\n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik\n\npelatihan asli dengan menggunakan pemetaan nonlinear\n[11].\n\nDalam tahapan ini perbandingan data yang digunakan\nsama dengan metode CNN yaitu 30% data testing dan\ntersebut dikarenakan untuk\n70% data training. Hal\nkebutuhan\nproses pencarian\nperbandingan. Untuk\nparameter terbaik digunakan fungsi grid search.\n\nDalam modetode ini, evaluasi yang digunakan yaitu\ndengan melihat akurasi, performa model dan presisi serta\ndidukung oleh K-fold dan evaluation matrix.\n\n7. Evaluasi Model\n\nDalam penelitian ini, evaluasi model yang digunakan\nyaitu akurasi, presisi, nilai loss, k-fold, dan confusion\nmatrix [3] [18] [22] [19] [20].\n\na. Akurasi\n\nAkurasi\n\ndigunakan\n\nuntuk menentukan\nakurasi model klasifikasi dengan membagi jumlah\nhasil yang valid dengan jumlah total kasus.\n\n𝐴𝑘𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 =\n\n𝑇𝑃+𝑇𝑁\n𝑇𝑃+𝑇𝑁+𝐹𝑃+𝐹𝑁\n\nb. Presisi\n\nPresisi dihitung sebagai jumlah semua kasus\npositif yang berhasil dikategorikan dibagi dengan\nsemua contoh positif yang diprediksi.\n𝑃𝑟𝑒𝑠𝑖𝑠𝑖 = 𝑇𝑃\n\n𝑇𝑃+𝐹𝑃\n\nc. Nilai Loss\nNilai\n\nloss\n\nyang\nadalah\nmerepresentasikan komputasi yang menyebabkan\nketidaktepatan sistem dalam pengenalan objek.\n𝐹𝑃+𝐹𝑁\n𝑇𝑃+𝑇𝑁+𝐹𝑃+𝐹\n\nparameter\n\n𝐿𝑜𝑠𝑠 =\n\nd. Cross Validation K-fold\n\nCross validation K-fold adalah teknik untuk\nmengonfirmasi keakuratan model yang dibangun\ndengan menggunakan sekumpulan data tertentu.\n\n8. Perbandingan\n\nterbaik\n\nini, model\n\nDalam tahapan\n\npada\nmasing-masing metode yang diperoleh akan dilakukan\nperbandingan berdasarkan nilai akurasi dan performa\nmodel. Model terbaik yang diperoleh dari kedua metode\ntersebut akan dipilih berdasarkan nilai akurasi dan\nperforma paling baik.\n\nV. KERANGKA PIKIR\n\nGambar 3 mengilustrasikan bagaimana kerangka kerja\npenelitian yang digunakan dimulai dengan isu-isu yang\nmendorong penelitian ini. Oleh sebab permasalahan tersebut\nmaka dilakukan analisis pendeteksian. Tahapan analisis\ndimulai dengan pengumpulan data dan pemilihan sampel.\nsampel-sampel\nSetelah dilakukan pengambilan sampel,\ndengan\ndigabungkan menjadi\ntersebut\n\ndataset\n\nsatu\n\n4 \/ 8\n\n\fmenggunakan fungsi merge. Setelah tahapan penggabungan\ndilanjutkan dengan melakukan ekstraksi fitur.\n\nakan\n\nProses\n\nselanjutnya dilakukan pendeteksian dengan\nmenggunakan metode SVM dan CNN. Dari kedua metode\ntersebut\npada\nmasing-masing metode. Beberapa kriteria yang digunakan\ndalam penelitian ini untuk memperoleh model terbaik pada\nmasing-masing metode. Metode SVM memilih model terbaik\nberdasarkan aspek pengukuran presisi, akurasi, K-fold dan\n\nhasil model\n\ndiperoleh\n\nterbaik\n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik\n\nperforma. Untuk metode CNN pemilihan model\nterbaik\ndilakukan berdasarkan aspek pengukuran akurasi, nilai loss\ndan performa.\n\nHasil kedua model\n\nterbaik dari masing-masing metode\ntersebut\nuntuk\ndilakukan\nmendapatkan model yang paling terbaik berdasarkan aspek\npengukuran akurasi dan performa model.\n\nperbandingan\n\nkemudian\n\nGambar 3. Kerangka pikir Penelitian\n\nVI. HASIL DAN PEMBAHASAN\n\n1. Pengumpulan Data\n\nSumber-sumber data penelitian ini meliputi web\nPhishtorm, web URLHaus, dan web Phishtank. Data\ndari web tersebut dikumpulkan dengan cara diunduh.\nData diunduh pada bulan November 2022.\n\nDalam data URLHaus diperoleh data sejumlah\n129.989 data, dimana dataset tersebut memiliki variabel\nyang terdiri dari\nid, dateadded, URL, url_status,\nlast_online, threat tags, urlhaus_link, dan reporter.\n\nDalam data Phishtank diperoleh data sejumlah 89.295\ntersebut memiliki variabel data\ndata, dimana dataset\nyaitu phish_id, phish_detail_url, URL, submission_time,\nverified, verification_time, online, dan target.\n\nDalam data Phishtorm diperoleh data sejumlah\n48.009 data URL baik dan 48.002 data URL jahat,\ndimana dataset tersebut memiliki variabel yang terdiri\ndari domain, ranking, mld_res, mld.ps_res, card_rem,\njaccard_RA,\nratio_Rrem,\njaccard_AR,\njaccard_ARrd,\njaccard_ARrem, dan label.\n\njaccard_AA,\n\njaccard_RR,\n\nratio_Arem,\n\n2. Pemilihan Sampel\nTahapan\n\nselanjutnya\n\nyaitu\nmelakukan pengambilan sampel. Pengambilan sampel\npenelitian\ndengan\nmenggunakan Phyton. Pengambilan sampel dilakukan\n\ndalam penelitian\n\ndilakukan\n\nbertahap\n\nsecara\n\npada masing-masing sumber data. Jumlah sampel yang\ndiambil sebanyak 30.000 data.\n\nPengambilan sampel dilakukan secara SRS dengan\njumlah sampel sebanyak 30.000 data. Jumlah sampel\nyang diambil sebanyak 30.000 data untuk masing-masing\nsumber data. Pengambilan sampel dilakukan dengan\npengacakan data sebanyak 1 kali. Untuk sampel yang\nbersumber dari Phishtorm akan dibagi menjadi dua\ntahapan, yaitu membagi data berdasarkan klasifikasi\nURL baik dan URL Jahat.\n\n3.\n\nIntegrasi Data\n\nSebelum melakukan integrasi data terlebih dahulu\ndilakukan pengecekan dan menyamakan format data\nuntuk kebutuhan pengolahan data penelitian. Format data\nyang digunakan dengan memberikan nama variabel yaitu\nuntuk kolom yang berisikan URL akan diberina nama\n“url”, sedangkan untuk kolom data yang berisikan\ntipe\/klasifikasi URL apakah termasuk URL baik dan\nURL jahat akan diberi nama “type”.\n\nGambar 4. Format penulisan dataset untuk URL Baik dan URL Jahat\n\nSeperti yang ditunjukkan dalam gambar 4. Type diberi\nnama “good” untuk URL baik dan diberi nama “bad’\nuntuk URL jahat.\n\n5 \/ 8\n\n\fMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik\n\nTahapan selanjutnya yang dilakukan yaitu melakukan\nekstraksi fitur. Fitur-fitur yang akan diekstrak sebanyak\n20 fitur. Fitur-fitur tersebut merupakan ekstraksi dari\nkomponen-komponen penyusun URL seperti yang\nterlihat pada gambar 5. Ekstraksi komponen-komponen\ndilakukan untuk memperoleh karakteristik dari URL\njahat dan URL Baik.\n\nSetelah melakukan ekstraksi, dilakukan mengkodekan\ntype yaitu untuk URL dengan\nulang terhadap fitur\nkategori\n“1”,\nsedangkan untuk URL dengan kategori “bad” akan\ndikategorikan sebagai “0”.\n\nakan dikategorikan sebagai\n\n“good”\n\nsampel,\n\nSetelah melakukan penyamaan format data pada\nmasing-masing\nlangkah selanjutnya yaitu\nmelakukan penyatuan data sampel. Penyatuan data\nsampel dilakukan dengan menggunakan fungsi merge\ndataset menjadi sebuah dataset. Pada penelitian ini,\ndataset yang digunakan merupakan gabungan seluruh\ndata.\nsumber\nPenyatuan dilakukan untuk digunakan dalam tahapan\nselanjutnya.\n\nsebanyak\n\n120.000\n\nsampel\n\ndataset\n\n4. Ekstraksi Fitur\n\nGambar 5. Struktur Elemen URL\n\nGambar 6. Hasil Ekstraksi Fitur\n\nHasil ekstraksi yang telah dilakukan akan berupa\ndata-data seperti pada gambar 6. Selain itu juga pada\nfitur “type” merupakan klasifikasi data yang dilakukan\nsebelum ekstraksi\nfitur\n“type_code” merupakan pengkodean ulang pada fitur\n“type” yang dilakukan pada proses ekstraksi fitur.\n\nfitur. Kemudian\n\nuntuk\n\n5. CNN (Convolutional Neural Network)\n\ndata\n\ntelah\n\nyang\n\nDalam penelitian ini metode CNN diterapkan terhadap\ntahapan\nmodel\nsebelumnya. Pemodelan CNN dalam penelitian ini\nmenggunakan perbandingan 30% data untuk data testing\ndan 70% untuk data training. Perbandingan tersebut\nmenghasilkan hasil terbaik, sesuai dengan Gambar 7.\n\ndibentuk\n\npada\n\nGambar 7. Grafik Akurasi vs Perbandingan Data\n\nPendefinisian awal model dengan menggunakan\npengaturan yaitu input size sebesar 19, output size besar\n2, hidden layer sebesar 50, batch size sebesar 100, dan\nsebesar 20. Parameter penelitian\nmaksimal\nmenggunakan\n‘adam’,\nparameter loss yaitu ‘sparse_categorical_crossentropy’,\n\nparameter\n\noptimasi\n\niterasi\n\nyaitu\n\n6 \/ 8\n\n\fdan parameter metrics yaitu ‘accuracy’. Berdasarkan\nperhitungan, diperoleh hasil akurasi sebesar 94.197%\ndengan nilai loss sebesar 0.138.\n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik\n\nPencarian parameter\n\nterbaik dengan menggunakan\ngrid search, diperoleh hasil parameter\nterbaik yaitu\ndengan nilai parameter C yaitu 0.1, parameter C\ndigunakan untuk menentukan besarnya pinalti yang\ndikarenakan oleh kesalahan dalam pengklasifikasian\n[17]. Gamma sebesar 1, gamma digunakan untuk\nmenentukan seberapa besar kelengkungan dari batas\nkeputusan. Menggunakan kernel\n(radial basis\nfunction). Diperoleh hasil akurasi sebesar 85% dengan\npresisi sebesar 94%.\n\nrbf\n\nGambar 8. Grafik Akurasi\n\nGambar 10. Evaluation Metric\n\nBerdasarkan gambar 10, terlihat bahwa rincian presisi\nyang dihasilkan untuk dapat mendeteksi URL jahat\nsebesar 83%, sedangkan untuk mendeteksi URL baik\nsebesar 94%. Kemudian dilakukan evaluasi model\ndengan menggunakan K-Fold, diperoleh hasil akurasi\nsebesar 84% dengan nilai standar deviasi sebesar 0.002.\nArtinya adalah hasil pendeteksian dengan menggunakan\nmetode SVM dapat melakukan pendeteksian dengan\nakurat dan baik.\n\nGambar 9. Grafik Cost Loss\n\nBerdasarkan gambar 8 dan 9, dapat terlihat bahwa\nsemakin banyak iterasi (epoch) yang dilakukan akurasi\nmodel semakin meningkat dan nilai cost loss model\nsemakin menurun atau semakin rendah. Artinya bahwa\nkesalahan pendeteksian selama penambahan iterasi\nsemakin kecil. Hal ini dapat disimpulkan bahwa model\nsemakin membaik selama penambahan iterasi.\n\nhasil\n\ndiperoleh\n\nModel CNN ini juga dilakukan uji performa yang\ndimana\njumlah waktu\npendeteksian model sebesar 18.661 detik. Artinya bahwa\nwaktu yang diperlukan untuk memperoleh model CNN\npada dataset tersebut berkisar antara 18 -19 detik serta\ndapat dikatakan sangat cepat.\n\ndengan\n\n6. SVM (Support Vector Machine)\n\nDalam penelitian ini, metode SVM menggunakan\nperbandingan 30% data untuk data testing dan 70%\nuntuk data training. Perbandingan tersebut menggunakan\nperbandingan\ndengan metode CNN,\ndikarenakan kebutuhan untuk melakukan perbandingan.\n\nsama\n\nyang\n\nSelain itu, dilakukan uji performa dengan melihat\nwaktu running model, diperoleh hasil waktu sebesar\n10-11 menit. Artinya bahwa metode\nsvm dalam\nmelakukan model data membutuhkan waktu sekitar\n10-11 menit.\nSedangkan\n\ndengan\nmenggunakan k-fold, diperoleh waktu running data\nsekitar 3-4 jam. Hal tersebut dikarenakan proses iterasi\nyang banyak dilakukan untuk memperoleh hasil terbaik.\n\ndilakukan\n\nevaluasi\n\nketika\n\n7. Perbandingan\n\nBerdasarkan hasil perhitungan diperoleh metode yang\ndapat melakukan pendeteksian dengan hasil yang paling\nakurat yaitu dengan menggunakan metode CNN. Metode\nSVM memperoleh hasil akurasi sebesar 85%, sedangkan\nmetode CNN memperoleh akurasi sebesar 94.71%.\nArtinya adalah Metode CNN lebih efektif dalam\nmelakukan pendeteksian dari metode SVM.\n\nSelain itu juga, berdasarkan performa model diperoleh\nhasil bahwa performa model SVM sebesar 10-11 menit\ndan CNN sebesar 18 – 19 detik. Artinya bahwa performa\nmodel CNN lebih baik dan cepat daripada model SVM.\n\n7 \/ 8\n\n\fVII.\n\nPENUTUP\n\nBerikut ini adalah tiga kesimpulan yang dapat diambil dari\n\npenelitian yang telah dilakukan:\n\n1. Telah berhasil membangun model\n\nterbaik dengan\nmetode SVM menggunakan grid search dan melakukan\nevaluasi model menggunakan K-fold. Model\nmenunjukkan hasil akurasi sebesar 85% dan presisi\nsebesar 94% yang dapat dikatakan baik. Dengan\nperforma waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan\nmodel berkisar antara 10-11 Menit.\n2. Telah berhasil membangun model terbaik\n\nmenggunakan metode CNN dan melakukan evaluasi\ndengan nilai loss. Model menunjukkan hasil akurasi\nsebesar 94.71% dan nilai loss sebesar 0.1215 yang\ndapat dikatakan sangat baik. Diperoleh performa model\nberkisar antara 18-19 detik.\n\n3. Dengan membandingkan kedua metode\n\ntersebut\ndiperoleh bahwa metode terbaik yang dapat melakukan\npendeteksian yaitu metode CNN dengan nilai akurasi\nsebesar 94.71%. Hasil tersebut didukung oleh performa\nCNN sebesar 18-19 detik, dimana durasi tersebut lebih\ncepat daripada metode SVM yang memerlukan waktu\n10-11 menit.\n\nBeberapa\n\nrekomendasi untuk penelitian lebih lanjut\ndiperoleh berdasarkan penelitian yang telah diselesaikan,\nyaitu:\n\npenelitian\n\n1. Penelitian saat ini masih terbatas dalam melakukan\nimplementasi pada sebuah sistem, oleh sebab itu\nuntuk\nselanjutnya dapat melakukan\nimplementasi menjadi sebuah sistem pendeteksian.\n2. Penelitian saat ini masih terbatas pada ekstraksi fitur\nsebanyak 20 fitur, untuk penelitian selanjutnya dapat\nmelakukan penambahan fitur dan melakukan analisis\npengaruh antar fitur.\n\nDAFTAR PUSTAKA\n[1] Adip Fakhri Muhtadi, dan Ahmad Almaarif. “Analysis of Malware\nImpact on Network Traffic usingBehavior-based Detection Technique,”\nIJADIS: International Journal of Advances in Data and Information\nSystems, Vol.1, No.1, hal. 17-25, April 2020.\n\n[2] Ehsan Nowroozi, Abhishek, Mohammad Reza Mohammadi dan Mauro\nConti. “An Adversarial Attack Analysis on Malicious Advertisement\nURL Detection Framework,” arXiv preprint arXiv: 2204.13172, April\n2022.\n\n[3] K. S. Nugroho, “Confusion Matrix untuk Evaluasi Model pada\nSupervised Learning,” 13 November 2019.\n[Online]. Available:\nhttps:\/\/ksnugroho.medium.com\/confusion-matrix-untuk-evaluasi-model-p\nada-unsupervised-machine-learning-bc4b1ae9ae3f.\n\n[4] Alireza Souri dan Rahil Hosseini. “A state‑of‑the‑art survey of malware\ndetection approaches using data mining techniques,” Human-centric\nComputing and Information Sciences, Vol. 8, No. 3, Januari 2018.\n\n[5] Tsehay Admassu Assegie.\n\n“K-Nearest Neighbor Based URL\nIdentification Model for Phishing Attack Detection,” Indian Journal of\nArtificial Intelligence and Neural Networking (IJAINN), Vol. 1, No. 2,\nhal. 18-21, April 2021.\n\n[6] A. S. Ritonga and d. E. S. Purwaningsih, “Penerapan Metode Support\nVector Machine (SVM) Dalam Klasifikasi Kualitas Pengelasan SMAW\n(Shield Metal Arc Welding),” Jurnal Ilmiah Edutic, pp. 17-25, 2018.\n\nMakalah Sidang Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik\n\n[7] D. R. Septani, N. Widiyasono and d. H. Mubarok, “Investigasi Serangan\nMalware Njrat Pada PC,” Jurnal Edukasi dan Penelitian Informatika\n(JEPIN), pp. 123-128, 2016.\n\n[8] Databoks. (2022, 3). Keamanan Siber Indonesia Peringkat ke-6 di Asia\nTenggara.\nAvailable:\n[Online].\nhttps:\/\/databoks.katadata.co.id\/datapublish\/2022\/03\/07\/keamanan-siber-in\ndonesia-peringkat-ke-6-di-asia-tenggara.\n\n[9] T. F. Kusumaningrum, “Implementasi Convolution Neural Network\n(CNN) Untuk Klasifikasi Jamur Konsumsi Di Indonesia Menggunakan\nKeras,” UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA, YOGYAKARTA, 2018.\n[10] BSSN, Laporan Tahunan Monitoring Keamanan Siber 2021, Jakarta:\n\nBSSN, 2022.\n\n[11] A. S. Ritonga and d. E. S. Purwaningsih, “Penerapan Metode Support\nVector Machine (SVM) Dalam Klasifikasi Kualitas Pengelasan SMAW\n(Shield Metal Arc Welding),” Jurnal Ilmiah Edutic, pp. 17-25, 2018.\n[12] S. Carolin Jeeva dan Elijah Blessing Rajsingh. “Intelligent phishing url\ndetection using association rule mining,” Human-Centric Computing and\nInformation Sciences, Vol. 6, No. 10, 2016.\n\n[13] Ali Aljofey, Qingshan Jiang, Qiang Qu, Mingqing Huang, dan\nJean-Pierre Niyigena, “An Effective Phishing Detection Model Based on\nCharacter Level Convolutional Neural Network from URL,” MDPI:\nelectronics, Vol. 9, No. 9, 2020.\n\n[14] Julian Dwi Nugraha, Avon Budiono, dan Ahmad Almaarif. “Analysis\nMalware Based on Call Memory API with Signature-Based Detection\nMethod,” JRSI: Jurnal Rekayasa Sistem Dan Industri, Vol. 6, No. 2, hal.\n77-84, Desember 2019.\n\n[15] Leidy Kurnia Hatika1, Avon Budiyono, dan Ahmad Almaarif. “Analisis\nKetepatan Deteksi Malware Pada Software Antivirus Menggunakan\nMetode Analisis Statis,” e-Proceeding of Engineering: Universitas\nTelkom, Vol.6, No.2, hal. 7812-7819, Augustus 2019.\n\n[16] Andrei Butnaru, Alexios Mylonas, dan Nikolaos Pitropakis. “Towards\nLightweight URL-Based Phishing Detection,” MDPI: future internet, Vol.\n13, No. 6, Juni 2021.\n\n[17] T. B. Sasongko, “Komparasi Dan Analisis Kinerja Model Algoritma\nSVM Dan PSO-SVM (Studi Kasus Klasifikasi Jalur Minat SMA),” Jurnal\nTeknik Informatika dan Sistem Informasi, vol. 2, no. 2, pp. 244-253,\n2016.\n\n[18] A. Butnaru, A. Mylonas and d. N. Pitropakis, “Towards Lightweight\n\nURL-Based Phishing Detection,” MDPI: future internet, pp. 1-15, 2019.\n\n[19] N. Ibrahim, G. A. Lestari, F. S. Hanafi, K. Saleh, N. K. C. Pratiwi, M. S.\nHaq and d. A. I. Mastur, “Klasifikasi Tingkat Kematangan Pucuk Daun\nTeh menggunakan Metode\nConvolutional Neural Network,”\nELKOMIKA: Jurnal Teknik Energi Elektrik, Teknik Telekomunikasi, &\nTeknik Elektronika, pp. 162-176, 2022.\n\n[20] I. A. M. Supartin, I. K. G. Sukarsa and d. I. G. A. M. Srinadi, “Analisis\nDiskriminasi Pada Klasifikasi Desa Di Kabupaten Tabanan Menggunakan\nMetode K-Fold Cross Validation,” E-Jurnal Matematika, pp. 106-115,\n2017.\n\n[21] D. T. Rawung, Bahan Ajar Diklat Statistisi Ahli BPS Angkatan XXI\nJakarta:\n2020 Mata Diklat: Metode Penarikan Sampel,\n\ntahun\nPUSDIKLAT BPS RI, 2020.\n\n[22] M. Yunus, “#3 Machine Learning Evaluation,” 12 Januari 2020. [Online].\n\nAvailable:\nhttps:\/\/yunusmuhammad007.medium.com\/3-machine-learning-evaluation\n-239426e3319e.\n\n[23] Abuse.ch. URLHaus. [Online]. Available: https:\/\/urlhaus.abuse.ch\/\n[24] PhishTank.\n\nPhishTank.\n\n[Online].\n\nDatabase\nhttps:\/\/phishtank.org\/developer_info.php\n\nAvailable:\n\n[25] Samuel Marchal. (2014). PhishStorm - phishing \/ kumpulan data URL\nyang\nAvailable:\nhttps:\/\/research.aalto.fi\/en\/datasets\/phishstorm-phishing-legitimate-url-da\ntaset.\n\n[Online].\n\nsah.\n\n8 \/ 8\n\n\f", "label": [ { "start": 904, "end": 1009, "text": "metode SVM dengan akurasi sebesar 85% dan CNN dengan\\nakurasi sebesar 94.71% dan nilai loss sebesar 0.1215", "labels": [ "TEMUAN" ] }, { "start": 7401, "end": 7447, "text": "akurasi, presisi, k-fold dan evaluation matrix", "labels": [ "METODE" ] }, { "start": 7562, "end": 7572, "text": "nilai loss", "labels": [ "METODE" ] }, { "start": 7578, "end": 7636, "text": "Membandingkan model SVM dan CNN berdasarkan\\n\\naspek akurasi", "labels": [ "TUJUAN" ] }, { "start": 1044, "end": 1080, "text": "metode yang terbaik yaitu metode\\nCNN", "labels": [ "TEMUAN" ] } ], "annotator": 1, "annotation_id": 19, "created_at": "2023-12-27T16:00:13.798411Z", "updated_at": "2023-12-27T16:00:13.798411Z", "lead_time": 596.158 }, { "id": 39, "content": "Makalah Seminar Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nPembangunan R-Package Pada Small Area \nEstimation Data Panel Berdistribusi Beta dengan \nPendekatan Hierarchical Bayes \nStudi Kasus Tingkat Kemiskinan Anak Level Kabupaten\/Kota \ndi Provinsi Banten Tahun 2018-2021 \nDian Rahmawati Salis (221911153, 4SD1) \nDosen Pembimbing: Dr. Azka Ubaidillah, S.S.T., M.Si. \n\nterbatasnya \n\nRingkasan—Dalam memaksimalkan perannya sebagai penyedia \ndata, BPS lebih mengandalkan survei dibanding sensus dalam \nproses pengumpulan data. Meski demikian, survei memiliki \nketerbatasan berupa terbatasnya level data statistik yang \njumlah sampel. SAE \ndihasilkan karena \nmerupakan salah satu metode yang dapat mengatasi hal \ntersebut. Beberapa survei yang dilakukan BPS bersifat \nsurvei panel yang apabila datanya dimanfaatkan dengan \nbaik akan memiliki berbagai keuntungan. Untuk \nmelakukan estimasi statistik pada data panel tersebut dapat \nmenggunakan SAE model Rao-yu dengan pendekatan \nhierarchical bayes. Selain itu, sebagian besar data BPS \ndisajikan dalam bentuk proporsi. Pendekatan yang dapat \ndigunakan untuk data berbentuk proporsi adalah \npendekatan model regresi beta. Oleh karena itu, diperlukan \nsebuah model yang dapat digunakan pada data panel dalam \nbentuk proporsi yang nilainya berada dalam interval \nterbuka (0,1). Namun hingga saat ini belum terdapat tools \nterkait model tersebut. Penelitian ini akan melakukan \npembangunan R-package pada small area estimation data \npanel berdistribusi beta dengan pendekatan hierarchical \nbayes. Kemudian, R-package akan diuji pada data simulasi \ndan studi kasus dengan data tingkat kemiskinan anak level \nkabupaten\/kota di Provinsi Banten tahun 2018-2021. \n\nKata Kunci— SAE, data panel, R-package, hierarchical bayes, \n\nmodel regresi beta. \n\nI. LATAR BELAKANG \n\nBadan Pusat Statistik (BPS) adalah Lembaga Pemerintah non \nkementerian yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden \ndan berperan sebagai penyedia data statistik tingkat nasional \nmaupun internasional, dalam rangka mendukung Indonesia \nMaju. Dalam memaksimalkan perannya, BPS melakukan dua \nkegiatan utama yaitu sensus dan survei. Sensus memiliki \nkeunggulan karena dapat memberikan informasi hingga area \ndata terkecil. Namun, variabel atau indikator yang dikumpulkan \nsensus sangat terbatas dan dalam pelaksanaannya membutuhkan \nbiaya dan tenaga yang besar serta waktu yang lama. Oleh karena \nitu, BPS lebih mengandalkan survei daripada sensus. \n\nWalaupun menjadi andalan, survei memiliki keterbatasan \nberupa terbatasnya level data statistik yang dihasilkan karena \nterbatasnya jumlah sampel. Padahal seiring berkembangnya \n\nzaman, maka semakin banyak pula pengguna data yang \nmembutuhkan data statistik dengan level yang lebih rendah \ndengan pembahasan yang lebih rinci. Selain itu, ketika sampel \nyang digunakan lebih kecil dari batas minimal jumlah sampel, \nakan mengakibatkan statistik yang dihasilkan tidak dapat \ndiandalkan karena hasil estimasi parameternya memiliki nilai \nstandard error yang besar [1]. Salah satu solusi yang dapat \ndigunakan adalah dengan menambah jumlah sampel. Namun, \ndalam penambahan jumlah sampel diperlukan pula penambahan \nbiaya yang sering menjadi kendala. Untuk mengatasi hal \ntersebut dapat digunakan sebuah metode tidak langsung yang \nbernama pendugaan area kecil atau small area estimation \n(SAE). \n\nMetode SAE memanfaatkan informasi dari sampel di area \nlain yang dihubungkan dengan informasi tambahan (auxiliary \nvariables) berupa data sensus atau survei lain yang berskala \nnasional melalui persamaan model statistik [2]. Kekuatan SAE \nditentukan oleh kualitas data survei, ketersediaan informasi \npenyerta yang baik dan pemilihan model yang tepat. Terdapat \nbeberapa metode pendugaan alternatif dalam SAE diantaranya \nEmpirical Best Linier Unbiased Prediction (EBLUP), Empirical \nBayes (EB) dan Hierarchical Bayes (HB) Estimation [3]. \nMetode HB dapat digunakan pada data dengan berbagai \ndistribusi serta pada pemodelan yang kompleks karena pada \nmetode ini dapat dilakukan perhitungan menggunakan metode \ngibbs sampling dan metode integrasi numerik monte carlo \nterkait \nitu, metode HB dapat mengatasi \nketidakpastian yang terjadi pada metode EB ketika melakukan \nestimasi baik pada prior maupun posterior [5]. Oleh karena itu, \npenelitian ini hanya berfokus pada model SAE dengan \npendekatan Hierarchical Bayes (HB). \n\n[4]. Selain \n\nDalam prakteknya, beberapa survei yang dilakukan BPS \nbersifat survei panel, misalnya Survei Sosial Ekonomi Nasional \n(Susenas). Survei panel adalah survei yang dilakukan secara \nberulang pada sampel atau responden yang sama sehingga data \nyang dikumpulkan memiliki keterkaitan dengan data \nsebelumnya (time series data). Data yang dihasilkan dari survei \npanel disebut juga data panel. Data panel adalah sekumpulan \ndata runtun waktu yang berisikan sekumpulan cross-section. \n\nMenurut Manurung, penggunaan data panel dalam analisis \nmemiliki berbagai keuntungan diantaranya menghasilkan \ninformasi yang lebih besar tentang data, lebih bervariasi, degree \n\n 1 \/ 8 \n\n \n \n \n\fof freedom yang lebih besar dan lebih efisien karena merupakan \npenggabungan antara data cross section dan time series yang \nmampu menyediakan lebih banyak data. Informasi yang \ndidapatkan dari penggabungan data cross-section dan time \nseries dapat mengatasi masalah yang disebabkan ketika masalah \npenghilangan variabel (ommited-variable) terjadi [6]. \n\nKarena ketersediaan data panel yang melimpah serta berbagai \nkeuntungan yang didapat, maka data panel haruslah \ndimanfaatkan dengan baik. Dalam SAE, pendugaan tidak \nlangsung pada data panel dapat ditingkatkan efisiensi \npendugaannya dengan tidak hanya memasukkan pengaruh acak \narea, tetapi juga mengikutsertakan pengaruh acak waktu. Rao \ndan Yu (1992,1994) telah mengembangkan sebuah model yang \ndapat mengatasi masalah dependensi antar waktu seperti data \npanel, yakni mengembangkan model estimasi area kecil berbasis \nlevel area yang dikenal sebagai model Rao-Yu [7]. Model Rao-\nYu adalah pengembangan dari model dasar Fay-Herriot dengan \nmenambahkan komponen acak area-waktu yang mengikuti \nproses Autoregresif orde 1 atau AR(1)[8]. \n\nnon-linearitas \n\nyaitu masalah \n\nSelain menghasilkan data panel, data yang dikumpulkan dari \nlapangan sangatlah beragam kondisinya, seperti sebaran data \ntidak simetris dan data yang nilainya terbatas pada interval \ntertentu. Contoh data yang nilainya terbatas pada interval \ntertentu adalah data proporsi yang berada pada interval (0,1) \nUntuk melakukan estimasi statistik pada data proporsi, masalah \nakan timbul ketika menggunakan model linier normal. Masalah \ntersebut \ndan masalah \nheteroskedastisitas. Masalah non-linearitas terjadi karena nilai \nestimasi yang dihasilkan model regresi linear biasa akan jatuh di \nluar interval (0,1). Kemudian, varians dari ekspektasi bersyarat \nakan menjadi heteroskedastis, karena varians tidak konstan dan \nakan mendekati nol saat rata-rata mendekati batasnya [9]. \ntersebut digunakan \nBiasanya, untuk menangani masalah \npendekatan kemungkinan maksimum berdasarkan pada fungsi \nkemungkinan dari distribusi binomial sebagai dasar pada \npemodelan regresi logistik. Selain menggunakan pendekatan \npemodelan regresi logistik, dapat digunakan pula pendekatan \nregresi beta. \n\nModel regresi beta adalah bentuk umum model regresi \nlogistik yang variabel responnya berdistribusi beta. Distribusi \nbeta sangat fleksibel dalam memodelkan data yang responsnya \nberbentuk proporsi dan berbagai fenomena ketidakpastian. \nMenurut Swearingen et al (2011) dibandingkan dengan metode \nkuadrat terkecil biasa, model regresi beta memberikan penaksir \nparameter yang akurat dan efisien ketika variabel respons yang \ndiamati distribusinya tidak simetris, atau pada saat terjadi \nmasalah heteroskedastisitas [10]. Selain \nitu, data yang \ndihasilkan oleh BPS sebagian besar disajikan dalam bentuk \nproporsi. Oleh karena \nitu, model Rao yu pendekatan \nhierarchical bayes yang dapat digunakan pada data berdistribusi \nbeta menjadi salah satu metode SAE yang dapat dimanfaatkan \nBPS dalam proses pemenuhan kebutuhan data berkualitas baik \nhingga level terendah. \n\nData kemiskinan merupakan \n\nsatu data yang \ndikumpulkan oleh BPS. BPS menggunakan konsep kemampuan \nmemenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach) dimana \nkemiskinan dapat diartikan sebagai ketidakmampuan dari sisi \nekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan \n\nsalah \n\nMakalah Seminar Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nmakanan diukur dari sisi pengeluaran. Penduduk miskin \nmerupakan penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per \nkapita per bulan di bawah garis kemiskinan [11]. \n\nKemiskinan anak berbeda dengan kemiskinan dewasa. \nKemiskinan yang terjadi pada masa kanak-kanak akan sangat \nberpengaruh pada kehidupan anak tersebut [12]. Mereka \nterbatas dalam mengembangkan \nmemiliki pilihan yang \npotensinya secara optimal. Kemiskinan dapat menghambat \ndalam nilai akademik, jenjang pendidikan yang dicapai [13], dan \nkesejahteraan hidupnya di masa yang akan datang [14]. Atau \ndapat dikatakan bahwa anak yang miskin berpeluang besar \nuntuk tetap miskin ketika dewasa dan kondisi tersebut akan \nditeruskan oleh generasi setelahnya[15]. Siklus kehidupan ini \nakan berdampak pada jumlah penduduk miskin di Indonesia \ndalam jangka panjang apabila tidak ditangani dengan baik. Hal \nini tentu menjadi alasan yang kuat dalam memanfaatkan metode \nSAE pada model Rao-yu pendekatan hierarchical bayes untuk \nmengestimasi kemiskinan anak di Indonesia, khususnya \nProvinsi Banten yang merupakan provinsi dengan angka \npartisipasi kasar (APK) anak yang mengikuti Pendidikan Anak \nUsia Dini (PAUD) terendah di Pulau Jawa dari tahun ke tahun \n[16]. \n\nPada penelitian ini, akan dikaji model pendugaan area kecil \ndengan metode Bayes berhierarki untuk mengakomodasi adanya \npengaruh acak area dan acak waktu pada data panel yang \nberdistribusi beta. Sejauh ini, belum terdapat R-Package untuk \nmenangani kasus data panel berdistribusi beta dengan model \nRao-Yu [17]. Maka dirasa perlu untuk membuat modul pada R \nyang berkaitan dengan metode bayes berhierarki untuk \npendugaan area kecil berdasarkan model Rao-Yu yang dapat \ndigunakan pada data berdistribusi beta. R-package diuji dengan \ndata simulasi dan diterapkan pada data tingkat kemiskinan anak \ndi Provinsi Banten Tahun 2018-2021. \n\nII. TUJUAN PENELITIAN \n\nBerdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, tujuan yang \n\ningin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. \n\n1. Mengkaji model Rao-Yu pada SAE dengan pendekatan \n\nHierarchical Bayes (HB) untuk data berdistribusi beta. \n\n2. Membangun R-Package untuk model Rao-Yu pada SAE \ndengan pendekatan hierarchical bayes untuk data \nberdistribusi beta. \n\n3. Melakukan evaluasi terhadap package yang dibangun \n\nmenggunakan data simulasi dan SUS. \n\n4. Menerapkan model Rao-Yu pada SAE dengan metode \n\nHB dengan R-Package pada data. \n\nIII. PENELITIAN TERKAIT \n\nPenelitian ini akan menggunakan referensi pada keempat \npenelitian pada tabel 1 berikut dalam proses pembangunan R-\npackage model Rao-yu dengan pendekatan hierarchical bayes \npada small area estimation yang dapat digunakan ketika variabel \nresponnya berdistribusi beta. \n\nNo \n1 \n\nJudul \nProperties of the \nregression \nbeta \nfor small \nmodel \n\nTABEL I \nTABEL LITERATUR \nPenulis, Publikasi \nR. Janicki, \nCommunications in \n\nTertulis \nPenggunaan model \nregresi beta \nhierarkis sebagai \n\n 2 \/ 8 \n\n \n \n\farea estimation of \nand \nproportions \nto \napplication \nestimation \nof \npoverty rates [18] \n\nPembangunan R-\nPackage Model \nRao-Yu Dengan \nPendekatan \nHierarchical \nBayes Pada Small \nArea Estimation \n[17] \n\nSmall Area \nEstimation \nCombining Time \nSeries And Cross-\nSectional Data[4] \nHierarchical \nBayes Estimation \nof Poverty Rates \n[19] \n\n2 \n\n3 \n\n4 \n\nStatistics - Theory \nand Methods, 2019 \n\nVelia Tri Marliana, \nSkripsi (2022) : 1-92 \n\nRao & Yu, \nCanadian Journal of \nStatistics, 1994 \n\nHawala, Sam, & \nPartha Lahiri. \nIn Proceedings of the \nAmerican Statistical \nAssociation, Survey \nResearch Methods \nSection, pp. 3410-\n3424. (2012) \n\nalternatif model \nefek campuran \nlinier untuk analisis \nproporsi tertimbang \nsurvei \nmenggunakan SAE. \nMelakukan \npembangun \npackage \n‘saeHB.panel’ yang \ndigunakan untuk \nmelakukan analisis \nSAE pada data \npanel berdistribusi \nnormal. \nMelakukan \npengembangan SAE \nuntuk data panel \ndengan pendekatan \nhierarchical bayes. \nMelakukan analisis \npersentase \nkemiskinan di US \nmenggunakan \nmodel regresi beta \nlogistik pada sae \nbayes berhierarki \ndengan pengaruh \nacak area dan waktu \n\nA. Sumber Data \n\nIV. METODE PENELITIAN \n\nTerdapat dua jenis data yang digunakan dalam penelitian ini \n\nyaitu data sekunder dan data hasil simulasi. \n\n1. Data Sekunder \n\nData sekunder yang digunakan merupakan data \nSUSENAS dan Podes 2018-2021 mengenai tingkat \nkemiskinan anak di Provinsi Banten. Penelitian ini \nmengambil studi kasus Provinsi Banten yang merupakan \nprovinsi dengan angka partisipasi kasar (APK) anak yang \nmengikuti Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) terendah \ndi Pulau Jawa dari tahun ke tahun. [16]. Data sekunder \nini kemudian akan digunakan untuk studi kasus pada \nproses evaluation bersama data bangkitan hasil simulasi. \n\n2. Data Hasil Simulasi \n\nData simulasi yang digunakan merupakan hasil proses \npembangkitan data dengan menggunakan algoritma \nsebagai berikut \n1. Tentukan jumlah area dan periode \n\nPenelitian ini menggunakan data simulasi dengan \ndomain (𝐷): \n𝐷1 = 50 (1 0 area 5 periode) \n𝐷2 = 300 (30 area 10 periode) \n𝐷3 = 500 (50 area 10 periode) \n\n2. Tentukan nilai koefisien 𝛽0, 𝛽1, 𝛽2, dan 𝜌 \n\n𝛽0, 𝛽1, 𝛽2 = 2 dan 𝜌 = −0,5 \n\n3. Bangkitkan nilai variabel penyerta \n\n𝑥1~𝑈(0,1) \n𝑥2~𝑈(0,1) \n\n4. Bangkitkan epsilon 𝜖𝑖𝑡 \nEpsilon 𝜖𝑖𝑡~𝑁(0,1) \n\n5. Bangkitkan nilai pengaruh acak area \n\nMakalah Seminar Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nPengaruh acak area 𝑣𝑖~𝑁(0,1) \n\n6. Hitung pengaruh acak area i pada waktu ke t \n\n𝑢𝑖𝑡 = 𝜌𝑢𝑖𝑡−1 + 𝜖𝑖𝑡 \n\n7. Bangkitkan 𝜙 \n\n𝜙~𝐺𝑎𝑚𝑚𝑎(1,0.5) \n\n8. Bangkitkan 𝜇 \n\n𝜇𝑖𝑡 =\n\nexp⁡(𝛽0 + 𝛽1𝑥1 + 𝛽2𝑥2 + 𝑣𝑖 + 𝑢𝑖𝑡)\n1 + (exp(𝛽0 + 𝛽1𝑥1 + 𝛽2𝑥2 + 𝑣𝑖 + 𝑢𝑖𝑡))\n\n9. Hitung nilai parameter 𝐴𝑖𝑡 \n\n𝐴𝑖𝑡 = 𝜇𝑖𝑡 × 𝜙𝑖𝑡 \n\n10. Hitung nilai parameter 𝐵𝑖𝑡 \n𝐵𝑖𝑡 = (1 − 𝜇𝑖𝑡) × 𝜙𝑖𝑡 \n\n11. Bangkitkan nilai variabel independen 𝑦𝑖𝑡 \n\n𝑦𝑖𝑡~𝐵𝑒𝑡𝑎(𝐴𝑖𝑡, 𝐵𝑖𝑡) \n\n12. Hitung varian estimasi langsung \n(𝐴𝑖𝑡 × 𝐵𝑖𝑡)\n((𝐴𝑖𝑡 + 𝐵𝑖𝑡)2 × (𝐴𝑖𝑡 + 𝐵𝑖𝑡 + 1))\n\n𝑣𝑎𝑟𝑑𝑖𝑟 = ⁡\n\n13. Gabungkan 𝑦𝑖𝑡, 𝑥1, 𝑥2,⁡𝑎𝑟𝑒𝑎, 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑, dan 𝑣𝑎𝑟𝑑𝑖𝑟 ke \n\ndalam data frame. \n\nB. Metode Analisis \n\n1. Model Rao-Yu \n\n′ 𝜷 + 𝑣𝑖 + 𝑢𝑖𝑡 (2) \n\nModel ini merupakan model yang dikembangkan dari \nmodel Fay-Herriot untuk kasus data panel yang pada \nestimasinya mempertimbangkan pengaruh waktu pada \ndata dengan menambahkan komponen acak waktu-area, \n 𝑦𝑖𝑡 = 𝜃𝑖𝑡 + 𝑒𝑖𝑡 (1) \nDimana 𝑦𝑖𝑡 adalah estimasi langsung dari sebanyak 𝑖 \narea kecil pada waktu 𝑡 yaitu 𝜃𝑖𝑡. Penduga 𝑦𝑖𝑡 \ndiasumsikan unbias untuk 𝜃𝑖𝑡. 𝑒𝑖𝑡 adalah sampling error \nyang berdistribusi normal dengan 𝐸(𝑒𝑖𝑡) = 0 \ndan linking model \n 𝜃𝑖𝑡 = 𝒙𝑖𝑡\ndimana: \n𝒙𝑖𝑡= variabel penyerta, \n𝛽 = vektor koefisien regresi, \n𝑣𝑖 = pengaruh acak area ke-𝑖, \n𝑢𝑖𝑡= pengaruh acak untuk area kecil 𝑖 pada waktu⁡𝑡 \nSehingga, model Rao-Yu didefinisikan sebagai: \n ⁡𝑦𝑖𝑡 = 𝒙𝑖𝑡\ndengan 𝑖 = 1,2, … , 𝑚,⁡⁡⁡𝑡 = 1,2, … , 𝑚 \n′ = (𝑥𝑖𝑡1, … , 𝑥𝑖𝑡𝑝)′ adalah vektor dari 𝜌 \ndimana 𝒙𝑖𝑡\nvariabel penyerta untuk area kecil 𝑖 pada waktu 𝑡 dan \n2). 𝑢𝑖𝑡 diasumsikan mengikuti AR(1) \n𝑣𝑖~𝑖𝑖𝑑𝑁(0, 𝜎𝑣\ndalam setiap area 𝑖, \n ⁡𝑢𝑖𝑡 = 𝜌𝑢𝑖,𝑡−1 + 𝜀𝑖𝑡,⁡⁡⁡⁡⁡|𝜌| < 1 (4) \ndengan 𝜀𝑖𝑡~𝑖𝑖𝑑𝑁(0, 𝜎2). Eror dari 𝑣𝑖𝑡, 𝜀𝑖𝑡 dan 𝑒𝑖𝑡 \ndiasumsikan independen satu sama lain. Nilai |𝜌| < 1 \nuntuk memastikan bahwa persamaan (4) sudah stasioner \nuntuk mendapatkan AR(1). \n\n′ 𝜷 + 𝑣𝑖 + 𝑢𝑖𝑡 + 𝑒𝑖𝑡 (3) \n\n2. Model SAE Bayes berhierarki dengan pengaruh acak \n\narea dan waktu \nTerdapat dua pendekatan bayes berhierarki pada model \nSAE dengan pengaruh acak area dan waktu sebagai \nberikut : \na. Model SAE Rao Yu Bayes berhierarki dengan asumsi \n\nragam diketahui [20] \n\n 3 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n\f(i) 𝜃̂𝑖𝑡|𝜃𝑖𝑡~𝑁𝑇(𝜃𝑖𝑡, Ψ𝑖𝑡), dimana Ψ𝑖𝑡 adalah matrik \nragam penarikan sampel yang diketahui \n𝑇\nMatrik dari 𝜃̂𝑖𝑡 = (𝜃̂𝑖1, … , 𝜃̂𝑖𝑇⁡)\n𝑇 𝛽 + 𝑢𝑖𝑡, 𝜎𝑣\n2~𝑁(𝑥𝑖𝑡\n2~𝑁(𝑢𝑖,𝑡−1, 𝜎𝜖\n2, 𝜎2) = 𝑓(𝛽)𝑓(𝜎𝑣\n\n(ii) 𝜃𝑖𝑡|𝛽, 𝑢𝑖𝑡, 𝜎𝑣\n(iii) 𝑢𝑖𝑡|𝑢𝑖,𝑡−1, 𝜎𝜖\n(iv) 𝑓(𝛽, 𝜎𝑣\n\n2) \n2)𝑓(𝜎2) dengan \n\n2), \n\n⁡𝑓(𝛽) ∝ 1, 𝜎𝑣\n\n−2~𝐺(𝑎1, 𝑏1), 𝜎−2~𝐺(𝑎2, 𝑏2) \n\nb. Model SAE Rao Yu Bayes berhierarki dengan asumsi \n\n2\n[1−𝑓]𝜎𝑖𝑡\n𝑛𝑖𝑡\n\n) \n\nragam tidak diketahui [20] \n(i) 𝜃̂𝑖𝑡|𝜃𝑖𝑡, 𝜎𝑖𝑡\n2~𝑁 (𝜃𝑖𝑡,\n2)\n([𝑛𝑖𝑡−1]𝑠𝑖𝑡\n2\n𝜎𝑖𝑡\n(iii) 𝜃𝑖𝑡|𝛽, 𝑢𝑖𝑡~𝑁(𝑥𝑖𝑡\n(iv) 𝑓(𝛽, 𝜎𝑣\n⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡𝑓(𝛽) ∝ 1, 𝜎𝑣\n\n(ii) \n\n~𝜒2(𝑛𝑖𝑡 − 1) \n\n𝑇𝛽 + 𝑢𝑖𝑡, 𝜎2) \n\n2, 𝜎2) = 𝑓(𝛽)𝑓(𝜎𝑣\n\n2)𝑓(𝜎2) dengan \n−2~𝐺(𝑎1, 𝑏1), 𝜎−2~𝐺(𝑎2, 𝑏2) \n\n3. Model Regresi Beta Logistik pada SAE Bayes berhierarki \n\ndengan pengaruh acak area dan waktu[18] \n\n(i) 𝑝𝑖,𝑡|𝑃𝑖,𝑡~𝑖𝑖𝑑⁡𝐵𝑒𝑡𝑎⁡ (𝛾𝑖,𝑡𝑃𝑖,𝑡, 𝛾𝑖,𝑡(1 − 𝑃𝑖,𝑡)), \n\ndimana 𝑝𝑖merupakan estimasi proporsi pada area \ni dan fungsi density dari distribusi beta adalah \n⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡𝑓(𝑝|𝑎, 𝑏) =\n\n𝑝𝑎−1(1 − 𝑝)𝑏−1, \n\nΓ(𝑎+𝑏)\nΓ(𝑎)Γ(𝑏)\n\nkemudian dilakukan proses \n⁡⁡⁡⁡𝑃 = 𝐸(𝑝|𝑃) =\n𝑎+𝑏\ndidapatkan 𝑎 = 𝛾𝑃 dan ⁡𝑏 = 𝛾(1 − 𝑃) \n\nreparameterisasi \n dan 𝛾 = 𝑎 + 𝑏, sehingga \n\n𝑎\n\n′ 𝛽𝑡 + 𝑣𝑖 + 𝑢𝑖,𝑡 \n\n𝑢𝑖,𝑡 = 𝜌𝑢𝑖,𝑡−1 + 𝜖𝑖,𝑡, dimana |𝜌| < 1 \n2) \n\n(ii) ⁡⁡𝑙𝑜𝑔𝑖𝑡(𝑃𝑖,𝑡) = 𝑥𝑖,𝑡\n(iii) \n(iv) 𝑣𝑖|𝜎𝑣\n(v) 𝜖𝑖,𝑡~𝑖𝑖𝑑𝑁(0, 𝜎∈\n(vi) 𝑓(𝛽, 𝜎𝑣\nDalam proses pembangunan R-package, \n\n2~𝑖𝑖𝑑⁡𝑁(0, 𝜎𝑣\n2) \n\n2, 𝜌) ∝ 𝑁3(0, (\n\n) 𝐼3) \n\n1\n\n𝜖\n\n2~𝐺(𝜏𝜖1, 𝜏𝜖2), \n\n𝑓(𝛽)~𝑁(𝜇𝛽, 𝜏𝛽), \n\n𝜎𝑣\n𝑓(𝜌)~𝐺(𝑎𝜌, 𝑏𝜌) \n\ntelah \ndilakukan penyesuaian nilai prior yang digunakan. \nAdapun prior yang digunakan dalam R-package \n2~𝐺(𝜏𝑣1, 𝜏𝑣2), \nantaralain \ndengan \n𝜎∈\n𝑎𝜌~𝐺(𝜏𝑎1, 𝜏𝑎2) dan 𝑏𝜌~𝐺(𝜏𝑏1, 𝜏𝑏2) . Penyesuaian prior \ntersebut \ndapat mempercepat \nkarena \ntercapainya kondisi konvergen pada rantai marcov yang \ndihasilkan serta lebih adaptif. Adapun direct acyclic \ngraph (DAG) dari model bayes yang digunakan adalah \nsebagai berikut: \n\ndilakukan \n\nMakalah Seminar Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nC. Tahapan Penelitian \n\nMetode yang digunakan pada penelitian ini adalah Design \nScience Research Methodology (DSRM) yang terdiri dari 5 \ntahapan sebagai berikut. \n\n1. Awareness of problem \n\nTahap identifikasi masalah terkait small area estimation \npada model Rao-Yu dengan pendekatan hierarchical \nbayes untuk data berdistribusi beta dilakukan dengan \nkajian pada beberapa literatur terkait. \n\n2. Suggestion \n\nTahap pencarian solusi dari masalah yang \ntelah \ndiidentifikasi pada tahap sebelumnya melalui kajian \nliteratur dan wawancara kepada ahli di bidang SAE. \n\n3. Development \n\nPada tahap ini dilakukan pembangunan R-Package yang \nterdiri dari beberapa bagian pada tahap ini yaitu \narsitektur R-Package, pemodelan, perancangan, dan \nimplementasi. \n\n4. Evaluation \n\nEvaluasi yang dilakukan berupa uji validitas dan uji SUS \nserta implementasinya pada studi kasus. \n\n5. Conclusion \n\nTahap penarikan kesimpulan dan pemberian saran \nberdasarkan proses penelitian yang telah dilakukan. \nV. KERANGKA PIKIR \n\nKerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian ini \nmengambarkan kebutuhan implementasi pada R-Package untuk \nmodel Rao-yu dengan pendekatan hierarchical bayes pada small \narea estimation yang dapat digunakan pada data berdistribusi \nbeta (gambar (2)). \n\nGambar 2. Kerangka Pikir Penelitian \n\nVI. Hasil dan Pembahasan \n\n6.1 Awarness of problem \n\nHingga saat ini sebagian model SAE masih berbentuk script \nyang belum dipublikasikan sehingga belum dapat diakses oleh \nsemua orang serta pengguna memerlukan waktu lama untuk \nmempelajari \nsebelum \nmenggunakannya. \n\ntersebut \n\ndahulu \n\nscript \n\nlebih \n\nGambar 1. DAG model SAE Rao-Yu Bayes berhierarki beta. \n\nR merupakan sebuah software statistik yang telah banyak \ndigunakan. Salah satu penggunaannya adalah penerapan model \nSAE. Beberapa model SAE yang telah diberhasil dibangun dan \ndipublikasikan dalam bentuk R-package. Perkembangan R-\npackage untuk model SAE cenderung lambat. Hal ini \n\n 4 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n\fmenyebabkan ketersediaan R-package untuk model SAE masih \nterbatas, termasuk untuk SAE pendekatan HB dengan model \nRao-Yu. Sementara itu, jika dibandingkan dengan model \nestimasi langsung dan model Fay-Herriot pendekatan HB, \nmodel Rao-Yu pendekatan HB menghasilkan estimasi dengan \nMSE yang paling kecil. \n\nTerdapat sebuah package untuk SAE pendekatan HB dengan \nmodel Rao-Yu yang telah berhasil dikembangkan yaitu \npackage ‘saeHB.panel’ [17]. Namun, package tersebut hanya \ndapat digunakan ketika datanya berdistribusi normal. Dalam \nprakteknya, data yang digunakan banyak yang berbentuk \nproporsi dimana data tersebut berdistribusi beta. Sejauh ini, \nbelum terdapat R-Package untuk menangani kasus data panel \nberdistribusi beta dengan model Rao-Yu. Maka dirasa perlu \nuntuk membuat modul pada R yang berkaitan dengan metode \nbayes berhierarki untuk pendugaan area kecil berdasarkan \nmodel Rao-Yu yang dapat digunakan pada data berdistribusi \nbeta. \n6.2 Sugestion \n\nBerdasarkan permasalah yang telah diuraikan pada bagian \n6.1, peneliti menawarkan sebuah solusi berupa pembangunan R-\nPackage untuk model Rao-yu dengan pendekatan hierarchical \nbayes pada small area estimation yang dapat digunakan ketika \nvariabel responnya berdistribusi beta. \n6.3 Development \n6.3.1 Arsitektur R-Package \n\nArsitektur R-package yang telah berhasil dibangun dapat \n\ndilihat pada gambar berikut: \n\nGambar 3. Arsitektur package 'saeHB.panel.beta' \n\n‘saeHB.panel.beta’ yang dibangun memiliki \nPackage \ndependensi \nlain diantaranya \nterhadap beberapa package \n‘stringr’, ‘coda’, ‘rjags’, ‘stats’, ‘grDevices’, ‘graphics’, dan \n‘dplyr’. Dependensi inibertujuan untuk meningkatkan efisiensi \npackage yang dibangun, karena beberapa proses komputasi yang \ndiperlukan \nlain. Package \n‘saeHB.panel.beta’ terdiri dari dua fungsi dan empat dataset. \nFungsi yang tersedia pada package yaitu ‘RaoYuAr1.beta’ dan \n‘Panel.beta’. Adapun dataset yang tersedia yaitu dataBetaAr1, \ndataBetaAr1Ns, dataPanelbeta, dan dataPanelbetaNs. \n\ntersedia pada package \n\ntelah \n\n6.3.2 Perancangan \n\nPerancangan Package ‘saeHB.panel.beta’ didasarkan pada \nkaidah dari CRAN yaitu The Comprehensive R Archieve \nNetwork. Terdapat enam komponen utama yang tercakup pada \npackage ‘saeHB.panel.beta’ yaitu: \na. File DESCRIPTION \nFile ini mencakup berbagai informasi umum mengenai \npackage ‘saeHB.panel.beta’, seperti nama, tipe, judul, versi, \nauthor, maintainer, deskripsi, link github (file package), import \n\nMakalah Seminar Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nini \n\ntercakup export dan \n\nini mencakup penjelasan singkat \n\n(dependensi terhadap package lain), tanggal terbit, dan berbagai \ninformasi lainnya. \nb. File NAMESPACE \nfile \nDalam \n\nimport yang \nmemungkinkan terjadinya interaksi package R dengan package \nlain. ‘export’ menjadikan fungsi yang telah dibangun tersedia \n‘import’ mengizinkan \ndan dapat digunakan sedangkan \npenggunaan fungsi dari package lain. \nc. File README.md \nFile \n\nterkait package \n‘saeHB.panel.beta’ beserta contoh penggunaan package serta \nreferensi teori yang digunakan. \nd. Folder data \nDalam folder ini terdapat empat contoh dataset yang dapat \ndijadikan sebagai referensi pengguna dalam mempelajari \nkarakteristik data yang dapat diolah menggunakan package. \nSelain itu, pengguna dapat menggunakan dataset yang ada untuk \nmencoba fungsi yang tersedia pada package. \ne. Folder R \nFolder ini terdiri dari kumpulan script yang digunakan oleh \n\nauthor dan maintainer dalam proses pembangunan package. \nf. Folder man \nFolder ini merupakan hasil generate secara otomatis oleh R \nyang mencakup dokumentasi dari seluruh objek dalam package. \nAdapun secara keseluruhan komponen-komponen package \n\n‘saeHB.panel.beta’ dapat dilihat pada gambar: \n\nGambar 4. Komponen pada package 'saeHB.panel.beta' \n\n6.3.3 Implementasi \n\nPembangunan package ‘saeHB.panel.beta’ telah berhasil \ndilakukan dan telah diterbitkan oleh CRAN. Dalam proses \npembangunan package ini, peneliti menggunakan aplikasi \nRstudio dengan bahasa pemrograman R versi 4.2.2. \na. \nImplementasi algoritma fungsi pada R-package \n\nPackage ‘saeHB.panel.beta’ menyediakan dua fungsi yaitu: \nTABEL II \nFUNGSI PADA PACKAGE ‘saeHB.panel.beta’ \n\nFungsi \n\nKeterangan \n\nRaoYuAr1.beta Estimasi data panel berdistribusi beta menggunakan \n\nPanel.beta \n\nSAE pendekatan HB \nEstimasi data panel berdistribusi beta menggunakan \nSAE pendekatan HB dengan asumsi 𝜌 = 0 \n\nb. \n\nImplementasi contoh dataset \nPackage ‘saeHB.panel.beta’ \n\ntelah menyediakan empat \ndataset yang dapat digunakan sebagai contoh data panel yang \ndapat digunakan oleh pengguna dalam mengimplementasikan \nfungsi pada package. Setiap dataset tersebut memiliki enam \n\n 5 \/ 8 \n\n \n \n \n \n\fvariable yang diperlukan dalam menjalankan \nfungsi \n‘RaoYuAr1.beta’ dan ‘Panel.beta’. Keterangan terkait dataset \ndapat dilihat pada tabel III: \n\n TABEL III \nDATASET PADA PACKAGE ‘saeHB.panel.beta’ \n\nDataset \ndataBetaAr1 \n\ndataBetaAr1Ns \n\ndataPanelbeta \n\nKeterangan \nData panel berdistribusi beta dengan asumsi yang \nsemua areanya tersampel secara keseluruhan \nData panel berdistribusi beta dengan asumsi \ndimana terdapat beberapa area yang tidak tersampel \nData panel berdistribusi beta dengan asumsi 𝜌 = 0 \nyang semua areanya tersampel secara keseluruhan \nData panel berdistribusi beta dengan asumsi 𝜌 = 0 \ndimana terdapat beberapa area yang tidak tersampel \nImplementasi bantuan pada package ‘saeHB.panel.beta’ \n\ndataPanelbetaNs \n\nc. \n\nInformasi mengenai package ‘saeHB.panel.beta’ \n\ntelah \ntersedia pada R-documentations yang dapat diakses melalui: \nhttps:\/\/www.rdocumentation.org\/packages\/saeHB.panel.beta\/ve\nrsions\/0.1.1. Berikut adalah potongan layar R-documentations \n‘saeHB.panel.beta’: \n\nPanel.beta \n\nGambar 5. Tangkapan Layar Informasi package \n'saeHB.panel.beta' pada R-documentations \n\nRaoYuAr1.beta \n\nMakalah Seminar Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nyaitu metode estimasi langsung dan estimasi SAE menggunakan \nfungsi pada package ‘saeHB.panel’. Pengujian ini dilakukan \ndengan 100 kali pengulangan dan menggunakan data bangkitan \ndengan jumlah sampel berbeda. Dalam proses pengujian ini, \nkondisi konvergen tercapai untuk jumlah sampel MCMC \nsebanyak 20000, jumlah update 3, burn.in sebanyak 1000, dan \nthin sebanyak 5. Adapun perbandingan nilai MSE yang \ndihasilkan disajikan pada tabel IV. \n\nTABEL IV \nPERBANDINGAN MSE PADA SIMULASI 100 KALI \nMetode \n\nfunction \n\nData \n\nJumlah \nSampel \n\nEstimasi \nLangsung \n\nRaoYu \nHB \nNormal \n\nRao \nYu HB \nBeta \n\n0,0261 \n\n0,0061 \n\n0,0018 \n\n0,0212 \n\n0,0005 \n\n0,0003 \n\n0,0191 \n\n0,0003 \n\n0,0002 \n\n0,0239 \n\n0,0051 \n\n0,0081 \n\n0,0014 \n\n0,0006 \n\n0,0003 \n\n50 \n\n100 \n\n300 \n\n50 \n\n100 \n\n300 \n\n50 \n\n0,0259 \n\n0,0019 \n\n0,0012 \n\n100 \n\n300 \n\n50 \n\n100 \n\n300 \n\n0,0156 \n\n0,0017 \n\n0,0013 \n\n0,0152 \n\n0,0012 \n\n0,0012 \n\n0,0052 \n\n0,0046 \n\n0,0091 \n\n0,0019 \n\n0,0206 \n\n0,0021 \n\nSeluruh \narea \ntersampel \n\nSebagian \narea tidak \ntersampel \n\nSeluruh \narea \ntersampel \n\nSebagian \narea tidak \ntersampel \n\nd. \n\nImplementasi output \nInformasi mengenai \n\ndapat \n\npetunjuk \n\npenggunaan \n\ndiakses melalui: \n\nfungsi \n‘Panel.beta’ \nhttps:\/\/cran.r-\nproject.org\/web\/packages\/saeHB.panel.beta\/vignettes\/Panelbet\na.html. Potongan layar petunjuk penggunaan fungsi ‘Panel.beta’ \nbeserta output-nya yang dapat dibandingkan dengan hasil \nestimasi metode estimasi langsung serta MSE dan RSE-nya \ndisajikan pada gambar (6). \n\nGambar 6. Tangkapan Layar Contoh script dan output serta \n\nperbandingan MSEnya \n\n6.4 Evaluation \n6.4.1 Uji Validitas \n\nProses pegujian validitas pada R-package yang telah \ndibangun dilakukan dengan membandingkan nilai MSE pada \nhasil estimasi dengan function RaoYuAr1.beta dan Panel.beta \npada package ‘saeHB.panel.beta’ terhadap beberapa metode lain \n\nPada tabel IV dapat dilihat bahwa model Rao-Yu pendekatan \nHB untuk data berdistribusi beta melalui fungsi ‘Panel.beta’ dan \n‘RaoYuAr1.beta’ \nterkecil \ndibandingkan MSE dari estimasi langsung maupun model Rao-\nYu pendekatan HB untuk data berdistribusi normal. Hal ini \nmenandakan algoritma dan source code kedua fungsi tersebut \ntelah valid dan dapat digunakan. \n\nselalu menghasilkan MSE \n\n6.4.2 Uji SUS \nUji SUS dilakukan dengan menyebar koesioner SUS yang \nberisi sepuluh pertanyaan terkait penerimaan pengguna terhadap \npackage yang telah dibangun. Terdapat sepuluh responden yang \nberpartisipasi dalam pengujian SUS ini. Secara keseluruhan \nresponden tersebut merupakan mahasiswa tingkat IV Politeknik \nStatistika STIS. Pengujian ini menghasilkan score akhir sebesar \n7.6, yang menandakan bahwa package yang dibangun dapat \nditerima dengan predikat good. \nStudi Kasus \n\n6.4.3 \nVariabel respon yang digunakan pada studi kasus penelitian ini \nadalah tingkat kemiskinan anak di Provinsi Banten tahun 2018-\n2021. Data kemiskinan anak diperoleh dari proses pengolahan \nraw data SUSENAS 2018-2021 kor Maret untuk Provinsi \nBanten. Penelitian ini menggunakan pendekatan kekurangan \n(deprivation approach) sebagai variabel penyerta (auxiliary \nvariable) dalam mengukur kemiskinan anak dengan SAE yang \ndatanya bersumber dari data PODES Provinsi Banten tahun \n2018-2021. \n\n 6 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n\fMakalah Seminar Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\nJumlah fasilitas kesehatan \nSebelum melakukan pemodelan, variabel penyerta diseleksi \nmenggunakan metode stepwise. Dimana berdasarkan metode \ntersebut, terpilih empat variabel penyerta yang akan digunakan \ndalam proses pemodelan yaitu 𝑋1, 𝑋2, 𝑋5,⁡ dan 𝑋7. \n\n𝑋8 \n\nProses pemodelan dilakukan dengan mengimplementasikan \nfungsi pada package ‘saeHB.panel.beta’ dan ‘saeHB.panel’ \npada data yang telah diseleksi. Pada pemodelan menggunakan \nfungsi pada package ‘saeHB.panel.beta’, kondisi konvergen \ntercapai untuk jumlah sampel MCMC sebanyak 10000, jumlah \nupdate 5, burn.in sebanyak 1000, dan thin sebanyak 7. \nSedangkan pada pemodelan menggunakan fungsi pada package \n‘saeHB.panel’, kondisi konvergen tercapai untuk jumlah sampel \nMCMC sebanyak 20000, jumlah update 7, burn.in sebanyak \n1000, dan thin sebanyak 25. Konvergensi pada rantai marcov \ndiperiksa dari trace plot, density plot dan autocorrelation plot \n(gambar (8)) serta menggunakan uji Geweke (tabel VII). \n\na. Estimasi langsung tingkat kemiskinan anak \n\nselalu menjadi kabupaten dengan \n\nBerikut disajikan diagram batang untuk mengetahui gambaran \nhasil estimasi langsung tingkat kemiskinan anak Provinsi \nBanten tahun 2018-2021. Berdasarkan gambar (7), kabupaten \nPandeglang \ntingkat \nkemiskinan anak tertinggi dari tahun ke tahun. Selain itu, daerah \nperkotaan cenderung memiliki tingkat kemiskinan anak yang \nrendah dibandingkan daerah perdesaan. Adapun nilai ringkasan \nestimasi dan RSE tingkat kemiskinan anak Provinsi Banten \ntahun 2018-2021 menggunakan metode estimasi langsung \ndisajikan pada tabel V. \n\nGambar 7. Hasil estimasi langsung tingkat kemiskinan anak \nlevel kabupaten\/kota Provinsi Banten tahun 2018-2021 \n\nTABEL V \nNILAI RINGKASAN ESTIMASI DAN RSE TINGKAT KEMISKINAN ANAK \n\nPROVINSI BANTEN TAHUN 2018-2021 \nEstimasi Langsung RSE \n8,43 \n0,004 \n13,94 \n0,015 \n25,14 \n0,054 \n32,36 \n0,090 \n45,06 \n0,154 \n82,82 \n0,335 \n\nMin \nQ1 \nMedian \nMean \nQ3 \nMax \ntabel V \n\nBerdasarkan \n\nterlihat bahwa \n\nterdapat beberapa \nkabupaten\/kota di Provinsi Banten memiliki tingkat kemiskinan \nanak dengan RSE ≥25%. RSE yang cukup besar ini dapat \nmengakibatkan estimasi yang dihasilkan tidak akurat. Oleh \nkarena itu, perlu dilakukan estimasi tidak langsung agar \nmenghasilkan RSE yang lebih kecil dan estimasi yang akurat. \nb. Estimasi tidak langsung tingkat kemiskinan anak \n\nTerdapat beberapa aspek dalam mengukur kemiskinan anak \ndengan pendekatan kekurangan menurut UNICEF, yaitu \nmakanan, tempat tinggal, sanitasi, air, listrik, informasi, \npendidikan, dan kesehatan. Aspek-aspek tersebut kemudian \nmenjadi dasar dalam proses pemilihan kandidat variabel \npenyerta dan dihasilkan sebanyak delapan kandidat variabel \npenyerta (tabel VI). Delapan variabel penyerta tersebut \nmerupakan hasil penyesuaian aspek kemiskinan anak UNICEF \nterhadap indikator yang tersedia pada data Podes. \n\nTABEL VI \nDELAPAN KANDIDAT VARIABEL PENYERTA PADA PENDUGAAN TIDAK \n\nLANGSUNG TINGKAT KEMISKINAN ANAK \nPendekatan Indikator Podes \n\nJumlah warga penderita kekurangan gizi \nJumlah keluarga yang berlangganan telepon kabel \nJumlah keluarga bukan pengguna listrik \nJumlah desa\/kelurahan yang warganya tidak menggunakan \ntelepon seluler\/handphone \nJumlah desa\/kelurahan yang sumber air untuk minum \nsebagian besar keluarga di desa\/kelurahan tersebut berasal \ndari mata air, sungai, hujan dan lainnya \nJumlah desa\/kelurahan yang fasilitas buang air besar sebagian \nbesar keluarganya bukan jamban \nJumlah bangunan sekolah jenjang PAUD hingga SMA \n\nVariabel \n𝑋1 \n𝑋2 \n𝑋3 \n𝑋4 \n\n𝑋5 \n\n𝑋6 \n\n𝑋7 \n\nGambar 8. Trace plot, density plot dan autocorrelation plot \nuntuk seluruh parameter hasil estimasi menggunakan fungsi \npada package ‘saeHB.panel.beta’ (a) dan 'saeHB.panel' (b) \n\nTABEL VII \n\nNILAI Z-SCORE UJI GEWEKE UNTUK SELURUH PARAMETER HASIL ESTIMASI \nMENGGUNAKAN FUNGSI PADA PACKAGE ‘saeHB.panel.beta’ \nParameter Z-score \n-0.519 \n0.414 \n-0.412 \n0.779 \n-0.718 \n\n𝑏0 \n𝑏1 \n𝑏2 \n𝑏3 \n𝑏4 \n\nPada gambar (8) terlihat bahwa trace plot yang dihasilkan \ntidak membentuk suatu pola periodik tertentu serta density plot \nuntuk seluruh parameternya cenderung mulus (smooth). Selain \nitu, autocorrelation plot yang dihasilkan berbentuk cut off pada \nlag awal. Kemudian pada tabel VII terlihat bahwa nilai Z-score \nyang dihasilkan pada uji Geweke untuk seluruh parameter telah \nberada diantara -1 dan 1. Hal ini menunjukkan bahwa \n\n 7 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n\fkonvergensi algoritma MCMC telah tercapai sehingga sampel \nyang dihasilkan dapat digunakan dalam analisis posterior. \n\nHasil estimasi tingkat kemiskinan anak level kabupaten\/kota \nProvinsi Banten tahun 2018-2021 disajikan pada gambar (9). \nPada gambar (9), terlihat bahwa estimasi yang dihasilkan dari \npendugaan SAE Rao-Yu HB beta memiliki nilai yang cukup \nini \nberbeda dengan nilai estimasi \nmerupakan bentuk koreksi dari metode Rao-Yu HB beta \nterhadap nilai estimasi langsung yang memiliki jumlah sampel \nkurang sehingga menyebabkan lemahnya akurasi dan varian \nyang lebih besar [21]. \n\nlangsung. Perbedaan \n\nGambar 9. Hasil Estimasi Tingkat Kemiskinan Anak Level \nKabupaten\/Kota Provinsi Banten Tahun 2018-2021 \nSelain itu, nilai maksimum RSE dan nilai rata-rata RSE \npendugaan SAE Rao-Yu HB beta memiliki nilai paling rendah \ndibandingkan pendugaan langsung maupun pendugaan SAE \nRao-Yu HB normal (tabel VIII). Artinya pendugaan SAE Rao-\nYu HB beta merupakan pendugaan dengan presisi paling baik \ndibandingkan kedua pendugaan lainnya. \n\nTABEL VIII \nPERBANDINGAN RSE PENDUGAAN TINGKAT KEMISKINAN ANAK PROVINSI \n\nBANTEN TAHUN 2018-2021 \n\nRSE Estimasi \nLangsung (%) \n8,43 \n13,94 \n25,15 \n32,36 \n45,07 \n82,90 \n\nRSE Rao-Yu HB \nNormal (%) \n6,33 \n9,54 \n25,32 \n29,43 \n41,98 \n75,80 \n\nRSE Rao-Yu HB \nbeta (%) \n10,75 \n14,38 \n20,39 \n21,11 \n25,78 \n45,99 \n\nMin \nQ1 \nMedian \nMean \nQ3 \nMax \n\nVII. \n\nPENUTUP \n\nBerdasarkan hasil penelitian, dapat diambil beberapa \n\nkesimpulan sebagai berikut: \n1. Model regresi beta logistik pada SAE model Rao-Yu \npendekatan HB dapat digunakan untuk melakukan estimasi \npada data panel berdistribusi beta. \n\n2. Proses pembangunan R-package model Rao-yu dengan \npendekatan HB pada SAE untuk data berdistribusi beta telah \nselesai dilakukan dan telah berhasil di-publish pada CRAN \ndengan nama ‘saeHB.panel.beta’ yang dapat diakses \nmelalui: \nhttps:\/\/cran.r-project.org\/web\/packages\/saeHB.panel.beta\/ \n3. Evaluasi R-package yang dibangun telah berhasil dilakukan \ndengan mengimplementasikannya pada data hasil bangkitan \ndan dengan uji validitas menggunakan SUS yang hasilnya \nmenunjukkan package telah dapat diterima oleh pengguna. \n\nMakalah Seminar Skripsi – Program Studi D-IV Komputasi Statistik \n\n4. Penerapan fungsi package ‘saeHB.panel.beta’ pada studi \nkasus tingkat kemiskinan anak Provinsi Banten tahun 2018-\n2021 menghasilkan pendugaan dengan presisi paling baik \ndibandingkan metode Rao-Yu HB normal maupun \npendugaan langsung. \n\nDAFTAR PUSTAKA \n[1] Rao, J., & Molina, I., “Small Area Estimation 2nd Edition”. New Jersey: \n\nJohn Wiley and Sons Inc., 2015. \n\n[2] Rao, J., & Molina, I., “Small Area Estimation 1st Edition”. New Jersey: \n\nJohn Wiley and Sons Inc., 2003. \n\n[3] M. Ghosh and J. N. Rao, “Small area estimation: An appraisal,” Statistical \n\nScience, vol. 9, no. 1, 1994. \n\n[4] J. N. Rao and M. Yu, “Small-area estimation by combining time-series and \ncross-sectional data,” Canadian Journal of Statistics, vol. 22, no. 4, pp. 511–\n528, 1994. \n\n[5] Manurung, A. H. “Model Data Panel: Sebuah Survei”. \n[6] Noviani, A. \"Small Area Estimation With Hierarchical Bayesian Neural \nNetwork Approach For Case Dropout Children In Poverty In East Java \nProvince.\"[Thesis]. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember. 2016. \n[7] S. Kamala, “Small Area Estimation Pada Data Panel untuk Mengestimasi \nTingkat Kemiskinan di Jawa Tengah” [Skripsi]. Jakarta : Politeknik \nStatistika STIS, 2018. \n\n[8] S. Muchlisoh dkk, “Estimation of Unemployment Rates Using Small Area \nEstimation Model by Combining Time Series and Cross-Sectional Data”, \nProceedings of The 7th SEAMS UGM International Conference on \nMathematics and Its Applications, 2015. \n\n[9] Hajarisman, N. “Penaksiran Parameter Model Regresi Beta untuk \n\nMemodelkan Data Proporsi”. Statistika, 12(1). 2012. \n\n[10] Swearingen, C. J., Castro, M.S.M., and Bursac, Z. “Modeling Percentage \nOutcomes: The %Beta_Regression Macro”. SAS Global Forum 2011: \nStatistics and Data Analysis, Paper 335- 2011. \n\n[11] Badan Pusat Statistik (BPS), “Kemiskinan dan Ketimpangan.” [Online]. \n\nAvailable:https:\/\/www.bps.go.id\/subject\/23\/kemiskinan-dan-\nketimpangan.html. \n\n[12] Sari, Euis Naya. “Pengaruh Status Perkawinan Dan Kondisi Ekonomi \nRumah Tangga Terhadap Kemiskinan Anak Di Provinsi Banten Tahun \n2017”. 2018. \n\n[13] Moore, K.A. “Children in Poverty: Trends, Consequences, and Policy \n\nOptions”. Child Trends Research Brief, 2009. \n\n[14] S. Grantham-McGregor, Y. B. Cheung, S. Cueto, P. Glewwe, L. Richter, \nand B. Strupp, “Developmental potential in the first 5 years for children in \ndeveloping countries,” The Lancet, vol. 369, no. 9555, pp. 60–70, 2007. \n[15] Casimiro, et al. “A Multidimensional Approach to Child Poverty in The \n\nPhilippines”. 12th National Convention on Statistics, 2013. \n\n[16] Badan Pusat Statistik (BPS).”Angka Partisipasi Kasar (APK) Anak Yang \nMengikuti Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Menurut Provinsi”. \nAvailable: \nhttps:\/\/www.bps.go.id\/indicator\/28\/1439\/1\/angka-partisipasi-\nkasar-apk-anak-yang-mengikuti-pendidikan-anak-usia-dini-paud-menurut-\nprovinsi.html. \n\n[17] Marliana, V.T. “Pembangunan R-Package Model Rao-Yu Dengan \nPendekatan Hierarchical Bayes Pada Small Area Estimation”[Skripsi]. \nJakarta : Politeknik Statistika STIS, 2022. \n\n[18] R. Janicki, “Properties of the beta regression model for small area estimation \nof proportions and application \nrates,” \nCommunications in Statistics - Theory and Methods, vol. 49, no. 9, pp. \n2264–2284, 2019. \n\nto estimation of poverty \n\n[19] Hawala, Sam, and Partha Lahiri. \"Hierarchical Bayes estimation of poverty \nrates.\" Proceedings of the American Statistical Association, Survey \nResearch Methods Section. 2012. \n\n[20] Zhou, Qian M., and Yong You. “Hierarchical Bayes Small Area Estimation \nfor the Canadian Community Health Survey”. Statistics Canada, Household \nSurvey Methods Division, 2007. \n\n[21] Ayuningtyas, Ika. \"Small Area Estimation Pada Kasus Respon Multinomial \n(Aplikasi Pada Proporsi \nDengan Pendekatan Hierarchical Bayes \nPengangguran Menurut Kategori Pengangguran Di Pulau Kalimantan, \n2015).\" Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Corespondesse, 2017. \n\n 8 \/ 8 \n\n \n \n \n \n \n\f", "label": [ { "start": 1511, "end": 1598, "text": "pembangunan R-package pada small area estimation data\\npanel berdistribusi beta", "labels": [ "TUJUAN" ] }, { "start": 36447, "end": 36595, "text": "Model regresi beta logistik pada SAE model Rao-Yu\\npendekatan HB dapat digunakan untuk melakukan estimasi\\npada data panel berdistribusi beta", "labels": [ "TEMUAN" ] }, { "start": 37102, "end": 37144, "text": "package telah dapat diterima oleh pengguna", "labels": [ "TEMUAN" ] }, { "start": 1608, "end": 1639, "text": "pendekatan hierarchical\\nbayes", "labels": [ "METODE" ] } ], "annotator": 1, "annotation_id": 20, "created_at": "2023-12-27T16:04:18.418837Z", "updated_at": "2023-12-27T16:04:18.418837Z", "lead_time": 241.724 } ]